+ All Categories
Home > Documents > Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

Date post: 16-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 11 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
20
1 Universitas Indonesia Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap Pertumbuhan Industri Manufaktur Di Indonesia pada Periode 2009-2014 Ma’ruf Saragih, Rofikoh Rokhim Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetisi dan kinerja perbankan terhadap pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia pada periode 2009-2014. Kompetisi perbankan diukur dengan menggunakan proksi Lerner Index. Indikator kinerja perbankan yang digunakan yaitu efisiensi diproksikan oleh rasio BOPO, profitabilitas diproksikan oleh ROA, dan stabilitas diproksikan oleh Z-Score dan Non-performing loan (NPL). Pertumbuhan industri manufaktur diukur dengan nilai tambah (value added). Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif serta pengujian hipotesis dengan menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi perbankan berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan industri, kinerja perbankan yaitu efisiensi berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri, profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri, dan stabilitas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri. Keywords: Value added, kompetisi, efisiensi, profitabilitas, dan stabilitas The Impact of Banking Competition and Performance on The Growth of Manufacturing Industry in Indonesia for Period 2009-2014 Abstract This study aims to examine the impact of banking competition and performance on the growth of manufacturing industry in Indonesia for period 2009-2014. Banking competition is measured by using proxy Lerner Index. Indicators of banking performance were used are efficiency is proxied by BOPO, profitability is proxied by ROA, and stability is proxied by Z-Score and Non-performing loan (NPL). The growth of manufacturing industry measured by value added. Research is conducted with quantitative methods and hypothesis testing using the Generalized Least Square (GLS). Overall, the results showed that competition affect negatively significant on the growth of the industry, efficiency affect positively significant on the growth of the industry, profitability affect positively significant on the growth of the industry, and stability affect significant on the growth of the industry. Keywords: Value added, competition, efficiency, profitability, and stability Pendahuluan/Latar Belakang Proses industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan transformasi struktur ekonomi dari yang semula didominasi oleh sektor pertanian berubah menuju ke sektor industri. Industrialisasi dapat didefinisikan sebagai proses modernisasi ekonomi dengan inovasi teknologi dan memiliki dampak ke seluruh sektor ekonomi. Artinya perkembangan sektor industri (pengolahan), di mana sektor industri pengolahan sebagai leading sector, akan turut Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017
Transcript
Page 1: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

1 Universitas Indonesia

Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap Pertumbuhan Industri Manufaktur Di Indonesia pada Periode 2009-2014

Ma’ruf Saragih, Rofikoh Rokhim

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetisi dan kinerja perbankan terhadap pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia pada periode 2009-2014. Kompetisi perbankan diukur dengan menggunakan proksi Lerner Index. Indikator kinerja perbankan yang digunakan yaitu efisiensi diproksikan oleh rasio BOPO, profitabilitas diproksikan oleh ROA, dan stabilitas diproksikan oleh Z-Score dan Non-performing loan (NPL). Pertumbuhan industri manufaktur diukur dengan nilai tambah (value added). Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif serta pengujian hipotesis dengan menggunakan metode Generalized Least Square (GLS). Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi perbankan berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan industri, kinerja perbankan yaitu efisiensi berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri, profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri, dan stabilitas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri. Keywords: Value added, kompetisi, efisiensi, profitabilitas, dan stabilitas The Impact of Banking Competition and Performance on The Growth of

Manufacturing Industry in Indonesia for Period 2009-2014

Abstract

This study aims to examine the impact of banking competition and performance on the growth of manufacturing industry in Indonesia for period 2009-2014. Banking competition is measured by using proxy Lerner Index. Indicators of banking performance were used are efficiency is proxied by BOPO, profitability is proxied by ROA, and stability is proxied by Z-Score and Non-performing loan (NPL). The growth of manufacturing industry measured by value added. Research is conducted with quantitative methods and hypothesis testing using the Generalized Least Square (GLS). Overall, the results showed that competition affect negatively significant on the growth of the industry, efficiency affect positively significant on the growth of the industry, profitability affect positively significant on the growth of the industry, and stability affect significant on the growth of the industry. Keywords: Value added, competition, efficiency, profitability, and stability

Pendahuluan/Latar Belakang

Proses industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan transformasi struktur ekonomi

dari yang semula didominasi oleh sektor pertanian berubah menuju ke sektor industri.

Industrialisasi dapat didefinisikan sebagai proses modernisasi ekonomi dengan inovasi

teknologi dan memiliki dampak ke seluruh sektor ekonomi. Artinya perkembangan sektor

industri (pengolahan), di mana sektor industri pengolahan sebagai leading sector, akan turut

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 2: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

2

 

Universitas Indonesia

memacu dan mengembangkan sektor-sektor lainnya (Arsyad, 2004). Sektor industri atau

industri pengolahan merupakan salah satu lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan

nasional menurut pendekatan produksi (Badan Pusat Statistik, 2016). Sektor industri

merupakan kontributor tertinggi terhadap PDB Indonesia di tengah resesi ekonomi dunia

dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, sektor ini mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Dari tahun 2011-2015, sektor industri menjadi kontributor tertinggi terhadap PDB. Pada tahun

2015, sektor industri menyumbang 18,18% terhadap PDB, diikuti oleh sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan sebagai kontributor tertinggi kedua sebesar 13,52%. Kinerja

industri yang stabil membuat perekonomian Indonesia mampu tumbuh lebih baik

dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari tahun 2013 hingga 2014, laju pertumbuhan

PDB Indonesia merupakan yang tertinggi kedua dibandingkan dengan negara anggota

ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina). Hasil penelitian Szirmai

(2012) juga menunjukkan bahwa negara-negara maju telah mengandalkan industri

manufaktur sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun 1950, industri manufaktur

telah berkontribusi sangat tinggi terhadap PDB di negara-negara maju.

Salah satu faktor penting bagi setiap perusahaan, baik itu yang berada di sektor

industri manufaktur maupun di sektor lainnya adalah pada masalah pembiayaan. Secara

umum, perusahaan-perusahaan yang berada di setiap sektor industri memiliki dua alternatif

pembiayaan untuk mengembangkan usaha atau investasinya. Alternatif yang pertama dengan

menggunakan aliran kas internal (internal cash flow) yang dihasilkan perusahaan dalam satu

tahun periode operasi atau yang biasa disebut pembiayaan internal. Alternatif yang kedua

dengan menggunakan sumber pembiayaan eksternal seperti utang atau menerbitkan saham.

Jika perusahaan-perusahaan tersebut lebih bergantung kepada alternatif yang kedua, maka

kompetisi dan perkembangan kinerja dari perbankan atau pasar keuangan akan mempengaruhi

pertumbuhan perusahaan (Mirzaei & Moore, 2015). Namun, teori keuangan Pecking Order

menunjukkan bahwa informasi asimetris antara issuers dan investors, menyebabkan

pembiayaan eksternal menjadi jauh lebih mahal daripada pembiayaan internal. Oleh sebab itu,

perusahaan akan menggunakan pembiayaan internal sebagai alternatif utama karena paling

aman dan murah. Jika pembiayaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan menerbitkan utang

terlebih dahulu, dan menerbitkan common stock sebagai pilihan terakhir (Myers & Majluf,

1984). Akibatnya struktur utang yang optimal akan berpotensi positif mempengaruhi kinerja

perusahaan (Fosu, 2013). Perusahaan dapat dengan cepat berkembang, melakukan ekspansi

bisnis, dan memenangkan persaingan jika dapat memaksimalkan manfaat dan

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 3: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

3

 

Universitas Indonesia

mengefisiensikan biaya dari pembiayaan utang tersebut. Umumnya, utang bank lebih disukai

di struktur modal, karena menyediakan insentif yang lebih efisien untuk dipantau dan

meminimalkan biaya renegosiasi jika kualitas kredit perusahaan memburuk (Rajan & Winton,

1995). Kompetisi dan kinerja keuangan perbankan memainkan peran vital bagi perusahaan

yang struktur pendanaannya berasal dari utang bank. Memastikan kinerja perbankan nasional

dalam kondisi baik merupakan hal yang krusial karena memiliki dampak yang cukup besar

terhadap perekonomian nasional dan stabilitas keuangan.

