+ All Categories
Home > Documents > PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

Date post: 29-Nov-2015
Category:
Upload: kiki-pratama-aizen
View: 86 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
Description:
Karya Ilmiah
Popular Tags:
31
PENYUSUNAN KARYA ILMIAH Ringkasan Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa Oleh : Dedi Merisa, SHI As language distinguishes man from animal, So writing distinguishes civilized man from barbarian 1. Prolog Kutipan redaksi di atas adalah pemeo dalam dunia antropologi, penulis ingin menegaskan bahwa menulis itu penting karena terkait erat dengan peradaban. Carlyle, Kant, Mirabeau dan Renan bahkan percaya dan meyakini bahwa penemuan tulisan benar-benar telah membentuk awal peradaban (Haris Sumadiria, 2009: v). Melalui tulisan, kita mengenal sejarah dan peradaban masa lalu, dan masa kini akan tetap dikenang oleh masa depan jika terekam dalam tulisan. Salah satu ragam tulisan adalah karya ilmiah. Di perguruan tinggi, menulis karya ilmiah menjadi kewajiban bagi setiap civitas academika. Hal ini karena karya ilmiah adalah manifestasi dari penelitian yang merupakan bagian integral dari Tridharma Perguruan Tinggi. Dengan demikian maka, lemahnya budaya menulis karya ilmiah di perguruan tinggi adalah indikasi telah terjadi kepincangan dalam internalisasi Tridharma Perguruan Tinggi, atau dalam terminologi lain dapat disebut belum menjadi perguruan tinggi yang kafah. Merefleksi realitas tersebut, maka menjadi penting untuk terus menggelorakan semangat meneliti dan menulis bagi seluruh civitas acedemika. Dalam terminologi fiqih, menulis karya ilmiah bagi mahasiswa adalah
Transcript
Page 1: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

Ringkasan Tata Cara Penulisan Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa

Oleh : Dedi Merisa, SHI

As language distinguishes man from animal,

So writing distinguishes civilized man from barbarian

1. Prolog

Kutipan redaksi di atas adalah pemeo dalam dunia antropologi, penulis ingin

menegaskan bahwa menulis itu penting karena terkait erat dengan peradaban. Carlyle, Kant,

Mirabeau dan Renan bahkan percaya dan meyakini bahwa penemuan tulisan benar-benar

telah membentuk awal peradaban (Haris Sumadiria, 2009: v). Melalui tulisan, kita mengenal

sejarah dan peradaban masa lalu, dan masa kini akan tetap dikenang oleh masa depan jika

terekam dalam tulisan. Salah satu ragam tulisan adalah karya ilmiah. Di perguruan tinggi,

menulis karya ilmiah menjadi kewajiban bagi setiap civitas academika. Hal ini karena karya

ilmiah adalah manifestasi dari penelitian yang merupakan bagian integral dari Tridharma

Perguruan Tinggi. Dengan demikian maka, lemahnya budaya menulis karya ilmiah di

perguruan tinggi adalah indikasi telah terjadi kepincangan dalam internalisasi Tridharma

Perguruan Tinggi, atau dalam terminologi lain dapat disebut belum menjadi perguruan tinggi

yang kafah. Merefleksi realitas tersebut, maka menjadi penting untuk terus menggelorakan

semangat meneliti dan menulis bagi seluruh civitas acedemika. Dalam terminologi fiqih,

menulis karya ilmiah bagi mahasiswa adalah jihad dan hukumnya fadlu' 'ain. Bagi

mahasiswa, karya tulis ilmiah harus dijadikan masterpiece, sehingga dalam produksinya

harus memenuhi berbagai ketentuan yang agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Karena itulah maka pengetahuan tentang teknik penulisan karya tulis ilmiah menjadi

kebutuhan mendasar bagi setiap mahasiswa. Tulisan ringkas mengenai Tata Cara Penulisan

Karya Ilmiah ini berupaya memberikan stimulus bagi mahasiswa untuk dapat

mengembangkan potensinya dalam bidang penulisan karya ilmiah dengan memberikan

gambaran singkat tentang teknik penyusunan karya tulis ilmiah. Karena keterbatasan ruang

dan waktu, maka penulis tidak mengkaji teknik penyusunan karya ilmiah secara

komprehensif, namun hanya sekilas informasi dan petunjuk teknik secara ringkas tentang tata

cara penulisan karya tulis ilmiah.

2. Definisi Karya Ilmiah

Page 2: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuan yang ingin

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui

kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain

Disampaikan dalam Pelatihan Karya Ilmiah yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas

Tarbiyah INISNU Jepara pada tanggal 10 April 2011 di Desa Jambu Alumni Fakultas

Syari’ah INISNU JeparaBarat Mlonggo Jepara. sebelumnya. Karya ilmiah merupakan

pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekedar pertanggungjawaban peneliti dalam

penggunaan sumber daya (uang, alat, bahan) yang digunakan dalam penelitian. Untuk

memenuhi standar ilmiah, sebuah karya harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya

adalah kriteria metodologis, dalam hal ini karya ilmiah harus disusun dengan menggunakan

metodologi ilmiah. Brotowidjojo (1985:8-9) mengemukakan bahwa “karya ilmiah adalah

karya ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan

yang baik dan benar”. Dengan demikian, penggunaan metodologi yang benar menjadi salah

satu unsur terpenting dalam penyusunan karya ilmiah (Bambang Dwiloka dan Rati Riana,

2005: 1-6).

