+ All Categories
Home > Documents > Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan...

Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan...

Date post: 07-Feb-2018
Category:
Upload: vantu
View: 219 times
Download: 2 times
Share this document with a friend
136
Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan Terhadap Kepadatan Larva Aedes Aegypti di Wilayah Zona Merah Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat Tahun 2014 SKRIPSI DISUSUN OLEH : ILHAM EKA PRADITYA 1110101000015 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M
Transcript
Page 1: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan Terhadap

Kepadatan Larva Aedes Aegypti di Wilayah Zona Merah Kelurahan Kebon

Kacang, Jakarta Pusat

Tahun 2014

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

ILHAM EKA PRADITYA

1110101000015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435 H / 2014 M

 

Page 2: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah saru persyaratan memperoleh gelar strata I di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

Semua sumber yang saya gunakan dalarn penelitian ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

Jika d-ikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Juli 2014

1.

2.

3.

Ilham Eka Praditya

Page 3: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  iii  

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 3 Juli 2014 Ilham Eka Praditya, NIM : 1110101000015 Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan Terhadap Kepadatan Larva Aedes Aegypti di Wilayah Zona Merah, Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat Tahun 2014 (xvii + 118 + Lampiran + 3 Gambar + 11 Tabel )

ABSTRAK Kelurahan Kebon Kacang merupakan salah satu wilayah di Jakarta Pusat yang berbatasan langsung dengan zona merah di Kelurahan Menteng. Zona merah adalah daerah yang dalam tiga minggu berturut-turut terdapat lebih dari sembilan penderita DBD atau ada yang meninggal akibat DBD. Vektor utama penyebaran DBD adalah nyamuk Aedes aegypti dan cara paling efektif untuk mengurangi penyebaran kasusnya adalah dengan mencegah keberadaan larvanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku 3M Plus ibu rumah tangga dan kondisi lingkungan terhadap kepadatan larva Aedes aegypti di wilayah zona merah Kelurahan Kebon Kacang. Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 201 ibu rumah tangga di Kelurahan Kebon Kacang. Faktor yang diteliti adalah perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) 3M Plus ibu rumah tangga dan kondisi lingkungan (TPA, kelembaban udara, suhu, dan fungsi jendela). Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei – Juni 2014. Hasil penelitian terhadap perilaku 3M Plus ibu rumah tangga adalah terdapat 23,9% memiliki pengetahuan yang baik, 84,6% memiliki sikap yang baik, dan 53,7% memiliki tindakan yang baik. Kemudian, hasil penelitian terhadap kondisi lingkungan adalah terdapat 88,6% TPA yang beresiko, 40,8% suhu yang optimal untuk perkembangan larva, rata-rata kelembaban udara 36,99% dan 61,7% jendela yang tidak berfungsi dengan baik. Saran yang diberikan kepada masyarakat Kelurahan Kebon Kacang adalah untuk turut serta berperan aktif dalam melaksanakan 3M Plus secara terus menerus. Sedangkan untuk Puskesmas Tanah Abang selaku pihak kesehatan terdekat harus terus mempublikasikan 3M Plus kepada seluruh masyarakat secara rutin dan memberlakukan reward dan punishment agar masyarakat lebih aktif dan bersemangat dalam menjalankan 3M Plus. Harapannya adalah agar kepadatan larva Aedes aegypti akan berkurang serta angka kasus DBD akan turun dengan sendirinya. Referensi : 86 (1985 - 2014)

Page 4: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  iv  

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH ENVIRONMENTAL HEALTH Undergraduate Thesis, 3rd July 2014 (xviii + 118 pages + Attachments + 3 Pictures + 11 Tables) Ilham Eka Praditya, NIM : 1110101000015 Housewife’s 3M Plus Behavior and Environment Condition Toward The Density of Aedes Aegypti Larvae in The Red Zone, Kebon Kacang Village, Central Jakarta 2014

ABSTRACT Kebon Kacang ward is one of the area within Central Jakarta which directly adjacent to the red zone in Menteng ward. The red zone is an area that there were more than nine dengue hemorrhagic fever (DHF) patient in three weeks or any fatality because of DHF. The main vector of DHF spread was Aedes aegypti mosquitoes and the most effective way to reduce the disease is by prevent the presence of Aedes aegypti larvae. The purpose of this study was to know housewife’s 3M Plus behavior and environment condition toward the density of Aedes aegypti larvae in the red zone, Kebon Kacang village. Using a cross sectional study design, this study used 201 housewives in Kebon Kacang village as samples. The factors that investigated in this study were housewife’s 3M Plus behavior (knowledge, attitude, and action) and the condition of the environment (the condition of the containers, air humidity, temperature, and window function). Data collection was done by May – June 2014. The result about 3M Plus showed there were 23,9% housewives had a good knowledge, 84,6% had a good attitude, and 53,7% had a good action. Then, there were 88,6% had containers that can be potential to the development of Aedes aegypti larvae, 40,8% had optimal temperature, had 36,99% average of air humidity and 61,7% had window that wasn’t in its function. The suggestion to all communities in Kebon Kacang ward is to take an active role doing 3M Plus continuously. While the suggestion for Puskemas Tanah Abang as a health committee is doing a non-stop publication about 3M Plus and imposing a reward and punishment so that all people will take an active role and has spirit doing 3M Plus. The hopes are the density of Aedes aegypti larvae and the DHF cases will reduce by themselves. References : 86 (1985 – 2014)

Page 5: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti
Page 6: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti
Page 7: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  vi  

DAFTAR  RIWAYAT  HIDUP  

IDENTITAS  PERSONAL  

 

NAMA     :   ILHAM  EKA  PRADITYA  

ALAMAT  ASAL   :   JL.  KEBON  KACANG  41  NO.  10  RT/RW  001/008  TANAH  ABANG,  

      JAKARTA  PUSAT,  10240  

ALAMAT  KOST   :   JL.  LEGOSO  RAYA  NO.  10  RT/RW  004/011  PISANGAN,  CIPUTAT  

      TIMUR,  TANGERANG  SELATAN,  15419  

TTL     :   PURBALINGGA,  4  OKTOBER  1991  

JENIS  KELAMIN  :   PRIA  

AGAMA     :   ISLAM  

GOL.  DARAH   :   O  

NO.  HP     :   081289177573  

EMAIL     :   [email protected]  

 

PENDIDIKAN  FORMAL  

 

♦2010  -­‐  2014  

UNIVERSITAS  ISLAM  NEGERI  SYARIF  HIDAYATULLAH  JAKARTA  

  FAKULTAS  KEDOKTERAN  DAN  ILMU  KESEHATAN  

  PROGRAM  STUDI  KESEHATAN  MASYARAKAT  

  PEMINATAN  KESEHATAN  LINGKUNGAN  

♦2006  -­‐  2009  

SMAN  35  JAKARTA  

♦2003  -­‐  2006  

SLTPI  AL-­‐AZHAR  4  KEMANDORAN  

♦1997  -­‐  2003  

SDI  AL-­‐AZHAR  5  KEMANDORAN  

 

 

 

 

 

Page 8: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  vii  

 

PELATIHAN  

 

2011     :   RESEARCH  TRAINING  (1ST  INDONESIAN  PUBLIC  HEALTH  STUDENT    

      SUMMIT)  

2011     :   LEADERSHIP  TRAINING  (ESQ  LEADERSHIP  TRAINING)  

2011     :   SCHOLARSHIP  EDUCATION  TRAINING  (INTERNATIONAL    

 

      SCHOLARSHIP  EDUCATION  EXPO)  

 

PENGALAMAN  ORGANISASI  

 

2006-­‐2008   :   ANGGOTA  PASKIBRA  SMAN  35  JAKARTA  

2007-­‐2008   :   KETUA  EKSKUL  BASKET  SMAN  35  JAKARTA  

2011     :   STAFF  DEPARTEMEN  PENELITIAN,  PENDIDIKAN,  DAN  KEILMUAN  

      PAMI  (PERGERAKAN  ANGGOTA  MUDA  IAKMI)  JAKARTA  RAYA  

2012-­‐2013   :   SEKRETARIS  JENDRAL  PAMI  (PERGERAKAN  ANGGOTA  MUDA  

      IAKMI)  JAKARTA  RAYA  

2012-­‐2013   :   ANGGOTA  AKTIF  ACIKITA  (AKU  CINTA  INDONESIA  KITA)  

      FOUNDATION  

2013-­‐2014   :   KETUA  ENVIHSA  (ENVIRONMENTAL  HEALTH  STUDENT  

      ASSOCIATION)  UIN  JAKARTA  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 9: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  viii  

 

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

atas rahmatnya telah mendorong saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan Terhadap

Kepadatan Larva Aedes Aegypti di Wilayah Zona Merah, Kelurahan Kebon

Kacang Tahun 2014”.

Shalawat serta salam selalu terjunjung kepada Nabi Muhammad Shallahu

‘Alaihi wa Sallam yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan akan iman

dan pengetahuan ke zaman yang terang benderang.

Saya sebagai Penulis sangat sadar akan banyaknya keterbatasan dalam

penulisan serta dalam penyusunan skripsi ini. Saya mengucapkan kepada berbagai

pihak atas segala dukungan, dorongan, bantuan, serta keikhlasannya, kepada :

1. Pimpinan dan staff Fakultas dan Program Studi Kesehatan Masyarakat

serta Peminatan Kesehatan Lingkungan atas dukungan dan bantuannya

dalam proses penyusunan skripsi.

2. Ibu Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes dan Ibu Dewi Utami Iriani,

M.Kes, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I dan II, atas segala dukungan,

saran, kritik, semangat, kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Yuli selaku bagian dari Departemen Kesehatan Lingkungan di

Puskesmas Tanah Abang yang telah membantu dan memberikan dorongan

selama pencarian data di Kelurahan Kebon Kacang.

5. Para Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat terutama dosen

peminatan Kesehatan Lingkungan, atas segala ilmu dan bimbingan yang

telah diberikan.

Page 10: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  ix  

6. Seluruh rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat

UIN 2010 dan utamanya Kesehatan Lingkungan 2010 (Angger, Akbar,

Febri, Faradillah, Alya, Ifa, Reka, Annis, Fitri, Yuni, Rizka, Tuti, Nida,

dan Elfira) atas dukungan, senyuman, saran, dan doa yang tiada henti

menemani perjalanan penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk

semuanya!

7. Keluarga besar ENVIHSA UIN yang tercinta. Mereka alasan utama untuk

tetap semangat dan giat mengejar cita-cita, tetap tersenyum lebar di kala

semangat memudar, serta dukungan serta doa yang tak pernah henti.

Terima kasih, kalian luar biasa! I am nothing without them.

8. Nabila Dewi Ichsani atas dorongan, semangat, dan segalanya selama

penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat super di kampus Misyka Nadziratul Haq, Agung Raharjo, dan

Fuad Hilmi Sudasman yang membuat kehidupan kampus menjadi tidak

biasa.

10. Dhayfi Lutfina, Atika Fitriani, Bayu Tripratomo, Chairul Anam, dan

Haulussy Melkianus. True friends are very difficult to find, hard to leave,

and impossible to forget.

11. Terakhir dan menjadi yang paling penting adalah untuk kedua orang tua

dan segenap keluarga yang mendukung, mendoakan, serta mencurahkan

segalanya setiap saat. Alm. Bapak, Mama, Papa, Ibnu, Intan, Irdina, dan

Irsyad. Terima kasih banyak! They are my world.

Akhir kata, sungguh segala sesuatu hanya milik Allah SWT dan sebagai hamba

yang dhaif tentu segala kekurangan dan kesalahan datangnya dari Penulis. Kritik dan

saran sangat dinantikan oleh Penulis agar bisa menjadi perbaikan di masa yang akan

datang.

Jakarta, Juli 2014

Penulis

 

Page 11: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  x  

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN…………………………..…………………………..ii

ABSTRAK…………………………………………..…………………………...iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…...……..……………………….v DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………………….vi KATA PENGANTAR…………..……………………………………………..viii DAFTAR ISI…………………..…………………………………………………x DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………xv DAFTAR TABEL…………....………………………………………………...xvi DAFTAR LAMPIRAN…..…………………………………………………..xviii

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ....................................................................................... 6

1.3. Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 7

1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 8

1.6. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1. Demam Berdarah Dengue ........................................................................... 10

2.1.1. Pengertian Demam Berdarah Dengue .................................................... 10

2.1.2. Penularan Demam Berdarah Dengue ..................................................... 10

2.1.3. Tempat Penularan ..................................................................................... 11

2.1.4. Tanda dan Gejala ...................................................................................... 12

2.1.5. Pencegahan ................................................................................................ 12

Page 12: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  xi  

2.1.6. Faktor Kejadian ........................................................................................ 14

2.2. Siklus Hidup Aedes aegypti .......................................................................... 17

2.2.1. Telur ........................................................................................................... 17

2.2.2. Larva .......................................................................................................... 17

2.2.3. Pupa ............................................................................................................ 18

2.2.4. Nyamuk ...................................................................................................... 18

2.3. Angka Kepadatan Aedes aegypti ................................................................ 20

2.4. Pemberantasan Nyamuk ............................................................................. 23

2.5. Lingkungan ................................................................................................... 26

2.5.1. Tempat Penampungan Air ....................................................................... 27

2.5.2. Kelembaban Udara ................................................................................... 27

2.5.3. Suhu ............................................................................................................ 27

2.5.4. Jendela ........................................................................................................ 28

2.6. Perilaku ......................................................................................................... 28

2.6.1. Pengetahuan ............................................................................................... 29

2.6.2. Sikap ........................................................................................................... 30

2.6.3. Tindakan .................................................................................................... 30

2.7. Kerangka Teori ............................................................................................ 32

BAB III Kerangka Konsep ................................................................................. 34

3.1. Kerangka Konsep ......................................................................................... 34

3.2. Definisi Operasional ..................................................................................... 35

BAB IV Metodologi Penelitian ........................................................................... 40

4.1. Desain Penelitian .......................................................................................... 40

Page 13: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  xii  

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 40

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................. 40

4.4. Besar Sampel ................................................................................................ 41

4.5. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................... 43

4.6. Pengumpulan Data ....................................................................................... 44

4.6.1. Sumber Data .............................................................................................. 44

4.6.2. Metode ........................................................................................................ 44

4.6.3. Instrumen Penelitian ................................................................................. 45

4.7. Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................... 50

BAB V Hasil ......................................................................................................... 50

5.1. Kondisi Geografis Kelurahan Kebon Kacang ........................................... 50

5.2. Kondisi Demografis Kelurahan Kebon Kacang ........................................ 53

5.3. Wawancara Tokoh Masyarakat ................................................................. 54

5.4. Kepadatan dan Persebaran Larva Aedes aegypti ...................................... 55

5.5. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 3M Plus Ibu Rumah Tangga .......... 57

5.6. Kondisi Lingkungan ..................................................................................... 58

5.7. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan 3M Plus ............................................................................................... 59

5.7. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Kondisi Lingkungan .............. 62

BAB VI Pembahasan .......................................................................................... 64

6.1. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 64

6.2. Kepadatan dan Persebaran Larva Aedes aegypti ...................................... 65

6.3. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 3M Plus Ibu Rumah Tangga .......... 68

Page 14: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  xiii  

6.3.1. Pengetahuan 3M Plus Ibu Rumah Tangga ............................................. 69

6.3.2. Sikap 3M Plus Ibu Rumah Tangga ........................................................ 70

6.3.3. Tindakan 3M Plus Ibu Rumah Tangga ................................................. 71

6.4. Kondisi Lingkungan ..................................................................................... 71

6.4.1. TPA ............................................................................................................. 71

6.4.2. Kelembaban Udara ................................................................................... 72

6.4.3. Suhu ............................................................................................................ 73

6.4.4. Fungsi Jendela ........................................................................................... 73

6.5. Kepadatan Larva Aedes aegypti Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 3M

Plus ....................................................................................................................... 74

6.5.1. Kepadatan larva Aedes aegypti menurut pengetahuan 3M Plus .......... 74

6.5.2. Kepadatan larva Aedes aegypti menurut sikap 3M Plus ....................... 76

6.5.3. Kepadatan larva Aedes aegypti menurut tindakan 3M Plus ................ 77

6.6. Kepadatan Larva Aedes aegypti menurut kondisi lingkungan ................ 79

6.6.1. Kepadatan Larva Aedes aegypti menurut kondisi TPA ......................... 79

6.6.2. Kepadatan Larva Aedes aegypti menurut kelembaban udara .............. 80

6.6.3. Kepadatan Larva Aedes aegypti menurut suhu ...................................... 82

6.6.4. Kepadatan Larva Aedes aegypti menurut fungsi jendela ...................... 83

BAB VII Simpulan dan Saran ........................................................................... 86

7.1. Simpulan ....................................................................................................... 86

7.2. Saran .............................................................................................................. 87

7.2.1. Ibu Rumah Tangga ................................................................................... 87

7.2.2. Puskesmas Tanah Abang .......................................................................... 87

Page 15: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  xiv  

7.2.3. Peneliti Lain ............................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89

Lampiran ............................................................................................................. 97

             

Page 16: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  xv  

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Teori ............................................................................. 33

Gambar 3.1. Kerangka Konsep ......................................................................... 34

Gambar 5.1. Wilayah dan Batas-batas Kelurahan Kebon Kacang ................ 53

Page 17: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  xvi  

Daftar Tabel

Tabel 4.1. Jumlah Sampel .................................................................................. 41

Tabel 4.2. Jumlah Sampel Per RW .................................................................... 42

Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Pengetahuan 3M Plus ....................................... 46

Tabel 4.4. Hasil Uji Validitas Sikap 3M Plus .................................................... 47

Tabel 4.5. Hasil Uji Validitas Tindakan 3M Plus ............................................. 48

Tabel 4.6. Hasil Uji Realibilitas ......................................................................... 49

Tabel 5.1. Kepadatan dan Persebaran Aedes aegypti di Kelurahan Kebon

Kacang Tahun 2014 ............................................................................................ 56

Tabel 5.2. Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga Kelurahan Kebon Kacang

Tahun 2014 .......................................................................................................... 57

Tabel 5.3. Kondisi Lingkungan di Kelurahan Kebon Kacang Tahun 2014 .. 58

Tabel 5.4. Distribusi Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Kepadatan

Larva Aedes aegypti di Kelurahan Kebon Kacang Tahun 2014 ..................... 60

Tabel 5.5. Distribusi Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Kondisi

Lingkungan di Kelurahan Kebon Kacang Tahun 2014 .................................. 62

   

Page 18: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  xvii  

Daftar Lampiran

1. Kuesioner Penelitian

2. Uji Validitas Kuesioner

3. Uji Realibilitas Kuesioner

4. Output Univariat

5. Pedoman Wawancara

Page 19: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  1  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk

yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden

DBD terjadi baik di daerah tropik maupun subtropik wilayah urban,

menyerang lebih dari 100 juta penduduk tiap tahun, termasuk 500.000

kasus DBD dan sekitar 30.000 kematian terutama pada anak-anak dan

menjadi endemik di 100 negara termasuk Asia. Perubahan kondisi

lingkungan merupakan variabel utama penyebab meluasnya kasus DBD di

berbagai belahan dunia (Achmadi, 2010). Belakangan ini memang terjadi

peningkatan epidemik DBD di seluruh dunia terutama pada anak-anak

yang sering terjadi di negara kawasan Asia Tenggara (Soedarmo, 2010).

