+ All Categories

STAD

Date post: 28-Jun-2015
Category:
Upload: anon794179
View: 1,312 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
83
1. IGA. Lokita Purnamika Utami Check things out! This Blog Linked From Here The Web This Blog Linked From Here The Web http://lokitapurnamika.blogspot.com/ 2008/12/stad-technique-for-reading.html Wednesday, December 10, 2008 STAD technique for reading Posted by IGA Lokita Purnamika Utami DAFTAR ISI Daftar isi Halaman Pengesahan BAB I Pendahuluan 1 BAB II Perumusan masalah 6 BAB III Tinjauan Pustaka 6
Transcript
Page 1: STAD

1. IGA. Lokita Purnamika Utami

Check things out!

This BlogLinked From HereThe WebThis Blog   

 

Linked From Here   The Web   

http://lokitapurnamika.blogspot.com/2008/12/stad-technique-for-reading.html

Wednesday, December 10, 2008

STAD technique for reading

Posted by IGA Lokita Purnamika Utami DAFTAR ISI

Daftar isi

Halaman Pengesahan

BAB I Pendahuluan 1

BAB II Perumusan masalah 6

BAB III Tinjauan Pustaka 6

3.1. Pemahaman Teks Bacaan (reading Comprehension) 6

Metode Cooperative Learning 8

3.3 Belajar Kooperatif Tipe STAD 14

3.4. Kajian Pustaka 17

BAB IV Tujuan Penelitian 18

Page 2: STAD

BAB V Metode Penelitian

5.1. Subyek dan Obyek Penelitian 18

5.2. Desain Penelitian 19

5.3. Teknik Pengumpulan data 20

5.4. Prosedur Penelitian 24

5.5. Analisis Data 29

BAB VI Jadwal Pelaksanaan Penelitian 30

BAB VII Personalia Penelitian 30

BAB VIII Perkiraan Biaya Penelitian 31

Lampiran-lampiran

BAB I PENDAHULUAN

Kegiatan membaca merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena

dengan membaca dapat memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan, sehingga

pembaca semakin mampu untuk mendewasakan diri. Proses pendewasaan diri melalui

membaca merupakan pengejawantahan dari konsep humaniora. Dengan demikian,

sesungguhnya kegiatan membaca membawa misi humaniora (Koendjono, 1987: 86)

Melihat kenyataan diatas, maka keterampilan membaca perlu mendapat perhatian khusus.

Kalau dipandang dari sudut pendidikan ditingkat perguruan tinggi, membaca tidak saja

bermanfaat bagi mahasiswa dalam mempelajari satu mata kuliah saja melainkan untuk

semua mata kuliah.

Sehubungan dengan itu, mahasiswa perlu memiliki keterampilan membaca yang

baik, terutama bagi mahasiswa yang mempelajari bahasa asing, seperti mahasiswa

jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Hal ini juga ditekankan oleh Tarigan (1986) bahwa

mambaca merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai. Ratminingasih

d.kk (1999) juga mengatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Inggris terdapat 4

macam keterampilan bahasa yang harus dikuasai yaitu; reading, writing, speaking, dan

listening. Keempat ketrampilan bahasa (language skills)`tersebut sangatlah perlu untuk

dikuasai untuk memungkinkan siswa menggunakaan bahasa Inggris baik secara aktif

maupun pasif.

Page 3: STAD

Memiliki kemampuan memahami bacaan sangat penting mengingat mahasiswa jurusan

Pendidikan Bahasa Inggris diwajibkan untuk mengikuti perkuliahan yang menggunakan

berbagai literatur berbahasa Inggris. Hal ini tentunya mengharuskan mahasiswa-

mahasiswa tersebut untuk mampu memahami teks bacaan berbahasa Inggris dengan baik,

karena tanpa kemampuan tersebut maka mereka akan menemui kesulitan memahami

mata kuliah yang mereka pelajari.

Agar mahasiswa memiliki keterampilan membaca yang baik, mereka hendaknya dilatih

menangkap ide secara tepat di dalam bacaan. Apabila seseorang mampu menangkap ide

secara tepat di dalam bacaan maka ia dikatakan telah memahami isi bacaan. Untuk

memahami isi bacaan diperlukan kemampuan penguasaan kosakata (Tarigan, 1986:14).

Berkaitan dengan itu, Aswandi (1991: 42) mengatakan bahwa bagaimanapun baiknya

penguasaan kosakata dan cara membaca tidak ada artinya, kecuali pembaca tahu

maknanya. Jika tidak demikian, mereka akan mengalami kesuliatan dalam memahami isi

bacaan. Senada dengan itu, Tarigan (1986: 9) mengemukakan bahwa tujuan utama

membaca adalah untuk mencari informasi menyangkut isi dan memahami makna bacaan.

Tujuan membaca ini diperoleh salah satunya melalui mata kuliah membaca atau reading

di kelas

Rasional diatas, memberikan gambaran tentang pentingnya mata kuliah Reading

bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Salah satu mata kuliah Reading yang

diberikan adalah Reading I, yang diberikan sebagai tahap awal pembelajaran membaca

bagi mahasiswa semester I jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.

Dalam silabus mata kuliah Reading I dinyatakan bahwa mahasiswa diharapkan

mampu memahami teks bacaan, dengan menguasai 6 keterampilan pemahaman membaca

(reading comprehension skills) yaitu: scanning, previewing and predicting, vocabulary

knowledge for effective reading, skimming, making inference, dan summarizing. Dengan

menguasai keenam ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu memahami teks

bacaan dengan baik.

Setiap mahasiswa, sayangnya, memiliki tingkat kemampuan bahasa (level language),

yang berbeda. Dalam satu kelas, selalu ada beberapa mahasiswa yang memiliki tingkat

kemampuan bahasa yang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Begitu pula yang

terjadi pada kelas membaca, ada beberapa mahasiswa yang memiliki keterampilan

Page 4: STAD

membaca yang sangat baik, melebihi mahasiswa-mahasiswa yang lainnya. Hal ini

menimbulkan masalah, karena perbedaan kemampuan membaca para mahasiswa

membawa dampak bagi dinamika pengajaran membaca. Mahasiswa yang memiliki

kemampuan yang lebih tinggi dalam pemahaman bacaan akan meninggalkan mahasiswa

yang berkemampuan lebih rendah. Sehingga, ketika para mahasiswa berkemampuan

lebih tinggi telah berhasil memahami suatu bacaan, mereka harus dengan sabar

menunggu dan mengikuti alur pengajaran yang tergantung dari dinamika pemahaman

mahasiswa berkemampuan lebih rendah.

Adanya perbedaan kemampuan antara siswa menurut Subarna and Sunarti (2001)

sebenarnya dapat digunakan sebagai media yang membantu siswa untuk mencapai

prestasi yang lebih baik dengan menugaskan mereka dalam suatu kelompok belajar.

Arends (1997) juga menyatakan hal yang bernada sama, ia juga menambahkan bahwa

kelompok belajar selain meningkatkan prestasi juga membantu siswa untuk melihat suatu

hal dari berbagai perspektif. Terlebih lagi, belajar dalam satu group sangat penting dalam

membentuk sikap dan kepribadian siswa.

Arends (1997) believes that the difference ability in classroom can be used as a media to help the students attain their best achievement by assigning them to work in groups. Furthermore, working in groups allows the students to see one thing from different point of views. Moreover, they also believe that group work learning is really important in forming the students’ personality, since the students learn to respect others and communicate their ideas, which form a circle interaction among them.Berdasarkan pendapat Arends diatas, siswa memerlukan suatu kerjasama dalam

berbagi pendapat dan ide tentang sesuatu yang mereka pelajari bersama. Kegiatan

kerjasama ini hanya akan bisa berjalan secara efektif jika mereka bekerja dalam suatu

kelompok yang memiliki satu tujuan. Dan tujuan yang dimaksud disini adalah untuk

mendapatkan skor kelompok yang terbaik yang bisa mereka peroleh. Untuk mendapatkan

penghargaan, siswa saling memotivasi untuk membantu satu sama lain sehingga mereka

mengerti bersama-sama. Metode pembelajaran yang sesuai dengan pengembangan

prinsip belajar berkelompok dengan suatu motivasi untuk mencapai penghargaan

(reward) tersebut dikenal dengan Cooperative Learning.

Arends (1997) mengemukakan bahwa cooperative learning memiliki beberapa hal positif

yaitu (1) metode ini meningkatkan prestasi siswa dalam suatu pelajaran, (2) Metode ini

Page 5: STAD

membutuhkan suatu kerjasama antar siswa, yang mana dengan demikian maka siswa

akan saling berbagi pengetahuan yang dimiliki, (3) siswa yang memiliki kemampuan

kurang akan termotivasi oleh siswa yang berkemampuan lebih tinggi untuk menguasai

pelajarannya dengan lebih baik, karena metode ini dirancang untuk bekerjasama yang

saling kebergantungan.

According to Arends (1997) Cooperative Learning has some strength. First, it can improve the students’ achievements in the subject being taught. Second, this method requires the students to work together to maximize their learning. They tell each other things they have not already known. This means that the low ability students are encouraged by the students with high ability to master the lesson well since the activities are designed to have the students work interdependently.

Fenomena tentang adanya perbedaan kemampuan pemahaman membaca ditemukan

peneliti pada kelas reading I, terutama pada kelas IB, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris,

UNDIKSHA. Para mahasiswa memiliki perbedaan tingkat kemampuan membaca yang

sangat jelas. Diantara mahasiswa, terdapat mahasiswa yang memiliki kemampuan yang

lebih tinggi dan yang lebih rendah. Siswa yang berkemampuan lebih rendah cenderung

ketinggalan dalam memahami bacaan dibanding mahasiswa dengan kemampuan yang

lebih tinggi. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, hal ini sangat berdampak pada

dinamika pembelajaran, karena kecepatan proses pembelajaran yang berbeda antara

mahasiswa berkemampuan rendah dan tinggi. Perbedaan kemampuan membaca ini,

sangat jelas terlihat dari hasil tes membaca yang diberikan. Berikut adalah tabel hasil tes

membaca mahasiswa kelas IB tersebut.

Table 1: Hasil Tes Membaca Mahasiswa kelas IB

Nilai Jumlah Mahasiswa Persentase

85 – keatas 1 orang 2, 38 %

70 – 84 10 orang 23,80 %

55 – 69 22 orang 52,38 %

40 – 54 9 orang 21,42 %

TOTAL 42 orang

Dari table diatas jelaslah adanya perbedaan kemampuan membaca antar

mahasiswa. Terlebih lagi setelah dihitung nilai rata-rata mahasiswa tersebut adalah 56,07

Page 6: STAD

yang berada pada kiteria “kurang,” jika dilihat melalui kriteria nilai yang di ajukan oleh

Masidjo (1995) sebagai berikut:

Tabel 2: Kriteria Nilai

Persentase Kategori

90%-100% Istimewa

80%-89% Bagus

65%-79% Cukup

55%-64% Kurang

Dibawah 55% Rendah

Berdasarkan kriteria diatas, maka target penelitian ini adalah pencapaian rata-rata

kelas diatas 8,0 sehingga nilai rata-rata tersebut terletak pada kriteria bagus atau bahkan

istimewa.

Untuk mencapai target tersebut peneliti ingin menerapkan metode Cooperative Learning

di kelas IB, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, UNDIKSHA. Metode Cooperative

Learning terpilih karena metode ini menekankan pada pelaksanaan pembelajaran secara

berkelompok dengan memberikan materi pelajaran yang cocok untuk tipe pembelajaran

berkelompok. Satu tujuan utama dari metode Cooperative Learning adalah membuat

siswa bertanggung jawab atas prestasi kelompoknya. Dengan demikian masing-masing

siswa akan berusaha memotivasi dan saling membantu dalam memahami suatu hal.

Prilaku siswa yang saling tergantung secara positif ini diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan pemahaman membaca mereka.

