+ All Categories
Home > Documents > PENGARUH RISIKO LITIGASI DAN TIPE STRATEGI … · risiko litigasi sebagai faktor kondisi eksternal...

PENGARUH RISIKO LITIGASI DAN TIPE STRATEGI … · risiko litigasi sebagai faktor kondisi eksternal...

Date post: 09-Apr-2019
Category:
Upload: dotruc
View: 229 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
25
AKPM10 1 PENGARUH RISIKO LITIGASI DAN TIPE STRATEGI TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KONFLIK KEPENTINGAN DAN KONSERVATISMA AKUNTANSI DR. AHMAD JUANDA, AK, MM Universitas Muhammadiyah Malang ABSTRACT This research studies existence and determinant of accounting conservatism, especially related to conflict of interest between investor and creditor considering manager incentive due litigation risk and firm strategy typess. The objectives of this research are: (1) to investigate the effect of conflict of interest on accounting conservatism; (2) to investigate the effect of litigation risk on the relation between conflict of interest and accounting conservatism; (3) to investigate the effect of strategy types on the relation between conflict of interest and accounting conservatism. Result of the research shows that there are variation accounting conservatism level inter-firm. The first testing hypothesis result shows that conflict of interest influence positively on accounting conservatism. The second testing hypothesis result shows litigation risk moderate the relation between conflict of interest and accounting conservatism, but the moderation role is weaken. This result is not support predicted hypothesis. The third testing hypothesis result shows firm strategy types moderate the relation between conflict of interest and accounting conservatism. The result shows when firm strategy is prospector, the positive relation conflict of interest and accounting conservatism is weaker. When firm strategy is defender, the positive relation conflict of interest and accounting conservatism is stronger. The result support predicted hypothesis. This research shows litigation risk and strategy types can be assumed as condition that motivate manager in responding conflict of interest between investor and creditor related to conservative financial report. By unsupported the second hypothesis, possible reason for this matter because of the weakness of law enforcement in Indonesia, that influence manager in anticipating litigation risk. Key words: conservatism, conflict of interest, litigation risks, strategy types
Transcript

AKPM‐10   1 

PENGARUH RISIKO LITIGASI DAN TIPE STRATEGI TERHADAP

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK KEPENTINGAN DAN KONSERVATISMA

AKUNTANSI

DR. AHMAD JUANDA, AK, MM Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRACT This research studies existence and determinant of accounting conservatism,

especially related to conflict of interest between investor and creditor considering manager incentive due litigation risk and firm strategy typess. The objectives of this research are: (1) to investigate the effect of conflict of interest on accounting conservatism; (2) to investigate the effect of litigation risk on the relation between conflict of interest and accounting conservatism; (3) to investigate the effect of strategy types on the relation between conflict of interest and accounting conservatism. Result of the research shows that there are variation accounting conservatism level inter-firm. The first testing hypothesis result shows that conflict of interest influence positively on accounting conservatism. The second testing hypothesis result shows litigation risk moderate the relation between conflict of interest and accounting conservatism, but the moderation role is weaken. This result is not support predicted hypothesis. The third testing hypothesis result shows firm strategy types moderate the relation between conflict of interest and accounting conservatism. The result shows when firm strategy is prospector, the positive relation conflict of interest and accounting conservatism is weaker. When firm strategy is defender, the positive relation conflict of interest and accounting conservatism is stronger. The result support predicted hypothesis. This research shows litigation risk and strategy types can be assumed as condition that motivate manager in responding conflict of interest between investor and creditor related to conservative financial report. By unsupported the second hypothesis, possible reason for this matter because of the weakness of law enforcement in Indonesia, that influence manager in anticipating litigation risk.

Key words: conservatism, conflict of interest, litigation risks, strategy types

AKPM‐10   2 

A. PENDAHULUAN

Konservatisma merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan

menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biaya

dan utang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisma

menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan

biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung terlalu rendah (understatement).

Di kalangan para peneliti, prinsip konservatisma akuntansi masih dianggap

sebagai prinsip yang kontroversial. Di satu sisi, konservatisma akuntansi dianggap

sebagai kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Di sisi lain,

konservatisma akuntansi bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik manajer

berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media

kontrak (Watts, 2003).

Perkembangan yang terjadi justru menunjukkan bahwa eksistensi praktik

konservatisma akuntansi semakin meningkat. Eksistensi konservatisma yang dipraktikkan

masing-masing perusahaan bisa berbeda, karena adanya berbagai alternatif pilihan metoda

akuntansi. Disamping itu, disebabkan pula oleh adanya perbedaan kondisi masing-masing

perusahaan.

Salah satu determinan yang dapat menjelaskan adanya variasi praktik

konservatisma antarperusahaan adalah adanya konflik kepentingan antara investor dan

kreditor. Konflik kepentingan di antara mereka dapat terjadi karena investor berusaha

mengambil keuntungan dari dana kreditor melalui pembayaran dividen yang berlebihan,

transfer aktiva, perolehan aktiva, dan penggantian aktiva. Sementara itu, pihak kreditor

mempunyai kepentingan terhadap keamanan dananya yang diharapkan akan

menghasilkan keuntungan bagi dirinya di masa mendatang. Untuk menghindari transfer

kekayaan yang dilakukan pihak investor, maka pihak kreditor menginginkan pelaporan

keuangan yang konservatif.

Hasil penelitian yang menyatakan bahwa konflik kepentingan antara investor dan

kreditor berhubungan dengan konservatisma akuntansi belum konsisten. Ahmed et al.

(2002) menyatakan bahwa konflik kepentingan antara investor dan kreditor berpengaruh

positif terhadap tingkat konservatisma akuntansi. Namun, mereka tidak menyangkal adanya

kemungkinan bagi perusahaan untuk tidak menggunakan akuntansi konservatif karena

AKPM‐10   3 

untuk menerapkannya akan mengorbankan aspek lainnya, yakni kinerja laba yang

dilaporkan akan lebih rendah yang menyebabkan penilaian dari pihak luar kurang baik [Sari

(2004); Watt dan Zimmerman (2003)].

Untuk memperjelas hasil yang masih belum konsisten tersebut, perlu

mempertimbangkan posisi manajer sebagai pihak yang berperan sebagai agen bagi investor

dan kreditor, yang sudah barang tentu memiliki kepentingan sendiri. Posisi yang diperankan

oleh manajer akan mempengaruhi dorongan mereka dalam menyikapi risiko ketidakpastian

di masa mendatang. Jika mekanisma kontrak lebih berorientasi pada terciptanya kontrak

efisien maka manajer akan mengambil jalan tengah yang bisa mengakomodasi

kepentingan-kepentingan yang ada, termasuk kepentingan dirinya sendiri.

