+ All Categories
Home > Documents > PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Date post: 10-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 7 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
15
PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGIUSIA 12-65 TAHUN DI PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG DAN NUSA TENGGARA BARAT (ANALISIS LANJUT RISKESDAS 2007) Contributory Factor Of Drinking Water To Dental Carries Cases With The Ages Of 12 - 65 Year Old In Kep. Bangka Belitung And Nusa Tenggara Barat Provinces (Advanced Analysis Riskesdas 2007) Anwar Musadad*, Joko Irianto* Abstract. Drinking water availability is a matter of vital importance in human life. Drinking water is water that fulfill required certain standards, for example the presence of fluoride element. The drinking water contain fluoride (F) in low concentration is needed for preventing disease dental carries disease. But if its concentration in the drinking water >1, 5 mg/1 can cause 'fluorosis' in tooth, it can result in brown stains that is not easy to remove from the tooth. This study is a 'Riskesdas' data advanced analysis 2007. The analysis aim is to detect the influence of drinking water availability towardsthe dental carries cases. Bivariate analysis showed that drinking water availability to be an influential factor towards dental carries cases. Connection between the case levels situated in Belitung's and Bangka doesn't have any meaning. Protected drinking water source, distance, total water use, residence, and economy level can be contributing factors for increasing dental carries cases. To control the dental carries cases, it is necessary to improve drinking water service especially that of its physical quality standards. Keywords : Drinking water supply, dental caries, behavior PENDAHULUAN Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan manusia. Di dalam Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat, harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, dimana persyaratan kualitas ini tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Parameter kualitas air minum/air bersih yang ditetapkan dalam Permenkes No. 416/1990 terdiri dari parameter fisik, parameter bakteriologi, parameter radioaktif dan parameter kimiawi. Beberapa parameter kimiawi diduga bepengaruh terhadap kesehatan gigi, antara lain unsur fluorida, kalium, kalsium, dan keasaman (pH) air. Fluorida (F), dalam jumlah kecil dibutuhkan sebagai pencegahan terhadap penyakit karies gigi yang paling efektif tanpa merusak kesehatan. Konsentrasi >1,5 mg/1 air dapat menyebabkan 'fluorosis' pada gigi, yaitu terbentuknya noda-noda coklat yang tidak mudah hilang pada gigi. Hasil riset yang berhubungan dengan fluor disebutkan bahwa terjadi kasus penyakit mongoloid pada bayi Yang ibunya minum air berkadar fluor tinggi. Terjadi 23,6 kasus per 100.000 orang pada ibu-ibu yang minum air berkadar fluor antara 0,0-0,1 ppm; 71,6 kasus per 100.000 orang pada ibu yang air minumnya mengandung 1,0-2,6 ppm (Soemirat, 1996). Konsentrasi fluorida dalam air berhubungan erat dengan jenis sumber air. Pada umumnya konsentrasi fluorida di air tanah dan air permukaan melebihi syarat di atas. Konsentrasinya dalam air tanah biasanya lebih tinggi daripada air permukaan. Di beberapa tempat bahkan sangat tinggi. Tingginya kadar fluor dalam air dapat membahayakan kesehatan gigi jika tidak ada pengolahan (defluoridasi). Sebaliknya pada jenis sumber air minum lain seperti air hujan kandungan fluornya rendah di bawah syarat di atas. Rendahnya kandungan fluor dalam air juga dapat menyebabkan karies gigi sehingga perlu fluoridasi. Karies gigi adalah sebuah penvakit infeksi yang merusak struktur gjgi (MedlinePlus Medical Encyclopedia, 2006). Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. * Peneliti pada Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Badan Litbangkes Depkes RI 1032
Transcript
Page 1: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIANKARIES GIGIUSIA 12-65 TAHUN DI PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG

DAN NUSA TENGGARA BARAT(ANALISIS LANJUT RISKESDAS 2007)

Contributory Factor Of Drinking Water To Dental Carries Cases With The Ages Of12 - 65 Year Old In Kep. Bangka Belitung And Nusa Tenggara Barat Provinces

(Advanced Analysis Riskesdas 2007)

Anwar Musadad*, Joko Irianto*

Abstract. Drinking water availability is a matter of vital importance in human life. Drinking water is waterthat fulfill required certain standards, for example the presence of fluoride element. The drinking watercontain fluoride (F) in low concentration is needed for preventing disease dental carries disease. But if itsconcentration in the drinking water >1, 5 mg/1 can cause 'fluorosis' in tooth, it can result in brown stainsthat is not easy to remove from the tooth. This study is a 'Riskesdas' data advanced analysis 2007. Theanalysis aim is to detect the influence of drinking water availability towardsthe dental carries cases.Bivariate analysis showed that drinking water availability to be an influential factor towards dental carriescases. Connection between the case levels situated in Belitung's and Bangka doesn't have any meaning.Protected drinking water source, distance, total water use, residence, and economy level can be contributingfactors for increasing dental carries cases. To control the dental carries cases, it is necessary to improvedrinking water service especially that of its physical quality standards.

Keywords : Drinking water supply, dental caries, behavior

PENDAHULUAN

Air merupakan komponenlingkungan yang penting bagi kehidupanmanusia. Di dalam Undang-undangKesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3terkandung makna bahwa air minum yangdikonsumsi oleh masyarakat, harusmemenuhi persyaratan kualitas maupunkuantitas, dimana persyaratan kualitas initertuang di dalam Peraturan MenteriKesehatan (Permenkes) No. 416 tahun 1990tentang Syarat-syarat dan PengawasanKualitas Air. Parameter kualitas airminum/air bersih yang ditetapkan dalamPermenkes No. 416/1990 terdiri dariparameter fisik, parameter bakteriologi,parameter radioaktif dan parameter kimiawi.Beberapa parameter kimiawi didugabepengaruh terhadap kesehatan gigi, antaralain unsur fluorida, kalium, kalsium, dankeasaman (pH) air.

Fluorida (F), dalam jumlah kecildibutuhkan sebagai pencegahan terhadappenyakit karies gigi yang paling efektif tanpamerusak kesehatan. Konsentrasi >1,5 mg/1 airdapat menyebabkan 'fluorosis' pada gigi,yaitu terbentuknya noda-noda coklat yangtidak mudah hilang pada gigi. Hasil riset

yang berhubungan dengan fluor disebutkanbahwa terjadi kasus penyakit mongoloid padabayi

Yang ibunya minum air berkadarfluor tinggi. Terjadi 23,6 kasus per 100.000orang pada ibu-ibu yang minum air berkadarfluor antara 0,0-0,1 ppm; 71,6 kasus per100.000 orang pada ibu yang air minumnyamengandung 1,0-2,6 ppm (Soemirat, 1996).

Konsentrasi fluorida dalam airberhubungan erat dengan jenis sumber air.Pada umumnya konsentrasi fluorida di airtanah dan air permukaan melebihi syarat diatas. Konsentrasinya dalam air tanahbiasanya lebih tinggi daripada air permukaan.Di beberapa tempat bahkan sangat tinggi.Tingginya kadar fluor dalam air dapatmembahayakan kesehatan gigi jika tidak adapengolahan (defluoridasi). Sebaliknya padajenis sumber air minum lain seperti air hujankandungan fluornya rendah di bawah syaratdi atas. Rendahnya kandungan fluor dalamair juga dapat menyebabkan karies gigisehingga perlu fluoridasi.

Karies gigi adalah sebuah penvakitinfeksi yang merusak struktur gjgi(MedlinePlus Medical Encyclopedia, 2006).Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang.

