+ All Categories
Home > Documents > PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, BONUS …eprints.undip.ac.id/32109/1/jurnal.pdf · Corporate...

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, BONUS …eprints.undip.ac.id/32109/1/jurnal.pdf · Corporate...

Date post: 28-Aug-2018
Category:
Upload: dolien
View: 218 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
27
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, BONUS PLANS, DEBT- COVENANT, DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010) Wika Septian Prasetyo Prof. Dr. H. Abdul Rohman S.E., M.Si., Akt. ABSTRACT This study aims to obtain empirical evidence about the influence of corporate governance practices, bonus plans, debt-covenant and firm size on earnings management practices. Corporate governance practices were measured using three variables (the structure of independent commissioners, the audit committee and auditor reputation with size of Public Accountant Office), bonus plans are measured from the bonus by using a dummy, debt-covenant with measured by debt to equity ratio, and firm size measured value of the number of shares outstanding year-end. Earnings management measured by discretionary accruals using the Modified Jones Model. The population in this study is 135 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2010. The research data obtained from financial statements and annual reports of manufacturing companies in the period 2008-2010. Based on purposive sampling method, samples obtained as many as 18 companies by the number of observation data as much as 54 data derived from the company's total sample multiplied by the period 2008 to 2010. The hypothesis in this study were tested using multiple regression analysis. The analysis showed that the variable that have a significant influence on earnings management is firm size. Furthermore, the structure of independent commissioners, the audit committees, auditor reputation, bonus plans, and debt- covenants does not significantly influence earnings management. Key words: earnings management, corporate governance, the structure of independent commissioners, the audit committee, auditor reputation, bonus plans, debt-covenant and firm size.
Transcript

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, BONUS PLANS, DEBT-COVENANT, DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010)

Wika Septian Prasetyo

Prof. Dr. H. Abdul Rohman S.E., M.Si., Akt.

ABSTRACT

This study aims to obtain empirical evidence about the influence of corporate governance practices, bonus plans, debt-covenant and firm size on earnings management practices. Corporate governance practices were measured using three variables (the structure of independent commissioners, the audit committee and auditor reputation with size of Public Accountant Office), bonus plans are measured from the bonus by using a dummy, debt-covenant with measured by debt to equity ratio, and firm size measured value of the number of shares outstanding year-end.

Earnings management measured by discretionary accruals using the Modified Jones Model. The population in this study is 135 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2008-2010. The research data obtained from financial statements and annual reports of manufacturing companies in the period 2008-2010. Based on purposive sampling method, samples obtained as many as 18 companies by the number of observation data as much as 54 data derived from the company's total sample multiplied by the period 2008 to 2010. The hypothesis in this study were tested using multiple regression analysis.

The analysis showed that the variable that have a significant influence on earnings management is firm size. Furthermore, the structure of independent commissioners, the audit committees, auditor reputation, bonus plans, and debt-covenants does not significantly influence earnings management.

Key words: earnings management, corporate governance, the structure of independent commissioners, the audit committee, auditor reputation, bonus plans, debt-covenant and firm size.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses, merupakan

suatu ringkasan dari transaksi – transaksi keuangan yang terjadi selama tahun

buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan

tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas – tugas yang dibebankan

kepadanya oleh pemilik perusahaan ( Baridwan . 2004 :17).

Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah

informasi mengenai laba perusahaan. Laba juga digunakan sebagai alat untuk

mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu serta dapat

dipergunakan untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa depan

(Boediono, 2005).

Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam

menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga

manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat

memberikan informasi laba lebih baik. Pilihan metode akuntansi yang secara

sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan

manajemen laba atau earnings management (Halim dkk, 2005). Debt-covenant

hypothesis menyatakan bahwa jika semua hal lain tetap sama, semakin dekat

perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang berbasis akuntansi, sangat

dimungkinkan manajer perusahaan mempengaruhi angka-angka akuntansi pada

laporan keuangan. Angka-angka akuntansi dapat dipengaruhi dengan melakukan

manajemen laba ( Nurul dan Baridwan, 2005).

Laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang

sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan sehingga laba yang diharapkan

dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi

diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya

tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan

(Boediono, 2005). Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah earnings

management dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good

corporate governance (Herawaty, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul Pengaruh

Corporate Governance, Bonus Plans, Debt-Covenant dan Firm Size terhadap

Manajemen Laba. Dalam penelitian ini, penulis ingin membuktikan bahwa

corporate governance, bonus plans, debt-covenant dan firm size berpengaruh

terhadap manajemen laba pada perusahaan – perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2008 – 2010.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Corporate Governance berpengaruh terhadap Manajemen Laba ?

