+ All Categories

sika

Date post: 29-Sep-2015
Category:
Upload: jurankdhalam
View: 226 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
m
Popular Tags:
12
23-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ 16-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ 09-12-2014 TNY/AS DHP/AZ KON/EW 3 AZ 02-12-2014 KON/EW TNY/AS DHP/AZ 2 EW 25-11-2014 DHP/AZ KON/EW TNY/AS 1 AS Kelas 1 EGD 23-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ 16-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ 09-12-2014 TNY/AS DHP/AZ KON/SE 3 AZ 02-12-2014 KON/SE TNY/AS DHP/AZ 2 SE 25-11-2014 DHP/AZ KON/SE TNY/AS 1 AS Kelas 1 EGB 22-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ 15-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ 08-12-2014 TNY/AS KON/SE DHP/THD 3 AS 01-12-2014 DHP/THD TNY/AS DHP/SE 2 SE 24-11-2014 KON/SE DHP/THD TNY/AS 1 THD Kelas 1 EGC 22-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ 15-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ 08-12-2014 KON/EW TNY/AZ DHP/THD 3 AZ 01-12-2014 DHP/THD KON/EW TNY/AZ 2 EW 24-11-2014 TNY/AZ DHP/THD KON/EW 1 THD Kelas 1 EGA Tanggal Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Piket Dosen Piket
Transcript
  • 23-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ16-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ09-12-2014 TNY/AS DHP/AZ KON/EW 3 AZ02-12-2014 KON/EW TNY/AS DHP/AZ 2 EW25-11-2014 DHP/AZ KON/EW TNY/AS 1 AS

    Kelas 1 EGD

    23-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ16-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ09-12-2014 TNY/AS DHP/AZ KON/SE 3 AZ02-12-2014 KON/SE TNY/AS DHP/AZ 2 SE25-11-2014 DHP/AZ KON/SE TNY/AS 1 AS

    Kelas 1 EGB

    22-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ15-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ08-12-2014 TNY/AS KON/SE DHP/THD 3 AS01-12-2014 DHP/THD TNY/AS DHP/SE 2 SE24-11-2014 KON/SE DHP/THD TNY/AS 1 THD

    Kelas 1 EGC

    22-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ15-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ08-12-2014 KON/EW TNY/AZ DHP/THD 3 AZ01-12-2014 DHP/THD KON/EW TNY/AZ 2 EW24-11-2014 TNY/AZ DHP/THD KON/EW 1 THD

    Kelas 1 EGATanggal Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Piket Dosen Piket

  • DAYA HANTAR PANAS

    I. Tujuan

    Menentukan besarnya nilai daya hantar panas pada suatu benda (zat padat) dengan cara

    konduksi.

    II. Alat dan Bahan

    empeng seng

    empeng besi

    empeng kaca

    empeng tembaga

    empeng stainlesssteel

    eaker Gelas

    ultimeter temperatur

    T

    ermometer alkohol

    M

    ikrometer Sekrup

    P

    emanas

    S

    topwatch

    P

    enjepit kayu

    III. Dasar Teor i

    Kalor merupakan energi yang dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda

    yang bersuhu rendah. Pada waktu memasak air, kalor berpindah dari api ke panci lalu ke air.

    Pada waktu menyetrika, kalor berpindah dari setrika ke pakaian. Demikian juga pada waktu

    berjemur, badan Anda terasa hangat karena kalor berpindah dari matahari ke badan Anda. Ada

    tiga cara kalor berpindah dari satu benda ke benda yang lain, yaitu konduksi, kenveksi, dan

    radiasi.

    1. Konduksi adalah bila panas yang di transfer tidak diikuti dengan perpindahan massa dari

    benda. Konduksi diakibatkan oleh tumbukan antar molekul penyusun zat. Ujung benda yang

  • panas mengandung molekul yang bergetar lebih cepat. Ketika molekul yang bergetar cepat

    tadi menumbuk molekul di sekitarnya yang lebih lambat, maka terjadi transfer energi ke

    molekul disebelahnya sehingga getaran molekul yang semula lambat menjadi lebih cepat.

    Molekul ini kemudian menumbuk molekul lambat di sebelahnya dengan disertai transfer

    energi. Demikian seterusnya sehingga pada akhirnya energi sampai pada ujung benda yang

    lainnya.

    2. Konveksi terjadi karena gerakan massa molekul dari satu tempat ke tempat lain. Konveksi

    terjadi perpindahan molekul dalam jarak yang jauh.

    3. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa memerlukan medium.

