PROGRAM TELEVISI NON DRAMA MAGAZINE SHOW
XPLORENESIA Episode “Sumatera Barat”
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III
Muhammad Miftah Farid 42150498 Produser
Andre Rinaldi 42150737 Pengarah Acara
Bustomi Arifin 42150215 Penulis Naskah
Alam Tuhid 42150685 Penata Kamera
Kevin Nuriana 42151039 Penata Suara
Teguh Iman Muttaqi 42150121 Penata Cahaya
Panji Bukhori 42150910 Penyuntin Gambar
Harris Fahmi Fauzan 42150544 Penata Artistik
JURUSAN PENYIARAN
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informasi
Jakarta
2018
PERSETUJUAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Tugas Akhir ini diajukan oleh :
Nama : MUHAMMAD MIFTAH FARID
NIM : 42150498
Program Studi : BROADCASTING
Jenjang : Diploma Tiga (D.III)
Judul Tugas Akhir : Program Televisi Non Drama Magazine Show
XPLORENESIA ( Explore Indonesia)
Nama : ANDRE RINALDI
NIM : 42150737
Program Studi : BROADCASTING
Jenjang : Diploma Tiga (D.III)
Judul Tugas Akhir : Program Televisi Non Drama Magazine Show
XPLORENESIA ( Explore Indonesia)
Nama : BUSTOMI ARIFIN
NIM : 42150215
Program Studi : BROADCASTING
Jenjang : Diploma Tiga (D.III)
Judul Tugas Akhir : Program Televisi Non Drama Magazine Show
XPLORENESIA ( Explore Indonesia)
Nama : ALAM TAUHID
NIM : 42150685
Program Studi : BROADCASTING
Jenjang : Diploma Tiga (D.III)
Judul Tugas Akhir : Program Televisi Non Drama Magazine Show XPLORENESIA ( Explore Indonesia)
Nama : PANJI BUKHORI NIM : 42150910
Program Studi : BROADCASTING
Jenjang : Diploma Tiga (D.III)
Judul Tugas Akhir : Program Televisi Non Drama Magazine Show
XPLORENESIA ( Explore Indonesia)
Nama : KEVIN NURIANA
NIM : 42151039
Program Studi : BROADCASTING
Jenjang : Diploma Tiga (D.III)
Judul Tugas Akhir : Program Televisi Non Drama Magazine Show
XPLORENESIA ( Explore Indonesia)
Nama : HARRIS FAHMI FAUZAN
NIM : 42150544
Program Studi : BROADCASTING
Jenjang : Diploma Tiga (D.III)
Judul Tugas Akhir : Program Televisi Non Drama Magazine Show
XPLORENESIA ( Explore Indonesia)
Nama : TEGUH IMAN MUTTAQIN
NIM : 42150121
Program Studi : BROADCASTING
Jenjang : Diploma Tiga (D.III)
Judul Tugas Akhir : Program Televisi Non Drama Magazine Show
XPLORENESIA ( Explore Indonesia)
Untuk Dipertahankan pada periode 1 – 2018 dihadapan penguji dan diterima sebagai
Bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh Diploma Ahli Madya (A.Md)
Pada program Diploma III Penyiaran di Akademi Komunikasi BSI Jakarta.
Jakarta, 23 Juli 2018
PEMBIMBING TUGAS AKHIR
Dosen Pembimbing : Gan Gan Giantika, S.Sos, MM
..................................
DEWAN PENGUJI
Penguji I : …………………………………………………………………
Penguji II : …………………………………………………………………. T
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR
AKADEMI KOMUNIKASI BSI JAKARTA
NIM : 42150498
Nama Lengkap : Muhammad Miftah Farid
Dosen Pembimbing : Gan Gan Giantika, S.Sos, MM
Judul Tugas Akhir : XPLORENESIA
No Tanggal
Bimbingan Pokok Bahasan
Paraf Dosen
Pembimbing
1. 4 April 2018 Membahas Tentang Program Magazine
2. 18 April 2018 Pengajuan Konsep
3. 2 Mei 2018 ACC Konsep
4. 28 Mei 2018 Bimbingan karya dan Dispro
5. 4 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
6. 25 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
7. 28 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
8. 8 Juli 2018 Bimbingan karya dan Dispro
9. 13 Juli 2018 ACC Karya dan Tugas Akhir
Catatan untuk Dosen Pembimbing.
Bimbingan Tugas Akhir
Dimulai pada tanggal : 4 April 2018
Diakhiri pada tanggal : 13 juli 2018
Jumlah pertemuan bimbingan : 9
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
(Gan Gan Giantika, S.Sos, MM)
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR
AKADEMI KOMUNIKASI BSI JAKARTA
NIM : 42150737
Nama Lengkap : Andre Rinaldi
Dosen Pembimbing : Gan Gan Giantika, S.Sos, MM
Judul Tugas Akhir : XPLORENESIA
No Tanggal
Bimbingan Pokok Bahasan
Paraf Dosen
Pembimbing
10. 4 April 2018 Membahas Tentang Program Magazine
11. 18 April 2018 Pengajuan Konsep
12. 2 Mei 2018 ACC Konsep
13. 28 Mei 2018 Bimbingan karya dan Dispro
14. 4 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
15. 25 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
16. 28 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
17. 8 Juli 2018 Bimbingan karya dan Dispro
18. 13 Juli 2018 ACC Karya dan Tugas Akhir
Catatan untuk Dosen Pembimbing.
Bimbingan Tugas Akhir
Dimulai pada tanggal : 4 April 2018
Diakhiri pada tanggal : 13 juli 2018
Jumlah pertemuan bimbingan : 9
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
(Gan Gan Giantika, S.Sos, MM)
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR
AKADEMI KOMUNIKASI BSI JAKARTA
NIM : 42150215
Nama Lengkap : Bustomi Arifin
Dosen Pembimbing : Gan Gan Giantika, S.Sos, MM
Judul Tugas Akhir : XPLORENESIA
No Tanggal
Bimbingan Pokok Bahasan
Paraf Dosen
Pembimbing
19. 4 April 2018 Membahas Tentang Program Magazine
20. 18 April 2018 Pengajuan Konsep
21. 2 Mei 2018 ACC Konsep
22. 28 Mei 2018 Bimbingan karya dan Dispro
23. 4 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
24. 25 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
25. 28 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
26. 8 Juli 2018 Bimbingan karya dan Dispro
27. 13 Juli 2018 ACC Karya dan Tugas Akhir
Catatan untuk Dosen Pembimbing.
Bimbingan Tugas Akhir
Dimulai pada tanggal : 4 April 2018
Diakhiri pada tanggal : 13 juli 2018
Jumlah pertemuan bimbingan : 9
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
(Gan Gan Giantika, S.Sos, MM)
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR
AKADEMI KOMUNIKASI BSI JAKARTA
NIM : 42150685
Nama Lengkap : Alam Tauhid
Dosen Pembimbing : Gan Gan Giantika, S.Sos, MM
Judul Tugas Akhir : XPLORENESIA
No Tanggal
Bimbingan Pokok Bahasan
Paraf Dosen
Pembimbing
28. 4 April 2018 Membahas Tentang Program Magazine
29. 18 April 2018 Pengajuan Konsep
30. 2 Mei 2018 ACC Konsep
31. 28 Mei 2018 Bimbingan karya dan Dispro
32. 4 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
33. 25 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
34. 28 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
35. 8 Juli 2018 Bimbingan karya dan Dispro
36. 13 Juli 2018 ACC Karya dan Tugas Akhir
Catatan untuk Dosen Pembimbing.
Bimbingan Tugas Akhir
Dimulai pada tanggal : 4 April 2018
Diakhiri pada tanggal : 13 juli 2018
Jumlah pertemuan bimbingan : 9
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
(Gan Gan Giantika, S.Sos, MM)
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR
AKADEMI KOMUNIKASI BSI JAKARTA
NIM : 42151039
Nama Lengkap : Kevin Nuriana
Dosen Pembimbing : Gan Gan Giantika, S.Sos, MM
Judul Tugas Akhir : XPLORENESIA
No Tanggal
Bimbingan Pokok Bahasan
Paraf Dosen
Pembimbing
37. 4 April 2018 Membahas Tentang Program Magazine
38. 18 April 2018 Pengajuan Konsep
39. 2 Mei 2018 ACC Konsep
40. 28 Mei 2018 Bimbingan karya dan Dispro
41. 4 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
42. 25 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
43. 28 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
44. 8 Juli 2018 Bimbingan karya dan Dispro
45. 13 Juli 2018 ACC Karya dan Tugas Akhir
Catatan untuk Dosen Pembimbing.
Bimbingan Tugas Akhir
Dimulai pada tanggal : 4 April 2018
Diakhiri pada tanggal : 13 juli 2018
Jumlah pertemuan bimbingan : 9
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
(Gan Gan Giantika, S.Sos, MM)
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR
AKADEMI KOMUNIKASI BSI JAKARTA
NIM : 42150121
Nama Lengkap : Teguh Iman Muttaqin
Dosen Pembimbing : Gan Gan Giantika, S.Sos, MM
Judul Tugas Akhir : XPLORENESIA
No Tanggal
Bimbingan Pokok Bahasan
Paraf Dosen
Pembimbing
46. 4 April 2018 Membahas Tentang Program Magazine
47. 18 April 2018 Pengajuan Konsep
48. 2 Mei 2018 ACC Konsep
49. 28 Mei 2018 Bimbingan karya dan Dispro
50. 4 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
51. 25 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
52. 28 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
53. 8 Juli 2018 Bimbingan karya dan Dispro
54. 13 Juli 2018 ACC Karya dan Tugas Akhir
Catatan untuk Dosen Pembimbing.
Bimbingan Tugas Akhir
Dimulai pada tanggal : 4 April 2018
Diakhiri pada tanggal : 13 juli 2018
Jumlah pertemuan bimbingan : 9
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
(Gan Gan Giantika, S.Sos, MM)
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR
AKADEMI KOMUNIKASI BSI JAKARTA
NIM : 42150910
Nama Lengkap : Panji Bukhori
Dosen Pembimbing : Gan Gan Giantika, S.Sos, MM
Judul Tugas Akhir : XPLORENESIA
No Tanggal
Bimbingan Pokok Bahasan
Paraf Dosen
Pembimbing
55. 4 April 2018 Membahas Tentang Program Magazine
56. 18 April 2018 Pengajuan Konsep
57. 2 Mei 2018 ACC Konsep
58. 28 Mei 2018 Bimbingan karya dan Dispro
59. 4 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
60. 25 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
61. 28 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
62. 8 Juli 2018 Bimbingan karya dan Dispro
63. 13 Juli 2018 ACC Karya dan Tugas Akhir
Catatan untuk Dosen Pembimbing.
Bimbingan Tugas Akhir
Dimulai pada tanggal : 4 April 2018
Diakhiri pada tanggal : 13 juli 2018
Jumlah pertemuan bimbingan : 9
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
(Gan Gan Giantika, S.Sos, MM)
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR
AKADEMI KOMUNIKASI BSI JAKARTA
NIM : 42150544
Nama Lengkap : Haris Fahmi Fauzan
Dosen Pembimbing : Gan Gan Giantika, S.Sos, MM
Judul Tugas Akhir : XPLORENESIA
No Tanggal
Bimbingan Pokok Bahasan
Paraf Dosen
Pembimbing
64. 4 April 2018 Membahas Tentang Program Magazine
65. 18 April 2018 Pengajuan Konsep
66. 2 Mei 2018 ACC Konsep
67. 28 Mei 2018 Bimbingan karya dan Dispro
68. 4 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
69. 25 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
70. 28 Juni 2018 Bimbingan karya dan Dispro
71. 8 Juli 2018 Bimbingan karya dan Dispro
72. 13 Juli 2018 ACC Karya dan Tugas Akhir
Catatan untuk Dosen Pembimbing.
Bimbingan Tugas Akhir
Dimulai pada tanggal : 4 April 2018
Diakhiri pada tanggal : 13 juli 2018
Jumlah pertemuan bimbingan : 9
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
(Gan Gan Giantika, S.Sos, MM)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir juga desain produksi Non Drama sesuai dengan syarat yang
memenuhi Tugas Akhir. Adapun judul Tugas Akhir produksi televisi Non Drama yang
penulis ambil adalah XPLORENESIA.
Desain produksi ini berisi mengenai cara bagaimana membuat sebuah program non
drama serta perencanaannya mulai dari Pra Produksi, Produksi, hingga Pasca Produksi
dalam setiap job description. Juga mengenai hal apa saja yang perlu diperhatikan
dalam sebuah karya, seperti konsepnya, biaya, segmentasi, jadwal shooting dan lain
sebagainya.
Tujuan dalam pembuatan desain produksi tugas akhir inipun sebagai salah satu
syarat kelulusan program Diploma Tiga (D III) AKOM Bina Sarana Informatika dan
atas bantuan dari beberapa pihak akhirnya laporan tugas akhir yang berjudul
“Xplorenesia” dapat selesai dengan baik. Penulisan desain produksi ini diambil
berdasarkan beberapa sumber seperti tayangan televisi, observasi, maupun sumber
literatur lainnya, akan tetapi penulisan pun menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan ini jika tanpa bimbingan dan dorongan semua pihak yang bersedia
membantu. Maka dari itu, izinkan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Direktur Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
2. Ibu Anisti S.Sos, M.Si Ketua Program Studi Penyiaran Akom BSI
3. Ibu Gan Gan Giantika, S.Sos, MM. Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang sudah membantu dari proses awal hingga akhir sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
4. Sebuah terima kasih ditujukan kepada keluarga penulis, terutama kedua orang
tua, saudara-saudara yang telah sangat membantu dalam mendorong, menyarankan
penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Semua tim yang membantu proses produksi
Teman-teman mahasiswa penyiaran kelas 42.6A.05 dan 42.6B.05 atas semua waktu
dan kesempatan dalam mendapatkan ilmu bersama Terima kasih untuk semua pihak
yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung sehingga terselesainya penyusunan tugas akhir ini.
Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat berkat yang terbaik dari Tuhan.
Dalam tugas akhir ini penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu
saran dan kritik yang membangun, sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan
selanjutnya.
Penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan
referensi bacaan bagi sesama mahasiswa, masyarakat dan semua pihak yang ingin
mengetahui lebih lanjut pembahasan dalam tugas akhir ini.
Jakarta, 25 Juni 2018
Muhammad Miftah Farid
ABSTRAK
Muhammad Miftah Farid (42150498) Produser, Andre Rinaldi (42150737)
Sutradara, Bustomi Arifin (42150215) Penulis Naskah, Alam Tauhid (42150685)
Penata Kamera, Kevin Nuriana (42151039) Penata Suara, Teguh Iman Muttaqin
(42150121) Penata Cahaya, Panji Bukhori (42150910) Penyunting Gambar,
Harris Fahmi Fauzan (42150544) Penata Artistik, Xplorenesia Jakarta, Program
Nondrama Televisi Magazine Show.
Pada jaman teknologi sekarang ini yang sangat canggih masyarakat dipermudah untuk
mendapatkan informasi baik media cetak ataupun media elektronik. Dalam suatu
Produksi melakukan riset adalah hal yang paling penting dilakukan ketika meciptakan
konsep yang diinginkan. Dalam hal ini keberhasilan sebuah produksi ditentukan oleh
konsep yang sudah matang. Dengan kerjasama tim yang baik. Program acara televisi
magazine “Xplorenesia berisikan perjalanan, mengulik, dan ekploitasi Tanah
Nusantara. Program ini memberikan informasi tentang keanekaragaman wisata
Indonesia. Dari program ini penulis magazine show mendapatkan hasil konsep yang
sesuai dengan acara program magazine show dan pelaksanaan tim yang baik.
Kata Kunci: Televisi, Magazine show
ABSTRACT
Muhammad Miftah Farid (42150498) Produser, Andre Rinaldi (42150737)
Sutradara, Bustomi Arifin (42150215) Penulis Naskah, Alam Tauhid (42150685)
Penata Kamera, Kevin Nuriana (42151039) Penata Suara, Teguh Iman Muttaqin
(42150121) Penata Cahaya, Panji Bukhori (42150910) Penyunting Gambar,
Harris Fahmi Fauzan (42150544) Penata Artistik, Xplorenesia Jakarta, Program
Nondrama Televisi Magazine Show.
In the current technology era of highly advanced society it easy to get information
either print media or electronic media. In a production of conducting research is the
most important thing to do when to creat desired concept. In this case determined by
the success of a production concept that has been cooked. With good teamwork.
Magazine television program "Xplorenesia" contains the traveling abduction and
exploitation of the land of the archipelago this program provides information about the
diversity of indonesian tourism. Of course, the writer of magazine show to get the
concept according to the event program and the implementation of the magazine show
good team.
Key Words: Television, Magazine Show
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL TUGAS AKHIR ................................................................................. I
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR.......................................... II
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... III
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR ....................... IV
LEMBAR KONSULTASI TUGAS AKHIR ................................................................. IX
KATA PENGANTAR ............................................................................................... XVIV
ABSTRAK .......................................................................................................................XX
DAFTAR ISI................................................................................................................. XXI
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... XXII
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. XXIII
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. XXIV
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Program .............................................................................................. 1
1.2 Kegunaan Program....................................................................................................... 2
1.2.1 Kegunaan Khalayak .................................................................................... 3
1.2.2 Kegunaan Praktisi ....................................................................................... 3
1.2.3 Kegunaan Akademis ................................................................................... 3
1.3 Referensi Audio Visual .............................................................................................. 4
BAB II KAJIAN PROGRAM
2.1 Kategori Program ......................................................................................................... 8
2.2 Format Program...................................................................................................... 9
2.3 Judul Program........................................................................................................ 10
2.4 Target Audience..................................................................................................... 11
2.5 Karateristik Produksi............................................................................................. 11
BAB III LAPORAN PRODUKSI
3.1 Proses Kerja Produser............................................................................................ 13
3.1.1 Pra Produksi............................................................................................ 13
3.1.2 Produksi.................................................................................................. 15
3.1.3 Pasca Produksi........................................................................................ 15
3.1.4 Peran Dan Tanggung Jawab Produser ................................................... 16
3.1.5 Proses Penciptaan Karya ........................................................................ 16
a. Konsep Kreatif ............................................................................... 16
b. Konsep Produksi.............................................................................. 16
c. Konsep Editing................................................................................ 16
3.1.6 Kendala Produksi Dan Solusinya .......................................................... 17
3.1.7 Lembar Kerja Produser .......................................................................... 18
3.1.7.1 Deskripsi Program...................................................................... 18
3.2 Proses Kerja Sutradara........................................................................................... 47
3.2.1 Pra Produksi............................................................................................ 48
3.2.2 Produksi.................................................................................................. 49
3.2.3 Pasca Produksi`....................................................................................... 50
3.2.4Peran Dan Tanggung Jawab Sutradara ................................................... 51
3.2.5 Proses Penciptaan Karya ....................................................................... 52
a. Konsep Kreatif.................................................................................. 52
b. Konsep Produksi............................................................................... 53
c. Konsep Editing................................................................................. 53
3.2.6 Kendala Produksi Dan Solusinya ............................................................. 54
3.2.7 Lembar Kerja Sutradara ............................................................................. 56
3.3 Proses Kerja Penulis Naskah..................................................................................... 85
3.3.1 Pra Produksi ................................................................................................ 85
3.3.2 Produksi ...................................................................................................... 88
3.3.3 Pasca Produksi` .......................................................................................... 89
3.3.4 Peran Dan Tanggung Jawab Penulis Naskah ........................................... 90
3.3.5Proses Penciptaan Karya............................................................................. 92
a. Konsep Kreatif .................................................................................... 92
b. Konsep Produksi .................................................................................. 93
c. Konsep Editing ..................................................................................... 93
3.3.6Kendala Produksi Dan Solusinya............................................................... 94
3.3.7 Lembar Kerja Penulis Penulis Naskah ..................................................... 95
3.3.7.1 Sinopsis .................................................................................... 95
3.4 Proses Kerja Penata Kamera ................................................................................... 129
3.4.1 Pra Produksi .............................................................................................. 131
3.4.2 Produksi ....................................................................................................131
3.4.3 Pasca Produksi` ........................................................................................ 131
3.4.4 Peran Dan Tanggung Jawab Penata Kamera .........................................132
3.4.5 Proses Penciptaan Karya ......................................................................... 133
a. Konsep Kreatif ................................................................................... 134
b.Konsep Produksi................................................................................136
c. Konsep Editing ................................................................................... 138
3.4.6 Kendala Produksi Dan Solusinya ........................................................... 139
3.4.7 Lembar Kerja Penata Kamera ................................................................. 139
3.5 Proses Kerja Penata Suara .......................................................................................167
3.5.1 Pra Produksi .............................................................................................. 168
3.5.2 Produksi ....................................................................................................169
3.5.3 Pasca Produksi` ........................................................................................ 169
3.5.4 Peran Dan Tanggung Jawab Penata Suara ............................................. 170
3.5.5 Proses Penciptaan Karya ......................................................................... 170
a. Konsep Kreatif ................................................................................... 170
b. Konsep Produksi ................................................................................ 171
c. Konsep Editing ................................................................................... 171
3.5.6 Kendala Produksi Dan Solusinya ........................................................... 171
3.5.7 Lembar Kerja Penulis Penata Suara ....................................................... 173
3.6 Proses Kerja Penata Cahaya ....................................................................................232
3.6.1 Pra Produksi ............................................................................................. 233
3.6.2 Produksi .................................................................................................. 234
3.6.3 Pasca Produksi` ....................................................................................... 235
3.6.4 Peran Dan Tanggung Jawab Penata Cahaya.. ....................................... 235
3.6.5 Proses Penciptaan Karya ........................................................................ 235
a. Konsep Kreatif ................................................................................. 235
b. Konsep Produksi
………………………………………………….235
c. Konsep Editing ................................................................................... 235
3.6.6 Kendala Produksi Dan Solusinya .......................................................... 235
3.6.7 Lembar Kerja Penata Cahaya ..................................................................236
3.7 Proses Kerja Penyunting Gambar ........................................................................... 240
3.7.1 Pra Produksi .............................................................................................. 241
3.7.2 Produksi ....................................................................................................241
3.7.3 Pasca Produksi` ........................................................................................ 242
3.7.4 Peran Dan Tanggung Jawab Penyunting Gambar .................................244
3.7.5 Proses Penciptaan Karya ........................................................................ 245
1
a. Konsep Kreatif ............................................................................... 245
b. Konsep Produksi ............................................................................. 245
c. Konsep Editing………………………………………………….. 246
3.7.6 Kendala Produksi Dan Solusinya ....................................................... 246
3.7.7 Lembar Kerja Penyunting Gambar ...................................................... 256
3.8 Proses Kerja Penata Artistik................................................................................. 297
3.8.1 Pra Produksi .......................................................................................... 297
3.8.2 Produksi ................................................................................................ 300
38.3 Pasca Produksi ...................................................................................... 302
3.8.4 Peran Dan Tanggung Jawab Penata Artistik ...................................... 302
3.8.5 Proses Penciptaan Karya ..................................................................... 303
a. Konsep Kreatif ............................................................................... 303
b. Konsep Produksi ............................................................................. 303
c. Konsep Editing ................................................................................ 303
2
3.8.6 Kendala Produksi Dan Solusinya ....................................................... 304
3.8.7 Lembar Kerja Penata Artistik............................................................... 305
3.8.7.1 Konsep Artistik....................................................................... 306
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 317
4.1 Kesmpulan ...........................................................................................................317
4.2 Saran .................................................................................................................... 317
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 318
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Program
Televisi adalah media komunikasi bentuk visual yang berisikan berbagai
informasi, edukasi dan hiburan yang variatif yang masih ada sampai sekarang.
3
Berbagai program yang tayang di televisi khususnya di bidang informasi sudah menjadi
kebutuhan berbagai kalangan masyarakat. Dari melihat perkembangan sekarang yang
semakin maju televisi harus lebih menunjukkan kemajuan dalam memberikan
program-program yang inovatif melalui para tenaga kerja kreatifitas yang tinggi. Maka
para insan media berupaya mengemas program informasi sedemikian rupa. Televisi
juga merupakan wadah para pemasang iklan di Indonesia. media televisi merupakan
industri yang penuh akan modal, teknologi dan sumber daya manusia.
Menurut Morissan (2008:12) Siaran televisi sesuai dengan sifatnya yang dapat
diikuti secara audio dan visual (suara dan gambar) secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat, maka siaran televisi tidak dapat membuat kagum dan memukau
sebagian penontonnya, tetapi sebaliknya siaran televisi dapat membuat jengkel dan rasa
tidak puas bagi penontonnya. Suatu program mungkin disukai oleh kelompok
masyarakat terdidik. Namun program itu akan ditinggalkan kelompok masyarakat
lainnya.
Dari kutipan di atas penulis menyimpulkan bahwa sebuah program yang
disajikan tidak selalu menjadi daya tarik semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu
media televisi berupaya untuk menyajikan informasi atau hiburan yang menarik sesuai
sasaran target audience-nya. dengan memberikan tayangan yang mendidik dan tidak
membosankan serta bervariatif yang mempunyai ciri khas tersendiri.
Kegunaan televisi pada saat ini merupakan sarana hiburan bagi masyarakat,
karena dengan adanya televisi masyarakat dapat terhibur dari tayangan-tayangan yang
disajikan oleh stasiun televisi. Peran televisi pada saat ini sangat berpengaruh untuk
masyarakat, seperti inspirasai gaya hidup yang dicontoh pada salah satu program.
Sebuah program sangat berpengaruh dalam memberikan dampak positif maupun
negatif, oleh karena itu para tenaga kerja pertelevisian masing-masing berlomba untuk
menyajikan tayangan yang bisa menghibur, mendidik dan menarik untuk ditonton oleh
masyarakat.
4
Dari berbagai program yang ditayangkan stasiun televisi. Ada yang menjadi salah
satu sumber informasi masyarakat. salah satunya adalah tayangan non drama magazine
show dengan berbagai informasi yang nyata. Salah satunya dapat divisualisasikan
dengan menarik program acara ini sampai sekarang menjadi “creative center” yang
dapat dinikmati masyarakat. maka dari itu penulis membuat program magazine show
agar mudah diterima oleh masyarakat.
Menurut Wibowo (2007:196) Program Magazine show dikenal di Indonesia sebagai
program majalah udara sebagaimana majalah cetak program magazine memiliki jangka
waktu terbit. Dalam program itu juga terdapat rubrik-rubrik tetap yang berisi bahasan-
bahasan program magazine. Bukan hanya menyoroti satu pokok, melainkan membahas satu bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan dan hiburan lainnya.
Dari kutipan di atas penulis ingin membuat program acara magazine show yang
menyajikan konten-konten sebagai hiburan dan informasi yang berisikan rubrik-rubrik
yang inovatif, variatif untuk menarik minat masyarakat. program yang akan penulis
buat berjudul “XPLORENESIA” penulis memilih judul tersebut karena di dalamnya
berisikan kegiatan menelusuri tempat-tempat wisata. Alasan memilih tema traveling
karena penulis ingin memberi inspirasi dan memperkenalkan tempat wisata di
Indonesia. selain itu penulis juga memberikan informasi seputar budaya dan
keanekaragaman tanah Nusantara. maka dari itu penulis memberikan judul
“XPLORENESIA” agar program ini dapat memberikan referensi destinasi wisata
kepada audience.
1.2 Kegunaan Program
Kegunaan program non drama yang berjudul “XPLORENESIA” penulis ingin
meemberikan program hiburan yang dapat memberikan pesan positif berupa karya
dalam bentul audio visual kepada audience. Penulis ingin menyajikan program yang
menghibur sekaligus informative dan membawa wawasan penonton.
5
Program “XPLORENESIA” diambil dari kata “explore” yang artinya jelajah dan
“nesia” diambil dari kata akhir Indonesia. jadi bisa disimpulkan “XPLORENESIA”
adalah program yang menjelajahi wisata Indonesia. pada program ini penulis
memberikan informasi yang berada di Sumatra Barat seputar wisata dan tempat-tempat
yang mempunyai nilai sejarah, budaya serta info wisata yang masih jarang dikenal oleh
masyarakat.
1.2.1 Kegunaan Khalayak
Melaui media masa dengan menggunakan sarana televisi yang bersifat audio
visual, penulis ingin menampilkan suatu program magazine show mengenai bidang
kegiatan outdoor dari berbagai sudut pandang dengan dikemas secara menarik untuk
ditonton oleh masyarakat.
1.2.2 Kegunaan Praktisi
Penulis membuat program telkevisi non drama magazine show ini untuk acuan
tugas akhir dan sebagai bahan referensi untuk menghasilkan konsep dan ide-ide yang
baru untuk dijadikan sebuah karya. Selain untuk bahan referensi, penulis ingin
memberikan pengetahuan mengenai program magazine show agar masyarakat lebih
mengerti dan mendalami dalam pembuatan program magazine show ini.
1.2.3 Kegunaan Akademis
Program televisi non drama magazine show yang berjudul “XPLORENESIA” ini
dibuat oleh penulis untuk Tugas Akhir dan merupakan syarat untuk Kelulusan Program
Diploma III Jurusan Penyiaran Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika, Jakarta.
Referensi Audio Visual
6
Dalam pembuatan program televisi non drama magazine show
“XPLORENESIA” ini penulis terinspirasi dari beberapa program-program tele
visi non drama antara lain.
1. My Trip My Adventure
Program My Trip My Adventure adalah sebuah program yang ditayangkan di Trans TV
sejak bulan September 2013 (Dua Ribu Tiga Belas) dalam program ini
menggambarkan petualangaan dan explorasi keindahan dan alam Indonesia. Program
ini dipandu oleh beberapa host diantaranya Nadine Candrawinata, Dion Wiyoko,
Marshall Sastra. Di salah satu segmen dalam program ini menampilkan salah satu
rubrik wisata.alam Indonesia. Program ini menjadikan sebuah bahan referensi audio
visual karena, program ini akan dijadikan sebagai acuan mengenai teknis pengemasan
gambar yang akan dilakukan pada produksi.
2. Weekend List
Program weekend list ini merupakan program televisi yang berisi tentang acara yang
membahas event seru, pergi kemana, makan dimana, tips, referensi film, musik dan
semua yang perlu anda ketahui untuk menghabiskan akhir pekan yang menyenangkan,
7
program ini dipandu oleh dua orang host. Di salah satu segmen program ini berisikan
informsi seputar tempat wisata, program ini dijadikan acuan mengenai teknik gambar
yang akan dilakukan penyunting gambar di pasca produksi.
3. Halal Living
Halal Living adalah program yang tayang di Net Tv. Program ini dipandu oleh dua host
wanita yang berkonsep Islami. Disalah satu episode progam ini memuat rubrik tempat
wisata. Yang menjadi acuan adalah penggunaan drone dan areal shot dan variasi shot
lainnya dari sudut pandang menjadikan ajuan dalam pengambilan gambar saat proses
produksi.
8
BAB II
KAJIAN PROGRAM
2.1. Kategori Program
Televisi merupakan paduan antara audio siaran dan video gambar yang
bergerak, seiring perkembangan zaman, televisi menjadi salah satu hal yang sangat
penting untuk mendapatkan infomasi dalam dunia komunikasi, baik mancanegara
9
maupun dunia. Sebagai sarana informasi, televisi merupakan sarana yang paling
diminati, karena selain dapat menghasilkan gambar dan suara sekaligus juga dapat
menghadirkan informasi tentang suatu kejadian ditempat dan waktu yang bersamaan.
Segala jenis siaran yang diberikan oleh televisi ialah dapat memberikan tambahan
pengetahuan (informasi) kepada khalayak (audien) sehingga audien mendapatklan
informasi tambahan saat menyaksikan televisi
Televisi dimasukkan ke dalam golongan audio visual. Yaitu media yang
menyampaikan informasi melalui indera penglihatan dan pendengaran. Televisi
mempermudahkan masyarakat untuk menerima pesan yang disampaikan secara mudah
dan dapat dinikmati dimanapun. Televisi juga merupakan sarana hiburan bagi
masyarakat. karena melalui televisi berbagai tayangan yang disajikan dari stasiun
televisi akan diterima dengan mudah oleh masyarakat melalui indera penglihatan dan
pendengaran.
Menurut Morissan (2008:218) memaparkan bahwa: “Program informasi adalah
segala jenois siaran yang tujuannyan untuk memberikan tambahan pengetahuan
(informasi) pasa khalayak audience”.
Menurut Morissan (2008:217) memaparkan bahwa:
Televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat
banyak dan jenis nya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program
untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien, dan
selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan kutipan di atas penulis memilih hiburan program yang menyajikan
hiburan dan informasi kategori program magazine show “XPLORENESIA” dengan
10
tujuan selain memberikan informasi kepada audience melalui rubrik-rubrik yang
diberikan, program ini juga bisa membuat audience terhibur dengan berbagai shot serta
pembawaan yang ceria dari pembawa acaranya. Alasan memilih program
XPLORENESIA adalah, di program ini menyajikan destinasi wisata yang menarik di
tanaha air. Selain itu penulis juga memberikan informasi dan keanekaragaman tanah
nusantara dengan maksud menambahkan rasa cinta kepada tanah air. Di
XPLORENESIA ini penulis memilih tema traveling, alasannya karena tema ini sangat
banyak diminati para remaja dan dewasa untuk menjadikan referensi tujuan wisata.
2.2 Format Program
Berbicara tentang media massa, maka sangat erat kaitannya tengan
telekomunikasi dan informasi. Karena melalui media massa masyarakat yang
membutuhkan informasi bisa mudah mendapakan baik dari media cetak dan elektronik.
Menurut Suprapto (2009:17) “Komunikasi massa adalah proses penyampaian
informasi, ide, sikap ke banyak orang biasanya menggunakan mesin atau media yang
diklarifikasikan sebagai media massa seperti siaran radio, siaran televisi, majalah atau
film”.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan media massa sangat dibutuhkan
masyarakat untuk mendapatkan informasi serta menjadi sumber informasi yang mudah
diterima dengan cepat. Walaupun jarak satu masyarakat dengan masyarakat lainnya
bisa mendapatkan berita atau informasi melaui siaran media massa. Hal itulah yang
membuat media massa secara tidak langsung berperan penting kepada kehidupan
masyarakat.
Menurut Djamal (2011:167) menyimpulkan bahwa format acara televisi adalah
sebuah perkembangan kreativitas program televisi saat ini telah melahirkan berbagai
11
bentuk program yang beragam. Keunikan program televisi berjalan seiring dengan
trend gaya hidup masyarakat di sekitarnya yang saling mempengaruhi sehingga
munculah ide-ide yang menampilkan format baru pada program televisi agar
memudahkan, produser, sutradara dan penulis naskah menghasilkan karya yang
spektakuler.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan format acara adalah bagian terpenting
untuk mengembangkan kreativitas dalam membuat program yang menarik dan inovatif
mengikuti arus trend masyarakat. Dalam suatu program televisi harus dibuat mengikuti
apa yang diinginkan penonton. Format acara televisi harus memiliki konsep acara yang
sesuia dengan keinginan penulis dan menyesuaikan dengan target audience itu sendiri.
Penulis membuat frogram televisi sesuai kreatifitas dan imajinasi yang mengutamakan
hiburan dan informasi yang akurat.
Menurut Djamal dan Fachruddin (2011:157) ada beberapa format acara televisi
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Drama/fiksi (timeless dan imajinatif): Tragedi, aksi, komedi, cinta/romantisme,
legenda, horror. Drama adalah pertunjukkan yang menyajikan cara mengenai
kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang yang diperankan oleh
pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi.
2. Non drama (timeless dan factual): musik, magazine show, talkshow, repacking,
gameshow, kuis, talent show, Competition show. Non drama bisa disebut sebagai
Program yang mengedepankan informasi, dan pendidikan.
3. Berita/news (aktual dan faktual): Berita, current affairs program, sport, magazine
show, feature. Berita adalah sebuah format acara televisi yang di produksi bedasarkan
informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan
sehari-hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan ackual yang disajikan
12
dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkjan sifat liputan yang
independent.
Dari pengertian di atas penulis menarik kesimpulan bahwa ada banyak sekali
format acara televisi yang harus dipahami pengertiannya agar tidak salah memilih
format acara. Berkaitan dengan konsep program yang penulis buat, penulis memilih
format acara non drama magazine show.
Program magazine show dikenal di Indonesia sebagai program majalah udara
sebagaimana majalah cetak, program magazine memiliki jangka waktu terbit.
Mingguan, bulanan tergantung dari kemauan produser. Dalam program itu juga
terdapat rubrik-rubrik tetap yang berisi bahasan-bahasan.
Menurut Purwokusumo dan Riswandi (2009:40) Magazine show adalah format acara
televisi yang mempunyai format menyerupai majalah (Media Cetak) yang di dalamnya
terdiri dari berbagai macam rubrik dan tema yang disajikan dalam reportase actual dan
timeless sesuai dengan minat dan tendensi dari target penontonnya. Program magazine
mirip dengan program feature, perbedaannya kalau program feature satu pokok
permasalahan disoroti dari aspek dan disajikan lewat berbagai format sementara itu program magazine bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan
membahas satu bidang kehidupan seperti wanita, film, pendidikan dan musik yang
ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai format.
Adapun jenis-jenis dari majalah udara menurut Purwokusumo dan Riswandi
(2009:40) yaitu:
1. Majalah Berita (News Magazine)
Program ini berisikan tentang peristiwa-peristiwa actual yang mempunyai nilai berita
dan ditunjukkan pada pendengar umum. Biasanya dibuat pada moment-moment
tertentu yang bersikap akrab atau monumental seperti Pemilu, Munas atau Muktanar
Partai Politik, seputar Idul Fitri, memperingati hari kemerdekaan dan sebagainya.
2. Majalah Masalah (Subject Magazine)
13
Materi informasi yang disajikan dalam majalah udara jenis ini bersifat tunggal,
misalnya khusus mengenai kesehatan, lingkungan, hukum, ekonomi, pendidikan,
musik, film teater dan sebagainya. Sasaan umum jenis masalah ini bisa umum bisa
khusus.
3. Majalah Pendengar Khusus (Special Audience Magazine)
Stressing atau titik pijat majalah udara adalah target audience-nya yaitu, misalnya
sekelompok anak-anak, remaja, dewasa, ibu-ibu, mahasiswa, petani, nelayan, buruh
industri dan sebagainya. Semua masalah kehidupan dapat dijadikan topik siaran untuk
target audience manapun, misalnya masalah kesehatan. Topik ini bisa dibuat dalam
bentuk majalah udara untuk anak-anak, remaja, orang dewasa, ibu-ibu dan sebagainya.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah pendekatannya yang berbeda pada target
audience-nya.
4. Majalah Variasi (Variety Magazine)
Program ini menyajikan berbagai materi dengan berbagai kepentingan. Tidak hanya
menyajikan informasi aktual, nilai pendidikan, tetapi juga hiburan. Sasarannya adalah
pendengar umum dan tujuannya adalah menghibur.
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa program kami termasuk
dalam Magazine subject, karena program kami menyajikan khusus mengenai destinasi
wisata yang memiliki berbagai rubrik serta dikemas secara menarik dalam pembuatan
program televisi non drama magazine show yang berjudul XPLORENESIA. Penulis
14
memilih format program magazine show agar dapat memberikan informasi denagn
gaya yang lebih santai agar lebih muda diterima masyarakat.
Menurut Wibowo (2007:196) program magazine dikenal di Indonesia sebagai
program majalah udara. Program magazine bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan membahas satu bidang kehidupan, seperti wanita, film,
pendidikan dan musik yang ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat
berbagai format.
Sesuai pendapat di atas magazine show merupakan tayangan yang tidak hanya
menayangkan atau fokus pada satu bahasan. Tetapi magazine show program yang
membahas satu bidang kehidupan yang dikemas melaui rubrik-rubrik dalam satu
format. Penulis kemudian mengambil format program magazine show agar bisa
memberikan informasi dengan gaya yang lebih santai supaya lebih mudah diterima
masyarakat. dalam format magazine show, penulis memilih tema traveling dan dibagi
dalam tiga segmen.
2.3 Judul Program
Dalam Tugas Akhir ini penulis memberikan judul program televisi non drama
magazine show yaitu “XPLORENESIA”. Nama tersebut di ambil dari singakatan
Explore dan Indonesia Jika diuraikan satu persatu: menurut Wibowo (2015 : 113)
Kamus Besar Bahasa Inggris (KBBI) kata explore memiliki arti menjelajahi, telusur.
Sedangkan “nesia” diambil dari kata Indonesia. bila digabungkan “XPLORENESIA”
mempunyai arti kegiatan menjelajahi Indonesia.
Penulis menyimpulkan bahwa, program XPLORENESIA mempunyai tujuan
untuk memberikan referensi destinasi tempat wisata yang yang penuh dengan
keindahan dan keanekaraman yang dikemas secara menarik, dengan dipandu host yang
ceria penulis dan tim sepakat pada episode ini “XPLORENESIA” akan membahas
tentang menelusuri keindahan alam, budaya, dan keunikan Indonesia.
