+ All Categories
Home > Documents > PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

Date post: 28-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 5 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
10
No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi 69 PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Sutono** & Bagus Kusuma Ardi** Abstract Taxes have a very important role to play in the interests of the development process and finance government spending. The role of taxes is increasingly strategic especially when the economic conditions are weakening as it is today. Efforts to maximize tax revenues cannot rely solely on the role of the Director General of Taxes or tax officials, but the active role of taxpayers is also needed to be a very important factor in achieving tax revenue success. Therefore, one of the government's anticipations to continue maximizing the income / income from the taxation sector is through the issuance of Government Regulation (PP) of the Republic of Indonesia Number 46 of 2013 concerning 1% Final Tax for taxpayers with certain gross circulation or more commonly called PP Number 46 of 2013. PP No. 46 of 2013 has an important role in tax compliance. With this PP Number 46 of 2013, it is expected that taxpayers can comply with their obligations which include administration, calculation, deposit / payment, and reporting of income tax payable. Keywords: PP Number 46 of 2013, Taxpayer Compliance, Taxpayers Abstrak Pajak memiliki peran yang sangat penting untuk kepentingan proses pembangunan dan membiayai pengeluaran pemerintah. Peran pajak semakin strategis terutama pada saat kondisi ekonomi yang melemah seperti saat ini. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Dirjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak adalah menjadi faktor yang sangat penting dalam hal mencapai keberhasilan penerimaan pajak. Oleh sebab itu, salah satu antisipasi pemerintah untuk terus memaksimalkan pengupayaan pendapatan/penerimaan dari sektor perpajakan adalah melalui penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Final 1 % untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu atau lebih umum disebut PP Nomor 46 Tahun 2013. PP Nomor 46 Tahun 2013 memiliki peran penting terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini, maka diharapkan wajib pajak dapat patuh terhadap kewajibannya yang meliputi administrasi, penghitungan, penyetoran/pembayaran, dan pelaporan pajak penghasilan yang terutang. Kata kunci: PP Nomor 46 Tahun 2013, Kepatuhan Wajib Pajak, Wajib Pajak PENDAHULUAN Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional agar pemerintah dapat melaksanakan tugas- tugasnya untuk menjalankan pemerintahan (Eva Oktavia, 2011). Pajak memiliki peran yang sangat penting untuk kepentingan proses pembangunan dan membiayai pengeluaran pemerintah. ** Dosen STIE Dharmaputra Semarang
Transcript
Page 1: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

69

PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Sutono** & Bagus Kusuma Ardi**

Abstract

Taxes have a very important role to play in the interests of the development process and finance government spending. The role of taxes is increasingly strategic especially when the economic conditions are weakening as it is today. Efforts to maximize tax revenues cannot rely solely on the role of the Director General of Taxes or tax officials, but the active role of taxpayers is also needed to be a very important factor in achieving tax revenue success. Therefore, one of the government's anticipations to continue maximizing the income / income from the taxation sector is through the issuance of Government Regulation (PP) of the Republic of Indonesia Number 46 of 2013 concerning 1% Final Tax for taxpayers with certain gross circulation or more commonly called PP Number 46 of 2013. PP No. 46 of 2013 has an important role in tax compliance. With this PP Number 46 of 2013, it is expected that taxpayers can comply with their obligations which include administration, calculation, deposit / payment, and reporting of income tax payable. Keywords: PP Number 46 of 2013, Taxpayer Compliance, Taxpayers

Abstrak

Pajak memiliki peran yang sangat penting untuk kepentingan proses pembangunan dan membiayai pengeluaran pemerintah. Peran pajak semakin strategis terutama pada saat kondisi ekonomi yang melemah seperti saat ini. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Dirjen Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak adalah menjadi faktor yang sangat penting dalam hal mencapai keberhasilan penerimaan pajak. Oleh sebab itu, salah satu antisipasi pemerintah untuk terus memaksimalkan pengupayaan pendapatan/penerimaan dari sektor perpajakan adalah melalui penerbitan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Final 1 % untuk wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu atau lebih umum disebut PP Nomor 46 Tahun 2013. PP Nomor 46 Tahun 2013 memiliki peran penting terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini, maka diharapkan wajib pajak dapat patuh terhadap kewajibannya yang meliputi administrasi, penghitungan, penyetoran/pembayaran, dan pelaporan pajak penghasilan yang terutang. Kata kunci: PP Nomor 46 Tahun 2013, Kepatuhan Wajib Pajak, Wajib Pajak PENDAHULUAN

