Al-Tijary
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
P-ISSN: 2460-9404; E-ISSN: 2460-9412
2020, Vol. 5, No. 2, Hal. 139 – 157 doi:http://dx.doi.org/10.21093/at.v5i2.2116
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 139
Peranan Media Sosial Sebagai Agen Sosialisasi Halal dalam Membangun
Kesadaran Halal: Studi Netnografi
Miftakhul Khasanah
Universitas Muhammadiyah yogyakarta
ABSTRACT
This study aims to determine public behavior related to the use of social media as a
source of information and knowledge about halal and the role of social media and
its function as an agent of socialization to transfer knowledge and information about
halal and build halal awareness in the community. This research was conducted
with a Netnographic study. Netnography is an interpretive approach to study
consumer behavior from various cultures and communities in cyberspace or the
Internet. This approach is also referred to as "digital ethnography" or "virtual
ethnography". This study uses the 'halal corner' virtual community account as the
object of study and data source to observe the process of transferring halal
information and knowledge in shaping halal awareness in the community. This
research found that social media acts as an agent for halal socialization and plays
a role in shaping halal awareness of Muslim communities.
Keywords: halal awareness, halal socialization agent, social media, netnograph
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara dengan tingkat populasi Muslim terbesar di dunia yaitu
sebesar 215 juta Muslim (tahun 2015) mewakili 13 persen dari populasi Muslim dunia. Dengan
populasi muslim yang besar tersebut Indonesia berpotensi menjadi pasar industry terbesar
produk halal di dunia.
Menurut laporan Global Islamic Economy Report (GIEI) 2018/2019, Total konsumsi
Indonesia di seluruh sektor ekonomi Islam pada tahun 2017 adalah sebesar US $ 218,8 miliar.
GIEI membagi industri dan bisnis halal ini menjadi 6 sektor yaitu sektor makanan (halal food),
keuangan Islam (Islamic Finance), pariwisata syariah (halal travel), sektor fashion syariah
(modest fashion) , media dan rekreasi (budaya) yang sesuai syariah (halal media dan
recreation), obat-obatan dan kosmetik halal (halal pharmaceuticals and cosmetics).
Meskipun mayoritas penduduk Indonesia muslim dan konsumen muslim dilindungi
oleh pemerintah melalui LPPOM MUI terkait dengan pelabelan dan informasi produk halal,
akan tetapi saat ini kesadaran masyarakat untuk memilih, membeli dan mengkonsumsi produk-
produk halal masih rendah (Kurniawati & Savitri, 2019; Rohmatun & Dewi, 2017; Yasid,
Farhan, & Andriansyah, 2016). Perilaku kaum muslim dalam mengkonsumsi produk halal
sesungguhnya tergantung dari kesadaran dan pengetahuan yang dimiliki terkait dengan halal
dan haram, dan juga terkait dengan faktor religiusitas yang dimiliki (Bukhari et al., 2019).
Miftakhul Khasanah, Peranan Media Sosial ……
140 |AL-TIJARY, Vol. 5, No. 2, Juni 2020
Disamping itu, dibutuhkan dukungan internal dari setiap diri individu dalam
membangun dimensi religiusitasnya melalui peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah SWT, untuk lebih mengaktualisasikan keputusan dalam mengkonsumsi makanan halal,
serta berinisiatif untuk turut melakukan pengawasan diri maupun lingkungan atas makanan
halal yang terdapat di pasaran (S. Soesilowati, 2009).
Istilah halal sangat terkait dengan religiusitas umat Islam. Islam mengharuskan orang
untuk mengkonsumsi makanan halal. Halal atau tidaknya makanan yang dikonsumsi
tergantung dari pengetahuan yang dimiliki seorang muslim terkait dengan halal tidaknya suatu
produk (Nurhayati & Hendar, 2019). Sehingga pengetahuan tentang halal-haram seharusnya
dimiliki oleh setiap muslim.
Pengetahuan halal (halal knowledge) setiap muslim berbeda-beda tergantung akan
banyak hal, salah satunya adalah dari hasil pembelajaran baik secara formal maupun informal.
Kemampuan dan kemauan untuk menyerap pengetahuan selain tergantung pada individu itu
sendiri juga tergantung pada siapa yang mengajarkan pengetahuan tersebut. Peranan media
menjadi salah satu hal yang penting dalam rangka menyebarluaskan informasi dan
pengetahuan dalam rangka membangun kesadaran halal. Media sosial dalam hal ini bisa
menjadi salah satu agen/perantara dalam menyebarkan pengetahuan dan menciptakan
kesadaran halal.
Menurut Fuller dan Jacobs (1973) dalam Sunarto, media sosial internet merupakan
salah satu agen sosialisasi yang berperan sebagai alat dalam proses komunikasi massa, karena
media sosial internet mampu menjangkau khalayak yang lebih luas dan relatif lebih banyak
dan heterogen (Sunarto, 2004)., Hasan menyatakan pentingnya media baik online maupun
konvensional untuk berperan serta dalam memberikan edukasi dan menciptakan kesadaran
halal di kalangan konsumen Muslim (Hasan, 2016). Media sosial adalah media komunikasi
dan informasi yang dapat melakukan penyebaran informasi secara masif dan dapat diakses
oleh masyarakat secara massal.
Upaya peningkatan kesadaran masyarakat muslim perlu didukung dengan adanya
penyebarluasan informasi dan edukasi yang aktual dan tersebar luas kepada masyarakat secara
intensif, berkelanjutan, dan mudah di akses. Informasi dan pengetahuan halal akan sangat
efektif dan dan mudah diterima dengan penyebaran melalui media sosial, hal ini bertujuan agar
dimensi religiusitas, khususnya dedikasi dan kognisi dengan latar belakang pendidikan agama
yang dimiliki umat Islam dapat dioptimalkan dalam hubungannya dengan keputusan
mengkonsumsi produk halal (S. Soesilowati, 2009).
