+ All Categories
Home > Documents > Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan...

Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan...

Date post: 01-Feb-2018
Category:
Upload: trinhliem
View: 218 times
Download: 2 times
Share this document with a friend
12
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 8245X Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 36 Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L.) Terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA Oleh: Hendra Aguzaen Abstract Experiment about growth response of pepper grafting seed (Piper Nigrum L) to coconut water drop and kinds of CMA is carried out since in March August 2004 in farming land Koto Tingga, Pasar Ambacang padang West Sumatra. This experiment aims: a) to know interaction between coconut water concentrate and CMA to rising of pepper grafting seed growth, b) to get the best cocout water concentrate, c) to get the best CMA that is symbiotic and able to raise pepper grafting seed growth. This experiment is designed in random group design (RAK) factorial 3 x 4 repeated 3 times, the data is analysed and DMRT tested. Interaction between coconut water interaction and CMA is intangible. G. Manihotis and G. Rosae raise pepper grafting seed better than G. Fasciculatum. Coconut water concentrate 25% more efficient than concentrate 50%. Key words: pepper, Piper Nigrum L, CMA PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara pengekspor lada (Piper nisrum Linn) terbesar di dunia. Pada tahun 2001, volume ekspor lada nasional sebesar 53.594 ton atau 27% dari kebutuhan lada dunia. Akan tetapi produktivitas lada nasional per satuan luas lahan masih rendah, yaitu 0,5 ton/ha (Rismunandar dan H.M. Riski, 2003). Untuk itu perlu dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas produksi lada nasional, baik secara ekstensifikasi maupun intensifikasi. Permasalahannya saat ini terletak pada teknik budidaya, terutama pembibitan yang belum dilakukan secara tepat. Stek memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif, efesien dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya. Kelemahannya, bibit lada asal stek tersebut memiliki perakaran yang kurang baik. Menurut Wahid et al. (1996) dan Rismunandar (2000), bibit lada asal stek hanya memiliki akal lateral sebagai akar utama, jumlahnya terbatas dan akar serabutnya berada hanya pada lapisan oleh saja. Hal ini menyebabkan jangkauan dan permukaan serapan akar tanaman menjadi terbatas, sehingga kemampuan penyerapan hara dan air menjadi rendah serta kurang efektif dan efisien. Untuk itu dibutuhkan suatu paket teknologi perkebunan yang mampu memperbaiki sistem penakaran serta meningkatkan kemampuan serapan hara tanaman lada. Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek, pemberian ZPT dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar stek. Sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak. Air kelapa telah lama dikenal sebagai salah satu sumber ZPT terutama sitokinin, auksin dan giberelin (Prawiranata et al.,1988; Wattimena, 1988; Gardner, 1991). Sehingga cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber ZPT alami Kaprodi Agronomi FP Univ. Baturaja dan Alumni Magister Teknologi Pertanian UNAND
Transcript
Page 1: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 36

Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L.)

Terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA

Oleh: Hendra Aguzaen

Abstract

Experiment about growth response of pepper grafting seed (Piper Nigrum L) to coconut water drop

and kinds of CMA is carried out since in March – August 2004 in farming land Koto Tingga, Pasar

Ambacang padang West Sumatra. This experiment aims: a) to know interaction between coconut

water concentrate and CMA to rising of pepper grafting seed growth, b) to get the best cocout water

concentrate, c) to get the best CMA that is symbiotic and able to raise pepper grafting seed growth.

This experiment is designed in random group design (RAK) factorial 3 x 4 repeated 3 times, the data is

analysed and DMRT tested. Interaction between coconut water interaction and CMA is intangible. G.

Manihotis and G. Rosae raise pepper grafting seed better than G. Fasciculatum. Coconut water

concentrate 25% more efficient than concentrate 50%.

Key words: pepper, Piper Nigrum L, CMA

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara pengekspor lada (Piper nisrum Linn) terbesar di

dunia. Pada tahun 2001, volume ekspor lada nasional sebesar 53.594 ton atau 27% dari

kebutuhan lada dunia. Akan tetapi produktivitas lada nasional per satuan luas lahan masih

rendah, yaitu 0,5 ton/ha (Rismunandar dan H.M. Riski, 2003). Untuk itu perlu dilakukan

peningkatan kualitas dan kuantitas produksi lada nasional, baik secara ekstensifikasi maupun

intensifikasi. Permasalahannya saat ini terletak pada teknik budidaya, terutama pembibitan

yang belum dilakukan secara tepat.

Stek memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif,

efesien dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan pohon

induknya. Kelemahannya, bibit lada asal stek tersebut memiliki perakaran yang kurang baik.

Menurut Wahid et al. (1996) dan Rismunandar (2000), bibit lada asal stek hanya memiliki

akal lateral sebagai akar utama, jumlahnya terbatas dan akar serabutnya berada hanya pada

lapisan oleh saja. Hal ini menyebabkan jangkauan dan permukaan serapan akar tanaman

menjadi terbatas, sehingga kemampuan penyerapan hara dan air menjadi rendah serta kurang

efektif dan efisien. Untuk itu dibutuhkan suatu paket teknologi perkebunan yang mampu

memperbaiki sistem penakaran serta meningkatkan kemampuan serapan hara tanaman lada.

Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek, pemberian ZPT dimaksudkan untuk

merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar stek. Sehingga perakaran stek akan

lebih baik dan lebih banyak. Air kelapa telah lama dikenal sebagai salah satu sumber ZPT

terutama sitokinin, auksin dan giberelin (Prawiranata et al.,1988; Wattimena, 1988; Gardner,

1991). Sehingga cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber ZPT alami

Kaprodi Agronomi FP Univ. Baturaja dan Alumni Magister Teknologi Pertanian UNAND

Page 2: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 37

yang ramah lingkungan, murah dan mudah didapat. Hasil penelitian Dwipa (1992)

menunjukkan bahwa pertumbuhan serta perkembangan akar dan tajuk dari stek lada (cabang

orthotop) dapat ditingkatkan degan perendaman stek selama 8 jam dalam 25% air kelapa

muda, dan untuk stek lada perlu (dari cabang plagiotrop) direndam dalam 25-50 % air kelapa

selama 12 jam (Ben dan Syukur, 2003).

