+ All Categories
Home > Documents > POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource...

POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource...

Date post: 17-Apr-2019
Category:
Upload: vuongcong
View: 218 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
35
POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA PENINGKATANNYA Position of Agriculture Competitiveness in Indonesia and Its Efforts for Improvement Arief Daryanto Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian Bogor (MB-IPB) dan Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen-Institut Pertanian Bogor ABSTRACT Agriculture has a very strategic role in economic development as a whole. The agricultural sector of the national GDP (13-14%) and provide employment for 42,61-43,03 million people (2008-2009). New role of agriculture today can be placed within the framework of "3 M contribution in the economy", namely food, feed and fuel. The World Economic Forum (WEF) ranked Indonesia at number 54 of 131 countries (2007-2008), declined to order 55 of the 134 countries (1008-2009) which surveyed. In 2009-2010, Indonesia occupies the 54th position of 133 countries surveyed. In general, the status of the competitiveness of agricultural commodities in terms of comparative advantage (DRCR) and competitive advantage (PCR) showed lower for several commodities, especially rice, soybeans, and sugar cane in which the value of DRCR and PCR (0 .80 to 1, 00), some cases> 1. For commodity corn and peanuts, and livestock have a moderate competitiveness coefficient value between DRCR and PCR 0,50-70. Meanwhile, for horticultural products (vegetables) and tobacco competitive high enough value coefficient far DRCR and PCR (0,30-0,60). Based on the RCA index, Indonesia still relies on abundance resources and dependence on natural resources. Agro industry which has RCA> 1, such as fishery products, coffee products, tea and spices, tobacco and products of vegetable and animal oils. Increasing agricultural competitiveness of the micro perspective can be done with increased efficiency and productivity, encourage investment, encourage the transformation of agriculture and through policies conducive to the development of agricultural commodities. Meanwhile, referring to the macro perspective of improving the competitiveness of agriculture can be done through several strategies that focuses on five factors: (1) factor (input) conditions; (2) demand conditions; (3) related and supporting industries; (4) firm strategy, structure and Rivalry; (5) regional-governance. Key words : competitiveness, comparative advantage, competitive advantage, micro perspective, macro perspective, agriculture ABSTRAK Pertanian memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian secara keseluruhan. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional sebesar (13–14 %) dan menyerap tenaga kerja sebesar 42,61-43,03 juta orang (2008- 2009). Peranan baru sektor pertanian sekarang ini dapat diletakkan dalam kerangka ”3 F contribution in the economy”, yaitu food (pangan), feed (pakan) dan fuel (bahan bakar). Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) menempatkan Indonesia di
Transcript
Page 1: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DANUPAYA PENINGKATANNYA

Position of Agriculture Competitiveness in Indonesia andIts Efforts for Improvement

Arief Daryanto

Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-Institut Pertanian Bogor (MB-IPB) dan StafPengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen-Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

Agriculture has a very strategic role in economic development as a whole. Theagricultural sector of the national GDP (13-14%) and provide employment for 42,61-43,03million people (2008-2009). New role of agriculture today can be placed within theframework of "3 M contribution in the economy", namely food, feed and fuel. The WorldEconomic Forum (WEF) ranked Indonesia at number 54 of 131 countries (2007-2008),declined to order 55 of the 134 countries (1008-2009) which surveyed. In 2009-2010,Indonesia occupies the 54th position of 133 countries surveyed. In general, the status of thecompetitiveness of agricultural commodities in terms of comparative advantage (DRCR) andcompetitive advantage (PCR) showed lower for several commodities, especially rice,soybeans, and sugar cane in which the value of DRCR and PCR (0 .80 to 1, 00), somecases> 1. For commodity corn and peanuts, and livestock have a moderate competitivenesscoefficient value between DRCR and PCR 0,50-70. Meanwhile, for horticultural products(vegetables) and tobacco competitive high enough value coefficient far DRCR and PCR(0,30-0,60). Based on the RCA index, Indonesia still relies on abundance resources anddependence on natural resources. Agro industry which has RCA> 1, such as fisheryproducts, coffee products, tea and spices, tobacco and products of vegetable and animaloils. Increasing agricultural competitiveness of the micro perspective can be done withincreased efficiency and productivity, encourage investment, encourage the transformationof agriculture and through policies conducive to the development of agriculturalcommodities. Meanwhile, referring to the macro perspective of improving thecompetitiveness of agriculture can be done through several strategies that focuses on fivefactors: (1) factor (input) conditions; (2) demand conditions; (3) related and supportingindustries; (4) firm strategy, structure and Rivalry; (5) regional-governance.

Key words : competitiveness, comparative advantage, competitive advantage, microperspective, macro perspective, agriculture

ABSTRAK

Pertanian memiliki peranan yang sangat strategis dalam pembangunanperekonomian secara keseluruhan. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasionalsebesar (13–14 %) dan menyerap tenaga kerja sebesar 42,61-43,03 juta orang (2008-2009). Peranan baru sektor pertanian sekarang ini dapat diletakkan dalam kerangka ”3 Fcontribution in the economy”, yaitu food (pangan), feed (pakan) dan fuel (bahan bakar).Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) menempatkan Indonesia di

Page 2: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

2

urutan 54 dari 131 negara (2007-2008), menurun menjadi urutan 55 dari 134 negara (2008-2009) yang disurvei. Pada tahun 2009-2010, Indonesia menempati posisi yang ke 54 dari133 negara yang disurvei. Secara umum status daya saing komoditas pertanian ditinjau darikeunggulan komparatif (DRCR) maupun keunggulan kompetitif (PCR) menunjukkan kondisiyang cukup mengkawatirkan terutama untuk komoditas padi (beras), kedelai, dan tebu(gula) di mana nilai DRCR dan PCR mendekati satu (0,80-1,00), beberapa kasus > 1. Untukkomoditas jagung dan kacang tanah, serta peternakan memiliki daya saing yang moderatdengan nilai koefisien DRCR dan PCR antara 0,50-70. Sementara itu, untuk produk-produkhortikultura (sayuran) dan tembakau memiliki daya saing yang cukup tinggi dengan nilaikoefisien DRCR dan PCR jauh (0,30-0,60). Berdasarkan indeks RCA, Indonesia masihmengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industriagro yang memiliki RCA > 1, antara lain produk perikanan, produk kopi, teh dan rempah-rempah, tembakau dan produk minyak nabati dan hewani. Peningkatkan daya saingpertanian dari perspektif mikro dapat dilakukan dengan peningkatan efisiensi danproduktivitas, mendorong investasi, mendorong transformasi pertanian serta melaluikebijakan kondusif bagi pengembangan komoditas pertanian. Sementara itu, mengacupada perspektif makro peningkatan daya saing pertanian dapat dilakukan melalui beberapastrategi yang mengfokuskan pada lima faktor, yaitu : (1) factor (input) conditions; (2)demand conditions; (3) related and supporting industries; (4) firm strategy, structure andrivalry; (5) regional governance.

Kata kunci : dayasaing, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, perspektif mikro,perspektif makro, pertanian

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian memiliki peranan yang sangat strategis dalam kehidupan kita.Xenophon, filsuf dan sejarawan Yunani yang hidup 425-355 SM mengatakanbahwa “Agriculture is the mother and nourishes of all other arts. When it is wellconducted, all other arts prosper. When it is neglected, all other arts decline”.Pertanian adalah ibu dari segala budaya. Jika pertanian berjalan dengan baik,maka budaya-budaya lainnya akan tumbuh dengan baik pula, tetapi manakalasektor ini diterlantarkan, maka semua budaya lainnya akan rusak. Pentingnyapertanian juga dinyatakan oleh filsuf terkenal Lao Tze, yang hidup sekitar 600tahun SM. Ia mengatakan bahwa “There is nothing more important than agriculturein governing people and serving the Heaven”, Tidak ada suatu pun yang lebihpenting di dunia ini selain pertanian, jika ingin masuk surga.

Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagipembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusisektor pertanian yang tidak hanya berperan dalam pembentukan PDB, penciptaankesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan perolehan devisa.Peranan sektor pertanian juga dapat dilihat secara lebih komperhensif, antara lain :(a) sebagai penyediaan pangan masyarakat sehingga mampu berperan secarastrategis dalam penciptaan ketahanan pangan nasional (food security) yangsangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial (socio security), stabilitas ekonomi,

Page 3: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

3

stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan nasional (national security); (b)sektor pertanian menghasilkan bahan baku untuk peningkatan sektor industri danjasa, (c) sektor pertanian dapat menghasilkan atau menghemat devisa yangberasal dari ekspor atau produk subtitusi impor, (d) sektor pertanian merupakanpasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri, (e) transfer surplustenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri merupakan salah satu sumberpertumbuhan ekonomi, dan (f) sektor pertanian mampu menyediakan modal bagipengembangan sektor-sektor lain (a net outflow of capital for invesment in othersectors); serta (g) peran pertanian dalam penyediaan jasa-jasa lingkungan.

Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki kemampuankhusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with equity) ataupertumbuhan yang berkualitas (Daryanto, 2009). Semakin besarnya perhatianterhadap melebarnya perbedaan pendapatan memberikan stimulan yang lebihbesar untuk lebih baik memanfaatkan kekuatan pertanian bagi pembangunan.Terlebih sekitar 45 persen tenaga kerja bergantung pada sektor pertanian primermaka tidak heran sektor pertanian menjadi basis pertumbuhan di perdesaan.Pertanian sudah lama disadari sebagai instrumen untuk mengurangi kemiskinan.Pertumbuhan sektor pertanian memiliki kemampuan khusus untuk mengurangikemiskinan. Estimasi lintas negara menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB(Produk Domestik Bruto) yang dipicu oleh pertanian paling tidak dua kali lebihefektif dalam mengurangi kemiskinan daripada pertumbuhan yang disebabkanoleh sektor di luar pertanian. Kontribusi besar yang dimiliki sektor pertaniantersebut memberikan sinyal bahwa pentingnya membangun pertanian yangberkelanjutan secara konsisten untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaliguskesejahteraan rakyat.

Kondisi di atas menunjukkan sektor pertanian sudah selayaknya dijadikansebagai suatu sektor ekonomi yang sejajar dengan sektor lainnya. Sektor ini tidaklagi hanya berperan sebagai aktor pembantu apalagi figuran bagi pembangunannasional, tetapi harus menjadi pemeran utama yang sejajar dengan sektor industri.Tidak dapat dipungkiri, keberhasilan sektor industri sangat tergantung daripembangunan sektor pertanian yang dapat menjadi landasan pertumbuhanekonomi. Dua alasan penting sektor pertanian harus dibangun terlebih dahulu, jikaindustrialisasi akan dilakukan pada suatu negara, yakni alasan : pertama, barang-barang hasil industri memerlukan dukungan daya beli masyarakat petani yangmerupakan mayoritas penduduk Indonesia, maka pendapatan petani sudahsemestinya ditingkatkan melalui pembangunan pertanian dan alasan kedua,sektor industri membutuhkan bahan mentah yang berasal dari sektor pertaniansehingga produksi hasil pertanian ini menjadi basis bagi pertumbuhan sektorindustri itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhan di sektor pertanian diyakinimemiliki efek pengganda (multiplier effects) yang tinggi karena pertumbuhan disektor ini mendorong pertumbuhan yang pesat di sektor-sektor perekonomian lain,misalnya di sektor pengolahan (agro-industry) dan jasa pertanian (agro-services).

Dari uraian sebelumnya terlihat bahwa sektor pertanian atau agribisnismempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam perekonomianIndonesia. Namun demikian, pembangunan sektor pertanian masih mengalamipermasalahan-permasalahan pokok yang menghambat pengembangannya, baik

Page 4: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

4

permasalahan makro maupun mikro. Peningkatan daya saing sektor pertaniandengan pendekatan agribisnis mutlak harus terus dilakukan agar dapat berperanlebih baik dalam perekonomian Indonesia, khususnya dalam meningkatkankesejahteraan petani.

Tujuan Penulisan

Secara umum makalah ini bertujuan untuk melihat posisi daya saingagribisnis Indonesia. Secara terperinci makalah ini ditujukan untuk : (1) melihatkinerja sektor pertanian dan peranannya dalam pembangunan ekonomi; (2)menempatkan peranan baru sektor pertanian dalam menjawab tantangan masadepan; (3) tinjauan konseptual terhadap daya saing dan pengukurannya; (4)mengkaji posisi peringkat daya saing Indonesia; (5) mengkaji status dan kinerjadaya saing beberapa komoditas pertanian; dan (6) strategi peningkatan daya saingpertanian yang berorientasi peningkatan kesejahteraan petani.

