PENGARUH RELIGIUSITAS, EMOTIONAL INTELLIGENCE,
DAN USIA PERNIKAHAN TERHADAP KEPUASAN
PERNIKAHAN PADA WANITA DI MASA
PERIMENOPAUSE
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Annisa Mufliyanti
1113070000103
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ALLAH IS ENOUGH FOR ME
v
MOTTO
ALLAH IS ENOUGH FOR ME
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Mei2018
C) Annisa Mufliyanti
D) Pengaruh Religiusitas, Emotional Intelligence, dan Usia Pernikahan
terhadap Kepuasan Pernikahanpada Wanita di masa Perimenopause
E) xiv +75 halaman + Lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Religiusitas (Intellectual,
Ideology, Private Practice, Public Practice, Religion Experience),
Emotional Intelligence, dan Usia Pernikahan terhadap Kepuasan
Pernikahanpada Wanita di masa Perimenopause.
Penelitian ini dilakukan pada 181 wanita yang berada di masa
perimenopause serta memiliki gejala di masanya . Adapun teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non-probability
sampling.Kepuasan pernikahan diukur dengan DAS (Dyadic Adjustment
Scale). Skala religiusitas menggunakan CRS (Centrality of Religiosity
Scale), dan skalaEmotional Intelligencemenggunakan Emotional
Intelligence scale oleh mayor and salovey.Uji validitas alat ukur
menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA) dengan bantuan
software Mplus 7.Sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis
regresi berganda dengan bantuan software SPSS 22.0.
Hipotesis nihil yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan
religiusitas (intellectual, ideology, private practice, public practice,
religion experience), emotional intelligence, dan usia pernikahan
terhadap kepuasan pernikahanpada wanita di masa perimenopauseditolak.
Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan Religiusitas, Emotional Intelligence, dan Usia Pernikahan
terhadap kepuasan pernikahan pada wanita di masa perimenopause
sebesar 17,5 %. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan variabel yang
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pernikahan ialah
private practice.Implikasi dari penelitian ini diharapkan dapat dikaji
kembali dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
G) Bahan bacaan: 11Buku + 30 Jurnal + 2 Ebook
H) Kata kunci: kepuasanpernikahan, religiusitas, emotional intelligence,
usiapernikahan
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) May 2018
C) Annisa Mufliyanti
D) The Effect of Religiosity, Emotional Intelligence, and Duration of
marriage toward Marital Satisfaction on women in the Perimenopause
E) xiv +75 pages + Appendix
F) This study aim to examine the effect of Religiosity (Intellectual, Ideology,
Private Practice, Public Practice, Religion Experience), Emotional
Intelligence,and duration of marriage toward Marital Satisfaction on
women in the Perimenopause
The study was conducted to 181 womens in the perimenopause period and
had symptoms in that period. The sampling technique used is non-
probability samplingtechnique. Marital satisfaction are measured using
DAS scale (Dyadic Adjustment Scale). For religiosity scale using CRS
(Centrality of Religiosity Scale), and emotional Intelligence scale using
emotional Intelligence from Mayor and Salovey . The validity of
measuring equipment using confirmatory factor analysis technique (CFA)
with the help of software Mplus 7 and the data analysis using multiple
regression analysis techniques with the help of software SPSS 22.0.
The zero hypothesisstate that there is no significant effect of religiosity
(intellectual, ideology, private practice, public practice, religion
experience), emotional intelligence, and duration of marriage toward
Marital Satisfaction on women in the Perimenopauseis rejected.
Therefore, the results of this study indicate that there is a significant effect
of Religiosity, Emotional Intelligence, and duration of Marriage toward
marital satisfaction on women in the perimenopaose of 17.5%. Minor
hypothesis test results showed that the variable that has a significant effect
on marital satisfaction is private practice. The implications of this study
are expected to be reviewed and developed in subsequent research.
G) The literature : 11Books + 30 Journal + 2 Ebooks
H) Keywords: marital satisfaction, religiosity,emotional intelligence,
duration of marriage
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur.Penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta dengan pada keluargadan sahabatnya.
Penelitia ini dilakukan sebagai penelitian skripsi dalam rangka memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelas Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan skripsi hingga penelitian ini dapat terselesaikan
tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
kali ini dengan sepenuh hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si. , Wakil Dekan
Bidang Akademik. Miftahuddin, M. Si. , ketua jurusan Strata 1.
2. Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psikolog, sebagai dosen pembimbing. Terima
kasih telah menjadi pembimbing sejak tahap awal, yaitu sejak tahapan
penyusunan proposal penelitian. Terima kasih telah menjadi pembimbing
skripsi yang sangat baik, sabar, dan telah meluangkan waktunya untuk
bimbingan meskipun ditengah kepadatan kesibukannya.
3. Drs Achmad Baidun,M. Si., sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah
memberikan bimbingan selama menjalani perkuliahan sejak semester satu
hingga saat ini.
4. Seluruh dosen serta karyawan Fakutas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Terima kasih telah memberikan pelayanan yang memudahkan penulis
selama menjalani perkuliahan.
5. Kedua orang tua penulis, serta kakak dan seluruh keluarga besar yang
senantiasa memberikan dukungan moral maupun materi, serta doa yang
senantiasa dipanjatkan untuk penulis, sehngga penelitian ini dapat
ix
diselesaikan semaksimal mungkin. Terima kasih pula karena telah menjadi
motivasi terbesar bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia meluangkan waktunya
selama proses pengisian kuesioner .
7. Dewi, Riri, Wafa, Dian, Wahyu, Yuditya, Ica sebagai sahabat yang telah
menemani, mendukung, memberikan semangat serta kenangan baik dalam
suka maupun duka, serta menjadi sahabat yang bukan sekedar nyaman,
namun bisaberkembang bersama dalam kebaikan.
8. Kak Yola, Kak Samsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
dijadikan tempat bertanya khususnya selama proses pengolahan data
penelitian skripsi ini.
9. Keluarga besar KPA (Komunitas Pecinta Alam) Mahachala yang telah
membantu banyak hal, seperti dukungan moril dan materilserta motivasi-
motivasi .
10. Teman-teman angkatan 2013, yang telah menjadi teman, sahabat, bahkan
keluarga selama kuliah di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut
berkontribusi dalam penelitian ini.
Akhir kata, penulis berdo’a kepada Allah SWT agar seluruh dukungan dan
bantuan yang diterima dapat dibalas dengan balasan yang berlipat ganda.Amin.
Jakarta, Mei 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................. 13
1.2.1 Batasan Masalah ............................................................................... 13
1.2.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 13
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 14
BAB 2 LANDASAN TEORI .............................................................................. 16
2.1 Kepuasan Pernikahan .......................................................................... 16
2.1.1 Definisi Kepuasan Pernikahan .................................................. 16
2.1.2 Dimensi-Dimensi Kepuasan Pernikahan ................................... 17
2.1.3 Pengukuran Kepuasan Pernikahan ............................................ 18
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan ....... 19
2.2.Religiusitas .......................................................................................... 21
2.2.1 Definisi Religiusitas .................................................................. 21
2.2.2 Dimensi-Dimensi Religiusitas................................................... 22
2.2.3 Pengukuran Religiusitas ............................................................ 24
2.3 Emotional Intelligence ........................................................................ 24
2.3.1 Definisi Emotional Intelligence ................................................ 24
2.3.2 Dimensi-Dimensi Emotional Intelligence ................................. 25
2.3.3 Pengukuran Emotional Intelligence .......................................... 26
2.4 Usia Pernikahan ................................................................................... 26
2.5 Wanita Perimenopause ....................................................................... 27
2.5.1 Definisi Perimenopause ............................................................ 27
2.5.2 Perubahan Fisik dan Psikologis ................................................ 27
2.6 Kerangka Berpikir .............................................................................. 28
2.7 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 35
2.7.1 Hipotesis Mayor ........................................................................ 35
2.7.2 Hipotesis Minor ......................................................................... 35
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN ...................................................................... 36
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ 36
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .................... 36
3.3 Instrumen pengumpulan Data .......................................................... 39
3.3.1 Skala Kepuasan Pernikahan .................................................... 40
3.3.2 Skala Religiusitas ................................................................... 40
3.3.3 Skala Emotional Intelligence ................................................. 41
3.4 Uji Validitas Konstruk alat Ukur ..................................................... 42
3.4.1 Uji Validitas Skala Kepuasan Pernikahan .............................. 45
3.4.2 Uji Validitas Skala Religiusitas .............................................. 47
3.4.3 Uji Validitas Skala Emotional Intelligence ............................ 51
3.5 Metode Analisis Data ....................................................................... 54
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 59
4.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................................................. 59
4.2 Hasil Analisis Deskriptif ................................................................... 60
4.3 Kategorisasi Skor .............................................................................. 62
4.4 Uji Hipotesis Penelitian .................................................................... 64
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ...................................... 64
4.4.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing Independent
variable Terhadap Dependent Variable ........................................... 69
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ........................................... 71
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 71
5.2 Diskusi ................................................................................................ 71
5.3 Saran .................................................................................................... 73
5.3.1 Saran Teoritis ........................................................................... 74
5.3.2 Saran Praktis ............................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
xii
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Skor untuk pernyataan.............................................................................. 39
Table 3.2 Blueprint skala Kepuasan Pernikahan ...................................................... 40
Table 3.3 Blueprint skala Religiusitas...................................................................... 41
Table 3.4 Blueprint skala Emotional Intelligence .................................................... 42
Table 3.5 Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan .............................................. 47
Table 3.6 Muatan Faktor Item Intellectual............................................................... 47
Table 3.7 Muatan Faktor Item Ideology ................................................................... 48
Table 3.8 Muatan Faktor Item Public Practice ........................................................ 49
Table 3.9 Muatan Faktor Item Private Practice ...................................................... 50
Table 3.10 Muatan Faktor Item Religion Experience ................................................ 51
Table 3.11 Muatan Faktor Item Emotional Intelligence ............................................ 53
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................ 59
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian .................................................... 61
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor Variabel ........................................................ 62
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ...................................................................... 62
Tabel 4.5 Tabel R-square ......................................................................................... 64
Tabel 4.6 Tabel Anova ............................................................................................. 65
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi ........................................................................... 66
Tabel 4.8 Proporsi Varians untuk masing-masing Independent Variable ............... 69
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ....................................................................... 34
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Surat Izin Wawancara......................................................................... 80
Lampiran Kuesioner Penelitian ...........................................................................81
Lampiran Syntax dan Path Diagram.................................................................... 92
Lampiran Regresi................................... ...........................................................102
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berkat pembangunan di bidang kesehatan, angka harapan hidup laki-laki dan
wanita di Indonesia meningkat. Sehingga pada tahun 2020 diperkirakan jumlah
perempuan yang hidup di masa menopause adalah 30,3 juta orang (Baziad, 2003).
Diikuti dengan data badan pusat statistik, bahwasannya angka harapan hidup pada
wanita Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar 67.89 tahun dan khususnya
wanita jawa barat sebesar 74.18 tahun. Dengan mulai meningkatnya usia harapan
hidup mencapai 70 tahun, maka hampir sepertiga usia perempuan dijalani pada
masa perimenopause dan pascamenopause, yaitu usia 40-70 tahun
(Kusumawardhani, 2006).
Wanita yang berada pada usia madya, mulai memasuki masa
perimenopause. Perimenopause, merupakan masa di mana menstruasi tidak lagi
terjadi setiap bulan pada mereka yang berada di usia-usia menjelang menopause.
Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur (Kusumawardhani, 2006).
Masa tersebut juga ditandai oleh adanya perubahan-perubahan fisik, sering pula
diikuti dengan penurunan daya ingat (Hurlock, 1980). Pada periode tersebut
mulai terjadi penurunan kadar hormon-hormon tertentu terutama hormon-hormon
yang berkaitan dengan reproduksi yaitu estrogen dan progesterone, sehingga kecil
kemungkinannya untuk terjadi kehamilan. Periode ini bisa berlangsung sampai
kira-kira 10 tahun (Kusumawardhani, 2006).
2
Hasil wawancara terhadap 15 wanita berusia 40-60 tahun menyatakan beberapa
kondisi yang dialami, yaitu perubahan siklus menstruasi yang tidak terduga,
terasa menyakitkan, dan berat. Perubahan mood yang tak diduga-duga juga
dirasakan. Selain itu, terasa sakit ketika berhubungan seksual karena mengalami
kekeringan vagina. Penurunan libido dan kualitas hidup juga terjadi di masa ini
(Noseck, Kennedy, & Gudmundsdottir, 2012). Penelitian lain menyatakan bahwa
kondisi kognisi dan mood wanita di masa perimenopause memiliki resiko tinggi
untuk mengalami depresi (Weber, Maki, & McDermott, 2013). Penelitian lain
menunjukkan bahwa 10 hingga 15 persen dari perempuan menjelang menopause
meningkat kegelisahannya. Mereka mengalami insomnia dan depresi (merasa
sangat tertekan dan sedih) (Nurlaili, 2012). Perubahan kondisi psikologis yang
dirasakan di masa perimenoapause adalah seperti gangguan psikologis/kognitif,
depresi, irritabilitas, perubahan mood ,cemas (anxiety) ,kurang konsentrasi,
merasa terisolasi (Stewart, 2005)
Sebagian wanita akan mengalami ketidakstabilan emosi seiring dengan
kekhawatiran perubahan pada tubuh akibat berakhirnya masa haid. Seperti
hormon tubuh yang dapat berubah maka suasana hati juga dapat berubah. Hal ini
menunjukkan bahwa wanita sangat sensitif terhadap pengaruh emosional dan
fluktuasi hormon. Kadar estrogen yang rendah memiliki risiko untuk menjadi
depresi 3,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami
penurunan estrogen. Wanita seperti ini tidak mendapat informasi yang benar
tentang menopause sehingga yang dibayangkan hanya efek negatif yang dialami
setelah memasuki masa menopause. Kestabilan emosi akan diperoleh kembali
3
setelah mendapat informasi yang benar tentang menopause dan mampu
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada masa menopause (Aprillia &
Puspitasari, 2007) .
Selain faktor organ biologis, yaitu kondisi yang berhubungan dengan
penurunan kadar hormone estrogen, dll. Faktor psikologis juga sangat
berpengaruh sebagai pemicu munculnya depresi di masa perimenopause. Faktor
psikologis yaitu seperti hubungan interpersonal yang tidak harmonis khususnya
dengan pasangan, komunikasi yang kurang baik, problem finansial, low self-
esteem, kurangnya social-support, dan rasa kehilangan peran karena tidak
produktif lagi (Kusumawardhani, 2006).
Alvis (dalam Papalia & Olds, 2009) menyatakan bahwa menopause
menghasilkan depresi mungkin berasal dari kenyataan bahwa banyak perempuan
pada masa ini mengalami perubahan peran, hubungan, dan tanggung jawab.
Perubahan-perubahan ini mungkin membuat stress, dan bagaimana cara
perempuan mempersepsikannya, begitu juga sikap mereka terhadap datangnya
menopause bisa mempengaruhi gejala-gejala selama menopause. Masalah-
masalah psikologis seperti mudah marah, gugup, cemas, depresi, hilang ingatan,
dan bahkan kegilaan, dianggap telah disebabkan oleh putus haid. Berdasarkan
pemaparan di atas, terlihat bukan hanya perubahan fisik yang dialami, namun juga
perubahan psikologis.
Sejalan dengan hasil wawancara dengan tenaga ahli terkait, yaitu seorang
bidan yang dilakukan peneliti pada 23 November 2016 lalu, di sebuah klinik di
daerah Bekasi, bahwa terdapat beberapa wanita yang berada di masa
4
perimenopause yang mengeluh atas gejala-gejala yang dirasakan, seperti
perubahan-perubahan fisik. Perubahan fisik yang dialaminya mempengaruhi
keadaan psikologisnya. Mereka pun menceritakan akan kekhawatiran dalam
hubungannya dengan pasangan. Sehingga munculah rasa takut akan
ketidakmampuannya dalam memuaskan pasangannya kembali. Mereka juga
mengeluh akan keadaan dirinya yang akan memasuki masa menopause.
Perubahan-perubahan yang terjadi terutama perubahan fisik yang kemudian
memiliki dampak pada keadaan psikologisnya.
Hasil wawancara peneliti dengan tenaga ahli terkait lainnya yaitu dokter
spesialis kebidanan dan kandungan-Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, Prof. Dr.
med. Ali Baziad, Sp.OG(K) pada 11 Januari 2018, dikemukakan bahwa hormon
estrogen akan berkurang pada wanita yang berada di masa perimenopause.
Hormon yang berkurang itu akan membawa banyak dampak pada kondisi
kesehariannya. Seperti sering merasa sendiri karena menganggap suami terlihat
seperti tak peduli dengannya lagi. Selain itu juga kurangnya gairah untuk
melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Namun di Indonesia, kepuasan
seksual bukanlah hal yang penting dan pada fenomenanya, wanita mudah
menerima apa adanya dalam hal kepuasan seksual. Tidak sedikit wanita yang
cemas dan takut akan datangnya masa menopause karena gejalanya yang
menyakitkan. Tidak sedikit pula dari mereka yang memakai obat untuk
menjadikan siklus haidnya teratur ,dan mereka beranggapan dengan teraturnya
kembali siklus haid , maka melambat pula datangnya menopause.
5
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa sebagian individu yang sedang
berada di masa perimenopause merasa takut dan khawatir, bahkan belum siap
dengan datangnya masa menopause. Bukan hanya persepsi negatif terhadap diri
sendiri seperti rendah diri, namun persepsi pasangan tentang dirinya. Misalnya
perasaan sudah tidak dibutuhkan dan dipedulikan pasangannya lagi, juga khawatir
pasangan tidak puas dan bahagia dengan dirinya. O’hara (dalam Hidayah, Hadi &
Atik, 2016) menunjukkan 48,9% perempuan mengalami stress (tidak siap) di awal
perimenopause. Tidak jarang hal tersebut menyebabkan munculnya masalah-
masalah dalam pernikahan.
