+ All Categories
Home > Documents > Perilaku Radikal Mahasiswa -...

Perilaku Radikal Mahasiswa -...

Date post: 31-Mar-2019
Category:
Upload: lybao
View: 213 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
30
Transcript

Perilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Achmad Syahid, Ikhwan Luthfi, Akhmad Baidun, dan Ima Sri Rahmani

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN Jakarta

prosiding 15th ANNUAL INTERNATIONAL CONFERENCE

ON ISLAMIC STUDIES (AICIS)KEMENTERIAN AGAMA RI – IAIN MANADO

MANADO, INDONESIA, 3-6 SEPTEMBER 2015

─ ii ─ ─ 1 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

PERILAKU RADIKAL MAHASISWA PERGURUAN TINGGI ISLAM: Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN Jakarta

Peta latar belakang sosial keagamaan keluarga mahasiswa UIN Jakarta sejak sepuluh tahun terakhir menjadi beragam.

Transformasi kelembagaan dari IAIN menjadi UIN pada 2002 – dengan makin bervariasinya program studi yang dibuka – membuka peluang mahasiswa dari berbagai latar sosial, paham keagamaan, daerah, bahasa, dan pendidikan masuk UIN Jakar-ta. Mahasiswa UIN Jakarta tidak lagi didominasi oleh mereka yang secara sosial-ekonomi merupakan kelas bawah, datang dari desa dan daerah pinggiran, tetapi juga dari kaum menengah-atas kota. Tidak saja berasal dari madrasah, tetapi juga mulai dominan dari sekolah umum.

Orang tua mahasiswa UIN Jakarta tidak lagi sama seper-ti waktu IAIN, yang hanya tokoh atau pemuka agama, kyai, juru dakwah, dan aktivis moderat NU, Muhammadiyah, Persis, Mathla’ul Anwar, dll., saja, tetapi juga aktivis di luar organisasi di atas. Kultur dan faham keagamaan civitas akademika UIN

─ 2 ─ ─ 3 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Jakarta juga warna-warni, mulai bergabung putera-puteri dari orang tua yang dikategorikan sebagai penganut paham keaga-maan literal, dan tentu, mereka yang masuk kategori tidak me-miliki latar agama kental. tidak lagi berasal dari kaum santri moderat, tetapi juga mulai dominan berasal dari sekolah umum. Perilaku radikal dapat tumbuh dari berbagai latar belakang so-sial-keagamaan di atas.

UIN Jakarta menyiapkan diri sebagai melting pot civitas akademik dari berbagai latar belakang sosial keagamaan, de-ngan menegaskan visi dan misi sebagai universitas Islam yang menjunjung tinggi keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan. Dilengkapi dengan motto knowledge, piety, dan integrity sejak 2007. Nilai moderat ditonjolkan dan menjadi penciri penting worldview universitas ini.

Pertanyaannya, akankah terjadi krisis sosial di kampus UIN Jakarta yang dalam psikologi sosial dianggap dapat me-munculkan perilaku radikal? Penelitian Fauzia, dkk. (2010) menemukan, civitas akdemika UIN Jakarta memandang negatif perilaku radikal Islam. Perilaku radikal diidentikkan dengan sa-lafisme, Islamisme, fundamentalisme, dll., yang bertentangan de-ngan sifat dan sikap moderat. Dikategorikan radikal atau tidak, terutama dilihat dari apa sikap mereka terhadap empat aspek berikut: (1) menolak nation-state, Pancasila dan demokrasi; (2) pluralism; (3) kesetaraan gender; (4) mendukung ide Khilafah Islamiyyah. Mayoritas civitas akademika UIN Jakarta (51%) memiliki pandangan moderat, tidak setuju dengan faham radi-kal. Hasil penelitian menyebut sebagian civitas akademika UIN Jakarta yang cenderung radikal (literalis) sebesar (37%) dan

yang berpandangan radikal (12%). Dari mereka yang memiliki pandangan radikal (12%) itu, yang setuju mendirikan Khilafah Islamiyah (20%); setuju penerapan syari’ah Islam (32%); setu-ju menggunakan kekerasan atas nama agama (7%). Ditemukan juga preferensi, bahwa 7% membaca dan merujuk tulisan Abu Bakar Ba’ashir. Riset Setara Institut (2004) menyimpulkan, tin-dakan radikal akan menjadi gerakan radikal apabila perilaku ra-dikal sudah dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga menjadi sistematis. Pada fase ini, perilaku radikal mudah tergelincir pada tindakan dan gerakan radikal.

Jika terorisme sebagai bentuk dan wajah radikal yang pa-ling ekstrem, sumber psikologis yang paling mempengaruhi, menurut Mazzar (2004: 36-69), adalah perasaan alienasi di tengah-tengah identitas etnis yang kuat. Mazzar menyebut hal ini, terutama di negara-negara Arab. Di kalangan mahasiswa, sikap dan perilaku radikal didorong berbagai faktor. Antara lain latar-belakang dan orientasi pemahaman agama (tim peneliti FDI UIN Jakarta, 2010). Sikap dan perilaku radikal juga dipe-ngaruhi konteks demografik mereka: usia, tingkat pendidikan, latar pendidikan, afiliasi organisasi, dan latar belakang keilmu-an. Khusus latar belakang keilmuan, cabang ilmu agama Islam tertentu membuat mahasiswa menjadi radikal sekaligus taat, ca-bang keilmuan lain menjadi tidak radikal sekaligus kurang taat (Tim peneliti FISIP UIN Jakarta, 2012). Mirip dengan hasil riset tim Puslitbang Kehidupan Beragama, Balitbang, Kemenag, menemukan bahwa pandangan dan sikap radikal, antara lain, merupakan bagian dari agama itu sendiri (Tim Litbang, 2010).

─ 4 ─ ─ 5 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Perilaku radikal bukan isu baru di Indonesia. Shiraishi (1990) menyebut perilaku radikal muncul berbarengan dengan pergerakan rakyat Indonesia di perempat pertama abad 20. Eks-presi dan gerakan perilaku radikal itu muncul dalam bentuk surat kabar, rapat umum, serikat buruh, pemogokan, pembe-rontakan, teater, novel, lagu-lagu, organisasi sosial dan partai.

Riset terakhir ini memperkuat Stark & Glock (1974) bah-wa perilaku radikal dipengaruhi keyakinan, pengetahuan, pe-ngalaman dan praktek keagamaan. Di Jawa Tengah dan DIY Yogyakarta, mereka yang memiliki sikap dan perilaku radikal berhimpun menjalin relasi dalam organisasi keagamaan yang te-rus mengalami transformasi, dari sikap intoleran pribadi dan organisasi, menjadi radikalis menuju teroris. Disebut bahwa intoleransi adalah titik awal terorisme, sedangkan teroris ada-lah puncak sikap intoleransi (Hasani dan Naipospos, 2002). Namun, Mirra (2010) menyatakan, posisi radikal sangat krusial dalam membentuk perilaku teror, meski, penting dicatat, tidak semua radikal berakhir sebagai teroris.

Smith (2011: 6) menengarai 13 (tiga belas) faktor yang mempengaruhi sikap radikal. Antara lain, involvement in in-stitutions; age; discrimination; political and humanitarian moti-vations; social recruitment; socioeconomic background; education level; country of residence; country of ethnicity; studied in the west; personal trauma; gender dan marital status. Riset Smith menem-patkan perilaku radikal sebagai krisis sosial yang analisisnya di-hubungkan dengan variabel psikologi kepribadian pada 1937-1938 (Nicholson, 2003: 91).

Terlepas dari kritik yang muncul kemudian, bahwa jalan pikir riset di atas terlalu memojokkan agama, mengabaikan fak-tor psikologis dan dinamika sosial sebagai konteksnya, maka, apa faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku radikal? Faktor psikologis seperti locus of control, self-esteem, self efficacy, social support dan value conservatism akan diuji dalam penelitian ini, untuk mencari data faktor psikologis mana yang paling re-levan. Uji variabel faktor psikologis ini secara teoritik penting, menurut Post (2007, 3-4), dalam tindak radikal paling ekstrem, yakni terorisme, sesungguhnya mereka memiliki kejiwaan “nor-mal”. Pelakunya tidak fanatik seperti asumsi selama ini. Motiva-si adalah elemen psikologis yang disebut Post berperan penting mentransformasikan seseorang, baik agamis maupun sekuler, dalam melakukan tindak radikal. Kata kunci Post dalam me-nyebut radikal adalah penggunaan kekerasan (violence). Pada bagian lain, gerakan teroris-radikal di berbagai dunia, laki-laki atau perempuan teradikalkan (radicalized) oleh gerakan sipil dan atau gejolak rasa nasionalisme. Seperti Hamas, Hezbullah, al-Qaeda, dan salafi jihad secara global. Seperti revolusi radikal Abdullah Ocalan saat mendirikan Marxis-Leninis di Kurdis-tan, juga Hitler’s Children gerakan kiri Jerman. Kekerasan yang membedakan gerakan Tamil United Front (TUF), belakangan menjadi Tamil United Liberation Front (TULF) – organisasi yang melakukan advokasi sipil tanpa kekerasan, dengan Tamil New Tigers (TNT).

─ 6 ─ ─ 7 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Metodologi

Tulisan ini hendak mengulas faktor-faktor psikologis peri-laku radikal mahasiswa Muslim, dengan mengambil kasus UIN Jakarta. Faktor psikologis perilaku radikal yang diuji dalam riset ini meliputi locus of control, self esteem, self efficacy, social support, dan value conservatism terhadap perilaku perilaku radikal yang dimensinya religiosity, facism, world government (world unity, khilafah), welfarism, fatalism, weak government, moral censorship, population control, racial tolerance, rapid social change, moral tra-ditional values, belief in people, dan educational for adjustment.

Hasil tulisan ini merekam pandangan 814 mahasiswa (5%) dari 18.000 mahasiswa aktif pada 2013. Penentuan sampel se-cara non probability sampling mewakili seluruh fakultas, dengan teknik quota sampling. Skala Likert digunakan yang memiliki empat alternatif jawaban favorable: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS), dan alterna-tif jawaban unfavorable: sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS, setuju (S) dan sangat setuju (SS).

Uji kebaikan alat tes/skala, dalam hal ini uji validitas meng-gunakna teknik confirmatory factor analysis (CFA). Melalui CFA diperoleh data variabel konstrak (skor faktor) sebagai data input analisis lebih lanjut atau sebagai data penelitian. Nilai reliabilitas item diperoleh sekaligus bersamaan ketika melakukan uji validi-tas item dengan menggunakan software LISREL 8.8 (Joreskog & Sorbom, 2006).

