+ All Categories
Home > Documents > PERBANDINGAN RESPON KLINIK NIKARDIPIN DENGAN … · dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD),...

PERBANDINGAN RESPON KLINIK NIKARDIPIN DENGAN … · dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD),...

Date post: 17-May-2019
Category:
Upload: hoangtuyen
View: 228 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
6
Volume 5 Nomor 3 September 2015 172 PERBANDINGAN RESPON KLINIK NIKARDIPIN DENGAN DILTIAZEM PADA HIPERTENSI EMERGENSI COMPARISON OF CLINICAL RESPONSE BETWEEN NICARDIPINE AND DILTIAZEM IN HYPERTENSIVE EMERGENCIES Poppy Diah Palupi 1) , Fita Rahmawati 2) dan Probosuseno 3) 1) Akademi Farmasi Nusaputera, Semarang 2) Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 3) RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta ABSTRAK Hipertensi emergensi merupakan suatu kedaruratan medik dan memerlukan tindakan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Secara umum, obat antihipertensi yang digunakan pada pasien hipertensi emergensi diberikan secara parenteral. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon klinik nikardipin dengan diltiazem intravena dalam menurunkan tekanan darah, mean arterial pressure, dan denyut jantung pada pasien hipertensi emergensi. Penelitian merupakan penelitian analitik dengan rancangan retrospective cohort study. Data diambil dari rekam medik pasien hipertensi emergensi yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Intensive Care Unit (ICU), maupun bangsal rawat inap selama periode Januari sampai Desember 2014 di RSUD Kota Semarang. Jumlah subjek penelitian sebanyak 117 pasien, terdiri dari 66 pasien kelompok nikardipin dan 51 pasien kelompok diltiazem. Nikardipin dapat menurunkan mean arterial pressure (MAP) sebesar 14,45%, sedangkan diltiazem sebesar 12,20%. Nikardipin menurunkan tekanan darah sistolik 17,69%, sedangkan diltiazem sebesar 17,63%. Nikardipin menurunkan tekanan darah diastolik 21,56% dan denyut jantung sebesar 1,74%, sedangkan diltiazem menurunkan tekanan darah sebesar 20,30% dan denyut jantung sebesar 7,83%. Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam menurunkan tekanan darah dan MAP antara nikardipin dan diltiazem. Namun, terdapat perbedaan signifikan dalam menurunkan denyut jantung antara nikardipin dan diltiazem. Kata kunci : hipertensi emergensi, tekanan darah, nikardipin, diltiazem ABSTRACT Hypertensive emergency is a medical emergency and requires management to save the patients. In general, the antihypertensive drugs used in patients with hypertensive emergencies is administered parenterally. The purpose of this study was to determine the clinical response of intravenous nicardipine and diltiazem in reducing blood pressure, mean arterial pressure, and heart rate in patient with hypertensive emergencies. Study was conducted using retrospective cohort design. The data were taken from medical record of hypertensive emergencies patient in Emergency Room (ER), Intensive Care Unit (ICU), and wards from January to December 2014 at General Hospital of Semarang. The subject of this study were 117 patients, consisting of 66 patients treated with nicardipine and 51 patients treated with diltiazem . Nicardipine decreased the mean arterial pressure (MAP) 14,45%, while diltiazem decreased 12,20%. Nicardipine reduced systolic blood pressure 17.69%, while diltiazem reduced 17.63 %. Nicardipine reduced diastolic blood pressure 21.56% and heart rate 1.74%, while diltiazem reduced diastolic blood pressure 20.30% and heart rate 7,83%. There was no significant difference between nicardipine and diltiazem in reducing blood pressure and MAP. There was significant difference between nicardipine and diltiazem in reducing heart rate. Keywords: hypertensive emergencies, blood pressure, nicardipine, diltiazem PENDAHULUAN Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, 2004, dan 2010 menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20-35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi (Depkes RI, 2006). Korespondensi Poppy Diah Palupi, S.Far., Apt. Akademi Farmasi Nusantara Jln. Jenderal Sudirman No. 270, Semarang Email : [email protected] HP : 081327414800 Chobanian et al. (2003) dalam The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure membagi krisis hipertensi menjadi dua, yaitu hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. Hipertensi emergensi dan urgensi perlu dibedakan karena cara penanggulangan keduanya berbeda (Ramos dan Varon, 2014). Hipertensi urgensi adalah situasi dimana tekanan darah meningkat sangat tinggi dengan tekanan sistolik lebih dari 180 dan diastolik lebih dari 110 mmHg, tetapi tidak ada Submitted : 12 Agustus 2015 Accepted : 31 Agustus 2015 Published : 30 September 2015 p-ISSN: 2088-8139 e-ISSN: 2443-2946
Transcript

