+ All Categories
Home > Documents > Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Date post: 31-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 52 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
13
Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 1 Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi Prahastiwi Utari Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract The objective of this paper is to explain why there are major changes of communication scholars in writing a ‘new’ concept of communication theory. Griffin (2000) and Littlejohn (2005) changed dramatically their style to examine communication theory because of Craig’s suggestion in his writing “Communication Theory as a Field” in 1999. Communication theory as an identifiable field of study is regarded not yet exist. The root of communication theory has not yet emerged as a coherent field of study because its multidicsiplinary origins and communication theorists that have not yet found a way beyond the disabling disciplinary practices that separate them. With this reason Craig’s proposes a vision for communication theory that takes a huge step toward unifying theorists otherwise disparate field. He creates the dialogical-dialectical disciplinary perspective according to two principles: the constitutive model of communication as a metamodel, and theory as metadiscursive practice. He called this prespective as The Seven Tradition of Communication Theory. The key concept to understand this perspective is a common understanding of similarities and differences, or tension points among theories ; and a commitmen to manage these tensions through dialogue. Keywords: Communication Theory, Multidiciplinary, The Seven Tradition of Communication Theory.. Pendahuluan Sebagai orang yang mempelajari ilmu komunikasi, perkembangan di dalam rumpun bidang keilmuan ini dapat diamati salah satunya melalui perkembangan teori teori komunikasi yang ada di dalamnya. Salah satu yang menarik perhatian adalah seorang ilmuwan komunikasi Stephen W. Littlejohn. Beliau adalah salah satu ilmuwan yang paling produktif dalam pengembangan ilmu komunikasi. Buku hasil karyanya Theories of Human Communication sudah diterbitkan dalam 10 edisi (edisi terakhir tahun 2011) yang
Transcript
Page 1: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 1

Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi Prahastiwi Utari

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

The objective of this paper is to explain why there are major changes of communication scholars in writing a ‘new’ concept of communication theory. Griffin (2000) and Littlejohn (2005) changed dramatically their style to examine communication theory because of Craig’s suggestion in his writing “Communication Theory as a Field” in 1999. Communication theory as an identifiable field of study is regarded not yet exist. The root of communication theory has not yet emerged as a coherent field of study because its multidicsiplinary origins and communication theorists that have not yet found a way beyond the disabling disciplinary practices that separate them. With this reason Craig’s proposes a vision for communication theory that takes a huge step toward unifying theorists otherwise disparate field. He creates the dialogical-dialectical disciplinary perspective according to two principles: the constitutive model of communication as a metamodel, and theory as metadiscursive practice. He called this prespective as The Seven Tradition of Communication Theory. The key concept to understand this perspective is a common understanding of similarities and differences, or tension points among theories ; and a commitmen to manage these tensions through dialogue. Keywords: Communication Theory, Multidiciplinary, The Seven Tradition of Communication Theory..

Pendahuluan

Sebagai orang yang mempelajari ilmu komunikasi, perkembangan di dalam

rumpun bidang keilmuan ini dapat diamati salah satunya melalui perkembangan teori

teori komunikasi yang ada di dalamnya.

Salah satu yang menarik perhatian adalah seorang ilmuwan komunikasi

Stephen W. Littlejohn. Beliau adalah salah satu ilmuwan yang paling produktif dalam

pengembangan ilmu komunikasi. Buku hasil karyanya Theories of Human

Communication sudah diterbitkan dalam 10 edisi (edisi terakhir tahun 2011) yang

Page 2: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 2

setiap edisinya menambahkan perkembangan teori komunikasi baru. Belum lagi buku

buku lain yang mengimbangi buku utama ini.

Perubahan besar terjadi dalam Edisi 8 (2005) buku Littlejohn tentang Theories

of Human Communication, dia merubah secara keseluruhan struktur berpikirnya yang

telah dituangkan dalam 7 edisi sebelumnya. Perombakan besar-besaran dalam

keseluruhan struktur dan isi teori yang telah dikembangkan. Jika sebelum Edisi 8

Littlejohn selalu menekankan bahwa teori komunikasi harus dilihat berdasarkan level

komunikasinya, maka dalam Edisi 8 ini semua ditinggalkan. Dapat disimpulkan pasti

ada sesuatu pergulatan besar dalam diri seorang Littlejohn sehingga merubah pola

pikir yang sudah dibangunnya dalam tataran dunia teori komunikasi.

