+ All Categories
Home > Documents > Sinyal Combat Atau Blank Spot

Sinyal Combat Atau Blank Spot

Date post: 02-Jan-2016
Category:
Upload: srikandiujung
View: 36 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
20
JETri, Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372 ANALISIS PERFORMANSI IMPLEMENTASI COMBAT DI SPV PURWAKARTA M. Ainur Rofiq Motorola Radio Performance - PT. Telkomsel Abstract One of way to solve coverage problem for the time being is place a combat as new site. Before and after implemented, Compact Mobile Base Station (Combat) need to analyze performance using simulation software and the the reality of data in the field. This journal will describe analyze performance in the SPV Purwakarta Factory area, which known as being area coverage problems. Place combat in SPV area with BTS Ciseureuh as BTS far end and use the RFS celwafe 90 antenna so the performance of signal quality will be appropriate as standard well established Keynote: coverage, signal strength, line of sight 1. Pendahuluan Saat ini percaturan bisnis telekomunikasi antar Operator GSM semakin kompetitif dalam meraih pangsa pasar di Indonesia. Oleh karena itu para operator selalu melakukan inovasi teknologi, penerapan feature - feature dan teknologi terbaru bahkan penurunan tarif demi meraih dan memuaskan para pelanggannya. Sebagaimana diketahui sampai dengan bulan Juni 2003 pengguna jasa teknologi GSM mencapai sekitar 69,8 %, dimana jumlah pelanggan GSM di dunia kurang lebih berjumlah 704,5 juta dengan sekitar 36,9 % dari total pelanggan GSM di dunia, berada di Asia Pasifik (Tim Divisi NMO, 2001: 23-30). Sejak resmi berdiri 26 Mei 1995 Telkomsel mendapat izin untuk memberikan jasa telekomunikasi selular GSM, di tahun 2003 ini pertumbuhan pelanggan Telkomsel sangat pesat. Pertumbuhan rata rata setiap bulan sekitar 300.000 pelanggan. Saat ini jumlah pelanggan mencapai lebih dari 9 juta yang dilayani oleh sekitar 4.600 BTS, 150 BSC dan 50 MSC. Kondisi tersebut menyebabkan banyak terjadi keluhan-keluhan, diantaranya tidak ada sinyal (blank spot), sinyal sangat lemah, sulit membuat panggilan, kualitas suara yang buruk (suara putus-putus), dan terputus panggilan saat hubungan pembicaraan berlangsung (drop call).
Transcript
Page 1: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

ANALISIS PERFORMANSI IMPLEMENTASI

COMBAT DI SPV PURWAKARTA

M. Ainur Rofiq

Motorola Radio Performance - PT. Telkomsel

Abstract

One of way to solve coverage problem for the time being is place a combat as new site.

Before and after implemented, Compact Mobile Base Station (Combat) need to analyze

performance using simulation software and the the reality of data in the field. This journal

will describe analyze performance in the SPV Purwakarta Factory area, which known as

being area coverage problems. Place combat in SPV area with BTS Ciseureuh as BTS far

end and use the RFS celwafe 90 antenna so the performance of signal quality will be

appropriate as standard well established

Keynote: coverage, signal strength, line of sight

1. Pendahuluan

Saat ini percaturan bisnis telekomunikasi antar Operator GSM

semakin kompetitif dalam meraih pangsa pasar di Indonesia. Oleh karena

itu para operator selalu melakukan inovasi teknologi, penerapan feature -

feature dan teknologi terbaru bahkan penurunan tarif demi meraih dan

memuaskan para pelanggannya.

Sebagaimana diketahui sampai dengan bulan Juni 2003 pengguna

jasa teknologi GSM mencapai sekitar 69,8 %, dimana jumlah pelanggan

GSM di dunia kurang lebih berjumlah 704,5 juta dengan sekitar 36,9 % dari

total pelanggan GSM di dunia, berada di Asia Pasifik (Tim Divisi NMO,

2001: 23-30).

