+ All Categories
Home > Documents > PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Date post: 16-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 10 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
116
PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN TESIS OLEH GANDA SIGALINGGING 097032052/IKM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 Universitas Sumatera Utara
Transcript
Page 1: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

TESIS

OLEH

GANDA SIGALINGGING 097032052/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011

Universitas Sumatera Utara

Page 2: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

THE INFLUENCE OF THE ELDERLY FAMILY’S SOCIOECONOMIC AND SOCIOCULTURAL ON THE UTILIZATION OF INTEGRATED

HEALTH POST BY ELDERLY IN THE WORKING AREA OF DARUSSALAM HEALTH CENTRE MEDAN

THESIS

By

GANDA SIGALINGGING

097032052/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011

Universitas Sumatera Utara

Page 3: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

GANDA SIGALINGGING 097032052/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011

Universitas Sumatera Utara

Page 4: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Judul Tesis : PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN Nama Mahasiswa : Ganda Sigalingging Nomor Induk Mahasiswa : 097032052 Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Drs. Heru Santosa, M.S. Ph.D) (dr. Fauzi, S.K.M) Ketua Anggota Ketua Program Studi Dekan (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 18 Agustus 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 5: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Telah diuji Pada Tanggal : 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa. M.S, Ph.D Anggota : 1. dr. Fauzi. S.K.M 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si 3. dr. Heldy BZ. M.P.H

Universitas Sumatera Utara

Page 6: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

PERNYATAAN

PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu program tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2011

(Ganda Sigalingging) 097032052

Universitas Sumatera Utara

Page 7: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

ABSTRAK

Pemanfaatan posyandu lansia sejauh ini masih tergolong rendah, demikian halnya di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan, masih 7,3% jauh dari target yang diharapkan 70%. Banyak faktor yang berpotensi memengaruhinya, di antaranya sosial budaya dan sosial ekonomi lansia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosial budaya dan sosial ekonomi keluarga lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Puskesmas Darussalam Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah keluarga yang memiliki lansia umur 60 tahun ke atas sebanyak 1489 orang, dengan jumlah sampel 137 orang yang diambil dengan teknik acak sistematis (systematic random sampling). Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Data diuji dengan menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sosial budaya yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia adalah kebiasaan, sedangkan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Puskesmas Darusalam Medan. Disarankan kepada Puskesmas Darussalam Medan sebagai sarana pelayanan dasar yang berhadapan langsung dengan masyarakat agar dapat memfasilitasi serta mendukung kegiatan yang dilakukan di posyandu lansia dan menciptakan model pelayanan posyandu lansia yang disesuaikan dengan kebutuhan lansia di mana lansia berada. Kata Kunci: Pemanfaatan Pelayanan, Posyandu, Lansia

Universitas Sumatera Utara

Page 8: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

ABSTRACT

Recently, the utilization of the elderly integrated health post is still low, as well as in Darussalam Health Centre Medan, still 7,3% which the expected target is 70%. There are many factors that influence this condition, such as social-culture and social economic of the elderly. The purpose of this survey study was to analyze the influence of the elderly family’s socioeconomic and socialcultural on the utilization of elderly integrated health post in the working area of Darussalam health centre Medan. This study adopted the survey with cross-sectional design. The population of this research were the families having the elderly of 60 or older than 60 years old. Total number of the elderly found were 1489 and 137 of them were selected through systematic random sampling technique to be the sample for this study. The data were collected by questionnaire, interviews, and by documentation. The data analyzed by using logistic regression tests. The result of study showed that the variable which had significant influence on the utilization of the elderly integrated health post in the working area of Darussalam Health Centre Medan was habit, whereas knowledge, education, occupation and income in this research did not influence on the utilization. The management of Darussalam Health Centre Medan as the primary health care which directly facing the community is suggested to facilitate and support the activities done by the elderly integrated health post and to create a model for the elderly integrated health post which is adjusted in accordance with the need of the elderly and where they live. Keywords: Utilization, Integrated Health Post, Elderly .

Universitas Sumatera Utara

Page 9: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat

dan kasihNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sampai

selesai. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Minat

Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Selesainya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terimakasih dan

penghargaan yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Prof Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan sekaligus penguji

yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis untuk

kesempurnaan tesis ini.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang M.Si, selaku Sekretaris pada Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

5. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D selaku komisi pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan

serta dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini

6. dr. Fauzi. S.K.M, selaku anggota pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, arahan serta

dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini

7. dr. Heldy BZ. M.P.H selaku anggota penguji yang telah banyak memberikan

masukan, kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Prof. Dr. Binsar Panjaitan, M.Pd selaku Rektor Universitas Darma Agung

Medan, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis

untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara Medan.

9. Rosita Saragih. S.K.M. M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Darma Agung Medan yang telah memberikan kesempatan dan

dukungan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

10. Seluruh staf dosen dan staf pegawai di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

11. Seluruh teman-teman dosen dan staf pegawai di Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Darma Agung Medan, yang telah memberikan dukungan kepada

penulis dalam penyelesaian tesis ini.

12. Seluruh teman-teman mahasiswa di Minat Studi Administrasi Kesehatan

Komunitas/ Epidemiologi yang memberikan dukungan di Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan .

13. dr. Heryati Hasibuan Selaku Kepala Puskesmas Darusalam Medan serta

seluruh pegawai Puskesmas Darusalam Medan yang telah memberikan

dukungan dalam penulisan tesis ini

14. Buat kakanda Magdalena Ginting. S.K.M. M.Kes yang telah banyak

memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

15. Teristimewa kepada suamiku Rikardo Bakara. S.E, dan anakku Bona Gabe

Alfredo Oktofine Bakara yang telah banyak memberikan dukungan serta doa

yang tak henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan masih jauh

dari kesempurnaan untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 12: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

RIWAYAT HIDUP

Ganda Sigalingging, lahir tanggal 15 Pebruari 1970 di Siharbangan

Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara,

merupakan anak ke empat dari delapan bersaudara dari pasangan Ayahanda Angkup

Sigalingging dan Ibunda Tioma Silaban.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari Pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah

Inpres Sigumbang selesai pada tahun 1984, Sekolah Menengah Pertama di SMP

Negeri Nagasaribu selesai pada tahun 1986, Sekolah Menengah Atas SMA Negeri

Siborong-borong selesai tahun 1989, Fakultas Ilmu Keperawatan Program DIII

Universitas Darma Agung Medan selesai tahun 1992, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun1999

Tahun 1992 bekerja sebagai tenaga perawat di RSU Herna Medan, tahun 1999

bekerja sebagai dosen tetap di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung

Medan sampai sekarang,

Tahun 2003 penulis menikah dengan Rikardo Bakara, S.E dan dikaruniai

seorang putra Bona Gabe Alfredo Bakara yang lahir tanggal 6 Oktober 2009.

Tahun 2009 penulis melanjutkan sekolah di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan dengan Minat Studi

Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi dan lulus pada tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK i ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii RIWAYAT HIDUP vi DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 8 1.3 Tujuan Penelitian 8 1.4 Hipotesis 9 1.5 Manfaat Penelitian 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Posyandu Lansia 10 2.2. Pengertian Sosial Budaya 21 2.3. Sosial Ekonomi 33 2.4. Teori Menua 41 2.5. Landasan Teori 49 2.6. Kerangka Konsep 50

BAB 3. METODE PENELITIAN 51

3.1. Jenis Penelitian 51 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 51 3.3. Populasi dan Sampel 51 3.4. Metode dan Pengumpulan Data 53 3.5. Variabel dan Definisi Operasional 55 3.6. Metode Pengukuran 57 3.7. Metode Analisis Data 59

BAB 4. HASIL PENELITIAN 61

4.1. Gambaran Umum penelitian 61 4.2. Kegiatan Posyandu Lansia 62

Universitas Sumatera Utara

Page 14: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

4.3. Analisis Univariat 63 4.4. Analisis multivariat 77

BAB 5. PEMBAHASAN 78

5.1. Pengaruh Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Darusalam Medan 78

5.2. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Darusalam Medan 78

5.3. Pengaruh Kebiasaan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Darusalam Medan 80

5.4. Pengaruh Kepercayaan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Darusalam Medan 83

5.5. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Darusalam Medan 85

5.6. Pengaruh pekerjaan terhadap pemanfaatan posyandu Lansia di puskesmas darusalam medan 87 5.7. Pengaruh Penghasilan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di puskesmas darusalam medan 88 5.8. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 92

6.1. Kesimpulan 92 6.2. Saran 92

DAFTAR PUSTAKA 94

LAMPIRAN 98

Universitas Sumatera Utara

Page 15: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................................54 2. Variabel, Alat Ukur, Kategori Dan Skala Ukur .................................................57 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama Di Wilayah Kerja

Puskesmas Darusalam Medan............................................................................64 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan............................................................................64 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...............................................65 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...............................................66 7. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Indikator Kebiasaan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...................................................67 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kebiasaan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...................................................68 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Kepercayaan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...............................................69 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Kepercayaan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...............................................70 11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...............................................71 12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...............................................71 13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...................................................72

Universitas Sumatera Utara

Page 16: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...............................................72

15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Penghasilan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...............................................72 16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Penghasilan di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...............................................73 17. Distribusi Frekuensi Responden Memanfaatkan dan Tidak Memanfaatkan

Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan...................73 18. Hubungan Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan...................76 19. Hasil Regresi Kebiasaan, Kepercayaan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan ...................................77

Universitas Sumatera Utara

Page 17: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

ABSTRAK

Pemanfaatan posyandu lansia sejauh ini masih tergolong rendah, demikian halnya di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan, masih 7,3% jauh dari target yang diharapkan 70%. Banyak faktor yang berpotensi memengaruhinya, di antaranya sosial budaya dan sosial ekonomi lansia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sosial budaya dan sosial ekonomi keluarga lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Puskesmas Darussalam Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah keluarga yang memiliki lansia umur 60 tahun ke atas sebanyak 1489 orang, dengan jumlah sampel 137 orang yang diambil dengan teknik acak sistematis (systematic random sampling). Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Data diuji dengan menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sosial budaya yang berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia adalah kebiasaan, sedangkan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Puskesmas Darusalam Medan. Disarankan kepada Puskesmas Darussalam Medan sebagai sarana pelayanan dasar yang berhadapan langsung dengan masyarakat agar dapat memfasilitasi serta mendukung kegiatan yang dilakukan di posyandu lansia dan menciptakan model pelayanan posyandu lansia yang disesuaikan dengan kebutuhan lansia di mana lansia berada. Kata Kunci: Pemanfaatan Pelayanan, Posyandu, Lansia

Universitas Sumatera Utara

Page 18: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

ABSTRACT

Recently, the utilization of the elderly integrated health post is still low, as well as in Darussalam Health Centre Medan, still 7,3% which the expected target is 70%. There are many factors that influence this condition, such as social-culture and social economic of the elderly. The purpose of this survey study was to analyze the influence of the elderly family’s socioeconomic and socialcultural on the utilization of elderly integrated health post in the working area of Darussalam health centre Medan. This study adopted the survey with cross-sectional design. The population of this research were the families having the elderly of 60 or older than 60 years old. Total number of the elderly found were 1489 and 137 of them were selected through systematic random sampling technique to be the sample for this study. The data were collected by questionnaire, interviews, and by documentation. The data analyzed by using logistic regression tests. The result of study showed that the variable which had significant influence on the utilization of the elderly integrated health post in the working area of Darussalam Health Centre Medan was habit, whereas knowledge, education, occupation and income in this research did not influence on the utilization. The management of Darussalam Health Centre Medan as the primary health care which directly facing the community is suggested to facilitate and support the activities done by the elderly integrated health post and to create a model for the elderly integrated health post which is adjusted in accordance with the need of the elderly and where they live. Keywords: Utilization, Integrated Health Post, Elderly .

Universitas Sumatera Utara

Page 19: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia pemerintah telah

merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang ditujukan

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai

masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai

dengan keberadaanya. Lanjut usia (lansia) adalah suatu proses alami yang tidak dapat

dihindari kejadiannya (Depkes RI, 2005) . Biasanya bila suatu negara makin maju,

akan terjadi pergeseran struktur penduduk.

Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta

jiwa ( 1 dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 lanjut usia

akan mencapai 1.2 milyar. Negara maju populasi/penduduk lanjut usia telah

diantisipasi sejak abad ke XX. Tidak heran bila masyarakat dinegara maju sudah

lebih siap menghadapi pertambahan populasi lanjut usia dengan aneka tantangan.

Namun saat ini dinegara berkembangpun mulai menghadapi masalah yang sama.

(Nugroho, 2008)

Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA)

melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia

7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan

UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di

Universitas Sumatera Utara

Page 20: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh

tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai

28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun.

Sekalipun tidak tersedia data khusus, berdasarkan data kemiskinan yang ada

di Indonesia, diduga banyak penduduk lansia yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Sebagai gambaran, dari data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk lansia

miskin hingga Maret 2007 sebanyak 37, 17 juta orang. Dari jumlah tersebut, sebagian

besar yaitu 63,52 persen, penduduk miskin berada di perdesaan.

Pembinaan Lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan sebagai landasan menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai

dengan UU RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan dan UU No 13/1998 tentang

Kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan yang

dimasudkan adalah untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan

kemampuan lansia, agar kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara

wajar. Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud dilaksanakan

melalui peningkatan: penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut usia,

upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang pelayanan

geriatrik/gerontologik, pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita

penyakit kronis dan/atau penyakit terminal.

Upaya kesehatan melalui puskesmas merupakan upaya menyeluruh dan

terpadu yang meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan.

Menurut. Departemen Kesehatan, Departemen dalam Negeri serta Tim Penggerak

Universitas Sumatera Utara

Page 21: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga telah merumuskan tatanan tersebut yang

dilaksanakan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang diselenggarakan

oleh masyarakat untuk masyarakat secara rutin tiap bulanya ( Dep.Kes RI, 2001)

Menurut Azwar (2002) pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Departemen

Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak seluruh puskesmas di Indonesia

memiliki posyandu lansia. Dalam hal ini Dinas Kesehatan Sumatera utara

mempunyai kebijakan bahwa setiap kabupaten menentukan dua puskesmas santun

usila/ puskesmas percontohan /desa binaan di tiap kabupaten setiap tahun. Kebijakan

ini bertujuan agar puskesmas atau desa diluar percontohan/binaan termotivasi untuk

menggalakkan program pembinaan kesehatan lansia di wilayah masing-masing.

Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lansia ini,

pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang.

Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat posyandu lansia, pelayanan kesehatan di

tingkat dasar puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut rumah sakit.

(Depkes RI, 2005) Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat

lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan

pembentukan posyandu lansia adalah meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan

lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhan lansia. Adapun kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala,

melakukan kegiatan olahraga secara teratur untuk meningkatkan kebugaran,

Universitas Sumatera Utara

Page 22: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana

sehat. (www.depkes.go.id, 28 Juni 2008.)

Pelaksanaan pembinaan posyandu di puskesmas perlu dilakukan dengan

manajemen yang baik. Keberhasilan pemantauan program harus dimulai dari kegiatan

masukan, proses dan keluaran dengan aspek teknis dan manajerial termasuk

penyediaan sarana, prasaran dan informasi yang digunakan untuk perencanaan lebih

lanjut, (Dep. Kes. RI, 2005). Program dan pelayanan sebaiknya direncanakan agar

tersedia, dapat diterima dan sesuai budaya masyarakat yang menerima pelayanan.

(Adam, 1999) .

Pertambahan penduduk lansia secara bermakna akan disertai oleh berbagai

masalah dan akan memengaruhi berbagai aspek kehidupan lansia baik terhadap

individu maupun bagi keluarga dan masyarakat yang meliputi kesehatan fisik,

biologis, mental, sosial budaya, sosial ekonomi. Mengingat lansia merupakan salah

satu kelompok rawan dalam keluarga, pembinaan lansia sangat memerlukan perhatian

khusus sesuai dengan keberadaanya. Querindo (1959) dalam memberikan pembinaan

dan pelayanan kesehatan, perlu mengetahui latar belakang sosial dan emosional

pasien merupakan yang faktor menentukan bagi proses penyembuhan penyakit di

pelayanan kesehatan. Kebudayaan memengaruhi seseorang untuk mengikuti pola-

pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat

memiliki tradisi, kebiasaan dan budaya yang unik dan akan berpengaruh kepada cara

berfikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, cara berperilaku yang beriorentasi

pada ilmu pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tepat

Universitas Sumatera Utara

Page 23: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Keyakinan budaya memaknai

pengalaman sehat dan sakit individu untuk menyesuaikan diri secara kultural dengan

penyebab penyakit yang rasional, aturan dalam mengekpresikan gejala, norma,

interaksi, strategi mencari pertolongan dan menentukan hasil yang di inginkan

(Harwood, 1998)

Kuatnya tradisi keluarga memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.

(Geersten,1975). Pola-pola tingkah laku yang sudah terlembagakan dalam masyarakat

akan mendorong kepada bentuk karakteristik tingkah laku yang sama, kesamaan ini

mendorong kepada tipe kepribadian dasar keluarga lansia dalam memilih pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan nilai yang dianut karena itu perlu pendekatan

multidisiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan lansia perlu

menyiapkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan lansia.