Ilmuwan lain yang juga mengalami hal yang sama seperti apa yang dilakukan

oleh Littlejohn adalah EM Griffin, seorang profesor emeritus komunikasi dari

Wheaton College, Illinois. Beliau juga merubah (ini dikatakannya sebagai major

changes) tatanan bangunan teori dalam bukunya A First Look at Communication

Theory mulai Edisi 4 (2000) dari bukunya hingga Edisi 7 terbitan tahun 2009.

Yang menjadi pertanyaan kemudian bagi mereka yang mempelajari ilmu

komunikasi adalah: Apa yang menyebabkan kedua ilwuwan komunikasi ini sampai

merubah pola berpikir mereka tentang tatanan teori yang telah mereka bangun dan

kembangkan selama ini? Keyakinan-keyakinan ilmiah macam apa yang memberikan

kebenaran pada mereka untuk melakukan perombakan besar-besaran bagi tataran

keilmuan yang mereka kembangkan. Apa konsekuensinya bagi kita sebagai pembaca

atau reader dari buku-buku mereka ini ?

Akar Masalah: Komunikasi sebagai Multidisiplin.

Perdebatan panjang bahwa studi komunikasi memiliki sifat multidisiplin di

awal perkembangan ilmu komunikasi sangat disadari bahkan memperoleh keyakinan

Page 3: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 3

dan dukungan di antara ilmuwan komunikasi sendiri. Ilmu komunikasi adalah ilmu

yang bersifat multidisiplin. Dalam buku Frank E.X Dance berjudul Human

Communication Theory: Comparataive Essays (1982), Littlejohn sangat meyakini

bahwa studi komunikasi adalah studi yang interdisiplin atau multidisiplin. Dia

mengatakan, “The study of communication constitutes an interdiscipline, in which

communication process are inverstigated using insight from several traditional

discipline (Littlejohn, 1982: 244).

Dia menjelaskan bahwa kajian komunikasi merupakan pertemuan pucuk-

pucuk dari disiplin ilmu murni sosiologi, antropologi, psikologi dan filsafat (Ibid.:

245). Masih menurutnya bahwa sifat multidisiplin ini memiliki keuntungan karena

dapat menjelaskan kegiatan scope kajian tentang komunikasi menjadi sangat luas.

Tidak ada single teori, bahkan dengan cara seperti ini justru dapat menggambarkan

suatu proses komunikasi yang komprehensif (Ibid.: 245).

Dengan berjalannya waktu dibagian lain bukunya yaitu Theories of Human

Communication Edisi 2 (1983), Littlejohn mulai melihat memang ada celah lemah

dengan sifat multidisiplin dari kajian komunikasi. Dia menuliskan antara lain:

Although scholars from a number of disicipline share an interest in communication, the scholar’s first loyalty is usually to general concepts of the discipline itself. Communication is generally considered subordinate. For example, psychologist study individual behavior and view communication as a particular kind of behavior. Sociologist focus on society and social process, seeing communication as one of several social factors. Anthropologist are interested primarily in culture, and if they investigate communication they treat it as an aspect of broader themes (Ibid., 1983: 5)

Littlejohn mulai galau dengan sifat multidisiplin kajian komunikasi ketika dia

menyadari akhirnya para ilmuwan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu yang ada,

yang memberi perhatian pada kajian komunikasi, hanya menganggap kajian

komunikasi ini bukanlah kajian utama mereka. Kajian komunikasi hanya merupakan

bagian kecil saja dari interest mereka sebagai suatu ilmuwan dari disiplin tertentu.

Page 4: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 4

Littlejohn sangat merasakan kajian komunikasi hanya menjadi kajian yang punya

posisi subordinat dari kajian ilmu-ilmu yang masuk ke dalamnya.

Kegalauan tentang multidisiplin kajian komunikasi ini juga dirasakan oleh

E.M Griffin. Dalam bukunya A First Look at Communication Theory Edisi 4 (tahun

2000) dia mulai menyadari tentang keterbatasan dalam mengkaji teori komunikasi

karena sifat multidisiplin ini. Griffin mengatakan bahwa, “there’s little dicipline in

our discipline” (2000: 34). Hal ini terjadi karena menurutnya ilmuwan komunikasi itu

memiliki pandangan yang divergen tentang apa itu komunikasi, sesuai dengan bidang

mereka masing-masing. Menjadi sangat sulit kemudian untuk melakukan pemetaan

wilayah kajian teori komunikasi karena bisa saja para ilmuwan ini tidak setuju pada

pada suatu teori karena tidak sesuai dengan pengalaman mereka.

