+ All Categories
Home > Documents > Stratifikasi Sosial

Stratifikasi Sosial

Date post: 26-Jul-2015
Category:
Upload: arnold-jayendra-sianturi
View: 504 times
Download: 6 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
72
TUGAS PENGANTAR SOSIOLOGI NAMA KELOMPOK : - Monina Selfi Karlina - Lola Silvayana - Wahyu Puspita Sari - Ivana Triany Putri BAB 7 Stratifikasi Sosial KONSEP STRATIFIKASI
Transcript
Page 1: Stratifikasi Sosial

TUGAS PENGANTAR SOSIOLOGI

NAMA KELOMPOK :

- Monina Selfi Karlina

- Lola Silvayana

- Wahyu Puspita Sari

- Ivana Triany Putri

BAB 7

Stratifikasi Sosial

KONSEP STRATIFIKASI

in all societies—from societies that are meagerly developed and have barely attained the

dawning of civilization, down to the most advance and powerful societies—two classes of

people appear—a class that rules and a class that is ruled (Mosca, 1939)

Page 2: Stratifikasi Sosial

Dalam bab ini kita akan memusatkan perhatian pada suatu ciri yg menandai tiap

masyarakat, yaitu pada adanya ketidaksamaan (inequality) diantara status individu dan

kelompok yg terdapat didalamnya.

Dalam kebudayaan masyarakat kita menjumpai berbagai pernyataan yg menyatakan

persamaan manusia. Di bidang hukum, misalnya, kita mengenai anggapan bahwa dihadapan

hukum semua orang adalah sama; pernyataan serupa kita jumpai pula di bidang agama.

Dalam hal adat Minangkabau kita mengenal ungkapan “tagok sama tinggi, duduk samo

rendah” yg berarti bahwa setiap orang dianggap sama.

Namun, dalam kenyataan sehari-hari, kita mengalami adanya ketidaksamaan. Dalam

kutipan dari buku Mosca tersebut diatas misalnya, kita melihat bahwa dalam semua

masyarakat dijumpai ketidaksamaan di bidang kekuasaan: sebagian anggota masyarakat

mempunyai kekuasaan, sedangkan sisanya dikuasai. Kita pun mengetahui bahwa anggota

masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan kriteria lain; misalnya berdasarkan kekayaan dan

penghasilan, atau berdasarkan prestise dalam masyarakat. Pembedaan anggota masyarakat

berdasarkan status yg dimilikinya dalam sosiologi dinamakan stratifikasi sosial (social

stratification) .

Kita telah melihat uraian Ralph Linton bahwa sejak lahir orang memperoleh sejumlah

status tanpa memandang perbedaan antarindividu atau kemampuan. Berdasarkan status yg

diperoleh dengan sendirinya ini, anggota masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan usia, jenis

kelamin, hubungan kekerabatan, dan keanggotaan dalam kelompok tertentu seperti kasta dan

kelas. Berdasarkan status yg diperoleh ini, kita menjumpai adanya berbagai macam

stratifikasi.

Suatu bentuk dari stratifikasi berdasarkan perolehan ialah stratifikasi usia (age

stratification). Dalam sistem ini anggota masyarakat yg berusia lebih muda mempunyai hak

Page 3: Stratifikasi Sosial

dan kewajiban berbeda dengan anggota masyarakat yg lebih tua. Dalam hukum adat

masyarakat tertentu, mialnya, anak sulung memperoleh prioritas dalam pewarisan harta atau

kekuasaan.

Asas senioritas yg dijumpai dalam stratifikasi berdasarkan usia ini dijumpai pula

dalam bidang pekerjaan. Dalam berbagai organisasi modern, misalnya, kita sering melihat

adanya usia antara karyawan yg memangku jabatan sama. Ini terjadi karena dalam organisasi

tersebut pada asasnya karyawan hanya dapat memperoleh kenaikan pangkat setelah berselang

suatu jangka waktu tertentu—misalnya dua tahun, atau empat tahun; karena jabatan dalam

organisasi hanya dapat dipangku oleh karyawan yg telah mencapai suatu pangkat minimal

tertentu; dan karena dalam hal terdapat suatu lowongan jabatan baru, karyawan yg diper-

timbangkan untuk mengisinya ialah mereka yg dianggap paling senior. Sistem yg dianut di

kalangan pegawai negeri kita, misalnya, merupakan perpaduan antara merit system (sistem

penghargaan terhadap prestasi) dan sistem senioritas. Oleh sebab itu tidaklah terlalu

mengherankan bilamana kita menjumpai bahwa jabatan yg dipangku dosen didalam struktur

organisasi perguruan tinggi negeri (seperti jabatan ketua jurusan, pembantu dekan, dekan dan

sebagainya) serta jabatan fungsional mereka (seperti asisten ahli,lektor,guru besar)

memperlihatkan hubungan erat dengan usia para pemangku jabatan, meskipun usia memang

bukan satu-satunya ukuran yg dipakai untuk mengusulkan seorang pemangku jabatan.

Masih pentingnya asas senioritas dijumpai pula dalam sistem kenaikan pangkat dosen.

Dosen tetap pada perguruan tinggi negeri yg tidak berhasil naik pangkat ke golongan IV

sebelum mencapai usia tertentu, misalnya, akan dipensiunkan dan tidak dapat

dipertimbangkan untuk jabatan guru besar, apapun gelar akademik yg dimilikinya dan apa

pun prestasi dan sumbangannya dalam bidang keahliannya.

Page 4: Stratifikasi Sosial

Stratifikasi jenis kelamin (sex stratification) pun didasarkan pada faktor perolehan:

sejak lahir laki-laki dan perempuan memperoleh hak dan kewajiban yang berbeda, dan

perbedaan tersebut sering mengarah ke suatu herarki. Dalam banyak masyarakat, status laki-

laki lebih tinggi daripada perempuan. Laki-laki sering memperoleh pendidikan formal lebih

tinggi daripada perempuan. Partisipasi perempuan dalam dunia kerja relatif terbatas, dan

dibandingkan dengan laki-laki para pekerja perempuan pun relatif lebih banyak terdapat di

strata yg rendah, dengan status dibidang administratif, dan sering menerima upah atau gaji

lebih rendah daripada laki-laki.

Ada pula stratifikasi yg didasarkan atas hubungan kekerabatan. Perbedaan hak dan

kewajiban antara anak, ayah, ibu, paman, kakek, dan sebagiannya sering mengarah ke suatu

herarki.

