ETHOSUXIMIDE, VALPROIC ACID, AND
LAMOTRIGINE IN CHILDHOOD ABSENCE EPILEPSY
Pembimbing : dr. Firdaus Sp.A
Dipresentasikan oleh : Raisa Lia Pratiwi S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
The New England Journal of Medicine
PENDAHULUAN
Dari semua kasus epilepsy pada anak, 10 sampai 17% merupakan Absence epilepsi.
Sindrom ini dikarakteristikan oleh episode menatap dalam keseharian, biasanya dimulai
pada umur 4-8 tahun, pada klasik elektroencehephalogram (EEG) menunjukkan
lonjakan gelombang spike secara umum (3 Hz) pada aktivitas normal.
Absence epilepsy pada anak sering disalah artikan sebagai bentuk epilepsy ringan yang berkaitan dengan tingkat remisi, pengaruh terhadap deficit kognitif dan kesulitan
psikososial jangka panjang pada anak.
Absence epilepsi pada anak merupakan pediatrik epilepsi sindrom
yang paling umum yang biasanya diterapi dengan Ethosuximide, Asam
valproat dan lamotrigine.
Belum ada penjelasan mengenai pengobatan empiris yang paling
efisien dan mengenai toleransi di awal pengobatan.
TUJUAN
Untuk menilai tingkat keefisienan, toleransi dan efek neuropsikologi dari
ketiga obat, untuk menentukan monoterapi empiris awal untuk anak
dengan absence epilepsi.
METODE
Double-blind randomized,
controlled clinical trial
Membandingkan keefisienan, toleransi dan
efek neuropsikologi.
RECRUITMENT
32 pusat pediatrik epilepsi USA
Anak usia 2.5-13 tahun
Juli 2004 s/d Oktober 2007
466 anak
5 anak tidak memenuhi syarat (1 anak BMI >99 persentil, 1 anak hitung neutrofil
abnormal, 3 anak tidak memenuhu
kriteria)
2 anak tidak menerima obat
453 anak
• Menderita absence epilepsy dengan onset akut
• Bilateral sinkron• Gelombang spike simetris (2.7 sampai 5
Hz),EEG• Berat badan 10kg atau lebih, Memiliki BMI di
bawah 99 percentil• Memiliki hitung darah normal dan memiliki
nilai normal level serum alanine aminotransferase, serum aspartate aminotransferase dan bilirubin.
KRITERIA INKLUSI
KRITERIA EKSKLUSI
• Telah menerima obat anti kejang selama lebih dari 7 hari sebelum pengacakan.
• Memiliki riwayat kejang tanpa demam lainnya selain absence epilepsi.
• Memiliki riwayat konsisten pada remaja dengan absence epilepsy atau myoclonic epilepsi.
• Memiliki sejarah reaksi dermatologi parah terhadap obat apa pun.
• Memiliki riwayat penyakit psikiatris.
JALANNYA PENELITIAN
Subyek
1 dari 3 obat
Neuropsychological test
I
Dosis meningkat 1-2 minggu
Kunjungan setiap 4
minggu s/d munggu ke
16
Periode bebas kejang dan efek
samping.Tes neuropsikologi
II
•Follow-up visits were scheduled at weeks 4, 8, 12, and 16. For subjects who were still having seizures but were not receiving the highest allowable or maximally tolerated dose at the fourth visit, a single additional dose escalation was allowed, with seizure status reevaluated at a fifth visit, 4 weeks later (at week 20).† The highest allowable daily doses were 2000 mg per day for ethosuximide, 600 mg per day for lamotrigine, and 3000 mg per day for valproic acid.
HASIL Sebanyak 453 anak yang menggunakan
pengobatan ethosuximide (156), lamotrigine (149), asam valproat (148). Setelah 16 minggu :
Asam valproat vs ethosuximide 1.26; 95% CI, 0.80 - 1.98; P=0.35).
Ethosuximide vs lamotrigine, 2.66; 95% CI, 1.65 - 4.28;
Asam valproat vs lamotrigine, 3.34; 95% CI, 2.06 - 5.42; P<0.001).
Diskusi
Efektivitas obat dipilih sebagai hasil utama studi primer karena sangat penting dalam pemilihan awal yang dilakukan oleh klinisi terhadap obat
antiepilepsi
efek jangka pendek obat pada perhatian, dipilih untuk membantu dokter membedakan antara obat
studi yang sama efektif.
Kedua obat, ethosuximide dan valproik lebih efektif daripada lamotrigin, tetapi di kedua analisis :
ethosuximide mengakibatkan efek attentional lebih sedikit dibandingkan dengan asam valproik.
• Lamotrigin's relatif kurang efisien terhadap absence epilepsi pertama kali pada 16 dan 20 minggu.
• Pada absence epilepsi anak, defisit attentional telah diidentifikasi sebagai penanda disfungsi kognitif yang paling penting dan terkait dengan penurunan prestasi akademis.
• Analisis menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek, asam valproik berpengaruh negatif pada tingkat perhatian yang lebih besar daripada lamotrigin atau ethosuximide.
Diskusi
Kesimpulan
Bagi anak-anak dengan absence epilepsi, ethosuximide dan asam valproat secara bermakna lebih efektif daripada yang
lamotrigin dalam mengendalikan kejang (hasil primer).
Ethosuximide secara signifikan memiliki efek negative lebih kecil terhadap
attentional daripada asam valproik (hasil sekunder).
Kombinasi anatar hasil primer dan sekunder : Ethosuximide merupakan monoterapi
empiris awal yang optimal..