1
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE
Annisa Sumarni1, Popi Fauziati
1, Arie Frinola Minovia
1,
1Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta
Email : [email protected]
ABSTRACT
This research aims to understand how the influence of corporate governance
consisting of institutional ownership, the board of commissioners, the quality of audit,
and the committee on the audit for tax avoidance. The sample collection technique that
is used is purposive of sampling. Sample in research this is a company property, real
estate and building construction site which is listed on the Indonesia Stock Exchange
(BEI) of the years of 2010 to 2013 to as many as 37 companies. The kind of data that
used secondary data obtained from the annual financial report through www.idx.co.id.
The method of analysis used in this research is regression analysis.
The results of this research shows that elements of corporate governance
(institutional ownership, independent board of commissioners, the quality of audits, and
audit committee) influential significantly on tax avoidance being measured by BTG (Book
Tax Gap). This research result indicates that the ownership of institutional and the
quality of audit impact on tax avoidance, the board of commissioners independent and
audit committee no impact on tax avoidance
Keywords : Corporate Governance, Tax Avoidance, Book Tax Gap
PENDAHULUAN
Menurut Ditjen Pajak, ada potensial
loss penerimaan pajak akibat tidak
dilaporkan transaksi sebenarnya jual-
beli tanah/bangunan termasuk property,
real estate dan apartemen. Hal ini
terjadi karena pajak yang dibayarkan
menggunakan transaksi berbasis. Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) bukan berbasis
transaksi sebenarnya atau rill.
Berdasarkan uji silang data Real Estate
Indonesia (REI) ada potensi pajak
penghasilan (PPh) dari properti sekitar
Rp 30 triliun, angka tersebut belum
termasuk PPN. Namun kenyataannya
selama ini setoran pajak properti sekitar
Rp 9 triliun (Suhendra, 2013).
Dari sudut pandang kebijakan pajak,
pembiaran terhadap praktik
penghindaran pajak (tax avoidance)
dapat mengakibatkan ketidakadilan dan
berkurangnya efisiensi dari suatu sistem
perpajakan. Tax avoidance umumnya
dilakukan melalui skema-skema
transaksi yang kompleks yang dirancang
secara sistematis dan umumnya hanya
dapat dilakukan oleh korporasi besar.
Hal inilah yang menimbulkan persepsi
ketidakadilan, di mana korporasi besar
tampaknya membayar pajak yang lebih
sedikit. Hal ini pada ujungnya dapat
menimbulkan keengganan Wajib Pajak
yang lain untuk membayar pajak yang
2
berakibat pada inefektifitas sistem
perpajakan (Wijaya, 2014).
Dilihat dari besarnya peluang
perusahaan untuk melakukan tax
avoidance, maka diperlukan tata kelola
perusahaan yang baik. Untuk mengelola
tata kelola perusahaan yang baik,
perusahaan melakukan konsep Good
Corporate Governance (Pranata, 2014).
Tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance)
dianggap mampu memperkuat posisi
daya saing perusahaan secara
berkesinambungan, mengelola risiko
dan sumber daya secara efektif dan
efisien, serta dapat meningkatkan
kepercayaan investor. Fokus utama
dalam tata kelola perusahaan
berhubungan dengan masalah
akuntabilitas dan pertanggungjawaban,
khususnya implementasi pedoman dan
mekanisme untuk memastikan perilaku
yang baik dan melindungi kepentingan
pemegang saham, serta berhubungan
dengan ketaatan pengelolaan perusahaan
termasuk di dalamnya ketaatan dalam
hal pembayaran pajak, dalam hal ini
pajak penghasilan perusahaan
(corporate income tax) (Jaya, 2014).
TINJAUAN PUSTAKA
Theory of Planned Behavior Theory of Planned Behavior (TPB)
merupakan niat individu untuk
melaksanakan perilaku tertentu. Niat
diasumsikan untuk menangkap faktor
motivasi yang mempengaruhi perilaku,
yang mengindikasikan seberapa kuat
keinginan orang untuk mencoba, atau
seberapa besar usaha yang dilakukan
dalam rangka melaksanakan suatu
perilaku. Pada umumnya semakin kuat
niat untuk melakukan sesuatu, maka
semakin memungkinkan untuk
pencapaian perilaku (Ajzen, 1991).
Tax Avoidance
Menurut Suandy (2011)
penghindaran pajak (tax avoidance)
adalah rekayasa “Tax Affair” yang
masih tetap berada dalam bingkai
ketentuan perpajakan (lawful).
Penghindaran pajak (tax avoidance)
dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan
atau tertulis di undang-undang dan
berada dalam jiwa dari undang-undang
atau dapat juga terjadi dalam bunyi
ketentuan undang-undang tetapi
berlawanan dengan jiwa undang-
undang.