Seperti yang diungkapkan oleh seorang konselor rumah tangga, M.
Hudanul Shiddiq, M.Psi (2017) bahwa pada usia sekitar 40-50 tahun pada pria
maupun wanita adalah usia yang mencapai tingkat kematangan, serta usia rahmah
(penuh kasih sayang) dalam berumah tangga. Di masa usia ini, khususnya wanita
sering mengalami perubahan emosi, atau ketidakstabilan emosi. Peristiwa nikah
secara diam-diam bukan suatu yang jarang terjadi pada istri ataupun suami. Hal
ini dikarenakan mereka yang sudah tidak puas dan bosan dengan pasangannya.
Bukan hanya itu, masalah komunikasi antara pasangan juga sering terjadi
tentunya karena dipicu oleh wanita yang mengalami perubahan mood yang tak
diduga-duga. Kesemua itu tergantung bagaimana masing-masing pasangan
menghadapi serta menikmati secara bersama perubahan-perubahan yang datang
di masa usia tersebut dengan baik sehingga dapat mencegah dan meminimalisir
datangnya masalah-masalah dalam pernikahan (hasil wawancara peneliti pada
hari rabu 11 oktober 2017).
6
Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa perubahan-perubahan
fisik dan psikologis pada wanita perimenopause adalah hal yang alamiah terjadi,
namun efek sampingnya banyak mempengaruhi keharmonisan rumah tangga bila
individu tidak siap menghadapinya.
Keharmonisan dalam pernikahan bisa mencapai suatu kepuasan. Semua
pasangan suami istri pasti ingin memperoleh kepuasan atau kebahagiaan di dalam
pernikahannya, karena pernikahan yang memuaskan merupakan dambaan setiap
pasangan suami istri. Kepuasan pernikahan antara suami dan istri akan tercapai
jika kebutuhan-kebutuhan individu dapat terpenuhi antara lain kebutuhan sosial,
psikologis, dan biologis. Hal yang lebih penting lagi dalam penyesuaian
perkawinan yang baik adalah suami dan istri untuk berhubungan dengan mesra
dan saling memberi dan menerima cinta (Hurlock, 1980). Lalu bagaimana
kepuasan pernikahan pada wanita di masa paruh baya yang sedang berada di fase
perimenopause ?
Peningkatan kualitas pernikahan menjadi sesuatu yang penting bagi
pasangan suami istri pada usia paruh baya (Amalina & Kinanthi, 2017).
Penelilitian sebelumnya menyatakan, semakin tinggi kepuasan pernikahan, maka
semakin rendah tingkat kecemasan terhadap menopause. Pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa individu yang berada pada kepuasan pernikahan yang tinggi,
akan memiliki kecemasan yang rendah terhadap datangnya menopause. Dengan
demikian, kecemasan terhadap menopause dapat dikendalikan melalui pernikahan
atau interaksi antara suami istri yang memuaskan. (Amalina & Kinanthi, 2017)
7
Orbuch (dalam Papalia & Olds, 2009) menyatakan kualitas pernikahan
dalam kurun waktu yang lama, menurut sebuah analisis data dari dua survey
dengan total responden 8.929 laki-laki dan perempuan. Para peneliti menemukan
pola berbentuk U (U-Shaped) , selama 20 sampai 24 tahun pertama pernikahan,
makin lama pasangan menikah, mereka cenderung makin kurang puas. Dalam
survey yang dilakukan American Association of Retired Person (AARP) terhadap
581 laki-laki dan 566 perempuan yang berusia 40-79 tahun yang pernah bercerai
paling tidak sekali pada usia 40, 50, atau 60 tahun-an (Papalia & Olds, 2009).
U-Shaped atau kurva berbentuk U yang menjelaskan pola kepuasan atau
kebahagiaan pernikahan menyatakan bahwa kebahagiaan pernikahan yang tinggi
ditemukan di awal tahun pernikahan (preparental), lalu penurunan kebahagiaan
pernikahan di tahun-tahun pertengahan pernikahan (parental), dan kebahagiaan
pernikahan meningkat di akhir-akhir tahun pernikahan (postparental)
(VanLaningham, Johnson, & amato, 2001).
Penelitian penyesuaian pernikahan pada dewasa madya terhadap 124
subyek (62 laki-laki dan 62 perempuan) yang berusia 50-65 tahun menyatakan
bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan yaitu nilai rata-rata
penyesuaian pernikahan pada laki-laki sebesar 11,93 sedangkan perempuan
sebesar 9,25 (Nema, 2013). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perempuan
di masa paruh baya memiliki nilai yang lebih kecil dibanding laki-laki pada
penyesuaian pernikahan yang mana menurut Sinhaand Mukerjee, 1980 (dalam
Nema, 2013) penyesuaian pernikahan merupakan kondisi keseluruhan perasaan
8
antara suami dan istri, dari kebahagiaan dan kepuasan dengan pernikahan mereka
dan dengan satu sama lain.
Studi yang dilakukan Lavenson 1993 (dalam Nema, 2013) terhadap 156
pasangan amerika yang berusia 40-50 dan 60-70 tahun menyatakan bahwa
interaksi pernikahan pada pasangan yang lebih tua memiliki afektif positif yang
lebih tinngi dan gairah fisiologis yang lebih rendah dari pasangan paruh baya atau
dewasa madya. Penelitian lain terhadap pasangan lebih tua dan pasangan paruh
baya tentang perilaku emosi dalam pernikahan menyatakan perbedaan yaitu pada
pasangan yang lebih tua lebih terdapat rasa sayang yang tinggi dan memliki emosi
negative yang lebih rendah dibanding pasangan paruh baya.
Beberapa pemaparan dan penelitian di atas menunjukkan bahwa
kehidupan pernikahan meliputi interaksi, penyesuaian, kebahagiaan, sampai
kepuasan pernikahan di tahun-tahun pertengahan pernikahan atau pada masa usia
dewasa madya mengalami penurunan .
Kepuasan pernikahan dipengaruhi oleh kondisi mental masing-masing
pasangan (Papalia & Olds, 2009). Wishmen, Uebelacker, dan Weinstock (dalam
Papalia & Olds 2009) menyatakan sebuah penelitian terhadap 774 pasangan
menikah, tingkat kecemasan pasangan, dan terutama depresi meramalkan tingkat
kepuasan pasangan. Depresi salah satu pasangan juga mempengaruhi kepuasan
pernikahan pasangannya secara negatif.
Depresi perimenopause adalah suatu keadaan depresi yang terjadi pada
perempuan yang sedang dalam periode waktu menjelang menopause yang disebut
periode perimenopause. Terjadi pada rentang usia sekitar 45-55 tahun, dengan
9
rata-rata sekitar usia 51 tahun, namun banyak juga yang mengalami di sekitar 35
tahun. Ada mitos yang mengatakan bahwa normal jika perempuan yang
memasuki masa menopause akan mengalami depresi. Namun depresi yang serius
tidak seharusnya dianggap normal dan perempuan yang mengalaminya harus
diperlakukan dan mendapat perhatian yang sama seperti mereka yang mengalami
gangguan penyakit lainnya (Kusumawardhani, 2006).
Berbagai hasil temuan di atas, menunjukkan pada pentingnya merawat
kebutuhan dan keadaan psikologis masing-masing pasangan untuk menciptakan
hubungan pernikahan yang baik. Islam juga mengajarkan kita untuk selalu
mengingat Allah agar hati selalu tenang. Karena dengan hati tenang akan tercipta
mental yang sehat sehingga insya Allah jauh dari depresi. Dengan kita mengimani
serta selalu mengingat Allah maka berrati kita menginternalisasikan aspek-aspek
religiusitas untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan kita.
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasaan pernikahan, salah satunya
yaitu religiusitas. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa religiusitas
memiliki pengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Salah satunya adalah penelitian
tentang level religiusitas, menyatakan hasilnya terdapat kepuasan pernikahan yang
tinggi pada pasangan yang menerapkan aspek-aspek religiusitas untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya dalam pernikahan (Townsend, 2011). Penelitian lainnya
mengenai religiusitas terhadap 660 pasangan heterosexual. Hasilnya menyatakan
bahwa dengan meningkatnya kualitas dalam menjalankan kewajiban beragama
pada pasangan, meningkatnya pula kepuasan pernikahan dengan baik (Ahmadi &
Hossein-abadi, 2009).
10
Istiqomah & Mukhlis (2015) juga menyatakan dalam penelitiannya terhadap
208 orang di pekanbaru tentang religiusitas, bahwa religiusitas memiliki
hubungan positif dengan kepuasan pernikahan. Religiusitas memberikan
sumbangan efektif terhadap kepuasan perkawinan sebesar 33.9%. Sementara
66.1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Seperti penghasilan, pekerjaan,
pendidikan, jenis kelamin, usia perkawinan, kehadiran anak, tempat tinggal.
Penelitian terhadap 120 subyek dewasa madya yang telah menikah (perempuan
dan laki-laki) yang berusia 40-60 tahun serta beragama islam menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat religiusitas dewasa madya maka semakin tinggi kepuasan
pernikahan (Pratiwi, 2017).
Penelitian Systematic review dari 83 artikel tentang faktor efektif pada
kepuasan pernikahan yang diterbitkan di tahun 2005-2015, menyatakan bahwa
faktor religiusitas adalah salah satu dari 6 faktor yang mempengaruhi kepuasan
pernikahan (Zaheri, Dolatian, Shariati, Simbar, Ebadi, & Batool, 2016) .
Sebuah fenomena terjadi pada sosok religius Indonesia yaitu seorang ustadz.
Pengadilan Agama Depok, 17 Januari 2017 lalu sudah memutuskan untuk
mengabulkan permohonan talak cerai yang diajukan Ustadz Zacky Mirza
(Liputan6). Peneliti menyimpulkan tidak semua individu dengan religiusitas
tinggi memiliki kepuasan pernikahan tinggi, namun juga tidak menutup
kemungkinan untuk memiliki kepuasan pernikahan yang baik.
Aspek religiusitas ini menjadi sangat urgent dan menarik untuk diteliti,
karena ketidakpuasan dalam perkawinan tidak hanya dialami oleh orang awam
11
dalam beragama, tetapi juga dialami oleh pasangan suami istri yang dapat
dikategorikan memiliki religiusitas yang tinggi.
Faktor lain di masa paruh baya yang penting dalam mempengaruhi kepuasan
pernikahan yaitu Emotional Intelligence. Penelitian terhadap 130 subjek yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan menyatakan bahwa emotional intelligence
memiliki hubungan positif dengan kepuasan pernikahan (Mirzain, 2015).
Penelitian lain tentang emotional intelligence dilakukan terhadap 60 subjek
(perempuan dan laki-laki) dengan rata-rata usia pernikahan 5-6 tahun
menunjukkan bahwa seimbangnya emosi terhadap diri dan orang lain
berhubungan positif dengan kepuasan pernikahan, dan perbedaan antara
perempuan dan laki-laki (Anghel, 2016).
Penelitian terhadap 316 subjek (laki-laki dan perempuan) dengan rentang
usia 25-65 tahun dan dengan minimal 5 tahun pernikahan menunjukkan bahwa
emotional intelligence yang dimiliki individu adalah hal yang penting yang
mempengaruhi kualitas dari hubungan dalam pernikahan (lavalekar, Kulkarni, &
Jagtap, 2010).
Peneliti juga menyertakan usia pernikahan sebagai faktor yang
mempengaruhi kepuasan pernikahan. Penelitian terdahulu oleh Jose (2007)
menyatakan bahwa lamanya pernikahan memiliki pengaruh signifikan dengan
kepuasan pernikahan. Sejalan juga dengan penelitian yang menyatakan bahwa
mengatur hubungan pernikahan lebih rendah terjadi di awal-awal tahun
pernikahan (Sorokowski, et al., 2017). Pernyataan berikut menunjukan bahwa
usia atau lama nya pernikahan ada pengaruhnya terhadap kepuasan pernikahan.
12
Zaheri (2016) dalam penelitian Systematic reviewnya, dari 83 artikel tentang
faktor efektif pada kepuasan pernikahan yang diterbitkan di tahun 2005-2015,
menyatakan bahwa faktor lamanya (usia) pernikahan adalah salah satu dari 6
faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan, yang mana ketika anak-anak
sudah berpisah (tidak tinggal bersama orang tua lagi), kepuasan pernikahan
cendrung meningkat dibandingkan ketika masih tinggal bersama.
Berdasarkan berbagai fenomena dan penelitian mengenai kepuasan
pernikahan yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya inilah yang
membuat peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Religiusitas, Emotional Intelligence, dan Usia Pernikahan
Terhadap Kepuasan Pernikahan Pada Wanita di masa Perimenopause”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Batasan Masalah
Penelitian ini berfokus pada variabel-variabel yang diteliti, yaitu kepuasan
pernikahan, religiusitas, emotional intelligence, dan usia pernikahan. Adapun
batasan tentang konsep masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Kepuasan Pernikahan yang dimaksud dalam penelitian ini seperti
dikemukakan Fitzpatrick bahwa kepuasan pernikahan didefinisikan sebagai
penialaian suami atau istri mengenai kualitas pernikahannya, di mana di
dalamnya termasuk gambaran subjektif apakah pernikahannya baik,
menyenangkan atau memuaskan. Aspek-aspeknya dikemukakan oleh
Fitzpatrick terdiri dari Consensus, Cohesion, Expression of Affection, dan
satisfaction.
13
2. Religiusitas yang dimaksud sesuai konsep Huber (dalam Murken & Namini,
2006) adalah pikiran dan keyakinan yang dimiliki seseorang untuk
memandang dunia, yang disebutnya sebagai personal construct system.
3. Emotional intelligence yang dimaksud sesuai konsep Salovey dan Mayer
yaitu kemampuan untuk memahami, mengakses, dan menghasilkan emosi
sehingga dapat membantu dalam berpikir, untuk memahami emosi dan
pengetahuan emosional, serta mengatur emosi sehingga dapat mendorong
pertumbuhan emosi dan intelektual.
4. Usia pernikahan menurut Igbo (1993) adalah waktu antara hari, bulan, dan
tahun ketika menikah hingga saat ini.
5. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia 40-50 tahun yang
telah menikah dan masih memiliki suami, belum menopause, memiliki gejala
menjelang menopause, berdomisili di Jabodetabek.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latas belakang masalah yang dipaparkan di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan religiusitas (intellectual, ideology,
public practice, private practice, dan religious experience), emotional
intelligence dan usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita
di masa perimenopause?
2. Berapa besar pengaruh keseluruhan independent variable terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita di masa perimenopause?
14
3. Variabel manakah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita di masa perimenopause?
4. Berapakah proporsi varian yang dimiliki setiap variable ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh
religiusitas, emotional intelligence, dan usia pernikahan terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita di masa perimenopause, serta mengetahui seberapa besar
kontribusi yang diberikan oleh setiap variable terhadap kepuasan pernikahan pada
wanita di masa perimenopause.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan teori-teori psikologi , khususnya yang berhubungan dengan
psikologi perkembangan mengenai religiusitas, emotional intelligence, dan
usia pernikahan pada wanita di masa perimenopause dan kaitannya dengan
kepuasan pernikahan. Selain itu diharapkan juga dapat memperkaya hasil-
hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan menjadi bahan
masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi subjek
penelitian, yaitu wanita yang sedang berada di masa perimenopause, juga
bagi pasangan subjek, serta significant other untuk lebih memahami dalam
15
masalah-masalah yang dihadapi di masa perimenopause terutama terkait
kepuasan pernikahan.
Selain itu juga bisa menambah wawasan berpikir subjek demi
mencapai kepuasan pernikahannya. Beberapa hal yang bisa dilakukan guna
mempersiapkan datangnya masa menopause pada wanita seperti sosialisasi
mengenai religiusitas, ataupun emotional intelligence sehingga berdampak
baik insya Allah pada kepuasan pernikahan. Penelitian juga dapat digunakan
psikolog sebagai bahan dalam proses konseling keluarga dan pernikahan.
16
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kepuasan Pernikahan
2.1.1 Definisi Kepuasan Pernikahan
Menurut Fitzpatrick (Bird & melville, 1994) kepuasan pernikahan didefinisikan
sebagai penialaian suami atau istri mengenai kualitas pernikahannya, di mana di
dalamnya termasuk gambaran subjektif apakah pernikahannya baik,
menyenangkan atau memuaskan.
Kepuasan pernikahan berasal dari kata kepuasan dan pernikahan.
Kepuasan (satisfaction) dalam kamus lengkap psikologi (Chaplin, 2011) diartikan
sebagai satu keadaan kesenangan dan kesejahteraan, disebabkan karena orang
telah mencapai satu tujuan dan sasaran .Sedangkan pernikahan adalah hubungan
pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditujukan untuk melegalkan suatu
hubungan, melegitimasi membesarkan anak, dan membangun hubungan dalam
perkembangan anak di antara sesama pasangan (Duvall & Miller, 1985).
Sedangkan Sinhaand dan Mukerjee (1990) (dalam Nema, 2013)
mendefinisikan kepuasan pernikahan sebagai situasi di mana suami dan istri
memiliki perasaan kepuasan dan kemakmuran satu sama lain hampir sepanjang
waktu.
Duvall & Miller (1985) juga menjelaskan bahwa kepuasan pernikahan
adalah suatu perasaan yang subjektif akan kebahagiaan, kepuasan dan pengalaman
menyenangkan yang dialamai oleh masing-masing pasangan suami-istri dengan
mempertimbangkan keseluruhan aspek pernikahan.
