+ All Categories
Home > Documents > Perancangan dan Implementasi Backup Link dengan Metode ...

Perancangan dan Implementasi Backup Link dengan Metode ...

Date post: 09-Feb-2022
Category:
Upload: others
View: 9 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
20
1 Perancangan dan Implementasi Backup Link dengan Metode Failover (Studi Kasus: SMA Kristen 1 Salatiga) 1) Nur Budiono, 2) Indrastanti R. Widiasari, 3) Dian W. Chandra Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia Email: 1) [email protected], 2) [email protected], 3) [email protected] Abstract The development of information technology have supported any institution can be connected to internet with easy and getting a quick source of global information and up to date. Institution that uses a single ISP line, when Internet gets a lot of requests, will create overload and down. Backup link with failover method as one solution to resolve the issue. Backup link is made to resolve the problem down connection happens at the gateway level in computer networks. Failover is the process of moving the link from link to link primary backup in case of link primary down connection. Test results showed traffic backup link of unused bandwidth at the point of maximum to avoid overload. When one internet line disconnected, the workload will be transferred automatically to the active line. Keywords : Failover, Backup Link, Linux Networking, Multiple Internet, Cluster Abstrak Perkembangan teknologi informasi telah mendukung setiap lembaga dapat terhubung ke internet dengan mudah dan mendapatkan sumber informasi global yang cepat dan up to date. Lembaga yang menggunakan jalur ISP tunggal, saat jalur tersebut mendapat banyak request, akan membuat overload dan down. Backup link dengan metode failover salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Backup link diciptakan untuk mengatasi masalah down connection khususnya yang terjadi di level gateway dalam jaringan komputer. Failover merupakan proses perpindahan link dari link primary ke link secondary jika terjadi down connection pada primary link. Jika salah satu jalur internet terputus, beban kerja dialihkan secara otomatis pada jalur yang aktif. Kata Kunci: Failover, Backup Link, Linux Networking, Multiple Internet, Cluster 1. Pendahuluan Perkembangan teknologi informasi telah mendukung setiap lembaga dapat terhubung ke internet dengan mudah dan mendapatkan sumber informasi global yang cepat dan up to date. Berlangganan dengan dua atau lebih jalur koneksi ISP yang berbeda merupakan salah satu solusi yang dapat diambil untuk memenuhi kebutuhan internet yang bisa dimanfaatkan sebagai backup. Internet berperan penting di SMA Kristen 1 Salatiga sebagai media pembelajaran yang
Transcript

1

Perancangan dan Implementasi Backup Link dengan Metode

Failover

(Studi Kasus: SMA Kristen 1 Salatiga)

1) Nur Budiono,

2) Indrastanti R. Widiasari,

3) Dian W. Chandra

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia

Email: 1)

[email protected], 2) [email protected],

3) [email protected]

Abstract

The development of information technology have supported any institution can be

connected to internet with easy and getting a quick source of global information and up

to date. Institution that uses a single ISP line, when Internet gets a lot of requests, will

create overload and down. Backup link with failover method as one solution to resolve

the issue. Backup link is made to resolve the problem down connection happens at the

gateway level in computer networks. Failover is the process of moving the link from link

to link primary backup in case of link primary down connection. Test results showed

traffic backup link of unused bandwidth at the point of maximum to avoid overload. When

one internet line disconnected, the workload will be transferred automatically to the

active line.

Keywords : Failover, Backup Link, Linux Networking, Multiple Internet, Cluster

Abstrak

Perkembangan teknologi informasi telah mendukung setiap lembaga dapat

terhubung ke internet dengan mudah dan mendapatkan sumber informasi global yang

cepat dan up to date. Lembaga yang menggunakan jalur ISP tunggal, saat jalur tersebut

mendapat banyak request, akan membuat overload dan down. Backup link dengan

metode failover salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Backup link

diciptakan untuk mengatasi masalah down connection khususnya yang terjadi di level

gateway dalam jaringan komputer. Failover merupakan proses perpindahan link dari link

primary ke link secondary jika terjadi down connection pada primary link. Jika salah satu

jalur internet terputus, beban kerja dialihkan secara otomatis pada jalur yang aktif.

Kata Kunci: Failover, Backup Link, Linux Networking, Multiple Internet, Cluster

1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi telah mendukung setiap lembaga

dapat terhubung ke internet dengan mudah dan mendapatkan sumber informasi

global yang cepat dan up to date. Berlangganan dengan dua atau lebih jalur

koneksi ISP yang berbeda merupakan salah satu solusi yang dapat diambil untuk

memenuhi kebutuhan internet yang bisa dimanfaatkan sebagai backup. Internet

berperan penting di SMA Kristen 1 Salatiga sebagai media pembelajaran yang

2

mudah dijangkau dan bermanfaat untuk mencari sumber pengetahuan maupun

sumber informasi. SMA Kristen 1 Salatiga memiliki dua ISP (Internet Service

Provider) yaitu SPEEDY dengan bandwidth sebesar 512 kbps (kilo bits per

second) dan BMPNET dengan bandwidth sebesar 64 kbps (kilo bits per second).