Pajak adalah suatu pengalihan

sumber dari sektor swasta ke sektor

pemerintah, bukan akibat pelanggaran

hukum, namun wajib dilaksanakan

berdasarkan ketentuan yang ditetapkan

lebih dahulu tanpa mendapat imbalan

yang langsung dan proporsional agar

pemerintah dapat melaksanakan tugas-

tugasnya untuk menjalankan

pemerintahan (Eva Oktavia, 2011). Pajak

memiliki peran yang sangat penting

untuk kepentingan proses pembangunan

dan membiayai pengeluaran pemerintah.

** Dosen STIE Dharmaputra Semarang

Page 2: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

70

Peran pajak semakin strategis terutama

pada saat kondisi ekonomi yang melemah

seperti saat ini. Usaha memaksimalkan

penerimaan pajak tidak dapat hanya

mengandalkan peran dari Dirjen Pajak

maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan

juga peran aktif dari para wajib pajak

adalah menjadi faktor yang sangat

penting dalam hal mencapai keberhasilan

penerimaan pajak. Undang-undang

perpajakan menjelaskan bahwa

kewajiban para wajib pajak adalah

membayar pajak, jika tidak memenuhi

kewajiban tersebut maka wajib pajak

dapat dikenakan sanksi (Zain, 2007).

Wajib pajak adalah orang pribadi

atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan

perpajakan ditentukan untuk melakukan

kewajiban perpajakan, termasuk

pemungutan pajak orang pribadi atau

wajib pajak badan. Dengan kata lain,

wajib pajak adalah setiap orang pribadi

yang memiliki penghasilan di atas

pendapatan tidak kena pajak (Abdul,

2010). Sedangkan kepatuhan wajib pajak

adalah sebagai keadaan di mana wajib

pajak taat dalam melaksanakan kewajiban

perpajakannya atau tidak menyimpang

dari peraturan perpajakan yang berlaku

(Safri, 2010), atau dengan kata lain

kepatuhan wajib pajak adalah suatu

kesadaran wajib pajak dalam

melaksanakan pemenuhan kewajiban

pajak yang sesuai dengan peraturan yang

berlaku tanpa melalui pemeriksaan dan

pemberian sanksi (Zain, 2007).

Kepatuhan wajib pajak merupakan tujuan

utama dari pemeriksaan pajak di mana

dari hasil pemeriksaan pajak akan

diketahui tingkat kepatuhan wajib pajak.

Bagi wajib pajak yang tingkat

kepatuhannya tergolong rendah (minim),

maka diharapkan dengan dilakukannya

pemeriksaan dapat memberikan motivasi

positif agar menjadi lebih baik untuk ke

depannya (Siti, 2010).

Salah satu antisipasi pemerintah

untuk terus memaksimalkan pengupayaan

pendapatan dari sektor perpajakan adalah

melalui penerbitan Peraturan Pemerintah

(PP) Republik Indonesia Nomor 46

Tahun 2013 tentang Pajak Final 1 %

untuk wajib pajak dengan peredaran

bruto tertentu atau lebih umum disebut

PP Nomor 46 Tahun 2013. Peraturan ini

berkalu bagi wajib pajak pribadi dan

badan selain Bentuk Usaha Tetap (BUT)

yang memiliki peredaran bruto (omset)

kurang dari atau sama dengan Rp. 4,8

miliar pertahun (Tulus, 2013). Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

merupakan kebijakan pemerintah terkait

perpajakan yang tergolong baru. Pada

Page 3: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

71

dasarnya penerbitan PP Nomor 46 Tahun

2013 ini bertujuan untuk memberikan

kemudahan dan penyederhanaan

perhitungan pajak secara administratif

sehingga akan meningkatkan transparansi

dan kontribusi masyarakat dalam

pembangunan melalui kepatuhan

pembayaran pajak (I Putu Gede, 2013).

Namun demikian, penerbitan

peraturan ini kenyataannya menimbulkan

pro dan kontra pada masyarakat

khususnya bagi pelaku bisnis sebagai

wajib pajak yang mungkin berimbas atau

berdampak pada tingkat kepatuhan wajib

pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Hal ini disebabkan

peraturan ini mengubah secara signifikan

terkait teknik perhitungan maupun tarif

yang ditanggung oleh wajib pajak atas

penghasilannya. Meskipun lebih mudah

dan sederhana dalam perhitungan, tetapi

secara rasional besarnya pajak yang

ditanggung oleh wajib pajak semakin

tinggi dan tidak adil (1% dari pendapatan

kotor). Dampaknya kebanyakan wajib

pajak tidak terbuka atau transparan dalam

melakukan pelaporan dan bahkan

melakukan penghindaran pajak (Tulus,

2013).

