+ All Categories
Home > Documents > Pengantar Eksperimen Fisika...All content following this page was uploaded b y Valentinus Galih V...

Pengantar Eksperimen Fisika...All content following this page was uploaded b y Valentinus Galih V...

Date post: 06-Feb-2021
Category:
Upload: others
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
72
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/327858100 Pengantar Eksperimen Fisika Book Β· September 2018 CITATIONS 0 READS 509 1 author: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Spirit Kementerian Perindustrian RI View project Valentinus Galih Vidia Putra Politeknik STTT Bandung 59 PUBLICATIONS 96 CITATIONS SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Valentinus Galih Vidia Putra on 25 September 2018. The user has requested enhancement of the downloaded file.
Transcript
  • See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/327858100

    Pengantar Eksperimen Fisika

    Book Β· September 2018

    CITATIONS

    0READS

    509

    1 author:

    Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

    Spirit Kementerian Perindustrian RI View project

    Valentinus Galih Vidia Putra

    Politeknik STTT Bandung

    59 PUBLICATIONS   96 CITATIONS   

    SEE PROFILE

    All content following this page was uploaded by Valentinus Galih Vidia Putra on 25 September 2018.

    The user has requested enhancement of the downloaded file.

    https://www.researchgate.net/publication/327858100_Pengantar_Eksperimen_Fisika?enrichId=rgreq-9b9e02c63e1375d1911721b2fa1cfdb8-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNzg1ODEwMDtBUzo2NzQ1ODIzMjc0NzIxMjhAMTUzNzg0NDM2ODEwMg%3D%3D&el=1_x_2&_esc=publicationCoverPdfhttps://www.researchgate.net/publication/327858100_Pengantar_Eksperimen_Fisika?enrichId=rgreq-9b9e02c63e1375d1911721b2fa1cfdb8-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNzg1ODEwMDtBUzo2NzQ1ODIzMjc0NzIxMjhAMTUzNzg0NDM2ODEwMg%3D%3D&el=1_x_3&_esc=publicationCoverPdfhttps://www.researchgate.net/project/Spirit-Kementerian-Perindustrian-RI?enrichId=rgreq-9b9e02c63e1375d1911721b2fa1cfdb8-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNzg1ODEwMDtBUzo2NzQ1ODIzMjc0NzIxMjhAMTUzNzg0NDM2ODEwMg%3D%3D&el=1_x_9&_esc=publicationCoverPdfhttps://www.researchgate.net/?enrichId=rgreq-9b9e02c63e1375d1911721b2fa1cfdb8-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNzg1ODEwMDtBUzo2NzQ1ODIzMjc0NzIxMjhAMTUzNzg0NDM2ODEwMg%3D%3D&el=1_x_1&_esc=publicationCoverPdfhttps://www.researchgate.net/profile/Valentinus_Putra2?enrichId=rgreq-9b9e02c63e1375d1911721b2fa1cfdb8-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNzg1ODEwMDtBUzo2NzQ1ODIzMjc0NzIxMjhAMTUzNzg0NDM2ODEwMg%3D%3D&el=1_x_4&_esc=publicationCoverPdfhttps://www.researchgate.net/profile/Valentinus_Putra2?enrichId=rgreq-9b9e02c63e1375d1911721b2fa1cfdb8-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNzg1ODEwMDtBUzo2NzQ1ODIzMjc0NzIxMjhAMTUzNzg0NDM2ODEwMg%3D%3D&el=1_x_5&_esc=publicationCoverPdfhttps://www.researchgate.net/profile/Valentinus_Putra2?enrichId=rgreq-9b9e02c63e1375d1911721b2fa1cfdb8-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNzg1ODEwMDtBUzo2NzQ1ODIzMjc0NzIxMjhAMTUzNzg0NDM2ODEwMg%3D%3D&el=1_x_7&_esc=publicationCoverPdfhttps://www.researchgate.net/profile/Valentinus_Putra2?enrichId=rgreq-9b9e02c63e1375d1911721b2fa1cfdb8-XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNzg1ODEwMDtBUzo2NzQ1ODIzMjc0NzIxMjhAMTUzNzg0NDM2ODEwMg%3D%3D&el=1_x_10&_esc=publicationCoverPdf

  • Pengantar Eksperimen Fisika

    Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si[1] Endah Purnomosari,S.T. [2]

    [1] Staf Pengajar Lab.Fisika Politeknik STT Tekstil, Bandung

    [2] PLP Laboratorium Fisika, Politeknik STT Tekstil, Bandung

  • PENGANTAR EKSPERIMEN FISIKA

    Penulis:

    Valentinus Galih V.P., M.Sc.

    Endah Purnomosari, S.T.

  • PENGANTAR EKSPERIMEN FISIKA Penulis : Valentinus Galih V.P., M.Sc

    Endah P., S.T

    ISBN :978-602-72713-0-2

    Editor :

    Fransiska Vidiyana, S.T

    Penyunting : Andi Risnawan, S.T

    Desain Sampul dan :

    Tata Letak Agustinus Budi, S.S

    Penerbit : CV. Mulia Jaya

    Redaksi : Jalan Anggajaya II No. 291-A, Condong Catur Kabupaten Sleman, Yogyakarta Telp: 0812-4994-0973 [email protected]

    Cetakan Pertama Juli 2015

    Hak Cipta dilindungi undang-undang

    Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

  • iii

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    BAB 1 TEORI RALAT

    iii

    v

    1

    1 PENDAHULUAN

    2 DASAR TEORI

    3 METODE EKSPERIMEN

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5 KESIMPULAN DAN SARAN

    6 DAFTAR PUSTAKA

    1

    1

    7

    8

    9

    9

    BAB 2 DENSITAS MASSA 10

    1 PENDAHULUAN

    2 DASAR TEORI

    3 METODE EKSPERIMEN

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5 KESIMPULAN DAN SARAN

    6 DAFTAR PUSTAKA

    10

    11

    12

    13

    16

    16

    BAB 3 AEROMETER 17

    1 PENDAHULUAN

    2 DASAR TEORI

    3 METODE EKSPERIMEN

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5 KESIMPULAN DAN SARAN

    6 DAFTAR PUSTAKA

    17

    18

    19

    19

    22

    23

    BAB 4 GETARAN (KONSTANTA PEGAS) 24

    1 PENDAHULUAN

    2 DASAR TEORI

    3 METODE EKSPERIMEN

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5 KESIMPULAN DAN SARAN

    6 DAFTAR PUSTAKA

    24

    24

    29

    30

    32

    33

    BAB 5 NERACA MOHR 34

    1 PENDAHULUAN

    2 DASAR TEORI

    3 METODE EKSPERIMEN

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5 KESIMPULAN DAN SARAN

    6 DAFTAR PUSTAKA

    34

    35

    36

    37

    37

    38

    BAB 6 KOEFISIEN MUAI THERMAL 39

    1 PENDAHULUAN

    2 DASAR TEORI

    3 METODE EKSPERIMEN

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5 KESIMPULAN DAN SARAN

    6 DAFTAR PUSTAKA

    39

    40

    41

    42

    45

    45

    BAB 7 MESIN ATWOOD (PULLEY) 46

    1 PENDAHULUAN 46

  • iv

    2 DASAR TEORI

    3 METODE EKSPERIMEN

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5 KESIMPULAN DAN SARAN

    6 DAFTAR PUSTAKA

    46

    48

    49

    52

    53

    APPENDIKS 54

    BIOGRAFI PENULIS 65

  • v

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat tak terhingga

    sehingga penulis dapat menyeleseikan buku ini. Buku ini ditulis dengan maksud untuk membantu pelajar

    dan mahasiswa dalam melakukan ekperimen fisika.

    Terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan buku ini,

    yaitu :

    1. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

    2. Kepala Jurusan Teknik Tekstil atas bantuan supportnya

    3. Kepala Laboratorium Fisika Dasar

    4. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya

    Kami menyadari bahwa dalam buku ini ada sejumlah kekurangan. Oleh karena itu, saran dan komentar

    sangat dinantikan untuk perbaikan selanjutnya. Meskipun demikian, kami tetap berharap semoga buku

    ini bermanfaat.

    Bandung, 12 Januari 2015

    Penulis

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 1

    BAB 1 TEORI RALAT

    Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si[1]

    Endah P.S.T. [2]

    [1] Staf Pengajar Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung

    [2] PLP Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung

    [email protected]

    Abstrak

    Pada eksperimen ini akan diberikan cara menggunakan teori ralat untuk mengukur luas permukaan balok (lempangan A suatu benda berbentuk balok). Pengukuran menggunakan suatu volume tertentu dengan pengabaian ketebalan balok ( untuk pengukuran luas permukaan balok) dan menggunakan alat ukur penggaris.

    Eksperimen akan dilakukan secara pengukuran tunggal dan pengukuran berulang. Hasil yang didapatkan adalah luasan balok pengukuran tunggal 𝐴 Β± βˆ†π΄ = 1,35 Β± 0,01 . 102π‘π‘š2 . pengukuran berulang dapat dilakukan ol eh praktikan untuk memperlihatkan bahwa ralat pengukuran berulang akan menghasilkan ralat yang lebih baik. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan

    eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah. Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Pengukuran Berulang

    1. PENDAHULUAN

    Di dalam melakukan pengukuran seperti panjang, massa, waktu dan sebagainya terdapat suatu

    keterbatasan alat ukur dan keterbatasan panca indera yang dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang

    teramati menjadi berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain, walaupun objek yang diamati

    dan alat ukur yang digunakan adalah sama, semisal dalam mengukur panjang suatu bahan.menurut

    Halliday (1997), mengatakan bahwadi dalam dunia internasional (National Institute of Standards and

    Technology (NIST) di Gaithersburg, Maryland) telah disepakati bahwa cara untuk melakukan pengukuran

    eksperimental di dunia teknik dan sains harus memperlihatkan nilai ketidakpastian ( teori ralat).Tanpa

    adanya nilai ketidakpastian ini, maka suatu eksperimen menjadi tidak ada artinya

    (meaningless).Umumnya dalam melakukan pengukuran dapat dituliskan π‘₯ Β± βˆ†π‘₯, yang bermakna x adalah

    besaran yang teramati, sedangkan βˆ†π‘₯ adalah nilai ralatnya atau angka ketidakpastian. Pada bab ini akaPn

    dibahas bagaimana cara menentukan teori ralat dari suatu pengukuran.

    2. DASAR TEORI

    2.1. Ralat dari Pengukuran Tunggal

    Dalam melakukan pengukuran tunggal ( sekali pengukuran) dapat digunakan ralat tunggal, umumnya

    untuk menentukan ralat tunggal yaitu dengan menggunakan 1

    2 𝑁𝑆𝑇, yaitu setengah sekala terkecil ( misal

    pengukuran menggunakan penggaris βˆ†π‘₯ =1

    20,1 = 0,05) , tetapi dapat pula digunakan

    1

    3𝑁𝑆𝑇,

    1

    5𝑁𝑆𝑇 dsb,

    sesuai dengan kepastian pengukurnya.

    mailto:[email protected]

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 2

    2.2. Ralat dari Pengukuran Berulang

    Dalam melakukan pengukuran berulang(minimal tiga kali pengukuran) dapat digunakan ralat berulang,

    umumnya untuk menentukan ralat berulang yaitu dengan menggunakan standar deviasi, yang merupakan

    fungsi probabilitas. Menurut Boas (2006) untuk x adalah suatu besaran yang terukur secara eksperimen

    dan dilakukan sebanyak Ni kali untuk tiap 𝑖 dengan menggunakan metode yang sama ( semisal mengukur

    panjang suatu benda pada daerah yang sama) dan dilakukan suatu pengukuran total secara berulang

    sebanyak N kali pengukuran untuk total pengukuran 𝑖, semisal daerah ukur panjangnya berbeda cara

    dalam mengamati ( vertical atau horizontal) , seperti pada Gambar-1 di bawah

    Posisi horizontal Posisi vertikal Gambar-1 Pengukuran berulang

    Besar rerata( harga ekspektasi) atau averagevalue dari pengukuran untuk 𝑝𝑖 adalah suatu fungsi

    probabilitas 𝑓 π‘₯𝑖 dengan sebanyak Ni kali, maka dapat dituliskan sebagai berikut ( Boas, 2006)

    π‘Žπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘œπ‘“ π‘₯ = 𝐸(π‘₯) = πœ‡ = π‘₯ = π‘₯ =1

    𝑁 𝑁𝑖π‘₯𝑖

    𝑛

    𝑖=1

    = 𝑝𝑖π‘₯𝑖 …(1)

    𝑛

    𝑖=1

    𝑝𝑖adalah suatu fungsi probabilitas 𝑓 π‘₯𝑖 dengan pengukuran Ni sebanyak sekali pengukuran tetapi

    dilakukan pengukuran berulang sebanyak N kali pengukuran dengan metode yang diubah , maka besar

    rerata pengukuran adalah

    π‘Žπ‘£π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘”π‘’ π‘œπ‘“ π‘₯ = πœ‡ = π‘₯ = π‘₯ =1