Setiap ISP digunakan untuk jalur yang terpisah, SPEEDY digunakan untuk

koneksi internet di LAN Guru dengan jumlah 19 PC dan BMPNET untuk LAN

Siswa dengan jumlah 67 PC. Kapasitas bandwidth yang kecil mengakibatkan

akses internet pada LAN Siswa mengalami koneksi yang lambat karena traffic

internet yang padat. Sedangkan LAN Guru dalam pemakaian traffic internet yang

tidak begitu padat, dengan memiliki dua ISP dirancang dan diimplementasikan

backup link dengan metode failover. Kedua jalur dapat dimanfaatkan untuk saling

mem-backup pada saat mengalami down atau kegagalan koneksi.

2. Tinjauan Pustaka

Backup link sangat diperlukan dalam suatu network yang cukup besar,

untuk menghindari kemungkinan terjadi link yang dapat mengalami down

connection. Jika tidak disiapkan sebuah sistem backup link yang baik, saat terjadi

down connection akan menyebabkan kegagalan koneksi. Dalam kondisi tertentu

link backup tidak bisa digunakan dalam waktu yang bersamaan saat link primary

mengalami gangguan, yang tergantung dari konfigurasi awal. Proses perpindahan

dari link primary ke backup link biasa disebut dengan istilah failover [1].

Manfaat dari backup link untuk meningkatkan koneksi jaringan jika

mengalami kegagalan link primary. Dengan kondisi link yang berbeda

memungkinkan efek dari backup link yang berbeda seperti mampu beroperasi

dalam dua kondisi ketika kegagalan link utama, link backup akan mengambil alih

dan backup link akan menyediakan kapasitas bandwidth tambahan [2].

Gambar 1 Skema Backup Failover [3]

Failover adalah proses terjadi perpindahan link dari link primary ke link

backup (secondary) jika terjadi kegagalan sebuah link, dimana jika kondisi link

pada suatu jaringan terputus, maka link akan diarahkan ke jalur yang actif secara

otomatis. Failover tersedia pada perangkat keras atau perangkat lunak sehingga

ketika link utama gagal, link kedua akan mem-backup supaya aplikasi dan

sumber daya yang ada tetap berjalan. Sebuah pengaturan perangkat keras ke

failover membutuhkan sepasang link atau lebih link yang berfungsi sama. Dalam

3

sebuah jaringan, failover dapat dikonfigurasi ke dalam dua macam cara yaitu

active-standby failover dan active-active failover.

Dalam konfigurasi active/standby failover satu link akan tetap bekerja, link

yang lain hanya standby atau menunggu, jika link utama gagal maka link lain siap

untuk mengambil alih. Perbedaan yang paling mendasar dengan sebuah

active/active failover bahwa dalam kondisi normal yaitu semua link akan dalam

kondis active. Salah satu perbedaan adalah bahwa kedua link dalam sebuah

active/active failover semua link akan bekerja. Kedua link juga memantau satu sama lain, jika terjadi gagal link maka lain mengambil alih jalur atau aplikasi dari

link gagal. Dengan active/active failover, kedua unit dapat melewati lalu lintas

jaringan yang sama dengan mengkonfigurasi pada jaringan tersebut [4].

Suatu jaringan pribadi (private) agar terhubung dengan jaringan public

(internet), sehingga perlu ditranslasi antara alamat jaringan private ke jaringan

public dan sebaliknya alamat jaringan public ke private. Proses translasi

dilakukan oleh firewall sebagai pengatur paket keluar dan masuk jaringan.

Transalasi dapat terjadi berupa translasi satu ke satu (one to one) yang mana satu

alamat private ditransalasi ke satu alamat public, serta transalasi berupa banyak ke

satu (many to one) yang mana beberapa alamat jaringan private dipetakan ke satu

alamat IP public. Firewall dirancang untuk mengendalikan aliran paket

berdasarkan sumber-tujuan (source-destination), port dan informasi paket yang

terdapat pada masing-masing paket. Firewall berisi daftar aturan yang digunakan

untuk menentukan keputusan paket data yang datang atau pergi dari firewall dan

parameter tertentu. Salah satu perangkat lunak yang banyak digunakan untuk

keperluan proses firewall adalah iptables.

Iptables adalah sebuah program untuk filter paket dan NAT (Network

Address Transaltion). Fungsi dari IP tables untuk mengatur paket data yang akan

masuk atau keluar dari jaringan privat ke jaringan public dan jaringan public ke

jaringan privat. Untuk menjalankan fungsinya, iptables dilengkapi dengan tabel

mangel, NAT, dan filter. Tabel ini akan diperiksa ketika paket yang membuat

koneksi ditemukan. Tabel ini mangandung tiga rantai yaitu PREROUTING

(mengubah paket yang datang atau masuk), OUTPUT mengubah paket yang

dihasilkan proses local sebelum paket dirouting) dan POSTROUTING (untuk

megubah paket yang keluar meninggalkan firewall). Ada dua tipe nat yaitu DNAT

(Destination Network Address Translation) dan SNAT (Source Network Address

Transaltion).

DNAT digunakan untuk mengubah alamat tujuan paket. Proses yang

melibatkan DNAT selalu dikerjakan pada PREROUTING (sebelum routing) yaitu

pada saat paket pertama kali datang. Proses yang meilbatkan DNAT antara port

forwarding, load sharing dan transparent proxying. SNAT digunakan untuk

mengubah asal alamat paket. Proses yang melibatkan SNAT selalu dikerjakan

pada POSTROUTING (setelah routing) sebelum paket keluar. Salah satu proses

yang melibatkan SNAT adalah masquerading.

