+ All Categories
Home > Documents > PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN …digilib.unila.ac.id/28159/3/TESIS TANPA BAB...

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN …digilib.unila.ac.id/28159/3/TESIS TANPA BAB...

Date post: 11-Mar-2019
Category:
Upload: trinhnhan
View: 235 times
Download: 2 times
Share this document with a friend
75
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN METAKOGNISI BERBASIS LITERASI SAINS PADA MATERI LISTRIK DINAMIS (Tesis) Oleh Warni PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEGURUAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
Transcript

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUANMETAKOGNISI BERBASIS LITERASI SAINS

PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

(Tesis)

Oleh

Warni

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEGURUAN IPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

iv

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF METACOGNITION ABILITY INSTRUMENTSBASED ON SCIENCE LITERACY ON DYNAMIC ELECTRICAL

MATERIALS

By

WARNI

This study aims to develop metacognition ability instruments that can be used to

measure students' metacognition ability, on dynamic electrical materials. The

research and development design was adopted from the Dick and Carey model

that had been done by conducting preliminary study, initial product development,

validation, and revision and testing. The results of the development were tested to

the students of class IX in SMP Negeri 20 Bandar Lampung in the odd semester

of the academic year 2016/2017, using the One Group Pretest Postest Design. The

data collection methods used were questionnaires and tests, while data analysis

techniques used qualitative and quantitative descriptive analysis. The result of the

research shows several findings, namely: metacognition ability assessment

instrument developed has very valid theoretical validity (95,44%) and empirical

validity for high category are 43,75% questions, for high enough are 43,75%

questions, and for low category 12,50 % questions; Developed instruments have

high reliability, with Alpha Cronbach coefficient of 0,83; The developed

instrument has considerable sensitivity good category sensitivity (18,75%) and

Warni

v

good enough sensitivity (81,25%); and the developed instrument has a

corresponding legibility easy category with readability rate of 7,79.

Keywords : assessment instrument, metacognition.

Warni

ii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUANMETAKOGNISI BERBASIS LITERASI SAINS

PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

Oleh

WARNI

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian kemampuan

metakognisi yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan metakognisi

siswa, pada materi listrik dinamis. Desain penelitian dan pengembangan diadopsi

dari model Dick and Carey, telah dilakukan dengan cara studi pendahuluan,

pengembangan produk awal, tahap validasi dan revisi serta uji coba. Hasil

pengembangan diujicobakan pada siswa kelas IX di SMP Negeri 20 Bandar

Lampung pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017, menggunakan

rancangan One Group Pretest Postest Design. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah angket dan tes, sedangkan teknik analisis data menggunakan

analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan

beberapa temuan, yaitu: instrumen penilaian kemampuan metakognisi yang

dikembangkan memiliki validitas teoritis sangat valid (95,44%) dan validitas

empiris pada kategori tinggi sebesar 43,75% butir soal, kategori cukup tinggi

sebesar 43,75% butir soal, dan kategori rendah sebesar 12,50% butir soal;

instrumen yang dikembangkan memiliki reliabilitas tinggi, dengan koefisien

Warni

iii

Alpha Cronbach 0,83; instrumen yang dikembangkan memiliki sensitivitas

sensitivitas kategori baik (18,75%) dan kategori cukup baik (81,25%); dan

instrumen yang dikembangkan memiliki tingkat keterbacaan kategori mudah,

dengan tingkat keterbacaan 7,79.

Kata kunci: instrumen penilaian, metakognisi.

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUANMETAKOGNISI BERBASIS LITERASI SAINS

PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

Oleh

Warni

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Keguruan IPAFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN IPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2017

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Karang Anyar

Lampung Selatan pada tahun 1985, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP

Negeri 1 Kedaton Bandar Lampung pada tahun1988, dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMA Negeri Way Halim Bandar Lampung pada tahun 1991. Pada

tahun1995 menyelesaikan S-1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Tahun 2015 penulis menempuh pendidikan

Pascasarjana Magister Pendidikan di Keguruan IPA Universitas Lampung. Tahun

2003 sampai 2010 penulis menjadi staf pengajar di SMA Al Huda Jatimulyo

Lampung Selatan. Tahun 2006 sampai sekarang menjadi guru tetap di SMP

Negeri 20 Bandar Lampung.

Penulis dilahirkan di desa Karang Anyar kabupaten

Lampung Selatan pada tanggal 8 Januari 1972 sebagai

anak ketiga dari empat saudara, dari pasangan bapak Hi.

Ngatijan dan ibu Hj. Wiji (Alm).

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan sebagai tanda cinta dan kasih

sayang yang tulus kepada Ayahanda Hi. Ngatijan dan

Ibunda Hj. Wiji (Alm), suamiku Rakimin, Ananda

Muhamad Afif Firdaus, Abdurrafi Al Afuw,

dan Ibnu Rasyd Ar Rauuf.

MOTTO

“ Dengan Iman, sesorang bisa mengetahui apakah pilihannya

sudah selaras atau membentur norma agama yang

dianutnya, dengan akal sesorang mampu memilah dan

memilih untuk melakukan sesuatu yang berarti, sehingga

hidupnya menjadi berkualitas, serta tahu mana yang benar

dan salah, sedangkan dengan perasaan, seseorang dapat

menimbang-nimbang kadar estetika suatu benda, kejadian,

dan pengharapn, sehingga dapat menyenangkan diri tanpa

menyakiti orang lain.”

xiii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul “Pengembangan

Instrumen Penilaian Kemampuan Metakognisi Berbasis Literasi Sains pada

Materi Listrik Dinamis” adalah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I,

atas kesediaannya dan motivasi yang diberikan dalam membimbing penulis

selama menyelesaikan tesis ini.

xiv

5. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing II, atas kesediaannya

dan motivasi yang diberikan dalam membimbing penulis selama

menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Keguruan

IPA, atas kesediaannya dan saran yang diberikan kepada penulis.

7. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd., selaku Pembahas dan Penguji I, atas

kesediaannya dan motivasi yang diberikan dalam membimbing penulis selama

menyelesaikan tesis ini.

8. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Penguji II, atas kesediaannya dan saran

yang diberikan kepada penulis.

9. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku validator/uji ahli, atas kesediaannya

dan saran yang diberikan kepada penulis.

10. Prof. Posman Manurung, M.Si., Ph.D., selaku validator/uji ahli, atas

kesediaannya dan saran yang diberikan kepada penulis.

11. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku validator/uji ahli, atas kesediaannya dan saran

yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan tesis ini.

12. Ibu Dra. Hj. Listadora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar

Lampung beserta seluruh dewan guru dan staf tata usaha yang telah

memberikan izin dan dukungannya untuk melakukan penelitian di SMP

Negeri 20 Bandar Lampung.

13. Sahabat-sahabatku mahasiswa Magister Keguruan IPA angkatan tiga, atas

dukungan semangat dan kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

xv

Akhir kata, penulis mendoakan semoga Allah SWT membalas budi baik semua

pihak di atas, dan semoga tesis ini bermanfaat. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2017Penulis

Warni

xvi

DAFTAR ISI

HalamanSAMPUL DEPAN ............................................................................................. i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... vi

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... vii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... ix

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ x

PERSEMBAHAN .............................................................................................. xi

MOTTO ............................................................................................................. xii

SANWACANA .................................................................................................. xiii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xxi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xxiii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

xvii

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Instrumen Penilaian Metakognisi .......................................................... 11

B. Metakognisi ........................................................................................... 18

C. Literasi Sains ......................................................................................... 22

D. Kerangka Pikir ...................................................................................... 28

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .................................................................................... 31

B. Subjek Uji Coba Penelitian Pengembangan ........................................... 33

C. Prosedur Pengembangan ........................................................................ 33

1. Menganalisis Kebutuhan untuk Menganalisis Tujuan ...................... 34

2. Melakukan Analisis Pembelajaran .................................................... 34

3. Menganalisis Karakteristik Pebelajar dan Konteks ........................... 34

4. Merumuskan Tujuan Khusus Pembelajaran ...................................... 35

5. Mengembangkan Instrumen Penilaian .............................................. 35

6. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif ............................ 36

D. Lokasi dan Subyek Penelitian ............................................................... 39

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 39

F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 40

xviii

1. Uji Validitas Internal (Uji ahli) ......................................................... 41

2. Uji Validitas Eksternal ...................................................................... 41

3. Uji Reliabilitas .................................................................................. 42

4. Uji Sensitivitas .................................................................................. 44

5. Uji Keterbacaan ................................................................................. 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 46

1. Hasil Studi Pendahuluan .................................................................. 46

a. Hasil Studi Pustaka dan Kurikulum ........................................... 46

b. Hasil Studi Lapangan ................................................................. 47

2. Hasil Tahap Pengembangan ............................................................ 49

a. Rancangan Konstruksi Instrumen ............................................. 49

b. Hasil Pengembangan Instrumen ............................................... 52

c. Hasil Validasi Ahli dan Revisi Produk Instrumen .................... 52

d. Hasil Uji Coba ........................................................................... 59

B. Pembahasan ........................................................................................... 70

1. Validitas Instrumen ......................................................................... 70

2. Reliabilitas Instrumen ..................................................................... 84

3. Sensitivitas Instrumen ..................................................................... 87

4. Keterbacaan Instrumen ................................................................... 89

V. KESIMPULAN DAN SARAN

xix

A. Kesimpulan ........................................................................................... 91

B. Saran ...................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Angket Pengembangan Instrumen bagi Guru ....................................... 98

2. Analisis Kebutuhan Instrumen bagi Guru ............................................. 100

3. Angket Pengembangan Instrumen bagi Siswa ...................................... 104

4. Analisis Kebutuhan Instrumen bagi Siswa ........................................... 106

5. Lembar Validasi Ahli ............................................................................ 110

6. Rekapitulasi Uji Ahli ............................................................................ 131

7. Skor Hasil Tes Kemampuan Metakognisi ............................................ 134

8. Hasil Analisis Validitas Moment Pearson ............................................ 135

9. Skor Tes Kemampuan Metakognisi Siswa yang Valid ......................... 137

10. Analisis Reliabilitas Alpha Cronbach ................................................... 138

11. Analisis Tingkat Kesukaran da Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda .... 139

12. Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Uraian .............. 140

13. Skor Kemampuan Metakognisi Pretes .................................................. 141

14. Skor Kemampuan Metakognisi Postes ................................................. 142

15. Analisis Korelasi Moment Person ........................................................ 143

16. Analisis Reliabilitas Alpha Cronbach ................................................... 149

17. Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ITEMAN .................. 150

