Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
327
INFLUENCE OF PROFIT AND CASH FLOW ON FINANCIAL
DISTRESS CONDITIONS
Refsianty Hayyu Juliani. Fakultas Ekonomi, Universitas Singaperbangsa Karawang
Asep Muslihat.
Fakultas Ekonomi, Universitas Singaperbangsa Karawang [email protected]
Abstract
Food and Beverage Company is the mainstay company of the manufacturing industry therefore creating strong competition that occurs in it. Companies that are unable to compete and improve their performance will experience financial difficulties and eventually head into bankruptcy. This research aims to find out how much influence profit and cash flow have on the Financial Distress of food and beverage companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2014-2019. The research method used is verification descriptive with a quantitative approach. The results of the verification analysis state that partial return on assets is influential and significant to financial distress. Meanwhile, cash flow indicates that cash flow (operating cash flow ratio) has a negative and significant financial distress. Simultaneously, profit and cash flow accounted for 41.7% of financial distress while the remaining 58.3% was explained by other variables beyond the multiple regression equations or those not studied in this study.
Keywords: Profit, Return On Asset, Cash Flow, Operating Cash Flow, Financial Distress.
Abstrak
Perusahaan Makanan dan Minuman merupakan perusahaan andalan industri manufaktur oleh karena itu tercipta persaingan kuat yang terjadi didalamnya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing dan meningkatkan kinerja mereka akan mengalami kesulitan keuangan dan akhirnya menuju ke kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebarapa besar pengaruh laba dan arus kas terhadap Financial Distress pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil analisis verifikatif menyatakan secara parsial laba (return on asset) berpengaruh dan signifikan terhadap financial distress. Sedangkan arus kas menunjukan bahwa arus kas (rasio arus kas operasi) berpengaruh negatif dan signifikan terhdap financial distress. Secara simultan menunjukan bahwa laba dan arus kas berpengaruh terhadap financial distress sebesar 41,7% sementara sisanya 58,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan regresi berganda atau yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Kata Kunci : Laba, Return On Asset, Arus Kas, Arus Kas Operasi dan Financial Distress.
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
328
1. PENDAHULUAN
Memiliki daya saing yang baik
menjadi salah satu aspek penting agar
bisa bertahan dalam suatu kompetisi.
Perekonomian yang semakin bertumbuh
pesat dan maju sehingga membutuhkan
ide ide baru dalam menciptakan
kreativitas agar dapat bertahan dalam
persaingan. Namun saat ini
perekonomian Indonesia mengalami
ketidakstabil dan cenderung menurun,
menurut data The Global
Competitiveness Report WEF edisi 2019
yang terkait dengan daya saing dari
berbagai negara di belahan dunia.
Indonesia pada tahun ini merosot 5
peringkat dibandingkan pada tahun
2018. WEF melakukan survey pada
tahun 2019 dari 141 negara Indonesia
berada di peringkat ke-50.
Pemerintah harus membangkitkan
perekonomian Indonesia agar dapat
mengejar ketertinggalan. Perusahaan-
perusahaan juga dapat menambah
jumlah pasokan dan terus berinovasi
agar dapat membantu dalam
menigkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional.
Dalam sektor andalan manufaktur
yaitu industri makanan dan minuman
telah gagal mencapai target
pertumbuhan yang telah ditetapkan pada
tahun 2019. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan industri makanan dan
minuman pada kuartal pertama sedikit
melambat. Ketidakstabilan yang terjadi
dalam perusahaan makanan dan
minuman jika tidak diantisipasi dengan
baik oleh perusahaan akan berdampak
negatif pada kegiatan usaha. Perusahaan
yang tidak mampu meningkatkan kinerja
mereka akan mengalami kesulitan
keuangan dan akhirnya menuju ke
kebangkrutan (Hapsari dalam
Muhammad Reza Fahlevi dan Aan
Marlinah, 2018). Laporan keuangan
dapat menjadi alat ukur dan informasi
bagi perusahaan untuk meneliti kondisi
financial distres yang terjadi di
perusahaan. Laba dapat dijadikan
informasi untuk memprediksi keadaan
financial distress dalam laporan
keuangan. Pada penelitian ini
perhitungaan variable laba
menggunakan ratio Return On Asset
(ROA). Tingkat rasio profitabilitas yang
konsisten bisa menjadi acuan bagi
perusahaan dalam mempertahankan dan
mengelola bisnisnya. Nilai Return On
Asset (ROA) yang tinggi menggambarkan
efisiensi pengelolaan aktiva perusahaan,
yang artinya perusahaan mampu
menggunakan aktivanya untuk
mendapatkan laba, Fira Nukmaningtyas
dan Saparila Worokinasih (2018).
Sehingga semakin besar laba yang
didapatkan maka semakin minim
kesempatan perusahaan mengalami
keadaan financial distress.
