+ All Categories
Home > Documents > Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan...

Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan...

Date post: 10-May-2018
Category:
Upload: lamkien
View: 233 times
Download: 2 times
Share this document with a friend
25
Volume II Edisi Pertama 2012 19 J U R N AL K Y B E R N O L O G I Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan Mahasiswa Pemondok Dalam Pembangunan Kesehatan Berwawasan Lingkungan Di Jatinangor Kabupaten Sumedang Oleh : Soni A. Nulhaqim ABSTRACT The expected environment in Jatinangor is being a good environment to be the healthy environment, so there are need more effort to increase of healthy environment. In the research that the title is Planning of Locality Society and Student Empowering of Health Development in Seeing the Environment, purposed to know about health in Jatinangor, behavior of societies and students in healthy environment, also their role and efforts in Health Development in Seeing the Environment. Its included five health indicators, among they are healthy dwelling, cleaned water, water closet, rubbish, and neighborhood waste (RAKSA). This research used descriptive method and take the sample based the location of had large student number. The amount of respondent are 30 people from local society and 30 people from student. The study result, about the healthy dwelling is all respondenrs already permanent, and their efforts of respondents are still based on their habitual activities like open the door and window in the morning. And the respondent already have desire to take care the interaction among them. About the good water, the respondent use drill well or digging well. And their consumption of water from refill mineral water or bought mineral water. Their efforts to maintain the water is cleaning the water places. About water closet, all the respondents already have their own closet. And majority respondent already have septic tank. About the management of rubbish, all the respondents manage it by themselves, with throw their rubbish in to rubbish place but based this research the majority is burning their rubbish because in Jatinangor not yet has rubbish official. Neighborhood waste, the majority of respondent already have drainage ditch and the direction to the river. In doing the community empowerment of health development in seeing the environment, recommended that it should be implement Stakeholder Integration System of Community Empowerment of Health Development Based on Environment synchronizes all stakeholder system in order to carry out implemented strategies of flowered model,
Transcript
Page 1: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

19

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan Mahasiswa Pemondok Dalam

Pembangunan Kesehatan Berwawasan Lingkungan

Di Jatinangor Kabupaten Sumedang

Oleh : Soni A. Nulhaqim

ABSTRACT

The expected environment in Jatinangor is being a good environment to be the

healthy environment, so there are need more effort to increase of healthy environment. In

the research that the title is Planning of Locality Society and Student Empowering of

Health Development in Seeing the Environment, purposed to know about health in

Jatinangor, behavior of societies and students in healthy environment, also their role and

efforts in Health Development in Seeing the Environment. Its included five health

indicators, among they are healthy dwelling, cleaned water, water closet, rubbish, and

neighborhood waste (RAKSA). This research used descriptive method and take the sample

based the location of had large student number. The amount of respondent are 30 people

from local society and 30 people from student.

The study result, about the healthy dwelling is all respondenrs already permanent,

and their efforts of respondents are still based on their habitual activities like open the

door and window in the morning. And the respondent already have desire to take care the

interaction among them. About the good water, the respondent use drill well or digging

well. And their consumption of water from refill mineral water or bought mineral water.

Their efforts to maintain the water is cleaning the water places. About water closet, all the

respondents already have their own closet. And majority respondent already have septic

tank. About the management of rubbish, all the respondents manage it by themselves, with

throw their rubbish in to rubbish place but based this research the majority is burning

their rubbish because in Jatinangor not yet has rubbish official. Neighborhood waste, the

majority of respondent already have drainage ditch and the direction to the river.

In doing the community empowerment of health development in seeing the

environment, recommended that it should be implement Stakeholder Integration System of

Community Empowerment of Health Development Based on Environment synchronizes all

stakeholder system in order to carry out implemented strategies of flowered model,

Page 2: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

20

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

especially their who carry out the programs based five health indicators, among they are

healthy dwelling, cleaned water, water closet, rubbish, and neighborhood waste (RAKSA).

1. PENDAHULUAN

Jatinangor adalah salah satu kecamatan di Barat Kab. Sumedang dan dikenal sebagai

kawasan pendidikan, di dalamnya terdapat empat Perguruan Tinggi yaitu Universitas

Padjadjaran, Universitas Winaya Mukti, IKOPIN (Institut Koperasi dan Manajemen

Indonesia), dan IPDN (Institut Pendidikan Dalam Negeri). Maka dari itu pendatang yang

berasal dari luar dari daerah untuk menuntut ilmu di Jatinangor semakin banyak. Jumlah

pemondokan yang disediakan untuk mahasiswa terus bertambah, berdasarkan data

Kecamatan Jatinangor pada tahun 2002 jumlah pemondokan telah mencapai 927 buah dan

jumlah kamar 11.341 kamar, sedangkan jumlah kamar yang terisi yaitu 8.907. Jika melihat

jumlah mahasiswa yang mondok di Jatinangor cukup besar jika dibandingkan dengan

jumlah penduduk Jatinangor yaitu sebesar 68.411 jiwa.

Semakin banyaknya mahasiswa, maka pembangunan fisik di Jatinangor sangat cepat

untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dari luar, akibatnya pembangunan kurang

memperhatikan aspek pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan. Seperti

semerawutnya penataan pembangunan pondokan hingga lahan untuk serapan air semakin

berkurang, bahkan ada beberapa titik rawan air bersih, kemudian semakin banyaknya

pondokan maka dibutuhkan banyaknya tempat untuk septictank, jika tidak memperhatikan

hal ini maka sumber air bersih akan mudah tercemar, kemudian pengelolaan sampah masih

kurang, terutama dari fasilitas sampah. Maka diperlukan usaha-usaha dalam pembangunan

kesehatan yang berkesinambungan dengan mensinergikan antara masyarakat lokal dengan

mahasiswa pendatang yang mondok di daerah Jatinangor.

Lingkungan yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya

keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi

lingkungan yang memadai, perumahan dan permukiman yang sehat, perencanaan kawasan

yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-

menolong dalam memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Maka masa depan yang ingin

dicapai melalui pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan berwawasan

lingkungan dimana masyarakatnya hidup dalam lingkungan yang sehat dengan perilaku

yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu

Page 3: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

21

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

secara adil, merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sehingga

Kabupaten Sumedang dapat memberi andil cukup besar dalam pencapaian tujuan

Pembangunan Kesehatan Nasional yaitu Indonesia Sehat 2010.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, diperlukan usaha-usaha dalam

meningkatkan kesehatan masyarakat beserta lingkungannya dengan mendorong

kemandirian para mahasiswa pondokan dan masyarakat lokal untuk hidup sehat yaitu perlu

ditingkatkannya tingkat perilaku sehat mahasiswa pondokan dan masyarakat lokal dalam

pembangunan kesehatan terutama dalam lingkungan mereka, hingga pola perilaku mereka

dapat membentuk kondisi lingkungan yang kondusif untuk hidup sehat.

Upaya tersebut dilakukan melalui perencanaan pembangunan kesehatan yang

difokuskan pada pemberdayaan mahasiswa pondokan dan masyarakat lokal dalam

pembangunan kesehatan yang berwawasan lingkungan yang sehat agar terdorong

kemandirian masyarakat secara keseluruhan untuk hidup sehat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan identifikasi masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana keadaan lingkungan pemondokan Mahasiswa dan rumah penduduk?