2. Apakah Bonus Plans berpengaruh terhadap Manajemen Laba ?

3. Apakah Debt-Covenant berpengaruh terhadap Manajemen Laba?

4. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap Manajemen Laba?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan uraian masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Memperoleh bukti empiris Corporate Governance berpengaruh terhadap

Manajemen Laba.

2. Memperoleh bukti empiris Bonus Plans berpengaruh terhadap Manajemen

Laba.

3. Memperoleh bukti empiris Debt-Covenant berpengaruh terhadap

Manajemen Laba.

4. Memperoleh bukti empiris Firm Size berpengaruh terhadap Manajemen

Laba.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi Profesi Akuntan Publik

Menjadi bahan informasi pada profesi akuntan publik tentang manajemen

laba dan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba.

2. Bagi Akademisi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

literatur - literatur terdahulu mengenai manajemen laba di negara

berkembang khususnya Indonesia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini sebagai sumber referensi dan informasi untuk

memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai pembahasan faktor –

faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba.

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Laporan KeuanganLaporan keuangan adalah media yang digunakan oleh manajemen untuk

menunjukkan keberhasilannya dalam mengelola sumber daya perusahaan yang

dipercayakan kepadanya (Primanita & Setiono : 2006). Informasi laba

sebagaimana dinyatakan dalam Statement of Financial Accounting Consepts

(SFAC) Nomor 2 (dikutip Boediono, 2005) merupakan unsur utama dalam

laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak-pihak yang menggunakannya

karena memiliki nilai prediktif.

2.1.2 Laba

Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau

kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur

maupun investor, menggunakan laba untuk: mengevaluasi kinerja manajemen,

memperkirakan earnings power, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan

datang (Hamongan dan Mas’ud, 2006).

2.1.3 Teori Agensi

Menurut Agency Theory, perusahaan dipandang sebagai kontrak antara

manajemen (sebagai agent) dan pemilik (sebagai principal). Berdasarkan teori ini,

karakteristik asli manusia akan mengutamakan kepentingan sendiri, manajemen

(agent) tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaiknya pemilik (principal),

(Primanita dan Setiono, 2006). Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak

untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat.

Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan

psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun

kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena

principal tidak dapat memonitor aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan

bahwa agent bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (Widyaningdyah,

2001)

Principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent.

Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan

kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya

ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan agent.

Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi

(Widyaningdyah, 2001). Asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya moral

hazard berupa usaha manajemen (management effort) untuk melakukan earnings

management. (Palestin, 2006). Namun, teori agensi memberikan pandangan

bahwa masalah earnings management dapat diminimumkan dengan pengawasan

sendiri melalui good corporate governance (Herawaty, 2007).

2.1.4 Manajemen Laba

2.1.4.1 Pengertian Manajemen Laba

Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang

perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemilik sehingga terjadi

asimetri informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi

dengan orientasi pada laba untuk mencapai suatu kinerja tertentu (Herawati,

2007). Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen

untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings

management (Halim dkk, 2005).

Primanita dan Setiono (2006), menyatakan bahwa Manajemen laba

(earning management) adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan untuk mempengaruhi laba (income) yang dilaporkan yang dapat

memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis (economic advantage)

yang sesungguhnya tidak dialami perusahaan dalam jangka panjang bahkan

merugikan perusahaan.

2.1.4.2 Motivasi melakukan manajemen Laba

Menurut Scott (2003) dalam Luhgiatno (2008) menyatakan bahwa terdapat

berbagai motivasi yang mendorong manajer perusahaan melakukan manajemen

laba, yaitu :

1. Bonus plans

Manajer memiliki informasi mengenai laba bersih sebelum dilaporkan

dalam laporan keuangan. Manajer akan berusaha untuk mengatur laba

bersih tersebut sehingga dapat memaksimalkan bonus berdasarkan

compensation plans perusahaan. Ada dua pendekatan yang dapat ditempuh

oleh manajer dalam mengendalikan laba, yaitu : mengendalikan accruals,

yaitu meliputi penghasilan (revenue) dan beban (expense) dalam

perhitungan rugi yang tidak mempengaruhi cash flows dan dengan

merubah kebijakan akuntansi.