18. Analisis Butir Soal Uraian .................................................................... 151

xx

19. Skor Jawaban Siswa pada Saat Pretes .................................................. 152

20. Skor Jawaban Siswa pada Saat Postes .................................................. 153

21. Sensitivitas Butir Soal ........................................................................... 154

22. Tingkat Keterbacaan Instrumen ............................................................ 155

23. Nilai Kemampuan Metakognisi ............................................................ 156

24. Nilai Tingkat Kemampuan Metakognisi ............................................... 170

25. Nilai Literasi Sains Pretes ..................................................................... 174

26. Nilai Literasi sains Postes ..................................................................... 175

27. Level Literasi Sains Siswa .................................................................... 176

28. Angket Respon Siswa ........................................................................... 180

29. Rekapitulasi Angket Respon Siswa ...................................................... 182

30. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................... 185

31. Lembar Kerja Siswa .............................................................................. 194

32. Surat Ijin Penelitian ............................................................................... 210

33. Foto Dokumentasi Kegiatan penelitian ................................................. 212

34. Lembar Soal Uji Coba .......................................................................... 214

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat Metakognisi dan Indikator Metakognisi ................................... 17

2. Indikator Kemampuan Metakognisi ...................................................... 21

3. Konten Sains dalam PISA 2012.............................................................. 24

4. Proses Sains dalam PISA 21012 ............................................................ 25

5. Konteks Aplikasi Sains dalam PISA 2012 ............................................. 26

6. Kriteria Ketercapaian Validitas .............................................................. 41

7. Kriteria Koefisien Korelasi .................................................................... 42

8. Kriteria Koefisisen Reliabilitas .............................................................. 43

9. Aspek Kemampuan Metakognisi Siswa yang Dinilai Guru .................. 48

10. Kebutuhan Instrument Penilaian Kemampuan Metakognisi ................ 48

11. Analisi Hasil Kebutuhan Siswa ............................................................. 49

12. Hasil Penilaian Ahli .............................................................................. 53

13. Hasil Validitas Korelasi Moment Pearson ............................................ 59

14. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal yang Valid ...................... 60

15. Perubahan Nomor Butir Soal ................................................................ 61

16. Validitas Butir Soal ............................................................................... 62

17. Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda ................................................ 63

18. Fungsi Pengecoh ................................................................................... 64

xxii

19. Hasil Respon Siswa ............................................................................... 66

20. Nilai Literasi Sains Siswa ..................................................................... 68

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema kerangka pikir dalam penelitian .................................................. 30

2. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan .................................... 32

3. Alur aktivitas penelitian dan pengembangan .......................................... 38

4. Nilai rata-rata komponen metakognisi siswa .......................................... 67

5. Nilai rata-rata tingkat kemampuan metakognisi siswa ........................... 68

6. Nilai rata-rata tingkat kemampuan literasi sains siswa ........................... 69

7. Kemampuan metakognisi dan literasi sains siswa .................................. 70

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya

manusia. Dalam proses peningkatan pendidikan tersebut dibutuhkan proses

pembelajaran yang menunjang peningkatan sumber daya manusia (Arlianovita

dkk., 2016). Proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, serta memotivasi siswa untuk berpartisipasi

aktif (Kemendikbud, 2016). Keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat

membuat siswa lebih mudah dalam menerima materi yang diberikan serta

membuat materi yang diterima oleh siswa dapat tersimpan dalam memori jangka

panjang.

Proses pembelajaran yang menuntut siswa terlibat langsung atau berpartisipasi

secara aktif dapat diterapkan dalam pembelajaran pada materi IPA. Siswa tidak

hanya dituntut untuk memahami konsep-konsep IPA, namun juga dapat

menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar

pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan dalam

pembelajaran IPA bagi siswa dapat diperoleh jika siswa memiliki kemampuan

literasi sains yang baik (Arlianovita dkk., 2016).

2

Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk dapat memecahkan masalah

dengan menggunakan pengetahuan sains (Imaningtyas dkk., 2016). Literasi sains

sangat penting untuk dikembangkan karena setiap orang memerlukan informasi

dan pengetahuan untuk menentukan pilihan dan maupun untuk memecahkan

masalah yang dihadapinya setiap hari.

Berdasarkan hasil PISA 2015, kemampuan literasi sains siswa di Indonesia masih

rendah. Kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke-62

dari 69 negara yang mengikuti PISA (OECD, 2016). Rendahnya rata-rata literasi

sains siswa Indonesia pada PISA 2015 tersebut bisa menjadi salah satu gambaran

bahwa pembelajaran sains yang dilakukan di Indonesia masih membutuhkan

perbaikan, sehingga diharapkan rata-rata literasi sains siswa Indonesia akan

menjadi lebih baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan literasi sains siswa

Indonesia antara lain: kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan

model pengajaran oleh guru, sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar, bahan

ajar, dan lain sebagainya (Kurnia dkk., 2014). Agar kemampuan literasi sains

siswa dapat meningkat dengan baik, maka para pengajar mulai memperkenalkan

dan membelajarkan materi dengan menggunakan berbagai strategi yang beraspek

literasi sains, antara lain membelajarkan materi melalui eksperimen yang

merangsang berpikir tingkat tinggi dan bersifat kontekstual. Alat evaluasi

pembelajaran juga diharapkan menuntut aspek-aspek literasi sains (Diana dkk.,

2016). Sains merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya proses

berpikir yang terjadi didalam pikiran siapapun yang terlibat di dalamnya

3

(Maryuningsih, 2013). Tawil & Liliasari (2013) menyatakan bahwa secara

umum berpikir merupakan suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk

memperoleh pengetahuan.

Berfikir dihasilkan dari metakognisi yang dimiliki setiap manusia (Nurmahanani,

2015). Metakognisi memiliki peranan penting dalam mengatur dan mengontrol

proses-proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir, sehingga belajar dan

berpikir yang dilakukan oleh seseorang menjadi lebih efektif dan efisien (Muhali,

2013). Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa metakognisi adalah kesadaran

seseorang tentang proses pemantaun serta menjaga dan mengendalikan pikiran

dan tindakannya sendiri. Dengan demikian, metakognisi sangat diperlukan dalam

kegiatan berpikir. Metakognisi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

mengedepankan penyadaran diri terhadap materi pelajaran apakah mengerti

ataukah belum terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari, sehingga

kolaborasi keduanya diperoleh suatu pelaksanaan pembelajaran (In'am, 2011).

Pada kegiatan pembelajaran ternyata pengetahuan metakognisi membuat siswa

sadar akan kelebihan dan keterbatasannya dalam belajar. Artinya saat siswa

mengetahui kesalahannya, mereka sadar untuk mengakui bahwa mereka salah,

dan berusaha untuk memperbaikinya. Melalui pengembangan kesadaran

metakognisi, siswa diharapkan terbiasa untuk selalu memonitor, mengontrol dan

mengevaluasi apa yang telah dilakukannya (Muhali, 2013).

Kesadaran metakognisi perlu dikembangkan, agar siswa terlatih untuk selalu

merancang strategi terbaik dalam memilih, mengingat, mengenali kembali,

mengorganisasi informasi yang dihadapinya, serta dalam menyelesaikan masalah

4

(Muhali, 2013). Hasil penelitian Rahman dan Phillips (2006), membuktikan

bahwa kesadaran metakognisi mempunyai hubungan yang signifikan dengan

pencapaian akademik. Oleh karena itu, metakognisi sangat penting

dikembangkan dalam pembelajaran. Pentingnya metakognisi untuk

dikembangkan dalam pembelajaran karena metakognisi merupakan faktor

fundamental dalam belajar dan pemecahan masalah yang pada akhirnya dapat

menciptakan pengalaman belajar yang kondusif (Urena et al., 2011).

Pengembangan kemampuan metakognisi dalam proses pembelajaran hanya akan

berlangsung efektif apabila guru memiliki mekanisme monitoring (quality

assurance) yang baik dan berkesinambungan (Wulan, 2015). Hal ini hanya

mungkin dapat ditempuh melalui proses penilaian yang mampu memberikan

rangkaian umpan balik yang bermakna selama proses pembelajaran. Melalui

rangkaian umpan balik tersebut, peserta didik terus melatih metakognisinya,

mengembangkan aspek-aspek metakognisi yang masih lemah, serta memperkuat

apa yang telah dikuasainya. Dengan demikian proses penilaian perlu terintegrasi

selama proses pembelajaran serta secara autentik memiliki kemampuan untuk

mengukur kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.

Penilaian sebagai suatu proses mendapatkan informasi dalam bentuk apapun

sangat penting dalam proses pembelajaran, karena hasil penilaian akan dijadikan

dasar pengambilan keputusan untuk memberikan penilaian terhadap siswa itu

sendiri selama proses pembelajaran. Bagian penting dari penilaian pembelajaran

ini adalah bagaimana cara melakukan penilaian, bagaimana prosedur penilaian,

pengolahan data, penetapan skor hingga pelaporannya sehingga gambaran dari

5

hasil pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru selama ini dapat diketahui bukan

saja oleh siswa, tetapi juga oleh semua pihak termasuk orang tua dan sekolah

(Jihad & Haris, 2013).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di 14 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di

provinsi Lampung dari 22 guru, ada 77,27% hanya melakukan penilaian kognitif,

psikomotor, dan sikap, 22,73% yang melakukan penilaian kognitif dan

psikomotor, serta 100,00% belum melakukan penilaian kemampuan metakognisi

(Lampiran 2). Guru yang menyatakan perlunya dilakukan penilaian kemampuan

metakognisi sebanyak 86,36% dan 81,82% yang menyatakan penilaian

kemampuan metakognisi sangat bermanfaat dalam pembelajaran IPA. Alasan

guru belum melakukan penilaian kemampuan metakognisi diantaranya karena

belum memahami tentang metakognisi, sehingga belum mampu untuk mengukur

kemampuan metakognisi termasuk dalam membuat instrumen penilaian

kemampuan metakognisi.

Hasil studi pendahuluan di 14 Skolah Menengah Pertama (SMP) di provinsi

Lampung, dari 30 siswa 95,83% menyatakan bahwa penilaian kemampuan

metakognisi perlu dilakukan (Lampiran 4). Alasan perlunya dilakukan penilaian

kemampuan metakognisi karena untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan

siswa dalam belajar, untuk melatih kemampuan berpikir, serta untuk menemukan

strategi yang tepat dalam belajar.