KINERJA SEKTOR PERTANIAN DAN PERANANNYA DALAMPEMBANGUNAN EKONOMI

Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomianIndonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian dalam struktur perekonomiannasional sebagaimana tercemin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto(PDB), penyerapan tenaga kerja, dan kontribusinya terhadap perolehan devisa.

Kontribusi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan PDB

Sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor strategis dalamperekonomian Indonesia, yang ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap PDBnasional. Nilai PDB dan Kontribusi PDB setiap sektor perekonomian disajikan padaTabel 1. Kontribusi PDB sektor pertanian termasuk perikanan dan kehutanandalam lima tahun terakhir adalah sebesar (13–14%) dari nilai total PDB Nasional.Angka tersebut relatif besar, karena kontribusi sektor pertanian tersebutmenempati urutan ketiga setelah sektor industri pengolahan (27–28%) dan sektorperdagangan, hotel dan restoran (14–16%). Bahkan pada tahun 2008 menempatiurutan kedua setelah sektor industri pengolahan.

Pada tahun 2007 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar(13,7%) dan meningkat menjadi (14,4%) pada tahun 2008. Begitupun kontribusisektor industri pengolahan terhadap PDB mengalami peningkatan yaitu (27,1%)pada tahun 2007 menjadi (27,8%) pada tahun 2008. Apabila dilihat lajupertumbuhannya, dalam empat tahun terakhir PDB sektor pertanian selalumengalami peningkatan dan tumbuh sebesar (4,77%) pada tahun 2008 (Tabel 2).Laju pertumbuhan tersebut berada di bawah sektor-sektor lainnya kecuali sektorpertambangan dan penggalian yang hanya tumbuh sebesar (0,51%) dan industripengolahan yang tumbuh (3.66%) di tahun 2008.

Page 5: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

5

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha(Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007* 2008**

Pertanian, Peternakan,Kehutanan & Perikanan

329.124,6(14,3)

364.169,3(13,1)

433.223,4(13,0)

541.592,6(13,7)

713.291,4(14.4)

Pertambangan & Penggalian 205.252(8,9)

309.014,1(11,1)

366.520,8(11,0)

441.006,6(11,2)

543.363,8(10,9)

Industri Pengolahan 644.342,6(28,1)

760.361,3(27,4)

919.539,3(27,5)

1.068.653,9(27,1)

1.380.731,5(27,8)

Listrik, Gas & Air Bersih 23.730,3(1,0)

26.693,8(1,0)

30.354,8(0.9)

34.724,6(0,9)

40.846,7(0,8)

Konstruksi 151.247,6(6,6)

195.110,6(7,0)

251.132,3(7,5)

305.215,6(7,7)

419.321,68,5)

Perdagangan, Hotel & Restoran 368.555,9(16,1)

431.620,2(15,6)

501.542,4(15,0)

589.351,8(14,9)

692.118,8(14,0)

Pengangkutan dan Komunikasi 142.292(6,2)

180.584,9(6,5)

231.523,5(6,9)

264.264,2(6,7)

312.454,1(6,3)

Keuangan, Real Estate & JasaPerusahaan

194.410,9(8,5)

230.522,7(8,3)

269.121,4(8,1)

305.213,5(7,7)

368.129,7(7,4)

Jasa-jasa 236.870,3(10,3)

276.204,2(10,0)

336.258,9(10,1)

399.298,6(10,1)

483.771,3(9,8)

Produk Domestik Bruto 2.295.826,2 2.774.281,1 3.339.216,8 3.949.321,4 4.954.028,9Produk Domestik Bruto TanpaMigas

2.083.077,9 2.458.234,3 2.967.040,3 3.532.807,7 4.426.384,7

Sumber : BPS, 2009 (diolah)Keterangan : Angka ( ) adalah persentase terhadap Total PDB

*Angka sementara** Angka sangat sementaea

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000Menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007* 2008**Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2,82 2,72 3,36 3,43 4,77Pertambangan dan Penggalian -4,48 3,20 1,70 2,02 0,51Industri Pengolahan 6,38 4,60 4,59 4,67 3,66LIstrik, Gas, dan Air Bersih 5,30 6,30 5,76 10,33 10,92Konstruksi 7,49 7,54 8,34 8,61 7,31Perdagangan, Hotel & Restoran 5,70 8,30 6,42 8,41 7,23Pengangkutan dan Komunikasi 13,38 12,76 14,23 14,04 16,69Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 7,66 6,70 5,47 7,99 8,24Jasa-jasa 5,38 5,16 6,16 6,60 6,45Produk Domestik Bruto 5,03 5,69 5,50 6,28 6,06Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 5,97 6,57 6,11 6,87 6,52

Sumber: BPS, 2009Keterangan : * Angka sementara

** Angka sangat sementara

Page 6: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

6

Peranan besar yang dimiliki sektor pertanian dalam pertumbuhan PDBmemberikan sinyal positif bagi Indonesia untuk lebih serius dan secara konsistenmenerapkan revitalisasi pembangunan pertanian terutama dalam memecahkanmasalah kemiskinan dan pengangguran. Revitalisasi pertanian memiliki tiga pilarpengertian, yaitu (Krisnamurthi, 2006): (a) sebagai kesadaran akan pentingnyapertanian; (b) bentuk rumusan harapan masa depan akan kondisi pertanian; serta(c) sebagai kebijakan dan strategi besar melakukan proses “revitalisasi pertanian”itu sendiri. Peran revitalisasi pertanian tidak hanya sebatas membangun kesadaranpentingnya pertanian semata, tetapi juga terkait dengan adanya perubahanparadigma pola pikir masyarakat yang memandang pertanian tidak hanya sekedarbercocok tanam menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Sektor pertanianmempunyai efek pengganda (multiplier efect) yang besar terkait dengan adanyaketerkaitan ke depan dan ke belakang (forward and backward linkages) dengansektor-sektor lainnya, terutama industri pengolahan dan jasa. Disamping itu,kontribusi sektor pertanian harus diartikan secara lebih luas, sebagai suatukegiatan penciptaan nilai tambah mulai dari usahatani (kandang) hingga makananyang tersaji di atas meja kita, from farm to table business.

Kontribusi Sektor Pertanian dalam Penyerapan Tenaga Kerja

Pembangunan ekonomi yang dipilih saat ini adalah dengan menerapkan“Strategi Tiga Jalur (Triple Tracks Strategy), yakni : stabilitas ekonomi makro;pengembangan sektor riil, utamanya melalui pembangunan infrastruktur danpemberdayaan usaha mikro dan kecil; serta revitalisasi pertanian dan perdesaan(Krisnamurthi, 2009). Strategi tersebut telah dijadikan panduan dalammenggerakkan ekonomi melalui berbagai kebijakan pemerintah. Tiga jalur iniberasaskan pro-growth, pro-employment, dan pro-poor dalam setiap programpembangunan ekonomi. Sektor pertanian telah mampu memberikan kontribusiyang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Dalam hal ini sektor pertanian melaluipendekatan agribisnis menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalahpengangguran yang kian tahun kian meningkat. Masalah pengangguranmerupakan masalah yang secara makro menjadi tanggung jawab pemerintahuntuk mengatasinya.

Data BPS menunjukkan pada bulan Februari 2008, sektor pertanian telahmenyerap tenaga kerja sebesar 42,61 juta orang dan mengalami peningkatanmenjadi 43,03 juta orang pada bulan Februari tahun 2009. Penyerapan tenagakerja ini menempati urutan pertama dibandingkan sektor-sektor lainnya. Besarnyakontribusi sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja tersebutmengindikasikan bahwa sektor pertanian masih bersifat padat karya (laborintensive) dibandingkan padat modal (capital intensive).

Apabila ditinjau dari tahun 2005 sampai 2009, persentase tenaga kerjapertanian terhadap jumlah angkatan kerja berkisar antara 41-44 persen. Angka inimasih menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian masihdominan dibandingkan sektor lainnya. Pada Tabel 4 diperlihatkan bahwa padatahun 2009 dibandingkan dengan kontribusi sektor industri pengolahan, yangmenyumbang PDB hampir 30 persen, sektor industri hanya menyerap 12,1 persen

Page 7: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

7

tenaga kerja. Sektor perdagangan-rumah makan-hotel dengan kontribusi sekitar14 persen hanya mampu menyerap 20,9 persen tenaga kerja. Sektorpertambangan dan penggalian dengan kontribusi terhadap PDB sekitar 11 persenhanya menyerap 1,1 persen tenaga kerja. Ini berarti bahwa sektor pertanianmenjadi tumpuan penyerapan tenaga kerja, terutama di perdesaan.

Tabel 3. Perkembangan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2005-2009

Lapangan pekerjaan utama 2005 (Feb) 2006 (Feb) 2007 (Feb) 2008 (Feb) 2009 (Feb)

Pertanian, Kehutanan,Perburuan dan Perikanan

41.814.197 42.323.190 42.608.760 42.689.635 43.029.493

Pertambangan danPenggalian

808.842 947.097 1.020.807 1.062.309 1.139.495

Industri Pengolahan 11.652.406 11.578.141 12.094.067 12.440.141 12.615.440

Listrik, Gas, dan Air 186.801 207.102 247.059 207.909 209.441

Bangunan 4.417.087 4.373.950 4.397.132 4.733.679 4.610.695

Perdagangan Besar,Eceran, Rumah Makan,dan Hotel

18.896.902 18.555.057 19.425.270 20.684.041 21.836.768

Angkutan, Pergudangandan Komunikasi

5.552.525 5.467.308 5.575.499 6.013.947 5.947.673

Keuangan, Asuransi,Usaha PersewaanBangunan, Tanah, danJasa Perusahaan

1.042.786 1.153.292 1.252.195 1.440.042 1.484.598

Jasa Kemasyarakatan,Sosial dan Perorangan

10.576.572 10.571.965 10.962.352 12.778.154 13.611.841

Total 94.948.110 95.177.102 97.583.141 102.049.857 104.485.444Sumber : BPS, 2009

Tabel 4. Tenaga Kerja (TK) menurut Sektor Tahun 2009*

Sektor Rata-rata TK(juta orang)

Prosentase TK(sektor/nasional)

Pertanian, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 43,0 41,2Pertambangan & penggalian 1,1 1,1Industri Pengolahan 12,6 12,1Listrik, Gas & Air 0,2 0,2Bangunan 4,6 4,4Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan & Hotel 21,8 20,9Angkutan, Pergudangan & Komunikasi 5,9 5,7Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan,Tanah & Jasa Perusahaan

1,4 1,4

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan perorangan 13,6 13,0Total 95,2 100,0

Keterangan: * sampai dengan Februari 2009;Sumber : BPS, 2009 (diolah)

Page 8: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

8

Namun demikian bila dilihat dari aspek produktivitas, rendahnya kontribusisektor pertanian dalam PDB yang hanya sebesar (13,4%) dibandingkan sektorindustri yang mencapai (27,8%) yang menyebabkan tidak seimbangnya kontribusiPDB dan jumlah tenaga kerja yang diserap, maka tingkat produktivitas tenagakerja di sektor pertanian dapat dikatakan yang terendah. Bandingkan dengansektor industri yang menyumbang (27,8%) terhadap PDB nasional, namun hanyamenyerap tenaga kerja sebesar (12,1%). Sebagai akibatnya, kesejahteraan rumahtangga yang bekerja di sektor pertanian akan lebih rendah dibanding yang bekerjadi sektor industri.

Kontribusi Sektor Pertanian dalam Pembentukan Devisa Negara

Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan devisa negara dapatdilihat dari kontribusi sektor tersebut dalam perdagangan internasional, dapatditunjukkan oleh posisi beberapa komoditas pertanian di pasar dunia. Berdasarkandata dari Departemen Pertanian, pada kurun waktu tiga tahun terakhir nilai danvolume ekspor komoditas pertanian yang terbagi dalam empat subsektor yaitusubsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan mengalamikecenderungan meningkat (Tabel 5). Dari keempat subsektor, subsektorperkebunan memberikan kontribusi terbesar dalam ekspor komoditas pertanian.

