i
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS POE DALAMPEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI PEMANTULAN DAN
PEMBIASAN CAHAYA
(Tesis)
Oleh
NURUL ULIL AMRI
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
2019
iii
ABTRACT
DEVELOPMENT OF STUDENT WORK SHEETS BASED ON POEPHYSICAL LEARNING IN LIGHTING AND LIGHTING MATERIALS
By
Nurul Ulil Amri
The aims of this research is to develop worksheets based on Predict Observe
Explain (POE) reflecting and refraction material. The population of this study
were students of class XI MIPA 2 even semester SMAN 1 Abung Semuli. The
study was conducted to determine the attractiveness, ease, usefulness and
effectiveness of LKS products at SMAN 1 Abung Semuli. The research refers to
the research and development (R & D) research and development adopted from
the Borg N Gall model. The subjects of this study were 35 students of SMAN 1
Abung Semuli, North Lampung grade XI. The results of this development study
are (1) produced POE-based worksheets in physics learning in the reflection and
refraction material of class XI high school students worthy of being used as
learning media through development procedures developed by Sugiyono, (2)
POE-based worksheets on light reflection and refraction material for high school
class XI is very easy, very interesting, and very useful, (3) the effectiveness of
worksheets in terms of student learning results that the average score of the
experimental group is better than the control group, (4) students' response to the
use of POE-based worksheets was obtained by an average score of 93% with a
very positive category.
iv
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS POE DALAMPEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI PEMANTULAN DAN
PEMBIASAN CAHAYA
Oleh
Nurul Ulil Amri
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengembangkan LKS berbasis
Predict Observe Explain (POE) materi pemantulan dan pembiasan cahaya.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 2 semester genap SMAN 1
Abung Semuli. Penelitian dilakukan untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan,
kemanfaatan, dan keefektifan produk LKS di SMAN 1 Abung Semuli. Penelitian
mengacu pada desain penelitian dan pengembangan Research and Development
(R&D) yang diadopsi dari model Borg N Gall. Subjek penelitian ini adalah 35
siswa kelas XI SMAN 1 Abung Semuli Lampung Utara. Hasil penelitian
pengembangan ini adalah (1) validitas LKS Fisika yang dikembangkan memenuhi
kriteria valid menurut uji ahli ditinjau dari aspek desain dengan kriteria valid
ditinjau dari aspek materi dengan kriteria valid, (2) kepraktisan LKS Fisika yang
dikembangkan memenuhi kriteria baik ditinjau dari angket respon siswa pada
aspek kemudahan, aspek kemenarikan dan aspek kemanfaatan, yang kesemuanya
masuk kategori baik, (3) efektivitas LKS ditinjau dari hasil belajar siswa pada N
Gain nilai pretes dan postes kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
nilai pretes dan postes kelas kontrol, (4) respon siswa terhadap pemanfaatan LKS
berbasis POE diperoleh rata-rata skor 93% dengan kategori sangat positif.
ii
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS POE DALAMPEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI PEMANTULAN DAN
PEMBIASAN CAHAYA
Oleh
NURUL ULIL AMRI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarMAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan FisikaFakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
2019
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi Kecamatan Abung Semuli Kabupaten Lampung
Utara pada tanggal 16 Juli 1993, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari
pasangan Bapak Bambang Supriyanto dan Ibu Wiwik Suminarti. Pendidikan
penulis dari TK Almuhajirin dan selesai pada tahun 1999. Kemudian penulis
masuk SD Negeri 1 Abung Semuli dan selesai pada tahun 2005. Setelah masuk
SD penulis melanjutkan sekolah lagi di SMP Negeri 1 Abung Semuli dan lulus
tahun 2008. Selanjutnya penulis meneruskan sekolah menengah atas di SMA
Negeri 1 Abung Semuli dan selesai pada tahun 2011. Setelah itu penulis
meneruskan kuliah S1 di Universitas Muhammadiyah Metro Program Studi
Pendidikan Fisika dan selesai pada 2015.
Selanjutnya penulis mengikuti program Pasca Sarjana Universitas Lampung pada
tahun 2015, pada Program Studi Magister Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
ix
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT, yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya
kepada hamba-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya kecil ini
kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bambang Supriyanto dan Wiwik
Suminarti,
2. Sumiku tercinta Ganang Septian Nanda
3. Adik tercinta, Aulia Istiqomah
4. Almamater tercinta, Universitas Lampung.
x
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari kekurangan
dalam penelitian ini, namun berkat usaha penulis, skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing I atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis selama menyelesaikan Tesis.
2. Bapak Prof. Dr. Posman Manurung, M.Si., selaku Pembimbing II, atas
kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan, motivasi kepada
penulis selama menyelesaikan Tesis.
3. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Pembahas dan Ketua
Program Studi Pendidikan Fisika, yang banyak memberikan masukan dan
kritik yang bersifat positif dan membangun.
4. Bapak dan Ibu Dosen Magister Pendidikan Fisika Universitas Lampung
yang telah membimbing Penulis dalam pembelajaran di Universitas
Lampung.
5. Bapak Drs. Muhamad Suharyadi, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1
Abung Semuli Lampung Utara yang telah memberikan izin penelitian.
xi
6. Ibu Rina, S.Pd., selaku Guru Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Abung
Semuli Lampung Utara atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian
berlangsung.
7. Sahabat terhebatku Imas Setiana Esti Galih, Luthfi Riadina dan Asih
Sulistia Ningrum atas dukungan, momen-momen bahagia, semangat, kasih
sayang dan doa.
8. Rekan-rekan seperjuangan angkatan tahun 2015: Kak Iwan, Mba Tuti,
Mba Mela, Kak Saiful, Kak Bayu, Kak Ferico, Mba Erlida, Novinta di
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika FKIP Unila yang
senantiasa memberikan motivasi dan saling berbagi cerita baik canda-tawa
maupun susah-senang, semoga kenangan kita tercatat sebagai amal ibadah
di sisi Allah SWT.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Penulis sangat berharap
tesis ini bisa bermanfaat dan berguna bagi kita semua terkhusus bagi pembaca.
Bandar Lampung, 13 Februari 2019
Penulis
Nurul Ulil Amri
xii
MOTTO
Tidak ada jalan keluar yang dipakai untuk menghindari diri dari sesuatu,
kecuali berfikir.
(Thomas Alva Edison)
Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan
kegigihan.
(Samuel Jhonson)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ............................................................................................................ iABSTRAK ....................................................................................................... iiCOVER DALAM ............................................................................................ iiiSURAT PERNYATAAN................................................................................. ivMENYETUJUI ................................................................................................ vMENGESAHKAN........................................................................................... viRIWAYAT HIDUP.......................................................................................... viiMOTTO ........................................................................................................... viiiPERSEMBAHAN............................................................................................ ixSANWACANA................................................................................................ xDAFTAR ISI.................................................................................................... xiiDAFTAR TABEL............................................................................................ xiiiDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7E. Ruang Lingkup ..................................................................................... 8
II. KAJIAN PUSTAKAA. Belajar dan Pembelajaran Fisika .......................................................... 9B. Metode Penelitian dan Pengembangan................................................. 11C. Media Pembelajaran ............................................................................. 14D. Lembar Kerja Siswa (LKS).................................................................. 17E. Model Pembelajaran POE .................................................................... 22F. Pembelajaran Berbasis POE................................................................. 23G. Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya ......................................... 29H. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 32I. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 35
III. METODE PENELITIANA. Model Pengembangan .......................................................................... 36B. Subjek Penelitian.................................................................................. 36C. Prosedur Penelitian............................................................................... 37D. Uji Coba Produk................................................................................... 43
xiv
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 45F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 47
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ................................................................................... 55
1. Hasil Pengembangan Produk .......................................................... 552. Hasil Pengembangan LKS............................................................... 643. Hasil Kemudahan, Kemenarikan, dan Kebermanfaatan LKS ......... 714. Hasil Analisis Efektivitas LKS ....................................................... 715. Hasil Analisis Respon Siswa Terhadap LKS POE.......................... 73
B. Pembahasan ......................................................................................... 741. Validitas LKS ................................................................................. 752. Kemudahan, Kemenarikan, dan Kebermanfaatan LKS .................. 773. Efektivitas LKS .............................................................................. 784. Respon Siswa Terhadap LKS POE ................................................ 81
V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan........................................................................................... 82B. Saran..................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Daftar Instrumen..................................................................................... 453.2 Kriteria Tingkat Kevalidan Dan Revisi Produk............................................ 483.3 Skor Penilaian Terhadap Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan
Kemanfaatan Produk .............................................................................. 483.4 Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya ........................ 493.5 Respon atau Tanggapan Siswa tentang Penerapan LKS ........................ 504.1 Hasil Validasi Oleh Ahli Materi ............................................................. 614.2 Saran dan Hasil Revisi............................................................................ 624.3 Hasil Uji Coba Kemenarikan, Kemudahan dan Kebermanfaatan .......... 634.4 Penyusunan Isi LKS ............................................................................... 684.5 Hasil Pretes dan Post tes Kelas XI MIPA2 ............................................ 724.6 Hasil Respon Siswa Terhadap LKS POE ............................................... 74
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 343.1 Langkah-langkah Metode Research and Development........................ 373.2 Desain Pengembangan Produk............................................................. 383.3 Desain Produk ...................................................................................... 403.4 Metode Eksperimen.............................................................................. 424.1 Pengembangan LKS Menggunakan Tahapan POE.............................. 70
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Instrumen Analisis Kebutuhan ................................................... 912. Angket Kebutuhan Guru ........................................................................... 923. Angket Kebutuhan Siswa ......................................................................... 944. Rekapitulasi Hasil Angket Kebutuhan Guru............................................. 965. Rekapitulasi Hasil Angket Kebutuhan Siswa ........................................... 996. Angket Uji Ahli Materi ............................................................................. 1027. Rekapitulasi Hasil Angket Uji Ahli Materi............................................... 1058. Silabus Pembelajaran ................................................................................ 1079. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .............................................. 12210. Instrumen Uji Kemudahan ........................................................................ 13511. Instrumen Uji Kemenarikan...................................................................... 13712. Instrumen Uji Kemanfaatan ...................................................................... 13913. Rekapitulasi Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan............... 14114. Daftar Responden ..................................................................................... 14215. Kisi-kisi Instrumen Tanggapan Siswa ...................................................... 14316. Instrumen Tanggapan Siswa ..................................................................... 14417. Nilai Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................................... 14618. Data Pretes dan Postes.............................................................................. 14719. Reliabilitas Soal ........................................................................................ 14820. Validitas Instrumen Tes ............................................................................ 15021. Rekapitulasi Respon Siswa ....................................................................... 15622. Foto Penelitian .......................................................................................... 15723. Produk LKS .............................................................................................. 160
.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka
menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan
masyarakat, berbangsa, serta berkonstribusi pada kesejahteraan hidup umat
manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang
diharapkan.
Pendidikan merupakan sarana yang digunakan untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Kemudian dalam pendidikan ada
beberapa standar yang harus dicapai oleh peserta didik untuk melihat
ketercapaian hasil belajar peserta didik, atau yang sering disebut dengan
standar kompetensi lulusan (SKL). Permendikbud nomor 54 tahun 2013
tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah untuk
dimensi pengetahuan disebutkan bahwa, diantaranya peserta didik memiliki
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
2
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab serta fenomena
kejadian.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antar beberapa komponen,
antara lain subyek belajar, obyek yang dipelajari, dan media pembelajaran.
