+ All Categories
Home > Documents > PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

Date post: 01-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 11 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
14
14 JURNAL PENJAMINAN MUTU PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG TUA DALAM KELUARGA Oleh Ni Komang Sutriyanti Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar Abstract Characters are vital aspects for the national human resources as their quality will determine the progress of the nation. The families are the main and elementary places for the character education. The good and bad relationship between husband and wife, parents and children, between children contributes to the success of the family education. It creates the interactional situation for the education. Implanting the character values is one of the ways to improve the character education to realize the quality human resources. Key words: character education, parents, family I. PENDAHULUAN Pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri kuat akan eksis. Secara ideologis, pembangunan karakter merupakan upaya mengejawantahkan ideologi Pancasila dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata langkah mencapai tujuan negara. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajah, maupun pada zaman kemerdekaan. Secara sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu keharusan dari suatu bangsa yang multikultur. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas sumber daya manusia karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini, bahkan semasih dalam kandungan. Menurut Freud (dalam Muslich, 2011: 35) menyatakan bahwa kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini dapat membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Pembentukan karakter pada anak di usia dini menjadi sebuah hal yang problematik. Salah satu lembaga pendidikan tertua mengemban tugas dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan pendidikan adalah keluarga. Oleh sebab itu, keluarga seharusnya mampu menciptakan situasi dan kondisi yang baik sehingga mampu menghasilkan generasi yang berkualitas (suputra). Apabila anak tidak mendapatkan pendidikan yang baik di keluarga, maka secara tidak langsung pendidikan akan mencetak anak yang tidak baik (kuputra). Ki Hajar Dewantara (dalam Shochib, 1998: 10) menjelaskan bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai saat ini, keluarga selalu memengaruhi pertumbuhan budi pekerti
Transcript
Page 1: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

14 JURNAL PENJAMINAN MUTU

PENINGKA TAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTERMELALUI PERAN ORANG TUA DALAM KELUARGA

OlehNi Komang Sutriyanti

Dosen pada Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar

Abstract

Characters are vital aspects for the national human resources as their qualitywill determine the progress of the nation. The families are the main andelementary places for the character education. The good and bad relationshipbetween husband and wife, parents and children, between children contributesto the success of the family education. It creates the interactional situation forthe education. Implanting the character values is one of the ways to improvethe character education to realize the quality human resources.

Key words: character education, parents, family

I. PENDAHULUANPembangunan karakter bangsa merupakan

sebuah kebutuhan asasi dalam prosesberbangsa karena hanya bangsa yang memilikikarakter dan jati diri kuat akan eksis. Secaraideologis, pembangunan karakter merupakanupaya mengejawantahkan ideologi Pancasiladan kehidupan berbangsa dan bernegara.Secara normatif, pembangunan karakter bangsamerupakan wujud nyata langkah mencapaitujuan negara. Secara historis, pembangunankarakter bangsa merupakan sebuah dinamikainti proses kebangsaan yang terjadi tanpa hentidalam kurun sejarah, baik pada zamanpenjajah, maupun pada zaman kemerdekaan.Secara sosiokultural, pembangunan karakterbangsa merupakan suatu keharusan dari suatubangsa yang multikultur.

Karakter bangsa merupakan aspek pentingdari kualitas sumber daya manusia karenakualitas karakter bangsa menentukan kemajuansuatu bangsa. Karakter yang berkualitas perludibentuk dan dibina sejak usia dini, bahkan

semasih dalam kandungan. Menurut Freud(dalam Muslich, 2011: 35) menyatakan bahwakegagalan penanaman kepribadian yang baikdi usia dini dapat membentuk pribadi yangbermasalah di masa dewasanya kelak.Pembentukan karakter pada anak di usia dinimenjadi sebuah hal yang problematik.

Salah satu lembaga pendidikan tertuamengemban tugas dan tanggung jawab dalammencapai tujuan pendidikan adalah keluarga.Oleh sebab itu, keluarga seharusnya mampumenciptakan situasi dan kondisi yang baiksehingga mampu menghasilkan generasi yangberkualitas (suputra). Apabila anak tidakmendapatkan pendidikan yang baik dikeluarga, maka secara tidak langsungpendidikan akan mencetak anak yang tidakbaik (kuputra). Ki Hajar Dewantara (dalamShochib, 1998: 10) menjelaskan bahwakeluarga merupakan pusat pendidikan yangpertama dan terpenting karena sejak timbulnyaadab kemanusiaan sampai saat ini, keluargaselalu memengaruhi pertumbuhan budi pekerti

Page 2: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

15

tiap-tiap manusia. Disamping itu, orang tua dapatmenanamkan benih kebatinan yang sesuaidengan kebatinannya sendiri ke dalam jiwaanak. Inilah hak orang tua yang utama dan tidakbisa dibatalkan oleh orang lain.

Keluarga merupakan jalur pendidikanpertama dan utama bagi anak merupakantempat pertama kalinya anak-anakmemperoleh pendidikan dan pengajaran dariorang tua. Mulai dari belajar bercakap-cakap,mengenal nama anggota badan, anggotakeluarga, mengenal warna, penanaman disiplintentang makan, tidur dan sebagainya. Keluargajuga memiliki tempat dan fungsi yang sangatunik, dinamis, memiliki peran sosial, pendidikansekaligus peran keagamaan. Seorang anaksebelum mengenal masyarakat yang lebih luasdan mendapat bimbingan dari sekolah, lebihawal memperoleh bimbingan dari keluarga.Seorang anak pertama kalinya mendapatkanpenanaman dan pembentukan karekter darikedua orang tua. Demikian pula dalamkeseluruhannya kehidupan anak lebih banyakdihabiskan dalam lingkungan keluarga.

Lickona (2012: 81) menegaskan keluargasebagai pendidik karakter yang paling utama.Keluarga adalah pihak pertama yang palingpenting dalam memengaruhi karakter anak.Tugas sekolah adalah memperkuat nilaikarakter positif (etos kerja, rasa hormat,tanggung jawab, jujur, dan lain-lain) yangdiajarkan di rumah. Kenyataannya, tentu sajaini sering terjadi sebaliknya. Banyak orang tuayang tidak memenuhi aturan peran pentingsebagai pendidik dalam membentuk karakteranak. Seharusnya keluarga meletakkan fondasisebagai dasar, dan sekolah membangun di atasfondasi itu. Penjelasan tersebut di atas, telahmenginspirasi penulis untuk membahas tentang“Peningkatan Mutu Pendidikan KarakterMelalui Peran Orang Tua dalam Keluarga”.

II. PEMBAHASAN2.1 Teori Sistem dan Teori Perkembangan

Moral dalam Pendidikan Karakter diLingkungan Keluarga

1) Teori SistemMenurut Refagen (dalam Tampubolon,

2004: 2) A Sistem is a set of objects togetherwith relationships between the objects andbetween their attributes. Berdasarkan definisitersebut dapat dikatakan bahwa suatu sistemadalah merupakan kumpulan dari objek-objekbersama-sama dengan hubungannya, antaraobjek-objek dan antara atribut mereka yangdihubungkan dengan satu sama lain dan kepadalingkungannya sehingga membentuk suatukesatuan yang menyeluruh (whole).