Dalam literatur lain, disebutkan bahwa karya tulis ilmiah adalah serangkaian kegiatan

penulisan yang didasarkan pada pengkajian atau penelitian ilmiah yang ditulis secara

sistematis menggunakan bahasa prinsip-prinsip ilmiah. Atau ada juga yang menyatakan

bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan kriteria ilmiah.

(Maizuddin M. Nur, 2010).

3. Jenis Karya Ilmiah

Karya ilmiah mempunyai banyak jenis, tergantung pada penggunaannya. Ada yang

berupa skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian (research report), artikel untuk dimuat di

majalah ilmiah, jurnal atau makalah untuk diseminarkan. Dalam tulisan ini, penulis akan

lebih banyak mendeskripsikan tentang karya ilmiah jenis makalah. hal ini karena makalah

adalah jenis karya ilmiah yang paling banyak dibuat oleh mahasiswa.

Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang digunakan, makalah dibedakan menjadi

tiga macam, yaitu makalah deduktif, makalah induktif dan makalah campuran. Makalah

deduktif merupakan makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian teoritis (pustaka)

yang relevan dengan masalah yang dibahas. Makalah induktif adalah makalah yang disusun

berdasarkan data empiris yang diperoleh dari lapangan yang relevan dengan masalah yang

dibahas. Makalah campuran adalah makalah yang penulisannya didasarkan pada kajian

teoretis digabungkan dengan data empiris yang relevan dengan masalah yang dibahas. Dalam

Page 3: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

pelaksanaannya, jenis makalah pertama merupakan jenis makalah yang paling banyak

digunakan (Bambang Dwiloka dan Rati Riana, 2005: 97-98).

4. Kriteria Ilmiah

M. Nazir, (1988) menjelaskan bahwa karya ilmiah disusun dengan menggunakan metode

ilmiah, yaitu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan

penjelasan tentang suatu kebenaran. Adapun kriteria metode ilmiah adalah :

1. Berdasarkan fakta (bukan kira-kira, khayalan, legenda)

2. Bebas dari prasangka (tidak subyektif)

3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah berdasarkan

analisis yang logis)

4. Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan)

5. Menggunakan ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)

6. Menggunakan teknik kuantifikasi (nominal, rangking, rating)

Metode ilmiah juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk

mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.

Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang

dibuat secara rasional berdasarkan buktibukti yang tersedia

Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama

dengan kondisi yang sama pula.

Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan

konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

Nur Khoiri (2011) memaparkan bahwa suatu karya tulis disebut karya tulis ilmiah

jika: (1) mempermasalahkan pengetahuan ilmiah, (2) penulisannya dijiwai oleh metode

ilmiah, dan (3) memenuhi persyaratan tata cara penulisan keilmuan. Lebih lanjut dijelaskan

pula bahwa yang dimaksud dengan ilmiah adalah bersifat dan berada pada kawasan

keilmuan. Ilmu bagian dari pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah.

Adapun metode ilmiah adalah cara berfikir sistematis, logis, rasional, objektif, berdasarkan

fakta untuk menemukan, membuktikan, dan mengembangkan pengetahuan tertentu.

Page 4: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

Sebuah karya tulis ilmiah yang disusun berdasarkan hasil penelitian, metode ilmiah

digunakan dengan melalui beberapa tahapan, yaitu:

Melakukan observasi, menetapkan masalah dan tujuan

Menyusun hipotesis

Menyusun rencana penelitian

Melaksanakan percobaan berdasarkan metode yang direncanakan

Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data

Menganalisa dan menginterpretasikan data

Merumuskan kesimpulan (teori) dan saran (Nur Khoiri, 2011)

5. Tahap Penyusunan Karya Ilmiah

Berikut ini akan dijelaskan tentang tahapan penyusunan karya ilmiah menurut Zaenal

Arifin (2003) sebagaimana dikutip oleh Bambang Dwiloka dan Rati Riana (2005:9-24). Pada

dasarnya, dalam penyusunan karya ilmiah terdapat lima tahap, yaitu :

a. Persiapan

1) Pemilihan Topik/Masalah

Topik/Masalah adalah pokok pembicaraan. Dalam memilih topik/masalah, Arifin

(2003:8) memberikan beberapa pertimbangan :

Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita

maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik yang jauh dari kita karena hal

itu akan menyulitkan kita ketika menggarapnya.

Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.

Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari

pokok masalah yang menyeret kita kepada pengumpulan informasi yang beraneka

ragam.

Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif. Hindari topik yang bersifat

subyektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.

Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, walaupun serba

sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.

Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan yang

dapat memberikan informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis. Sember

Page 5: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

kepustakaan dapat berupa buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan,

situs web, atau undang-undang.

2) Pembatasan Topik dan Penentuan Judul

Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, kita

tinggal menguji sekali lagi; apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas ataukah

masih terlalu umum dan mengambang. Jika sudah dilakukan pembatasan topik, judul karya

ilmiah bukanlah hal yang sulit ditentukan karena pada dasarnya langkah-langkah yang

ditempuh dalam pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul.

Perbedaannya adalah pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah,

sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau sesudah penulisan karya ilmiah.

Jika sudah ada topik yang terbatas, karya ilmiah sudah dapat mulai digarap walaupun judul

belum ada.

Selain dengan pembatasan topik, penentuan judul karya ilmiah dapat pula ditempuh

dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana dan

kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus dijawab pada penentuan judul. Dalam

sebuah judul, adakalanya dibatasi dengan memberi sub judul. Sub judul selain berfungsi

membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal

seperti itu, antara judul utama dan sub judul harus dibubuhan tanda baca titik dua (:).

3) Pembuatan Kerangka Karya (outline)

Pada prinsipnya, penyusunan kerangka karangan karya adalah proses penggolongan

dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi

kesatuan yang berpautan. Penyusun karya ilmiah dapat membuat ragaan buram, yakni ragaan

yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi,

atau dapat juga membuat ragaan kerja, yaitu ragaan yang sudah merupakan perluasan atau

penjabaran dari ragaan buram. Tentu saja, jenis kedua memudahkan penyusunan untu

mengembangkan karya (Moeliono, 1998:1; Arifin, 2003:15).

Penulis karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan judul subbab

sebelum menentukan kerangka karya. Judul bab dan judul subbab itu merupakan pecahan

masalah dari judul karya ilmiah yang ditentukan. Jika ragaan telah selesai dibuat, langkah

berikutnya adalah pembuatan rencana daftar isi karya ilmiah. Kita perlu membuat rencana

daftar isi yang lengkap, pada bagian awal dilengkapi dengan tajuk prakata, daftar isi, daftar

table (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada). Bab Pedahuluan/Bab I

Page 6: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir daftar isi

dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran (jika ada).

Pada dasarnya, penulis karya ilmiah mempunyai hak prerogatif untuk menyusun

daftar isinya sendiri. Akan tetapi, paling sedikit sebuah karya ilmiah berisi tiga bab, yaitu

pendahuluan, isi atau analisis, dan penutup. Jika isi atau analisis itu agak luas, kita dapat

memecah isu itu menjadi dua atau lebih bab sehingga kaya ilmiah menjadi empat bab atau

lebih.

b. Pengumpulan Data

Dalam diskursus ilmu penelitian, data dapat dikumpulkan melalui pengamatan

(observasi), wawancara atau eksperimen (percobaan). Adapun langkah-langkah yang dapat

ditempuh dalam pengumpulan data adalah :

1. Pencarian informasi/keterangan dari bahan bacaan, seperti buku, surat kabar dan

majalah yang relevan dengan topik tulisan.

2. Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan

ditulis

3. Pengamatan langsung ke obyek yang akan diteliti

4. Percobaan dan pengujian di lapangan atau di laboratorium

c. Pengorganisasian dan Pengonsepan

Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut.

Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyusun menentukan

data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun harus mengolah dan

menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya, jika penelitian

bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistic. Selanjutnya, penyusun

dapat mulai mengonsep karya ilmiah itu dengan urutan dalam ragaan yang ditetapkan.

d. Pemeriksaan/Penyuntingan Konsep

Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu ada

bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan

yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan.

Page 7: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup pemeriksaan isi karya dan cara penyajian

karya, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.

e. Penyajian/Pengetikan.

Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan

kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah. Misalnya

penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar, unsur-unsur dalam halaman

judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka.

6. Sistematika Karya Ilmiah

Di atas telah dijelaskan bahwa karya ilmiah memiliki banyak varian. Setiap varian

tersebut memiliki sistematika yang berbeda. Dalam kesempatan ini, penulis hanya akan

mendeskripsikan sistematika penulisan karya ilmiah jenis makalah. Pertimbangannya, jenis

makalah merupakan jenis karya ilmiah yang paling sering disusun oleh mahasiswa. Sehingga

diharapkan akan lebih bermanfaat secara praktis.

Deskripsi tentang sistematika penulisan makalah berikut ini dikutip dari buku “Teknik

Menulis Karya Ilmiah”karya Bambang Dwiloka dan Rati Riana. Dari segi jumlah halaman,

dapat dibedakan antara makalah panjang dan makalah pendek. Makalah panjang adalah

makalah yang jumlah halamannya lebih dari 20 halaman. Secara garis besar, makalah

panjang terdiri dari atas tiga bagian; yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.