Terjadinya interaksi tersebut maka siswa akan menjadi lebih jelas terhadap
materi yang dipelajari. Selain interaksi antar siswa dan obyek belajar, juga
dibutuhkan bahan ajar yang baik. Kehadiran bahan ajar mempunyai arti
penting dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya bahan ajar
memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan
sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi
secara utuh dan terpadu. Bahan ajar disusun dengan kebutuhan dan
karakteristik siswa serta harus disesuaikan dengan tuntutan materi.
Dalam pembelajaran fisika, perlu adanya serangkaian kegiatan ilmiah untuk
memudahkan siswa dalam memahami konsep fisika. Berdasarkan pendapat
beberapa ahli, fisika merupakan ilmu yang mempelajari dan mengamati
tingkah laku dan berbagai bentuk gejala untuk memahami apa yang
mengendalikan atau menentukan kelakuan tersebut. Berdasarkan hal tersebut,
maka mempelajari fisika tidak lepas dari pemahaman konsep-konsep fisika
melalui serangkaian kegiatan-kegiatan ilmiah atau eksperimen. Pemahaman
konsep memberikan pengertian bahwa materi yang diajarkan kepada siswa
bukan hanya sekedar hafalan. Jika siswa tidak memiliki pemahaman konsep
materi-materi dalam fisika, sehingga siswa tidak dapat memecahkan
permasalahan fisika dengan baik.
3
Dalam pelaksanaan kegiatan praktikum atau eksperimen tersebut dibutuhkan
penuntun untuk membantu siswa dalam menyelesaikan langkah-langkah
ilmiah. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai
penunjang dan dapat membantu guru ataupun siswa dalam proses
pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tepat yaitu
Lembar Kerja Siswa (LKS). Sejalan oleh penelitian Djamarah dan Zain
(2006) menyatakan bahwa kehadiran media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam kegiatan
tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Salah satu media perantara tersebut
adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Kemudian menurut Trianto (2011) LKS
merupakan panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan observasi,
eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudah proses penyelidikan
atau memecahkan suatu permasalahan.
Berdasarkan pendapat peneliti tersebut LKS merupakan serangkaian tugas
dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan siswa
dalam pokok kajian tertentu. Oleh karena itu, LKS sebaiknya memuat materi
yang terstruktur, ringkasan, dan tugas-tugas yang berkaitan dengan materi.
Manfaat penggunaan LKS yaitu dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran , dapat membantu guru dalam mengarahkan siswanya
untuk menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya. Selain itu juga, LKS
dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses,
mengembangkan sikap ilmiah, serta membangkitkan minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran. LKS yang digunakan melibatkan model
4
pembelajaran untuk membantu siswa pada saat proses pembelajaran, model
yang akan digunakan yaitu model pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE).
POE sering juga disebut dengan suatu model pembelajaran dimana guru
menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka
melaksanakan tiga tugas utama, yaitu memprediksi, mengamati, dan
menjelaskan. Indrawati dan Setiawan (2009: 45) berpendapat bahwa model
pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang dimulai dengan
penyajian masalah, siswa diajak untuk menduga atau membuat prediksi dari
suatu kemungkinan yang terjadi dengan pola yang sudah ada, kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pengamatan terhadap masalah tersebut untuk
dapat menemukan kebenaran atau fakta dari dugaan awal dalam bentuk
penjelasan. Akan tetapi kenyataan temuan Puspita dan Aminah 2014 di
lapangan khususnya pembelajaran fisika di sekolah umumnya guru menjadi
pusat pembelajaran (teacher centered) dan peserta didik hanya menjadi obyek
penerima saja. Demikian juga temuan Aprilia dan Mulyaningsih 2014 bahwa
proses pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru (teacher center) dan
apabila diberi tugas, siswa cenderung lebih sering bertanya dan kesulitan
mengerjakan tanpa bimbingan dari guru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran siswa belum terbiasa dengan belajar sendiri, guru masih
berperan aktif untuk membimbing siswa dalam kegiatan belajar khususnya
5
dalam pembelajaran fisika siswa masih sering bertanya dalam mengerjakan
soal, dan masih dibantu guru untuk memahami konsep fisika.
Model pembelajaran POE menekankan pada sikap-sikap ilmiah seperti
meramalkan atau memprediksi, kemudian mengujinya dengan observasi dan
memberikan penjelasan tentang kesesuaian antara prediksi dengan hasil
obeservasi. Apabila hasil prediksi tersebut sesuai dengan hasil observasi,
maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Jika dugaan siswa tidak tepat
maka siswa dapat mencari penjelasan tentang ketidaktepatan prediksinya.
Siswa akan mengalami perubahan konsep dari konsep yang tidak benar
menjadi benar. Oleh karena itu, siswa dapat belajar dari kesalahan dan
biasanya belajar dari kesalahan tidak akan mudah dilupakan. Penggunaan
model pembelajaran POE dapat menjadi strategi pengajaran yang efektif
untuk memfasilitasi pemahaman siswa terhadap suatu konsep.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Abung Semuli
melalui pengisian angket analisis kebutuhan, diperlukan informasi bahwa di
sekolah tersebut sudah menggunakan LKS dalam proses pembelajaran
ataupun praktikum. Pernyataan tersebut bersesuaian dengan pengisian angket
analisis kebutuhan siswa di kelas X MIPA 2 di mana 57,5% siswa
mengatakan sudah menggunakan LKS dalam praktikum, sebanyak 55% siswa
setuju jika isi, materi dan gambar yang ada di LKS yang digunakan terlihat
menarik. Selain itu, sebanyak 47,5% siswa mengatakan masih sangat
kesulitan dalam memahami LKS fisika dengan kalimat yang panjang dan sulit
dipahami dan sebanyak 55% siswa mengatakan sangat setuju jika LKS fisika
6
memudahkan siswa dalam memahami materi fisika yang dapat menuntun
praktikum dengan langkah-langkah ilmiah sehingga memudahkan siswa
dalam melakukan praktikum dn memahami konsep.
Hasil analisis tersebut, guru fisika di sekolah beranggapan bahwa sangat perlu
dikembangkan LKS yang dapat memfasilitasi kebutuhan siswa, yaitu LKS
yang dikembangkan dengan sintak-sintak POE, yaitu prediksi (predict),
mengamati (observe), dan menjelaskan (eksplain) yang memungkinkan dan
membantu siswa mengembangkan sikap-sikap ilmiah. Materi yang dipilih
adalah Pemantulan dan Pembiasan Cahaya di kelas XI semester genap
dikarenakan banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian tersebut, maka telah dilakukan penelitian pengembangan
dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis POE dalam Pembelajaran Fisika
pada Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian pengembangan ini adalah:
1. Bagaimana produk berupa LKS berbasis POE dalam pembelajaran
fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya?
2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS berbasis
POE dalam pembelajaran fisika materi pemantulan dan pembiasan
cahaya?
3. Bagaimana keefektivitasan penerapan LKS berbasis POE dalam
pembelajaran fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya?
7
4. Bagaimana tanggapan siswa tentang penerapan berbasis POE dalam
pembelajaran fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya?
C. Tujuan Penelitian
1. Menghasilkan produk berupa LKS berbasis POE dalam pembelajaran
fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya
2. Mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS
berbasis POE dalam pembelajaran fisika materi pemantulan dan
pembiasan cahaya
3. Mendeskripsikan keefektivitasan LKS berbasis POE dalam
pembelajaran fisika materi pemantulan dan pembiasan cahaya
4. Mendeskripsikan tanggapan siswa tentang penerapan LKS berbasis
POE dalam pembelajaran fisika materi pemantulan dan pembiasan
cahaya
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat:
1. Bagi peserta didik
a. Membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman belajar secara langsung
b. Dapat digunakan untuk mencapai penguasaan konsep pemantulan
dan pembiasan cahaya
c. Sebagai sumber pembelajaran ketika membahas materi pemantulan
dan pembiasan cahaya
8
2. Bagi guru
a. Membantu guru untuk meningkatkan keefektivitasan dalam
pembelajaran fisika pada materi pemantulan dan pembiasan cahaya
b. Sebagai sumber dan bahan ajar bagi guru dalam proses
pembelajaran fisika
c. Memberikan motivasi bagi guru untuk lebih kreatif dalam
mengembangkan media pembelajaran
3. Bagi sekolah
Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat dibaca dan dijadikan
sumber belajar oleh seluruh warga sekolah.
E. Ruang Lingkup
1. Pengembangan ini berorientasi menghasilkan pengembangan produk,
produk yang dihasilkan yaitu LKS sebagai media pembelajaran
2. Pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembuatan
LKS dalam pembelajaran fisika berbasis POE dengan langkah-langkah
prediksi (predict), mengamati (observe), dan menjelaskan (eksplain)
Karakter LKS meliputi (kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, dan
keefektifan)
3. Materi yang disajikan dalam LKS ini adalah materi fisika SMA/MA
kelas XI semester genap, yaitu pokok bahasan pemantulan dan
pembiasan cahaya yang tercantum pada silabus kurikulum 2013
4. Validasi uji ahli pengembangan instrumen dilakukan oleh pakar fisika
5. Uji coba produk dilakukan pada SMS Negeri 1 Abung Semuli
Lampung Utara sebagai satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran Fisika
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 dinyatakan
bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Upaya mewujudkan hal tersebut dibutuhkan peran serta dari semua pihak,
antara lain adalah lembaga pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
lembaga pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti
menyediakan media pembelajaran laboratorium perpustakaan dan para
penyelenggara pendidikan terutama tenaga pengajarnya. Disisi lain untuk
meningkatkan kualitas pendidikan diadakannya tes setiap akhir semester
untuk mengetahui prestasi siswa dalam menyerap materi pelajaran yang
diberikan serta untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam
menyajikan materi pelajaran dalam kurung waktu tertentu sesuai dengan
kurikulum.
10
Peningkatan kualitas guru pun dalam proses belajar mengajar termasuk salah
satu upaya peningkatan mutu pendidikan. Suatu proses pendidikan, peserta
didik/ siswa merupakan sentral dalam proses pendidikan. Mereka adalah
sumber daya manusia yang harus dikembangkan potensinya. Dalam hal ini,
guru menempati posisi yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi
peserta didik.
Pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing dan bersifat
membantu dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik sendiri yang
harus mencapai tingkat pemahaman yang lebih sempurna dari pada
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, Santyasa (2007).
Pembelajaran merupakan persoalan guru. Pembelajaran menjadi efektif,
efisien, dan menarik bergantung dari kemampuan guru menerapkan metode
pembelajaran kepada siswa. Suatu materi pelajaran yang disampaikan guru
bisa saja menarik bagi siswa, tetapi belum tentu efektif dan efisien. Selain itu.
Pembelajaran merupakan suatu mencapai tujuan belajar. Suatu proses yang
dimaksud bagi siswa adalah proses mengalami pengetahuan. Siswa
memahami suatu materi pelajaran dengan berbagai metode belajar sehingga
dimungkinkan mempermasalahkan pengetahuan yang sedang dialaminya.
Oleh sebab itu, pembelajaran dimana dalam kegiatan pembelajaran terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan.
Menurut Sardiman (2011: 22) belajar dalam pengertian luas dapat diartikan
sebagai kegiatan psikofisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya.