15
2.4 Target Audience
Dalam membuat atau memproduksi suatu program kita harus mengetahui
beberapa hal yang penting sebelum ditayangkan di stasiun televisi. Salah satunya
adalah memiliki target audience yang jelas di program tersebut. Karena target audience
adalah yang menentukan pemasaran suatu program.
Menurut Morissan (2008:148) Segmentasi audiens adalah suatu konsep yang sangat
penting dalam mengembangkan bisnis penyiaran. Segmentasi diperlukan agar media
penyiaran dapat melayani audiens secara baik melakukan komunikasi yang lebih persuasif dan yang terpenting adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan audiens
yang dituju.
Dalam kutipan di atas dapat disimpulkan menentukan target audience dapat dilihat
dari umur, jenis kelamin, dan status ekonomi sendiri. Audience dibedakan menurut usia
anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua.
Biro pusat statistik (BPS) dalam Morissan (2008:151) membagi audience atau
pasar berdasarkan usia yang dikelompokkan sebagai berikut : menurut Morissan
(2008:151) “ Dilihat dari jenis kelamin tidak semua program dapat dibedakan menurut
segmen ini. Program Drama dan komedi misalnya jarang dibedakan menurut
segmentasi audeince berdasarkan jenis kelamin (gender)”.
Program sering kali menggunakan segmentasi usia di atas dalam menjangkau
audience yang diinginkan sehingga kita mengetahui program untuk audience anak-
anak, remaja, dewasa dan orang tua. Target audience dilihat dari status ekonomi sudah
pasti mempengaruhi penayangan program. Selera atau kesukaan seseorang memang
sangat dipengaruhi kelas sosialnya termasuk selera dalam suatu program yang
ditontonnya maupun didengarnya dari media penyiaran. Pendapatan seseorang akan
16
menentukan di kelas sosial mana berada dan kedudukan seseorang dalam kelas sosial
akan mempengaruhi kemampuannya dalam menerima dlam mengkonsumsi tayangan
media.
Menurut Morissan (2008:170-174) target audience dibagi menjadi 3 (tiga) antara
lain:
Analisa target jenis kelamin
Untuk program televisi non drama magazine show “XPLORENESIA” ini ditunjukkan
kepada pria dan wanita, dengan skala presentase yang seimbang. Karena walaupun
yang menyukai kegiatan menjelajah suatu tempat umumnya laki-laki. Namun sekarang
juga para wanita yang memiliki kegemaran serupa. Program ini juga diperuntukkan
untuk para laki-laki dan wanita yang mempunyai jiwa traveling. Memberikan referensi
kepada mereka tempat-temapat mana saja yang layak untuk dikunjungi.
Analisa target usia
Biasanya audience dibedakan menurut usia yaitu, anak-anak, remaja, dewasa dan oran
tua. Untuk program televisi non drama magazine show XPLORENESIA ini target usia
yang kami buat adalah remaja sampai dewasa berumur 15-35 tahun.
Analisa target pendapatan (Status Ekonomi Sosial)
Selera atau konsumsi sesorang sangat dipengaruhi oleh kelas sosial ditempatinya
termasuk selera terhadap program yang ditonton atau didengarnya dari media
penyiaran. Pendapatan seseorang akan menentukan di kalas sosial mana dia berada dan
kedudukan seseorang dalam kelas sosial akan mempengaruhi kemamapuannya
mengakses sumber-sumber daya dan kecenderungannya dalam mengkonsumsi media.
17
Menurut Morissan (2009174:175) Status ekonomi sosial dibagi menjadi enam
bagian yaitu:
Kelas atas-atas (A+)
Kela atas bagian bawah (A)
Kelas menengah atas (B+)
Kelas menengah bawah (B-)
Kelas bawah bagian atas (C+)
Kelas bagian bawah (C)
Berdasarkan uraian di atas program magazine show ini untuk jenis kelamin Pria
dan Wanita dengan usia 15 tahun sampai 35 tahun karena program acara ini berisikan
tentang kegiatan traveling. Untuk program televisi non drama magazine show
“XPLORENESIA” ini kami tentukan kepada penonton dengan status sosial B dan C
yaitu kelas menengah bawah sampai kelas atas bagian bawah. Alasannya untuk biaya
referensi tempat wisata yang penulis sajikan masih dikatagorikan terjangkau untuk
kalangan B dan C.
2.5. Karakteristik Produksi
Media televisi mempunyai kelebihan selain bisa didengar televisi juga bisa
dilihat (audio visual) dalam karakteristrik produksi ada dua metode siarannya, yaitu
secara live (langsung) dan tapping.
Menurut Djamal (2011:162) Pada saat mode siaran langsung (live) semua
operasional studio berjalan seperti pada mode rekaman, hanya saja proses latihan take
(rehearsal) tidak dilakukan seperti pada proses rekaman. Pada proses rekaman waktu
rehearsal dilakukan relatif agak lama agar pengisi acara dapat melakukan proses
rekaman dengan lancar, namun pada mode siaran langsung tidak tersedia cukup waktu
18
untuk hal itiu. Karena harus tepat waktu sesuai slot waktu yang disediakan untuk acara
live dari studio tersebut.
Menurut Rusman alatief (2015:152) Tapping merupakan kegiatan merekam
adegan dari naskah menjadi bentuk audio video. Materi hasil rekamannya akan ditayangkan pada waktu yang berbeda dengan peristiwanya. Misalnya rekaman
dilakukan pada minggu lalu. Ditayangkan minggu ini atau rekaman dilakukan pada
pagi harinya akan disiarkan malam hari.
Dari kedua kutipan di atas, penulis memilih produksi secara tapping atau rekaman
(record) dikarenakan pengambilan gambar yang membutuhkan waktu tidak sediki
untuk melakukan shooting yang berpindah-pindah lokasi. Selain itu penulis juga
membutuhkan persiapan yang matang agar program dapat tayang maksimal terutam di
tahap penyuntingan gambar agar terlihat bagus dan menarik di mata audience.
Di dunia broadcasting penggunaan kamera sudah menjadi wajib digunakan.
Aspek pengambilan gambar dalam karya audio visual disebut dengan teknik kamera
dan dijalannkan oleh penata kamera. Demikian juga dalam proses pembuatan sebuah
program peran kamera sebagai unsur perekam tiap adegan sebagai bentuk visualisasi
cerita yang telah dirancang.
Pembahasan kali ini difokuskan pada bagaimana teknik acting dalam
menggambarkan cerita dari naskah bisa tervisualisasikan. Tentu saja dalam
menerapkan perekaman adegan shooting itu terdiri daribeberapa teknik baik melalui
teknik perekaman dengan single camera atau menggunakan multi camera.
Single camera adalah sistem dari tata cara produsi audio visual yang hanya
menggunakan satu kamera. Sedangkan multi camera adalah suatu proses produksi
19
dengan menggunakan dua camera atau lebih camera yang terhubung dalam satu sistem
yang terintegrasi.
Dengan ini penulis menyimpulkan program XPLORENESIA menggunakan
teknik multi camera kerena. Membutuhka teknik dari pengambilan gambar agar
maksimal.
BAB III
LAPORAN PRODUKSI
3.1 Proses Kerja Produser
Dalam sebuah produksi program televisi, tentunya seorang produser sangat
dibutuhkan didalamnya, secara garis besar produser adalah orang yang sangat
berpengaruh dan bertanggung jawab dalam proses penciptaan karya, dari mulai pra
produksi, produksi hingga pasca produksi, peran produser sangat diperlukan dalam
dunia broadcasting, bisa dibilang produser menjadi suatu magnet dalam kebersihan
suatu produksi. Pada pembuatan sebuah program televisi memerlukan beberapa
tahapan-tahapan yang harus dilakukan mulai dari pra produksi yaitu salah satunya
pemilihan kru untuk menentukan job description dari produser, penulis naskah,
20
pengarah acara, penata kamera, penata artistic, penata audio, penyunting gambar,
penata cahaya. Kemudia dari perundingan seluruh kru untuk membahas konsep dan
program apa yang akan di produksi, setelah itu produser membuat working schedule
untuk mendalami konsep dan teknis apa yang akan digunakan, tidak lupa untuk
menentukan shooting schedule untuk produksi program yang sudah ditentukan, pada
saat produksi yang dilakukan produser adalah mengamati semua kru bekerja dengan
baik yang sesuai dengan job description masing-masing, pada saat pasca produksi
melakukan rapat evaluasi bersama kru dan mengamati jalannya proses penyuntingan
gambar.
Menurut Latief dan utud (2017e:4) memaparkan bahwa: “Produser hanya sebuah kata,
tetapi dalam dunia broadcasting dan film kata produser mengandung makna kuat, daya
Tarik, dan pengaruhnya pada pengembangan karier dan nasib pekerja seni. Bahkan
produser menjadi megnet (magnet) bagi mereka yang ingin membangun karier di dunia
hiburan (entertainment).
Dalam hal ini produser merupakan daya Tarik, dalam ruang lingkup dan
pengembangan karier di suatu produski program televisi. Dengan adanya produser
maka suatu perencanaan program akan bisa dimulai dengan baik, begitu banyak hal
yang akan dikerjakan oleh seorang produser, dimana produser menjadi titik tumpu
untuk pembuatan program televisi. Produser sangat berpengaruh pada pekerja seni,
sebab produser bisa dikatakan sebagai seorang yang harus bisa menempatkan dirinya
sebagai pelaku seni dan juga sebagai suatu yang diharapkan oleh sebagian pekerja seni.
21
Menurut Morissan (2008:314) memaparkan bahwa: “Produser adalah orang
yang bertanggung jawab mengubah ide/gagasan kedalam konsep yang praktis dan
dapat dijual”. Yang dimaksud dengan mengubah ide/gagasan adalah produser harus
mampu menerjemahkan keinginan dan pandangan modal (investor), klien, atasan, dan
juga audien melalui proses produksinya”.
Dalam hal ini produser harus dapat memilih apakah ide yang akan diberikan oleh
kru yang dapat menjual program yang berkualitas, Produser juga harus dapat mengelola
keuangan dalam suatu profuksi program. Dalam pembuatan suatu produksi program
televisi, dana tentunya sangat dibutuhkan dalam hal ini, dikarenakan banyak sekali
keperluan yang menggunakan dana tidak hanya dana ide atau gagasan tentunya tidak
luput dari perhatian. Dengan adanya ide maka dari situlah titik awal untuk membuat
suatu program televisi, dengan sebuah ide dan gagasan-gagasan yang menarik program
yang akan diproduksi tersebut untuk dapat dibuat menjadi suatu program yang menarik
sehingga penonton merasa terhibur dengan program yang akan dibuat, produser juga
harus mampu mengelola program dengan baik, termasuk dalam hal penjadwalan,
penjadwalan sangat penting sebab dengan dibuatnya penjadwalan pembuatan program
lebih teratur dan terarah.
Menurut Djamal dan Fachruddin (2011c:94) memaparkan bahwa: “Producer
adalah seseorang yang dipercayai oleh executive produser untuk melaksanakan
ide/gagasannya”
Dalam suatu produksi televisi, produser juga harus bisa dikatakan juga seseorang
yang mendapatkan kepercayaan lebih untuk dapat melaksanakan suatu ide atau gagasan
kedalam bentuk program yang nyata, menjadikan suatu ide menjadi program yang
nyata dan hidup dan dapat dinikmati oleh seluruh penonton program tersebut.
Mewujudkan suatu ide atau gagasan menjadi karya yang bagus tidaklah mudah,
22
dibutuhkan pengalaman, keberanian serta tekad yang tinggi untuk dapat mewujudkan
program yang baik.
Berdasarkan definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa produser adalah
seseorang yang bertanggung jawab secara umum terhadap seluruh produksi acara
televisi. Produser memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang ditetapkan
bersama, baik dalam aspek kreativ maupun management produksi sesuai dengan
anggaran yang telah disepakati bersama tim, produser juga harus mampu memimpin,
mengenal karakter timnya dengan baik dan dapat menjadi penengah yang bijak ketika
terjadi suatu masalah didalam tim. Keberhasilan program dapat diwujudkan jika
dikelola baik oleh produser dan tim mulai dari pra sampai pasca produksi sehingga
terwujudlah program yang baik.
3.1.1 Pra Produksi
Pra produksi meruapakan salah satu dalam proses pembuatan program televisi,
hal ini dikarenakan dalam proses pra produksi semua kebutuhan produksi harus
disiapkan pada saat pra produksi, produser pun harus bisa menunjukan sikap dan
tanggung jawab yang baik, keberhasilan suatu program bisa juga ditentukan dari pra
produksi, dimana pra produksi merupakan hal yang sangat penting. Penulis sebagai
produser terus memantau perkembangan konsep serta naskah yang dibuat oleh penulis
naskah, apakah konsep tersebut bagus atau tidak untuk dijadikan sebuah karya, penulis
selalu berkordinasi kepada departemen lain untuk menanyakan alat dan teknik apa yang
akan digunakan pada saat produksi, sehingga hal ini dapat terus terjalin dengan baik
antara produser dan departemen yang lainnya. Dalam pra produksi seluruh kru
23
diwajibkaan untuk bekerja sama dengan baik, untuk mempersiapkan secara matang
sebelum produksi berlangsung, pada saat ini produser bekerja dengan ekstra agar
persiapan yang akan digunakan pada saat produksi terpenuhi dengan baik.
Menurut Latief dan Utud (2017f:16) memaparkan bahwa: “Pada pra-produksi,
produser melalui pencarian, pengembangan dan perumusan konsep, produser non
drama dibantu kreativ (creative) atau penulis naskah, prosesnya, melalui sumbang
saran (brainstorming) yang dapat memakan waktu berhari-hari, tetapi juga dapat hanya
sekejap sudah menghasilkan ide terbaik”.
Dalam hal tersebut, tahapan ini produser harus bekerja sama dengan semua kru untuk
mempersiapkan kebutuhan yang akan digunakan dalam produksi
“XPLOERENESIA”, tugas penulis pada tahap pra produksi sebagai produser adalah
:
1. Menyusun Tim Produksi.
Sebelum ide cerita dipilih masing masing anggota kelompok menentukan
jobdesk yang sesuai keinginan dan kemampuan setiap anggota kelompok. Kemudian
dari hasil kesepakatan bersama dan posisi tim sebagai berikut:
a. Produser : Muhammad Miftah Farid
b. Pengarah Acara : Andre Rinaldi
c. Penulis Naskah : Bustomi Arifin
d. Penata Kamera : Alam Tauhid
e. Penata Artistik : Harris Fahmi Fauzan
f. Penata Audio : Kevin Nuriana
24
g. Penyunting Gambar : Panji Bukhori
h. Penata Cahaya : Teguh Iman Mutaqqin
2. Memimpin Rapat Produksi
Setelah semua anggota tim mendapat jobdesk, selanjutnya tim membahas dan
menentukan tema dan gagasan ide cerita sehingga didapatkan kematangan konsep,
dengan adanya rapat produksi ini setiap anggota akan mengetahui hal-hal yang perlu
disiapkan serta tanggung jawab masing-masing dalam produksi tersebut.
3. Menyusun Jadwal Produksi
Hal yang tidak boleh terlewatkan dalam sebuah produksi dalam sebuah
mangemen adalah menyusun schedule atau jadwal kerja, karena dengan adanya
penjadwal an dapat tercapainya efektifitas dan efesiensi produksi. Sehingga semua
pihak yang terkait dapat mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk produksi.
4. Menyusun Anggaran Biaya
Penyusun anggaran biaya sangat diperlukan agar tim dapat mengetahui biaya
yang akan diperlukan dalam proses pembuatan program “XPLORENESIA” tersebut.
Dan biaya-biaya tersebut akan dijabarkan dari mulai proses praproduksi, Produksi,
25
sampai pasca produksi, Karena dalam produksi ini semua anggaran dilakukan oleh
semua anggota kelompok.
5. Memilih Host
Dalam sebuah program magazine show diperlukan seorang host/pembawa
acara, pemilihan host di pilih oleh seorang pengarah acara namun seorang produser
juga memiliki andil yamng besar dalam pemilihan host, untuk mendapatkan talent yang
sesuai dengan yang dibutuhkan dalam program “XPLORENESIA” ini penulis
memilih talent yang sudah berpengalaman.
6. Membuat Surat Ikatan Kerja
Agar semua anggota kelompok memiliki kedisiplinan anggota kelompok
sepakat membuat surat ikatan kerja dengan host, surat ini bertujuan agar host yang
terlibat dalam program ini mematuhi semua perjanjian yang tercantum dalam surat
selama proses produksi berlangsung.
7. Memfasilitasi Seluruh Persiapan Produksi
26
Penulis sebagai produser mempunyai tugas utama dalam persiapan dan
manajemen yang menjadi tanggung jawab penulis, termasuk dalam memfasilitasi
seluruh persiapan produksi sampai pasca produksi
A. Kantor Produksi
Selama proses produksi dimulai dari pra, produksi, sampai pasca produksi kru
berkumpul di Jln. Kaliabang Tengah Bekasi Utara supaya segala sesuatu yang
berhubungan dengan proses produksi dimulai dari perencanaan teknis, dan semua
kebutuhan produksi dikumpulkan disana sehingga memudahkan pada saat produksi
dimulai sampai dengan selesai.
B. Peralatan Shooting
Peralatan Shooting yang digunbakan dalam produksi “Xplorenesia” ini
sebagian besar menyewa kepada salah satu jasa penyewaan alat, dan tim memilih alat-
alat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan pengambilan audio visual pada saat
produksi.
C. Lokasi Shooting
Dalam pembuatan program, “XPLORENESIA “ lokasi yang digunakan adalah
di daerah Padang Sumatera Barat, dikarenakan penulis dan tim ingin menelurusi tempat
tempat yang ada di daerah Padang Sumatra Barat
Dengan demikian proses-proses yang dilakukan penulis sebagai produser wajib dijalankan sehingga
proses produksi nanti berjalan dengan lancar, karena pada saat pra produksi seorang produser harus
menyiapkan keperluan-keperluan untuk pengambilan gambar secara detail dan terperinci, pada tahap
27
pra produksi banyak tahap-tahap yang harus bekerja sama oleh departemen lain dan pihak-pihak yamg
terkait.
3.1.2 Produksi
Pada saat produksi program “XPLORENESIA” produser mengawasi jalannya
produksi sesuai dengan jadwal dan anggaran yang sudah di tetapkan, produser juga
harus mengelola anggaran seefisein mungkin, tegas dan mengatur pengeluaran, tetapi
tetap fleksibel dalam menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan shooting sesuai
dengan tuntutan lapangan.
Menurut Latief dan Utud (2017:248) memaparkan bahwa:
“Dalam proses produksi dapat dilakukan dengan metode Adlib dan blocking, kedua
metode ini digunakan dengan melihat karakter, format program atau melihat situasi dan
kondisi pelaksanan produksi”.
Hal yang harus diperhatikan oleh seorang produser pada saat produksi
berlangsung, yaitu:
a. Konsumsi
Konsumsi yang diberikan tepat pada waktunya dan diberikan sesua schedule
yang sudah disepakati bersama dan tidak mengganggu jalannya produksi.
b. Transportasi dan Akomodasi
Ketepatan waktu sangat diperhatikan dalam pembuatan program
“XPLORENESIA” demi menghindari keterlambatan akhirnya penulis bersama tim
28
untuk memilih naik pesawat pada saat berangkat ke padang kemudian memyewa mobil
pada saat dipadang sebagai transportasi talent, crew, equipment.
c. Memeriksa schedule
Pada saat produksi berjalan tugas produser juga memeriksa jadwal yang sudah
ada pada working schedule. Kemudian mengecek kembali apakah sesuai dengan yang
ditentukan atau keluar dari target yang ditentukan.
d. Briefing prduksi dan evaluasi kerja produksi
Tim kami selalu melakukan evaluasi setiap selesai pengambilan gambar, selain
itu untuk memahami cara kerja masing-masing wewenang dan batas kerjanya, cara ini
dilakukan agar thap-tahap produksi terlaksana sesaui dengan mekanisme dan prosedur
kerja yang diinginkan.
e. Mengontrol budgeting
Selama produksi berlangsung pengontrolan budget sangat penting karenia setiap
uang yang dikeluarkan sangat dipertanggung jawabkan.
Dari pernyataan diatas yang dilakukan oleh seorang produser pada proses
produksi atau shooting. Dimana produser memastikan jalannya produksi dengan
mengontrol kedalam aspek apapun yang berhubungan dengan produksi, jika ada yang
dibutuhkan dalam proses produksi maka produser yang bertanggung jawab, baik
keperluan teknik, keuangan, maupun konsumsi dan mengontrol produksi sesuai naskah
atau tidak hal yang harus diperhatikan. Selain mengontrol jalannya shooting hal yang
dapat dilakukan dengan produser adalah dapat berkordinasi dengan seluruh kru, seperti
alat-alat yang dibutuhkan untuk produksi, seperti kamera untuk pengambilan gambar,
audio, lighting dan lain sebaginya, serta yang tidak luput dari bagian artistic sesuai
29
dengan konsep atau tidak, hal ini dilakukan agar proses shooting dapat sesuai naskah
dan rancangan yang sudah buat.
3.1.3 Pasca Produksi
Pada tahap pasca produksi merupakan tahap terkahir dalam sebuah produksi.
Dimana pada tahap ini seluruh pengambilan gambar, audio, maupun hal-hal yang
dibutuhkan dalam proses produksi sudah selesai, pada tahap ini dilakukan proses
editing, segala sesuatu yang dilakukan pada saat pra produksi dan produksi akan
dievaluasi, evaluasi selama proses shooting hingga melakukan editing yang membuang
waktu tidak sebentar sebab harus teliti dalam melakukan editing pada program ini.
Menurut Latief dan Utud (2017k:263)
“Pasca produksi (post-production) tahapan terakhir dari program siaran, pada
tahap ini rekaman materi shooting (master shooting) yang didapatkan dari lokasi
(venue) akan dilakukan proses editing”.
30
Tahap pasca produksi merupakan tahap terakhir dalam sebuah pembuatan
program , namun masih banyak hal yang harus dilakukan setelah produksi, kemudian
akan melakukan evaluasi dari semua tahapan-tahapan pembuatan program in.
Pada tahap ini penulis mengambil kesimpulan bahwa pasca produksi merupakan
hasil dari tahap pra produksi dan produksi yang akan segera disajikan hasilnya kepada
penonton, penulis akan mengevaluasi lagi program yang akan dibuat, karena program
“XPLORENESIA” menggunakan produksi taping, maka hasil pengambilan gambar
akan dipilih-pilih dahulu dalam proses editing.
Dan tahap ini, penulis sebagai produser bertugas mengontrol jalannya editing
agar konsepnya sesuai dengan desain produksi yang telah dibuat serta melihat naskah
dan voice over, setelah di lihat semua komponen-komponen dalam pembuatan program
ini penulis melakukan finishing editing setelah itu direview kembali apakah
programnya sudah layak untuk ditonton atau belum, penulis dan tim berharap pprogram
“XPLORENESIA” bisa menjadi tontonan yang baik untuk penonton.
31
3.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Produser
Menjadi seorang produser bukan hanya memiliki banyak modal untuk
memproduksi suatu tanyangan tetapi menjadi seoran produsduser juga harus memiliki
sikap kepemimpinan dan tanggung jawab dari pra produksi, produksi, dan pasca
produksi.
Menurut Suprapto (2013:54) “peran dan tanggung jawab produser”, adalah :
1. Menciptakan atau mengembangkan ide untuk produksi acara televisi.
2. Membuat desain produksi.
3. Menentukan tim kreatif.
4. Menentukan satuan kerja produksi.
5. Bersama dengan pengarah acara menentukan dan memilih pengisi acara.
6. Menyusun anggaran biaya produksi.
7. Melakukan koordinasi promosi dan publikasi.
8. Melakukan evaluasi terrhadap acara yang di tangani.
Dari penjelasan di atas penulis sebagai produser menarik kesimpulan bahwa
banyak tanggung jawab yang dilakukan oleh seorang produser dari pra sampai pasca
produksi .
Selain itu dari beberapa poin yang sudah dijabarkan diatas mengenai peran dan
tanggung jawab produser. Penulis dapat menyimpulkan bahwa peran dan tanggung
jawab produser sangatlah berperan besar dan penting didalam pembuatan suatu
program dari pra hingga pasca produksi.
32
3.1.5 Proses Penciptaan Karya
Penulis Menjelaskan proses penciptaan karya terdiri dari:
A. Konsep Kreatif
Dalam pembuatan karya tugas akhir produksi studio televisi non drama ini
penulis meciptakan sebuah karya televisi yang bergenre non drama dalam format acara
magazine show. Penulis juga menyediakan tayangan yang menari di acara ini, agar
penonton tidak bosan menontonnya penulis memberikan tayangan yang menarik
disetiap segmennya. Penulis menayangkan empat segment yang menarik yang dipandu
oleh dua orang Host .
B. Konsep Produksi
selama jalannya proses produksi penulis mengontrol jalannya produksi dari awal
perizinan, kedatangan di tempat produksi, dan mmulai proses pengambilan gambar ,
mengontrol jadwal yang sudah ditetapkan dan mengkoorfinasikan setiap hal yang
terjadi dilapangan dengan tim.
C. Konsep Teknis
Bersama pengarah acara dan penata kamera, penulis berdikusi mulai dari
pemilihan kamera, lampu dan alat pendukung lainnya yang digunakan, konsep teknis
keseluruhan penulis di antaranya menggunakan 2 buah kamera, 1 buah clip on , untuk
pencahayaan penulis menggunakan lampu LED, sedangkan untuk tata aartistik penulis
menyediakan yang perlu digunakan ditempat lokasi seperti kostum casual, background
putih dan lain lain.
33
3.1.6 Kendala Produksi dan Solusinya
1. Kendala pada saat produksi di Padang Sumatera Barat dikarenakan lokasi
shooting sebagian besar di outdoor sering terjadi ketidakrapihan pada audio, maka
solusinya penulis dan tim memutuskan untuk menggunakan alat yang lebih bagus
dan menunggu beberapa waktu pada saat lokasi sepi dan kondusif.
2. Kendala pada saat produksi kedua di studio di bagian belakang studio terdapat
kaca yang besar untuk menghindari pantulan cahaya pada saat pengambilan
gambar berlangsung , maka solusinya penulis dan tim memutuskan untuk
menggunkan background putih supaya tidak terjadi kebocoran gambar.
3. Kendala yang terakhir pada saat produksi sedikit keterlambatan waktu shooting
dari waktu yang ditentukan, karena estimasi waktu lokasi yang dituju tidak sesusai
dengan yang dijadwalkan perjalanan cukup jauh dan menyita waktu yang cukup
banyak, maka solusinya tim mencari jalan pintas untuk sampai ke lokasi sesuai
dengan schedule.
34
3.1.7 Lembar Kerja Produser
Konsep Program
Program non drama magazine show “XPORENESIA” merupakan program televisi
yang menayangkan tentang keindahan dan keunikan alam Indonesia, program dengan durasi
kurang lebih 24 menit ini dikemas semenarik mungkin menyesuaikan pasaran pada saat ini,
dengan maksud program ini akan diterima di hati dan mata penonton. Dengan konsep yang
mengangkat tentang keindahan dan keunikan alam Indonesia merupakan konsep yang jarang
dikalangan mahasiswa dikarenakan tempat yang penulis dan tim kunjungi tempat yang jarang
orang ketahui, maka dari itu penulis dan tim sepakat untuk mengangkat tema tersebut pada
program ini, penulis juga melihat begitu banyak peminat tentang program-program yang
berhubungan dengan keindangan dan keuinkan alam. Penulis berharap konsep program yang
dibuat dapat mewakili untuk penonton pecinta dan keunikan alam , dan konsep ini
menginspirasi penonton ketika melihat tayangan ini yang telah dibuat.
35
3.1.7.2 Shooting Schedule
Tabel III.1 SHOOTING SCHEDULE
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA
INFORMATIKA
Production Company: BSI Produser :Muhammad Miftah Farid
Judul : XPLORENESIA Pemgarah acara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit
Jumat, 17 Mei 2018
NO.
HARI & WAKTU WAKTU
KEGIATAN
PELAKSANAAN
1. Jumat, 17 Mei 2018 13.30-14.00 Memeriksa Perlengkapan
Alat dan Berangkat
14.30-15.00 Tiba di Lokasi
15.00-15.30 Setting Alatan
15.30-16.00 Pengambilan Gambar
dan Stock Shoot
16.30-18.00 Selesai produksi
36
Production Company: BSI Produser : Muhammad Miftah Farid
Judul : XPLORENESIA Pengarah acara : Andre rinaldi
Durasi : 24 Menit
Sabtu, 18 Mei 2018
NO.
HARI & WAKTU WAKTU
KEGIATAN
PELAKSANAAN
1. Sabtu, 18 Mei 2018 10.00-11.00 Memeriksa Perlengkapan
Alat dan Berangkat
11.00-11.30 Tiba di Lokasi
11.30-12.00 Setting Alat
12.00-12.30 Break Produksi
12.30-13.30 Pengambilan Gambar dan
Stock Shoot
13.30 Produksi Selesai
37
Production Company: BSI Produser : Muhammad Miftah Farid
Judul : XPLORENESIA Pengarah Acara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit
Minggu, 19 Mei 2018
NO. HARI & WAKTU WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Minggu, 19 Mei 2018 15.00-15.30 Memeriksa
Perlengkapan Alat dan
Berangkat
15.30-16.00 Tiba di Lokasi
16.00-16.30 Setting Alat
16.30-17.00 Pengambilan Gambar
dan Stock Shoot
17.00-17.30 Memeriksa Peralatan
dan Berangkat Lokasi
ke Dua
17.30-18.00 Tiba di Lokasi ke dua
Break Shooting
18.00-18.30 Setting Alat
18.30-19.00 Pengambilan Gambar
dan Stock Shoot
19.00 Produksi Selesai
38
Production Company: BSI
Produser
: Muhammad Miftah Farid
Judul : XPLORENESIA Pengarah acara : Andre rinaldi
Durasi : 24 Menit
Sabtu, 27 Juni 2018
NO. HARI & WAKTU
WAKTU
KEGIATAN 1
Rabu, 27 Juni 2018
PELAKSANAAN
10.00-10.30 Memeriksa
Perlengkapan Alat dan Berangkat
10.30-11.00 Tiba di Lokasi
11.00-12.30 Setting Alat
12.30-13.30 Break Produksi
13.00 – 17.30 Pengambilan Gambar dan Stock Shoot
17.30 Produksi Selesai
39
Tabel III.2 WORKING SCHEDULE
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
Production Company : BSI Produser :MiftahFarid
Judul : XPLORENESIA
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit
Target Per Minggu
No
Tahap Aktifitas APRIL MEI JUNI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Penemuan Ide
2 Pengembangan Gagasan
3 Membuat script
4 Menyewa Alat
5
Pra produksi Hunting Lokasi
40
7
8
9
11
12
13
PRODUKSI
Pas
ka
Pro
duksi
Reading
Membuat Desain Produksi
Membuat Breakdown Budgeting
Shooting (LOT)
Dailly Production report
Evaluasi Produksi
Convert
Rought Cut
Spesial Effect
Ilustrasi Musik
Final Editing
41
Tabel III.3 BREAKDOWN UDGETING
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
Production Company: BSI Produser :M Miftah Farid
Judul :Explorenesia
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Durasi :Menit
No Item Unit Rate Day Amount Notes
Pra Produksi
1 Print Desain Rp 150.000
Produksi
dan Naskah
Total Rp 150.000
Produksi Padang
2 Kamera 2 Rp 350.000 3 Rp 1.050.000
3 Clip on 1 Rp 75.000. 3 Rp 225.000
4 Boom mic 1 Rp 150.000 3 Rp 450.000
5 Lighting 2 Rp 75.000 3 Rp 225.000
LED 6
Transportasi 2 Rp 50.000 3 Rp 850.000
7
8 Konsumsi 9 Rp. 3 3 Rp 550.000
9 Fee Talent Rp 1.000.000 3 Rp 1.000.000
dan Host
10
Total : Rp 4.350.000
42
Produksi Jakarta
No Item Unit Rate Day Amount
1 Kamera 2 Rp 175.000 1 Rp 350.000
2 Boom Mic 1 Rp 150.000 1 Rp 150.000
3 Zoom H6N 1 Rp 150.000 1 Rp 150.000
4 Clip On 1 Rp 100.000 1 Rp 100.000
5 Lighting LED 1 Rp 150.000 1 Rp 150.000
6 Lighting Daylight
1 Rp 150.000 1 Rp 150.000
7 Slider Kamera
1 Rp 150.000 1 Rp 150.000
8 TV LED 32” 1 RP 350.000 1 RP 350.000
9 Glidecam 1 Rp 100.000 1 Rp 100.000
10 Konsumsi 11 Rp 240.000 1 Rp 240.000
11 Lokasi 2 Rp 450.000 1 Rp 450.000
12 Honor Host 1 Rp 500.000 1 Rp 500.000
13 Lakban 1 Rp 10.000 1 Rp 10.000
14 Bakground Bahan
1 Rp 45.000 1 Rp 45.000
15 Kabel Roll 1 Rp 45.000 1 Rp 45.000
16 Jus Properti 1 Rp 20.000 1 Rp 20.000
17 Transportasi 1 Rp 100.000 1 Rp 1000.000
18 Total : Rp 2.460.000
19 Produksi Padang : Rp 4.350.000
43
Produksi Jakarta : Rp 2.460.000
20 TotalProduksi : Rp 6.810.000
Pasca Produksi
Hardisk 1 - - - Milik
sendiri
Soft Cover 3 Rp 50.000 Rp 150.000
Hard Cover 1 Rp 100.000 Rp 100.000
DVD RW 2 Rp 6.500 x 2 Rp 13.000
Tempat 2 Rp 4.000 x 2 Rp 8.000
DVD
Poster 15 Rp 50.000 Rp 50.000
Cetak Cover 2 Rp 5.000 x 2 Rp 10.000
Total : Rp 331.000
TOTAL KESELURUHAN: Rp 7.576.000
Biaya Patungan Perorang Rp 947.000 x 8 = Rp 7.576.000
44
3.1.7.5 Call Sheet
Tabel III.4 CALL SHEET
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
Production Company: BSI Produser :M Miftah Farid
Judul : XPLORENESIA
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit
Day: 17 Mei 2018 Location:
Berangkat : 13.30 Batu Angke Angke
Crew Call :13.00
Camera roll :15.30
Sabtu, 17 Mei 2018
No Segmen Description Setting Time Narasumber dan Host
1 2 Pengambilan DAY-EXT 15.30
Budayawan
Setempat dan
Della
Gambar dan Stock
Shoot
Note : casual
45
Production Company: BSI Produser :M Miftah Farid
Judul : XPLORENESIA
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Durasi :24 Menit
Day: 18 Mei 2018 Location:
Berangkat : 10.00 Istana Pagaruyung
Crew Call : 09.30
Camera roll : 12.30
Sabtu, 18 Mei 2018
No Segmen Description Setting Time Narasumber dan Host
1 Pengambilan Gambar DAY-INT 12.30
Budayawan Setempat dan
Della
dan Stock Shoot
Notes: Casual
46
Production Company: BSI Produser : M Miftah Farid
Judul : XPLORENESIA
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit
Day: 19 mei 2018 Location:
Berangkat : 15.00 Jam Gadang
Crew Call :14.00
Camera roll :16.30
Minggu, 19 mei 2018
No Segmen Description Setting Time Host
1 2 Pengambilan DAY-INT 16.30 Della
gambar dan stock
Shoot
Notes :Casual
47
Notes: Casual
Production Company: BSI Produser :M Miftah Farid
Judul : XPLORENESIA
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit
Day:19 Mei 2018 Location:
Berangkat : 17.30 Janjang Seribu
Crew Call : 17.00
Camera roll :18.30
Minggu 19 Mei 2018
No Segmen Description Setting Time Host
1 2
Pengambilan
gambar dan stock
shoot DAY-EXT 18.30 Della
48
Production Company: BSI Produser : M Miftah Farid
Judul : XPLORENESIA
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit
Day:27 Juni 2018 Location:
Berangkat : 10.00 Warbox Condet
Crew Call : 09.30
Camera roll :13.00
Selasa, 27 Juni 2018
No Segmen Description Setting Time Host
1 1, 2, 3, 4 Warbox Condet DAY-INT 13.00 Maynanda
Notes: Casual
49
Tabel III.5 EQUIPMENT LIST ( CHEK LIST HARIAN )
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
Production Company: BSI Producer : M Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Hari dan tanggal : 17 Mei 2018
No Nama Seri Jumlah Keterangan ok / no
1 Kamera Sony Mc 2 Sewa Ok
2500 &
nx100
2 Memorycard V-Gen 2 Sewa Ok
3 Tripod Takara 1 Sewa Ok
4 Charger Sony 1 Sewa Ok
5 Batere Sony 1 Sewa Ok
6 Clip on 1 Sewa Ok
7 Lampu LED 1 Sewa Ok
8 Tascam 1 Sewa Ok
9 Boom Mic 1 Sewa Ok
50
Production Company: BSI Producer : M Miftah Farid
Project Title : Otomotif Referensi Pengarah Acara : Andre Rinaldi
Hari dan tanggal : 18 Mei 2018
No Nama Seri Jumlah Keterangan ok / no
1 Kamera Sony Mc 1 Sewa Ok
1500
2 Memorycard V-Gen 2 Sewa Ok
3 Tripod Takara 1 Sewa Ok
4 Charger Sony 1 Sewa Ok
5 Batere Sony 1 Sewa Ok
6 H1 1 Sewa Ok
7 Lampu LED 1 Sewa Ok
8 Clip On 1 Sewa Ok
7 Lampu LED 1 Sewa Ok
8 Tascam 1 Sewa Ok
9 Boom Mic 1 Sewa Ok
51
Production Company: BSI Producer : M Miftah Farid
Project Title : Otomotif Referensi Pengarah Acara : Andre Rinaldi
Hari dan tanggal : 19 Mei 2018
No Nama Seri Jumlah Keterangan ok / no
1 Kamera Sony Mc 1 Sewa Ok
2500 &
nx100
2 Memorycard V-Gen 2 Sewa Ok
3 Tripod Takara 1 Sewa Ok
4 Charger Sony 1 Sewa Ok
5 Batere Sony 1 Sewa Ok
6 H1 1 Sewa Ok
7 Lampu LED 1 Sewa Ok
8 Clip On 1 Sewa Ok
7 Lampu LED 1 Sewa Ok
8 Tascam 1 Sewa Ok
9 Boom Mic 1 Sewa Ok
52
Production Company: BSI Producer : M Miftah Farid
Project Title : Otomotif Referensi Pengarah Acara : Andre Rinaldi
Hari dan tanggal : 27 Juni 2018
No Nama Seri Jumlah Keterangan ok / no
1 Kamera Sony NEX 2 Sewa Ok
VG30
2 Memorycard V-Gen 2 Sewa Ok
3 Tripod Takara 1 Sewa Ok
4 Charger Sony 1 Sewa Ok
5 Batere Sony 1 Sewa Ok
6 Zoom H6NSennheiser 1 Sewa Ok
7 Lampu LED 1 Sewa Ok
8 Clip On 1 Sewa Ok
7 Lampu LED 1 Sewa Ok
8 LED TV 32” 1 Sewa Ok
9 Boom Mic 1 Sewa Ok
53
3.1.7.7 Daily Production Report
Tabel III.6 DAILY PRODUCTION REPORT
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
Production Company: BSI Producer : M Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Hari dan tanggal : 17 Mei 2018
Keterangan Terjadwal Pelaksanaan
Call crew 13.00 13.00
Produksi 15.30 15.30
Evaluasi Meeting 18.30 18.30
Production Company: BSI Producer : M Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA
Pengarah
Acara : Andre Rinaldi
Hari dan tanggal : 18 Mei 2018
Keterangan Terjadwal Pelaksanaan
Call crew 10.00 10.00
Produksi 12.30 12.30
Evaluasi Meeting 16.30 16.30
54
Production Company: BSI Producer : M Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA Director : Andre Rinaldi
Hari dan tanggal : 19 Mei 2018
Keterangan Terjadwal Pelaksanaan
Call crew 14.00 14.30
Produksi 16.30 16.30
Produksi 18.30 18.30
Evaluasi Meeting 19.00 19.00
Production Company: BSI Producer : M Miftah Farid
Project Title : Otomotif Referensi Director : Andre Rinaldi
Hari dan tanggal : 27 Juni 2018
Keterangan Terjadwal Pelaksanaan
Call crew 10.00 11.00
Produksi 13.00 13.00
Evaluasi Meeting 18.30 18.30
55
3.2 Proses Kerja Pengarah Acara
Dalam produksi Magazine show XPLORENESIA penulis bertanggung jawab
sebagai Pengarah Acara. Pengarah Acara merupakan bagian yang paling atas dari
sebuah team work atau orang yang bertanggung jawab sebagai otak sejak pra produksi
hingga pasca produksi. Seorang Pengarah Acara juga harus bisa memimpin timnya dari
segala aspek. Mulai dari pra produksi, produksi hingga pasca produksi
Menurut Morissan (2008:8) “Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab
menerjemahkan kata-kata tertulis (skrip) menjadi suara atau gambar tertentu.”