    𝑁 π‘₯𝑖

    𝑛

    𝑖=1

    = 𝑝𝑖π‘₯𝑖

    𝑛

    𝑖=1

    … (2)

    Untuk menentukan besar penyebaran data ( dispersion/ spread) maka pertama-tama dilakukan pendataan

    seberapa besar perbedaan tiap pengukuran terhadap rerata atau nilai average value-nya, beberapa dari

    deviasi ini akan bernilai positif dan negative. Dan jika direratakan hasil ini, maka akan didapatkan nilai

    nol, maka setiap deviasi haruslah dikuadratkan, sehingga kita dapatkan besar variasi dari random variable

    yang merupakan sebaran datanya, yaitu sebesar

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 3

    𝑠2 = π‘‰π‘Žπ‘Ÿ π‘₯ = 𝑓(π‘₯𝑖) π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯ 2

    𝑛

    𝑖=1

    = 𝑝𝑖 π‘₯ 𝑖 βˆ’ π‘₯ 2

    𝑛

    𝑖=1

    …(3)

    Variansi umumnya disebut sebagai dispersion jika besar data xi nilainya mendekati reratanya, maka nilai

    variansi-nya kecil, sehingga π‘‰π‘Žπ‘Ÿ π‘₯ kecil. Besar sebaran data pengukuran adalah akar dari π‘‰π‘Žπ‘Ÿ π‘₯ yang

    biasa disebut sebagai deviasi standar dari x yang dapat dituliskan sebagai berikut ( Boas, 2006)

    π‘ π‘‘π‘Žπ‘›π‘‘π‘Žπ‘Ÿ π‘‘π‘’π‘£π‘–π‘Žπ‘ π‘– = πœŽπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿ = π‘₯ 𝑖 βˆ’ π‘₯ = π‘†π‘’π‘Ÿπ‘Ÿ β‰ˆ π‘‰π‘Žπ‘Ÿ(π‘₯) …(4)

    Untuk menentukan besar deviasi standar sebagai fungsi π‘‰π‘Žπ‘Ÿ(π‘₯), maka dapat digunakan rumusan berikut

    𝑠2 = 𝑝𝑖 π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯ 2 …(5)

    𝑛

    𝑖=1

    Untuk 𝑝𝑖 adalah suatu konstanta, maka

    𝑠2 = 𝑝𝑖 π‘₯𝑖 βˆ’ πœ‡ βˆ’ π‘₯ βˆ’ πœ‡ 2

    𝑛

    𝑖=1

    = 𝑝𝑖 π‘₯𝑖 βˆ’ πœ‡ 2 βˆ’ 2 π‘₯𝑖 βˆ’ πœ‡ π‘₯ βˆ’ πœ‡ + π‘₯ βˆ’ πœ‡

    2 …(6)

    𝑛

    𝑖=1

    𝑠2 β‰… 𝜎π‘₯2 + 𝑝𝑖 βˆ’2 π‘₯𝑖 βˆ’ πœ‡ π‘₯ βˆ’ πœ‡ + π‘₯ βˆ’ πœ‡

    2

    𝑛

    𝑖=1

    …(7)

    Menurut Boas ( 2006) dapat diperlihatkan bahwa

    𝑝𝑖 βˆ’2 π‘₯𝑖 βˆ’ πœ‡ π‘₯ βˆ’ πœ‡ + π‘₯ βˆ’ πœ‡ 2

    𝑛

    𝑖=1

    β‰… 𝑝𝑖 βˆ’ π‘₯ βˆ’ πœ‡ 2

    𝑛

    𝑖=1

    …(8)

    𝑠2 = 𝜎π‘₯2 βˆ’ 𝑝𝑖 π‘₯ βˆ’ πœ‡

    2

    𝑛

    𝑖=1

    …(9)

    𝑠2 = 𝜎π‘₯2 βˆ’ 𝑝𝑖 𝑝𝑗 π‘₯𝑗

    𝑛

    𝑗=1

    βˆ’ πœ‡

    2

    … (10)

    𝑛

    𝑖=1

    Untuk fungsi distribusi 𝑝𝑖 = π‘π‘œπ‘›π‘ π‘‘ = 1/𝑁, maka

    𝑠2 =π‘πœŽπ‘₯

    2

    π‘βˆ’

    1

    𝑁

    1

    𝑁 π‘₯𝑗

    𝑛

    𝑗=1

    βˆ’ πœ‡

    2𝑛

    𝑖=1

    …(11)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 4

    Dengan nilai

    1

    𝑁 π‘₯𝑗

    𝑛

    𝑗=1

    βˆ’ πœ‡

    2

    =1

    𝑁 π‘₯𝑗 βˆ’ πœ‡

    2

    Maka didapatkan bahwa

    𝑠2 =π‘πœŽπ‘₯

    2

    π‘βˆ’

    1

    𝑁

    1

    𝑁(π‘₯𝑗

    𝑛

    𝑗 =1

    βˆ’ πœ‡)2𝑛

    𝑖=1

    …(12)

    𝑠2 = π‘πœŽπ‘₯

    2

    π‘βˆ’

    𝜎π‘₯2

    𝑁 = 𝜎π‘₯

    2 𝑁 βˆ’ 1

    𝑁 … (13)

    𝜎π‘₯ = 𝑁

    𝑁 βˆ’ 1 𝑠2 =

    𝑁

    𝑁 βˆ’ 1 𝑝𝑖 π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯

    2

    𝑛

    𝑖=1

    = 1

    𝑁 βˆ’ 1 π‘₯ 𝑖 βˆ’ π‘₯

    2

    𝑛

    𝑖=1

    … (14)

    𝜎π‘₯ = 1

    π‘βˆ’ 1 π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯

    2

    𝑛

    𝑖=1

    = 1

    π‘βˆ’ 1 π‘₯ 𝑖

    2 βˆ’ 2π‘₯𝑖 π‘₯ + π‘₯ 2

    𝑛

    𝑖=1

    … (15)

    Jika nilai 𝜎π‘₯ dibagi dengan 𝑁, yang merupakan standar deviasi πœŽπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿ ( Boas, 2006)

    πœŽπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿ =𝜎π‘₯

    𝑁=

    1

    𝑁

    1

    𝑁 βˆ’ 1 π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯

    2

    𝑛

    𝑖=1

    = π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯

    2𝑛𝑖=1

    𝑁(𝑁 βˆ’ 1) …(16)

    Bentuk lain dari persamaan ini adalah

    πœŽπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿ =𝜎π‘₯

    𝑁=

    1

    𝑁 𝑁 βˆ’ 1 π‘₯𝑖

    2 βˆ’ 2 π‘₯ π‘₯𝑖 + π‘₯ 2 …(17)

    πœŽπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿ =𝜎π‘₯

    𝑁=

    1

    𝑁

    𝑁 π‘₯𝑖2 βˆ’ 2 π‘₯ 𝑖 π‘₯𝑗 + 𝑁

    βˆ’1 π‘₯𝑗 2

    𝑁 βˆ’ 1 … (18)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 5

    𝜎π‘₯

    𝑁=

    1

    𝑁

    𝑁 π‘₯𝑖2 βˆ’ 2 βˆ’

    1

    𝑁 π‘₯𝑗

    2

    𝑁 βˆ’ 1 = β‹― (19)

    𝜎π‘₯

    𝑁 π‘šπ‘Žπ‘₯

    β‰…1

    𝑁

    𝑁 π‘₯𝑖2 βˆ’ π‘₯𝑗

    2

    𝑁 βˆ’ 1 …(20)

    πœŽπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿ π‘šπ‘Žπ‘₯ β‰…1

    𝑁

    𝑁 π‘₯𝑖2 βˆ’ π‘₯𝑗

    2

    𝑁 βˆ’ 1 …(21)

    πœŽπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿ adalah error standar , yang merupakan harga sebaran estimasi dari nilai rerata π‘₯ . Persamaan (16)

    dan persamaan (21) dapat digunakan sebagai ralat dari pengukuran berulang. Persamaan (21) akan

    memperlihatkan nilai pengukuran ralat berulang yang maksimum. Kedua persamaan dapat digunakan

    untuk memperlihatkan besar standar deviasi sebaran data eksperimen.

    2.3. Ralat Lebih dari Satu Variabel Pengukuran Tunggal

    Ralat untuk satu variable telah dijabarkan pada subbab sebelumnya baik secara pengukuran tunggal

    ataupun secara pengukuran berulang. Dalam hal pengukuran tunggal untuk ralat lebih dari satu variable

    sebagai contoh adalah volume 𝑉(𝑝, 𝑙, 𝑑) yang mana volume adalah sebagai fungsi panjang, lebar dan

    tinggi

    𝑉 𝑝𝑖 ,𝑙 𝑖 ,𝑑𝑖 = 𝑝𝑖 . 𝑙𝑖 .𝑑𝑖 = 𝑝. 𝑙. 𝑑

    Untuk mendapatkan besar ralat volume pengukuran tunggal, maka dapat digunakan deret Taylor

    𝑉 𝑝, 𝑙, 𝑑

    = π‘‰π‘œ +πœ•π‘‰

    πœ•π‘ 𝑝 βˆ’ 𝑝 +

    1

    2

    πœ•2𝑉

    πœ•π‘2 𝑝 βˆ’ 𝑝 2 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘™ 𝑙 βˆ’ 𝑙 +

    1

    2

    πœ•2𝑉

    πœ•π‘™2 𝑙 βˆ’ 𝑙 2

    +πœ•π‘‰

    πœ•π‘‘ 𝑑 βˆ’ 𝑑 + β‹― … (22)

    𝑉 𝑝, 𝑙, 𝑑 = π‘‰π‘œ +πœ•π‘‰

    πœ•π‘ 𝑝 βˆ’ 𝑝 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘™ 𝑙 βˆ’ 𝑙 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘‘ 𝑑 βˆ’ 𝑑 + ⋯…(23)

    𝑉 𝑝, 𝑙, 𝑑 βˆ’ π‘‰π‘œ =πœ•π‘‰

    πœ•π‘ 𝑝 βˆ’ 𝑝 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘™ 𝑙 βˆ’ 𝑙 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘‘ 𝑑 βˆ’ 𝑑 …(24)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 6

    𝑉 𝑝, 𝑙, 𝑑 = π‘‰π‘œ +πœ•π‘‰

    πœ•π‘ 𝑝 βˆ’ 𝑝 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘™ 𝑙 βˆ’ 𝑙 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘‘ 𝑑 βˆ’ 𝑑 = π‘‰π‘œ Β± πœŽπ‘‰π‘œπ‘™ …(25)

    Dengan mengingat bahwa π‘ π‘‘π‘Žπ‘›π‘‘π‘Žπ‘Ÿ π‘‘π‘’π‘£π‘–π‘Žπ‘ π‘– = πœŽπ‘’π‘Ÿπ‘Ÿ = π‘₯𝑖 βˆ’ π‘₯ , maka

    πœŽπ‘‰π‘œπ‘™ =πœ•π‘‰

    πœ•π‘πœŽπ‘ +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘™πœŽπ‘™ +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘‘πœŽπ‘‘

    Nilai ralat haruslah mutlak, maka

    πœŽπ‘‰π‘œπ‘™ = πœ•π‘‰

    πœ•π‘πœŽπ‘ +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘™πœŽπ‘™ +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘‘πœŽπ‘‘ …(26)

    βˆ†π‘‰ = πœ•π‘‰

    πœ•π‘ βˆ†π‘ +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘™ βˆ†π‘™ +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘‘ βˆ†π‘‘ … (27)

    Persamaan (27) adalah nilai ralat pengukuran tunggal V= π‘‰π‘œ Β± πœŽπ‘‰π‘œπ‘™

    2.4. Ralat Lebih Satu variable Pengukuran Berulang

    Ralat untuk satu variable telah dijabarkan pada subbab sebelumnya baik secara pengukuran tunggal

    ataupun secara pengukuran berulang. Dalam hal pengukuran berulang untuk ralat lebih dari satu variable

    sebagai contoh adalah volume 𝑉(𝑝, 𝑙, 𝑑) yang mana volume adalah sebagai fungsi panjang, lebar dan

    tinggi 𝑉 𝑝𝑖 ,𝑙 𝑖 ,𝑑𝑖 = 𝑝𝑖 . 𝑙𝑖 .𝑑𝑖 = 𝑝. 𝑙. 𝑑, maka untuk mendapatkan besar ralat volume pengukuran berulang,

    yaitu melalui kaitan suatu fungsi yang memiliki suatu sifat

    𝑓 𝑀 = 𝑓 π‘₯. 𝑦. 𝑧 = 𝑓 π‘₯ + 𝑓 𝑦 + 𝑓 𝑧 …(28)

    𝑓 πœŽπ‘‰π‘œπ‘™2 = 𝑓 πœŽπ‘

    2 + 𝑓 πœŽπ‘™2 + 𝑓 πœŽπ‘‘

    2 …(29)

    πœŽπ‘‰π‘œπ‘™2 =

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘

    2

    πœŽπ‘2 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘™

    2

    πœŽπ‘™2 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘‘

    2

    πœŽπ‘‘2 … (30)

    πœŽπ‘‰π‘œπ‘™ = πœ•π‘‰

    πœ•π‘

    2

    πœŽπ‘2 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘™

    2

    πœŽπ‘™2 +

    πœ•π‘‰

    πœ•π‘‘

    2

    πœŽπ‘‘2 …(31)

    Persamaan (31) adalah nilai ralat pengukuran berulang

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 7

    2.5. Penulisan Angka Penting

    Dalam hal penulisan angka penting dapat menggunakan rumusan angka penting (A.P) yaitu

    𝐴.𝑃 =βˆ†π‘₯

    π‘₯. 100% … (32)

    Dapat dilihat pada Tabel-1 aturan sebagai berikut

    Tabel-1 Aturan angka penting

    No Nilai A.P Banyak angka penting 1 𝐴.𝑃 10% 2 angka penting

    3. METODE EKSPERIMEN

    Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang

    dipakai dalam eksperimen ini.