Dua objek yang menjadi fokus utama TeoriSistem adalah kompleksitas (complexity) dansaling berhubungan (interdependence)(Winardi, 1980: 129). Teori sistem pertama kalidicetuskan oleh Minuchin (1974), yangmengajukan skema konsep yang memandangkeluarga sebagai sebuah sistem yang bekerjadalam konteks sosial dan memiliki tigakomponen. Pertama, struktur keluarga berupasistem sosiokultural yang terbuka dantransformasi. Kedua, keluarga senantiasaberkembang melalui sejumlah tahap yangmensyaratkan penstrukturan. Ketiga, keluargaberadaptasi dengan perubahan situasi kondisidalam usahanya untuk mempertahankankontinuitas dan meningkatkan pertumbuhanpsikososial tiap anggotanya.

Menurut teori sistem, keluarga dianggapsebagai sebuah sistem yang memiliki bagian-bagian yang berhubungan dan saling berkaitan.Keluarga sebagai sistem harus dipandangsebagai keseluruhan, mempunyai strukturpenopang, tujuan, menjaga keseimbangan,mempunyai kelembaman, batas-batas, sub-sistem, dan mengikuti prinsip equifinalty dan

Peningkatan Mutu Pendidikan KarakterMelalui Peran Orang Tua Dalam Keluarga | Ni Komang Sutriyani

Page 3: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

16 JURNAL PENJAMINAN MUTU

equipotentiality. Pendekatan teori sistemmemandang keluarga sebagai kelompok yangmemiliki hierarki, yang artinya bahwa terdapatsubsistem-subsistem yang membuat kualitaskeluarga ditentukan oleh kombinasi dari kualitasindividu atau relasi dua pihak (Lestari, 2012:30). Disamping itu juga kehidupan keluargadipengaruhi oleh berbagai sistem yangmelingkupinya, yakni microsistem, meso-sistem, macrosistem, dan choronosistem.

Dattilio (dalam Geldard, 2011)menyatakan bahwa teori sistem memandangsebuah keluarga sebagai suatu sistem yangmeliputi individu di dalam keluarga dan carapara individu ini berfungsi bersama. Lebihlanjut, sistem dalam keluarga terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil dan disebut subsistem.Secara khusus, subsistem-subsistem dalamkeluarga terdiri dari orang tua, perpasangankeduanya, dan saudara kandung. Dalam setiapkeluarga, bisa jadi ada subsistem-subsistem laindalam kaitannya dengan faktor gender, ikatanemosional, aliansi dan koalisi. Selain itu,keluarga dalam posisi yang lebih luas dapatdipandang sebagai suatu subsistem bagi sistemyang lebih luas lagi. Teori sistem ini menyatakanbahwa keluarga sebagai sebuah sistem yangbekerja dalam konteks sosial serta beradaptasidengan perubahan situasi kondisi dalamusahanya untuk mempertahankan kontinuitasdan meningkatkan pertumbuhan psikososial tiapanggotanya.

2) Teori Perkembangan MoralPerkembangan anak berkaitan erat

dengan perkembangan jiwa dan agamanya.Sehingga jika orang tua atau pendidik inginberhasil dalam tugasnya mendidik anak-anakyang dipercayakan kepadanya, maka harusmemahami perkembangan jiwa anak yangdihadapinya, disamping kemampuan ilmiahyang dimilikinya, serta penguasaan terhadapmetode dan keterampilan mendidik. Pengertianakan ciri-ciri perkembangan jiwa anak padausia tertentu, akan membantu dalam materi

pendidikan yang cocok dengan usia anak, sertaakan membantu pula dalam penggunaan metodeyang sesuai, sehingga pesan pendidikan dapatditerima dengan penuh minat dan respon anak(Munasir, 2011: 61). Berdasarkan paparan diatas, dalam hal ini penulis menggunakan teoriperkembangan moral anak menurut beberapaahli yaitu.

a. Teori Kognitif PiagetTeori Piaget menyatakan bahwa dua

proses yang mendasari perkembangan anakantara lain organisasi dan adaptasi. Untukmemahami dunia, kita mengorganisasikanpengalaman-pengalaman kita. Denganmenggorganisasikan pengamatan danpengalaman kemudian kita menyesuaikan(adaptasi) pemikiran kita dengan ide-ide baru.Piaget percaya bahwa manusia beradaptasidalam dua cara yakni asimilasi dan akomodasi.Asimilasi terjadi saat anak menggabungkaninformasi ke dalam pengetahuan yang telahmereka miliki. Akomodasi terjadi bila anakmenyesuaikan pengetahuan mereka agar cocokdengan informasi dan pengalaman baru. Tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget antara lain:(1) tahap sensorimotor (dari lahir-2 tahun), padatahap ini anak membangun pemahamanmengenai dunia dengan mengkoordinasikanpengalaman sensoris (seperti melihat danmendengar), (2) tahap praoperasional (antarausia 2 tahun sampai 7 tahun), pada tahap inianak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar, dan lukisan, (3) tahap operasionalkonkret (sekitar 7 sampai 11 tahun), pada tahapini anak dapat melakukan penalaran logismenggantikan pikiran intuitif selama penalarandapat diterapkan pada contoh kasus dankonkret, dan (4) tahap operasional formal (usia11 sampai 15 tahun), pada tahap ini anakmelampaui pengalaman yang konkret danberfikir dalam istilah yang abstrak dan logis.Sebagai bagian dari berfikir, remajamenciptakan bayangan situasi ideal. Merekadapat berfikir mengenai bagaimana orang tua

Page 4: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

17

seharusnya dan membandingkan orang tuadengan standar ideal ini.

b. Teori Kognitif Sosial-BudayaTeori Vygotsky merupakan teori kognitif

yang mengutamakan bagaimana interaksi sosialdan budaya menuntun perkembangan kognitif.Vigotsky menggambarkan perkembangan anaksebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dariaktivitas sosial dan budaya. Pengetahuan tidakdihasilkan dari dalam individu melainkandibangun melalui interaksi dengan orang lain danbenda budaya seperti buku. Hal inimenunjukkan bahwa pemahaman dapatditingkatkan melalui interaksi dengan orang laindalam aktivitas dan kooperatif. Interaksi sosialanak dengan orang dewasa yang lebih terampilserta teman sebaya adalah penting dalammeningkatkan perkembangan kognitif(Mirawati, 2011: 62).

2.2 Etika Dalam Keluarga1) Etika Suami dan Istri

Hubungan pernikahan sebagai hubunganyang dilakukan atas dasar cinta kasih, atas dasarsaling menyukai dan direstui oleh para orangtua kedua belah pihak. Lebih penting bahwapernikahan itu dilakukan dengan perjanjianyang melibatkan nama Tuhan Yang MahaAgung, menjadikan-Nya sebagai saksi dan jugadisaksikan oleh semua manusia yang hadir. Olehkarena itulah perjanjian dalam pernikahanmerupakan perjanjian yang teramat sakral danbukan sandiwara atau main-main.