Pun ada pula sistem stratifikasi yg didasarkan atas keanggotan dalam kelompok

tertentu, seperti stratifikasi keagaman (religious stratification), stratifikasi etnik (ethnic

stratification) atau stratifikasi ras (racial stratification). Pembedaan hak dan kewajiban warga

masyarakat berdasarkan warna kulit. Tatkala di Afrika Selatan masih berlaku sistem

Apartheid, dijumpai pembedaan hak dan kewajiban antara org kulit hitam dan org kulit putih,

suatu pembedaan yg dimasa lalu pernah dilaksanakan pula di Amerika Serikat dan beberapa

negara Amerika Selatan.

Disamping dibeda-bedakan berdasarkan status yg diperoleh, anggota masyarakat

dibeda-bedakan pula berdasarkan status yg diraihnya, sehingga menghasilkan bebagai jenis

stratifikasi. Salah satu diantaranya ialah startifikasi pendidikan (educational stratification):

hak dan kewajiban warga masyarakat sering dibeda-bedakan atas dasar tingkat pendidikan

formal yg berhasil mereka raih.

Page 5: Stratifikasi Sosial

Sistem stratifikasi lain yg kita jumpai dlm kehidupan sehari-hari ialah stratifikasi

pekerjaan (occupational stratification). Dibidang pekerjaan modern kita mengenal berbagai

klasifikasi yg mencerminkan stratifikasi pekerjaan, seperti misalnya pembedaan antara

manajer serta tenaga eksekutif dan tenaga administratif; antara asisten dosen, lektor, dan guru

besar; antara tamtama,bintara,perwira pertama,perwira menengah,perwira tinggi.

Stratifikasi ekonomi (economic stratification), yaitu prembedaan warga masyarakat

berdasarkan penguasaan dan pemilikan materi, pun merupakan suatu kenyataan sehari-hari.

Dalam kaitan ini kita mengenal, antara kain, pembedaan warga masyarakat berdasarkan

penghasilan dan kekayaan mereka menjadi kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.

Dalam masyarakat kita terdapat sejumlah besar warga yg tidak mampu memenuhi keperluan

minimum manusia utk hidup layak karena penghasilan dan miliknya sangat terbatas, tetapi

ada pula warga yg seluruh kekayaan pribadinya bernilai diatas Rp 1 miliar. Dikalangan

pertanian di pedesaan kita menjumpai pembedaaan antara petani pemilik tanah dan buruh

tani. Kita masih ingat bahwa Marx memakai kriteria pemilikan atas alat produksi untuk

membedakan antara kaum borjuis dan kaum proletar.

SISTEM STRATIFIKASI TERTUTUP DAN TERBUKA

Apa ciri yg membedakan sistem stratifikasi berdasarkan perolehan dgn stratifikasi

berdasrkan raihan? J. Milton Yinger mencoba merumuskan empat kriteria utk membedakan

sistem kelas, sistem kasta, dan sistem mayoritas-minoritas, meskipun ia menyadari bahwa

kriteria yg dibuatnya tersebut merupakan “tipe ideal”. Kriteria yg diajukan Yinger terdiri atas

keanggotaan berdasarkan kelahiran, endogami, dukungan institusi bagi perlakuan berbeda,

dan penerimaan status oleh kelompok yg lebih rendah (lihat Yinger, 1966:40-56).

Berdasarkan kriteria Yinger ini suatu sistem kasta ditandai oleh keanggotaan melalui

kelahiran, endogami, kecenderungan dukungan institusi bagi perlakuan berbeda, dan

Page 6: Stratifikasi Sosial

kecendrungan penerimaan status oleh kelompok yg lebih rendah. Artinya, seseorang hnya

dapat menjadi anggota suatu kasta melalui kelahiran; ia hanya dapat menikah dengan org dari

kasta yg sama; masyarakat cenderung merestui pelakuan berbeda bagi orang yg kastanya

berbeda; dan org yg menjadi anggota kasta lebih rendah akan cenderung menerima

kedudukannya yg lebih rendah sebagai hal yg wajar.

Sistem minoritas dan mayoritas pun masih ditandai kecenderungan utk menerima

keanggotaan melalui kelahiran dan endogami, dukungan institusi bagi perlakuan berbeda dan

penerimaan status rendah oleh kelompok yg lebih rendah, namun kecenderungan tersebut

lebih lemah daripada kecenderungan pada sistem kasta. Yang dimaksudkan disini ialah

bahwa seorang anggota kelompok minoritas ada yg dapat menjadi anggota suatu kelompok

mayoritas (atau sebaliknya) tanpa memalui kelahiran, dan ada yg mulai dapat menikah

dengan anggota kelompok mayoritas (atau minoritas); dalam masyarakat mulai terdapat

institusi yg menentang perlakuan berbeda bagi anggota kelompok lain; dan dikalangan

kelompok yg statusnya lebih rendah mulai ada pihak yg tidak menerima status yg lebih

rendah tersebut.

Pada sistem kelas kecenderungan utk menerima anggota melalui kelahiran dan pola

hubungan endogami masih banyak dijumpai tetapi dalam frekuensi lebih kecil daripada

kecenderungan pada sistem kasta dan sistem minoritas-mayoritas; dan institusi masyarakat

mulai cendrung menantang pelakuan berbeda, sedangkan sebagian besar anggota kelompok

yg lebih rendah pun tidak menerima status lebih rendah yg telah mereka duduki.

Sebagaimana yg telah dikemukakan Yinger klasifikasinya ini merupakan tipe ideal

dan dalam kenyataaan kita akan menjumpai berbagai pengecualian. Sebagaimana dapat kita

lihat dari uraian tokoh sosiologi India, M. N. Srinivas (1952), sistem kasta di India ( yg

diberi nama varna) sebenarnya terdiri atas ribuan jati, suatu kelompok endogen yg

Page 7: Stratifikasi Sosial

mempraktikkan suatu pekerjaan tradisional dan mempunyai otonomi tertentu dlm bidang

budaya, ritual,dan hukum. Srinivas mengamati bahwa kadangkala hubungan hipergami

antarkasta dimungkinkan, walaupun ini selalu terwujud dalam pernikahan seorang laki-laki

dari kasta lebih tinggi dengan seorang perempuan dari kasta lebih rendah dan tidak

sebaliknya. Srinivas pun menguraikan bahwa suatu kelompok kasta rendah sering dapat

pindah status ke kasta lebih tinggi dengan jalan meniru gaya hidup kasta yg lebih tinggi itu

(suatu proses yg oleh Srinivas dinamakan Sanskritization), meskipun proses ini terjadi dalam

beberapa generasi. Adanya proses Sankritization) ini sudah merupakan indikasi bahwa warga

kasta lebih rendah tidak selalu menerima status mereka yg rendah.