Volume 5 Nomor 3 – September 2015

172

PERBANDINGAN RESPON KLINIK NIKARDIPIN DENGAN DILTIAZEM PADA HIPERTENSI EMERGENSI

COMPARISON OF CLINICAL RESPONSE BETWEEN NICARDIPINE AND DILTIAZEM IN HYPERTENSIVE EMERGENCIES

Poppy Diah Palupi1), Fita Rahmawati2) dan Probosuseno3) 1) Akademi Farmasi Nusaputera, Semarang 2) Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 3) RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta

ABSTRAK

Hipertensi emergensi merupakan suatu kedaruratan medik dan memerlukan tindakan yang cepat dan tepat untuk

menyelamatkan jiwa penderita. Secara umum, obat antihipertensi yang digunakan pada pasien hipertensi emergensi diberikan secara parenteral. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon klinik nikardipin dengan diltiazem intravena dalam menurunkan tekanan darah, mean arterial pressure, dan denyut jantung pada pasien hipertensi emergensi. Penelitian merupakan penelitian analitik dengan rancangan retrospective cohort study. Data diambil dari rekam medik pasien hipertensi emergensi yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), Intensive Care Unit (ICU), maupun bangsal rawat inap selama periode Januari sampai Desember 2014 di RSUD Kota Semarang. Jumlah subjek penelitian sebanyak 117 pasien, terdiri dari 66 pasien kelompok nikardipin dan 51 pasien kelompok diltiazem. Nikardipin dapat menurunkan mean arterial pressure (MAP) sebesar 14,45%, sedangkan diltiazem sebesar 12,20%. Nikardipin menurunkan tekanan darah sistolik 17,69%, sedangkan diltiazem sebesar 17,63%. Nikardipin menurunkan tekanan darah diastolik 21,56% dan denyut jantung sebesar 1,74%, sedangkan diltiazem menurunkan tekanan darah sebesar 20,30% dan denyut jantung sebesar 7,83%. Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam menurunkan tekanan darah dan MAP antara nikardipin dan diltiazem. Namun, terdapat perbedaan signifikan dalam menurunkan denyut jantung antara nikardipin dan diltiazem. Kata kunci : hipertensi emergensi, tekanan darah, nikardipin, diltiazem

ABSTRACT

Hypertensive emergency is a medical emergency and requires management to save the patients. In general, the antihypertensive drugs used in patients with hypertensive emergencies is administered parenterally. The purpose of this study was to determine the clinical response of intravenous nicardipine and diltiazem in reducing blood pressure, mean arterial pressure, and heart rate in patient with hypertensive emergencies. Study was conducted using retrospective cohort design. The data were taken from medical record of hypertensive emergencies patient in Emergency Room (ER), Intensive Care Unit (ICU), and wards from January to December 2014 at General Hospital of Semarang. The subject of this study were 117 patients, consisting of 66 patients treated with nicardipine and 51 patients treated with diltiazem . Nicardipine decreased the mean arterial pressure (MAP) 14,45%, while diltiazem decreased 12,20%. Nicardipine reduced systolic blood pressure 17.69%, while diltiazem reduced 17.63 %. Nicardipine reduced diastolic blood pressure 21.56% and heart rate 1.74%, while diltiazem reduced diastolic blood pressure 20.30% and heart rate 7,83%. There was no significant difference between nicardipine and diltiazem in reducing blood pressure and MAP. There was significant difference between nicardipine and diltiazem in reducing heart rate.

Keywords: hypertensive emergencies, blood pressure, nicardipine, diltiazem

PENDAHULUAN

Prevalensi hipertensi di Indonesia

cukup tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) pada tahun 2001, 2004, dan 2010

menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskuler

merupakan penyakit nomor satu penyebab

kematian di Indonesia dan sekitar 20-35% dari

kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi

(Depkes RI, 2006).