Pada dasarnya yang menjadi kewajibansuami tidaklah hanya menjadi hak bagi istri,tetapi juga menjadi kewajiban istrinya.Sebaliknya, yang menjadi kewajiban istri,tidaklah hanya menjadi hak suaminya, tetapijuga sckaligus sebagai kewajiban suami.Dengan kata lain, hak dan kewajiban suamiadalah juga menjadi hak dan kewajiban istri.Hanya peran yang bersifat fitrah yang tidak bisaditukar atau digantikan oleh pasangannya,seperti mengandung atau hamil, haid atau

menyusukan anak yang menjadi kewajiban istriyang tentunya tidak bisa digantikan perannyaoleh suami.

Selain itu, yang juga penting adalah adanyakomunikasi yang baik antara suami dan istri.Sekarang ini dengan alasan untuk memperbaikitingkat ekonomi keluarga, banyak pasangansuami-istri, memilih untuk bekerja mencarinafkah. Kesibukan yang terus meningkatmembuat pasangan suami-istri sering lupa akanpentingnya komunikasi tatap muka untukmenjaga hubungan pernikahan tetap harmonis.Minimnya komunikasi seperti itu rentanmemunculkan permasalahan dalam hubungansuami istri. Jika dibiarkan, bisa jadi pasanganitu akhirnya harus bercerai (Kurniawan, 2013:67-68).

Baik buruknya hubungan atau interaksiantara suami dan istri atau ayah dan ibu sangatmenentukan kesuksesan pendidikan karakterdi lingkungan keluarga, terutama dalammenciptakan situasi dan interaksi edukatif.Situasi edukatif adalah terciptanya suasana ataukeadaan yang memungkinkan terjadinya prosestindakan yang mengarah pada prosespendidikan. Sementara interaksi edukatif adalahinteraksi yang mengandung nilai-nilaipendidikan. Situasi dan interaksi ini tidaklahmuncul dengan sendirinya, tetapi harusdiciptakan, diusahakan bahkan direkayasa olehsuami-istri atau ayah-ibu, dan orang-orangdewasa lain yang bertanggung jawab dalampelaksanaan pendidikan karakter di lingkungankeluarga.

2) Etika Orang Tua dengan AnakSetiap orang tua atau pasangan suami-istri

atau ayah-ibu senantiasa mengharapkankehadiran anak sebagai bukti dari buah cintakasih mereka. Namun hubungan antara orangtua dan anak bukanlah hubungan kepemilikan,melainkan hubungan pemeliharaan. Hubunganatau interaksi antara orang tua dengan anakselalu ditandai dengan perkataan danperbuatan. Namun, tidak sedikit dari perilaku

Peningkatan Mutu Pendidikan KarakterMelalui Peran Orang Tua Dalam Keluarga | Ni Komang Sutriyani

Page 5: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

18 JURNAL PENJAMINAN MUTU

atau perangai orang tua justru membuat anaktertekan atau stres bahkan depresi.

Dalam kekawin Niti Sastra VIII.3disebutkan ada lima kriteria yang menjadikewajiban orang tua yang disebut Panca Vidayang terdiri dari Sang Ametwaken(melahirkan), Sang Nitya Maweh Binojana(orang tua mempunyai kewajiban untukmemberikan makan dan minum), SangManggupadyaya (orang tua berkewajibanuntuk mengupayakan pendidikan bagi anak-anaknya), Sang Anyangaskara (kewajibanorang tua menyucikan pribadi anak secara utuhlahir dan bathin), dan Matulung UripRikalaning Baya (kewajiban orang tua untukmenolong si anak di saat mendapat suatubencana atau kesusahan) (Swastika, 2007: 16-18).

Anak merupakan dambaan bagi setiapkeluarga. Tidak ada orang yang telah bersuamiistri tidak menginginkan anak. Anak adalahgenerasi peners bagi kelangsungan keluarganya.Di dalam Slokantara disebutkan sebagaiberikut.

Kalinganya, dening anibâkna warah-warah ring anak, yan limang tahuntuwuhnya, kadi dening angering anaksang prabhu dening anibâken warahiriya. Matuha pwa ya ikang swaputra,kateka ring sadaœa tahun tuwuhnya,irika ta yan warah hulun deninganibâken warah-warah iriya, Kunangyan atuha ikang anak, kateka ringnembelas tahun tuwuhnya, ika ta yankadi dening amarah-marah ing mitradening anibâken warah-warah iriya,mangkana karma ning marah-marahputra, ling Sang Hyang Aji.

(Slokantara, 22)Terjemahannya:

Perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya ialah sebagai berikut: selama limatahun dari bayi ia harus diperlakukansebagai raja. Ketika sampai anak itubertambah umur sepuluh tahun lagi ia harus

dilatih sebagai pelayan. Dan jika setelahanak itu berumur enam belas ia harusdiperlakukan sebagai kawan terhadapkawan. Inilah cara mendidik anak.Demikian ketentuan dalam kitab suci(Sudharta, 2003: 83-84).Kutipan tersebut di atas memberikan cara

mendidik anak bagi para orang tua dengan selalumemperhatikan perkembangan anaknya yangberdasarkan pada umur dari anakbersangkutan. Saat ini model seperti ini mungkinjuga telah dilupakan oleh para orang tua, karenaorang tua sekarang telah menyerahkan anaknya100% di sekolah, sehingga sentuhan pendidikankarakter yang mestinya dapat diberikan ditingkat rumah tangga menjadi kabur. Anaksekarang hanya dijejali dengan pengetahuan-pengetahuan yang hanya mengutamakankepintaran saja.

3) Etika Anak dengan Orang TuaMenciptakan keluarga yang damai, rukun,

dan bahagia diperlukan adanya kerjasama yangharmonis diantara semua anggota keluarga.Saling pengertian dan saling menghormatimenjadi suatu keharusan dalam sebuahkeluarga. Tidak akan mungkin tercipta keluargayang sejahtera apabila diantara anggotakeluarga tidak adanya hidup saling menghormatitugas dan kewajiban seperti yang telahdisebutkan seperti di atas itu. Untuk ini perlujuga dikutipkan salah satu isi dari pustaka suciWeda seperti berikut.

sam gacchadhvam sam vadadhvamsam vo manamsi janatamdewa bhagam yatha purvesanjanana upasate

(Rgveda, X. 191. 2)Terjemahannya:

Wahai umat manusia anda seharusnyaberjalan bersama-sama dengan pikiranyang sama seperti halnya parapendahulumu bersama- sama membagitugas mereka, begitulah anda mestinyamemakai hakmu (Titib, 1998: 348).

Page 6: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

19

Kutipan tersebut di atas sebagai motivasiuntuk sebuah keluarga yang mendambakankeluarga yang sejahtera secara lahir dan batin.Perlu adanya kesamaan-kesamaan sehinggaapa yang dicita-citakan dapat terwujud secarasempurna dan juga Bangsa dan Negara jugamendapat dampaknya sehingga kesejahteraansecara umum juga akan terwujud dengan baik.

