iv
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS DAN LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN:
STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
DISUSUN OLEH:
APRERIA ANGGITARANI
NIM. F0305004
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
v
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS DAN LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN:STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing untuk diajukan kepada tim penguji
skripsi.
Surakarta, Mei 2009
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak
NIP: 131843290
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Surakarta, Mei 2009
Tim Penguji Skripsi
1. Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si.Ak Ketua (………………..)
NIP. 132 086 156
2. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Akt. Pembimbing (………………..)
NIP. 132 282 196
3. Sri Suranta, SE, M.Si, Ak Anggota (………………..)
NIP. 132 163 900
vii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan yang lain, dan
hanya kepada Tuhanmu lah kamu berharap”(Qs. Alam Nasyrah : 6-8)
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat “ ( al-Baqarah [2]: 214 )
Kegagalan bukan berarti kehancuran, tetapi sebagai batu loncatan menuju sukses
(Phytagoras)
kebaikan dalam kata-kata menciptakan percaya dirikebaikan dalam berpikir menciptakan kebijakan
kebaikan dalam memberi menciptakan cinta(lao Tzu)
viii
PERSEMBAHAN
I Dedicate this research for :
Allah SWT Sang pemilik hidup ini
Orang Tua ku: : (Alm. My Mom)
Papah Mamah ku untuk doa dan kasih sayangnya yang tulus…
“M. Fandy Asshiddiqi” Thanks for being my motivation And Thanks for all
of support and love
ix
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas
limpahan rahmat, karunia, petunjuk dan ridho-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis
dengan ini mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak sebagai
berikut :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Djoko Suhardjanto M.Com (Hons), Ph.D, Akt selaku pembimbing
skripsi atas semua nasehat, bantuan, dorongan, kritik, dan sarannya yang
sangat membantu penulis untuk mencapai hasil yang terbaik. Terimakasih
Bapak … untuk segalanya, semoga Bapak mendapat balasan atas segala
yang telah diberikan kepada kami.
x
4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang
telah sabar membantu dan menuntun selama delapan semester masa
kuliah.
5. Keluargaku (Papah, Mamah, adek-adekku Ninda, Fada, Rama, Eyangku,
Bapak, Ibu’, D Agha, D Ozal, D Putri, Budhe, dan Mbak-mbakku)
terimakasih untuk doanya, semoga aku bisa membahagiakan dan
membanggakan kalian I’m very happy to have all of you as my family.
6. Especially for M. Fandy Asshiddiqi yang selalu membantu dan memberi
dukungan kepadaku, menemani disaat susah dan senang, terimakasih
untuk semua yang telah kau berikan padaku, tetap sabar ya menghadapi
aku....
7. Sahabat-sahabatku Doti, Fany, Ratna dan Moniqe. I just wanna say
Thanks Girls, Thanks for everything. Meskipun ntar kita dah pada lulus,
keep contact ya…
8. Teman-teman seperjuangan skripsi “Pak Djoko family “ Sari, Laras, Uli,
dan Mari…waktu yang telah kita lewati bersama, susah dan senang akan
menjadi kenangan tak terlupakan. Thanks atas bantuan support dan doanya
selama ini.
9. Keluarga keduaku di Solo, Mb Din, Mb Dwi, Can2, Mb Sari, Mb Widi,
Ibu Kos, m Mul dan adek kecilku Wefiya……terimakasih atas
kebersamannya.
10. Temen-temen Akuntansi 2005 (Smangaaad!!!!!)
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu (Thanks a lot)
xi
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
tidak lepas dari keterbatasan pada diri penulis yang masih dalam taraf belajar.
Maka dari itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun baik mengenai isi,
pembahasan ataupun segala hal sangat diharapkan oleh penulis. Harapan penulis
semoga sesuatu yang telah dikerjakan dapat dimanfaatkan secara optimal serta
mendapatkan hikmah yang berharga dari apa yang dirasakan selama penyusunan
skripsi.
Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan diri, penulis mohon
maaf apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam skripsi.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Surakarta, Mei 2009
Apreria Anggitarani
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ………………………………………………………..
ABSTRACT ………………………………………………………...
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………...............
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………........
HALAMAN MOTTO ……………………………………………....
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………....
KATA PENGANTAR ……………………………………………....
DAFTAR ISI ………………………………………………………..
DAFTAR TABEL …………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………......
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………….....
A. Latar Belakang Masalah ………………………………...
B. Perumusan Masalah ……………………………………..
C. Tujuan Penelitian ………………………………………..
D. Manfaat Penelitian ………………………………………
E. Sistematika Penulisan …………………………………...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................
A. Landasan Teori…………….………………………….....
1. Kinerja Keuangan Perusahaan…………....................
2. Corporate Governance...............................................
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
xi
xiv
xv
1
1
7
7
7
8
10
10
10
xiii
3. Peran dan Fungsi Dewan Komisaris………………..
4. Peran dan Fungsi Komite Audit………………….....
B. Kerangka Teoritis..............................................................
C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis.........
BAB III. METODE PENELITIAN …………………………...........
A. Desain Penelitian...............................................................
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel........
C. Data dan Metode Pengumpulan Data...............................
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya............................
E. Metode Analisis Data........................................................
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………................
A. Analisis Deskriptif sampel...............................................
B. Statistik Deskriptif............................................................
C. Pengujian Hipotesis..........................................................
1. Analisis Regresi Berganda.........................................
2. Uji beda T dan ANOVA........................................
D. Pembahasan Hasil Analisis..............................................
BAB V. PENUTUP...........................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................
B. Saran...............................................................................
C. Keterbatasan...................................................................
D. Rekomendasi....................................................................
11
16
19
21
23
28
28
28
29
30
33
37
37
38
41
42
44
49
55
55
56
57
xiv
REFERENSI
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
3. 1
4.1
4. 2
4. 3
4. 4
4. 5
4. 6
4. 7
4. 8
4. 9
4.10
Keterangan Persamaan Regresi Berganda......................
Populasi dan Klasifikasi Industri....................................
Sampel dan Klasifikasi Industri.....................................
Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian...........
Hasil Analisis Regresi Berganda....................................
Hasil Uji beda T Group Statistic....................................
Hasil Uji beda T Independent Sample Test…................
Hasil ANOVA Levene`s Test of Equality of Error
Variance ........................................................................
Hasil ANOVA Test of Between-Subjects Effects……...
Hasil ANOVA Post Hoc Test .......................................
Ringkasan Hasil Pengujian …………………………..
36
37
38
39
43
45
46
47
47
48
57
xvi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
2.1 Hubungan antara corporate governance dan kinerja
keuangan perusahaan............................................... 22
xvii
ii
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, ETNIS, DAN LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PUBLIK YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
ABSTRAKSI
Apreria Anggitarani
F 0305004
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governanceterhadap perusahaan. Variabel corporate governance yang digunakan adalah proporsi dewan komisaris independen, latar belakang belakang culture atau etnis presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen, dan jumlah rapat komite audit. Penelitian ini juga menggunakan leverage dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan CFROA (Cash Flow return on Asset)..
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 90 perusahaan dari semua sektor industri, yaitu service, finance dan manufacture termasuk mining. Metode pemilihan sampel menggunakan metode random berbasis alokasi porposional. Pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi berganda, uji beda t, ANOVA.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan adalah latar belakang culture presiden komisaris, jumlah rapat komite audit. Leverage sebagai variabel kontrol juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Kata Kunci: corporate governance, komisaris independen, komite audit independen, kinerja keuangan perusahaan.
iii
THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE, ETHNIC, AND
EDUCATIONAL BACKGROUND ON THE COMPANIES FINANCIAL
PERFORMANCE: (An Empirical Study on Public Companies Listed in
Indonesian Stock Exchange)
ABSTRACT
Apreria Anggitarani
F 0305004
The purpose of this study is to examine relationship between corporate governance and its companies’ financial performance. Corporate governanceaspect uses the proportion of independent commissioner, the commissioner president`s ethnic background, the commissioner president`s educational background, the number of commissary chamber meeting, the proportion ofindependent audit committee, and the number of audit committee meeting as the independent variable. This study also investigates leverage and firm size as control variable. with the companies’ financial performance measured using CFROA (Cash Flow Return on Asset).
The sample taken in this research was 90 companies from all industrial sectors: service, finance and manufacture, including mining. This study employed a hypothesis test using logistic regression, multiple regression, t-test, and ANOVA.
Analysis of statistical results the commissioner president`s ethnic background, the number of audit committee meeting are as significant predictors to companies’ financial performance. The leverage as control variable also effects to companies’ financial performance.
Keywords: Corporate governance, independent commissioners, independent audit committee, companies’ financial performance.
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian ini membahas mengenai corporate governance dan pengaruhnya
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pada Bab I berikut ini akan dijelaskan mengenai
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika pembahasan.
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang bertugas mengelola
sumber-sumber ekonomik untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan dan dapat memuaskan kebutuhan masyarakat
(www.wikipedia.org). Perusahaan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini berkaitan dengan kontribusi perusahaan dalam
penyediaan lapangan kerja, penyerapan dan penciptaan sumber daya ekonomi, serta
pemasukan pajak kepada negara. Perkembangan perusahaan sangat tergantung pada
ketersediaan modal yang salah satu sumbernya diperoleh dari investor, untuk itu
perusahaan harus berupaya bagaimana investor tertarik untuk melakukan investasi.
Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan dalam
periode tertentu dengan mengacu pada standar. Hasil dari kinerja tersebut harus dapat
diukur dan menggambarkan kondisi empirik perusahaan tersebut (Hawkins, 1979).
Perusahaan yang mempunyai kinerja yang bagus akan terjamin kelangsungan hidupnya
karena akan mendapat kepercayaan dari publik, sehingga publik akan merasa nyaman untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut. Untuk mengetahui bagaimana kinerja yang dicapai oleh
suatu perusahaan perlu dilakukan penilain kinerja (Lingle dan Schiemann, 1996).
Ada berbagai metode penilaian kinerja yang digunakan selama ini, yaitu penilaian
kinerja perusahaan dengan ukuran keuangan dan non keuangan. Sesuai dengan tujuan
perusahaan yaitu mencari laba, maka hampir semua perusahaan mengukur kinerjanya
dengan ukuran keuangan. Pengukuran dengan aspek keuangan lebih sering digunakan
karena ada standar pembanding yang potensial, baik berupa laporan keuangan dimasa lalu
atau dengan laporan keuangan perusahaan lain yang sejenis (Hansen dan Mowen, 1997).
Dengan menggunakan ukuran keuangan dapat diketahui hasil tindakan dimasa lalu. Ukuran
keuangan tersebut biasanya dilengkapi juga dengan ukuran non keuangan seperti kepuasan
customer, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis yang akan menentukan kinerja
keuangan masa yang akan datang.
Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan
diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar penilaian
kinerja perusahaan karena dengan melihat laporan keuangan dapat diukur keberhasilan
operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu yaitu dengan melihat laporan laba ruginya
(Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Namun, seringkali angka laba yang dihasilkan dalam
laporan laba rugi dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, sehingga laba yang
tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar (Theresia, 2005). Dalam hal seperti ini,
penggunaan arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa
datang karena arus kas (cash flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima
tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar
sudah dikeluarkan oleh perusahaan (Pradono dan Cristiawan, 2004).