Pemberian air kelapa saja belum cukup untuk meningkatkan kemampuan serapan hara

dan air oleh akar bibit stek lada, karena jangkauan serapan akar serabutnya terbatas hanya

pada lapisan tanah olah saja. Untuk itu masih perlu didukung dengan penginokulasian

cendawan mikoriza. Cendawa Mikoriza Arbuskula (CMA) merupakan salah satu jenis

cendawa mikoriza yang mampu bersimbiosis secara mutualistik dengan tanaman/tumbuhan

tingkat tinggi. Keberadaan hifa eksternal cendawa mikoriza yang ukurannya lebih panjang dan

halus dibandingkan rambut akar, dapat memperluas luas permukaan serapan akar (Setiadi,

1989; Subiksa, 2002), sehingga serapan hara dan air oleh bibit stek lada dapat lebih

ditingkatkan, terutama pada kondisi tanah yang kritis (Husin, 1992).

Cendawan mikoriza mampu menginfeksi hampir semua jenis tanaman. Akan tetapi

hubungannya simbiosis ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kesesuaian antara jenis cendawan

mikoriza dengan tanaman inang. Sebagaimana yang dilaporkan Rahmansyah dan Suciatmih

(1999) bahwa CMA jenis Glomus manihotis, Glomus etunicatum dan Glomus

mikroagregatum yang di inokulasikan pada tanaman kacang tanah, ternyata mempunyai

kemampuan menginfeksi yang berbeda yaitu masing-masing sebesar 90%, 80%, 70%. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan tingkat kesesuaian jenis CMA dengan eskudat akar tanaman inang.

Selanjutnya Armansyah (2001) melaporkan bahwa inokulasi CMA jenis Glomus manihotis

pada bibit gambir mampu meningkatkan laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih dan rasio

tajuk-akar dimana masing-masing sebesar 154,4%, 151,9%, dan 147,6%. Kemudian dari hasil

penelitian Susi (2003) dilaporkan bahwa penginokulasian Glomus fasciculatum dapat

meningkatkan pertumbuhan bibit cengkeh. Sebelumnya Setiadi (1998) juga melaporkan

bahwa berat kering tajuk bibit kopi Arabika yang diinokulasi dengan Glomus intraradices,

55% lebih berat dari pada bibit tanpa inokulasi cendawan mikoriza.

Dari uraian di atas, pemberian air kelapa diharapkan mampu mempercepat inisiasi dan

meningkatkan jumlah akar bibit dari stek lada, sehingga akan semakin banyak akar yang dapat

diinfeksi oleh CMA. Sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan

air kelapa dan berbagai jenis CMA untuk mengatasi permasalahan prakaran serta serapan hara

dan air dari bibir stek lada. Penelitianini bertujuan untuk; a) mengetahui interaksi antara

konsetrasi air kelapa dan jenis CMA tehadap peningkatan pertumbuhan bibit stek lada;

b) mendapatkan konsentrasi air kelapa yang terbaik terhadap peningkatan pertumbuhan bibit

stek lada; dan c) mendapatkan jenis CMA terbaik yang mampu bersimbiosis serta

meningkatkan pertumbuhan bibit stek lada.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan percobaan pot yang telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai

bulan Agustus 2004 pada lahan pertanian di dusun Koto Tingga, Kelurahan Pasar Ambacang,

Kecamatan Kuranji, Padang Sumatera Barat. Sedangkan analisa laboraturium dilakukan di

Laboraturium Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) berpola

faktorial 3 x 4 yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah konsentrasi air perendaman (air

kelapa) dengan 3 taraf, yaitu; tanpa air kelapa atau air murni (Z0), 25% air kelapa (Z1) dan

Page 3: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 38

50% air kelapa (Z2). Faktor kedua adalah inokulasi jenis CMA yang terdiri dari 4 perlakuan,

yaitu; tanpa CMA (M0), G. manihotis (M1), G. Fasciculatum (M2) dan G. rosae (M3).

Media pembibitan yang digunakan adalah tanah jenis Ultisol yang diambil dari kebun

percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas di Limau Manis Padang, pada kedalaman 0-

20 cm. Tanah tersebut dikering anginkan selama 3 hari, kemudian diayak dengan ayakan 0,5

cm. Tanah dicampur dengan pupuk kandang (kotoran sapi) secara merata dengan

perbandingan 4 bagian tanah dan 1 bagian pupuk kandang, lalu disterilkan dengan alat

sterilisasi tanah elektrik pada suhu 1500C selama 1.5 jam. Setiap pot percobaan diisi sebanyak

2 kg media tersebut, kemudian disiram dengan air sampai lembab, lalu diinkubasi selama

seminggu sebelum ditanam.

Bahan stek lada berupa stek satu ruas berdaun tunggal (varietas Kerinci) yang berasal

dari sulur pajat (cabang orthotrop). Ruas yang diambil adalah ruas yang berada antara ruas ke

5-9 dari ujung sulur panjat. Inokulan CMA yang digunakan dalam percobaan ini berasal dari

inokulan yang megandung single spora, yang terdiri dari jenis Glomus manihotis, Glomus

fasciculatum dan Gigasporarosae yang telah dibiarkan pada media pasir sungai dengan

tanaman inang jagung. Inokulan CMA ini diperoleh dari Laboraturium Mikrobiologi Jurusan

Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Air kelapa yang digunakan berasal dari buah

kelapa tua (matang), dengan kriterial a) kulit buah telah berwarna coklat (sebagian atau

seluruhnya) dan telah berserabut; b) tempurung telah keras dan berwarna coklat tua; dan c)

daging buah sudah bersantan. Air kelapa diambil dan dipisahkan dari buah kelapa tersebut.