Sejak resmi berdiri 26 Mei 1995 Telkomsel mendapat izin untuk

memberikan jasa telekomunikasi selular GSM, di tahun 2003 ini

pertumbuhan pelanggan Telkomsel sangat pesat. Pertumbuhan rata – rata

setiap bulan sekitar 300.000 pelanggan.

Saat ini jumlah pelanggan mencapai lebih dari 9 juta yang dilayani

oleh sekitar 4.600 BTS, 150 BSC dan 50 MSC. Kondisi tersebut

menyebabkan banyak terjadi keluhan-keluhan, diantaranya tidak ada sinyal

(blank spot), sinyal sangat lemah, sulit membuat panggilan, kualitas suara

yang buruk (suara putus-putus), dan terputus panggilan saat hubungan

pembicaraan berlangsung (drop call).

Page 2: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

50

Untuk saat ini sudah terjadi perubahan menuju ke arah yang lebih

baik terlihat dari jumlah pelanggan Telkomsel sekarang ini mencapai

sekitar lebih dari 12 juta pelanggan.

2. Perumusan Masalah

Dalam era globalisasi dan persaingan, kualitas sinyal antar operator

sangatlah menentukan keberhasilan mendapatkan pangsa pasar

telekomunikasi selular GSM di Indonesia. Berbagai cara ditempuh para

operator GSM untuk mengetahui tingkat kualitas layanan yang telah

diberikan oleh jaringan kepada pelanggannya.

Daerah SPV Purwakarta sekitarnya merupakan salah satu daerah

yang bermasalah dengan tingkat kualitas layanan. Berdasarkan data

customer complain yang didapat ternyata yang terjadi dalam daerah tersebut

adalah masalah coverage sehingga permasalah yang dapat dirumuskan

adalah bagaimana merencanakan site baru di dalam network existing, agar

masalah coverage ini dapat teratasi.

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan analisis dan perhitungan awal dengan

menggunakan teori GSM. Setelah itu dilakukan pengukuran dilapangan

dengan menggunakan measurement tool yaitu Tems investigation, tool

planet dan site master.

4. Hasil Pengamatan Drive Test

Pada analisis awal, terlebih dahulu perlu dilakukan pengukuran di

lapangan untuk mengetahui kemungkinan – kemungkinan BTS menserving

di lokasi tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan program optimalisasi.

Dalam melakukan optimalisasi radio frekuensi, pekerjaan drivetest

wajib dilakukan sebab dengan drive test dapat diketahui secara nyata apa

yang dirasakan oleh masyarakat pengguna jasa telekomunikasi yang di

sediakan oleh operator GSM dalam hal ini mengenai kualitas sinyal yang

dihasilkan.

Untuk mendukung analisis digunakan bantuan software Map Info

untuk melihat apakah lokasi tersebut di serving oleh BTS existing yang

mana (gambar 1.)(Manual, 2003: 3-30).

Page 3: Sinyal Combat Atau Blank Spot

M. Ainur Rofiq, Analisis Performansi Implementasi Combat Di SPV Purwakarta

51

Lokasi Pabrik SPV

Purwakarta

Gambar 1. Peta lokasi pabrik SPV Purwakarta

Analisis selanjutnya adalah memastikan penyebab permasalahan

dan mencari solusi bagaimana caranya menyelesaikan masalah tersebut.

Berdasarkan data/informasi di lapangan dan prinsip dasar optimalisasi

jaringan dalam melakukan troubleshooting permasalahan yang berkaitan

dengan kualitas sinyal, maka diperlukan pengukuran baik dari sisi

subscriber maupun network.

Dengan menggunakan alat ukur TEMS Investigasi, maka dilakukan

investigasi apakah benar kondisi di pabrik SPV Purwakarta dan sekitarnya

kualitas sinyal sangat jelek, sering putus – putus dan susah melakukan call.