    3.1. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang dipakai pada eksperimen ini adalah:

    Penggaris

    Balok kayu berbagai ukuran

    Jangka sorong

    Mikrometer sekrup

    3.2. Skema Percobaan

    Menghitung luas balok :

    Gambar-2 Skema Percobaan

    3.3. Cara kerja

    Dihitung panjang dan lebar lempengan balok sekali pengukuran kemudian dihitung luas

    lempengan

    Dihitung panjang dan lebar lempengan balok dengan menggunakan penggaris secara

    berulang sebanyak 10 kali dan dihitung luas lempengan balok

    Dianalisa hasil kedua pengukuran tersebut

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 8

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN (CONTOH HASIL UJI EKSPERIMEN)

    Pada perhitungan tunggal pengukuran panjang dan lebar didapatkan bahwa

    𝑝 Β± βˆ†π‘ = 16,10 Β± 0,05 π‘π‘š

    𝑙 Β± βˆ†π‘™ = (8,40 Β± 0,05)π‘π‘š

    Maka besar luas permukaan balok adalah

    𝐴 = 𝑝. 𝑙 = 135,24 π‘π‘š2

    βˆ†π΄ = πœ•π΄

    πœ•π‘ βˆ†π‘ +

    πœ•π΄

    πœ•π‘™ βˆ†π‘™

    βˆ†π΄ = 𝑙 βˆ†π‘ + 𝑝 βˆ†π‘™ = 8,40 .0,05 + 16,1 .0,05 = 1,22π‘π‘š2

    Maka penulisan angka penting

    𝐴.𝑃 =1,22

    135,24. 100% = 0,9% = 3 π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Ž 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔

    Maka luas untuk pengukuran tunggal adalah

    𝐴 Β± βˆ†π΄ = 1,35 Β± 0,01 . 102π‘π‘š2

    Dapat dilakukan hal yang serupa untuk pengukuran berulang untuk mendapatkan luas pengukuran

    berulang yaitu melalui pengukuran panjnag dan lebar secara berulang, misalkan setelah dilakukan

    pengukuran berulang didapatkan bahwa

    𝑝 Β± βˆ†π‘ = 16,091 Β± 0,001 π‘π‘š

    𝑙 Β± βˆ†π‘™ = (8,412 Β± 0,002)π‘π‘š

    Maka ralat pengukuran berulang adalah

    𝜎𝐴 = πœ•π΄

    πœ•π‘

    2

    πœŽπ‘2 +

    πœ•π΄

    πœ•π‘™

    2

    πœŽπ‘™2

    Besar luasan pengukuran berulang adalah 𝐴 ± 𝜎𝐴.

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 9

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Telah dipelajari cara menggunakan ralat baik secara berulang maupun secara pengukuran tunggal untuk

    menghitung luasan suatu permukaan balok. Hasil pengukuran tunggal adalah 𝐴 Β± βˆ†π΄ = 1,35 Β±

    0,01 . 102π‘π‘š2 sedangkan hasil pengukuran berulang adalah 𝐴 Β± 𝜎𝐴.

    5.2. Saran

    Dapat dilakukan percobaan dengan mencari volume benda, percobaan dengan bahan lain dengan

    menggunakan volume suatu benda yang tidak beraturan, sehingga praktikan akan lebih mahir dalam

    menggunakan teori ralat ini.

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada, 2006.

    [2] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons, New York 1997.

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 10

    BAB 2 DENSITAS MASSA

    Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si[1]

    Endah P.S.T. [2]

    [1] Staf Pengajar Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung

    [2] PLP Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung

    [email protected]

    Abstrak

    Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu metode untuk menentukan densitas massa jenis berbagai larutan, semisal larutan air murni, larutan air garam, larutan alkohol dsb. Pada eksperimen ini akan digunakan neraca teknis dan persamaan Hukum newton untuk memperlihatkan bahwa teori pada hukum Newton sesuai dengan hasil

    eksperimen. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk melakukan pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat menggunakan neraca teknis untuk menentukan densitas massa jenis zat cair

    Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Densitas Massa Jenis Zat Cair

    1. PENDAHULUAN

    Archimedes, seorang kebangsaan Yunani (287 B.C.) adalah salah seorang

    fisikawan, dan pemikir yang hebat serta dapat pula disebut matematikawan

    terbesar pada jamannya. Archimeds adalah orang pertama yang

    memperlihatkan hubungan antara keliling lingkaran terhadap diameter,

    Archimedes juga memperlihatkan bagaimana menghitung volume dan luas

    permukaan bola, silinder dan juga bentuk objek geometric yang lain.

    Archimedes dikenal sebagai orang yang pertama kali juga memperkenalkan

    adanya gaya Buoyant sebelum kalkulus dan Mekanika Klasik diciptakan oleh

    Newton.

    Dalam mempelajari prinsip kerja hokum Archimedes tentang gaya buoyant dan untuk menentukan massa

    jenis zat cair, maka penjelasan Mekanika Newton atau sering disebut sebagai mekanika klasikdapat

    digunakan( Galih Vidia, 2011). Mekanika Newton atau klasik adalah teori tentang gerak yang didasarkan

    pada konsep massa dan gaya dan hukum-hukum yang menghubungkan konsep-konsep fisis ini dengan

    besaran kinematika dan dinamika. Semua gejala dalam mekanika klasik dapat digambarkan secara

    sederhana dengan menerapkan hukum Newton tentang gerak. Mekanika klasik menghasilkan hasil yang

    sangat akurat dalam kehidupan sehari-hari. Pada bab ini akan diperlihatkan bahwa konsep mekanika

    Newton dapat digunakan untuk menentukan densitas massa jenis zat cair.

    mailto:[email protected]

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 11

    2. DASAR TEORI

    Densitas massa jenis zat dapat ditentukan menggunakan prinsip kerja mekanika Newton yaitu dengan

    menggunakan prinsip kerja hukum Archimedes (Halliday, 1997). Densitas adalah massa benda tiap

    volume, yaitu dengan rumusan

    𝜌 =π‘š

    𝑉 π‘˜π‘”/π‘š3 … (1)

    Untuk menghitung densitas suatu benda dapat digunakan skema percobaan sebagai berikut Gambar-1

    Gambar-1 Percobaan densitas massa: a) tanpa zat cair, b) dengan zat cair (Halliday, 1997)

    Keadaan tanpa zat cair

    𝐹 = 0 …(2)

    𝑇1 = 𝑀𝑔 …(3)

    Keadaan dengan zat cair

    𝐹 = 0 …(4)

    𝐡 + 𝑇2 = 𝑀𝑔… (5)

    𝐡 = 𝑀𝑔 βˆ’ 𝑇2 = 𝑇1 βˆ’ 𝑇2 …(6)

    Besar B adalah besar gaya Buoyant yang merupakan besar gaya reaksi zat cair. Karena T1 dan T2 masing-

    masing dihitung dengan menggunakan neraca teknis, maka variable yang terukur adalah massa, sehingga

    besar massa zat cair dapat ditentukan dari

    𝐡

    𝑔= π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ = 𝑀𝑇1 βˆ’ 𝑀𝑇2 … (7)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 12

    3. METODE EKSPERIMEN

    Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang

    dipakai dalam eksperimen ini.

    3.1. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang dipakai pada eksperimen ini adalah:

    Neraca quadrouple beam balance

    Jangka sorong

    Mikrometer sekrup

    Batang zat padat

    3.2. Skema Percobaan

    Dapat diperlihatkan skema percobaan eksperimen ini adalah sebagai Gambar-2dibawah

    Gambar-2 Skema Percobaan

    3.3. Cara kerja

    Dihitung panjang dan lebar lempengan batang zat padat sekali pengukuran kemudian dihitung

    volume lempengan

    Dihitung massa lempengan batang zat padat

    Diukur massa air dan gelas

    Diukur gaya buoyant per konstanta percepatan grafitasi

    Diukur massa kenaikan zat cair dan densitasnya menggunakan persamaan (1)

    Dilakukan percobaan untuk zat cair yang lain

    diukur panjang balok diukur massa balok diukur massa zat cair

    air dan gelas

    diukur massa

    gaya buoyant/ g

    ( massa zat cair)

    diukur massa kenaikan

    zat cair

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 13

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN (CONTOH HASIL EKSPERIMEN)

    Pada perhitungan tunggal pengukuran panjang , lebar dan tebal didapatkan bahwa

    𝑝 Β± βˆ†π‘ = 3,515 Β± 0,005 π‘π‘š

    𝑙 Β± βˆ†π‘™ = (1,587 Β± 0,005)π‘π‘š

    𝑑 Β± βˆ†π‘‘ = (1,587 Β± 0,005)π‘π‘š

    Pengukuran dilakukan seperti pada Gambar-3

    Gambar-3 Mengukur Volume Batang zat padat

    Maka besar volume batang zat padat adalah

    𝑉 = 𝑝. 𝑙. 𝑑 = 8,8486 π‘π‘š3

    βˆ†π΄ = πœ•π΄

    πœ•π‘ βˆ†π‘ +

    πœ•π΄

    πœ•π‘™ βˆ†π‘™ +

    πœ•π΄

    πœ•π‘‘ βˆ†π‘‘

    βˆ†π‘‰ = 𝑑𝑙 βˆ†π‘ + 𝑝𝑑 βˆ†π‘™ + 𝑝𝑙 βˆ†π‘‘ = 0,003π‘π‘š3

    𝑉 Β± βˆ†π‘‰ = 8,849 Β± 0,003

    Pengukuran massa batang zat padat dapat diperlihatkan pada Gambar-4

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 14

    Gambar-4 Massa Batang zat padat

    π‘š Β± βˆ†π‘š = 82,15 Β± 0,05 = 8,22 Β± 0,01 . 10π‘”π‘Ÿ

    Pengukuran T2

    Gambar-5 Pengukuran T2

    Didapatkan bahwa

    π‘šπ‘‡2 Β± βˆ†π‘šπ‘‡2 = 64,45 Β± 0,05 = 6,45 Β± 0,01 . 10π‘”π‘Ÿ

    Pengukuran T1 dan gelas kaca (massa gelas = 93,45 gr)

    Gambar-6 Pengukuran T1

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 15

    Didapatkan bahwa

    π‘šπ‘‡1𝐺 Β± βˆ†π‘šπ‘‡1𝐺 = 175,25 Β± 0,05 π‘”π‘Ÿ

    Pengukuran massa kenaikan air dan gelas secara eksperimen ( Gambar-7) didapatkan

    Gambar-7 Pengukuran massa kenaikan air

    Dengan massa kenaikan air dan gelas

    π‘šπ΄πΊ Β± βˆ†π‘šπ΄πΊ = 110,35 Β± 0,05 π‘”π‘Ÿ

    Secara teori didapatkan bahwa masssa zat cair dan gelas.

    π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ + π‘€π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = 𝑀𝑇1 βˆ’ 𝑀𝑇2 = 175,25 βˆ’ 65 = 110,25

    π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = 16,8 = (1,68 ).10 π‘”π‘Ÿ

    Massa zat cair secara eksperimen adalah

    π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ + π‘€π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = 110,35 π‘”π‘Ÿ

    π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ + 93,45 = 110,35 π‘”π‘Ÿ

    π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ 𝑒π‘₯ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘›π‘‘ = 1,69 Β± 0,01 . 10 π‘”π‘Ÿ

    Hasil analisa teori dan hasil pengukuran eksperimen memperlihatkan hasil yang cukup baik. Untuk

    memperlihatkan nilai densitas dapat digunakan persamaan (1), sehingga

    𝜌 =π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ

    𝑉≅

    16,9 π‘”π‘Ÿ

    20 π‘šπ‘™=

    16,9 π‘”π‘Ÿ

    20 10βˆ’3𝑙=

    16,9 π‘”π‘Ÿ

    20 10βˆ’3103π‘π‘š3= 0,845 π‘”π‘Ÿ/π‘π‘š3

    Dengan mengetahui volume zat cair Vβ‰… 20 π‘šπ‘™, maka didapatkan densitas massa zat cair. Besar ralat

    dapat ditentukan menggunakan

    βˆ†πœŒ = πœ•πœŒ

    πœ•π‘š βˆ†π‘š +

    πœ•πœŒ

    πœ•π‘‰ βˆ†π‘‰ =

    1

    𝑉 βˆ†π‘š +

    π‘š

    𝑉2 βˆ†π‘‰

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 16

    βˆ†πœŒ β‰… 1

    20 0,01 +

    16,9

    400 0,003 = 0,006

    Sehingga besar densitas dituliskan πœŒπ‘’π‘₯𝑝 Β± βˆ†πœŒπ‘’π‘₯𝑝 = (0,845 Β± 0,006)π‘”π‘Ÿ/π‘π‘š3. Hasil nilai densitas

    mendekati hasil dari literatur air murni pada umumnya yang sebesar 1,00 π‘”π‘Ÿ/π‘π‘š3 (Halliday, 1997).

