+ All Categories
Home > Documents > PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

Date post: 03-Dec-2021
Category:
Upload: others
View: 16 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
14
114| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 114-127 PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA MATERI TEORI TUMBUKAN Nurma Achmaliya, Ila Rosilawati, Nina Kadaritna, Sunyono FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 *Corresponding author, tel/fax: 081367222742 [email protected] Abstract: Development of Module Chemical Representation-Based on Collision Theory. This research use R&D method had been done with aim to describe the validity and practically of module based on chemical represntation on collision theory. Validator gave valid judgement to content suitability, contruction, and readibility aspects of module which has been developed with the percentage of each in very high category. In preliminary field testing which conducted in SMAN 13 Bandar Lampung, teacher gave responses to content suitability, construction, and readibility aspects in very high criteria. In other hands, students’responses to readibility and attractiveness also very high criteria. Based on it, module which has been developed can be said in high validity and practically. Keywords: module, chemical representation, collision theory. Abstrak: Pengembangan Modul Berbasis Representasi Kimia pada Materi Teori Tumbukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mendeskripsikan validitas dan kepraktisan pada modul berbasis representasi kimia pada materi teori tumbukan. Hasil penilaian yang diberikan validator terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan dari modul hasil pengembangan sudah valid dengan persentase dari masing-masing aspek berkategori tinggi. Studi lapangan awal dilakukan di SMAN 13 Bandar Lampung, hasil tanggapan yang diberikan guru terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan berkriteria sangat tinggi. Di samping itu, tanggapan siswa terhadap aspek keterbacaan dan kemenarikan juga memiliki kriteria sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, modul hasil pengembangan memiliki validitas dan kepraktisan yang tinggi. Kata kunci: modul, representasi kimia, teori tumbukan. PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah pemberlakuan kurikulum 2013. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 menuntut siswa untuk belajar lebih aktif, mandiri serta dapat ber- pikir kritis dalam mempelajari setiap cabang ilmu. Setiap cabang ilmu memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga membutuhkan pembelajar- an yang sesuai dengan karakteristik- nya. Demikian cabang IPA yang me- miliki karakteristik tertentu sehingga membutuhkan suatu metode yang brought to you by CORE View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk provided by Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia
Transcript
Page 1: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

114| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 114-127

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI KIMIA

PADA MATERI TEORI TUMBUKAN

Nurma Achmaliya, Ila Rosilawati, Nina Kadaritna, Sunyono

FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1

*Corresponding author, tel/fax: 081367222742

[email protected]

Abstract: Development of Module Chemical Representation-Based on Collision

Theory. This research use R&D method had been done with aim to describe the

validity and practically of module based on chemical represntation on collision

theory. Validator gave valid judgement to content suitability, contruction, and

readibility aspects of module which has been developed with the percentage of

each in very high category. In preliminary field testing which conducted in SMAN

13 Bandar Lampung, teacher gave responses to content suitability, construction,

and readibility aspects in very high criteria. In other hands, students’responses to

readibility and attractiveness also very high criteria. Based on it, module which

has been developed can be said in high validity and practically.

Keywords: module, chemical representation, collision theory.

Abstrak: Pengembangan Modul Berbasis Representasi Kimia pada Materi

Teori Tumbukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

penelitian dan pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mendeskripsikan

validitas dan kepraktisan pada modul berbasis representasi kimia pada materi teori

tumbukan. Hasil penilaian yang diberikan validator terhadap aspek kesesuaian isi,

konstruksi, dan keterbacaan dari modul hasil pengembangan sudah valid dengan

persentase dari masing-masing aspek berkategori tinggi. Studi lapangan awal

dilakukan di SMAN 13 Bandar Lampung, hasil tanggapan yang diberikan guru

terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan berkriteria sangat

tinggi. Di samping itu, tanggapan siswa terhadap aspek keterbacaan dan

kemenarikan juga memiliki kriteria sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut,

modul hasil pengembangan memiliki validitas dan kepraktisan yang tinggi.

Kata kunci: modul, representasi kimia, teori tumbukan.

PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan

mutu pendidikan di Indonesia adalah

pemberlakuan kurikulum 2013.

Proses pembelajaran pada kurikulum

2013 menuntut siswa untuk belajar

lebih aktif, mandiri serta dapat ber-

pikir kritis dalam mempelajari setiap

cabang ilmu. Setiap cabang ilmu

memiliki karakteristik yang berbeda,

sehingga membutuhkan pembelajar-

an yang sesuai dengan karakteristik-

nya. Demikian cabang IPA yang me-

miliki karakteristik tertentu sehingga

membutuhkan suatu metode yang

brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

provided by Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia

Page 2: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

Achmaliya et al.Pengembangan Modul berbasis Representasi Kimia…. |115

sesuai untuk pembelajaran kimia di

sekolah.