Kemampuan yang dimiliki firewall adalah kemampuan untuk melakukan

forward alamat IP dari antarmuka eth0 menuju antarmuka eth1 dan sebaliknya

antarmuka eth1 menuju antarmuka eth0. Dengan member nilai 1 pada parameter

ip_forward dengan perintah echo “1” > /proc/sys/net/ipv4/ip_forward. Gambar 2

4

merupakan firewall yang mempunyai dua antarmuka. Firewall berhubungan

dengan jaringan internet melalui antarmuka eth0 dan berhubungan dengan

jaringan private melalui antarmuka eth1 [5].

Gambar 2 Skema Firewall Dalam Jaringan [5]

Pada topologi star, semua perangkat yang ada di dalam jaringan tidak

terhubung secara langsung (peer to peer) namun harus melalui perangkat pusa

kendali yang dapat berupa switch atau HUB. Pada topologi star, koneksi yang

terganggu antara suatu node dan hub tidak mempengaruhi jaringan. Jika hub

terganggu (rusak) maka semua node yang di hubungkan ke hub tersebut tidak

dapat saling berkomunikasi. Node adalah Titik suatu koneksi atau sambungan

dalam jaringan, sedangkan hub berfungsi untuk menerima sinyal-sinyal dan

meneruskan kesemua komputer yang terhubung dengan hub. Jika satu komputer

ingin mengirimkan data ke komputer lainnya maka data tersebut dikirimkan ke

switch terlebih dahulu, yang kemudian meneruskannya ke komputer tujuan [9].

Gambar 3 Topologi Star

3. Analisis Kebutuhan dan Perancangan Sistem

Perancangan backup link dengan metode failover dipakai metode

penelitian life cycle. Life cycle merupakan proses untuk membangun sebuah

model dari sebuah sistem berdasar pada kebutuhan user. Setiap phase dalam life

cycle pada pengembangan jaringan, dibutuhkan pada setiap bagian dengan

kesesuaian bisnis dan kebutuhan teknis dari setiap institusi untuk memenuhi

kebutuhan utama pada sebuah institusi atau lembaga [10].

5

Gambar 4 Metode Life Cycle

Tahap prepare dilakukan analisis terhadap kebutuhan user di SMA

Kristen 1 Salatiga. Perencanaan (plan) infrastruktur IT (hardware, software) yang

berjalan dan digunakan di SMA Kristen 1. Tahap design yang harus

memperhatikan masalah performance agar sistem yang baru harus lebih baik dari

sistem yang lama di SMA Kristen 1 Salatiga. Analisis terhadap sistem yang lama

dapat membantu untuk mengetahui secara menyeluruh permasalah dan strategi

pengembangan ke depan dari sistem yang dikerjakan. Implementasi dari

perancangan sistem dilakukan instalasi, konfigurasi, dan integrasi sistem.

Melakukan pengawasan terhadap pengoperasian backup link dengan metode

failover sebagai tahapan perbaikan. Sebuah masukan pada saat implement dan

operate akan bermanfaat pada optimize untuk melakukan redesign,

reconfiguration dan perubahan yang perlu dilakukan tanpa merubah kebutuhan

awal dari tujuan project tersebut.

Gambar 5 Sistem Jaringan yang Sudah Ada

6

Gambar 5 merupakan jaringan internet yang lama tanpa menggunakan

backup link. Topologi yang dipakai untuk membangun sistem yang lama di SMA

Kristen 1 Salatiga adalah topologi star. Berdasarkan sistem yang sudah ada di

SMA Kristen 1 Salatiga menggunakan dua jalur ISP, yaitu SPEEDY sebesar 512

kbps dan BMPNET 64 kbps. Kedua jaringan Internet ini digunakan untuk

jaringan LAN yang terpisah, SPEEDY ke LAN Guru dan BMPNET ke LAN

Siswa. Untuk jaringan LAN Siswa menggunakan PC Router Mikrotik yang masih

satu paket sewa dengan BMPNET.

Gambar 6 Sistem Jaringan dengan Backup Link

Gambar 6 menunjukkan kondisi jaringan yang dimiliki oleh SMA Kristen

1 Salatiga telah menggunakan teknologi backup link dengan metode failover. PC

Router terdapat empat network interface card yaitu eth0 yang terhubung dengan

jaringan LAN Guru, eth3 yang terhubung dengan LAN Siswa, eth1 yang

terhubung dengan ISP pertama (SPEEDY) dan eth2 yang terhubung dengan ISP

kedua (BMPNET). Metode yang digunakan untuk backup link dengan metode

failover dengan tipe active-active.

Gambar 7 merupakan rancangan backup link dengan kedua gateway

dalam kondisi active, dengan SPEEDY sebagai primary gateway akan melayani

akses internet pada LAN Guru dan hanya mem-backup akses internet ke LAN

Siswa saat gateway BMPNET mengalami gangguan. Untuk secondary gateway

yaitu BMPNET akan mem-backup akses internet ke LAN Siswa dan akan

melayani akses internet ke LAN Siswa saat gateway SPEEDY mengalami

gangguan. Dengan kondisi gateway secondary bekerja dan tidak menunggu

sampai gateway utama down connection atau failed.

