Prosiding Lokakarya Renstra Multi Pihak Subang

PROSIDING LOKAKARYA PERENCANAAN STRATEGIS MULTI PIHAK PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG

MARET 2006

This publication was produced by Development Alternatives, Inc. for the United States Agency for International Development under Contract No. 497-M-00-05-00005-00

Kredit foto: ESP Subang/ Jawa Barat. Caption: Cagar Alam Gunung Tangkuban Parahu, Subang, Jawa Barat.

PROSIDING LOKAKARYA PERENCANAAN STRATEGIS MULTI PIHAK PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG Title: Prosiding Lokakarya Perencanaan

Strategis Multi Pihak Pengelolaan DAS dan Lingkungan Hidup Kabupaten Subang

Program, activity, or project number: Environmental Services Program,

DAI Project Number: 5300201.

Strategic objective number: SO No. 2, Higher Quality Basic Human Services Utilized (BHS).

Sponsoring USAID office and contract number: USAID/Indonesia,

Contract number: 497-M-00-05-00005-00.

Contractor name: DAI. Date of publication: Maret 2006.

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN............................................................................................................... 1

1.1. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................................1 1.2. TUJUAN ......................................................................................................................................................3 1.3. HASIL YANG DIHARAPKAN .......................................................................................................................3 1.4. WAKTU DAN TEMPAT ..............................................................................................................................3 1.5. AGENDA WORKSHOP ..............................................................................................................................4

2. PROSES WORKSHOP PERENCANAAN STRATEGIS MULTI PIHAK PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG ............... 5

2.1. SESSION : PEMBUKAAN.............................................................................................................................5 2.2. SESSION : PRESENTASI 1 ..........................................................................................................................6 2.3. SESSION : PRESENTASI II ............................................................................................................................8 2.4. SESSION : PRESENTASI III ........................................................................................................................ 10 2.5. SESSION : PRESENTASI IV........................................................................................................................ 12 2.6. SESSION : DISKUSI KELOMPOK ............................................................................................................... 19 2.7. SESSION : DISKUSI PLENO ...................................................................................................................... 29 2.8. SESSION : PENUTUPAN DAN PELANTIKAN PENGURUS. ....................................................................... 40

3. PRESENTASI NARA SUMBER....................................................................................... 41 3.1. PENAKSIRAN KEBUTUHAN SECARA PARTISIPATIF OLEH MASYARAKAT DALAM RANGKA

PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP................................................................................ 41 3.2. PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS MASYARAKAT (HULU DAS CIASEM) . 46 3.3. WATERSHED NEEDS ASSESMENT HULU DAS CIASEM DESA CICADAS, KECAMATAN SAGALA

HERANG SUBANG. ................................................................................................................................. 49 3.4. WATERSHED NEEDS ASSESMENT HULU DAS CIPUNAGARA ............................................................. 53 3.5. WATERSHED NEEDS ASESSMENT HILIR DAS CIPUNAGARA DESA MUNDUSARI, KEC.

PAMANUKAN SUBANG. ......................................................................................................................... 57 3.6. WATERSHED NEEDS ASESSMENT HILIR DAS CIASEM DESA TANJUNG TIGA, KEC. BLANAKAN,

SUBANG .................................................................................................................................................. 59 3.7. WATERSHED NEEDS ASESSMENT HILIR DAS CIASEM DESA TANJUNGSARI TIMUR, KEC. CIKAUM,

SUBANG .................................................................................................................................................. 61 3.8. POTRET DAS DAN LINGKNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG “MEMULAI DARI LANGKAH

PERTAMA “ .............................................................................................................................................. 63 3.9. USULAN KERANGKA KERJA MULTI PIHAK ........................................................................................... 67 3.10. MENYOAL ALIH FUNGSI LAHAN, KEKERINGAN, DAN KETAHANAN PANGAN................................. 71 3.11. PENGELOLAAN DAS BERBASIS PARA PIHAK ........................................................................... 78

4. REKOMENDASI ............................................................................................................... 82 5. LAMPIRAN ....................................................................................................................... 83

5.1. PESERTA WORK SHOP PERENCANAN STRATEGIS MULTI PIHAK DALAM PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG........................................................................................ 83

1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Kabupaten Subang memiliki potensi sumber daya alam yang beragam mulai dari wilayah pegunungan yang terdiri dari cagar alam, taman wisata alam, hutan lindung dan hutan produksi terbatas serta perkebunan, wilayah dataran dan wilayah pantai, dengan luas wilayah 205.176,95 ha. Secara administrative wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, Sumedang, Purwakarta, Karawang dan Bandung. Terdapat tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Cipunagara, DAS Ciasem dan DAS Cilamaya. Ketiga DAS tersebut berasal dari sabuk pegunungan utara Jawa Barat,

yaitu : Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Bukit Tunggul dan Gunung Burangrang.

DAS Cipunagara

Kondisi saat ini terjadi kerusakan kawasan hulu (Subang bagian selatan) sebagai akibat kegiatan pengambilan galian C dan perubahan fungsi kawasan lindung dan belum diterapkannya prinsip-prinsip pengelolaan lahan yang ramah lingkungan. Selain itu juga banyak sumber-sumber pencemar baik dari kegiatan industri, rumah tangga atau pertanian yang berdampak pada kwalitas sumber daya air. Kekurangan air terutama dialami oleh masyarkat hilir yang air sungai mereka kotor dan tercemar dimusim kemarau. Sementara pada saat musim hujan, daerah hulu tidak mampu menyerap air hujan sehingga bencana banjir tidak terhindarkan. Upaya memperbaiki lingkungan hidup dan DAS mesti menjadi agenda bersama antara pemerintah Kabupaten Subang, masyarakat, pihak swasta yang didukung seluruh komponen masyarakat seperti kelompok agama, LSM, media, pengusaha dan akademisi. Guna membangun upaya multi pihak yang terpadu dalam perbaikan lingkungan hidup (LH) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Subang telah dilaksanakan workshop multi pihak yang melibatkan lintas sektoral dinas-dinas kabupaten Subang dan dinas terkait tingkat propinsi, sektor swasta, universitas, LSM dan kelompok-kelompok masyarakat. Workshop yang digelar selama dua hari dari tanggal 14-15 Juni 2005 telah menghasilkan pondasi bagi pelaksanaan perencanaan partisipatif pengelolaan LH dan DAS Kabupaten Subang. Hasil pelaksanan work shop tersebut antara lain: Pertama, telah teridentifikasinya stakeholders kunci dalam pengelolaan lingkungan hidup dan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Subang, kedua: telah disepakatinya pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan lingkungan hidup dan Daerah Aliran Sungai Kabupaten Subang, dan ketiga : terbentuknya Tim kerja Ad-hoc.

“SEBUAH HARAPAN” PROSIDING LOKAKARYA PERENCANAAN STRATEGIS MULTI PIHAK PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG

Tim kerja multi pihak ini secara simultan telah melakukan kegiatan penyusunan potret lingkungan hidup dan DAS Kabupaten Subang dengan melakukan“need assessment” dari wilayah sasaran. Secara bersamaan Tim kerja multi pihak mulai melakukan inisiasi kelembagaan multi pihak dengan membangun komunikasi aktif dengan para pihak lainnya seperti swasta, legislative, kelompok agama, kelompok masyarakat hulu dan hilir, pemerintah daerah. Di tingkat kelompok masyarakat dilakukan Participatory Assessment di 14 desa yang dilakukan sendiri oleh kelompok-kelompok masyarakat sebagai hasil dari ToT (training of trainer ) SLA (sustainable livelihood assessment). Hasil assessment ini akan memberikan gambaran terhadap realitas masalah dan kegiatan-kegiatan aksi yang dihasilkan oleh masyarakat sendiri. Hasil-hasil diatas perlu dibahas dan dituangkan dalam program bersama yang disepakati dan diimplementasikan berdasarkan skala prioritas.

Proses pembahsan hasil assesment Pokja

Editor : Saeful B’Zen (Komite DAS Subang). Notulen : Deden Sopian SE. (Komite DAS Subang); Nana Taruna S.Sos (Komite DAS Subang).

ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID 2


1.2. TUJUAN Secara umum yang menjadi tujuan dari pelaksanaan workshop perencanaan strategis multi pihak dalam pengelolaan lingkungan hidup dan DAS Kabupaten Subang adalah untuk melakukan penataan sistem pengelolaan lingkungan hidup dan DAS dengan membangun kelembagaan sebagai media untuk koordinasi bersama. Secara rinci tujuan khusunya adalah sebagai berikut :

1. Membuka ruang komunikasi antar jaringan atau simpul-simpul yang sedang dibangun yaitu : Swasta, eksekutif, legislatif, LSM, kelompok agama, media, kelompok masyarakat hulu dan hilir.

2. Membangun kesamaan persepsi dan kerjasama antar pihak berkepentingan. 3. Menggali dan mengidentifikasi permasalahan bersama. 4. Membangun komitmen dan merumuskan aksi jangka pendek dan jangka

panjang bersama. 5. Menyepakati bentuk kelembagaan pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan

Lingkungan Hidup Kabupaten Subang.

1.3. HASIL YANG DIHARAPKAN Pelaksanaan wokshop perencanaan strategis multi pihak dalam pengelolaan DAS dan lingkungan hidup Kabupaten Subang, diharapkan akan menghasilkan beberapa hal yaitu :

1. Terbangun dan adanya proses komunikasi yang positif antar jaringan atau simpul-simpul para pihak yang sedang dibangun.

2. Terjadinya proses penyamaan visi, persepsi dan pemahaman bersama dalam

menuju pengelolaan DAS dan Lingkungan Hidup Subang. 3. Teridentifikasinya dan Terdokumentasinya permasalahan-permasalahan

dalam pengelolaan DAS dan lingkungan hidup Kabupaten Subang. 4. Terbangunannya proses penggalangan komitmen kerjasama para pihak dalam

menuju pengelolaan DAS dan lingkungan hidup Kab Subang yang multi pihak 5. Terwujudnya satu forum pengelolaan DAS dan lingkungan hidup Kabupaten

Subang berdasarkan kebutuhan dan kemungkinan penyediaan sumber dayanya (personel, sarana, pembiayaan) sebagai sarana komunikasi, koordinasi dan kerjasama para pihak dalam perencanaan, implementasi dan monitoring program.

6. Terwujudnya rencana aksi bersama menuju pengelolaan DAS dan lingkungan hidup multi pihak

1.4. WAKTU DAN TEMPAT Workshop perencanaan strategis multi pihak dalam pengelolaan DAS dan lingkungan hidup Subang dilaksanakan pada tanggal 2-4 Oktober 2005, bertempat di Wisma PKPRI Subang Jl. Arif Rahman hakim no. 28 Subang.



1.5. AGENDA WORKSHOP Agenda workshop perencanaan strategi multi pihak dalam pengelolaan lingkungan hidup dan DAS Kabupaten Subang merupakan agenda lanjutan dari proses inisiasi yang dilakukan oleh Pokja dan masyarakat melalui presentasi dan diskusi kelompok. Kemudian dilakukan perumusan masalah dan rancangan program bersama, dan rencana kerja bersama (jangka pendek) termasuk didalamnya membangun kelembagaan bersama dengan pembahasan mekanismenya. Secara terpisah dilakukan kegiatan operasi semut tentang penanganan sampah yang melibatkan anak sekolah sebagai upaya kampanye penyadaran akan kebersihan sampah. Agenda workshop perencanaan strategis pengelolaan DAS dan lingkungan hidup Kab Subang secara rinci dapat dilihat beikut ini :

Waktu Agenda Nara Sumber Penangung jawab

2 Oktober 2005 08.30 – 09.00 Pembukaan dan key note speaker Komisi B DPRD

Subang MC

09.00 – 09.15 Pembacaan doa Ust Udin 09.15 – 12.15 Presentasi Masyarakat :

1. Hasil participatory assessment 2. Peran strategis masyarakat

dalam pengelolan DAS dan LH 3. Rencana Kerja Pengelolaan

DAS dan LH Subang

Jaringan Masyarakat Hulu-Hilir Kabupaten Subang

Bappeda

13.15 – 16.30 Presentasi Tim Kerja 1. Potret DAS dan LH

Kabupaten Subang Tim Kerja Moderator

2. Hasil need assessment hulu-hilir

Tim Kerja Moderator PDAM

3. Usulan Kerangka Kerja Multi Pihak

Tim Kerja Moderator Perhutani

4. Rencana Kerja Pengelolaan DAS dan LH Subang

Rehat 3 Oktober 2005 08.30 – 10.00 Operasi semut pemungutan dan

pengelolaan sampah di pusat kota Tim lapangan Panitia

10.00 -12.30 Diskusi Kelompok Kelompok 1.

Kerangka Kerja Multi Pihak Fasilitator

Kelompok 2. Rencana Kerja Pengelolaan DAS dan LH Subang

Fasilitator

12.30 -13.30 Ishoma 13.30 – 15.30 Diskusi dan Perumusan Hasil Pleno Fasilitator Rehat 4 Oktober 2005 08.30 -13.00 Diskusi kelompok dan pleno Fasilitator Mekanisme kelembagaan FMP Pemilihan Pengurus FMP 15.30-16.00 Penutupan Sekda Subang Panitia



2. PROSES WORKSHOP PERENCANAAN STRATEGIS MULTI PIHAK PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG

Hari pertama : Minggu,2 Oktober 2005

2.1. SESSION : PEMBUKAAN Waktu 09.00 - 09.15 WIB MC Abdul Arif Sambutan Panitia Didi A. Ismail Keynote speker Agus Maskur (komisi B, DPRD Subang) Pembaca do’a Ust. Udin Proses Pembawa acara mempersilahkan kepada Pak Didi A. Ismail (Panitia),

Pak Agus Maskur (Komisi B DPRD Subang) dan Pak Idham Arsyad (ESP-USAID) untuk menempati tempat duduk didepan, kemudian memberikan sambutan. Acara di buka oleh Agus Maskur (komisi B DPRD Subang)

Catatan penting Legislatif dan eksekutif mendukung kegiatan pengelolaan DAS dan Lingkungan Hidup di Kabupaten Subang.

Pak Didi A. Ismail selaku ketua Pokja adhoch, memaparkan tentang proses pengelolaan DAS dan lingkungan hidup kepada peserta work shop serta menjelaskan tentang tujuan diadakannya workshop yaitu untuk menindaklanjuti amanat yang diberikan kepada pokja untuk memfasilitasi para pihak dalam perbaikan lingkungan hidup dan DAS di Kabupaten Subang. Pokja telah melakukan berbagai rangkaian kegiatan dimulai dari assessment lapangan, membangun simpul stake holder, melakukan kegiatan pokja night dalam membangun visi bersama. Selain itu pokja punya kewajiban untuk mengantarkan terbentuknya forum multi pihak

Pembukaan workshop

sebagai media koordinasi dan belajar bersama dalam perbaiakan lingkungan hidup dan DAS di Kabupaten Subang. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian sambutan dari Pak Agus Maskur yang mewakili legislatif komisi B DPRD Kabupaten Subang dan sekaligus diminta



untuk membuka work shop pada jam 09.10. dalam sambutannya komisi B sangat respon dan mendukung terhadap inisitaif yang para pihak yang telah dilakukan dalam mendorong perbaikan lingkungan hidup. Kemudian pembukaan ditutup dengan pembacaan do’a oleh Ustad Udin.

2.2. SESSION : PRESENTASI 1 Waktu 09.15 - 11.00 WIB Nara Sumber 1. Otum T. (MAPAS)

2. Tacim (MAPAS) 3. Alex Santoso (MAPAS)

Judul makalah Penaksiran kebutuhan secara partisipatif oleh masyarakat dalam rangka pengelolaan DAS dan lingkungan hidup

Moderator Mohammad Irfan Proses Moderator meminta kepada nara sumber yang mewakili mayarakat hulu-

tengah- hilir untuk melakukan presentasi dalam waktu sekitar 15 menit. kemudian dilakukan tanya jawab. Prosesnya terjadi perdebatan panjang antar peserta.

Catatan penting Workshop ini penting untuk pembuktian lapangan dengan dokumentasi presentasi yang disampaikan kepada peserta. Ada usulan agar melakukan tindakan yang nyata seperti penanaman pohon di hulu.

Pemaparan nara sumber :


Kondisi wilayah hulu disampaikan oleh Pak Otum T: Hasil dari penaksiran kebutuhan daerah hulu muncul beberapa masalah seperti pengelolaan air bersih masih banyak yang belum sampai dipermukiman, tidak tersedianya tempat pembuangan sampah, banyaknya MCK terbuka, maraknya galian pasir, penebang liar, pedangkalan sungai, penurunan debit air disumber air, pencemaran air limbah, pengairan tidak teratur serta penggunaan pestisida yang berlebihan. Kondisi wilayah tengah disampaikan oleh

Pak Tacim : Hasil dari penaksiran kebutuhan daerah tengah pada umumnya hampir sama dan saling berkaitan tingkat masalah pokok yaitu kekuangan air, sering terkena bencana alam seperti longsor/erosi. Kondisi wilayah hilir disampaikan oleh Pak Alex : Hasil dari penaksiran kebutuhan daerah hilir dilihat dari tingkat pendidikan rata-rata masyarakat berpendidikan sekolah dasar, kesehatan masyarakat masih rendah, perekonomian rata-rata masyarakat sangat rendah namun gotong royong masyarakat masih tinggi didaerah ini.

Presentasi MAPAS

Pertanyaan / Tanggapan : Badrudin (MAPAS) : Saya dari daerah hulu, akan menanggapi presentasi daerah hulu-tengah- hilir, tentang penggunaan pestisida yang berlebihan, mengusulkan untuk diadakannya pelatihan SL (Sekolah Lapangan) di masyarakat ?


Ade (MAPAS) : Saya ingin menanyakan tentang daerah hulu. mengenai kadar air di hulu zat besinya tinggi tidak layak untuk diminum. PDAM tidak mensuplay air minum sehingga masyarakat menggunakan air kotor. Bagaimana solusinya? Dudi (FOSS): Bertanya kepada Pak Alek, adakah dokumentasi atau gambar-gambar kegiatan di hilir tentang hasil penelitiannya serta kerusakan-kerusakan daerah hilir yang ada kaitannya dengan hulu ? Salim (MAPAS): Saya petani dari hulu, meminta untuk tidak saling menyalahkan antara pengusaha dengan masyarakat. Dan mengklarifikasi tanah milik PTPN VIII. Dan mengomentari tentang sampah didaerah hulu ! Jawaban : Alex (MAPAS): Mohon maaf fotonya belum dicuci. Otum : Saya hanya diminta presentasi saja dan bahan sudah disiapkan oleh panitia work shop Cijengkol. Pak Asep panitia work shop cijengkol, hal-hal teknis harus saling memahami dan menyadari. Jajang (Ds. Cijambe): Dari Cijambe belum masuk, data-data yang umum aja yang disampaikan dalam presentasi ini ? Dudi : Menyarankan kepada para peserta untuk bebas berbicara ! Jaenudin : Saya merasa pesimis karena peserta saling menghujat kemudian menanyakan tentang kontribusi yang jelas bagi pengguna air terutama perusahaan ? Boy : mengingatkan tentang bulan ramadhan untuk saling memaafkan selanjutnya Pak boy memberikan masukan tentang tindakan di lapangan untuk membawa pohon yang akan ditanami di hulu seperti pohon pinus, jati, Mahon, sawo dan lain-lain. Nanang (Patra) : Menanggapi kepada presenter hilir bagaimana solusi dari permasalahan yang terjadi di daerah hilar .



2.3. SESSION : PRESENTASI II Waktu 11.10 -12.00 WIB Nara Sumber Dudi Budiman (MAPAS)

Asep S uherna (MAPAS) Judul makalah Pengelolaan DAS dan Lingkungan hidup berbasis masyarakat Moderator Muhammad Irvan Proses

Masing-masing nara sumber mempresentasikan makalahnya selama 15 menit. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab. Session ini berjalan sampai isoma jam 12.00.

Catatan penting Masyarakat mempunyai peran penting dalam pengelolaan DAS dan lingkungan hidup karena sebagai pelaku langsung di lapangan.

Pemaparan nara sumber : Dudi Budiman : Masyarakat lokal merupakan komunitas yang bertempat tinggal dan hidup berdekatan dengan suber daya alam /air. Pernanan masyarakat lokal dalam pengelolaan DAS dan Lingkungan Hidup ini sebagai berikut : a. Masyarakat memiliki hak yang diakui oleh hukum yang berlaku. b. Masyarakt memiliki latar belakang budaya dan sejarah dalam pengelolaan daerah aliran sungai, sehingga masyarakat memiliki hak akses untuk mengelola Das dan lingkungan hidup. c. Masyarakat memilki pengetahuan lokal unggul, baik dalam pengelolaan DAS maupun lingkungan hidup. Selain itu penting juga dilakukan dalam sebuah organisasi berupa kegiatan yang terprogram dalam kerangka pengelolaan daerah aliran sungai dan pelestarian lingkungan hidup yaitu : Pendidikan atau penambahan pengetahuan tentang kedua issu tersebut, memperbanyak orang/kelompok yang terlibat dalam pengelolaan DAS dan pelestarian lingkungan hidup, membangun jaringan atau rekanan yang mempunyai komitmen yang sama terhadap DAS dan lingkungan hidup, dan memelihara keseimbangan lembaga dengan pola kepemimpinan yang kolektif dengan mengacu pada tata nilai dan budaya masyarakat lokal. Asep Suherna : Lebih banyak menjelaskan latar belakang terbentuknya MAPAS dan menjelaskan beberapa program yang akan diusulkan dalam komite DAS Subang. Ada agenda yang dijelaskan sebagai berikut :

Permasalahan di hulu : Lahan Kritis, kebutuhan air bersih, air pertanian, pencemaran dan sanitasi buruk. Potensi : Jumlah mata air banyak, kawasan hutan dan perkebunan cukup luas, lahan pertanian luas dan SDM banyak (gotong royong). Sedangkan kebutuhannya : pemasangan Pipa, pelebaran jalan, perbaikan MCK, reboisasi dan penghijauan, penembokan lining, pembuatan mercu irigasi, bendungan dan penguatan SDM mengenai ekonomi, pertanian dan kesehatan.

Presentasi MAPAS hulu-hilir Permasalahan di tengah : kekurangan air



untuk lahan pertanian, kerusakan bantaran sungai, pendangkalan sungai, hutan gundul, sanitasi buruk dan kekurangan air bersih. Potensi : perkebunan karet, hutan, lahan pertanian, SDM banyak (gotong royong), perikanan, peternakan, kelompok tani dan majlis ta’lim. Usulan : pembuatan lining di Sungai Curug Agung dan Leuwi Nangka, pengerukan, reboisasi/penghijauan dan pembuatan MCK sehat. Sedangkan permasalahan di hilir : kekurangan air bersih, erosi bantaran sungai, banjir musim hujan, kekeringan di musim kemarau, sanitasi/kesehatan buruk, sampah dan Limbah industri di sungai. Potensinya : Aliran sungai Cipunagara, sungai teknis ciasem, citarum timur, lahan pesawahan yang luas, laut dan empang, perkebunan Rajawali, pertamina dan SDM banyak (gotong royong). Usulan kegiatan : Perbaikan tanggul sungai cipunagara dan ciasem, terpenuhunya kebutuhan air minum masyarakat hilir, pompanisasi dari DAS Cipunagara dan Ciasem untuk petani tadah hujan, penguatan SDM mengenai Kesehatan, pemenuhan sarana kebersihan dan tindakan hukum yang tegas terhadap pencemaran limbah. Pertanyaan / tanggapan : Rodi : Di hulu Cipunagara, saya memberikan masukan dan menginformasikan telah melakukan pembibitan hasil loka karya. Bagaimana penanggulangan sumber air dari hulu terhadap masyarakat tengah dan hilir? Ada instansi yang mengambil rotan dengan legal, bagaimana penanganannya ? dan apa peran Komite DAS Subang ? Tacim : Saya ingin bertanya kepada Pak Dudi, bagaimana keterkaitan masyarakat tengah terhadap makalah Pak Dudi? Jajang : bertanya ke Pak Asep, bagaimana dengan rencana sumber air Curug Sabung yang akan dibawa ke Lembang dan bagaimana tindak lanjutinya? Tardi hartono : Bagaimana langkah kita untuk menyadarkan si perusak lingkungan dan bagaimana upaya hukumnya ? Jawaban : Alex : Penting untuk melakukan sinergitas masyarakat dengan pemerintah. Cakadin (PJT II): Pada tahun 1997 Curug Sabung diambil oleh Kab.Subang kemudian ada komitmen antar Pemda Bandung dan Subang dalam hal pengambilan air Curug Sabung dan ada persetujuan dari masyarakat.