Ilmu kimia merupakan cabang

dari IPA yang mencari jawaban atas

pertanyaan apa, mengapa, dan bagai-

mana gejala-gejala alam yang berkait-

an dengan komposisi, struktur, serta

energi yang menyertai perubahan

materi. Materi yang diajarkan dalam

ilmu kimia sebagian bersifat “kasat

mata” (visible), dan sebagian lagi ber-

sifat abstrak atau “tidak kasat mata”

(invisible) (Tim Penyusun, 2006).

Konsep yang abstrak ini menye-

babkan siswa mengalami kesulitan

memahami materi kimia. Marks

(1985) juga menjelaskan bahwa

dalam ilmu kimia banyak terdapat

konsep-konsep yang abstrak sehingga

sulit dipahami oleh siswa.

Kesulitan siswa dalam mema-

hami konsep kimia sampai sekarang

masih belum teratasi. Berbagai pene-

litian telah dilakukan untuk mengkaji

hal tersebut. Weerawardhana, dkk

(2006) telah mengidentifikasi empat

kemungkinan utama yang menyebab-

kan sebagian besar siswa SMA sulit

memahami konsep kimia yaitu sifat

pelajaran kimia itu sendiri, metode

pengajaran kimia, cara belajar siswa

dan alat pembelajaran. Salah satu

yang termasuk alat pembelajaran

diantaranya adalah modul.

Modul yang tepat agar dapat

menyampaikan konsep yang abstrak

adalah modul yang menyajikan materi

dengan menghubungkan hal yang

abstrak dengan hal yang konkret, se-

hingga konsep abstrak menjadi lebih

mudah dipahami oleh siswa. Konsep

yang abstrak dan konkret ini berhu-

bungan dengan representasi kimia.

Chiu dan Wu (2009) menjelaskan

bahwa representasi kimia merupakan

suatu cara untuk mengekspresikan

fenomena, konsep abstrak, gagasan,

dan proses mekanisme. Johnstone

dalam Chittleborough (2004) mem-

bagi representasi kimia ke dalam tiga

level, yaitu level makroskopik, level

submikroskopik, dan level simbolik.

Tasker dan Dalton (2006) menya-

takan bahwa pembelajaran kimia pada

umumnya menggunakan fenomena

level makroskopik (laboratorium) dan

level simbolik, sehingga akan terjadi

kesalahpahaman dalam pembelajaran

kimia berasal dari ketidakmampuan

siswa untuk memvisualisasikan struk-

tur dan proses dalam level submikro-

skopik (tingkat molekul).

Johnstone (1982) menjelaskan

bahwa representasi fenomena makro-

skopik yaitu representasi yang diper-

oleh melalui pengamatan nyata ter-

hadap suatu fenomena yang dapat

dilihat dan dipersepsi oleh panca

indera atau dapat berupa pengalaman

sehari-hari pembelajar. Bucat dan

Mocerino (2009) menjelaskan bahwa

representasi fenomena submikrosko-

pik merupakan representasi pada

tingkat partikel yang mencakup peng-

gambaran susunan elektron dalam

atom, ion, dan molekul. Menurut

Taber (2009), representasi fenomena

simbolis bertindak sebagai bahasa

dalam ilmu kimia sehingga terdapat

aturan-aturan yang harus diikuti, yang

terkait dengan prinsip-prinsip dasar

konseptual, dan tata bahasa dalam ilu

kimia harus dibangun berdasarkan

pengetahuan abstrak.

Gilbert dan Treagust (2008)

merangkum dari berbagai hasil pene-

litian mengenai masalah yang diha-

dapi peserta didik, yaitu lemahnya

pengalaman peserta didik pada level

makroskopik, terjadinya miskonsepsi

pada level submikroskopik, lemahnya

pemahaman terhadap kompleksitas

konvensi yang digunakan untuk mere-

presentasikan level simbolik, dan

Page 3: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

116| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 114-127

ketidakmampuan untuk „bergerak‟

antara ketiga level representasi.

Menurut Chittleborough dan Treagust

(2007) tidak diterapkannya level

submikroskopik dalam pembelajaran

merupakan salah satu penyebab siswa

sulit meningkatkan kemampuan rep-

resentasional dan memahami konsep

kimia.

Berdasarkan hasil observasi

(studi pendahuluan) yang dilakukan

terhadap 6 guru kimia dan 120 siswa

dari enam SMA Negeri dan Swasta di

Bandar Lanpung dan Metro menun-

jukkan bahwa dalam proses pembel-

ajaran 33,33% guru sudah pernah

membuat bahan ajar, bahan ajar yang

banyak dibuat yakni rangkuman yang

dikutip dari beberapa sumber. Namun

33,33% guru belum pernah membuat

buku ajar, mereka menggunakan buku

pelajaran yang beredar di pasar dan

juga dari dinas pendidikan, dimana

cakupan materi dalam buku ajar

hanya sedikit dan tidak sesuai dengan

kurikulum yang berlaku. Sebanyak

66,67 % guru menyatakan bahwa

mereka sudah mengetahui repre-

sentasi kimia khususnya submikro-

skopis, namun tidak diterapkannya

dalam pembuatan modul berbasis

representasi kimia.

