1
PENGARUH INSENTIF KINERJA TERHADAP AUDIT
JUDGMENT, DENGAN UPAYA SEBAGAI INTERVENING DAN
KOMPLEKSITAS TUGAS SEBAGAI MODERATING Arifuddin
Abstract
This study explains the effect of performance incentives on audit judgment, auditors’
effort, the study also explore the effect of audit effort on audit judgment which is
moderated by task complexity. The participant are auditors who work in public
accounting firms in Indonesia. The participants were divided into two groups: one group
and other group did not receive incentives and performance. The findings of this study
are explained as follow: (1) audit judgment and audit judgment are affected by
performance incentive, (2) audit judgment is affected by auditor’s effort. When task
complexity is low, a high auditor’s effort results in a high audit judgment. However
when task complexity is high there is no different in result of high auditor’s effort or low
auditor’s effort affect on audit judgment.
Keywords: Performance Incentives, Auditors’ effort, audit judgment and task
complexity
1.Pendahuluan
Penggunaan insentif kinerja kinerja mampu menambah upaya (effort) dan
mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi (Libby and Lipe, 1992). Insentif kinerja
akan memotivasi dan mengarahkan upaya auditor untuk meningkatkan kualitas
pembuatan audit judgment (Locke dan Latham, 1990). Sejalan dengan teori penetapan
tujuan (Goal Setting Theory) yang mendeskripsikan bahwa tujuan personal berupa
insentif kinerja akan memberikan dampak terhadap upaya peningkatan kinerja.
Penelitian yang menguji pengaruh insentif kinerja keuangan dengan moderasi
kompleksitas tugas dilakukan oleh Ashton (1990), Awasthi dan Pratt (1990), Bailey et
al (1998), Libby dan Lipe (1992). Penelitian yang menguji insentif kinerja non keuangan
(mekanisme akuntabilitas) dilakukan Peecher (1996), Tan Hang dan Mak (2002),
Kennedy et al (1997), Tan Kao (1999). Penelitian pengaruh insentif kinerja non
keuangan (umpan balik) dilakukan oleh Ashton (1990), Kovar (1996), Leung dan
Trootman (2005). Hasil penelitian yang menguji hubungan insentif keuangan dan non
keuangan menunjukkan adanya pengaruh terhadap peningkatan kinerja audit judgment
yang dibuat oleh auditor. (Ashton, 1990; Awasthi dan Pratt, 1990; Bailey et al, 1998;
Libby dan Lipe, 1992; Peecher, 1996; Tan Hang dan Mak, 2002; Kennedy et al, 1997;
Tan dan Kao, 1999).
Penelitian ini merupakan pengembangan beberapa penelitian penelitian
sebelumnya antara lain penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa
kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh
auditor. Bonner dan Sprinkle (2002) menunjukkan bahwa insentif kinerja merupakan
variabel lingkungan yang dapat mempengaruhi upaya individu, penilaian dan audit
judgment. Hasil lain penelitian Bonner dan Sprinkle (2002) menunjukkan bahwa efek
performa insentif kinerja pada kualitas kerja auditor (kinerja) tergantung pada jenis-jenis
insentif kinerja yang diberikan. Abdolmohammadi dan Wright (1986) menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor pada pada kompleksitas tugas
2
tinggi dan kompleksitas tugas rendah. Stuart (2001) mengatakan bahwa
kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment jika perusahaan audit tidak
terstruktur. Cheng, dkk., (2003) mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keputusan. Zuraidah dan Takiah (2007)
menemukan bahwa insentif kinerja berpengaruh positif dengan audit judgment, upaya
dengan kinerja penilaian audit dan melemah pada kompleksitas tugas tinggi.
2.1. Telaah Pustaka
2.1.1.Teori Harapan (Expectancy Theory)
Expectancy theory menyatakan bahwa motivasi merupakan faktor yang
dominan untuk menjelaskan perilaku individu dalam organisasi (Campbell, 1976), yaitu
individu memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu jika individu mengharapkan
memperoleh ganjaran yang di inginkan dari pekerjaan yang di-lakukan. Teori
expectancy (pengharapan) (Vroom, 1964) menyatakan bahwa orang-orang bertindak
untuk memaksimalkan kepuasan yang diharapkan dengan hasil-hasil, seseorang pada
situasi tertentu adalah fungsi dari dua faktor: (1) expectancy mengenai hubungan
diantara upaya dengan hasil tertentu (misal, tingkat bayaran tertentu untuk tingkat
kinerja tertentu), yang di sebut sebagai ”expectancy upaya-hasil” dan (2) valensi (daya
tarik) hasil.
2.1.2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Baiman, 1982, 1990; Eisenhardt, 1989), melalui asumsinya
bahwa para individu adalah pemaksimal utilitas yang diharapkan, menambahkan
struktur lebih lanjut di dalam menjelaskan pengaruh insentif keuangan terhadap upaya.
Selanjutnya, para individu dianggap hanya termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri,
dimana kepentingan diri sendiri tersebut adalah dijelaskan oleh fungsi utilitas yang
berisi dua argumen: kemakmuran dan waktu senggang.
2.1.3. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)
Teori penentuan tujuan (Locke & Latham, 1990) menyatakan bahwa tujuan-
tujuan personal adalah determinan utama serta merupakan syarat bagi upaya. Dengan
kata lain, tujuan-tujuan personal adalah perangsang peningkatan upaya yang disebabkan
oleh insentif..
2.1.4 Teori Social Cognitive
Teori social cognitive (kemampuan diri) (Bandura, 1986, 1991, 1997)
merumuskan mekanisme-mekanisme kognitif yang mengatur dirinya sendiri yang terkait
dengan upaya. Teori kemampuan diri memperluas teori expectancy dan teori penentuan
tujuan dengan mengeksplikasikan lebih lanjut faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi
upaya, dan konsekuensinya, mekanisme kognitif yang mungkin dimana insentif
keuangan dapat mempengaruhi upaya.
2.2 Kerangka Teoritikal Dasar dan Model Penelitian
2.2.1. Teoritikal Dasar
Gambar 2.1.
Cognitive dan Motivational Mechanisms
(Expectancies, Self- Interest[Expected Utility],
Goal, Self Efficacy
Monetary
Incentives
Effort (Direction,
Duration, Intensity,
Strategy
Development)
Task Performance
Person Variables (Skill, etc)
Task Variables (Complexity, etc)
Environmental Variables (Assigned Goals, etc)
Incentive Scheme Variables (Rewarded Dimension of
Performance, etc)
3
2.2.2. Model Penelitian
Jalur a/Hipotesa 1 dan 1a
Jalur b/Hipotesa 2 dan 2a
Jalur c/Hipotesa 3,4 dan 5
2.3. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Penelitian
2.3.1. Pengaruh Insentif Kinerja terhadap Audit judgment
Awashi dan Pratt (1990), Libby dan Lipe (1992) tidak menemukan bahwa
insentif berpengaruh positif terhadap audit judgment sedngkan Ashton (1990), Zuraidah
dan Takiah (2002) menemukan bahwa insentif kinerja berpengaruh positif terhadap
audit judgment. Pengaruh hubungan insentif terhadap kinerja (audit judgment)
didasarkan pada teori expectancy (pengharapan) (Vroom, 1964) yang menyatakan
bahwa motivasi seseorang pada situasi tertentu adalah fungsi dari dua faktor: (1)
expectancy mengenai hubungan diantara upaya dengan hasil tertentu (misal, tingkat
bayaran tertentu untuk tingkat kinerja tertentu), yang disebut sebagai ”expectancy
upaya-hasil” dan (2) valensi (daya tarik) hasil. Selain itu teori keagenan/melalui teori
perkiraan utilitas (Baiman, 1982, 1990; Eisenhardt, 1989), melalui asumsinya bahwa
para individu adalah pemaksimal utilitas yang diharapkan. Pada dasarnya, teori
expectancy dan teori keagenan menyatakan bahwa insentif insentif keuangan
mempengaruhi daya tarik/utilitas berbagai macam hasil, dan bahwa upaya
mempengaruhi probabilitas pencapaian hasil-hasil (Audit judgment). Berdasarkan teori
yang mendasari serta beberapa penelitian maka hipotesis sebagai berikut:
H1. Pengaruh insentif kinerja terhadap audit judgment
H1a. Ada perbedaan audit judgment yang dibuat oleh auditor yang menerima insentif
kinerja dengan auditor yang tidak menerima insentif kinerja.
