+ All Categories
Home > Documents > PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Date post: 23-Nov-2021
Category:
Upload: others
View: 11 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
14
PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU DALAM BAHASA SENTANI, PAPUA Description Of Semantical Lexeme Of The Sagoo Processing Tool In The Sentani Language, Papua Normawati Balai Bahasa Papua Jalan Yoka, Waena, Heram, Jayapura, Papua 99358 HP 081344362519, 081344659719, pos-el: [email protected] Diajukan: 12 Januari 2019, direvisi: 2 Mei 2019 Abstract This short writing makes an effort to study any various semantical lexeme of sagoo processing tools in Sentani language, Papua. The stage of this research consist of collecting data, analyzing data and presenting data analysis. Then, she got oral and written data for this research. Those data, then, has been analyzed using analysis of lexical components method by several phase with selecting data to determine any meaning class which is mutually collocated and presumed to form a specific domain than determine contiguity relationship intersense in several lexemes. Analysis result shows that various semantical lexeme in Sentani language for these tools are eleven lexemes. Those are classified into three groups. They are (1) tools or equipment for cutting sago tree, (2) tools for pounding, and (3) tools for squeezing sagoo. Subdomain meaning of ‘tools for cutting sagoo tree’ lexemes are devided into three, namely, ramayali ‘machete’, ramekahu ‘axe’, and onggi ‘crowbar’. Key words: semantic, lexeme, sagoo processing tool, Sentani Abstrak Tulisan ringkas ini berupaya mengkaji varian semantik leksem alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Langkah kerja penelitian ini, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, dan pemaparan hasil pengolahan data. Data diperoleh dari data lisan dan data tertulis. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menerapkan metode analisis komponen leksikal dengan menyeleksi data untuk menentukan kelompok makna saling berkolokasi yang diperkirakan membentuk satu medan makna tertentu kemudian menentukan hubungan kontinguitas antarmakna yang terdapat dalam sejumlah leksem. Hasil analisis menunjukkan bahwa varian semantik leksem alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani berjumlah sebelas leksem. Leksem-leksem tersebut diklasifikasikan menjadi (1) peralatan menebang sagu, (2) peralatan proses menokok sagu, dan (3) peralatan proses meramas sagu. Kata kunci: semantik, leksem, alat pengolah sagu, bahasa Sentani
Transcript
Page 1: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU DALAM BAHASA SENTANI, PAPUA

Description Of Semantical Lexeme Of The Sagoo Processing Tool

In The Sentani Language, Papua

Normawati

Balai Bahasa Papua Jalan Yoka, Waena, Heram, Jayapura, Papua 99358

HP 081344362519, 081344659719, pos-el: [email protected] Diajukan: 12 Januari 2019, direvisi: 2 Mei 2019

Abstract

This short writing makes an effort to study any various semantical lexeme of sagoo processing tools in Sentani language, Papua. The stage of this research consist of collecting data, analyzing data and presenting data analysis. Then, she got oral and written data for this research. Those data, then, has been analyzed using analysis of lexical components method by several phase with selecting data to determine any meaning class which is mutually collocated and presumed to form a specific domain than determine contiguity relationship intersense in several lexemes. Analysis result shows that various semantical lexeme in Sentani language for these tools are eleven lexemes. Those are classified into three groups. They are (1) tools or equipment for cutting sago tree, (2) tools for pounding, and (3) tools for squeezing sagoo. Subdomain meaning of ‘tools for cutting sagoo tree’ lexemes are devided into three, namely, ramayali ‘machete’, ramekahu ‘axe’, and onggi ‘crowbar’. Key words: semantic, lexeme, sagoo processing tool, Sentani

Abstrak

Tulisan ringkas ini berupaya mengkaji varian semantik leksem alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Langkah kerja penelitian ini, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, dan pemaparan hasil pengolahan data. Data diperoleh dari data lisan dan data tertulis. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menerapkan metode analisis komponen leksikal dengan menyeleksi data untuk menentukan kelompok makna saling berkolokasi yang diperkirakan membentuk satu medan makna tertentu kemudian menentukan hubungan kontinguitas antarmakna yang terdapat dalam sejumlah leksem. Hasil analisis menunjukkan bahwa varian semantik leksem alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani berjumlah sebelas leksem. Leksem-leksem tersebut diklasifikasikan menjadi (1) peralatan menebang sagu, (2) peralatan proses menokok sagu, dan (3) peralatan proses meramas sagu. Kata kunci: semantik, leksem, alat pengolah sagu, bahasa Sentani

Page 2: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Kelasa, Vol.14,No.1, Juni 2019: 23—36

1. Pendahuluan Bahasa merupakan cerminan budaya

suatu bangsa. Hal itu dapat dimaknai bahwa selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga merupakan sumber daya yang mampu mengungkap sebuah misteri budaya. Pengungkapan budaya suatu bangsa hanya dapat dilakukan oleh bahasa. Berkembang tidaknya suatu budaya tercermin dari bahasanya. Cerminan itu tampak pada keberadaan bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan bagian dari kekayaan budaya nasional, yang bagi masyarakat penuturnya memiliki fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) alat interaksi verbal di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat tempat bahasa tersebut digunakan.