17
Dalam beberapa teori yang dipaparkan di atas peneliti menggunakan
teori Fitzpatrick (dalam Bird & Melville, 1994) untuk digunakan dalam
penelitian ini, yang menyatakan bahwa kepuasan pernikahan didefinisikan sebagai
penialaian suami atau istri mengenai kualitas pernikahannya, di mana di dalamnya
termasuk gambaran subjektif apakah pernikahannya baik, menyenangkan atau
memuaskan. Hal ini dikarenakan definisi tersebut sejalan dengan tujuan
penelitian untuk mengetahui kepuasan pernikahan.
2.1.2 Dimensi-Dimensi Kepuasan Pernikahan
Fitzpatrick (dalam Bird & Melville, 1994) menjelaskan bahwa terdapat 4
dimensi kepuasan pernikahan, yaitu :
1. Consensus
Kesepakatan berhubungan dengan persepsi pasangan mengenai beberapa banyak
persetujuan yang disepakati mengenai masalah penting dalam pernikahan
diantaranya mengacu pada persetujuan dalam hal keuangan, hiburan, hal agama,
persahabatan, prilaku yang tepat, filosofi kehidupan, cara-cara menghadapi orang
tua dan mertua, persetujuan dalam arah dan tujuan, persetujuan dalam
menghabiskan waktu bersama, pengambilan keputusan, pembagian tugas-tugas
rumah tangga, aktivitas waktu luang, keputusan karir.
2. Satisfaction
Meliputi perkiraan seberapa sering pasangan memiliki rasa puas yang serius
dalam sebuah ikatan pernikahan serta bagaimana komitmen masing-masing
pasangan dalam mempertahankan pernikahan.
18
3. Cohesion
Merujuk pada bagaimana pasangan bekerja sama dalam setiap pekerjaan atau
mempunyai waktu yang tepat untuk bersama.
4. Affectional expression
Berurusan dengan apakah pasangan pernah tidak sepakat dengan hubungan
seksual, atau dengan hal lain dalam menunjukan kasih sayang, seperti pelukan dan
ciuman.
2.1.3 Pengukuran Kepuasan Pernikahan
Ada banyak alat ukur yang mengukur tentang kepuasan pernikahan, antara lain:
1. ENRICH Marital satisfaction Scale dibuat oleh Fowers dan Olson (1993) yaitu
10 item yang mengukur kepuasan pernikahan dan 5 item mengukur idealistic
distortion. Aspek terdiri dari idealistic distortion, marital satisfaction,
personality issues, communication, conflict resolution, financial management,
leisure activities, sexual relationship, children and parenting, family and
friends, equalitarian roles, dan religious orientation.
2. Dyadic Adjustment Scale (Spanier, 1976) terbagi menjadi empat skala yaitu,
Consensus, satisfaction, cohesion, affectional expression, terdiri dari 32 item
3. Marital satisfaction scale (Ayub, 2010) terdiri dari 58 item yang memiliki dari
tiga belas subskala. Aspeknya adalah,in law relation, husband financial status,
compromise, self perception, spouse support, dual earning, mutual
understanding, communication, sexual satisfaction, gender difference,
education of partner, understanding, presence of children.Instrumen ini
19
digunakan untuk penelitian pengaruhwell-being terhadap kepuasan
pernikahan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur Dyadic Adjustment Scale
(Spanier, 1976) yang terbagi menjadi empat skala yaitu, Consensus, satisfaction,
cohesion, affectional expression dikarenakan sesuai dengan teori tema yang
peneliti gunakan. Alat ukur ini juga merupakan salah satu skala yang paling sering
digunakan dalam pengukuran kepuasan pernikahan (Bird & melville, 1994).
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengharuhi Kepuasan Pernikahan
Ada beragam faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan,
diantaranya:yaitu :
1. Hubungan interpersonal dengan pasangan
Karena hubungan interpersonal merupakan pondasi awal bagi pasangan suami-
istri untuk mencapai sebuah perkawinan yang bahagia. Jika hubungan antara
suami-istri sudah terjalin dengan baik maka diasumsikan perkawinan itu akan
bahagia dan individu yang terlibat, khususnya istri, merasakan kepuasan karena
istri ditakdirkan menjadi ibu yang mempunyai naluri kasih sayang dan
kelembutan. Perasaan ingin diperhatikan dan disayangi suami, sekaligus bisa
melayani atau membahagiakan suami, seringkali lebih dominan dalam mendorong
kepuasan seorang istri.Perasaan ingin disayangi dan melayani suami adalah
bagian dari hubungan interpersonal dengan pasangan(Srisusanti & Zulkaida,
2013).
20
2. Partisipasi keagamaan
Dapat dikatakan faktor agama dapat memperkuat ikatan perkawinan yang akan
dapat menciptakan perkawinan yang memuaskan. Tanpa adanya perbedaan
prinsipil di antara suami-istri memudahkan mereka untuk sering melakukan
aktivitas keagamaan bersamasama seperti sholat berjamaah dan mengaji bersama
bagi umat islam atau pergi ke gereja bersama-sama bagi kaum nasrani, ataupun
menghadiri acara-acara keagamaan lainnya bersama keluarga(Srisusanti &
Zulkaida, 2013).
3. Kehidupan seksual
Kepuasan dalam perkawinan adalah salah satu kunci kebahagiaan perkawinan,
karena dengan berhubungan seksual maka individu dan pasangannya saling
terbuka dan saling mencintai. Faktor ini menjadi sangat dominan dalam
mempengaruhi kepuasan perkawinan khususnya bagi para istri karena perkawinan
selalu diidentikkan dengan mempunyai anak dalam keluarga, dan istri adalah
orang yang ditugaskan oleh Tuhan untuk mengandung seorang anak (Srisusanti &
Zulkaida, 2013).
4. Kecerdasan emosi
Penelitian yang dilakukan Mirzain (2015) menyatakan bahwa emotional
intelligence memiliki hubungan positif dengan kepuasan pernikahan. Penelitian
emotional intelligence dilakukan terhadap 60 subjek (perempuan dan laki-laki)
dengan rata-rata usia pernikahan 5-6 tahun menunjukan bahwa seimbangannya
emosi terhadap diri dan orang lain berhubungan positif dengan kepuasan
pernikahan, dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki (Anghel, 2016).
21
5. Durasi pernikahan
Zaheri (2016) dalam penelitian systematic reviewnya, dari 83 artikel tentang
faktor efektif pada kepuasan pernikahan yang diterbitkan di tahun 2005-2015,
menyatakan bahwa faktor lamanya (usia) pernikahan adalah salah satu dari 6
faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan, yang mana ketika anak-anak
sudah berpisah (tidak tinggal bersama orang tua lagi), kepuasan pernikahan
cendrung meningkat dibandingkan ketika masih tinggal bersama. Begitu juga
dengan Sorowski (2017) menyatakan bahwa mengatur hubungan pernikahan
lebih rendah terjadi di awal-awal tahun pernikahan. Pernyataan berikut
menunjukan bahwa usia atau lama nya pernikahan ada pengaruhnya terhadap
kepuasan pernikahan.
Berdasarkan fenomena dan penelitian-penelitian terdahulu, faktor yang akan
diteliti pada penelitian ini adalah religiusitas, emotional intelligence, dan usia
pernikahan
2.2 Religiusitas
2.2.1 Definisi Religiusitas
Huber (dalam Murken & Namini, 2006) menyatakan religiusitas sebagai pikiran
dan keyakinan yang dimiliki seseorang untuk memandang dunia, yang disebutnya
sebagai personal construct system. Glock and Stark (dalam El-Menouar, 2014)
mendefinisikan religiusitas adalah sistem symbol, sistem keyakinan, sistem nilai
dan sistem perilaku yang terorganisasi, yang semuanya itu berpusat pada
persoalan –persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Sedangkan
Fetzer Institute (1999) menyatakan religiusitas adalah sesuatu yang
22
menitikberatkan masalah perilaku, sosial, doctrinal dari suatu agama yang
melibatkan keyakinan dan ajaran-ajaran yang harus ditaati oleh setiap
pengikutnya.Menurut Karvos, (dalam Leeming, Madden, & Marlan, 2010 ) kata
religiousity (religiusitas atau keberagamaan) berasal dari bahasa Latin;
religiusitas, dan pertama kali ditulis dalam bahasa Inggris pada Abad ke-17.
Religion diartikan sebagai sistem iman dan ibadah atau kesetiaan atau pengabdian
yang mengarah pada suatu tujuan pada sebuah prinsip. MenurutArgyle and Beit-
Hallahmi(dalam Zinnbauer, 1999) “Religiusitas dapat dipahami sebagai sistem
keyakinan dalam suatu kekuatan ilahi , dan praktik pengagungan atau ritual lain
yang diarahkan pada kekuatan semacam itu.”
Religion adalah satu sistem yang kompleks dari kepercayaan, keyakinan,
sikap-sikap, dan upacara-upacara yang menghubungkan indivdu dengan suatu
keberadaan atau makhluk yang bersifat ketuhanan (Chaplin, 2011).
Dalam beberapa teori yang dipaparkan di atas peneliti menggunakan teori
Huber (dalam Murken & Namini, 2006) yang menyatakan religiusitas adalah
pikiran dan keyakinan yang dimiliki seseorang untuk memandang dunia, yang
disebutnya sebagai personal construct system .
2.2.2 Dimensi Religiusitas
Huber (2012) mengadaptasi lima dimensi religiusitas dari Glock, yaitu :
1. Dimension of intellectual
Merujuk pada harapan sosial di mana di dalam religiusitas terhadap pengetahuan
seseorang atas agamanya, dan pandangan mereka dapat dijelaskan dari segi
pengalaman beragama, dan agama itu sendiri. Dimensi konstruk agama personal
23
ini mempresentasikan tema atas ketertarikan, gaya berpikir, dan interpretasi, dan
sebagai bagian penting lainnya dari pengetahuan.
2. Dimension of ideology
Merujuk pada harapan sosial bahwa agama seseorang memiliki kepercayaan untuk
mengakui eksistensi dan esensi atas realitas trasenden dan hubungan antara
trasenden dan manusia.Personal konstruk agama dalam dimensi ini
mempresentasikan kepercayaan, keyakinan yang tidak dapat dipertanyakan dan
pola dari akal manusia.
3. Dimension of public practice
Merujuk pada harapan sosial di mana agama seseorang mengikuti agama
komunitas. Dalam sistem konstruk personal dimensi ini mempresentasikan pola
dari tindakan dan rasa memiliki dengan kepekaan pada elemen sosial sebagaimana
ritual yangdikembangkan dalam trasenden.
4. Dimension of private practice
Merujuk pada harapan sosial di mana agama seseorang menyediakan dirinya
untuk trasenden dalam aktivitas individu dan ritual yang bersifat pribadi. Dalam
sistem konstruk personal agama dalam dimensi ini mempresentasikan pola atas
perbuatan dan gaya seseorang untuk menghayati trasendennya.
5. Dimension of religious experience
Merujuk pada harapan sosial di mana agama seseorang memiliki “beberapa
macam dari hubungann langsung pada kenyataan kehidupan yang dialami” yang
berpengaruh secara emosional kepada seseorang. Dalam konstruk personal atas
24
agama dalam dimensi ini mempresentasikan persepsi agama dan pengalaman juga
perasaan beragama.
2.2.3 Alat Ukur Religiusitas
Terdapat beberapa alat ukur dalam mengukur religiusitas, seperti :
1. Centrality of Religiosity Scale (CRS) (Huber & Huber, 2012) memiliki 15 item
dan terdiri dari lima dimensi yaitu intellectual, ideology, public practice,
private practice, dan experience.
2. Muslim religiousity Measurement (El-Menouar, 2014) yang dikhususkan
untuk muslim. Terdapat 6 aspek yang diukur yaitu yaituBelief, Ritual,
Devotion, Experience, Knowladge, Consequence.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur Centrality of Religiosity Scale
(CRS) (Huber & Huber, 2012)yang memiliki 15 item dan terdiri dari lima dimensi
yaitu intellectual, ideology, public practice, private practice, dan experience.
2.3 Emotional Intelligence
2.3.1 Definisi Emotional Intelligence
Sebelum menjelaskan definisi kecerdasan emosional, peneliti akan mencoba
menjelaskan definisi emosi terlebih dahulu. Menurut Salovey dan Mayer (1990),
emosi adalah respon perasaan yang mempengaruhi kondisi fisiologis, sistem
psikologis, kognitif dan motivasi seseorang. Kecerdasan emosional diartikan
sebagai bentuk dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk
memantau perasaan dan emosi diri sendiri serta orang lain, sehingga bisa
mengarahkan individu ketika berpikir dan bertindak (Salovey, Woolery, & Mayer,
2003).Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk memahami, mengakses, dan
25
menghasilkan emosi sehingga dapat membantu dalam berpikir, untuk memahami
emosi dan pengetahuan emosional, serta mengatur emosi sehingga dapat
mendorong pertumbuhan emosi dan intelektual (Mayer & Salovey, 1997).
Kecerdasan emosi melibatkan dua komponen yang luas, yaitu kesadaran
dan pengelolaan emosi pada diri sendiri juga emosi orang lain (Goleman &
.Weissbergh, 2006).Menurut Wong dan Law (2004), kecerdasan emosional adalah
kemampuan untuk dapat memahami dan mengekspresikan emosi diri sendiri,
memahami dan merasakan perasaan emosi orang di sekitarnya serta mengatur dan
menggunakan emosi untuk mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja.
Dalam beberapa teori yang dipaparkan di atas peneliti menggunakan teori
Mayer & Salovey (1997) yang menyatakan kecerdasan emotional adalah
kemampuan untuk memahami, mengakses, dan menghasilkan emosi sehingga
dapat membantu dalam berpikir, untuk memahami emosi dan pengetahuan
emosional, serta mengatur emosi sehingga dapat mendorong pertumbuhan emosi
dan intelektual
2.3.2 Dimensi Emotional Intelligence
Emotional Intelligence memiliki 3 dimensi (Salovey & Mayer, 1990), yaitu :
1. Appraisal and Expressing Emotion
Bagaimana individu menilai dan mengekspresikan emosinya. Ada dua hal
dalam dimensi ini, yaitu emosi terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain.
Bagaimana individu mengenal emosi pada dirinya sendiri dan emosi terhadap
orang lain lebih mengarah ke perilaku empati, dan seberapa paham individu
terhadap perasaan orang lain.
26
2. Regulation of Emotion
yang berarti bagaimana individu dapat mengatur, memantau serta mengevaluasi
emosi dirinya.
3. Utilization of Emotion
Bagaimana individu dalam pemakaian dan penempatan emosi dalam berkegiatan.
2.3.3 Pengukuran Emotional Intelligence
Terdapat beberapa alat ukur dalam mengukur Emotional Intelligence, antara lain :
1. Emotional Intelligence Scale Developed
Alat ukur ini dibuat dan dikembangkan Salovey & Mayer (1990), memiliki 3
dimensi yaitu Appraisal and Expression of Emotion, Regulation of Emotion, dan
Utilization of Emotion
2. Emotional Quotient Inventory (EQi)
Dikembangkan oleh Bar-on (1996, 1997) mengukur 15 dimensi tang terdiri dari
133 item.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur Emotional Intelligence scale
Developed yang dikembangkan oleh Salovey & Mayer (1990) yang memiliki 3
dimensi yaitu Appraisal and Expression of Emotion, Regulation of Emotion, dan
Utilization of Emotion. Alat ukur ini memiliki 33 item.
2.4 Usia Pernikahan
Usia pernikahan atau lamanya pernikahan adalah waktu antara hari, bulan, dan
tahun ketika menikah hingga saat ini (Igbo, Awopetu, Grace, & Ekoja, 1993).
Dalam daftar istilah statistik tahun 2006, menjelaskan bahwa durasi pernikahan
ini sering diungkapkan dalam tahun (Igbo, Awopetu, Grace, & Ekoja, 1993).
27
2.5 Wanita Perimenopause
2.5.1 Definisi Perimenopause
Menurut Walker (1996), perimenopause merupakan masa terjadinya fluktuasi
kadar hormon wanita dan siklus menstruasi mulai tidak teratur, yang berlangsung
dalam waktu beberapa tahun antara premenopause dan menopause.
Perimenopause merupakan fase peralihan antara premenopause dan
pascamenopause (Baziad, 2003).Perimenopause juga merupakan masa di mana
menstruasi tidak lagi terjadi setiap bulan pada mereka yang berada di usia-usia
menjelang menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.
Pada periode tersebut mulai terjadi penurunan kadar hormon-hormon tertentu
terutama hormon-hormon yang berkaitan dengan reproduksi yaitu estrogen dan
progesterone, sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi kehamilan. Periode ini
bisa berlangsung sampai kira-kira 10 tahun (Kusumawardhani, 2006).
2.5.1 Perubahan Fisik dan Psikologis
Menurut departemen kesehatan RI (2004) terdapat gejala jangka pendek yang
dapat menyertai menopause, yaitu :
1. Gejala fisik meliputi semburan panas , rasa kedinginan, sakit kepala, sakit
pada otot-otot, sakit seluruh badan, serta mudah lelah. Kulit menjadi tipis,
kering dan keriput. Mulut terasa kering dan sering terjadi sariawan serta gusi
mudah berdarah dan gigi mudah goyang, kuku sering rusak, selaput lendir
mata kering. Rambut menipis, terbelah-belah, dan mudah rontok.
Menurunnya keinginan berhubungan seksual, serta rasa tidak nyaman saat
28
berhubungan seksual karena liang senggama kering atau nyeri senggama.
Mudah terjadi infeksi saluran kencing dan tidak dapat menahan kencing.
2. Gejala psikologis seperti cemas, mudah marah (emosi, tersinggung, gelisah),
merasa hampa, sedih, bersalah, dan tertekan serta kesulitan tidur.