Siswa yang mempunyai keterampilan metakognitif, akan mampu mengontrol

kelemahan diri dalam belajar dan memperbaiki kelemahan tersebut, menentukan

cara belajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya sendiri, menyelesaikan

6

masalah-masalah dalam belajar baik yang berkaitan dengan soal-soal yang

diberikan oleh pengajar atau masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan

proses pembelajaran, dan memahami sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai

dalam belajar (Azizah dkk., 2015).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di 14 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di

provinsi Lampung, metakognisi merupakan salah satu kemampuan siswa yang

belum diukur oleh guru dalam proses pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran

IPA, metakognisi dapat berperan dalam membantu siswa menyelesaikan masalah

yang dihadapi. Menurut In'am (2011), strategi metakognisi mempunyai peranan

yang amat penting dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah membantu

penyelesaian masalah secara efektif dan membantu menyusun konsep yang tepat.

Umumnya dalam proses pembelajaran IPA siswa hanya ditekankan untuk mampu

memahami konsep dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, belum

diterapkannya bagaimana mengelola proses berpikir siswa.

Sudah banyak penelitian yang mengkaji tentang insrumen penilaian kemampuan

metakognisi. Instrumen kesadaran metakognitif pertama kali dikembangkan oleh

Schraw & Dennison (1994) adalah MAI ( Metacognitive Awareness Inventory),

dikembangkan untuk mengukur kesadaran metakognitif orang dewasa.

Instrumen ini digunakan lebih lanjut oleh para peneliti untuk berbagai

kepentingan, seperti oleh Gassner (2009), Young & Fry (2008), Balcikanli

(2011), dan Yildirim & Ersozlu (2013). Bahkan, Sperling et al. (2002) dari

instrumen MAI dikembangkan menjadi instrumen Jr MAI (Junior Metacognitive

Awerness Inventory) untuk peserta didik di pendidikan dasar terutama kelas 3-9.

7

Pada penelitian ini peneliti telah mengembangkan instrumen penilaian

pengetahuan metakognis berbasis literasi sains pada materi listrik dinamis.

Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti telah mengembangkan

instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains yang

bertujuan untuk mengukur kemampuan metakognisi berbasis literasi sains siswa.

Instrumen yang dikembangkan peneliti mampu mengukur kemampuan

metakognisi berbasis literasi sains dengan valid.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah validitas instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis

literasi sain pada materi listrik dinamis?

2. Bagaimanakah reliabilitas instrumen penilaian kemampuan metakognisi

berbasis literasi sains pada materi listrik dinamis?

3. Bagaimanakah sensitivitas instrumen penilaian kemampuan metakognisi

berbasis litersi sains pada materi listrik dinamis?

4. Bagaimanakah keterbacaan instrumen penilaian kemampuan metakognisi

berbasis litersi sains pada materi listrik dinamis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah ingin mengembangkan instrumen

penilaian kemampuan metakognisi yang mampu mengukur pengetahuan

metakognisi berbasis literasi sains, karena selama ini instrumen yang

8

dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya hanya mengukur kesadaran,

keterampilan dan kemampuan metakognisi. Selanjutnya tujuan umum dapat

dirinci menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui validitas instrumen penilaian kemampuan metakognisi

berbasis literasi sains pada materi listrik dinamis.

2. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen penilaian kemampuan metakognisi

berbasis literasi sains pada materi listrik dinamis.

3. Untuk mengetahui sensitivitas instrumen penilaian kemampuan metakognisi

berbasis literasi sains pada materi listrik dinamis.

4. Untuk mengetahui keterbacaan instrumen penilaian kemampuan metakognisi

berbasis literasi sains pada materi listrik dinamis.

D. Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat meningkatan kualitas dan pengembangan

pembelajaran IPA baik bagi guru/pendidik, siswa, maupun sekolah, antara lain

adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan bahwa instrumen penilaian

kemampuan metakognisi dapat digunakan sebagai salah satu sumber penilaian

yang mampu mengukur kemampuan metakognisi siswa.

2. Manfaat praktis.

a. Sebagai salah satu sumber penilaian yang dapat digunakan oleh guru untuk

menilai kemampuan metakognisi siswa.

b. Bagi siswa, dapat memperoleh pengalaman belajar dengan menggunakan

9

instrumen penilaian kemampuan metakognisi untuk mengukur

kemampuan metakognisi melalui pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Metakognisi adalah pengetahuan tentang kognitif secara umum dan kesadaran

akan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri (Anderson & Krathwohl, 2010).

Kemampuan metakognisi yang akan diukur adalah pengetahuan metakognisi

dan keterampilan metakognisi. Pengetahuan metakognisi terdiri dari

pengetahuan deklaratif, kondisonal, dan prosedural. Keterampilan metakognisi

terdiri dari keterampilan memprediksi, merencanakan, memonitor, dan

mengevaluasi.

2. Instrumen penilaian kemampuan metakognisi merupakan instrumen tes

berbasis literasi sains yang berbentuk tes objektif dan uraian dengan indikator

metakognisi (Haryani, 2015). Instrumen ini digunakan untuk menilai

kemampuan metakognisi setelah proses pembelajaran satu KD selesai dan

dapat digunakan untuk semua model atau metode pembelajaran.

3. Validitas instrumen adalah sejauh mana instrumen yang digunakan dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan) (Sugiyono, 2015).

4. Reliabilitas instrumen adalah derajat konsistensi/keajegan suatu instrumen.

Instrumen dinyatakan reliabel, apabila instrumen tersebut digunakan untuk

mengukur objek/subjek yang sama atau berbeda dalam waktu yang berbeda,

akan menghasilkan data yang relatif sama (Sugiyono, 2015).

10

5. Sensitivitas instrumen adalah sejauh mana tiap butir soal mampu mengukur

efek pembelajaran (Trianto, 2009).

6. Keterbacaan adalah kemudahan untuk membaca dan memahami suatu naskah

(Yasa dkk., 2013).

7. Literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,

mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat

keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam (OECD,

2014). Aspek literasi sains yang diteliti adalah aspek konten dan proses.

Aspek konten yaitu tentang listrik. Aspek proses sains terdiri dari

mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan

menggunakan bukti ilmiah.

8. Materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah materi listrik dinamis.

Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa adalah KD 3.5

Menerapkan konsep rengkaian listrik, energi dan daya listrik, sumber energi

listrik termasuk sumber energi listrik alternatif, serta berbagai upaya

menghemat energi listrik.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penilaian Metakognisi

Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran,

menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasikan bukti-bukti hasil

pengukuran (Kemendikbud, 2017). Seorang guru tidak akan terlepas dari

kegiatan penilaian. Kedudukan penilaian sangat penting bagi keberhasilan

menunaikan tugas utamanya, yaitu melaksanakan pembelajaran. Penilaian

merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pengajaran. Kegiatan ini

meruapakan salah satu dari empat tugas pokok seorang guru. Keempat tugas

pokok guru tersebut adalah merencanakan, melaksanakan, menilai keberhasilan

pengajaran, dan memberikan bimbingan (Jihad & Haris, 2013).

Keempat tugas pokok ini dalam praktek pengajaran merupakan sebuah kesatuan

yang padu dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam

melaksanakan tugas mengajarnya seorang guru berupaya untuk menciptakan

situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar, memotivasi, membuat

bahan ajar, serta menggunakan metode dan media yang telah disiapkan. Selain

itu, guru mengolah dan menafsirkan hasil belajar siswa, serta mengambil

keputusan untuk kepentingan peningkatan efektivitas pengajaran yang akan

datang (Jihad & Haris, 2013).

12

Pada proses pembelajaran akan berlangsung efektif apabila guru memiliki

mekanisme monitoring (quality assurance) yang baik dan berkesinambungan. Hal

ini hanya mungkin dapat ditempuh melalui proses penilaian yang mampu

memberikan rangkaian umpan balik yang bermakna selama proses pembelajaran.

Melalui rangkaian umpan balik tersebut, peserta didik terus melatih

kemampuannya, mengembangkan aspek-aspek kemampuannya yang masih

lemah, serta memperkuat apa yang telah dikuasainya. Dengan demikian proses

penilaian perlu terintegrasi selama proses pembelajaran serta secara autentik

memiliki kemampuan untuk mengukur kemampuan siswa yang sesungguhnya

(Wulan, 2015).

Penilaian memiliki kedudukan penting, yaitu sebagai assessment for learning

(untuk pembelajaran) dan sebagai assessment as learning (pembelajaran) (Wulan,

2015). Penilaian sebagai assessment for learning (untuk pembelajaran), memiliki

fungsi pengembangan terhadap kemampuan yang dinilai. Fungsi tersebut

sebenarnya berada pada rangkaian umpan balik yang bermakna selama dan

setelah penilaian tersebut dilaksanakan. Umpan balik tersebut menjadi dasar bagi

siswa untuk melakukan perbaikan pembelajaran (Jihad & Haris, 2014). Asesmen

dalam hal ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa selama

proses pembelajaran, asalkan guru dapat menyusun soal tes serta task (tugas) yang

tepat sasaran (valid) serta memberi umpan balik yang relevan dan bermakna

(Wulan, 2015).

Penilaian selain berkedudukan sebagai assessment for learning, penilaian bahkan

dapat berkedudukan sebagai assessment as learning (sebagai pembelajaran), yaitu

13

melalui serangkaian tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa, siswa dapat

mempelajari banyak kemampuan, belajar dari kegagalan, serta belajar untuk

mengendalikan dirinya, sehingga dapat menjadi pembelajar yang baik. Pada

konteks assessment as learning, siswa diharapkan dapat menjadi

independent-learner atau self-regulated learner (Wulan, 2015).

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah didasarkan pada prinsip-prinsip berikut (Kemendibud,

2017):

1) Shahih (valid), berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur;

2) Objektif, penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak

dipengaruhi subjektivitas penilai;

3) Adil, berarti penilai tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena

berkebutuhan khusus serta perbeaan latar belakangagama, suku, budaya, adat

istiadat, status social ekonomi, dan gender;

4) Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan pembelajaran;

5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup

semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penialaian

yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan pesrta didik;

7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan

mengikuti langkah-langkah baku;

14

8) Beracuan krteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan; dan

9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi

teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Insrumen penilaian dalam standar penguasaan perlu disusun dalam proses belajar

mengajar. Penyusunan instrumen penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui

kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi atau pokok bahasan (Jihad &

Haris, 2013).

Instrumen merupakan alat ukur seperti tes, kuesioner, pedoman wawancara, dan

pedoman observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu

penelitian (Sugiyono, 2015). Ada dua jenis instrumen, yaitu instrumen tes dan

buka tes. Tes merupakan merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab,

harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes

digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran

yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.

Instrumen bukan tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh

gambaran mengenai minat, sifat, dan kepribadian (Jihad & Haris, 2013).