Untuk menganalisis hasil pengukuran kualitas sinyal dan coverage akhirnya

pada tanggal 11 Desember 2003 dilakukan drivetest ke lokasi sekaligus

melakukan survey sitac dengan GPS. Dari hasil pengambilan data

dilapangan ini, analisis mengacu pada nilai parameter drive test pada tabel 1

sebagai berikut:

Page 4: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

52

Tabel 1. Parameter Drive test

No. Parameter Drive test Good Fair Bad

1. RxLevel -33 s.d. –60 -85 s.d. -80 -85 s.d. -110

2. RxQuality 0 s.d. 4 5 6 s.d. 7

3. SQI 18 s.d. 38 10 s.d. 18 -20 s.d. 10

4. FER 0 s.d. 3 4 s.d. 7 8 s.d. 100

Parameter drive test ini sudah menjadi kesempatan bersama oleh

team optimalisasi Telkomsel dengan vendor sebagai alat ukur kinerja dan

kualitas jaringan Telkomsel.

Dari analisis hasil drive test (gambar 2. pada halaman berikut ini)

bisa di deskripsikan sebagai berikut (Manual, 2000: 110-113):

1. Line Chart menjelaskan bahwa sering terjadinya handover pingpong

dan handover failure.

2. Map menjelaskan route drive test yang dilalui oleh mobil dream reacer

dan route tersebut disebut mainroad.

3. Current Channel menjelaskan BTS yang serving di route tersebut.

4. Serving dan Neighbouring menjelaskan beberapa BTS neighbour yang

dominan serving.

5. Radio Parameter menjelaskan nilai parameter drivetest seperti

RxLevel, RxQuality, FER, SQI, TA, C/I dan RL Timeout Counter.

6. C/I menjelaskan penggunaan frekuensi hopping pada saat terjadinya

komunikasi.

Hasil analisis drive test keseluruhan menunjukkan bahwa kualitas

sinyal di area SPV Purwakarta dan sekitarnya sangat jelek. Hal ini bisa di

buktikan dengan nilai Rx Level diatas –95 dan Rx Quality antara 6 sampai

7 akibatnya subcriber susah melakukan call, kalaupun bisa pasti akan

terjadi komunikasi yang putus – putus dan tidak jelas, dan hal ini di tandai

dengan bar yang ada di handphone yang sering drop.

Page 5: Sinyal Combat Atau Blank Spot

M. Ainur Rofiq, Analisis Performansi Implementasi Combat Di SPV Purwakarta

53

Berdasarkan analisis drive test maka terbukti bahwa yang menjadi

permasalahan utama adalah coverage area. Oleh karena itu salah satu cara

sementara yang tercepat dan efisien adalah dengan mengimplementasikan

Compact Mobile Base Station (Combat) yang dapat dianggap sebagai site

baru. Agar posisi Combat dapat mengahasilkan performansi jaringan yang

optimal maka terlebih dahulu dilakukan survey lapangan.

Gambar 2. Layout Pengukuran Drive Test Mainroad

Ciseureuh-Kerawang Timur

2

1

3

4

5

6

Page 6: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

54

5. Hasil Pengukuran Survey Sitac Dan Transmisi ”Line of Sight”

Dalam melakukan survey sitac digunakan alat GPS kemudian

melakukan pengukuran dan mengambil beberapa titik yang rencananya

akan di letakkan Combat, beberapa titik longitude dan latitude yang di

peroleh dari pengukuran GPS sebagai berikut:

a. Survey Sitac

Survey sitac ini di lakukan bersamaan dengan drive test pada

tanggal 11 Desember 2003.

Dari hasil survey sitac ada empat alternatif titik (tabel 2.) yang

memungkinkan akan di lakukan penempatan Combat, setelah peneliti

melakukan analisis di pilih satu titik dari keempatnya untuk penempatan

Combat yang membutuhkan lahan kurang lebih 7 x 7 meter.