2. Bagaimana keadaan keadaan air bersih di lingkungan pemondokan mahasiswa dan

rumah penduduk?

3. Bagaimana keadaan Kakus/MCK di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah

penduduk?

4. Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan pemondokan

mahasiswa dan rumah penduduk?

5. Bagaimana saluran pembuangan air limbah rumah tangga di lingkungan pemondokan

mahasiswa dan rumah penduduk?

6. Bagaimana perencanaan pemberdayaan masyarakat lokal dengan mahasiswa

pemondok dalam pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan?

Kemudian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari tentang:

1. Keadaan lingkungan pemondokan Mahasiswa dan rumah penduduk

2. Keadaan keadaan air bersih di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah

penduduk

3. Keadaan Kakus/MCK di lingkungan pemondokan mahasiswa dan rumah penduduk

Page 4: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

22

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

4. Keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan pemondokan

mahasiswa dan rumah penduduk

5. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga di lingkungan pemondokan mahasiswa

dan rumah penduduk

6. Perencanaan pemberdayaan masyarakat lokal dengan mahasiswa pemondok dalam

pembangunan kesehatan berwawasan lingkungan

Definisi Operasional

Guna mengarahkan penelitian ini, penyusun mengemukakan definisi operasional sebagai

berikut:

1. Pembangunan kesehatan adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan guna

mencapai hasil yang optimal.

2. Kesehatan berwawasan lingkungan adalah keadaan tempat tinggal masyarakat baik

individu, keluarga maupun masyarakat yang menunjang hidup sehat.

3. Pemberdayaan adalah kemandirian masyarakat untuk mengatasi permasalahannya

sendiri dalam menjalankan hidupnya.

4. Perencanaan adalah adalah proses dalam menyusun arah tujuan dengan

mempersiapkan tahapan-tahapan tertentu untuk mencapai tujuan tersebut.

5. Program-program yang ditujukan untuk mencapai tingkat kemandirian masyarakat

dalam pembangunan kesehatan dengan menjaga lingkungannya hingga menjadi

kondusif untuk hidup sehat.

6. Perencanaan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan berwawasan

lingkungan yaitu penyusunan arah tujuan program pembangunan kesehatan

berwawasan lingkungan dengan memegang prinsip partisipasi, kemandirian, dan

kesinambungan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan teknik survey. Serta untuk

mendapat dukungan data, dalam penelitian ini mengambil beberapa orang untuk di

wawancara tersturktur. Penelitian ini dilakukan di Jatinangor, Kabupaten Sumedang

dengan sasaran populasi adalah mahasiswa pondokan, masyarakat lokal, tokoh masyarakat

Page 5: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

23

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

dan aparat pemerintah khususnya instansi terkait yang memiliki kewenangan dalam

perencanaan pembangunan kesehatan baik dari tingkat II maupun sampai tingkat

kecamatan. Penentuan wilayah berdasarkan jumlah mahasiswa yang paling banyak

berdasarkan data di pemerintahan kecamatan Jatinangor. Teknik penentuan menggunakan

Quota random samling yaitu dengan mengambil sampel 30 responden mahasiswa yang

tinggal di pemondokan dan 30 responden masyarakat setempat. Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara accidental random sampling

Untuk keperluan analisis kajian ini, data atau informasi yang dikumpulkan berasal

dari data hasil wawancara kepada masyarakat dalam pembangunan kesehatan berwawasan

lingkungan Kemudian data juga diperoleh dari tokoh masyarakat setempat dalam bentuk

indepth interview dan data penunjang lainnya dari dinas-dinas atau sumber-sumber lain.

Untuk melengkapi kajian ini dilakukan pula penelusuran dari berbagai kebijakan atau

dokumen yang terkait dengan kajian ini.

Data yang terkumpul, terutama hasil kuesioner diproses dengan menggunakan

program SPSS, yaitu program statistik dengan menggunakan alat bantu komputer.

Sebelum data di proses terlebih dahulu dilakukan coding data yaitu kegiatan untuk

mengklasifikasikan jawaban responden ke dalam kelompok-kelompok yang telah

ditentukan, hal ini dilakukan terutama pada jawaban yang bersifat terbuka. Setelah

kegiatan coding dilakukan maka proses berikutnya adalah entry data yaitu kegiatan

memasukan data hasil wawancara yang telah melewati proses peng-codingan ke dalam

program SPSS yang selanjutnya dilakukan pengolah data. Hasil dari pengolahan data

ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi. Sementara informasi dari Instansi pemerintah

dilakukan melalui kategori data, pengecekan data oleh informan dan pengungkapan

informasi secara naratif.

2. KAJIAN PUSTAKA

Mahasiswa Pemondok

Mahasiswa pemondok sebagai pendatang biasanya harus melakukan penyyesuaian-

penyesuaian kebudayaan, baik dari segi bahasa maupun adat istiadat. Norma-norma,

kebiasaan dan tata kelakuan dipelajari dan dilaksanakan oleh mahasiswa pemondok agar

menjadi bagian dari masyarakat tersebut sehingga dapat terjalin kehidupan masyarakat

Page 6: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

24

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

yang baik. Interaksi sosial tersebut membawa perubahan-perubahan yang diharapkan

memberikan kemajuan bagi kedua belah pihak, terutama masyarakat setempat. Hal ini

selaras dengan yang diungkapkan oleh Astrid S. Susanto (1983) bahwa :

“ …tugas pemuda adalah membentuk „agency of sociual change (for pfogress)‟

yang diarahkan pada falsafah hidup masyarakat dengan manusia yang bermartabat”

Mahasiswa dapat melakukan perubahan-peruabahn itu dengan cara berpartisipasi

dan ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat. Partisipasi sosial

menurut Holil Soelaiman (1985:6) adalah :

“keterlibatan aktif warga masyarakat baik secara perorangan, kelompok atau dalam

kesatuan masyarakat, dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan

pelaksanaan program pelayanan social dan pembangunan masyarakat yang

dilaksanakan di luar maupun di dalam Lingkungan masyarakat atas dasar kesadaran

dan tanggung jawab sosialnya”

Mahasiswa pemondok sebagai sivitas memiliki kewajiban untuk membawa

pencerahan intelektual bagi masyarakat sekitarnya. Salah satu cara yaitu dilakukan dengan

berpartisipasi mahasiswa pemondok dalam kegiatan masyarakat terutama dalam bidang

kesehatan lingkungan. Masyarakat tentunya memiliki harapan akan keberadaan mahasiswa

pemondok untuk berpartisipasi di lingkungan sekitarnya seperti yang dinyatakan oleh Dudi

Supardi :

“Kami sebagai masyarakat Jatinangor, benar-benar berharap mahasiswa dapat

memposisikan dirinya di masyarakat….Kami berharap mahasiswa bisa

berpartisipasi supaya ada keseimbangan antara masyarakat asli dengan mahasiswa”

(Tabloid Djatinangor, 2002:8)

Pemberdayaan Masyarakat

Upaya pembangunan sosial pada dasarnya merupakan suatu pemberdayaan

masyarakat. Bagi seorang pelaku perubahan, hal yang dilakukan terhadap klien mereka

(baik individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas) adalah upaya memberdayakan

(mengembangkan klien dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya)

guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam kaitan dengan ini, Payne dalam Adi

Page 7: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

25

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

(2000 : 32) mengemukakan bahwa suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya

ditujukan guna :

Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan

tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk

mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini

dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk

menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari

lingkungannya.