Untuk memprediksi financial
distress, arus kas juga dapat dijadikan
indikator selain laba. Pada Penelitian ini
arus kas operasi digunakan untuk
melakukan pengukurannya. Arus kas
operasi bisa menjadi tolak ukur
mengenai kondisi perusahaan. Arus kas
operasi menjadi indikator keberhasilan
kegiatan operasinya dalam menghasilkan
kas. Menurut Amalia dan Kritajadi dalam
Fira N dan Saparila Worokinasih (2018)
jika rasio arus kas mengalami
peningkatan maka akan diikuti dengan
peningkatan laba perusahaan dan hal ini
dapat meningkatkan nilai perusahaan
sehingga peluang perusahaan untuk
mengalami Financial distress akan lebih
kecil. Berdasarkan latar belakang yang
telah dijelaskan, maka tujuan pada
penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh dari variable laba, arus kas,
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
329
Return On Asset =Laba Bersih
Total Aset
financial distress, laba dan arus kas
terhadap financial distress baik secara
parsial maupun simultan pada
perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2019.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laba
Hery (2016:30) berpendapat
bahwa laporan laba-rugi adalah laporan
yang menyajikan ukuran keberhasilan
operasi perusahaan selama periode
waktu tertentu. Arus laba yang stabil
juga merupakan ukuran bagi perusahaan
untuk bisa bangkit dari kesulitan
ekonomi (Subramanyam 2017:161).
Salah satu indikator yang dapat
dijadikan kriteria dalam financial
distress adalah laba bersih negatif
selama beberapa tahun berturut turut
setidak tidaknya selama 2 tahun
berturut-turut ( Hanifah dalam Asna Nur
Kholidah et al. 2016). Laba bersih bisa
dilihat atau diukur dengan menggunakan
rasio profitabilitas.
Rasio profitabilitas adalah rasio
yang digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan (Kasmir, 2018:196). Dalam
penelitian ini menggunakan Return on
Assets (ROA) sebagai alat ukur dari
perhitungan Laba. Menurut Hery
(2016:193) Return on Assets (ROA)
adalah rasio yang menunjukkan
seberapa besar kontribusi aset dalam
menciptaakan laba bersih. Rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa
besar laba bersih yang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang tertanam
dalam total aset semakin tinggi hasil dari
rasio ini maka semakin tinggi pula
jumlah laba bersih yang dihasilkan,
begitupula sebaliknya, semakin rendah
hasil rasio ini maka semakin rendah pula
jumlah laba bersih yang dihasilkan.
Formulasi yang dapat digunakan untuk
menghitung ROA menurut Hery
(2016:193):
Nilai ROA yang tinggi
mencerminkan efisiensi pengelolaan
aktiva perusahaan, yang artinya
perusahaan mampu menggunakan
aktivanya untuk menghasilkan laba, Fira
Nukmaningtyas dan Saparila
Worokinasih (2018). Jadi semakin tinggi
nilai ROA kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba juga semakin tinggi
dan begitupun sebaliknya.
Pada penelitian Levi Suryaningsih
(2020) mengungkapkan bahwa rasio
profitabilitas, likuiditas, dan leverage
berpengaruh secara simultan terhadap
financial distress. Selanjutnya, Fanni
Djongkang dan Maria Rio Rita (2014)
telah melakukan penelitian dan
menyimpulkan bahwa model laba cukup
kuat untuk digunakan sebagai model
prediksi kondisi financial distress suatu
perusahaan dibandingkan dengan model
arus kas karena model laba memberikan
angka ketepatan klasifikasi yang lebih
tinggi pada perusahaan di sektor textile
dan garmen di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan tinjauan Pustaka dan hasil
penelitihan terdahulu maka dapat
disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Terdapat pengaruh Laba terhadap
Financial Distress pada perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2014-2019
2.2 Arus Kas
Kasmir (2018:29) mengemukakan
bahwa, “Laporan arus kas merupakan
laporan yang menunjukan semua aspek
yang berkaitan dengan kegiatan
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
330
Rasio AKO =Arus Kas Operasi
Kewajiban Lancar
perusahaan, baik yang berpengaruh
langsung atau tidak langsung.”
Harahap (2011:257) menyatakan
bahwa arus kas merupakan suatu
laporan yang memberikan informasi
yang relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas perusahaan pada satu
periode tertentu dengan
mengklasifikasikan transaksi pada
kegiatan: operasi, pembiayaan dan
investasi.
Dalam penelitian ini Rasio Arus
Kas Operasi menjadi tolak ukur dalam
menilai apakah dari kegiatan operasinya
perusahaan akan menghasilkan kas.