Diego et al, (2010) dalam penelitiannya mengenai persaingan bank di wilayah negara

Timur Tengah dan Afrika bagian utara menyatakan bahwa mengukur persaingan bank

merupakan hal yang penting karena kompetisi perbankan yang lebih tinggi berpengaruh

positif terhadap harga produk perbankan yang lebih murah, peningkatan akses keuangan, dan

efisiensi bank yang lebih besar. Tingkat persaingan dapat menjadi faktor dalam memengaruhi

efisiensi produksi, kualitas produk, dan tingkat inovasi perbankan yang akhirnya mengarah

pada kemampuan bank menghasilkan keuntungan. Kompetisi bank dapat meningkatkan

aksesibilitas layanan perbankan untuk usaha kecil dan menengah pada biaya yang terjangkau.

Beberapa studi empiris menemukan bahwa persaingan perbankan meningkatkan kinerja

ekonomi secara keseluruhan (Claessens & Laeven, 2005; Liu & Mirzaei, 2013; Maudos &

Fernandez de Guevara, 2006). Dalam hal ini, kompetisi merupakan pondasi utama proses

penguatan perbankan nasional sehingga perubahan tingkat kompetisi antar bank akan

mengubah juga perilaku perbankan dalam melakukan bisnisnya.

Kompetisi dan efisiensi di sektor perbankan juga turut mempengaruhi kesejahteraan

masyarakat karena berhubungan dengan harga dan kualitas dari produk perbankan serta

peningkatan inovasi pada bisnis bank (Mirzaei & Moore, 2015). Efisiensi bank dapat

digunakan untuk melihat kemampuan bank untuk menggunakan teknologi yang tersedia dan

menggabungkan input ke dalam proses produksi untuk menghsilkan output secara optimal.

Oleh sebab itu, efisiensi bank dianggap sebagai kondisi yang diperlukan bank untuk

mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara efektif. Penelitian-penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa sistem perbankan yang sehat memberikan kontribusi untuk alokasi yang

efisien dari sumber ekonomi riil dan manajemen yang efisien dari kekayaan dan akumulasi

modal.

Di tengah berbagai gejolak dan kerentanan ekonomi global maupun domestik,

ketahanan industri perbankan pada 2015 masih relatif terjaga dengan tingkat profiabilitas

yang positif. Jika dilihat dari tingkat profitabilitas, perbankan Indonesia menunjukkan kinerja

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 4: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

4

 

Universitas Indonesia

yang tidak mengecewakan. Hal ini tercermin dari rasio Return on Asset (ROA) sebesar 2,25%

turun dari 2,87% (yoy), Return on Equity (ROE) sebesar 45,91%, turun dari 47,15% (qoq),

dan Net Interest Margin (NIM) sebesar 5,23% naik dari 4,24% pada triwulan IV-2014.

Stabilnya sistem perbankan dapat tercermin melalui kondisi perbankan yang sehat dan

berfungsinya peran intermediasi perbankan. Secara keseluruhan, di tengah kerentanan

ekonomi global maupun domestik, ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko

kredit, likuiditas, dan pasar yang cukup terjaga. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal

(CAR) Bank Umum pada tahun 2015 sebesar 21,16% naik dari 19,77% (yoy), jauh di atas

batas ketentuan minimal 8%. Tingginya CAR industri perbankan tersebut merupakan upaya

bank dalam mengantisipasi pemenuhan aturan permodalan sesuai Basel III dan potensi risiko

yang mungkin timbul. Sementara itu, Non-performing loan (NPL) gross bank umum tahun

2015 sebesar 2,49%, naik dari 2,22% (yoy) masih jauh di bawah threshold 5%. Sebagai

tambahan, penelitian ini juga membahas mengenai pengaruh perkembangan keuangan

(financial development) yang dapat dilihat dari sisi perkembangan pasar perbankan dan pasar

modal terhadap pertumbuhan industri manufaktur.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh

kompetisi bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 2. Bagaimana pengaruh

efisiensi bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 3. Bagaimana pengaruh antara

profitabilitas bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 4. Bagaimana pengaruh

antara stabilitas bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 5. Bagaimana pengaruh

kredit yang disalurkan oleh sektor perbakan ke sektor swasta terhadap pertumbuhan industri

di Indonesia?; 6. Bagaimana pengaruh kredit yang disalurkan oleh sektor perbakan ke sektor

industri terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?; 7. Bagaimana pengaruh kapitalisasi

pasar modal terhadap pertumbuhan industri di Indonesia?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Memberikan bukti empiris pengaruh kompetisi

bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 2. Memberikan bukti empiris pengaruh

efisiensi bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 3. Memberikan bukti empiris

pengaruh profitabilitas bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 4. Memberikan

bukti empiris pengaruh stabilitas bank terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 5.

Memberikan bukti empiris pengaruh kredit yang disalurkan oleh sektor perbakan ke sektor

swasta terhadap pertumbuhan industri di Indonesia; 6. Memberikan bukti empiris pengaruh

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 5: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

5

 

Universitas Indonesia

kredit yang disalurkan oleh sektor perbakan ke sektor industri terhadap pertumbuhan industri

di Indonesia; 7. Memberikan bukti empiris pengaruh kapitalisasi pasar modal terhadap

pertumbuhan industri di Indonesia?

Tinjauan Teoritis

Kompetisi Perbankan. Menurut Kocabay (2009), kompetisi bank dapat diartikan

sebagai sebuah proses persaingan antar bank dalam memenangkan bisnis yang bertujuan

untuk meningkatkan pangsa pasar dan mendapat keuntungan yang lebih besar. Kompetisi

terbentuk karena adanya beberapa penjual (perusahaan) yang memperebutkan konsumen yang

sama sehingga menciptakan sebuah struktur pasar, lingkungan persaingan dimana pembeli

dan penjual produk beroperasi (Salvatore, 2003). Seiring dengan kemajuan perkembangan

teknologi, inovasi dalam produk dan jasa, serta aktivitas perbankan yang terus meningkat,

persaingan antar bank tidak dapat terelakkan. Oleh sebab itu, perhitungan tingkat kompetisi

merupakan hal yang penting. Persaingan antar bank bisa terjadi karena perebutan sumber daya

yang produktif, misalnya pada deposito, tabungan, dan penyaluran kredit yang merupakan

sumber pendapatan. Kompetisi nonharga antar bank dapat berbentuk hadiah atau promosi

yang ditujukan untuk merangkul nasabah sebanyak-banyaknya.  Secara umum, terdapat dua

pendekatan dalam mengukur tingkat kompetisi, yaitu pendekatan struktural dan nonstruktural

(Bikker & Haaf, 2002).