4) Etika Anak dengan AnakInteraksi antar-anak adalah hubungan

timbal balik antar-anak yang belum dewasadalam keluarga pada satu rumah. Interaksi atauhubungan timbal balik antar anak-anak yangbelum dewasa dalam keluarga pada saturumah. Interaksi antar anak tersebut dapatberupa hubungan timbal balik antara adik-kakak, atau antara anak yang berbeda jeniskelamin (anak laki-laki dan anak perempuan).

Salim (dalam Kurniawan, 2013: 75)menyatakan bahwa, pola interaksi antar-anakdi rumah dapat dibedakan menjadi dua bentuk.Pertama, interaksi antar-anak yang berbedausia (yang muda dengan yang tua), yaituhubungan timbal balik antara adik dan kakak.Interaksi itu harus menunjukkan situasi daninteraksi edukatif. Pihak yang muda harusmenunjukkan sikap hormatnya kepada yanglebih tua dan yang lebih tua menunjukkan kasihsayang, mengayomi dan melindungi yang lebihmuda. Kualitas interaksi antar--anak tersebutdapat diamati dalam tutur kata, sikap, dantindakan keseharian selama mereka berada danbergaul di rumah.

Kedua, interaksi antaranak yang berbedajenis kelamin, yaitu hubungan timbal balik antaraanak laki-laki dan anak perempuan yang beradadalam satu rumah. Dalam pergaulannya anaklaki-laki dan perempuan dapat salingmemengaruhi. Jika salah satunya lebihmendominasi dan salah satunya memilikikecenderungan mengikuti yang lainnya, dapatmemengaruhi sifat dan sikap kesehariannya.Kemudian pada gilirannya dapat memengaruhipertumbuhan dan perkembangan kejiwaannya,

terutama jika interaksi keduanya tidak terawasisecara baik oleh orang tua atau orang dewasalain yang ada di rumah. Sebagai contoh, anaklaki-laki yang cenderung mengikuti anakperempuan, mulai cara berpakaian, permainansampai pada cara bertutur kata atau berperilakumaka kecenderungan anak laki-laki tersebutakan bergaya seperti perempuan. Sebaliknya,jika anak yang perempuan yang lebih cenderungmengikuti gaya anak laki-laki, anak perempuantersebut akan memiliki kecenderungan menjaditomboy (bersifat dan berpenampilan sepertilaki-laki). Di samping itu, karena perbedaanjenis kelamin juga berarti berbeda baik fisik dansifat maka perlu ada batas-batas tertentu yangboleh dan tidak boleh dilakukan selama merekamelakukan interaksi. Jika salah seorang darianak tersebut sudah berusia sepuluh tahun,sebaiknya segera dipisahkan tempat tidurnyabahkan akan lebih baik sebelum mencapai usiatersebut.

2.3 Nilai-Nilai Karakter yang DitanamkanOrang Tua dalam Keluarga

1) Nilai ReligiusReligius merupakan sikap dan perilaku

yang menunjukkan keyakinan akan adanyakekuatan sang pencipta atau Tuhan Yang MahaEsa. Keyakinan ini disertai kepatuhan danketaatan dalam mengikuti perintah dan menjauhisegala larangan-Nya. Ini diwujudkan dengantaat beribadah dan berperilaku yang sesuaidengan apa yang telah diatur oleh agama dantidak melakukan apa yang dilarang oleh agama(Titib, 2006: 67). Sikap dan perilaku yang patuhdalam melaksanakan ajaran agama yangdianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadahagama lain, dan hidup rukun dengan pemelukagama lain (Balitbangpuskur, 2010: 37).Adapun religiusitas merupakan orang yangmenganggap beragama sebagai sesuatu yang“penting” lebih dikenal sebagai orang yangbekerja untuk mereka yang memerlukanpertolongan, ikut serta berkampanye untukkeadilan sosial, dan menyisihkan uang untuk

Peningkatan Mutu Pendidikan KarakterMelalui Peran Orang Tua Dalam Keluarga | Ni Komang Sutriyani

Page 7: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

20 JURNAL PENJAMINAN MUTU

memberikan pertolongan, terutama dalamjangka waktu yang panjang (Suhardi, 2014:189).

Mengenai nilai religius anak, sesuai denganyang dinyatakan oleh Stark dan Glock (dalamSuhardi, 2014: 3) menyebutkan ada lima unsuryang dapat mengembangkan manusia menjadireligius. Yaitu, keyakinan agama, ibadat,pengetahuan agama, pengalaman agama, dankonsekuensi dari keempat unsur tersebut.Keyakinan agama adalah kepercayaan atasdoktrin ketuhanan, seperti percaya terhadapadanya Tuhan, akhirat, surga, neraka, takdirdan lain-lain. Ibadat adalah cara melakukanpenyembahan kepada Tuhan dengan segalarangkaiannya. Pengetahuan agama adalahpengetahuan tentang ajaran agama meliputiberbagai segi dalam suatu agama. Pengalamanagama adalah perasaan yang dialami orangberagama, seperti rasa tenang, tenteram,bahagia, syukur, patuh, taat, takut, menyesal,bertobat dan lainnya. Terakhir konsekuensi darikeempat unsur tersebut adalah aktualisasi daridoktrin agama yang dihayati oleh seseorangyang berupa sikap, ucapan, dan perilaku atautindakan.

Nilai religius pada anak tidak cukupdiberikan melalui pelajaran, pengertian,penjelasan, dan pemahaman. Kemudian,membiarkan anak berjalan sendiri. Penanamannilai religius pada anak memerlukan bimbingan,yaitu usaha untuk menuntun, mengarahkansekaligus mendampingi anak dalam hal-haltertentu, terutama ketika anak merasakanketidakberdayaannya atau ketika anak sedangmengalami suatu masalah yang dirasakannyaberat. Maka, kehadiran orang tua dalammembimbingnya akan sangat berarti danberkesan bagi anak-anaknya. Keteladananorang tua juga merupakan hal penting dalampenanaman nilai religius pada anak. Anakcenderung mengidentifikasikan dirinya denganorang tua, baik pada ibu ataupun pada ayahnya.Segala ucapan, gerak-gerik atau tingkah lakukeseharian orang tua akan diperhatikan oleh

anak dan cenderung akan diikuti, paling tidakakan dikritisi oleh anaknya. Orang tua yangselalu berbicara dan berperilaku santun akanlebih mudah mengingatkan anaknya untukbicara dan berperilaku santun. Demikian pulaorang tua yang suka berderma di hadapananaknya akan menjadi pelajaran danpengalaman baik bagi anaknya. Kebiasaan-kebiasaan baik orang tua yang mencerminkanpengamalan nilai-nilai religius ini akan menjadicontoh bagi anak-anaknya, yang suatu saatakan muncul dalam perilaku keseharian anak-anaknya (Kurniawan, 2013: 85).

Nilai religius merupakan nilai pembentukkarakter yang sangat penting. Manusiaberkarakter adalah manusia yang religius.Religius adalah penghayatan dan implementasiajaran agama dalam kehidupan sehari-hari(Naim, 2012: 124). Sikap religius merupakancerminan orang beriman yang memilikikeyakinan yang mantap terhadap Tuhan YangMaha Esa. Dalam kitab Rgveda IX.64.21dijelaskan:

abhi venâ anûsateyaksanti pracetasah,mjjanty-avicetasah.