Konsentrasi 25% (Z1) dan 50% (Z2) air kelapa didapat melaluis pengenceran dengan

menambah air bebas ion (aquades).

Stek direndam selama 12 jam dalam larutan perendaman sesuai perlakuans konsentrasi

air kelapa. Perlakuan Z0 direndam hanya dengan air bebas ion (aquades), Z1 direndam dalam

konsentrasi 25% air kelapa dan Z2 direndam dalam 50% air kelapa. Semua stek yang telah

mendapatkan perlakuan Z0, Z1 dan Z2 langsung ditanam pada media tanah dengan kedalaman

4 cm, dan bersamaan dengan itu diberikan perlakuan CMA sesuai perlakuan percobaan (M0,

M1, M2, dan M3). Inokulan CMA diberikan sebanyak 25 g yang ditaburkan secara merata

disekeliling pangkal stek dengan radius 2 cm pada kedalaman 5 cm dari permukaan tanah

media tanah. Setiap polybag ditanam satu stek, dan selanjutnya disusun (sesuai satuan

percobaan) di bawah naungan lalu ditutup sungkup plastik transparan. Naungan dan sungkup

yang dibuat bersifat kolektif. Penaungan bibit dilakukan sejak awal minggu pertama

(penanaman) sampai minggu ke 18. Sedangkan sungkup plastik transparan dibuka setelah bibit

stek lada berumur 6 minggu setelah tanam (mst).

Penyiraman dilakukan pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Selama empat minggu

pertama. Kemudian pada minggu ke 5 – 6 penyiraman dilakukan pada pukul 08.00s dan 16.00

WIB, setelah minggu ke enam dan seterusnya penyiraman dilakukan pada pukul 08.00 WIB.

Penyiangan gulma dilakukan secara mekanis dengan pencabutan. Pengendalian hama dan

penyakit dilakukan sesuai kondisi di lapangan, dengan menggunakan tindakan secara mekanis.

Pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada

meliputi peubah; panjang batang, jumlah daun, jumlah akar, panjang akar, umur bibit saat

tunas beruas lima, dan rasio tajuk-akar (Rasio T-A). Sedangkan pengamatan terhadap infeksi

CMA pada akar bibit stek lada meliputi persentase infeksi CMA dan intensitas infeksi CMA.

Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) dan jika F-Hitung perlakukan

berbeda nyata pada taraf 5% dilanjutkan dengan Uji Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Page 4: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 39

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.

Rangkuman Nilai F-Hitung dari Data Semua Peubah Pengamatan yang Dikumpulkan

Peubah Inokulasi Jenis CMA

Konsentrasi Air Kelapa

Interaksi

a. Perubah bibit Panjang batang Jumlah daun Luas daun Panjang akar terpanjang Jumlah akar Berat kering Umur bibit saat beruas lima

b. Analisis tumbuh bibit Rasio T-A

c. Infeksi CMA pada akar Persentase infeksi CMA Intensitas infeksi CMA

6,335 * 3,065 * 5,848 * 2,753 tn 5,532 * 5,285 * 4,472 *

1,647 tn

30,474 * 9,546 *

22,664 * 10,260 * 7,815 * 7,220 * 8,069 *

12,609 * 12,094 *

1,553 tn

4,537 * 7,281 *

1,662 tn 0,600 tn 0,715 tn 0,713 tn 1,675 tn 0,987 tn 0,411 tn

0,561 tn

1,503 tn 1,619 tn

* = nyata pada taraf 5%, tn = tidak nyata pada taraf 5%

Dari hasil percobaan terlihat bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara jenis CMA dan

konsentrasi air kelapa terhadap semua perubah parameter pertumbuhan bibit dan analisis

tumbuh bibit stek lada serta parameter infeksi CMA yang diuji (Tabel 1). Hal ini

menggambarkan bahwa tidak ada saling ketergantungan antara air kelapa dan CMA dalam

mempengaruhi pertumbuhan bibit stek lada.

Meskipun air kelapa mampu meningkatkan jumlah akar bibit stek lada serta

meningkatkan persentase dan intensitas infeksi CMA (Tabel 2). Akan tetapi, tingkat

keberhasilan dan efektifitas simbiosis mutualisme antara CMA dengan bibit stek lada lebih

ditentukan oleh tingkat kesesuaian antara keduanya.

Hormon auksin, sitokinin dan giberelin yang terkandung dalam air kelapa (Prawinata,

1998; Wattimena, 1988; Garner et al., 1991) sama dengan hormon yang dihasilkan CMA

(Setiadi, 1989; Harran et al., 1992), diduga sebagai salah satu penyebab tidak adanya

pengaruh interaksi antara jenis CMA dengan konsentrasi air kelapa.

Keadaan ini mungkin disebabkan oleh konsentrasi auksin, sitokinin dan giberilin yang

tinggi pada bibit stek lada (karena perlakuan CMA dan air kelapa) menjadi kurang efesien

untuk meningkatkan pertumbuhan bibit tersebut. Diduga kebutuhan hormon auksin, sitokinin

dan diberelin bibit stek lada untuk mendukung pertumbuhannya telah terpenuhi hanya oleh

CMA atau air kelapa saja.

Pada Tabel 1. juga terlihat bahwa perlakuan pemberian air kelapa ataupun

penginokulasian CMA nyata mempengaruhi 9 dari 10 (90%) peubah yang diamati. Hasil ini

gambarkan bahwa pemberian air kelapa ataupun penginokulasian bibit stek lada dan tingkat

infeksi CMA pada akar bibit stek lada selama masa pembibitan.

Page 5: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 40

Pengaruh Pemberian Air Kelapa

Tabel 2.

Rangkuman Hasil Uji DMRT Terhadap Data Semua Peubah Pertumbuhan

Bibit Stek Lada dan Infeksi CMA sebagai Akibat Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa.