* Peneliti pada Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Badan Litbangkes Depkes RI

1032

Page 2: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009 : 1032 - 1046

Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipedari bakteri penghasil asam yang dapatmerusak karena reaksi fermentasi karbohidrattermasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa(Hardie, 1982; Holloway, 1983; Rogers,2008). Asam yang diproduksi tersebutmempengaruhi mineral gigi sehinggamenjadi sensitif pada pH rendah. Sebuah gigiakan mengalami demineralisasi danremineralisasi. Ketika pH turun menjadi dibawah 5,5, proses demineralisasi menjadilebih cepat dari remineralisasi. Hal inimenyebabkan lebih banyak mineral gigi yangluluh dan membuat lubang pada gigi. Jikatidak ditangani, penyakit ini dapatmenyebabkan nyeri, penanggalan gigi,infeksi, berbagai kasus berbahaya, danbahkan kematian. Peningkatan prevalensikaries banyak dipengaruhi perubahan daripola makan (Suddick et al, 1990). Kini,karies gigi telah menjadi penyakit yangtersebar di seluruh dunia.

Kejadian karies gigi di sampingberhubungan dengan kandungan fluor dalamair minum (Soemirat, 1996), jugaberhubungan dengan gangguan produksi airliur (Banting, 2006), dan penggunaantembakau (Neville et al, 2002). Gangguanproduksi air liur dipengaruhi oleh gangguanpenyakit seperti diabetes mellitus dansarkoides (Neville et al, 2002), penggunaanobat-obatan seperti antihistamin danantidepresan (ADHA, 2007), dan terapiradiasi (NCI, 2007). Penggunaan tembakaudapat menyusutkan gusi sehingga permukaangigi akan terbuka. Sementum pada akar gigiakan lebih mudah mengalami demineralisasi(Banting, 2006).

Prevalensi karies gigi tertinggiterdapat di Asia dan Amerika Latin danterendah di Afrika (WHO, 2006). DiAmerika Serikat, karies gigi merupakanpenyakit kronis anak-anak yang sering terjadidan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma(Health People, 2006). Karies merupakanpenyebab patologi primer atas penanggalangigi pada anak-anak (ADHA, 2006). Antara29% hingga 59% orang dewasa dengan usialebih dari limapuluh tahun mengalami karies.

Di Indonesia, menurut hasil HasilRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007,prevalensi karies gigi aktif penduduk usia 12tahun ke atas sebesar 43,4% dan pengalaman

karies sebesar 67,2% dengan rerata tingkatkerusakan gigi sebesar 4,85 (DepartemenKesehatan, 2008). Artinya rerata pendudukIndonesia usia 12 tahun ke atas telahmengalami kerusakan gigi sebesar 5 buah perorang. Karies gigi yang merupakan masalahutama penyakit gigi dan mulut, bila tidakdilakukan pencegahan dan perawatan makaakan semakin parah dan meningkat kasusnya(Situmorang, 2005).

Dalam Riskesdas 2007 tersedia datakualitas fisik air air minum dan beberapavariabel lain seperti kebiasaan merokok,riwayat DM, konsumsi buah dan sayur,konsumsi makanan manis, latar belakangkeluarga pendidikan dan pekerjaan, dankebiasaan gosok gigi sehingga dimungkinkanuntuk dilakukan analisis lanjut bagaimanapengaruh penyediaan air minum terhadapkejadian karies gigi. Tujuan analisis adalahuntuk mengetahui pengaruh penyediaan airminum terhadap kejadian karies gigi

BAHAN DAN CARA

Penelitian ini merupakan analisislanjut data Riskesdas 2007. Jenis penelitianini adalah cross sectional study, dimanaantara faktor outcome (karies gigi) dan faktorrisikonya dikumpulkan secara bersamaan.Sebagai populasi studi adalah seluruhresponden usia 12-65 tahun yang menjadisampel Riskesdas 2007. Sedangkan sebagaisampel pada analisis ini adalah sebagianresponden usia 12-65 tahun di ProvinsiKepulauan Bangka Belitung dan NusaTenggara Barat (NTB). Pertimbangandiambil di 2 provinsi tersebut didasarkanpada pertimbangan angka pengalaman kariesgigi tertinggi adalah di Provinsi Kep. BangkaBelitung (86,8%) dan terendah di ProvinsiNTB (55,4%) dengan tingkat kerusakan gigimasing-masing 3,92 dan 3,27 (DepartemenKesehatan, 2008).

Jumlah sampel minimal yangdibutuhkan dalam analisis lanjut ini mengacupada rumus sampel uji beda 2 proporsidengan asumsi besar proporsi yangpenyediaan air minumnya jelek pada daerahyang angka karies gigi tinggi sebesar 50%,OR = 1,75, besar presisi 10%, a = 5%, danpower 80%, maka dari hasil perhitungandiperoleh besar sampel minimal kelompok

1033

Page 3: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Karies Gigi...(Anwar & Joko)

yang angka karies giginya tinggi adalah 450orang dan sampel minimal kelompok yangangka karies giginya rendah 450 orang.Dengan demikian jumlah sampel minimalkeseluruhan sebesar 900 orang.

Analisis lanjut data ini dilakukansecara univariat, bivariat dan multivariat.Analisis univariat meliputi distribusifrekuensi variabel independen dan dependendi masing-masing provinsi. Analisis bivariatdilakukan untuk melihat hubungan antaravariabel independen dengan variabeldependen menggunakan chi-square danlogistik regresi. Sedangkan untuk melihatpengaruh variabel independen secarabersama-sama terhadap karies gigi dilakukananalisis multivariat menggunakan logistikregresi ganda dengan pendekatan complexsample.

BASIL

Karakteristik responden

Jumlah responden individu usia 12-65 tahun yang memenuhi syarat untukdianalisis adalah sebanyak 24.268 orang,5.171 orang di Provinsi Kepulauan BangkaBelitung dan 19.097 orang di Provinsi NusaTenggara Barat (NTB). Menurut jeniskelamin, di Kepulauan Bangka Belitungproporsi laki-laki sedikit lebih tinggi,sedangkan di NTB proporsinya lebih tinggiperempuan.

Jumlah responden menurutkelompok umur, secara umum proporsitertinggi adalah kelompok umur <20 tahundan 20-29 tahun. Begitupula dilihat daristatus pekerjaan, di kedua provinsimempunyai karakteristik yang sama, yaitu44% tidak bekerja. Baik menurut kelompokumur, tingkat pendidikan maupun jenispekerjaan di kedua provinsi tersebut relatifsama.

Seluruh individu terbagi dalam kuntilpengeluaran rumahtangga per kapita (5kuntil), dimana proporsi terbesar ada padakelompok kuintil-1 (termiskin) dibandingkandengan kelompok terkaya (kuintil-5).Sedangkan menurut tipe tempat tinggal, baikdi Kep. Bangka Belitung maupun NTBsebagian besar individu tempat tinggalnya diperdesaan.

Karies gigi

Dari hasil pemeriksaan kesehatangigi, terdapat 35,4% penduduk yangdiketahui mengalami karies gigi aktif. Angkakejadian karies gigi lebih tinggi di Kep.Bangka Belitung (52,0%) dibandingkandengan di NTB (30,9%). Rerata jumlah gigiyang mengalami karies di Kep. BangkaBelitung adalah antara 2 s/d 32 buah (rerata4,95 buah) dan di NTB antara 2 s/d 27 buah(rerata 3,06 buah).