Dari kutipan di atas seorang Pengarah Acara juga harus bisa memahami karakter
host agar bisa menghasilkan karya yang luar biasa. Selain memahami karakter host,
Pengarah Acara juga harus bisa menyatukan pikiran terhadap semua tim yang bekerja.
Sedangkan menurut Habert Zettl dalam Naratama (2004:7) “Sutradara adalah orang
yang bertugas memberikan pengarahan kepada pemain atau pengisi acara danb teknis
operasional. Secara langsung bertanggung jawab memindahkan secara efektif yang
tertulis di dalam naskah ke dalam bentuk audio visual.”
Pengarah Acara adalah orang yang berperan besar dalam suatu produksi program
televisi atau film. Sebagai pemimpin Pengarah Acara harus bisa menguasai semua
konten yang tertulis poada naskah dan menjadikan sebuah karya audio visual.
Menurut Naratama (2015:5) “Sutradra televisi adalah sebutan bagi seorang yang
mempunyai profesi menuyutradarai program acara televisi baik untuk drama maupun
nondrama, dalam produksi single atau multicmera.”
Pengarah Acara televisi adalah seorang yang harus mempunyai ide kreatif
dalammembuat suatu program acara baik itu drama maupun nondrama. Dalam ide
56
kreatif itu seorang Pengarah Acara harrus mampu mengolah suatu program acara
menjadi menarik untuk ditonton
Pengarah Acara Televisi adalah seseorang yang harus mempunyai ide
kreatif dalam membuat suatu program acara baik itu drama maupun nondrama. Dalam
ide kreatif itu, seorang pengarah acara harus mampu mengolah suatu program acara
menjadi menarik untuk ditonton oleh masyarakat. Tidak hanya mempunyai ide kreatif,
seorang pengarah acara harus memiliki wawasan yang luas dalam mengolah sebuah
karya dalam bentuk audio visual. Seorang pengarah acara televisi harus kreatif dalam
menciptakan suatu karya audio visual dari pra hingga pasca produksi.
Menurut Naratama (2013:16), ”Sutradara Televisi adalah seseorang yang
menyutradarai Program Acara Televisi yang terlibat dalam proses kreatif dari Pra hingga Pascaproduksi, baik untuk Drama maupun Nondrama dengan lokasi di studio (indoor) maupun alam (outdoor), dan menggunakan sistem produksi single dan/atau
multi-camera.” Dari membuat konsep sampai dengan pengemasan karya audio visual tersebut,
seorang pengarah acara harus kreatif dan bertanggung jawab akan semua itu. Pengarah
Acara televisi juga harus mampu mengolah suatu program dengan baik dimanapun
tempatnya baik indoor maupun outdoor. Selain bertanggung jawab pada suatu program
dari pra hingga pasca produksi, seorang pengarah acara juga mempunyai tanggung
jawab untuk memberikan arahan kepada semua tim baik pada saat pra maupun hingga
pasca produksi agar menghasilkan suatu program yang bagus. Memberikan arahan
kepada semua tim yang bertugas merupakan suatu komunikasi paling penting pada
pembuatan suatu program, karena dengan komunikasi yang berjalan dengan lancar
suatu program dapat membuahkan hasil yang maksimal dan menciptakan karya yang
berkualitas.
57
3.2.1 Pra Produksi
Pada saat awal inilah, seorang pengarah acara harus menunjukan sikap dan
tanggung jawabnya, mulai dari memilih job description hingga mencari ide kreatif Pra
produksi merupakan awalan dari setiap produksi suatu karya, produksi karya mampu
berjalan dengan lancar dan sukses karena berangkat dari persiapan pra produksi yang
mantap.
Menurut Naratama (2013:262), “Pra Produksi adalah berbagai kegiatan
persiapan sebelum pelaksanaan produksi dimulai”.
Di balik suksesnya suatu program televisi pasti ada perencanaan untuk membuat
suksesnya program tersebut seperti menentukan konsep yang akan dibuat, membuat
naskah, dan mencari lokasi yang akan dipakai. Setelah konsep, naskah, dan lokasi
sudah disiapkan lalu penulis membuat director treatment yang akan berguna pada saat
produksi nanti untuk mempermudah pada pengambilan gambar agar berjalan dengan
lancar. Jika semua itu sudah dipersiapkan tugas pengarah acara lainnya adalah untuk
mencari host yang akan dipakai (casting host) yang bertujuan agar host yang diinginkan
sesuai dengan konsep yang sudah dibuat.
Penulis bekerja sama dengan tim untuk menentukan format acara apa yang akan
dibuat. Format acara yang penulis buat yaitu program televisi nondrama magazine
show yang berjudul XPLORENESIA Ynag berisikan seputar informasi dan hiburan.
Penulis harus bisa menuangkan ide kreatifnya untuk membuat program magazine show
yang menarik untuk ditonton. XPLORENESIA merupakan suatu program televisi yang
tiap minggunya menayangkan berbagai tema yang berbeda dan untuk kali ini penulis
menampilkan tema “Wisata”. Konsep sudah matang. Penulis meminta Penulis Naskah
58
untuk menuangkan idenya ke dalam naskah atau script. Dan untuk tema kali ini penulis
bersama tim memilih lokasi shooting yang berada di Sumatra Barat tepatnya di Kota
Padang
Lokasi juga berpengaruh pada suksesnya suatu program televisi karna lokasi
menentukan gambaran yang sesuai dengan konsep yang sudah dibuat. Pada pencarian
lokasi ini penulis berkoordinasi dengan penata kamera untuk menentukan teknik
pengambilan gambar yang akan dilakukan pada saat produksi nanti. Lokasi yang
diinginkan oleh penulis adalah sesuai dengan rubrik yang sudah dibuat. Lokasi yang
penulis pakai hampir semuanya memakai tempat di luar (outdoor) seperti tempat wisata
di Sumatra Barat dan (indoor) seperti di dalam Cafe.
Setelah konsep sudah ditentukan, naskah sudah dibuat, dan lokasi sudah
didapatkan, selanjutnya membuat director treatment yang berguna untuk
membayangkan gambar yang akan diambil pada produksi nanti oleh penata kamera.
Dalam tahap ini juga penulis melakukan pencarian host untuk membawakan program
ini sesuai dengan konsep yang sudah dibuat. Host yang penulis inginkan adalah host
yang memiliki wawasan yang luas, yang mengerti tentang tema yang akan dibawakan
yaitu Wisata di Sumatra Barat. Setelah melakukan casting host selanjutnya penulis
melakukan reading dengan host yang berguna agar host nantinya akan menguasai
naskah dan konsep yang sudah dibuat oleh penulis. Penulis juga mengarahkan tiap
masing-masing tim sesuai dengan jobdesk mereka dan selalu melakukan diskusi agar
terjalin suatu komunikasi yang lancar.
59
3.2.2 Produksi
Untuk tahap ini penulis sudah mempersiapkan segala sesuatunya seperti naskah
untuk host lokasi untuk menentukan wawancara narasumber dan host director
treatment untuk mempermudah pengambilan gambar serta mempersiapkan host untuk
membawakan acara. Tahap ini penulis melakukan briefing kepada tim yang bertujuan
untuk mengingatkan kembali tugas apa yang harus mereka lakukan. Penulis berhak
mengambil keputusan untuk merubah atau mengganti konsep pada saat produksi
tergantung situasi dan kondisi pada saat di lapangan.
Produksi ini penulis menggunakan naskah untuk host yang lebih mudah untuk
diingat oleh penonton dengan menggunakan kata-kata yang menjurus seputar dunia
wisata yang sesuai dengan tema program. Untuk lokasi pada saat produksi penulis
beserta tim memilih tempat yang bernuansa dengan tema program memakai beberapa
tempat di luar (outdoor) seperti salah satu nya Jam Gadang. Director treatment yang
penulis buat memakai konsep pengambilan gambar yang beralur atau bercerita
sehingga bertujuan untuk menarik penonton untuk menonton.
Menurut Latief dan Utud (2015: 152) “Produksi (production) adalah upaya
mengubah naskah menjadi bentuk audio video (AV). Produksi berupa pelaksanaan
perekaman gambar (taping) atau siaran langsung (live).”
Tidak semua rancangan yang telah di design di pra produksi dapat terealisasikan
secara sempurna di tahap produksi karena adanya beberapa kendala, disini sutradara
bisa menjadikan lebih baik lagi dari apa yang telah di rencanakan sebelum. Namun,
dalam memimpin sebuah tim produksi yang terdiri dari berbagai macam latar belakang
kru, kadang kala seseorang yang menjadi pengarah acara harus bisa bersikap rendah
hati dan menghargai orang-orang yang bekerjasama dengannya. Sutradara tidak boleh
60
memimpin tim dengan sikap arogan ataupun egois, karena apapun yang terjadi nanti
adalah hasil karya dibuat oleh team work. Pengarah Acara disaat produksi harus
berlapang dada menerima masukan dari anggota tim yang lain sekiranya masukan itu
bagus untuk karya yang dibuat, karena dibutuhkan konsentrasi yang sangat kuat dan
juga stamina serta kemampuan untuk menyelaraskan suasana agar tidak mudah lelah,
marah, ataupun kehilangan akal.
Di saat produksi pengarah acara terlebih dulu mengambil bagian penting dari
isi konten terutama dialog host yang telah diatur dalam director treatment. Sebelum
proses pengambilan gambar pengarah acara terlebih dahulu reading host, untuk tidak
terjadi banyaknya pengulangan pengambilan shot yang sama. Setelah daftar shot yang
ada di director treatment sudah diambil lalu pengarah acara memerintahkan penata
kamera untuk mengambil beberapa stock shot guna mengantisipasi kekurangan gambar
dan bisa mempermudah punyunting gambar dalam pemilihan shot. Tidak jarang ide
beberapa shot dan adegan yang bermunculan diluar perkiraan, terutama untuk
kebutuhan editing dan cara pengambilan gambar di beberapa tempat yang unik. Proses
pengambilan gambar sudah selesai lalu sutradara melihat kembali hasil produksi agar
mengetahui sudah sesuai yang di harapkan atau belum, pengarah acara di saat melihat
harus benar-benar teliti dan memastikan tidak ada yang terlewatkan satu pun daftar shot
yang ada di director treatment.
3.2.3 Paskah Produksi
Pasca produksi biasanya identik dengan mengedit, pada proses inilah kemasan
hasil akhir dari program ditentukan. Dengan bantuan kreatifitas dan profesionalisme
seorang penyunting gambar, pengarah acara merangkai shot dan suara yang telah di
rekam pada proses sebelumnya.
61
Menurut Naratama (2013:262), “Pasca produksi adalah proses penyelesaian
akhir dari produksi. Biasanya istilah ini digunakan pada proses editing”.
Ini merupakan tahap terakhir dalam pembuatan sebuah program acara dan tahap
ini penulis bekerjasama dengan penyunting gambar (editor), memilih hasil
pengambilan gambar yang dilakukan saat produksi untuk membuatnya menjadi sebuah
karya audio visual yang menarik untuk ditonton dan sesuai dengan konsep. Tidak
memilih gambar saja tapi penempatan audio, transisi gambar, dan voice over juga harus
dilakukan penulis didampingi oleh editor.
Dalam tahap terakhir ini penulis memakai konsep penyatuan gambar secara
beralur sehingga membuat karya audio visual menjadi menarik untuk ditonton. Penulis
memakai voice over agar penonton agar lebih gampang mengerti tema program yang
ditonton.
Setelah selesai melakukan pengeditan, penulis sebagai pengarah acara harus
melihat program dari awal hingga akhir ditemani pengarah acara dan seluruh tim agar
dapat mengevaluasi dan dapat diberikan solusi pada suatu gambar atau suara yang
kurang diminati atau menunggu dan uga keluar dari konten agar hasil sesuai dengan
keinginan awal.
3.2.4 Peran Dan Tanggung Jawab Pengarah Acara
Pengarah Acara memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar. Dilapangan
seorang pengarah acara berperan sebagai manager, kreator, dan sekaligus inspirator
bagi anggota tim produksi dan para pemeran, peran yang sedemikian besar
mengharuskan pengarah acara memahami benar konsep program, memahami situasi
lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami
bagaimana menalin hubungan yang baik dengan semua yang telibat produksi. Ibarat
62
tubuh manusia, pengarah acaraadalah otaknya, dan yang lain adalah seluruh anggota
badan. Otak memerlukan anggota badan untuk mewujudkan gagasan, badan
memerlukan otak untuk mengendalikan.
Peran seorang pengarah acara dalam pembuatan sebuah program acara ialah
menjadi pemimpin pada saat produksi. Pengarah Acara memiliki peran menjadi
seorang pemimpin yang bertanggung jawab memimpin suatu program acara dengan
baik mulai dari pra hingga pasca produksi, melakukan koordinasi dengan semua tim
produksi dengan cara mengarahkan tim produksi, penulis memiliki hak untuk
mengubah keadaan pada saat produksi jika tidak sesuai dengan konsep yang sudah
dibuat. Berperan sebagai pemimpin penulis mau tidak mau harus menerima segala
kritik dan saran yang diberikan oleh tim produksi.
Seorang pengarah acara juga memiliki tanggung jawab pada hasil dari karya
audio visual yang dibuat. Pengarah Acara juga harus mampu mengetahui apa yang
diinginkan oleh masyarakat untuk menampilkan suatu program acara yang diminati
maka dari itu pengarah acara selain sebagai pemimpin juga berperan menjadi seorang
pengamat. Kemampuan seorang Pengarah Acara diuji pada pembuatan suatu program
acara maka dari itu pengarah acara harus mampu menggarap dengan memakai single
camera ataupun multi camera dan pengarah acara juga harus siap berperan
sebagaipenasihat teknik produksi nanti. Tanggung jawab penulis adalah menjadikan
program yang dibuat menjadi suatu karya audio visual yang menarik untuk ditonton.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya seorang pengarah acara bekerja bersama kru
dan host. Diantaranya penata kamera, penata kostum, penata artistik dan lain
sebagainya. Selain itu pengarah acara uga turut terlibat dalam proses roduksi program
63
magazine show, mulai dai praproduksi, hingga pasca produksi. Pengarah acara bertugas
mengarahkan bakat teknis operasional, dengan demikian pengarah acara adalah
seorang yang berpengalaman dan seorang sesialis dalam tugasnya dan selalu
bertanggung jawabkan hasil karyanya, baik itu dari segi artistik, maupun segi teknik
produksinya kepada seluruh komponen yang terkait.
3.2.5 Proses Penciptaan Karya
Dalam magazine show “XPLORENESIA” ini penulis sebagai pengarah acara harus
sudah menguasai ide dan materi yang telah dibuat, agar terciptanya karya yang baik
dan variatif dari setiap rubrik yang telah dibuat berama tim, lalu mengaplikasikanya
kepada kedua host ketika reading dengan memberikan beberapa motivasi agar kedua
host mampu menguasai materi setiap destinasi yang ada. Lalu penulis berusaha
menguasai teknik pengambilan gambar, karena teknik pengambilan gambar merupakan
hal yang sangat penting dalam pembuatan sebuah karya.
A. Konsep Kreatif
Konsep kreatif merupakan suatu hal penting yang menciptakan
kesuksesansebuah progam televisi. Dalam produksi program televisi yang kami buat
setiap minggunya kami memberikan tema yang berbeda dan lebih kreatif seputar dunia
otomotif. Penulis ingin memberikan suatu informasi yang menarik untuk ditonton
dengan pengemasan gambar yang menarik juga. Untuk kali ini kami menampilkan
tema seputar wisata dengan rubrik yang berbeda di setiap segmentnya. Diantaranya
keaneka ragaman dan pengetahuan tempat budaya di tanah air. Setiap rubrik tentang
Wisata yang kami buat bertujuan agar dapat memberi pengetahuan tentang wisata dan
tempat bersejarah yang berada di Sumatra Barat.
64
Format program yang kami buat menampilkan suatu yang berbeda dari program
acara yang sudah ada ditelevisi. Ada beberapa referensi yang penulis ambil dalam
membuat konsep program ini, antara lain “My Trip My Adventure” TRANS TV,
“Hallal Living” NET TV, “Weekend List” NET TV. Penulis juga memakai voice over
yang berguna untuk membuat penonton yang menonton lebih gampang untuk
menangkap informasi yang penulis dan tim sampaikan. Program acara ini dipandu oleh
satu host yang memangmempunyai wawasan luas seputar wisata tanah air.
B. Konsep Produksi
Konsep ini sangatlah penting karena pada tahap ini konsep yang sudah dibuat
akan dijalankan pada saat produksi. Suatu konSep sangatlah berfungsi untuk menjadi
suatu patokan pada saat melakukan produksi, jadi pada saat melakukan produksi
berlangsung lancar. Dalam membuat suatu program penulis selalu bekerja sama dengan
tim pada saat pra produksi hingga pasca produksi. Pada konsep produksi ini penulis
mengarahkan kepada tim yang bertugas seperti penata kamera, penulis mengarahkan
untuk cara pengambilan gambar yang sudah dibuat dalam directortreatment. Penulis
juga mengarahkan host pada saat produksi sesuai dengan konsepyang sudah dibuat.
Di studio penulis memulai shooing pada siang hari, lalu kami terlebih dahulu
mengambil opening program dan opening segment, sebelum memulai pengambilan
gambar, penata artistik terlebih dahulu diberi waktu 15 menit untuk menata tempat
yang sudah di rancang di pra produksi, di segment opening ini ruangan ruangan di set
dengan gaya mini bar dengan posisi host duduk di kursi. Selama proses pengambilan
gambar penulis meminta selain penata kamera untuk membantu penata artistik menata
ruangan lain untuk pengambilan gambar segment berikutnya dan ruangan di design
dengan peralatan sesuai dengan ide penata artistik. Pengambilan gambar tetap
65
menggunakan 2 (dua) kamera, kamera master mengambil full shot dan kamera dua
fokus ke host.
Lalu di Jam Gadang kota Bukit Tinggi Sumatra Barat, pengarah acara tidak langsung
memulai shoting dikarenakam harus ke kantor Dinas Pariwisata Sumatra Barat agar
dapat diberikanya ijin untuk pengambilan gambar di dalam hingga keatas Jam Gadang.
Setelah itu pengarah acara meminta agar penata gambar untuk tetap di lokasi agar bisa
mengambil establist lokasi dengan menggunakan drone untuk stok shot.
Selain itu Penulis sebagai Pengarah acara pun mempunyai beberapa planning
agar saat kondisi yang tidak diinginkan seperti hujan itu proses jalanya shooting akan
tetap berlangsung.
C. Konsep Teknis
Konsep teknis sangat berpengaruh dalam jalannya produksi, karna dalam masa
produksi perlengkapan sangatlah dibutuhkan. Dalam produksi program
“XPLORENESIA” ini pengarah acara menggunakan 2 (dua) kamera agar
mempermudah proses produksi baik dari segi statement maupun pengambilan
establish, lalu penulis memberikan motivasi yang besar kepada kedua host maupun di
indoor ataupun outdoor untuk menguasai materi yang sudah disuguhkan agar
terciptanya penguasaan materi dan lancarnya pembawaan dari kedua host tersebut.
Penulis dan camera person berdiskusi untuk menggunakan kamera SONY MC 2500
dan SONY HXR-NX100. Untuk pengambilan gambar dari atas atau topview
menggunakan drone, dan untuk distudio menggunakan dua kamera NEX-VG30.
Dari segi pencahayaan pengarah acara menggunakan dua LED Video Panel,
karena selain membtuhkan watt yang kecil jenis lampu ini juga bisa menggunakan
66
battery yang disediakan untuk cahaya yang dihasillan, lampu ini juga terdapat
pengaturan dinner dan pengaturan kelvin, untuk studio kami juga menggunakan KINO
FLO LIGHTING untuk menambah dimensi-dimensi cahaya.
Untuk suara pengarah acara hanya menggunakan ZOOM H4N dan Clip ON
Senheiser sebagai media perekaman suara, karena media perekam suara ini memiliki
standar kualitas yang bagus untuk produksi program televisi.
3.2.6 Kendala Produksi Dan Solusinya
Setiap program pasti memiliki kendala dalam produksinya begitu juga dengan
program yang penulis buat pun memiliki kendala. Kendala yang penulis dapati selama
berlangsungnya produksi, seperti:
1. Kendala pertama yang penulis dapati adalah lokasi. Lokasi yang penulis ambil lebih
banyak di luar (outdoor) yang memerlukan pencahayaan yang cukup. Pada saat penulis
mengambil adegaan host pada siang hari dan itu di luar (outdoor). Pencayahayaan
yang penulis pakai lighting satu buah dikarenakan cuma memakai satu adegannya pun
berbayang karena adanya cahaya matarahi. Solusinya, penulis meminta kepada penata
kamera untuk mengatur cahaya pada kamera dan penulis juga meminta pada
penyunting gambar pada saat editting untuk memperbaiki kualitas warna pada frame
2. Kendala kedua yang penulis dapati adalah audio. Selama produksi berlangsung penulis
memakai outdoor dan tempatnya pun memiliki kebisingan yang cukup lumayan.
Penulis sulit menghindari suara bising tersebut pada setiap lokasi yang penulis ambil.
Penulis berkoordinasi dengan penata suara dalam mengambil audio dan mengarahkan
penata suara untuk mengatur level ketajaman suara pada alat perekam yang dipakai.
67
Untuk pada saat pengeditan, penulis meminta kepada penata suara untuk memperkecil
suara bisingnya dengan mengedit audio dan dibantu sama penyunting gambar (editor).
3. Kendala ketiga yang penulis dapati adalah host. Pada saat produksi, penulis agak sulit
untuk mengarahkan host dalam mengimprovisasi naskah yang sudah dibuat
sebelumnya seperti cara bicara dan gerakan (gimmick). Solusinya, penulis memberikan
arahan lebih intens lagi kepada host sesuai dengan naskah yang sudah dibua.
3.2.7 Lembar Kerja Pengarah Acara
3.2.7.1 Konsep Penyutradaraan
Dalam program ini, penulis sebagai pengarah acara memakai konsep dalam
menyutradarai program ini, yaitu:
1. Varian On Object
Penulis selaku pengarah acara membuat konsep pengambilan gambar lebih kreati
agar kesan gambar yang akan diambil lebih menarik untuk ditonton dengan
memberikan beberapa variasi shot gambar dalam pengambilan satu object.
2. Rubrikasi
Program Penulis setiap minggunya mengalami tem yang berubah-ubah dan
memiliki rubrik yang berbeda pada setiap segmennya agar khalayak dapat dengan
mudah memahami informadsi yang diberikan. Dalam program televisi yang penulis
dan ytim buat setiap minggunya memberikan tema yang berbeda dab lebih berkreatif
seputar tempat wisata. Untuk kali ini8 p3nulis menampilkan tema seputar wisata
Indonesia dengan rubrik yang berbeda setiap segmennya. Dianataranya pengetahuan
tentang keberadaan tempat-tempat wisata di Sumatra Barat. Tentang sejarah yang
belum diketahui.
68
3. Backsound
Penulis memakai konsep backsound berupa lagu yang bergaya beat. Setiap
segmen berbeda agar memberikan kesan menghidupkan gambar. Ditambah dengan
voice over yang mendukung untuk memberikan informasi yang lebih gampang diingat
oleh penonton.
4. Cutting on Beat
Penulis memakai konsep ini agar memberikan kesan beralur atau bercerita
antara gambar yang muncul dengan musik menyatu dan memberikan kesan yang
menarik untuk ditonton oleh penonton.
69
3.2.7.2 Casting List
Tabel III.5 Casting List
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
Production Company : PETA Production Produser : Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA Director : Andre R
Durasi : 30 Menit Script : Bustomi A
NO
TOKO
H
KARAKTER TALENT
NAMA
DI
NASKA
H
SIFAT
FISIK
CALON
PEMERA
N
CONTACT
PERSON
1 Maya Santai, ramah,
menenyenangkan,
pintar berekspresi
Berkulit putih,
tinggi badan
165 cm,
rambut
panjang. Good
looking
Maya
Nanda
08965577688
2 Della Periang,
komunikatif,
ekspresif, enerjik
Kulit sawo
matang, tinggi
badan 160 cm,
good looking.
Della
Valiancy
Shander
08544555567
70
3.2.7.3 Script Breakdown sheet
Tabel III.6 SCRIPT BREAKDOWN SHEET
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
Production Company : PETA Production Produser : Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA Director : Andre R
Durasi : 30 Menit Script : Bustomi A
NO SEG
ME
NT
CAST WARD
ROBE
MAKE
UP
SET
TIN
G
PROPE
RTY
SPECIA
L
EQUIPM
ENT
NOTES
1 1 Maya
Nanda
Dress
putih,
sepatu
skate,
jam
tangan,
Lipstik,
bedak,
krim
foundat
ion
Hala
man
kafe
Kursi.
meja
Clip On,
Zoom
H4n
71
anting
anting
2 1 Maya
Nanda
Dress
putih,
sepatu
skate,
jam
tangan,
anting
anting
Lipstik,
bedak,
krim
foundat
ion
Dala
m
kafe
lantai
dua
Meja
bar,
kursi,
gelas
botol-
botol
minuma
n
Spider.
Steady
Cam
3 1 Della
Valian
cy
Shand
er
Kaos
hitam,
bleezer,
celana
jeans
hitam,
sepatu
Make
up
Minima
lis
Hala
man
Jam
Gada
ng
Tissue,
payung
Steady
Cam
4 2 May
Nanda
Dress
putih,
sepatu
skate,
jam
Lipstik,
bedak,
krim
Dala
m
kafe
Meja
bar,
kursi,
gelas
botol-
Steady
Cam
72
tangan,
anting
anting
foundat
ion
lantai
dua
botol
minuma
n
5 2 Della
Valian
cy
Shand
er
Kaos
hitam,
bleezer,
celana
jeans
hitam,
sepatu
Make
up
Minima
lis
Ruma
h
Gada
ng
Batu
Angk
ek-
angke
k
Batu
Angkek-
angkek
Spider.
Steady
Cam
6 2 Della
Valian
cy
Shand
er
Kaos
hitam,
bleezer,
celana
jeans
hitam,
sepatu
Make
up
Minima
lis
Jemb
atan
Janja
ng
Sarib
u
Payung Spider.
Steady
Cam
73
7 3 Maya
Nanda
Dress
putih,
sepatu
skate,
jam
tangan,
anting
anting
Lipstik,
bedak,
krim
foundat
ion
Lanta
i tiga
di
kafe
Bantal,
tenda,
kain
putih TV
led
Spider.
Steady
Cam
8 3 Della
Valian
cy
Shand
er
Kaos
hitam,
bleezer,
celana
jeans
hitam,
sepatu
Make
up
Minima
lis
Istana
Pagar
uyun
g
Baju
adat
Spider.
Steady
Cam
9 3 Maya
Nanda
Dress
putih,
sepatu
skate,
jam
tangan,
Lipstik,
bedak,
krim
foundat
ion
Ropft
op
Kursi,
meja.
Pot
tanaman
Spider.
Steady
Cam
74
anting
anting
3.2.7.4 Director Treatment
Tabel III.7 DIRECTOR TREATMENT
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
Production Company : PETA Production Produser : Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA Director : Andre R
Durasi : 30 Menit Script : Bustomi A
NO SHO
T
VISUAL DIRECTION AUDIO REMA
RK SHOT
SIZE
MOVE ANGLE
SEGMENT 1
1 1 MEDIUM
LONG
SHOT
STILL EYE
LEVEL
HOST DI
HALAMAN
KAFE
HOST
HALO SOBAT
EXPLORE/
JUMPA LAGI
OPENI
NG
PROG
RAM
PENG
75
BERSAMA
SAYA MAYA
NANDA
DALAM
ACARA
XPLORENESIA/
LETS TO
EXPLORE
INDONESESIA
ENLA
N
HOST
2 2 LONG
SHOT
STILL LOW
ANGLE
HOST DI
HALAMAN
KAFE
HOST
KALI INI MAYA
SEDANG
BAERADA DI
TEMPAT
NONGKRONG
YANG ASYIK
DIBILANGAN
JAKARTA
TIMUR
TEPATNYA DI
CONDET
OPENI
NG
PROG
RAM
PENG
ENLA
N
HOST
76
3 3 MEIUM
SHOT
HOST DI
HALAMAN
KAFE
HOST
SELAMA TIGA
PULUH MENIT
KE DEPAN
MAYA
BAKALAN
MENGAJAK
SOBAT
EXPLORE
UNTUK
MENGELILINGI
KOTA PADANG
OPENI
NG
PROG
RAM
PENG
ENLA
N
HOST
3 4 MEDIUM
SHOT
STLL EYE
LEVEL
HOST DI
HALAMAN
KAFE
HOST
YUK IKUTIN
MAYA
OPENI
NG
PROG
RAM
PENG
ENLA
N
HOST
77
4 5 CLOSE UP STILL EYE
LEVEL
HOST
DUDUK DI
KURSI
HOST
WELL
TEMPATYANG
AKAN TA
KUNJUNGI
ADALAH KOTA
PADANG/
KOTA YANG
TERKENAL
DENGAN
MAKANAN
RENDANG INI
MEMANG
TERKENAL
BANYAK
TEMPAT-
TEMPAT
WISATA//
MENJ
ELAS
KAN
SEGM
EN
PERT
AMA
5 1 LONG
SHOT
STILL LOW
ANGLE
CO-HOST
MENIKMAT
IJASA
TUKANG
CO-HOST
IYA SOBAT
EXPLOR/
SAKING
MASU
K KE
SEGM
EN
78
FOTO DI
HALAMAN
JAM
GADANG
ASYIKNYA
FOTO-FOTO
DELLA JADI
LPA NIH
MENYAPA
PEMIRSA//
PERT
AMA
6 2 MEDIUM
SHOT
STILL LOW
ANGLE
CO-HOST
MENIKMAT
IJASA
TUKANG
FOTO DI
HALAMAN
JAM
GADANG
SEKARANG
DELLA
SEDANG
BERADA DI
DAERAH JAM
GADANG NIH
TEPATNYA DI
DAERAH
BUKITTINGGI
EXPL
ORASI
JAM
GADA
NG
7 1 MEDIUM
SHOT
STILL EYE
LEVEL
CO-HOST
MEMASUKI
JAM
GADANG
YA/ SOBAT
EXPLORE
BEGINILAH
KEADAAN DI
DALAM JAM
GADANG/
MENARA INI
DI
DALA
M JAM
GADA
NG
79
TERDAPAT
EMPAT
LANTAI/ YANG
SEKARANG
DELLA
SEDANG
ERADA DI
LANTAI
PERTAMA
YANG
MERUPAKAN
TEMPAT PARA
PETUGAS//
8 2 LONG
SHOT
STILL LOW
SNGLE
CO-HOST
MENAIKI
TANGGA
JAM
GADANG
AYO SOBAT
IKUTIN DELLA
MENAIKI
TANGGA INI//
EXPL
ORASI
JAM
GADA
NG
9 3 MEDIUM
SHOT
STILL EYE
LEVEL
LANTAI
KETIGA
JAM
GADANG
CO-HOST
IYA SOBAT
DELLA SUDAH
ADA DI
EXPL
ORASI
JAM
80
LANTAI
KETIGA/ CAPE
JUGA YA
SOBAT/ DISINI
MERUPAKAN
TEMPAT DARI
MESIN-MESIN
JAM GADANG//
GADA
NG
10 4 MEDIUM
SHOT
FOLL
OW
LOW
ANGLE
PUNCAK
MENARA
JAM
GADANG
CO –HOST
SEKARANG
DELLA SUDAH
ADA DI
PUNCAK DARI
JAM GADANG/
DARI SINI
KITA BISA
LIHAT
SUASANA
KOTA YANG
ADA DI
BUKITTINGGI//
EXPL
ORASI
JAM
GADA
NG
81
SEGMENT 2
11 1 MEDIUM
SHOT
STILL EYE
LEVEL
HOST
DUDUK DI
KURSI
KAFE
HOST
KALAU TADI
KITA SUDAH
DIAJAK KE
JAM GADANG
SEKARANG
KITA AKAN KE
BATU
SANGKAR
DAN
NUKITINNGI
PENG
ENAL
AN
SEGM
ENT
KE
DUA
12 2 MEDIUM
SHOT
STILL EYE
LEVEL
HOST
DUDUK DI
KURSI
KAFE
DISANA ADA
BATU AJAIB
YANG
DINAMAKAN
BATU
ANGKEK-
ANGKEK DAN
JEMBATAN
PENJE
LASA
N
SEGM
ENT
KE
DUA
82
JANJANG
SARIBU//
13 3 MEDIUM
SHOT
STILL LOW
ANGLE
HOST
DUDUK DI
KURSI
KAFE
PENGEN TAHU
KELANJUTAN
NYA/ YULU
LETS TO
EXPLORE
INDONESIA///
PENJE
LASA
N
SEGM
ENT
KE
DUA
14 1 LONG
SHOT
STILL EYE
LEVEL
MENJELAS
KAN BATU
SANGKAR
VO
BATU
SANGKAR
TERKENAL
DENGAN
PANORAMA
ALAM YANG
LUAR BIASA
MENA
MPIL
KAN
RUMA
H
GADA
NG
15 2 LONG
SHOT
STILL EYE
LEVEL
MENAMPIL
KAN
RUMAH
GADANG
VO
DI RUMAH
KETURUNAN
DATUAK
EXPO
LRSI
BATU
ANGK
83
BANDARO
KAYO ADA
BATU YANG
DISEBUT BATU
ANGKEK-
ANGKEK/
KONON
MEMILIKI
BERAT YANG
BERUBAH-
UBAH//
EK-
ANGK
EK
16 3 LONG
SHOT
STILL EYE
LEVEL
AKSESORIS
RUMAH
GADANG
VO
DI DALAM
RUMAH
GADANG
BUKAN
HANYA BATU
SAJA YANG
ADA / TETAPI
ALAT-ALAT
KERAJINAN
DALA
M
RUMA
H
GADA
NG
84
TANGAN JUGA
YANG DIJUAL//
17 4 MEDIUM
LONG
SHOT
STLL EYE
LEVEL
CO-HOST
SELESAI
MENGANG
KAT BATU
ANGKEK-
ANGKAK
CO-HOST
OKE SOBAT
KITA SUDAH
SELESAI
DENGAN BTU
ANGKEK-
ANGKEK. YUK
KITA EXPLORE
TEMPAT YANG
LAINNYA//
BATU
ANGK
EK-
ANGK
AK
18 1 MEDIUM
SHOT
STILL LOW
ANGLE
PEMANDAN
GAN
JEMBATAN
JANJANG
SARIBU
VO
JENJANG
SARIBU BISA
DISEBUT
KEMBARAN
DARI TEMBOK
CINA//
EXPL
ORSI
JANJA
NG
SARIB
U
19 1 MEDIUM
SHOT
STILL LOW
ANGLE
CO-HOST
MENYAPA
CO-HOST EXPL
ORASI
85
PEMIRSA DI
JANJANG
SARIBU
YA SOBAT/
DELLA
SEDANG
BERADA DI
JANJANG
SARIBU//
JEMBTAN INI
DINAMAKAN
JANJANG
SARIBU
BUKAN
BBERATI
MEMILIKI
ANAK
TANGGA
YANG SERIBU
LOH//
JANJA
NG
SARIB
U
20 1 LONG
SHOT
STILL EYE
LEVEL
MENAMPIL
KAN
JANJANG
SARIBU
VO
SELAIN
MEMILIKI
JUMLAH ANAK
TANGGA
EXPL
ORASI
JANJA
NG
86
YANG
BANYAK/
JANJANG
SARIBU
MEMILIKI
PANORAMA
YANG
MENKJUBKAN/
SARIB
U
21 2 MEDIUM
LONG
SHOT
STILL LOW
LEANG
MENAMPIL
KAN
JANJANG
SARIBU
VO
BILA DILIHAT
DARI ATAS
JEMBATAN/
KITA BISA
MELIHAT
HAMPARAN
LEMBAH NAN
HIJAU //
EXPL
ORASI
JANJA
NG
SARIB
U
22 3 MEDIUM
SHOT
STILL LOW
ANGLE
MENAMPIL
KAN
JANJANG
SARIBU
BILA KITA
TERUS
TELUSURI
TEMBOK
YANG
EXPL
ORASI
JANJA
NG
87
BERWARNA
ABU-ABU/
MEMBUAT
KITA TAK KAN
HERAN
DENGAN
DESTINASI INI
YANG
MENDAPAT
JULUKAN THE
GREAT WALL
OF KOTO
PADANG//
SARIB
U
SEGMEN III
23 1 LONG
SHOT
STILL EYE
LEVEL
HOST
DUDUK DI
LANTAI
TIGA
HOST
BICARA
WISATA
TIDAK ADA
HABISNYA
BILA DIOTA
PADANG
MENJ
ELAS
KAN
SEGM
EN KE
TIGA
88
24 2 MEDIUM
SHOT
STILL EYE
LEVEL
HOST
DUDUK DI
LANTAI
TIGA
HOST
MULAI DARI
KULINER/
TRADISI/
BAHKAN
PESONA
ALAM/
MEMAG
PANTAS
UNTUK
DIKULIK//
MENJ
ELAS
KAN
SEGM
ENT
KE
TIGA
25 3 MEDIUM
SHOT
STILL EYE
LEVEL
HOST
DUDUK DI
LANTAI
TIGA
HOST
SEPERTI
REKAN MAYA/
DELLA YANG
SEDANG
BERADA DI
KOTA
PADANG//
SEGM
EN KE
TIGA
89
26 1 LONG
SHOT
FOLL
OW
LOW
ANGLE
MENAMPIL
KAN
ISTANA
VO
KOTA PADANG
TAKKAN
PERNAH
KEHABISAN
PESONA
WISATANYA/
KOTA
MALINKUNDA
NG INI JUGA
MEMILIKI
BUDAYA
YANG UNIK
DIPELAJARI//
SEGM
ENT
KE
TIGA
27 1 LONG
SHOT
STILL EYE
LEVEL
CO-HOST
MENYAPA
PEMIRSA
CO-HOST
IYA SOBAT
DELLA
SEDANG
BERADA DI
ISTANA
PAGARUYUNG
/ YUK KITA
MENJ
ELSK
AN
ISTAN
A
PAGA
RUYU
NG
90
KULIK DI
DALAMNYA//
28 1 MEDIUM
SHOT
STILL LOW
ANGLE
MENANPIL
KAN
DALAM
ISTANA
PAGARUYU
NG
VO
DI ISTANA INI
MENYEDIAKA
N BAJU ADAT/
BAGI SOBAT
EXPLORE
YANG MAU
MENCOBA
BAJUNYA
CUKUP
MEROGEH
KOCEK DUA
PULUH LIMA
RIBU RUPIAH//
EXPL
ORASI
USTA
NS
PAGA
RUYU
NG
29 1 MEDIUM
SHOT
STILL EYE
LEVEL
CO=HOST
MENJELAS
KAN
LANTAI
PERTAMA
YA SOBAT
EXPLORE
DISINI DI
LANTAI
PERTAMA
TERDAPAT
MENJ
ELAS
KAN
LANT
AI
PERT
91
BENDA-
BENDA
PUSAKA//
AMA
ISTAN
A
PAGA
RUYU
NG
30 1 CLOSE UP STILL EYE
EVEL
CO-HOST DI
LANTAI
TIGA
CO-HOST
IYA SOBAT/ DI
LANTAI TIGA
INILAH
TEMPAT
PUSAKA RAJA-
RAJA//
EXPL
ORASI
ISTAN
A
PAGA
RUYU
NG
31 1 CLOSE UP STILL EYE
LEVEL
CLOSING
HOST
ADA BANYAK
CARA UNTUK
MENUNJUKKA
N RASA
NASIONALISM
E DALAM DIRI/
SALAH
SATUNYA
DENGAN
CLOSI
NG
92
MEMAKAI
PRODUK-
PRODUK
INDONESIA/SA
YA MAYA
NANDA
MOHON
UNDUR DIRI//
93
3.3 Proses Kerja Penulis Naskah
Penulis Naskah adalah orang yang mempunyai kemampuan dalam menuangkan
ide ke dalam cerita. Biasanya ide yang didapat adalah hasil dari imaginasi dan
mengumpulkan dari berbagai informasi, melalui media maupun terjun langsung ke
lokasi. Seorang Penulis Naskah harus memiliki keahlian mengubah ide ke dalam
bentuk naskah, sehingga bisa menjadi bentuk tulisan yang menarik dan memiliki
makna bagi dirinya dan orang lain.
