+ All Categories
Home > Documents > Ribbon as Fiber Post

Ribbon as Fiber Post

Date post: 22-Nov-2015
Category:
Upload: wandania-farahanny
View: 44 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
Description:
makalah ini telah dipresentasikan di acara ASYIAH Dental Meeting II ,PSKG UNSYAH BANDA ACEH, 14-17 April 2011
19
Restoration of crown fracture using combined technique with Polyethylene fibers reinforced and composite resin Wandania Farahanny Department of Conservative Dentistry Faculty of Dentistry, University of Sumatera Utara Jl.Alumni No.2. Kampus USU. Medan 20155 Email: [email protected] Abstract It has become one of the greatest challenges for the clinician that crown fractured teeth needs quick esthetic and functional repair. Restoration of endodontically treated crown fractured teeth have been associated with the use of a post. Various post materials and designs have been introduced over the years, however combination Polyethylene fiber reinforced and composite resin have the best result as an adhesive customized post core. The use of Polyethylene fiber reinforced post system is becoming popular because enlargement of the root canal space is not required and the risk of root perforation may be eliminated. This study was aimed to find out the treatment of two patients who had crown fracture in maxillary incisors and mandibulary premolar. A 35 and 28 year-old patients presented with crown fractures. After endodontic treatment, a Polyethylene fiber reinforced (Ribbon) was used as Fiber-Reinforced post core with adhesive dual cure luting cement to conserve the remaining tooth structure. Composite resin was applied directly to create final restoration. At control examination, the teeth restored by this technique were 1
Transcript

Restoration of crown fracture using combined technique with Polyethylene fibers reinforced and composite resin

Wandania Farahanny

Department of Conservative DentistryFaculty of Dentistry, University of Sumatera UtaraJl.Alumni No.2. Kampus USU. Medan 20155Email: [email protected]

AbstractIt has become one of the greatest challenges for the clinician that crown fractured teeth needs quick esthetic and functional repair. Restoration of endodontically treated crown fractured teeth have been associated with the use of a post. Various post materials and designs have been introduced over the years, however combination Polyethylene fiber reinforced and composite resin have the best result as an adhesive customized post core. The use of Polyethylene fiber reinforced post system is becoming popular because enlargement of the root canal space is not required and the risk of root perforation may be eliminated. This study was aimed to find out the treatment of two patients who had crown fracture in maxillary incisors and mandibulary premolar. A 35 and 28 year-old patients presented with crown fractures. After endodontic treatment, a Polyethylene fiber reinforced (Ribbon) was used as Fiber-Reinforced post core with adhesive dual cure luting cement to conserve the remaining tooth structure. Composite resin was applied directly to create final restoration. At control examination, the teeth restored by this technique were acceptable, both functionally and esthetically. However the use of ribbon allows the clinician to make a translucent core, an aesthetic direct composite restoration and structural reinforcement post core in one visit by which it does not need any laboratory procedure.

Keyword : crown fractures, Polyethylene fiber reinforced, composite resin.___________________________________________________________________________