11
Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan
materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya. Dalam proses belajar pasti ada suatu
tujuan yang ingin dicapai, ada beberapa hal yang menjadi tujuan dalam
belajar. klasifikasi hasil belajar menurut Nana Sudjana (2010: 22-23) yaitu:
a. Ranah kognitifBerkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspekyang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, danevaluasi.
b. Ranah afektifBerkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yang meliputipenerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotorikBerkenaan dengan hasil belajar yang berupa keterampilan dankemampuan bertindak, meliputi enam aspek yakni gerakan refleksi,keterampilan gerak dasar, kemampuan perceptual, ketepatan,keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Sedangkan menurut Khodijah (2014: 50) belajar merupakan sebuah proses
yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk kompetensi,
keterampilan, dan sikap yang baru melibatkan proses-proses mental internal
yang mengakibatkan perubahan perilaku dan sifatnya relative permanen.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar
merupakan perubahan dalam diri pelajarnya yang berupa; pengetahuan,
keterampilan, dan tingkah laku akibat dari interaksi dengan lingkungannya.
B. Metode Penelitian dan Pengembangan
Model penelitian yang banyak digunakan dalam pengembangan pendidikan
yaitu penelitian dan pengembangan atau lebih dikenal dengan istilah Research
and Development (R & D). Sugiyono (2010: 407) mengungkapkan bahwa
12
metode penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tersebut. Educational research and development is a process used to
develop and validate educational product, dapat diartikan bahwa penelitian
pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian. Borg and Gall (2003).
Sementara itu, Sanjaya (2013: 129) mengungkapkan bahwa “ Penelitian dan
Pengembangan (R & D) merupakan proses pengembangan dan validasi
produk pendidikan”.
Penelitian dan pengembangan memiliki beberapa karakteristik. Sanjaya
(2013: 132) menambahkan bahwa sebagai salah satu metode penelitian
pendidikan, R & D memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. R & D bertujuan menghasilkan produk dalam berbagai aspek pembelajaran
dan pendidikan, yang biasanya produk tersebut diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tertentu.
2. Proses pelaksanaan R & D diawali dengan studi atau survei pendahuluan
yang dilakukan untuk memahami segala sesuatu yang terlaksana di
lapangan sesuai dengan objek pengembangan yang dapat digunakan,
survei pendahuluan diperlukan sebagai dasar pengembangan desain.
Survei pendahuluan dilakukan dengan studi lapangan dan studi
kepustakaan.
3. Proses pengembangan dilakukan secara terus-menerus dalam beberapa
siklus dengan melibatkan subjek penelitian dalam lapangan yang nyata
tanpa mengganggu sistem dan program yang sudah direncanakan dan
13
ditata sebelumnya. Oleh sebab itu, dalam proses pelaksanaanya
menggunakan action research merupakan metode penelitian yang sering
digunakan, dengan menggunakan instrumen penelitian catatan lapangan
dan catatan observasi.
4. Pengujian validasi dilakukan untuk menguji keandalan model hasil
pengembangan baik keandalan dilihat dari sisi hasil belajar (validasi
internal). Subjek penelitian yang terlibat dalam pengujian validasi yang
terdiri di atas subjek berkategori kurang, sedang, dan baik.
5. R & D tidak menguji teori tertentu atau menghasilkan prinsip, dalil atau
hukum kecuali berkaitan dengan apa yang sedang dikembangkan.
Sedangkan metode penelitian dan pengembangan, menurut Sugiyono (2010:
6) dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian pendidikan dapat diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,
dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian dan
pengembangan merupakan proses untuk mengembangkan dan menghasilkan
produk pendidikan menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat
dipertanggungjawabkan serta dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan, dan mengantisipasi masalah dan bidang pendidikan.
14
C. Media Pembelajaran
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Kata “media” berasal dari kata
latin, yaitu bentuk jamak dari kata “medium”. Kemudian telah banyak pakar
yang memberikan batasan mengenai pengertian atau media. Salah satunya
adalah Arsyad (2013: 3) yang menyatakan bahwa media adalah alat-alat
grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Penjelasan mengenai media menurut Susilana dan Riyana (2007: 6) adalah
bahwa kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara
sumber pesan (a source) dengan penerima pesan ( a receiver). Susilana dan
Riyana (2007: 6) mencontohkan media ini dapat berupa apa saja, seperti film,
diagram, bahan cetak (printed material), dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas mengenai defini dari media, maka
dapat disimpulkan bahwa media adalah sebuah perantara penhubung anatara
sumber pesan dengan penerima pesan. Media bisa berupa apa saja seperti
film, bahan cetak, komputer, diagram, dan sebagainya.
Media dapat dipertimbangkan menjadi media pembelajaran apabila media
tersebut membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai apa saja yang digunakan sebagai
media dalam pembelajaran. Asyhar (2011: 7) berpendapat mengenai media
15
pembelajaran, yaitu bahwa media pembelajaran dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu
sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif di
mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Lebih spesifik lagi mengenai media pembelajaran, Susilana dan Riyana
(2007: 6) menyatakan bahwa media pembelajaran selalu terdiri dari dua unsur
penting yaitu perangkat keras (hardwere) dan pesan yang dibawa (softwere).
Oleh sebab itu, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan,
namun yang terpenting bukanlah peralatan, tetapi pesan atau informasi belajar
yang dibawakan oleh media tersebut.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa (a)
media pembelajaran merupakan wadah dari pesan, (b) materi yang ingin
disampaikan adalah pesan pembelajaran, (c) tujuan yang ingin dicapai adalah
proses pembelajaran. Selanjutnya, penggunaan media secara kreatif akan
memperbesar kemungkinan bagi siswa untuk belajar lebih banyak,
mencamkan apa yang dipeljarinya lebih baik, dan meningkatkan penampilan
dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan
pembelajaran.
Beberapa dasar yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah:
1. Alasan teoritis pemilihan media
Alasan pokok pemilihan media dalam pembelajaran, karena didasari atas
konsep pembelajaran sebagai sebuah sistem yang di dalamnya terdapat suatu
totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berkaitan untuk
16
mencapai tujuan. Jika kita lihat prosedur pengembangan desain instruksional,
maka diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus sebagai
pengembangan dari tujuan instruksional umum, kemudian dilanjutkan dengan
menentukan materi pembelajaran yang menunjang ketercapaian tujuan
pembelajaran serta menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Upaya
untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ditunjang oleh media yang sesuai
dengan materi, strategi yang digunakan, dan karakteristik siswa. Untuk
mengetahui hasil belajar, maka selanjutnya guru menentukan evaluasi yang
tepat, sesuai tujuan dan materi. Apabila ternyata hasil belajar tidak sesuai
dengan harapan, dalam kata lain hasil belajar siswa rendah, maka perlu
ditelusuri penyebabnya dengan menganalisis setiap komponen, sehingga kita
dapat mengetahui faktor penyebabnya dengan lebih objektif.
2. Alasan praktis pemilihan media
Alasan praktis berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan si
pengguna, seperti guru, dosen, instruktur, mengapa menggunakan media
dalam pembelajaran. Terdapat beberapa penyebab orang memilih media,
antara lain yang dijelaskan oleh Sadiman (2007: 84) sebagai berikut:
a. Demonstration. Dalam hal ini, dapat digunakan sebagai alat untukmendemonstrasikan sebuah konsep, alat, obyek, kegunaan, caramengoprasikan, dan lain-lain. Media berfungsi sebagai alat peraga pelajaran.
b. Familiarity. Pengguna media pembelajaran memiliki alasan pribadi mengapaia menggunakan media, yaitu karena sudah terbiasa menggunakan mediatersebut, merasa sudah menguasai media tersebut. Jika menggunakan medialain, belum tentu bisa untuk mempelajarinya membutuhkan waktu, tenaga,dan biaya, sehingga secara terus-menerus, ia menggunakan media yang sama.
c. Clarity. Alasan ketiga ini mengapa guru menggunakan media pembelajaranadalah untuk lebih memperjelas pesan pembelajaran dan memberi penjelasanyang lebih konkret.
17
d. Active Learning. Media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan olehguru. Salah satu aspek yang harus diupayakan oleh guru dalam pembelajaranadalah siswa harus berperan secara aktif, baik secara fisik, mental, maupunemosional.
Berdasarkan uaraian di atas, maka alasan pemilihan media secara teoritis
didasari atas konsep pembelajaran sebagai sebuah sistem yang di dalamnya
terdapat suatu totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Alasan pemilihan media
secara praktis berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan si
pengguna menggunakan media dalam pembelajaran.
D. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Salah satu panduan belajar yang digunakan siswa dalam pembelajaran adalah
LKS. LKS merupakan salah satu bahan ajar cetak berupa lembaran berisi
tugas yang di dalamnya berisi petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan tugas. Lembar kerja siswa (LKS) dapat digunakan sebagai
panduan bagi siswa dalam proses pembelajaran dan membimbing siswa
menemukan ide untuk dipertimbangkan selama proses menganalisis tugas
Choo, Rotgans, Yew, & Schmidt (2011). LKS juga merupakan lembaran-
lembaran yang berisi materi pelajaran, tujuan percobaan, alat, dan bahan,
petunjuk praktikum, hasil pengamatan, serta diskusi berupa pertanyaan-
pertanyaan yang disusun secara kronologis untuk memudahkan siswa dalam
membangun konsep. Selain itu, LKS juga merupakan lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik (Depdiknas, 2008: 13).
Lembar kerja yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam
lingkungan belajar dan juga digunakan untuk tujuan yang berbeda sesuai
18
dengan kebutuhan Karsli dan Sahin (2009). Penelitian yang dilakukan oleh
Celikler (2010), menyatakan bahwa penggunaan LKS pada kelas eksperimen
terbukti meningkatkan partisipasi dan prestasi belajar yang signifikan jika
dibandingkan dengan kelas kontrol dengan pembelajaran tradisional. Pada
penelitian eksperimen Yildrim et al. (2011) terhadap 44 siswa kelas XI SMA
menunjukkan bahwa kelas eksperimen berbantuan LKS berbasis inkuiri
memiliki hasil belajar yang signifikan antara pre-test dan post-test jika
dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional. LKS juga dapat digunakan sebagai salah satu media
pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Selain itu, penggunaan LKS dalam pembelajaran akan
memudahkan guru dalam menyampaikan materi dan mengefisienkan waktu.
Definisi LKS menurut Husna (2014) mengungkapkan bahwa LKS merupakan
lembaran-lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan
kegiatan yang terperogram.Sementara itu, definisi LKS menurut Sanjaya
(2013: 27) LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan
kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.
Sedangkan Setiono (2011: 9) berpendapat:
Lks adalah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah atauinstruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatanbelajar dalam bentuk kerja, praktik, atau dalam bentuk penerapanhasil belajar untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka diketahui bahwa LKS merupakan
salah satu perangkat pembelajaran berupa media cetakan yang berisi materi
19
dan lembar kerja siswayang digunakan untuk membantu siswa belajar secara
terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Menurut Lismawati (2010: 39) menjelaskan adapun ciri-ciri LKS adalah
sebagai berikut:
1. LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sampai seratus halaman.2. LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh
satuan tingkat pendidikan tertentu.3. Didalamnya terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan secara umum,
rangkuman pokok bahasan, puluhan soal-soal pilihan ganda dan soal-soalisian.