Pendekatan struktural didasarkan pada literatur organisasi industri tradisional

(konvensional) yang menganut paradigma Structure – Conduct – Performance (SCP) yang

menggunakan tingkat konsentrasi pasar (market concentration) untuk menghitung kompetisi

bank. Konsentrasi pasar dapat didefinisikan sebagai share dari presentase pangsa pasar

terbesar oleh beberapa pemain (perusahaan) di suatu industri (Beck et al., 2006). Untuk

indikator kompetisi bank dengan menggunakan tingkat konsentrasi pasar, ada dua proksi dari

konsentrasi bank yang dapat digunakan, yaitu Herfindahl-Hirschman Index (HHI) dan jumlah

bank yang ada dalam suatu industri (k-bank concentration ratio) atau CRn (concentration

ratio of n banks). Pendekatan nonstruktural atau pendekatan New Empirical Industrial

Organization (NEIO) ini dikembangkan sebagai reaksi atas kekurangan pandangan

tradisional. Pendekatan ini tidak menilai perilaku bank melalui analisis struktur industri pasar,

melainkan mengukur perilaku individu bank (Bikker, 2002). Terdapat empat indikator yang

sering digunakan sebagai pengukuran kompetisi bank dengan pendekatan nonstruktural yaitu

Bresnahan-Lau Model, Panzar-Rosse Model, Boone Indicator, dan Lerner Index. Pemilihan

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 6: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

6

 

Universitas Indonesia

Lerner Index pada penelitian ini didasarkan pada kelebihan yang dimiliki indikator ini seperti

mampu mencerminkan degree of competitiveness dari setiap individu bank, ukuran kekuatan

pasar yang komprehensif karena mengintegrasikan biaya dan pendapatan dalam satu ukuran,

serta dapat menangkap disparitas antara harga dan biaya marjinal, yakni sejauh mana bank

dapat meningkatkan harga (price) di atas biaya marjinal (marginal cost). Rentang nilai Lerner

Index berkisar antara 0-1, di mana nilai nol menunjukkan bahwa pasar berada dalam kondisi

yang kompetitif, yaitu pasar persaingan sempurna. Sementara itu, tingkat persaingan akan

menurun jika nilai Lerner Index naik. Nilai Lerner Index sama dengan atau mendekati satu,

mengindikasikan bahwa pasar berada dalam kondisi monopoli yang menunjukkan kekuatan

pasar yang besar hanya didominasi oleh satu atau beberapa perusahaan, yang menandakan

tingkat kompetisi yang rendah.

Efisiensi Bank. Efisiensi bank merupakan salah satu indikator kinerja bank.

Muazaroh et al. (2012) mendefinisikan efisiensi sebagai kemampuan organisasi untuk

memaksimalkan output dengan menggunakan input tertentu atau secara minimal untuk

menghasilkan output tertentu. Sementara itu, Mirzae dan Moore (2015) mendefinisikan

efisiensi bank sebagai kemampuan bank dalam menggunakan teknologi yang tersedia untuk

menggabungkan input ke dalam proses produksi secara optimal serta mampu mengalokasikan

sumber daya yang dimiliki secara efektif. Kelangsungan operasional perbankan bergantung

pada kemampuannya dalam mempertahankan efisiensi operasional. Rasio biaya operasional

terhadap pendapatan operasional merupakan menjadi salah satu indikator kunci kinerja utama

efisiensi bank. Oleh sebab itu, rasio BOPO dipilih peneliti sebagai proksi efisiensi bank.

Profitabilitas Bank. Peran utama dari sistem perbankan adalah untuk membantu

aliran dana dari penabung ke peminjam. Namun, lembaga keuangan tetap merupakan sebuah

perusahaan yang berorientasi profit, sehingga kegiatan bisnis bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan. Profitabilitas bank adalah kemampuan bank dalam menggunakan aset

produktifnya untuk menghasilkan keuntungan. Secara umum, terdapat tiga rasio untuk

menggambarkan profitabilitas bank yaitu rasio ROA, ROE, dan NIM seperti penelitian

Mirzaei & Moore (2015). Return on Asset (ROA) dapat memberikan informasi seberapa baik

perusahaan menggunakan setiap dollar yang diinvestasikan pada aset-aset tertentu untuk

menghasilkan laba (Subramanyam et al.,2009). ROA menjadi rasio utama dan telah menjadi

ukuran yang paling umum digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas bank dalam berbagai

literatur (Athanasoglou et al, 2008). Atas dasar tersebut, peneliti memilih menggunakan rasio

ROA sebagai ukuran profitabilitas perusahaan.

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 7: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

7

 

Universitas Indonesia

Stabilitas Bank. Stabilitas bank dapat didefinisikan sebagai sehatnya kondisi

perbankan dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan simpanan

masyarakat dalam bentuk kredit dan pembiayaan lain kepada dunia usaha (Warjiyo, 2006).

Ketika bank stabil, lebih banyak perusahaan yang pembiayaan eksternal bersedia untuk

membangun hubungan pinjaman dengan bank (Mirzaei & Moore, 2015). Selain itu,

perusahaan memiliki insentif yang lebih sedikit untuk menjalin hubungan pinjaman dengan

bank jika menduga bahwa bank-bank tidak berada pada kondisi stabil, atau mungkin akan

bangkrut karena krisis perbankan. Argumen ini menunjukkan bahwa jika kinerja sektor

perbankan dapat mempengaruhi ekonomi riil melalui pengaruh pada penyediaan kredit bank

(Pang & Wu, 2009). Oleh sebab itu, stabilitas memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan

industri. Terdapat dua indikator yang umumya digunakan sebagai proksi stabilitas bank, yaitu

dengan indeks Z-Score dan rasio Non-performing loan atau yang biasa disingkat dengan NPL

(Beck, 2008). Z-Score dapat mencerminkan risiko bank secara keseluruhan sementara itu,

NPL dapat menggambarkan stabilitas bank dari risiko kredit bermasalah yang dihadapi bank.

Peneliti menggunakan kedua nya sebagai proksi stabilitas di dalam penelitian ini.

Pertumbuhan Industri Manufaktur. Metode pengukuran yang dapat digunakan

untuk melihat produktivitas atau kinerja industri besar dan sedang menggunakan pendekatan

produksi disebut nilai tambah industri. Nilai tambah industri yang dimaksud adalah nilai

tambah dari hasil produksi yang merupakan selisih antara nilai output dengan nilai input atau

nilai tambah bruto (NTB). Output adalah nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan

industri yang berupa barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri,

keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan lain.  Sementara

itu, input atau biaya antara adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (Badan

Pusat Statistik, 2016). Pemilihan nilai tambah sebagai pengukuran produktivitas atau kinerja

industri karena konsep nilai tambah (value added) memiliki beberapa keunggulan daripada

konsep gross output seperti memberikan makna yang lebih jelas karena nilai tambah

merupakan nilai bersih yang dapat menunjukkan kemampuan suatu industri untuk

menciptakan pendapatan, baik bagi pelaku usaha, wilayah, maupun negara dan ketersediaan

data yang lebih banyak daripada metode pengukuran lainnya sehingga metode ini lebih

banyak dipakai dalam mengukur pertumbuhan di tingkat industri atau agregat.

Penelitian Terdahulu. Ketika sistem perbankan kurang kompetitif, peminjam

cenderung tidak menggunakan jasa bank karena biaya pinjaman yang lebih tinggi. Layanan

yang diberikan oleh sistem yang tidak kompetitif bisa lebih mahal dan kualitasnya lebih

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 8: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

8

 

Universitas Indonesia

rendah. Kesulitan perusahaan-perusahaan dalam mengakses pembiayaan perbankan dapat

memperlambat pengembangan bisnis perusahaan dan juga pertumbuhan ekonomi. D'Auria et

al. (1999) menilai biaya kredit bank untuk perusahaan-perusahaan di Italia dengan

menentukan tingkat persaingan (proksi oleh indeks Herfindahl-Hirschman) ke dalam model,

menemukan bahwa persaingan dapat menurunkan biaya pendanaan. Beck et al. (2004)

menemukan bahwa konsentrasi yang lebih besar di sektor perbankan meningkatkan hambatan

finansial, khususnya, dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang kecil.