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Telah dipelajari cara menggunakan ralat baik secara berulang maupun secara pengukuran tunggal untuk

    menghitung volume suatu permukaan batang zat padat. Pada percobaan ini densitas massa zat cair dapat

    diukur dengan menggunakan prinsip kerja mekanika Newtonian dan hasil 𝜌 Β± βˆ†πœŒ 𝑒π‘₯𝑝 β‰ˆ (0,845 Β±

    0,006)π‘”π‘Ÿ/π‘π‘š3, sedangkan hasil literature (Halliday, 1997) 𝜌 = 1,00π‘”π‘Ÿ/π‘π‘š3hasil teori menunjukkan

    bahwa massa zat cair π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = 16,8 = (1,68 ).10 π‘”π‘Ÿ sedangkan hasil eksperimen menunjukkan

    bahwa π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ 𝑒π‘₯𝑝𝑒 π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘›π‘‘ = 1,69 Β± 0,01 . 10 π‘”π‘Ÿ.Pada eksperimen ini adanya ketidaksesuaian antara

    eksperimen dengan teori maupun literature lebih dikarenakan keterbatasan alat yang kurang

    representative untuk dilakukan percobaan yang baik serta pengukuran tunggal yang memperlihatkan hasil

    yang kurang teliti.

    5.2. Saran

    Dapat dilakukan uji larutan lain dan menghitung besar densitas massa zat cair lain

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons, New York 1997.

    [2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada, 2006.

    [3] Vidia, Galih dan Mulyono , Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 17

    BAB 3 AEROMETER

    Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si[1] Endah P.S.T. [2] [1] Staf Pengajar Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung

    [2] PLP Sekolah Tinggi teknologi Tekstil, Bandung [email protected]

    Abstrak

    Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu metode (menggunakan aerometer) untuk menentukan densitas massa jenis berbagai larutan semisal larutan air murni, larutan air garam, larutan alkohol dsb. dengan menggunakan prinsip kesetimbangan gaya pada Hukum Newton pertama. Pada eksperimen ini akan digunakan neraca teknis dan persamaan Hukum newton untuk memperlihatkan bahwa teori pada hukum Newton sesuai dengan hasil eksperimen. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk melakukan pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat menggunakan neraca teknis dan aerometer untuk menentukan densitas massa jenis zat cair Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Aerometer, Densitas Massa Jenis Zat Cair

    1. PENDAHULUAN

    Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau

    sistem partikel. Pada kasus-kasus dinamika partikel dapat

    ditunjukkan melalui hukum-hukum Newton tentang gerak,

    terutama oleh hukum Newton ke-2. Hukum ini menyatakan,

    "Sebuah benda yang memperoleh pengaruh gaya atau

    interaksi akan bergerak sedemikian rupa sehingga laju

    perubahan waktu dari momentum sama dengan gaya

    tersebut". Dalam pelajaran dinamika hukum-hukum Newton

    sangat berperan dalam penyelesaian kasus-kasus gaya.

    Mekanika Newton atau sering disebut sebagai mekanika klasik, karena perintis berbagai prinsip dasar

    dalam mempelajari mekanika, khususnya dinamika, kinematika hingga prinsip usaha, energy dan

    momentum kesemuanya menggunakan prinsip Hukum Newton (Vidia, 2011). Mekanika Newton atau

    klasik adalah teori tentang gerak yang didasarkan pada konsep massa dan gaya dan hukum-hukum yang

    menghubungkan konsep-konsep fisis ini dengan besaran kinematika dan dinamika. Semua gejala dalam

    mekanika klasik dapat digambarkan secara sederhana dengan menerapkan hukum Newton tentang

    gerak.Mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat dalam kehidupan sehari-hari. Pada bab ini

    akan diperlihatkan bahwa konsep mekanika Newton dapat digunakan untuk menentukan densitas massa

    jenis zat cair dengan menggunakan alat aerometer.

    mailto:[email protected]

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 18

    2. DASAR TEORI

    Densitas massa jenis zat dapat ditentukan menggunakan prinsip kerja mekanika Newton yaitu dengan

    menggunakan prinsip kerja hukum Archimedes (Halliday, 1997). Densitas adalah massa benda tiap

    volume, yaitu dengan rumusan

    𝜌 =π‘š

    𝑉(𝑔/π‘π‘š3) … (1)

    Besar densitas air murni adalah sebesar 𝜌 =1,00 gr/ cm3 , densitas larutan garam 𝜌 =1,03 gr/ cm3

    sedangkan densitas alcohol adalah 𝜌 =0,81 gr/ cm3 . Untuk menghitung densitas suatu benda dapat

    digunakan alat aerometer seperti padaGambar-1

    Gambar-1 Percobaan Aerometer

    Persamaan gerak saat keadaan massa aerometer (41,0 Β± 0,5) π‘”π‘Ÿ dan massa yang akan ditambahkan

    π‘šπ‘– π‘”π‘Ÿ saat dalam keadaan diam dan terdapat gaya buoyant B yang memiliki arah ke atas adalah

    βˆ‘ 𝐹 = 0 … (2)

    π‘šπ‘–π‘” + π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘” = 𝐡 … (3)

    𝐡 = π‘Šπ‘– + π‘Šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œ … (4)

    Besar B adalah besar gaya Buoyant yang merupakan besar gaya reaksi zat cair. Karena T1 dan T2 masing-

    masing dihitung dengan menggunakan neraca teknis, maka variable yang terukur adalah massa, sehingga

    besar massa zat cair dapat ditentukan dari

    𝐡

    𝑔= π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ = π‘šπ‘– + π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ … (5)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 19

    3. METODE EKSPERIMEN

    Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang

    dipakai dalam eksperimen ini.

    3.1. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang dipakai pada eksperimen ini adalah:

    Neraca teknis

    Aerometer

    Penggaris ( alat ukur )

    Massa beban (mi)

    Alat tulis

    3.2. Skema Percobaan

    Dapat diperlihatkan skema percobaan eksperimen ini adalah sebagai Gambar-2dibawah

    Gambar-2 Skema Percobaan

    3.3. Cara kerja

    Dihitung massa aerometer

    Ditentukan ketinggian awal zat cair (ho=750 ml)

    Gelas ukur berisi zat cair diberi aerometer dan massa tambahan hingga ketinggian h( 800 ml)

    Massa kenaikan air diambil dan ditimbang

    Diukur massa kenaikan zat cair baik secara teori maupun secara eksperimen

    Diukur densitas massa menggunakan persamaan (1)

    Dilakukan percobaan untuk zat cair yang lain

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN (CONTOH HASIL EKSPERIMEN)

    Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan air murni adalah:

    π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ Β± βˆ†π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ = (41,0 Β± 0,5)π‘”π‘Ÿ

    Aerometer ditimbang Gelas ukur diisi

    hingga ketinggian ho(

    750 ml)

    Gelas ukur berisi zat cair

    diberi aerometer dan

    massa tambahan hingga

    ketinggian h( 800 ml)

    Massa kenaikan air ditimbang

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 20

    π‘šπ‘– Β± βˆ†π‘šπ‘– = (9,0 Β± 0,5)π‘”π‘Ÿ

    (π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = π‘šπ‘– + π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ = (5,0). 10π‘”π‘Ÿ

    (π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ Β± βˆ†π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = (5,0 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Untuk menentukan massa zat cair secara eksperimen, maka ditentukan terlebih dahulu massa gelas ukur

    π‘šπ‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  Β± βˆ†π‘šπ‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = (9,9 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Massa kenaikan zat cair dan gelas secara eksperimen

    π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿβˆ’π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  Β± βˆ†π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿβˆ’π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = (1,5 Β± 0,1). 100 π‘”π‘Ÿ

    Maka besarmassa air murni adalah

    (π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ Β± βˆ†π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (5,1 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Besar densitas air murni adalah

    𝜌 =π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ

    𝑉≅

    51 π‘”π‘Ÿ

    50 π‘šπ‘™=

    1,02π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Dengan rapat densitas air murni secara eksperimen adalah

    |βˆ†πœŒ| = |πœ•πœŒ

    πœ•π‘š βˆ†π‘š| + |

    πœ•πœŒ

    πœ•π‘‰ βˆ†π‘‰| = |

    1

    𝑉 βˆ†π‘š| + |

    π‘š

    𝑉2 βˆ†π‘‰|

    |βˆ†πœŒ| β‰… |1

    50 0,5| + |

    51

    2500 0,05| = 0,01

    (𝜌 Β± βˆ†πœŒ)π‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ = (1,02 Β± 0,01)π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan larutan air garam adalah:

    π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ Β± βˆ†π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ = (41,0 Β± 0,5)π‘”π‘Ÿ

    π‘šπ‘– Β± βˆ†π‘šπ‘– = (9,0 Β± 0,5)π‘”π‘Ÿ

    (π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = π‘šπ‘– + π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ = (5,0). 10π‘”π‘Ÿ

    (π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘ Β± βˆ†π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = (5,0 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Untuk menentukan massa zat cair secara eksperimen, maka ditentukan terlebih dahulu massa gelas ukur

    π‘šπ‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  Β± βˆ†π‘šπ‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = (9,9 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Massa kenaikan zat cair dan gelas secara eksperimen dapat diperlihatkan pada Gambar-3

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 21

    Gambar-3 Massa kenaikan larutan garam dan gelas

    π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘βˆ’π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  Β± βˆ†π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘βˆ’π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = (1,46 Β± 0,05). 100 = (1,5 Β± 0,1). 100π‘”π‘Ÿ

    Maka besar massa air garam adalah

    (π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘ Β± βˆ†π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (5,1 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Besar densitas air garam adalah

    𝜌 =π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ

    𝑉≅

    47 π‘”π‘Ÿ

    50 π‘šπ‘™=

    1,02π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Dengan rapat densitas air garam secara eksperimen adalah

    |βˆ†πœŒ| = |πœ•πœŒ

    πœ•π‘š βˆ†π‘š| + |

    πœ•πœŒ

    πœ•π‘‰ βˆ†π‘‰| = |

    1

    𝑉 βˆ†π‘š| + |

    π‘š

    𝑉2 βˆ†π‘‰|

    |βˆ†πœŒ| β‰… |1

    50 0,5| + |

    51

    2500 0,05| = 0,01

    (𝜌 Β± βˆ†πœŒ)π‘ π‘Žπ‘™π‘‘ = (1,02 Β± 0,01)π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan larutan alkohol adalah:

    π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ Β± βˆ†π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ = (41,0 Β± 0,5)π‘”π‘Ÿ

    π‘šπ‘– Β± βˆ†π‘šπ‘– = (0,0 Β± 0,5)π‘”π‘Ÿ

    (π‘šπ‘Žπ‘™π‘˜π‘œβ„Žπ‘œπ‘™)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = π‘šπ‘– + π‘šπ‘Žπ‘’π‘Ÿπ‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘’π‘Ÿ = (4,1). 10π‘”π‘Ÿ

    (π‘šπ΄π‘™ Β± βˆ†π‘šπ΄π‘™)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = (4,1 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Untuk menentukan massa zat cair secara eksperimen, maka ditentukan terlebih dahulu massa gelas ukur

    π‘šπ‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  Β± βˆ†π‘šπ‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = (9,9 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Massa kenaikan zat cair dan gelas secara eksperimen

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 22

    π‘šπ΄π‘™βˆ’π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  Β± βˆ†π‘šπ΄π‘™βˆ’π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = (1,39 Β± 0,05). 100 = (1,4 Β± 0,1). 100 π‘”π‘Ÿ

    Maka besar massa alkohol adalah

    (π‘šπ΄π‘™ Β± βˆ†π‘šπ΄π‘™)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (4,1 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Besar densitas air Al adalah

    𝜌 =π‘€π‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ

    𝑉≅

    41 π‘”π‘Ÿ

    50 π‘šπ‘™=

    0,82π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Dengan rapat densitas alkohol secara eksperimen adalah

    |βˆ†πœŒ| = |πœ•πœŒ

    πœ•π‘š βˆ†π‘š| + |

    πœ•πœŒ

    πœ•π‘‰ βˆ†π‘‰| = |

    1

    𝑉 βˆ†π‘š| + |

    π‘š

    𝑉2 βˆ†π‘‰|

    |βˆ†πœŒ| β‰… |1

    50 0,5| + |

    41

    2500 0,05| = 0,01

    (𝜌 Β± βˆ†πœŒ)π΄π‘™π‘˜π‘œβ„Žπ‘œπ‘™ = (0,82 Β± 0,01)π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal untuk menghitung densitas massa

    jenis larutan air murni, larutan garam dan juga alcohol. Hasil eksperimen, hasil teori dan literature

    memperlihatkan sebagai berikut pada Tabel-1

    Tabel-1 Hasil eksperimen densitas

    Keterangan Air murni Larutan garam Alkohol

    Hasil

    eksperimen

    (π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ Β± βˆ†π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘›= (5,1 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    (𝜌 Β± βˆ†πœŒ)π‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ = (1,02 Β± 0,01)π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    (π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘ Β± βˆ†π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘›= (5,1 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    (𝜌 Β± βˆ†πœŒ)π‘ π‘Žπ‘™π‘‘ = (1,02 Β± 0,01)π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    (π‘šπ΄π‘™ Β± βˆ†π‘šπ΄π‘™)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘›= (4,1Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    (𝜌 Β± βˆ†πœŒ)π΄π‘™π‘˜π‘œβ„Žπ‘œπ‘™ = (0,82 Β± 0,01)π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Hasil teori (π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ Β± βˆ†π‘šπ‘€π‘Žπ‘‘π‘’π‘Ÿ)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘–= (5,0 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    (π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘ Β± βˆ†π‘šπ‘ π‘Žπ‘™π‘‘)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘–= (5,0 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    (π‘šπ΄π‘™ Β± βˆ†π‘šπ΄π‘™)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = (4,1Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    Hasil literature (

    Halliday, 1997) 𝜌 = 1,00

    π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3 𝜌 = 1,03

    π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3 𝜌 = 0,81

    π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Pada eksperimen ini dapat diperlihatkan bahwa data eksperimen maupun teori serta literature masih dapat

    dipertanggungjawabkan baik dalam metode dan hasil.Secara umum tidak terdapat penyimpangan densitas

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 23

    larutan zat cair.Percobaan densitas denganmenggunakan aerometer dirasakan sesuai untuk

    memperlihatkan densitas zat cair dengan lebih baik dan lebih mudah digunakan.