Tabel 5. Neraca Ekspor-Impor Indonesia, 2006-2008

Subsektor2006 2007 2008

Volume(kg)

Nilai(USD)

Volume(kg)

Nilai(USD)

Volume(kg)

Nilai(USD)

Tanaman Pangan- Ekspor- Impor- Neraca

861.21811.456.511

-10.595.293

264.1542.568.454

-2.304.300

999.4609.398.521

-8.399.061

289.0492.729.147

-2.440.098

550.6245.197.866

-4.647.242

231.6902.455.225

-2.223.535Hortikultura

- Ekspor- Impor- Neraca

456.890923.867

-466.977

238.064527.414

-289.350

393.8631.293.411-899.548

254.765795.121

-540.356

356.51811.111.931

-755.413

294.134693.792

-399.658Perkebunan

- Ekspor- Impor- Neraca

21.378.1891.776.174

19.602.015

13.972.0641.675.067

12.296.997

22.089.2884.268.424

17.821.045

19.964.8702.731.627

17.233.243

15.692.9491.934.635

13.758.314

18.968.3693.113.710

15.854.659Peternakan

- Ekspor- Impor- Neraca

198.407880.430

-682.023

388.9391.190.396-801.457

458.900950.518

-491.618

748.5311.695.459-947.928

413.770733.951

-320.181

782.9921.653.914-870.922

Pertanian- Ekspor- Impor- Neraca

22.894.70415.036.982

7.857.722

14.863.2215.961.3318.901.890

23.941.51115.910.692

8.030.819

21.257.2157.952.354

13.304.861

17.013.8618.978.3838.035.478

20.277.1857.916.641

12.360.544Sumber: BPS, 2009

Dilihat dari neraca perdagangan, pada kurun waktu tiga tahun terakhirsektor pertanian mengalami surplus neraca perdagangan, hal ini mengindikasikanbahwa kinerja sektor pertanian telah benar-benar tumbuh dan mampu memberikankontribusi dalam perbaikan neraca perdagangan nonmigas. Diharapkan kinerjasektor pertanian pada tahun-tahun ke depan dapat dipertahankan dan ditingkatkan

Page 9: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

9

sehingga tidak hanya ketergantungan terhadap impor yang dapat ditekan tetapijuga kinerja ekspor produk pertanian baik segar maupun olahan dapat semakinditingkatkan. Beberapa komoditas unggulan Indonesia di pasar dunia adalahkelapa sawit, kakao, dan kelapa. Berdasarkan data nilai ekspor beberapakomoditas pertanian, dapat terlihat bahwa kelapa sawit, kakao, dan kelapamenunjukkan nilai ekspor yang meningkat dari tahun 2006 sampai 2008 (Tabel 6).

Tabel 6. Perkembangan Nilai Ekspor Beberapa Komoditas Unggulan Pertanian

KomoditasNilai Ekspor (000 US$)

2006 2007 2008Kelapa Sawit 5.551.160 9.078.283 9.652.908Kakao 855.047 924.237 829.908Kelapa 363.081 695.921 707.932Kopi 588.502 636.417 658.284Tembakau 102.549 424.721 341.636Gandum/ Meslim Olahan 184.468 190.227 153.712Lada 77.258 132.497 147.623Susu dan Produk Susu 71.542 4.075 113.707Teh 134.515 126.615 108.145Pinang 79.017 94.598 75.996Tebu 48.521 29.726 43.060Ubi Kayu Segar 14.836 6.197 21.938Gandum/ Meslim 3.315 13.730 17.671Jagung Segar 4.306 18.503 16.503Kubis/ Kol Segar atau dingin 7.903 9.242 6.865Kacang Tanah Segar 2.579 4.569 6.624Kedelai Olahan 5.515 6.147 4.338Ubi Jalar Segar 6.259 6.197 4.151Kacang Tanah Olahan 8.164 4.957 3.084Manggis 3.612 4.951 3.044Kentang Segar 5.917 2.855 1.513Kedelai Segar 2.891 2.466 1.416Jamur 1.322 2.322 1.314Bawang Merah Segar 6.366 3.492 996Beras 531 466 454

Sumber: BPS, 2009

Produksi dan Produktivitas Komoditas Pertanian

Nilai produksi beberapa komoditas pertanian diperlihatkan pada Tabel 7.Untuk subsektor tanaman pangan selain komoditas padi, ubi kayu merupakankomoditas yang mempunyai nilai produksi yang cukup tinggi. Sedangkan pisang,kelapa sawit, dan daging broiler merupakan komoditas pertanian yang memilikinilai produksi terbesar dimasing-masing subsektor tersebut. Produktivitasbeberapa komoditas pertanian penting juga cenderung mengalami peningkatan(Tabel 8). Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran empat faktor penggerakpembangunan, yaitu sumber daya alam (pertanian), sumber daya manusia (SDM),

Page 10: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

10

teknologi, serta kelembagaan yang senantiasa ditingkatkan. Namun demikianupaya peningkatan produksi dan produktivitas harus senantiasa dilakukansehingga sektor pertanian akan lebih berperan dalam perekonomian nasional.

Tabel 7. Produksi Beberapa komoditas dan Hasil Pertanian, 2002-2007 (000 Ton)

Komoditas 2004 2005 2006 2007Tanaman PanganPadi 54.088,00 54.151,00 54.455,00 57.157,00Jagung 11.225,00 12.524,00 11.609,00 13.287,00Ubi Kayu 19.425,00 19.321,00 19.987,00 19.988,00Kedelai 723,00 808,00 748,00 592,00HortikulturaJeruk 2.071,00 2.214,00 2.565,00 2.625,00Pisang 4.874,00 5.178,00 5.037,00 5.454,00Alpukat 222,00 226,00 239,00 201,00PerkebunanKaret 2.066,00 2.271,00 2.637,00 2.755,00Kelapa sawit 10.830,00 11.862,00 17.351,00 17.644,00Kopi 647,00 640,00 683,00 676,00Tebu 2.052,00 2.242,00 2.307,00 2.623,00PeternakanDaging Sapi 447,57 358,70 395,84 339,47Daging Ayam Buras 296,42 301,42 341,25 294,88Daging Ayam Ras Pedaging 846,09 779,10 861,26 942,78Daging Domba 66,10 47,30 75,18 56,85Telur 1.107,41 1.051,50 1.204,42 1.366,20Susu 549,90 535,96 616,55 567,68

Sumber : Departemen Pertanian (diolah), 2009

Tabel 8. Produktivitas Beberapa Komoditas Pertanian, 2003-2007

2004 2005 2006 2007Tanaman Pangan (Ku/Ha)Padi 45,36 45,74 46,20 47,05Jagung 33,44 34,54 34,70 36,60Ubi Kayu 155,00 159,00 163,00 166,36Kedelai 12,80 13,01 12,88 12,91Hortikultura (Ku/Ha)Jeruk 286,40 326,20 354,40 388,50Pisang 510,80 510,30 535,10 555,70Alpukat 142,70 132,80 153,20 117,10Perkebunan (Kg/Ha)Karet 839,00 862,00 967,00 993,00Kelapa sawit 2.833,00 2.925,00 3.498,00 2.994,00Kopi 665,80 683,13 695,00 673,00Tebu 5.950,36 5.871,89 5.961,00 6.133,00

Keterangan : *) angka SementaraSumber : Departemen Pertanian (diolah), 2009

Page 11: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

11

PERANAN BARU DAN TANTANGAN SEKTOR PERTANIAN

Peranan Baru Sektor Pertanian

Pertanian dijadikan sebagai way of life dan sumber kehidupan sebagianbesar masyarakat pertanian di perdesaan. Sekitar 45 persen tenaga kerja kitatergantung dari sektor pertanian primer. Peranan sektor pertanian selama ini dalamperekonomian nasional secara tradisional kerap hanya dilihat melalui sejauh manakontribusinya dalam pembentukan PDB, penciptaan kesempatan kerja,peningkatan pendapatan masyarakat dan perolehan devisa. Peranan baru sektorpertanian sekarang ini dapat diletakkan dalam kerangka ”3 F contribution in theeconomy”, yaitu food (pangan), feed (pakan), dan fuel (bahan bakar). Namun,apabila kita tidak mampu mengelola pertanian dengan baik, maka akan dapatmenciptakan Jebakan Sindrom 3 F, yaitu Food, Feed, and Fuel, seperti yangdiungkapkan oleh (Putri, 2009).

Peranan pertanian kaitannya dengan ”food” adalah sektor pertanianmenjadi leading sector dalam pembangunan ketahanan pangan. Artinya, peranansektor pertanian sangat menentukan terwujudnya sumber daya manusia (SDM)yang berkualitas melalui ketersediaan dan kecukupan pangan baik nabati maupunhewani. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan tidak lagi diartikan sebagaiketersediaan dan kecukupan pangan tetapi juga disertai dengan kecukupanprotein hewani dan pangan lainnya sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH).Sektor peternakan dalam kerangka pembangunan pertanian dalam arti luasmemiliki peranan yang besar dalam menciptakan pangan hewani bermutu tinggi.

Kaitannya dengan “feed”, sektor pertanian memiliki peranan sebagaipemasok terbesar bahan baku utama pakan ternak. Jagung merupakan komoditaspertanian terbesar yang digunakan untuk pakan ternak unggas. Pakan ternakunggas menggunakan bahan baku yang berasal dari jagung sebesar ± 60 persen.Selama beberapa tahun terakhir ini, jagung digunakan sebagai penghasil sumberenergi terbarukan (renewable) untuk keperluan bahan bakar (fuel). Hal inimenunjukkan bahwa sektor pertanian telah berperan sebagai penghasil energi,biofuel. Industri etanol (biofuel) di Amerika Serikat (AS) meningkat tajam, dari 166pabrik pada tahun 2006, sekarang meningkat tajam menjadi 429 pabrik biofuel.Tidak heran, apabila permintaan sumber energi terbarukan ke depan daribiomassa seperti jagung akan semakin meningkat. Presiden Bush mentargetkan20 persen konsumsi bahan bakar akan berganti dengan biofuel pada 2017.Naiknya harga minyak dunia mendorong riset dan pembangunan pabirk biofuelmenjadi feasible.

Pasar jagung dunia telah mengindikasikan bahwa alokasi jagung bagikebutuhan pakan ternak akan berkurang karena tersedotnya jagung untukkeperluan bahan baku etanol (biofuel). Konsumsi jagung yang meningkat untukpengembangan biofuel sebagai salah satu alternatif bahan bakar di negara-negaramaju, terutama Amerika Serikat (AS) akan mengurangi pasokan jagung untukpakan ternak. AS telah mengalokasikan 55 juta ton jagung untuk industri etanol(biofuel) dalam negeri pada tahun 2006 dan diperkirakan tahun 2008 meningkat

Page 12: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

12

menjadi 82 juta ton. Perkembangan industri biofuel akan diikuti oleh Cina yangmemasok 20 persen jagung dunia. Kecenderungan penggunaan jagung sebagaisumber energi oleh AS dan negara-negara lain akan terus meningkat di masamendatang, sehingga harga jagung akan tetap bertahan dengan harga relatiftinggi. Oleh karena itu, kecenderungan permintaan jagung yang meningkat baikuntuk pemenuhan industri pakan ternak maupun pengembangan energi alternatifbahan bakar (biofuel) akan diikuti oleh naiknya harga jagung di pasar dunia. Dalamjangka panjang, kenaikan harga jagung yang tinggi mendorong re-alokasipenggunaan lahan untuk memproduksi jagung sehingga produksi bahan makananlainnya menurun. Akibatnya, harga bahan pokok akan meningkat. Pada saat ininegara-negara yang makanannya jagung, seperti Meksiko, harga tortillas telahmeningkat sampai 60 persen.

Besarnya peranan sektor pertanian termasuk di dalamnya aspek food(pangan), feed (pakan) dan fuel (bahan bakar) menunjukkan bahwa eksistensisektor pertanian telah mampu menciptakan rantai nilai tambah bisnis yang berasaldari lahan usaha hingga makanan yang siap saji (from farm to table business).Sektor pertanian tidak hanya berkaitan dengan on-farm saja. Namun, lingkupsektor pertanian juga berkaitan dengan off-farm, baik hulu hingga hilir. Hal inimemperlihatkan bahwa sektor pertanian memiliki peran yang strategis untukmewujudkan pembangunan secara komperehensif sehingga pada akhirnya dapatmengurangi tingkat kemiskinan, sekaligus menciptakan pertumbuhan ekonomi danlapangan pekerjaan.

Tantangan Sektor Pertanian

Tidak dapat dielakan sektor pertanian juga mengalami berbagaipermasalahan dan tantangan yang dihadapi. Hal ini tidak terlepas dari beberapahambatan dalam pengembangan pertanian di negara-negara berkembang antaralain adalah : pertama, belum terciptanya efisiensi teknis dan ekonomis usaha padasektor pertanian sehingga rendahnya daya saing komoditas pertanian. Kedua,Kondisi politik, ekonomi, dan keamanan yang masih tidak menentu sehingga tidakkondusif bagi para investor untuk menanamkan modal pada sektor pertanian.Ketiga, kondisi infrastruktur yang buruk karena pada dasarnya pembangunantingkat output sektor pertanian sangat tergantung pada infrastruktur yang baik.Keempat, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang relatif rendah. Kelima,kebijakan pemerintah belum berpihak pada sektor pertanian. WalaupunRevitalisasi Pertanian sudah dicanangkan, tetapi di lapangan masih terlihat adanyainkonsistensi kebijakan (policy inconsistency).