2.3.2. Pengaruh Insentif Kinerja Terhadap Upaya
Libby dan Lipe (1992) menemukan bahwa insentif keuangan meningkatkan
upaya yang dicurahkan pada tugas tugas kognitif. Selain itu, Chang et al (1997) meneliti
justifikasi sebagai insentif kinerja non keuangan yang mungkin mempengaruhi proses
upaya. Zuraidah dan Takiah (2007) juga menemukan bahwa insentif kinerja (keuangan
dan non keuangan) dapat meningkatkan durasi upaya. Insentif keuangan dan non
keuangan memotivasi tingkat upaya yang lebih tinggi. Penelitian yang sama juga
Insentif Kinerja
Yang menerima
dan tidak
menerima
Audit judgment
Insentif Kinerja
Yang menerima
dan tidak
menerima
Upaya (Effort)
Insentif Kinerja
Yang menerima
dan tidak
menerima
Upaya (Effort)
Audit judgment
Kompleksitas Tugas
4
dilakukan oleh Ria Nelly Sari, dkk, (2008) dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
dengan adanya insentif kinerja maka upaya (effort) akan tinggi.
Teori social cognitive (kemampuan diri) (Bandura, 1986, 1991, 1997)
memperluas teori expectancy dan teori penentuan tujuan dengan meng-eksplikasikan
lebih lanjut faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi upaya, dan konsekuensinya,
mekanisme-mekanisme kognitif yang mungkin dimana insentif-insentif keuangan dapat
mempengaruhi upaya. Berdasarkan teori yang mendasari serta beberapa penelitian, maka
hipotesinya adalah :
H2. Pengaruh insentif kinerja terhadap upaya
H2a. Ada perbedaan upaya oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor
yang tidak menerima insentif kinerja
2.3.3. Pengaruh Insentif Kinerja terhadap Audit judgment dan Upaya sebagai
variabel intervening
Bonner et al (2000), menemukan bahwa dengan adanya insentif keuangan,
maka akan meningkatkan upaya dan kinerja (audit judgment). Libby dan Luft (1993)
serta Bonner (1999) juga menemukan hasil yang sama, di mana insentif keuangan akan
mendorong seseorang untuk meningkatkan upaya dan kinerjanya. Zuraidah dan Takiah
(2007) menemukan bahwa dengan adanya insentif kinerja (keuangan dan non keuangan)
akan meningkatkan upaya dan kinerja seseorang. Chung dan Monroe (2001) mengatakan
bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil
oleh auditor. Berdasarkan teori dan beberapa penelitian sebelumnya, maka hipotesisnya
adalah :
H3. Ada pengaruh insentif kinerja terhadap audit judgment dengan upaya sebagai
variabel intervening
2.3.4. Pengaruh Upaya terhadap Audit judgment dan Kompleksitas Tugas sebagai
Variabel Moderating
Bonner dan Sprinkle (2002) menemukan bahwa jika diberikan insentif akan
mendorong upaya dan kinerja yang tinggi yang dimoderasikan oleh kompleksitas tugas
yang rendah. Sebaliknya jika tidak kompleksitas tugas tinggi maka kinerja akan rendah,
dan jika tidak diberikan insentif maka akan menyebabkan upaya dan kinerja yang rendah
sedangkan kompleksitas tugas tidak terpengaruh. Zuraidah dan Takiah (2007)
menemukan bahwa kompleksitas tugas dengan upaya yang tinggi akan menyebabkan
kinerja penilaian audit yang tinggi. Jika tugas adalah terstruktur dengan baik atau telah
dipelajari dengan baik, umpan balik tertentu mungkin memberikan motivasi yang besar
dan peran terarah melalui upaya dan pembuatan strategi (Earley et al., 1990). Penelitian
Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi
berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Abdolmohammadi dan
Wright (1986) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor
pada pada kompleksitas tugas tinggi dan kompleksitas tugas rendah. Stuart (2001)
mengatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment jika
perusahaan audit tidak terstruktur. Cheng, dkk., (2003) mengatakan bahwa kompleksitas
tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keputusan. Berdasarkan teori yang
diatas dan beberapa penelitian terdahulu maka hipotesisnya adalah :
H4. Ada pengaruh upaya terhadap audit judgment
H5. Ada pengaruh upaya terhadap audit judgment yang dimoderasikan oleh
kompleksitas tugas perspektif
5
3. Metode Penelitian
3.1 Situasi Penelitian
Situasi pada penelitian ini dimana setiap partisipan menerima buku yang terdiri
dari narasi kasus-kasus, instruksi-instruksi dan pertanyaan-pertanyaan mengenai test
subtantive dan compliance test, untuk tugas dibagi dalam dua yakni pertama untuk
kompleksitas tugas yang tinggi dan kedua kompleksitas tugas yang rendah. Variabel
insentif kinerja dimanipulasi dimana para partisipan diberitahu bahwa kuesioner ini
merupakan bagian dari pada kinerja individu (reward) dan diberikan insentif keuangan
berupa uang berkisar antar 250.000 – 500.000 perorang agar partisipan termotivasi
untuk melakukan tugas dengan baik. Sedangkan untuk variabel upaya (effort)
dimanipulasi dimana pada saat memulai mengerjakan tugas atau kasus partisipan
diminta untuk mencatat waktu dimulai dan mencatat waktu pada saat selesai
mengerjakan tugas atau kasus.
3.2 Subyek Eksperimen
Partisipan penelitian ini adalah staf auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
pada 4 (empat) kota yaitu Jakarta, Semarang, Surabaya dan Makassar. Auditor yang
dijadikan partisipan penelitian adalah senior akuntan dan supervisi. Partisipan yang
terlibat dalam eksperimen dibagi dalam dua kelompok perlakuan, kelompok pertama
penghargaan berupa insentif kinerja (uang). Kelompok kedua, kelompok ini tidak
menerima insentfi kinerja (penghargaan) berupa uang.
3.3 Disain Eksperimen
Eksperimen ini menggunakan between-subject-design. Penelitian ini
menggunakan lima perlakuan eksperimen. Eksperimen pertama menguji hubungan
kausalitas antara variabel independen insentif kinerja (yang menerima dan yang tidak
menerima) dan variabel dependen audit judgment, dimana pada eksperimen menguji
hipotesa H1 dan H1a. Eksperimen kedua menguji hubungan kausalitas antara variabel
independen insentif kinerja (yang menerima dan yang tidak menerima) dan variabel
dependen upaya (effort), dimana eksperimen ini digunakan untuk menguji hipotesa H2
dan H2a. Eksperimen ketiga menguji hubungan kausalitas antara variabel independen
insentif kinerja (yang menerima dan yang tidak menerima) terhadap audit judgment
dengan upaya (effort) sebagai variabel intervening, dimana pada eksperimen ini
digunakan untuk menguji hipotesis H3. Eksperimen keempat Variabel independen
adalah upaya (effort) terhadap audit judgment Pada eksperimen keempat menguji
hubungan kausalitas antara variabel independen upaya (effort) terhadap audit judgment,
dimana pada eksperimen ini digunakan untuk menguji hipotesis H4. Eksperimen kelima
Variabel independen adalah upaya (effort) terhadap audit judgment dengan
kompleksitas tugas (tinggi dan rendah) sebagai variabel moderating. Eksperimen yang
digunakan untuk menguji hipotesis H5.