Dalam sosiologi kita mengenal pembedaan antara stratifikasi tertutup dan stratifikasi

terbuka. Keterbukaan suatu sistem stratifikasi diukur dari mudah-tidaknya dan sering-

tidaknya seseorang yg mempunyai status tertentu memperoleh status dalam strata yg lebih

tinggi (lihat Yinger, 1966:34). Menurut Yinger suatu sistem stratifikasi dinamakan tertutup

samasekali manakala setiap anggota masyarakat tetap berada pada status yg sama dgn

orangtuanya, dan dinamakan terbuka samasekali manakala setiap anggota masyarakat

menduduki setiap status berbeda dgn status orangtuanya (dapat lebih tinggi atau lebih

rendah). Disini pun kenyataan empirik berada diantara dua kutub tersebut : tidak ada

masyarakat yg stratifikasinya terbuka sama sekali atau pun tertutup sama sekali. Yinger

memperkirakan bahwa dalam masyarakat yg paling terbuka, yaitu masyarakat industri

modern, hanya sepertiga anggota yg status nya lebih tinggi atau lebih rendah daripada status

orangtuanya.

MOBILITAS SOSIAL

Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial;

“Social mobility refers to the movement of individuals or groups—up or down—within a

Page 8: Stratifikasi Sosial

social hierarchy” (Ransford, 1980:491). Mobilitas vertikal mengacu pada mobilitas keatas

atau kebawah dalam stratifikasi sosial; pun ada apa yang dinamakan lateral mobility (lihat

Giddens, 1989:229) yang mengacu pada perpindahan geografis antara lingkungan setempat,

kota dan wilayah.

Sebagaimana nampak dari definisi Ransford diatas, mobilitas sosial dapat mengacu

pada individu maupun kelompok.contoh yang diberikan Ransford mengenai mobilitas sosial

individu ialah perubahan status seseorang dari seorang tukang menjadi seorang dokter;

mobilitas sosial suatu kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik atau kaum perempuan

mengalami mobilitas, misalnya mengalami peningkata dalam penghasilan rata-rata bila

dibandingkan dengan kelompok mayoritas. Ransfords pun mengutip contoh yang diberikan

Sorokin mengenai mobilitas kelompok, yaitu turunnya status suatu dinasti penguasa (lihat

Ransfords, 1980:492-493). Menurut Ransfords mobilitas dapat terjadi pula pada kekuasaan,

privilese, maupun prestise (lihat Ransfords,1980:492).

Suatu pokok bahasan yang banyak mendapat perhatian ahli sosiologi ialah masalah

mobilitas intragenerasi dan mobilitas antar generasi. Mobilitas intragenerasi memacu pada

mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam amasa hidupnya; misalnya, dari status asisten

dosen menjadi guru besar, atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi. Mobilitas antar-

generasi, dipihak lain, memacu pada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status

orang tuanya; misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insinyur, atau anak

menteri yang menjadi pedagang kaki lima. Suatu studi terhadap sejumlah dosen tetap dari

lima perguruan tinggi negeri di Jawa, misalnya, memperlihatkan bahwa orangtua para dosen

yang diteliti cenderung berpendidikan menengah-suatu petunjuk bahwa dikalangan para

dosen tersebut telah terjadi mobilitas vertikal antar generasi, mengingat bahwa para dosen

tersebut telah meraih pendidikan tinggi yang merentang mulai dari jenjang sarjana sampai

kejenjang doktor (lihat Sunarto, 1980).

Page 9: Stratifikasi Sosial

Suatu studi yang sering menjadi bahan acuan dalam bahasan mengenai monilitas atar-

generasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap mobilitas pekerjaan di Amerika Serikat.

Kedua ilmuan sosial ini menyimpulkan dari data mereka bahwa masyarakat Amerika

merupakan masyarakat yang relatif terbuka karena didalamnya telah terjadi mobilitas sosial

vertikal antar-generasi, dan dalam mobilitas intra-generasi pengaruh pendidikan dan

pekerjaan individu yang bersangkutan lebih besar dari pada pengaruh pendidikan dan

pekerjaan orangtua. Dengan perkataan lain, dalam tiap generasi telah terjadi peningkatan

status anak sehingga melebihi status orangtuanya, dan dalam tiap generasi pun telah terjadi

peningkatan status anak sehingga melebihi status yang diduduki pada awal karirnya sendiri.

Pada masyarakat yang mempunyai sistem stratifikasi terbuka pergantian status

dimungkinkan. Meskipun dalam masyarakat demikian terbuka kemungkinan bagi setiap

anggota masyarakat untuk naik-turun dalam herarki sosial, dalam kenyataan mobilitas sosial

antar-generasi maupun intragenerasi yang terjadi bersifat terbatas. Masih cukup banyak

anggota masyarakatnya yang menduduki status yang tidak banyak berbeda dengan status

orangtua mereka, dan selalu ada saja anggota masyarakat yang tidak berhasil meraih status

sederajat dengan status yang pernah diduduki orangtuanya.

JUMLAH LAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

Berapakah jumlah lapisan sosial (strata) yang terdapat ada dalam suatu sistem

stratifikasi ? Di kalangan para ahli sosiologi kita menjumpai keanekaragaman dalam

penentuan jumlah lapisan sosial. Ada yang merasa cukup dengan klasifikasi dalam dua

lapisan. Marx, misalnya, membedakan antara kelas borjuis dan proletar; Mosca membedakan

antara kelas yang berkuasa dan kelas yang dikuasai; banyak ahli sosiologi membedakan

antara kaum elit dan massa, antara orang kaya dan orang miskin.

Page 10: Stratifikasi Sosial

Sejumlah ilmuan sosial membedakan antara tiga lapisan atau lebih. Kita sudah sering

menjumpai, misalnya, pembedaan antara kelas atas, kelas menang dan kelas bawah. Warner

bahkan merinci tiga kelas ini menjadi enam kelas: kelas atas atas (upper upper), atas bawah

(lower upper), menengah atas (upper middle), menengah bawah (lower middle),bawah atas

(upper lower) dan bawah bawah (lower lower. Lihat Zanden, 1979:273). Dalam penelitiannya

didaerah Simalungun, Sumatera Utara R. William Liddle membedakan antara elit pada

tingkat desa, kecamatan, kabupaten atau kotamadia, dan provinsi (lihat Liddle, 1970:209).

Sajogoyo membagi petani miskin di Jawa dalam tiga lapisan: petani lapisan III (cukup), yang

luas tanahnya diatas 0,5 ha; lapisan II (miskin), yang luas tanahnya antara 0,25 dan 0,5 ha;

dan lapisan I (miskin sekali) yang luas tanahnya dibawah 0,25 ha atau buruh tani yang tidak

punya tanah (lihat Sajogoyo, 1978).