    Jumlah panas yang dikonduksikan melalui material persatuan waktu dituliskan dengan

    persamaan hukum Fourier di bawah ini :

    Qt = kA(T2-T1)XDalam penampang Q = energi panas total yang dikonduksikan , A = luas dimana konduksi

    mengambil tempat, T = perbedaan temperatur dua sisi dari material, t = waktu selamakonduksi terjadi , x = ketebalan / ketinggian perpindahan panas pada material, dan k =

    konduktivitas termal dari material.

    Gambar 1. Perpindahan panas konduksi

  • Koefisien konduktivitas termal (k) merupakan formulasi laju panas pada suatu benda

    dengan suatu gradien temperature. Nilai konduktivitas termal sangat berperan penting untuk

    menentukan jenis dari penghantar yaitu konduksi yang baik atau buruk. Suatu bahan dikatakan

    konduktor (penghantar panas yang baik) bila bahan tersebut mempunyai nilai k yang besar yaitu

    > 4.15 W/mC, biasanya bahan tersebut terbuat dari logam. Sedangkan untuk isolator

    (penghantar panas yang buruk) mempunyai nilai k < 4.01 W/mC, biasanya bahan tersebut

    terbuat dari bahan bukan logam. (Holman, 1993 : 6-7 )

    Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik

    merupakanpertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya

    rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi. Konduksi

    terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas. Berdasarkan perubahan suhu menurut waktu,

    konduksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konduksi tunak dan konduksi tidak tunak. Pada zat

    padat, energi kalor tersebut dipindahkan hanya akibat adanya vibrasi dari atom-atom zat padat

    yang saling berdekatan. Hal ini disebabkan karena zat padat merupakan zat dengan gaya

    intermolekular yang sangat kuat, sehingga atom-atomnya tidak dapat bebasbergerak, oleh sebab

    itu perpindahan kalor hanya dapat terjadi melalui proses vibrasi.

    Sedangkan proses konduksi pada fluida disebabkan karena pengaruh secara langsung

    karena atom-atomnya dapat lebih bebas bergerak dibandingkan dengan zat padat. Konduksi

    merupakan suatu proses perpindahan kalor secara spontan tanpa disertaiperpindahan partikel

    media karena adanya perbedaan suhu, yaitu dari suhu yang tinggi kesuhu yang rendah. Konduksi

    atau hantaran kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasiltumbukan molekul-

    molekul. Sementara satu ujung benda dipanaskan, molekul-molekul ditempat itu bergerak lebih

    cepat. Sementara itu, tumbukan dengan molekul-molekul yang langsung berdekatan lebih

    lambat, mereka mentransfer sebagian energi ke molekul-molekul lain, yang lajunya kemudian

    bertambah. Molekul-molekul ini kemudian juga mentransfersebagian energi mereka dengan

    molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut.

    Tabel 1. Konduktivitas termal berbagai bahan

    PerakTembaga

    10 x 10-29,2 x 10-2

    420380

    kkal/s m J/s mZatKonduktivitas Termal, k

  • AluminiumBajaGelas (biasa)KayuIsolator fiberglass

    5,0 x 10-21,1 x 10-22,0 x 10-4

    0,2-0,4 x 10-40,12 x 10-4

    200400,84

    0,08 0,160,048

    IV. Langkah Ker ja

    1. Ukur ketebalan dari masing lempeng

    yang akan digunakan menggunakan mikrometer sekrup, dan timbanglah massanya.

    2. Sediakan air 200 ml dalam beaker

    gelas. Masukkan salah satu lempeng, dan termometer alkohol ke dalamnya. Catat

    temperatur awal air pada keadaaan telah konstan.

    3. Isolasi beaker gelas dari menggunakan

    alumunium foil.

    4. Ukur dan catatlah temperatur ujung

    lempeng menggunakan multimeter temperatur.

    5. Letakkan beaker ke atas pemanas.

    Nyalakan pemanas.

    6. Catat perubahan temperatur pada air

    dan ujung lempeng setiap 15 detik selama 5 menit.

    7. Ulangi dari langkah no.1 untuk jenis

    lempeng yang berbeda.

  • TITIK NYALA

    I. TUJUAN

    Menentukan besarnya titik nyala suatu zat cair dengan alat penentu titik nyala.