Dorongan manajer untuk memenuhi kepentingan investor dan kreditor akan

semakin kondusif bila terdapat kondisi baik internal maupun eksternal yang mendukung

terciptanya mekanisma kontrak efisisen. Penelitian ini mencoba untuk mempertimbangkan

risiko litigasi sebagai faktor kondisi eksternal dan tipe strategi perusahaan sebagai faktor

kondisi internal yang mempengaruhi dorongan manajer dalam menyikapi konflik

kepentingan antara investor dan kreditor, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada

konservatisma akuntansi.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum, beberapa literatur akuntansi antara lain [Belkaoui (1985); Hendriksen

dan Van Breda (1995); dan Wolk et al. (1997)] mendefinisi konservatisma sebagai

preferensi terhadap metoda-metoda akuntansi yang menghasilkan nilai paling rendah untuk

aset dan pendapatan di satu sisi, dan menghasilkan nilai paling tinggi untuk utang dan

biaya, di sisi lain. Atau dengan kata lain, konservatisma menghasilkan nilai buku ekuitas

yang paling rendah.

Konservatisma dapat timbul pada kondisi yang didalamnya perusahaan melakukan

investasi pada projek yang NPV-nya positif. Kelebihan present value seharusnya bisa

direfleksikan dalam aliran kas dan laba, tapi historical cost accounting tidak

memperbolehkan peng-akuan terhadap kelebihan tersebut pada saat perolehan. Dengan

demikian terjadi keterlambatan dalam mengakui keuntungan ekonomis.

AKPM‐10   4 

Menurut Beaver (1998), akuntansi berbasis historical cost akan mendorong adanya

penundaan pengakuan (delayed recognition) nilai buku dibandingkan nilai pasarnya.

Delayed recognition dapat mendorong adanya lag angka-angka akuntansi dengan harga

sahamnya. Akibatnya, kandungan informasi harga saham lebih cepat dalam merespon

peristiwa ekonomi dibanding laba akuntansi. Jika penundaan pengakuan laba tersebut

berlangsung terus-menerus dalam beberapa perioda, maka akan terjadi bias pengakuan yang

berakibat pada perbedaan nilai buku dan nilai pasarnya. Bias pengakuan tersebut

merupakan indikator terjadinya praktik konservatisma.

Banyak kritik mengenai kegunaan konsep konservatisma berkaitan dengan kualitas

laporan keuangan, karena penggunaan metoda yang konservatif akan menghasilkan angka-

angka yang cenderung bias dan tidak mencerminkan realita. Namun, akhir-akhir ini banyak

peneliti yang melihat konservatisma dari sisi manfaatnya, khususnya eksistensi

konservatisma pada level perusahaan.

Salah satu penjelasannya adalah bahwa konservatisma muncul karena merupakan

bagian dari mekanisma kontrak yang efisien antara perusahaan dengan berbagai pihak

(Watts 2003). Atas dasar penjelasan kontrak, konservatisma akuntansi dapat digunakan

untuk meng-hindari moral hazard yang disebabkan oleh pihak-pihak yang mempunyai

informasi asimetris, pembayaran asimetris, harison waktu yang terbatas, dan tanggung

jawab yang terbatas. Misalnya, konservatisma dapat menahan perilaku oportunistik manajer

dalam melaporkan ukuran-ukuran akuntansi yang digunakan dalam kontrak. Kwon (2005)

menyatakan bahwa laba akuntansi yang dijadikan media kontrak akan lebih bermanfaat

untuk mengurangi biaya keagenan yang timbul dari moral hazard, jika disajikan secara

konservatif.

Di Indonesia, studi konservatisma masih terbatas. [Mayangsari dan Wilopo (2002),

dan Wibowo (2003)] menyatakan bahwa hubungan kontraktual yang diproksi dengan

struktur kepemilikan, struktur utang, dan ukuran perusahaan mempengaruhi konservatisma

akuntansi. Selain itu penelitian-penelitian tersebut memberikan bukti terjadinya praktik

konservatisma akuntansi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sari (2004)

membuktikan bahwa konservatisma akuntansi bermafaat untuk mengatasi konflik

kepentingan di seputar kebijakan dividen. Selain itu dia membuktikan juga bahwa

konservatisma berpengaruh terhadap penurunan biaya modal utang yang ditunjukkan dengan

AKPM‐10   5 

meningkatnya rating obligasi. Widya (2004) membuktikan bahwa pilihan kebijakan

akuntansi yang cenderung konservatif dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, tingkat

leverage, ukuran perusahaan dan tingkat kepemilikan.

Dari uraian beberapa hasil penelitian tersebut di atas, penelitian yang mempelajari

tentang konservatisma akuntansi dengan berbagai determinannya, masih belum

mempertimbangkan dorongan manajer sebagai pihak yang mempunyai posisi sentral dalam

proses penyu-sunan laporan keuangan. Misalnya, Ahmed et al. (2002), mereka meneliti

tentang hubungan antara konflik kepentingan dan konservatisma tapi mengabaikan posisi

manajer yang mempunyai dorongan dan kepentingan yang bisa jadi berbeda dengan pihak

prinsipal.

Upaya manajer untuk menjalankan fungsinya sebagai agen tidak terlepas dari

dorongan mereka yang dipengaruhi kondisi eksternal dan internal perusahaan. Kondisi

eksternal yang mendorong manajer adalah risiko litigasi, sedangkan kondisi internal yang

mendorong manajer adalah tipe strategi perusahaan.

Risiko litigasi sebagai faktor kondisi eksternal, didasarkan pada pandangan bahwa

investor dan kreditor adalah pihak yang memperoleh perlindungan secara hukum. Investor

maupun kreditor dalam memperjuangkan hak dan kepentingannya dapat melakukan litigasi

dan tuntutan hukum kepada perusahaan. Johnson et al. (2000) dan Qiang (2003)

menyatakan bahwa risiko potensial terjadinya litigasi dipicu oleh potensi yang melekat pada

perusahaan berkaitan dengan tidak terpenuhinya kepentingan investor dan kreditor.

Tuntutan litigasi dapat timbul dari pihak kreditor, investor atau pihak lain yang

berkepentingan dengan perusahaan. Bagi perusahaan, upaya untuk menghindari tuntutan

dan ancaman litigasi mendorong manajer mengungkapkan informasi yang cenderung

mengarah pada: (i) pengungkapan berita buruk dengan segera dalam laporan keuangan, (ii)

menunda berita baik, (iii) memilih kebijakan akuntansi yang cenderung konservatif

(Seetharaman et al. 2002).