Hery (2016:106) menyatakan arus
kas positif memungkinkan bagi
perusahaan untuk melunasi utang,
membayar prive atau deviden tunai,
serta mendanai pertumbuhananya
melalui ekspansi bisnis atau aktivitas
investasi. Arus kas operasi dengan
jumlah negatif sebagai akibat dari
gagalnya atau ketidakberhasilan aktivitas
operasi dan mengharuskan perusahaan
untuk mencari alternatif sumber kas
lainnya. Formulasi yang digunakan
menurut Darsono dan Ashari (2005:91):
Keterangan:
AKO = Arus kas operasi
Menurut Hery (2016:65)
perusahaan yang meiliki rasio arus kas
operasi terhadap kewajiban lancar yang
berada dibawah 1 berarti terdapat
kemungkinan perusahaan tidak mampu
membayar kewajiban lancarnya hanya
dengan menggunakan arus kas operasi
saja.
Amalia dan Kritajadi dalam
Firasari N dan Saparila W (2018) jika
rasio arus kas mengalami peningkatan
maka akan diikuti dengan peningkatan
laba perusahaan dan hal ini akan
meningkatkan nilai perusahaan sehingga
kemungkinan perusahaan mengalami
Financial distress akan lebih kecil. Dan
berlaku sebaliknya, jika rasio arus kas
menurun maka kemungkinan
perusahaan mengalami kondisi financial
distress lebih besar. Penelitian yang
dilakukan Julius P.S (2017) Menyatakan
dalam hasil penelitiannya bahwa Arus
kas berpengaruh terhadap Financial
Distress, sedangkan variabel lain seperti,
Financial Leverage, Firm Growth, dan
laba tidak berpengaruh dalam
memprediksi Financial Distress di
Perusahaan. Berdasarkan tinjauan
Pustaka dan hasil penelitihan terdahulu
maka dapat disimpulkan hipotesis
sebagai berikut :
H2 : Terdapat pengaruh Arus Kas
terhadap Financial Distress pada
perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2019
2.3 Financial Distress
Plat dan Plat, dalam Verani
Carolina dkk. (2017), mendefinisikan:
“financial distress sebagai tahap
penurunan kondisi keuangan yang
terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
atau likuidasi. Financial distress berasal
dari ketidakmampuan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya, terutama
kewajiban yang bersifat jangka pendek
termasuk kewajiban likuiditas, dan juga
termasuk kewajiban dalam kategori
solvabilitas.”
Dalam penelitian ini metode
springate digunakan sebagai alat ukur
fInancial distress.
Menurut Rudianto (2013:262)
metode Springate adalah metode untuk
memprediksi keberlangsungan hidup
suatu perusahaan dengan
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
331
mengkombinasikan beberapa rasio
keuangan yang umum dengan diberikan
bobot yang berbeda satu dengan lainnya.
Metode Springate ditemukan oleh
Gordon L.V Springate pada tahun 1978.
Springate menemukan terdapat 4 dari 19
rasiorasio keuangan yang paling
berkontribusi terhadap prediksi
kebangkrutan perusahaan. Keempat
rasio keuangan tersebut dikombinasikan
dalam suatu formula yang bernama
metode Springate dan menentukan
batasan (standar) berupa nilai 0,862
untuk memprediksikan perusahaan,
berpotensi bangkrut atau berpotensi
sebagai perusahaan yang sehat (tidak
bangkrut). Dalam Rudianto (2013:262)
Hasil penelitian tersebut telah
menghasilkan rumus Springate Score
untuk berbagai jenis perusahaan yaitu :
Keterangan :
X1 = Working capital/total assets
X2 =Earning before Interest and
taxes/total Assets
X3 = Net profit before taxes/current
liabilities
X4 = Sales/total assets
Springate dalam Rudianto
(2013:262) membagi kriteria penilaian
kebangkrutan perusahaan ke dalam tiga
kategori yaitu:
Jika Z < 0,862 mengindikasikan
perusahaan menghadapi ancaman
kebangkrutan yang serius (bangkrut)
Jika Z > 0,862 mengindikasikan
perusahaan dalam kondisi keuangan
yang sehat (tidak bangkrut).
Dalam test yang dilakukan
springate metode ini dapat digunakan
untuk memprediksi kebangkrutan
dengan tingkat keakuratan 92,5%.
Namun beberapa peneliti telah menguji
metode ini dan menemukan akurasi yang
berbeda-beda. Penelitian yang telah
dilakukan menggunakan sampel
perusahaan yang berbeda-beda nilai
asetnya. Dalam Eka Ratna Sari dan
Mochammad Rizal Yulianto (2018)
Botheras (1979) menguji model ini atas
50 perusahaan yang nilai asetnya rata-
rata US$ 2,5 juta dan menemukan tingkat
akurasi 88%. Sands (1980) menguji
model ini pada 24 perusahaan yang rata-
rata asetnya US$ 63,4 juta dan
menemukan tingkat akurasi 83,3%.