Model pembejaran Cooperative Learning sebenarnya memiliki beberapa tipe

seperti, Jigsaw, STAD, TAI (Team Accelerated Instruction), work-pair, dan lain

sebagainya. Akan tetapi dari sekian banyak teknik dalam metode Cooperative Learning,

teknik STAD terpilih menjadi teknik yang akan diterapkan di kelas. Teknik pengajaran

STAD ini memiliki kelebihan dibandingkan teknik yang lain yaitu: (1) teknik ini cocok

diterapkan dikalas membaca, (2) teknik ini membutuhkan 5-6 siswa untuk bekerja

bersama-sama dalam satu kelompok. Dan hal ini sangat tepat untuk diterapkan pada kelas

besar, seperti kelas IB ini yang terdiri dari 42 mahasiswa. Hal ini disebabkan karena

memiliki jumlah kelompok yang tidak terlalu banyak di dalam kelas tentunya lebih

Page 7: STAD

efisien dibandingkan memiliki banyak kelompok, karena pengajar bisa membagi

perhatiannya dengan lebih mudah.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang

penerapan metode Cooperative Learning, terutama teknik STAD pada kelas Reading I.

BAB II PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah

metode STAD mampu meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa kelas IB jurusan

Pendidikan Bahasa Inggris, UNDIKSHA; (2) adakah dampak positif lain yang terlihat

dari pengajaran dengan teknik STAD.

2. BAB III TINJAUAN PUSTAKA3.1. Pemahaman Teks Bacaan (reading Comprehension)

Nuttal (1982) mengartikan reading comprehension sebagai interpretasi symbol

verbal yang bermakna. Ini berarti bahwa membaca merupakan suatu hasil interaksi antara

persepsi simbul graphic yang merepresentasikan ketrampilan bahasa. Dalam proses ini

penulis suatu teks bacaan mengharapkan pembacanya untuk mampu memahami ide yang

tersirat dan tersurat didalamnya.

Comprehension atau pemahaman dalam membaca memegang suatu peranan

penting. Menurut Wirama Jaya (2002: 6) inti dari aktivitas membaca adalah kemampuan

untuk mendapatkan suatu makna yang tepat dari informasi tertulis yang dibaca, maka dari

itu pembaca memerlukan pengetahuan sebagai elemen dasar dari comprehension.

Berkaitan dengan hal ini, Carnine, et.al (1984) menyatakan bahwa reading

comprehension adalah suatu proses berpikir melalui membaca. Suatu proses yang

berdasar pada ketrampilan intelektual kognitif, pengalaman, dan ketrampilan bahasa si

pembaca.

Greenwood (1985) juga menyatakan bahwa ketrampilan yang diperlukan oleh

siswa untuk memahami teks bacaan adalah (1) mereka mampu mengidentifikasi ide

pokok, yaitu siswa mampu menemukan informasi umum dari suatu teks, (2) mereka

mampu mengetahui dan mengungkapkan kembali informasi spesifik yang mereka dapat

pada teks bacaan, (3) mereka mengetahui hubungan antara ide-ide pokok beserta dengan

pengembangannya, (4) mereka mampu memahami apa yang tersirat didalam teks bacaan,

atau reading between the line dan terakhir mereka dapat menarik kesimpulan.

Page 8: STAD

Sehubungan dengan hal tersebut, Carnine, d.k.k (1984:145) menyatakan bahwa

pemahaman membaca adalah suatu aktivitas untuk mengerti dan mendapatkan ide dibalik

sebuah kalimat atau paragraph, tidak hanya sekedar merangkai makna setiap kata yang

tersusun. Pemahaman membaca memerlukan beberapa keterampilan, yaitu: membaca

sepintas kilas (scanning), menafsirkan (previewing and predicting), pengetahuan

kosakata untuk membaca efektif (vocabulary knowledge for effective reading), membaca

sepintas dengan tujuan (skimming), membuat kesimpulan tentang informasi yang implisit

(making inference), dan meringkas (summarizing).

Lebih jauh, Dubin (1982) menyatakan bahwa dalam memahami teks tertulis, para

siswa diharapkan mampu menyerap informasi dengan menggunakan keterampilan

pemahaman membaca. Mereka membutuhkan kemampuan untuk menguhungkan

informasi yang mereka dapatkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah mereka

miliki sebelumnya.

Shepherd (1979) juga meyakini bahwa pemahaman membaca merupakan

kemampuan siswa memahami informasi yang disampaikan oleh penulis. Ia juga

mengemukakan bahwa pemahaman membaca ditandai dengan kemampuan siswa

menjawab pertanyaan tentang bacaan tersebut. Dengan demikian, dalam kelas membaca

guru bahasa Inggris harus memiliki kemampuan mengajar. Memiliki kemampuan

mengajar sangatlah penting, sebagaimana yang dinyatakan oleh Dubin (1982) sorang

guru hanya bisa membantu siswa memahami bacaan apabila dia mampu mengajar siswa

dengan baik.

Keberhasilan memahami suatu bacaan sangat bergantung pada tingkat

kemampuan bahasa siswa dan tingkat kesulitan bahasa yang digunakan penulis. Dengan

Page 9: STAD

demikian, materi atau bahan bacaan haruslah dipilih sehingga sesuai dengan tingkat

kemampuan bahasa siswa. Hal ini sangat penting, mengingat siswa akan lebih termotivasi

untuk membaca teks yang bisa mereka pahami. (Dubin, 1982:127)

Metode Cooperative Learning

3.2.1. Definisi Metode Cooperative Learning

Cooperative learning adalah suatu istilah generic untuk menyebutkan berbagai

kelompok-kelompok kecil yang berinteraksi berdasarkan prosedur instruksional. Siswa

bekerja bersama-sama dalam mengerjakan tugas-tugas akademik dalam suatu kelompok

kecil yang bertujuan tidak saja untuk membantu diri mereka sendiri tetapi juga teman

kelompoknya dalam memahami pelajaran tersebut (Davidson, 1992, in Arend, 1997).

Lebih jauh lagi Balkcom (2002) mendeskripsikan Cooperative Learning sebagai

suatu metode pengajaran yang berhasil dimana setiap kelompok terdiri dari berbagai

siswa dengan tingkat kemampuan bahasa yang berbeda, bekerja sama dalam berbagai

aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mereka pada pelajaran tertentu.

Secara umum Cooperati Learning memiliki lima teristik umum sebagai berikut:

Siswa bekerja sama dalam mengerjakan suatu tugas yang paling baik diselesaikan dengan

kerja kelompok

Siswa bekerja bersama pada satu kelompok kecil yang terdiri dari 2-5 orang

Siswa bekerja sama secara kooperative dengan menjalankan pro-social behavior dalam

aktivitas pembelajaran.

Siswa bergantung secara positif dengan teman kelompoknya. Hal ini dikarenakan,

aktivitas pembelajarannya memang di desain untuk bisa diselesaikan dengan cara

bekerja sama yang ketergantungan atau work interdependently..

Siswa bertanggung jawab secara individu pada pencapaian pembelajarannya

Berlawanan dengan metode pembelajaran yang tertumpu pada kompetisi individu

dengan yang lainnya, belajar kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran di mana

mahasiswa dalam kelompok kecil yang heterogen saling mempertukarkan tanggung-

jawab belajarnya. Sebagai suatu hasil, mahasiswa belajar dari seseorang ke yang lainnya.

Mereka belajar untuk menghargai perbedaan pada masing-masing yang lainnya dan

Page 10: STAD

membangun kekuatan individu dalam urutan untuk menemukan tujuan kelompok.

Mereka belajar keterampilan sosial dan juga materi pelajaran.

Beberapa peneliti telah menemukan bahwa strategi belajar kooperatif men-dorong

harga-diri individu dan menganjurkan mahasiswa untuk mengambil kendali dari

belajarnya sendiri. Tuntutan ini melengkapi suatu ringkasan dan strategi belajar

kooperatif dan menunjukkan bagaimana dosen-dosen dapat mengintegrasikan strategi-

strategi tersebut dalam rencana pembelajaran mereka (Hilke, 1998: 3).

Lebih lanjut Hilke mengemukakan tujuan utama dari belajar kooperatif adalah:

(1) untuk membantu perkembangan kerjasama akademik di antara mahasiswa, (2) untuk

menganjurkan hubungan kelompok yang positif, (3) untuk mengembangkan harga-diri

mahasiswa, dan (4) untuk meningkatkan pencapaian akademik.

Mahasiswa dapat mengejar tujuan pembelajaran melalui tiga cara: secara

kompetitif, secara individu, dan secara kerjasama. Pada tahun 1940, Morton Deutsch

(1949) menyusun suatu teori tentang bagaimana orang-orang berhubungan dan

berinteraksi pada masing-masing susunan tersebut. Pada susunan kompetitif, seorang

mahasiswa bekerja melawan masing-masing yang lainnya dan tampilan mereka

dibandingkan. Beberapa mahasiswa mengalami kekeliruan dalam susunan ini, hasilnya

kehilangan harga-diri dan kadang-kadang berperasaan negatif terhadap teman sebaya

mereka secara bebas pada langkah mereka sendiri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

oleh dosen. Dosen selanjutnya mengevaluasi sekelompok tujuan untuk masing-masing

individu.

Dalam susunan kooperatif, kelompok mahasiswa yang heterogen bekerja bersama

untuk menemukan tujuan. Masing-masing pribadi mempertanggungjawabkan

pembelajarannya sendiri dan membantu yang lainnya. Kekuatan yang dapat dicapai untuk

setiap pribadi dalam kelompok. Keterampilan komunikasi dan sosial yang baik

dibutuhkan dalam urut-urutan perkembangan hubungan kerja yang baik. “Dalam

kelompok belajar kooperatif, di sana cenderung terjadi peraturan teman sebaya, umpan

balik, dukungan, dan anjuran belajar yang agak beragam. Dukungan akademik teman

sebaya demikian tidak tersedia pada situasi belajar kompetitif dan individualistik”

(Johnson and Johnson, 1987: 28).

Page 11: STAD

Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif adalah

strategi pembelajaran yang memusatkan perhatian pada proses penalaran nilai-nilai

moral, melalui diskusi dan proses tanya jawab dialektis yang bersifat mengajar dan

menantang proses pemahaman (Lickona, 1992: 236-238). Menurut Slavin (1995: 2),

metode pembelajaran kooperatif menunjuk pada bermacam-macam model pembelajaran,

di mana para mahasiswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu,

berdiskusi dan saling memberi argumentasi, untuk saling menilai pengetahuan yang

dimiliki sekarang dan mengisi kesenjangan pemahaman di antara mereka.

Dari kedua pendapat di atas mengenai model pembelajaran kooperatif, maka

dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan mahasiswa,

yaitu belajar dalam kelompok kecil yang heterogen, di mana setiap mahasiswa memiliki

kesempatan untuk memberikan atau menyampaikan argumentasinya, sehingga terjadi

interaksi antara dosen dengan mahasiswa, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya,

komunikatif dan bersifat multi arah.

Menurut Lickona (1992: 198), ada delapan bentuk model pembelajaran kooperatif, yaitu :

(1) belajar berpasangan (learning partners), (2) susunan duduk berkelompok (cluster

group seating) , (3) belajar bertim (student team learning), (4) belajar dengan membahas

berbagai topik dalam tim (Jigsaw learning), (5) mengetes tim (team testing), (6) proyek

kelompok kecil (small group projects), (7) kompetisi dalam tim (team competition), dan

(8) projek untuk seluruh kelas (Whole class project). Sedangkan menurut Slavin (1995:

5), terdapat lima metode utama dalam pembelajaran bertim (Student Teams Learning).

Tiga di antaranya, berlaku secara umum pada semua bidang studi, yaitu sebagai berikut :

“Student Teams-Achieve-ment Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), and

Jigsaw II”. Sedangkan dua metode lainnya hanya berlaku secara khusus, yaitu:

“Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)” untuk pengajaran membaca

dan me-nulis pada tingkat 2-8, dan “Team Accelerated Instruction (TAI)” untuk

pengajaran matematika pada tingkat 3-6. Dari kelima model pembelajaran kooperatif

tersebut, dalam penelitian ini dikaji model pembelajaran kooperatif tipe “STAD”, yaitu

model pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil, yang masing-masing kelompok

terdiri dari 5-6 orang mahasiswa yang heterogen.

Page 12: STAD

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ini, maka dapat meningkatkan

interaksi antara dosen dengan mahasiswa, dan antara mahasiswa dengan mahasiswa

lainnya, komunikatif, dan bersifat multi arah.