PendahuluanFraktur makota sering sekali terjadi pada kasus trauma dan membutuhkan restorasi estetis segera untuk mengembalikan fungsi. Apabila fraktur mahkota hanya sampai email atau dentin, restorasi resin komposit dapat diaplikasikan secara direk. Restorasi direk resin komposit menjadi pilihan karena warnanya sangat estetik. Kelemahan resin komposit memiliki mekanikal resistensi yang rendah. Untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanis dari resin komposit salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah memberikan kekuatan tambahan untuk reinforce matrix resin komposit menggunakan fiber reinforced. Beberapa jenis dari fiber reinforced telah dilaporkan pemakaiannya seperti Glass, Carbon, KevlarTM, Quarts, Zirconia dan Polyethylene. 1,2,3,5 Penggunaan bahan Polyethylene fiber reinforced sering digunakan di dunia kedokteran gigi saat ini. Jenis fiber ini dapat meningkatkan impact strength, modulus elasticity, dan flexural streght dari resin komposit. Warna Polyethylene fiber reinforced yang transparan memberikan keuntungan estetik dan penggunaannya dapat dikombinasikan dengan resin komposit. Pemakaian Polyethylene fiber reinforced tidak lepas dengan penggunaan sistem adhesif sehingga menghasilkan suatu restorasi yang retentif secara adhesif.4,5Perawatan endodontik biasanya diperlukan apabila fraktur mahkota mencapai ruang pulpa. Pemakaian pasak setelah perawatan endodontik sering dibutuhkan untuk menambah kekuatan retensi restorasi akhir. Pasak yang ideal haruslah dapat menggantikan struktur gigi yang hilang, biokompatibel, memiliki dukungan retensi yang cukup terhadap gigi, memiliki modulus elastisiti yang menyerupai dentin dan mudah dikeluarkan dari saluran akar jika diperlukan perawatan ulang. 6,7Pasak metal merupakan jenis pasak yang paling sering digunakan sebelum diperkenalkannya pasak alloy free. Tetapi pasak metal ini memiliki beberapa kelemahan seperti warna yang tidak estetis, mudah terjadi korosi, tidak dapat digunakan pada pasien yang alergi/hipersensitif terhadap metal, masalah distribusi tekanan, dan tidak dapat diperbaiki. Hal ini lah yang mendorong perkembangan dari pasak alloy free kian pesat.1,2,3 Torabi et al (2009) menunjukkan insiden fraktur cast metal post lebih tinggi dibandingkan sistem pasak fiber. Ini disebabkan pasak fiber memiliki modulus elastisitas yang menyerupai dentin dan mampu mendistribusikan tekanan ke seluruh permukaan dinding saluran akar. Sedangkan pada pasak metal distribusi tekanan hanya tertumpu pada akar gigi sehingga kemungkinan terjadinya fraktur akar menjadi besar. Apabila terjadi fraktur akar, akan lebih sulit memperbaiki atau mengembalikan rekonstruksi gigi, sehingga akhirnya dilakukan pencabutan.2,7Akhir-akhir ini perkembangan jenis bahan pasak alloy free menjadi lebih pesat dibandingkan pasak metal karena dapat menghasilkan restorasi yang lebih estetis. Pasak alloy free seperti pasak fiber buatan pabrik dan pasak individu polyethylene fiber reinforced menjadi pilihan para klinis karena lebih estetik. Kedua jenis pasak tersebut dapat merekat dengan semen luting resin untuk meningkatkan retensi adhesif. Pasak fiber berikatan kuat dengan struktur gigi karena mengunakan sistem adhesif. Penelitian Garoushi (2009) menunjukkan bahwa gigi incisivus maksila yang direstorasi dengan pasak fiber individu menunjukkan kemampuan penahanan beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasak fiber buatan pabrik karena dapat mendistribusikan tekanan tanpa dilakukan pembuangan struktur gigi lebih banyak.8Pasak fiber individu dibuat dengan cara membentuk pita polyethylene fiber reinforced ke dalam saluran akar yang sudah diberi semen luting resin. Pita polyethylene fiber reinforced merupakan salah satu material yang populer pada saat ini karena pemakaiannya memiliki banyak kegunaan dan kelebihan. Selain memperkuat struktur gigi sistem pasak ini sangat estetis dan retentif. Bentuk pasak ini bersifat individu karena dapat menyesuaikan dengan bentuk saluran akar tanpa harus membuang struktur dentin saluran akar lebih banyak. Sistem pasak pita ini menggunakan area permukaan anatomi internal saluran akar sehingga pasak yang menyatu dengan semen luting adhesif akan menghasilkan kontak rapat. Pasak fiber individu dengan pita polyethylene fiber reinforced tidak memerlukan proses laboratorium sehingga dapat selesai pada satu kali kunjungan. Kelebihan lainnya adalah tidak menimbulkan zona bayangan abu-abu, tahan terhadap trauma, memelihara struktur gigi yang tersisa dan sifat biomekanis yang menyerupai struktur gigi.4,6,9Dalam tulisan makalah ini akan dilaporkan kasus perawatan satu kali kunjungan pada dua orang pasien yang mengalami fraktur mahkota pada gigi incisivus maksila dan premolar mandibula. Kedua pasien ingin dilakukan sebuah restorasi estetik segera dalam satu kali kunjungan.

