Date post: | 03-Jan-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | ratih-oktaviana-yahya |
View: | 25 times |
Download: | 3 times |
JOURNAL READING
Angiotensin-Converting Enzyme 2 Overexpression in the
Subfornical Organ Prevents the Angiotensin II–Mediated Pressor and
Drinking Responses and Is Associated With Angiotensin II Type 1
Receptor Downregulation
BLOK KARDIOVASKULER 1
Kelompok 3:
Ratih Oktaviana (2111210001) Pratiknyo Dipo L. (2111210026)
Rery Tiara Amalia D (2111210002) Putri Agustin (2111210030)
Amalia Alfi K. D (2111210003) Erina Yustira (2111210031)
Olivia Cindy (2111210019) Hidayatulloh Arief (2111210032)
Hilda Nur Ainia (2111210020) Santi Purnama Sari (2111210069)
M. Taufiqurrahman S. (2111210021) Eka Sukma Budi R. (2111210070)
Karolina Afriyani K. (2111210025) Alfien Aripasha (2111210071)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala pujian agung kami sembahkah kepada Allah SWT
yang telah memberikan pertolongan, petunjuk dan kekuatan materil maupun moril
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah telaah jurnal ini dengan hasil
sedemikian rupa.
Jurnal yang berjudul “Angiotensin-Converting Enzyme 2
Overexpression in the Subfornical Organ Prevents the Angiotensin II–
Mediated Pressor and Drinking Responses and Is Associated With
Angiotensin II Type 1 Receptor Downregulation ini dibuat dengan menelaah
dari sebuah jurnal.
Kami berharap jurnal ini dapat digunakan sebagaimana mestinya sehingga
dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri.
PENYUSUN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem renin-angiotensin (RAS) memiliki efek pada sistem kardiovaskular
dan homeostasis cairan. Pada Awalnya efek ini diduga merupakan hasil utama
dari produksi sistemik angiotensin (Ang) II. Rangsangan reseptor Ang II tipe 1
(AT1) yang ada dalam ginjal dan pembuluh darah untuk membuat vasokonstriksi
pembuluh darah serta reabsorpsi air dan garam. Ginjal dan hati adalah organ
endokrin utama untuk menghasilkan renin dan sintesis angiotensinogen, tetapi
akhir-akhir ini pendapat tentang RAS telah ditentang karena renin dan
angiotensinogen telah terdeteksi di jaringan ekstrarenal dan ekstrahepatik.
RAS lokal terdapat di beberapa jaringan, misalnya di jaringan jantung,
adiposa, pembuluh darah, dan sumsum tulang, dengan efek sama pada RAS-
endokrin tetapi juga tergantung pada sistem individual. Salah satunya, RAS otak,
dianggap penting dalam regulasi kardiovaskular dan penting dalam patogenesis
hipertensi dan gagal jantung. Tetapi RAS otak masih kurang dipahami karena
kesulitan penelitian dalam membedah RAS otak pada tingkat selular, regional
pada seluruh tingkat organisme.
Tahun 2000, ACE-family menemukan sesuatu yang baru yang di
identifikasi dan diberi nama Ang-converting enzyme (ACE) 2. Jenis
carboxypeptidase ini pertama kali di sekuens dan di klon dari manusia dengan
gagal jantung bagian ventrikel dan limfoma yaitu cDNA-library. Studi ini
melaporkan adanya ekspresi ACE2 di mRNA dalam hati dan ginjal, tetapi tidak
terdeteksi dalam otak. Selain itu, aktivitas ACE2 mRNA juga terdapat pada
medula oblongata dan otak mencit. Telah diketahui adanya protein ACE2 dan
mRNA dalam otak mencit, termasuk daerah yang terlibat dalam regulasi pusat
fungsi kardiovaskular. Dilaporkan bahwa ACE2 dapat menurunkan Ang II ke
vasodilator peptide Ang-(1-7) dengan afinitas 400 kali lipat lebih besar daripada
Ang I. Meskipun pusat Ang-(1-7) meningkatkan sensitivitas refleks baroreseptor
dan tanggapan pressor atau depressor tergantung pada daerah yang ditargetkan.