Bahasa Sentani merupakan satu di antara 307 bahasa daerah yang terdapat di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2013). Bahasa tersebut tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Sentani, Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Walaupun berada di tengah gempuran budaya global, bahasa Sentani masih bertahan hingga saat ini. Bahasa Sentani merupakan masa depan budaya masyarakat lokal yang menjadi sumber imajinasi, kreativitas, dan daya cipta sehingga perlu dibina dan dilestarikan untuk merevitalisasi jati diri dan integritas bangsa. Jika bahasa tersebut tidak lagi dijaga dan dicintai, niscaya nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya akan luntur. Oleh sebab itu, upaya penyelamatan bahasa daerah Sentani perlu dilakukan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mempertahankan, membina, dan melestarikan bahasa Sentani adalah dengan melakukan kajian yang

bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan terhadap bahasa Sentani. Kajian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan masyarakat, khususnya generasi penerus bahasa Sentani. Selain bidang budaya, bahasa Sentani sudah banyak dikaji oleh pemerhati bahasa dan sastra, di antaranya bidang semantik. Kajian bidang semantik sangat menarik dilakukan terhadap bahasa Sentani karena kajian bidang ini mampu mengungkap makna tersendiri sebuah kata, khususnya leksem-leksem alat-alat pengolah sagu. Dengan adanya kajian ini sangat bermanfaat untuk menjelaskan secara representatif makna-makna leksem alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani.

Memang pengkajian tentang semantik dalam berbagai bahasa daerah di Indonesia telah banyak dilakukan, antara lain oleh Ermaida (2004) “Medan Makna Aktivitas Tangan dalam Bahasa Mandar”; Susilawati (2005) “Analisis Semantik Verba Bermakna ‘Menyakiti’ dalam Bahasa Melayu Palembang”; Sutana (2010) tentang “Perian Semantik Leksem Alat-Alat Pertukangan Seng/Patri dalam Bahasa Jawa”; Megaria, Wahyu, dan Dian Indira (2013) “Aktivitas Tangan Membersihkan dalam Bahasa Lampung Dialek Pesisir Lampung Barat”; dan Suryatin (2014) tentang “Analisis Semantik Verba Bermakna ‘Menyakiti’ dalam Bahasa Banjar”; Parwati (2018) “Verba Memasak dalam Bahasa Bali: Kajian Metabahasa Semantik Alami (MSA)”. Beberapa penelitian mengenai sagu pernah diulas oleh para peneliti, di antaranya Tulalessy (2016) dan Warami (2013). Tulalessy mengulas “Sagu sebagai Makanan Rakyat dan Sumber Informasi Budaya Masyarakat Inanwatan: Kajian Folklor Non Lisan”. Sementara itu, Warami (2013) mengulas

Page 3: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Perian Semantik Leksem…(Normawati)

25

“Pengetahuan Kesaguan Guyub Tutur Biak Numfor-Papua: Studi Awal Linguistik Kebudayaan”. Namun, sejauh pengamatan peneliti, pengkajian semantik leksem alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani belum pernah dilakukan.

Walaupun kajian tentang perian makna telah banyak dilakukan, kajian ini berbeda dengan kajian-kajian sebelumnya. Perbedaan itu terletak pada objek kajiannya. Oleh sebab itu, masalah utama penelitian ini adalah leksem-leksem apa sajakah yang tergolong leksem alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani? Dengan adanya kajian seperti ini diharapkan dapat mengungkap seluruh leksem dan hierarki leksem-leksem alat penokok sagu dalam bahasa Sentani. Selanjutnya, dari hasil analisis tersebut secara tidak langsung dapat memberikan sumbangan dalam penyusunan kamus dan tesaurus yang komprehensif, baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Sentani. Selain itu, deskripsi ini juga dapat membantu penerjemahan dan penyusunan bahasa.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah perian semantik leksem alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani. Penelitian ini bertolak dari data yang berupa leksem atau kata yang menyatakan alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani. Untuk itu, yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah leksem-leksem yang mengungkap makna alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani.

Menurut Kridalaksana (1982:98) leksem adalah satuan leksikal dasar yang abstrak yang mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata. Pengolah menurut KBBI V (2016) adalah alat atau orang yang mengolah.

Sebagai landasan kerja, kerangka teori yang digunakan dalam penelitian

ini menggunakan teori analisis komponen makna Nida (1975) dan teori semantik leksikal Pateda (2010). Nida (1975:174) menyatakan bahwa pada dasarnya medan makna itu terdiri atas seperangkat makna yang mempunyai komponen umum yang sama. Analisis komponen makna dapat dilakukan terhadap leksem-leksem dalam satu medan makna dan satuan leksikal, yaitu kesatuan makna yang dapat dijelaskan sampai pada komponen sekecil-kecilnya. Fitur-fitur medan makna tersebut dapat dilihat dari segi (1) bentuk/ukuran, (2) tingkat-tingkat dalam hierarki, (3) keanggotaan kata, (4) kebermacaman kata, dan (5) lingkungan kata. Selanjutnya, medan makna yang terdapat dalam setiap leksem tersebut diuraikan dengan menggunakan teknik analisis definisi komponensial.