Korespondensi Poppy Diah Palupi, S.Far., Apt. Akademi Farmasi Nusantara Jln. Jenderal Sudirman No. 270, Semarang Email : [email protected] HP : 081327414800

Chobanian et al. (2003) dalam The

Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure membagi krisis hipertensi

menjadi dua, yaitu hipertensi emergensi dan

hipertensi urgensi. Hipertensi emergensi dan

urgensi perlu dibedakan karena cara

penanggulangan keduanya berbeda (Ramos dan

Varon, 2014). Hipertensi urgensi adalah situasi

dimana tekanan darah meningkat sangat tinggi

dengan tekanan sistolik lebih dari 180 dan

diastolik lebih dari 110 mmHg, tetapi tidak ada

Submitted : 12 Agustus 2015 Accepted : 31 Agustus 2015 Published : 30 September 2015

p-ISSN: 2088-8139 e-ISSN: 2443-2946

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

173

kerusakan organ terkait. Hipertensi emergensi

merupakan keadaan darurat hipertensi dan

disertai kerusakan organ (nyeri dada, sesak

napas, nyeri punggung, mati rasa/kelemahan,

kesulitan berbicara) (AHA, 2014).

Upaya penurunan tekanan darah pada

kasus hipertensi emergensi harus dilakukan

segera (< 1 jam) dengan menggunakan obat-obat

antihipertensi kerja pendek, serta antihipertensi

yang diberikan secara intravena (Varon, 2008).

Antihipertensi yang dapat dipilih di antaranya

natrium nitroprusid, nitrogliserin, nikardipin,

labetalol, dan esmolol (Suhardjono, 2012).

Berdasarkan Idham (2008), obat antihipertensi

emergensi yang tersedia di Indonesia adalah

nitrogliserin, nikardipin, dan diltiazem. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Yang et al. (2004)

mengenai penggunaan nikardipin intravena

pada pasien hipertensi emergensi disebutkan

bahwa nikardipin dengan dosis 10 mg/jam

dapat menurunkan tekanan darah diastolik

hingga 30%. Penelitian lain oleh Clifton et al.

(1989) menyebutkan nikardipin intravena

dengan dosis 8 mg/jam dapat menurunkan

tekanan darah diastolik hingga 15,2%.

Penelitian mengenai hipertensi

emergensi masih terbatas dan belum banyak

dilakukan di Indonesia. Terbatasnya

ketersediaan obat antihipertensi emergensi di

Indonesia dan mengingat pentingnya

penanganan yang cepat pada penderita

hipertensi emergensi di rumah sakit, mendorong

peneliti ingin melakukan penelitian mengenai

hipertensi emergensi. Hasil observasi di RSUD

Kota Semarang menunjukkan bahwa obat

antihipertensi emergensi yang digunakan yaitu

nikardipin dan diltiazem. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian perbandingan respon

klinik nikardipin dengan diltiazem pada pasien

hipertensi emergensi.

METODE

Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian termasuk penelitian deskriptif

dengan rancangan penelitian cohort. Metode

pengambilan data dilakukan secara retrospektif

dari catatan rekam medik pasien hipertensi

emergensi yang dirawat inap di RSUD Kota

Semarang periode Januari - Desember 2014.

Populasi dan Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian adalah semua

pasien yang didiagnosis hipertensi emergensi

yang menjalani rawat inap di RSUD Kota

Semarang periode Januari-Desember 2014.

Kriteria inklusi penelitian antara lain pasien

dengan diagnosis hipertensi emergensi dimana

tekanan darah diastoliknya ≥120 mmHg disertai

kerusakan organ, menerima terapi antihipertensi

nikardipin atau diltiazem, dan merupakan

pasien rawat inap. Kriteria eksklusi antara lain

pasien dengan data rekam medik yang tidak

lengkap dan pasien yang masuk RS lalu

meninggal dunia dalam waktu < 8 jam.

Analisis Data

Data karakteristik pasien meliputi usia,

jenis kelamin, kerusakan organ, dan obat

antihipertensi lain yang digunakan dianalisis

menggunakan analisis deskriptif dan Chi-Square

goodness of fit test. Data karakteristik pasien

meliputi usia, berat badan, tekanan darah, mean

arterial pressure (MAP), dan denyut jantung

dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan

uji T dua sampel independen atau Mann-

Whitney. Analisis data yang digunakan untuk

membandingkan respon klinik antara nikardipin

dengan diltiazem menggunakan uji T dua

sampel independen atau Mann-Whitney.