3.4 Urutan pelaksanaan eksperimen
Partisipan diproyeksikan sebagai anggota tim audit yang bertugas untuk
melakukan audit atas laporan keuangan. Partisipan menjawab beberapa kasus audit yang
dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama terdiri dua kasus, yaitu Kasus Audit I (PT
Maju Mundur) dan Kasus Audit II (Perusahaan Mobil ABC). Kasus Audit I partisipan
melakukan uji test substantive dengan menjawab 9 pertanyaan dan mencatat waktu
dimulai mengerjakan kasus dan mencatat waktu pada saat selesai mengerjakan kasus
tersebut. Kasus Audit II partisipan melakukan uji test substantive dengan menjawab 8
pertanyaan serta diminta untuk mencatat waktu dimulai mengerjakan kasus dan
6
mencatat waktu pada saat selesai mengerjakan kasus tersebut. Bagian kedua terdiri atas
3 kelompok pertanyaan yaitu kelompok pertama uji pengendalian (compliance test),
kelompok kedua langkah langkah uji subtantive test, kelompok ketiga daftar kesalahan
laporan keuangan (finance error). Bagian 2 partisipan menjawab masing-masing
kelompok pertanyaan dengan penjelasan deskriptif. Selain menjawab secara deskriptip
partisipan dan mencatat waktu dimulai mengerjakan kasus serta mencatat waktu pada
saat selesai mengerjakan kasus tersebut.
3.5 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Independen Insentif Kinerja
Insentif kinerja (keuangan) adalah pemberian uang kepada seseorang untuk
memotivasi dan meningkatkan kinerja (Atkinson, Banker, Kaplan, Young, 2001;
Horngren, Foster, & Datar, 2000; Zimmerman, 2000).
3.5.2 Variabel Independen Kompleksitas tugas
Penelitian ini menggunakan tugas-tugas evaluasi kontrol internal dari Bonner
dan Lewis (1990), Tan dan Kao (1999), Tan et al (2002), Zuraidah dan Takiah (2007),
dan Ria Nelly Sari dkk (2008). Kuesioner terbagi atas 2 bagian. Pertama meliputi
pertanyaan untuk kompleksitas tugas yang rendah terdiri dari beberapa pertanyaan audit
mengenai substantive test, tugas audit dan pengalaman tugas, sedangkan kedua
merupakan kuesioner untuk tingkat kompleksitas tugas yang tinggi terdiri dari
pertanyaan yang menyangkut compliance test, substantive test, upaya dan daftar
kesalahan laporan keuangan.
Manipulasi dilakukan dengan memberikan tugas kepada partisipan dengan dua
tingkatan tugas antara lain :
1. Untuk tugas dengan kompleksitas yang rendah, partisipan membuat daftar uji
kepatuhan untuk memastikan apakah kontrol dari klien terhadap hutang dagang dan
kewajiban adalah efektif, dan membuat daftar uji substantive untuk mencari
kewajiban-kewajiban yang tidak dicatat. Tugas ini kompleksitasnya relatif rendah
karena para partisipan hanya diminta untuk mengingat prosedur-prosedur tertentu
tanpa perlu memeriksa pentingnya informasi.
2. Tugas dengan kompleksitas yang tinggi, para partisipan menunjukkan kekeliruan-
kekeliruan laporan keuangan yang mungkin dari kelemahan kontrol di dalam sistem
hutang dagang. Partisipan menentukan kekeliruan tersebut, akun yang terpengaruh,
dan apakah akun-akun ini akan overstated atau understated. Tugas ini lebih rumit
dibandingkan tugas pertama karena para partisipan perlu memahami skenario,
memeriksa berbagai petunjuk dan memikirkan beberapa kemungkinan (Bonner dan
Lewis, 1990; Tan dan Kao, 1999; Tan et al 2002; Zuraidah dan Takiah, 2007; dan
Ria Nelly Sari dkk, 2008).
3.5.3 Variabel Independen/Dependen Upaya
Upaya (effort) diukur dengan menggunakan jumlah waktu yang dipergunakan
oleh partisipan untuk menyelesaikan tugas atau kasus kuesioner eksperimen.
Penggunaan proksi durasi waktu di dalam eksperimen audit telah diterapkan di dalam
penelitian Jiambalvo (1979), Libby dan Lipe (1992), Zuraidah dan Takiah (2007), dan
Ria Nelly Sari dkk (2008). Durasi waktu yang diberikan untuk kompleksitas tugas
rendah 30 menit dan kompleksitas tugas tinggi 30 menit. Partisipan diminta untuk
menuliskan waktu saat memulai dan waktu saat menyelesaikan tugas tugas dan waktu
yang dipergunakan tidak melebihi waktu yang telah ditetapkan setiap tugas.
7
3.5.4 Variabel Dependen Audit Judgment
Audit judgment adalah pengambilan keputusan seorang auditor dalam setiap
kasus/bukti yang dihadapi dalam rangka melakukan tugas audit. Sedangkan menurut Ria
dkk, (2008), Bonner, Sprinkle (2002) dan Zuraidah, Takiah (2007), audit judgment
adalah efektivitas kinerja yang mengacu pada seberapa baik tugas tertentu dilakukan
dalam kaitannya dengan kriteria. Audit judgment diukur melalui jumlah jawaban yang
benar. Untuk tugas dengan kompleksitas rendah, evaluasi audit judgment adalah
didasarkan pada jumlah daftar uji substantive test dan kepatuhan yang benar dengan
niulai skor tertinggi 100. Untuk tugas dengan kompleksitas tinggi, kinerja ditentukan
oleh jumlah kesalahan dengan nilai tertinggi 100. Jawaban-jawaban dianggap masuk
akal jika terjadinya kesalahan, akun akun yang akan terpengaruh dan besarnya kesalahan
dinyatakan secara benar. Jawaban-jawaban dikatakan tidak masuk akal jika tidak
memenuhi seluruh kriteria untuk jawaban-jawaban yang masuk akal (Bonner dan
Sprinkle, 2002).
3.5.5 Variabel Kontrol
Penelitian sebelumnya memasukkan beberapa variabel antara lain: umur,
pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan akademik sebagai variabel variabel kontrol.
Penelitian terdahulu juga mendukung bahwa kedua variabel ini terkait secara signifikan
dengan audit judgment (chung dan Monroe, 2001; Chang et al, 1997; Zuraidah dan
Takiah (2007) dan Ria Nelly Sari dkk (2008).
3.6 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran segi
demografis dari partisipan penelitian dan deskripsi mengenai variabel penelitian.
Penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan angka
rata rata deviation standard.
3.8 Metode Analisis
Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dan uji beda (T-Test)
3.8.1 Uji Kualitas Data
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur apakah jawaban seseorang terhadap
pernyataan dalam suatu kuesioner konsisten dan stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2005). Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach alpha (α). Suatu
konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach alpha > 0,60 (Nunnaly,
1967 dalam Ghozali, 2005). Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate
antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Masing-masing
indikator kuesioner dikatakan valid apabila korelasi antara masing-masing indikator
terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan (Ghozali, 2005).
3.8.2 Menilai Goodness of Fit Model
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
goodness of fitnya. Secara statistik, ini dapat diukur dari nilai koefisien dtereminasi dan
nilai statistik F.