Lebih lengkapnya, Nida (1975: 32—67) melakukan analisis komponen leksikal seperti dijelaskan dalam bukunya Componential Analysis of Meaning dengan langkah-langkah seperti berikut. Pertama, menyeleksi data untuk menentukan kelompok makna saling berkolokasi yang diperkirakan membentuk satu medan makna tertentu. Misalnya, menyatakan sejumlah leksem yang berhubungan dengan alat pengolah sagu yang berkaitan dengan peralatan menebang sagu, seperti ramayali ‘parang’, ramekahu ‘kapak’, dan onggi ‘linggis kayu’ dan seterusnya menjadi satu medan makna tertentu. Kedua, menentukan hubungan kontinguitas antarmakna yang terdapat dalam sejumlah leksem. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan Nida (1975) bahwa berdasarkan hubungan antarmakna yang terdapat dalam sejumlah leksem pada ‘alat pengolah sagu’ terdapat hubungan makna kontinguitas, yakni

Page 4: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Kelasa, Vol.14,No.1, Juni 2019: 23—36

26

hubungan makna yang terdapat dalam satu wilayah makna yang sekurang-kurangnya satu komponen makna membedakan makna yang satu dengan yang lain.

Selain itu, menurut Leech (2003:14) analisis komponensial digunakan untuk mereduksi makna kata ke dalam unsur-unsur kontrastif yang paling kecil. Sebagai contoh leksem ramayali ‘parang’ memiliki komponen makna (dimensi bahan +BESI BAJA; dimensi WUJUD +PANJANG, +TAJAM, dan +KERAS; dan dimensi FUNGSI +sebagai PEMOTONG). Sementara itu, leksem ramekahu ‘kapak’ (dari dimensi BAHAN +TUBUH dan +PEGANGAN; komponen makna TUBUH terdapat komponen +LOGAM; komponen makna PEGANGAN terdapat komponen +KAYU; pada dimensi WUJUD +PANGKAL dan +UJUNG. Pada komponen makna PANGKAL terdapat komponen +PERSEGI; +BERMATA. Pada komponen makna UJUNG terdapat komponen +BERTANGKAI KAYU PANJANG. Pada dimensi FUNGSI, leksem ramekahu ‘kapak’ terdapat komponen +BERTANGKAI KAYU PANJANG. Pada dimensi FUNGSI, leksem ramekahu ‘kapak’ terdapat komponen makna +SEBAGAI PEMOTONG DAN PEMBELAH. Lambang-lambang (+ dan -) ini disebut sebagai definisi komponensial. 2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Langkah kerja penelitian ini, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, dan pemaparan hasil pengolahan data. Pengumpulan data menggunakan metode simak libat cakap dan teknik cakap. Peneliti mendengarkan dan mencatat data dari narasumber penutur bahasa Sentani sekaligus ikut berpartisipasi sambil menyimak. Setelah diperoleh, data lalu

dicatat dalam kartu data (bdk Sudaryanto, 2015: 6—8). Data yang sudah dicatat dalam kartu data kemudian dikelompokkan berdasarkan semantik leksikalnya. Data dalam penelitian ini adalah semua bentuk leksem yang menunjukkan alat pengolah sagu. Data tersebut diambil dari pemakaian bahasa Sentani baik secara lisan maupun tertulis. Sumber data lisan diperoleh dari berbagai bentuk percakapan berbahasa Sentani yang ditemukan di lingkungan peneliti. Sumber tertulis diambil dari berbagai buku cerita rakyat, kamus bahasa Sentani—bahasa Indonesia, dan buku-buku terkait yang berhubungan dengan alat pengolah sagu. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menerapkan metode analisis komponen leksikal seperti dijelaskan dalam Componential Analysis of Meaning (Nida, 1975: 32—67). 3. Hasil dan Pembahasan

Sagu merupakan salah satu makanan pokok sebagian besar masyarakat Papua tak terkecuali masyarakat Sentani, Kabupaten Jayapura. Oleh karena itu, alat pengolah sagu merupakan salah satu identitas masyarakat Sentani walaupun sejalan perkembangan zaman alat-alat tersebut sudah banyak tergantikan oleh alat-alat modern. Alat pengolah sagu ini merupakan suatu alat yang bentuk, struktur, dan fungsinya diwariskan secara turun-temurun serta dapat digunakan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Selain digunakan untuk mengolah sagu, alat-alat ini juga dapat digunakan untuk mengolah pertanian dan melakukan aktivitas keperluan rumah tangga lainnya.

Di dalam kajian ini, alat pengolah sagu dibedakan menjadi tiga bagian,

Page 5: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Perian Semantik Leksem…(Normawati)

27

yaitu (1) peralatan yang digunakan dalam menebang sagu, (2) peralatan yang digunakan dalam proses menokok sagu, dan (3) peralatan yang digunakan dalam proses meremas sagu. Berikut ini akan diuraikan satu per satu masing-masing komponen alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani.