Teori menunjukkan bahwa efisiensi di sektor perbankan memiliki dampak yang tidak

dapat diremehkan pada proses akumulasi modal. Sektor perbankan yang efisien memberikan

kontribusi terhadap pertumbuhan perusahaan non-keuangan melalui beberapa saluran,

misalnya, dengan memilih proyek-proyek modal yang lebih menguntungkan, kurang berisiko,

dan jangka pendek atau modal kerja (Mirzaei & Moore, 2015). Bank-bank yang lebih efisien

memberikan biaya pinjaman yang lebih rendah daripada bank yang tidak efisien yang

memungkinkan perusahaan-perusahaan non-keuangan untuk tumbuh lebih cepat. Dengan

demikian, efisiensi di sektor perbankan bisa memiliki dampak positif pada pertumbuhan

industri. Lucchetti et al. (2001) menemukan bahwa efisiensi bank memang memiliki efek

independen pada pertumbuhan riil. Hasan et al. (2009) juga menemukan bahwa efisiensi biaya

yang terkait dengan sektor perbankan memiliki efek positif pada pertumbuhan ekonomi,

menggunakan sampel lebih dari 100 negara pada periode 1996-2005. Koetter & Wedow

(2010) juga menemukan bahwa efisiensi bank sebagai ukuran kualitas keuangan memiliki

pengaruh positif meningkatkan pertumbuhan.

Bank yang memiliki profitabilitas positif, memiliki kemampuan menyalurkan kredit

yang lebih tinggi. Satria dan Subegti (2010) menguji pengaruh variabel internal bank umum

(ROA, NPL, BOPO, CAR, DPK) dan variabel eksternal bank umum (penempatan dana pada

SBI, dan market share) terhadap penyaluran kredit bank umum di Indonesia periode 2006-

2009 dengan menggunakan model regresi panel data. Hasil penelitian menunjukkan CAR,

ROA dan SBI berpengaruh signifikan terhadap penetrasi kredit investasi dan modal kerja

perbankan. Selanjutnya, studi empiris mengenai hubungan kausalitas antara perkembangan

sektor perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan seperti King &

Levine (1993), Levine (1998), dan Rajan & Zingales (1998) memberikan dukungan terhadap

dampak positif kredit perbankan terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita, baik di negara

maju maupun berkembang. Secara terpisah, Demirgüç-Kunt & Maksimovic (2002) dalam

studinya menunjukkan bahwa perusahaan penerima kredit cenderung mengalami peningkatan

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 9: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

9

 

Universitas Indonesia

pendapatan. Sektor perbankan yang sehat juga penting untuk pertumbuhan industri

(Fernández et al, 2013). Kesehatan sistem perbankan dapat diukur dengan tingkat

profitabilitas dan stabilitas. Sektor perbankan yang memiliki profitabilitas tinggi lebih mampu

menahan guncangan atau perisitiwa yang dapat menimbulkan krisis sehingga memberikan

kontribusi untuk stabilitas (Mirzaei & Moore, 2015). Pasar keuangan, pada umumnya, dan

sistem perbankan, khususnya, memiliki insentif yang lebih besar untuk membiayai

perusahaan-perusahaan non-keuangan selama periode keuangan stabil. Peran bank yang

sangat krusial memiliki kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Ketidakstabilan seperti kebangkrutan pada satu bank dapat memberikan efek domino negatif

terhadap stabilitas sistem keuangan keseluruhan sehingga berdampak besar terhadap

perekonomian (Kocabay, 2009).

Hipotesis Penelitian

Beberapa penelitian sebelumnya memperlihatkan adanya keterkaitan antara kompetisi

dan kinerja perbankan terhadap pertumbuhan industri. Menurut Mirzaei & Moore (2015) yang

melakukan penelitian di negara Qatar, menunjukkan bahwa kompetisi bank yang berinteraksi

dengan financial dependence berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

industri di negara tersebut, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cetorelli &

Gamberra (2001) yang menemukan pengaruh negatif dari bank yang terkonsentrasi (kurang

kompetitif) terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, penelitian ini berlawanan dengan Liu et

al. (2014) yang menemukan pengaruh positif bank yang semakin terkonsentrasi. Penelitian

terbaru Khan et al (2016) yang menggunakan CR5, HHI, Lerner Index dan Boone Indicator

sebagai proksi kompetisi bank menunjukkan bahwa bank yang terkonsentrasi memiliki

dampak negatif terhadap pertumbuhan industri manufaktur di negara emerging market.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah:

H1 : Kompetisi bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri

manufaktur.

Mirzaei & Moore (2015) menemukan bahwa efisiensi bank yang berinteraksi dengan

financial dependence berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan industri. Hasil

ini sejalan dengan penelitian Lucchetti et al. (2001) yang menemukan bahwa efisiensi bank di

Italia memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan riil ekonomi. Selain itu, Hasan et al.

(2009b) dan Koetter & Wedow (2010) menemukan bukti valid pengaruh efisiensi bank pada

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 10: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

10

 

Universitas Indonesia

pertumbuhan ekonomi secara agregat. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis kedua dalam

penelitian ini adalah:

H2 : Efisiensi bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri

manufaktur.

Dari kinerja profitabilitas bank, Mirzaei & Moore (2015) menemukan bahwa

profitabilitas bank tidak mempengaruhi pertumbuhan industri di negara Qatar. Mirzaei &

Moore (2015) berargumen bahwa hal ini disebabkan oleh fakta bahwa profitabilitas yang

tinggi bank-bank di Qatar adalah konsekuensi dari suku bunga yang lebih tinggi untuk

pinjaman di pasar perbankan yang terkonsentrasi dan biaya yang lebih tinggi dari pinjaman

mengurangi pertumbuhan industri. Studi mengenai pengaruh langsung profitabilitas terhadap

pertumbuhan industri atau ekonomi masih sangat minim. Penelitian-penelitian sebelumnya

lebih banyak membahas kredit sebagai moderasi profitabilitas terhadap pertumbuhan ekonomi

di mana, profitabilitas yang tinggi akan meningkatkan jumlah kredit perbankan, sehingga

pertumbuhan ekonomi ikut meningkat (Levine, 1998 dan Rajan & Zingales, 1998).

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah:

H3 : Profitabilitas bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri

manufaktur.

Hasil penelitian Mirzaei & Moore (2015) menunjukkan bahwa stabilitas bank

memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan industri di negara Qatar. Hal ini sejalan

dengan apa yang dikatakan oleh Kocabay (2009) di mana sistem perbankan yang tidak stabil

seperti kebangkrutan pada satu bank dapat memberikan efek domino negatif terhadap

stabilitas sistem keuangan keseluruhan sehingga berdampak besar terhadap pertumbuhan

ekonomi. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah:

H4 : Stabilitas bank memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri

manufaktur.