Penelitian ini menggunakan CFROA (Cash flow return assets) sebagai alat
pengukur kinerja keuangan perusahaan. CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan
pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva. Salah satu alasan menggunakan
CFROA sebagai alat pengukur kinerja karena CFROA lebih memfokuskan pada
pengukuran kinerja keuangan perusahaan saat ini dan tidak terikat dengan harga saham
(Cornett, Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006). Jadi laba yang ditampilkan
menggambarkan laba yang sebenarnya, atau laba yang benar-benar dihasilkan oleh
perusahaan pada satu periode.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan adalah
corporate governance. Sejak krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 isu mengenai
corporate governance telah menjadi salah satu bahasan penting yang menarik
(Swasembada, 2005). Corporate Governance merupakan serangkaian mekanisme yang
dapat melindungi pihak-pihak minoritas (outside investor/minority shareholder) dari
ekspropiarsi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali (insider)
dengan penekanan pada mekanisme legal (Shleiver dan Vishny, 1997). Corporate
governance digunakan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja dan
merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, jika hubungan
antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholder
lainnya dapat terjalin dengan baik maka kinerja keuangan perusahaan akan tercapai
(Darmawati, Khomsiyah, Rahayu, 2004).
Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji keterkaitan antara
mekanisme corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan, yaitu Menon dan
Wiliams (1994); Dalton, Johnson dan Ellstrand (1999); Klapper dan Love (2002);
Darmawati, Khomsiyah dan Rahayu (2004); Dwivedi dan Jain (2005); Chau dan Leung,
2006.
Proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan
komisaris merupakan variabel yang sering digunakan untuk menguji pengaruh corporate
governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Black, Jang dan Kim (2003)
menemukan bahwa proporsi dewan komisaris independen mempunyai pengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Fungsi dari dewan komisaris independen adalah mengawasi
kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan memberikan nasihat kepada manajemen
(KNKG, 2004). Kinerja dan tugas dewan komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan
akan efektif bila masing-masing anggota dewan aktif hadir dalam pertemuan dewan
komisaris (corporate governance guidelines, 2007). Pertemuan dewan komisaris ini
dilakukan baik secara internal maupun eksternal sesuai dengan kebutuhan dan tujuannya.
Indonesia memiliki keberagaman etnis, salah satunya adalah etnis Tionghoa sebagai
minoritas di Indonesia memberikan pengaruh dalam dunia bisnis (Kusumastuti, Supatmi,
dan Sastra, 2007). Sebelum era reformasi, etnis ini sering memperoleh perlakuan
diskriminasi dalam masyarakat Indonesia. Namun sekarang keberadaan etnis ini telah
diakui memberikan kontribusi besar dalam memajukan perekonomian bangsa. Etnis
Tionghoa dinilai memiliki etos kerja tinggi, memiliki filosofi bisnis yang menjadi ciri
khasnya, yaitu hemat dan disiplin bila dibandingkan dengan orang pribumi sendiri
(Sugiyono, 2007). Dengan karakteristik ini dianggap perbedaan etnis di Indonesia memiliki
pengaruh terhadap dunia perekonomian terutama sektor bisnis.
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota dewan berpengaruh terhadap
pengetahuan yang dimiliki (Robert, 1992). Meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi
seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika
anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi, karena dengan
memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi, setidaknya anggota dewan memiliki
kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada
tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi (Kusumastuti, Supatmi dan Sastra, 2007).
Komite audit sering ditunjukkan sebagai sebuah kesuksesan corporate governance,
karena keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan berfungsi untuk meningkatkan
pengendalian dalam perusahaan (Forker, 1992). Komite audit merupakan suatu variabel
yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja keuangan perusahaan dan mempengaruhi
keputusan manajer (Menon dan Wiliams, 1994). Komite audit mempunyai tugas
memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap
laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi (Herwidayatmo, 2000).
Dalam menjalankan tugasnya, komite audit minimal mengadakan pertemuan 4 kali
dalam satu tahun (corporate governance guidelines, 2007). Semakin tinggi proporsi
outsider maka pertemuan audit committee akan semakin sering, dimana hubungan antara
komposisi dewan dan frekuensi pertemuan akan merefleksikan monitoring audit committee,
jadi apabila audit comitte semakin sering melakukan pertemuan maka akan meningkatkan
kinerja perusahaan (Menon dan Wliams, 1994).
Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian salah satunya yang dilakukan oleh
Klaper dan Love (2000) perbedaannya adalah proksi variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan CFROA seperti dalam penelitian Cornet dkk
(2006), sedangkan penelitian Klaper dan Love menggunakan proksi ROA untuk mengukur
kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan yang lain aspek corporate governance yang
digunakan dalam penelitian ini ditambah dengan variabel dewan komisaris dan komite
audit sebagai pelaksana fungsi pengawasan dalam perusahaan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
”Pengaruh Corporate Governance, Etnis , dan Latar Belakang Pendidikan terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh corporate
governance yang terdiri dari (1) proporsi dewan komisaris independen, (2) latar belakang
culture atau etnic presiden komisaris, (3) latar belakang pendidikan presiden komisaris, (4)
jumlah rapat dewan komisaris, (5) proporsi anggota komite audit independen, dan (6)
jumlah rapat komite audit terhadap kinerja keuangan perusaahaan.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah mengetahui
adanya pengaruh corporate governance, etnis dan latar belakang pendidikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan kontribusi terhadap literatur penelitian akuntansi khususnya mengenai
corporate governance dengan kinerja keuangan di Indonesia.
2. Memberikan masukan kepada penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme
corporate governance, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan kinerja
keuangan perusahaan.
3. Menjadi acuan tambahan dalam menganalisis informasi yang disajikan oleh perusahaan
berkenaan dengan corporate governance dan kinerja keuangan perusahaan bagi
stakeholder seperti investor, kreditor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
4. Memberikan masukan bagi regulator dalam penentuan kebijakan corporate governance.
5. Memberikan tambahan literatur dalam bidang ilmu akuntansi khususnya bagi kalangan
akademisi.
E. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan tinjauan pustaka yang memuat landasn teori
yang terkait dengan topik penelitian, penelitian terdahulu dan
pengembangan hipotesis, serta kerangka teoritis.
Bab III : Metode Penelitian
Berisi tentang desain penelitian; populasi, sampel, dan teknik
pengambilan sampel; variabel penelitian dan pengukurannya; dan
metode analisis data yang terdiri dari pengujian data dan pengujian
hipotesis.
Bab IV : Analisis Data
Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data, analisis variabel
independen dan variabel dependen, pengujian hipotesis, dan
pembahasan hasil analisis.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian
serta saran bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah membahas pendahuluan di Bab I. Pada Bab II ini akan menjelaskan
mengenai landasan teori, kerangka teoritis, serta penelitian terdahulu dan pengembangan
hipotesis dalam penelitian ini.
A. Landasan Teori
Landasan teori disini akan menjelaskan mengenai definisi kinerja keuangan,
corporate governance, peran dan fungsi dewan komisaris, serta peran dan fungsi komite
audit.
1. Kinerja Keuangan Perusahaan
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, hal 503) adalah
merupakan kata benda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang
diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja. Pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-
ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba (Sucipto, 2003).
Hawkins dalam The Oxford Paperback Dictionary 1979 mengemukakan pengertian
kinerja sebagai berikut: Performance is: (1) the process or manner of performing, (2) a
notable action or achievement, (3) the performing of a play or other entertainment.
Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan
dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan
hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu
perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati.
Sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997) adalah penentuan secara
periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.
Penilaian kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja yang dicapai. Kata penilaian
sering diartikan dengan kata assessment. Penilaian kinerja perusahaan (Companies
performance assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai
pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu
(Kaplan dan Norton, 1996). Tujuan penilaian kinerja adalah untuk memotivasi manajemen
mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi (Lingle
dan Schiemann, 1996). Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana
formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program dan anggaran organisasi.
2. Corporate governance
Corporate governance telah menjadi salah satu bahasan penting yang menarik sejak
krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 (Swasembada, 2005). Penyebab terjadinya
krisis keuangan adalah lemahnya penerapan corporate governance, salah satu cirinya
adalah tindakan para manajer perusahaan yang mementingkan diri sendiri dan mengabaikan
kepentingan investor, sehingga akan menyebabkan jatuhnya harapan para investor tentang
pengembalian (return) atas investasi yang telah ditanamkan (Johnson, Simon, Boone,
Breach dan Friedman, 2000).
Corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder (Monks dan Minow, 2003). Corporate governance adalah suatu gabungan
antara hukum, peraturan dan praktek-praktek sektor privat yang cocok yang memungkinkan
perusahaan untuk menarik modal, sumberdaya manusia dan beroperasi secara efisien,
sehingga dapat menjaga kelangsungan operasional dengan menghasilkan nilai ekonomis
jangka panjang untuk pemegang sahamnya dan masyarakat secara keseluruhan (OECD,
1999).
Keberhasilan dari praktik corporate governance perusahaan publik tidak terlepas
dari adanya sebuah peraturan. Ada tiga tantangan fundamental yang saat ini dihadapi oleh
pembuat peraturan publik (Coglianese, 2004). Pertama adalah siapa yang seharusnya
membuat peraturan, pemerintah atau self-regulation misalnya BEI. Tantangan kedua adalah
bagaimana mengaturnya. Pembuat peraturan menghadapi dua pilihan yaitu membuat
prinsip atau peraturan corporate governance. Tantangan ketiga adalah bagaimana caranya
agar prinsip atau peraturan tersebut dilaksanakan.
Pada April 1998, OECD telah mengeluarkan seperangkat prinsip-prinsip corporate
governance yang dikembangkan seuniversal mungkin. Hal ini mengingat bahwa prinsip ini
disusun untuk digunakan sebagai referensi di berbagai negara yang mempunyai
karakteristik sistem hukum, budaya dan lingkungan yang berbeda. Dengan demikian,
prinsip yang universal tersebut akan dapat dijadikan pedoman oleh semua negara atau
perusahaan namun tetap harus disesuaikan dengan sistem hukum, aturan atau nilai yang
berlaku di negara masing-masing.
Prinsip-prinsip corporate governance yang dikembangkan oleh OECD meliputi 5
hal sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu melindungi hak-hak para pemegang saham. Hak-hak tersebut meliputi hak dasar pemegang saham, yaitu hak untuk (1) menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan, (2) mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya, (3) memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala dan teratur, (4) ikut berperan memberikan suara dalam RUPS, (5) memilih anggota dewan komisaris dan direksi, (6) memperoleh pembagian keuntungan perusahaan.
2. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang sahamKerangka corporate governance harus menjamin adanya perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan penggantian atau perbaikan atas pelanggaran dari hak-hak mereka. Prinsip ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas saham-saham yang beredar dalam satu kelas, melarang praktek-praktek insider trading dan self dealing, dan mengharuskan anggota dewan komisaris untuk melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest).
3. Peranan stakeholder yang berkaitan dengan perusahaanKerangka corporate governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholder, seperti ditentukan dalam undang-undang dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan para stakeholder tersebut dalam rangka menciptakan hubungan kesejahteraan, lapangan kerja, dan kesinambungan usaha.
4. Keterbukaan dan transparansiKerangka corporate governance harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan ini meliputi informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Disamping itu, informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan meminta auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan keuangan.