Istilah pemberdayaan masyarakat menunjukkan digunakannya berbagai pendekatan

dan teknik dalam suatu program tertentu pada masyarakat-masyarakat lokal sebagai

kesatuan tindakan dan mengusahakan perpaduan diantara bantuan yang berasal dari luar

dengan keputusan dan upaya masyarakat lokal yang diorganisasikan. Program ini

dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong prakarsa dan kepemimpinan lokal sebagai

salah satu perubahan primer (Definisi PBB dalam Soetarso, 1994 : 5-10).

Terkait dengan isu Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan, maka dalam bidang

Ilmu Kesejahteraan Sosial dikenal dua bentuk intervensi sosial yang dikembangkan guna

meningkatkan taraf hidup masyarakat, intervensi di level (tingkat) Mikro (Individu,

keluarga, dan kelompok) dan Makro (komunitas dan Organisasi). Intervensi di tingkat

makro merupakan bentuk intervensi dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial yang dugunakan

untuk melakukan perubahan dan pemberdayaan pada tingkat komunitas dan organisasi.

Intervensi makro dikenal dengan istilah yang berbeda di beberapa negara, antara lain

istilah community work atau community organization. Intervensi komunitas itu sendiri

pada dasarnya terdiri dari beberapa model intervensi antara lain yang dikemukakan oleh

Glen yang mengacu pada model intervensi community development (pengembangan

masyarakat), community action (aksi komunitas) dan community services approach

(pendekatan pelayanan masyarakat).

Netting dalam Adi (2001 : 34) mengemukakan pemberdayaan masyarakat

merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka melakukan

perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas. Kemudian Rothman

dan Tropman (1987 : 3) menyatakan intervensi makro mencakup berbagai metode

profesional yang digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu,

Page 8: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

26

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

kelompok dan keluarga, yaitu : organisasi, komunitas baik ditingkat lokal, regional

maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan

masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersifat klinis, tetapi lebih memfokuskan

pada pendekatan sosial yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih

baik di masyarakat.

Terlihat beragamnya istilah yang digunakan para akademis untuk menggambarkan

bentuk Intervensi Makro dalam bidang pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Meskipun

ada perbedaan dalam pengkategorian, tetapi secara mendasar mereka membicarakan suatu

yang sama. pada intinya melihat bahwa „Intervensi Makro‟ (Macro Intervention),

Intervensi Komunitas (Community intervention), „community work‟, „social work Macro

Practice‟ merujuk pada praktek dan kegiatan yang sama yaitu : Pengembangan Masyarakat

(community development), Aksi Komunitas (Community action), dan Pendekatan

Pelayanan Masyarakat (community services approach).

Teknik Analisis SWOT

Organisasi, pada hakekatnya merupakan suatu ecological entity, yakni merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan di sekitarnya, dan ikut memberikan

pengaruh terhadap maju mundurnya organisasi. Dapat dikatakan pula bahwa sebagai suatu

etentitas, organisasi tidak beroperasi di ruang hampa, melainkan berinteraksi dengan

unsur-unsur lingkungannya, baik internal maupun eksternal.

Sehubungan dengan adanya interaksi antar organisasi dengan unsur-unsur

lingkungannya tadi, maka seluruh pendukung organisasi perlu menentukan respon agar

dapat mengantisipasi setiap kemungkinan yang terjadi, khususnya yang memberikan

dampak negatif bagi organisasi. Tujuan akhir dari upaya merespon kondisi ini adalah untuk

mempertahankan hidup organisasi (survive). Kemudian untuk dapat menentukan respon

yang tepat dan akurat, maka organisasi perlu melakukan analisis faktor internal (kekuatan

dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman). Dari analisis dua faktor ini

diharapkan agar akan dihasilkan sinergi untuk mencapai tujuan organisasi.

Selanjutnya untuk mengarah pada suatu strategi yang sinergis, perlu

diidentifikasikan berbagai alternatif tindakan yang mungkin dapat ditempuh. Pada tahap

inilah terdapat proses seleksi atau pemilihan alternatif yang paling feasible, applicable,

serta accountable. Namun perlu diperhatikan bahwa penentuan tindakan alternatif

Page 9: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

27

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

(alternative actions) menjadi tindakan terpilih (decided actions), harus berjalan seiring

dengan norma-norma yang lebih tinggi yang menjadi visi dan misi organisasi yang

bersangkutan. Dalam kaitan ini, visi dilakukan sebagai suatu kondisi yang ingin

diraih/dituju (what you are going to be?) ; sedangkan misi adalah suatu tindakan yang

harus dilakukan untuk menju ke arah yang diinginkan (what are you going to do?). setelah

ditentukan tindakan yang harus dilakukan, maka langkah terakhir adalah menentukan

rencana tindak lanjut (plan of actions) dari setiap rencana secara terperinci.

Analisis SWOT merupakan suatu proses kreatif dalam merencanakan strategi,

kebijakan, dan program-program kerja suatu organisasi atau unit organisasi dengan

memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan internal dan eksternal organisasi tersebut,

baik dari sisi positif maupun sisi negatifnya. Dengan kata lain, analisis SWOT adalah

identifikasi berbagai faktor sacara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan,

dengan cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun pada saat bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan dan ancaman (Freddy Rangkuti, 1997: 19).

Dalam bentuk tabel, lingkungan internal dan lingkungan eksternalanisasi beserta sisi

positif dan negatifnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel

Lingkungan Internal dan Eksternal Organisasi dan Sifatnya

+/- Internal Eksternal

Positif Strenght (Kekuatan) Opportunity

(Peluang)

Negatif Weaknesses

(Kelemahan)

Threat

(Ancaman)

3. HASIL PENELITIAN DAN DAN PEMBAHASAN

Keadaan lingkungan tempat tinggal Mahasiswa dan tempat tinggal penduduk

Dalam pembangunan kesehatan penglolaan keehatan lingkungan sangat penting

karena merupakan salah satu kebijakan umum untuk mencapai Indonesia Sehat 2010.

Peneliti menspesifikasikan kesehatan lingkungan ke dalam 5 (lima) aspek yaitu Rumah

Sehat. Air Bersih, Kakus, Sampah, dan Air Limbah (RAKSA).