Kurangnya kesiapan Indonesia bersaing dalam pasar produk halal disebabkan karena
masih lemahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya produk halal (Kurniawati & Savitri,
2019), kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang produk halal inilah yang
menyebabkan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap makanan halal. Jika kesadaran dan
kepedulian masyarakat akan produk makanan halal rendah maka produsen tidak akan berusaha
untuk mendapatkan sertifikasi halal. Tetapi, jika kesadaran masyarakat tinggi, mereka akan
cenderung membeli produk yang bersertifikat halal dan produsen akan berlomba untuk
mendaftarkan produknya agar mendapatkan sertifikat halal. Berdasarkan latar belakang diatas
penelitian kali ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peranan media sosial dalam
meningkatkan kesadaran halal. Penelitian ini akan menjelaskan sejauh mana peranan media
sosial dalam posisinya sebagai agen sosialisasi halal berdasarkan studi netnography.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 141
KAJIAN PUSTAKA
Halal Dan Haram
Kata “halal” dan ”haram” merupakan istilah Alquran dan digunakan diberbagai tempat
dengan konsep yang berbeda, dimana sebagian besar berkaitan dengan produk makanan dan
minuman. Halal sendiri didefinisikan sebagai segala sesuatu yang di perbolehkan oleh syariat
untuk (i) dilakukan, (ii) digunakan, atau (iii) diusahakan, karena telah terurai tali atau ikatan
yang mencegahnya atau unsur yang membahayakannya dengan disertai perhatian dari cara
memperoleh dan mendapatkannya, dan bukan dari hasil muamalah yang dilarang (Ali, 2016).
Dasar yang digunakan untuk menunjukkan keharusan mengonsumsi makanan dan
minuman, tumbuhan dan binatang/hewan yang telah halal lagi thayyib (baik) tercantum dalam
Alquran dan Hadist, seperti perintah untuk mengkonsumsi dan memanfaatkan yang halal yaitu:
Qs. al-Baqarah [2]: 168 dan 172, Q.s. al-Nahl [16]: 412, al- Mâ’idah [5]: 87 dan 88, al-Anfâl
[8]: 69, al-Nahl [16]: 114. Dalam ayat-ayat ini kata ”halal” menjadi dasar perintah
mengonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thayyib (Ali, 2016).
Dari sisi bahasa, haram adalah dilarang/terlarang atau tidak diizinkan sedangkan dari
sisi istilah, menurut Yûsuf al-Qarâdhawî, haram adalah segala sesuatu yang dilarang oleh Allah
SWT untuk dilakukan dengan akibat yang tegas, setiap orang yang menentangnya akan
berhadapan dengan siksaan Allah di dunia dan akhirat. Menurut al-Qarâdhawî wilayah
keharaman dalam syariat Islam sangatlah sempit, sebaliknya, wilayah kehalalan terbentanglah
sangat luas. Karena nas (nash) yang datang dengan pengharaman sedikit sekali jumlahnya.
Selain itu, sesuatu yang tidak ada nash yang mengharamkan atau menghalalkannya, ia akan
kembali kepada hukum asalnya, yaitu boleh (Qardhawi, 1980).Berdasarkan hadist yang
diriwayatkan oleh HR. Bukhori & Muslim, Sesuatu yang halal itu sudah jelas, demikian pula
yang haram, namun diantara keduanya ada perkara syubhat. Rasulullah saw. bersabda,
”Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas (Zulaekah & Kusumawati, 2005)
Sedangkan secara terminology syubhat adalah sesuatu yang tidak jelas kehalalan dan
keharamannya karena banyak manusia yang tidak mengetahui hukumnya. Adapun ulama
mereka dapat mengetahui hukum dari nas atau qiyâs atau sebagainya, apabila seseorang
meragukan sesuatu apakah halal atau haram sementara tidak ada nas dan ijmak sebagai hasil
ijtihad mujtahid lalu mendapatkan dalil syar’i-nya lalu dijumpainya halal maka ia menjadi
halal, tetapi terkadang ada dalilnya, namun tidak tertutup kemungkinan keraguan (ihtimâl)
yang jelas maka lebih utama bersikap wara’ dengan meninggalkannya (Ali, 2016).
Halal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah halal secara umum, bisa berupa
produk makanan, bisa berupa halal lifestyle dan pengetahuan atau informasi terkait halal.
Kesadaran Halal (Halal Awareness)
Beberapa cendekiawan telah membedakan tingkatan kesadaran menjadi beberapa
tingkat yaitu: (1) tingkat kesadaran yang lebih tinggi; (2) kesadaran tingkat rendah; (3) alam
bawah sadar; (4) tidur dan mimpi (tingkat rendah kesadaran), dan (5) ketidaksadaran (proses
tidak sadar / tidak sadar).
Orang yang berbeda dapat memiliki tingkat kesadaran yang berbeda. Menurut seorang
psikolog, tingkat kesadaran berarti kesadaran akan peristiwa luar dan sensasi internal yang
terjadi dengan kondisi penuh gairah (King, 2008). Kesadaran dalam konteks umum secara
literal berarti memiliki pengalaman tentang sesuatu dan/atau mengetahui dengan baik tentang
apa yang terjadi sekarang dalam makanan, minuman dan produk halal lainnya. Oleh karena
itu, kesadaran dalam konteks halal dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses penyediaan
informasi untuk meningkatkan tingkat kesadaran tentang apa yang dikonsumsi dan digunakan
Miftakhul Khasanah, Peranan Media Sosial ……
142 |AL-TIJARY, Vol. 5, No. 2, Juni 2020
oleh Muslim (Ambali & Bakar, 2014).Merujuk pada Ambali dan Bakar, kesadaran halal dapat
didefinisikan sebagai memiliki minat atau pengalaman khusus atau memiliki informasi yang
cukup tentang sesuatu makanan, minuman dan produk halal. Dengan kata lain kesadaran
adalah bagian dasar dari keberadaan manusia, yang menggambarkan persepsi manusia dan
reaksi kognitif terhadap kondisi apa yang mereka makan, minum dan gunakan (Ambali &
Bakar, 2014). Sehingga dapat disimpulkan kesadaran halal merupakan persepsi dan reaksi
kognitif seseorang dalam mengetahui, memahami, merasakan dan memilih produk halal baik
makanan maupun minuman berdasarkan informasi tentang halal yang didapat seseorang
secara sadar.
Golnaz et al. dalam Aziz dan Chok, menemukan dalam penelitian mereka bahwa
kesadaran akan prinsip halal dan produk makanan halal ditentukan oleh sikap positif (Aziz &
Chok, 2013). Sesuai dengan teori TPB (Theory of Planned Behaviour), konsumen yang
memiliki sikap yang baik akan melakukan perilaku untuk mengkonsumsi atau membeli produk
halal. Dalam konteks penelitian ini, sikap positif adalah persepsi yang menguntungkan dalam
konsep halal dan kesadaran halal.