Gejolak kenaikan harga barang-barang pertanian yang tidak menentu,dapat saja memiliki dampak pengganda (multiplier effects) yang sangat tinggi,maka dikhawatirkan dalam waktu dekat akan menimbulkan gejolak sosial danpolitik yang tidak remeh. Pemerintah dinilai gagal melakukan langkah antisipatif.Walaupun Indonesia memiliki potensi sumber daya pertanian, tetapi hingga saat inikita masih mengimpor kedelai sebesar 70 persen, daging sapi 25 persen, jagung10 persen, kacang tanah 15 persen, susu 90 persen, dan gula 30 persen darikebutuhan nasional.

Page 13: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

13

Sayangnya, peranan sektor pertanian yang besar belum dapatdimanfaatkan secara optimal oleh negara-negara berkembang termasukIndonesia. Padahal, potensi besar pertanian berada di negara-negara berkembangsekaligus tingkat kemiskinan terbesar juga berada di LDC.

Disamping itu, permasalahan sektor pertanian di Indonesia tidak terlepasdari beragam isu dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pertanianglobal meliputi isu dan tantangan dalam perdagangan internasional (peningkatanbiaya dan pajak impor, AFTA/WTO dan globalisasi), investasi sektor swasta asing,permasalahan teknologi (biaya inovasi teknologi baru mahal dan di Indonesiapenerapan teknologi sebagian besar masih berupa teknologi yang rendah), biayatidak efisien dan permasalahan rantai pasok pangan, prasyarat kesehatan pangan,referensi untuk produk impor dan keterkaitan struktur antardepartemen (Gambar1).

Gambar 1. Isu-isu dan Tantangan yang Dihadapi dalam Pengembangan Agribisnis Global

Sumber : Gumbira-Said, 2007

TINJAUAN KONSEPTUAL TENTANG DAYA SAING DAN PENGUKURANNYA

Sebagian pakar mengemukakan bahwa konsep daya saing(competitivness) berpijak dari konsep keunggulan komparatif (comparativeadvantage) dari Ricardo yang merupakan konsep ekonomi. Namun, sebagianpakar lain mengemukakan bahwa konsep daya saing (competitiveness) ataukeunggulan kompetitif (competitive advangtage) bukan merupakan konsepekonomi, melainkan konsep politik dan atau konsep bisnis yang digunakan

Page 14: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

14

sebagai dasar bagi banyak analisis strategis untuk meningkatkan kinerjaperusahaan.

Menurut Simatupang (1991) serta Sudaryanto dan Simatupang (1993)konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan)potensial dalam artian daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidakmengalami distorsi sama sekali. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatifdikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi. Keunggulan kompetitif atau(revealed competitive advantage/RCA) merupakan pengukur daya saing suatukegiatan pada kondisi perekonomian aktual. Terkait dengan konsep keunggulankomparatif adalah kelayakan ekonomi, dan terkait dengan keunggulan kompetitifadalah kelayakan finansial dari suatu aktivitas. Sumber distorsi yang dapatmengganggu tingkat daya saing antara lain adalah (1) kebijakan pemerintah(governmet policy), baik yang bersifat langsung (seperti tarif) maupun taklangsung (seperti regulasi); dan (2) distorsi pasar, karena adanyaketaksempurnaan pasar (market imperfection), misalnya adanya monopoli/monopsoni domestik.

Esterhuizen et al. (2008) mendefinisikan daya saing (competitivness) “asthe ability of a sector, industry or firm to compete successfully in order to achievesustainable growth within the global environment while earning at least theopportunity cost of return on resources employed”. Daya saing didefinisikansebagai kemampuan suatu sektor, industri, atau perusahaan untuk bersaingdengan sukses untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan didalamlingkungan global selama biaya imbangannya lebih rendah dari penerimaansumber daya yang digunakan.

Dapat terjadi bahwa di tingkat produsen suatu komoditas memilikikeunggulan komparatif, memiliki biaya oportunitas (opportunity cost) yangrelatif rendah, namun ditingkat konsumen ia tidak memiliki daya saing(keunggulan kompetitif) karena adanya distorsi pasar dan/atau biaya transaksiyang tinggi. Atau hal sebaliknya juga dapat terjadi: karena adanya dukungan(campur tangan) kebijakan pemerintah, suatu komoditas memiliki daya saing ditingkat konsumen padahal ia tidak memiliki keunggulan komparatif di tingkatprodusen.

Pengukuran status daya saing sektor agribisnis/industri/komoditas dapatmenggunakan Relative Trade Advantage/RTA (Balasa, 1989; Volrath, 1991).Sedangkan analisis status daya saing terutama dari executive opinion dapatdilakukan dengan Agibusiness Executive Survey (AES). Sementara itu, untukanalisis kualitatif dan kuantitatif pada level kelembagaan agribisnis dapatmenggunakan Agribusiness Confodence Index (ACI). Alat ukur daya saing yangjuga banyak digunakan adalah Revealed Competitive Advantage (RCA).Belakangan ini, dengan menggunakan Policy Analysis Matrix (PAM) akandihasilkan dua indikator pengukur daya saing, yaitu Private Cost Ratio (PCR) yangmerupakan indikator keunggulan kompetitif yang menunjukkan kemampuan sistemuntuk membayar biaya sumber daya domestik dan tetap kompetitif pada hargaprivat dan Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) merupakan indikatorkeunggulan komparatif, yang menunjukkan jumlah sumber daya domestik yangdapat dihemat untuk menghasilkan satu unit devisa (Monke and Pearson, 1995).

Page 15: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

15

Michael Porter, Profesor Ilmu Ekonomi dan ahli manajemen strategi dariHarvard University (1990; 1998), melakukan studi kasus yang sukses di sepuluhnegara maju atau negara industri (Jerman, Itali, Jepang, Singapura, KoreaSelatan, Swiss, Inggris, Denmark, USA) dengan melakukan studi pada 100perusahaan. Porter mengemukakan bahwa : “we need a new perspective and newtools-an approach to competitivness that grows directly out of an analysis ofinternatioanally succesful industries, without regard to traditional ideology orcurrent intellectual fashion. We need to know, very simple, what work and why.”Secara ringkas Porter mendefiniskan daya saing (competitiveness) sebagai suatukemampuan negara untuk menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan melaluikegiatan perusahaan-perusahaannya dan untuk mempertahankan tingkat kualitaskehidupan yang tinggi bagi warga negaranya.

Porter berusaha untuk mengkaji daya saing (competitiveness) dariperspektif mikro (perusahaan) ke perspektif daya saing bangsa/negara (nationalcompetitive advantage), yang bukunya dipublikaskan dengan judul “TheCompetitive Advantage of Nations”. Intinya adalah pentingnya inovasi dibidangilmu pengetahuan dan teknologi. Konsep Porter ini dikenal sebagai Diamond ofCompetitive Advantage (Gambar 2):

Gambar 2. Porter’s Diamond

Sumber : Porter, 1990

1. Faktor conditions, yaitu posisi negara dalam hal penguasaan faktorproduksi, seperti tenaga kerja terampil atau infrastruktur, merupakansyarat kecukupan untuk bersaing dimana industri sudah given.

2. Demand conditions, secara alamiah besarnya permintaan pasar domestik(home-market) untuk produk-produk dan jasa-jasa industri.

Firm strategy, structureand rivalry

Demand conditionsFactor conditions

Related and supportingindustries

Chance Goverment

Goverment Chance

Page 16: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

16

3. Relating and supporting industries, kehadiran industri pemasok(pendukung) dan lain-lain dalam suatu negara sangat berkaitan dengankemampuan daya saing industri-industri di pasar internasional.

4. Firms strategy, structure and rivalry, kondisi pemerintahan di dalam suatunegara bagaimana perusahaan-perusahaan diciptakan, diorganisasi dan dikelola, sebaik persaingan domestik secara alamiah.

Di samping itu, Porter (1990) juga memasukkan dua variabel di luar model,yaitu peranan kesempatan dan peranan pemerintah yang turut akanmempengaruhi model. Dimana peran pemerintah menjadi faktor penting dalammeningkatkan daya saing.

Peringkat Daya Saing

World Economic Forum (WEF), sebuah lembaga pemeringkatan dayasaing ternama, mendefinisikan daya saing sebagai himpunan kelembagaan,kebijakan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu negara.WEF menggunakan 12 pilar utama yang mempengaruhi daya saing (Gambar 3).Kedua belas pilar tersebut digolongkan menjadi tiga kelompok besar penentu dayasaing, yakni kelompok persyaratan dasar (basic requirements) yang terdiri daripilar kelembagaan (institutions), pilar infrastruktur (infrastructure), pilar stabilitasmakroekonomi (macroeconomic stability), dan pilar kesehatan dan pendidikandasar (health dan primary education). Kelompok kedua disebut sebagai kelompokpenambah/peningkat efisiensi (efficiency enhancers) yang terdiri dari pilarpendidikan tinggi dan pelatihan (higher education and training), pilar efisiensi pasarbarang (goods market efficiency), pilar efisiensi pasar tenaga kerja (labour marketefficiency), pilar efisiensi pasar keuangan (financial market efficiency), pilarkesiapan teknologi (technological readiness) dan pilar ukuran pasar (market size).Kelompok ketiga merupakan kelompok inovasi dan kecanggihan (innovation andsophistication) yang terdiri dari pilar kecanggihan bisnis (business sophistication)dan pilar inovasi (innovation).

WEF menempatkan Indonesia di urutan 54 dari 131 negara pada tahun2007-2008 dan menurun pada tahun 2008-2009 menjadi urutan 55 dari 133negara yang disurvei. Pada tahun 2009-2010, Indonesia berada dalam peringkat51 dari 133 negara. Walaupun Indonesia lebih baik dari Filipina, tetapiperingkatnya kalah jauh dengan negara-negara seperti Singapura, Cina, Malaysia,Thailand dan India (lihat Tabel 9). Lembaga pemerintah lain, International Institutefor Management Development (IMD), menempatkan Indonesia pada urutan ke-54dari 55 negara di dunia yang disurvei pada tahun 2007. Tetapi pada tahun 2009,Indonesia digolongkan sebagai negara yang memiliki prestasi yang sangat baik(the most spectacular movement). Posisi Indonesia yang pada tahun 2008menempati ranking 51 dari 55 negara, naik pesat ke posisi 42 dari 57 negara yangdisurvei. IMD menggunakan 4 faktor utama dalam mengukur daya saing, yaitukinerja ekonomi, efisiensi birokrasi, efisiensi bisnis, dan ketersediaan infrastruktur.

Sementara itu, menurut laporan hasil penelitian yang dikeluarkan olehInternational Finance Corporation (IFC) dan Bank Dunia mengenai “DoingBusiness Index 2010″, Indonesia menduduki peringkat 122 dari 183 negara dalam

Page 17: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

17

hal kemudahan berbisnis. Peringkat ini naik dari posisi 129 dari 181 negara padatahun 2009.

Gambar 3. World Economic Forum: 12 Pillars of Competitiveness

Tabel 9. Rangking Global Competitiveness Indeks (GCI) Tahun 2009 dan Perbandingandengan Tahun-Tahun Sebelumnya

No Negara GCI 2009-2010 Rank GCI 2008-2009 Rank GCI 2007-2008 Rank

1 Indonesia 54 55 542 Thailand 36 34 283 Singapore 3 5 74 Vietnam 75 70 685 Malaysia 24 21 216 India 49 50 487 Cina 29 30 348 Philippines 87 71 71

Source : World Economic Forum, 2009

Pada tahun 2009, Indonesia menduduki peringkat ke 129 dalamkemudahan berbisnis. Peringkat ini lebih baik dari Kamboja (135), Filipina (140)dan Laos (165). Sementara negara-negara ASEAN lainnya memiliki peringkat yanglebih baik dari Indonesia. Singapura di peringkat 1, Thailand di peringkat 13,Malaysia di peringkat 20, Brunei Darussalam di peringkat 88, dan Vietnam diperingkat 92.

Page 18: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

18

Gambar 4 menunjukkan penilaian daya saing Indonesia berdasarkan 12pilar. Indonesia termasuk katagori negara transisi menuju negara “EfficiencyDriven”. Peringkat daya saing menunjukkan sejauh mana iklim investasi di suatunegara menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya. Semua pilar yangmenentukan daya saing perlu kita perbaiki secara serempak, holistik, komprehensifdan teritegrasi, tidak parsial, dan tidak egosektoral.