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F) Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel indenpenden yang dimasukkan
dalam model mampu berperan sebagai prediktor atas variabel dependen.
b. Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Menurut Gujarati (2003)
dalam Ghozali (2006), jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif,
maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1,
8
maka adjusted R2 = R2=1, sedangkan jika nilai R2=0, maka adjusted R2=(1-k)(n-
k), jika k>1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif.
3.8.3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak.
Model ini juga dilakukan untuk menguji apakah model uji beda memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi yang
digunakan, ditemukan adanya korelasi antar variabel indenpenden, Untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas bisa diuji dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel
bebas dan menghitung nilai tolerance serta VIF (variance inflation factor).
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance resdiual suatu
periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Pada penelitian ini pendeteksian
ada tidaknya heteroskedatisitas pada suatu model dapat diketahui dengan uji Glejser.
Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residul terhadap variabel indenpenden
(Gujarati dalam Ghozali, 2006)
3.8.4 Analisis Statistik
Penelitian ini adalah eksperimen untuk menguji beberapa hipotesis sebagai
berikut :
KPA = α + b1I K + e -------------------- (hipotesis 1)
Upy = α + b1I K + e --------------------- (hipotesis 2)
KPA = α + b1I K + b1Upy + e ------------- (hipotesis 3)
KPA = α + b1Upy + e --------------------- (hipotesis 4)
KPA = α + b1UPY + b2KT + b3UPY*KT + e ---- (hipotesis 5)
4. Analisis data dan Pembahasan
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Nilai rata rata jawaban variabel upaya untuk kisaran sesungguhnya di atas nilai
rata rata kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa upaya pada auditor cukup baik/
tinggi. Nilai rata rata jawaban variabel kompleksitas tugas untuk kisaran sesungguhnya
diatas nilai rata rata kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa kompleksitas tugas
pada auditor cukup tinggi. Nilai rata rata jawaban variabel audit judgment untuk kisaran
sesungguhnya di atas nilai rata rata kisaran teoritis, maka dapat disimpulkan bahwa
audit judgment (rendah) pada auditor cukup tinggi.
4.2 Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji Validitas menunjukkan bahwa korrelasi antara masing masing indikator
terhadap variabel upaya menunjukkan hasil yang signifikan sehingga memenuhi kreteria
validitas. Validitas variabel kompleksitas tugas dimana masing masing indikator
memiliki nilai yang signifikan menegaskan bahwa item item pertanyaan yang diberikan
kepada partisipan mampu menjelaskan konsep variabel kompleksitas tugas. Variabel
9
audit judgment dimana validitas item item pertanyaan yang diberikan kepada partisipan
mampu menjelaskan konsep variabel audit judgment.
b. Uji Realibilitas
Uji realiabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi pernyataan dari waktu
ke waktu. Dalam penelitian ini uji realiabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Hasil
uji reabilitas menunjukkan variabel upaya, audit judgment dan kompleksitas tugas lebih
besar dari Cronbach Alpha berkisar 77 % sampai dengan 85%
c. Uji Normalitas
Uji Normalitas untuk semua variabel penelitian hasilnya menunjukkan bahwa
terdistribusi secara merata dan mengelompok ditengah hal ini berarti menunjukkan
bahwa data distribusi normal.
d. Uji Multikolinieritas Hail uji multikolineritas terlihat nilai tolerance masing masing variabel 0,158
dan 0,158, sedangkan nilai VIF sebesar 6,342 dan 6,342. Nilai tolerance yang lebih
besar dari 0,1, dan nilai VIF lebih kecil dari 10 menunjukkan bahwa model regresi ini
tidak terdapat masalah multikolinieritas.
e. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas menggunakan grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (dependen) audit judgment (Ktask_R) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Hasil pengujian menunjukkan tidak ada pola yang jelas serta titik titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y dan disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4.3 Hasil Uji Hipotesis Peneltian dan Pembahasan
4.3.1 Pengujian Hipotesis 1.
Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model
summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R² adalah 0,915 hal ini berarti 91,5%
variasi audit judgment dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen insentif
kinerja, sedangkan sebesar 8,5% dijelaskan oleh sebab lain diluar model. Pengujian Uji
beda T-Test ditabel 4.16 menghasilkan nilai t asumsi equal variance assumed adalah
34,840, dengan probabilitas 0,000 (two tael) karena probabilitas lebih kecil dari 0,05,
maka ini berarti variance kedua kelompok insentif kinerja (yang menerima dan yang
tidak menerima) benar benar berbeda atau dengan kata lain ada perbedaan audit
judgment yang dibuat oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan kelompok
yang tidak menerima insentif kinerja. (Ghozali, hal 65-66, 2011).
Berdasarkan data statistik maka dimana konstanta sebesar 83,860 dan koefisien
regresinya insentif kinerja 52,719 persamaan regresi adalah Audit Judgment = 83,860
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .957a .916 .915 8.078 .916 1213.830 1 112 .000 .917
a. Predictors: (Constant), Inc. Kinerja
b. Dependent Variable: Judgment
10
+52,719 Insentif kinerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar insentif
kinerja yang didapatkan oleh auditor maka semakin baik audit judgment yang dibuat
oleh auditor tersebut dibandingkan dengan auditor ynag tidak mendapatkan insentif
kinerja.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 83.860 1.070 78.375 .000
Inc. Kinerja 52.719 1.513 .957 34.840 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Judgment
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ponemon dan Ghabart (1990),
Shaub dan Lawrence (1996), (Windsor dan Ashkanasy (1995) dalam Louwers et al,
1998), Johnson, P.K, Jamal and Berryman (1991), Janne Chung dan Garry S. Monroe
(2000), Gorry dan Scott-Morton (1971), Keen dan Scott-Morton (1978), Ashton dan
Kramer (1980), Libby dan Lipe (1992), serta Zuraidah dan Takiah (2007). Hasil
penelitian sesuai dengan teori expectancy (teori pengharapan) Vroom (1964), teori
keagenan dari Baiman (1982, 1990), Eisanhardt (1989).
4.3.2 Pengujian Hipotesis 2
Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model
summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R² adalah 0,949 hal ini berarti 94,9%
variasi upaya (effort) dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen insentif
kinerja, sedangkan sebesar 5,1% dijelaskan sebab lain diluar model. Pengujian Uji beda
T-Test menghasilkan nilai t asumsi equal variance assumed adalah 46,078 dengan
probabilitas 0,000 (two tael) karena probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka ini berarti
variance kedua kelompok insentif kinerja (yang menerima dan yang tidak menerima)
benar benar berbeda atau dengan kata lain ada perbedaan upaya (effort) yang dibuat oleh
auditor yang menerima insentif kinerja dengan kelompok yang tidak menerima insentif
kinerja. (Ghozali, hal 65-66, 2011).
Hasil data statistik dimana nilai konstanta sebesar 15,667 dan koefisien
regresinya insentif kinerja 16,579 maka variabel upaya (effort) dipengaruhi oleh insentif
kinerja dengan persamaan matematis: Upaya (effort) = 15,667 + 16,579 Insentif kinerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan dimana semakin besar insentif kinerja ynag didapatkan
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjuste
d R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R
Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .975a .950 .949 1.921 .950 2123.181 1 112 .000 .925
a. Predictors: (Constant), Inc. Kinerja
b. Dependent Variable: Effort
11
auditor maka semaikin besar effort (upaya) yang akan dilakukan auditor dibandingkan
dengan auditor yang tidak mendapatkan insentif kinerja.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 15.667 .254 61.578 .000
Inc. Kinerja 16.579 .360 .975 46.078 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Effort
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Awasthi dan Pratt (1990), Libby dan
Lippe (1992), Chang et al (1997), serta Zuraidah dan Takiah (2007), Ria Nelly Sari dkk
(2008. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori expectancy (teori pengharapan) dari
Vroom (1964), teori social-kognitive (teori kemampuan diri) Bandura (1986,1991,1997)
4.3.3 Pengujian Hipotesis 3
Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model
summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R² adalah 0,925 hal ini berarti 92,5%
variasi audit judgment dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen insentif
kinerja dan variabel upaya, sedangkan sebesar 7,5% dijelaskan oleh sebab lain diluar
model, dapat dikatakan model ini sangat baik.