Kriteria instrumen tes yang baik adalah kesahihan/validitas, keajegan/reliabilitas,

daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal. Suatu instrumen tes disebut

memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut dapat mengukur objek yang

seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Artinya ada kesesuaian

antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Suatu

15

instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa

yang hendak diukur (Jihad & Haris, 2013).

Instrumen yang baik harus valid dan reliabel. Instrumen yang valid harus

mempunyai validitas internal (rasional) dan eksternal (empiris). Instrumen yang

mempunyai validitas internal (rasional), bila kriteria yang ada dalam instrumen

secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Instrumen yang

mempunyai validitas eksternal bila kriteria didalam instrumen disusun

berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Vaiditas internal instrumen

dikembangkan menurut teori yang relevan, sedangkan validitas eksternal

instrumen dikembangkan dari fakta empiris. Validitas internal instrumen test

harus memenuhi construct validity (validitas konstruk) dan content validity

(validitas isi) (Sugiyono, 2015).

Instrumen penilaian yang digunakan menurut Kemendikbud (2017) harus

memenuhi persyaratan substansi, kostruksi, dan bahasa serta memiliki validitas

empirik. Menurut Trianto (2009) untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal

yang digunakan dalam penilaian mampu mengukur efek pembelajaran perlu dicari

sensitivitasnya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

instrumen yang baik harus valid, reliabel, mempunyai daya beda dan tingkat

kesukaran butir soal, dari segi bahasa mudah dibaca dan dipahami (keterbacaan),

serta mempunyai sensitivitas.

16

Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi

atau data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan

dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis

(Kemendikbud, 2017). Pengetahuan memiliki empat aspek, yaitu pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognisi. Untuk menilai pengetahuan

metakognisi digunakan intstrumen penilaian metakognisi (Anderson &

Krathwohl, 2010).

Instrumen penilaian metakognisi pertama kali dikembangkan oleh Schraw &

Dennison (1994) dengan nama MAI (Metacognitive Awareness Inventory). MAI

digunakan untuk mengukur kesadaran metakognisi orang dewasa. Instrumen ini

digunakan lebih lanjut oleh para peneliti untuk berbagai kepentingan, seperti

Sperling et al. (2002) dari instrumen MAI dikembangkan menjadi instrumen Jr

MAI (Junior Metacognitive Awerness Inventory) untuk peserta didik di

pendidikan dasar terutama kelas 3-9.

Hasil penelitian Urena (2008) menunjukkan bahwa penggunaan instrumen MCAI

(Metacognitive Activities Inventory) dapat mengukur keterampilan metakognisi

secara valid. Penelitian ini membahas secara khusus komponen keterampilan

metakognisi yang teridiri dari perencanaan, monitoring, dan evalusi. MCAI

mempunyai 26 item yang terbukti kuat, handal, dan berlaku untuk menilai

keterampilan metakognisi. MCAI dilakukan dengan menggunakan lembar

instrumen penilaian.

Instrumen pengetahuan metakognisi yang dikembangkan oleh Rompayam et al.

(2010) sesuai dengan mata pelajaran. Instrumen ini digunakan untuk menggali

17

pengetahuan deklaratif, prosedural, dan kondisional. Sementara itu, Haryani

(2015) telah melakukan penelitian mengukur metakognisi melalui tes uraian

sebagaimana penguasaan konsep dengan indikator metakognisi. Tingkat

kemampuan metakognisi dan indikator metakognisi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Metakognisi dan Indikator Metakognisi

No Levelmetakognisi

Karakteristik Indikator metakognisi

1. Tacit use Siswa menggunakanpemikiran dalammenyelesaikan masalahtanpa menyadari apa danmengapa pemikiran itudigunakan.

Memberi penjelasan yang tidakmenentu.Tidak menyadari apa kekeliruanatau kesalahanTidak menyadari kelemahannya.Kurang menyadari proses yangterjadi.Menyelesaikan masalah dengancoba-coba.Tidak mengetahui apa yang tidakdiketahui

2. Aware use Siswa menggunakanpemikiran dalammenyelesaiakan masalah.

Mengalami kebingunan ketikamembaca masalah.Mengambil suatu keputusandilatarbelakangi suatu alasantertentu.Menyadari kelemahan sendiri.Menyadari apa yang dipikirkannyaMengetahui apa yang tidakdiketahuinya.

3. Strategi use Siswa mengarahkan prosesberpikirnya denganmenyadari strategi-strategikhusus yangmeningkatkan ketepatanberpikirnya.

Meyadari kemampuannya sendiri.Umumnya mengetahui apa yangdilakukannya.Memberikan argumen yangmendukung pemikirannya.Memiliki cara untuk meyakinkanapa yang dibuat.Menggunakan strategi yangmemunculkan kesadaran.

4. Reflectiveuse

Siswa melakukan refleksitentang pemikirannyasebelum dan sesudah ataubahkan di tengah-tengahproses berpikir, denganmempertimbangkanperolehan dan bagaimanamemperbaikinya.

Menilai pencapaian tujuan.Mengevaluasi prosedur yangdigunakan.Mengatasi kesalahan/hambatandalam pemecahan masalah.

(Sophianingtyas & Sugiarto (2013) dan Haryani (2015)).

18

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen

penilaian metakognisi adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur

kemampuan metakognisi dengan menggunakan indikator metakognisi. Instrumen

penilaian metakognisi bisa berupa angket atau berupa soal tes uraian berbasis

konten (materi pelajaran).

B. Metakognisi

Metakognisi adalah pengetahuan tentang kognitif secara umum dan kesadaran

akan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri (Anderson & Krathwohl, 2010).

Metakognisi merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak

diketahui. Menurut In’am (2011) metakognisi adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang mengedepankan penyadaran diri terhadap materi pelajaran

apakah mengerti ataukah belum mengerti terhadap materi pelajaran yang sedang

dipelajari. Metakognisi memiliki peranan penting dalam mengatur dan

mengontrol proses-proses kognitif seseorang dalam belajar dan berpikir, sehingga

belajar dan berpikir yang dilakukan oleh seseorang menjadi lebih efektif dan

efisien.

Metakognisi terdiri dari dua proses dasar yang berlangsung secara simultan yakni

memonitor kemajuan ketika belajar dan membuat perubahan serta mengadaptasi

strategi-strategi (Haryani, 2015). Orang yang baru belajar tidak berhenti

mengevaluasi pemahaman mereka terhadap materi yang sedang dipelajari dan

membuat revisi selama mereka belajar.

19

Pengembangan kesadaran metakognisi dapat melatih siswa untuk selalu

merancang strategi terbaik dalam memilih, mengingat, mengenali kembali,

mengorganisasi informasi yang dihadapinya, serta dalam menyelesaikan masalah

(Romli, 2012). Melalui pengembangan kesadaran metakognisi, siswa diharapkan

akan terbiasa untuk selalu memonitor, mengontrol dan mengevaluasi apa yang

telah dilakukannya. Hasil penelitian Eriawati (2013) menunjukkan bahwa

keterampilan metakognisi mempengaruhi hasil belajar kognisi siswa dan ada

hubungan positif antara keterampilan metakognisi dengan hasil belajar. Untuk

mendapatkan keterampilan metakognisi harus melibatkan penggunaan strategi

metakognisi (Aprilia & Sugiarto, 2013). Menurut Khairil (2013), kemampuan

metakognisi merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh siswa, karena sangat

berkaitan dengan strategi belajar.

Metakognisi dapat diklasifikasikan menjadi pengetahuan metakognisi dan

pengalaman atau peraturan metakognisi (Flavell, 1979). Pengetahuan

metakognisi mengacu pada pengetahuan yang diperoleh tentang proses-proses

kognitif, pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengendalikan atau

mengontrol proses-proses kognitif . Lebih lanjut Flavell menyatakan bahwa

pengetahuan metakognisi mencakup pengetahuan tentang variable-variabel orang,

variabel-variabel tugas, dan variabel-variabel strategi. Pengetahuan variabel-

variabel orang mengacu pada pengetahuan umum tentang bagaimana manusia

belajar dan memproses informasi, juga pengetahuan-pengetahuan individu tentang

proses-proses belajar seseorang. Pengetahuan variabel-variabel tugas termasuk

pengetahuan tentang asal tugas, juga jenis pengetahuan tentang variabel-variabel

strategi meliputi strategi kognitif dan strategi metakognisi. Strategi kognitif

20

dirancang hanya untuk mencapai tujuan kognitif dan digunakan untuk membantu

mencapai tujuan tertentu. Strategi metakognisis digunakan untuk memastikan

bahwa tujuan sudah dicapai. Pengalaman metakognisi adalah pengalaman-

pengalaman yang bersifat kognitif dan afektif. Seseorang mempunyai

pengalaman metakognisi jika orang tersebut mempunyai perasaan bahwa sesuatu

sulit untuk ditanggapi, dipahami, diingat, atau diselesaikan.

Anderson & Krathwohl (2010) membagi pengetahuan metakognisi menjadi tiga,

yaitu pegetahuan strategi, pengetahuan tugas, dan pengetahuan tentang diri.

Pengetahuan tentang strategi adalah pengetahuan tentang strategi secara umum

untuk belajar, berpikir, dan memecahkan masalah. Komponen-komponen dari

pengetahuan tentang strategi meliputi: informasi, ingatan, elaborasi,

mengorganisir data, perencanaan, pemantauan, dan menganalisis tujuan.

Pengetahuan tentang tugas merupakan akumulasi pengetahuan tentang tugas-tugas

kognisi yang meliputi memahami sumber, tingkat kesulitan, strategi

pengembangan, pemecahan masalah, dan memilah tugas. Pengetahuan tentang

diri adalah pengetahuan terkait kelebihan dan kelemahan dalam hubungannya

dengan belajar dan kognisinya. Komponen pengetahuan diri meliputi:

kecenderungan menggunakan strategi pada situasi tertentu, percaya kemampuan

diri, mengetahui tujuan, ketertarikan suatu tugas, dan mempertimbangkan manfaat

tugas.

Komponen metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognisi dan keterampilan

metakognisi. Komponen pengetahuan metakognisi terdiri atas tiga macam, yaitu

pengetahuan deklaratif, meliputi pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pelajar;

21

pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang melakukan sesuatu; dan

pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan menggunakan

pengetahuan deklaratif dan prosedur. Komponen keterampilan metakognisi terdiri

atas empat macam, yaitu perencanaan, prediksi, monitoring, dan evaluasi (Distrik,

2016). Berikut indikator masing-masing komponen metakognisi (Tabel 2).