Peran ACE2 di pusat kardiovaskular masih belum jelas karena kurangnya alat
khusus untuk menyelidiki fungsinya.
Hipotesis menyatakan bahwa ACE2 memiliki peran utama dalam regulasi
pusat sistem saraf otonom dengan peningkatan Ang-(1-7) dan efek buffering
dalam meningkatkan Ang II pada penyakit kardiovaskular. Untuk menguji
hipotesis dan selektifitas dalam memanipulasi ekspresi ACE2 dalam jaringan atau
sel-sel tertentu, dikembangkan kode adenovirus untuk ACE2 manusia. Data
menunjukkan bahwa enhanced green fluorescent protein (eGFP) sebagai gen yang
dilaporkan. Selain itu, Ad-hACE2-EGFP sangat tinggi dalam menginduksi ACE2
mRNA, protein, dan aktivitas di neuron. Lebih penting lagi pada infeksi
intracerebroventricular (ICV) Ad-hACE2 mengakibatkan aktivitas ACE2 yang
meningkat pada subfornical organ (SFO) mencit, yang dikaitkan dengan
penurunan ekspresi reseptor AT1 dan menyebabkan penurunan yang signifikan
dalam Ang II yang dimediasi tekanan dan respon haus. Konsekuensinya, Hasilnya
menetapkan peran ACE2 dalam pengaturan pusat fungsi kardiovaskular,
menawarkan satu target baru untuk pengobatan hipertensi dan penyakit
kardiovaskular.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Materials and Methods
1. Adenovirus Generation
Virus Ad-hACE2-EGFP dikembangkan di Universitas Iowa Gene Transfer
Vector Core. Secara singkat, ACE2 pcDNA3.1 vektor dicerna dengan XbaI dan
PmeI dengan memisahkan fragmen 2418-bp hACE2. Fragmen ini kemudian
dikloning ke dalam pacAd5 CMV IRES EGFP pA shuttle (Gambar IA). Hasilnya
kemudian digunakan untuk menghasilkan adenovirus hACE2 EGFP.
2. Cell Culture and Adenovirus Infection
Sel neuro-2A (neuroblastoma mencit, American Type Culture Collection,
Manassas, Va) ditumbuhkan dalam 6 wadah dengan kepadatan 2 x 105 sel.
Setelah 24 jam, sel-sel diinkubasi dalam FBS medium rendah (2%) dengan Ad-
hACE2-EGFP virus atau Ad-eGFP control virus (100 Mois) selama 6 jam,
kemudian dikembalikan dalam 10% FBS medium. Pada hari ketiga setelah
infeksi, sel diperiksa menggunakan mikroskop fluoresensi (Olympus, IX81),
kemudian media dan sel dikumpulkan dan diuji seperti yang dijelaskan di bawah
ini.
3. In Vivo Adenovirus ICV Injection
Mencit jantan C57BL/6J, umur 8 sampai 10 minggu (Charles River
Laboratories, Wilmington, Mass), dibius dan disuntik Ad-hACE2-EGFP atau Ad-
EGFP (2 x 106 plaque-forming units [pfu], 200 nL) menggunakan pressure
injector (PicospritzerII). Mencit dieutanasia 7 hari setelah infeksi. Otak: (1)
dibelah koronal di cryostat, kemudian diproses dalam GFP fluoresensi visualisasi
dan hACE2 atau AT1 imunohistokimia, atau (2) dibekukan pada 80 ° C sebelum
SFO dibedah dan digunakan untuk tes berikutnya. Semua prosedur telah disetujui
oleh Institutional Use and Care Committee at Louisiana State Health Sciences
Center, New Orleans.
4. AT1 Receptor Binding
Densitas AT1 reseptor ditentukan oleh membran plasma preparations dari
mencit SFOs (n 20 per grup) dan sel neuro-2A setelah infeksi dengan Ad-
hACE2-EGFP atau Ad-EGFP. Membran suspensi (100 g per reaksi) diinkubasi
dengan 100 pmol / L Ang II (Perkin Elmer, specific activity: 2200 Ci/mmol)
selama 2 jam pada suhu kamar. Nonspesifik binding ditentukan dengan 5 mol / L
nonradioaktif Ang II.
