+ All Categories
Home > Documents > proposal 99%.docx

proposal 99%.docx

Date post: 18-Oct-2015
Category:
Upload: zieraf-arek-oblo
View: 47 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Popular Tags:

of 86

Transcript
  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    1/86

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau

    kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin

    yang tinggi, sumber listrik,bahan kimiawi,cahaya,radiasi danfriksi.Luka

    bakar dapat merusak jaringanotot,tulang,pembuluh darah danjaringan

    epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang

    lebih dalam dari akhir sistem persarafan (Chemical Burn Causes

    emedicine Health,2008).

    Luka bakar adalah luka pada kulit atau jaringan lain yang

    disebabkan oleh panas atau terkena radiasi, radioaktivitas, listrik,

    sentuhan atau kontak dengan bahan kimia. Luka bakar terjadi ketika

    beberapa atau semua sel pada kulit rusak karena cairan panas (air

    mendidih), benda panas dan nyala api. Luka bakar adalah masalah

    kesehatan masyarakat secara global yang diperkirakan menyebabkan

    195.000 kematian. Luka bakar paling banyak sekitar 84.000 kasus terjadi

    di negara berpenghasilan rendah dan menengah yaitu Regio WHO Asia

    Tenggara (WHO, 2012).

    Pada tahun 2002 Departemen Kebakaran Amerika menemukan

    sedikitnya 401.000 kasus kebakaran tiap 79 detik dimana 76% kasus kebakaran

    menyebabkan luka bakar (National Safe Kids Campaign, 2004).

    Data unit luka bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

    mencapai 27,6% pada tahun 2012 (Martina & Wardhana, 2013).

    1

    http://id.wikipedia.org/wiki/Lukahttp://id.wikipedia.org/wiki/Listrikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Radiasihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Friksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_darahhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_epidermal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_epidermal&action=edit&redlink=1http://www.emedicinehealth.com/chemical_burns/page2_em.htm#Chemical%20Burn%20Causeshttp://www.emedicinehealth.com/chemical_burns/page2_em.htm#Chemical%20Burn%20Causeshttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_epidermal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jaringan_epidermal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Friksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Listrikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Luka
  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    2/86

    2

    Penyebab luka bakar adalah 60% kecelakaan rumah tangga, 20%

    kecelakaan kerja dan 20% sebab lain. Luka bakar merupakan salah satu insiden

    yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan

    terbanyak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

    Berdasarkan kedalamannya luka bakar dibagi menjadi 3 yaitu derajat I,

    derajat II, dan derajat III. Kerusakan luka bakar derajat II meliputi epidermis dan

    dermis (Betz, 2009). Luka bakar derajat II dibagi menjadi dua yaitu luka bakar

    derajat II dangkal / IIA dan II dalam / IIB. Luka bakar derajat IIA memerlukan

    balutan khusus yang merangsang pembelahan dan pertumbuhan sel (Corwin,

    2009).

    Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel

    tubuh. Semua sistem terganggu terutama sistem kardiovaskuler. Semua organ

    memerlukan aliran darah yang adekuat sehingga perubahan fungsi

    kardiovaskuler memiliki dampak luas pada daya tahan hidup dan pemulihan

    pasien (Corwin, 2009). Oleh karena itu luka bakar harus segera ditangani agar

    tidak terjadi komplikasi dan terjadi proses penyembuhan luka (Morison, 2003).

    Proses penyembuhan luka adalah proses biologis yang terjadi di dalam

    tubuh (Guo dan DiPietro, 2010). Proses ini dapat dibagi ke dalam 4 fase utama

    yaitu koagulasi, inflamasi, proliferasi dan remodeling. Pada fase proliferasi

    fibroblas adalah elemen sintetik utama dalam proses perbaikan dan berperan

    dalam produksi struktur protein yang digunakan selama rekonstruksi jaringan

    (Suriadi, 2004).

    Fase inflamasi terjadi dari hari 0-5. Pembuluh darah yang terputus pada

    luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha

    menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    3/86

    3

    putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit

    yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama jala fibrin yang

    terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sementara itu

    terjadi reaksi inflamasi (Cotran dan Mitchell, 2008).

    Salah satu perawatan untuk perawatan luka bakar adalah

    menggunakan cairan normal saline steril. Normal saline steril adalah

    larutan fisiologis yang ada diseluruh tubuh, karena alasan ini tidak ada

    reaksi hipersensivitas dari sodium klorida. Normal saline steril aman

    digunakan untuk kondisi apapun. Sodium klorida atau natrium klorida

    mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak

    mempengaruhi sel darah merah, melindungi granulasi jaringan dan

    kondisi kering, menjaga kelembapan sekitar luka dan membantu luka

    menjalani proses penyembuhan luka. (InETNA, 2004).

    Menurut Taqwim et al. (2009), Penyembuhan luka merupakan proses

    alamiah dari tubuh, namun seringkali dilakukan pemberian obat-obatan untuk

    mempercepat proses penyembuhan luka. Obat-obatan untuk memulihkan dan

    mempertahankan kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan

    penyembuhan luka, saat ini dirasakan relatif mahal. Selain itu, dengan adanya

    resistensi antibiotika pada bakteri dan efek samping yang berat pada beberapa

    obat-obatan yang sintesis menjadi alasan tersendiri untuk mengalihkan

    perhatian pada terapi alternatif(Rohmawati, 2007).

    Pengobatan tradisional menggunakan tanaman telah berkembang di

    antara pengobatan modern saat ini karena besarnya potensi kesembuhan

    dan beban keuangan yang lebih ringan. Salah satu tanaman yang memiliki

    khasiat dalam mengobati luka bakar derajat II dangkal adalah buah pare

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    4/86

    4

    (Momordica charantia). Pare (bitter melon) merupakan tanaman yang

    tumbuh di daerah tropis seperti kawasan Asia, Afrika Timur, dan

    Amerika Selatan. Selain dikonsumsi sebagai sayur, pare juga

    digunakan sebagai obat. Dari penelitian yang dilakukan Anila

    dan Vijayalakshmi (2000).

    Salah satu kandungan dari pare yang diduga mempunyai

    efek antiinflamasi adalah senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid yang

    mempunyai aktifitas inflamasi adalah apginin dan luteolin, selain itu

    terdapat pula senyawa flavonoid sintesis atau semi sintesis yang

    berpotensi sebagai obat antiinflamasi, yaitu O-B hidroksiethil rutin dan

    derivat quercetin (Kurniawati, 2005).

    Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa ekstrak buah pare

    memberikan pengaruh dalam memperpendek masa inflamasi luka bakar

    derajat 2 dangkal pada tikus galur wistar. Pengaruh ekstrak terlihat dari

    penurunan rata-rata dari pengukuran yang dilakukan dengan pengamatan

    warna eritema dengan lebar diameter eritema yang dilakukan dari hari

    pertama sampai hari kesembilan dan fase inflamsi hanya terjadi samapi

    hari ke 2.

    Penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak buah pare dengan

    teknik balutan skunder yaitu balutan yang menempel pada balutan primer,

    pada penelitian kali ini peneliti ingin menggunakan ekstrak buah pare

    dengan teknik balutan primer yaitu balutan yang langsung menempel

    pada dasar luka, terdapat berbagai macam jenis balutan primer yang

    telah berkembang di dunia, namun hanya ada beberapa saja yang ada

    diindonesia. jenis-jenis balutan primer yang telaha ada di dunia yaitu

    tujuan peneliti menggunakan teknik balutan primer adalah menyediakan

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    5/86

    5

    alternatif pengobatan yang mudah dan efektif terutama bagi daerah yang

    terpencil dan kalangan yang tingkat ekonominya rendah, Penelitian

    sebelumnya yang dilakukan oleh Jackie Stephen-Haynes june 2004

    berjudul Evaluation Of a Honeyimpregnated tulle dressing in primary

    care pada penelitian ini menggunakan madu pada luka ulkus kronis

    dikaki, pada penelitiannya madu dijadikan balutan primer pada luka ulkus

    kronis serta luka borok hasilnya diperoleh luka dapat sembuh dan

    membaik.

    Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin mengetahui seberapa

    besar pengaruh ekstrak pare (Momordica charantia) dengan balutan

    primer dalam memperpendek masa inflamasi luka bakar derajat 2

    dangkal pada tikus putih galur wistar

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Bagaimana pengaruh penggunaan ekstrak buah pare

    (Momordica charantia) dengan jenis balutan primer dalam

    memperpendek masa inflamasi pada tikus putih galur wistar dengan luka

    bakar derajat 2 dangkal?

    1.3 TUJUAN PENELITIAN

    1.3.1 TUJUAN UMUM

    Untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah pare (Momordica

    charantia) dengan jenis balutan primer dalam memperpendek

    masa inflamasi luka bakar derajat 2 dangkal

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    6/86

    6

    1.3.2 TUJUAN KHUSUS

    1. Mengidentifikasi masa inflamasi luka bakar derajat II dangkal

    dengan perawatan standart menggunakan NaCl

    2. Mengidentifikasi masa inflamasi luka derajat II dangkal dengan

    perawatan menggunakan ekstrak buah pare jenis balutan

    primer

    3. Membandingkan pengaruh perawatan standart menggunakan

    Normal Saline sterile dengan ekstrak buah pare (Momordica

    charantia) dalam memperpendek masa inflamasi luka bakar

    derajat II dangkal

    1.4 MANFAAT

    1.4.1 BAGI MAHASISWA KEPERAWATAN

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

    mengenai penyembuhan luka bakar derajat 2 dangkal dengan

    menggunakan buah pare dengan cara balutan primer

    1.4.2 BAGI PROFESI KEPERAWATAN

    Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

    ilmu keperawatan khususnya dalam pengobatan luka bakar

    dengan menggunakan bahan alami dari alam / herbal

    1.4.3 BAGI MASYARAKAT

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi penjelasan ilmiah

    mengenai manfaat ekstrak buah pare dalam merawat luka bakar,

    khususnya luka bakar derajat 2 dangkal, sehingga dapat

    menghemat biaya perawatan

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    7/86

    7

    1.4.4 BAGI LEMBAGA RS

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan metode baru dalam

    perawatan luka bakar khususnya metode balutan primer

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kulit

    2.1.1 Anatomi Kulit

    Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau

    korium, dan jaringan subkutan atau subkutis (Harahap, 2000).