5. Akuntanbilitas dewan komisaris (board of directors)Kerangka corporate governance harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris, dan akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris beserta kewajiban-kewajiban profesionalnya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, dan
diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor
bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah diinvestasikan. Corporate
governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan
mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak
menguntungkan dan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan investor, serta
dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997).
Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau
menurunkan biaya keagenan (agency cost).
Hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate
governance. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan
antara pemilik dengan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai
dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Inti dari
hubungan keagenan adalah adanya pemisahaan antara kepemilikan (di pihak
principal/investor) dan pengendalian (di pihak agent/manajer). Investor memiliki harapan
bahwa manajer akan menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Selain itu,
ada tiga unsur tambahan yang dapat membatasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
agen. Unsur-unsur tersebut adalah bekerjanya pasar tenaga manajerial, bekerjanya pasar
modal dan unsur bekerjanya pasar bagi keinginan menguasai dan memiliki/mendominasi
kepemilikan perusahaan (market for corporate control). Agen bisa tidak bermasa depan
bila kinerjanya buruk sehingga diberhentikan oleh pemegang saham.
Agency Theory merupakan pengembangan dari teori corporate governance yang
sering digunakan dalam penelitian untuk memahami antara karakteristik dewan direksi
dengan nilai perusahaan (Carter, dkk. 2003). Peraturan di Indonesia mengenai board
governance merupakan suatu bentuk upaya dari pemerintah sebagai pihak regulator untuk
memperbaiki corporate governance di Indonesia, terutama pasca krisis ekonomi tahun
1997.
3. Peran dan Fungsi Dewan Komisaris
Sesuai dengan ketentuan pasal 97 Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang
perseroan terbatas, dimana UU ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for
Good Corporate Governance 2001 bahwa komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan
direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada direksi. Kemudian
dalam pasal 98 ayat 1 UU perseroan terbatas dinyatakan bahwa komisaris wajib dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha
perseroan.
Salah satu aspek penting dalam corporate governance adalah dewan pengurus
perseroan atau board of directors. Indonesia menganut two board system, artinya komposisi
dewan pengurus perseroan terdiri dari fungsi eksekutif yaitu dewan direksi, dan fungsi
pengawasan yang dijalankan oleh dewan komisaris (Herwidayatmo, 2000). Berdasarkan
kerangka hukum, sistem pengawasan yang ada pada persuahaan-perusahaan di Indonesia
terletak pada dewan komisaris. Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris ini
didukung dengan keberadaan komisaris independen dalam komposisi dewan komisarisnya.
Barry (1999) menyatakan bahwa outsider directors dapat membantu memberikan
kontinuitas dan objektivitas yang diperlukan bagi suatu perusahaan untuk berkembang dan
makmur. Komisaris independen membantu merencanakan strategi jangka panjang
perusahaan dan secara berkala melakukan review atas implementasi strategi tersebut. Hal
ini akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, perusahaan akan mendapat akses atas
talent dan pengetahuan khusus yang mungkin akan sangat mahal jika diperoleh selain
melalui outsider directors.
Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan Pencatatan
Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat
Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2000. Perusahaan yang tercatat di BEI
wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding
dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan
ketentuan jumlah komisaris independen 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris.
Adapun persyaratan menjadi komisaris independen adalah sebagai berikut:
Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham
pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan
Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan/atau komisaris
lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan
Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lain yang
terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan
Memahami peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal
Diusulkan oleh pemegang saham dan dipilih oleh pemegang saham yang
bukan merupakan pengendali dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Penelitian Dalton dkk (1999) menemukan adanya hubungan antara keberadaan
dewan komisaris independen dengan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja dan tugas
dewan komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan akan berjalan sebagaimana
mestinya bila masing-masing anggota dewan aktif hadir dalam pertemuan dewan komisaris
(corporate governance guidelines, 2007). Brick dan Chidambaran (2007) berpendapat
bahwa semakin sering dewan komisaris dan komite audit melakukan pertemuan, maka akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Karakteristik personal presiden komisaris yang berasal dari golongan pribumi, etnis
thionghoa dan dari negara lain secara tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Kusumastuti, dkk (2007), yang menunjukkan
adanya hubungan antara nilai perusahaan dengan faktor etnis presiden komisaris yang
menduduki jabatan tersebut. Keberadaan golongan etnis tionghoa di Indonesia sebagai
minoritas memberikan pengaruh di dunia bisnis (www.indonesia.go.id). Ada pendapat
mengatakan kesuksesan mereka didorong etos kerja tinggi khas semangat kaum minoritas,
sikap hemat, dan disiplin yang merupakan inti dari filosofi bisnis juga menjadi ciri khas
kehidupan warga tionghoa. Tionghoa sebagai etnis minoritas memiliki kebudayaan yang
terus dijunjung tinggi sehingga hal ini memungkinkan mereka dapat bertahan dan berhasil
dalam menjalankan bisnis. Karakteristik inilah yang dianggap etnis tionghoa dalam dewan
komisaris di Indonesia memiliki pengaruh terhadap dunia perekonomian, terutama sektor
bisnis.
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota dewan biasanya berpengaruh
terhadap pengetahuan yang dimiliki, meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi
seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika
anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi (Kusumastuti dkk,
2007). Dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi, setidaknya anggota dewan
memiliki kemampuan lebih baik dalam mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis.
Untuk menjalankan perusahaan dengan baik, tidak hanya kemampuan hard skil saja yang
perlu diperhatikan melainkan seorang anggota dewan juga harus memiliki kemampuan soft
skil seperti kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan,
dan pemecahan masalah (Nurudin, 2004).
4. Peran dan Fungsi Komite Audit
Agar penyelenggaraan corporate governance dapat berjalan dengan baik,
pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan antara lain Bapepam dengan surat
edaran No. SE-03/PM/2000 menyaratkan bahwa setiap perusahaan publik di Indonesia
wajib membentuk komite audit. Dalam pelaksanaan tugasnya, komite audit mempunyai
fungsi membantu dewan komisaris untuk:
Meningkatkan kualitas laporan keuangan
Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi
kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan
Meningkatkan efektivitas fungsi audit internal maupun audit eksternal
Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris
Berdasarkan strukturnya, anggota komite audit minimal terdiri dari tiga orang yang
diketuai oleh satu orang komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang
independen terhadap perusahaan serta menguasai dan memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi dan keuangan. Syarat untuk menjadi anggota komite audit adalah independen
atau tidak memiliki hubungan usaha maupun afiliasi dengan perusahaan, direktur,
komisaris, maupun pemegang sahan utama. Anggota komite audit juga harus memiliki
integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam
bidang tugasnya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
Menurut Herwidayatmo (2000) keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan
berfungsi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan. Dengan adanya komite audit,
perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas laporan keuangan. Selain itu, tugas komite
audit adalah memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris
terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi. Untuk itu, komite audit harus
melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti
laporan keuangan, proyeksi atau informasi keuangan lainnya. Dalam menjalankan
tugasnya, komite audit minimal mengadakan pertemuan empat kali dalam satu tahun
(corporate governance guidelines, 2007).
Corporate governance memiliki keterkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.
Klapper dan Love (2002) dalam penelitiannya menemukan hubungan yang positif antara
corporate governance dengan kinerja perusahaan di negara berkembang. Black dkk (2005)
melaporkan bukti bahwa indeks corporate governance perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di bursa efek korea secara ekonomik mempunyai korelasi yang signifikan dengan
nilai pasar perusahaan. Hasil penelitian Darmawati dkk (2004) menemukan bahwa
corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
B. Kerangka Teoritis
Penelitian ini menggunakan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel dependen
dan menggunakan corporate governance sebagai variabel independen serta ukuran
perusahaan dan leverage sebagai variabel kontrol.
Variabel Independen
Gambar 2.1Hubungan antara corporate governance dan kinerja keuangan perusahaan
X1Komposisi
Dewan komisaris
X2Latar belakang
culture presidenkomisaris
X3Latar belakang
pendidikan presidenkomisaris
X5Proporsi jumlah
komite audit
X6Jumlah rapatkomite audit
YKinerja
keuangan perusahaan
Variabel control:a. Ukuran perusahaanb. Leverage
X4Jumlah rapat
dewan komisaris
Berdasarkan gambar 2.1 di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dengan menggunakan CFROA sebagai variabel dependen dalam
penelitian ini dipengaruhi secara langsung oleh variabel independen yaitu proporsi dewan
komisaris dependen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris, latar belakang etnis
(culture) dan latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan komisaris,
proporsi jumlah komite audit independen, jumlah rapat komite audit, serta menggunakan
variabel kontrol ukuran perusahaan dan leverage.
C. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menguji hubungan antara corporate
governance dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara corporate governance dengan kinerja keuangan perusahaan.
Variabel corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini ada 6, yaitu proporsi
dewan komisaris independen terhadap seluruh jumlah anggota dewan komisaris, latar
belakang culture atau etnic presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden
komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi anggota komite audit independen
terhadap seluruh anggota komite audit, dan jumlah rapat komite audit. Selain itu, penelitian
ini juga menggunakan 2 variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan dan leverage. Berikut
adalah hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini :
1. Proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan
komisaris dan kinerja keuangan perusahaan
Peran utama dewan komisaris adalah terkait dengan fungsi kontrol, dimana dewan
komisaris independen merupakan alat untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang
dilakukan direksi dan memberikan nasihat kepada manajemen (KNKG, 2004).
Dwivedi dan Jain (2005) menemukan bahwa proporsi dewan komisaris independen
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil yang sama juga diperoleh
dalam penelitian yang dilakukan oleh Black dkk (2005) Dari beberapa penelitian diatas
maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
H1 : Terdapat hubungan positif antara proporsi dewan komisaris independen
terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris dan kinerja keuangan
perusahaan.
2. Latar Belakang culture atau etnic presiden komisaris dan kinerja keuangan perusahaan
Latar belakang etnis (culture) presiden komisaris direpresentasikan dengan loyalitas
kelompok etnis yang berada pada kelompok yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang
mempunyai pola tingkah laku normatif (Cohen, 1974).
Indonesia merupakan negara dengan banyak ras dan salah satu yang mempunyai
kontribusi besar dalam dunia bisnis di Indonesia adalah etnis Tionghoa (Kusumastuti dkk,
2007). Etnis Tionghoa dinilai memiliki etos kerja tinggi, memiliki filosofi bisnis yang
menjadi ciri khasnya, yaitu hemat dan disiplin bila dibandingkan dengan orang pribumi
sendiri (Sugiyono, 2007). Dengan karakteristik ini dianggap perbedaan etnis di Indonesia
memiliki pengaruh terhadap dunia perekonomian terutama sektor bisnis. Berdasarkan
uraian di atas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:
H2 : Terdapat hubungan antara latar belakang culture atau etnic presiden
komisaris dan kinerja keuangan perusahaan.
3. Latar belakang pendidikan presiden komisaris dan kinerja keuangan perusahaan.
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh presiden komisaris berpengaruh
terhadap pengetahuan yang dimiliki (Ahmed and Nichols, 1994). Akan lebih baik jika
presiden komisaris memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi karena
setidaknya presiden komisaris memiliki kemampuan untuk mengelola bisnis dan
mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi
(Bray, Howard, dan Golan, 1995).