Bernard Barber memeperkenalkan beberapa konsep yang mempertajam konsep

stratifikasi. Salah satu diantaranya ialah kensep rentang (span), yang mengacu pada

perbedaan antara kelas teratas dengan kelas terbawah (Barber, 1957). Dalam masyarakat kita,

misalnya, menjumpai rintangan yang sangat lebar dalam hal penghasilan. Di bagian terbawah

kita menjumpai penghasilan dibawah Rp. 100.000 per bulan atau Rp. 1,2 juta per tahun; di

Jakarta awal tahun 90-an, misalnya, kita dapat menjumpai pegawai negeri dengan gaji

dibawah Rp. 50.000 per bulan, buruh pabrik yang penghasilannya sekitar Rp. 16.000 per

minggu, pabrik yang memberikan upah minimum buruh sebesar Rp1.750 per hari (atau

sekitar Rp.45.000 perbulan), dan pembantu rumah tangga yg berpenghasilan sekitar

Rp.35.000 per bulan. Dibagian teratas stratifikasi dibidang penghasilan, dipihak lain, kita

akan menjumpai penghasilan yg mencapai antara Rp800 juta dan Rp1 miliar per tahun (lihat

Warta Ekonomi 23,1990), atau sekitar Rp.66.7 juta sampai ke Rp83.3 juta per bulan. Di

bidang kepangkatan pegawai negeri rentang antara pangkat rendah, golongan IA dan pangkat

tertinggi, golongan Ivd adalah 16 jenjang artinya; antara keadaan tuna wisma yg tidak

Page 11: Stratifikasi Sosial

mempunyai apa-apa kecuali pakaian yg melekat ditubuhnya, dan pengusaha yg kekayaan

pribadinya berjumlah diatas Rp1 miliar. Konsep rentang memberikan kepada kita petunjuk

mengenai besarnya kesenjangan ataupun ketidaksamaan (atau kecilnya pemerataan) dalam

masyarakat.

Konsep terkait lainnyayg dialukan Barber ialah konsep bentuk (shape), yg mengacu

pada proporsi org yg terletak di kelas sosial yg berlainan (lihat Barber, 1957). Suatu

stratifikasi dapat berbentuk segitiga. Ini berarti bahwa semakin tinggi posisi dalam

stratifikasi,semakin sedikit jumlah posisi yg tersedia. Stratifikasi yg mendekati bentuk

piramida ini kita jumpai misalnya dlm stratifikasi jabatan pimpinan dlm pemerintahan

daerah: jumlah kepala desa atau lurah melebihi jumlah camat, jumlah camat melebihi jumlah

bupati atau walikota, dan jumlah bupati atau walikota melebihi jumlah gubenur.

Stratifikasi tidak selalu berbentuk segitiga atau piramida, karena kita sering

menjumpai situasi yg didalamnya terdapat sejumlah besar posisi rendah dan sejumlah kecil

posisi tinggi. Situasi kesenjangan besar ini sering dijumpai dlm masyarakat yg sedang ber-

kembang. Dari penduduk Indonesia yg menurut sensus penduduk 1990 berjumlah 179 juta

jiwa, misalnya, hanya terdapat sekitar 50 orang penduduk yg berpenghasilan antara Rp300

juta dan Rp1 miliar, dan dari perkiraan bahwa hanya terdapat 10 orang yg kekayaan

pribadinya bernilai di atas Rp100 juta hingga Rp5 miliar (lihat Warta Ekonomi 18,1990) kita

melihat bahwa dalam masyarakat kita jumlah org yg sangat kaya atau berpenghasilan sangat

tinggi sangat sedikit.

Dibidang pendidikan formal, dalam masyarakat kita pun dijumpai kesenjangan besar

antara mereka yg berpendidikan dasar dan menengah dengan mereka yg berpendidikan

tinggi. Data sensus 1971 dari BPS, misalnya, menunjukkan bahwa pada tahun 1971

dikalangan penduduk berusia 10 tahun keatas 41,01% tidak bersekolah, 52,35%

Page 12: Stratifikasi Sosial

berpendidikan dasar (32,97% tidak selesai), 4,3% berpendidikan SLP, 2,03% berpendidikan

SLA dan hanya 0,31% berpendidikan tinggi.

Dalam masyarakat industri maju dapat dijumpai stratifikasi yg berbentuk intan: posisi

dilapisan bawah dan atas berjumlah relatif sedikit bila dibandingkan dengan posisi lapisan

menengah. Dalam studi yg dilakukan Warner dikota “Jonesville”, Amerika Serikat, misalnya,

kelas atas berjumah 2,7%, menengah atas 11%,menengah bawah 31%,bawah atas 41% dan

bawah bawah 14% (dikutip dalam Zanden, 1979:273). Data ini menunjukkan bahwa

stratifikasi masyarakat kota “Jonesville” berbentuk intan; mayoritas penduduk berada pada

kelas menengah bawah dan bawah atas. Data sensus mengenai angkatan kerja Jepang pada

tahun 1975, misalnya, menunjukkan bahwa para pemilik modal, manajer swasta dan pejabat

tinggi pemerintah merupakan5,9% dari angkatan kerja, sedangkan para pemilik modal kecil,

termasuk didalamnya pedagang dan pengusaha sektor jasa, berjumlah 29,4%. Meskipun

buruh nampaknya merupakan kelas terbesar karena berjumlah 63,3%, namun kategori ini

mencakup 21,3% dari angkatan kerja yg merupakan tenaga administrasi dan tenaga kerja

kantor yg sangat berspesialisasi sehingga buruh jumlahnya tidak melebihi 39,7%. Dengan

demikian data ini menunjukkan bahwa stratifikasi pekerjaan di Jepang cenderung berbentuk

intan karena posisi kebanyakan tenaga kerja Jepang berada di tengah stratifikasi.

DIMENSI STRATIFIKASI

Diatas telah dibahas penggolongan anggota masyarakat berdasarkan berbagai

dimensi. Ada dimensi usia, jenis kelamin, agama, kelompok etnik, kelompok ras, pendidikan

formal, pekerjaan dan ekonomi. Dimensi apakah yg digunakan para tokoh sosiologi klasik

untuk mengkaji stratifikasi sosial ?

Page 13: Stratifikasi Sosial

Kita telah melihat bahwa perubahan sosial secara mendasar dan menyeluruh yg melanda

masyarakat Eropa telah mewujudkan pembagian kerja semakin rinci dalam masyarakat.

Pembagian kerja tersebut telah membawa diferensiasi sosial yg tidak hanya berarti

peningkatan perbedaan status secara horizontal tetapi juga secara vertikal. Dengan demikian

tidaklah mengherankan mengapa diferensiasi sosial, termasuk juga stratifikasi

sosial,merupakan suatu pokok bahasan yg sejak awal sosiologi telah menarik perhatian para

perintisnya.