Jika tujuan perencanaan pajak
adalah untuk merekayasa agar beban
pajak (Tax Burden) dapat ditekan
serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada tetapi
berbeda dengan tujuan pembuat undang-
undang, maka perencanaan pajak di sini
sama dengan tax avoidance karena
secara hakikat ekonomis keduanya
berusaha untuk memaksimalkan
penghasilan setelah pajak (After Tax
Return) karena pajak merupakan unsur
pengurang laba yang tersedia, baik
untuk dibagikan kepada pemegang
saham maupun untuk diinvestasikan
kembali (Suandy, 2011).
Corporate Governance
Corporate governance merupakan
suatu sistem dimana sebuah perusahaan
diarahkan dan diawasi (Pranata, 2014).
Corporate Governance pada intinya
adalah mengenai suatu sistem, proses,
dan seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara berbagai
3
pihak yang berkepentingan
(stakeholder) terutama dalam arti sempit
hubungan antara pemegang saham,
dewan komisaris, dan dewan direksi
demi tercapainya tujuan organisasi.
Corporate Governance dimaksudkan
untuk mengatur hubungan–hubungan ini
dan mencegah terjadinya kesalahan
(mistakes) signifikan dalam strategi
korporasi dan untuk memastikan bahwa
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
diperbaiki dengan segera (Pohan, 2008).
Menurut Lukviarman (2006)
Corporate Governance adalah
mekanisme untuk melakukan sesuatu
yang benar secara benar (doing the right
things right). Corporate governance
memberikan penekanan pada the right
things sebelum dikerjakan secara benar.
Berkaitan dengan hal ini, yang paling
mendasar adalah sebelum memutuskan
atau melakukan sesuatu perlu
dipertimbangkan apakah hal tersebut
“benar” atau “salah” sebelum dilakukan
dengan “benar”.
Lukviarman (2006) juga
menjelaskan dengan adanya penerapan
Corporate Governance yang baik dalam
suatu perusahaan menghasilkan suatu
manfaat yang menghasilkan diperoleh,
yaitu :
a) Meningkatkan kinerja perusahaan.
b) Mempermudah diperolehnya dana
pembiayaan sehingga meningkatkan
nilai perusahaan.
c) Mengembalikan kepercayaan
investor menanamkan modalnya di
Indonesia.
d) Pemegang saham akan merasa puas
dengan kinerja perusahaan.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan saham instiusional
adalah persentase saham yang dimiliki
institusi dan kepemilikan blockholder,
yaitu kepemilikan individu atau atas
nama perorangan diatas lima persen
(5%) tetapi tidak termasuk dalam
golongan kepemilikan insider atau
manajerial (Pohan, 2008).
H1 : Kepemilikan Institusional
Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance
Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen didefinisikan
sebagai seorang yang tidak terafiliasi
dalam segala hal dengan pemegang
saham pengendali, tidak memiliki
hubungan afiliasi dengan direksi dan
dewan komisaris serta tidak menjabat
sebagai direktur pada suatu perusahaan
yang terkait dengan perusahaan pemilik
menurut peraturan yang yang
dikeluarkan oleh BEI, jumlah komisaris
independen proporsional dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh pemegang
saham yang tidak berperan sebagai
pengendali dengan ketentuan jumlah
dewan komisaris independen sekurang-
kurangnya tiga puluh persen (30%) dari
seluruh anggota komisaris, disamping
hal itu dewan komisaris independen
memahami undang-undang dan
peraturan tentang pasar modal serta
diusulkan oleh pemegang saham yang
bukan merupakan pemegang saham
pengendali dalam rapat umum
pemegang saham (Pohan, 2008).
H2 : Dewan Komisaris Independen
Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance
Kualitas Audit
Auditor yang memiliki kemampuan
dan berkualitas yang tinggi akan
4
mempertahankan reputasinya dengan
memberikan kualitas audit yang tinggi
pula. Perusahaan yang memilih
menggunakan jasa auditor yang
berkualitas dapat menjamin informasi
keuangan yang dilaporkan pada
investor, sehingga investor akan lebih
percaya atas informasi tersebut
(Tuanakotta, 2007 dalam Pranata,
2014).
Salah satu elemen penting dalam
corporate governance adalah
transparansi. Transparansi mensyaratkan
adanya pengungkapan yang akurat
tentang laporan keuangan yang telah
diaudit KAP. Transparansi terhadap
pemegang saham dapat dicapai dengan
melaporkan hal-hal terkait perpajakan
pada pasar modal dan pertemuan para
pemegang saham (Fadhilah, 2014).