Santrock (1995) menyatakan bahwa pendidikan universitas membantu seseorang
dalam kemajuan karirnya, di mana seseorang berpendidikan tinggi akan memiliki jenjang
karir lebih tinggi dan lebih cepat. Dari uraian diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis
sebagai berikut:
H3 : Terdapat hubungan antara latar belakang pendidikan presiden komisaris dan
kinerja keuangan perusahaan.
4. Jumlah rapat dewan komisaris dan kinerja keuangan perusahaan.
Sesuai dengan corporate governance guidelines (2007), dewan komisaris harus
memiliki skedul atau jadwal pertemuan tetap dan dapat dilakukan pertemuan tambahan
sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan pada saat yang tepat. Hal ini untuk mengetahui
apakah operasi perusahaan telah berjalan dan menyesuaikan kebijakan-kebijakan yang
sesuai dengan strategi perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vaveas (2003);
Brick dan Chidambaran (2007), menunjukkan bahwa semakin banyak rapat yang
diselenggarakan dewan komisaris, maka akan meningkatkan kinerjanya. Dari argumen
tersebut diatas, maka dapat dikembangkan hipotesis:
H4 : Terdapat hubungan positif antara jumlah rapat dewan komisaris dan kinerja
keuangan perusahaan.
5. Proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit dan
kinerja keuangan perusahaan
Sesuai dengan kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan
komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan komite audit merupakan
komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Keberadaan komite audit sangat
penting dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, terutama dari aspek
pengendalian karena komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam
implementasi corporate governance yang baik (Effendi, 2005). Penelitian Forker (1992)
menyatakan bahwa keberadaan komite audit independen meningkatkan kualitas kontrol
perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Menon dan Wiliams
(1994) komite audit merupakan suatu variabel yang dapat digunakan untuk memonitor
kinerja keuangan perusahaan dan mempengaruhi keputusan manajer. Berdasarkan
penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Terdapat hubungan positif antara proporsi komite audit independen terhadap
jumlah seluruh anggota komite audit dan kinerja keuangan perusahaan.
6. Jumlah rapat komite audit dan kinerja keuangan perusahaan.
Dalam menjalankan tugas untuk dapat meningkatkan kinerjanya, komite audit
minimal mengadakan pertemuan 4 kali dalam satu tahun (Corporate governance
guidelines, 2007). Semakin sering komite audit melakukan rapat maka komite audit
melakukan fungsi pengawasan dengan baik, berarti pelaksanaan corporate governance
efektif (Menon dan Williams, 1994). Dari uraian tersebut, maka dapat dikembangkan
hipotesis seperti berikut:
H6 : Terdapat hubungan positif antara jumlah rapat komite audit dan kinerja keuangan
perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian sebelumnya, Bab I telah dibahas mengenai apa yang melatarbelakangi
dilakukannya penelitian, kemudian tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kemudian pada
Bab II dijelaskan mengenai tinjauan pustaka, beberapa penelitian terdahulu serta
merumuskan 6 hipotesis dari penelitian ini.
Pada Bab III ini akan dikemukakan mengenai data-data yang digunakan meliputi
desain penelitian, populasi, sample dan teknik pengambilan sampel, data dan metode
pengumpulan data, variable penelitian dan pengukurannya, metode analisis data berupa
pengujian prasyarat dan pengujian hipotesis.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pengujian hipotesis untuk memperoleh bukti
empiris mengenai pengaruh corporate governance, etnis, dan latar belakang pendidikan
terhadap kinerja keuangan dalam annual report perusahaan-perusahaan yang telah listing di
Bursa Efek Indonesia periode 2007.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2007, yaitu sebesar 380 perusahaan. Penggunaan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi karena perusahaan
tersebut mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan kepada stakeholders,
sehingga memungkinkan data laporan tahunan tersebut diperoleh dalam penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random berbasis alokasi proporsional
untuk meyakinkan sampel representatif dari semua sektor industri (Haniffa dan Cooke,
2005), yaitu service, finance, dan manufacture termasuk mining. Sampel yang diambil
dalam penelitian ini yaitu 90 perusahaan. Rosche (1975) dalam Sekaran (2000:295)
menyatakan bahwa dalam analisis regresi berganda ukuran sampel hendaknya minimal
sepuluh kali variabel dalam penelitian.
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diambil dari
laporan tahunan perusahaan tahun 2007. Laporan tahunan dipilih karena memiliki
kredibilitas yang tinggi, selain itu laporan tahunan digunakan oleh sejumlah stakeholder
sebagai sumber utama informasi yang pasti (Deegan dan Rankin,1997), memiliki potensi
yang besar untuk mempengaruhi penyebaran distribusi secara luas (Adams dan Harte,
1998), menawarkan deskripsi menajemen pada suatu periode tertentu (Neimark, 1992) dan
dapat diakses untuk tujuan penelitian (Woodward, 1998).
Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari Indonesia Capital Market
Directory (ICMD), JSX Fact Book dan dari situs masing-masing perusahaan sampel.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi variable-variabel penelitian dan
pengukurannya.
a. Variabel Independen
1. Proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan
komisaris
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan
manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta
bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan (OECD, 2004). Indikator yang digunakan adalah persentase anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh anggota dewan komisaris
perusahaan (Black dkk, 2005).
2. Latar belakang culture atau etnic presiden komisaris
Latar belakang culture presiden komisaris diukur dengan menggunakan dummy
variable, indikator yang digunakan adalah dengan mengadopsi dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra (2007), yaitu untuk presiden komisaris
yang berasal dari pribumi dikode 1, etnis Tionghoa dikode2, dan berasal dari negara lainnya
dikode 3.
3. Latar belakang pendidikan presiden komisaris
Indikator yang digunakan adalah latar belakang pendidikan presiden komisaris
adalah apabila presiden komisaris mempunyai latar belakang pendidikan keuangan atau
bisnis dikode 1, sedangkan yang lain dikode 0. Indikator tersebut sesuai dengan penelitian
Haniffa dan Cooke (2005).
4. Jumlah rapat dewan komisaris
Jumlah rapat dewan komisaris merupakan rapat yang dilakukan oleh dewan
komisaris dalam suatu perusahaan. Indikator yang digunakan adalah jumlah rapat yang
dilakukan oleh dewan komisaris dalam waktu satu tahun. Hal ini sesuai dengan corporate
governance guidelines (2007) dan penelitian Vafeas (2003).
5. Proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit
Komite audit independen merupakan anggota komite audit yang tidak terafiliasi
dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,
serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan. Indikator yang digunakan adalah persentase anggota komite audit yang berasal
dari luar perusahaan (independen) dari seluruh jumlah komite audit perusahaan, yaitu
sesuai dengan penelitian Forker (1992), dan Simon (2001).
6. Jumlah rapat komite audit
Jumlah rapat komite audit merupakan rapat yang dilakukan oleh komite audit dalam
perusahaan. Indikator yang digunakan adalah jumlah rapat komite audit yang
diselenggarakan dalam jangka satu tahun, dan sesuai dengan audit committee charter
(2005) dan corporate governance guidelines (2007).
b. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan yang
diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan
(Ujiyanto dan Pramuka, 2007). CFROA merupakan salah satu pengukuran kinerja
keuangan perusahaan yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba operasi, dimana CFROA lebih memfokuskan pada pengukuran kinerja
keuangan perusahaan saat ini dan CFROA tidak terikat dengan harga saham, sehingga
CFROA yang dilaporkan merefleksikan keadaan yang sebenarnya (Cornett dkk, 2006).
CFROA dihitung dari laba sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi
dengan total aktiva.
CFROA =assets
depEBIT
Keterangan:
CFROA = Cash Flow Return on Assets
EBIT = Laba sebelum bunga dan pajak
Dep = Depresiasi
Asset = Total aktiva
c. Variabel kontrol
Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan
leverage.
1. Ukuran Perusahaan.
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan proksi yang sama dengan
penelitian Black, Jang dan Kim (2003); Gillan, Hartzell dan Starks (2003); Barucci dan
Falini (2004), yaitu log total asset perusahaan. Total aset digunakan karena total aset berisi
keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan baik yang lancar maupun tidak lancar,
sehingga lebih menunjukkan ukuran perusahaan yang sebenarnya.
2. Leverage
Leverage merupakan persentase perbandingan antara total utang dengan total
ekuitas. Rasio ini menunjukkan seberapa besar dari total keseluruhan asset perusahaan yang
diperoleh atau didanai oleh utang. Hal ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Gillan,
Hartzell dan Starks (2003); (Durnev dan Kim, 2003).
E. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan statistik deskriptif, dan
pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS
release 16.
A. Statistik Deskriptif
Pengujian ini terdiri dari penghitungan mean, median, standar deviasi, maksimum,
dan minimum dari masing-masing data sampel. Pengujian ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut.
B. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda, uji
beda T dan ANOVA.
1. Analisis Regresi Berganda
Untuk pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Sebagai prasyarat pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik untuk
memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien
regresinya efisien (Gujarati, 2003). Pengujian asumsi klasik meliputi:
1) Uji Normalitas
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat normal atau tidak. Hasil pengujian normalitas data
dilakukan dengan uji Kolmogorov-Sminorv. Kriteria pengujian apabila value
> 0.05 maka data berdistribusi secara normal, sedangkan apabila value < 0.05
data tidak berdistribusi normal. Hal ini didukung juga dengan tampilan grafik
histogram dan normal probability plot.
2) Uji Multikolineritas
Multikolineritas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang
sempurna antara beberapa semua variabel independen dalam model regresi.
Pendeteksiannya dilakukan dengan menggunakan toleransi value VIF (variance
inflation factor). Jika nilai tolerance value 0,1 dan VIF < 10 maka tidak terjadi
multikolineritas.
3) Uji Autokorelasi
Uji ini untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang sempurna antara
anggota-anggota observasi. Untuk mengetahui apakah data yang digunakan
dalam model regresi terdapat autokorelasi atau tidak, dapat diketahui melalui uji
Durbin-Watson. Apabila nilai DW lebih besar dari batas atas (du) dan kurang
dari 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4) Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas berarti terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan
pengganggu. Untuk menentukan heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot,
titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, baik diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6
+ b7X7 + b8X8 + e
Tabel 3.1 Keterangan Persamaan Regresi Berganda
Simbol Keterangan
Y : Kinerja keuangan perusahaan diukur dengan CFROAX1 : Proporsi dewan komisaris independenX2 : Latar belakang culture atau etnic presiden komisaris, 1 = Pribumi, 2 =
Tionghoa, 3 = LainnyaX3 : Latar belakang pendidikan presiden komisaris, 1 = bisnis / keuangan, 0 =
lainnyaX4 : Jumlah Rapat dewan komisarisX5 : Proporsi komite audit independenX6 : Jumlah Rapat komite auditX7 : Ukuran perusahaanX8 : Leverageb0 : Konstan
b1 – b8 : Koefisien regresie : Error
2. Uji beda T dan ANOVA
Uji beda T digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak
berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda, sedangkan anova digunakan untuk
menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih
variabel independen (skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua)
(Ghozali, 2003).
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil analisis terhadap data yang digunakan
dalam penelitian dan pembahasan hasil analisis.
A. Analisis Deskriptif Data
Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif.