Dampak psikologis juga bisa terjadi bahkan sering dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti merasa tidak dibutuhkan lagi, merasa tidak menarik
lagi, kurang percaya diri, merasa kurang diperhatikan, serta mudah cemburu.
Tidak semua perempuan mempunyai gejala sama. Ada yang hampir tidak
mempunyai gejala sama sekali, tapi ada pula dengan gejala yang berat. Hal
tersebut biasanya terjadi pada perempuan yang terlalu berpegang pada daya tarik
fisik, misalnya kecantikan dan bentuk tubuh, dan mereka biasanya akan
mengalami gejala yang berat.
2.6 Kerangka Berpikir
Dalam suatu rentang kehidupan, individu pastinya memiliki tugas-tugas
perkembangan yang harus dicapai dengan baik di setiap masanya. Setiap tahap
usia memiliki ciri khas nya masing-masing dalam segi fisik, kognitif, serta sosial.
Satu tahapan usia yang cukup memiliki banyak karakteristik yang dipandang dari
berbagai segi. Masa di mana yang sebagian orang bilang “menakutkan” diikuti
dengan banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang masa itu yaitu
masa dewasa madya (Hurlock, 1980).
Dilihat dari rentang usia, wanita yang berada di masa ini, pada umumnya
sedang berada di masa perimenopause.Berbagai macam dinamika psikologis
dialami oleh wanita-wanita di masa perimenopause-nya, namun tiap individu
29
biasanya memiliki porsi yang berbeda-beda. Mulai dari penurunan kadar hormon,
perubahan fisik lainnya sampai perubahan mood yang tak diduga – duga bahkan
depresi.
Tak sedikit wanita yang sedang berada di masa ini memiliki peluang
menjadi depresi, cemas dll. Rasa takut tidak bisa memuaskan pasangannya juga
sering terjadi di masa ini sehingga peluang menjadi cemas, khawatir, atau kecewa
terhadap perkawinan akan semakin besar, sehingga berpengaruh pada kepuasan
pernikahan individu tersebut.Oleh karena itu, meskipun hal ini alamiah terjadi
pada wanita, namun efek sampingnya bisa mempengaruhi keharmonisan rumah
tangga bila mereka tidak siap menghadapinya.
Kepuasan pernikahan yang baik atau tinggi merupakan hal yang didamba-
dambakan oleh setiap pasangan.Untuk memperoleh kepuasan pernikahan yang
tinggi, individu harus meningkatkan faktor-faktor yang bisa mempengaruhinya
secara positif, salah satunya adalah religiusitas.Religiusitas dipahami sebagai
adalah pikiran dan keyakinan yang dimiliki seseorang untuk memandang dunia,
yang disebutnya sebagai personal construct system .
Telah dijelaskan dalam beberapa penelitian sebelumnya, bahwa
religiusitas, yaitu adanya peran keagamaan merupakan faktor penentu kepuasan
pernikahan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Townsend (2011) bahwa
terdapat kepuasan pernikahan yang tinggi pada pasangan yang menerapkan aspek-
aspek religiusitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam pernikahan.
Orang yang religius ialah orang yang mampu menginternalisasikan nilai-niai dari
ajaran agama yang dianutnya secara mendalam.Nilai-nilai ajaran agama yang
30
diinternalisasikan itu meliputi lima dimensi yaitu dimensi intellectual, ideology,
public practice, private practice, dan religion experience. Kelima dimensi tersebut
diasumsikan berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan.
Dimensi intellectual berkaitan dengan pengetahuan seseorang atas
agamanya, dan pandangan mereka yang dapat dijelaskan dari segi pengalaman
beragama, dan agama itu sendiri. Sebagai contoh, seperti diemensi affectional
expressiondalam kepuasan pernikahan yaitu menunjukan rasa kasih sayang kepada
pasangan, yang dalam Islam dipengaruhi olehilmu yang dimiliki individu dalam
hal kewajiban seorang istri kepada suami. Dengan begitu individu akan tahu
bagaimana agamanya dapat memberikan kontribusi. Sehinggadimensi intellectual
diduga mempengaruhi kepuasan pernikahan.
Dimensi ideologyberkaitan dengan kepercayaan untuk mengakui eksistensi
dan esensi atas realitas trasenden dan hubungan antara trasenden dan manusia.
Seperti pada hal ghaib (yang tidak terlihat) juga terhadap kekuatan dahsyat dari
Tuhan. Sebagai contoh, seperti diemensicohesion dan satisfactiondalam kepuasan
pernikahan yaitu kebersamaan pasangan dan komitmen masing-masing pasangan.
Jika individu memiliki keyakinan penuh terhadap Tuhannya, maka timbul rasa
takut hanya kepada Tuhannya, maka komitmen terhadap pasangan akan muncul
dengan berlandaskan keyakinan (keimanan) kepada Tuhan. Sehinggadimensi
ideology diduga mempengaruhi kepuasan pernikahan.
Dimensi public practice berkaitan dengan frekuensi individu dalam
melakukan praktik atau aktivitas keagamaan, jugaberkaitan dengan hal-hal yang
dilakukan individu untuk menunjukkan komitmen dan kesetiaan dalam beragama.
31
Komitmen tersebut berasal dari dirinya yang sangat dan selalu yakin akanTuhan
di setiap pekerjaannya. Sebagai contoh, individu yang selalu yakin akan Tuhan di
setiap pekerjaannya akan berpengaruh terhadap bagaimana seharusnya ia
menjalankan pernikahannya. Sehingga dimensi public practicediduga
berpengaruh dalam pencapaian kepuasan pernikahan.
Dimensi private practiceberkaitan dengan di mana individu menyediakan
dirinya untuk trasenden dalam aktivitas individu dan ritual yang bersifat prbadi.
Seperti individu merasa penting dalammelakukan ibadah secara pribadi. Dalam
hal ini tentu saja memperkuat kepercayaan dalam beragama. Sebagai contoh,
individu yang memiliki hubungan baik dengan Tuhannya, akan berperilaku baik
dengan pasangannya. Sehingga dimensi private practice diduga mempengaruhi
kepuasan pernikahan. Hal ini sejalan dengan penelitianyang menyatakan bahwa
berdoa merupakan suatu hal yang sangat bermakna perannya dalam
mempengaruhi penyesuaian pernikahan. Begitu juga membaca kitab suci, secara
positif berhubungan dengan penyesuaian pernikahan, yang berarti semakin sering
dan baik dalam membaca kitab suci, makin baik pula penyesuaian pernikahannya
(Gruner, 1985).
Dimensi religious experience berkaitan dengan di mana agama seseorang
memiliki “beberapa macam dari hubungan langsung pada kenyataan kehidupan
yang dialami” yang berpengaruh secara emosional kepada seseorang. Tentu saja
dimensi ini sangat terkait bagaimana agama bisa mempengaruhi perilaku individu
dalam berbagai hal, misalnya perilaku wanita di masa perimenopause-nya yang
dihadapkan pada berbagai masalah atau banyakperubahan dan bagaimana agama
32
berpengaruh pada individu tersebut untuk mencapai kepuasan pernikahan di
masanya itu. Sehingga dimensi ini diduga berpengaruh terhadap kepuasan
pernikahan.
Dapat disimpulkan, berarti semakin individu menjalani keseharian dengan
menerapkan aspek-aspek keagamaan, maka semakin meningkat pula kepuasan
pernikahannya.
Perubahan fisik serta psikologis yang dialami, memiliki dampak terhadap
bagaimana wanita di masa perimenopause mengatur serta menyadari emosi-emosi
dalam dirinya.Emotional intelligence adalah kemampuan untuk memahami,
mengakses, dan menghasilkan emosi sehingga dapat membantu dalam berpikir,
untuk memahami emosi dan pengetahuan emosional, serta mengatur emosi
sehingga dapat mendorong pertumbuhan emosi dan intelektual (Salovey & Mayer,
1990).
Telah dijelaskan dalam beberapa penelitian sebelumnya, bahwaemotional
intelligence, yaitu adanya kemampuan mengatur serta memahami emosi
merupakan faktor penentu kepuasan pernikahan. Seperti penelitian Anghel (2016)
yang menyatakan bahwa keseimbangan emosi terhadap diri dan orang lain
memiliki hubungan yang positif dengan kepuadsan pernikahan. Hal tersebut
menyatakan bahwa setiap individu memiliki kemampuan mengatur dan
memahami emosi. Namun, pastinya tingkat kemampuan itu berbeda-beda.
Individu yang dapat memahami emosi serta mengaplikasikannya secara baik pada
diri sendiri atau orang lain, tentu saja memiliki potensi lebih besar dalam
mengelola hubungan dengan baik. Sebagai contoh, individu yang dapat mengelola
33
emosi diri dengan baik, memahami emosi pasangan, akan dapat menunjukan rasa
kasih sayang dengan baik (affectional expression), menjalankan komitmen
pernikahan dengan baik (satisfaction), bekerjasama dengan pasangan dalam
berbagai hal(cohesion). Sehingga dimensi emotioonal intelligence diduga
berpengaruh terhadap kepuaasan pernikahan.
Penelitian terdahulu mengenai usia pernikahan dan pengaruhnya terhadap
kepuasan pernikahan, yaitu U-Shaped atau kurva berbentuk U yang menjelaskan
pola kepuasan atau kebahagiaan pernikahan menyatakan bahwa kebahagiaan
pernikahan mengalami penurunan di tahun-tahun pertengahan pernikahan
(parental), dan kebahagiaan pernikahan meningkat di akhir-akhir tahun
pernikahan (postparental) (VanLaningham, Johnson, & amato, 2001).Juga pada
penelitian Jose (2007) yang menyatakan bahwa lamanya pernikahan memiliki
pengaruh signifikan dengan kepuasan pernikahan. Sejalan juga dengan penelitian
yang menyatakan bahwa mengatur hubungan pernikahan lebih rendah terjadi di
awal-awal tahun pernikah(Sorokowski, et al., 2017). Pernyataan berikut
menunjukan bahwa usia atau lama nya pernikahan ada pengaruhnya terhadap
kepuasan pernikahan.
Pernyataan di atas menunjukan bahwa adanya hubungan antara durasi
pernikahan dengan kepuasan pernikahan. Juga pada penelitian Jose (2007) yang
menyatakan bahwa lama nya pernikahan memiliki pengaruh signifikan dengan
kepuasan pernikahan.
Ketiga faktor diatas yakni religiusitas ,emotional intelligencedan usia
pernikahan diasumsikan dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk
34
meningkatkan kepuasan pernikahan di masa perimenopause. Semua variabel-
variabel kemudian akan menjadi pertimbangan dan akan mempengaruhi individu
untuk cenderung puas atau tidak.
Wanita di masa perimenopause dipilih sebagai sampel dalam penelitian
ini karena mereka berada pada situasi yang telah dijelaskan sebelumnya dan
memungkinkan adanya kaitan dengan pencapaian kepuasan pernikahan di masa
itu. Diharapkan religiusitas, emotional intelligence, dan usia pernikahan beserta
aspek-aspeknya dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita di masa perimenopause yang ada di Jabodetabek,
Indonesia.
Secara skematis kerangka berpikir dari penelitian ini ditujukkan pada gambar
berikut:
RELIGIUSITAS
Intellectual
Ideology
EMOTIONAL
INTELLIGENCE
USIA
PERNIKAHAN
public practice
private practice
KEPUASAN
PERNIKAHAN Religion Exp
35
2.7 Hipotesis Penelitian
2.7.1 Hipotesis Mayor
H1
= Ada pengaruh yang signifikan religiusitas (belief, ritual, devotion,
experience, knowledge, qonsequence),emotional intelligencedan usia
pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita di masa
perimenopause.
2.6.2 Hipotesis Minor
H1
= Ada pengaruh yang signifikan intellectual ldari religiusitas terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita di masa perimenopause.
H2= Ada pengaruh yang signifikan ideology dari religiusitas terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita di masa perimenopause.
H3= Ada pengaruh yang signifikan public practice dari religiusitas terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita di masa perimenopause.
H4= Ada pengaruh yang signifikan private practice dari religiusitas terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita di masa perimenopause.
H5= Ada pengaruh yang signifikan religious experience dari religiusitas terhadap
kepuasan pernikahan pada wanita di masa perimenopause.
H6= Ada pengaruh yang signifikan emotional intelligence terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita di masa perimenopause.
H7= Ada pengaruh yang signifikan usia pernikahan terhadap kepuasan
pernikahan pada wanita di masa perimenopause.
36
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita dengan minimal umur 40 tahun yang
belum mengalami menopause, memiliki gejala menjelang menopause, telah
menikah, masih memiliki suami, berdomisili di jabodetabek. Sampel yang
digunakan pada penelitian sebanyak 200 orang.
Pada bulan november peneliti menyebar kuesioner secara online yang
diisi oleh 45 responden dan offline disebar sebanyak 155. Sedangkan jumlah
kuesioner offline yang kembali sebanyak 136 kuesioner, dikarenakan terdapat
beberapa item yang tidak terisi dan kriteria responden yang tidak sesuai sehingga
perlu didrop dan tidak diikutsertakan dalam penelitian. Jadi, jumlah sampel
terjangkau dalam penelitian ini 181 orang.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-
probability sampling, non-random, snowball sampling yang berarti kemungkinan
terpilihnya dari setiap responden anggota populasi tidak dapat ditentukan.
Penetapan jumlah sampel tersebut disesuaikan dengan kemapuan peneliti
berdasarkan pertimbangan waktu dan kesediaan sampel dalam penelitian ini.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Untuk mendapaktan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan variable bebas dan variable terikat. Dalam penelitian ini terdapat
delapan variabel yang terdiri dari :
37
1. Dependent Variable : Kepuasan pernikahan (Y),
2. Independent variable
a. Religiusitas : Intellectual (X1)
Ideology (X2),
Public Practice (X3)
Private Practice (X4)
Religious Experience (X5)
b. Emotional intelligence (X6)
c. Usia pernikahan (X7)
Adapun penjelasan definisi operasional variabel adalah sebagai berikut:
1. Kepuasan pernikahan adalah penilaian subjektif menurut masing-masing
pasangan mengenai kualitas pernikahannya, diukur dengan Dyadic
Adjustment Scale yang mencakup:
a. Consensus yaitu tentang kesepakatan berhubungan dengan persepsi
pasangan mengenai masalah penting dalam pernikahan.
b. Satisfaction, yaitu seberapa sering pasangan memiliki rasa puas yang
serius dalam sebuah ikatan pernikahan serta bagaimana komitmen masing-
masing pasangan dalam mempertahankan pernikahan.
c. Cohesion yaitu bagaimana pasangan bekerja sama dalam setiap pekerjaan
atau mempunyai waktu yang tepat untuk bersama
d. Affectional Expression yaitu tentang pengaplikasian rasa kasih sayang
pada pasangan.
38
2. Religiusitas adalah pikiran dan keyakinan yang dimiliki seseorang untuk
memandang dunia, yang disebutnya sebagai personal construct system yang
diukur dengan Centrality of Religiosity Scale mencakup lima aspek, yaitu :
a. Intellectual, yaitu pengetahuan seseorang atas agamanya, juga minat
terhadap isu-isu keagamaan, serta frekuensi berpikir tentang isu-isu
keagamaan.
b. Ideology, yaitu kepercayaan, keyakinan yang tidak dapat dipertanyakan
dan pola dari akal manusia, seperti meyakini hal-hal yang bersifat ghaib
c. Public practice, yaitu seperti mengerjakan ritual ibadah berjamaah dan
mengikuti kegiatan keagamaan kelompok.
d. Private practice, yaitu seperti mengerjakan ritual ibadah secara pribadi.
e. Religious experience yaitu seperti pengalaman kejadian batin dari Tuhan.
3. Emotional Intelligence adalah kemampuan indindependent variableidu untuk
menyadari, mengatur, hingga memahami emosinya yang diukur dengan
Emotional intellogence scale developed berdasarkan tiga aspek yaitu,
a. Appraisal and expressing emotion, yaitu tentang bagaimana individu
menilai dan mengekspresikan emosinya
b. Regulation of emotion , yaitu tentang bagaimana individu mengatur emosi
diri sendiri dan orang lain.
c. Utilization of emotion. Yaitu tentang pemanfaatan emosi diri, serta
penempatan emosi pada perilaku keseharian.
4. Usia pernikahan adalah waktu antara hari, bulan, dan tahun ketika menikah
hingga saat ini.
39
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dalam
bentuk skala likert. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga skala yaitu
skala kepuasan pernikahan, skala religiusitas, skala emotional intelligence, yang
disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban yaitu, sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS), Peneliti tidak
menggunakan lima pilihan jawaban dalam skala ini karena menghindari pilihan
jawaban ragu – ragu (R). Khusus pada skala kepuasan pernikahan, terdapat satu
item dengan dua pilihan jawaban (ya/tidak) dan satu item dengan enam pilihan
jawaban (berisi enam pernyataan).
Peneliti membagi dua kategori item pernyataan yaitu favorabel dan
unfavorabel serta menentukan bobot nilai. Untuk item favorabel skor subjek
dimulai dari 4, 3, 2, 1. Sementara untuk item unfavorable, skor subjek dimulai
dari 1, 2, 3, 4.