2.4. SESSION : PRESENTASI III Waktu 13.09 – 15.00 WIB Nara Sumber Idham Arsyad (ESP- USAID)

Didi Achmad Ismail (POKJA) Judul makalah Pengelolan DAS Berbasis Para Pihak

Potret DAS dan LH Subang. ”Memulai dengan langkah pertama” Moderator Dadang (Perhutani) Proses

Moderator meminta kepada nara sumber untuk mempresentasikan makalahnya. Selama 15 menit. Dilanjutkan dengan tanya jawab. Pertanyaan terfokus mada model kerangka kerja FMP. Sessi ini berakhir dengan ishoma pada jam 12.00.

Catatan penting Peserta cukup tertarik dengan beberapa model dan kerangka kerja yang dijelaskan dari pengalaman pak Idham di banyak tempat, tentang Forum multi pihak.

Pemaparan: Idham Arsyad (ESP ) : Pengelolaan DAS dan LH berbasis Para pihak, harus menampung berbagai kepentingan mulai dari masyarakat , swasta, pemerintah dan pihak lainnya. Kondisi umum Kabupaten Subang banyak kepentingan, 3 DAS Kabupaten Subang, partisipasi masyarakat belum memadai. Kepemilikin lahan dimana 82 % petani memiliki lahan 0,5 ha. Keterlibatan masyarakat perlu diakui dalam multi pihak (MAPAS), ada program bersama dan wadah para pihak bekerjasama serta bagaimana program bersama tersebut dapat memberi kontribusi ke wilayah atas.

Presentasi ESP -model kerangka FMP Sebagai contoh, Forum DAS Tondano (Instansi pemerintah, jaringan kampung) di Balikpapan ada Badan Pengelola Sungai Wain. Prinsip dasar dari kelembagaan DAS harus efisien, strukturnya ramping. Dasar hukumnya bias berupa PERDA, Keputusan Bupati, ataupun MoU. Salah satu tugas forum DAS yaitu menyusun rencana jangka pendek dan panjang. Ada beberapa desa yang menjadi prioritas. Forum DAS berfungsi juga sebagai wadah untuk memberikan masukan bagi strategi atau arah pembangunan daerah. FMP (forum multi pihak) ini mesti melakukan : Monitoring dan evaluasi menggali sumber-sumber pendanaan alternative. Kedudukan para pihak setara dan semua mempunyai hak suara sama dalam proses multi pihak. Harus bisa membentuk pokja yang bisa implementasi, misalnya pokja rehabilitasi, dimana diterapkan mekanisme yang transparan. Implementasi kegiatan bisa dilakukan oleh siapa aja seperti kelompok masyarakat, LSM, swasta, dinas-dinas tetapi ada koordinasi dengan FMP. Contoh pembiayaan, Ciliwung ratusan milyar setiap tahun tapi hasilnya tidak optimal. Kontribusi hulu hilir, perusahaan hulu dan perusahaan hilir. Model pembiayaan alternatif tidak ada yang baku, harus ada kombinasi dari berbagai model, di Balikpapan 3 milyar pembiayaan FMP dan program aksi melalui APBD , di Sulut melalui APBN, Pembagain sistem



pungutan masuk (TN Bunaken), Fungsi FMP ini untuk menjembatani aspirasi masyarakat, memformulasikan kebijakan hulu hilir. Pusat-pusat rehabilitasi menjadi prioritas. FMP penting sekali untuk melakukan mobilisasi pembiayaan. Didi A. Ismail (Pokja) : Guna merancang gagasan awal pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan perbaikan lingkungan hidup di Kabupaten Subang, pada tanggal 14-15 Juni 2005 dilaksanakan Workshop yang bertempat di aula Pemkab Subang. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Subang dengan ESP-USAID dan secara teknis terlibat Konsorsium Pelestarian Lingkungan Subang (KOPEL-S). Dalam Workshop yang dibuka oleh Bupati Subang dan perwakilan USAID Jawa Barat tersebut menghasilklan Tim Koordinasi dan Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Ad hoc pengelolaan DAS & lingkungan hidup Kabupaten Subang.

Adapaun tugas yang diemban oleh POKJA (Ad hoc) adalah : menyusun rencana kerja pengelolaan DAS & lingkungan hidup dan mendesain kelembagaaan para pihak. Workshop mengamanatkan kepada POKJA (Ad hoc) untuk menyelesaikan tugas-tugasnya selama tiga bulan terhitung mulai dari pembentukannya. Tugas Pokja (Ad Hoc) ini berakhir dalam bentuk Potret Pengelolaan DAS & lingkungan hidup Kabupaten Subang. Pokja berusaha memusatkan perhatian pada tatanan masyarakat madani. didukung dan dikembangkan melalui pendekatan-pendekatan yang sistimatis terencana dan

terfokus. Dalam menjalankan mandatnya Pokja (Ad Hoc) menggunakan beberapa metode pendekatan yang dilakukan, diantaranya : Partisipasi assessment, Focus Group Discussions, Working Group Discussions, Workshop, Survei lapang Dan lain-lain.

Presentasi pokja

Dalam upaya membuat Potret DAS & lingkungan hidup Kabupaten Subang, dirancang beberapa kegiatan. Kegiatan ini didesain dengan melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan DAS & lingkungan hidup Kabupaten Subang. Rinciannya adalah data collection & watershed profile ,Watershed Needs Assessment, Multistakeholders Frame Work Development, Building public & private sector partner, Watershed Working Group reguler meetings , Farmer groups & watershed Working Group discussions dan menyusun Potret DAS & lingkungan hidup Kabupaten Subang Melalui Workshop ini diharapkan banyak mendapatkan masukan-masukan untuk lebih menyempurnakan penulisan Potret DAS & lingkungan hidup Kabupaten Subang. Potret DAS & lingkungan hidup Kabupaten Subang ini tidak terlepas dari : Visi Nasional 2005 – 20025 ; Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis serta aman dan bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi Provinsi Jawa Barat 2001 – 2010 ; Jawa Barat dengan iman dan takwa sebagai provinsi termaju di Indonesia dan mitra terdepan Ibu Kota Negara tahun 2010. Visi Kabupaten Subang 2005 – 2024 ; Terwujudnya Kabupaten Subang sebagai daerah agribisnis, pariwisata dan industri yang berwawasan lingkungan dan religius serta berbudaya melalui pembangunan berbasis gotong royong pada tahun 2024.



Pertanyaaan / tanggapan : Alex : Masyarakat dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan sampai pelaksanaan dan pengawasan DAS dan lingkungan hidup. Sejauh mana hasil komplit dari pengalaman yang pernah dilakukan ? Otum : Penjelasan dalam pengelolaan DAS, apa ada koordinasi dengan BP DAS, program tertuang jenis kegitan DAS apakah ada acuan dari Bappeda atau ada kebijakan lain dalam pengelolaan lingkungan hidup? atau keterakaitannya? Boy : Bagaimana kesadaran masyarakat bisa fokus dalam rehabilitasi, Pernahkah ada kerjasama agar bagaimana lembaga FMP bisa efektif efisien ? Jawaban : Idham: Mekanisme masyarakat harus terlibat dalam setiap rencana pengelolaan dan aplikasi, FMP belum bisa mengakomodir setiap program, tapi ada proses selektif.

2.5. SESSION : PRESENTASI IV Waktu 15.00 - 16.30 WIB Nara Sumber Kosasih Ahmad Rizal (KOPELS)

Deden Sofian (KOPELS) Mohammad Irfan (POKJA) Andrew Stefano (POKJA)

Judul makalah Waterneeds assessment hulu Waterneeds assessment hilir Usulan kerangka FMP Komite DAS Analisis penanganan banjir.

Moderator Dadang (Perhutani) Proses

Moderator meminta kepada nara sumber untuk mempresentasikan makalahnya selama 15 menit. Kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab.

Catatan penting Usulan kerangka kerja FMP oleh POKJA sangat direspon oleh anggota forum, terutama menyangkut struktur organisasinya.

Pemaparan nara sumber : Kosasih AR (Kopels) : Permasalahan yang dihadapi oleh Desa Cicadas (hulu) terutama masalah air adalah sifatnya materi yaitu pipa paralon dalam pendistribusian air untuk masyarakat, serta belum adanya agenda kerja yang terprogram dalam pembangunan desa mengenai pemeliharaan sumber mata air, yang saat ini hanya mampu menggunakan tanpa dilirik pelestarian keberlanjutan sumber mata air. Untuk kebutuhan air minum masyarakat dan keperluan hidup sehari-hari masyarakat menggunakan sumber mata air Cimuja, termasuk digunakan oleh Desa Ciater, Jalan Cagak dan Desa Sagalaherang. Sementara itu Desa Panaruban menggunakan sumber mata air Cikoneng dan Curug Sadim. Untuk kebutuhan pertanian dan perkebunan



masyarakat Desa Cicadas masih menggunakan aliran sungai Cimuja . Masih adanya beberapa warga yang menjarah hutan yang sebenarnya menjadi sumber mata air. Permasalahan lain adalah belum adanya kontribusi nyata dari perusahaan yang menggunakan sumber mata air Cimuja terhadap pelestarian sumber mata air, karena ada perusahaan yang menggunakan sumber mata air PT SIL. Sari Ater, PTPN VIII dan TVRI Gunung Malang.


Potensi Desa Cicadas mempunyai potensi wisata yang cukup baik, dengan visi Desa Cicadas sebagai daerah agrowisata dan home industri yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan dalam suasana lingkungan yang agamis melalui pemberdayaan dan pelayanan prima pada tahun 2006. Kesadaran warga tentang pentingnya kelestarian alam yang menjadi nilai jual namun tak lepas dari budaya masyarakat setempat menjadi wacana yang potensial dalam pelestarian lingkungan. Ini terbukti dengan banyaknya daerah wisata. Saat ini Desa Cicadas mempunyai program pengembangan kawasan Situ Curug Sadim dan Curug Sabuk untuk menjadi objek wisata yang akan kerjasama dengan PTPN. Kemudian potensi lain yang dimiliki Desa Cicadas

Presentasi wilayah hulu

adalah adanya kawasan cagar alam di Dusun Panaruban, terdapat hewan elang jawa yang dijaga kelestariannya berdasarkan Perda no 12 tahun 2001 Untuk kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat Desa Cicadas adalah kebutuhan pipa yang akan menyalurkan air ke masyarakat, karena pipa yang digunakan saat ini sudah rusak. Ada rencana untuk melakukan penghijauan, pemerataan distribusi dan pengelolaan sumbermata air, penanaman pohon produktif disekitar areal sumber mata air yang ada di Cicadas. perlu membangun komunikasi rutin dengan pihak lain untuk bisa melirik pentingnya keberlanjutan Sumber mata air. Perlunya lembaga yang dapat menjalin aspirasi tentang masalah lingkungan hidup khususnya DAS dari warga desa dan kabupaten secara menyeluruh untuk bisa menjadi kekuatan dalam pemeliharaan DAS. Deden Sopian (kopels) : Permasalahan yang dihadapai oleh Desa Mundusari (hilir) terutama masalah air adalah kesulitannya masyarakat dalam mengakses air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan air untuk minum, kebutuhan air untuk mandi dan kebutuhan air untuk mencuci. Untuk kebutuhan air minum masyarakat sebagian besar mendapatkannya dengan cara membeli kepada masyarakat yang memiliki pompa jetpumts seharga Rp.200,-/bok ini terjadi sejak tahun 2000. sebelumnya sekitar tahun 1960an masyarakat mengakses air bersih dengan memamfaatkan sungai teknis Dampayang yang sumber airnya dari sungai Cipunagara dengan cara menyaring air sungai melalui toas/saringan. Untuk kebutuhan pertanian dan perkebunan masyarakat Desa Mundusari masih kesulitan mengakses air, sementara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya menggunakan mesin diesel yang disedot dari sungai Cipunagara dengan resiko menambah kembali biaya produksi untuk pertanian maupun perkebunan. Mengenai perilaku masyarakat sekitar aliran sungai Cipungara khususnya mengenai perilaku kesehatan, masyarakat masih membuang sampah rumah tangga ke sungai dan ada beberapa orang yang membuang ke rawa-rawa. Kemudian


pendidikan masyarakat Desa Mundusari disekitar aliran sungai cipunagara, rata-rata masyarakat berpendidikan terakhir SMP. Desa Mundusari memiliki potensi sumberdaya alam yaitu aliran sungai Cipungara dan sungai teknis Dampyang yang mengairi lahan pertanian dan perkebunan disekitar aliran sungai tersebut. Masyarakatnya sampai saat ini masih menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan gotong royong. Kemudian di desa inipun sudah terbentuk P3Mitra Cai untuk pengelolaan pengairan dari sungai Dampyang. Kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat Desa Mundusari adalah kebutuhan akan air bersih, disamping perbaikan tanggul sungai Cipunagara agar diperluas dan dipondasi untuk menghindari musim hujan. Masyarakat berharap kepada Pemerintah melalui PDAM, agar tahun depan kebutuhan akan air bersih dapat terealisasikan. Permasalahan yang dihadapai oleh Desa Tanjung Tiga (hilir) adalah masalah air masih menjadi kesulitan bagi sebagian besar masyarakat terutama untuk kebutuhan keluarga sehari-hari maupun kebutuhan pengairan bagi pertanian dan perkebunan di sekitar aliran sungai Ciasem. Masyarakat di sekitar aliran sungai Ciasem masih sedikit yang memiliki pompa air sehingga kebutuhan akan air untuk sehari-hari masih numpang kepada keluarga yang memiliki pompa air, perbandingannya bisa mencapai 1 sumur untuk 10 orang. Untuk kebutuhan pertanian di Desa Tanjung Tiga sampai saat ini masih kesulitan, ketika musim hujan tiba sawah kebanjiran sebaliknya kalau kemarau sawah kekeringan, sehingga mayarakat tani menggunakan alat pompa untuk mengairi sawahnya yang diambil dari sungai Ciasem.

Mayarakat disekitar aliran sungai ciasem masih menggunakan sungai sebagai MCK setiap harinya, kemudian tingkat kesadaran akan kebersihan lingkungan masyarakat sekitar masih membuang sampah rumahtangga ke sungai, pernah juga tahun 1990 kedatangan limbah dari desa lain melalui sungai ciasem, sehingga masyarakat pernah terserang penyakit diare dan gatal-gatal.


Desa Tanjung Tiga memiliki potensi sumberdaya alam yaitu aliran sungai Ciasem dan sungai teknis Cimacan untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan di sekitar aliran sungai tersebut. Masyarakat Desa Tanjung Tiga sampai saat ini masih menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan gotong royong melalui perbaikan tanggul setiap tahunnya dengan modal swadaya masayarakat. Potensi hutan yang berada di pinggir pantai milik perhutani dimamfaatkan untuk petani tambak menanam bandeng dan udang

windu walaupun menyewa sebesar Rp.75.000,-/ha. Untuk kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat desa tanjung tiga adalah kebutuhan akan air bersih dari PDAM, kemudian berharap adanya pembuatan klep dari sungai Ciasem untuk mengairi arel pertanian ketika musim kemarau.

Presentasi wilayah hilir


Moh. Irfan (pokja) : Beberapa usulan untuk kelembagaan Forum Multi Pihak ini adalah : dari LSM PATRA

Keterangan Struktur yang di Usulkan Lsm Patra

1. Pelindung oleh unsur Birokrasi 2. Pembina oleh Legislatif 3. Penasehat oleh tokoh masyarakat 4. Badan Pendiri oleh Tim Koordinasi/ Pokja 5. Ketua Umum oleh yang terpilih di pilih oleh semua simpul 6. Sekretaris Umum oleh NGO 7. Bendahara oleh NGO 8. Ketua I wilayah utara yang terpilih pada urutan ke II 9. Ketua II wilayah Tengah yang terpilih pada urutan ke III 10. Ketua III wilayah Selatan yang terpilih pada urutan ke IV 11. Seksi-seksi oleh anggota Simpul-simpul



Kemudian mekanisme kelembagaan usulan Media : 1. Ada koordinator Komite DAS 2. Ada Pegurus Harian oleh Tim Koordinasi dan Kopel-s karena dua lembaga ini yang

mengawal dan memahami dari FMP 3. Ada devisi-devisi 4. Yang masuk di koordinator Komite DAS, devisi-devisi adalah beberapa Simpul FMP. Kemudian usulan dari media dan NGO

Keterangan usulan Media dan NGO untuk Kelembagaan FMP

1. 9 simpul anggota menentukan ketua presedium 2. Pengurus harian diambil dari 9 simpul tersebut 3. Pengurus harian membawahi korbid- korbid

Andrew S (Unsub): Bagaimana menanggulangi banjir dan kekeringan? Secara kuantitatif masalah banjir dan kekeringan terjadi akibat kesenjangan dua hal, yaitu masalah distribusi dan kapasitas (storage). Distribusi hujan yang tidak merata sepanjang tahun cenderung terakumulasi pada waktu yang singkat pada bulan Desember sampai Februari menyebabkan tanah dan tanaman tidak mampu menampung semua volume air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Akibatnya sebagian besar air hujan dialirkan menjadi aliran permukaan sehingga menyebabkan banjir di hilir. Peningkatan volume aliran permukaan ini diperparah dengan terjadinya alih guna lahan dari sawah, hutan, perkebunan ke lahan berpenutup permanen seperti perumahan, pabrik, jalan. Perubahan yang tidak terkendali ini akan menyebabkan volume aliran permukaan meningkat luar biasa dan kecepatan aliran permukaan meningkat secara tajam sehingga daya angkut dan daya kikisnya menjadi luar biasa. Kondisi ini menyebabkan laju erosi, pencucian hara dan penurunan kesuburan tanah semakin cepat. Volume air yang sangat tinggi dengan waktu tempuh yang singkat menyebabkan bahaya banjir di hilir menjadi sangat besar.



Dampaknya terlihat dari penurunan kemampuan tanah memegang air akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang subur, produktivitas tanah merosot dengan cepat, dan kebutuhan pupuk yang terus meningkat sementara kemampuan produksi lahan per satuan luasnya terus menurus. Kondisi ini sangat memberatkan petani, terutama yang berada di lahan kering bagian hulu DAS. Misalnya diperburuk lagi dengan harga komoditas pertanian yang rendah terutama terjadi pada saat panen raya karena sebagian besar masa tanam terkonsentrasi pada musim hujan, sehingga panen pun terjadi

pada selang waktu yang sama. sebabnya mengapa, daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalami kekeringan belakangan ini terus didera kekeringan dan cenderung menjadi daerah endemik kekeringan. Sementara itu, daerah yang sebelumnya endemik kekeringan cenderung meningkat intesitas kekeringannya maupun arealnya.

Presentasi penanganan banjir

Satu pengalaman dari kasus Kali Garang yang merupakan guru yang baik. Pengalaman penanggulangan banjir dan kekeringan di DAS Kali Garang, Semarang hulu yang sebelumnya terkenal sebagai daerah banjir dan kekeringan dapat dijadikan teladan bagaimana menangani banjir dan kekeringan secara utuh. Strategi yang dilakukan sangat sederhana yaitu: menampung kelebihan air hujan dengan membangun dam parit (cannel reservoir) bertingkat (cascade) dan mendistribusikan kelebihan air untuk menekan resiko kekeringan. Kelebihan air yang digunakan pada hamparan di bagian atas, akan ditampung oleh dam parit di bawahnya, untuk selanjutnya didistribusikan ke areal yang memerlukannya. Demikian selanjutnya, untuk kelebihan air pada dam parit kedua akan ditampung dam parit ketiga. Begitu seterusnya, sehingga sebagian besar volume air hujan akan berada dalam waktu yang lebih lama di DAS, dan dengan membangun dam parit dalam bertingkat kita dapat menurunkan lagi erosi dan kecepatan aliran secara signifikan. Konsepsi ini merupakan trancfer skala dan ruang dari konsepsi pendayagunaan sumber daya air di ters sawah yang terintegrasi. Menekan Banjir dan Kekeringan dengan “Channel reservoir”. Meskipun intensitas, frekuensi bajir dan kekeringan di Jakarta dan sebagian besar wilayah Indonesia terus meningkat, namun partisipasi dan tanggung jawab masyarakat untuk antisipasi banjir dan kekeringan masih jauh dari yang diharapkan. Ekspresi sikap apatis, putus asa, apriori merupakan ilustrasi konkret dari respons negatif masyarakat terhadap upaya dan hasil penanggulangan banjir dan kekeringan yang dilakukan oleh permerintah selama ini. Kondisi apriori masyarakat ini menyebabkan upaya penanggulangan banjir dan kekeringan yang dilakukan oleh pemeritah akan kurang efektif dan operasional di lapangan. Apalagi pemerintah masih menggunakan pendekatan klasik parsial, dan serimonial dalam penanggulangan banjir dan kekeringan serta hanya menguntungkan segelintir orang. Sudah bisa diprediksi bahwa pelan tapi pasti upaya penanggulangan banjir dana kekeringan hanya menghabiskan tenaga, waktu dan biaya, tanpa hasil yang memadai.Lalu pertanyaannya: apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menyikapi kondisi masyarakat yang sudah demikian apriori? Mengubah sikap masyarakat yang apriori menjadi aposteriori secara teoritis sangat mudah, namun implementasinya di lapangan sering kali banyak menghadapi kendala.



Pertanyaan / tanggapan Alex : Bagaimana mengangkat persoalan yang ada di masyarakat (hilir) untuk menjadi persoalan dan kebutuhan bersama ? Dudi : Untuk kerangka kerja forum multi pihak ini seolah-olah didorong untuk model presedium. Apa kelebihannya dan kekurangannya ? Tedy ; Bagaimana keberadaan MAPAS dalam Forum ini ? Jawaban : Irfan : Sebenarnya beberapa struktur tadi itu baru berupa usulan, dari berbagai pihak. Jadi bukan sebuah keputusan. Peran masyarakat DAS mungkin bisa menampung MAPAS dan kelompok masyarakat lainnya. Deden : Kondisi dari masyarakat hilir memang sangat memprihatinkan, terutama kekurangan air bersih untuk kehidupan sehari-hari. Kami berharaf forum ini bisa menjadi media untuk menyelesaikan bersama. Acara berakhir, peserta beristirahat, dilanjutkan hari besok.



Hari kedua, senin 3 Oktober 2005.

2.6. SESSION : DISKUSI KELOMPOK Pada hari kedua sesuai jadwal kegiatan, akan dilakukan diskusi kelompok. Diskusi ini dibagi kedalam 2 kelompok, yaitu kelompok I mendiskusikan kerangka kerja Komite DAS. Kelompok II mendiskusikan rencana kerjanya. Proses pembagian kelompok didasarkan pada perimbangan pihak untuk keterwakilan dari setiap pihak. Kelompok I : Kerangka Kerja Komite DAS Waktu 09.00 – 16. 00 WIB Fasilitator Saeful B Notulen Deden Sofian Proses Fasilitator menyampaikan aturan main diskusi kelompok kepada peserta.

Pembahasan kerangka kerja mulai dari visi, misi, prinsif, struktur, kriteria pengurus. Fasilitator melanjutkan kembali diskusi pada jam 13.15. disepakati yang akan menjadi juru bicara adalah Pak.Andrew S.

Catatan penting Komite DAS: Terbuka, transparan, independent,inklusif, kesetaraan, frofesional dan idealis. Prinsif : Demokratis-kerakyatan-tarnsparan, amanah dan tanggungjawab.kesataraan gender. Funsi: fasilitator dan wadah bersama. Struktur Komite DAS: 9 simpul yang duduk di presidium dan adanya Pelaksana Harian.