Pandangan mengenai stratifikasi yang sangat menonjol dalam sosiologi adalah

pandangan mengenai kelas yang dikemukakan oleh Karl Marx. Menurut Marx kehancuran

feudalisme serta lahir dan berkembangnya kapitalisme dan industri modern telah

mengakibatkan terpecahnya masyarakat menjadi dua kelas yang saling bermusuhan, yaitu

kelas borjuis (bourgeoisie) yang memiliki alat produksi dan kelas proletar (ploretariat) yang

tidak memiliki alat produksi (lihat Marx dalam Smelser, 1973:73-85). Dengan makin

berkembangnya industry para pemilik alat produksi makin banyak menerapkan pembagian

kerja dan memakai mesin sebagai pengganti buruh sehingga persaingan mendapat pekerjaan

dikalangan buruh semakin meningkat dan upah buruh makin menurun. Karena kaum ploretar

semakin dieksploitasi mereka mulai menpunyai kesadaran kelas (class consciousness) dan

semakin bersatu dan melalui suatu perjuangan kelas (class struggle) akan berhasil merebut

alat produksi dari kaum borjuis dan kemudian mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas

(classless society) karena pemilikan pribadi atas alat produksi telah dihapuskan.

Pandangan Marx ini dikecam oleh banyak ilmuan social. Kritik utama ditujukan pada

digunakannya hanya satu dimensi, yaitu dimensi ekonomi, untuk menetapkan stratifikasi

social; banyak ilmuan yang berpendapat bahwa disamping dimensi ekonomi dijumpai pula

dimensi lain untuk membeda-bedakan anggota masyarakat. Kritik lain ialah bahwa dalam

kenyataan masyarakat industry mengenai lebih dari dua kelas. Selain itu, berbada dengan

Page 14: Stratifikasi Sosial

ramalan Marx, perjuangan kelas tidak terjadi di masyarakat industri maju di Eropa Barat dan

Amerika melainkan justru di masyarakat sedang berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika

Latin dan tidak dipelopori oleh kaum buruh diperkotaan melainkan oleh kaum gerilia di

pedesaan. Pun banyak ilmuan yang mengkritik ramalan Marx mengenai masyarakat tanpa

kelas, karena hingga kini, lebih dari 100tahun semenjak Marx meninggal, masyarakat

demikian belum pernah terwujud meskipun sejak awal abad ini telah muncul banyak Negara

yang ideologinya didasarkan dengan ajaran Marx.

Max Weber termasuk diantara ilmuan social yang tidak sepakat dengan penggunaan

dimensi ekonomi semata-mata untuk menentukan stratifikasi social. Oleh karena itu ia

mengemukakan bahwa disamping stratifikasi menurut dimensi ekonomi kita akan menjumpai

pula stratifikasi menurut dimensi lain. Dalam uraiannya mengenai persebaran kekuasaan

dalam masyarakat Max Weber memperkenalkan pembedaan antara konsep kelas, kelompok

status, dan partai (lihat Weber dalam Gerth dan Mills, 1958:180-195), yang merupakan dasar

bagi pembedaannya antara tiga jenis stratifikasi social.

Menurut Weber, kelas ditandai oleh beberapa hal. Pertama, kelas merupakan sejumlah

orang yang mempunyai persamaan dalam hal peluang untuk hidup atau nasib (life chances):

peluang untuk hidup orang tersebut ditentukan oleh kepentingan ekonomi berupa penguasaan

atas barang serta kesempatan untuk memperoleh penghasilan dalam pasaran komoditas atau

pasaran kerja. Sebagai akibat dari dipunyainya persamaan peluang untuk menguasai barang

dan jasa sehingga diperoleh penghasilan tertentu, maka orang yang berada di kelas yang sama

menpunyai persamaan apa yang oleh Weber dinamakan situasi kelas (class situation), yaitu

persamaan dalam hal peluang untuk menguasai persediaan barang, pengalaman hidup pribadi,

atau cara hidup. Dengan demikian para pengusaha kita yang melalui usaha mereka dibibang

ekonomi berhasil memupuk kekayaan pribadi dalam jumlah yang besarnya kira-kira sama

(misalnya Rp.500 juta)dan dapat menikmati cara hidup yang sama serta memiliki pengalaman

Page 15: Stratifikasi Sosial

pribadi yang sama (misalnya memiliki pesawat terbang pribadi, atau berlibur dengan keluarga

keluar negeri) dapat dianggap berada dalam situasi kelas yang sama sehinnga merupakan

anggota kelas yang sama. Menurut Weber kategori dasar untuk menbedakan kelas ialah

kekayaan yang dimiliki dan factor yang menciptakan kelas ialah kepentingan ekonomi.

Dimensi lain yang menurut Weber digunakan orang untuk membeda-bedakan anggota

masyarakat ialah dimensi kehormatan. Menurut Weber manusia dikelompokkan dalam

kelompok status (status groups), yang menurutnya laksana komunitas yang tak berbentuk.

Kelompok status merupakan orang yang berada dalam situasi status (status situation)

yang sama, yaitu orang yang peluang hidup atau nasibnya ditentukan oleh ukuran kehormatan

tertentu. Dalam berbagai suku bangsa di masyarakat kita misalnya, kita mengenal perbedaan

antara bangsawan dan rakyat jelata, seperti misalnya pembedaan antara priyayi dan wong

cilik pada orang Jawa, pembedaan antara meramba dan ata pada orang Sumba, antara orang

yang bergelar triwangsa (kasta tertinggi) dan mereka yang bergelar jaba di Bali, antara para

penghulu serta kaum kerabat mereka dan orang yang bukan kemanakan batali darah para

penghulu di Minangkabau (lihat, antara lain, tulisan-tulisan Koentjaraningrat, Clifford

Geertz, dan Harsja W.Bachtiar dalam Koentjaraningrat, ed., 1964).

Weber mengemukakan bahwa persamaan kehormatan status terutama dinyatakan

melalui persamaan gaya hidup (style of life). Di bidang pergaulan gaya hidup dapat berwujud

pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. Para an ggota

suiatu kelompok status, misalnya, cenderung menjalankan endogamy; pernikahan dengan

orang dari kelompok l,ebih rendah cenderung dihindari. Dimasa lalu putra mahkota (kini

kaisar) Jepang, Akihito, pernah menghebohkan masyarakatnya karena menikah dengan

perempuan yang bukan bangsawan. HaL serupa pernah pula terjadi dikerajaan Inggris.

Larangan interaksi ini pernah dijumpai pul;a dalam masyarakat yang dimasa lalu mengenal

Page 16: Stratifikasi Sosial

diskriminasi ras seperti Afrika Selatan dan Daerah tertentu di Negara bagian selatan Amerika

Serikat. Kadang-kadang larangan interaksi ini dapat mencakup larangan menyentuh anggota

kelompok status lain; di India, misalnya, mereka yang menduduki kasta (Varna) lebih tinggi

tidak dibenarkan menyentuh tubuh dan bahkan bayangan memerka yang berada diluar kasta

(Harijari).

Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut Weber kelompok status ditandai

pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal

maupun material. Kelompok status dibeda-bedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin

dalam gaya konsumsi. Weber mengemukakan bahwa kelompok status merupakan pendukung

adat, yang menciptakan dan melestarikan sebuah adat istiadat yang berlaku dalam

masyarakat.

Monopoli suatu kelompok status antara lain terwujud dalam gaya berbusana: dimasa

lalu corak kain tenun ikat tertentu di Flores atau corak kain batik tertentu di Jawa Tengah

hanya dapat dikenakan oleh kaum bangsawan, di India para harijan tidak diperkenankan

memakai baju. Di India mereka yang berkasta tinggi tidak diperkenankan makan daging dan

minum minuman keras. Di masa diskriminasi ras masih ditegakkan di Negara bagian Selatan

Amerika Serikat, seseorang berkulit putih menyapa orang laki-laki kulit hitam dengan sapaan

“boy” sedangkan orang kulit hitam harus menyapa orang laki-laki kulit putih dengan sapaan

“Sir”.

Selain kedua ukuran tersebut diatas yaitu ukuran ekonomi dan kehormatan, menurut

Weber masyarakat dapat dibedakan pula berdasarkan kekuasaan yang dipunyai. Disebutkan

olehnya bahwa partai merupakan suatu gejala yang melibatkan tatanan kekuasaan, kekuasaan

didefinisikan oleh Weber sebagai peluang bagi seseorang atau sejumlah orang untuk

Page 17: Stratifikasi Sosial

mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal meskipun mengalami

tantangan dari orang lain yang ikut serta dalam komunal itu” (lihat Weber. 1920: 180).

Menurut Weber partai diorientasikan pada diperolehnya kekuasaan social yaitu pada

dipengaruhinya tindakan bersama untuk mencapai tujuan yang terencana. Cara yang

ditempuh partai untuk memperoleh kekuasaan berbeda-beda ; ada yang menggunakan

kekerasan fisik dan ada yang berusaha memperoleh dukungan suara dengan memakai

berbagai cara seperti uang, pengaruh social, pemberian saran, tipudaya, intimidasi dan

sebagainya.

Pembedaan Weber antara macam stratifikasi ini kemudian diikuti oleh sejumlah ahli

sosiologi, walaupun dengan modifikasi tertentu. Pengaruh Weber ini antara lain Nampak

dalam pandangan Peter Berger, yang mendefinisikan stratifikasi social sebagai berikut :

Social stratification refers to the fact that any society will consist of levels that

relate to each other in terms of soperordination and subordination, be it

power, privilege prestige (Berger:1978:94).

Disini jelas bahwa stratafikasi diartikannya sebagai perjenjangan masyarakat menjadi

hubungan atasan –bawahan atas dasar kekuasaan, kekayaan dan kehormatan , pengaruh

Weber Nampak pula dalam karya Jeffries dan Ransford. Dengan menggunakan tiga ukuran;

kekuasaan (power), privilese (privilege), dan prestise (prestige) mereka membedakan tiga

macam stratifikasi, yaitu herarki kekuasaan (power hierarchies) yang didasarkan pada

kekuasaan, herarki kelas (class hierarchies) yang didasarkan pada penguasaan atas barang dan

jasa, dan herarki status (status herarchies) yang didasarkan atas pembagian kehormatan dan

status sosial (lihat Jeffries dan Ransford,1980:57-80).

Page 18: Stratifikasi Sosial

Suatu hal yang ditekankan Weber ialah adanya kemungkinan adanya hubungan antara

dan kedudukan menutut beberapa dimensi, maksudnya, seseorang yang mempunyai

kekuasaan politik mungkin saja menduduki posisi terhormat dalam herarki status dan bahkan

menduduki posisi tinggi dalam herarki kelas. Kebalikannya demikian pula: ada orang miskin

yang kedudukannya tidak trepan danmg dan tidak memiliki kekuasaan apapun. Dalam

masyarakat kita memang dapat mengenal banmyak contoh mengenai kesepadanan antara

posisi dalam dimensi berbeda. Almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, misalnya,

dimasa hidupnya memiliki posisi tinggi dalam herarki kekuasaan (selain menjadi Gubernur

Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, beliau pernah pula memangku berbagai jabatan penting

dalam Pemerintahan RI mulai dari Menteri Negara, Menteri Utama, Menteri Koordinator,

Wakil Perdana Menteri sampai ke Wakil Presiden RI), dalam herarki status (sebagai Sultan

beliau adalah bangsawan dengan posisi tertinggi dalam herarki status kesultanan Yogyakarta

dan anatara lain memiliki berbagai tanda jasa dan gelar kehormatan dari dalam dan luar

negeri), dan dalam herarki kelas (beliau memiliki beberapa perusahaan). Selo Soemardjan

dan Soelaeman Soemardi, misalnya, berpendapat bahwa mereka yang posisinya tinggi akan

cenderung mengakumulasikan posisi dalam dimensi berlainan (lihat Selo Soemardjan dan

Soelaeman Soemardi, 1964: 253-254).

Tetapi perbadaan antara ketiga macam herarkipun harus tetap diperhatikan, dan

adanya ketidak sepadanan antara posisi dalam dua atau tiga herarki berlainan pun merupakan

suatu kemungkinan yang dapat saja terjadi. Kebanyakan diantara kita tentu pernah

mendengar atau membaca tentang stereotip pengusaha dari kalangan etnik Tionghoa di

daerah pemukinan Tionghoa seperti di Glodok di Jakarta Kota, yang bekerja sendiri disuatu

ruang sempit dengan hanya bersenjatakan alat hitung tradisional cipoa dan telepon tetapi

dalam sehari mampu menjalin sejumlah transaksi yang nilainya dapat mencapai puluhan juta

rupiah. Pengusaha demikian jelas menduduki posisi tinggi dalam hirarki ekonomi, tetapi

Page 19: Stratifikasi Sosial

dalam hirarki status kehormatan dan hirarki kekuasaan politik posisinya kemungkinan besar

rendah. Di Yogyakarta atau Surakarta kita mungkin masih dapat menjumpai situasi dimana

seseorang berusia lanjut berbusana sederhana yang sedang berjalan kaki tiba-tiba dengan

penuh rasa hormat disembah sambil duduk bersila oleh seseorang lain yang mengenalnya

sebagai bangsawan terpandang dari kalangan kraton. Meskipun orang tua tersebut menurut

adat setempat menduduki posisi cukup tinggi, di bidang politik ia belum tentu mempunyai

kekuasaan apapun dan di bidang meteri pun belum tentu dapat dianggap mampu.