Analisis data digunakan untuk mengendalikan

counfounding factor yang diperkirakan dapat

mempengaruhi variabel tergantung seperti

terapi farmakologi lain yang diterima pasien,

dianalisis menggunakan analisa kovariansi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Subjek Penelitian

Jumlah subjek yang digunakan pada

penelitian ini sebanyak 117 subjek penelitian

yang termasuk kriteria inklusi, yaitu 66 subyek

kelompok nikardipin dan 51 subjek kelompok

diltiazem. Tabel I menunjukkan bahwa secara

umum karakteristik kedua kelompok tidak jauh

berbeda karena sebagian besar karakteristik

bernilai p>0,05.

Hasil Pengukuran Mean Arterial Pressure

(MAP), Tekanan Darah, dan Denyut Jantung

Berdasarkan Tabel II diketahui bahwa

MAP antara kelompok nikardipin dengan

Volume 5 Nomor 3 – September 2015

174

Tabel I. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian

n (%) Kelompok

Karakteristik Nikardipin Diltiazem Nilai p

Rerata ± SB n (%) n (%)

Rerata ± SB Rerata ± SB

Jenis Kelamin Laki-laki 48 (41) 30 (45,5) 18 (35,3) 0,083**

Perempuan 69 (59) 36 (54,5) 33 (64,7) 0,718**

Umur (tahun) Rerata 53,61±10,05 54,45±10,16 52,51±9,88 0,321*

Berat badan Rerata 60,62±11,35 61,64±12,49 59,45±9,91 0,354*

(kg)

Mean Arterial Rerata 158,02±12,62 159,27±11,56 156,39±13,82 0,084***

Pressure

(MAP)

Tekanan darah Rerata 216,01±25,03 218,76±24,52 212,45±25,46 0,949*

sistolik

(mmHg)

Tekanan darah Rerata 129,01±11,61 129,42±11,36 128,47±12,00 0,574*

diastolik

(mmHg)

Denyut jantung Rerata 97,94±18,69 98,84±18,64 96,80±18,87 0,563*

Kerusakan SI 35 (29,9) 20 (30,3) 15 (29,4) 0,398**

organ AMI 11 (9,4) 6 (9,1) 5 (9,8) 0,091**

SH 27 (23,1) 16 (24,2) 11 (21,6) 0,926**

CHF 11 (9,4) 7 (10,6) 4 (7,8) 0,818**

CKD 30 (25,6) 17 (25,8) 13 (25,5) 0,533**

RTP 3 (2,6) 0 3 (5,9) -

Antihipertensi ACEI 48 (41) 25 (37,9) 20 (39,21) 0,556**

lain yang ARB 67 (57,3) 37 (56,1) 30 (58,82) 0,731**

digunakan Diuretik 38 (32,5) 18 (27,3) 23 (45,10) 0,610**

CCB 85 (72,6) 44 (66,7) 41 (80,39) 0,160**

Lain-lain 11 (9,4) 5 (7,6) 6 (11,76) 0,091**

Keterangan:

*uji independent sample t-test, **uji Chi-square goodness of fit, *** uji Mann Whitney nilai signifikansi p=0,05

SI= stroke iskemik, AMI= acute myocardial infarc, SH=stroke haemorrhagic, CHF=congestive heart failure,

CKD= chronic kidney disease, RTP=retinopati, ACEI= angiotensin converting enzyme inhibitor,

ARB=angiotensin II reseptor blocker, CCB= calcium channel blocker

diltiazem tidak berbeda bermakna (p>0,05). Pada

kelompok nikardipin sebanyak 41 (62,1%)

pasien tercapai target MAP dan pada kelompok

diltiazem sebanyak 45 (88,2%) tercapai target

MAP. Berdasarkan Varon dan Marik (2007),

target penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi emergensi adalah tekanan darah

distolik berkurang secara bertahap sampai <110

mmHg atau penurunan MAP sebesar tidak lebih

dari 25% selama beberapa menit sampai dengan

1 jam. Mean Arterial Blood Pressure (MABP)

mengalami penurunan sebesar 22% setelah 1 jam

pertama pemberian diltiazem intavena

(Onoyama, 1987).

Pada penelitian ini ketercapaian tekanan

darah sistolik pada kelompok nikardipin

sebanyak 22 (33,8%) pasien, sedangkan pada

kelompok diltiazem sebanyak 17 (33,3%) pasien.