Tipe strategi perusahaan dapat dikaitkan dengan sistem akuntansi yang

diterapkannya, bahkan strategi menjadi salah satu komponen untuk melengkapi penelilaian

kinerja perusahaan. Beberapa studi telah membuktikan bahwa tipe strategi yang berbeda

akan menghasilkan sistem pengendalian akuntansi yang berbeda pula, termasuk dalam hal

pemilihan metoda akuntansinya apakah cenderung konservatif atau tidak

AKPM‐10   6 

C. PERUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN

1. Konservatisma dan Konflik Kepentingan

Teori keagenan menyatakan bahwa pihak investor dan kreditor mempunyai konflik

kepentingan. Konflik tersebut tercermin dari kebijakan dividen, pendanaan, dan kebijakan

investasi (Jensen and Meckling 1976; Begley 1994). Ketiga kebijakan tersebut dapat

digunakan oleh investor untuk mengatur manajer dan mentransfer keuntungan dari

kekayaan kreditor. Myer (1977) dan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa

investor dapat mengambil keuntungan dari kekayaan kreditor dengan cara menerima

sejumlah deviden yang berlebihan. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Eastterbrook

(1984), Jensen (1986), Hart dan Moore (1994), Ziewel (1996), dan Fluck (1998, 1999) yang

menyatakan tentang potensi terjadinya konflik kepentingan antara kreditor dan investor

maupun manajer. Investor melalui manajernya, dapat menggunakan sumberdaya

perusahaan atas kepentingan dirinya dibanding untuk kepentingan kreditor.

Pemilihan metoda akuntansi yang lebih konservatif adalah salah satu cara yang

dapat mengurangi risiko kepada kreditor yakni menghindari pembayaran dividen secara

berlebihan. Pengurangan risiko tersebut semakin penting ketika konflik antara kepentingan

investor dan kreditor berkaitan dengan kebijakan dividen semakin tinggi dan melebar pada

bentuk konflik lainnya, seperti kebijakan pendanaan utang baru dan kebijakan investasi.

Ahmed et.al (2002) meneliti tentang pengaruh konflik kepentingan terhadap konservatisma,

namun konflik yang dimaksudkan masih bersifat parsial dan lebih ditekankan pada konflik

kebijakan dividen. Atas dasar penjelasan tersebut, hipotesis yang diajukan adalah:

H1: Semakin tinggi intensitas konflik kepentingan antara kreditor dan investor,

maka semakin tinggi kecenderungan diterapkannya konservatisma

akuntansi.

2. Konflik Kepentingan, Konservatisma, dan Litigasi

Lingkungan hukum yang berlaku pada suatu wilayah tertentu mempunyai dampak

yang signifikan terhadap kebijakan diskresioner manajer dalam melaporkan keuangannya

(Ball et al. 1999 dan 2000). Manajer akan melakukan penyeimbangan antara kos litigasi

yang akan timbul dengan keuntungan yang akan diperoleh karena akuntansi yang agresif.

AKPM‐10   7 

Pada lingkungan hukum yang sangat ketat, kecenderungan manajer untuk melaporkan

keuangan secara konservatif semakin tinggi. Pada lingkungan hukum yang longgar

dorongan untuk melaporkan keuangan secara konservatif akan berkurang (Francis et al.

1994). Hal yang hampir sama, Ball et al. (2000) menyatakan bahwa pada negara common

law yang di dalamnya penyedia modal tergantung pada laporan publikasian, tuntutan

pengungkapan yang tepat waktu lebih tinggi daripada di negara code law yang konsekuensi

hukum dan aturan pengungkapan informasi kepada publik relatif rendah.

Berbagai peraturan dan penegakan hukum yang berlaku dalam lingkungan

akuntansi, menuntut manajer untuk lebih mencermati praktik-praktik akuntansi agar

terhindar dari ancaman ketentuan hukum. Tuntutan penegakan hukum yang semakin ketat

inilah akan berpotensi menimbulkan litigasi bila perusahaan melakukan pelanggaran

sehingga akan semakin mendorong manajer untuk bersikap hati-hati dalam menerapkan

akuntansinya. Demikian juga, bagi akuntan yang menyiapkan maupun yang memeriksa

laporan keuangan akan cenderung lebih konservatif.

Karena kesalahan dalam memperkirakan kemungkinan keuntungan lebih berbahaya

dibanding kesalahan karena memperkirakan kemungkinan rugi. Jadi semakin tinggi risiko

litigasi yang akan dialami perusahaan, maka semakin besar pengaruh positif konflik

kepentingan terhadap konservatisma akuntansi. Atas dasar hal tersebut, maka hipotesis

kedua dirumuskan sebagai berikut:

H2 : Pada kondisi perusahaan berisiko litigasi tinggi, hubungan positif antara

konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi semakin kuat.

3. Konflik Kepentingan, Konservatisma, dan Tipe Strategi

Konservatisma adalah reaksi yang hati-hati (prudent-reaction) dalam

menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan

bahwa ketidakpastian dan risiko yang inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup

diper-timbangkan (Dewi 2003). Selain merupakan konvensi penting dalam akuntansi,

konservatisma berimplikasi pada strategi perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian.

Bukti empiris yang mengkaitkan antara strategi perusahaan dalam kaitannya dengan

konflik kepentingan dan konservatisma masih terbatas.

AKPM‐10   8 

Bushman et al. (2003) menemukan bahwa mekanisma corporate governance

berhubungan erat dengan konservatisma dan strategi perusahaan. Mereka menemukan

bahwa variasi ketepatan waktu akuntansi dengan kondisi sekarang sebagian dapat

dijelaskan oleh struktur governance, pertumbuhan perusahaan, fluktuasi return, ukuran

perusahaan, umur perusahaan, masa jabatan manajer, strategi diversifikasi dan kinerja

masa lalu.

Keterkaitan konservatisma akuntansi dengan strategi dapat dilihat dari orientasi

srategi yang diterapkan dalam memprioritaskan efisiensi dan inovasi. Perusahaan

dengan strategi prospektor memiliki karakter inovasi produk-produk baru, variasi dan

diversi-fikasi produk. Untuk menopang strategi tersebut, investasi di bidang

pengembangan tenaga kerja, pengeluaran riset dan pengembangan, dan pengeluaran

modal relatif lebih tinggi dibanding perusahann defender (Ittner dan Larcker 1997).