    Gambar 2.1 Gambaran tiga dimensi kulit. (Dari : Hudak & Gallo :

    Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, ed.6, EGC, 1996).

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    8/86

    8

    1) Lapisan Epidermis

    Lapisan epidermis terdiri atas :

    a. Stratum Korneum

    Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang

    paling luar terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng mati,

    tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat

    tanduk).

    b. Stratum Lusidum

    Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan

    korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti

    dengan protoplasma berubah menjadi protein disebut

    eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan

    dan kaki.

    c. Stratum Granulosum

    Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau

    3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan

    terdapat inti. Butir-butir kasar terdiri atas keratohialin.

    Stratum granulosum tampak jelas di telapak tangan dan

    kaki.

    d. Stratum Spinosum

    6

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    9/86

    9

    Stratum Spinosum (stratum Malphigi) disebut pickle cell

    layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel

    berbentuk polygonal besarnya berbeda-beda karena adanya

    proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak

    mengandung glikogen dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-

    sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya.

    Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan antar

    sel (intercellular bridges) terdiri atas protoplasma dan

    tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-tersebut

    membentuk penebalan bulat kecil disebut nodulus

    Bizzozero. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat sel

    Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak

    glikogen.

    e. Stratum Basale

    Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus

    (kolumnar) tersusun vertikal pada perbatasan dermo-

    epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Lapisan ini

    merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel

    basal mengadakan mitosis berfungsi reproduktif. Lapisan ini

    terdiri dua jenis sel yaitu :

    1. Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma

    basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan

    yang lain oleh jembatan antar sel.

    2. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell

    merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    10/86

    10

    basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen

    (melanosomes) (Wasitaatmadja, 2005).

    2) Lapisan Dermis

    Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis lebih tebal

    dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastik dan

    fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

    Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu:

    1) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis,

    berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

    2) Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya menonjol ke arah

    subkutan, terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya

    serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini

    terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat,

    terdapat fibroblas. Serabut kolagen dibentuk fibroblas,

    membentuk ikatan (bundel) mengandung hidroksiprolin dan

    hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah

    umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulum mirip

    kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang,

    berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis

    (Wasitaatmadja, 2005).

    3) Lapisan Subkutis

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    11/86

    11

    Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas

    jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Sel-sel lemak

    merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir

    sitoplasma lemak bertambah.

    Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan

    yang lain oleh trabekula fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut

    panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di

    lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan

    getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama

    bergantung pada lokalisasinya. Di abdomen mencapai ketebalan

    3 cm, di kelopak mata dan penis sangat sedikit.

    Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus di

    atas dermis (pleksus superfisial) dan di subkutis ( pleksus

    profunda). ( Wasitaatmadja, 2005).

    2.1.2 Fungsi Kulit

    1) Fungsi Proteksi

    Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis

    atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan

    kimiawi, misalnya zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan,

    contohnya lisol, karbol, asam, misalnya radiasi, sengatan sinar

    ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri

    maupun jamur.

    Melanosit berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar

    matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan

    kimia terjadi karena sifat stratum korneum impermeabel terhadap

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    12/86

    12

    berbagai zat kimia dan air, di samping itu terdapat lapisan

    keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dengan

    kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi

    keringat dan sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit

    berkisar pada pH 5-6.5 sehingga merupakan perlindungan

    kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. Proses

    keratinisasi berperanan sebagai sawar (barrier) mekanis karena

    sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.

    2) Fungsi Absorpsi

    Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda

    padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,

    begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2,

    CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian

    pada fungsi respirasi.

    Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya

    kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme. Penyerapan

    berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel epidermis

    atau melalui muara saluran kelenjar, lebih banyak yang melalui

    sel epidermis daripada melalui muara kelenjar.

    3) Fungsi Ekskresi

    Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau

    sisa metabolisme tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan

    amonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh androgen dari

    ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap

    cairan amnion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    13/86

    13

    caseosa.Sebum yang diproduksi melindungi kulit karena lapisan

    sebum meminyaki kulit juga menahan evaporasi air yang

    berlebihan sehingga kulit tidak kering. Produk kelenjar lemak dan

    keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6.5.

    4) Fungsi Persepsi

    Kulit mengandung ujung saraf sensorik di dermis dan

    subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan

    Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh

    badan Krause terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di

    papila dermis berfungsi sebagai rabaan, badan Merkel Ranvier

    terletak di epidermis, terhadap tekanan diperankan badan

    Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik lebih banyak

    jumlahnya di daerah yang erotik.

    5) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)

    Peranan kulit dengan cara mengeluarkan keringat dan

    mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya

    akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat

    nutrisi cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi saraf simpatis

    (asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding pembuluh darah belum

    terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstravasasi cairan, karena

    itu kulit bayi tampak lebih edematosa karena lebih banyak

    mengandung air dan Na.

    6) Fungsi Pembentukan Pigmen

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    14/86

    14

    Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal.

    Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Sel ini

    jernih berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut clear

    cell. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan bantuan enzim

    tirosinase, ion Cu, dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari

    mempengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar ke

    epidermis melalui tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan

    kulit di bawahnya dibawa oleh melanofag (melanofor). Warna

    kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan

    oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksidasi Hb, dan karoten.

    7) Fungsi Keratinisasi

    Lapisan epidermis dewasa mempunyai tiga jenis sel utama

    yaitu keratinosit, sel Langerhans, dan melanosit. Keratinosit

    dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, sel basal lain

    akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel

    spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan

    bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang

    dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini

    berlangsung terus-menerus seumur hidup dan sampai sekarang

    belum sepenuhnya dimengerti. Proses ini berlangsung normal

    selama kira-kira 14-21 hari, dan memberi perlindungan kulit

    terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

    8) Fungsi Pembentukan Vitamin D

    Mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar

    matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    15/86

    15

    hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik

    masih tetap diperlukan (Wasitaatmadja, 2005).

    2.2 Luka Bakar

    2.2.1 Pengertian Luka Bakar

    Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang

    disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,

    bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis

    trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi yang

    memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai

    fase lanjut (Moenadjat, 2003).

    2.2.2 Klasifikasi Luka Bakar

    1) Kedalaman Luka Bakar

    a. Luka Bakar Derajat I

    Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)

    Kulit kering, hiperemik berupa eritema

    Tidak dijumpai bulae

    Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

    Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10

    hari

    b. Luka Bakar Derajat II

    Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa

    reaksi inflamasi disertai proses eksudasi

    Dijumpai bulae

    Bulae adalah lapisan epidermis terlepas dari dasarnya

    (dermis), merupakan suatu proses epidermolisis, disertai

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    16/86

    16

    akumulasi eksudat membentuk suatu gelembung. Bila

    ukuran bulae relatif kecil, cukup dibiarkan dan akan

    mengalami penyembuhan spontan. Bila mengganggu, cairan

    bulae dilakukan aspirasi tanpa melakukan pembuangan

    lapisan epidermis yang menutupinya. Bila ukuran bulae

    cukup luas atau besar, lakukan insisi atau aspirasi

    menggunakan semprit tanpa membuang lapisan epidermis

    (Moenadjat, 2003). Bula mulai terbentuk pada suhu 53-57

    derajat celcius selama kontak 30-120 detik (Mansjoer, 2000).

    Pengeluaran cairan paling pesat terjadi dalam 6-8 jam

    pertama setelah trauma. Cairan di dalam bullaelebih kurang

    sama dengan cairan plasma, mengandung 4-6% dengan

    albumin: globulin lebih besar daripada di plasma, elektrolit

    terutama Na (Marjuki, 1991).

    Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

    Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih

    tinggi di atas kulit normal

    Dibedakan atas 2 (dua) yaitu :

    1. Derajat II dangkal (superficial)

    Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis

    Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

    kelenjar sebasea masih utuh

    Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari

    2. Derajat II dalam (deep)

    Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    17/86

    17

    Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

    kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh

    Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang

    tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih

    dari satu bulan.

    c. Luka Bakar Derajat III

    Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang

    lebih dalam

    Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

    kelenjar sebasea mengalami kerusakan

    Tidak dijumpai bulae

    Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena

    kering letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar

    Terjadi koagulasi protein epidermis dan dermis yang dikenal

    sebagai eskar

    Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena

    ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian

    Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses

    epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2003).