7

Gambar 7 Active/active Failover dengan Dua Gateway Aktif

Gambar 8 Active/Active Failover dengan SPEEDY Down

Gambar 8 terdapat ISP SPEEDY dan BMPNET menghubungkan dua

LAN yaitu Guru dan Siswa melalui PC router. Pada saat SPEEDY mengalami

kegagalan koneksi atau down connection, maka BMPNET mem-backup akses ke

internet mengambil alih akses internet dari LAN Siswa dan Guru. BMPNET

hanya akan melayani akses internet di LAN Guru pada saat kondisi SPEEDY

mengalami down connection. Dengan kondisi down digambarkan dengan garis

putus-putus, sedangkan untuk kondisi up/active dengan garis tanpa putus-putus.

Semua koneksi dari LAN Guru dan Siswa akan melalui BMPNET sampai

SPEEDY sudah up/active kembali, maka akan kembali pada kondisi normal.

8

Gambar 9 Active/Active Failover dengan BMPNET Down

Gambar 9 terdapat ISP SPEEDY dan BMPNET menghubungkan dua

LAN yaitu Guru dan Siswa melalui PC router. Pada saat BMPNET mengalami

kegagalan koneksi atau down connection, maka SPEEDY akan mem-backup

akses ke internet mengambil alih beban kerja dari LAN Siswa dan Guru.

SPEEDY hanya akan melayani akses internet di LAN Siswa pada saat kondisi

BMPNET mengalami down connection. Dengan kondisi down connection

digambarkan dengan garis putus-putus, sedangkan untuk kondisi up/active

dengan garis tanpa putus-putus. Semua koneksi dari LAN Guru dan Siswa akan

melalui SPEEDY sampai BMPNET sudah up/active kembali, maka akan kembali

pada kondisi normal.

4. Hasil dan Analisis

Hasil implementasi pada router meliputi pengaturan routing table, rules

forward, IP address, IP tables atau NAT, IP routing, default gateway dan

pengaturan failover. Router terhubung dengan dua jalur jaringan internet yang

berasal dari SPEEDY dan BMPNET. Untuk LAN ada dua yaitu jaringan LAN

Guru dan jaringan LAN Siswa yang masing-masing dengan IP address yang

berbeda.

Gambar 10 terlihat kondisi jaringan pada jalur ISP 1 yaitu SPEEDY

dengan kapasitas 53 KB/s terpakai dari LAN Guru sebesar 9.42 KB/s. Tabel 1

menunjukkan traffic pada jalur SPEEDY sebelum menggunkan router pada

jaringan LAN Guru. Traffic yang ada pada LAN Guru bisa digunakan untuk

backup pada LAN Siswa saat mengalami down connection. Pengambilan data

dilakukan berulang kali untuk mengetahui kapasitas pemakaian traffic internet.

Pada saat pengambilan data jumlah user yang sedang menggunakan sebanyak 10

user. Dari Tabel 1 dapat merupakan hasil dari pengambilan data pada jalur

SPEEDY sebelum menggunakan backup link dengan metode failover. Top speed

(maximum received) pada kolom pertama kondisi traffic bandwidth tertinggi.

9

Gambar 10 Kondisi Traffic Pada ISP SPEEDY

Tabel 1 Traffic pada ISP SPEEDY

Top SPEEDY

KB/s

RX (Receive)

KB/s

TX(Transmit)

Packets/s

53.25 9.42 28

13.89 4.75 15

24.77 1.0 3

59.16 16.98 51

64.98 2.39 4

64.98 2.43 3

64.98 2.22 2

7.55 2.90 5

7.55 2.94 2

64.98 1.5 8

13.89 3.49 5

53.25 9.24 28

53.25 33.91 20

59.22 16.98 12

59.22 59.22 171

59.22 19.06 81

59.22 19.14 60

9.67 7.20 13

9.60 6.96 10

9.60 5.53 7

Rata-rata TS :

39.91 KB/s

Rata-rata RX :

11.36 KB/s

Rata-rata TX :

17 Packets/s

10

Sedangkan kondisi jalur ISP BMPNET dengan kapasitas 24.07 KB/s

hanya terdeteksi dari LAN Siswa sebesar 24.7 KB/s yang dapat dilihat pada

Gambar 11. Dengan kapasitas traffic yang kecil maka pada jaringan LAN Siswa

akan mendapatkan akses internet yang lambat. Tabel 2 data dari traffic yang ada

menggunakan jalur BMPNET sebelum menggunakan backup link. Top

Pengambilan data dilakukan berulang kali untuk mengetahui kapasitas pemakaian

traffic internet. Pada saat pengambilan data jumlah user yang sedang

menggunakan sebanyak 10 user. Tabel 2 terlihat kolom top speed (maximum

received) merupakan traffic bandwidth tertinggi yang pada saat tertentu bisa

berubah-ubah. Untuk kolom RX (received) atau penerimaan paket data dan TX

(Transmit) atau pengiriman paket data.