Hamid (2000), yang mengembangkan risetnya dari Ittner & Larcker (1997) dan

Anthony & Ramesh (1992), menunjukan bahwa strategi yang berbeda akan

menghasilkan rata-rata pertumbuhan laba dan penjualan yang berbeda pula. Rata-rata

pertumbuhan perusahaan bertipe prospektor lebih besar dibanding dengan rata-rata

pertumbuhan penjualan perusahaan bertipe defender. Demikian juga, rata-rata

pertumbuhan laba perusahaan bertiplogi prospektor lebih besar dibanding dengan rata-

rata pertumbuhan laba pada perusahaan bertipe defender.

Bagi manajer, dorongan untuk memilih kebijakan akuntansi harus disesuaikan

dengan tipe strategi perusahaan yang sedang dijalankan. Perusahaan bertipe prospektor

cenderung memiliki rata-rata pertumbuhan laba dan penjualan tinggi dibanding

perusahaan bertipe defender. Jadi, ketika perusahaan bertipe defender, hubungan konflik

kepentingan dan konservatisma akuntansi akan cen-derung menguat karena searah

dengan dorongan manajer yang cenderung memeprtahankan laba dan penjualannya.

Sebaliknya, ketika perusahaan bertipe prospektor hubungan konflik kepentingan dan

konservatisma akuntansi akan cenderung melemah karena berlawanan dengan dorongan

manajer yang ingin meningkatkan pertumbuhan penjualan dan labanya. Atas dasar

penjelasan tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis:

H3: Pada kondisi perusahaan bertipe prospektor, hubungan positif antara

konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi semakin lemah.

AKPM‐10   9 

atau

Pada kondisi perusahaan bertipe defender, hubungan positif antara

konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi semakin kuat.

D. METODA PENELITIAN

1. Definisi dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan variabel-variabel sebagai berikut: 1) konservatisma

akuntansi, 2) konflik kepentingan, 3) risiko litigasi, dan 4) tipe strategi.

Konservatisma akuntansi adalah perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar yang

terjadi secara persisten selama jangka waktu beberapa perioda atau dikenal dengan bias

permanen. Untuk mengukur konservatisma mengacu pada Beaver dan Ryan (2000) yang

mengukur komponen bias dan lag dengan cara meregresi rasio BTM (book to market) pada

return saham perioda sekarang dan perioda lag. Model regresi tersebut bertujuan untuk

mencari pengaruh tetap antar-perusahaan (fixed effect).

Konflik kepentingan merupakan gambaran konflik yang terjadi antara kreditor dan

investor. Proksi yang digunakan untuk mengukur konflik tersebut mengacu pada Ahmed, et

al. (2002) yakni terdiri atas tiga proksi: operating uncertainty, level of dividend, dan

leverage. Karena masing-masing proksi tidak bisa dilihat secara parsial, maka ketiga proksi

tersebut digabung dengan melakukan analisis faktor untuk mencari satu indeks intensitas

konflik kepentingan yang terjadi dalam perusahaan.

Risiko litigasi diartikan sebagai risiko yang melekat pada perusahaan yang

memungkinkan terjadinya ancaman litigasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan

perusahaan yang merasa dirugikan. Pihak-pihak yang berpentingan terhadap perusahaan

meliputi kreditor, investor, dan regulator. Risiko litigasi dapat diukur dari berbagai indikator

keuangan yang menjadi determinan kemungkinan terjadinya litigasi. Penelitian ini mengacu

pada Qiang (2003) dan Johnson et al. (2001), yang mengukur biaya atau risiko litigasi dari

sisi ex-ante yakni mengukur beberapa indikator yang dapat menimbulkan litigasi. Untuk

mengukur risiko litigasi, penelitian ini melakukan analisis faktor (component factor

analysis) terhadap variabel-variabel: (1) beta saham dan perputaran volume saham,

keduanya merupakan proksi volatilitas saham; (2) likuiditas dan solvabilitas, keduanya

AKPM‐10   10 

merupakan proksi dari risiko keuangan; (3) ukuran perusahaan yang merupakan proksi dari

risiko politik.

Klasifikasi Strategi yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada konsep

Miles dan Snow (1978) untuk merepresentasi tipe strategi perusahaan, yakni tipe prospektor

dan tipe defender. Penentuan sampel yang tergolong prospektor dan defender meng-

gunakan model yang dikembangkan oleh Ittner dan Larcker (1997), Skinner (1993), dan

Kallapur dan Trombbley (1999). Tipe strategi diukur dengan melakukan komposit melalui

analisis faktor komponen terhadap variabel-veriabel yang menjadi proksi ukuran strategi,

yakni: 1) rasio jumlah karyawan dibagi dengan total penjualan (KARPENJ); 2) rasio nilai

pasar ekuitas dibandingkan dengan nilai buku ekuitas (PBV); 3) rasio pengeluaran modal

dibagi dengan nilai pasar ekuitas (CEMVE); 4) rasio pengeluran modal dibagi dengan total

asset (CETA).

2. Model Analisis

Penelitian ini mengunakan tiga model. Pertama, model yang digunakan untuk

menguji pengaruh konflik kepentingan terhadap konservatisma. Kedua, model yang

digunakan untuk menguji pengaruh variabel moderasi yakni litigasi terhadap hubungan

antara konflik kepentingan dan konservatisma. Ketiga, model yang digunakan untuk

menguji pengaruh variabel moderasi yakni tipe strategi terhadap hubungan antara konflik

kepentingan dan konservatisma. Adapun model keempat merupakan model analisis

tambahan. Tahapan model analisisnya sebagai berikut:

Model (1): KONit = β0 + β1 KONFLit + ei

Model (2a): KONi t= β0 + β1KONFLit + β2LITit + ei

Model(2b): KONit =β0+β1KONFLit+β2LITit+β3KONFL*LITit+ei

Model (3a): KONit= β0 + β1KONFLit + β2STRit + ei

Model (3b): KONit= β0+ β1KONFLit +β2STRit +β3KONFL* STRit +ei

KON adalah konservatisma akuntansi; KONFL adalah konflik kepentingan antara

investor dan kreditor; LIT adalah risiko litigasi perusahaan; dan STR adalah tipe strategi

AKPM‐10   11 

perusahaan. Hipotesis H1, H2, dan H3 diuji dengan menguji signifikansi koefisien β1

pada (model 1); koefisien β3 (model 2b), koefisien β3 (model 3b).