Tabel III menunjukkan rerata tekanan darah

sistolik kelompok nikardipin sebelum terapi

218,76±24,52 mmHg dan sesudah terapi menjadi

180,06±32,35 atau menurun 17,69%, sedangkan

kelompok diltiazem tekanan darah sistolik awal

212,45±25,46 mmHg menjadi 174,98±28,92

mmHg atau menurun 17,63%. Tidak terdapat

perbedaan bermakna dalam menurunkan

tekanan darah sistolik antara kelompok

nikardipin dan diltiazem (p>0,05).

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

175

Tabel II. Perbandingan MAP Pemberian Nikardipin dengan Diltiazem

Keseluruhan Nikardipin Diltiazem

Nilai

p

subjek

Rerata ± SB Rerata ± SB Rerata ± SB

Median Median Median

MAP sebelum 158,02±29,27 159,27±11,56 156,39±13,82 0,084*

pemberian obat 155 157 153

MAP sesudah 131,94±12,62 136,25±16,57 137,29±13,18 0,310*

pemberian obat 133 133 137

*uji Mann-Whitney nilai signifikansi p=0,05

Tabel III. Perbandingan Tekanan Darah Sistolik Pemberian Nikardipin dengan Diltiazem

Keseluruhan

subjek

Nikardipin Diltiazem

Nilai p

Rerata ± SB Rerata ± SB Rerata ± SB

Median Median Median

TD sistolik sebelum 216,13±24,74 218,76±24,52 212,45±25,46 0,178*

pemberian obat 214 220 210

TD sistolik sesudah 173,04±31,55 180,06±32,35 174,98±28,92 0,855*

pemberian obat 175 180 180

*uji T dua sampel independen nilai signifikansi p=0,05

Penelitian yang dilakukan oleh

Maleskar dan Hilleman (2012) menyebutkan

rerata penurunan tekanan darah sistolik

menggunakan nikardipin sebesar 22,7±11,6

mmHg. Pada 1 jam pertama pemberian

diltiazem intravena rerata tekanan darah sistolik

menurun dari 224 mmHg mmHg menjadi 174

mmHg, atau menurun 27,3±9,0% (Onoyama,

1987).

Ketercapaian tekanan darah diastolik

pada penelitian ini untuk kelompok nikardipin

sebanyak 44 (67,7%) pasien, sedangkan pada

kelompok diltiazem sebanyak 34 (66,7%) pasien.

Berdasarkan Tabel IV rerata tekanan darah

diastolik awal kelompok nikardipin sebesar

129,42±11,36 mmHg dan setelah 8 jam

101,51±16,68 mmHg atau menurun sebesar

21,56%. Pada kelompok diltiazem rerata tekanan

darah diastolik sebelum terapi sebesar

128,47±12,00 mmHg dan setelah 8 jam

102,39±16,31 mmHg atau menurun sebesar

20,30%. Tekanan darah diastolik setelah

pengobatan antara kelompok nikardipin dan

diltiazem tidak berbeda signifikan (p>0,05).

Diltiazem dapat menurunkan tekanan darah

sistolik sebesar 24,6% dan diastolik 26,9%

(Onoyama, 1987). Pada penelitian yang

dilakukan oleh Yang et al. (2004), diketahui

tekanan darah diastolik sebelum terapi 114±17

mmHg, dan sesudah terapi 79±12 mmHg

(p<0,05), sedangkan penelitian Maleskar dan

Hilleman (2012), diketahui nikardipin dapat

menurunkan tekanan darah diastolik sebesar

13,6±7,9 mmHg (p>0,05). Penurunan tekanan

darah secara cepat dibutuhkan pada pasien

hipertensi emergensi untuk mencegah kematian

(Leunissen dan Kooman, 1998).