Perilaku radikal

Radikal berarti secara menyeluruh, habis-habisan, amat keras menuntut perubahan, dan maju dalam berpikir atau ber-tindak. Ensiklopedi Indonesia (1984) menulis perilaku radikal adalah semua aliran politik, yang pengikutnya menghendaki konsekuensi ekstrim, setidak-tidaknya konsekuensi yang paling jauh sebagai pengejawantahan ideologi yang dianut. Radikalis-me merupakan paham atau aliran radikal dalam sosial-politik yang menginginkan perubahan atau pembaharuan dengan cara kekerasan atau drastis; sikap ekstrem dalam aliran politik (KBBI, 1995). Setara Institute (2010) menyebut radikalisme berarti pandangan yang ingin melakukan perubahan mendasar sesuai dengan interpretasi pelakunya terhadap realitas sosial atau ideologi yang dianutnya.

Teori tentang perilaku radikal yang menekankan pada mo-tivasi, misalnya, adalah teori selective incentive. Teori ini menye-but, tindakan radikal dilakukan karena yakin ada faktor yang mendorongnya. Faktor ideologi, kebutuhan, dan motif men-jadi kunci teori ini. Seseorang akan menjadi tidak radikal jika ternyata cara itu dipandang tidak lagi mampu merealisasikan kebutuhan, motivasi, dan ideologi yang dianutnya.

Radikal yang dimaksud Shiraishi (1990) adalah serangkai-an tindakan: “menyerang pihak lawan; mogok guna memaksa-kan kehendak; pembangkangan; menghasut secara revolusioner; mengambil alih paksa kepemimpinan; militant; protes masal dan serentak dengan jaringan di berbagai kota sebagai penekan; propaganda media; melancarkan kerusuhan hingga pembunu-

─ 8 ─ ─ 9 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

han; anarkhis dan revolusi dengan tujuan subversi; klaim se-bagai Islam sejati sambil menuduh pihak lain sesat dan kafir; melancarkan perang suci kepada pemerintah kafir; pengusiran paksa; menciptakan kekacauan dan keresahan rasial; kekerasan fisik dengan pentungan; pembakaran kebun, rumah, sekolah, mesjid milik pemerintah; mendirikan lasykar Tentera Kandjeng Nabi Mohammad (TKNM) demi menjaga kehormatan Islam, Nabi, dan kaum Muslim; sabotase sarana vital publik – memo-tong arus listrik dan rel kereta api agar anjlok (Shiraisi, 1990, 466) bahkan dengan pengeboman (Shiraishi, 1990: 379)”. Cara terakhir ini dianggap tindakan berani yang pelakunya layak di-hormati karena memberi contoh nyata bagaimana perlawanan terhadap kesewenang-wenangan sekaligus membela rasa kema-nusiaan dilakukan.

Radikal, tulis Shiraishi (1990), berlawanan dengan “net-ral”, berpegang pada “aturan”, “penengah”, menjaga “harmoni” meski pada level pemikiran, reputasi “baik” dan “moderat”, dan mengikuti ajaran “agama yang menyeru pemeluknya patuh hu-kum negara”. Dalam penanda, “moderat” lebih dekat dengan “mainstream”. Madjid (1995) menyebut “titik temu” (kalimat al-sawa’) dalam istilah Tusi (1990: 67) seimbang (i’tidal) baik dari segi jumlah (kammiyat) – berlebihan (ifrat) dan kekurangan (tafrit) – maupun dari segi mutu – tidak wajar (rada’at), terjadi.

Namun demikian, perilaku radikal bukan wajah tunggal di Indonesia. Abd ‘s-Shamad al-Palimbani (lahir, Palembang, 1116 H/1704 M) pernah menulis Nashihah al-Muslim wa Tadzkirah al-Mukminin fi Fadha’il al-Jihad fi Sabil Allah wa Karimah al-Mujahidin fi Sabil Allah, dengan menggunkan bahasa Arab,

yang membahas keutamaan perang suci menurut al-Qur’an dan hadits, namun surat-surat R.A. Kartini kepada para sahabat Belandanya, terlihat bahwa aktivitas pergerakan seperti rapat umum, pemogokan, partai, demostrasi sama sekali belum ada. Kalaupun ada pidato, mogok – atau mépé abdi dalem di Kesul-tanan Yogyakarta – setuju, islamisme, serikat buruh, kursus, de-bat, dll., namun tidak memiliki arti apa-apa terhadap gerakan.

Faktor Penyebab

Perilaku radikal tidak disebabkan faktor tunggal, tapi kompleks (Setara Institute, 2010; dan Azra, 2005). Namun McCauley dkk. (2005) yang disebut pyramid model of radica-lization, menempatkan perilaku radikal sebagai tindakan yang dimunculkan seseorang atau sekelompok orang demi tujuan politik.

Teori ini menekankan radikalisasi dipandang tidak hanya sebagai sebuah entitas tapi juga dilihat sebagai sebuah proses yang dilalui seseorang. Proses menjadi radikal menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan itu dalam keya-kinan, perasaan, dan perilaku yang kesemuanya mengarah pada meningkatnya kekerasan karena kelompok dan munculnya ke-siapan untuk berkorban demi kelompoknya.

Radikalisasi menurut Sprinzak (dalam Demant, Slootman, Buijs, & Tille, 2008) tercermin proses delegitimasi. Hal itu ter-jadi ketika kepercayaan terhadap sistem menurun, menarik diri, tidak merasa sebagai bagian kelompok, dan tidak merasa seba-gai bagian dari masyarakat. Seiring proses radikal tersebut indi-

─ 10 ─ ─ 11 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

vidu makin mempersoalkan legitimasi pemerintah yang dipilih melalui mekanisme sah. Di saat yang sama, orang–orang yang dianggap sebagai bagian sistem tidak lagi dipandang (dehuma-nised) tetapi dianggap musuh. Proses ini diikuti keinginan dan niat besar untuk mengganti sistem yang ada. Umumnya, akhir dari proses perilaku radikal ini adalah niat untuk beralih pada tindakan brutal (violent action) yang dapat merenggut jiwa.

Pengukuran

Comrey dan Newmeyer (1965) menyusun skala perilaku radikal yang disebut radicalism-conservatism. Skala ini diba-ngun dari hasil analisis faktor terhadap 25 variabel sikap sosio-politik yang awalnya hampir 120 item. Skala yang terdiri dari dua bentuk A dan B ini berisi 63 item pernyataan yang disusun menurut skala Likert dengan rentang 1 (sangat setuju) hingga 8 (sangat tidak setuju). Adapun 13 variabel yang diukur dalam skala ini meliputi religiousity, pacifism, welfarism, anti-unionism, weak federal goverment, moral censorship, contraception, racial to-lerance, capital punishment, service to country, world government, dan service to the individual. Sebanyak 12 variabel lain yang ti-dak masuk dalam skala ini adalah population control pay based on ability, partisanship, social movement, fatalism, tradisional moral value, fascism, respect for age, indoctrination, belief in people, cul-tural ethnocentrism, dan educational for adjustment (Robinson & Shaver, 1974: 476).

Skala kecenderuangan perilaku radikal dalam tulisan ini dikembangkan dari Comrey dan Newmeyer (1965) dan Robin-son & Shaver (1974). Adaptasi skala Comrey dan Newmeyer,

dengan mengganti dan menambahkan item sehingga sesuai de-ngan kondisi masyarakat dan budaya lokasi penelitian. Adapta-si kedua dengan mengelompokkan ulang dimensi Comrey & Newmeyer dan Robinson & Shaver. Hasil adaptasi menemukan 12 dimensi baru: religiousity, khilafah, welfarism, fatalism, punish to government, moral censorship, population control, group, social movement, moral traditional, belief in people, dan educational for adjustment.

Faktor Psikologis

Faktor locus of control

Robbin (1998) menyebut locus of control berarti seberapa yakin seseorang mampu menguasai nasib mereka sendiri. Se-mentara Rotter (1996) menulis locus of control sebagai tinda-kan di mana individu menghubungkan peristiwa-peristiwa da-lam kehidupannya dengan kekuatan di luar kendalinya. Rotter (1996) membagi orientasi locus of control membagi dua: internal dan eksternal. Locus of control internal menganggap keterampil-an (skill), kemampuan (ability), dan usaha (effort) lebih menen-tukan apa yang diraih individu dalam hidup. Pengukuran locus of control dengan menggunakan skala yang diadaptasi dari skala Rotter.

Faktor self efficacy

Secara bahasa, self efficacy berarti kemanjuran atau kemuja-raban. Bandura (1997) mendefinisikan self efficacy sebagai keya-kinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengorgani-

─ 12 ─ ─ 13 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

sasikan dan melaksanakan serangkaian kegiatan yang dibutuh-kan untuk mengcapai apa yang dicanangkan. Zimmerman dan Cleary (2006) menyebut self efficacy berhubungan dengan ‘apa yang dapat dilakukan lebih dari sekedar penilaian tentang atri-but fisik atau psikologis dan bersifat spesifik secara kontekstual serta beragam dalam hal dimensi. Self efficacy meliputi tiga di-mensi: dimensi tingkat tugas (magnitude) [tingkat kesulitan tu-gas, dari sederhana, moderat, sampai sulit yang membutuhkan performa maksimal]; dimensi luas bidang tugas (generality) [ke-terhubungan satu tugas dengan tugas yang lain, dan luas bidang pekerjaan yang harus dihadapi, orang dengan self efficacy ting-gi hanya pada satu bidang tertentu, sementara ada yang dapat meliputi beberapa bidang sekaligus]; dimensi tingkat kekuatan (strength) [yakin mampu menjalankan tugas dan kemantapan individu terhadap keyakinannya; individu dengan self efficacy tinggi cenderung pantang menyerah, ulet dalam berusaha walau menghadapi rintangan].

Self efficacy hanya menyinggung satu tugas spesifik. Artinya seseorang mungkin memiliki self efficacy tinggi dalam satu tugas tetapi tidak pada tugas lain (Heslin dan Klehe, 2006). Karena itu, Bandura (2006) menegaskan bahwa dalam mengukur self efficacy, skala yang disusun harus sesuai dengan bidang (domain) yang menjadi objek kajian yang diminati dan berhubungan de-ngan faktor-faktor yang menentukan kualitas fungsi suatu bi-dang (domain) peminatan. Dalam tulisan ini, self efficacy diukur dengan menggunakan skala yang meliputi: keyakinan untuk bertahan dalam usaha menyelesaikan tugas; untuk meningkat-kan kemampuan; untuk mengendalikan diri dari keinginan-

keinginan yang lain demi tercapainya tujuan yang diukur berda-sarkan tingkat kesulitan tugas (magnitude), luas bidang perilaku (generality), dan kemantapan keyakinan (strength).

Faktor Self Esteem

Tanpa self esteem yang sehat, tulis Branden (2007), individu akan sulit mengatasi tantangan hidup. Self esteem mengandung nilai keberlangsungan hidup (survival value) yang menjadi ke-butuhan dasar manusia. Minchinton (1996) menyebut self es-teem sebagai penilaian terhadap diri sendiri. Ia merupakan tolak ukur seberapa baik seseorang menghargai diri sendiri, yang di-dasarkan pada kondisi yang ada pada dirinya.