Peubah Pengaruh Utama Konsentrasi Air Kelapa

0% 25% 50%

a. Perubah bibit Panjang batang Jumlah daun Luas daun Panjang akar terpanjang Jumlah akar Berat kering Umur bibit saat beruas lima

b. Analisis tumbuh bibit Rasio T-A

c. Infeksi CMA pada akar Persentase infeksi CMA Intensitas infeksi CMA

13,55 a 8,63 a

143,75 a 23,38 a 9,84 a 1,22 a

13,83 a

1,7 a

17,48 a 1,06 a

18,94 b 11,50 b

210,42 b 28,76 b 11,88 b 1,75 b

12,81 b

1,62 a

24,21 b 1,21 b

20,34 b 11,83 b

205,04 b 27,09 b 12,04 b 1,76 b

12,25 b

1,67 a

25,31 b 1,25 b

Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.

Dari hasil percobaan ini, secara umum terlihat bahwa perendaman stek lada dalam air

kelapa mampu meningkatkan pertumbuhan bibit stek lada. Konsetrasi 25% dan 50% ari kelapa

sama baiknya dan mampu meningkatkan pertumbuhan bibit stek lada secara nyata pada

hampir semua peubah pengamatan yang diuji, seperti; panjang batang, jumlah dan luas daun,

panjang dan jumlah akar, berat kering, umur bibit saat tunas beruas lima, serta persentase dan

intensitas infeksi akar oleh CMA (Tabel 2). Keadaan ini mengindikasikan bahwa konsentrasi

25% air kelapa lebih efisien dari pada konsentrasi 50% dalam memacu dan meningkatkan

pertumbuhan bibit stek lada. Hal ini mungkin berhubungan dengan konsentasi hormon auksin,

sitokinin dan giberilin dalam 25% air kelapa yang diduga sudah cukup efektif untuk memacu

dan meningkatkan pertumbuhan bibit stek lada, terutama dalam merangsang dan memacu

pertumbuhan awal stek (inisiasi akar dan tunas stek). Dugaan ini diperkuat oleh laporan

penelitian Dwipa (1992), dimana perendaman stek lada selama 8 jam dalam 25% air kelapa

muda mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan akar serta tajuk bibit stek lada

selama masa pembimbibitan.

Pada awalnya, pemberian ZPT pada stek dimaksudkan untuk merangsang dan memacu

terjadinya pembentukan akar stek, sehingga perakaran stek menjadi lebih lebih baik dan lebih

baik banyak (Rochiman dan Harjadi, 1973). Dari hasil percobaan ini terlihat bahwa

perendaman stek dalam 25% dan 50% air kelapa nyata meningkatkan jumlah akar dan panjang

akar terpanjang bibit stek lada dibandingkan dengan control. Selanjutnya Ben dan Syukur

(2003) juga melaporkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan akar stek satu ruas berdaun

tunggal lada perdu dapat dipacu jika stek direndam dalam 25-50% air kelapa selama 12 jam.

Sebelumnya Krishnamoorty (1981) melaporkan bahwa untuk mempercepat inisiasi akar stek,

memperbanyak jumlah akar per stek, dan meningkatkan persentase stek berakar dapat

dilakukan dengan pemberian air kelapa. Hal ini berhubungan dengan keberadaan zat-zat aktif,

terutama auksin dan sitokinin yang berperan dalam merangsang dan memacu inisiasi akar stek

lada.

Page 6: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 41

Auksin (IAA) bersama kofaktor perakaran (umumnya vitamin) akan membentuk

kompleks IAA-kofaktor, kemudian bersama glukosa/karbohidrat, nitrogen dan zat hara

lainnya akan mendorong terbentuknya inisiasi akar (Hartman dan Kester, 1978). Keberadaan

auksin pada selang konsentrasi sempit/rendah diperlukan untuk merangsang dan memacu

inisiasi akar pada jaringan kalus yang berbentuk di stek. Sedangkan pada selang konsentrasi

luas/tinggi, auksin justru akan menghamba inisiasi akar, namun keberadaanya bersama

sitokinin masih mampu merangsang inisiasi akar (Wattimena, 1988; Gardner et al., 1991). Hal

ini mengindikasikan bahwa auksin dan sitokinin bekerja sinergis dalam merangsang dan

memacu inisiasi akar stek lada. Sebelumna Harjadi (1984) mengemukakan bahwa karbohidrat

juga berperan dalam meningkatkan laju pembelahan sel jaringan meristem pada kambium,

titik tumbuh batang dan ujung akar, termasuk panjang akar. Dengan demikian, semakin

banyak terbentuk inisiasi akar pada stek lada berarti semakin banyak pula jumlah akar bibit

stek lada. Selanjutnya, semakin cepat terbentuk inisiasi akar pada stek lada berarti semakin

panjang akar tersebut, sehubungan dengan bertambahnya umur bibit.

Kemampuan serapan akar bergantung pada luas permukaan serap akar yang dipengaruhi

oleh jumlah dan panjang akar. Peningkatan jumlah dan panjang akar akan meningkatkan

serapan hara dan air tanaman, sehingga aktifitas fotosintesisi tanaman untuk menghasilkan

bagian tanaman, dan terakumulasi sebagai bahan/berat kering tanaman. Asimilat yang

ditranslokasikan ke akar akan digunakan untuk keperluan pertumbuhan akar, sedangkan yang

ke tajuk untuk keperluan pertumbuhan tajuk, terutama tunas, batang dan daun. Hal ini sesuai

pendapat Prawiranat et al. (1989) bahwa produksi asimilay dan akumulasi bahan kering

tanaman dapat ditingkatkan jikas unsur hara yang tersedia cukup.