    5.2. Saran

    dapat dilakukan uji larutan lain dan menghitung besar densitas massa zat cair lain

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons, New York 1997.

    [2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada, 2006.

    [3] Vidia, Galih dan Mulyono ,Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 24

    BAB 4 GETARAN (KONSTANTA PEGAS)

    Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si[1] Endah P.S.T. [2] [1] Staf Pengajar Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung

    [2] PLP Sekolah Tinggi teknologi Tekstil, Bandung [email protected]

    Abstrak

    Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu topik tentang getaran harmonis sederhana ( contoh pada molekul, atau gerakan redaman di mobil) yang sering digunakan dalam dunia teknik dan sains. Topik getaran sederhana salah satunya dapat digunakan untuk menentukan percepatan grafitasiserta menentukan konstanta elastisitas pegas. Pada eksperimen ini akan digunakan persamaan Hukum newton untuk memperlihatkan konstanta grafitasi serta menentukan nilai konstanta pegas. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk melakukan pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat menggunakan percobaan konstanta pegas untuk percepatan grafitasi Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Konstanta pegas, percepatan grafitasi

    1. PENDAHULUAN

    Dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat banyak benda yang bergetar. Gitaris

    group band musik terkenal yang memainkan gitar, getaran garpu tala, getaran

    mobil ketika mesinnya dinyalakan, demikian juga rumah anda yang bergetar

    dahsyat ketika terjadi gempa bumi. Sangat banyak contoh getaran dalam

    kehidupan kita.

    Getaran dan gelombang merupakan dua hal yang saling berkaitan.Gelombang, baik itu gelombang air

    laut, gelombang gempa bumi, gelombang suara yang merambat di udara; semuanya bersumber pada

    getaran. Dengan kata lain, getaran adalah penyebab adanya gelombang. Mengenai gelombang,

    selengkapnya akan kita pelajari pada pokok bahasan tersendiri. Sekarang terlebih dahulu kita pelajari

    pokok bahasan getaran ( Vidia, 2011)

    2. DASAR TEORI

    Getaranadalah suatu gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan. Kesetimbangan di sini maksudnya

    adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda

    tersebut. Getaran mempunyai amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan titik tengah) yang sama.

    Getaran bebas terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal, lalu dibiarkan bergetar secara bebas.

    Contoh getaran seperti ini adalah memukul garpu tala dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang

    ditarik dari keadaan setimbang lalu dilepaskan.

    mailto:[email protected]://www.gurumuda.com/pengertian-dan-jenis-jenis-gelombanghttp://www.gurumuda.com/pengertian-dan-jenis-jenis-gelombanghttp://www.gurumuda.com/pengertian-dan-jenis-jenis-gelombanghttp://www.gurumuda.com/pengertian-dan-jenis-jenis-gelombanghttp://www.gurumuda.com/gelombang-bunyi/http://id.wikipedia.org/wiki/Gayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Amplitudohttp://id.wikipedia.org/wiki/Garpu_tala

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 25

    2.1. Getaran Bebas Tanpa Peredam

    Gambar-1 Sistem getaran sederhana

    Pada model yang paling sederhana ( Gambar-1)redaman dianggap dapat diabaikan, dan tidak ada gaya

    luar yang mempengaruhi massa, seperti gaya angin (getaran bebas).Dalam keadaan ini gaya yang berlaku

    pada pegas F sebanding dengan panjang peregangan xdikalikan dengan konstanta pegas k, sesuai dengan

    hukum Hooke, atau bila dirumuskan secara matematis:

    𝐹(π‘π‘’π‘”π‘Žπ‘ ) = βˆ’π‘˜π‘₯ … (1)

    Arah gaya pegas berlawanan arah dengan arah gerak partikel massa mdengan k adalah tetapan pegas.

    Sesuai Hukum kedua Newtongaya yang ditimbulkan sebanding dengan percepatan massa:

    βˆ‘ 𝐹 = π‘šπ‘‘π‘£

    𝑑𝑑= π‘š

    𝑑2π‘₯

    𝑑𝑑2… (2)

    π‘šπ‘” βˆ’ π‘˜π‘₯ = π‘šπ‘‘2π‘₯

    𝑑𝑑2… (3)

    π‘šπ‘‘2π‘₯

    𝑑𝑑2+ π‘˜π‘₯ = π‘šπ‘” … (4)

    π‘šοΏ½ΜˆοΏ½ + π‘˜π‘₯ = π‘šπ‘” … (5)

    �̈� +π‘˜

    π‘šπ‘₯ = 𝑔 … (6)

    Untuk benda dalam keadaan setimbang, maka berlaku

    π‘˜π‘₯ = π‘šπ‘”

    π‘₯ =𝑔

    π‘˜π‘š β†’ 𝑦 = π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›π‘₯ … (7)

    Yang merupakan persamaan garis lurus dengan k=𝑔/π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› . untuk pegas berosilasi dengan suatu

    percepatan tertentu, maka

    http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Hookehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_kedua_Newton&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Percepatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mass_spring.svg

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 26

    (𝐷2 +π‘˜

    π‘š) π‘₯ = 𝑔

    𝐷1,2 = Β±βˆšβˆ’π‘˜

    π‘š= Β±π‘–βˆš

    π‘˜

    π‘š

    Bila kita menganggap bahwa kita memulai getaran sistem dengan meregangkan pegas sejauh A kemudian

    melepaskannya, solusi persamaan di atas yang memberikan gerakan massa adalah:

    π‘₯(𝑑) = 𝑔 + 𝐴𝑒π‘₯π‘π‘–βˆšπ‘˜

    π‘šπ‘‘ + 𝐡 exp βˆ’π‘–βˆš

    π‘˜

    π‘šπ‘‘

    π‘₯(𝑑) = 𝑔 + 𝐴 cos βˆšπ‘˜

    π‘šπ‘‘ + 𝐡 sin √

    π‘˜

    π‘šπ‘‘ = 𝑔 + 𝐴 cos πœ” 𝑑 + 𝐡 sin πœ” 𝑑 … (8)

    π‘₯ = 𝐴 sin(πœ”π‘‘ + 𝛾) = 𝐴 sin(2πœ‹π‘“π‘‘ + 𝛾) … (9)

    𝑣 =𝑑π‘₯

    𝑑𝑑= π΄πœ”π‘π‘œπ‘ (πœ”π‘‘ + 𝛾) … (10)

    π‘Ž =𝑑𝑣

    𝑑𝑑= βˆ’π΄πœ”2𝑠𝑖𝑛(πœ”π‘‘ + 𝛾) … (11)

    Gambar-2 Grafik energi getaran sederhana pada pegas

    Solusi ini menyatakan bahwa massa akan berosilasi dalam gerak harmonis sederhana yang memiliki

    amplitudoA dan frekuensi f. Bilangan f adalah salah satu besaran yang terpenting dalam analisis getaran,

    dan dinamakan frekuensi alami takredam. Untuk sistem massa-pegas sederhana,didefinisikan sebagai:

    http://id.wikipedia.org/wiki/Gerak_harmonis_sederhanahttp://id.wikipedia.org/wiki/Amplitudo

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 27

    2πœ‹π‘“ = πœ”

    2πœ‹π‘“ =2πœ‹

    𝑇= √

    π‘˜

    π‘šβ€¦ (12)

    𝑇 =1

    2πœ‹βˆš

    π‘š

    π‘˜β€¦ (13)

    Catatan: frekuensi sudutω (ω = 2πf) dengan satuan radian per detik kerap kali digunakan dalam

    persamaan karena menyederhanakan persamaan, namun besaran ini biasanya diubah ke dalam frekuensi

    "standar" (satuan Hz) ketika menyatakan frekuensi sistem.Bila massa dan kekakuan (tetapan k) diketahui

    frekuensi getaran sistem akan dapat ditentukan menggunakan rumus di atas.

    𝐸 =1

    2π‘šπ‘£2 +

    1

    2π‘˜π‘₯2 … (14)

    Saat posisi x sama dengan amplitudo A, maka energy kinetic = nol, sedangkan energy total adalah sama

    dengan enrgi potensial maksimumnya, yaitu

    𝐸 =1

    2π‘˜π΄2 … (15)

    Saat posisi x=0, maka energy kinetiknya akan maksimal, sedangkan energy potensialnya adalah nol

    𝐸 =1

    2π‘šπ‘£π‘šπ‘Žπ‘₯

    2 … (16)

    2.2. Gerakan Osilasi Bebas pada Bandul

    Gerak pada bandul ( seperti apda Gambar-3) adalah salah satu contoh getaran selaras sederhana yang

    merupakan gerak bolak-balik suatu benda digantungkan pada seutas tali dengan panjang l, kemudian

    benda tersebut diputar dengan sudut ΞΈ.

    Gambar-3 Gerakan osilasi pada Bandul

    Persamaan gerak osilasi pada bandul adalah

    𝐿 =1

    2π‘š(οΏ½Μ‡οΏ½2 + οΏ½Μ‡οΏ½2 + οΏ½Μ‡οΏ½2) βˆ’ (π‘šπ‘”π‘¦) … (17)

    kita tinjau posisi benda yang bermassa

    π‘₯, 𝑦, 𝑧 = 𝑙𝑠𝑖𝑛(πœƒ), βˆ’π‘™π‘π‘œπ‘ (πœƒ), 0 … (18)

    kita tinjau perubahan posisi terhadap perubahan waktu

    ΞΈ

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Frekuensi_sudut&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hertz

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 28

    𝑑

    𝑑𝑑(π‘₯, 𝑦, 𝑧) =

    𝑑

    𝑑𝑑{𝑙𝑠𝑖𝑛(πœƒ), βˆ’π‘™π‘π‘œπ‘ (πœƒ), 0} … (19)

    panjangl tidak mengalami perubahan untuk setiap waktu t sekon, sedangkan sudut ΞΈ mengalami

    perubahan untuk setiap waktu t sekon, sehingga persamaan diatas akan menjadi

    𝑑

    𝑑𝑑(π‘₯, 𝑦, 𝑧) = 𝑙

    𝑑

    𝑑𝑑{𝑠𝑖𝑛(πœƒ), βˆ’π‘π‘œπ‘ (πœƒ), 0} = 𝑙

    π‘‘πœƒ

    𝑑𝑑

    𝑑

    π‘‘πœƒ{𝑠𝑖𝑛(πœƒ), βˆ’π‘π‘œπ‘ (πœƒ), 0} … (20)

    𝑑

    𝑑𝑑(π‘₯, 𝑦, 𝑧) = π‘™οΏ½Μ‡οΏ½π‘π‘œπ‘ πœƒ, π‘™οΏ½Μ‡οΏ½π‘ π‘–π‘›πœƒ, 0 … (21)

    masukkan persamaan diatas

    𝐿 =1

    2π‘š(οΏ½Μ‡οΏ½2 + οΏ½Μ‡οΏ½2 + οΏ½Μ‡οΏ½2) βˆ’ (π‘šπ‘”π‘¦) … (22)

    𝐿 =1

    2π‘š((π‘™οΏ½Μ‡οΏ½π‘π‘œπ‘ πœƒ)2 + (π‘™οΏ½Μ‡οΏ½π‘ π‘–π‘›πœƒ)2 + 0) βˆ’ (βˆ’π‘šπ‘”π‘™π‘π‘œπ‘ (πœƒ)) … (23)