Jumlah peserta 32 orang Peserta Diskusi kelompok I : Kerangka Kerja Multi Pihak

No Nama Lembaga

1 Abdul Arif Dutha Tani 2. Drs Maksum PATRA 3. Indra Gumilang LAMS 4. Muh Irfan BAPPEDA 5 Abdurachman PDAM 6 Nasarudin PDAM 7 Dudi Budiman MAPAS 8 Suparja Dishutbun Subang 9 Badrudin Pendamping 10 Suhayat KTNA 11 Heryy TS BPLHD Provinsi Jabar 12 Ade Ukandar MAPAS 13 Karnata MAPAS 14 Yay Shabroen PP Muhamadiyah 15 Kang Boy Arindha 16 Wawan Kurnia Poklan 17 Hendi Sukmayandi PSM 18 Ade setiawan MAPAS 19 Ade Saodi MAPAS 20 Radi MAPAS 21 Salim MAPAS



No Nama Lembaga

22 Maman PLH 23 Deden Sofian Dutha tani 24 Agus kartono FPS 25 Kosasih APAS 26 Saeful B’ Zein Pokland 27 Neng Oom Komunitas sehat 28 Dede Komunitas sehat 29 Nanang PATRA 30 Sabrun Muhammadiah 31 Didi A Dishutbun 32 Azis BKSDA

Proses Asep : Meminta untuk memberikan gambaran-gambaran dalam mendiskusikan materi kerangka kerja multi pihak. Didi : Masukan peserta meminta untuk membahas dulu visi-misi Kabupaten Subang dan tujuan jangka pendek menengah kemudian implementasi dan langkah-langkahnya. BOY : Meminta kejelasan pembagian kerja, menyusun dan menentukan kriteria mana yang mau ditentukan dan meminta membentuk dulu kelembagaannya. Maksum : Meminta dibentuk dulu ketua kelompoknya, notulasi siapa bidang di hulu dan di hilir siapa? Peserta meminta dibahas prinsip apa dulu yang ada di kerangka kerja ini. Asep : mengusulkan tentang nyawa kerangka kerja dulu. Badrun : Pemuda muhammadyah mengusulkan harus independen. Dudi: Mengusulkan adanya pengurus harian di FMP yang dikelola oleh manajer. Yayo: meminta untuk di bentuk presidium dan pengurus harian. Idam: mengusulkan untuk merumuskan misi kelembagaan para pihak dulu.



Boy : Mengusulkan dibentuk eksekutif dan legislatif dan mengusulkan kriteria yang ke empat pilihan strukturnya. Dan meminta membentuk koordinator tiga wilayah hulu-tengah dan hilir. Adanya divisi SDA dan Hutan. Wilayah hulu mempunyai lima personal perangkat pengurus. Mekanisme kerja wilayahnya ditentutakan, kemudian siapa yang akan duduk di dewan eksekutif ini. Selanjutnya membentuk visi-misinya. Dudi : Agar dibahas tentang visi dulu. Arif : Mengulas makalah dari pak Didi tentang potret DAS dan LH tentang Visi terwujudnya Kabupaten Subang sebagai daerah agri bisnis pariwisata dan industri yang berwawasan lingkungan dan religius serta berbudaya melalui pembangunan berbasis gotong royong pada tahun 2024. Maksum : LSM Patra, mengusulkan untuk membahas visi-misi yang mengacu pada visi-misi Kab.Subang. Idham : Mengusulkan visi-misinya para pihak. Dudi: Menawarkan visi komite DAS : “MEMELIHARA DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERDASARKAN KEINGINAN RAKYAT YANG BERKESINAMBUNGAN SESUAI ADAT DAN KEPRIBADIANNYA MASYARAKAT SUBANG”. Andrew : Mengusulkan agar visi-misinya singkron dengan visi-misinya Kab. Subang. (DAS-LH dan SUBANG). Arif : Mengusulkan “PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP SUBANG BERBASIS PARA PIHAK MENUJU PEMBANGUNAN KAB SUBANG SEBAGAI DAERAH AGRI BISINIS, PARIWISATA DAN INDUSTRI BERWAWASAN LINGKUNGAN”. Dudi : Mengomentari visi-misinya Kab.Subang tidak pernah maju. Terlalu mengacu kepada sektor pariwisata. Didi : Ungkapan visi harus jelas dan mudah diingat dan visi Kab. Subang harus menjadi acuan agar visi K ab. Subang dapat terealisasi. Dudi : Menolak visi Kab. Subang yang memprioritaskan sektor industri dan mengusulkan agar sektor pertanian yang diprioritaskan. Usulan visinya : ”MEMELIHARA DAN MENJAGA DAS DAN LH BERDASARKAN ADAT ISTIADAT MASYARAKAT SUBANG DENGAN MEMPERHATIAKN SEKTOR PERTANIAN”



PDAM : Dari pengusuha mengusukan adanya resapan air dalam visi. Arif: Mempertegas masukan-masukan visi dari peserta dan diupayakan agar visinya singkron dengan visi Kab. Subang. Idham: Mengusulkan agar visi memiliki legitimasi masyarakat. Indra: Menambah prinsip keterbukaan dan transparan. Keanggotaan untuk tidak tertutup dan memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk masuk forum. Idham : Menambahkan funsi forum mengusulkan kebijakan membuat pogram dan sumber informasi. Dudi : Mengusulkan lembaga aja yang masuk ke forum multi pihak. Boy : Mengusulkan seluruh masyarakat yang peduli seperti hulu-tengah dan hilir dan cenderung keanggotaan person. Untuk presidium kelembagaannya. Untuk jabatan direktur eksekutif agar masyarakat yang duduk. yang dimaksud presidium adalah dewan pembina 9 simpul secara kelembagaan dan eksekutif personnya mengambil dari lembaga tersebut dan mekanismenya direktur dibantu sekum dan bendahara umum dan kebawahnya masing-masing wilayah ada koordinator. Dudi : Pengurus harian dipilih oleh 9 lembaga. Idham : Mengusulkan 3 kriteria : professional, non government dan legitimit. Boy : Untuk pengurus tidak hanya orang Subang. Irfan : Mengusulkan kriteria jangan bias. Jangan diulang-ulang karena akan cape dan lelah. Pak Idam, menceritakan pengalaman di daerah lain tentang orang yang akan duduk di forum ini. Bisa melalui media. Didi: Mengusulkan untuk pengurus harian yaitu dapat dipercaya, mengakar, berorientasi pada masyarakat miskin dan memiliki inisiatif kretifitas dan prakarsa pelayanan dan memiliki kemampuan dan kemandirian dan potensi yang berkelanjutan. Azis : Usulan untuk komposisi dari mapas 6 orang, birokrasi 3 orang, media 1 orang, keagamaan 1 orang, legialatif 1 orang, akademisi 1 orang, NGO 1 orang, komunitas sehat 1 orang, pengusaha 1 orang. Dan tinggal siapa-siapa aja orangnya.



Nanang : Saya ingin bertanya, apakah MAPAS organisasi bukan? Dudi : MAPAS adalah organisasi rakyat dengan perwakilan dari mapas ada 16 orang dan ditegaskan bahwa MAPAS bukan NGO. Sabrun : Simpul keagamaan dan mengklarifikasi bahwa ormas keagamaan juga massanya lebih banyak dibanding organisasi Mapas. Idham : Mengomentari mapas yang lahir dari assesment 7 desa dan berharap tidak menguasai, dan mapas ini belum mewakili semuanya hulu dan hilir dan diharapkan bisa menambah masyarakat hulu dan hilir kedepannya. Hasil Diskusi Kelompok I : Kerangka Kerja Multi Pihak I. VISI KOMITE DAS

Pengelolaan DAS dan LH berbasis para pihak menuju pembangunan Kabupaten Subang sebagai daerah agribisnis, pariwisata dan industri yang berwawasan lingkungan dan religius serta berbudaya melalui pembangunan berbasis gotong royong.

II. MISI

(Dibahas di presidium)

III. KRITERIA KOMITE DAS: a. Terbuka b. Transparan c. Independen d. Inklusif e. Kesetaraan f. Profesional g. Idealis.

IV. PRINSIF :

a. Demokratis b. Kerakyatan c. Transparan d. Amanah, akuntable dan tanggungjawab e. Kesataraan gender.

V. FUNGSI :

a. Memfasilitasi semua pihak dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup dan DAS.

b. Mengusulkan program. c. Membuat kajian dan usulan kebijakan sekaligus menjadi pengawas kebijakan. d. Sumber Informasi.



VI. KEANGGOTAAN KOMITE DAS : a. Simpul Media b. Simpul Masyarakat DAS c. Simpul Akademisi d. Simpul Keagamaan e. Simpul Pengusaha f. Simpul Legislatif g. Simpul Komunitas Sehat h. Simpul Birokrasi i. Simpul NGO.

VII. KOMPOSISI KETERWAKILAN PRESIDIUM :

a. Masyarakat DAS 1 orang b. Birokrasi 1 orang c. Media 1 orang d. Keagamaan 1 orang e. Legislatif 1 orang f. Akademisi 1 orang g. NGO 1 orang h. Komunitas sehat 1 orang i. Pengusaha 1 orang

VIII. STRUKTUR KOMITE DAS SUBANG:

Presidium a. Ketua Umum b. Sekretaris Umum c. Bendahara Umum

Ketua 1 Ketua 2 Ketua 3 Divisi-divisi

IX. KRITERIA PENGURUS HARIAN

a. Profesional b. Anggota c. Usia hak pilih d. Sehat Jasmani Rohani e. Dapat dipercaya masyarakat Refresentatif f. Berorientasi pada masyarakat g. Inisiatif, Kreatifitas dan Prakarsa Pelayanan h. Memiliki kemampuan, kemandirian dan i. keberlanjutan



BAGAN STRUKTUR KOMITE DAS DAN KEWENANGANNYA



Diskusi Kelompok II : Rencana kerja Komite DAS Subang. Waktu 09.00 – 13.45 WIb Nama Kelompok

Kelompok II (Rencana kerja pengelolaan DAS dan Lingkungan Hidup Kabupaten Subang)

Jumlah peserta 28 orang Fasilitator Cece Rahman Notulen Nana Taruna Proses Fasilitator mempersilahkan peserta untuk siap mandu acara. Fasilitator

mempersilahkan untuk peserta untuk mengemukakan beberapa permasalahan dari masing-masing simpul kemukakan permasalahan. Ada 9 permasalahan. Bagian kedua permasalahan tentang ALAM, Ada 14 permasalahan yang dirumuskan. Kemudian merumuskan program kerja ini berdasarkan permasalahan. Ada 9 Program Umum yang dimasukan.

Catatan penting Usulan program lebih banyak muncul dari pihak masyarakat, dan kesiapan swadaya.

Nama peserta diskusi kelompok II

No Nama Lembaga

1 Yayat MAPAS 2 Jajang Karmana MAPAS 3 Dina R MAPAS 4 Nurhayatin MAPAS 5 A Tarmidi MAPAS 6 Otum T MAPAS 7 Rodi Hermawan MAPAS 8 Tacim Rasnadi MAPAS 9 Alex Santoso MAPAS 10 Tedy CS MAPAS 11 Akhmadi MAPAS 12 Ai nuraeni MAPAS 13 Ahmad jaenudin MAPAS 14 Dimas AS BENPAS 15 Masri PJT II 16 Cadin PJT II 17 Suryana DISPERINDAGSAR 18 Rahman BPLHD jabar 19 Asep Suganda DISHUTBUN 20 Evi Sofia FOSS 21 Nana taruna Jaga Buana (KOPELS) 22 Tatang Hidayat ARINDHA 23 Nanang Rohendi PATRA 24 Asep Oman PTPN VIII tambak Sari 25 Dede KOMUNITAS SEHAT 26 Noneng KOMUNITAS SEHAT 27 Mamun Junaedi Masyarakat hulu 28 Lilis Kades Dawuan



Proses Cece rahman (Fasilitator): Permasalahan yang nampak dan yang menjadi dasar apa yang harus kita lakukan. Yang terkait dengan alam sosial ekonomi budaya Antara yang memangku kebijakan dengan warga sanat kontradiktif ada diatu pihak merasa telah dilakukan sosialisasi namun dipihak masyarakat merasa kekurangan. Masri (PJT II) : Sosialisasi tentang kebersihan kurang kesadaran lingkungan, Perbaiki irigasi sanksi yang tidak dilanjuti oleh kewenangan atau sanksi yang tidak jelas , kurang penegakan hukum untuk perusak lingkungan , Kepmen perda telah ada di pemerintahan namun, kurang sosialisasi aturan terhadap masyarakat tetapi PJT II merasa telah melakukan sosialisasi. Rahman (BPLHD) : Apakah pernah sosialisasi, Instansi yang terkait dengan limbah ada laporan masyarakat untuk media ada acara tiap malam sosialisasi tentang aturan tentang lingkungan. Asep Suhanda (Dishutbun) : Sosialisasi daerah atas dan di hilir kecenderungan untuk kesadaran masyarakat masih kurang tingkat pola pikir masyarakat perlu diperhatikan. Jadi point yang penting adalah kurangnya kerjasama dan koordinasi evaluasi sosialisasi aturan terhadap masyarakat. Alex Santoso : Masih ada perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan hidup. PTPG dan perusahaan-perusahaan yang ada di hilir kurang ada kepedulian terhadap lingkungan. Asep Oman (PTPN VIII) : PTPN telah kerjasama dengan masyarakat. Suryana (DISPERINDAGSAR) : 3 bulan sekalli POJ BPLHD BAPEDA mengadakan terjun kelapangan tentang kadar air. Pabrik limbah yang dihasilkan adalah tidak ada unsur pencemar. Solusinya tiap Perusahaan ada rekomendasi dari kecamatan dan masyarakat yang pedulli tentang lingkungan. Rodi Hermawan : Apakah ada privatisasi air menjadi hal yang bisa dijadikan masalah atau tidak, PDAM akan mengelola mata air dan menjual kekabupaten bandung terjadi dicupunagara. Pengambilan air Cikenung akan di ambil dan ada dampak kepertanian namun akan ada imbas kedaerah Subang, namun jika di ambil ke daerah lain Bandung misal akan jadi masalah bagi kita. Baik swasta maupun masyarakat. Otum : Pengambilan lahan untuk pihak lain, penanaman kentang di daerah hulu oleh orang lain dengan status tanah tanah perhutani. Apakah alih pungsi dari lahan hutan ke lahan pertanian. Rahman (BPLHD Propinsi) : Permasalahan hutan mengakibatkan banjir erosi, kerusakan lahan disekitar DAS sampah dan limbah, sedangkan untuk kondisi Subang tidak tahu. Sebenarnya telah dibahas sebelumnya Permasalahan DAS terkait dengan kondisi pantai, air sungai sampai kepantai akan rusak terumbu karang



Cece Rahman : Semua permasalahan akan dipresentasikan dan dibahas dalam pleno Sedangkan untuk program umum adalah Ibu Hajah Neneng (Komunitas Sehat) : Pemanfaatan lahan pekarangan terutama dengan tanaman obat-obatan, juga bisa masuk dalam program umum, namun itu menjadi program yang khusus dan lebih sifatnya spesifik Nanang LSM PATRA : DAM sudah masuk ke pamanukan namun belum ada akses yang cukup bagi warga. Sanitasi termasuk penertiban namun pengelolaan lebih luas dan pengadaan dan distribusi Rahman BPLHD Jabar: Biasanya kegiatan reboisasi untuk lahan masyarakat, dan penghijauan adalah untuk lahan negara Rehabilitasi lahan masyarakat dan lahan negara. Turunannya adalah penghijauan dan reboisasi Cece Rahman : Konservasi perlu dilakukan. Disusun secara rapi program umum. mempersilahkan untuk Cofee Break 15 menit Hasil rumusan kelompok II Rencana kerja pengelolaan DAS dan Lingkungan Hidup Kabupaten Subang Masalah Sumber daya alam . I. KONDISI UMUM SUBANG

Hulu sampai hilir II. PERMASALAHAN

a. Sosial dan ekonomi 1. Kurang kesadaran masyarakat terhadap lingkungan 2. Kurang menguasai teknik dan teknologi dalam pemanfaatan alam 3. Kurang daya beli masyarakat dalam pengadaan sarana kesehatan

masyarakat 4. Kurangnyakerjasama dengan instansi/lembaga terkait. 5. Partisipasi masyarakat terhadap upaya pelestarian DAS masih kurang 6. Peran aktif masyarakat dalam upaya perbaikan lingkungan masih

kurang 7. kurang tegasnya aparat dalam penegakan hukum 8. kurangnya kerjasama dan koordinasi evaluasi sosialisasi aturan

terhadap masyarakat 9. Masih banyaknya perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan

hidup

b. Lingkungan dan alam 1. Hutan yang rusak sekitar 5.700 ha daerah ( Hulu-Hilir ) 2. Akses air bersih ( hulu kurang tengah terbatas hilir kurang ) 3. Air untuk pertanian ( kurang secara kuantitas dan pengelolaan ) 4. Limbah industri dan rumah tangga



5. Kerusakan lahan di sekitar aliaran DAS (erosi, banjir kiriman, penebangan pohon)

6. Rusaknya tanggul untuk menahan air. 7. Adanya penggalian pasir dan batu 8. Pendangkalan sungai 9. Sanitasi 10. Status tanah dimata air 11. Abrasi di hilir 2 kilo dan terjadi intrusi air laut sejauh 10 KM 12. Air pasang yang sudah meninggi 13. Pendangkalan mata air, situ + 32 14. Berkurangnya debit air pada mata air 15. Adanya pengelolaan sumber mata air untuk kepentingan pihak di luar

Kabupaten subang III. PROGRAM UMUM/STRATEGIS

1. Sosialisasi tentang lingkungan hidup 2. Pendidikan dan latihan tentang lingkungan hidup dan DAS 3. Pendidikan dan latihan keterampilan masyarakat DAS dalam meningkatkan

tarap hidup 4. Adanya konsolidasi/pertemuan rutin dari multi pihak 5. Kampanye publik 6. Penyelidikan terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan

hidup dan DAS dari hulu-hilir

7. Kerjasama para pihak 8. Rehabilitasi lahan dan hutan 9. Pengelolaan air bersih dan sanitasi 10. Optimalisasi pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan hidup

dan DAS 11. Kajian kebijakan dan peraturan tentang DAS dan LH 12. Konservasi

2.7. SESSION : DISKUSI PLENO Membahas rencana kerja komite DAS. Waktu 16.00 - 20.00 WIB Fasilitator Indra Gumilang Notulen Deden Proses Disepakati Misi FMP adalah “Pengelolaan DAS dan LH berbasis para

pihak menuju pembangunan kabupaten subang sebagai daerah agri bisnis, pariwisata dan industri yang berwawasan lingkungan dan religius serta berbudaya melalui pembangunan berbasis gotong royong”

Catatan penting Respon forum lebih fokus pada mekanisme kerja komite DAS. Dari pada menyusun rencana kerja komite DAS.



Proses Presentasi Alex secara keseluruhan membahas point-pont penting yang dihasilkan oleh kelompok II Tanggapan Maksum LSM PATRA: Mestinya ada penyempurnaan poin-poin yang dihasilkan oleh kelompok II, karena ada juga kasus yang terjadi di hilir tentang kesalahan teknis pertanian, sehingga ada permainan uang dalam distibusi air pertanian, karena masalah pertanian sering berbenturan dengan peternak bebek, sehingga sering berebutan. Memang sering terjadi abrasi dan Intrusi di pantai, maka harapannya Komite DAS Subang tidak hanya mengurusi masalah aliran sungai saja namun harus juga mengelola tanaman bakau di tepi pantai pantura. Dan saya sepakat dengan pernyataan bahwa Sumber daya air di Kabupaten Subang yang utama adalah warga Subang. Tardi : Untuk daerah hilir memang terjadi penyimpangan distribusi air ketika musim tani tiba dan ketika musim tanam hampir bersamaan tiba. Namun kebutuhan akan air semakin tidak terpenuhi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah erosi DAS Cupunagara terjadi di Kebon Jaya, sehingga mulai musim hujan sering terjadi erosi. Ini akan mungkin untuk diprioritaskan menjadi program umum yang harus dilaksanakan. Ade : Masih ada perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan. Bentuk tim yang mengkomunikasikan kecurangan perusahaan terhadap lingkungan hidup. Alex Santoso : Kurang optimal kepedulian perusahaan, maka perlu dibentuk tim untuk mengelola kontribusii perusahaan yang nyata terhadap lingkungan hidup. Boy : Bukannya jarang perusahaan yang tidak perduli tentang lingkungan hidup, statement saya adalah cukup banyak Perusahaan yang tidak perduli terhadap lingkungan hidup.dan himbauan bagi delegasi yang duduk di Komite DAS Subang agar dirangkum semua permasalahan yang terjadi di ulu dan hilir agar bisa masuk dalam program komite DAS Subang secara detail. Maksum : Agar ada diklat untuk Leader di tingkat desa mengenai Lingkungan hidup. Dan untuk perusahaan yanng tidak peduli dengan lingkungan hidup agar Komite DAS Subang bisa menyusun tim untuk bisa menarik kontribusi keperusahaan yang tidak perduli terhadap lingkungan hidup.



Diskusi pleno lanjutan Pembahasan tentang Mekanisme Organisasi Waktu 20.00 – 01-30 WIB. Peserta 71 orang fasilitator Indra G Notulen Deden Sofian Proses Fasilitator mereview tentang usulan visi yang telah disepakati. Dan misi

disepakati di presidium. Proses diskusi secara sistematis membahas tentang usulan mekanisme organisasi. Diawali dengan pembahasan tentang kriteria Komite DAS dan ada perubahan poin-poin penting yang mesti dirubah. Pak Andrew Stetano kembali presentasi tentang Struktur organisasi. Acara berakhir pada jam 01.30. malam.

Catatan penting Peran masyarakat menginginkan dominan di dalam komite ini. Hal ini cukup mendapat perhatian serius dari birokrasi dan NGO. Dengan prinsip kesetaraan.

Saeful : Kriteria terbuka lebih pada keangotaan dan prinsipnya kerja sama maka tidak menutup kemungkinan ada pihak yang lain bisa masuk. Transparan adalah keterbukaan dalam pengelolaan keuangan dari mana masuk dan pengeluarannya. Independent (dari BOY) artinya bukan dari sepihak tapi bisa berdiri sendiri. Inklusif artinya berlaku untuk siapa saja Kesetaraan (dari PATRA) dari setiap lembaga yang masuk ke Komite DAS Subang harus mempunyai kesamaan keseteraan. Profesionalisme (BOY) memberikan pekerjaan pada ahlinya. Idealis adalah istiqomah dengan tidak kerjasama dengan Private yang lebih menguntungkan nilai uang dan yang akan menyengsarakan rakyat. Jangan sampai Komite DAS Subang jadi kendaraan Politik salah satu pihak. Rodi : Kriteria Komite DAS Subang terbuka tapi mengapa tentang Non Government dalam kriteria pengurus harian. kenapa hal tersebut terjadi tumpang tindih Budiman (DINKES) : Kriteria tentang terbuka artinya setiap organisasi bisa masuk ke dalam Komite DAS Subang kemudian propeesional bahwa semua apa yang dilakukan sesuai norma dan prosedur semua pihak dan pekerjaan sesuai dengan mutu dan kualiatas. Misal ada pencemaran unsur apa yang diperiksa, sampel mana yang diambil, semua perlu langkah dalam kegiatan mesti profesional. Independent kita tidak boleh ketergantungan dengan orang lain. Pemda dan pihak lain dan konsekuensinya kita mesti mandiri, dengan berupaya untuk mandiri dengan mencari sumebr keuangan, dan lembaga donor tidak menitip pesanan yang tidak enak. Pekerjaan yang kita lakukan adalah untuk kepentingan orang banyak. Dan ini sangat mulia. Dilanjutkan dengan prnsip Komite DAS Subang

• demokratis • Kerakyatan • Transparansi • Amanah/akuntable/tanggung jawab • Kesetaraan Gender.