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    18/86

    18

    Gambar 2.2 diagram kedalaman luka bakar (Sumber : Moenadjat,

    2003)

    Tabel 2.1 karakteristik Luka Bakar dalam Berbagai Kedalaman

    Kedalaman Jaringanyangterkena

    Penyebabumum

    Karakteristik Nyeri Penyembuhan

    Ketebalanparsialsuperfisial(derajat I)

    Kerusakanepitelminimal

    sinarmatahari

    KeringTidakada lepuh

    Merah muda

    Pucatdengantekanan

    Sangatnyeri

    Sekitar 5 hari

    Ketebalanparsialdangkal(derajat II)

    Epidermisdan minimaldermis

    Cahaya

    Cairanpanas

    Lembab

    Merahberbintik ataumerah muda

    Lepuh

    Sebagianmemucat

    Nyeri

    Hiperestetik

    Sekitar 21 hari,jaringan parutminimal

    Ketebalanparsialdermal

    Seluruhepidermis,sebagian

    Di atasbendapadat

    Kering,pucat, berlilin

    Sensitifterhadap

    Lama; jaringanparut hipertropikakhir;

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    19/86

    19

    dalam(derajat II)

    dermis,lapisanrambutepidermal

    dan kelenjarkeringatutuh

    panas,kebakaran, jalarancedera

    yang kuat

    Tidak pucat tekanan

    pembentukankontraktur jelas

    Ketebalanpenuh(derajat III)

    Semuayang diatas, danbagian darilemaksubkutan,dapatmengenai

    jaringanikat, otot,tulang

    Kebakaran terus-menerus,listrik,bahankimia, danuap panas

    Kasar,avaskular,retak-retak,kuning pucatsampaicoklat hinggahangus

    Sedikitnyeri

    Tidakberegenerasisendiri,memerlukanpencangkok-an

    Sumber : Hudak & Gallo, 1996.

    Gambar 2.3 Derajat Luka Bakar

    2.2.3 Fase Luka Bakar

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    20/86

    20

    Dalam perjalanan penyakitnya dibedakan menjadi 3 fase pada

    luka bakar, yaitu : fase awal/fase akut/fase syok, fase setelah syok

    berakhir/ fase subakut, dan fase lanjut (Moenadjat, 2003).

    1) Fase awal, fase akut, fase syok

    Pada fase ini terjadi gangguan saluran nafas karena adanya

    cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi, gangguan

    keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis

    yang bersifat sistemik.

    2) Fase setelah syok berakhir/diatasi, fase subakut

    Fase ini berlangsung setelah syok berakhir/dapat diatasi dengan

    permasalahan kehilangan jaringan yang menyebabkan reaksi

    inflamasi, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi

    hipermetabolisme dan proses penutupan luka. Pada fase ini

    berlangsung respon inflamasi sistemik yang mengarah pada

    suatu sindrom disfungsi organ multipel dan sepsis.

    3) Fase lanjut

    Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai

    terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit

    dari luka bakar berupa parut hipertropik, kontraktur, dan

    deformitas terjadi karena kerapuhan jaringan atau organ-organ

    strukturil (Moenadjat, 2003).

    2.2.4 Patofisiologi Luka Bakar

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    21/86

    21

    Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber panas

    pada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi

    elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka

    bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat

    koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa

    saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan

    yang dalam termasuk organ visera dapat mengalami kerusakan

    karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen

    penyebab (burning agent). Nekrosis dan kegagalan organ dapat

    terjadi (Smeltzer, 2002).

    Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan

    permeabilitas meninggi. Sel darah di dalamnya ikut rusak sehingga

    dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan

    edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit.

    Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.

    Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan

    akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang

    terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari

    keropeng luka bakar derajat tiga.

    Bila luka bakar kurang dari 20 % biasanya mekanisme

    kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20

    % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala khas seperti gelisah,

    pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah

    menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-

    pelan maksimal terjadi setelah delapan jam.

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    22/86

    22

    Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan

    terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke

    pembuluh darah, ditandai dengan meningkatnya diuresis

    (Sjamsuhidajat, 2004).

    Anemia

    Luka

    Bakar

    Sel darah

    merah

    Glukogenesis

    Keb O2

    Laju

    metabolik

    Katekolamin

    Vasokontrik

    si

    Hipovolemi

    a

    Kehilangan

    H2O

    CO

    Insufisiensi

    miokard

    Faktor depresan

    miokardSekresi

    adrenal

    Aliran ke

    ginjal

    Aldosteron

    Retensi Na+

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    23/86

    23

    Gambar 2.4 : Patofisologi Luka Bakar (efendy,1999)

    2.2.5 Keparahan Luka Bakar

    1) Luka bakar berat/kritis

    a. Derajat II-III > 40 %

    b. Derajat III pada muka, tangan dan kaki

    c. Adanya trauma pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa

    memperhitungkan luas luka bakar

    d. Luka bakar listrik

    e. Disertai trauma lainnya (misal fraktur iga/lain-lain)

    2) Luka bakar sedang

    a. Derajat II 15-40 %

    b. Derajat III < 10 % kecuali muka, tangan dan kaki

    Aliran ke

    limpa

    Hipoksia

    hepatik

    Gagal hepar

    AsidosisLFG

    Gagal ginjal

    Kehilangan

    K+

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    24/86

    24

    3) Luka bakar ringan

    a. Derajat II < 15 %

    b. Derajat III < 2 %

    Kategori penderita ini ditujukan untuk kepentingan prognosis

    berhubungan dengan angka morbiditas dan mortalitas

    (Moenadjat, 2003).

    2.2.6 Zona Cedera Luka Bakar

    1) Zona koagulasi, yaitu daerah yang mengalami kerusakan

    (koagulasi protein) akibat pengaruh panas.

    2) Zona statis, yaitu daerah yang berada di luar zona koagulasi.

    Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai

    kerusakan trombosit dan lekosit terjadi gangguan perfusi diikuti

    perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal.

    Berlangsung 12-24 jam pasca cedera dan berakhir dengan

    nekrosis jaringan.

    3) Zona hiperemi, yaitu daerah di luar zona statis, reaksi berupa

    vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Tergantung

    keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat

    mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi zona

    kedua bahkan zona pertama (Moenadjat, 2003).

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    25/86

    25

    Gambar 2.5 Zona cedera pada luka bakar (Sumber : Smeltzer&

    Bare, 2002).

    2.2.7 Ukuran Luas Luka Bakar

    1) Rumus Sembilan (Rule of Nines)

    Sembilan merupakan cara menghitung luas daerah yang

    terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam

    kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas

    (Smeltzer, 2002). The rule of nines (Aturan Sembilan) membagi

    bagian tubuh ke dalam kelipatan dari 9%. Bagian kepala

    diperhitungkan sebagai 9% dari LPTT (Luas Permukaan Tubuh

    Total), masing-masing lengan 9%, masing-masing kaki

    18%,trunkus anterior 18%, trunkus posterior 18%, dan perineum

    1%, dengan total 100% (Hudak & Gallo, 1996). Rumus ini

    membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang

    terbakar pada orang dewasa (Sjamsuhidajat, 2004).

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    26/86

    26

    Gambar 2.6 Metode Rule of Nines untuk menentukan persentase

    luas permukaan tubuh yang mengalami cedera luka bakar

    (Sumber : Effendi, 1999).

    2) Metode Lund dan Browder

    Metode yang lebih cepat untuk memperkirakan luas

    permukaan tubuh yang terbakar adalah metode Lund dan

    Browder yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada

    berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan

    berubah menurut pertumbuhan.

    Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang

    sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan

    tubuh untuk bagian-bagian tubuh tersebut (Smeltzer, 2002).

    Penggunaan diagram bagan Lund dan Browder ditujukan untuk

    menentukan keluasan luka bakar yang terjadi pada anak-anak

    dan bayi (Effendi, 1999).

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    27/86

    27

    Gambar 2.7 Digram bagan Lund dan Browder. Metode yang

    digunakan untuk menghitung LPTT luka bakar sesuai golongan

    usia (Sumber : Effendi, 1999).

    Tabel 2.2 Tabel Lund dan Browder

    Bagianyangterbakar

    Lahir 1 tahun 5 tahun 10 tahun 15 tahun Dewasa

    A:Setengahkepala

    9% 8% 6% 5% 4% 3%

    B:Setengahpaha

    23/4% 31/4% 4% 41/4% 4% 43/4%

    C:Setengahtungkaibawah

    2% 2% 2 /4% 3% 3 /4% 3%

    3) Metode Telapak Tangan

    Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar,

    metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka

    bakar adalah metode telapak tangan (palm method). Lebar

    telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan

    tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai

    luas luka bakar (Smeltzer, 2002).

    2.2.8 Fase Penyembuhan Luka Bakar

    1) Fase Inflamasi

    Fase ini berlangsung 3-4 hari pascaluka bakar. Dalam fase

    ini terjadi perubahan vaskular dan proliferasi selular (Effendi,

    1999). Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    28/86

    28

    perdarahan dan tubuh berusaha menghentikannya dengan

    vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang putus

    (retraksi), reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena

    trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan

    bersama jala fibrin terbentuk membekukan darah yang keluar

    dari pembuluh darah, terjadi reaksi inflamasi (Sjamsuhidajat,

    2004).

    Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan

    histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga

    terjadi eksudasi, penyembukan sel radang, disertai vasodilatasi

    setempat menyebabkan edema dan pembengkakan . Tanda

    klinis reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan

    karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor),

    dan pembengkakan (tumor) (Sjamsuhidajat, 2004).

    Aktivitas seluler terjadi pergerakan leukosit menembus

    dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena

    adanya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik

    membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan

    menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri

    (fagositosis). Reaksi pembentukan kolagen baru dipertautkan

    oleh fibrin, mulai timbul epitelisasi (Sjamsuhidajat, 2004).

    2) Fase Fibroblastik (Proliferasi)

    Fase yang dimulai pada hari ke 4-20 pascaluka bakar.

    Pada fase ini timbul sebukan fibroblast membentuk kolagen

    tampak secara klinis sebagai jaringan berwarna kemerahan

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    29/86

    29

    (Effendi, 1999). Fibroblast berasal dari sel mesenkim belum

    berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam

    aminoglisin, dan prolin merupakan bahan dasar kolagen serat

    yang mempertautkan tepi luka (Sjamsuhidajat, 2004).