Untuk menghitung tingkat akurasi
dalam Eka Ratna Sari dan Mochammad
Rizal Yulianto (2018) terdapat 2 tipe
yaitu, Eror tipe I adalah kesalahan yang
terjadi jika metode memprediksi sampel
tidak mengalami distress padahal
kenyataannya mengalami distress. Eror
tipe II adalah kesalahan yang terjadi jika
metode memprediksi sampel mengalami
distress padahal kenyataannya tidak
mengalami distress.
[Cambria, 11, normal].
Tingkat error merupakan deskripsi
kesalahan yang terjadi pada metode.
Kemudian untuk mengetahui keakurat
pada metode dengan menggunakan total
akurasi. Total akurasi didapat dari:
Berdasarkan tinjauan Pustaka dan
hasil penelitihan terdahulu maka dapat
disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Terdapat pengaruh anatara Laba
dan Arus Kas secara simultan terhadap
Financial Distress pada perusahaan
Z = 1.03 X1 + 3.07 X2 + 0.66 X3 + 0.4 X4
𝐄𝐫𝐨𝐫 𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐈 =𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐈
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐤𝐞𝐥𝐨𝐦𝐩𝐨𝐤 𝐈 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
𝐄𝐫𝐨𝐫 𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐈𝐈 =𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐈𝐈
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐤𝐞𝐥𝐨𝐦𝐩𝐨𝐤 𝐈𝐈 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐮𝐫𝐚𝐬𝐢 =𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
332
Return On Asset =Laba Bersih
Total Aset
Rasio AKO =Arus Kas Operasi
Kewajiban Lancar
makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2014-2019
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan 25
perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode tahun 2014-2019 sebagai
populasinya. Teknik pengambilan
sampling dalam penelitian ini
menggunakan Teknik Purposive
Sampling. Kriteria sampel yang telah
ditetapkan menjadi alat seleksi dan
menghasilkan 6 perusahaan sebagai
sampel penelitian. Metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif
verifikatif dengan pendekatan
kuantitatif. Data dianalisis dengan
menggunakan analisis regresi linier
berganda dan uji hipotesis menggunakan
uji t dan uji f dengan alat bantu software
SPSS 25.
Menurut Hery (2016:193) Return
on Assets (ROA) adalah rasio yang
menunjukkan seberapa besar kontribusi
aset dalam menciptaakan laba bersih.
Nilai ROA yang tinggi mencerminkan
efisiensi pengelolaan aktiva perusahaan,
yang artinya perusahaan mampu
menggunakan aktivanya untuk
menghasilkan laba, Fira Nukmaningtyas
dan Saparila Worokinasih (2018). Jadi
semakin tinggi tingkat rasio ROA
kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba juga semakin tinggi
dan begitupun sebaliknya. Formulasi
yang dapat digunakan untuk menghitung
ROA menurut Hery (2016:193):
Rasio Arus Kas Operasi
menghitung kemampuan arus kas
operasi dalam membayar kewajiban
lancar. Menurut Hery (2016:65) Rasio
arus kas operasi yang berada dibawah 1
berarti terdapat kemungkinan
perusahaan tidak mampu membayar
kewajiban lancar, tanpa menggunakan
arus kas dan aktivitas lain. Formulasi
yang digunakan menurut Darsono dan
Ashari (2005:91):
Keterangan:
AKO = Arus kas operasi
Sands (1980) menguji metode
springate pada 24 perusahaan yang rata-
rata asetnya US$ 63,4 juta dan
menemukan tingkat akurasi
83,3%.Menurut Rudianto (2013:262)
metode Springate adalah metode untuk
memprediksi keberlangsungan hidup
suatu perusahaan dengan
mengkombinasikan beberapa rasio
keuangan yang umum dengan diberikan
bobot yang berbeda satu dengan lainnya.
Hasil penelitian Rudianto
(2013:262) telah menghasilkan rumus
Springate untuk berbagai jenis
perusahaan yaitu :
Keterangan :
X1 = Working capital/total assets
X2 = Earning before Interest and
taxes/total Assets
X3 = Net profit before taxes/current
liabilities
X4 = Sales/total assets
Springate dalam Rudianto
(2013:262) membagi kriteria penilaian
kebangkrutan perusahaan ke dalam dua
kategori yaitu:
Z = 1.03 X1 + 3.07 X2 + 0.66 X3 + 0.4 X4
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
333
1. Jika Z < 0,862 mengindikasikan
perusahaan menghadapi ancaman
kebangkrutan yang serius (distress)
2. Jika Z > 0,862 mengindikasikan
perusahaan dalam kondisi keuangan
yang sehat (non distress)
Untuk menghitung tingkat akurasi
dalam Eka Ratna Sari dan Mochammad
Rizal Yulianto (2018) terdapat 2 tipe
yaitu, Eror tipe I adalah kesalahan yang
terjadi jika metode memprediksi sampel
tidak mengalami distress padahal
kenyataannya mengalami distress. Eror
tipe II adalah kesalahan yang terjadi jika
metode memprediksi sampel mengalami
distress padahal kenyataannya tidak
mengalami distress didalam penelitian
ini menggunakan eror tipe II dengan
perhitungan sebagai berikut:
Tingkat error merupakan deskripsi
kesalahan yang terjadi pada metode.