H3 : Kualitas Audit Berpengaruh
Terhadap Tax Avoidance
Komite Audit
Menurut Sutedi (2012) dalam
pelaksanaan tugasnya, komite audit
mempunyai fungsi membantu dewan
komisaris untuk :
a) Meningkatkan kualitas laporan
keuangan.
b) Menciptakan iklim disiplin dan
pengendalian yang dapat
mengurangi kesempatan terjadinya
penyimpangan dalam pengelolaan
perusahaan.
c) Meningkatkan efektifitas fungsi
internal auditor maupun eksternal
audit.
d) Mengidentifikasi hal-hal yang
memerlukan perhatian dewan
komisaris atau dewan pengawas.
Kewenangan komite audit dibatasi
oleh fungsi mereka sebagai alat bantu
dewan komisaris, sehingga tidak
memiliki otoritas eksekusi apapun
(hanya sebatas rekomendasi kepada
dewan komisaris), kecuali untuk hal
spesifik yang yang telah memperoleh
hak kuasa eksplisit dari dewan
komisaris (Sutedi, 2012).
H4 :Komite Audit Berpengaruh
Terhadap Tax Avoidance
METODE PENELITIAN
Populasi Dan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan purposive sampling,
dimana ada kriteria tertentu dalam
pengambilannya. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive
sampling bertujuan untuk memperoleh
sampel yang representatif berdasarkan
kriteria tertentu.
Kriteria sampel yang dikategorikan
dalam penelitian ini yaitu :
1. Terdaftar sebagai Perusahaan
property, real estatedan building
construction di Bursa Efek
Indonesia.
2. Perusahaan yang menyampaikan
data secara lengkap selama periode
pengamatan tahun 2010 sampai
2013 berkaitan dengan dewan
komisaris, kepemilikan
institusional, jumlah saham yang
diterbitkan, kualitas audit, dan
komite audit.
3. Perusahaan property, real estate,
dan building construction yang laba
bersih sebelum pajaknya tidak
mengalami kerugian selama tahun
2010 sampai 2013. Karena jika
perusahaan mengalami rugi, akan
sulit untuk mengestimasi jumlah
Book Tax Gap.
5
Jenis Dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu
data sekunder berupa laporan tahunan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2010-2013.
Sumber data diperoleh website resmi
perusahaan dan website resmi Bursa
Efek Indonesia (www.idx.com).
Variabel Penelitian Dan
Pengukurannya
Tax Avoidance
Alat ukur yang digunakan terkait
tax avoidance yaitu menggunakan alat
ukur Book Tax Gap (Selisih antara laba
sebelum pajak dengan penghasilan kena
pajak).
Penghasilan kena pajak harus
diestimasi karena tidak diketahui
jumlahnya melalui beban pajak kini, lalu
di gross up dengan tarif pajak (sesuai
dengan tarif pajak badan peraturan
undang-undang nomor 36 tahun 2008
sebesar 28% pada tahun 2009 dan 25%
pada tahun 2010 dan seterusnya) untuk
memperoleh estimasi laba kena pajak,
kemudian laba kena pajak tersebut
dikurangkan dari laba sebelum pajak
untuk mengestimasi jumlah Book Tax
Gap (Fadhilah, 2014)
Tax avoidance diukur dengan
menggunakan rumus :
Laba Kena Pajak = 𝐁𝐞𝐛𝐚𝐧 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐊𝐢𝐧𝐢
𝟐𝟓%
BTG = EBT – Laba Kena Pajak
Keterangan :
BTG : Book Tax Gap
EBT : Earning Before Tax
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan
proporsi kepemilikan saham oleh
institusi pendiri perusahaan, bukan
institusi pemegang saham publik yang
diukur dengan persentase jumlah saham
yang dimiliki oleh investor institusi
intern. (Sujoko, 2007 dalam Fadhillah,
2014)
Kepemilikan institusional dapat
diukur dengan membandingkan proporsi
saham yang dimiliki institusi dengan
jumlah saham yang diterbitkan.
Kepemilikan institusional
= 𝐏𝐫𝐨𝐩𝐨𝐫𝐬𝐢 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐃𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐢𝐭𝐮𝐬𝐢
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐭𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭𝐤𝐚𝐧
Dewan Komisaris Independen
Dewan direksi berfungsi untuk
mengurus perusahaan, sementara dewan
komisaris berfungsi untuk melakukan
pengawasan. Selain itu, komisaris
independen berfungsi sebagai kekuatan
penyeimbang dalam pengambilan
keputusan oleh dewan komisaris
(Fadhilah, 2014).
Struktur dewan komisaris
independen dapat diukur dengan
menggunakan rasio jumlah anggota
dewan komisaris independen dengan
jumlah seluruh anggota dewan
komisaris.
Proporsi Komisaris Independen
= 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐈𝐧𝐝𝐞𝐩𝐞𝐧𝐝𝐞𝐧
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐞𝐥𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐃𝐞𝐰𝐚𝐧 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐬𝐚𝐫𝐢𝐬
Kualitas Audit
Kualitas audit biasanya diukur
dengan berdasarkan besar kecilnya
ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP).