Hasil analisis bivariat hubunganantara kejadian karies gigi dengan variabelindividu di masing-masing provinsi disajikanpada Tabel 2. Pada tabel tersebut tampak adahubungan antara umur dengan kejadiankaries gigi, baik di Bangka Belitung maupundi NTB. Di NTB penduduk usia 30 tahun keatas mempunyai risiko menderita karies gigi2,34 kali lebih besar dibandingkan pendudukusia di bawah 30 tahun (p<0,05). Sedangkandi Bangka Belitung hubungan tersebutterbalik, dimana penduduk usia di bawah 30tahun ke atas mempunyai risiko untukmenderita karies gigi lebih besardibandingkan penduduk usia di 30 tahun keatas (p<0,05). Menurut jenis kelamin tidakmenunjukkan hubungan dengan kejadiankaries gigi, baik di Bangka Belitung maupundi NTB.

1034

Page 4: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009 : 1032 - 1046

Tabel 1 Persentase Penduduk Umur 12-65 Tahun Menurut Karakteristik Responden danProvinsi, 2007

v Babelara ens i

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan

Kelompok umur (tahun)<2020-2930-3940-4950-5960+

Tingkat pendidikanTidak sekolahTidak tamat SDTamat SDTamat SLTPTamat SLTATamat PT

PekerjaanTidak kerjaBekerja

Tipe tempat tinggalPerkotaanPerdesaan

Kuintil pengeluaranKuintil-1Kuintil-2Kuintil-3Kuintil-4Kuintil-5

n

26192552

110113441115829594188

23410631692915

1006260

23292841

21543017

122511051116948776

%

50,649,4

21,326,021,616,011,53,6

4,520,632,717,719,55,0

44,056,0

41,758,3

23,721,421,618,315,0

NTBn

887610221

47004380386329752192987

27103487530736213074897

837810719

734011756

41514040379236473465

%

46,553,5

24,622,920,215,611,55,2

14,218,327,819,016,14,7

43,956,1

38,461,6

21,721,219,919,118,1

Jumlahn

1149512773

580157244978380427861175

294445506999453640801157

1070713560

949414773

53765145490845954241

%

47,452,6

23,923,620,515,711,54,8

12,118,828,818,716,84,8

44,056,0

39,160,9

22,221,220,218,917,5

Dilihat dari pendidikan, terdapathubungan antara tingkat pendidikan dengankejadian karies gigi. Di Provinsi NTBpenduduk yang berpendidikan tamat SD kebawah mempunyai risiko mengalami kariesgigi 1,3 kali lebih besar dibandingkanpenduduk berpendidikan SLTP ke atas(p<0,05), sedangkan di Provinsi BangkaBelitung menunjukkan hubungan yangterbalik, dimana penduduk yangberpendidikan tamat SLTP ke atasmempunyai risiko mengalami karies gigilebih besar dibandingkan pendudukberpendidikan SD ke bawah (p<0,05).

Menurut perilaku, di Provinsi NTBmenunjukkan adanya hubungan antarakebiasaan merokok, konsumsi buah dansayur, serta makan makanan manis dengankejadian karies gigi. Penduduk yangmempunyai kebiasaan merokok setiap harimempunyai risiko untuk mengalami karies

gigi 1,13 kali lebih besar dibandingkandengan penduduk yang tidak mempunyaikebiasaan merokok setiap hari (p<0,05).Penduduk yang mempunyai kebiasaanmengkonsumsi buah dan sayur kurang dari 5porsi per hari mempunyai risiko mengalamikaries 1,29 kali lebih besar untuk mengalamikaries gigi dibandingkan penduduk yangmengkonsumsi buah dan sayur minimal 5porsi per hari (p=0<05). Begitu pulapenduduk yang mempunyai kebiasaanmengkonsumsi makanan manis setiap harimempunyai risiko mengalami karies gigi1,32 kali lebih besar dibandingkan pendudukyang tidak mengkonsumsi makanan manissetiap hari (p<0,05).

Di Provinsi Bangka Belitung,perilaku yang berhubungan dengan kejadiankaries gigi hanya variabel kebiasaan merokoksetiap hari. Penduduk yang mempunyaikebiasaan merokok setiap hari mempunyai

1035

Page 5: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Karies Gigi...(Anwar & Joko)

risiko mengalami karies gigi 1,27 kali bbihbesar dibandingkan penduduk yang tidakmempunyai kebiasaan merokok setiap hari(p<0,05). Perilaku lainnya tidakmenunjukkan hubungan yang bermakna.Bahkan di Bangka Belitung perilakukonsumsi buah sayur dan makan makananmanis menunjukkan hubungan yang terbalik.Penduduk yang mengkonsumsi buah dansayur >=5 porsi sehari dan tidak makan

makanan manis setiap hari mempunyai risikountuk mengalami karies gigi lebih besardibandingkan penduduk yang mempunyaikebiasaan konsumsi buah sayur dan makanmakanan manis setiap hari. Begitu pulapenduduk yang tidak mempunyai riwayatpenyakit DM mempunyai risiko untukmengalami karies gigi lebih besardibandingkan penduduk yang mempunyairiwayat penyakit DM.

Tabel 4 Hubungan Variabel Individu dengan Karies Gigi di Provinsi Kep. BangkaBelitung dan Nusa Tenggara Barat, 2007

Faktor individu

Kelomp. umur (tahun)30 tahun +<30 tahun

Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan

Tingkat pendidikan<= Tamat SD>= Tamat SLTP

Merokok setiap hariYaTidak

Konsumsi buah dansayur

<5 porsi/hari>=5 porsi/hari

Makan makananmanis

Setiap hariTidak setiap hari

Menggosok gigi benarTidakYa

Menderita DMYaTidak

K

13371344

13861295

6302051

7581923

2577104

1687994

2467214

102671

Kep. Bangka BelitungTK OR CIOR p

1378 0,79 0,71-0,88 0,0001092

1223 1,09 0,98-1,22 0,1171247

663 0,84 0,74-0,95 0,0061807

584 1,27 1,12-1,44 0,0001885

2415 0,56 0,41-0,79 0,00155

1498 1,10 0,98-1,23 0,093972

2296 0,87 0,71-1,08 0,203174

25 0,37 0,18-0,76 0,0052445

K

38981943

26553187

21213721

16394203

5497345

30412800

5387454

495793

Nusa Tenggara BaratTK OR CI OR

6030 2,34 2,19-2,497028

6118 0,95 0,89-1,016940

4004 1,29 1,21-1,389053

3351 1,13 1,05-1,219707

12081 1,29 1,14-1,46977

5893 1,32 1,24-1,417165

12023 1,02 0,91-1,151035

79 1,39 0,97-1,9912978

p

0,000

0,073

0,000

0,001

0,000

0,000

0,717

0,070

Keterangan: K = karies; TK = tidak karies

Hasil analisis bivariat kejadian kariesgigi dengan variabel rumahtangga disajikanpada Tabel 4 dan Tabel 5. Di ProvinsiKepulauan Bangka Belitung, seluruh variabelrumahtangga tidak menunjukkan adahubungan dengan kejadian karies gigi

(p>0,05). Sedangkan di Provinsi NTB,variabel rumahtangga yang berhubungandengan kejadian karies gigi adalah jenissarana air minum, jarak ke sumber air,jumlah rerata pemakaian air per orang perhari, dan kualitas fisik air meliputi

1036

Page 6: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009 : 1032-1046

kekeruhan, warna, rasa, bau, dan busa(p<0,05). Penduduk di NTB yang jenissarana air minumnya tidak terlindungmempunyai risiko mengalami karies gigi1,11 kali lebih besar dibandingkan pendudukyang jenis sarana air minumnya terlindung(p<0,05). Begitupula penduduk di NTB yangjarak ke sumber airnya >1 kilometermempunyai risiko mengalami karies gigi 2kali lebih besar dibandingkan penduduk yangjarak ke sumber airnya <=1 kilometer(p<0,05). Sedangkan jumlah reratapemakaian air menunjukkan hubungan yangterbalik. Penduduk di NTB yang jumlahrerata pemakaian airnya kurang dari 20 literper orang per hari mempunyai risikomengalami karies gigi lebih besardibandingkan penduduk yang jumlah reratapemakaian airnya 20 liter atau lebih perorang per hari.