Gambar 11 Kondisi Traffic pada ISP BMPNET

Table 2 Traffic pada ISP BMPNET

Top BMPNET

KB/s

RX

KB/s

TX

Packets/s

21.23 1.0 3

4.40 1.31 16

7.31 1.41 7

24.07 24.07 29

16.85 1.08 10

21.23 0 2

21.23 1.3 16

4.40 1.3 1

7.31 6.44 7

32.81 7.10 21

127.72 101.62 253

129.48 81.55 203

109.16 21.18 36

109.16 23.97 45

11

17.86 4.56 10

17.86 5.06 13

108.12 4.02 7

108.12 7.22 5

108.10 76.22 30

10.15 5.64 2

Rata-rata TS :

40.52 KB/s

Rata-rata RX :

15.34 KB/s

Rata-rata TX :

34 Packets/s

Kode Program 1 merupakan setting untuk IP address pada file

/etc/network/interface untuk menentukan masing-masing alamat pada NIC

(Network Interface Card) secara static pada router sistem operasi Linux Ubuntu

Server 9.10. Untuk interface eth0 adalah dengan IP address 192.168.10.1

terhubung dengan LAN Guru, interface eth1 dengan IP address 192.168.1.2

terhubung dengan internet SPEEDY, NIC dengan IP address 192.168.2.2

terhubung dengan internet BMPNET dan NIC eth3 dengan IP address

192.168.20.1 terhubung dengan LAN Siswa.

Kode Program 1 Network Interface

1. # The loopback network interface

2. auto lo

3. iface lo inet loopback

4. # Interface ke LAN Guru

5. auto eth0

6. iface eth0 inet static

7. address 192.168.10.1

8. netmask 255.255.255.0

9. network 192.168.10.0

10. # Interface ke ISP - SPEEDY 11. auto eth1 12. iface eth1 inet static 13. address 192.168.1.2 14. netmask 255.255.255.0 15. network 192.168.1.0 16. # Interface ke ISP - BMPNET 17. auto eth2 18. iface eth2 inet static 19. address 192.168.2.2 20. netmask 255.255.255.0 21. network 192.168.2.0 22. # Interface ke LAN Siswa 23. auto eth3 24. iface eth3 inet static 25. address 192.168.20.1 26. netmask 255.255.255.0 27. network 192.168.20.0

Kode Program 2 berfungsi untuk mendefinisikan routing table baru yaitu

SPEEDY dan BMPNET pada file /etc/iproute2/rt_tables. Dua routing table utama

yang umum digunakan adalah local dan main. Nomor routing tables yang

ditentukan dalam urutan yang bisa tetapkan dengan rute yang tepat. Kode

Program 2 ada penambahan routing table yaitu SPEEDY dengan nomor tabel

routing 201 dan BMPNET dengan nomor tabel routing 202. Untuk pemakaian

12

angka pada routing table bebas, tetapi tidak memakai angka 0, 253, 254, dan 255,

karena telah dipakai routing tables utama yaitu local, main dan default.

Kode Program 2 Routing Tables

1. # reserved values 2. # 3. 255 local 4. 254 main 5. 253 default 6. 0 unspec 7. # local 8. # 9. #1 inr.ruhep 10. 201 SPEEDY

11. 202 BMPNET

Kode Program 3 berguna untuk mengaktifkan rules forward (IP

Forwarding) agar sistem Linux dapat berperan sebagai sebuah router atau

gateway. IP Forwarding mengatur atau mengijinkan paket data yang melintasi

router dari arah local ke internet internet ke local. IP forward banyak dipakai

untuk mengatur koneksi internet berdasarkan port, mac address dan alamat IP.

Mengaktifkan parameter packet forwarding pada file /etc/sysctl.conf, dengan

mengubah #net.ipv4.ip_forward=0 menjadi net.ipv4.ip_forward=1.

Kode Program 3 IP Forwarding

1. # Uncomment the next line to enable packet forwarding # for IPv4 2. net.ipv4.ip_forward=1

Kode Program 4 IP Tables

1. ## NAT ke SPEEDY - interface eth1 2. iptables -A POSTROUTING -t nat -s 192.168.10.0/24 -o eth1 -j SNAT --to-

source 192.168.1.2

3. ## NAT ke BMPNET - Interface eth2 4. iptables -A POSTROUTING -t nat -s 192.168.10.0/24 -o eth2 -j SNAT --to-

source 192.168.2.2

5. ## NAT ke SPEEDY - interface eth1 6. iptables -A POSTROUTING -t nat -s 192.168.20.0/24 -o eth1 -j SNAT --to-

source 192.168.1.2

7. ## NAT ke BMPNET - Interface eth2 8. iptables -A POSTROUTING -t nat -s 192.168.20.0/24 -o eth2 -j SNAT --to-

source 192.168.2.2

Kode Program 4 berfungsi untuk melakukan perubahan alamat asal dari

paket (Source Network Address Translation). Perintah nomor kedua Kode

Program 4 adalah setelah terjadi routing, paket yang akan dikirim melalui

antarmuka eth1 yang berasal dari jaringan 192.168.10.0/24 akan mengalami

proses SNAT (Source Network Address Translation) menjadi alamat IP asal

192.168.1.2. Nomor keempat setelah terjadi proses routing, paket yang akan

dikirim melalui antarmuka eth2 yang berasal dari jaringan 192.168.10.0/24 akan

mengalami proses SNAT menjadi alamat IP asal 192.168.2.2. Nomor keenam

setelah terjadi proses routing, paket yang akan dikirim melalui antarmuka eth1

yang berasal dari jaringan 192.168.20.0/24 akan mengalami SNAT menjadi

13

alamat IP asal 192.168.1.2. Nomor terahir setelah terjadi proses routing, paket

yang akan dikirim melalui antarmuka eth2 yang berasal dari jaringan

192.168.20.0/24 akan mengalami SNAT menjadi alamat IP asal 192.168.2.2.