5. Western Blot
Media kultur sel (10 L), lisat sel (10g), dan membran SFO yang dimurnikan
(5g) dikumpulkan secara terpisah dan diproses menggunakan acuan standar
Western blot terhadap hACE2 atau AT1 antibody. Spesifik Band dideteksi dengan
chemiluminescence sesuai dengan petunjuk dari pabrik (ECL, Perkin Elmer,
Boston, Mass) dan dikuantitatif dengan densitometri Laser (FujiFilm,
ImageReader versi 1.2).
6. ACE2 Activity
Sel dan media kultur dikumpulkan 3 hari setelah infeksi, dan SFOs mencit
dikumpulkan 7 hari setelah Ad-hACE2-EGFP atau Ad-EGFP. Aktivitas ACE2
diukur dalam cell lysate, cell culture medium dan SFO lysate, sebagaimana yang
dijelaskan. Data (arbitrary fluorescence units [AFU]) disajikan sebagai jumlah
substrat FPSVI yang dikonversi ke produk per menit dan dinormalisasi untuk total
protein atau volume of medium.
7. Immunohistochemistry
Tujuh hari setelah diinfeksi dengan Ad-hACE2-EGFP atau Ad-EGFP, otak
yang diperfusi, ditunggu semalaman, dan sebagaimana yang dijelaskna. Bagian
Otak dan kultur sel diproses sebagai hACE2 atau AT1 receptor detection (1:50
pengenceran selama 48 jam). Imunostaining dideteksi menggunakan fluoresensi
(Olympus, IX81) dan bidang terang (Nikon Eclipse E600) pada mikroskop.
8. Physiological Recordings
Mencit jantan C57BL/6J (n 25) dibius dan diinstrumentasi dengan Canula ICV
dan radiotelemetry probe, sebagai described. Mencit sadar kemudian disuntikkan
ICV dengan Ad-hACE2-EGFP atau Ad-EGFP (2 106 PFU, 200 nL). Setelah 7
hari, tekanan darah (BP) dicatat pada awal dan injeksi berikutnya dari Ang II (200
ng, 200 nL), carbachol (100 ng, 200 nL), atau Ang-(1-7) receptor blocker D-
Ala7-Ang-(1-7) (200 fmol, 200 nL) sebelum ICV Ang II. Asupan air dipantau
dengan mencatat waktu yang dihabiskan selama 15 menit. Dari rekaman awal,
spontaneous baroreceptor reflex sensitivity (SBRS) dihitung dengan
menggunakan metode urutan sebagaimana yang dijelaskan.
9. Statistical Analysis
Data dinyatakan sebagai SEM. Data dianalisis dengan Student tes atau
ANOVA (setelah uji Bartlett homogenitas varians), diikuti oleh Newman Keuls
correction untuk beberapa bagian. Perbandingan statistik dilakukan dengan
menggunakan Prism4 (GraphPad Software, San Diego, Calif). Perbedaan
dianggap signifikan secara statistik pada P 0,05.
EKSPRESI hACE2 DI SEL-SEL NEURON
HASIL
ACE2 Expression and Ang II–Mediated Pressor and Drinking Responses
Untuk menilai kemampuan ACE2 melawan efek dari Ang II di SFO, mencit yang sadar dan bebas bergerak yang sebelumnya terinfeksi Ad-hACE2-EGFP (7 hari) disuntik ICV dengan Ang II (200 ng dalam 200 nL), dan dampaknya dicatat pada BP dan masuknya air. Dasar acuannya adalah Mean Arterial pressure(MAP) dan Heart Rate 7 hari setelah terinfeksi, tidak ada perbedaan secara signifikan antara Ad-EGFP (MAP: 111±3 mm Hg; heartrate: 605±9 bpm) and Ad-hACE2-eGFP (MAP: 113±3 mm Hg; heart rate: 617±26 bpm; P>0.05) groups.
Gambar 3 : ACE2 berlebih yang menurunkan tekanan Ang II dalam merespon ACE2 pada tikus yang sadar
.