KELAS SOSIAL

Konsep kelas merupakan suatu konsep yang sudah lama digunakan dalam ilmu sosial.

Makna yang diberikan pada konsep tersebut bereda-beda; meskipun konsep tersebut

menduduki posisi yang sangat penting dalam teori Marx, namun ia tidak pernah

mendefinisikannya secara tegas. Yang jelas ia mengaitkannya dengan pemilikan alat

produksi. Kita pun telah melihat bahwa Weber tidak menbatasi konsep tersebut pada

pemilikan alat produksi tetapi memberikan makna lebih luas, sehingga selain mencakup

penguasaan atas barang meliputi pula peluang untuk memperoleh penghasilan. Menurut

Giddens, peluang untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang dimaksudkan Weber

ini tidak hanya berupa penguasaan atas barang tetapi dapat pula berupa keterampilan dan

kemampuan yang diantara lain tercermin dari ijazah (lihat Giddens, 1989:212).

Bagaimanakah para ilmuan sosial masa kini mendefinisikan konsep kelas? Peter

Berger, yang menganggap system kelas sebagai tipe stratifikasi terpenting dalam masyarakat

Barat masa kini, mendefinisikan kelas sebagai “a type of stratification in which one’s general

position in society is basically determined by economic criteria” (Berger, 1980:95). Dari

Page 20: Stratifikasi Sosial

perumusan ini nampak bahwa, seperti juga dalam perumusan Marx dan Weber, konsep kelas

dikaitkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan criteria ekonomi.

Jeffries pun mendasarkan pandangannya mengenai kelas pada pandangan para tokoh

klasik tersebut di atas. Ia mengemukakan bahwa kelas sosial merupakan “social and

economic groups constituted by a coalescence of economic, occupational, and educational

bonds” (Jeffries, 1980:73-80). Jadi Jeffries melihat bahwa konsep kelas melibatkan

perpaduan antara ikatan ekonomi (yang oleh Jeffries dianggap sebagai segi terpenting dari

kelas), pekerjaan, dan pendidikan. Meskipun konsep kelas ini mencakup tiga dimensi yang

berbeda satu dengan yang lain—jeffries antara lain mengemukakan bahwa seorang guru

besar bergelar Doktor cenderung berpenghasilan rendah sampai menengah, sedangklan

seseorang yang sangat kaya belum tentu berpendidikan sarjana muda—namun Jeffries

menggabungkannya dengan alasan bahwa di antara ketiga dimensi tersebut terdapat

kesalingterkaitkan yang erat. Menurut Jeffries pekerjaan merupakan segi penting dari kelas.

Dikemukakannya pula bahwa pendidikan sering menjadi prasyarat bagi pekerjaan tertentu.

Weber mendefinisikan kelas sebagai kelompok orang ; hal serupa kita jumpai dalam

definisi jeffries. Namun ada ahli sosiologi yang berpandangan kelas tidak hanya menyangkut

orang tertentu yang terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi, tetapi mencakup pula keluarga

mereka. Bernard barber, misalanya, medefinisikan kelas asia sebagai himpunan keluarga. Ini

mencerminkan pandangannya bahwa kedudukan seorang anggota keluarga dalam satu kelas

terkait dengan kedudukan anggota keluarga lain. Bilamana seorang kepala keluarga

menduduki suatu status tinggi, misalnya status presiden suatu BUMN, duta besar atau

menteri, maka status istri (atau suami bila yang mengalami kenaikan status adalah

perempuan) dan anak-anaknya akan tinggi pula. Kadang-kadang seorang anggota keluarga

dapat memperoleh status yang sama atau bahkan melebihi stasus yang semula diduduki

kepala keluarga, seperti misalnya kasus Nyonya Corajon Aquino, seorang ibu rumah tangga

Page 21: Stratifikasi Sosial

yang terpilih menjadi presiden Fhiliphina setelah suaminya, Senator Benigno Aquino

dibunuh. Kasus lain ialah Rajiv Gandhi, seorang pilot Air India yang menjadi Perdana

Menteri Pakistan – jabatan yang pernah di pangku ayahnya, Zulfikar Ali Bhutto – beberapa

tahun setelah ayahnya menjalani hukuman mati karena dijatuhi hukuman mati dengan

tuduhan merencanakan pembunuhan lawan politiknya.

Karena adanya keterkaitan status seorang anggota keluarga dengan status anggota

yang lain maka bilamana status kepala keluarga naik, status keluarga akan ikut naik.

Sebaliknya penurunan status kepala keluarga akan menurunkan pula status keluarganya.

Secara ideal sistem kelas merupakan suatu sistem stratifikasi terbuka karena status

didalamnya dapat diraih melalui usaha pribadi. Dalam kenyataan sering terlihat bahwa

sistem kelas mempunyai ciri sistem tertutup, seperti misalnya endogami kelas. Pergaulan dan

pernikahan, misalnya, lebih sering terjadi antara orang yang kelasnya sama daripada denga

orang dari kelas lebih rendah atau lebih tinggi.

PENJELASAN BAGI ADANYA STRATIFIKASI

Dalam sosiologi dijumpai berbagai pandangan berbeda mengenai sebab-musababnya

ada stratifikasi dalam masyarakat. Salah satu diantaranya ialah pandangan Kingsley Davis

dan Wilbert Moore, yang dikemukakan pada tahun 1945. Pandangan ini dikenal sebagai

penjelasan fungsionalis karena menekankan pada fungsi status dalam masyarakt yang dinilai

menunjang kesinambungan masyarakat (lihat antara lain Zanden dalam Sinarto, ed., 1985 :

231-238).

Moore dan Davis mengemukakan stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup

masyarakat. Dalam masyarakat terdapat status yang harus ditempati agar masyarakat dapat

Page 22: Stratifikasi Sosial

berlangsung. Anggota masyrakat perlu diberi rangsangan agar mau menempati status tersebut

dan, setelah menempati status, bersedia menjalankan peran sesuai dengan harapan

masyarakat (expectation). Semakin penting status yang perlu ditempati, dan semakin sedikit

tersedia anggota masyarakat yang dapat menempati, semakin besar pula imbalan yang

diberikan masyarakat. Perbedaan imbalan tersebut kemudian mengakibatkan terjadinya

stratifikasi dalam masyarakat. Status yang penting tetapi hanya dapat ditempati sejumlah

kecil orang karena persediaan orang yang memenuhi syarat terbatas diberi imbalan besar dan

terletak di stratum atas pada stratifikasi sosial; status yang tidak penting dan dapat ditempati

banyak orang karena persediaan oranmg yang memenuhi syarat sangat besar memperoleh

imbalan kecil terletak distratum bawah. Menurut pandangan ini, misalnta, status sebagai

buruh kasar menduduki peringkat rendah karena tidak memerlukan keterampilan dan

keahlian tinggi dan dapat ditempati banyak orang sehingga diberi imbalan rendah. Status

sebagai manejer atau eksekutif, dipihak lain, memerlukan pendidikan, latihan, keahlian dan

kemampuan tinggi yang hanya dapat dipenuhi sejumlah kecil orang sehingga orang yang

menempatinya perlu diberi imbalan tinggi.