1. Seleksi Sampel
Analisis deskriptif dalam penelitian ini berisi mengenai profil subyek penelitian dan
karakteristik data yang digunakan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. Pada tabel dibawah ini akan ditunjukkan
mengenai jumlah populasi menurut klasifikasi industrinya:
Tabel 4.1Populasi dan Klasifikasi Industri
PerusahaanNo Klasifikasi Industri Jumlah Persentase (%)
1 Industri Jasa 66 17.362 Industri Keuangan 67 17.633 Industri Manufaktur dan lainnya 247 65.00
Total 380 100.00
Berdasarkan teknik pengambilan sampel dalam BAB III, maka jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 perusahaan. Jumlah sampel dan
klasifikasi industri, dapat dilihat dalam table 4.2 berikut:
Tabel 4.2Sampel dan Klasifikasi Industri
PerusahaanNo Klasifikasi Industri Jumlah Total Persentase (%)
1 Service Industries 17 18.892 Finance Industries 19 21.123 Manufacture dan lainnya 54 59.99
Total 90 100.00
Terdapat perbedaan jumlah persentase antara populasi dan sampel pada sektor jasa
dan manufaktur diakibatkan keterbatasan data pada sektor tersebut, sehingga diganti dengan
perusahaan dari sektor keuangan.
B. Statistik Deskriptif
Kinerja keuangan sebagai variabel dependen dalam penelitian ini diukur dengan
CFROA yaitu EBIT ditambah Depresiasi dibagi dengan total aset. Pada tabel di bawah ini
akan dijelaskan statistik deskriptif dari variabel-variabel penelitian. Informasi mengenai
statistik deskriptif tersebut meliputi: nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar
deviasi dihitung menggunakan alat bantu perangkat statistik SPSS release 16. Hasil dari
perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3Statistik Deskriptif Variabel-Variabel Penelitian
Variabel Min Max Mean Std.deviasi
CFROA 9.26 2156.89 65.21 1.320 Prop_DKI .50 100.00 42.93 15.380 Rapat_DK 2 52 7.84 7.465 Prop_KAI 25.00 100.00 55.61 22.738 Rapat_KA 1 104 10.26 13.156 Total_Asset 3.15E8 2.04E14 1.0997E13 2.658 Leverage -1.90 1487.00 18.98 338.513
Berdasarkan tabel 4.3 diatas hasil deskriptif kinerja keuangan yang diukur dengan
CFROA diperoleh rata-rata sebesar 65.21% yang berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel
mampu menghasilkan laba bersih sebelum pajak dan depresiasi sebesar 65.21% dari seluruh
total aktiva. Hasil ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum
pajak cukup baik. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi perekonomian Indonesia pada
tahun 2007 cukup stabil. Pertumbuhan ekonomi 2007 mencapai 6% atau lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi 2006 sebesar 5,5%. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi
dan investasi. Kenaikan gaji PNS dan peningkatan UMR menyebabkan peningkatan
konsumsi berlanjut dengan peningkatan daya beli masyarakat (Abdullah, 2007). Dari sisi
investasi ada peningkatan investasi swasta baik berbentuk PMA maupun PMDN. Adanya
peningkatan ekspor dari beberapa komoditas yang memberikan sumbangan terbesar seperti
tekstil, peralatan listrik, produk kimia, peralatan mesin dan komoditi yang berbasis sumber
daya alam (www.gemapembebasan.or.id).
Ada sekitar 43% susunan dewan komisaris pada perusahaan-perusahaan di Indonesia
terdiri dari anggota komisaris independen. Proporsi ini sudah baik karena berdasarkan
peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam pada tanggal 1 Juli tahun 2000, bahwa proporsi
dewan komisaris independen adalah 30% dari total anggota dewan komisaris. Jadi rata-rata
proporsi dewan komisaris independen untuk perusahaan sampel sudah terpenuhi. Ada 52
perusahaan sampel yang memiliki proporsi dewan komisaris independen lebih dari 50%,
sisanya 38 perusahaan mempunyai proporsi dewan komisaris independen dibawah itu.
Agar proses pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan efektif,
corporate governance guidelines (2007) menyatakan bahwa minimal dewan komisaris harus
mengadakan rapat intern sebanyak 4 kali dalam 1 tahun. Dari data statistik deskriptif di atas
terdapat 13 perusahaan (14.44%) yang menyelenggarakan rapat dibawah ketentuan yang ada.
Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran perusahaan-perusahaan di Indonesia
akan ketentuan yang telah ditetapkan. Sisanya 77 perusahaan sudah memenuhi ketentuan
jumlah rapat yang ditentukan.
Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah memenuhi peraturan
Bapepam terkait dengan proporsi komite audit independen minimal sebesar 33%. Hal ini
terbukti dengan jumlah rata-rata proporsi komite audit independen perusahaan-perusahaan di
Indonesia, yaitu sebesar 55.61%. Dari total perusahaan sampel, hanya ada 1 perusahaan yaitu
PT Semen Gresik yang proporsi komite audit independennya tidak sesuai dengan regulasi
yang ada. Masih terkait dengan peraturan Bapepam, yang menyebutkan bahwa komite audit
independen harus menyelenggarakan rapat intern minimal 4 kali dalam 1 tahun (corporate
governance guidelines, 2007). Dari data statistik masih ada 7 perusahaan di Indonesia yang
tidak mematuhi ketentuan rapat intern komite audit. Sisanya yaitu 83 perusahaan sudah
memenuhi ketentuan yang ada. Berarti kesadaran perusahaan untuk melakukan rapat sudah
baik dan tidak hanya untuk memenuhi regulasi saja.
Berdasarkan tabel 4.3 di atas juga dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ukuran
perusahaan sebesar Rp.1.0997E13. Dari seluruh jumlah sampel dalam penelitian ini, terdapat
38 perusahaan (42.22%) yang mempunyai ukuran perusahaan di atas nilai rata-rata artinya 38
perusahaan dalam sampel ini merupakan perusahaan besar dan 57.77% sisanya yang
mempunyai nilai di bawah rata-rata merupakan perusahaan kecil.
Rata-rata leverage perusahaan di Indonesia pada tahun 2007 adalah sebesar 18.98%.
artinya bahwa rata-rata modal perusahaan yang berasal dari hutang sebesar 18.98%. Semakin
kecil leverage berarti semakin bagus karena perusahaan mampu melunasi utang dengan
modalnya.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan 2 pengujian, yaitu
pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda, dan didukung dengan uji beda T
serta ANOVA. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi klasik, hasil pengujian data
untuk penelitian ini disajikkan pada lampiran 3.
1. Analisis Regresi Berganda
Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu proporsi
dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris, latar
belakang etnis presiden komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah
rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota
komite audit, jumlah rapat komite audit. Dua variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan
leverage terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan perusahaan.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.
Berikut ini adalah hasil dari analisis regresi linier berganda yang disajikan dalam bentuk tabel
beserta penjelasannya.
Tabel 4.4 berikut adalah hasil pengujian dengan analisis regresi berganda.
Tabel 4.4Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel Coefficient Std.Error t Sig
Constant 4.334 1.087 3.986 .000Prop_DKI 0.001 .006 .156 .876LBC_PK 0.337 .159 2.121 .037**LBP_PK -0.037 .166 -.224 .823Rapat_DK 0.000 .012 -.014 .989Prop_KA 0.000 .004 .103 .918Rapat_KA 0.018 .006 2.792 .007**
Asset (Log) -0.113 .092 -1.223 .225Leverage 0.000 .000 -2.653 .010**
R Square .259Adjusted R Square .186F 3.540Sig .001
** Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05* Secara statistik signifikan pada tingkat 0.10
Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut diperoleh nilai R2 dan Adjusted (R2) adalah
0.259 dan 0.186. Sesuai dengan Ghozali (2003) bahwa bila dalam model terdapat variabel
independen lebih dari dua maka angka adjusted R square lebih baik dalam menilai
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan nilai
Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 18.6% variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independen dan variable kontrol dan sisanya sebanyak 81.4% (100%-
18.6%) dijelaskan oleh faktor lain. Nilai F hitung sebesar 3.540 dengan probabilitas 0.001
(<0.05), berarti bahwa variabel-variabel independen dan kontrol secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa koefisien dari variabel independen
yang signifikan secara statistik adalah latar belakang etnis presiden komisaris dengan nilai
signifikansi yang diperoleh sebesar 0.037 artinya bahwa latar belakang etnis presiden
komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada tingkat 5% dan jumlah
rapat komite audit dengan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.007 pada tingkat
signifikansi 5%. Sedangkan untuk variabel kontrol yang berpengaruh pada variabel dependen
adalah leverage pada tingkat 5%.
Variabel-variabel lain yang tidak signifikan secara statistik adalah proporsi dewan
komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota dewan komisaris (ρ-value = 0.876),
latar belakang pendidikan presiden komisaris (ρ-value = 0.823), jumlah rapat dewan
komisaris (p-value = 0.989), proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh
anggota komite audit (ρ-value = 0.918). Variabel kontrol ukuran perusahaan (ρ-value =
0.225) variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh dikarenakan nilai signifikansi yang
diperoleh dari hasil pengujian nilainya jauh diatas 0.05.
2. Uji beda T dan ANOVA
Uji beda T digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan
memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda T dilakukan dengan cara membandingkan
perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel
(Ghozali, 2003). Dalam penelitian ini uji beda T dilakukan pada variabel kontrol leverage.
Hal ini dikarenakan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Leverage dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan
dengan leverage di atas rata-rata yang di kode 1 dan kelompok perusahaan dengan leverage
di bawah rata-rata yang di kode 0.
Tabel 4.5Hasil Uji Beda TGroup Statistic
Leverage Mean Std.deviationDi atas mean 1.6269 2.46Di bawah mean 2.9334 2.74
Berdasarkan analisis tabel 4.5 terlihat bahwa rata-rata kinerja keuangan perusahaan
untuk perusahaan yang mempunyai leverage di atas rata-rata adalah 1.6269 sedangkan untuk
kelompok perusahaan yang mempunyai leverage di bawah rata-rata adalah 2.9334 di sini
terlihat jelas bahwa kinerja keuangan perusahaan antara perusahaan yang mempunyai
leverage di atas rata-rata dan perusahaan yang mempunyai leverage di bawah rata-rata
berbeda. Untuk melihat apakah perbedaan ini memang nyata secara statistik, maka kita harus
melihat hasil independen sampel test. Yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.6Hasil Uji Beda t
Independent Sample Test
Levene`s Test Equality T-test for Equality of Means Of Variance
CFROA F Sig t Sig. (2-tail)Equal variance assumed .110 .741 -4.343 .000Equal variance not assumed -4.426 .000
Berdasarkan hasil tabel diatas bahwa F hitung levene test sebesar 0.110 dengan p-
value 0.741 karena signifikansi > 0.05 maka dapat disimpulkan memiliki variance yang
sama. Dengan demikian analisis uji beda T harus menggunakan asumsi equal variance
assumsed adalah -4.343 dengan signifikansi 0.000 (two tail). Jadi dapat disimpulkan bahwa
rata-rata kinerja keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang
mempunyai leverage di atas rata-rata dan perusahaan yang mempunyai leverage di bawah
rata-rata.
ANOVA digunakan untuk menguji hubungan antara satu variabel independen (skala
metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik). Dalam penelitian ini,
ANOVA digunakan untuk menguji variabel latar belakang etnis presiden komisaris karena
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan
mempunyai 3 kategori.