    II. Alat Dan Bahan

    1. Alat-alat yang digunakan :

    a. Gelas kimia (Beker Gelas) 250 ml

    b. Pipet ukur 10, 25 ml

    c. Bola karet

    d. Termometer 300C

    e. Alat penentu titik nyala ( Flash Point Testers)

    2. Bahan yang digunakan :

    a. Etanol

    b. Biodiesel

    III. Dasar Teor i

    Titik nyala adalah Temperatur terendah di mana campuran senyawa

    dengan udara pada tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu inisiasi, misalnya dengan

  • adanya percikan api. Titik nyala dapat diukur dengan metoda wadah terbuka (Open Cup /OC)

    atau wadah tertutup (Closed cup/CC). Nilai yang diukur pada wadah terbuka biasanya lebih

    tinggi dari yang diukur dengan metoda wadah tertutup. Adapun kelas temperatur penyalaan

    senyawa dapat dikelompokkan sebagai berikut :

    1. Bahan bakar cair yang mudah menyala (yang punya titik nyala dibawah 37.8 oC dan tekanan

    uap tidak lebih dari 2.84 kg/cm2), terbagi :

    a. kelas IA, punyatitik nyala dibawah 22.8oC dantitik didih dibawah37.8 oC,

    b. kelas IB, punya titik nyala dibawah 22.8 oC dan titik didih sama atau diatas 37.8 oC,

    c. kelas IC,punya titik nyala sama atau di atas 22.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC.

    2. Bahan bakar cair mudah terbakar (yang punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC, terbagi:

    a. kelas IIA, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC,

    b. kelas IIB, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 93 oC

    c. kelasIIC, punya titik nyala sama atau diatas93 oC

    Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan fungsi dari

    temperatur cair, dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat. Dengan meningkatnya

    tekanan uap, konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap diudara meningkat.

    Jika titik nyala lebih rendah dari temperatur cairannya maka uap diatas permukaannya siap

    untuk terbakar atau meledak. Lebih rendah dari titik nyala adlah lebih berbahaya, terutama bila

    temperatur ambientnya labih dari titik nyala.

    IV. Prosedur Percobaan

    a. Sebelum percobaan dimulai Tester (peralatan) harus dibersihkan terlebih dahulu

    untuk menghilangkan sisa-sisa minyak ataupun solvent.

    b. Isilah bejana logam dengan zat yang akan di test titik nyalanya sampai dengan

    tanda batas, lalu tutup kembali bejana tersebut dengan penutupnya dan pasanglah

    stirrer serta termometernya. Pada saat mengerjakan, dinding logam bagian atas

    tandabatas, harus dijaga kering (jangan sampai basah).

    c. Pasanglah kabel penyambung arus dan hubungkan juga selang gas pembakar.

    d. Nyalakan gas pembakar dan atur nyala sehingga diperoleh nyala yang sesuai,

    kemudian nyalakan pemanas listriknya.

  • e. Atur pemanasan (pemanas listrik) sedemikian rupa sehingga kenaikan suhu

    pemanasan kira-kira 5 C / menit. Jika termometer sudah menunjukkan suhu 15 C

    sebelum titik nyala yang diperkirakan, maka lakukan tes nyala dengan cara sebagi

    berikut :

    - Putar tombol pembakar sehingga api gas masuk ke dalam bagian atas bejana

    logam yang berisi zat yang sedang di tes, dan lakukan setiap selang kenaikkan

    suhu 1 C selama kira-kira 1 detik, sampai uap zat yang sedang di test terbakar.

    Maka pada saat pertama kali uap terbakar, suhu di termometer menunjukkan titik

    nyala dari zat tersebut.

    - Test nyala ini harus jelas dan di atur untuk jarak 4 mm, dan pada saat di lakukan

    test nyala maka kecepatan pemanasan dikurangi menjadi 3 4 C / menit.

    f. Setelah selesai matikan kembali alat penentu titik nyala (pemanas listrik maupun

    pembakar gas), dan simpan kembali zat yang sudah di test serta bersihkan logam

    bejana sehingga benar-benar bersih.

  • KONDUKTOMETRI

    I. Tujuan

    - Untuk mengetahui hantaran dari suatu larutan.

    - Untuk mengetahui jenis larutan elektrolit kuat, lemah, dan non-elektrolit.

    - Untuk mengetahui bagaimana penggunaan konduktometer.

    II.Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan

    Konduktometer

    Labu ukur 100 ml

    Pipet tetes

    Buret 50 ml

    Magnetic Stirred

    Statif dan klem

    Bahan yang digunakan

    Aquadest

    NaOH

    CH3COOH

    Gula

    III. Landasan Teor i

    Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu

  • larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam

    larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang

    mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan

    kebalikan dari tahanan R, sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik

    dialirkan ke dalam suatu larutan melalui dua electrode, maka daya hantar listrik (G) berbanding

    lurus dengan luas bidang luas bidang electrode, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus

    dengan luas bidang electrode (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua electrode (l).