Kaitan dengan kualitas fisik air,penduduk di NTB yang menggunakan airbersih dengan kualitas kurang baik (keruh,berwarna, berasa, berbau, dan berbusa)mempunyai risiko untuk mengalami kariesgigi 1,2 s/d 3,45 kali lebih besardibandingkan penduduk yang menggunakansumber air dengan kualitas fisik air baik(P<0,05).

Dilihat dari tempat tinggalmenunjukkan hubungan yang berbeda antaradi Provinsi Kep. Bangka Belitung danProvinsi NTB. Di Kep. Bangka Belitung,penduduk yang tinggal di daerah perdesaanmempunyai risiko mengalami karies gigi1,27 kali lebih besar dibandingkan pendudukyang tinggal di perkotaan (p<0,05).Sedangkan di NTB, menunjukkansebaliknya, penduduk yang tinggal diperkotaan mempunyai risiko lebih besaruntuk mengalami karies gigi dibandingkandengan penduduk yang tinggal di perdesaan.Begitupula menurut kuintil pengeluaran

rumahtangga per bulan, menunjukkanhubungan yang berbeda. Di Kep. BangkaBelitung, penduduk termiskin (kuintil-1)mempunyai risiko mengalami karies gigi1,45 kali lebih besar dibandingkan denganpenduduk terkaya (kuintil-5). Begitupulapenduduk kuintil-2, kuintil-3 dan kuintil-4mempunyai risiko lebih besar untukmengalami karies gigi dibandingkankelompok penduduk terkaya (kuintil-5).Sedangkan di Provinsi NTB, tidakmenunjukkan hubungan yang bermaknaantara kuintil pengeluaran rumahtanggadengan kejadian karies gigi (p>0,05).

Analisis multivariat dilakukan untukmengetahui pengaruh faktor penyediaan airminum dan variabel lain terhadap kejadiankaries gigi di masing-masing provinsi setelahdikontrol dengan variabel lainnya. Untukdapat melakukan analisis multivariatdilakukan seleksi variabel independen hanyayang mempunyai nilai kemaknaan hubungan(p) <0,25. Analisis logistik regresi yangdigunakan dengan pendekatan desain sampelcomplex. Variabel yang memenuhi syaratkemudian dimasukkan dalam model logistikregresi. Secara bertahap kemudian variableyang mempunyai nilai p paling besar secarabertahap dikeluarkan satu per satu sampaimodel multivariat ini fit, dimana seluruhvariabel independen mempunyai nilaip<0,05.

Di Provinsi Kep. Bangka Belitung,variabel independen yang memenuhi syaratdan dimasukan dalam model logistik regresisebanyak 12 variabel, meliputi variabelpendidikan, umur, konsumsi buah dan sayur,kebiasaan merokok, kebiasaan makanmakanan manis, kualitas fisik air rasa,kualitas fisik bau, riwayat DM, jeniskelamin, tipe tempat tinggal, kebiasaanmenggosok gigi dan kuintil pengeluaran.

1037

Page 7: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Karies Gigi...(Anwar & Joko)

label 5 Hubungan Variabel Rumahtangga dengan Karies Gigi di Provinsi Kep. BangkaBelitung dan Nusa Tenggara Barat, 2007

Faktor individu

Jenis sumber airminum

Air permukaanAir olahan

Jenis sarana airminum

Tidak terlindungTerlindung

Jarak ke sumber air>1 kilometer<=1 kilometer

Waktu tempuh kesumber air

>30 menit<=30 menit

Pemakaian air rumahtangga /hari

<20 It/org/hari>=20 It/org/hari

Air keruhYaTidak

Air berwarnaYaTidak

Air berasaYaTidak

Air berbauYaTidak

Air berbusaYaTidak

K

2312365

6592022

2792402

1142567

1572524

432638

702612

732608

552626

222659

Kep. Bangka BelitungTK OR CIOR p

2113 1,04 0,89-1,22 0,600348

610 0,99 0,87-1,13 0,9171859

237 1,09 0,91-1,31 0,3332233

110 0,95 0,73-1,24 0,7232360

150 0,96 0,76-1,21 0,7402319

46 0,86 0,56-1,31 0,4772424

73 0,88 0,63-1,23 0,4512397

52 1,30 0,91-1,86 0,1502418

34 1,50 0,97-2,31 0,0632436

15 1,35 0,70-2,62 0,3662454

K

45501291

8285014

2825559

405801

5495292

3425499

1855656

2895552

3135528

675774

Nusa Tenggara BaratTK OR CI OR

10179 1,00 0,93-1,072879

1689 1,11 1,02-1,2211369

325 1,99 1,69-2,3412733

63 1,42 0,96-2,1212994

1781 0,66 0,59-0,7311277

637 1,21 1,06-1,3912421

291 1,44 1,19-1,7312766

472 1,39 1,20-1,6112586

211 3,45 2,89-4,1212847

71 2,12 1,52-2,9712987

p

0,933

0,021

0,000

0,081

0,000

0,005

0,000

0,000

0,000

0,000

Keterangan: K = karies ; TK = tidak karies

1038

Page 8: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009 : 1032 - 1046

Tabel 6 Hubungan Karakteristik Rumahtangga dengan Karies Gigi di Provinsi Kep.Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Barat, 2007

Faktor individuKep. Bangka Belitung Nusa Tenggara Barat

K TK OR CIOR K TK OR CI ORTipe tempat tinggal

PerdesaanPerkotaan

1638 1367 1,27 1,13-1,42 0,000 3514 8103 0,92 0,87-0,98 0,0131043 1102 2328 4954

Kuintil pengeluaranKuintil-1Kuintil-2Kuintil-3Kuintil-4Kuintil-5

679577580487358

542524532458415

1,451,281,261,23

1,19-1,781,07-1,531,06-1,521,04-1,46

.000

.009

.012

.031

12131239115611791055

28912752259524332387

0,951,021,011,09

0,78-1,160,86-1,210,85-1,190,93-1,29

0,2990,7120,8770,073

Keterangan: K = karies ; TK = tidak karies

Tabel 7. Hasil Uji Efek Model Seluruh Variabel Independen Terhadap Kejadian KariesGigi di Provinsi Kep. Bangka Belitung

Source(Corrected Model)(Intercept)Didikumur2BUSAYSbRokokmanisrasalhaulb35b4k4deskotgosokNeko_kpilNeko_kpi2Neko_kpi3Neko kpi4

B

.568-.239-.214-.650.321.118.070.327

-.772-.080.238

-.159.330.219.213.202

Sign..000.225.000.001.000.000.023.824.155.007.182.001.153.012.012.012.012

Exp (B)

0,790,810,521,380,461,071,390,460,921,270,851,391,251,241,22

Exp (B)

0,70-0,890,71-0,910,40-0,691,22-1,560,26-0,810,58-2,000,88-2,180,26-0,810,82-1,041,10-1,470,69-1,061,15-1,681,05-1,481,03-1,481,03-1,45

p value (Corrected Model): 0.000; Overall percent = 55,5%

Dari hasil uji multivariat, dari 12variabel yang dimasukkan dalam modellogistik regresi di Kep. Bangka Belitung,tinggal hanya 9 variabel pada model akhir,yaitu variabel pendidikan, umur, konsumsibuah dan sayur, kebiasaan merokok,kebiasaan makan makanan manis, kuaiitasfisik air bau, riwayat DM, tipe tempattinggal, dan kuintil pengeluaran rumahtanggaper bulan.