Berdasarkan analisis sitac maka titik yang ketiga dipilih dan

disepakati bersama oleh pihak manajemen pabrik SPV dengan Telkomsel

yang akan digunakan untuk penempatan Combat, maka dari titik tersebut

prediksi letak BTS Combat di compile ke dalam map info untuk

mempermudah dalam menganalisa.

Tabel 2.Hasil survey sitac di SPV Purwakarta

Survey Longitude Latitude

Survey titik pertama 107 26’ 48.6’’ E 06 28’ 23.7’’ S

Survey titik kedua 107 24’ 00.8’’ E 06 29’ 42.3’’ S

Survey titik ketiga 107 24’ 00.8’’ E 06 29’ 36.6’’ S

Survey titik keempat 107 23’48.8’’ E 06 29’ 44.1’’ S

b. Survey Transmisi “Line of Sight”

Survey transmisi atau lebih dikenal dengan line of sight ini

dilakukan pada tanggal 15 Desember 2003. Ada beberapa alternatif BTS

neighbour yang akan dipasang microwave sebagai far end untuk mengarah

ke Combat SPV Purwakarta yang telah ditentukan yaitu:

Page 7: Sinyal Combat Atau Blank Spot

M. Ainur Rofiq, Analisis Performansi Implementasi Combat Di SPV Purwakarta

55

1. Alternatif pertama yaitu BTS Cimumput.

2. Alternatif kedua BTS Sadang.

3. Alternatif ketiga BTS Ciseureuh.

BTS Cimumput ini letaknya sangat dekat dengan pabrik SPV

namun mengalami kesulitan karena tidak di ijinkan untuk menempatkan

microwave di tower BTS Cimumput karena microwave link dan antena

yang sudah banyak terpasang di tower BTS.

Kemudian dilakukan survey line of sight transmisi pada alternatif

kedua yaitu pada dari BTS Sadang. Dengan menggunakan teropong dilihat

patokan cerobong yang ada di pabrik SPV, ternyata hasilnya tidak terlihat

dengan jelas, sehingga perlu dilakukan survey transmisi alternatif yang

terakhir.

Dari ketiga survey transmisi yang telah dilakukan terhadap BTS

neighbour yang merupakan BTS terdekat dengan lokasi pabrik dan line of

sight, maka diputuskan BTS Ciseureuh sebagai BTS far end. Untuk

meyakinkan data tersebut maka juga dilakukan data prediksi line of sight

dari tool Planet dengan mengacu pada teori difraksi dan pathloss pada

GSM (gambar 3. seperti pada halaman berikut ini).

Untuk meyakinkan data hasil survey dilapangan juga dilakukan

perhitungan line of sight berdasarkan aplikasi rumus pathloss (Theodore,

1997: 116-122).

Rumus Free Space Loss adalah sebagai berikut:

Afs = 92,4 + 20logd + 20logf (1)

Apabila:

d adalah nilai jarak (km) = 6,54 km

f adalah frekuensi (GHz) = 7 GHz

Rec. Thresh old 10-3

= Lthresh = -88 dB

Rec. Thresh old 10-6

= Lthresh = -84 dB

Antena gain = Gantena = 30,5 dBi

Standar output power untuk microwave tipe 7 GHz = 21 dBm

Maka:

Afs = 92,4 + 20 log 6,54 + 20 log 7

Page 8: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

56

Afs = 92,4 + 20 x 0, 815577 + 20 x 0,845098

Afs = 32,45 + 16,31154 + 16,90196

Afs = 125,6135 125,6 dB

Gambar 3. Survey transmisi atau line of sight dari BTS Ciseureuh ke BTS

Combat.