Tabel 4.7Hasil ANOVA
Levene`s Test of Equality of Error Variances
F df1 df2 Sig.429 2 87 .653
Hasil uji levene test menunjukan bahwa nilai F test sebesar 0.429 dan tidak signifikan
pada 0.05 (ρ>0.05) yang berarti variance sama dan asumsi ANOVA diterima
Tabel 4.8Hasil Anova
Test of Between-Subjects Effects
Source F Sig
Corrected Model 4.021 .021Intercept 495.430 .000LBC_PK 4.021 .021
R-Square = .085Adjusted R-square = .064
Berdasarkan pengujian ANOVA, nilai F hitung diperoleh 495.430 untuk intercept dan
signifikan pada 0.05. Begitu juga dengan variabel latar belakang etnis presiden komisaris
dengan nilai F sebesar 4.021 dan signifikan pada 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa latar
belakang etnis presiden komisaris mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Besarnya
nilai adjusted R-square 0.064 mempunyai arti bahwa variabel kinerja keuangan dapat
dijelaskan oleh variabel latar belakang etnis presiden komisaris sebesar 6.4%
Tabel 4.9Hasil ANOVA Post Hoc test
Turkey HSD 1 2 -.3265 .210 3 -1.2045 .042
2 1 .3265 .2103 -.8780 .195
3 1 -.3265 .0422 .8780 .195
Bonferroni 1 2 -.2867 .277 3 -3.8630 .048
2 1 .2867 .2773 -3.5763 .255
3 1 3.860 .0482 3.5763 .255
Hasil turkey HSD maupun bonferroni menunjukan bahwa terdapat perbedaan kinerja
keuangan antara presiden komisaris etnis pribumi dengan presiden komisaris etnis negara lain
dengan rata-rata perbedaan kinerja keuangan sebesar 1.2045 dan signifikan pada 0.042.
Perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris etnis pribumi dan presiden komisaris
etnis tionghoa sebesar .3265 dan secara statistik tidak signifikan (ρ-value = 0.210 jauh diatas
0.05). Sedangkan perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris etnis tionghoa
dengan presiden komisaris negara lain sebesar .8780 dan secara statistik tidak signifikan (ρ-
value = 0.195 jauh diatas 0.05).
D. Pembahasan Hasil Analisis
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa
hipotesis latar belakang culture presiden komisaris, jumlah rapat komite audit dan variabel
kontrol leverage berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil pengujian juga menunjukkan
bahwa variabel independen dan kontrol hanya mempengaruhi variabel dependen yaitu kinerja
keuangan sebesar 18.6% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Variabel latar belakang culture presiden komisaris berpengaruh secara statistik pada
level 5% terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Carter, Simkins dan Simpson (2003) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi
oleh latar belakang culture dewan komisaris. Hasil ini didukung dengan uji ANOVA yang
menyebutkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan antara presiden komisaris dengan
latar belakang presiden komisaris etnis pribumi dengan etnis dari negara lain. Artinya bahwa
kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan presiden komisaris berasal dari
etnis pribumi akan berbeda dengan presiden komisaris yang berasal dari etnis negara lain. Hal
ini bisa disebabkan karena sifat karakteristik dari masing-masing etnis berbeda, misalnya sifat
karakeristik yang dimiliki etnis dari negara lain yaitu etos kerja (semangat kerja) tinggi,
rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi pada kesuksesan material, hemat dan
bersahaja, tidak mengumbar kesenangan, menabung dan investasi (Sugiyono, 2007) .
Jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada
tingkat signifikansi 5%. Jumlah rapat komite audit dapat menjadi salah satu mekanisme
corporate governance yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Artinya,
Perusahaan di Indonesia tidak menggunakan komite audit hanya sebagai pelengkap saja, akan
tetapi dilatar belakangi kebutuhan perusahaan akan adanya komite audit. Komite audit
dipandang oleh banyak pihak sebagai alat monitoring untuk menghindari kecurangan dalam
pelaporan keuangan dan memonitor kinerja manajemen. Komite audit yang melakukan
pertemuan secara rutin dengan dewan komisaris, dewan direksi, internal auditor, eksternal
auditor, penasehat perusahaan memungkinkan untuk membahas mengenai penyelesaian
pekerjaaan, permasalahan yang dihadapi perusahaan dan bersama-sama mencari penyelesain
terbaik untuk perusahaan (Menon dan Williams, 1994). Semakin sering komite audit
melakukan rapat maka komite audit melakukan fungsi pengawasan dengan baik, berarti
pelaksanaan corporate governance berjalan efektif dan pada akhirnya akan mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan (Bradbury, Mak dan Tang, 2004). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Menon dan Williams (1994); Bradbury dkk
(2004); Raghunandan, Read dan Rama (2001); Kelley, Koh, Tong (2005); Zahra dan Pearce
(1989).
Leverage sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan pada tingkat signifikansi 5%. Hasil ini didukung dengan uji
beda T yang hasilnya adalah rata-rata kinerja keuangan perusahaan berbeda secara signifikan
antara perusahaan yang mempunyai leverage di atas rata-rata dan perusahaan yang
mempunyai leverage di bawah rata-rata. Pada dasarnya perusahaan memerlukan dana untuk
membiayai aktivitas operasional perusahaan dalam mencapai tujuannya, dana tersebut
didapat perusahaan salah satunya dari modal pinjaman. Apabila perusahaan mampu
mengalokasikan dananya dengan baik tentunya perusahaan akan dengan mudah untuk
mengoptimallisasi operasional perusahaan dalam memaksimalkan laba sehingga kinerja
keuangan perusahaan akan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Durnev dan
Kim (2003).
Dari hasil pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel-variabel
independen yang lain yaitu proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh
anggota dewan komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris, jumlah rapat dewan
komisaris, proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit
serta variabel kontrol ukuran perusahaan ternyata tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya t signifikan yang nilainya lebih
besar dari 5%.
Variabel proporsi dewan komisaris independen terhadap jumlah seluruh anggota
dewan komisaris ditemukan secara statistik tidak mempengaruhi kinerja keuangan
perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengangkatan atau penambahan anggota dewan
komisaris independen di kebanyakan perusahaan di Indonesia dimungkinkan hanya sekedar
memenuhi ketentuan formal dari pemerintah saja, dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan
corporate governance yang baik di dalam perusahaan tersebut (Gideon, 2006). Hal menarik
dapat dilihat berkaitan dengan independensi, terdapat fenomena di Indonesia yang
memberikan jabatan komisaris kepada seseorang bukan berdasarkan kompetensi dan
profesionalisme namun hanya sebagai penghargaan atau penghormatan (Surya dan
Yustiavanda, 2006). Sehingga dapat dikatakan pemilihan komisaris di Indonesia kurang
mempertimbangkan Integritas serta kompetensi. Selain itu hasil ini mendukung survai dari
Asian Development Bank bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham
mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen dan fungsi pengawasan tidak
efektif karena timbulnya masalah dalam koordinasi, komunikasi, dan pembuatan keputusan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cornet, Marcuss dan
Tehranian (2006); Gideon(2006); Feltham dan Pae (2000). Dan bertentangan dengan hasil
penelitian Dwivedi dan Jain (2005); Black dkk (2005).
Variabel latar belakang pendidikan presiden komisaris terbukti tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Tidak adanya pengaruh tersebut karena dalam
penelitian ini mendifinisikan latar belakang pendidikan secara spesifik pada ekonomi dan
bisnis. Ada kemungkinan latar belakang pendidikan dewan komisaris sesuai dengan jenis
usaha perusahaan. Selain itu adanya kebutuhan akan soft skill dalam menjalankan bisnis,
sedangkan yang diperoleh di bangku kuliah adalah pendidikan hard skill (Penelitian dari
Harvard University). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti dkk
(2007).
Variabel jumlah rapat dewan komisaris ditemukan tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hal ini bisa dikarenakan rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris
belum dilakukan secara efektif dan hanya sebagai pelengkap saja. Kebanyakan perusahaan di
Indonesia dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal dari corporate
governance guidelines (2007), dimana dewan komisaris harus memiliki skedul atau jadwal
pertemuan tetap dan dapat dilakukan pertemuan tambahan sesuai dengan kebutuhan serta
dilakukan pada saat yang tepat, dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan corporate
governance yang baik di dalam perusahaan tersebut. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Vafeas (2003); Brick dan Chidambaran (2007).
Variabel proporsi komite audit independen terhadap jumlah seluruh anggota komite
audit terbukti tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa pengangkatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen pada
perusahaan di Indonesia mungkin hanya sekedar memenuhi ketentuan formal dari pemerintah
saja, antara lain peraturan Bapepam dengan surat edaran No. SE-03/PM/2000 menyaratkan
bahwa setiap perusahaan publik di Indonesia wajib membentuk komite audit dan tidak
dimaksudkan untuk menegakkan corporate governance yang baik di dalam perusahaan
tersebut. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000).
Namun, hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Forker (1992); Menon
dan Wiliams (1994).
Variabel kontrol ukuran perusahaan ditemukan tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darmawati dkk (2004)
yang menyatakan bahwa pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan belum jelas
arahnya. Perusahaan yang berukuran besar dianggap memiliki masalah keagenan yang besar
pula sehingga belum bisa mengoptimalkan kinerjanya dengan lebih baik (Durnev dan Kim,
2003). Klaper dan Love (2003) menyatakan bahwa perusahaan kecil bisa memiliki
kesempatan tumbuh sehingga membutuhkan dana eksternal dari pihak luar sehingga
perusahaan tersebut akan melakukan corporate governance dengan lebih baik. Jadi, ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan karena baik perusahaan yang
berukuran besar maupun yang berukuran kecil masing-masing mempunyai kepentingan dan
tujuan terhadap penerapan corporate governance.
Tabel 4.10Ringkasan Hasil Pengujian:
Variabel Regresi t-test/ Berganda Anova
Proporsi Dewan Komisaris Independen - - Latar Belakang culture Presiden Komisaris √ √ Latar Belakang Pendidikan Presiden Komisaris - - Jumlah Rapat Dewan Komisaris - -Proporsi Komite Audit Independen - - Jumlah Rapat Komite Audit √ - Firm Size - - Leverage √ √
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, variabel independen yang
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan adalah latar belakang culture presiden komisaris
(didukung dengan uji ANOVA), jumlah rapat komite audit dan variabel kontrol leverage
(didukung dengan uji beda T).
BAB V
PENUTUP
Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi, maka dalam bab ini akan disajikan
kesimpulan, saran dan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya. Kesimpulan dan saran yang
disampaikan dalam bab ini seluruhnya didasarkan pada hasil analisis data dan pengujian
hipotesis.
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dibuat kesimpulan:
1. Faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan didasarkan dari hasil
pengujian regresi berganda adalah sebagai berikut:
a. Latar belakang culture presiden komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hal ini dikarenakan pemikiran dan tindakan seorang presiden
komisaris dipengaruhi oleh ras dan culture.
b. Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada tingkat signifikansi 1%. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
sering komite audit melakukan pertemuan rutin komite audit telah melakukan
tugasnya dengan baik dan fungsi pengawasan dilakukan secara maksimal.
c. Variabel kontrol leverage berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Pada dasarnya perusahaan memerlukan dana untuk membiayai
aktivitas operasional dalam mencapai tujuannya, dana tersebut didapat perusahaan
salah satunya berasal dari modal pinjaman.