Laporan kasus 1Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke klinik pribadi dengan keluhan gigi premolar terasa sakit karena fraktur satu minggu yang lalu disebabkan tergigit makanan yang keras. Pemeriksaan subjektif pasien mengatakan gigi tersebut sebelumnya sudah berlubang tetapi tidak dilakukan penumpatan sampai akhirnya patah. Pasien datang dengan keluhan terasa sakit berdenyut. Pada pemeriksaan objektif premolar dua mandibula terlihat fraktur mahkota 2/3 mahkota dengan keadaan pulpa terbuka (Gambar 1). Gambar 1.Gigi premolar dua mengalami fraktur 2/3 mahkota.Pada pemeriksaan vitalitas gigi tersebut menunjukkan keadaaan pulpa vital. Pemeriksaan radiografi menunjukkan tidak ada kelainan pada daerah periapikal. Diagnosa gigi ini adalah pulpitis reversible symtomatis dengan rencana perawatan endodontik satu kali kunjungan. Pasien tidak memiliki waktu untuk perawatan berulang kali dan menginginkan restorasi estetis segera. Gigi premolar dua mandibula ini akan direstorasi resin komposit direk dengan pasak individu dari pita Polyethylene fiber reinforced sampai pasien memiliki waktu untuk dilakukan restorasi indirek mahkola penuh keramik.Sebelum dilakukan pembukaan akses dengan menggunakan bur akses (#2,Dentply) (Gambar 2), gigi terlebih dahulu dilakukan anestesi lokal intra pulpa dengan Articaine HCl. 4% epinephrine 1:100,000 (Septocaine,Septodont). Setelah pembuangan jaringan pulpa gigi premolar dua mandibula dilakukan preparasi saluran akar dengan tehnik step back menggunakan K File (FKG Dentaire,Swiss) dan melakukan irigasi sodium hipoklorit 2,5%. Gambar 2. Gigi setelah dilakukan pembukaan aksesSaluran akar dilakukan pengisian dengan menggunakan semen saluran akar berbasis resin (AH26,Denstply) dan gutaperca (Inline,Feathered) dengan tehnik kondensasi lateral dan vertikal. Kemudian gutaperca dipotong dengan finger spreader (FKG Dentaire,Swiss) yang dipanaskan untuk mempersiapkan ruangan pasak dengan tetap meninggalkan bahan pengisian di daerah 1/3 periapikal gigi. Pita Polyethylene fiber reinforced (Ribbond THM, Seattle, WA,USA) dipersiapkan dan digunting sepanjang ukuran estimasi dengan menggunakan gunting khusus. Estimasi kebutuhan panjang pita diukur terlebih dahulu dengan menggunakan benang gigi yang dimasukkan ke dalam saluran akar. Kemudian pita Polyethylene fiber reinforced direndam di dalam unfilled resin (Wetting Resin, Ultradent) (Gambar 3). .

.