2. Debt Covenant

Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan perjanjian

untuk melindungi pemberi pinjaman (lender atau kreditor) dari tindakan –

tindakan manajer terhadap kepentingan kreditor, seperti deviden yang

berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan model kerja dan

kekayaan pemilik berada di bawah tingkat yang telah ditentukan, yang

mana semuanya menurunkan keamanan (atau menaikkan resiko) bagi

kreditur yang telah ada . kontrak ini didasarkan pada teori akuntansi positf,

yakni hipotesis debt covenant, yang menyatakan bahwa semakin dekat

suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang, manajer memiliki

kecenderungan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat

“memindahkan” laba periode mendatang ke periode berjalan.

3. Political motivation

Aspek politis tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, terutama perusahaan

atau industri strategis, karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang

banyak. Beberapa motivasi politis yang mendorong perusahaan melakukan

manajemen laba dengan cara menurunkan laba antara lain (a) untuk

mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, (b) untuk

memperoleh kemudahan dan fasilitas dari pemerintah , misalnya subsidi,

perlindungan dari pesaing luar negeri, dan (c) untuk meminimalkan

tuntutan serikat buruh.

4. Taxation motivation

Perpajakan merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi

laba bersih yang dilaporkan. Sebagai contoh, untuk persediaan, perusahaan

akan memilih metode akuntansi LIFO, yang menghasilkan laba bersih

paling rendah dibandingkan metode lainnya.

5. Pergantian CEO

Beragan motivasi timbul disekitar waktu pergantian CEO. Sebagai contoh,

CEO yang mendekati masa akhir penugasan atau pension akan melakukan

strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus dan membuat

CEO yang baru merasa sangat berat untuk mencapai tingkat laba tersebut.

Demikian juga dengan CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerja

perusahaan memiliki kecenderungan memaksimalkan laba untuk

mencegah atau membatalkan pemecatan atas dirinya.

6. Initial Public Offering (IPO)

Pada hakikatnya, perusahaan yang baru pertama kali menawarkan

sahamnya di pasar modal belum memiliki harga pasar sehingga memiliki

masalah mengenai penetapan nilai saham yang akan ditawarkan. Oleh

karena itu, informasi keuangan yang terdapat dalam prospektus merupakan

sumber informasi yang sangat berguna. Secara analitikal, informasi berupa

laba bersih dapat digunakan sebagai sinyal kepada investor tentang “nilai”

perusahaan. sehingga hal ini memunculkan kemungkinan bahwa pihak

manajemen perusahaan yang go public akan melakukan manajemen laba

untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas saham perusahaannya.

2.1.4.3 Pola Manajemen Laba

Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Luhgiatno (2008) dapat

dilakukan dengan cara:

a. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru

dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan

dapat meningkatkan laba di masa datang.

b. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang

tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun

drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

c. Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization

bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus

yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan

pelanggaran perjanjian hutang.

d. Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan

sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada

umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.5 Corporate Governance

2.1.5.1 Pengertian Corporate Governance

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2002)

sebagaimana dikutip Luhgiatno (2008), Corporate Governance didefinisikan

sebagai seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara pemegang

saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder internal dan

eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka, atau

sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

2.1.5.2 Manfaat Corporate Governance

Manfaat corporate governance menurut Forum for Corporate Governance

in Indonesia (FCGI, 2002) sebagaimana dikutip Luhgiatno (2008) adalah:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga

dapat meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan dividen.

2.1.5.3 Praktik Corporate Governance

Dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan (corporate governance)

yang baik, perusahaan perlu melakukan pembentukan dewan komisaris

independen dan komite audit. (Palestin, 2006). Selain itu, Perusahaan perlu jasa

pihak ketiga yaitu Akuntan publik (auditor independen) untuk melakukan

penilaian atas laporan keuangan karena akuntan publik sebagai auditor eksternal

yang relatif lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal,

sejauh ini diharapkan dapat meminimalkan kasus rekayasa laba dan meningkatkan

kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan. (Meutia, 2004).

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian secara empiris mengenai manajemen laba juga dilakukan oleh

beberapa peneliti sebagai bagian dari penelitian tersebut berfokus manajemen laba

dan faktor – faktor yang mempengaruhinya (corporate governance yang

diproksikan dalam bentuk reputasi auditor, struktur dewan komisaris independen

dan komite audit, bonus plans, debt covenant dan firm size).