Tabel 2. Indikator Kemampuan Metakognisi

No Komponenmetakognisi

Indikator

1. Pengetahuandeklaratif

Mengetahui pengetahuan faktual yang dibutuhkansebelum diproses atau kemampuan berpikir kritisdigunakan terkait dengan topik yang diberikan

2. Pengetahuanprosedural

Mengetahui bagaimana cara menerapkan suatuprosedur belajar atau strategi.

3. Pengetahuankondional

Menentukan waktu dan alasan yang tepat dalammengaplikasikan pengetahuan dan keterampilanyang dimiliki.

4. Keterampilanperencanaan

Membuat rencana dan menentukan tujuan.

5. Keterampilanprediksi

Mengurutkan strategi yang digunakan danketerampilan dalam mengolah informasi

6. Keterampilanmonitoring

Menilai kebermaknaan strategi belajar yangdigunakan.

7. Keterampilanevaluasi

Menganalisis efektifitas performa atau strategiyang digunakan setelah proses pembelajaran.

(Schraw & Dennison (1994), Sperling et al. ( 2002), dan Distrik (2016)).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa

pengertian metakognisi sebagai berikut:

1) Metakognisi merupakan pengetahuan tentang diri sendiri.

2) Metakognisi merupakan kesadaran untuk mengetahui proses kognisi yang

terjadi pada diri sendiri.

3) Metakognisi merupakan pengetahuan untuk mengarahkan proses kognisi yang

terjadi pada diri sendiri.

22

4) Metakognisi merupakan pengetahuan bagaimana mestinya belajar

dilakukan yang meliputi proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.

5) Metakognisi diklasifikasikan menjadi pengetahuan metakognisi dan

keterampilan metekognisi.

2. Literasi Sains

Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi

kebutuhan masyarakat. Sains merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh

adanya proses berpikir yang terjadi didalam pikiran siapapun yang terlibat di

dalamnya (Maryuningsih, 2013). Lebih lanjut Maryuningsih menyatakan, untuk

menententukan literasi sains menggunakan indikator: pengetahuan tentang sains,

menggunakan konsep-konsep sains, ketrampilan proses sains, dan nilai-nilai sains,

memahami hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat, dapat

mengantisipasi dampak-dampak negatif sains dan teknologi.

Kemampuan seorang siswa dalam penguasaan ilmu-ilmu pengetahuan dan sains di

dalam suatu proses pembelajaran sering diistilahkan sebagai kemampuan literasi

sains. Kemampuan siswa dalam menguasai dan mempelajari ilmu pengetahuan

ini berkaitan erat dengan perkembangan sains dan teknologi yang saat ini semakin

pesat sehingga siswa dituntut agar memiliki kemampuan literasi sains yang baik.

Literasi sains merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dikuasai setiap

individu karena hal ini berkaitan erat dengan bagaimana seseorang dapat

memahami lingkungan hidup dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh

masyarakat modern yang sangat bergantung pada perkembangan ilmu

23

pengetahuan dan teknologi, termasuk juga masalah sosial kemasyarakatan (Kurnia

dkk., 2014).

Literasi sains dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan dan pemahaman

mengenai konsep dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk

menggunakannya dalam mengidentifikasi permasalahan, menarik kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti ilmiah, dan mengaplikasikan dalam kehidupan

bermasyarakat dengan membuat keputusan terhadap alam dan perubahan yang

terjadi sebagai akibat manusia dalam kehidupan sehari-hari (Syamsiah dkk.,

2016).

PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kapasitas untuk menggunakan

pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik

kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu

membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam

(OECD, 2014). Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam

pendidikan usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah meneruskan memperlajari

sains atau tidak setelah itu. Literasi sains mempunyai tiga aspek, yaitu konten,

proses, dan konteks.

Konten sains adalah pengetahuan ilmiah dan pemahaman konseptual yang

diperlukan dalam menggunakan proses sains. Konten sains merujuk pada konsep-

konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan

perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Mawardini,

2015). PISA menentukan kriteria pemilihan konten sains sebagai berikut: relevan

dengan situasi kehidupan nyata, merupakan pengetahuan penting sehingga

24

penggunaannya berjangka panjang dan sesuai untuk tingkat perkembangan anak

usia 15 tahun. Konten sains dapat dilhat pada Tabel 3.

Tabel 3. Konten Sains dalam PISA 2012

Indikator Cakupan PengetahuanSistemFisik

Struktur materi (modelpartikel, ikatan)Sifat-sifat materi (perubahan wujud, konduktivitaspanas, listrik).Perubahan kimia materi (konservasi, disipasi dan reaksi kimia)Interaksi energy dan materi (cahaya dan gelombang radio, gelombang suara danseismik).

Sistemkehidupan

Sel (struktur dan fungsi sel, DNA, sel tumbuhan dan hewan)Manusia (kesehatan, nutrisi, sub sitem tubuh manusia yang mencakup pencernaan,pernapasan, sirkulasi, ekskresi dan hubungannya, serta penyakit dan reproduksi).Populasi (spesies, evolusi, keanekaragaman hayati, variasi genetik).Ekosistem (rantai makanan, aliran materi dan energi).Biosfer (merawat ekosistem, kelestarian alam)

Sistembumi danantariksa

Struktur system bumi (litosfer,atmosfer, hidrosfer)Energy dalam system bumi (sumber daya alam, iklim global)Perubahan dalam system bumi (tektonik lempeng, siklus geokimia, gaya-gayakostruktif dan destruktif).Sejarah bumi (fosil, asal-usul dan evolusi).Bumi dalam ruang (gaya berat, sistem tata surya).

Sistemteknologi

Hukum sains berbasis teknologi (memecahkan masalah, membantu manusiamemenuhi kebutuhan dan keinginan, desain dan melakukan investigasi).Hubungan antara sains dan teknologi (teknologi berkontribusi terhadap kemajuansains)Konsep (optimasi, trade-off, biaya, resika, manfaat).Prinsip-prinsip penting (criteria, kendala,inovasi, penemuan, pemecahan masalah)

(OECD, 2014).

Siswa memperoleh pengetahuan tentang sains melalui proses belajar. Siswa

melakukan proses belajar yang mencakup berbagai upaya melatih keterampilan

(Mawardini, 2015). PISA menentukan beberapa keterampilan dalam proses sains,

yaitu mengidentifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan

menggunakan bukti ilmiah. Komponen proses sains dapat dilihat pada Tabel 4.

25

Tabel 4. Proses Sains dalam PISA 2012

Kategori Cakupan Proses SainsMengidentifikasiPertanyaanIlmiah

Mengenal isu yang mungkin diselidiki secara ilmiahMengidentifikasi kata-kata kunsi untuk mencariinformasi ilmiahMengenal ciri khas penyelidikan ilmiah

Menjelaskanfenomena secarailmiah

Mengaplikasikan pengetahuan sains dengan situasiyang diberikanMendeskripsikan atau menginterpretasikan fenomenasecara ilmiah dan memprediksi perubahanMengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan prediksiyang sesuai

Menggunakan buktiilmiah

Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat sertamengomunikasikan kesimpulanMerefleksikan implikasi social dari perkembangansains dan teknologi

(OECD, 2014).

Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi

lahan bagi aplikasi proses sains dan pemahaman konsep sains (Mawardini, 2015).

PISA mengklasifikasikan konteks sains sebagai berikut: pribadi, sosial, dan

global. Kompoenen konteks sains dapat dilihat pada Tabel 5.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya literasi sains siswa Indonesia antara

lain kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode dan model pengajaran

oleh guru, sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar, bahan ajar, dan lain

sebagainya (Kurnia dkk., 2014). Tingkat keterampilan literasi sains anak

Indonesia yang rendah tersebut bukan sepenuhnya dipengaruhi oleh tingkat

inteligensi siswa, namun juga dipengaruhi cara belajar dan kebiasaan belajar siswa

(Kurnia dkk., 2014).

26

Tabel 5. Konteks Aplikasi Sains dalam PISA 2012

Personal Sosial GlobalKesehatan Pemeliharaan

kesehatan Kecelakaan nutrisi

Pengontrolanpenyakit

Perubahan social Pilihan makanan Komunitas Kesehatan

wabah penyebaran penyakit

Sumber dayaalam

konsumsi pribaditerhadap materidan energi

pemeliharaanpopulasi manusia

kualitas kehidupan keamanan produksi dan

makanan supply energi

sumber energy yangdapat dan tidak dapatdiperbaharui

sistem alam pertumbuhan populasi kelangsungan spesies

Lingkungan prilaku ramahlingkungan

menggunakandan membuangmateri

Distribusi populasi Pembuangan sampah Dampak lingkungan Cuaca lokal

Keanekaragaman Kelestarian ekologi Pengontrolan populasi Produksi dan

kehilangan tanah suburBahaya Alam dan

“Humaninduced”

Keputusanpemukiman

Perubahan yang cepat(gempa bumi, cuacaekstrim)

Perubahan lambat danbertahap (erosi,sedimentasi)

Perubahan iklim Dampak perang

modern

Batas sainsdan teknologi

Minat dalameksplanasi sainsterhadapfenomena alam

Sainsberdasarkanhobi, olah ragadan pariwisata,music danteknologipribadi.

Materi baru Perlengkapan dan

proses Modifikasi genetic Teknologi

persenjataan Alat transportasi

Kepunahan spesies Penjelajahan luar

angkasa Asal-usul dan struktur

alam.

(OECD, 2014).

Agar kemampuan literasi sains siswa dapat meningkat dengan baik, maka para

pengajar dihimbau untuk mulai memperkenalkan dan membelajarkan materi

dengan menggunakan berbagai strategi yang beraspek literasi sains, antara lain

membelajarkan materi melalui eksperimen yang merangsang berpikir tingkat

tinggi dan bersifat kontekstual. Alat evaluasi pembelajaran juga diharapkan

27

menuntut aspek-aspek literasi sains, tidak hanya bermuatan konsep saja, seperti

yang selama ini terjadi di sekolah (Diana dkk., 2016).

Kemampuan literasi sains siswa dapat dikelompokan menjadi 4 tingkat (Soobard

& Rannikmae, 2011):

1. Nominal, yaitu siswa dapat menjelaskan suatu istilah, pertanyaan atau topik

ilmiah, tetapi terjadi miskonsepsi.

2. Fungsional, yaitu siswa dapat menggunakan istilah ilmiah, mendefinisikan

suatu istilah dengan benar dalam situasi tertentu dan menghafal suatu

pengetahuan ilmiah berdasarkan buku.

3. Konseptual, yaitu siswa memahami prinsip, teori dalam sains, memiliki

pemahaman bagaimana mengaitkan disiplin ilmu, mengerti mengenai proses

sains, dan pemahaman tentang inkuiri.