Pada penelitian ini pasien hanya

mendapatkan nikardipin dan diltiazem

intravena pada 1 jam pertama, sedangkan untuk

selanjutnya pasien juga menerima antihipertensi

lain, baik diberikan parenteral seperti diuretik,

maupun oral (ACEI, CCB, ARB, klonidin,

spironolakton). Oleh sebab itu, dilakukan

pengukuran respon klinik pasien berupa

tekanan darah sistolik dan diastolik

menggunakan analisis statistik anakova (analisis

kovarians). Hasil anakova ditunjukkan pada

Tabel V. Adapun pasien yang menerima terapi

antihipertensi lain selain nikardipin sebanyak 55

(83,33%) pasien dan selain diltiazem sebanyak

46 (90,2%) pasien. Pasien yang tidak menerima

terapi antihipertensi lain selain nikardipin dan

diltiazem sebanyak 16 (13,67%) adalah pasien

stroke, baik stroke iskemik maupun stroke

Volume 5 Nomor 3 – September 2015

176

Tabel V. Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Setelah 8 Jam Pemberian Nikardipin dengan Diltiazem

Dikombinasi dengan Antihipertensi Lain

Nikardipin

Rerata±SB

Diltiazem

Rerata±SB

Nilai p

TD sistolik 8 jam setelah

diterapi

174,09±28,03 173,02±35,39 0,996

TD diastolik 8 jam

setelah diterapi

199,67±16,25 102,39±16,31 0,556*

*Uji analysis of covariance nilai signifikansi p=0,05

Tabel VI. Pengukuran Denyut Jantung Sebelum dan Sesudah Diberikan Nikardipin dan Diltiazem

Keseluruhan

subjek

Nikardipin Diltiazem

Nilai p

Rerata ± SB Rerata ± SB Rerata ± SB

Median Median Median

Denyut jantung sebelum

pemberian obat

97,94±18,69 98,84±18,64 96,80±18,87 0,563*

96 (60-160) 97,5 (60-139) 91 (70-160)

Denyut jantung sesudah

pemberian obat

93,62±18,10 97,12±18,61 89,22±16,58 0,019*

92 (64-145) 94,5 (66-145) 88 (64-135)

Tabel IV. Perbandingan Tekanan Darah Diastolik Pemberian Nikardipin dengan Diltiazem

* Uji T dua sampel independen **uji Mann-Whitney nilai signifikansi p=0,05

hemoragik. Hipertensi pada intracerebral bleeding

direkomendasikan oleh American Heart

Association diberikan penanganan jika tekanan

darah lebih dari 180/105 mmHg. Pasien dengan

stroke iskemik membutuhkan tekanan sistemik

yang cukup untuk mempertahankan perfusi di

distal obstruksi. Oleh karena itu, tekanan darah

harus dimonitor ketat dalam 1–2 jam pertama

(Cherney dan Straus, 2002). Berdasarkan hasil

analysis of covariance, didapatkan hasil tekanan

darah sistolik dan diastolik tidak berbeda

bermakna (p>0,05) meskipun nikardipin dan

diltiazem diberikan bersama dengan

antihipertensi lain, baik parenteral maupun oral

seperti diuretik, captopril, valsartan, amlodipin,

klonidin dan spironolakton, sehingga dapat

dikatakan respon klinik nikardipin dan

diltiazem dalam menurunkan tekanan darah

sistolik maupun diastolik tidak dipengaruhi oleh

antihipertensi lain. Calcium Channel Blocker (CCB)

efektif dalam menurunkan tekanan darah, baik

diberikan secara tunggal maupun kombinasi

(Jamerson et al., 2008; Staessen dan Birkenhäger,

2005).

Pada penelitian ini, penurunan denyut

jantung pada kelompok nikardipin sebanyak 37

(57,8%) pasien, sedangkan pada kelompok

diltiazem sebanyak 38 (74,5%) pasien. Rerata

denyut jantung sebelum diberikan nikardipin

98,84±18,64, dan sesudah 8 jam 97,12±18,61 kali

per menit atau menurun sebanyak 1,74%.

Denyut jantung sebelum diberikan diltiazem

96,80±18,87 dan sesudah sebesar 89,22±16,58 kali

per menit atau menurun sebesar 7,83%.

Pada perbandingan nikardipin dengan

labetalol pada 141 pasien hipertensi emergensi,

Keseluruhan

subjek

Nikardipin Diltiazem

Nilai p

Rerata ± SB Rerata ± SB Rerata ± SB

Median Median Median

TD sistolik sebelum 129,01±11,61 129,42±11,36 128,47±12,00 0,574**

pemberian obat mmHg mmHg mmHg

125 127 124

TD sistolik sesudah 101,42±16,23 101,51±16,68 102,39±16,31 0,571*

pemberian obat mmHg mmHg mmHg

100 100 100

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi

177

menunjukkan bahwa nikardipin dapat

meningkatkan denyut jantung pada 30 menit

pertama (p=0,012 pada 5 menit pertama, p<0,01

selanjutnya) (Cannon et al., 2013). Pada

penelitian yang dilakukan oleh Onoyama (1987)

diketahui bahwa diltiazem dapat menurunkan

denyut jantung sebesar 8,9%.