Terjemahannya:Orang yang beriman kepada Tuhan YangMaha Esa yang terpelajarmempersembahkan doa-doa dan para ahlikeagamaan yang dicerahkan berniatmenghaturkan yajña. Orang yang tidakberiman kepada Tuhan Yang Maha Esa,dan orang yang bodoh akan tenggelam(Titib, 2006: 67).

Sloka tersebut di atas menegaskan bahwaorang yang beriman kepada Tuhan Yang MahaEsa, orang yang terpelajar selalu mempersem-bahkan doa-doa pujian. Orang yang tidakberiman kepada Tuhan Yang Maha Esa sertaorang yang bodoh akan tenggelam ke jurangpenderitaan. Oleh karena itu, menjadi manusiaharus selalu mempertebal sradha dan bhaktikepada Tuhan Yang Maha Esa karena manusiatidak ada apa-apanya dihadapan Tuhan.

Page 8: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

21

2) Nilai MandiriMandiri adalah sikap dan perilaku yang

tidak mudah tergantung pada orang lain dalammenyelesaikan tugas-tugas. Dalam keluarga,kemandirian (self-relience) adalah salah satunilai karakter yang harus dibentuk oleh orangtua dalam kehidupan sehari-hari.

Mustari (2014: 78) menyatakan bahwaorang mandiri adalah orang yang cukup-diri(self-sufficient), yaitu orang yang mampuberpikir dan berfungsi secara independen, tidakperlu bantuan orang lain, tidak menolak risikodan bisa memecahkan masalah, bukan hanyakhawatir tentang masalah-masalah yangdihadapinya. Orang seperti ini akan percayapada keputusannya sendiri, jarangmembutuhkan orang lain untuk memintapendapat atau bimbingan orang lain. Orang yangmandiri dapat menguasai kehidupannya sendiridan menangani apa saja dari kehidupan ini yangia hadapi.

Kemandirian merupakan salah satu modalpenting bagi anak-anak untuk bertahan hidupkelak saat mereka dewasa. Karenanyamengajarkan kemandirian merupakan salah satutanggung jawab terpenting yang dimiliki orangtua. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukanorang tua untuk mulai menanamkankemandirian pada anak-anak.

Nilai kehormatan dan harga diri yangterdapat dalam kemandirian tidak bisa dinilaidengan sesuatu apa pun. Sebab, apabila hargadiri dan kehormatan seseorang tidak ada makahabislah ia. Menumbuhkan kemandirian dalamdiri anak didik bisa dilakukan dengan melatihbekerja dan menghargai waktu. Misalnya, anakdidik dilatih untuk berwirausaha dari hal-halkecil, seperti menjual kerupuk, es batu, dan lainsebagainya. Atau, anak didik diberi tanggungjawab mencari makan untuk kambing sekali ataudua kali dalam seminggu. Selain itu, anak dilatihuntuk mena-bung sebagai investasi jangkapanjang, tidak menghabiskan uang seketikatanpa berpikir masa depan. Mem-bangunkemandirian berarti menanamkan visi dalam diri

anak. Dalam kemandirian inilah, terdapat nilai-nilai agung yang menjadi pangkal kesuksesanseseorang, seperti kegigihan dalam berproses,semangat tinggi, pantang menyerah, kreatif,inovatif, dan produktif, serta keberanian dalammenghadapi tantangan, optimis, dan mampumemecahkan masalah yang dihadapi (Asmani,2012: 92-93).

3) Nilai Kerja KerasKerja keras merupakan perilaku yang

menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalammengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Balitbangpuskur, 2010:9). Sikap danperilaku yang suka berbuat hal-hal yang positifdan tidak suka berpangku tangan serta selalugigih dan sungguh-sungguh dalam melakukansesuatu. Ini diwujudkan dengan perilaku yangselalu menggebu-gebu dalam melakukansesuatu dan tidak kenal lelah sampai akhirpekerjaan (Titib, 2006: 59).

Penanaman kerja keras dapat dilakukandengan mengajarkan hal yang baik,memerhatikan supaya segala usahanya dapatberbuah lezat dan dapat dirasakan manfaatnya,baik usaha itu tertuju pada bidang pelajaranataupun pekerjaan. Kepentingannya agar apa-apa yang diusahakan itu tidak mudah roboh danhancur, tidak mudah rusak dan punah,dihindarkan dari rasa mempermudah pekerjaan,sehingga menyebabkan mudah binasa danterbengkalai (Suhardi, 2014: 44).

Tidak ada keberhasilan yang bisa dicapaitanpa kerja keras. Kerja keras melambangkankegigihan dan keseriusan mewujudkan cita-cita.Sebab, hidup yang dijalani dengan kerja kerasakan memberikan nikmat yang semakin besarmanakala mencapai kesuksesan. Dalam duniapendidikan pelajar yang sukses adalah yangmenjalani proses pembelajaran secara seriusdan penuh dengan kerja keras. Sangat jarangada peserta didik yang bisa sukses tanpabelajar (Naim, 2012: 148-149). dalam NitiSataka disebutkan:

Peningkatan Mutu Pendidikan KarakterMelalui Peran Orang Tua Dalam Keluarga | Ni Komang Sutriyani

Page 9: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

22 JURNAL PENJAMINAN MUTU

Sthalyam vaiduryammayyam pacati calasunam candanairindhna naddyaihsaovarnair langalagrairvi l ikhativasudhamarkatulasya hetohchittva karpurakhandan vrttirihakurute kodravanam samantatprapyemam karmabhumin carati namanujo yastapo mandabhagyah.

(Niti Sataka. 96)Terjemahannya:

Seseorang yang telah dilahirkan ke dunia,apabila tidak bekerja keras di dunia yangmerupakan lapangan lapangan karma,maka ia adalah orang bodoh. Ia membakardirinya dengan nafas yang ibaratkan kayu,memasak bawang putih dalam panic yangterbuat dari mutiara, juga menggemburkansawah dari kapas dengan bajak emas danmembuat pematang dari kapur untukmelindungi padi (Somvir, 2005: 82).

4). Nilai ToleransiToleransi merupakan kebajikan moral

berharga yang dapat mengurangi kebencian,kekerasan, dan kefanatikan. Dengan toleransi,kita juga memperlakukan orang lain secara baik,hormat, dan penuh pengertian. Toleransi tidakmelarang kita melakukan penilaian moral, tetapimenuntut kita menghargai perbedaan (Borba,2008: 225).

Toleransi merupakan sebuah sikap yangmemiliki kesetaraan dan tujuan bagi merekayang memiliki pemikiran, ras, dan keyakinanberbeda-beda. Toleransi adalah sesuatu yangmembuat dunia setara dari berbagai bentukperbedaan (Lickona, 2012: 74). Nilai toleransimerupakan sikap dan tindakan yang menghargaiperbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,dan tindakan orang lain yang berbeda daridirinya (Balitbangpuskur, 2010: 10).