4. Multidimensional, yaitu siswa memahami hakikat sains, memahami peranan

sains untuk individu, sosial dan global, memahami bagaimana keterkaiatan

sains dengan sosial dan teknologi. Dengan kata lain siswa memahami

mengenai interdisipliner.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

1) Literasi sains adalah kemampuan untuk memahami konsep-konsep ilmu

pengetahuan (sains) dan menerapkan konsep-konsep sains dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Literasi sains terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek konten, proses, dan konteks.

3) Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi sains

28

dapat dilakukan melalui penerapan metode pembelajaran yang menekankan pada

aspek literasi sains dan alat evaluasinya juga berbasis literasi sains.

D. Kerangka Pikir

Penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pengajaran. Kegiatan

ini merupakan salah satu dari empat tugas pokok seorang guru. Keempat tugas

pokok guru tersebut adalah merencanakan, melaksanakan, menilai keberhasilan

pengajaran, dan memberikan bimbingan.

Guru dalam membuat perencanaan pembelajaran harus memperhatikan beberapa

faktor, yaitu standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Standar isi

berkaitan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi

yang harus dikuasai oleh siswa. Guru menentukan kompetensi apa yang akan

dikembangkan pada materi yang akan disampaikan. Standar proses berkaitan

dengan menentukan model dan metode pembelajaran yang digunakan agar

kompetensi yang akan dikembangkan siswa dapat tercapai. Rencana penilaian

yang dilakukan setelah melaksanakan proses pembelajaran berkaitan dengan

standar penilaian.

Standar penilaian yang harus diperhatikan guru dalam melakukan penilaian, yaitu

prinsip-prinsip penilaian dan kriteria instrumen yang baik. Prinsip-prinsip

penilaian sebagai berikut: shahih (valid), objektif, adil, terpadu, terbuka,

menyeluruh, berkesinambungan, sistematis, beracuan krteria, dan akuntabel.

Instrumen penilaian yang baik harus valid dan reliabel. Guru dalam membuat

rencana penilaian selain memperhatikan standar penilaian juga harus

29

memperhatikan standar isi dan standar proses serta kemampuan apa yang akan

diukur, karena keempat faktor tersebut akan diperhatikan dalam pembuatan

instrumen penilaian.

Instrumen penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa harus

dibuat oleh guru. Jika guru ingin mengukur kemampuan metakognsis siswa

berbasis literasi sains, maka guru harus membuat instrumen penilaian kemampuan

metakognisi berbasis literasi sains. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam

membuat instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains

adalah: standar proses, standar isi, metakognisi, literasi sains, dan standar

penilaian. Instrumen penilaian yang digunakan harus valid, karena dengan

instrumen penilaian yang valid kemampuan metakognisi berbasis literasi sains

dapat terukur dengan valid. Skema kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.

30

Gambar 1. Skema kerangka pikir dalam penelitian.

Standarproses

Standar isi:KI,KD,Indikator,materi

Standar Penilaian:- Prinsip penilaian- Kriteria instrumen

Instrumenpenilaian

kemampuanmetakognisi

berbasis literasisains

GURU

MetakognisiLiterasi sains

31

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode research and development atau penelitian

dan pengembangan yang dikembangkan oleh Dick and Carey. Kegiatan

pengembangan instrumen penialian pada penelitian ini mengadopsi model Dick

and Carey (2002) yang telah disesuaikan sendiri dengan keperluan dalam

pengembangan. Pertimbangan menggunakan model Dick and Carey karena

model ini telah direkomendasikan agar perancang (tutor, guru) mampu

melaksanakan tugasnya sebagai perancang, pelaksana, dan penilai kegiatan

pembelajaran.

Langkah-langkah model Dick and Carey (2002) adalah: (1) menganalisis

kebutuhan untuk menganalisis tujuan, (2) melakukan analisis pembelajaran, (3)

menganalisi karakteristik pebelajar dan konteks, (4) merumuskan tujuan khusus

pembelajaran, (5) mengembangkan instrumen penilaian, (6) mengembangkan

strategi pembelajaran, (7) mengembangkan isi program pembelajaran, (8)

merancang dan melaksanakan evaluasi formatif, (9) revisi paket pembelajaran,

dan (10) merancang dan melaksanakan evaluasi sumatif.

32

Langkah-langkah kegiatan penelitian dan pengembangan yang digunakan

disesuaikan dengan kebutuhan peneliti, yaitu (1) menganalisis kebutuhan untuk

menganalisis tujuan, (2) melakukan analisis tujuan pembelajaran, (3) menganalisis

karakteristik pebelajar dan konteks, (4) merumuskan tujuan khusus pembelajaran,

(5) mengembangkan instrumen penilaian, (6) merancang dan melaksanakan

evaluasi formatif. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan dapat dilihat

pada gambar 1.

Gambar 1. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan diadopsidari Dick and Carey (2002).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest Postest Design.

Jadi pada penelitian ini menggunakan satu kelas yang dilihat nilai pretes dan

postes dari instrumen yang dikembangkan. Nilai ini digunakan untuk melihat

sensitivitas butir soal yang dikembangkan.

Menganalisiskebutuhanuntukmenganalisistujuan

Melakukananalisispem-belajaran

Menganalisiskarakteristikpebelajar dankonteks

Merumus-kan tujuan

Mengem-bangkaninstrumenpenilaian

Merancang danmelaksanakanevaluasiformatif

Revisiinstrumenpenilaian

33

B. Subjek Uji Coba Penelitian Pengembangan

Subjek uji coba produk penelitian pengembangan terdiri atas ahli instrumen

penilaian metakognisi dan uji kelompok. Uji ahli instrumen penilaian

metakognisi melibatkan 3 orang ahli dalam bidang instrumen penilaian

metakognisi yaitu Dosen FKIP Unila. Selanjutnya untuk uji kelompok dikenakan

pada siswa kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

C. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian diadopsi dari Dick and Carey

(2002). Alur kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan adalah (1)

menilai kebutuhan untuk menganalisis tujuan, (2) melakukan analisis

pembelajaran, (3) menganalisis karakteristik pebelajar dan konteks, (4)

merumuskan tujuan khusus pembelajaran, (5) mengembangkan instrumen

penilaian, (6) merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Alur penelitian

dan pengembangan produk dapat dilihat pada Gambar 2.

1. Menganalisis Kebutuhan untuk Menganalisis Tujuan

Pada tahap ini, berisi kegiatan analisis kebutuhan dan studi literatur untuk

menentukan kebutuhan apa yang dikembangkan beserta spesifikasinya. Analisis

kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukannya

instrumen penilaian metakognisi siswa. Analisis kebutuhan dilakukan dengan

menggunakan angket analisis kebutuhan. Hasil analisis kebutuhan juga dijadikan

sebagai landasan dalam penyusunan latar belakang masalah penelitian

pengembangan ini.

34

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran

dan mengidentifikasi kompetensi dasar (KD) dalam mata pelajaran IPA Kelas IX

semester satu. Berdasarkan hasil analisis KD ini ditetapkan tujuan pembelajaran.

Studi literatur dilakukan untuk mencari informasi tentang konsep-konsep yang

berhubungan dengan produk yang dikembangkan hasil-hasil penelitian yang

berkaitan dengan produk yang dikembangkan.

2. Melakukan Analisis Pembelajaran

Kegiatan analisis ini dimulai dari mengidentifikasi subketerampilan serta

merumuskan tingkah laku untuk setiap subketerampilan. Hasil analisis ini

mencakup analisis isi, konsep, dan prosedural. Analisis isi mengacu pada analisis

KI, KD, Indikator pada materi listrik dinamis, tujuan pembelajaran dan

pengalaman belajar. Analisis konsep ini dimaksudkan untuk menganalisis

konsep-konsep yang dapat dikembangkan pada materi listrik dinamis. Analisis

prosedural ini dimaksudkan menganalisis tugas dengan cara mengidentifikasi

tahap-tahap penyelesaiannya. Sesuai dengan materi listrik dinamis, analisis

prosedural dikembangkan setelah dilakukan analisis instruksional. Analisis

instruksional dilaksanakan setelah melakukan eksplorasi lingkungan belajar para

siswa.

3. Menganalisis Karakteristik Pebelajar dan Konteks

Kegiatan menganalisis karakteristik dan kondisi siswa bertujuan untuk

mengetahui latar belakang dan perkembangan kognitif siswa, yang meliputi:

35

kemampuan akademik, keterampilan, tingkat usia, kemampuan bekerjasama,

pengalaman siswa baik secara individu maupun kelompok.

4. Merumuskan Tujuan Khusus Pembelajaran

Kegiatan ini didahului oleh analisis instruksional. Berdasarkan hasil analisis

instruksional dikembangkan tujuan, pengalaman belajar, dan indikator. Setiap

rumusan tujuan pembelajaran memiliki 3 komponen yakni kondisi, target, dan

kriteria. Rumusan tujuan ini memberikan tuntunan tentang apa yang akan

dikerjakan oleh si pebelajar setelah selesai mengikuti suatu unit pembelajaran

tertentu (Dick and Carey, 2002). Hasil yang diperoleh adalah seperangkat

rumusan tujuan pembelajaran yang lengkap untuk setiap satu satuan

pembelajaran. Rumusan-rumusan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan

materi listrik dinamis dibuat dalam beberapa pertemuan, setiap pertemuan

mencakup kemampuan kognitif, proses, dan sikap.

5. Mengembangkan Instrumen Penilaian

Pada tahap ini berisi kegiatan untuk membuat produk yang telah ditetapkan

berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari studi pendahuluan. Instrumen

untuk mengukur pengetahuan metakognitif siswa merupakan instrumen tes

berbasis content materi listrik dinamis berbentuk tes objektif dan uraian.

Instrumen disusun berdasarkan indikator pengetahuan metakognitif dan literasi

sains, di dalamnya memuat kisi-kisi soal, kartu soal, uraian tugas, panduan

penggunaan, rubrik penilaian, panduan penilaian, dan lembar butir soal penilaian

pengetahuan metakognisi berbasis literasi sains.

36

Kegiatan pengembangan instrumen penilaian dilakukan dengan membuat butir-

butir tes. Kegiatan ini diawali dengan menentukan bagaimana soal-soal tes dapat

dipergunakan untuk mengukur pengetahuan metakognisi yang sesuai dengan

kriteria yang ditentukan dalam tujuan pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah

membuat kisi-kisi tes, merumuskan soal-soal tes yang paralel dengan setiap tujuan

pembelajaran, dan mempertimbangkan hubungan langsung dengan tingkah laku

dan kondisi yang tercantum dalam tujuan pembelajaran .