Adisendjaja (2007) menyatakan

bahwa beberapa buku ajar dari ber-

bagai penerbit masih banyak mengan-

dung kesalahan dan miskonsepsi serta

diperlukan konsep alternatif. Salah

satu konsep alternatif yang dapat

digunakan adalah representasi kimia.

Pentingnya penggunaan ketiga level

representasi dalam pembuatan modul

diperkuat dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Sunardi (2012)

bahwa penggunaan ketiga level re-

presentasi pada pembelajaran dapat

meningkatkan pemahaman konsep

siswa. Penelitian yang dilakukan oleh

Sari (2015) membuktikan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan

ketiga level representasi dapat

meningkatkan penguasaan konsep

dan kemampuan pemecahan masalah

siswa SMA. Rahmawati (2015) juga

membuktikan bahwa modul yang

menggunakan ketiga level repre-

sentasi dapat meningkatkan kemam-

puan berpikir kritis, hal senada juga

dijelaskan oleh Finnajah (2016)

bahwa modul berbasis representasi

kimia dapat meningkatkan pema-

haman konsep dan hasil belajar.

Berdasarkan fakta-fakta di atas,

dan untuk mengetahui kevalidan dan

kepraktisan modul berbasis repre-

sentasi kimia pada materi teori tum-

bukan. Oleh karena itu, pada artikel

ini akan dipaparkan hasil pengem-

bangan modul berbasis representasi

kimia pada materi teori tumbukan.

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Research and

Development (R & D) yang diusulkan

oleh Borg and Gall dengan subjek

penelitian yaitu modul berbasis

representasi kimia pada materi teori

tumbukan. Langkah-langkah dalam

penelitian ini meliputi:

Tahap studi Pendahuluan

Pada tahap ini, penelitian dimulai

dengan analisis potensi dan masalah

berupa bahan ajar yang beredar di

sekolah-sekolah, studi literatur dan

studi lapangan. Studi literatur dilaku-

kan untuk menemukan konsep dan

landasan teoritis yang memperkuat

modul yang akan dikembangkan.

Studi lapangan dilakukan di enam

SMA di provinsi Lampung.

Instrumen yang disusun pada

tahap ini adalah instrumen analisis

kebutuhan untuk guru dan siswa se-

Page 4: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

Achmaliya et al.Pengembangan Modul berbasis Representasi Kimia…. |117

dangkan data yang diperoleh berupa

hasil analisis kebutuhan dari studi

lapangan dan hasil studi literatur.

Pada tahap ini, yang menjadi sumber

data adalah 6 guru mata pelajaran

kimia kelas XI IPA dan 120 siswa-

siswi kelas XI IPA yang mewakili 6

SMA/MA di Kota Metro dan Bandar

Lampung.

Teknik analisis data pada studi

pendahuluan dilakukan dengan cara

mengklasifikasi data dengan menge-

lompokkan jawaban berdasarkan per-

tanyaan, melakukan tabulasi data

berdasarkan klasifikasi yang dibuat,

menghitung persentase jawaban

menggunakan rumus berikut:

dimana, adalah persentase pilih-

an jawaban-i, adalah jumlah res-

ponden yang menjawab jawaban-i,

dan adalah jumlah seluruh respon-

den (Sudjana, 2005).

Tahap pengembangan produk

Pengembangan produk awal ter-

bagi menjadi dua tahap. Pada tahap

pertama yaitu penyusunan draf kasar

hingga menjadi produk awal modul

berbasis representasi kimia pada

materi teori tumbukan yang disebut

dengan draf 1. Rancangan modul

yang dikembangkan terdiri dari

sampul depan, sampul dalam, kata

pengantar, daftar isi, Kompetensi Inti

(KI)-Kompetensi Dasar (KD)-Indi-

kator, Kegiatan Belajar I, Kegiatan

Belajar II, daftar pustaka, dan sampul

belakang.

Instrumen yang disusun pada

penelitian ini berupa angket untuk

validasi ahli yang meliputi aspek

kesesuaian isi, konstruk, dan keter-

bacaan, data penelitian yang diperoleh

berupa hasil penilaian validasi ahli.

Sumber data pada tahap ini adalah 2

dosen program studi pendidikan

kimia Universitas Lampung. Validasi

dilakukan oleh validator dengan pem-

berian angket beserta produk awal.

Teknik analisis data untuk angket

pada validasi ahli yaitu memberi skor

jawaban responden, pemberian skor

jawaban responden berdasarkan skala

Likert pada Tabel 1.

Tabel 1. Skala Likert

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (ST) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Jumlah skor jawaban responden yang

diperoleh kemudian diolah dan ,

persentase jawaban angket dihitung

untuk mengetahui tingkat kesesuaian

isi, konstruk, dan keterbacaan modul

hasil pengembangan, serta persentase

angket ditafsirkan menggunakan taf

siran Arikunto (2010) seperti pada

Tabel 2.

Tabel 2.Tafsiran persentase angket.