Hasil penelitian tentang kebijakan dalam kesehatan berwawasan lingkungan

berdasarkan persepsi masyarakat Sumedang terutama di daerah Jatinangor. Terhadap

kelima kajian dalam kesehatan lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut :

Page 10: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

28

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Rumah Sehat

Sebelum masuk ke kebutuhan-kebutuhan dalam rumah sehat, peneliti

mengkategorikan rumah responden yaitu rumah tergabung dengan kos-kosan atau terpisah,

hasilnya yaitu seperti pada berikut ini :

Tabel

Kategori Rumah

Uraian Penduduk Lokal Mahasiswa

F % F %

Rumah Tergabung Dengan Kosan

7 23,3 9 30

Rumah Terpisah Dengan Kosan

23 76,7 21 70

TOTAL 30 100 30 100 Sumber: Penelitian 2006

Berdasarkan tabel tersebut, kategorisasi rumah dan kosan terpisah paling banyak

hingga dapat dikatakan interaksi sosial antara penduduk lokal dengan mahasiswa belum

dapat dikatakan baik. Berpisahnya rumah penduduk lokal dengan mahasiswa akan

memperlebar jarak antara mahasiswa dengan penduduk lokal. Sehingga transfer

knowledge yang diharapkan dari mahasiswa sebagai agent of change terhadap penduduk

lokal tidak akan berjalan dengan semestinya.

A. Kebutuhan Fisiologis

Persepsi responden mengenai rumah sehat sangat bervariatif, jika dilihat dari jenis

rumah yaitu permanen, semi permanen dan non permanent. Untuk keadaan jenis rumah

dapat dikatakan rumah penduduk lokal sudah cukup baik, ini dapat terlihat dari 30

responden yang di teliti 93,3% memliki rumah yang permanen. Memiliki rumah yang

permanen secara langsung berkorelasi terhadap peningkatan kesehatan yang bersangkutan.

Rumah yang permanen akan memiliki sanitasi yang lebih baik dari rumah yang semi

permanen maupun yang non permanen. Sedangkan pondokan/kos-kosan mahasiswa,

seluruh rumah pondokan/kos-kosan mahasiswa (100%) adalah rumah permanen.

Kemudian, mengenai jenis lantai seluruh responden baik penduduk lokal maupun

mahasiswa menyatakan memiliki jenis lantai bertegel. Jenis rumah yang bertegel dapat

menunjang tingkat kesehatan yang baik, karena dikorelasikan rumah bertegel terhindar dari

Page 11: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

29

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

kotoran-kotoran di dalam rumah, dan kemudahan untuk membersihkan keadaan rumah.

Hal inipun sama dengan kepemilikan jendela seluruhnya (100%) menjawab memiliki

jendela. Kepemilikan jendela sangat penting dalam rumah, terutama untuk menjaga udara

atau pencahayaan di dalam rumah. Dari hasil penelitian, seluruh responden memiliki

jendela rumah, karena sudah semestinya jendela ada di tiap rumah mapun tempat kost.

Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga udara di rumah.

Berdasarkan hasil penelitian, jawaban dari penduduk lokal maupun mahasiswa bermacam-

macam, tapi mayoritas lebih banyak menjawab upaya yang dilakukan adalah jendela dan

pintu dibuka sebanyak 36,7% bagi penduduk lokal sedangkan mahasiswa sebanayk 50%. ,

Tabel

Upaya Menjaga Udara di Rumah

Uraian Penduduk Mahasiswa

F % F %

Lingkungan fisik rumah terbuka untuk

pencahayaan

9 30 9 30

Jendela dan Pintu sering dibuka 11 36,7 15 50

Penanaman pohon di halaman 2 6,7 1 3,3

Lingkungan rumah terbuka dan Jendela/pintu

sering dibuka

4 13,3 3 10

Jendela/pintu sering dibuka dan penanaman

pohon

3 10 - -

Lingkungan Fisik terbuka, jendela/pintu dibuka,

penanaman pohon di halaman

1 3,3 2 6,7

TOTAL 30 100 30 100

Sumber: Penelitian

Page 12: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

30

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Berikutnya adalah penjelasan mengenai sinar matahari secara dapat langsung masuk

ke dalam rumah/kos mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian sebesar 80% responden

penduduk lokal menjawab bahwa sinar matahari dapat langsung masuk kedalam rumah

mereka. Sedangkan untuk mahasiswa pondokan, cahaya matahari yang dapat langsung

masuk kedalam rumah pondokan/kos-kosan adalah sebagai berikut: sebesar 83,3%

responden. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar rumah

penduduk lokal dan kos-kosan memiliki teknik pengaturan cahaya yang baik dimana

pengaturan cahaya yang baik ini akan berpengaruh pula pada kualitas kesehatan penduduk.

Sedangkan upaya yang dilakukan penduduk lokal maupun mahasiswa, dari

berbagai jenis upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga pencahayaan, upaya yang

dilakukan sebagaimana telah disebutkan diatas, upaya membuka pintu dan jendela adalah

upaya yang paling banyak dilakukan oleh responden mahasiswa. Hal ini dilakukan karena

upaya membuka jendela dan pintu adalah upaya yang mudah dan praktis untuk dilakukan

mengingat kesibukan mahasiswa yang padat sehingga berbagai bentuk upaya lainya yang

menyita waktu dan tenaga tidak memungkinkan untuk dilakukan.

B. Kebutuhan Psikologis

Komunikasi sebagai salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia sebagai

mahluk sosial. Komunikasi yang baik memungkinkan seseorang untuk menjalankan tugas

(task) dan perannya (role) secara baik dalam konteks kehidupan bermasyarakat.

Kualitas komunikasi antar anggota keluarga dari responden penduduk lokal dapat

diketahui bahwa 100% responden, menilai bahwa kualitas komunikasi antar anggota

keluarga mereka adalah baik. Kualitas komunikasi yang baik ini sangat erat kaitannya

dengan berbagi upaya yang dilakukan oleh responden dalam menjaga keharmonisan

komunikasi diantara anggota keluarga. Upaya-upaya tersebut secara umum berdasarkan

penelitian ini yaitu menyediakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga adalah upaya

yang dilakukan oleh 60% responden penduduk lokal, upaya lainnya yaitu dengan

mengupayakan adanya ruangan khusus untuk berkumpul bersama, sedangkan upaya

lainnya adalah komunikasi saat makan bersama.

Dari berbagai upaya yang dilakukan oleh penduduk lokal untuk menjaga

keharmonisan komunikasi diantara anggota keluarga, upaya dengan menyediakan waktu

khusus untuk berkumpul bersama keluarga merupakan upaya yang paling banyak

Page 13: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

31

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

dilakukan. Dari berbagai upaya yang dilakukan oleh penduduk lokal dapat disimpulkan

bahwa berbagai upaya tersebut cukup efektif, hal ini dapat dilihat dari penilaian responden

mengenai kualitas komunikasi antar anggota keluarga dimana seluruh responden

mengatakan bahwa kualitas komunikasi diantara anggota keluarga mereka adalah baik.

Sedangkan mengenai keadaan komunikasi diantara para penghuni kosan yang

ditanyakan sebesar 66,7% menjawab bahwa mereka melakukan komunikasi setiap hari

dengan penghuni kosan lainnya. 30% melakukan komunikasi 3 s/d 5 hari dalam seminggu

dan 3,3% melakukan komunikasi sebanyak 1 s/d 2 hari dalam seminggu dengan penghuni

kostan lainnya Dari jumlah (kuantitas) komunikasi antar mahasiswa penghuni kosan

sebagaimana secara umum telah tergambarkan dalam penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa kualitas komunikasi antar para penghuni kostan adalah cukup baik

walapun terdapat beberapa pengecualian pada kasus-kasus tertentu.