Gambar 3 Pita Polyethylene fiber reinforced direndam unfilled resin. Larutan aquades steril digunakan untuk membersikan dinding saluran akar dari kelebihan semen saluran akar. setelah itu dikeringkan dengan paper point (Inline,Absorbent). Enamel dan dentin diaplikasikan etsa selama 20 detik menggunakan phosphoric acid 35 % (ScotchbondTM 3M ESPE) dibilas dengan air kemudian saluran akar dikeringkan dengan angin. Dentin bonding (AdperTM Single Bond 2, 3M ESPE) diletakkan pada seluruh permukaan dentin yang tersisa selama 20 detik dan dipolimerisasi menggunakan suatu LED curing light (Heraus Kulzer). Semen double cure resin luting (RelyXTM U100, 3M ESPE) disiapkan di atas paper pad dengan perbandingan 1:1 kemudian diaduk dan dimasukkan kedalam saluran akar dengan menggunakan lentulo spiral (FKG Dentaire,Swiss).Pita Polyethylene fiber reinforced yang sudah basah permukaannya dengan unfilled resin dimasukkan ke dalam saluran akar yang sudah diisi dengan semen luting resin dengan cara mendorongnya dengan instumen hand plugger yang telah ditumpulkan ujungnya sampai pita tersebut terlipat menjadi dua bagian di dalam saluran akar (Gambar 4). Gambar 4. Pita Polyethylene fiber reinforced dimasukkan ke dalam saluran akar dengan instumen hand plugger.

Kemudian ujung pita yang berlebih diposisikan di dalam kamar pulpa dan dilakukan polimerisasi dengan light cure selama 20 detik. Resin komposit hybrid (Filtex Z250, 3M ESPE) diaplikasikan pada permukaan gigi dengan tehnik inkremental sehingga membentuk mahkota klinis gigi premolar mandibula (Gambar 5). Pemolisan resin komposit dilakukan dengan menggunakan Soflex (3M ESPE). Pasien cukup merasa puas dengan hasil restorasi direk resin komposit tersebut.

Gambar 5. Resin komposit hybrid diaplikasikan pada gigi premolar mandibula dengan tehnik inkremental.

LAPORAN KASUS 2Seorang pria berusia 28 tahun datang ke Departemen Klinik Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan keluhan gigi insisivus anterior terasa sakit karena fraktur dua minggu yang lalu akibat jatuh saat berolahraga. Pemeriksaan subjektif menunjukkan pasien merasa gigi atasnya sakit berdenyut. Pada pemeriksaan objektif gigi insisivus sentralis dan lateralis maksila terlihat fraktur mahkota 2/3 mahkota dengan keadaan pulpa terbuka. Pada pemeriksaan vitalitas gigi tersebut menunjukkan keadaaan pulpa vital. Pemeriksaan radiografi tidak menunjukkan kelainan akar dan gigi insisivus lateral maksila memerlukan pasak dan inti untuk menambah retensi restorasi akhirnya (Gambar 6). Gambar 6. Gambaran radiografi menunjukkan akar gigi insisivus lateral maksila memerlukan pasak dan inti untuk menambah retensi restorasi akhir.

Diagnosa kedua gigi tersebut adalah pulpitis irreversible simtomatis dengan rencana perawatan pulpektomi vital. Restorasi akhir yang sesuai untuk kasus ini adalah restorasi mahkota penuh keramik. Tetapi karena pertimbangan masalah biaya dan pasien menginginkan restorasi estetik segera akhirnya diputuskan untuk gigi insisivus lateralis akan direstorasi dengan kombinasi resin komposit direk dan pasak individu pita Polyethylene fiber reinforced. Sedangkan insisivus sentralis akan dilakukan mahkota penuh keramik pada kunjungan berikutnya.Perawatan saluran akar satu kali kunjungan dimulai dengan pembukaan akses ke saluran akar, preparasi biomekanikal dengan tehnik step back dan irigasi saluran akar dengan larutan sodium hipoklorit 2,5%. Kemudian dilakukan pengisian saluran akar dengan menggunakan semen saluran akar dan gutaperca dengan tehnik kondensasi lateral dan vertikal. Untuk mempersiapkan ruangan pasak dilakukan pembuangan gutha perca sepanjang 1/2 bagian saluran akar dengan tetap meninggalkan bahan pengisi di daerah apikal. Pita Polyethylene fiber reinforced dimasukkan ke dalam saluran akar dengan melipat bahan tersebut seperti yang telah dijelaskan pada kasus pertama (Gambar 7). Sebelumnya semen luting resin (RelyXTM U100, 3M ESPE) sudah dimasukkan terlebih dahulu dengan lentulo kedalam saluran akar. Komposit resin hybrid (Filtex Z250, 3M ESPE) diaplikasikan dengan tehnik inkremental membentuk restorasi veneer direk (Gambar 8). Prosedur pemolisan dilakukan dengan disk polis (Soflex,3M ESPE). Restorasi masih terlihat baik setelah evaluasi 1 bulan (Gambar 9)