Menurut penelitian Connie (1984) status sosial keluarga lansia dan sosial

budaya masyarakat berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dan

berpengaruh terhadap pemilihan fasilitas kesehatan yang memadai untuk kesehatan

lansia.

Menurut Notoatmojo (2005) keadaan sosial ekonomi merupakan aspek sosial

budaya yang sangat memengaruhi status kesehatan dan juga berpengaruh pada pola

penyakit bahkan juga berpengaruh pada kematian. Misalnya penyakit infeksi lebih

banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi rendah

sedangkan penyakit non infeksi ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus

ekonomi tinggi. Hershey (1975) pendidikan dan penghasilan merupakan faktor

Universitas Sumatera Utara

Page 24: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

prediktif bagi tipe perilaku tertentu, faktor pendidikan adalah prediktif untuk

melakukan pemeriksaan fisik sedangkan penghasilan prediktif untuk melakukan

kunjungan ke pelayanan kesehatan. Rubin dan Neiswiadomy ( 1995) saat penuaan

berlangsung terdapat berbagai stressor yang dialami lansia yang akan mengganggu

peran berupa: ekonomi, perumahan, sosial, pekerjaan, kesehatan. Hal tersebut berarti

kehilangan status dan dukungan sosial yang berpengaruh terhadap perubahan gaya

hidup.

Seirama dengan meningkatnya jumlah dan angka kesakitan lansia diperlukan

peningkatan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan dan perawatanya, baik yang

dilaksanakan oleh lansia itu sendiri maupun keluarga atau lembaga lain seperti

PUSAKA (Pusat Santun dalam Keluarga), Posyandu Lansia, Panti Sosial Tresna

Wredha, Sasa Tresna Wredha maupun yang dilaksanakan disarana pelayanan

kesehatan tingkat dasar (Primer), sarana pelayanan kesehatan rujukan tingkat

pertama (sekunder) dan sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjut (tertier),

(Notoatmojo, 2007)

Keberadaan Posyandu lansia beserta kader sebagai penggeraknya telah

memberikan dampak positif terhadap pembangunan khususnya di bidang kesehatan.

Adapun tujuan posyandu lansia adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu

kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan

masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan.

Meningkatnya pelayanan kesehatan maupun kesejahteraaan sosial di

masyarakat diharapkan terciptanya lansia mandiri dalam proses penuaan. Proses

Universitas Sumatera Utara

Page 25: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

penuaan hendaknya diiringi dengan kemampuan dan kesadaran lansia dalam

menampilkan peranan untuk terlibat secara aktif dalam pemanfaatan posyandu.

Sudaryanto (2008), pemanfaatan posyandu lansia dipengaruhi antara persepsi dengan

partisipasi lansia, jarak rumah dengan posyandu, pengalaman pemanfaatan

pelayanan, biaya yang dikeluarkan dan efektifitas pelayanan yang diberikan di

posyandu lansia.

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan posyandu lansia Suryati

(2003) menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu lansia sangat rendah. Kunjungan

oleh lansia sakit sebanyak 17,9% dan lansia tidak sakit 2,1%.

Penelitian Nurhayati (2007) di puskesmas Helvetia Medan menunjukkan

bahwa pemanfaatan posyandu lansia dalam satu tahun terakhir yang terbanyak yaitu 7

kali sebanyak 62 orang dan paling sedikit memanfaatkan < 5 kali yaitu sebanyak 15

orang (12,5%) artinya bahwa masyarakat yang mempunyai keluarga lansia

menunjukkan bahwa kecenderungan pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu

lansia sangat rendah, dan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu pun

juga sangat rendah.

Namun fenomena di lapangan menunjukkan fakta yang berbeda. Posyandu

lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang

memanfaatkan posyandu semakin berkurang.

Hasil survey pendahuluan di lapangan yang dilakukan pada bulan Nopember

2010 bahwa jumlah posyandu lansia di Puskesmas Darusalam Medan ada 4

(empat) Posyandu yaitu kelurahan Sei Sikambing 2 (dua) posyandu dan kelurahan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Sei Putih Barat 2(dua) posyandu. Adapun jumlah populasi lansia digolongkan atas 3

golongan yaitu Pralansia umur 45-59 tahun sebanyak 1676 orang , Madya umur

60-69 sebanyak 1339 orang dan lansia risiko tinggi diatas 70 tahun sebanyak 150

orang .

Berdasarkan data diatas bila dilihat dari jumlah populasi lansia sebanyak 3165

orang tetapi yang datang ke posyandu lansia hanya berkisar 230 orang dengan

distribusi kelompok berdasarkan umur. Umur 45-59 tahun sebanyak 24 orang, umur

60 – 69 tahun sebanyak 122 0rang, umur diatas 70 tahun sebanyak 84 orang

(Puskesmas Darusalam Medan,2011 ). Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan

posyandu lansia masih sangat jauh dari target yang diharapkan 70 % .

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan adalah apakah

ada pengaruh sosial budaya dan sosial ekonomi keluarga lansia terhadap pemanfaatan

Posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan Tahun 2011

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh sosial

budaya keluarga lansia (pengetahuan, kebiasaan, kepercayaan) dan sosial ekonomi

(pendidikan, pekerjaan, penghasilan) terhadap pemanfaatan posyandu lansia di

wilayah kerja Puskesmas Darusalam Medan tahun 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 27: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh sosial budaya keluarga lansia (pengetahuan, kebiasaan,

kepercayaan) dan sosial ekonomi keluarga lansia (pendidikan, pekerjaan,

penghasilan) terhadap pemanfaatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas

Darusalam Medan tahun 2011

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Darusalam Medan hasil penelitian ini memberikan

sumbangan pikiran dalam pembinaan lansia melalui pemberdayaan posyandu

lansia

2. Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan, dalam menetapkan kebijakan

dan strategi intervensi tentang pemanfaatan posyandu lansia.

3. Bagi petugas kesehatan dan kelompok lansia yang ada di wilayah kerja

puskesmas penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

posyandu lansia, sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia

secara mandiri .

4. Bagi peneliti hasil penelitian ini merupakan khasanah ilmu yang dapat

menambah bahan informasi dan pengetahuan yang dapat dijadikan referensi

bagi pengembangan penelitian lebih lanjut dalam bidang penelitian khususnya

tentang pemanfaatan posyandu lansia.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Posyandu Lansia

Posyandu lansia perlu diupayakan dan mendapat perhatian dari pemerintah

keluarga dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan

meringankan beban masyarakat khususnya lansia.

Menurut Depkes RI, (2005) bahwa pelayanan kesehatan terpadu adalah suatu

bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia di tingkat desa/kelurahan

dalam wilayah kerja masing- masing puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia

berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatarbelakangi oleh kriteria lansia yang

memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia .

Posyandu lansia/kelompok usia lanjut adalah merupakan suatu bentuk

pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat atau UKBM yang dibentuk oleh

masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada usia

lanjut.

Dalam suatu posyandu dikembangkan beberapa kegiatan yang terpadu dan

saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati bersama.

Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari dua program

menjadi lebih banyak program.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Selain program dari Departemen Kesehatan, pemerintah juga mempunyai

program dari Departemen Sosial yaitu rencana aksi nasional kesejahteraan lansia

yang terdiri dari lima program pokok penduduk lansia yaitu: (1) Kesejahteraan sosial

dan jaminan sosial, peningkatan sistem pelayanan kesehatan, (2) Peningkatan sistem

pelayanan kesehatan, (3) Penguatan dukungan keluarga dan masyarakat, (4)

Peningkatan kualitas hidup lansia, (5) Peningkatan dan sarana dan fasilitas khusus

bagi lansia.

Strategi-strategi dan program-program pokok untuk meningkatkan

kesejahteraan lansia ini dimaksudkan agar lanjut usia dimasa depan dapat hidup

dengan sehat, produktif, mandiri dan sejahtera lahir dan batin. Dengan demikian

ketergantungan lansia pada penduduk usia produktif dapat diminimalkan.

Upaya pemantapan pelayanan kesehatan bagi lansia melalui upaya - upaya

promotif dan preventif atau yang disebut paradigma sehat.

2.1.1. Proses Pembentukan Posyandu Lansia

Langkah- langkah yang ditempuh dalam pembinaan kesehatan lansia adalah

1. Diseminasi informasi pembinaan kesehatan lansia kepada staf puskesmas

2. Membuat kesepakatan diantara staf puskesmas tentang pelaksanaan

pembinaan kesehatan lansia.

3. Melakukan bimbingan dan pelatihan pembinaan kesehatan lansia kepada staf

puskesmas

4. Membuat rencana kegiatan pembinaan kesehatan lansia dan

mengintegrasikanya dalam perencanaan tahunan puskesmas: (a) pengumpulan

Universitas Sumatera Utara

Page 30: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

data dasar, (b) membuat peta lokasi lansia dan masalah yang dihadapi, (c)

membuat rencana kegiatan bedasarkan masalah yang ada.

5. Melakukan pendekatan lintas sektoral tingkat kecamatan dan desa/ kelurahan

termasuk lembaga swadaya masyarakat dan LKMD untuk menginformasikan

dan menjelaskan peranannya dalam pembinaan kesehatan lansia

6. Melakukan survei mawas diri bersama tenaga kecamatan dan desa setempat

untuk mengenal masalah yang berkaitan dengan kesehatan lansia

7. Melakukan musyawarah masyarakat desa untuk mencapai kesepakatan

tentang upaya yang dilaksanakan.

8. Membentuk kelompok kerja dalam pembinaan kesehatan lansia

9. Menjelaskan teknis upaya kesehatan lansia yang diselenggarakan bersama

sektor dan lembaga swadaya masyarakat terkait

10. Mendorong pembentukan dan pengembangan pembinaan kesehatan lansia

dimasyarakat secara mandiri. (Departemen Kesehatan RI, 2005)

2.1.2. Sasaran Posyandu

1. Sasaran langsung

a. Kelompok usia virilitas/pra lansia 45 - 59 tahun

b. Kelompok lansia 60 – 69 tahun

c. Kelompok lansia resiko tinggi 70 tahun keatas

2. Sasaran tidak langsung

a. Keluarga yang mempunyai lansia

b. Masyarakat dilingkungan lansia berada

Universitas Sumatera Utara

Page 31: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

c. Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan lansia

d. Masyarakat luas

Semuanya menjadi sasaran prioritas karena dianggap sebagai pusat sasaran

strategis dalam pembinaan lansia yang pada giliranya akan meningkatkan

kesejahteraan rakyat. (Dinkes Medan, 2005 )

2.1.3.Tujuan Posyandu Lansia

Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa

tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan

eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Sedangkan bagi lansia sendiri, kesadaran

akan pentingnya bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat luas agar selama mungkin

tetap mandiri dan berdaya guna.

Pelayanan kesehatan pada posyandu lansia meliputi kesehatan fisik dan

mental, emosional, dengan KMS mencatat dan memantau untuk mengetahui lebih

awal penyakit atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan perkembanganya.

2.1.4. Tujuan Pembentukan Posyandu Lansia secara Garis Besar antara lain:

Meningkatkan jangkauan layanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Mendekatkan

pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan

kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat lanjut usia.

2.1.5. Indikator Keberhasilan Posyandu Lansia

Penilaian keberhasilan upaya pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan

kesehatan di posyandu dilakukan dengan menggunakan data pencatatan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 32: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

pelaporan, pengamatan khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat

dari:

1. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah

organisasi masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya.

2. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah /swasta yang memberikan

pelayanan kesehatan bagi lansia

3. Berkembangya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga

4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia

5. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia

2.1.6. Proses Pembentukan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Darussalam Medan

1. Petugas kesehatan dari Puskesmas bekerjasama dengan kepala lingkungan

dari kelurahan melaksanakan pendataan lansia di wilayah kerja Puskesmas

Darussalam Medan

2. Kepala Lurah dan tokoh masyarakat, pemuka agama dan petugas kesehatan

dari puskesmas melakukan rembuk desa dalam pembentukan posyandu lansia

serta menetapkan panitia pelaksana posyandu termasuk pemilihan kader

posyandu lansia.

3. Untuk pembentukan posyandu lansia harus ada minimal jumlah lansia 50

orang/posyandu .

4. Lurah mengeluarkan Surat Keputusan tentang kepanitiaan posyandu lansia.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

5. Panitian yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lurah

diserahkan ke Dinas Kesehatan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas untuk

mendapatkan persetujuan dan pengadaan transport kader serta pengadaan obat

untuk dipergunakan di Posyandu lansia.

2.1.7. Peranan Kader Lansia

1. Umum

Melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terpadu bersama masyarakat

dalam rangka pembangunan kesehatan.

2. Khusus

a. Persiapan

b. Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan lansia

dan berperan serta untuk mensukseskanya

c. Bersama dengan masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan

lansia ditingkat desa/ kelurahan

d. Menyiapkan sarana yang diperlukan lansia

3. Pelaksanaan

a. Melakukan penyuluhan kesehatan lansia secara terpadu

b. Mengelola kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan,

pengisian KMS lansia, PMT, pencatatan dan pelaporan serta rujukan

c. Mengikuti kegiatan pasca pelayanan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

4. Pembinaan

a. Menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan masyarakat untuk

membicarakan pengembangan program, di integrasikan dengan kegiatan

masyarakat

b. Melakukan kunjungan rumah pada keluarga lansia yang dibinanya

c. Membina kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman antar kader

2.1.8. Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loomba dalam Azwar (1995) yang dimaksud dengan

pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara mandiri atau

secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.Angka kejadian penyakit

kronis dan gangguan mental meningkat maka adanya dukungan rehabilitasi menjadi

sangat diperlukan. (BMJ, 2001)

Menurut Notoatmojo secara umum pelayanan kesehatan pada lansia dapat

dibagi menjadi 2, yaitu (1) pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit

(Hospital Based Geriatric service), (2) pelayanan kesehatan lansia berbasis

masyarakat(Community Based Geriatric service)

Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia adalah sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 35: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

1. Pemeriksaan kegiatan aktifitas sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupannya seperti makan, minum, mandi, berjalan, berpakaian, naik turun

tempat tidur, buang air kecil dan besar.

2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental

emosional, dengan menggunakan pedoman metode dua menit (dapat dilihat

di KMS usia lanjut)

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh.

4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter dan stetoskop

serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.

5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, sahli, atau Cuprisulfat

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit

gula (diabetes mellitus)

7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi

awal adanya penyakit ginjal

8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila ada keluhan atau ditemukan adanya

keluhan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7

9. Penyuluhan bila dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka

kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah

kesehatan yang dihadapi oleh individu atau kelompok lansia.

10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas anggota kelompok lansia yang

tidak datang dalam rangka kegiatan perawatan kegiatan masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Page 36: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

11. Pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan contoh menu makanan

dengan memerhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia serta menggunakan

bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.

12. Kegiatan olahraga, antara lain senam lansia gerak jalan santai dan lain

sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.

Syarat pokok pelayanan kesehatan: Pelayanan yang berkualitas adalah

pelayanan kesehatan harus memiliki persyaratan pokok yaitu (a) tersedia dan

berkesinambungan (b) mudah dicapai (c) mudah dijangkau (d) dapat diterima dan

wajar (e) bermutu (Azwar,1996)

2.1.9. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelayanan Kesehatan

Menurut Andersen (1968) ada delapan faktor yang memengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan yaitu: faktor demografi, (jumlah, penyebaran, kepadatan,

pertumbuhan, struktur umur, dan rasio jenis kelamin), tingkat pendapatan, faktor

sosial budaya (tingkat pendidikan dan , status kesehatan) aksesibilitas terhadap

pelayanan kesehatan, produktifitas, teknologi kesehatan.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga tergantung pada predisposisi

keluarga mencakup karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan

kesehatan meliputi variabel demografi, variabel struktur sosial (pendidikan,

pekerjaan, suku) serta kepercayaan dan sikap terhadap perawatan medis, dokter, dan

penyakit (termasuk stress serta kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan).