    Pada fase ini, serat-serat dibentuk dan dihancurkan untuk

    penyesuaian diri dengan tegangan pada luka cenderung

    mengerut. Sifat ini bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast

    menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini,

    kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan normal.

    Pada fase fibroblastik luka dipenuhi sel radang, fibroblast,

    dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan

    permukaan yang berbenjol halus disebut jaringan granulasi.

    Epitel tepi luka terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya

    berpindah mengisi permukaan luka. Proses migrasi terjadi ke

    arah yang lebih rendah atau datar, berhenti setelah epitel

    menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka. Dengan

    tertutupnya permukaan luka, proses fibroblastik dengan

    pembentukan jaringan granulasi berhenti dan mulai proses

    pematangan dalam fase penyudahan (Sjamsuhidajat, 2004).

    3) Fase Maturasi (Penyudahan / Remodelling)

    Pada fase ini terjadi proses pematangan terdiri atas

    penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai

    dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan

    baru terbentuk. Fase ini berlangsung berbulan-bulan dan

    dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap.

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    30/86

    30

    Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi

    abnormal karena proses penyembuhan. Edema dan sel radang

    diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan

    diserap kembali, kolagen berlebih diserap dan sisanya mengerut

    sesuai dengan regangan yang ada. Bentuk akhir dari fase ini

    berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa

    rasa nyeri atau gagal (Sjamsuhidajat, 2004).

    2.2.9 Masalah yang terjadi pada proses penyembuhan luka

    1) Eritema kulit & Edema

    Proses perbaikan jaringan terdiri dari pengontrolan darah

    (hemostasis), mengirim darah, dan sel ke area yang cedera.

    Selama proses hemostasis, pembuluh darah yang cedera

    mengalami konstriksi dan trombosit berkumpul untuk

    menghentikan perdarahan. Jaringan yang rusak dan sel mast

    mensekresi histamin, menyebabkan vasodilatasi kapiler di

    sekitarnya dan mengeluarkan serum sel darah putih kedalam

    jaringan yang rusak sehingga menyebabkan edema dan eritema

    (Potter, 2005).

    2) Bulae

    Pada luka bakar derajat II ditandai dengan adanya bulae.

    Bulae adalah lapisan epidermis yang terlepas dari dasarnya

    (dermis), merupakan proses epidermolisis, disertai akumulasi

    eksudat membentuk suatu gelembung (Moenadjat, 2003).

    3) Nekrosis jaringan

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    31/86

    31

    Nekrosis merupakan hasil akhir perubahan perubahan

    morfologis akibat kerja degradatif progresif enzim yang

    mengindikasikan kematian sel. Ini dapat mengenai kelompok sel

    atau bagian suatu struktur suatu organ (Dorland, 2002).

    4) Granulasi

    Granulasi merupakan pembentukan jaringan pada dasar

    luka menjelang proses penyembuhan. Semakin banyak granulasi

    yang timbul maka luka semakin membaik (Ramali, 2000).

    5) Luka kering

    Pada fase penyembuhan luka kering merupakan hal yang

    sangat biasa, karena terjadi peningkatan vaskulerisasi kelenjar

    sebasea, sekresi berkurang dan keringat juga berkurang. Jadi

    luka kering merupakan tanda tanda luka sudah mulai sembuh

    (Barbara, 1996).

    6) Jaringan parut

    Jaringan parut adalah jaringan dermis dan epidermis berisi

    protein terkoagulasi bersifat progresif (Moenadjat, 2003). Pada

    penyembuhan luka jaringan ikat, hidrofi parut akan timbul bila

    kulit tidak dilengketkan kepada struktur yang ada dibawahnya,

    bila penekanan dilakukan pada jaringan baru yang sehat, parut

    dapat dicegah. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyembuhan luka

    yang sempurna jaringan parut harus minimal (Barbara, 1996).

    3.0.0 Komplikasi Penyembuhan Luka

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    32/86

    32

    Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi

    yang berbeda beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan

    luka yang tidak adekuat, keterlambatan pembentukan jaringan

    granulasi, tidak adanya reepitelisasi dan juga akibat komplikasi post

    operatif dan adanya infeksi.

    Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah hematoma,

    nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar,

    dan juga infeksi luka.(InETNA,2004)

    3.0.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Penyembuhan Luka

    Bakar

    1) Faktor-Faktor Yang Mendukung Penyembuhan Luka

    Bakar

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    33/86

    33

    (Effendi, 1999)

    2) Faktor-Faktor yang Menghambat Penyembuhan

    Luka Bakar

    Higiene

    yang baik

    Balutan yangsesuai

    Kontrol

    infeksi

    Tidak ada

    inkontinensia

    Nutrisi yangadekuat

    Sikap mental

    yang positif

    Penyembuhan

    luka

    Kesehatan

    menyeluruh yang baik

    Pengetahuan

    perawat dan pasien

    Usia (muda)

    Kontrol nyeriPenatalaksanaanluka yang tepat

    Keseimbangan

    istirahat dan latihan

    Kesehatan

    secara umum

    kuran baik

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    34/86

    34

    (Effendi, 1999).

    2.3 Pare (Momordic a Charant ia)

    2.3.1 Sejarah Pare

    Peria atau pare adalah tumbuhan merambat yang berasal dari

    wilayahAsia Tropis,terutama daerahIndia bagian barat, yaitu Assam

    dan Burma. Aanggota suku labu-labuan atauCucurbitaceae ini biasa

    dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan

    pengobatan. Nama Momordicayang melekat padanama binomialnya

    berarti "gigitan" yang menunjukkan pemerian tepi daunnya yang

    bergerigi menyerupai bekas gigitan.(Sudarsono, D. Gunawan, S.

    Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002)

    Peria memiliki banyak nama lokal, di daerah Jawa di sebut

    sebagaiparia, pare, pare pahit, pepareh. DiSumatera,peria dikenal

    dengan namaprieu, fori, pepare, kambeh, paria.Orang Nusa

    Tenggara menyebutnya paya, truwuk, paitap, paliak, pariak, pania,

    dan pepule, sedangkan di Sulawesi, orang menyebutnya dengan

    Higiene

    kurang baik

    Nutrisi

    kurang baik

    Pemakaian

    alkohol dan rokok

    yang berlebihan

    Sirkulasi

    kurang baik

    Obat-obat tertentu sepertioksitoksik, steroid

    Faktor psikologis;

    takut, stres

    Kurangmobilisasi

    Kondisi

    langsung

    Usia (tua)

    Nyeri

    Penanganan lukakurang tepat

    Penyembuhan

    Luka

    http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_merambathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asia_Tropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Indiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Cucurbitaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Nama_binomialhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumaterahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesihttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumaterahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawahttp://id.wikipedia.org/wiki/Nama_binomialhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cucurbitaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Indiahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asia_Tropis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_merambat
  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    35/86

    35

    poya, pudu, pentu, paria belenggede, serta palia.(Sudarsono, D.

    Gunawan, S. Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002.)

    2.3.2 Taksonomi Pare

    Klasifikasi ilmiah

    Kerajaan : Plantae

    Divisi : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Ordo : Violales

    Famili : Curcubitacea

    Genus : Momordica

    Spesies : M.Charantia

    Nama binomialMomordica charantiaGambar2.8 : Pare

    2.3.3 Kegunaan Pare

    Di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea, dan Cina,

    peria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai obat

    gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat

    pencahar dan perangsang muntah, bahkan telah diekstrak dan

    dikemas dalam kapsul sebagai obat herbal/jamu. Buahnya

    mengandung albuminoid, karbohidrat, dan pigmen.Daunnya

    mengandung momordisina, momordina,carantina,resin,danminyak.

    Sementara itu, akarnya mengandung asam momordial dan asam

    oleanolat, sedangkan bijinya mengandung saponin, alkaloid,

    triterprenoid, dan asam momordial. (Sudarsono, D. Gunawan, S.

    Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002)

    http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tatanama_biologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Jepanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Koreahttp://id.wikipedia.org/wiki/Cinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/wiki/Pigmenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Carantina&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Resin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Minyakhttp://id.wikipedia.org/wiki/Akarhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_momordial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_oleanolat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_oleanolat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saponin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloidhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Triterprenoid&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Triterprenoid&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Alkaloidhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saponin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bijihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_oleanolat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_oleanolat&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Asam_momordial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Akarhttp://id.wikipedia.org/wiki/Minyakhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Resin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Carantina&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Daunhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pigmenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrathttp://id.wikipedia.org/wiki/Cinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Koreahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jepanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Tatanama_biologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah
  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    36/86

    36

    Peria juga dapat merangsang nafsu makan,menyembuhkan

    penyakit kuning,memperlancar pencernaan, dan sebagai obat

    malaria. Selain itu, peria juga mengandung beta-karotena dua kali

    lebih besar daripada brokoli sehingga berpotensi mampu mencegah

    timbulnya penyakit kanker dan mengurangi risiko terkena serangan

    jantung ataupun infeksi virus. Daun peria juga bermanfaat untuk

    menyembuhkanmencret padabayi,membersihkandarah bagi wanita

    yang baru melahirkan, menurunkan demam, mengeluarkan cacing

    kremi,serta dapat menyembuhkanbatuk.Buahnya yang berasa pahit

    biasa diolah sebagai sayur, misalnya pada gado-gado, pecel,

    rendang, atau gulai (Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A.

    Donatus, dan Purnomo. 2002).