Tabel 3.1 Skor untuk Pernyataan
Jawaban Favorable Unfavorable
STS ( sangat tidak setuju) 1 4
TS ( tidak setuju ) 2 3
S ( setuju ) 3 2
SS ( sangat setuju ) 4 1
40
3.3.1 Skala Kepuasan Pernikahan
Pengukuran kepuasan pernikahan menggunakan skala DAS (Dyadic Adjustment
Scale) dibuat oleh Graham B. Spanier pada tahun 1976 yang didaptasi ke dalam
bahasa indonesia. Blue print skala ini dapat dilihat tabel 3.2
Tabel 3.2
Blue Print skala Kepuasan Pernikahan
No Dimensi Fav Unfav Jumlah
1 Consensus 1,2,3,5,7,8,9,10,11
,12,13,14,15
- 13
2 Cohesion 24,25,26,27,28 - 5
3 Satisfaction 18,19,20,21,22,23,31,32 16,17 10
4 Expression of
Affection
4 6,29,30 4
Jumlah 27 5 32
3.3.2 Skala Religiusitas
Pengukuran skala Religiusitas menggunakan skala Centrality of Religiosity Scale
(CRS) (Huber & Huber, 2012) memiliki 15 item dan terdiri dari lima dimensi
yaitu intellectual, ideology, public practice, prindependent variableate practice,
dan experience yang didaptasi ke dalam bahasa indonesia. Blue print skala ini
dapat dilihat pada tabel 3.3
41
Tabel 3.3
Blue Print skala Religiusitas
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah
1 Intellectual • Merasa penting
untuk mengetahui
ajaran-ajaran dan
berita-berita
keagamaan.
1,6,14 - 3
2 Ideology • Yakin akan konsep
teologi keagamaan
• Percaya dengan hal
yang bersifat ghaib
• keyakinan dengan
Tuhan
9,10,15 - 3
3 Public
practice • Mengerjakan ritual
ibadah berjamaah
• Mengikuti kegiatan
keagamaan
kelompok
3,12,13 - 3
4 Private
practice • Mengerjakan
ibadah pribadi
4,7,11 - 3
5 Religion
Experience • Mengalami
kejadian batin dari
Tuhan
2,5,8 - 3
3.3.3 Skala Emotional Intelligence
Pengukuran skala Emotional Intelligence menggunakan skala Emotional
Intelligence Developed ,dibuat dan dikembangkan Salovey & Mayer (1990),
memiliki 3 dimensi yaitu Appraisal and Expression of Emotion, Regulation of
Emotion, dan Utilization of Emotion yang diaptasi ke dalam bahasa indonesia.
Blue print skala ini dapat dilhat pada tabel 3.4
42
Tabel 3.4
Blue Print skala Emotional Intelligence
3.4 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Harrington (2009)
menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil
CFA yang baik adalah:
1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-square
yang dihasilkan. Jika nilai Chi-square tidak signifikan (p > 0,05) berarti
No Dimensi Indikator Fav Unfav Jumlah
1 Appraisal and
Expression of
Emotion
• Memahami emosi
diri sendiri dan
orang lain
• Mengetahui emosi
diri sendiri dan
orang lain
• Persepsi terhadap
emosi diri sendiri
dan orang lain
• Menyadari emosi
diri sendiri dan
orang
1,2,3,4,6,7,8
,9,10,11,12,
13
5 13
2 Regulation of
Emotion • Mengatur emosi
orang lain
• Mengatur emosi diri
sendiri
14,15,16,17,
18,19,20,21,
22, 23
10
3 Utilization of
Emotion • Evaluasi terhadap
emosi yang
dirasakan
• Pemanfaatan emosi
diri sendiri
• Dampak yang dirasa
ketika mengalami
emosi
24,25,26,27,
29,30,
31,32
28,33 10
43
semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-square
signifikan(p<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model
pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini.
2. Jika nilai Chi-square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang
ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari
satu konstruk atau multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan
pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh
model fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah
selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai
koefisien positif. Jika T-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih
besar dari 1,96 (absolute), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam
mengukur faktor yang hendak diukur (tidak didrop).
4. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatan negatif. Perlu dicatat bahwa
untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal: personality
inventory), jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah
skoringnya yang dirubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku
perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif didrop.
5. Selanjutnya, melihat loading factor yang merupakan besar korelasi
(kovarian) antar indikator dengan konstruk latennya setelah diperoleh dari
44
model yang fit. Bobot yang diperlukan dalam loading factor sebesar 0,5 atau
lebih yang dianggap akan memiliki validasi yang cukup kuat untuk
menjelaskan konstruk laten. Jika sudah sesuai, maka item tersebut dinyatakan
valid dalam mengukur faktor yang hendak diukur (tidak didrop).
6. Apabila kesalahan pengukurannya berkorelasi terlalu banyak dengan
kesalahan pengukuran pada item lain, maka item seperti ini pun dapat didrop
karena bersifat sangat multidimensional.
Adapun analisis dengan metode CFA dilakukan dengan bantuan software M-
Plus7 (Muthen & Muthen, 2014).
Adapun kriteria untuk mengeliminasi atau men-drop item adalah sebagai berikut:
1. Menguji apakah suatu item signifikan atau tidak dalam mengukur hal yang
hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Dalam hal ini yang dites adalah
koefisien muatan faktor untuk setiap item. Jika nilai T koefisien muatan faktor
(t>1.96), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam mengukur konstruk
yang hendak diukur. Artinya item tersebut tidak di-drop. Sedangkan item yang
nilai t-nya tidak signifikan (t<1,96), maka item akan di-drop.
2. Jika suatu item memiliki koefisien negatif, maka item tersebut akan di-drop,
dikarenakan item mengukur hal yang berlawanan dari apa yang hendak
diukur. Namun demikian, jika suatu item terdiri dari pernyataan yang bersifat
unfavorable maka tentu saja koefisien muatan faktornya pun akan memiliki
arah negatif. Oleh sebab itu, pada item yang seperti ini, skornya harus dibalik
(reversed) terlebih dahulu sebelum analisis faktor dan perhitungan skor faktor
dilakukan, sehingga diperoleh koefisien muatan faktor positif. Apabila skor
45
pada item sudah dibalik tetap menghasilkan koefisien yang bernilai negatif
maka item tersebut di-drop.
3. Apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak saling berkorelasi, maka
item tersebut sebaiknya di-drop. Sebab item yang demikian selain mengukur
apa yang hendak diukur, juga mengukur hal lain (multidimensional). Maka
item yang digunakann hanyalah item yang valid saja.
Kemudian setelah didapat model fit, dihitung faktor skornya. Penggunaan faktor
skor ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bias akibat dari kesalahan
pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah skor yang
diperoleh dari variabel pada umumnya, melakukan true score yang diperoleh
dengan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item.
3.4.1 Uji validitas Skala Kepuasan Pernikahan
Penulis menguji apakah 32 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur kepuasan pernikahan. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 870.528 df = 464 p-value =
0.000, RMSEA = 0.062, CFI = 0.826 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh
karena itu penulis melakukan modifikasi terhadap model yaitu membebaskan
korelasi antara kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi,
diperoleh model fit dengan nilai chi-square = 700.801 df = 447 p-value = 0.0000
RMSEA = 0.048 dan CFI = 0.891. Jika melihat nilai chi-square memang model in
belum fit tetapi jika melihat RMSEA dan CFI (Cumulatindependent variablee Fit
Index) model ini telah fit dengan data. Sehingga penulis menyimpulkan model ini
fit dengan data.
46
Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan mengukur
aktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Subjectindependent variablee
Well Being disajikan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan
Item Estimate SE T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.587 0.063 9.318 0.000 √ Item 2 0.467 0.068 6.892 0.000 √ Item 3 0.740 0.062 11.906 0.000 √ Item 5 0.666 0.055 12.146 0.000 √ Item 7 0.581 0.059 9.834 0.000 √ Item 8 0.668 0.049 13.746 0.000 √ Item 9 0.578 0.059 9.742 0.000 √
Item 10 0.684 0.050 13.824 0.000 √ Item 11 0.635 0.052 12.260 0.000 √ Item 12 0.692 0.050 13.915 0.000 √ Item 13 0.651 0.047 13.808 0.000 √ Item 14 0.678 0.050 13.501 0.000 √ Item 15 0.640 0.054 11.781 0.000 √ Item 16 0.553 0.082 6.755 0.000 √ Item 17 0.465 0.092 5.050 0.000 √ Item 18 0.441 0.073 6.005 0.000 √ Item 19 0.586 0.058 10.150 0.000 √ Item 20 0.504 0.077 6.539 0.000 √ Item 21 0.406 0.079 5.104 0.000 √ Item 22 0.555 0.074 7.481 0.000 √ Item 23 0.536 0.059 9.099 0.000 √ Item 31 0.622 0.061 10.186 0.000 √ Item 32 0.344 0.073 4.683 0.000 √ Item 24 0.304 0.082 3.693 0.000 √ Item 25 0.410 0.072 5.696 0.000 √ Item 26 0.801 0.039 20.660 0.000 √ Item 27 0.791 0.035 22.513 0.000 √ Item 28 0.392 0.066 5.943 0.000 √ Item 4 0.733 0.046 15.911 0.000 √ Item 6 0.563 0.063 8.937 0.000 √
Item 29 0.356 0.107 3.318 0.000 √ Item 30 0.549 0.143 3.845 0.000 √
47
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t > 1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan
di drop.
3.4.2 Uji validitas Skala Religiusitas
1. Intellectual
Penulis menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur kepuasan pernikahan. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 0.000 df = 0 p-value = 0.000,
RMSEA = 0.000, CFI = 1.000. Jika melihat nilai chi-square memang model in
belum fit tetapi jika melihat RMSEA dan CFI (Cumulatindependent variablee Fit
Index) model ini telah fit dengan data. Sehingga penulis menyimpulkan model ini
fit dengan data. Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan
mengukur aktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item intellectual disajikan
pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Intellectual
Item Estimate SE T-Value P-Value Signifikan
Item 1 0.645 0.115 5.611 0.000 √ Item 14 0.462 0.103 4.484 0.000 √ Item 6 0.594 0.121 4.922 0.000 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
48
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di
drop.
2. Ideology
Penulis menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur kepuasan pernikahan. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 0.000 df = 0 p-value = 0.000,
RMSEA = 0.000, CFI = 1.000. Jika melihat nilai chi-square memang model in
belum fit tetapi jika melihat RMSEA dan CFI (Cumulatindependent variablee Fit
Index) model ini telah fit dengan data. Sehingga penulis menyimpulkan model ini
fit dengan data. Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan
mengukur aktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item ideology disajikan
pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Ideology
Item Estimate SE T-Value P-Value Signifikan
Item 10 1.268 0.375 3.384 0.001 √ Item 9 0.595 0.218 2.726 0.006 √
Item 15 0.497 0.191 2.605 0.009 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
49
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di
drop.
3. Public Practice
Penulis menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur kepuasan pernikahan. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 0.000 df = 0 p-value = 0.000,
RMSEA = 0.000, CFI = 1.000. Jika melihat nilai chi-square memang model in
belum fit tetapi jika melihat RMSEA dan CFI (Cumulatindependent variablee Fit
Index) model ini telah fit dengan data. Sehingga penulis menyimpulkan model ini
fit dengan data. Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan
mengukur aktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Public practice
disajikan pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Public practice
Item Estimate SE T-Value P-Value Signifikan
Item 3 0.641 0.222 2.882 0.004 √ Item 13 0.819 0.264 3.104 0.002 √ Item 12 0.261 0.099 2.640 0.008 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di
drop.
50
4. Private Practice
Penulis menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur kepuasan pernikahan. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 0.000 df = 0 p-value = 0.000,
RMSEA = 0.000, CFI = 1.000. Jika melihat nilai chi-square memang model in
belum fit tetapi jika melihat RMSEA dan CFI (Cumulatindependent variablee Fit
Index) model ini telah fit dengan data. Sehingga penulis menyimpulkan model ini
fit dengan data. Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan
mengukur aktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Prindependent
variableate practice disajikan pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Prindependent variableate Practice
Item Estimate SE T-Value P-Value Signifikan
Item 4 0.829 0.341 2.432 0.015 √ Item 11 0.269 0.175 1.532 0.126 X
Item 7 0.464 0.200 2.315 0.021 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 1 item yang tidak signifikan (t <
1.96), yaitu item 11. Dengan demikian item tersebut harus di-drop dan tidak
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
5. Religion Experience
Penulis menguji apakah 3 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur kepuasan pernikahan. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
51
dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 0.000 df = 0 p-value = 0.000,
RMSEA = 0.000, CFI = 1.000. Jika melihat nilai chi-square memang model in
belum fit tetapi jika melihat RMSEA dan CFI (Cumulatindependent variablee Fit
Index) model ini telah fit dengan data. Sehingga penulis menyimpulkan model ini
fit dengan data. Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan
mengukur aktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu didrop atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Religion Experience
disajikan pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Religion Experience
Item Estimate SE T-Value P-Value Signifikan
Item 5 0.711 0.161 4.410 0.000 √ Item 2 0.517 0.136 3.796 0.000 √ Item 8 0.392 0.113 3.469 0.001 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t > 1.96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di
drop.
3.4.3 Uji validitas Skala Emotional Intelligence
Penulis menguji apakah 33 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur kepuasan pernikahan. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan pertama kali didapatkan chi-square = 1030.846 df = 495 p-value =
0.000, RMSEA = 0.071, CFI = 0.808 yang artinya model tersebut belum fit. Oleh
52
karena itu penulis melakukan modifikasi terhadap model yaitu membebaskan
korelasi antara kesalahan pengukuran. Setelah dilakukan beberapa kali modifikasi,
diperoleh model fit dengan nilai chi-square = 756.376 df = 479 p-value = 0.0000
RMSEA = 0.049 dan CFI = 0.901. Jika melihat nilai chi-square memang model in
belum fit tetapi jika melihat RMSEA dan CFI (Cumulatindependent variablee Fit
Index) model ini telah fit dengan data. Sehingga penulis menyimpulkan model ini
fit dengan data.
Setelah itu, penulis melihat apakah item tersebut signifikan mengukur aktor yang
hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu didrop atau
tidak. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item emotional intelligence disajikan
pada tabel 3.11. Lanjutan tabel 3.1
53
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Emotional Intelligence
Item Estimate SE T-Value P-Value Signifikan
Item 5 -0.046 0.098 -0.064 0.642 X
Item 9 0.481 0.057 8.393 0.000 √ Item 15 0.587 0.079 7.401 0.000 √ Item 18 0.746 0.040 18.475 0.000 √ Item 19 0.839 0.029 29.059 0.000 √ Item 22 0.709 0.039 18.104 0.000 √ Item 25 0.716 0.053 13.521 0.000 √ Item 29 0.393 0.068 5.734 0.000 √ Item 32 0.392 0.071 5.541 0.000 √ Item 33 -0.091 0.088 -1.031 0.000 X
Item 1 0.313 0.087 3.597 0.000 √ Item 2 0.586 0.057 10.321 0.000 √ Item 3 0.580 0.059 9.759 0.000 √ Item 4 0.480 0.064 7.497 0.000 √
Item 10 0.538 0.069 7.773 0.000 √ Item 11 0.347 0.066 5.247 0.000 √ Item 12
Item 13
Item 14
Item 16
0.586
0.503
0.549
0.552
0.061
0.064
0.059
0.054
9.666
7.832
9.230
10.277
0.000
0.000
0.000
0.000
√
√
√
√ Item 21 0.590 0.050 11.848 0.000 √ Item 23 0.743 0.042 17.751 0.000 √ Item 24 0.661 0.056 11.757 0.000 √ Item 26 0.483 0.072 6.725 0.000 √ Item 28 0.131 0.077 1.694 0.000 X
Item 30 0.614 0.073 8.430 0.000 √ Item 31 0.649 0.064 10.100 0.000 √ Item 6 0.512 0.057 9.057 0.000 √ Item 7 0.409 0.074 5.524 0.000 √ Item 8 0.191 0.079 2.432 0.000 √
Item 17 0.625 0.055 11.360 0.000 √ Item 20 0.722 0.042 17.113 0.000 √ Item 27 0.412 0.073 5.653 0.000 √
Keterangan: tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 3 item yaitu item 5, 28, dan 33
yang tidak signifikan (t < 1.96). Dengan demikian item tersebut harus di-drop dan
tidak diikutsertakan dalam analisis selanjutnya.
54
3.5 Metode Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan estimasi faktor skor dari
item-item yang telah memenuhi kriteria item yang valid. Sehingga didapat faktor
skor pada tiap variabel. Dengan demikian perbedaan kemampuan masing-masing
item dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut menentukan dalam
menghitung faktor skor (true score). True score inilah yang akan dianalisis dalam
analisis berikutnya. Selanjutnya penulis mentransformasikan faktor skor yang
diukur kedalam T score, dengan mean=50 dan standar deviasi (SD)=10. Sehingga
tidak ada responden yang mendapat skor negatif dan setiap variabel memiliki
satuan yang sama. Adapun rumus T score adalah:
T score = (10*faktor skor) + 50
Selanjutnya untuk analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini digunakan
untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditunjukkan untuk mengetahui besarnya
pengaruh dari variable bebas (independent variable), yaitu Religiusitas
(intellectual, ideology, public practice, prindependent variableate practice, dan
religious experience), emotional intelligence, dan usia pernikahan terhadap
kepuasan pernikahan (dependent variable). Regresi berganda merupakan metode
statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara
DEPENDENT VARIABLE dengan lebih dari satu independent variable
Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 X 7 + e
Keterangan:
Y = Nilai prediksi Y (Kepuasan Pernikahan
a = Konstan intersepsi
b = Koefisien regresi untuk masing
X 1 = intellectual
X 2 = ideology
X 3 = public practice
X 4 = prindependent variable
X 5 = religious experience
X 6 = emotional intelligence
X 7 = Usia Pernikahan
e = Residual dari Kepuasan Pernikahan
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan
analisis. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis berganda, digunakan
agar dapat menjawab hipotesis penelitian
berganda penulis menggunakan software SPSS versi 22.0.
analisis regresi berganda
berapa persen (%) sumbangan
independent variable
. Adapun rumus untuk menghitung
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
R2
= Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan
variable
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
diperoleh.
rediksi Y (Kepuasan Pernikahan)
a = Konstan intersepsi
b = Koefisien regresi untuk masing-masing independent variable
public practice
independent variableate practice
experience
emotional intelligence
X 7 = Usia Pernikahan
e = Residual dari Kepuasan Pernikahan
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan
analisis. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis berganda, digunakan
agar dapat menjawab hipotesis penelitian. Untuk mendapat hasil analisis
berganda penulis menggunakan software SPSS versi 22.0. Selanjutnya dari
analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2
(R square) untuk mengetah
berapa persen (%) sumbangan dependent variable yang dijelaskan oleh
independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variab
Adapun rumus untuk menghitung R2 , digunakan rumus sebagai
rumus sebagai berikut:
= Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan
= Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
55
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan
analisis. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis berganda, digunakan
. Untuk mendapat hasil analisis regresi
Selanjutnya dari
square) untuk mengetahui
yang dijelaskan oleh
dependent variable
us sebagai digunakan
independent
= Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
SSy = Jumlah kuadrat dari
Selanjutnya R
untuk uji F terhadap R
Keterangan:
K = banyaknya
N = besarnya sampel
Apabila nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variable Adapun jika F signifikan, langkah berikutnya menguji signifikansi
pengaruh masing-masing
ini dilakukan melalui uji t (t
1,96 maka independent variable
signifikan terhadap dependent
Adapun rumus uji t yang digunakan adalah:
Keterangan:
bi = koefisien regresi untuk
Sbi = standar deviasi sampling atau standar
Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varians
yang disumbangkan oleh masing
mempengaruhi dependent variable
regresi berganda yang bersifat berjenjang ata
= Jumlah kuadrat dari dependent variable (Y)
Selanjutnya R2
dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus
untuk uji F terhadap R2
adalah :
dengan df= K dan (N-K-1)
independent variable
sampel
Apabila nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh independent variable
sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Adapun jika F signifikan, langkah berikutnya menguji signifikansi
asing independent variable terhadap dependent variable
ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t >
independent variable yang bersangkutan memiliki pengaruh yang
dependent variable, dan sebaliknya.