Sumber: WEF, 2009

Gambar 4. Daya Saing Indonesia Berdasarkan 12 Pilar

Page 19: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

19

Laporan WEF (2009) juga mengemukakan persoalan-persoalan utamayang dihadapi oleh Indonesia dalam peningkatan daya saing nasional. Persoalan-persoalan utama tersebut yang memerlukan prioritas penanganan dalam rangkapeningkatan daya saing antara lain adalah (a) kualitas birokrasi yang tidak efisien,(b) ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai, (c) kebijakan pemerintah yangtidak konsisten, (d) tingginya tingkat korupsi, dan (e) kesulitan dalam aksespermodalan/pembiayaan.

Sumber: WEF (2009)

Gambar 5. Persoalan-Persoalan Utama Dalam Peningkatan Daya Saing di Indonesia

Daya saing Indonesia juga dapat digambarkan melalui pendekatan indeksRCA (revealed comparative advantage). Indeks RCA menunjukkan rasioperbandingan antara pangsa ekspor komoditas atau sekelompok komoditas suatunegara terhadap pangsa ekspor komoditas tersebut di dunia. Hal inimengindikasikan bahwa dari indeks RCA menggambarkan arah konsentrasidiversifikasi produk ekspor suatu negara. Berdasarkan indeks RCA, Indonesiamasih mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber dayaalam (Tabel 10). Produk-produk yang termasuk dalam kategori ”food, beverage,and tobacco” yang memiliki daya saing tinggi dengan RCA > 1, antara lain produkperikanan, produk kopi, teh dan rempah-rempah dan tembakau. Produk-produkyang tergolong dalam ”agricultural raw materials” yang memiliki daya saing tinggiantara lain crude rubber, cork and woods, pulp and waste paper, coal, coke andbriquette, fixed vegetable fats and oils, animal and vegetable fats and oils dancrude fertlizer. Produk-produk yang tergolong dalam kategori ”manufacturing”yang memiliki daya saing tinggi adalah fertilizer, cork and wood manufactures,rubber manufacturing, textiles, furniture, clothing dan footwear. Dari gambaran diatas terlihat bahwa keunggulan daya saing ekspor Indonesia masih berbasiskepada produk-produk berbasis sumber daya alam dan tenaga kerja, belumdidasarkan kepada produk-produk industri yang knowledge-based.

Page 20: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

20

Tabel 10. Indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) Indonesia

Kode SITC dan deskripsi komoditas

IndonesiaBagian daritotal ekspor

(%)

Bagian dariEkspor dunia

(%)Indeks RCA

90-94 00-04 90-94 00-04 90-94 00-04PRODUK PRIMERPangan, minuman dan tembakau00 Ternak hidup01 Daging dan olahannya02 Produk sapi perah dan telur03 Ikan, kepiting dan kerang-kerangan04 Biji-bjian dan olahannya05 Sayuran dan buah06 Gula dan olahannya07 Kopi, teh, coklat dan bumbu08 Pakan ternak09 Serbaneka produk yang dapat dimakan10 Minuman12 Tembakau dn pabrik tembakau

Bahan Kasar Pertanian22 Bibit minyak dan buahnya23 Karet kasar24 Gabus dan kayu25 Bubur kayu dan kertas sampah26 Serat tekstil29 Bahan ternak dan sayuran32 Batubara, kokas dan briket41 Minyak hewan dan lemak42 Lemak dan minyak sayuran43 Lemak dan minya hewan dan sayuran

Mineral27 Pupuk, mineral28 Logam, sisa68 Logam bon besi

PABRIK51 Bahan kimia organik52 Bahan kimia non organik53 Bahan celupan dan pewarna54 Produk obat dan farmasi55 Minyak esensial, parfum dan sebagainya56 Pupuk57 Plastik dalam bentuk primer58 Plastik dalam bentuk non primer59 Bahan kimia61 Kulit dan barang dari kulit62 Pabrik karet63 Pabrik gabus dan kayu64 Kertas, papan kertas, dsb.65 Benang tekstil dan pabrik66 Pabrik mineral non besi67 Besi dan baja69 Pabrik besi71 Pabrik tenaga listrik72 Mesin industri spesial

31,712,90,10,10,05,60,21,30,24,00,50,10,10,7

12,80,14,61,60,30,20,32,20,02,91,7

6,00,43,91,7

66,20,90,20,20,10,70,90,30,20,20,20,4

17,91,69,71,31,31,00,10,1

30,68,20,10,10,23,30,20,70,22,30,20,40,00,5

15,10,02,70,91,40,30,24,00,05,30,3

7,30,24,62,5

69,42,60,50,30,20,80,31,20,60,50,21,06,14,46,61,61,11,11,00,4

1,41,00,20,10,04,20,10,60,55,40,80,30,10,9

2,40,114,81,40,50,20,63,40,56,85,5

1,40,83,10,7

0,60,30,20,20,10,72,00,10,20,10,50,427,20,62,20,40,30,30,00,0

1,90,90,40,10,33,30,20,40,54,20,50,90,01,2

4,20,1

14,51,23,40,80,57,90,1

15,34,1

1,90,74,11,0

0,70,90,80,40,10,71,00,60,60,30,41,08,92,12,10,70,40,40,30,1

1,91,30,30,10,15,40,20,80,67,01,00,30,11,1

3,10,2

19,21,80,70,30,74,40,68,87,1

1,81,04,00,9

0,80,40,30,30,10,92,60,20,20,20,60,5

35,20,82,90,60,40,40,00,0

2,21,30,40,10,33,00,20,50,55,00,61,00,11,4

4,90,117,01,54,01,00,69,20,117,04,5

2,30,94,81,2

0,81,00,70,40,10,81,10,70,70,40,51,210,52,52,40,80,40,50,30,1

Page 21: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

21

Tabel 10. Lanjutan

Kode SITC dan deskripsi komoditas

IndonesiaBagian daritotal ekspor

(%)

Bagian dariEkspor dunia

(%)Indeks RCA

90-94 00-04 90-94 00-04 90-94 00-0473 Mesin pekerjaan besi74 Mesin industri umum75 Mesin kantor76 Telkom dan peralatan suara77 Perlengkapan mesin listrik dan bagiannya78 Kendaraan79 Peralatan transport lainnya81 Bahan bangunan pabrik82 Meja kursi, alas, dsb.83 Bhn perjalanan, tas tgn % kotak sejenisnya84 Pakaian dan perhiasan85 Alas kaki87 Perlengkapan ilmiah88 Perlengkapan fotografi dan jam89 Pabrik serbaneka

0,00,30,63,01,50,80,50,12,30,2

12,25,70,10,53,1

0,01,05,06,85,61,30,20,23,20,39,22,90,10,42,7

0,00,10,10,60,20,10,10,31,90,72,64,40,00,30,5

0,00,20,71,10,50,10,10,32,40,82,23,00,10,30,5

0,00,10,10,80,20,10,10,32,40,83,45,60,00,40,7

0,10,20,81,30,50,10,10,42,80,92,53,50,10,30,6

TOTAL 100 100 100 100 100 100Sumber : Athukorala, 2006

KINERJA DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

Kinerja Daya Saing Komoditas Pertanian Utama

Untuk melihat keragaan daya saing beberapa komoditas pertanian sepertipadi, palawija, hortikultura, dan perkebunan, serta peternakan akan dilakukanreview, yang telah dilakukan beberapa peneliti di PSE-KP. Dalam melihat statuskomoditas pertanian kebanyakan peneliti menggunakan analisis keunggulankomparatif dan keunggulan kompetitif, dengan menggunakan indikator domesticresource cost ratio (DRCR) dan private cost ratio (PCR). Suatu komoditasdikatakan memiliki keunggulan komparatif apabila memiliki koefisien DRCR < 1,artinya untuk menghasilkan nilai tambah keluaran pada harga sosial diperlukantambahan biaya lebih kecil dari satu. Demikian juga, suatu komoditas dikatakanmemiliki keunggulan kompetitif apabila memiliki koefisien PCR < 1, artinya untukmenghasilkan nilai tambah keluaran pada harga privat diperlukan tambahan biayalebih kecil dari satu.

Komoditas Padi

Hasil analisis keunggulan komparatif dan kompetitif beberapa komoditaspertanian memberikan beberapa gambaran sebagai berikut. Untuk komoditas padi,meskipun hingga saat ini tetap memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif,namun keunggulan yang dimiliki semakin rendah dan rentan terhadap perubahaneksternal. Sebagai ilustrasi nilai koefisien DRCR (Domestic Resource Cost Ratio)dan PCR (Private Cost Ratio) untuk komoditas padi pada berbagai tipe irigasi

Page 22: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

22

dibeberapa wilayah memberikan gambaran sebagai berikut (Rachman, dkk, 2004):(1) nilai koefisen DRCR padi daerah sentra produksi di Pulau Jawa denganmengambil kasus di Kabupaten Indramayu dan Majalengka, Jawa Barat, diperolehnilai kisaran antara 0,78-0,99; sedangkan di Klaten, Jawa tengah, berkisar antara0,74-0,96; sementara di Kediri dan Ngawi Jawa Timur berkisar antara 0,70-1,00;(2) nilai koefisen PCR padi wilayah sentra produksi di Pulau Jawa, untukKabupaten Indramayu dan Majalengka, Jawa Barat, diperoleh nilai kisaran antara0,70-0,88; sedangkan di Klaten, Jawa Tengah, berkisar antara 0,76-0,94;sementara itu di Kediri dan Ngawi Jawa Timur, berkisar antara 0,69-94; (3) nilaikoefisien DRCR padi beberapa wilayah sentra produksi Luar Jawa, untukKabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan berkisar antara 0,56-0,88, sedangkan diKabupaten Agam, Sumatera Barat, berkisar antara 0,70-0,98; dan (4) nilaikoefisien PCR padi beberapa wilayah sentra produksi Luar Jawa, untuk KabupatenSidrap, Sulawesi Selatan, berkisar antara 0,55-0,87; sedangkan di KabupatenAgam, Sumatera Barat, berkisar antara 0,68-0,79.

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa keunggulan komparatif dankompetitif padi atau beras relatif rendah, keunggulan komparatif tersebut masihdapat diwujudkan menjadi keunggulan kompetitif karena masih adanya proteksipemerintah baik berupa subsidi input maupun melalui kebijakan tarif impor beras.

Kelompok Komoditas Palawija

Untuk komoditas kedelai tidak memiliki keunggulan komparatif dankompetitif. Hasil kajian analisis keunggulan komparatif dan kompetitif untukkomoditas kedelai di lahan sawah pada berbagai tipe irigasi mefefleksikanbeberapa hal pokok sebagai berikut (Rusastra et al., 2004) : (1) nilai koefisenDRCR kedelai di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, diperoleh nilai kisaran antara0,92-0,99; (2) nilai koefisen PCR kedelai di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,berkisar antara 0,94-1,04; (3) nilai koefisien DRCR kedelai di Kabupaten Ngawi,Jawa Timur, berkisar antara 0,75-1,15; dan (4) nilai koefisien PCR kedelai diKabupaten Ngawi, Jawa Timur, berkisar antara 1,00-1,05.

Artinya, untuk komoditas kedelai tidak atau kurang memiliki keunggulankomparatif dan kompetitif lagi. Hal inilah yang menjadi penjelas begitu kran impordibuka secara luas dan perlindungan kepada petani dilonggarkan, maka petanibanyak meninggalkan komoditas kedelai dan melakukan substitusi ke komoditaslain yang dipandang lebih menguntungkan, serta meningkatnya volume imporkedelai baik dari Amerika maupun RRC.

Untuk komoditas jagung memiliki status keunggulan komparatif dankompetitif yang relatif baik. Hasil kajian analisis keunggulan komparatif dankompetitif untuk komoditas jagung pada berbagai tipe lahan sawah mefefleksikanbeberapa hal pokok sebagai berikut (Rusastra et al., 2004) : (1) nilai koefisenDRCR jagung di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, diperoleh nilai kisaran antara0,30-0,50, sedangkan di Kediri, Jawa Timur, berkisar antara 0,37-0,56; (2) nilaikoefisen PCR jagung di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, berkisar antara 0,52-0,84; sedangkan Kediri, Jawa Timur, diperoleh nilai kisaran antara 0,65-0,80; (3)nilai koefisien DRCR jagung di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, berkisar

Page 23: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

23

antara 0,56-0,65; dan (4) nilai koefisien PCR jagung di lahan sawah untukKabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan berkisar antara 0,80-0,85.

Untuk komoditas kacang tanah status keunggulan komparatif dankompetitif yang cukup baik. Hasil kajian analisis keunggulan komparatif dankompetitif untuk komoditas Kacang tanah pada berbagai jenis lahan sawah adalahsebagai berikut (Rusastra et al., 2004) : (1) nilai koefisen DRCR kacang tanah dilahan sawah pada berbagai tipe irigasi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah,diperoleh nilai kisaran antara 0,59-60; (2) nilai koefisen PCR kacang tanah di lahansawah pada berbagai jenis irigasi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, sebesar0,61; (3) nilai koefisien DRCR kacang tanah di lahan sawah pada berbagai tipeirigasi di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, berkisar antara 0,57-0,63; dan (4)nilai koefisien PCR kacang tanah di lahan sawah pada berbagai tipe irigasi diKabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, berkisar antara 0,57-0,65.