Persentase (%) Kriteria

80,1-100 Sangat tinggi

60,1-80 Tinggi

40,1-60 Sedang

20,1-40 Rendah

0,00-20 Sangat rendah

Tahap uji coba lapangan awal

Tahap uji coba lapangan awal

dilakukan untuk mengetahui tang-

gapan guru dan siswa terhadap modul

yang dikembangkan. Pada tahap ini,

instrumen berupa angket tanggapan

guru dan angket tanggapan siswa.

%100%

N

JJ

i

in

inJ%

iJ

N

Page 5: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

118| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 114-127

Sumber data pada tahap ini terdiri

dari 1 orang guru kimia dan 20 siswa-

siswi kelas XI IPA 1 SMA Negeri 13

Bandar Lampung.

Teknik analisis data yang diguna-

kan pada angket tanggapan guru sama

dengan teknik analisis data pada

validator, sedangkan teknik analisis

data tanggapan siswa dilakukan

dengan mengklasifikasi data, mela-

kukan tabulasi, lalu memberi skor

jawaban responden berdasarkan skala

likert pada Tabel 1.

Jumlah skor jawaban responden

diolah dan persentase jawaban

responden pada angket dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

dimana merupakan persentase

jawaban pernyataan ke-i pada angket,

merupakan jumlah skor jawab-

an total dan merupakan skor

maksimum yang diharapkan, rata-rata

persentase jawaban dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

dimana adalah rata-rata persen-

tase jawaban pertanyaan pada angket

merupakan jumlah persen-

tase jawaban pertanyaan total pada

angket dan merupakan jumlah

pertanyaan pada angket (Sudjana,

2005).

Uji Kepraktisan

Kepraktisan modul diukur dari

hasil penyebaran angket tanggapan

siswa setelah menggunakan modul

dan lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran oleh observer. Instru-

men yang disusun pada tahap ini be-

rupa angket tanggapan siswa setelah

belajar menggunakan modul dan

lembar observasi terhadap keterlaksa-

naan pembelajaran. Data yang diper-

oleh yaitu berasal dari hasil tang-

gapan siswa dan data hasil observasi

keterlaksanaan pembelajaran oleh 2

orang observer. Sumber data pada uji

keterlaksanaan ini terdiri dari dua

orang observer dan 20 siswa-siswi

kelas XI IPA 1. Teknik analisis data

respon siswa setelah belajar menggu-

nakan modul hasil pengembangan

sama dengan teknik analisis data

respon siswa pada uji coba lapangan

awal. Teknik analisis data lembar ob-

servasi pada uji keterlaksanaan modul

dilakukan dengan menghitung per-

sentase jumlah skor per jawaban, me-

nafsirkan persentase jawaban per-

tanyaan secara keseluruhan dengan

menggunakan tafsiran seperti pada

Tabel 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Pendahuluan

Hasil penelitian pada studi

pendahuluan terdiri dari hasil studi

literatur dan studi lapangan. Hasil

studi pustaka yang dilakukan yaitu

analisis SKL, KI, dan KD yang digu-

nakan untuk membuat analisis

konsep, silabus dan RPP. Hasil studi

lapangan yang diperoleh yaitu terdiri

dari hasil analisis bahan ajar yang

digunakan oleh guru, bahan ajar yang

beredar di pasaran dan hasil penye-

baran angket dengan guru dan siswa

saat studi lapangan.

Hasil analisis bahan ajar yang

digunakan oleh guru dan siswa

menunjukkan bahwa bahan ajar yang

digunakan hanya berisi tentang

rangkuman materi dan soal-soal saja

bukan berisi tentang informasi atau

penjelasan materi secara menyeluruh,

%100%

maks

inS

SX

inX%

S

maksS

n

XX

in

i

%%

iX%

inX%

n

Page 6: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

Achmaliya et al.Pengembangan Modul berbasis Representasi Kimia…. |119

belum memiliki desain yang menarik,

penyajian materi masih hitam putih

serta gambar yang disajikan belum

ada penjelasannya, dan tidak terdapat

indikator yang akan dicapai.

Berdasarkan hasil wawancara

terhadap 6 guru pada studi lapangan,

diketahui bahwa sebagian besar guru

belum pernah membuat modul pada

materi teori tumbukan. Guru biasanya

menggunakan buku ajar yang diter-

bitkan oleh beberapa penerbit, seperti

Erlangga, Esis, dan Dinas Pendidikan.

Sebagian besar guru sudah mengeta-

hui tentang representasi kimia teru-

tama fenomena submikroskopis,

namun diterapkan dalam pembuatan

modul. Adapun kendala yang diha-

dapi oleh guru untuk tidak membuat

modul yaitu keterbatasan pengeta-

huan penyusunan modul, kesulitan

mengaplikasikan teknologi komputer

dalam membuat modul, dan keter-

batasan waktu guru untuk mem-

buatnya.

Hasil penyebaran angket diper-

oleh bahwa bahan ajar yang diguna-

kan selama ini masih memiliki

sejumlah kekurangan, yaitu bahan

ajar yang digunakan belum memiliki

cakupan materi yang lengkap dan

gambar di dalamnya kurang mendu-

kung. Sebagian besar siswa menya-

takan bahwa bahasa yang digunakan

dalam bahan ajar kurang komunikatif

dan bahan ajar yang digunakan belum

memiliki perpaduan warna yang

menarik sehingga sulit dipahami.