(Muzaham, 1995)

Universitas Sumatera Utara

Page 37: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tidak dapat lagi

seluruhnya ditangani oleh para dokter saja. Apalagi kegiatan itu mencakup kelompok

masyarakat luas. Para dokter memerlukan bantuan tenaga para medis, sanitasi gizi,

ahli ilmu sosial dan juga anggota masyarakat (tokoh masyarakat, kader) untuk

melaksanakan program kesehatan, tugas tim kesehatan ini dapat dibedakan menurut

tahap/ jenis program kesehatan yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, pencegahan

penyakit, pengobatan dan rehabilitasi (Departemen Kesehatan RI, 2005)

Peran anggota masyarakat (kader) adalah sebagai motivator atau penyuluh

kesehatan yang membantu para petugas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

tentang perlunya hidup sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan tindakan

pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada. Disamping

kader kesehatan, masyarakat memiliki pula kelompok yang berpotensi untuk

membantu menyehatkan penduduk yaitu para pengobatan tradisional (traditional

healers) (Sarwono,2004)

Alan Dever (1984) menyebutkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) faktor sosial kultur yang terdiri dari

faktor teknologi pengobatan dan norma atau nilai yang berlaku dimasyarakat (2)

faktor organisasi, yang terdiri dari ketersediaan sumber daya, akses sosial,

karakteristik proses dan struktur pelayanan kesehatan (3) faktor yang berhubungan

dengan konsumen yang terdiri dari (a) faktor sosiodemografis (b) faktor sosial

psikologis (4) faktor yang berhubungan dengan produsen, yang terdiri dari faktor

ekonomi dan karakteristik provider.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Menurut Reinke (1994) yang dikutip oleh Hutauruk (2005) ada beberapa

faktor yang memengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah (1)

faktor regional (2) faktor dan sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan yaitu

tipe dari organisasi, misalnya rumah sakit, puskesmas dan fasilitas pelayanan

kesehatan lainya, (3) faktor adanya fasilitas kesehatan (4) faktor-faktor dari

konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu faktor sosio psikologis

yaitu meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan

Menurut Department Of Health Education and Welfare, USA (1997) dalam

Azwar (2002) faktor- faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu, (1) faktor

sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan: tipe organisasi, kelengkapan program

kesehatan, tersedianya tenaga pelayanan kesehatan dengan masyarakat dengan

adanya asuransi kesehatan serta faktor adanya faktor kesehatan lainya. (2) faktor dari

konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan: faktor sosio demografi

(umur, jenis kelamin, status kesehatan, besar keluarga) faktor sosial psikologis

(sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan pengetahuan dan sumber informasi dari

pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksana pelayanan kesehatan sebelumnya)

faktor status sosial ekonomi (meliputi: pendidikan, pekerjaan, pendapatan), dapat

digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antar rumah dengan tempat

pelayanan kesehatan, variabel yang menyangkut kebutuhan (mobilitas, gejala

penyakit yang dirasakan oleh yang bersangkutan dan lain sebagainya)

Menurut Departemen Kesehatan RI, (2005), rendahnya pemanfaatan

pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 39: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

1. Jarak yang jauh (faktor geografi)

2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi)

3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi)

4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya)

2.1.10. Pengorganisasian

Kedudukan posyandu sebagai suatu bentuk peran serta masyarakat yang

diselenggarakan oleh lembaga swadaya masyarakat lainya dengan bantuan teknis dari

puskesmas, pemerintah daerah, oraganisasi sosial, dinas pendidikan dan pertanian,

agama, dan lembaga ketahanan masyaraakt desa (LKMD). Sebagai kegiatan swadaya

masyarakat yang semula dikenal dengan kegiatan pembangunan kesehatan

masyarakat desa, (Depkes RI, 1998)

Mengingat kegiatan posyandu merupakan kegiatan warga masyarakat

setempat maka tugas kader, pemimpin kader dan pemuka masyarakat untuk

menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa posyandu adalah milik

warga. Pemerintah khususnya petugas pelayanan kesehatan hanya berperan

membantu. Di Indonesia dana yang digunakan untuk pelaksanaan posyandu lansia

adalah dari dan oleh masyarakat (Azwar, 2002)

2.2.Pengertian Sosial Budaya

Manusia adalah mahkluk sosial sekaligus mahkluk individual. Sebagai

mahkluk sosial, manusia memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup

dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar, yang disebut dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 40: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

dorongan sosial. Manusia sebagai mahkluk individual memiliki motif untuk

mengadakan hubungan dengan diri sendiri. Manusia membutuhkan hubungan bukan

saja dengan individu lain tetapi juga dengan lingkungan tempat ia berada.

Lingkungan memengaruhi individu dalam mengembangkan, menggiatkan, dan

memberikan sesuatu yang dibutuhkan. Dalam hidup bersama terjadi hubungan antar

perawat-klien, perawat-keluarga klien, perawat-petugas kesehatan lain, serta perawat

lingkunganya. Hubungan itu diwujudkan dan dilaksanakan dalam rangka mencapai

tujuan pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk mencapai keinginan itu perlu

kerjasama dengan keluarga dalam memberikan dukungan kepada anggota keluarga

diwujudkan dalam bentuk tindakan melalui hubungan timbal balik dalam mencapai

tujuan.

Kehidupan manusia sebagai mahkluk sosial selalu dihadapkan kepada

masalah sosial yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Pengertian kebudayaan

dapat ditinjau secara umum . Menurut Elly, (2010) budaya adalah bentuk jamak dari

kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa dan rasa, kata budaya sebenarnya berasal

dari bahasa sanskerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

atau akal . Dalam bahasa Inggris kata budaya berasal dari kata culture . Dengan

demikian kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Kemudian

pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas

manusia untuk mengolah dan mengubah alam .

Menurut E.B. Taylor dalam Elly,(2010) budaya adalah suatu keseluruhan

kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan,

Universitas Sumatera Utara

Page 41: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh

manusia sebagai anggota keluarga. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan

meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Noorkasiani (2009) kebudayaan berarti

buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh

kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) selain itu bukti kejayaan

manusia untuk mengatasi rintangan dan kesukaran didalam kehidupanya guna

mencapai kesehatan dan kebahagiaan yang pada awalnya bersifat tertib dan damai.

Herskovits dalam Iqbal (2009) memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang

turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut

sebagai superorganic. Menurut Malinowski dalam Noorkasiani (2009) , bahwa

kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia.

Tiap kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas misalnya guna memenuhi

kebutuhan manusia akan kesehatanya, timbul budaya berupa perlindungan yakni

seperangkat budaya dalam bentuk tertentu seperti lembaga kemasyarakatan. Landasan

ini dapat diperoleh dari ilmu sosial yang ruang lingkupnya manusia dalam konteks

sosial.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai

kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan

meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga

dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan

kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang

Universitas Sumatera Utara

Page 42: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola

perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang

kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakat.

Masalah sosial akan dapat muncul ketika kenyataan yang ada tidak dapat

dipahami oleh pengetahuan kebudayaan yang dipunyai oleh para individunya atau

dipahami secara berbeda antar masing-masing individu yang terlibat didalam

interaksi sosial yang ada. Individu-individu yang terlibat dalam interaksi yang

berusaha untuk memahami kenyataan yang ada tersebut pada dasarnya adalah untuk

usaha pemenuhan kebutuhan dirinya agar dapat hidup secara berkesinambungan .

Dengan demikian, kemampuan kebudayaan dari manusia yang digunakan untuk

pedoman berinteraksi harus dipahami dan diwujudkan melalui pranata sosial yang

tersedia dimasyarakat, pandangan terhadap dunia sekitarnya dipahami dengan

menggunakan kebudayaan dari manusia dan dengan kebudayaan yang dimiliki

tersebut, manusia dapat memahami dan menginterprestasikan lingkunganya serta

mewujudkan tindakan- tindakan. Dengan demikian kebudayaan dipahami sebagai

pengetahuan manusai sebagai mahkluk sosial yang isinya adalah perangkat model

pengetahuan yang digunakan para pelakunya untuk menginterprestasikan dan

memahami lingkunganya yang dihadapi sebagai pedoman bertindak.

Masalah sosial tidak sama antara masyarakat yang satu dengan yang lainya

karena adanya perbedaan antara tingkatan perkembangan kebudayaanya, sifat

kependudukanya dan keadaan lingkungan alamnya. Harus mengembangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 43: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

keterampilan untuk bekerja dengan klien, keluarga, masyarakat yang berbeda budaya.

Aslinger, (1985) dalam Stone (1998), yang berpendapat bahwa karakteristik budaya

akan mempengaruhi seseorang dalam berpersepsi mengenai penyebab penyakit dan

stress, pengobatan penyakit, perilaku koping yang tepat dan berhubungan dengan

penyedia pelayanan kesehatan. Adam, (1990) dalam Anderson (2007) program dan

pelayanan sebaiknya direncanakan agar tersedia, dapat diterima dan sesuai dengan

budaya masyarakat yang menerima pelayanan. Kompetensi budaya menuntut para

praktisi dan sistem pelayanan untuk memahami persepsi klien, keluarga dan

masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan mereka. Hal ini meliputi status kesehatan

dan sumber yang dapat membantu mereka selama masa rentang dan penyakit.

Orientasi atau latar belakang kebudayaan keluarga dapat menjadi variabel

yang paling berhubungan dalam memahami perilaku keluarga, sistem nilai dan fungsi

keluarga. Latar belakang budaya memengaruhi hubungan antara kelompok sosial

dengan orientasi medis (Suchman, 1965).

U.S Bureau of the cencus menggunakan definisi keluarga yang beriorentasi

tradisional, yaitu sebagai berikut: keluarga terdiri atas individu yang bergabung

bersama oleh ikatan pernikahan , darah, atau adopsi dan tinggal di dalam satu rumah

yang sama. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam

bentuk kepribadianya dalam masyarakat. Dalam masyarakat tradisional biasanya

lansia dihargai dan dihormati, sehingga mereka masih dapat berperan dan berguna

bagi masyarakat. Akan tetapi dalam masyarakat industri ada kecenderungan mereka

kurang dihargai, sehingga mereka terisolir dari kehidupan masyarakat. Berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

Page 44: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

pada sistem kultural yang berlaku, maka mengharuskan generasi tua/ lansia masih

dibutuhkan sebagai pembina agar jati diri budaya dan ciri- ciri khas Indonesia tetap

terpelihara kelestarianya

Keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lansia.

Sampai sekarang penelitian dan observasi tidak menemukan bukti- bukti yang

menunjukkan bahwa anak/ keluarga segan untuk melakukan hal ini. Menempatkan

lansia dipanti werda merupakan alternatif terakhir. Martabat lansia dalam keluarga

dan keakrapan hidup kekeluargaan dunia timur seperti yang kita rasakan perlu untuk

dipertahankan. Dari segi negative penghargaan kepada orang tua ini yang sering

dijumpai berupa overprotektif . Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting

dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa

percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi

akan meningkat (Sundeen, 1995) . Tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga

mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja, banyak

hal- hal mengenai kepribadian yang dapat diyakini dari suatu keluarga yang pada

saat- saat sekarang ini sering dilupakan orang. Perkembangan intelektual akan

kesadaran lingkungan seorang individu sering kali dilepaskan bahkan dipisahkan

dengan masalah keluarga.

Budaya dapat dilihat sebagai mekanisme kontrol bagi perlakuan dan tindakan-

tindakan sosial manusia, atau pola-pola bagi kelakuan manusia. Di dalam masyarakat,

manusia mengembangkan kebudayaanya. Ada yang diterima ada yang tidak, atau

diterima secara selektif karena berkenaan dengan nilai-nilai moral dan estetika,

Universitas Sumatera Utara

Page 45: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

sistem-sistem penggolongan benda-benda, berbagai hal lainnya yang diperlukan

hidupnya. Kesemuanya ini merupakan masalah sosial, yang didalamnya masyarakat

berada dalam suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan yang cepat.(Elly, 2010)

Budaya berisi norma-norma sosial, yakni sendi-sendi masyarakat yang berisi

sanksi atau hukuman-hukumannya yang dijatuhkan oleh golongan bila mana

peraturan yang dianggap baik untuk menjaga kebutuhan dan keselamatan masyarakat

itu, dilanggar. Norma-norma itu mengenai kebiasaan- kebiasaan hidup, adat istiadat

dan tradisi- tradisi hidup yang dipakai turun-temurun. (Soekanto,2005)

Pada dasarnya individu selalu berada dalam situasi sosial. Situasi sosial yang

merangsang individu sehingga invidu bertingkah laku disebut situasi perangsang

sosial atau social stimulus situation (Ahmady,1999)

Situasi perangsangan sosial ini digolongkan menjadi 2 (dua) golongan besar

yaitu:

a. Orang lain yang dapat berupa: 1) individu- individu lain sebagai perangsang.

2) kelompok sebagai situasi perangsang yang dapat dibedakan lagi atas

hubungan intragroup dan hubungan intergroup.

b. Hasil kebudayaan yang dibedakan: 1). Kebudayaan materil (materiil culture)

2). Kebudayaan non materil (non materiil culture)

2.2.1. Unsur – Unsur Sosial Budaya

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau

unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 46: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

1. Melville J. Herskovits yang dikutip Iqbal (2009) menyebutkan kebudayaan

memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga,

kekuasaan politik

2. Clyde Kluckhohn dalam Momon (2008) menyebutkan ada tujuh unsur

kebudayaan yaitu, bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem

peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, dan

kesenian.

2.2.2.Wujud dan Komponen

Menurut J.J. Hoenigman (1959) yang dikutip Noorkasiani (2009) , wujud kebudayaan

dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak ( karya )

1. Gagasan (wujud ideal) adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya

abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak

dalam kepala - kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika

masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan,

maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku

hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan

sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang

saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya

menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya

Universitas Sumatera Utara

Page 47: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan

didokumentasikan.

3. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari

aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa

benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.

Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang

satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud

kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya

(artefak) manusia.

2.2.3. Sifat dan Hakikat Kebudayaan

Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia, kebudayaan

telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan

mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan, kebudayaan diperlukan

manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya. Budaya mencakup aturan – aturan

yang berisikan kewajiban – kewajiban, tindakan- tindakan yang diterima dan ditolak,

tindakan- tindakan yang dilarang, tindakan- tindakan yang di izinkan.

2.2.4. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan

makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup (a) perilaku seseorang

terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespon secara aktif maupun

Universitas Sumatera Utara

Page 48: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

pasif. (b), perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik terhadap sistem pelayanan kesehatan

modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas

pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatanya yang terwujud

dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas.

2.2.5. Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya terhadap Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkunganya. Lingkungan yang dimaksud adalah non biologis atau

sosial budaya. Perilaku merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap stimulus

yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Respon individu ada kaitanya

dengan lingkungan sosial yang ada disekitarnya yang akan memengaruhi sikap dan

perilaku individu atau masyarakat bertindak selanjutnya.

Menurut T. Parsons, yang dikutip Noorkasiani (2002) perilaku individu sangat

dipengaruhi oleh sistem sosial sistem budaya serta sistem kepribadian dari individu

itu sendiri. Menurut Hendri Blum status kesehatan individu atau masyarakat sangat

dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik/ keturunan.

Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu: aspek

fisik, aspek psikis, aspek sosial . Perilaku manusia merupakan repleksi dari berbagai

gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,

sikap.

Menurut Soekidjo Notoadmojo (1993) dalam Iqbal (2009) dalam mempelajari

perilaku sakit dan penyakit dikelompokkan menjadi beberapa unsur yaitu: (1).

Universitas Sumatera Utara

Page 49: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Perilaku pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) pada masyarakat yang

sosial ekonominya dan pendidikan rendah pemeliharaan kesehatan biasanya

merupakan kebutuhan yang terakhir. (2). Perilaku pencegahan penyakit (health

prevention behavior), (3). Perilaku mencari pengobatan (health seeking behavior),

misalnya pengobatan sendiri, dukun, dokter, puskesmas. Hal ini sangat berkaitan

dengan sosial ekonomi dan tingkat pengetahuan/ pengalaman seseorang sedangkan

tingkat pendidikan tidak menjamin seseorang untuk selalu berobat ke pelayanan

kesehatan. Pada situasi tertentu, orang lebih percaya kepada pengobatan alternatif.

(4). Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) misalnya patuh

terhadap nasehat dokter. Bila informasi yang disampaikan kepada pasien dan akses

untuk mendapatkan pelayanan mudah, masyarakat akan melakukan pemulihan

kesehatan dengan baik.

2.2.6. Kesehatan dan Faktor Sosial

Hubungan kesehatan dengan kelas sosial, gaya hidup dan jenis kelamin

.penyakit tidak terdistribusi secara merata di kalangan penduduk. Masalah kelompok

mana yang menderita penyakit apa merupakan kajian yang dinamakan epidemiologi.

Dari berbagai negara memaparkan bahwa adanya hubungan antara kesehatan dan

kelas sosial. Perbedaaan mortalitas antara kelas disebabkan berbagai faktor penyakit

kardiovasikuler, paru-paru, kecelakaan dan bunuh diri.

Meskipun antara dua negara bagian AS yang bertetangga, Utah dan Nevada

tidak dijumpai banyak perbedaan dibidang pendapatan perkapita, persentasi

penduduk yang tinggal diperkotaan. Jumlah dokter per 100.000 penduduk, rata- rata

Universitas Sumatera Utara

Page 50: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

tingkat formal penduduk, struktur usia penduduk, komposisi ras perbandingan laki-

laki dan perempuan serta lingkungan fisik, namun antara keduanya dijumpai

perbedaan mencolok di berbagai bidang kesehatan. Dari kasus diatas bahwa

tersedianya sarana kesehatan dan tingginya penghasilan tidak dengan sendirinya

menjamin kesehatan masyarakat.