3.2.2. Elemen-Elemen Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends (1997) Cooperative Learning membatu siswa dalam hal (1)

memberikan kesempatan siswa berbagi ilmu dan informasi antar siswa, (2) memotivasi

siwa untu belajar, (3) membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka, (4)

menyediakan feedback yang formatif, (5) menumbuhkembangkan ketrampilan social dan

kelompok yang diperlukan diluar kelas.

Arend (1997) states that Cooperative Learning enhances students learning by; (1) providing a shared cognitive set of information between students, (2) Motivating students to learn the material, (3) Ensuring the students to construct their own knowledge, (4) Providing formative feedback, (5) Developing social and group skills necessary for success outside the classroom

Berkaitan dengan hal tersebut diatas Johnson and Johnson (1984: 15) mengidentifikasi

lima elemen dasar dalam belajar kooperatif, yaitu: (1) saling ketergantungan yang positif,

(2) memajukan interaksi tatap muka, (3) pertanggungjawaban individu, (4) keterampilan

sosial, dan (5) proses kelompok. Pembicaraan masing-masing elemen tersebut seperti

berikut.

1) Saling ketergantungan yang positif.

Saling ketergantungan tujuan yang positif terjadi bila mahasiswa melaksanakan

tugas kelompok dengan perasaan saling menguntungkan. Mereka perlu mengerjakan

bagian mereka sendiri, untuk keuntungan seluruh kelompok. Sebagai contoh, bila tugas

kelompok untuk meneliti dan menulis laporan, nilai untuk laporan merupakan nilai

kelompok. Pencapaian yang rendah dalam kelompok menimbulkan usaha kerja terbaik

mereka untuk keselamatan seluruh kelompok. Pencapaian yang tinggi, ingin

mempertahankan kualitas kerja mereka yang tinggi, akan membantu yang lainnya dalam

menyelesaikan tugas kelompok. Selanjutnya masing-masing individu mem-peroleh

manfaat yang penting dan harga-diri. Johnson et al. (1984) berpendapat bahwa saling

ketergantungan yang positif dicapai: ‘melalui tujuan yang saling me-nguntungkan (saling

ketergantungan tugas); pembagian material, sumber-sumber, atau informasi di antara

anggota kelompok (saling ketergantungan sumber); pembe-rian peranan mahasiswa yang

Page 13: STAD

berbeda (saling ketergantungan peran); dan melalui pem-berian penguatan bersama

(saling ketergantungan penguatan). Dalam urutan untuk situasi belajar menjadi

kooperatif, mahasiswa harus bersedia bahwa mereka secara positif saling ketergantungan

dengan anggota lainnya dari kelompok belajar mereka’.

2) Memajukan interaksi tatap muka.

Kemajuan interaksi terjadi bila pertukaran verbal mengambil tempat di mana

mahasiswa menjelaskan bagaimana mereka memperoleh suatu jawaban atau bagaimana

suatu masalah bisa dipecahkan. Mereka juga dapat membantu masing-masing yang

lainnya untuk memahami suatu tugas. Mahasiswa memeriksa masing-masing pemahaman

yang lainnya dan menyatakan pertanyaan pada anggota kelompok sebelum me-nyatakan

pada dosen untuk klarifikasi. Bila sebuah tugas sudah lengkap, anggota ke-lompok

meringkaskan apa yang telah dipelajari.

3) Pertanggung-jawaban individu.

Pertanggungjawaban individu merupakan pengambilan pertanggungjawaban

pribadi untuk materi belajar. Sebagai tambahan untuk kontribusi kelompok, masing-

masing mahasiswa memerlukan penguasaan material tertentu. Salah satunya dosen

menen-tukan tingkat penguasaan, anggota kelompok sering mendukung dan membantu

masing-masing yang lainnya dalam mencapai tingkat penguasaan tersebut.

Suatu pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi tentang belajar koope-ratif adalah

apa yang dikerjakan mahasiswa yang tidak berpartisipasi, membiarkan yang lainnya

untuk bekerja, dan memastikan untuk belajar materi dasar. Untuk mencegah kejadian ini,

seorang dosen dapat merata-ratakan skor ujian individu untuk nilai ke-lompok.

Selanjutnya bila seseorang skor ujiannya lebih rendah dari rata-rata teman sebaya bukan

hanya mendesak bahkan secara halus menekan individu untuk belajar lebih giat. Atau

mereka akan melihat perlunya bekerja dengan individu dalam urutan untuk mencapai

tingkat ketuntasan. Juga dari waktu ke waktu, dosen bisa menyeleksi penempatan nilai

individu, yang menganjurkan semua anggota kelompok untuk mengerjakannya secara

langkap dalam waktu yang tepat dan dengan cara yang wajar.

4) Keterampilan sosial.

Kritik untuk kesuksesan belajar kooperatif adalah keterampilan sosial demi-kian

seperti mengetahui bagaimana berkomunikasi secara efektif dan bagaimana me-

Page 14: STAD

ngembangkan rasa hormat dan kepercayaan dalam kelompok. Kelompok yang ber-tugas

dengan baik tidak terjadi secara wajar; mahasiswa memerlukan petunjuk bagaimana

mengikuti dan juga berperan. Bila pertanggungjawaban belajar diperlukan, mahasiswa

membutuhkan anjuran masing-masing anggota lainnya untuk melengkapi tugas yang

diberikan. Mereka perlu mengetahui bagaimana meminta bantuan bila mereka mem-

butuhkannya. Bila muncul konflik (dan konflik memang akan muncul), mahasiswa perlu

mengetahui bagaimana menggunakan strategi resolusi konflik.

5) Proses kelompok.

Secara periodik mahasiswa memerlukan pencerminan pada bagaimana kelompok

yang baik bekerja dan menganalisis bagaimana keefektifan mereka bisa diperbaiki. Ini

disebut proses kelompok. Pengamatan oleh anggota kelompok, dosen, atau seorang

individu yang berperan sebagai pengamat dapat melengkapi umpan-balik yang esen-sial

untuk proses kelompok. Seorang pengamat bisa mencatat apa yang terjadi dalam

kelompok bila rencana suatu projek mengenai adanya kekuatan perbedaan pendapat.

Dengan umpan-balik ini, mahasiswa dapat bergerak untuk menemukan suatu pemecahan

dan menawarkan usul untuk menangani perselisihan tersebut di masa yang akan datang.

Keluaran dari proses ini, kelompok bisa bersimpulan: ‘Kita telah membuat permulaan

yang baik dalam rencana projek, tetapi kita perlu bekerja lebih giat untuk mendengar ide-

ide setiap orang’.

3.3. Belajar Kooperatif Tipe STAD

STAD (Student Teams Achievement Division) adalah satu dari teknik Cooperative

Learning yang paling sederhana Teknik ini terdiri dari 5-6 siswa yang bekerja sama

dalam suatu kelompok heterogen. Setiap anggota berusaha untuk melakukan yang terbaik

karena nilai mereka menentukan skor kelompok. Slavin dan partnernya mengembangkan

teknik ini sebagai suatu model yang sesuai bagi guru yang baru mempelajari metode

kooperatif (Balkcom, 2001).

Dalam teknik STAD, siswa membentuk suatu kelompok-kelompok yang terdiri

dari 5-6 siswa, yang masing masing terdiri dari berbagai etnik, siswa dengan kemampuan

yang heterogen dan siswa dari jenis kelamin yang heterogen pula (Slavin, 1997). Guru

mempresentasikan pelajaran dan siswa bekerjasama di dalam kelompoknya berusaha

keras agar setiap anggota dapat memahami pelajaran tersebut. Semua siswa kemuadian

Page 15: STAD

mengerjakan kuis individual (kuis yang dikerjakan secara individual ), dimana mereka

tidak boleh saling membantu satu sama lain. Skor kuis individual ini akan dibandingkan

dengan skor kuis mereka yang terdahulu atau yang sebelumnya. Kemudian tambahan

poin akan diberikan pada kelompok yang memiliki peningkatan rata-rata dari skor

individual masing-masing anggota.

Slavin (1997) menyatakan pentingnya teknik ini adalah untuk memotivasi siswa

saling bekerja sama dan membantu satu sama lain untuk memguasai materi yang

disampaikan oleh guru. Maka dari itu, kunci untuk memiliki kelompok yang baik adalah

terdapatnya saling ketergantungan yang positif diantara siswa. Ini berarti, jika anggota

kelompok, ingin kelompoknya mendapatkan poin tambahan atau reward maka mereka

harus saling membantu satu sama lain untuk memguasai pelajaran tersebut.

STAD memiliki 5 komponen utama yaitu; presentasi kelas, pembentukan

kelompok, kuis, skor peningkatan individual, dan penghargaan untuk kelompok terbaik

atau team recognition.

Presentasi kelas

Materi pelajaran pertama-tama dipresentasikan oleh guru yang biasanya berupa

instruksi langsung atau diskusi dengan guru atau lecturer-discussion. Presentasi kelas

STAD sedikit berbeda dengan presentasi pengajaran secara umum Pada presentasi STAd

siswa harus benar-benar memperhatikan penjelasan guru agar mereka mampu

mengerjakan kuis dengan baik, karena skor kuis individual ini akan mempengaruhu skor

kelompoknya.

Pembentukan kelompok

Kelompok pada teknik STAD terdiri dari 5-6 siswa yang mewakili sebuah kelas

dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, dan suku. Fungsi utama dari

pembentukan kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok

belajar, dan lebih khususnya untuk menyiapkan anggota kelompok agar mampu

mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru mempresentasikan materinya, kelompok-

kelompok tersebut akan berkumpul untuk mengerjakan latihan-latihan yang diberikan

guru. Pembelajaran meliputi diskusi antar anggota kelompok, membandingkan hasil

latihan, mengkoreksi segala kesalahan konsep dalam latihan.

Page 16: STAD

Pembentukan kelompok adalah cirri yang paling utama dalam model pembelajaran

STAD. Setiap point yang diharapkan ditekankan pada bagaimana anggota kelompok

mampu memperlihatkan kemampuan mereka yang terbaik dalam pengerjaan latihan-

latihan ataupun pada kuis dan juga pada kemampuan setiap anggota kelompok untuk

saling membantu anggota lainnya dalam memahami konsep pelajaran. Pembelajaran

kelompok memungkinkan siswa untuk saling mendukung (peer support) untuk

meningkatkan prestasi akademik mereka, yang sangat penting dalam proses belajar.

Selain itu, belajar kelompok juga memungkinkan siswa untuk saling memahami,

menghargai, meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menerima

keberadaan siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda

3. Kuis

Setelah kira-kira satu atau dua periode presentasi guru dan beberapa periode latihan,

siswa-siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diijinkan untuk

berdiskusi dalam mengerjakan latihan tersebut. Setiap siswa wajib memahami materi

yang telah didiskusikan sebelumnya dalam sesi latihan.

4. Peningkatan skor individual

Setiap siswa diberikan skor standar yang berasal dari nilai kuis sebelumnya. Siswa

bisa meningkatkan skor kelompok mereka dengan meningkatkan skor individual mereka.

Jadi peningkatan skor kelompok terjadi apabila skor individual meningkat berdasarkan

tingkat tertentu dari skor standar mereka. Berikut adalah kriteria peningkatan skor

individual yang diajukan oleh Slavin (1997)

Tabel 3: Kriteria Peningkatan Skor Individual

Skor kuis Peningkatan poin

kelompok

Lebih dari 10 poin dibawah skor standar

10 - 1 poin dibawah skor standar

Dari besar skor standar- 10 poin diatas skor standar

Lebih dari 10 poin diatas skor standar

Kuis dengan hasil yang sempurna (perfect paper)

5

10

20

30

30

Tujuan pemberian skor standar dan peningkatan poin kelompok adalah untuk

memungkinkan semua siswa mendapatkan nilai maksimum untuk skor kelompok mereka,

Page 17: STAD

apapun level skor terakhir mereka. Dengan demikian, setiap siswa termotivasi untuk

mengerjakan kuis mereka dengan baik sehingga mereka memiliki skor standar yang

tinggi untuk kuis selanjutnya.

Guru bisa menentukan skor kelompok dengan menjumlahkan peningkatan poin

masing-masing anggota suatu kelompok dan kemudian membagi dengan jumalah seluruh

anggota kelompok tersebut.