Berkaitan dengan permasalahan pada

studi pendahuluan, maka dilakukan

suatu pengembangan bahan ajar

berupa modul berbasis representasi

kimia pada materi teori tumbukan.

Pengembangan modul

Hasil pengembangan dalam

penelitian ini adalah penyusunan draft

kasar modul berbasis representasi

kimia pada materi teori tumbukan.

Representasi kimia mencakup repre-

sentasi secara makroskopis, submik-

roskopis, dan simbolik. Materi teori

tumbukan pada modul ini terdiri dari

arah (orientasi) tumbukan, energi par-

tikel pereaksi, tumbukan efektif, hu-

bungan antara teori tumbukan dengan

pengaruh konsentrasi terhadap laju

reaksi, hubungan antara teori tum-

bukan dengan pengaruh luas permu-

kaan terhadap laju reaksi, hubungan

antara teori tumbukan dengan peng-

aruh suhu terhadap laju reaksi, dan

hubungan antara teori tumbukan

dengan pengaruh katalis terhadap laju

reaksi.

Modul berbasis representasi

kimia yang dikembangkan terdiri dari

tiga bagian yaitu bagian pendahuluan,

bagian isi, dan bagian penutup.

Bagian pendahuluan modul hasil

pengembangan ini terdiri dari sampul

depan, sampul dalam, kata pengantar,

daftar isi, kompetensi inti (KI),

kompetensi dasar (KD), indikator.

Sampul depan dan dalam didesain

semenarik mungkin dengan perpa-

duan warna yang serasi yaitu ungu

muda dan ungu tua, sehingga akan

menarik minat siswa untuk mem-

pelajari modul lebih lanjut. Adapun

sampul depan dari modul yang

dikembangkan dapat dilihat pada

gambar 1. Kata pengantar dan daftar

isi ditulis sesuai kaidah penulisan

bahasa Indonesia ejaan yang

disempurnakan (EYD). Kompetensi

inti dan kompetensi dasar ditulis

sesuai dengan dengan lampiran

permendikbud No. 69 tahun 2013

tentang kerangka dasar dan struktur

kurikulum SMA/MA (Tim Penyusun,

2013).

Bagian isi modul hasil pengem-

bangan ini terdiri dari kegiatan belajar

Page 7: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

120| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 114-127

Gambar 1. Sampul depan modul teori tumbukan

I dan kegiatan belajar II. Kegiatan

belajar I pada modul membahas

mengenai syarat-syarat tumbukan

efektif dan kegiatan belajar II

membahas mengenai hubungan teori

tumbukan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi, adapun

faktor-faktor yang dibahas yaitu

pengaruh konsentrasi, luas permuka-

an, suhu, dan katalis.

Modul berbasis representasi

kimia disajikan dengan menggunakan

tiga level representasi kimia, yaitu

level makroskopis, submikroskopis,

dan simbolis. Adapun penyajian

modul yang dikembangkan dapat

dilihat pada Gambar 1.

Bagian penutup pada modul

hasil pengembangan terdiri dari daftar

pustaka dan sampul belakang. Daftar

pustaka berisikan literatur yang digu-

nakan sebagai acuan dalam penyu-

sunan modul yang dikembangkan dan

sampul belakang didesain dengan

perpaduan warna yang menarik sama

halnya dengan sampul luar dan berisi-

kan gambaran umum dari modul yang

dikembangkan.

Validasi Ahli

Untuk mengukur kevalidan

modul berbasis representasi kimia

yang dikembangkan maka dilakukan

validasi oleh dua dosen ahli atau

validator. Hasil tanggapan dua vali-

dasi ahli terhadap modul hasil

pengembangan dapat dilihat pada

Tabel 3.

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat

diketahui bahwa modul berbasis

representasi kimia pada materi tum-

bukan hasil pengembangan memiliki

validitas yang sangat tinggi, hal ter-

sebut dapat terlihat dari hasil validasi

terhadap aspek kesesuaian isi sebesar

84,58% dengan kriteria sangat tinggi,

aspek konstruk sebesar 84,61%

dengan kriteria sangat tinggi dan

aspek keterbacaan sebesar 85,79%

dengan kriteria sangat tinggi.

Page 8: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

Achmaliya et al.Pengembangan Modul berbasis Representasi Kimia…. |121

Gambar 2. Penyajian materi menggunakan representasi kimia

Tabel 3. Hasil validasi ahli

Validator memberikan bebe-

rapa saran terhadap modul hasil

pengembangan untuk perbaikan

modul sebelum dilakukan uji coba

lapangan awal. Adapun saran yang

diberikan dapart dilihat pada Tabel 4.