Metode Penelitian

Populasi dari sisi variabel independen yang menggambarkan kompetisi dan kinerja

perbankan adalah seluruh bank di Indonesia. Peneliti menggunakan sampel 26 bank

konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2014. Pemilihan

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 11: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

11

 

Universitas Indonesia

sampel ini didasarkan pada kriteria pemlihan sampel yaitu bank harus terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dan memiliki data langkap selama periode tersebut. Dari sisi variabel dependen,

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lapangan usaha di Indonesia selama periode 2009-

2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sektor industri manufaktur besar

dan sedang, yaitu perusahaan/industri yang masuk ke sektor industri manufaktur yang

mempunyai tenaga kerja 20 orang atau lebih pada tahun 2009-2014 yang disajikan menurut

KBLI 2 digit.

Model Penelitian

Dalam penelitian ini model dasar telah dikembangkan untuk meneliti pengaruh

kompetisi dan kinerja bank serta perkembangan keuangan (financial development) pada

pertumbuhan industri secara umum; yaitu, tanpa mempertimbangkan interaksi dengan

karakteristik industri financial dependence.

!"#$%&!,! = !! + !1  !"#$%#&  !"#$%&'&'"(+ !!  !"#$%#&  !"#$%#&'()"!+ !!  !"#!!"#$%  !"#"$%&'"()! +  !!  !"#$  !"#  !"#$%&!+ !5    !"#$%  !"  !"#$%  !""#"!,!!! + !!  !"#$%&'(  !"##$!  +  !!  !"#$  !"##$!   +  !!"

Dimana subscript i dan t masing-masing menunjukkan industri dan waktu. Peneliti

memasukkan financial development mengikuti penelitian Mirzaei & Moore (2015). Tabel 1

merangkum secara jelas definisi dan sumber data dari variabel yang digunakan di dalam

penelitian ini.

Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data dengan pendekatan fixed effect

sehingga metode regresi yang digunakan adalah Generalized Least Square (GLS). Hasil

penelitian ini sudah terbebas dari masalah multikolinearitas, autokorelasi, dan

heteroskedastisitas.

Pembahasan

Analisis Statistik Deskriptif

Variabel Independen. Pada tabel 2, peneliti dapat menyimpulkan bahwa industri

perbankan di Indonesia selama periode 2009-2014 memiliki persaingan cukup kompetitif

karena LI memiliki nilai rata-rata sebesar 0,2411. Nilai maksimum sebesar 0,2734 terjadi

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 12: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

12

 

Universitas Indonesia

pada tahun 2012 dan nilai minimum sebesar 0,2008 terjadi pada tahun 2009. Jika dilihat dari

individu bank, pada periode 2009-2014, Bank BRI memiliki rata-rata LI terbesar dengan nilai

0,5462, disusul oleh Bank BCA diurutan kedua dengan nilai LI 0,5338, Bank Mandiri, Bank

BNI, dan Bank Danamon masing-masing diurutan ketiga, keempat, dan kelima. Tingginya

market power dari kelima bank ini disebabkan karena kelima bank ini memiliki jumlah aset

yang besar, kantor cabang yang banyak, serta mesin ATM yang tersebar cukup luas di seluruh

pelosok negeri sehingga dapat menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia.

Rasio BOPO disebut juga sebagai rasio inefisiensi karena rasio yang semakin tinggi

mencerminkan sebuah bank beroperasi semakin inefisien. Rasio BOPO dari sampel bank

memilki nilai rata-rata sebesar 82,82% selama periode 2009-2014, dengan standar deviasi

0,0304. Dari tahun 2009-2014, rasio inefisiensi perbankan di Indonesia cukup fluktuatif

dengan trend menurun. Artinya, dari tahun ke tahun, perbankan di Indonesia beroperasi

semakin efisien. Rata-rata tingkat efisiensi tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan rasio

BOPO yang cukup rendah sebesar 79,25%. Sementara itu, tingkat efisiensi terendah industri

perbankan di Indonesia terjadi pada tahun 2009 sebesar 87,9%. Nilai rata-rata ROA

perbankan Indonesia selama periode 2009-2014 adalah 1,87% dengan nilai maksimum

sebesar 2,28% terjadi pada tahun 2013. Bank yang memiliki ROA tertinggi pada periode ini

adalah Bank Woori Indonesia, yang disusul oleh Bank BRI diperingkat kedua. Sementara itu,

nilai minimum dari profitabilitas perbankan Indonesia selama periode 2009-2014 adalah

1,429%. Rendahnya rasio ROA perbankan pada tahun 2009 diakibatkan oleh dampak krisis

ekonomi yang terjadi. Sejak tahun 2009 hingga 2014, rasio ROA dari 26 bank terus

mengalami peningkatan meskipun sedikit menurun di tahun 2014.

Stabilitas bank diukur dengan proksi ZSCORE dan NPL. Semakin tinggi nilai Z-

Score, bisa dikatakan bahwa bank tersebut semakin stabil. Sebaliknya, ketika rasio NPL

semakin tinggi, risiko yang dihadapi oleh bank untuk menanggung kredit macet semakin

besar, sehingga bank semakin tidak stabil. Nilai rata-rata kedua rasio tersebut secara berurutan

selama periode 2009-2014 adalah 51,28% dan 2,83%. Stabilitas tertinggi industri perbankan

terjadi pada tahun 2009 dengan nilai maksimum Z-Score sebesar 55,78%. Sementara itu,

stabilitas terendah industri perbankan terjadi pada tahun 2010 yang ditunjukkan oleh nilai

minimum Z-Score sebesar 49,43%. NPL tertinggi industri perbankan terjadi pada tahun 2010

dengan nilai maksimum NPL sebesar 4,65%. NPL tertinggi disumbang oleh Bank Pundi

Indonesia pada tahun 2010 dengan rasio NPL sebesar 50,96%. Sementara itu, NPL terendah

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 13: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

13

 

Universitas Indonesia

industri perbankan terjadi pada tahun 2013 yang ditunjukkan oleh nilai minimum NPL

sebesar 1,70%.

Tabel 1 Definisi dan Sumber Data Variabel Penelitian

Variabel Definisi dan Sumber Variabel Dependen

Growth i, t (Khan et al., 2016; Mirzae & Moore, 2015)

Tingkat pertumbuhan tahunan dari nilai tambah di sektor tertentu, di mana subskrip i dan t masing-masing merujuk ke industri i pada waktu t. Sumber: Badan Pusat Statistik dan hasil olahan peneliti.

Variabel Independen Financial Development

Credit provided by banking sector to private sector (Mirzaei & Moore, 2015)

Rasio total kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan ke sektor swasta terhadap PDB. Sumber: World Bank-World Development Indicators.

Credit provided by banking sector to industry sector

Rasio total kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan ke sektor industri terhadap PDB. Sumber: Laporan keuangan bank dan hasil olahan peneliti

Market Capitalization (Mirzaei & Moore, 2015)

Rata-rata kapitalisasi pasar saham seluruh perusahaan domestik yang terdaftar di bursa efek Indonesia terhadap PDB suatu negara. Sumber: World Bank-World Development Indicators.

Banking Competition Bank competition Lerner Index (Mirzaei & Moore, 2015; Khan et al., 2016)

Rata-rata indeks Lerner dari 26 bank. Indeks Lerner dihitung sebagai rasio selisih antara harga dan biaya marjinal sebagai persentase dari harga. Harga didefinisikan sebagai harga dari total aset; biaya didefinisikan sebagai biaya marjinal yang diperoleh dari fungsi translog biaya. Sumber: BankScope dan hasil perhitungan peneliti.

Banking Performance (Bank Efficiency, Profitability, and Stability)

Efficiency Cost to income ratio (Mirzaei & Moore, 2015)

Rata-rata rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari 26 bank. Sumber: BankScope.