Dari tabel 8 menunjukkan bahwa diKepulauan Bangka Belitung:

Kuaiitas fisik air bau merupakanfaktor yang paling dominan pengaruhnyaterhadap kejadian karies gigi penduduk usia12-65 tahun setelah dikontrol oleh faktor

kuintil pengeluaran rumahtangga per kapita,tipe tempat tinggal, pendidikan, umur,konsumsi buah dan sayur, kebiasaanmerokok, kebiasaan makan makanan manis,dan riwayat DM. Penduduk yangmengkonsumsi air minum 'berbau'mempunyai risiko 1,5 kali lebih besar untukmengalami karies gigi dibandingkan yangtidak mengkonsumsi air minum 'berbau'.

Terdapat pengaruh kuintilpengeluaran rumahtangga per bulan terhadapkejadian karies gigi (OR=1,22 s/d 1,39;p=0,012), di mana penduduk yang miskin(kuintil-1) mempunyai risiko untukmengalami karies gigi 1,4 kali lebih besardibandingkan penduduk kaya (kuintil-5)

1039

Page 9: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Karies Gigi...(Anwar & Joko)

setelah dikontrol variabel kualitas fisik airbau, tipe tempat tinggal, pendidikan, umur,konsumsi buah dan sayur, kebiasaan

merokok, kebiasaan makan makanan manis,dan riwayat DM.

label 8. Hasil Uji Efek Model Akhir Terhadap Kejadian Karies Gigi di Provinsi Kep.Bangka Belitung

Source(Corrected Model)(Intercept)Didikumur2BUSAYSbRokokmanishaulb35deskotNeko_kpilNeko_kpi2Neko_kpi3Neko_kpi4

B

.412-.238-.209-.662.265.117.375

-.772.233.328.219.207.199

Sign..000.376.000.001.000.000.024.015.007.002.012.012.012.012

Exp(B)

0,790,810,521,300,461,460,461,261,391,241,231,22

Exp(B)

0,70-0,890,72-0,920,39-0,681,20-1,430,26-0,811,07-1,970,26-0,811,09-1,461,15-1,671,05-1,481,03-1,471,03-1,45

p value (Corrected Model): 0.000; Overall percent = 55,1%

Terdapat pengaruh tipe tempattinggal terhadap kejadian karies gigi(OR=1,26; p=0,002), di mana penduduk yangbertempat tinggal di perdesaan mempunyairisiko menderita karies gigi 1,3 kali lebihbesar dibandingkan penduduk yang tinggaldi perkotaan, setelah dikontrol kualitas fisikair bau, kuintil pengeluaran rumahtangga perbulan, pendidikan, umur, konsumsi buah dansayur, kebiasaan merokok, kebiasaan makanmakanan manis, dan riwayat DM.

Terdapat pengaruh terbalik variabelpendidikan, umur, konsumsi buah dan sayur,kebiasaan makan makanan manis, danriwayat DM terhadap kejadian karies gigi(p<0,05), di mana penduduk yang umurnyadi bawah 30 tahun, pendidikan tinggi, tidakmempunyai kebiasaan makan makananmanis, dan tidak mempunyai riwayat DMmempunyai risiko mengalami karies gigi

lebih besar dibandingkan penduduk yangumurnya 30 tahun ke atas, pendidikanrendah, mempunyai kebiasaan makanmakanan manis, atau mempunyai riwayatDM.

Berdasarkan nilai overall percent,kontribusi model di atas terhadap kejadiankaries gigi di Provinsi Kepulauan BangkaBelitung adalah sebesar 55,1%.

Di Provinsi NTB, terdapat 18variabel yang masuk model awal lengkap,yaitu variabel pendidikan, umur, sumber air,jenis sarana air, konsumsi buah dan sayur,kebiasaan merokok, kebiasaan makanmakanan manis, kualitas fisik air warna,kualitas fisik rasa, kualitas fisik busa, kualitasfisik bau, kualitas fisik kekeruhan, jarak kesumber air, waktu tempuh ke sumber air,jumlah rerata pemakaian air, riwayat DM,jenis kelamin dan tipe tempat tinggal.

1040

Page 10: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009 : 1032 - 1046

Tabel 9. Hasil Uji Efek Model Seluruh Variabel Independen Terhadap Kejadian KariesGigi Di Provinsi NTB

Source(Corrected Model)(Intercept)Didikumur2jenis_airlindungBUSAYSbRokokmaniswarnalrasalbusalbaulKeruhljrakairlwktuairlvol 20b35b4k4deskot

B

-1.656-.005.858.051.119.289.004.247.013

-.226.052

1.2350.028

.667

.217-.436-.002-.087-.073

Sign..000.671.932.000.560.183.026.945.000.952.242.911.000.829.001.681.000.995.083.392

Exp (B)

0,992,361,051,131,341,001,281,010,801,053,441,031,951,240,651,000,920,93

Exp (B)

0,89-1,112,13-2,600,89-1,250,95-1,341,03-1,720,89-1,141,12-1,460,66-1,560,55-1,170,42-2,622,14-5,520,80-1,321,30-2,910,44-3,510,52-0,800,60-1,660,83-1,010,79-1,10

p value (Corrected Model): 0.000; Overall percent = 70,0%

Dari 18 variabel yang dimasukkandalam model, tinggal hanya hanya 7 variabelpada model akhir, yaitu variabel umur,konsumsi buah dan sayur, kebiasaan makan

makanan manis, kualitas fisik air bau, jarakke sumber air, jumlah rerata pemakaian airper orang per hari, dan jenis kelamin.

Tabel 10. Hasil Uji Efek Model Akhir Terhadap Kejadian Karies Gigi di Provinsi NTB

Source(Corrected Model)(Intercept)umur2BUSAYSbmanisbauljrakairlvol 20b4k4

B

-1.658.855.299.247

1.140.659

-.437-.085

Sign..000.044.000.022.000.000.001.000.030

Exp (B)

2,351,351,283,131,930,650,92

Exp (B)

2,13-2,601,04-1,741,12-1,462,05-4,761,29-2,900,52-0,810,85-0,99

p value (Corrected Model): 0.000; Overall percent = 70,0%

Dari tabel di atas menunjukkanbahwa:

Kualitas fisik air bau merupakanfaktor yang paling dominan pengaruhnyaterhadap kejadian karies gigi penduduk usia12-65 tahun setelah dikontrol faktor umur,jarak ke sumber air, kebiasaan makanmakanan manis, jarak ke sumber air,konsumsi buah dan sayur, jumlah reratapemakaian air per orang per hari dan jenis

kelamin. Penduduk yang mengkonsumsi airminum 'berbau' mempunyai risiko 3,1 kalilebih besar mengalami karies gigidibandingkan yang tidak mengkonsumsi airminum 'berbau'.

Terdapat pengaruh jarak rumah kesumber air terhadap kejadian karies gigi(OR=1,93; p=0,001), di mana penduduk yangrumahnya berjarak lebih dari 1 kilometerterhadap sumber air mempunyai risiko

1041

Page 11: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Karies Gigi...( Anwar & Joko)

menderita karies gigi 1,9 kali lebih besardibandingkan dengan penduduk yang jarakrumahnya ke sumber air kurang atau samadengan 1 kilometer, setelah dikontrolvariabel kualitas fisik air, faktor umur,kebiasaan makan makanan manis, jarak kesumber air, konsumsi buah dan sayur,jumlah rerata pemakaian air per orang perhari dan jenis kelamin.