Bagian Awal

Halaman Sampul

Daftar Isi

Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)

Bagian Inti

Pendahuluan

Latar Belakang Penulisan Makalah

Masalah atau Topik Bahasan

Tujuan Penulisan Makalah

Teks Utama

Penutup

Bagian Akhir

Daftar Rujukan

Lampiran (jika ada)

Page 8: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

Setiap bagian dari sistematika di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Halaman Sampul

Dicantumkan judul makalah, keperluan atau maksud ditulisnya makalah, nama penulis

makalah dan tempat serta waktu penulisan makalah. Terkait dengan pembuatan judul

makalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Judul harus mencerminkan isi makalah atau mencerminkan topik yang diangkat.

2. Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa atau klausa, bukan dalam bentuk

kalimat. Itulah sebabnya judul makalah tidak diakhiri dengan tanda titik (.).

3. Judul makalah hendaknya singkat dan jelas, sebaiknya berkisar 5-15 buah kata.

4. Judul hendaknya menarik perhatian pembaca untuk mengetahui isinya. Namun, judul

makalah harus tetap mencerinkan isi makalah.

- Daftar Isi

Daftar isi dipandang perlu jika panjang makalah lebih dari 20 halaman. Penulisan

daftar isi dilakukan dengan ketentuan (1) judul bagian makalah ditulis dengan menggunakan

huruf kecil (kecuali awal kata selain kata tugas), (2) penulisan judul bagian dan judul

subbagian dilengkapi dengan nomor halaman tempat pemuatannya dalam makalah, dan (3)

penulisan daftar isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan antarbagian dua

spasi.

- Daftar Tabel dan Gambar

Identitas tabel dan gambar (yang berupa nomor dan nama) dituliskan secara lengap.

Jika tabel dan gambar lebih dari satu buah, sebaiknya penulisan daftar tabel dan gambar

dilakukan terpisah, tetapi jika hanya terdapat sebuah tabel atau gambar, sebaiknya daftar tabel

atau gambar disatukan dengan daftar isi makalah.

- Bagian Inti

Ada tiga macam cara penulisan yang dapat dipakai dalam susunan bagian inti, yaitu :

1. Penulisan dengan menggunakan angka (Romawi dan atau Arab),

Page 9: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

2. Penulisan dengan menggunakan angka yang dikombinasikan dengan abjad, dan

3. Penulisan tanpa menggunakan angka maupun abjad

- Pendahuluan

Penulisan bagian pendahuluan dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :

1. Setiap unsur bagian pendahuluan ditonjolkan dan disajikan sebagai subbagian.

2. Semua unsur yang terdapat dalam bagian pendahuluan tidak dituliskan sebagai

subbagian, sehingga tidak dijumpai adanya subbagian dalam bagian pendahuluan.

Untuk menandai pergantian unsur, dapat dilakukan dengan pergantian paragraf.

- Latar Belakang

Butir-butir yang seyogyanya ada dalam latar belakang adalah hal-hal yang melandasi

perlunya ditulis makalah. hal-hal dimaksud dapat berupa paparan teoretis atau pun paparan

yang bersifat praktis, tetapi juga bukan alasan yang bersifat pribadi. Yang pokok, bagian ini

harus dapat mengantarkan pembaca pada masalah atau topik yang dibahas dalam makalah

dan menunjukkan bahwa masalah atau topik tersebut memang perlu dibahas.

- Masalah atau Topik Bahasan

Masalah atau topik bahasan tidak terbatas pada persoalan yang memerlukan pemecahan,

tetapi juga mencakupi persoalan yang memerlukan penjelasan, deskripsi atau penegasan lebih

lanjut. Beberapa pertimbangan dalam menentukan topik adalah :

1. Topik yang dipilih haruslah ada manfaatnya, baik dari segi praktis maupun segi

teoritis dan layak untuk dibahas.

2. Topik yang dipilih hendaknya menarik dan sesuai dengan minat penulis.

3. Topik yang dipilih haruslah dikuasai, dalam arti tidak terlalu asing atau terlalu baru

bagi penulis.

4. Bahan yang diperlukan sehubungan dengan topik tersebut memungkinkan untuk

diperoleh

- Tujuan Penulisan Makalah

Makalah dimaksudkan bukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seseorang

dan yang sejenis dengan itu, tetapi lebih mengarah pada apa yang ingin dicapai dengan

penulisan makalah tersebut.

Page 10: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

- Teks Utama

Bagian teks utama makalah berisi pembahasan topik-topik makalah. Isi bagian teks

utama sangat bervariasi, tergantung topik yang dibahas dalam makalah. Jika dalam makalah

dibahas tiga topik, ada tiga pembahasan dalam bagian teks utama.