Kode Program 5 merupakan IP routing untuk menentukan jalan rute IP

address dalam jaringan internet dan LAN. IP routing menggunakan routing tables

untuk mengarahkan penyampaian paket data dari sumber ke tujuan dengan

melalui perantara router. Setting ip routing untuk terdapat pada file

/etc/network/interface yang tersimpan dengan IP address router. Baris pertama

Kode Program 5 adalah menambahkan route alamat jaringan 192.168.1.0/24 pada

interface eth1 dengan alamat IP 192.168.1.2 ke tabel SPEEDY. Nomor kedua

merupakan penambahan routing default pada interface eth1 dengan IP

192.168.1.1 ke tabel SPEEDY. Baris ketiga untuk menambahkan rule atau aturan

routing ke tabel SPEEDY.

Kode Program 5 IP Routing

1. up ip route add 192.168.1.0/24 dev eth1 src 192.168.1.2 table SPEEDY 2. up ip route add default via 192.168.1.1 table SPEEDY 3. up ip rule add from 192.168.1.2 table SPEEDY 4. #============================================ 5. up ip route add 192.168.2.0/24 dev eth2 src 192.168.2.2 table BMPNET 6. up ip route add default via 192.168.2.1 table BMPNET 7. up ip rule add from 192.168.2.2 table BMPNET

Dalam jaringan komputer, backup link lebih mengarah kepada kombinasi

beberapa antarmuka ethernet ke dalam satu jalur sehingga dapat dipasang secara

bersamaan dengan menghasilkan koneksi yang lebih cepat. Kode Program 6

merupakan route default gateway untuk backup link dengan dua gateway. Jalur

untuk backup link diatur dengan menambahkan script pada file

/etc/network/interface yang berfungsi untuk menentukan gateway yang dipakai,

weight dan NIC (Network Interface Card) yang dilalui jalur data LAN dengan IP

address 192.168.10.0/24 dan 192.168.20.0/24. Untuk interface eth1 dengan IP

address 192.168.1.2 dan eth2 dengan IP address 192.168.2.2

Kode Program 6 Default Gateway

1. up ip route replace default scope global nexthop via 192.168.1.1 dev eth1 weight 4 nexthop via 192.168.2.1 dev eth2 weight 2

Domain Name System (DNS) merupakan salah satu jenis system yang

melayani permintaan pemetaan IP address, agar lebih mudah diingat oleh manusia

dari pada mengingat sebuah IP address. Untuk mengantisipasi jika terjadi

kegagalan pada DNS pada masing-masing ISP. File /etc/resolv.conf yang berfungsi untuk melakukan resolv ke sebuah DNS. DNS yang digunakan adalah

IP OpenDNS (DNS Global) yaitu 208.67.222.222 dan 208.67.220.220, karena

pada server tidak dipasang sebuah DNS Server.

Kode Program 7 Resolv.conf

1. nameserver 208.67.222.222 2. nameserver 208.67.220.220

14

Failover dibuat atau dikonfigurasi agar secara otomatis mengecek apakah

ada koneksi internet SPEEDY yang mati atau down connection, jika down akan

diganti ke BMPNET, dan jika BMPNET down akan dialihkan ke SPEEDY.

Untuk ini memerlukan script yang dijalankan saat startup atau booting.Untuk

mengeksekusi script failover digunakan perintah nohup /sbin/failover & yang

diletakkan pada file rc.local agar pada saat booting dapat langsung dieksekusi.

Kode Program 8 pada nomor dua terlihat interval pengecekan (SLEEPTIME)

sebesar 100 detik dengan tujuan ping www.google.com. Untuk nomor empat dan

lima merupakan inialisasi terhadap network interface card (NIC) eth1 dan eth2.

Kemudian pada nomor enam dan sembilan merupakan inialisasi IP address dan IP

gateway dari SPEEDY dan BMPNET. Pada kondisi nilai dari $LLS1 –eq 1 &&

$LLS2 –eq 0 menunjukkan kondisi bahwa gateway dari SPEEDY (NAME1)

dalam kondisi down dan dialihkan ke routing gateway kedua yaitu ke gateway

BMPNET (NAME2). Untuk yang berikutnya gateway dari BMPNET down dan

dialihkan ke routing gateway SPEEDY kondisi seperti kode program $LLS1 –eq 0

&& $LLS2 –eq 1. Untuk kondisi yang terakhir bahwa $LLS1 –eq 0 && $LLS2 –

eq 0 berarti kedua gateway sama-sama aktif jadi routing diarahkan ke dua

gateway. Pada saat kondisi bernilai 1 berarti gateway sedang down dan kondisi

bernilai 0 berarti gateway sedang up.

Kode Program 8 Failover

1. SLEEPTIME=100

2. TESTIP=www.google.com

3. TIMEOUT=2

4. EXTIF1=eth1

5. EXTIF2=eth2

6. GW1=192.168.1.1

7. GW2=192.168.2.1

8. ISP1=SPEEDY

9. ISP2=BMPNET

10. . . .