Artinya, untuk komoditas jagung dan kacang tanah cukup memilikikeunggulan komparatif dan kompetitif meskipun perlindungan terhadap komoditasini hampir dilepas. Salah satu faktor penting yang menentukan adalah penanamanjagung benih bermutu baik jenis hibrida dan komposit yang meluas disertaiintensifikasi usahatani. Adanya tarikan permintaan jagung dan kacang tanah olehindustri pakan ternak dan industri makanan juga memberikan andil besar.

Kelompok Komoditas Sayuran

Hasil kajian Saptana et al., (2001) tentang keunggulan kelompokkomoditas sayuran seperti kentang, kubis, bawang merah dan cabai merah,memberikan beberapa gambaran sebagai berikut: (1) di Wonosobo (Jawa Tengah)maupun Tanah Karo (Sumatera Utara) komoditas kentang memiliki keunggulankomparatif yang cukup tinggi, masing-masing dengan nilai koefisien DRCR 0,31-0,48 dan 0,55-0,64, sedangkan keunggulan kompetitifnya berbeda di dua lokasitersebut, untuk Kabupaten Wonosobo, komoditas kentang masih memilikikeunggulan kompetitif yang tinggi (koefisien PCR 0,31), sedang di Tanah Karotidak mempunyai keunggulan kompetitif lagi (nilai PCR 1,09); (2) komoditas kubis,baik di Wonosobo maupun di Tanah Karo, masih memiliki keunggulan komparatifmasing-masing dengan nilai koefisien DRCR 0,62-0,66 dan 0,62-0,68, namunkeunggulan kompetitifnya relatif rendah, masing-masing dengan nilai koefifisenPCR 0,85-0,88 di Wonosobo dan 0,70-0,97 di tanah Karo; (3) komoditas bawangmerah, baik di Brebes (Jawa Tengah) maupun Simalungun (Sumatera Utara)memiliki keunggulan komparatif yang cukup tinggi, masing-masing dengan nilaikoefisien DRCR 0,49-0,51, dan juga memiliki keunggulan kompetitif dengan nilaikoefisien PCR 0,40-0,50; dan (4) cabai merah memberikan gambaran yang sama,usahatani cabai merah di Brebes, dan di Simalungun memiliki keunggulankomparatif yang sangat tinggi, masing-masing dengan nilai koefisien DRCR 0,28-0,31 dan memiliki keunggulan kompetitif yang juga tinggi dengan nilai koefisienPCR 0,31-0,47.

Secara umum hasil analisis keunggulan komparatif dan kompetitif untukkomoditas hortikultura sayuran memiliki keunggulan yang baik, namun faktanyamasih sulit bersaing untuk memasuki pasar ekspor Singapura karena masalah

Page 24: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

24

kualitas dan kontinuitas pasokan. Hal ini sangat terkait dengan belum adanyaperencanaan pengaturan produksi yang disesuaikan dengan permintaan pasar,sistem panen dan penanganan pascapanen yang prima, serta sistem distribusiyang menimbulkan risiko kerusakan fisik yang tinggi.

Komoditas Perkebunan

Komoditas perkebunan yang akan dikemukakan terbatas pada komoditastebu dan tembakau di lahan sawah yang keduanya merupakan tanamanperkebunan rakyat. Hasil kajian Saptana et al. (2004) tentang keunggulankomoditas tebu dan tembakau merefleksikan beberapa hal pokok sebagai berikut :(1) Di Kabupaten Kediri dan Ngawi, Jawa Timur, maupun Kabupaten Klaten, JawaTengah, menunjukkan bahwa komoditas tebu tidak memiliki keunggulan komparatifdengan nilai koefisien DRCR masing-masing 1,38-1,57; 1,50-1,68; dan 1,42.Sementara keunggulan kompetitif yang dimilki juga rendah (mendekati angka satu)masing-masing nilai koefisien PCR sebesar 0,78-0,86; 0,84-0,91; dan 0,82; (2)Komoditas tembakau asepan dan rajangan di Kabupaten Klaten memilikikeunggulan komparatif yang cukup tinggi dengan nilai koefisien DRCR masing-masing 0,42-0,45 dan 0,65. Sementara komoditas tembakau juga masih memilikikeunggulan kompetitif masing-masing dengan nilai PCR 0,62-0,65; dan 0,55.

Hasil analisis tersebut menunjukkan pada komoditas tebu atau gula tidakmemiliki keunggulan komparatif, namun masih memiliki keunggulan kompetitifkarena adanya proteksi pemerintah melalui kebijakan tarif impor dan pembatasanimpor. Kondisi inilah yang menyebabkan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Jawa Timurselalu menyuarakan pentingnya perlindungan dari anjloknya harga gula.Sementara itu, komoditas tembakau masih memiliki keunggulan komparatif dankompetitif dalam menghasilkan komoditas tembakau baik asepan maupunrajangan, meskipun petani mendapatkan kebijakan disinsentif dengan kebijakanbia cukai yang sangat memberatkan petani tembakau dalam persaingan yangmakin tajam ini.

Kelompok Komoditas Peternakan

Komoditas peternakan yang akan dikemukakan terbatas pada komoditasayam ras petelur (layer) dan pedaging (broiler). Hasil kajian Saptana et al. (1999)tentang keunggulan usahaternak ayam ras petelur dan pedaging di Jawa Baratmerefleksikan beberapa hal pokok sebagai berikut : (1) usahaternak ayam raspetelur di Kabupaten Bogor dan Tasikmalaya, Jawa Barat, memiliki keunggulankomparatif, namun keunggulan yang dimiliki relatif rendah dengan nilai koefisienDRCR 0,72-0,82 dan 0,72-0,78, namun kurang atau tidak memilki keunggulankompetitif lagi masing-masing dengan nilai PCR 0,85-1,14; dan (2) usahaternakayam ras pedaging di Kabupaten Bogor dan Tasikmalaya, Jawa Barat, memilikikeunggulan komparatif yang rendah dan atau tidak memiliki keunggulan komparatiflagi dengan nilai koefisien DRCR 0,83-1,92 dan 0,79-0,88 dan juga kurang atauhampir tidak memilki keunggulan kompetitif lagi masing-masing dengan nilai PCR0,92-0,99.

Page 25: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

25

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa keunggulan komparatif dankompetitif komoditas peternakan ayam ras relatif rendah dan kurang atau tidakmemiliki keunggulan kompetitif, terutama semenjak krisis ekonomi, karenasebagian besar bahan baku pakan adalah impor. Hal ini juga menjadi salah satufaktor penjelas kenapa berbagai pola kemitraan seperti KINAK SUPER yangditujukan untuk segmen pasar ekspor sulit diwujudkan.

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PERTANIAN

Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas

Esensi dari daya saing suatu industri, perusahaan, atau komoditas adalahefisiensi dan produktivitas. Sumber pertumbuhan produksi pertanian berasal daripengembangan luas areal tanam dan peningkatan produktivitas. Pertumbuhanproduksi pertanian melalui perluasan areal semakin terbatas untuk di Pulau Jawa,namun masih terbuka secara luas untuk Luar Pulau Jawa. Sementara itu, sumberpertumbuhan produktivitas berbagai komoditas pertanian masih ada ruang yangcukup luas baik di Jawa maupun Luar Pulau Jawa. Hal tersebut dapat ditunjukkanmasih tingginya kesenjangan produktivitas potensial dan produktivitas aktualnyaserta kesenjangan produktivitas antar lokasi atau wilayah dalam agroekologi yangsama.

Sumber pertumbuhan produktivitas, antara lain adalah (Coelli et al., 1998):perubahan teknologi (tehnical change, TC) dan efisiensi teknis (tehnical efficiency,TE), dan skala usaha (economic of scale). Hampir pada semua komoditaspertanian sumber pertumbuhan produktivitas dari ke tiga aspek tersebut masihterbuka secara luas dan realisasinya melalui revitalisasi pertanian sangat relefan.

Investasi Faktor Penting dalam Meningkatkan Daya Saing Pertanian

Iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan denganlokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan insentif bagi pemilik modal untukmelakukan usaha atau investasi secara produktif dan berkembang. Beberapafaktor yang sangat berpengaruh pada baik-tidaknya iklim berinvestasi di Indonesiaadalah tidak hanya menyangkut stabilitas politik dan sosial, tetapi juga stabilitasekonomi, kondisi infrastruktur dasar (listrik, telekomunikasi, dan prasarana jalandan pelabuhan), berfungsinya sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja(termasuk isu-isu ketenagakerjaan), regulasi, perpajakan, birokrasi (dalam waktudan biaya yang diciptakan), masalah good governance termasuk korupsi,konsistensi dan kepastian dalam kebijakan pemerintah yang langsung maupuntidak langsung mempengaruhi keuntungan kegiatan investasi, hak milik (propertyrights) mulai dari tanah sampai kontrak dan penegakan hukum (law enforcement).

Investasi di Indonesia selama ini dinilai tidak efisien karena tingkatincremental capital output ratio (ICOR) atau perbandingan antara kebutuhaninvestasi dan pertumbuhan output sangat tinggi. Akibatnya investasi yang

Page 26: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

26

ditanamkan tidak sebanding dengan hasil yang dicapai. Salah satu penyebabICOR kita yang cukup tinggi adalah besarnya tingkat kebocoran dalam investasiakibat korupsi atau ekonomi biaya tinggi.

Menurut WDR (World Development Report), Indonesia dikelompokkansebagai transforming countries. Semakin tinggi pendapatan per kapita, kontribusirelatif sektor pertanian terhadap GDP dan juga sumbangan relatif pertumbuhansektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan akansemakin rendah. Sebagai contoh di kelompok negara ABC, TC dan dan UC, rata-rata sumbangan sektor pertanian berturut-turut sebesar 31 persen, 15 persen, dan6 persen. Sumbangan pertumbuhan sektor pertanian terhadap pertumbuhanekonomi secara keseluruhan di masing-masing kelompok negara adalah 27 persen(ABC), 8 persen (TC), dan 4 persen (UC). Fenomena ini disebut sebagai paradoksinvestasi di bidang pertanian untuk mempercepat terjadinya transformasi struktural(Paradox of investing in agriculture to foster structural transformation).

Indonesia, sebagai negara transforming countries dicirikan bahwasebagian besar petani menggarap kurang dari setengah hektar lahan dan hasilpanen tradisional hanya menyediakan sedikit peluang penciptaan lapangan kerjadan pertumbuhan pendapatan. Strategi baru yang seyogyanya diadopsi olehPemerintah kita adalah perubahan orientasi pembangunan pertanian yang selamaini terfokus pada tanaman bernilai rendah (low-value commodities) ke yang bernilaitinggi (high-value commodities), dari orientasi pasar domestik ke pasarinternasional, dari pertanian on farm ke agribisnis dan agroindustri di perdesaanyang menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih tinggi. Kehidupan parapetani tradisional dapat ditingkatkan dengan meningkatkan produktivitas yangmembutuhkan investasi besar dalam perbaikan infrastruktur pertanian,pengelolaan lahan dan air, serta penelitian dan pengembangan pertanian. Hal inijuga membutuhkan peningkatan iklim investasi untuk sektor pertanian danagribisnis.

Menarik pula untuk dikemukakan di sini bahwa semakin maju suatu negara(semakin tinggi pendapatan per kapita-nya), maka sumbangan relatif sektoragribisnis (agro-manufacturing dan agro-services) terhadap GDP juga semakinbesar, sementara sumbangan relatif sektor pertanian terhadap GDP semakin kecil.Ke depan, Indonesia perlu meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor, denganlebih banyak mengekspor produk-produk pertanian olahannya, dan eksporkomoditas pertanian tidak lagi didominasi bahan baku. Gambar 1 memperlihatkanarah perkembangan agribisnis yang harus diikuti Indonesia. Gambar 5, jugamemperlihatkan potensi dan arah investasi pertanian ke depan. Indonesia memilikipeluang yang sangat besar (room for improvement) untuk meningkatkan kinerjaagribisnisnya.

Laporan Bank Dunia tersebut sebenarnya mempertegas kesadaran kitabahwa sektor pertanian dapat dijadikan sektor andalan perekonomian bagiIndonesia yang kaya dengan sumber daya alam. Rekomendasi Bank Dunia jugasejalan dengan keyakinan kita selama ini bahwa Indonesia perlu merevitalisasipertanian untuk menciptakan pembangunan yang menciptakan pertumbuhansekaligus pemerataan (growth with equity). Pertumbuhan pertanian yang

Page 27: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

27

berkelanjutan membutuhkan dukungan investasi yang lebih baik dan lebih besar.Selama ini pembangunan pertanian kita tidak ditopang dengan tingkat investasiyang memadai (under investment). Bahkan investasi di bidang pertanian yangsangat terbatas tersebut dialokasikan secara tidak benar pula (mis-investment).