Ketidaksamaan distribusi morbiditas dan mortalitas kita jumpai pula antara

laki-laki dan perempuan salah satu faktor sosial yang terkait dengan perbedaan

mortalitas laki-laki dan perempuan perbedaan perilaku dan perbedaan sosialisasi

peran.

2.2.7. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Kesehatan Masyarakat

Lingkungan sosial budaya seseorang masyarakat sangat berpengaruh terhadap

perilaku dan status kesehatanya. Beberapa fenomena sosial budaya yang dapat

diketahui hubunganya dengan status kesehatan baik individu maupun masyarakat

yaitu stigma sosial dan kesehatan individu ini adalah ciri negatif yang menempel pada

pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya, dan akan memengaruhi

kesembuhan seseorang dari penyakitnya.

Menurut Hendrik L.Blum, (1974) status kesehatan individu atau masyarakat

ditentukan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan dan perilaku. Lingkungan ini

termasuk sosial budaya, sementara perilaku adalah yang berasal dari diri individu itu

sendiri. Sosial budaya disini termasuk bagaimana sistem pendidikan, sistem religius,

sistem pemerintahan, sistem norma, sistem ekonomi. Perilaku sendiri sebenarnya juga

sangat dipengaruhi oleh sosial budayanya tempat ia dibesarkan. Olah karena itu

Universitas Sumatera Utara

Page 51: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

perilaku dan lingkungan sosial budaya adalah satu hal yang erat kaitanya dan saling

memengaruhi.

Tantangan yang berat masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan adalah

1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta

penyebaran penduduk yang tidak merata diseluruh wilayah

2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada

golongan wanita

3. Kebiasaan negatif yang berlaku dimasyarakat, adat - istiadat dan perilaku

yang kurang , menunjang dalam bidang kesehatan

4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan

Aspek sosial yang berhubungan dengan kesehatan antara lain kemiskinan, masalah

kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran, dan homoseksual.

2.2.8. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sosial Budaya

a. Pengetahuan, pengetahuan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

kesehatan

b. Kepercayaan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan di

beberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun, karena

karismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga masyarakat lebih

senang berobat dan meminta tolong kepada dukun. Petugas kesehatan

dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat diwilayahnya

dan tidak mempunyai karismatik.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

c. Moral, istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainya dalam

tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral

disebut amoral, artinya manusia tidak memiliki nilai positif dimata manusia

lainya. Dengan demikian moral mutlak untuk dimiliki.

d. Hukum, hukum atau ilmu hukum adalah suatu sistem aturan atau adat, yang

secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah

atau otoritas melalui lembaga atau institusi hukum.

e. Adat - istiadat, kebiasan - kebiasaan dan perilaku masyarakat sering kali

menjadi penghalang atau terciptanya pola hidup sehat dimasyarakat.

f. Kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat.

2.3. Sosial Ekonomi Masyarakat

Status sosioekonomi, status sosial, atau kelas sosial berkenaan dengan

sekelompok orang dengan penghasilan, jumlah kekayaan, kondisi kehidupan,

perubahan gaya hidup yang relatif sama. (Ropers, 1991) . Curran dan Ranzetti, (2000)

dalam Friedman (2010) menjelaskan bahwa kelas sosial ekonomi suatu ukuran

individu atau stratifikasi ekonomi keluarga, termasuk didalamnya tiga unsur yaitu

kekayaan (unsur materi), status (unsur prestise) dan kekuatan politik

(unsur pembuat keputusan). Status sosioekonomi mempunyai pengaruh yang

menembus kehidupan keluarga dan anggotanya, terutama dalam kehidupan

masyarakat yang heterogen, dan kompleks, menyebabkan perbedaan dalam

kebudayaan keluarga dan gaya hidup yang signifikan. Karakteristik gaya hidup

Universitas Sumatera Utara

Page 53: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

struktur dan fungsi keluarga, serta hubungan dengan lingkungan eksternal rumah,

tetangga dan komunitas yang sangat bervariasi dari satu kelas sosial ke kelas sosial

lain. Status sosial ekonomi keluarga membentuk gaya hidup keluarga, juga

merupakan pembentuk kekuatan nilai keluarga

Clark, (1984) kecendrungan dan perubahan ekonomi dipercaya memberikan

pengaruh terbesar bagi keluarga, selain faktor itu, kemajuan teknologi dan

kecenderungan demografi, sosiobudaya, dan politik juga merupakan faktor-faktor

penting yang memengaruhi keluarga.. Sehubungan dengan perbedaan dalam sumber

penghasilan, terdapat juga hubungan yang positif antara status sosioekonomi dan

kesehatan fisik dan jiwa yang berarti bahwa individu yang berasal dari keluarga

miskin cenderung untuk mempunyai kesehatan yang lebih buruk dibandingkan

mereka yang mempunyai sosioekonomi yang lebih baik. Kecenderungan ekonomi

yang paling nyata saat ini adalah peningkatan biaya diseluruh area kehidupan

keluarga. Menurut Brown, ponce & Rice (2001) dalam Fredmman (2010) hal yang

sama juga terjadi pada biaya pelayanan kesehatan terutama memberatkan bagi

keluarga miskin, keluarga lansia dan keluarga yang baru terbentuk.

Kelas sosial atau status sosioekonomi tidak hanya berhubungan dengan

tingkat pendidikan keluarga, status pekerjaan, dan penghasilan namun juga saling

memengaruhi. Dengan mengidentifikasi kelas sosial keluarga, keluarga dapat lebih

mengantisipasi gaya karakteristik gaya hidup dan beberapa stressor keluarga. Selain

itu struktur dan fungsi keluarga akan lebih dipahami dalam konteks latar belakang

kelas sosial keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Faktor sosial ekonomi yaitu meliputi data sosial: keadaan penduduk, keadaan

keluarga, pendidikan, perumahan, dapur, penyimpanan makanan sumber air kakus.

Sementara data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan,

pengeluaran dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim

(Supariasa, 2002) . Menurut Dalimunte (1995), kehidupan sosial ekonomi adalah

suatu keadaan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan indikator pendidikan,

pekerjaan dan penghasilan sebagai tolak ukur.

Menurut Junaidi, (1999), keluarga adalah individu dengan jati diri yang khas

yang memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah sifat individu yang

relative tidak berubah atau dipengaruhi lingkungan seperti, umur, jenis kelamin, suku

bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain.

Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu sering

kali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga. Hal-hal seperti

inilah yang sering menimbulkan masalah-masalah ekonomi, karena kehilangan

pijakan. Oleh karena itu adalah bijaksana kalau dilihat dan dikembalikan peranan

keluarga dan proporsi yang sebenarnya dengan skala prioritas yang pas. Fungsi

ekonomi yaitu keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok

yaitu : 1). Kebutuhan makan dan minum, 2). Kebutuhan pakaian untuk menutup

tubuh 3). Kebutuhan tempat tinggal. Sehubungan dengan fungsi tersebut maka orang

tua diwajibkan untuk berusaha keras agar setiap anggota keluarga dapat cukup makan

dan minum,cukup pakaian serta tempat tinggal.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian pada

kelompok - kelompok masyarakat yang lebih kompleks tetapi belum masuk pada era

masyarakat industri, perekonomian masyarakat mulai berkembang. Namun begitu

ikatan - ikatan kekeluargaan masih terjalin kuat dan saling mempengaruhi atau

menguasai bidang perekonomian (Ahmadi, 2003).

2.3.1. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

memengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan

adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan.

(Notoatmojo, 2003)

Menurut data yang dikumpulkan Departemen Sosial Republik Indonesia

(1996) yang dikutip oleh Hardiwynoto,(2007) tingkat pendidikan penduduk lansia di

Indonesia masih belum naik. Hal ini lebih - lebih terlihat pada penduduk lansia

wanita yang tidak bersekolah. Rosenstock (1974) seseorang tidak mencari

pertolongan bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang

relepan dengan kesehatan, bila mereka memandang tidak cukup berbahaya, bila tidak

yakin terhadap keberhasilan suatu intervensi medis dan melihat adanya beberapa

kesulitan dalam melakukan perilaku kesehatan yang disarankan.

Rendahnya tingkat pendidikan ini mengakibatkan mereka sulit menerima

penyuluhan yang diberikan oleh petugas penyuluh. Hal ini akan menyulitkan mereka

manakala mereka bekerja atau mencari pekerjaan Makin tinggi tingkat kematangan

Universitas Sumatera Utara

Page 56: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

intelektual seseorang akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya

hidup sehat dan pentingnya memanfaatkan pelayanan kesehatan (Tukiman, 1994)

Tingkat pendidikan lansia pada umumnya sangat rendah. Menurut Sedarmayanti

(2001) yang dikutip oleh Hardywinoto, (2007), pekerjaan yang disertai dengan

pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha sehingga dapat

meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan

nasional. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan tinggi pula pengetahuannya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang memengaruhi

individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis, kelemahan fisik. Jadi

jika lansia dengan kondisi yang serba menurun bekerja sudah tidak efektif lagi

ditinjau dari proses dan hasilnya.

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi

keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan

pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih

baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai

hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan

berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari

pendidikan kesehatan.

Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap

perilaku. Faktor lingkungan non fisik, akibat masalah - masalah sosial penangananya

diperlukan pendidikan kesehatan . Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan

masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 57: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan.

Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup

pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

2.3.2. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian Ogawa (1994) di Korea Selatan dan Thailand,

status kesehatan lansia merupakan salah satu variabel penting yang memengaruhi

lansia ikut berpartisipasi dalam angkatan kerja. Kemiskinan dan kelas bawah secara

langsung berhubungan dengan pekerjaan yang tidak tentu atau upah yang rendah.

Karena penghasilan yang rendah atau yang tidak tentu terdapat rasa tidak aman yang

besar terhadap ketersediaan makan , tempat tinggal, pelayanan kesehatan. Menurut

Sedarmayanti (2001) yang dikutip oleh Hardywinoto, (2007), pekerjaan yang disertai

dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha

sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok

maupun pendapatan nasional. Kehidupan kelas bawah beradaptasi terhadap

kekurangan sumber penghasilan, berdasarkan asumsi dan norma yang berbeda dari

kelas menengah. Orang miskin tidak mampu memiliki nilai kelas menengah tersebut.

Menurut Kartasaputra (2005), dalam melangsungkan kehidupannya manusia

melakukan berbagai kegiatan atau pekerjaan fisik yang memerlukan energi. Energi

yang berasal dari makan di perlukan manusia untuk metabolisme basal, aktivitas fisik

dan efek makanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Menurut data Biro Statistik (1990) tingkat partisipasi angkatan kerja pada

penduduk lansia 60 sampai 64 tahun besarnya 59,9% dan pada usia 65 tahun 40,5 %.

Diperkotaan, pengangguran penduduk lansia yang berusia 65 tahun keatas hanya 2,2

%, tingkat partisipasi angkatan kerja pedesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan

dan pada penduduk lansia pria, tingkat partisipasi angkatan kerja lebih tinggi bila

dibandingkan dengan wanita.

2.3.3. Pendapatan

Status sosial ekonomi keluarga, merupakan suatu komponen kelas sosial yang

menunjukkan tingkat dan sumber penghasilan keluarga. Penghasilan yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara umum diperoleh dari anggota keluarga

yang bekerja atau dari sumber penghasilan sendiri seperti uang pensiun dan

tunjangan, sebagian penghasilan lain diperoleh dari dinas sosial atau asuransi bagi

orang yang tidak bekerja . Keluarga dengan sumber ekonomi yang tidak memadai

menunjukan karakteristik sebagai berikut: (a) penghasilan sepenuhnya diperoleh dari

dinas sosial diakibatkan kegagalan atau ketidakmampuan orang dewasa dalam

keluarga untuk bekerja; (b) penghasilan diperoleh dari dinas sosial; (c) jumlah

penghasilan sangat rendah atau tidak stabil sehingga kurang untuk memenuhi

kebutuhan dasarnya. Penelitian oleh Ongko (1998) dalam Tukiman, (2001) tentang

demand masyarakat ke balai kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh

faktor harga. Individu akan lebih mudah memanfaatkan pelayanan kesehatan apabila

pelayanan yang diberikan bebas biaya ( Marr dan Giebing, 2001)

Universitas Sumatera Utara

Page 59: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Satu fungsi dasar dari keluarga adalah persediaan dari dukungan ekonomi dan

alokasi sumber yang memadai. Yuliani (2004) keluarga harus dilihat sebagai suatu

sistem interaktif antara individu yang secara timbal balik akan mensosialisasikan diri

saling mengatur para anggotanya. Karenanya agar dapat mengkaji kecukupan

ekonomi tidak hanya tingkat penghasilan yang harus diperkirakan tetapi juga

pengeluaran yang berfokus pada alokasi sumber yang memadai. Karenanya, agar

dapat mengkaji kecukupan ekonomi, tidak hanya tingkat penghasilan yang harus

diperkirakan tetapi juga pengeluaran.

Penghasilan yang diterima oleh angkatan kerja lansia sayangnya tidaklah

tinggi. Berdasarkan data yang dikumpulkan Sakernas (1991) yang dikutip oleh

Hardywinoto (2007) ternyata masih banyak angkatan lansia yang menerima gaji atau

upah sebanyak Rp. 100.000 sebulan dan lebih dari separo angkatan kerja lansia di

perkotaan dan pedesaan menerima gaji atau upah sebesar Rp. 50.000 hingga Rp.

100.000,-.

Kondisi lanjut usia akan menyebabkan kemunduran dibidang pendapatan.

Masa pensiun akan berakibat turunya pendapatan, hilangnya fasilitas-fasilitas,

kekuasaan wewenang dan penghasilan lain. Buruknya kondisi sosial ekonomi

sebagian besar lansia, akan memengaruhi rendahnya derajat kesehatan dan

ketidakmandirian lansia secara ekonomi, kondisi ini akan memengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan ( PKBI, 2001). Pada umumnya jaminan ekonomi dihari tua

diusahakan melalui keanggotaan asuransi, sedangkan dalam negara berkembang

asuransi merupakan akar sosial dalam masyarakat yang membantu secara gotong

Universitas Sumatera Utara

Page 60: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

royong. Akan tetapi kenyataan yang ada sering kali pendanaan tidak mencukupi

untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dihadapi lansia.

2.4. Teori Menua

Menua terjadi akibat penggunaan sel-sel tubuh melayani kemampuan yang

diakibatkan berbagai faktor antara lain: perubahan fungsi sel, ketidaknormalan sel

dan kemunduran sel dalam organ dan jaringan. Umur manusia sebagai mahkluk hidup

terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar 6 (enam) kali masa bayi sampai

dewasa atau 6x 20 tahun, sama dengan seratus dua puluh tahun. Proses menjadi tua

disebabkan oleh faktor biologi yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase

stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih kearah kemunduran

yang dimulai dalam sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus

karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan

dibandingkan terjadinya pemulihan . Didalam struktur anatomik proses menjadi tua

terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah

terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya akan menyebabkan

perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada jaringan tubuh dan akhirnya akan

mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan.

(Departeman kesehatan RI, 2005)

Seiring dengan pertumbuhan usia maka akan terjadi berbagai perubahan dan

penurunan struktur fungsi tubuh manusia. Dengan bertambahnya umur ditambah

dengan adanya faktor-faktor yang lain seperti motivasi diri, lingkungan riwayat

Universitas Sumatera Utara

Page 61: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

kesehatan dan nutrisi terjadilah perubahan anatomik - fisiologik tubuh. Pada tingkat

awal perubahan itu mungkin merupakan homeostatis abnormal atau reaksi adaptasi

sel .

2.4.1. Konsep Lansia

Lansia (lanjut usia) atau manusia usia lanjut (manula) adalah kelompok

penduduk berumur tua. (Bustan, 2007). Kelompok umur yang mendapat perhatian

atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi yang berumur 60 tahun atau lebih.

Umur kronologis (kalender) manusia dapat digolongkan dalam berbagai masa.

Menurut Kalz dan Conorceus dalam Miler (1995) penuaan adalah konsekuensi yang

tidak dapat dihindari. Proses penuaan sesuatu yang normal dan tidak selalu berupa

ketidakmampuan dan ketergantungan.

Keberadaan lansia di tandai dengan umur harapan hidup yang semakin

meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta

peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya

guna, dan produktif. Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat di hindari,

berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan

menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga

akan memengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Menjadi tua di

tandai dengan adanya kemunduran biologis terlihat sebagai gejala - gejala

kemunduran fisik. Usia lansia dapat di katakan usia emas, karena tidak semua orang

dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan

Universitas Sumatera Utara

Page 62: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar lansia dapat menikmati masa usia

emas serta menjadi lansia yang berguna dan bahagia (Rosidawati 2008).

Menurut Brunner, (2002) lansia adalah kelompok orang yang sedang

mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa

dekade. Soekidjo, (2007) mengatakan lansia adalah tergantung pada kerangka pada

pandang setiap pandang individu . Sedangkan menurut WHO lansia adalah

tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak di pisah - pisahkan.