3. Data dan Pemilihan Sampel

Data akuntansi dikutip dari laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh

perusahaan-perusahaan yang mempublik di Bursa Efek Jakarta, untuk periode 1995 sampai

2003. Data laporan keuangan diperoleh dari berbagai sumber antara lain, Data Pasar Modal

UGM, Pojok BEJ FE-UMM. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan

pemanufakturan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Sampel penelitian dipilih dari seluruh populasi dengan menggunakan metoda

penyampelan bersasaran (purposive sampling), dengan kriteria-kriteria: 1) termasuk dalam

sektor industri manufaktur sesuai dengan klasifikasi sektor industri yang ada dalam

Indonesian Capital Market Directory selama 9 tahun yakni mulai tahun 1995-2003, 2)

memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember dan laporan keuangan auditan, 3) memiliki data

return yang ada dalam Data Pasar Modal–UGM, 4) memiliki data dividen. Sampel dibatasi

hanya pada perusahaan yang berada dalam kelompok industri pemanufakturan. Pembatasan

ini dimaksudkan untuk mengendalikan variabilitas sifat aset perusahaan yang disebabkan

oleh karakteristik industri sehingga tidak dapat menggambarkan sifat pertumbuhan

perusahaan dengan tepat. Analisis didasarkan pada 972 observasi dari 98 perusahaan-

perusahaan pemanufakturan yang memenuhi kriteria untuk dianalisis.

E. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Pengukuran Konservatisma Akuntansi

Konservatisma akuntansi berkaitan dengan bias yang sifatnya permanen yang

tercermin dari koefisien intersep hubungan return saham dengan perbedaan nilai buku dan

nilai pasar. Untuk menentukan bias permanen, diperlukan data gabungan time series dan

crossection yang dianalisis dengan cara regresi BTM dengan RET pada tahun yang sama

maupun tahun-tahun sebelumnya (lag). Penentuan panjangnya lag, didasarkan pada

pertimbangan nilai signifikansi variabel lag terhadap BTM. Dalam penelitian ini,

panjangnya lag ditentukan selama 3 tahun sebelumnya, sedangkan lag lebih dari tiga tahun

akan menghasilkan nilai t yang tidak signifikan.

AKPM‐10   12 

Tujuan dari analisis regresi tersebut adalah untuk mencari nilai koefisien fixed

effect yang merupakan intersep dari masing-masing perusahaan sampel yang berasal dari

data panel yang ada. Langkah-langkah dalam melaksanakan regresi fixed effect mengikuti

tahapan dalam Gujarati (1995). Penggunaan model ini menggunakan asumsi bahwa

intersep antarperusahaan akan berbeda sedangkan slopenya tetap sama. Koefisisen fixed

effect yang dihasilkan dari model regresi dijadikan surogat untuk indeks konservatisma

akuntansi dengan cara mengalikan nilai koefisien tersebut dengan (-1).

2. Hasil Pengukuran Konflik Kepentingan, Risiko Litigasi, dan tipe strategi.

Pengukuran variabel konflik kepentingan, risiko litigasi dan tipe strategi

menggunakan analisis faktor. Konflik kepentingan (KONFL) diperoleh dari komposit

beberapa ukuran antara lain deviasi standar ROA (std_ROA), level dividen (level_dvd), dan

tingkat leverage (totlev). Risiko litigasi (LIT) diperoleh dari komposit beberapa ukuran

antara lain risiko saham (BETA), rata-rata perputaran volume saham (TOS), likuiditas

(LIKUID), solvabilitas (LEV), dan ukuran perusahaan (LG_aset). Tipe strategi (STR)

diperoleh dari komposit beberapa ukuran antara lain rasio pengeluaran modal dengan nilai

pasar (CEMVE), rasio pengeluaran modal dengan total aset (CETA), rasio jumlah karyawan

dengan penjualan (KARPENJ), dan rasio nilai pasar dengan nilai buku (PBV).

Tahapan dalam melakukan analisis mengikuti tahapan analisis faktor dalam Hair et

al. (1995) khususnya yang menggunakan pendekatan component factor analisys. Pendekatan

ini dapat digunakan untuk menentukan satu ukuran nilai variabel dari komposit berbagai

ukuran. Pertama, adalah menaksir signifikansi keseluruhan matrik korelasi dengan

menggunakan Bartlett’s Test of Sphericity. Korelasi keseluruhan set variabel harus

signifikan dan besarnya measure of sampling adequacy (MSA) harus bernilai minimal 0,50.

Apabila MSA secara keseluruhan masih kurang dari 0,50 maka variabel yang mempunyai

MSA terkecil atau kurang dari 0,50 harus tidak disertakan dalam analisis. Kedua,

menghitung faktor matriks dan memilih jumlah faktor yang akan dipertahankan.

Kemampuan penjelas relatif masing-masing faktor yang ditunjukkan oleh eigenvalue.

Faktor yang dipilih sebagai wakil adalah faktor yang mempunyai eigenvalue sama dengan

atau lebih besar dari satu (Hair et al. 1995).

3. Statistik Diskriptif

AKPM‐10   13 

Nilai rata-rata untuk konservatisma akuntansi menunjukkan nilai –1,677. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan secara umum melakukan praktik konservatisma akuntansi,

walaupun masih tergolong rendah karena nilai maksimumnya -0,270. Nilai rata-rata

variabel konflik kepentingan sebesar –0,113. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam

sampel secara umum mengalami konflik kepentingan yang masih rendah. Nilai rata-rata

LIT sebesar -0,0485 menunjukkan bahwa secara umum perusahaan sampel tidak memiliki

risiko litigasi yang besar. Nilai rata-rata variabel STR sebesar 0,049. Nilai indeks cukup

bervariasi berkisar dari nilai –2,094 sampai dengan 3,587. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

tipe strategi dalam sampel bervariasi.

4. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Hipotesis 1

Hasil pengujian pada model 1, berhasil mendukung hipotesis 1, artinya konflik kepentingan

berpengaruh positif terhadap konservatisma akuntansi yang ditunjukkan dengan nilai

signifikansi t lebih kecil dari α yang ditetapkan (α=0,05), yaitu 0,028 atau nilai t hitung

lebih besar dari t tabel (2,236 > 1,980). Dari hasil analisis diperoleh nilai Adj R2 = 0.040.

Angka ini menunjukkan bahwa variasi nilai konservatisma akuntansi (Y) yang dapat

dijelaskan oleh model regresi sebesar 4% sedangkan sisanya, yaitu 96%, dijelaskan oleh

variabel lain di luar model.

b. Hipotesis 2

Pada model 2b, pengaruh utama konflik kepentingan terhadap konservatisma

ditunjukkan oleh β1 sebesar 2,852 dan nilai t-hitung sebesar 5,083 dengan nilai probabilitas

0,000 berarti secara statistik signifikan pada α 1%. Hipotesis 2 (H2) diuji dengan t-test yaitu

menguji secara parsial siginifikansi koefisien LIT*KONFL pada model 2b. Pengaruh

pemoderasian atau interaksi variabel LIT ditunjukkan oleh koefisien LIT*KONFL (β3).