Gugatan tentang sifat multidisiplin kajian komunikasi coba dijawab Robert

T.Craig, seorang Professor Komunikasi dari University of Colorado, melalui

serangkaian penelitian. Ia menemukan banyak sekali pendidikan tinggi yang

menawarkan pendidikan komunikasi dan banyak sekali text book yang membahas

teori-teori komunikasi. Tetapi diantara ini semua dia menemukan bahwa berbagai

teori yang diajarkan dari berbagai pendidikan ini semua berjalan sendiri sendiri, Craig

menyebutnya there is no consensus on the field. Teori komunikasi sangat kaya dengan

ide-ide tetapi gagal dalam jumlah cakupannya. Teori komunikasi tumbuh terus tetapi

belum memberikan pemahaman apa sesungguhnya teori komunikasi itu.

Craig menuliskan apa yang ditemukannya ini dalam bukunya Communication

Theory as a Field (1999). Dengan tegas dia mengatakan bahwa communication theory

is not yet a coherent field of study seems inescapable (Craig, 1999: 64). Craig melihat

bahwa tidak adanya koherensi dalam kajian komunikasi karena sifat multidisiplin

Page 5: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 5

yang dibawa oleh masing masing ilmuwan yang sering salah dalam penggunaannnya

tetapi terus dipupuk dan dipertahankan.

Elaborasi Teori: Perspektif Tujuh Tradisi

Dengan keprihatinan inilah Robert T Craig secara optimis menawarkan

communication theory as a field of study that integrattes seven traditions of thought

with share focus on practical communication problems (Ibid.: ix). Menurutnya

bahwa sebagai suatu kajian, ilmu komunikasi dapat memiliki teori yang koheren

melalui suatu proses yang digambarkannya:

A field will emerge to the extent that we increasingly enggage as communication theoriests with socially important goals, questions, and controversies that cut across the various disciplinary traditions , substantive specialities, methodologises, and school of thought that presently divide us. (Ibid.: 64)

Komunikasi memungkinkan muncul sebagai suatu bidang kajian yang utuh

asal ada kesadaran dari masing masing ilmuwan yang terlibat di dalamnya bahwa

mereka memiliki tujuan, permasalahan atau bahkan perbedaaan yang dapat

mengeluarkan mereka dari belenggu masing masing disiplin ilmu yang memisahkan

diantara mereka. Dibutuhkan dua persyaratan untuk melihat teori komunikasi sebagai

suatu kajian keilmuan. (1) a common understanding of the similarities and differences

among theories, Metamodel (model of models) (2). A new definition of theories ,

theories are form of discourse; a discourse about discourse (Metadiscourse) (Ibid.,

2007: 67-69).

Craig: Dialogical vs dialectical

Dalam mengawali idenya tentang tradisi teori komunikasi, Craig terlebih

dahulu menggambarkan dengan jelas apa yang dimaksudkannya dengan tradisi.

Menurutnya tradisi adalah something handed down from the past, but no living

Page 6: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 6

tradition is statis. Traditions are constantly changing (Ibid.: xiii). Sesuatu yang sudah

kita miliki sejak dulu (waktu sebelumnya), yang tidak statis tetapi terus berkembang

sesuai dengan jaman. Lebih jauh Craig menegaskan bahwa traditions are not

homogeneous. Every tradition is characterized by a history of argument about beliefs

and values that are important to the tradition. Ini lebih menjelaskan bahwa dalam

memelihara suatu tradisi peran nilai nilai yang sudah ada menjadi hal utama yang

harus diperhatikan.

Untuk setiap tradisi yang diungkapkannya Craig memberikan indikator dari

masing-masing antara lain dengan karakteristik definisi komunikasi dan hubungan

yang terbentuk karena definisi tersebut; metadiskursif vacobulary, hal yang tidak bisa

digugat (taken for granted) dalam metadikursif komunikasi dan penempatan

metadiskursif dari masing-masing tradisi yang menunjukkan sisi menarik atau

menantangnya (Ibid.: 72).