Gambar 7. Pita Polyethylene fiber reinforced dimasukkan ke dalam saluran akar sampai terlipat menjadi dua bagian

Gambar 8. Aplikasi veneer resin komposit diret dengan tehnik inkremental

Gambar 9. Restorasi setelah evaluasi 1 bulan. Tanda panah pada gigi insisivus lateral menunjukkan restorasi veneer resin komposit direk dengan pasak individu pita Polyethylene fiber reinforced .

DiskusiRestorasi pada gigi anterior yang mengalami trauma harus selalu mempertimbang aspek estetis dan mekanikal resistensi untuk menghasilkan restorasi yang mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama. Kedua laporan kasus ini menggunakan pasak individu pita polyethelene fiber untuk memperkuat pasak dan inti secara struktural dalam perawatan satu kali kunjungan. Pasak dari pita Polyethylene fiber reinforced ini menjadi pilihan karena dapat menghasilkan retensi adhesif. Material ini mempunyai kemampuan mengikat dengan semen resin luting sekaligus memilliki sifat memperkuat resin komposit sehingga dapat melekat erat pada struktur permukaan dentin yang tersisa. Pita Polyethylene fiber reinforced ini memiliki kekuatan yang jauh lebih tinggi dibanding serat kaca berkualitas tinggi (glass fiber), sehingga membutuhkan gunting khusus untuk memotongnya. 3,4,6Literatur menyatakan pemasangan pasak tidak memperkuat gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar, tetapi hanya menambah retensi restorasi mahkota. Bahkan pemasangan pasak dapat memperlemah struktur gigi yang tersisa karena harus memperlebar saluran akar lebih banyak untuk pemasangan pasak. Hal ini lah yang menjadi kelemahan pada pasak metal, pasak buatan pabrik dan pasak tuang. Sedangkan pasak adhesif tidak memerlukan pembuangan struktur gigi lebih banyak.10Pasak pita Polyethylene fiber reinforced mempunyai kekuatan dan etetis yang lebih baik daripada pasak metal tuang karena pada sistem pasak ini digunakan semen luting resin yang berbahan dasar sama. Semen resin mudah meresap ke jalinan anyaman Polyethylene fiber reinforced sehingga tercipta kontak yang rapat dengan bentuk saluran akar karena ikatan adhesif antara semen resin dengan pasak. Sedangkan pada pasak metal tuang retensi diharapkan dari sementasinya saja sehingga sering sekali terjadi friksi dan juga korosi yang akhirnya mengakibatkan estetik yang tidak baik pada tepi margin dentin radikuler.4, 11