Langkah selanjutnya dilakukan

perbaikan modul berdasarkan saran

atau masukan dari validator terhadap

ketiga aspek yang dinilai. Validasi

modul terhadap tiga aspek yang telah

dijelaskan memiliki kategori sangat

tinggi sehingga modul hasil pengem-

bangan dikatakan valid, hal ini sesuai

dengan pendapat Prasetyo (2012)

yang menjelaskan bahwa produk hasil

pengembangan dikatakan valid jika

hasil validasi ahli minimal berkriteria

tinggi.

Kepraktisan

Untuk mengukur kepraktisan

modul, maka dilakukan uji coba la-

pangan awal dan uji keterlaksanaan.

Pada uji coba lapangan awal, diper-

oleh hasil tanggapan guru pada modul

No Aspek yang dinilai Rata-rata Kategori

1 Kesesuaian Isi 84,58% Sangat Tinggi

2 Konstruk 84,61% Sangat tinggi

3 Keterbacaan 85,79% Sangat tinggi

Page 9: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

122| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 114-127

Tabel 4. Saran validator terhadap modul hasil pengembangan

No Saran validator Hasil revisi

1 Pendesain layout dan cover perlu

ditambahkan pada sampul dalam.

Telah ditambahkan pende-

sain layout dan cover

2 Gambar kubus pada submateri

pengaruh luas permukaan terhadap

laju reaksi perlu diperbaiki, gambar

sebelum direvisi adalah sebagai

berikut.

Gambar sudah diperbaiki

sesuai saran validator,

adapun gambarnya adalah

sebagai berikut.

3 Penggunaan kontras warna perlu

diperjelas agar gambar-gambar

dimensi makroskopis pada percobaan

hubungan teori tumbukan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi pada modul.

Penggunaan warna pada

gambar-gambar dimensi

makroskopis sudah

diperjelas

hasil pengembangan yang meliputi

aspek kesesuaian isi, aspek konstruk,

aspek keterbacaan, dan tanggapan

siswa yang meliputi aspek keterba-

caan dan aspek kemenarikan terhadap

modul yang dikembangkan.

Tanggapan guru. Hasil tang-

gapan guru terhadap modul berbasis

representasi kimia pada materi teori

tumbukan hasil pengembangan dapat

dilihat pada Tabel 5.

Berdasarkan Tabel 5, dapat

diketahui bahwa tanggapan guru pada

aspek kesesuaian isi sebesar 90,67%,

konstruk sebesar 90,00%, dan keter-

bacan sebesar 87,78%, dimana ketiga

Page 10: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

Achmaliya et al.Pengembangan Modul berbasis Representasi Kimia…. |123

aspek termasuk dalam kategori sangat

tinggi sehingga dapat disimpulkan

bahwa modul berbasis representasi

kimia hasil pengembangan layak di-

gunakan untuk pembelajaran kimia di

sekolah.

Tanggapan siswa. Hasil tanggap-

an siswa mengenai aspek keterbacaan

dan aspek kemenarikan dapat dilihat

pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6,

dapat diketahui bahwa pada aspek

keterbacaan sebesar 91,18% dan pada

aspek kemenarikan sebesar 90,63%,

dimana kedua aspek tersebut ter-

masuk dalam kategori sangat tinggi.

Berdasarkan persentase yang diper-

oleh dari tanggapan siswa terhadap

modul hasil pengembangan maka

dapat diketahui bahwa keterbacaan

dan kemenarikan modul tersebut

sudah baik dan dapat digunakan

dalam pembelajaran kimia di kelas.

Keterlaksanaan. Untuk menge-

tahui kepraktisan modul selain ber-

dasarkan tanggapan guru dan siswa

pada modul hasil pengembangan,

maka dilakukan uji keterlaksanaan

pembelajaran. Keterlaksanaan proses

pembelajaran menggunakan modul

teori tumbukan hasil pengembangan

dinilai oleh dua orang observer. Hasil

penilaian kedua observer terhadap

keterlaksanaan pembelajaran meng-

gunakan modul hasil pengembangan

dapat dilihat pada Tabel 7.

Pada Tabel 7, dapat diketahui

bahwa keterlaksanaan pembelajaran

menggunakan modul berbasis repre-

sentasi kimia hasil pengembangan

memiliki kategori sangat tinggi. Hal

ini menunjukkan bahwa modul hasil

pengembangan layak digunakan

dalam proses pembelajaran.

Tanggapan siswa diperoleh

dengan memberikan angket setelah

mengikuti proses pembelajaran meng-

gunakan modul kimia hasil pengem-

bangan

Tabel 5. Hasil tanggapan guru

Tabel 6. Hasil tanggapan siswa

Tabel 7. Hasil penilaian observer

Rata-rata 78,16% Tinggi

No Aspek yang dinilai Rata-rata Kategori

1 Kesesuaian Isi 90,67 % Sangat Tinggi

2 Konstruk 90,00 % Sangat tinggi

3 Keterbacaan 87,78 % Sangat tinggi

No Aspek yang dinilai Rata-rata Kategori

1 Keterbacaan 91,18 % Sangat Tinggi

2 Kemenarikan 90,30 % Sangat Tinggi

No Aspek yang dinilai Rata-rata Kategori

1 Isi modul 78,00% Tinggi

2 Perilaku ilmiah siswa 78,00% Tinggi

3 Responsif dan proaktif 76,67% Tinggi

4 Kemampuan siswa

dalam memahami dan

mengkonstruksi konsep

teori tumbukan

80,00% Tinggi

Page 11: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

124| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 114-127

Hasil tanggapan siswa setelah meng-

ikuti proses pembelajaran dengan

menggunakan modul dapat dilihat

pada Tabel 8.