Penulisan bagian teks utama dapat dikatakan sebagai inti kegiatan penulisan makalah.

kemampuan seserang dalam menulis bagian teks utama makalah merupakan cerminan tinggi-

rendahnya kualitas makalah yang disusun. Penulisan bagian teks utama yang baik adalah

yang dapat membahas topik secara mendalam dan tuntas, dengan menggunakan bahasa yang

baik dan benar. Pengertian mendalam dan tuntas ini tidak selalu berarti panjang dan bertele-

tele. Dalam penulisan teks utama, hindarilah penggunaan kata-kata tanpa makna dan cara

penyampaian yang melingkar-lingkar. Hindarilah kata-kata seperti : dan sebagainya, dan lain-

lain (yang lain itu apa), yang sebesar-besarnya (seberapa besarnya).

Penulisan teks utama makalah dapat dilakukan setelah bahan penulisan makalah

berhasil dikumpulkan. Bahan penulisan dapat berupa bahan yang bersifat teoritis (yang

diperoleh dari buku teks, laporan penelitian, jurnal, majalah dan barang cetak lainnya) atau

dapat juga dipadukan dengan bahan yang bersifat factual-empiris (yang terdapat dalam

kehidupan nyata).

- Penutup

Bagian penutup berisi simpulan atau rangkuman pembahasan dan saran (jika

dipandang perlu). Bagian ini menandakan berakhirnya makalah. Penulisan bagian penutup

dapat dilakukan dengan menggunakan teknik berikut.

1. Penegasan kembali atau ringkasan dari pembahasan yang telah dilakukan, tanpa

diikuti dengan simpulan. Hal ini dilakukan karena masih belum cukup bahan untuk

memberikan simpulan terhadap masalah yang dibahas, atau dimaksudkan agar

pembaca menarik kesimpulan sendiri.

2. Menarik simpulan dari apa yang telah dibahas pada teks utama makalah.

Selain itu, pada bagian ini juga dapat disertakan saran atau rekomendari sehubungan dengan

masalah yang dibahas. Saran harus relevan dengan apa yang telah dibahas. Saran yang dibuat

haris eksplisit, kepada siapa saran ditujukan dan tindakan atau hal apa yang disarankan.

- Daftar Rujukan

Page 11: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

Teknik penulisan daftar rujukan dibahas dalam materi teknik notasi ilmiah dalam makalah

ini.

- Lampiran

Bagian ini berisi hal-hal yang bersifat pelengkap yang dimanfaatkan dalam proses

penulisan makalah. Bagian ini hendaknya juga bernomor halaman.

7. Teknik Penulisan

Materi tentang teknik penulisan karya ilmiah dalam tulisan ini mengacu pada

pedoman penulisan skripsi bagi mahasiswa S.1 INISNU Jepara tahun 2007. Beberapa hal

yang perlu dipahami tentang teknik penulisan adalah sebagai berikut :

Penulisan karya ilmiah menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu

pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan; dan jika di

pandang mampu maka dapat menggunakan Bahasa Arab dan atau Bahasa Inggris

Informasi disajikan dengan bahasa yang lugas, sederhana, tepat dan langsung pada

persoalan yang dibicarakan;

Penulisan istilah yang berasal dari bahasa asing dan daerah, dengan huruf miring

(italic), seperti kata istinbath al-ahkam (istinbâth al-ahkâm), drop out (drop out),

gugur gunung (gugur gunung);

Untuk menghindari subyektivitas, penulisan karya ilmiah tidak diperbolehkan

menggunakan kata saya, aku, kami atau kita kecuali dalam kata pengantar;

Penulisan ayat al-Quran dan teks al-Hadist sesuai dengan aslinya, memperhatikan

tanda-tanda baca yang tertera, disertai syakalnya dengan menggunakan mushaf

Utsmâni serta menyebutkan nama surat dan nomor ayat untuk teks al-Quran dan nama

perawi untuk teks al-Hadist.

8. Bentuk dan Format Penulisan

Berdasarkan pengalaman penulis, setiap literatur memberikan ketentuan yang

berdeda-beda tentang bentuk dan format penulisan karya ilmiah, tergantung pada siapa atau

instansi apa yang menerbitkan ketentuan tersebut. Namun, secara umum bentuk dan format

penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut :

Page 12: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

Naskah diketik dengan jenis huruf standard (Times New Roman) dengan ukuran/font

12 dan line spacing 1,5;

Karya ilmiah berbahasa Arab menggunakan font Traditional Arabic dengan huruf

ukuran 18;

Kertas yang dipergunakan untuk penulisan karya ilmiah adalah Kuarto (A4) ukuran

21 x 29,7 cm berat 70 – 80 gsm;

Batas margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm, sedangkan untuk karya

ilmiah yang ditulis dengan Bahasa Arab maka margin kanan dan atas 4 cm, kiri dan

bawah 3 cm;

Setiap satu lembar kertas kuarto hanya digunakan satu halaman saja (tidak bolak

balik) diketik dengan spasi ganda, sedangkan karya ilmiah berbahasa Arab dengan

jarak 1 spasi;

Alinea baru dimulai pada ketukan ketujuh dari margin kiri bagi karya ilmiah yang

berhuruf latin atau dari margin kanan bagi skripsi yang berhuruf Arab;

Judul karya ilmiah ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, ukuran huruf dengan

memperhatikan estetika penulisan.