Dudi : Amanah dan kerakyatan sama maka dihilangkan salah satu



Azis : Amanah adalah tata kerja tentang laporan adalah tanggung jawab. Salah satu dihilangkan Maksum : Amanah adalah akuntabillity, amanah dan keduanya dimasukan. Dudi Budiman : Kerakyatan segala keputusan diambil berdasarkan kepentingan rakyat. Kedua pengertian antara amanah dan kerakyatan sama maka dihapus salah satu. Kerakyatan dihilangkan Nanang LSM PATRA : Kenapa rumusan kelompok I belum disepakati. Kerakyatan sifatnya ekslusif dan amanah adalah sesuatu sikap yang akan menentukan keberlanjutan organisasi. Prinsif Komite DAS disepakati yang 5 point disepakati. Fungsi Komite DAS : Fasilitator para pihak, menyambung aspirasi masyarakat, wadah kepentingan para pihak, mengusulkan, membuat kebijakan dan sumber informasi Maksum PATRA : Bertolakbelakangnya tentang independensi dengan wadah kepentingan para pihak, dan ini kontradiktif dengan prinsip indepensi maka perlu adanya penegasan tentang “Kepertingan”. Budiman : Fungsi adalah kata kerja mempasilitasi untuk kebijakan Komite DAS tidak bisa berwenang membuat kebijakan, tapi sekedar advokasi kebijakan untuk mempengaruhi penekanan kebijakan kepada Legislatif agar melakukan keputusan yang tepat. Maka usulannya adalah advokasi kebijakan. Poin 6 lebih baik menjadi sarana informasi. Agus Eko Radar karawang : Point membuat kajian terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan DAS Saeful : Dari diskusi Komite Das lebih mengedepankan budaya hukum, perda sudah banyak persoalannya kenapa peraturan hanya berupa hurup perhurup tidak terlibat dalam pembuatan kebijakan. Dan kita hanya sebagai objek dan Komite DAS Subang bisa mengusulkan inisiatif kebijakan, lewat kajian dan usulan kebijakan. Maksum (LSM PATRA) : Konsisten pemerintah membuat PERDA UU no 10 tahun1994. tentang peran serta warga dalam kesiapan keterlibatan dalam kebijakan. Boy (LSM Arindha) : Komite Das Subang diharapkan bisa berfungsi dengan baik, dan berkaitan dengan kebijakan adalah sebagai sosial kontrol dan Komite DAS sebagai lembaga Sosial Kontrol Azis : Yang pas adalah melakukan usulan kajian dan usulan kebijakan Budiman (Dinas kesehatan) : Advokasi adalah kajian Ilmiah dan merancang draft dan mengusulkan. Fungsi pokok adalah melakukan kontrol supaya hukum bisa dilakukan oleh siapapun. Fasilitator memberikan kemudahan pada mereka untuk bisa mengerti dan memudahkan penyelesaian konflik. ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID 32


Cece rahman : Advokasi kebijakan dari mulai penelitian sampai perumusan. Fasilitator fungsinya mempasiliasi para pihak tentang aspirasi yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan DAS Budiman : Advokasi dilakukan ketika kebijakan belum ada dan pengawasan lebih dilakukan ketika kebijakan yang telah ada Dudi Budiman : Setiap kata fasilitasi para pihak diganti dengan berbagai pihak Nanang : Mempasilitasi / menyambung aspirasi masyarakat kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dan kepedulian DAS dan lingkungan hidup Agus eko (RADAR Karawang ): Mempasilitasi berbagai pihak yang mempunyai kepedulian terhadap Lingkungan Hidup dan DAS Budiman (Dinas Kesehatan): Kalimat demi kalimat sangat sulit untuk disambungkan karena bukan ahlinya. Dan yang penting setiap aspirasi masuk Maksum: Lebih cenderung kepada memfasilitasi semua pihak dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan DAS. Usulan Poin 2 dan 3 dihapus jadi fungsi Komite DAS Subang,

1. Mempasilitasi semua pihak dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan lingkungan Hidup dan DAS

2. Mengusulkan Program

Pandangan tentang sosial kontrol mungkin sudah merupakan fungsi sehari-hari dan tidak mesti tertulis Budiman: Pengawasan paling penting dan perlu dicantumkan hal ini untuk sosial kontrol Kang Boy : Sebagai sosial kontrol memang harus dicantumkan, dan banyak LSM yang berubah haluan, dan sosial kontrol adalah fungsi pokok. Kira-kira modelnya seperti apa, NGO, yayasan Atau apa ? Kontrol sosial menjadi hal yang masih diperdebatkan. Tedy : Sosial kontrol untuk siapa ? Kalau yang dikontrolnya adalah 9 simpul. Dan usulannya adalah tidak dicantumkan. Maksum: Masih ada keterbukaan dan Kontrol sosial kontrol artinya anggota baru mesti tahu dan Control sosial dapat dicantumkan Nanang : Setiap pengelola dan social control sama persis ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID 33


Saeful : Hukum itu dibuat untuk mentertibkan sesuatu. Membuat kajian dan usulan kebijakan sekaligus menjadi pengawas kebijakan. Usulan “Membuat kajian dan usulan kebijakan sekaligus menjadi pengawas kebijakan”. Disepakati sebagai fungsi Komite DAS Subang Budiman : Simpul komunitas sehat diganti dengan simpul Organisasi Profesi Dudi Budiman : Sepakat dengan simpul organisasi Profesi Maksum: Jadi kesepakatan awal Simpul Masyarakat DAS Dudi Budiman : Tidak menutup kemungkinan ada simpul lain yang masuk Indra (Fasilitator) : Tentang keanggotaan berdasarkan simpul yang sudah jadi dan tetap nama Simpul Masyarakat DAS Tedy : Organisasi Profesi muncul komunitas sehat Pembentukan Organisasi MAPAS, dan terpisah dari simpul Masyarakat DAS, jadi simpul tersendiri. Didi A Ismail : Sejak awal jadi kesepakatan proses, kriteria komite adalah terbuka dan MAPAS ini adalah apa ? Dan kalau MAPAS apa Dudi Budiman : MAPAS adalah organisasi masyarakat DAS Didi A Ismail : Oleh karenanya frame MAPAS ditunjukan seperti apa ? Nanang : Tanggapannya masyarakat adalah jaringan apakah yang tidak peduli lingkungan tidak terjaring. Rodi : MAPAS Baru punya nama, dan masyarakat jangan terlalu dipojokkan saking antusiasnya buat kaos sebagai motivasi untuk lebih solid Indra : Apakah Simpul Masyarakat tetap dicantumkan Agus eko: Yang jadi permasalahan adalah Nama Masyarakat Peduli Alam Subang . Dalam perjalanannya adalah adanya perubahan nama Simpul Saeful : 9 simpul siapa yang punya dampak langsung dan tidak langsung terhadap DAS muncul 9



adalah hasil diskusi yang sudah dilakukan . yang terkait langsung dengan DAS dan Lingkungan hidup. Mana yang paling utama dalam keterkaitan dengan DAS Abdul Arif : Mengingatkan besok adalah operasi sampah dan demontrasi dan pengesahan oleh Bupati Subang. Agenda dituntaskan sampai terbentuk kepengurusan Komite Boy Arindha : MAPAS adalah tergabung dengan NGO dan itu harus disikapi dengan sabar. Kepemandu acara adalah mempercepat terbentuknya kepengurusan. Dudi Budiman : Kalau rekan-rekan setuju maka Simpul Mapas jadi Masyarakat DAS Keanggotaan Azis : Memberikan masukan point a, Hulu Hilir Tengah, birokrasi Hulu Pusat dan Daerah, Pusat 1 orang dan 1 orang birokrasi daerah, dan Dudi Budiman : Semua warga sudah masuk dalam MAPAS dan harus bisa menjelaskan kenapa program yang diusulkan Abdul Arif : Wangi harum sama dan MAPAS diinisiasi oleh ESP dan melakukan ToT dan assassment, Proses nya cukup panjang dan tidak bisa dirubah hanya dengan seketika. Saeful : Ini bukan lembaga politis, dasar pikir komposisi belum jelas, kesetaraan orang-orang yang dikasih kepercayaan untuk mengkoordinasikan dengan simpul. Yayo : MAPAS memerlukan waktu terbentuk secara lisan dan disaksikan oleh Bupati Subang dan terbentuk tanggal 25-28 September. Agus Eko: Komposisi keanggotaan adalah wadah Koordinasi organisasi, dan media yang jadi koordinator adalah Kang Dalli, 9 Simpul hanya diwakili oleh 1 orang Ade: MAPAS minta break untuk 10 menit agar bisa mengambil kesepakatan. Idham Arsyad : MAPAS lahir dari ToT jaringan desa organisasi muncul belum lama masih perlu untuk konsolidasi dan perlu adanya kelompok- kelompok lain, dan jangan banyak dulu wakilnya karena perlu memberi ruang untuk bisa masuk organ yang lain. Apakah mapas juga sebagai wadah untuk mengakomodir kelompok lain, tidak. Makanya Jangan terlalu banyak wakil dari MAPAS hal ini akan mengakibatkan ketidak efektifannya organisasi/ Konsorsium. Dudi Budiman : MAPAS minta ijin untuk keluar ruangan ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID 35


Boy Arinda : Memandatkan seorang untuk dewan pembina dan jika kita presidium tidak setuju 1 orang, maka ditunjuk sekarang adalah koordinator Komite DAS SUBANG. Nanang: NGO merasa legowo, maka jika ada kesepakatan Voting jadi setiap simpul 1 Suara. Dan NGO hanya 1 untuk duduk di presidium Agus Eko : Bahas saja Tentang komposisi Komite DAS Didi A Ismail : Setiap simpul punya 1 Hak suara. Dudi Budiman : Tidak sependapat dengan 1 suara. Dalam presidium perlu demokratisasi Indra : Buat Struktur Forum Andrew Stefano : Bagan Struktur Komite das Dan Kewenangannya Kang boy : Yang mengusulkan no 1 Arindha dewan pembina turun menunjuk ketua Umum atau direktur umum . Disamping bendahara dan sekretaris. Turun kepada ketua 1 wliayah hulu, ketua 2 tengah ketua 3 hilir. Sekretaris bendahara turun kepada Divisi sumberdaya air dan Divisi sumber daya hutan .Dan ada sebaliknya ketua umum jika ada pekerjaan maka mesti ada koordinator untuk disampaikan kepada ketua I, II, III Mengingatkan waktu pembahasan adalah struktur organisasi, maka sama semua mekanisme organisasi, maka tawarannya adalah komposisi tentang presidium Agus Eko : Presidium 9 simpul maka simpul diambil 1 orang maka presidium dipilih dan diwakili oleh satu orang. Maka penunjukan . Dilihat dari usulan Kang Boy sepakat 9 pos maka untuk dewan Pembina atau presidium maka diwakili oleh semua yang hadir di workshop. Dan jika voting dikembalikan dan nampaknya ada aksi diam dari MAPAS. Kriteria Pengurus Harian dibahas. Presidium adalah kita semua Peserta Work shop maka rapat presidium harus bisa rapat presidium. Didalam presidium hanya 1 orang dan atau yang mewakili Dan dewan penasehat adalah Bupati . Dan jika 1 orang setiap simpul maka ada 9 orang perwakilan ada nilai demokratis. Rodi : Mengkaji waktu yang lebih efektif seperti apa ? Azis : Birokrasi ada 3. Pusat daerah supaya tidak timpang DAS. isulan kongkrit 2 orang dari Birokrasi. Boy : Kalau disepakati secara administratif dewan pimbana harus personal dan memandatkan 1



orang untuk masing2 simpul. Ada 9 orang dalam dewan pembina. Yang berhak mengganti dan memecat adalah dewan pembina. Dan ini adalah yang berpegang mencari dan untuk kelanjutan organisasi. Dan jika untuk dinotariskan adapun untuk menunjuk ketua Umum, dan jika kita memilih secara langsung Indra : Masing – masing satu orang satu simpul dan dipilih untuk presidium adalah hak dari peserta workshop. Simpul birokrasi kita serahkan kepada Kabupaten subang, Azis : Satu kekhawatiran ada yang menterjemahkan kebijakan konservasi melenceng, misal perda no 12, hanya mau meluruskan saja. Apa ada jaminan bahwa akan hadir ketika rapat presidium Budiman : Pak Azis adalah Koordinator wilayah adalah pemerintah Pusat. Bersedia datang Arif : Kalau keterwakilan Legislatif 1 maka 1 orang dari masyarakat tidak akan mempengaruhi banyak orang, Private sector 1 orang, tetapi kapasitas berbeda maka kemampuan masyarakat menjadi pertimbangan. Sikap menghargai usulan kongkrit dari media tetapi jika kita konsisten terhadap Cara berdemokrasi adalah sepakat apa yang telah diusulkan media. Keterwakilan 1 orang satu simpul. Masyarakat adalah mengikuti dan masyarakat sangat rendah dan bisa lebih mempercayakan kepada yang lebiih tinggi. Abdul arif (fasilitator) : Mengusulkan nama agar di rumuskan pengusulan dan break 10 menit. NGO mengusulkan Break dan acara dilanjut 23.47. Membacakan komposisi 9 simpul adalah satu orang satu simpul maka perwakilan untuk masing-masing simpul perwakilan dalam presidium adalah

1. Simpul Media utusannya (Drs Buchory dari Infokom) 2. Simpul Masyarakat DAS utusannya (Dudi Budiman) 3. Simpul Akademisi utusannya (Andrew Stetano MT) 4. Simpul Keagaaman utusannya (Sabroen) 5. Simpul Private sector utusannya (wawan Subawan S hut) 6. Simpul Legislatif (Masih belum hadir) 7. Simpul komunitas sehat utusannya (Budiman) 8. Simpul birokrasi utusannya (Drs H Bambang Heryanto, Msi) 9. Simpul NGO utusannya (Cece Rahman)

Panitia workshop membacakan nama orang Dan menetapkan 8 orang sebagai perwakilan untuk menjadi Presidium. Usulan lainnya Pokja dibubarkan. Dan 9 simpul agar duduk didepan Mensikapi agar bantuannya untuk bisa mengikat keterwakilan dengan keagamaan Tentang pembubaran pokja. Didi A. Ismail : Pada hari ini selasa pukul 12 .00 saya atas nama POKJA adhoc pengelolaan DAS dan lingkungan hidup menyatakan mengundurkan diri dari tugas pokja. Terimaksih kepada semua



pihak mulai tgl 2 oktober sd 4 oktober 2005 dan mohon maaf atas kesalahan kami. Dan mengucapkan selamat kepada Komite DAS Subang, demi kemaslahatan masyarakat Subang. Terima kasih atas segala sumbangan baik pikiran, tenaga ataupun keringat semua pihak. Assalamu alaikum WR WB Agenda Selanjutnya akan menentukan kepengurusan harian dan mengakomodir dan mendiskusikan Kelompok I dan II. Ini didasarkan kepada struktur Kepengurusan harian Session : Pemilihan Pengurus Komite DAS Subang Arif : Menyerahkan tugas kepada presidium yang telah terpilih Cece rahman (presedium) : Agenda pengurus harian dicalonkan atau mencalonkan Maskur : Ucapan selamat, dari masing-masing simpul mengusulkan kandidatnya. Abdul arif : Simpul menetapkan presidium dan berdasarkan demokrasi Cece : Peserta mencalonkan atau dicalonkan.. Untuk yang pertama siapa yang mengusulkan Ketua pengurus harian Abdul arif: Saya siap mengusulkan menjadi ketua pengurus harian Saeful : Lengkapi dulu aturan mainnya seperti apa? Evi : Mencalonkan Abdul arif sebagai ketua pelaksana harian Salim : Sepakat dengan Ibu Evi mencalonkan Abdul arif sebagai pengurus pelaksana Harian Nanang Patra : Dari NGO sepakat Indra yang menjadi pelaksana harian Alex : Mengusulkan Abdul arif Boy : Akan menjadi Pilot komite DAS Subang adalah yang kecenderungan adalah orang yang sepakat dengan Abdul Arif dan silahkan Indra juga mencalonkan pelaksana harian komite DAS Subang ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID 38


Saeful : Mencalonkan pak Didi Ismail Indra : Lebih sepakat dengan Didi Ismail Cece : Pak Didi dan Arif. Ditanya kesiapannya oleh fasilitator Pemilihan terbuka atau tertutup ? Forum : Pemilihan Tertutup sepakat Saeful : Pengurusan harian adalah orang yang siap mempertanggungjawabkan kepada presidium apakah kepengurusan akan dipilih oleh forum atau presidium dimana peranan presidium Nanang : Pemilihan langsung oleh peserta. Apakah presidium punya hak untuk memilih dan jawabannya siap .Ketua umum akan membentuk sekretaris dan bendahara dan stuktur komite DAS SUBANG Cece : Peserta semua diharap masuk kedalam ruangan. Proses pemilihan akan dimulai sebelumnya dihitung dulu jumlah peserta. Sebanyak 54 Pemilih Hasil pemilihan Abdul Arif 32 Suara Didi Achmad Ismail 22 Suara

Terpilih Abdul arif jam 01.10 WIB dan langsung memberikan sambutan Arif (Ketua PH komite DAS) : Pertanggungjawaban dunia akhirat terima kasih atas dukungan Pak Achamd Didi Ismail. Dan terima kasih Pokja, ESP terimakasih Pak Idham arsyad. Secara geograifis saya tinggal di Karawang namun saya akan bisa tinggal dan diam di Subang. Apapun tugas yang dijalankan akan siap. Selanjutnya pertanggungjawaban siap. Dan almarhumah ibu atas doa dan pengelolaan DAS berbasis para pihak dan semua harus mengakomodir kebanjiran dan kekeringan tidak akan ada. Begitu susah air di hilir dengan berbagai macam persoalan dan tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja semua element terlibat aktip dalam penyelesaian masalah. Terima kasih atas semua dukungannnya. Wasalamua’laikum warahmatullahi wabarokatuh



2.8. SESSION : PENUTUPAN DAN PELANTIKAN PENGURUS.

Sessie penutupan work shop di tutup oleh panitia : (Didi A. Ismail). Selamat dengan atas terpilihnya Abdul Arif sebagai ketua Pelaksana harian dan operasi semut akan ditangguhkan dan pengukuhan oleh Sekda Kabupaten Subang. Saling bermaaf-maafan dan saling bersalaman Acara selesai jam 01.20 WIB. Acara dilanjutkan besok pagi dengan agenda pelantikan pengurus Komite DAS oleh Sekda Kab. Subang. Pada sesie pelantikan yang dilakukan oleh Drs. Bambang (Sekda Subang), memberikan dukungan positip terhadap inisiatif semua pihak dalam perbaiakan lingkungan. Ia pun melakukan dialog dan

mendukung Komite DAS Subang dan berpesan untuk melakukan kegiatan kongkrit yang bersifat pendalaman.

Pelantikan Komite DAS



3. PRESENTASI NARA SUMBER

3.1. PENAKSIRAN KEBUTUHAN SECARA PARTISIPATIF OLEH MASYARAKAT DALAM RANGKA PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP oleh : Alex, Tacim, Otum (MAPAS)

3.1.1. PENDAHULUAN Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciasem terletak di tengah Kabupaten Subang, terbentang dari hulu (Selatan) merupakan kawasan konservasi Cagar Alam Gunung Tangkuban Parahu dan Gunung Burangrang sampai hilir (utara) Teluk Ciasem. DAS Ciasem mempunyai posisi yang sangat vital bagi tatanan kehidupan masyarakat Subang, dari DAS tersebut masyarakat dapat memenuhi kebutuhan air rumah tangga dan pertanian. Telah terjadi penurunan kualitas pada DAS Ciasem dari mulai wilayah hulu dengan penggundulan lahan secara tidak terkendali, pencemaran aliran sungai dengan sampah, dan sebagainya. Di hilir bertambah parah, selain sampah rumah tangga, ditambah limbah industri mengotori aliran sungai, terjadi pendangkalan, banjir di musim hujan dan sangat kekurangan air dimusim kemarau. Akibat dari keadaan tersebut, banyak lahan pertanian produktif tidak terairi dan pada tatanan masyarakat terjadi penurunan kualitas kesehatannya akibat sanitasi yang buruk. Bercermin pada keadaan yang saat ini terjadi, masyarakat DAS (MAPAS) tergugah dari hulu sampai hilir untuk mengetahui akar permasalahan. Untuk hal tersebut dilakukan penggalian masalah oleh masyarakat hulu sampai hilir DAS. Diharapkan dari masalah yang timbul, ada suatu penyelesaian dari semua pihak yang peduli dan berperan serta dalam penyelesaiannya. Masyarakat Peduli Alam Subang (MAPAS) merupakan wadah/jaringan dari masyarakat hulu tengan dan hilir DAS di Kabupaten Subang memiliki tekad dan semangat serta keinginan yang kuat dalam memperbaiki kualitas fisik dan mutu kehidupan, namun keberadaan sumber daya manusia yang sangat kurang serta keterbatasan biaya, MAPAS perlu mendapat sokongan/dukungan dari berbagai pihak baik dari segi moril maupun materil. Maksud dari penafsiran kebutuhan secara partisipatif yaitu untuk mengumpulkan data kongkrit mengenai permasalahan di lingkungan dan masyarakat DAS Ciasem, dengan tujuan untuk diupayakan penyelesaian setiap permasalahan yang ada.

3.1.2. KEADAAN UMUM A. Kodisi Wilayah Hulu. Daerah hulu terdiri dari beberapa Desa, dimana sebagian Desa (7 Desa) telah melakukan penaksiran kebutuhan secara partisipatif oleh masyarakat dalam rangka pengelolaan ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID 41


lingkungan hidup dan Daerah Aliran Sungai. Dari kegiatan-kegiatan dimaksud dirangkum beberapa pokok masalah seperti di wilayah pemukiman seperti pengelolaan air bersih masih banyak yang belum sampai di pemukiman, tidak tersedianya tempat pembuangan sampah bagi sampah/limbah rumah tangga, masih banyaknya MCK terbuka, serta maraknya galian-galian pasir dan batu ditanah milik, maraknya tebangan-tebangan liar dan perambahan lahan sehingga mengakibatkan terjadinya lahan kritis, adanya pendangkalan sungai-sungai akibat erosi, terjadinya penurunan debit-debit air di sumber mata-mata air, pencemaran air akibat limbah pemukiman dan industri dan kerusakan bantaran sungai serta kebocoran lining akibat bangunan kurang permanent, pengairan tidak teratur akibat sistem irigasi yang tradisional, lahan kurang produktif akibat kekurangan air, penggunan pestisida yang berlebihan serta masuknya sampah-sampah sintetis ke areal pertanian.

Keadaan potensi wilayah yang dimiliki wilayah MAPAS hulu antara lain :

1. Sumber Daya Alam. • Kawasan hutan kurang lebih 2.200 ha • Lahan Kritis sekitar 700 ha • Sumber Mata Air.

2. Sumber Daya Manusia. • Petani dan buruh tani 90% • Lain-lain 10% (PNS/ABRI/POLRI/Dagang/Swasta dll)

3. Sosial • Kelompok tani (Pertanian/Perkebunan/Kehutanan) • Majlis Ta’lim. • Karang taruna • PHBM/LMDH

4. Sarana Fisik. • Bangunan sekolah • Puskesmas pembantu • Balai desa • Jalan, dll.

5. Pendapatan • Hasil pertanian (sawah dan darat) • Peternakan • Buruh.

Solusi yang disepakai dari beberapa permasalahan di atas antara lain ; Pipanisasi, Pembangunan MCk, Rehabilitasi Jalan, Penanaman Kayu-kayuan dan buah-buahan (Reboisasi/Penghijauan), pembuatan lining, Daur ulang, pembuatan mercu/irigasi/bendung. Dari solusi-solusi ini sebagian diantaranya dapat dikerjakan secara swadaya oleh masyarakat sendiri, masyarakat dibantu pihak terkait dan atau oleh bantuan murni pemerintah. Salah satu masalah yang mungkin akan dihadapi dalam rangka kegiatan reboisasi adalah status lahan, dimana lahan kritis yang terdapat diwilayah hulu sebagian besar terletak di areal atau dilahan milik HGU PTPN VIII. B. Kondisi Wilayah Tengah. Wilayah tengah merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Subang, dimana kearah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sagalaherang, sebelah utara dengan Kecamatan Cikaum. Corak budaya di wilayah tengah sangat dipengaruhi oleh wilayah Hulu dan hilir, begitu pula dengan keadaan sosial di wilayah tengah. Jika melihat dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciasem, dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Sub DAS Curug Agung dan Sub DAS Leuwi Nagka yang masuk ke wilayah DAS Ciasem mulai dari Desa Jambelaer, Cisampih, Margasari,



Dawuan Kidul, Dawuan Kaler, Manyeti, Batu Sari, Sukasari, Situsari, dan Rawa Lele. Sedangkan Sub DAS Leuwi Nangka terdiri dari Desa Dangdeur, Cidahu, Balimbing, Cidadap, Sumur Gintung, Munjul, Margahayu dan lain-lain. Oleh karena itu tingkat masalah di bidang ekosistem DAS tersebut di atas pada umumnya hamper sama dan saling berkaitan. Tingkat masalah yang paling pokok yang biasanya terjadi di wilayah tengah yaitu kekurangan air, terutama bila di daerah hulu mengalami bencana alam, seperti longsor/erosi di Desa Jambe Laer dampaknya selalu terasa oleh desa-desa yang berada di bawahnya. Berangkat dari masalaha tersebut di atas, kami menghimbau kepada pihak terkait agar dapat mengantisipasi hal-hal tersebut, terutama didahulukan di wilayah hulu / daerah yang lebih tinggi. C. Kondisi wilayah Hilir. Di wilayah hilir terletak atau berada di antara perbatasan Kabupaten Karawang dan Kabupaten Indramayu, sehingga banyak permasalahan yang sangat komplek. Kondisi didaerah Hilir pada umumnya berada didaerah dataran rendah dan daerahnya datar dan pusat titik pertemuan beberapa sungai-sungai antara lain Sungai Ciasem, Cilamaya dan Cupunagara semuanya bermuara di laut.. Sehingga hilir mempunyai banyak muara-muara, seperti Muara Ciasem, Muara Blanakan, Muara pondok Bali yang berada di pesisir Laut Jawa. Di daerah hilir meliputi beberapa kecamatan seperti Kecamatan Blanakan, Ciasem, Pusakanegara, Patok Besi dan Kecamatan Pabuaran dan mempunyai banyak desa-desa. Melihat topografi yang ada di daerah hilir termasuk dataran rendah dan tanah yang labil dan secara geografis sangat strategis karena dilalui jalan besar trans nasional yaitu Jalan Pantura yang merupakan titik tengah sentra bisnis untuk ke Jakarta dan dari Jakarta ke kota-kota di Pulau Jawa antara Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Pulau Bali dan Lombok.