Oleh sebab itu, berdasarkan uraian

tersebut di atas maka perlu dibahas lebih

lanjut mengenai peran penting Peraturan

Pemerintah (PP) Republik Indonesia

Nomor 46 Tahun 2013 terhadap

kepatuhan wajib pajak.

TELAAH PUSTAKA

Pajak

Undang-undang (UU) Nomor 28

Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan, pasal 1 ayat 1

menyatakan bahwa pajak adalah

kontribusi wajib pajak kepada Negara

yang terhutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa

berdasarkan UU dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan Negara

bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat. Menurut Soemitro (2004) bahwa

pajak adalah peralihan kekayaan dari

pihak rakyat kepada kas Negara untuk

membiayai pengeluaran rutin dan

surplusnya digunakan untuk public

saving yang merupakan sumber utama

untuk membiayai public investment.

Berdasarkan definisi pajak tersebut

di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pajak adalah (Eva Oktavia, 2011):

1. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh

pemerintah pusat maupun pemerintah

daerah berdasarkan atas undang-

undang serta aturan pelaksanaannya.

Page 4: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

72

2. Pemungutan pajak mengisyaratkan

adanya alih dana (sumber daya) dari

sector swasta (wajib pajak membayar

pajak) ke sector pemerintah

(pemungut pajak).

3. Pemungutan pajak diperuntukkan

bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka

menjalankan fungsi pemerintahan

baik rutin maupun pembangunan.

4. Tidak dapat ditunjukkan adanya

imbalan (kontraprestasi) individual

oleh pemerintah terhadap pembayaran

pajak yang dilakukan oleh wajib

pajak.

Kepatuhan Wajib Pajak

Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Alwi, 2005) menyatakan bahwa

kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada

aturan dalam perpajakan. Kepatuhan

perpajakan merupakan ketaatan, tunduk,

dan patuh, serta melaksanakan ketentuan

perpajakan, atau dengan kata lain

kepatuhan perpajakan dapat diartikan

sebagai ketundukan, taat dan patuhnya

wajib pajak dalam melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakannya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku (Siti, 2010).

Adapun kepatuhan perpajakan dapat

dibagi menjadi dua macam, yaitu (Safri,

2010):

1. Kepatuhan Formal. Kepatuhan formal

adalah suatu keadaan di mana wajib

pajak memenuhi kewajiban

perpajakan secara formal sesuai

dengan ketentuan dalam Undang-

Undang Perpajakan. Dalam hal ini

kepatuhan formal meliputi: a) Wajib

pajak membayar pajak dengan tepat

waktu, b) Wajib pajak membayar

pajak dengan tepat jumlah, c) Wajib

pajak tidak memiliki tanggungan

Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Kepatuhan Material. Kepatuhan

material adalah di mana suatu

keadaan wajib pajak secara

substansi/hakekat memenuhi semua

ketentuan perpajakan, yakni sesuai

dengan isi dan jiwa undang-undang

perpajakan. Dalam hal ini kepatuhan

material meliputi: a) Wajib pajak

bersedia melaporkan informasi

tentang pajak apabila petugas

membutuhkan informasi, b) Wajib

pajak bersikap kooperatif (tidak

menyusahkan) petugas pajak dalam

pelaksanaan proses administrasi

perpajakan, c) Wajib pajak

berkeyakinan bahwa melaksanakan

kewajiban perpajakan merupakan

Page 5: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

73

tindakan sebagai warga Negara yang

baik.

Wajib pajak adalah orang pribadi

atau badan yang meliputi pembayaran

pajak, pemotongan pajak, yang

mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan dan

peraturan perundang-undangan

perpajakan, atau dengan kata lain wajib

pajak merupakan orang pribadi atau

badan yang menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas yang mendaftarkan diri,

yang melakukan penghitungan,

pembayaran dan pelaporan sesuai

ketentuan perpajakan (Rosdiana, 2011).