Peralatan Menebang Sagu

Dalam bahasa Sentani ditemukan tiga leksem yang termasuk ke dalam peralatan menebang sagu. Adapun yang termasuk peralatan menebang sagu ini adalah (1) ramayali ‘parang’, ramekahu ‘kapak’, dan onggi ‘linggis’. Berikut diuraikan peralatan tersebut satu persatu. Leksem Ramayali ‘Parang’

Leksem ramayali ‘parang’ bermakna alat untuk membersihkan areal pohon sagu dari tanaman di sekitarnya sehingga memudahkan untuk menebangnya; alat untuk memotong pelepah sagu dan membersihkan pohon sagu setelah roboh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V (2016), leksem ramayali ‘parang’ bermakna pisau besar (lebih besar daripada pisau biasa tetapi

lebih pendek daripada pedang); golok. Dari penjelasan tersebut, leksem ramayali ‘parang’ dapat diamati dari dimensi BAHAN, WUJUD, dan FUNGSINYA. Pada dimensi BAHAN, leksem ramayali ‘parang’ terbuat dari +BESI BAJA. Pada dimensi WUJUD leksem ramayali ‘parang’ terdapat komponen +PANJANG, +TAJAM, dan +KERAS. Pada dimensi FUNGSI, leksem ramayali ‘parang’ terdapat komponen makna + PEMOTONG. Dengan mencermati komponen-komponen makna tersebut, dapat dirumuskan bahwa leksem ramayali ‘parang’ bermakna sejenis pisau besar yang terbuat dari besi baja, bentuknya panjang, tajam, dan keras digunakan untuk memotong pelepah sagu atau membersihkan pohon sagu setelah rebah. Agar lebih jelas, komponen makna leksem ramayali ‘parang’ dapat dilihat pada matriks di bawah ini.

3.1.2 Leksem Ramekahu ‘Kapak’ Leksem ramekahu ‘kapak’

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V (2016), bermakna alat yang terbuat dari logam, bermata, dan bertangkai panjang; beliung besar untuk menebang pohon (membelah kayu dan sebagainya). Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini, leksem ramekahu ‘kapak’ dalam konteks peralatan mengolah sagu, bermakna sejenis alat dari logam digunakan untuk menebang dan membelah pohon sagu menjadi dua bagian dengan

bantuan onggi ‘linggis kayu’. Dari penjelasan tersebut, leksem ramekahu ‘kapak’ dapat diamati dari dimensi BAHAN, WUJUD, DAN FUNGSINYA. Dari dimensi BAHAN, leksem ramekahu ‘kapak’ terdapat komponen makna TUBUH dan PEGANGAN. Pada komponen makna TUBUH terdapat komponen + LOGAM. Pada komponen makna PEGANGAN terdapat komponen + KAYU. Pada dimensi WUJUD, leksem ramekahu ‘kapak’ terdapat komponen PANGKAL dan UJUNG. Pada komponen makna PANGKAL terdapat komponen + PERSEGI; +BERMATA. Pada komponen makna

DIMENSI BAHAN

WUJUD FUNGSI

KOMPONEN MAKNA

LEKSEM

BESI BAJ

A

PANJAN

G

TAJAM

PEMOTONG

Ramayali + + + +

Page 6: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Kelasa, Vol.14,No.1, Juni 2019: 23—36

28

UJUNG terdapat komponen + BERTANGKAI KAYU PANJANG. Pada dimensi FUNGSI, leksem ramekahu ‘kapak’ terdapat komponen makna +SEBAGAI PEMOTONG DAN PEMBELAH.

Dengan mencermati komponen-komponen makna yang diuraikan tersebut, dapat dirumuskan bahwa

leksem ramekahu ‘kapak’ bermakna sejenis alat yang terbuat dari logam bermata persegi, bertangkai panjang digunakan untuk memotong dn membelah pohon sagu menjadi dua bagian. Agar lebih jelas, komponen makna leksem ramekahu ‘kapak’ dapat dilihat pada matriks di bawah ini.

DIMENSI

BAHAN WUJUD FUNGSI

TU

BU

H

PE

GA

NG

A

N

PANGKAL UJUNG

KOMPONEN MAKNA

LEKSEM L

OG

AM

KA

YU

PE

R

SEG

I

BE

R

MA

TA

BE

RT

AN

GK

AI

KA

YU

P

AN

JAN

G

PE

M

OT

ON

G

PE

M

BE

LA

H

ramekahu + + + + + +

3.1.3 LeksemOnggi ‘Linggis Kayu’ Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V (2016), leksem ‘linggis kayu’ bermakna sepotong besi yang tajam ujungnya (untuk menggali tanah yang keras, membelah batu, dan sebagainya); perejang; alabangka. Namun, dalam konteks alat pengolah sagu pada masyarakat Sentani, leksem onggi ‘linggis kayu’ bermakna sejenis tongkat kayu panjang yang ujungnya runcing digunakan untuk membelah pohon sagu menjadi dua bagian sehingga dapat ditokok isinya. Berdasarkan uraian tersebut, leksem onggi ‘linggis kayu’ memiliki dimensi BAHAN, WUJUD, dan FUNGSI. Pada dimensi BAHAN, leksem onggi ‘linggis kayu’ terdapat komponen +

KAYU. Pada dimensi WUJUD, leksem onggi ‘linggis kayu’ terdapat komponen + PANJANG; + UJUNGNYA RUNCING. Pada dimensi FUNGSI, leksem onggi ‘linggis kayu’ terdapat komponen + SEBAGAI PEMBELAH. Pada komponen SASARAN, leksem onggi ‘linggis kayu’ terdapat komponen + KAYU. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa leksem onggi ‘linggis kayu’ mempunyai makna ‘alat yang terbuat dari kayu panjang, ujungna runcing digunakan untuk membelah pohon sagu setelah ditebang’. Untuk lebih jelasnya, komponen makna leksem onggi ‘linggis kayu’ tersebut dapat dipetakan pada matriks di bawah ini.