5. Penghargaan untuk kelompok terbaik (team recognition)

Segera sesudah pelaksanaan kuis guru kemudian mengkalkulasikan skor dan

menentukan kelompok terbaik dengan skor tertinggi. Guru sangat diharapkan

memberikan penghargaan pada kelompok terbaik bisa dalm bentuk material seperti

pemberian hadia-hadiah kecil atau bisa dalam bentuk non-material seperti penambahan

bonus poin bagi kelompok terbaik. Akan sangat baik jika pengemumuman kelompok

terbaik dilakukan pada pertemuan pertama setelah kuis individual. Hal ini akan

memberikan adanya suatu koneksi antara satu pertemuan dengan pertemuan selanjutnya,

sehingga siswa semakin termotivasi untuk melakukan yang terbaik (Slavin, 1997)

3.4. Kajian Pustaka

Beberapa peneliti telah melaksanakan penelitian menggunakan metode

Cooperative Learning. Batan (2000), dalam penelitiannya yang dilaksanakan di SLTPN 4

Singaraja, menemukan bahwa Cooperative Learning mampu meningkatkan kemampuan

siswa dalam menulis. Hal ini dibuktikan dengan hasil post-test I yang memiliki rata-rata

6.0 dan kemudian meningkat pada post-test II menjadi 7.5.

Demikian pula, Ratminingsih (1999) menemukan bahwa Cooperative Learning

meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca. Hal ini dibuktikan dari hasil rata-rata

post test I yang meningkat pada post test II, yaitu dari 6.44 menjadi 8.08. Penelitiannya

dilaksanakan di SMAN 3 Singaraja pada siswa kelas tiga.

Begitupun Hartaningsih (1997) yang melakukan penelitian pada siswa kelas tiga

di SLTP N 1 Banjarangkan, menemukan bahwa teknik Jigsaw dapat meningkatkan

kemampuan membaca siswa.

Farnish (1990) dalam Slavin (1997) mengaplikasikan STAD teknik pada

penelitiannya. Ia menemukan bahwa 26 kali pertemuan dalam durasi 4 minggu

Page 18: STAD

pengajaran Bahasa Inggris pada siswa Amerika dan Latin menunjukkan hasil yang

positif.

Sheehan and Alan (1976) dalam Slavin (1997) juga mengemukakan hal yang

bernada sama, ia menemukan bahwa baik tentor ataupun siswa mendapatkan manfaat dari

proses tutorial. Penelitian mereka menunjukkan bahwa melalui Cooperative Learning

prestasi siswa meningkat dengan baik karena adanya elaborasi materi dalam proses

belajar mengajar.

BAB 4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah penerapan

teknik pembelajaran STAD bisa meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa kelas

IB jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, UNDIKSHA;. (2) untuk mengetahui apakah ada

dampak positif lain yang terlihat dari pengajaran dengan teknik STAD

3. BAB 5. METODE PENELITIAN5.1. Subyek dan Obyek Penelitian

5.1.1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian menurut Arikunto (1982:82) adalah benda, hal, atau orang

darimana data dan variabel dipermasalahkan. Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya

adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, semester I, kelas IB. Alasan dari

jatuhnya pilihan pada kelas IB adalah karena berdasarkan data awal yang didapat, kelas

IB adalah kelas yang memiliki perbedaan kemampuan membaca antar siswa yang paling

besar dibandingkan kelas lainnya. Jumlah mahasiswa kelas IB adalah 41 orang

5.1.2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah suatu hal yang ingin diteliti dari subyek penelitian (Arikunto,

1982). Dalam penelitian ini, obyek penelitiannya adalah kemampuan pemahaman

membaca mahasiswa yang dicoba ditingkatkan dengan penerapan metode Cooperative

Learning, tipe STAD.

5.2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas yang

ditekankan pada peningkatan

Page 19: STAD

kemampuan pemahaman membaca mahasiswa - kelas IB jurusan Pendidikan Bahasa

Inggris, UNDIKSHA- dengan penerapan metode Cooperative learning tipe STAD.

Dalam penelitian ini akan diterapkan lebih dari satu siklus. Kember (2000) menyatakan

bahwa dalam penelitian tindakan kelas, adalah hal yang normal atau biasa bagi peneliti

untuk melakukan lebih dari satu siklus. Hal ini disebabkan, karena peningkatan suatu

kemampuan hanya akan dapat dicapai dengan penerapan beberapa siklus yang setiap

siklusnya mengacu pada perbaikan berdasarkan refleksi siklus sebelumnya. Gambar

berikut merupakan alur siklus yang diajukan oleh Kemmis dan Wilkinson:

(Kemmis dan Wilkinson in Atweh,1998:22)

Gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada

tahap tindakan (action). Peneliti juga menyiapkan semua materi dan instrument

yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.

2. Tindakan (Action)

Tahap tindakan ini dilakukan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan pada

tahap perencanaan. Tahap tindakan merupakan tahap pengimplementasian teknik

pengajaran yang ingin diteliti, dalam penelitian ini adalah teknik STAD.

3. Pengamatan (observation)

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap apa yang terjadi di kelas,

bagaimana reaksi atau kelakuan siswa terhadap perkuliahan dengan metode

pengajaran yang diterapkan, dan prestasi siswa

4. Refleksi (reflection)

Page 20: STAD

Pada tahap refleksi peneliti merefleksikan dan menganalisis hal-hal yang

ditemukan pada tahap pengamatan, sehingga peneliti bisa memutuskan apakah

penelitian harus dilanjutkan atau dihentikan. Dalam hal ini, apabila dalam

pengamatan peneliti menemukan masalah yang menyebabkan belum tercapainya

target penelitian, maka peneliti akan mecari pemecahan masalah tersebut dan

menerapkannya pada siklus berikutnya

5.3. Teknik Pengumpulan data

Dalam suatu penelitian, peneliti harus mengumpulkan data yang bertujuan untuk

memperoleh data yang diharapkan dengan menggunakan instrumen penelitian. Jadi

instrument adalah alat pengumpulan data.

Data yang didapat bisa dibedakan berdasarkan 2 kategori yaitu: data kuantitatif dan data

kualitatif. Best (1981) menyatakan bahwa data kuantitatif adalah data yang

dideskripsikan dengan angka. Sementara, data kualitatif adalah data yang dideskripsikan

berdasarkan hasil observasi, jadi tidak manggunakan angka melainkan analisis logika dari

suatu fenomena.

Untuk mencapai data kuantitatif dan kualitatif maka instrument penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes, kuisioner, dan buku harian peneliti. Instrumen-

instrumen tersebut diuraikan sebagai berikut:

Instrumen

1.Tes

Ada dua jenis tes yang diberikan dalam penelitian ini, yaitu: pre-test dan post-test.

Pre-test diberikan sebelum penerapan teknik STAD di kelas, sehingga peneliti bisa

mengetahui kemampuan awal mahasiswa dalam pemahaman membaca. Hasil dari tes ini

akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian. Sementara post-test diberikan pada

setiap siklus, setelah penerapan teknik STAD di kelas. Pretest dan Post-test yang

diberikan terdiri dari 10 butir soal objektif, 5 butir soal pernyataan benar-salah, dan 5

butir soal mencari kosakata berdasarkan konteks. Jadi jumlah total soal adalah 20 butir

soal (soal pre-test dan post-test dilampirkan dalam lampiran)

Page 21: STAD

Hasil kedua tes tersebut; pre-test dan pos-test akan dibandingkan untuk melihat

apakah ada peningkatan kemampuan pemahaman membaca siswa atau tidak. Post-test

akan diberikan sebanyak siklus yang diterapkan pada penelitian ini. Banyaknya siklus

yang diterapkan bergantung dari ada tidaknya hal yang perlu ditingkatkan dari tiap siklus.

Apabila pada siklus pertama peneliti menemukan suatu masalah, maka peneliti akan

mencari solusinya dan menerapkannya pada siklus kedua. Hal ini akan terus dilakukan

sampai peneliti mencapai target penelitian yang diharapkan atau sampai batas waktu

penelitian.

2. Kuisioner

Kuisioner diberikan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan

pemahaman membaca mahasiswa. Ada dua jenis kuisioner yang digunakan dalam

penelitian ini. Kuisioner tersebut adalah kuisioner awal yaitu kuisioner yang diberikan

pada mahasiswa pada observasi awal (pre-study) dan kuisioner akhir –kuisioner yang

diberikan diakhir setiap siklus.

Kuisioner awal diberikan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa dalam

pemahaman membaca. Sementara kuisioner akhir diberikan dengan tujuan untuk

mengetahui apakah ada peningkatan kemampuan pemahaman membaca mahasiswa

setelah pelaksanaan tindakan.

Kuisioner awal terdiri dari 10 item dan kuisioner akhir terdiri dari 10 item dan

satu isian komentar tentang pelaksanaan teknik STAD. Data yang diperoleh dari

kuisioner ini adalah data kualitatif. Berikut adalah bentuk dan rancangan kuisioner yang

akan digunakan:

Page 22: STAD

KUISIONER AWAL1. Do you always consult with your dictionary for every single difficult word

in your reading?a. yes b. no

2. Do you find any difficulties in reading comprehension?a. yes b. no

3. Do you always read in detail when you only need to find specific information in your reading?a. yes b. no

4. Can you usually guess what a reading text is about from the title?a. yes b. no

5. Can you infere from the reading about specific things?a. yes b. no

6. Can you usually understand the main idea of your reading?a. yes b. no

7. Can you summarize your reading after you read it?a. yes b. no

8. Can you relate the ideas in your reading?a. yes b. no

9. Can you usually grasp the things written implicitly in English or reading between the lines (identifying the hidden meaning)?a. yes b. no

10. Do you think you comprehend an English text better than some of your

friends?

a. yes b. no

Page 23: STAD

KUISIONER AWAL11. Do you always consult with your dictionary for every single difficult word in your reading?

a. yes b. no12. Do you find any difficulties in reading comprehension?

a. yes b. no13. Do you always read in detail when you only need to find specific information in your reading?

a. yes b. no14. Can you usually guess what a reading text is about from the title?

a. yes b. no15. Can you infere from the reading about specific things?

a. yes b. no16. Can you usually understand the main idea of your reading?

a. yes b. no17. Can you summarize your reading after you read it?

a. yes b. no18. Can you relate the ideas in your reading?

a. yes b. no19. Can you usually grasp the things written implicitly in English or reading between the lines (identifying the hidden meaning)?

a. yes b. no20. Do you think you comprehend an English text better than some of your friends?

a. yes b. no

Page 24: STAD

KUISIONER AKHIR1. Do you find that working with your friends help you improve your vocabulary knowledge?

a. yes b. no2. Do you find that working with group-mates in comprehending a reading text is worth doing?

a. yes b. no3. Do you think that working with friends help you to understand specific details of your reading?

a. yes b. no4. Do you think sharing opinion and knowledge with your group-mates helps you to predict what the text is about?

a. yes b. no5. Do you think infering from the reading about specific things is more easily when you do with your group-mates than alone?

a. yes b. no6. Do you think sharing opinion and knowledge with your group-mates helps you understand the main idea of your reading?

a. yes b. no

7. Do you summarize your reading more easily after you read it and discuss it with your group-mates?a. yes b. no

8. Do you think your group-mates help you relate the ideas in your reading?a. yes b. no

9. Do you think you can grasp the things written implicitly in English better when you do it with your group-mates than alonea. yes b. no10. Do you think that working with group-mates improve your reading comprehension?a. yes b. noKomentar: (tulislah komentar anda tentang pelaksanaan perkuliahan dengan pembelajaran berkelompok secara kooperatif, baik berupa kritik ataupun saran yang membangun)

_____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Buku Harian Peneliti

Buku harian peneliti dibuat oleh peneliti sendiri, yang digunakan untuk mencatat

hal-hal yang terjadi di kelas selama proses belajar mengajar. Hal-hal yang perlu dicatat

meliputi tingkah laku mahasiswa, situasi kelas dan hasil penerapan teknik STAD

Page 25: STAD

5.4. Prosedur Penelitian

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada desain penelitian diatas, penelitian ini akan

melalui beberapa siklus. Peneliti merencanakan untuk menerapkan 3 siklus dalam

penelitian ini. Hal ini direncanakan berdasarkan hasil pengamatan awal, peneliti meyakini

bahwa dengan tingkat kemampuan mahasiswa dalam pemahaman membaca tersebut 3

siklus penelitian akan mampu menjawab masalah penelitian ini. Setiap siklus terdiri dari

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan pengamatan awal.