Hasil penelitian Palestin (2006) menunjukkan bahwa Bonus Plans

berpengaruh positif terhadap manajemen laba Hasil penelitian Widyaningdyah

(2001), menunjukkan bahwa hanya faktor leverage (debt covenant) yang

berpengaruh positif terhadap earnings management. Hal ini berarti earnings

management berkaitan dengan sumber dana eksternal khususnya utang yang

digunakan untuk membiayai kelangsungan perusahaan. Hal tersebut diperkuat

dengan penelitian Nurul dan Baridwan (2007), yang menunjukkan bahwa debt

covenant berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Hasil penelitian Luhgiatno (2008) menemukan bahwa Mencegah Tindakan

Manajemen Laba dapat dilakukan dengan mengimplementasikan mekanisme

Corporate Governance. Penelitian Wedari (2004) dan Boediono (2005)

menunjukkan bahwa yang menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh positif

terhadap manajemen laba. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian

Nasution dan Setiawan (2007) yang menunjukkan bahwa komite audit

berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Hasil penelitian Palestin (2006) menemukan bahwa struktur kepemilikan

dan proporsi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Sedangkan hasil penelitian Veronica dan Utama (2005) menemukan bahwa tiga

variabel corporate governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis

Penelitian ini berusaha menjelaskan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi manajemen laba, antara lain Corporate governance yang diproksi

menjadi Dewan komisaris independen, komite audit dan reputasi auditor, bonus

plans, debt-covenant dan firm size.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1 : Struktur dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

H2 : komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H3 : Reputasi Auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H4 : Bonus Plans berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

H5 : Debt – Covenant berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

H6 : Firm Size berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Struktur Dewan Komisaris

Independen

Komite Audit

Reputasi Auditor

Manajemen LabaBonus Plans

Debt - Covenant

Firm Size

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Struktur dewan komisaris

independen, komite audit, reputasi auditor, bonus plans, debt-covenant dan

firm size

2. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.

3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini meliputi semua perusahaan yang sahamnya

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan untuk penentuan

sampelnya didasarkan pada metode purposive sampling.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2008 - 2010. Data sekunder

tersebut diperoleh dari Pojok BEI Universitas Diponegoro.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumenter, Informasi mengenai data akuntansi, reputasi auditor,

bonus plans (Kompensasi Bonus) dan firm size (ukuran perusahaan)

diperoleh dari soft copy laporan keuangan dalam kurun waktu 2008-2010.

Sedangkan informasi mengenai dewan komisaris independen dan komite

audit didapat dari softcopy laporan tahunan perusahaan dalam kurun

waktu 2008 - 2010.

3.5 Metode Analisis

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum dan

minimum. Standar deviasi, varian, maksimum dan minimum

menunjukkan hasil analisis terhadap disperse data. (Ghozali, 2009).

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal ataukah

tidak. Dalam menguji normalitas, penelitian ini menggunakan uji statistik

one sample kolmogorov-smirnov dan analisis grafik normal plot untuk

memperkuat pengujian. Model regresi yang baik memiliki distribusi data

yang normal atau mendekati normal (Ghozali, 2009).

2. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam regresi dapat

dilihat dari: (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor

(VIF) (Ghozali, 2009).

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Salah satu cara

untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedasitas adalah dengan

melakukan Uji Glejser dan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi

variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID

(Ghozali, 2009).

4. Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi linear ada korelasi

antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson

untuk mendeteksi masalah autokorelasi (Ghozali, 2009).

3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang

telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

DAit = β0 + β1KOMISit + β2KAit + β3KAPit + β4BPit +Β5DERit + β6SIZEit

+ εit

DAit : nilai discretionary accrual yang dihitung menggunakan model Jo

pada tahun t.

KOMISit : persentase komisaris independen terhadap total komisaris pada

tahun t

KAit : Jumlah komite audit pada tahun t

KAPit : Reputasi auditor diukur dengan ukuran KAP pada tahun t yang

diukur dengan dummy, dimana:

1 = termasuk KAP big 4

0 = tidak termasuk KAP big 4

BPit : Bonus Plans pada tahun t yang diukur dengan dummy, dimana:

1 = terdapat pemberian Bonus Plans kepada manajemen

0 = tidak terdapat pemberian Bonus Plans kepada manajemen

DERit : Debt to Equity ratio pada tahun t

SIZEit : size perusahaan pada tahun t

εit : error

3.5.4 Uji Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (R2)

Pengukuran koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui

persentase pengaruh variabel independen (prediktor) terhadap perubahan

variabel dependen. Dari sini akan diketahui seberapa besar variabel

dependen akan mampu dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan

sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. (Ghozali, 2009).