Koefisien interaksi antara risiko litigasi dan konflik kepentingan (β3) adalah negatif -0,526.

Nilai statistik t-hitung dari koefisien ini adalah -4,398 dengan nilai probabilitas sebesar

0,000.

Dari hasil interaksi pada model 2b, dapat dijelaskan bahwa pengaruh risiko litigasi

sebagai variabel pemoderasi bersifat memperlemah yang ditunjukkan dari nilai koefisien

(β3) sebesar -0,526. Hal ini ditunjukkan pula oleh pengaruh bersih dari model tersebut

AKPM‐10   14 

yakni sebesar 2,326 (2,852 - 0,526), yang berarti bahwa pengaruh konflik kepentingan

terhadap konservatisma semakin melemah. Hasil pengujian ini tidak berhasil mendukung

hipotesis 2 yang menyatakan bahwa ketika risiko litigasi tinggi hubungan positif antara

konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi semakin kuat. Hasil temuan justru

menunjukkan sebaliknya, yakni ketika risiko litigasi tinggi, hubungan positif antara konflik

kepentingan dan konservatisma akuntansi semakin lemah.

c. Hipotesis 3

Hipotesis (H3) diuji dengan t-test yaitu menguji secara parsial siginifikansi koefisien

KONFL*STR pada model 3b. Pengaruh pemode-rasian atau interaksi variabel STR pada

hubungan KONFL dengan KON ditunjukkan oleh koefisien KONFL*STR (β3). Koefisien

interaksi antara tipe strategi dan konflik kepentingan (β3) adalah -0,760. Nilai statistik t dari

koefisien ini adalah -2,177 dengan nilai probabilitas sebesar 0,032.

Hasil pengujian ini berhasil mendukung hipotesis 3 bahwa tipe strategi berpengaruh

terhadap hubungan antara konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi. Dalam kondisi

tipe strategi prospector, hubungan antara konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi

semakin lemah, bahkan mengarah pada hubungan yang negatif. Demikian untuk

sebaliknya, pada kondisi perusahaan bertipe strategi defender, hubungan positif antara

konflik kepentingan dan konser-vatisma akuntansi semakin kuat.

F. SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini mendukung argumen bahwa konservatisma akuntansi

merupakan praktik umum yang dilakukan perusahaan secara diskresioner. Selanjutnya,

terkait dengan pola hubungan yang diteliti, dapat disimpulkan bahwa, pertama, bukti

empiris menunjukkan bahwa konflik kepentingan berpengaruh positif terhadap

konservatisma akuntansi. Hal ini mendukung prediksi bahwa semakin tinggi intensitas

konflik kepentingan, maka semakin tinggi kecenderungan penerapan konservatisma

akuntansi. Hasil ini mendukung penelitian Ahmed et al. (2002).

Kedua, pengaruh pemoderasian risiko litigasi terhadap hubungan konflik

kepentingan dan konservatisma akuntansi bersifat memperlemah. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi risiko litigasi perusahaan, maka hubungan positif konflik

kepentingan dan konservatisma akuntansi semakin lemah. Hasil ini tidak mendukung

AKPM‐10   15 

hipotesis yang diprediksi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh masih lemahnya

penegakan hukum (law enforcement) di Indonesia, yang berakibat pada lemahnya antisipasi

manajer terhadap risiko litigasi.

Ketiga, pengaruh pemoderasian tipe strategi perusahaan terhadap hubungan antara

konflik kepentingan dan konservatisma akuntansi bersifat memper-lemah. Hal ini

menunjukkan bahwa ketika perusahaan bertipe pros-pektor, maka hubungan positif konflik

kepentingan dan konservatisma akuntansi semakin lemah. Demikian sebaliknya, ketika

perusahaan bertipe defender, maka hubungan positif konflik kepentingan dan

konservatisma akuntansi semakin kuat. Hasil ini berhasil mendukung hipotesis yang

diprediksikan. Hasil ini konsisten dengan penelitian Hamid (2000) yang menyatakan bahwa

rata-rata pertumbuhan laba perusahaan prospektor lebih tinggi dibanding perusahaan

defender.

Hasil penelitian ini memberi kontribusi memperluas literatur terkait melalui

pengujian dampak risiko litigasi dan tipe strategi perusahaan terhadap hubungan antara

konflik kepentingan investor versus kreditor dan konservatisma akuntansi. Dampak dari

kedua faktor kondisional tersebut akan semakin mempertegas eksistensi dan determinan

konservatisma pada level perusahaan yang telah didukung oleh banyak penelitian

dengan menggunakan teori hubungan keagenan dan mekanisma kontrak efisien.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi regulator dalam

mempertimbangkan penetapan persyaratan pengungkapan laporan keuangan yang tidak

saja mempertimbangkan kepentingan investor, tapi juga kepentingan kreditor maupun

manajer. Juga, bukti empiris ini diharapkan bermanfaat bagi profesi auditor sebagai

pendorong untuk ikut bertanggungjawab meningkatkan kualitas laporan keuangan

perusahaan.

Berkaitan dengan risiko litigasi yang memperlemah hubungan antara konflik

kepentingan dan konservatisma akuntansi, maka informasi ini sangat bermanfaat bagi

regulator pasar modal (BAPEPAM) untuk lebih meningkatkan penegakan hukum agar

risiko litigasi akan diapresiasi oleh manajer dan berdampak positif terhadap praktik

konservatisma akuntansi.

Perbaikan atas penelitian ini dapat dilakukan dengan cara: 1) menggunakan

ukuran konservatisma selain Beaver dan Ryan (2000); 2) meneliti potensi konflik

AKPM‐10   16 

kepentingan selain konflik antara investor dan kreditor; 3) membedakan sampel

perusahaan antara jenis perusahaan regulated dan unregulated, 4) mempertimbangkan

faktor tingkat kesulitan keuangan perusahaan; 5) mempertimbangkan kualitas auditor.

AKPM‐10   17 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, AS., R.M. Morton and T.F. Schaefer, 2000. Accounting Conservatism and The

Valuation of Accounting Numbers: Evidence on The Feltham-Ohlson (1996)

Model. Journal of Accounting, Auditing and Finance (summer): 271-293.