LKS memiliki kelebihan secara internal dan eksternal. Seperti yang dijelaskan
Setiono (2011: 10), kelebihan produk LKS secara internal, yaitu disusun
menggunakan pendekatan yang ada pada siklus belajar yang dibuat mulai dari
kegiatan apersepsi sampai evaluasi, sehingga dapat dugunakan untuk satu
proses pembelajaran materi secara utuh dan panduan yang ada dalam LKS
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat membuat siswa lebih aktif dalam
kegiatan belajarnya. Sedangkan menurut Prastowo (2012), fungsi LKS antara
lain:
1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik,
2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami
materi yang diberikan,
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, serta
4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
20
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arafah et al. (2012) menunjukkan
bahwa produk LKS berbasis berpikir kritis dapat meningkatkan hasil belajar
dan aktivitas siswa. Sedangkan hasil penenlitian Isnaini et al. (2012)
menunjukkan bahwa LKS fisika model inferensi logika dapat meningkatkan
aktivitas dan motivasi belajar siswa.
Sementara kelebihan produk LKS secara eksternal yaitu produk hasil
pengembangan dapat digunakan sebagai penuntun belajar bagi siswa secara
mandiri atau kelompok, baik dengan menerapkan metode eksperimen maupun
demonstrasi, produk juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk
mengetahui tingkat penguasaan konsep materi serta dapat digunakan untuk
memberi pengalaman belajar secara langsung kepada siswa dan lebih
menuntut keaktifan proses belajar siswa bila dibandingkan menggunakan
media lain.
LKS tidak hanya berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
Menurut Depdiknas (2008: 23-24), LKS akan memuat paling tidak: (1) judul,
(2) KD yang akan dicapai, (3) waktu penyelesaian, (4) peralatan/bahan yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (5) informasi singkat, (6) langkah
kerja, (7) tugas yang harus dilakukan, dan (8) laporan yang harus dikerjakan.
LKS menurut Rohaeti dkk (2009: 2) adalah:
LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan olehguru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusundapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatanpembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran,karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau mediapembelajaran yang lain.
21
Jenis-jenis LKS yang digunakan dalam pembelajaran menurut Sunyono
(2008) LKS is devided into two kind, namely: LKS experimental and non
experimental. Jenis LKS eksperimental menurut Johnstone dan Shauaili
(2001:45), di antaranya:
a) LKS ekspositori, karakteristik dari LKS ekspositori adalah: (1) hasil
pengamatan sudah ditetapkan sebelumnya sehingga siswa dan guru tahu
hasil akhir yang diharapkan. (2) pendekatan dedukatif, yaitu siswa
menerapkan prinsip umum untuk memahami fenomena yang spesifik, (3)
prosedur percobaan telah dirancang oleh guru sehingga siswa hanya
melaksankan percobaan dengan mengikuti prosedur tersebut.
b) LKS inkuiri, karakteristik dari LKS inkuiri adalah: (1) hasil pengamatan
belum ditetapkan sebelumnya sehingga hasil pengamatan yang dilakukan
oleh siswa dapat beragam , (2) pendekatan induktif, yaitu dengan
mengamati contoh yang kompleks sehingga siswa dapat menemukan
konsep yang dipelajari, (3) prosedur percobaan dirancang dan
dikembangkan oleh siswa.
c) LKS discovery, karakteristik dari LKS dicovery adalah: (1) hasil yang
didapatkan sudah ditetapkan sebelumnya, namun hanya guru yang
mengetahuinya, (2) pendekatannya induktif, yaitu dengan mengamati
contoh yang kompleks atau khusus, (3) prosedur telah dirancang oleh guru,
siswa hanya perlu melaksanakan percobaan.
d) LKS berbasis masalah, karakteristik dari LKS berbasis masalah adalah: (1)
hasil pengamatan sudah ditetapkan sebelumnya, namun hanya guru yang
22
mengetahui, (2) pendekatan deduktif, yaitu siswa menerapkan prinsip
umum untuk memahami fenomena yang spesifik, (3) prosedur percobaan
dirancang dan dikembangkan oleh siswa percobaan dirancang dan
dikembangkan oleh siswa.
Berdasarkan uraian mengenai tujuan serta kelebihan secara internal dan
eksternal dari LKS, maka dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan bahan
ajar yang dapat memudahkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan
dapat membantu siswa dalam pemahaman konsep dan menambah wawasan
siswa dalam menjawab pertanyaan yang ada di dalam LKS, seperti pendapat
Lismawati bahwa LKS memiliki ciri-ciri dalam pembuatannya yaitu: (1).
LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, (2). LKS dicetak sebagai bahan ajar
yang spesifik untuk dipergunakan oleh satuan tingkat pendidikan tertentu, dan
(3) di dalamnya terdiri dari uraian singkat tentang pokok bahasan secara
umum rangkuman pokok bahasan, puluhan soal-soal pilihan ganda dan soal-
soal isian.
E. Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)
Menurut Keeratichamroen (2007 ) model pembelajaran (POE) merupakan
suatu model yang efisien untuk menciptakan diskusi para siswa mengenai
konsep ilmu pengetahuan. Model pembelajaran ini melibatkan siswa dalam
meramalkan suatu fenomena, melakukan observasi melalui demonstrasi, dan
akhirnya menjelaskan hasil demonstrasi dan ramalan mereka
sebelumnya. Tahapan pembelajaran POE terdiri atas tiga bagian,
pertama predict, kemudian observe, dan yang terakhir adalah explain.
23
POE ini juga sering disebut sebagai strategi pembelajaran dimana guru
menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka untuk
melaksanakan tiga tugas utama yaitu memprediksi, observasi, dan memberikan
penjelasan. Haryono (2013).
Menurut Haryono (2013) langkah-langkah model pembelajaran POE yaitu:
a. PredictMembuat prediksi atau membuat dugaan sementara terhadap suatu topikpembelajaran. Dalam membuat dugaan, peserta didik diminta memikirkanalasan mengapa ia membuat dugaan seperti itu.
b. ObserveMelakukan penelitian, peserta didik melakukan eksperimen berkaitan denganpermasalahan yang diberikan dan mengamati apa yang terjadi
c. EksplainMemberi penjelasan, yaitu penjelasan terutama tentang kesesuaian antaradugaan (prediksi) yang dibuat peserta didik dengan apa yang dihasilkan padasaat pengamatan.
F. Pembelajaran berbasis POE
POE ini sering juga disebut suatu model pembelajaran di mana guru menggali
pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka melaksanakan tiga
tugas utama, yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.
Indrawati dan Setiawan (2009: 45) berpendapat bahwa model pembelajaran
POE merupakan model pembelajaran yang dimulai dengan penyajian masalah
siswa diajak untuk menduga atau membuat prediksi dari suatu kemungkinan
yang terjadi dengan pola yang sudah ada, kemudian dilanjutkan dengan
melakukan observasi atau pengamatan terhadap masalah tersebut untuk dapat
menemukan kebenaran atau fakta dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan.
24
Sudia dan yani (2013: 3) mengatakan bahwa model POE ini dapat melatih
siswa untuk aktif terlebih dahulu mencari pengetahuan sesuai dengan cara
berpikirnya dengan menggunakan sumber-sumber yang dapat memudahkan
dalam pemecahan masalah. Model pembelajaran POE bertujuan untuk
mengajarkan siswa untuk belajar mandiri dalam hal memecahkan suatu
permasalahan.
Sementara itu, Liew (2004) mengatakan bahwa pembelajaran dengan model
POE dapat digunakan oleh guru untuk memberikan pengertian yang
mendalam pada aktivitas desain belajar dan strategi bahwa start belajar
berawal dari sudut pandang siswa, bukan guru atau ahli sanis. Penelitian yang
telah dilakukan memiliki implikasi untuk pengembangan kurikulum, strategi
belajar, pengembangan guru dan penilaian pemahaman siswa serta tingkat
prestasi belajar siswa.
Model pembelajaran Predict, Observe, Explain (POE) efektif dalam
meningkatkan penguasaan materi siswa pada materi Cahaya, karena model
pembelajaran POE ini lebih menekankan siswa untuk melakukan suatu
pembuktian mengenai konsep yang sudah ada secara langsung, sehingga
konsep yang didapatkan tidak akan mudah luntur dari pikiran siswa
(Wahyudhi, 2011: 1)
Liew (2004) mengatakan bahwa model pembelajaran (POE) merupakan suatu
model yang efisien untuk menciptakan diskusi para siswa mengenai konsep
ilmu pengetahuan. Model pembelajaran ini melibatkan siswa dalam
25
meramalkan suatu fenomena melakukan observasi melalui demonstrasi, dan
akhirnya menjelaskan hasil demonstrasi dan ramalan mereka sebelumnya.
Tahapan pembelajaran POE terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama adalah
predict, kemudian observe, dan yang terakhir adalah explain. Liew (2004)
berpendapat bahwa manfaat model pembelajaran POE adalah:
1. Model pembelajaran POE dapat digunakan untuk menggali gagasanawal yang dimiliki oleh siswa.
2. Membangkitkan diskusi, baik anatara siswa dengan siswa maupunantara siswa dengan guru
3. Membrikan motivasi kepada siswa untuk menyelidiki konsep yangbelum dipahami.
4. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu permasalahan.
Model pembelajaran POE menggali pemahaman konsep IPA melalui tiga
langkah utama, yaitu Predict, Observe, dan Explain. Liew (2004) berpendapat
bahwa dalam tahap predict, guru memberi permasalahan terkait materi yang
dibahas dan siswa memberikan hipotesis berdasarkan permasalahan yang
diambil dari pengalaman siswa, atau buku panduan yang memuat suatu
fenomena terkait materi yang akan di bahas.
Indrawati dan Setiawan (2009: 45) berpendapat bahwa:
Predict (membuat prediksi) merupakan suatu proses membuat dugaanterhadap suatu peristiwa atau fenomena. Siswa memprediksikan jawaban darisuatu permasalahan yang dipaparkan oleh guru, kemudian siswa menuliskanprediksi tersebut beserta alasannya. Siswa menyusun dugaan awalberdasarkan pengetahuan awal yang mereka miliki.
Aprilia (2014) berpendapat bahwa guru menyajikan suatu permasalahan
atau persoalan dan meminta siswa untuk membuat dugaan (prediksi) dan
diminta untuk berpikir tentang alasan mengapa ia membuat dugaan seperti
itu.
26
Berdasarkan beberapa kutipan di atas, disimpulkan bahwa dalam tahap
predict, guru memberikan permasalahan pada siswa terkait materi yang
akan diajarkan dan siswa menuliskan prediksi mereka terhadap
permasalahan yang diberikan berdasarkan pengetahuan awal yang mereka
miliki.
Pada tahap observe, Liew (2004) berpendapat bahwa guru hanya sebagai
fasilitator dan mediator apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam
melakukan pembuktian. Peserta didik mengobservasi dengan melakukan
eksperimen atau demonstrasi berdasarkan permasalahan yang dikaji dan
mencatat hasil pengamatan untuk direfleksikan satu sama lain. Pada tahap
observe menurut Aprilia (2014) peserta didik diajak oleh guru melakukan
pengamatan berkaitan dengan permasalahan yang disajikan di awal. Siswa
diminta mengamati apa yang terjadi. Kemudian siswa menguji apakah
dugaan yang mereka buat benar atau salah.
Berdasarkan beberapa kutipan di atas, maka disimpulkan bahwa dalam
tahap observe, siswa melakukan pengamatan atau percobaan sederhana
mengenai apa yang terjadi kemudian. Guru bertindak sebagai fasilitator
dan mediator apabila siswa merasa sulit melakukan pengamatan atau
percobaan.
Liew (2004) berpendapat bahwa pada tahap explain, guru memfasilitasi
jalannya diskusi apabila siswa mengalami kesulitan. Siswa mendiskusikan
fenomena yang telah diamati secara konseptual-matematis, serta
27
membandingkan hasil obeservasi dengan hipotesis sebelumnya bersama
kelompok masing-masing serta mempresentasikan hasil observasi di kelas
serta kelompok lain memberikan tanggapan, sehingga diperoleh
kesimpulan dari permasalahan yang sedang dibahas.