Pada Tabel 8. dapat dilihat

bahwa pada aspek pertama sebanyak

88,33% siswamerasa senang terhadap

modul yang dikembangkan. Pada

aspek kedua sebanyak 85,00% siswa

merasakan suasana yang baru di

kelas, kebaruan modul, cara guru

mengajar, dan cara guru merespon

pertanyaan siswa. Pada aspek ketiga

sebanyak 85,00% siswa berminat

belajar dengan menggunakan modul

hasil pengembangan. Pada aspek

keempat sebanyak 83,33% siswa

tertarik dengan modul yang

dikembangkan.

Prasetyo (2012) menyatakan

bahwa tanggapan siswa dikatakan po-

sitif jika minimal 50% dari seluruh

butir pertanyaan berkategori tinggi

dan sangat tinggi, dimana berda-

sarkan persentase yang diperoleh dari

tanggapan siswa terhadap keempat

aspek memiliki kategori sangat tinggi

Berdasarkan penjelasan Prasetyo

(2012) maka tanggapan siswa

terhadap pembelajaran menggunakan

modul berbasis representasi kimia

menunjukkan tanggapan positif.

Modul berbasis representasi

kimia yang dikembangkan dikatakan

praktis berdasarkan tanggapan guru

dan tanggapan siswa terhadap modul

berbasis representasi kimia yang

dikembangkan. Hasil penilaian obser-

ver terhadap keterlaksanaan modul

dalam pembelajaran, dan tanggapan

siswa terhadap penggunaan modul

dalam pembelajaran.

Modul merupakan salah satu

jenis dari bahan ajar sehingga modul

diharapkan dapat mempermudah

peserta didik dalam mempelajari

setiap kompetensi yang harus dikua-

sainya. Hal ini didukung oleh

pendapat Amri dan Ahmadi (2010)

bahwa bahan ajar berfungsi agar

kegiatan pembelajaran di sekolah

menjadi lebih menarik, memberi ke-

sempatan siswa untuk belajar mandiri

dan mengurangi ketergantungan ter-

hadap kehadiran guru serta memper-

mudah siswa dalam mempelajari

setiap kompetensi yang harus

dikuasainya.

Tabel 8. Tanggapan siswa setelah belajar menggunakan modul hasil pengem-

bangan

No. Aspek yang dinilai siswa

Rata-rata

persentase respon positif

Kategori

1.

Perasaan senang siswa terhadap

kegiatan pembelajaran dengan modul

yang dikembangkan

88,33% Sangat

tinggi

2.

Pendapat siswa terhadap kebaruan

pembelajaran dengan modul dan cara

belajar

85,00% Tinggi

3.

Minat siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan modul hasil

pengembangan

85,00% Tinggi

4. Pemahaman materi dan ketertarikan

siswa terhadap komponen dalam modul

83,33% Sangat tinggi

Page 12: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

Achmaliya et al.Pengembangan Modul berbasis Representasi Kimia…. |125

Berdasarkan hasil validitas dan

uji coba lapangan awal yang telah

diuraikan di atas dapat dikatakan

bahwa modul kimia yang dikembang-

kan telah valid dan praktis. Kevalidan

modul kimia yang dikembangkan

diukur berdasarkan validasi oleh ahli

atau validator dan kepraktisan diukur

berdasarkan tanggapan guru dan tang-

gapan siswa yang berkriteria tinggi

atau sangat tinggi, serta keterlaksa-

naan modul hasil pengembangan

dalam pembelajaran. Hal ini didu-

kung oleh pendapat Ranti (2014)

bahwa tanggapan guru dan siswa

serta hasil penilaian observer terhadap

keterlaksanan produk berupa modul

berbasis representasi kimia pada

materi teori tumbukan hasil pengem-

bangan berkategori tinggi. Selain itu,

Hobri dalam Astuti dan Mulyati

(2013) juga menjelaskan bahwa pro-

duk dinyatakan praktis jika produk

mendapatkan tanggapan positif dari

siswa yang dilihat dari persentase

skor angket. Modul berbasis repre-

sentasi kimia pada materi teori

tumbukan yang dikembangkan telah

dinyatakan valid dan praktis se-

hingga dapat digunakan dalam

pembelajaran di sekolah.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil validitas dan uji

coba lapangan awal yang telah

diuraikan di atas dapat disimpulkan

bahwa modul yang dikembangkan

telah valid dan praktis. Kevalidan

modul yang dikembangkan diukur

berdasarkan hasil validasi oleh ahli

atau validator dan kepraktisan diukur

berdasarkan tanggapan guru dan

tanggapan siswa, serta keterlaksanaan

modul yang dikembangkan yang

berkategori tinggi atau sangat tinggi.

