Date post: | 29-Sep-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | jurankdhalam |
View: | 226 times |
Download: | 0 times |
23-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ16-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ09-12-2014 TNY/AS DHP/AZ KON/EW 3 AZ02-12-2014 KON/EW TNY/AS DHP/AZ 2 EW25-11-2014 DHP/AZ KON/EW TNY/AS 1 AS
Kelas 1 EGD
23-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ16-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ09-12-2014 TNY/AS DHP/AZ KON/SE 3 AZ02-12-2014 KON/SE TNY/AS DHP/AZ 2 SE25-11-2014 DHP/AZ KON/SE TNY/AS 1 AS
Kelas 1 EGB
22-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ15-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ08-12-2014 TNY/AS KON/SE DHP/THD 3 AS01-12-2014 DHP/THD TNY/AS DHP/SE 2 SE24-11-2014 KON/SE DHP/THD TNY/AS 1 THD
Kelas 1 EGC
22-12-2014 MID TEST II 1,2,3 AZ15-12-2014 PENGULANGAN 1,2,3 AZ08-12-2014 KON/EW TNY/AZ DHP/THD 3 AZ01-12-2014 DHP/THD KON/EW TNY/AZ 2 EW24-11-2014 TNY/AZ DHP/THD KON/EW 1 THD
Kelas 1 EGATanggal Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Piket Dosen Piket
DAYA HANTAR PANAS
I. Tujuan
Menentukan besarnya nilai daya hantar panas pada suatu benda (zat padat) dengan cara
konduksi.
II. Alat dan Bahan
empeng seng
empeng besi
empeng kaca
empeng tembaga
empeng stainlesssteel
eaker Gelas
ultimeter temperatur
T
ermometer alkohol
M
ikrometer Sekrup
P
emanas
S
topwatch
P
enjepit kayu
III. Dasar Teor i
Kalor merupakan energi yang dapat berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda
yang bersuhu rendah. Pada waktu memasak air, kalor berpindah dari api ke panci lalu ke air.
Pada waktu menyetrika, kalor berpindah dari setrika ke pakaian. Demikian juga pada waktu
berjemur, badan Anda terasa hangat karena kalor berpindah dari matahari ke badan Anda. Ada
tiga cara kalor berpindah dari satu benda ke benda yang lain, yaitu konduksi, kenveksi, dan
radiasi.
1. Konduksi adalah bila panas yang di transfer tidak diikuti dengan perpindahan massa dari
benda. Konduksi diakibatkan oleh tumbukan antar molekul penyusun zat. Ujung benda yang
panas mengandung molekul yang bergetar lebih cepat. Ketika molekul yang bergetar cepat
tadi menumbuk molekul di sekitarnya yang lebih lambat, maka terjadi transfer energi ke
molekul disebelahnya sehingga getaran molekul yang semula lambat menjadi lebih cepat.
Molekul ini kemudian menumbuk molekul lambat di sebelahnya dengan disertai transfer
energi. Demikian seterusnya sehingga pada akhirnya energi sampai pada ujung benda yang
lainnya.
2. Konveksi terjadi karena gerakan massa molekul dari satu tempat ke tempat lain. Konveksi
terjadi perpindahan molekul dalam jarak yang jauh.
3. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa memerlukan medium.
Jumlah panas yang dikonduksikan melalui material persatuan waktu dituliskan dengan
persamaan hukum Fourier di bawah ini :
Qt = kA(T2-T1)XDalam penampang Q = energi panas total yang dikonduksikan , A = luas dimana konduksi
mengambil tempat, T = perbedaan temperatur dua sisi dari material, t = waktu selamakonduksi terjadi , x = ketebalan / ketinggian perpindahan panas pada material, dan k =
konduktivitas termal dari material.