Dari beberapa pengertian di atas belum ada kesepakatan siapa di sebut

golongan lansia ,tapi seseorang yang telah berumur 60 tahun sering di katakan telah

lansia.

2.4.2. Klasifikasi Lansia

Menurut Rosidawati 2008, klasifikasi lansia di bagi dalam lima bagian antara lain:

1. Pralansia (Prasenilis) adalah seseorang yang berusia antara 45- 59 tahun

2. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

3. Lansia risiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

4. Lansia Potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa.

5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain .

WHO mengelompokkan usia lanjut atas 4 (empat) kelompok:

1. Kelompok usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun

Universitas Sumatera Utara

Page 63: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

2. Kelompok usia lanjut (elderly age) adalah kelompok usia 60 – 74 tahun

3. Kelompok usia lanjut tua (old age) adalah kelompok usia 75 - 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) diatas adalah kelompok usia 90 tahun

2.4.3. Karakteristik Lansia

Menurut Anna (1999) , lansia memiliki karakteristik yang terdiri dari:

1. Berusia lebih dari 60 tahun

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga

kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal bervariasi.

Menurut Bustam, (2007), lansia memiliki karakteristik untuk mengetahui keberadaan

masalah kesehatan lansia adalah:

1. Jenis kelamin ; lansia lebih banyak pada wanita, terdapat perbedaan

kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki dan wanita.

2. Status perkawinan; status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda/

duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun

psikologis,

3. Living arrangement; misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau

bersama istri, anak atau keluarga lainya

4. Kondisi kesehatan

5. Keadaan ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 64: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

2.4.4. Tipe Lansia

Pendapat Nugroho, (2000) beberapa tipe pada lansia bergantung pada

karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan

ekonominya tipe tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut: (1) Tipe Arif Bijaksana

kaya dengan hikmat, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,

mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,

memenuhi undangan, dan menjadi panutan.(2) Tipe mandiri mengganti kegiatan yang

hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan bergaul dengan teman,

dan memenuhi undangan.(3) Tipe tidak puas konflik lahir batin menentang proses

penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit di layani,

pengkritik, dan banyak menuntut.(4) Tipe pasrah menerima dan menunggu nasib

baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja. (5)Tipe bingung

kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh

tak acuh.

2.4.5. Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga

memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan

oleh anggota keluarga dalam melaksanakan peranya terhadap lansia yaitu

(1) Melakukan pembicaraan terarah, (2) Membantu dalam hal transportasi,

(3) Membantu memenuhi sumber keuangan, (4) Menghormati dan menghargai,

(5). Menyediakan waktu serta perhatian, (6) Memberikan kesempatan untuk tinggal

Universitas Sumatera Utara

Page 65: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

bersama, (7) Membantu mencukupi kebutuhanya, (8) Memeriksakan kesehatan secara

teratur, (9) Memelihara kesehatan merupakan tanggungjawab bersama, (Siti, 2008)

2.4.6. Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia

Keluarga merupakan support sistem utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatanya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain

menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental,

mengantisipasi perubaahn sosial ekonomi serta memberikan motivasi dan

memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.

2.4.7. Perkembangan Keluarga dengan Lansia

Perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus dicapai

keluarga dalam setiap tahap perkembanganya. Keluarga diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan biologis, imperative (saling menguatkan), budaya dan aspirasi, serta

nilai-nilai keluarga.

2.5. Landasan Teori

Menurut Andersen dan Newman (1973) faktor yang memengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan yaitu: faktor demografi, (jumlah, penyebaran, kepadatan,

pertumbuhan, struktur umur, dan rasio jenis kelamin), tingkat pendapatan , faktor

sosio budaya (tingkat pendidikan dan, status kesehatan) aksesibilitas terhadap

pelayanan kesehatan, produktivitas, teknologi kesehatan.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga tergantung pada: (1)

predisposisi keluarga untuk menggunakan jasa pelayanan kesehatan, (2) kemampuan

Universitas Sumatera Utara

Page 66: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

mereka untuk melaksanakannya, dan (3) kebutuhan mereka terhadap jasa pelayanan

tersebut.

Komponen predisposisi mencakup karakteristik keluarga sebelum kejadian

penyakit, dimana terdapat kecenderungan yang berbeda dalam penggunaan pelayanan

kesehatan: meliputi variabel demografi (jumlah, penyebaran, kepadatan,

pertumbuhan, struktur umur, dan rasio jenis kelamin), variabel struktur sosial budaya

(tingkat pendidikan dan, status kesehatan). Andersen mengemukakan bahwa pola

pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh individu- individu dari berbagai

kelompok usia, yang berbeda menurut jenis serta frekuensi kejadian penyakit; oleh

keluarga yang berbeda menurut struktur dan gaya hidup, fisik, lingkungan sosial dan

pola perilaku; dan oleh variasi kepercayaan mengenai keberhasilan pelayanan medis

(misalnya, keluarga yang sangat percaya terhadap keberhasilan suatu cara pengobatan

penyakit maka mereka akan segera mencari jenis pertolongan tersebut dan lebih

sering memanfaatkannya)

Komponen kedua dari model Andersen adalah suatu kondisi yang

memungkinkan orang memanfaatkan pelayanan kesehatan atau setidak-tidaknya

mereka siap memanfaatkannya. Andersen mengemukakan bahwa meskipun keluarga

memberikan predisposisi untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan namun beberapa

faktor harus tersedia untuk menunjang pelaksanaanya, yaitu faktor kemampuan baik

dari keluarga (misalnya: penghasilan, pekerjaan, simpanan, asuransi kesehatan atau

sumber-sumber yang lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Jika faktor predisposisi keluarga dan kemampuan tersebut ada maka variasi

persepsi terhadap penyakit atau kemungkinan kejadianya serta cara orang

menanggapi penyakit atau kemungkinan sakit akan menentukan dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sub komponen pertama, yakni kebutuhan yang

dirasakan (perceived need), diukur dengan: (1) perasaan sabjektip terhadap penyakit,

(2) evaluasi klinis terhadap penyakit.

Andersen menyatakan bahwa jumlah penggunaan pelayanan kesehatan oleh

suatu keluarga merupakan karakteristik predisposisi, kemampuan serta kebutuhan

keluarga itu atas pelayanan kesehatan. Sedangkan kebutuhan merupakan faktor yang

lebih penting dibandingkan dengan faktor predisposisi dan kemampuan. Secara lebih

rinci dapat dilihat dalam skema dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

KERANGKA TEORI

Komponen Predisposisi a. Demografik (jumlah, penyebaran,

kepadatan, pertumbuhan, umur, jenis kelamin)

b. Struktur sosial (pendidikan, ras, pekerjaan, jumlah keluarga, suku, agama, perpindahan )

c. Kepercayaan terhadap keperawatan

Faktor pemungkin a. Kemampuan keluarga

(penghasilan, asuransi kesehatan, sumber lain, dukungan keluarga dan teman

b. Komunitas ( jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia, biaya pelayanan kesehatan, karakter pendudukpedesaan/perkotaan)

Pemanfaatan pelayanan kesehatan

Kebutuhan a. Perasaan subjektif tentang

penyakit b. Evaluasi terhadap Penyakit

Gambar 2.5 Kerangka Teori Andersen dan Newman

Universitas Sumatera Utara

Page 69: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, alur penelitian ini

digambarkan dalam kerangka konsep seperti berikut ini :

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Sosial budaya

‐ Pengetahuan

‐ Kepercayaan

‐ Tradisi /kebiasaan

Sosial ekonomi

‐ Pendidikan

‐ Pekerjaan

‐ Penghasilan

Pemanfaatan

Posyandu Lansia

Gambar 2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 70: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan

menggunakan desain sekat silang (cross sectional) untuk menganalisis pengaruh

antara variabel independen terhadap variabel dependen. (Sastroasmoro, 2008).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Darussalam Medan. Adapun alasan

pemilihan lokasi dalam penelitian ini adalah Puskesmas Darussalam Medan

mempunyai program pengembangan santun lanjut usia. Pelaksanaan penelitian

dilaksanakan pada tahun 2011

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mempunyai

lansia dengan umur ≥ 60 tahun sebanyak 1489 orang . Adapun alasan kriteria

penetapan populasi dimana pada usia 45-59 tahun masih produktif sehingga tidak

mempunyai waktu untuk datang ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Darussalam

Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik acak sistematis, penentuan besarnya sampel yang diambil dalam

penelitian ini menggunakan Rumus Lemeshow (1997) sebagai berikut:

n = {Z1-α/2 √Po (1 – Po) + Z1-β √Pa (1 – Pa)}2

(Pa – Po)2

Keterangan:

n = Sampel

α = 5% = 0,05 maka Z1-α/2 = 1,960

Z1-β = 90% = 1,282

Po = 20% = proporsi lansia yang berkunjung ke posyandu lansia

Pa = 30%

Pa – Po = 10%

Power ( kekuatan uji ) = 80 %

Maka :

n = {1,960 x√0,2 (1 – 0.2) + 1,282 √0,3 (1 – 0,3)}2

(0,1)2

n = 137,28 dibulatkan menjadi 137

Berdasarkan perhitungan didapatkan jumlah sampel yang diteliti sebesar 137

orang.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik acak sistematis

(Systematic Random Sampling) dengan cara mengumpulkan nama anggota keluarga

yang memiliki lansia

Universitas Sumatera Utara

Page 72: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

umur ≥60 tahun secara keseluruhan, kemudian angka awal ditentukan secara acak

dengan menggunakan gulungan kertas yang telah tertulis nomor, dimana hanya unsur

pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya

dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.

Adapun kriteria yang dijadikan peneliti sebagai syarat responden adalah :

(1) Keluarga lansia yang tinggal bersama lansia, (2) dapat membaca dan dapat

berbahasa Indonesia,

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. Data primer diperoleh dari hasil wawancara atau pengisian kuesioner yang

langsung dibagi kepada responden.

2. Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Darussalam Medan

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan kepada 30 orang keluarga lansia dengan kriteria umur

lansia ≥ 60 tahun di Puskesmas Selayang Medan untuk mengukur sejauhmana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Untuk

mengetahui valid atau tidaknya dilakukan uji coba. Sugiono, (2004) mengatakan

bahwa instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur

harus mengukur apa yang harus diukur. Ketentuan dari uji validitas dengan korelasi

Universitas Sumatera Utara

Page 73: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Product Moment adalah bila r-hitung > r-tabel maka dinyatakan valid, dan bila r-

hitung < r-tabel maka butir soal dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis

dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pernyataan dikatakan reliabel jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu .

Dalam penelitian ini tehnik untuk menghitung indeks reliabilitas alat ukur

menggunakan Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu

kali pengukuran, dengan ketentuan bila r-hitung > r-tabel maka dinyatakan reliabel

dan bila r-hitung < r-tabel maka butir soal dinyatakan tidak reliabel.

Hasil analisis validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

No Pertanyaan Corrected item-total correlation Keterangan 1 Pengetahuan Pertanyaan 0.5906595 Valid

Pertanyaan 0.7159120 Valid Pertanyaan 0.6114042 Valid

Pertanyaan 0.5472705 Valid

Pertanyaan 0.8908442 Valid

Pertanyaan 0.5926343 Valid

Pertanyaan 0.6374391 Valid

Pertanyaan 0.5772676 Valid

Pertanyaan 0.8908442 Valid

Pertanyaan 0.7664586 Valid

Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.765 Reliabel 2 Kebiasaan Pertanyaan 0.7911851 Valid

Pertanyaan 0.6926241 Valid

Pertanyaan 0.5409750 Valid

Pertanyaan 0.5768483 Valid

Pertanyaan 0.9140157 Valid

Pertanyaan 0.5654174 Valid

Universitas Sumatera Utara

Page 74: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 3.1. Lanjutan

Pertanyaan 0.5201784 Valid Pertanyaan 0.8199005 Valid Pertanyaan 0.9140157 Valid Pertanyaan 0.5768483 Valid

Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.764 Reliabel 3 Kepercayaan Pertanyaan 0.5080226 Valid

Pertanyaan 0.5665976 Valid

Pertanyaan 0.8114484 Valid Pertanyaan 0.5770999 Valid Pertanyaan 0.9006498 Valid Pertanyaan 0.5839078 Valid Pertanyaan 0.5635254 Valid Pertanyaan 0.7698903 Valid Pertanyaan 0.7510530 Valid Pertanyaan 0.5770999 Valid

Nilai HitungAlpha Cronbach 0.761 Reliabel

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Independen dan Variabel Dependen

Variabel independen yaitu sosial budaya (pengetahuan, kepercayaan, tadisi/

kebiasaan) dan sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan). Variabel

dependen yaitu pemanfaatan posyandu lansia

3.5.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang

kebutuhan lansia dan pemanfaatan posyandu lansia

2. Tradisi/kebiasaan adalah kepribadian, sikap, sifat yang khas dimiliki

responden

Universitas Sumatera Utara

Page 75: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

3. Kepercayaan adalah keyakinan responden terhadap pelayanan kesehatan dan

petugas kesehatan

4. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yanag pernah ditempuh

responden dikelompokkan dalam kategori : (a) rendah apabila pendidikan

responden SD/SMP, (b) tinggi apabila pendidikan responden SMA, DIII/

Perguan Tinggi

5. Pekerjaan adalah jenis kegiatan yang dilakukan responden sehari-hari untuk

memperoleh penghasilan tetap meliputi : a. Tetap, jika jenis pekerjaan

responden PNS/TNI/POLRI, (b) tidak tetap jika jenis pekerjaan responden

swasta, wiraswasta, buruh

6. Penghasilan adalah tingkat pendapatan yang didapat responden setiap bulan

nya yang dihitung berdasarkan rupiah.

7. Pemanfaatan posyandu lansia adalah kepernahan lansia datang dan yang tidak

datang memanfaatkan posyandu lansia dalam satu tahun terakhir.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 3.2. Variabel , Alat Ukur, Kategori dan Skala Ukur

No Variabel Alat ukur Kategori Skala ukur 1 Pengetahuan Kuesioner a. Baik

b. Sedang c. Kurang

Ordinal

2 Tradisi Kuesioner a. Mendukung b. Kurang

mendukung c. Tidak mendukung

Ordinal

3 Kepercayaan Kuesioner a. Mendukung b. Kurang

mendukung c. Tidak mendukung

Ordinal

4 Pendidikan Kuesioner a. Tinggi b. Rendah

Ordinal

5 Pekerjaan Kuesioner a. Pekerjaan tetap b. Pekerjaan tidak

tetap

Nominal

6 Penghasilan Kuesioner a. Rendah b. Sedang c. Tinggi

Ordinal

7 Pemanfaatan Posyandu lansia

Kuesioner a. Memanfaatkan b. Tidak

memanfaatkan

Nominal

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran variabel independen yaitu sosial budaya (pengetahuan, tradisi,

kepercayaan) dan sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan)

terhadap pemanfaatan posyandu lansia

1. Pengetahuan tentang posyandu lansia

a. Pengetahuan baik, apabila responden memperoleh nilai 76-100 %

(skor 23-30)

Universitas Sumatera Utara

Page 77: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

b. Pengetahuan sedang, apabila responden memperoleh nilai 56-75%

(skor 17-22)

c. Pengetahuan kurang, apabila responden memperoleh nilai 40-55%

(skor < 17)

2. Tradisi tentang pemanfaatan posyandu lansia

a. Mendukung , apabila responden memperoleh nilai 76 - 100 %

(skor 23-30)

b. Kurang mendukung, apabila responden memperoleh nilai 56-75%

(skor 17-22)

c. Tidak mendukung , apabila responden memperoleh nilai < 40-55 %

(skor < 17)

3. Kepercayaan tentang pelayanan posyandu lansia dan petugas kesehatan

a. Mendukung , apabila responden memperoleh nilai 76-100% (skor 23-30)

b. Kurang mendukung, apabila responden memperoleh nilai 56-75 %

(skor 17-22)

c. Tidak mendukung, apabila responden memperoleh nilai 40-55%

(skor < 17)

4. Tingkat pendidikan

a. Rendah, (SD/ SLTP)

b. Tinggi, (SMA ,D-III/ PT)

5. Jenis Pekerjaan .

Universitas Sumatera Utara

Page 78: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

a. Pekerjaan tetap, jika jenis pekerjaan PNS/ TNI/POLRI

b. Pekerja tidak tetap , jika jenis pekerjaan swasta, wiraswasta, buruh

6. Penghasilan

a. Rendah, jika pendapatan < Rp. 1000.000 / bulan

b. Sedang, jika pendapatan Rp. 1000.000 – 1.500.000 / bulan

c. Tinggi, jika pendapatan > Rp. 1. 500.000 / bulan (UMP, 2011)

3.6.2. Pengukuran Variabel Dependen

Untuk mengetahui pemanfaatan posyandu lansia di dasarkan pada skala

nominal dapat dilihat dari :

a. Memanfaatkan, apabila responden datang ke posyandu dalam satu tahun

terakhir ( > 5 kali )

b. Tidak memanfaatkan apabila responden tidak datang ke posyandu dalam

satu tahun terakhir (< 5 kali )

3.7. Metode Analisis Data

1. Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan distribusi

data dari satu variabel yang diteliti. Analisis yang digunakan adalah analisis

deskriptif dengan bentuk penyajian data menggunakan distribusi frekuensi

dengan persentase ( proporsi )

2. Analisis bivariat adalah analisis yang mempunyai tujuan untuk menguji

perbedaan dan mengukur hubungan antara dua variabel penelitian yaitu antara

variabel independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat pada

Universitas Sumatera Utara

Page 79: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

penelitian menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%

dengan menggunakan program komputer ( software ) dimana taraf signifikan

sebesar 0,05, sehingga bila ditemukan hasil analisis statistik P‹ 0,05, maka

variabel dinyatakan berhubungan secara signifikan.