Pengetahuan Halal (Halal Knowledge)
Pengembangan produk dalam perspektif Islam harus divisualisasikan secara berbeda
dibandingkan dengan pemikiran Barat. Dalam Islam, unsur-unsur moral dan transenden harus
sangat ditekankan dalam proses produksi dan pengambilan keputusan, dan harus berdasarkan
prinsip-prinsip etika bisnis. Harus ditunjukkan bahwa praktik dan barang komersial tertentu
dilarang oleh Islam. Islam menggabungkan unsur-unsur moral dan transendental dalam proses
produksi dan pemasaran dengan prinsip-prinsip etika bisnis Islam sebagai panduan (Abuznaid,
2012).
Hal ini merupakan bagian dari pengetahuan yang harus dipahami oleh konsumen ketika
mereka menginginkan produk halal. Pengetahuan produk menjadi bagian penting dari perilaku
konsumen sehingga menjadi bagian yang menarik dalam penelitian ini. Pengetahuan produk
terkait dengan pengetahuan tentang produk yang dikenal oleh konsumen (Brucks, 1985);
Pengetahuan produk tergantung pada pengetahuan subjek atau pengetahuan yang dirasakan;
pengetahuan objektif; dan pengetahuan berbasis pengalaman (Lin & Chen, 2006).
Pengetahuan produk melibatkan pengetahuan tentang manfaat produk dan pengetahuan
tentang kepuasan yang diberikan produk kepada konsumen. Ini melibatkan pengetahuan
tentang karakteristik atau atribut produk (fisik dan abstrak), pengetahuan tentang pembelian
mengenai kapan dan apakah produk tersebut akan dibeli dan diketahui penggunaannya,
termasuk cara produsen tersebut termasuk konsumsi atau konsumsi produk tersebut sehingga
fungsi produk dengan benar (Nurhayati & Hendar, 2019). Pengetahuan produk juga terkait
dengan keahlian dan keakraban (familiar) dengan produk (Alba & Hutchinson, 1987).
Nurhayati dan Hendar, menyatakan bahwa pengetahuan produk halal dapat diartikan
sebagai kumpulan berbagai macam informasi tentang produk halal, yang meliputi kategori
produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk, tempat dan waktu
penjualan, cara menggunakan dan mempercayai produk halal Pengetahuan tentang produk
halal juga terdiri dari pengetahuan tentang di mana dan kapan konsumen membeli produk halal
dan juga siapa yang menjual produk halal (Nurhayati & Hendar, 2019).
Model sosialisasi konsumen umumnya berasumsi bahwa orang mengembangkan pola
pemikiran dan tindakan seperti itu karena hasil dari interaksi mereka dengan "sesuatu yang
signifikan" yang disebut sebagai agen sosialisasi, dan sebagian yang lain disebabkan karena
perubahan biologis atau kognitif-psikologis internal (Moschis & Churchill, 1978).
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 143
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory) (Anon,
2019). Perubahan ini memengaruhi kemampuan individu untuk belajar, dan mereka
menciptakan kebutuhan yang secara langsung atau tidak langsung (dengan memengaruhi
interaksi seseorang dengan agen) dapat memengaruhi pembelajaran konsumen. Selain itu,
sosialisasi konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor struktural sosial, misal kelas sosial, ras,
jenis kelamin yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pembelajaran
dan pengetahuan konsumen (Moschis & Churchill, 1978).
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh
agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.
Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi
karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan (Komariah & Subekti, 2016).
Dari pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa ditengarai ada kegiatan sosialisasi yang
membuat kesadaran akan halal itu timbul. Sosialisasi halal adalah proses dimana individu
mengembangkan kognisi dan perilaku yang berhubungan dengan halal baik itu dalam hal
konsumsi, gaya hidup maupun perilaku.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode netnografi dengan melakukan
observasi dan wawancara online. Netnografi merupakan komunikasi menggunakan komputer
atau computer-mediated communications (CMC), yaitu komunikasi yang terjadi melalui
komputer atau jaringan. CMC tersebut termasuk di dalamnya ialah forums, postings, instant
message, email, chat-room, dan mobile text message (Kozinets, 1998). Jadi CMC merupakan
sumber bagi para peneliti untuk mengumpulkan data etnografi mereka, data yang
merepresentasikan fenomena budaya dan masyarakat (Purwanto & Ilhalauw, 2017). Kegunaan
netnografi adalah untuk dapat mengidentifikasi tren industri dan pilihan dari konsumen;
membantu brand dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas produk; serta dalam
mengembangkan strategi pemasarannya (Nasrullah, 2017). Pengumpulan data dilakukan
dengan pendekatan observasi-partisipasi dan wawancara secara online. Terdapat minimal dua
elemen yang penting dalam proses pengumpulan data ini, yaitu: data yang disalin langsung
oleh peneliti dari komunikasi yang ada dalam objek penelitiannya, dan data yang
dideskripsikan oleh peneliti dari pengamatannya tentang; komunitas itu sendiri, anggota, dan
interaksi yang ada. Subjek dalam penelitian ini adalah komunitas-komunitas virtual tentang
halal di media sosial yaitu Instagram dan Facebook sedangkan penentuan Objek Penelitian
yang diteliti, dilakukan dengan melakukan tahapan penelitian sebagai berikut (1)
Mengumpulkan informasi melalui komunitas-komunitas Whats App Grup (WaG) dengan
menyebarkan pertanyaan tentang media apa yang paling disukai dalam memberikan informasi
terkait Halal; (2) berdasarkan informasi yang didapat maka diperoleh 2 media sosial yang
paling disukai yaitu Facebook dan Instagram; (3) melakukan pencarian komunitas-komunitas
virtual yang terkait dengan ‘halal’ di halaman Facebook dan Instagram dengan menggunakan
kata kunci : “halal”, “infohalal”; (4) Melakukan pemilihan komunitas virtual yang dipakai
sebagai objek penelitian dengan beberapa kriteria, yaitu komunitas virtual yangmempunyai
data yang detail dan banyak, mempunyai jumlah pengikut (followers) terbanyak, terdapat
interaksi aktif antar entitas yang berada dalam komunitas tersebut dengan intensitas tinggi;
komunitas virtual tersebut aktif di media sosial yang ditunjukkan dengan periode jangka waktu
dan jumlah postingan yang diunggah. Yang kemudian Komunitas Halal Corner terpilih
Miftakhul Khasanah, Peranan Media Sosial ……
144 |AL-TIJARY, Vol. 5, No. 2, Juni 2020
menjadi objek penelitian ini (Lampiran 1). Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
pencarian data komunitas virtual di Media Sosial Facebook dan Instagram. Pencarian data
komunitas virtual tersebut dilakukan dengan menggunakan kata kunci dan Hashtag
(Instagram) (lampiran 2). Selanjutnya data yang dikumpulkan dari CMC dipilah-pilah dengan
melakukan koding, yang dilakukan dengan menggunakan kata kunci. Selain itu dilakukan
wawancara online dengan menggunakan purposive sampling dengan responden yang
merupakan pengikut aktif di Instagram ‘halal corner’ untuk melakukan triangulasi sumber.