    Di Cina peria diolah dengan tausi, tauco, daging sapi, dan cabai

    sehingga rasanya makin enak atau diisi dengan adonan daging dan

    tofu, sedangkan di Jepang peria jadi primadona makanan sehat

    karena diolah menjadi sup,tempura,atauasinan sayuran. Ekstrak biji

    peria selain digunakan sebagai bahan obat, ternyata juga dapat

    digunakan sebagai pembasmi larva alami yang merugikan seperti

    larva Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah

    dengue atau DBD (Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A.

    Donatus, dan Purnomo. 2002).

    2.3.4 Kandungan Kimia Pare

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pencernaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Malariahttp://id.wikipedia.org/wiki/Karotenahttp://id.wikipedia.org/wiki/Brokolihttp://id.wikipedia.org/wiki/Kankerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Mencrethttp://id.wikipedia.org/wiki/Bayihttp://id.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Demamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremihttp://id.wikipedia.org/wiki/Batukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gado-gadohttp://id.wikipedia.org/wiki/Pecelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rendanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Gulaihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tausi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Taucohttp://id.wikipedia.org/wiki/Sapihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cabaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Tofuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tempurahttp://id.wikipedia.org/wiki/Asinanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Larvahttp://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegyptihttp://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegyptihttp://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_denguehttp://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_denguehttp://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_denguehttp://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_denguehttp://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegyptihttp://id.wikipedia.org/wiki/Larvahttp://id.wikipedia.org/wiki/Asinanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tempurahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tofuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cabaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sapihttp://id.wikipedia.org/wiki/Taucohttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tausi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Gulaihttp://id.wikipedia.org/wiki/Rendanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Pecelhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gado-gadohttp://id.wikipedia.org/wiki/Batukhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_kremihttp://id.wikipedia.org/wiki/Demamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bayihttp://id.wikipedia.org/wiki/Mencrethttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Kankerhttp://id.wikipedia.org/wiki/Brokolihttp://id.wikipedia.org/wiki/Karotenahttp://id.wikipedia.org/wiki/Malariahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pencernaan
  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    37/86

    37

    Pada penelitian yang dilakukan oleh Anila dan Vijayalakshmi

    (2000), salah satu kandungan dari pare yang diduga mempunyai

    efek antiinflamasi adalah senyawa flavonoid.

    Buah pare mengandung albuminoid, karbohidrat, zat warna,

    karantin, hydroxytryptamine, vitamin A, B dan C. Per 100 gr bagian

    buah yang dapat dimakan mengandung 29 kilo kalori; 1,1 gr protein;

    0,3 gr lemak; 6,6 gr karbohidrat; 45 mg kalsium; 64 mg fosfor; 1,4 mg

    besi; 180 s.l. nilai vit A; 0,08 mg vit B1; 52 mg vit C dan91,2 gr

    air.Selain itu juga mengandung saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid,

    triterpenoid, momordisin, gliko sida cucurbitacin, charantin, asam b

    utirat, asam palmitat, asam linoleat, dan asam stearat, kandungan

    flavonoid pad buah pare setara dengan fenolik antara 0,12-

    1,08/gram/100gram. Daun pare mengandung momordisina,

    momordina, karantina, resin, asam trikosanik, asam resinat, saponin,

    vitamin A, dan C serta minyak lemak yang terdiri d ari asam oleat,

    asam linoleat, asam stearat d an L.oleostearat.Biji pare mengandung

    saponin, alkanoid, triterpenoid, asam momordial dan

    momordisin.Sedangkan akar pare mengandung asam momordial

    dan asam oleanolat (Subahar TS, 2004).

    2.3.5 Efek Farmakologis Zat Aktif Flavonoid Pada BuahPare

    Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam

    dan tersebar luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan

    adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan peran biologi yang

    sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari jalur shikimate dan

    fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis. Flavonoid

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    38/86

    38

    banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya

    tumbuhan berpembuluh. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua

    bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari,

    nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon

    yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi f lavonoid.

    Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan jalur

    metabolisme asam arachidonat, pembentukan prostaglandin,

    pelepasan histamin, atau aktivitas 'radical scavenging suatu molekul.

    Melalui mekanisme tersebut, sel lebih terlindung dari pengaruh

    negatif, sehingga dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa

    flavonoid yang dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah

    toksifolin, biazilin, haematoksilin, gosipin, prosianidin, nepritin, dan

    lain-lain.

    Gambar 2.9 struktur flavonoid

    2.3.6 Kegunaan flavonoid

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    39/86

    39

    1) Anti-inflamasi

    Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan

    jalur metabolisme asam arachidonat, pembentukan

    prostaglandin, pelepasan histamin, atau aktivitas radical

    scavenging suatu molekul. Melalui mekanisme tersebut, sel lebih

    terlindung dari pengaruh negatif, sehingga dapat meningkatkan

    viabilitas sel. Senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai

    anti-inflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin, gosipin,

    prosianidin, nepritin, dan lain-lain (Lenny, Sofia. 2006).

    2) Anti-tumor/Anti-kanker

    Senyawa isoflavon yang berpotensi sebagai antitumor/antikanker

    adalah genistein yang merupakan isoflavon aglikon (bebas).

    Genistein merupakan salah satu komponen yang banyak terdapat

    pada kedelai dan tempe. Penghambatan sel kanker oleh genistein,

    melalui mekanisme sebagai berikut : (1) penghambatan

    pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal, sel yang terinduksi

    oleh faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker payudara

    yang terinduksi dengan nonil-fenol atau bi-fenol A) yang

    diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran sel,

    khususnya penghambatan pembentukan protein yang

    mengandung tirosin; (2) penghambatan aktivitas enzim DNA

    isomerase II; (3) penghambatan regulasi siklus sel; (4) sifat

    antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat reaktif

    terhadap senyawa radikal bebas; (5) sifat mutagenik pada gen

    endoglin (gen transforman faktor pertumbuhan betha atau TGF).

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    40/86

    40

    Mekanisme tersebut dapat berlangsung apabila konsentrasi

    genestein lebih besar dari 5M(Lenny, Sofia. 2006).

    3) Anti-virus

    Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga

    terjadi melalui penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau

    RNA) dan pada translasi virion atau pembelahan dari poliprotein.

    Percobaan secara klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida

    tersebut berpotensi untuk penyembuhan pada penyakit demam

    yang disebabkan oleh rhinovirus, yaitu dengan cara pemberian

    intravena dan juga terhadap penyakit hepatitis B. Berbagai

    percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver masih terus

    berlangsung (Lenny, Sofia. 2006).

    4) Anti-alergi

    Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut :

    (1) penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel mast, yaitu

    sel yang mengandung granula, histamin, serotonin, dan heparin;

    (2) penghambatan pada enzim oxidative nukleosid-3,5 siklik

    monofast fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca;

    (3) berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein. Senyawa-

    senyawa flavonoid lainnya yang digunakan sebagai anti-allergi

    antara lain terbukronil, proksikromil, dan senyawa kromon ( Lenny,

    Sofia. 2006).

    5) Penyakitkardiovaskuler

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    41/86

    41

    Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran

    darah dan penyakit jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti

    pada aspek berlainan. Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif

    sebagai antioksidan, yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II),

    terbukti berpotensi sebagai anti kotriksi pembuluh darah

    (konsentrasi 5g/ml) dan juga berpotensi menghambat,

    pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan demikian

    isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada

    pembuluh darah. Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan

    darah dan resiko CVD (cardio vascular deseases) banyak

    dihubungkan dengan sifat hipolipidemik dan hipokholesteremik

    senyawa isoflavon (Lenny, Sofia. 2006).

    6) Estrogen dan Osteoporosis

    Pada wanita menjelang menopause, produksi estrogen menurun

    sehingga menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen tidak saja

    berfungsi dalam sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk

    tulang, jantung, dan mungkin juga otak. Dalam melakukan

    kerjanya, estrogen membutuhkan reseptor estrogen (ERs) yang

    dapat on/off di bawah kendali gen pada kromosom yang disebut

    _-ER. Beberapa target organ seperti pertumbuhan dada, tulang,

    dan empedu responsif terhadap _-ER tersebut. Isoflavon,

    khususnya genistein, dapat terikat dengan _-ER. Walaupun

    ikatannya lemah, tetapi dengan -ER mempunyai ikatan sama

    dengan estrogen. Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek

    hormonal, khususnya efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    42/86

    42

    dengan struktur isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi

    equol. Dimana equol mempunyai struktur fenolik yang mirip

    dengan hormon estrogen. Mengingat hormon estrogen

    berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses

    kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat

    berpengaruh terhadap berlangsungnya proses kalsifikasi. Dengan

    kata lain, isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada

    tulang sehingga tulang tetap padat dan masif ( Lenny, Sofia. 2006).

    7) Anti kolesterol

    Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol terbukti tidak saja

    pada hewan percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga

    manusia. Pada penelitian dengan menggunakan tepung kedelai

    sebagai perlakuan, menunjukkan bahwa tidak saja kolesterol yang

    menurun, tetapi juga trigliserida VLDL (very low density lipoprotein)

    dan LDL (low density lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat

    meningkatkan HDL (high density lipoprotein) (Amirthaveni dan

    Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme lain penurunan kolesterol oleh

    isoflavon dijelaskan melalui pengaruh peningkatan katabolisme sel

    lemak untuk pembentukan energi yang berakibat pada penurunan

    kandungan kolesterol ( Lenny, Sofia. 2006).

    2.3.7 Saponin Pada buah Pare

    Saponin merupakan senyawa dalam bentuk glikosida yang

    tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi. Saponin membentuk

    larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap jika

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    43/86

    43

    dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam

    (Harbrone,1996). Saponin merupakan golongan senyawa alam yang

    rumit, yang mempunyai massa dan molekul besar, dengan kegunaan

    luas (Burger et.al,1998) Saponin diberi nama demikian karena

    sifatnya menyerupai sabun Sapo berarti sabun. Saponin adalah

    senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila

    dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba.