Penulis Naskah biasanya aktif dalam berkomunikasi serta berinteraksi guna
mendapatkan informasi untuk pembuatan ide dalam suatu karya. Setiap terjadinya
peristiwa bisa jadi memiliki hal yang menarik yang bisa dijadikan sebuah karya bagi
penulis. Seorang Penulis juga harus mampu mengusai ide dan konsep serta mampu
mengungkapkan fakta dan informasi yang dibutuhkan penulis secara lengkap.
Menurut Morrisan (2009:275) Penulis Naskah (scriptwriter) memiliki peran penting
khususnya pada tahap praproduksi. Seorang penulis skrip memberikan garis-garis besar
cerita dan dalam banyak hal menentukan struktur keseluruhan suatu produski. Penulis naskah terlebih menulis ringkasan awal suatu proyek produksi yang disebut dengan
treatment yang menjadi dasar penulisan skrip. Suatu skrip memberikan penjelasan
mengenai lokasi, gerakan (action), dan dialog secara detail (adegan demi adegan).
Dalam hal ini skrip berfungsi sebagai cetak biru yang akan membantu produksi yang
sebenarnya.
Dari kutipan di atas penulis yang merupakan Penulis Naskah harus bisa membuat
ide yang menarik serta dapat dimengerti. Karena dari sebuah naskah itu bisa dijadikan
acuan dalam pembentukan jumlah tim, jenis peralatan serta unit manager yang
bertanggung jawab atas segala akomodasi tim selama pelaksanaan produksi dan dari
situlah bisa disusun jumlah anggaran yang dalam pelaksanaan produksi.
Menurut Biran (2006;5) Penulis naskah atau biasa yang disebut scriptwriter bertugas
menterjemahkan ide cerita ke dalam visual gambar atau skenario. Kemampuan seorang
yang memiliki bakat itu bisa dikembangkan menjadi optimal kalau dibantu dengan
penguasaan teori dan teknik penulisan skenario.
94
Dari kutipan di atas penulis sebagai Penulis naskah berusaha menulis skrip agar
bisa diinterpretasikan ke dalam gambar dengan menggunakan teknik dalam penulisan
naskah.
Menurut Latief dan Utud (2015:129) Karena masih dalam rangka persiapan siaran,
tugas kreatif tidak hanya melakukan riset dan survei, juga aktif berdiskusi
mendengarkan lagu-lagu, menonton televisi, VHS (waktu itu belum ada VCD, DVD),
membuat konsep program menuangkannya dalam bentuk naskah, rundown dan
menghubungi para talent dan performer.
Dari kutipan di atas penulis menyimpulkan bahwa acuan itu bisa dilakukan
secara bertahap mulai dari. Ide cerita , sinopsis, treatment dan naskah. Atau bisa.
Sebuah nasksh sangat penting dalam pembuatan sebuah karya, karena naskah
merupakan desain dalam penyampaian cerita atau gagasan untuk membuat suatu karya.
Dalam proses produksi pembuatan progranm produksi nondrama (magazine)
“XPLORENESIA“ penulis yang bertanggung jawab sebagai Penulis Naskah memang
merupakan tujuan utama penulis untuk memasuki jurusan Boadcasting karena niat
penulis untuk menjadi Penulis Naskah yang kompenten dalam dunia broadcast
khususnya Penulis Naskah. Jadi Penulis Naskah bukanlah jabatan yang kecil untuk
diremehkan. Justru karena dengan adanya Penulislah program berupa drama,
nondrama seperti magazine show dapat terkonsep dengan rapih. Karena Penulis
Naskah adalah kunci mengalirnya sebuah cerita.
Dalam program magazine show ini, penulis memberikan informasi seputar
wisata dan keanekaragaman budaya tanah Indonesia, serta di setiap segmennya
pembawa acara terjun langsung dalam menikmati keanekaragaman tersebut
3.3.1 Pra Produksi
Pada tahap pra produksi merupakan tahap awal dalam penciptaan suatu karya.
Baik itu karya drama maupun non drama. Dalam tahap ini penulis bekerja sama dengan
95
Produser dan Pengarah Acara untuk menentukan tema. Dalam persipan awal penulis
hanya memiliki persiapan waktu yang sedikit dan diharuskan penulis sudah memiliki
ide atau konsep yang diberikan kepada Produser dan Pengarah Acara. Namun tak
jarang harus mengalami revisi dikarenakan permintaan maupun masukkan dari
Produser dan Pengarah acara.
Menurut Latief dan Utud (2015:73) “Ide adalah dasar utama dalam
memproduksi program siaran, khususnya program nondrama, tanpa adanya ide tahapan
perencanaan peroduksi berikutnya tidak dapat dilaksanakan.”
Sesuai kutipan di atas penulis yang menjadi Penulis Naskah berusaha
menceritakan ide atau konsep kepada Produser dan Pengarah acara. Melakukan bedah
naskah dan melakukan perbaikan atau tambahan bila ada ide dari Produser dan
Pengarah acara. Penulis juga mencari referensi yang nantinya akan dikembangkan juga
oleh seluruh tim hingga terbentuk sebuah ide yang akan digunakan penulis untuk
membuat naskah. Setelah ide terbentuk. Penulis dan seluruh tim kembali mencari ide
untuk nama program dan teman apa yang akan penulis jadikan tugas akhir. Setelah
menemukan ide nama program yaitu “XPLORENESIA”. Proses penulisan naskah
berlanjut dengan pengumpulan data, maka penulis dan seluruh tim melakukan riset
terlebih dahulu dan kemudian setelah mendapat cukup banyak informasi, penulis mulai
menyusun sinopsis, treatment dan naskah yang sesuai dengan format yang diinginkan.
Mulanya penulis berpikir tidak diperlukan teknis dalam pembuatan naskah,
cukup dengan imajinasi kami semua bisa terlaksana tahap produksinya. Tapi penulis
salah, teknis penulisan naskah memang sangat dibutuhkan dalam penulisan tahap-tahap
pembuatan skenario yang benar
96
Dalam pra produksi, Penulis Naskah mencari referensi dalam membuat konsep
dari beberapa majalah, program-program yang tayang di televisi maupun di Youtube.
Saat pembuatan ide penulis dibantu oleh Pengarah acara dan tim yang lain dalam
mengembangkan ide. Setelah memperbanyak mencari referensi dari berbagai sumber.
Akhirnya penulis dan semua tim sepakat membuat sebuah program yang bertemakan
explorasi alam Indonesia.
3.3.2 Produksi
Pada tahap produksi Penulis Naskah tidak berhenti hanya sampai di kertas
saja. Penulis juga harus bersama dengan Pengarah acara dalam pengambilan gambar,
karena Penulis Naskah orang yang tahu betul akan cerita yang dibuat. Walaupun
Pengarah Acara menginginkan agar dialah yang menentukan adegan yang diambil
namun Pengarah Acara tetap membutuhkan penulis untuk memberi petunjuk yang
diberikan oleh Penulis Naskah agar dapat memberikan hasil yang lebih nyata.
Di dalam tahap produksi penulis sebagai Penulis Naskah ikut serta membantu
Penata Kamera dalam memvisualisaikan sebuah naskah hingga menjadi sebuah
tontonan yang menarik.
Menurut Arifin DKK (2017:1) Suatu naskah disunting agar tercipta komunikasi yang
efektif antara penulis naskah dan pembacanya. Tidak akan pernah ada seorang
pengarang pun yang mengingin-kan karangannya tidak dipahami orang lain. Ia pasti
akan beruasaha sekuat tenaga mengerahkan segala kemampuan-nya agar tulisannya
komunikatif. Dari kutipan di atas penulis sebagai Penulis Naskah harus memahami teori
dalam teknis pembuatan naskah. Setelah memahami teknik-tekniknya Penulis Naskah
mengarahkan cerita yang sebelumnya sudah dibuat dan disetujui Dosen Pembimbing
untuk diproduksi sesuai naskah. Apabila dalam produksi terjadi kendala maka Penulis
97
Naskah berhak mengubah alur cerita agar masalah yang ada saat produksi bisa
diselesaikan dengan bijak dan sebaik mungkin.
Di samping itu Penulis Naskah dapat mengamati setiap gambar yang akan
diambil oleh Pengarah Acara. Memperhatikan tata cara pembawaan naskah oleh
pembawa acara serta improvisasai yang dilakukan oleh pembawa acara agar bisa dicata
dan direvisi oleh Penulis Naskah.
Pada saat produksi penulis naskah juga memperhatikan jalannya acara untuk
mencocokkan naskah yang dibuat pada saat pengambilan gambar. Penulis juga
melakukan hal-hal seperti melakukan briefing, riding bersama pembawa acara. Dan
meminta pembawa acara mengulang naskah yang dibaca sebeleum shooting.
3.3.3 Pasca Produksi
Pada saat pasca produksi penulis sebagai Penulis Naskah masih harus
melakukan tugasnya bersama Penyunting Gambar dan Pengarah Acara untuk melihat
tahapan penyuntingan gambar agar naskah yang dibuat tidak terlalu menyimpang jauh
dari konsep awal, serta mengecek rundown dan mengecek durasi VT (Video Type)
penulis membuat pengecekkan sesuai saran dan masukan dari Produser. Untuk
disunting naskah produksi yang di dalamnya telah mendapat arahan bagi Penata
kamera tentang teknik shooting dan objek shooting, sedangkan arahan bagi Narator
dalam mambacakan narasi adalah editan durasi untuk setiap scene (adegan) dan
sebagainya.
98
Dalam tahap penyuntingan naskah penulis menyesuaikan naskah yang
mengalami perubahan pada saat produksi. Pada saat penyuntingan naskah penulis
melihat video-video yang sudah disunting yang telah disesuaikan dengan naskah. Pada
tahap ini penulis membutuhkan ketelitian lebih agar program acara yang dibuat layak
untuk tayang. Penulis Naskah juga menyesuaikan apakah script VO (Voice Over)
harus sesuai dengan apa yang sudah divisualisasikan. Selain itu, rundown pun harus
dikoreksi kembali untuk durasi dan isi konten acara persegmen agar sesuai dengan hasil
video yang sudah disunting.
Dalam mendampingi Penyunting Gambar penulis melihat tahapan dalam
penyuntingan gambar untuk menyesuaikan dengan rundown yaang sudah penulis
sesuaikan. Penulis bersama Pengarah Acara menemani Penyunting Gambar dalam
memberikan pengarahan terhadap shot-shot yang telah ada dan juga menuntun agar
kerja Penyunting Gambar tidak berbeda dari naskah yang sudah penulis buat.
3.3.4 Peran Dan Tanggung Jawab Penulis Naskah
Peran penulis sebagai npenulis naskah dalam tim produksi yaitu, penulis mulai
mebuat ide, sinopsis, treatment, script dan rundown. Semua tahapan-tahapan
pembuatan konsep dilakukan pada saat pra produksi yang akan dibutuhkan pada saat
produksi dan pasca produksi. Selain itu penulis juga bertugas mencari nara sumber dan
ikut serta mengadakan casting untuk pembawa acara yang dibantu sepenuhnya oleh
Produser dan Sutradara. Pada saat produksi penulis naskah ikut mengarahkan host dan
mengarahkan Penata Kamera untuk memvisualisasikan tiap-tiap gambar dan adegan
sesuai naskah.
99
Menurut Djamal 2014:115) langkah pertama yang diambil adalah mengumpulkan
beberapa ide yang ada di antara anggota tim kreatif. Disitu, setiap orang menyampaikan
setiap gagasannya (brainstorming) dengan beberapa argumentasi kemudian produser
memilih diantara gagasan yang ada yang menurutnya paling cocok. Dari satu ide yang
dianggap cocok itiu, produser memperluas kerangka ide dengan menuliskan segala
sesuatu yang berkaitan denngan ide kasar tersebut sehingga tercipta satu skenario kasar. Dari kutipan di atas, setelah ide yang dipilih oleh Produser maka Penulis Naskah
mengembangkan ide-ide menjadi konsep yang nantinya menjadi sebuah program yang
menarik.
Peran dan tanggung jawab Penulis Naskah dalam tahap produksi yang dilakukan oleh
penulis sebagai Penulis Naskah ialah mengembangkan idei-ide pokok di tahap
produksi. Penulis harus membuat dasar acuan dalam bentuk naskah atas dasar ide
cerita sendiri atau dari kru yang lain. Bagi penulis dasar acuan itu bisa dilakukan secara
tahap mulai dari ide cerita, sinopsis (basic story) treatment dan naskah. Penulis
mengarahkan cerita yang sebelumnya telah dibuat dan disetujui oleh Dosen
Pembimbing untuk segera diproduksi dengan sesuai naskah, apablia dalam proses
produksi terdapat kendala dari berbagai faktor dan diharuskan merubah cerita pada
tahap akhir yaitu tahap pasca produksi, penulis sebagai Penulis Naskah tetap
mengawasi setiap proses suntingan gambar yang telah dilakukan oleh Pengarah Acara
dan Penyunting Gambar agar tidak akan ada cerita yang salah.
Menurut Soemarno (2008:570) tugas dan kewajiban penulis naskah adalah
menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah (skenario) atas dasar ide
cerita sendiri atau dari pihak lain. Bekarja dari tahap pengembangan ide (develoment) sampai jangka waktu terakhir (pra produksi membuat skenario dengan format yang
tekah ditentukan, menjadi narasumber bagi pelaksana produksi billa diperlukan).
Dari kutipan di atas, penulis menyimpulakan bahwa seorang penulis naskah
membuat acuan dari ide sendiri maupun ide dari kru yan lain lalu dikembangkan ide
tersebut hingga menjadi naskah yang akan digunakan sebagai patenan produksi smapai
pasca produksi.
100
3.3.5. Pross Penciptaan Karya
a. Konsep Kreatif
Konsep kreatif yang penulis dapatkan adalah melalui dari sebuah majalah. Dimulai
dari susuna isi konten serta informasi dari segala hal seperti lifestyle, kuliner, wisata
dan lain-lain. Setelah melakukan bimbingan kepada Dosen Pembimbing penulis
diarahkan untuk melihat program-program yang tayang di televisi maupun di Youtube.
Program yang menjadi inspirasi penulis dalam membuat program adalah My Trip My
Advebture, Weekend List, dan Halal Living. Dari ketiga program tersebut penulis
akhirnya dapat membayangkan program apa yang akan dibuat. Maka dari itu, penulis
menukan ide dan konsep cerita pada program nondrama magazine show yang berisi
tentang wisata tanah air. Program magazine show ini berada di Sumatra Barat. Penulis
dan semua tim sepakat untuk memberikan program yang memberikan informasi
seputar kota-kota wisata yang ada di Sumatra Barat mulai dari Jam Gadang, Istana
Pagaruyung dan jembatan Janjang Saribu. Akhirnya penulis dan tim sepoakat
memberikan nama program ini XPLORENESIA.
Dalam program XPLORENESIA ini penulis membagi program ini ke dalam
tiga segment. Dalam segmen pertama penulis memberikan informasi seputar Jam
Gadang yang berada di Bukittinggi Sumatra Barat. Segmen kedua penulis memberikan
dua rubrik yaitu Batu Angkek-ankek dan Janjang Saribu. Dan diakhiri dengan segmen
ketiga dengan mengulik Istana Pagaruyung yang berada di Batu Sangkar Sumatra
Barat.
101
b. Konsep Produksi
Konsep ini sangat penting karena pada tahap ini konsep yang sudah dibuat akan
dijalankan pada saat produksi, suatu konsep sangat penting sebagai patokan dalam
pengambilan gambar. Dalam membuat suatu program penulis selalu bekerja sama
dengan tim. Baik pada saat pra produksi sampai pasca produksi pada saat progam
XPLORENESIA sedang diproduksi penulis ikut serta dalam pengambilan gambar.
Karena adanya beberapa perubahan naskah dan adegan di setiap segmen.
Penulis juga selalu mendampingi Pengarah Acara dalam mengarahkan
pembawa acara dan ikut mengarahkan penata kamera untuk cara pengambilan gambar
yang sudah dibuat dalam director treatment. Penulis juga memberi masukan kepada
host dalam membawakan acara dan karakter yang sudah terkonsep. Penulis juga
mengarahkan pembawa acara agar tidak keluar jalur konsep yang penulis sudah buat.
Adakalanya penulis menemukan kesulitan dalam mervisi naskah dan dibantu oleh
Pengarah Acara. Di setiap segmen pembawa acara melakukan improvisasi dalam
berdialog, maka dari itu penulis langsung mengubah naskah.
c. Konsep Teknis
Dalm tahap ini penulis menggunakan buku-buku teori tentang cara penulisan naskah
dan juga mendapatkan inspirasi dari program yang ada di televisi dan di Youtube.
Dalam konsep ini penulis membuat naskah mengguanakan alat seperti Laptop dengan
menggunakan aplikasi Microsoft Word menggunakan Times New Roman dan Courier
New size 12 untuk mendukung kelancaran membuat naskah.
Untuk memperhitungkan durasi, penulis tuangkan ke dalam bentuk rundown agar
menghasilkan rekaman suara (Voice Over) yang baik, disini penulis menggunakan clip
102
on dan zoom H4N. Penulis juga bekerja sama dengan Pengarah Acara dan Produser
untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh Penata Kamera dalam pengambilan
stockshot.
3.3.6. Kendala Produksi Dan Solusinya
Setiap di dalam satu tim, pasti ada saja kendala yang harus dihadapi oleh masing-
masing kru. Tidak terkecuali Penulis Naskah yang pada saat produksi mengalami
kendala sebagai berikut :
1. Pada saat mencari ide penulis mengalami kesulitan dalam menemukan ide yang
menarik. Solusinya adalah meminta para kru untuk mencari ide setelah mendapatkan
ide yang disepakati barulah penulis mengembangkan ide.
2. Saat tahap konsep pnulis mengalami kendala kesulitan untuk memasuki kontent yang
menarik. Solusinya dalah dengan mencari referensi melalui program yang tayang di
televisi dan Youtube.
3. Dalam pencarian nama program penulis mengalami kesulitan untuk mencari nama
yang cocok dengan program ini. Solusinya setelah mengadakan bimbingan pada Dosen
pembimbing penulis dibantu semua kru memberi nama program ini XPLORENESIA.
103
3.3.7 Lembar Penulis Naskah
3.3.37.1 Konsep Penulis Naskah
Dalam konsep penulisan naskah penulis mengambil referensi dari berbagai
media mulai dari majalah sampai televisi dan Youtube. Tayangan yang menjadi acuan
program ini adalah My Trip My Adventure, Weekend List, dan Halal Living. Dalam
tahap penyusunan program ini penulis mulai menggabungkan beberapa ide inspirasi
didapat dari televisi dan Youtube. Hingga akhirnya penulis mendapatkan ide kreatif
yang menceritakan perjalanan explorasi yang berada di Sumatara Barat. Segmen
pertama program ini mengajak audience ke Bukitiingi untuk meng-explore Jam
Gadang. Di segmen kedua penulis mengajak audience ke Tanah Datar dan Bukittinggi
untuk melihat Batu Angkek-angkek dan Jembatan Janjang Saribu. Sedangkan di
segmen akhir penulis meliput Istana Pagaruyung yang berada di Batu Sangkar Sumatra
Barat.
3.3.7.2 Sinopsis
Menurut Djamal (2014:118 B) “ Syinopsis merupakan gambaran secara ringkas dan
tepat tentang tema atau pokok materi yang akan dikerjakan. Tujuan utama ialah
memudahkan pemesan (produser) menangkap konsep, kesesuaian gagasan dengan
tujuan yang ingin dicapai”.
Dari kutipan di atas penulis membuat sinopsis sebagai gambaran secara ringkas untuk
memudahkan para kru untuk memahami alur cerita dari awal sampai akhir.
XPLORENESIA adalah tayangan magazine show yang berdurasi 30 menit. Di
setiap episodenya program ini mengajak pemirsa untuk menelusri tempat-tempat
wisata tanah air dengan maksud menambahkan rasa cinta kepada tanah air.
104
Di episode kali ini XPLORENESIA meng-explore Kota Padang yang barada di
Sumatra Barat.
Program ini terdiri dari tiga segmen dengan dua orang pembawa acara di tempat yang
berbeda, satu host utama yang berada di studio dan co-host yang berada di Kota
Padang.
Di segmen pertama akan menampilkan Jam Gadang yang barada di Bukittinggi. Jam
yang disebut kembaran dari Jam Big Ben yang berada di Inggris ini akan dikulik angka
empat romawi yang berbeda pada umumnya.
Di segmen yang kedua pembawa acara mendatangi dua tempat, yakni Rumah Gadang
yang berada di Tanah Datar dan jembatan Janjang Saribu yang berada di Bukittinggi.
Di dalam Rumah Gadang ada Batu Angkek-angkek yang konon katanya memiliki berat
yang berubah-ubah.
Di segmen terakhir pembawa acara mendatangi Istana Baso atau yang disebut Istana
Pagaruyung. Pembawa acara menelusuri apa saja yang berada di Istana tersebut.
Sambil memakai baju adat pembawa acara mengulik apa saja yang ada di dalamnya.
Mulai dari lantai sataui sampai lantak empat.
3.3.7.3 Treatment
Menurut Djamal (2014:118:B) “Treatment merupakan uraian ringkas secara
deskriptif (bukan tematis), maka yang dikembangkan dari synopsis adalah bahasa
visual tentang suatu episode cerita atau ringkasan dari rangkaian suatu peristiwa.
105
Dari kutipan di atas penulis menyimpulakn bahwa treatment adalah kerangka atau
gambaran untuk membuat cerita agar tetap berurutan.
SEGMEN I
Id’s Program
Opening Host di Studio
Host di studio menyapa pemirsa dan memperkenalkan dirinya di halaman Cafe
Memperkenalkan Konten Episode
Host di studio menyapa pemirsa dan menjelaskan episode kali ini
Menayangkan Konten Sumatra Barat
Di segmen pertama ini co-host menyapa pemirsa di Sumatra Barat tepatnya di daerah
Bukittinggi menjelaskan tempat mana saja yang menjadi tujuan perjalanan hari ini.
Tempat pertama yang co-host kunjungi adalah Bukittinggi yang berada di Sumatra
Barat. Co-host akan meng-explore Jam Gadang. Sebelum mencari informasi Jam
Gadang Co-host menikmati jasa foto keliling yang berada di sekitar Jam Gadang.
Setelah itu Co-host mulai memasuki tiap lantai dari menara Jam Gadang dari lantai satu
sampai puncak menaranya.
Closing Segmen
Bumper Out
Comersial Break
SEGMEN II
Id’s Program
Opening Host
Host studio kembali membuka segmen kedua
Menayangkan Konten Segmen kedua Co-host mengajak audience mengunjungi dua tempat, yaitu Rumah Gadang yang
baerada di Batu Sangkar dan Jembatan Janjang Saribu di Bukittinggi. Co-host yang
mengajak untuk mencari tahu tentang batu yang unik yang beratnya bisa berubah-ubah
batu tersebut bernama Batu Angkek-angkek.
106
Setelah selasai dengan Batu Angkek-angkek co-host menelusuri Jembatan yang disebut
Janjang Saribu.
Comersial Break
Bumper Out
SEGMEN III
Id’s Program
Opening Host
Host di studio kemabali menyapa pemirsa dan menjelaskan segmen ketiga
Konten berisikan segment tiga Istana Pagaruyung
Sebelum menyapa pemirsa Co-Host membeli tiket masuk, dan menyapa pemirsa tepat
di halaman istana, tak lupa untuk memakai pakaian adat yang disediakan. Setelah itu
mulai menelusuri isi dari Istana Pagaruyung.
Closing
Credit Title
SKENARIO
SEGMEN 1 : JAM GADANG
SCENE 1
EXT HALAMAN KAFE SIANG HARI
HOST SEDANG BERJALAN DAN MENYAPA PEMIRSA
1 HOST
“Hallo sobat EXplore....!!! jumpa lagi bersama saya Maya Nanda
dalam acara XPLORENESIA..!!! Lest to eksplore Indonesia!
107
Maya sekarang sdang berada di tempat nongkrong yang asyik yaitu
di Warbox Cafe yang berada di bilangan Jakarta Timur tepatnya di
daerah Condet.
Seperti biasa selama tiga puluh menit ke depan Maya bakalan
ngajak sobat explore buat ngelilingi Tanah Indonesia.
Yup Maya rasa sobat Explore udah nggak sabar kan? Yuk ikutin
Maya!”
HOST MEMASUKI KAFE DAN NAIK KE LANTAI DUA
2 HOST
“Well, di episode kali ini tempat yang akan kita kunjungi adalah
Kota Padang Sumatra Barat.
Kota yang khas dengan makanan Rendang ini memang sudah terkenal
memiliki banyak tempat-tempat wisata yang unik dan bersejarah.
Oke. Maya rasa sobat Explore udah nggak sabar mau lihat tempat
apa aja yang mau dieksplore!!.
Lets to Explore Indonesia!!!”
3 HOST (V0)
“Kota Padang adalah Kota terbesar yang ada di pesisir barat
Pulau Sumatra. Kota ini merupakan Ibu kota Provinsi Sumatra
Barat dengan luas 694,96 kilomenter.
Kata Padang dalam bahasa Minang berarti “Padang” yang bisa juga
mengartikan “Lapangan”.
Kota yang terkenal dengan cerita Siti Nurbaya ini mempunyai
pesona alam nan luar biasa.”
108
SCENE 3
EXT. HALAMAN JAM GADANG
CO HOST SEDANG MENIKMATI JASA FOTO KELILING DI HALAMAN JAM GADANG
4 CO-HOST
“Eh sobat Explore, Della sampai lupa saking asyiknya foto-foto
hehe.
Nih Della udah di Bukittinggi, tepatnya di area Jam Gadang.
Mau tahu apa aja yang ada di dalamnya? Yuk ikutin Della terus!”
5 HOST (VO)
“Bagi sobat Explore yang pernah ke Kota Bukittinggi, tentu tidak
asing lagi dengan yang namanya Jam Gadang.
Ya, jam Raksasa ini disebut-sebut kembaran dari Jam Big Ben yang
berada di Inggris.
Tinggi bangunan ini mencapai 26 meter.
Jam yang menjadi Ikon Bukittinggi ini dibangun pada tahun 1926
oleh arsitek Yazid dan Sutan Gigi Ameh.
Pada keempat sisi puncaknya terdapat empat buah jam dengan
diameter 80 centimeter, jam ini merupakan hadiah dari Ratu
Belanda kepada sekretaris kota pada saat itu.
Yang menjadi keunikkan dari jam ini adalah angka empat pada Jam
Gadang yang tidak mengikuti kaidah angka Romawi pada umumnya.
Banyak yang mengaitkan dengan hal-hal tahayul. Namun sampai saat
ini tidak ada rujukkan pasti mengenai hal itu.”
109
SCENE 3
INT. DALAM MENARA JAM GADANG
5 CO-HOST
Well begini nih suasana di dalam menara Jam Gadang.
Oh ya sobat, ruangan Jam Gadang ini memiliki empat tingkat,
tingkat pertama ruangan petugas, tingkat kedua tempat pemberat
jam atau bandul, tingkat ketiga tempat mesin. Dan tingkat ke
empatnya puncak dari menara ini. Kita bisa ke atas lewat tangga
ini nih.
THE END
SEGMENT 2 BATU ANGKEK-ANGKEK DAN JEMBATAN JANJANG SARIBU
SCENE 4
INT. DALAM KAFE
HOST MASIH DI LANTAI DUA DI KAFE DAN MEMESAN JUICE TOMAT
6 HOST
”Kalau tadi kita sudah diajak mengexplore Jam Gadang Sekarang
kita akan mengunjungi daerah Batu Sangkar dan Bukittinggi.
Tau nggak sobat? Di daerah Batu sangkar terdapat batu yang ajaib
namanya Batu Angkek-angkek.
Sedangkan di Bukittinggi ada jembatan yang disebut miniaturnya
tembok Cina.
110
Waduh tambah penasaran kan? Langsung aja yuk Lets to Explore
Indonesia!!!”
7 HOST (VO)
“Batu sangkar selama ini terkenal dengan panorama alam nan
mempesona. Selain itu terdapat juga ciri khas dari Negri Ranah
Minang ini. Yaitu Batu Angkek-angkek yang terdapat di sebuah
Rumah Gadang keturunan Datuak Bandaro Kayo di Nagarai Balai
Tabuh, Kabupaten Tanah Datar. Konon katanya Batu ini mempunyai
berat yang berubah-ubah.
Batu berbentuk cangkang Kura-kura ini berwarna Hitam dan
mempunyai lubang kecil di tengahnya. Di permukaannya yang
berwarna tembaga ada tulisan lafadz Allah dan Muhammad.
Batu Angkek-angkek yang mempunyai arti angkat-angkat ini
dipercaya
Masyarakat sekitar mempunyai kekuatan gaib yang mampu meramal
nasib seseorang, dengan cara mengangkat batu tersebut. Bila
seseorang yang berhasil mengangkat batunya maka niat dan
keinginannya bisa tercapai. Namun sebakliknya, bila seseorang
tidak berhasil mengangkatnya maka niat dan keingiannya tidak
akan terkabul.”
111
SCENE 5
INT. DALAM RUMAH GADANG
CO-HOST MENGANGKAT BATU ANGKEK-ANGKEK
8 CO-HOST
Di belaakang Della sudah ada rumah Gadang yang terdapat Batu
Angkek-angkek. Pastinya sobet Eksplore penasaran kan? Yuk ikutin
Della terus!
Menurut warga sekitar Tanah Datar barang siapa yang berhasil
mengangkat Batu Angek-angkek, niat dan keinginannya bakalan
terkabul.
Nggak ada salahnya Della coba ya, oh ya sobat sebelum mengangkat
Batu Angkek-angkeknya kita disarankan dalam keadaan berwudhu,
tadi Della sudah berwudhu sekarang yuk ikutin Della buat nyoba
ngangkat Batu Angkek-angkek. Bismillah
Yah... sobat Exlore Della nggak berhasil ngangkat Batu Angkek-
angkeknya berarti niat dan keinginan Della nggak bakalan
terwujud. Tapi benar tidaknya kita tetap harus percaya kepada
Tuhan YME ya sobat.
Nah setelah ini Della akan mengajak sobat Explore untuk
mengunjungi tempat asyik lainnya.
9 HOST (VO)
Kita kembali lagi ke Bukittinggi, kota ini banyak sekali
menawarkan tempat wisata bagi para pengunjung. tempat yang
direkomendasikan Xplorenesia adalah Janjang Saribu. Mungkin
beberapa orang masih bertanya tentang wisata ini. Faktanya,
112
memang masih belum banyak orang yang tahu dengan tempat wisata
ini. Yang paling unik adalah, kemiripan konsep yang dimiliki
kawasan wisata ini dengan Tembok besar yang ada di Cina.
Sekaligus wisata ini bisa dijadikan tempat pengganti mnikmati
Tembok Cina dengan biaya yang relative murah.
SCENE 6
EXT. AREA JEMBATAN
CO-HOST MEMNYAPA PEMIRSA DI JEMBATAN JANJANG SARIBU
10 CO-HOST
“Oke sobat Explore. Della sudah ada di Janjang Saribu. Jembatan
yang mempunyai banyak tangga. For Your Information meski meiliki
nama seribu, tapi jumlah tangganya tidak mencapai ribuan loh
sobat. Mau tahu lebih lanjut, yuk ikutin Della lagi!
11 HOST (VO)
Selain memiliki jumlah anak tangga yang banyak. Janjang Saribu
memiliki panorama yang menkjubkan. Bila dilihat dari atas
jembatan. Kita bisa melihat hamparan lembah nan hijau, daerah
Ngarai Sianok dan Gunung Singalang. Benar saja, bila kita terus
telusuri anak tangga dengan tembok yang berwarna abu-abu di sisi
kanan dan kiri membuat kita tak akan heran destinasi tempat ini
mendapat julukan The Great Wall Of Koto Padang.
THE END
SEGMENT 3 ISTANA BASO PAGARUYUNG
SCENE 7
INT. LANTAI TIGA KAFE
12 HOST
113
“Nah sobat Explore kalo bicara tempat wisata di Tanah Minang
tentu tidak ada habisnya. Mulai dari tradisi, tempat bersejarah
atau bahkan istana semuanya ada. Seperti yang akan dikulik rekan
Maya yaiu Della yang sudah ada di Batu sangkar. Di Batu sangkar
terdapat Istana yang megah yang menjadi tempat kunjungan baik
dalam maupun luar Negri. Mau tahu selengkapnya. Lest to Explore
Indonesia!!.
13 HOST (VO)
Kota Padang takkan pernah kehabisan pesona wisatanya. Selain
memiliki keunikkan di bidang alam dan kuliner, Kota Malinkundang
ini juga memiliki aneka ragam budaya yang menarik untuk
dipelajari. Terkait dengan ini salah satu wisata yang terkenal
dan banyak dikunjungi Wisatawan adalah istana Baso Pagaruyung
Sama seprti wisata pada umumnya Istana Pagaruyung ini mempunyai
harga tiket bila untuk memasukinya. Untuk harga tiket orang
dewasa dikenai biaya lima belas ribu, sedangkan harga orang
dewasa mancanegara seharga dua puluh lima ribu, Dan untuk anak-
anak dikenai harga sepuluh ribu rupiah dan untuk anak-anak
Mancanegara dikenai lima belas ribu rupiah
SCENE 8
CO-HOST MEMBELI TIKET DAN MENYAPA PEMIRSA
14 CO-HOST
Balik lagi bersama Dela, di belakang Della sudah ada Istana Baso
alias Istana Pagaruyung. Masih penasaran kan yuk kita kulik
lagi.
sebelum kita kulik apa aja yang ada di dalam Istana. Nggak afdol
kalau kita belum nyobain memakai baju adat.
114
15 HOST (VO)
Di Istana ini juga menyediakan beraneka ragam baju adat. Bagi
sobat Explore yang ingin mencoba baju adatnya, sobat bisa
merogoh kocek seharga tiga puluh lima ribu sampai empat puluh
ribu rupiah tergantung jenis model pakaiannya.
SCENE 9
INT. DALAM ISTANA PAGARUYUNG
DENGAN MEMAKAI PAKAIAN ADAT CO-HOST MENELUSRI APA SAJ YANG ADA DI
DALAM ISTANA
16 CO-HOST
“Taraam... gimana sobat Eksplore? Della cantik kan hehehe..
sekarang yuk kita masuk!
Iya sobat, beginilah pemandangan yang ada di dalam Isana,
Istana inimempunyai tiga lantai, dan setiap lantainya ada
ruangan yang menyimpan banyak hal.
Di lantai pertama ada etalase-etalase yang menyimpan benda-benda
pusaka.
Di lantai kedua ada kamar yang disebut Anjuang Paranginan yaitu
kamar prerempuan Raja yang belum menikah
Di lantai ketiga tempatnya pusaka-pusaka yang disimpan dalam
kamar.”
CUT TO
SCENE 10
EXT. ROOFTOP KAFE
115
CLOSING ACARA YANG DISAMPAIKAN HOST
17 HOST
“Ada banyak cara untuk menunjukkan rasa Nasionalisme dalam diri
kita, yaitu dengan terus menggunakan produk buatan anak Negri
dan tentunya juga mengunjungi tempat-tempat yang ada di tanah
Ibu
Pertiwi ini.
Iya sobat Explore tak terasa tiga puluh menit sudah kami
menemani sobat explore.
Sampai ketemu lagi di hari dan jam yang sama. Saya Maya Nanda
pamit undur diri. Lest to Explore Indonesia.”
THE END
116
3.3.7.4 Naskah Host
Tabel III.8 NASKAH HOST
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
Production Company : PETA Production Produser : Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA Director : Andre R
Durasi : 30 Menit Script : Bustomi A
NO SEGMENT VIDEO AUDIO DURASI REMARK
1 1 Host di
depan
Cafe
“Hallo sobat
Eksplor....!!!
jumpa lagi
bersama Maya
Nanda dalam acara
XPLORENESIAA..!!!
Lest to eksplore
Indonesia!
Maya sekarang
sdang berada di
117
tempat nongkrong
yang asyik yaitu
di Warbox Cafe
yang berada di
bilangan Jakarta
Timur tepatnya di
daerah Condet.
Seperti biasa
selama tiga puluh
menit ke depan
Maya bakalan
ngajak sobat
eksplor buat
ngelilingi Tanah
Indonesia.
Yup Maya rasa
sobat Eksplore
udah nggak sabar
kan? Yuk ikutin
Maya!”
Cut to
2 1 Host
masih di
lantai
dua dan
disuguhi
kopi
oleh bar
tender
“Well, di episode
kali ini tempat
yang akan kita
kunjungi adalah
Kota Padang
Sumatra Barat.
Kota yang khas
dengan makanan
118
Rendang ini
memang sudah
terkenal memiliki
banyak tempat-
tempat wisata
yang unik dan
bersejarah.
Oke. Maya rasa
sobat Exlore udah
nggak sabar mau
lihat tempat apa
aja yang mau
diexplore!!.
Lets to Explore
Indonesia!!!”
Comersia Break
3 2 Host
masih di
lantai
dua dan
disuguhi
kopi
oleh bar
tender
”Kalau tadi kita
sudah diajak
mengeksplor Jam
Gadang Sekarang
kita akan
mengunjungi
daerah Batu
Sangkar dan
Bukittinggi.
Tau nggak sobat?
Di daerah Batu
sangkar terdapat
batu yang ajaib
119
namanya Batu
Angkek-angkek.
Sedangkan di
Bukittinggi ada
jembatan yang
disebut
miniaturnya
tembok Cina.
Waduh tambah
penasaran kan?
Langsung aja yuk
Lets to Eksplore
Indonesia!!!”
Cut to
3 3 Host di
lantai
tiga
“Nah sobat
Eksplore kalo
bicara tempat
wisata di Tanah
Minang tentu
tidak ada
habisnya. Mulai
dari tradisi,
tempat bersejarah
atau bahkan
istana semuanya
ada. Seperti yang
akan dikulik
rekan Maya yaiu
Della yang sudah
120
ada di Batu
sangkar. Di Batu
sangkar terdapat
Istana yang megah
yang menjadi
tempat kunjungan
baik dalam maupun
luar Negri. Mau
tahu
selengkapnya.
Lest to Eksplore
Indonesia!!.
Cut To
4 3 Host di
lantai
empat
“Ada banyak cara
untuk menunjukkan
rasa Nasionalisme
dalam diri kita,
yaitu dengan
terus menggunakan
produk buatan
anak Negri dan
tentunya juga
mengunjungi
tempat-tempat
yang ada di tanah
Ibu
Pertiwi ini.
Iya sobat
Eksplore tak
terasa tiga puluh
121
menit sudah kami
menemani sobat
eksplore.
Sampai ketemu
lagi di hari dan
jam yang sama.
Saya Maya Nanda
pamit undur diri.
Lest to Ekplore
Indonesia.”
3.3.7.5 Naskah Voice Over
Tabel III.9 NASKAH VOICE OVER
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
Production Company : PETA Production Produser : Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA Director : Andre R
Durasi : 30 Menit Script : Bustomi A
NO VOICE OVER
1 SEGMEN I
(Kota Padang)
“Kota Padang adalah Kota terbesar yang ada di
pesisir barat Pulau Sumatra. Kota ini merupakan
122
Ibu kota Provinsi Sumatra Barat dengan luas
694,96 kilomenter.
Kata Padang dalam bahasa Minang berarti “Padang”
yang bisa juga mengartikan “Lapangan”.
Kota yang terkenal dengan cerita Siti Nurbaya
ini mempunyai pesona alam nan luar biasa.”
2 Jam Gadang
“Bagi sobat Eksplore yang pernah ke Kota
Bukittinggi, tentu tidak asing lagi dengan yang
namanya Jam Gadang.
Ya, jam Raksasa ini disebut-sebut kembaran dari
Jam Big Ben yang berada di Inggris.
Tinggi bangunan ini mencapai 26 meter.
Jam yang menjadi Ikon Bukittinggi ini dibangun
pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid dan Sutan
Gigi Ameh.
Pada keempat sisi puncaknya terdapat empat buah
jam dengan diameter 80 centimeter, jam ini
merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada
sekretaris kota pada saat itu.
Yang menjadi keunikkan dari jam ini adalah angka
empat pada Jam Gadang yang tidak mengikuti
kaidah angka Romawi pada umumnya. Banyak yang
mengaitkan dengan hal-hal tahayul. Namun sampai
saat ini tidak ada rujukkan pasti mengenai hal
itu.”
123
3 Segment II
(Batu Angkek-angkek)
“Batu sangkar selama ini terkenal dengan
panorama alam nan mempesona. Selain itu terdapat
juga ciri khas dari Negri Ranah Minang ini.
Yaitu Batu Angkek-angkek yang terdapat di sebuah
Rumah Gadang keturunan Datuak Bandaro Kayo di
Nagarai Balai Tabuh, Kabupaten Tanah Datar.
Konon katanya Batu ini mempunyai berat yang
berubah-ubah.
Batu berbentuk cangkang Kura-kura ini berwarna
Hitam dan mempunyai lubang kecil di tengahnya.