2. Uji Statistik F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen

yang terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama berpengaruh

terhadap nilai variabel dependen (Ghozali, 2009). Dalam uji F kesimpulan

yang diambil adalah dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan:

α > 5 % : tidak mampu menolak H0

α < 5 % : Menolak H0

3. Uji Statistik t

Pengujian ini dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara

parsial (Ghozali,2009). Kesimpulan yang diambil dalam uji t ini adalah

dengan melihat signifikansi (α) dengan ketentuan:

α > 5% : tidak mampu menolak H0

α < 5% : Menolak H0

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2008-2010 yang dipilih dengan

purposive sampling method. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

pada bab III diperoleh jumlah sampel sebanyak 18 perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010 dengan data

observasi sebanyak 54 data.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan nilai minimum variabel DA adalah

-5E+011 dan nilai maksimum 5E+011 dengan nilai rata-rata sebesar

-5E+010 ,sedangkan standard deviasinya 2739E+011.

Pengukuran statistic deskriptif selanjutnya yaitu terhadap mekanisme corporate

governance yang diukur dengan 3 variabel yaitu komite audit, komisaris, dan

Reputasi Auditor. Pengukuran corporate governance yang pertama adalah dewan

komisaris independen dengan nilai minimum 0,29, dan nilai maksimum 0,67

dengan rata-rata komisaris independen sebesar 0,4002 atau 47,619% sedangkan

standar devisiasinya 0,08953. Pengukuran corporate governance yang kedua

adalah Komite Audit dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 5 dengan nilai

rata-rata sebesar 3,1481, sedangkan standar devisiasinya 0,62668. Pengukuran

corporate governance yang ketiga adalah Reputasi Auditor dengaan nilai

minimum variabel KAP adalah 0 dan nilai maksimumnya adalah 1, dengan rata-

rata sebesar 0,8148, sedangkan standar devisiasinya 0,39210.

Nilai minimum variabel BPit adalah 0 dan nilai maksimum 1 dengan nilai

rata-rata sebesar 0,5556 , sedangkan standard deviasinya 0,50157. Nilai minimum

variabel DERit adalah 0,1 dan nilai maksimum 8,44 dengan nilai rata-rata sebesar

1,1801, sedangkan standard deviasinya 1,33268. Nilai minimum variabel SIZEit

adalah 10,32 dan nilai maksimum 12,58 dengan nilai rata-rata sebesar 11,5917,

sedangkan standard deviasinya 0,59497.

Descriptive Statistics

54 -5E+011 5E+011 -5E+010 2.739E+011

54 .29 .67 .4002 .08953

54 2.00 5.00 3.1481 .62668

54 .00 1.00 .8148 .39210

54 .00 1.00 .5556 .50157

54 .10 8.44 1.1801 1.33268

54 10.32 12.58 11.5917 .59497

54

DAit

KOMISit

KAit

KAPit

BPit

DERit

SIZEit

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: DAit

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

a. Pengujian dengan analisis grafik plot.

Dari analisis grafik 4.1, terlihat bahwa variabel DAit menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal sehingga dikatakan bahwa variabel tersebut berdistribusi secara normal

Grafik 4.1

Hasil Pengujian dengan Analisis Grafik Plot

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

b. Pengujian dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov.

Menurut Imam Ghozali (2009), bahwa distribusi data dapat dilihat dengan

membandingkan Z hitung dengan tabel Z tabel dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Jika nilai probabilitas (Kolmogorov Smirnov) < taraf signifikansi

5% (0,05), maka distribusi data dikatakan tidak normal

2. Jika nilai probabilitas (Kolmogorov Smirnov) > taraf signifikansi

5% (0,05), maka distribusi data dikatakan normal

Hasil uji normalitas tersebut dapat diketahui dari nilai Unstandardized

Residual pada tabel 4.3 berikut:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

54

-.0000904

2.3490E+011

.123

.123

-.111

.902

.390

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Hasil pengujian normalitas dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov

adalah dan tidak signifikan pada 0,390. Hal ini berarti H0 diterima yang berarti

data residual terdistribusi normal dan model regresi layak untuk dipakai dalam

penelitian ini

4.2.2.2 Uji Multikoloniaritas

Hasil perhitungan nilai tolerance serta VIF dapat diketahui pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikoloniaritas

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Coefficientsa

-2E+012 7E+011 -2.655 .011

1E+012 4E+011 .361 2.646 .011 .843 1.186

-9E+010 6E+010 -.216 -1.586 .119 .843 1.186

2E+011 1E+011 .323 2.297 .026 .789 1.267

-9E+010 8E+010 -.157 -1.117 .270 .797 1.255

2E+010 3E+010 .109 .810 .422 .866 1.155

1E+011 6E+010 .271 2.096 .041 .937 1.067

(Constant)

KOMISit

KAit

KAPit

BPit

DERit

SIZEit

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: DAita.