Jika perusahaan diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) The Big Four,
maka akan lebih independen karena
lebih dapat bertahan dari tekanan
manajer untuk melaporkan adanya
pelanggaran (Watss dalam Kurniasih,
2007 dikutip oleh Fadhilah, 2014).
6
Pada penelitian ini perusahaan yang
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik The
Big Four akan diberi nilai 1, dan selain
Kantor Akuntan Publik The Big Four
akan diberi nilai 0.
Komite Audit
Dewan komisaris wajib membentuk
komite audit yang beranggotakan
sekurang-kurangnya tiga orang anggota,
diangkat dan diberhentikan serta
bertanggung jawab kepada dewan
komisaris. Komite audit yang
beranggotakan sedikit, cenderung dapat
bertindak lebih efisien, namun juga
memiliki kelemahan yakni minimnya
ragam pengalaman anggota, sehingga
anggota komite audit seharusnya
memiliki pemahaman memadai tentang
pembuatan laporan keuangan dan
prinsip-prinsip pengawasan internal
(Pohan, 2008).
Pada penelitian ini alat ukur yang
digunakan yaitu jumlah komite audit
dalam suatu perusahaan.
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data merupakan
sebuah metode untuk mengolah data
penelitian dengan cara menggunakan
proses penyederhanaan data dalam
bentuk yang mudah dibaca dan bisa
diinterpretasikan.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik berguna untuk
mengetahui apakah data yang digunakan
telah memenuhi ketentuan dalam model
regresi. Uji asumsi klasik ini terbagi
yaitu uji normalitas data, uji
multikolinearitas, uji heterokedastisitas,
uji autokorelasi.
Uji Normalitas
Uji normalitas data merupakan alat
uji yang bertujuan untuk mengetahui
kenormalan distribusi variabel yang
terikat dengan variabel bebas, dalam
melakukan uji normalitas uji yang
digunakan untuk melihat pola
penyebaran data apakah berdistribusi
normal atau tidak, selain itu uji
normalitas juga dapat menentukan uji
statistik apa yang digunakan dalam
sebuah penelitian apakah menggunakan
uji parametrik atau uji non parametrik.
Pengujian normalitas dilakukan dengan
menggunakan alat uji one sample
kolmogorov smirnov test. Normalnya
suatu data dapat dilihat dari nilai
asymp.sig (2-tailed) yang dihasilkan
dalam pengujian > 0,05. Jika data
normal maka uji statistik parametrik
dapat dilakukan dan sebaliknya
(Ghozali, 2013).
Uji Multikolonieritas
Uji multikolinearitas merupakan uji
yang digunakan agar tidak terdapat
multikolinearitas diantara variable
penjelas yang dapat diindikasikan oleh
adanya variabel-variabel independen.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara
variabel bebas (independen). Jika
variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel tidak original. Untuk
mendeteksi gejala multikolinearitas
dengan melihat besarnya VIF (Variance
Inflation Factor) dan toleransi. Nilai
yang umunya dipakai untuk
menunjukkan tidak terjadinya
multikolinearitas adalah nilai tolerance
> 0,1 dan VIF < 10 (Ghozali, 2013).
7
Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas merupakan
alat uji yang bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual
suatu pengamatan lain. Apabila
variance dari suatu pengamatan lain
tetap, maka disebut homokedastisitas
sedangkan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homokedastisitas atau
tidak terjadi heterokedastisitas.
Pengujian ini dilakukan dengan uji
Glejser, dengan cara meregresi nilai
absolute residual terhadap variabel
independen. Jika signifikansinya diatas
tingkat kepercayaan 0,05 maka tidak
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi adalah dengan uji
Durbin-Watson (DW test). Data yang
dikatakan bebas autokorelasi jika nilai
Durbin Watson du < DW < 4 – du,
berarti data tidak memiliki masalah
dalam autokorelasi (Ghozali, 2013).
Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, teknik yang
digunakan adalah teknik analisis regresi
berganda, karena variabel bebas dalam
penelitian ini lebih dari satu. Teknik ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel
dependen, dengan persamaan sebagai
berikut :
Y = α0 + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + ε
Keterangan :
Y : Tax Avoidance
α0 : Konstanta
β1……..β4 : Koefisien Masing-masing
Regresi
X1 : Kepemilikan Institusional
X2 : Dewan komisaris
independen
X3 : Kualitas audit
X4 : Komite Audit
ε : Error Term
Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit
Test)
Uji Koefisien Determinan ( R2)
Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat ketepatan yang
paling baik dalam analisa regresi, hal ini
ditujukkan oleh besarnya koefisien
determinasi (𝑅2) antara 0 (nol) sampai
dengan 1 (satu). Jika koefisien
determinasi nol berarti variabel
independen sama sekali tidak
berpengaruh terhadap variabel
dependen. Apabila koefisien determinasi
semakin mendekati satu, maka dapat
dikatakan bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel
dependen. Karena variabel independen
pada penelitian ini lebih dari 2, maka
koefisien determinasi yang digunakan
adalah Adjusted R Square. Dari
koefisien determinasi (𝑅2) ini dapat
diperoleh suatu nilai untuk mengukur
besarnya sumbangan dari beberapa
variabel X terhadap variasi naik
8
turunnya variabel Y yang biasanya
dinyatakan dalam persentase (Ghozali,
2013).