Gambar 5. Kontribusi Relatif Pertanian dan Agribisnis (agro-industry dan agro-services)seiring dengan Peningkatan Pendapatan

Transformasi Pertanian

Pembangunan pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan melaluipeningkatan daya saing sektor pertanian, baik on-farm maupun off-farm. Tentunyapeningkatan daya saing sektor pertanian harus dapat menyentuh hingga ke tingkatpetani. Pembangunan pertanian yang berdaya saing dapat dilakukan denganmenerapkan transformasi pertanian itu sendiri. Hal ini disebabkan karenapembangunan pertanian pada dasarnya adalah sebuah proses transformasipertanian, yaitu suatu proses perubahan, bukan hanya pergeseran sektoral(primer-sekunder-tersier atau pertanian-industri-jasa), namun juga perubahandinamika sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Sebagai negara agraris,sebagian besar penduduk perdesaan di Indonesia menggantungkan hidupnya daribidang pertanian. Sekitar 71 persen tenaga kerja di Indonesia berada di sektorpertanian. Secara bertahap tekanan yang berat di sektor pertanian harus dikurangimelalui transformasi yang benar.

Kata transformasi diambil dari terjemahan kata transformation yang dapatdiartikan sebagai proses perubahan. Dalam arti yang lebih luas, transformasimencakup bukan saja perubahan pada bentuk luar, namun juga pada hakikat atau

Page 28: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

28

sifat dasar, fungsi, dan struktur atau karakteristik perekonomian suatu masyarakat.Transformasi pertanian atau agribisnis di perdesaan, dapat diartikan sebagaiperubahan bentuk, ciri, struktur, dan kemampuan sistem pertanian yang dapatmenggairahkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan menyehatkanperekonomian masyarakat perdesaan.

Transformasi masyarakat perdesaan dapat dipandang sebagai prosesmodernisasi atau pembangunan. Dalam pembangunan, sektor pertanian ataukegiatan agribisnis dapat dipandang sebagai leading sector-nya. Pranadji (1995),menjelaskan tentang transformasi ekonomi pertanian yang berciri budayatradisional/subsisten ke yang berciri budaya modern/komersial. Transformasipertanian di perdesaan merupakan respons dan antisipasi terhadap tuntutankemajuan untuk hidup lebih baik, dan globalisasi pasar.

Penerapan transformasi pola pertanian tradisional harus menyadari bahwaupaya menyesuaikan struktur pertanian dalam rangka memenuhi tuntutan ataupermintaan bahan pangan yang semakin meningkat harus meliputi perubahan-perubahan yang mempengaruhi seluruh struktur sosial, politik dan kelembagaanmasyarakat perdesaan. Maka dari itu, faktor-faktor yang dibutuhkan “to getagriculture moving” antara lain adalah kombinasi antara teknologi yang tepat,kelembagaan perdesaan yang fleksibel, dan orientasi pasar yang memungkinkanpetani memperoleh imbalan yang memadai dari upaya yang telah dikeluarkannya.

Transformasi pertanian tentunya berkaitan dengan peningkatkanproduktivitas pertanian, penggunaan sumber daya yang dihasilkan untukpembangunan di luar sektor pertanian, serta integrasi pertanian dengan ekonominasional melalui pengembangan infrastruktur dan akses pasar. Transformasipertanian diterapkan tidak lain untuk mewujudkan sektor pertanian dan perdesaanyang maju, modern, dan mampu memberi kesejahteraan bagi para pelakunya.Tentunya penerapan transformasi pertanian diperlukan upaya-upaya yangterstruktur dan terukur. Berbagai upaya tersebut tentunya perlu dipetakan dalamdimensi waktu menurut prioritas dan kepentingannya. Ada upaya-upaya yangmemang perlu dilakukan secara terus-menerus (rutin), dan ada upaya yang harusselesai pada kurun waktu tertentu. Upaya-upaya jangka pendek perlu diidentifikasiuntuk diletakkan secara harmonis menjadi kesatuan dengan upaya-upaya yangbersifat jangka menengah dan jangka panjang, sehingga terlihat kesinambunganantara masa kini dan masa depan.

Upaya peningkatan kesejahteraan petani melalui transformasi pertaniandapat diringkaskan ke dalam dua kelompok agenda besar, yaitu: (a) perbaikan danpeningkatan penguasaan petani terhadap aset atau tanah pertanian, dan (b)peningkatan nilai produk yang dihasilkan per satuan aset yang dikuasai.

Untuk perbaikan dan penigkatan penguasaan petani terhadap asetpertanian, maka agenda ke depan yang dapat dilakukan antara lain adalah:

1. Secara konsisten melaksanakan reforma agraria yang memungkinkanpetani dapat memperoleh akses yang lebih luas terhadap sumber dayalahan dan pertanian.

Page 29: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

29

2. Memperluas kesempatan kerja di luar usahatani, melalui pengembanganagroindustri di perdesaan yang berbasiskan sumber daya lokal sertapengembangan industri yang bersifat padat tenaga kerja (labor intensive)yang mampu menyerap kelebihan tenaga kerja sektor pertanian.

3. Memperbaiki akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan baikuntuk investasi maupun modal kerja.

4. Memperbaiki prasarana dan sarana pertanian dan perdesaan yangmemungkinkan lahan-lahan yang selama ini tidak produktif (terbengkalai)dapat diusahakan oleh petani.

5. Meningkatkan pendidikan dan kesehatan anggota rumah-tangga petani,sehingga keluarga tani mampu mengadopsi teknologi yang lebihmenguntungkan, dan mampu memperoleh kesempatan yang lebih luasuntuk berkompetisi dan memperoleh pendapatan dari luar usahataniataupun luar pertanian.

Sedangkan peningkatan nilai produk dari setiap satuan aset yangdigunakan dapat ditempuh dengan perbaikan produktivitas, perbaikan kualitas, danpeningkatan harga per satuan produk yang diterima petani. Agenda yang dapatdilakukan antara lain adalah:

1. Memperbaiki dan meningkatkan teknologi di setiap tahapan produksi, yangmemungkinkan peningkatan kuantitas dan kualitas produksi per satuanasset ataupun per satuan tenaga kerja.

2. Memperkuat kelembagaan yang memungkinkan terjadinya transferteknologi dengan benar dan cepat.

3. Memperbaiki kualitas dan meningkatkan kuantitas ketersediaan saranaproduksi pertanian.

4. Memperbaiki dan meningkatkan akses petani terhadap sarana produksipertanian dan akses pada pembiayaan untuk modal kerja.

5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur pertanian danperdesaan.

6. Mengurangi risiko harga yang dihadapi petani, baik harga output maupuninput pertanian melalui kebijakan yang tepat.

7. Meningkatkan pendidikan dan kesehatan bagi petani sehingga petanimampu memanfaatkan peluang-peluang yang memungkinkan untukmeningkatkan nilai produksi per satuan aset yang diusahakannya.

8. Menghapuskan berbagai pungutan yang membebani produk pertanian,terutama pungutan liar ataupun yang menurunkan daya saing.

9. Meningkatkan kerja sama antar daerah otonom dalam mengelola sumberdaya alam.

10. Melindungi petani dari persaingan yang tidak sehat dan tidak adil.Berbagai program dan kebijakan tersebut akan sulit memperoleh hasil

Page 30: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

30

yang memuaskan apabila lingkungan ekonomi yang bersifat makro tidakmendukung. Kebijakan moneter (nilai tukar, suku bunga, maupun inflasi)dan kebijakan fiskal (pajak, tarif, maupun subsidi) perlu memperhitungkandampaknya bagi pembangunan pertanian dan perdesaan.

Pentingnya Kebijakan yang Kondusif dalam Meningkatkan Daya SaingPertanian

Berdasarkan masalah dan penyebab masalah yang dihadapi dalampengembangan usaha agribisnis (mencakup pertanian skala kecil) yang berdayasaing, maka disusun pokok-pokok kebijakan sebagai berikut:

1. Kebijakan-kebijakan yang ditujukan untuk mengurangi distorsi pasar, baikdistorsi karena ketidak sempurnaan pasar maupun distorsi kebijakanpemerintah baik pusat maupun daerah yang menyebabkan ekonomi biayatinggi.

2. Kebijakan-kebijakan yang berpihak pada petani baik kebijakan bersifatinsentif (perlindungan melalui kebijakan tarif) maupun domestic supportberupa subsidi input, pengembangan infrastruktur pertanian di perdesaan,infrastruktur pemasaran, penelitian dan pengembangan, serta kemudahanekspor.

3. Peningkatan akses pelaku agribisnis terhadap pembiayaan usahaagribisnis. Salah satu hambatan pokok petani Indonesia dalammengembangkan usaha pertanian yang berdaya saing adalah terbatasnyamodal dan lemahnya akses terhadap sumber permodalan. Dalam upayamengatasi permodalan petani, perlu dikembangkan Penguatan ModalUsaha Kelompok (PMUK), serta mewujudkan lembaga keuangan mikro diperdesaan yang tidak mensyaratkan adanya collateral, denganmemanfaatkan sumber dana yang berasal dari program-programpemerintah. Hal ini juga harus disertai dengan kegiatan pengembangankelembagaan petani, dan peningkatan kualitas SDM petani/kelompokusaha.

4. Peningkatan akses terhadap informasi pasar. Pemasaran produk pertanianmerupakan aspek penting dalam pengembangan agribisnis yang berdayasaing. Dengan demikian, guna mengembangkan usaha agribisnis perluditempuh kegiatan-kegiatan yang mampu mendorong peningkatanpemasaran produk-produk pertanian baik dalam bentuk bahanmentah/segar maupun dalam bentuk hasil olahan.

5. Mempercepat penyampaian inovasi teknologi pertanian ke pelakuagribisnis. Pengembangan agribisnis perlu didukung oleh teknologi,sehingga diseminasi inovasi teknologi harus dipercepat agar dapatmemberikan hasil yang optimal.

6. Peningkatan kapasitas usaha pelaku agribisnis dan mutu produk. Untukmengurangi kehilangan, meningkatkan mutu hasil dan nilai tambah produkpertanian serta penanganan pemasaran perlu dikembangkan sarana

Page 31: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

31

penanganan pascapanen dan pengolahan hasil, pembinaan-pembinaandan pelatihan-pelatihan bagi pelaku usaha agribisnis/kelompok usaha.

7. Penguatan lembaga penyuluh pertanian. Dalam rangka revitaslisasipenyuluhan, kegiatan diarahkan pada pengembangan dan pemantaanLembaga Penyuluhan, pelatihan dan pendampingan, penumbuhan tenagapenyuluh kontrak/swakarsa, serta perbaikan metodologi penyuluhan di eraotonomi daerah. Di tingkat perdesaan perlu dikembangkan “village centrefor agribussines” yang merupakan pusat pelayanan informasi danteknologi.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Sektor pertanian masih menjadi salah satu sektor strategis dalamperekonomian Indonesia, yang ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap PDBnasional, dimana pada lima tahun terakhir memberikan kontribusi sebesar (13–14%) dari nilai total PDB Nasional. Angka tersebut relatif besar, karena kontribusisektor pertanian tersebut menempati urutan ketiga setelah sektor industripengolahan (27–28 %) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (14–16 %).Bahkan pada tahun 2008 menempati urutan kedua setelah sektor industripengolahan. Sementara itu, peran sektor pertanian dalam penyerapan tenagakerja sebesar 42,61 juta orang dan mengalami peningkatan menjadi 43,03 jutaorang pada bulan Februari tahun 2009. Penyerapan tenaga kerja ini memempatiurutan pertama dibandingkan sektor-sektor lainnya. Besarnya kontribusi sektorpertanian terhadap penyerapan tenaga kerja tersebut mengindikasikan bahwasektor pertanian masih bersifat padat karya (labor intensive) dan berimplikasi padarendahnya produktivitas sektor pertanian.

Peranan baru sektor pertanian sekarang ini dapat diletakkan dalamkerangka ”3 F contribution in the economy”, yaitu food (pangan), feed (pakan) danfuel (bahan bakar). Peranan pertanian kaitannya dengan ”food” adalah sektorpertanian menjadi leading sector dalam pembangunan ketahanan pangan. Artinyaperanan sektor pertanian sangat menentukan terwujudnya sumber daya manusia(SDM) yang berkualitas. Kaitannya dengan “feed”, sektor pertanian memilikiperanan sebagai pemasok terbesar bahan baku utama pakan ternak. Selamabeberapa tahun terakhir ini, jagung digunakan sebagai penghasil sumber energiterbarukan (renewable) untuk keperluan bahan bakar (fuel). Hal ini menunjukkanbahwa sektor pertanian telah berperan sebagai penghasil energi, biofuel.