Selama ini, vektor DBD yang dikenal di Indonesia adalah

Aedes aegypti dan Aedes albopictus namun sampai saat ini Aedes aegypti

merupakan vektor utama penyakit tersebut. Vektor ini, secara biologis dan

bionomiknya selalu berdekatan dan berhubungan dengan kehidupan

manusia (Sukana, 1993). Selain itu WHO (1982), menyatakan untuk

mengendalikan populasi Aedes aegypti terutama dilakukan dengan cara

pengelolaan lingkungan (environtmental management). Pengelolaan

sanitasi lingkungan yang dapat diterapkan di masyarakat dalam rangka

menekan sumber habitat larva Aedes aegypti antara lain : perbaikan

Page 20: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  2  

penyediaan air bersih, perbaikan pengelolaan sampah padat, pengubahan

tempat perkembangbiakan buatan manusia dan perbaikan desain rumah.

Aktivitas semacam itu dapat diterapkan pada tempat dimana penyakit

dengue bersifat endemik (WHO, 2001). Depkes RI, (2000), juga

menyatakan bahwa keberhasilan upaya penyehatan lingkungan

perumahan/tempat-tempat umum (dalam indikator “Indonesia Sehat

2010”), dapat dilihat dari pencapaian cakupan angka bebas jentik minimal

95%.

Insiden DBD ini erat kaitannya dengan cuaca dan mencapai

puncaknya pada awal dan akhir musim hujan (Iriani, 2012). Dewasa ini,

iklim juga tidak dapat diprediksi akibat perubahan iklim global sehingga

perlu penelitian untuk mengetahui trend DBD di Jakarta sepanjang tahun.

Selain itu, Jakarta tetap harus waspada karena DBD pada umumnya terjadi

dan penyebarannya dipengaruhi oleh tingkat urbanisasi serta tingginya lalu

lintas manusia (Sanofi Pasteur, 2013).

Jumlah penderita DBD terus meningkat pada tahun 2008

dilaporkan 27.400 penderita DBD dan 28 orang diantaranya meninggal

dunia (Depkes RI, 2006). Jakarta, sebagai ibukota Indonesia, merupakan

wilayah dengan DBD sebagai masalah kesehatan masyarakat yang paling

utama. Jumlah kejadian DBD paling serius memang terjadi di Provinsi

Jakarta dengan 2768 kasus (Sungka dkk, 2006).

Jakarta Pusat merupakan salah satu wilayah yang paling banyak

mempunyai zona merah. Zona merah adalah daerah yang dalam tiga

Page 21: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  3  

minggu berturut-turut terdapat lebih dari sembilan penderita DBD atau ada

yang meninggal akibat DBD. Di Jakarta Pusat terdapat 44 kelurahan dan

sembilan diantaranya merupakan zona merah. Hal tersebut hanya lebih

baik dari Jakarta Timur yang mempunyai sebelas zona merah di wilayah

tersebut (Pujiastuti, 2009). Sembilan kelurahan di Jakarta Pusat yang

tergolong zona merah DBD adalah Kelurahan Cempaka Putih Barat,

Rawasari, Galur, Johar Baru, Serdang, Sumur Batu, Menteng, dan Kramat

(Pujiastuti, 2009).

Kelurahan Kebon Kacang terletak di dekat Kelurahan Menteng

yang sudah disebutkan menjadi salah satu wilayah yang tergolong zona

merah. Tingginya lalu lintas manusia juga diketahui menjadi salah satu

penyebab penyebaran kasus DBD (Tjokronegoro, 2005). Hal tersebut

kemudian menjadi alasan masih adanya kasus DBD yang terjadi di

Kelurahan Kebon Kacang. Jumlah kasus DBD berturut-turut di Kelurahan

Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang dari tahun 2010-2013 adalah

sebesar 57, 6, 17, dan 5 (Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tanah

Abang, 2010-2013). Padahal angka bebas jentik (ABJ) di Kelurahan

Kebon Kacang pada tahun 2011-2013 adalah 99,38%, 95,5%, dan 99,5%

(Bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tanah Abang, 2011-2013).

Angka tersebut lebih tinggi dari anjuran ABJ dari Departemen Kesehatan

Republik Indonesia yakni 95%. Tetapi, pada kenyataannya masih

ditemukan kasus DBD di wilayah tersebut setiap tahunnya.

Page 22: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  4  

Suatu daerah dinyatakan mempunyai resiko penularan DBD yang

tinggi jika container index ≥ 5%, house index ≥ 10%, dan breteu index >

50 (Ramadhani, Astuty, 2009). Indikator tersebut merupakan gambaran

keberadaan jentik nyamuk di rumah penduduk dan di tempat

penampungan airnya. Khusus untuk breteu index, indikator ini merupakan

jumlah akumulasi dari keberadaan jentik nyamuk dalam 100 rumah

(Depkes RI, 1998). Dari data di atas maka perlu dilakukan pemberantasan

DBD dengan mencegah perkembangan larvanya yaitu dengan melakukan

program 3M Plus (Rini dkk, 2012).

3M Plus adalah program yang berisi kegiatan berupa ; menguras

tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air,

mengubur dan menyingkirkan barang bekas, dan pengelolaan lingkungan

berlanjut seperti meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan dan

sebagainya (Ditjen P2P dan PL, Depkes RI, 2008). Semakin tinggi

kesadaran masyarakat untuk melakukan 3M Plus dan kesadaran mengelola

lingkungan, kasus DBD akan menurun dengan sendirinya (Ulumuddin,

2010).

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa siklus hidup nyamuk Aedes

aegypti adalah 10 hari dari telur hingga dewasa. Jadi, jika Pemberantas

Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan seminggu satu kali sudah pasti akan

memutus siklus hidup nyamuk. Cara yang dapat dilakukan dalam

memberantas sarang nyamuk adalah dengan cara mengaplikasikan metode

Page 23: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  5  

3M plus, yakni menguras, menutup, mengubur barang bekas, dan

pengelolaan lingkungan (Amin, 2013).

Sasaran pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu semua tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti seperti ; tempat penampungan

air (TPA untuk keperluan sehari-hari, tempat penampungan air bukan

untuk keperluan sehari-hari, dan tempat penampung air alamiah).

Sedangkan ukuran keberhasilan PSN DBD dapat diukur dengan Angka

Bebas Jentik (ABJ) yang apabila ABJ bernilai sama dengan 95%,

diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI,

2005).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu melakukan

penelitian untuk menganalisis perilaku 3M plus (menguras, menutup,

mengubur, dan pengelolaan lingkungan) ibu rumah tangga dan kondisi

lingkungan terhadap kepadatan larva Aedes aegypti di wilayah Kelurahan

Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Hal tersebut dikarenakan bahwa nyamuk

Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit DBD (Sukana, 1993) dan

cara paling ampuh untuk memberantas penyakit tersebut adalah dengan

memberantas larva Aedes aegypti di tempat perkembang biakannya

(Ganie, 2009). Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah salah satu zona

merah yang disebutkan di atas (Kelurahan Menteng) berbatasan dengan

Kelurahan Kebon Kacang. Jumlah kasus yang masih fluktuatif dari dari

empat tahun terakhir di Kelurahan Kebon Kacang juga menjadi alasan

kuat untuk melakukan penelitian di lokasi ini.

Page 24: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  6  

1.2. Perumusan Masalah

Kasus DBD di Kelurahan Kebon Kacang erat kaitannya dengan

kepadatan larva Aedes aegypti yang diketahui akan berkembang sebagai

vektor utama penyakit DBD. Perilaku 3M plus sebagai bagian dari

pencegahan penyakit ini yang mencakup sikap, tindakan dan pengetahuan

ibu rumah tangga di wilayah penelitian juga dilihat. Kelurahan Kebon

Kacang, yang berdekatan dengan Kelurahan Menteng (salah satu

Kelurahan dengan zona merah DBD di Jakarta Pusat), memiliki potensi

untuk turut serta dalam penyebaran kasus DBD yang dikarenakan

tingginya lalu lintas manusia.

Jumlah kasus yang masih fluktuatif dari dari empat tahun terakhir

di Kelurahan Kebon Kacang menjadi alasan kuat untuk melakukan

penelitian di lokasi ini. Jumlah kasus DBD berturut-turut di Kelurahan

Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang dari tahun 2010-2013 adalah

sebesar 57, 6, 17, dan 5 (Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tanah

Abang, 2010-2013). Kemudian, angka bebas jentik (ABJ) yang sebesar

95,5% (Bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tanah Abang, 2012)

dan melebihi target dari nilai ABJ Departemen Kesehatan Republik

Indonesia tidak diikuti dengan tidak ditemukannya kasus DBD di

Kelurahan Kebon Kacang. Cara yang dilakukan untuk melakukan

penelitian ini adalah dengan cara melihat perilaku 3M Plus ibu rumah

Page 25: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  7  

tangga dan kondisi lingkungan untuk mengetahui kepadatan larva Aedes

aegypti yang berkaitan erat dengan penyakit DBD.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian yang

diajukan dan diharapkan dapat dijawab dengan penelitian ini, yaitu:

1. Berapa kepadatan larva Aedes aegepty di wilayah Kelurahan Kebon

Kacang?

2. Bagaimana pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga

mengenai 3M plus?

3. Bagaimana kondisi lingkungan (kondisi tempat penampungan air

(TPA), suhu, kelembaban udara, dan fungsi jendela suatu rumah) di

wilayah zona merah Kelurahan Kebon Kacang?

4. Bagaimana kepadatan larva Aedes aegypti menurut perilaku 3M Plus

ibu rumah tangga dan kondisi lingkungan?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan

yaitu:

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk melihat perilaku 3M Plus ibu rumah tangga dan

kondisi lingkungan terhadap kepadatan larva Aedes aegepty di

wilayah Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat periode 2014.

Page 26: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  8  

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kepadatan larva Aedes aegypti di wilayah zona

merah Kelurahan Kebon Kacang

2. Mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah

tangga mengenai 3M Plus

3. Mengetahui kondisi lingkungan (keberadaan dan kondisi

tempat penampungan air, suhu di sekitar tempat

penampungan air, kelembaban udara di sekitar tempat

penampungan air, dan fungsi jendela suatu rumah)

4. Mengetahui kepadatan larva Aedes aegypti menurut

perilaku 3M Plus ibu rumah tangga dan kondisi

lingkungan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan analisis perilaku 3M plus ibu rumah

tangga dan kondisi lingkungan terhadap kepadatan larva Aedes aegepty di

wilayah zona merah Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat. Populasi

dari penelitian ini adalah ibu rumah tangga sebagai pengelola di dalam

rumah tangga. Ibu rumah tangga dinilai memiliki peran paling penting

dalam melakukan pengelolaan lingkungan di sekitar rumahnya. Perilaku

3M plus yang di dalamnya terdapat pengetahuan, sikap, dan tindakan juga

dinilai dengan skoring sesuai pertanyaan yang ada di kuesioner. Data

Page 27: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  9  

kepadatan jentik akan dinilai dengan observasi langsung menggunakan

senter lampu. Pengumpulan data tersebut akan diambil langsung oleh

peneliti dan akan dilakukan selama bulan Mei - Juni 2014.

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1. Masyarakat Kelurahan Kebon Kacang

Penelian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

dan kesadaran akan pentingnya perilaku 3M plus sebagai program

pengendalian penyakit DBD. Dari hal tersebut harapannya adalah

kasus DBD akan turun atau bahkan segera menghilang.

1.6.2. Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang DBD

serta merupakan syarat kelulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

1.6.3. Peneliti lain

Dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Page 28: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  10  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit

yang di sebabkan oleh infeksi virus DEN-1, DE-2, DEN-3, atau DEN-4

yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus yang sebelumnya telah terinfeksi virus Dengue dari penderita

DBD lainnya (Ginanjar, 2008).

Demam dengue (DD) adalah penyakit fibris–virus akut, sering kali

di sertai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan

leukopenia sebagai gejalanya. demam berdarah dengue (DBD) di tandai

oleh empat manifestasi klinis utama demam tinggi, fenomena hemoragik,

sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat, tanda-tanda kegagalan

sirkulasi, pasien ini dapat mengalami syok hipovolemik yang diakibatkan

oleh kebocoran plasma (WHO, 1999).

2.1.2. Penularan Demam Berdarah Dengue

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau

Aedes albopictus betina. Cara penularan penyakit DBD adalah melalui

gigitan nyamuk Aedes sp. yang mengigit penderita DBD kemudian

ditularkan kepada orang sehat. Orang yang beresiko terkena demam

Page 29: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  11  

berdarah adalah anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian

besar tinggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh.

Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim

penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam

serta perilaku manusia. Karena nyamuk yang menggigit orang yang

darahnya mengandung virus dengue, sepanjang nyamuk tersebut hidup

akan tetap mengandung virus dengue dan setiap saat dapat ditularkan

kepada orang lain melalui gigitannya pula (menggigit pada siang hari)

(Wahono, 2004).

2.1.3. Tempat Penularan

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat

nyamuk penularnya. Tempat potensial untuk terjadi penularan DBD

adalah (Depkes RI, 1992) :

1. Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)

2. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-

orang yang datang dari berbagai wilayah. Tempat-tempat tersebut

antara lain :

• Sekolah, karena anak/murid sekolah berasal dari berbagai wilayah

selain itu merupakan kelompok umur yang paling susceptible

terserang DBD

• Rumah sakit/puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Page 30: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  12  

Karena dalam hal ini orang yang datang dari berbagai wilayan dan

kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD atau carier virus dengue

• Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran,

dan tempat ibadah

2.1.4. Tanda dan Gejala DBD

Pada umumnya penderita DBD dikenal dengan gejala bintik-bintik

atau ruam merah pada kulit yang apabila diregangkan malah terlihat jelas

bintik-bintiknya. Hal itu memang menjadi salah satu tanda bahwa telah

tergigit nyamuk Aedes aegepty. Untuk lebih waspada dan menindaklanjuti

kasus DBD, berikut beberapa gejala DBD :

1. Demam

Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus

berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian

naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 mendadak turun. Jika digambarkan,

maka grafiknya menyerupai pelana kuda (Depkes RI, 2005).

2.1.5. Pencegahan DBD

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau

mengurangi vektor nyamuk demam berdarah yaitu Aedes aegypti.

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode yang tepat, yaitu :

Page 31: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  13  

1) Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain

dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat,

modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan

manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh : menguras bak

mandi / penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengubur

kaleng-kaleng dan ban-ban bekas, menutup dengan rapat bak penampungan

air, dan mengganti/menguras vas bunga / tempat minum burung seminggu

sekali (Ditjen P2MPL, 2000).

2) Biologi

Yaitu berupa intervensi yang dilakukan dengan memanfaatkan musuh-

musuh (predator) nyamuk yang ada di alam seperti ikan pemakan jentik

(ikan cupang, dll), dan bakteri (Ditjen P2MPL, 2000).

3) Kimiawi

Yaitu berupa pengendalian vektor dengan bahan kimia, baik bahan

kimia sebagai racun, bahan penghambat pertumbuhan, dan sebagai hormon.

Penggunaan bahan kimia untuk pengendalian vektor harus

mempertimbangkan kerentanan terhadap pestisida, bisa diterima

masyarakat, aman terhadap manusia dan organisme lain. Caranya adalah : a)

pengasapan/fogging , b) memberi bubuk abate pada tempat-tempat

penampungan air seperti gentong, vas bunga, kolam, dan lain-lain (Ditjen

P2MPL, 2000).

Page 32: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  14  

4) Terpadu

Langkah ini tidak lain merupakan aplikasi dari ketiga cara yang

dilakukan secara tepat/terpadu dan kerja sama lintas program maupun lintas

sektoral dan peran serta masyarakat.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah

dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M

Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan

beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida,

menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot

dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk,

memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat (Ditjen

P2MPL, 2000).

2.1.6 Faktor Kejadian DBD

Menurut Sari (2005) menyatakan bahwa faktor- faktor yang terkait

dalam penularan DBD pada manusia adalah :

1) Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan

DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 meter.

2) Mobilitas penduduk, memudakan penularan dari suatu tempat ke

tempat lain.

3) Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah,

bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. Bila di suatu rumah

ada nyamuk penularnya maka akan menularkan penyakit di orang

Page 33: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  15  

yang tinggal di rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada

dalam jarak terbang nyamuk dan orang-orang yang berkunjung

kerumah itu.

4) Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan

penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan.

5) Penghasilan, akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke

puskesmas atau rumah sakit.

6) Mata pencaharian, mempengaruhi penghasilan

7) Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat

tanggap dalam masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit.

8) Perkumpulan yang ada, bisa digunakan untuk sarana PKM

9) Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit. Lebih

banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk

sakit DBD lebih besar.

10) Suku bangsa, tiap suku bangsa mempunyai kebiasaannya masing-

masing, hal ini juga mempengaruhi penularan DBD.