Terakhir dilakukan analisa dan kesimpulan hasil.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang peranan media sosial dan fungsinya sebagai agen sosialisasi halal
dilakukan dengan menggunakan akun ‘halalcorner’ di Instagram sebagai objek penelitian
dengan periode antara bulan Januari 2019 sampai dengan Juli 2019. Sampai dengan Akhir Juli
2019 akun ‘halalcorner’ di Instagram mempunyai 80.700 pengikut (followers). Dengan total
jumlah postingan 895 postingan.
Penelitian difokuskan kepada postingan yang diunggah oleh akun ‘halalcorner’ atas
dasar banyaknya interaksi terhadap suatu postingan. Dari hasil observasi yang dilakukan
terdapat 7 postingan di akun ‘halalcorner’ di Instagram yang dipakai sebagai objek kajian
berdasarkan banyaknya interaksi (Lampiran 3) yaitu (1) dampak mengkonsumsi barang haram;
(2) kehalalan popok bayi dan masa kadaluarsa; (3)rum dan essence rhum dinyatakan haram
oleh mui; (4) gambar skema produk dari babi dan produk turunannya; (5) berbagai macam
istilah daging babi dalam berbagai makanan (komposisi makanan); (6) hukum bacon dan
penamaan bacon; (7) kehalalan kopi terkait dengan adanya bahan tambahan.
Postingan –postingan yang diunggah oleh akun ‘halalcorner’ tersebut saling berkaitan,
hal ini teramati dari komentar-komentar yang ada di setiap postingan. Berikut masing-masing
postingan dan pengaruhnya terhadap netizen.
1. Dampak mengkonsumsi barang halal
Gambar 1. Postingan Dampak Mengkonsumsi Barang Halal
Kelebihan postingan di Instagram adalah memanjakan para netizen dengan konten
visual berupa foto dan video serta bisa dilengkapi keterangan (caption). Postingan ini
diunggah pada tanggal 7 Januari 2019. Berdasarkan komentar yang masuk umumnya
netizen berterimakasih dengan informasi yang diberikan, dan meminta izin untuk
membagikan (share) postingan tersebut, sedangkan Hashtag yang dipergunakan yaitu:
#halalismyway #halalcornerlovers #halalismylife #halalislifestyle #infohalal #artikelhalal
#halalcorner #cariinfohalal #halalindonesia #indonesiahalal #produkhalal #pasarhalal
#industrihalal.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 145
2. Kehalalan Popok Bayi dan Masa kadaluarsa
Gambar 2. Postingan Tentang Kehalalan Popok Bayi
Postingan ini diunggah pada tanggal 16 Januari 2019, postingan ini mempunyai 214
komentar, dengan pertanyaan terbanyak tentang titik kritis dari popok bayi, dan pertanyaan
tentang produk-produk popok bayi dan kehalalannya yang belum ada informasinya.
3. Rum dan Essence Rhum dinyatakan Haram oleh MUI
Gambar 3. Postingan Tentang Keharaman Rum dan Essence Rhum
Banyak yang belum tahu informasi tentang rum dan essence rum. Postingan ini
diunggah pada tanggal 12 Maret 2019. Pertanyaan yang ditanyakan berkisar tentang
adakah rum yang halal? Kenapa ada produk yang mengandung rum tetapi mengklaim
kalau produk tersebut halal?. Hashtag yang dipergunakan adalah #halalismyway
#halalcornerlovers #halalismylife #artikelhalal #cintahalal #indonesiahalal
#halalindonesia #produkhalal #halalislifestyle #Indonesiasadarhalal
#Indonesiamelekhalal.
4. Gambar skema produk dari Babi dan produk turunannya
Postingan ini diunggah pada tanggal 28 Maret 2019 dan disukai oleh 2650 netizen
dengan 150 komentar. Terlihat dari komentar yang masuk banyak yang tidak tahu produk-
produk turunan dari babi yang sangat banyak dan hampir semua bagian dari babi bisa
dipakai sebagai bahan baku bermacam produk. Hashtag yang digunakan yaitu
#halalismyway #halalcornerlovers #halalismylife #artikelhalal #cintahalal #indonesiahalal
#halalindonesia #produkhalal #halalislifestyle #Indonesiasadarhalal
#Indonesiamelekhalal.
Miftakhul Khasanah, Peranan Media Sosial ……
146 |AL-TIJARY, Vol. 5, No. 2, Juni 2020
Gambar 4. Postingan Tentang Produk Babi Dan Turunannya
5. Berbagai macam Istilah daging Babi dalam berbagai makanan (komposisi makanan)
Gambar 5. Postingan Tentang Berbagai Penamaan Babi
Postingan ini diunggah pada tanggal 30 Maret 2019 , disukai oleh 4317 netizen
dan ada 154 komentar. Didalam postingan ini terdapat perbedaan istilah tentang ham dan
bacon. Kemudian admin menindaklanjuti dengan postingan tertanggal 1 Juni 2019 tentang
hukum bacon dan penamaan bacon. Hashtag yang digunakan : #halalismyway
#halalcornerlovers #halalismylife #artikelhalal #cintahalal #indonesiahalal
#halalindonesia #produkhalal #halalislifestyle #Indonesiasadarhalal
#Indonesiamelekhalal.
6. Hukum bacon dan penamaan bacon
Gambar 6. Postingan Tentang Hukum bacon dan penamaan bacon
Postingan tentang Hukum Bacon dan Penamaan Bacon ini diunggah pada tanggal 21
Juni 2019. Terkait dengan postingan tentang penamaan istilah babi pada berbagai makanan
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 147
dan adanya perbedaan istilah. Hashtag yang digunakan : #halalismyway #halalcornerlovers
#halalismylife #artikelhalal #cintahalal #indonesiahalal #halalindonesia #produkhalal
#halalislifestyle #Indonesiasadarhalal #Indonesiamelekhalal.