Profitability ROA (Mirzaei & Moore, 2015)

Laba sebelum pajak sebagai persentase dari rata-rata total aset, rata-rata 26 bank. Sumber: BankScope.

Stability Z-score Non-performing loan (NPL)

Rata-rata Z-score dari 26 bank, yang diukur sebagai ROA ditambah CAR terhadap volatilitas (standar deviasi) ROA. Volatilitas yang diambil berdasarkan ROA tiga tahun. Sumber: BankScope dan hasil perhitungan peneliti. Rata-rata rasio kredit bermasalah (NPL gross) dari 26 bank terhadap total kredit. Sumber: Bankscope

Variabel Kontrol Real GDP growth (Mirzaei & Moore, 2015)

Pertumbuhan riil PDB atau pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan. Sumber: Badan Pusat Statistik

Share in value added i, t-1 (Mirzae & Moore, 2015)

Nilai tambah dari setiap industri sebagai persentase dari total nilai tambah dari seluruh sektor pada setiap tahun. Lag satu tahun (t-1) pada share nilai tambah digunakan untuk menangkap kemungkinan efek "konvergensi" pada tingkat sektoral karena sektor yang memiliki share yang besar dalam industri biasanya tumbuh lebih lambat. Mirzaei & Moore (2015) beralasan bahwa sektor yang telah

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 14: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

14

 

Universitas Indonesia

tumbuh tinggi dalam siklus hidup mereka di masa lalu, tidak mungkin terus tumbuh pada tingkat yang lebih tinggi di masa depan. Sumber: Badan Pusat Statistik dan hasil olahan peneliti.

Variabel Dependen. Variabel dependen yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah pertumbuhan (GROWTH) sebagai indikator pertumbuhan nilai tambah

industri. Growth didapatkan dari selisih nilai tambah tahun t dengan nilai tambah tahun

sebelumnya (t-1) terhadap nilai tambah tahun sebelumnya. Growth yang semakin tinggi dapat

mencerminkan sebuah perusahaan menghasilkan output yang semakin tinggi dan beroperasi

lebih efisien. tabel 2 menunjukkan bahwa variabel dependen GROWTH pada sampel

penelitian memiliki nilai mean sebesar 0,1566 atau 15,66% dengan standar deviasi sebesar

0,2458. Artinya, selama periode 2009-2014, rata-rata sektor industri manufaktur mencatatkan

pertumbuhan sebesar 15,66%, Selain itu, nilai maksimum dan minimum untuk GROWTH

masing-masing sebesar 1,0706 dan -0,5553. GROWTH tertinggi sebesar 1,0706 dimiliki oleh

sektor industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi pada tahun 2013.

Artinya, pertumbuhan industri Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi sebesar

107,06%. Pertumbuhan ini sangat tinggi. Berdasarkan laporan dari Asosiasi Pertambangan

Batubara Indonesia (APBI) dan Kementerian ESDM, produksi batubara di Indonesia memang

meningkat sangat tajam dari 412 juta ton di tahun 2012 menjadi 474 juta ton di tahun 2013.

Peningkatan ini terjadi karena permintaan terhadap batubara di pasar global meningkat,

mengingat 27% dari total output energi dunia dan lebih dari 39% dari seluruh listrik

dihasilkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara. Sementara itu, GROWTH terendah

sebesar -0,5553 dimiliki oleh sektor industri Farmasi, Produk Obat Kimia, dan Obat

Tradisional pada tahun 2012.

Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif

Mean Maximum Minimum Std. Dev. Obs. GROWTH 0,156612 1,070000 -0,555265 0,245845 144

CRED_PRIV 0,285553 0,329435 0,243565 0,034135 144

CRED_INDS 0,035802 0,042225 0,029597 0,004752 144

MARKET_CAP 0,438829 0,477276 0,379906 0,037992 144

LI 0,241098 0,273436 0,200765 0,026046 144

BOPO 0,828260 0,879077 0,792486 0,030407 144

ROA 0,018723 0,022840 0,014296 0,003365 144

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 15: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

15

 

Universitas Indonesia

ZSCORE 0,512855 0,557805 0,494321 0,020900 144

NPL 0,028314 0,046469 0,017043 0,010649 144

REAL_GDP 0,056333 0,064000 0,046000 0,006495 144

SIVA 0,043605 0,255348 0,001473 0,043149 144

Tabel 3 Hasil Uji Regresi

!"#$%&!,! = !! + !1 !"#$%#&  !"#$%&'&'"(! + !!  !"#$%#&  !"#$%#&'()"!+ !!  !"#$#%"$&  !"#"$%&'"()! +  !!  !"#$  !"#  !"#$%&!+ !5 !"#$%  !"  !"#$%  !""#"!,!!! +  !!  !"#$%&'(  !"##$!  +  !!  !"#$  !"##$!   +  !!"

SCORE Variabel Hipotesis Ekspektasi Koefisien Signifikansi Hasil Uji Hipotesis

LI H1 + 1,7080 0,019** (-) Signifikan BOPO H2 + -1,6644 0,019** (+) Signifikan ROA H3 + 11,5103 0,043** (+) Signifikan ZSCORE H4 + -3,4048 0,021** (-) Signifikan NPL H4 + -3,9941 0,020** (+) Signifikan CRED_PRIV + 1,6914 0,002*** (+) Signifikan CRED_INDS + 12,006 0,003*** (+) Signifikan MARKET_CAP Tidak signifikan -0,6725 0,218 Tidak signifikan

***signifikan pada level α = 1% (one tailed test) **signifikan pada level α = 5% (one tailed test) *signifikan pada level α = 10% (one tailed test)

Pengaruh Kompetisi Bank terhadap Pertumbuhan Industri. Pengujian Hipotesis 1

ditujukan untuk melihat pengaruh kompetisi bank terhadap pertumbuhan industri. Proksi yang

digunakan sebagai indikator kompetisi, yaitu Lerner Index (LI). Hasil regresi pada tabel 3

menunjukkan bahwa LI, yang mencerminkan market power dari sebuah bank berpengaruh

signifikan positif terhadap pertumbuhan industri pada tingkat signifikansi 5%. Lerner Index

sebuah bank mencerminkan market power dari masing-masing bank dalam menetapkan harga

jual aset nya. Contohnya adalah penetapan bunga pinjaman yang lebih tinggi dari marginal

cost nya. Untuk memperoleh tingkat persaingan perbankan secara keseluruhan dengan

menggunakan Lerner Index dalam satu periode, dapat dilihat dari rata-rata Lerner Index

semua bank (sesuai dengan sampel penelitian) yang ada pada periode tersebut. Koefisien LI

bertanda positif mengimplikasikan bahwa sektor industri yang mengandalkan pembiayaan

eksternal pada bank bisa tumbuh lebih cepat atau diuntungkan jika bank memiliki market

power yang semakin tinggi (kompetisi perbankan semakin rendah).

Jika ditelusuri lebih jauh, terdapat 5 bank dengan nilai LI jauh di atas nilai rata-rata.