11) Kerentanan terhadap penyakit, tiap individu mempunyai kerentanan

tertentu terhadap penyakit, kekuatan dalam tubuhnya tidak sama

dalam menghadapi suatu penyakit, ada yang mudah kena penyakit,

ada yang tahan terhadap penyakit. Sedangkan faktor yang dianggap

dapat memicu kejadian DBD adalah :

1) Lingkungan. Perubahan suhu, kelembaban nisbi, dan curah

hujan mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor

Page 34: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  16  

penular penyakit bertambah dan virus dengue berkembang lebih

ganas. Siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi

larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat sehingga jumlah populasi

akan cepat sekali naik. Keberadaan penampungan air artifisial/

kontainer seperti bak mandi, vas bunga, drum, kaleng bekas, dan lain-

lain akan memperbanyak tempat bertelur nyamuk. Penelitian oleh

Ririh dan Anny (2005) tentang “Hubungan Kondisi Lingkungan,

Kontainer, dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik

Nyamuk Aedes Aegypti di Daerah Endemis Surabaya” menunjukkan

bahwa ada hubungan antara kelembaban, tipe kontainer, dan tingkat

pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes

Aegypti.

2) Perilaku. Kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap

kebersihan lingkungan tempat tinggal, sehingga terjadi genangan air

yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Kurang baik perilaku

masyarakat terhadap PSN (mengubur, menutup penampungan air),

urbanisasi yang cepat, transportasi yang makin baik, mobilitas

manusia antar daerah, kurangnya kesadaran masyarakat akan

kebersihan lingkungan, dan kebiasaan berada di dalam rumah pada

waktu siang hari (Sari, 2005).

Page 35: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  17  

2.2. Siklus Hidup Aedes Aegypti

2.2.1. Telur

Telur Aedes aegypti berbentuk lonjong dengan panjang kira-kira 0,6

mm. Saat diletakkan telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

dalam 40 menit. Sekali bertelur jumlah telurnya dapat mencapai 100-300

butir, rata-rata 300 butir. Frekuensi nyamuk betina bertelur yaitu setiap dua

atau tiga hari. Selama hidupnya, nyamuk betina dapat bertelur lima kali.

Jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari banyak darah yang dihisapnya.

Telur diletakkan satu persatu pada dinding tempat air atau pada benda yang

terapung di permukaan air yang terlindung dari cahaya matahari langsung.

Tidak seperti spesies lain, tidak semua telur langsung diletakkan. Semua

telur diletakkan dalam beberapa jam sampai hari. Pada iklim yang hangat,

telur dapat bertumbuh dan berkembang dalam dua hari, namun pada iklim

yang sejuk dapat mencapai waktu satu minggu.

Telur tersebut dapat menetas beberapa saat setelah terkena air hingga dua

sampai tiga hari setelah berada di air (Depkes RI, 2004).

2.2.2. Larva

Larva terdiri dari kepala, toraks, dan abdomen, serta ada corong

udara dengan pekten dan sekelompok bulu-bulu. Sepanjang hidupnya, larva

kebanyakan berdiam di permukaan air walaupun mereka akan berenang ke

dasar kontainer jika terganggu terdahap rangsang getaran dan cahaya atau

sedang mencari makanan. Pada waktu istirahat, larva membentuk sudut

dengan permukaan air (Depkes RI, 2004).

Page 36: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  18  

Umur rata-rata pertumbuhan mulai jentik sampai menjadi pupa

berkisar antara 8-14 hari. Larva mengalami empat masa pertumbuhan

(instar) yaitu instar I sampai instar IV. Perkembangan larva tergantung pada

suhu sekitarnya. Jika suhunya sejuk, larva Aedes aegypti dapat bertahan

hingga berbulan-bulan selama ada air yang cukup. Perkembangan instar I

sampai menjadi instar III hanya sebentar, dan kira-kira 3 hari pada tahap

instar IV. Instar IV mencapai panjang 8 mm. Perbedaan masing-masing

instar tersebut adalah ukurannya dan kelengkapan bulunya. Tiap kali larva

mengalami pergantian instar disertai dengan pergantian kulit. Nyamuk

jantan tumbuh lebih cepat dari jetina. Larva banyak dijumpai pada genangan

air di tempat tertentu (drum, bak, tempayan, kaleng bekas, pelepah pohon,

objek apapun yang dapat menampung air) (Hu, 2012).

2.2.3. Pupa

Setelah menjadi instar IV, larva memasuki tahap menjadi pupa.

Berbeda dengan larva, pupa terdiri atas sefalotoraks, abdomen, dan kaki

pengayuh. Terdapat sepasang corong pernafasan berbentuk segitiga pada

sefalotoraks dan kaki pengayuh yang lurus dan runcing terdapat pada distal

abdomen (Sungkar, 2002).

2.2.4. Nyamuk

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika

dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar

hitam dengan bintik- bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya.

Page 37: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  19  

Nyamuk jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan

hidupnya. Sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih

menyukai darah manusia dari pada binatang. Biasanya nyamuk betina

mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi

(pukul 09.00-10.00) sampai petang hari (16.00-17.00). Aedes aegypti

mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali untuk memenuhi

lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif

sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap

(beristirahat) di dalam atau diluar rumah. Tempat hinggap yang disenangi

adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang agak gelap

dan lembab. Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di tempat

penampungan air bersih, seperti tempat penampungan air untuk keperluan

sehari-hari: bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (tower air)

yang tidak tertutup, sumur gali. Selain itu, wadah berisi air bersih atau air

hujan: tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan

bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di

kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air walau dengan

volume kecil, juga menjadi tempat kesukaannya (Depkes RI, 2004).

Telur akan diletakkan dan menempel pada dinding penampungan

air, sedikit di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat

mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 milimeter

perbutir. Di tempat kering (tanpa air), telur dapat bertahan sampai enam

bulan. Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar dua hari terendam

Page 38: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  20  

air. Setelah 6-8 hari, jentik nyamuk akan tumbuh menjadi pupa nyamuk.

Pupa nyamuk yang masih dapat aktif bergerak di dalam air tanpa makan, itu

akan memunculkan nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.

Selanjutnya nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat

perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur akan

menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air. Suhu air

yang cocok antara 26° – 30°C, kelembaban antara 26 – 28%. Larva akan

menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa (Depkes RI,

2004).

2.3. Angka Kepadatan Aedes Aegypti

Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat di lakukan

beberapa survei yang di pilih secara acak yang meliputi survei nyamuk,

survei larva dan survei perangkap telur, survei jentik di lakukan dengan cara

pemeriksaaan terhadap semua tempat air di dalam dan di luar rumah dari

100 (seratus) rumah yang di periksa di suatu daerah dengan mata telanjang

untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Menurut Depkes RI (2005)

pelaksaaan survei ada 2 (dua) metode yang meliputi:

a. Metode single survei

Survei ini di lakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat

genangan air yang di temukan ada jentiknya untuk identifikasi lebih lanjut

jentiknya.

Page 39: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  21  

b. Metode visual

Survei ini di lakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap

tempat genagan air tanpa melakuan pengambilan jentik. Dalam program

pemberantasan penyakit DBD, survei jentik yang biasa di gunakan adalah

cara visual dan ukuran yang di pakai untuk mengetahui kepadatan jentik

yaitu:

1. Angka bebas jentik (ABJ)

Angka bebas jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang di lakukan di

semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas puskesmas pada

rumah - rumah penduduk yang diperiksa secara acak (Depkes RI, 1998).

2. House indeks (HI)

House Indeks (HI) adalah persentasi jumlah rumah yang di temukan jentik

yang di lakukan di semua desa/kelurahan oleh petugas puskesmas setiap 3

(tiga) bulan pada rumah-rumah yang di periksa secara acak (Depkes RI,

1998).

   Jumlah  rumah  atau  bangunan  yang  tidak  ditemukan  jentik                   x  100  %  

   Jumlah  rumah  atau  bangunan  yang  diperiksa  

   Jumlah  rumah  atau  bangunan  yang  ditemukan  jentik                   x  100  %  

   Jumlah  rumah  atau  bangunan  yang  diperiksa  

Page 40: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  22  

3. Container indeks (CI)

Container indeks (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah container yang

di periksa di temukan jentik pada container di rumah penduduk yang dipilih

secara acak (Depkes RI, 1998).

4. Breteau indeks (BI)

Jumlah container yang terdapat jentik dalam 100 rumah. Container adalah

tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembang biaknya

nyamuk Ae.aegypti. Angka bebas jentik dan house index lebih

menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu daerah. Tidak ada

teori yang pasti angka bebas jentik dan house index minimal 1% yang

berarti persentase rumah yang di periksa jentikya harus negatip. Ukuran

tersebut di gunakan sebagai indikator keberhasilan pengendalian penularan

DBD (Depkes RI, 1998).

   Jumlah  container  yang  ditemukan  jentik                   x  100  %  

   Jumlah  container  yang  diperiksa  

Page 41: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  23  

2.4. Pemberantasan Nyamuk

Pemberantasan nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan hingga ke tingkat yang bukan merupakan

masalah kesehatan masyarakat lagi. Kegiatan pemberantasan nyamuk Aedes

aegypti yang dilaksanakan sekarang adalah terhadap nyamuk dewasa dan

jentiknya (Rithie, 2003).

a. Pemberantasan nyamuk dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara

penyemprotan (pengasapan/pengabutan=fogging) dengan insektisida.

Mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda

bergantungan seperti kelambu dan pakaian, maka penyemprotan tidak

dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular

malaria. Insektisida yang dapat digunakan antara lain golongan:

Organophospate, misalnya malathion; Pyretroid sintetik, misalnya lamda

sihalotrin, cypermettrin, alfamethrin; Carbamat (Depkes RI, 2005).

Alat yang di gunakan untuk menyemprot adalah mesin Fog atau mesin

ultra light volum (ULV) dan penyemprotan dengan cara pengasapan tidak

mempunyai efek residu. Untuk membatasi penularan virus Dengue,

penyemprotan di lakukan dua siklus dengan interval 1 minggu. Pada

penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus

Dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk lainya akan mati. Tetapi

akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang di antaranya akan

Page 42: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  24  

menghisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat

menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu di

lakukan penyemprotan siklus kedua, penyemprotan yang kedua dilakukan 1

minggu sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang

infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain

(Depkes RI, 2005).

Dalam waktu singkat, tindakan penyemprotan dapat membatasi

penularan, akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan

terhadap jentiknya yaitu dengan memprioritaskan gerakan pemberantasan

sarang nyamuk DBD agar populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan

serendah-rendahnya. Dengan demikian bila ada penderita DBD atau orang

dengan viremia, maka tidak dapat menular ke orang lain (Depkes RI, 2005).

b. Pemberantasan jentik

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan

istilah pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD).

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) adalah

kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD

(Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya. Tujuan PSN DBD

ini adalah untuk mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga

penularan DBD dapat di cegah atau di kurangi. Pencegahan penyakit DBD

sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes

aegypti (Ditjen P2P dan PL, Depkes RI, 2008).

Page 43: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  25  

Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD)

dilakukan dengan cara:

1. Fisik

Cara ini dikenal dengan kegiatan “3M”, yaitu menguras dan menyikat

tempat- empat penampungan air, seperti bak mandi/WC, drum dan tempat

lainya seminggu sekali (M1), menutup rapat-rapat penampungan air, seperti

gentong air/tempayan dan lain-lain(M2), mengubur atau menyingkirkan

barang-barang bekas yang dapat menampungan air hujan (M3).

Selain cara di atas pada saat ini telah dikenal pula dengan istilah “3M”

plus (Ditjen P2P dan PL, Depkes RI, 2008) yaitu mengganti atau

menyingkirkan air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat

yang sejenisnya seminggu sekali, memperbaiki saluran dan talang air yang

tidak lancar/rusak, menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon,

dan lain-lain (dengan tanah atau benda sejenisnya), menaburkan bubuk

larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang

sulit air, memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan

air, memasang kawat kasa, menghindari kebiasaan menggantung pakaian

dalam kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang

memadai, mengunakan kelambu, memakai obat yang dapat mencegah

gigitan nyamuk.

Page 44: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  26  

2. Kimia

Cara memberantas jentik Ae.aegypti dengan menggunakan insektisida

pembasmi jentik dengan (larvasida) yang dikenal dengan istilah larvasidasi.

Larvasidasi yang biasa digunakan adalah granules (sand granules). Dosis

yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (± 1 sendok makan rata) untuk tiap 100

liter air. Larvasidasi dengan temephosini mempunyai efek risidu 3 bulan.

Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator (Ditjen

P2P dan PL, Depkes RI, 2008).

3. Biologi

Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan

gupi, ikan cupang/tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan Bacillus

thurringlensisvar, Israeliensia (Bti) (Ditjen P2P dan PL, Depkes RI, 2008).

2.5. Lingkungan

Aktivitas dan metabolisme nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi secara

langsung oleh faktor lingkungan, yaitu : temperatur atau suhu, kelembaban

udara, tempat perindukan (TPA), dan curah hujan (Oktaviani, 2009). Selain

itu, terdapat pula faktor kesehatan lingkungan lainnya seperti fungsi dan

keadaan jendela di dalam rumah, jarak antar rumah, kepadatan penghuni,

jumlah tanaman hias, dan sebagainya (Ekaputra dkk, 2010).

Page 45: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  27  

2.5.1. Tempat Penampungan Air

Tempat penampungan air adalah suatu wadah yang digunakan untuk

menampung air sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, tempat

penampungan air yang biasa digunakan masyarakat adalah bak mandi,

ember, kontainer air, dan sebagainya. Tempat penampungan air dapat

menjadi faktor resiko penyebab adanya larva Aedes aegypti di dalamnya

karena sangat berkaitan dengan perilaku pemilik TPA tersebut. Hal yang

dapat menyebabkan TPA menjadi breeding places bagi nyamuk Aedes

aegypti berkaitan dengan kebiasaan menutup TPA yang ada di dalam

rumahnya (Hayunurdia, 2010).

2.5.2. Kelembaban Udara

Kelembaban udara merupakan salah satu kondisi lingkungan yang

dapat mempengaruhi perkembangan larva Aedes aegypti (Yudhastuti dkk,

2005). Kelembaban udara sendiri merupakan banyaknya uap air yang

terkandung dalam udara yang dinyatakan dalam %. Menurut Mardihusudo

(1988), disebutkan bahwa kelembaban udara yang optimal untuk

perkembangbiakan dan perkembangan embrio nyamuk berkisar antara 81,5

– 89,5%.

2.5.3. Suhu

Selain kelembaban udara, suhu juga merupakan salah satu faktor

lingkungan yang mempengaruhi perkembangan larva Aedes aegypti (Sugito,

Page 46: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  28  

1989). Suhu merupakan derajat panas dingin yang dinyatakan dalam satuan

°C. Menurut Iskandar, et al. (1985), pada umumnya nyamuk Aedes aegypti

akan meletakkan telurnya pada suhu optimal untuk perkembangan larva

Aedes aegypti yakni antara 20-30°C. Selain suhu yang tersebut,

perkembangan dan pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali

(Yotopranoto et al., 1998).

2.5.4. Jendela

Salah satu faktor kesehatan lingkungan menurut Ekaputra dkk (2010)

yang mempunyai faktor penting terhadap keberadaan larva Aedes aegypti

adalah keberadaan dan fungsi jendela. Jendela dikatakan berfungsi apabila

dapat dilewati oleh cahaya dan berfungsi sebagai ventilasi, serta dibuka

secara teratur (Gulo, 2012). Fungsi jendela juga akan semakin baik bila

ditambahkan kawat nyamuk untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam

rumah seseoarang.

2.6. Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada

hakikatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. Untuk

kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa

yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).

Page 47: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  29  

Menurut Robert Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2003)

menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme

yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan

sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan

terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-

tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap

hanyalah sebagian dari perilaku manusia. Jadi, pada dasarnya perilaku

manusia merupakan urutan proses yang dimulai dari mempelajari sesuatu

untuk mendapatkan pengetahuan, menumbuhkan rasa ingin tahu dan respon

terhadap sesuatu berupa sikap, dan keinginan untuk melakukan aksi berupa

tindakan.

Hal tersebut berkaitan dengan domain perilaku yang dijelaskan

oleh Bloom (Notoatmodjo, 2005) yang mengatakan bahwa perilaku itu

dibagi menjadi tiga domain yang saling melengkapi untuk membentuk

perilaku seseorang, yakni :

a. Pengetahuan

b. Sikap

c. Tindakan

2.6.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dapat diterangkan dengan

metode ilmiah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu persoalan

ilmiah dengan menggunakan teori kebenaran baik yang dilakukan saat

Page 48: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  30  

sekarang atau masa yang akan datang (Tjokronegoro, A & Sudarsono, S.,

2001). Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara

langsung dari kesadarannya sendiri (Bakhtiar, 2004). Pengetahuan adalah

suatu proses untuk mengetahui dan menghasilkan sesuatu yang didorong

rasa ingin tahu yang bersumber dari kehendak dan kemauan manusia

(Suhartono, 2005).

2.6.2. Sikap

Sikap (attitude) menurut Sarwono (2003) adalah kesiapan atau

kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespons sesuatu baik

terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari suatu objek

rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan

tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku.

Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi

harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.

2.6.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

(Notoatmodjo, 2003). Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

Page 49: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  31  

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama (Notoatmodjo,

2003).

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua

(Notoatmodjo, 2003).

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga (Notoatmodjo, 2003).

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik (Notoatmodjo, 2003).

Page 50: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  32  

2.7. Kerangka Teori

Vektor Aedes aegypti merupakan penyebab penyebaran virus penyakit

DBD. Vektor tersebut erat kaitannya dengan perkembangan dan pertumbuhan

larvanya. Kepadatan larva Aedes aegypti dipengaruhi oleh perilaku manusia

dalam melakukan pengelolaan lingkungan. Dewasa ini, program untuk

mencegah keberadaan larva Aedes aegypti disebut 3M Plus. Program 3M

Plus harus dijalankan oleh masyarakat di suatu wilayah agar dapat mencegah

bahkan mengurangi kasus DBD di kemudian hari. Program tersebut sangat

erat berkaitan dengan perilaku masyarakat terkait 3M Plus yang disusun atas

pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Kondisi lingkungan seperti kondisi tempat penampungan air (TPA),

kelembaban udara, suhu, dan fungsi jendela juga mempengaruhi kepadatan

larva Aedes aegypti. Selain itu terdapat faktor kepadatan penduduk,

keberadaan pemukiman kumuh, dan keberadaan pasar Tanah Abang juga

turut serta disebut sebagai faktor pendukung kepadatan larva Aedes aegypti di

wilayah Kelurahan Kebon Kacang.