Regression Standardized Predicted Value3210-1-2

Re

gre

ssio

n S

tud

en

tize

d R

esid

ua

l

2

1

0

-1

-2

Scatterplot

Dependent Variable: DAit

Dari hasil output di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari setiap

variabel independen lebih dari 0,10 dan nilai VIF dari setiap variabel independen

tidak lebih dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada

multikoloniaritas antar variabel independen dalam model regresi.

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.

Grafik 4.2

Scatterplot Uji Heteroskedastisitas

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Berdasarkan grafik scatterplots pada grafik 4.2 terlihat bahwa tidak terdapat pola tertentu, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Untuk memperkuat pengujian, dilakukan pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser.

Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Glejser adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5Hasil Uji Glejser

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Coefficients a

-3E+011 3E+011 -1.110 .273

-2E+010 2E+011 -.013 -.087 .931

-1E+010 3E+010 -.077 -.525 .602

5E+010 4E+010 .195 1.285 .205

-5E+010 3E+010 -.251 -1.664 .103

-2E+010 1E+010 -.195 -1.343 .186

5E+010 3E+010 .277 1.986 .053

(Constant)

KOMISit

KAit

KAPit

BPit

DERit

SIZEit

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: AbsUna.

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa model regresi bebas dari masalah

Heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel independen

(KOMISit, KAit, KAPit, BPit, DERit, SIZEit) lebih besar dari tingkat signifikansi

sebesar 0,05.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Output uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Dari pengujian statistik diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,832 (du =

1,814; 4 – du = 2,186).. Hal ini berarti model regresi di atas tidak terdapat

masalah autokorelasi ditunjukkan dengan angka Durbin-Watson berada di antara

du tabel dan (4-du tabel), oleh karena itu model regresi ini dinyatakan layak untuk

dipakai. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini:

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Model Summaryb

.514a .264 .171 2.494E+011 1.832Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), SIZEit, KAPit, DERit, KOMISit, KAit, BPita.

Dependent Variable: DAitb.

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7 Analisis Regresi Linier Berganda

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Dari tabel diatas maka dibuat persamaan regresi sebagai berikut:

DA = - (2.1012) + (1.1012) X1 - (9.1010) X2 + (2.1011) X3 - (9.1010) X4 + ( 2.1010) X5

+ ( 1.1011) X6 + ( 7.1011)

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa variabel bonus plans (BPit) dan komite

audit (KAit) memiliki pengaruh ke arah negatif terhadap manajemen laba

sedangkan variabel struktur dewan komisaris independen (KOMISit), Reputasi

Auditor (KAPit), Debt Covenant (DERit) dan Firm Size (SIZEit) memiliki

pengaruh ke arah positif terhadap manajemen laba.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1 Uji Koefisien Determinasi ( R2 )

Hasil dari koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Dari tabel 4.9 diatas dapat diketahui bahwa Adjusted R Square (R2) adalah

0,171 Hal ini berarti bahwa 17,1% variabel manajemen laba (discretionary

accruals) dapat dijelaskan oleh variabel independen yaitu variabel struktur dewan

Coefficientsa

-2E+012 7E+011 -2.655 .011

1E+012 4E+011 .361 2.646 .011 .843 1.186

-9E+010 6E+010 -.216 -1.586 .119 .843 1.186

2E+011 1E+011 .323 2.297 .026 .789 1.267

-9E+010 8E+010 -.157 -1.117 .270 .797 1.255

2E+010 3E+010 .109 .810 .422 .866 1.155

1E+011 6E+010 .271 2.096 .041 .937 1.067

(Constant)

KOMISit

KAit

KAPit

BPit

DERit

SIZEit

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: DAita.

Model Summary b

.514a .264 .171 2.494E+011 1.832Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), SIZEit, KAPit, DERit, KOMISit, KAit, BPita.

Dependent Variable: DAitb.

komisaris independen (KOMISit), reputasi auditor (KAPit), komite audit (KAit),

bonus plans (BPit), debt covenant (DERit) dan firm size (SIZEit). Sedangkan

sisanya sebesar 82,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang

dianalisis.