    Dikenal juga jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida

    struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai spirotekal. Kedua

    saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter.

    Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam

    suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).

    Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang

    disebabkan karena kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air.

    Secara fisika buih ini timbul karena adanyapenurunan tegangan

    permukaan pada cairan (air). Penurunan tegangan

    permukaandisebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin

    = sapo) yang dapatmengkacaukan iktan hidrogen pada air. Senyawa

    sabun ini biasanya memiliki dua bagianyang tidak sama sifat

    kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun

    yang biasa disebut saponin.Saponin berbeda struktur dengan senywa

    sabun yang ada. Saponin merupakan jenisglikosida. Glikosida adalah

    senyawa yang terdiri daro glikon (Glukosa, fruktosa,dll) danaglikon

    (senyawa bahan aalam lainya). Saponin umumnya berasa pahit dan

    dapatmembentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga

    bersifat beracun untuk beberapahewan berdarah dingin (Najib, 2009).

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    44/86

    44

    Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid

    dan triterpen.Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan

    molekul karbohidrat. Steroidsaponin dihidrolisis menghasilkan suatu

    aglikon yang dikenal sebagai saraponin.

    Saponintriterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul

    karbohidrat. Dihidrolisismenghasilkan suatu aglikon yang disebut

    sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak dihasilkan di dalam

    tumbuhan (Hartono, 2009). Tumbuhan yang mengandung sponin ini

    biasanya memiliki Genus Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae.

    Senywa saponin juga ditemui pada famili

    sapindaceae,curcurbitaceae, dan araliaceae.

    Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi

    pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman

    dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak

    diketahui mungkin sebagai penyimpan karbohidrat atau merupakan

    weste product dan metabolism tumbuh-tumbuhan kemungkinan lain

    adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga.

    Sifat-sifat Saponin :

    a. Mempunyai rasa pahit

    b. Dalam larutan air membentuk busa stabil

    c. Menghemolisa eritrosit

    d. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

    e. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksiteroid

    lainya

    f. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    45/86

    45

    g. Berat molekul relative tinggi dan analisi hanya menghasilkan

    formula empiris yang mendekati

    Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan

    permukaan (Surface tenstn) dengan hidrolisis lengkap akan

    dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (heksosa, pentose,

    dan Saccharic acid) (Kim Nio,1989).

    1) KLASIFIKASI

    Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu

    saponin steroid dan saponin triterpenoid.

    a. Saponin steroid

    tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat.

    Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang

    dikenal sebagai sapogenin.Tipe saponin ini memiliki efek

    antijamur.Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas

    otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi

    dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku

    pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini

    memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari

    metabolisme sekunder tumbuhan.Jembatan ini juga sering

    disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena

    memiliki efek kuat terhadap jantung.

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    46/86

    46

    Gambar 3.0 Struktur Saponin Steroid

    Salah satu contoh saponin jenis ini adalah Asparagosida

    (Asparagus sarmentosus), Senyawa ini terkandung di

    dalamtumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup

    dikawasan hutankering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan

    sebagai obat antinyeri dan rematik oleh orang afrika (Amirt

    Pal,2002).

    Gambar 3.1 Struktur Asparagosida

    b. Saponin triterpenoid

    tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat.

    Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin

    ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat

    http://4.bp.blogspot.com/-5XAtaxsCTvc/ULxDsN8rDeI/AAAAAAAAA7A/1vfh-bCTL2A/s1600/Asparagosida.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-40Vyeogs3es/ULxC3r8OBdI/AAAAAAAAA64/xTBqEuk-3Tk/s1600/Struktur+dasar+steroid.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-5XAtaxsCTvc/ULxDsN8rDeI/AAAAAAAAA7A/1vfh-bCTL2A/s1600/Asparagosida.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-40Vyeogs3es/ULxC3r8OBdI/AAAAAAAAA64/xTBqEuk-3Tk/s1600/Struktur+dasar+steroid.png
  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    47/86

    47

    asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah

    turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).

    Gambar 3.2 Struktur Saponin Triterpenoid

    Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiacosida.

    Senyawa ini terdapat pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh

    didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai sebagai antibiotik

    (Amirt Pal,2002).

    Gambar 3.3 Struktur Asiacosida

    http://4.bp.blogspot.com/-TJvH5XLFzFM/ULxEr0_bcNI/AAAAAAAAA7I/y6jIh3jaALE/s1600/Asiacosida.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-cBH0Ivp8T14/ULxEundrCBI/AAAAAAAAA7Q/kOzuZfai5ss/s1600/Struktur+dasar+triterpen.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-TJvH5XLFzFM/ULxEr0_bcNI/AAAAAAAAA7I/y6jIh3jaALE/s1600/Asiacosida.pnghttp://1.bp.blogspot.com/-cBH0Ivp8T14/ULxEundrCBI/AAAAAAAAA7Q/kOzuZfai5ss/s1600/Struktur+dasar+triterpen.png
  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    48/86

    48

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    3.1 KERANGKA KONSEP

    Keterangan :

    3.1.1 : Variabel yang tidak dilakukan penelitian

    3.1.2 : Variabel yang dilakukan penelitian

    LB

    Inflamasi

    Confounding:

    Nutrisi, hygiene,

    penanganan yang

    tidak te at infeksi

    Pare

    Perawatan

    dengan ekstrak

    Masa inflamasimemendek (4hari)

    Masa InflamasiTetap (3-4 hari)

    Perawatan

    steril Nacl

    Ekstrak Pare :

    Alkaloid,

    triterpenoid,

    Mediator inflamasi :

    Histamin,bradikinin,

    serotonin, sitokinin

    46

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    49/86

    49

    Pada kerangka konsep ini dijelaskan bahwa peniliti ingin melakukan

    penelitian mengenai pengaruh ekstrak buah pare terhadap masa inflamasi

    luka bakar derajat 2 dangkal. Luka bakar derajat 2 dangkal akan

    mengakibatkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan tersebut tubuh

    akan mengakibatkan pembuluh darah yang putus dan tubuh berusaha

    menghentikan dengan vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh darah

    yang putus. setelah itu tubuh akan memicu mediator inflamasi seperti:

    histamin, bradikinin, serotonin, sitokinin. Setelah itu akan terjadi reaksi

    inflamasi. Pada kali ini peneliti mempunyai gagasan baru mengenai ekstrak

    buah pare dalam memperpendek masa inflamasi. Peneliti disini membuat 2

    kelompok yakni kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok

    kontrol dengan perawatan steril menggunakan Nacl sedangkan kelompok

    perlakuan menggunakan ekstrak buah pare. setelah itu peneliti ingin

    mengetahui masa inflamasi dari masing-masing kelompok tersebut. Dari

    kedua kelompok tersebut apakah masa inflamasinya memendek, tetap,

    atau memanjang. Dalam hal ini masa inflamasi dikatakan memendek

    apabila kurang dari 3-4 hari. Masa inflamasi dikatakan tetap apabila masa

    inflamasi dalam nilai normal 3-4 hari. Masa inflamasi dikatakan memanjang

    apabila masa inflamasi lebih dari 4 hari. Pada kerangka konsep tersebut

    terdapat dua variabel yaitu variabel yang dilakukan penelitian dan yang

    tidak dilakukan penelitian. Variabel yang dilakukan penelitian digambarkan

    dengan menggunakan garis tidak putus-putus, sedangkan variabel yang

    tidak dilakukan penelitian digambarkan dengan menggunakan garis putus-

    putus.

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    50/86

    50

    3.2 HIPOTESIS PENELITIAN

    3.2.1 Ho : Tidak ada pengaruh ekstrak buah dalam

    memperpendek masa inflamasi luka bakar derajat 2 dangkal

    3.2.2 Hi : Ada pengaruh ekstrak buah pare dalam

    memperpendek masa inflamasi luka bakar derajat 2 dangkal

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    51/86

    51

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian true eksperimental

    dengan menggunakan hewan coba tikus wistar, untuk membuktikan

    pengaruh ekstrak buah pare dalam memperpendek masa inflamasi luka

    bakar derajat II dangkal pada tikus wistar.

    4.2 Materi Penelitian

    4.2.1 Populasi

    Penelitian ini menggunakan populasi hewan coba tikus wistar yang

    dilakukan pembuatan luka bakar derajat II dangkal menggunakan air

    mendidih (suhu 1000C).

    4.2.2 Sampel

    Sampel akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

    perlakuan dan kelompok kontrol. Pembagian kelompok ini dilakukan

    dengan cara simple random sampling sebagai salah satu syarat

    penelitian jenis True eksperimental . Pada penelitian ini diperlukan

    dua perlakuan dengan perhitungan:

    P ( n1 ) 15

    P adalah jumlah perlakuan dan n adalah banyaknya sampel

    tiap kelompok perlakuan.

    2 ( n1 ) 15

    n1 7,5

    49

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    52/86

    52

    n 8

    Jadi dalam penelitian ini didapatkan jumlah sampel pada tiap

    kelompok perlakuan sebanyak 9, sehingga jumlah sampel secara

    keseluruhan dibutuhkan minimal 18 (Sudigdo, 1995).