Selain itu, frekuensi penyuluhan terkait DBD pun menjadi faktor

pendukung dalam mengurangi kepadatan larva Aedes aegypti di suatu daerah.

Hal tersebut berkaitan dengan penyadaran kepada masyarakat tentang bahaya

dari DBD.

Oleh sebab itu, dasar pemikiran inilah yang menjadi landasan dalam

pembuatan kerangka teori. Kerangka teorinya adalah sebagai berikut.

Page 51: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  33  

Gambar 2.1. Kerangka Teori

(Kurnianto, 2013; Depkes RI, 2005; Sugito, 1989; Mardihusodo, 1988; Gulo,

2012; Asri, 2008; Aisyah, 2013; Wiratanya dkk, 2008)

a. Tempat Penampungan Air (TPA)

b. Suhu c. Kelembaban udara d. Jendela

Pengetahuan, sikap, dan tindakan 3M plus : a. Menguras b. Menutup c. Mengubur d.Pengelolaan lingkungan

Perilaku Ibu Rumah Tangga

i. Kepadatan penduduk

ii. Keberadaan pemukiman kumuh

iii. Keberadaan pasar

Kepadatan Larva Aedes aegypti

Kondisi Lingkungan

Pelayanan Kesehatan

Frekuensi penyuluhan

tentang DBD

Page 52: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  34  

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang dibuat oleh peneliti adalah berdasarkan

penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu. Kepadatan larva Aedes

aegypti selama ini dikenal sebagai penyebab awal vektor utama penyakit

DBD. Kepadatan larva tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor dan

beberapa faktor yang akan diteliti adalah : Perilaku 3M plus ibu rumah

tangga yang mencakup pengetahuan, sikap, dan tindakan serta kondisi

lingkungan seperti tempat penampungan air, kelembaban udara, suhu, dan

fungsi jendela.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

Tempat Penampungan Air (TPA)

Kepadatan Larva Aedes aegypti

Pengetahuan 3M Plus

Sikap 3M Plus

Tindakan 3M Plus

Kelembaban Udara

Suhu

Fungsi Jendela

Page 53: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  35  

3.2. Definisi Operasional

No

.

Variabel Definisi Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Tempat

Penampun

gan Air

(TPA)

Tempat penampungan air

yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari dan

berpotensi menjadi

breeding places nyamuk

dan dalam kondisi

terbuka. Contohnya

adalah bak mandi, ember

air, kontainer air, dan

lainnya. Responden yang

tidak memiliki tempat

penampungan air

dimasukkan ke dalam

kategori tertutup.

Lembar

observasi

1. Terbuka

2. Tertutup

Nomina

l

Page 54: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  36  

No

.

Variabel Definisi Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

2. Suhu Derajat panas dingin di

sekitar TPA dan

dinyatakan dalam ° C dan

rentang waktu observasi

adalah 15 menit setiap

rumah yang dimulai dari

pukul 08.00 – 16.00 WIB.

Thermohy

drometer

1. Optimal :

20-30° C

2. Tidak

optimal :

<20°C &

>30°C

(Iskandar, et

al., 1985)

Ordinal

3. Kelembab

an udara

Banyaknya uap air yang

terkandung dalam udara

di sekitar TPA dan

rentang waktu observasi

adalah 15 menit setiap

rumah yang dimulai dari

pukul 08.00 – 16.00 WIB.

Thermohy

drometer

0-100%

Rasio

Page 55: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  37  

No

.

Variabel Definisi Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

4. Jendela Adanya suatu tempat yang

berfungsi sebagai

ventilasi, serta dibuka

secara teratur.

Lembar

Observasi

1. Berfungsi

2. Tidak

Berfungsi

Nomina

l

5. Kepadatan

larva

Aedes

aegypti

Hasil dari observasi larva

yang dilakukan pada saat

penelitian.

Lembar

Observasi

1. Ada

2. Tidak

Nomina

l

Page 56: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  38  

No

.

Variabel Definisi Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

6. Pengetahu

an

terhadap

3M+

Segala sesuatu yang

diketahui responden

tentang 3M+ dan akan

dihitung dengan skoring

(Ganie, 2009)

Kuesioner 1. Baik :

≥80%

2. Buruk :

<80%

(Yudhastuti

dkk, 2005)

Ordinal

7. Sikap

terhadap

3M+

Tanggapan atau reaksi

responden tentang 3M+

dan akan dihitung dengan

skoring (Ganie, 2009)

Kuesioner 1. Baik :

≥80%

2. Buruk :

<80%

(Yudhastuti

dkk, 2005)

Ordinal

Page 57: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  39  

No

.

Variabel Definisi Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

8. Tindakan

terhadap

3M+

Segala tindakan yang

dilakukan responden

tentang 3M+ dan akan

dihitung dengan skoring

(Ganie, 2009)

Kuesioner 1. Baik :

≥80%

2. Buruk :

<80%

(Yudhastuti

dkk, 2005)

Ordinal

Page 58: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  40  

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah cross sectional

study. Hal ini dikarenakan tujuan dari penelitian yang dilakukan untuk

menganalisis perilaku 3M Plus ibu rumah tangga dan kondisi lingkungan

terhadap kepadatan larva Aedes aegypti pada saat penelitian dijalankan.

Sehingga hal tersebut sesuai dengan kriteria penggunaan desain cross

sectional dimana desain ini berfungsi dalam meneliti pada waktu yang

bersamaan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Kebon Kacang,

Jakarta Pusat pada bulan Mei-Juni 2014.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga dan seluruh rumah

di wilayah Kelurahan Kebon Kacang.

Page 59: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  41  

2. Sampel

Sampel yang merupakan bagian dari populasi tersebut adalah rumah

tangga dengan unit analisisnya ibu rumah tangga sebagai pengelola

lingkungan di dalam rumahnya.

4.4. Besar Sampel

Rumus besar sampel yang digunakan pada penelitian kali ini

adalah komparatif kategorik tidak berpasangan, yaitu :

Gambar 3. Rumus Komparatif Kategorik Tidak Berpasangan

Tabel 4.1. Jumlah Sampel

No. P1 P2 Variabel Jumlah

Sampel

Sumber

1 0,6 0,7 Suhu 182 Yudhastuti dkk, 2005

2 0,6 0,5 Suhu 138 Yudhastuti dkk, 2005

a. Nilai P1 yang diambil sebesar 0,6 mengenai hubungan suhu dengan

keberadaan larva Aedes aegypti (Yudhastuti dkk, 2013)

b. Nilai P2 yang diambil adalah menggunakan estimasi beda 10%

dikarenakan peneliti tidak mengetahui nilai P2 dari penelitian sebelumnya.

1. P2 yang pertama adalah 10% > P1

P2 = 10% + 60% = 70%

P2 = 0,7

Page 60: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  42  

2. P2 yang kedua adalah 10% < P1

P2 = 60% - 10% = 50%

P2 = 0,5

c. Kesalahan tipe I 5%, Z1-α/2 = 1,96

d. Kesalahan tipe II 10%, Z1-β = 1,28

Jadi, sampel yang didapat adalah sampel terbesar dari hasil perhitungan

tersebut.

n = 182

n + 10%(n) = 182 + 19 = 201

Untuk mengantisipasi adanya data yang hilang atau kurang, peneliti

merasa perlu menambahkan 10% dari total sampel yang telah di dapat.

Jadi, total sampelnya adalah 201 KK.

Page 61: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  43  

Tabel 4.2. Jumlah Sampel Per RW

RW Jumlah Sampel

I 20

II 27

III 18

IV 18

V 25

VI 12

VII 15

VIII 22

IX 12

X 21

XI 11

Total 201

4.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik simple random

sampling. Teknik ini akan menentukan sampel yang ada di dalam wilayah

penelitian yaitu Kelurahan Kebon Kacang yang terbagi menjadi 11 rukun

warga (RW). Jumlah KK yang ada di Kelurahan Kebon Kacang adalah

8347 KK (Laporan Bulanan Kelurahan Kebon Kacang, 2014). Dari

seluruh jumlah KK yang ada, akan dibuat nomor urut dari 1 hingga 8347

dan akan dipilih 201 KK secara acak. Pemberian nomor urut tersebut akan

Page 62: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  44  

disesuaikan dengan nomor rumah yang ada di tiap RT yang berada di

dalam suatu RW.

4.6. Pengumpulan Data

4.6.1. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer akan diambil saat melakukan observasi di wilayah

penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder berupa data statistik penduduk dan data ABJ yang

akan diambil di Kelurahan Kebon Kacang dan Puskesmas Tanah

Abang.

4.6.2. Metode

a. Data Primer

Variabel tentang perilaku 3M Plus akan diambil melalui pengisian

kuesioner yang di dalamnya mencakup pertanyaan tentang pengetahuan,

sikap, dan tindakan terkait 3M Plus. Kuesioner tersebut akan diberikan

kepada ibu rumah tangga yang sudah ditunjuk dan setuju menjadi

responden. Untuk mendukung hasil kuesioner yang ada, dilakukan pula

wawancara mendalam kepada kepala RW 10 yang bernama Bapak Suroso

karena beliau merupakan tokoh yang dikenal masyarakat dan paham

mengenai 3M Plus di wilayah Kelurahan Kebon Kacang. Kemudian,

Page 63: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  45  

kepadatan larva Aedes aegypti akan diobservasi langsung menggunakan

lampu senter (visual survey) di tempat penampungan air yang ada di dalam

rumah ibu rumah tangga. Faktor kondisi lingkungan juga diobservasi juga

secara langsung oleh peneliti di saat yang bersamaan.

4.6.3. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan mencakup beberapa pertanyaan yang terkait

dengan variabel perilaku 3M Plus ibu rumah tangga (pengetahuan, sikap,

dan tindakan). Penilaian atau skoring yang dilakukan adalah dengan

memberikan nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah.

Pembagian kategori baik atau buruk amat tergantung dengan total skor

yang didapat oleh responden berkaitan dengan jawaban yang ada di dalam

kuesionernya. Contoh skoring akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengetahuan (8 pertanyaan) = (P1+ … +P8 / 8) x 100%

b. Sikap (7 pertanyaan) = (S1 + … + S7 / 7) x 100%

c. Tindakan (8 pertanyaan) = (T1 + … + T8 / 8) x100%

Kuesioner yang akan diujikan ini telah melewati uji validitas dan uji

realibilitas terlebih dahulu menggunakan 19 responden. Berikut adalah

hasil uji validitas dan uji realibilitas yang telah dilakukan.

Page 64: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  46  

a. Uji validitas

Validitas merupakan indeks yang menunjukkan apakah suatu alat

ukut yang digunakan dapat mengukur apa yang dia ukur.

Tabel 4.3.

Hasil Uji Validitas Pengetahuan 3M Plus

No. Pertanyaan Nilai Uji R Tabel

( n=19)

Status

1 P1 0,635

0,456

(Sugiyono,

1999)

Valid

2 P2 0,635

3 P3 0,652

4 P4 0,462

5 P5 0,461

6 P6 0,854

7 P7 0,642

8 P8 0,642

Semua pertanyaan untuk variabel pengetahuan memiliki nilai uji

validitas di atas nilai R tabel pada n = 19. Oleh sebab itu, seluruh

pertanyaannya dinyatakan valid.

Page 65: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  47  

Tabel 4.4.

Hasil Uji Validitas Sikap 3M Plus

No. Pertanyaan Nilai Uji R Tabel

( n=19)

Status

1 S1 0,459

0,456

(Sugiyono,

1999)

Valid

2 S2 0,667

3 S3 0,667

4 S4 0,667

5 S5 1,000

6 S6 0,667

7 S7 0,667

Semua pertanyaan untuk variabel sikap memiliki nilai uji validitas

di atas nilai R tabel pada n = 19. Oleh sebab itu, seluruh pertanyaannya

dinyatakan valid.

Page 66: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  48  

Tabel 4.5.

Hasil Uji Validitas Tindakan 3M Plus

No. Pertanyaan Nilai Uji R Tabel

( n=19)

Status

1 T1 0,464

0,456

(Sugiyono,

1999)

Valid

2 T2 0,609

3 T3 0,885

4 T4 0,885

5 T5 0,885

6 T6 0,885

7 T7 0,464

8 T8 0,464

Semua pertanyaan untuk variabel tindakan memiliki nilai uji

validitas di atas nilai R tabel pada n = 19. Oleh sebab itu, seluruh

pertanyaannya dinyatakan valid.

b. Uji realibilitas

Realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji

realibilitas menggunakan Alpha Cronchbach dimana instrument penelitian

dianggap reliabel jika nilai alpha minimal 0,6.

Page 67: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  49  

Tabel 4.6.

Hasil Uji Realibilitas

No. Variabel Alpha Cronchbach Alpha

Minimal

Status

1 Pengetahuan 0,810

0,6 Reliabel 2 Sikap 0,845

3 Tindakan 0,819

2. Thermohydrometer

Thermohydrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

kelembaban udara dan suhu. Alat ini dapat bekerja optimal juga sudah

diletakkan selama minimal 15 menit.

3. Lampu senter dan lembar kepadatan larva

Lampu senter digunakan untuk melihat keberadaan larva yang ada di

dalam TPA rumah responden. Jumlah larva yang ditemukan kemudian

dicatat di lembar kepadatan larva yang telah disiapkan.

4. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan untuk memperkuat informasi terkait

masalah keberadaan larva Aedes aegypti dan kasus DBD yang masih

fluktuatif di Kelurahan Kebon Kacang.

Page 68: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  50  

4.7. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang akan dilakukan pada penelitian kali ini yaitu

melakukan editing dan coding menggunakan Epi Data. Sedangkan untuk

melakukan entry data akan menggunakan software SPSS. Proses terakhir

yang dilakukan adalah cleaning data. Dalam tahap ini dilakukan

pemeriksaan ulang terhadap seluruh data yang telah di entry dan diolah.

Jenis analisis data yang digunakan yaitu analisis univariate dan bivariate.

a. Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian berupa gambaran distribusi yang ditampilkan dalam

tabel distribusi frekuensi.

Page 69: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  51  

BAB V

HASIL

5.1. Kondisi Geografis Kelurahan Kebon Kacang

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor

1227 Tahun 1989 tanggal 8 Mei 1989 tentang Penyempurnaan Lampiran

Keputusan KDKI Jakarta Nomor 1251 Tahun 1986 tanggal 29 Mei 1986

tentang Pemecahan, Penyatuan, Penetapan Batas, Pembaharuan Nomor

Kelurahan di DKI Jakarta, luas wilayah Kelurahan Kebon Kacang terdapat

71 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (Laporan Bulanan

Kelurahan Kebon Kacang, 2013):

a. Sebelah Utara :

Di sebelah Utara Kelurahan Kebon Kacang dibatasi oleh Jl. KH.

Fakhrudin atau Jl. KH. Wahid Hasyim Kelurahan Kampung Bali.

Kelurahan ini bukan merupakan zona merah.

b. Sebelah Timur :

Kali Cideng atau Kecamatan Menteng adalah wilayah yang

membatasi Kelurahan Kebon Kacang di sisi Selatan. Kecamatan

Menteng merupakan satu dari sembilan wilayah yang dinilai sebagai

zona merah. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kelurahan

Kebon Kacang. Antara Kecamatan Menteng dan Kelurahan Kebon

Kacang hanya dipisahkan oleh Kali Cideng dan jalan di sekitar

Bundaran HI. Tingginya aktifitas manusia di daerah ini dapat menjadi

Page 70: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  52  

faktor resiko penyebaran kasus DBD dan aka meningkatkan

keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Kebon Kacang.

Di Kecamatan Menteng juga terdapat Taman Menteng yang biasa

dijadikan masyarakat sebagai tempat rekreasi dan olahraga di sore

hari. Adanya kebiasaan pergi ke taman bisa jadi turut serta dalam

meningkatkan kasus DBD dan keberadaan larva Aedes aegypti di

wilayah lain. Hal tersebut dikarenakan mungkin pada saat bermain di

taman, mereka digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa

virus DBD. Berikut akan diberikan gambar peta batas-batas wilayah

Kelurahan Kebon Kacang dan akan memperlihatkan bahwa Kelurahan

ini sangat berbatasan langsung dengan Kecamatan Menteng.

c. Sebelah Selatan :

Jl. Kebon Kacang Raya atau Jl. Lontar Raya Kelurahan Kebon

Melati membatasi bagian Selatan Kelurahan Kebon Kacang dan bukan

merupakan wilayah zona merah.

d. Sebelah Barat :

Kali Banjir Kanal atau Kelurahan Petamburan terletak di sebelah

Barat Kelurahan Kebon Kacang. Wilayah ini bukan termasuk zona

merah.

Untuk memperjelas batas wilayah Kelurahan Kebon Kacang,

berikut adalah peta wilayah Kelurahan Kebon Kacang dan batas-batas

wilayahnya.

Page 71: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  53  

Gambar 5.1. Wilayah dan Batas-batas Kelurahan Kebon Kacang

5.2. Kondisi Demografis Kelurahan Kebon Kacang

Kelurahan Kebon Kacang memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK)

sebanyak 8347 KK dengan jumlah penduduk sebesar 26.380 jiwa.

Kelurahan Kebon Kacang juga memiliki 11 Rukun Warga (RW) dan

mempunyai 152 Rukun Tetangga (RT) (Laporan Bulanan Kelurahan

Kebon Kacang, 2014).

Page 72: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  54  

5.3. Wawancara Tokoh Masyarakat

Saat observasi, peneliti juga melakukan wawancara mendalam

kepada tokoh masyarakat yang mengerti tentang keadaan wilayah

Kelurahan Kebon Kacang serta masalah kesehatan yang dihadapi di

wilayah ini. Beliau adalah seorang ketua RW 10 dan merupakan individu

yang aktif berorganisasi dan dekat dengan semua masyarakat. Sudah lebih

dari 20 tahun beliau tinggal di wilayah Kelurahan Kebon Kacang dan

menurutnya masalah DBD masih menjadi isu di wilayah tersebut.