Uji F Statistik
Uji F statistik pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat. Tingkat
signifikansi dalam penelitian ini yaitu
sebesar 5% (Ghozali, 2013). Pengujian
hipotesis menggunakan uji F dengan
penerimaan atau penolakan hipotesis
adalah sebagai berikut :
a. Apabila F sig > α 0,05 berarti
hipotesis tidak terbukti atau Ha
ditolak dan H0 diterima, ini berarti
bahwa semua variabel independen
tidak mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel
dependen.
b. Apabila F sig < α 0,05 berarti
hipotesis terbukti atau Ha diterima
dan H0 ditolak, ini berarti bahwa
semua variabel independen
mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel
dependen.
Uji t-Statistik
Uji t-statistik pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas (independen)
secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali,
2013). Kriteria penerimaan dan
penolakan hipotesis adalah sebagai
berikut :
a. Jika t sig < α 0,05 maka
keputusannya Ha diterima dan H0
ditolak berarti terdapat pengaruh
variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial.
b. Jika t sig > α 0,05 maka
keputusannya Ha ditolak dan H0
diterima berarti tidak terdapat
pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara
parsial.
ANALISIS DATA
Seleksi Sampel
Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa laporan keuangan
(financial report) dan laporan tahunan
(annual report) perusahaan property,
real estate, dan building construction
dari tahun 2010 sampai 2013 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan purposive
sampling yaitu pengambilan sampel
dengan menggunakan kriteria tertentu.
Berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan maka jumlah sampel yang
terpilih sebanyak 38 perusahaan.
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan untuk
mengetahui nilai mean, maksimum,
minimum, dan standar deviasi dari
variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, seperti yang ditunjukkan
tabel berikut :
9
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1 148 .1796 .9999 .641581 .1917407
X2 148 .20 .75 .3948 .09922
X3 148 .00 1.00 .2703 .44561
X4 148 2.00 4.00 2.9595 .34755
LnY 148 19.46 28.41 24.8745 1.82605
Valid N (listwise) 148
Dari hasil deskriptif diatas dapat
dilihat bahwa untuk variabel dependen
book tax gap (Y) dengan nilai rata-rata
sebesar 24,8745, dengan nilai
maksimum sebesar 28,41 dan nilai
minimum sebesar 19,46. Untuk variabel
independen kepemilikan institusional
(X1) memiliki nilai maksimum sebesar
99.99% dan nilai minimum sebesar
17,96%, dengan nilai rata-rata sebesar
64,16%. Untuk variabel dewan
komisaris (X2) memiliki nilai
maksimum 75% dan nilai minimum
sebesar 20%, dengan nilai rata-rata
sebesar 39,48%. Untuk variabel kualitas
audit (X3) merupakan variabel dummy
yang nilainya hanya 1 dan atau nol.
Sehingga nilai maksimumnya adalah 1
dan minimumnya adalah 0. Untuk
variabel komite audit (X4) memiliki
nilai maksimum 4 dan nilai minimum
sebesar 2, dengan nilai rata-rata sebesar
2,96.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk
menguji model regresi apakah dalam
model tersebut variabel dependen dan
variabel independen telah terdistribusi
normal. Uji normalitas data dalam
penelitian ini ditunjukkan pada tabel
berikut :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
X1 X2 X3 X4 Y
N 148 148 148 148 148
Normal Parametersa Mean .6416 .3948 .2703 2.9595 2.0354E11
Std. Deviation .19174 .09922 .44561 .34755 3.19714E11
Most Extreme Differences Absolute .099 .270 .458 .465 .262
Positive .049 .270 .458 .413 .221
Negative -.099 -.185 -.272 -.465 -.262
Kolmogorov-Smirnov Z 1.207 3.285 5.567 5.661 3.193
Asymp. Sig. (2-tailed) .108 .000 .000 .000 .000
a. Test distribution is Normal.