Kepatuhan wajib pajak adalah suatu

iklim kepatuhan dan kesadaran

pemenuhan kewajiban perpajakan di

mana; 1) wajib pajak paham atau

berusaha untuk memahami semua

ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan, 2) wajib pajak mengisi

formulir pajak dengan tepat, 3) wajib

pajak menghitung pajak yang terutang

dengan jumlah yang benar, dan 4) wajib

pajak membayar pajak terutang tepat

pada waktunya. Sementara itu Peraturan

Menteri Keuangan Nomor

74/PMK.03/2012 disebutkan bahwa

kriteria wajib pajak yang patuh, yaitu: a)

wajib pajak tepat waktu dalam

menyampaikan Surat Pemberitahuan

Tahunan dalam 2 (dua) tahun terakhir, b)

wajib pajak tidak mempunyai tunggakan

pajak untuk semua jenis pajak kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh

izin mengangsur atau menunda

pembayaran pajak, c) laporan keuangan

wajib pajak diaudit oleh Akuntan Publik

atau lembaga pengawasan keuangan

pemerintah dengan pendapat Wajar

Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun

berturut-turut, dan d) wajib pajak tidak

pernah dipidana karena melakukan tindak

pidana di bidang perpajakan berdasarkan

putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap dalam

jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Sejalan dengan itu, Siti (2010)

menyebutkan bahwa kepatuhan wajib

pajak dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kepatuhan wajib pajak dalam

mendaftarkan diri

2. Kepatuhan wajib pajak untuk

menyetorkan kembali Surat

Pemberitahuan

3. Kepatuhan wajib pajak dalam

menghitung, memperhitungkan dan

membayar pajak terutang

4. Kepatuhan wajib pajak dalam

pelaporan dan pembayaran

tunggakan.

Page 6: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

74

Peraturan Pemerintah (PP) Republik

Indonesia Nomor 46 Tahun 2013

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang

Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari

Usaha yang Diterima atau Diperoleh

Wajib Pajak yang memiliki Peredaran

Bruto Tertentu atau biasa disebut PP No.

46 Tahun 2013 merupakan kebijakan

perpajakan yang tergolong baru.

Peraturan ini berlaku sejak diterbitkan

pada 1 Juli 2013 dan wajib dilaksanakan

maksimal per 1 Januari 2014. Tujuan

penerbitan peraturan ini adalah untuk

memberikan kemudahan kepada wajib

pajak orang pribadi dan badan yang

memiliki peredaran bruto tertentu dalam

melaksanakan kewajiban pajaknya. Oleh

sebab itu pemerintah memberikan

perlakuan terkait ketentuan mengenai

perhitungan, penyetoran dan pelaporan

Pajak Penghasilan yang terutang.

PP Nomor 46 Tahun 2013

menyebutkan bahwa criteria yang

menjadi objek pajak peraturan ini adalah

sebagai berikut:

1. Atas penghasilan dari usaha yang

diterima atau diperoleh wajib pajak

yang memiliki peredaran bruto

tertentu, dikenai Pajak Penghasilan

yang bersifat final.

2. Wajib pajak yang memiliki peredaran

bruto tertentu sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (1) adalah Wajib

Pajak yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a) Wajib pajak orang pribadi atau

wajib pajak badan tidak

termasuk bentuk usaha tetap,

b) Menerima penghasilan dari

usaha, tidak termasuk

penghasilan dari jasa

sehubungan dengan pekerjaan

bebas, dengan peredaran bruto

tidak melebihi Rp.

4.800.000.000,00 (empat miliar

delapan ratus juta rupiah) dalam

1 (satu) Tahun Pajak.

3. Tidak termasuk wajib pajak orang

pribadi sebagaimana dimaksud pada

ayat 2 adalah wajib pajak orang

pribadi yang melakukan kegiatan

usaha perdagangan dan/atau jasa yang

dalam usahanya:

a) Menggunakan sarana atau

prasarana yang dapat dibongkar

pasang, baik yang menetap

maupun tidak menetap.

b) Menggunakan sebagian atau

seluruh tempat untuk

kepentingan umum yang tidak

diperuntukkan bagi tempat

usaha atau berjualan.

Page 7: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

75

4. Tidak termasuk wajib pajak badan

sebagaimana dimaksud pada ayat

2 adalah:

a) Wajib pajak badan yang belum

beroperasi secara komersial,

atau

b) Wajib pajak badan yang dalam

jangka waktu 1 (satu) tahun

setelah beroperasi secara

komersial memperoleh

peredaran bruto melebihi Rp.

4.800.000.000,00 (empat miliar

delapan ratus juta rupiah).