Selain merangsang dan memacu pertumbuhan akar tanaman, hormon pertumbuhan juga

berperan dalam merangsang dan memacu pertumbuhan tunas stek, termasuk pembentukan

daun dan batang. Dari hasil percobaan ini terlihat bahwa perendaman stek lada dalam 25% dan

50% air kelapa mampu meningkatkan panjang batang, jumlah daun dan luas daun

dibandingkan kontrol (Tabel 2). Ini sesuai dengan laporan penelitian Dwipa (1992), dimana

perendaman stek lada selama 8 jam dalam 25% air kelapa mampu meningkatkan pertumbuhan

tajuk bibit stek lada terutama panjang batang dan jumlah daun selama masa pembibitan.

Keadaan ini disebabkan oleh keberadan hormons auksin, sitokinin dan giberelin yang

terkandung dalam air kelapa, setelah diserap dan ditranslokasikan ke tunas stek dapat

merangsang dan memacu pertumbuhan tunas stek laad. Dugaan ini diperkuat oleh pendapat

Wattimena (1988) dan Gardner et al.i (1991) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan

pemunculan tunas dikendalikan oleh hormon auksin dan sitokinin yang bekerja sinergis.

Batang tanaman lada terdiri dari ruas dan buku, dimana pada setiap bukunya terdapat

sehelai daun dengan duduk tunggal berseling (Rismunandar, 2000). Jadi setiap terjadi

pertumbuhan dan permunculan tunas pucuk (meristem pucuk), maka secara langsung akan

menghasilkan pertambahan panjang batang bibit stek lada. Pertambahan panjang batang bibit

lada juga dapat terjadi melaluis pertambahan panjang ruas antar buku batang. Auksin dan

giberelin merupakan hormon-hormon yang diduga berperan dalam memperpanjang ruas antar

buku bibit stek lada. Auksin berperan aktif dalam mendorong pembesaran sel-sel ruas batang,

sedangkan giberelin lebih aktif terutama dalam merangsang dan memacu pembelahan serta

perbesaran sel-sel ruas batang (Wattimena, 1988; Gardner et al., 1991; Sallisbury dan Ross,

1995).

Pada setiap pertambahan ruas karena pertumbuhan dan pemunculan tunas baru (tunas

puncak dan tunas samping/ketiak), selalu dihasilkan daun baru. Hal ini berarti bahwa auksin

dan sitokinin secara tidak langsung berperan dalam perningkatan jumlah daun bibit stek lada.

Page 7: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 42

Jika jumlah daun meningkat maka luas permukaan daun bibit stek lada juga relatif meningkat.

Selanjutnya, keberadaan auksin dan sitokinin di daun akan merangsang pembelahan dan

perbesaran sel-sel daun muda sampai ukuran habitusnya, sehingga luas permukaan daun bibit

juga meningkat (Wattimena, 1988; Gardner et al., 1991; Salisbury dan Ross, 1995).

Peningkatan panjang batang, jumlah dan luas daun, serta jumlah dan panjang akar juga

berarti peningkatan berat kering. Dari hasil percobaan ini terlihat bahwa konsentrasi 25% dan

50% air kelapa adalah sama baiknya dan secara nyata meningkatkan berat kering bibit stek

lada dibandingkan dengan kontrol. Selanjutnya, berat kering tanaman akan terakumulasi lebih

banyak di tajuk dari pada di akar, sehingga penampilan tajuk dan kecepatan pertumbuhannya

juga dapat mencerminkan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Menurut Wahid et al. (1996)

dan Rismunandar (2000), bibit tanaman lada yang berasal dari stek satu ruas berdaun tunggal,

telah siap tanam dan dapat dipindahkan ke lapangan jika tunas/batangnya sudah memiliki lima

ruas. Pada percobaan ini juga terlihat bahwa konsentrasi 25% dan 50% air kelapa adalah sama

baiknya dan secara nyta dapat mempersingkat umur bibit stek lada saat tunas/batang beruas

lima dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berarti bahwa perlakuan 25% dan 50% air kelapa

mampu mempersingkat masa pembibitan bibit stek lada stek satu ruas berdaun tunggal.

Hasil terebut sesuai dengan laporan Lufdy dan Ernawati (1978) dalam Wahid et al.

(1996), dimana perendaman stek dalam 25% air kelapa selama 12 jam dapat meningkatkan

pertumbuhan bibit stek lada asal sulur panjat. Keadaan tersebut disebabkan oleh keberadaan

hormon auksion, sitokinin dan giberelin dari air kelapa yang dapat memacu dan meningkatkan

pertumbuhan bibit stek lada, terutama dalam merangsang dan memacu pertumbuhan awal stek

(inisasi akar stek dan tunas stek). Selanjutnya pada tunas stek yang baru tumbuh tersebut akan

muncul/tumbuh ruas batang (ruas pertama) dan sehelai daun (daun pertama) yang merupakan

tajuk awal bibit stek laad. Keberadaan tajuk awal ini, terutama daun pertama diduga berperan

penting untuk meningkatkan aktifitas fotosintesis dan produksi asimilat guna mendukung

pertumbuhan bibi stek lada selanjutnyas.

Rasio T-A merupakan gambaran pola pendistribusian porsi asimilasi antara tajuk dan

akar tanaman. Dari hasil percobaan ini terlihat konsentrasi 25% dan 50% air kelapa

menghasilkan rasio T-A bibit stek lada yang lebih rendah dari pada kontrol, meskipun secara

statitik tidak nyata (Tabel 2). Kondisi ini justru menggambarkan pertumbuhan dan

perkembangan akar bibit stek lada yang mendapat perlakuan air kelapa lebih baik

dibandingkan dengan bibit tanpa perlakuan air kelapa. Keadaan tersebut disebabkan oleh

pengaruh positif air kelapa (konsentrasi 25% dan 50%) terhadap peningkatan pertumbuhan

akar bibit stek lada, terumata jumlah akar dan panjang akar terpanjang.