Gambar 1. Perpindahan panas konduksi
Koefisien konduktivitas termal (k) merupakan formulasi laju panas pada suatu benda
dengan suatu gradien temperature. Nilai konduktivitas termal sangat berperan penting untuk
menentukan jenis dari penghantar yaitu konduksi yang baik atau buruk. Suatu bahan dikatakan
konduktor (penghantar panas yang baik) bila bahan tersebut mempunyai nilai k yang besar yaitu
> 4.15 W/mC, biasanya bahan tersebut terbuat dari logam. Sedangkan untuk isolator
(penghantar panas yang buruk) mempunyai nilai k < 4.01 W/mC, biasanya bahan tersebut
terbuat dari bahan bukan logam. (Holman, 1993 : 6-7 )
Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secara atomik
merupakanpertukaran energi kinetik antar molekul (atom), dimana partikel yang energinya
rendah dapat meningkat dengan menumbuk partikel dengan energi yang lebih tinggi. Konduksi
terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas. Berdasarkan perubahan suhu menurut waktu,
konduksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu konduksi tunak dan konduksi tidak tunak. Pada zat
padat, energi kalor tersebut dipindahkan hanya akibat adanya vibrasi dari atom-atom zat padat
yang saling berdekatan. Hal ini disebabkan karena zat padat merupakan zat dengan gaya
intermolekular yang sangat kuat, sehingga atom-atomnya tidak dapat bebasbergerak, oleh sebab
itu perpindahan kalor hanya dapat terjadi melalui proses vibrasi.
Sedangkan proses konduksi pada fluida disebabkan karena pengaruh secara langsung
karena atom-atomnya dapat lebih bebas bergerak dibandingkan dengan zat padat. Konduksi
merupakan suatu proses perpindahan kalor secara spontan tanpa disertaiperpindahan partikel
media karena adanya perbedaan suhu, yaitu dari suhu yang tinggi kesuhu yang rendah. Konduksi
atau hantaran kalor pada banyak materi dapat digambarkan sebagai hasiltumbukan molekul-
molekul. Sementara satu ujung benda dipanaskan, molekul-molekul ditempat itu bergerak lebih
cepat. Sementara itu, tumbukan dengan molekul-molekul yang langsung berdekatan lebih
lambat, mereka mentransfer sebagian energi ke molekul-molekul lain, yang lajunya kemudian
bertambah. Molekul-molekul ini kemudian juga mentransfersebagian energi mereka dengan
molekul-molekul lain sepanjang benda tersebut.
Tabel 1. Konduktivitas termal berbagai bahan
PerakTembaga
10 x 10-29,2 x 10-2
420380
kkal/s m J/s mZatKonduktivitas Termal, k
AluminiumBajaGelas (biasa)KayuIsolator fiberglass
5,0 x 10-21,1 x 10-22,0 x 10-4
0,2-0,4 x 10-40,12 x 10-4
200400,84
0,08 0,160,048
IV. Langkah Ker ja
1. Ukur ketebalan dari masing lempeng
yang akan digunakan menggunakan mikrometer sekrup, dan timbanglah massanya.
2. Sediakan air 200 ml dalam beaker
gelas. Masukkan salah satu lempeng, dan termometer alkohol ke dalamnya. Catat
temperatur awal air pada keadaaan telah konstan.
3. Isolasi beaker gelas dari menggunakan
alumunium foil.
4. Ukur dan catatlah temperatur ujung
lempeng menggunakan multimeter temperatur.
5. Letakkan beaker ke atas pemanas.
Nyalakan pemanas.
6. Catat perubahan temperatur pada air
dan ujung lempeng setiap 15 detik selama 5 menit.
7. Ulangi dari langkah no.1 untuk jenis
lempeng yang berbeda.
TITIK NYALA
I. TUJUAN
Menentukan besarnya titik nyala suatu zat cair dengan alat penentu titik nyala.
II. Alat Dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan :
a. Gelas kimia (Beker Gelas) 250 ml
b. Pipet ukur 10, 25 ml
c. Bola karet
d. Termometer 300C
e. Alat penentu titik nyala ( Flash Point Testers)
2. Bahan yang digunakan :
a. Etanol
b. Biodiesel
III. Dasar Teor i
Titik nyala adalah Temperatur terendah di mana campuran senyawa
dengan udara pada tekanan normal dapat menyala setelah ada suatu inisiasi, misalnya dengan
adanya percikan api. Titik nyala dapat diukur dengan metoda wadah terbuka (Open Cup /OC)
atau wadah tertutup (Closed cup/CC). Nilai yang diukur pada wadah terbuka biasanya lebih
tinggi dari yang diukur dengan metoda wadah tertutup. Adapun kelas temperatur penyalaan
senyawa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bahan bakar cair yang mudah menyala (yang punya titik nyala dibawah 37.8 oC dan tekanan
uap tidak lebih dari 2.84 kg/cm2), terbagi :
a. kelas IA, punyatitik nyala dibawah 22.8oC dantitik didih dibawah37.8 oC,
b. kelas IB, punya titik nyala dibawah 22.8 oC dan titik didih sama atau diatas 37.8 oC,
c. kelas IC,punya titik nyala sama atau di atas 22.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC.