Adapun rumus uji t yang digunakan adalah:
= koefisien regresi untuk independent variable (i)
= standar deviasi sampling atau standar error dari .
Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varians
yang disumbangkan oleh masing-masing independent variable
dependent variable. Dalam hal ini penulis melakukan analisis
regresi berganda yang bersifat berjenjang atau stepwise. Artinya dilakukan
56
dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus
1)
independent variable
sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dependent
Adapun jika F signifikan, langkah berikutnya menguji signifikansi
dependent variable. Hal
test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t >
yang bersangkutan memiliki pengaruh yang
Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varians
independent variable dalam
. Dalam hal ini penulis melakukan analisis
Artinya dilakukan
analisis regresi berulang
kemudian dengan dua
variable dan seterusnya sampai
dilakukan analisis regresi akan diperoleh nilai R
independent variable
Jika pertambahan R
independent variable
statistik maupun dalam upaya memprediksi
menguji hipotesis apakah
pengaruhnya. Setiap pertambahan R
ditambahkan adalah menunjukan besarnya sumbangan unik
tersebut terhadap bervariasinya
beberapa dependent variable
itulah analisis regresi secara
stepwise regression.
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya
pertambahan proporsi varian (R
Disini, adalah nilai R
baru ditambahkan ke dalam persamaan dan
sebelum independent variable
independent variable
analisis regresi berulang-ulang dimulai dengan hanya satu independent variable
kemudian dengan dua independent variable, dilanjutkan dengan tiga
dan seterusnya sampai independent variable ke sepuluh. Set
dilakukan analisis regresi akan diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahkan
baru diharapkan terjadi peningkatan R2 secara signifikan.
Jika pertambahan R2 (R
2change) signifikan secara statistik maka berarti
variable baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara
statistik maupun dalam upaya memprediksi dependent variable
menguji hipotesis apakah independent variable bersangkutan signifikan
pengaruhnya. Setiap pertambahan R2
ketika satu independent variable
ditambahkan adalah menunjukan besarnya sumbangan unik independent variable
tersebut terhadap bervariasinya dependent variable setelah pengaruh dari
dependent variable terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh sebab
itulah analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya
pertambahan proporsi varian (R2change) adalah sebagai berikut :
dengan
adalah nilai R2 yang dihasilkan setelah independent variable
baru ditambahkan ke dalam persamaan dan adalah nilai R2
independent variable baru ditambahkan. Sedangkan T adalah banyaknya
independent variable pada , dan S adalah banyaknya independent variable
57
independent variable
, dilanjutkan dengan tiga independent
sepuluh. Setiap kali
. Setiap kali ditambahkan
secara signifikan.
) signifikan secara statistik maka berarti
baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara
dependent variable serta untuk
bersangkutan signifikan
endent variable baru
independent variable
setelah pengaruh dari
terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh sebab
seperti ini dikenal dengan sebutan
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya
independent variable
2 yang diperoleh
baru ditambahkan. Sedangkan T adalah banyaknya
independent variable
pada N adalah besarnya sampel penelitian.Rumus ini bersifat generik, artinya
bisa digunakan untuk menguji signif
pertambahan satu independent variable
independent variable
varian yang dapat dijelaskan dan merupakan sumbangan dari
variable yang ditambahkan adalah signifikan secara statistik. Jadi, rumus ini bisa
diuji signifikan tidaknya pertambahan
menambahkan satu
beberapa independent
N adalah besarnya sampel penelitian.Rumus ini bersifat generik, artinya
bisa digunakan untuk menguji signifikan tidaknya pertambahan R
independent variable maupun untuk pertambahan beberapa
independent variable . Jika nilai F yang dihasilkan signifikan berarti proporsi
varian yang dapat dijelaskan dan merupakan sumbangan dari
yang ditambahkan adalah signifikan secara statistik. Jadi, rumus ini bisa
diuji signifikan tidaknya pertambahan independent variable baik hanya dengan
menambahkan satu independent variable maupun dengan menambahkan
independent variable sekaligus.
58
N adalah besarnya sampel penelitian.Rumus ini bersifat generik, artinya
ikan tidaknya pertambahan R2
baik untuk
maupun untuk pertambahan beberapa
Jika nilai F yang dihasilkan signifikan berarti proporsi
varian yang dapat dijelaskan dan merupakan sumbangan dari independent
yang ditambahkan adalah signifikan secara statistik. Jadi, rumus ini bisa
baik hanya dengan
maupun dengan menambahkan
59
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 181 reponden wanita dengan
minimal umur 40 tahun belum mengalami menopause, memiliki gejala menjelang
menopause, telah menikah, masih memiliki suami, berdomisili di jabodetabek.
Berikut ini merupakan gambaran umum subjek penelitian mengenai usia,
pekerjaan, usia suami, usia pernikahan, jumlah anak, penghasilan suami, dan
gejala yang dimiliki menjelang menopause.
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan agama,
pekerjaan, usia, usia pernikahan.
Gambaran Umum Subjek Penelitian N = 181 Persentase
(%)
Agama Islam 171 94.48
Kristen
Katholik
7
2
3.87
1.10
Budha 1 0.55
Pekerjaan Ibu rumah tangga 70 38.67
PNS 37 20.44
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Lainnya
51
4
19
28.18
2.21
10.50
Usia 40-45
46-50
51-58
99
61
21
54.70
33.70
11.60
Usia
Pernikahan
1-6 tahun
7-15 tahun
>15
6
36
139
3.31
19.89
76.80
Dari table 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden adalah beragama islam
yaitu sebanyak 171 orang (94.48%). Selanjutnya, status pekerjaan, berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang bekerja sebagai ibu
60
rumah tangga lebih banyak daripada yang bekerja sebagai PNS, karyawan swasta,
wiraswasta, dan lainnya. Jumlah wanita di masa perimenopause yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga sebanyak 70 orang (38.67%), sementara sebagai PNS
37 orang (20.44%), sebagai karyawan swasta 51 orang (28.18%), sebagai
wiraswasta 4 orang (2.21 %), dan lainnya 19 (10.5 %).
Berdasarkan jumlah anak, mayoritas responden memiliki 2 anak yaitu sebanyak
74 orang (40.88%), dan responden yang memiliki 3 anak sebanyak 67 orang
(37.02%), responden yang memiliki 4 anak sebanyak 18 orang (9.94%),
responden yang memiliki 1 anak sebanyak 11 orang (6.08%), responden yang
memiliki 5 anak sebanyak 3 orang (1.66%), responden yang memiliki lebih dari 5
anak sebanyak 2 orang (1.10%), responden yang belum memiliki anak sebanyak 6
orang (3.31%). Berdasarkan usia pernikahan, mayoritas responden berada pada
usia >15 tahun yaitu sebanyak 139 orang (76.80%), sementara responden yang
berada pada usia pernikahan 7-15 tahun yaitu sebanyak 36 orang (19.89%), dan
sisanya berada pada usia pernikahan 1-6 tahun yaitu sebanyak 6 orang (3.31%).
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni
(true score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini
dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil
penelitian variable-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score pada
setiap variable harus diletakkan pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan
mentrasformasikan raw score menjadi z-score, agar nilai z-score menjadi positif
perlu dilakukan perhitungan t-score = (10*factor score) + 50.
61
Untuk menjelaskan gambaran umum deskripsi dari variabel-variabel yang
diteliti, indeks yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah skor mean,
standar deviasi, nilai minimum dan maksimum dari setiap variabel penelitian.
Skor tersebut disajikan dalam tabel berikut ini:
Table 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviasi
Kepuasan Pernikahan 181 5.91 67.18 50.00 9.60
Intellectual 181 29.32 63.63 50.00 7.33
Ideology 181 35.25 55.16 50.00 5.17
Public Practice 181 17.88 60.10 50.00 8.57
Private Practice 181 13.16 59.58 50.00 10.00
Religion Experience 181 25.22 59.26 50.00 6.90
Emotional Intelligence 181 23.75 79.76 50.00 9.49
Valid N (listwise)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa skor Kepuasan pernikahan, Intellectual,
Ideology, Public practice, Private practice, religion Experience, Emotional
Intelligence diletakkan pada skala yang sama dengan mean 50.
Dari tabel 4.2 juga dapat diketahui skor terendah dari kepuasan pernikahan adalah
5.91 dan skor tertinggi adalah 67.18. Skor terendah dari Intellectual adalah 29.32
dan skor tertinggi adalah 63.63. Skor terendah dari Ideology adalah 35.25 dan
skor tertinggi adalah 55.16. Skor terendah dari Public Practice adalah 13.16 dan
skor tertinggi adalah 59.58. Skor terendah dari Private practice adalah 13.16 dan
skor tertinggi adalah 59.58. Skor terendah dari Religion experinece adalah 25.22
dan skor tertinggi adalah 59.26. Skor terendah dari emotional intelligece adalah
23.75 dan skor tertinggi adalah 79.76.
62
4.3 Kategorisasi Skor
Setelah melakukan deskripsi dari masing-masing variabel, maka hal yang perlu
dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan
menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Kategorisasi dalam
penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Dalam hal ini
ditetapkan norma sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor
Kategori Rumus
Rendah X < Mean
Tinggi X > Mean
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi, sedang dan
rendahnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan disajikan pada tabel
di bawah ini:
Table 4.4 Kategorisasi Skor Variabel
Frekuensi %
Variabel Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Kepuasan Pernikahan 83 98 45.9 54.1
Intellectual 100 81 55.2 44.8
Ideology 71 110 39.2 60.8
Public Practice 108 73 59.7 40.3
Private Practice 104 77 57.5 42.5
Religion Experience 76 105 42.0 58.0
Emotional Intelligence 100 81 55.2 44.8
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa variabel kepuasan pernikahan, sebanyak
83 orang (45.9%) berada di kategori rendah, dan 98 orang (54.1%) berada di
kategori tinggi. Dengan demikian dari 181 hasil sebaran variabel kepuasan
pernikahan berada pada kategori tinggi. Selanjutnya variabel intellectual sebanyak
63
100 orang (55.2%) berada pada kategori rendah. Lalu, 81 orang (44.8%) berada
dalam kategori tinggi. Dengan demikian dari 181 hasil sebaran variabel
intellectual berada pada kategori rendah. Selanjutnya variabel ideology sebanyak
71 orang (39.2%) berada pada kategori rendah. Lalu, 110 orang (60.8%) berada
dalam kategori tinggi. Dengan demikian dari 181 hasil sebaran variabel
intellectual berada pada kategori tinggi. Selanjutnya variabel public practice
sebanyak 108 orang (59.7%) berada pada kategori rendah. Lalu, 73 orang (40.3%)
berada dalam kategori tinggi. Dengan demikian dari 181 hasil sebaran variabel
public practice berada pada kategori rendah. Selanjutnya variabel private
practice sebanyak 104 orang (57.5%) berada pada kategori rendah. Lalu, 77 orang
(42.5%) berada dalam kategori rendah. Dengan demikian dari 181 hasil sebaran
variabel public practice berada pada kategori rendah.
Selanjutnya variabel religion experience sebanyak 76 orang (42.0%)
berada pada kategori rendah. Lalu, 105 orang (58.00%) berada dalam kategori
tinggi. Dengan demikian dari 181 hasil sebaran variabel religion experience
berada pada kategori tinggi. Selanjutnya variabel emotional intelligence sebanyak
100 orang (55.2%) berada pada kategori rendah. Lalu, 81 orang (44.8%) berada
dalam kategori tinggi. Dengan demikian dari 181 hasil sebaran variabel
emotional intelligence berada pada kategori rendah.
64
4.4 Uji Hipotesis penelitian
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahap ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan menggunakan software SPSS 17. Pada regresi terdapat tiga hal yang akan
dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%)
varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable, kedua
apakah secara keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan
terhadap dependent variable , kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing independent variable.
Pertama adalah nilai besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%)
varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable. Untuk
tabel R-square, dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4.5 R-square
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .419a .175 .142 8.893
a. Predictors: (Constant), usia pernikahan, Intellectual, Ideology, Public Practice, ,
Private practice, Religion experience, Emotional lintelligence
b. Dependent Variable: Kepuasan pernikahan
Dari tabel di atas, dapat dilihat perolehan R square sebesar 0.175 atau 17.5%.
Artinya proporsi varians dari kepuasan pernikahan yang dijelaskan oleh
intellectual, ideology, public practice, private practice, religion experience,
emotional intelligence dan usia pernikahan adalah sebesar 17.5%, sedangkan
sisanya 82.5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
65
Kedua, peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable
terhadap kepuasan pernikahan. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut:
Tabel 4.6 Tabel Anova
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 2911.367 7 415.910 5.259 .000b
Residual 13681.014 173 79.081
Total 16592.381 180
a. Dependent Variable: Kepuasan pernikahan
b. Predictors: (Constant) Intellectual, Ideology, Public Practice, Private practice, Religion
experience, Emotional lintelligence, usia pernikahan
Diketahui bahwa hasil uji F sebesar 5.259 dengan sig 0.00 (sig < 0,05), maka dari
itu hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan
religiusitas (intellectual, ideology, public practice, private practice, religion
experience), emotional intelligence dan usia pernikahan terhadap kepuasan
pernikahan ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan religiusitas
(intellectual, ideology, public practice, private practice, religion experience),
emotional intelligence dan usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable, oleh karena itu dilakukan uji t. Untuk mengetahui apakah
koefisien regresi signifikan atau tidak, dapat dilihat melalui kolom Sig., (P<0.05)
maka koefisien regresi yang dihasilkan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kepuasan pernikahan, begitupun sebaliknya. Adapun besarnya koefisien
regresi dari masing-masing independent variable dapat dilihat pada tabel 4.7.
66
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 12.744 8.631 1.476 .142
Intellectual -.118 .108 -.090 -1.096 .275
Ideology .242 .131 .131 1.855 .065
Public Practice .103 .085 .092 1.212 .227
Private practice .253 .077 .264 3.292 .001
Religion Experience .176 .118 .127 1.492 .138
Emotional Intelligence .093 .079 .092 1.173 .242
Usia Pernikahan .009 .106 -.006 -.089 .929
a. Dependent Variable: Kepuasan pernikahan
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:
Kepuasan pernikahan = 12.744 -0.118 intellectual + 0.242 ideology + 0.103
public practice + 0.253 private practic + 0.176 religion experience + 0.093
emotional intelligence + 0.009 usia pernikahan
Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,
dengan melihat nilai sig pada kolom sig tabel 4.7, jika sig < 0,05 maka pengaruh
koefisien regresi yang dihasilkan bernilai signifikan terhadap kepuasan pernikahan
dan sebaliknya. Pada tabel 4.7 terdapat satu koefisien regresi yang signifikan, yaitu
private practice. Sedangkan variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi yang
tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa dari 7 hipotesis minor hanya terdapat satu
yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada
masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:
67
1. Variabel intellectual
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -.118 dengan signifikansi sebesar
0.275 (sig > 0,05) sehingga H0 diterima. Artinya intellectual dari variabel
religiusitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
2. Variabel ideology
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,242 dengan signifikansi sebesar
0,065 (sig > 0,05), sehingga H0 diterima. Artinya ideology dari variabel
religiusitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
3. Variabel public practice
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.103 dengan signifikansi sebesar
0.227 (sig > 0,05) sehingga H0 diterima. Artinya public practice dari
variabel religiusitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
4. Variabel private practice
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,253 dengan signifikansi sebesar
0,001 (sig < 0,05), sehingga H0 ditolak. Artinya ada pengaruh yang
signifikan private practice dari variabel religiusitas terhadap kepuasan
pernikahan. Tanda pada koefisien adalah positif. Artinya, semakin tinggi nilai
private practice, maka semakin tinggi kepuasan pernikahan pada wanita di
masa perimenopaue.
68
5. Variabel religion experience
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.176 dengan signifikansi sebesar
0.138 (sig > 0,05), sehingga H0 diterima. Artinya religion experience dari
variabel religiusitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan.