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjuste
d R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .962a .926 .925 7.587 .926 695.982 2 111 .000 1.089
a. Predictors: (Constant), Effort, Inc. Kinerja
b. Dependent Variable: Judgment
Pengujian Uji T-Test menghasilkan bahwa upaya (effort) dan audit judgment
yang dibuat oleh kelompok auditor yang menerima insentif kinerja berbeda dengan
kelompok auditor yang tidak menerima insentif kinerja, serta insentif kinerja
berpengaruh terhadap audit judgment dan upaya (effort).
Hasil uji signifikasi parameter individual (uji statistik t), dimana konstanta
sebesar 60,497 dan koefisien regresinya sebesar insentif kinerja 27,996 dan 1,491
koefisien regresi effort (upaya) maka variabel audit judgment dipengaruhi oleh insentif
kinerja dan effort (upaya) dengan persamaan matematis : Audit judgment = 60,497 +
27,996 Insentif kinerja + 1,491 Effort
12
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 60.497 5.933 10.196 .000
Inc. Kinerja 27.996 6.349 .508 4.409 .000 .050 19.957
Effort 1.491 .373 .460 3.995 .000 .050 19.957
a. Dependent Variable: Judgment
Hasil penelitian ini menunjukkan semakin besar insentif kinerja yang diberikan
kepada auditor maka semakin besar effort (upaya) yang akan dilakukan oleh seorang
auditor dan akan menghasilkan audit judgment yang baik dibandingkan dengan tidak
mendapatkan insentif kinerja. Selain itu effiort (upaya) yang digunakan antara wanita
yang mendaptkan insentif kinerja lebih baik dibandingkan dengan laki-laki.Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Libby dan Luft (1993), Bonner (1999),
Zuraidah dan Takiah (2007 dan Ria Nelly Sari dkk (2008). Selain itu hasil penelitian ini
sejalan dengan teori ekspectansi (teori pengharapan) dari Vroom (1964), teori Social
Cognitive (kemampuan diri) dari Bandura (1986,1991,1997).
4.3.4 Pengujian Hipotesis 4
Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model
summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0,912 hal berarti 91,2 %
variasi audit judgment dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen upaya
(effort), sedangkan sebesar 8,8 % dijelaskan oleh sebab lain di luar model, sehingga
dapat dikatakan model regresi ini sangat baik.
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .956a .913 .912 8.188 .913 1178.459 1 112 .000 1.223
a. Predictors: (Constant), Effort
b. Dependent Variable: Judgment
Hasil uji signifikasi parameter individual (uji statistik t) dimana konstanta
sebesar 36,068 dan koefisien regresinya upaya (effort) 3,095 maka variabel audit
judgment dipengaruhi oleh effort (upaya) dengan persamaan matematis : Audit
judgment = 36,068 + 3,095 upaya (effort). Selain itu audit judgment seorang auditor
dipengaruhi oleh tingkat upaya (effort) yang dilakukan oleh auditor dan auditor
melakukan upaya (effort) yang tinggi lebih baik dibandingkan dengan auditor yang
melakukan upaya (effort) yang rendah dan menghasilkan audit judgment. Hasil
penelitian ini menunjukkan dimana upaya mempunyai hubungan positif dengan audit
judgment semakin besar effort (upaya) yang digunakan oleh auditor maka semakin baik
audit judgment yang dihasilkan.
13
Coeffisients
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) 36.068 2.292 15.736 .000
Effort 3.095 .090 .956 34.329 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Judgment Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bonner (1999), Bonner dan
Sprinkle (2002), Zuraidah dan Takiah (2007), serta Ria Nelly dan Sari dkk (2008). Serta
hasil penelitian ini sejalan dengan teori ekspectansi (teori pengharapan) dari Vroom,
teori Social Cognitive (kemampuan diri) dari Bandura (1986,1991,1997), dan Goal
Setting Theory dari Latham (1990).
4.3.5 Pengujian Hipotesis 5
Hasil analisa regresi dengan menggunakan program SPSS menghasilkan model
summary menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 adalah 0,927 hal berarti 92,7 %
variasi audit judgment dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel indenpenden upaya
(effort), kompleksitas tugas sebagai variabel moderating, sedangkan sebesar 7,3 %
dijelaskan oleh sebab lain di luar model, sehingga dapat dikatakan model regresi ini
sangat baik.
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
Durbin-
Watson
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .964a .929 .927 7.460 .929 481.556 3 110 .000 1.172
a. Predictors: (Constant), Effort x Task, Effort, Task
b. Dependent Variable: Judgment
Hasil uji signifikasi parameter individual (uji statistik t) dimana konstanta
sebesar 44,009 dan koefisien regresinya upaya (effort) 2,544, koefisein regresi
kompleksitas tugas 64,367, moderating -1,669 maka variabel audit judgment
dipengaruhi oleh upaya (effort), kompleksitas tugas dengan persamaan matematis: Audit
judgment = 44,009 + 2,544 Upaya (Effort)+64,367 K.Task -1,669 upaya x k.task.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan upaya (effort) terhadap audit judgment
dimoderasikan dengan komplesitas tugas, dengan upaya (effort) yang rendah atau tinggi
akan menghasilkan audit judgment yang tinggi pada kompleksitas tugas rendah dan
sebaliknya pada kompleksitas tugas tinggi tidak ada perbedaan pada upaya (effort). Hasil
ini mendukung penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Early et al
(1990), Bonner (1999), Chung dan Monroe (2001), Bonner dan Sprinkle (2002), Kanfer
(1990), Zuraidah dan Takiah (2007) dan Ria Nelly Sari dkk (2008), serta sesuai dengan
teori social-cognitive(teori kemampuan diri) (Bandura, 1986, 1991, 1997), teori
kemampuan-diri memperluas teori expectancy dan goal setting theory (teori penentuan
tujuan).
14
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 44.009 9.510 4.627 .000
Effort 2.544 .604 .785 4.213 .000 .019 54.018
Task 64.367 17.706 1.168 3.635 .000 .006 160.550
Effort x Task -1.669 .760 -.981 -2.195 .030 .003 310.544
a. Dependent Variable: Judgment
5. Kesimpulan dan Implikasi Penelitian
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji : (1) pengaruh insentif kinerja terhadap
audit judgment, (2) perbedaan audit judgment yang dibuat oleh auditor yang menerima
insentif kinerja dengan auditor yang tidak mendapatkan insentif kinerja, (3) pengaruh
insentif kinerja terhadap upaya (effort), (4) perbedaan upaya (effort) oleh auditor yang
menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak menerima insentif kinerja, (5)
pengaruh insentif kinerja terhadap audit judgment dengan upaya (effort) sebagai variabel
intervening dan, (6) pengaruh upaya (effort) terhadap audit judgment, (7) pengaruh
upaya (effort) terhadap audit judgment yang dimoderasikan oleh kompleksitas tugas.
Penelitian ini menggunakan 3 variabel indenpenden, yaitu insentif kinerja, upaya
(effort), dan kompleksitas tugas. Disamping itu juga menggunakan 2 variabel dependen,
yaitu audit judgment dan upaya (effort).
Partisipan penelitian adalah auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik,
cara pemilihan auditor dilakukan dengan purposive sampling dikarenakan partisipan
penelitian ini agak sulit untuk dikumpulkan dalam suatu ruangan sehingga dilakukan
metode tersebut. Pemilihan sampel dengan metode purposive sampling didapatkan 57
sampel yang menerima insentif kinerja dan 57 sampel yang tidak menerima insentif
kinerja sehingga total sampel yang diolah 114.