Tahap explain menurut Indrati dan Setiawan 2009; 45) adalah Suatu proses
siswa memberikan penjelasan mengenai kesesuaian antara dugaan dengan
hasil pengamatan yang telah mereka lakukan dari tahap observasi.
Aprilia (2014) berpendapat tentang tahap explain, apabila dugaan siswa
benar, guru merangkum dan memeri penjelasan untuk menguatkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan. Apabila dugaan siswa tidak terjadi dalam
pengamatan yang dilkukan, maka guru membantu siswa mencari penjelasan
mengapa dugaan tidak benar. Guru dapat membantu siswa mengubah
dugaannya dan membenarkan dugaan yang semula tidak benar agar
menghindari miskonsepsi pada siswa.
Model pembelajaran POE terdiri dari tiga fase yaitu: Predict atau dugaan,
Observe atau pengamatan dan Explain atau penjelasan. Dalam model ini
siswa diminta untuk menduga apa yang akan terjadi terhadap suatu
fenomena yang akan dipelajari, kemudian guru melakukan kegiatan dan
siswa mengamati apa yang dilakukan guru sambil mencocokkan dengan
dugaannya dan terakhir siswa diminta untuk menjelaskan mengapa hal itu
bisa terjadi. Jika dugaan mereka sama dengan hasil pengamatan maka akan
terjadi penguatan konsep yang dimiliki siswa, sebaliknya jika yang diamati
berbeda dengan yang diduga siswa maka akan terjadi kognitif konflik yang
28
perlu adanya proses akomodasi kognitif dalam pikiran siswa. Hal ini juga
menunjukkan kepada guru bahwa siswa telah mempunyai pengetahuan dan
pengertian awal (Existing knowledge and understanding) dan dapat
dijadikan sebagai starting point untuk membangun ide-ide baru berdasarkan
bukti yang mereka saksikan Nurmalasari, dkk (2016).
Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran POE ini lebih menekankan siswa untuk melakukan suatu
dugaan, pengamatan, dan menjelaskan suatu fenomena berdasarkan
percobaan yang telah dilaksanakan, dan dapat ditegaskan dari pendapat
Nurmalasari yang mengatakan bahwa Model pembelajaran POE terdiri dari
tiga fase yaitu: Predict atau dugaan, Observe atau pengamatan dan Explain
atau penjelasan. Dalam model ini siswa diminta untuk menduga apa yang
akan terjadi terhadap suatu fenomena yang akan dipelajari, kemudian guru
melakukan kegiatan dan siswa mengamati apa yang dilakukan guru sambil
mencocokkan dengan dugaannya dan terakhir siswa diminta untuk
menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Jika dugaan mereka sama dengan
hasil pengamatan maka akan terjadi penguatan konsep yang dimiliki siswa,
sebaliknya jika yang diamati berbeda dengan yang diduga siswa maka akan
terjadi kognitif konflik yang perlu adanya proses akomodasi kognitif dalam
pikiran siswa. Hal ini juga menunjukkan kepada guru bahwa siswa telah
mempunyai pengetahuan dan pengertian awal (Existing knowledge and
understanding).
29
G. Materi Pemantulan dan Pembiasan Cahaya
1. Pemantulan Cahaya
a. Proses Terjadinya Pemantulan
Ketika cahaya menimpa permukaan benda, sebagian benda dipantulkan,
sisanya diserap oleh benda dan diubah menjadi energi panas. Jika benda
tersebut transparan seperti mengkilat seperti cermin berlapis perak, lebih dari
95 persen cahaya bisa dipantulkan. Hukum pemantulan menurut Giancoli
(2001: 244) sudut datang sama dengan sudut pantul.
Hukum pemantulan berbunyi:
1) Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berpotongan pada suatu titik
dan terletak pada satu bidang datar,
2) Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r).
Ada dua jenis pemantulan, yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur.
Pemantulan teratur jika berkas-berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan
halus dipantulkan juga sebagai sinar sejajar. Sedangkan pemantulan baur jika
berkas-berkas sinar sejajar yang mengenai permukaan kasar dipantulkan ke
segala arah (berkas-berkas tidak sejajar satu sama lain).
b. Pemantulan pada Cermin Datar
Sifat-sifat Bayangan pada Cermin Datar
1. Maya
2. Sama besar dengan bendanya (perbesaran= 1).
3. Tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap bendanya.
4. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan dari cermin.
30
c. Pembentukan Bayangan oleh Cermin Sferis
Cermin lengkung yang umum berbentuk sferis, yang berarti cermin tersebut
akan membentuk sebagian dari bola. Cermin sferis disebut cembung jika
pantulan terjadi pada permukaan luar bentuk sferis sehingga pusat
permukaan cermin menggembung ke luar menuju orang yang melihat.
Cermin dikatakan cekung jika permukaan pemantulannya ada pada
permukaan dalam bola sehingga pusat cermin melengkung menjauhi orang
yang melihat.
Bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung dapat lebih besar atau
lebih kecil dari pada ukuran bendanya. Jika ukuran bayangan lebih besar
dari pada ukuran benda, dikatakan bayangan diperbesar. Jika ukuran
bayangan diperkecil. Perbesaran linear didefinisikan sebagai perbandingan
antara tinggi benda
s
s'
h
h'M (2.1)
Keterangan:
M = perbesaran linear
h’ = tinggi bayangan
h = tinggi benda
Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), dan jarak fokus (f)
untuk cermin lengkung (cekung ataupun cembung) adalah:
fss
1
'
11 (2.2)
31
2. Pembiasan Cahaya
a. Proses Terjadinya Pembiasan
Ketika cahaya mengenai bidang batas antara dua medium, cahaya akan
dibelokkan. Peristiwa pembelokan cahaya ketika cahaya mengenai bidang
batas antara dua medium inilah yang disebut pembiasan cahaya.
Hukum Snell menurut Giancoli (2001; 258) dituliskan
2211 sinsin nn (2.3)
Hukum I Snellius berbunyi: sinar datang, sinar bias, dan garis normal
terletak pada satu bidang datar.
Hukum II Snellius berbunyi: jika sinar datang dari medium kurang rapat
ke medium lebih rapat, sinar dibelokkan mendekati garis normal. Jika
kebalikannya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang
rapat, sinar dibelokkan menjauhi garis normal.
b. Indeks Bias
Perbandingan laju cahaya di udara hampa dengan laju v pada materi
tertentu disebut indeks bias
v
cn (2.4)
Keterangan:
c = cepat rambat dalam udara (3 x 108m/s)
v = cepat rambat cahaya dalam medium
Ketika cahaya lewat dari satu medium ke medium lainnya, cahaya akan
dibiaskan karena rambat cahaya berbeda kedua medium. Secara matematis
dapat ditulis
32
1
2
2
1
n
n
v
v (2.5)
Ketika cahaya lewat dari satu medium ke medium lainnya, frekuensi cahaya
tidak berubah, sehingga f1=f2=f. Karena hubungan v-f berlaku untuk
kedua medium, maka:
2211 dan v ffv (2.6)
Hubungan antara panjang gelombang dan indeks bias dapat ditulis
2211 nn (2.7)
c. Pantulan Internal Sempurna Serat Optik
Apabila cahaya melintas dari suatu materi ke yang lainnya di mana indeks
biasnya lebih kecil (katakanlah, dari air ke udara), cahaya dibelokkan
menjauhi normal. Pada sudut datang tertentu, sudut bias akan 900, dan
dalam hal ini berkas bias akan berhimpitan dengan permukaan. Sudut
datang dimana hal ini terjadi disebut sudut kritis ( c )
1
20
1
2c 90sinmakasin
n
n
n
n (2.8)
Dua syarat terjadinya pemantulan sempurna pada bidang batas antara dua
medium adalah:
1. Sinar harus datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, dan
2. Sudut datang lebih besar dari pada sudut kritis.
H. Kerangka Pemikiran
Pengembangan suatu bahan ajar merupakan tuntutan kurikulum saat ini, salah
satu pilihan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan LKS
33
berbasis masalah yang layak digunakan sebagai bahan belajar siswa. LKS
dipilih karena materi dalam LKS disampaikan secara ringkas dan jelas
sehingga tidak membingungkan siswa. LKS tidak hanya berupa ringkasan
materi dan soal, tetapi juga memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan dan memahami
konsep-konsep fisika yang dipelajari dengan melibatkan guru sebagai
pembimbing.
LKS dengan perencanaan pembelajaran yang maksimal, tentunya dapat
meningkatkan penguasaan materi siswa. Siswa akan tertarik belajar dari hal-
hal yang telah ia ketahui, misalnya tentang permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Alternatif belajar yang dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan LKS yang menyajikan permasalahan sehari-hari dalam belajar.
Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata,
sehingga siswa lebih dapat mengidentifikasi permasalahan dan berusaha
menganalisis permasalahan untuk diselesaikan.
Pemantulan dan pembiasan cahaya merupakan salah satu materi fisika yang
dipelajari siswa dilakukan melalui serangkian kegiatan belajar menggunakan
LKS. Kegiatan belajar bagi siswa dilaksanakan secara kolaboratif,
eksperimen, artinya siswa melakukan eksperimen atau praktikum kecil yang
hanya di dalam kelas. Hasil percobaan sebagai tahapan dari penyelesaian
permasalahan yang diajukan, dan merupakan gambaran bahwa LKS berperan
membantu siswa belajar melalui langkah-langkah yang disajikan dalam
menyelesaikan permasalahan.
34
Uraian di atas merupakan acuan berfikir peneliti untuk mengembangkan LKS
berbasis POE dalam pembelajaran fisika pada materi pemantulan dan
pembiasan cahaya yang akan dicapai meliputi segi kelayakan, keefektifan dan
kepraktisan LKS berbasis POE dalam pembelajaran fisika pada materi
pemantulan dan pembiasan cahaya yang dikembangkan.
Penelitian dan pengembangan ini dibuat kerangka pikir seperti yang disajikan
dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Menggunakan LKSberbasis Prediction,
Observation, Explanation
Masalah:
Kondisi di lapangan, gurudan siswa memerlukan
bahan ajar berupa LKS yangdapat memudahkan siswa
dalam belajar
Materi Pemantulan danPembiasan Cahaya
Model POE
Memprediksi Mengamati Menjelaskan
Pelaksanaan LKS Berbasis POE dengan materipemantulan dan pembiasan cahaya
Diharapkan adanya peningkatan pemahamankonsep siswa dengan penerapan LKS model
POE
35
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pengembangan ini bertujuan untuk menjawab tujuan penelitian
yaitu keefektivitasan produk, dalam hal ini keefektivitasan LKS pada materi
pemantulan dan pembiasan cahaya berbasis POE. Hipotesis ada perbedaan
kelas eksperimen dengan kelas kontrol, dimana nilai eksperimen lebih besar
dari kelas kontrol.
36
III. METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar berupa LKS materi
pemantulan dan pembiasan cahaya berbasis POE. Metode penelitian ini yang
paling tepat adalah dengan metode penelitian dan pengembangan. Sejalan
dengan apa yang diterapkan oleh Sugiyono ( 2015: 407) “metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan
produk tersebut”. Maka setelah produk ini dibuat, diujicobakan terhadap
sampel kecil dan sampel terbatas. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi
keefektifan dan keefesiensian dari produk pendidikan yang akan digunakan.