3. Analisis multivariat adalah analisis yang bertujuan untuk menguji hubungan

atau lebih dari dua variabel. Dengan menggunakan teknik analisis dapat

mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen

serta mengetahui variabel dominan yang memengaruhi . Pada penelitian ini

analisis multivariat adalah uji regresi logistik dengan derajat kemaknaan

dengan nilai alpha = 0,05 atau nilai p < 0,025 pada analisis bivariat.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Darussalam Medan terletak di Jalan Darussalam no 40 Medan.

Puskesmas ini dibangun pada tahun 1968 dan diresmikan oleh KDH Sumatera Utara,

Bapak Marah Halim. Luas wilayah kerja puskesmas Darussalam Medan 176,98 Ha

dengan luas bangunan puskesmas 812,5 meter dengan kepadatan penduduk 24046

jiwa. Batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Sei Sikambing,

sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Sei Agul, sebelah timur berbatasan dengan

kelurahan Petisah Hulu, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Babura

Sunggal.

Puskesmas Darussalam Medan melayani kesehatan masyarakat di dua

kelurahan yaitu kelurahan sei Putih Barat dan Kelurahan Sei Sikambing D dengan

jumlah penduduk sebanyak 24046 jiwa dengan distribusi penduduk berdasarkan jenis

kelamin Laki- laki sebanyak 12275 jiwa dan perempuan sebanyak 6281 jiwa.

Sejak tahun 1997 puskesmas ini mendapat predikat kualitas assurance

(jaminan mutu) yaitu tercapainya pelayanan kesehatan secara optimal dan sesuai

standart. Puskesmas Darussalam Medan sering dijadikan tempat study banding dan

percontohan terhadap puskesmas lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

4.1.1. Kegiatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

Adapun kegiatan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam

medan sebagai berikut:

1. Lansia datang dengan membawa Kartu Menuju Sehat (KMS) kemudian

diserahkan kepada kader untuk diperiksa tanggal kunjungan terakhir.

2. Melakukan pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan oleh

petugas kesehatan dibantu oleh kader

3. Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan oleh dokter Puskesmas.

Apabila ada lansia yang memerlukan pemeriksaan status mental maka

pemeriksaan dilakukan setelah selesai pemeriksaan fisik dengan

menggunakan pedoman metode dua menit sesuai yang ada dalam KMS.

Lansia yang memerlukan pemeriksaan penunjang maka dilakukan

pemeriksaan laboratorium misalnya: Hb, gula darah dan urine oleh

perawat yang bertugas dari Puskesmas kemudian hasilnya dicatat dalam

KMS.

4. Pasien yang baru pertama kunjungan ke posyandu disamping pemeriksaan

fisik juga dilakukan pemeriksaan Hemoglobin, gula darah dan

pemeriksaan urine oleh petugas kesehatan dari Puskesmas dibantu kader.

Setiap kunjungan lansia dianjurkan untuk selalu membawa KMS lansia guna

memantau status kesehatan. Kegiatan lain yang biasanya juga dilakukan adalah

senam lansia yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran bagi lansia.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

4.1.2. Jadwal Pelaksanaan Posyandu Lansia Sebagai Berikut :

1. Senin minggu ke II tiap bulan di posyandu Mawar jalan Karya Bakti

2. Rabu minggu ke II tiap bulan di posyandu Anggrek Jalan Tinta

3. Selasa minggu ke III tiap bulan di posyandu Bunga Tanjung Gang Johor

4. Kamis minggu ke III tiap bulan di posyandu Melati Gang Rejeki

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran

distribusi frekuensi dan persentase yang diteliti baik variabel independen maupun

dependen yang meliputi sosial budaya (pengetahuan, kebiasaan, kepercayaan) dan

sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan) dan pemanfaatan posyandu

lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan

4.2.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

4.2.1.1. Agama

Berdasarkan hasil penelitian ini karakteristik responden berdasarkan agama di

Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan terdapat Islam sebanyak 115 orang

(83,94%), Kristen 21 orang (15,3%), dan Hindu 1 0rang (0,73%). Dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara

Page 83: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

No Agama Frekuensi Persentase (%) 1 Islam 115 83,94 2 Kristen 21 15,33 3 Hindu 1 0,73

Jumlah 137 100 Sumber: hasil penelitian ( data diolah )

4.2.1.2. Suku

Berdasarkan hasil penelitian ini karakteristik responden berdasarkan suku di

Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan terdapat suku jawa sebanyak 68 orang

(49,6%), batak 31 orang (22,6%), melayu 8 0rang (5,8%), minang 9 orang (6,6%),

aceh 19 orang (13,9%), minahasa 1 orang (0,7%), india 1 orang (0,7%). Dapat dilihat

pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suku di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

No Suku Frekuensi Persentase (%)

1 Jawa 68 49,63 2 Batak 31 22,63 3 Melayu 8 5,84 4 Minang 9 6,6 5 Aceh 19 13,9 6 Minahasa 1 0,7 7 India 1 0,7

Jumlah 137 100 Sumber : hasil penelitian,2011(data diolah)

Universitas Sumatera Utara

Page 84: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

4.2.2. Variabel Independen 4.2.2.1. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menjawab bahwa

pengertian lansia yaitu keluarga penduduk berusia tua 97,1%, mengetahui penyakit

degeneratif dan kronis 93,4%, mengetahui kriteria umur lansia 100%, mengetahui

tentang posyandu lansia 100%, mengetahui sasaran posyandu 98,5%, mengetahui

tujuan posyandu 98,5%, mengetahui manfaat KMS 92,8%, mengetahui tentang kader

98,5%. Secara rinci indikator pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indikator Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Pengetahuan Frekuensi Persentase

1

Pengertian lansia Keluarga penduduk berusia tua Tidak mampu melakukan aktifitas Tidak tahu

133 2 2

97,0 1,5 1,5

2 Mengetahui penyakit degeneratif &kronis Menahun Faktor usia Menyerang saluran napas

128 6 3

93,4 4,4 2,2

3 Mengetahui golongan lansia Umur > 60 tahun

137

100

4 Mengetahui posyandu lansia Pos pelayanan terpadu untuk lansia

137

100

5 Sasaran utama posyandu lansia Lansia Keluarga lansia

135 2

98,5 1,5

6 Tahu tujuan posyandu lansia Meningkatkan kesehatan lansia Tidak tahu

135 2

98,5 1,5

7 Tahu manfaat KMS Memantau kesehatan lansia Alat mencatat kesehatan lansia Tidak tahu

127 5 5

92,8 3,6 3,6

Universitas Sumatera Utara

Page 85: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 4.3 . Lanjutan

8 Keluarga tahu tentang kader Anggota masyarakat Perawat atau dokter

135 2

98,5 1,5

9 Mengetahui kegiatan posyandu lansia Pemeriksaan fisik dengan mengisi KMS Tidak tahu

135 2

98,5 1,5

10 Manfaat posyandu lansia Lansia ditimbang tiap bulan

137

100

Jawaban responden yang berkaitan dengan pengetahuan pada tabel 4.3. Selanjutnya

dikategorikan yang hasilnya terdapat pada tabel 4.4. Pengetahuan responden lebih banyak

kategori baik 127 orang (92,7%), pengetahuan kurang baik 10 orang (7,3%).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdarkan Kategori Pengetahuan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 127 92,7 2 Kurang baik 10 7,3

Jumlah 137 100 Sumber : hasil penelitian,2011(data diolah)

4.2.2.2. Kebiasaan

Hasil penelitian menunjukkan jawaban responden bahwa lansia mengalami

gangguan kesehatan hal yang biasa 83,2%, kadang-kadang keluarga melibatkan lansia

memilih pelayanan kesehatan 47,4%, Posyandu menjadi pilihan yang tepat 86,1%, lansia

yang sakit perlu dibawa ke pelayanan kesehatan 76,6%, selalu memeriksakan kesehatan

lansia secara teratur 86,9%, keberadaan posyandu hal yang baru 84,7% , posyandu sesuai

dengan kebutuhan lansia 97,1%, keberadaan posyandu mendukung kesehatan lansia 100%,

semua keluarga ikut berpartisipasi 51,8%, semua keluarga berperan dalam pengambilan

keputusan 93,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 86: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indikator Kebiasaan/Tradisi Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Kebiasaan Frekuensi Persentase 1

Lansia mengalami gangguan kesehatan hal yang biasa Ya Kadang-kadang Tidak

114 11 12

83,2 8,0 8,8

2 Keluarga melibatkan lansia memilih pelayanan kesehatan Selalu Kadang-kadang Tidak selalu

56 16 65

40,9 11,7 47,4

3 Posyandu menjadi pilihan yang tepat Ya Kadang-kadang Tidak

118 11 8

86,1 8,0 5,8

4 Lansia yang sakit perlu dibawa ke pelayanan kesehatan Ya Bergantung Tidak

30 2 105

21,9 1,5 76,6

5 Lansia memeriksakan kesehatan secara berkala Selalu Kadang-kadang Tidak selalu

119 11 7

86,9 8,0 5,1

6 Keberadaan posyandu hal yang baru Ya Tidak

116 21

84,7 13,3

7 Posyandu sesuai dengan kebutuhan lansia Sesuai Kurang sesuai

133 4

97,1 2,9

8 Keberadaan posyandu mendukung kesehatan lansia Mendukung

137

100

Universitas Sumatera Utara

Page 87: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 4.5. Lanjutan

9 Semua keluarga ikut berpartisipasi Selalu Kadang-kadang Tidak selalu

71 5 61

51,8 3,6 44,5

10 Keluarga yang paling berperan dalam pengambilan keputusan Ayah Semua keluarga

9 128

6,6 93,4

Jawaban responden yang berkaitan dengan kebiasaan/tradisi pada tabel 4.5.

Selanjutnya dikategorikan yang hasilnya terdapat pada tabel 4.6. Kebiasaan responden

kategori mendukung sebanyak 56 orang ( 40,9%), kurang mendukung 81 orang

(59,1%)

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Kebiasaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Kebiasaan Frekuensi Persentase (%) 1 Mendukung 56 40,9 2 Kurang mendukung 81 59,1 Jumlah 137 100

Sumber : hasil penelitian,2011(data diolah)

4.2.2.3. Kepercayaan

Hasil penelitian menunjukkan jawaban responden keluarga mendukung

posyandu lansia 100%, kadang-kadang mengutamakan pengobatan alternatif 58,4%,

tidak yakin pengobatan alternatif sama dengan medis 88,3%, lansia memerlukan

pelayanan khusus 89,8%, pernah mendapat informasi tentang posyandu 94,2%, petugas

memberi respon yang baik 91,2%, yakin dengan kegiatan posyandu 87,6%, keluarga percaya

dengan pemeriksaan teratur lansia lebih sehat 92,0%, keluarga percaya posyandu tempat

Universitas Sumatera Utara

Page 88: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

bersosialisasi antara lansia 89,1%, keluarga yakin tidak semua lansia membutuhkan

pengobatan 98,5%. Secara rinci disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indikator Kepercayaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Kepercayaan Frekuensi Persentase

1 Keluarga Mendukung posyandu lansia Mendukung

137

100

2 Mengutamakan pengobatan alternatif atau medis Selalu Kadang-kadang Tidak selalu

3 80 54

2,2 58,4 39,4

3 Meyakini pengobatan alternatif sama dengan medis Kadang-kadang Tidak yakin

16 121

11,7 88,3

4 Lansia memerlukan pelayanan khusus Ya Kadangkadang Tidak

123 13 1

89,8 9,5 0,7

5 Pernah mendapat informasi tentang posyandu Pernah Tidak pernah

129 8

94,2 5,8

6 Petugas memberi respon yang baik Selalu Kadang-kadang Tidak selalu

125 11 1

91,2 8,0 0,7

7 Keluarga yakin dengan fasilitas dengan kegiatan Selalu Kadang-kadang Tidak selalu

120 11 1

87,6 8,0 4,4

8 Keluarga percaya dengan pemeriksaan teratur lansia lebih sehat Selalu Kadang-kadang Tidak selalu

126 8 3

92,0 5,8 2,2

Universitas Sumatera Utara

Page 89: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 4.7. Lanjutan

9 Keluarga percaya dengan posyandu tempat bersosialisasi antara lansia Selalu Kadang-kadang Tidak selalu

122 5 10

89,1 3,6 7,3

10 Keluarga yakin tidak semua lansia membutuhkan pengobatan Yakin Kadang-kadang

135 2

98,5 1

Jawaban responden yang berkaitan dengan kepercayaan pada tabel 4.7. Selanjutnya

dikategorikan yang hasilnya terdapat pada tabel 4.8. Kepercayaan responden terdapat

kategori mendukung sebanyak 125 orang (91,2%), kategori kurang mendukung 12

orang (8,8%).

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Kepercayaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Kepercayaan Frekuensi Persentase (%) 1 Mendukung 125 91,2 2 Kurang Mendukung 12 8,8 Jumlah 137 100

Sumber : hasil penelitian,2011(data diolah)

4.2.2.4. Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pendidikan responden SD 51,8%,

SLTP 17,5%, SLTA 26,2%, PT 4,4%. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.9.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 4.9. Distribusi Jenis Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Jenis pendidikan Frekuensi Persentase 1 SD 71 51,8 2 SLTP 24 17,5 3 SLTA 36 26,2 4 Perguruan Tinggi 6 4,4 Total 137

Selanjutnya dikategorikan yang hasilnya terdapat pada tabel 4.10. Pendidikan

responden lebih banyak kategori rendah sebanyak 95 orang (69,3%), pendidikan

kategori tinggi 42 orang (30,7%) .

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 Tinggi 42 30,7 2 Rendah 95 69,3 Jumlah 137 100

Sumber : hasil penelitian,2011(data diolah)

4.2.2.5. Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan responden PNS 15,33%,

swasta 13,14%, Wiraswasta 15,33%, buruh 56,20%. Secara rinci dapat dilihat pada

tabel 4.11.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Jenis pekerjaan Frekuensi Persentase 1 PNS/TNI/POLRI 21 15,33 2 Swasta 18 13,14 3 Wiraswasta 21 15,33 4 Buruh 77 56,20 Total 137 100,0

Selanjutnya dikategorikan yang hasilnya terdapat pada tabel 4.12. Pekerjaan

responden tergolong kategori tetap sebanyak 21 orang (15,3%), dan tidak tetap 116

orang (84,7%) .

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kategori Pekerjaan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1 Tetap 21 15,3 2 Tidak tetap 116 84,7 Jumlah 137 100

Sumber : hasil penelitian,2011(data diolah)

4.2.2.6. Penghasilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghasilan responden <Rp.1 jt

sebanyak 78,8, Rp. 1 jt - Rp. 1,5 jt sebanyak 16,8%, > Rp. 1,5 jt sebanyak 4,4%.

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Penghasilan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

NO Penghasilan Frekuensi Persentase 1 < Rp. 1 jt 108 78,8 2 Rp. 1 jt - Rp. 1,5 jt 23 16,8 3 > Rp. 1,5 jt 6 4,4 Total 137 100,0

Universitas Sumatera Utara

Page 92: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Selanjutnya dikategorikan yang hasilnya terdapat pada tabel 4.14. Penghasilan

responden tergolong kategori tinggi sebanyak 6 orang (4,4%), kategori sedang 23

orang (16,8%) dan lebih banyak kategori rendah 108 orang (78,8%).

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Penghasilan di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Penghasilan Frekuensi Persentase (%) 1 Tinggi 6 4,4 2 Sedang 23 16,8 3 Rendah 108 78,8 Jumlah 137 100

Sumber : hasil penelitian,2011(data diolah)

4.2.3. Variabel Dependen

Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa responden yang memanfaatkan

posyandu lansia sebanyak 54 orang (39,4%), tidak memanfaatkan posyandu lansia

83 orang (60,6%) . Dapat dilihat pada tabel 4.15.

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Memanfaatkan dan Tidak Memanfaatkan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

No Pelayanan

Posyandu Lansia Frekuensi Persentase (%)

1 Memanfaatkan 54 39,4 2 Tidak memanfaatkan 83 60,6 Jumlah 137 100

Sumber : hasil penelitian,2011(data diolah)

Universitas Sumatera Utara

Page 93: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dimaksud untuk mengetahui hubungan masing-masing

variabel independen dan dependen. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini

adalah pemanfaatan posyandu lansia sedangkan variabel independen adalah sosial

budaya (pengetahuan, kebiasaan, kepercayaan) dan sosial ekonomi (pendidikan,

pekerjaan, penghasilan).