2. Variabel independen yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan
adalah proporsi dewan komisaris independen, latar belakang pendidikan presiden
komisaris, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi komite audit independen. Hal ini
mengindikasikan bahwa corporate governance yang diterapkan belum berjalan
dengan baik. Ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol lainnya juga tidak
berpengaruh secara signifikan.
B. SARAN
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Oleh karena latar belakang etnis presiden komisaris berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan, maka sebaiknya dalam menunjuk atau mengangkat seorang
presiden komisaris perlu diperhatikan juga sifat karakteristik personal presiden
komisaris, karena dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
2. Jumlah rapat komite audit terbukti berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Alangkah baiknya perusahaan mengadakan rapat komite audit yang
insentif, karena semakin sering komite audit melakukan rapat berarti permasalahan
yang dihadapi perusahaan dapat didiskusikan dan mendapat solusi yang terbaik untuk
memecahkan permasalahan tersebut, sehingga akan berdampak pada kinerja keuangan
perusahaan.
3. Meskipun Leverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sebaiknya
perusahaan tetap menjaga tingkat utangnya jangan sampai terlalu tinggi dan masih
dalam batas yang wajar. Karena leverage yang tinggi berarti perusahaan banyak
mendapat modal dari utang. Jika dimasa mendatang perusahaan tidak dapat
melunasinya maka akan menyebabkan kebangkrutan.
C. KETERBATASAN
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mengenai corporate
governance hanya sebatas pada dewan komisaris dan komite audit.
2. Variabel dependen kinerja keuangan perusahaan hanya menggunakan proksi CFROA
3. Variabel kontrol ukuran perusahaan hanya menggunakan total aset sebagai ukuran.
D. REKOMENDASI
Beberapa rekomendasi untuk peneliti-peneliti selanjutnya adalah:
1. Sebaiknya variabel independen corporate governance ditambah cakupannya, seperti
struktur kepemilikan, keberadaan auditor, keberadaan dewan direksi, atau
mengembangkan instrumen pengukuran untuk menghitung indeks corporate
governance perusahaan publik di Indonesia. Misalnya yang diterbitkan IICG
(Indonesian Institute of Corporate Governance) yaitu skor CGPI (Corporate
Governance Perception Index) yang diterbitkan di media masa tiap tahunnya.
2. Variabel dependen kinerja keuangan perusahaan dengan proksi CFROA dapat diubah
dengan proksi yang lain misalnya return saham.
3. Variabel kontrol ukuran perusahaan dengan proksi total aset dapat diganti dengan
menggunakan proksi lain, seperti jumlah penjualan atau jumlah karyawan perusahaan.
REFERENSI
Abdullah, B. 2007. Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2007. www.setneg.go.id. 2 Mei 2009
Adams, C.A.dan Harte, G. 1998. The Changing Portrayal of The Employment of Women in British bank’s and Retail Companies Corporate Annual Reports. Accounting Organizations and Society, vol. 23. No. 80:781-812
Ahmed, K dan Nichols, D. 1994. The Impact of non-financial company characteristic on Mandatory disclosure Compliance in Developing Countries: The Case of Bangladesh. International Journal of Accounting, vol. 29, No. 1:62-77
Barucci, E dan J. Falini. 2004. Determinants of Corporate Governance in Italy. http://papers.ssrn.com. 21 Agustus 2008
Black, Bernard S, H. Jang, dan W. Kim. 2003. Does Corporate Governance Affect Firm Value? Evidence From Korea. http://papers.ssrn.com. 21 Agustus 2008
Black, Bernard S, H. Jang, dan W. Kim. 2005. Predicting Firms Corporate Governance Choices: Evidence From Korea. Journal of Corporate Finance, vol. 12: 660-691
Bradbury, M. E, Y. T. Mak dan S. M. Tan. 2004. Board Characteristic, Audit Comittee Characteristic and Abnormal Accruals. . http://papers.ssrn.com. 10 Oktober 2008
Brick E, Ivan, dan Chidambaran N.K. 2007. Board Meetings, Committee Structure, and Firm Performance. http://papers.ssrn.com. 23 Agustus 2008
Brown, D, Lawrence, dan Caylor, L, Marcus. 2004. Corporate Governance and Firm Performance. http://papers.ssrn.com. 10 Oktober 2008
Carcello, J.V dan Neal T.L. 2000. Audit Comitte Composition and Auditor Reporting. http://papers.ssrn.com. 4 Oktober 2008
Carlson, S. J dan C. T, Bathala. 1997. Ownership Differences and Firm’s Income Smoothing Behavior. Journal of Business Finance and Accounting, vol. 24: 179-196
Carter, D. A, B. J, Simkins, dan W.G. Simpson. 2003. Corporate Governance, Board Diversity, and Firm Value. The Financial Review, vol. 38: 33 – 53
Chau, G, dan Leung, Patrick. 2006. The impact of board composition and family ownership on audit committee formation:Evidence from Hong Kong. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, vol. 15:1–15
Coglianese, C. 2004. The Role of Goverment in Corporate Governance, Havard University
Cohen, A. 1974. Two-Dimensional Man. Routledge and Kegan Paul, London.
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. 2006. Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. http://papers.ssrn.com/. 23 Agustus 2008
Dalton, D.R, J.L. Johnson, dan A.E. Ellstrand. 1999. Number of Director and Financial Performance: A Meta-Analysis. Academy of Management Journal, vol. 42: 674-686
Darmawati, D, Khomsiyah, Rika. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasiomal Akuntansi VII, IAI
Deegan, C., dan Rankin, M. 1997. The materiality of environmental information to users of annual reports. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 10: 562-583
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (Edisi kedua). Jakarta: Penerbit Balai Pustaka
Durnev, A dan E. H. Kim. 2003. To Steal or Not to Steal:Firm Attributes, Legal Environment, and Valuation. http://papers.ssrn.com. 21 Agustus 2008
Dwivedi, Neeraj dan Jain, K.A. 2005. Corporate Governance and Performance of Indian Firms: The Effect of Board Size and Ownership. Employee Responsibilities and Right Journal, vol.17: 179-180
Effendi, M.A. 2005. Peranan Komite Audit Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Pemerintah, vol. 1: 51 - 57
Felthem, Gerald A dan J. Pae. 2000. Analysis of the Impact of Accounting Accruals on Earnings Uncertainty and Response Coefficients. Journal of Accounting, Auditing and Finance, vol.2: 119-224
Forker, John J. 1992. Corporate Governace and Disclosure Quality. Accounting and Business Research, vol. 22: 111-124
Gideon S. B. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. SNA VIII Solo
Ghozali, I. 2005. Analisis MultivariateDengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gillan, S.L, J.C Hartzell dan L.T Starks. 2003. Industries, Investment Opportunities, and Corporate Governance Structures. http://papers.ssrn.com/. 23 Agustus 2008
Haniffa R.M. dan Cooke T.E. 2005. The impact of culture and governance on corporate social reporting. Journal of Accounting and Public Policy, vol. 24: 391–430
Hansen, D dan Mowen, M. 1997. Fundamental Cornerstones of Managerial Accounting. www.alibris.co.uk/search/books. 20 November 2008
Hawkins. 1979. The Oxford Paperback Dictionary.www.damandiri.or.id.10 Oktober 2008Herwidayatmo. 2000. Implementasi Good Corporate Governance untuk Perusahaan Publik
Indonesia. Usahawan No.10 TH XXIX
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=112&Itemid=33,5 Agustus 2007.
http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg00199.html, 28 Agustus 2007.
http://www.nakertrans.go.id/pusdatinnaker/BPS/Be. 10 Oktober 2008.
Johnson, Simon; P. Boone; A.Breach; dan E. Friedman. 2000. Corporate Governance In Asian Financial Crisis. Journal of Financial Economics, vol. 58: 141-186.
Kaplan, R, S dan D, P, Norton. 1996. The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action. www.eaie.org//kettunen.pdf. 8 November 2008.
Kelley, S. O. Ping-Sheng Koh dan Y.H Tong. 2005. Accountability and Value Creation Roles of Corporate Governance. http://www.ssrn.com. 10 Oktober 2008.
Klapper, Leora dan I, Love. 2002. Corporate Governac, Investor Protection, and Performance in Emerging Market. World Bank Policy research Working Paper, April.
Komite Nasional Kebijakan Governance .2004. Pedoman Tentang Komisaris Independen. http://www.governance-indonesia.or.id/main.htm. 28 Agustus 2008
Kusumastuti, Sari, Supatmi, dan Sastra, Perdana. 2007. Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance. Jurnal Akuntansi DanKeuangan, vol. 9, No. 2: 88-98
Litbang Gema.2007. Kondisi perekonomian indonesia Refleksi akhir tahun 2007. www.gemapembebasan.or.id. 11 Mei 2009
Lingle, J,H dan Schiemann, W, A. 1996. Managing Change: Performance Measurement for Destination. www.financeandprofitabilitybooks.com. 20 November 2008.
Majalah Swa-sembada. 2005. Edisi 09/XXI/28 April-Mei.
Matolcsy, Z.P., S. Lim, dan D. Chow. 1997. The Value-Relevance of Board Compositionwithin Corporate Governance. http://www.ssrn.com. 10 Oktober 2008.
Menon, K and Williams J,D. 1994. The Use of Audit Committees for Monitoring. Journal Accounting and Public Policy vol. 13: 121-139.
Monks, Robert A.G., and Minow, N. 2003. Corporate Governance 3rd edition. Blackwell Publishing.
Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat dan rekayasa. (Edisi kedua). Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Nasution, M dan D, Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli 2007, Makasar.
Neimark, M.D. 1992. The Hidden Dimensions of Annual Reports. Paul Chapman. LondonNurudin. 2004. Menggugat Pendidikan Hard Skil. http://www.suaramerdeka.com. 28
Agustus 2008OECD. 1999. OECD Principles of Corporate Governance.www.oecd.org. 11 April 2008OECD.2004. OECD Principles of Corporate Governance.www.oecd.org. 11 April 2008
Pradhono dan Yulius Jogi Cristiawan. 2004. Pengaruh Economic Value Added , Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2: 140-166
Raghunandan, K, W.J Read dan Rama D.V. 2001. Audit Comittee Composition, Gray Director, and Interaction With Internal Audit.Accounting Horizonsw. Vol.15, N0. 2. Hal. 105.
Roberts, C. 1992. Environmental disclosures: A note on reporting practices in mainland Europe. Accounting, Auditing and Accountability. vol. 4, No, 3: 62–71
Santrock, John W. 1995. Life Span Development:Perkembangan Masa Hidup, edisi 5 jilid II,Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach, Third Edition, New York: John Wiley & Sons, Inc
Simon S.M Ho, kar Shun Wong. 2001. A study of the relationship between corporate governance structures and the extent of voluntary disclosure. Journal of Accounting and Public Policy. ELSEVIER 139-156
Shleiver, A. Dan R.W. Vishny. 1997. A Survey Of Corporate Governance. Journal Of Finance vol, 52: 737-783
Short, Helen. 1999. Corporate Givernance: From Accountability to Enterprise, Accounting and Business Research, vol. 29, No. 4: 997-352
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Sugiarsono, Joko. 2008. GCG Antara Teori dan Praktek. Swasembada 01/XXIV/9-23
Sugiyono. 2007. Menjawab Stigma, Mewariskan Tradisi. http://www.kabarejogja.com/new/canthing2.html. 14 Juni 2008
Sunarto. 2003. Corporate Governance dan Kinerja Saham. Fokus Ekonomi. vol. 2, No. 3: 240-257
Surya, Indra dan I. Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, Penerbit Kencana, Jakarta
Syakhroza, Akhmad. Teori Corporate Governance. Usahawan No. 08 Th.XXXII. Agustus:19-25
Theresia Dwi Hastuti. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakart). Simposium Nasional Akuntansi VIII
Ujiyanto M,A dan Bambang A Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X.