Model dari pengembangan tersebut memiliki langkah-langkah sebagai
berikut: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) Desain produk,
(4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) ujicoba produk, (7) Revisi produk,
(8) Uji coba Pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi masal.
B. Subjek Penelitian
Penelitian pengembangan ini dilakukan di SMA Negeri 1 Abung Semuli.
Subyek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI MIPA2 di SMA Negeri
1 Abung Semuli. Pada penelitian ini, siswa yang dijadikan sampel penelitian
untuk memperoleh data mengenai kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan,
dan keefektifan dari produk LKS fisika yang akan dikembangkan, yaitu
37
kelas XI sebanyak 35 orang. Sekolah tersebut dipilih karena didasarkan pada
hasil observasi pada tahap analisis kebutuhan. Dari analisis kebutuhan
diperoleh hasil bahwa sekolah tersebut belum menggunakan LKS yang
berbasis POE. Pada penelitian ini diberlakukan uji coba untuk desain dan
materi. Desain pada model produk yang perlu diperbaiki selama tahap uji
coba dilakukan oleh seorang Dosen Teknologi Pendidikan Universitas
Lampung. Sedangkan untuk materi yang perlu diajarkan pada siswa SMA
dilakukan oleh subjek penelitian seorang Dosen Pendidikan MIPA
Universitas Lampung.
C. Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian dan pengembangan LKS pembelajaran fisika ini akan
dilaksanakan berdasarkan model pengembangan media instruksional yang
diadaptasi dari (Sugiyono, 2015: 409). Tahapan model ini meliputi:
Gambar 3.1. Langkah–langkah penggunaan Model Research and
Development
Sesuai dengan model pengembangan oleh sugiyono, maka ada beberapa
langkah-langkah yang diambil sebagai arah pengembangan dari produk yang
AnalisisKebutuhan
Pengumpulandata
DesainProduk
Validasidesain
Uji CobaProduk
Revisi Produk Uji CobaProduk
RevisiDesain
RevisiProduk
Produksi Masal
38
akan dihasilkan dalam penelitian ini, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
3.2. Hal ini disebabkan karena penelitian ini dibatasi sampai pada tahap ke 7
saja.
Langkah- langkah penelitian pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Desain Pengembangan Produk Diadaptasi dari Sugiyono
Berdasarkan gambar 3.2, maka dapat diuraikan langkah-langkah penelitian dan
pengembangan sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Potensi adalah sesuatu yang digunakan apabila dipergunakan sebagaimana
mestinya memiliki nilai tambah. Kemudian masalah adalah penyimpangan
antara keadaan nyata dengan yang diharapkan. Tahapan ini penelitian
dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait bahan ajar yang ada
disekolah. Potensi yang ada disekolah tempat peneliti melakukan penelitian
Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain (Validasi AhliMateri, Uji satu lawan Satu,Validasi Desain)
Revisi Desain
Uji coba poduk
Revisi Produk
39
pendahuluan yaitu semua guru mempunyai dan menggunakan buku dan untuk
siswa hampir keseluruhan memiliki buku. Sedangkan untuk bahan ajar seperti
LKS masih belum keseluruhan menggunakan.
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang apa
yang dibutuhkan siswa dan guru pada khususnya, dan sekolah pada
umumnya.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah mengetahui potensi dan masalah yang ada pada tempat penelitian.
Kemudian pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara terhadap
guru dan siswa untuk mengatahui informasi mengenai masalah dalam proses
pembelajaran di kelas.
3. Desain Produk
Desai produk merupakan hasil ahir dari serangkaian penelitian pendahuluan
yang berupa desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain
ini bersifat hipotetik. Hipotetik maksudnya efektivitasnya belum terbukti, dan
akan dapat diketahui apabila telah melalui serangkaian pengujian-pengujian
seperti pada Gambar 3.3
40
Berikut adalah desain pengujian LKS berbais POE dapat dilihat pada Gambar
3.3.
Gambar 3.3 Desain LKS berbasis POE
4. Validasi Desain
Validasi dilakukan untuk menilai apakah rancangan produk baru lebih efektif
dari yang lama. Pada tahap ini menghadirkan beberapa pakar atau ahli yang
sudah berpengalaman untuk menilai produk tersebut. Validasi dilakukan
untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan produk yang akan dikembangkan
validasi ini terdiri dari uji ahli desain (kesesuaian desain spesifikasi yang
direncanakan) dan uji ahli materi. Instrumen yang dipakai dalam validasi
Memprediksihipotesis
Mengamati menjelaskan
Bagian Depan
Kompetensi Dasar
Kompetensi IntiISI
Daftar Isi
Kata Pengantar
Judul
Indikator
Materi Pembelajaran
Kegiatan PembelajaranBerbasis POE
Penutup
Daftar Pustaka
Latihan Soal
41
desain ini yaitu menggunakan angket. Instrumen angket uji ahli digunakan
untuk menilai dan mengumpulkan data tentang kelayakan produk.
Setelah produk divalidasi oleh para ahli desain dan materi kemudian
dilakukan uji satu lawan satu untuk mengetahui respon siswa terhadap produk
yang dikembangkan, yaitu untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan,
penggunaan dan kemanfaatan LKS dengan menggunakan instrumen
kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan.
5. Revisi Desain
Setelah dilakukan validasi ahli desain, ahli materi dan uji satu lawan satu,
kemudian telah diketahui kelemahannya. Selanjutnya dilakukan perbaikan
sesuai saran dan masukan yang diberikan para ahli.
6. Uji Coba Produk
Setelah melalui uji ahli dan uji kelompok kecil kemudian diujicobakan pada
tahap uji coba produk kepada siswa kelas XI MIPA2 SMA Negeri 1 Abung
Semuli Lampung Utara sebagai subjek penelitian, yang terdiri dari satu
kelompok/kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu yang menggunakan LKS
berbasis POE, satu kelas kontrol menggunakan LKS dari penerbit dengan
metode konvensional.
Eksperimen pada tahap ini menggunakan metode eksperimen Pretest-Postest
Control Grup Desain yang dapat digambarkan pada Gambar 3.4.
42
Berikut adalah metode eksperimen Pretest-Postest Control Grup Desain
R O1 X1 O2
R O3 X2 O4
Gambar 3.4. Metode Eksperimen Pretest - Postest Control Group Design(Sugiyono 2015:416)
Keterangan; R = 2 kelompok yang terpilih secara random, X1 = Treatmen kelas
eksperimen, X2 = Treatmen kelas kontrol, O1 = Nilai awal kelas eksperimen, O3 =
Nilai awal kelas control, O2 = Hasil belajar kelas eksperimen, O4 = Hasil belajar
kelas kontrol
Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui instrument angket dan
tes. Sedangkan instrument angket digunakan untuk analisis kebutuhan siswa,
mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan
materi pada produk yang telah dikembangkan. Instrumen angket juga digunakan
untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahandan kemanfaatan
LKS. Kemudian, instrument tes untuk menguji keefektifan LKS.
7. Revisi Produk
Setelah melakukan uji coba produk maka diketahui bagaimana efektifitas
produk yang diujicobakan, selanjutnya produk perlu direvisi kembali untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih ada. Revisi ini dilakukan
untuk menyempurnakan kembali produk yang telah dikembangkan sesuai
dengan kondisi nyata di lapangan.
43
D. Uji Coba Produk
1. Desain Uji Coba
Desain atau rancangan uji coba produk ini terdiri dari uji satu lawan satu dan
uji kelompok terbatas. Uji satu lawan satu dilakukan sebelum uji coba produk
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan penggunaan,
dan kemanfaatan produk sekaligus untuk mengetahui kelemahan produk
sebelum direvisi dan diujicobakan. Uji kelompok terbatas diberikan pada 1
kelas eksperimen saat uji coba produk yaitu siswa SMAN 1 Abung Semuli
yang dipilih secara random sebagai subjek penelitian untuk mengetahui
tingkat kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan LKS
berbasis POE materi pemantulan dan pembiasan cahaya dan tanggapan
terhadap LKS tersebut.
2. Subjek Uji Coba
Penelitian dan pengembangan ini akan dilakukan pada semester genap tahun
ajaran 2017/2018 di SMAN 1 Abung Semuli Lampung Utara. Peneliti
memilih sekolah tersebut didasarkan pada hasil observasi pada tahap analisis
kebutuhan. Berdasarkan hasil observasi tersebut diketahui bahwa guru dan
sisiwa membutuhkan LKS dengan pembelajaran berbasis POE yang dapat di
gunakan untuk mempermudah siswa nmemahami konsep optik. Obyek
penelitian ini adalah LKS materi pemantulan dan pembiasan cahaya dengan
model pembelajaran POE dan subjek penelitian adalah para ahli penguji
kevalidan LKS ini terdiri dari ahli materi dan ahli desain dan siswa kelas XI
SMAN 1 Abung Semuli Lampung Utara.
44
3. Uji Hipotesis Statistik
Hipotesis penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menjawab tujuan
penelitian yaitu keefektifitasan produk dalam hal ini keefektifitasan LKS
materi pemantulan dan pembiasan cahaya dengan pembelajaran berbasis POE
H1:µ1 = µ2 (tidak ada perbedaan anatara nilai kelas eksperimen dan kelas
kontrol)
H0:µ1 > µ2 (ada perbedaan anatara nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol)
4. Jenis Data
Berdasarkan sifatnya, jenis data pada penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua, yaitu berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh
pada data tingkat kebutuhan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, serta
dihimpun dari hasil penelitian, masukan, tanggapan, kritik, dan saran melalui
angket pertanyaan terbuka dan hasil observasi.
5. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati Sugiyono (2013; 305). Penelitian
pengembangan ini dikumpulkan menggunakan instrumen berupa angket,
dan tes. Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi. Penulis lebih banyak menggunakan angket
tertutup untuk memudahkan dalam menganalisis data dari pada angket yang
jawaban pertanyaan dibebaskan kepada responden. Adapun daftar
instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.1.
45
Tabel 3.1. Daftar InstrumenJenis Subjek Instrumen
Prapenelitian Guru Fisika dan siswaSMAN 1 Abung Semuli
Angket analisis kebutuhan
Uji Desain Pakar Fisika (DosenTeknologi Pendidikan
Angket uji ahli desain
Uji Materi Pakar Fisika dan GuruFisika
Angket uji ahli materi
Uji Lapangan Siswa SMAN 1 AbungSemuli
1. Angket kemenarikan,kemudahan, dan kemanfaatanLKS.
2. Angket Tanggapan tentangPenerapan LKS
3. Tes Tertulis KeefektifitasanLKS.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode angket (kuesioner) dan metode tes khusus.
1) Metode Angket (Kuesioner)
Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan
seperangkat pernytaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Data pada
penelitian pendahuluan diperoleh dengan menggunakan instrumen angket
yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam menggunakan
media pembelajaran berupa LKS pada materi pemantulan dan pembiasan
cahaya. Angket ini diberikan kepada 35 siswa yang mewakili kelas XI
MIPA2 SMA Negeri 1 Abung Semuli untuk mengetahui kebutuhan siswa
terhadap media pembelajaran fisika, khususnya LKS. Selain itu, angket ini
juga diberikan kepada guru untuk mengetahui kemampuan guru dalam
mengajarkan fisika.