Di permukaannya yang berwarna tembaga ada
tulisan lafadz Allah dan Muhammad.
Batu Angkek-angkek yang mempunyai arti angkat-
angkat ini dipercaya
Masyarakat sekitar mempunyai kekuatan gaib yang
mampu meramal nasib seseorang, dengan cara
mengangkat batu tersebut. Bila seseorang yang
berhasil mengangkat batunya maka niat dan
keinginannya bisa tercapai. Namun sebakliknya,
bila seseorang tidak berhasil mengangkatnya maka
niat dan keingiannya tidak akan terkabul.”
4 Dalam Rumah Batu Angkek-angkek
Selain Batu Angkek-angkek Rumah peninggalan
Datua Bandaro Kayo ini juga menyediakan alat-
alat kerajinan tangan yang dijual. Di setiap rak
yang berjajar rapi kita bisa melihat alat-alat
124
berupa tas, gantungan kunci, sepatu dan
aksesoris lainnya.
5 Segmen II
(Janjang Saribu)
Kita kembali lagi ke Bukittinggi, kota ini
banyak sekali menawarkan tempat wisata bagi para
pengunjung. tempat yang direkomendasikan
Xplorenesia adalah Janjang Saribu. Mungkin
beberapa orang masih bertanya tentang wisata
ini. Faktanya, memang masih belum banyak orang
yang tahu dengan tempat wisata ini. Yang paling
unik adalah, kemiripan konsep yang dimiliki
kawasan wisata ini dengan Tembok besar yang ada
di Cina. Sekaligus wisata ini bisa dijadikan
tempat pengganti mnikmati Tembok Cina dengan
biaya yang relative murah.
Cut TO
Selain memiliki jumlah anak tangga yang banyak.
Janjang Saribu memiliki panorama yang
menkjubkan. Bila dilihat dari atas jembatan.
Kita bisa melihat hamparan lembah nan hijau,
daerah Ngarai Sianok dan Gunung Singalang. Benar
saja, bila kita terus telusuri anak tangga
dengan tembok yang berwarna abu-abu di sisi
kanan dan kiri membuat kita tak akan heran
destinasi tempat ini mendapat julukan The Great
Wall Of Koto Padang.
Segment III
125
(Istana Pagaruyung)
Kota Padang takkan pernah kehabisan pesona
wisatanya. Selain memiliki keunikkan di bidang
alam dan kuliner, Kota Malinkundang ini juga
memiliki aneka ragam budaya yang menarik untuk
dipelajari. Terkaitdengan ini salah satu wisata
yang terkenal dan banyak dikunjungi Wisatawan
adalah isstana Baso
126
3.3.7.6 Rundown Program
Tabel III.10 Rundown Program
Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika
Production Company : PETA Production Produser : Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA Director : Andre R
Durasi : 30 Menit Script : Bustomi A
No Segmen Waktu/durasi Video Audio Subjek Keterangan
1
5” VTR VTR Colour bar
2 5” VTR VTR Logo bsi
3 5” VTR VTR Id program
4 5” VTR VTR Counting
leader
5 15” VTR VTR Bumper in
6 1’30” VTR LIVE Opening host
menjelaskan
segmen
pertama
7 1’00” VTR VO Menampilkan
jam gadang
127
8
I
30” VTR LIVE Co-host
menyapa di
jam gadang
9 20” VTR VO Menampilkan
isi dari jam
gadang
10 1’00” VTR LIVE Co-host
menjelaskan
dari tiap
ruang jam
Gadang
11 45” VTR LIVE Co-host ke
puncak jam
Gadang
5” VTR VTR Bumper Out
Total Durasi Segment I 5’58”
--Comersial Break--
12
5” VTR VTR Bumper in
13 VTR LIVE Host
menjelaskan
segmen
kedua
14 48” VO Menampilkan
Rumah
Gadang Batu
128
II
angkek-
angkek
15 1’42” VTR LIVE co-host
mengangkat
batu angkek-
angkek
16 38” VTR VO Menampilkan
jembatan
Janjang
saribu
17 15” VTR LIVE Co-host
menyapa
pemirsa di
jembatan
Janjang
saribu
18 VTR VO Menampilkan
jembatan
saribu
19 VTR VTR Bumper Out
Total Durasi Segmen II 6’52”
==Comersial Break--
20
5” VTR VTR Bumper ini
21 1’00” VTR LIVE Opening host
menjelaskan
129
III
segment ke
tiga
22 1’00” VTR VO Menampilkan
istana
pagaruyung
23 1’35”” VTR LIVE Co-host
menyapa di
istana
pagaruyung
24 2’05” VTR VO Menampilkan
lantai
pertama
25 2’05” VTR LIVE Co-host
menjelaskan
lantai kedua
26 2’10” VTR LIVE Co-host
menjelaskan
lantai ke tiga
27 3” VTR VTR Bumper Out
28 55” VTR LIVE Closing host
studio
29 5” VTR VTR Credit title
30 5” VTR VTR Copyright
Total durasi segment III 12’08”
130
3.4 Proses Camera Person
Seorang camera person bisa disebut juga penata kamera mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk semua aspek teknik dalam pengambilan gambar berupa
pemotretan maupun merekam gambar. Penulis sebagai penata kamera dalam produksi
non drama XPLORENESIA mempunyai tanggung jawab besar atas keseluruhan
pengambilan gambar dan bekerja sama dengan rekan setim terlebih khusus kepada
pengarah acara agar tercapainya sebuah karya yang baik dan layak di nikmat oleh
masyarakat.
Selain bisa disebut sebagai penata kamera, camera person memiliki sebutan lain
seperti cameramen.
Menurut Kusumawati dkk (2017:68) “Kameraman adalah seseorang yang
bertugas merekam gambar dengan menggunakan perangkat keras kamera video yang
direkam melalui pita video, memory, hard disk atau media penyimpan lainnya sesuai
denganarahan pengarah acara atau pengarah acara”.
Menurut penulis tidak hanya bertugas dan bertanggung jawab dalam
pengambilan gambar yang ia rekam, seorang penata kamera juga harus paham dengan
ilmu dasar teknik kamera serta berkerja sama dengan pengarah acara dalam upaya
penerjemahan dari bahasa tulisan kebahasa visual. Sudut pengambilan gambar amat
menentukan dalam menentukan keberhasilan penyampaian pesan dalam program yang
telah dibuat.
131
Sedangkan menurut Rusman dan Yusiatie (2017:131) menyatakan bahwa
“cameramen adalah orang yang bertanggung jawab atas pengambilan gambar untuk
program televisi”.
Dalam produksi program televisi non drama magazine XPLORENESIA penulis
sebagai penata kamera mempunyai tugas yaitu merekam gambar yang dibutuhkan dari
awal hingga akhir shooting dan bekerja sama dengan pengarah acara dalam
menentukan sudut pengambilan gambar. Serta memperbanyak stock shoot untuk
mempermudah penyunting gambar memilih hasil gambar dalam proses penyuntingan
gambar.
Jadi penulis disini menarik kesimpulan bahwa penata kamera bertugas dan
bertanggung jawab dalam pengambilan gambar berdasarkan description yang telah
ditentukan dan mengoperasikan kamera untuk merekam gambar dalam film, video
maupun media lain sesuai perintah dari pengarah acara.
3.4.1 Pra Produksi
Segala hal dalam menciptakan suatu karya harus melalui tahap pra produksi,
yaitu kegiatan perencanaan yang cukup berperan penting dalam kelancaran proses
produksi. Dalam proses pra produksi ini, penulis bersama dengan tim melakukan
pencarian tema yang akan dibuat
Dalam tahap pra produksi penulis sebagai seorang penata kamera mempelajari
semua naskah yang telah dibuat dan disepakati bersama dengan pengarahan dari
pengarah acara untuk dapat memikirkan sebuah shot yang akan dibuat dalam program
non drama “ Xplorenesia”.
132
Sedangakan menurut Kusumawati dkk (2017:69) “Tahap pra produksi
merupakan tahap yang paling menentukan hasil gambar yang baik”.
Menurut kutipan diatas penulis mengartikan bahwa dalam tahap inilah tahap
yang paling penting. Semua hal, mulai dari ikut serta dalam pembuatan ide dan gagasan
dan mempelajari naskah yang akan di produksi serta menyiapkan kamera apa saja yang
diperlukan sesuai konsep yang diangakat dan mengilustrasikan naskah kedalam bentuk
gambar dan tata letak kamera kepada tim agar terciptanya hasil gambar yang
diinginkan.
Dalam proses pra poduksi produser mulai melakukan beberapa kegiatan untuk
mengumpulkan berbagai data yang diperlukan sebagai bahan pengembangan gagasan
yang lebih mendalam. Setelah produser, penulis naskah dan pengarah acara sudah
menentukan rencana apa yang akan di angkat.
Langakah selanjutnya penata kamera bersama produser, penulis naskah dan
pengarah acara, penata artistik, penata audio, penata cahaya serta penyunting gambar
yaitu melakukan casting host. Membuat anggarandan melakukan riset lokasi apa saja
yang dibutuhkan dalam naskah yang telah disepakati bersama, serta penulis sudah
mendapatkan instruksi dari pengarah acara kira-kira kebutuhan agambar apa saja yang
akan direkam dan angle apa saja yangdibutuhkan dalam program ini dalam produksi
televisi non drama magazine XPLORENESIA.
Setelah terciptanya kesepakatan diatas tim membuat surat perizinan lokasi dan
survey lokasi untuk bertemu narasumber dengan bersumber dari berbagai info dan data
yang didapatkan, serta berkonsultasi dengan dosen pembimbing Tugas Akhir. Kami
133
melakukan riset pertama kali ke daerah batu sangkar. Untuk bertemu beberapa
narasumber selaku seseorang yang menjaga dan melestarikan sejarah serta berkunjung
kebebrapa tempat wisata didaerah batu sangkar. Kami berserta tim berkunjung ke
Istana Baso Pagaruyung, Batu Angke-angke dan melanjutkanya kebeberapa daerah lain
di Sumatra Barat. Akhirnya tim memutuskan untuk menganggkat tema wisata sejarah
di Sumatra Barat dalam program non drama XPLORENESIA. Serta menentukan
kesepakatan trasnportasi dan waktu produksi yang ditentukan agar terciptanya
kelancaran dalam suatu proses produksi
Kesimpulan pada tahap ini penata kamera akan melakukan beberapa pekerjaan
yang bersifat teknis maupun non teknis seperti, mempersiapkan fasitas yang akan
mendukung jalannya proses produksi (pemilihan kamera, peralatan penunjang,
memilih lensa dll) membuat desain kreatif meliputi riset, merangkai storyboard dan
floorplan, membuat shot list, mempelajari naskah yang akan diproduksi, mepelajari
teknis produksi khususnya teknis kamera, diskusi dengan pengarah acara untuk
mencapai visi dan misi produksi yang sama.
3.4.2 Produksi
Ini adalah tahap paling penting bagi seorang penata kamera untuk mempelajari
naskah dan director treatment untuk menjadi acuan seorang penulis dan mendiskusikan
angle dan teknik pengambilan gambar kepada pengarah acara.
Menurut Kusumawati dkk (2017:75) “Segala perencanaan yang telah
dipersiapkan dalam tahap pra produksi, akan di realisasikan pada tahap produksi.
Seorang penata kamera akan memantau pengarah acara atau pengarah acara untuk
134
menerjemahkan bahasa tulisan kedalam bahasa visual. Setiap gambar yang dihasilkan
sangatlah penting terhadap pesan dan informasi apa yang akan disampaikan kepada
penonton”.
Teknis dan angle pengambilan gambar adalah kunci utama produksi, karena itu
pada sebuah karya program televisi non drama magazine XPLORENESIA kualitas
gambar dan suara yang disajikan kepada audien. Jadi penulis sebagai penata kamera
bisa disebut sebagai panjang tangan dari pengarah acara yang dipercaya untuk
mengambil gambar. Penulis menguasai dasar-dasar pengambilan gambar adalah syarat
untuk menjadi penata kameara, karena penulis harus memahami apa yang harus
dilakukan sesuai intruksi pengarah acara dan dapat bekerja sama dengan baik kepada
semua kru produksi.
Dalam program non drama televisi XPLORENESIA ini pengambilan gambar
diambil dengan menggunakan tripot, slider, handheld, dan flycam.
Dalam produksi non drama televisi ini pengambilan gambar 60% (enam puluh
persen) menggunakan handheld sedangkan 40% (empat puluh persen) menggunakan
tripot, flycam, dan actioncam. Penggunakan kamera ini pun disesuaikan dengan
kebutuhan pengambilan gambar outdoor dan indoor dikarenakan ini sangat praktis.
Adapun kamera bantu yaitu go pro hero 4 dan drone bugs tree. Akan tetapi
penulis sebagai penata kamera lebih banyak menggunakan handheld dikarenakan
penulis sebagai penata kamera ingin mengembangkan pengambilan gambar dan lebih
menyesuaikan dengan konsep acara non drama magazine XPLORENESIA yang
mengangkat wisata sejarah, namun tetap menjaga kualiatas gambar agar tidak shaking,
135
juga memperhatikan hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis untuk menciptkan
tontonan yang tidak membosankan dan monoton.
Ada beberapa istilah dalam pergerakan kamera untuk seorang penata kamera
menurut Kusumawati dkk (2017:99) menyatakan bahwa movement (pergerakan
kamera) pergerakan kamera (camera movement) sangat penting dilakukan oleh penata
kamera, yaitu:
1. Panning
Panning adalah teknik pengambilan gambar dengan cara membelokan badan
kemera secara horizontal tanpa merubah posisi kamera.
2. Tilting
Tilting adalah teknik pengambilan gambar dengan cara menggerakan badan
kamera secara vertical.
3. Tracking
Tracking adalah teknik yang dilakukan daengan caramendekatkan
kameradengan objek atau menjauhkan kamera dari objek.
4. Zooming
Zooming adalah teknik pergerakan lensa kamera yang dilakukan dengan
menggunakan tombol wide angle (W) dan tombol tele (T)
5. Arching
Arching adalah teknik pengambilan gambar dengan cara bergerak
mengelilingi objek, gerakan ini dapat dilakukan dengan setengah lingkaran
atau satu lingkaran penuh.
136
6. Crane
Crane adalah teknik pengambilan gambar dengan alat penyanggah yang
disebut crane, jimmy jip atau portal jip.
7. Crabbing
Crabbing adalah pergerakan kamera dengan cara bergerak kecamping ke
kanan atau ke kiri layaknya kepiting yang sedang berjalan.
Menurut penulis sebagai penata kamera, selain sebagai seorang yang
menggambil gambar dalam program non drama magazine show XPLORENESIA
harus mampu mengerti pergerakan kamera diatas, untuk sebuah patokan dalam
pengarahan yang dilakukan pengarah acara dalam proses produksi berlangsung.
Penulis sebagai penata kamera menggunakan teknit diatas agar tercipta gambar yang
dinamis dan enak dilihat oleh audience.
Kesimpulan dari beberapa tugas penting penata kamera pada tahap produksi
adalah mengoperasikan kamera dan merekam gambar pada saat produksi, bekerja sama
dengan pengarah acara pada saat proses pengambilan gambar agar sesuai dengan
nasakah, memberikan masukan kepada pengarah acara atau pengarah acara untuk
menghasilkan gambar yang terbaik, selalu menjaga kontinuitas gambar, bertanggung
jawab menjaga kamera selama proses produksi agar kamera tetap pada kondisi normal
dan siap digunakan, selalu bekerja sama dengan semua tim produksi untuk mencapai
hasil yang terbaik.
137
3.4.3 Paska Produksi
Setelah melewati tahap pra produksi dan produksi, tim segera melakukan tahap
pasca produksi. Dalam tahap paska produksi ini penulis sebagai penata kamera memberi
masukan kepada penyunting gambar mengenai stock gambar yang digunakan dalam
program non drama XPLORENESIA.
Menurut Kusumawati dkk (2017e:77) menyatakan bahwa:
dalam tahap pasca produksi tidak banyak hal yang dilakukan oleh penata kamera.
Penata kamera dalam tahap ini juga bertugas untuk menyusun camera report untuk
mempermudah pekerjaan penyunting gambar. Segala informasi yang telah
dilakukan dalam proses produksi dilaporkan lengkap dengan keterangan hasil
produksi.
Pada proses paska produksi ini penulis sebagai penata kamera masih
mempunyai tugas dan kewajiban dalam produksi dikarenakan masih harus bekerja
sama dengan penyunting gambar guna melengkapi program dengan stock shot yang telah
diambil kemudian akan di proses oleh penyunting gambar dan pengarah acara sehingga
di dapat sebuah program yang telah di sepakati bersama. Pada proses paska produksi ini
penulis juga harus mampu memberikan hasil akhir gambar kepada penyunting gambar
untuk melengkapi program dengan dengan stock shot yang diambil dalam proses produksi
sehingga penyunting gambar mampu menjelaskan secara visual gambar yang akan di
editnya.
138
Bisa disimpulkan bahwa tugas penata kamera di tahap pasca produksi adalah
melakukan pengecekan kembali peralatan kamera yang telah digunakan, membuat
laporan produksi kamera (camera report) untuk kebutuhan pasca produksi, memberikan
semua hasil gambar kepada penyunting gambar, melakukan perawatan kamera
(maintenance) agar kamera dapat digunakan pada produksi lainya
139
3.4.4 Peran dan Tanggung Jawab Camera Person
Penulis sebagai penata kamera mempunyai peran dan tanggung jawab tersendiri
seperti profersi lainya penata kamera adalah sebagai crew produksi televisi yang
mempunyai tanggung jawab yang spesifik.
Berbicara mengenai bagaimana pekerjaan suatu profesi, berarti akan membahas
tentang tugas dan tanggung jawab yang spesifik. Pada umunya seorang penata kameara
tidak bekerja sendiri (kecuali untuk hal tertentu), dan secara umum tugas dan tanggung
jawab penata kamera antara lain berdiskusi dengan produser serta pengarah acara untuk
rencana me pembahasan konsep produksi, mempelajari naskah yang sudah dibuat,
menginterpretasikan bagaimana supaya mendapat gambar yang baik, memilih
peralatan kamera serta penunjangnya, bekerja sama dengan pengarah acara pada saat
proses shooting, melakukan pengambilan gambar dengan baik dan bertanggung jawab.
Jadi kesimpulan dari peran dan tanggung jawab seorang penata kamera sangat
penting berpengaruh dengan apa yang telah dihasilkan pada saat pra produksi, produksi
dan paska produksi. Penulis juga membantu suteradara dalam upaya menerjemahkan
bahasa tulisan kedalam bahasa visual melalui pemilihan angle, komposisi dan
pergerakan kamera serta pencahayaan.
Dalam produksi program TV non drama “Xplonesia” peran dan tanggung jawab
penulis sangat penting.
140
Dalam tahap pra produksi penulis sebagai penata kamera ikut serta menuangkan
ide-ide kreatif, gagasan dan mendiskusikan shot demi shot dengan pengarah acara
untuk pengambilan gambar saat produksi.
Dalam tahap produksi penulis sebagai penata kamera harus ada dalam produksi
berlangsung agar terciptanya proses produksi utnuk menghasilkan gambar yang sudah
ada dalam director treatment, serta bertanggung jawab penuh akan peralatan yang
digunakan dalam produksi maupun hasil gambar yang direkam.
Dalam tahap paska produksi penulis sebagi penata kamera ikut membantu
penyunting gambar memilih shot demi shot untuk kebutuhan penyuntingan gambar.
141
3.4.5 Proses Penciptaan Karya
Penulis dalam produksi non drama televisi yang berjudul XPLORENESIA,
bertugas menjadi penata kamera dalam produksi non drama ini dikarenakan penulis
sangat tertarik untuk menekuni profesi tersebut, hal ini merupakan tantangan bagi
penulis untuk menghasilkan sebuah karya non drama yang menarik untuk dlihat bagi
penonton non drama televisi yang kami buat. Penulis juga ingin menerapkan ilmu yang
sudah di berikan oleh dosen pengajar di kampus dan dengan referensi buku mengenai
ilmu kamera tentang cara pengambilan gambar yang baik. Meskipun ilmu serta
pengalaman sebagai penata kamera belum begitu banyak untuk bisa menjadi penata
kamera yang handal, tetapi penulis terus belajar dan berusaha banyak mencari
pengalaman agar bisa membuat karya yang baik dan penonton yang melihat akan
mengerti karya yang telah dihasilkan selain itu penulis juga sering menonton acara TV
non drama ditelevisi dengan memperhatikan type shot, angle kamera, gerakan kamera,
tata cahaya untuk dipelajari dan diterapkan dalam produksi acara non drama ini.
142
A. Konsep Kreatif
Dalam program TV non drama magazine XPLORENESIA produser, pengarah
acara, penulis naskah dan crew lainya menentukan tujuan program yang akan dibuat
dan sumatra barat lah tujuan yang akan dikunjungi oleh XPLORENESIA.
Penulis sebagai penata kamera berperan penting juga dalam memberi konsep
kreatif, terutama dalam pengambilan gambar. Hal yang harus penata kamera lakukan
adalah memberi angle yang menarik untuk penonton agar penonton tidak merasa jenuh,
dan seorang penata kamera juga mempunyai rasa (sense of art) kreatifitas dalam
menciptakan dalam sebuah gambar dengan komposisi kita juga membangun “mood“
suatu visual dan keseimbangan objek.
Pengambilan gambar XPLORENESIA terinspirasi dari acara program Weekend
List yang di produksi NET TV, karena program memiliki pengambilan gambar yang
unik, bagus dan kreatif.
B. Konsep Produksi
Bicara dengan konsep produksi penata kamera, konsep yang kami buat dalam
program non drama magazine XPLORENESIA penulis penekan kan kepada hal yang
bersifat wisata, sejarah dan informasi, edukasi. Segi pengambilan gambar, teknis,
angle, komposisi gambar, warna, pergerakan kamera, hingga pencahayaan lighting, hal
ini tentunya tak terlepas dari sebuah prosedur serta kerja sama tim dalam penciptaan
143
sebuah konsep yang dibuat dari sebuah naskah menjadi bentuk audio visual serta layak
dinikmati, karena tanpa adanya konsep sebuah karya akan terasa hambar, tanpa makna.
Konsep produksi memiliki peranan penting dalam membawa kemana program
mengarah . Penata kamera sangat dituntut untuk memiliki kecakapan dalam hal
pengambilan gambar pada situasi sesulit apapun.
Sebagai penata kamera dalam proses produksi mempunyai tanggung jawab
menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan saat produksi. Seperti kamera dan tripod, konsep
pada saat produksi sebagai penata kamera sudah seharusnya mengikuti pengarah acara
dalam pengambilan gambar yang pengarah acara inginkan, penata kamera juga harus
menyiapkan stock shot sebanyak mungkin agar mempermudah saat pengeditan
mengambil gambar sebagus mungkin untuk hasil memuaskan.
C. Konsep Teknis
1. Pemilihan Peralatan
Pemilihan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan produksi ini adalah 2
memory card dan untuk pemakaian kamera menggunakan Sony VG 30 dan kamera
Sony MC 2500, 2 memory card cannon
2. Persiapan Peralatan
Peralatan yang di butuhkan oleh penata kamera dalam produksi non drama “
144
a. kamera SONY baterai dan charger
b. memory card 2 Unit
c. kamera Sony VG 30 2 Unit
d. kamera MC 2500 2 Unit
e. kamera digital cannon(BTS) 2 Unit
f. Tripod 1 Unit
3. Teknik-Teknik Pengambilan Gambar
a. Diantara jenis pengambilan angle kamera adalah :
1. High angle
Pengambilan gambar dengan posisi kamera lebih tinggi dari objek yang di ambil
2. Low angle
Pengambilan gambar dengan posisi kamera lebih rendah dari objek yang di ambil
3. Normal angle( eye level )
Sudut pengambilan gambar yang menunjukkan posisi kamera sejajar dengan
ketinggian mata objek yang diambil.
145
4. Bird Eye
Teknik pengambilan gambar dengan posisi dari ketinggian objek,
memperlihakan lingkungan yang luas.
5. Frog Eye
Pengambilan gambar dengan ketinggian sesuai dengan dasar dudukan atau
lebih rendah dari kedudukan objek.
b. Diantara jenis pengambilan jenis-jenis shot adalah :
1. ECU (Extreme Close Up)
Pengambilan suatu gambar sebesar mungkin yang menampilkan bagian tertentu
dari tubuh manusia atau menampilkan detail objek.
2. BCU (Big Close Up)
Pengambilan gambar pada daerah kepala untuk menunjukan sifat-sifat yang
tercermin dari wajah seseorang atau bagian dari wajah.
3. CU (Close Up)
Pengambilan gambar dari dekat yang menonjolkan bagian kepala dan bahu,
146
atau pemandangan suatu objek gambar dari dekat.
4. MLS (Medium Long Shot)
Pengambilan gambar yang menampilkan lutut sampai keatas kepala
5. MS (Medium Shot)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang
147
6. LS (Long Shot)
Pengambilan gambar dari jarak yang cukup jauh hingga seluruh pemandangan
dapat ditampilkan semua didalam gambar atau memberi kesan kedalaman.
7. ELS (Extreme Long Shot)
Pengambilan gambar yang menampilkan objek keseluruhan tapi terlihat jauh.
8. FS (Full Shot)
Pengambilan gambar dari objek secara penuh dari kepala hingga kaki dengan
ruang gerak objek sempit.
9. GS (Group Shot)
Pengambilan gambar yang mengutamakan suatu kelompok orang sbgai objek
gambarnya.
10. ES (Establishing Shot)
Pengambilan gambar dengan menggunakan sudut pengambilan gambar yang
besar. Garis Imajiner.
148
3.4.6 Kendala Produksi dan Solusinya
a. Mencari lokasi shooting, dengan tidak sama sekali tau lokasi, solusinya sebelum
melakukan produksi mencari informasi melalui internet untuk membantu dalam
pencarian lokasi.
b. Penulis dalam menjalaankan produksi menggunakan konsep hand held maka
gambar banyak yang goyang atau shaking (goyang). Solusinya mengatur satu
kali nafas dalam mengambil shooting dan merapatakan tangan pada gengaman
kamera agar kamera tidak mudah goyang
c. Pada saat produksi penulis sebagai camera person mengikuti host berjalan dan
saat itu keadaan pencahayaan tidak merata. Solusinya saya bekerja sama dengan
penata cahaya untuk menggunakan lampu led portable agar mudah dipindahkan
dan dibaawa untuk ikut serta mengikuti host agar pencahayaan tetap stabil
mengarah ke host .
149
3.4.7 Lembar Camera Person
a. Konsep Camera Person
Penulis sebagai Camera person atau bisa disebut juga penata kamera pada
proses pra produksi, produksi, dan paska produksi tentunya mempunyai ide dan
konsep-konsep yang tentunya telah di laluinya dalam ketiga proses tersebut diatas.
Adapun tiap-tiap proses baik pra produksi, produksi, dan paska produksi telah
mempunyai kesulitan sendiri-sendiri akan tetapi penulis selaku penata kamera tentunya
telah mengkoordinasikan segala sesuatunya bersama tim sehingga proses kesulitan
tersebut dapat dilalui. Adapun hambatan-hambatan yang terjadi pada proses pra
produksi, produksi dan paska produksi diantaranya telah menjadikan penulis sebuah
pengalaman kerja yang nantinya akan dijadikan motivasi untuk proses kerja
selanjutnya.
Adapun penulis mnggunakan sebagai sumber ide, baik yang beasal dari proses
pribadi maupun dari pengalaman orang lain yang sekiranya dapat di terapkan dalam
proses produksi program ini. Penulis sebagai penata kamera akhirnya tahu benar bahwa
konsep dan ide serta pemikiran-pemikiran yang jernih mampu membuat proses
produksi menjadi lebih mudah yang tentunya dengan hasil yang memuaskan.
150
3.4.7.2 Camera Report
Tabel III. Camera Report
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA
INFORMATIKA
Production Company : BSI Produser : Muhammad Miftah Farid
Project Title : XPLORENESIA Sutradara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit Penata Kamera : Alam Tauhid
VISUAL
NO SEGMEN CAM
VIDEO NOTES
SHOT ANGLE
MOVING
SIZE
1 1 1 MLS
Eye
Angle Pen Right
Host
berjalan OK
2 1 1 MS
Eye
Angle Pen Right
Host
berjalan OK
151
3 1 1 MS
Eye
Angle Still
Host
opening 1-2 : C
3 : OK
4 1 1 MCU
Eye
Angle Still
Host
opening 1-2 : C
3 : OK
152
5 1 1 MLS Eye Angle Follow
Host
berjalan
1-2
: C
3 :
OK
6 1 1 MLS Eye Angle Pen Left
Host
berjalan
1-2
: C
3 :
OK
7 1 1 MS Eye Angle Still
Host
menjelaska
n OK
Acara hari
ini
8 1 1 XLS Bird Eye Track in
Pemandanga
n OK
Level
Pinggir
pantai
9 1 1 LS Frog Eye Crab Lift
Pemandanga
n OK
gunung
10 1 1 XLS Bird Eye Crab
Pemandanga
n OK
level Right
Kota
Padang
153
11 1 1 XLS Bird Eye
Track
Out
Jam
Gadang OK
level
12 1 1 MS Eye Frog Still
Jam
Gadang OK
154
13 1 1 MCU Eye angle Still Co Host OK
14 1 1 MLS Eye angle Low angle Co Host OK
Menyapa dan
Mengajak ke
Jam gadang
15 1 1 MCU Eye Angle Still Co Host 1:C
Berada di
2: Lantai 1
OK
16 1 1 MS Eye Angle Still Co Host 1:C
Berada di
2:
Lantai 1
OK
17 1 1 LS Frog Eye Till up Co Host 1:C
Level Naik tangga
2:
OK
18 1 1 MCU Eye Angle Still Co Host 1:C
Berada di
2: Lantai 3
155
OK
19 1 1 MS Eye Angle Still Co Host OK
Menjelaskan
Bagian Lt.
3
156
20 1 1 MS Eye Angle Still Co host OK
Berada di
Lantai 4
21 1 1 LS
High
Angle Pen left Pemandangan OK
Dari atas
Jam gadang
22 1 1 LS Low Angle Zoom Out Co Host OK
Dia atas
Jam gadang
23 2 1 MS Eye Angle Still Host OK
Menjelaskan
Segmen 2
24 2 1 MCU Eye Angle Still Host OK
Menjelaskan
Segmen 2
157
25 2 1 MLS Eye Angle Pen left Co Host OK
sedang
158
berjalan ke
Tempat batu
angke -
angke
26 2 1 MS
High
Angle Still Co Host OK
Mencoba
Mengangkat
Batu
Angke-angke
27 2 1 MCU Eye Angle Still Co Host OK
Mencoba
Mengangkat
Batu angke-
angke
28 2 1 LS Eye Angle Still/ Co Host OK
Menjelaskan
Batu
Angke-angke
29 2 1 MS Eye Angle Still Co Host OK
Menyapa
Di Janjang
Saribu
30 2 1 MS Eye Angle Still Co Host OK
Berada di
159
Puncak
janjang
saribu
31 2 1 XLS Low Angle Zoom Out Co Host OK
Berada di
160
Atas
jembatan
32 3 1 XLS Bird Eye Track in Panorama OK
Level Bukit tinggi
33 3 1 XLS Eye Angle Pen Leftl
Panorama
bukit OK
Dan rumah
Gadang
34 3 1 XLS Bird Eye Track out Istana OK
Leve Pagaruyung
35 3 1 LS Eye angle Still Co Host OK
Membeli
Tiket
161
36 3 1 LS Eye Angle Still Co Host OK
Di depan
Istana
Pagaruyung
162
37 3 1 MCU
Eye
Angle still Co Host OK
Di depan
Istana
Pagaruyung
38 3 1 MS
Eye
Angle Still Co Host OK
menjelaskan
tentang
baju
Adat
Yang di
pakai
39 3 1 MCU
Eye
Angle Still Co Host OK
menjelaskan
tentang
baju
Adat
Yang di
pakai
163
40 3 1 MCU Eye angle Pen Left
Host
berjalan Ok
Ke arah
kamar
Raja
41 3 1 MS Eye Angle Still
Host
menjelaskan Ok
Tentang
kamar
Raja
42 3 1 MCU
Eye
Angle Pen Right
Host
berjalan Ok
Ke arah
Tempat
penyimpanan
43 3 1 MS
Eye
Angle Still
Host
ditempat Ok
Penyimpanan
Raja
44 3 1 XLS
Low
Angle Zoom Out Host berada Ok
Di jendela
Istana
45 3 1 MCU
Eye
Angle Still Host memilih Ok
Baju di
distro
164
46 3 1 MLS Low Angle Still
Host
berjalan Ok
47 3 1 MS
High
Angle Stiil Host opening Ok
Segmen 3
165
48 3 1 MS Low Angle Still Host opening Ok
Segmen 3
49 3 1 MCU Eye level Still
Host
menjelaskan Ok
Segmen 3
50 3 1 MS Eye level Pen left Hos berjalan Ok
51 3 1 LS Low Angle Till Up
Host naik
tangga Ok
52 3 1 MCU Eye Level Still Host closing Ok
Program
53 3 1 CU Eye level Still Host closing ok
Program
166
3.4.8 Floor Plan
a. Bagian depan dari Warbox.
Catatan :
1. Bagunan warbox
2. Host
3. Camera 1
4. Camera 2
167
b. Mini Bar Warbox.
Catatan :
1. Bartender
2. Host
3. Camera 1
4. Camera 2
5. meja
168
c. Mini Bar Warbox.
Catatan :
1. Host
2. bartender
3. Camera 1
4. Camera 2
5. meja
169
d. Private Room Warbox.
Catatan :
1. LCD
2. Tenda
3. Host
4. Camera 1
5. Camera 2
6. Bantal
170
e. Jam gadang.
Catatan :
1. Jam gadang
2. Camera 1
3. Camera 2
4. Host
171
f. .pintu masuk lantai 1 jam gadang.
Catatan :
1. Pintu
2. Host
3. Camera 1
4. Camera 4
172
g. Lantai 3 mesin jam gadang.
Catatan :
1. Mesin jam
2. Host
3. Camera 1
4. Camera 2
173
h. Lantai 4 lonceng jam gadang.
Catatan :
1. Host
2. Camera 1
3. Camera 2
174
i. Luar Istana Pagaruyung.
Catatan :
1. Istana
2. Host
3. Camera 1
4. Camera 2
175
j. Tempat ganti pakaian adat.
Catatan :
1. Tempat pakaian
2. Host
3. Camera 1
4. Camera 2
176
k. Lantai 2 istana.
Catatan :
1. Host
2. Camera 1
3. Camera 2
177
l. Tempat penyimpanan istana lantai 4.
Catatan :
1. Host
2. Camera 1
3. Camera 2
4. Lemari
178
m. Depan rumah batu angke-angke.
Catatan :
1. Host
2. Cammera 1
3. Camera 2
4. Rumah batu angke-angke
179
n. Tempat batu angke-angke.
Catatan :
1. Tirai
2. Host
3. Batu angke-angke
4. Camera 1
5. Camera 2
180
o. Janjang saribu bagian bawah.
Catatan :
1. Host
2. Camera 1
3. Camera 3
181
p. Bagian atas janjang saribu.
Catatan :
1. Host
2. Camera 1
3. Camera 2
4. Gunung
5. Tembok
182
3.5 Proses Kerja Penyunting Gambar
Peran seorang penyunting gambar ataupun editor adalah bagaimana
mengemas atau membungkus materi pengambilan gambar untuk kemudian di susun
kembali menjadi sebuah jalinan cerita dalam suatu penggarapan program acara
televisi dan harus bertanggung jawab penuh pada saat tahap pasca produksi.
Seorang penyunting gambar harus betul-betul mampu menata ulang
potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera. Proses penyuntingan
gambar dapat dilakukan jika shot (stok shot) dan unsur pendukung lainnya seperti
audio, sound effect, dan musik sudah mencukupi.
Menurut Soemarno (2008:143) “Editor adalah sineas profesional yang
bertanggung jawab mengkonstruksi cerita secara estetis dari shot – shot yang dibuat
berdasarkan skenario dan konsep penyutradaraan sehingga menjadi sebuah cerita
yang utuh”.
Penulis sebagai seorang penyunting gambar ataupun editor bertanggung
jawab menyusun gambar menjadi sebuah cerita secara estetis dari kumpulan
gambar yang di buat berdasarkan naskah dan konsep penyutradaraan sehingga
menjadi sebuah karya yang utuh.
Menurut Latief (2015-140) “Editor atau penyunting gambar adalah sebutan
bagi orang yang bertanggung jawab memotong gambar dan suara yang dihasilkan
dari tape”.
183
Penulis diwajibkan mampu menerjemahkan setiap pola visual sehingga
tercipta program yang sesuai dengan konsep yang diinginkan. Proses penyuntingan
gambar memang menduduki posisi penting dalam menghasilkan karya film yang
menarik dan tidak membosankan.
Menurut Djamal (2014:175) “Editing adalah pemilihan (adegan atau scene)
hasil pengambilan (shooting) dan penggabungannya dalam urutan yang logis
(sejalan dengan cerita atau skenario)”.
Dari kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa seorang penyunting
gambar harus mengerti keinginan pengarah acara dalam penyatuan gambar yang
ingin penulis kerjakan nanti. Seorang penyunting gambar juga memiliki tanggung
jawab yang penuh pada tahap pasca produksi.
Seorang penyunting gambar harus mampu mengerti apa yang diinginkan
pengarah acara dalam penyatuan gambar yang ingin penulis kerjakan nanti. Konsep
penyuntingan gambar yang sudah dibuat oleh pengarah acara merupakan acuan
dalam penggabungan gambar. Kreatifitas merupakan kunci untuk mendapatkan
konsep penyuntingan gambar dengan baik. Penulis diwajibkan mampu
menerjemahkan setiap pola visual sehingga tercipta program yang sesuai dengan
konsep yang diinginkan.
184
3.5.1 Pra Produksi
Tahap pra produksi merupakan suatu tahap yang penting dalam pembuatan
suatu karya audio visual. Pada tahap ini dibuatnya pembentukan kru agar terciptanya
kerjasama yang maksimal, kesamaan pendapat karena itu merupakan hal yang
utama. Penulis bersama tim produksi melakukan pemilihan konsep yang akan di
jalankan.
Penulis naskah mengembangkan ide gagasan tersebut. Dari hasil
pengembangan naskah tersebut diajukan kepada dosen pembimbing. Setelah
disetujui naskah dibagikan ke tiap masing-masing teknik. Sekalipun penulis
melakukan proses penyuntingan gambar dilakukan pada tahap pasca produksi,
namun keperluan harus dirancang dan dipersiapkan semenjak tahap pra produksi
ini.
Menurut Soemarno (2008-144) “Tahap pra produksi editor berdiskusi
dengan departemen yang lain dalam script conference untuk menganalisa skenario
baik secara teknis, artistik dan dramatik”.
Dalam hal ini menurut kutipan di atas penulis dan penulis naskah
menggembangkan ide gagasan konsep yang sudah dibuat dalam bentuk naskah,
kemudian dari hasil pengembangan naskah tersebut diajukan kepada dosen
pembimbing. Setelah disetujui, naskah dibagikan ke masing-masing jobdesk.
Sekalipun penulis melakukan proses penyuntingan gambar dilakukan pada
tahap pasca produksi. Namun keperluan harus dirancang dan dipersiapkan
185
semenjak tahap pra produksi ini. Dalam tahap ini penyunting gambar tidak hanya
diam dan menunggu hasil gambar produksi, melainkan bersama-sama dengan kru
lainnya melakukan kegiatan pra produksi, salah satunya adalah melakukan riset.
Pada tahap ini seorang penyunting gambar harus menyiapkan beberapa audio visual
tambahan yang sebelumnya telah di sunting seperti ID Program, Opening
Billboard, dan Bumper In/Out.
Penulis merancang tahapan penyuntingan gambar untuk didiskusikan
dengan pengarah acara guna memberikan masukan terhadap suatu gaya
pengemasan karya yang akan dibuat nanti. Pada pra produksi ini juga, penulis sudah
harus mempersiapkan perangkat yang akan digunakan pada saat proses
penyuntingan gambar seperti hardware, software dan alat atau media apa saja yang
akan dipakai saat proses penyuntingan gambar nanti.
Dalam tahap pra produksi ini, penulis juga membantu produser dan penata
kamera membuat perancangan program atau direct treatment agar sesuai dengan
alur cerita yang diharapkan pada tahap produksinya. Dalam tahap ini penulis
membantu tim yang lain mengembangkan konsep dan ide dengan melakukan
brainstorming agar dalam setiap segmennya tidak monoton dan bagaimana para
audience bisa menerima pesan dengan baik.
Penulis mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penyuntingan
gambar, seperti menyiapkan software, mempersiapkan konsep penyuntingan
gambar yang akan digunakan. Penulis juga membantu pengarah acara dan penulis
naskah dalam mengembangkan direct treatment serta memperkirakan shot-shot apa
186
saja yang baik untuk nanti pada saat produksi berlangsung dan merencanakan
semua teknis-teknis untuk penyuntingan gambar.