4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Hasil uji F dalam penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9Hasil Uji Simultan (Uji F)

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Dari Tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa model persamaan ini

memiliki tingkat signifikansi, yaitu 0,020 lebih kecil dibandingkan taraf

signifikansi α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam

model penelitian ini secara simultan dapat berpengaruh terhadap variabel

dependen yaitu manajemen laba (discretionary accruals).

4.2.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Untuk menguji hipotesis maka analisis statistik yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu Firm Size dan

mekanisme corporate governance terhadap variabel dependen yaitu manajemen

laba.

ANOVAb

1.1E+024 6 1.752E+023 2.816 .020a

2.9E+024 47 6.222E+022

4.0E+024 53

Regression

Residual

Total

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), SIZEit, KAPit, DERit, KOMISit, KAit, BPita.

Dependent Variable: DAitb.

Tabel 4.10Hasil Uji Hipotesis Parsial t

Sumber : data sekunder yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil uji statistik t menunjukkan bahwa dari 6 variabel yang

dimasukkan dalam model regresi, hanya variabel komite audit (KAit), struktur

dewan komisaris independen (KOMISit), reputasi auditor (KAP), bonus plans

(BPit), debt covenant (DERit) dan firm size (SIZEit). Hal ini dapat dilihat dari

nilai probabilitas signifikansi untuk firm size (SIZEit) sebesar 0,041 (p < 0,05),

reputasi auditor (KAP) sebesar 0,26 (p < 0,05) dan struktur dewan komisaris

independen (KOMISit) 0,011 (p < 0,05). Sedangkan variabel komite audit (KAit),

bonus plans (BPit), dan debt covenant (DERit) ditemukan tidak signifikan. Hal ini

terlihat dari nilai probabilitas signifikansi variabel komite audit (KAit) sebesar

0,119 (p > 0,05), bonus plans (BPit) sebesar 0,27 (p > 0,05) dan debt covenant

(DERit) sebesar 0,422 (p > 0,05).

4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ini memiliki 6 hipotesis yang diajukan untuk meneliti praktik

manajemen laba perusahaan di Indonesia. Hasil hipotesis-hipotesis tersebut

dijelaskan sebagai berikut.

1. Hipotesis pertama (H1) adalah struktur dewan komisaris independen

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian

analasis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,646 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,011 (p < 0,05) maka berarti Hipotesis pertama

ditolak.

Coefficientsa

-2E+012 7E+011 -2.655 .011

1E+012 4E+011 .361 2.646 .011 .843 1.186

-9E+010 6E+010 -.216 -1.586 .119 .843 1.186

2E+011 1E+011 .323 2.297 .026 .789 1.267

-9E+010 8E+010 -.157 -1.117 .270 .797 1.255

2E+010 3E+010 .109 .810 .422 .866 1.155

1E+011 6E+010 .271 2.096 .041 .937 1.067

(Constant)

KOMISit

KAit

KAPit

BPit

DERit

SIZEit

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: DAita.

2. Hipotesis kedua (H2) adalah komite audit berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba. Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t

hitung sebesar -1,586 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,119 (p > 0,05)

maka berarti hipotesis kedua ditolak.

3. Hipotesis ketiga (H3) adalah reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba. Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t

hitung sebesar 2,297 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,026 (p < 0,05)

maka maka berarti hipotesis ketiga ditolak.

4. Hipotesis keempat (H4) adalah bonus plans berpengaruh terhadap

manajemen laba. Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t

hitung sebesar -1,117 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,270 (p > 0,05)

maka berarti hipotesis keempat ditolak.

5. Hipotesis kelima (H5) adalah debt-covenant berpengaruh terhadap

manajemen laba. Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t

hitung sebesar 0,810 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,422 ( p > 0,05)

maka berarti hipotesis kelima ditolak.

Hipotesis keenam (H6) adalah firm size berpengaruh terhadap manajemen laba.

Dari hasil pengujian analasis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,096 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,041 ( p < 0,05) maka berarti hipotesis keenam

diterima.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan

pada Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: manajemen laba hanya

dipengaruhi oleh variabel Firm Size. Manajemen pada perusahaan yang berskala

besar dan industri strategis yang melibatkan hajat hidup orang banyak memiliki

biaya politis yang besar cenderung untuk melakukan manajemen laba dengan cara

menurunkan laba. (Scoot, 2003 dalam Luhgiatno, 2008). Karena biaya politik

yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen (Watts dan

Zimmerman, 1986 dalam Halim,dkk 2005). Dalam penelitian ini, variabel firm

size berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan semakin

besar perusahaan semakin oportunis pengelolaan labanya karena pengelolaan laba

dalam perusahaan besar tersebut sudah lebih terencana (Veronica dan Utama,

2005).