Penelitian ini memberikan bukti pertama eksperimen dilakukan dimana auditor
dibagi dalam dua kelompok, kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok
yang tidak menerima insentif kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi
tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian
ini melihat pengaruh insentif kinerja terhadap audit judgment dimana hasilnya
ditemukan audit judgment dipengaruhi oleh insentif kinerja.
Kedua, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,
kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif
kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas
yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini melihat perbedaan insentif kinerja
terhadap audit judgment dimana hasilnya ditemukan terjadi perbedaan untuk audit
judgment antara yang menerima insentif kinerja dengan yang tidak menerima insentif
kinerja
Ketiga, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,
kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif
15
kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas
yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini ingin dilihat sejauh mana upaya (effort)
seorang auditor antara yang menerima insentif kinerja dan yang tidak menerima insentif
kinerja dimana hasilnya menunjukkan bahwa upaya (effort) auditor dipengaruhi oleh
insentif kinerja..
Keempat, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,
kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif
kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas
yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini ingin dilihat sejauh mana upaya (effort)
seorang auditor antara yang menerima insentif kinerja dan yang tidak menerima insentif
kinerja dimana hasilnya ditemukan bahwa auditor yang menerima insentif kinerja
menggunakan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan auditor yang tanpa
insentif kinerja.
Kelima, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,
kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif
kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas
yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini ingin dilihat sejauh mana pengaruh
insentif kinerja terhadap audit judgment dan variabel upaya (effort) sebagai mediasi atas
hubungan insentif kinerja dengan audit judgment, dimana hasilnya menunjukkan bahwa
auditor yang menerima insentif kinerja melakukan upaya (effort) lebih banyak waktu
yang digunakan dalam menyelesaikan kompleksitas tugas dibandingkan dengan auditor
yang tidak menerima insentif kinerja, serta menghasilkan audit judgment yang baik
untuk auditor yang menerima insentif kinerja dibandingkan dengan auditor yang tidak
menerima insentif kinerja.
Keenam, eksperimen dilakukan dimana auditor dibagi dalam dua kelompok,
kelompok yang menerima insentif kinerja dan kelompok yang tidak menerima insentif
kinerja, kemudian auditor (partisipan) diberi tugas/pertanyaan dalam dua kategori tugas
yang tinggi dan tugas yang rendah. Penelitian ini melihat sejauh mana pengaruh upaya
(effort) terhadap audit judgment dan variabel kompleksitas tugas sebagai moderating
atas hubungan upaya (effort) dengan audit judgment, dimana hasilnya menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan auditor yang mendapatkan insentif kinerja dengan tidak
mendapatkan insentif kinerja dalam melakukan upaya (effort), dengan upaya (effort)
yang tinggi untuk kompleksitas tugas rendah akan menghasilkan audit judgment tinggi.
Sedangkan untuk upaya (effort) tinggi atau rendah untuk kompleksitas tugas tinggi tidak
ada perbedaan dalam pembuatan audit judgment..
5.2 Implikasi Hasil
5.2.1 Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini membuktikan beberapa teori antara lain :
1. Teori Motivasi merupakan dorongan-dorongan individu untuk bertindak yang
menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada
tujuan. Prinsip dasar motivasi adalah tingkat kemampuan (ability) dan motivasi
individu yang sering dinyatakan bahwa kinerja adalah fungsi dari kemampuan
dikalikan dengan motivasi. Menurut prinsip tersebut, tidak ada tugas yang tidak
dapat dilaksanakan dengan baik tanpa didukung oleh kemampuan untuk
melaksanakannya. Kemampuan merupakan bakat individu untuk melaksanakan
tugas yang berhubungan dengan tujuan. Namun, kemampuan tidaklah mencukupi
untuk menjamin tercapainya performance (kinerja) terbaik, individu harus memiliki
16
keinginan (motivasi) untuk mencapai kinerja terbaik (A.H. Maslow, 1943, 1954,
David Mc Clelland, 1961, dan Elton Mayo, 1880, 1949)
2. Teori expectancy (pengharapan) (Vroom, 1964) menyatakan bahwa motivasi
seseorang pada situasi tertentu adalah fungsi dari dua faktor: (1) expectancy
mengenai hubungan diantara upaya dengan hasil tertentu (misal, tingkat bayaran
tertentu untuk tingkat kinerja tertentu), yang disebut sebagai ” expectancy upaya-
hasil” dan (2) valensi (daya tarik) hasil. Motivasi yang tercipta oleh kedua faktor ini
menyebabkan orang-orang untuk memilih tingkat upaya yang mereka yakini akan
membawa ke hasil yang di-inginkan. Temuan dalam penelitian ini di mana insentif
kinerja (keuangan) akan memberikan motivasi kepada auditor untuk melakukan
audit judgmet (kinerja) tententu.
3. Teori keagenan (agency theory) (Baiman, 1982, 1990; Eisenhardt, 1989), melalui
asumsinya bahwa para individu adalah pemaksimal utilitas yang diharapkan,
menambahkan struktur lebih lanjut di dalam menjelaskan pengaruh-pengaruh
insentif-insentif keuangan terhadap upaya. Temuan dalam penelitian ini di mana
seorang auditor dengan mendapatkan insentif kinerja maka akan melakukan effort
(upaya) lebih baik di bandingkan dengan tanpa insentif kinerja (keuangan).
4. Teori penentuan tujuan (Goal Setting Theory) (Locke & Latham, 1990)
menyatakan bahwa tujuan-tujuan personal adalah determinan utama serta
merupakan syarat bagi upaya. Dengan kata lain, tujuan-tujuan personal adalah
perangsang peningkatan upaya yang disebabkan oleh insentif. Hasil pengujian ini
membuktikan bahwa auditor yang menerima insentif kinerja (keuangan)
meningkatkan motivasi dalam bentuk effort (upaya) dalam membuat audit
judgment(kinerja) dalam tugas yang rendah.
5. Teori social cognitive (atau kemampuan diri) (Bandura, 1986, 1991, 1997)
merumuskan mekanisme-mekanisme kognitif yang mengatur dirinya sendiri yang
terkait dengan upaya. Teori kemampuan diri, atau keyakinan seseorang apakah dia
bisa melakukan tindakan-tindakan yang di perlukan untuk menapai tingkat kinerja
tertentu pada tugas tertentu. Hasil penelitian ini membuktikan auditor dengan upaya
yang tinggi atau rendah dapat menyelesaikan kompleksitas tugas yang rendah dan
melakukan audit judgmet rendah lebih baik dibandingkan dengan kompleksitas
tugas tinggi. Jadi sesuai dengan teori bahwa auditor dengan upaya tertentu dengan
tugas tertentu dapat melakukan audit judgmet tertentu.
5.2.2 Implikasi Praktis
Hasil hipotesis 1a mengenai ada perbedaan audit judgment yang dibuat oleh
auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor yang tidak mendapatkan insentif
kinerja menunjukkan bahwa terdapat perbedaan audit judgment yang dibuat oleh
kelompok auditor yang menerima insentif kinerja dengan kelompok auditor yang tidak
menerima insentif kinerja. Sehingga temuan hipotesis 1 dan hipotesis 1a menjadi
masukan untuk pimpinan kantor akuntan publik untuk memikirkan dalam pemberian
insentif kinerja (keuangan dan non keuangan) sehingga dalam melakukan audit
judgment tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan audit.