3.5.2 Produksi
Dalam tahap produksi penulis sebagai penyunting gambar tidak memiliki
tugas khusus. Penulis pada tahap ini memberikan saran kepada pengarah acara pada
saat produksi bila dalam situasi diluar dari konsep yang sudah penulis naskah buat
sebelumnya.
Penulis juga berhak memberikan saran kepada pengarah acara pada saat
produksi bila dalam situasi yang diluar daripada konsep yang ada. Penulis pada saat
produksi juga harus membantu tim yang lain seperti mengambil behind the scene
pada saat produksi berlangsung.
Dalam tahap produksi penulis sebagai seorang penyunting gambar
membantu tim sebagai second campers untuk pengambilan gambar-gambar yang
ditunjuk oleh pengarah acara dilapangan, stock shoot dan juga membantu blocking
kamera untuk setiap segmennya. Setelah pengambilan gambar berlangsung penulis
berperan untuk memindahkan video yang telah diambil, akan di back up ke laptop.
Seorang penyunting gambar dapat membantu mengawasi apapun selama
produksi berlangsung. Apapun yang dirasa membutuhkan bantuan pasti akan
penulis bantu dilapangan. Seperti penata cahaya yang kekurangan orang, jadi harus
187
menata cahaya seorang diri. Disini penulis membantu mengarahkan cahaya yang
diinginkan.
Menurut Soemarno (2008:144) “Dalam tahap ini seorang editor tidak
memiliki tugas dan kewajiban khusus, namun dalam proses produksi ini seorang
editor dapat membantu mengawasi pendistribusian materi untuk proses
penyuntingan gambar”.
Selain meninjau kembali hasil gambar yang telah di ambil oleh penata
kamera, penyunting gambar dan pengarah acara memastikan kembali apakah ada
scene yang terlewat pada saat pengambilan gambar atau tidak.
Karena program ini lebih menonjolkan informasi dan hiburan yang ada
dilokasi, jadi lebih mudah untuk membayangkan bagaimana proses penyuntingan
ini akan dibuat. Dalam program ini, pembawa acara terjun langsung dalam setiap
perjalanan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
3.5.3 Pasca Produksi
Penulis selaku seorang penyunting gambar harus menganalisa naskah
dengan melihat adegan yang tertulis dalam naskah dan mengungkapkan
penilaiannya pada pengarah acara. Seorang penyunting gambar juga harus
berdiskusi dengan departemen yang lain untuk menganalisa naskah, baik secara
teknis, artistik dan dramatik, serta seorang penyunting gambar bersama produser
dan pengarah acara akan menentukan proses pasca produksi yang akan digunakan
dalam penyuntingan gambar.
188
Pada tahap pasca produksi tentunya seorang penyunting gambar akan
melakukan kewajiban dan tugasnya, yaitu menyunting hasil gambar yang
dihasilkan oleh penata kamera dalam tahap produksi. Ada beberapa teknik
penyuntingan gambar yang penulis gunakan dalam tahap ini.
Pada saat pasca produksi, penulis harus sudah membuat catatan mengenai
kumpulan gambar-gambar dan suara yang akan dimasukan ke dalam hasil edit, baik
itu dapat dari stock shot serta program yang telah diambil gambarnya. Setelah
proses pemilihan gambar langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh penulis
adalah memperhatikan potongan-potongan gambar agar tidak terjadi jumping dan
saling berkesinambungan pada konsep yang sudah dibuat.
Pasca produksi penyunting gambar memiliki tiga langkah utama yaitu editing
offline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini terdapat dua teknik penyuntingan
gambar, yaitu : Pertama, yang disebut penyuntingan gambar dengan teknik analog
atau linier. Kedua, penyuntingan gambar dengan teknik digital atau non linier
dengan komputer.
Penulis harus mampu membaca setiap pergerakan yang dilakukan talent dan
akan disesuaikan dengn konsep yang sudah disepakati. Penulis harus mempunyai
kreativitas tinggi karena penulis harus melakukan proses perekaman sekaligus
penyuntingan secara bersamaan sehingga konsep bisa langsung dibuat sesuai
kesepakatan. Langkah-langkah kerja yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
189
A. Offline
Proses awal bagi seorang penyunting gambar, dimana penyunting gambar
akan mulai melakukan proses penyuntingan gambar dari data yang masih bersifat
kasar sampai proses fine cute (menyusun atau merapikan gambar). Dalam tahap ini
tidak ada capture karena pada saat produksi menggunkan kamera yang memakai
memory card, mempermudah untuk memulai tahap di meja penyuntingan gambar.
Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yatiu mencatat
kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Di
dalam logging time code (nomor kode yang berupa digit frame, detik, menit, dan
jam dimunculkan dalam gambar) dan hasil pengambilan setiap shoot dicatat.
Kemudian berdasarkan catatan itu pengarah acara akan membuat editing kasar yang
disebut editing offline. Sesudah editing kasar ini jadi, reporter membuat naskah
yang dilengkapi dengan uraian narasi, timecode, dan bagaian-bagian yang perlu
diisi dengan ilustrasi musik.
B. Online
Pada tahap ini penyunting gambar sudah mulai merapihkan hasil offline,
memperbaiki kualitas video yang sudah diedit dan memberikan tambahan transisi
serta efek khusus yang dibutuhkan sesuai dengan konsep penyuntingan gambar.
Ditahap ini kerangka konsep yang sudah dibuat sudah terbentuk dari potongan
gambar yang sudah tersusun ditahap sebelumnya. Kemudian penyunting gambar
memberikan audio dalam penyajian gambar yang ada agar menjadi sempurna dan
indah.
190
C. Mixing
Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam,
dimasukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau
ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect,
suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
saling mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan
bagian yang penting dalam post-production sudah selesai.
Berdasarkan naskah ediing, penyunting gambar mengedit
hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat
tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian
pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna.
Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing. Sementara itu,
perbedaan antara teknik linear dan nonlinear adalah sebagai berikut;
1. Linier Penyuntingan Gambar
Proses penyuntingan gambar secara langsung dari kaset (pita) ke kaset (Pita)
dengan menggunakan media VTR ke VTR (Video Tape Recorder). Jadi VTR yang
satu untuk media playback (tempat kita memilah milah gambar) dan VTR yang
satunya lagi untuk media perekam hasil gambar yang kita pilah pilah tadi.
2. Non Linier Penyuntingan Gambar
Proses penyuntingan gambar yang menggunakan media digital seperti
computer. Proses ini tidak langsung seperti Linier Editing, karena audio video yang
191
ada di kaset pita harus di transfer dulu ke Hardisk computer (proses transfer ini
biasa disebut Capture). Setelah tahap Capture baru kita bisa melakukan tahap proses
penyuntingan gambar.
Pada saat pasca produksi, penulis harus sudah mencatat kembali semua hasil
shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar langkah selanjutnya yang akan
dilakukan oleh penulis adalah memperhatikan potongan-potongan gambar agar
tidak terjadi jumping dan memastikan hasil gambar saling berkesinambungan pada
konsep yang sudah dibuat.
Penyunting gambar harus mampu membaca setiap pergerakan yang
dilakukan talent dan akan disesuaikan dengan konsep yang sudah disepakati.
Penulis harus mempunyai kreatifitas tinggi karena penulis selaku penyunting
gambar harus melakukan proses perekaman sekaligus penyuntingan secara
bersamaan sehingga konsep bisa langsung dibuat sesuai kesepakatan.
3.6 Peran dan Tanggung Jawab Penyunting Gambar
Salah satu peran penulis yaitu bisa menentukan durasi dari suatu program,
menentukan titik pemotongan gambar, bisa menentukan jenis transisi yang sesuai
dan menciptakan kontinuitas yang baik. Seorang penyunting gambar sangat
berpengaruh atau berperan penting bagi proses produksi.
Adapun peran dan tanggung jawab seorang penyunting gambar erat
hubungannya pada proses pasca produksi antara lain, menjawab keinginan
192
pengarah acara dalam proses editting sehingga terciptalah continuitas program yang
menarik, tukar pikiran sangatlah penting dalam proses editting karna berpengaruh
mengenai shot-shot yang layak dimasukan mana dan yang tidak mana.
Seorang edior haruslah sigap dalam kendala-kendala teknis yang ada
misalnya seperti software yang tiba-tiba error dengan sendirinya, komputer yang
tiba-tiba mati dengan sendirinya sehingga penyunting gambar terpaksa mengedit
ulang karna sebelumnya data tersebut belum di save.
Masalah itu kerap terjadi maka perlu dipersiapkan sebaik mungkin dan
memperhatikan spesifikasi komputer tersebut. Tanggung jawab penuh seorang
penyunting gambar itu adalah pada hasil akhir sebuah program yang sedang
dikerjakannya seperti penggabungan gambar, audio yang serasi, serta kontrasnya
sebuah gambar harus diperhitungkan secara matang oleh penyunting gambar.
3.7 Proses Penciptaan Karya
A. Konsep Kreatif
Penulis mendesain potongan-potongan gambar menjadi satu kesatuan cerita
sesuai dengan konsep yang ada dengan tujuan dapat dinikmati khalayak dalam hal
penyuntingan menggunakan teknik penyuntingan gambar continuity yang bertujuan
agar memberikan sebuah alur konsep yang jelas sesuai yang ada, serta metode
penyambungan cut to cut, dissolve, dip to black, dan lainnya agar pergerakan dari
gambar ke gambar dapat menyambung secara dinamis.
193
B. Konsep Produksi
Penulis sebagai penyunting gambar selain mempunyai konsep dan
pemikiran yang berbeda dengan penyunting gambar yang lain, juga mempunyai
strategi yang diciptakan demi jalannya sebuah program produksi yang sedang
dikerjakannya.
Penyunting gambar dan pengarah acara harus bisa bekerja sama agar proses
penyuntingan gambar bisa dihasilkan sesuai yang diharapkan. Strategi yang
dihasilkan oleh seorang penyunting gambar sebelumnya harus telah
dikoordinasikan terlebih dahulu kepada pengarah acara, karena pengarah acara
yang menentukan efek atau konten seperti apa yang pantas atau tidak pantas untuk
digunakan ke dalam karyanya.
C. Konsep Teknis
Penulis sebagai penyunting gambar harus mampu berkoordinasi dengan
pengarah acara yang kemudian dikonfirmasi kepada produser dalam hal pemilihan
alat-alat yang akan digunakan. Semua itu erat hubungannya demi kemudahan
sebuah produksi yang sedang dikerjakan. Penggunaan alat-alat berbasis teknologi
yang modern dan canggih sangat menunjang hasil kerja penyunting gambar.
Penulis sebagai penyunting gambar telah mempelajari dengan seksama
setiap penggunaan alat yang terbaru dan aplikasi tersebut dan hasilnya adalah
penulis mampu menciptakan dan mengembangkan setiap ide yang menjadi
pendukung program yang sedang dikerjakan.
194
3.8 Lembar Kerja Penyunting Gambar
3.8.1 Konsep Penyuntingan Gambar
Dalam pembuatan program magazine show yang berjudul
“XPLORENESIA” konsep penyuntingan gambar yang digunakan tidak terlalu
rumit. Tidak membutuhkan penyuntingan gambar yang terkesan berlebihan namun
tetap membuat penonton betah untuk menyaksikannya.
Ada beberapa konsep dari acara televisi yang sudah ada kemudian kami
aplikasikan ke program kami, tentunya kami membuat versi kami sendiri dengan
sentuhan yang berbeda namun tetap terlihat dinamis. Karna konsep tersebut juga
bisa terbilang baru di seluruh program di televisi yang ada selama ini. Contohnya
seperti split screen kami terapkan karna memang program kita menggunakan dual
cam.
Dalam teknik ini, seorang penyunting gambar harus memiliki tingkat
ketelitian yang tinggi. Agar transisi antar gambar tidak jumping, proses cut to cut
harus sangat diperhatikan. Sehingga gambar tersebut berkelanjutan dan tidak
terlihat aneh dan dapat dinikmati oleh audience.
195
3.8.2 Laporan Penyunting Gambar
Tabel I. LAPORAN PENYUNTINGAN GAMBAR
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
Production Company : BSI Produser : Muhammad Miftah Farid
Judul Acara : XPLORENESIA Pengarah Acara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit Penyuntingan Gambar : Panji Bukhori
NO SCENE EXT/INT
KETERANGAN
VISUAL AUDIO SFX TRANSISI VIDEO
EFFECT DURASI
1 1 EXT MLS - Still Host
Hallo sobat
Xplore....!!!
Natural /
Backsound
Cutting - 20dtk
196
jumpa lagi
bersama Maya
Nanda dalam
acara
XPLORENESI
AA..!!! Lest to
eksplore
Indonesia!
nanda sekarang
sedang berada
di tempat
nongkrong
yang asyik
yaitu di
Warbox Cafe
yang berada di
bilangan
Jakareta Timur
tepatnya di
daerah Condet.
Yuk ikutin
Nanda!”
Seperti biasa
selama tiga
puluh menit ke
197
depan Nanda
bakalan ngajak
sobat eksplor
buat ngelilingi
Tanah
Indonesia.
Yup Nanda
rasa sobat
Eksplore udah
nggak sabar
kan?
2 2 INT MS - Still Host
Well, di
episode kali ini
tempat yang
akan kita
kunjungi
adalah Kota
Padang
Sumatra Barat.
Kota yang khas
dengan
Natural /
Backsound
Cutting - 20dtk
198
makanan
Rendang ini
memang sudah
terkenal
memiliki
banyak tempat-
tempat wisata
yang unik dan
bersejarah.
Oke. Nanda
rasa sobat
Eksplore udah
nggak sabar
mau lihat
tempat apa aja
yang mau
dieksplore!!.
Lets to
Eksplore
Indonesia!!!
3 3 EXT Stock Shoot VO
Kota Padang
adalah Kota
terbesar yang
Natural /
Backsound
Cutting - 25dtk
199
ada di pesisir
barat Pulau
Sumatera. Kota
ini merupakan
Ibu kota
Provinsi
Sumatra Barat
dengan luas
694,96
kilomenter.
Kata Padang
dalam bahasa
Minang berarti
“Padang” yang
bisa juga
mengartikan
“Lapangan”.
Kota yang
terkenal
dengan cerita
Siti Nurbaya
ini mempunyai
pesona alam
nan luar biasa.
200
4 3 EXT Stock Shoot VO
Bagi sobat
Eksplore yang
pernah ke Kota
Bukittinggi,
tentu tidak
asing lagi
dengan yang
namanya Jam
Gadang.
Ya, jam
Raksasa ini
disebut-sebut
kembaran dari
Jam Big Ben
yang berada di
Inggris.
Tinggi
bangunan ini
mencapai 26
meter.
Jam yang
menjadi Ikon
Bukittinggi ini
Natural /
Backsound
Cutting - 30dtk
201
dibangun pada
tahun 1926
oleh arsitek
Yazid dan
Sutan Gigi
Ameh.
Pada keempat
sisi puncaknya
terdapat empat
buah jam
dengan
diameter 80
centimeter, jam
ini merupakan
hadiah dari
Ratu Belanda
kepada
sekretaris kota
pada saat itu.
202
5 3 EXT MS – Still Co Host
“Eh sobat
Eksplore, Della
sampai lupa
saking
asyiknya foto-
foto hehe.
Nih Della udah
di Bukittinggi,
tepatnya di
area Jam
Gadang.
Mau tahu apa
aja yang ada di
dalamnya?
Yuk ikutin
Della terus!”
Natural /
Backsound
Cutting - 17dtk
6 3 EXT Stock Soot VO
Yang menjadi
keunikkan dari
Natural /
Backsound
Cutting -
203
jam ini adalah
angka empat
pada Jam
Gadang yang
tidak
mengikuti
kaidah angka
Romawi pada
umumnya.
Banyak yang
mengaitkan
dengan hal-hal
tahayul.
Namun sampai
saat ini tidak
ada rujukkan
pasti mengenai
hal itu.
7 4 INT MS – Still Co Host
Well begini nih
suasana di
dalam menara
Jam Gadang.
Natural /
Backsound
Cutting - 30dtk
204
Oh ya sobat,
ruangan Jam
Gadang ini
memiliki
empat tingkat,
tingkat
pertama
ruangan
petugas,
tingkat kedua
tempat
pemberat jam
atau bandul,
tingkat ketiga
tempat mesin.
Dan tingkat ke
empatnya
puncak dari
menara ini.
Kita bisa ke
atas lewat
tangga ini nih.
Tangganya
agak terjal ya
sobat.
205
8 5 INT MS – Still Co Host
Gerakkan di
lantai tiga ini
nih sobat
terhubung ke
mesin lain
yang lebih
kecil di lantai
empat. Dan
mesin ini
diyakini Cuma
ada dua, yang
satunya disini
dan satunya
lagi di Jam
Bog Ben.
Mesin-
mesinnya juga
harus
dibersihkan
empat bulan
sekali.
Oke sekarang
kita naik lagi
Natural /
Backsound
Cutting - 20dtk
206
ke puncak Jam
Gadang yuk!”.
9 6 INT MS – Still Co Host
Yuhu... Della
sudah di
Puncaknya nih.
Dari sini kita
bisa lihat
pesona
Landscap dan
perkotaan.
Indah kan
sobat Xplore?!
Yap sobat
Xplore itu ada
lonceng dari
Jam
Gadangnya
yang terletak di
Menara.
Lonceng
jumbo ini
Natural /
Backsound
Cutting - 45dtk
207
terlihat megah
sekaligus
eksotis ya
sobat!
Pemukul
jamya terbuat
dari palu besi
berkepala
beton.
Pemukulnya
digerakkan
sama seutas
tali baja
terhubung ke
mesin utama
yang ada di
lantai tiga.
Tuh lihat
sobat! Di
loncengnya
ada tulisan
B.Vortman-
Recklinghausa
n. Ini nama si
pembuatnya.
Balik lagi ke
misteri angka
208
empat pada
Jam ini. Ada
yang
mengatakan
awalnya si
pembuat jam
udah bener
nulis angka
empatnya
sesuai sama
angka
Romawi,
namun karena
alasan
keeimbangan
Visual Raja
tidak setuju.
Anyways
apapun
ceritanya Jam
Gadang adalah
salah satu
Cakra Budaya
yang harus kita
jaga..
209
10 6 EXT LS Co Host
Xplorenesia,
lets to explore
indonesia!!
Natural /
Backsound
Cutting - 5dtk
Commercial Break
11 7 INT MS – Still Host
Kalau tadi kita
sudah diajak
mengeksplor
Jam Gadang
Sekarang kita
akan
mengunjungi
daerah Batu
Sangkar dan
Bukittinggi.
Natural /
Backsound
Cutting - 30dtk
210
Tau nggak
sobat? Di
daerah Batu
sangkar
terdapat batu
yang ajaib
namanya Batu
Angkek-
angkek.
Sedangkan di
Bukittinggi ada
jembatan yang
disebut
miniaturnya
tembok Cina.
Waduh tambah
penasaran kan?
Langsung aja
yuk Lets to
Eksplore
Indonesia!!!
12 7 EXT Stock Shoot VO
Natural /
Backsound
Cutting - 25dtk
211
Batu sangkar
selama ini
terkenal
dengan
panorama alam
nan
mempesona.
Selain itu
terdapat juga
ciri khas dari
Negri Ranah
Minang ini.
Yaitu Batu
Angkek-
angkek yang
terdapat di
sebuah Rumah
Gadang
keturunan
Datuak
Bandaro Kayo
di Nagarai
Balai Tabuh,
Kabupaten
Tanah Datar.
Konon katanya
Batu ini
mempunyai
212
berat yang
berubah-ubah.
13 7 INT Stock Shoot VO
Batu Angkek-
angkek yang
mempunyai
arti angkat-
angkat ini
dipercaya
Masyarakat
sekitar
mempunyai
kekuatan gaib
yang mampu
meramal nasib
seseorang,
dengan cara
mengangkat
batu tersebut.
Bila seseorang
yang berhasil
mengangkat
batunya maka
Natural /
Backsound
Cutting - 15dtk
213
niat dan
keinginannya
bisa tercapai.
14 7 INT Stock Shoot VO
Batu berbentuk
cangkang
Kura-kura ini
berwarna
Hitam dan
mempunyai
lubang kecil di
tengahnya. Di
permukaannya
yang berwarna
tembaga ada
tulisan lafadz
Allah dan
Muhammad.
Natural /
Backsound
Cutting - 10dtk
15 7 INT Stock Shoot VO
Natural /
Backsound
Cutting - 10dtk
214
Selain Batu
Angkek-
angkek Rumah
peninggalan
Datua Bandaro
Kayo ini juga
menyediakan
alat-alat
kerajinan
tangan yang
dijual. Di
setiap rak yang
berjajar rapi
kita bisa
melihat alat-
alat berupa tas,
gantungan
kunci, sepatu
dan aksesoris
lainnya.
16 7 INT Still Co Host
Sobat Xplore
penasaran kan
Natural /
Backsound
Cutting - 5dtk
215
abis ini kita
kemana lagi,
yuk ikutin
terus
17 8 EXT Stock Shoot VO
Kita kembali
lagi ke
Bukittinggi,
kota ini banyak
sekali
menawarkan
tempat wisata
bagi para
pengunjung.
Tempat yang
direkomendasi
kan
Xplorenesia
adalah Janjang
Saribu.
Mungkin
beberapa orang
masih bertanya
Natural /
Backsound
Cutting - 30dtk
216
tentang wisata
ini. Faktanya,
memang masih
belum banyak
orang yang
tahu dengan
tempat wisata
ini. Yang
paling unik
adalah,
kemiripan
konsep yang
dimiliki
kawasan
wisata ini
dengan
Tembok besar
yang ada di
Cina.
Sekaligus
wisata ini bisa
dijadikan
tempat
pengganti
mnikmati
Tembok Cina
dengan biaya
217
yang relative
murah.
18 8 EXT MS-Sill Co Host
“Oke sobat
Eksplore. Della
sudah ada di
Janjang Saribu.
Jembatan yang
mempunyai
banyak tangga.
For Your
Information
meski meiliki
nama seribu,
tapi jumlah
tangganya
tidak mencapai
ribuan loh
sobat. Mau
tahu lebih
lanjut lagi yuk
Natural /
Backsound
Cutting - 15dtk
218
19 8 EXT Stock Shoot VO
Selain
memiliki
jumlah anak
tangga yang
banyak.
Janjang Saribu
memiliki
panorama yang
menkjubkan.
Bila dilihat
dari atas
jembatan. Kita
bisa melihat
hamparan
lembah nan
hijau, daerah
Ngarai Sianok
dan Gunung
Singalang.
Natural /
Backsound
Cutting - 15dtk
20 8 EXT MS-Still Co Host
Natural /
Backsound
Cutting - 10dtk
219
Wuuh, della
capek banget
nih sekarang
udah di
puncaknya nih.
Kalian harus
cobain kalo
main ke bukit
tinggi ya
21 8 EXT Stock Shoot VO
Benar saja, bila
kita terus
telusuri anak
tangga dengan
tembok yang
berwarna abu-
abu di sisi
kanan dan kiri
membuat kita
tak akan heran
destinasi
Natural /
Backsound
Cutting - 20dtk
220
tempat ini
mendapat
julukan The
Great Wall Of
Koto Padang
22 8 EXT LS Co Host
Xplorenesia
lets to explore
indonesia!!
Natural /
Backsound
Cutting - 5dtk
Commercial Break
23 9 INT MLS-Still Host
Nah sobat
Eksplore kalo
bicara tempat
wisata di
Natural /
Backsound
Cutting - 20dtk
221
Tanah Minang
tentu tidak ada
habisnya.
Mulai dari
tradisi, tempat
bersejarah atau
bahkan istana
semuanya ada.
Seperti yang
akan dikulik
rekan Nanda
yaiu Della
yang sudah ada
di Batu
sangkar. Di
Batu sangkar
terdapat Istana
yang megah
yang menjadi
tempat
kunjungan baik
dalam maupun
luar Negri.
Mau tahu
selengkapnya.
Lest to
222
Eksplore
Indonesia!!
24 9 EXT Stock Shoot VO
Kota Padang
takkan pernah
kehabisan
pesona
wisatanya.
Selain
memiliki
keunikkan di
bidang alam
dan kuliner,
Kota Malin
kundang ini
juga memiliki
aneka ragam
budaya yang
menarik untuk
dipelajari.
Terkait dengan
ini salah satu
wisata yang
Natural /
Backsound
Cutting - 30dtk
223
terkenal dan
banyak
dikunjungi
Wisatawan
adalah istana
Baso
Pagaruyung
25 9 EXT Stock Shoot VO
Sama seperti
wisata pada
umumnya
Istana
Pagaruyung ini
mempunyai
harga tiket bila
untuk
memasukinya.
Untuk harga
tiket orang
dewasa dikenai
biaya lima
belas ribu,
sedangkan
Natural /
Backsound
Cutting - 20dtk
224
harga orang
dewasa
mancanegara
seharga dua
puluh lima
ribu, Dan
untuk anak-
anak dikenai
harga sepuluh
ribu rupiah dan
untuk anak-
anak
Mancanegara
dikenai lima
belas ribu
rupiah
26 10 EXT MLS-Still Co Host
“Balik lagi
bersama Della,
di belakang
Della sudah
ada Istana
Baso alias
Natural /
Backsound
Cutting - 12dtk
225
Istana
Pagaruyung.
Tetap
penasaran kan
yuk kita kulik
lagi.
27 10 EXT MS-Still Co Host
sebelum kita
kulik apa aja
yang ada di
dalam Istana.
Nggak afdol
kalau kita
belum nyobain
memakai baju
adat.
Natural /
Backsound
Cutting - 8dtk
28 11 INT Stock Shoot VO
Di Istana ini
juga
Natural /
Backsound
Cutting - 15dtk
226
menyediakan
beraneka
ragam baju
adat. Bagi
sobat Eksplore
yang ingin
mencoba baju
adatnya, sobat
bisa merogoh
kocek seharga
tiga puluh lima
ribu sampai
empat puluh
ribu rupiah
tergantung
jenis model
pakaiannya.
29 11 INT MS-Still Co Host
Ini baju yg
della pilih tadi,
Gimana?
Baguskan?
Natural /
Backsound
Cutting - 15dtk
227
30 12 INT MS-Still Co Host
Iya sobat,
beginilah
pemandangan
yang ada di
dalam Isana,
Istana ini
mempunyai
tiga lantai, dan
setiap
lantainya ada
ruangan yang
menyimpan
banyak hal.
Natural /
Backsound
Cutting - 15dtk
31 13 INT MS-Still Co Host
Di lantai kedua
ada kamar
yang disebut
Anjuang
Natural /
Backsound
Cutting - 7dtk
228
Paranginan
yaitu kamar
perempuan
Raja yang
belum menikah
32 14 INT MS-Still Co Host
Di lantai ketiga
ada etalase-
etalase yang
menyimpan
benda-benda
pusaka
Natural /
Backsound
Cutting - 8dtk
33 14 EXT LS Co Host
Xplorenesia
lets to explore
indonesia!!
Natural /
Backsound
Cutting - 5dtk
229
34 15 EXT MS-Still Host
Ada banyak
cara untuk
menunjukkan
rasa
Nasionalisme
dalam diri kita,
yaitu dengan
terus
menggunakan
produk buatan
anak Negri dan
tentunya juga
mengunjungi
tempat-tempat
yang ada di
tanah Ibu
Pertiwi ini.
Iya sobat
Eksplore tak
terasa tiga
puluh menit
sudah kami
menemani
sobat eksplore.
Natural /
Backsound
Cutting - 30dtk
230
Sampai ketemu
lagi di hari dan
jam yang
sama. Saya
Maya Nanda
pamit undur
diri. Lest to
Ekplore
Indonesia.
3.8.3 Logging Picture
Tabel II. LOGGING PICTURE
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
Production Company : BSI Produser : Muhammad Miftah Farid
Judul Acara : XPLORENESIA Pengarah Acara : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit Penyuntingan Gambar : Panji Bukhori
231
No Logging Time Video Audio Remark
1 00:00:00:00-00:00:05:00 Bars And Tone Tone -
2 00:00:05:00-00:00:10:00 Logo BSI - -
3 00:00:10:00-00:00:15:00 ID Program - -
4 00:00:15:00-00:00:20:00 Universal Counting Leader Tone -
Segment 1
5 00:00:20:00-00:00:40:00 Bumper In Program Instrument -
6 00:00:40 :00-00:01:15:00 Host Dialog -
7 00:01:15:00-00:01:40:00 Establish Instrument -
8 00:01:40:00-00:02:05:00 Host Dialog -
9 00:02:05:00-00:03:03:00 Establish Voice Over -
10 00:03:03:00-00:03:32:00 Co Host Dialog -
11 00:03:32:00-00:03:50:00 Establish Voice Over -
12 00:03:50:00-00:04:10:00 Co Host Dialog -
232
13 00:04:10:00-00:04:43:00 Stock Shoot Instrument -
14 00:04:43:00-00:05:03:00 Co Host Dialog -
15 00:05:03:00-00:05:08:00 Establish Instrument -
16 00:05:08:00-00:05:20:00 Co Host Dialog -
17 00:05:20:00-00:05:42:00 Establish Instrument -
18 00:05:42:00-00:05:50:00 Co Host Dialog -
19 00:05:50:00-00:06:00:00 Bumper Out Program Instrument -
Commercial Break / Segment 2
20 00:06:00:00-00:06:07:00 Bumper In Program Instrument -
21 00:06:07:00-00:06:25:00 Establish Instrument -
22 00:06:25:00-00:06:52:00 Host Dialog -
23 00:06:52:00-00:08:15:00 Establish Voice Over -
24 00:08:15:00-00:08:25:00 Co Host Dialog -
25 00:08:25:00-00:09:00:00 Establish Voice Over -
26 00:09:00:00-00:09:20:00 Co Host Dialog -
233
27 00:09:20:00-00:09:47:00 Establish Voice Over -
28 00:09:47:00-00:10:15:00 Establish Instrument -
29 00:10:15:00-00:10:30:00 Co Host Dialog -
30 00:10:30:00-00:11:06:00 Establish Instrument -
31 00:11:06:00-00:11:18:00 Establish Voice Over -
32 00:11:18:00-00:11:30:00 Establish Instrument -
33 00:11:30:00-00:11:40:00 Co Host Dialog -
34 00:11:40:00-00:11:50:00 Bumper Out Program Instrument
Commercial Break/ Segment 3
35 00:11:50:00-00:11:57:00 Bumper In Program Instrument -
36 00:11:57:00-00:12:24:00 Establish Instrument -
37 00:12:24:00-00:12:50:00 Host Dialog -
38 00:12:50:00-00:13:45:00 Establish Voice Over -
39 00:13:45:00-00:14:12:00 Establish Instrument -
40 00:14:12:00-00:14:25:00 Co Host Dialog -
234
41 00:14:25:00-00:14:35:00 Establish Instrument -
42 00:14:35:00-00:14:47:00 Co Host Dialog -
43 00:14:47:00-00:14:58:00 Establish Instrument -
44 00:14:58:00-00:15:15:00 Establish Voice Over -
45 00:15:15:00-00:15:58:00 Establish Instrument -
46 00:15:58:00-00:16:06:00 Co Host Dialog -
47 00:16:06:00-00:16:22:00 Establish Instrument -
48 00:16:22:00-00:16:35:00 Co Host Dialog -
49 00:16:35:00-00:16:50:00 Establish Instrument -
50 00:16:50:00-00:17:02:00 Co Host Dialog -
51 00:17:02:00-00:17:15:00 Establish Instrument -
52 00:17:15:00-00:17:22:00 Co Host Dialog -
53 00:17:22:00-00:17:45:00 Establish Instrument -
54 00:17:45:00-00:18:07:00 Host Dialog -
55 00:18:07:00-00:19:17:00 Credit Title Instrument -
56 00:19:17:00-00:19:23:00 Copy Right Instrument -
57 00:19:23:00-00:22:19:00 CV Crew Instrument -
235
58 00:22:19:00-00:24:05:00 Behind The Scene Instrument -
236
3.8.4 Proses Pembuatan Program
1. Bars And Tone
2. Logo BSI
237
3. ID Program
4. Universal Counting Leader
238
5. Bumper Program
6. Isi Konten
239
7. Credit Title
8. Copyright
240
3.8.5 Spesifikasi Alat
Tabel III. SPESIFIKASI ALAT PENYUNTING GAMBAR
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
A. HARDWARE
1. Processor : AMD A8-5550M APU / Radeon™ HD Graphics 2.10 GHz
2. RAM : DDR3 4.00 GB
3. Hardisk : HDD 500 GB
4. Motherboard : InsydeH20 Version CCB.03.73.1083CN12WW(1.01)
5. VGA : AMD Radeon HD 85550G + 8500 Dual Graphics
6. Soundcard : Conexant SmartAudio HD
B. ACCESSORIES
1. Mouse : Logitech Wireless Standard
2. Audio : Xiaomi Mi In Ear Pro
C. SOFTWARE
1. Video : Adobe Premiere Pro CC 2015
2. Audio/Sound : Adobe Audition CS6
3. Grafis : Corel Draw X7
241
3.6 Proses Kerja Penata Suara
Pengaturan suara dalam sebuah program ditentukan oleh seorang penata suara.
Penata suara adalah orang yang bertanggung jawab pada keseluruhan suara serta
kualitas suara pada sebuah program selama produksi berlangsung.
Penulis selaku penata suara dalam produksi ini yang bertugas sebagai pengontrol
suara. Maka dari itu seorang penata suara juga berperan penting dalam bagusnya sebuah
program melalui tangkapan suara. Menurut Karsito (2017:124) “Penata suara tugasnya
merekam mengontrol power vocal, artikulasi dan intonasi suara pemain, menjaga
suasana (atmosphere) efek suara dan noise yang terjadi di sekitar lokasi shooting”
Dalam perekaman, seorang penata suara juga harus mengetahui istilah atau
karakteristik dasar seperti decibel (db), frequency, stereo, sensitivity, dan noise. Decibel
(db) adalah satuan unit untuk menunjukan keras lemahnya satuan suara ini berguna
untuk memonitor agar menghindari suara-suara yang tidak diinginkan. Frequency
adalah banyaknya getaran yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Stereo adalah
penempatan sinyal suara dalam dua kanal yaitu dalam jalur left dan right (L dan R) yang
terdengar pada speaker. Sensitivity adalah besar kecilnya energi listrik yang dihasilkan
oleh microphone. Noise adalah suara yang tidak kita inginkan yang mengganggu dan
membuat turun kualitas dari hasil audio.
Menurut Achlina dan Suwandi dalam Kusumawati dkk (2017,124) menyatakan
“Audio engineer/sound supervisor, audio operator adalah orang yang bertanggung
jawab soal teknik dan artistik tata suara, kontrol audio level, balance, serta kualitas
semua aspek penyuaraan baik pada saat rehearsal, live ataupun taping, maupun pada
saat pascaproduksi”
242
Penulis harus memiliki kemampuan dalam pengoperasian tiap alat yang akan
digunakan, agar penata suara dapat mengatasi masalah yang terjadi di tiap lokasi
shooting. Menurut Latief dan Utud (2015:132) mengemukakan bahwa “Penata Suara
adalah petugas yang mengoperasikan audio di studio maupun diluar studio.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh pengoperasian peralatan audio, baik
sifatnya analog maupun digital yang digunakan di lokasi shooting.
Dalam program televisi dan film mengandung dua unsur yaitu audio dan visual
(suara dan gambar). Kedua komponen ini harus seimbang dan menjadi satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, maka dari itu keberadaan seorang penata suara sangat
penting dalam keberhasilan suatu produksi non drama televisi disamping aspek lainnya.
Pada program non drama televisi “XPLORENESIA”, penata suara mempunyai
kewajiban yaitu dalam tahap pra produksi, penulis selaku sebagai penata suara harus
merencanakan dan menyiapkan peralatan yang akan digunakan saat shooting. Dalam
tahap produksi penulis melakukan rapat dengan para kru untuk mempersiapkan alat
perekaman sebelum masuk ke tahap produksi. Kemudian mempersiapkan peralatan dan
bahan yang dibutuhkan untuk melakukan perekaman suara sesuai dengan script dan
scene yang sudah dibuat oleh penulis naskah dan kemudian akan di produksi. Dalam
tahap terakhir yaitu pasca produksi penulis sebagai penata suara melakukan pemilihan
komponen audio yang tepat dan selanjutnya seorang penata suara bekerja sama dengan
penyunting gambar dalam proses penyuntingan gambar dalam hal penataan suara hasil
produksi.
243
3.6.1 Pra Produksi
Pada tahap pra produksi, penulis sebagai penata suara berdiskusi kepada tim
untuk menentukan tema dan judul program yang akan kami buat menjadi karya non
drama televisi untuk tugas akhir. Setelah berdiskusi dengan tim untuk menyatukan ide-
ide. Akhirnya penulis sepakat dengan rekan tim untuk memberikan judul untuk karya
non drama magazine show yang kami beri judul “XPLORENESIA”. Format acara ini
kami tujukan untuk usia remaja dan dewasa. Maka penulis sebagai penata suara
membuat konsep semenarik mungkin. Dalam hal ini penulis harus memahami apa yang
harus kami produksi agar dapat menentukan alat dan keadaan lokasi saat produksi
berlangsung. Maka dari itu penulis merancang tata suara sehingga mampu
menghasilkan suasana yang ditentukan dalam scenario.
Tugas penata suara saat pra produksi, Menurut Kusumawati dkk (2017:127)
adalah :
a. Memahami dan mendalami naskah yang akan di produksi
b. Membuat perencanaan pengelompokan suara dan sound effect
c. Memilih backsound, theme song, dan scoring music yang tepat untuk naskah
yang akan di produksi
d. Mengadakan rapat koordinasi dengan crew yang lain (Produser, Pengarah Acara,
dan Penanggung jawab teknis)
e. Melakukan hunting lokasi untuk mendapatkan gambaran suasana
f. Mendata peralatan teknis audio
244
Penulis sebagai penata suara melakukan bedah naskah dan berdiskusi agar dapat
mengetahui kebutuhan suara dalam segmen saat produksi. Kemudian ikut serta dalam
kegiatan hunting lokasi, bertujuan untuk melihat perencanaan blocking audio, dan
atmosfir suasana lokasi untuk mengetahui gangguan apa saja yang menghalangi saat
produksi dengan maksud untuk mempermudah penata suara saat produksi berlangsung.
Menurut Latief dan Utud (2015:132) “Pada persiapan produksi, seorang penata
suara menyiapkan, menempatkan, dan menginstalasi sistem audio”. Penata suara
menentukan konsep teknik perekaman suara di lapangan, lalu menentukan kebutuhan
peralatan apa yang akan digunakan, selanjutnya penulis membuat daftar peralatan, hal
ini dilakukan guna mendata secara keseluruhan alat-alat yang akan dipakai dan
meminimalisir kesalahan saat produksi. Setelah peralatan yang akan digunakan sudah
didapat, penulis memeriksa peralatan tersebut bertujuan untuk mengecek kondisi alat
dalam keadaan baik atau tidak, karena kualitas alat akan mempengaruhi hasil rekaman.
Maka dari itu penulis mempelajari alat-alat berikut dalam pengoperasiannya agar
mendapatkan hasil yang sempurna.
Penulis sebagai penata suara mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan suara untuk materi di proses produksi dan pasca nanti. Maka dari itu di tahap
pra produksi ini penulis sebagai penata suara memanfaatkan waktu untuk mematangkan
konsep dan segala persiapan ini kepada kru dan pengarah acara kemudian berkonsultasi
apakah konsep yang diutarakan oleh penulis sebagai penata suara adalah konsep yang
nantinya di tahap produksi akan menghasilkan suara rekaman yang memuaskan .
245
3.6.2 Produksi
Dalam tahap produksi, seorang penata suara mempersiapkan kembali alat-alat
yang akan digunakan pada saat produksi. Adapun alat yang disediakan penulis saat
produksi adalah clip on, hand recorder, dan headphone. Dalam produksi ini penulis
menggunakan clip on Sennheiser G3 dan Hand Recorder Zoom H6N yang disiapkan
untuk mengambil dialog dan atmosfir. Untuk hand recorder digunakan untuk merekam
dan mengatur suara yang akan disalurkan melalui clip on dan penggunaan headphone
adalah untuk mendengarkan hasil suara. Penata suara juga berkoordinasi dengan
sutradara dan rekam tim. Penata suara juga harus memperhatikan suara yang
mengganggu hasil dialog ditiap segmen.