Pada Tabel 2 juga terlihat bahwa perlakuan perendaman stek dalam 25% dan 50% air

kelapa nyata meningkatkan presentase dan intensitas infeksi CMA pada akar bibit stek lada

dibandingkan dengan tanpa air kelapa. Konsentrasi 50% air kelapa menghasilkan angka

pengujian persentase dan intensitas infeksi CMA yang tertinggi, akan tetapi sama baiknya

dengan kosentrasi 25%. Keadaan ini diduga berhubungan dengan keberadaan hormon auksin

dan sitokinin air kelapa yang dapat merangsang dan memcau inisiasi akar stek lada.

Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), pada perbanyakan secara vegetatif, pemberian

ZPT pada stek dimaksudkan untuk merangsang dan memacu pembentukan akar stek, sehingga

akar stek menjadi lebih cepat terbentuk dan lebih banyak. Danm dari hasil penelitian Dwipa

(1992) dilaporkan bahwa perendaman stek dalam 25% air kelapa selama 8 jam mampu

meningkatkan jumlah akar per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan kontrol. Dengan

demikian, semakin banyak jumlah akar per bibit stek lada sebesar 16,4% dibandingkan

kontrol. Dengan demikian, semakin banyak jumlah akar bibit stek lada yang terbentuk, maka

Page 8: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 43

kemungkinan akar bibit untuk dapat diinfeksi oleh CMA akan semakin besar/banyak, dan ini

berarti meningkatkan persentase infeksi akar oleh CMA. Kemudian, semakin cepat inisiasi

akar terjadi maka kemungkinan CMA untuk menginfeksi akar bibit stek lada juga akan

semakin cepat. Selanjutnya persentase dan intensitas pada akar bibit ini akan terus meningkat

dengan meningkatnya pertumbuhan bibit stek lada bersama waktu/umur bibit.

Pengaruh Inokulasi CMA

Secara umum jenis G. manihotis sama baik dengan G. rosae, dan kedua jenis ini secara

nyata dapat meningkatkan pertumbuhan bibit stek lada, terutama terhadap perubah panjang

batang, jumlah daun, luas daun, jumlah akar dan berat kering, serta dapat mempersingkat

umur bibit saat tunas beruas lima dibandingkan kontrol (Tabel 3). Sedangkan jenis G.

fasciculatum memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap peningkatan panjang tunas, luas

daun dan berat kering bibit stek lada dibandingkan kontrol.

Keadaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bibit stek lada akan lebih baik jika

diinokulasi CMA jenis G. manihotis atau G. rosae dari pada jenis G. fasciculatum. Hal ini

juga berarti bahwa CMA jenis G. manihotis dan G. rosae memiliki tingkat kesuaian yang lebih

baik dari pada jenis G. fasciculatum terhadap bibit stek lada sebagai tanaman inang.

Tabel 3.

Rangkuman Hasil Uji DMRT Terhadap Data Semua Peubah

Pertumbuhan Bibit Stek Lada dan Infeksi CMA sebagai Akibat Perlakuan Inokulasi CMA

Peubah Pengaruh Utama Inokulasi Jenis CMA

Tanpa CMA G. manihotis G. rosae

a. Perubah bibit Panjang batang Jumlah daun Luas daun Panjang akar terpanjang Jumlah akar Berat kering Umur bibit saat beruas lima

b. Analisis tumbuh bibit Rasio T-A

c. Infeksi CMA pada akar Persentase infeksi CMA Intensitas infeksi CMA

14,9 a 9,00 a

140,11a 24,06 a 9,67 a 1,27 a

13,78 a

1,63 a

4,85 a 1,00 a

20,07 c 11,39 b

217,94 b 27,44 a 11,78 b 1,81 b

12,67 b

1,68 a

32,72 c 1,28 c

17,04 ab 11,22 b

172,22 ab 28,51 b 11,17 b

1,56 ab 12,89 b

1,61 a

21,21 b 1,14 b

18,42 bc 11,00 b 215,33 b 25,63 a 12,40 b 1,68 b

12,52 b

1,72 a

30,57 c 1,26 bc

Angka-angka pada baris yang sama diikuti huruf kecil sama berbeda tidak nyata menurut DMRT pada taraf nyata 5%.

Keadaan tersebut juga didukung oleh data hasil pengamatan persentase dan intensitas

infeksi CMA pada akar bibit stek lada. Jenis G. manihotis dan G. rosae menghasilkan

persentase infeksi yang secara nyata lebih tinggi dibandingkan G. fasciculatum (Tabel 3).

Intensitas infeksi G. manihotis yang secara nyata intensitas infeksi-nya lebih tinggi ari pada

jenis G. fasciculatum. Perbedaan kemampuan jenis G. manihotis, G. rosae dan G.

fasciculatum dalam menginfeksi akar dan meningkatkan pertumbuhan bibit stek lada

disebabkan oleh perbedaan tingkat kesesuaian antara cendawan mikoriza dengan tanaman

inangnya sangat mempengarahui hubungan simbiosis mutualistik antara keduanya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Santoso (1988) bahwa cendawan mikoriza yang sesuai akan lebih

efektif membantu penyerapan hara dan air untuk keperluan tanaman inangnya.

Page 9: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 44

Selanjutnya Fakuara (1988) juga melaporkan bahwa cendawan mikoriza yang

diinokulasikan pada bibit Pinus merkusii mampu meningkatkan serapan unsur hara N, P, K

dan Mg, yang masing-masing sebesar 320%, 500% 226% dan 197%.

Bibit stek lada yang diinokulasi CMA diduga mampu meningkatkan serapan hara dan air

dari dalam tanah, sehingga pertumbuhannya menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan

bibit tanpa inokulasi CMA. Pengaruh inokulasi CMA yang tidak nyata terhadap peningkatan

panjang akar terpanjang bibit stek lada (Tabel 3) merupakan bukti dari keberadaan hifa

eksternals mikoriza yang berperan dalam membantu dan meningkatkan serapan hara dan air

bibit. Hifa eksternal cendawa mikoriza yang berukuran lebih halus dan panjang dibandingkan

rambut akar mampu menjangkau dan menyerap hara dan air yang berada di dalam pori-pori

tanah yang lebih kecil. Sehingga luas permukaan serapan akar menjadi lebih luas, dan serapan

hara dan air bibir stek lada dapat lebih ditingkatkan.