Toleransi berarti sikap membiarkanketidakpekatan dan tidak menolak pendapat,sikap, ataupun gaya hidup yang berbeda denganpendapat, sikap, dan gaya hidup sendiri. Sikaptoleran dalam implementasinya tidak hanya

dilakukan terhadap hal-hal yang berkaitandengan aspek spiritual dan moral yangberbeda, tetapi harus dilakukan terhadap aspekyang luas, termasuk ideologi dan politik yangberbeda (Naim, 2012: 139).

Berkaitan dengan nilai toleransi, orang tuaperlu mendidik apa artinya toleransi dan rasahormat kepada orang lain yang bisa sajamenganut pemahaman berbeda darinya.Toleransi adalah kemampuan seseorang untukmenerima perbedaan dari orang lain. Hal ini barubisa dilakukan oleh seseorang jika ia sudahmerasakan dan memahami keterikatan, regulasidiri, afiliasi, dan kesadaran. Ketika ia sudahmampu menjaga hubungan yang sehat dandekat, merasa berada dalam sebuah kelompokserta merasa nyaman di dalamnya, juga mampumenilai sebuah situasi, melihat kekuatan,kebutuhan, dan ketertarikan orang lain. Rasahormat merupakan kemampuan untuk melihatserta merasakan nilai di dalam diri kita danorang lain. Butuh emosi, kognitif, sertakematangan sosial. Membangun rasamenghormati adalah tantangan seumur hidup,namun prosesnya dimulai sejak dini(Kurniawan, 2013: 86).

Berikut adalah beberapa aspek yang perludiingat oleh orang tua dalam mengajarkantoleransi dan rasa hormat pada orang lainkepada anak.

a) Buat anak merasa bahwa dirinyaspesial, aman, dan dicintai. Janganmenghemat kata-kata pujian saat iamemang melakukan hal yang baik danmembanggakan. Anak yang dikasihiakan belajar mengasihi orang lain.

b) Ciptakan sarana belajar di tempatbaru, orang-orang baru, dan budayaberbeda. Paparkan pada anak padabanyaknya perbedaan di dunia ini. Adabanyak buku, makanan, eventbudaya, dan perayaan untukdikenalkan pada anak. Ajak anak keacara-acara budaya, kenalkan is akanritual agama lain. Ajar anak untuk

Page 10: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

23

berinteraksi dengan orang yangberbeda darinya dengan cara yangsehat. Pahamkan pada anak bahwatidak ada yang salah dari perbedaan,asal saling menghormati dan toleransi.

c) Gunakan komentar positif untukmembentuk sikap si anak. Hindaripenggunaan kata-kata “menuduh”,seperti “Jangan begitu, dong!” Cobagunakan kata-kata alternatif yangmendidik, tetapi tidak menyuruh danmembuatnya merasa rendah diri,misal, “Yang lembut ke adik, ya, diamasih kecil, gampang terluka.”

d) Tunjukkan caranya. Anak akan belajaruntuk bersikap lebih baik, sensitif, danmenghormati orang lain denganmelihat orang tuanya, misalnya dalamberdiskusi, berpikiran terbuka, danmenghargai orang lain (tidak pulamenjelek-jelekkan orang lain karenagolongannya berbeda dengan Anda).

5). Nilai Kepedulian SosialKepedulian Sosial merupakan sikap dan

tindakan yang selalu ingin memberi bantuanpada orang lain dan masyarakat yangmembutuhkannya (Litbangpuskur, 2010: 41).Kemurahan hati, suka menolong, dandermawan disabdakan oleh Ida Sang HyangWidhi Wasa untuk dijadikan pedoman olehumat manusia dalam rangka membimbing jiwamereka ke arah kesucian. Orang yangdermawan akan memperoleh kemuliaan baikdi dunia maupun setelah pulang nanti. Seorangyang dermawan akan selalu memberikanmiliknya dengan tulus ikhlas dan penuh kasihsayang kepada orang yang membutuhkan(Supatra, 2005: 9).

Kepedulian adalah empati kepada oranglain yang diwujudkan dalam bentuk memberikanpertolongan sesuai dengan kemampuan. Anakdiajari menolong temannya yang sedang dilandamusibah. Misalnya, mengunjungi teman yangsedang sakit, membawakan makanan,

mengajari teman tentang materi yang belumdipahami, berbagi ketika sedang makan, danlain sebagainya. Kepedulian ini sangat pentingdalam dalam rangka menumbuhkan rasapersaudaraan dan kekeluargaan, sertamenjauhkan diri dari sifat sombong, egois, danindividual. Kepedulian akan menumbuhkanrasa kemanusiaan, kesetiakawanan, dankebersamaan. Kepedulian yang ditanamanpada masa kecil akan menjadi pondasi kokohdalam melahirkan kemampuan kolaborasi,sinergi, dan kooperasi (Asmani, 2012: 91).

Kasih sayang merupakan karakter dankeutamaan manusia. Kasih sayang adalah arusbawah yang mendasari nilai-nilai kemanusiaan.Kasih sayang dalam pikiran dalam kebenaran,kasih sayang dalam perasaan adalahkedamaian, kasih sayang dalam pemahamanadalah tanpa kekerasan, kasih sayang dalamtindakan adalah kebajikan (Titib, 2006: 187-188).

Untuk menanamkan jiwa sosial tersebutpada anak, orang tua harus lebih banyakmelakukan praktik daripada hanya berteorisehingga anak-anak akan mencontohperbuatan-perbuatan nyata yang orang tuanyalakukan. Banyak hal yang dapat dipraktikkanuntuk menanamkan jiwa sosial pada anak,antara lain.

a) Mengajak anak bersama-samamenengok saudara atau tetangga yangsedang sakit;

b) Mengajak anak bersama-samamengunjungi panti jompo;

c) Rutin bersedekah dan mengajarkanpentingnya bersedekah pada anak;

d) Berbagi kebahagiaan dengan anak-anak jalanan, misalnya saat ulang tahunanak;

e) Menyuguhi minuman pada tukangsampah yang mengangkut sampah darirumah kita;

f) Berbagi makanan yang kita masakpada tetangga di sekitar yang kurangmampu;

Peningkatan Mutu Pendidikan KarakterMelalui Peran Orang Tua Dalam Keluarga | Ni Komang Sutriyani

Page 11: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

24 JURNAL PENJAMINAN MUTU

g) Mengajak anak untuk bersama-samaberbagi kebahagiaan di hari rayakeagamaan dengan anak-anak di pantiasuhan (Kurniawan, 2013: 100).

6). Nilai DisiplinDisiplin merupakan suatu tindakan yang

menunjukkan perilaku tertib dan patuh padaberbagai ketentuan dan peraturan(Balitbangpuskur, 2010: 9). Disiplin adalahkepatuhan untuk menghormati danmelaksanakan suatu sistem yang mengharuskanorang untuk tunduk kepada keputusan,perintah, dan peraturan yang berlaku. Jugadiartikan bahwa disiplin adalah sikap mentaatiperaturan dan ketentuan yang telah diterapkantanpa pamrih (Naim, 2012: 142-143).