Judul bab ditulis dengan huruf kapital (besar) di tengah, sub judul bab ditulis dari tepi

kiri, awal kata menggunakan huruf kapital, demikian juga anak sub judul atau sub

anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan estetika penulisan;

Penomoran halaman dimulai dari Bab I sampai akhir halaman menggunakan angka

arab (1, 2, 3, 5, 6 dst.) diletakkan di sebelah kanan atas, kecuali nomor halaman bab

baru yang diletakkan di tengah bagian bawah, sub judul ditulis dari tepi kiri, awal kata

menggunakan huruf kapital kecuali kata penghubung/sambung, demikian juga anak

sub judul atau sub anak judul disusun sedemikian rupa dengan memperhatikan

estetika penulisan, sedangkan pada halaman judul sampai halaman daftar isi

menggunakan huruf Romawi kecil (seperti i, ii, iii, iv, v, dst.) yang diletakkan di

tengah bagian bawah;

Penomoran tabel atau gambar diberi nomor urut dengan angka arab (Tabel 1., Tabel

2., dst.);

Nomor kutipan atau catatan kaki pada masing-masing bab ditulis berturut-turut

sampai akhir bab dan dimulai kembali dengan nomor satu pada bab berikutnya;

Abstrak skripsi diketik 1 spasi maksimal 2 halaman, ditulis dalam Bahasa Indonesia.

9. Teknik Notasi Ilmiah.

Page 13: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

a. Kutipan

1. Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu : [a] Kutipan Langsung adalah kutipan yang

sama dengan bentuk asli yang dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda

bacanya. Kutipan langsung tidak dibenarkan lebih dari satu halaman. Kutipan

langsung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting saja seperti definisi atau

pendapat seseorang yang khas. Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris,

diketik biasa dalam teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik(“) dan

diberi nomor kutipan yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini dimaksudkan jika

diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih

dari empat baris, diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak

dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan terjemah al-Qur’an

dianggap seperti kutipan langsung, diketik 1 spasi meskipun kurang dari empat baris,

tidak ditulis miring dan tidak menyebut kata Artinya; [b] Kutipan tak langsung

(parafrase) adalah kutipan yang hanya mengambil isinya saja, seperti saduran, atau

ringkasan. Dalam kutipan semacam ini, penulis tidak perlu memberi tanda petik,

ditulis seperti teks biasa dengan menyebut sumber pengambilannya;

2. Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam bidangnya;

3. Kutipan dalam karya ilmiah diantaranya harus mencakup minimal satu sumber/buku

yang berbahasa Arab dan satu sumber/buku berbahasa Inggris yang terkait dengan

pokok bahasan, tidak termasuk kamus;

4. Kutipan Tafsir dan Hadist harus bersumber pada kitab asli (sumber primer).

5. Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan mencantumkan situs dan

menunjukkan print-outnya.

b. Catatan Kaki (footnote)

1) Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki halaman teks yang menyatakan sumber

sesuatu kutipan atau pendapat mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks;

2) Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang berisi komentar atau penjelasan yang

dianggap tidak dapat dimasukkan di dalam teks;

3) Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung dari margin kiri untuk tulisan latin

dan margin kanan untuk tulisan Arab, dimulai pada ketukan kelima di bawah garis catatan

kaki;

4) Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis, dan diganti

dengan nomor 1 kembali pada bab baru;

Page 14: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

5) Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang (tanpa gelar dan tidak dibalik),

koma, judul sumber/buku dengan huruf kapital setiap awal kata kecuali kata tugas, koma,

jilid/juz, koma, kurung buka kemudian tempat/kota penerbit, titik dua, nama penerbit, koma,

tahun terbit kemudian kurung tutup, koma, nomor cetakan, koma, dan nomor halaman

diakhiri dengan titik;

6) Judul buku dengan huruf miring (italic), kecuali berbahasa Arab maka ditulis dengan huruf

tebal (bold) dan halaman (صفحة ) bisa disingkat dengan hlm. atau ص. (dalam bahasa Arab),

contoh :

            1Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21,

(Yogyakarta: Safiria Insania Press dan UII, 2003), Cet. 1, hlm. 15.

7) Nama pengarang yang jumlahnya terdiri dari dua orang, maka kedua nama itu ditulis.

Apabila lebih dari dua orang hanya disebutkan nama pengarang yang pertama dan setelah

tanda koma dituliskan singkatan et. al. ditulis dengan huruf miring (italic) atau dkk., atau

Contoh: Djaali, Pudji Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam .(dalam bahasa Arab) واخرون

Bidang Pendidikan, Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta, 2000. Penulisan dalam footnote

sebagai berikut :

            2Djaali, et. al., Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPS Universitas

Negeri Jakarta, 2000), hlm. 10.