6. Variabel emotional intelligence
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.093 dengan signifikansi sebesar
0,242 (sig > 0,05), sehingga H0 diterima. Artinya emotional intelligence
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
7. Variabel usia pernikahan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.009 dengan signifikansi sebesar
0,929 (sig > 0,05), sehingga H0 diterima. Artinya usia pernikahan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
1.4.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing Independent Variable
Terhadap Dependent Variable
Penulis ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing
independent variable terhadap kepuasan pernikahan . Besarnya proporsi varian
dapat dilihat pada tabel 4.8
69
Tabel 4.8 Proporsi Varians untuk masing-masing Independent Variable
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .128a .016 .011 9.548 .016 3.002 1 179 .085
2 .211b .045 .034 9.437 .028 5.231 1 178 .023
3 .276c .076 .061 9.305 .032 6.082 1 177 .015
4 .393d .155 .135 8.927 .078 16.291 1 176 .000
5 .411e .169 .145 8.878 .014 2.964 1 175 .087
6 .419f .175 .147 8.867 .007 1.430 1 174 .233
7 .419g .175 .142 8.892 .000 .008 1 173 .929
a. Predictors: (Constant) Intellectual, Ideology, Public Practice, Private practice, Religion
experience, Emotional lintelligence, usia pernikahan
b. Dependent Variable: Kepuasan pernikahan
Berdasarkan tabel 4.8 dijelaskan bahwa :
1. Variabel Intellectual memberikan sumbangan sebesar 1.6 % terhadap varians
kepuasan pernikahan dengan nilai signifikansi 0.085. Maka secara statistik
sumbangan tersebut tidak signifikan.
2. Variabel Ideology memberikan sumbangan sebesar 2.8 % terhadap varians
kepuasan pernikahan dengan nilai signifikansi 0.023. Maka secara statistik
sumbangan tersebut signifikan.
3. Variabel public practice memberikan sumbangan sebesar 3.2 % terhadap
varians kepuasan pernikahan dengan nilai signifikansi 0.015. Maka secara
statistik sumbangan tersebut signifikan.
4. Variabel private practice memberikan sumbangan sebesar 7.8 % terhadap
varians kepuasan pernikahan dengan nilai signifikansi 0.000. Maka secara
statistik sumbangan tersebut signifikan.
70
5. Variabel religion experience memberikan sumbangan sebesar 1.4 % terhadap
varians kepuasan pernikahan dengan nilai signifikansi 0.087. Maka secara
statistik sumbangan tersebut tidak signifikan.
6. Variabel emotional intelligence memberikan sumbangan sebesar 0.7 %
terhadap varians kepuasan pernikahan dengan nilai signifikansi 0.233. Maka
secara statistik sumbangan tersebut tidak signifikan.
7. Variabel usia pernikahan memberikan sumbangan sebesar 0.0 % terhadap
varians kepuasan pernikahan dengan nilai signifikansi 0.929. Maka secara
statistik sumbangan tersebut tidak signifikan.
71
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan didapatkan hasil yang kemudian dianalisis oleh
peneliti, didapatkan kesimpulan yang juga merupakan jawaban dari permasalahan
penelitian. Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan dari penelitian ini, bahwa secara
keseluruhan ada pengaruh yang signifikan antara religiusitas, emotional
intelligence, dan usia pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita di
masa perimenopause. Maka hipotesis mayor yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara religiusitas, emotional intelligence dan usia
pernikahan terhadap kepuasan pernikahan pada wanita di masa perimenopause
tidak ditolak.
Kemudian, penulis menguji hipotesis minor untuk mengetahui signifikansi
dari masing-masing koefisien regresi independent variable terhadap dependent
variable , diperoleh hasil bahwa dari delapan variabel, ternyata hanya satu yang
signifikan pengaruhnya terhadap kepuasan pernikahan, private pactice.
Sedangkan variable ideology, intellectual, public practice, religion experience,
emotional intelligence dan usia pernikahan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan pernikahan pada wanita di masa perimenopause.
5.2 Diskusi
Berdasarkan proporsi varians yang telah dihitung, diperoleh hasil bahwa
religiusitas, emotional intelligence, dan usia pernikahan memiliki pengaruh
72
sebesar 17.5% terhadap kepuasan pernikahan. Sedangkan 82.5% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa diantara variabel religiusitas, emotional intelligence, dan
usia pernikahan, terdapat satu variabel yang memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap kepuasan pernikahan, yaitu private practice.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, penilitian ini menunjukan bahwa dari
kelima aspek dari religiusitas terdapat satu yang berpengaruh pada kepuasan
pernikahan yaitu private practice. Private practice merupakan dimana agama
seseorang menyediakan dirinya untuk trasenden dalam aktivitas individu dan
ritual yang bersifat pribadi, seperti berdoa. Aspek private practice memiliki tanda
positif pada koefisien, artinya semakin tinggi nilai private practice maka semakin
tinggi kepuasan pernikahan pada wanita di masa perimenopause.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa berdoa
merupakan suatu hal yang sangat bermakna perannya dalam mempengaruhi
penyesuaian pernikahan. Begitu juga membaca kitab suci, secara positif
berhubungan dengan penyesuaian pernikahan, yang berarti semakin sering dan
baik dalam membaca kitab suci, makin baik pula penyesuaian pernikahannya
(Gruner, 1985). Pernyataan tersebut menunjukan bahwa individu yang tidak
hanya sekedar mengetahui agama saja namun juga memahami dan memaknainya
akan memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang tinggi karena individu
menjadikan agama sebagai landasan pernikahan.
Sedangkan keempat aspek lainnya dari religiusitas tidak memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan.
73
Berdasarkan hasil uji hipotesis, penilitian ini menunjukan bahawa variabel
emotional intelligence tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pernikahan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Anghel (2016) yang
menunjukan bahwa emotional intelligence berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan pernikahan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan yang jauh antara
karakteristik subjek penelitian Anghel (2016) yaitu wanita dan pria dengan usia
rata-rata 29 tahun, sedangkan subjek pada penelitian ini adalah wanita usia madya
(40-55 tahun).
Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian terdahulu mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor penting seperti karakteristik subjek penelitian,
sampling error, perbedaan penggunaan instrumen penelitian, prosedur penelitian,
serta hal lain yang tidak ikut diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, faktor budaya
yang berbeda dapat mempengaruhi hasil penelitian serta responden yang asal
dalam mengisi skala sehingga jawaban tidak sesuai dengan yang diharapkan atau
kondisi responden saat pengisian kuesioner.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yang memiliki
gejala yang tidak kompleks dan tidak mengganggu keberfungsian mereka sehari-
hari, sehingga tidak terlalu berpengaruh dengan kehidupan pernikahannya.
5.3 Saran
Setelah melalui seluruh proses dan penyusunan laporan hasil penelitian, penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian ini. oleh karena itu,
penulis membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan praktis agar
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Selain itu,
74
supaya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pembaca, pasangan menikah,
dan masyarakat umum, sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.
5.3.1 Saran teoritis
1. Besarnya pengaruh seluruh independent variable terhadap kepuasan
pernikahan adalah sebesar 17.5%. sedangkan 82.5% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian seperti mungkin hubungan interpesonal,
kehidupan seksual, self disclosure dan lain-lain. Keenam variabel yang tidak
berpengaruh signifikan, mungkin disebabkan karena independent variable
dalam penelitian bukanlah faktor yang berpengaruh besar pada penelitian
sebelumnya. Serta mungkin seharusnya terdapat variabel yang memediasi
sehingga keenam variable tidak berpengaruh signifikan. Oleh karena itu,
peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menambah variabel
lainnya yang mungkin mempengaruhi kepuasan pernikahan.
2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari skala
baku dalam bahasa asing. Peneliti menyarankan dalam menerjemahkan skala
menggunakan bahasa penerjemahan yang lebih luwes, mudah dipahami dan
tidak ambigu, sehingga mempermudah responden dalam memahami
pernyataan dan menjawabnya.
3. Pada penelitian ini, sebagian besar subjek memiliki gejala menjelang
menopause yang tidak terlalu kompleks, dan tidak terlalu mengganggu
keberfungsian mereka sehari-hari, sehingga tidak ada pengaruh dengan
kehidupan pernikahannya. Penelitian selanjutnya diharapkan menentukan dan
mangambil sampel yang lebih spesifik, yaitu memang memiliki gejala
75
menjelang menopause yang lebih kompleks sehingga keberfungsiannya
sehari-harinya terganggu.
4. Pada penelitian ini, variabel emotional intelligence tidak berpengaruh
terhadap kepuasan pernikahan, karena itu perlu diadakan penelitian lebih
lanjut mengenai variabel ini.
5.3.2 Saran Praktis
1. Dalam penelitian ini, kepuasan pernikahan dipengaruhi oleh private practice.
Disarankan bagi wanita yang sedang berada di masa perimenopause,
hendaknya lebih meningkatkan kualitas ibadah yang dilakukan pribadi
kepada Tuhan seperti membaca kitab suci serta memahami dan mengamalkan
isinya. Kemudian menjalankan ibadah sholat misalnya jika dalam islam
diikuti sunnah-sunnahnya dan menjadikannya sebagai kebutuhan bukan
hanya kewajiban.
2. Pernikahan merupakan suatu hal sakral dan sangat dicintai Tuhan. Memulai
pernikahan pastinya diawali dengan niat membentuk keluarga sakinah
mawaddah wa rahmah , dan kembalilah selalu pada niat anda ketika masalah-
masalah muncul dalam berumah tangga. Permasalahan selama kehidupan
pernikahan bukan hal yang tak biasa namun tidak bisa dianggap biasa. Selalu
percaya pada diri dan pasangan dalam menjalin hubungan, demi mencapai
kepuasan pernikahan yang baik.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, K., & Hossein-abadi, F. H. (2009). Religiosity, marital satisfaction and
child rearing. Pastoral Psychol , 211-221.
Amalina, P., & Kinanthi, M. R. (2017). Hubungan antara kepuasan pernikahan
dengan kecemasan terhadap menopause pada individu yang berada
dalam tahap usia menjelang menopause. Psikodimensia , 31-39.
Anghel, T. C. (2016). Emotional intelligence and marital satisfaction. Journal of
Experiential Psychotherapy .
Aprillia, N. I., & Puspitasari, N. (2007). Faktor yang mempengaruhi tingkat
kecemasan pada wanita perimenopause. UNAIR .
Ayub, N. (2010). Developmental of marital satisfaction scale. pakistan journal of
clinical psychology , 19-34.
Baziad, A. (2003). Menopause dan andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Bird, G. W., & melville, K. (1994). Family and intimate relationship. New york:
MC Graw Hill inc.
Chaplin, J. (2011). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Duvall, E. M., & Miller, B. C. (1985). Marriage and family development sixth
edition. New York: Harper and Row Publisher.
El-Menouar, Y. (2014).The five dimensions of muslim religiosity. Result of an
Empirical Study. 53-78.
Fetzer. (1999). Multidimensional measurement of religiousness/spirituality for use
in helath research. Fetzer Institute
Flowers, B. J., & Olson, D. H. (1993). ENRICH marital satisfaction scale:a brief
research and clinical tool. Journal of Family Psychology , 176-185.
Goleman, D., & .Weissbergh, R. P. (2006). Emotional intelligence: what does the
research really indicate ? Educational Psychologist , 239-245.
Gruner, L. (1985). The correlation of private, religious devotional practices and
marital adjustment. Journal of Comparative Family Studies , 47-59.
Hidayah, S. N., Hadi, M., & Atik, N. S. (2016). Tingkat kecemasan wanita usia
40-45 tahun menghadapi masa premenopause di desa tumpang krasak
77
kecamatan jati kabupaten kudus. Jurnal Kesehatan dan Kebidanan , 54-
64.
Huber, S., & Huber, O. W. (2012). The centrality of religiosity scale (CRS).
Religions , 71-724.
Hurlock. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Igbo, Awopetu, Grace, R., & Ekoja. (1993). Relationship between duration of
marriage, personality trait, gender and conflict resolution strategies of
spouses. Social and Behavior Science , 490-496.
Istiqomah, I., & Mukhlis. (2015). Hubungan antara religiusitas dengan kepuasan
perkawinan. Jurnal Psikologi , 11.
Kusumawardhani, A. (2006). Depresi perimenopause. Jakarta: FKUI.
Lavalekar, A., Kulkarni, P., & Jagtap, P. (2010). Emotional intelligence and
marital satisfaction. Journal of Psychosocial Research , Vol.5 185-194.
Liputan6. (t.thn.). Dipetik Juli 21, 2017, dari Liputan 6:
http://showbiz.liputan6.com/read/2853072/kisah-5-ustaz-bercerai-yang-
mengguncangkan-publik
Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997). What is emotional intelligence? New
york:Basic book
Mirzain, B. (2015). The relationship between emotional intelligence and marital
satisfaction among english teachers. Turkish Journal of Scientific
Research , 2 91-93.
Murken, S., & Namini, S. (2006). Choosing a religion on the headscarf in europe
and their meaning for religious pluralism. Dalam M. Pye, E. Franke, A.
T. Wasim, & A. Mas'ud, Religious Harmony (hal. 295). Berlin: Walter
deGruyter.
Nema, S. (2013). Effect of marital adjustment in middle-aged adults. International
Journal of Scientific and Research Publications , 3 .
Noseck, M., Kennedy, H. P., & Gudmundsdottir, M. (2012). Distress during the
menopause transition:A Rich Contextual Analysis of Midlife. Family
Health Care Nursing , 1-10.
Nurlaili. (2012). Menopause dan pengaruhnya dalam kehidupan perkawinan.
78
Papalia, D. E., & Olds, S. W. (2009). Human development edisi 10 buku 2.
Jakarta: Salemba Humanika.
Pratiwi, P. P. (2017). Hubungan antara religiusitas dengan kepuasan pernikahan
pada dewasa madya. Universitas Muhammadiyah Surakarta .
RI, D. (2004). Bagaimana menghadapi masa menopause.
Salovey, P., & Mayer, J. D. (1990). Emotional intelligence. Baywood Publishing .
Salovey, P., Woolery, A., & Mayer, J. D. (2003). Emotional intelligence:
conceptualization and measurement. Dalam J. O. Fletcher, & M. S.
Clark, Blackwell handbook of Social Psychology:Interpersonal
Processes (hal. 279). Blackwell Publisher.
Santrock, j. W. (2012). Life span development. Jakarta: Erlangga.
Schutte, N. S., Malouff, J. M., & Bhullar, N. (2009). The assesing emotions scale.
soringer series .
Schutte, N. S., Malouff, J. M., Hall, L. E., Haggerty, D. J., Cooper, J. T., Golden,
C. J., et al. (1998). Development and validation of a measure of
emotional intelligence. Personality and Individual Differences , 167-
177.
Sorokowski, P., Randal, A. K., Groyecka, A., Frackowiak, T., Cantarero, K.,
Hilpert, P., et al. (2017). Marital satisfaction, sex, age,marriage
duration, religion, number of children, economic status,education and
collectivistic values:. Frontiers in psychology , 8.
Spanier, G. B. (1976). Measuring Dyadic Adjustment: New Scales for Assessing
the Quality of Marriage and Similar Dyads. Journal of Marriage and
Family15-28 .
Srisusanti, S., & Zulkaida, A. (2013). Studi Deskriptif Mengenai Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinan Pada Istri. Fakultas
Psikologi Universitas Gunadarma .
Stewart, D. E. (2005). A Mental Health Practitioner’s Guide. American
Psychiatric Publishing.
Townsend, S. A. (2011). The Impact of Racial Identity and level Of Religiosity on
Marital Satisfaction Among African American Married Couples.
Dissertation .
79
VanLaningham, J., Johnson, D. R., & amato, P. (2001). Marital happiness, marital
duration, and the u-shaped curve: Evidence rom a five-wave panel
study. Social forces , 79 1313-1341.
Walker, R. (1996). Sex and relationship ; the complete family guide. Italy:
Agostini Edition.
Weber, M. T., Maki, P. M., & McDermott, M. P. (2013). Cognition and mood in
perimenopause: a systematic review and meta analysis. J Steroid
Biochem , 90-98.
Zaheri, F., Dolatian, M., Shariati, M., Simbar, M., Ebadi, A., & Batool, S. (2016).
Effective factors in marital satisfaction in perspective of iranian women
and men: a systematic review. Electronic Physician , 3369-3377.
Zinnbauer, B. J., Pargament, K. I., & Scott, A. B. (1999). The emerging meanings
of religiousness:problems and prospects. Journal of personality .
80
LAMPIRAN SURAT IZIN WAWANCARA
81
LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Saya mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian sebagai persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Psikologi. Oleh karrna itu saya memohon bantuan anda untuk menjadi responden
dalam penelitian ini dengan mengisi angket ini.
Dalam mengisi angket ini, tidak ada jawaban SALAH atau BENAR. Anda bebas dalam
menentukan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri saudari dan bukan menurut
norma sosial atau kondisi yang diharapkan masyarakat. Setiap jawaban yang saudari berikan
akan terjamin KERAHASIAANNYA dan hanya digunakan untuk kebutuhan penelitian saja.
Bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai mengisi angket ini, mohon diteliti
kembali jawaban saudari agar tidak ada yang tidak terjawab atau terlewati.
Atas kesedian dan perhatiannya, saya mengucapkan terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 28 Oktober 2017
Hormat saya,
Annisa Mufliyanti
82
Informed Consent:
Saya menyatakan bersedia untuk mengisi angket ini dan akan mengisi sesuai dengan
keadaan diri saya.
