+ All Categories
Home > Documents > PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

Date post: 15-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 9 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
12
PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP KEJADIAN IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO TAHUN 2013 Artathi Eka Suryandari 1) , Ely Eko Agustina 2) ABSTRACT Physiological jaundice is a condition in which in fants have elevated levels of direct and indirect birilubin which appearson the second day to the third day after birth. Birilubin exit from the babies body by meconium. Colostrumis a substance that can accelerate the expenditure of meconium in the baby's body. This research aim to find out the difference in appearance of physiological jaundice in new borns by administering early colostrum and not give nearly colostrum.The type of this research was analitical survey by using the approasch of cohort. Population in this research was all newborns in RSU. Prof. Dr. Margono Soekarjo. Sample in research was normal new borns were given early colostrum and were not given early colostrum, respectively by 30 respondents. Instrumen in this research used observation sheets. Data analysis usedthe U Mann-Whitney.The result a total of 30new borns who was not givenearly colostrum27(45.0%) of them appear the physiological jaundice and of the 30 respondents new borns who was given early colostrum only 2 (3.3%) ) of which appear physiological jaundice. Results of analysis by U Mann-Whitney obtained numbers of significance (p values) of the Z count=0,000. The accuracy of prediction was a difference of physiological jaundice in new borns by timing giving early colostrum and not given early colostrum. Keywords : Colostrum, Physiological Jaundice, Newborn
Transcript
Page 1: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP KEJADIAN IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR

DI RSU. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO TAHUN 2013

Artathi Eka Suryandari 1), Ely Eko Agustina 2)

ABSTRACT

Physiological jaundice is a condition in which in fants have elevated levels of

direct and indirect birilubin which appearson the second day to the third day after

birth. Birilubin exit from the babies body by meconium. Colostrumis a substance

that can accelerate the expenditure of meconium in the baby's body. This research

aim to find out the difference in appearance of physiological jaundice in new

borns by administering early colostrum and not give nearly colostrum.The type of

this research was analitical survey by using the approasch of cohort. Population in

this research was all newborns in RSU. Prof. Dr. Margono Soekarjo. Sample in

research was normal new borns were given early colostrum and were not given

early colostrum, respectively by 30 respondents. Instrumen in this research used

observation sheets. Data analysis usedthe U Mann-Whitney.The result a total of

30new borns who was not givenearly colostrum27(45.0%) of them appear the

physiological jaundice and of the 30 respondents new borns who was given early

colostrum only 2 (3.3%) ) of which appear physiological jaundice. Results of

analysis by U Mann-Whitney obtained numbers of significance (p values) of the

Z count=0,000. The accuracy of prediction was a difference of physiological

jaundice in new borns by timing giving early colostrum and not given early

colostrum.

Keywords : Colostrum, Physiological Jaundice, Newborn

Page 2: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

PENDAHULUAN

Kolostrum merupakan zat yang

harus diberikan kepada bayi kerena

mengandung kekebalan atau antibodi,

sehingga bayi tidak mudah sakit, suatu

hal yang salah jika kolostrum (ASI yang

dikeluarkan pertama kali) ini dibuang.

Kolostrumjuga merupakan laksatif alami

yang ideal yang berfungsi sebagai

pencahar dan cocok untuk

mempersiapkan saluran cerna bayi,

selain itu dapat mempercepat

pengeluaran mekonium. Mekonium

merupakan feses pertama yang

dikeluarkan bayi, dalam mekonium

terdapat zat-zat sisa yang nantinya akan

berpengaruh terhadap kesehatan dan

keadaan fisik bayi. Salah satunya adalah

menumpuknya kadar birilubin indirect

atau birilubin direct dalam tubuh bayi

yang muncul pada lebih dari 24 jam

pertama kehidupannya, atau yang sering

disebut ikterus fisiologis. Keadaan ini

tergolong fisiologis, akan tetapi tetap

saja berpengaruh terhadap keadaan fisik

bayi tersebut. Bayi akan tumbuh lebih

optimal dan resiko terjadinya kesakitan

akan berkurang bila tidak ada hal yang

mengganggu (Baskoro, 2008).