Frey dan Carlock (1984) menulis self esteem terdiri dari dua komponen: self (diri) dan komponen afeksi. Komponen self (diri) merupakan komponen kognisi yang mencakup siapa dirinya, tujuan, cita-cita, kepercayaan, moral, dan nilai yang di-milikinya. Sedangkan komponen afeksi meliputi perasaan ter-hadap diri sendiri, baik positif maupun negatif. Dalam menilai diri, individu dengan self esteem tinggi diliputi penerimaan atau penghargaan yang baik.

Aspek self esteem tidak tunggal, ia kombinasi beragam sifat dan prilaku. Minchinton (1993) menyebut tiga aspek self es-teem. Pertama, perasaan mengenai diri sendiri. Mereka dengan harga diri tinggi akan menghormati dirinya dan meyakini bah-wa dirinya sosok penting. Tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain. Cenderung memaklumi dan memaafkan diri sendiri atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan yang dimiliki.

─ 14 ─ ─ 15 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Kedua, perasaan terhadap hidup. Kemampuan menerima tang-gung jawab atas hidup yang dijalaninya. Seseorang dengan self esteem tinggi menerima kondisi dengan ikhlas dan tidak menya-lahkan keadaan, lingkungan atau orang lain. Menyadari semua itu terjadi dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan karena faktor eksternal. Ketiga, hubungan dengan orang lain. Individu dengan self esteem tinggi akan memiliki toleransi dan penghargaan yang sama kepada semua orang dan mampu me-mandang hubungannya dengan orang lain secara lebih bijaksa-na.

Faktor social support

Danielson dkk., (1993) dan Nardi dan Pitr (2003) menye-but dukungan sosial merupakan dukungan yang dirasakan indi-vidu sehingga dia mampu merasakan arti dicintai, dihargai, dan diakui sehingga semua dukungan itu membuat dirinya men-jadi lebih berarti dan dapat mengoptimalkan potensi dirinya. Dukungan sosial yang terdiri dari tiga komponen: pengasuhan, pengakuan, dan keanggotaan (group membership).

Dukungan sosial dalam tulisan ini diukur dengan skala yang didasarkan dimenesi dukungan emosional, penghargaan/penilaian, jaringan, instrumental, dan kebersamaan. Sumber dukungan dalam tulisan ini berasal dari keluarga, kawan, orga-nisasi dan civitas akademika.

Faktor value conservatism

Sauri (2011), Dryarkara (1966: 38), Fraenkel (1977: 6), menyebut value sebagai ide atau hakekat berharga, benar dan adil, menjadi objek yang diinginkan, dikehendaki manusia karena menyenangkan dan menenangkan nurani. Suharto-no (2000) mengelompokkan nilai ke dalam 3 macam landasan filosofis: logika (benar-salah), estetika (indah-tidak indah), dan etika/moral (baik-buruk). Sedangkan Bastaman (1996) mem-buat kategori nilai berdasar pada sisi psikologis: makna hidup (the meaning of live), janji diri (self commitment), dan kegiatan terarah (directed activities). Demikian juga dengan value conser-vatism.

Pengukuran terhadap nilai mengalami pasang surut. Peng-ukuran nilai pertama kali dikenalkan Spranger (1928) bernama types of man. Skala ini, value conservatism, terutama ditujukan untuk mengidentifikasi tingkat konservatisme. Alat ukur ini kemudian dimodifikasi Allport, Vernon dan Lindzey dengan judul study of value. Inventori ini dirancang untuk mengukur keterkaitan enam hal mendasar dalam ketertarikan (interest), motivasi (motives), dan sikap (attitude) seseorang terhadap se-seuatu dalam hal; theoretical (ketertarikan dominan dalam men-cari kebenaran dengan kritis, empiris, rasional, dan intelektual); economic: keberfungsian dan praktis; mendekati stereotipe para pelaku bisnis umumnya); aesthetic (nilai tertinggi dalam ben-tuk dan harmoni; penilaian dan menikmati setiap pengalaman yang bersumber dari keanggunan, simetrisitas dan kesesuaian); social (awalnya diartikan cinta pada manusia, namun terakhir dipersempit maknanya pada altruisme dan philantropy); political

─ 16 ─ ─ 17 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

(tertarik pada kekuatan personal, pengaruh dan kemasyhuran, tidak dibatasi hanya pada lapangan politik saja); dan religious (merupakan mistis, tertarik pada kesatuan unit pengalaman, dan mencari penghayatan akan keberadaan kosmos secara ke-seluruhan).

Deskripsi Data dan Analisis Hasil Penelitian

Demografi

Jumlah populasi terpilih dalam penelitian ini adalah 8.000 orang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari 11 (se-belas) fakultas. Sampel diambil 5% (lima persen) dengan berim-bang dari tiap–tiap fakultas. Karakteristik sampel meliputi jenis kelamin, usia, fakultas, semester, IPK (Indek Prestasi Kumula-tif ), asal sekolah, organisasi yang diikuti, pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua, hobi, buku bacaan, dan idola.

Jumlah responden perempuan lebih banyak (54.2%) dari laki–laki (45.1%) dengan rentang usia terbentang 17-30 tahun, dengan usia responden terbanyak pada kisaran usia 18-22 ta-hun. Dari komposisi fakultas, mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) berjumlah 30 orang (3,7%), Fakultas Eko-nomi dan Bisnis (FEB) berjumlah 92 orang (11,3%), Fakultas Dirasah Islamiyah berjumlah 20 orang (2,5%), FIDKOM ber-jumlah 48 orang (5,9%), FISIP berjumlah 47 orang (5,8%), FITK berjumlah 296 (36,4%), FKIK berjumlah 32 orang (3,9%), FST berjumlah 92 orang (11,3%), Psikologi berjumlah 40 orang (4,9%), Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) berjum-

lah 91 orang (11,2%), Fakultas Ushuludin berjumlah 25 orang (3,1%).

Berdasarkan sebaran semester, responden penelitian ini umumnya sedang menjalani pendidikan di semester tiga, lima, dan tujuh dengan IPK bergerak antara 2.52-3.98 dalam skala 4, dan responden dengan IPK 3.00-3.51 sebagai yang terbany-ak. Gambaran asal sekolah sebelum terdaftar sebagai mahasiswa UIN Jakarta terlihat umumnya responden sebagian besar me-miliki latar belakang pendidikan SMU (46.9%), disusul Mad-rasah Aliyah (31.2%) dan Pesantren (13.1%).

Gambaran Perilaku Radikal

Gambaran perilaku radikal mahasiswa dapat dilihat dari ha-sil pengukuran yang menunjukkan skor tingkat perilaku radikal secara umum dari variabel perilaku radikal. Hasil analisis data, diketahui bahwa skor minimum variabel perilaku radikal ada-lah 16,741 dan nilai maksimum adalah 90,142, dengan standar deviasi 9,345. Data menggambarkan mahasiswa UIN Jakarta lebih didominasi oleh perilaku radikal yang tergolong rendah, sekitar 433 orang (53,19%). Sedangkan mahasiswa yang me-miliki skor radikal tinggi berjumlah 381 mahasiswa (46,81%).

Dimensi religius radicalism menunjukkan keinginan per-ubahan pola kehidupan menuju aktifitas kehidupan masyarakat yang didasarkan pada aktifitas keagamaan. Gambaran religius radicalism menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 12,667 dan nilai tertinggi adalah 66,905. Hal ini berarti bahwa skor religius radicalism yang paling rendah atau paling tidak radikal

─ 18 ─ ─ 19 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

berada pada nilai 12,667, sedangkan mahasiswa yang paling ra-dikal memiliki skor 66,905. Bila membandingkan dengan skor perilaku radikal secara umum, maka religius radicalism ternyata memiliki posisi jauh lebih rendah tingkat perilaku radikalnya. Hasil lebih detil dari dimensi religius radicalism menggambar-kan bahwa secara umum, mahasiswa yang berada dalam religius radicalism rendah lebih dominan dibanding dengan mahasiswa yang memiliki tingkat religius radicalism tinggi.

Dimensi khilafah Islamiyah adalah keinginan membentuk komunitas atau masyarakat dalam satu ikatan tunggal di bawah khilafah Islamiyah. Gambaran khilafah Islamiyah terlihat skor te-rendah atau paling tidak radikal adalah 19,891 dan skor terting-gi atau paling radikal adalah 69,223. Bila dibandingkan dengan perilaku radikal secara umum, khilafah Islamiyyah berada pada posisi yang lebih rendah. Hal ini berarti mahasiswa lebih tidak radikal untuk dimensi khilafah Islamiyah. Secara umum, maha-siswa UIN Jakarta memiliki tingkat perilaku radikal yang tinggi. Dengan kata lain, mahasiswa UIN Jakarta tergolong sebagai ke-lompok yang radikal untuk dimensi khilafah Islamiyah. Seba-gian besar mahasiswa UIN Jakarta menginginkan dibentuknya masyarakat berdasarkan khilafah Islamiyah. Hal ini tergambar pada persentase mahasiswa yang memiliki skor tinggi perilaku radikal lebih dominan dibandingkan dengan yang skor perilaku radikalnya rendah. Di mana skor khilafah Islamiyah yang rendah dimiliki oleh 45,80% mahasiswa sedangkan 54,20% mahasiswa tergolong radikal tingkat tinggi. Pada dimensi ini, mahasiswa UIN Jakarta memiliki keinginan yang tinggi untuk mewujud-kan komunitas yang dipimpin oleh khilafah.

Dimensi welfare perilaku radikal terkait dengan kesejah-teraan masyarakat, penghormatan pada kebijakan terhadap, penghargaan atas lansia, dan perlakuan yang adil atau seimbang pada kinerja warga masyarakat. Gambaran welfare perilaku radi-kal menunjukkan bahwa skor minimum adalah 24,11 dan skor maksimum adalah 72,94 dengan standar deviasi 10. Angka-angka ini menunjukkan bahwa bila dibandingkan dengan peri-laku radikal secara umum, tingkat perilaku radikal pada dimensi ini memiliki jangkauan yang lebih rendah. Pada dimensi welfare perilaku radikal, data menunjukkan bahwa secara umum maha-siswa UIN Jakarta tergolong ke dalam kelompok dengan ting-kat perilaku radikalyang rendah. Terlihat sekitar 498 (61,18%) mahasiswa UIN Jakarta berada pada skor rendah, sedang ma-hasiswa yang memiliki tingkat perilaku radikal welfare perilaku radikal tinggi berjumlah 316 orang (38,82%).