8) Kumpulan karangan yang dirangkum oleh editor, yang dianggap pengarangnya atau yang

dicantumkan dalam catatan kaki nama editor saja. Caranya dibelakang nama editor itu

dicantumkan “(ed.)” dengan italic (ed.). Bila editornya lebih dari satu maka diberi tambahan

“s” (eds.), sedangkan untuk bahasa Arab ditulis dengan تحقيق. Contohnya:

               3Mastuhu (ed.), Penelitian Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998),

hlm. 125. 4 Harun Nasution dan Azyumadi Azra (eds.), Perkembangan Modern dalam Islam,

(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 125.

9) Apabila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang sama maka cukup dengan

“Ibid.” (dicetak miring) atau جع الر dicetak) وفس tebal dalam bahasa Arab) tanpa

menyebutkan halamannya lagi. Ibid. singkatan dari Ibidem yang berarti pada tempat yang

Page 15: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

sama. Sedangkan bila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang berbeda, maka

dalam catatan kaki ditulis: Ibid., lalu disebutkan halamannya, contoh:

             5Sutrisno (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001),

hlm. 20,

             6Ibid. (bila mengutip halaman yang sama).

             7Ibid., hlm. 30. (bila mengutip pada halaman yang berbeda).

10) Apabila dari sumber tersebut dikutip lagi tetapi telah diselingi oleh kutipan dari sumber

lain, maka pada catatan kaki ditulis: Nama pengarang, Judul buku / sumber (jika ada lebih

dari satu buku), op.cit., (italic) atau جع المر

diikuti hlm. Adapun op.cit, singkatan daru “opere (dicetak tebal dalam bahasa Arab) السابق

citato” yang artinya dalam karangan yang telah disebut. Sedangkan apabila dari halaman

yang sama dikutip lagi tetapi telah diselingi kutipan dari sumber lain, maka ditulis loc.cit atau

المكا Tanpa menyebutkan halaman. loc.cit. adalah .(dicetak tebal dalam bahasa Arab) وفس

singkatan dari “loco citato” yang artinya pada tempat yang telah dikutip. Contoh :

              8Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 21.

              9Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm. 65.

              10Mustaqim, op.cit., hlm. 30.

              11Fazlur Rahman, loc.cit.

11) Apabila buku itu berjilid dan yang digunakan lebih dari satu jilid, maka bila ingin

menyebutkan lagi sumber yang terdahulu harus dicantumkan nama pengarang dan nomor

jilidnya. Contoh :

            12Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, (Jakarta: UI Press,

1973), Cet. 3, hlm. 25.

             13 Ibid., Jilid 2, hlm. 40.

             14 Harun Nasution, op.cit., Jilid I, hlm.36

             15Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1985), hlm. 75.

             16Harun Nasution, Loc.cit., Jilid I.

12) Kutipan yang berasal dari buku yang berbentuk bunga rampai (antologi) atau kumpulan

Page 16: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

tulisan dari beberapa penulis, cara penulisannya sebagai berikut: nama penulis, koma, tanda

petik (“), judul tulisan, tanpa petik (“), koma, dalam, nama editor, koma, judul buku, (italic),

koma, kurung buka, tempat terbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit, kurung tutup,

koma, dan halaman. Contoh:

            17Abdurrohma Masud, “Pendidikan Islam Kontemporer: Problem Utama, Tantangan

dan Prospek”, dalam Ismail (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2001), hlm. 278.

13) Kutipan yang berasal dari majalah ditulis sebagai berikut : nama penulis, koma, judul

artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama majalah ditulis italic, koma, volume, koma,

nomor edisi, koma, bulan, koma, tahun terbit, koma dan nomor halaman.

Contoh:

            18Novel Ali, “Kejahatan Sebagai Akibat Lumpuhnya Pendidikan Moral”, Panji

Masyarakat, XXXV, 789, April, 1994, hlm. 66.

14) Kutipan yang berasal dari surat kabar cara penulisannya sebagai berikut: nama penulis,

koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama surat kabar ditulis miring, koma,

tempat terbit, koma, tanggal, bulan dan tahun terbit, koma, diakhiri dengan nomor halaman

sesuai sumbernya. Contoh:

              19Abdurrohman Said, “Pendidikan Agama setengah Hati”, Suara Merdeka,

Semarang, 4 Juli 2003, hlm. VI.

15) Kutipan yang berasal dari karya ilimiah yang tidak / belum diterbitkan, cara

penulisannya: nama pengarang, koma, judul karangan ilmiah dengan diapit tanda petik

(“---“), koma, disebutkan skripsi, tesis atau disertasi, koma, kurung buka, nama kota

penyimpanan, titik dua, nama tempat penyimpanan, koma, tahun penulisan, koma, kurung

tutup, koma, nomor halaman, dan keterangan tidak diterbitkan yang disingkat dengan

“t.d.”sedangkan untuk Bahasa Arab ditulis dengan ط :contoh عخطو

           20Nasirudin, “Asketisisme Hasan Al-Bashri (Tinjauan Sosio-Historis)”, Tesis

Page 17: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (Yogyakarta: Perpustakaan Pascasarjana

IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000), hlm. 23, t.d.