3.1.3. SOSIAL. Karena terletak di Jalan Besar Trans Nasional, yaitu Jalur Pantura maka segi sosial dan budaya sangat berpengaruh terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya berbeda dengan masyarakat hulu dan tengah.

1. Karekter masyarakat di wilayah hilir berwatak sangat keras, karena dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya dan karena berada di daerah sepanjang pesisir pantai utara dan jalan trans nasional.

2. Tingkat kesadaran masyarakat mengenai kekompakan atau gotong royong sudah mulai timbul dengan sendirinya karena dituntut keadaan sekitarnya terjadi proses percepatan pembangunan dan program dari Pemerintah Kabupaten Subang untuk bergotong royong.

3. Tingkat kecemburuan social di masyarakat hilir perbedaannya sangat jauh antara pemodal besar dan pemodal kecil, sehingga menimbulkan kecemburuan sosial.

4. Pendidikan, masyarakat hilir rata-rata memiliki tingkat pendidikan dasar dan menengah karena faktor penghasilan yang tidak merata.

5. Penghasilan masyarakat hilir, antara lain ; Buruh tani, pedagang, petani pemodal serta nelayan, maka diambil garis sampling kurang merata tingkat kecukupannya atau pendapatan perkapitanya, sehingga timbul permasalahan di tengah-tengah masyarakat hilir.

6. Kesehatan, masyarakat hilir masih minim / kurangnya pasilitas sarana kesehatan dan tingkat kesadaran masyarakat yang rendah, sehingga timbul banyak masalah dibidang kesehatan.



3.1.4. BUDAYA. Masyarakat wilayah hilir banyak memiliki beraneka ragam pesona budaya yang sangat mendukung potensi dan jiwa kreasi masyarakat itu sendiri serta asset pemerintah untuk mengembangkan budaya yang ada di Kabupaten Subang antara lain ; Kesenian Gotong Singa, Jaipongan, Kuda Renggong, Wayang Golek dan lain-lain. Dan tidak lepas didaerah hilir karena merupakan trans nasional sehingga budaya dari luar daerah akan masuk dengan sendirinya dan mempengaruhi masyarakat sekitarnya, diantaranya banyaknya warung-warung yang berdiri di sepanjang Jalan Pantura.

3.1.5. PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN Kegiatan penafsiran kebutuhann diawali dengan pelaksanaan ToT oleh masyarakat hulu pada tanggal 31 Juli s.d 7 Agustus 2005. Selanjutnya dilakukan kegiatan penaksirann kebutuhan di 7 desa wilayah hulu DAS Ciasem dan dilakukan pula pada 5 desa wilayah tengah dan hilir. Hasil kegiatan dimaksud dapat dilihat pada table berikut :

Tabel Hasil Kegiatan Penaksiran Kebutuhan Secara Partisipatif pada DAS Ciasem

Uraian Lokasi

Permasalahan Potensi Kebutuhan/ Harapan/Usulan Keterangan

Hulu

a. Lahan Kritis b. Keutuhan air

bersih, air pertanian

c. Pencemaran d. Sanitasi buruk

a. Jumlah Mata Air banyak

b. Kawasan Hutan dan perkebunan cukup luas

c. Lahan Pertanian luas

d. SDM banyak (gotong royong)

a. Pemasangan pipa b. Pelebaran jalan c. Perbaikan MCK d. Reboisasi dan

penghijauan e. Penembokan lining f. Pembuatan mercu

irigasi g. Bendungan h. Penguatan SDM

mengenai ekonomi, pertanian, kesehatan

Desa Sukamandi, Cikujang, Cicadas, Cisaat, Cijengkol, Cintamekar, Curugrendeng, Jalancagak, Bunihayu, Ponggang, Cimanglih, Cipunagara, Cijambe, Curugagung (14 Desa)

Tengah

a. Kekurangan air untuk lahan pertanian

b. Kerusakan bantaran sungai

c. Pendangkalan sungai

d. Hutan gundul e. Sanitasi buruk f. Kekurangan

Air bersih

a. Perkebunan karet

b. Hutan c. Lahan

pertanian d. SDM banyak

(gotong royong)

e. Perikanan f. Peternakan g. Kelompok tani h. Majlis ta’lim

a. Pembuatan Lining di Sungai Curug Agung dan Leuwi Nangka

b. Pengerukan c. Reboisasi dan

Penghijauan d. Pembuatan MCK sehat

Desa Jambelaer, Dawuan Kaler, Manyeti, Balimbing, Cikaum Timur. (5 Desa)

Hilir

a. Kekurangan air bersih

b. Erosi bantaran sungai

c. Banjir musim hujan

d. Kekeringan dimusim

a. Aliran sungai Cipunagara, sungai teknis ciasem, citarum timur

b. Lahan pesawahan yang luas

a. Perbaikan tanggul sungai cipunagara dan ciasem

b. Terpenuhunya kebutuhan air minum masyarakat hilir

c. Pompanisasi dari DAS Cipunagara dan Ciasem

Desa Cikaum Barat, Mekarsari, Mundusari (3 Desa)



kemarau e. Sanitasi/keseha

tan buruk f. Sampah g. Limbah

industri di sungai

c. Laut dan empang

d. Perkebunan Rajawali

e. Pertamina f. SDM banyak

(gotong royong)

untuk petani tadah hujan

d. Penguatan SDM mengenai Kesehatan

e. Pemenuhan sarana Kebersihan

f. Tindakan hokum yang tegas terhadap pencemaran limbah

3.1.6. PENUTUP Daerah Aliran Sungai Ciasem merupakan suatu kesatuan wilayah hulu tengah hilir yang saling terkait. Dengan terjadinya perubahan kualitas, dimana Sungai Ciasem dengan sub-sub DASnya sebagai sumber air bagi masyarakat perlu kiranya mendapat perhatian dari semua pihak baik birokrasi, masyarakat, swasta dan pihak-pihak lain yang peduli.



3.2. PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS MASYARAKAT (HULU DAS CIASEM) oleh : Dudi Budiman

3.2.1. PENGANTAR Sebagai orang yang hidup dan dibesarkan di daerah hulu Kabupaten Subang (Jalan Cagak) ijinkanlah saya menyampaikan pandangan-pandangan dalam pengelolaan DAS & LH Kabupaten Subang. Perlu digarisbawahi oleh semua peserta workshop, bahwa pandangan saya ini bukan didasarkan atas sebuah kerangka teoritik. Akan tetapi sebuah pandangan masyarakat lokal, petani yang keseharian bercengkrama dengan alam, dengan sumber mata air. Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan kepada rakyat tani untuk menyampaikan keluh kesahnya dalam mensikapi perkembangan jaman dan perlakuan terhadap alam oleh mereka yang serakah. Selanjutnya paparan ini ingin saya mulai dari sebuah kenyataan bahwa Sumber daya alam yang sangat melimpah di negeri ini menjadi primadona dan dilirik oleh dunia. Sumber daya alam yang menjadikan perhatian banyak negara adalah hutan dengan segala habitat dan ekosistimnya dan lautan dengan segala kandungan yang ada di dalamnya. Persoalannya sekarang adalah, apakah masyarakat Indonesia mampu menjaga, memelihara dan memenfaatkannya? Bila kita meneliti lebih jauh dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam tersebut masih lemah. Ini terbukti dengan banyaknya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dilimpahkan kepada pihak asing, baik sebagai perusahaan ataupun negara. Sumber daya alam yang menjadi permata biru di dunia ini adalah air. Pentingnya air bukan hanya dibutuhkan oleh manusia saja, akan tetapi semua mahluk hidup kalau tanpa air akan mati. Saking pentingnya manfaat dan kegunaan air, maka kita yang merupakan makhluk yang memiliki akal dan pikiran seyogianya dapat memelihara dan melestarikan keberadaan air. Siapakah yang bertanggung jawab atas Sumber Daya Air? menjadi penting bagi kita sebagai rakyat untuk menjaga alam ini lestari, sehingga bukan hal aneh lagi kalau kita wajib untuk menjaga, memelihara, melestarikan keberadaan dan ketersediaan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kalau kita melihat hutan yang ada di Subang, bukan hanya sumber mata air saja yang ada, akan tetapi banyak jenis tanaman, hewan dengan beragam spesies dan barang tambang serta mineral yang terkandung di dalamnya. Kekayaan alam yang melimpah ini menjadi rebutan semua kalangan, baik dari dalam maupun luar negeri, swasta maupun pemerintah. Air merupakan permata biru dunia. Yang harus dijaga, dipelihara dan dilestarikan oleh kita semua. Sehingga kita tidak akan terjadi krisis air. Seandainya kita sadar dan faham akan kekayaan alam yang ada di bumi nusantara ini, maka dalam pengelolaan dan pemanfaatan air haruslah melihat jauh ke depan. Artinya bahwa air itu pasti ada batas habisnya, apalagi kalau kita tidak memperhatikan “faktor-faktor pendukung” kelestarian air. Ada dua kawasan yang harus diperhatikan untuk lestarinya air, yaitu : hulu dan hilir. Kedua kawasan ini menjadi kesatuan yang tak terpisahkan dalam mengupayakan cara yang komprehensif dalam pelestarian dan ketersediaan air. Yang lebih pentingnya lagi adalah faktor



manusia sebagai subjek dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Maka langkah yang perlu dilakukan oleh kita yaitu menjaga kawasan hulu dengan mengantisipasi/mencegah terjadinya kerusakan hutan. Dan di kawasan hilir dengan menata dan memelihara daerah aliran sungai (DAS) yang bersih dari sampah dan limbah.

3.2.2. MASYARAKAT LOKAL (DESA) Masyarakat yang merupakan komunitas yang bertempat tinggal dan hidup berdekatan dengan sumber daya alam / air sangat besar pengaruhnya terhadap ada dan tiadanya air. Karena masyarakat terutama di pedesaan sangat bergantung sekali hidupnya pada sumber daya alam. Maka penting untuk melihat lebih jauh terhadap peranan masyarakat lokal dalam pengelolaan daerah aliran sungai dan pelestarian lingkungan hidup. Kita harus mengakui identitas, budaya, dan kepentingan masyarakat lokal serta memberikan dukungan yang patut untuk timbulnya partisipasi yang efektif dalam pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dan pelestarian lingkungan hidup (LH) di Kabupaten Subang. Yaitu sebagai berikut :

1. Masyarakat memiliki hak yang diakui oleh hukum yang berlaku. 2. Masyarakat memiliki latar belakang budaya dan sejarah dalam pengelolaan

daerah aliran sungai. Sehingga masyarakat memiliki “hak akses” untuk mengelola DAS dan melestarikan LH.

3. Masyarakat memiliki pengetahuan lokal unggul, baik dalam pengelolaan DAS maupun pelestarian LH.

Artinya sangat naif, apabila kita memvonis masyarakat lokal sebagai perusak alam dan lingkungan hidup. Penguatan Organisasi/Lembaga masyarakat desa. Dalam aktivitas pengelolaan DAS dan pelestarian lingkungan hidup dilakukan oleh masyarakat, sangatlah penting untuk mengupayakan dengan proses pembangunan dan penguatan organisasi/lembaga masyarakat di pedesaan. Gambaran umum tentang sebuah organisasi dapat ditunjukan dengan sebuah proses dari fungsi manajemen organisasi, yaitu :

1. Perencanaan, yaitu sebuah aktivitas yang merumuskan rencana-rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam organisasi.

2. Pengorganisasian, yaitu kegiatan yang mengelola beberapa aktivitas dengan membagi peran dan aturan/mekanisme organisasi.

3. Pelaksanaan, yaitu kegiatan konkrit yang sudah ditetapkan dalam perencanaan

sebelumnya. 4. Pengawasan, yaitu kegiatan menilai seluruh aktivitas yang sudah dilakukan

dalam tahap pelaksanaan. (G. Terry) 5.

Dari keempat fungsi manajemen organisasi di atas adalah suatu proses dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kesemuanya saling keterkaitan satu sama lain. Sementara itu, untuk lebih menguatkan kepercayaan diri masyarakat dalam konteks pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dan pelestarian lingkungan hidup Subang, peranan masyarakat dengan kekuatan organisasi/lembaga yang komit terhadap kedua isu tersebut juga memperhatikan aspek-aspek:

1. Proses penyadaran bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk mengelola daerah aliran sungai dan pelestarian LH secara mandiri. Proses ini diperlukan, karena sebagai kelompok yang selama ini terpinggirkan, mereka cenderung kehilangan “kepercayaan diri”, seolah-olah mereka tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk mengelola DAS dan melestarikan LH.



2. Melakukan reaktualisasi dan revitalisasi pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Misalnya dalam memlihara daerah aliran sungai mulai dari hulu sampai hilir dengan aktivitas penghijaun.

3. Memperkuat aspek kelembagaan pengelolaan kolektif, yang mencakup batas yuridiksi daerah aliran sungai yang dikelola, jenis hak pengelolaannya, aturan main antar anggota, azas representasi dalam kelompok jika harus “berbicara” dengan pelaku lain, bagaimana interaksinya dengan masyarakat diluar pengelola dan bagaimana kesetaraan peran gender.

4. Melakukan revitalisasi kegiatan. Artinya kegiatan yang sudah dirancang dalam perencanaan dilaksanakan dan dipandang sebagai proses pembelajaran.

Keempat aspek tadi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan beberapa support yang berdasar pada kesepakatan yang sudah dilakukan dalam sebuah lembaga masyarakat tersebut. Selain itu penting juga dilakukan dalam sebuah lembaga/organisasi berupa kegiatan yang terprogram dalam kerangka pengelolaan daerah aliran sungai dan pelestarian LH, yaitu :

1. Pendidikan atau penambahan pengetahuan tentang kedua issue tersebut. 2. Memperbanyak orang/kelompok yang terlibat dalam pengelolaan DAS dan

pelestarian LH. 3. Membangun jaringan atau rekanan yang mempunyai komitmen yang sama

terhadap DAS dan LH. 4. Memelihara keseimbangan lembaga dengan pola kepemimpinan yang kolektif

dengan mengacu pada tata nilai dan budaya masyarakat lokal.

TERIMAKASIH Semoga bermanfaat Jalan Cagak, 30 September 2005



3.3. WATERSHED NEEDS ASSESMENT HULU DAS CIASEM DESA CICADAS, KECAMATAN SAGALA HERANG SUBANG. oleh : Kosasih Ahmad Rizal (Kopels)

3.3.1. LATAR BELAKANG Desa Cicadas Kecamatan Sagala herang merupakan salah satu desa yang terletak di bagian hulu Kabupaten Subang yang mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian pengelolaan sumber mata air yang mengalir ke sungai Ciasem. Watershed needs assessment DAS Ciasem dilakukan di Desa Cicadas, karena desa tersebut merupakan salah satu desa yang paling dekat dengan sumber mata air. Empat sumber mata air yang melewati Desa Cicadas adalah sungai Cimuja, Cikoneng dan Curug Sabuk, Curug Sadim. Keempat sumber mata air tersebut mengalir ke sub DAS Ciasem yang terletak di Desa Sukamandi Kecamatan Sagala Herang. Desa Cicadas mempunyai peranan penting dalam menjaga keutuhan pelestarian Sumber mata air yang mengalir ke sungai Ciasem. 3 Dusun yang ada di Desa Cicadas yaitu, Dusun Cicadas, Cigeureung dan Panaruban, menggunakan sumber mata air Cimuja untuk keperluan hidup sehari-hari. Dalam melakukan penggalian kebutuhan dan masalah untuk air digunakan pendekatan focus grouf discussions dan sharing pengalaman dengan masyarakat sekitar dengan keterwakilan kaum laki-laki dan perempuan sebagai partisifannya Serta aparat desa dilibatkan dalam diskusi tersebut. Metode diskusi yang dilakukan adalah tanya jawab tentang pengalaman masing-masing yang berkenaan dengan masalah air dan lingkungan hidup serta kebutuhan dan masalah yang dialaminya setiap hari dan kebutuhan serta harapan tentang pengeloalaan lingkungan hidup.. Kegiatan watershed needs assessment DAS Ciasem bagianhHulu dilakukan 3 kali pertemuan pada 28, 29 agustus dan 1 september 2005 survey ke sumber mata air Cimuja, Cikoneng dan Curug Sadim.

Hasil dari focus grouf discussions dan sharing mengenai water needs asessments DAS Cipunagara adalah :

A. Profil Desa Cicadas B. Masalah C. Potensi D. Kebutuhan – Rencana dan Harapan

A. Profil Desa Cicadas Nama desa : Cicadas Luas desa : 6827.10 Ha Batas wilayah desa Sebelah utara : Desa Sagala Herang


Sebelah selatan : Desa Ciater Sebelah barat : Desa Sukamandi Sebelah timur : Desa Cisaat Tanah Desa lainnya : 1790 ha Tanah Sawah : 200 ha Tanah Perkebunan Rakyat : 101,475 ha Tanah Perkebunan Swasta : 295 ha Pemukiman: : 50 ha Pekuburan : 2 ha Perladangan : 200 ha Tempat rekreasi : 105 ha Luas tanah untuk perikanan : 0,1676 ha Danau : 0,5 ha Tipolodi Desa : Pegunungan Curah hujan : 2500mm Suhu rata-rata : 25°C Sumber daya Air Jumlah mata air : 3 Jumlah Mck : 2 Pengguna Mata air : 700 KK Pengguna Perpipaan : 730 KK Pengguna PAM : 124 KK Sumber Daya Manusia Jumlah penduduk : 3116 Orang Jumlah Laki-laki : 1570 Orang Jumlah Perempuan : 1546 Orang Pendidikan Belum Sekolah : 265 Orang SD tidak Tamat : 272 Orang Tamat SD : 2202 Orang Tamat SLTP : 200 Orang Tamat SLTA : 183 Orang D1 : 13 Orang D2 : 3 Orang D3 : 3 Orang S1 : 5 Orang Lembaga Pendidikan TK : 4 Unit SD : 3 Unit SLTP : 1 Unit Mata pencaharian : Petani, Buruh tani, PNS, Pedagang , Peternak, Buruh perkebunan Organisasi di Desa Cicadas : Kelompok Ibu-ibu pengrajin, Karang Taruna, Kelompok Tani , LPMD, PKK, BPD



B. Masalah Permasalahan yang dihadapai oleh Desa Cicadas terutama masalah air adalah sifatnya materi yaitu pipa paralon dalam pendistribusian Air untuk warga, serta belum adanya agenda kerja yang terprogram dalam pembangunan desa mengenai pemeliharaan Sumber mata air, yang saat ini hanya mampu menggunakan tanpa dilirik pelestarian keberlanjutan sumber mata air. Untuk kebutuhan air minum masyarakat dan keperluan hidup sehari-hari masyarakat Cicadas menggunakan sumber mata air Cimuja, dan sebagian Desa Ciater serta Jalan Cagak dan Desa Sagala Herang juga menggunakan sumber mata air Cimuja. Sementara itu Ppanaruban menggunakan sumber mata air Ckoneng, Curug Sadim dan Curug Sabuk digunakan oleh Desa Sukajaya Lembang Kabupaten Bandung. Untuk kebutuhan pertanian dan perkebunan masyarakat Desa Cicadas masih menggunakan aliran sungai Cimuja. Masih adanya beberapa warga yang menjarah hutan yang sebenarnya menjadi sumber mata air. Permasalahan lain adalah belum adanya kontribusi nyata dari perusahaan yang menggunakan sumber mata air Cimuja terhadap pelestarian sumbermata air, karena ada perusahaan yang menggunakan sumber mata air PT SIL. Sari Ater, PTPN VIII dan TVRI Gunung Malang. Adanya issue tentang alih fungsi kawasan Panaruban sebagai kawasan cagar alam untuk dijadikan kawasan lapangan golf sehingga hal ini sebagai kekhawatiran warga sekitar tentang dampak yang terjadi nanti ketika Panaruban berubah Fungsi. Sebagian besar memang tanah millik PTPN VIII dan menjadi tumpuan hidup mayarakat sekitar Cicadas yang berprofesi sebagai pemetik teh meski dengan jumlah upah yang sangat minim, C. Potensi Desa Cicadas mempunyai potensi wisata yang cukup baik, dengan visi desa sebagai daerah agrowisata dan home industri yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam suasana lingkungan yang agamis melalui pemberdayaan dan pelayanan prima pada tahun 2006. menunjukan kesadaran warga tentang pentingnya kelestarian alam yang menjadi nilai jual namun tak lepas dari budaya masyarakat setempat menjadi wacana yang potensial dalam pelestarian lingkungan. Ini terbukti dengan banyaknya daerah wisata di Desa Cicadas. Saat ini desa Cicadas mempunyai program pengembangan kawasan situ Curug Sadim dan Surug Sabuk untuk menjadi objek wisata yang akan kerjasama dengan PTPN terletak didusun cicadas, Kemudian potensi lain yang dimiliki masayarakat Desa Cicadas adalah sebagian warganya ada yang menanam teh untuk nantinya di jual mentah ke PTPN. Adanya kawasan cagar alam di Dusun Panaruban, terdapat hewan elang jawa yang dijaga kelestariannya berdasarkan perda no 12 tahun 2001 D. Kebutuhan Rencana dan Harapan Untuk kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat Desa Cicadas adalah kebutuhan akan mesin pengolahan teh dan Pipa yang akan menyalurkan air kewarga Desa Cicadas, karena pipa yang digunakan saat ini sudah lam dan karatan karena sejak tahun 1985 tak pernah diganti. Adanya pelatihan / diklat tentang pengurusan, perawatan tanaman teh, kemudian penghijauan, pemerataan distribusi dan pengelolaan sumbermata air, penanaman pohon produktif di sekitar areal sumber mata air yang ada di Cicadas Adanya kontribusi yang jelas dari Perusahaan-perusahaan yang menggunakan sumber mata air. Keterlibatan masyarakat hilir dalam pengelolaan sumber mata air harus ada tersusun dalam program pemerintahan sehingga jangan hanya warga hulu dari sungai Ciasem saja yang terlibat dalam pelestarian dan pengelolaan sumber mata airnya. Adanya komunikasi rutin dengan pihak lain untuk bisa melirik pentingnya keberlanjutan Sumber mata air.



Perlunya lembaga yang dapat menjalin aspirasi tentang masalah lingkungan hidup khususnya DAS dari warga desa dan kabupaten secara menyeluruh untuk bisa menjadi kekuatan dalam pemeliharaan DAS. Rencana Desa Cicadas dalam pengembangan kawasan situ menjadi agenda utama dalam pengelolaan sumberdaya air yang mempunyai nilai ekonomis. Warga ingin mengetahui agenda selanjutnya dari program pengelolaan DAS Ciasem. Harapannya dapat terlibat dalam lembaga yang khusus menangani pengelolaan lingkungan hidup.