Daya saing (competitiveness) dapat ditinjau dari banyak perspektif.Daya saing dapat diartikan dalam perspektif konsep keunggulan komparatif(comparative advantage) dari Ricardo yang merupakan konsep ekonomi.Sementara itu, daya saing juga dapat diartikan dalam perspektif keunggulankompetitif (competitive advangtage). Konsep keunggulan kompetitif ini bukanmerupakan konsep ekonomi semata, tetapi juga merupakan konsep politikdan atau konsep bisnis yang digunakan sebagai dasar bagi banyak analisissrategis untuk meningkatkan kinerja industri. Perkembangan selanjutnya,

Page 32: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

32

para ekonom mengartikan keunggulan kompetitif sebagai hasil kombinasidari adanya distorsi pasar dan keunggulan komparatif (comparartiveadvangtage). Daya saing didefinisikan sebagai kemampuan suatu sektor, industri,atau perusahaan untuk bersaing dengan sukses untuk mencapai pertumbuhanyang berkelanjutan didalam lingkungan global selama biaya imbangannya lebihrendah dari penerimaan sumber daya yang digunakan.

Hasil kajian empiris Michael Porter melalui studi di sepuluh negara industripada 100 perusahaan menyimpulkan daya saing (competitiveness) didefinisikansebagai suatu kemampuan negara untuk menciptakan nilai tambah yangberkelanjutan melalui kegiatan perusahaan-perusahaannya dan untukmempertahankan tingkat kualitas kehidupan yang tinggi bagi warga negaranya.Daya saing industri, perusahaan, atau bangsa ditentukan oleh empat faktor utama,yang mencakup : (a) factor conditions; (b) demand conditions; (c) relating andsupporting industries; dan (d) firms strategy, structure and rivalry. Intinya adalahpentingnya inovasi dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukungindustri-industri yang memiliki keunggulan kompetitif.

WEF mengukur daya saing berdasarkan dua belas pilar, yang terbagidalam tiga kelompok. Kelompok pertama, yang merupakan persyaratan dasar(basic requirements) terdiri dari pilar kelembagaan (institutions), pilar infrastruktur(infrastructure), pilar stabilitas makroekonomi (macroeconomic stability), dan pilarkesehatan dan pendidikan dasar (health dan primary education). Kelompok keduadisebut sebagai kelompok penambah/peningkat efisiensi (efficiency enhancers)terdiri dari pilar pendidikan tinggi dan pelatihan (higher education and training),pilar efisiensi pasar barang (goods market efficiency), pilar efisiensi pasar tenagakerja (labour market efficiency), pilar efisiensi pasar keuangan (financial marketefficiency), pilar kesiapan teknologi (technological readiness), dan pilar ukuranpasar (market size). Kelompok ketiga merupakan kelompok inovasi dankecanggihan (innovation and sophistication) yang terdiri dari pilar kecanggihanbisnis (business sophistication) dan pilar inovasi (innovation). WEF menempatkanIndonesia di urutan 54 dari 131 negara pada tahun 2007-2008 menurun padatahun 2008-2009 menjadi urutan 55 dari 134 negara yang disurvei. Pada tahun2009-2010, Indonesia menempati posisi yang ke 54 dari 133 negara yang disurvei.Walaupun Indonesia lebih baik dari Filipina, tetapi peringkatnya kalah jauh dengannegara-negara seperti Singapura, China, Malaysia, Thailand dan India.

Secara umum status daya saing komoditas pertanian ditinjau darikeunggulan komparatif (DRCR) maupun keunggulan kompetitif (PCR)menunjukkan kondisi yang cukup mengkawatirkan terutama untuk komoditas padi(beras), kedelai, dan tebu (gula) di mana nilai DRCR dan PCR mendekati satu(0,80-1,00), beberapa kasus > 1. Sedangkan untuk komoditas jagung dan kacangtanah, serta peternakan memiliki daya saing yang moderat di mana nilai koefisienDRCR dan PCR antara 0,50-70. Sementara itu, untuk produk-produk hortikultura(sayuran) dan tembakau memiliki daya saing yang cukup tinggi dengan DRCR danPCR jauh (0,30-0,60).

Berdasarkan indeks RCA, Indonesia masih mengandalkan resourceabundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri agro yang

Page 33: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

33

memiliki RCA > 1, antara lain produk perikanan, produk kopi, teh dan rempah-rempah, tembakau dan produk minyak nabati dan hewani. Sedangkan, komoditasindustri manufaktur Indonesia yang meningkat pangsa pasarnya di dunia masihdidominasi produk berteknologi sederhana seperti karet, plastik, tekstil, kulit, kayudan gabus. Kondisi ini memperlihatkan bahwa keunggulan daya saing eksporIndonesia belum didasarkan kepada produk-produk industri yang knowledge-based.

Hasil analisis keunggulan komparatif tersebut merupakan bahan yangdiperlukan dalam penyusunan peta pewilayahan komoditas. Peta tersebutberisikan informasi tentang informasi potensi wilayah, jenis dan jumlahkomoditas yang perlu diproduksi, peta pemasaran, dan neraca keseimbangankomoditas. Untuk menyusun peta seperti itu dan mendukung perencanaanpengembangan komoditas secara umum, diperlukan kajian terus menerustentang dinamika dari pasar suatu komoditas. Fungsi ini perlu dikembangkandi tiap Direktorat Jenderal Teknis terkait, kerja sama dengan pihak pengusahayang berkepentingan dengan pengembangan komoditas tertentu.

Peningkatkan daya saing pertanian dari perspektif mikro dapat dilakukandengan peningkatan efisiensi dan produktivitas, mendorong investasi, mendorongtransformasi pertanian serta melalui kebijakan kondusif bagi pengembangankomoditas pertanian. Sementara itu, mengacu pada perspektif makro Porterpeningkatan daya saing pertanian dapat dilakukan melalui beberapa strategi yangmengfokuskan pada lima faktor, yaitu pertama, factor (input) conditions, yangmengacu pada input yang digunakan sebagai faktor produksi, seperti tenaga kerja,sumber daya alam, modal dan infrastruktur; kedua, demand conditions, mengacupada tersedianya pasar domestik yang siap berperan menjadi elemen pentingdalam menghasilkan daya saing. Pasar seperti ini ditandai dengan kemampuanuntuk menjual produk-produk superior, hal ini didorong oeh adanya permintaanbarang dan jasa berkualitas serta adanya kedekatan hubungan antara perusahandan pelanggan; ketiga, related and supporting industries, mengacu padatersedianya serangkaian dan adanya keterkaitan kuat antara industri pendukungdan perusahaan, hubungan dan dukungan ini bersifat positif yang berujung padapeningkatan daya saing; keempat, firm strategy, structure and rivalry, mengacupada strategi dan struktur yang ada pada sebagian besar perusahaan danintensitas persaingan pada industri tertentu; dan kelima, regional governance,dimana peran pemerintah menjadi faktor penting dalam meningkatkan daya saing.Peran pemerintah bukan sebagai pemain di industri, namun melalui kewenanganyang dimiliki memberikan fasilitasi, katalis, dan tatanan bagi sektor pertanian.

Peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing pertanian harusmengarah pada penciptaan iklim usaha yang kondusif sehingga mampumerangsang investor baik domestik maupun asing. Hal ini dapat dilakukan denganmenjamin keamanan dan dukungan infrastruktur penunjang lainnya sepertiinfrastuktur publik (jalan, sarana dan prasarana produksi lainnya, air, listrik, daninfrastruktur penelitian (R&D)) yang mendukung investasi. Pembangunaninfrastruktur dapat dianggap sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi danpenciptaan lapangan kerja baru. Oleh karena itu, summit pembangunan

Page 34: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Arief Daryanto

34

infrastruktur jangan hanya terbatas membangun jalan bebas hambatan ataupelabuhan, tetapi harus difokuskan kepada pembangunan infrastruktur pertanian.

Iklim yang kondusif di bidang pertanian juga tidak terlepas dari sisipemerintahan (birokrasi) dengan mencanangkan program reformasi birokrasi agarbirokrasi dapat melayani kepentingan bisnis dengan biaya yang tidak berlebihandan mengedepankan prinsip-prinsip Good Governance (transparancy,accountability, fairness and responsibility). Kebijakan-kebijakan pelayanan, sepertiprosedur perizinan, prosedur investasi, prosedur ekspor, dilakukan dengan tigaprinsip dasar cepat, mudah, dan murah.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2004-2009. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistis Indonesia. Jakarta.

BPS. 2009. Neraca Ekspor-Impor. Badan Pusat Statistis Indonesia. Jakarta.

Coelli, T.J., D.S.P. Rao and G.E. Battese. 1998. An Introduction to Efficiency andProductivity Analysis, Kluwer-Nijhoff, Boston.

Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. IPB Press. Bogor.

Departemen Pertanian. 2004-2007. Statistik Pertanian 2004-2008. Departemen Pertanian.Jakarta.

Esterhuizen, Dirk, J. V. Royen and Luc D’Haese. 2008. An Evaluation of TheCompetitivness Sector in South Africa. Advanced in Competitiveness Research16(1-2), 31-46.

Krisnamurthi, Bayu. 2006. Revitalisasi Pertanian : Sebuah Konsekuensi Sejarah danTuntutan Masa Depan. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradaban. PenerbitBuku Kompas. Jakarta.

Krisnamurthi, Bayu. 2009. Pengembangan Agribisnis Buah Indonesia. Bunga RampaiAgribisnis Seri Pemasaran. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi danManajemen, Institut Pertanian Bogor.

Monke, Eric A. and Scott R. Pearson. 1995. The Policy Analysis Matrix for AgriculturalDevelopment. Cornel University Press. Ithaca and London.

Pranadji,, T. 1999. Perekayaan Sosio – Budaya Dalam Percepatan Tranformasi MasyarakatPerdesaan Secara Berkelanjutan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor.

Porter, M.E. (1990, 1998). The Competitive Advantage of Nations. London. Macmillan.

Putri, E. I. K. 2009. Ancaman dan Solusi atas Krisis Pangan, Energi, dan Air serta PeranKeilmuan Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan dalam Mengatasi KrisisTersebut. Orange Book. Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan dalamMenghadapi Krisis Ekonomi Global. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, InstitutPertanian Bogor. IPB Press.

Rachman, B., P. Simatupang dan T. Sudaryanto. 2004. Efisiensi dan Daya saingUsahatani Padi dalam Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani BeberapaKomoditas Pertanian di Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Page 35: POSISI DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA DAN UPAYA … · 2011-10-24 · mengandalkan resource abundance dan ketergantungan pada sumber daya alam. Industri ... pembangunan perekonomian

Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya

35

Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Bogor.

Rusastra I.W. B. Rachman, dan S. Friyatno. 2004. Efisiensi dan Daya saing UsahataniPalawija dalam Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani Beberapa KomoditasPertanian di Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial EkonomiPertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Gumbira-Said, E. 2007. Prospek dan Tantangan Agribisnis dalam Pasar Global. Makalahdisampaikan pada Manager Conference Minamas Plantation. Hotel Ritz Carlton,Jakarta. 27 Oktober 2007.

Saptana, Sumaryanto, M. Siregar, H. Mayrowani, I. Sadikin, dan S. Friyatno. 2001. AnalisisKeunggulan Kompetitif Komoditas Unggulan Hortikultura. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Saptana. 1999. Dampak Krisis Moneter dan Kebijaksanaan Pemerintah TerhadapProfitabilitas dan Daya saing Sistem Komoditas Ayam Ras di Jawa Barat. TesisS2. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Program Pasca Sarjana, InstitutPertanian. Bogor.

Saptana, S. Friyatno dan T. B. H. Purwantini. 2004. Efisisen dan Daya saing UsahataniTebu dan Tembakau dalam Efisiensi dan Daya Saing Sistem Usahatani BeberapaKomoditas Pertanian di Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan PengembanganSosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Simatupang, P. 1991. The Conception of Domestic Resource Cost and Net EconomicBenefit for Comparative Advantage Analysis, Agribusiness Division Working PaperNo. 2/91, Centre for Agro-Socioeconomic Research. Bogor.

Sudaryanto, T dan P. Simatupang. 1993. Arah Pengembangan Agribisnis: Suatu CatatanKerangka Analisis dalam Prosiding Perspektif Pengembangan Agribisnis diIndonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

World Economic Forum. 2009. The Global Competitiveness Report 2009-2010. WorldEconomic Forum. Geneve.


Recommended