+ All Categories
Home > Documents > Presentasi THT

Presentasi THT

Date post: 11-Feb-2016
Category:
Upload: anggita
View: 16 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
Ilmiah Koas THT
Popular Tags:
20
“Viral Croup: A Current Perspective” Oleh : Dara Dasawulansari, S. Ked Abir Dayana Bt Rapli, S. Ked Nursaadah Suraya, S. Ked Tita Luthfia Sari, S. Ked Sandy Wijaya, S. Ked Faradila Tadhfirah, S. Ked JOURNAL READING Alexander K. C. Leung, James D. Kellner, David W. Johnson Journal of Pediatric Health Care (2004), vol. 18, page. 297-301 , IF. 1.661 Pembimbing: dr. Hendradi Surjotomo, Sp. THT-KL SMF/LABORATORIUM IK. THT-KL RSU DR. SAIFUL ANWAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012
Transcript
Page 1: Presentasi THT

“Viral Croup: A Current Perspective”

Oleh :

Dara Dasawulansari, S. Ked Abir Dayana Bt Rapli, S. Ked

Nursaadah Suraya, S. Ked Tita Luthfia Sari, S. Ked

Sandy Wijaya, S. Ked Faradila Tadhfirah, S. Ked

JOURNAL READING

Alexander K. C. Leung, James D. Kellner, David W. Johnson

Journal of Pediatric Health Care (2004), vol. 18, page. 297-301 , IF. 1.661

Pembimbing:dr. Hendradi Surjotomo, Sp. THT-KL

SMF/LABORATORIUM IK. THT-KL RSU DR. SAIFUL ANWAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2012

Page 2: Presentasi THT

Page 2

• Viral croup (laryngotracheobronchitis), merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh virus, ditandai dengan stridor inspirasi, “barking cough”, dan suara serak akibat obstruksi laring dan/atau trakea (Cherry, 2004)

• Gejala croup bervariasi mulai dari ringan/dapat sembuh sendiri hingga berat seperti obstruksi jalan nafas, dan menyumbang peningkatan hospitalisasi sebanyak 1,3% hingga 2,6% (Peltola, Heikkinen, & Ruuskanen, 2002)

• Manajemen croup telah mengalami perubahan dramatis dalam dekade terakhir, terutama mengenai manfaat dari pengobatan steroid.

Page 3: Presentasi THT

Page 3

• Parainfluenza virus (tipe 1 dan 2) >>• Respiratory syncytial virus• Metapneumovirus• Adenovirus• Rhinovirus • Enterovirus• Measles virus dan herpes simplex <<

Page 4: Presentasi THT

Page 4

• Croup terjadi sekitar 15% dari penyakit saluran pernapasan pada kelompok usia anak-anak (Cherry, 2004)

• Kondisi ini paling umum terjadi antara usia 6 bulan dan 3 tahun tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak usia 3 bulan dan 15 tahun; kejadian puncak dilaporkan terjadi pada tahun ke-2 (Thomas & Friedland,1998)

• Perbandingan rasio laki-laki dan perempuan adalah sekitar 3 sampai 2 (Knutson & Aring, 2004)

• Kondisi ini paling lazim terjadi di musim gugur dan musim dingin (Ewig, 2002; Knutson & Aring, 2004)

• Penularan terjadi melalui droplet dan/atau secara kontak langsung (Cressman & Myer, 1994)

Page 5: Presentasi THT

Page 5

• Infeksi virus saluran napas bagian atas peradangan dan edema dari laring, trakea, dan bronkus dan produksi lendir yang berlebih yang menghambat jalan nafas.

• Trakea subglottic adalah bagian tersempit dari saluran napas pada anak, dan penyempitan ini mengakibatkan terjadinya stridor inspirasi. Karena subglottic trakea berada di luar rongga pleura, maka tekanan negatif yang dihasilkan pada inspirasi cenderung mempersempit jalan napas lebih lanjut.

• Selama progress dari penyakit, lumen trakea menjadi terhalang oleh eksudat fibrosa. Pembengkakan pita suara dapat menghasilkan suara serak. Dan “barking cough” terjadi karena peradangan pada laring dan trakea.

Page 6: Presentasi THT

Page 6

• Masa inkubasi terjadi 2 sampai 6 hari (Cressman & Myer, 1994)

• Viral croup biasanya didahului oleh suatu gejala prosromal yang terdiri dari rinorea, batuk ringan, dan demam ringan. Lamanya gejala biasanya terjadi antara 12 sampai 48 jam (Cherry, 2004)

• Pada anak, kemudian berkembang menjadi batuk “barking" atau “barsy", suara serak, dan stridor inspirasi.

• Gejala khasnya yaitu memburuk pada malam hari dan diperburuk oleh agitasi dan ketika menangis (Knutson & Aring, 2004)

Page 7: Presentasi THT

Page 7

• Lebih dari 80% anak-anak memiliki gejala ringan. Sekitar 60% sampai 95% dari anak-anak, gejala tersebut terjadi sekitar dalam 2 dan 5 hari (Johnson & Williamson, 2001)

• Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi takikardia, takipnea, napas cuping hidung, retraksi supraklavikula, infraklavikula, interkostal, dan sternal, stridor kontinyu, dan sianosis.