METODE

Metode penulisan yang digunakan

dari artikel ini adalah metode deskriptif,

yakni metode penulisan yang

memberikan gambaran atau uraian atas

suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada

perlakuan terhadap objek yang diteliti

(Kuntoro, 2005; Jauhari, 2009). Sumber

data yang digunakan dari artikel ini

adalah paper yakni sumber data yang

menyajikan tanda-tanda berupa huruf.

Huruf di sini berarti tulisan yang berupa

karya ilmiah, baik artikel, makalah,

maupun laporan-laporan (Kuntoro, 2005;

Jauhari, 2009). Sedangkan teknik

pengumpulan data dari artikel ini adalah

menggunakan studi dokumentasi yakni

dokumen karya-karya ilmiah yang berupa

artikel, makalah maupun laporan-laporan

(Kuntoro, 2005; Jauhari, 2009).

PEMBAHASAN

Peran Penting PP Nomor 46 Tahun

2013 Terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak

Setiap wajib pajak membutuhkan

peraturan atau undang-undang dan

konsep perpajakan untuk dapat

menjalankan kewajiban perpajakan

dengan benar (Narita, dkk., 2012). Hal ini

dikarenakan peraturan atau undang-

undang bagi wajib pajak dalam

pelaporannya memiliki peran penting

terhadap kepatuhan wajib pajak. Oleh

karena itu, antisipasi pemerintah untuk

terus mengoptimalkan wajib pajak dalam

mematuhi kewajiban perpajakannya,

maka pemerintah menerbitkan Peraturan

Pemerintah (PP) Republik Indonesia

Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak

Final 1 % untuk wajib pajak dengan

peredaran bruto tertentu. PP Nomor 46

Tahun 2013 ini merupakan langkah

strategis dalam upaya optimalisasi

pengelolaan penghimpunan pajak

penghasilan (PPh). Namun demikian

penerapan kebijakan tersebut hanya akan

maksimal dengan adanya partisipasi aktif

wajib pajak sehingga wajib pajak dituntut

untuk mematuhi peraturan tersebut serta

Page 8: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

76

memiliki persepsi yang baik atau

kepercayaan terhadap praktik perpajakan

di Indonesia.

PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah

sebagai gambaran rasional bagi wajib

pajak untuk mematuhi di dalam

melaksanakan kewajiban pajaknya.

Karena peraturan ini tergolong baru maka

PP Nomor 46 Tahun 2013 ini diharapkan

dapat mendorong wajib pajak secara

teknis dalam memenuhi atau mematuhi

kewajiban pajaknya baik dalam

menyelenggarakan administasinya,

perhitungannya, penyetoran,

pembayarannya, maupun pelaporannya.

Berikut ini adalah PP Nomor 46 Tahun

2013 yang harus dipahami oleh para

wajib pajak:

1. Pengetahuan wajib pajak terkait

ketentuan umum PP Nomor 46 Tahun

2013 yang meliputi pemberlakuan

peraturan dan ini peraturan (objek dan

subjek yang dikenai peraturan)

2. Kemampuan wajib pajak secara

teknis berkaitan dengan PP Nomor 46

Tahun 2013 baik dalam tata cara

perhitungannya maupun dalam

pelunasannya.

Beberapa artikel yang berkaitan

dengan PP Nomor 46 Tahun 2013

terhadap kepatuhan wajib pajak telah

dijelaskan oleh beberapa penulis,

diantaranya Narita, dkk. (2012) yang

menyatakan bahwa peraturan perpajakan

memiliki peran penting terhadap

kepatuhan wajib pajak karena wajib pajak

dapat melaporkan kewajiban

perpajakannya dengan mudah. Sejalan

dengan itu, Keziana (2013) menyatakan

bahwa PP Nomor 46 2013 berperan

penting dalam kaitannya dengan

kepatuhan wajib pajak. Hal ini juga

sesuai dengan pendapat Yunita (2015)

yang menyatakan bahwa PP Nomor 46

Tahun 2013 dapat mendorong wajib

pajak dalam mematuhi kewajiban

pajaknya. Selanjutnya, Hardiyanto (2016)

dan Isroah (2016) menyatakan bahwa PP

Nomor 46 Tahun 2013 memiliki peran

penting terhadap kepatuhan wajib pajak

karena peraturan ini dapat memberikan

kemudahan dalam penghitungan,

pembayaran, dan pelaporan pajak bagi

wajib pajak.