Bank-bank tersebut adalah Bank BRI dengan nilai LI terbesar yaitu 0,5462, Bank BCA di

urutan kedua dengan nilai LI 0,5338, urutan ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut diisi

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 16: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

16

 

Universitas Indonesia

oleh Bank Mandiri dengan nilai LI 0,5077, Bank BNI dengan nilai LI 0,4787, dan Bank

Danamon dengan nilai LI 0,4201. Jika dilihat dari komposisi modal, kelima bank ini masuk

ke dalam 10 bank dengan aset terbesar. Nilai LI yang tinggi mengimplikasikan bank-bank ini

memiliki market power yang lebih besar daripada bank-bank lain. Market power yang tinggi

bisa disebabkan oleh pendapatan bunga dan non bunga bank yang lebih tinggi jauh di atas

biaya marjinalnya. Selain itu, dengan modal aset yang besar, kelima bank tersebut mampu

beroperasi lebih efisien sehingga biaya marjinalnya menurun. Jika dilihat dari sisi pendapatan,

di mana sumber pendapatan bank berasal dari bunga kredit yang disalurkannya, kelima bank

ini masuk ke dalam kategori bank yang memberikan kredit terbesar kepada sektor industri.

Perlu diketahui, kredit yang disalurkan ke sektor industri memiliki pengaruh signifikan positif

terhadap pertumbuhan industri. Atas penjelasan inilah mengapa tingkat kompetisi yang

kurang kompetitif memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan industri. Dapat

disimpulkan, hasil penelitian ini mendukung Liu et al. (2014), namun bertentangan dengan

hasil penelitian Mirzaei & Moore (2015), Khan et al. (2016), dan Cetorelli & Gamberra

(2001) yang menyatakan bahwa market power yang semakin tinggi (industri perbankan

semakin kurang kompetitif) memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan industri.

Pengaruh Efisiensi Bank terhadap Pertumbuhan Industri. Pengujian Hipotesis 2

ditujukan untuk melihat pengaruh efisiensi bank terhadap pertumbuhan industri. Proksi yang

digunakan sebagai indikator efisiensi adalah rasio BOPO. Hasil regresi pada tabel 3

menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan industri

pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien BOPO bertanda negatif mengimplikasikan bahwa

sektor industri yang mengandalkan pembiayaan eksternal pada bank akan tumbuh lebih cepat

jika bank beroperasi semakin efisien. Menurut penelitian-penelitian sebelumnya, bank-bank

yang lebih efisien memberikan biaya pinjaman yang lebih rendah daripada bank-bank yang

beroperasi kurang atau tidak efisien sehingga memungkinkan perusahaan-perusahaan non-

keuangan yang bergenatung secara finansial kepada bank untuk tumbuh lebih cepat. Rata-rata

rasio BOPO terendah selama periode 2009-2014, dimiliki oleh Bank BCA sebesar 63,37%,

Bank Mandiri 65,81%, dan Bank BRI 66,84%. Dengan efisiensi tersebut, ketiga bank mampu

memberikan suku bunga kredit yang cukup kompetitif dibandingkan dengan bank-bank lain.

Sebagai contoh, pada tahun 2014, rata-rata suku bunga kredit ke sektor korporasi mencapai

11,87%. Ketiga bank ini mampu memberikan suku bunga pinjaman di bawah angka rata-rata

tersebut. Hal yang serupa terjadi pada suku bunga kredit untuk sektor ritel. Pada tahun 2014,

rata-rata suku bunga kredit ritel mencapai 13,04%. Namun suku bunga kredit ketiga bank

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 17: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

17

 

Universitas Indonesia

tersebut kepada sektor ritel jauh di bawah angka tersebut. Suku bunga kredit yang kompetitif

ini menjadi salah satu penyebab penyaluran kredit oleh ketiga bank ini cukup besar. Dapat

disimpulkan, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Lucchetti et al. (2001), Koetter

& Wedow (2010), dan Mirzaei & Moore (2015).

Pengaruh Profitabilitas Bank terhadap Pertumbuhan Industri. Pengujian

Hipotesis 3 ditujukan untuk melihat pengaruh profitabilitas bank terhadap pertumbuhan

industri. Proksi yang digunakan sebagai indikator profitabilitas yaitu ROA. Hasil regresi pada

tabel 3 menunjukkan bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan

industri pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien ROA bertanda positif mengimplikasikan

bahwa sektor industri yang mengandalkan pembiayaan eksternal pada bank akan tumbuh

lebih cepat jika bank menghasilkan net income yang lebih tinggi atau memiliki rasio ROA

yang semakin tinggi. Rasio ROA yang tinggi dapat disebabkan karena manajemen bank

mampu menghasilkan pendapatan bunga dan non-bunga yang lebih tinggi dengan aset yang

ada. Pendapatan bunga yang lebih tinggi bisa diperoleh bank dari penempatan di Bank

Indonesia, penempatan di bank lain, investasi surat berharga, kredit yang disalurkan, dan

lainnya. Sumber pendapatan operasional utama perbankan berasal dari pendapatan bunga atas

kredit yang disalurkan.

Pengaruh Stabilitas Bank terhadap Pertumbuhan Industri. Pengujian Hipotesis 4

ditujukan untuk melihat pengaruh stabilitas bank terhadap pertumbuhan industri. Ada dua

proksi yang digunakan sebagai indikator stabilitas, yaitu Z-Score (ZSCORE) dan NPL. Hasil

regresi pada tabel 3 menunjukkan bahwa ZSCORE yang dapat mencerminkan stabilitas bank

dalam hal modal dan pendapatan, berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan

industri pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien ZSCORE bertanda negatif tidak serta merta

mengindikasikan bahwa bank yang semakin stabil akan menurunkan pertumbuhan sektor

industri yang bergantung secara finansial kepada bank. Komponen penyusun ZSCORE adalah

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM),

ROA, dan standar deviasi dari ROA. Standar deviasi ROA dari 26 Bank selama periode 2009-

2014 cukup tinggi yaitu mencapai 0,6624. Menurut penelitian Wibowo (2016), standar

deviasi ROA dari perbankan Indonesia lebih dari dua kali standar deviasi ROA perbankan

Malaysia sehingga dengan kata lain, fluktuasi ROA perbankan Indonesia masih tinggi dan

mencerminkan stabilitas yang rendah. Meskipun tingkat permodalan perbankan relatif tinggi

dan stabil jauh di atas persyaratan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) Bank

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 18: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

18

 

Universitas Indonesia

Indonesia, berdasarkan tinjauan teoritis, modal bank tidak memiliki pengaruh langsung

terhadap pertumbuhan industri.

Hasil regresi pada tabel 3 juga menunjukkan bahwa NPL berpengaruh signifikan

negatif terhadap pertumbuhan industri pada tingkat signifikansi 5%. Koefisien NPL bertanda

negatif mengimplikasikan bahwa jika bank memiliki NPL yang semakin tinggi, akan

memperlambat pertumbuhan sektor industri yang bergantung secara finansial kepada bank.

Rasio NPL yang semakin tinggi akan membatasi bank untuk memberikan kredit kepada

sektor riil sebagai langkah antisipasi untuk mencegah rasio NPL semakin tinggi. Dari hasil

statistik deskriptif, rata-rata NPL dari 26 bank mencapai 2,83%, masih berada di bawah batas

NPL 5% yang ditentukan oleh Bank Indonesia.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis terhadap model penelitian yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kompetisi bank berpengaruh signifikan negatif

terhadap pertumbuhan industri; 2. Efisiensi bank berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan industri; 3. Profitabilitas bank berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan industri; 4. Stabilitas bank berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan industri; 5. Kredit yang disalurkan oleh sektor perbankan ke sektor swasta

berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan industri; 6. Kredit yang disalurkan

oleh sektor perbankan ke sektor industri berpengaruh signifikan positif terhadap

pertumbuhan industri; 7. Kapitalisasi pasar modal tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan industri.