Berdasarkan Tabel 4.16. diketahui bahwa pemanfaatan pelayanan posyandu

lansia untuk variabel pengetahuan menunjukkan kategori baik sebanyak 50 orang

(36,5%) ,4 orang (2,9 %) pengetahuan kurang baik, Untuk uji statistik diketahui

bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan

posyandu lansia dengan nilai p= 0,608

Pada penelitian ini berdasarkan kebiasaan menunjukkan kategori mendukung

sebanyak 30 orang (21,9%) memanfaatkan posyandu lansia, kurang mendukung 24

orang (17,5%). Untuk uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan

antara kebiasaan dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,004

Pada penelitian ini berdasarkan kepercayaan menunjukkan kategori

mendukung sebanyak 42 orang (30,7%) memanfaatkan posyandu lansia, kurang

mendukung 12 orang (8,8%). Untuk uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan

signifikan antara kepercayaan dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai

p= 0,000

Pada penelitian ini berdasarkan pendidikan menunjukkan kategori rendah 39

orang (28,47%), tinggi sebanyak 15 orang (10,95%) memanfaatkan posyandu lansia,.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Untuk uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara

pendidikan dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,346

Pada penelitian ini berdasarkan pekerjaan dalam kategori lebih banyak pekerja

tidak tetap sebanyak 47 orang (34,3%), tetap 7 orang (5,1%),. Untuk uji statistik

diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan dengan

pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,357

Pada penelitian ini berdasarkan penghasilan termasuk dalam kategori rendah

sebanyak 44 orang (32,1%), sedang 6 orang (4,4%), penghasilan tinggi 4 orang (2,9

%) . Untuk uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara

penghasilan dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,161

Kesimpulan uji Chi Square : terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05)

antara kepercayaan dan kebiasaan dengan pemanfaatan posyandu lansia. Tidak

terdapat variabel bermakna (p<0,05) pada variabel lainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Tabel 4.16. Hubungan Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

Pemanfaatan Posyandu Lansia

Memanfaatkan Tdk Memanfaatkan

Total

N % N % N %

X2

Nilai

P

Pengetahuan Baik Kurang baik

50 4

36,5 2,9

77 6

56,2 4,4

127 10

92,7 7,3

3,264

0,608

Kebiasaan Mendukung Kurang mendukung Tidak mendukung

30 24 0

21,9 17,5 0

26 57 0

19,2 41,6 0

56 81 0

40,9 59,1 0

2,517

0,004

Kepercayaan Mendukung Kurang mendukung Tidak mendukung

42 12 0

30,7 8,8 0

83 0 0

60,6 0 0

125 12 0

91,2 8,8 0

13,059

0,000

Pendidikan Tinggi Rendah

15 39

10,95 28,47

27 56

19,71 40,87

42 95

30,66 69,34

0,348

0,346

Pekerjaan Tetap Tidak tetap

7 47

5,1 34,3

14 69

19,71 40,87

21 116

15,3 84,7

0,384

0,346

Penghasilan Tinggi Sedang Rendah

4 6 44

2,9 4,4 32,1

2 17 64

1,5 12,4 46,7

6 23 108

4,4 16,8 78,8

3,656

0,161

Sumber : hasil penelitian,2011(data diolah) 4.4. Analisis Multivariat

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan dependen secara

bersamaan dengan menggunakan uji regresi logistik dengan tingkat kemaknaan

sebesar p < 0,05 untuk mencari faktor yang lebih dominan terhadap pemanfaatan

posyandu lansia di Puskesmas Darussalam Medan. Variabel yang potensial

dimasukkan dalam model. Variabel yang dipilih atau yang dianggap signifikan yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 96: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

yang mempunyai nilai p< 0,025. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yang

berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia yaitu kebiasaan dan

kepercayaan, seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.17. Hasil Regresi Logistik Kebiasaan, Kepercayaan, terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Tahun 2011

Sosial budaya Beta Sig Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Kebiasaan 1,478 0,000 4,385 1,987 9,677 Kepercayaan -22,421 0,998 0,000 0,000 0,000 Constan -0,074 0,786 0,929

a. Variabel(s) entered on step 1: Skor Kepercayaan, Skor Tradisi

Pada tabel diatas merupakan hasil akhir analisis multivariat uji regresi logistik

karena kebiasaan dan kepercayaan telah memiliki nilai p<0,05 artinya variabel

tersebut tidak dikeluarkan dari model dan merupakan variabel yang berpengaruh

terhadap pemanfaatan posyandu lansia. Adapun variabel yang lainnya tidak

berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia.

Dilihat dari seluruh model yang ada, kepercayaan dan konstanta tidak

signifikan. Hanya variabel kebiasaan yang signifikan (p<0.05) untuk menjelaskan

model tersebut dengan Exp (B) atau OR= 4,385 pada confidence interval 1,987-9,677

(confidence level 95%). Nilai confidence interval tersebut bersifat positif artinya

dapat diterima sebagai sebuah kesimpulan yaitu jika kebiasaan mendukung maka

peluang responden untuk memanfaatkan posyandu lansia 4,385 kali lebih

memanfaatkan dibandingkan jika kebiasaan responden tidak mendukung.

Universitas Sumatera Utara

Page 97: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Sosial Budaya yang Memengaruhi Pemanfaatan Posyandu

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan

Berdasarkan hasil uji statistik maka sosial budaya yang berpengaruh terhadap

pemanfaatan posyandu lansia yaitu kebiasaan dan kepercayaan, sehingga dapat

disimpulkan dari keseluruhan variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan

posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas Darussalam Medan adalah 2 (dua)

variabel. Dari 2 variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pemanfaatan

posyandu lansia adalah kebiasaan/tradisi

5.1.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat hubungan

signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai

p= 0,608>0,05. Hal ini memberi arti bahwa tidak selalu keluarga yang mengetahui

tentang posyandu lansia mau memanfaatkan posyandu lansia. Ada faktor lain yang

menyebabkan keluarga tidak memanfaatkan posyandu lansia misalnya faktor budaya

masyarakat menganggap bahwa pelayanan di posyandu lansia tidak menguntungkan

untuk kesehatannya atau tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan lansia.

Perilaku keluarga lansia dan keluarga tidak memberikan pemahaman untuk bertindak

atau ada pengalaman yang dilihat, didengar tentang kegiatan posyandu tidak

memuaskan. Hal ini selaras dengan pendapat Notoatmojo (2005) yang menyatakan

Universitas Sumatera Utara

Page 98: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang sesuai setelah seseorang melakukan panca

inderanya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar seseorang maka semakin tinggi

pengetahuanya. Clyde Kluckhohn dalam Momon (2008) menyebutkan bahwa unsur-

unsur budaya adalah pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang tentang pandangan terhadap sakit dan

penyakit demikian juga tentang cara pemeliharaan kesehatanya. Pengetahuan

diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Kebudayaan memengaruhi seseorang untuk mengikuti pola-pola perilaku

tertentu yang telah dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi,

kebiasaan dan budaya yang unik dan akan berpengaruh kepada cara berfikir (cara

memandang sesuatu), cara bersikap, cara berperilaku yang beriorentasi pada ilmu

pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tepat dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Soekidjo Notoadmojo (1993) dalam

Iqbal (2009) dalam mempelajari perilaku sakit dan penyakit perilaku mencari

pengobatan (health seeking behavior), misalnya pengobatan sendiri, dukun, dokter,

puskesmas. Hal ini sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan/ pengalaman

seseorang sedangkan tingkat pendidikan tidak menjamin seseorang untuk selalu

berobat ke pelayanan kesehatan. Pada situasi tertentu, orang lebih percaya kepada

pengobatan alternatif.

Rosenstock (1974) seseorang tidak mencari pertolongan bila mereka kurang

mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relepan dengan kesehatan, bila

mereka memandang tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan

Universitas Sumatera Utara

Page 99: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

suatu intervensi medis dan melihat adanya beberapa kesulitan dalam melakukan

perilaku kesehatan yang disarankan.

Survei lapangan menunjukkan bahwa keluarga mengetahui tentang posyandu

lansia dan kebutuhan lansia, mereka mengharapkan petugas kesehatan memberikan

waktu untuk memberikan pengajaran kepada keluarga lansia bagaimana cara merawat

dan menangani lansia. Sehingga lansia yang membutuhkan pertolongan dalam

keperluan sehari-hari dapat diberikan anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan

lansia. Keluarga juga mengatakan tidak mempunyai waktu untuk mengantar lansia ke

Posyandu. Jika dilihat dari sisi manfaat pelayanan keluarga lansia mengatakan

pengobatan herbal dan terapi Nuga,Ceragem yang lebih cocok untuk kesembuhan

lansia disamping lansia dapat mengikuti kegiatan terapi sesuai kondisi kesehatannya.

5.1.2. Pengaruh Kebiasaan/Tradisi terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel kebiasaan (p=<0,05)

mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia untuk

menjelaskan model tersebut dengan Exp(B) atau OR= 4,385 pada confidence interval

1,987-9,677 (confidence level 95%). Nilai confidence interval tersebut bersifat positif

artinya dapat diterima. Hal ini membuktikan bahwa kebiasaan atau tradisi keluarga

merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah.

Apabila ada dukungan rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk

menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Page 100: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Hal ini sejalan dengan pendapat Geersten,(1998) mengatakan kuatnya tradisi

keluarga memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pola-pola tingkah laku

yang sudah terlembagakan dalam masyarakat akan mendorong kepada bentuk

karakteristik tingkah laku yang sama, kesamaan ini mendorong kepada tipe

kepribadian dasar keluarga lansia dalam memilih pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan nilai yang dianut karena itu perlu pendekatan multidisiplin mengingat

berbagai isu yang berhubungan dengan lansia perlu menyiapkan pelayanan kesehatan

sesuai kebutuhan lansia.

Kebudayaan memengaruhi seseorang untuk mengikuti pola-pola perilaku

tertentu yang telah dibuat orang lain. Setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi,

kebiasaan dan budaya yang unik dan akan berpengaruh kepada cara berfikir (cara

memandang sesuatu), cara bersikap, cara berperilaku yang beriorentasi pada ilmu

pengetahuan dalam menghadapi masalah kesehatan agar sehat dan tepat dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Norma-norma itu mengenai kebiasaan-

kebiasaan hidup, adat istiadat dan tradisi- tradisi hidup yang dipakai turun-temurun.

(Soekanto,2005) artinya kebiasaan berperilaku hidup sehat sudah merupakan tradisi

yang melekat pada sekelompok orang yang berlaku secara turun temurun.

Kebiasaan sosial budaya masyarakat di dunia timur sampai sekarang masih

menempatkan orang-orang usia lanjut pada tempat terhormat dan penghargaan yang

tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan lansia dan kedudukan lansia dalam

keluarga perlu di perhatikan dan dihargai sehingga lansia yang berada dalam keluarga

tetap merasakan kebahagiaan bersama dengan keluarga. Berbeda dengan pendapat

Universitas Sumatera Utara

Page 101: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Brojklehurst dan Allen ( 1987) lansia sering dianggap lamban, baik dalam berfikir

maupun dalam bertindak. Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat

zaman sekarang, yang justru menganjurkan masih tetap ada social involvement

(keterlibatan sosial) yang dianggap penting dan meyakinkan. Contohnya dalam

bidang pendidikan lansia masih tetap butuh melanjutkan pendidikanya, sehingga

dapat meningkatkan inteligensi dan memperluas wawasanya. Hal ini merupakan

suatu dukungan bagi lansia dalam menghadapi masalah yang terjadi. Latar belakang

budaya memengaruhi hubungan antara kelompok sosial dengan orientasi medis

(Suchman, 1965). Artinya bilamana pelayanan itu menurut kebiasaan keluarga

bermanfaat untuk kesehatan anggota keluarga maka pelayanan tersebut akan

dimanfaatkan dengan optimal karena itu akan berpengaruh kepada kebahagiaan

lansia. Selaras dengan itu Adam (1990) dalam Anderson (2007) mengatakan program

dan pelayanan sebaiknya direncanakan agar tersedia, dapat diterima dan sesuai

dengan budaya masyarakat yang menerima pelayanan. Kompetensi budaya menuntut

para praktisi dan sistem pelayanan untuk memahami persepsi klien keluarga dan

masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan mereka.

Survei lapangan menunjukkan bahwa keluarga lansia berpendapat anak

berkewajiban menyantuni orang tua yang sudah tidak dapat mengurus diri sendiri

sesuai dengan tradisi orang timur bahwa hormat kepada orang tua adalah kunci

kesehatan lansia baik secara fisik terutama secara mental dengan tindakan nyata dari

anggota keluarga bukan harus dibawa ke posyandu lansia. Disamping penyakit lansia

adalah penyakit karena faktor usia sehingga dalam pemilihan pengobatan harus lebih

Universitas Sumatera Utara

Page 102: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

hati-hati. Menurut mereka bahwa terapi yang paling sesuai dengan lansia adalah

kebutuhan secara kejiwaan maka mereka lebih diaktifkan mengikuti kegiatan bersama

(arisan, pengajian, piknik) kegiatan silaturahmi antar lansia atau di ikutkan dalam

acara hari besar dan berkumpul dengan anak cucu, dituakan dalam adat dan sewaktu-

waktu dibawa rekreasi kemudian perlu di ikutkan dalam mengambil keputusan dalam

keluarga.

Untuk kesehatan fisik tetap diperhatikan apabila sakit tentu menggunakan

jasa pelayanan kesehatan itu pun melihat kondisinya karena lansia yang sakit tidak

harus mengkonsumsi obat medis dapat juga mengkonsumsi jamu, obat herbal yang

sifatnya alami karena obat alami tidak mempunyai efek samping untuk kesehatan

lansia.

5.1.3. Pengaruh Kepercayaan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kepercayaan tidak mempunyai

pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,998>0,05.

Keyakinan budaya memaknai pengalaman sehat dan sakit individu untuk

menyesuaikan diri secara kultural dengan penyebab penyakit yang rasional, aturan

dalam mengekpresikan gejala, norma, interaksi, strategi mencari pertolongan dan

menentukan hasil yang di inginkan (Harwood, 1998)

Wrigth (1996) menyatakan bahwa keyakinan adalah lensa atau mata

bagaimana kita melihat atau memersepsikan kehidupan. Keyakinan merupakan

pijakan kuat dari perilaku kita dan merupakan esensi dari keperdulian kita. Keyakinan

Universitas Sumatera Utara

Page 103: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

membimbing dan mengarahkan keluarga serta individu dalam bertindak. Pilihan

keluarga membuat perubahan dari keyakinan mereka, yang pada giliranya

dikembangkan dari sistem nilai yang dianut mereka. Keyakinan memiliki akar

kebudayaan dan sosial yang mendalam.

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu.

Menurut teori Andersen mengemukakan bahwa pola pemanfaatan pelayanan

kesehatan dipengaruhi oleh individu-individu dari berbagai kelompok usia, yang

berbeda menurut jenis serta frekuensi kejadian penyakit, oleh keluarga yang berbeda

menurut struktur dan gaya hidup, fisik, lingkungan sosial dan pola perilaku; dan oleh

variasi kepercayaan mengenai keberhasilan pelayanan medis (misalnya, keluarga

yang sangat percaya terhadap keberhasilan suatu cara pengobatan penyakit maka

mereka akan segera mencari jenis pertolongan tersebut dan lebih sering

memanfaatkannya). Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan di

beberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun, karena

karismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga masyarakat lebih senang

berobat dan meminta tolong kepada dukun. Petugas kesehatan dianggap sebagai

orang baru yang tidak mengenal masyarakat diwilayahnya dan tidak mempunyai

karismatik.

Model keyakinan kesehatan menurut Rosenstoch (1974) menyatakan bahwa

hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan memberikan

Universitas Sumatera Utara

Page 104: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

cara bagaimana keluarga akan berperilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan

bagaimana mereka mematuhi pelayanan kesehatan yang diberikan.

Survei lapangan menunjukkan bahwa keluarga percaya dan meyakini bahwa

lansia dalam keluarga wajib untuk dilindungi baik kesehatan fisik maupun mentalnya,

Keluarga juga percaya dengan keberadaan posyandu dan kepada petugas kesehatan

yang memberikan pelayanan hanya saja bahwa kebutuhan lansia berbeda-beda sesuai

dengan keadaanya. Keluarga berpendapat agar kegiatan yang dilakukan di posyandu

ini lebih menekankan partisipasi lansia itu sendiri dan melibatkan secara aktif

lembaga yang sudah ada misalnya mesjid, gereja, tokoh masyarakat, sekolah dan

pemerintahan desa, karena masyarakat, keluarga lebih percaya kepada mereka .