Utama, Sidharta, dan Cynthia Afriani. 2005. Praktek Corporate Governance dan Penciptaan Nilai Perusahaan: Studi Empirisdi BEJ. Usahawan, No. 8 Tahun XXXIV
Vafeas, Nikos, 2003. Further evidence on Compensation Committee composition as a determinant of CEO compensation, Financial Management, vol. 32: 53-70
www.wikipedia.org./Bahasa Indonesia Ensiklopedia bebas/. 11 April 2008Woodward, D.G. 1998. Specification of a Content-Based Approach for Use in Corporate
Social Reporting Analysi. Southampton Institute Working Paper.
Zahra, S. A dan J.A Pearce. 1989. Boards of Directors and Corporate Performance: A review and integrative model. Journal of Management, vol. 15, No. 2: 291-334
LAMPIRAN
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum MeanStd.
Deviation
CFROA 90 9.26 2156.89 65.2186 228.00297
Valid N (listwise)
90
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum MeanStd.
Deviation
ProporsiDK 90 .50 100.00 43.8127 15.38044
RapatDK 90 2 52 7.84 7.465
ProporsiKA 90 25.00 100.00 57.5952 22.73830
RapatKA 90 1 104 9.92 13.156
LogTA 90 8 14 12.23 1.003
leverage 90 -1.90 1487.00 18.9807 156.51790
Valid N (listwise)
90
LAMPIRAN HASIL UJI ASUMSI KLASIKNormalitas
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 90
Mean .0000000Normal Parametersa
Std. Deviation .73656523
Most Extreme Absolute .110
Positive .110
Negative -.052
Kolmogorov-Smirnov Z 1.042
Asymp. Sig. (2-tailed) .228
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel di atas menunjukkan nilai probabilitas jauh di atas 0.05, yaitu
sebesar 0.228, hal ini dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi secara normal
(Ghozali, 2003).
Multikolineritas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 4.334 1.087 3.986 .000
ProporsiDK
.001 .006 .017 .156 .876 .803 1.246
LBC_DK .337 .159 .217 2.121 .037 .875 1.142
LBP_DK -.037 .166 -.023 -.224 .823 .888 1.126
RapatDK .000 .012 -.002 -.014 .989 .772 1.296
ProporsiKA
.000 .004 .012 .103 .918 .732 1.366
1
RapatKA .018 .006 .276 2.792 .007 .935 1.070
LogTA -.113 .092 -.132 -1.223 .225 .784 1.275
Lev .000 .000 -.301 -2.653 .010 .710 1.408
a. Dependent Variable: CFROA
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang mempunyai
nilai tolerance kurang dari 0.10, hal ini berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas.
Hasil perhitungan nilai VIF (Variance Inflation Factor) juga menunjukkan hal yang
sama, dimana tidak satupun variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih besar dari 10,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas
maka model regresi layak dipakai.
Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .509a .259 .186 .77208 1.942
a. Predictors: (Constant), Lev, ProporsiKA, RapatKA, LBC_DK, LBP_DK, ProporsiDK, LogTA, RapatDK
b. b. Dependent Variable: CFROA
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .509a .259 .186 .77208 1.942
a. Predictors: (Constant), Lev, ProporsiKA, RapatKA, LBC_DK, LBP_DK, ProporsiDK, LogTA, RapatDK
b. b. Dependent Variable: CFROA
Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada tabel di atas, nilai dhitung (Durbin Watson)
sebesar 1.942 berada di antara du dan 4-du atau du<dhitung<4-du. Nilai du sebesar 1.768
diperoleh dari tabel Durbin Watson dengan nilai signifikan 0,01 dan k =8. Setelah nilai du
diperoleh, maka dapat ditentukan nilai 4-du sebesar 2.058 (4 – 1.942). Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam penelitian ini, sehingga model
regresi yang dilakukan layak untuk digunakan.
Heteroskedastisitas
Dari grafik tersebut terlihat titik-titik yang tersebar baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y, sehingga model regresi layak dipakai.
Regression
Variables Entered/Removedb
ModelVariables Entered
Variables Removed Method
1 Lev, ProporsiKA, RapatKA, LBC_DK, LBP_DK, ProporsiDK, LogTA, RapatDKa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: CFROA
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .509a .259 .186 .77208 1.942
a. Predictors: (Constant), Lev, ProporsiKA, RapatKA, LBC_DK, LBP_DK, ProporsiDK, LogTA, RapatDK
b. Dependent Variable: CFROA
ANOVAb
ModelSum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 16.881 8 2.110 3.540 .001a
Residual 48.285 81 .596
1
Total 65.166 89
a. Predictors: (Constant), Lev, ProporsiKA, RapatKA, LBC_DK, LBP_DK, ProporsiDK, LogTA, RapatDK
b. Dependent Variable: CFROA
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
CoefficientsCollinearity
Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig.Toleranc
e VIF
(Constant) 4.334 1.087 3.986 .000
ProporsiDK
.001 .006 .017 .156 .876 .803 1.246
LBC_DK .337 .159 .217 2.121 .037 .875 1.142
LBP_DK -.037 .166 -.023 -.224 .823 .888 1.126
RapatDK .000 .012 -.002 -.014 .989 .772 1.296
ProporsiKA
.000 .004 .012 .103 .918 .732 1.366
RapatKA .018 .006 .276 2.792 .007 .935 1.070
LogTA -.113 .092 -.132 -1.223 .225 .784 1.275
1
Lev .000 .000 -.301 -2.653 .010 .710 1.408
a. Dependent Variable: CFROA
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
N
1 60
2 27
LBC_DK
3 3
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable:CFROA
F df1 df2 Sig.
.429 2 87 .653
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + LBC_DK
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:CFROA
SourceType III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model
5.514a 2 2.757 4.021 .021
Intercept 339.692 1 339.692 495.430 .000
LBC_DK 5.514 2 2.757 4.021 .021
Error 59.652 87 .686
Total 1136.290 90
Corrected Total 65.166 89
a. R Squared = ,085 (Adjusted R Squared = ,064)
Post Hoc Tests
LBC_DK
Multiple Comparisons
Dependent Variable:CFROA
95% Confidence Interval(I) LBC_DK
(J) LBC_DK
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.Lower Bound Upper Bound
2 -.3265 .19189 .210 -.7840 .13111
3 -1.2045* .48988 .042 -2.3726 -.0364
1 .3265 .19189 .210 -.1311 .78402
3 -.8780 .50393 .195 -2.0796 .3236
1 1.2045* .48988 .042 .0364 2.3726
Tukey HSD
3
2 .8780 .50393 .195 -.3236 2.0796
Bonferroni 1 2 -.3265 .19189 .277 -.7949 .1420
3 -1.2045* .48988 .048 -2.4003 -.0086
1 .3265 .19189 .277 -.1420 .79492
3 -.8780 .50393 .255 -2.1082 .3522
1 1.2045* .48988 .048 .0086 2.40033
2 .8780 .50393 .255 -.3522 2.1082
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,686.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Homogeneous Subsets
CFROA
SubsetLBC_DK N 1 2
1 60 3.3117
2 27 3.6382 3.6382
3 3 4.5162
Tukey HSDa
Sig. .719 .098
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = ,686.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7,751.
T-Test
Group Statistics
Rata2Lev N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1 21 1.6269 1.16988 .25529CFROA
0 67 2.9334 1.21282 .14817
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the Difference
F Sig. t dfSig. (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std. Error
Difference Lower Upper
Equal variances assumed
.110 .741-
4.343
86 .000-
1.30658
.30085-
1.90465
-.70851CFROA
Equal variances not assumed
-4.42
6
34.556
.000-
1.30658
.29517-
1.90609
-.70707
64
LAMPIRAN 1DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
NO Nama Perusahaan
1 Berlian Laju Tanker (BLTA)2 Millenium Pharmacon Internatio3 PT. Pelayaran tempuran emas4 Centrin Online (CENT) 5 PT Matahari Putra Prima Tbk 6 PT Hero Supermarket Tbk (HERO)7 PT Indosiar Karya Media Tbk 8 PT. Pusako Tarinka 9 PT. Pudjiadi and Sons 10 PT. Tigaraksa satria 11 PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk 12 PT Tempo Inti Media Tbk 13 Arpeni Pratama Ocean Line 14 Astra Graphia (ASGR) 15 Fortune Indonesia (FORU) 16 PT. Panorama setrawisata 17 Bank Artha Graha Internasional18 Bank Rakyat Indonesia (BBRI)19 Asuransi Bintang (ASBI)20 Asuransi Dayin Mitra (ASDM)21 Asuransi Harta Aman Pratama 22 Asuransi Multi Artha Guna 23 Bank Agroniaga (AGRO) 24 Bank Bukopin (BBKP) 25 Bank Bumi Arta (BNBA) 26 Bank Century (BCIC) 27 Bank Danamon Indonesia (BDMN).28 Asia Kapitalindo Securities 29 BFI Finance Indonesia (BFIN)30 Bank Lippo (LPBN). 31 Bank Mayapada Internasional 32 Bank Mega (MEGA) 33 Bank Niaga (BNGA) 34 PT. Pacific utama
65
35 Bintang Mitra Semetaraya (BMSR)36 Elnusa (ELSA)37 PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN)38 PT Myoh Technology Tbk39 PT Metrodata Electronics Tbk 40 PT. Modernland Reality41 PT. Royal oak development asia42 PT. Rukun Raharja43 PT. United tractors44 Gudang Garam 45 Indosat (ISAT) 46 PT. Pakuwon Jati 47 PT. Ristia Bintang Mahkotasejati48 Indofarma 49 AKR Corporindo (AKRA) 50 Bakrie Telecom (BTEL) 51 Intiland Development (DILD) 52 PT. Panca wiratama sakti 53 PT. Modern Intrnasional 54 PT. Radiant utama interinsco 55 PT. Suryainti permata 56 PT Total Bangun Persada 57 Indofarma 58 PT Jasa Marga Tbk 59 Citra Marga Nusaphala Persada 60 Darma Henwa (DEWA) 61 PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA)62 PT Indonesia Paradise Property63 PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) 64 PT. Sentul city 65 PT. Telkom Indonesia 66 PT. Wijaya karya 67 PT Jaya Real Property Tbk 68 PT Jakarta Setiabudi Internasi69 PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk 70 Ciputra Development 71 Indofood sukses makmur 72 PT. Indocement Tunggal Perkasa
66
73 Fajar Surya wisesa 74 Holcim Indonesia 75 Adhi Karya Tbk 76 Aneka Tambang Tbk 77 Apexindo Pratama Duta 78 Bakrie&Brother Tbk 79 Bumi Resources (BUMI) 80 Central Proteina Prima (CPRO) 81 PT Semen Gresik 82 PT Bukit Asam 83 PT Sumalindo Lestari Jaya 84 International Nickel (Inco) 85 Astra International (ASII) 86 Bakrieland Development (ELTY) 87 Lippo Karawaci (LPKR) 88 Bhuwanatala Indah Permai(BIPP)89 PT. Tira austenite
90 PT. Panca Global Securities