DIMENSI BAHAN WUJUD FUNGSI

Page 7: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Perian Semantik Leksem…(Normawati)

29

KOMPONEN MAKNA LEKSEM

KAYU PANJANG UJUNGNYA RUNCING

PEMBELAH

Onggi + + + +

Peralatan dalam Proses Menokok Sagu

Peralatan yang digunakan dalam proses menokok sagu di Sentani terdiri atas dua jenis, yakni femea ‘penokok sagu’ dan oloong ‘tempat menaruh empulur’. Berikut diuraikan satu per satu analisis komponen masing-masing peralatan yang digunakan dalam proses menokok sagu dalam bahasa Sentani. Leksem Femea ‘Penokok Sagu’

Femea merupakan alat penokok yang terbuat dari kayu yang diikat oleh rotan. Ujung alat penokok sagu dibuat dari satu gelang besi agar dapat menghancurkan empulur batang. Namun, saat ini seiring dengan perkembangan teknologi alat penokok ini sudah jarang digunakan. Femea sebagai simbol ekonomi keluarga/marga dari setiap kampung di Kabupaten Jayapura khususnya di seputar danau Sentani. Ada bagian dari femea, yaitu bagian pegangan sengaja dibuat runcing untuk dipergunakan sebagai senjata apabila ada serangan dari binatang buas atau musuh. Leksem Oloong ‘Tempat Menaruh Empulur’ Empulur Sagu (Metroxylon Sagu)

Leksem oloong ‘tempat menaruh empulur’ merupakan alat yang terbuat dari anyaman daun

sagu tempat menaruh empulur sagu yang telah ditokok sebelum diremas. Leksem oloong ‘anyaman daun sagu’ dalam konteks ini bermakna alat untuk membersihkan areal pohon sagu dari tanaman di sekitarnya sehingga memudahkan untuk menebangnya; alat untuk memotong pelepah sagu dan membersihkan pohon sagu setelah roboh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, leksem ramayali ‘parang’ bermakna pisau besar (lebih besar daripada pisau biasa tetapi lebih pendek daripada pedang); golok. Dari penjelasan tersebut, leksem ramayali ‘parang’ dapat diamati dari dimensi BAHAN, WUJUD, dan FUNGSINYA. Pada dimensi BAHAN, leksem ramayali ‘parang’ terbuat dari +BESI BAJA. Pada dimensi WUJUD leksem ramayali ‘parang’ terdapat komponen +PANJANG, +TAJAM, dan +KERAS. Pada dimensi FUNGSI, leksem ramayali ‘parang’ terdapat komponen makna + PEMOTONG. Dengan mencermati komponen-komponen makna tersebut, dapat dirumuskan bahwa leksem ramayali ‘parang’ bermakna sejenis pisau besar yang terbuat dari besi baja, bentuknya panjang, tajam, dan keras digunakan untuk memotong pelepah sagu atau membersihkan pohon sagu setelah rebah. Agar

Page 8: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Kelasa, Vol.14,No.1, Juni 2019: 23—36

30

lebih jelas, komponen makna leksem ramayali ‘parang’

dapat dilihat pada matriks di bawah ini.

Peralatan dalam Proses Meremas Sagu

Peralatan yang digunakan dalam proses meremas sagu dalam bahasa Sentani dikenal enam leksem, yakni filing ‘pelepah sagu’, bai/wa ‘pelepah pohon nibung’, me’aa ‘gabah pendek’, hurulai ‘gabah panjang’, hem ‘saringan kain’, dan khanggali ‘saringan anyaman’. Adapun analisis komponen masing-masing alat dalam proses meremas sagu dalam bahasa Sentani ini diuraikan satu per satu pada bagian berikut ini. Leksem Filing ‘Pelepah Sagu’

Menurut KBBI V (2016), leksem filing ‘pelepah sagu’ tulang daun yang terbesar (tt daun pisang, daun pepaya, dsb); tangkai daun nyiur dan sebagainya. Namun, dalam konteks ini pelepah yang dimaksud adalah pelepah atau tulang daun dari sagu digunakan sebagai tempat

menaruh empulur sagu (Metroxylon sagu) yang akan diperas dengan air untuk menghasilkan sagu.

Berdasarkan uraian tersebut, leksem filing ‘pelepah sagu’ memiliki dimensi BAHAN, WUJUD, dan FUNGSI. Pada dimensi BAHAN, leksem filing ‘pelepah sagu’ terdapat komponen +KAYU. Pada dimensi WUJUD, leksem filing ‘pelepah sagu’ terdapat komponen +PANJANG. Pada dimensi FUNGSI, leksem filing ‘pelepah sagu’ terdapat komponen +SEBAGAI WADAH. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa leksem filing ‘pelepah sagu’ mempunyai makna ‘alat yang terbuat dari pelepah sagu, panjang dan digunakan sebagai wadah'. Untuk lebih jelasnya, komponen makna leksem onggi ‘linggis kayu’ tersebut dapat dipetakan pada matriks di bawah ini.