Tahap pertama ini dilakukan dengan memberikan pre-test dan kuisioner pada mahasiswa,

untuk mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam memahami bacaan. Berikut

adalah langkah-langkah pelaksanaan dari tahap pertama, dan penjelasan umum tentang

langkah-langkah pelaksanaan siklus penelitian.

5.4.1. Pelaksanaan Pengamatan Awal

Pelaksanaan pengamatan awal ini meliputi beberapa tahap, yaitu perencanan, pengamatan

dan refleksi.

Perencanaan

Sebelum memberikan pre-test dan kuisioner, peneliti membuat beberapa persiapan

sebagai berikut:

Mendesain bentuk dan isi pre-test dan kuisioner awal

Menyiapkan sebuah buku harian peneliti

Menentukan jadwal pelaksanaan dan waktu yang dibutuhkan.

Pengamatan

Selama pelaksanaan pre-test, peneliti mengamati situasi kelas dan tingkah laku

mahasiswa dalam menjawab tes tersebut. Peneliti juga menganalisa hasil kuisioner yang

telah dikerjakan mahasiswa sebelumnya.. Hasil pre-test, dan hasil analisa kuisioner

dijadikan pedoman untuk melakukan penelitian.

Refleksi

Setelah mendapatkan hasil dari pengamatan tersebut diatas, peneliti akan menentukan

apakah penelitian akan dilaksanakan atau tidak. Hal ini bergantung pada hasil

pengamatan peneliti. Jika pengamatan peneliti menunjukan bahwa mahasiswa memiliki

Page 26: STAD

kemampuan pemahaman membaca yang kurang atau rendah maka peneliti akan

melanjutkan penelitian.

5.4.2. Pelaksanaan siklus-siklus penelitian

Pada pelaksanaan setiap siklus, peneliti merencanakan untuk menyelesaikannya dalam 3

kali pertemuan. Karena dalam penelitian ini terdapat 3 siklus maka akan terdapat 9 kali

pertemuan dan 1 kali pertemuan ketika pengamatan awal. Hal ini berarti ada 10 kali

pertemuan dengan mahasiswa dalam penelitian ini.

Pada setiap siklus akan dilaksanakan 2 kali presentasi, itu berarti pada setiap

siklus akan ada dua buah wacana yang dibahas. Adapun topik dan judul wacana pada

siklus-siklus penelitian tersebut direncanakan sebagai berikut.

Tabel 4: Topik dan Judul Wacana

Siklus Topik dan judul wacana

Siklus I

Siklus II

Siklus III

Topik: Language

Judul Wacana: - Animals Language

- Parentese

Topik: Education

Judul Wacana: - What Can We Learn From Art?

- Education : A Reflection of Society

Topik : Global Change

Judul Wacana: - Changing Career Trends

- Global Travel Beyond

Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, setiap siklus terdiri dari 4

tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Berikut adalah uraian

pelaksanaan keempat tahap tersebut secara umum.

Perencanaan

Ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum pelaksanaan siklus, yaitu:

Membuat skenario perkuliahan

Menyiapkan materi perkuliahan, yaitu teks bacaan dan latihan-latihan yang menuntut

kemampuan mahasiswa dalam memahami bacaan.

Menentukan jadwal dan lama waktu pelaksanaan

Menyiapkan buku harian peneliti

Page 27: STAD

Menyiapkan post-test I dan kuisioner akhir

Tindakan

Pelaksanaan tahap tindakan sejalan dengan apa yang telah direncanakan dalam skenario

perkuliahan, yang telah dirancang berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan teknik

pengajaran STAD. Berikut adalah rancangan skenario perkuliahan secara umum.

Table 5: Skenario Perkuliahan Secara Umum

Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa

Apersepsi

Dosen menyapa mahasiswa

Dosen mengecek daftar hadir mahasiswa

Dosen memberikan ulasan tentang topik

bacaan secara umum, dengan

memberikan ilustrasi atau gambaran

ataupun beberapa pertanyaan

berkaitan dengan topik tersebut

Perkuliahan (kegiatan inti)

Dosen memaparkan (mempresentasikan)

hal-hal berkenaan dengan teks bacaan

yang akan dibahas untuk memberikan

pandangan awal bagi mahasiswa.

Dosen membentuk 6 grup yang masing-

masing terdiri dari 7 orang dan

memberikan tiap-tiap grup satu buah

teks bacaan.

Dosen meminta siswa untuk membaca

teks bacaan yang diberikan dan

menjawab pertanyaan pada lembar

kerja

Dosen memberikan satu buah teks bacaan

lagi kemudian memberikan sedikit

Apersepsi

Para mahasiswa memberikan respon

Mahasiswa mengangkat tangan ketika

namanya disebut.

Mahasiswa memberikan perhatian pada

pemaparan dosen, dan/atau memberi

tanggapan pada pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan

Perkuliahan (kegiatan inti)

Mahasiswa memberikan perhatian

Mahasiswa duduk didalam grupnya

Mahasiswa membaca teks bersama-sama

dan saling membantu memahami teks

bacaan tersebut dan bersama-sama

mengerjakan latihan.

Mahasiswa mendengarkan pemaparan

dosen dengan baik.

Mahasiswa membaca teks bacan dan

mengerjakan latihan bersama-sama

Mahasiswa mengerjakan tes dengan tertib

Mahasiswa ikut menjawab dan

mendengarkan pembahasan tes dengan

baik

Page 28: STAD

pemaparan tentang teks bacaan

Dosen meminta mahasiswa membacanya

bersama-sama dan mengerjakan

latihannya.

Dosen kemudian memberikan kuis

individual yang juga merupakan post-

test I pada mahasiswa

Dosen mediskusikan soal-soal pada post-

test.

Dosen mengumumkan peningkatan

individual point masing-masing

mahasiswa

Dosen memberikan penghargaan bagi

kelompok dengan skor grup tertinggi.

Kegiatan penutup

Dosen memberikan ulasan tentang teks-

teks yang dibahas sebelumnya.

Dosen bertanya apakah mereka memiliki

pertanyaan berkaitan dengan teks-teks

tersebut.

Dosen memberikan kuisioner akhir agar

dijawab mahasiswa

Dosen menutup perkuliahan

Mahasiswa mendengarkan dengan baik

Mahasiswa memperhatikan

Kegiatan Penutup

Mahasiswa mendengarkan dengan baik

Mahasiswa memberikan respon

Mahasiswa mengerjakan kuisioner akhir

Pengamatan

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap segala jenis gejala yang tampak pada obyek penelitian (Margono dalam Prawati,

2001:58)

Observasi dilaksanakan selama tahap tindakan di dalam kelas. Peneliti mencatat hal-hal

yang penting pada buku harian peneliti seperti: tingkah laku mahasiswa sebagi respon

terhadap penerapan teknik STAD, dan kelebihan dan kekurangan dari teknik STAD yang

dapat dilihat berdasarkan respon mahasiswa. Selain mengamati pelaksanaan penerapan

Page 29: STAD

teknik STAD, peneliti juga menganalisa hasil dari post test I dan kuisioner akhir. Hasil

pengamatan ini akan mencerminkan seberapa efektif penerapan teknik STAD ini.

Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti mencermati hasil pengamatan. Dengan mencermati hasil

pengamatan tersebut, peneliti bisa mencapai suatu kesimpulan tentang kelebihan dan

kekurangan dari teknik yang diterapkan (teknik STAD).

Berdasarkan hasil analisis dari post test I, kuisioner dan catatan pada buku harian peneliti,

peneliti kemudian memutuskan apakah penelitian harus dilanjutkan atau dihentikan. Jika

hasil dari post-test I tidak mencapai target, yaitu mencapai rata-rata kelas diatas 8,0;

maka penelitian harus dilanjutkan

Apabila penelitian dilanjutkan maka peneliti akan berusaha merancang suatu

strategi atau solusi yang dapat menanggulangi kelemahan dari penerapan teknik STAD

tersebut pada siklus berikutnya. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan hasil atau

prestasi mahasiswa yang lebih baik.

Pelaksanaan siklus II dan siklus III, secara umum sama dengan pelaksanaan siklus

I diatas. Jadi pada siklus II dan III akan terdapat juga post-test II dan Post-test III begitu

juga kuisioner akhir. Akan tetapi pelaksanaan siklus II dan siklus III selalu mengandung

adanya perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari siklus sebelumnya. Hal ini akan terlihat

lebih jelas apabila penelitian telah dilaksanakan.

5.5. Analisis Data

Ada beberapa tahap dalam menganalisis data kuantitatif. Pertama, peneliti memeriksa

hasil tes mahasiswa dan memberikan skor. Kedua, peneliti mencari nilai rata-rata kelas.

Rumus-rumus yang digunakan dalam menganalisis data didapat dari Masidjo (1995).

Rumus-rumus tersebut diuraikan sebagai berikut:

Skor masing masing Mahasiswa

X =

Keterangan: X = skor masing-masing mahasiswa

N = Jumlah jawaban benar

n = Jumlah soal per sepuluh

Rata-rata kelas

Page 30: STAD

Keterangan :

= rata-rata kelas

= total skor

N = jumlah total mahasiswa

Penelitian akan dihentikan dan dinyatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas mencapai

atau lebih dari 8,0 atau 80% seperti kategori nilai Masidjo (1995) yaitu dikategorikan

sebagai “bagus” atau “istimewa” jika lebih dari 90%

Sementara data kualitatif, yang berasal dari hasil kuisioner, dapat diukur dengan

menggunakan persentase. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% = jumlah mahasiswa memilih sebuah item X 100%

jumlah total mahasiswa

BAB 6. Jadwal Pelaksanaan

KEGIATAN BULAN

6 7 8 9 10 11 12

A Perencanaan

- pengurusan ijin penelitian

- observasi awal

- persiapan instrumen

B. Pelaksanaan

- pre-study

- pelaksanaan siklus-siklus

C. Penyusunan Laporan

BAB 7. Personalia Penelitian

1. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : I.G.A. Lokita Purnamika Utami, S.Pd

Page 31: STAD

b. Jenis kelamin : P (perempuan)

c. NIP : 132320121

d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Bahasa Inggris

e. Pangkat/golongan : Penata muda/ IIIA

f. Jabatan : Asisten Ahli

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Bahasa dan Seni/ Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

h. Waktu penelitian : 14 jam/ minggu

2. Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap : Ni Luh Putu Eka Sulistia Dewi

b. Jenis kelamin : P (perempuan)

c. NIP : 132317446

d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Bahasa Inggris

e. Pangkat/golongan : Penata muda/ IIIA

f. Jabatan : Asisten Ahli

g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Bahasa dan Seni/ Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

h. Waktu penelitian : 14 jam/ minggu

Tenaga Laboran/ teknisi : -

Pekerja Lapangan : -

Tenaga Administrasi : -

BAB 8. Perkiraan Biaya Penelitian

BIAYA PERSIAPAN

Pengurusan izin ke Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha

Transport : 1 x Rp. 20.0000,- = Rp. 20.000,-

Konsumsi : 1 x Rp. 20.000,- = Rp. 20.000,- Rp. 40.000,-

Penyusunan draft bahan ajar (ketua peneliti dengan anggota (2or) x 7 hr)

- Transport : 2 x 7 x Rp. 20.000,- = Rp. 280.000,-

- Konsumsi : 2 x 7 x Rp. 20.000,- = Rp. 280.000,- Rp. 560.000,-

C. Penyusunan Skenario Tindakan (2 or x 6 hr)

- Transport : 2 x 6 x Rp. 20.000,- = Rp. 240.000,-

- Konsumsi : 2 x 6 x Rp. 20.000,- = Rp. 240.000,- Rp. 480.000,-

D. Penyusunan instrumen pengumpulan data ( 1 or x 5 hr)

Page 32: STAD

- Transport : 2 x 5 x Rp. 20.000,- = Rp. 200.000,-

- Konsumsi : 2 x 5 x Rp. 20.000,- = Rp. 200.000,- Rp. 400.000,-

Total Biaya Persiapan Rp. 1. 480. 000,-

BIAYA PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengambilan Data Awal

Pelaksanaan Tes Awal (1 or x 1 hr)