Ikterus pada bayi baru lahir

kebanyakan merupakan keadaan

fisiologis normal, yang merupakan

tindakan penyesuaian protektif terhadap

lingkungan di luar uterus. Tercatat bayi

baru lahir memiliki produksi billirubin

dengan kecepatan produksi yang lebih

tinggi, jumlah sel darah merah janin/kg

berat badan ≥ orang dewasa, umur sel

darah merah janin lebih pendek (40-90

hari) dibanding orang dewasa 120 hari.

Dan fakta yang tidak kalah penting

terdapat cukup banyak reabsorbsi

billirubin pada usus halus neonatal

(Bobak, 2006).

Berdasarkan dasar teori tersebut

kolostrum secara dini dapat mencegah

timbulnya ikterus fisiologis pada bayi

baru lahir, karena dapat mempercepat

proses eliminasi mekonium yang

mengandung bilirubin yang tidak

dibuang akan mengendap dalam tubuh

bayi dan menyebabkan bayi mengalami

ikterus fisiologis.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kolostrum

1. Pengertian Kolostrum

Kolostrum (susu awal) adalah ASI

yang keluar pada hari-hari pertama

setelah kelahiran bayi, berwarna

kekuning-kuningan dan lebih kental,

karena mengandung banyak vitamin A,

protein dan zat kekebalan yang penting

2 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 1-12

Page 3: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

untuk melindungi bayi dari penyakit

infeksi. Kolostrum juga mengandung

vitamin A, E dan K serta beberapa

mineral seperti natrium dan Zn

(Depkes RI, 2005).

2. Komposisi Kolostrum

a. Faktor Imunitas

Mempunyai faktor imunitas yang

kuat (Immunoglobulin, Lactoferin,

Lactalbumin, Glycoprotein, Cytokines

dll), membantu mengatasi berbagai

masalah usus, auto imunitas, arthritis,

alergi HIV, membantu

menyeimbangkan kadar gula dalam

darah dan sangat bermanfaat bagi

penderita diabetes, kaya akan

kandungan TgF-B ( Transforming

Growth Factor- Beta)kandungan yang

terdapat pada Ig E yang mendukung

terapi penderita kanker,

pembentukkantulangdanmencegah

penyakit herpes,

mengandung Immunoglobulin yang

telah terbukti dapat berfungsi sebagai

anti virus, anti bakteri, anti jamur dan

antitoksik (Depkes RI, 2005).

b. Faktor Pertumbuhan

Kolostrum mengandung faktor

pertumbuhan alami yang berfungsi

untuk meningkatkan sistem

metabolisme tubuh, memperbaiki

sistem DNA & RNA tubuh,

mengaktifkan sel T, mencegah

penuaan dini, merangsang hormon

pertumbuhan (HGH), membantu

menghaluskan kulit dan menyehatkan

kulit, memperbaiki dan meningkatkan

pertumbuhan jaringan, kolostrum

mengandung mineral, anti oksidan,

enzim, asam amino dan vitamin A,

B12 dan E (Aurbach, 2003).

c. Faktor Nutrisi

Nutrisi kolostrum antara lain

kalsium, protein, vitamin dan tenaga.

3. Manfaat Kolostrum

Menurut Depkes RI (2005),

manfaat kolostrum adalah kolostrum

mengandung zat kekebalan terutama

(IgA) untuk melindungi bayi dari

berbagai penyakit infeksi khususnya

diare. Selain itu mengandung protein,

vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan

lemak rendah, sehingga sesuai dengan

kebutuhan gizi bayi pada hari-hari

pertama setelah kelahiran.Jumlah

kolostrum yang diproduksi, bervariasi

tergantung dari hisapan bayi pada hari-

hari pertama kelahiran, walaupun

sedikit namun cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu,

harus diberikan kepada bayi.Kolostrum

membantu pengeluaran mekonium,

Artathi Eka Suryandani, Ely Eko Agustina, Perbedaan Waktu Pemberian… 3

Page 4: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

yaitu kotoran bayi yang pertama

berwarna hitam kehijauan.