Dalam melakukan penelitian dicoba untuk mencari perhitungan link budget

terhadap microwave, sebagai berikut:

Lrx = Ltx + 2Gant – 2Afeeder – Afs (2)

M = Lrx – L thesh (3)

Alternatif 3

survey transmisi dari Ciseureuh

(6.54 km dan 115 degree)

BTS

Ciseureuh

TTTTT

Combat

SPV

Page 9: Sinyal Combat Atau Blank Spot

M. Ainur Rofiq, Analisis Performansi Implementasi Combat Di SPV Purwakarta

57

Keterangan:

Lrx = received power (dBm)

Ltx = transmitted power (dBm)

L thesh = received threshd (dBm)

M = margin

Gant = antenna gain

A feeder = feede cable loss

M 310 = Lrx – Lthresh = -125,6 – (-88) = 37,6 dB

M 610 = Lrx – Lthresh = -125,6 – (-84) = 41,6 dB

Maka:

Lrx = Ltx + 2Gant – 2Afeeder – Afs

= 21 + 2x30,5 – 2x3 – 125,6

=21 + 61 – 6 –125,6

= -49,6 dB

Berdasarkan perhitungan rumus di peroleh nilai link budget adalah –49,6

dB.

c. Analisis Penggunaan Tower, Microwave Link Dan Antena

Menurut spesifikasi yang tertera menyatakan bahwa tinggi tower

terbatas maksimal sekitar 36 meter. Berdasarkan hasil survey transmisi

dapat diukur jarak antara Combat SPV dengan BTS Ciseureuh sekitar 6.54

km, dengan keterbatasan tinggi tower maka langkah selanjutnya adalah

menganalisa tipe microwave dan antena yang akan di gunakan.

Rencana antena yang digunakan untuk combat menggunakan

antena sektorais yang terdiri dari tiga sektor. Area pabrik SPV Purwakarta

merupakan area rural artinya area tersebut masih jarang tercover oleh BTS.

Sehingga jarak antar BTS jauh – jauh, maka tipe antena yang sebenarnya

cocok digunakan di area ini adalah tipe Jaybeam 120º, tetapi karena tipe

antena tersebut tidak ada, serta keterbatasan desain tower dari antena

combat yang akan dipasang di SPV maka jenis/tipe antenanya diganti

antena jenis RFS Celwave 90º. Dalam penentuan microwave link digunakan

merk ericsson sebanyak 1 Hub 7/33 GHz –7/37 GHz. Tipe ini bisa

mencapai jarak tembus sekitar 5 sampai 20 km. Untuk standar pengukuran

Page 10: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

58

nilai receive level perpedoman pada nilai threshold – 83 dBm dan nilai

margin –35 dBm sehingga untuk total nilai Receive level yang di terima

dari lawannya harus sekitar – 48 dBm

Pemasangan instalasi Microwave dan antena di tower Combat ini

berlangsung pada tanggal 24 Desember 2003 dan dilanjutkan pengukuran

nilai input level pada tanggal 29 Desember 2004.

Sedangkan pengukuran nilai input receive level di BTS Ciseureuh

pada awalnya sekitar – 58,7 dB setelah dilakukan pointing maka perubahan

nilai input level pada tombol input level measurement di modul MMU

berubah menjadi – 46 dBm Begitu juga dengan pengukuran di Combat SPV

nilai input receive level dari – 60 dBm menjadi – 48,5 dBm.

Dari hasil pengukuran di atas di dapat hasil nilai input receive level

tidak optimal sehingga perlu dilakukan pointing lagi yang pada akhirnya

mendapatkan nilai input level di Ciseureuh menjadi – 42,5 dBm dan di

Combat – 44,5 dBm

6. Analisis Data Prediksi Coverage Dengan Tool Planet

Dalam melakukan pengukuran untuk menentukan arah orientasi

dan tilting antena maka digunakan tool Planet sebagai alat bantu untuk

menganalisis agar mendapatkan coverage dan penetrasi sinyal secara

optimal. Prinsip ini juga berkaitan dengan model propagasi yang akan

digunakan.

Prediksi coverage ini sangat penting dilakukan dengan tujuan

mengefisienkan dan mengefektifkan waktu dalam melakukan perubahan

orientasi dan tilting antena dilapangan sehingga tidak perlu melakukan

perubahan yang berulang - ulang. Tool planet wajib di gunakan dalam

mendesain suatu sel baru untuk mengetahui perkiraan coverage.