Menurut kamus Webste (dalamNgurah,dkk, 2007: 37) dijelaskan bahwadisiplin mempunyai beberapa pengertian (1)disiplin diartikan kepatuhan terhadap peraturanatau tunduk pada pengawasan, (2) disiplindiartikan latihan yang bertujuanmengembangkan watak agar dapatmengendalikan diri, berperilaku tertib danefisien, (3) disiplin diartikan sebagai hasil latihanpengendalian diri agar berperilaku tertib.

Disiplin tidak bisa dibangun secara instandibutuhkan suatu proses panjang agar disiplinmenjadi kebiasaan yang melekat kuat dalamdiri seorang anak. Oleh karena itu penananamandisiplin harus dilakukan sejak dini. Tujuannyauntuk mengarahkan anak agar merasa belajarmengenai hal-hal baik yang merupakanpersiapan bagi masa dewasa. Jika sejak dinisudah ditanamkan disiplin, meraka akanmenjadikannya sebagai kebiasaan dan bagiandari dirinya (Naim, 2012: 143).

Bernhard (dalam Shochib, 1998: 3)menyatakan bahwa tujuan disiplin diri adalahmengupayakan pengembangan minat anak danmengem-bangkan anak menjadi manusia yangbaik, yang akan menjadi sahabat, tetangga, danwarga negara yang baik. Dalam hal ini terdapatperbedaan yang fundamental antara keluarga

di Barat dengan keluarga di Indonesia dalammengupayakan anak untuk memiliki dasar-dasar dan mengembangkan disiplin diri. Hal inikarena keluarga di Indonesia dituntut selarasdengan isi yang dikandung oleh undang-undangdi atas. Secara tersirat ada tanggung jawabpendidikan yang kodrati dalam memberikankeyakinan beragama yang ditempatkan padaurutan pertama dan menjadi dasar darisubstansi lainnya. Oleh sebab itu, tujuanpendidikan yang esensial pada keluargaIndonesia adalah pembinaan, danpengembangan kepribadian secara utuh danterintegrasi.

Kurniawan (2013: 87) menyebutkanbeberapa hal yang perlu diperhatikan orang tuadalam menanamkan nilai-nilai disiplin padaanaknya yaitu.

a) Orang tua harus konsisten (tidakberubah), yaitu ada kesepakatanantara kedua orang tua (ayah dan ibu)sehingga setiap tindakan dalammenanamkan kedisiplinan tidakberubah-ubah.

b) Berikan aturan yang sederhana danjelas sehingga anak mudahmelakukannya.

c) Jangan menegur anak di hadapanorang lain karena hal itu akan membuatanak merasa malu sehingga tetapmempertahankan tingkah lakutersebut.

d) Alasan dan tata tertib yang dilakukanitu perlu dijelaskan pada anak sehinggaanak melakukannya dengan penuhkesadaran.

e) Hadiah berupa pujian, penghargaan,barang/kegiatan (misalnya memperbo-lehkan bermain, nonton TV, dan lain-lain) diberikan apabila anak melakukanperilaku positif. Hal tersebut akanmenumbuhkan rasa percaya diri.

f) Orang tua harus berhati-hati dalammemberikan hukuman, jangan sampaimenyakiti fisik/jiwa anak. Hukuman

Page 12: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

25

tidak dapat diberikan terhadap anakdi bawah usia tiga tahun, apalagimemukulnya. Hukuman merupakan“pilihan terakhir”, lebih baik memujiperbuatannya yang benar daripadamenghukum kesalahannya. Demikianpula dalam menghukum anak,sebaiknya hindari emosi yangberlebihan.

g) Jangan terlalu kaku dalammenegakkan disiplin, sesuaikandengan keadaan situasi anak.

h) Sebaiknya anak dilibatkan dalamsetiap membuat tata tertib sehinggaanak merasa dihargai dan diakui dalamkeluarga.

i) Bersikap tegas bukan berarti bersikapkasar baik dalam tindakan fisik/perbuatan.

7). Nilai KejujuranKejujuran merupakan hal yang penting,

namun sedikit orang tua yang peduli akankejujuran anaknya. Kejujuran di saat dewasatak lepas dari kejujuran yang ditanamkan saatmasih anak-anak. Ketika sejak anak-anaksudah ditanamkan kejujuran maka sampaidewasa kejujuran itu akan tertanam dalam jiwasi anak. Beberapa hal yang dapat dilakukanorang tua untuk menumbuhkan kejujuran padaanak, di antaranya sebagai berikut.

a) Jangan membohongi anak. Kadangkala orang tua membohongi anak demisesuatu hal, misalnya agar anaknyatidak menangis dijanjikan suatubarang, namun ketika anaknya sudahdiam barang tersebut tidak diberikan.Dengan demikian, anak akan berpikirternyata dia dibohongi dan hal itu akantetap membekas hingga dia dewasadan ketika dewasa akan bergantimembohongi karena sejak kecil telahdiajari berbohong oleh orang tuanya.

b) Hargai kejujuran anak. Sedikit sekaliorang tua yang mau menghargai

kejujuran anaknya sehingga ketika sianak berusaha jujur tidak diberikanganjaran atas kejujurannya. Jikademikian maka kejujuran dianggap halyang tidak penting sehingga akanmengabaikan kejujuran tersebut.

c) Tanamkan kejujuran sejak dini. Ketikaanak sudah terbiasa jujur sejak kecilmaka nilai-nilai kejujuran tersebutakan terpola secara otomatis dalampribadi anak. Dengan demikian, sianak akan terbiasa jujur hingga didewasa.

d) Selalu motivasi anak berlaku jujur.Seorang anak memerlukan bimbingandan motivasi secara bersinergi agarkejujuran yang ditanamkan pada anaktetap berada dalam diri anak(Kurniawan, 2013: 86).

Semua keluarga menyampaikan pesanmo-ral untuk bersikap jujur kepada anak-anaknya. Akan tetapi, imple-mentasi dari pesantersebut dan cara-cara yang digunakan olehorang tua untuk mengontrol sikap jujur yangdimiliki anak berbeda-beda. Dalam keluargaorang tua bersikap teguh dalam menegakkansikap jujur pada anak sehingga anak memahamibetapa pentingnya bersikap jujur dalamkehidupan. Meskipun bersikap jujur dirasakansulit, namun orang tua menekankan pesan padaanak bahwa kejujuran akan membawakebaikan, sedangkan ketidakjujuran akanmengaki-batkan kerugian di kemudian hari(Lestari, 2012: 156).

8). Nilai Kepedulian terhadap LingkunganKepedulian Terhadap lingkungan

merupakan kegiatan yang selalu berupayamencegah kerusakan lingkungan alamdisekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yangsudah terjadi. Kegiatan yang dilakukan tersebutmerupakan wujud bhakti terhadap alamsemesta sehingga apabila lingkungan sudahtertata dengan baik maka pancaran dan vibrasi

Peningkatan Mutu Pendidikan KarakterMelalui Peran Orang Tua Dalam Keluarga | Ni Komang Sutriyani

Page 13: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

26 JURNAL PENJAMINAN MUTU

alam akan memberikan ketenangan jiwa kepadaumat manusia (Balitbangpuskur 2010: 41).