11. if [[ $LLS1 -eq 1 && $LLS2 -eq 0 ]]; then

12. echo Switching to $ISP2

13. ip route replace default scope global via $GW2 dev $EXTIF2

14. elif [[ $LLS1 -eq 0 && $LLS2 -eq 1 ]]; then

15. echo Switching to $ISP1

16. ip route replace default scope global via $GW1 dev $EXTIF1

17. elif [[ $LLS1 -eq 0 && $LLS2 -eq 0 ]]; then

18. echo Restoring default gateway

19. ip route replace default scope global nexthop via $GW1 dev $EXTIF1 weight

$W1 nexthop via $GW2 dev $EXTIF2 weight $W2

20. fi

21. fi

22. sleep $SLEEPTIME

23. done

Gambar 12 dan Gambar 13 merupakan pengujian yang dilakukan dengan

menggunakan website yang dapat mendeteksi alamat IP Public untuk mengetahui

IP Public yang di pakai masing-masing LAN. Website yang dipakai adalah

http://www.ipchicken.com, menggunakan website ini akan terlihat alamat IP dari

kedua ISP. Dari Gambar 12 dan 13 terlihat bahwa IP Public-nya adalah

125.163.135.240 (SPEEDY) dan 114.30.80.165 (BMPNET).

15

Gambar 12 Cek IP Public di LAN Guru

Gambar 13 Cek IP Public di LAN Siswa

Pengujian selanjutnya dengan memasang kedua internet untuk melihat

masing-masing default gateway aktif atau down. Gambar 14 menampilkan routing

table dengan perintah ip route show terlihat default gateway dalam kondisi aktif

yaitu 192.168.1.1 (SPEEDY) via eth1 dan 192.168.2.1 (BMPNET) via eth2, yang

berarti kedua gateway kondisi aktif. Dalam kondisi failover active/active masing-

masing gateway akan melayani LAN Guru dan LAN Siswa, SPEEDY melayani

akses internet ke LAN Guru dan BMPNET ke LAN Siswa. Output tersebut

memberikan informasi tentang informasi IP jaringan yang terhubung dengan

router.

Gambar 14 IP Route Saat Dua Gateway Aktif

Pengujian dilakukan dengan melepas kabel internet SPEEDY untuk

membuat down connection. Gambar 15 menampilkan table routing dengan

perintah ip route show terlihat default gateway dalam kondisi aktif adalah IP

16

gateway 192.168.2.1 (BMPNET) pada eth2, hanya pada kondisi tersebut

BMPNET akan melayani LAN Guru. IP gateway 192.168.2.1 mengambil alih

beban kerja (workload) dari eth1 karena gateway 192.168.1.1 mengalami

gangguan atau sedang down.

Gambar 15 IP Route Saat SPEEDY Down

Pengujian dilakukan dengan melepas kabel internet BMPNET untuk

membuat down connection untuk melihat gateway yang aktif. Gambar 16

menampilkan table routing dengan perintah ip route terlihat default gateway

yang sedang dalam kondisi aktif adalah IP gateway 192.168.1.1 (SPEEDY)

melalui eth1, hanya pada kondisi tersebut SPEEDY akan melayani LAN Siswa

yang mengambil alih beban kerja dari eth2 karena gateway 192.168.2.1 melalui

eth2 yaitu IP gateway dari BMPNET mengalami gangguan atau sedang down.

Gambar 16 Gambar IP Route Saat BMPNET Down

Gambar 17 merupakan pengujian dengan download sebuah file dengan

ekstensi iso dengan menggunkan internet download manager. Pengujian

dilakukan dengan memutuskan koneksi internet dari BMPNET ke LAN Siswa

saat download file tersebut. Saat koneksi internet terputus maka proses download

akan terhenti, terlihat pada Gambar 17 terjadi disconnect yang tidak ada respon

dari server file tersebut.

Gambar 17 Memutus Internet BMPNET Saat Download File

17

Gambar 18 terlihat bahwa proses download kembali berlangsung karena

telah dibackup oleh SPEEDY. File yang telah didownload dengan menggunakan

internet download manager walaupun koneksi internet terputus proses download

akan berlangsung kembali, karena memiliki fitur segmentasi yang membagi file

yang didonwload menjadi beberapa bagian terpisah untuk disatukan kembali saat

proses download selesai.

Gambar 18 Download File Saat di Backup SPEEDY

Gambar 19 merupakan pengujian dengan download sebuah file dengan

ekstensi iso dengan menggunkan dengan menggunakan fitur download pada browser Mozilla Firefox. Pengujian dilakukan dengan memutuskan koneksi

internet dari SPEEDY ke LAN Guru saat proses download file tersebut. Saat

koneksi internet terputus maka proses download akan terhenti, terlihat pada

Gambar 17 terjadi kesalahan download yang tidak ada respon dari server file

tersebut. Berbeda dengan internet download manager yang memiliki fitur

segmentasi, yang memungkin memisah file download ke beberapa bagian.