    4.2.3 Kriteria Sampel

    Sampel yang ditentukan sebagai subyek penelitian adalah 18 tikus

    wistar yang dibuat luka bakar derajat II dangkal dengan kriteria

    sebagai berikut yaitu :

    1. Usia 3-4 bulan dan berat badan 200 - 250 gram

    2. Jenis kelamin jantan

    3. Sehat ( tidak mengalami gangguan fisik)

    4. Luas luka bakar sama 1x2 cm2

    5. Penyebab luka bakar sama yaitu air mendidih 100 derajat

    celcius

    6. Mendapatkan nutrisi yang sama.

    4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas

    MIPAdan Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas

    Muhammadiyah Malang tahun 2013. Waktu penelitian dari pengajuan

    proposal sampai pembuatan laporan penelitian pada bulan Mei

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    53/86

    53

    4.4 Definisi Operasional

    No Variabel

    Penelitian

    Definisi

    Operasional

    Parameter Hasil

    Ukur

    Skala

    1 Lukabakarderajat IIdangkal

    Luka yangdisebabkan olehkassa steril yangdicelupkan ke dalam

    air mendidih 100Cdan ditempelkan dipunggung tikuswistar sebelahkanan denganukuran 1x2 cm2kurang lebih selama

    30 detik, lalu kassasteril diangkat dankemudian ditunggusampai munculnyabula (6-8 jam) dandikompres dengankassa steril yangdicelupkan pada airdingin steril untukmengurangi derajatluka bakar yanglebih dalam.

    Permukaankulit terlihatmerahberbintikatau lepuhsebagianmemucat

    Luaspermukaan luka 1x2cm2

    Ordinal

    2 Ekstrakpare

    Produk yangdihasilkan oleh hasilolahan dari buahpare melalui metodeekstraksi dinginmenggunakanpelarut etanol

    Cairankental yangberwarna

    Lukadirawatdenganektrakpareyangditeteskanmenggunakan spuittapa jarumsecara

    merata

    Nominal

    3 Masainflamasiluka bakarderajat IIdangkal

    Waktu yangdiperlukan untukmengembalikan kulitdari terjadinyaperubahan warnakemerahan,perubahan massa(nyeri), perubahanpanas, serta nyeriluka bakar derajat IIdangkal mulai dari

    Eritemakulit

    Hari Rasio

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    54/86

    54

    hari pertamadilakukanpembuatan lukasampai dengan kulit

    kembali sepertisemula. Dihitungdengan hitunganhari (3-4 hari) dandifoto setiap harimenggunakankamera sonydengan 12megapixel dan lebardiameter eritema

    4 Perawatanluka bakar

    derajat IIdangkaldenganmenggunakanekstrakpare

    Intervensi pada lukabakar derajat II

    dangkal dibersihkandengan normalsaline 0.9% setelahitu dioleskanekstrakpare secara tipis danmerata kemudian ditutup dengan kassasteril dan dibalutdengan perbandilakukan sehari 3kali setiap pagi,siang, dan sore

    haridi manaperawatan dilakukanpeneliti.

    Luka dalamkeadaan

    tertutupkassa steril

    Lukadirawat

    denganektrakpare yangditaburkansecaratipis danmerata

    Nominal

    5 Perawatansterilmenggunakan nacl

    Suatu tindakan yangdilakukan denganmenggunakan alat,bahan dan teknikmerawat secarasteril denganmemberikan larutannacl yang kemudiandibalutmengguanakankassa

    Alat danbahansterilsertatindakanperawatansecarasteril.

    Alat danbahandisterilkanserta lukabakardirawatdengantekniksteril.

    Nominal

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    55/86

    55

    4.3 Variabel Penelitian

    3.3.1 Variabel Bebas

    Perawatan luka bakar derajat II dangkal menggunakan ektrak pare.

    3.3.2 Variabel Tergantung

    Masa inflamasi luka bakar derajat II dangkal.

    4.4 Instrumen Penelitian

    4.4.1 Hewan coba :Tikus Wistar

    Pada penelitian ini digunakan Tikus wistar karena secara

    anatomis kulit tikus (Rattusnovergicus) tidak berbeda dengan

    hewan coba lainnya seperti mencit, marmut, dan kelinci. Selain itu,

    hewan coba ini memiliki struktur kulit, alat pencernaan, kebutuhan

    nutrisi dan memiliki homeostasis yang serupa dengan manusia

    (Susilawati dalamHandayani,1999).

    4.4.2 Tempat Perawatan Tikus Wistar

    Prinsip kandang tikus laboratorium yaitu ditempatkan pada kotak

    yang mudah disterilkan, mudah dibersihkan, tahan lama, tahan

    digigit dan tidak dapat lepas. Tetapi persyaratan yang paling penting

    adalah persyaratan fisiologis dan tingkah laku yaitu meliputi

    menjaga lingkungan tetap kering dan bersih, suhu memadai, dan

    memberi ruang yang cukup untuk bergerak dengan bebas dalam

    berbagai posisi. Selanjutnya sistem kandang harus dilengkapi

    makanan dan minuman yang mudah dicapai oleh tikus.

    Ukuran kandang yang dianjurkan adalah 900 cm2 untuk

    sepasang tikus bibit, dan 1800 cm2 cukup untuk seekor induk

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    56/86

    56

    dengan anak. Jumlah tikus harus sesuai atau tidak terlalu banyak

    karena bila tikus berdesak-desakan menyebabkan suhu badan

    meningkat di atas normal sehingga dapat mengalami hipertermi.

    Cara membersihkan kandang, yaitu dengan mengganti alas

    misalnya sekam atau serbuk gergaji, sekam diganti 3 hari sekali

    agar tetap kering dan tidak lembab (Smith dan Mangkoewidjojo,

    1988).

    Gambar 4.1 Kandang tikus

    4.4.3 Nutrisi Tikus Wistar

    1) Makanan tikus

    Bahan dasar makanan tikus dapat juga bervariasi misalnya

    protein 20-25%, lemak 5%, pati 5-50%, serat kasar 5%, vitamin

    dan lain-lain. Setiap hari seekor tikus dewasa makan antara 12-

    20 gram makanan. Keperluan mineral dalam makanan tikus

    adalah kalsium 0,5%, fosfor 0,4%, magnesium 400 mg/Kg,

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    57/86

    57

    kalium 0,36%, natrium, tembaga, yodium, besi, mangan, seng

    (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

    2) Minuman tikus

    Tikus minum air lebih banyak sehingga minuman harus

    selalu tersedia, maka dapat digunakan botol yang dipakai untuk

    air minum, air minum setiap hari tikus dewasa minum 20-45 ml

    air (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

    4.4.4 Alat dan Bahan Pembuatan Luka Bakar Derajat II dangkal

    Alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan luka bakar

    derajat II dangkal antara lain 20 ekor tikus wistar, air mendidih

    dengan suhu 100oC, air dingin steril, pisau cukur dan gagangnya,

    penggaris, aquabides, kom steril, pinset anatomis, obat anastesi

    (lidocain ), spuit 5cc dan jarum steril, alkohol 70%, kapas atau

    kassa steril, sarung tangan steril, bengkok, perlak dan alasnya,

    arloji, jas lab ( Oswari, dalam Kristianto 2005).

    4.4.5 Alat dan Bahan Perawatan Luka Bakar Derajat II dangkal

    Alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan luka bakar derajat

    II dangkal antara lain bak instrumen steril, pinset anatomis, spuit 5

    cc dan jarum steril, sarung tangan steril, kassa steril, perlak yang

    dilapisi kain, tas plastik untuk membuang sampah, bengkok, kom

    steril, korentang dan tempatnya, kassa atau perban, plester, gunting

    plester, normal saline 0,9 % ( Oswari, 2000 dalam Kristianto, 2005 ).

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    58/86

    58

    4.4.6 Alat dan Bahan Pembuatan Ekstrak Buah Pare

    Alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan ekstrak buah

    pare antara lain gelas erlemenyer, corong gelas, kertas saring, labu

    evaporator, pendingin spiral / rotary evaporator, selang water pump,

    water pump, water bath, vakum pump, lemari pendingin / freezer,

    pemanas air, botol hasil ekstrak, buah pare, aquades, etanol 90 %

    (Harbrone. J. B, 1987).

    4.5 Prosedur Penelitian

    4.5.1 Prosedur Perawatan Luka Bakar

    1) Perawatan standart menggunakan nacl

    a. Terdapat set perawatan luka yang terdiri dari : bak

    instrumen steril yang didalamnya terdapat kom kecil,

    kassa steril, pinset anatomis, handscoon, gunting.

    b. Cairan NaCl 0,9%

    c. Setelah semua alat siap, cairan nacl dituangkan ke dalam

    kom kecil

    d. Masukkan kassa steril ke dalam kom kecil yang berisi

    cairan nacl 0,9 % lalu peras

    e. Bersihkan luka dengan kassa yang telah dibasahi dengan

    cairan nacl 0,9%

    f. Ambil kassa lain yang telah dibasahi dengan cairan nacl

    0,9% dan diperas lalu dilebarkan dan diletakkan diatas

    luka yang telah diukur lebar dan panjangnya.

    g. Letakkan kembali kassa kering diatas kassa tersebut

    h. Plester sesuai dengan kebutuhan

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    59/86

    59

    2) Perawatan menggunakan ekstrak pare

    a. Terdapat set perawatan luka yang terdiri dari : bak

    instrumen steril yang didalamnya terdapat kom kecil,

    kassa steril, pinset anatomis, handscoon, gunting.

    b. Cairan NaCl 0,9% dan ekstrak pare

    c. Setelah semua alat siap, cairan nacl dan ekstrak pare

    dituangkan ke dalam kom kecil

    d. Masukkan kassa steril ke dalam kom kecil yang berisi

    cairan nacl 0,9 % lalu peras

    e. Bersihkan luka dengan kassa yang telah dibasahi dengan

    cairan nacl 0,9%

    f. Oleskan ekstrak buah pare pada luka tersebut lalu

    berikan kassa yang dilebarkan dan diletakkan diatas luka

    yang telah diukur lebar dan panjangnya.

    g. Letakkan kembali kassa kering diatas kassa tersebut

    h. Plester sesuai dengan kebutuhan

    4.5.2 Prosedur Pembuatan Ekstrak Buah Pare

    Metode yang digunakan untuk pembuatan ekstrak buah pare ini

    adalah menggunakan metode ekstraksi dingin. Ekstraksi buah pare

    merupakan proses pemisahan senyawa-senyawa dari campuran

    bahan-bahan lain dengan menggunakan pelarut etanol 90% karena

    larut dengan air dan dibuat dengan ekstraktor. Pembuatan ekstrak

    buah pare akan mengikuti standart pembuatan ekstrak di

    Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Muhammadiyah

    Malang.