Pada tabel di atas menunjukkan
bahwa untuk variabel kepemilikan
institusional (X1) memiliki nilai asymp.
sig (2-tailed) sebesar 0.108 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel
kepemilikan institusional (X1)
terdistribusi normal karena nilai nilai
asymp. sig (2-tailed) lebih dari alpha 5%
(0,05). Sedangkan variabel Tax
avoidance (Y), dewan komisaris
10
(X2), kualitas audit (X3) dan
komite audit (X4) memiliki nilai asymp.
sig (2-tailed) sebesar 0.000 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Tax
avoidance (Y), dewan komisaris (X2),
kualitas audit (X3) dan komite audit
(X4) tidak terdistribusi normal karena
nilai asymp. sig (2-tailed) kurang dari
alpha 5% (0,05). Menurut Ghozali
(2013) data yang tidak terdistribusi
secara normal dapat ditransformasikan
agar menjadi normal.
Uji normalitas data setelah
dilakukan transformasi dalam penelitian
ini ditunjukkan pada tabel berikut :
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 148
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.68181871
Most Extreme Differences Absolute .082
Positive .043
Negative -.082
Kolmogorov-Smirnov Z .996
Asymp. Sig. (2-tailed) .274
a. Test distribution is Normal.
Sumber : hasil pengolahan data SPSS 16.0
Dari tabel 4.4 dapat dilihat hasil uji
menyatakan bahwa nilai statistik
Kolmogrov-Smirnov sebesar 0.976
dengan nilai asymp. sig (2-tailed)
sebesar 0.274. Dengan hasil tersebut
dapat dinyatakan bahwa data yang
digunakan dalam penelitian ini telah
terdistribusi normal, karena nilai
asymp.sig (2-tailed) dari uji normalitas
residual lebih besar dari Alpha 5% atau
0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tiap-tiap variabel memiliki distribusi
normal setelah ditransformasi data.
Uji Multikolonieritas
Berdasarkan hasil analisis regresi
dengan diperoleh nilai tolerance dan
VIF untuk masing-masing variabel
bebas. Berdasarkan tabel uji
multikolinieritas, dapat dilihat bahwa
tolerance variabel bebas > 0,10 dan VIF
variabel bebas < 10, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa variabel bebas
tidak saling berkorelasi secara
signifikan. Hasil pengujian ini
menunjukkan bahwa data yang
dianalisis memenuhi asumsi
multikolinieritas.
11
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 25.847 1.504 17.185 .000
X1 -2.981 .785 -.313 -3.799 .000 .872 1.147
X2 1.026 1.558 .056 .659 .511 .827 1.210
X3 .678 .325 .165 2.089 .038 .944 1.059
X4 .119 .405 .023 .294 .770 .996 1.004
a. Dependent Variable: LnY
Sumber : hasil pengolahan data SPSS 16.0
Uji Autokorelasi
Tabel autokorelasi menunjukkan
besarnya nilai Durbin-Watson hasil uji
autokorelasi untuk variabel dependen
(Y) adalah 2.132. Penelitian ini
menggunakan 4 proksi variabel
independen dan jumlah sampel 148,
maka didapatkan nilai dL = 1,679 dan
nilai dU = 1,783. Hasil analisis
menunjukkan nilai Durbin-Watson
untuk variabel dependen adalah 2.132
yang berada diantara 1.783 (dU) dan
2.217 (4-dU), sehingga dapat
disimpulkan model regresi layak
digunakan dan terbebas dari masalah
autokorelasi.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .391a .153 .130 1.70370 2.132
a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2
b. Dependent Variable: LnY
4.1.1. Uji Heteroskedastisitas
Tabel uji heteroskedastisitas
menunjukkan variabel independen yang
signifikan mempengaruhi variabel
dependen nilai absolut Ut (AbsUt). Hal
ini terlihat dari probabilitas
signifikannya setiap variabel berada di
atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat
disimpulkan model regresi setiap
variabel tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas.
12
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .510 .848 .602 .548
X1 .008 .443 .001 .017 .986 .872 1.147
X2 -.454 .878 -.044 -.517 .606 .827 1.210
X3 .981 .527 .158 1.862 .065 .944 1.059
X4 .410 .228 .138 1.794 .075 .996 1.004
a. Dependent Variable: AbsUt
Sumber : hasil pengolahan data SPSS 16.0
Uji Hipotesis
Uji Koefisien Determinan (uji R2)
Dari hasil uji menggunakan
software SPSS 16.0 yang diperlihatkan
pada tabel dibawah ini, dapat dilihat
besarnya nilai Adjusted R2 adalah 0,130
hal ini berarti variabel-variabel
independen dapat menjelaskan variasi
variabel tax avoidance (Y) sebesar 13%.