7. Kehalalan kopi terkait dengan adanya bahan tambahan
Gambar 6. Postingan Tentang Titik Kritis Kopi
Postingan ini diunggah pada tanggal 9 Juli 2019. Postingan ini banyak dibagi
oleh netizen dalam bentuk screen shoot, dan dibagikan oleh ribuan netizen di media sosial
facebook. Banyak netizen yang belum mengetahui titik kritis produk kopi. Titik kritis
kehalalan produk adalah tahapan-tahapan produksi dimana ada kemungkinan suatu
produk menjadi haram. Bisa berkaitan dengan bahan baku, proses produksi, alat yang
dipergunakan ataupun dalam proses perpindahan produk dari produsen ke konsumen
(delivered).
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan data CMC dari postingan-postingan
yang ada dan wawancara online yang dilakukan maka setelah dilakukan proses koding maka
hasil penelitian terangkum dalam tabel 1.
Tabel 1. Analisa Hasil Penelitian
Sumber: Data primer diolah
Kata Kunci Keterangan
Informasi halal Menambah informasi baru, banyak produk yang dianggap halal ternyata
belum. Membuka wawasan tentang halal
Pengetahuan tentang halal Banyak pengetahuan yang didapat terkait halal. Halal dan haram tidak saja
terkait dengan makanan dan minuman tetapi juga dengan semua produk
yang kita gunakan
label halal Harus selalu memperhatikan adanya label halal resmi yang dikeluarkan
pemerintah dalam hal ini adalah MUI. Belum tentu produk dengan label
halal sudah pasti halal karena terkait dengan tanggal kadaluarsa dari label
halal tersebut
label halal palsu Harus waspada dan hati-hati dengan label halal, karena ternyata banyak
produk yang menggunakan label halal palsu, ketika di cek di web MUI
tidak terdaftar. Ada juga label halal yang sudah kadaluarsa lama dan
belum diperpanjang
kesadaran tentang Halal Umumnya kesadaran halal semakin meningkat ketika terpapar informasi
dari media sosial. Yang awalnya cuek dengan label halal menjadi lebih
perhatian dan memperhatikan komposisi terutama komposisi makanan dan
minuman yang akan kita konsumsi
Miftakhul Khasanah, Peranan Media Sosial ……
148 |AL-TIJARY, Vol. 5, No. 2, Juni 2020
PEMBAHASAN
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat di era 4.0 ini
membuat media sosial menjadi agen sosialisasi yang utama. Media massa mempunyai
kekuatan yang besar dalam memberikan informasi yang mengarahkan pola berfikir dan
perilaku seseorang (Solihat, 2008). Peranan media sosial dalam melakukan komunikasi dan
penyebaran informasi sudah tidak diragukan lagi. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa
media sosial online sering dipergunakan dalam sosialisasi terkait dengan politik (Abdillah,
2014; Sandra, 2013), kesehatan (Komariah & Subekti, 2016), juga pemasaran (Siswanto, 2013;
Tajuddin & Manan, 2017)
Informasi tentang halal yang didapat dari media sosial tersebut akan menstimulus
proses atensi dalam pembentukan kesadaran halal (Birda, Kamid, & Rusdi, 2016). Dan atau
informasi tentang halal tersebut akan merangsang proses recall knowledge (mengingat
pengetahuan ) yaitu proses pengambilan informasi tentang halal yang telah ada (Maharani &
Mustika, 2016). Berkaitan dengan kesadaran halal, umumnya pengikut (followers) akun
Instagram ‘halalcorner’ mempunyai kesadaran halal yang sudah terbentuk, tetapi ada juga
yang kesadaran halal mereka terbentuk dari postingan yang diunggah oleh akun ‘halalcorner’.
Kesadaran halal dapat diartikan sebagai kemampuan konsumen untuk mengenali dan
mengingat produk halal dalam situasi yang berbeda.
Kesadaran halal memiliki dua dimensi, yaitu, mengingat halal dan pengakuan halal.
Mengingat halal berarti bahwa ketika konsumen melihat kategori produk, mereka dapat
mengingat produk dengan nama merek produk dan halal yang benar. Sedangkan pengenalan
halal berarti konsumen memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi produk halal dengan
benar ketika mereka melihat atau mendengarnya (Nurhayati & Hendar, 2019).
Jika kesadaran halal sudah ada dan terbentuk umumnya mereka membutuhkan
informasi yang simple dan mudah di dapat. Biasanya jika kita akan mencari kehalalan suatu
produk harus menyusuri satu per satu list / daftar produk yang terdaftar halal di MUI dan itu
membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga mereka lebih suka cara yang simple yaitu
dengan mencari postingan tentang suatu produk dan menyimpan informasi tersebut kedalam
fitur simpan dalam media sosial.
Pada umumnya saat ini banyak pihak telah berkontribusi pada peningkatan kesadaran
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar, dan secara sistematis memberikan informasi
kepada struktur pasar yang komprehensif. Hal ini tidak hanya melibatkan pemasok, tetapi juga
merupakan informasi bagi para pengguna akhir. Oleh karena itu, situasi tersebut menghasilkan
kesadaran konsumen akan keberadaan lini produk halal yang ditawarkan oleh merek global
(Abdul‐Talib & Abd‐Razak, 2013).
Media sosial sangat mudah diakses, bahkan setiap waktu dan setiap saat orang akan
mudah untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan apapun, bahkan jika kita mengikuti
(follow) suatu grup atau akun maka kita akan mendapatkan pemberitahuan (notifikasi) jika ada
postingan terbaru. Dengan kemudahan akses pada media sosial maka berarti juga kemudahan
dalam memperoleh pengetahuan tentang produk halal. Terkait dengan pendapat dari netizen
yang mengikuti akun ‘halalcorner’ menyatakan bahwa informasi yang disajikan sangat
lengkap, tidak hanya terkait dengan halal dan haram suatu produk makanan (halal food) tetapi
juga terkait dengan produk non-makanan. Biasanya juga disajikan informasi yang berkaitan
dengan tanggal kadaluarsa sertifikat halal yang dikeluarkan. Dari sini dapat dikatakan bahwa
media sosial juga melakukan proses transfer pengetahuan.