Menurut Kusumawati dkk (2017:129), Penata suara dalam tahap produksi
adalah :
a. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk perekaman suara
dan sound effect sesuai dengan script dan scene yang akan diproduksi.
b. Mengoperasikan perlengkapan peralatan audio dengan baik dan benar agar
didapat hasil yang memuaskan
c. Melakukan komunikasi dan koordinasi dengan sutradara dan kru teknis yang
lain agar tidak terjadi kesalahpahaman.
d. Menguasai secara teknis setiap peralatan audio yang dipakai dan selalu bersiap
jika terjadi gangguan teknis.
e. Melakukan perekaman di lokasi (real sound)
f. Menyeleksi lokasi
g. Menghapus sound yang tidak diperlukan
246
h. Mengatur tinggi rendahnya level audio yang terekam
Dari pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa seorang penata suara harus
memperhatikan detil hal-hal kecil yang dapat menyebabkan terganggunya saat proses
produksi berlangsung.
Menurut Latief dan Utud (2015:133) menyatakan bahwa “Selama pelaksanaan
produksi berlangsung, penata suara bertugas memonitor keseimbangan, keserasian,
harmonisasi level audio, dan memberikan isyarat-isyarat baik tidaknya audio kepada
kerabat kerja produksi, khususnya kepada sutradara”
Menurut pendapat diatas, sutradara yang dimaksud didalam program non
drama adalah pengarah acara, dan penulis menyimpulkan seorang penata suara harus
cerdas dalam memperhatikan suara apa yang mengganggu selain suara dialog host
agar sempurnanya dalam hasil penyuntingan gambar nanti di pasca produksi.
Menurut Latief dan Utud (2015:132) “Seorang penata suara harus mempunyai
pengetahuan tentang berbagai karakteristik jenis-jenis fasilitas audio khusunya pada
penggunaannya, misalnya berbagai jenis microphone”.
Penulis menyimpulkan bahwa penata suara harus mengetahui berbagai jenis alat
perekam audio, yang dimaksud oleh ahli diatas ada jenis microphone yang banyak
dipakai saat produksi siaran televisi adalah ribbon microphone, dynamic microphone,
condenser microphone.
247
Namun dalam produksi non drama yang akan kami produksi ini menggunakan
clip on, hand recorder dan headphone. Clip on yang berfungsi sebagai penangkap suara
digunakan untuk mengambil dialog host, untuk Hand recorder berfungsi untuk media
perekam serta mengatur suara yang dikirim dari clip on, dan headphone berfungsi untuk
memonitor hasil suara yang terekam. Saat shooting penata suara juga berkoordinasi
dengan pengarah acara dan kru untuk proses pengambilan suara guna menghindari noise
atau meminimalisir noise pada saat dialog dalam setiap shoot pada saat produksi
berlangsung.
Dalam berlangsungnya produksi penulis juga sebagai penata suara harus
mengatur tinggi rendahnya level audio guna untuk menghindari peak yang berdampak
pada kualitas audio, serta menjaga power vocal agar hasil suara yang terekam tetap
stabil. Penata suara juga harus menjaga peralatan yang berhubungan dengan
pengambilan suara. Kemudian memeriksa ulang alat-alat yang sudah terpakai apakah
kondisi fisiknya masih seperti awal atau tidak, kemudian merapihkan kembali setelah
shooting selesai dilakukan.
3.6.3 Pasca Produksi
Dalam tahap ini, penata suara bekerjasama dengan penyunting gambar untuk
mendengarkan suara yang masuk pada saat proses produksi berlangsung. Penata suara
juga membantu penyunting gambar untuk memasukan suara-suara dalam video yang
telah dipilih untuk proses penyuntingan gambar. Penata suara menentukan sound effect
dan backsound yang akan digunakan agar sesuai dengan rekaman suara yang
248
diinginkan. Setelah itu penata suara melakukan perekaman Voice Over (VO) guna
menyempurnakan hasil suntingan.
Menurut Kusumawati dkk (2017:129) tugas seorang penata suara saat di tahap
pasca produksi :
a. Mendampingi editor untuk memilih audio yang tepat
b. Membantu editor untuk memilih dan menempatkan pemisahan antara sound
effect dan sumber suara asli
c. Membantu editor untuk menempatkan backsound, theme song, dan scoring
music yang tepat
d. Mengevaluasi hasil perekaman suara
Dari pendapat diatas, maksud dari kata editor dalam program non drama televisi
ini adalah penyunting gambar. Penulis selaku penata suara menyimpulkan bahwa
penata suara di tahap pasca produksi juga berperan penting dalam sempurnanya hasil
suntingan gambar, penata suara juga harus menyaring beberapa file audio yang tidak
layak dimasukan kedalam tahap suntingan.
Penulis sebagai penata suara melakukan perekaman voice over (VO) sebagai
kebutuhan naskah program kami. Penata suara kemudian mendampingi penyunting
gambar dalam proses penyuntingan video dan membantu menempatkan komponen-
komponen suara diluar suara host diantaranya voice over (VO), backsound yang sesuai
dengan momen dan suasana tiap segmen. Penempatan suara pada gambar sangat
diperlukan agar informasi yang diberikan oleh gambar dapat sesuai dengan suara yang
digunakan.
249
Menurut Latief dan Utud (2015:133) “Seorang penata suara biasanya adalah
orang yang sudah mengikuti pendidikan atau pelatihan, namun banyak yang mahir
karena pengalaman menekuni bidang audio tersebut”.
Dari keterangan di atas, penulis menyimpulkan bahwa penata suara harus
mempunyai pengetahuan dasar. Namun di tahap ini istilah audio tahap penyuntingan
gambar seperti decibel (db), frequency, stereo, dan noise. Decibel (db) adalah satuan
unit untuk menunjukan keras lemahnya satuan suara ini berguna untuk memonitor agar
menghindari suara-suara yang tidak diinginkan. Frequency adalah banyaknya getaran
yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Stereo adalah penempatan sinyal suara dalam
dua kanal yaitu dalam jalur left dan right (L dan R) yang terdengar pada speaker. Noise
adalah suara yang tidak kita inginkan yang mengganggu dan membuat turun kualitas
dari hasil audio.
Penata suara juga menyunting suara hasil perekaman yang kurang baik, seperti
power vocal pembawa acara dan narasumber yang tidak stabil, jika mendapatkan suara
yang tidak stabi, penata suara menaikan volume pada suara tersebut agar dari setiap
segmen hasil suara yang ada di dalam video stabil dan rata. Penulis sebagai penata suara
memilih audio yang berkualitas baik, kemudian hasil dari pilihan tersebut langsung
diberikan kepada penyunting gambar untuk disunting menjadi satu dengan gambar dan
disesuaikan dalam setiap segmennya.
250
3.6.4 Peran dan Tanggung Jawab Penata Suara
Dalam pembuatan produksi non drama ini, penata suara mempunyai peran dan
tanggung jawab pada saat pra produksi, produksi, pasca produksi dan juga bertanggung
jawab terhadap kualitas audio baik secara teknis dan non teknis.
Menurut Kusumawati dkk (2017:126), seorang penata suara memiliki peran dan
tanggung jawab yang harus dilakukan :
a. Bertanggung jawab terhadap kualitas audio baik secara teknis maupun non
teknis.
b. Memahami instalasi jaringan distribusi audio secara teknis dan dapat mengatasi
apabila terjadi gangguan.
c. Mengetahui karakter mic dan peralatan audio yang lainnya dan mempersiapkan
peralatan audio sesuai dengan yang dibutuhkan.
d. Berkoordinasi dengan pengarah acara/produser dan rekan kerja yang lain selama
proses produksi program televisi berlangsung.
e. Mengoperasikan mixer audio dengan baik dan profesional
Penulis sebagai penata suara menyimpulkan kutipan diatas bahwa dalam pra
produksi, penata suara harus mempelajari konsep yang sudah dibuat agar dapat
mengetahui alat-alat yang akan digunakan, lalu mempersiapkan peralatan yang
berhubungan dengan suara. Memahami segala peralatan yang akan digunakan. Pada saat
produksi penulis sebagai penata suara bertanggung jawab menyiapkan peralatan audio
yang akan digunakan saat produksi. Penulis berusaha semaksimal mungkin agar suara
yang direkam hasilnya baik. Dapat mengoperasikan peralatan audio dengan benar
sehingga mampu meminimalisir suara-suara noise, serta dapat menguasai teknis setiap
251
peralatan agar mampu menghadapi gangguan atau kendala yang terjadi di lapangan,
serta menjaga tinggi rendahnya suara dalam perekaman agar mempermudah pada saat
proses penyuntingan gambar. Sedangkan untuk mendengarkan hasil rekaman pada saat
produksi dan membantu penyunting gambar untuk meletakan komponen-komponen
suara diantaranya voice over, backsound, sound effect yang sesuai dengan momen
disetiap segmen dan juga memilih file-file suara yang kualitasnya baik.
Penulis selaku penata suara harus paham dalam aspek yang berhubungan dengan
audio. Dalam program non drama televisi “XPLORENESIA” ini suara memiliki
peranan penting dalam segala hal yang berhubungan dengan suara, informasi-informasi
yang disampaikan oleh pembawa acara dan narasumber menjadi kekuatan utama dalam
program ini karena setiap informasi yang disampaikan saling berhubungan dengan
setiap segmen di program ini.
3.6.5 Proses Penciptaan Karya
Di dalam produksi ini merupakan sebuah Tugas Akhir (TA). Penulis memegang
jabatan sebagai penata suara. Dalam produksi yang berjudul “XPLORENESIA” ini,
segala hal yang berkaitan dengan suara merupakan tanggung jawab penulis. Dalam
sebuah program non drama televisi, suara memiliki peranan penting yang dapat
mendukung gambar yang ditampilkan dan menyampaikan informasi yang tidak dapat
disampaikan melalui gambar saja serta memperkuat suasana. Oleh karena itu,
keberadaan seorang penata suara sangat dibutuhkan dalam sebuah produksi program
non drama televisi.
252
Disini penulis akan mencoba dengan kemampuan yang penulis miliki, dengan
segala keterbatasan baik teknis maupun skill, penulis akan berusaha semaksimal
mungkin agar program non drama televisi ini menjadi sesuai dengan apa yang
diharapkan. Penulis sebagai penata suara dalam produksi non drama berjudul
“XPLORENESIA” ini berusaha agar suara yang dihasilkan mulai dari host,
narasumber beserta backsound yang diberikan dapat dinikmati dan diterima oleh
masyarakat.
Ide-ide yang didapat oleh penata suara dalam pembuatan program non drama
“XPLORENESIA” ini dari berbagai program-program televisi seperti My Trip My
Adventure, Halal Living, dan Weekend List. Penata suara menjadikan program ini
sebagai referensi untuk materi-materi yang akan digunakan ketika produksi serta untuk
mengembangkan ide-ide yang penulis miliki salurkan.
A. Konsep Kreatif
Konsep kreatif penata suara dalam membuat produksi non drama
“XPLORENESIA” adalah menentukan dan memilih backsound yang cocok serta
mengumpulkan sound effect sebagai suara tambahan guna memberi kekuatan dalam
setiap segmen. Penata suara harus sangat memperhatikan dalam pemilihan backsound
yang sesuai dan yang tidak asing lagi di telinga masyarakat. Sehingga penonton juga
akan menikmatnya dengan baik.
Suara natural juga akan sangat memperkuat dan mempertegas suasana serta
setting waktu dan tempat pada tiap segmen. Penulis sebagai penata suara menggunakan
perekaman suara secara langsung agar suara yang terekam dapat mencerminkan suasana
hati pembawa acara, sehingga suara yang terekam diperkuat oleh gambar dan suasana
253
pada saat shooting berlangsung. Penulis sebagai penata suara memanfaatkan suara asli
yang terekam guna memperkuat keaslian gambar dan adegan dalam tiap segmen.
Penulis sebagai penata suara sangat detil memilih backsound yang sesuai di tiap
segmennya. Dalam proses penyuntingan gambar, penata suara bersama penyunting
gambar menyesuaikan gambar dengan menyeimbangkan suara dengan memperhatikan
kebutuhan gambar yang ditampilkan. Contoh konsep yang penata suara buat dalam
program “XPLORENESIA” ini saat adegan yang menyenangkan, penata suara
meletakan backsound yang sesuai dengan suasana, guna memperkuat gambar yang
terjadi, penulis sebagai penata suara juga bekerjasama dengan penyunting gambar
melakukan pergantian shot diikuti dengan tempo beat dari backsound yang dipakai,
bertujuan sebagai acuan penyuntingan gambar untuk mencampurkan gambar sesuai
dengan harmonisasi audio. Dalam proses penyuntingan suara, penata suara sangar
memperhatikan tinggi rendahnya volume agar enak didengar oleh penonton.
B. Konsep Produksi
Konsep produksi penata suara dimulai dari rapat produksi untuk bedah naskah
setiap scene atau adegan agar penata suara dapat mengetahui apa yang direkam dan
mengetahui backsound yang sesuai. Penata suara ikut serta dalam hunting lokasi agar
dapat mengetahui sumber-sumber noise sehingga dapat diantisipasi gangguan pada saat
produksi, karena pada lokasi shooting program non drama “XPLORENESIA” ini
gangguan suara sangat banyak dikarenakan lokasi yang berada di daerah perbukitan.
254
Penata suara memahami segala hal yang berhubungan dengan audio bertujuan
menghindari kesalahan dan kendala saat produksi. Setelah itu penata suara menentukan
konsep teknis perekaman suara dilapangan, kemudian penata suara merencanakan untuk
lalu menentukan kebutuhan alat-alat yang sesuai untuk digunakan di lapangan. Saat
shooting penata suara melakukan perekaman suara di lapangan dengan peralatan yang
telah disiapkan sebelumnya serta meminta bantuan kru lain untuk membantu
mengoperasikan alat karena penata suara menggunakan dua media tangkap suara dalam
perekaman. Pada saat perekaman suara yang ada didalam adegan tetrdapat dua sumber
suara sumber yaitu penbawa acara dan narasumber, penulis sebagai penata suara
menggunakan cara perekaman stereo atau sumber suara terekam per channel nya
masing-masing, agar pada saat proses penyuntingan gambar penata suara dapat
mengubah sumber suara satu per satu serta, tahap terakhir dalam penataan suara yaitu
menambahkan voice over (VO) di dalam hasil penyuntingan gambar.
C. Konsep Teknis
Konsep teknis dalam penata suara menggunakan satu buah clip on wireless
Sennheiser type G3 yang dipasangkan untuk pengarah acara berfungsi sebagai audio
master, satu buah clip on wireless Sennheiser type G3 untuk narasumber, alat tersebut
sebagai penangkap suara semuanya dengan kualitas baik sehingga mendapat suara yang
di harapkan. Serta boom mic shotgun rode NTG-3 yang digunakan untuk mem-backup
suara. Untuk media perekaman penata suara menggunakan Hand Recorder Zoom H6N
dengan kualitas baik sehingga perekaman suara dapat meminimalisir dari berbagai
noise. Penata suara juga menggunakan headset agar dapat mendengar dialog pembawa
acara dengan baik sehingga bila terjadi noise atau dialog yang kurang jelas bias dapat
255
diketahui dengan jelas. Selain itu penata suara juga perlu memantau tinggi rendahnya
suara pada saat perekaman dengan melihat decibel (db) parameter yang terletak di layer
hand recorder.
Dalam konsep ini penata suara menggunakan dua media tangkap suara yaitu clip
on dan boom mic, sedangkan untuk media rekamnya menggunakan hand recorder dan
kamera yang bertujuan untuk mengantisipasi kendala saat produksi berlangsung.
Informasi-informasi suara sangat penting dalam program “XPLORENESIA” ini.
Penata suara berusaha semaksimal mungkin agar suara yang terekam dapat terdengar
jelas. Dalam hal ini penata suara harus dapat memecahkan masalah yang berhubungan
dengan suara.
256
3.5.6 Kendala Produksi dan Solusinya
Dalam produksi Non Drama Televisi ini, ada beberapa kendala-kendala baik itu
dari segi teknis maupun non teknis, seperti :
1. Plug dan socket clip on yang kondisinya kurang bagus sehingga clip on terkadang
muncul suara gesekan yang tidak enak didengar, dan solusinya menambal plug
clip on dengan karet sehingga tidak mudah goyang di bagian socket clip on.
2. Suara angin yang terlalu kencang ketika produksi di Jam Gadang, karena lokasi
terletak di atas perbukitan, dan di area jalan menggunakan Zoom H6N terkadang
menyebabkan suara angin yang sangat kencang dan mengganggu hasil dari
rekaman. Solusinya penulis menutupi mic clip on dengan kain sehingga menjadi
penyaring, agar mengurangi suara angin yang ikut terekam saat produksi
berlangsung.
3. Suara bising ketika di Jam Gadang, saat itu sedang dilakukan pekerjaan proyek
yang membuat suara mesin kontraktor lebih kencang daripada suara pembawa
acara dan mengganggu proses perekaman. Solusinya penulis mengatur tingkat
sensitivity pada clip on dan gain pada hand recorder agar mendapat suara
yang cukup jelas, lalu pada tahap terakhir penulis menggunakan aplikasi
penyunting suara untuk meminimalisir suara noise dan menaikan gain audio
yang kurang tinggi.
257
3.5.7 Lembar Kerja Penata Suara
Konsep Penata Suara
Dalam karya tugas akhir, penulis beserta rekan tim membuat sebuah program
acara magazine show yang berjudul “XPLORENESIA” Penata suara berusaha dengan
semaksimal untuk dapat membuat Non Drama Televisi ini menjadi lebih menarik dan
sesuai dengan apa yang di inginkan Memberikan sebuah karya Drama televisi dengan
konsep audio yang baik.
Perekaman suara menggunakan cara mengarahkan sound yaitu perekaman suara
langsung pada saat shooting berlangsung sehingga suara yang terekam akan
mencerminkan mood host yang diperkuat oleh gambar dan suasana. Suara-suara
natural juga akan sangat memperkuat dan mempertegas suasana serta setting waktu
pada setiap segment. Perekaman suara akan dilakukan sebaik mungkin dan diusahakan
agar terhindar dari berbagai noise. Untuk perekaman penulis memakai clip on, hand
recorder, serta boom mic. Penulis memakai clip on karena suara terfokus dan jelas
terdengar saat dialog pembawa acara. Penulis memakai hand recorder karena penulis
ingin mengambil suara atmosfir di lingkungan lokasi shooting dan untuk menyimpan
data perekaman saat shooting.
Penulis memberikan audio dalam setiap segmen dengan backsound dan music
instrument yang berkonsep ceria dan masa kini, guna untuk membangun “emosi”
penonton agar terbawa suasana senang dan seolah sedang travelling di alam Indonesia.
258
SPESIFIKASI AUDIO
1. Zoom H6N
Tipe Hand Recorder
Recording Media SD card: 16MB to 2GB
SDHC card: 4GB to 32GB
SDXC card: 64GB to 128GB
Input dan Output Slot 4 Slot
Slot Baterai 4 Slot Baterai (Ukuran AA)
Recording Format WAV (Sampling Frequency 44.1/48/96 kHz)
MP3 (Sampling Frequency 44.1 kHz)
259
Berat H6:
77.8mm (W) x 152.8mm (D) x 47.8mm
(H), 280g
XYH-
6:
78.9mm (W) x 60.2mm (D) x 45.2mm
(H), 130g
MSH-
6:
58.0mm (W) x 67.6mm (D) x 42.1mm
(H), 85g
Display 2.0-inch full color LCD (320 x 240 pixels)
2. Sennheiser G3-100
Type Clip On
Slot Baterai Receiver : 2 Slot Baterai (Ukuran AA)
Transmitter : 2 Slot Baterai (Ukuran AA)
Antenna Receiver : Single Flexible Antenna (M3 Type)
260
Transmitter : M3 Type
Jarak Frekuensi A (516-558 MHz)
10 + 1 user bank, 12 presets per bank
Respon Frekuensi 40 Hz - 18 kHz
Tipe Mikrofon ME 2 Lavalier Microphone
3. Taffware BM-700
Type Microphone Condenser
Frequensi Respon 20Hz-20kHz
261
Impedance 150 Ohm
Sensitvitas -34db +- 2dB
Sound Pressure 16dB
Sound to Noise Ratio 78dB
Dimensions 150 x 46 x 46 mm
4. Sennheiser MKH-416
Type Boom Mic
Jarak Dinamis 117 dB
262
Respon Frekuensi 40 – 20.000 Hz
Maks. Input Sound 130 dB
Signal Noise Rasio 81 dB
Tegangan Listrik Phantom Power 48 v
263
3.5.7.1 Laporan Penata Suara
TABEL III. LAPORAN PENATA SUARA
AKADEMI KOMUNIKASI
BINA SARANA INFORMATIKA
Production Company : PETA Production Produser : Muhammad Miftah Farid
Project Title : “XPLORENESIA” Director : Andre Rinaldi
Durasi : 24 Menit Penata Suara : Kevin Nuriana
NO SEGMENT DUR. SCRIPT EQUIPMENT ATMOSPHERE VOLLEY MUSIC
1 1 34” Host :
“Halo sobat
xplore, jumpa
lagi dengan saya
Maya Mayananda
di acara
Xplorenesia,
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder:
Zoom H6N
Natural - Revara –
Selamanya
264
let’s to explore
Indonesia.
Nah sekarang,
maya lagi berada
di tempat
nongkrong yang
asyik banget di
bilangan Jakarta
Selatan di
Warbox Cafe
yaitu tepatnya
di daerah
Condet, seperti
biasa selama 30
menit kedepan,
Maya bakal
nemenin sobat
xplore semuanya
untuk
mengelilingi
Indonesia. Nah
sobat xplore
pasti udah sabar
kan, yuk ikutin
Maya. “
2 1 22” - - - - Revara –
Selamanya
265
3 1 25” Host :
“Well, tempat
yang akan kita
kunjungi kali
ini adalah kota
Padang, Sumatera
Barat. Kota yang
khas dengan
makanan rendang
ini juga
terkenal
memiliki banyak
tempat wisata
yang unik dan
bersejarah.
Pasti sobat
xplore udah gak
sabar kan mau
liat tempat mana
aja yang akan
kita eksplor.
Let’s to explore
Indonesia.”
Boom Mic :
Sennheiser
MKH-416
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Natural Gelas,
Botol
Revara –
Selamanya
4 1 56” Voice Over:
“Kota Padang
adalah Kota
-
-
Revara –
Selamanya
266
terbesar yang
ada di pesisir
barat Pulau
Sumatra. Kota
ini merupakan
Ibu kota
Provinsi Sumatra
Barat dengan
luas 694,96
kilomenter.
Kata Padang
dalam bahasa
Minang berarti
“Padang” yang
bisa juga
mengartikan
“Lapangan”.
Kota yang
terkenal dengan
cerita Siti
Nurbaya ini
mempunyai pesona
Microphone
Condenser :
Taffware BM-
700
267
alam nan luar
biasa.”
“Bagi sobat
Eksplore yang
pernah ke Kota
Bukittinggi,
tentu tidak
asing lagi
dengan yang
namanya Jam
Gadang.
Ya, jam Raksasa
ini disebut-
sebut kembaran
dari Jam Big Ben
yang berada di
Inggris.
Tinggi bangunan
ini mencapai 26
meter.
268
Jam yang menjadi
Ikon Bukittinggi
ini dibangun
pada tahun 1926
oleh arsitek
Yazid dan Sutan
Gigi Ameh.
Pada keempat
sisi puncaknya
terdapat empat
buah jam dengan
diameter 80
centimeter, jam
ini merupakan
hadiah dari Ratu
Belanda kepada
sekretaris kota
pada saat itu.”
5 1 33” Co-Host : Clip On : Natural - Revara –
Selamanya
269
“Hai sobat
xplore, aduh
sangking
keasikan foto,
della jadi lupa
nih nyapa sobat
xplore semua,
nah sekarang
della lagi ada
di Jam Gadang,
tepatnya di area
Bukit Tinggi.
Nah sobat xplore
mau tau kan
informasi apa
aja yang ada di
jam gadang ini,
Yuk ikutin della
terus.”
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
6 1 34 Voice Over :
“Yang menjadi
keunikkan dari
jam ini adalah
angka empat pada
Jam Gadang yang
tidak mengikuti
kaidah angka
Romawi pada
Microphone
Condenser :
Taffware BM-
700
Clip On :
Natural - Revara –
Selamanya
270
umumnya. Banyak
yang mengaitkan
dengan hal-hal
tahayul. Namun
sampai saat ini
tidak ada
rujukkan pasti
mengenai hal
itu.”
Co-Host :
“Nah sobat,
beginilah
keadaan yang ada
di jam gadang,
ini baru lantai
pertama, dan
lantai pertama
ini merupakan
tempatnya
petugas berjaga
di jam gadang.
Sobat mau tau
kan apa yang ada
di lantai kedua,
ketiga, dan
keempat. Yuk
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
271
ikutin della
terus.”
7 1 52” Co-Host :
“Well guys,
sekarang della
Sudah berada di
lantai ketiga
dari bangunan
ini, huh capek
banget untuk
naik ke atas
ini, butuh
perjuangan, dan
di lantai ketiga
ini merupakan
tempat mesin
perputaran jam
ini. Nah masih
ada satu lantai
lagi loh guys,
mau tau apa aja
? yuk ikutin
della terus.”
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Revara –
Ruang
8 1 17” Co-Host :
“Nah sobar
xplore, sekarang
della berada di
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Natural - Revara –
Ruang
272
lantai keempat
dan merupakan
lantai terakhir
dari Menara ini.
Di lantai
keempat ini kita
bisa melihat
seluruh
pemandangan kota
yang ada di
Bukit Tinggi”
Hand
Recorder :
Zoom H6N
9 1 30” Co-Host :
“Xplorenesia,
Let’s To Explore
Indonesia !”
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Natural - Revara –
Ruang
10 2 44” Host :
“Kalau tadi kita
udah mengeskplor
jam gadang,
sekarang kita
akan mengunjungi
tempat yang di
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Natural Botol Revara –
Ruang
273
Batu Sangkar,
Bukit Tinggi. Di
Batu Sangkar
terdapat batu
ajaib, yang
Namanya batu
angkek-angkek,
sedangkan di
Bukit Tinggi
terdapat
jembatan yang
disebut sebagai
miniaturnya
tembok cina.
Waduh, pasti
udah pada gak
penasaran kan,
langsung aja
yuk, Lets To
Explore
Indonesia..
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Boom Mic :
Sennheiser
MKH-416
11 2 1’
30”
Voice Over :
“Batu sangkar
selama ini
terkenal dengan
panorama alam
nan mempesona.
Microphone
Condenser :
Taffware BM-
700
x
Natural - Revara -
Selamanya
274
Selain itu
terdapat juga
ciri khas dari
Negri Ranah
Minang ini.
Yaitu Batu
Angkek-angkek
yang terdapat di
sebuah Rumah
Gadang keturunan
Datuak Bandaro
Kayo di Nagarai
Balai Tabuh,
Kabupaten Tanah
Datar. Konon
katanya Batu ini
mempunyai berat
yang berubah-
ubah.
Batu berbentuk
cangkang Kura-
kura ini
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Boom Mic :
Sennheiser
MKH-416
275
berwarna Hitam
dan mempunyai
lubang kecil di
tengahnya. Di
permukaannya
yang berwarna
tembaga ada
tulisan lafadz
Allah dan
Muhammad.
Batu Angkek-
angkek yang
mempunyai arti
angkat-angkat
ini dipercaya
masyarakat
sekitar
mempunyai
kekuatan gaib
yang mampu
meramal nasib
seseorang,
276
dengan cara
mengangkat batu
tersebut. Bila
seseorang yang
berhasil
mengangkat
batunya maka
niat dan
keinginannya
bisa tercapai.
Namun
sebakliknya,
bila seseorang
tidak berhasil
mengangkatnya
maka niat dan
keingiannya
tidak akan
terkabul.”
Co-Host :
277
“Nah, sobat
xplore penasaran
kan habis dari
batu angkek-
angkek ini,
della mau kemana
lagi ? yuk
ikutin della
terus. “
12 2 55” Voice Over :
Kita kembali
lagi ke
Bukittinggi,
kota ini banyak
sekali
menawarkan
tempat wisata
bagi para
pengunjung.
tempat yang
direkomendasikan
Xplorenesia
Microphone
Condenser :
Taffware BM-
700
x
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Natural - Revara -
Selamanya
278
adalah Janjang
Saribu. Mungkin
beberapa orang
masih bertanya
tentang wisata
ini. Faktanya,
memang masih
belum banyak
orang yang tahu
dengan tempat
wisata ini. Yang
paling unik
adalah,
kemiripan konsep
yang dimiliki
kawasan wisata
ini dengan
Tembok besar
yang ada di
Cina. Sekaligus
wisata ini bisa
dijadikan tempat
Boom Mic :
Sennheiser
MKH-416
279
pengganti
mnikmati Tembok
Cina dengan
biaya yang
relative murah.
Host :
“Oke sobat
xplore, balik
lagi nih ke
bukit tinggi.
Kali ini della
lagi ada di
janjang saribu.
Tapi walaupun
Namanya janjang
saribu, jumlah
anak tangga ini
tidak mencapai
seribu, nah
sobat xplore mau
280
tau kan lebih
lanjut tentang
janjang ini, yuk
ikutin della
terus.”
12 2 2’
13”
Voice Over :
“Selain memiliki
jumlah anak
tangga yang
banyak. Janjang
Saribu memiliki
panorama yang
menkjubkan. Bila
dilihat dari
atas jembatan.
Kita bisa
melihat hamparan
lembah nan
hijau, daerah
Ngarai Sianok
Microphone
Condenser :
Taffware BM-
700
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Boom Mic :
Natural - Revara -
Selamanya
281
dan Gunung
Singalang.”
Co-Host :
“ya sobat,
sekarang della
sudah sampai di
puncak janjang
saribu, ini tuh
capek banget
sobat, jadi
kalau kalian mau
pergi ke ngarai
sianok, kalian
wajib cobain
wisata janjang
saribu.”
Voice Over :
Sennheiser
MKH-416
282
“Benar saja,
bila kita terus
telusuri anak
tangga dengan
tembok yang
berwarna abu-abu
di sisi kanan
dan kiri membuat
kita tak akan
heran destinasi
tempat ini
mendapat julukan
The Great Wall
Of Koto Padang.”
Co-Host :
“Xplorenesia,
Lets To Explore
Indonesia”
283
13 3 1’ Host :
“ Bicara tentang
wisata yang ada
di tanah minang,
memang tidak ada
habisnya mulai
dari tradisi
tempat
bersejarah
bahkan istana
semuanya ada.
Seperti yang
akan dikulik
oleh della yang
ada di batu
sangkar, di batu
sangkar terdapat
istana yang
megah yang
menjadi
kunjungan
wisatawan dalam
maupun luar
negeri. Mau tau
selengkapnya ?
lets to explore
Indonesia.”
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Boom Mic :
Sennheiser
MKH-416
Natural - Revara -
Selamanya
284
14 3 1’
57”
Voice Over :
“Kota Padang
takkan pernah
kehabisan pesona
wisatanya.
Selain memiliki
keunikkan di
bidang alam dan
kuliner, Kota
Malinkundang ini
juga memiliki
aneka ragam
budaya yang
menarik untuk
dipelajari.
Terkaitdengan
ini salah satu
wisata yang
terkenal dan
banyak
dikunjungi
Wisatawan adalah
Microphone
Condenser :
Taffware BM-
700
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Boom Mic :
Sennheiser
MKH-416
Natural - Revara –
Ruang
285
I stana Baso
Pagaruyung
Sama seprti
wisata pada
umumnya Istana
Pagaruyung ini
mempunyai harga
tiket bila untuk
memasukinya.
Untuk harga
tiket orang
dewasa dikenai
biaya lima
belas ribu,
sedangkan harga
orang dewasa
mancanegara
seharga dua
puluh lima ribu,
Dan untuk anak-
anak dikenai
harga sepuluh
286
ribu rupiah dan
untuk anak-anak
Mancanegara
dikenai lima
belas ribu
rupiah.”
Co-Host :
“Yak, sobat
xplore. Masih di
batu sangkar
nih, nah tepat
di belakang
della ada istana
baso atau istana
pagaruyung.
Sobat xplore
penasaran dong
gimana di
dalamnya ? yuk
kita kulik di
dalamnya, lets
to explore
Indonesia.”
287
15 3 1’
36”
Co-Host :
“Ya sobat
xplore,
berhubung
sekarang lagi
ada di istana
pagaruyung,
belum afdol
rasanya kalo
della belum
nyobain baju
adat dari istana
pagaruyung
tersebut. Nah
sekarang della
mau kedalam dulu
ya mau ganti
bajunya, dadah.”
Voice Over :
“Di Istana ini
juga menyediakan
beraneka ragam
baju adat. Bagi
sobat Eksplore
yang ingin
mencoba baju
Microphone
Condenser :
Taffware BM-
700
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Boom Mic :
Sennheiser
MKH-416
Natural - Revara –
Ruang
288
adatnya, sobat
bisa merogoh
kocek seharga
tiga puluh lima
ribu sampai
empat puluh ribu
rupiah
tergantung jenis
model
pakaiannya.”
Co- Host:
“Ya sobat
xplore, ini dia
baju adat yang
udah della pilih
tadi, gimana nih
menurut sobat
xplore, bagus
kan baju adatnya
?”
16 3 1’
16”
Co-Host :
“Nah sobat
xplore, sekarang
della udah ada
di lantai kedua,
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Natural - Revara -
Ruang
289
dilantai kedua
ini terdapat
sebuah kamar
yang bernama
Anjuang
Pangarinan,
Anjuang
Pangarinan itu
teruntuk putri
raja yang belum
menikah.”
“Nah sobat
xplore sekarang
della berada di
lantai ketiga
dan lantai
ketiga ini
merupakan lantai
terakhir yang
ada di istana
pagaruyung, di
lantai ketiga
ini merupakan
tempat
penyimpanan
pusako nya sang
raja.”
Hand
Recorder :
Zoom H6N
290
“Xplorenesia,
Lets to Explore
Indonesia”
17 3 1’
52”
Host :
“Ada banyak cara
untuk menunjukan
rasa
nasionalisme
kita, salah
satunya adalah
dengan
menggunakan
produk buatan
Indonesia. Dan
mengunjungi
tempat-tempat
yang ada di
tanah ibu
pertiwi. Tak
terasa sobat
xplore sudah 30
menit saya
menemani kalian
semua, sampai
ketemu di hari
dan jam yang
sama, saya Maya
Mayananda mohon
Clip On :
Sennheiser
G3-100
Hand
Recorder :
Zoom H6N
Boom Mic :
Sennheiser
MKH-416
Natural - x
291
pamit undur
diri. Lets to
Explore
Indonesia.”
292
3. 7 Proses Kerja Penata Cahaya
Dalam program acara magazine televisi “XPLORENESIA” ini, penulis di
percaya oleh tim sebagai Penata cahaya. sebagai Penata cahaya harus mampu
merekayasa suatu keadaan lokasi yang tadinya biasa menjadi luar biasa. Penulis juga
membayangkan sebuah konsep lighting yang sesuai dengan tema yang diusung yang
dapat menarik mata penonton.
Penata cahaya mempunyai tugas yaitu mengatur cahaya dengan menggunakan
peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat objek dengan jelas. di sini Penulis
menggunakan lighting untuk menambahkan cahaya di dalam setiap program yang
sedang berlangsung. Apakah lokasi kurang cahaya atau terlalu terang penulis sebagai
penata cahaya harus mampu dan mengatasi keadaan dengan mengatur cahaya lampu
yang digunakan.
Menurut Rusman dan yusiatie ( 2015:133) penata cahaya adalah petugas yang
mendesain dan menentukan pencahayaan produksi program di dalam studio maupun di
luar studio.
Dari kutipan di atas seorang penata cahaya haruslah mengetahui sumber-sumber
cahaya, dengan kualitas dan ukuran cahaya yang di hasilkan serta mengetahui jenis-
jenis lampu lighting serta fungsinya masing-masing dan juga harus pandai
menempatkan posisi lampu agar menghasilkan kualitas lampu yang baik.
Menurut kusumawati dkk (2017:37) “penata cahaya dapat disebut juga sebagai
lighting designer (director) adalah seorang yang mengatur dan menerapkan kebutuhan
desain pencahayaan ke dalam sebuah produksi lokasi”
Fungsi penata cahaya yaitu agar produksi non drama televisi ini mudah dipahami
oleh penonton dimana ada sebuah penerangan yang tadinya biasa menjadi luar biasa.
293
Unsur cahaya sangat penting, bila tidak ada cahaya disaat di dalam ruangan maka
proses produksi tidak akan berjalan.
3. 7. 1 Pra Produksi
Pada tahap pra produksi ini penata cahaya dan tim yang lainnya mengadakan
diskusi bersama untuk melakukan pengembangan ide dan mencari nama program untuk
dijadikan karya non drama tugas akhir ini. Selain itu penulis bekerja sama dengan
pengarah acara dan camera person untuk mempelajari naskah di setiap segmennya dan
melakukan survey lokasi guna mengetahui tempat dan kondisi yang memerlukan
penerangan yang sesuai Penempatan lighting nantinya disebut blocking lighting.
Setelah disepakati oleh produser dan pengarah acara, penata cahaya tidak hanya pasif
menerima arahan baiknya memberikan masukkan juga ke pada produser dan pengarah
acara.
Menurut Karsito dalam Kusumawati (2017:37) “penata cahaya adalah orang
yang bertugas mengatur tata cahaya di lokasi shooting atas permintaan sinematografer
’’
Menjadi seorang penata cahaya harus mengetahui keadaan di lokasi oleh karena itu
pengarah acara dan penulis harus bisa menerapkan konsep program yang akan di buat.
dengan pengambilan gambar di lokasi yang tentu saja membutuhkan persiapan
tersendiri terutama dalam hal-hal teknis
Pengaturan pencahayaan dalam sebuah program acara di tentukan oleh seorang
penata cahaya. Penulis sebagai penata cahaya menggunakan lampu led agar mudah
dibawa dan berpindah-pindah. led merupakan jenis lampu spotlight dengan intentas
cahaya daylight. Penulis juga memakai kinaflo agar mampu menambahkan cahaya
294
yang cukup terang. dan penulis melakukan persiapan-persiapan yang akan di lakukan
agar pada saat produksi tidak terjadi kesalahan-kesalahan
3. 7. 2 Produksi
Di tahap produksi ini penata cahaya diarahkan oleh pengarah acara tentang visual
dan tata letak lighting. Seorang penata cahaya harus cepat membaca situasi untuk
melakukan strategi pengambilan cahaya yang sesuai dengan kondisi yang ada. Bila
adegan diambil dalm ruangan maka penulis mengatur penerangan agar adegan yang
dibawakan pembawa acara jelas terlihat.
Dalam program ini penulis dan tim menghabiskan tiga hari di kota Sumatra
Barat tepat nya di Batusangkar dan Bukittinggi dan satu hari di kota Jakarta.
Kebanyakan dari konsep program ini mengambil gambar di dalam ruangan sehingga
sangat membutuhkan pencahayaan yang cukup
Penggunaan lampu led sangat membantu untuk penerangan di lokasi dalam
Istana Pagaruyung, batu angkek-angkek, jam Gadang, dan studio dan dibantunya
lampu yang mudah dibawa – bawa tanpa diletakkan di tripod. Sedangkan di studio
penulis memakai kinoflo dan led
Penulis selalu bekerja sama dengan pengarah acara dan camera person.
Penggunaan tripod dalam penggunaan lampu sangat penting bagi penata cahaya.
Walaupun terkesan butuh tenaga, butuh tempat dan terkesan rumit. Penggunaan tripod
memberikan dampak yang besar pada kualitas cahaya. Agar dapat cahaya yang statis
dan stabil.
Dalam program non darama tugas akhir ini, penulis sudah bekerja dengan
maksimal, selalu menjaga alat yang dipakainya dan meletakkan lampu dengan benar
295
agar cahaya yang dihasilkan tetap stabil dan sesuai yang diinginkan. Penulis juga selalu
melihat kondisi lokasi pengambilan gambar pada saat peletakkan cahaya untuk
meminimalisir terjadinya noise cahaya yang ada di kamera. Mengingat pengambilan
gambar andai di luar ruangan dan di dalam ruangan.
Cahaya selalu berurusan dengan lampu. Ada sumber cahaya lain selain lampu
yaitu sinar Matahari. Menurut Kusmawati (2017:38) Dalam produksi penata cahaya
harus mempersiapkan segala hal saat shooting, yaitu :
1. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk berjalannya shooting
2. Menempatkan peralatan lighting dengan baik dan benar sesuai blocking lighting yang
dibuat sebelum produksi agar dapat hasil yang memuaskan.
3. Menjaga peralatan yang berhubungan dengan cahaya.
4. Bekerja sama dan melakukan komunikasi dengan sutradara dan kameramen dalam
penempatan lighting dan segi penataan cahaya.
5. Merapikan dan meletakkan kembali peralatan selesai shooting
Dari kutipan di atas seorang penata cahaya harus mempersiapkan seluruh
peralatan dengan baik dan mengoprasikan lighting secara maksimal dan selalu
berkomunikasi dengan pengarah acara dan camera person agar penempatan cahaya
sesuai dengan yang di inginkan.