Saran Penelitian Selanjutnya

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan di antaranya:

1. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini hanya industri manufaktur di

Indonesia. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas cakupan ruang

lingkup penelitian, tidak hanya industri manufaktur dan negara Indonesia saja.

2. Penelitian ini hanya menggunakan 26 bank sebagai sampel bank, sehingga kompetisi

dan kinerja bank sebenarnya hanya merepresentasikan dengan tepat ke-26 bank

tersebut. Penelitian selanjutnya dapat menambah jumlah bank.

3. Penelitian ini belum menggunakan variabel moderasi financial dependence. Peneliti

berharap penelitian selanjutnya dapat memasukkan variabel moderasi tersebut yang

secara teori memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan industri.

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 19: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

19

 

Universitas Indonesia

4. Penulis mengukur variabel kompetisi perbankan hanya dengan menggunakan Lerner

Index. Diharapkan, penelitian selanjutnya menggunakan proksi tambahan yang dapat

menggambarkan kompetisi perbankan dengan pendekatan struktural dan non-

struktural.

Daftar Referensi

Anzoategui, D., Martinez, P., Maria, S., and Rocha, R.R. (2010) "Bank Competition in the Middle East and

Northern Africa Region," Review of Middle East Economics and Finance: Vol. 6: No. 2, Article 2. Arsyad, Lincoln. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN Beck, T. (2008). Bank Competition and Financial Stability: Friends or Foes? Policy Research Working Paper. Beck, T., Demirguc-Kunt, A., & Maksimovic, V. (2004). Bank competition and access to finance: International

evidence. Journal of Money Credit and Banking, 36, 627–648. Bikker, J., & Haaf, K. (2002). Competition, concentration and their relationship: An empirical analysis of the

banking industry. Journal of Banking & Finance. Biro Perencanaan. (2016). Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015. Jakarta: Kementerian

Perindustrian. Cetorelli, N. (2004). Real effects of bank competition. Journal of Money Credit and Banking, 36(3), 543–558. de Rozas, Luis Guitierrez. (2007). Testing for the Competition in the Spanish Banking Industry: the Pazar-Rosse

Approach Revisited. Madrid: The Working Paper Series, Banco de Espana. Demirguc-Kunt, A., Levine, R. (1999). Bank-based and market-based financial systems: cross-country

comparisons. Research Working Paper. Demirgüç-Kunt, A., & Maksimovic, V. (2002) “Funding growth in bank-based and marketbased financial

system: Evidence from firm-level data” Journal of Financial Economics, 65, 337-363. Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis. (2015). Laporan Profil Industri Perbankan

(LPIP). Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis. (2016). Potensi Pertumbuhan Ekonomi ditinjau

dari Penyaluran Kredit Perbankan Kepada Sektor Prioritas Ekonomi Pemerintah. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.

D’Auria, C., Foglia, A., & Reedtz, P. (1999). Bank interest rates and credit relationships in Italy. Journal of Banking and Finance, 23(7), 1067–1093.

Fosu, Samuel. (2013). Capital structure, product market competition and firm performance: Evidence from South Africa. Working Paper No. 13/11 May 2013.

Fu, X., Lin, Y., Molyneux, P. (2014). Bank competition and financial stability in Asia Pacific. Journal of Bank. Finance ,38, 64–77.

Fungacova, Z., Solanko, L., Weill, L. (2014). Does competition influence the bank lending channel in the Euro area? Journal of Bank. Finance, 49, 356–366.

Hasan, I., Koetter, M., Lensink, R., & Meesters, A. (2009). Bank efficiency, financial depth, and economic growth. Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1475415.

Jacob, Jojo. (2005). Late Industrialization and Structural Change: Indonesia, 1975-2000. Oxford Development Studies, Vol. 33. No. 3&4. September-December 2005.

Khan, Habib Hussain., Ahmad, Rubi Binit., and Gee, Chan Sok. (2016). Market Structure, Financial Dependence, and Industrial Growth: Evidence from the Banking Industry in Emerging Asian Economies. Journal of PLOS ONE.

King, R. G., & Levine, R. (1993). Finance and growth: Schumpeter might be right. Quarterly Journal of Economics, 108(August (3)), 713–737.

Kocabay, S. (2009). Bank Competition and Banking System Stability: Evidence From Turkey. Thesis of Middle East Technical University.

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017

Page 20: Pengaruh Kompetisi Dan Kinerja Perbankan terhadap ...

20

 

Universitas Indonesia

Koetter, Michael., Inklaar, Robert. (2008). Financial dependence and industry growth in Europe: Better banks and higher productivity.

Laeven, L., & Levine, R. (2009). Bank governance, regulation and risk taking. Journal of Financial Economics, 93(2), 259–275.

Liu, G., Mirzaei, A., & Vandoros, S. (2014). The impact of bank competition and concentration on industrial growth. Economics Letters, 124(1), 60–63.

Lucchetti, R., Papi, L., & Zazzaro, A. (2001). Bank’s inefficiency and economic growth: A micro–macro approach. Scottish Journal of Political Economy, 48, 400–424.

Maudos, J., & Fernandez de Guevara, J. (2006). Banking competition, financial dependence and economic growth. MPRA Paper 15254, University Library of Munich, Germany., revised 2006.

Mirzaei, A., Moore, T., & Liu, G. (2013). Does market structure matter on banks’ profitability and stability? Emerging vs. advanced economies. Journal of Banking & Finance, 37(8), 2920–2937.

Mirzaei, A., & Moore, T. (2015). Banking performance and industry growth in an oil-rich economy: Evidence from Qatar. The Quarterly Review of Economics and Finance, 60 (2016), 58–69.

Muazaroh, Eduardus, T., Husnan, S., Hanafi., M.M. (2012). Determinants Of Bank Profit Efficiency: Evidence From Indonesia. International Journal Of Economics And Finance Studies. Vol 4, No 2, 2012 Issn: 1309-8055.

Murty, K.S., Sailaja, K. and Demissie, W.M. (2012). The Long-Run Impact of Bank Credit on Economic Growth In Ethiopia: Evidence from Johansen’s Multivariate Co-Integration Approach, European Journal of Business and Management, Vol. 4, No. 14.

Myers, S.C., and Majluf, N. (1984). Corporate financing and investment decisions when firms have information that investors do not have. Journal of Financial Economics, 13, 187-221.

Pang, J., & Wu, H. (2009). Financial markets, financial dependence, and the allocation of capital. Journal of Banking & Finance, 33(5), 810–818.

Rajan, R., Winton, A. (1995). Covenants and collateral as incentives to monitor. Journal of Finance 50, 1113–1146.

Rajan, R., & Zingales, L. (1998). Financial dependence and growth. American Economic Review, 88, 559–587. Salvatore, D. (2003). Microeconomics : theory and applications. New York : Oxford University Press. Satria, D., dan Subegti, R.B. (2010). Determinasi Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia Periode 2006-

2009. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vo.14, No.3. Szirmai, Adam. (2012). Industrialisation as an engine of growth in developing countries, 1950-2005. Structural

Change and Economic Dynamics, 23 (2012), 406–420. Warjiyo, Perry. (2006). Stabilitas Sistem Perbankan Dan Kebijakan Moneter. Buletin Ekonomi Moneter dan

Perbankan. Jakarta: Bank Indonesia. Wibowo, Buddi. (2016). Stabilitas Bank, Tingkat Persaingan Antar Bank dan Diversifikasi Sumber Pendapatan:

Analisis Per Kelompok Bank di Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi, 15(2), 2016, 172-195.

Pengaruh Kompetisi ..., Saragih, Ma`ruf, FEB UI, 2017


Recommended