Manusia merupakan makhluk sosial. Iahidup dan menjadi bagian tidak terpisahkan darilingkungannya. Karenanya, manusia tidak bisasepenuhnya egois dan beranggapan kalaudirinya bisa hidup sendiri tanpa peran sertaorang lain. Selain tidak logis, sikap egoissemacam ini juga membawa implikasi kurangbaik bagi tatanan sosial. Kualitas lingkunganhidup sekarang memang cenderung mengalamipenurunan. Pencemaran udara, kerusakanhutan, banjir dan persoalan lainnya (Naim,2012: 200-201).

Sikap kecintaan anak terhadap lingkunganmerupakan hasil proses pendidikan yangdialaminya, baik dari sekolah maupun orangtua. Pada umumnya anak menghabiskan duapertiga hari di rumah. Oleh karena itu,pendidikan yang paling efektif adalahketeladanan dari orang tua. Untuk itu, orangtua perlu membiasakan pola hidup yang bersih,sehat, dan ramah lingkungan dalam keluarga.Tanamkan pula kesadaran, menjaga alammerupakan bagian dari ibadah, yang memberimanfaat bagi peningkatan kualitas hidup. Anakbelajar dengan meniru dan mencontoh. Jadi,kalau orang tua melek lingkungan, anak punakan terpengaruhi.

Kepedulian kepada kelestarian lingkunganperlu dilakukan sejak dini karena pengaruhpada usia dini merupakan dasar pembentukankarakter anak. Mengajarkan cinta lingkunganjuga akan menumbuhkan sikap bersyukur.Umumnya, anak yang mencintai alam, cenderungberhati lembut dan juga mengasihi sesama.

Meningkatkan pemahaman anak tentangperlunya menjaga lingkungan, dapat jugadilakukan orang tua dengan berdiskusimengenai lingkungan bersama anak. Diskusidapat diarahkan untuk mengetahui penyebabdan perilaku masyarakat yang berakibat padamasalah global lingkungan. Berikan penjelasansesuai kemampuan pemahaman anak.Sebaiknya gunakan bahasa yang sederhana danmudah dipahami anak. Dengan begini, anakterbiasa untuk selalu menjaga lingkungannya.Jika kebiasaan baik ini diterapkan sampai

mereka besar pasti akan menciptakan karakteryang kuat di dalam diri mereka (Kurniawan,2013: 98-99).

III. SIMPULAN1. Karakter bangsa merupakan aspek

penting dari kualitas SDM karenakualitas karakter bangsa menentukankemajuan suatu bangsa. Karakteryang berkualitas perlu dibentuk dandibina sejak usia dini, bahkan semasihdalam kandungan.

2. Keluarga merupakan jalur pendidikanpertama dan utama bagi anakmerupakan tempat pertama kalinyaanak-anak memperoleh pendidikandan pengajaran dari orang tua.Keluarga yang rukun dan harmonisakan berpengaruh terhadap karakteranak tersebut.

3. Orang tua ideal sangat dibutuhkandalam pendidikan karakter dilingkungan keluarga, orang tua dituntutuntuk mampu memahami tugas dankewajibannya.

4. Baik buruknya hubungan atauinteraksi antara suami dan istri, orangtua dan anak, serta anak dengan anaksangat menentukan kesuksesanpendidikan karakter di lingkungankeluarga, terutama dalam menciptakansituasi dan interaksi edukatif.

5. Penanaman nilai-nilai karakter dalamkeluarga merupakan salah satu upayapeningkatan mutu pendidikan karaktersehingga terwujud sumber dayamanusia yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Oka, I Gusti. 1992. Slokantara.Jakarta: Hanuman Sakti.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Buku PanduanInternalisasi Pendidikan Karakter diSekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Balitbangpuskur. 2010. Bahan Ajar PelatihanPenguatan Metodologi Pembelajaran

Page 14: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERAN ORANG ...

27

Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya UntukMembentuk Daya Saing dan KarakterBangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Borba, Michele. 2008. MembangunKecerdasan Moral. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.

Geldard David dan Geldard Kathryn. 2011.Konseling Keluarga. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Kurniawan, Syamsul. 2013. PendidikanKarakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga(Penanaman Nilai dan PenangananKonflik dalam Keluarga). Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Lickona, Thomas. 2012. Educating ForCharacter( Mendidik UntukMembentuk Karakter). Jakarta: BumiAksara.

_______, 2012. Character Matters(Persoalan Karakter). Jakarta: BumiAkasara.

Mirawati, 2011. “ Peranan Keluarga DalamPendidikan Karakter Anak Usia Dini :Studi Deskriptif pada Keluarga diPerumahan Graha Bukit Raya II RW 24Desa Cilame Kecamatan NgamprahKabupaten Bandung Barat “. (Tesis).Bandung: Perpustakaan UniversitasPendidikan Indonesia.

Munasir. 2011. “Model Pendidikan AkhlakBagi Anak Dalam Keluarga Kyai: StudiKasus Pada Tiga Keluarga Kyai di DesaRancahilir Kec. Pamanukan Subang “.(Tesis). Bandung: PerpustakaanUniversitas Pendidikan Indonesia.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan KarakterMenjawab Tantangan KritisMultidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Mustari, Mohamad. 2014. Nilai KarakterRefleksi Untuk Pendidikan. Jakarta: PTRajagrafindo Persada.

Naim, Ngainun. 2012. Character Building.Jogjakarta: AR. Ruzzmedia.

Ngurah, Ida Bagus. Dkk. 2007. DharmaPrawerti Bahan Ajar Pendidikan BudhiPekerti Untuk Siswa SMA/K Kelas X.Denpasar: PT. Tri Agung.

Pudja, G. dan Rai Sudharta, Tjokorda. 2002.Manawa Dharmasastra atau WedaSmrti. Jakarta: CV.Felita NursatamaLestari.

Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang TuaDalam Membantu AnakMengembangkan Disiplin Diri. Jakarta:Rineka Cipta.

Somvir. 2005. Niti Sataka (100 SlokaTentang Etika dan Moralitas).Denpasar: PT Empat Warna Komunikasi.

Sudharta, Tjok. 2003. Slokantara. Surabaya:Paramita.

Suhardi, Didik. 2014. Nilai Karakter RefleksiUntuk Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Supatra, I Nyoman Kanduk. 2005. DanaPunia Jalan Menuju Tuhan. Denpasar:Pustaka Bali Post.

Swastika, I Ketut Pasek. 2007. SuputraBhakti Kepada Leluhur. Denpasar: CVKayumas Agung.

Tampubolon. 2004. Penerapan danPendekatan Teori Sistem : Studi KasusUniversitas HKBP Nomensen. SumateraUtara: Fakultas Teknik UniversitasSumatera Utara.

Titib, I Made. 1998. Veda Sabda SuciPedoman Praktis Kehidupan. Surabaya:PT. Paramita.

Titib, I Made dan Sapariani, Ni Ketut. 2006.Keutamaan Manusia Dan PendidikanBudhi Pekerti. Surabaya: Paramita.

Winardi. 1980. Pengantar Teori Sistem danAnalisa Sistem. Bandung: KaryaNusantara.

Peningkatan Mutu Pendidikan KarakterMelalui Peran Orang Tua Dalam Keluarga | Ni Komang Sutriyani


Recommended