Dimensi fatalis perilaku radikal menunjukkan perilaku radikal dalam hal keikutsertaan dan kepedulian terhadap Ne-gara, termasuk di dalamnya adalah keterlibatan, kepedulian dan kesedian untuk berkorban demi Negara. Gambaran fatalis perilaku radikal terlihat bahwa skor minimum yang diperoleh adalah 32,625 dan maksimum adalah 80,294. Sementara, ting-kat perilaku radikal mahasiswa UIN Jakarta pada dimensi fatalis perilaku radikal menunjukkan jumlah mahasiswa yang memili-ki skor di bawah rata-rata adalah 412 orang (50,61%) dan skor di atas rata-rata berjumlah 402 orang (49,39%). Hal ini berarti, secara umum jumlah mahasiswa dengan tingkat perilaku radi-kaltinggi relatif sama dengan jumlah mahasiswa yang memiliki tingkat perilaku radikalrendah.

─ 20 ─ ─ 21 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Dimensi punish to goverment menunjukkan keinginan menunjukkan penolakan terhadap pemerintah karena kinerja yang dianggap tidak maksimal. Gambaran punish to goverment menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 32.219 dan nilai ter-tinggi adalah 73.261. Hal ini berarti bahwa skor punish to gover-ment yang paling rendah atau paling tidak radikal berada pada nilai 32,219, sedangkan mahasiswa yang paling radikal memili-ki skor 73,261. Data punish to goverment menggambarkan bah-wa secara umum, mahasiswa yang berada dalam kelompok ra-dikal rendah dan radikal tinggi seimbang. Sebanyak 408 orang (50,12%) tergolong radikal rendah, sedang yang tergolong radi-kal tinggi adalah 406 orang (49,88%).

Dimensi sensor moral perilaku radikal dari perilaku radikal menunjukkan keinginan akan adanya kontrol yang ketat akan kondisi atau kehidupan berdasar pada moral. Gambaran sen-sor moral perilaku radikal menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 27,383 dan nilai tertinggi adalah 61,455. Hal ini berarti bahwa skor sensor moral perilaku radikal yang paling rendah atau paling tidak radikal berada pada nilai 27,383, sedangkan mahasiswa yang paling radikal memiliki skor 61,455. Bila mem-bandingkan dengan skor perilaku radikal secara umum, maka sensor moral perilaku radikal ternyata memiliki posisi jauh lebih rendah tingkat perilaku radikalnya.

Data menggambarkan bahwa secara umum, mahasiswa yang berada dalam kelompok radikal tinggi lebih dominan atau lebih banyak porsinya dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tingkat sensor moral perilaku radikal rendah. Hal ini berarti, mahasisa UIN Jakarta tergolong radikal dalam hal sen-

sor moral pada kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, ma-hasiswa memiliki keinginan menerapkan aturan ketat atas dasar moral. Seperti aturan menutup aurat di tempat umum, terlebih bagi pesohor yang tampil di depan publik.

Dimensi population control perilaku radikal menunjukkan keinginan atau usaha mengontrol jumlah populasi penduduk. Di antara usaha kontrol terhadap populasi adalah penerapan program keluarga berencana, penggunaan alat kontrasepsi, dll. Gambaran population control perilaku radikal menunjukkan bahwa nilai terendah adalah 31,841 dan nilai tertinggi adalah 73,517. Ini berarti bahwa skor population control perilaku ra-dikal yang paling rendah atau paling tidak radikal berada pada nilai 31,841, sedangkan mahasiswa yang paling radikal memili-ki skor 73,517.

Dimensi population control perilaku radikal menggambar-kan bahwa secara umum, mahasiswa yang berada dalam kelom-pok radikal rendah lebih dominan atau lebih banyak porsinya dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tingkat popu-lation control perilaku radikal tinggi. Jumlah mahasiswa yang memiliki perilaku radikal rendah adalah 532 orang atau setara dengan 65,46%, hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang tergabung dalam kelompok perilaku radikal tinggi yang berjumlah 282 orang atau setara dengan 34,65%. Ini berarti, mahasiswa UIN Jakarta secara umum kurang memiliki keingin-an untuk melakukan perubahan terhadap aktifitas untuk mela-kukan kontrol terhadap jumlah penduduk Indonesia. Dengan kata lain, mahasiswa UIN Jakarta tidak menolak dengan pro-gram keluarga berencana dan penggunaan alat kontrasepsi.

─ 22 ─ ─ 23 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Dimensi perilaku radikal kelompok menunjukkan ke-inginan menolak terhadap kelompok lain, yang diwujudkan ke dalam aktifitas pemilihan pemimpin yang harus berasal dari kelompok sendiri, dan menolak pemimpin yang berasal dari kelompok lain. Dibandingkan dengan perilaku radikal secara umum, perilaku radikal kelompok ini ternyata memiliki posisi lebih rendah. Data perilaku radikal kelompok menggambarkan bahwa secara umum, mahasiswa yang berada dalam kelompok radikal rendah lebih dominan atau lebih banyak porsinya di-bandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tingkat perilaku radikal kelompok tinggi.

Dimensi social movement perilaku radikal menunjukkan keinginan akan adanya perubahan pola yang cepat atas kondisi masyarakat. Data social movement perilaku radikal menggam-barkan bahwa secara umum, mahasiswa yang berada dalam ke-lompok radikal rendah lebih dominan atau lebih banyak por-sinya dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tingkat social movement perilaku radikal tinggi. Mahasiswa yang memi-liki skor di atas mean adalah berjumlah 447 orang (54,91%), data ini lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang tergolong dalam radikal tingkat tinggi. Jumlah mahasiswa yang tergolong radikal tinggi dalam perubahan secara cepat yang ber-jumlah 367 orang (45,09%).

Dimensi moral tradisi perilaku radikal menunjukkan ke-inginan menerapkan nilai-nilai tradisi untuk mengatur tata kehidupan masyarakat. Karena nilai-nilai tradisi diyakini me-miliki banyak kelebihan dibandingkan dengan yang sekarang ini beredar di masyarakat. Dengan kata lain, nilai-nilai yang se-

karang digunakan dimasyarakat adalah nilai-nilai modern dan menimbulkan dampak yang negatif.

Data moral tradisi perilaku radikal menggambarkan bahwa secara umum, mahasiswa yang berada dalam kelompok radikal rendah lebih dominan atau lebih banyak porsinya dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki tingkat Moral Tradisi Perilaku radikal tinggi. Perbandingan tersebut adalah jumlah mahasis-wa yang tergolong dalam kelompok radikal rendah adalah 422 orang (51,10%), sedangkan yang termasuk dalam kelompok ra-dikal tinggi adalah 392 orang (48,16%). Dengan kata lain, ma-hasiswa UIN Jakarta termasuk ke dalam kelompok yang radikal.

Dimensi belief in people perilaku radikal menunjukkan ke-inginan untuk menaruh kepercayaan pada orang lain. Bila di-mensi ini memiliki skor tinggi, berarti, menunjukkan tingkat kepercayaan yang rendah terhadap orang lain. Mahasiswa cen-derung tidak percaya kepada orang lain, rasa curiga mendomi-nasi. Bila membandingkan dengan skor perilaku radikal secara umum, maka belief in people ternyata memiliki posisi jauh lebih rendah tingkat perilaku radikalnya. Secara lebih detil, belief in people menggambarkan bahwa secara umum, mahasiswa yang berada dalam kelompok radikal rendah lebih dominan atau le-bih banyak porsinya dibandingkan dengan mahasiswa yang me-miliki tingkat belief in people perilaku radikal tinggi. Sebanyak 413 orang (50,74%) tergolong kelompok radikal tinggi, yang tergolong radikal rendah berjumlah 399 orang (49,26%).

Dimensi educational for adjusment menunjukkan tingkat keinginan untuk menempatkan ajaran agama dalam ranah pen-didikan. Ajaran agama harus menjadi landasan dalam pendidik-

─ 24 ─ ─ 25 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

an yang termaktub dalam aktifitas pelajaran, kurikulum, hingga teknis pemberian materi pelajaran. Bila membandingkan de-ngan skor perilaku radikal secara umum, maka educational for adjusment ternyata memiliki posisi yang lebih rendah.

Data dimensi educational for adjusment menggambarkan, secara umum mahasiswa yang berada dalam kelompok radikal tinggi lebih dominan. Proporsi 365 orang (44,84%) tergolong kelompok radikal rendah, sedang yang memiliki radikal yang tinggi berjumlah 459 orang (45,16%). Ini menunjukkan, secara umum dimensi educational for adjustment perilaku radikal ma-hasiswa UIN Jakarta tergolong radikal.

Gambaran Skor Variabel Independen

Faktor locus of control terbagi menjadi 2 (dua): internal dan eksternal. Tipe internal merupakan perilaku yang menempat-kan diri sendiri sebagai pribadi yang bertanggung jawab atas suatu kejadian yang menimpa dirinya. Gambaran kategori locus of control mahasiswa UIN Jakarta memberikan makna bahwa jumlah mahasiswa yang tergolong ke dalam kelompok rendah dan internal adalah 392 orang (48,16%), sedang yang tergolong memiliki skor di atas rata-rata dan eksternal adalah 422 orang (51,84%). Hal ini berarti bahwa sebagain besar mahasiswa UIN Jakarta adalah mahasiswa yang eksternal.

Value konservatisme merupakan variabel yang menjelas-kan tentang perilaku yang yang didasari nilai-nilai konservatif dan menekankan pada pemenuhan aturan tradisional yang be-rasal dari ajaran-ajaran terdahulu yang diwariskan secara turun

menurun. Gambaran kategori value konservatisme mahasiswa UIN Jakarta menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang ter-golong kelompok rendah adalah 392 orang (48,16%) dan yang tergolong tinggi adalah 422 orang (51,84%). Ini berarti sebagi-an besar mahasiswa UIN Jakarta adalah mahasiswa yang memi-liki value conservatism tinggi.

Variabel self efficacy (keyakinan diri) merupakan tingkat kepercayaan individu akan kemampuan dirinya dalam menye-lesaikan masalah dan mengatasi hambatan. Semakin tinggi skor variabel ini, semakin yakin akan kemampuannya, sebaliknya bila semakin rendah, semakin lemah atau semakin tidak yakin orang tersebut dengan kemampuannya sendiri. Data tingkat self efficacy mahasiswa UIN Jakarta menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki skor di bawah rata-rata adalah 449 orang (55,16%), sedangkan di atas rata-rata berjumlah 365 orang (44,84%). Ini berarti mahasiswa UIN Jakarta didominasi oleh mahasiswa dengan keyakinan diri yang rendah atau me-rasa kurang yakin akan kemampuan dirinya dalam mengatasi masalah.

Variabel self esteem atau kebanggan diri menunjukkan ting-kat penerimaan terhadap diri sendiri. Penerimaan diri, baik ke-lebihan maupun kekurangan, merupakan awal bagi munculnya rasa bangga atau kecewa akan pada diri. Semakin tinggi skor pada variabel ini, berarti individu tersebut mau menerima se-gala kekurangan dan kelebihan yang ada. Sebaliknya, semakin rendah, maka kecewa akan diri akan muncul karena tidak dapat menerima segala kekurangan dan tidak puas akan apa yang telah dicapai.