Berdasarkan analisis gambar 4.a. dan gambar 4.b. pada halaman

berikut ini terlihat bahwa jangkauan coverage untuk sektor 1 hanya

mengcover sekitar 1.632 km.

Hal ini disebabkan karena terhalang oleh bukit dan pepohonan yang

tinggi – tinggi. Data yang diperoleh dari simulasi software berdasarkan dari

data –data mentah yang dimasukkan ke dalam tool planet kemudian di

Page 11: Sinyal Combat Atau Blank Spot

M. Ainur Rofiq, Analisis Performansi Implementasi Combat Di SPV Purwakarta

59

ekstraks dan simulasikan untuk melihat gambaran prediksi jangkauan dan

level sinyal yang nantinya akan di peroleh. Dari analisis sektor 2 (gambar

4.b.) terlihat bahwa perkiraan jangkauan yang nantinya akan di peroleh

sekitar 2,484 km dari Combat SPV Purwakarta.

(a) (b)

Gambar 4. (a). Prediksi jangkauan &coverage sektor 1.Terrain up to 1,63

km with azimuth 42,6. (b). prediksi jangkauan & coverage sektor 2.Terrain

up to 2.4 km with azimuth 145.5

Berdasarkan simulasi pengukuran dari tool planet maka sektor 3

(gambar 5. pada halaman berikut ini) sanggup untuk menserving sinyal

sampai sekitar 3,380 km. Melihat kondisi secara real di lapangan sangatlah

berbeda dengan kondisi data secara teoritis.

Page 12: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

60

Gambar 5. prediksi jangkauan & coverage planet sektor 3 dan prediksi

coverage dari semua sektor (Sector 3 .Terrain up to 3.380 km with azimuth

279.5 degree)

7. Analisis Frekuensi Plan Combat SPV Purwakarta

Dalam melakukan penelitian untuk mengalokasikan frekuensi plan

di Combat SPV ini ada dua cara yang dikerjakan antara lain pertama

melakukan prediksi frekuensi dari data base tool Planet dan melakukan

drive test dengan frekuensi scanning.

a. Analisis Frekuensi Plan Dengan Tool Planet

Dalam mendesain perencanaan suatu cell di perlukan juga analisis

perencanaan frekuensi yang akan di gunakan untuk BCCH per sektor di

BTS tersebut. Berdasarkan proses prediksi frekuensi dari tool Planet ada

beberapa frekuensi yang memungkinkan digunakan, sesuai dengan

pembagian alokasi frekuensi GSM yang digunakan oleh Telkomsel di

jelaskan di lampiran G.

Ada beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam perkiraan

penentuan alokasi frekuensi pada BTS baru. diantaranya tinggi antena dan

Page 13: Sinyal Combat Atau Blank Spot

M. Ainur Rofiq, Analisis Performansi Implementasi Combat Di SPV Purwakarta

61

kontur tanah. Prinsip dasar dalam mengalokasikan frekuensi Cell baru pada

prinsipnya tidak boleh terjadi interference baik co-channel maupun

adjacent.

Gambar 6. di bawah ini terlihat bahwa sektor 1 menggunakan

BCCH 57, sektor 2 BCCH 51 dan sektor 3 BCCH 64. Penggunaan alokasi

frekuensi untuk BCCH ini sudah ditentukan nilainnya sesuai dengan standar

perencanaan dari Team Planning Telkomsel yaitu untuk BCCH antara 51 –

68, untuk Frekuensi Hopping antara 70 – 87 dan sebagai Guard Band 69.