Ahmed, AS., B. Billing, M.S. Haris, and R.M. Morton, 2002. The Role of Accounting

Conservatism in Mitigating Bondholder-Shareholder Conflicts over Dividens

Policy and In Reducing Debt Costs. The Accounting Review 77 No. 4 pp 867-

890.

Anthony, H.J., and Ramesh, K., 1992. Association Between Accounting Performance

Measures and Stock Prices: Corporate Life Cycle Perspective. Journal of

Accounting and Economics 15:203-227.

Ball, R., Robin A., and Wu Y., 2000. Incentives Versus Standard: Properties of

Accounting Income in Four East Asian Countries, and Implication for

Acceptance of IAS. Working Paper, University of Chicago.

Ball, R., Kothari SP., and Robin A., 2002. The Effect of International Institution Factors

on Properties of Accounting Earnings. Journal of Accounting and Economics

29:1-51.

Basu, Sudipta, 1997. The Conservatism Principle and The Asymetric Timeliness of

Earnings. Journal of Accounting and Economis, 24: 3-37.

Beaver, WH., 1998. Financial Reporting: An Accounting Revolution. 3th Prentice Hall

International, Inc.

Beaver WH., Clarke R., and Wright W., 1979. The Assosiation Between Asymetric

Security Return And The Magnitude Of Earnings Forcast Errors. Journal of

Accounting Research 17: 316-340.

_________, W., and S. Ryan, 2000. Biases and Lags In Book Value and Their Effect on

Adibility of The Book-To-Market Rasio to Predict Book Return on Equity.

Journal of Accounting Research 38 (1):127-148

AKPM‐10   18 

Begley, J., 1994. Restrictive Covenants Included In Public Debt Agreements: An

Empirical Investigation. Working paper, University of British Columbia.

Belkoui, Ahmed Riahi, Accounting Theory. Forth Worth: The Dryden Press, 1993

Bourgeois, L.J, 1980. Strategy and Environment : A Conceptual Integration. Academy

of Management Review.

Brown S., Hillegeist S.A., and Lo, K., 2004. Management Forecasts and Litigation

Risk. Working Paper, Goizueta Business School, Emory University

Bushman, R.M., and Piotroski, E., 2004. Encouraging Pessimism or Discouraging

Optimism: The Influence of Legal, Political and Financial Institutions on

Accounting Conservatism. Working Papers, the Kenan-Flagler Business

School.

Cao, Z., and Narayanamoorthy, G., 2005. Accounting and Litigation Risk. Working

Paper, Yale School of Management.

Dewi, Ratna AAA., 2003. Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan Terhadap

Earnings Response Coefficient. Makalah SNA VI

Easterbrook, Frank, 1984. Two Agency Cost Expalanations of Dividens. American

Economic Review 74, 650-659

Fluck, Z., 1998. Optimal Financing Contracts: Debt versus Outside Equity. Review of

Financial Study 11, 383-418.

Fluck, Z., 1999. The Dynamics of The Management Shareholder Conflict. Review of

Financial Study 12, 347-377.

Francis, J., D. Philbrick and K. Schipper, 1994, Shareholder Litigation and Corporate

Disclosures, Journal of Accounting Research, 32, 2, 137-164

Francis, J., LaFond, R.Z., Ohlson, P., and K. Schipper, 2003. Costs of Capital and

Earnings Attributes. Working Paper, Duke University.

Gujarati, D., 1995. Essenetial Of Econometrics, International Editions, McGrawHill,

Inc.

AKPM‐10   19 

Hamid, H.A., 2000. Studi Terhadap Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan

Prospektor And Defender, dan Hubungannya Dengan Harga Saham. SNA II.

Jakarta.

Hart, oliver and J. Moore, 1994. A Theory of Debt Based on Inalienability of Human

Capital, Quarterly Journal of Economis 109: 841-880.

Hendriksen ES., and Van Breda MF., 1992. Accounting Theory, 5th Edition, Irwin,

Homewood, Boston.

Ittner, DC., Larcker D.F., and Rajan MV., 1997. The Choice Of Performance Measure

In Annual Bonus Contract. The Accounting Review, 72, April, 231-255.

Jensen MC., and Meckling WH., 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour,

Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics

(Oktober), 193-228.

Johnson, M.F., Kasznik, R., and Nelson, K.K., 2001. The Impact of Securities

Litigation Reform on the Disclosure of Forward-Looking Information by High

Technology Firms. Journal of Accounting Research 39 (2): 297-327.

Kalay, A., 1982. Stockholder-bondholder Conflict and Dividend Constraints. Journal of

Financial Economics 10 (2): 211-33.

Kam, Vernon, 1990. Accounting Theory. New York: John Wiley & Sons.

Kasznik, R. and Lev, B. 1995. To Warn or Not to Warn: Management Disclosures in

the Face of an Earnings Surprise. Accounting Review 70 (1): 113-34.

Kellogg, R.L., 1984. Accounting Activities, Security Prices, and Class Action Lawsuits.

Journal of Accounting & Economics 6 (3): 185-204.

Kim Langfield & Smith. Management Control System and Strategy : A Critical Review.

Accounting, Organization and Society, Vol. 22, 1997.

Kormendi R., and Lipe R., 1987. Earnings Innovations, Earnings Persistence and Stock

Returns. Journal of business, 323-346.

AKPM‐10   20 

Kothari SP., 1992. Price-Earnings Regression in The Presence of Price Leading

Earnings: Earnings Level versus Change Specification and Alternative

Deflators. Journal of Accounting and Economics 15, 173-202.

__________., and Sloan RG., 1992. Information in Earnings about Future Earnings :

Implication for Earnings Responses Coefficients. Journal of Accounting and

Economics 15, 143-171.

__________., and Zimmerman L., 1995. Price and Return Model. Journal of

Accounting and Economics, 20, 155-192.

Kwon YK., Newman DP., and Suh Y., 2001. The Demand for Accounting

Conservatism for Management Control. Reviev of Accounting Studies, 6, 29-51

Kwon, S. S., 2002. Value Relevance of Financial Information and Conservatism: High-

Tech versus Low-Tech Stocks. Working Paper, Rutgers University- Camden.

Kwon, Y. P., 2005. Accounting Conservatism and Managerial Incentives, Forthcoming

in Management Science.

Kothari, S. P., and R. G. Sloan, 1992, Information in Prices About Future Earnings:

Implications for Earnings Response Coefficients, Journal of Accounting an

Economics 15: 143-171

Mayangsari, S.,and Wilopo, 2002. Konservatisma Akuntansi, Value Relevance And

Discretionery Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham and Ohlson (1996).