─ 26 ─ ─ 27 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Data tingkat self esteem mahasiswa UIN Jakarta menun-jukkan bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki skor di bawah mean adalah 460 orang (56,51%), sedang yang memiliki skor di atas rata-rata berjumlah 354 orang (43,49%). Ini menggambar-kan mahasiswa UIN Jakarta sebagian besar tidak puas dan tidak bangga akan dirinya. Kekecewaan akan prestasi atau kondisi diri lebih dominan muncul di lingkungan mahasiswa UIN Jakarta.

Variabel social support menunjukkan tingkat kepedulian dan dukungan orang-orang sekitar terhadap kondisi atau per-masalahan yang dihadapi individu. Apakah orang tua, keluar-ga, teman, dan dosen. Skor social support tinggi menunjukkan orang-orang disekitar memberi perhatian, demikian juga se-baliknya. Gambaran tingkat social support menunjukkan bah-wa jumlah mahasiswa yang memiliki skor di bawah rata-rata berjumlah 457 orang (56,514%), sedang yang memiliki skor tinggi berjumlah 357 orang (43,49%). Ini menggambarkan ma-hasiswa UIN Jakarta sebagian besar kurang mendapat dukung-an dan perhatian dari lingkungan sekitar. Mereka yang merasa mendapat dukungan keluarga rendah 520 orang (63,88%) dan hanya 290 orang (36,12%) yang mendapat dukungan keluarga yang baik. Dukungan dari teman juga didominasi oleh dukung-an yang rendah, 461 orang (56,63%) berbanding dengan 353 orang (44,37%) yang tinggi. Dukungan dosen juga rendah 436 orang (53,80%) berbanding 378 orang (46,20%) baik infor-masi, dukungan emosi, maupun akses informasi. Meski sama-sama rendah, dukungan dosen masih lebih tinggi (378 orang, 46,20%) dibanding dukungan teman (353 orang, 44,37%), dukungan keluarga (290 orang, 26,12%).

Uji Hipotesis Penelitian

Varians atau besaran kontribusi dari setiap independen va-riabel adalah 26,9%. Dengan kata lain bahwa seluruh variabel independen yang terdiri dari self esteem, value conservatism, social support, self efficacy dan locus of control memilliki pengaruh sebe-sar 26,9% terhadap perilaku radikal mahasiswa. Tinggi rendah-nya tingkat tendensi perilaku radikal mahasiswa UIN Jakarta dipengaruhi kelima variabel, yang juga faktor-faktor psikilogis tersebut, sedang 74,6% perubahan perilaku perilaku radikal mahasiswa disebabkan hal lain di luar penelitian ini.

Hipotesis penelitian diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan dari variabel faktor psikologis self esteem, value conservatism, social support, self efficacy, dan locus of control terhadap perilaku radikal dilakukan dengan perhitungan mul-tipel regresi. Data hasil perhitungan menunjukkan pengaruh seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap pe-rilaku radikal adalah signifikan pada level 0,000 dengan nilai F (59,355). Ini berarti perubahan pada independen akan memberi efek atau perubahan pula pada perilaku radikal. Mempengaruhi secara positif berarti semakin tinggi variable faktor psikologis akan semakin tinggi perilaku radikal, demikian sebaliknya.

Analisis pengaruh setiap faktor psikiologis [self esteem, value conservatism, social support, self efficacy, dan locus of control] yang menjadi independen variabel terhadap perilaku radikal sebagai dependen variabel dengan memperhatikan koefisien regresi tiap independent variabel. Jika nilai absolut dari t> 1.96 maka koefi-sien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa masing-ma-

─ 28 ─ ─ 29 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

sing faktor psikologis tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku perilaku radikal.

Tabel 4.46Pengaruh Independent Variabel terhadal Dependent Varia-

bel

ModelB

Unstandardized Coefficients

Standard-ized Coef-

ficients T Sig.Std. Er-

ror Beta

1 (Constant) 6.611 3.591 1.841 .066LOC .057 .039 .055 1.444 .149KONSERVATIF .233 .037 .207 6.297 .000EFFICACY .165 .038 .162 4.310 .000SOS_SUPPORT .403 .040 .380 10.160 .000ESTEEM .010 .037 .009 .265 .791

Dependent Variabel: Radikal

Persamaan regresi yang dapat disusun adalah:

Perilaku radikal = 7,289 + 0,52*LoC + 0,242*Konservatif + 0,160*Self efficacy + 0,392*Dukungan So-sial + 0,010*Self esteem

Data menunjukkan dari lima variabel faktor psikologis yang memiliki pengaruh terhadap perilaku radikal mahasiswa, hanya 3 variabel yang signifikan pengaruhnya: value conserva-tism, self efficacy, dan social support. Dua variabel lain, locus of control dan self esteem, tidak berpengaruh signifikan.

Pertama, locus of control. Koefisien regresi pengaruh locus of control menunjukkan koefien 0,57 dengan nilai t 1,44 dan

nilai signifikan berada pada posisi 0,149. Ini berarti walaupun pengaruh variabel ini positif, tetapi tidak signifikan (t< 1,98,dan sig > 0,05). Berarti perubahan pada locus of control tidak menye-babkan perubahan pada perilaku radikal.

Kedua, value conservatism, koefisien regresi pengaruh value conservatism adalah 0,233 dengan nilai t6,297 dangn nilai signi-fikansi kepercayaan adalah 0,00. Ini berarti valuee conservatism memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada perilaku radikal (t>1,96 dan sign <0,0%). Perubahan yang terjadi pada value conservatism akan memberi dampak pada perubahan pe-rilaku radikal. Semakin value conservatism seorang mahasiswa, maka akan semakin radikal perilakunya, demikian pula seba-liknya.

Koefisien regresi pengaruh self efficacy sebesar 0,165 de-ngan nilai t sebesar 4,310 dan nilai signifikansi 0,00. Ini berarti pengaruh self efficacy terhadap perilaku radikal adalah positif dan signifikan. Perubahan tingkat self efficacy memberi penga-ruh pada perilaku radikal. Semakin tinggi self efficacy seseorang, akan semakin radikal perilakunya, demikian sebaliknya.

Koefisien regresi dukungan sosial adalah 0,403 dan nilai t 10,160 dengan nilai signifikansi kepercayaan adalah 0,00. Data ini menunjukkan bahwa dukungan sosial memberi pengaruh yang positif dan signifikan pada perilaku radikal (t>1,96 dan sign <0,0%). Perubahan yang terjadi pada dukungan sosial memberi dampak pada perubahan perilaku radikal. Semakin tinggi dukungan sosial seorang mahasiswa, akan semakin radi-kal perilakunya, demikian pula sebaliknya.

─ 30 ─ ─ 31 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Koefisien regresi pengaruh self efficacy sebesar 0,01 dengan nilai t sebesar 0,265 dan nilai signifikansi 0,791. Ini berarti pe-ngaruh self efficacy terhadap perilaku radikal adalah positif dan tetapi tidak signifikan. Perubahan tingkat self efficacy tidak akan memberi ipengaruh pada perilaku radikal. Perilaku radikal tidak ditentukan oleh adanya perubahan pada tinggi rendahnya self esteem mahasiswa.

Kontribusi setiap factor psikologi terhadap dependen va-riabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.47Proporsi varian

Mo-del

R RSquare

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change StatisticsR Square Change

F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .097a .010 .008 9.305908 .010 7.792 1 812 .005

2 .299b .090 .087 8.927360 .080 71.323 1 811 .0003 .419c .175 .172 8.502652 .086 84.043 1 810 .0004 .518d .269 .265 8.011680 .093 103.319 1 809 .0005 .518e .269 .264 8.016288 .000 .070 1 808 .791Predictors: (Constant), (1) locus of control, (2) value conservatism, (3) self-efficacy, (4) social support, (5) self esteem.

Sebagaimana data dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel locus of control menyumbang sebesar 1%; value conservatism menyumbang sebesar 8%; variabel self efficacy me-nyumbang sebesar 8,6%; variabel social support menyumbang sebesar (9,3%); sedangkan variabel self esteem tidak memiliki kontribusi (0%) terhadap perilaku radikal mahasiswa. Besaran sumbangan variabel social support tertinggi, disusul variabel self

efficacy dan value consertavism terhadap perubahan perilaku ra-dikal mahasiswa.

Uji Hipotesis Pengaruh Tiap Faktor Psikologis ter-hadap Dimensi Perilaku radikal

Uji hipotesis tiap faktor psikologis seperti locus of control, value consertavism, self efficacy, social support, dan self esteem se-bagai independen variabel dapat dilihat pengaruhnya pada di-mensi atau bentuk perilaku radikal sebagai dependen variabel. Dimensi perilaku radikal dalam penelitian ini berjumlah 12 (dua belas): religious; facism (world unity, khilafah Islamiyah); welfarism; fatalism; weak government atau punish to government; moral censorship; population control, racial tolerance, rapid social change/movement radicalism, moral traditional values, belief in people, dan educational for adjustment. Pengaruh dari seluruh in-dependen variabel terhadap setiap bentuk perilaku radikal ada-lah sebagai berikut.

a. Dimensi perilaku radikal religius

Data menunjukkan pengaruh faktor psikologis self esteem, value conservatism, social support, self efficacy, dan locus of cont-rol sebagai variabel independen signifikan dengan nilai F 9,023 dengan nilai signifikansi 0,00 (<0,05). Hal ini berarti kelima faktor psikologis di atas secara bersama-sama mempengaruhi tinggi rendahnya perilaku religius radicalism. Distribusi varians pengaruh masing-masing variabel faktor psikologis adalah: va-riabel locus of control tidak berpengaruh signifikan; value conser-

─ 32 ─ ─ 33 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

vatism memberi pengaruh signifikan dengan koefisien sebesar 0,079 dan berada pada signifikansi 0,04 (<0,05); variabel self ef-ficacy memiliki koefisien sebesar -.052, tetapi pengaruh ini tidak signifikan; variabel social support tidak berpengaruh signifikan; dan variabel self esteem memiliki koefisien sebesar 0,139 dengan nilai signifikansi 0,00 (,0,05). Dengan demikian, mahasiswa UIN Jakarta semakin memiliki value conservatism dan self effica-cy, semakin memiliki perilaku religious radicalism.

b. Dimensi Perilaku radikal Khilafah Islamiyyah

Pengaruh seluruh variabel independen terhadap perilaku radikal khilafah Islamiyyah signifikan dengan nilai F =7,118 de-ngan signifikansi 0,00 (<0,05). Ini berarti tinggi-rendahnya se-luruh faktor psikologis mempengaruhi perilaku perilaku radikal khilafah Islamiyyah. Secara terperinci, pengaruh signifikan dari masing-masing variabel adalah: variabel locus of control memberi pengaruh yang signifikan terhadap perubahan perilaku radikal khilafah Islamiyyah, dengan nilai koefisien sebesar 1,45 dengan nilai t 3,539 (>1,96) dan nilai signifikansi 0,00 (<0,05). Sema-kin eksternal locus of control mahasiswa maka semakin radikal keinginannya mendirikan khilafah Islamiyah, demikian sebalik-nya; value conservatism, self efficacy dan self esteem tidak memiliki pengaruh signifikan; variabel social support berpengaruh signifi-kan dengan koefisien 0,123 dan nilai t 3,00 (>1,96) dan nilai signifikansi 0,003 (<0,005) terhadap perilaku radikal khilafah Islamiyyah.