Menurutnya, program 3M Plus yang dipublikasikan oleh pihak

kesehatan belum terlalu didengar oleh masyarakat terutam untuk kalangan

menengah ke bawah. Lebih lanjut dikatakannya bahwa tidak ada inovasi

baru dari pihak-pihak kesehatan agar memacu semangat masyarakat

menjalankan 3M Plus tersebut.

Hambatan dalam menjalankan program tersebut selain kurangnya

inovasi yang dilakukan pihak kesehatan, juga masih rendahnya kesadaran

masyarakat untuk hidup sehat dan menyayangi lingkungannya. Hal

tersebut terutama berlaku untuk wilayah RW yang padat penduduk dan di

dominasi oleh kalangan menengah ke bawah. Pernyataan itu didukung

oleh fakta bahwa hanya beberapa RW saja yang rutin menjalankan kerja

bakti di wilayahnya.

Padahal menurut dia, program 3M Plus di masa yang akan datang

akan memiliki pengaruh kuat dalam mencegah keberadaan larva Aedes

aegypti dan mungkin akan menghilangkan kasus DBD dengan sendirinya.

Page 73: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  55  

Kasus DBD yang ada dapat dihilangkan dengan cara sadar diri untuk

menyayangi lingkungan dan keluarganya. Jadi, dengan dilakukannya 3M

Plus dimulai dari keluarga masing-masing dan adanya beberapa inovasi

dari pihak kesehatan, harapannya kasus DBD akan menghilang dengan

sendirinya.

5.4. Kepadatan dan Persebaran Larva Aedes aegypti

Berikut adalah kepadatan dan persebaran larva Aedes aegypti yang

ada di Kelurahan Kebon Kacang selama masa penelitian. Metode yang

digunakan dalam melihat kepadatannya adalah menggunakan cara single

survey dan menggunakan bantuan lampu senter.

Page 74: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  56  

Tabel 5.1.

Kepadatan Dan Persebaran Larva Aedes aegypti di Kelurahan Kebon Kacang

Tahun 2014

No Rw Rumah Ditemukan

Larva

Jumlah Rumah

Diperiksa

Jumlah Larva

1 I 2 20 2

2 II 0 27 0

3 III 0 18 0

4 IV 0 18 0

5 V 0 25 0

6 VI 0 12 0

7 VII 3 15 7

8 VIII 0 22 0

9 IX 0 12 0

10 X 6 21 20

11 XI 2 11 2

Total 13 201 31

HI 6,5%

ABJ 93,5%

Menurut tabel 5.1., persebaran larva Aedes aegypti di Wilayah

Zona Merah Kelurahan Kebon Kacang terletak di RW I, VII, X, dan XI

dengan House Index sebesar 6,5% dan ABJ sebesar 93,5%.

Page 75: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  57  

5.4. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 3M Plus Ibu Rumah Tangga

Hasil wawancara menggunakan kuesioner memperlihatkan

distribusi pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga mengenai

3M Plus di wilayah Kelurahan Kebon Kacang. Berikut adalah distribusi

perilaku ibu rumah tangga terkait 3M Plus.

Tabel 5.2.

Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga Kelurahan Kebon Kacang

Tahun 2014

Hasil n %

Pengetahuan

Buruk 153 76,1

Baik 48 23,9

Sikap

Buruk 31 15,4

Baik 170 84,6

Tindakan

Buruk 94 46,8

Baik 107 53,2

Berdasarkan tabel 5.2., dari 201 ibu rumah tangga diketahui bahwa

yang memiliki pengetahuan 3M Plus yang buruk ada 76,1%, sikap 3M

Plus yang buruk ada 15,4%, dan tindakan 3M Plus yang buruk ada 46,8%.

Page 76: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  58  

5.5. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang diobservasi selama penelitian adalah

kondisi Tempat Penampungan Air (TPA), kelembaban udara, suhu, dan

fungsi jendela. Berikut adalah distribusi kondisi kondisi lingkungan di

Kelurahan Kebon Kacang Tahun 2014.

Tabel 5.3.

Kondisi Lingkungan di Kelurahan Kebon Kacang Tahun 2014

Hasil n %

Kondisi TPA

Tertutup 23 11,4

Terbuka 178 88,6

Suhu

Tidak Optimal 119 59,2

Optimal 82 40,8

Jendela

Berfungsi 77 38,3

Tidak Berfungsi 124 61,7

Berdasarkan tabel 5.3., diketahui terdapat 88,6% TPA yang

terbuka dan berpotensi menjadi breeding places bagi vektor Aedes

aegypti, terdapat 40,8% suhu di sekitar TPA yang optimal untuk

perkembangbiakan vektor dan perkembangan larva Aedes aegypti, dan

terdapat 61,7% jendela yang tidak berfungsi dengan baik. Penelitian ini

Page 77: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  59  

juga ditemukan rata-rata kelembaban udara sebesar 36,99% dengan nilai

minimal 15% dan nilai maksimal 65%.

5.6. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan 3M Plus.

Berikut adalah distribusi kepadatan larva Aedes aegypti menurut

pengetahuan, sikap dan tindakan 3M Plus ibu rumah tangga di Kelurahan

Kebon Kacang.

Page 78: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  60  

Tabel 5.4.

Distribusi Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Perilaku 3M Plus Ibu Rumah

Tangga di Kelurahan Kebon Kacang Tahun 2014

Hasil

Kepadatan Larva Aedes

aegypti Total

Ada Tidak Ada

n % n % n %

Pengetahuan

Buruk 11 7,2 142 92,8 153 100

Baik 2 4,2 46 95,8 48 100

Total 13 6,5 188 93,5 201 100

Sikap

Buruk 1 3,2 30 96,8 31 100

Baik 12 7 158 93 170 100

Total 13 6,5 188 93,5 201 100

Tindakan

Buruk 6 6,4 88 93,6 94 100

Baik 7 6,5 100 93,5 107 100

Total 13 6,5 188 93,5 201 100

Page 79: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  61  

Berdasarkan tabel 5.4., dari 6,5% rumah yang ditemukan larva

Aedes aegypti, 85% berasal dari rumah ibu rumah tangga yang memiliki

pengetahuan 3M Plus yang buruk, 92,3% berasal dari rumah ibu rumah

tangga yang memiliki sikap 3M Plus yang baik, dan 54% berasal dari

rumah ibu rumah tangga yang memiliki tindakan 3M Plus yang baik.

Page 80: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  62  

5.7. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Kondisi Lingkungan

Berikut adalah distribusi kepadatan larva menurut kondisi lingkungan.

Tabel 5.5.

Distribusi Kepadatan Larva Menurut Kondisi Lingkungan di Kelurahan Kebon

Kacang Tahun 2014

Hasil

Kepadatan Larva Aedes

aegypti Total

Ada Tidak Ada

n % n % n %

Kondisi TPA

Terbuka 10 5,6 168 94,4 178 100

Tertutup 3 13 20 87 23 100

Total 13 6,5 188 93,5 201 100

Suhu

Optimal 13 15,9 69 84,1 82 100

Tidak Optimal

0 0 119 100 119 100

Total 13 6,5 188 93,5 201 100

Fungsi Jendela

Berfungsi 7 9 70 91 77 100

Tidak Berfungsi

6 4,8 118 95,2 124 100

Total 13 61,7 188 38,3 201 100

Page 81: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  63  

Berdasarkan tabel 5.5, dari 6,5% rumah yang ditemukan larva

Aedes aegypti, 77% berasal dari TPA yang terbuka, 100% pada suhu yang

optimal, dan 46% pada jendela yang tidak berfungsi dengan baik.

Sedangkan larva Aedes aegypti ditemukan pada kelembaban dengan rata-

rata 29,38%.

Page 82: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  64  

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Dalam prosesnya, penelitian ini memiliki beberapa kelemahan antara lain :

a. Suasana formal saat pengambilan data. Beberapa responden terlihat

menjawab hal-hal yang baik saja dikarenakan mereka berpikir bahwa

penelitian ini digunakan sebagai laporan ke pihak Puskesmas Tanah

Abang.

b. Letak TPA. Keberadaan dan lokasi TPA tidak menjadi perhatian di

penelitian ini. Terdapat perbedaan cara dan waktu pengelolaan TPA

yang berlokasi di dalam dan di luar ruangan.

c. Suhu di dalam air. Perkembangan larva Aedes aegypti amat tergantung

dengan suhu di dalam air. Penelitian ini hanya mengukur suhu

lingkungan saja sehingga tidak mengetahui suhu optimal di dalam air

untuk perkembangan larva.

d. Cuaca. Cuaca di lingkungan wilayah penelitian tidak diperhatikan. Hal

tersebut dapat menyebabkan bias saat menilai kelembaban udara dan

suhu lingkungan.

e. Sampel. Sampel yang digunakan untuk uji validitas tidak

menggunakan standar perhitungan parametrik.

Page 83: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  65  

6.2. Kepadatan dan Persebaran Larva Aedes aegypti

Observasi kepadatan larva Aedes aegypti dilakukan terhadap 201

KK yang sudah terpilih untuk kemudian dilihat keberadaan larva di dalam

TPA yang ada di dalam rumah KK tersebut. Observasi terhadap kepadatan

larva dan kondisi lingkungan dilakukan pada pukul 08.00 – 16.00 WIB.

Observasi ini menggunakan lampu senter yang diarahkan langsung ke

dalam TPA. Depkes RI (2004) menyatakan bahwa larva Aedes aegypti

sepanjang hidupnya kebanyakan berdiam di permukaan air dan mereka

akan berenang ke dasar TPA jika terganggu dengan cahaya dan getaran

atau jika sedang mencari makanan. Namun, satu hingga dua menit

kemudian larva akan kembali lagi ke permukaan untuk bernafas. Hal ini

terlihat ketika dilakukan observasi menggunakan lampu senter. Ketika ada

TPA yang di dalamnya terdapat larva Aedes aegypti, larva tersebut akan

bergerak cepat ke bawah hingga akhirnya akan kembali lagi ke permukaan

air. Larva yang ditemukan itulah yang kemudian dihitung jumlahnya dan

dianggap ada.

Menurut Soegijanto (2004) dan Soedarmo (2005), tempat

perindukan Aedes aegypti yang ada di dalam rumah yang paling utama

adalah tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, bak wc, tandon

air minum, tempayan, gentong tanah liat, gentong plastik, ember, drum,

dan vas tanaman hias yang kurang diperhatikan kebersihannya dan jarang

dikuras. Akan tetapi, responden yang ada di Kelurahan Kebon Kacang

hanya menggunakan bak mandi dan ember sebagai TPA yang ada di

Page 84: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  66  

dalam rumahnya. Semua larva yang ditemukan berada di bak mandi dan

tidak ada larva yang ditemukan di ember. Hal tersebut dikarenakan

penggunaan ember tidak seperti penggunaan bak mandi. Bak mandi

digunakan untuk menampung air dalam jumlah lebih banyak dan dalam

waktu yang lebih lama daripada ember. Sedangkan ember biasanya hanya

digunakan sekali pakai dan kemudian akan diisi kembali sehingga tidak

memungkinkan untuk nyamuk berkembang biak di ember.

Penggunaan jenis TPA tersebut tenyata menentukan keberadaan

larva Aedes aegypti. Hal tersebut berkaitan dengan perilaku nyamuk Aedes

aegypti terkait tempat perindukannya. Selain penggunaan jenis TPA,

belakangan ini terdapat pula penelitian yang membahas adanya perubahan

perilaku pada nyamuk Aedes aegypti. Hadi (2005) menyatakan bahwa

perubahan cuaca dianggap juga sebagai salah satu pemicu kepadatan

nyamuk meningkat serta adanya kemungkinan berubahnya perilaku

berkembang biak nyamuk vektor. Terdapat indikasi perubahan perilaku

nyamuk, salah satunya adalah berkembangnya larva nyamuk Aedes

aegypti pada tempat-tempat yang tidak jernih. Penelitian ini juga didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2006) yang menyatakan

bahwa kondisi kering akan menyebabkan kepadatan nyamuk meningkat di

dalam rumah dan akan berkembang biak di air yang jernih maupun tidak

jernih.

Page 85: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  67  

Kemudian menurut Depkes RI (2010), kepadatan larva bisa dilihat

dari nilai ABJ atau Angka Bebas Jentik yaitu ada tidaknya rumah yang

tidak ditemukan larva pada tempat penampungan air di rumah yang

diperiksa. ABJ dikatakan baik jika nilainya ≥95% dan dikatakan buruk

jika <95%. Dari hasil observasi, terdapat 13 rumah yang ditemukan larva

dari total 201 rumah yang diperiksa. Jadi dapat diketahui nilai ABJ yang

ada di Kelurahan Kebon Kacang adalah 93,5% yang artinya lebih kecil

dari standar yang ditetapkan oleh Depkes RI. Nilai tersebut dapat

memperlihatkan keadaan kepadatan larva yang ada di Kelurahan Kebon

Kacang termasuk dalam kategori tinggi.

Hal ini dapat menjadi masalah kesehatan di kemudian hari jika

tidak dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik sekaligus

membuktikan bahwa program 3M Plus di Kelurahan Kebon Kacang

belum berjalan optimal. Ini dibuktikan dengan dari 201 responden,

terdapat 16 penderita DBD di dalam anggota keluarga mereka dalam

kurun waktu Januari hingga Mei 2014. Hasil observasi ini dimasukkan

dalam kuesioner penelitian dimana terdapat pertanyaan untuk mendukung

dan memperkuat penelitian ini. Pertanyaan tersebut adalah terkait ada

tidaknya penderita DBD di dalam rumah mereka dalam kurun waktu yang

sudah ditentukan.

Page 86: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  68  

6.3. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 3M Plus Ibu Rumah Tangga

Menurut Kurnianto (2013), 3M Plus adalah cara yang dapat

dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk sebagai vektor dan

dapat dibagi menjadi empat cara yang harus dilakukan secara terus

menerus. Empat cara tersebut adalah :

a. Menguras

b. Menutup

c. Mengubur dan membersikan barang bekas

d. Pengelolaan lingkungan

3M Plus sudah seharusnya dijalankan oleh seluruh lapisan

masyarakat terutama oleh ibu rumah tangga. Hal tersebut dikarenakan

biasanya ibu rumah tangga merupakan orang yang paling mengerti kondisi

lingkungan di sekitar rumahnya. Karena semakin tinggi kesadaran

masyarakat untuk melakukan 3M Plus, kasus DBD akan menurun dengan

sendirinya (Ulumuddin, 2010).

Kesadaran tersebut biasanya dijalankan berdasarkan perilaku

seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah apa yang

dikerjakan oleh suatu organisme bernama manusia, baik dapat diamati

secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku biasanya mencakup tiga

hal yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan. Tanpa adanya pengetahuan,

seseorang tidak akan tahu mengenai sikap yang ditunjukkan dan tindakan

yang dilakukannya kemudian sudah tepat atau belum. Pengetahuan adalah

proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari

Page 87: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  69  

kesadarannya sendiri (Bakhtiar, 2004). Dalam prosesnya, pengetahuan ini

akan menumbuhkan sikap di dalam hati seseorang untuk kemudian

menjalankan suatu tindakan. Sikap sendiri merupakan kesiapan seseorang

untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan

positif maupun negatif (Sarwono, 2003). Sikap ini yang akan kemudian

akan memberikan dorongan kepada seseorang untuk bertindak. Namun,

sebelum bertindak harus ada beberapa hal yang harus dipenuhi antara lain

:

a. Persepsi

b. Respon

c. Mekanisme

d. Adopsi

6.3.1. Pengetahuan

Seperti yang tertera pada tabel 5.2., hanya terdapat 23,9% ibu

rumah tangga yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai

3M Plus. Hal ini disebabkan karena kebanyakan dari mereka belum

terlalu sering mendengar istilah 3M Plus. Selama ini mereka

menganggap cukup dengan melakukan 3M saja sudah cukup tanpa harus

mengelola lingkungan secara menyeluruh. Hal ini menjadi gambaran

masih belum optimalnya penyuluhan yang dilakukan oleh pihak-pihak

kesehatan terdekat seperti puskesmas, iklan layanan di televisi, dan

sebagainya. Kemudian, terlihat pula jarangnya ada kerja bakti yang

dilaksanakan di Kelurahan Kebon Kacang. Hanya beberapa RW saja

Page 88: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  70  

yang rutin melaksanakan kerja bakti di wilayahnya. Fakta ini merupakan

hasil wawancara saat peneliti melakukan observasi pada responden yang

dituju.

6.3.2. Sikap

Sesuai dengan tabel 5.2., ditemukan bahwa terdapat 84,6% ibu

rumah tangga yang memiliki sikap baik mengenai 3M Plus. Ini menjadi

bukti bahwa tidak setiap orang yang memiliki pengetahuan buruk,

mempunyai sikap yang buruk pula terhadap sesuatu. Sikap yang

ditujukkan oleh responden biasanya dikarenakan kebiasaan dan perasaan

nyaman terkait dengan lingkungan yang ada. Namun, sikap baik yang

dilakukan responden dinilai lebih untuk menjawab pertanyaan dengan

jawaban yang baik-baik saja. Hal ini tidak diikuti dengan tindakan yang

baik untuk memberantas larva dengan cara menjalankan program 3M

Plus.

Masih adanya sikap yang sedang dan kurang dalam menjalani 3M

Plus dikarenakan kurangnya kesadaran mereka tentang bahaya dari

penyakit DBD yang mempunyai akar masalah di keberadaan larvanya.

Upaya yang bisa dilakukan untuk memperbaiki sikap mereka adalah

dengan cara melakukan penyadaran keyakinan sebagai aspek yang

mendasari sikap seseorang.

Page 89: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  71  

6.3.3. Tindakan

Tindakan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga di Kelurahan

Kebon Kacang sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya

53,2% responden yang memiliki tindakan terkait 3M Plus yang baik sesuai

dengan tabel 5.2.