Kondisi ini berkaitan dengan budaya yang dianut bahwa tokoh masyarakat, pemuka

agama dan yang lainnya dianggap menjadi panutan dimasyarakat dan dianggap

menjadi pemimpin sekaligus teladan bagi lansia dan warga sekitarnya. Disamping

lembaga yang sudah disiapkan pemerintah yaitu Puskesmas, Pustu dan Polindes lebih

memberikan perhatiannya kepada lansia dalam memberikan informasi yang benar dan

mampu memberikan pelayanan khusus untuk semua masyarakat yang sudah lansia.

Begitu juga dengan pemberi pelayanan, keluarga lebih percaya kepada perawat dan

dokter yang menggunakan baju putih dibandingkan dengan kader sebab persepsi

mereka kader tidak jauh berbeda pengetahuanya terhadap kesehatan dibanding lansia

itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 105: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

5.1.4. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan tidak mempunyai

pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p= 0,346 >0,05

Artinya keluarga dengan pendidikan rendah perilaku upaya pemeliharaan kesehatan

biasanya merupakan kebutuhan yang terakhir. Oleh karena itu mereka perlu diberikan

pendidikan kesehatan yang lebih menarik dan mengena, yang disesuaikan dengan

kemampuan dan keadaan lingkungan mereka.

Pemanfaatan posyandu lansia akan bertambah besar/meningkat apabila

ditingkatkan variabel pendidikan. Dari hasil diatas dapat diperkirakan bahwa

pemanfaatan posyandu lansia akan meningkat apabila tingkat pendidikan keluarga

lansia mempunyai jenjang yang lebih tinggi yang berpengaruh terhadap pemahaman

terhadap pentingnya hidup sehat. Sutanto ( 2000) yang menyatakan bahwa semakin

tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima penyuluhan yang diberikan

petugas kesehatan dalam fokus ini pemanfaatan posyandu lansia karena pendidikan

sangat memengaruhi cara berpikir dan membawa perubahan perilaku yang positif

dalam meningkatkan kesehatanya.

Hershey (1975) pendidikan dan penghasilan merupakan faktor prediktif bagi

tipe perilaku tertentu, faktor pendidikan adalah prediktif untuk melakukan

pemeriksaan fisik sedangkan penghasilan prediktif untuk melakukan kunjungan ke

pelayanan kesehatan. Menurut Andersen dan Newman (1973) salah satu faktor yang

Universitas Sumatera Utara

Page 106: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah tingkat pendidikan. Azwar

(2002) faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan adalah pendidikan.

Tingkat pendidikan juga merupakan hal penting dalam menghadapi masalah.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang

dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi.

Makin tinggi tingkat kematangan intelektual seseorang akan lebih mampu

dan mudah memahami arti dan pentingnya hidup sehat dan pentingnya memanfaatkan

pelayanan kesehatan (Tukiman, 1994) Biasanya semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin meningkat pula pengetahuan dan semakin mendapatkan

informasi yang lebih banyak. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin tinggi permintaan/kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan

semakin meningkat pula, semakin rendah tingkat pendidikan maka hal ini akan

menyebabkan seseorang sulit untuk menerima penyuluhan yang diberikan petugas

kesehatan (Hardywinoto,2007)

5.1.5. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat pekerjaan tidak

mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia dimana dijumpai

p= 0,357>0,05. Hal ini diasumsikan bahwa keluarga lansia yang memanfaatkan

posyandu lansia adalah keluarga yang tidak punya pekerjaan tetap dan berpenghasilan

rendah. Kemiskinan secara langsung berhubungan dengan pekerjaan yang tidak tentu

atau upah yang rendah. Karena penghasilan yang rendah atau yang tidak tentu

Universitas Sumatera Utara

Page 107: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

terdapat rasa tidak aman yang besar terhadap ketersediaan makanan, tempat tinggal,

pelayanan kesehatan. Selaras dengan itu menurut Kartasaputra (2005) dalam

melangsungkan kehidupanya manusia melakukan berbagai kegiatan atau pekerjaan

fisik yang memerlukan energi. Selaras dengan itu menurut Sedarmayanti (2001) yang

dikutip oleh Hardywinoto, (2007), pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan

keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan

pendapatan baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan nasional.

5.1.6. Pengaruh Penghasilan terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Medan Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat penghasilan tidak

mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan posyandu lansia dimana dijumpai

p= 0,161> 0,005.

Keluarga dengan sumber ekonomi yang tidak memadai menunjukkan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasarnya. Perilaku keluarga yang status ekonominya relatif

rendah biasanya belum memperioritaskan perilaku pencegahan penyakit karena masih

banyak kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi. Penelitian oleh Ongko (1998)

dalam Tukiman, (2001) tentang demand masyarakat ke balai kesehatan masyarakat

salah satunya dipengaruhi oleh faktor harga. Individu akan lebih mudah

memanfaatkan pelayanan kesehatan apabila pelayanan yang diberikan bebas biaya

(Marr dan Giebing, 2001)

Clark, (1984) kecendrungan dan perubahan ekonomi dipercaya memberikan

pengaruh terbesar bagi keluarga, selain faktor itu, kemajuan teknologi dan

Universitas Sumatera Utara

Page 108: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

kecenderungan demografi, sosiobudaya, dan politik juga merupakan faktor-faktor

penting yang memengaruhi keluarga. Sehubungan dengan perbedaan dalam sumber

penghasilan, terdapat juga hubungan yang positif antara status sosioekonomi dan

kesehatan fisik dan jiwa yang berarti bahwa individu yang berasal dari keluarga

miskin cenderung untuk mempunyai kesehatan yang lebih buruk dibandingkan

mereka yang mempunyai sosioekonomi yang lebih baik.

Menurut Andersen dan Newman (1973) faktor yang memengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan diantaranya tingkat pendapatan, faktor sosio budaya tingkat

pendidikan. Andersen mengemukakan bahwa meskipun keluarga memberikan

predisposisi untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan namun beberapa faktor harus

tersedia untuk menunjang pelaksanaanya, yaitu faktor kemampuan baik dari keluarga

misalnya penghasilan.

Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat

lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan

sosial ekonomi serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi

lansia. Selaras dengan itu Yuliani (2004) keluarga harus dilihat sebagai suatu sistem

interaktif antara individu yang secara timbal balik akan mensosialisasikan diri saling

mengatur para anggotanya. Karenanya agar dapat mengkaji kecukupan ekonomi tidak

hanya tingkat penghasilan yang harus diperkirakan tetapi juga pengeluaran yang

berfokus pada alokasi sumber yang memadai. Karenanya, agar dapat mengkaji

kecukupan ekonomi, tidak hanya tingkat penghasilan yang harus diperkirakan tetapi

juga pengeluaran.

Universitas Sumatera Utara

Page 109: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Buruknya kondisi sosial ekonomi sebagian besar keluarga lansia, akan

memengaruhi rendahnya derajat kesehatan dan ketidak mandirian lansia secara

ekonomi, kondisi ini akan memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan

(PKBI, 2001). Pada umumnya jaminan ekonomi dihari tua diusahakan melalui

keanggotaan asuransi, sedangkan dalam negara berkembang asuransi merupakan akar

sosial dalam masyarakat yang membantu secara gotong royong. Akan tetapi

kenyataan yang ada sering kali pendanaan tidak mencukupi untuk mengatasi

gangguan kesehatan yang dihadapi lansia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan penelitian Connie (1984) status

sosial keluarga lansia dan sosial budaya masyarakat berpengaruh terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan dan berpengaruh terhadap pemilihan fasilitas

kesehatan yang memadai untuk kesehatan lansia.

Menurut Notoatmojo (2005) keadaan sosial ekonomi merupakan aspek sosial

budaya yang sangat memengaruhi status kesehatan dan juga berpengaruh pada pola

penyakit bahkan juga berpengaruh pada kematian. Misalnya penyakit infeksi lebih

banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi rendah

sedangkan penyakit non infeksi ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus

ekonomi tinggi. Hershey (1975) pendidikan dan penghasilan merupakan faktor

prediktif bagi tipe perilaku tertentu, faktor pendidikan adalah prediktif untuk

melakukan pemeriksaan fisik sedangkan penghasilan prediktif untuk melakukan

kunjungan ke pelayanan kesehatan. Rubin dan Neiswiadomy ( 1995) saat penuaan

berlangsung terdapat berbagai stressor yang dialami lansia yang akan mengganggu

Universitas Sumatera Utara

Page 110: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

peran berupa: ekonomi, perumahan, sosial, pekerjaan, kesehatan. Hal tersebut berarti

kehilangan status dan dukungan sosial yang berpengaruh terhadap perubahan gaya

hidup.

Status sosioekonomi mempunyai pengaruh yang menembus kehidupan

keluarga dan anggotanya, terutama dalam kehidupan masyarakat yang heterogen, dan

kompleks, menyebabkan perbedaan dalam kebudayaan keluarga dan gaya hidup yang

signifikan. Status sosial ekonomi keluarga membentuk gaya hidup keluarga, juga

merupakan pembentuk kekuatan nilai keluarga. Artinya makin rendah penghasilan

seseorang akan berpengaruh kepada pembentukan perilaku.

Dapat disimpulkan bahwa pandangan keluarga tentang sehat sakit sangat

dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi dalam fokus penelitian ini

penghasilan keluarga. Oleh karean itu respon individu/keluarga terhadap rasa sehat

sakit sangat bervariasi.

5.8. Keterbatasan Penelitian

Ketidak seragaman pendidikan responden menyebabkan pemahaman terhadap

pengisian kuesioner yang berbeda pada saat pengumpulan data, sehingga peneliti

melakukan pertemuan sebanyak tiga kali di Puskesmas Darusalam Medan untuk

menjelaskan setiap item pertanyaan kuesioner.

Universitas Sumatera Utara

Page 111: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Secara statistik terdapat pengaruh kebiasaan/tradisi terhadap pemanfaatan

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan

2. Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, kepercayaan,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan terhadap pemanfaatan posyandu lansia di

wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan

3. Hasil uji regresi logistik variabel yang paling dominan terhadap pemanfaatan

posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan adalah

kebiasaan/tradisi

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan:

1. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tentang program Posyandu Lansia

perlu disesuaikan dengan kebiasaan/tradisi masyarakat dimana lansia berada

dan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan lembaga yang sudah ada

diberdayakan untuk menyebarkan informasi tentang posyandu lansia di

masyarakat .

Universitas Sumatera Utara

Page 112: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

2. Puskesmas sebagai sarana pelayanan dasar yang berhadapan langsung dengan

masyarakat agar dapat memotivasi dan memfasilitasi masyarakat menjalin

kerjasama dengan instansi terkait, lintas sektoral untuk menunjang pelayanan

yang terbaik dalam kegiatan posyandu lansia misalnya pengadaan tempat,

finansial, pemikiran yang dapat mendukung dalam memperhatikan kesehatan

lansia.

3. Kepada petugas kesehatan Puskesmas Darusalam Medan dan lurah agar

bekerjasama dalam pembinaan melalui pelatihan kepada kader untuk

meningkatkan kemampuan diri dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat dimana lansia berada serta memotivasi kader untuk tetap

melaksanakan tugas pengabdianya dan berperan serta untuk mensukseskan

kegiatan posyandu lansia.

.

Universitas Sumatera Utara

Page 113: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, 2003, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rhineka Cipta Andersen, R., A, 1968, Behavioral Model of Families Use of Health Services

(Chicago: Center for Health Administration Studies, University of Chicago) Andersen, R; Newman, J,1973, Societal and Individual Determinants of Medical Care

Utilization in the United Stated. The Milbank Memorial Fund Quarterly; Health and Society, Vol 51,

Anderson, T, Elisabeth: McFarlane, Judith, Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori

dan Praktik, Jakarta: EGC Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, Jakarta,

Rhineka Cipta Azwar, Azrul, 2002, Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta, Binarupa Aksara Berg, Alan, 1986, Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional, Jakarta, Rajawali Biro Pusat Statistik, 1999, Sensus Penduduk Indonesia, Jakarta, EGC British Medical Journal (BMJ), 2001, Maintaning the Dignity and Autonomy of

Older People in Health Care Setting. Vol 332 Brubaker, T, 1990, Families in Later Life: A Beginning Area of Research, Journal of

Marriage and the Family, Vol 4 Brunner dan Suddart,2002,Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC Bustan. M.N, 2002, Epidemiologi Penyakit tidak Menular , Jakarta, Rineka Cipta ______. M.N, 2007, Epidemiologi Penyakit tidak Menular, Jakarta, Rineka Cipta, Connie, Evashwick: Rowe, Genevieve: Diehr, Paula,1984, Factor Explaining the Use

of Health Care Services by the Elderly, Health Services Research, 19 (3) Dalimunthe, R.F,1995, Analisis Kehidupan Sosial Masyarakat Bekas Pemilik Lahan

di Kawasan Industri Medan, Tesis Hasil Penelitian Pascasarjana USU, Medan Darmojo, R.B, 2004, Teori Proses Menua, Jakarta, FK UI

Universitas Sumatera Utara

Page 114: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Depkes RI. 2001, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta

__________, 2003, Pedoman Pelatihan Kader Kelompok Usia Lanjut Bagi Petugas

Kesehatan, Jakarta __________, 2005, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas

Kesehatan, Jakarta __________, Direktorat Jendera Bina Kesehatan Masyarakat direktorat Kesehatan

Keluarga , 2003, Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta

Dever, A., 1984, Epidemiology in Health Services Management, United Stated of

America: An Aspen Systems Corporation Geersten, R., Klauber, M.R., Rindflesh, M., Kane, R.L., dan Gray, R., “ 1975, A

Reexamination of Suchman’s Views on Social Factors in Health Care Utilization”, Journal of Health and Social Behavior, 16

Hardywinoto, Setiabudhi, 2007, Panduan Gerontologi, Jakarta, Pustaka Utama, Hutapea, Ronal, 2005, Sehat dan Ceria di Usia Senja, Jakarta, Rineka Cipta Hutauruk, Agustina, 2005, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Posyandu

Lansia, Medan, Tesis Program Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat.

Junaidi, 1995, Pengantar Analisis Data, Jakarta, Rhineka Cipta Lansia Masa Kini dan Masa Mendatang, http;//www.kementeriankoordinator

Bid.kesra.co.id. 2007 Lemeshow, S., Hosmer. Jr. and D.W. Lwanga. S.K.1997, Besar Sampel dalam

Penelitian Kesehatan.Yogyakarta. UGM Press Maramis, Willy, 2002, Perilaku dalam Pelayanan Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta Mariam, Siti,R, 2010, Buku Panduan bagi Kader POSBINDU Lansia, Jakarta TIM Marylin, M, Fredman, 2010, Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Jakarta EGC

Universitas Sumatera Utara

Page 115: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Mubarak, Iqbal, Wahit, 2009, Sosiologi untuk Keperawatan Pengantar dan Teori, Jakarta, Salemba Medika

Mucha, M. 2000, It is Cool to be Gery. Journal of Geriatric & Gerontology, vol 9 Mujaham, Fauji, 1995, Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, Jakarta, UI Press _____________, 2007, Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan, Jakarta, UI Press Noorkasiani, Tamher, S, 2009, Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika Notoatmojo, Soekidjo, 2002, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta, Rineka

Cipta __________________, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka

Cipta __________________, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta, Rineka

Cipta Nugroho, W, 2000, Keperawatan Gerontik, Jakarta, EGC Nursalam, 2000, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,

Jakarta: Salemba Medika Pujiastuti, Utomo, 2000, Fisioterapi pada Lansia, Jakarta, EGC Querido, A.,“An Investigation into the Clinical, Social and Mental Factors

Determining the Results of Hospital Treatmen” British Journal of Preventive and Social Medicine

Rosidawati, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya, Jakarta, Salemba Rubin. R dan Neiswiadomy, M,1995, Economic Adjustments of Hous Seholds on

Entry into Retirement, Journal of Aplied Gerontology. Santosa, Budi, Purbayu dan Ashari, 2005, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel

dan SPSS, Yogyakarta: Andi Sarwono, Solita, 2004, Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta, Gajah Mada Universitas

Press:

Universitas Sumatera Utara

Page 116: PENGARUH SOSIAL BUDAYA DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA …

Sastroasmoro, Sudigdo, 2008, Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta, Sagung Seto

Setiadi, Elly, 2010, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta, Kencana Soeleman, Munandar, 1992, Ilmu Budaya Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial,

Bandung, Eresco Sudarma, Momon, 2008, Sosiologi Kesehatan, Jakarta, Salemba Medika Sudaryanto, Agus, Indrawati. 2008, Persepsi Lansia terhadap Kegiatan Pembinaan

Kesehatan Lansia di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Prambanan Yogyakarta, Jurnal Kesehatan, Vol 1

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administratif, Bandung: Alfabeta Sumaatmaja, Nursid,1986, Perspektif Study Sosial, Bandung Supariasa, I.D.N ,2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta, EGC Universitas Sumatera Utara, 2010, Pedoman Penulisan Proposal Penelitian dan Tesis,

Medan, Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Wang, Huali : Xiong, Qian: E, Sue: Yu, Xin, 2004, Social Support, Health Service

Use and Mental , Health Among Caregivers of the Elderly in Rural Cina, Care Management Journal, Vol 5

Universitas Sumatera Utara


Recommended