Transport : 1 x 1 x Rp. 20.000,-= Rp. 20.000,-

Konsumsi : 1 x 1 x Rp. 20.000,-= Rp. 20.000,-

Lumpsum : 1 x 1 x Rp. 25.000,-= Rp. 25.000,- Rp. 65.000,-

Analisis Data Awal ( 1 or x 3 hr)

- Transport : 1 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 60.000,-

- Konsumsi : 1 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 60.000,-

- Lumpsum : 1 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 75.000,- Rp. 195.000,-

Total Biaya Persiapan Rp. 260.000,-

Biaya Pelaksanaan Siklus I

Tatap muka di kelas (2 orx 3 sesi)

- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-

B. Analisi Data (2 or x 3 hr)

- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-

C. Refleksi Siklus (2 or x 3 hr)

- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-

Total Pengeluaran siklus I Rp. 1.170.000,-

Biaya Pelaksanaan Siklus II

Tatap muka di kelas (2 orx 3 sesi)

- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

Page 33: STAD

- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-

B. Analisi Data (2 or x 3 hr)

- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-

C. Refleksi Siklus (2 or x 3 hr)

- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-

Total Pengeluaran siklus II Rp. 1.170.000,-

Biaya Pelaksanaan Siklus III

Tatap muka di kelas (2 orx 3 sesi)

- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-

B. Analisi Data (2 or x 3 hr)

- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-

C. Refleksi Siklus (2 or x 3 hr)

- Transport : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Konsumsi : 2 x 3 x Rp. 20.000,-= Rp. 120.000,-

- Lumpsum : 2 x 3 x Rp. 25.000,-= Rp. 150.000,- Rp. 390.000,-

Total Pengeluaran siklus III Rp. 1.170.000,-

Total Biaya Pelaksanaan Rp. 3.770.000,-

BIAYA BAHAN HABIS (ATK)

a. Kertas HVS 10 rim @ Rp. 25.000,- = Rp. 250.000,-

b. SpidolBoard Marker 5 ktk x @ Rp. 25.000,- = Rp. 125.000,-

c. Ballpoint 5 ktk x @ Rp. 10.000,- = Rp. 50.000,-

d. Fotocopy bahan ajar 1.500 lbr x @Rp. 100,- = Rp. 150.000,-

Page 34: STAD

e. Catridge Computer 2 bh @ 150.000,- = Rp. 300.000,-

f. Kertas double folio 6 rim x @ 25.000,- = Rp. 150.000,-

g. Stopmap folio 100 lbr x @ Rp. 500,- = Rp. 50.000,-

Total Biaya ATK Rp. 1.075.000,-

BIAYA SEMINAR (10 org)

- Transport : 10 x Rp. 10.000,- = Rp. 100.000,-

- Konsumsi : 10 x Rp. 10.000,- = Rp. 100.000,-

- Fotocopy makalah : 10 x Rp. 10.000,- = Rp. 100.000,-

Total Biaya Seminar = Rp. 300.000,-

BIAYA MONITORING DARI PUSAT

- Transport : 1 x Rp. 25.000,- = Rp. 25.000,-

- Konsumsi : 1 x Rp. 25.000,- = Rp. 25.000,-

- Lumpsum : 1 x Rp. 25.000,- = Rp. 25.000,- Total Rp. 75.000,-

VI. BIAYA PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

Penulisan draft laporan (1 or x 10 hr)

- Transport : 1 x 10 x Rp. 25.000,- = Rp. 250.000,-

- Konsumsi : 1 x 10 x Rp. 25.000,- = Rp. 250.000,-

b. Revisi Draft ( 1 or x 4 hr)

- Transport : 1 x 4 x Rp. 25.000,- = Rp. 100.000,-

- Konsumsi : 1 x 4 x Rp. 25.000,- = Rp. 100.000,-

c. Penggandaan dan penjilidan

- 20 eks x Rp. 25.000,- = Rp. 500.000,-

d. Pengiriman laporan

- 10 eks x Rp. 10.000,- = Rp. 100.000,-

Total Biaya Penulisan laporan = Rp. 1.300.000,-

Total Biaya I + II + III + IV + V + VI = Rp. 1.480.000,- + Rp. 3.770.000,- + Rp.

1.075.000,- + Rp. 300.000,- + Rp. 75.000,- + Rp. 1.300.000,- =

Rp. 8.000.000,- (delapan juta rupiah).

at 7:10 PM Labels: Penelitian

Page 35: STAD

1 comments:

santi said...

ka makasi ya...aku lagi membutuhkan informasi ini... salam kenal dari santi Universitas negeri jakarta

April 14, 2010 5:21 PM Post a Comment

Links to this post

Create a Link

Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)

Hi there!

Hi guys, this is the first page of my blog. I do invite you to see my writings and stuffs. I'm glad if any of them can help you in any ways. I wrote some stuffs, related with English teaching, educational research, poems, and Oriflame. The last one is my online business, which inspires me to live my life the way I like it. To be freedom. Enjoy!

About Me

IGA Lokita Purnamika Utamia fast thinker and a decision maker who loves 3 things her family, her business (oriflame), and her teaching carrier

View my complete profile

Search This Blog

powered by

Page 36: STAD

Followers

Blog Archive

►   2010 (13) o ►   September (4)

Warna Lipstik dan Kepribadian Anda Bagaimana mengaplikasikan lipstik yang baik? Peer Assessment, Achievement Motivation, writing A... Pengembangan Kompetensi Pragmatik

o ►   May (1) 12 % di Oriflame (baru 2 bulan lho!)

o ►   April (7) What do I need to ask for more? Tips Menggunakan Parfum Oriflame- CHERRY ORIFLAME bukan bisnis biasa Oriflame, I'm BACK! A LITTLE PAIN FOR A GREAT GAIN Cooperative Learning Review MY ORIFLAME

o ►   January (1) a poem for the future baby

►   2009 (5) o ►   May (4)

The road not taken by robert frost meeting at night by robert browning my life close twice by emily dickinson Living in sin by Andrienne Rich

o ►   April (1) pengaruh usia dan strategi berbahasa

▼   2008 (7) o ▼   December (7)

linguistic politeness Language and culture discourse analysisi and vocabulary Bilingual children early spelling indonesia dalam reformasi manajemen pendidikan STAD technique for reading Teaching reading for children

Page 37: STAD

 ]]]

4. Thesis http://ayub-proposalskripsi.blogspot.com/2010/11/teaching-reading-comprehension-by-using.html

Bagi mahasiswa membuat tugas akhir itu sulit, tapi bila dikerjakan pasti bisa melakukannya dengan baik.

Jumat, 05 November 2010

TEACHING READING COMPREHENSION BY USING STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TECHNIQUE TO THE NINTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 2 BATURAJA

TEACHING READING COMPREHENSION BY USING STUDENTS TEAM

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TECHNIQUE TO THE NINTH GRADE

STUDENTS OF SMP NEGERI 2 BATURAJA

1.  Background

            English is one of the important languages that is used all over the world whether

as the first, second or foreign language.  English as one of the subjects is taught from

elementary school to university in Indonesia.  English teaching covers four skills, namely

listening, speaking, reading and writing.  All these components are taught in integrated

ways.  At schools in Indonesia, English subject aimed at developing communication

competence in oral and written form (Depdikbud, 2004:6).  This means the students have

progress in listening, speaking, reading and writing.

            It is very important for the students to be able to read.  By reading, the students’

can acquire valuable information that can improve their thinking to generate: ideas and

solve problems (Wood, 1995:5 in Nurtina, 2004:1).  For instance by having the reading

ability, the students can increase their knowledge, do assignment, make notes, write

Page 38: STAD

letters, and many other things.  Saleh (1997:41) adds that reading is the skill which they

may often use and is retained the longest.  It concerns not only with assigning the English

sounds to the written words, but also with the understanding of what is written.

             The students may have problems in understanding passages.  It is the teachers

responsible to minimize the students’ failures bay using the appropriate technique in

teaching reading so that the students can understand what they read in target language. 

By applying appropriate teaching technique in teaching and learning process, the writer

hopes can improve the student reading comprehension achievement.

            The application of Student Teams-Achievement Divisions (STAD) is one of the

teaching techniques that can be done in teaching reading comprehension.  This technique

makes the students tow work together to learn and responsible for their team mates as

well as their own (Slavin, 1994).  

2.  Problem of the Study

             To make the problem clear, the writer will present the limitation of the problems

and the formulation of the problems.

2.1 Limitation of the Problems

             The limitation of the problem that will be investigated in this study is that the text

that will be used in this study entitled “Public Services” which will be taken from the

students’ text book on page 75.

2.2 Formulation of the Problems

             The formulation of the problem is “Is it effective teaching reading

comprehension by using students team achievement (STAD) technique to the ninth grade

students of SMP Negeri 3 Baturaja?

Page 39: STAD

3. The Objective of the Study

            Based on the problem of this study, the main objective of this study is to find out

whether or not teaching reading comprehension by using students’ team achievement

(STAD) technique is effective?

4.  The Significance of the Study

            The writer hopes that this study would give the beneficial contributions to the

writer herself, for the students, for the teacher of English, and for the other researchers.

(1) For the Writer Herself

      By conducting this study, it would increase the writer’s own knowledge on how the

reading comprehension is taught to the students and how to measure the students’

achievement on their reading activity. 

(2) For the Students

      By conducting this study, it would give the students some inputs so they could have

reading comprehension activity well, and also would give them motivation to study

English especially in learning reading comprehension.

(3) For the teachers of English, the writer hopes the result of this study would be useful at

least for giving information to the teachers in teaching the students reading

comprehension by using STAD and to get some experiences in conduction this study..   

(4) For the Other Researchers, it would give information about the teaching reading

comprehension that there is another technique which is by using students’ team

achievement (STAD) so that they could improve it for the future.

Page 40: STAD

http://etd.eprints.ums.ac.id/6451/1/A320050167.pdf

IMPROVING READING COMPETENCE USING STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) FOR THE FIRST YEAR STUDENTS OF SMP N 2 PENAWANGAN RESEARCH PAPER Submitted as a Partial Fulfillment of the Requirements for Getting Bachelor Degree of Education in English Department by FITRIANINGSIH A320050167 SCHOOL OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA 2009

Page 41: STAD

CHAPTER I INTRODUCTION A. Background of the Study

Reading is one of the complex ways in learning English. It is such kind of activity to comprehend the writer’s ideas or the way the writer communicates with the readers by way of the written or printed words. Reading is important for everybody in order to cope with new knowledge in the changing world of technological age. The existence of the importance of reading will hopefully continue to increase in the years to come. Nevertheless, there are still some people who never have much initial interest or lasting interest in book and readings, so they cannot access to reading activities and reading programs. Reading programs may help students develop their language skills necessary for success. But it is hard to implement an effective reading program, especially in countries where English is treated as a foreign language. The success of implementing reading programs will depend on the student’s interest. In relation to reading, the survey research administered by National Education Department of Republic of Indonesia showed surprising results. It is proved that reading comprehension competence of elementary school students were in a low level. Almost 76.95% of students were unable to use dictionary. Among those who were able to use dictionary, there were only about 5% who can search words in Indonesian Dictionary systematically (Muhibbin, 1995: 34). The same condition also happens in SMPN 2 PENAWANGAN Grobogan. The problem they experienced in English is concerning reading competence. Most students, about

Page 42: STAD

380 students of 640 are lack in English. It is shown from their passing grade in English that are below minimum passing grade required by the curriculum. As a more intensive observation undertaken, the problem is mostly in reading comprehension. Students are unable to comprehend the reading materials in the text. Therefore their understanding on material taught is quite poor. The problem faced by the student’s of SMPN 2 PENAWANGAN especially class X F is difficult to read the sentences in the text, because in daily life they use Java language, so English is the third language for them after Indonesian. Students are unable to comprehend the reading materials in the text, they only guess to understand the meaning on the text. Sometimes words on English have more than one meaning, the real meaning from the dictionary and meaning from the text is different. So the students feel confused and then they will be lazy to learn English. Based on the fact above, it is necessary for language teacher to foster reading on their students. It may be done by selecting proper materials for the students. The reading programs may be useless if it is not done properly. The teacher should select reading materials that are relevant to the student’s needs and interest. Teaching and learning process of English in Junior High School mostly emphasizes reading, listening, speaking, and writing. Beside those four language skills in teaching English such language components as vocabulary, structure, spelling etc must be paid attention to. A good reading will improve the student’s ability in gathering ideas to communicate. To improve the student’s ability, the teacher should use appropriate method. The method should be interesting to interest students in teaching learning process. One of the methods is cooperative learning method. It is seen as an active learning process, because students will

Page 43: STAD

learn more through a process of constructing and creating working in a group and sharing knowledge. Nevertheless, individual responsibility is still the key of success of learning English. A cooperative learning method is believed as being able to give chance for students to be involved in discussion has courage and critical thinking and is willing to take responsibility of his/her own learning. Students Team Achievement Divisions (STAD) is then taken as the technique to be implemented. It is a type of cooperative learning that might overcome the problem. It is the way to give stimulus for the students to be motivated to learn so that they will be active. Using this technique the students are the center. They will be in the team that consists of various good students and weak students. Every team consists of 4-5 students. They will study together to get better achievement in the form of individual improvement scores after taking the individual quiz. Every member in a team may be responsible for their team progress so that they will get predicate super team that means they will have high achievement. Based on the explanation above teaching reading should be emphasized in raising students motivation so that teaching learning process of reading results the better achievement. The writer is interested in conducting a research entitled: IMPROVING STUDENT’S READING COMPETENCE USING STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) FOR THE FIRST STUDENT OF SMP NEGERI 2 PENAWANGAN. B. Problem Statement

Based on the background of the study, the writer formulates the following problems: 1. How is the implementation of Student Team achievement Division (STAD) in teaching learning process of reading?