Terdapat pengaruh kebiasaan makanbuah dan sayur terhadap kejadian karies gigi(OR=1,35; p=0,022), di mana penduduk yangmempunyai kebiasaan makan buah dan sayurkurang dari 5 porsi per hari mempunyairisiko menderita karies gigi 1,4 kali lebihbesar dibandingkan dengan penduduk yangmempunyai kebiasaan makan buah dan sayurminimal 5 porsi per hari, setelah dikontrolvariabel kualitas fisik air, jarak ke sumberair, umur, kebiasaan makan makanan manis,jarak ke sumber air, jumlah rerata pemakaianair per orang per hari dan jenis kelamin.

Terdapat pengaruh umur terhadapkejadian karies gigi (OR=1,43; p=0,000), dimana penduduk yang umurnya 30 tahun keatas mempunyai risiko menderita karies gigi2,4 kali lebih besar dibandingkan denganpenduduk yang umurnya di bawah 30 tahunsetelah dikontrol variabel kualitas fisik air,jarak ke sumber air, kebiasaan makanmakanan manis, jumlah rerata pemakaian airper orang per hari dan jenis kelamin.

Terdapat pengaruh terbalik variabeljumlah rerata pemakaian air per orang perhari terhadap kejadian karies gigi (OR=0,65;p=0,000). Penduduk yang jumlah reratapemakaian airnya 20 liter atau lebih perorang per hari mempunyai risiko mengalamikaries gigi lebih besar dibandingkanpenduduk yang jumlah rerata pemakaianairnya kurang dari 20 liter per orang per hari.

Berdasarkan nilai overall percent,maka kontribusi model di atas terhadapkejadian karies gigi di Provinsi NTB adalahsebesar 70,0%.

PEMBAHASAN

Analisis bivariat

Penyediaan air minum merupakanhal yang sangat penting dalam pemenuhankebutuhan hidup manusia. Untuk itu salah

satu prioritas tujuan pembangunan milenium(The Millenium Development Goals/MDGs)guna memperbaiki kehidupan danpemenuhan hak-hak dasar manusia adalahmenurunkan proporsi penduduk tanpa aksesterhadap air minum yang aman dan fasilitassanitasi dasar sebesar separuhnya pada tahun2015.

Di dalam Undang-undang KesehatanNo. 23 tahun 1992 ayat 3 terkandung maknabahwa air minum yang dikonsumsi olehmasyarakat, harus memenuhi persyaratankualitas maupun kuantitas, dimanapersyaratan kualitas ini tertuang di dalamPeraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-syaratdan Pengawasan Kualitas Air. Parameterkualitas air minum/air bersih yang ditetapkandalam Permenkes No. 416/1990 terdiri dariparameter fisik, parameter bakteriologi,parameter radioaktif dan parameter kimiawi.Beberapa parameter kimiawi didugabepengaruh terhadap kesehatan gigi, antaralain unsur fluorida, kalium, kalsium, dankeasaman (pH) air.

Di dalam Riskesdas 2007 tidakdilakukan pemeriksaan laboratoriumterhadap kualitas fisik, kimia danbakteriologi, tetapi hanya dilakukanpengamatan fisik air minum yang meliputikekeruhan, warna, rasa, bau, dan busa. Hasilpengamatan fisik air sebagai langkah pertamauntuk mendeteksi kualitas fisik dan kimiawiair yang perlu ditindak lanjuti denganpemeriksaan laboratorium.

Dari hasil analisis bivariat, kualitasfisik air minum berpengaruh terhadapkejadian karies gigi, terutama di NTB.Hampir seluruh parameter kualitas fisik air(kecuali parameter kekeruhan) berpengaruhbermakna terhadap kejadian karies gigi,sedangkan di Kep. Bangka Belitung hanyaparameter 'bau' yang berperan. Hal inimenunjukkan kemungkinan parameterkualitas fisik air tersebut dapatmencerminkan kualitas fisik dan kimia airyang berpengaruh terhadap kesehatan gigi.Sebuah gigi akan mengalami demineralisasidan remineralisasi. Ketika pH turun menjadidi bawah 5,5, proses demineralisasi menjadilebih cepat dari remineralisasi. Hal inimenyebabkan lebih banyak mineral gigi yangluluh dan membuat lubang pada gigi.

1042

Page 12: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009 : 1032 - 1046

Kualitas air juga berhubungandengan keadaan sarana penyediaan air. Darianalisis bivariat ini menunjukkan faktorpenyediaan air minum telah terbuktiberpengaruh terhadap kejadian karies gigi,kecuali di Kep. Bangka Belitung hubungantersebut tidak bermakna. Jenis sumber airminum yang terlindung dapat menjadi faktorpencegah untuk terjadinya karies gigi. Saranaair yang terlindung dapat mengurangikemungkinan air tercemar, baik secarabakteriologi maupun kimiawi. Sedangkanperbedaan sumber air tanah/permukaan danair olahan tidak menunjukkan perbedaanyang bermakna terhadap kejadian karies gigi.

Dilihat dari segi akses, faktor jarakke sumber air secara bivariat menunjukkanhubungan yang kuat, terutama di NTB.Penduduk yang jarak rumah dengan sumberairnya lebih dari 1 kilometer mempunyairisiko hampir 2 kali lebih besar untukmengalami karies gigi dibandingkan yangjarak rumah dengan sumber airnya sama ataukurang dari 1 kilometer. Jarak yang jauh kesumber air dapat mencerminkan sulitnyamasyarakat mendapatkan air bersih, sehinggapenggunaannya menjadi terbatas. Tetapi biladilihat dari jumlah konsumsi airmenunjukkan keadaan yang terbalik, dimanapenduduk yang jumlah pemakaian airnyakurang dari 20 liter per orang per haririsikonya lebih kecil untuk mengalami kariesgigi dibandingkan dengan yangpemakaiannya 20 liter atau lebih per orangper hari. Hal ini kemungkinan berkaitandengan jumlah pemakaian air dimaksudadalah untuk seluruh pemakaian, tetapikurang peka untuk mengukur pemakaiankeperluan higienis seperti untuk menggosokgigi.Tetapi secara keseluruhan dari analisisbivariat ini menunjukkan faktor penyediaanair menunjukkan pengaruh positif terhadapkejadian karies gigi, terutama dalam halkualitas fisik air 'bau'.

Dalam hal karakteristik individu danrumahtangga di Kep. Bangka Belitung, faktorumur, pendidikan, tipe tempat tinggal dankuintil pengeluaran rumahtangga per kapitamenunjukkan hubungan yang bermakna.Khusus untuk umur dan pendidikanmenunjukkan hubungan yang terbalik.Sedangkan menurut jenis kelamin, tidakmenunjukkan hubungan yang signifikandengan kejadian karies gigi. Penduduk umur

30 tahun atau lebih dan tingkatpendidikannya tinggi mempunyai risikomengalami karies gigi lebih tinggidibandingkan penduduk berumur di bawah30 tahun atau berpendidikan rendah. Hal iniberbeda dengan teori yang mengatakansemakin tinggi umur semakin rentan gigiuntuk terkena karies. Begitupula denganpendidikan, semakin tinggi tingkatpendidikan semakin tinggi pengetahuanmasyarakat, termasuk pengetahuan dalam halperawatan gigi. Hal ini menunjukkan bahwadalam suatu masyarakat yang 'homogen'dengan adat kebiasaan masyarakat yanghampir sama, faktor umur dan pendidikanmenjadi kurang berperan dalam perilakuperawatan gigi. Hal ini kemungkinan merekamempunyai kebiasaan yang turun menurundalam hal perilaku yang berkaitan dengankesehatan gigi.