    G = 1 / R

    Sehingga dengan menggunakan Hukum Ohm, maka didapatkan definisi lainnya :

    V = I x R

    I = G x E

    Prinsip kerjanya adalah sel hantaran dicelupkan kedalam larutan ion positif dan

    negatif yang ada dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan sinyal listrik

    berupa hambatan listrik larutan. Hambatan listrik dikonversikan oleh alat menjadi

    hantaran listrik larutan. Dapat digunakan untuk menentukan daya hantar listrik suatu larutan.

    Elektrolit adalah senyawa yang dapat terdisosiasi ketika dilarutkan dalam air membentuk

    ion (anion dan kation) dan bersifat menghantarkan listrik. Senyawa-senyawa seperti asam, basa,

    dan garam dapat menghantarkan arus listrik karena proses disosiasi, maka disebut dengan larutan

    elektrolit. Adanya ion dalam larutan menyebabkan peristiwa konduksi dan ketika arus listrik

    dilewatkan pada larutan tersebut, maka elektron akan bergerak di antara ion-ion.

    Elektrolit Kuat

    Beberapa elektrolit seperti kalium klorida, natrium hidroksida, natrium nitrat terionisasi

    sempurna menjadi ion-ionnya dalam larutan. Elektrolit yang terioniasi sempurna disebut dengan

    elektrolit kuat. Dengan kata lain, elektrolit kuat terionisasi 100%. Reaksi disosiasi elektrolit kuat

    ditulis dengan tanda anak panah tunggal ke kanan. Secara umum asam kuat seperti asam sulfat,

    asam nitrat, asam klorida, dan basa kuat seperti kalium hidroksida dan garam adalah elektrolit

    kuat. Sebagai contoh:

  • KCl (aq) K+ (aq) + Cl- (aq)

    NH4NO3 (aq) NH4+ (aq) + NO3- (aq)

    HNO3 (aq) H+ (aq) + NO3- (aq)

    NaOH (aq) Na+ (aq) + OH- (aq)

    Sebagai contoh, ketika natrium klorida dilarutkan dalam air, gaya interaksi elektrostatis antara

    ion-ion memfasilitasi pergerakan ion. Ion bebas ini terstabilkan oleh proses solvasi air. Dalam

    proses pelarutan, ion natrium dan ion klorida dikelilingi oleh molekul air karena interaksi dipol-

    ion. Pelarutan dengan molekul air disebut dengan proses reaksi hidrasi.

    Elektrolit Lemah

    Elektrolit lemah adalah senyawa yang terdisosiasi sebagian dalam air. Pada larutan

    elektrolit lemah, ion-ion akan membentuk kesetimbangan dengan molekul yang tak terdisosiasi.

    Karena hanya sebagian yang terdisosiasi, maka jumlah ion pada volume tertentu larutan akan

    sama pada perubahan konsentrasi yang besar. Persamaan kimia ionisasi elektrolit lemah

    digunakan tanda panah ganda ( ). Sebagai contoh, reaksi disosiasi asam asetat ditulis :

    CH3COOH (aq) + H2O (aq) H3O+ (l) + CH3COO- (aq)

    Non-elektrolit

    Non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak adanya

    ion. Biasanya senyawa non elektrolit adalah senyawa kovalen polar dan non polar yang mana

    terlarut dalam air sebagai molekul, bukan ion. Senyawa kovalen mempunyai ikatan kovalen

    antara atom yang berikatan, dengan demikian tidak dapat terionisasi pada larutan dan hanya

    membentuk molekul. Sebagai contoh, gula dan alkohol dapat larut dalam air, tetapi hanya

    sebagai molekulnya saja.

    C12H22O11 (s) C12H22O11 (aq)

    Kekuatan suatu elektrolit ditandai dengan suatu besaran yang disebut derajat ionisasi ().

    Elektrolit kuat memiliki harga = 1, sebab semua zat yang dilarutkan terurai menjadi ion.

    Elektrolit lemah memiliki harga

  • Elektrolit kuat : = 1(terionisasi sempurna)

    Elektrolit lemah : 0 < < 1 (terionisasi sebagian)

    Non Elektrolit : = 0 (tidak terionisasi)

    IV. Prosedur Ker ja

    1. Kalibrasi konduktometer

    2. Buat larutan NaOH 0.1 N, CH3COOH 0.1 N, dan larutan gula 0.1 N sebanyak 50 ml.

    (BM gula = 342.30 g/mol).

    3. Lalu ambil 50 ml aquadest. Masukkan magnetic stirred ke dalamnya.

    4. Masukkan NaOH 0.1 N ke dalam buret. Untuk setiap penambahan 0.5 ml NaOH ke

    dalam aquadest catat pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) yang dihasilkan

    konduktometer.

    5. Ulangi langkah di atas untuk jenis larutan yang lain.


Recommended