Tindakan yang banyak dilakukan oleh mereka merupakan tindakan

setelah persepsi positif yang diterima selama ini. Persepsi yang dihasilkan

dari sikap yang mereka tanamkan mengenai lingkungan yang nyaman,

mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan 3M

Plus. Namun, yang menjadi masalah adalah tindakan yang mereka lakukan

tidak diikuti dengan keinginan untuk menjalankan tindakan tersebut secara

terus menerus.

6.4. Kondisi Lingkungan

6.4.1. TPA

Tempat penampungan air beresiko adalah tempat penampungan

yang terlihat terbuka dan berpotensi menjadi breeding places nyamuk

Aedes aegypti. Sesuai tabel 5.3. yang tertera di atas, bahwa terdapat 88,6%

TPA yang terbuka dan berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan

vektor DBD. Padahal, tempat penampungan air yang terbuka merupakan

tempat yang paling disukai oleh nyamuk sebagai vektor DBD untuk

meletakkan telurnya.

Page 90: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  72  

Jumlah TPA yang terbuka dapat ditemukan di sebagian rumah

responden. Mereka belum memiliki kesadaran untuk menutup TPA yang

ada di rumahnya. Hal ini mungkin terkait dengan banyaknya responden

yang menggunakan ember sebagai TPA mereka. Mereka berpendapat

ember tidak perlu ditutup dikarenakan setiap saat air yang ada di dalamnya

digunakan dan diisi kembali untuk keperluan lainnya.

6.4.2. Kelembaban Udara

Kelembaban udara merupakan salah satu faktor kondisi lingkungan

yang dapat mempengaruhi perkembangan larva Aedes aegypti. Menurut

Mardihusodo (1988) disebutkan bahwa kelembaban udara yang berkisar

81,5 - 89,5% merupakan kelembaban yang optimal untuk proses

perkembangan dan ketahanan hidup embrio nyamuk.

Kelembaban udara memiliki pengertian banyaknya uap air yang

terkandung dalam udara di sekitar TPA dan dinyatakan dalam persen (%)

(Mardihusodo, 1998). Pada penelitian ini diketahui bahwa rata-rata

kelembaban di sekitar TPA pada 201 rumah responden adalah 36,99%

dengan tidak ada satupun yang memiliki kelembaban yang optimal untuk

perkembangan larva Aedes aegypti. Mungkin juga disebabkan karena

adanya pergeseran atau perubahan perilaku vektor dan larva Aedes aegypti

dalam merespon kondisi lingkungan (Huat, 2009).

Selain dikarenakan adanya perubahan perilaku vektor dan larva,

kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca yang ada di

Page 91: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  73  

suatu daerah. Kelembaban udara merupakan variabel yang tidak bisa

dimodifikasi karena mencakup banyak faktor dan proses yang berkaitan

dengan alam.

6.4.3. Suhu

Selain kelembaban udara, suhu merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perkembangan larva Aedes aegypti (Sugito, 1989). Suhu

yang dihitung pada penelitian kali ini dilakukan di sekitar TPA responden.

Pengambilan suhu ini dilakukan selama kurang lebih 15 menit.

Dari tabel 5.3. diketahui bahwa terdapat 40,8% rumah responden

yang memiliki suhu optimal di sekitar TPA untuk perkembangan larva.

Suhu yang optimal menurut Iskandar, et al. (1985), adalah suhu yang

berkisar antara 20-30°C. Sama seperti kelembaban udara, suhu merupakan

variabel yang tidak dimodifikasi karena berkaitan dengan proses yang ada

di alam.

6.4.4. Fungsi Jendela

Pengertian pencahayaan alami adalah penerangan dalam rumah

pada pagi, siang atau sore hari yang berasal dari sinar matahari langsung

yang masuk melalui jendela atau genteng kaca (Gulo, 2012). Jendela yang

dimaksud berfungsi dengan baik adalah selalu memungkinkan masuknya

cahaya dari pagi hingga sore. Cahaya yang masuk diharapkan akan

mengganggu perilaku vektor Aedes aegypti untuk berkembang biak di

Page 92: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  74  

dalam suatu rumah dan mengganggu perkembangan larvanya dikarenakan

respon yang sangat sensitif terhadap cahaya.

Menurut tabel 5.3. diketahui bahwa terdapat 61,7% jendela yang

tidak berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Jendela yang tidak

berfungsi tersebut adalah jendela yang tidak teratur dibuka dan tidak

berfungsi dengan baik sebagai ventilasi. Jendela yang tidak teratur dibuka

akan menyebabkan kondisi ruangan menjadi lembab. Selain akan

menyebabkan tumbuhnya jamur, kelembaban ruangan yang tinggi akan

menyebabkan larva Aedes aegypti tumbuh optimal.

6.5. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Pengetahuan, Sikap, dan

Tindakan 3M Plus Ibu Rumah Tangga

6.5.1. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Pengetahuan 3M Plus

Berdasarkan tabel 5.4., dari 13 rumah yang ditemukan larva, 85%

ditemukan pada rumah ibu rumah tangga yang memiliki pengetahuan 3M

Plus buruk.

Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior) dan dikatakan pula bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Karena menurut Green (1980) dalam

Notoatmodjo (1997), pengetahuan merupakan salah satu wujud dari faktor

predisposisi untuk melakukan suatu perilaku. Bila responden tidak

Page 93: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  75  

mengetahui dengan jelas bagaimana cara pemberantasan sarang nyamuk

dan faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik maka perilaku mereka

terkait 3M Plus tidak tepat, sehingga di rumah responden ditemukan

adanya larva Aedes aegypti.

Masih sedikitnya responden yang memiliki pengetahuan yang baik

terkait 3M Plus disebabkan oleh kurang optimalnya penyuluhan dan

publikasi terkait 3M Plus yang dijalankan oleh pihak kesehatan yaitu

Puskesmas Tanah Abang. Fakta tersebut merupakan hasil dari wawancara

yang dilakukan peneliti terhadap salah satu tokoh masyarakat di RW 10

yang sudah lama tinggal di Kelurahan Kebon Kacang dan beliau sangat

mengerti tentang masalah kepadatan larva Aedes aegypti dan penyakit

DBD. Dikatakan juga bahwa masyarakat jenuh dengan program-program

yang dijalankan oleh pihak puskemas karena dinilai kurang inovatif.

Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Nahumarury dkk

(2013) mengenai hubungan pengetahuan 3M Plus responden dengan

keberadaan larva di Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makassar menunjukkan

bahwa dari 62 responden yang memiliki pengetahuan cukup ditemukan 33

(53.2 %) rumah tidak ada larva dan 29 (46.8 %) rumah ada larva.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Veronika

tahun 2001 di Kelurahan Padang Bulan Medan yang menyatakan bahwa

sebanyak 57.3% tingkat pengetahuan masyarakat tentang 3M Plus

Page 94: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  76  

termasuk dalam kategori baik. Hal ini muncul dikarenakan adanya

perbedaan informasi yang didapat mengenai 3M Plus ibu rumah tangga.

6.5.2. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Sikap 3M Plus

Berdasarkan tabel 5.4., dari 13 rumah yang ditemukan adanya

larva, 92,3% ditemukan pada rumah ibu rumah tangga yang memiliki

sikap 3M Plus yang baik.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ternyata yang paling banyak

ditemukan larva justru di dalam TPA yang berada di rumah responden

yang memiliki sikap baik terhadap 3M Plus. Alasannya mungkin

disebabkan oleh responden selalu menjawab hal-hal yang baik saja, tidak

disertai dengan kesadaran sebagai tindakan menghilangkan larva Aedes

aegypti. Mereka terkesan ingin menjawab yang baik-baik saja karena

banyak dari responden yang mengaku khawatir jika dinilai tidak

mendukung program-program pencegahan DBD.

Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Suyasa dkk

(2008). Hasil wawancara dari 68 responden dengan sikap yang baik,

diketahui tidak ada jentik DBD sebanyak 52 (76,5%) dan ada jentik DBD

sebanyak 16 (23,5%). Sebanyak 22 responden dengan sikap yang sedang,

tidak ada jentik DBD sebanyak 19 responden (86,4%) dan ada jentik DBD

sebanyak 3 responden (13,6%). Sikap responden untuk menguras TPA

tidak disertai kesadaran sebagai tindakan menghilangkan larva nyamuk

Page 95: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  77  

Aedes aegypti tetapi lebih mengarah kepada kondisi fisik air yang kurang

baik.

6.5.3. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Tindakan 3M Plus

Berdasarkan tabel 5.4., dari 13 rumah yang ditemukan larva, 54%

ditemukan pada rumah ibu rumah tangga yang memiliki tindakan 3M Plus

yang baik.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa sekalipun responden yang

memiliki tindakan baik terhadap 3M Plus lebih banyak daripada yang

memiliki tindakan kurang, namun tidak mencerminkan kepadatan larva

Aedes aegypti yang ada di rumahnya. Masalah ini mungkin

memperlihatkan tidak teraturnya tindakan yang mereka jalankan untuk

program 3M Plus. Selain itu, kurangnya penyuluhan dan faktor-faktor

pendorong yang dilakukan oleh pihak-pihak kesehatan seperti puskesmas

mungkin menjadi salah satu penyebab masih kurangnya kesadaran dan

keyakinan untuk menjalankan tindakan 3M Plus secara maksimal dan

teruse menerus. Faktor pendorong yang seharusnya dilakukan oleh

Puskesmas Tanah Abang adalah dengan memberikan reward dan

punishment agar memacu dan memberikan semangat kepada masyarakat

untuk turut aktif dalam melakukan 3M Plus.

Selain itu, menurut hasil wawancara yang dilakukan juga

disebutkan ternyata beberapa RW di Kelurahan Kebon Kacang memang

Page 96: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  78  

sangat jarang melakukan kerja bakti. Menurut peneliti, hal tersebut dapat

menjadi faktor penting dalam keberadaan larva Aedes aegypti di suatu

wilayah. Lingkungan yang jarang dikelola tentunya akan menjadi breeding

places nyamuk untuk berkembang biak dan kemungkinan nyamuk tersebut

masuk ke dalam rumah masyarakat sangatlah besar.

Kemudian, Setyobudi (2011) mengatakan bahwa partisipasi dalam

kegiatan PSN yang di dalamnya terdapat 3M Plus termasuk faktor yang

berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Partisipasi

yang diharapkan dari masyarakat adalah partisipasi yang dilakukan secara

terus menerus. Namun, kurangnya penyuluhan dari tenaga medis kepada

masyarakat dapat menyebabkan ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya

yang ditimbulkan oleh penyakit DBD sehingga sikap dan tindakan

masyarakat tetap buruk dalam mencegah terjadinya DBD. Penyuluhan

perlu diberikan terutama kepada masyarakat yang berpendidikan rendah

agar lebih memahami tentang bahaya penyakit DBD. Materi utama dalam

penyuluhan adalah mengajarkan tentang bagaimana cara penularan

penyakit DBD, resiko terkena penyakit DBD dan yang terpenting

pengenalan tentang gejala dan tanda penyakit DBD serta pengobatan dari

penyakit DBD, kemudian melakukan perlindungan pribadi untuk

menghindari dari gigitan nyamuk dengan pemberantasan sarang nyamuk

Aedes aegypti.

Page 97: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  79  

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang selama ini ada,

yakni menunjukkan bahwa responden yang memiliki tindakan baik

terhadap 3M Plus jarang ditemui larva Aedes aegypti di dalam rumahnya.

Penelitian yang menyebutkan hal tersebut adalah Yudhastuti dkk (2005)

dan Nahumarury dkk (2013). Yudhastuti dkk (2005) menyatakan bahwa

tindakan responden dengan kategori kurang baik dan terdapat jentik

dirumahnya adalah sebesar 65,5 % sedangkan tindakan responden dengan

kategori baik dan terdapat jentik dirumahnya yaitu sebesar 34,5 %. Hal ini

menunjukkan bahwa tindakan responden sangat berkaitan erat dengan

keberadaan jentik di rumahnya.

6.6. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Kondisi Lingkungan

6.6.1. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Kondisi TPA

Berdasarkan tabel 5.5., dari 13 rumah yang ditemukan larva, 23%

ditemukan pada rumah yang di dalamnya terdapat TPA yang terbuka.

TPA yang terbuka seharusnya menjadi tempat beresiko sebagai

breeding places nyamuk Aedes aegypti karena tidak ada pembatas untuk

vektor tersebut meletakkan telurnya di dinding tempat penampungan air.

Namun penelitian di Kelurahan Kebon Kacang ini masih menemukan

adanya larva pada TPA yang tertutup. Hal tersebut berkaitan dengan

banyaknya responden yang menggunakan ember sebagai tempat

penampungan air mereka. Jadi, sekalipun ember tersebut dibiarkan

terbuka, nyamuk Aedes aegypti tidak akan meletakkan telurnya di sana

karena setiap saat air di dalamnya dipakai dan ember tersebut diisi

Page 98: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  80  

kembali. Asumsi peneliti adalah belum tentu TPA yang terbuka terdapat

larva di dalamnya karena masih harus tergantung keadaan air yang ada di

dalamnya seperti digunakan terus menerus atau tidak.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Badrah dkk (2011).

Mereka mengatakan bahwa terdapat 121 (58.5 %) TPA dalam keadaan

terbuka tetapi tidak terdapat jentik di dalamnya dan memiliki hubungan

antara keadaan TPA dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Hal ini dapat

terjadi karena responden membersihkan TPA secara rutin (1 minggu

sekali) atau TPA berukuran kecil, sehingga air dalam TPA cepat habis dan

tidak memungkinkan nyamuk Aedes betina untuk meletakkan telurnya di

TPA tersebut. Sedangkan dari 133 TPA yang tertutup terdapat 1 (0.8%)

positif jentik. Masalah ini dapat terjadi dikarenakan pada saat penelitian

dilakukan TPA tersebut dalam keadaan tertutup tetapi terdapat

kemungkinan apabila dalam penggunaan air sehari – hari, TPA ini

dibiarkan dalam keadaan terbuka selama beberapa lama, sehingga

memungkinkan nyamuk Aedes Aegypti betina untuk meletakkan telurnya

di TPA tersebut.

6.6.2. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Kelembaban Udara

Berdasarkan tabel 5.5., diketahui varian pada masing-masing

kelompok berbeda. Hal ini dikarenakan nilai pada kolom Levene’s Test for

Quality of Variance menunjukkan nilai 0,901 yang lebih besar dari 5%.

Jadi ada beda varian kelembaban udara yang optimal dan tidak optimal

Page 99: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  81  

dengan kepadatan larva. Diketahui pula rata-rata kelembaban udara yang

di dalamnya terdapat larva adalah 29,38% dengan standar deviasi

12,725%. Kelembaban udara yang di dalamnya tidak terdapat larva adalah

37,52% dengan standar deviasi 10,410%.

Rata-rata kelembaban udara di sekitar TPA yang ditemukan di

Kelurahan Kebon Kacang saat penelitian tidak menunjukkan kelembaban

udara yang optimal untuk nyamuk untuk berkembang biak dan untuk larva

untuk berkembang. Hal tersebut dibuktikan sekalipun nilai HI yang

didapat bernilai 6,5%, terdapat 13 rumah dari 201 rumah yang ditemukan

adanya larva Aedes aegypti. Perbedaan kelembaban udara di sekitar TPA

juga dapat disebabkan oleh kondisi dan perbedaan letak beberapa ruangan

di rumah responden. Kelembaban udara juga merupakan variabel yang

tidak bisa dimodifikasi karena berkaitan dengan proses yang ada di alam.

Menurut Mardihusudo (1988) disebutkan bahwa kelembaban yang

berkisar antara 81,5-89,5% merupakan kelembaban yang optimal bagi

perkembangan larva Aedes aegypti. Dengan demikian, kelembaban yang

ada di Kelurahan Kebon Kacang tidak optimal bagi larva Aedes aegypti

untuk berkembang. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Ridha dkk

(2013) yang menyebutkan kelembaban udara di rumah Kelurahan

Loktabat Utara memiliki rata-rata sebesar 58,6%. Kelembaban tersebut

bukan kelembaban yang optimal untuk perkembangan larva Aedes aegypti

namun masih ditemukan keberadaan larvanya.

Page 100: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  82  

Fathi, et al (2005) juga menjelaskan bahwa daya tahan hidup Aedes

aegypti yang rendah lebih disebabkan oleh proses metabolisme yang

lambat akibat temperatur dan kelembaban yang rendah sehingga dapat

mengakibatkan kematian larva. Oleh sebab itu, di dalam rumah butuh

cahaya yang cukup dan jendela yang berfungsi dengan baik agar ruangan

tidak menjadi lembab. Selain untuk mencegah perkembangan larva Aedes

aegypti, menjaga kelembaban di ruangan juga bagus untuk mencegah

penyakit lainnya.

6.6.3. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Suhu

Berdasarkan tabel 5.5., dari 13 rumah yang ditemukan larva, 100%

ditemukan pada rumah yang memiliki suhu optimal untuk

perkembangbiakan vektor dan perkembangan larva Aedes aegypti.

Suhu yang optimal berkisar antara 20-30°C yang memungkinkan

bagi vektor DBD untuk berkembang biak dan menjadikan suhu yang

optimal bagi perkembangan larva Aedes aegypti. Disebutkan bahwa suhu

berperan sebagai penentu untuk kerhasilan pertumbuhan stadium larva –

stadium pupa dan stadium larva – stadium dewasa. Disebutkan pula bahwa

pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila temperatur kurang

dari 10°C atau lebih dari 40°C (Krebs, 2001). Jadi, suhu yang ada di

Kelurahan Kebon Kacang sebenarnya sangat mendukung nyamuk Aedes

aegypti untuk berkembang biak dan larvanya untuk berkembang. Namun,

suhu bukanlah faktor satu-satunya penentu hal tersebut. Suhu dan

kelembaban udara merupakan faktor yang sangat sulit untuk di modifikasi

Page 101: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  83  

karena sangat tergantung dengan keadaan lingkungan sekitar.

Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya milik

Oktaviani (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan terhadap

densitas larva Aedes aegypti di Kota Pekalongan. Dalam penelitian ini,

temperatur lokasi penelitian berkisar antara 26° sampai 34° C, suatu

kisaran temperatur yang sesuai untuk perkembangan larva sebagaimana

dikemukakan oleh Swaina et al. (2008).