Gambar 3A menggambarkan respon tekanan typikal yang diinduksi oleh
ICV Ang II pada mencit yang sadar yang sebelumnya terinfeksi Ad-EGFP
menunjukkan peningkatan yang pesat dalam BP yang berkembang dalam menit
setelah injeksi ICV dan perlahan-lahan kembali ke awal. Pretreatment eGFP tidak
mempengaruhi efek dan durasi respon tekanan pada ICV Ang II. Bagaimanapun,
mencit yang diinfeksi dengan Ad-hACE2-eGFP menghambat penurunan pada
ang-II yang signifikan yang dimediasi dengan respon tekanan dengan menurunkan
pada kedua amplitude (ΔMAP:Ad-hACE2-eGFP 8±2 versus Ad-eGFP 18±2
mmHg ; P<0,01) dan durasi efek (Ad-hACE2-eGFP 9±2 versus Ad-eGFP 16±2
minutes; P<0,05) (Gambar 3B and 3C). penurunan respon tekanan ang II tidak
dicegah dengan pretreatment D-Ala-Ang-(1-7) (ΔMAP: Ad-hACE2-eGFP 5±3
versus Ad-eGFP 14±2 mm Hg), menunjukkan bahwa ekspresi hACE2 di SFO
menghambat respon Ang II–induced pressor dengan menurunkan kadar AngII
dari pada melibatkan Ang-(1-7) –mediated mechanism. Disamping itu, tidak
mempengaruhi Ad-hACE2-eGFP pada respon yang dimediasi tekanan oleh
muscarinic agonist carbachol (100 ng ICV in 200 nL) )(ΔMAP: Ad-hACE2-eGFP
14±3 versus Ad-eGFP 18±7 mm Hg; P>0.05), selektivitas hACE2 untuk peptida
angiotensin. Akhirnya, penurunan respon tekanan Ang II-mediate yang diamati
pada kelompok Ad-hACE2-EGFP berkorelasi dengan peningkatan aktivitas enzim
dalam mencit (Gambar 3D).
Untuk mengkonfirmasi kemampuan SFO-ditargetkan pada ekspresi
hACE2 dalam mencegah efek lokal Ang II-mediated , kami menilai ketika respon
haus Ang II–mediated diikuti pretreatment adenovirus.
Regulasi Reseptor AT1 receptor yang diekspresikan oleh ACE2 in vitro
Ad-hACE2-eGFP menumpulkan perilaku dalam minum air yang dihasilkan dari
pusat kerja Ang II (Ad-hACE2-eGFP: 5±3 versus Ad-eGFP: 41±6seconds;
P<0.001) (Figure 4A). untuk menilai apakah gangguan Ang II tingkat lokal oleh
hACE2 pada SFO mampu memodifikasi mekanisme fisiologis jauh, kami
menganalisis sensitivitas barorefleks pada tikus setelah infeksi virus. Tidak ada
perubahan signifikan yang diamati dalam SBRS 7 hari setelah infeksi (sampai
urutan: Ad-hACE2-eGFP 2.0±0.5 versus Ad-eGFP 2.2±0.4; turun urutan: Ad-
hACE2-eGFP 1.5±0.2 versus Ad-eGFP 1.6±0.2 ms/mm Hg; P>0.05; Gambar
4B) ), menunjukkan bahwa gangguan sinyal Ang II di SFO tidak dapat mengubah
mekanisme baroreflex berasal di batang otak.
ACE2 berlebih menurunkan Ang II dalam intak minuman, tapi tidak pada SBRS tikus yang sadar
ACE2 and AT1 Receptor Expression
Untuk mendapatkan mekanisme ACE2 yang mencegah Ang II–mediated
pressor and respon haus, kita melihat pengaruh overekspresi ACE2 pada regulasi
reseptor AT1. Pilihan ini dimotivasi oleh ketidakmampuan D-Ala7-Ang-(1-7)
untuk memblokir Ad-hACE2-EGFP yang dimediasi efek dan penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa Ang-(1-7) memiliki efek hipotensi, tapi tidak
pada hewan yang normotensif.