Pada penelitian ini tingkat eror dari
metode springate ialah 16,7% .Kemudian
untuk mengetahui keakurat pada metode
dengan menggunakan total akurasi.
Dengan perhitungan total akurasi
sebagai berikut:
Tingkat akurasi metode springate
didalam penelitian ini ialah 83,3%. Hal
ini sama besar dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sands (1980) yang
menguji motodel ini pada 24 perusahaan
yang rata-rata asetnya US$ 63,4 juta dan
menemukan tingkat akurasi 83,3%.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian Keabsahan Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk
menguji apakah model regresi dari
masing-masing variabel berdistribusi
secara normal atau tidak (Purnomo,
2017). Model regresi yang baik adalah
yang memiliki distribusi data secara
normal atau mendekati normal sehingga
hasil penelitian dapat digeneralisasikan
pada polpulasi. Uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan
Kolmogorov-Smirnov yang terdapat
dalam SPSS 25. Dengan ketentuan bahwa
data yang berdistribusi normal, apabila
niai residualnya lebih besar dari 0,05.
Berikut merupakan hasil pengujian
normalitas yang diperoleh dengan dari
SPSS 25. Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 36
Normal
Parametersa,
b
Mean .0000000
Std.
Deviation
1.23767863
Most
Extreme
Differences
Absolute .129
Positive .129
Negatif -.113
Test Statistic .129
Asymp. Sig. (2-tailed) .134c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Hasil pengolahan data, 2020
Berdasarkan nilai statistik uji One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test
menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2 tailed)
sebesar 0,134. Hal ini berarti 0,134 >
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
data penelitian berdistribusi normal.
𝐄𝐫𝐨𝐫 𝐭𝐢𝐩𝐞 𝐈𝐈 =𝟔
𝟑𝟔 𝑿 𝟏𝟎𝟎% = 𝟏𝟔, 𝟕%
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐮𝐫𝐚𝐬𝐢 =𝟑𝟎
𝟑𝟔 𝑿 𝟏𝟎𝟎% = 𝟖𝟑, 𝟑%
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
334
Uji Normalitas dapat dilakukan
dengan melihat persebaran data pada
sumber diagonal yang digambarkan pada
grafik Normal P-P Plot of regression
standardized residual. Sebagai dasar
pengambilan keputusannya, jika titik-
titik menyebar sekitar garis mengikuti
diagonal maka nilai tersebut telah
normal (Purnomo, 2017). Seperti pada
gambar dibawah ini.
Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Probability Plot
Sumber: Hasil pengolahan data, 2020
Berdasarkan Gambar diatas, hasil normal probability plot menunjukkan bahwa grafik Normal Probability Plot terlihat titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat dikatakan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Model regresi yang dipakai didalam penelitian ini akan dinyatakan bebas dari uji normalitas apabila hasil dari nilai VIF yaitu diantara 1 sampai dengan 10. Berikut ini hasil pengujian multikolinearitas yang diperoleh dari SPSS 25.
Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Standardized Coefficients
Tolerance VIF
1 (Constant)
LABA_ROA
(X1)
.802 1.247
ARUS
KAS_AKO
(X2)
.802 1.247
Sumber: Hasil pengolahan data, 2020 Hasil uji multikolinieritas
menunjukan bahwa nilai VIF dari tiap
variable dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Nilai tolerance dari variabel Laba
(X_1) sebesar 0,802 > 0,10 dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF)
sebesar 1,247 < 10, sehingga
dinyatakan data tidak terjadi
multikolinieritas didalam variable
Laba (X_1).
2. Nilai tolerance dari variabel Arus Kas
(X_2) sebesar 0,802 > 0,10 dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF)
sebesar 1,247 < 10, sehingga
dinyatakan data tidak terjadi
multikolinieritas didalam variable
Arus Kas (X_2).
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dalam uji heterokedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi kesamaan variance
dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Dalam penelitian ini uji
heteroskedastisitas ini menggunakan
scattler plot dari SPSS 25 seperti pada
gambar berikut ini.