Prawiranata (1989) mengemukakan bahwa produksi dan akumulasi bahan kering

tanaman dapat ditingkatkan, jika unsur hara yang tersedia cukup. Selanjutnya Gardner et al.

(1991) menjelaskan bahwa bahan/berat kering tanaman merupakan hasil penimbunan asimilat

dari proses fotosintesis tanaman tersebut. Dengan demikian, terjadinya peningkatan panjang

batang, jumlah dan luas daun, jumlah akar dan berat kering bibit disebabkan oleh adanya

peningkatan produksi asimilat, dan pada akhirnya dapat mempersingkat umur pembibitan stek

lada.

Kemampuan cendawa mikoriza (CMA) menghasilkan hormon auksin, sitokinin dan

giberelin serta beberapa vitamin (Setiadi, 1989; Harran et al., 1992), di duga merupakan salah

satu penyebab terpacunya pertumbuhan panjang batang, jumlah dan luas daun, serta jumlah

akar bibit stek lada yang diinokulasi CMA. Keadaan ini sesuai dengan haasil penelitian

Armansyah (2001) yang melaporkan bahwa inokulasi Glomus manihotis pada bibit gambir

mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi batang (141%), jumlah daun (157%), lingkar

batang (148%), dan biomassa bibit (112%). Selanjutnya dari hasil penelitian Susi (2003)

dilaporlkan bahwa inokulasi Glomus fasciculatum pada bibit cengkeh dapat menambah tinggi

batang, diameter batang, jumlah daun dan jumlah cabang pada batang. Sebelumnya Fakuara

(1988) juga melaporkan bahwa inokulasi mikoriza pada bibit Pinus merkusii mampu

meningkatkan pertumbuhan tinggi batang (24%), diameter batang (23,5%) dan biomassa bibit

(14,7%).

Menurut Wattimena (1988), hormon berfungsi sebagai penggerak/pemicu reaksi-reaksi

biokimia dan perubahan komposisi kimia di dalam tanaman yang mengakibatkan terebntuknya

organ-organ tanaman, seperti; akar, tunas, batang, daun, bunga, dan lain sebagainya.

Kemampuan pertambahan panjang batang bibit stek lada terjadi melalui pertumbuhan tunas

pucuk (meristem pucuk) yang menghasilkan ruas baru, dan melalui perpanjangan ruas antar

buku itu sendiri. Keberadaan auksin dengan konsentrasi tertentu berperan dalam merangsang

dan memacu pertumbuhan tunas pucuk (Wattimena, 1988). Sedangkan giberelin berperan

lebih dominan dalam merangsang perpanjangan ruas antar buku, dan sitokinin sangat aktif

dalam merangsang pembelahan dan perbesaran sel tanaman (Gardner et al., 1991; Salisbury

dan Ross (1995).

Pada setiap buku tanaman lada tumbuhan sehelai daun dengan duduk tunggal berseling

(Rismunandar, 2000). Hal ini berarti bahwa setiap terbentuk ruas baru (tunas pucuk dan tunas

samping/ketiak) akan menghasilkan pertambahan daun baru. Jadi, auksin secara tidak

langsung berperan dalam meningkatkan jumlah daun bibit stek lada melalui pembentukan ruas

baru karena pertumbuhan tunas. Demikian pula halnya dengan pertambahan/perluasan luas

daun total bibit stek lada, semakin banyak daun terbentuk maka luas daun total akan rekatif

Page 10: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 45

lebih luas. Keberadaan auksin dan sitokinin di daun akan merangsang pembelahan dan

perbesaran sel, sehingga mampu meningkatkan luas daun sampai ukuran habitusnya

(Wattimena, 1988; Gardner et al. 1991; Salisbury dan Ross, 1995).

Hormon auksin dan sitokinin yang diproduksi oleh CMA juga diduga perperan dalam

memperbanyak jumlah akar bibit stek lada. Hal ini mungkin berhubungan dnegan fungsi

hormon terutama auksin dalam merangsang inisiasi akar. Menurut Watiimena (1988) dan

Gardner et al.(1991), keberadaan hormon auksin pada selang konsentrasi sempit/rendah

berperan dalam merangsang inisiasi akar pada jaringan kalus yang terbentuk di stek, serta

memacu pembentukan akar. Meskipun auksin pada konsentrasi luas/tinggi akan menghambar

inisiasi akar, namun keberadaannya bersama sitokinin masih mampu merangsang inisiasi akar.

Bibit tanaman lada yang berasal dari stek satu ruas berdaun tunggal telah siap tanam

(dapat dipindahkan ke lapangan) bila tunas/batangnya telah memiliki minimal lima ruas

(Wahid et al., 1996; Rismunandar, 2000). Dari hasil uji statistik (Tabel 2) terlibat bahwa

penginokulasian CMA jenis G. manihotis, G. fasciculatums, dan G. rosae secara tunggal pada

bibit stek lada secara nyata mampu mempersingkat umur bibit siap tanam (tunas/batang beruas

lima) dibandingkan dengan tanpa inokulasi CMA. Hal ini berarti masa pembibitan bibit lada

yang berasal dari stek satu ruas berdaun tunggal dapat dipersingkat dengan penginokulasian

CMA. Keadaan ini disebabkan oleh keberadaan CMA yang diduga berperan dalam membantu

meningkatkan serapan hara dan air bagi kebutuhan bibit stek lada, serta memproduksi hormin

pertumbuhan yang berguna untuk merangsang dan memacu pertumbuhan bibit.