KESIMPULAN

Nikardipin dan diltiazem mempunyai

respon klinik yang berbeda tetapi tidak

bermakna dalam menurunkan tekanan darah

sistolik, diastolik, dan MAP pasien hipertensi

emergensi (p>0,05). Nikardipin dan diltiazem

masing-masing dapat menurunkan denyut

jantung yang berbeda bermakna pada pasien

hipertensi emergensi (p<0,05).

DAFTAR PUSTAKA

AHA, 2014, Hypertensive Crisis, American Heart

Association, Dallas.

Cannon, C.M., Levy, P., Baumann, B.M.,

Borczuk, P., Chandra, A., Cline, D.M., et

al., 2013, Intravenous Nicardipine and

Labetalol Use in Hypertensive Patients

with Signs or Symptoms Suggestive of

End-Organ Damage in the Emergency

Department: a Subgroup Analysis of the

CLUE trial, British Medical Journal Open,

3(3): 1-7.

Cherney, D., Straus, S., 2002, Management of

Patients with Hypertensive Urgencies and

Emergencies, Journal of General Internal

Medicine, 17: 937–945.

Chobanian A.V., Bakris G.L., Black H.R., et al.,

2003, The Seventh Report of the Joint

National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure: The JNC 7 Report,

The Journal of the American Medical

Association, 289(19): 2560–2571.

Clifton, G.G., Cook, M.E., Bienvenu, G.S., Wallin,

J.D., 1989, Intravenous Nicardipine

in Severe Systemic Hypertension, The

American Journal of Cardiology, 64(15): H16–

H18.

Depkes RI, 2006, Pharmaceutical Care Untuk

Penyakit Hipertensi, Direktorat Jenderal

Bina Farmasi, Jakarta.

Idham, I., 2008, Management Strategy in

Hypertensive Crisis: The Role of Nicardipine,

Department of Cardiology and Vascular

Medicine Faculty of Medicine University

of Indonesia National Cardiovascular

Center Harapan Kita, Jakarta.

Jamerson, K., Weber, M.A., Bakris, G.L., Dahlöf,

B., Pitt, B., Shi, V., et al., 2008, Benazepril

plus Amlodipine or Hydrochlorothiazide

for Hypertension in High-Risk Patients,

New England Journal of Medicine, 359(23):

2417–2428.

Leunissen, K.M.L., dan Kooman, J.P., 1998,

Hypertensive Emergencies in Ronco, C.,

dan Bellomo, R., Critical Care Nephrology,

2nd Ed, Saunders, Philadelphia.

Malesker, M.A., Hilleman, D.E., 2012,

Intravenous Labetalol Compared with

Intravenous Nicardipine in the

Management of Hypertension in Critically

Ill Patients, Journal of Critical Care, 27(5):

528.e7–528.e14.

Onoyama, 1987, Effect of a Diltiazem on Severe

Systemic Hypertension, Current Therapeutic

Research, 42(6).

Ramos, A.P., Varon, J., 2014, Current and Newer

Agents for Hypertensive Emergencies,

Current Hypertension Reports, 16(7): 1–8.

Staessen, J.A., Birkenhäger, W.H., 2005, Evidence

that New Antihypertensives are Superior

to Older Drugs, The Lancet, 366(9489): 869–

871.

Suhardjono, 2012, Penatalaksanaan Hipertensi

Kompleks dan Hipertensi Krisis, Jurnal

Medika, I(XXXVIII): 65.

Varon, J., Marik, P. E., 2007, Hypertensive

Crises: Challenges and Management,

Chest, 131(6): 1949–1962.

Varon, P.J., 2008, Treatment of Acute Severe

Hypertension, Drugs, 68(3): 283–297.

Yang, H.J., Kim, J.G., Lim, Y.S., Ryoo, E., Hyun,

S.Y., dan Lee, G., 2004, Nicardipine versus

Nitroprusside Infusion as

Antihypertensive Therapy in Hypertensive

Emergencies, Journal of International

Medical Research, 32(2): 118–123.


Recommended