Menurut Jacoby et al pengetahuan konsumen memiliki dua komponen utama yaitu
familiar/ keakraban dan keahlian. familiar didefinisikan sebagai seberapa banyak pengalaman
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 149
terkait dengan produk yang telah diakumulasikan oleh konsumen (Jacoby, Troutman, Kuss, &
Mazursky, 1986). Keahlian didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan tugas yang
berhubungan dengan produk dengan sukses. Pengalaman terkait produk didefinisikan pada
tingkat paling inklusif. Pengalaman tersebut termasuk paparan iklan, pencarian informasi,
interaksi dengan tenaga penjualan, pilihan dan pengambilan keputusan, pembelian, dan
penggunaan produk dalam berbagai situasi. Istilah keahlian konsumen juga bisa diartikan luas
mencakup struktur kognitif misal keyakinan tentang atribut produk dan proses kognitif, misal
keputusan untuk bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, yang diperlukan untuk melakukan
tugas yang terkait dengan produk.
Dari hasil observasi data dari CMC dan wawancara online diketahui bahwa kesadaran
halal lebih meningkat jika berada di luar negeri atau didaerah dimana muslim menjadi
minoritas (Ismoyowati, 2015; Soesilowati & Yuliana, 2013). Hal ini juga ditemukan dalam
penelitian ini berdasarkan postingan dan pertanyaan terkait pencarian makanan halal ketika
traveling di luar negeri. Selain itu dari hasil observasi tentang grup dan komunitas yang ada di
Facebook dan Instagram (lihat Tabel 1. dan Tabel 2. Tentang Komunitas Virtual ‘halal’ di
Media Sosial) banyak komunitas virtual yang menggabungkan antara makanan dan pariwisata
(food and traveling). Biasanya kesadaran halal lebih kuat ketika berada di luar negeri terutama
negara-negara non muslim, karena produk-produk yang akan dikonsumsi belum tentu halal.
Literatur pemasaran produk halal saat ini kebanyakan membahas produk halal dan
Islam memiliki peranan yang dominan dalam proposisi ini. Para peneliti menyajikan
paradigma halal sebagai area di mana pola pengambilan keputusan kognitif, afektif dan konatif
dipengaruhi oleh minimalisasi resiko. Paradigma halal adalah inti di mana dirasakan
pentingnya halal dibawa ke dalam kesadaran Muslim (Wilson & Liu, 2011).
Media sosial telah bertindak sebagai agen sosialisasi halal karena dari sosial media ini
terjadi pertukaran (transfer) ilmu dan informasi terkait dengan kehalalan dan keharaman
produk. Didalam komunitas virtual yang mempunyai komunikasi aktif antar entitas akan
berdampak positif dalam pertukaran informasi terkait dengan kehalalan produk. Dari hasil
observasi data CMC dan wawancara online yang dilakukan, menunjukkan bahwa media sosial
memberikan banyak informasi berupa pengetahuan halal, dengan bertambahnya pengetahuan
yang didapatkan maka akan berpengaruh terhadap kesadaran halal. Jika merujuk kepada
Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991), kesadaran halal akan berpengaruh kepada sikap
(Bashir, 2019; Setyaningsih & Marwansyah, 2019; Soon & Wallace, 2017). Selanjutnya sikap
mempengaruhi perilaku halal, perilaku halal akan membentuk pola hidup halal. Pola hidup
halal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari akan membentuk gaya hidup halal (halal
lifestyle).
Kaiser dan Menkhoff dalam penelitiannya menemukan bahwa pendidikan keuangan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengetahuan keuangan dan perilaku
keuangan. Proses terbentuknya perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng (Kaiser & Menkhoff, 2017).
Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak
akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003)
Beberapa penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara sosialisasi dan perilaku
finansial (Nyota, 2016; Sohn, Joo, Grable, Lee, & Kim, 2012) Berdasarkan penelitian tentang
hubungan antara sosialisasi keuangan dan perilaku keuangan maka pengaruh yang sama antara
sosialisasi halal dengan kesadaran dan perilaku halal teramati dalam studi ini.
Miftakhul Khasanah, Peranan Media Sosial ……
150 |AL-TIJARY, Vol. 5, No. 2, Juni 2020
PENUTUP
Kesimpulan
Peranan media sosial sebagai agen sosialisasi halal menjadi sangat perlu, terkait dengan
perubahan pola-pola struktur budaya dan perilaku di masyarakat. Jika dikaitkan dengan
perilaku masyarakat pada saat ini dimana internet telah menjadi suatu budaya dan kebiasaan
yang tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat membuat media sosial menjadi salah satu
agen penting dalam rangka sosialisasi informasi dan pengetahuan halal dan menjadi pemantik
(trigger) dalam mengunggah kesadaran halal.
Kesadaran halal yang sudah terbentuk akan berpengaruh kepada sikap dan membentuk
perilaku halal. Pola hidup halal yang dilakukan sehari-hari akan membentuk gaya hidup halal.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan berlangsung lama.
Saran
Efektivitas peranan media sosial sebagai agen sosialisasi halal masih bisa digali dengan
riset kuantitatif. Ada begitu banyak penelitian terkait dengan halal-haram produk yang bisa
dilakukan dengan menggunakan studi netnografi, karena dari studi ethnografi virtual /
netnografi ini kita bisa mendapatkan wawasan dan persepsi (insight) yang mendalam dari
perilaku dan kesadaran halal dari masyarakat. Bagi pemasar hal ini bisa dijadikan informasi
yang berharga dalam kaitannya dengan penyusunan konsep dan strategi pemasaran. Selain itu,
kesadaran halal yang tinggi menyebabkan tingkat pembelian produk halal yang tinggi pula
sehingga mempengaruhi produsen untuk memproduksi produk yang halal, maka secara
ekonomi Indonesia tidak hanya sekedar menjadi market pasar halal saja tetapi juga menjadi
produsen produk halal yang diakui dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, L. A. (2014). Social-Media as Political Party Campaign in Indonesia. Jurnal Ilmiah
MATRIK, 16(01), 1–10.
Abdul‐Talib, A., & Abd‐Razak, I. (2013). Cultivating Export Market Oriented Behavior in
Halal Marketing: Addressing the Issues and Challenges in Going Global. Journal of
Islamic Marketing, 04(02), 187–197.
Abuznaid, S. (2012). Islamic Marketing: Addressing the Muslim Market. An - Najah Univ. J.
Res. (Humanities), 26(06), 1473–1503.
Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behaviour and Human
Decision Processes, 50(02), 179–211.
Alba, J. W., & Hutchinson, J. W. (1987). Dimensions of Consumer Expertise. Journal of
Consumer Research, 13(04), 411–454.