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
335
Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil pengolahan data, 2020
Hasil uji heteroskedastisitas dapat
diketahui bahwa tidak terdapat pola
tertentu dan tidak menyebar diatas
maupun dibawah angka nol pada sumbu
y sehingga dapat disimpulkan bahwa
didalam penelitain ini tidak terdapat
heteroskedastisitas.
d. Hasil Uji Autokorelasi
Menurut Sujarweni (2016:231) uji
autokorelasi dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antar
variabel penganggu pada periode
tertentu dengan variabel sebelumnya.
Berikut ini adalah hasil dari pengujian
auotokorelasi yang diperoleh dari SPSS
25. Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Hasil pengolahan data, 2020
Hasil uji autokorelasi diatas,
menunjukan bahwa nilai DW sebesar
1,427 yang artinya analisis regresi linear
berganda pada data penelitian tidak
terjadi gejala autokorelasi. Dikarenakan
nilai DW masih berada diantara nilai -2
sampai dengan +2. Sehingga dalam
penelitian ini model regresi layak
digunakan.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Penyajian data yang dipakai dalam
analisis deskriptif penelitian ini
menggunakan perhitungan rasio
keuangan, mean, standar deviasi,
maksimum dan minimum. Berikut ini
hasil pengujian deskriptif menggunakan
data dari SPSS 25.
Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Mo
del R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .671a .450 .417 1.2746324 1.427
a. Predictors: (Constant), ARUS KAS_AKO (X2), LABA_ROA
(X1)
b. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS (Y)
Sumber: Hasil pengolahan data, 2020
Hasil dari uji deskriptif
menggambarkan bahwa penelitian ini
menggunakan 36 data. Variabel Laba
(X1) memiliki nilai terendah sebesar -
0,0755 dan nilai tertinggi sebesar 0,10
dengan nilai rata-ratanya sebesar 0,0058
lebih kecil dari standar deviasi yaitu
0,0498. Hasil tersebut menggambarkan
bahwa data variabel Laba (X1)
mengindikasi hasil yang baik,
dikarenakan rata-rata nilai variabel Laba
(X1) lebih kecil dibandingkan dengan
standar deviasinya.
Selanjutnya, Variabel Arus Kas
(X2) memiliki nilai terendah sebesar -
0,1687 dan nilai tertinggi sebesar 2,251
dengan nilai rata-ratanya sebesar 0,3298
lebih kecil dari standar deviasi yaitu
0,5458. Artinya dari hasil tersebut data
variabel Arus Kas (X2) mengindikasi
hasil yang baik, dikarenakan rata-rata
nilai variabel Arus Kas (X2) lebih kecil
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .671a .450 .417 1.2746324 1.427
a. Predictors: (Constant), ARUS KAS_AKO (X2), LABA_ROA (X1)
b. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS (Y)
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
336
dibandingkan dengan standar
deviasinya.
Variabel Finanacial Distress (Y)
memiliki nilai terendah sebesar -4,9386
dan nilai tertinggi sebesar 5,7636 dengan
nilai rata-ratanya sebesar 0,6225 lebih
kecil dari standar deviasi yaitu 1,6695.
Dengan kata lain, data variabel
Finanacial Distress (Y) mengindikasi
hasil yang baik, dikarenakan rata-rata
nilai variabel Finanacial Distress (Y)
lebih kecil dibandingkan dengan standar
deviasinya.
4.3 Hasil Analisis Verifikatif
a. Hasil Analisis Regresi Linier
Berganda
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (variabel independent) dalam mempengaruhi variabel terikat (variabel dependen) secara simultan ataupun parsial (Sujarweni, 2015). Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada table berikut:
Sumber: Hasil pengolahan data, 2020
Hasil analisis regresi linier
berganda berikut ini.
1. Persamaan Regresi Laba Terhadap
Financial Distress
Y = 0,881 + 24,982X1 + e
Dilihat dari persamaan diatas,
memperlihatkan bahwa nilai konstanta
sebesar 0,881 dan nilai laba sebesar
24,982. sehingga dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Nilai Konstanta sebesar 0,881
menunjukan bahwa apabila tidak
terdapat perubahan variabe laba, atau
variabel X1 dapat diasumsikan
memiliki nilai nol maka nilai financial
distress bernilai 0,881.
b. Koefisien regresi laba sebesar 24,982,
hal ini menunjukkan bahwa laba
berbanding lurus dengan nilai
financial distress yang artinya apabila
terjadi kenaikan variabel laba sebesar
satu persen maka variabel financial
distress akan mengalami kenaikan
sebesar 24,982 persen atau menjadi
25,863 persen.