Sisanya sebesar 87 % dijelaskan oleh
variabel-variabel di luar model regresi.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .391a .153 .130 1.70370
a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2
Sumber : hasil pengolahan data SPSS 16.0
Uji Koefesien Regresi Simultan (Uji F)
Dari uji koefisien regresi simultan
(uji F), dapat dilihat pada tabel 4.9 yang
menunjukkan nilai F sebesar 6.468
dengan tingkat probabilitas 0.000
(signifikansi). Nilai p value lebih kecil
dari tingkat signifikansi α = 5%, artinya
bahwa Ha diterima dan H0 ditolak atau
variabel-variabel independen
berpengaruh terhadap variabel
dependen.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 75.097 4 18.774 6.468 .000a
Residual 415.070 143 2.903
Total 490.167 147
a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2
b. Dependent Variable: LnY
13
Uji signifikan parameter individual (uji t)
Uji signifikan parameter individual (uji t) dapat ditunjukkan pada tabel berikut :
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 25.847 1.504 17.185 .000
X1 -2.981 .785 -.313 -3.799 .000 .872 1.147
X2 1.026 1.558 .056 .659 .511 .827 1.210
X3 .678 .325 .165 2.089 .038 .944 1.059
X4 .119 .405 .023 .294 .770 .996 1.004
a. Dependent Variable: LnY
Dari tabel diatas dapat dilihat
pengaruh parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen,
yaitu sebagai berikut :
a) Kepemilikan institusional (X1)
berpengaruh terhadap tax avoidance
(Y) karena memiliki nilai
signifikansi 0.000 yaitu X1 < 0.05.
Pemilik institusional memainkan
peran penting dalam memantau,
mendisiplinkan dan mempengaruhi
manajer. Seharusnya pemilik
institusional berdasarkan besar dan
hak suara yang dimiliki, dapat
memaksa manajer untuk berfokus
pada kinerja ekonomi dan
menghindari peluang untuk perilaku
mementingkan diri sendiri. Adanya
tanggung jawab perusahaan kepada
fidusia, maka pemilik institusional
memiliki insentif untuk memastikan
bahwa manajemen perusahaan
membuat keputusan yang akan
memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham (Shleifer, 1986).
Hal ini sesuai dengan penelitian
terdahulu yang diteliti oleh Pranata
(2014), dan Pohan (2008) yang
menemukan hasil penelitian
mengenai kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap tax
avoidance.
b) Dewan komisaris independen (X2)
tidak berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance (Y) karena
memiliki nilai signifikansi 0.511
yaitu X2 > 0.05. Komisaris
Independen sebagai seorang yang
tidak teraffiliasi dalam segala hal
dengan pemegang saham
pengendali tidak memiliki
hubungan afiliasi dengan direksi
atau dewan komisaris serta tidak
menjabat sebagai direktur pada
suatu perusahaan yang terkait
dengan perusahaan pemilik (Pohan,
2008). Penambahan anggota
dewan komisaris independen pada
perusahaan mungkin hanya untuk
memenuhi ketentuan yang
ditetapkan, sementara pemegang
saham mayoritas masih memegang
peranan yang penting sehingga
kinerja dewan komisaris tidak
meningkat (Dewi, 2014). Hal ini
sesuai dengan penelitian terdahulu
yang diteliti oleh Fadhilah (2014),
Pranata (2014), Puspita (2014),
Annisa (2012), Dewi (2014) dan
Jaya (2014) yang menemukan hasil
14
penelitian mengenai dewan
komisaris tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
c) Kualitas audit (X3) berpengaruh
signifikan terhadap tax avoidance
(Y) karena memiliki nilai
signifikansi 0.038 yaitu X3 < 0.05.
Alasan kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance
karena perusahaan yang diaudit
oleh KAP The big four memang
lebih cenderung dipercayai oleh
fiskus sebagai KAP yang
mempunyai integritas kerja yang
tinggi dengan selalu menerapkan
peraturan-peraturan yang ada serta
berkualitas (Fadhillah, 2014). Hal
ini sesuai dengan penelitian
terdahulu yang diteliti oleh Fadhilah
(2014), Annisa (2014) dan Dewi
(2014) yang menemukan hasil
penelitian mengenai kualitas audit
berpengaruh terhadap tax voidance.
d) Komite audit (X4) tidak
berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance (Y) karena memiliki nilai
signifikansi 0.770 yaitu X4 > 0.05.
Peran komite audit tidak efektif
dalam pengambilan keputusan
terkait kebijakan pajak perusahaan
di Indonesia (Puspita, 2014). Hal ini
sesuai dengan penelitian terdahulu
yang diteliti oleh Puspita (2014)
yang menemukan hasil penelitian
mengenai komite audit tidak
berpengaruh terhadap tax
avoidance.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk
menganalisa pengaruh kepemilikan
institusional, dewan komisaris
independen, kualitas audit dan komite
audit terhadap tax avoidance.