Dari data hasil uji statistik (Tabel 1 dan 3), rasio T-A bibit stek lada tidak dipengaruhi

oleh perlakuan inokulasi CMA. Hal ini bukan berarti pertumbuhan bibit stek lada yang

diinokulasi CMA tidak lebih baik dari pertumbuhan bibit tanpa inokulasi CMA, karena rasio

T-A hanya menggambarkan pola pendistribusian asimilat antara tajuk dan akar. Keadaan ini

mungkin brhubungan dengan pengaruh inokulasi CMA terhadap peningkatan pertumbuhan

tajuk seperti pertambahan panjang batang, jumlah dan luas daun yang juga disertai

peningkatan pertumbuhan akar, terutama jumlah akar.

KESIMPULAN

1. CMA jensi G. manihotis merupakan jenis terbaik, dan diikuti oleh jenis G. rosae dan G.

fasciculatum dalam menginfeksi dan meningkatkan pertumbuhan bibit stek lada.

2. G. manihotis menghasilkan persentase dan intensitas infeksi tertinggi (32,72% dan 1,28%),

dan nyata meningkatkan panjang batang, jumlah daun, luas daun, jumlah akar dan berat

kering bibit stek lada, serta nyata mempersingkat masa pembibitan (1.11 minggu).

3. Perendaman stek lada selama 12 jam dalam air kelapa pada konsentrasi 25% lebih efisien

dari pada konsentrasi 50%, dan keduanya secara nyata meningkatkan pertumbuhan bibit

stek lada.

4. Konsentrasi 25% air kelapa secara nyata meningkatkan pajang batang, jumlah daun, luas

daun, panjang akar terpanjang, jumlah akar dan berat kering bibit stek lada, serta nyata

mempersingkat masa pembibitan (1,02 minggu).

Page 11: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 46

DAFTAR PUSTAKA

Bem, F.A dan C. Syukur. 2003. Lada Perdu untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta: Penerbit Penerbar

Swadaya.

Fakuara, M.Y. 1988. Mikoriza Teori dan Kegunaan dalam Praktek. Bogor: Pusat Antar

Universitas (PAU) Bioteknologi IPB dan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB.

Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plant. Terjemahan

Herawatu Susilo dan Subiyanto. “Fisiologi Tanaman Budidaya”. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Harjadi, S.S. 1984. Pengantar Agronomi. Jakarta: P.T. Gramedia.Jakarta.

Harran, S., N. Ansori, G.A. Wattimena, H. Aswidinnoor, I. Anas, D.A. Santosa, Y. Fakuara,

L.W. Gunawan dan A. Ernawati. 1992. Bioteknologi Pertanian 2. Bogor: PAU

Bioteknologi IPB.

Hartman, H.T. and D.E. Kester. 1978. Plant Propagation. Third Edition. New Delhi: Prentice

Hall of India Private Ltd.

Krishnamoorthy, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1988. Dasar-Dasar Fisiologi

Tumbuhan. Jilid I. Bogor: Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB.

Rismunandar. 2000. Lada Budidaya dan Tata Biaganya. Cetakan X. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Rismunandar dan M. H. Riski. 2003. Lada Budidaya dan Tata Biaganya. Edisi Revisi.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Rochiman, K. Dan S.S. Harjai. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas

Pertanian IPB. Bogor. 72 Hal.

Alisury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Plant Physiology. Terjemahan D.R. Lukman dan

Sumaryono. “Fisiologi Tumbuhan Jilid I, II dan III”. Bandung: ITB.

Steadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikoorganisme dalam Kehutanan. Bogor: Dirjen Pendidikan

Tinggi PAU Bioteknologi IPB.

Wahid, P., D. Soetopo, R. Zaubin, I. Mustika dan N. Nurdjannah. 1996. Monograf Tanaman

Lada. Bogor: Balitro.

Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU Bioteknologi IPB,

Bekerjasama dengan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.

Page 12: Respon Pertumbuhan Bibit Stek Lada (Piper Nisrum L · PDF filePengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan dan analisis tumbuh bibit stek lada meliputi peubah; panjang batang, jumlah

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Hendra Aguzaen, Hal; 36 - 47 47

Makalah, Jurnal, Tesis dan Disertasi

Armansyah. 2001. “Uji Efektivitas Dosisi dari Beberapa Jenis Cendawan Mikoriza Arbuskular

Terhadap Pertumbuhan Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb)”. Tesis S2 Program

Pascasarjanas Universitas Andalas. Padang.

Husin, E.F. 1992. “Perbaikan Beberapa Sifat Podsodik Merah Kuning dengan Pemberian

Pupuk Hijau Sesbania Rostrata dan Inokulasi MVA serta Efeknya terhadap Serapan

Hara Hasil Tanaman Jagung”. Desertasi Doktor Fakultas Pascasarjana Universitas

Padjadjaran. Bandung.

Rahmansyah, M. Dan Suciatmih. 1999. “Pemberian Inokulan Campuran Beberapa Cendawan

Arbuskular pada Kacang Tanah dan Kedele”. Dalam Jurnal Mikrobiologi Indonesia,

Vol. 4. No. 1 Permi Jurusan Biologi FMIPA IPB. Bogor. Hal 12-15.

Santoso, E. 1988. “Pengaruh Fungsi Mikoriza Terhadap Pertumubuhan Bibit

Diptorocarpaceae”. Tesis S2 Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. 110 hal.

Susi, N. 2003. “Pengaruh Dosis Cendawan Mikoriza Arbuskula Glomus fasciculatum

Terhadap Pertumbuhan Bibit Cengkeh (Syzigium aromaticum (L.)merr and Perry)”.

Tesisi S2 Program Pascasarjana UNAND Padang.

Subiksa, IG.M. 2002. “Pemanfaatan Mikoriza untuk Penanggulangan Lahan Kritis Makalah

Palsafah Sains (PPs702). Program Pascasarjana/SE IPB. Bogor.


Recommended