Ali, M. (2016). Konsep Makanan Halal dalam Tinjauan Syariah dan Tanggung Jawab Produk
Atas Produsen Industri Halal. Ahkam:Jurnal Ilmu Syariah, 16(02).
Ambali, A. R., & Bakar, A. N. (2014). People’s Awareness on Halal Foods and Products:
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 151
Potential Issues for Policy-Makers. In Procedia - Social and Behavioral Sciences. Kuala
Lumpur: INHAC.
Annisa, S. (2019). Studi Netnografi Aksi Beat Plastic Pollution Oleh United Nations
Environment Di Instagram. Jurnal ASPIKOM, 03(06), 1109–1123.
Anon. (2019). Sosialisasi. Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
Aziz, Y. A., & Chok, N. V. (2013). The Role of Halal Awareness, Halal Certification, and
Marketing Components in Determining Halal Purchase Intention Among Non-Muslims
in Malaysia: A Structural Equation Modeling Approach. Journal of International Food
& Agribusiness Marketing, 25(01), 1–23.
Bashir, A. M. (2019). Effect of Halal Awareness, Halal Logo and Attitude on Foreign
Consumers’ Purchase Intention. British Food Journal, 121(09), 1998–2015.
Birda, A. M., Kamid, & Rusdi, M. (2016). Proses Atensi Pengetahuan pada Siswa Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi
Aritmetika Sosial. Edu-Sains: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, 05(01), 10–19.
Bukhari, S. F. H., Woodside, F. M., Hasan, R., Shaikh, A. L., Hussain, S., & Mazhar, W.
(2019). Is Religiosity an Important Consideration in Muslim Consumer Behavior:
Exploratory Study in the Context of Western Imported Food in Pakistan. Journal of
Islamic Marketing, 10(04), 1288–1307.
Daniel, B. K. (2011). Handbook of Research on Methods and Techniques for Studying Virtual
Communities: Paradigms and Phenomena. New York: United States of America
byInformation Science Reference (an imprint of IGI Global).
Hasan, H. (2016). A Study on Awareness and Perception Towards Halal Foods A Muslim
Students In Kota Kinibalu, Sabah. In Proceedings of the Australia-Middle East
Conference on Business and Social Sciences 2016 (pp. 803–811). Dubai: in partnership
with The Journal of Developing Areas, Tennessee State University, USA.
Ismoyowati, D. (2015). Halal Food Marketing: A Case Study on Consumer Behavior of
Chicken-Based Processed Food Consumption in Central Part of Java, Indonesia. In
Agriculture and Agricultural Science Procedia. Yogyakarta: The 2014 International
Conference on Agro-industry (ICoA): Competitive and sustainable Agro-industry
forHuman Welfare.
Jacoby, J., Troutman, T., Kuss, A., & Mazursky, D. (1986). Experience and Expertise in
Complex Decision Making. ACR North American Advances, 13, 469–472.
Kaiser, T., & Menkhoff, L. (2017). Does Financial Education Impact Financial Literacy and
Financial Behavior, and If So, When? The World Bank Economic Review, 31(03), 611–
630.
Miftakhul Khasanah, Peranan Media Sosial ……
152 |AL-TIJARY, Vol. 5, No. 2, Juni 2020
Komariah, K., & Subekti, P. (2016). Penggunaan Media Massa Sebagai Agen Sosialisasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya dalam meningkatkan Kesadaran Masyarakat akan
pentingnya Imunisasi. PRofesi Humas : Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan Masyarakat,
01(01), 76–90.
Kozinets, R. V. (1998). On Netnography: Initial Reflections on Consumer Research
Investigations of Cyberculture. Advances in Consumer Research, 25, 366–371.
Kozinets, R. V, Valck, K. de, Wojnicki, A. C., & Wilner, S. J. S. (2010). Networked Narratives:
Understanding Word-of-Mouth Marketing in Online Communities. Journal of Marketing,
74(02), 71–89.
Kurniawati, D. A., & Savitri, H. (2019). Awareness Level Analysis of Indonesian Consumers
toward Halal Products. Journal of Islamic Marketing, 11(01), 522–546.
Lin, L., & Chen, C. (2006). The Influence of the Country‐of‐Origin Image, Product Knowledge
and Product Involvement on Consumer Purchase Decisions: An Empirical Study of
Insurance and Catering Services in Taiwan. Journal of Consumer Marketing, 23(05),
248–265.
Maharani, L., & Mustika, M. (2016). Hubungan Self Awareness dengan Kedisiplinan Peserta
Didik Kelas VIII di SMP Wiyatama Bandar Lampung (Penelitian Korelasional Bidang
BK Pribadi). KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 03(01), 17–31.
Moschis, G., & Churchill, G. (1978). Consumer Socialization: A Theoretical and Empirical
Analysis. Journal of Marketing Research, 15(04), 599–609.
Nasrullah, R. (2017). Etnografi Virtual (Riset Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi di
Internet). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurhayati, T., & Hendar. (2019). Personal Intrinsic Religiosity and Product Knowledge on
Halal Product Purchase Intention: Role of Halal Product Awareness. Journal of Islamic
Marketing, 11(09), 603–620.
Nyota, H. (2016). The Impact of Socialization Agents on The Financial Behaviour of
University Students in Zimbabwe. Midlands State University.
Purwanto, E., & Ilhalauw, J. J. O. . (2017). Bisikan dari Balik Layar: Netnografi Strategi Bisnis
Berorientasi Pasar. Journal of Business & Applied Management, 09(02), 220–233.
Qardhawi, M. Y. (1980). Halal dan Haram dalam Islam. Singapura: Himpunan Belia Islam.
Reuters, T., & Standard Dinar. (2018). State of the Global Islamic Economy Report 2018/2019.
Dubai.
Rohmatun, K. I., & Dewi, C. K. (2017). Pengaruh Pengetahuan Dan Religiusitas Terhadap
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 153
Niat Beli Pada Kosmetik Halal Melalui Sikap. Ecodemica: Jurnal Ekonomi, Manajemen
& Bisnis Universitas Bina Sara Informatika, 01(01), 27–35.
S. Soesilowati, E. (2009). Peluang Usaha Produk Halal di Pasar Global: Perilaku Konsumen
Muslim dalam Konsumsi Makanan Halal. Jakarta: Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Sandra, L. J. (2013). Political Branding Jokowi Selama Masa Kampanye Pemilu Gubernur
DKI Jakarta 2012 di Media Sosial Twitter. Jurnal E-Komunikasi, 01(02), 276–287.