Secara parsial hasil uji analisis
regresi kepemilikan institusional (X1)
terdapat pengaruh signifikan terhadap
tax avoidance, dengan demikian H1
diterima.
Hasil pengujian hipotesis kedua
menunjukkan bahwa secara statistik
tidak terdapat pengaruh signifikan
dewan komisaris independen terhadap
tax avoidance, dengan demikian H2
ditolak.
Hasil uji analisis regresi
menunjukkan bahwa secara statisitk
terbukti terdapat pengaruh signifikan
kuaitas audit terhadap tax avoidance,
dengan demikian H3 diterima.
Hipotesis keempat menunjukkan
bahwa secara statistik tidak terdapat
pengaruh signifikan jumlah komite audit
terhadap tax avoidance, dengan
demikian H4 ditolak.
Keterbatasan dan saran
Pada penelitian ini terdapat
beberapa keterbatasan yang perlu
diperhatikan oleh peneliti berikutnya.
Beberapa keterbatasan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pengujian dilakukan dengan jangka
waktu pengamatan selama empat
tahun mulai dari tahun 2010-2013.
Semakin panjang periode penelitian
dapat memberikan gambaran siklus
perubahan ekonomi yang lebih luas
sehingga memberikan kontribusi
hasil yang lebih tepat dan akurat.
Penelitian selanjutnya diharapkan
untuk mengubah atau bahkan
memperpanjang jangka waktu tahun
pengamatan.
15
2. Penelitian ini hanya menggunakan
sub sektor property, real estate, dan
building construction pada Bursa
Efek Indonesia. Penelitian
selanjutnya diharapkan
menggunakan sektor atau subsektor
lainnya selain property, real estate,
dan building construction karena
sektor atau subsektor lainnya
diduga juga melakukan tax
avoidance.
3. Pada penelitian ini tingkat Adjusted
R2 masih sangat rendah yaitu 0,130
(13%). Penelitian selanjutnya
disarankan menggunakan variabel-
variabel independen lain yang
mempengaruhi tax avoidance selain
variabel yang digunakan dalam
penelitian ini karena variabel
independen lain memiliki pengaruh
besar terhadap tax avoidance.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of
Planned Behavioral.
Organizational Behavior And
Human Decision Processes 50.
University of Massachusetts at
Amherst. page : 179-211
Dewi, Ni nyoman kristiana dan I Ketut
Jati. 2014. Pengaruh Karakter
Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan, dan Dimensi Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik
Pada Tax Avoidance di Bursa
Efek Indonesia. E-Journal
Akuntansi Universitas Udayana
Volume 6 Nomor 2 hal : 249-260.
Fadhilah, Rahmi.2014 .Pengaruh Good
Corporate Governance Terhadap
Tax Avoidance. Skripsi,
Universitas Negeri Padang.
Ghozali, Imam.2013. Aplikasi analisis
multivariate dengan program IBM
SPSS 21. Badan penerbit Undip
Semarang.
Jaya, Tresno eka, dkk. 2014. Corporate
Governance, Konsevatisme
Akuntansi dan Tax Avoidance.
Prosiding Simposium Nasional
Perpajakan 4. Hal 1-15
Lukviarman, Niki.2004. Etika Bisnis
Tidak Berjalan di Indonesia: Ada
Apa Dalam Corporate
Governance?. Jurnal Siasat
Bisnis, Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas, Padang.
Volume 9, No 2, hal : 139-156,
Pohan, Hotman Tohir. 2008. Pengaruh
Good Corporate Governance,
Rasio Tobin’s Q, Perata Laba
Terhadap Penghindaran Pajak
Pada Perusahaan Publik.
Fakultas Ekonomi Universitas
Trisakti Jakarta.
Pranata, Febri Mashudi. 2014. Pengaruh
Karakter Eksekutif dan Corporate
Governance Terhadap Tax
Avoidance. Skripsi, Universitas
Bung Hatta Padang.
Puspita, Silvia Ratih dan Puji Harto.
2014. Pengaruh Tata Kelola
Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak. Diponegoro
Journal Of Accounting Volume 3,
Nomor 2, hal : 1-13.
Shleifer, Andrei dan Robert W Vishy.
1986. Large Shareholder and
16
Corporate Control. The journal of
political. The University Of
Chicago. Volume 94, issue 3, part
1, hal 461-488
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan
Pajak. Badan penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Suhendra. 2013. Ditjen Pajak Sulit Kejar
Penghindar Pajak Transaksi Properti
Perorangan.http://financedetik.com
di unduh pada Januari 2015
Sutedi, Adrian. 2012. Good Corporate
Governance. Badan penerbit Sinar
Grafika, Jakarta.
Wijaya, Ibnu. 2014. Mengenai
Penghindaran Pajak, Tax
Avoidance. www.pajak.go.id
diakses pada 10 oktober 2014.