B. Ikterus

1. Pengertian

Adalah perubahan warna kuning

pada kulit, membrane mukosa, sclera

dan organ lain yang disebabkan oleh

peningkatan kadarbilirubin di dalam

darah dan ikterus sinonim dengan

jaundice (Tarigan, 2003).

Menurut Berhman (2000) ikterus

diamati selama usia minggu pertama

pada sekitar 60% bayi cukup bulan dan

80% bayi preterm. Warna kuning

biasanya akibat di dalam kulit terjadi

akumulasi pigmen bilirubin yang larut

lemak, tak terkonjugasi, nonpolar

(bereaksi indirek) yang dibentuk dari

hemoglobin oleh kerja heme

oksigenase, biliverdin reduktase dan

agen pereduksi nonenzimatik dalam sel

retikuloendotelial, dapat juga sebagian

disebabkan oleh endapan pigmen

sesudah pigmen ini di dalam mikrosom

sel hati diubah oleh enzim asam uridin

difosfoglukoronoat (uridine

diphosphoglucuronic acid), glucoronil

trensfase menjadi blirubin ester

glukoronida yang polar, larut dalam air

(dereaksi-direck). Bentuk tak

terkonjugasi ini bersifat neurotoksik

bagi bayi padakadar tertentu dan pada

berbagai keadaan. Bilirubin

terkonjugasi tidak neurotoksik tetapi

menunjukan kemungkinan terjadi

gangguan yang serius.

2. Patofisiologi

Menurut Wahidayat (2007)

patofisiologi dari ikterus adalah

peningkatan kadarbilirubin tubuh dapat

terjadi pada beberapa keadaan.

Keadaan yang sering ditemukan adalah

apabila terdapat penambahan beban

bilirubin pada sel hati yang berlebihan.

Hal ini dapat ditemukan bila terdapat

peningkatan penghancuran eritrosit,

polisitemia

3. Tanda dan Gejala

Menurut Berhman (2007)

gambaran klinis ikterus fisiologis pada

bayi cukup bulan meliputi puncak

kadarbilirubin indirek tidak berlebih

dari 12 mg/dL pada usia hari ke tiga.

Pada bayi prematur puncaknya lebih

tinggi 15 mg/dL dan terjadi lebih

lambat pada hari ke lima. Bukti fisik

ikterus dapat diamati pada bayi bila

kadarbilirubin mencapai 5-10 mg/dL,

sedangkan pada orang dewasa hanya 2

mg/dL.

4 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 1-12

Page 5: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

C. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Menurut Lissauer (2006) bayi baru

lahir adalah bayi yang baru

lahirdibedakan menjadi beberapa

kelompok yaitu bayi kurang bulan

(pretrm) atau usiakehamilan<37

minggu, cukup bulan (aterm) atau

usiakehamilan 37-41 minggu, lebih

bulan (postterm) atau usia kehamilan

≥42 minggu.

2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

Menurut Depkes RI (2005) ciri-

ciri bayi baru lahir normal yaitu berat

badan 2500-4000 gram, panjang badan

lahir 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm,

lingkar kepala 33-35 cm, bunyi jantung

dalam menit pertama kira-kira

180x/menit, kemudian menurun

sampai 120 sampai 140x/menit,

pernafasan pada menit-menit pertama

cepat kira-kira 80x/menit, kemudian

menurun setelah tenang kira-kira 40

kali/menit, kulit kemerahan dan licin

karena jaringan subkutan cukup

terbentuk diliputi vernix caseosa,

rambutlanugo telah tidak terlihat,

rambut kepala biasanya tidak

sempurna, kuku agak panjang dan

lemas, genetalia: labia mayora sudah

menutupi labia minora (pada

perempuan), testis sudah turun (pada

laki-laki), reflek hisap dan menelan

baik, reflek moro baik, pengeluaran

baik, urin dan mekoniumakan keluar

dalam 24 jam pertama.