2. Persamaan Regresi Arus Kas
Terhadap Financial Distress
Y = 0,881 - 1,225+ e
Berdasarkan persamaan diatas,
menunjukkan bahwa nilai konstanta
sebesar 0,881 dan nilai arus kas sebesar -
1,225. sehingga dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Nilai Konstanta sebesar 0,881
menunjukan bahwa apabila tidak
terdapat perubahan variabe arus kas
atau variabel X1 dapat diasumsikan
memiliki nilai nol maka nilai financial
distress bernilai 0,881.
b. Koefisien regresi arus kas sebesar -
1,225, artinya jika variable
independent lainnya nilainya tetap
dan arus kas mengalami kenaikan
satu persen, maka nilai financial
distress akan mengalami
penurunanan sebesar -1,225 atau -
334 . Koefisien negatif artinya terjadi
hubungan negatif antara arus kas
dengan financial distress, semakin
naik arus kas maka semakin turun
nilai dari variable financial distress.
3. Persamaan Regresi Laba dan Arus Kas
Terhadap Financial Distress
Y = 0,881 + 24,982X1 -1,225X2 + e
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
No Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 0.881 0.252 3.499 0.001
2 LABA_ROA
(X1)
24.982 4.829 0.745 5.173 0.000
3 ARUS
KAS_AKO
(X2)
-1.225 0.441 -0.400 -
2.779
0.009
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
337
a. Nilai Konstanta sebesar 0,881
menunjukan bahwa apabila tidak
terdapat perubahan variabe arus kas
atau variabel X1 dapat diasumsikan
memiliki nilai nol maka nilai financial
distress bernilai 0,881.
b. Koefisien regresi laba bernilai positif
sebesar 24,982 artinya, apabila setiap
kenaikan nilai financial distress
sebesar 1% akan menaikkan laba
sebesar 24,982.
c. Koefisien regresi arus kas bernilai
negatif sebesar -1,225 artinya, apabila
setiap kenaikan nilai financial distress
sebesar 1% akan menurunkan arus
kas sebesar -1,225.
b. Koefisien Determinasi
Hasil koefisien determinasi laba
menunjukkan nilai Adjusted R Square
sebesar 0,322. Artinya kemampuan
variabel laba dalam mempengaruhi
variabel financial distress sebesar 30,2%,
sedangkan 69,8% sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Sedangkan, hasil koefisien
determinasi arus kas menunjukkan nilai
Adjusted R Square sebesar 0,025. Artinya
kemampuan variabel arus kas dalam
mempengaruhi variabel financial
distress sebesar 2,5%, sedangkan 97,5%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti.
Kemudian, diketahui koefisien
determinasi (R²) sebesar 0,417 artinya
variabel bebas secara bersama-sama
yaitu Laba dan Arus Kas mempengaruhi
nilai Financial Distress sebesar 41,7%.
Sementara sisanya 58,3% dijelaskan oleh
variabel lain diluar persamaan regresi
berganda atau yang tidak diteliti pada
penelitian ini.
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji t)
Uji parsial (uji t) digunakan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh dari
masing masing variabel independen
terhadap varibel dependen, yaitu
pengaruh dari masing-masing variabel
independen yang terdiri yang terdiri dari
laba dan arus kas dengan variabel
dependen yaitu financial distress.
Berikut adalah hasil pengolahan uji t dari
SPSS 25. Tabel 6. Hasil Uji Signifikasi Parsial (Uji t)
Sumber: Hasil pengolahan data, 2020
Berdasarakan hasil uji t dapat
diketahui bahwa, nilai signifikansi untuk
pengaruh variabel laba dengan variabel
financial distress adalah 0,000 < 0,05 dan
t hitung 5,173 > t tabel 2,03452. Karena
nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka
H_o ditolak berarti terdapat pengaruh
signifikan. Sedangkan nilai t hitung lebih
besar dari nilai t table maka H_o ditolak,
sehingga secara parsial variabel laba
berpengaruh dan signifikan terhadap
financial distress pada perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019.
Sedangkan, hasil uji t dapat
diketahui bahwa, nilai signifikansi untuk
pengaruh variabel Arus Kas dengan
variabel financial distress adalah 0,009<
0,05 dan t hitung -2,779 > t tabel -
2,03452 karena nilai signifikan lebih
kecil dari 0,05 maka H_o ditolak berarti
terdapat pengaruh signifikan. Sedangkan
nilai t hitung lebih kecil dari nilai t table
maka H_o ditolak, sehingga secara parsial
variabel arus kas berpengaruh negative
dan signifikan terhadap financial distress
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) .881 .252
3.499 .001
LABA_ROA (X1) 24.982 4.829 .745 5.173 .000
ARUS
KAS_AKO (X2)
-1.225 .441 -.400 -2.779 .009
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
338
pada perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2014-2019.
b. Hasil Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan (uji F) digunakan
untuk mengetahui apakah variabel
independen (Laba dan Arus Kas)
berpengaruh terhadap variabel
dependen (Financial Distress) secara
bersama-sama (simultan)
Tabel 7. Hasil Uji Hasil Uji Simultan (Uji F)
Sumber: Hasil pengolahan data, 2020
Hasil uji f dapat diketahui nilai
signifikansi untuk pengaruh variabel
independen (Laba dan Arus Kas)
terhadap variabel dependen (financial
distress) adalah 0,000 < 0,05 dan F
hitung 13,524 > F tabel 3,28. Karena nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05 maka H_o
ditolak berarti terdapat pengaruh
signifikansi. Sedangkan nilai f hitung
lebih besar dari nilai f table maka H_o
ditolak, sehingga variabel laba dan arus
kas secara simultan berpengaruh
terhadap financial distress pada
perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2019.
5. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada BAB sebelumnya, maka dapat disimpulan sebagai berikut:
5.1 Pengaruh parsial dari variabel
laba dan arus kas terhadap
financial distress pada
perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2014-
2019 sebagai berikut.
a. Variabel laba dalam
mempengaruhi variabel financial
distress sebesar 30,2%,
sedangkan 69,8% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti. Laba
berpengaruh dan signifikan
terhadap Financial Distress pada
perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2019.
b. Variabel arus kas dalam
mempengaruhi variabel financial
distress sebesar 2,5%, sedangkan
97,5% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti.
Arus Kas berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap Financial
Distress pada perusahaan
makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2014-2019.
c. Laba dan Arus Kas
mempengaruhi nilai Financial
Distress sebesar 41,7%.
Sementara sisanya 58,3%
dijelaskan oleh variabel lain
diluar persamaan regresi
berganda atau yang tidak diteliti
pada penelitian ini. Dengan
demikian Laba dan Arus Kas
berpengaruh signifikan terhadap
Financial Distress pada
perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2014-2019.
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 43.945 2 21.972 13.524 .000b
Residual 53.615 33 1.625
Total 97.559 35
a. Dependent Variable: FINANCIAL DISTRESS (Y)
b. Predictors: (Constant), ARUS KAS_AKO (X2),
LABA_ROA (X1)
Profitability: Jurnal Ilmu Manajemen p-ISSN: 2714-6332–e-ISSN: 2714-6324
Vol.5 Nomor 2 Agustus 2021
339
DAFTAR PUSTAKA
Carolina, verani., Elyzabet I. Marpaung,
dan Derry Pratama. 2017. Analisis
Rasio Keuangan Untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress (studi
empiris pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di bursa efek indonesia
periode 2014-2015). Jurnal
Akuntansi. 9(2).
Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman
Praktis Memahami Laporan
Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Djongkang, F, dan Maria Rio Rita. 2014.
Manfaat Laba dan Arus Kas Untuk
Memprediksi Kondisi Financial
Distress. 247-255.
Fahlevi, MR., dan Aan Marlinah. 2018.
The Influence of Liquidity, Capital
Struckture, Profitability and Cash
Flow on The Company’s Financial
Distress. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. 20(1): 59-68.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan
(Integrated and Comperhensive
Edition). Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Harahap, SS. 2011. Analisis Kritis Atas
Laporan Keuangan (Edisi 1).
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Julius, F. 2017. Pengaruh Finacial
Leverage, Firm Growth, Laba Dan
Arus Kas Terhadap Financial
Distress (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2010-2014). 4(1).
Kasmir. 2018. Analisis Laporan Keuangan.
Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Nukmaningtyas, Fira dan Saparila
Worokinasih. 2018. Penggunaan
Rasio Profitabilitas,
Likuiditas,Leverage Dan Arus Kas
Untuk Memprediksi Financial
Distress (Studi Pada Perusahaan
Sektor Aneka Industri Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2016). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB). 61(2).
Purnomo, RA. Analisis Statistik Ekonomi
dan Bisnis dengan SPSS. 2017.
Ponorogo: WADE GROUP.
Ratna Sari, Eka dan Mochammad Rizal
Yulianto. 2018. Akurasi Pengukuran
Financial Distress Menggunakan
metode Springate dan Zmijewski
pada Perusahaan Property dan Real
Estate di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2015. Jurnal
Manajemen Bisnis Indonesia. 5(2).
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen
Informasi Pengambilan Keputusan
Strategis. Jakarta: Erlangga.
Subramanyam, K.R dan John J. Wild.
2014. Analisis Laporan Keuangan.
Penerjemah Dewi Y. Jakarta:
Salemba Empat
Suryaningsih, Levi. 2020. Analisis
Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,
Dan Leverage Terhadap Financial
Distress Pada Perusahaan Bumn
Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2014-2018.
World Economic Forum. 2019. The Global
Competitiveness Report. Diunduh
tanggal 11 Februari 2020,
http://www3.weforum.org/docs/WEF
_TheGlobalCompetitivenessReport2
019.pdf