Secara In vitro, overekspresi ACE2 pada sel neuro 2A dihasilkan
penurunan 70 % (0.30±0.03) ekspresi protein AT1 dibandingkan dengan Ad-
eGFP(1.00±0.08; P<0.001) (Gambar 5A). Demikian pula, ikatan reseptor AT1
(Figure 5B) diturunkan secara drastic Ad-hACE2-eGFP versus selAdeGFP-
diperlakukan(7.5±2.8 versus 21.7±3.6 fmol/mg ofproteins; P<0.05). observasi ini
di konfirmasi lebih lanjut oleh AT1 immunofluorescence (Figure 5C and 5D),
yang menunjukkan bahwa secara in vitro, ACE2 downregulates mengekspresikan
receptor AT1.
Kemudian interaksi ACE2-AT1 secara in vivo. Mencit (n = 50) di injeksi
dengan Ad-hACE2-eGFP atau Ad-eGFP dan setelah 7 hari SFOs dikumpulkan
dan diproses untuk ikatan reseptor AT1, Western blot, and immunohistochemistry.
Pada observasi in vitro, ikatan reseptor AT1 terjadi penurunan signifikan di SFO
pada Ad-hACE2-eGFP–treated mencit yang dibandingkan dengan Ad-
eGFP(10.0±8.0 versus 36.9±10.7 fmol/mg proteins; P<0.05) (Gambar 6A). serupa
di tingkat reseptor AT1 diamati di SFO ekstrak membran plasma dari Ad-hACE2-
EGFP- treated mencit (Gambar 6B). Akhirnya, reseptor AT1 immunostaining
(Gambar 6C) diturunkan secara signifikan di inti SFO di ikuti overekspresi ACE2.
Kesimpulannya kami menunjukkan bahwa
Secara keseluruhan, data kami menunjukkan bahwa ACE2 diberikannya
efek modulatory sebagiannya melalui downregulation reseptor ekspresi AT1,
sehingga mencegah Ang II u2013 penyelamat % dimediasi respon pressor dan
minum. Diberikan efek modulatory melalui sebagian downregulasi ekspresi
reseptor AT1. Mencegah Ang II–mediated pressor and respon haus.
Diskusi
Pada perkembangan beberapa penyakit Kardiovaskuler ditemukan
aktivitas berlebih dari RAS, begitu juga dengan RAS yang di temukan pada otak.
Namun ada keterbatasan dalam mempelajari RAS di otak karena mekanisme yang
spesifik. ada data penting seperti peran forebrain dan regio brainstem yang
mengaktivasi jalur Angiotensin sehingga terjadi peningkatan tonus saraf simpatis.
Terdapat kesulitan dalam memahami bagaimana jalur interaksinya namun baru-
baru ini ditemukan peningkatan RAS di perifer dan di central sistem saraf. study
ini, mengembangkan new viral vector expressing hACE2 dan mencari tahu peran
ACE2 sebagai buffer yang memediasi penekanan angiotensin II dan respon haus
yang berasal dari SFO. Yang merupakan enzim yang berperan dalam pengaturan
fungsi jantung dan volume homeostasis.
Untuk mengatasi keterbatasan dalam mempelajari RAS otak, parailmuwan
telah menggunakan target overekspresi ras gen dari hewan transgenik, gen
delivery, atau kombinasi dari keduanya. Metode klasik yang digunakan untuk
terapi gen otak menggunakan adenoassociated Virus, lentivirus atau adenovirus.
Tidak seperti Lentivirus, target utama saraf pada otak, vektor adenovirus tidak
memiliki tropism jaringan, sehingga memungkinkan tansduksi dari glia dan
neuron. Kami menunjukan bahwa ekspresi primer ACE2 terutama pada Neuron,
dilaporkan mengekpresikan astrocytic secara in vitro. Selain itu transgen adenoviral
tidak dapat digabungkan dalam genom, sehingga mencegah mutagenesis random
insersional. Meskipun kami tidak dapat menilai reaksi inflamasi dari injeksi virus,
namun sebelum percobaan dilakukan kami menggunakan jenis vektor dan titer
otak yang mirip, ditambah kurangnya perilaku abnormal pada mencit yang
terinfeksi. Pada akhirnya, secara cepat ( 3 hari) dan efisiensi ekspresi hACE2 pada
ad-hACE2-EGFP dapat memanipulasi ekspresi dan aktivitas ACE2 pada aktivitas
in vitro dan in vivo.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai efek dari ACE2
yang berlebih pada Angiotensin II melalui respon fisiologis. Data kami
memberikan bukti bahwa overekspresi ACE2 pada pusat forebrain yang dimediasi
dengan Angiotensin II sebagian berespon terhadap downregulasi AT1 ekspresi
reseptor. Pengaturan ICV pada respon Angiotensin II menekan kuat dan berespon
bradikardi sebelum masuknya air. Semuanya merupakan respon dari stimulasi
pada reseptor AT1 di SFO dan nuclei terminal lamina.