Gambar 6.alokasi frekuensi di Combat SPV dan Frekuensi scanning analisis

awal

b. Analisis Frekuensi Plan Dengan Frekuensi Scanning

Frekuensi scanning dilakukan pada saat handset pada posisi idle

mode, kemudian berjalan ke beberapa titik untuk mendapatkan

kemungkinan – kemungkinan frekuensi yang akan digunakan. Seiring

dengan merencanakan frekuensi mana yang akan di gunakan dilakukan

pembuatan database untuk di load ke BSC, sesuai dengan tipe perangkat

yang digunakan di lapangan. Hasil frekuensi scanning di peroleh sekaligus

pada waktu melakukan drive test seluruh route yang ada di area SPV

tersebut, dan data ini real sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

Page 14: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

62

8. Analisis Model Propagasi

Setelah dilakukan perencanaan frekuensi maka selanjutnya

dilakukan perhitungan untuk mengetahui seberapa jauh jangkauan yang

direncanakan dalam mengimplementasikan combat SPV Purwakarta

berdasarkan persamaan model rugi propagasi Y Okumura-M Hatta dapat

diketahui cell radius, yaitu sebagai berikut:

PL = 69,55 + 26,16 x logfc – 13,82 x log hb

+ (44,9 – 6,55 x loghb) logR - a(hm) (4)

Keterangan:

PL = loss propagasi atau pathloss EIRP

fc = frequency carrier (MHz)

hm = factor koreksi untuk tinggi antenna handphone (meter)

hb = tinggi antenna handphone (meter) = 36 m

R = Radius Cell (Km)

Berdasarkan rumus di atas maka Radius Cell pada combat SPV:

R = log 10-1

)log55,69,44(

)(log82,13log16,2655,69

b

mbc

h

hahfPL

= log 10-1

)35log55,69,44(

5,136log82,13900log16,2655,69EIRP

= log 10-1

)54406,155,69,44(

5,15563,182,139542,216,2655,69

x

xxEIRP

= log 10-1

786,34

823772,123EIRP

= log

786,34

823772,1231,50

10

1

R = 4,999810268 km 5 km

Nilai EIRP diperoleh 50,1 berdasarkan simulasi software di bawah ini

(gambar 7. pada halaman berikut ini).

Page 15: Sinyal Combat Atau Blank Spot

M. Ainur Rofiq, Analisis Performansi Implementasi Combat Di SPV Purwakarta

63

Gambar 7 Hasil Perhitungan EIRP Berdasarkan Simulasi

Berdasarkan dari perhitungan di atas maka dapat di simpulkan

bahwa radius jangkauan dari antena per sektor sekitar 5 km untuk

memperoleh kualitas sinyal yang kuat. Permasalahan ini bisa di lihat

dengan gambar 8 pada halaman berikut ini.

Page 16: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

64

SEKTOR 3

Gambar 8. Simulasi untuk jangkauan per sektor

9. Analisis Dan Hasil Pengukuran Data Setelah Combat On_Air

Setelah semua persiapan telah dilakukan maka akhirnya pada

tanggal 31 Desember 2004 Combat SPV Purwakarta dapat di operasikan.

Dan hasilnya dapat menjawab solusi mengenai kualitas sinyal di area

tersebut. Namun setelah on-air guna menjaga performansi kualitas sinyal

yang terus – menerus maka masih diperlukan pengukuran dan analisis yang

tajam.

a. Pengukuran DriveTest Troubleshooting

Pengukuran dan analisis dengan drive test troubleshooting dilakukan

pada tanggal 2 Januari 2004 setelah Combat on-air. Ternyata timbul

permasalahan baru (gambar 9.), diantaranya swap feeder, adjacent dan co-

channel frekuensi yang berakibat handover yang tidak teratur alias handover

pingpong sehingga kualitas suara yang di rasakan oleh pelanggan sangat

jelek. Identifikasi permasalahaan ini di temukan pada saat mobil dream

reacer berada pada posisi sektor 3 tetapi kenyataannya handphone di

serving oleh sektor 1.