Page 44: STAD

2. Can Students Team Achievement Division Tem (STAD) improve the students reading competence?

C. Limitation of the Study

In conducting this study, the writer makes limitation. The writer only focuses on the Improving Student Reading Competence Using Students Team Achievement Divisions (STAD) for the first year students of SMPN 2 PENAWANGAN in 2008/2009 academic year. D. Objective of the Study

Generally, the study aims to improve the students reading skill, specifically it is to: 1. Describe the implementation of Student Team Achievement Division (STAD) in learning process.

2. Find whether the Students Team Achievement divisions (STAD) improve the student’s reading competence.

E. Benefit of the Study

The writer hopes that this research has two benefits in the English teaching learning process, especially in teaching learning reading. The two kinds of benefit in this research are theoretical and practical benefit: 1. Theoretical Benefit a. The result of research can be used as an input in English teaching learning process especially on reading competence.

Page 45: STAD

b. The result of research can be used as the reference for those who want to conduct a research in increasing reading competence. 2. Practical Benefit a. The research paper may give a broader knowledge about teaching learning process to readers

b. The research paper may improve student skill in their reading competence by recognizing the result.

c. The research paper may give understanding about the problems experienced in teaching reading to students.

F. Research Paper Organization

The researcher discusses five chapters in the research. Chapter I is introduction which covers background of the study, problem statement, limitation of the study, object of the study, benefit of the study, and research paper organization. Chapter II is review of related literature which presents previous study, notion of reading, general concept of teaching reading (the notion of teaching reading, the principle of teaching reading, the reading technique), notion of cooperative learning (definition of cooperative learning and the elements of cooperative learning), notion of students team achievement division (the concept of STAD and the preparation for implementing STAD), the importance of STAD in teaching reading and theoretical framework and action hypothesis.

Page 46: STAD

Chapter III is research method that consists of type of the study, action procedures, subject of the study, object of the study, data and data source, method of collecting data and technique for analyzing data. Chapter IV is related to the process of the implementation of teaching reading using student’s team achievement division (STAD) in teaching learning process and student’s response to do activities.

Chapter V is conclusion and suggestion

Page 47: STAD

Student Teams-Achievement Divisions (STAD)A cooperative learning method for mixed-ability groupings involving team recognition and group responsibility for individual learning.

Student Teams-Achievement Divisions (STAD) In Student Teams-Achievement Divisions (STAD) (Slavin, 1994a), students are assigned to four-member learning teams that are mixed in performance level, gender, and ethnicity. The teacher presents a lesson, and then students work within their teams to make sure that all team members have mastered the lesson. Finally, all students take individual quizzes on the material, at which time they may not help one another.

Students’ quiz scores are compared to their own past averages, and points are awarded on the basis of the degree to which students meet or exceed their own earlier performance. These points are then summed to form team scores, and teams that meet certain criteria may earn certificates or other rewards. In a related method called Teams-Games-Tournaments (TGT), students play games with members of other teams to add points to their team scores.

STAD and TGT have been used in a wide variety of subjects, from mathematics to language arts to social studies, and have been used from second grade through college. The STAD method is most appropriate for teaching well-defined objectives with single right answers, such as mathematical computations and applications, language usage and mechanics, geography and map skills, and science facts and concepts. However, it can easily be adapted for use with less well-defined objectives by incorporating more open-ended assessments, such as essays or performances.

Page 48: STAD

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)A comprehensive program for teaching reading and writing in the upper elementary grades; students work in four-member cooperative learning teams.

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) (Stevens & Slavin, 1995a) is a comprehensive program for teaching reading and writing in the upper elementary grades. Students work in four-member cooperative learning teams. They engage in a series of activities with one another, including reading to one another, making predictions about how narrative stories will come out, summarizing stories to one another, writing responses to stories, and practicing spelling, decoding, and vocabulary. They also work together to master main ideas and other comprehension skills. During language arts periods, students engage in writing drafts, revising and editing one another’s work, and preparing for publication of team books. Three studies of the CIRC program have found positive effects on students’ reading skills, including improved scores on standardized reading and language tests (Stevens et al., 1987; Stevens & Slavin, 1991, 1995a).

JigsawA cooperative learning model in which students are assigned to six-member teams to work on academic material that has been broken down into sections for each member.

Jigsaw In Jigsaw (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, & Snapp, 1978), students are assigned to six member teams to work on academic material that has been broken down into sections. For example, a biography might be divided into early life, first accomplishments, major setbacks, later life, and impact on history. Each team member reads his or her section. Next members of different teams who have studied the same sections meet in expert groups to discuss their sections. Then the students return to their teams and take turns teaching their teammates about their sections. Since the only way students can learn sections other than their own is to listen carefully to their teammates, they are motivated to support and show interest in one another’s work. In a modification of this approach called Jigsaw II (Slavin, 1994a), students work in four- or five-member teams, as in STAD. Instead of each student being assigned a unique section, all students read a common text, such as a book chapter, a short story, or a biography. However, each student receives a topic on which to become an expert. Students with the same topics meet in expert groups to discuss them, after which they return to their teams to teach what they have learned to their teammates. The students take individual quizzes, which result in team scores, as in STAD.

Page 49: STAD

Learning TogetherA cooperative learning model in which students in four- or five-member heterogeneous groups work together on assignments

Learning Together Learning Together, a model of cooperative learning developed by David Johnson and Roger Johnson (1999), involves students working in four- or five-member heterogeneous groups on assignments. The groups hand in a single completed assignment and receive praise and rewards based on the group product. This method emphasizes team-building activities before students begin working together and regular discussions within groups about how well they are working together.

Group InvestigationA cooperative learning model in which students work in small groups using cooperative inquiry, group discussion, and cooperative planning and projects, and then make presentations to the whole class on their findings.

Group Investigation Group Investigation (Sharan & Sharan, 1992) is a general classroom organization plan in which students work in small groups using cooperative inquiry, group discussion, and cooperative planning and projects. In this method, students form their own two- to six-member groups. After choosing subtopics from a unit that the entire class is studying, the groups break their subtopics into individual tasks and carry out the activities that are necessary to prepare group reports. Each group then makes a presentation or display to communicate its findings to the entire class.

Cooperative ScriptingA study method in which students work in pairs and take turns orally summarizing sections of material to be learned.

Cooperative Scripting Many students find it helpful to get together with classmates to discuss material they have read or heard in class. A formalization of this age-old practice has been researched by Dansereau (1985) and his colleagues. In it, students work in pairs and take turns summarizing sections of the material for one another. While one student summarizes, the other listens and corrects any errors or omissions. Then the two students switch roles, continuing in this manner until they have covered all the material to be learned. A series of studies of this cooperative scripting method has consistently found that students who study this way learn and retain far more than students who summarize on their own or who simply read the material (Newbern, Dansereau, Patterson, & Wallace, 1994). It is interesting that while both participants in the cooperative pairs gain from the activity, the larger gains are seen in the sections that students teach to their partners rather than in those for which they serve as listeners (Spurlin, Dansereau, Larson, & Brooks, 1984). More recent studies of various forms of peer tutoring find similar results (Fuchs & Fuchs, 1997; King, 1997, 1998).

Page 51: STAD

Little research has been conducted on cooperative learning techniques used in the upper secondary school classroom. One cooperative technique, Student Teams Achievement Divisions (STAD), was used to determine if twelfth grade advanced placement students who were given instruction by the STAD method over a seven week period would score higher on a posttest than those students who were taught the same material by traditional methods. Quantitative results showed no significant difference between the adjusted means for the two groups. Additionally, a measure of student attitude was administered to determine if students taught through the STAD technique had an improved attitude toward social studies. No significant difference between the group means on attitude occurred. Yet, teacher and student surveys administered to the treatment group at the conclusion of the study indicated a liking for the STAD method of instruction. STAD was found to be easily adapted to the block scheduled secondary social studies class.

Previous Research

Over the last thirty years a great deal of research has been done on cooperative learning in the classroom. An examination of the literature on cooperative learning strategies supports the usefulness of these strategies to improve student performance for almost any desired educational outcome. For example, research has shown that well structured cooperative learning techniques in the classroom improve academic achievement, race relations, gender relations, self esteem, liking of class and student attendance (Johnson & Johnson,1987; Newman & Thompson,1987; Sharan,1980; Slaving 1980, 1982, 1990, 1995; Stahl & VanSicle, 1992). According to Slavin (1982),student seem to enjoy classrooms that employ these techniques.

According to Newman and Thompson (1987) and Slavin (1995), most of the research on cooperative learning has taken place at the elementary level, even though cooperative learning techniques were developed initially for college and adult education (Palmer & Johnson, 1989). Few studies have been conducted at the secondary level and even less research has been initiated in the upper secondary social studies class. Therefore, there is a need to study cooperative learning strategies in the upper secondary classroom.

The cooperative learning techniques used in this study was the Student Achievement Dividions' (STAD) method developed by Robert Slavin (1986). STAD has been described as the simplest of a group of cooperative learning techniques referred to as STudent Team Learning Methods. In the STAD approach students are assigned to four or five member teams reflecting a heterogeneous grouping of high, average, and low achieveing students of diverse ethnic backgrounds and different genders. Each week, the teacher introduces new material through a lecture, class discussion, or some form of a teacher presentation. Team members then collaborate on worksheets designed to expand and reinforce the material taught by the teacher. Team members may (a) work on the worksheets in pairs, (b) take turns quizzing each other, (c) discuss problems as a group, or (d) use whatever strategies they wich to learn the assigned material. Each team will then receive answer sheets, making clear to the students that their task is to learn the concepts not simply fill out the worksheets. Team members are instructed that their task is not complete until all team members understand the assigned material.

Page 52: STAD

Following this team practice, students take individual quizzes on the assigned material. Teammates are notpermitted to help one another on these quizzes. The quizzes are graded by the teacher and individual scores are then calculated into team scores by the teacher. The amount each student contributes to the team score is related to a comparison between the student's prior average or base score. If the student's quiz score is higher than the base score, then that student will contribute positively to the team score. This scoring methods rewards students for improvement (Slavin, 1986). The use of improvement points has been shown to increase student academic performance even without teams (Slaving,1986), and it is an important component of student team learning (Slavin, 1986; 1995).

Team scores are recorded and weekly recognition and rewards are awarded to winning teams and improving students (Slavin,1986). One of the attractive features os STAD is that it is relatively easy for teachers to use. The teacher (a) assigns the students to teams, (b) allows the teams time to study together, (c) gives the students a regular quiz, and(d) calculates improvement and team scores.