Dengan adanya insentif kinerja (keuangan) seorang auditor akan termotivasi
serta mempunyai tujuan (harapan) akan imbalan yang akan diterima dan akan
melakukan upaya (effort) dalam penyelesain pekerjaan auditan dibandingkan tidak
menerima insentif kinerja (keuangan). Temuan pengujian hipotesis 2a mengenai ada
perbedaan upaya (effort) oleh auditor yang menerima insentif kinerja dengan auditor
17
yang tidak menerima insentif kinerja dimana menunjukkan terdapat perbedaan
kelompok auditor yang mendapatkan insentif kinerja dengan kelompok auditor yang
tidak menerima insentif kinerja dalam melakukan upaya (effort) mengerjakan tugas
auditan. Akibat adanya insentif kinerja (keuangan) seorang auditor akan termotivasi
serta mempunyai tujuan (harapan) akan imbalan yang akan diterima jika melakukan
upaya (effort) didalam melakukan pekerjaan auditan dibandingkan tidak menerima
insentif kinerja (keuangan).
Hasilnya menunjukkan bahwa insentif kinerja berpengaruh terhadap audit
judgment dan upaya (effort) sebagai variabel intervening. Dimana auditor dengan
menerima insentif kinerja maka akan melakukan upaya (effort) yang besar sehingga
audit judgment yang dibuatnya akan lebih baik dibandingkan tidak menerima insentif
kinerja .
Hasil pengujian hipotesis 4 mengenai pengaruh upaya (effort) terhadap audit
judgment, hasilnya menunjukkan audit judgment dipegaruhi oleh upaya (effort) semakin
tinggi upaya (effort) seorang auditor maka hasilnya audit judgment yang dibuat oleh
auditor semakin baik.
Hasilnya menunjukkan kompleksitas tugas memoderasi hubungan antara audit
judgment dan upaya (effort). Hasil dari hipotesis 5 memberikan informasi kepada
pimpinan kantor akuntan publik bahwa seorang auditor dengan upaya (effort) tinggi atau
rendah akan menghasilkan audit judgment lebih baik pada tingkat kompleksitas tugas
yang rendah dibandingkan pada tingkat kompleksitas tugas tinggi. Pengaruh insentif
kinerja (keuangan) akan memotivasi auditor dalam melaksankan tugas auditan serta
menghasilkan audit judgment yang baik dibandingkan dengan tanpa insentif kinerja
(keuangan). Sebaiknya Auditor dalam melaksanakan tugas auditan harus
mempertimbangkan kompleksitas tugas tinggi atau rendah, jika kompleksitas tugas
tinggi maka seorang auditor harus diberi pendidikan dan pelatihan mengenai audit.
Dalam pemberian insentif kinerja (keuangan) pada auditor harus membuat skema
insentif kinerja (keuangan). Skema insentif kinerja (keuangan) antara yang masa kerja 1
– 2 tahun tidak akan sama insentif kinerja yang masa kerja lebih 4-5 tahun, serta
pemberian kesempatan untuk mengikuti pelatihan pelatihan singkat tentang audit.
5.3 Keterbatasan Penelitian dan Saran
5.3.1 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kemungkinan terjadinya bias seleksi
yang berasal dari pemilihan subyek yang tidak tepat dalam kelompok eksperimen.
Partisipan dalam eksperimen ini memiliki perbedaan ukuran kantor akuntan publik, lama
bekerja, dan perbedaan tingkat pendidikan hal ini menyebabkan perbedaan dalam tingkat
penyelesaian tugas (kompleksitas tugas). Dalam pengambilan dan pengumpulan sampel
penelitian, peneliti melakukan dengan sistem sel atau data diperoleh secara sebagian
sebagian hal ini akan menyebabkan kemungkinan bias dalam mendapatkan hasil
penelitian. Pengambilan dan pengumpulan sampel ini dilakukan dikarenakan sangat sulit
mengumpulkan auditor sesuai dengan kerangka penelitian sebelumnya yang mana
partisipan dikumpulkan dalam ruangan dan dibagi menjadi dua kelompok insentif
kinerja (yang menerima dan yang tidak menerima). Perlakuan treatmen dalam peneltian
ini dilakukan dengan mendatangi kantor akuntan publik dan melakukan salah satu
perlakuan yakni yang menerima insentif kinerja dan kantor akuntan publik yang lain
tanpa insentif kinerja. Partisipan dalam penelitian adalah sebagian besar auditor yang
bekerja pada kantor akuntan kecil dan menengah, sehingga hasil penelitian ini
18
kemungkinan kurang representatif apabila digunakan untuk auditor dari kantor akuntan
publik besar ( big five).
5.3.2 Saran
Disarankan pada penelitian yang akan datang pemilihan partisipan dalam
kelompok eksperimen dibedakan ukuran kantor akuntan publik, lama bekerja, dan
perbedaan tingkat pendidikan. Pengambilan sampel penelitian auditor sesuai dengan
kerangka penelitian dimana auditor dikumpulkan dalam ruangan dan dibagi menjadi dua
kelompok (insentif dan tanpa insentif). Perlakuan pemberian besaran insentif kinerja
yang diberikan kepada auditor yang menjadi partisipan penelitian harus didasari dengan
perhitungan dan pertimbangan yang tepat. Variabel kompleksitas tugas untuk penelitian
mendatang dibedakan antara laki laki dan perempuan sehingga dengan sendirinya dapat
dilihat perbedaan antara laki laki dan perempuan dalam membuat audit judgment.
Penelitian yang akan datang yang menjadi partisipan adalah auditor dari kantor akuntan
publik besar (big five).
6. Daftar Pustaka
Abdolmohammadi, M. and Wright, A. (1987), “An examinination of the effects of
experience and task complexity and audit judgments”, The Accounting Review, Vol. 3
No. 1, pp. 1-13.
Ashton, A. H. (1989) "An Empirical Analysis of Expertise, Experience, and Error
Frequency Knowledge in Auditing." Working paper, Duke University.
Ashton, R.H. (1990), “Pressure and performance in accounting decision settings:
paradoxical effects of incentives, feedback and justification”, Journal of Accounting
Research, Vol. 28, pp. 148-80.
Ashton, A.H, 1991, Experience and Error Frequency Knowledge as Potential
Determinants of Audit Expertise, Accounting Review (April) pp.218-239.
Awasthi, V. and Pratt, J. (1990), “The effects of monetary incentives on effort and
decision performance: the role of cognitive characteristics”, The Accounting Review,
Vol. 65 No. 4, pp. 797-811.
Baiman, S. (1990). Agency research in managerial accounting: a second look.
Accounting, Organizations and Society, 15, 341–371.
Bandura, A., & Adams, N. E. (1977) Analysis of self-efficacy theory of behavioral
change. Cognitive Therapy and Research, 1, 287-310.
Bandura, A. (1977a) Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change.
Psychoiogicai fleview, 84, 191-215.
Bandura, A. (1982) Self-Efficacy Mechanism in Human Agency. American
Psychologist, 37, 122-147.
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York, NY: W.H.
Freeman and Company.
Bonner, S.E. and Lewis, B.L. (1990), “Determinants of auditor expertise”, Journal of
Accounting Research, Vol. 28, pp. 1-28.
Bonner, S.E. and Sprinkle, G.B. (2002), “The effects of monetary incentives on effort
and task performance: theories, evidence, and a framework for research”, Accounting,
Organizations and Society, Vol. 27 Nos 4/5, pp. 303-45.
Campbell, D.J. (1988), “Task complexity: a review and analysis”, Academy of
Management Review, Vol. 13 No. 1, pp. 40-52. Carlson, K.D. (2000), “A model of the
direct determinants of performance outcomes”, Academy of Management Proceedings,
pp. F1-F6.
19
Chang, C.J., Ho, J.L.Y. and Liao, W.M. (1997), “The effects of justification, task
complexity and experience/training on problem-solving performance”, Behavioral
Research in Accounting, Vol. 9, pp. 98-116.