D. Komparasi Waktu Pemberian

Kolostrum Terhadap Kejadian

Ikterus Fisiologis Pada Bayi

BaruLahir

Komparasi waktu pemberian

kolostrum terhadap kejadian ikterus

fisiologis pada bayi laru lahir yaitu

dengan pemberian kolostrum dini

merupakanpencahar alami yang

membantu meningkatkan pengeluaran

mekonium secara dini. Akibatnya,

pemberian kolostrum sering dan dini

akan meningkatkan ekskresi mekonium

dan menurunkan kadar billirubin

(Bobak, 2006). Oleh sebab itu bayi

baru lahir harus minimal disusui sedini

mungkin minimal 1 jam selama IMD

dilanjutkan 6 jam terus secara dini, 8

kali atau lebih dalam sehari dan ibu

dianjurkan menyusui secara teratur

dalam 24 jam.

METODE Jenis penelitian ini adalah survei

analitik dengan rancangan penelitian

observasional dan menggunakan

pendekatan waktu kohort dan populasi

Artathi Eka Suryandani, Ely Eko Agustina, Perbedaan Waktu Pemberian… 5

Page 6: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

dalam penelitian ini adalah dilakukan

terhadap bayi baru lahir normal yang

diberikan kolostrum dini dan tidak

diberikan kolostrum dini, serta bayi

baru lahir yang mengalami dan tidak

mengalami ikterus fisiologis di RSU.

Prof. Dr. Margono Soekarjo yang

memenuhi kriteria seleksi yaitu ibu

post partum dan bayi baru lahir usia

kurang dari sama dengan 24 jam

sampai 3 hari untuk mengetahui

apakah diberikan kolostrum secara dini

atau tidak serta terjadi ikterus fisiologis

atau tidak di ruang bersalin (Ruang

VK) dan ruang nifas dan perinatal

(Ruang Flamboyan) RSU. Prof. Dr.

Margono Soekarjo selama bayi berada

di rumah sakit, penelitian dilakukan

dari tanggal 6 sampai 23 Mei 2013.

Jumlah sampel yang diperoleh

berdasarkan Dahlan (2009) terdiri dari

30 bayi baru lahir yang diberikan

kolostrum secara dini dan 30 bayi baru

lahir yang tidak diberikan kolostrum

secara dini. Data yang sudah terolah,

akan dianalisis dalam dua bentuk

analisis, yaitu: Analisis Univariat dan

Analisis Bivariat. Analisis bivariat

dilakukan dengan Uji beda

nonparametrik U Mann – Whitney

yang digunakan untuk membandingkan

pemberian kolostrum dini dan tidak

diberikan kolostrum dini terhadap

kejadian ikterus pada bayi baru lahir

berdasarkan ranking atau skor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Status Pemberian Kolostrum

pada Bayi Batu Lahir

Berikut ini adalah data hasil

penelitian mengenai status pemberian

kolostrum pada bayi baru lahir di RSU.

Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto

Diagram 1.Distribusi Frekuensi Status PemberianKolostrum Dini dan Tidak Dini pada Bayi Baru Lahir di RSU. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2013 Sumber : Data Primer, Mei 2013

Dari diagram di atas dapat terlihat

bahwa responden diberikan kolostrum

secara dini dan yang tidak diberikan

kolostrum dini jumlahnya sebanding

yaitu sebanyak 30 responden (50,0%)

yang diberikan kolostrum secara dini,

sedangkan 30 responden (50,0%)

lainnya tidak diberikan kolostrum

secara dini.

30 (50%)

30 (50%)

Tidak Diberi kolostrum secara dini 30 respondenDiberi kolostrum secara dini 30 responden

6 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 1-12

Page 7: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

Adapun bayi yang tidak

mendapatkan kolostrum secara dini

adalah karena beberapa hal, antara lain

karena ibu mengalami komplikasi

seperti perdarahan postpartum primer,

kejang (eklamsi), syok, pingsan,

langsung dilakukan MOW,

pertolongan penyakit jantung grade III,

serebral palsi dan inversio uteri. Hal ini

mendukung teori dari Aurbach (2003)

yang menyatakan ada beberapa hal

yang menyebabkan kegagalan proses

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta hal

yang menghambat pemberian

kolostrum antara lain karena kondisi

kesehatan ibu yang mengalami

gangguan seperti perdarahan, syok,

kejang, pingsan serta mengalami

kegawatdaruratan yang mengharuskan

ibu mengalami penanganan medis yang

tepat dan bayi tidak mendapat

kolostrum secara adekuat bahkan tidak

mendapatkan sama sekali.