    𝐿 =1

    2π‘šπ‘™2οΏ½Μ‡οΏ½2 + π‘šπ‘”π‘™π‘π‘œπ‘ πœƒ … (24)

    Persamaan Euler-Lagrange adalah

    𝑑

    𝑑𝑑(

    𝑑𝐿

    𝑑�̇�) =

    𝑑𝐿

    π‘‘π‘žβ€¦ (25)

    𝑑

    𝑑𝑑(

    𝑑𝐿

    𝑑�̇�) =

    𝑑𝐿

    π‘‘πœƒβ€¦ (26)

    𝑑

    π‘‘π‘‘π‘šπ‘™2οΏ½Μ‡οΏ½ = βˆ’π‘šπ‘”π‘™π‘ π‘–π‘›πœƒ … (27)

    �̈� = βˆ’π‘”

    π‘™π‘ π‘–π‘›πœƒ … (28)

    Untuk sudut πœƒ yang kecil dapat digunakan deret Fourier, sehingga penyelesaian persamaan ini adalah

    �̈� +𝑔

    π‘™πœƒ = 0 … (29)

    �̈� +𝑔

    π‘™πœƒ = 0 … (30)

    (𝐷2 +𝑔

    𝑙) πœƒ = 0 … (31)

    𝐷1,2 = Β±βˆšβˆ’π‘”

    𝑙= Β±π‘–βˆš

    𝑔

    𝑙… (32)

    Bila kita menganggap bahwa kita memulai getaran sistem dengan meregangkan bandul sejauh A

    kemudian melepaskannya, solusi persamaan di atas yang memberikan gerakan massa adalah:

    πœƒ = 𝐴𝑒π‘₯π‘π‘–βˆšπ‘”

    𝑙𝑑 + 𝐡 exp βˆ’π‘–βˆš

    𝑔

    𝑙𝑑 … (33)

    πœƒ = 𝐴 cos βˆšπ‘”

    𝑙𝑑 + 𝐡 sin √

    𝑔

    𝑙𝑑 = 𝐴 cos πœ” 𝑑 + 𝐡 sin πœ” 𝑑 … (34)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 29

    πœƒ = 𝐴 sin(πœ”π‘‘ + 𝛾) = 𝐴 sin(2πœ‹π‘“π‘‘ + 𝛾) … (35)

    πœ” =π‘‘πœƒ

    𝑑𝑑= π΄πœ”π‘π‘œπ‘ (πœ”π‘‘ + 𝛾) … (36)

    𝛼 =π‘‘πœ”

    𝑑𝑑= βˆ’π΄πœ”2𝑠𝑖𝑛(πœ”π‘‘ + 𝛾) … (37)

    Besar periode untuk bandul adalah memenuhi persamaan

    𝑇 = 2πœ‹βˆšπ‘™

    𝑔… (38)

    3. METODE EKSPERIMEN

    Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang

    dipakai dalam eksperimen ini.

    a. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang dipakai pada eksperimen ini adalah:

    Seperangkat alat percobaan pegas

    Sistem Bandul

    Penggaris ( alat ukur )

    Massa beban (mi)

    stopwatch

    Alat tulis

    b. Skema Percobaan

    Dapat diperlihatkan skema percobaan eksperimen ini adalah sebagai Gambar-2dibawah

    Gambar-2 Skema Percobaan pegas dan konstanta grafitasi

    c. Cara kerja

    Dihitung panjangpegas awal sebelum diberi tambahan beban

    Ditentukan pertambahan panjnag pegas setiap pertambahan massa

    Kurva y-x dibuatdengan massa sebagai sumbu-x dan pertambahan panjang sebagai sumbu-y

    Besar konstanta pegas dapat ditentukan dari besar gradient Mg

    Diukur terlebih dahulu besar konstanta percepatan grafitasi g menggunakan persamaan (38)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 30

    Diukur konstanta pegas menggunakan persamaan (7)

    Ditentukan besar ralat konstanta pegas

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN (CONTOH HASIL EKSPERIMEN)

    Contoh :

    1. Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan getaran sederhana adalah:

    π‘™π‘‘π‘Žπ‘™π‘– Β± βˆ†π‘™π‘‘π‘Žπ‘™π‘– = (9,70 Β± 0,05)π‘π‘š = (9,7 Β± 0,1). 10βˆ’2π‘š

    𝑇 Β± βˆ†π‘‡ = (0,68 Β± 0,05)π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜ = (6,8 Β± 0,5). 10βˆ’1 π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜

    Percepatan grafitasi dari persamaan (38) adalah

    𝑔 =𝑙

    (𝑇 2πœ‹β„ )2

    Dengan ralat tunggal adalah

    βˆ†π‘” = |πœ•π‘”

    πœ•π‘™βˆ†π‘™| + |

    πœ•π‘”

    πœ•π‘‡βˆ†π‘‡| = |

    1

    (𝑇 2πœ‹β„ )2βˆ†π‘™| + |𝑙(2πœ‹)2

    2

    𝑇3βˆ†π‘‡|

    βˆ†π‘” = |1

    (0,68 6,3⁄ )20,005| + |0,1(6,3)2

    2

    0,6830,05| β‰… 1,30

    (𝑔 Β± βˆ†π‘”)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (8,6 Β± 1,3) π‘š/𝑠2

    Untuk mendapatkan koefisien kontanta pegas dapat dilakukan dengan membuat Tabel-1 di bawah ( untuk

    massa awal 50 gram) dan diplot kurva semisal seperti pada Gambar-3 berikut

    Tabel-1 Pertambahan Panjang vs massa

    No Massa Β±0,5 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š Pertambahan panjangΒ±0,05 π‘π‘š 1 60 1,2

    2 70 3,3

    3 80 5,4

    4 90 7,3

    5 100 9,6

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 31

    Gambar-3Contoh kurva x(cm) vs massa (g)

    Besar Mgradien adalah 0,208 cm/ gram= 2,08 m/ kg. Untuk menetukan besar konstanta pegas dapat

    digunakan persamaan gerak yaitu : π‘₯ =𝑔

    π‘˜π‘š β†’ 𝑦 = π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›π‘₯. Yang merupakan persamaan garis lurus

    dengan nilai konstanta elastisitas pegas k=8,6

    2,08= 4,135

    π‘˜π‘”

    𝑠2 sehingga didapatkan bahwa βˆ†π‘˜ =

    𝑔

    π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›2 βˆ†π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› =

    𝑔

    π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›2 (

    |π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘1βˆ’π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘|+|π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘2βˆ’π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘|

    2)dengan βˆ†π‘˜ =

    8,6

    2,0820,02 = 0,04

    2. Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan getaran sederhana adalah:

    π‘™π‘‘π‘Žπ‘™π‘– Β± βˆ†π‘™π‘‘π‘Žπ‘™π‘– = (9,81 Β± 0,05)π‘π‘š = (9,8 Β± 0,1). 10βˆ’2π‘š

    𝑇 Β± βˆ†π‘‡ = (0,71 Β± 0,05)π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜ = (7,1 Β± 0,5). 10βˆ’1 π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜

    Percepatan grafitasi dari persamaan (38) adalah

    𝑔 =𝑙

    (𝑇 2πœ‹β„ )2

    Dengan ralat tunggal adalah

    βˆ†π‘” = |πœ•π‘”

    πœ•π‘™βˆ†π‘™| + |

    πœ•π‘”

    πœ•π‘‡βˆ†π‘‡| = |

    1

    (𝑇 2πœ‹β„ )2βˆ†π‘™| + |𝑙(2πœ‹)2

    2

    𝑇3βˆ†π‘‡|

    βˆ†π‘” = |1

    (0,71 6,3⁄ )20,005| + |0,1(6,3)2

    2

    0,7130,05| β‰… 0,5

    (𝑔 Β± βˆ†π‘”)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (7,72 Β± 0,5) π‘š/𝑠2

    y = 0,208x - 11,28RΒ² = 0,9994

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    0 20 40 60 80 100 120

    pe

    rtam

    bah

    an p

    anja

    ng

    (cm

    )

    Massa ( gram)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 32

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    a. Kesimpulan

    Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal untuk menghitung konstanta

    percepatan grafitasi dan elastisitas pegas. Hasil eksperimen memperlihatkan bahwa (𝑔 Β±

    βˆ†π‘”)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (8,6 Β± 1,3) π‘š/𝑠2 . Untuk menentukan konstanta pegas dapat digunakan

    4,135 π‘˜π‘”

    𝑠2dengan ralat konstanta pegas adalah βˆ†π‘˜ = 0,04

    π‘˜π‘”

    𝑠2, maka dapat dituliskan π‘˜ Β± βˆ†π‘˜ =

    (4,14 Β± 0,04)π‘˜π‘”

    𝑠2. Terdapat perbedaan antara hasil literature dan eksperimen. Dari hasil ini diperoleh data

    bahwa hasil eksperimen menunjukkan bahwa (𝑔 Β± βˆ†π‘”)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (8,6 Β± 1,3)π‘š

    𝑠2 dengan toleransi (7,3-

    9,9) π‘š

    𝑠2 sedangkan hasil literature memperlihatkan g=9,8 m/s2 dapat diperlihatkan bahwa hasil eksperimen

    masih dalam jangkauan nilai literature, sehingga dapat disimpulkan bahwa data eksperimen masih dapat

    dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

    b. Saran

    dapat dilakukan uji berulang untuk menentukan konstanta percepatan grafitasi dan menghitung besar

    konstanta pegas.

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons, New York 1997.

    [2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada, 2006.

    [3] Vidia, Galih dan Mulyono ,Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 33

    BAB 5 NERACA MOHR

    Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si[1] Endah P.S.T. [2] [1] Staf Pengajar Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung

    [2] PLP Sekolah Tinggi teknologi Tekstil, Bandung [email protected]

    Abstrak

    Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu metode (menggunakan nberaca Mohr) untuk menentukan densitas massa jenis berbagai larutan semisal larutan air murni, larutan air garam, larutan alkohol dsb. dengan menggunakan prinsip kesetimbangan gaya pada Hukum Newton pertama. Pada eksperimen ini akan digunakan neraca teknis dan persamaan Hukum newton untuk memperlihatkan bahwa teori pada hukum Newton sesuai dengan hasil eksperimen. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk melakukan pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat menggunakan neraca teknis dan Neraca mohr untuk menentukan densitas massa jenis zat cair Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Neraca Mohr, Densitas Massa Jenis Zat Cair

    1. PENDAHULUAN

    Dalam menentukan densitas suatu larutan selama ini telah

    diperkenalkan beberapa metode, seperti menggunakan neraca

    teknis dan aerometer. Pada bab ini akan diberikan metode lain

    untuk menentukan densitas massa suatu larutan

    denganmenggunakan prinsip kerja torsi pada gerak melingkar.

    Gerak Melingkar adalah gerak suatu benda yang membentuk

    lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap. Agar

    suatu benda dapat bergerak melingkar ia membutuhkan adanya

    gaya yang selalu membelokkan-nya menuju pusat lintasan

    lingkaran. Gaya ini dinamakan gaya sentripetal.

    Mekanika Newton atau sering disebut sebagai mekanika klasik, karena perintis berbagai prinsip dasar

    dalam mempelajari mekanika, khususnya dinamika, kinematika hingga prinsip usaha, energy dan

    momentum kesemuanya menggunakan prinsip Hukum Newton (Vidia, 2011). Mekanika Newton atau

    klasik adalah teori tentang gerak yang didasarkan pada konsep massa dan gaya dan hukum-hukum yang

    menghubungkan konsep-konsep fisis ini dengan besaran kinematika dan dinamika. Semua gejala dalam

    mekanika klasik dapat digambarkan secara sederhana dengan menerapkan hukum Newton tentang

    gerak.Mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat dalam kehidupan sehari-hari. Pada bab ini

    mailto:[email protected]://id.wikipedia.org/wiki/Bendahttp://id.wikipedia.org/wiki/Lingkaranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_sentripetal

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 34

    akan diperlihatkan bahwa konsep mekanika Newton dapat digunakan untuk menentukan densitas massa

    jenis zat cair.