• Skala penilaian untuk menilai tingkat keparahan croup Westley Croup Score (Brown, 2002, Powell & Stokell, 2000). Skala ini digunakan terutama dalam penelitian-penelitian untuk menilai hasil dari suatu pengobatan.

Page 8: Presentasi THT

Page 8

Westley Croup Score

Page 9: Presentasi THT

Page 9

Page 10: Presentasi THT

Page 10

Page 11: Presentasi THT

Page 11

• Diagnosis dari viral croup ditegakkan terutama berdasarkan klinis dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan diagnosis lain seringkali tidak diperlukan.

• Radiologi servikal diperlukan apabila terdapat kecurigaan aspirasi benda asing, ketika diagnosis masih ragu, dan ketika respon terhadap terapi standar tidak membaik.

• Tanda klasik pada croup adalah ditemukan nya “pencil tip” atau “steeple sign” pada foto lateral servikal yang menunjukkan edema subglotis dan overdistensi hipofaring.

Page 12: Presentasi THT

Page 12

1. GENERAL SUPROTIF :

• Antipiretik diberikan apabila anak demam• Intake cairan yang cukup harus dipertahankan• Mist Therapy• Penelitian randomized controlled trial yang

mengevaluasi mist therapy pada viral croup tidak menunjukan manfaat dari penggunaan kelembapan bila dibandingkan dengan temperatur ruang (Bourchier et al., 1984; Neto et al., 2002) mist therapy tidak disarankan.

Page 13: Presentasi THT

Page 14

2. KORTIKOSTEROID terapi utama untuk croup

• Kortikosteroid memiliki potensi vasokonstriktor dan anti inflamasi. KS mengurangi inflamasi jalan nafas, permeabilitas vaskuler, dan edema mukosa (Ewig, 2002; Malhotra & Krilov, 2001)

• Penelitian acak “double blind”, 720 anak croup ringan dengan terapi dexmethasone mengalami resolusi simptom yang lebih cepat dan kesulitan tidur berkurang dibandingkan dengan kelompok plasebo (Bjornson et al., 2004)

• Desain penelitian acak dengan kontrol plasebo dan meta-analaisis, menunjukkan bahwa pemberian KS memperbaiki skor croup, menurunkan jumlah kembali ke perawatan kesehatan, kejadian gawat darurat untuk gejala persisten, mengurangi waktu observasi di unit gawat darurat, menurunkan angka rawat inap, menurunkan jangka waktu rawat inap, dan menurunkan keperluan untuk ventilator yang lebih intensif.

Page 14: Presentasi THT

Page 15

Page 15: Presentasi THT

Page 16

Page 16: Presentasi THT

Page 17

3. NEBUL EPINEFRIN :

• Menstimulasi reseptor α-adrenergik di jalan nafas – Vasokonstriksi mukosa dan mengurangi edema subglotis

• Menstimulasi reseptor β –adrenergik di jalan nafas – Relaksasi pada otot polos bronchial • Racemic Epinephrine (campuran epinefrin isomer

dextrorotatory (D) dan levorotatory (L) dgn perbandingan 1:1)

• Dosis yang disarankan : 0,5ml dari 2,25% dari Racemic Epinephrine yang dilarutkan dalam 2 sampai 3 mL larutan NS

• Dosis yang dianjurkan untuk L-epinefrin : 5 mL dari larutan 1:1000 yang terdilusi dalam 2 sampai 5 mL larutan NS

Page 17: Presentasi THT

Page 18

• Suplementasi oksigen harus diberikan pada anak dengan desaturasi oksigen yang bermakna (pulsatile oxygen saturation <90%) (Fitzgerald & Kilham, 2003)

• Manifestasi klinis desaturasi:– Takikardi , takipneu, sesak napas, agitasi, sianosis

4. SUPLEMENTASI OKSIGEN:

Page 18: Presentasi THT

Page 19

• Intubasi endotrakea dengan atau tanpa bantuan ventilasi sangat jarang dilakukan kecuali untuk kasus dengan impending gagal nafas disamping pemberian dosis efektif kortikosteroid dan epinefrin.

5. INTUBASI :

Page 19: Presentasi THT

Page 20

• Disarankan pemberian terapi kortikosteroid untuk semua anak dengan diagnosis croup.

• Sebagian besar anak-anak dapat diterapi rawat jalan dengan dosis tunggal oral dexamethasone. Sedangkan pada kasus yang lebih berat diperlukan penilaian emergensi lebih lanjut.

• Untuk pasien yang tidak toleransi dengan sediaan oral, nebul budesonide atau intramuskular dexamethasone.

• Nebul epinefrin diberikan untuk pasien croup sedang atau berat. Pasien harus dievaluasi minimal 2 jam setelah pemberian terapi epinefrin.

• Pemberian kortikosteroid bersama dengan epinefrin dibuktikan menurunkan angka rawat inap dan kebutuhan intubasi pada pasien croup berat dan impending gagal nafas.

Page 20: Presentasi THT

Page 21


Recommended