Hormat Saya,
(____________________)
83
Data Responden
Nama/Inisial :
Agama :
Pekerjaan :
Jumlah Anak :
Usia :
Usia suami :
Pekerjaan Suami :
Rata-rata penghasilan suami per bulan :
< 1.000.000
1000.000 – 3.000.000
4.000.000 – 6.000.000
7.000.000 – 10.000.000
> 10.000.000
Usia pernikahan :
Gejala menjelang menopause yang dialami akhir-akhir ini: (boleh pilih/isi lebih dari satu)
Tidak ada
Emosi tidak stabil
Sering merasa bersalah
Sering merasa tertekan
Mudah marah (sensitif)
Sulit tidur
Siklis haid tidak teratur
Vagina kering
Semburan panas di sekitar wajah/bagian tubuh lainnya
Badan terasa sakit
______________
______________
______________
84
SKALA 1
Tolong tunjukkan di bawah, perkiraan tingkat kesepakatan atau ketidaksepakatan
antara Anda dan pasangan Anda untuk pernyataan no. 1-15 dalam daftar berikut.
No Saya dan pasangan memiliki
kesepakatan dalam hal :
Selalu
Sepakat
Hampir
Selalu
Sepakat
Kadang-
kadang
sepakat
Selalu
Tidak
Sepakat
1 Penanganan keuangan keluarga
2 Rekreasi
3 Keagamaan
4 Menunjukan rasa sayang
5 Hubungan seks
6 Pertemanan
7 Kebiasaan (perilaku baik)
8 Prinsip dalam kehidupan
9 Cara berurusan dengan orang tua
atau mertua
10 Tujuan dan perihal yang diyakini
itu penting
11 Jumlah /banyaknya waktu yang
dihabiskan bersama
12 Membuat keputusan besar
13 Tugas rumah tangga
14 Minat dalam beraktivitas di waktu
luang
15 Keputusan karir
85
Beri tanda ceklis pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan diri
anda dari pertanyaan No 16-23.
Sangat
setuju
Setuju Tidak
setuju
Sangat
tidak
setuju
24 Apakah Anda dan pasangan Anda terlibat
dalam kepentingan di luar secara
bersama-sama ?
Sangat
sering
Sering Jarang Tidak
Pernah
16 Seberapa sering anda mendiskusikan atau
pernah mempertimbangkan perceraian,
perpisahan atau pemutusan hubungan
anda?
17 Seberapa sering anda atau pasangan anda
meninggalkan rumah setelah bertengkar ?
18 Secara umum, seberapa sering anda
berpikir bahwa hubungan antara anda dan
pasangan anda berjalan dengan baik ?
19 Apakah anda curhat dengan pasangan
anda ?
20 Apakah anda pernah kesal bahwa anda
telah menikah?
21 Seberapa sering anda dan pasangan anda
bertengkar ?
22 Seberapa sering Anda dan pasangan anda
merasa saling kesal/jengkel?
23 Apakah anda mencium pasangan anda ?
86
Seberapa sering anda mengatakan kejadian berikut (No.25-28) terjadi antara
Anda dan pasangan Anda?
Sangat
sering
Sering Jarang Tidak
pernah
25 Memiliki pertukaran pikiran/ide-ide
26 Tertawa bersama
27 Tenang dalam mendiskusikan sesuatu
28 Bekerja sama dalam sebuah
projek/kegiatan
Tunjukkan apakah pernyataan di bawah ini menyebabkan perbedaan pendapat
atau masalah dalam hubungan Anda selama beberapa minggu terakhir ?
(silahkan cheklist Ya atau Tidak)
Ya Tidak
29 Lelah dalam berhubungan seksual.
30 Tidak menunjukan rasa cinta.
31. Setelah mempertimbangkan segala hal dalam pernikahan anda, pilihlah salah satu
jawaban yang menurut anda mewakili tingkat kebahagiaan dalam pernikahan anda,
Sangat bahagia Cukup bahagia Tidak bahagia Sangat tidak
bahagia
32. Manakah dari pernyataan berikut yang paling menggambarkan bagaimana
perasaan Anda tentang masa depan hubungan pernikahan anda? (lingkari salah satu)
a. Saya sangat ingin pernikahan saya berhasil dan akan berusaha sekuat tenaga untuk
memastikan hal itu terjadi.
b. Saya sangat menginginkan agar pernikahan saya berhasil, dan akan melakukan
semua yang saya bisa untuk memastikan hal itu terjadi.
c. Saya sangat menginginkan agar pernikahan saya berhasil, dan akan melakukan
pembagian yang adil untuk memastikan hal itu terjadi.
87
d. Akan menyenangkan jika pernikahan saya berhasil, tapi saya tidak dapat
melakukan lebih dari yang saya lakukan sekarang untuk membantu kesuksesan itu.
e. Akan lebih baik jika berhasil, tapi saya menolak melakukan lebih dari yang saya
lakukan sekarang untuk menjaga hubungan tetap berjalan.
f. Pernikahan saya tidak akan pernah berhasil, dan tidak ada lagi yang bisa saya
lakukan untuk menjaga hubungan agar tetap berjalan.
88
SKALA 2
No Pertanyaan Sangat
sering
Sering Jarang Tidak
Pernah
1
Seberapa sering Anda memikirkan isu-
isu/berita terkait keagaman ?
2
Seberapa sering Anda mengalami situasi
di mana Anda merasa bahwa Tuhan ingin
mengungkapkan sesuatu kepada Anda?
3
Seberapa sering Anda ikut serta dalam
ibadah?
4
Seberapa sering anda berdoa?
5
Seberapa sering Anda mengalami situasi
di mana Anda merasa bahwa ada Tuhan
atau campur tangan ilahi dalam hidup
Anda?
6
Seberapa sering Anda menyimpan
informasi tentang pertanyaan agama
melalui radio, televisi, internet, surat
kabar, atau buku?
7 Seberapa sering Anda berdoa secara
spontan ketika terinspirasi oleh situasi
sehari-hari?
8
Seberapa sering Anda mengalami situasi
di mana Anda merasa bahwa Tuhan atau
sesuatu yang ilahi hadir?
Sangat
Percaya
Percaya Tidak
Percaya
Sangat
Tidak
Percaya
9
Seberapa percaya anda akan adanya akhirat
atau hari kebangkitan setelah kematian?
10
Seberapa percaya anda,bahwa Tuhan atau
sesuatu yang ilahi ada?
89
Sangat
Penting
Penting Tidak
Penting
Sangat
Tidak
penting
11
Seberapa penting berdoa secara pribadi
untuk Anda?
12
Seberapa pentingkah bagi Anda untuk
terhubung dengan komunitas keagamaan?
13
Seberapa penting untuk ikut serta dalam
ibadah?
Sangat
tertarik
Tertarik Tidak
tertarik
Sangat
tidak
tertarik
14
Seberapa tertarik Anda untuk belajar lebih
banyak tentang topik-topik keagamaan?
Sangat
mungkin
Mungkin Tidak
mungkin
Sangat
tidak
mungkin
15
Menurut Anda, seberapa mungkin
kekuatan yang lebih besar (dahsyat) itu
benar-benar ada
90
No Pernyataan Sangat
setuju
Setuju Tidak
setuju
Sangat
tidak
setuju
1 Saya tahu kapan harus berbicara masalah pribadi
saya kepada orang lain
2 Ketika saya dihadapkan pada rintangan, saya
ingat saat saya menghadapi hambatan yang sama
dan mengatasinya
3 Saya berharap bahwa saya akan melakukannya
dengan baik pada kebanyakan hal yang saya
coba
4 Orang lain merasa mudah untuk
menceritakannya kepada saya
5 Saya merasa sulit untuk memahami pesan non-
verbal orang lain
6 Beberapa peristiwa besar dalam hidup saya telah
membuat saya mengevaluasi kembali apa yang
penting dan tidak penting
7 Saat mood saya berubah, saya melihat
kemungkinan baru
8 Emosi adalah salah satu hal yang membuat
hidup saya layak untuk dijalani
9 Saya menyadari emosi yang saya alami
10 Saya berharap sesuatu yang baik terjadi
11 Saya suka berbagi emosi dengan orang lain
12 Ketika saya mengalami emosi positif, saya tahu
bagaimana membuatnya bertahan
13 Saya mengatur acara yang disukai orang lain
14 Saya mencari kegiatan yang membuat saya
bahagia
15 Saya menyadari akan pesan non verbal yang
saya sampaikan kepada orang lain
16 Saya menunjukkan diri saya dengan cara yang
membuat kesan baik pada orang lain
17 Ketika saya berada dalam suasana hati yang
positif, memecahkan masalah itu mudah bagi
saya
91
18 Dengan melihat ekspresi wajah mereka, saya
mengenali emosi yang dialaminya
19 Saya mengetahui mengapa emosi saya berubah
20 Ketika saya berada dalam suasana hati yang
positif, saya bisa menemukan ide baru
21 Saya memiliki kendali atas emosi saya
22 Saya dengan mudah mengenali emosi saya saat
saya mengalaminya.
23 Saya memotivasi diri saya dengan
membayangkan hasil yang baik untuk tugas
yang saya lakukan
24 Saya memuji orang lain ketika mereka telah
melakukan sesuatu dengan baik.
25 Saya sadar akan pesan non-verbal yang dikirim
orang lain
26 Ketika orang lain bercerita tentang sebuah
peristiwa penting dalam hidupnya, saya hampir
merasa seolah-olah telah mengalami peristiwa
ini sendiri
27 Ketika saya merasakan perubahan emosi, saya
cenderung mengemukakan gagasan baru
28 Ketika saya menghadapi tantangan, saya
menyerah karena saya yakin saya akan gagal.
29 Saya tahu apa yang orang lain rasakan hanya
dengan melihat mereka.
30 Saya membantu orang lain untuk merasa lebih
baik saat mereka down
31 Saya menggunakan suasana hati yang baik untuk
membantu diri saya terus berusaha menghadapi
rintangan.
32 Saya dapat mengetahui bagaimana perasaan
orang dengan mendengarkan nada suaranya
33 Sulit bagi saya untuk mengerti mengapa orang
merasakan apa yang mereka lakukan
92
LAMPIRAN SYNTAX DAN PATH DIAGRAM
Kepuasan Pernikahan
TITLE:UJI VALIDITAS KP;
DATA: FILE IS KP.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE KP1-KP32;
USEVAR ARE KP1-KP32;
CATEGORICAL ARE KP1-KP32;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
DEFINE: IF KP1<2 THEN KP1=2; IF KP3<2 THEN KP3=2;
IF KP5<2 THEN KP5=2;IF KP7<2 THEN KP7=2;IF KP9<2 THEN KP9=2;
IF KP11<2 THEN KP11=2;IF KP12<2 THEN KP12=2;IF KP13<2 THEN KP13=2;
IF KP14<2 THEN KP14=2;IF KP15<2 THEN KP15=2;IF KP17<2 THEN KP17=2;
IF KP18<2 THEN KP18=2; IF KP19<2 THEN KP19=2;IF KP21<2 THEN KP21=2;
IF KP22<2 THEN KP22=2;IF KP23<3 THEN KP23=3;IF KP24<2 THEN KP24=2;
IF KP25<2 THEN KP25=2;IF KP26<2 THEN KP26=2; IF KP27<2 THEN KP27=2;
IF KP29<2 THEN KP29=2;IF KP30<2 THEN KP30=2;IF KP32>2 THEN KP32=2;
MODEL: KP BY KP1* KP2-KP32*;
KP@1;
KP25 WITH KP24;
KP32 WITH KP15;
KP25 WITH KP17;
KP15 WITH KP14;
KP19 WITH KP18;
KP18 WITH KP15;
KP19 WITH KP15;
93
KP18 WITH KP14;
KP22 WITH KP18;
KP27 WITH KP25;
KP23 WITH KP22;
KP28 WITH KP24;
KP24 WITH KP17;
KP28 WITH KP25;
KP26 WITH KP25;
KP25 WITH KP22;
KP27 WITH KP21;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
94
95
Intellectual
TITLE:UJI VALIDITAS REL;
DATA: FILE IS REL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE INT1-INT3 IDE1-IDE3 PUB1-PUB3 PRI1-PRI3 RE1-RE3;
USEVAR ARE INT1-INT3;
CATEGORICAL ARE INT1-INT3;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF INT2<2 THEN INT2=2;
MODEL: RELI BY INT1* INT2-INT3*;
RELI@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
96
Ideology
TITLE:UJI VALIDITAS REL;
DATA: FILE IS REL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE INT1-INT3 IDE1-IDE3 PUB1-PUB3 PRI1-PRI3 RE1-RE3;
USEVAR ARE IDE1-IDE3;
CATEGORICAL ARE IDE1-IDE3;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF IDE3<2 THEN IDE3=2;
MODEL: REL BY IDE1* IDE2-IDE3*;
REL@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
97
Public practice
TITLE:UJI VALIDITAS REL;
DATA: FILE IS REL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE INT1-INT3 IDE1-IDE3 PUB1-PUB3 PRI1-PRI3 RE1-RE3;
USEVAR ARE PUB1-PUB3;
CATEGORICAL ARE PUB1-PUB3;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF PUB1<2 THEN PUB1=2;
MODEL: REL BY PUB1* PUB2-PUB3*;
REL@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
98
Private practice
TITLE:UJI VALIDITAS REL;
DATA: FILE IS REL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE INT1-INT3 IDE1-IDE3 PUB1-PUB3 PRI1-PRI3 RE1-RE3;
USEVAR ARE PRI1-PRI3;
CATEGORICAL ARE PRI1-PRI3;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF PRI1<2 THEN PRI1=2;
MODEL: REL BY PRI1* PRI2-PRI3*;
REL@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
99
Religion Experience
TITLE:UJI VALIDITAS REL;
DATA: FILE IS REL.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE INT1-INT3 IDE1-IDE3 PUB1-PUB3 PRI1-PRI3 RE1-RE3;
USEVAR ARE RE1-RE3;
CATEGORICAL ARE RE1-RE3;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF RE1<2 THEN RE1=2; IF RE3<2 THEN RE3=2;
MODEL: REL BY RE1* RE2-RE3*;
REL@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
100
Emotional Intelligence
TITLE:UJI VALIDITAS EI;
DATA: FILE IS EI.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE EI1-EI33;
USEVAR ARE EI1-EI33;
CATEGORICAL ARE EI1-EI33;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
DEFINE: IF EI1<2 THEN EI1=2; IF EI1>3 THEN EI1=3; IF EI2<2 THEN EI2=2;
IF EI3<2 THEN EI3=2; IF EI4<2 THEN EI4=2; IF EI5<2 THEN EI5=2;
IF EI7<2 THEN EI7=2; IF EI9<2 THEN EI9=2; IF EI10>3 THEN EI10=3;
IF EI12<2 THEN EI12=2;IF EI13<2 THEN EI13=2;IF EI15<3 THEN EI15=3;
IF EI17<2 THEN EI17=2;IF EI21<2 THEN EI21=2;IF EI22<2 THEN EI22=2;
IF EI23<2 THEN EI23=2; IF EI24<2 THEN EI24=2;IF EI26<2 THEN EI26=2;
IF EI31<2 THEN EI31=2;IF EI33<2 THEN EI33=2;
MODEL: EI BY EI1* EI2-EI33*;
EI@1;
EI21 WITH EI6;
EI33 WITH EI24;
EI30 WITH EI2;
EI9 WITH EI8;
EI13 WITH EI12;
EI28 WITH EI13;
EI12 WITH EI11;
EI28 WITH EI12;
EI32 WITH EI31;
EI27 WITH EI26;
EI24 WITH EI7;
EI31 WITH EI16;
EI7 WITH EI3;
EI28 WITH EI15;
EI30 WITH EI16;
EI30 WITH EI29;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
101
102
LAMPIRAN REGRESI
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,419a ,175 ,142 8,89275
a. Predictors: (Constant), Usia_pernikahan, Emotional_int, Ideology,
Public_prac, Intellectual, Private_prac, Religion_exp
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 12,744 8,631 1,476 ,142
Intellectual -,118 ,108 -,090 -1,096 ,275
Ideology ,242 ,131 ,131 1,855 ,065
Public_prac ,103 ,085 ,092 1,212 ,227
Private_prac ,253 ,077 ,264 3,292 ,001
Religion_exp ,176 ,118 ,127 1,492 ,138
Emotional_int ,093 ,079 ,092 1,173 ,242
Usia_pernikahan -,009 ,106 -,006 -,089 ,929
Dependent Variable: Kepuasan_pernikahan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2911,367 7 415,910 5,259 ,000b
Residual 13681,014 173 79,081
Total 16592,381 180
a. Dependent Variable: Kepuasan_pernikahan
b. Predictors: (Constant), Usia_pernikahan, Emotional_int, Ideology, Public_prac, Intellectual,
Private_prac, Religion_exp
103
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F Change
1 ,128a ,016 ,011 9,54807 ,016 3,002 1 179 ,085
2 ,211b ,045 ,034 9,43720 ,028 5,231 1 178 ,023
3 ,276c ,076 ,061 9,30529 ,032 6,082 1 177 ,015
4 ,393d ,155 ,135 8,92765 ,078 16,291 1 176 ,000
5 ,411e ,169 ,145 8,87825 ,014 2,964 1 175 ,087
6 ,419f ,175 ,147 8,86736 ,007 1,430 1 174 ,233
7 ,419g ,175 ,142 8,89275 ,000 ,008 1 173 ,929
a. Predictors: (Constant), Intellectual
b. Predictors: (Constant), Intellectual, Ideology
c. Predictors: (Constant), Intellectual, Ideology, Public_prac
d. Predictors: (Constant), Intellectual, Ideology, Public_prac, Private_prac
e. Predictors: (Constant), Intellectual, Ideology, Public_prac, Private_prac, Religion_exp
f. Predictors: (Constant), Intellectual, Ideology, Public_prac, Private_prac, Religion_exp, Emotional_int
g. Predictors: (Constant), Intellectual, Ideology, Public_prac, Private_prac, Religion_exp, Emotional_int, Usia_pernikahan