c. Dimensi Perilaku radikal Welfare

Data menunjukkan pengaruh dari seluruh faktor psikolo-gis sebagai variabel independen adalah signifikan dengan nilai F =9,937 dan nilai signifikansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti bahwa tinggi rendahnya secara bersama-sama variabel self esteem, value conservatism, social support, sel efficacy, dan lo-cus of control mempengaruhi tinggi rendahnya perilaku perilaku radikal welfare. Namun, data menunjukkan bahwa dari seluruh faktor psikologis yang ada, hanya variabel locus of control, self efficacy, dan social support yang signifikan nilai terhadap perilaku radikal welfare. Variabel locus of control memberi pengaruh sig-nifikan dengan nilai koefisien sebesar 0,96 dengan nilai t 2,009 (>1,96) dan nilai signifikansi 0,00 (<0,05); variabel self efficacy berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,17, nilai F=3,711 , signifikansi=0,00; variabel social support berpengaruh signifikan dengan koefisien 0,149 dan nilai t 3,087 (>1,96) dan nilai sig-nifikansi 0,002 (<0,005).

d. Variabel Perilaku radikal Fatalis

Data menunjukkan pengaruh seluruh faktor psikologis sebagai variabel independen adalah signifikan dengan nilai F =66,398 dan nilai signifikansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti bahwa tinggi rendahnya secara bersama-sama variabel self esteem, value conservatism, social support, sel efficacy, dan locus of control mempengaruhi tinggi rendah perilaku perilaku radikal fatalis. Namun, dari seluruh variabel yang ada, hanya value con-servatism, self efficacy, social support, dan self esteem. Bahwa value

─ 34 ─ ─ 35 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

conservatism berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,069, nilai t=2,057, dan nilai signifikansi=0,040; variabel self efficacy berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,196, nilai F=5,624; signifikansi=0,00; variabel sosial support berpengaruh signifikan dengan koefisien =0,349 dan nilai t=9,659 (>1,96) dan nilai signifikansi=0,000 (<0,005); variabel self esteem berpengaruh signifikan dengan koefisien= -0,087, nilai t=-2,575, dan nilai signifikansi=0,010 tinggi rendah tingkat perilaku radikal fatalis.

e. Variabel Perilaku radikal Punish to Government

Data menunjukkan pengaruh seluruh variabel indepen-den variabel adalah signifikan dengan nilai F =30,075 dan nilai signifikansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti bahwa secara bersama-sama self esteem, value conservatism, social support, self efficacy, dan locus of control mempengaruhi perilaku perilaku ra-dikal punish to government. Namun, data menunjukkan bahwa hanya locus of control, value conservatism, self efficacy, dan social support yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku radikal punish to government. Bahwa variabel locus of control berpe-ngaruh signifikan dengan koefisien sebesar 0,23 dengan nilai t 0,737 (<1,96) dan nilai signifikansi 0,462(>0,05); variabel value conservatism berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,119; nilai t=4,013, dan signifikansi=0,000; variabel self efficacy berpe-ngaruh signifikan dengan koefisien=0,095, nilai F=7,368, signi-fikansi=0,00; variabel social support berpengaruh signifikan de-ngan koefisien= 0,233 dan nilai t= 7,368, dan nilai signifikansi =0,00 terhadap perilaku perilaku radikal punish to government.

f. Variabel Perilaku radikal Sensor Moral

Data menunjukkan pengaruh seluruh independen va-riabel adalah signifikan dengan nilai F =15,634 dan nilai sig-nifikansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti bahwa secara bersama-sama self esteem, value conservatism, social support, self efficacy, dan locus of control mempengaruhi perilaku perilaku radikal dalam sensor moral. Namun, data menunjukkan bah-wa hanya self esteem, value conservatism, self efficacy, dan social support yang berpengaruh signifikan. Bahwa variabel self esteem berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,065, nilai t=-2,168, dan signifikansi=-0,030. Variabel locus of control berpengaruh signifikan dengan nilai koefisien sebesar 0,044 dengan nilai t 1,38 (<1,96) dan nilai signifikansi 0,168 (>0,05); Variabel value conservatism berpengaruh signifikan dengan nilai koefisien se-besar 0,041 dengan nilai t= 1,379 (<1,96) dan nilai signifikansi 0,168 (>0,05); variabel self efficacy berpengaruh signifikan de-ngan koefisien=-0,81, nilai F=-2,60, signifikansi=0,009). Penga-ruh self efficacy adalah negatif, ini berarti memiliki perbandingan terbalik. Semakin tinggi nilai self esteem seseorang maka semakin rendah tingkat radikalnya, demikian sebaliknya. Variabel social support berpengaruh signifikan dengan koefisien= -0,096, nilai t= -2,996(>1,96) dan nilai signifikansi= 0,003 (<0,005). Koefi-sien negatif ini berarti menunjuk adanya pengaruh sebaliknya. Semakin kuat social support semakin lemah perilaku perilaku ra-dikal, demikian sebaliknya.

─ 36 ─ ─ 37 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

g. Variabel Perilaku radikal Population Control

Data menunjukkan pengaruh seluruh variable independen adalah signifikan dengan nilai F =9,937 dan nilai signifikansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti bahwa secara bersama-sa-ma locus of control, value conservatism, self efficacy, social support, dan self esteem mempengaruhi perilaku perilaku radikal popu-lation control. Variabel yang berpengaruh signifikan adalah lo-cus of control, self efficacy, dan social support terhadap perubahan population control. Variabel locus of control berpengaruh signifi-kan dengan nilai koefisien sebesar 0,096 dengan nilai t=2,009 (>1,96) dan nilai signifikansi =0,045 (<0,05). Variabel self effi-cacy berpengaruh dengan koefisien=0,172, nilai F=3,711, sig-nifikansi=0,00. Variabel social support berpengaruh dengan koefisien=0,149 dan nilai t=3,087(>1,96) dan nilai signifikansi 0,002 (<0,005). Variabel self esteem berpengaruh dengan koefi-sien=0,082, nilai t=1,821,dan signifikansi=0,069.

h. Variabel Perilaku radikal Kelompok

Data menunjukkan pengaruh dari seluruh independen va-riabel adalah signifikan dengan nilai F =10,674 dan nilai signifi-kansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti secara bersama-sama self esteem, value conservatism, social support, self efficacy, locus of control mempengaruhi perilaku perilaku radikal kelompok. Data menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terha-dap variabel perilaku radikal kelompok hanya self esteem, value conservatism, locus of control, self efficacy, social support. Variabel self esteem berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,101, nilai

t=2,937,dan signifikansi=0,03. Variabel value conservatism ber-pengaruh signifikan dengan koefisien= 0,078, nilai= 2,281, dan signifikansi= 0,023. Variabel locus of control berpengaruh signi-fikan dengan nilai koefisien sebesar 0,123 dengan nilai t=3,367 (>1,96) dan nilai signifikansi =0,01 (<0,05). Variabel self efficacy berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,019, nilai F=0,526, signifikansi=0,599. Sedang variabel social support berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,047 dan nilai t=1,282(<1,96) dan nilai signifikansi 0,200 (>0,005).

i. Variabel Perilaku radikal Social Movement

Data menunjukkan pengaruh seluruh independen variabel adalah signifikan dengan nilai F =23,208 dan nilai signifikansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti secara bersama-sama self esteem, value conservatism, social support, self efficacy, locus of cont-rol mempengaruhi perilaku perilaku radikal social movement. Variabel-variabel yang berpengaruh dengan nilai signifikan ada-lah self esteem, locus of control, value conservatism, self efficacy, dan social support. Variabel self esteem berpengaruh signifikan dengan koefisien=-0,013, nilai t=-0,43, dan signifikansi=0,665. Varia-bel locus of control berpengaruh dengan koefisien = 0,48 dengan nilai t=1,498 (<1,,96) dan nilai signifikansi =0,135 (>0,05). Variabel value conservatism berpengaruh signifikan dengan koe-fisien=0,199, nilai=6,683, dan signifikansi=0,000. Variabel self efficacy berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,099, nilai F=3,205, signifikansi=0,001. Variabel social support berpenga-ruh signifikan dengan koefisien=0,125, nilai t=3,903 (>1,96) dan nilai signifikansi 0,000 (<0,005).

─ 38 ─ ─ 39 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

j. Variabel Perilaku radikal Moral Tradisi

Data menunjukkan pengaruh seluruh independen variabel adalah signifikan dengan nilai F =16,73 dan nilai signifikansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti secara bersama-sama self esteem, value conservatism, social support, self efficacy, locus of cont-rol mempengaruhi perilaku perilaku radikal moral tradisi. Data juga menunjukkan bahwa hanya self esteem, locus of control, self efficacy, dan social support yang berpengaruh. Variabel self esteem berpengaruh signifikan dengan koefisien=0012, nilai t=0,340, dan signifikansi=0,734. Variabel value conservatism berpengaruh signifikan dengan koefisien= 0,185, nilait= 5,315 dan signifi-kansi= 0,000. Variabel locus of control berpengaruh yang de-ngan nilai koefisien= 0,04, nilai t=1,145, dan nilai signifikan-si =0,253. Variabel self efficacy berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,105, nilait=2,936, signifikansi=0,003. Dan variabel social support berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,131, nilai t=3,519 dan nilai signifikansi=0,000.

k. Variabel Perilaku radikal Belief in People

Data menunjukkan pengaruh seluruh independen variabel adalah signifikan dengan nilai F =6,397 dan nilai signifikansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti bahwa secara bersama-sa-ma self-esteem, value conservatism, social support, self efficacy, dan locus of control mempengaruhi perilaku perilaku radikal belief in people. Di antara variable yang berpengaruh signifikan nilainya adalah locus of control, value conservatism, self efficacy, self esteem, dan social support. Variabel locus of control berpengaruh signifi-

kan dengan nilai koefisien= 0,06, nilai t=0,122, dan nilai signifi-kansi =0,903. Variabel value conservatism berpengaruh signifikan dengan koefisien=-0,026, dan nilai t=-0,573, serta signifikan-si=0,567. Variabel self efficacy berpengaruh signifikan dengan ni-lai koefisien=-0,067, nilait=-1,432, signifikansi=0,153. Variabel self esteem berpengaruh signifikan dengan nilai koefisien=0,111, nilai t=2,426, dan signifikansi=0,016. Dan variabel social sup-port berpengaruh signifikan dengan nilai koefisien=-0,102, nilai t=-2,100 dan nilai signifikansi=0,0036.

l. Variabel Perilaku radikal Educational For Adjust-ment

Data menunjukkan pengaruh seluruh independen variabel adalah signifikan dengan nilai F =13,321 dan nilai signifikansi berada pada 0,00 (<0,05). Ini berarti secara bersama-sama self esteem, value conservatism, social-support, self-efficacy, dan locus of control mempengaruhi perilaku perilaku radikal educational for adjusment. Namun, hanya variabel self esteem, locus of control, value conservatism, self efficacy, self esteem, dan social support yang berpengaruh signifikan. Variabel self esteem berpengaruh signi-fikan dengan koefisien=0,044, nilai t=1,307, dan signifikan-si=0,192. Variabel locus of control berpengaruh signifikan dengan koefisien= 0,089, nilai t=2,480, dan nilai signifikansi =0,013. Variabel value conservatism berpengaruh signifikan dengan koe-fisien= 0,157, nilait=4,654 dan signifikansi=0,000. Variabel self efficacy berpengaruh signifikan dengan koefisien=-0,075, ni-lait=-2,164, signifikansi=0,031. Tanda negatif pada koefisien ini menunjukkan pengaruh terbalik. Semakin tinggi self esteem se-

─ 40 ─ ─ 41 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

seorang, akan semakin tidak radikal perilakunya. Variabel social support berpengaruh signifikan dengan koefisien=0,151, nilai t=4,175 dan nilai signifikansi=0,000.

Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Perilaku Ra-dikal

Peta data pengaruh setiap faktor-faktor psikologis seba-gai variabel independen seperti self esteem, value conservatism, social-support, self-efficacy, dan locus of control terhadap perilaku radikal seperti religiosity, facism, world government (world unity, khilafah), welfarism, fatalism, weak government, moral censorship, population control, racial tolerance, rapid social change, moral tra-ditional values, belief in people, dan educational for adjustment sebagai variabel independen terdapat pada tabel di bawah:

Tabel 4.71Resume pengaruh IV terhadap DV

No Jenis Radikal Locus of control Value Self

efficacyDukungan

SosialSelf

Esteem1 Radikal (secara umum) X V V V X2 Religius X V X X V3 Welfare V X V V X4 World Unity (Khalifah Islamiyyah) V X X V X5 Fatalis X V V V V6 Punish to Government X V V V X7 Moral Censor X X V V V8 Population Control V X V V X9 Group/racial change V V X X V10 Social movement X V V V X11 Moral Tradition X V V V X12 Belief in people X X X V V13 Educational for Adjustment V V V V X

V: Pengaruh yang signifikanX: Tidak Berpengaruh

Tabel di atas menunjukkan data bahwa:

Pertama, variabel locus of control tidak berpengaruh signifi-kan terhadap perilaku radikal secara umum, namun berpenga-ruh signifikan terhadap dimensi atau bentuk perilaku radikal seperti welfare, khalifah Islamiyyah, population control, group/racial change, dan pada educational for adjustment.

Kedua, variabel value conservatism memiliki pengaruh yang signifikan pada perilaku radikal secara umum, namun berpe-ngaruh signifikan terhadap religious, fatalist, punish to govern-ment, group/racial change, social movement, moral tradition, dan education for adjustment.

Ketiga, variabel self efficacy memiliki pengaruh yang signi-fikan terhadap perilaku radikal secara umum. Juga berpengaruh signifikan pada dimensi radikal seperti welfare, fatalist, punish-ment to government, moral censor, population to control, social mo-vement, moral tradition, dan education for adjustment.

Keempat, variabel social support berpengaruh signifikan terhadap perilaku radikal secara umum, juga berpengaruh kepa-da perilaku radikal seperti welfare, khalifah Islamiyyah, fatalist, punish to government, moral censor, population to control, social movement, moral tradition, belief in people, dan education for ad-justment.

Kelima, variabel self esteem berpengaruh kepada perilaku radikal secara umum, juga berpengaruh signifikan terhadap reli-gious, fatalist, moral censor, grop/racial change, dan belief in people.

─ 42 ─ ─ 43 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang faktor-faktor psikologis terhadap perilaku radikal mahasiswa UIN Jakarta ini yaitu: (1) Faktor-faktor psikologis seperti lo-cus of control, value conservatism, self efficacy, social support, dan self esteem secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku radikal. (2) Faktor-faktor psikologis seperti locus of control, value conservatism, self efficacy, social support, dan self esteem memiliki pengaruh signifikan terhadap jenis/bentuk perilaku radikal mahasiswa UIN Jakarta yang meliputi religious, khilafah Islamiyyah, welfare, fatalist, punish to government, moral censor, population control, gropup/racial change, social movement, moral tradition, belief in people, dan educational for adjustment radicalism. (3) Faktor psikologis yang memiliki pengaruh signi-fikan terhadap perilaku radikal secara umum yaitu value conser-vatism, self efficacy, dan social support, sedangkan locus of control dan self esteem tidak memiliki pengaruh signifikan. (4) Pengaruh keseluruhan faktor psikologis terhadap perilaku radikal sebesar 26,4%, sedangkan 73,6% lainnya dipengaruhi faktor lain.

DISKUSI

Secara umum hasil penelitian menerima hipotesis pene-litian, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan seluruh faktor-faktor psikologis terhadap perilaku radikal mahasiswa UIN Jakarta. Hasil penelitian mengkonfirmasi temuan umum dari beberapa penelitian sebelumnya (Post, 2007), terutama tentang

peran penting faktor psikologis dalam menentukan perilaku ke-lompok radikal dan perilaku radikal itu sendiri.

Hal yang perlu diperhatikan yaitu karakterisitk responden atau mahasiswa UIN Jakarta. Tingkat perilaku radikal maha-siswa UIN tergolong rendah. Dari 12 bentuk perilaku radikal yang ditunjukkan mahasiswa ternyata 8 bentuk perilaku radikal adalah rendah: religiositas, welfare, fatalist, punish to government, population control, social movement, moral tradition, dan belief in people. Sedangkan perilaku radikal yang menunjukkan tingkat tinggi yaitu khilafah, sensorship moral, radikal kelompok, dan education for adjustment. Bila mencermati kelompok perilaku tidak radikal (rendah) dan perilaku yang radikal (tinggi), maka terlihat sebuah pola atau karakteristik perilaku radikal yang di-munculkan oleh mahasiswa UIN Jakarta.

Mahasiswa akan memunculkan perilaku radikal, bila hal tersebut terkait dengan isu atau tema tentang kepemimpinan di masyarakat, yaitu isu khilafah Islamiyah dan kelompok radikal. Isu khilafah Islamiyah menjadi sangat seksi untuk didiskusikan. Isu ini terbukti menjadi stimuli sekaligus justifikasi dengan ting-ginya perilaku radikal karena terkait dengan siapa yang menjadi pemimpin, bagaimana mekanisme pemimpin itu dipilih, ciri dan syarat ideal seorang pemimpin, batas kekuasaan pemimpin, dll. Kedua tema ini terkait satu dengan yang lain. Perilaku ra-dikal untuk mendirikan khilafah Islamiyyah membutuhkan pe-rilaku radikal yang lain, yaitu radikal kelompok. Bagi ummat Islam, khilafah Islamiyyah berhimpitan dengan doktrin ajaran agama untuk taat mengikuti sunnah Nabi, di mana khilafah Is-lamiyyah sebagai sistem pemerintahan dianggap sebagai warisan

─ 44 ─ ─ 45 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Nabi. Mendirikan khilafah Islamiyyah berarti dianggap sebagai bagian dari malaksanakan syariat sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW dan mengikuti ahl al-sunah wa al-jama’ah.

Keinginan untuk membangun masyarakat di bawah khi-lafah Islamiyyah bukan saja harus dimulai dari siapa yang ber-hak menjadi pemimpin masyarakat tersebut, apa syarat-syarat pemimpin, tetapi juga apa nama kekuasaan itu, bagaimana hu-kum ditegakkan, sistem pemilihannya, bagaimana tata negara-nya, dll. Bilamana salah satu hal yang fundamental dari seorang pemimpin di dalam daulah khilafah Islamiyyah adalah kesamaan aqidah. Meskipun non Muslim dilindungi di dalam khilafah Is-lamiyyah, ditempatkan sebagai dzimmi, namun idak ada khila-fah Islamiyyah bila pemimpin yang dijadikan dan diangkat seba-gai khalifah bukan beragama Islam.

Isu yang kedua adalah terkait dengan educational for adjust-ment dan moral censor yang berlandaskan moral terhadap ting-kah laku masyarakat. Kedua isu ini sangat erat kaitannya dengan kondisi moral masyarakat dan pendidikan saat ini. Di mana mahasiswa UIN Jakarta ternyata memaknai kondisi masyarakat yang seolah-olah tanpa “moral” atau immoral mendorong me-reka untuk membuat sebuah terobosan ataugebrakan. Kesalah-an atau kerusakan moral harus segera di cegah atau diperbaiki. Isu kerusakan atau kebobrokan moral yang menonjol adalah tentang homo dan lesbian, perilaku pesohor yang memperton-tonkan auratnya. Satu hal yang dapat menjadi pertimbangan tentang hal ini adalah karakteristik mahasiswa UIN Jakarta. Secara umum, nilai atau ajaran yang dimiliki oleh mahasiswa UIN sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai religi. Ketaatan

dan kepatuhan pada ajaran agama menjadi pertimbangan uta-ma dalam melakukan penilaian atas kondisi masyarakat. Homo dan lesbian, kebebasan melacurkan diri, dan penampilan yang membuka aurat merupakan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Demikian juga dengan nilai-nilai tradisi ma-syarakat.

Hal ini juga terlihat dari value conservatism yang dimiliki oleh mahasiswa UIN Jakarta ternyata memang tergolong ting-gi. Nilai konservatif yang tinggi berarti pula mahasiswa UIN masih memegang nilai-nilai tradisi masyarakat. Dimana tradisi masyarakat masih menolak hal-hal yang terkait dengan homo dan lesbian, mempertontonkan aurat serta pelacuran.

Isu radikal yang selanjutnya adalah educational for adjust-ment. Fenomena dan fakta di lapangan tentang pendidikan se-cara umum mendapat perhatian yang serius dari mahasiswa. Menurut mahasiswa perubahan radikal dalam dunia pendidik-an perlu dilakukan. Terutama perubahan yang terkait dengan kurikulum dan mata pelajaran. Mahasiswa yang radikal memi-liki tuntutan untuk memasukkan nilai-nilai agama dalam ku-rikulum. Atau setidak-tidaknya ajaran agama menjadi aktifitas yang tidak terlepaskan dalam pendidikan. Maksud dari ajaran agama di sini adalah aktifitas ritual keagamaan. Seperti memulai pelajaran harus dengan berdoa, al-Quran harus menjadi bagian mata pelajaran, atau dengan kata lain mata pelajaran tematik harus mendasarkan pada al-Quran.