Kemudian mengenai keadaan interaksi/komunikasi antara mahasiswa pemondok

dengan penduduk lokal dan sebaliknya adalah sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian

responden dari penduduk lokal lebih banyak menjawab cukup yaitu (kadang-kadang)

sebanyak 50%, kemudian yang menjawab baik berjumlah 43,3%, kemudian yang

menjawab kurang hanya 6,7%. Sedangkan menurut responden dari mahasiswa keadaan

interaksi mereka dengan penduduk lokal lebih banyak menjawab kurang yaitu 43,3%,

Cukup (Kadang-kadang) sebanyak 36,7%, sedangkan sisanya 20% mengatakan baik.

Perbedaan jawaban antara mahasiswa dengan penduduk lokal dikarenakan

penduduk lebih aktif untuk memulai terjadinya komunikasi dengan mahasiswa. Sedangkan

mahasiswa lebih banyak berkomunikasi dengan sesama mahasiswa. Bagi mereka

komunikasi dengan penduduk lokal agak sulit karena mahasiswa masih merasa takut jika

terjadi permasalahan yang melibatkan penduduk lokal, terutama dengan pemuda-pemuda

lokal. Sedangkan penduduk lokal sendiri sangat berkeinginan untuk mengenal dengan

mahasiswa yang berada di daerahnya. Tetapi akibat perbedaan pandangan dimana

penduduk merasa mahasiswa yang harus memulai terjadinya komunikasi sedangkan

mahasiswa sendiri masih ada rasa takut untuk berinteraksi menyebabkan komunikasi

jarang terjadi hanya sebatas mengenal penduduk yang memiliki warung atau tempat

makan, yang biasa di singgahi oleh mahasiswa tersebut.

Berdasarkan penelitian bahwa cara atau upaya utama yang di tempuh oleh kedua

belah pihak, baik itu pihak penduduk lokal ataupun pihak mahasiswa pondokan adalah

Page 14: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

32

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

dengan senyum, bertegur sapa dan mengobrol, hal ini sesuai dengan kebiasaan dan adat

istiadat didaerah priangan/sunda dimana bentuk komunikasi nonverbal seperti

tersenyum,membungkukan bandan dan bentuk komunikasi verbal seperti bertegur sapa

merupakan suatu bentuk pengejawantahan dari nilai-nilai kesopanan yang dianut oleh

masyarakat. Selain itu dari tabel tersebut diketahui pula bahwa lokasi/tempat terjadinya

komunikasi/interaksi antara mahasiswa pondokan dengan penduduk lokal sering kali

terjadi di warung-warung dan tempat-tempat ibadah. hal ini mengandung makna bahwa

tempat-tempat tersebut memiliki arti yang sangat penting untuk menunjang terpeliharanya

komunikasi dan interaksi yang harmonis diantara kedua belah pihak. Suatu fakta lain yang

juga dapat ditemukan tersebut bahwa terdapat 30% mahasiswa yang tidak melakukan

upaya apapun untuk manjaga dan memelihara komunikasi. Dari hal tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa mahasiswa kurang manganggap arti penting komunikasi dengan

penduduk lokal.

C. Memenuhi persyaratan pencegahan penyakit antar penghuni rumah

Untuk memenuhi syarat rumah sehat maka harus memenuh persyaratan pencegahan

penyakit antar anggota keluarga salah satunya yaitu mencegah vektor pembawa penyakit

seperti tikus dan kecoa. Berikut ini adalah penjelasan mengenai upaya-upaya yang

dilakukan oleh penduduk lokal dan Mahasiswa untuk mencegah sumber penyakit :

Upaya yang paling banyak dilakukan oleh penduduk lokal maupun mahasiswa

dalam mencegah penyebaran vektor/sumber penyakit adalah dengan membersihkan rumah

atau kosan secara rutin atau teratur masing-masing sebanyak penduduk lokal sebanyak

53,3% dan mahasiswa sebanyak 70%. Sedangkan upaya-upaya lainnya baik responden

mahasiswa maupun penduduk lokal memiliki persentasi yang sedikit. upaya-upaya tersebut

adalah: Menyimpan barang-barang bekas ditempat yang bersih, tempat sampah ditutup

agar tidak bisa dimasuki oleh tikus, menyimpan makan secara tertutup rapat. Kemudian

responden yang memilih upaya secara keseluruhan hanya 6,7% dari penduduk lokal dan

dari mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelian tersebut baik mahasiswa maupun penduduk lokal

memiliki kebiasaan yang sama untuk mencegah penyebaran vektor penyakit dengan cara

membersihkan rumah atau kosan secara rutin/teratur yang mereka anggap upaya tersebut

sudah cukup untuk mencegah penyebaran vektor penyakit.

Page 15: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

33

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Keadaan dan pengelolaan keadaan air bersih di lingkungan pemondokan mahasiswa

dan rumah penduduk

Air Bersih

Pengelolaan kesehatan lingkungan juga mencakup air bersih. Pada kehidupan ini

air memegang peranan yang sangat penting oleh karena itu kajian air bersih termasuk

dalam kajian kesehatan lingkungan. Dalam penelitian khusus mengenai sumber air bersih

ini, jawaban satu orang responden bisa lebih dari satu pilihan jawaban.

Berdasarkan hasil penelitian sumber air yang paling banyak digunakan baik oleh

penduduk lokal maupun mahasiswa adalah sumur bor hal ini ditunjukan dari 53,3%

penduduk lokal dan 60% mahasiswa. Seperti pada tabel berikut ini:

Tabel

Sumber Air Bersih

Uraian

Penduduk

Lokal Mahasiswa

F % F %

Sumur Galian 10 33,3 9 30

Sumur Bor 16 53,3 18 60

Ledeng (PAM) 1 3,3 2 6,7

Sumuir galian dan sumur bor 2 6,7 - -

Sumur galian dan sumber air

orang lain (tetangga) 1 3,3 - -

Artesis 1 3,3

Total 30 100 30 100

Sumber: Penelitian

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui, untuk kos-kosan mahasiswa

sudah menggunakan teknologi penyedot air dan banyak pula yang menggunakan air

ledeng. sedangkan untuk penduduk lokal sudah menggunakan sumur bor dan masih ada

pula yang menggunakan sumur galian tradisional, bahkan masih ada yang menumpang ke

Page 16: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

34

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

sumber air milik orang lain. Kemudian penduduk lokal tidak menggunakan air ledeng

karena penggunaan air ledeng memerlukan biaya tambahan bulannya. Kemudian sumber

air baik penduduk lokal maupun mahasiswa pondokan tidak mengelami kekeringan saat

musim kemarau, hal ini dikarenakan masih cukup ketersediaan air tanah di Jatinangor,

hanya saja da beberapa lokasi yang airnya berkurang. Bahkan kualitas air tanah di lokasi

penelitian dapat dinilai cukup baik karena air tersebut dapat dikonsumsi (dimasak terlebih

dulu). Namun bagi mahasiswa mayoritas air untuk dikonsumsi oleh mereka lebih memilih

untuk membeli air isi ulang atau membeli air mineral seperti pada keterangan berikut ini.