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa PP Nomor 46 Tahun

2013 memiliki peran penting terhadap

kepatuhan wajib pajak. Karena dengan

PP Nomor 46 Tahun 2013, maka wajib

pajak semakin mudah dan sederhana

dalam penghitungan, pembayaran, dan

pelaporan perpajakannya.

Page 9: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

77

KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI

Berdasarkan telaah pustaka dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa PP

Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak

penghasilan atas penghasilan dari usaha

yang diterima atau diperoleh wajib pajak

yang memiliki peredaran bruto tertentu

atau biasa, memiliki peran penting

terhadap kepatuhan wajib pajak terhadap

kewajiban pajaknya. PP Nomor Tahun

2013 ini memberikan kemudahan kepada

wajib pajak orang pribadi dan badan yang

memiliki peredaran bruto tertentu dalam

melaksanakan kewajiban pajaknya.

Rekomendasi yang diberikan dalam

hal ini adalah para wajib pajak

diharapkan dapat mematuhi peraturan

atau undang-undang perpajakan sehingga

dapat menjalankan kewajiban perpajakan

dengan benar. Selain itu, para wajib pajak

diharapkan dapat berperan aktif dalam

pelaksanaan pelaporan perpajakannya.

Sedangkan rekomendasi untuk

pemerintah adalah diharapkan pemerintah

dapat meningkatkan proses pendidikan

kepada masyarakat atau dalam hal ini

para wajib pajak tentang pentingnya

peran PP Nomor 46 Tahun 2013 di

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Asri Harahap, 2010. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia Perspektif Ekonomi. Jakarta: Integrita Dinamika Press.

Alwi, Hasan, dkk., 2005. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional: Balai Pustaka.

Hardiyanto, Wibowo, 2016. Pengaruh

Persepsi atas PP Nomor 46 Tahun 2013 terhadap Kepatuhan Sukarela Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto. Jurnal Kompartemen, Vol. XIV No. 2.

I Putu Gede, Diatmika, 2013. Penerapan

Akuntansi Pajak Atas PP Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh Atas Penghasilan dari Usaha Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Jurnal Akuntansi Profesi Vol. 3 No. 2. Mardiasmo, 2013. Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Jauhari, Heri, 2009. Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah: Artikel, Resensi, Laporan, Makalah, Proposal, Skripsi, Tesis. Edisi Revisi, Bandung: CV Pustaka Setia.

Keziana, 2013. Analisis Penerapan PP

Nomor 46 Tahun 2013 terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh Final (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen). Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi IRMA, ISSN: 2337-56xx, Volume xx No.2.

Kuntoro, Roni, 2005. Metode Penelitian,

Jakarta: PPM

Page 10: PERAN PENTING PERATURAN PEMERINTAH (PP) RI NOMOR …

No. 45 / Th. XXV / Oktober 2018 Jurnal Ekonomi Manajemen dan Akuntansi

78

Isroah, 2016. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013, Pemahaman Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Kota Yogyakarta. Jurnal Nominal, Volume V Nomor 2.

Narita, Pravitasari, Wirawan Endro, Dwi

Radianto, Vierly Ananta Upa, 2012. Pengaruh Kebijakan Pajak dan Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak UMKM Sepatu dan Sandal di Mojokerto. Jurnal Gema Aktualita, Vol.1 No. 1

Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto,

2011. Panduan Lengkap Tata Cara Perpajakan di Indonesia. Jakarta: Visimedia Pustaka.

Safri, Nurmantu, 2010. Pengantar

Perpajakan. Jakarta: Granit Siti, Kurnia Rahayu, 2010. Perpajakan

Indonesia. Yogyakarta: Edisi Pertama Graha Ilmu

Soemitro, 2004. Pengantar Ilmu

Perpajakan. Jakarta: PT. Alex Komputindo

Tulus, Tambunan, 2013. Dampak dari

Kebijakan ”Satu Persen” Pajak pada UMKM. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, Vol. 8

Yunitha, Tri Kartika, 2015. Pengaruh

Pemahaman dan Persepsi Wajib Pajak Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melaksanakan Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2013. Jurnal Akutansi Vol. 2 No. 3

Zain, Mohammad, 2007. Manajemen

Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat

Peraturan Menteri Keuangan No.

74/PMK.03/2012 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu atau Biasa.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

https://evaoktaviagunawan.wordpress.co

m/2011/12/18/definisi-pajak-menurut-beberapa-ahli-ekonomi/


Recommended