Hasil akhir dari kegiatan ini berupa instrumen perangkat tes yang meliputi

instrumen tes obyektif dan uraian untuk mengukur pengetahuan metakognisi

berbasis literasi sains (produk) sebanyak 30 butir soal (Lampiran 34). Produk ini

diberi nama Draf I. Instrumen tes tersebut sebelum digunakan terlebih dahulu

dilakukan validasi ahli, yaitu tiga orang Dosen FKIP Unila. Setelah mengalami

validasi ahli, maka Draf I mendapat saran-saran perbaikan, dan hasil perbaikannya

kemudian disebut Draf II.

6. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif

Pada tahap ini dilakukan penggunaan produk di lapangan. Uji lapangan untuk

mengetahui validitas empirik produk (Draf II). Sampel yang digunakan 32 siswa

kelas IX di SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang dipilih secara purposive

sampling. Prosedur pelaksanaan pada tahap uji coba sebagai berikut:

a. Memberikan Daraf II kepada 32 siswa.

b. Kegiatan selanjutnya adalah menilai apakah produk yang telah dibuat sesuai

dengan spesifikasi atau belum. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

37

Melakukan uji validitas, reliabiliats, tingkat kesukaran dan daya pembeda

butir soal.

c. Melakukan perbaikan berdasarkan hasil temuan dan diperoleh buitir soal yang

valid dan reliabel sebanyak 16 butir soal (Lampiran 35). Hasil dari perbaikan

instrumen diberi nama Draf III yang merupakan produk akhir penelitian

pengembangan ini.

d. Melakukan uji lapangan. Draf III diujikan dilapangan, sampel yang digunakan

sebanyak 32 siswa. Prosedur kegiatannya sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan pretes sebelum pemebelajaran materi listrik dinamis.

Siswa mengerjakan 16 butir soal penilaian kemampuan metakognisi

berbasis literasi sains.

2) Setelah pembelajaran pada materi listrik dinamis selesai, siswa

mengerjakan soal instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis

literasi sains (postes).

3) Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda

butir soal, sensitivitas, dan tingkat keterbacaan instrumen.

38

Keterangan: = Aktivitas

= Hasil (berupa produk model dan perangkatnya)

= Pilihan terhadap hasil analisis= Arah proses/ aktivitas berikutnya

----- = Arah siklus kegiatan/ aktivitas

Gambar 2. Alur aktivitas penelitian dan pengembangan adaptasi dariSunyono & Yulianti (2014).

Menganalisiskebutuhan untukmenganalisistujuan

Melakukan analisispembelajaran

Menganalisiskarakteristik pebelajardan konteks

Merumuskantujuan

Draft I

ValidasiAhli

Valid ? Revisi

Draft Ii

Draft IIMerancang danmelaksanakanevaluasi formatif

Valid?Butir soaldibuang

Draf III: Instrumen penilaiankemampuan metakognisi berbasis

literasi sains

Tidak

Ya

Mengembangkaninstrumenpenilaian

Tidak

Ya

39

D. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung dan subyek

penelitian yang digunakan adalah siswa kelas IX di SMP Negeri 20 Bandar

Lampung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui observasi dan tes.

Observasi digunakan untuk menganalisis kebutuhan produk, karakteristik

pendidik dan peserta didik, analisis pembelajaran, dan analisis kebutuhan topik

dengan menggunakan angket. Tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil

penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains siswa. Instrumen angket

uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data tentang kelayakan

produk berdasarkan sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai

instrumen penilaian pengetahuan metakognisi berbasis litersi sains.

Data uji lapangan diperoleh dari 32 siswa kelas IX (satu kelas) yang dipilih secara

purposive sampling. Sampel dipilih secara purposive sampling karena di kelas IX

ada siswa yang berkebutuhan khusus. Data ini digunakan untuk uji validitas

empiris, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, sensitivitas, dan

keterbacaan. Data pretes dan postes yang diperoleh dari tes pengetahuan

metakognisi berbasis literasi sains digunakan untuk menguji sensitivitas

instrumen.

40

F. Teknik Analisis Data

1. Uji Validitas Internal (Uji Ahli)

Uji validitas internal ada dua yaitu uji validitas konstruk dan uji validitas isi.

Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Untuk

menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment

experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruk tentang aspek-aspek yang

diukur dengan berlandaskan teori-teori tertentu yang relevan, maka selanjutnya

dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen

yang telah disusun.

Data kesesuaian instrumen penilaian diperoleh dari ahli instrumen penilaian

metakognisi melalui uji/validasi ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk

mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan. Instrumen penilaian uji

ahli ini, memiliki 3 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “Setuju” ,

“Setuju dengan revisi, dan “Tidak setuju”. Revisi dilakukan pada konten

pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “ Setuju dengan revisi” dan “Tidak

setuju”, atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap Draf yang sudah

dibuat.

Data hasil validitas teoritis dihitung dengan menggunakan rumus:

% = JiN X 100%Keterangan:%Ji = persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek ke-i.∑J = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek ke-i

41

yang diberikan validator.N = skor maksimum (skor ideal).

Menafsirkan data rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek validasi

menggunakan Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Ketercapaian Validitas

No Persentase (%) Kriteria1 85-100 Sangat valid (SV)2 69-84 Valid (V)3 55-68 Cukup Valid (CV)4 37-54 Kurang Valid (KV)5 21-36 Tidak Valid (TV)

Menurut Sugiyono (2015), instrumen tes dikatakan layak digunakan sebagai

instrumen penelitian apabila persentase capaian hasil validasi mencapai ≥ 75.

Uji validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan

materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara teknis pengujian validitas isi dapat

dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Pada kisi-kisi instrumen

terdapat variable yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item)

pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Kisi-kisi

instrumen ini memudahkan dalam melakukan pengujian validitas isi.

2. Uji Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari

kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta yang ada di

lapangan (Sugiyono, 2015). Uji validitas eksternal bertujuan untuk menentukan

tingkat kehandalan soal adalah validitas bandingan (concurrent validity). Dalam

42

menentukan tingkat validitas butir soal digunakan korelasi Product Moment

Pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang didapat siswa pada suatu butir

soal dengan skor total yang didapat. Rumus yang digunakan:

r = N∑XY − (∑X)(∑Y)(N∑X − (∑X) . (N∑Y ) − (∑Y)Keterangan:r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel YN = banyak peserta tesX = nilai variabel XY = nilai variabel Y

Intepretasi terhadap nilai koefisien korelasi rxy menggunakan Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria Koefisien Korelasi

No Nilai koefisien korelasi Kriteria1 0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi2 0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi3 0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup4 0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah5 rxy ≤ 0,20 Sangat rendah

(Ruseffendi (dalam Jihad & Haris, 2013).

Menurut Sugiyono (2015) bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya di

atas 0,3 maka instrumen tersebut memiliki validitas konstruk yang baik.

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau

kekonsistenan suatu soal tes (Jihad & Haris, 2013). Untuk mengukur tingkat

keajegan ini digunakan perhitungan Alpha Cronbach. Rumus yang digunakan

dinyatakan dengan:

43

r = nn−1 1− Si2St2Keterangan :r = koefisien reliabilitas instrumenn = banyaknya butir soal.S = jumlah varians skor tiap butir soal.S = varians skor total.

Intepretasi nilai r reliabilitas instrumen, mengacu pada pendapat Guiford (Jihad

& Haris, 2013) pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria Koefisien Reliabilitas

No Nilai koefisien reliabilitas Kriteria1 0,90 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi2 0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi3 0,40 < r ≤ 0,70 Sedang4 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah5 r ≤ 0,20 Sangat rendah

Menurut Sugiyono (2015) suatu instrumen dikatakan reliabel bila koefisien

reliabilitas minimum 0,6.

Daya pembeda butir soal ditentukan dengan persamaanberikut:=Keterangan:SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolahSB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah.IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah.

Intepretasi nilai DP mengacu pada pendapat Arikunto (2016):

DP : 0,71 - 1,00 : sangat baik

DP : 0,41 – 0,70 : baik

44

DP : 0,21 – 0,40 : cukup baik

DP : 0,00 – 2,00 : jelek

Tingkat kesukaran (TK) masing-masing butir soal dihitung dengan persamaan:

=Keterangan:TK = tingkat kesukaranSA = jumlah skor kelompok atasSB = jumlah skor kelompok bawahn = jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawahmaks = skor maksimal soal yang bersangkutan

Kriteria interpretasi tingkat kesukaran butir soal digunakan pendapat Sudjana

(dalam Jihad & Haris, 2013):

0,00 - 0,30 : Sukar

0,31- 0,70 : Sedang

0,71 - 1,00 : Mudah

4. Uji Sensitivitas

Uji sensitivitas instrumen adalah untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal

mampu mengukur efek pembelajaran (Trianto, 2009). Sensitivitas butir soal

dihitung dengan rumus menurut Gronlund (dalam Trianto, 2009) sebagai berikut:

S=Keterangan:S = Indeks sensitivitasRa = Jumlah skor siswa yang menjawab benar pada tes akhir.Rb = Jumlah skor siswa yang menjawab benar pada tes awal.T = Jumlah skor maksimal siswa yang mengkuti tes.

45

Menurut Aiken (dalam Trianto, 2009) butir soal dikatakan baik apabila

sensitivitas berada antara 0 dan 1, kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa

butir soal peka terhadap pembelajaran jika S ≥ 0,30.

5. Uji Keterbacaan

Keterbacaan adalah kemudahan untuk membaca dan memahami suatu suatu teks

atau naskah yang ada di instrumen penilaian pengetahuan metakognisi.

Secara kuantitatif keterbacaan diukur melalui uji keterbacaan seperti SMOG

(Simplified Measur Of Gobbledygook). Formula SMOG hanya memperhitungkan

variabel kesulitan kata sebagai faktor penentu keterbacaan walaupun dalam

langkah kerjanya memperhitungkan kalimat-kalimat. Menurut formula ini

panjang kata secara langsung memengaruhi perbedaan kesulitan semantik yang

melekat pada teks itu. Mengukur panjang kata dan panjang kalimat itu perlu

tetapi variabel panjang kalimat tidak dimasukkannya secara langsung dalam

formulanya sebagai berikut (Yasa dkk., 2013).

Tingkat keterbacaan dapat dihitung dengan persamaan:SMOGgr = 3 + √DWKeterangan :SMOGgr = tingkat keterbacaan.

DW = jumlah kata-kata sulit (terdiri dari tiga suku kata atau lebih).