DIMENSI BAHAN WUJUD FUNGSI

KOMPONEN MAKNA LEKSEM

KAYU PANJANG WADAH

filing + + +

Leksem Bai/Wa ‘Pelepah Pohon Nibung’

Pohon nibung menurut KBBI (201V) adalah tumbuhan asli

DIMENSI BAHAN WUJUD FUNGSI

KOMPONEN MAKNA LEKSEM

DAUN SAGU

PANJANG TAJAM PEMOTONG

oloong + + + +

Page 9: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Perian Semantik Leksem…(Normawati)

31

kawasan Asia Tenggara, tinggi pohon mencapai 20 m, batangnya lurus berduri, digunakan untuk bahan bangunan atau lantai rumah, daun yang tua dipakai sebagai atap rumah, umbutnya enak dimakan; Caryota rumphiana; 2 kayu nibung; 3 daun nibung. Fungsi pelepah pohon nibung dalam konteks ini digunakan sebagai tempat menadah hasil remasan empulur sagu berupa air berwarna putih yang telah diendapkan selama 30—45 menit menjadi tepung sagu.

Berdasarkan uraian tersebut, leksem bai/wa ‘pelepah pohon nibung’ memiliki dimensi BAHAN, WUJUD, dan FUNGSI. Pada dimensi BAHAN, leksem bai/wa

‘pelepah pohon nibung’ terdapat komponen +KAYU. Pada dimensi WUJUD, leksem bai/wa ‘pelepah pohon nibung’ terdapat komponen +BULAT PANJANG. Pada dimensi FUNGSI, leksem bai/wa ‘pelepah pohon nibung’ terdapat komponen +SEBAGAI WADAH. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa leksem bai/wa ‘pelepah pohon nibung’ mempunyai makna ‘alat yang terbuat dari pelepah pohon nibung, bentuknya bulat panjang dan digunakan sebagai wadah'. Untuk lebih jelasnya, komponen makna leksem bai/wa ‘pelepah pohon nibung’ tersebut dapat dipetakan pada matriks di bawah ini.

DIMENSI BAHAN WUJUD FUNGSI

KOMPONEN MAKNA LEKSEM

KAYU BULAT

PANJANG WADAH

bai/wa + + +

Leksem Me’aa ‘Gaba Pendek’ Menurut KBBI V (2016), leksem me’aa ‘gaba’ adalah atap dari daun rumbia atau kelapa yang dianyam; gaba-gaba (3) pelepah daun pohon sagu. Dalam konteks ini, me’aa ‘gaba pendek’ merupakan alat yang terbuat dari pelepah daun sagu yang dipotong sekitar 20—50 cm digunakan untuk menahan bai ‘pelepah pohon nibung’ yang menjadi tempat menampung hasil remasan empulur sagu.

Berdasarkan uraian tersebut, leksem me’aa ‘gaba pendek’ memiliki dimensi BAHAN, WUJUD, dan FUNGSI. Pada dimensi BAHAN, leksem me’aa ‘gaba

pendek’ terdapat komponen +KAYU. Pada dimensi WUJUD, leksem me’aa ‘gaba pendek’ terdapat komponen +PENDEK 20—50 CM. Pada dimensi FUNGSI, leksem me’aa ‘gaba pendek’ terdapat komponen +SEBAGAI PENAHAN. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa leksem me’aa ‘gaba pendek’ mempunyai makna ‘alat yang terbuat dari pelepah pohon sagu, bentuknya agak pendek digunakan sebagai penahan'. Untuk lebih jelasnya, komponen makna leksem me’aa ‘gaba pendek’ tersebut dapat dipetakan pada matriks di bawah ini.

Page 10: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Kelasa, Vol.14,No.1, Juni 2019: 23—36

32

DIMENSI BAHAN WUJUD FUNGSI

KOMPONEN MAKNA LEKSEM

KAYU PENDEK PENAHAN

me’aa + + +

Leksem Hurulai ‘Gaba Panjang’ Leksem hurulai ‘gaba panjang’ menurut KBBI V (2016), adalah atap dari daun rumbia atau kelapa yang dianyam; gaba-gaba (3) pelepah daun pohon sagu. Dalam konteks ini, hurulai ‘gaba panjang’ merupakan alat yang terbuat dari pelepah daun sagu, yang dipotong sekitar 1,5—2 meter, digunakan untuk mengikat saringan pertama (saringan paling atas).

Berdasarkan uraian tersebut, leksem hurulai ‘gaba panjang’ memiliki dimensi BAHAN, WUJUD, dan FUNGSI. Pada dimensi BAHAN, leksem hurulai ‘gaba panjang’ terdapat komponen

+KAYU. Pada dimensi WUJUD, leksem hurulai ‘gaba panjang’ terdapat komponen +PANJANG 1,5—2 M. Pada dimensi FUNGSI, leksem hurulai ‘gaba panjang’ terdapat komponen +SEBAGAI PENGIKAT. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa leksem hurulai ‘gaba panjang’ mempunyai makna ‘alat yang terbuat dari pelepah pohon sagu, bentuknya panjang digunakan sebagai pengikat’. Untuk lebih jelasnya, komponen makna leksem hurulai ‘gaba panjang’ tersebut dapat dipetakan pada matriks di bawah ini.