Setyaningsih, E. D., & Marwansyah, S. (2019). The Effect of Halal Certification and Halal
Awareness through Interest in Decisions on Buying Halal Food Products. Syi’ar
Iqtishadi: Journal of Islamic Economics, Finance and Banking, 03(01), 64–79.
Siswanto, T. (2013). Optimalisasi Sosial Media Sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil
Menengah. Jurnal Liquidty, 02(01), 80–86.
Soesilowati, E. S., & Yuliana, C. I. (2013). Komparasi Perilaku Konsumen Produk Halal di
Area Mayoritas dan Minoritas Muslim. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan, 21(02), 167–
178.
Sohn, S.-H., Joo, S.-H., Grable, J. E., Lee, S., & Kim, M. (2012). Adolescents’ Financial
Literacy: The Role of Financial Socialization Agents, Financial Experiences, and Money
Attitudes in Shaping Financial Literacy Among South Korean Youth. Journal of
Adolescence, 35(04), 969–980.
Solihat, M. (2008). Komunikasi Massa dan Sosialisasi. Mediator: Jurnal Komunikasi, 09(02),
105–112.
Soon, J. M., & Wallace, C. (2017). Application of Theory of Planned Behaviour in Purchasing
Intention and Consumption of Halal Food. Nutrition & Food Science, 47(05), 635–647.
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Tajuddin, M., & Manan, A. (2017). Model Pemasaran Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
(Umkm) Berbasis Online Dalam Mendukung Pariwisata. MATRIK: Jurnal Manajemen,
Teknik Informatika, Dan Rekayasa Komputer, 17(01), 66–74.
Wilson, J. A. J., & Liu, J. (2011). The Challenges of Islamic Branding : Navigating Emotions
And Halal. Journal of Islamic Marketing, 02(01), 28–42.
Yasid, Farhan, F., & Andriansyah, Y. (2016). Factors Affecting Muslim Students Awareness
of Halal Products in Yogyakarta, Indonesia. International Review of Management and
Marketing, 06(48), 27–31.
Yunus, N. S. N. M., Rashid, W. E. W., Ariffina, N. M., & Rashid, N. M. (2014). Muslim’s
Purchase Intention towards Non-Muslim’s Halal Packaged Food Manufacturer. Procedia
Miftakhul Khasanah, Peranan Media Sosial ……
154 |AL-TIJARY, Vol. 5, No. 2, Juni 2020
- Social and Behavioral Sciences, 130, 145–154.
Zulaekah, S., & Kusumawati, Y. (2005). Halal dan haram makanan dalam islam. Suhuf, 17(01),
25–35.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 155
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Pencarian data Komunitas Virtual ‘Halal’di Instagram
No Akun Followers Tanggal Bergabung
Total
Jumlah
Postingan
Negara
1 Halalcorner 80.600 12 Oktober 2013 895 Indonesia
2 Anca.id 26.500 22 Mei 2016 969 Indonesia
3 Halal.indonesia 489 Tidak ada Keterangan 41 Indonesia
4 Halalexpo.id 7.378 Tidak ada Keterangan 114 Indonesia
5 Halalindonesia 17.700 6 Maret 2014 1.004 Indonesia
6 Halaltrip 17.100 11 September 2013 1.226 Indonesia
7 Halalorharam1 14.700 Tidak ada Keterangan 2.252 Indonesia
Sumber : Data primer diolah
Miftakhul Khasanah, Peranan Media Sosial ……
156 |AL-TIJARY, Vol. 5, No. 2, Juni 2020
Lampiran 2
Hasil Pencarian data Komunitas Virtual ‘Halal’di Facebook
No Grup Jumlah
Anggota Halaman
Jumlah
Anggota
1 Halal Corner 11.654 Have Halal, Will Travel 375.000
2 Have Halal, Will Travel
Community 6.885 Halal Indonesia 64.000
3 Halal Jogja LPPOM MUI DIY 42 Must Be Halal 20.000
4 Pasar Halal 28.996 Halal Corner 30.000
5 Wisata Halal Internasional /
Halal Trip 1.125 Halal Japan 97.000
6 Halal Langsung Enak 5.742 Halal Navi 92.000
7 Wisata Halal Erupa UK 2.019 Hlal Korea 235.000
8 Halal Food in Japan 4.300 Halal Media Japan 120.000
9 Halal Food Hunters Korea 5.900 Japan Halal TV 137.000
10 Halal/Haram Sustenance 14.000 Halal Foods in Japan 18.000
11 Halal in New Zealand 8.700 Halal 151.000
12 Australian Halal Food Guide 25000 Halal Jokes 29.000
13 Australia’s Halal Food Forum 7.400 Nippon Asian Halal Association 26.000
14 Halal Food in Australia 20.000 Halal Food 1.500
15 Halal Food Delivery Singapore
Authentic 13.588 Halal Humour 797.000
16 Global Halal Eateries Outside
Singapore 9.304 Halal Food Japan 5.600
17 Halal Japan 10.000
18 Halal Mart 226
19 Halal Gourmet Japan 26.000
20 Halal Trip 666.000
21 Liburan Halal 1.200
22 Halal or Haram 232.000
23 Halal in Korea 40.000
24 Kawasan Halal MUI Jakarta 19.000
25 Halal Traveler 4.000
26 Halal Local 2.300
27 Kampus Manajemen Halal 1.000
28 Produk Halal MUI 2.000
29 Halal Expo Korea 8.800
30 Halal Recipes Japan 45.000
31 Kosmetik Halal 2.000
32 Global Halalal Intitute 1.800
33 Halal Food in Japan 6.000
Sumber : Data primer diolah
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 157
Lampiran 3
Postingan Dengan Interaksi Terbanyak
Sumber : Data primer diolah
Postingan Tanggal Like Komentar
Dampak Mengkonsumsi
Barang Haram
7 Januari
2019
1602 30
Popok Bayi Halal dan
Masa kadaluarsa label
halal
16 Januari 1236 214
Rum dan Essence Rhum
dinyatakan Haram oleh
MUI
12 Maret 789 52
Gambar skema produk
dari babi dan produk
turunannya.
28 Maret 2650 150
Berbagai macam Nama
lain / Alias /Istilah
daging Babi dalam
komposisi makanan
30 Maret 4317 154
Hukum Bacon dan
penamaan bacon
1 juni 1665 107
Hukum Kopi dengan
Bahan Tambahan
9 Juli 2019 1246 57