Penelitian lain yang membahas hubungan suhu dengan kepadatan

larva Aedes aegypti adalah penelitian Arifin dkk (2013). Disebutkan

bahwa jumlah responden yang suhu rumahnya optimal untuk

perkembangan larva Aedes aegypti dan di dalamnya ditemukan larva ada

58,3% . Sedangkan untuk responden yang suhu rumahnya tidak optimal

dan ditemukan larva ada 14,3%.

6.6.4. Kepadatan Larva Aedes aegypti Menurut Fungsi Jendela

Berdasarkan tabel 5.5., dari 13 rumah yang ditemukan larva, 54%

ditemukan pada rumah yang memiliki jendela yang berfungsi dengan baik.

Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat

kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan berbagai jenis

penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan. Secara umum

rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria, diantaranya

adalah bebas jentik nyamuk. Bebas jentik nyamuk terutama bebas jentik

nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit demam berdarah

Page 102: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  84  

dengue (Sukowirnasih dkk, 2010). Jendela sebagai salah satu faktor

kepadatan larva Aedes aegypti juga harus diperhatikan kondisinya dan

fungsinya (Awida, 2008). Larva ada di tempat penampungan air karena

adanya vektor yang berhasil masuk ke dalam rumah seseorang. Observasi

fungsi jendela adalah melihat kebiasaan responden untuk membuka dan

menutup jendelanya agar cahaya alami dapat masuk dan terjadi pertukaran

udara. Cahaya yang masuk dapat meningkatkan suhu serta tidak membuat

keadaan lembab di dalam ruangan.

Peneliti berasumsi bahwa dengan adanya cahaya yang masuk ke

dalam ruangan secara rutin, akan menyebabkan keadaan yang tidak

optimal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Namun,

dalam penelitian kali ini ditemukan ibu rumah tangga yang menggunakan

fungsi jendela dengan baik tetapi masih ditemukan adanya larva Aedes

aegypti. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh saat observasi dilakukan,

jendela yang ada di rumah mereka kebetulan dalam keadaan terbuka.

Belum tentu jendela di rumah mereka difungsikan dengan baik setiap

harinya.

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ekaputra dkk (2010) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara

variabel kesehatan lingkungan (salah satunya adalah fungsi jendela)

dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Kesehatan lingkungan rumah

yang kurang baik mempunyai peluang terdapat jentik tujuh kali lebih besar

Page 103: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  85  

dibandingkan dengan yang mempunyai kesehatan lingkungan baik.

Page 104: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  86  

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

1. Kepadatan larva Aedes aegypti yang ada di Kelurahan Kebon

Kacang tahun 2014 cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai

HI yang didapat sebesar 6,5% dan nilai ABJ sebesar 93,5 yang

lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh Depkes RI.

2. Terdapat 23,9% ibu rumah tangga yang memiliki pengetahuan 3M

Plus yang baik.

3. Terdapat 84,6% ibu rumah tangga yang memiliki sikap 3M Plus

yang baik.

4. Terdapat 53,7% ibu rumah tangga yang memiliki tindakan 3M

Plus yang baik.

5. Terdapat 88,6% responden yang memiliki TPA beresiko sebagai

breeding places nyamuk Aedes aegypti dan memungkinkan

keberadaan larva di dalam TPA mereka.

6. Terdapat 40,8% responden yang di sekitar TPA nya memiliki suhu

yang optimal untuk perkembangbiakan nyamuk dan perkembangan

larva Aedes aegypti.

7. Tidak ada kelembaban udara yang optimal untuk

perkembangbiakan nyamuk dan perkembangan larva Aedes aegypti

di sekitar TPA responden.

Page 105: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  87  

8. Terdapat 61,7% responden yang mempunyai jendela tetapi tidak

berfungsi dengan baik.

7.2. Saran

7.2.1. Ibu Rumah Tangga

1. Ibu rumah tangga harus aktif dalam mencari tahu bahaya dan cara

pencegahan DBD.

2. Kelembaban udara dan suhu yang tidak bisa dimodifikasi

mengharuskan untuk terus waspada terhadap keberadaan larva.

Caranya adalah dengan terus melakukan pemantauan terhadap

larva Aedes aegypti yang ada di dalam TPA mereka.

3. TPA harus selalu ditutup bila tidak sedang digunakan.

4. Jendela yang ada di rumah ibu rumah tangga harus dibuka dan

ditutup secara teratur serta menambahkan kawat berdiameter

sangat kecil agar mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah.

7.2.2. Puskesmas Tanah Abang

1. Memberlakukan reward dan punishment kepada RW yang

menjalankan 3M Plus agar dapat memacu dan menanamkan sikap

dan tindakan untuk mencegah keberadaan larva Aedes aegypti.

2. Program 3M Plus harus dipublikasikan secara menyeluruh agar

tidak terjadi perbedaan pendapat terkait pengertian 3M Plus.

Page 106: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  88  

7.2.3. Peneliti Lain

1. Sebisa mungkin menjadikan suasana yang tidak formal saat

pengambilan data di masyarakat.

2. Sebaiknya jenis dan lokasi TPA juga diperhatikan dan dimasukkan

ke dalam variabel.

3. Suhu di dalam air sebaiknya juga dihitung.

Page 107: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  89  

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fachmi. 2010. Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah, http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/buletin/BULETIN%20DBD.pdf. Diakses tanggal 17 Februari 2012. [Buletin]

Agustina, E. 2006. Studi Preferensi Tempat Bertelur dan Berkembangbiak Larva

Nyamuk Aedes aegepti Pada Air Terpolusi. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Tesis]

Aisyah, Siti. 2013. Mengidentifikasi Jentik Nyamuk & Menghitung Kepadatan Jentik Nyamuk. Surabaya. [Tesis]

Ambarita, Lasbudi P. 2014. Sticky Trap Sebagai Alternatif Alat Pendeteksi Vektor

Demam Berdarah Dengue . Loka Litbang P2B2 Baturaja. Baturaja Timur. [Tesis]

Amin, Kurnianto. 2013. Kasus DBD Meningkat PSN Harus Ditingkatkan.

Sudinkes Jakarta Selatan. Jakarta. [Artikel] Amran, Yuli. 2012. Pengolahan Dan Analisis Data Statistik Di Bidang

Kesehatan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat. [Modul]

Anwar, Ruswana. 2005. Teori Sederhana Prosedur Pemilihan Uji Hipotesis.

Fakultas Kedokteran UNPAD. Bandung. [Seminar]

Arifin, Asrianti, dkk. 2013. Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Dengan Keberadaan Larva Aedes Aegypti Di Wilayah Endemis DBD Di Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makasar 2013. Unhas. Makasar. [Jurnal]

Awida, R. 2008. Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. [Tesis]

Bakhtiar, A. 2004. Filsafat Ilmu. Edisi 1. Raja Grafindo Persada. Jakarta. [Buku]

Badrah, Siti, dkk. 2011. Hubungan Antara Tempat Perindukan Nyamuk Aedes Aegepty Dengan Keberadaan Nyamuk Dan Kasus DBD Di Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman. [Jurnal]

Page 108: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  90  

Dahlan, M. Sopiyudin. 2010. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran Dan Kesehatan. Sagung Seto. Jakarta. [Buku]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Pedoman Ekologi Dan Aspek

Perilaku Vektor. Departemen Kesehatan. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Tata Laksana Demam

Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan. Jakarta Ekaputra, dkk. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Di Puskesmas III Denpasar Selatan. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. Denpasar. [Jurnal]

Fath, dkk. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku. Jurnal Kesehatan

Lingkungan. [Jurnal]

Fathi, Soedjajadi Keman., et al. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan. [Jurnal]

Gama A, Betty F. 2010. Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. [Jurnal]

Ganie, Meutia Wardhanie. 2009. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Tentang 3M (Mengubur Barang Bekas, Menutup Dan Menguras Tempat Penampungan Air) Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. [Skripsi]

Ginanjar. 2008. Demam Berdarah, a survival quide, Cet. 1. PT Benteng Pustaka. Yogyakarta. [Buku]

Gulo, SP. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Kebersihan Lingkungan Dengan Upaya Pencegahan DBD Di Wilayah Puskesmas Simalingkar Kec. Medan Tuntungan Medan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Medan. [Tesis]

Hadi, U.K. 2005. Studi Perilaku Berkembangbiak Nyamuk Aedes aegypti

(Diptera: Culicidae) Pada Berbagai Tipe Habitat. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [Tesis]

Page 109: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  91  

Hasyimi, dkk. 2007. Hubungan Tempat Penampungan Air Minum Dan Faktor Lainnya Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Provinsi DKI Jakarta Dan Bali. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat. Badan Litbangkes. Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 2. [Jurnal]

Huat, Lim Eng. 2009. Study of Behaviour of Larvae Aedes Aegypti With Change In Illumination. National University of Singapore.

Iriani, Yulia. 2012. Hubungan Antara Curah Hujan Dan Peningkatan Kasus Demam Berdarah Degue Anak di Kota Palembang. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 6. [Jurnal]

Iskandar, dkk. 1985. Pemberantasan Serangga Dan Binatang Pengganggu.

Pusdinakes. Jakarta. [Jurnal] Komara, Eka. 2012. Gambaran Stress Kerja Pada Perawat Di RSUD 45

Kuningan Jawa Barat Tahun 2012. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. [Skripsi]

Krebs, Charles J. 2001. Ecology : The Experimentak Analysis of Distribution and

Abundance. An imprint of addison Wesley Longman, Inc. [Journal]

Laksmono, Widagdo. 2008. Kepadatan Jentik Aedes aegypti Sebagai Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (3M PLUS) Di Kelurahan Grondol Wetan Semarang. Makara. Semarang. [Jurnal]

Mardihusodo, Sugeng Juwono. 1988. Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik Terhadap Penetasan Telur Nyamuk Aedes aegypti. Berita Kedokteran Masyarakat IV : 6. [Jurnal]

Marwati, Eka. 2010. Hubungan Kebiasaan Makan, Konsumsi Makanan, Dan

Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi Kurang Siswa Kelas IV, V, Dan VI Di SDN Wargasetra 2 Kecamatan Tegal Waru Karawang Jawa Barat Tahun 2010. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. [Skripsi]

Muhlisin, Adi. Pratiwi, Arum., 2006, Penanggulangan Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Kelurahan Singopuran Kartasura Sukoharjo. http://eprints.ums.ac.id/390/1/2._ABI_MUHLISIN.pdf. Diakses tanggal 19 Februari 2012. [Tesis]

Nahumarury, dkk. 2013. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan

Pemberantasa Sarang Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Keberadaan Larva Di Kelurahan Kassi-Kassi Kota Makasar. Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Ambon. [Jurnal]

Page 110: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  92  

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. PT. Rineka Cipta. Jakarta. [Buku]

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT. Rineka Cipta. Jakarta. [Buku]

Nugraeni, Putri. 2009. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Di Paseban Barat Jakarta Pusat Tentang Demam Berdarah Dengue Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan. [Tesis]

Nur. 2012. Pemberantasan Sarang Nyamuk,

http://nurtang18.blogspot.com/2012/11/pemberantasan-sarang-nyamuk.html. Diakses tanggal 4 Januari 2014. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. [Jurnal]

Oktaviani, Nila. 2009. Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Densitas

Larva Nyamuk Aedes aegypti Di Kota Pekalongan. Kesehatan Masyarakat Universitas Pekalongan. Pekalongan. [Tesis]

Ramadhani MM, Astuty H. 2009. Kepadatan dan Penyebaran Aedes Aegepty Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. eJKI Vol.1 No.1. [Jurnal]

Rampengan . 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC. Jakarta. [Buku]

Ridha, M. Rasyid, dkk. 2013. Hubungan Kondisi Lingkungan Dan Kontainer Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Di Kota Banjarbaru. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang Vol. 4, No. 3. [Jurnal]

Rini, A.S., dkk. 2012. Hubungan Pemberdayaan Ibu Pemantau Jentik (BUMANTIK) Dengan Indikator Keberhasilan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Di Kelurahan Wonokromo Surabaya. Universitas Airlangga. Surabaya. [Jurnal]

Ritchie, A.S., et. al . 2003. An Adulticidal Sticky Ovitrap For Sampling

Container-Breeding Mosquitoes. J. Am. Mosq. Control Association. [Journal]

Sanofi Pasteur. 2013. Press Release Peringatan Hari Dengue ASEAN 2013 :

Jakarta Bebas DBD 2020 - Pemda DKI Jakarta dan Sanofi Pasteur Berdayakan Kader Jumantik se-DKI Jakarta. Jakarta

Page 111: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  93  

Sari, Puspita, dkk. 2012. Hubungan Kepadaran Jentik Aedes sp dan Praktik PSN Dengan Kejadian DBD Di Sekolah Tingkat Dasar Di Kota Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2[Jurnal]

Sarwono, S., 2003. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya.

Gajah Mada University Press. Yogyakarta. [Buku]

Setyobudi. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Di Daerah Endemik DBD Di Kelurahan Sananwetan Kecamatan Sananwetan Kota Blitar. Unsil. [Tesis]

Soegijanto, Soegeng, 2006. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia. Cetakan I. Airlangga. Surabaya. [Buku]

Soedarmo, Sumarno Sunaryo Poowo. 2010. Demam Berdarah (Dengue) Pada Anak. Universitas Indonesia Press. Jakarta. [Buku]

Sugito, R. 1989. Aspek Entomologi Demam Berdarah Dengue -Proceeding Seminar and Workshop The Aspects of Hemoragic Fever ang Its Control . Unair. Surabaya. [Proceeding]

Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. [Buku]

Suhartono, S. 2005. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Edisi 1. AR-RUZZ. Yogyakarta. [Buku]

Sukana, Bambang. 1993. Pemberantasan Vektor DBD di Indonesia. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. [Jurnal]

Sukowirnasih, Tur Endah, dkk. 2010. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan Angka Bebas Jentik Aedes aegypti di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran Kota Semarang. KEMAS. Vol.6. No.1. [Jurnal]

Sungkar, Saleha, dkk. 2011. Trend of Dengue Hemorrhagic Fever in North Jakarta. Department of Parasitology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Jakarta. J Indon Med Assoc, Volum : 61, Nomor : 10 [Jurnal]

Sungkar, Saleha. 2002. Demam Berdarah Dengue. Ikatan Dokter Indonesia.

Jakarta. [Jurnal] Suwito, dkk. 2010. Hubungan Iklim Kepadatan Nyamuk Dan Kejadian Malaria.

Perhimpunan Entomologi Indonesia. J. Entomol Indon. Vol. 7 No. 1, 42-53 [Jurnal]

Page 112: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  94  

Suwita, C.S., dkk.. 2010. Efektivitas Bacillys thuringiensis israelensis dalam

Pemberantasan Larva Aedes aegepty di Kecamatan Cempaka Ptih, Jakarta Pusat. Program Pendidikan Dokter Umum & Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. [Jurnal]

Suyasa, dkk. 2008. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan. Universitas Udayana. Ecotropic Journal 3 (1) :1-6. Bali. [Jurnal]

Swaina, V., et al. 2008. Sunlight Exposure Enhances Larva Mortality Rate in Culex quinguefasciatus Say. J Vektor Borne Disease. [Journal]

Tjokronegoro, Aryatmo. 2005. Naskah Lengkap Demam Berdarah Dengue, Pelatihan Bagi Dokter Spesialis Anak Dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dalam Tatalaksana Kasus DBD. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. [Buku Panduan]

Tjokronegoro, A. & Sudarsono, S. . 2001. Metodologi Penelitian Bidang

Kedokteran. Gaya Baru. Jakarta. [Buku]

Trapsilowati W, Sulistyorini E. Pelaksanaan Standar Pelayanan Minilal Program Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit. Salatiga. [Buletin]

Ulumuddin. Ihya’. 2010. 31 Kecamatan endemik DBD. Seputar Indonesia. 17

Februari 2010. http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/305173/. [Diakses 26 April 2014].

Veronika, 2001. Hubungan Perilaku IRT dengan pelaksanaan Pemberantasan

Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2001. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara . Medan. [Skripsi]

Wahono, Tri Joko. 2004. Demam Berdarah Dengue. http://www.litbang.depkes.go.id. Diakses tanggal 5 Juli 2014.

Wahyuni, Sri . 1999. Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. [Skripsi]

Page 113: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  95  

WHO. 1999. Dengue Haemorrhagic fever: diagnosis, treatment, prevention and control. EGC. Jakarta. [Buku]

Wilder-Smith, A, et al. 2008. Geographic Expansion of Dengue: the Impact of Inter- national Travel. Med Clin Nam. [Journal]

Wirahjanto,A, dkk. 2006. Epidemilogi Demam Berdarah Dengue, dalam Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Airlangga University Press. Surabaya. [Buku]

Wiratanya, dkk. 2008. Hubungan Perilaku (Hidup) Sehat Masyarakat Terhadap

Timbulnya Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Desa Seketi Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya. [Penelitian]

Xi Ping Hu. 2012. Mosquitoes In And Around Homes. Entomology and Plant

Pathology Auburn University. Alabama. [Journal] Yohanes, Santoso. 2006. Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Terhadap Demam

Berdarah Pada Masyarakat Di Cimahi Tengah. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung. Bandung. [Tesis]

Yotopranoto, S., et al. (1998). Dinamika Populasi Vektor pada Lokasi dengan

Kasus Demam Berdarah Dengue yang Tinggi Di Kotamadya Surabaya. Majalah Kedokteran Tropis Indonesia. [Jurnal]

Yudhastuti, Ririh, dkk. 2005. Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, Dan Perilaku Masyarakat Dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegepty Di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Surabaya. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR. Surabaya. [Jurnal]

Zuhriyah, Sriwahyuni, Setyarini. 2009. Hubungan Angka Bebas Jentik (ABJ) Dan

Frekuensi Fogging Dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Gribig Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Tahun 2008-2009. Universitas Brawijaya. Malang. [Jurnal]

Zulkarnaini, Siregar, Dameria. 2009. Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan

Rumah Tangga Dengan Keberadaan Jentik Vektor Dengue Di Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue Kota Dumai Tahun 2008. Universitas Riau. Pekanbaru. [Jurnal]

---------. 2000. Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah di Indonesia.