ACE2 menurunkan ekspresi reseptor di SFO
Data kami menunjukan bahwa overekspresi ACE2 pada forebrain dan
SFO dihambat oleh tekanan dan respon haus yang merupakan hasil dari
pengaturan ICV pada Angiotensin II. hasil ini didapat dari (1) penurunan pada
Angiotensin II disebabkan karena adanya korelasi yang dimediasi ACE2- pada
Angiotensin II ke angiotensin (1-7), hal ini mengarah pada stimulasi reseptor AT1
yang lebih kecil (2) penurunan kadar Angiotensin II dikaitkan dengan peningkatan
kadar Angiotensin (1-7), terutama pada aktivasi dari Angiotensin (1-7) reseptor.
Walaupun dalam penelitian “Ferreira et al” ditemukan sedikit penurunan asupan
air pada hewan transgenik (mencit) dimana terdapat plasma Angiotensin pada
tingkat tinggi. Angiotensin bertujuan untuk mengubah komponen bardikinin yang
berasal dari baroreflex, peran angiotensin dalam pengurangan Angiotensin II BP
tidak ditemukan dalam eksperimen. pada kenyataanya sifat vasoaktif angiotensin
in vivo yang dilaporkan dalam keadaan patologis, seperti hipertensi, atau miokard
infark dan peptida memiliki efek minimal yang normotensif dalam hewan.
Demikian juga dengan kegagalan untuk mengembalikan angiotensin II yang
memediasi proses pressor dan respon haus setelah pretreatment dengan reseptor
Angiotensin blocker. Selain itu , ada fakta lain saat pengamatan yaitu tidak terjadi
perubahan pada kurva baroreflex yang menunjukan penurunan Angiotensin II
yang memediasi pressor dan respon haus yang merupakan hasil dari stimulasi
jalur Angiotensin II.pengamatan ini dilakukan secara konsisten dengan melihat
kemampuan ACE2 dalam menghidrolisis Angiotensin II efisiensi katalik yang
tinggi ((kcat/Km_1.9_106 mol/L _ sec_1). Kesimpulan yang terbaru ditemukan
diman Lentivirus mengikat ACE2 yang menuju ke Rostral ventrolateral medula
pada tikus yang hipertensi spontan, menghasilkan penurunan sementara pada BP
dan denyut jantung 4 minggu setelah infeksi. Hal ini terjadi karena suntikan
Angiotensin di rostral medula ventro-lateral yang dilakukan sebelumnya telah
membuktikan adanya peningkatan BP, data ini menunjukan bahwa penurunan BP
tidak dimediasi oleh Angiotensin dan mungkin hasil dari penurunan jalur sinyal
Angiotensin II.
Meskipun sensitivitas baroreflex berubah mengikuti hACE2 secara
berlebih di SFO, mungkin ini menunjukkan bahwa modulasi dari RAS terbatas
pada daerah terinfeksi virus, data kami menunjukkan bahwa hACE2 juga
merupakan target untuk sheddases, sehingga melepaskan enzim dalam lingkungan
sel.
Dalam kasus otak, kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa
disekresikan ACE2 dari interstitial ke cerebrospinal cairan, yang memungkinkan
enzim tersebut memodulasi kadar Ang II dan pusat sinyal jalur seluruh otak. SFO
berperan sebagai kunci dalam regulasi pusat BP dan volume
homeostasis.Memang, kurangnya blood brain barrier menjadikan SFO sensitif
terhadap beredar peptida, seperti angiotensins, yang dapat mencapai otak dan
merangsang lokal reseptor untuk mengerahkan efek sentral melalui perifer.