5.2 Keterbatasan dan Saran

5.2.1 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan diantaranya adalah:

1. Penelitian ini hanya meneliti mengenai perusahaan manufaktur.

2. Sampel dalam penelitian ini masih tergolong kecil dengan hanya

menggunakan sebanyak 18 perusahaan dengan jumlah observasi sebanyak

54, hal ini karena banyak data yang tidak tersedia dengan lengkap

sehingga mungkin kurang representatif, yang pada akhirnya menyebabkan

hasil penelitian mempunyai tingkat generalisasi yang terbatas.

3. Lama periode pengamatan penelitian ini yang terbatas, yaitu selama kurun

waktu tahun 2008-2010, dapat menyebabkan hasil penelitian ini belum

dapat digeneralisir.

5.2.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan

penelitian dengan mengembangkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Perlunya mempertimbangkan model berbeda yang akan digunakan dalam

menentukan discretionary accrual sehingga dapat melihat adanya

manajemen laba dengan sudut pandang yang berbeda.

2. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambahkan variabel growth

yang mungkin berpengaruh terhadap manajemen laba.

3. Untuk para peneliti yang berminat mengkaji lebih lanjut pada bidang yang

sama dapat memperpanjang periode pengamatan dan menambah sampel

penelitian jenis industri lain.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting Edisi 8 . Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Boediono, Gideon. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo tanggal 15 - 16 September.

Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan ke IV, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gumanti T.A. 2000. “Earning Management : Suatu Telaah Pustaka”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 2. Hal. 104 – 115.

Halim Y., Maiden C., Rudolf L.T. 2005.“Pengaruh Manajem Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang termasuk dalam LQ45”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo tanggal 15 - 16 September.

Herawati, Nurul dan Zaki Baridwan. 2007. “Manajemen Laba pada perusahaan yang melanggar perjanjian utang“. Simposium Nasional Akuntansi 10. Makasar tanggal 26 – 28 Juli.

Herawati, Vinola. 2007. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”. Hal.1 .

Indraswari, Ratih. 2010. “Pengaruh Status Internasional, Diversifikasi Operasidan Legal Origin terhadap Manajemen Laba (Studi Perusahaan Asia yang terdaftar di NYSE) “. Simposium Nasional Akuntansi 13.Purwokerto tanggal 15 - 16 September.

Jensen, Michael C dan William H. Mecklikng. 1976. “Theory of the firm : Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics. Vol. 3. No. 4 hal. 305 – 360.

Luhgiatno. 2008. “Mencegah Tindakan Manajemen Laba dengan Mekanisme Corporate Governance” . Fokus Ekonomi. Vol. 3. No.2.

Ma’ruf, Muhammad. 2006. “Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Meutia, Inten. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP BIG 5 dan Non Big 5”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 . No. 3: hal.333 – 350.

Midiastuty, Pratana P., dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi 6. Surabaya tanggal 16-17 Oktober.

Nasution, Marihot dan Dodi Setiawan. 2007. “Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi 10. Makasar tanggal 26 – 28 Juli.

Ningsaptiti, Restie. 2010. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.

Palestin, Halima Shatila. 2006. “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik Corporate Governance, dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba”.

Pangestuti, I Gusti Ayu Putu Shita. 2010. “Analisi Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Manajemen Laba”. Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan.

Primanita & Setiono. 2006. “Manajemen Laba: Konsep, Bukti Empiris dan Implikasinya”. SINERGI , Vol. 8 No. 1, Hal. 43 – 51.

Siallagan, Hamongan dan Mas’ud Machfoed. 2006. “Mekanise Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang tanggal 23 – 26 Agustus.

Sri, Sulistiyanto. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris . Jakarta: Grasindo.

Suaryana, Agung. 2005. “Pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Laba”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo tanggal 15 - 16 September.

Veronica, Sylvia, dan Siddharta Utama. 2005. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo tanggal 15 - 16 September.

Wedari, L.K. 2004. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi 7. Denpasar tanggal 2 – 3 Desember.

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. “Analisis Faktor – Faktor yang berpengaruh terhadap Earning Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 3, No. 2, Hlm: 89 – 101.


Recommended