Menurut Pratista dalam Kusumawati (2017:47) perancangan tata lampu dibagi
menjadi dua jenis yaitu High key lighting dan low key lighting
a. High key ligting
High key lighting merupakan suatu teknik tata cahaya yang menciptakan batas yang
tipis antara gelap dan terang.teknik ini lebih mengutamakan pada warna,bentuk dan
296
garis yang tegas pada tiap elemen mise-en scene efek bayangan yang di usahakan
seminimal mungkin
b. Low key lighting
Low key ligting merupakan teknik tata cahaya yang menciptakan batasan yang tegas
antara area gelap dan terang.teknik ini lebih mengutamakan unsur yang tegas bayangan
yang tegas dalam mise-en sceneI
Disini penulis harus tepat dalam penempatan lighting agar nantinya kamera bisa
menangkap gambar dengan cahaya yang sesuai ddengan yang di inginkan.
3. 7. 3 Pasca Produksi
Pasca produksi adalah tahap akhir dari proses pembuatan program ini pada
tahap ini tim yang bertugas melakukan evaluasi dari semua jobdesk mulai dari pengarah
acara, sutradara, penulis naskah, camera person, penata suara, penata artistik, penata
cahaya, kami berkumpul untuk melihat hasil produksi yang telah di lakukan
Pada tahap pasca produksi dalam pembuatan acara non drama
XPLORENESIA di tahap ini penulis sebagai penata cahaya, mengecek ulang lagi
hasil shooting yang akan di siapkan ke meja penyunting gambar. pada saat ini penata
cahaya bekerja sama dengan pengarah acara, mendampingin penyunting gambar untuk
mengecek dan mengontrol pencahayaan agar dapat menghasilkan hasil yang sesuai
dengan yang di inginkan
Menurut Kusumawati dkk (2017:39) di pasca produksi penata cahaya juga
bertugas untuk
297
a. Mereview hasil gambar untuk melihat pena-taan cahaya yang telah diproduksi.
b. Menganalisa hasil akhir gambar, dan men-data kekurangan dari gambar yang telah
diambil
c. Mengevaluasi hasil akhir gambar
Dari kutipan diatas penulis harus mengevaluasi hasil akhir gambar yang telah
di buat saat produksi selesai,sebagai jobdesk penata cahaya dalam program nondrama
XPLORENESIA untuk tugas akhir ini,penulis harus menganalisa kembali hasil
gambar,dan mendata kekurangan dari gambar yang telah di ambil saat produksi.
Tak lupa penulis juga mengecek keutuhan alat saat selesai shooting karena
untuk kesediaan alatnya masih sewa jadi apabila ada kerusakan dan lain nya bisa di cari
solusinya
3. 7. 4 Peran dan Tanggung Jawab Penata Cahaya
Penata cahaya sebagai bagian dari kru produksi mempunyai tugas serta tanggung
jawab yang spesifik. adapun pernan yang dilakukan penulis adalah melakukan riset
lokasi dan berdiskusi dengan camera person. penulis sangat bertanggung jawab atas
masalah pencahayaaan.
Pada saat penata cahaya mencari tata letak yang terbaik dalam peletakan
cahayanya, penata cahaya di tuntut untuk bekerja secara professional pada saat
menentukan posisi cahaya yang pas dan tepat untuk mendapatkan warna dan intensitas
cahaya yang pas. seorang penata cahaya sudah menggambarkan tata letak cahaya yang
akan penulis letakan dan peralatan yang di butuhkan serta jenis alat-alat pembantu yang
akan di pakai saat produksi
298
Menurut Karsito dalam Kusumawati (2017:37) tugas dan kewajiban penata
cahaya sebuah produksi yaitu:
1. Mengetahui berbagai jenis lampu dan fungsi masing-masing lampu
2. Menterjemahkan tata cahaya sesuai dengan pencahayaan dan arah camera person
3. Membantu pengukuran yang tepat lighting ratio, exposure dan warna cahaya yang di
inginkan sinematografer
Disini penulis membuat blocking cahaya dan menyiapkan alat-alat yang di
butuhkan dalam produksi. Penulis memakai lampu kinoflo sebagai key dan fill serta
back nya dan penulis memakai lampu led yang sangat mudah dibawa kemana
saja.director treatment menjadi acuan untuk membuat blocking cahaya bagi
penulis.pada umumnya seorang penata cahaya tidak bekerja sendiri,dan secara umum
tugas serta tanggung jawab penata cahaya yaitu bertanggung jawab dengan hal-hal
yang mencakup pencahayaan.
Penulis harus melakukan persiapan dengan matang, melakukan uji coba
terhadap alat pencahayaan. disini penulis bertanggung jawab yang berhubungan
dengan lighting seperti , warna, intensitas cahaya, penerangan.
3. 7. 5 Proses Penciptaan Karya
Program televisi nondrama XPLORENESIA merupakan tugas akhir (TA) yang
menjadi syarat kelulusan dari kampus bina sarana informatika. dalam tugas nondrama
ini, penulis memegang jabatan sebagai penata cahaya. segala hal yang berkaitan dengan
pencahayaan adalah tanggung jawab penulis. penulis mencoba dengan kemampuan
yang penulis miliki dengan segala keterbatasan di lapangan baik teknis maupun skill.
299
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin agar program nondrama televisi
ini tercipta sesuai dengan apa yang diinginkan tim produksi.penulis beserta tim
produksi menginginkan hasil yang terbaik dari karya yang di buat
A. Konsep Kreatif
Penulis sebagai penata cahaya bertugas menata cahaya dan seorang penata
cahaya harus punya gambaran yang sesuai dengan apa yang telah penulis naskah buat.
setelah penulis naskah membuat dan di setujui oleh produser dan pengarah acara yang
kemudian dipelajari dan dipahami oleh penulis.pada saat itu membayangkan sebuah
konsep lighting yang sesuai dengan tema yang di usung.
Di proses ini penulis membayangkan cahaya yang natural supaya dapat memikat
mata penonton,didalam pembuatan karya program televisi penata cahaya harus bisa
berusaha dengan maksimal untuk membuat program televisi ini menjadi lebih menarik
dan sesuai dengan apa yang di inginkan.sebelum produksi penulis mencari referensi-
referensi bagaimana peletakan lighting di dalam acara nondrama,
Penulis terus mempelajari konsep yang telah di buat agar nanti nya produksi
berjalan dengan baik ,sebagai penata cahaya penulis harus mengetahui sumber sumber
cahaya yang ada,dengan kualitas dan ukuran cahaya yang di hasilkan serta mengetahui
jenis jenis lighting yang cocok buat digunakan saat produksi
Sebelum produksi penulis juga langsung meninjau tempat yang akan di gunakan
buat produksi agar nantinya penulis bisa menempatkan posisi lighting agar
menghasilkan kualitas yang baik
300
B. Konsep Produksi
Pada prosess ini penulis menyiapkan peralatan cahaya yang di pakai untuk
Shooting. penulis fokus pada pencahayaan saat shooting berjalan. mulai dari peletakan
lighting sudut peletakan lighting sesuai dengan treatmen yang telah di sepakati bersama
pengarah acara
Dari treatmen tersebut penata cahaya bekerjasama dengan penata artistik untuk
keselarasan artistik dan dengan camera person untuk keselarasan gambar di lokasi,
sebelum produksi dimulai , penulis mengecek alat yang digunakan seperti mengecek
batrei lampu led dan juga kinoflo menyala atau tidak dan penulis juga mempersiapkan
segala hal yang bersangkutan dengan lighting seperti tripod dan meletakan lighting di
tempat yang di anggap kurang akan pencahayaan
Penulis juga menyiapkan batrai cadangan buat lighting led guna berjaga jaga
saat batrai lighting led telah habis.dan disini penulis bekerja sama dengan camera
person agar penempatan lighting sesuai dengan warna yang diinginkan penulis selalu
mengikuti arahan dari pengarah acara bila penempatan pencahayaan kurang tepat.
C. Konsep Teknis
Dalam program non drama XPLORENESIA ini penata cahaya harus memilih
secara tepat penggunaan alat yang harus di pakai agar tidak terjadi kesalahan dalam
masalah pencahayaan. Dalam program ini penulis untuk teknis dalam penata cahaya
sendiri penulis menggunakan led dan kinoflo alasan pemilihan led dan kinoflo karena
melihat dari sisi teknis nya led mudah di bawa kemana saja dan memilih kinoflo karena
penerangan nya yang sangat cukup baik
Sebagai penata cahaya harus mengatur pencahayaan yang di gunakan karena
cahaya sangat penting di dalam produksi sebuah program, pada program non drama ini
301
penata cahaya mempunyai peranan yang kuat di dalam mendukung unsur-unsur yang
dapat menghidupkan sebuah krakter program acara ini
3.7.6 kendala produksi dan solusi
Dalam produksi program non drama megazine XPLORENESIA ini penulis
mendapat beberapa kendala pada saat produksi berlangsung, di sisi kendala itu pasti
ada solusi. disini penulis mencari berbagai solusi agar shooting bisa berjalan dengan
lancar. ada beberapa kendala-kendala baik dari segi teknis maupun non teknis, seperti
:
1. sulit nya mencari soket listrik di tempat produksi akhirnya penulis menggunakan
lighting led portabel
2. lighting led portabel yang mengalami tidak berfungsi dengan benar saat terkena
guncanganan karena tempat batrai nya longgar, disini penulis mencari solusinya
dengan mengganjal tempat batrai tersebut menggunakan lakban
3.7.7 lembar kerja penata cahaya
3.7.7.1 konsep penata cahaya
Penulis mengembangkan konsep dengan pemikiran dan gambaran yang sesuai
dari naskah.penata cahaya menentukan penempatan lighting untuk setiap host dan
narasumber.penulis harus mampu melihat kondisi agar cahaya bisa sesuai dengan yang
di inginkan
302
3.7.7.2 laporan penata cahaya
TABEL III.18 LAPORAN PENATA CAHAYA
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA
INFORMATIKA
LIGHTING SHEET LIVE ON TAPE III PRODUCTION
Company:Peta production Production:Miftah farid
Acara : EXPLORENESIA Sutradara :Andre rinaldi
Durasi :24 menit Penata cahaya :Teguh iman
NO Segmen Keylight Fill light Back light Keterangan
1 1 LED - -
2 2 LED LED -
3 3 LED LED -
4 4 KINOFLO KINOFLO LED
3.7.6 Floor and Plan penata cahaya
303
Gambar I.jam gadang
Keterangan:
1.mesin jam
2.host
3.lighting
Gambar II.Batu angkek-angkek
Keterangan:
1.host
2.narasumber
3.lighting
4.lighting
5.tirai
304
Gambar III.rumah gadang
Keterangan :
1.tangga
2.pintu masuk
3.host
4.lighting
Gambar IV.studio
Keterangan :
1.host
2.bartender
3.meja
4.lighting
305
5.lighting
3.7.8. spesifikasi lampu
TABEL III SPESIFIKASI ALAT
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
Gambar I
Voltage 5.5V-9V
Power 70W
Average life span (H) >50000
Cooling mode Natural venilation
Center luminous flux (LX) 800
306
Gambar II
Daya 160 W (4x40 W)
Suhu warna 3200K/56000 K
Lampu soket G13
Jumlah tabung 4x40 watt
Bohlam jenis F40/T12,600mm
307
3.8 Proses kerja Penata Artistik
Penata Artistik merupakan sesorang yang bertugas
menghidupkan suatu program dengan memberikan unsur seni atau
property dalam pembuatan program di suatu produksi. Penata Artistik
sesuatu hal yang penting dalam menciptakan suatu suasana dalam
sebuah acara produksi televisi baik drama maupun non drama. Penata
artistik ini juga dapat mendukung suasana dan karakter pemain dalam
layar dan termasuk juga sebagai daya tarik sebuah acara.
Selain itu Tata artistik juga berfungsi memberikan alat yang
berupa make up, properti dan lain-lain dalam pembuatan suatu program.
Salah satu unit kerja yang agar bisa menambah kesan seni dalam suatu
tiap adegan.
Menurut Kusumawati dkk (2017:138) Penata Artistik atau pengarah
artistik, disebut juga art designer atau art director adalah seseorang
yang bertugas menata, mendesain lokasi pengambilan gambar baik di
studio maupun di luar studio dengan karakteristik program yang akan di
produksi.seorang penata artistik adalah orang yang memiliki sense of
artistic, kreatif, inovatif dan cerdas.
Dalam kutipan di atas Penata Artistik adalah orang yang
menyiapkan alat-alat panggung bertanggung jawab atas merancang
keperluan properti, Sehingga bisa senada dengan warnanya dan
menyiapkan kostum-kostum untuk para pemain sesuai kebutuhan
produksi dan tentunya dengan konsep yang sudah disepakati.
Menurut Kusumawati dkk (2017:18) “Penata artistik atau Art director
adalah seorang designer,Art director harus bisa membuat design, dengan
Bahasa tulis yang bisa diterima. Naskah dipelajari kemudian dibuat
sketsa kemudian disempurnakan menjadi design”.
Dari kutipan di atas. Penata Artistik bertanggung jawab dalam
memimpin tim artistiknya untuk mengoptimalkan properti agar tepat
dengan naskah yang ada serta mengetahui berapa banyaknya biaya
untuk semua proertinya.
Menurut Kusumawati dkk (2017:16) Art director atau Penata artistik
menetapkan anggaran terkait dengan kebutuhan yang ada di dalam
naskah. Dari naskah kita dapat mengetahui seberapa besar dana yang di
habiskan untuk mewujudkan konsep visual. Unit production manager,
308
Produser dan Head accounting juga merupakan bagian integral yang
harus dilibatkan dalam proses ini.
Dari kutipan di atas, penulis menyimpulakan bahwa Penata
Artistik adalah merancang desain-desain sesuai naskah dan
menciptakan tatanan dan style. Serta menghadirkan karakter melalui
penciptaan lewat elemen artistik.
Penulis sebagai Penata Artistik bertanggung jawab dalam
menciptakan penataan yang baik termasuk urusan property, make up
dan set design. Oleh karena itu, sangat penting bagi penulis untuk
menciptakan pandangan yang luas serta menciptakan kreatifitas yang
lebih tinggi dan lebih jauh lagi. Penulis harus mengetahui secara
keseluruhan art dari program “XPLORENESIA” yang akan kami buat
sehingga menghasilkan konsep penata artistik yang menarik.
Dalam program televisi non drama magazine show
XPLORENESIA ini penulis dipercayakan oleh tim sebagai penata
artistik. Dalam hal ini penulis harus bisa bekerja sama dengan pengarah
acara untuk mewujudkan konsep yang sudah ada, karena penulis harus
bisa menterjemahkan naskah sesuai ide kreatif yang diinginkan oleh
pengarah acara. Tugas utama penata artistik adalah membantu pengarah
acara dan penulis naskah untuk menerapkan konsep sesuai disepakati
bersama.
3.8.1 Pra Produksi
Pada tahap pra produksi ini penulis sebagai penata artistik
membuat breakdown dan jadwal kerja khusus bidang tata artistik agar
dalam tahap produksi berjalan dengan lancar. Selain itu penata artistik
juga menyiapkan semua property tata artistik seseuai dengan rancangan
lembar kerja yang sudah dibuat.
Menurut Kusumawati dkk (2017:15) “Penata Artistik berfungsi
sebagai penunjang dalam mendukung suasana yang diinginkan
dalam suatu produksi acara”.
Dari kutipan di atas menyimpulkan bahwa penata artistik
melakukan rancangan dalam mendesain dan menerapkan sebuah konsep
kebutuhan produksi harus bisa berkolaborasi dengan tim.
309
Dalam tahap ini penulis dan semua kru berdiskusi dalam
membuat sebuah program. Dalam sebuah rapat semua kru
mengeluarkan pendapat serta bertukar pikiran ide yang menarik. Tujuan
kesepakatan agar tidak ada terjadinya kesalahan dalam menentukan
persepsi satu sama lain antara kru penulis bertugas menyamakan konsep
dengan yang diarahkan pengarah acara dari mulai set dekorasi, kostum
dan make up untuk pembawa acara dan alat-alat yang akan digunakan
saat produksi. Penulis juga harus menganalisa naskah dan
membahasnya dengan Pengarah Acara dan Camera Person agar
mencapai penafsiran untuk mewujudkan gagasan penulis naskah dalam
bentuk tata artistik yang nyata dan sudah disepakati bersama kru.
Penulis juga melakukan pencarian referensi lokasi guna
mengetahui atau mencari informasi yang diperlukan tentang tempat,
suasana dan keadaan. Penulis juga mencari lokasi-lokasi yang sesuai
dengan gambaran naskah untuk nmencapai nilai artistik yang seolah-
olah nampak nyata dengan aslinya, mengenai kepemilikan lokasi
banyak sekali hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survey
lokasi, seperti akomodasi, transportasi dan lain-lain.
Di tahap ini penulis harus mengecek seluruh persediaan barang-
barang artistik dan semua persiapannya sehingga berlangsungnya
program acara tersebut. Penulis juga harus membuat checklist benda-
benda untuk keebutuhan tiap segmen. Tak hanya property, hal yang
terkcil seperti make up, wardrobe bisa menjadi salah satu tanggung
jawab Penulis untuk menyiapkannya. Penulis juga harus memastikan
sebuah ruangan sesuai konsep untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Sebelum produksi dimulai penulis membuat floorplane agar lebih
mudah mengetahui penempatan-penempatan peralatan property yang
baik. Setelah survey lokasi penulis merancang serta menggambar lokasi-
lokasi yang sudah ditentukan produser, Pengarah Acara dan Camera
Person. Hal ini berguna untuk memudahkan proses jalannya produksi
saat pengambilan gambar. Membuat set design juga sangat membantu
310
penata artistik mengenai tata letak property yang digunakan sehingga
selalu ada kesamaan artistik di setiap segmennya.
Penulis mencari tim atau divisi yang sesuai dengan keahlian
masing-masing yang berada di bawah tanggung jawab art director.
Untuk mengetahui semua set yang diperlukan untuk semua adegan yang
termasuk dalam sebuah Magazine. Jadi setiap tayangan, setiap
percakapan yang mengaitkan pada sebuah keadaan, maka art director
harus mulai membuat set list atau breakdown tata artistik apa saja yang
diperlukan.
Jika sudah mengetahui set apa saja yang dibutuhkan dalam
membuat sebuah program. Maka penata artistik sudah dapat membuat
cheklist benda-benda apa saja yang dibutuhkan. Tak hanya property
yang kecil sebagai pemanis dari sebuh ruangan, namun set panggung
misalnya atau apa saja yang membutuhkan bangunan, disini jika
merupakan produksi besar art director bisa bekerja sama dengan bagian
kontruksi.
Setelah merinci apa saja yang dibutuhkan, penulis juga perlu
merinci budget yang harus dikeluarkan, jika memang budget terbatas
maka dengan sendirinya penulis harus pintar-pintar membagi budget
sesuai kebutuhan. Semakin penulis pandai membuat set yang sesuai
dengan aslinya dengan budget yang standar, maka nama baik akan
diraih oleh si penulis.
Menurut Kusumawati dkk (2017:17) “art director adalah seorang
creator, art director harus kreatif dan imajinatif setelah menerima materi
acara mungkin berupa naskah. Harus dapat mencipta dan mereka-reka
kebutuhan artistik, nuansa serta filosofinya”.
Menurut Kusumawati dkk (2017:18) “Art Director adalah
seorang fasilitator, kerja produksi adalah kerja kolaborasi satu sama lain
saling berhubungan dan bekerja sama, sehingga sebagai seorang art
director harus dapat memfasilitasi kebutuhan dan divisi lain yang masuk
ke dalam susunan produksi”.
311
Dare kedua kutipn di atas, seorang penata aertistik harus bisa
menyediakan apa saja yang dibutuhkan kru dalam suatu program, selain
itu penata artistik harus bisa bekrja sama serta menyediakan kebutuhan
semua tim.
3.8.2 Produksi
Setelah tahapan-tahapan pra produksi di persiapkan secara
konsep yang matang, tahapan produksi pun dimulai. Tidak hanya pada
saat pra produksi akan tetapi seorang Penata Artistik terus mengikuti
proses shooting untuk mempersiapkan semua kebutuhan dan
mempersiapkan kostum yang akan dipakai saat produksi dan lokasi
yang ada kebanyakan setiap segmentnya di outdoor sehingga penulis
harus memperhatikan make up host dan penampilannya agar tidak
terlihat aneh saat di kamera.
Tahapan ini juga dibutuhkan kedisiplinan yang tinggi agar semua
proses produksi sesuai dengan apa yang di jadwalkan, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dengan konsep yang sudah dibuat
setiap kru diharuskan bekerja sama dalam tahapan produksi.
Menurut Kusumawati dkk (20017:18) “Penata artistik adalah seorang
perupa, artinya penata artistik bertanggung jawab terhadap design
creative dari materi tayangan berupa set design, set dekorasi, grafis dan
ID program sesuai dengan pendekatan artistik”.
Dalam kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa tugas
seorang penata Artistik pada saat produksi adalah mengawasi dalam
pengambilan gambar agar set yang sudah di buat sesuai dengan yang
diharapkan dan bertanggung jawab atas hasil dan mutu tata artistic baik
dari segi teknik maupun estetika secara utuh.
Pada saat produksi penulis memakai lokasi outdoor, maka dari itu
penulis hanya menambahkan sedikit property. Penulis harus membuat
ruangan menjadi lebih hidup, disinilah penulis juga banyak
menambahkan beberapa property dan beberapa barang untuk hiasan
yang akan di pakai.
312
Untuk mengenai wardrobe penulis memerlukan ketelitian dalam
menentukan kostum yang akan di pakai oleh host. Penggunaan kostum
pada program ini penulis menyesuaikan dengan tema cerita dari
program itu sendiri, dimana program ini yang bertema tentang wisata
maka segala sesuatu yang ditampilkan dalam program ini sesuai dengan
konsep. Setelah itu kostum yang digunakan juga berkonsep lebih santai
agar cocok dengan konsep.
Menurut Kusumawati dkk (2017:23) “make up kerap diartikan melukis
dengan alat kosmetik. Make up juga dikatakan sebagai segala sesuatu
yang berhubungan dengan tata rias untuk pemain dalam melakukan
adegan sesuai tuntutan naskah dan peran cerita”.
Dalam kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa make up
adalah kebutuhan yang sangat diperlukan untuk menunjang penampilan
dan karakter pemain. Make up juga berfungsi sebagai penghias wajah
agar tidak pucat.
Penata Artistik pada saat produksi adalah mengawasi dalam
pengambilan gambar agar make up yang sudah di buat sesuai dengan
yang diharapkan dan bertanggung jawab atas hasil dan mutu tata artistik
baik dari segi teknik maupun estetika secara utuh.
3.8.3 Pasca Produksi
Pada tahap ini penulis melakukan evaluasi proses kerja mulai pra
hingga pasca produksi untuk memperoleh tentang bagaimana membuat
susunan artistik yang baik dan rapih. Hal ini perlu diperhatikan agar
kesalahan saat produksi tidak terjadi kembali pada saat yang akan
datang.
Menurut Kusumawati dkk (2017:28) “Dalam penggarapan suatu
produksi program terdapat beberapa rangkaian proses, yaitu Pra
Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi. Proses tahapan ini juga
merupakan refleksi dari suatu perencanaan yang matang untuk
mendapatkan hasil maksimal dan kualitas.
Dalam kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa rangkaian
proses, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi adalah
313
kebutuhan yang sangat diperlukan untuk suatu perencanaan yang
matang untuk mendapatkan hasil maksimal.
Pada saat pasca produksi penulis melakukan tahap evaluasi dari
semua divisi yang terdapat dalam art dilihat dari kekurangan-
kekurangan pada saat pengambilan gambar kemudian juga
mengembalikan dan merapikan semua property dan peralatan art yang
lain.
Pada tahap ini, penulis sebagai Penata Artistik merapihkan
kembali segala seuatu yang telah di pakai pada saat produksi. Tahapan
ini juga menjadi akhir dari seluruh rencana kerja yang akan penulis
susun menjadi laporan kerja penata artistik.
Pada tahap ini, penulis juga melakukan evaluasi dari semua divisi
yang terdapat di dalam Art Departement, dilihat kekurangan-
kekurangan pada saat pengambilan gambar, kemudian juga
mengembalikan dan merapikan semua laporan mengenai budgeting
yang digunakan untuk membuat property yang diperlukan pada saat
produksi.
Evaluasi adalah hal yang perlu di perhatikan pada saat settingan
yang di hasilkan dari make up dan wardrobe sudah sesuai konsep. Hal
ini harus lebih diperhatikan agar kesalahan pada saat produksi tidak
terulang kembali.
3.8.4 Peran dan Tanggung Jawab Penata Artistik
Penata artistik bertanggung jawab mengoptimalkan dan
mengarahkan efisiensi seluruh divisi yang ada dalam departemen
artistik sesuai dengan jadwal produksi dan berhak untuk menentukan
atau menetapkan anggaran biaya yang telah di susun.
Menurut Kusumawati dkk (2017:14) Seorang Penata Artistik atau
Art director bertanggung jawab dalam menciptakan penataan yang bik
termasuk urusan property, kostum, make up, set disain dan artistik untuk
menciptakan pandangan yang luas, terus berpikir untuk sesuatu yang
baru dan secara konstan berusaha menciptakan kreativitas yang lebih
tinggi.
Dalam kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa tanggung
jawab seorang penata artistik adalah menciptakan penataan yang baik
314
termasuk urusan property, kostum, make up,dan set desain. Bagi
seorang Penata Artistik sangatlah penting untuk menciptakan
pandangan luas, terus berfikir untuk sesuatu yang baru dan berusaha
menciptakan kreatifitas yang lebih tinggi.
Dalam menjalankan tugasnya secara teknis, penulis mempunyai
tanggung jawab penuh dalam hal mempersiapkan barang-barang yang
akan digunakan pada saat produksi.
Menurut Kusumawati dkk (2017:14) Penata Artistik merupakan
salah satu unit kerja pada stasiun penyiaran televisi atau Tim produksi
film yang berfungsi sebagai penunjang acara siaran tv atau produksi
film. Penata Artistik merupakan suatu hal yang penting dalam
menciptakan suasana dalam sebuah produksi acara drama tv, film
maupun non drama. Penata Artistik juga dapat mendukung suasana dan
karakter pemain dalam layar dan termasuk juga sebagai daya Tarik
sebuah acara.
Dalam kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa penting
perang Penata Artistik dalam penunjang sebuah suasana dan karakter
pemain dalam layar dan termasuk juga sebagai daya Tarik sebuah acara.
Pengarah Artistik harus membuat breakdown adegan sesuai
naskah untuk kepentingan departemen mereka masing-masing.
Pencatatan sebaiknya dilakukan pada setiap pertemuan dengan
Pengarah Acara, baik di rapat produksi, saat pergi ke lokasi maupun
catatan-catatan yang secara khusus di berikan oleh Pengarah Acara.
Menurut Kusumawati dkk (2017:15) Secara teknis Penata
Artistik atau Art director bertanggung jawab atas seluruh penyediaan
kebutuhan artistik mulai dari pra produksi sampai dengan pasca
produksi. Tata Artistik Televisi adalah bagian dari kru televisi, di
beberapa stasiun televisi, Tata Artistik masuk ke dalam Departemen
Artistik atau Art Departement. Di dalam departemen ini terbagi atas:
Unit Dekorasi, Unit properti, Unit Grafika, serta Unit Tata Rias dan
Busana. Namun di beberapa stasiun tv di Indonesia tidak selamanya
seperti ini, misalnya unit grafis di beberapa stasiun tv justru bertanggung
jawab pada post production manager.
Dari kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa seorang penata
artistik berperan sebagai koordinator lapangan yang bertugas
melaksanakan eksekusi atas semua rancangan desain tata artistik atau
gambar kerja. Penulis juga harus konsisten dengan breakdown atau
jadwal kerja yang sudah dibuat, agar dapat bekerja dengan tepat waktu.
315
Selain itu, penulis juga harus menyiapkan elemen-elemen atau material
yang akan dipakai pada saat produksi.
3.8.5 Proses Penciptaan Karya
a. Konsep Kreatif
setelah penulis membaca naskah yang sudah dibuat oleh penulis
naskah, dan mendalami isi naskah tersebut dengan judul
“XPOLRENESIA” penulis tertarik dengan jalan cerita yang ada di
dalam naskah tersebut dari segi kreatif penulis sudah memastikan akan
membuat property dan set untuk memenuhi atau memperbaiki apa yang
sudah ada dari lokasi set yang sudah di tentukan sebelumnya. Penulis
harus bisa mengerti maksud dari isi naskah dan lokasi set apa saja yang
di inginkan oleh Pengarah Acara dan Penulis Naskah.
Penulis hanya menambahkan beberapa property pendukung
sebagai pelengkap saat berada di lokasi Jam Gadang yang berada di
Bukit Tinggi, Sumatra Barat. Tidak banyak property yang bisa penulis
tambahkan. Tujuan penulis adalah, agar tetap menjaga keaslian dari
lokasi tersebut. Penulis hanya butuh cetakan foto hasil dari kamera
tukang foto keliling yang berada di sekitar Jam Gadang.
Dengan konsep yang menginformasikan kepada penonton konsep
yang kita miliki adalah keutuhan dari ke unikan sebuah bangunan yang
berada di daerah Bukit Tinggi Sumatra Barat tersebut. Oleh karena itu
penulis tidak menambahkan sebuah property untuk ruangan Jam
Gadang.
Penulis yang telah memberikan style yang khas kepada host
“XPLORENESIA” dengan menggunakan konsep style Adventure,
yaitu celana jeansi hitam, flannel hijau, dan sepatu hitam. Agar host
lebih mudah dan nyaman untuk berjelajah wisata yang berada di daerah
Sumatra Barat. Sesuai dengan ini naskah yang sudah dibuat oleh Penulis
Naskah. Seorang Penata Artistik harus lebih teliti dalam memilih jenis
property dan atribut agar seusai dengan konsep yang diinginkan oleh
penulis untuk program acara magazine show “XPLORENESIA”.
316
b. Konsep Produksi
Dalam tahap ini konsep produksi sangatlah dibutuhkan sebagai
penata artistik menyiapkan property hingga wardrobe yang cocok untuk
tema program acara yaitu wisata. Seperti pada lokasi di daerah Sumatra
Barat yaitu Jam Gadang, Batu angke-angke, dan Janjang Saribu penulis
menambahkan dan membuat berbagai macam property pendukung
diantaranya Baju adat, dan peralatan lainnya. Sedangkan untuk
wardrobe penulis menyesuaikan dengan tema yaitu kemeja hijau dan
celana hitam untuk kegiatan outdoor. pada lokasi berikutnya di indoor
yaitu di daerah Condet Jakarta Timur penulis membuat dan
menambahkan properti pendukung di antaranya, meja, tenda, kursi, dan
lain sebagainya. Sebagai penata artistik, penulis diwajibkan membuat
beberapa properti dan mengembangkan apa yang sudah ada di set. Agar
konsep artistik sesuai dengan naskah dan alur cerita program magazine
show “XPLORENESIA”. Ketika proses produksi Penata Artistik harus
lebih bisa cekatan dalam hal mempersiapkan properti , set, kostum, dan
make up apa yang akan digunakan pada setiap scene agar tidak
mengganggu proses berjalannya produksi. Selain itu Penata Artistik
juga harus melakukan penjagaan set yang baik serta terencana dengan
benar.
Agar tetap continuity disetiap scene nya dan tidak mengganggu
schedule yang sudah ditentukan sebelumnya. Penulis harus bisa
menjaga komunikasi antara penulis dan pemilik lokasi set agar tidak
adanya salah paham antara pihak penulis dan pengurus atau penjaga
lokasi set.
Pada konsep produksi, penulis memperhatikan jalannya setiap
scene per scene dan adegan per adegan. Pada saat produksi, penulis
mengatur set dan penempatan properti disetiap segmen agar sesuai
dengan konsep yang sudah dibuat.
317
c. Konsep Teknis
Dari segi konsep teknis, tentunya penulis bekordinasi dengan
Pengarah Acara yang bertujuan agar property yang dipergunakan sesuai
dengan konsep. Tentunya mempertimbangkan aspek-aspek kualitas dan
kelayakan Dengan demikian aspek-aspek tersebeut, penulis beruasaha
untuk menonjolkan dan memberi sesuatu yang yang fresh dan natural.
Adapun property yang digunakan dalam program magazine show
“XPLORENESIA” adalah property asli. Penulis hanya menambahkan
beberapa property pendukung sebagai pelengkap. Saat berada di lokasi
Jam Gadang, Batung angke-angke, dan Janjang saribu (Sumatra Barat)
tidak banyak properti yang penulis tambahkan. Penulis bertujuan agar
tetap menjaga keaslian dari ketiga lokasi tersebut. Berbeda pada saat
dilokasi Warbox, penulis diwajibkan untuk membuat set ruangan
layaknya studio, dikarenakan Warbox adalah kafe sekaligus distro yang
berada di daerah Jakarta bukan studio pada aslinya. Penulis memutuskan
untuk menjadikan ruangan kafe yang berada di lantai dua dan tiga pada
Warbox untuk di ubah menjadi set ruangan studio dan membuat
property untuk kelengkapan interior studio.
Apabila semuanya sudah dipersiapkan secara matang, penulis
mulai melakukan kerjasama dengan Pengarah Acara dan Produser untuk
menyajikan Program ini agar penonton tertarik. Dalam hal ini penulis
tetap bertanggung jawab dan berperan penuh dalam menentukan set
ruangan, set property, set wardrobe, dan make up dalam sebuah
program. Penulis harus bisa menerapkan apa yang ada pada naskah dan
menyesuaikan dengan keinginan Produser dan Pengarah Acara.
Dalam hal ini penulis meminta untuk bisa berkordinasi secara
langsung yaitu dengan di adakan rapat, penulis tidak hanya
mendatangkan seorang Produser dan juga Pengarah Acara akan tetapi
penulis juga meminta kepada Produser untuk mendatangkan langsung
kru lain nya seperti hal nya Camera Person, Penata Cahaya, dan juga
Penata Gambar.
318
3.8.6 Kendala dan Solusinya
1. Kendala waktu, ketika produksi sedang berlangsung bersamaan dengan
itu tukang kayu tidak jauh dari lokasi shooting juga sedang memotong
kayu menggunakan mesin yang suara nya membuat proses shooting
terganggu. Solusinya penulis meminta tolong kepada tukang kayu nya
untuk lima menit saja menghentikan aktivitas nya
2. Kendala set ruangan untuk set lokasi studio/Warbox kendalanya lupa
membawa meteran untuk mengukur dinding ruangan yang harus di
tutup agar tidak silau. Solusinya penulis mengukur dinding studio
dengan jengkal tangan
3. Penulis kesulitan membuat material yang akan dipakai pada saat
produksi. Solusinya, penulis mencari referensi melalui, Youtube,
menonton program-program yang ada di televisi dan mencari referensi
dengan membaca situs pada internet.
3.8.7 Lembar Kerja Penata Artistik
3.8.7.1 Konsep Penata Artistik
Disini penulis memakai konsep Wisata sesuai dengan naskah
yang dibuat oleh penulis naskah dan disetujui oleh produser. Didalam
konsep ini penulis hanya menambahkan property dari tempat yang
sudah ada. Tidak banyak property yang dibutuhkan , di batu angke-
angke penulis hanya membawa tisu dan juga wardrobe talent seperti
bedak, lipstik, dan lain-lain.
Sama seperti di batu angke-angke di Istana pagaruyung penulis
hanya membawa membawa wardrobe talent dan juga menyewa baju
adat yang berada di tempat wisata istana pagaruyung.
Di studio warbox penulis harus mengubah kafe menjadi seperti
studio, karena kebutuhan sebuah tayangan yang menjadikan program
magazine show yang mempunyai dua host yaitu host yang indoor seperti
hal nya studio dan host outdoor yang menjelajah sumatera barat. Di
segmen ini penulis benar-benar harus menyiapkan property yang sesuai
dengan karakter dari konsep Pengarah Acara. Jadi penulis harus
319
membuat property dan workshop sesuai dengan konsep. Penulis harus
menyiapkan kain putih untuk menutup jendela kaca yang membuat silau
jika tidak ditutup, harus menyiapkan meja dan juga LCD untuk
menampilkan logo judul program yaitu “XPLORENESIA”,dan
peralatan lainnya untuk membuat sebuah ruangan seperti kafe. Tidak
hanya itu penulis juga membawa seperti gunting, solasi, tisu, tali dan
lain-lain untuk keperluan mendesain ruangan studio yang berada di
condet Jakarta timur.
320
3.8.7.2 BREAKDOWN TATA ARTISTIK
Production Company : PETA Production Produser :Miftah Farid
Project Title : Xplorenesia Director : Andre Reinaldi
Durasi : 24 menit Art Director : Harris Fahmi
No Lokasi Set Segme
nt
Int/E
xt
Waktu Cast Wardrobe Property Make Up Keterangan
TABEL BREAKDOWN TATA ARTISTIK
AKADEMI KOMUNIKASI BINA SARANA INFORMATIKA
321
1 Jam
Gadang
- 1 Int Siang Dela Jaket hijau, celana
Panjang hitam,
sepatu,gelang
- Make-up Set dan
property
tidak di ubah
2 Batu
angke-
angke
-
2 Int Siang Dela Jaket hijau, celana
Panjang hitam,
sepatu,gelang
- Make-up Set dan
property
tidak di ubah
3 Janjang
saribu
- 2 Ext Sore Dela Jaket hijau, celana
Panjang hitam,
sepatu,gelang
- Make-up Set dan
property
tidak di ubah
4 Istana
Baso
Pagaruyu
ng
- 3 Int Siang Dela Jaket hijau, celana
Panjang hitam,
sepatu,gelang
Baju adat Make-up
Set dan
property
tidak di ubah
5 Café
Warbox
Lantai
2 dan 3
Int Siang Maya Casual Meja,tenda,kai
n,gelas,kursi
Make-up
322
3.8.7.3 Floor Plan
Production Company : PETA Production Produser :Miftah Farid
Project Title : Xplorenesia Director : Andre Reinaldi
Durasi : 30 menit Art Director : Harris Fahmi
No Lokasi :1
Lokasi :Jam Gadang
Scene :
Ket :
A. Jam Gadang
B. Parkiran 1
C. Parkiran 2
D. WC umum E. Pasar atas F. Halaman rekreasi
323
3.8.7.3 Floor Plan
Production Company : PETA Production Produser :Miftah Farid
Project Title : Xplorenesia Director : Andre Reinaldi
Durasi : 30 menit Art Director : Harris Fahmi
Ket :
A. Istana Pagaruyung E. Pagar 1
B. Lumbung Padi F. Pagar 2
C. Lapangan D. Pintu masuk
No Lokasi :2
Lokasi :Istana Pagaruyung
Scene :
324
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam pembuatan sebuah karya dibutuhkan kerjasama yang disiplin dari
seluruh crew. Program magazine show adalah bentuk audio visual dari majalah yang
dimana isi konten dari sebuah program magazine show yang baik adalah tayangan yang
mampu memberikan informasi kepada khalayak yang di konsep semenarik mungkin.
Penulis merasa cukup puas dengan hasil yang telah dicapai dari proses pra produksi
hingga pasca produksi.
Persiapan konsep yang telah matang dan dengan adanya penulisan karya Tugas
Akhir ini, penulis menjadi lebih mengerti dan paham tentang penulisan yang baik
sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam penyusunan karya
tugas akhir ini. Namun dalam pembuataan program televisi non drama magazine show
XPLORENESIA ini pasti ada kekurangan didalamnya, maka dari itu penulis sadar
dalam penulisan karya ilmiah tugas akhir jauh dari kata sempurna tetapi disini penulis
mencoba berusaha semaksimal mungkin. Sebuah kritik dan saran penulis harapkan
untuk menjadi lebih baik dalam menciptakan sebuah karya.
325
4.2 Saran
326
DAFTAR PUSTAKA
Djamal, H. (2017). TV Progamming. Jakarta: Kencana.
Kamiso. (n.d.). Kamus Lengkap. Surabaya: Karya Agung Surabaya.
Kusumawati, Nina, H. dan Y. (2017). Produksi Program Televisi dan Film.
Yogyakarta: Graha Cendekia.
Latief, Rusman, dan Y. U. (2015). Siaran Televisi Non- Drama. Jakarta:
Kencana.
Latief, Rusman, dan Y. U. (2017). Menjadi Produser Televisi. Jakarta: Prenanda
Media Group.
Nurudin. (2012). Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UMM Perss.
Supriyadi. (2014). Broadcasting Televisi 2 Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha
Cendekia.
Djamal,Hidajanto, dan Fachrudin, Andi. 2011. Dasar-Dasar Penyiaran (Sejarah,
Organisasi, Operasional, dan Regulasi). Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Morrisan, M.A 2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta : Kencana Predana
Media Grup
Naratama. 2013. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta : Gramedia