    2. DASAR TEORI

    Densitas massa jenis zat dapat ditentukan menggunakan prinsip kerja mekanika Newton yaitu dengan

    menggunakan prinsip kerja torsi (Halliday, 1997). Densitas adalah massa benda tiap volume, yaitu

    dengan rumusan

    𝜌 =π‘š

    𝑉(𝑔/π‘π‘š3) … (1)

    Besar densitas air murni adalah sebesar 𝜌 =1,00 gr/ cm3 , densitas larutan garam 𝜌 =1,03 gr/ cm3

    sedangkan densitas alcohol adalah 𝜌 =0,81 gr/ cm3 . Untuk menghitung densitas suatu benda dapat

    digunakan alat neraca Mohr seperti pada Gambar-1

    Gambar-1 Percobaan Neraca Mohr

    Persamaan gerak saat keadaan setimbangsaat massa neraca mohr tidak diberi zat cair adalah

    βˆ‘ 𝜏 = 0 … (2)

    π‘šπΏπ‘” βˆ’ 𝑀𝑙𝑔 = 0 … (3)

    π‘šπΏ = 𝑀𝑙 … (4)

    Persamaan gerak saat keadaan setimbang massa neraca mohr diberi air dan tambahan massa beban serta

    adanya gaya buoyant adalah

    βˆ‘ 𝜏 = 0 … (5)

    π‘šπΏπ‘” βˆ’ 𝑀𝑙𝑔 βˆ’ βˆ‘ π‘šπ‘– 𝑙𝑖𝑔 + 𝐡𝐿 = 0 … (6)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 35

    βˆ‘ π‘šπ‘– 𝑙𝑖𝑔 = 𝐡𝐿 … (7)

    π‘šπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ =βˆ‘ π‘šπ‘– 𝑙𝑖

    𝐿… (8)

    πœŒπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ =π‘šπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ

    𝐿. 𝑉=

    βˆ‘ π‘šπ‘– 𝑙𝑖𝐿. 𝑉

    … (9)

    3. METODE EKSPERIMEN

    Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang

    dipakai dalam eksperimen ini.

    a. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang dipakai pada eksperimen ini adalah:

    Neraca teknis

    Neraca Mohr

    Penggaris ( alat ukur )

    Massa beban (mi)

    Alat tulis

    b. Skema Percobaan

    Dapat diperlihatkan skema percobaan eksperimen ini adalah sebagai Gambar-2dibawah

    Gambar-2 Skema Percobaan

    c. Cara kerja

    Dihitung massa gelas dan juga ditentukan keadaan kesetimbangan sebelum diberi zat cair

    Ditentukan ketinggian awal zat cair saat tidak dalam keadaan setimbang ( diperlihatkan pada

    arah jarum kesetimbangan)

    Dibuat keadaan setimbang dengan menambahkan massa mi pada jarak li

    Massa kenaikan air diambil dan ditimbang

    Diukur massa kenaikan zat cair baik secara teori maupun secara eksperimen

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 36

    Diukur densitas massa menggunakan persamaan (1)

    Dilakukan percobaan untuk zat cair yang lain

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN (CONTOH HASIL EKSPERIMEN)

    Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan air murni adalah:

    π‘šπ‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  Β± βˆ†π‘šπ‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = (9,9 Β± 0,1). 10 π‘”π‘Ÿ

    (π‘šπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– =βˆ‘ π‘šπ‘– 𝑙𝑖

    𝐿=

    5(3 + 7)

    10= 5 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

    Massa zat cair dan gelas secara eksperimen adalah

    π‘šπ‘Žπ‘–π‘Ÿβˆ’π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  Β± βˆ†π‘šπ‘Žπ‘–π‘Ÿβˆ’π‘”π‘’π‘™π‘Žπ‘  = (102,0 Β± 0,5) π‘”π‘Ÿ = (1,02 Β± 0,01). 102 π‘”π‘Ÿ

    Maka massa zat cair untuk volume kenaikan sebesar 4 π‘π‘š3 adalah

    (π‘šπ‘Žπ‘–π‘Ÿ Β± βˆ†π‘šπ‘Žπ‘–π‘Ÿ)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (3,0 Β± 0,5) π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

    πœŒπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ =π‘šπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ

    𝑉= 0,75

    π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    |βˆ†πœŒ| = |πœ•πœŒ

    πœ•π‘š βˆ†π‘š| + |

    πœ•πœŒ

    πœ•π‘‰ βˆ†π‘‰| = |

    1

    𝑉 βˆ†π‘š| + |

    π‘š

    𝑉2 βˆ†π‘‰|

    |βˆ†πœŒ| β‰… |1

    4 0,5| + |

    3

    16 0,05| = 0,14

    (πœŒπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ Β± βˆ†πœŒπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (0,75 Β± 0,14)π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3β‰ˆ (0,8 Β± 0,1)

    π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    a. Kesimpulan

    Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal untuk menghitung densitas massa

    jenis larutan air murni denganmenggunakan neraca mohr. Hasil eksperimen, hasil teori dan literature

    memperlihatkan sebagai berikut pada Tabel-1

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 37

    Tabel-1 Hasil eksperimen densitas

    Keterangan Air murni

    Hasil

    eksperimen

    (π‘šπ‘Žπ‘–π‘Ÿ Β± βˆ†π‘šπ‘Žπ‘–π‘Ÿ)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (3,0 Β± 0,5) π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

    (πœŒπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ Β± βˆ†πœŒπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (0,8 Β± 0,1)π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Hasil teori (π‘šπ‘§π‘Žπ‘‘ π‘π‘Žπ‘–π‘Ÿ)π‘‘π‘’π‘œπ‘Ÿπ‘– = 5 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

    𝜌 =5

    4

    π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3= 1,25

    π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Hasil literature (

    Halliday, 1997) 𝜌 = 1,00

    π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3

    Terdapat perbedaan antara hasil literature dan eksperimen. Dari hasil ini diperoleh data bahwa hasil

    eksperimen menunjukkan bahwa densitas air murni sekitar 0,7π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3hingga 0,9

    π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3 sedangkan hasil

    literature memperlihatkan bahwa densitas air murni adalah 1,00 π‘”π‘Ÿ

    π‘π‘š3. Pada eksperimen ini adanya

    ketidaksesuaian antara eksperimen dengan teori maupun literature lebih dikarenakan keterbatasan alat

    yang kurang representative untuk dilakukan percobaan yang baik serta pengukuran tunggal yang

    memperlihatkan hasil yang kurang teliti.

    b. Saran

    dapat dilakukan uji larutan lain dan menghitung besar densitas massa zat cair lain

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons, New York 1997.

    [2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada, 2006.

    [3] Vidia, Galih dan Mulyono ,Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 38

    BAB 6 KOEFISIEN MUAI TERMAL

    Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si[1] Endah P.S.T. [2] [1] Staf Pengajar Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung

    [2] PLP Sekolah Tinggi teknologi Tekstil, Bandung [email protected]

    Abstrak

    Dalam pelajaran fisika dasar di tingkat universitas, mahasiswa umumnya mendapatkan materi koefisien termal dan kompresibilitas tekanan. Suatu pelat besi jika dipanaskan oleh suhu tertentu akan mengalami ekspansi termal, sehingga terjadi perubahan panjang. Agar besi mengalami penyusutan maka dapat dilakukan kompresibilitas dengan memberinya tekanan.Perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan suhu dan tekanan dapat menentukan karakteristik suatu bahan.pada eksperimen di bab ini akan diteliti hubungan antara bertambahnya suhu terhadap pertambahan panjnag suatu bahan. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini. Praktikan diminta untuk melakukan pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat menggunakan percobaan koefisien muai termal untuk menenukan konstanta muai termal suatu bahan. Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Koefisien muai termal

    1. PENDAHULUAN

    Sering kita melihat Seorang juara balapan formula-1 untuk

    merayakan kemenangannya mereka menggoyang-goyangkan

    botol champagne ( berisi materi gas Co2) sehingga tutup botol

    tersebut terlepas dengan sendirinya. Bagaimanakah cara lain

    untuk dapat membuka botol tersebut tanpa harus menggunakan

    pencokel botol??. Dengan menggunakan prinsip koefisien muai

    termal ini kita akan mengetahui bahwa perubahan suhu akan

    membuat suatu materi memiliki pertambahan panjang ataupun

    pertambahan volume.

    Terdapat berbagai metode yang digunakan dalam menganalisa pergerakan suatu system mekanis

    khususnya partikel banyak. Mekanika klasik khususnya ranah mekanika non relativistic dapat digunakan

    untuk memperlihatkan persamaan termodinamika untuk suatu kondisi tertentu. Berbagai metode yang

    biasa digunakan dalam menjabarkan persamaan gerak suatu benda ( mikroskopik) dan suatu contoh

    sebagai ilustrasi penggunaan metode tersebut disajikan dapat dipelajari pada buku-buku termodinamika

    dan mekanika statistik. Pada penelitian ini dianggap perlu untuk memperkenalkan salah satu contoh kasus

    termodinamika yaitu mengenai koefisien muai termalpanjang 𝛼.

    mailto:[email protected]

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 39

    2. DASAR TEORI

    Perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan suhu dan tekanan dapat menentukan karakteristik suatu

    bahan. Suatu proses ekspansi termal dapat dirumuskan sebagai berikut

    Δ𝐿

    Lo= π›Όβˆ†π‘‡ … (1)

    𝐿 = πΏπ‘œ(1 + π›Όβˆ†π‘‡) … (2)

    Proses penyusutan dikarenakan tekanan dirumuskan sebagai berikut

    Δ𝐿

    Lo= βˆ’πœ…βˆ†π‘ƒ … (3)

    𝐿 = πΏπ‘œ(1 βˆ’ πœ…βˆ†π‘ƒ) … (4)

    Grafik dari pers-35 dan pers-36 dapat diperlihatkan seperti pada Gambar-1 di bawah

    Gambar-1 Kurva ekspansi termal dan kompresibilitas

    Untuk menentukan besar perubahan materi volume, maka

    𝑉 = 𝐿3 … (5)

    𝐿3 = πΏπ‘œ3(1 + π›Όβˆ†π‘‡)3 … (6)

    𝐿3 = πΏπ‘œ3(1 + 3π›Όβˆ†π‘‡ + 3(π›Όβˆ†π‘‡)2 + (π›Όβˆ†π‘‡)3) … (7)

    𝑉 = π‘‰π‘œ(1 + 3π›Όβˆ†π‘‡ + 3(π›Όβˆ†π‘‡)2 + (π›Όβˆ†π‘‡)3) … (8)

    Δ𝑉

    π‘‰π‘œ= 3π›Όβˆ†π‘‡ + 3(π›Όβˆ†π‘‡)2 + (π›Όβˆ†π‘‡)3 … (9)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 40

    Δ𝑉

    π‘‰π‘œ= 3π›Όβˆ†π‘‡ … (10)

    Δ𝑉

    π‘‰π‘œ= π›½βˆ†π‘‡ … (11)

    Dengan menggunakan persamaan (1) dan persamaan (11) dapat ditentukan besar koefisien termal untuk

    panjang dan juga untuk volume

    3. METODE EKSPERIMEN

    Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang

    dipakai dalam eksperimen ini.

    a. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang dipakai pada eksperimen ini adalah:

    Seperangkat alat koefisien muai panjang

    Batang uji

    Alat ukur suhu bahan

    Thermometer dan pemanas

    Alat tulis

    b. Skema Percobaan

    Dapat diperlihatkan skema percobaan eksperimen ini adalah sebagai Gambar-2dibawah

    Gambar-2 Skema Percobaan

    c. Cara kerja

    Dihitung panjang logam awal Lo dan suhu logam awal To

    Dipanaskan logam hingga ajrum panjang bergerak maksimum ( dilihat suhu di thermometer

    gun) dan logam mengalami pertambahan panjang

    Diukur besar pertambahan panjang βˆ†πΏ =π‘Ÿ

    π‘…βˆ†β„’

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 41

    Dicatat pertambahan panjang βˆ†πΏ dan juga pertambahan suhu βˆ†π‘‡ saat suhu maksimum

    kemudian diamati penurunan suhu dan penyusutan kembali panjang

    Dapat digunakan persamaan (1) untuk menentukan koefisien muai panjang dengan cara

    membuat plot grafik

    Dicobakan untuk jenis batang lain

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN (CONTOH HASIL EKSPERIMEN)

    1. Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa panjang logam aluminium awal, jejari silinder dan

    jarum penunjuk adalah:

    π‘‡π‘œ = 29,2π‘œπΆ

    πΏπ‘œπΏπ‘œπ‘”π‘Žπ‘š Β± βˆ†πΏπ‘œπΏπ‘œπ‘”π‘Žπ‘š = (6,02 Β± 0,1). 10 π‘π‘š

    π‘Ÿ Β± βˆ†π‘Ÿ = (0,94 Β± 0,005) π‘π‘š

    𝑅 Β± βˆ†π‘… = (21,3 Β± 0,05)π‘π‘š

    Dapat diperlihatkan pada Tabel-1 di bawah

    Tabel-1 Data Percobaan

    No T βˆ†π‘‡ βˆ†πΏ (cm) βˆ†πΏ

    πΏπ‘œ. 10βˆ’4

    1 81,5oC 52,3oC 0,08 13,3

    2 29,2oC 0oC 0 0

    Diplot pertambahan panjang terhadap pertambahan suhu, maka didapatkan

    Gambar-3 Hasil kurva pertambahan panjang terhadap pertambahan suhu

    y = 0,2543xRΒ² = 1

    -10

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    -40 -20 0 20 40 60 80 100

    Pe

    rub

    ahan

    pan

    jan

    g ti

    ap p

    anja

    ng

    awal

    (1

    0^-

    4)

    Perubahan suhu (oC)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 42

    Untuk menentukan nilai𝛼 adalah besarπ‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› dapat dilakukan

    Δ𝐿

    Lo= π›Όβˆ†π‘‡

    0,08

    60,210βˆ’4 = 𝛼 52,3

    𝛼 = 13,3

    52,310βˆ’4

    𝛼 = 0,25x 10-4 (oC)-1

    𝛼= π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› : 𝛼 = 0,25x 10-4 (oC)-1

    π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›1 = 18,3βˆ’(βˆ’5)

    52,310βˆ’4 = 0,45. 10-4 (oC)-1

    π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›2 = 7,3βˆ’5

    52,310βˆ’4 = 0,04 x 10-4 (oC)-1

    π›₯π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› = |π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›1 βˆ’ π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›| + |π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›2 βˆ’ π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›|

    210βˆ’4

    π›₯π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› = |0,45 βˆ’ 0,25| + |0,02 βˆ’ 0,25|

    210βˆ’4

    π›₯π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› = 0,22

    Dengan menggunakan persamaan (1), yaitu Δ𝐿

    Lo= π›Όβˆ†π‘‡, maka dapat ditentukan bahwa 𝛼aluminium

    adalah besar π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› = 𝛼= (0,25Β±0,22) .10-4 β‰ˆ (2,5 Β± 2,2) 10-5 (oC)-1. Dengan Hasil dari

    literature (Halliday, 1997) adalah 𝛼 π‘Žπ‘™π‘’π‘šπ‘–π‘›π‘–π‘’π‘š = 2,4. 10-5 (oC)-1. Hasil eksperimen dan

    literature memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda.