DIMENSI BAHAN WUJUD FUNGSI

KOMPONEN MAKNA LEKSEM

KAYU PANJANG PENGIKAT

Hurulai + + + Leksem Hem ‘Saringan Kain’, Leksem hem ‘saringan kain’ menurut KBBI V (2016), adalah alat untuk memisahkan zat cair dari zat padat; tapisan. Dalam konteks ini, hem ‘saringan kain’ merupakan alat yang terbuat dari kain, digunakan untuk menyaring hasil ramasan empulur sagu yang terletak di bagian atas, tempat meramas empulur sagu/ujung pelepah sagu besar.

Berdasarkan uraian tersebut, leksem hem ‘saringan kain’ memiliki dimensi BAHAN, WUJUD, dan FUNGSI. Pada dimensi BAHAN, leksem hem ‘saringan kain’ terdapat komponen +KAIN. Pada dimensi WUJUD, leksem hem ‘saringan kain’ terdapat komponen +LEMBUT. Pada dimensi FUNGSI, leksem hem ‘saringan kain’ terdapat komponen +SEBAGAI PENYARING. Dari uraian tersebut,

Page 11: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Perian Semantik Leksem…(Normawati)

33

dapat disimpulkan bahwa leksem hem ‘saringan kain’ mempunyai makna ‘alat yang terbuat dari kain, bentuknya lembut digunakan sebagai penyaring’. Untuk lebih

jelasnya, komponen makna leksem hem ‘saringan kain’ tersebut dapat dipetakan pada matriks di bawah ini.

DIMENSI BAHAN WUJUD FUNGSI KOMPONEN MAKNA

LEKSEM KAIN LEMBUT PENYARING

Hem + + +

Leksem Khanggali ‘Saringan Anyaman’

Leksem khanggali ‘saringan anyaman’ menurut KBBI V (2016), adalah alat untuk memisahkan zat cair dari zat padat; tapisan. Dalam konteks ini, khanggali ‘saringan anyaman’ merupakan alat yang terbuat dari kain, digunakan untuk menyaring hasil remasan empulur sagu yang terletak di bagian bawah hem (saringan kain), tempat meremas sagu sebelum bai ‘pelepah pohon nibung’.

Berdasarkan uraian tersebut, leksem khanggali ‘saringan anyaman’ memiliki dimensi BAHAN, WUJUD, dan FUNGSI. Pada dimensi BAHAN, leksem khanggali ‘saringan anyaman’ terdapat komponen +KAIN. Pada dimensi WUJUD, leksem khanggali ‘saringan anyaman’ terdapat komponen +KASAR. Pada dimensi FUNGSI, leksem khanggali ‘saringan anyaman’ terdapat komponen +SEBAGAI PENYARING. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa leksem khanggali ‘saringan anyaman’ mempunyai makna ‘alat yang terbuat dari kain, bentuknya lembut digunakan sebagai penyaring’. Untuk lebih jelasnya,

komponen makna leksem khanggali ‘saringan anyaman’ tersebut dapat dipetakan pada matriks di bawah ini.

KOMPONEN

MAKNA LEKSEM

Hem + + +

DIMENSI BAHAN

WUJUD

FUNGSI

PENYARING

KASAR

KAIN

Page 12: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Kelasa, Vol.14,No.1, Juni 2019: 23—36

34

dan onggi ‘linggis’. Submedan makna leksem ‘peralatan yang digunakan dalam proses menokok sagu diklasifikasikan lagi menjadi dua leksem, yakni femea ‘penokok sagu’ dan oloong ‘tempat menaruh empulur’. Sementara itu, submedan makna leksem ‘peralatan yang digunakan dalam proses meremas sagu diklasifikasikan menjadi enam leksem, yakni filing ‘pelepah sagu’, bai/wa ‘pelepah pohon nibung’, me’aa ‘gaba pendek’, hurulai ‘gaba panjang’, hem ‘saringan kain’, dan khanggali ‘saringan anyaman’. Kajian ini telah memberikan gambaran cukup jelas bahwa teknik analisis komponen makna dapat menguraikan leksem-leksem yang menyatakan satu bentuk untuk satu makna dan satu makna untuk satu bentuk. 4. Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan

Berdasarkan pengamatan leksem alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani memiliki keragaman. Beberapa penyebabnya adalah terletak pada sasaran, alat, dan cara yang digunakan. Berbeda sasaran, alat, dan cara yang digunakan akan menyebabkan berbeda pula penamaan leksem tersebut.