16) Kutipan yang berasal dari buku / kitab yang asli dan terjemahnya, angka kutipan

diletakkan di belakang terjemah; sedangkan kutipan yang berasal dari buku / kitab berbahasa

asing tanpa terjemah maka angka kutipan diletakkan di belakang kutipan tersebut. Hal ini

dimaksudkan untuk membedakan antara terjemahan dari penerjemah dan penulis sendiri.

17) Sumber kutipan yang tidak ada tempat terbitnya maka tempat terbitnya ditulis dengan

singkatan tt.p. atau مكان jika tidak ada penerbitnya maka nama ,(dalam Bahasa Arab) بدون

penerbit ditulis dengan singkatan t.p. ( شر وا dan jika tidak ada tahun terbitnya maka ( بدون

ditulis t.t atau تاريخ dalam) بدون Bahasa Arab). Sedang untuk singkatan الطبعة

menggunakan .ط , dan singkatan الجزء

menggunakan huruf 

18) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai berikut :

nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama situs koma, nomor

halaman. Contoh :

        21Ahmad Sapari, “Kurikulum Berbasis Kompentensi”,

http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml, hlm. 2.

c. Daftar Kepustakaan

1) Daftar pustaka, yang merupakan keterangan mengenai bahan bacaan yang

dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi, ditempatkan diakhir skripsi dengan jarak

satu (1) spasi dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan jarak antara dua sumber

pustaka satu setengah (1,5) spasi;

2) Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama kedua), koma, nama lengkap

(tanpa gelar), koma, judul buku dicetak miring (italic), koma, jilid atau volume, koma, tempat

penerbitan, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan, koma, nomor cetakan;

3) Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan mendahulukan nama keluarga

dan marga (kalau ada) atau nama belakang, dan diketik pada ketukan pertama. Untuk

Page 18: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

singkatan mengikuti nama terakhir. Bila informasi tentang buku/sumber rujukan itu melebihi

satu baris, maka baris kedua dan berikutnya diketik mulai ketukan kelima. Contoh :

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,

1973, Cet. 3.

Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”,

http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.

4) Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka nama kedua-duanya ditulis, dihubungkan

dengan kata dan, seperti Nashiruddin dan Karnadi. Apabila lebih dari dua orang, ditulis nama

pertama dan diikuti kata dkk. (dan kawan-kawan) atau واخرون (dalam bahasa Arab), seperti

Nashiruddin dkk. ( واخرون .( واصرالديه

5) Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang yang sama, maka nama

pengarang dicantumkan satu kali, lainnya cukup diganti dengan garis sepanjang lima ketukan

dari garis margin kiri (tulisan latin) dan margin kanan (bahasa Arab) dan diikuti oleh koma,

dengan ketentuan mendahulukan sumber pustaka yang lebih dahulu penerbitannya.

Contoh :

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,

1973, Cet. 3.

____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986.

6) Apabila berupa buku terjemahan maka ditulis pengarang yang asli, koma, judul buku,

koma, kata terj. Atau جمة ,nama penerjemah, koma, tempat penerbit ,(dalam bahasa Arab) تر

titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit diakhiri dengan titik. Contoh :

Benda, Harry J., Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia pada Masa Pendudukan

Jepang, terj. Daniel Dhakidae, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.

7) Jika penulis dan tahunnya sama, sedangkan judul bukunya berbeda maka dibelakang

keterangan tahun diberi kode a, b, c, dan seterusnya sesuai dengan bulan terbit. Contoh :

Nasution, Harun., Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,

1986a, Cet. 3.

____, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986b.

Page 19: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

8) Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya adalah sebagai berikut: nama

penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---“), koma, nama situs, titik.

Contoh :

Sapari, Ahmad “Kurikulum Berbaris Kompetensi”,

http://www.surya.co.id./30052002/12pini.phtml.

10. Epilog

Sebagai catatan akhir, penulis ingin mengutip semangat mahasiswa jurnalis yang senantiasa

didengungkan untuk menggelorakan semangat berkarya :

"Menulislah agar dibaca orang,

atau berbuatlah agar ditulis orang,

niscaya kau akan abadi"

(LPM Bursa)

-------------------------------------------------------------

Daftar Pustaka

BAUAK INISNU Jepara, Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana

(S1) INISNU Jepara, Jepara: INISNU Press, 2007

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2005, Cet. 1

Page 20: PENYUSUNAN KARYA ILMIAH.docx

Nazir, M., Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988

Singarimbun, M., Effendi, S., Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1995

Soemanto, Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah), Jakarta: Bumi

Aksara, 2005, Cet. 8


Recommended