2. Bahan bakar cair mudah terbakar (yang punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC, terbagi:
a. kelas IIA, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 60 oC,
b. kelas IIB, punya titik nyala sama atau diatas 37.8 oC dan titik didih dibawah 93 oC
c. kelasIIC, punya titik nyala sama atau diatas93 oC
Setiap zat cair yang mudah terbakar memiliki tekanan uap yang merupakan fungsi dari
temperatur cair, dengan naiknya suhu, tekanan uap juga meningkat. Dengan meningkatnya
tekanan uap, konsentrasi cairan yang mudah terbakar menguap diudara meningkat.
Jika titik nyala lebih rendah dari temperatur cairannya maka uap diatas permukaannya siap
untuk terbakar atau meledak. Lebih rendah dari titik nyala adlah lebih berbahaya, terutama bila
temperatur ambientnya labih dari titik nyala.
IV. Prosedur Percobaan
a. Sebelum percobaan dimulai Tester (peralatan) harus dibersihkan terlebih dahulu
untuk menghilangkan sisa-sisa minyak ataupun solvent.
b. Isilah bejana logam dengan zat yang akan di test titik nyalanya sampai dengan
tanda batas, lalu tutup kembali bejana tersebut dengan penutupnya dan pasanglah
stirrer serta termometernya. Pada saat mengerjakan, dinding logam bagian atas
tandabatas, harus dijaga kering (jangan sampai basah).
c. Pasanglah kabel penyambung arus dan hubungkan juga selang gas pembakar.
d. Nyalakan gas pembakar dan atur nyala sehingga diperoleh nyala yang sesuai,
kemudian nyalakan pemanas listriknya.
e. Atur pemanasan (pemanas listrik) sedemikian rupa sehingga kenaikan suhu
pemanasan kira-kira 5 C / menit. Jika termometer sudah menunjukkan suhu 15 C
sebelum titik nyala yang diperkirakan, maka lakukan tes nyala dengan cara sebagi
berikut :
- Putar tombol pembakar sehingga api gas masuk ke dalam bagian atas bejana
logam yang berisi zat yang sedang di tes, dan lakukan setiap selang kenaikkan
suhu 1 C selama kira-kira 1 detik, sampai uap zat yang sedang di test terbakar.
Maka pada saat pertama kali uap terbakar, suhu di termometer menunjukkan titik
nyala dari zat tersebut.
- Test nyala ini harus jelas dan di atur untuk jarak 4 mm, dan pada saat di lakukan
test nyala maka kecepatan pemanasan dikurangi menjadi 3 4 C / menit.
f. Setelah selesai matikan kembali alat penentu titik nyala (pemanas listrik maupun
pembakar gas), dan simpan kembali zat yang sudah di test serta bersihkan logam
bejana sehingga benar-benar bersih.
KONDUKTOMETRI
I. Tujuan
- Untuk mengetahui hantaran dari suatu larutan.
- Untuk mengetahui jenis larutan elektrolit kuat, lemah, dan non-elektrolit.
- Untuk mengetahui bagaimana penggunaan konduktometer.
II.Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
Konduktometer
Labu ukur 100 ml
Pipet tetes
Buret 50 ml
Magnetic Stirred
Statif dan klem
Bahan yang digunakan
Aquadest
NaOH
CH3COOH
Gula
III. Landasan Teor i
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu
larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam
larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang
mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan
kebalikan dari tahanan R, sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1. Bila arus listrik
dialirkan ke dalam suatu larutan melalui dua electrode, maka daya hantar listrik (G) berbanding
lurus dengan luas bidang luas bidang electrode, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus
dengan luas bidang electrode (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua electrode (l).
G = 1 / R
Sehingga dengan menggunakan Hukum Ohm, maka didapatkan definisi lainnya :
V = I x R
I = G x E
Prinsip kerjanya adalah sel hantaran dicelupkan kedalam larutan ion positif dan
negatif yang ada dalam larutan menuju sel hantaran menghasilkan sinyal listrik
berupa hambatan listrik larutan. Hambatan listrik dikonversikan oleh alat menjadi
hantaran listrik larutan. Dapat digunakan untuk menentukan daya hantar listrik suatu larutan.