Page 17: Sinyal Combat Atau Blank Spot

M. Ainur Rofiq, Analisis Performansi Implementasi Combat Di SPV Purwakarta

65

Gambar 9. Hasil drive test troubleshooting menunjukkan permasalahan

yang terjadi

Ternyata penyebab terjadinya permasalahan antena sector adalah

swaap feeder. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka dilakukan

perubahan sambungan instalasi kabel superplex ke arah antena. Hal tersebut

harus segera dilakukan perbaikan, agar tidak menyebabkan degradasi

performansi. Selain itu juga ditemukan permasalahan adjacent dan co-

channel sehingga yang mengakibatkan nilai SDRFloss sangat jelek (gambar

10.).

Peneliti pada posisi sektor 3 tetapi di serving oleh sektor 1 hal terbukti

adanya permasalahan yang perlu di analisis

Nilai Rx level jauh lebih bagus setelah di

instal Combat di lokasi tersebut

Page 18: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

66

Adjacent dan co-channel

Gambar 10. Hasil drive test troubleshooting menunjukkan adjacent

b. Perubahan posisi antena dan frekuensi

Posisi antena di Combat SPV perlu dilakukan perubahan baik tilting

maupun orientasi dengan tujuan untuk mendapatkan penetrasi sinyal yang

kuat dan mendapatkan traffic yang paling maksimal mengingat lokasi

pabrik tersebut di kelilingi oleh bukit dan pohon – pohon yang tinggi, selain

itu juga peneliti melakukan perubahan frekuensi untuk menghindari

adjacent dan co-channel. Untuk perubahan antena dan frekuensi bisa di lihat

di gambar 11. pada halaman berikut ini.

Setelah dilakukan perubahan arah orientasi dan tilting antena sesuai

dengan data yang tertera Tabel 6. pada halaman berikut ini, maka hasil

penetrasi sinyal dan prediksi coverage yang di hasilkan jauh lebih bagus di

bandingkan dengan prediksi analisis awal.

Page 19: Sinyal Combat Atau Blank Spot

M. Ainur Rofiq, Analisis Performansi Implementasi Combat Di SPV Purwakarta

67

Gambar 11. Hasil prediksi coverage setelah perubahan arah antena semua

sektor dan hasil return frekuensi area Combat SPV Purwakarta

Tabel 6. Analisis awal prediksi coverage

Sektor Tinggi Antena Orientasi Tilt Tipe Antena

Sektor 1 36 110 2 APX909014-T0

Sektor 2 36 200 2 APX909014-T0

Sektor 3 36 330 2 APX909014-T0

Untuk meningkatkan nilai SDRFLoss yang jelek yang disebabkan karena

terjadinya adjacent dan co-channel maka dilakukan retune frekuensi

kembali pada tanggal 5 Januari 2004 dan sekaligus melakukan penambahan

neighbour untuk BTS Combat SPV Purwakarta.

Page 20: Sinyal Combat Atau Blank Spot

JETri, Tahun Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 49 - 68, ISSN 1412-0372

68

10. Kesimpulan

1. Hasil analisis dan pengukuran performansi kualitas jaringan sekitar

Combat SPV Purwakarta menunjukkan nilai kekuatan sinyal (RX

Level) yang lebih kuat

2. Analisis hasil pengukuran performansi kualitas Combat SPV dan

sekitarnya menunjukkan kualitas sinyal yang lebih baik

3. Persiapan ancillaries , analisis RF, perhitungan Sitac dan survey

transmisi secara matang sangat diperlukan di dalam

mengimplementasikan Combat

4. Setelah melakukan swap feeder, retune frekuensi dan penambahan

neighbour serta perubahan settingan database maka didapat nilai

parameter performansi yang lebih baik

Daftar Pustaka

1. Tim Divisi NMO, Network Operation Annual Report Year 2001,

PT. Telkomsel, 2001.

2. Theodore S Rappaport. 1997. Wireless Communication Principles

& Practice, Printice Hall.

3. n. n. 2003. Manual Book for map info version 7. 2003

4. n. n. 2000. Manual book for TEMS Investigation 3.2.4 copy right

2000, Ericsson Radio System AB.


Recommended