Sedangkan tipe tempat tinggal dankuintil pengeluaran rumahtangga per bulanmenunjukkan pengaruh terhadap kejadiankaries gigi. Penduduk yang tinggal diperdesaan mempunyai risiko lebih besaruntuk mengalami karies gigi dibandingkandengan yang tinggal di perkotaan. Begitupula menurut kuintil pengeluaranrumahtangga per bulan, ada kecenderungansemakin rendah kuintil pengeluaran perbulan, semakin besar risiko mengalami kariesgigi. Risiko terbesar adalah pada kelompoktermiskin (kuintil-1). Hal ini kemungkinanberkaitan dengan intake gizi dan perilakuyang berbeda, dimana pada orang kayaumumnya gizi dan perilakunya lebih baikdaripada orang miskin sehingga akanberpengaruh terhadap perawatan kesehatan

gigi-

Di NTB, faktor karakteristik individudan rumahtangga yang secara bivariatberhubungan dengan kejadian karies gigiadalah umur, pendidikan, dan tipe tempattinggal. Berbeda dengan di Kep. BangkaBelitung, faktor umur dan pendidikanmenunjukkan hubungan yang positif dengankejadian karies gigi. Pada pendudukkelompok usia 30 tahun ke atas danberpendidikan rendah mempunyai risikountuk mengalami karies gigi lebih besardibandingkan penduduk kelompok usia muda(di bawah 30 tahun) dan berpendidikantinggi. Hal ini menunjukkan bahwa faktorumur dan pendidikan memegang peranan

1043

Page 13: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Karies Gigi...(Anwar & Joko)

penting dalam kehidupan masyarakat NTB,sehingga pemberdayaan menjadi kata kuncidalam peningkatan kesehatan gigi.Sedangkan tipe tempat tinggal, pengaruhnyaberbeda antara di Bangka Belitung dan NTB.Di NTB, penduduk yang tinggal perkotaanrisiko untuk mengalami karies gigi lebihbesar dibandingkan penduduk yang tinggal diperdesaan. Perbedaan ini kemungkinandisebabkan adanya perbedaan proporsipenduduk yang tinggal di perdesaan, dimanadi NTB lebih besar dibandingfkan dengan diBangka Belitung.

Dilihat dari perilaku dan riwayatpenyakit, ternyata pengaruhnya berbedaantara di Kep. Bangka Belitung dan NTB. DiKep. Bangka Belitung, faktor perilaku yangberhubungan dengan kejadian karies gigiadalah kebiasaan merokok, konsumsi buahdan sayur, serta riwayat DM. Hanya sajakonsumsi buah sayur dan riwayat penyakitDM menunjukkan hubungan yang terbalikdengan kejadian karies gigi. Penduduk yangmempunyai kebiasaan mengkonsumsi cukupbuah sayur dan tidak mempunyai riwayatDM mempunyai risiko mengalami karies gigilebih besar dibandingkan penduduk yangkurang konsumsi buah sayur dan mempunyairiwayat DM. Hal ini berbeda denganpernyataan Naville et al (2002) yangmenyatakan kejadian karies gigiberhubungan dengan gangguan produksi airliur, sedangkan gangguan produksi air liurdipengaruhi oleh gangguan penyakit sepertidiabetes mellitus dan sarkoides. Sedangkanmerokok merupakan faktor risiko terjadinyakaries gigi, dimana penduduk yangmempunyai kebiasaan merokok setiap harimempunyai risiko karies gigi 1,24 kali lebihbesar dibandingkan yang tidak mempunyaikebiasaan merokok setiap hari. Hal ini sesuaidengan temuan Banting (2006), dimanapenggunaan tembakau dapat menyusutkangusi sehingga permukaan gigi akan terbuka.Sementum pada akar gigi akan lebih mudahmengalami demineralisasi.

Di NTB, faktor perilaku yangberhubungan secara bivariat dengan kejadiankaries gigi adalah kebiasaan merokok,kebiasaan makan makanan manis, dankonsumsi buah dan sayur. Sama halnyadengan di Kep. Bangka Belitung, pendudukdi NTB yang mempunyai kebiasaan merokoksetiap hari mempunyai risiko mengalami

karies gigi lebih besar dibandingkan denganyang tidak mempunyai kebiasaan merokoksetiap hari. Begitupula penduduk yangmempunyai kebiasaan makan makanan manisatau kurang mengkonsumsi buah dan sayurmempunyai risiko mengalami karies gigilebih besar dibandingkan dengan yang tidakmempunyai kebiasaan makan makanan manisatau cukup mengkonsumsi buah dan sayur.Keadaan ini menunjukkan eratnya hubunganantara pola makan dan kejadian karies gigi.Peningkatan prevalensi karies banyakdipengaruhi perubahan dari pola makan(Suddick et al, 1990), sehingga karies gigitelah menjadi penyakit yang tersebar diseluruh dunia.

Hal yang menarik dari analisisbivariat ini, baik di Kep. Bangka Belitungmaupun di NTB, perilaku menggosok gigitidak menunjukkan hubungan dengankejadian karies gigi. Tidak terbukti adanyahubungan tersebut kemungkinan disebabkankecilnya proporsi penduduk yangmempraktekkan gosok gigi secara benar,yaitu menggosok gigi setiap hari dandilakukan paling tidak sesudah makan pagidan sebelum tidur malam. Kriteriamenggosok gigi benar ini kemungkinanbelum tersosialisasi secara luas, danmasyarakat lebih banyak mempraktekangosok gigi pada saat bangun pagi atau saatmandi pagi.

Analisis multivariat

Karies gigi adalah sebuah penyakitinfeksi yang merusak struktur gigi(MedlinePlus Medical Encyclopedia, 2006).Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang,yang jika tidak segera ditangani dapatmenyebabkan nyeri, penanggalan gigi,infeksi, berbagai kasus berbahaya, danbahkan kematian. Faktor penyebab terjadinyakaries gigi adalah faktor host (ludah dangigi), faktor agent (mikroorganisme, dietmengandung gula) dan waktu (Situmorang,2005). Faktor lain yang berperan terhadapterjadinya karies gigi antara lain kebiasaangosok gigi, kebiasaan merokok, status gizidan riwayat penyakit.

Dari hasil analisis multivariat di 2provinsi menunjukkan bahwa ada perbedaanpengaruh variabel individu dan rumahtangga

1044

Page 14: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No 3, September 2009 : 1032 - 1046

terhadap kejadian karies gigi antara di Kep.Bangka Belitung dan di NTB. Di Kep.Bangka Belitung, dari 12 variabel yangmasuk dalam model lengkap awal, hanyatinggal 9 variabel yang berperan terhadapkejadian karies gigi, yaitu pendidikan, umur,konsumsi buah dan sayur, kebiasaanmerokok, kebiasaan makan makanan manis,kualitas fisik air bau, riwayat DM, tipetempat tinggal, dan kuintil pengeluaranrumahtangga per bulan. Sedangkan di NTB,dari 18 variabel yang masuk dalam modellengkap awal, hanya tinggal 7 variabel yangberperan terhadap kejadian karies gigi, yaituumur, konsumsi buah dan sayur, kebiasaanmakan makanan manis, kualitas fisik air bau,jarak ke sumber air, jumlah rerata pemakaianair per orang per hari, dan jenis kelamin.

Adanya perbedaan jumlah dan jenisvariabel yang berperan pada karies gigi dimasing-masing provinsi boleh jadimerupakan factor penyebab adanyaperbedaan prevalensi karies gigi yangmencolok antar provinsi tersebut. Di Kep.Bangka Belitung variabel yang berperanpositif terhadap kejadian karies gigi adalahkualitas fisik air 'bau', kuintil pengeluaranrumahtangga per bulan, kebiasaan merokok,dan tipe tempat tinggal. Dari variabel-variabel tersebut menunjukkan bahwavariabel rumahtangga sangat berperanterhadap kejadian karies gigi, terutamakualitas fisik air. Sedangkan di NTB,variabel yang berperan positif terhadapkejadian karies gigi adalah kualitas fisik air'bau', umur, jarak ke sumber air, konsumsibuah dan sayur, serta kebiasaan makanmakanan manis. Dari variabel-variabeltersebut menunjukkan selain variabelrumahtangga seperti kualitas fisik air danjarak ke sumber air, juga variabel individuturut berperan terhadap kejadian karies gigi.Variabel-variabel tersebut secara keseluruhantelah dapat berperan menjelaskan variasikejadian karies gigi sebesar 70,0%.