Hal lain yang mempengaruhi

proses pemberian kolostrum dini diluar

kompikasi yang dialami ibu adalah

karena keadaan psikologi ibu yang

belum siap untuk menyusui,

pandangan keluarga yang salah

mengenai pemberian kolostrum, puting

susu ibu yang tenggelam dan kebiasaan

memberikan susu formula sejak dini

dalam keluarga. Psikologi ibu akan

berpengaruh pada produksi ASI

(Sayekti, 2006). Kondisi kesehatan

bayi juga merupakan salah satu hal

yang mempengaruhi proses pemberian

kolostrum terkait dengan kemauan dan

kemampuan bayi untuk menyusu yang

cenderung berkurang (Baskoro, 2008).

B. Status Kemunculan Ikterus

Fisiologis pada Bayi Baru Lahir

Berikut ini adalah data hasil

penelitian mengenai status kemunculan

ikterus fisiologis pada bayi baru lahir

di RSU. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto

Diagram2. Distribusi Frekuensi Status Kemunculan Ikterus Fisiologis pada Bayi Baru Lahir di RSU. Prof. Dr. Margono SoekarjoPurwokerto tahun 2013 Sumber : Data Primer, Mei 2013

Dari tabel di atas dapat terlihat

bahwa responden yang tidak

mengalami ikterus fisiologis yaitu

sebanyak 31 responden (51,7%),

sedangkan 29 responden (48,3%)

lainnya mengalami ikterus fisiologis.

29 (48,3%)

31 (51,7%)

Muncul 29 responden

Tidak muncul 31 responden

Artathi Eka Suryandani, Ely Eko Agustina, Perbedaan Waktu Pemberian… 7

Page 8: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

Peneliti memperoleh hasil bayi

yang mengalami ikterus fisiologis dari

observasi dengan metode Kramer. Dari

29 bayi yang mengalami kemunculan

ikterus fisiologis 6 bayi dengan derajat

kramer 1 (5 mg %) kemunculan ikterus

yang terjadi di daerah kepala dan leher.

13 bayi dengan derajat kramer 2 (9 mg

%) kemunculan ikterus yang terjadi di

daerah kepala, leher dan badan bagian

atas, dan 10 bayi dengan derajat

kramer 3 (11 mg %) kemunculan

ikterus yang terjadi di daerah kepala,

leher, badan bagian atas, bagian bawah

dan tungkai.

Jumlah bayi baru lahir yang tidak

mendapat kolostrum secara dini adalah

30 bayi baru lahir, dimana 27 (45,0%)

bayi baru lahir muncul ikterus

fisiologis dan sisanya 3 (5,0%) bayi

baru lahir tidak mengalami ikterus

fisiologis. Hal ini menguatkan hasil

penelitian Sri (2008) asupan nutrisi

yang baik yang diberikan melalui

kolostrum maka akan meningkatkan

daya tahan tubuh bayi dan mencegah

gangguan sistem pencernaan.

Dari 29 bayi baru lahir yang

mengalami ikterus fisiologis 27

diantaranya dari kelompok bayi yang

tidak mendapatkan kolostrum secara

dini dan sisanya 2 bayi dari kelompok

bayi yang diberikan kolostrum secara

dini. Maka bayi yang mengalami

ikterus fisiologis didominasi oleh bayi

– bayi yang tidak diberikan kolostrum

dini. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Sri (2008), pemberian

kolostrum pada bayi baru lahir akan

mengurangi resiko bayi terkena

penyakit menular dan kondisi fisik

yang kurang baik.

C. Perbedaa Waktu Pemberian

Kolostrum Dini dengan

Munculnya Ikterus Fisiologis

pada Bayi Baru Lahir di RSU.

Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto tahun 2013

Hasil dari analisis bivariate dapat

dilihat dari tabel 4 dan tabel 5 berikut:

8 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 1-12

Page 9: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

Tabel 4. PerbedaanWaktu Pemberian Kolostrum Dini dengan Munculnya Ikterus Fisiologis pada Bayi Baru Lahir di RSU. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2013

Waktu Pemberian Kolostrum

Total Dini Tidak

Dini Kemunculan Ikterus

Tidak Muncul

n %

28 46,7%

3 5,0%

31 51,7%

Muncul n %

2 3,3%

27 45,0%

29 48,3%

Total n %

30 50,0%

30 50,0%

60 100%

Sumber: Data Primer, Mei 2013

Tabel 4 menunjukkan responden

yang tidak diberi kolostrum secara dini

yaitu dari 30 reponden 27 diantaranya

muncul ikterus fisiologis dan dari 30

responden bayi baru lahir yang diberi

kolostrum secara dini hanya 2

diantaranya yang muncul ikterus

fisiologis. Hal ini menunjukkan bayi

baru lahir yang tidak diberi kolostrum

secara dini cenderung muncul ikterus

fisiologis dengan kata lain bayi baru

lahir normal yang tidak diberi

kolostrum secara dini (27 dibanding 2)

13,5 kalilebih besar mengalami ikterus

fisiologis dibandingkan bayi yang

diberikan kolostrum secara dini.

Sebaliknya responden yang diberikan

kolostrum secara dini cenderung

muncul ikterus fisiologis (2 dibanding

27) 0,074 kali lebih kecil dibanding

bayi baru lahir normal yang tidak

diberikan kolostrum secara dini.

Adanya perbedaan kejadian

ikterus fisiologis pada bayi baru lahir

yang diberikan dan yang tidak

diberikan kolostrum secra dini

dipengaruhi banyak faktor, seperti ibu

yang tidak memungkinkan dalam

pemberian kolostrum dini. Seperti

yang telah disebutkan oleh Baskoro

(2007) kegawatdaruratan, komplikasi,

anatomi payudara yang kurang

mendukung proses menyusui dan

kondisi psikologis ibu yang kurang

mendukung yang dialami ibu selama

persalinan akan menghambat proses

pemberian kolostrum.Kebanyakan bayi

akan mengalami ikterus fisiologis

tergantung pada proses pemberian

kolostrum, pola menyusui, kondisi

Artathi Eka Suryandani, Ely Eko Agustina, Perbedaan Waktu Pemberian… 9

Page 10: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

kesehatan ibu dan bayi serta persepsi

menyusui yang benar (Wahidayat,

2007).

Tabel 5. Hasil Uji U – Mann Whitney Perbedaan Waktu Pemberian Kolostrum Dini terhadap Kejadian Ikterus Fisiologis pada Bayi Baru Lahir di RSU. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2013

Jenis Uji Kemunculan ikterus

Mann-

Whitney U

60,000

Wilcoxon W 801,000

Z -6,579

Asymp.Sign.

(2-tailed)

0,000

Sumber : Data Primer, Mei 2013

Tabel 5 menunjukkan hasil uji non

parametrik denganujiU Mann-Whitney

(U) dengan besar sampel lebih dari 20

sampel maka menggunakan nilai

signifikansi dari Z hitung dan

diperoleh angka signifikansi (nilai p)

dari Z hitung = 0,000. Karena nilai p <

0,05 maka ada perbedaan kejadian

ikterus fisiologis pada bayi baru lahir

dengan pemberian kolostrum dini dan

tidak diberi kolostrum secara dini di

RSU. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto tahun 2013.

Keberhasilan pemberian kolostrum

secara dini di pengaruhi oleh kondisi

fisik maupun psikologi ibu dan bayi,

serta dukungan dari tim medis dan

keluarga. Menurut Depkes RI (2005),

menangani kegawatdaruratan dan

komplikasi sedini mungkin secara tepat

akan mempercepat pulihnya kondisi

ibu sehingga ibu dapat memberikan

kolostrum secara dini kepada bayinya.

Pendidikan kesehatan tentang cara

menyusui yang benar juga alternatif

yang tepat untuk mempersiapkan

kemandirian ibu dalam memberikan

kolostrum secara benar.

Memberikan suport mental dapat

memberikan rasa tenang, mengurangi

stres selama persalinan dapat dilakukan

oleh keluarga dan petugas kesehatan.