Berdasarkan hasil temuan diatas dapat disimpulkan bahwa walaupun air tanah di

lokasi penelitian secara kasat mata merupakan air yang layak minum tetapi kebanyakan

responden memilih untuk membeli air bersih untuk konsumsi mereka sehari-hari. Akan

tetapi kecenderungan untuk membeli air lebih banyak ditunjukan oleh responden

mahasiswa yaitu sebesar 50% sedangkan penduduk lokal hanya berjumlah 30% dari

keseluruhan responden. Perbedaan kecenderungan ini disebabkan pebedaan tingkat

ekonomi dari mahasiswa pondokan dengan penduduk lokal, selain itu hal tersebut

disebabkan pula oleh kebiasaan penduduk lokal dalam pola konsumsi air minum dimana

secara turun-temurun mereka sudah terbiasa untuk mengkonsumsi air minum dari sumber-

sumber air tanah mereka.

Sedangkan upaya pengelolaan air bersih seperti pada tabel beirkut:

Page 17: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

35

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Tabel

Upaya Pengelolaan Air Bersih

Uraian

Penduduk Lokal

Mahasiswa

F % F %

Membersihkan tempat penampungan air 12 40 10 33,3

Sumber air berjarak 10m dari septic tank 1 3,3 2 6,7

Sumur diplester 1 3,3 1 3,3

Tidak mengotori sumber air 5 16,7 8 26,7

Dibuatkan penyaringan air 1 3,3 3 10

Membersihkan penampungan dan Sumber air 10m dari septic tank

3 10 2 6,7

Membersihkan penampungan air dan tidak mengotori sumber air

3 10 1 3,3

Membersihkan penampungan dan dibuatkan penyaringan 2 6,7 1 3,3

Tidak mengotori sumber air dan dibuatkan penyaringan 1 3,3 1 3,3

Membersihkan tempat penampungan air, Sumber air 10m dari septic tank dan dibuatkan penyaringan air

- - 1 3,3

Total 30 100 30 100

Sumber: Penelitian

Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui upaya yang dilakukan oleh kedua

kelompok responden dalam pengelolaan air bersih relatif sama yaitu dengan

membersihkan tempat penampungan air secara berkala. Upaya ini menjadi salah satu

bagian dari pembersihan rumah/kos secara berskala.

Page 18: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

36

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Keadaan dan pengelolaan Kakus/MCK

Kakus/MCK

WC/kakus merupakan sarana penting sebagai penunjang kesehatan lingkungan.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kakus/WC dimiliki oleh 100% responden baik itu

dari penduduk lokal maupun mahasiswa pondokan. hasil temuan ini mengindikasikan

bahwa kakus/WC merupakan sarana yang dinilai sangat penting keberadaannya oleh kedua

belah pihak baik itu mahasiswa pondokan dan penduduk lokal.

Sedangkan kepemilikan septic tank baik sebagai sarana penunjang bagi terciptanya

lingkungan yang sehat cukup besar. Dari responden penduduk lokal yang diambil sebagai

sampel 93,7% mennjawab memiliki septic tank dan sisanya 3,3% menjawab tidak

memiliki septic tank. Sedangkan mahasiswa penghuni kos-kosan terdapat 90% menjawab

memiliki septic tank dan 10% menjawab tidak tahu.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa septic tank merupakan sarana yang

sangat dominan digunakan untuk membuang limbah dan kotoran dalam wilayah penelitian

ini. Rumah pondokan mahasiswa (kos-kosan) dan rumah penduduk lokal menggunakan

septic tank guna memenuhi kebutuhan akan kesehatan lingkungan. Lebih kecilnya angka

kepemilikan septic tank dari responden mahasiswa sedikit banyak juga dipengaruhi oleh

ketidaktahuan responden tersebut akan ada tidaknya septic tank di kos-kosan yang mereka

huni.

Sedangkan jarak septic tank baik penduduk lokal maupun mahasiswa pondokan

menyatakan j 60% responden penduduk lokal dan 40% responden mahasiswa menjawab

bahwa jarak antara septic tank dan sumber air adalah dekat atau kurang darii 5 m. Jarak

antara septic tank dan sumber air akan mempengaruhi kualitas air yang tersedia. Semakin

dekat jarak atara sumber air dengan septic tank maka semakin buruklah kualitas sumber air

tersbut. Jarak minimal antara sumber air dan septic tank merupakan hal yang harus

diperhatikan dan dipenuhi agar kualitas air dari sumber air yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak

Jarak yang dekat antara sumber air dengan septic tank ini disebabkan karena

kepadatan penduduk sehingga tidak memungkinkan/sulit untuk membuat septic tank yang

jaraknnya jauh dari sumber air. Untuk responden mahasiswa terdapat 50% yang menjawab

bahwa jarak antara sumber air dan septic tank cukup jauh (lebih dari 5 m) hal ini

Page 19: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

37

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

dikarenakan kos-kosan memiliki lahan yang relatif lebih luas sehingga memungkinkan

dibuatnya septic tank dan sumber air yang agak berjauhan.

Keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah

Sampah

Sampah merupakan hal yang seringkali menjadi masalah. Permasalahan sampah ini

selain diakrenakan perilaku masyarakat juga dikarenakan oleh sarana dan prasana yang

kurang. Penjelasan berikut menunjukan tempat pembuangan sampah yang ditanyakan pada

responden penduduk lokal dan mahasiswa penghuni kos-kosan di lokasi penelitian

Berdasarkan hasil penelitian 83,3% responden dari penduduk lokal dan 90% dari

responden mahasiswa menjawab bahwa mereka membuang sampah di tong sampah.

Kemudian 10% masing-masing dari penduduk lokal maupun mahasiswa menjawab

membuang sampah di lubang galian, kemudian bagi responden penduduk lokal ada 3,3%

yang membuang sampah di lahan kosong.

Berdasarkan keterangan tersebut mayoritas mahasiswa maupun penduduk lokal

sudah membuang sampah di tempat sampah, berdasarkan hasil observasi tempat sampah

ini merupakan tempat sampah yang cukup untuk membuang sampah rumah tangga,

terutama bagi mahasiswa, mereka memiliki tong sampah khusus di kamar mereka dan

dibuang oleh mereka ke tempat sampah di kos-nya, dan sampah ini dibuang atau di bakar

oleh penjaga kos-nya.

Sedangkan frekuensi pengangkutan ke TPS seperti pada tabel berikut ini:

Tabel

Frekuensi Pengangkutan Sampah Dari Rumah Tangga/Kost ke TPS

Uraian Penduduk Lokal Mahasiswa

F % F %

Setiap hari 10 33,3 10 33,3

Dua hari sekali 11 36,7 7 23,3

Tiap minggu 4 13,3 6 20

Tidak ada 5 16,7 7 23,3

Total 30 100 30 100

Sumber: Penelitian 2006

Page 20: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

38

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pengangkutan sampah dari rumah

baik itu kos-kosan maupun rumah milik penduduk dilakukan secara rutin dengan jadwal

tertentu. Akan tetapi terdapat 16,7% dari penduduk lokal dan 23,3% dari mahasiswa yang

manyatakan bahwa tidak ada pengangkutan sampah.