Direktorat Jenderal PPM&PL ---------. 2004. Buletin Harian : Perilaku dan Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegepty

Sangat Penting Diketahui Dalam Melakukan Kegiatan Pemberantasan

Page 114: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  96  

Sarang Nyamuk Termasuk Pemantauan Jentik Berkala. Tim Penanggulangan DBD Departemen Kesehatan RI. Jakarta

---------. 2008. Kebijaksanaan Program P2-DBD dan Situasi Terkini DBD Indonesia. Dirjen PP-PL Depkes. Jakarta

---------. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi – Topik Utama : Demam Berdarah Dengue. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

---------. 2010. Kecamatan Tanah Abang Dalam Angka 2010. Jakarta ---------. 2010. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Tahun

2010. Jakarta ---------. 2011. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Tahun

2011. Jakarta ---------. 2012. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Tahun

2012. Jakarta ---------. 2013. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Tanah Abang Tahun

2013. Jakarta ---------. 2013. Laporan Bulanan Kelurahan Kebon Kacang. Jakarta

Page 115: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  97  

Lampiran I

Kuesioner Penelitian

Hubungan Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan

Terhadap Kepadatan Larva Aedes Aegypti di Wilayah Zona Merah Kelurahan

Kebon Kacang, Jakarta Pusat

Tahun 2014

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saat ini, saya selaku mahasiswa S-1 Jurusan Kesehatan Masyarakat,

Peminatan Kesehatan Lingkungan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, sedang melakukan penelitian mengenai hubungan perilaku 3M Plus ibu

rumah tangga dan kondisi lingkugan terhadap kepadatan larva Aedes aegypti di

wilayah Kelurahan Kebon Kacang, Jakarta Pusat tahun 2014. Untuk kepentingan

data penelitian ini, saya mengharapkan partisipasi Anda dalam menjawab

pertanyaan di bawah ini dengan sejujurnya sesuai dengan pengetahuan, pendapat,

dan pengalaman Anda. Terima kasih.

No. Kuesioner :

Hari & tanggal :

Peneliti :

Page 116: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  98  

Isi dan lingkarilah jawaban berdasarkan pilihan jawaban yang disediakan.

(MOHON DIJAWAB SEJUJURNYA DAN JANGAN ADA YANG

DIKOSONGKAN. JAWABAN DAN IDENTITAS ANDA AKAN KAMI

RAHASIAKAN)

Data Pribadi

1. Nomor Induk Responden :

2. Usia :

3. Alamat :

4. Telepon (jika ada) :

5. Pendidikan :

a. Tidak tamat SD

b. Tamat SD atau sederajat

c. Tamat SMP atau sederajat

d. Tamat SMA atau sederajat

e. Tamat Akademi atau Perguruan Tinggi atau sederajat

f. Lainnya

Page 117: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  99  

A. Umum

1. Apakah pernah mendengar Demam Berdarah Dengue (DBD)?

a. Iya b. Tidak

2. Tahu info tentang DBD dari? (boleh lebih dari satu jawaban)

a. Petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter)

b. Media cetak & elektronik (koran, majalah, brosur, pamphlet,

televisi, radio)

c. Kegiatan di lingkungan (penyuluhan, arisan, pengajian)

d. Keluarga

e. Tetangga

f. Lainnya …………………………

g. Tidak pernah mendapat informasi

3. Apakah ada anggota keluarga terdekat yang menderita DBD

selama kurun waktu Januari hingga Mei?

a. Ya, yaitu……..

b. Tidak

4. Jika ya, dirawat dimana?

a. Rumah sakit …….

b. Puskesmas……

c. Lainnya

5. Berapa hari lama dirawatnya?

a. 1 minggu

b. Lebih dari 1 minggu

Page 118: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  100  

6. Dimana aktivitas sehari-hari orang yang terkena DBD tersebut?

a. Rumah

b. Kantor

c. Lainnya

B. Pengetahuan DBD

1. Penyakit DBD ditularkan oleh…..

a. Nyamuk

b. Kuman

c. Tidak tahu

2. Penyebab DBD adalah…..

a. Virus

b. Kuman

c. Nyamuk

d. Tidak tahu

3. Nyamuk penular DBD senang beristirahat di….

a. Dekat cahaya lampu

b. Pakaian yang tergantung

c. Tidak tahu

4. Apakah ciri nyamuk penular DBD?

a. Warna hitam bintik-bintik putih

b. Warna cokelat bintik-bintik putih

c. Tidak tahu

Page 119: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  101  

5. Dimana biasanya nyamuk penular DBD berkembang biak?

(jawaban boleh lebih dari satu)

a. Bak mandi

b. Kaleng bekas

c. Comberan

d. Tidak tahu

6. Kapan waktu nyamuk penular DBD biasa menggigit orang?

a. Siang

b. Malam

c. Tidak tahu

C. Pengetahuan 3M Plus

1. Apakah yang dimaksud dengan gerakan 3M plus?

a. Menguras bak mandi

b. Menutup tempat penampungan air

c. Mengubur barang bekas

d. Pengelolaan lingkungan secara menyeluruh

e. Benar semua

2. Berapa kali kita harus menguras tempat penampungan air seperti

bak mandi dan drum bekas yang berisi air?

a. Paling sedikit seminggu sekali

b. Paling sedikit dua minggu sekali

c. Tidak tahu

Page 120: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  102  

3. Bagaimanakah cara menguras bak mandi yang benar untuk

memberantas jentik nyamuk penular DBD?

a. Menggosok dinding dalam bak mandi

b. Mengganti air saja

c. Memberikan antiseptic pada air bak

d. Tidak tahu

4. Apakah setelah menguras bak mandi, masih perlu menaburkan

serbuk pemberantas jentik?

a. Perlu

b. Tidak perlu

c. Tidak tahu

5. Kapan seharusnya diadakan pengasapan (fogging)?

a. Jika ada yang terkena DBD di lingkungan rumah

b. Satu bulan sekali

c. Satu minggu sekali

d. Tidak tahu

6. Apakah pengasapan (fogging) merupakan cara yang paling efektif

dalam menurunkan angka kasus DBD?

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

Page 121: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  103  

7. Apakah jendela yang secara teratur dibuka pada pagi hari dan

ditutup pada sore hari dapat menurunkan angka kasus DBD?

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

8. Apakah menutup tempat penampungan air yang ada di rumah dapat

menurunkan angka kasus DBD?

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

D. Sikap 3M Plus

1. Menurut Anda, siapa yang bertanggung jawab menanggulangi

DBD?

a. Pemerintah

b. Penderita DBD dan keluarganya

c. Semua komponen masyarakat

2. Apakah Anda setuju bila program 3M Plus dijalani oleh setiap

lapisan masyarakat?

a. Ya

b. Tidak

3. Jika ya, apakah Anda akan berperan aktif dalam program tersebut?

a. Ya

b. Tidak

Page 122: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  104  

4. Apakah perlu diadakan pengawasan terhadap jentik nyamuk di

rumah?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah perlu untuk membersihkan atau menguras bak mandi?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah boleh menggantungkan pakaian di dalam rumah?

a. Ya

b. Tidak

7. Bagaimana seharusnya untuk mencegah DBD?

a. Memperhatikan diri dan melakukan 3M Plus

b. Memperhatikan diri saja

c. Melakukan 3M Plus saja

d. Tidak tahu

E. Tindakan 3M Plus

1. Apakah keluarga Anda selalu menguras tempat penampungan air di

rumah?

a. Ya

b. Tidak

Page 123: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  105  

2. Jika ya, berapa kali?

a. Satu minggu sekali

b. Dua minggu sekali

c. Satu bulan sekali

3. Apakah keluarga Anda secara teratur membersihkan / mengubur /

membakar barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah keluarga Anda selalu menutup tempat penampungan air di

rumah?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah keluarga Anda selalu menggantungkan baju yang tidak

dipakai (selain di dalam lemari baju)?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah keluarga Anda selalu menutup jendela / lubang angin /

pintu dengan kawat anti nyamuk?

a. Ya

b. Tidak

Page 124: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  106  

7. Apakah keluarga Anda selalu melakukan pengawasan terhadap

jentik nyamuk di rumah?

a. Ya

b. Tidak

8. Bagaimana cara Anda membuang sampah rumah tangga selama

ini?

a. Diangkut secara rutin oleh petugas kebersihan

b. Dibakar / dikubur secara rutin di lingkungan sekitar rumah

c. Dibuang ke sungai / selokan

---Terima Kasih---

Page 125: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  107  

Lampiran II Uji Validitas Kuesioner

1. Pengetahuan 3M Plus

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6

P1 Pearson Correlation 1 1,000** ,490* ,546* ,216 ,642**

Sig. (2-tailed) ,000 ,028 ,013 ,361 ,002

N 20 20 20 20 20 20

P2 Pearson Correlation 1,000** 1 ,490* ,546* ,216 ,642**

Sig. (2-tailed) ,000 ,028 ,013 ,361 ,002

N 20 20 20 20 20 20

P3 Pearson Correlation ,490* ,490* 1 ,459* ,140 ,491*

Sig. (2-tailed) ,028 ,028 ,042 ,556 ,028

N 20 20 20 20 20 20

P4 Pearson Correlation ,546* ,546* ,459* 1 ,546* ,350

Sig. (2-tailed) ,013 ,013 ,042 ,013 ,130

N 20 20 20 20 20 20

P5 Pearson Correlation ,216 ,216 ,140 ,546* 1 ,336

Sig. (2-tailed) ,361 ,361 ,556 ,013 ,147

N 20 20 20 20 20 20

P6 Pearson Correlation ,642** ,642** ,491* ,350 ,336 1

Sig. (2-tailed) ,002 ,002 ,028 ,130 ,147 N 20 20 20 20 20 20

P7 Pearson Correlation -,140 -,140 ,250 -,076 ,327 ,509*

Sig. (2-tailed) ,556 ,556 ,288 ,749 ,160 ,022

N 20 20 20 20 20 20

P8 Pearson Correlation -,140 -,140 ,250 -,076 ,327 ,509*

Sig. (2-tailed) ,556 ,556 ,288 ,749 ,160 ,022

N 20 20 20 20 20 20

Hasil_P Pearson Correlation ,635** ,635** ,652** ,462 ,461* ,854**

Sig. (2-tailed) ,003 ,003 ,002 ,051 ,041 ,000

N 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 126: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  108  

Correlations

P7 P8 Hasil_P

P1 Pearson Correlation -,140 -,140 ,635**

Sig. (2-tailed) ,556 ,556 ,003

N 20 20 20

P2 Pearson Correlation -,140 -,140 ,635**

Sig. (2-tailed) ,556 ,556 ,003

N 20 20 20

P3 Pearson Correlation ,250 ,250 ,652**

Sig. (2-tailed) ,288 ,288 ,002

N 20 20 20

P4 Pearson Correlation -,076 -,076 ,442

Sig. (2-tailed) ,749 ,749 ,051

N 20 20 20

P5 Pearson Correlation ,327 ,327 ,461*

Sig. (2-tailed) ,160 ,160 ,041

N 20 20 20

P6 Pearson Correlation ,509* ,509* ,854**

Sig. (2-tailed) ,022 ,022 ,000

N 20 20 20

P7 Pearson Correlation 1 1,000** ,642**

Sig. (2-tailed) ,000 ,002

N 20 20 20

P8 Pearson Correlation 1,000** 1 ,642**

Sig. (2-tailed) ,000 ,002

N 20 20 20

Hasil_P Pearson Correlation ,642** ,642** 1

Sig. (2-tailed) ,002 ,002 N 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 127: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  109  

2. Sikap 3M Plus Correlations

S1 S2 S3 S4 S5 S6

S1 Pearson Correlation 1 ,688** ,688** ,688** ,459* -,076

Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,001 ,042 ,749

N 20 20 20 20 20 20

S2 Pearson Correlation ,688** 1 1,000** 1,000** ,667** -,111

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,001 ,641

N 20 20 20 20 20 20

S3 Pearson Correlation ,688** 1,000** 1 1,000** ,667** -,111

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,001 ,641

N 20 20 20 20 20 20

S4 Pearson Correlation ,688** 1,000** 1,000** 1 ,667** -,111

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,001 ,641

N 20 20 20 20 20 20

S5 Pearson Correlation ,459* ,667** ,667** ,667** 1 ,667**

Sig. (2-tailed) ,042 ,001 ,001 ,001 ,001

N 20 20 20 20 20 20

S6 Pearson Correlation -,076 -,111 -,111 -,111 ,667** 1

Sig. (2-tailed) ,749 ,641 ,641 ,641 ,001 N 20 20 20 20 20 20

S7 Pearson Correlation -,076 -,111 -,111 -,111 ,667** 1,000**

Sig. (2-tailed) ,749 ,641 ,641 ,641 ,001 ,000

N 20 20 20 20 20 20

Hasil_S Pearson Correlation ,459* ,667** ,667** ,667** 1,000** ,667**

Sig. (2-tailed) ,042 ,001 ,001 ,001 ,000 ,001

N 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 128: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  110  

Correlations S7 Hasil_S

S1 Pearson Correlation -,076 ,459*

Sig. (2-tailed) ,749 ,042

N 20 20

S2 Pearson Correlation -,111 ,667**

Sig. (2-tailed) ,641 ,001

N 20 20

S3 Pearson Correlation -,111 ,667**

Sig. (2-tailed) ,641 ,001

N 20 20

S4 Pearson Correlation -,111 ,667**

Sig. (2-tailed) ,641 ,001

N 20 20

S5 Pearson Correlation ,667** 1,000**

Sig. (2-tailed) ,001 ,000

N 20 20

S6 Pearson Correlation 1,000** ,667**

Sig. (2-tailed) ,000 ,001

N 20 20

S7 Pearson Correlation 1 ,667**

Sig. (2-tailed) ,001

N 20 20

Hasil_S Pearson Correlation ,667** 1

Sig. (2-tailed) ,001

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 129: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  111  

3. Tindakan 3M Plus Correlations

T1 T2 T3 T4 T5 T6

T1 Pearson Correlation 1 -,076 -,111 -,111 -,111 -,111

Sig. (2-tailed) ,749 ,641 ,641 ,641 ,641

N 20 20 20 20 20 20

T2 Pearson Correlation -,076 1 ,688** ,688** ,688** ,688**

Sig. (2-tailed) ,749 ,001 ,001 ,001 ,001

N 20 20 20 20 20 20

T3 Pearson Correlation -,111 ,688** 1 1,000** 1,000** 1,000**

Sig. (2-tailed) ,641 ,001 ,000 ,000 ,000

N 20 20 20 20 20 20

T4 Pearson Correlation -,111 ,688** 1,000** 1 1,000** 1,000**

Sig. (2-tailed) ,641 ,001 ,000 ,000 ,000

N 20 20 20 20 20 20

T5 Pearson Correlation -,111 ,688** 1,000** 1,000** 1 1,000**

Sig. (2-tailed) ,641 ,001 ,000 ,000 ,000

N 20 20 20 20 20 20

T6 Pearson Correlation -,111 ,688** 1,000** 1,000** 1,000** 1

Sig. (2-tailed) ,641 ,001 ,000 ,000 ,000 N 20 20 20 20 20 20

T7 Pearson Correlation 1,000** -,076 -,111 -,111 -,111 -,111

Sig. (2-tailed) ,000 ,749 ,641 ,641 ,641 ,641

N 20 20 20 20 20 20

T8 Pearson Correlation 1,000** -,076 -,111 -,111 -,111 -,111

Sig. (2-tailed) ,000 ,749 ,641 ,641 ,641 ,641

N 20 20 20 20 20 20

Hasil_T Pearson Correlation ,464 ,609** ,885** ,885** ,885** ,885**

Sig. (2-tailed) ,114 ,004 ,000 ,000 ,000 ,000

N 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 130: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  112  

Correlations

T7 T8 Hasil_T

T1 Pearson Correlation 1,000** 1,000** ,464

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,114

N 20 20 20

T2 Pearson Correlation -,076 -,076 ,609**

Sig. (2-tailed) ,749 ,749 ,004

N 20 20 20

T3 Pearson Correlation -,111 -,111 ,885**

Sig. (2-tailed) ,641 ,641 ,000

N 20 20 20

T4 Pearson Correlation -,111 -,111 ,885**

Sig. (2-tailed) ,641 ,641 ,000

N 20 20 20

T5 Pearson Correlation -,111 -,111 ,885**

Sig. (2-tailed) ,641 ,641 ,000

N 20 20 20

T6 Pearson Correlation -,111 -,111 ,885**

Sig. (2-tailed) ,641 ,641 ,000

N 20 20 20

T7 Pearson Correlation 1 1,000** ,464

Sig. (2-tailed) ,000 ,114

N 20 20 20

T8 Pearson Correlation 1,000** 1 ,464

Sig. (2-tailed) ,000 ,114

N 20 20 20

Hasil_T Pearson Correlation ,464 ,464 1

Sig. (2-tailed) ,114 ,114

N 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 131: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  113  

Lampiran III Uji Realibilitas Kuesioner

1. Pengetahuan 3M Plus Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,810 8

2. Sikap 3M Plus Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,845 7

3. Tindakan 3M Plus Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,819 8

Page 132: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  114  

Lampiran IV Output Univariat

1. Pengetahuan 3M Plus

2. Sikap 3M Plus

3. Tindakan 3M Plus

Page 133: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  115  

4. TPA

5. Kelembaban Udara

Page 134: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  116  

6. Suhu

Page 135: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  117  

7. Fungsi Jendela

8. Kepadatan Larva

Page 136: Perilaku 3M Plus Ibu Rumah Tangga dan Kondisi Lingkungan ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25550/1/ILHAM... · The main vector of DHF spread was Aedes aegypti

  118  

Lampiran V Pedoman Wawancara

1. Sudah berapa lama Anda tinggal di Kelurahan Kebon Kacang?

2. Bagaimana pendapat Anda mengenai 3M Plus di wilayah tempat Anda

tinggal?

3. Apa saja hambatan program 3M Plus di wilayah tempat Anda tinggal?

4. Apakah ada pengaruh antara 3M Plus dengan kasus DBD di wilayah

tempat Anda tinggal?

5. Jika masih ada kasus DBD, apa yang sebaiknya dilakukan oleh masyarakat

dan pihak kesehatan seperti puskesmas untuk menghilangkan kasus DBD?


Recommended