Gambaran perspektif yang diungkapkan oleh Craig ini disarikan oleh Miller

(2005: 13) dalam bentuk seperti tabel di bawah ini:

Conceptual Domains of Communication Theory

Communication theory as Problems of Communication Theory as

Rhetorical The practical art of discourse Spcial exigency requiring collective deliberation and judment

Semiotic Intersubyective mediation signs Misunderstanding or gap between subjective viewpoints

Phenomenological Experience of otherness;dialogue Absence of, or failure to sustain, authentic human relationship

Cybernetic Information processing Noise, overload, underload, malfunction or bug in a system.

Sociopsychological Expression, interaction and influence

Situation requiring manipulation of causes of behavior to achieve specified outcomes.

Sociocultural (Re)production of social order Conlict, alineation, misalignment; failure of coordination

Critical Discusive reflection Hegemonic ideology, systematically distoted speech communication

Sumber: Miller (2005: 13)

Page 7: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 7

Perlu ditekankan di sini dalam memandang penempatan masing-masing tradisi

keilmuan komunikasi Craig mendasarkan pada konsep praktek komunikasi sehari hari

dan sesuai dengan perkembangan dari tradisi itu sendiri. Untuk itulah dia

menempatkan tradisi retorika sebagai tradisi pertama dalam peletakannya karena

menimbang retorika adalah praktek komunikasi yang paling jelas terlihat dan telah

ada begitu lama sebagai sebuah tradisi. Dengan logika semacam ini pula bahwa tradisi

kritikal mendapat tempat terakhir dalam penempatan Craig karena dianggapnya

paling sikit (kurang) sebagai suatu bentuk praktek komunikasi dan juga muncul

sebagai tradisi yang cukup baru.

Titik tolak lain yang juga harus diperhatikan dalam kajian Craig ini dia selalu

menempatkan manakala tradisi-tradisi ini saling bertentangan atau juga tidak

memenuhi kriteria yang ada maka langkah penting yang harus dilakukan adalah

dengan cara dialog dan dialektikal. Kesadaran untuk saling melengkapi satu sama lain

dan memberikan perhatian untuk perbedaan dari masing-masing teori.

Littlejohn: Similarities vs Differences

Biarpun sedikit terlambat di banding ilmuwan lain, Littlejohn mulai merespon

ide Craig untuk menghilangkan sekat ‘multidisiplin’ kajian teori komunikasi pada

bukunya Human Communication Theory Edisi 7 (2002). Dalam buku ini baru sedikit

saja ide Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi dimunculkan, yaitu hanya pada Bab I

Communication Theory and Scholarship, poin Communication Theory as a Filed

(Ibid.: 12-15). Di sini ia mengakui bahwa Craig proposes a vision for communication

theory that takes a huge step toward unifying our otherwise disparate field (Ibid.: 12)

Kejelasan dari pemahaman Littlejohn tentang Tujuh Tradisi dalam Teori

Komunikasi ini dilakukannya dengan merubah secara besar-besaran bukunya Theory

of Human Communication Edisi 8 (2005). Dalam menjelaskan teori komunikasi dari

Page 8: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 8

Littlejohn tidak lagi berdasarkan tingkatan atau levels komunikasi tetapi

pengelompokan suatu teori komunikasi dilakukan berdasarkan pengelompokkan di

masing-masing tradisi. Littlejohn secara tegas mengatakan bahwa we particularly like

Robert Craig’s model because it offers a way of looking at and reflecting on the

communication field in a holistic way (2009: 34).

Kata kunci yang dipegang Littlejohn dalam menerapkan Perspektif Tujuh

Tradisi Komunikasi adalah (1) a common understanding of similarities and

differences, or tension points among theories (2) a commitmen to manage these

tensions through dialogue (2008: 6). Berpegang pada prinsip perbedaan dan

persamaan suatu teori bagi Littlejohn tidak hanya berdasarkan dari daftar (list) yang

membedakan atau menyamakan saja, tetapi lebih pada kesamaan ide mengapa suatu

teori itu memiliki kesamaan ataupun perbedaan.

Hal ini disebut Littlejohn sebagai Metamodel atau model dari model telah ada.

Metamodel ini menyediakan pola-pola yang koheren yang dapat menolong

menyatukan definisi isu-isu dan asumsi-asumsi yang ada dalam teori komunikasi. Sisi

lain yang perlu diperhatikan juga adalah konsep definisi suatu teori. Teori tidak

hanya dipandang sebagai suatu penjelasan atau proses belaka, melainkan harus dilihat

sebagai suatu statement atau argumen yang mendukung suatu pendekatan. Teori

menjadi bentuk diskursus atau lebih khusus lagi sebaga suatu metadiskursus.