SFO tidak hanya sensitif terhadap peptida sistemik, tetapi juga
merupakan situs penting untuk sintesis dari Angiotensin II yang juga terlibat
dalam regenerasi kardiovaskular dan respon haus.Selain itu, SFO juga menerima
proyeksi dari beberapa daerah otak, termasuk paraventricular dan supraoptik inti,
inti traktus solitarius, dan ventrolateral sumsum tulang belakang. Overekspresi
ACE2 di SFO bisa berpotensi mengakibatkan perubahan pada beberapa jaringan
saraf. Misalnya,hasil ACE2 yang berlebih di SFO, aktivasi neuron bisa berkurang
di PVN, sehingga berpengaruh dalam respon haus.
Namun, kurangnya ekspresi hACE2 berpengaruh langsung dalam pengaturan
pengeluaran PVN. Menariknya, kami mengamati bahwa pencegahan Ang II-
dimediasi pressor dan reseptor haus oleh ACE2 yang berlebih,dapat dikaitkan
dengan downregulation AT1 ekspresi reseptor di SFO. Data ini menunjukkan
bahwa tidak hanya ACE2 yang berlebih saja yang dapat mengurangi jumlah Ang
II, tetapi juga lebih merusak reseptor Ang II dengan cara membatasi jumlah AT1
reseptor.
Walaupun begitu penurunan ekspresi reseptor AT1 pada membran sel
yang dihasilkan dari internalisasi atau regulasi gen tetap menjadi penentu. Ini bisa
dimediasi oleh Angiotensin (1-7), seperti yang disarankan sebelumnya, meskipun
percobaan kami tampaknya tidak sesuai dengan pembentukan micromoles dari
Angiotensin (1-7) yang diperlukan untuk menghasilkan respon ini. Atau, dapat
dilakukan stimulasi lebih lama untuk pengeluaran Angiotensin (1-7) bisa
menyebabkan downregulation yang berakibat penghambatan AT1 reseptor pada
gen ACE2 dan ekspresi protein, menurut pengkajian terbaru.
Namun, menilai peran ACE2 pada komponen RAS lainnya telah terbatas
pada tanggal, dan kurangnya alat yang tersedia untuk memodulasi ekspresi ACE2.
Ad-hACE2-EGFP meupakan penentu pertama kalinya yang menunjukkan bahwa
ACE2 mampu mengatur komponen lain dari RAS.
Singkatnya, hasil ini menunjukkan overekspresi dari ACE2 di SFO memainkan
peran penting dalam regulasi BP dan homeostasis volume oleh modulasi kedua
jumlah Ang II dan AT1 reseptor yang tersedia, untuk menstimulasi jalur sinyal
downstream. Selain itu, kami berspekulasi bahwa pembentukan ACE2 dimediasi
Ang-(1-7)hanya relevan dalam kondisi patofisiologi. Akhirnya, penelitian ini
memberikan bukti dalam prinsip peran terapi gen ACE2 dan, lebih umum
memvalidasi ACE2 sebagai target baru untuk pengobatan kondisi yang
melibatkan RAS disfungsional, seperti hipertensi dan penyakit kardiovaskular
lainnya.
Online Figure Legend
Online Figure 1. Ekspresi Ad-hACE2-eGFP pada sel neuro-2A.
Human ACE2 cDNA (A1) yang di masukan ke kumparan vektor (A2)
pacAd5 CMV IreS eGFP pA alur dari eGFP gen reporter. Konsep akhir ini (A3),
ekspresi hACE2 dan eGFP memenuhi sebagai non-fusion proteins berada di
bawah kontrol dari CMV promoter, yang kemudian digunakan untuk
menghasilkan hACE2-eGFP adenovirus. Neuro-2A (neuroblastoma tikus, ATCC)