3.4. WATERSHED NEEDS ASSESMENT HULU DAS CIPUNAGARA oleh : Kosasih Ahmad Rizal (Kopels)

3.4.1. LATAR BELAKANG Desa Cupunagara Kecamatan Cisalak merupakan salah satu hulu dari sungai Cipunagara. Desa Cupunagara mempunyai 12 Sumber mata air yang mengalir ke sungai Cipunagara. 12 sumber mata air tersebut adalah Cipabeasan yang terletak di Dusun Sukamulya, sumber mata air Ciparahu yang terletak di Dusun Bukanagara dan sumber mata air Cibungaok, Cikendung, (Cipabeasan dijadikan keramat), Cijurig, Cibitung Wetan, Ciseureuh, Ciseureuh, (Cibeureum dijadikan keramat), Cikaruncang, (Cibulao jadikan keramat), CiKudang dan Cinaga.. Mayoritas seluruh warga mengunakan sumber mata air tersebut untuk keperluan hidup sehari-hari. Hanya dengan menggunakan selang yang disalurkan ke tempat penampungan di tiap-tiap RT, ada sejenis bak penampungan kemudian disalurkan kewarga sekitar. Daerah tersebut dijadikan lokasi Assesment karena Desa Cupunagara mempunyai peranan penting dalam mengelola sumber mata air yang mengalir ke sungai Cupunagara. Agenda kerja tahunan dalam membersihkan saluran yang mengalir ke sungai Cipunagara untuk terlibat langsung menjaga kelestarian sumber mata air belum secara periodik dan terprogram khusus dalam agenda pembangunan pemerintahan desa . Metode yang dilakukan adalah sharing pengalaman-pengalaman pribadi dari partisipan dalam mengungkapkan kebutuhan dan masalah yang dialaminya setiap hari yang berhubungan dengan sumber daya air. Kegiatan watershed needs assessment DAS Cipunagara bagian hulu dilakukan pada tanggal 25 selain dihadiri oleh masyarakat dan aparat desa dihadiri pula oleh para peserta Kuliah Kerja Nyata terpadu yang bertempat di balai Desa Cupunagara, sedangkan tanggal 27 dan tanggal 29 Agustus 2005 di di desa yang sama Tim Koordinasi Pengelolaan DAS dan lingkungan mengadakan survey ke Sumber mata air. Point penting Water needs asessments DAS Cipunagara adalah :

A. Profil Desa Cupunagara B. Masalah C. Potensi D. Kebutuhan – Rencana dan Harapan

A. Profil Desa Cupunagara Nama Desa : Cupunagara Luas Desa : 3.226.201 ha Tanah Sawah : 887,809 ha Tanah Perkebunan : 1.107,831 ha Tanah Hutan : 4.512.105 ha Pemukiman : 138,585 ha Tipolodi Desa : Desa sekitar hutan, terisolasi Curah hujan : 4.823 mm Suhu rata-rata : 24°C



Sumber Daya Air Mata Air : 3 Sumur Gali : 10 Jumlah sumur gali : 10 Pemanfaatan 3 Pipa : 352 kepala keluarga Potensi Sumber Daya Manusia Jumlah Total Penduduk : 4.727 Jiwa Jumlah laki-laki : 2.306 Jiwa Jumlah Perempuan : 2.421 Jiwa Jumlah Kepala keluarga : 1.372 Jiwa Pendidikan Masyarakat Penduduk buta hurup : 5 Orang Penduduk Tidak tamat SD : 137 Orang Penduduk Tamat SD : 3.870 Orang Penduduk Tamat SLTP : 454 Orang Penduduk Tamat SLTA : 45 Orang Penduduk Tamat D1 : 3 Orang Penduduk Tamat D2 : 4 Orang Penduduk Tamat D3 : 6 Orang Penduduk Tamat S1 : 1 Orang Sarana Pendidikan SLTP : 1 buah SD : 4 buah Mata pencaharian Petani : 2.105 Orang Buruh Tani : 1.711 Orang Swasta : 711 Orang PNS : 42 Orang Sopir : 4 Orang Tukang Ojek : 12 Orang Agama Islam : 4.717 Jiwa Kristen : 10 Jiwa Organisasi Kemasyarakatan : Karang Taruna PKK Kelompok peternak madu Badan Perwakilan Desa Jumlah Pos Yandu : 7 Unit Jumlah klinik kesehatan : 1 Unit



B. Masalah Walaupun mempunyai 12 sumber mata air namun ada juga permasalahan yang dihadapi oleh Desa Cupunagara terutama masalah pemeliharaan sumber mata air dan pengelolaan pendistribusian air sampai kewarga desa hal ini bisa dilihat dari indikator sebagai berikut :

1. Musim hujan air mejadi keruh. 2. Kesadaran masyarakat dalam mengelola sumber mata air sangat minim

misalnya : • Situ dari sumber mata air sering di gunakan MCK • Pengambilan air untuk keperluan sehari-hari tidak ada penyaringan-

sehingga airnya tercampur dengan Lumpur dan sampah. 3. Sebagian besar limbah rumah tangga lebih banyak mengalir ke sungai

Cipunagara. 4. Pengambilan sumber mata air dari Cikendung oleh PDAM yang akan di

distribusikan ke Kab. Bandung menjadi permasalahan serius karena sebagian banyak masyarakat tidak setuju hal ini disebabkan karena jika benar-benar terjadi sebagian kecamatan Cisalak akan kekurangan air.

Untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan air untuk minum, untuk mandi dan kebutuhan air untuk mencuci, kelestarian sumber mata air berjalan dengan alami sementara itu kondisi sumber mata air mengalir dulu ke situ yang kemudian situ tersebut sering di gunakan MCK yang berada ditanah PTPN VIII baru kemudian mengalir ke sungai Cipunagara. Sehingga dalam musim hujan air mejadi keruh. dan sebagian besar limbah rumahtangga lebih banyak mengalir ke Sungai Cipunagara. Untuk kebutuhan pertanian, perkebunan PTPN VIII dan masyarakat Desa Cupunagara juga menggunakan sumber mata air, sementara itu kondisi sumber mata air Cipabeasan mengalir dulu ke situ berada ditanah PTPN VIII baru kemudian mengalir kesungai Cipunagara. Mengenai perilaku masyarakat sekitar aliran sungai Cipunagara khususnya mengenai perilaku kesehatan, masyarakat masih membuang sampah rumah tangga ke sungai dan ada beberapa orang yang buang air besar ke aliran Sungai yang di pakai oleh warga sehingga sering mengakibatkan gatal-gatal dan diare. Kemudian pendidikan masyarakat Desa Cupunagara, rata-rata masyarakat berpendidikan terakhir SD Bahkan Desa Cupunagara termasuk satu di antara dua daerah yang IPM nya terendah di Kecamatan Cisalak dari 13 Desa di Kabupaten Subang . Masalah pendidikan sangat terbelakang dan sampai saat ini tidak ada SMA dan banyak yang drouf out sekolah. Kemudian masalah jalan rusak dan daya beli masyarakat lemah dan berharap untuk di tata. Kalau musim hujan jalan menjadi rusak C. Potensi Desa Cupunagara memiliki potensi sumber daya alam yaitu hutan yang cukup luas dan masih alami, kondisi alam yang dijadikan agrowisata. dan 12 sumber mata air yang mengalir ke sungai Cipunagara adalah Cikendung, Cibungaok, Cipabeasan, Cijurig, Cibitung wetan, Ciseureuh, Ciseureuh Cibeureum, Cikaruncang, Cibulao, CiKudang, Cinaga. Kemudian ada 7 sumber mata air bertemua dalam satu muara yaitu Cibungaok, Cijurig, Cibitung wetan, Ciseureuh Cibeureum, Cikaruncang dan Cipabeasan. Masyarakatnya sampai saat ini masih menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan gotong royong. Reog ,Gotong singa, Terbang (alat pentasnya Genjring besar) pencak silat merupakan group kesenian yang ada di Desa Cupunagara. Ada beberapa pengusaha madu yang menjadi andalan Desa Cupunagara mesti saat ini hasil produksinya menurun. Sebagian masyarakat Cupunagara punya tanaman Nilam sejak pertengahan 2004 dan hasilnya



yaitu minyak nilam sudah bisa dipasarkan ke LIPI dengan harga 230 perliter. Kemudian pada awal januari 2005 adanya kerjasama dengan Perhutani mengenai persemaian tanaman nilam yang dan perhutani menyediakan tanah 120 hektar dan bibit disediakan oleh masyarakat Cupunagara namun belum sepenuhnya dapat bekerja optimal. Perlu adanya penggalian motivasi untuk bisa bekerja mengembangkan budi daya pohon nilam. saat ini warga sekitar masih meraba-raba keuntungan dan kerugian dalam budi daya pohon nilam padahal warga sekitar hanya tinggal ada kemauan untuk melaksanakan program tersebut karena pasilitas bibit dan tanah sudah disediakan oleh desa setempat bekerja sama dengan perhutani. Budidaya lebah madu menjadi komoditi utama warga sekitar Cupunagara. Terdapat 8 kelompok-kelompok petani lebah. D. Kebutuhan Rencana dan Harapan Untuk kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat Desa Cupunagara adalah pipa yang dapat menyalurkan langsung dari sumber mata air ke rumah warga, serta tekhnik pengelolaan sumber mata air agar selalu terjaga keseimbangannya. Seperti halnya kebutuhan akan konservasi dan reabilitasi sangat dibutuhkan oleh warga sekitar. Masyarakat berharap kepada pemerintah dapat memberikan bantuan pipa paralon dan bak penampungan dari sumber mata air agar pendistribusian air bersih dapat dikelola dengan baik. Kemudian warga mengharapkan adanya partisipasi dari masyarakat hilir dalam pengelolaan sumber mata air., karena selama ini kontribusi yang jelas dari warga hilir DAS Cipunagara hanya sebatas memanfaatkan saja, tanpa dilirik keberlanjutan Sumber mata air dan warga hulu hanya dijadikan sumber masalah saja dan identik dengan yang paling besar tanggung jawabnya, padahal itu semua kebutuhan bersama warga Kabupaten Subang. Harapannya adalah adanya lembaga yang mampu menampung aspirasi tentang Lingkungan hidup dari hulu dan Hilir sehingga setiap permasalahan DAS dapat terkomunikasikan secara menyeluruh permasalahan lingkungan hidup dan DAS menjadi persoalan bersama setiap elemen masyarakat. Adanya teknik tentang pengelolaan sumber mata air yang ideal dan adanya pendidikan bagi warga desa tentang pentingnya pengelolaan DAS Cipunagara. Perlu adanya motivasi bagi warga dalam pengelolaan Budi daya pohon nilam.



3.5. WATERSHED NEEDS ASESSMENT HILIR DAS CIPUNAGARA DESA MUNDUSARI, KEC. PAMANUKAN SUBANG. Oleh : Deden Sofian (kopels)

3.5.1. LATAR BELAKANG Desa Mundusari merupakan salah satu desa yang terletak di bagian hilir Kabupaten Subang dengan dilewati oleh aliran sungai alami cipunagara dan sungai teknis Dampyang yang mengairi perkebunan palawija dan pertanian. Di antara sungai Cipunagara dan sungai Dampyang ada Dusun Kebonjaya yang mengalami kesulitan air bersih dari mulai tahun 1960an sampai dengan sekarang. Watershed needs assessment DAS Cipungara juga dilakukan di Dusun Kebonjaya, karena di sekitar aliran sungai cipunagara adalah dusun tersebut berada dan di dusun itu pun terdapat bangunan studio radio GSP satu-satunya studio yang ada di Kecamatan Pamanukan, selain itu di dusun tersebut berdiri dua pabrik es yaitu pabrik es KTG dan pabrik es Pamesja yang secara langsung menggunakan air sungai sebagai bahan bakunya. Dalam melakukan penggalian kebutuhan dan masalah untuk air digunakan pendekatan focus grouf discussions dengan masyarakat sekitar dengan keterwakilan kaum laki-laki dan perempuan sebagai partisifannya. Metode diskusi yang dilakukan adalah pendidikan orang dewasa yang lebih mengedapankan pengalaman-pengalaman pribadi dari partisifan dalam mengungkapkan kebutuhan dan masalah yang dialaminya setiap hari. Kegiatan watershed needs assessment DAS Cipunagara bagian hilir dilakukan satu kali pertemuan pada hari rabu tanggal 24 Agustus 2005. Hasil dari focus grouf discussions mengenai water needs asessments das cipunagara adalah :

A. Profil Desa Mundusari B. Peta Desa Mundusari C. Masalah D. Potensi E. Kebutuhan – Rencana dan Harapan

A. Profil Desa Mundusari Nama Desa : Mundusari Luas Desa : 466,960ha Sawah Teknis : 293,000ha Pemukiman : 138,585ha Tipolodi Desa : Pantai/pesisir Curah hujan : 2500mm Suhu rata-rata : 32 derajat celcius Jumlah penduduk : 5.583 orang Mata pencaharian : Petani-Swasta-PNS-Pedagang dan Peternak Organisasi : Karangtaruna-Kelompok Tani dan LPM



Jumlah Sumur Pompa : 50 unit Jumlah sumur gali : 62 unit Jumlah MCK : 60 unit Jumlah Pos Yandu : 6 unit Jumlah Paramedis : 2 orang Sarana Studio : 1 unit Perusahaan Es : 2 unit C. Masalah Permasalahan yang dihadapai oleh Desa Mundusari terutama masalah air adalah kesulitannya masyarakat dalam mengakses air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan air untuk minum, kebutuhan air untuk mandi dan kebutuhan air untuk mencuci. Untuk kebutuhan air minum masyarakat sebagian besar mendapatkannya dengan cara membeli kepada masyarakat yang memiliki pompa jetpumts seharga Rp.200,-/bok ini terjadi sejak tahun 2000. sebelumnya sekitar tahun 1960an masyarakat mengakses air bersih dengan memamfaatkan sungai teknis dampayang yang sumber airnya dari sungai Cipunagara dengan cara menyaring air sungai melalui toas/saringan. Untuk kebutuhan pertanian dan perkebunan masyarakat Desa mundusari masih kesulitan mengakses air, sementara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya menggunakan mesin diesel yang disedot dari sungai Cipunagara dengan resiko menambah kembali biaya produksi untuk pertanian maupun perkebunan. Mengenai perilaku masyarakat sekitar aliran sungai Cipungara khususnya mengenai perilaku kesehatan, masyarakat masih membuang sampah rumah tangga ke sungai dan ada beberapa orang yang membuang ke rawa-rawa.Kemudian pendidikan masyarakat Desa Mundusari di sekitar aliran sungai Cipunagara, rata-rata masyarakat berpendidikan terakhir SMP. D. Potensi Desa Mundusari memiliki potensi sumber daya alam yaitu aliran sungai Cipungara dan sungai teknis Dampyang yang mengairi lahan pertanian dan perkebunan disekitar aliran sungai tersebut. Masyarakatnya sampai saat ini masih menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan gotongroyong. Kemudian didesa inipun sudah terbentuk P3Mitra Cai untuk pengelolaan pengairan dari sungai dampyang. E. Kebutuhan Rencana dan Harapan Untuk kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat Desa Mundusari adalah kebutuhan akan air bersih, disamping perbaikan tanggul sungai Cipunagara agar diperluas dan dipondasi untuk menghindari musim hujan. Masyarakat berharap kepada pemerintah melalui PDAM, agar tahun depan kebutuhan akan air bersih dapat terealisasikan.



3.6. WATERSHED NEEDS ASESSMENT HILIR DAS CIASEM DESA TANJUNG TIGA, KEC. BLANAKAN, SUBANG

oleh : Deden Sofian (kopels)

3.6.1. LATAR BELAKANG Desa Tanjung Tiga merupakan salah satu desa yang paling ujung dari laut Jawa dan terisolir di pesisir pantai Kecamatan Blanakan Subang. Desa ini terpisahkan dengan desa muara oleh aliran sungai Ciasem. Hilir sungai Ciasem terletak di desa ini, pada tahun 1990 desa Tanjung Tiga menerima aliran limbah dari pabrik oli yang berada dil uar desa dan ketika air laut Jawa pasang airnya meluap melalui aliran sungai Ciasem. Watershed needs assessment das Ciasem dilakukan di Desa Tanjung Tiga karena aliran sungai Ciasem berakhir di desa ini, selain tempat bermuaranya air laut Jawa ketika pasang dan tempat bermuaranya limbah ketika aliran sungai Ciasem dari hulu maupun tengah membawa limbah-limbah perusahaan maupun rumah tangga melewati Desa Tanjung Tiga. Dalam melakukan penggalian kebutuhan dan masalah untuk air digunakan pendekatan focus grouf discussions dengan masyarakat sekitar dengan keterwakilan kaum laki-laki dan perempuan sebagai partisifannya. Metode diskusi yang dilakukan adalah pendidikan orang dewasa yang lebih mengedapankan pengalaman-pengalaman pribadi dari partisifan dalam mengungkapkan kebutuhan dan masalah yang dialaminya setiap hari. Kegiatan watershed needs assessment das cipunagara bagian hilir dilakukan satu kali pertemuan pada hari kamis tanggal 25 agustus 2005. Hasil dari focus grouf discussions mengenai water needs asessments DAS Ciasem adalah :

A. Profil Desa Tanjung Tiga B. Peta Desa Tanjung Tiga C. Masalah D. Potensi E. Kebutuhan – Rencana dan Harapan

A. Profil Desa Tanjung Tiga Nama Desa : Tanjung Tiga Luas Desa : 1.677ha Sawah Teknis : 602 ha Sawah ½Teknis : 180 ha Sawah Tadah Hujan : 6 ha Tanah Ladang : 5 ha Tanah Rawa : 3 ha Tanah Pasangsurut : 280 ha Hutan Lindung : 477 ha Pemukiman : 224 ha Tipolodi Desa : Pantai/pesisir



Curah hujan : 2300mm Suhu rata-rata : 29-33 derajat celcius Tinggi tempat : 1-3 mdl Jumlah penduduk : 8.063 orang Mata pencaharian : Petani-PNS-Pedagang-nelayan-pengrajin dan Peternak Organisasi : Karangtaruna-LPM-Majlis ta’lim-PKK dan Arisan Jumlah Sumur Pompa : 261 unit Jumlah sumur gali : 51 unit Jumlah MCK : 7 unit Jumlah Pos Yandu : 7 unit Jumlah Paramedis : 12 orang C. Masalah Permasalahan yang dihadapai oleh Desa Tanjung Tiga adalah masalah air masih menjadi kesulitan bagi sebagian besar masyarakat Desa Tanjung Tiga terutama untuk kebutuhan keluarga sehari-hari maupun kebutuhan pengairan bagi pertanian dan perkebunan di sekitar aliran sungai Ciasem, masyarakat di sekitar aliran sungai Ciasem masih sedikit yang memiliki pompa air sehingga kebutuhan akan air untuk sehari-hari masih numpang kepada keluarga yang memiliki pompa air, perbandingannya bisa mencapai 1 sumur untuk 10 orang. Untuk kebutuhan pertanian di Desa Tanjung Tiga sampai saat ini masih kesulitan, ketika musim hujan tiba sawah kebanjiran sebaliknya kalau kemarau sawah kekeringan, sehingga mayarakat tani menggunakan alat pompa untuk mengairi sawahnya yang diambil dari sungai Ciasem. Mayarakat di sekitar aliran sungai Ciasem masih menggunakan sungai sebagai MCK setiap harinya. Kemudian tingkat kesadaran akan kebersihan lingkungan masyarakat sekitar masih membuang sampah rumah tangga ke sungai, pernah juga tahun 1990 kedatangan limbah dari desa lain melalui sungai Ciasem, sehingga masyarakat pernah terserang penyakit diare dan gatal-gatal. D. Potensi Desa Tanjung Tiga memiliki potensi sumber daya alam yaitu aliran sungai Ciasem dan sungai teknis Cimacan untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan di sekitar aliran sungai tersebut. Masyarakat Desa Tanjung Tiga sampai saat ini masih menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan gotongroyong melalui perbaikan tanggul setiap tahunnya dengan modal swadaya masayarakat. Potensi hutan yang berada di pinggir pantai milik Perhutani dimamfaatkan untuk petani tambak menanam bandeng dan udang windu walaupun menyewa sebesar Rp.75.000,-/ha. E. Kebutuhan Rencana dan Harapan Untuk kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat Desa Tanjung Tiga adalah kebutuhan akan air bersih dari PDAM, kemudian berharap adanya pembuatan klep dari sungai Ciasem untuk mengairi arel pertanian ketika musim kemarau.



3.7. WATERSHED NEEDS ASESSMENT HILIR DAS CIASEM DESA TANJUNGSARI TIMUR, KEC. CIKAUM, SUBANG

oleh : Deden Sofian (Kopels)

3.7.1. LATAR BELAKANG Desa Tanjungsari Timur merupakan salah satu desa yang terletak diantara aliran sungai Ciasem hulu dan aliran sungai Ciasem hilir tepatnya berada di daerah aliran sungai Ciasem tengah dalam wilayah administratif Kecamatan Cikaum Subang. Desa Tanjungsari Timur terbelah oleh aliran sungai Ciasem dan terpotong oleh aliran irigasi teknis Citarum timur. Watershed needs assessment DAS Ciasem dilakukan di Desa Tanjungsari Timur karena selain adanya aliran sungai Ciasem yang melewati desa ini, juga terdapat perusahan milik negara yaitu Pertamina tahun 1982 yang terletak di Desa Tanjungsari dan satu-satunya Pertamina yang berada di Kecamatan Cikaum. Dalam melakukan penggalian kebutuhan dan masalah untuk air digunakan pendekatan focus grouf discussions dengan masyarakat sekitar dengan keterwakilan kaum laki-laki dan perempuan sebagai partisifannya. Metode diskusi yang dilakukan adalah pendidikan orang dewasa yang lebih mengedapankan pengalaman-pengalaman pribadi dari partisifan dalam mengungkapkan kebutuhan dan masalah yang dialaminya setiap hari. Kegiatan watershed needs assessment das ciasem bagian tengah dilakukan satu kali pertemuan pada hari Sabtu tanggal 27 agustus 2005. Hasil dari focus grouf discussions mengenai water needs asessments DAS Ciasem adalah :

A. Profil Desa Tanjungsari Timur B. Peta Desa Tanjungsari Timur C. Masalah D. Potensi E. Kebutuhan – Rencana dan Harapan

A. Profil Desa Tanjungsari Timur Nama desa : Tanjungsari Timur Luas desa : 743,092ha Sawah Teknis : 443,107 ha Sawah Tadah Hujan : 144,745 ha Tanah Perkebunan : 4,550 ha Pemukiman : 59,197 ha Tipolodi desa : Kepulauan Curah hujan : 2.296mm Suhu rata-rata : 29 derajat celcius Tinggi tempat : 25 mdl Jumlah penduduk : 6.038 orang Mata pencaharian : Petani-Buruh Swasta-PNS-Pedagang dan Pengusaha Bata. Organisasi : Karangtaruna-LPM-Perempuan-PKK Jumlah Sumur Pompa : 310 unit



Jumlah sumur gali : 110 unit Jumlah MCK : - Jumlah Pos Yandu : 8 unit Jumlah Paramedis : 1 orang C. Masalah Permasalahan yang dihadapai oleh Desa Tanjungsari Timur adalah masalah air masih menjadi kesulitan bagi sebagian besar masyarakatnya terutama untuk kebutuhan keluarga sehari-hari maupun kebutuhan pengairan bagi pertanian dan perkebunan di sekitar aliran sungai Ciasem, kedalaman air pompa untuk kebutuhan minum di sekitar aliran sungai Ciasem sekitar 30 m baru bisa keluar air, itupun bagi masyarakat yang mampu membeli peralatan pompa air. Masyarakat di sekitar aliran sungai Ciasem sampai saat ini belum memamfaatkan aliran sungai untuk kepentingan produktif, masyarakat masih menggunakannya untuk kebutuhan MCK setiap harinya, serta kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih rendah dengan kebiasaannya membuang sampah di aliran sungai Ciasem ada juga yang membuang air besar di sekitar sawah. Pendidikan masyarakat di sekitar aliran sungai Ciasem rata-rata berpendidikan SD, ketika musim hujan aliran sungai Ciasem banjir dan masyarakat sekitarnya pernah terjangkit diare-mencret dan demam berdarah. Untuk pertanian masyarakat Desa Tanjungsari Timur masih kesulitan air, sehingga status lahan menjadi sawah tadah hujan dan untuk mengairi sawah harus mengeluarkan biaya Rp.472.500/ha untuk membeli bahan bakar diesel. D. Potensi Desa Tanjungsari Timur memiliki potensi sumberdaya alam yaitu aliran sungai Ciasem dan irigasi teknis tarum timur yang dipergunakan untuk mengairi lahan pertanian dan perkebunan di sekitar aliran sungai tersebut. Masyarakat Desa Tanjungsari Timur sampai saat ini masih menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan gotong royong melalui perbaikan jalan desa pada tahun 2000 bantuan dari pemda Subang dan swadaya masyarakat. Sarana kesehatan tingkat kecamatan ada di desa ini yaitu puskesmas, kemudian Pertamina terdapat di Desa Tanjungsari. Sumber daya manusia di sekitar aliran sungai Ciasem memiliki keahlian membuat bata merah. E. Kebutuhan Rencana dan Harapan Untuk kebutuhan yang sangat mendesak bagi masyarakat Desa Tanjungsari Timur adalah kebutuhan akan air bersih melalui bantuan pompa air dari pemerintah, harapannya ada bantuan juga mengenai pompa kincir untuk mengairi areal pertanian dari sumber air sungai Ciasem. Khusus bagi masyarakat disekitar aliran sungai ciasem berharap adanya bantuan pendidikan dan pelatihan tentang pengelolaan sumber daya alam guna meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar DAS Ciasem.