46
Angket uji validasi ahli digunakan untuk mengetahui kelayakan produk
(yang terdiri dari kesesuaian isi materi dengan Kompetensi Inti- Kompetensi
Dasar), konstruksi (yang terdiri dari konstruksi sesuai format LKS yang
ideal), dan yang terakhir untuk menguji terhadap aspek keterbacaan LKS
yang dikembangkan. pengumpulan data dilakukan dengan menunjukkan
LKS menggunakan model POE yang dikembangkan, kemudian meminta
validator untuk mengisi angket tersebut. Angket respons siswa (pengguna)
digunakan untuk mengumpulkan data kemenarikan, kemudahan, dan
kemanfaatan produk yang dikembangkan.
Angket respon siswa ini menggunakan skala likert dengan empat skala
penilaian yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat
tidak setuju). Langkah-langkah pengolahan data angket respon siswa yaitu:
menghitung frekuensi responden yang memilih SS, S, TS, dan STS pada
setiap item pernyataan positif, kemudian menghitung skor total tiap-tiap
item dan menghitung persentase perolehan skor total per item dengan rumus:
Yamsari (2010; 2).
%100xi
xP x
Keterangan : P = Persentase perolehan skor, x = Jumlah perolehan skor
(skor total) tiap item, xi = jumlah skor ideal (skor tertinggi).
Kriteria Respon:
85% RS = Sangat Positif
70% RS = Positif
50% RS = Kurang Positif
47
RS < 50% = Tidak Positif
F. Teknik Analisis Data
Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan
untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan program
pengembangan.
Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari
ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji ahli atau validasi ahli. Data
kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk
yang dihasilkan untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran. Data
tanggapan siswa terhadap penerapan produk LKS diperoleh melalui uji
lapangan kepada pengguna secara langsung. Sedangakan data hasil belajar
yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk
menentukan tingkat efektivitasan produk sebagai bahan pembelajaran.
a. Analisis data uji ahli
Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli (materi dan desain) yang
diperoleh, selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
idealnilaiJumlahx
respondennilaijawabanJumlahx
dicariyangpresentasep
dimana;
3.1)(%100x
P
1
1
x
x
Sedangkan sebagi dasar pengambilan keputusan untuk merevisi produk yang
dihasilkan digunakan kriteria penilaian yang di adaptasi dari buku Dasar-
Dasar Evaluasi Pendidikan yang ditunjukkan pada Tabel 3.2 di bawah ini.
48
Tabel 3.2. Kriteria Tingkat Kevalidan dan Revisi Produk. Sumber: Arikunto(2006: 276)
Presentase(%) Kriteia Validasi76-100 Valid56-75 Cukup Valid40-55 Kurang Valid0-39 Tidak Valid
b. Analisis Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan LKS.
Sebaran angket untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan
produk dengan menggunakan skala Linkert. Skala Linkert digunakan untuk
mengukur sekelompok orang tentang suatu fenomena Sugiyono (2015: 134).
Skala Linkert untuk uji kemenarikan, uji kemudahan, dan uji kemanfaatan
produk pada penelitian ini di tunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Skor Penilaian Terhadap Uji Kemenarikan, Kemudahan, danKemanfaatan Produk. Sumber : Sugiyono (2015 : 135)
UjiKemenarikan Uji Kemudahan
UjiKemanfaatan
Skor
Sangat Menarik Sangat Mudah SangatBermanfaat
4
Menarik Mudah Bermanfaat 3Cukup Menarik Cukup Mudah Cukup
Bermanfaat2
Kurang Menarik Kurang Mudah KurangBermanfaat
1
Kualitas kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk dapat ditetapkan
dengan mengkonversi skor dari tabel , menjadi rentang presentase dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut: (Sugiyono, 2015; 137)
%100idealskorjumlah
diperolehyangskorpresentase x
(3.2)
Makna rentang presentase sebagai berikut: (1) sangat menarik, sangat mudah,
dan sangat bermanfaat (90%-100%), menarik, mudah, dan bermanfaat (70-
49
89%), cukup menarik, cukup mudah, dan cukup bermanfaat (50%-69%),
kurang menarik, kurang mudah, dan kurang bermanfaat (0%-49%)
c. Analisis Uji Keefektifitasan LKS
Uji keefektifitasan LKS pada tahap Uji Coba Produk (Pretest-Postest Control
Group Design) dianalisis menggunakan minitab t-test berpasangan (related)
atau two-sample T-test.
Tingkat keefektifitas produk berdasarkan rata-rata nilai gain termomalisasi
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Tabel 3.4. Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya.Hake (1998: 66)
Rata-rata gainternormalisasi
Klasifikasi Tingkat Keefektifitasan
(g)≥0,70 Tinggi Efektif0,03≤(g)<0,70 Sedang Cukup efektif
(g)<0,30 Rendah Kurang Efektif
d. Analisis tanggapan peserta didik terhadap penerapan LKS.
Data tanggapan peserta didik terhadap penerapan LKS materi pemantulan dan
pembiasan cahaya dengan pembelajaran berbasis POE dianalisis menggunakan
maksimumnilaiS
pretestnilai)(S
postesnilai)(S
rmalisasigain terno(g)
;keterangan
(3.5)S-S
)()(Sg)(
m
i
f
im
f
iS
50
skala Linkert untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa tentang
penerapan LKS pada penelitian ini ditunjukan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Respon atau Tanggapan Siswa tentang Penerapan LKS.Tanggapan Siswa Skor
Sangat Baik 4Baik 3
Cukup Baik 2Kurang baik 1
Kualitas tanggapan siswa terhadap penerapan LKS dapat ditetapkan dengan
mengkonvers skor dari tabel tersebut, menjadi rentang persentase dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
%100diperolehyangskor
persentase xidealjumlahskor
Skor rata-rata siswa diperoleh dengan rumus berikut:
n
RiR
n
i
1
(3.4)
Sugiyono (2015: 137)
Makna rentang persentase sebagai berikut: sangat baik (90%-100%), baik
(70%-89%), cukup baik, (50%-69%), kurang baik (0%-49%).
Untuk menganalisis keterampilan berpikir kreatif siswa digunakan skor pretest
dan posttest berupa soal pilihan jamak beserta esay. Skor rata-rata hasil belajar
siswa diperoleh dengan rumus berikut:
n
HH
n
i
1(3.5)
51
Instrument pretest dan posttest diuji kualitasnya menggunakan uji yaitu:
1. Uji Validitas
Perangkat tes yang telah disusun oleh peneliti dilakukan uji coba. Sebelum
diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan validasi untuk mengukur validitas dari
perangkat tes. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat
pengukur tes, atau sejauh mana tes sebagai alat pengukur keterampilan berpikir
kreatif siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap
keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan.
Validitas isi dari suatu tes dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara
isi yang terkandung dalam tes dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan untuk masing-masing pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum
dalam tujuan pembelajaran sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar
tersebut atau belum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes
dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran fisika yang berpengalaman dalam
pembuatan butir soal.
2. Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas alat ukur angket dalam penelitian ini digunakan rumus
Alpha (r11), karena mengingat skor setiap itemnya adalah bukan skor 0 (nol),
melainkan rentang antara beberapa nilai yaitu 1-5.
“Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya
bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian” Arikunto (2010: 239).
Rumus Alpha:
52
2
2
11t
b1
1-k
kr
(3.6)
Keterangan: r11 = Reliabilitas Instrumen, n = Banyaknya butir pertanyaan,
2b = Jumlah varians skor dari tiap butir item, 2t = Varian total
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Sampel diuji untuk mengetahui apakah sampel penelitian merupakan data
berdistribusi normal atau tidak, menggunakan software SPSS dengan uji
statistik. Kolmogrov-Smirnov dengan cara menentukan terlebih dahulu
hipotesis pengujiannya yaitu:
H0 : data terdistribusi tidak normal
H1 : data terdistribusi normal
Pedoman pengambilan keputusan:
1) Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05maka distribusinya
adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka distribusinya
adalah normal
b. Uji Homogenitas
Sampel diuji untuk mengetahui apakah data dalam variabel kelompok
eksperimen (POE) dan variabel kelompok kontrol (konvensional) bersifat
homogen atau tidak pada populasi yang sama menggunakan softwere SPPS
melalui uji Levene’s test dengan merumuskan hipotesis pengujian data sebagai
berikut:
53
H0 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama
atau homogen,
H1 : Data sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians tidak sama
atau tidak homogenitas.
Kehomogenan dipenuhi jika hasil nilai signifikansi yang digunakan pada uji
Levene’s test menggunakan taraf signifikansi 5 % (α = 0,05) dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05, maka H0 diterima
2) Jika nilai signifikansi 0,05, maka H0 ditolak.
c. Uji Hipotesis statistik
Setelah data diketahui terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam
penelitian menggunakan uji statistic parametrik tes yakni uji t untuk dua
sampel bebas (independent sample t test).Uji ini dilakukan untuk
membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas).Independent sample t test
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua
kelompok sampel yang tidak berhubungan.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah
H0 : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara nilai kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Rumus perhitungan Independent Sample t Test yaitu;
54
2121
22211
21
n
1
n
1
2nn
1n1n SS
XXt (3.7)
Rumus di atas menunjukan t adalah thitung, kemudian ttabel dicari pada table
distribusi t dengan α = 5 % : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dan Dengan derajat kebebasan
(df) n-2. Setelah diperoleh besar thitung dan ttabel maka dilakukan pengujian
dengan criteria pengujian sebagai berikut:
Kriteria pengujian pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau
nilai probabilitas.
1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas 0,05 maka H0 diterima.
2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
(Trihendradi, 2010: 143)
82
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis
POE dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Pemantulan dan Pembaiasan
Cahaya diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Validitas LKS Fisika yang dikembangkan memenuhi kriteria valid menurut
uji ahli ditinjau dari aspek desain dengan kriteria valid ditinjau dari aspek
materi dengan kriteria valid. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
LKS masuk kriteria valid.
2. Kepraktisan LKS Fisika yang dikembangkan memenuhi kriteria baik
ditinjau dari angket respon siswa pada aspek kemudahan, aspek
kemenarikan dan aspek kemanfaatan, yang kesemuanya masuk kategori
baik.
3. Efektivitas LKS ditinjau dari hasil rata-rata N Gain nilai kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan dengan nilai kelas kontrol. Hasil tersebut
menunjukkan LKS berbasis POE lebih efektif dibandingkan dengan LKS
konvensional.
4. Respon siswa terhadap pemanfaatan LKS berbasis POE diperoleh rata-rata
skor 93% dengan kategori sangat positif.
83
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti pada Pengembangan
Lembar Kerja Siswa Berbasis POE dalam Pembelajaran Fisika pada Materi
Pemantulan dan Pembiasan Cahaya disarankan beberapa hal berikut:
1. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis POE dalam Pembelajaran
Fisika pada Materi Pemantulan dan Pembaiasan Cahaya sebaiknya
memperhatikan kesesuaian isi dengan silabus pembelajaran di sekolah
tempat penelitian dan karakteristik materi dalam pembelajaran.
2. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis POE dalam Pembelajaran
Fisika pada Materi Pemantulan dan Pembaiasan Cahaya sebaiknya
memperhatikan komponen yang terdapat pada POE. Komponen tersebut
akan menampakkan tahapan yang dilakukan siswa dan guru pada saat
proses pembelajaran. Dengan demikian maka dapat memudahkan dalam
mencapai tujuan. Adapun komponen tersebut adalah Predict
(memprediksi), Observe (mengamati), Explanation ( menjelaskan).
3. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis POE dalam Pembelajaran
Fisika pada Materi Pemantulan dan Pembaiasan Cahaya sebaiknya
memperhatikan bahasa yang sesuai dengan subjek penelitian agar isi LKS
mudah untuk dipahami oleh pengguna.