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    60/86

    60

    Buah pare yang digunakan ditimbang terlebih dahulu dan

    didapatakan berat buah pare sebelum dan sesudah dikeringkan

    adalah 1000 gram dan 550 gram. Buah pare mula-mula

    dibersihkan, dicuci dengan air dan dipotong kecil-kecil. Lalu

    dikeringkan dengan cara diletakkan ditempat terbuka dengan

    sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung

    dengan ditutup kain flannel hitam, karena pada pengeringan dengan

    suhu terlalu tinggi akibat terkena sinar matahari secara langsung

    dapat merusak komponen aktif dalam buah pare. Setelah pare

    dikeringkan lalu buah pare dibuat menjadi serbuk menggunakan

    blender atau dengan ditumbuk. Serbuk pare tersebut lalu

    dimaserasi dengan larutan etanol dan dimasukkan ke dalam gelas

    erlemenyer. Hasil yang sudah dimaserasi berupa cairan kecoklatan

    diekstrak menggunakan rotavapor. Cairan yang sudah dimasukkan

    ke dalam rotavapor akan didapat hasil ekstraksi buah pare 100 ml

    dalam bentul larutan kental berwarna kecoklatan.

    4.6 Data yang dikumpulkan

    Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapatkan dengan

    mengambil foto luka bakar bakar menggunakan kamera SONY dengan 12

    megapixel terhadap setiap kelompok. Pengambilan foto dilakukan setiap

    hari saat membersihkan luka dengan cahaya yang cukup dan sama setiap

    hari dengan jarak yang sudah ditentukan. Untuk mengetahui derajat

    inflamasi dilakukan pengolahan data menggunakan software Adode

    Photoshop CS 3. Pada software ini terdapat program RGB (Red Green

    Blue) untuk mengubah foto dari eritema luka menjadi suatu angka.

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    61/86

    61

    Hasilnya nanti akan disamakan dengan foto kulit normal yang akan

    dijadikan patokan sebagai nilai normal.

    4.7 Kerangka Kerja

    Bagan prosedur penelitian

    Analisa Hasil

    Kesimpulan

    Memilih sampel tikus secara Simple Random Sampling

    seban ak 9 ekor sesuai kriteria sam el

    Kelompok 1 Kelompok 2

    Kelompok Perlakuan

    dg ekstrak pare

    Kelompok Kontrol

    NaCl

    Pembuatan luka bakar

    derajat II dangkal Pembuatan luka bakar

    derajat II dangkal

    Perawatan steril dengan

    ekstrak buah pare Perawatan steril dengan Nacl

    Penilaian masa inflamasi luka bakar derajat II dangkal selama perawatan

    Observasi masa inflamasi luka bakar

    derajat II dangkal dengan kamera SONY 12 Megapixel dan

    pengukuran lebar diameter eritema dengan penggaris

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    62/86

    62

    4.8 Analisa Data

    Dari hasil penilaian kesembuhan luka bakar derajat II dangkal yang

    dilakukan dalam penelitian ini didapatkan data lama masa inflamasi dari

    masing-masing kelompok dan data rata-rata lama penyembuhan luka

    bakar derajat II tersebut. Pengujian homogenitas data menggunakan Test

    Levene Variances dengan taraf signifikan 5% dan pengujian kenormalan

    data menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf

    signifikan 5%.

    Uji statistik yang akan digunakan adalah t test Independent dengan

    selang kepercayaan 95% (Sugiyono, 2006). Untuk perhitungannya dengan

    bantuan komputer program SPSS Versi 13 for Windows dengan taraf

    signifikan 5%.

    4.9 Cara Perlakuan pada Hewan Coba / Etika Penelitian

    a. Hewan coba tikus wistar pada penelitian ini tidak dilakukan

    pengekangan (restrain).

    b. Tidak dilakukan pembatasan pakan dan air minum. Tikus wistar diberi

    pakan dan air minum sesuai kebutuhan dengan jenis nutrisi yang

    sama.

    c. Tikus wistar tidak dilakukan pembedahan, tetapi dilakukan pembuatan

    luka bakar derajat II dangkal dengan menggunakan kassa steril yang

    dibasahi dengan air mendidih (suhu 100o C) ditempelkan dengan

    pinset anatomis pada area pembuatan luka bakar yaitu punggung tikus

    sebelah kanan sampai terbentuk bulae (30 detik) kemudian dilakukan

    perawatan luka bakar derajat II dangkal sesuai kelompok.

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    63/86

    63

    d. Untuk menghindari rasa nyeri sebelum dibuat luka bakar derajat II

    dangkal dilakukan anestesi terlebih dahulu dengan lidokain 0.1 cc

    dalam 1 cc aquabides.

    e. Setelah penelitian selesai dilakukan, hewan coba tikus wistar tidak

    dibunuh tetapi dibiarkan hidup dalam kondisi sehat.

    5.0 Jadwal Penelitian

    No Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu

    1. Pengajuan Judul

    2. ACC Judul

    3. Konsul Bab IIV

    4. ACC Bab I-IV

    5. Mendaftar Ujian

    proposal

    6. Mendaftar Tempat

    Ujian

    7. Ujian Proposal

    8. Menyewa Lab

    9. Melakukan Penelitian

    10. Menganalisa Hasil

    11. Menyelesaikan Bab

    V-VII

    12. Mendaftar Ujian

    Skripsi

    13. Ujian Skripsi

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    64/86

    64

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    5.1 Perawatan Luka Bakar Derajat 2 Dangkal Menggunakan Ekstrak Buah

    Pare

    Berdasarkan uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov-

    Smirnov Testdidapatkan hasil bahwa data niliai eritema dan diameter

    eritema berdistribusi normal dengan signifikansi p>0,5. Berdasarkan uji

    homogenitas menggunakan levene variances test didapatkan bahwa data

    memiliki populasi homogen dengan nilai signifikansi p>0,5. Karena data

    memiliki distribusi normal dan populasi yang homogen maka dilanjutkan

    dengan uji t-test independent. Uji t-test independent terhadap nilai eritema

    masing-masing kelompok yang menggunakan ekstrak pare dengan

    kelompok kontrol menggunakan NaCl. Nilai normal eritema kulit tikus yang

    belum dibuat luka bakar derajat 2 dangkal adalah 111 dpi, serta nilai

    eritema awal setelah dibuat luka bakar derajat 2 dangkal adalah 152 dpi.

    Didapatkan perbedaan bermakna nilai eritema pada kelompok ekstrak

    dengan kelompok kontrol NaCl dan Diameter pada Kelompok ekstrak

    dengan kelompok kontrol NaCl dengan nilai signifikansi p=0,000 atau

    terdapat perbedaan bermakna ( p

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    65/86

    65

    Kelompok Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9

    Ekstrak

    110,0

    83

    97,69

    4

    89,30

    584,75

    82,55

    5

    80,33

    3

    76,58

    3

    73,30

    5

    64,02

    7

    NaCl141,9

    72

    126,8

    88

    117,5

    55

    100,1

    11

    94,30

    5

    90,22

    286,5

    84,86

    1

    79,97

    2

    Tabel 5.1 : Rata-rata nilai eritema tiap kelompok Ket : Satuan dpi

    Gambar 5.1 Nilai Eritema Ket : Satuan dpi

    Grafik 5.1dan tabel 5.1 menunujukkan bahwa hasil rata-rata nilai

    eritema masing-masing kelompok yang dilakukan selama 9 hari. Pada

    grafik diatas menunjukkan bahwa penurunan nilai eritema pada kelompok

    ekstrak lebih baik dan stabil. Pada kelompok ekstrak didapatkan bahwa

    pada hari pertama menunjukkan nilai eritema 110,083.Untuk nilai (selisih

    terbesar) pada kelompok ekstrak adalah 12,389 yang terletak diantara hari

    pertama dan hari kedua.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120140

    160

    Hari 0 Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9

    Ekstrak

    NaCl

  • 5/28/2018 proposal 99%.docx

    66/86

    66

    Kelompok Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9

    Ekstrak 1,088 0,777 0,655 0,511 0,411 0,377 0,277 0,233 0,177

    NaCl 1,088 1,077 0,855 0,6 0,588 0,566 0,533 0,525 0,411

    Tabel 5.2 : Diameter Luka Ket : Satuan cm

    Gambar 5.2 Diameter Luka Ket : Satuan cm

    Grafik dan tabel 5.2 menunujukkan dari hasil rata-rata diameter luka

    masing-masing kelompok yang dilakukan selama 9 hari. Pada grafik diatas

    menunjukkan bahwa penurunan nilai diameter luka pada kelompok ekstrak

    lebih baik dan stabil. Pada kelompok ekstrak didapatkan bahwa pada hari

    pertama menunjukkan diameter luka 1,088. Untuk nilai (selisih terbesar)

    pada kelompok ekstrak adalah


Recommended