3.8. POTRET DAS DAN LINGKNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG “MEMULAI DARI LANGKAH PERTAMA “

oleh : Didi A. Ismail (pokja)

3.8.1. PENGANTAR Guna merancang gagasan awal pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan perbaikan Lingkungan Hidup di Kabupaten Subang, pada tanggal 14-15 Juni 2005 dilaksanakan Workshop yang bertempat di aula Pemkab Subang, Jawa Barat. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Subang dengan ESP-USAID dan secara teknis terlibat Konsorsium Pelestarian Lingkungan Subang (KOPEL-S). Dalam Workshop yang dibuka oleh Bapak Bupati Subang dan Perwakilan USAID Jawa Barat tersebut menghasilklan Tim Koordinasi dan Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Ad Hoc pengelolaan DAS & Lingkungan Hidup Kabupaten Subang. Adapaun tugas yang diemban oleh POKJA (Ad hoc) adalah : Menyusun Rencana Kerja Pengelolaan DAS & Lingkungan Hidup dan Mendesain Kelembagaaan Para Pihak. Workshop mengamanatkan kepada POKJA (Ad hoc) untuk menyelesaikan tugas-tugasnya selama tiga Bulan terhitung mulai dari pembentukannya. Tugas Pokja (Ad Hoc) ini berakhir dalam bentuk Potret Pengelolaan DAS & LH Kabupaten Subang.

3.8.2. METODOLOGI Pokja (Ad Hoc) berusaha memusatkan perhatian pada tatanan masyarakat madani. Keterlibatan rakyat dalam berbangsa dan bernegara harus terus diupayakan, didukung dan dikembangkan melalui pendekatan-pendekatan yang sistimatis terencana dan terfokus. Dalam menjalankan mandatnya Pokja (Ad Hoc) menggunakan beberapa metode pendekatan yang dilakukan, diantaranya :

1. Participasi Andragogy 2. Focus Group Discussions 3. Working Group Discussions 4. Workshop 5. Survei lapang 6. Dan lain-lain

3.8.3. PENJELASAN KEGIATAN Dalam upaya membuat Potret DAS & LH Kabupaten Subang, dirancang beberapa kegiatan. Kegiatan ini didesain dengan melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan DAS & LH Kabupaten Subang.



1. Data collection & watershed profile KEGIATAN 1. Field Assisstant: Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 7 s/d 27 Juli 05 yaitu : berupa penggalian data lapangan. Penggalian data difokuskan pada data sekunder tentang DAS Ciasem. Data sekunder yang terkumpul bersipat kuantitaif meliputi 41 dokumen (Terlampir). KEGIATAN 2. Working Group Discussions : Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 27 Juli & 6 Agustus 05 untuk menginisiasi forum multi pihak dalam membangun sistem pengelolaan DAS dan lingkungan hidup Kabupaten Subang dan kajian data skunder tentang DAS Ciasem dan Cipunagara. KEGIATAN 3. Mini workshop : Dilaksanakan tgl 9 Agustus 05 menghasilkan kesepahaman lay out pembuatan buku potret DAS Ciasem. KEGIATAN 4. Datas Copy : Dilaksanakan tgl 27 Juli s/d 11 Agustus 05. Hard data yang sudah terkumpul 41 dokumen sesuai dengan ketetapan. Sementara itu soft data yang didapat diantaranya POLDAS dan RENSTRA BAPPEDA, Renstra BPMD dan renstra Lingkungan Hidup.

2. Watershed Needs Assessment KEGIATAN 1. Focus Group Discussions with hulu-hilir: Kegiatan ini dirancang untuk 6x kegiatan, 1x kegiatan pembuatan tols Assessment, 2x kegiatan Assessment di hulu, 1x kegiatan Assessment di tengah dan 2x kegiatan Assessment di hilir. Pembuatan tools Assessment dilaksanakan tgl 22 Agustus 05. Kegiatan Assessment di hulu DAS Cipunagara dilaksanakan di Desa Cupunagara Kec Cisalak. Kegiatan dilaksanakan tgl 24 Agustus 05. Sedangkan untuk hulu DAS Ciasem dilaksanakan di Desa Cicadas Kec Sagalaherang dilaksanakan tgl 28 Agustus 05. Kegiatan Assessment di tengah DAS Ciasem, kegiatan dilaksanakan pada tgl 27 Agustus 05 berlokasi di Desa Tanjungsari Timur Kec Cikaum. Kegiatan Assessment di hilir pertama kali dilaksanakan tgl 24 Agustus berlokasi di Desa Mundusari Kecamatan Pamanukan. Lokasi berikutnya yang dipilih adalah Desa Tanjung Kec Blanakan yang dilaksanakan pada tgl 25 Agustus 05. KEGIATAN 2. Mini workshop : Mini Workshop merupakan kegiatan lanjutan yang terintegrasi dalam Watershed Needs Assessment. Kegiatan ini dilaksanakan tgl 6 September 05.

3. Multistakeholders Frame Work Development

KEGIATAN 1 : Focus Group Discussions Kegiatan dilaksanakan tanggal 19, 26 Agustus, 02, 11, dan 14 September 05. Kegiatan ini menghasilkan kesepakatan membentuk forum multi pihak yang representatif untuk keberlanjutan pengelolaan DAS dan Lingkungan Hidup di Kabupaten Subang Jawa Barat. Forum multi pihak ini terdiri dari sembilan simpul pihak yang berkepentingan, yaitu : Simpul komunitas DAS, Simpul LSM, Simpul Komunitas Sehat, Simpul Birokrasi, Simpul Akademisi, Simpul Pengusaha, Simpul Media, Simpul Legislatif dan Forum Keagamaan KEGIATAN 2 : Mini workshop Diadakan tgl 16 September 05, kegiatan ini mengagendakan pembentukan nama Forum Multi Pihak pengelolaan DAS dan LH Subang. Dari beberapa usulan yang



disampaikan peserta akhirnya disepakati nama Forum Multi Pihak adalah KOMITE DAS SUBANG. Keputusan ini ditetapkan setelah menampung masukan sebanyak 24 nama.

4. Building public & private sector partner KEGIATAN 1. Watershed Management Plan presentation: Dilaksanakan tgl 19 September 05 KEGIATAN 2. Focus Group Discussions : Dilaksanakan tgl 18 Agustus 05.

5. Watershed WG reguler meetings KEGIATAN : Kegiatan ini dilaksanakan tgl 12 Agustus 05.

6. Farmer groups & watershed WG discussions

KEGIATAN : Dilaksanakan tgl 06 Agustus, 01, 05, 10, 11, dan 12 September 05.

3.8.4. POTRET DAS & LH KABUPATEN SUBANG Setelah melaksanakan rangkaian kegiatan seperti di atas, mandat terakhir yang diemban pokja adalah membuat Potret DAS & LH Kabupaten Subang. Melalui Workshop ini diharapkan banyak mendapatkan masukan-masukan untuk lebih menyempurnakan penulisan Potret DAS & LH Kabupaten Subang. Potret DAS & LH Kabupaten Subang ini tidak terlepas dari : Visi Nasional 2005 – 20025 ; Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis. Serta aman dan bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi Provinsi Jawa Barat 2001 – 2010 ; Jawa Barat dengan iman dan takwa sebagai provinsi termaju di Indonesia dan mitra terdepan Ibu Kota Negara tahun 2010. Visi Kabupaten Subang 2005 – 2024 ; Terwujudnya Kabupaten Subang sebagai daerah agribisnis, pariwisata dan industri yang berwawasan lingkungan dan religius serta berbudaya melalui pembangunan berbasis Gotong Royong pada tahun 2024. Adapun sistimatika penulisan Potret DAS & LH Kabupaten Subang adalah : BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang b. Permasalahan c. Maksud dan Tujuan

BAB II Proses Penyusunan Potret DAS dan Lingkungan Hidup Kabupaten Subang

a. Kajian gagasan awal b. Sosialisasi gagasan c. Pembentukan Tim Koordinasi & kelompok kerja pengelolaan DAS dan LH

Kabupaten Subang d. Kegiatan pokja

BAB III Kondisi Objektif Kabupaten Subang

a. Sejarah singkat kabupaten Subang



b. Potensi dan kondisi wilayah

• Letak geografis dan Administrasi Wilayah • Tata guna lahan (DAS) • Potensi keanekaragaman hayati • Iklim

c. Kependudukan d. Sarana dan prasarana e. Perekonomian f. Sosial budaya g. Keadaan bio fisik

BAB IV Rencana strategi pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam Kabupaten Subang

a. Inventarisir Permasalahan b. Masukan dari simpul pihak c. Renstra Pengelolaan DAS dan LH

BAB V Pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam Kab Subang

a. Pengelolaan sumber daya alam oleh swasta b. Pengelolaan kawasan lindung c. Pengelolaan sumber daya pesisir, perikanan dan kelautan d. Rehabilitasi dan konservasi hutan dan lahan

BAB VI Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam Kabupaten Subang

a. Legalitas kelembagaan Forum Multi Pihak b. Hukum lingkungan dan sumber daya alam c. Penegakan hukum

BAB VII Penutup

a. Kesimpulan b. Saran

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran

• Table • Grafik



3.9. USULAN KERANGKA KERJA MULTI PIHAK oleh : Irfan (Bapeda-POKJA)

Dalam rangka mengefektifitaskan kerja Forum Multi Pihak, pada tanggal 16 September 2005 di gedung Bapeda lama dirancang sebuah pertemuan untuk menentukan nama Forum Multi Pihak tersebut. Dalam kesempatan itu disepakati nama Forum Multi Pihak adalah Komite DAS Subang. Penamaan Komite DAS Subang disepakati setelah menampung sedikitnya 24 nama yang diusulkan oleh para pihak yang terakomodir dalam sembilan simpul keterwakilan para pemangku kepentingan pengelolaan DAS & LH Kabupaten Subang. Adapun usulan model kepengurusannnya adalah : Usulan 1



Keterangan Struktur : 1. Pelindung oleh Unsur Birokrasi 2. Pembina oleh Legislatif 3. Penasehat oleh Tokoh Masyrakat 4. Badan Pendiri oleh Tim Koordinasi/ Pokja 5. Ketua Umum oleh yang terpilih di pilih oleh semua simpul 6. Sekretaris Umum oleh NGO 7. Bendahara oleh NGO 8. Ketua I wilayah utara yang terpilih pada urutan ke II 9. Ketua II wilayah Tengah yang terpilih pada urutan ke III

10. Ketua III wilayah Selatan yang terpilih pada urutan ke IV

11. Seksi-seksi oleh anggota Simpul-simpul Usulan 2

Keterangan Mekanisme Kelembagaan :

1. Ada Koordinator Komite DAS 2. Ada Pegurus Harian oleh Tim Koordinasi dan Kopel-s karena dua lembaga ini

yang mengawal dan memahami dari FMP 3. Ada Devisi-devisi 4. Yang Masuk Di Koordinator Komite DAS, Devisi-devisi adalah Beberapa

Simpul FMP.



Usulan 3

Penjelasan :

1. Dewan pembina itu bisa dari unsur Birokrasi dan Dewan Perwakilan Rakyat 2. Koordinator Pengurus harian dan Kesekretariatan, Keuangan dari Tim

Koordinasi / Pokja 3. Biro biro diambil dari masing-masing simpul

Usulan 4

1. Bentuk organisasi harus sederhan artinya bisa dengan mudah dipahami masing-masing fungsi dari organisasi

2. Ada kesetaraan 3. Keterwakilan dari masyarakat desa 4. Masyarakat lebih banyak menduduki posisi dalam organisasi 5. Ada Transparansi



Usulan 5

Keterangan Mekanisme Kelembagaan :

1. 9 simpul anggota menentukan ketua prosedium 2. Pengurus harian di ambil dari 9 simpul tersebut 3. Pengurus harian membawahi Korbid-korbid

Keterwakilan masyarakat ada dalam forum tersebut dan harus diuntungkan dengan adanya Komite DAS Subang

Adanya Peranan wanita yang terlibat dalam forum tersebut sehingga dalam pengusulan mekanisme diharapkan aktif fokal .



3.10. MENYOAL ALIH FUNGSI LAHAN, KEKERINGAN, DAN KETAHANAN PANGAN

oleh : Andrew stefano (Unsub)

Meski yang dibahas dalam sidang kabinet adalah kekeringan dan ketahanan pangan, masalah alih fungsi lahan pertanian subur justru mendapat perhatian luar biasa. Kita tahu, sudah banyak perangkat hukum, mulai dari Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 53 Tahun 1989, Keppres No. 33/1990, hingga Surat Edaran (SE) Menteri Negara Agraria No.410-2261, mengatur alih fungsi lahan pertanian subur, terutama lahan sawah ke lahan industri. Bahkan, Departemen Pertanian mengusulkan perlunya sawah abadi sebagai pemasok pangan nasional jangka panjang. Ada tiga pertanyaan esensial mengapa alih fungsi lahan pertanian subur mendapat perhatian besar. Pertama, factor apa yang menyebabkan laju alih fungsi lahan pertanian subur demikian tinggi? Kedua, bagaimana pengaruh alih fungsi lahan terhadap kekeringan dan ketahan pengan nasional? Ketiga, implikasi kebijakan apa yang harus diambil pemerintah bersama masyarakat agar masalah kekeringan dan ketahanan pangan dapat dipecahkan?

3.10.1. BETONISASI DAN ASPALISASI. Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi saat ini lebih tepat disebut betonisasi atau aspalisasi, Terminologi betonisasi dan aspalisasi ini diintroduksi guna mempersempit dan mempertegas pengertian alih fungsi lahan yang bermakna amat luas, mulai dari alih fungsi lahan hutan ke lahan perkebunan sampai lahan sawah yang meloloskan air (permeable) menjadi permukiman dan industri yang cenderung tidak meloloskan air (impermeable). Tingginya laju alih fungsi lahan sawah menjadi lahan industri di Jawa, selain karena nilai tukar produk pertanian yang terus merosot, juga karena input dan risiko usaha tani cenderung meningkat dan unpredictable. Hal ini diperoleh dari peternak susu di Jawa Tengah yang mengeluhkan harga pakan dan kebutuhan sehari-hari (pangan dan sandang) yang terus meningkat. Selain itu, harga susu cenderung menurun akibat permainan oknum tengkulak. Karena itu, para petani hartanya, apakah rendahnya komitmen pemerintah untuk melindungi petani harus diimbangi petani dengan mempertahankan lahan usaha tani dan tidak menjualnya untuk kepentingan pabrik? Ironis! Pemicu laju alih fungsi lahan pertanian subur lainnya, terutama di Jawa, antara lain karena fasilitas, daya dukung lahan, pangsa pasar di Jawa yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan di luar Jawa, dan lemahnya penegakan hukum. Hal ini membuat investor memilih Jawa sebagai lahan investasi. Apalagi saat booming ekonomi Indonesia, target pertumbuhan ekonomi. Saat itu kompensasi alih fungsi lahan sawah di Jawa, dengan membuka sawah di luar Jawa, namun banyak yang gagal. Contohnya, pembukaan lahan sejuta hektar. Meski dampak alih fungsi lahan begitu strategis, sampai saat ini kita belum memiliki besaran



(magnitude) tentang luas sawah buku nasional dan perkembangannya menurut ruang (spatial) dan waktu (temporal), sehingga pola alih fungsi lahan belum dapat direpresentasikan lokasi dan kecenderungannya. Data yang tersedia umumnya tabular yang sulit dipertanggungjawabkan akurasinya. Akibatnya, data laju alih fungsi lahan sawah cenderung beragam sesuai interes sektoralnya. Ada yang mengatakan, di Jawa mencapai sekitarnya 22.000 hektar selama kurun waktu 1987-1993. Bahkan, ada yang mengatakan sudah sekitar 100.000 hektar lahan sawah di Jawa yang sudah diinversi sampai akhir 2000. Bila data terakhir diasumsikan benar, dengan rata-rata produksi lima ton gabah dengan intensitas tanam dua kali setahun, alih fungsi lahan pertanian akan menurunkan kemampuan produksi pangan nasional satu juta ton per tahun. Itu sebabnya, mangapa sejak swasembada beras kita tidak mampu meningkatkan produksi pangan nasional lagi meski teknologi varietas dan budi daya sudah dipompa habis-habiskan. Bahkan, ada kecederungan impor pangan meningkat karena laju pertumbuhan penduduk tidak mampu diimbangi peningkatan produksinya. Belum tersedianya data yang akurat tentang alih fungsi lahan menyebabkan pemecahan masalah ini lebih bersifat sektoral, yang jelas akan mahal dan tidak efektif. Konflik kepentingan antara sektor di lapangan yang justru merugikan semua pihak sering tidak dapat dihindarkan. Padahal, jika pemerintah mau bersungguh-sungguh dengan menggunakan Teknologi penginderaan jauh melalui citra, makan deliniasi: luas sawah, luas tanam, luas panen, dan kecenderungan (trend) konversi lahan sawah dapat dipantau dan diprediksi dengan akurat. Bahkan, dengan teknik yang diintegrasikan dengan golongan air irigasi, produksi dan produktivitas tiap satuan lahan sawah dalam system pangkalan data (data base), maka kemampuan produksi pangan nasional dalam berbagai scenario iklim untuk tahun El Nino (kering), La-Nina (basah) dan normal dapat dikomputasikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi telah memulai usaha itu dengan mengambil studi kasus sentra produksi pangan pantura Kabupaten Karawang, tepatnya di daerh irigasi Tarum Tengah. Prototipe model ini direncanakan akan di launching akhir 2002 dan diharapkan dapat divalidasi di seluruh wilayah Indonesia.

3.10.2. KETAHANAN PANGAN. Berdasarkan penelitian, alih fungsi lahan pertanian/betonisasi berdampak terhadap, 1) penurunan volume air hujan yang dapat diserap tanah dari 15 persen sampai di bawah sembilan persen, 2) peningkatan volume aliran permukaan dari sekitar 30 persen menjadi 40-60 persen. 3) kecepatan aliran permukaan dari kurang 0,7 meter per detik menjadi lebih dari 1,2 meter per detik. Rendahnya penambahan air tanah (recharge) melalui infiltrasi pada musim hujan akan menyebabkan menurunnya pasokan air di muisim kemarau, sementara itu kebutuhan air irigasi pada musim kemarau justru meningkat. Dampaknya, selain menurunnya luas daerah layanan irigasi, juga menurunnya intensitas tanam bahkan sering diikuti meningkatnya resiko kekeringan. Kondisi demikian akan berdampak terhadap penurunan produksi pangan secara nasional. Bila disimak lebih lanjut, masalah alih fungsi lahan, kekeringan, dan ketahanan pangan dapat dibingkai dalam suatu “grand strategy tata ruang nasional”. Melalui tata ruang nasional, lokasi, alokasi dan system produksi/budidaya dan pemanfaatan sumber daya tanah, air, dan udara diatur sesuai kelas kemampuan lahan dan fasilitas pendukungnya. Dengan demikian, zonafikasi lahan dilakukan dengan pendekatan yang utuh.



Asas efisiensi keberlanjutan, daya saing, dan keadilan menjadi kata kunci yang perlu disepakati. Untuk mewujudkannya, diperlukan pewilayah (zoning) dengan parameter dan criteria pendukungnya sehingga secara nasional dapat diimplementasikan di lapangan. Lokasi atau sentra produksi komoditas strategis (pangan), komoditas penghasilan devisa (kelapa sawit, kopi, karet), dan komoditas subtitusi impor (ternak, sayuran, dan buah) dapat ditetapkan bersama sektor lain untuk waktu tertentu, misalnya 100 tahun. Tentu saja tidak mungkin semua persoalan diakomodasi. Untuk itu, pemerintah perlu menyusun strategi prioritas guna disepakati secara nasional. Zonafikasi itu perlu didukung oleh kebijakan pembangunan transportasi, sarana produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil. Bahkan, bila perlu dengan melindungi produk yang dihasilkan melalui proteksi terselubung, dihasilkan melalui proteksi terselubungi produk yang dihasilkan melalui proteksi terselubung, seperti Jepang melindungi sawahnya. Dengan argument sawah tidak hanya berperan sebagai factor penghasil padi, tetapi juga berfungsi sebagai pengatur tata air (pengendali banjir dan kekeringan) sekaligus merupakan media tumbuh biota serta sumber keragaman hayati. Dengan demikian, sudah sewajarnya lahan sawah mendapatkan proteksi memadai dan alih fungsi lahan dengan menghentikan betonisasi dan aspalisasi. Zonafikasi dapat dimulai dari tingkat nasional, sesuai kebutuhan komoditas secara nasional yang ditransformasikan ke tingkat provinsi dan dirinci di tingkat kabupaten/kota, Dengan demikian, pelestarian pasokan air, sumber daya air, dan luas sawah baku dapat diintegrasikan. Konsepsi ini perlu dipahami pengambil kebijakan, perencana, pelaksanan lapangan, maupun masyarakat. Melalui sosialisasi bertahap, diharapkan pemahaman tentang perlunya menjaga ketersediaan air, sumber daya air, dan lahan sawah baku dapat dilakukan sehingga ketahanan pangan dapat diwujudkan. Meski alih fungsi lahan, kekeringan, dan produksi pangan begitu “strategis”, keberpihakan pemerintah terhadap petani yang merupakan penyuplai roda perekonomian nasional masih rendah. Indikatornya jelas, terlihat dari keputusan pemerintah yang lebih berpihak pada sector perbankan yang boros dana, sarang korupsi, dan manipulasi. Memang dalam jangka pendek masalah produksi dan ketahanan pangan belum terasakan. Apalagi kini Amerika Serikat menyediakan kredit murah untuk memberi pangan, maka masalah itu seolah berlalu. Pertanyaannya, sampai kapan itu terjadi? Bagaimana halnya bila kemampuan produksi pangan nasional merosot menjadi 79 persen dari kebutuhan nasional? Adakah negara yang sanggup memenuhi kekurangan pangan kita? Jawabnya, tidak ada satu negara pun yang mampu memenuhinya, dan itu berarti malapetaka bagi Indonesia. Bagaimana dengan gejolak harga yang terjadi di pasar beras internasional, karena kita adalah importer beras terbesar di dunia? Masalah jangka panjang inilah yang tampaknya menjadi perhatian presiden sehingga masalah kekeringan dan ketahanan pangan menjadi perhatian utama.

3.10.3. IMPLIKASI KEBIJAKAN NASIONAL. Kebijakan tata ruang nasional yang sampai kini belum tersedia merupakan ilustrasi betapa masalah pangan dan kekeringan hanya digantungkan pada itikad baik dan ketulusan petani untuk memproduksi pangan dengan ketersediaan air seadanya. Indikatornya, perwilayahan komoditas yang dibangun berdasar kesesuaian lahan dan aspek social ekonomi oleh Departemen Pertanian tidak didukung kebijakan saran transportasi, pasar, dan jaminan harga



yang menguntungkan petani. Bahkan, secara menyedihkan sawah yang beririgasi teknis dikorbankan untuk pabrik yang belum jelas dampaknya. Lebih parah lagi, pemerintah sering lebih mudah menerima isu persaingan bebas, liberalisasi perdagangan yang sengaja diembuskan negara kapitalis yang amat merugikan petani kita. Seorang eskpatriat dari suatu negara Eropa dan kebetulan mempunyai lahan pertanian di negara asalnya mengatakan, 65 persen keuntungan usaha pertanian-jagung dan gandum-diperoleh melalui subsidi harga yang diterima negarnya dari masyarakat ekonomi Eropa. Bensin untuk traktor pertanian, guna menggarap 600 hektar lahan, disubsidi pemerintah. Bandingkan dengan petani kita yang hanya menggarap 0,25 hektar dengan subsidi yang terus dihabisi dan mereka diminta bersaing dengan mereka yang jauh lebih maju. Berdasarkan hal-hal itu, saat ini adalah saat yang tepat bagi pemerintah untuk bersama-sama membuat tata ruang nasional, regional (provinsi) dan local (kabupaten) yang didukung kebijakan saran transportasi, sarana produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran. Komitmen ini harus diimplementasikan agara masalah kekeringan dan ketahana pangan dapat diantisipasi lebih dini. Pengelolaan Air Lahan Kering untuk Perluasan Areal Pertanian.

Kesenjangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air untuk pengembangan usaha baru tani lahan kering sudah lama diketahui. Teknologi pengelolaan sumber daya air lahan kering di beberapa daerah sudah lama diimplemetasikan dengan hasil yang sangat risiko pertanian akibat kekeringan dan produktivitas lahan kering masih rendah? Dimana letak persoalan yang sesungguhnya? Inilah beberapa rentetan secara factual masih jauh implementasinya.

Berdasarkan pengalaman di beberapa lokasi penelitian, masalah esensial yang dihadapi petani dalam pengembangan lahan kering adalah terfokusnya pendekatan agronomi untuk memompa produksi pertanian. Penggunaan pupuk dan varietas unggul lebih produksi pertanian. Penggunaan pupuk dan varietas unggul lebih mendapatkan penekanan yang kuat, sementara kondisi iklim dan hidrologi dianggap sudah “given” sehingga tidak perlu digarap lebih intensif lagi. Akibatnya iklim menjadi factor pembatas karena komponen lain berada dalam kondisi optimum. Peningkatan masukan komponen yang sudah optimum terus dilakukan petani sementara factor pembatasnya tidak diantispasi dengan baik. Selain memrlukan biaya tinggi, tenaga banyak, dan waktu akan menjadi sia-sia. Menyimak kondisi system produksi lahan kering saat ini dan kemampuan rekayaasa Teknologi yang dimiliki, maka perlu dibangun hubungan (link) sehingga pengamban lahan kering untuk system usaha tani dapat dilakukan secara berkalanjutan.

1. Tipologi Perluasan Areal Lahan Kering. Secara factual sumber perluasan areal pertanian lahan kering baru dapat dilakukan pada 4 tipologi lahan yaitu:

1) Lahan kering baru (membuka hutan) Pembukaan hutan memerlukan dana besar dan arealnya sudah sangat terbatas sehingga upaya ini disarankan untuk dilakukan apabila kondisinya memaksa. Masalah lainnya, lahan kering yang tersisa umumnya aksesibilitasnya kurang baik sehingga untuk berkembang memerlukan investasi yang sangat besar. Untuk itu pengembangan lahan kering akan lebih menguntungkan apabila difokuskan pada lahan kering tipologi 2,3, dan4



2) Lahan kering yang tidak produktif (tidur) akibat kendala ketersediaan air yang terbatas. Sebagian besar merupakan lahan kering masam dengan kendala keterbatasan ketersediaan air dan kesuburan tanah yang rendah sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan apabila produktivitas lahan tidak ditingkatkan. Masalah kesuburan tanah dapat diselesaikan apabila ketersediaan air dapat ditingkatkan. Profil meterologis lahan kering secara kuantitatif.

3) Lahan kering tanaman pangan yang produktivitasnya rendah.

Sebagai besar lahan kering tipe ini sudah diusahakan oleh masyarakat dengan cara konvensional sehingga produktivitasnya rendah dan resiko pertaniannya sangat tinggi. Secara teoritis dengan curah hujan lebih dari 2000 mlimeter/tahun, seharunsyan lahan kering dapat diusahakan paling tidak dua kali apabila airnya dikelola dengan baik. Kelebihan air hujan yang dibuang pada saat musim hujan perlu didayagunakan agar dapat dimanfaatkan pada awal musim kemarau sehingga masa tanam dapat diperpanjang.

4) Lahan kering yang sudah diusahakan untuk tanaman perkebunan.

Merupakan kombinasi yang ideal, karena selain dapat meningkatkan intesitas tanam (luas panen), produkitvitas juga dapat menopang produktivitas tanaman perkebunan itu sendiri.

2. Strategi Pengelolaan Lahan Kering. Ada 4 strategi pengolahan lahan kering untuk perluasan areal pertanian, yaitu (1) menekan deficit air dan meningkatakn produktivitas lahan (2) mengelola lahan kering dari padat tenaga kerja menjadi padat Teknologi terapan, (3) mengubah dari tadah hujan ke irigasi suplementer (tenaga kerja terbatas), dan (4) mengkombinasikan tanaman pangan lahan kering dengan hortikultura, perkebunan dan tanaman industri.

1) Menekan defisit air dan meningkatkan produktivitas lahan. Untuk menekan difisit air tanaman sekaligus optimasi hasil, maka FAO (1998) menyarankan untuk mencari kombinasi antara kerapatan tanaman dan takaran mulsa. 1-stress dan hasil dapat ditampilkan dengan persamaan berikut: Berdasarkan persamaan di atas, maka optimasi hasil dapat dilakukan dengan meningkatkan evaotranspisarsi maksimal dan menekan cekaman air (stress).

2) Mengelola lahan kering dari padat tenaga kerja menjadi padat teknologi terapan. Petani lahan kering menyadari bahwa untuk mengolah lahannya diperlukan curahan tenaga kerja yang besar. Keterbatasan tenaga kerja mendorong sebagian besar lahan kering tidak tergarap atau diolah di bawah kapasitasnya (under capacity). Untuk meningkatkan luas areal yang digarap, secara perlahan petani mengalihkan lahan tanaman pangan ke tanaman tahunan / perkebunan. Selain resikonya rendah, pengembangan tanaman tahunan juga dapat meningkatkan keuntungan usaha tani lahan kering. Secara umum curahan tenaga kerja petani lahan kering sangat terbatas. Sementara itu, dengan peningkatan ketersediaan air pilihan usaha tani komoditas bernilai ekonomi tinggi meningkat tajam. Akibatnya sumber data air dan lahan yang dimiliki tidak seluruhnya dapat dibudidayakan. Untuk itu diperlukan introduksi Teknologi pemanfaatan air yang padat Teknologi dan bukan padat tenaga kerja. Pengembangan teknik irigasi tetes dengan



memanfaatkan gradien ketinggian yang signifikan pada lahan kering merupakan pilihan yang direkomendasikan.

3) Mengubah dari tadah hujan ke irigasi suplementer (tenaga kerja terbatas). Optimasi volume dan interval pemberian air irigasi merupakan scenario pengembangan lahan kering tadah hujan menjadi lahan kering beririgasi suplementer. Pada awalnya peningkatan dosis tertentu, nisbah itu cenderung konstan. Artinya peningkatan pemberian air irigasi tidak meningkatkan hasil. Berdasarkan teknik perhitungan ini, maka dosis dan interval pemberian air irigasi dapat ditetapkan. Agar memudahkan dalam pelaksanaan, interval pemberiaan air irigasi sebaiknya dibuat sama periodenya dengan selang neraca air.

4) Mengombinasikan tanaman pangan lahan kering dengan hortikultura, perkebunan dan tanaman industri. Pada umumnya petani lahan keringi sebagian besar memprioritaskan lahannya untuk pemenuhan kebutuhan pangan, sedangkan komoditas bernilai ekonomi tinggi diusahakan apabila masalah pangan terpenuhi (Heryanti et al 2001). Oleh karena produktivitasnya rendah dengan risiko usaha tani sangat tinggi, pemenuhan kebutuhan pangan akan sulit dipenuhi. Akibatnya pengembangan komoditas unggulan bernilai ekonomi tinggi sulit direalisasikan

3. Pengembangan Lahan Kering. Ada 4 hal yang perlu dikuasiai dalam mengelola sumber daya air dan iklim pada lahan kering, yaitu (A) identifikasi dampak anomaly iklim terhadap pergeseran musim, (B) prakiraan curah hujan bulanan, (C) penentuan saat dan masa tanam, dan (D) panen hujan dan aliran permukaan.

1) Identifikasi dampak anomaly iklim terhadap pergeseran musim. Pengalaman pada El-Nino 1997 menunjukkan bahwa kita belum mampu melakukan antisipasi. Indikatornya antara lain pola tanam pada tahun tersebut sama dengan tahun normalnya sehingga praktis saat itu sentra produksi pertanian yang terlanda terpengaruh El-Nino lumpuh. Besarnya dampak tersebut perlu dikuantifikasi besarannya (magnitude). Untuk mengetahui identifikasi dampak El-Nino di Indonesia perlu diakukan untuk mengetahui dan mengupas proses terjadinya El-Nino di Indonesia serta dampaknya terhadak sector pertanian, identifikasi wilayah rawan kekeringan, analisis dampak El-Nino terhadap penurunan curah hujan tahunan, musim hujan dan musim kemarau, pergeseran musim dan delinisasi wilayah pergeseran musim. Hasil delineasi pergeseran musim kemarau pada tahun 1997 di Sulawesi Selatan.

2) Prakiraan curah hujan bulanan.

Prakiraan curah hujan menggunakan anomaly suhu muka laut digunakan untuk melakukan prakiraan curah hujan 6 bulan ke depan. Metode ini menggunakan data time series anomali suhu muka laut pada zona Nino dan anomali curah hujan. Dengan metode regresi terboboti dihasilkan model peluang pendugaan curah hujan yang digunakan untuk melakukan prakiraan curah hujan bulanan. Untuk melihat akurasi hasil prakiraan dilakukan validasi dengan data actual di lapangan.

3) Penentuan saat dan masa tanam.

Salah satu peluang peningkatan produksi tanaman adalah dengan memanfaatkan sumber daya iklim seoptimal mungkin dengan melakukan analisis agroklimat) dikaitkan dengan tanah dan tanaman. Penentuan saat dan masa tanam



menggunakan indeks kecukupan air tanaman dengan memperhitungkan dan persentase kehilangan hasil sangat diperlukan untuk mengantisipasi / menghindari semaksimal mungkin terjadinya cekaman air selama pertumbuhan tanaman, atau paling tidak pada periode kritisnya terhindar dari kekeringan (water stress).

4) Panen hujan dan aliran permukaan.

Lahan kering sangat retan terhadap fluktuasi sumber daya air (banjir dan kekeringan). Kebutuhan air tanaman pada musim hujan relative lebih mudah terpenuhi bahkan sebagaian besar air dibuang sebagai runoff. Sebaliknya di musim kemarau dengan kondisi air yang terbatas sehingga perlu pemilihan jenis komoditas yang sesuai dengan pemberian irigasi (volume dan interval) yang memadai agar air di MH perlu ditampung dalam bentuk bendung atau embung dan dapat didistrubusikan pada MK untuk menekan resiko kekeringan. Selanjutnya berdasarkan informasi mengenai kebutuhan air tanaman dan koapasitas tampung bendung, dapat dibuat scenario pemanfaatan air. Melalui cara ini alokasi sumberdaya air lebih efisiens sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan terutama di musim kemarau.



3.11. PENGELOLAAN DAS BERBASIS PARA PIHAK

Oleh: Idham Arsyad (ESP-USAID)

Kondisi Umum Subang

• Banyak pihak yang berkepentingan (PJT, PSDA, kehutanan, pertanian, wisata, perikanan, PDAM, industri, masyarakat,)

• Meliputi wilayah yang luas lintas desa, kecamatan, kabupaten • Pengelolaan kawasan lindung yang belum optimal, aktivitas galian C skala

besar, rehabilitasi lahan kritis belum maksimal, pencemaran dari aktivitas pabrik, sanitasi RT kurang memadai.

• Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan DAS belum memadai • Sebagian besar petani kecil atau buruh tani (82%) dengan rata-rata

kepemilikan lahan rendah < 0,25 ha/petani Pengelolaan DAS Terpadu

• Pengelolaan DAS harus terintegrasi dalam pembangunan wilayah • Perlu ada wadah yang dapat mengakomodasi para pihak untuk berperan • Keterlibatan masyarakat diakui penting oleh semua pihak tapi dengan

cakupan wilayah yang sangat luas bagaimana caranya – perwakilan melalui Mapas dalam forum multi pihak

• Perlu disusun program bersama yang dibangun berdasarkan persoalan lapangan dan potensi yang dimiliki oleh para pihak

Komite/Forum Para Pihak Maksud dan Tujuan

• Membantu pengelolaan DAS dan LH di Kabupaten Subang • Merupakan wadah pemerintah Daerah, BPDAS, PJT, PSDA, sektor bisnis,

akademisi, kelompok masyarakat, LSM lokal untuk bekerjasama dalam rangka memperkuat pengelolaan DAS

• Memberi masukan kepada pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten, atas dasar aspirasi para pihak yang menjadi anggota forum, untuk yang lebih baik pengelolaan DAS dan LH di Kabupaten Subang

Struktur Forum Multi Pihak

• Efektif, efisien dan merupakan keterwakilan para pihak (masyarakat, pemda, swasta, LSM lokal, akademisi)

• Ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota Dasar Hukum

1. Peraturan Daerah Kabupaten Subang 2. Keputusan Bupati Kabupaten Subang

Fungsi dan Kewenangan Forum Multi Pihak

• Menyusun rencana program jangka pendek, menengah dan panjang pengelolaan DAS dan LH Kabupaten Subang



• Menyusun rencana program pengelolaan berdasarkan prioritas kebutuhan pengelolaan

• Memberi masukan bagi kebijakan dan strategi pembangunan DAS dan LH Pemerintah Daerah

• Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program jangka pendek – panjang “forum multi pihak”

• Menggali sumber-sumber pendanaan alternatif • Membentuk gugus tugas dalam rangka implementasi kegiatan bersamaFMP,

termasuk membentuk lembaga pembayar jasa lingkungan Keanggotan, Hak Suara, Pembuatan Keputusan, Panitia Ad-hoc

• Keanggotaan dalam berdasarkan jabatan atau sebagai wakil tetap dari instansi/dinas/lembaga yang tergabung dalam forum

• Setiap perwakilan dari masing-masing pihak memiliki satu hak suara yang dapat dipergunakan pada saat pengambilan keputusan dengan cara voting

• Pembuatan keputusan oleh forum diambil secara musyawarah mufakat. Apabila dalam keadaan tidak di capai kesepatan maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak yaitu setengah plus satu dengan rapat yang dihadiri oleh kourum atau minimal dua pertiga (2/3) anggota forum

• Panitia Ad-hoc bisa dibentuk berdasarkan kebutuhan dan bisa melibatkan instansi atau pihak diluar forum DAS, misalnya rekomendasi untuk kegiatan rehabilitasi yang melibatkan dishutbun kabupaten, dishut propinsi, perhutani dan KSDA

Transparansi Pengelolaan

• Transparansi dalam forum multi pihak • Transparansi kepada masyarakat lokasi kegiatan • Transparansi kepada masyarakat umum

Pengelolaan DAS dan LH

• Rutin : • Dilakukan oleh instansi teknis seperti BPLH, Dishut, BPDAS, Perhutani,

KSDA, Distan, Dinkes, swasta, dll • Forum multi pihak membantu koordinasi dan kerjasama pengelolaan DAS

melalui pendanaan mandiri Implementasi Kegiatan

• Pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan secara langsung oleh dinas/instansi/MAPAS baik anggota FMP maupun bukan.

Pembiayaan :

• Faktor pembiayaan sering menjadi malasah utama dalam pengelolaan DAS dan LH, tapi banyak juga bukti bahwa pengelolaan DAS dan LH tidak saja ditentukan besar kecilnya dana yang tersedia – seperti pengelolaan DAS Ciliwung

• Mekanisme pembiayaan DAS harus berdasarkan pada prinsip “cost recovery, tranparansi dan akuntabilitas publik.

• Kontribusi hulu – hilir harus berdasarkan pada prinsip pemanfaat membayar (beneficiaries pay principle) == industri, PLN, PLTA, PDAM, AQUA, Perhutani, PTP VIII, dll



• Tidak ada model yang baku dalam mengembangkan dana lingkungan, dana lingkungan harus disesuaikan dengan potensi dan kondisi masing-masing wilayah seperti : APBD, APBN, Kemitraan dengan swasta, DNS, pembagian sistem pungutan masuk dari kawasan tertentu, carbon trade

• Desentralisasi membuat mekanisme alternatif pendanaan DAS dan LH menjadi suatu tantangan tersendiri

• Dana penting untuk dimiliki, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana dana tersebut digunakan secara efisien dan effectif

Program Prioritas Multi Pihak Hulu

• Pendidikan – kesehatan, pertanian,ekonomi alternatif • Rehabilitasi lahan • Hak kelola masyarakat pada tanah negara (areal perhutani,PTPN dll) • Sanitasi – MCK dan sampah RT • Pembuatan lining • Pembuatan DAM, dll

Tengah

• Pembuatan lining • Pengerukan • Reboisasi • Sanitasi – MCK sehat dan sampah, dll

Hilir

• Air bersih • Penegakan hukum pada pencemar • Sarana kebersihan • Kampanye kesehatan • Perbaikan tanggul, dll

Dukungan Forum Multi Pihak

• Menjembatani kebutuhan masyarakat kepada para pihak lainnya – dinas / instansi, swasta, donor, dll

• Memformulasikan kebijakan penunjang – mekanisme hulu – hilir, perencaan makro pengelolaan DAS termasuk pola pemanfaatannya, hak kelola atas lahan, sanitasi, dll

• Mengembangkan pusat-pusat rehabilitasi di kecamatan/desa prioritas (pelatihan, pembibitan dll)

• Kampanye pola hidup sehat (kesehatan, kebersihan, sampah), konservasi sda • Mobilitasi pendanaan dari berbagai sumber



Model pembiayaan



4. REKOMENDASI Workshop perencanaan strategis multi pihak pengelolaan DAS dan lingkungan hidup Kabupaten Subang telah menghasilkan beberapa hal penting, diantaranya : tersusunnya kerangka kerja dasar Komite DAS Subang dan rancangan program kerja multi pihak. Selain itu dalam workshop ini secara inplisit, terdapat masukan dan pemikiran berharga sebagai bentuk rekomendasi dari para peserta. Point-pointnya adlah sebagai berikut :

1. Perlu lembaga independent yang mengkoordinasikan dan menjalin aspirasi pengelolaan DAS dan lingkungan secara terpadu.

2. Memperkuat aspek dukungaan kebijakan formal kelembagaan (Komite DAS ) untuk memperkuat ikatan dan kebersamaan dalam pengelolaan DAS dan lingkungan hidup di Kabupaten Subang.

3. Membangun dan memperluas jaringan / kelompok steke holder pengelolaan DAS dan lingkungan hidup yang mempunyai komitmen yang sama terhadap perbaiakan pengelolaan DAS dan LH.

4. Perlu penataan ulang yang mencakup batas yuridiksi daerah aliran sungai yang dikelola, jenis hak pengelolaannya, aturan main antar pemangku kewenanagan. Sebagai dasar pemetaan wilayah kelolaa lengkungan hidup Kabupaten Subang.

5. Memelihara keseimbangan lembaga dengan pola kepemimpinan yang kolektif dengan mengacu pada tata nilai dan budaya masyarakat lokal.

6. Penting juga dilakukan dalam sebuah lembaga/organisasi (komite DAS) berupa rancangan program yang detail mencakup hulu dan hilir dalam kerangka pengelolaan daerah aliran sungai dan pelestarian LH, yaitu Penanganan kerusakan lingkungan hidup.

7. Perlu melakukan proses penyadaran bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk mengelola daerah aliran sungai dan pelestarian lingkungan hidup secara mandiri.

8. Perlu melakukan reaktualisasi dan revitalisasi pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Misalnya dalam memlihara daerah aliran sungai mulai dari hulu sampai hilir melalui aktivitas penghijaun.

9. Melakukan revitalisasi dan evaluasi kegiatan bersama. Artinya kegiatan yang sudah dirancang dalam perencanaan dilaksanakan dan dipandang sebagai proses pembelajaran.

10. Meningkatkan komunikasi rutin dengan semua pihak untuk memperjuangkan pentingnya keberlanjutan Sumber mata air. Keterlibatan masyarakat hulu hilir hilir dalam pengelolaan sumber mata air harus ada tersusun dalam program pemerintahan sehingga jangan hanya warga hulu dari sungai Ciasem saja yang terlibat dalam pelestarian dan pengelolaan sumber mata airnya.

11. Mengharapkan adanya partisipasi dari masyarakat hilir (pengguna air) dalam kelangsungan pengelolaan sumber mata air berupa mekanisme yang jelas dan transparan. karena selama ini kontribusi yang jelas dari warga hilir DAS Cipunagara hanya sebatas memanfaatkan saja, tanpa melihatk keberlanjutan Sumber mata air dan warga hulu hanya dijadikan sumber masalah saja dan identik dengan yang paling besar tanggung jawabnya.



5. LAMPIRAN

5.1. PESERTA WORK SHOP PERENCANAN STRATEGIS MULTI PIHAK DALAM PENGELOLAAN DAS DAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUBANG.

Peserta terdiri dari berbagai stake holder pengelolaan DAS dan LH Subang yang meliputi: wakil Pemerintah, Kelompok/Tokoh masyarakat terkait, Perusahaan, LSM, Akademisi dan lembaga donor. Jumlah peserta 88 orang. Sebagai berikut :

No Nama Lembaga 1. Tedy C S MAPAS 2. Dudi Budiman MAPAS 3. Tacim MAPAS 4. Jajang DS. CIjambe 5. Dina R MAPAS 6. Alex Santoso MAPAS Cikaum 7. Nurhayati DS. Tsnjung sari Timur - MAPAS 8 Yayat DS. Tanjungsari Timur - MAPAS 9 Rodi Hermawan Desa Cupunagara 10 Ai Nuraini Desa Cijengkol 11 Noneng DS. Tanjungsari Timur- MAPAS 12 Nandang MAPAS 13 Ade Suryadi MAPAS 14 Ade Saodi Desa Cinta Mekar -MAPAS 15 Otum T MAPAS 16 Yayo Sutaryo MAPAS 17 A. TarmidiI Ds. Tanjung sari Timur 18 Badrudin Dinas Pertanian Subang 19 Dede Rinawati Komunitas sehat 20 Suhayat KTNA DS. Sukamandi 21 Neng Oom Komunitas sehat 22 Abdul Arif KOPELS 23 Asep Oman PTPN VIII 24 Idham Arsyad ESP 25 Farah Amini ESP 26 Supryadi ESP 27 M. Irvan POKJA 28 Suryana Depeindagsar 39 Cakadin PJT II 30 Andrew stefano UNSUB 31 Masri PJT II 32 Azis POKJA 33 Nanang R PATRA



No Nama Lembaga 34 DRS. Maksum PATRA 35 Ade Ukandar MAPAS 36 Salim Ds. Jalan Cagak 37 Asep Suherna MAPAS 38 Agus Tatang H ARINDHA 39 Garna Abdullah / Boy ARINDHA 40 Uha Miseno BPLH Subang 41 Yayo Shabron Pemuda Muhammadiyah 42 Dadang Kusuma PERHUTANI KPH Purwakarta 43 Jajang Haryasasmita RSPD Humas Setda 44 Lilis Desa Dawuan 45 Yusup Rahadian PSA 46 Nana Taruna JABU 47 Didi Ismail POKJA 48 Deden Sofian KOPELs 49 Agus K KOPELS 50 Indra Gumilang LAMS 51 Cece Rahman LAMS 52 Wawan K POKLAN Bandung. 53 Kosasih AR KOPELS 54 Ahmad Jaenudin MAPAS 55 Karnata Desa Mundusari 56 Ma’mun JunaediI MAPAS 57 Saeful B’Zein Poklan 58 Radi S MAPAS 59 Evie Sofia FOSS 60 Dimas .S Radio Benpas 61 Tardi Hartono DS. Mundusari 60 HJ. Neneng R Komunitas Sehat 61 Abd. Rahman PDAM 62 Nasarudin PDAM 63 Suparjo Dishutbun Subang 64 Asep Suganda Dishutbun Subang 65 Ir. Harry T BPLHD Jabar 66 H. Rahman BPLHD Jabar 67 Maman. S Petani Pemuda 68 Dali Kardilan PR. GROUP/GALA MEDIA 69 Budiman Dinkes Subang 70 Galih Donikara PT. PALAWI 71 Hendi Sukmajaya PSM 73 Maknur Sutisna Dik Nas Subang 74 M. Sulaeman Dik Nas Subang 75 Ade LIPI Subang 76 Asep RADAR Karawang 77 Agus Eko RADAR Karawang 79 Buchory INFOKOM 80 Masna BAPEDA 81 Agus Maskur KOMISI B DPRD Subang 82 Bambang M.Si Sekda Subang 83 Erfan KOFI Bandung. 84 Noneng Komunitas sehat 85 H. Rahman Komunitas Sehat 87 Jajang BENPAS 88 Radi BAPEDA Subang


ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM Ratu Plaza Building, 17th. Fl.

Jl. Jend. Sudirman No. 9 Jakarta 10270

Indonesia

Tel. +62-21-720-9594 Fax. +62-21-720-4546

www.esp.or.id

Date post:	24-Mar-2016
Category:	Documents
Upload:	esp-indonesia
View:	243 times
Download:	10 times

Prosiding Lokakarya Renstra Multi Pihak Subang

Documents