Dari gambaran di atas menunjukkandi Kepulauan Bangka Belitung, kuatnyapengaruh variabel skala rumahtangga dapatmelemahkan peran variabel individu. Tingkatpendidikan dan umur malah menunjukkanpengaruh terbalik terhadap kejadian kariesgigi. Keadaan ini menggambarkan bahwadalam penyelesaian masalah karies gigi,intervensi skala rumahtangga merupakan

alternative penting dalam penanggulangankaries gigi di Kepulauan Bangka Belitung,baik melalui perbaikan lingkungan terutamakualitas fisik air, maupun peningkatan statusekonomi masyarakat. Sedangkan di NTB,selain variabel skala rumahtangga, jugavariabel individu seperti kebiasaan makanmakan manis dan konsumsi buah sayur turutberperan terhadap kejadian karies gigi.Dengan demikian upaya penanggulanganmasalah kesehatan gigi di Provinsi NTBharus memadukan antara intervensilingkungan rumahtangga seperti perbaikansystem penyediaan air bersih, juga intervensipada skala individu guna memperbaikiperilaku.

Dari variabel-variabel yang berperanterhadap kejadian karies gigi di dua provinsitersebut tampak bahwa faktor kualitas fisikair 'bau' merupakan faktor dominan yangberperan penting. Secara bivariat danmultivariat variabel tersebut secara konsistenberpengaruh terhadap kejadian karies gigi.Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinanparameter 'bau' lebih mendekati padamewakili parameter kimia air yang ada diwilayah tersebut seperti bau logam, bau'besi', dan Iain-lain.

Faktor lingkungan, terutamapenyediaan air minum di rumahtangga sangatberpengaruh terhadap kejadian karies gigi.Dengan demikian intervensi lingkungandalam pengendalian karies gigi di masyarakatmenjadi penting untuk diperhatikan.Walaupun demikian dari model akhirmultivariat masing-masing hanya biasmemprediksi 55,1% di Kep. Bangka Belitungdan 70,0% di NTB. Hal ini menunjukkanmasih banyak faktor lain yang berperanterhadap kejadian karies gigi yang tidakmasuk dalam analisis lanjut ini, baik padaskala individu maupun pada skalalingkungan rumahtangga. Untuk itu perluditeliti lebih lanjut variabel lain yangkemungkinan ikut berperan terhadap kejadiankaries gigi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perbedaan prevalensi karies gigi diKepulauan Bangka Belitung dan NTBdisebabkan adanya perbedaan jumlah danjenis variabel yang berperan terhadap

1045

Page 15: PENGARUH PENYEDIAAN AIR MINUM TERHADAP KEJADIAN …

Karies Gigi...( Anwar & Joko)

kejadian karies gigi. Faktor individu yangberpengaruh terhadap kejadian karies gigi diKepulauan Bangka Belitung adalahkebiasaan merokok dan di NTB adalah umur,kebiasaan makan makanan manis dankonsumsi buah dan sayur. Sedangkan faktorlingkungan rumahtangga yang berperanterhadap kejadian karies gigi di KepulauanBangka Belitung adalah kualitas fisik air'bau', kuintil pengeluaran rumahtangga perbulan, dan tipe tempat tinggal, sedangkan diNTB adalah kualitas fisik air 'bau' dan jarakrumah ke sumber air.

Dari studi ini menunjukkan bahwafaktor kualitas fisik air 'bau' merupakanfaktor yang paling dominan pengaruhnyaterhadap kejadian karies gigi penduduk usia12-65 tahun, baik di Kepulauan BangkaBelitung maupun di NTB. Kontribusi modelakhir dalam memprediksi variasi kejadiankaries gigi di Kepulauan Bangka Belitungadalah sebesar 55,1% dan di Nusa TenggaraBarat sebesar 70,0%.

Untuk itu disarankan agar dalampengendalian karies gigi, perbaikanpenyediaan air terutama kualitas fisik airminum penting untuk dilakukan. DiKepulauan Bangka Belitung upayapengendalian karies gigi disertai perbaikantingkat ekonomi masyarakat, sedangkan diNTB harus disertai dengan perbaikanperilaku, khsusnya perilaku konsumsi buahdan sayur serta kebiasaan makan makananmanis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas selesainya penulisan artikelanalisis lanjut "Pengaruh Penyediaan AirMinum Terhadap Kejadian Karies GigiPenduduk Usia 12-65 Tahun di ProvinsiKepulauan Bangka Belitung dan NusaTenggara Barat" ini, penulis menyampaikanucapan terima kasih yang sebesar-besarnyakepada Kepala Badan Litbangkes yang telahmemberi kesempatan kepada peneliti untukmelakukan analisis lanjut Riskesdas ini.Ucapan terima kasih kami sampaikan jugakepada 'Tim Panel Riskesdas' yang telah

memberi masukan, terutama saat seleksiproposal analisis lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

American Dental Health Association. History ofDentistry: Ancient Origins, hosted on theAmerican Dental Association website. Pageaccessed January 9, 2007.

Banting, D.W. "The Diagnosis of Root Caries."Presentation to the National Institute ofHealth Consensus Development Conferenceon Diagnosis and Management of DentalCaries Throughout Life, in pdf format, hostedon the National Institute of Dental andCraniofacial Research. Page 19. Pageaccessed on August 15,2006.

Departemen Kesehatan RI. Riskesdas Indonesia Tahun2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar.Jakarta, 2008.

Epidemiology of Dental Disease, hosted on theUniversity of Illinois at Chicago website.Page accessed January 9,2007.

Frequently Asked Questions, hosted on the AmericanDental Hygiene Association website. Pageaccessed August 15, 2006.

Hardie, J.M. (1982). The microbiology of dental caries.Dental Update, 9, 199-208.

Healthy People: 2010. Html version hosted on HealthyPeople.gov website. Page accessed August13, 2006.

Holloway, P.J. (1983). The role of sugar in the etiologyof dental caries. Journal of Dentistry, 11,189-213.

Neville, B.W., Douglas Damm, Carl Allen, JerryBouquot. "Oral & Maxillofacial Pathology."2nd edition, 2002, page 89. ISBN 0-7216-9003-3.

Oral Health Topics A-Z: Dry Mouth, hosted on theAmerican Dental Association website. Pageaccessed January 8,2007.

Rogers A H (editor). (2008). Molecular OralMicrobiology. Caister Academic Press. ISBN978-1-904455-24-0.

Situmorang, Nurmala Tampubolon. Dampak KariesGigi dan Penyakit Periodontal terhadapKualitas Hidup. Pidato Pengukuhan GuruBesar Bidang Ilmu Kedokteran Gigi PadaUniversitas Sumatera Utara. USU. Medan,2005.

Suddick, Richard P. and Norman O. Harris. "HistoricalPerspectives of Oral Biology: A Series".Critical Reviews in Oral Biology andMedicine, 1(2), pages 135-151,1990.

The World Oral Health Report 2003: Continuousimprovement of oral health in the 21stcentury - the approach of the WHO GlobalOral Health Programme, released by theWorld Health Organization. (File in pdfformat.) Page accessed on August 15, 2006.

1046


Recommended