91

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pegembangan telah dihasilkan instrumen

penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains yang dapat digunakan

untuk mengukur kemampuan metakognisi. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains

mempunyai tingkat validitas teoritis sangat valid (95,44%) dan validitas

empiris pada kategori tinggi sebesar 43,75% butir soal, kategori cukup tinggi

sebesar 43,75% butir soal, dan kategori rendah sebesar 12,50% butir soal.

2. Instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains

mempunyai tingkat reliabilitas tinggi, dengan koefisien Alpha Cronbach 0,83.

3. Instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains

mempunyai sensitivitas kategori baik (18,75%) dan kategori cukup baik

(81,25%).

4. Tingkat keterbacaan instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis

literasi sains kategori mudah, dengan indeks tingkat keterbacaan 7,79.

92

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan hal-hal berikut:

1. Instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains pada

materi listrik dinamis dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran.

2. Instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains yang

dikembangkan hanya untuk mengukur kemampuan metakognisi pada materi

listrik dinamis, sehingga guru/peneliti lain untuk mengembangkan instrumen

penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi sains pada materi

pelajaran lain.

3. Pemanfaatan instrumen penilaian kemampuan metakognisi berbasis literasi

sains yang dikembangkan sebaiknya diterapkan sesuai dengan kurikulum yang

berlaku.

93

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka Landasan untukPembelajaran, Pengajaran, Asesmen. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Aprilia, F. & Sugiarto, B. 2013 Keterampilan Metakognitif Siswa melaluiPenerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi HidrolisGaram. Unesa Journal of Chemical Education. 2(3), 36-41.

Ardiansyah, A. A. I., Irwandi, D., & Murniati, D. 2016. Analisis Literasi SainsSiswa Kelas XI IPA pada Materi Hukum Dasar Kimia di Jakarta Selatan.Educhemia (Jurnal Kimia Dan Pendidikan), 1(2), 149-161.

Arikunto, S. 2016. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arlianovita, D., Rachmadiarti, F., & Setiawan, B. 2016. Pembelajaran ProblemBased Instruction pada Tema Biopestisida Terhadap Kemampuan LiterasiSains Siswa SMP. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 4(03), 1-7.

Azizah, U., Soyono, & Suyatno. 2015. Desain dan Validasi Instrumen untukMengukur Keterampilan Metakognitif Mahasiswa dalam Materi Larutan.Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8. JurusanKimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015.

Balcikanli, C. 2011. Metacognitive awareness inventory for teachers(MAIT). Electronic Journal of Research in Educational Psychology, 9(3),1309-1332.

Diana, S., Rachmatulloh, A., & Rahmawati, E. S. 2016. High SchoolStudents’ Scientific Literacy Profile Based on Scientific LiteracyAssessments (SLA) Instruments. In Prosiding Seminar Biologi, 12(1), 285-291.

Dick, W. & Carey, L. 2002. The Systematic of Decision of Intruction. ThirdEdition. America Harper Collins Publiser. New York.

Dimyati & Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

94

Distrik, I W. 2016. Model Pembelajaran “REAL” untuk MeningkatkanKemampuan Metakognisi, Pemahaman Konsep, dan KemampuanPemecahan Masalah Listrik dan Magnet pada Mahasiswa Calon GuruFisika. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Uniersitas Negeri Surabaya.Surabaya.

Eriawati. 2013. Aplikasi Keterampilan Metakognitif dalam PembelajaranEkosistem Di MAN Rukoh. Jurnal Biotik, 1(1),1-66

Flavell, J. H. 1979. Metacognition and cognitive monitoring: A new area ofcognitive-developmental inquiry. American Psychologist, 34(10), 906–911.

Gassner, L. 2009. Developing metacognitive awareness-a modified model of aPBL-tutorial. Thesis. Malmo University.

Haryani, S. 2015. Pengembagan Model Pratikum Kimia Analitik InstrumenBerbasis Masalah untuk Meningkatkan Metakognisi Mahasiswa CalonGuru. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Universitas Pendidikan Indonesia.Bandung.

Imaningtyas, C. D., Karyanto, P., Nurmiyati, N., & Asriani, L. 2016. PenerapanE-Module Berbasis Problem Based Learning untuk Meningkatkan LiterasiSains dan Mengurangi Miskonsepsi pada Materi Ekologi Siswa Kelas XMIA 6 SMAN 1 Karanganom Tahun Pelajaran 2014/2015.Jurnal BIOEDUKASI, 9(1), 4-10.

In'am, A. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Lesson StudyBerbasis Metakognisi. Jurnal–Salam. 12(1), 125-135.

Jihad, A. & Haris, A. 2013. Eveluasi Pembelajaran. Multi Presindo.Yogyakarta.

Kemendikbud. 2016. Permendikbud No 22 Tentang Standar Proses PendidikanDasar dan Menegah. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia. Jakarta.

Kemendikbud. 2017. Permendikbud No 3 Tentang Penilaian Hasil Belajar olehPendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Menengah.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta.

Khairil. 2013. Pengaruh Model Perkuliahan Genetika Di Jurusan BiologiFMIPA UM Terhadap Kemampuan Metakognisi Mahasiswa. Jurnal BiologiEdukasi, 1(2), 54-60.

Kurnia, F., Zulherman, & Fathurohman, A. 2014. Analisis Bahan AjarFisika SMA Kelas Xi Di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan KategoriLiterasi Sains. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 1(1), 43-47.

95

Maryuningsih, Y. 2013. Penerapan Problem Base Learningdalam Pembelajaransebagai Upaya Membangun Kemandirian Belajar untuk MeningkatkanKeterampilan Kerja Ilmiah dan Literasi Sains pada Mahasiswa. JurnalScientiaeducatia, 2(1), 1-19.

Mawardini, A. 2015. Profil Literasi Sains Siswa SMP pada PembelajaranIPA Terpadu Tema Pencemaran Lingkungan. Tesis. Tidak dipublikasikan.Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Muhali. 2013. Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa dalam PembelajaranKimia SMA. Jurnal Kependidikan Kimia “Hydrogen”, 1(1), 1-7.

Noviyanti, L., Indriyanti, D. R., & Ngabekti, S. 2015. Pengembangan InstrumenSelf dan Peer Assessment Berbasis Literasi Sains di Tingkat SMA.Lembaran Ilmu Kependidikan, 43(1), 32-39.

Nurmahanani, I. 2015. Penerapan Strategi Metakognisi dan berpikir Kritis dalamMenulis Argumentasi pada Mahasiswa PGSD UPI Kampus Purwakarta.Jurnal Metodik Didaktik, 10(1), 57-68.

Odja, A. H., & Payu, C. S .2014. Analisis kemampuan awal literasi sains siswapada konsep IPA. In Prosiding Seminar Nasional Kimia. ISBN:978-602-0951-00-3, 20 September, 40-47.

OECD. 2014. PISA 2012 Results in Focus: What 15-year-olds know and whatthey can do with what they know. [Online]. Tersedia:http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf.

OECD. 2016. PISA 2015 Results in Focus. [Online]. Tersedia:http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2015-results-overview.pdf.

Rahman, S., & Philips, J. A. 2006. Hubungan Antara Kesedaran Metakognisi,Motivasi dan Pencapaian Akademik Pelajar Universiti. Jurnal Pendidikan,31(2), 21-39.

Riduwan. 2011. Dasar-dasar Statistik. Alfabeta. Bandung.

Romli, M. 2012. Strategi Membangun Metakognisi Siswa SMA dalamPemecahan Masalah Matematika. Jurnal AKSIOMA, 1(2), 1-17.

Rompayom, P., Tambunchong, C., Wongyounoi, S., & Dechsri, P. 2010. TheDevelopment of Metacognitive Inventory to Measure Students’Metacognitive Knowledge Related to Chemical BondingConceptions. International Association for Educational Assessment (IAEA)-Bangkok.

Schraw, G., & Dennison, R. S. 1994. Assessing metacognitiveAwareness. Contemporary educational psychology, 19(4), 460-475.

96

Soobard, R & Rannikmae, M. 2011. Assessing student’s level of scientificliteracy using interdisciplinary scenarios. Science Education International.22(2), 133-144.

Sophianingtyas, F., & Sugiarto, B. 2013. Identifikasi Level Metakognitif Siswadalam Memecahkan Masalah Materi Perhitungan Kimia. UNESA Journalof Chemical Education, 2(1), 21-27.

Sperling, R. A., Howard, B. C., Miller, L. A., & Murphy, C. 2002. Measures ofchildren's knowledge and regulation of cognition. Contemporaryeducational psychology, 27(1), 51-79.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian & Pengembangan. Alfabeta. Bandung.

Sunyono & Yulianti, D. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran KimiaSMA Berbasis Multipel Representasi dalam Menumbuhkan Model Mentaldan Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X. LaporanPenelitian Hibah Bersaing Tahun I. Lembaga Penelitian UniversitasLampung.

Syamsiah, S., Puspitawati, R. P., & Widodo, W. 2016. Kualitas InstrumenPenilaian Literasi Sains Siswa Kelas VII pada Materi Interaksi AntarMakhluk Hidup. Jurnal Pendidikan, 4(03), 1-5.

Tawil, M. & Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalamPembelajaran IPA. Badan Penerbit UNM. Makasar.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. KencanaPrenada Media Group. Jakarta.

Ureña, S. 2008. Design and Validation of A Multimethod Assessment ofMetacognition and Study of the Effectiveness of MetacognitiveIntervention. Dissertation. Clemson University. Clemson AmerikaSerikat.

Urena, S., Cooper, M.M., & Stevens, Ron. H. 2011. Enhancement ofMetacognition Use and Awareness by Means of a CollaborativeIntervention. International Journal of Science Education, 33(3), 323-340.

Wulan, A. R. 2015. Pengembangan Kreativitas pada Pemebelajaran Sainsmelalui Asesmen Autentik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA.ISBN: 978-979-3262-11-6, 12 September, 13-30.

Yasa, K. N., Made, S., & Nengah, M. 2013. Kecermatan Formula Flesch, FOGIndex, Grafik Fry, SMOG, dan BI sebagai Penentu Keefektifan TeksBerbahasa Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa, 2(1), 1-12.

97

Yildirim, S., & Ersozlu Z. N. 2013. The relationship between students’metacognitive awareness and their solutions to similar types ofmathematical problems. Eurasia Journal of Mathematics, Science &Technology Education,9(4), 411-415.

Young, A., & Fry, J. 2008. Metacognitive awareness and academic achievementin college students. Journal of the Scholarship of Teaching andLearning, 8(2), 1-10.


Recommended