yang terinfeksi oleh Ad-hACE2-eGFP (10-100 MOI) atau sebuah kontrol dari
virus Ad-eGFP (100 MOI) pada densitas 2x105 sel/well. Gambar Brightfield dan
GFP fluorescence (B) yang di ambil 72 jam setelah infeksi (20x). Ekspresi GFP
yang takarannya tergantung pada peningkatan berdasarkan infeksi virus Ad-
hACE2-eGFP. Media kultur sel (C) yang bernoda bintik dengan anti hACE2
ectodomain atau N-terminal antibodi. Munculnya protein hACE2 di proses
dengan tepat dan di lepaskan menuju media sel kultur. “P” mengindikasikan
sebuah kontrol positif (sel lysate utuh 72 jam setelah infeksi Ad-hACE2-eGFP
100 MOI) pada noda bintik anti-hACE2 N-terminal antibodi.
Online Figure 2. Ketergantungan waktu ekspresi Ad-hACE2-eGFP pada
SFO
Bagian SFO yang dikumpulkan dan diproses pada eGFP fluorescence 3, 7,
14 dan 28 hari setelah infeksi virus. Hasil dari ICV Ad-hACE2-eGFP
menginduksi suatu peningkatan yang signifikan pada eGFP fluorescence pada 3
dan 7 hari. Meskipun adanya persistant dari beberapa sel yang masih mengandung
eGFP pada dinding lateral ventrikel (data tidak diperlihatkan), fluorescence telah
hilang pada 14 dan 28 hari setelah infeksi Ad-hACE2-eGFP. Aktifitas ACE2
(grafik) pada hypothalamus berdasarkan infeksi Ad-eGFP (GFP) atau Ad-hACE2-
eGFP (ACE2), secara potitf di korelasikan dengan eGFP flourescence pada SFO.
Statistik yang signifikan : P<0.001 vs. Ad-eGFP.
Online Figure 3. Ekspresi eGFP dan hACE2 diantara neurons dan glial cells.
Tujuh hari setelah infeksi, Bagian SFO telah mengumpulkan dan
memproses immunohistochemistry hACE2. Gambar dengan magnifikasi tinggi
telah diambil pada eGFP (hijau) dan immunoflourescence hACE2 (merah) dan
menunjukkan bahwa eGFP dan hACE2 merupakan ko-lokalisasi pada sel yang
sama. Human ACE2 (B dan D) telah terdeteksi pada neuron (B) serta sel glia (D),
meskipun ekspresi hACE2 lebih lemah daripada glia (D).
Catatan Fisiologi
Tikus percobaan yang telah di anestesi dan di bedah guna memasukan ICV
canula dan pemasangan radiotelemetry untuk mencatat tekanan darah yang
kronis. Tikus kemudian di injeksi dengan Ad-hACE2-eGFP atau Ad-
eGFP, lalu di kembalikan ke kandang. Pada 7 hari setelah infeksi, tekanan
darah secara berlanjut di catat selama 30menit pada tikus yang sadar dan
dapat bergerak secara bebas terlebih dahulu di berikan injeksi ICV random
: Ang-II , Carbachol , Ang-(1-7) reseptor blocker , D-Ala-Ang.
Didahulukan Ang-II kemudian dimonitoring lagi dengan tambahan waktu
30menit.
Intake air dimonitoring pada beberapa kasus dengan mencatat waktu
menghabiskan minuman pada waktu 15menit berdasarkan pemberian Ang-
II. Dari catatan awal, Spontaneous Baroreseptor Reflex Sensitivity (SBRS)
dihitung menggunakan metode sekuens yang telah di jelaskan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
Overekspresi ACE2 pada forebrain dan SFO dihambat oleh tekanan dan respon
haus yang merupakan hasil dari pengaturan ICV pada Angiotensin II. Hasil ini
didapat dari :
1. Penurunan pada Angiotensin II disebabkan karena adanya korelasi yang
dimediasi ACE2- pada Angiotensin II ke angiotensin (1-7), hal ini
mengarah pada stimulasi reseptor AT1 yang lebih kecil
2. Penurunan kadar Angiotensin II dikaitkan dengan peningkatan kadar
Angiotensin (1-7), terutama pada aktivasi dari Angiotensin (1-7) reseptor
Sehingga ekspresi ACE2 juga bisa dijadikan obat hipertensi dan penyakit gagal ginjal karena dapat membuat vasodilatasi pembuluh darah. Hal ini berarti ekspresi ACE2 memiliki efek yang sama seperti ACE inhibitor.