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5, No. 3 (September): 229-310.

Mile, R., and Snow, 1978. Organizational Strategi, Structure And Process. New York,

NY: McGraw-Hill.

Miler. D., and Friesen, P.H., 1982. Inovation in Conservative and Entrepreneurial Firm :

Two Models of Strategic Momentum. Strategic Management Journal.

Monahan, 1999. Conservatism, Growth and the Role of Accounting Numbers in the

Equity Valuation Process. Working Paper, the University of North Carolina.

Penman,S., and X. Zhang, 2002. Accounting Conservatism, Quality of Earnings, and

Stock Returns. The Accounting Review, 77 (2): 237 –264.

AKPM‐10   21 

Qiang, Xinrong, 2003. The Economic Determinants of Self-imposed Accounting

Conservatism. Disertation, Ph.D. Candidate in Accounting Department of

Accounting and Law School of Management State University of New York at

Buffalo.

Rezaee, Z., and Jain, P.K., 2004. The Sarbanse-Oxley Act and Accounting

Conservatism. Working paper. University of Memphis.

Sari, Dahlia, 2004. Hubungan Antara Konservatisma Akuntansi Dengan Konflik

Bondholder-Shareholder Seputar Kebijakan Dividen dan Peringkat Obligasi

Perusahaan. SNA IV , Denpasar

Seetharaman,A., B. Srinidhi., Zane, Swanson, 2002. The Effect of the Private Securities

Litigation Reform Act of 1995 on Accounting Conservatism. Working Paper,

Saint Louis University.

Smith CW., Jr., and Warner M., 1979. On Financial Contracting: An Analysis of Bond

Covenants. Journal of Financial Economics (June), 117-161.

Sterling RR., 1967. Conservatism : The Fundamental Principle of Valuation in

Traditional Accounting. Abacus, June:109-132.

Suko Priyono, B., 2004. Analisis Pengaruh Hubungan Ideal Tipologi Strategi and

Budaya Organisasi Terhadap Kinerja. Jurnal Bisnis and Ekonomi, Vol 11 No.

1, UGM. Jogjakarta

Watts RL., 2003. Conservatism In Accounting Part I : Explanation and Implication.

Accounting Horizons, September 17 No 3, 207-221.

Watts RL., 2003. Conservatism In Accounting Part II : Evidence and Research

Opportunities. Accounting Horizons, Desember Vol. 17 No. 4, 287-302.

Watts RL., and Zimmerman JL., 1986. Positive Accounting Theory. Pretice Hall,

Englewood Cliff, New Jersey.

Warfield, T., and J. Wild, 1992. Accounting Recognition And The Relevance Of

Earnings As An Explanatory Variable For Returns. The Accounting Review 67,

821-842.

AKPM‐10   22 

Wibowo, Joko, 2002. Implikasi Konservatisme Dalam Hubungan Laba-Return And

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Thesis, PPS Akuntansi UGM.

Widya, 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan

Terhadap Akuntansi Konservatif. Thesis, PPS-UGM.

Wolk, Harry I., Michael G Tearney, and James L.D., 2001. Accounting Theory: A

Conceptual and Institutional Approach. South Western College Publishing

Zwiebel, J., 1996. Dynamic Capital Structure Under Managerial Entrenchment.

American Economic Review 86, 1197-1215.

AKPM‐10   23 

LAMPIRAN:

1. Statistik Deskriptif

2. Hasil Regresi Pengujian H1: konflik kepentingan dan konservatisma

3. Hasil Regresi Pengujian H2: interaksi konflik kepentingan dan risiko litigasi

4. Hasil Regresi Pengujian H3: interaksi konflik kepentingan dan tipologi strategi

Tabel 1: statistik deskriptif

KON KONFL STR LIT

Valid 96 96 96 96 N

Missing 0 0 0 0

Mean -1,677 -,113 ,049 -,0485

Median -1,483 -,133 ,029 -,190

Std. Deviation 1,031 ,247 ,877 ,866

Minimum -6,140 -1,154 -2,094 -1,680

Maximum -,270 1,635 3,587 3,965

Keterangan:

KON = Konservatisma akuntansi , KONFL = Konflik kepentingan, LIT= Risiko

litigasi, STR= tipologi strategi

Tabel 2: hasil regresi pengujian H1

Model 1: KONit = β0 + β1 KONFLit + ei

Variabel koefisien T hitung Sig. Keterangan

intercept -1,623 -15,130 0,000

KONFL 0,238 2,236 0,028 Signifikan

R

Adj R Square

F hitung

Sign. F

= 0,225

= 0,040

= 5,000

= 0,028

AKPM‐10   24 

Tabel 3: hasil regresi pengujian H2

Model 2a: KONit = β0 + β1KONFLit + β2LITit + ei

Model 2b: KONit = β0 + β1KONFLit + β2LITit + β3KONFL*LITit+ ei

Variabel koefisien T hitung Sig. Keterangan

Model 2a

Intercept -1,620

KONFL 0,433 3,570 0,001 Signifikan

LIT -0,367 -2,987 0,004 Signifikan

R

Adj R Square

F hitung

Sign. F

= 0,366

= 0,115

= 7,172

= 0,000 α

Model 2b

= 0,05

intercept -1,304

KONFL 2,852 5,083 0,000 Signifikan

LIT -0,342 -3,046 0,003 Signifikan

KONFL*LIT -0,526 -4,398 0,000 Signifikan

R

Adj R Square

= 0,533

= 0,261

F hitung = 12,173

Sign. F = 0,000

α

= 0,05

AKPM‐10   25 

Tabel 4: hasil regresi pengujian H3

Model 3a: KONit = β0 + β1KONFLit + β2STRit + ei

Model 3b: KONit = β0+ β1KONFLit + β2STRit + β3KONFL* STRit + ei

Variabel koefisien T hitung Sig. Keterangan

Model 3a

Intercept -1,623

KONFL 0,246 2,322 0,022 Signifikan

STR -0,149 -1,386 0,169 Tidak Signifikan

R

Adj R Square

F hitung

Sign. F

α

Model 3b

= 0,264

= 0,050

= 3,485

= 0,035

= 0,05

Intercept -1,578

KONFL 0,382 3,151 0,002 Signifikan

STR -0,198 -1,835 0,078 Tidak Signifikan

KONFL*STR -0,760 -2,177 0,032 Signifikan

R

Adj R Square

F hitung

= 0,340

= 0,086

= 3,997

Sign. F = 0,010

α = 0,05


Recommended