    2. Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa panjang logam kuningan awal, jejari silinder dan jarum

    penunjuk adalah:

    π‘‡π‘œ = 259,9π‘œπΆ

    πΏπ‘œπΏπ‘œπ‘”π‘Žπ‘š Β± βˆ†πΏπ‘œπΏπ‘œπ‘”π‘Žπ‘š = (6,05 Β± 0,1). 10 π‘π‘š

    π‘Ÿ Β± βˆ†π‘Ÿ = (0,94 Β± 0,005) π‘π‘š

    𝑅 Β± βˆ†π‘… = (21,3 Β± 0,05)π‘π‘š

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 43

    Dapat diperlihatkan pada Tabel-2 di bawah

    Tabel-2 Data Percobaan

    No T βˆ†π‘‡ βˆ†πΏ (cm) βˆ†πΏ

    πΏπ‘œ. 10βˆ’4

    1 83,8oC 54oC 0,08 13

    2 61,8oC 32oC 0,06 9

    3 29,8 0oC 0 0

    Diplot pertambahan panjang terhadap pertambahan suhu, maka didapatkan

    Gambar-3 Hasil kurva pertambahan panjang terhadap pertambahan suhu

    Untuk menentukan nilai𝛼 adalah besar π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› dapat dilakukan

    𝛼 = π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› = 13

    54. 10βˆ’4 = 2,4. 10βˆ’5

    𝛼 = 2,4. 10βˆ’5 (oC)-1

    𝛼= π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› : 𝛼 = 2,4. 10βˆ’5 (oC)-1

    π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›1 = 3,1 x 10-5 (oC)-1

    π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›2 = 1,6 x 10-5 (oC)-1

    y = 2,4367x + 0,3481RΒ² = 0,9875

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    -2 0 2 4 6 8

    Pe

    rub

    ahan

    pan

    jan

    g ti

    ap p

    anja

    ng

    awal

    (1

    0^-

    4)

    Perubahan suhu x 10(oC)

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 44

    π›₯π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› = = |π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›1 βˆ’ π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›| + |π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›2 βˆ’ π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›|

    210βˆ’5

    π›₯π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› = |3,1 βˆ’ 2,4| + |1,6 βˆ’ 2,4|

    210βˆ’5

    π›₯π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› = 0,8. 10βˆ’5

    Dengan menggunakan persamaan (1), yaitu Δ𝐿

    Lo= π›Όβˆ†π‘‡ , maka dapat ditentukan bahwa

    𝛼 π‘˜π‘’π‘›π‘–π‘›π‘”π‘Žπ‘› adalah besar π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘›= (2,4Β±0,8).10-5 (oC)-1. Hasil dari literature (Halliday, 1997)

    adalah 𝛼 π‘˜π‘’π‘›π‘–π‘›π‘”π‘Žπ‘› =1,9. 10-5 (oC)-1. Hasil eksperimen dan literature memperlihatkan hasil yang

    tidak jauh berbeda dengan hasil literatur.

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal untuk menghitung koefisien

    muailogam alumunium dan kuningan. Hasil eksperimen dan literature memperlihatkan sebagai berikut 𝛼

    adalah besar π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› π‘Žπ‘™π‘’π‘šπ‘–π‘›π‘–π‘’π‘š = (2,5 Β± 2,2) 10-5. Hasil dari literature (Halliday, 1997) adalah

    𝛼 π‘Žπ‘™π‘’π‘šπ‘–π‘›π‘–π‘’π‘š =2,4. 10-5 (oC)-1 dan π‘€π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘‘π‘–π‘’π‘› π‘˜π‘’π‘›π‘–π‘›π‘”π‘Žπ‘› = (2,4 Β±0,8) .10-5 (oC)-1 . Hasil dari literature

    (Halliday, 1997) adalah 𝛼 π‘˜π‘’π‘›π‘–π‘›π‘”π‘Žπ‘› =1,9. 10-5 (oC)-1.Hasil eksperimen dan literature memperlihatkan

    hasil yang tidak jauh berbeda.

    5.2. Saran

    dapat dilakukan uji larutan lain dan menghitung besar koefisien muai panjnag logam jenis lain

    6. DAFTAR PUSTAKA

    [1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons, New York 1997.

    [2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada, 2006.

    [3] Vidia, Galih dan Mulyono ,Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 45

    BAB 7 MESIN ATWOOD (PULLEY)

    Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si[1] [1] Staf Pengajar Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung

    [email protected]

    Abstrak Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu topik tentang mekanika klasik untuk mesin atwood yang sering digunakan dalam dunia teknik dan sains. Penggunaan mesin atwood salah satunya terdapat di berbagai mesin tekstil yaitu untuk menggerakan motor mesin. Pada eksperimen ini akan digunakan persamaan Hukum newton untuk memperlihatkan persamaan gerak yang dapat ditentukan dari nilai hasil percepatan baik secara teori maupun secara eksperimen. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk melakukan pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat menggunakan percobaan mesin atwood untuk menentukan percepatan sistem Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Konstanta pegas, percepatan grafitasi

    1. PENDAHULUAN

    Mekanika Newton atau sering disebut sebagai mekanika

    klasik, karena perintis berbagai prinsip dasar dalam

    mempelajari mekanika, khususnya dinamika, kinematika

    hingga prinsip usaha, energy dan momentum kesemuanya

    menggunakan prinsip Hukum Newton (Vidia, 2011).

    Mekanika Newton atau klasik adalah teori tentang gerak yang didasarkan pada konsep massa dan gaya

    dan hukum-hukum yang menghubungkan konsep-konsep fisis ini dengan besaran kinematika dan

    dinamika. Semua gejala dalam mekanika klasik dapat digambarkan secara sederhana dengan menerapkan

    hukum Newton tentang gerak.Mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat dalam kehidupan

    sehari-hari. Pada bab ini akan diperlihatkan bahwa konsep mekanika Newton dapat digunakan untuk

    menentukan percepatan suatu system dan persamaan geraknya dengan menggunakan mesin atwood.

    2. DASAR TEORI

    Mesin atwood adalah suatu system mekanis paling sederhana yang dapat digunakan dalam berbagai

    bidang. Dalam menganalisa mesin atwood, dapat digunakan rumusan sebagai berikut di bawah (Vidia,

    2014) , seperti pada Gambar-1 di bawah

    mailto:[email protected]

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 46

    Gambar-1 Mesin Atwood

    Ditinjau pergerakan pada massa π‘š dan𝑀1

    βˆ‘ 𝐹 = (π‘š + 𝑀1)π‘Ž = π‘€π‘Ž … (1)

    𝑀𝑔 βˆ’ 𝑇1 = π‘€π‘Ž … (2)

    Tinjau pergerakan massa M2

    βˆ‘ 𝐹 = 𝑀2π‘Ž … (3)

    𝑇2 βˆ’ 𝑀2𝑔 = 𝑀2π‘Ž … (4)

    Tinjau pergerakan massa katrol dengan jejari π‘Ÿ = 𝑅 dan massa Mkatrol= (70, 0 Β± 0,5) gram dengan massa

    M1 dan M2 masing-masing adalah (79,0Β±0,5) gram

    βˆ‘ 𝜏 =πΌπ‘Ž

    π‘Ÿβ€¦ (5)

    𝑇1 βˆ’ 𝑇2 =πΌπ‘Ž

    π‘Ÿ2… (6)

    Substitusi persamaan (6), (4) ke persamaan (2), maka didapatkan bahwa

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 47

    π‘Ž ==π‘š + 𝑀1 βˆ’ 𝑀2

    𝑀1 + π‘š + 𝑀2 +𝐼

    π‘Ÿ2

    π‘š

    𝑀1 + π‘š + 𝑀2 +𝐼

    π‘Ÿ2

    𝑔 … (7)

    Untuk menentukan momen inersia silinder pejal, maka dapat digunakan rumusan berikut

    𝐼 = ∫ π‘Ÿ2π‘‘π‘š = ∫ ∫ π‘Ÿ2 π‘Ÿ π‘‘π‘Ÿ π‘‘πœƒ =1

    2π‘šπ‘Ÿ2 … (8)

    Untuk menentukan percepatan secara eksperimen dapat digunakan persamaan gerak jatuh bebas, yaitu

    β„Ž =1

    2π‘Žπ‘‘2 … (9)

    π‘Ž =2β„Ž

    𝑑2… (10)

    Dengan ralat percepatan adalah

    βˆ†π‘Ž = |πœ•π‘Ž

    πœ•β„Žβˆ†β„Ž| + |

    πœ•π‘Ž

    πœ•π‘‘βˆ†π‘‘| = |

    2

    𝑑2βˆ†β„Ž| + |

    4

    𝑑3βˆ†π‘‘| … (11)

    Dapat dilakukan metode grafik ataupun metode pengukuran tunggal atau berulang untuk menentukan

    besar percepatan π‘Ž Β± βˆ†π‘Ž

    3. METODE EKSPERIMEN

    Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang

    dipakai dalam eksperimen ini.

    a. Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang dipakai pada eksperimen ini adalah:

    Seperangkat mesin atwood

    Massa beban

    stopwatch

    Alat tulis

    b. Skema Percobaan

    Dapat diperlihatkan skema percobaan eksperimen ini adalah sebagai Gambar-2dibawah

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 48

    Gambar-2 Skema Percobaan

    c. Cara kerja

    Ditentukan percepatan grafitasi

    Ditentukan ketinggianawal ho sebelum diberikan massa m

    Ditentukan waktu dengan stopwatch saat ketinggian h ( pengukuran tunggal)

    Untuk pengukuran menggunakan metode grafik, maka ditentukan ketinggian awal ho

    sebelum diberikan massa m

    Ditentukan waktu dengan stopwatch saat ketinggian h dan ketinggian divariasi dan ditentukan

    waktu

    Diplot grafik ketinggian terhadap waktu t

    Diukur massa m, Mkatrol dan juga M1, M2

    Dicobakan untuk jenis batang lain

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN (CONTOH HASIL EKSPERIMEN)

    Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa percepatan grafitasi adalah:

    π‘™π‘‘π‘Žπ‘™π‘– Β± βˆ†π‘™π‘‘π‘Žπ‘™π‘– = (9,70 Β± 0,05)π‘π‘š = (9,7 Β± 0,1). 10βˆ’2π‘š

    𝑇 Β± βˆ†π‘‡ = (0,68 Β± 0,05)π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜ = (6,8 Β± 0,5). 10βˆ’1 π‘‘π‘’π‘‘π‘–π‘˜

    Percepatan grafitasi dari persamaan (38) adalah

    𝑔 =𝑙

    (𝑇 2πœ‹β„ )2

    Dengan ralat tunggal adalah

    βˆ†π‘” = |πœ•π‘”

    πœ•π‘™βˆ†π‘™| + |

    πœ•π‘”

    πœ•π‘‡βˆ†π‘‡| = |

    1

    (𝑇 2πœ‹β„ )2βˆ†π‘™| + |𝑙(2πœ‹)2

    2

    𝑇3βˆ†π‘‡|

    βˆ†π‘” = |1

    (0,68 6,3⁄ )20,005| + |0,1(6,3)2

    2

    0,6830,05| β‰… 1,30

    (𝑔 Β± βˆ†π‘”)π‘’π‘˜π‘ π‘π‘’π‘Ÿπ‘–π‘šπ‘’π‘› = (8,6 Β± 1,3) π‘š/𝑠2

    Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa percepatan system adalah

  • Pengantar Eksperimen Fisika Hal. 49

    π‘€π‘˜π‘Žπ‘‘π‘Ÿπ‘œπ‘™ Β± βˆ†π‘€π‘˜π‘Žπ‘‘π‘Ÿπ‘œπ‘™ = (70,0 Β± 0,5)gram

    𝑀1 Β± βˆ†π‘€1 = (79,0 Β± 0,5)π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

    𝑀2 Β± βˆ†π‘€2 = (79,0 Β± 0,5) π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š

    π‘š Β± βˆ†π‘š = (4,0 Β± 0,5) π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š


Recommended