Pada laporan kasus ini pemakaian sistem total etching digunakan untuk mendapatkan kekuatan perlekatan adhesif lebih tinggi. Penggunaan unfilled resin pada bahan Polyethylene fiber reinforced untuk membasahi permukaan bahan tersebut dianjurkan agar bahan dapat menyerap dan menyatu dengan semen luting resin sehingga masuk kedalam celah anyaman pita Polyethylene fiber reinforced. Beberapa literatur menyarankan penggunaan flowable komposit sebagai pengganti unfilled resin. 2,3,4Pasak pita Polyethylene fiber reinforced dapat dilakukan pada gigi anterior dan gigi posterior seperti di dalam kasus ini yaitu premolar mandibula. Perbedaan yang akan terlihat pada gigi anterior dan posterior adalah diameter lebar ruangan untuk pasak individu ini. Untuk mendapatkan kepadatan dan retensi yang lebih baik dapat digunakan dua buah pita polyethelene fiber yang dimasukkan kedalam saluran akar secara bergantian. Begitupun diperlukan penelitian laboratoris dan penelitian longitudinal untuk membuktikan ketahanannya.7,10Pengalaman klinis pada kasus ini penggunaan pasak individu dari pita Polyethylene fiber reinforced sangat mudah dan efisien. Restorasi direk komposit dapat langsung diaplikasikan membentuk mahkota klinis sehingga sangat sesuai untuk pasien yang membutuhkan restorasi estetik yang segera sebelum dilakukannya pendekatan prostetik.1,12KesimpulanPerkembangan sistem adhesif dalam ilmu kedokteran gigi selalu dipengaruhi oleh kebutuhan para klinisi dan pasien. Pertimbangan estetik dan mekanik sangat diperlukan pada restorasi gigi yang mengalami trauma. Kombinasi resin komposit dengan pasak pita polyethylene fiber reinforced menjadi alternatif perawatan gigi pasien yang mengalami trauma dan membutuhkan estetis segera. Pasak individu yang dibuat dari pita Polyethylene fiber reinforced menjadi pilihan para klinisi karena sangat estetis dan dapat merekontruksi struktur gigi yang tersisa dalam satu kali kunjungan tanpa proses laboratorium.Daftar Pustaka1. Vitale MC et al. Combined Tehnique with Polyethylene fibers reinforced and composite resins in restoration pf traumatized anterior teeth. Dental traumatology 2004:20:172-72. Barutcigil C, Harorli OT, Yildiz M. Restoration of Crown Fractures with a Fiber Post, Polyethylene Fiber and Composite Resin: A Combined Restorative Technique with Two Case Reports. Rev Clin Pesq Odontol 2009;5 (1):73-7.3. Cheung W. A Review of The Management of Endodontically Treated Teeth :Post, Core and the final restoration. JADA 2005; 136: 611-19.4. Terry DA. Design Principles for Direct Fiber-Reinforced Composite Resin Post and Core System.Continuing Education Contemporary Esthetic and Restorative Pract, Februari 2003: 22-325. Ahmad I. Protocols for Predictable Aesthetic Dental Restorations.UK:Blackwell Munksgaard 2006:103-21.6. Ferrari M. Fiber Post and Endodontically Treated Teeth:A Copendium of Scientific and Clinical Perpectives. 1st Ed. Modern Dentistry Media Pub 2008;15-347. Torabi K, Fattahi F. Fracture Resistance of Endodontically Treated Teeth Restored by Different FRC Post: An in Vitro Study. Indian J Dent Res 2009; 20(3): 282-87.8. Garoushi S, Vallittu PK, Lassila LVJ. Continuous and Short Fiber Reinforced Composite in Root Post-Core System of Severely Damaged Incisors. J Open Dent 2009; 3: 36-41.9. Belli S, Eskitasciogiu G. Biomechanical Properties and Clinical Use of A Polyethylene Fibre Post-Core Material. International Dentistry South Africa; 8(3):20-6.10. Deliperi S, Bardwell DN, Coiana C. Reconstruction of Devital Tetth Using Direct Fiber-Reinforced Composite Resins : A Case Report. J Adhes Dent 2005:7: 1-7.11. Gluskin AH, Ahmad I, Herrero DB. The Aesthetic Post and Core Unifying Radicular Form and Sructure. Pract proced aesthet dent 2002; 14(4): 313-21.12. Ganesh M, Tandon Shobha. Versatility of Ribbon in Contemporary Dental Practice. Trends Biomater. Artif. Organs 2006; 20(1): 53-58

1


Recommended