Faktor psikologis mahasiswa UIN Jakarta yang perlu mendapatkan perhatian adalah rendahnya keyakinan diri dan penghargaan diri. Self esteem yang berperan sebagai kunci akan

─ 46 ─ ─ 47 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

penghargaan diri sendiri ternyata memiliki nilai yang rendah. Tentunya ini merupakan sesuatu yang perlu menjadi perhatian serius dari kampus. Seharusnya mahasiswa memiliki kebanggaan akan dirinya, kebanggaan akan prestasi dan apa yang ada pada dirinya. Dengan self esteem rendah, hal ini menunjukkan rendah pula harga diri mahasiswa UIN Jakarta. Self esteem rendah men-gindikasikan mahasiswa kurang percaya diri, tidak puas akan kondisi diri, tidak puas dengan apa yang sudah dilakukan dan apa yang dimiliki. Kondisi self esteem rendah akan memiliki efek pada munculnya keluhan, protes, maupun ketidakpuasaan yang akan dicarikan kambing hitamnya sebagai kompensasi dari ketidaknyamanan diri.

Self esteem rendah ternyata mendapatkan konfirmasi ren-dahnya self efficacy mahasiswa UIN Jakarta. Self efficacy rendah memberi indikasi bahwa mahasiswa UIN Jakarta merasa tidak mampu atau merasa tidak memiliki keyakinan akan kemam-puan diri. Ketidakyakinan akan potensi yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah. Tidak yakin dapat mengerjakan sesuatu dengan benar. Bahasa yang lebih populis adalah mahasiswa men-jadi tidak percaya diri bahwa sebenarnya memiliki kemampuan.

Kedua kondisi psikologis ini sangat memprihatinkan. Bila mahasiswa merasa tidak yakin bisa mengerjakan sesuatu, maka kompensasi yang dipilih adalah mencari pihak atau hal yang bisa dijadikan alasan atas ketidamampuan tersebut. Fakta dilapangan kemungkinan mengkonfirmasi temuan ini. Terkait dengan kehidupan kampus, dalam hal ini perkuliahan. Ketika mendapatkan tugas perkuliahan yang menantang dan kompleks, komentar yang pertama kali muncul dari mahasiswa adalah tu-gasnya sangat berat, dan merasa tidak bisa menyelesaikannya. Padahal dengan kemampuan yang dimiliki, dengan seleksi yang ketat bagi mahasiswa baru, seharusnya tugas dalam bentuk dan

tingkat kesulitan apapun mahasiswa bisa menyelesaikannya. Terkait dengan variabel yang memberikan pengaruh sig-

nifikan terhadap perilaku radikal, terdapat 3 (tiga) variabel yaitu, value conservatism, self efficacy, dan social support. Hal menarik lainnya adalah dukungan sosial yang diperoleh. Ketiga variabel inilah yang ternyata memiliki peran sentral akan tinggi renda-hnya perilaku radikal mahasiswa. Dengan kata lain, bila ketiga hal ini bisa kontrol dan dikendalikan, maka perilaku radikal ma-hasiswa akan dapat ditekan atau diturunkan.

Ternyata di antara sumber dukungan sosial, dukungan dari dosen memiliki porsi yang paling banyak perannya diband-ingkan dukungan teman dan keluarga. Hal ini tentunya ses-uatu yang menantang bagi kampus. Mahasiswa ternyata merasa mendapatkan dukungan yang besar dari dosen merupakan se-bagaimana sisi dari mata pisau. Bila dosen dapat memberikan dukungan yang proporsional dan tepat, maka mahasiswa dapat diarahkan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila dosen tidak mampu memberikan arahan yang tepat, maka perilaku radikal mahasiswa akan meningkat.

─ 48 ─ ─ 49 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

DAFTAR PUSTAKA

_________, (2007). African Occasional Paper, Edisi I, No. 1, halaman 1-12.

Tim Penyusun, (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Abd ‘s-Shamad al-Palimbani, tt. Nashihah al-Muslim wa Tadzki-rah al-Mukminin fi Fadha’il al-Jihad fi Sabil Allah wa Kari-mah al-Mujahidin fi Sabil Allah.

Adji, Indriyanto Seno. (2001). “Perilaku radikal, Perpu No. 1 Tahun 2002 dalam Perspektif Hukum Pidana” dalam Peri-laku radikal: Tragedi Umat Manusia. Jakarta: O.C. Kaligis & Associates.

Ajzen, I. (1991). Attitudes, Personality, and Behavior. Milton Keynes: Open University Press.

Allport, Gordon W., (1979), The Nature of Prejudice: The Classic Study of the Roots of Discrimination with a New Introducti-on. Cambridge, Massachusset: Perseus Books.

Amalia, Ilmi. (2007). Penyusunan skala kepuasan hidup pada re-maja. Tugas akhir S2. Depok: Fakultas Psikologi Universi-tas Indonesia.

American Psychological Association (APA) style.

─ 50 ─ ─ 51 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Azra, Azyumardi, (2005). Jaringan Ulama Timur Tengah Kepu-lauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Jakarta: Prenada Media

Babington, Brian. (2006). Family wellbeing in Australia: A fami-lies Australia Vision. Australia: Families Australia Inc.

Behnke, Andrew dan MacDermid, Shelley (2004). Encyclope-dia: Family well-being. Unites State of America: Purdue University.

Cohen, Sheldon dan Syme, S. Leonard (1985). “Psychological Model of Social Support in the Etnology of Phisical Dise-ase”. Health Psychology 7: 269.97, 2008.

……………, “Issues in the Study and Application of Social Support”, Social Support and Health. San Fransisco: Aca-demic Press.

Ensiklopedi Indonesia (Ikhtiar Baru-Van Hoeve [masukkan ke daftar pustaka], cet. 1984)

Fawzia, Amelia, dkk., (2012). “Pandangan Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas Perilaku radikal”. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.

Fisbein, M. and Ajzen, I.( 1975). Belief, Attitude, Intention And Behavior: an Introduction to Theory And Research. United States: Addison Wesley Pub.co.

Gunarsa, Singgih D. dan Yulia Singgih D.G. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hasani, Ismail dan Naipospos, Bonar Tigor, (2002), Dari Perila-ku radikal Menuju Terorisme: Studi Relasi dan Transformasi

Organisasi Islam Radikal di Jawa Tengah & D.I. Yogyakarta. Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara.

Horgan, John (2005), The Psychology of Terrorism. New York: John Wiley and Sons.

Hulicka, Irene M. (1977). Empirical Studies in the Psychology and Sociology of Aging. New York : Thomas Y. Crowell Inc.

Hurlock, Elizabeth B. (2005). Psikologi perkembangan. Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Joreskog, K. G. and Sorbom, D. (1988). Prelis (2nd edition). USA: Scientific Software.inc.

Jerrold M. Post, (2007). The Mind of the Terrorist: The Psychology of Terrorism from the IRA to al-Qaeda (MacMillan: Palgra-ve,.

Joreskog, K. G, dan Sorbom, D. (2006). Lisrel 8-8 User’s Gui-de. Scientific Software International : Chicago.

Kreitner dan Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi, buku 1 Jakarta : Salemba Empat

Larner, Richard M dan Spanier, G.B., (1980). Adolescent Deve-lopment: A Life-Span Perspective. New York: McGraw-Hill.

Loqman, Loebby. (1990). Analisis Hukum dan Perundang-Un-dangan Kejahatan terhadap Keamanan Negara di Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Mazzar, J. M, (2004), “The Psychological Source of Islamic Ter-rorism: Alienation and Identity in the Arab World”, Policy Review Edisi 125

Madjid, Nurcholish, (1995). Islam, Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.

─ 52 ─ ─ 53 ─

Faktor dan Tendensi Psikologis Mahasiswa UIN JakartaPerilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Maltby, J., Day, L., Macaskill, A. (2007). Personality, Indivi-dual Differences and Intelligence. at http://en.wikipedia.org/wiki/Locus_of_control

Mutiah, Diana. (2006). Hubungan Self-Efficacy Akademik dan Prestasi Belajar Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta. Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Pedhazur, Elazar J. (1982). Multiple Regression In Behavioral Re-search Explanation And Prediction. New York: CBS College Publishing.

Post, Jerrold M., (2007), The Mind of the Terrorist: The Psycho-logy of Terrorism From Ira to al-Qaeda. New York: Palgrave Macmillan.

Robbbins dan Judge. (2007). Perilaku Organisasi, Jakarta: Sa-lemba Empat

Santrock, John W. (2002) Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwono, S.W. (1982). Menuju keluarga bahagia 2: Anak kita dari ramaja sampai dewasa. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Schwartz, S.H. (1992). “Universal in the context and structu-re of values: Theoritical advancesand empirical tests in 20 centuries”, dalam M. Zanna (ed.), Advances In Experimen-tal Social Psychology. Vol. 25, (pp. 165). New York: Acade-mic Press.

_______, (1994). “Are there Universal Aspects in the Structure and Contents of Human Value?”, Journal of Social Issues, 50, 19-45.

Shiraishi, Takashi (1990), An Age in Motion: Popular Radicalism in Java, 1912-1926. Cornell: Cornell University Press

Snyder, C.R. dan Shane J. Lopez. (2007). Positive Psychology: The Scientific and Practical Explorations of Human Strength. London: SAGE Publications

Snyder, C.R. dan Shane J. Lopez. (2005). Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford University Press

Snyder, C.R. dan Shane J. Lopez. (2003). Positive Psychological Assessment: A Handbook of Models and Measures. Washing-ton DC: American Psychology Association.

Suhartono, Suparlan (2000). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Ar-Ruzz.

Suprayogi, M. Nanang, (2007), “Hubungan Self-Efficacy dan Persepsi Siswa Mengenai Iklim Kelas dengan Orientasi Tu-juan Siswa (Penelitian Pada Siswa Madania Bogor”, Jurnal Tazkiya of Psychology, Vol. 7 No. 2

Takashi Shiraishi, tt. An Age in Motion: Popular Radicalism in Java, 1912-1926.

Terdman, M., “Factors Facilitating the Rise of Radical Islamism and Terrorism in Sub-Saharan Africa”, African Occasional Paper, Edisi I, No. 1 (2007), 1-12

Umar, Jahja. (2008). Bahan mata kuliah statistik pada program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ti-dak dipublikasikan.

Umar, J. (2010). Bahan Pelatihan Analisis Faktor. Institut Asess-men Indonesia. Naskah tidak dipublikasikan.

Tim Redaksi, (1984). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve

─ 54 ─

Perilaku Radikal Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam:

Zinn, W and Liu, P. C. (2008). “A Comparison Of Actual And Intended Consumer Behavior In Response To Retail Stockouts”, Journal of Business Logistics. Volume: 29


Recommended