Slaving (1986) reviewed eight studies that evaluated STAD. In six of the eight studies, learning had increased significantly over traditional methods. In the two remaining studies there was not significant effect. These studies had all been administered below the tenth grade level.

Newman and Thompson (1987) reported that STAD was the most successful cooperative learning technique at increasing student academic achievement, but the bulk of the research on STAD had been conducted at the elementary level and in subject areas other than social studies. Slavin ( 1995) reported on 29 studies that examined the effectiveness of STAD. He reported that STAD consistently had positive effects on learning. Generally, STAD positively affected (c) cross race relations, (b) attitude toward school and class, (c) peer support, (d) locus of control, (e) time on task, (f) peer relationships and, (g) cooperation. However, Slaving found that few studies examined the effects of STAD on the 7-12 grade levels.

1 2 3 4 5 6 Next

Advanced Search in Search

Page 53: STAD

6. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude

Journal of Social Studies Research, Spring 1998 by Armstrong, Scott, Palmer, Jesse

Previous 1 2 3 4 5 6 Next

The purpose of this study was to examine the effect of STAD upon academic achievement and student attitude towards social studies of upper level secondary social studies students. The following research questions were proposed:

1. Will upper secondary social studies students who are given instruction by the STAD cooperative learnin technique score higher on a posttest than students taught the same material by traditional methods? H: There will be a significant difference between treatment (STAD) and comparison groups (traditional) on the criterion variable of academic achievement while holding pretest academic achievement constant.

2. Will upper secondary social studies students who are given instruction by the STAD cooperative learning technique demonstrate a better attitude towards social studies class? H: There will be a significant difference between the treatment (STAD) and comparison groups (traditional) on the criterion variable of student attitude towards their social studies class.

Procedure

Sample

The sample consisted of a convenient sampling of 47 students in two twelfth grade advanced placement American Government classes located in a suburban setting in south Mississippi. The treatment goup contained 17 students while the comparison group contained 30 students. Both groups were predominantly white with a good mix of male and female students.

Treatment

Both treatment and comparison groups were taught by the same classroom teacher, a veteran with several years of teaching experience, during the fall of 1997. The teacher

Page 54: STAD

had been the recipient of numerous teaching awards for excellence. The teacher was trained on implementation of the STAD technique prior to the study. After treatment and comparison groups were assigned, the students in both groups were pretested on their knowledge of course content to be covered during the seven-week study period. Pretest scores were used to provide baseline data with which to compare posttest scores to determine if the STAD cooperative learning techniques was effective in improving achievement. The pretest scores as well as previous social studies grades for both groups were analyzed to ensure academic equality between the treatment and comparison groups. Following the pretest, the seventeen students in the treatment group were divided into groups of four or five members. The students ere assigned to groups in such a manner as to reflect a heterogeneous mixture of academic ability, gender, and race. These treatment groups were trained in cooperative group skills prior to the seven-week treatment period. The teacher delivered the treatment groups' instruction in the course through the STAD technique, using teacher presentation, team practice, individual quiz, and team reward format.

The comparison group was instructed through more traditional methods such as lecture, class discussion and individual practice. Both treatment and comparison groups received instruction for ninety-six minute class periods occurring on alternate school days throughout the seven-week period. Each group received instruction on the same course content over the identical amount of instructional time. Lesson plans for both groups were developed by the teacher and investigators.

Previous 1 2 3 4 5 6 Next

Advanced Search in Search

Page 55: STAD

7. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude

Journal of Social Studies Research, Spring 1998 by Armstrong, Scott, Palmer, Jesse

Previous 1 2 3 4 5 6 Next

At the end of the seventh week of treatment, posttest means for the two groups were compared to determine whether the students taughtby the STAD cooperative learning technique would score significantly higher than students taught by traditional methods. Students in both groups were also administered an attitudinal instrument to measure their attitude towards social studies class. In addition, student and teacher surveys were completed to gather qualitative data based on the study.

Instruments

A teacher made 30 item multiple choice pretest was administered to both groups on the same day prior to the beginning of the treatment period. The same instrument was used as a posttest with additional short answer and essay questions. All test items were selected from the test bank which accompanied the textbook used for the unit of study and were criterion referenced to the school district's curriculum. The achievement test was validated by two experts (other teachers) who had nothing to do with the study.

The Estes Attitudinal Scale was administered to measure student attitude toward the class. The instrument contained seventy-five questions evaluating student attitude toward five subject areas. This instrument used a five point Likert scale ranging from "strongly agree" to "strongly disagree." The Estes Attitude Scale had a reported consistency and reliablility with coefficients ranging from .76 to .93. The construct validity was examined by assessing extrinsic measures and intrinsic measures. The results indicated both convergent and discriminative validity of individual interests were met (Estes, Estes & Richards, 1985).

Results

An analysis of covariance and analysis of variance procedures were used to analyze the data. The specific hypotheses addressed in this study were:

Page 56: STAD

1) There will be a significant difference between treatment (STAD) and comparison groups (traditional) on the criterion variable of academic achievement while holding pretest academic achievement constant;

2) There will be a significant difference between the treatment (STAD) and comparison groups (traditional) on the criterion variable of student attitude towards their social studies class.

Contrary to the first hypothesis, this study produced no significant difference between the achievement level of those taught by traditional methods and those instructed by the STAD technique LF(1,44)=.122,p=.728) [see table 1]. Both treatment and comparison groups improved approximately ten points on the posttest (see table 2). This may mean that taught by the STAD technique and those taught by traditional methods E(1,45)=.029, II=.865)[see table 3].

Qualitative instruments in the form of student and teacher surveys were also administered to provide further insight into the dynamics of the study. When treatment students were asked if they enjoyed working in groups during the study 94% answered positively. They commented that, "team work made studying easier; and discussing work with peers made it easier to remember important pointx" Seventysix percent reported that working in groups helped them learn course content and 71% reported that the team competition component of the technique made class more interesting. When treatment students were asked if they would prefer to use STAD to cover the next unit of study, 88% responded positively state that the technique, "made class more fun," and "made it easier to understand the work."

8. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude

Journal of Social Studies Research, Spring 1998 by Armstrong, Scott, Palmer, Jesse

Previous 1 2 3 4 5 6 Next

The teacher survey produced similar positive results. The teacher commented that the technique was an excellent presentation method for delivering course content and for encouraging students to work towards shared goals. She related that the STAD technique

Page 57: STAD

was easy to implement and administer and was particularly suited for a block schedule timetable (fewer classes with larger amounts of time during the day). She found few weaknesses in the technique and felt that it would be successful in other courses, with different ability levels and in other secondary grade levels.

Discussion

The previous discussion of the results of the data analysis supports the conclusion that the use of STAD in the upper secondary social studies classroom had no statistically significant effect on the academic achievement and attitude towards social studies class. However, teacher comments and results of student surveys seem to differ from these findings. STudents commented that using STAD in the social studies classroom made learning fun and the content easier to understand. The teacher felt that, from her observations, the treatment students were enjoying class more than the comparison group and were taking a more active role in the class. Assuming that these observation were true then the application of STAD in the classroom had positive effects which the statistical techniques used to measure the effects of this study did not detect.

These findings are important because it demonstrates that STAD can be as effective a teaching strategy for upper secondary social studies students as delivering course instruction by traditional methods. In addition, it reveals that students of higher ability are not adversely affected by working in heterogeneous groups as some parents and teachers contend. Critics tend to claim that high achieving or grade conscious students often outperform their groups, while other group members contribute less to learning while benefiting from others effort and knowledge. The results of this study help allay this misconception. This study supports the research (Newman & Thompson, 1987; Slaving, 1995; Stahl & VanSickle, 1992) that well structured cooperative learning techniques which contain the five basic elements of effective cooperative learning (i.e., positive interdependence, face to face interaction, individual accountablility, effective social skills, and reflective group process) can ensure that all group members participate in the learning process actively and quitable.

It is also important to note that STAD is easily adapted to the block scheduled secondary social studies class. In a block schedule students take fewer classes in a semester but for longer periods of instruction. For example, in this study both the treatment and comparison group's classes were scheduled for 96 minute blocks of instruction which took place on alternate days. The teacher commented that the STAD method used was a very effective strategy for the block scheduled class. The teacher was able to deliver a presentation in the form of a lecture of class discussion, have students work in groups, review their work, and evaluate students work durig the same blocked class period.

Page 58: STAD

9. Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude

Journal of Social Studies Research, Spring 1998 by Armstrong, Scott, Palmer, Jesse

Previous 1 2 3 4 5 6 Next

Observation of the class revealed a high level of motivation by the students to complete the tasks and be prepared for the quiz at the end of class.

One of the major drawbacks of the study was the relatively small sample size and narrow focus. Future studies should involve a larger number of subjects selected from a more diverse pool of students in a wider range of courses. The fact that his study focused on advanced progress American Government students proved that cooperative learning could be an effective teaching technique at this advanced level, however, further research is needed to substantiate these findings.

Even though cooperative small group learning is tone of the most researched teaching strategies being used in schools today, much more research must be done to determine its effectivness in the upper grades.

References

Estes, T.H., Estes, JJ., & Richards, H.C. (1975). Estes attitude scales: To measure attitude toward school subjects the secondary form. (available from Thomas H. Estes, University of Virginia, Charlotteville, Virginia).

Johnson, D.W. & Johnson, R.T. (1987). Learning Together and Alone: Cooperation. Competition and Individualism. Second edition. Englewood Cliffs, NJ: PrenticeHall.

Johnson, D.W. & Johnson, R.T. (1989). Cooperation and competition: Theorv and Research. Edina, MN: Interaction Books.

Newman, F.M. & Thompson, J. (1987). Effects of Cooperadv in nA hi vementin Secondary Schools: A Summary of Research. Madison, WI: Wisconsin Center for Education Research.

Page 59: STAD

Palmer, J. & Johnson, J.T. (1989). Jigsaw in college classroom: Effect on student achievement and impact on student evaluations of teacher performance. Journal of Social Studies Research, 13, 34-37.

Sharan, S. (1980). Cooperative learning in small groups: recent methods and effects on achievements, attitudes, and ethnic relations. Review of Educational Research M 241-271.

Slavin, RE. (1980). Cooperative learning. Review of Educational Research, 50, 315-342. Slavin, R.E. (1982). Cooperative Learning: Student Teams. Washington, DC: National Education Association

Slavin, R.E. (1986). Student team learning: An overview and practical guide. Washington, DC: Professional Library National Education Association.

Slavin, R.E. (1990). Cooperative Learning: Theory. Research and Practice. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Slavin, R.E. ( 1995). Cooperative Learning: Theory Research and Practice. Boston, MA: Allyn & Bacon.

Stahl, RJ. and VanSickle, RL. (1992), Cooperative learning in the Social Studies Classroom: An Invitation to Social Study. Washington, DC: National Council for the Social Studies.

Scott Armstrong Jesse Palmer

University of Southern Mississippi

Copyright Kansas State University, College of Education Spring 1998 Provided by ProQuest Information and Learning Company. All rights Reserved

Previous 1 2 3 4 5 6 Next

10. Bibliography for: "Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude"

Armstrong, Scott "Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude". Journal of Social Studies Research. FindArticles.com. 21 Jan, 2011. http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3823/is_199804/ai_n8783828/

Copyright Kansas State University, College of Education Spring 1998

Page 60: STAD

Provided by ProQuest Information and Learning Company. All rights Reserved Previous 1 2 3 4 5 6

Journal of Social Studies Research

View more issues:

Articles in Spring 1998 issue of Journal of Social Studies Research

Nurturing democracy, citizenship and civic virtue: The Kids Voting program revisited by Simon, James; Merrill, Bruce D; Alozie, Nicholas O

Editor's note A study of science-technology-society education implementation in the state of

Florida by Kumar, David; Fritzer, Penelope

Student Teams Achievement Divisions (STAD) in a twelfth grade classroom: Effect on student achievement and attitude by Armstrong, Scott; Palmer, Jesse

Elementary preservice teachers use of the Internet in designing and teaching social studies-focused integrated units by Sunal, Cynthia Czymanski; Smith, Coralee; Sunal, Dennis W

We'll teach shining shoes: Virginia school divisions responds to state-mandated standards by Fore, Linda C; Biermann, Melanie J


Recommended