Sedangkan beberapa cara dan upaya yang dilakukan apabila sampah dari rumah

tidak diangkut. Responden penduduk lokal yang melakukan pembakaran sampah apabila

tidak ada yang mengangkut adalah 53,3%. Upaya lainnya adalah dengan mengangkut

sendiri sampahnya adalah 26,6%, didiamkan saja sebesar 6,7% dan dikubur sebesar 10%.

Adapula responden penduduk lokal yang menjawab bahwa pengangkutan sampah tidak

pernah yaitu sebesar 3,3%.

Bagi mahasiswa penghuni kos-kosan upaya yang paling sering dilakukan adalah

dengan membakar sampah tersebut yaitu 76,6%. Sedangkan yang melakukan upaya

membuang sampah tersebut ke sungai adalah 3,3%, didiamkan saja sebanyak 13,3% dan

yang menjawab tidak pernah telat adalah 6,7%.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa upaya yang paling banyak dilakukan untuk

mengantisipasi sampah apabila tidak diangkut adalah dengan membakar sampah tersebut.

Hal ini sangat berkaitan dengan kebiasaan masyarakat, dimana membakar sampah

merupakan cara yang paling praktis dan tidak merepotkan meskipun sebagian besar

responden tersebut juga menyadari bahwa membakar sampah dapat menimbulkan resiko

lainnya dan juga dapat menimbulkan polusi udara. upaya lainnya yang juga cukup banyak

dilakukan adalah dengan mengangkut sendiri sampah tersebut ke TPS. Pengangkutan

sendiri sampah ke TPS-TPS cenderung dilakukan oleh penduduk dan mahasiswa yang

tempat tinggalnnya relatif dekat dengan lokasi TPS.

Dalam hal pemilahan sampah menjadi sampah basah dan sampah kering, hasil temuan di

lapangan menunjukan bahwa hanya sebagian kecil dari penduduk lokal dan mahasiswa

yang melakukan pemilahan sampah menjadi sampah basah dan sampah kering sebelum

dibuang. Terdapat 3,3% penduduk lokal dan 20% mahasiswa yang melakukan pemilahan

sampah tersebut. Sebagian besar responden tidak melakukan pemilahan sampah yaitu

sebesar 96,7% dari penduduk lokal dan 80% dari mahasiswa penghuni kos-kosan.

Berdasarkan keterangan tersebut ternyata kesadaran responden baik mahasiswa

maupun penduduk lokal masih kurang karena masih banyak yang tidak memilah sampah

Page 21: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

39

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Sedangkan ketika ditanyakan mengenai adakah permasalahan yang dihadapi dalam

pemilahan sampah. Bagi responden penduduk lokal sebagian besar yaitu 73,3%

memberikan jawaban bahwa ada permasalahan dalam pemilahan sampah tersebut.

Sedangkan yang menjawab tidak ada permasaslahan adalah sebesar 26,7%.

Bagi mahasiswa penghuni pondokan responden yang menjawab tidak ada

permasalahan dalam hal pemilahan sampah adalah 43,3% dan responden yang yang

menjawab permasalahan yang umumnya dirasakan dalam hal pemilahan sampah menjadi

sampah basah dan sampah kering adalah kerena malas sebesar 20%. Kemudian responden

yang tidak memberikan jawaban ada sebesar 20%.

Berdasarkan hasil penelitian khususnya mengenai pemilahan sampah untuk

penduduk lokal masih terbiasa digabungkan menjadi satu, karena mereka belum terlalu

paham akan pentingnya mengenai pemilahan sampah. Bahkan dari beberapa responden

masih menanyakan fasilitas yang kurang terutama tempat sampah umum, oleh karena itu

mereka banyak juga yang langsung membakar sampah mereka. Sedangkan mahasiswa

lebih banyak yang beralasan malas, karena mereka masih memikirkan kepraktisan untuk

digabungkan saja, karenamereka berpendapat tidak ada pengaruhnya bagi mereka meski

sampah itu digabung atau dipisah.

Keadaan dan pengelolaan saluran pembuangan air limbah

Air Limbah

Kajian berikut adalah mengenai air limbah, terutama mengenai saluran air limbah

dari rumah tangga atau kos-kosan. Berikut adalah penjelasan mengenai arah saluran

pembungan air limbah dari rumah tangga yang ditanyakan pada responden penduduk lokal

dan responden mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian arah saluran pembuangan air limbah yang dibuang ke

selokan umum adalah 80% dari peduduk lokal dan 70% dari responden mahasiswa

penghuni kos-kosan. Arah saluran pembuangan air limbah ke sungai sebesar 6,7% dari

penduduk lokal dan 3,3% dari mahasiswa. Kemudian 3,3% responden penduduk lokal

lainnya menjawab arah saluran pembuangan air limbahnya ke kolam penampungan dan

sedangkan mahasiswa menjawab arah saluran ke kolam penampungan sebesar 10%.

Kemudian responden penduduk lokal menjawab arah saluran selain ke kolam

penampungan juga ke selokan umum sebesar 3,3%. Sedangkan responden mahasiswa ada

Page 22: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

40

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

yang tidak menjawab yaitu sebesar 13,3%, hal ini dikarenakan mereka tidak tahu arah

saluran air limbah dari kos-an mereka.

Kemudian ada upaya-upaya yang dilakukan oleh responden untuk merawat saluran

air limbah mereka, berikut adalah penjelasan yang menjelaskan upaya-upaya yang

dilakukan baik oleh penduduk lokal maupun mahasiswa dalam merawat saluran air

mereka.

Berdasarkan hasil wawancara, jawaban responden sangat bervariatif. Upaya yang

dilakukan untuk merawat SPAL (saluran pembuangan air limbah) diantaranya dilakukan

dengan : membersihkan secara rutin dilakukan oleh 3,3% dari penduduk lokal dan 23,3%

dari mahasiswa. Upaya lainnya dengan tidak membuang sampah ke SPAL dilakukan oleh

dilakukan oleh responden penduduk lokal sebesar 30% sedangkan responden mahasiswa

menjawab sebesar 33,3%. Menutup SPAL dilakukan oleh dilakukan oleh penduduk lokal

sebesar 33,3% dan oleh responden mahasiswa sebesar 3,3%. Sedangkan responden yang

melakukan 2 upaya sekaligus yaitu membersihkan SPAL secara rutin dan tidak membuang

sampah ke SPAL dilakukan oleh 6,7% penduduk lokal dan responden mahasiswa

menjawab sebesar 3,3%. Upaya lainnya dengan tidak membuang sampah ke SPAL dan

menutup SPAL dilakukan oleh responden penduduk lokal sebesar 6,7% dan responden

mahasiswa sebesar 6,7%.