Melalui teknik analisis komponen makna, leksem alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani ditemukan sebanyak sebelas leksem. Leksem-leksem tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yakni (1) peralatan yang digunakan dalam menebang sagu, (2) peralatan yang digunakan dalam proses menokok sagu, dan (3) peralatan yang digunakan dalam proses meremas sagu. Submedan makna leksem ‘peralatan yang

digunakan dalam menebang sagu’ dibagi menjadi tiga leksem, yakni ramayali ‘parang’, ramekahu ‘kapak’, dan onggi ‘linggis’. Submedan makna leksem ‘peralatan yang digunakan dalam proses menokok sagu diklasifikasikan lagi menjadi dua leksem, yakni femea ‘penokok sagu’ dan oloong ‘tempat menaruh empulur’. Sementara itu, submedan makna leksem ‘peralatan yang digunakan dalam proses meremas sagu diklasifikasikan menjadi enam leksem, yakni filing ‘pelepah sagu’, bai/wa ‘pelepah pohon nibung’, me’aa ‘gaba pendek’, hurulai ‘gaba panjang’, hem ‘saringan kain’, dan khanggali ‘saringan anyaman’. 4.2 Saran Dalam tulisan ini telah diuraikan leksem alat-alat pengolah sagu dalam bahasa Sentani. Uraian tersebut meliputi analisis komponen makna dan definisi makna setiap komponennya. Namun, tentu saja uraian dalam tulisan ini belum memecahkan secara keseluruhan permasalahan leksem alat-alat pengolah sagu. Oleh karena itu, kajian yang sejenis masih perlu dilakukan untuk menambah kelengkapan dan kesempurnaan kajian ini.

Selain itu, dengan adanya kajian ini pemakai bahasa Sentani lebih memahami komponen-komponen makna setiap leksem secara lebih spesifik sehingga dapat memilih kata secara tepat. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat secara tidak langsung memberikan sumbangan dalam penyusunan kamus dan tesaurus.

Page 13: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Perian Semantik Leksem…(Normawati)

35

Daftar Acuan Dinas Kebudayaan Provinsi Papua dan

Lembaga Penelitian Universitas Cenderawasih. 2006. Kamus Bahasa Indonesia—Sentani. Jayapura.

Ermaida. 2004. Medan Makna Aktivitas Tangan dalam Bahasa Mandar. Makassar: Pusat Bahasa. Flassy, Don A.L. 2006. Etnoartistik

Sentani, Motif Gaya Rias Kempetitif, Dualisme, Harmoni, Kontradiktif sebuah Refleksi. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia V. (Luar Jaringan). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus

Linguistik. Jakarta: Gramedia. Leech, Geoffry. 2003. Semantic The Study

of Meaning. England: Penguin Book Ltd.

Megaria, Wahyu, dan Dian Indira. 2013.

“Aktivitas Tangan Membersihkan dalam Bahasa Lampung Dialek Pesisir Lampung Barat”. Dalam Salingka Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Vol. 10 No. 1 Edisi Juni 2013, hlm. 35—43. Padang: Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat.

Nida, Eugene. 1975. Componential

Analysis of Meaning: Introduction to Semantics Structure. Paris: The Hague Mouton.

Parwati, Sang Ayu Putu Eny. 2018. “Verba ‘Memasak’ dalam Bahasa Bali: Kajian Metabahasa Semantik Alami (MSA)” Jurnal Aksara Vol. 30, No. 1 Juni 2018. Denpasar: Balai Bahasa Provinsi Bali.

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik

Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa. 2008. Peta Bahasa-Bahasa di Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

SIL. 2006. Bahasa-Bahasa Daerah di

Indonesia. Jakarta: Summer Institute of Linguistic.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka

Teknik Analisis Bahasa:Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Suryatin, Eka. 2014. “Analisis Semantik

Verba Bermakna ‘Menyakiti’ dalam Bahasa Banjar” Jurnal Metalingua Vol. 12 No. 1, Juni 2014. Bandung: Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat.

Susilawati, Dyah. 2005. “Analisis

Semantik Verba Bermakna ‘Menyakiti’ dalam Bahasa Melayu Palembang” dalam Jurnal Ilmiah Bidar. Palembang: Balai Bahasa Palembang.

Sutana, Dwi. 2010. “Perian Semantik

Leksem Alat-alat Pertukangan Seng/Patri dalam Bahasa Jawa”. Jurnal Widwaparwa, November 2010. Yogyakarta: Balai Bahasa D.I. Yogyakarta.

Tulalessy, Quin D. 2016. “Sagu sebagai

Makanan Rakyat dan Sumber

Page 14: PERIAN SEMANTIK LEKSEM ALAT-ALAT PENGOLAH SAGU …

Kelasa, Vol.14,No.1, Juni 2019: 23—36

36

Informasi Budaya Masyarakat Inanwatan: Kajian Folklor Non Lisan”. Dalam Melanesia Jurnal Ilmiah Kajian Sastra dan Bahasa Volume 01, Nomor 01, Agustus 2016, hlm. 85—91. Manokwari: Universitas Negeri Papua.

Warami, Hugo. 2013.

“Pengetahuan Kesaguan Guyub Tutur Biak Numfor-Papua: Studi Awal Linguistik Kebudayaan” dalam Jurnal Ilmiah Langua (Journal Of Linguistic Research), Volume 03, Nomor 06, Desember 2013. ISSN:997-23379-1400-8. Medan: Lembaga Kajian Ekolinguistik.


Recommended