Modul yang dikembangkan sudah

valid dan praktis, sehingga layak

digunakan dalam proses pembelajaran

kimia di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Adisendjaja, Y.H. 2007. Ana-

lisis Buku Ajar Sains berdasarkan

Literasi Ilmiah sebagai Dasar Untuk

memilih Buku Ajar Sains (Biologi).

Disampaikan dalam Seminar Pendi-

dikan Nasional di Jurusan Pendi-

dikan Biologi FMIPA. 25-26 Mei

2007. UPI.

Amri, S. Dan Ahmadi, I. 2010.

Konstruksi Pengembangan Pembel-

ajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Arikunto, S. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Taktik

Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, W. dan Mulyati. 2013.

Pengembangan LKS Untuk Pembel-

ajaran Yang Menggunakan Model

Group Investigation Pada Materi

Relasi dan Fungsi. Jurnal. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Bucat, B. dan Mocerino, M.

2009. Learning at the Sub-micro

Level: Structural Representations. In

Multiple Representations in Chemical

Education. (Eds: Gilbert, J.K. and

Treagust D.). Austria: Springer.

Chittleborough, G. D. 2004.

The Role of Teaching Models and

Chemical Representations in Deve-

loping Students Metal Models of

Chemical Phenomena. Thesis

(unpublished). Curtin University of

Technology.

Chittleborough, G. D. dan

Treagust D.F. 2007. The Modeling

Page 13: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

126| Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, Vol. 5, No.1 Edisi April 2016, 114-127

Ability of Non-Major Chemistry

Students and Their Understanding of

the Submicroscopic Level. Chemistry

Education Research and Practice.8

(3), 274-292.

Chiu, M.H. dan Wu H.K. 2009.

The Roles of Multimedia in the

Teaching and Learning of the Triplet

relationship in Chemistry. In Multiple

Representations in Chemical Edu-

cation. (Eds: Gilbert, J.K. and

Treagust D.). Austria: Springer.

Finnajah, M. 2016. Pengem-

bangan Modul Fisika SMA Berbasis

Multipel Representasi Guna Mening-

katkan Pemahaman Konsep dan Hasil

Belajar Peserta Didik. Jurnal. 1(8).

Gilbert, J.K. dan Treagust D.

2008. Multiple Representations in

Chemical Education: Models and

Modeling in Science Education.

Austria: Springer.

Johnstone, A. H. 1982. Macro

and Micro Chemistry. School Science

Review. 64 (227), 377-379.

Marks, J. 1985. Science and

The Making of The Modern World.

London: Heinemann Educational

Books.

Prasetyo, W. 2012. Pengem-

bangan Lembar Kegiatan Siswa

(LKS) Dengan Pendekatan PMR Pada

Materi Lingkaran di Kelas VIII

SMPN 2 Kepoh baru Bojonegoro.

Mathedunesa Journal. 1(1), 1-8.

Rahmawati, A. 2015. Pengem-

bangan Modul Kimia Dasar Berbasis

Multipel Level Representasi Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kritis Mahasiswa. Jurnal. 2 (5).

Semarang: UIN Walisongo.

Ranti, M.G. 2014. Pengembang-

an Perangkat Pembelajaran Matema-

tika Untuk SMA Kelas X. Jurnal. 1

(9). Banjarmasin: STKIP PGRI.

Sari, A. 2015. Pembelajaran

dengan Multi Representasi untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep

dan Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa SMA pada Materi Hukum II

Newton. Disertasi dan Tesis. Malang:

Universitas Muhamadiyah Malang.

Sudjana, N. 2005. Metode Sta-

tistika E. Bandung: PT Tarsito.

Sunardi, G. 2012. Penggunaan

Representasi Diagram untuk Mening-

katkan Pemahaman Konsep Siswa

SMK Tentang Materi Momentum

Impuls. Disertasi. Bandung: UPI.

Taber, K. S. 2009. Learning at

the symbolic level. In Multiple Repre-

sentations in Chemical Education.

(Eds: Gilbert, J.K. and Treagust D.).

Austria: Springer.

Tasker, R. dan Dalton, R. 2006.

Research Into Practice: Visualization

of The Molecular World Using Ani-

mations. Chemistry Education Re-

search and Practice. 7 (2), 141-159.

Tim Penyusun. 2006. Standar

Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA.

Jakarta: BSNP.

Tim Penyusun. 2013. Permen-

dikbud No.69 tahun 2013 Tentang

Page 14: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS REPRESENTASI …

Achmaliya et al.Pengembangan Modul berbasis Representasi Kimia…. |127

Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum Sekolah Menengah Atas/

Madrasah Aliyah. Jakarta.

Kemendikbud.

Weerawardhana, Anula, Ferry

B. dan Christine B. 2006. Use of

Visualization Software to Support

Understanding of Chemical Equi-

librium: The Importance of Appro-

priate Teaching Strategies. Procee-

dings of The 23rd Annual Ascilite

Conference. The University of

Sydney.


Recommended