Untuk responden penduduk lokal terdapat upaya lainnya yaitu dengan tidak

membuang sampah dan menggunakan penyaring dari kawat kasa sebesar 3,3%, upaya

lainnya dengan membuat saluran dari semen dan tidak membuang sampah sebesar 3,3%,

kemudian upaya membuat penampungan dan tidak membuang sampah sebesar 3,3%.

Bagi responden mahasiswa terdapat 13,3% yang tidak menjawab karena tidak

melakukan upaya apapun untuk menjaga saluran pembuangan air limbah kemudian mereka

juga yang menjawab tidak mengetahui apakah di kos-nya terdapat saluran limbah atau

tidak. Sedangkan penduduk lokal terdapat 6,7% yang tidak menjawab karena mereka tidak

memiliki saluran air limbah.

Dari data diatas dapat diamati bahwa upaya yang paling banyak dilakukan untuk

memelihara SPAL adalah dengan membersihkan secara rutin dan tidak membuang sampah

ke dalam SPAL. Upaya ini dilakukan karena upaya tersebut merupakan upaya yang relatif

mudah dilakukan dan bagian dari upaya menjaga kebersihan lingkungan secara umum.

Page 23: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

41

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Masalah yang lebih krusial adalah masalah sosial, sebab, perkembangan pembangunan

Jatinangor umumnya baru bisa dinikmati kaum pendatang saja, sedangkan warga pribumi

Jatinangor nyaris tertinggal, malah bisa dikatakan tersisih.

Dengan melihat keadaan tersebut menyebabkan kawasan pendidikan ini

menyimpan permasalahan yang besar, terutama dalam kesehatan lingkungan seperti

saluran pembuangan air limbah rumah tangga yang kotor dengan sampah, dan semakin

banyak air buangan dari rumah-rumah atau kos-kosan menyebabkan saluran air

limbah/sungai kecil yang menampung air buangan kurang memadai terutama jika hujan

tiba, banjir dapat mengancam di beberapa wilayah di Jatinangor, terutama di ruas-ruas

jalan tertentu karena saluran air yang mampet karena sampah.

Hal ini juga tampak dari sangat minimnya fasilitas untuk pembuangan sampah,

masih banyak lahan-lahan kosong dijadikan pembuangan sampah. Hal ini sangat

memprihatinkan karena tidak terlihat fasilitas tempat sampah di sepanjang jalan di

Jatinangor, tempat sampah hanya tersedia di dalam lokasi kampus.

Selain itu pada penelitian ini dikaji pula mnegenai penyakit diare untuk mengetahui

sebaran penyakit yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa responden yang menderita penyakit diare selama satu bulan

terakhir adalah 10% responden dari penduduk lokal dan 16,7% dari mahasiswa. Penyakit

diare yang disebabkan oleh kuman penyakit merupakan salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat kualitas lingkungan suatu wilayah. Penyakit diare lebih

banyak diderita oleh mahasiswa penghuni kos-kosan dari pada penduduk lokal sangat

berkaitan dengan pola konsumsi mahasiswa penghuni kos-kosan dimana mahasiswa kos-

kosan membeli makanan untuk kebutuhan konsumsinya setiap hari, dan biasanya mereka

membeli di tempat-tempat yang agak kotor tempatnya.

Kemudian tujuan utama jika ada teman/kerabat/anggota keluarga yang sakit adalah

responden dari penduduk lokal lebih banyak memilih berobat di puskesmas yaitu sebanyak

66,6%, kemudian menjawab ke rumah sakit sebesar 26,7%, sedangkan ke klinik dan

dengan membeli obat warung masing-masing sebesar 3,3%. Hal ini berbeda jauh dengan

jawaban responden dari mahasiswa, jawaban dari mahasiswa berfariatif dengan angka

relatif sama, yang pertama ke Puskesmas sebanyak 30%, kemudian menjawab ke UPT

sebanyak 26,7%, ke klinik 16,7% dan jawaban membeli obat ke warung dan pergi ke

rumah sakit masing-masing sebesar 13,3%.

Page 24: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

42

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

Berdasarkan data tersebut tersebut dapat diketahui bahwa jawaban mahasiswa

dengan penduduk lokal cukup berbeda, bagi penduduk lokal masih banyak yang berobat di

Puskesmas sedangkan mahasiswa cendeung sama, tergantung kedekatan lokasinya, bahkan

mahasiswa yang memerlukan pegobatan cepat klinik dan UPT siap melayani 24 jam.

4. KESIMPULAN

Rumah Sehat mayoritas sudah permanen sedangkan upaya-upaya yang dilakukan

responden untuk menjaga rumah sehat hanya berupa kebiasaan responden seperti

membuka pintu atau jendela, sedangkan tiap responden sudah memiliki keinginan untuk

menjaga keharmonisan interaksi antara penduduk lokal dengan mahasiswa dan sebaliknya.

Air Bersih, sumber air untuk keperluan mandi di dapat dari sumur bor atau galian.

Sedangkan untuk dikonsumsi lebih banyak yang membeli kemasan isi ulang atau membeli

air mineral. Upaya-upaya responden mahasiswa maupun penduduk untuk menjaga agar air

tidak kootr yaitu memilih dengan membesihkan tempat penampungan air. Kakus/MCK,

mayoritas sudah memiliki kakus/MCK sendiri, dan mayoritas sudah menggunakan septic

tank. Sampah, sebagian besar responden mengurus sampah rumah tangga sendiri, dengan

membuang di tong sampah, namun setelah itu banyak dengan cara dibakar sebab petugas

kebersihan belum ada (belum ada yang mengangkut sampah). Air Limbah Rumah Tangga,

Mayoritas responden sudah memiliki saluran air limbah rumah tangga dan arah aliran air

tersebut menuju ke saluran air (selokan) umum.

Dalam mengatasi permasalahan Kesehatan Lingkungan, maka diiperlukan suatu

Kerja sama yaitu kemitraan dari semua pihak dan sinkronisasi terutama dalam

menjalankan program-program berdasarkan bidang Rumah Sehat, Air Bersih, Kakus,

Sampah, dan Air limbah.

Page 25: Perencanaan Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan …pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/5-Kebijakan...Bagaimana keadaan pembuangan dan pengelolaan sampah di lingkungan ...

Volume II Edisi Pertama 2012

43

J U R N AL K Y B E R N O L O G I

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas (Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis). FEUI. Jakarta.

I.L. Pasiribu. 1986. Sosiologi Pembangunan. Tarsito. Bandung

Ife, Jim (1995), Community Development: Creating Community Alternatives,Vision,

Analysis and Practice, Longman, Australia,

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004

(2004). Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Parsons, Ruth J., James D. Jorgensen, Santos H. Hernandez, 1994. The Integration of

Social Work Practice. Wadsworth, Inc., California.

Pasiribu, Amudi. 1983. Pengantar Statistik. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Profil Kecamatan Jatinangor. 2005

Rappaport, J., 1984. Studies in Empowerment: Introduction to the Issue, Prevention In

Human Issue. USA.

Swift, C., & G. Levin, 1987. Empowerment: An Emerging Mental Health Technology,

Journal of Primary Preventio. USA.


Recommended