Elektrolit adalah senyawa yang dapat terdisosiasi ketika dilarutkan dalam air membentuk
ion (anion dan kation) dan bersifat menghantarkan listrik. Senyawa-senyawa seperti asam, basa,
dan garam dapat menghantarkan arus listrik karena proses disosiasi, maka disebut dengan larutan
elektrolit. Adanya ion dalam larutan menyebabkan peristiwa konduksi dan ketika arus listrik
dilewatkan pada larutan tersebut, maka elektron akan bergerak di antara ion-ion.
Elektrolit Kuat
Beberapa elektrolit seperti kalium klorida, natrium hidroksida, natrium nitrat terionisasi
sempurna menjadi ion-ionnya dalam larutan. Elektrolit yang terioniasi sempurna disebut dengan
elektrolit kuat. Dengan kata lain, elektrolit kuat terionisasi 100%. Reaksi disosiasi elektrolit kuat
ditulis dengan tanda anak panah tunggal ke kanan. Secara umum asam kuat seperti asam sulfat,
asam nitrat, asam klorida, dan basa kuat seperti kalium hidroksida dan garam adalah elektrolit
kuat. Sebagai contoh:
KCl (aq) K+ (aq) + Cl- (aq)
NH4NO3 (aq) NH4+ (aq) + NO3- (aq)
HNO3 (aq) H+ (aq) + NO3- (aq)
NaOH (aq) Na+ (aq) + OH- (aq)
Sebagai contoh, ketika natrium klorida dilarutkan dalam air, gaya interaksi elektrostatis antara
ion-ion memfasilitasi pergerakan ion. Ion bebas ini terstabilkan oleh proses solvasi air. Dalam
proses pelarutan, ion natrium dan ion klorida dikelilingi oleh molekul air karena interaksi dipol-
ion. Pelarutan dengan molekul air disebut dengan proses reaksi hidrasi.
Elektrolit Lemah
Elektrolit lemah adalah senyawa yang terdisosiasi sebagian dalam air. Pada larutan
elektrolit lemah, ion-ion akan membentuk kesetimbangan dengan molekul yang tak terdisosiasi.
Karena hanya sebagian yang terdisosiasi, maka jumlah ion pada volume tertentu larutan akan
sama pada perubahan konsentrasi yang besar. Persamaan kimia ionisasi elektrolit lemah
digunakan tanda panah ganda ( ). Sebagai contoh, reaksi disosiasi asam asetat ditulis :
CH3COOH (aq) + H2O (aq) H3O+ (l) + CH3COO- (aq)
Non-elektrolit
Non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak adanya
ion. Biasanya senyawa non elektrolit adalah senyawa kovalen polar dan non polar yang mana
terlarut dalam air sebagai molekul, bukan ion. Senyawa kovalen mempunyai ikatan kovalen
antara atom yang berikatan, dengan demikian tidak dapat terionisasi pada larutan dan hanya
membentuk molekul. Sebagai contoh, gula dan alkohol dapat larut dalam air, tetapi hanya
sebagai molekulnya saja.
C12H22O11 (s) C12H22O11 (aq)
Kekuatan suatu elektrolit ditandai dengan suatu besaran yang disebut derajat ionisasi ().
Elektrolit kuat memiliki harga = 1, sebab semua zat yang dilarutkan terurai menjadi ion.
Elektrolit lemah memiliki harga
Elektrolit kuat : = 1(terionisasi sempurna)
Elektrolit lemah : 0 < < 1 (terionisasi sebagian)
Non Elektrolit : = 0 (tidak terionisasi)
IV. Prosedur Ker ja
1. Kalibrasi konduktometer
2. Buat larutan NaOH 0.1 N, CH3COOH 0.1 N, dan larutan gula 0.1 N sebanyak 50 ml.
(BM gula = 342.30 g/mol).
3. Lalu ambil 50 ml aquadest. Masukkan magnetic stirred ke dalamnya.
4. Masukkan NaOH 0.1 N ke dalam buret. Untuk setiap penambahan 0.5 ml NaOH ke
dalam aquadest catat pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) yang dihasilkan
konduktometer.
5. Ulangi langkah di atas untuk jenis larutan yang lain.