Melalui pemikiran Craig ini Littlejohn meyakini bahwa Perspektif Tujuh

Tradisi Teori Komunikasi dapat berguna sebagai a guide and tool for looking at the

assumption, perspectives and focal points of communication theories to be able to see

their similarities and differences (2008: 33). Karena Littlejohn berpegang pada

konsep kesamaan dan perbedaan dari masing-masing teori dalam suatu tradisi maka

Page 9: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 9

menurutnya ke tujuh tradisi dalam teori komunikasi itu dapat dimulai dari semiotik,

phenomenologi, cybernetic, psikologisosial, sosio-kultural, critical dan rhetorika.

Misal antara tradisi semiotika dan phenomenologi berdekatan karena secara

persamaan kedua tradisi ini membicarakan bagaimana memaknai suatu simbol,

sedang dari perbedaan bahwa dalam tradisi semiotik pemaknaan timbul karena tanda

atau simbol itu sendiri sedangkan dalam tradisi phenomenologi pemaknaan dilakukan

secara efektif, disengaja sesuai dengan pengalan masing-masing individu.

Griffin: Obyektif vs Interpretif.

Griffin jauh lebih cepat dibandingkan dengan Littlejohn dalam merespon ide

Craig. Setahun setelah Craig menuliskan idenya (1999) Griffin dalam bukunya A First

Look at Communication Theory Edisi 4 (tahun 2000) memasukan ide ini sebagai

salah satu bagian dari chapter bukunya. Dalam hal ini Griffin sangat menyanjung

Craig dengan mengatakan, “Craig offers a more sophisticated solution” (2009: 41).

Mengapa Griffin mendukung ide Craig karena menurutnya pendekatan Craig

ini menggunakan apa yang sudah dilakukan dalam problem dan praktek komunikasi

sehari-hari. Jadi menurut Griffin apa yang ada dalam Tujuh Tradisi dalam Teori

Komunikasi ini merupakan tujuh tradisi yang sudah dilakukan sebelumnya. Yang

terpenting adalah bahwa tradisi dalam teori komunikasi ini menawarkan perbedaan,

yaitu perbedaan dalam cara-cara mengkonseptualkan problem dan praktek

komunikasi. Dari sini akan muncul kesadaran setiap ilmuwan yang berbicara dalam

tiap tradisi tidak akan memandang lagi keilmuannya secara terkotak-kotak sesuai asal

mereka.

Dalam menerima ide Tujuh Perspektif Tradisi dalam Teori Komunikasi,

Griffin tetap memegang komitmen awal dari apa yang telah diajarkannya bahwa

dalam melihat teori harus membedakannya berdasarkan pendekatan obyektif ataukah

Page 10: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 10

interpretif. Ciri-ciri pendekatan objektif menurutnya antara lain the assumption that

truth is singular and accessible through unbiased sensory observation; committed to

uncovering cause and effect relationship (2009: 14), teori-teori yang bersifat positivis

dan berprinsip pada hipothetico deductive verificative. Hubungan antara peneliti

dengan yang diteliti terpisah dimana peneliti berada di luar obyek yang diteliti.

Pendekatan interpretif merupakan the linguistic work of assigning or value to

communicative texts; assumes that multiple meaning or truth are possible (Ibid.: 15).

Pengelompokan Tujuh Persepektif dalam Tradisi Komunikasi menurut Griffin

menjadi tidak seperti pemikiran Craig ataupun Littlejohn. Pengelompokan masing-

masing tradisi dilakukannya berdasarkan pendekatan obyektif ataukah interpretif. Hal

ini dijelaskannya, “It’s important to realize that location of each tradition on the map

is far from random. My rationale for placing them where they are is based on the

distiction between objective and interpretive theories (2009: 51).

Tujuh Persepektif Tradisi Komunikasi

(Griffin, 2009: 51)

Berdasarkan pemikiran Griffin ini maka tradisi psikologi sosial dan cybernetic

berada di tradisi yang paling bersifat obyektif, sedangkan phenomenology dan critical

paling bersifat interpretif.