Chung, J. and Monroe, G.S. (2001), “A research note on the effects of gender and task
complexity on an audit judgment”, Behavioral Research in Accounting, Vol. 13, pp.
111-25.
Deci, E. L. (1971). Effects of externally mediated rewards on intrinsic motivation.
Journal of Personality and Social Psychology, 18, 105-115.
Feltz, D. L. (1982) Path analysis of the causal elements in Bandura's theory of self-
efficacy and an anxiety-based model of avoidance behavior. Journal of Personality and
Social Psychology. 42, 764-781.
Gerhart, B., & Milkovich, G. T. (1992). Employee compensation: research and practice.
In M. D. Dunnette, & L. M. Hough (Eds.), Handbook of industrial and organizational
psychology (pp. 481–569). Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisi Multivariat dengan Program IBM SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Gibbins, M, & Emby C, Evidence on the Nature of Professional Judgment in Public
Accounting, in Audit Research Symposium 1984, pp. 181-212 (Champaign-Urbana, IL
University of Illinois, 1985). Hogarth. R. M., dan H.J. Einhorn., 1992., Order Effects in Belief Updating: The Belief-
Adjustment Mode., Cognitive Psychology 24: 1 – 55.
Huber, V. L. (1985). Effects of task difficulty, goal setting, and strategy on performance
of a heuristic task. Journal of Applied Psychology,70, 492-504.
Janne Chung, Gary S Monroe ( 2000), “The Effects of Experience and Task Difficulty
on Accuracy and Confidence assessments of Auditors”, Accounting and Finance, 40
Janne Chung, Gary S Monroe (2001), “A Research Note on The Effects of Gender and
Task Complexity on An Audit Judgment”. Behavioral Research Of Accounting. Vol 13.
Jamilah, Fanani dan Chandrarin (2007), “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan
Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment” Simosium Nasional Akuntansi X,
Makassar.
Jiambalvo, J. and Pratt, J. (1982), “Task complexity and leadership effectiveness in CPA
firms”, The Accounting Review, Vol. 57 No. 4, pp. 734-50.
Kennedy, J. (1993), “Debiasing audit judgment with accountability: a framework and
experimental results”, Journal of Accounting Research, Vol. 30 No. 2, pp. 231-45.
Kovar, S.E. (1996), “A theoretical and empirical examination of the effects of feedback
and organizational structure on motivation and performance”, PhD thesis, Oklahoma
State University, Stillwater, OK.
Leung, P.W. and Trotman, K.T. (2005), “The effects of feedback type on auditor
judgment performance for configural and non-configural tasks”, Accounting,
Organizations and Society, Vol. 30 No. 6, pp. 537-53.
Libby,R & Frederick D.M, 1990, Experience and the Ability to Explain Audit Findings,
Journal of Accounting Research (Autumn) pp.348-367.
Libby, R. and Lipe, M. (1992), “Incentive effects and the cognitive processes involved
in accounting judgments”, Journal of Accounting Research, Vol. 30 No. 2, pp. 249-73.
Audit judgment performance
20
Libby, R. and Luft, J. (1993), “Determinants of judgment performance in accounting
settings:ability, knowledge, motivation, and environment”, Accounting, Organizations
and Society, Vol. 18 No. 5, pp. 425-50. Libby, R., 1995., The Role of Knowledge and Memory in Audit judgment. In Judgment and
Decision-Making Research in Accounting and Auditing, edited by R. Ashton, and A.
Ashton. , NY: Cambridge University Press. New York.
Locke, E. A., & Latham, G. P. (1990). A Theory of Goal Setting and Task Performance.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Maslow, (1970) A. Motivation and personality. New York: Haiper and Row.
McClelland, D. C. (1961). The Achieuing Society. Princeton, NJ, Van Nostrand.
Peecher, M. (1996), “The influence of auditors’ Justification Process on Their
Decisions: a Cognitive Model and Experimental Evidence”, Journal of Accounting
Research, Vol. 34 No. 1, pp. 125-40.
Ponemon, L.A., 1990., Ethical Judgments in Accounting: A Cognitive Critical
Perspective in Development Perspective., Critical Perspective Accounting 1: 191-215.
Ria Nelly Sari, dkk, 2008. A Study On Audit Judgment Performance: The Effect Of
Accountability, Effort and Task Complexity. Journal. Department of Accounting,
University of Riau.
Robbins, S.P. 2003. Organizational Behavior, Tenth Edition, Singapore: Prentice
Hall.
Ryan, R.M. and Deci, E.L. (2000), “Intrinsic and extrinsic motivations: classic
definitions and new directions”, Contemporary Educational Psychology, Vol. 25 No. 1,
pp. 54-67.
Siti Jamilah, Zaenal Fanani, Grahita C, 2007, “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan
Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi X
Makassar”.
Snead, K. and Harrell, A. (1991), “The impact of psychological factors on the job
satisfaction of senior auditors”, Behavioral Research in Accounting, Vol. 3, pp. 85-96.
Sprinkle, G. B. (2000). The effect of incentive contracts on learningand performance.
The Accounting Review, 75, 299–326.
Stajkovic, A.D. and Luthans, F. (1997), “A meta-analysis of the effects of organisational
behavior modification on task performance”, Academy of Management Journal, Vol. 40
No. 5, pp. 1122-49.
Stajkovic, A.D. and Luthans, F. (2001), “Differential effects of incentive motivators on
work performance”, Academy of Management Journal, Vol. 44 No. 3, pp. 580-90.
Sweeney, John T et al ( 1999 ), An Examinination of the Validity of a New Measures of
Moral Judgment, Behavioral Research in Acccounting, Vol. 10.
Tan, H. and Kao, A. (1999), “Accountability effects on auditors’ performance: the
influence of problem-solving ability, and task complexity”, Journal of Accounting
Research, Vol. 37 No. 1, pp. 209-23.
Tan, H. and Libby, R. (1997), “Tacit managerial versus technical knowledge as
determinants of audit experience in the field”, Journal of Accounting Research, Vol. 35
No. 1, pp. 97-113.
Tan, H., Ng, B. and Mak, W. (2002), “The effects of task complexity on auditors’
performance: the impact of accountability and knowledge”, Auditing: A Journal of
Practice &Theory, Vol. 21 No. 2, pp. 81-95.
21
Trotman, K.T. (1998), “Audit judgment research – issues addressed, research methods
and future directions”, Accounting and Finance, Vol. 38 No. 3, pp. 115-56.
Vroom, V.C. (1964), Work and Motivation, Wiley, New York, NY.
Wood, R. (1988), “Task complexity: definition of the construct”, Organizational
Behavior and Human Decision Processes, Vol. 37 No. 1, pp. 60-82.
Wood, R. E, Mento A.J, Locke E.A (1987). Task Complexity as a Moderator of Goal
Effects: A Meta-Analysis. Journal of Applied Psychology,Vol. 72, No. 3, pp. 416-125
Wright, P.M. (1992), “An examination of the relationships among monetary incentives,
goal level, goal commitment and performance”, Journal of Management, Vol. 18 No. 4,
pp. 677-93.
Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar and June M. L. Poon, (2007), “Effects Of
Goal Orientation and Task Complexity on Audit Judgment Performance”, Malaysian
Accounting Review, Volume 6 No. 2, 2007
Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar and Norman Mohd Saleh (2009),
“Moderated-mediation Effect of Individual Psychological Differences on Audit Task
Performance: From the Perspective of Social Cognitive Theory” ISAR Symposium 2009
Nederland.
Zuraidah Mohd Sanusi, Takiah Mohd Iskandar (2007), “Audit Judgment Performance: Assessing The Effect of Performance Incentives, Effort and Task Complexity.
Managerial Auditing Journal. Vol. 22 No. 1, 2007.pp. 34-52. Emerald Group
Publishing Limited