84
DAFTAR PUSTAKA
Akker, J. 1999. Principles and Method of Development Research. London. Dlm.van den Akker, J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T.(pnyt.). Design approaches and tools in educational and training. Dordrecht:Kluwer Academic Publisher.
Aprilia, L., & Mulyaningsih, S. 2014. Penerapan Perangkat Pembelajaran MateriKalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran GuidedDiscovery Kelas X SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. 3 (3). 1-5.Tersedia di http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article.pdf [ diakses pada 15November 2017]
Arafah, S.F. B. Priyono, & Ridlo S,. 2012. Pengembangan LKS Berbasis Kritispada Materi Animalia. Unnes Journal of Biology Education, 1 (1). 75-81.Tersedia di http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/artikel_sju/ujbe [ diaksespada 15 November 2015]
Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
-----------, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Edisi Revisi).Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Asyhar, R. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: GaungPersada (GP) Press Jakarta.
Borg, W. R. Gall, M. D., & Gall, J. P., 2003. Educational Research: AnIntroduction (Seventh Edition ed.). United States: Pearson Education, Inc.
Celikler, D. 2010. The Effect of Worksheets Developed for the Subject ofChemical Compounds on Student Achievement and Permanent Learning.The International Journal of Research in Teacher Education, 1(1). 42-51.Tersedia di http://ijrte.eab.org.tr/ [ diakses 08 November 2017].
Choo S.S.Y., Rotgans JI, Yew E. H.J, & Schmidt H. G. 2011. Effect ofWorksheet Scaffolds on Student Learning in Problem – Based Learning.Republic Polytechnic, Singapore. 16 (16): 517 – 528.Tersedia:[http://www.Adv in Health Sci Educ.edu.id]
85
Daryanto. 2013. Menyusun Modul: Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalamMengajar. Yogyakarta: Grava Media
Depdiknas. 2007. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar.Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Giancoli, D. C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta:Erlangga
Hake, R. R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: a Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory PhysicsCourses. American Journal of Physics. 66 (1). 64-74.www.physics.indiana.edu/-sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [diakses padatanggal 15 november 2017]
Haryono., Rejeki, G. S dan Arini S.R.D. 2013. Jurnal Pendidikan Kimia. 2 (3).175-181. Diunduh pada tanggal 06 oktober 2017
Husna, M. 2014. Penerapan Metode GW-ACCESS Menggunakan LKSterhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA Pada Materi Energi danUsaha. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 03 No. 02, 54-59.http://Ejournal.unesa.ac.id/article/ PenerapanMetodeGw-AccessMenggunakanLksTerhadapHasilBelajarKognitifSiswa/article.pdf.[diakses pada tanggal 15 November 2017] Surabaya: Universitas NegeriSurabaya
Indrawati dan Setiawan,W. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, danMenyenangkan untuk Guru SD. Bandung: PPPPTK IPA.
Isnaini, M., P. Marwoto, & A. Yulianto. 2012. Pengembangan LKS Fisika ModelInferensi Logika Berpikir Hypothetical-Deductive Siswa SMP. Journal ofInnovative Science Education, 1 (2). 98-104. Tersedia dihttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise [diakses 08 November 2017]
Johnstone, A.H., Shuhaili, A.A. 2001. Learning in the Laboratory: SomeThoughts from the Literature. Journal of the Royal Society of Chemistry. 5(1). 42-91. http:// Journal.ac.id/article/ Learning in theLaboratory/article.pdf. [diakses pada tanggal 26 November 2017]
Karsli, F. dan Sahin, Ç. 2009. Developing worksheet based on science processskills: Factors affecting solubility. Asia-Pacific Forum on Science Learningand Teaching.10 (1): 1-12. Tersedia[http://www. Asia-Pacific Forum onScience Learning and Teaching.com]
86
Keeratichamroen, W. 2007. Using the Predict–Observe–Explain (POE) toPromote students’ learning of tapioca bomb And chemical reactions.Tersedia padahttp://www.il.mahidol.ac.id.th/English_site/research/proceeding/ICASE_Wasana%20 Keeratichamroen.pdf. [Diakses pada tanggal 06 Oktober 2017]
Kemendikbud. 2013. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 Tentang StandarProses. Jakarta: Kemendikbud
Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Rajawali Pers.
Lestari, Cahyani. 2015. Efektifits Penggunaan LKS Materi Energi Berbasis POEuntuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Siswa Tesis Tidak untuk dipublikasikan. Bandar Lampung: Universitas Lampung. [diakses pada tanggal16 November 2018]
Liew, C.W. 2004. The Effectivenees of Predict-Observe-Explain Technique inDiagnosing Students’ Understanding of science and Identifying TheirLevel of Achievement: Curtin University of Technology. Science ofMathematics Education Centre.Tersedia padahttp://www.curtin.edu.autheses/vailable/adt/WCU20050228.155638/unrestricted/01Front.pdf. [diakses pada tanggal 06 Oktober 2017]
Lismawati. 2010. Pengoptimalan Penggunaan Lembar Kerja Siswa. Jakarta:Rineka Cipta.
Ma’rifatun, D., K. S. Martini, dan S.B Utomo. 2014. Pengaruh ModelPembelajaran Predict Observe Explain (POE) Menggunakan MetodeEksperimen dan Demontrasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada PokokBahasan Larutan Penyangga Kelas XI Sma Al Islam 1 Surakarta TahunPelajaran 2013/2014. Jurnal pendidikan kimia (JPK) ISSN 2337-9995. 3 (3),hal 11-16
Nur, D. A., M. Masykuri, dan S. Yamtinah. 2013. Pengaruh Pembelajaran Poe(Predict, Observe, Explain) dan Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi BelajarSiswa Pada Materi Asam dan Garam Pada Kelas VII Semester 1 SMPN 1Jaten. Jurnal Pendidikan Kimia ISSN 2337-9995. 2 (2), hal 16-23
Nurham, H. 2013. Pengertian Validitas dan Jenis-Jenis Validitas. Tersedia dihttps://hamimnurham.wordpress.com/2013/05/02/pengertian-validitas-dan-jenis-jenis-validitas/ Akses tanggal 8 Maret 2018
Nurmalasari, A.L. Jayadinata, A.K, dan Maulana. 2016. Pengaruh StrategiPredict Observe Explain Berbantuan Permainan Tradisional TerhadapKemampuan Berfikir Kritis Siswa pada Materi Gaya. Jurnal Pena Ilmiah.1 (1). 182-183. Tersedia padahttp://jurnal.untad.ac.id/PengaruhStrategiPredictObserveExplainBerbantu
87
anPermainanTradisionalTerhadapKemampuanBerfikirKritisSiswaMteriGaya.pdf [diakses pada tanggal 20 Desember 2017]
Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:Diva Press.
Puspitasari, Y. D., & Aminah, N. S. 2014. Pengembangan Modul Fisika BerbasisScientific pada Materi Fluida Statis untuk Meningkatkan KeterampilanBerpikir Kritis. Prosiding Pendidikan Sains. 1(1). 1-9. Tersedia padahttp://digilib.uns.ac.id/ PengembanganModulFisikaBerbasisScientific.pdf. [diakses pada tanggal 06 Oktober 2017]
Restami, M. P., Suma, K., dan Pujani, M. 2013 Pengaruh Model PembelajaranPOE (Predict-Observe-Explain) Terhadap Pemahaman Konsep Fisika danSikap Ilmiah Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa. Jurnal ProgramPascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA. Vol. 3No. 3, hal 1-11
Rohaeti, E., Widjayanti, E., dan Padmaningrum, R. T. 2009. PengembanganLembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP. JurnalInovasi Pendidikan, 10 (1). 1-11. Tersedia padahttp://digilib.unila.ac.id/article.pdf. [ diakses pada tanggal 15 November2017]
Sadiman. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.-----------. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sadjati, I.M. 2016. Hakikat Bahan Ajar. (Online).(respository.ut.ac.id/4157/I/IDIK4009-MI.pdf/, diakses pada tanggal19 februari2019).
Sanjaya,W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santyasa, I. W. 2007. Landasan Konseptual Media Pembelajaran.file.upi.edu/Direktori/FIP/.../MEDIA_ PEMBELAJARAN. pdf. Diunduh padatanggal 06 Oktober 2017.
Sari. K. N . 2014. Keefektifan Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Perubahan SifatBenda pada Siswa Kelas V SDN Kejambon 4 Kota Tegal, Skripsi JurusanPendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UniversitasNegeri Semarang, h. 78
Setiono, B. 2011. Pengembangan Alat Perekam Getaran sebagai MediaPembelajaran Konsep Getaran. Skripsi Tidak untuk di publikasikan. BandarLampung: Universitas Lampung. Tersedia padahttp://digilibunila.ac.id./article/pdf. [diakses pada tanggal 15 November 2017]
88
Sudia dan yani. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain(POE) Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV SD di KelurahanBanyuasri. Jurnal Pendidikan IPA. 3 (2). 34-57. Singaraja : UniversitasPendidikan Ganesha. Tersedia pada http://digilibunila.ac.id/article/pdf[diakses pada tanggal 06 Oktober 2017]
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
------------, 2015, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sunyono. 2008. Development of Student Worksheet Base on Environment to SainsMaterial of Yunior High School in Class VII on Semester 1 (Study In SMPN1 Bandar Lampung For Material of Acid, Based, and Salt). Proceeding ofThe 2nd International Seminar of Science Education. Bandung: UPI
Susilana, R. dan Riyana, C. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV WacanaPrima.
Toman, U., & Akdeniz, AR., Çimer, SO. Gürbüz, F. 2012. Effect ExtendedWorksheet Developed According To 5e Model Based On ConstructivistLearning Approach. Int. J. of Innovation and Learning. 11(4): 386-403.Tersedia:[http://www.Tusedv.org]
Trianto. 2011. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivitas.Jakarta: perstasi Pustaka.
Trihendradi, C. 2010. Step by step Analisis Ststistik Data dengan SPSS 18.Yogyakarta: ANDI.
Tyas, R. N., Sukisno dan Mosik. 2013. Penggunaan Strategi POE(Predict-Observe-Explain) untuk Memperbaiki Miskonsepsi Fisika. Jurnalpendidikan sains universitas muhammadiyah semarang. Vol. 1, No. 1, hal.37-41.
Wahyudi. 2011. Pengajaran Metode Sains Melalui Metode Praktik Laboratorium.Laboratorium Kimia SMA YPPI.
Wahyuni, S. E., S. Sudirman, dan P. Karyanto. 2013. Pembelajaran Biologi ModelPOE (Predict, Observe, Explain) Melalui Laboratorium Riil danLaboratorium Virtuil Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan KemampuanBerfikir Abstrak. Jurnal Inkuiri ISSN 2252-7893. 2 (3), Hal 269-278.
89
Wati, R. 2015. Pengembangan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing untukPembelajaran Fluida Statis Di SMAN 1 Kota Agung. Jurnal PembelajaranFisika. 3 (2). 99-109.
Yamsari, Y. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICTyang Berkualitas. Seminar Nasional Pascasarjana X ITS. Surabaya.(Online). (http://salamsemangat.files.wordpress.com/2010/05/pengembangan-matematika-berbasis-tik.pdf)/diakses tanggal 19 februari2019)
Yildrim, N., S, Kurt, & A. Ayas. 2011. The Effect of the Worksheet on Student’Achievement in Chemical Equilibrium. Journal of Turkish ScienceEducation, 8 (3): 44-58. Tersedia di http://www.tused.org/ [diakses 08November 2017]