Page 11: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 11

Implikasi dalam Penelitian

Ide Craig tentang Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi yang didukung

penuh oleh Littlejohn dan Griffin selain telah membuka ruang baru untuk

menghilangkan sekat-sekat multidisiplin dalam kajian komunikasi juga dapat

memberikan pemahaman penggunaan teori dalam penelitian. Sunarto (2011: 12)

menyatakan bahwa model tradisi ini membantu untuk lebih memahami kaitan antar

berbagai tradisi dengan implikasi berbagai teori komunikasi yang ada di dalammya

dengan metode penelitian yang digunakan.

Hal ini seperti yang dilontar Griffin (2009:51) dalam kajiannya dengan

memperlihatkan mana kelompok dari ke Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi yang

dapat dilakukan dengan penelitian yang berdasarkan obyektif, positivis, metode

kuantitatif dan mana yang interpretif dengan kekuatan pada metode kualitatif.

Dengan melihat bagan pemikiran dari Griffin diatas dapat dilihat bahwa tradisi

psikologi sosial dimana di dalamnya terdapat banyak teori-teori komunikasi

interpersonal akan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan penelitian obyektif,

kuantitatif. Sedangkan teori-teori yang berada dalam tradisi phenomenology dan

critical lebih tepat dilakukan dengan pendekatan penelitian yang bersifat interpretif-

kualitatif. Tradisi semiotika dan sosial-budaya akan berada dalam wilayah antara

kuantitatif dan kualitatif.

Implikasi perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi secara luas dapat

diterapkan dengan berbagai paradigma penelitian yang telah dikembangkan oleh

berbagai ilmuwan. Sunarto (2011: 12) melihat sangat memungkinkan muncul relasi

yang signifikan antara apa yang dilihat Miller (2005) melalui paradigma

postpositivistik; interpretif dan kritis dan pemikiran Griffin yang meletakan perspektif

obyektif dan interpretif dalam memahami ke perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori

Page 12: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 12

Komunikasi. Tradisi yang masuk dalam ranah objektif, dapat dikatakan menggunakan

positivistik dan postpositivitistik. Tradisi yang masuk subyektif.

Penutup

Kajian tentang perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi ini telah

membuka sebuah ruang baru bagi kita untuk mendiskusikan perbedaan-perbedaan dan

persamaan-persamaan yang ada dalam teori-teori komunikasi tanpa memunculkan

sekat-sekat keilmuan yang bersifat multidisiplin.

Keberadaan cara pandang yang diberikan Craig kemudian diikuti Littlejohn

dan Griffin diharapkan dapat memicu pemikiran-pemikiran baru bagi kita yang

mempelajari ilmu komunikasi dalam melihat teori komunikasi. Di samping itu

perspektif ini juga akan membangun kajian yang holistik terkait dengan metode

penelitian komunikasi.

Daftar Pustaka Craig, Robert T dan Heidi L Muller, (2007), Theorizing Communication Reading Across Traditions (Ed), Sage Publication: California. Dance, Frank E.X, (1982), Human Communication Theory Comparative Essays,

Harper Row Publisher: London. Griffin EM, (2009), A First Look at Communication Theory, Seventh Ed, McGraw- Hill: Boston. __________,( 2000), A First Look at Communication Theory, Fourth Ed, McGraw-Hill: Boston. Littlejohn, Stephen W, (1983), Theories of Human Commnucation, Second Ed, Wardworth: California. __________, (2002), Theories of Human Commnucation, Seventh Ed, Wadworth: Albuquerque, New Mexico. __________, (2005), Theories of Human Commnucation, Eight Ed, Wadworth: Albuqueque, New Mexico. __________, (2008), Theories of Human Commnucation, Ninth Ed, Wadworth: Albuquerque, New Mexico. Karen A Foss, (2011), Theories of Human Commnucation, Tenth Ed, Waveland Press Inc, Long Grove. ___________, (2009), Encyclopedia of Communication Theory, Sage, Los angeles. Miller, Katerine, (2005), Communication Theries, Perspectives, Process and Context, 2nd (ed), McGraw-Hill, International edition. Sunarto. (2011), ”Paradigma dan Metode Penelitian Komunikasi di Indonesia”, dalam

Page 13: Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Prahastiwi Utari : Perspektif Tujuh Tradisi dalam Teori Komunikasi

Jurnal Komunikasi Massa Vol 4 No 2 Juli 2011 13

Aswad Ishak dkk, Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi, Aspikom, Buku Litera: Yogyakarta.


Recommended