Gambar 19 Memutus Internet SPEEDY Saat Download File

Gambar 20 menunjukkan eth0 terlihat dengan IP address 192.168.10.1

mendapatkan top speed 109.53 KB/s. Dalam kondisi top speed tersebut, eth0

(LAN Guru) menerima (RX) traffic internet sebesar 90.45 KB/s. Pada eth3

dengan IP address 192.168.20.1 top speed sebesar 91.19 KB/s menerima traffic

sebesar 88.88 KB/s.

18

Gambar 20 Traffic Dengan Dua Jalur aktif

Tabel 3 Traffic eth0 (192.168.10.1) dan Traffic eth3 (192.168.20.1)

Traffic eth0 (192.168.10.1) Traffic eth3 (192.168.20.1)

Top Speed RX TX Top Speed RX TX

109.53 90.45 372 91.19 88.88 387

109.53 64.11 279 129.83 66.10 285

109.53 62.36 281 129.83 61.67 279

140.81 59.33 256 129.83 62.30 278

140.81 51.65 257 129.83 6.21 10

56.11 40.17 181 30.24 10.31 20

90.76 80.51 383 90.76 80.51 383

54.26 40.28 258 11.83 4.50 6

50.90 42.30 203 16.33 3.27 113

94.84 35.84 170 170.85 85.41 395

86.45 84.22 384 84.83 77.77 378

86.91 45.52 219 180.62 82.81 384

94.84 35.84 170 16.33 3.27 13

54.26 40.28 189 170.85 85.41 295

67.57 47.87 233 85.75 77.56 376

107.24 34.14 165 164.26 8.62 382

19

189.51 105.49 451 164.26 88.80 411

50.90 42.30 203 84.83 77.77 378

86.91 45.32 219 180.60 82.81 384

67.57 47.87 233 81.23 81.23 378

Rata-rata

TS : 92.46

Rat-rata

RX: 54.79

Rata-rata

TX : 250

Rata-rata

TS: 107.20

Rata-rata

TX : 56.76

Rata-rata

TX : 276

5. Simpulan

Hasil implementasi mengenai backup link dengan metode failover berbasis

Linux Ubuntu 9.10 maka dapat diambil kesimpulan, dengan menggunakan dua

jalur ISP yang berbeda saat terjadi down connection pada salah satu gateway

maka gateway yang lain akan mem-backup koneksi internet dan menghindari dan

meminimalkan kegagalan koneksi internet. Menggunakan internet download

manager bila terjadi kegagalan koneksi internet, proses download akan terus

berlangsung walaupun dibackup dengan provider internet yang berbeda. Berbeda

dengan menggunakan download di browser saat koneksi internet yang dipakai

putus, maka proses download akan gagal walaupun ada backup koneksi internet.

6. Pustaka

[1] Lestari, Wahyu. 2011.

http://repository.politekniktelkom.ac.id/Publikasi%20Penelitian/KNIP%20

2011%20Politeknik%20Telkom/P69.pdf, Prosiding Konferensi Nasional

ICT-M Politeknik Telkom (KNIP) 2011. (diakses tanggal 10 Maret 2011).

[2] Ismail, Mohd Nazri. 2010. A new approach for broadband backup link to

internet in campus network environment.

http://gesj.internetacademy.org.ge/download.php?id=1667.pdf&t=1,

GESJ: Computer Science and Telecommunications 2010|No.3(26)

(diakses 10 Maret 2011).

[3] http://failoverinternet.com/images/backup.gif (diakses 10 Maret 2011).

[4] Cisco. 2008. Cisco Security Appliance Command Line Configuration

Guide.

http://www.cisco.com/en/US/docs/security/asa/asa72/configuration/guide/

asacfg72.pdf (diakses 10 Maret 2011)

[5] Wagito. 2005. Jaringan Komputer. Teori dan Implementasi Berbasis

Linux. Yogyakarta : GAVA MEDIA.

[6] Fafiudin, Rahmat. 2006. IP Routing dan FIREWALL dalam Linux.

Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET.

[7] Fafiudin, Rahmat. 2006. IP Routing dan FIREWALL dalam Linux.

Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET.

[8] Ardiantoro, Diding. 2003. http://www.ilmukomputer.org/wp-

content/uploads/2006/08/diding-dns.zip (diakses 7 Mei 2011)

[9] http://abdurrahim.web.id/topologi/index.html (diakses 8 Mei 2011)

20

[10] Cisco. 2005. Creating Business Value And Operational Excellence With

The Cisco Systems Lifecycle Services Approach.

http://www.cisco.com/warp/public/437/services/lifecycle/LifecycleService

sWhitePaper.pdf (diakses 10 Maret 2011).

[11] Hubert , Bert. 2003. Linux Advanced Routing & Traffic Control HOWTO.

http://www.lugmen.org.ar/~boris/wireless/linux.advanced.routing.and.traff

ic.control.pdf (diakses 7 Mei 2011).

[12] Jayaswal, Kailash. 2006. Administering Data Centers: Servers, Storage,

and Voice over IP. http://ebookee.org/Administering-Data-Centers-

Servers-Storage- and-Voice-over-IP-Repost-_341801.html (diakses 3

Maret 2011).

[13] Hubert , Bert. 2003. Linux Advanced Routing & Traffic Control HOWTO.

http://www.lugmen.org.ar/~boris/wireless/linux.advanced.routing.and.traff

ic.control.pdf (diakses 7 Mei 2011).


Recommended