Dengan dukungan yang positif maka

ibu akan melewati proses persalinan

dengan nyaman dan tidak

meninggalkan kesan traumatik.

Kondisi ibu yang telah mendukung

teori Berhman (2007) psikologi ibu

yang tenang dan dapat melewati proses

persalinan dengan baik maka ibu akan

lebih siap memberikan kolostrum pada

bayi karena tidak merasa terbebani dan

menyusui merupakan hal yang

menyenangkan.

10 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 1-12

Page 11: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

Faktor yang berasal dari bayi yang

menghambat pemberian kolostrum

adalah kelainan kongenital, bayi sakit,

tidak mau menyusu, demam, dan

mengalami bingung puting (Lissauer,

2006).

Maka dapat dikatakan bahwa

pemberian kolostrum dini benar-benar

dapat menurunkan waktu kejadian

ikterus fisiologis pada bayi baru lahir.

Keberhasilan ini membuktikan bahwa

dengan pemberian kolostrum secara

dini yaitu ≤ 6 jam setalah proses

persalinan dapat menurunkan waktu

kejadian ikterus fisiologis pada bayi

baru lahir. Memberikan kolostrum

secara dini akan mempercepat proses

pengeluaran feses yang di dalamya

terdapat birilubin direct dan indirect

sehingga tidak terjadi penumpukan

birilubin dalam darah yang merupakan

penyebab ikterus fisiologis pada bayi

baru lahir. Sehingga waktu kejadian

ikterus fisiologis dapat berkurang

dengan pemberian kolostrum secara

dini (Baskoro, 2008).

KESIMPULAN

Jumlah bayi yang diberikan

kolostrum secara dini (≤ 6 jam ) ada 30

responden dan 30 responden tidak

diberikan kolostrum secara dini ( > 6

jam), dari hasil penelitian 30 bayi baru

lahir yang mendapatkan kolostrum

secara dini 28 (46,7%) diantaranya

tidak muncul ikterus fisiologis dan 2

(3,3%) diantaranya mengalami ikterus

fisiologis. Sedangkan dari 30 bayi baru

lahir yang tidak mendapat kolostrum

secara dini, 27 (45,0%) diantaranya

muncul ikterus fisiologis dan 3 (5,0%)

tidak mengalami ikterus

fisiologis.Hasil uji statistik U Mann-

Whitney (U) diperoleh angka

signifikansi (nilai p) = 0,000. Karena

nilai p < 0,05, maka ada perbedaan

kejadian ikterus fisiologis pada bayi

baru lahir dengan pemberian kolostrum

dini dan tidak diberi kolostrum secara

dini.

DAFTAR PUSTAKA

Aurbach, K. G. (2003). Buku saku menyusui dan laktasi. Jakarta: EGC

Baskoro, A. (2008). ASI panduan praktis ibu menyusui. Yogyakrta: Banyu Media

Berhman, Kliegman, Arvin. (2000). Nelson ilmu kesehatan anak vol 1. Jakarta: EGC

Berhman, Kliegman. (2007). Nelson esensi pediatri edisi 4. Jakarta: EGC Dahlan, S. (2009). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Artathi Eka Suryandani, Ely Eko Agustina, Perbedaan Waktu Pemberian… 11

Page 12: PERBEDAAN WAKTU PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP …

Republik Indonesia. (2005). Manajemen laktasi bukupanduan bagi bidan dan petugas kesehatan di puskesmas, Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat

Lissauer, T. (2006). At a glancer neonatologi. Jakarta: Erlangga

Sayekti. (2006). Efektifitas sinar matahari terhadap penurunan ikterus. Malang: Unibra

Sri, A. (2008). Hubungan pemberian ASI terhadap daya tahan tubuh bayi. Solo: Panti Wiloso

Wahidayat. (2007). Ilmu kesehatan anak jilid 1 FKUI. Jakarta: EGC

Wahidayat. (2007). Ilmu kesehatan anak jilid 2 FKUI. Jakarta: EGC

Wahidayat. (2007). Ilmu kesehatan anak jilid 3 FKUI. Jakarta: EGG

12 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 1-12


Recommended