Sejumlah ahli sosiologi lain melihat bahwa stratifikasi timbul karena dalam

masyarakat berkembang pembagian kerja yang memungkinkan perbedaan kekayaan,

kekuasaan dan pretise. Kekayaan, kekuasaan dan prestise tersebut jumlahnya sangat terbatas

sehingga sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan terlibat dalam konflik

untuk memilikinya. Anggota masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan, kekayaan atau

prestise berusaha memperolehnya, sedangkan anggota masyarakat yang tidak memilikinya

berusaha untuk menpertahankannya dan bahkan memperluasnya. Pandangan seperti ini yang

dikenal sebagai penjelasan konflik antara lain bersumber pada pemikiran Marx (yang hanya

menitikberatkan pada dimensi ekonomi) dan Weber (yang membedakan antara dimensi

Page 23: Stratifikasi Sosial

kekuasaan, ekonomi, dan prestise. Lihat, antara lain, Cellins dalam Karabel dan Halsey,

ed.,1977).

DAMPAK STRATIFIKASI

Adanya perbedaan prestise dalam masyarakat tercermin pada perbedaan gaya hidup

sebagaimana nampak dari pernyaan Max Weber berikut ini:

… status honor is normally expressed by the fact that above all else a specific

style of life can be expected from all those who wish to belong to the circle.

Linked with thios expectation are restrictions on ‘social’ intercourse (Weber,

1920:187).

Sejumlah ahli sosiologi berusaha meneliti bagaimana perbedaan kelas sosial terwujud

dalam perbedaan dalam perilaku (lihat, antara lain, Bendix dan Lipset, 1965; vanden

Zanden, 1979). Salah satu perbedaan perilaku kelas dijumpai dalam busana yang

dipakai warga masyarakat kita di perkotaan. Dalam berbusana, baik laki-laki maupun

perempuan dari kelas sosial yang berbeda mempunyai kerangka acuan yang berbeda

pula. Kaum perempuan kita dari kalangan kelas atas yang berbusana Barat, misalnya,

akan banyak yang cenderung berbusana dengan mengacu pada karya perancang mode

terkenal dari Paris, New York, London, Tokyo, atau Roma. Kaum perempuan kelas

menengah kebawah akan lebih cenderung memakai busana ciptaan perancang mode

terkenal dalan negeri. Sedangkan pilihan busana mereka yang berada dikelas bawah

akan cenderung berorientasi pada desain yang ditentukan para grosir pakaian jadi

dipusat penjualan pakaian seperti misalnya Pasar Tanah Abang atau Pasar Cipulir di

Jakarta.

Page 24: Stratifikasi Sosial

perbedaan gaya hidup ini tidak hanya dijumpai pada herarki prestise ,tetapi juga pada

herarki kekuasaan dan privilese . kita lihat bahwa setiap kelas social pun menampilkan gaya

hidup yang khas . ogburn dan nimkoff (1958) menyajikan suatu sketsa dari majalah life yang

menggambarkan bahwa lapisan bawah ( high-brow) , menengah bawah ( lower middle-

brow ) , menengah atas ( upper middle-brow ) dan atas ( high-broiw ) masing2 mempunyai

selera khas dalam hal pakaian , perlengkapan rumah tangga,

hiburan ,makanan ,minuman,bacaan , senirupa , rekaman music, permainan dan kegiatan .

keadaan serupa dapat kita amati pula dalam masyarakat kita . di kaca mobil sedan

pribadi mewah milik banyak warga dari kelas menengah atas kita menjumpai gambar temple

dengan tulisan seperti I Love New York atau Tokyo Disneyland , di kaca mobil sederhana

milik warga dari kelas menengah bawah gambar tempelnya akan lebih cendrung berbunyi ,

misalnya Taman Safari atau Dunia Fantasi . banyak warga kelas menengah atas memaksi

baju kaos dengan tulisan nama tempat tujuan wisata di luar negeri seperti Monte Carlo-

Monaco ,Amsterdam, Sydney,Bangkok atau Singapore. Warga kelas menengah 2

kemungkinan besar lebih banyak memakai baju kaos dengan tulisan nama daerah tujuan

wisata dalam negeri seperti Kuta Beach, Taroja Montain Eden, Lombok Senggigi Beach ,

Kelimutu ende flores atau welcome to batam island .kalau warga kelas menengah atas

mampu memakai barang luks seperti tas merek Gucci atau jam tangsn merek rolex , mk

warga kelas bawah lebih cenderung memakai tas produk sentra industry kecil seperti

Cibaduyut, jam tangan merek tidak terkenal atau mungkin jam tangan dengan mrek

“ASPAL” (adsli tapi palsu ). Keluarga kelas menengah atas di daerah pemukiman elit

Jakarta dapat menikahkan putra-putri mereka di hotel berbintang lima atau bli yang mewah

dengan mengundang ribuan undanagn, suatu kegiatan yang sebelum krisis moneter 1997-

1998 pun sudah menelan biaya paling sedikit beberapa ratus juta rupiah, keluarga kelas

bawah di daerah pinggiran Jakarta lebih cenderung menikahkan putra-putrinya secara sangat

Page 25: Stratifikasi Sosial

sederhana di rumah dengan menghadirkan undangan dalam jumlah terbatas dan menyajikan

hidangan sekadarnya , kadang2 dengan disertai hiburan kelompok music dangdut atau film

“layar tancep” yang dapat ikut dinikmati khalayak di sekitar tempat pesta ,kadang2 dengan

iringan music daerah melalui rekaman kaset .

dalam kaitan dengan perbedaan antarkelas ini para ahli sosiologi sering berbicara

mengenai symbol status , yaitu symbol yang menandakan status seseorang dalam

masyarakat . berger misalnya , menjelaska konsep simbolisme status sebagai berikut : “by the

use of various symbols “... one keeps on showing the world where one has arrived “ (berger ,

1980:95). Dari pandangan berger bahwa orang senantiasa memperlihatkan kepada orang lain

apa yang telah diraihnya dengan memakai berbagai symbol kita dapat menyimpulkan bahwa

symbol status berfungsi untuk member tahu status yang di duduki seseorang . dalam

kehidupan sehari-hari kita senantiasa menjumpai symbol status demikian . salah satu di

antaranya , misalnya, ialah cara menyapa.

Pernahkah anda memperhatikan bagaimana seorang majikan menyapa seorang

pembantu rumah tangga ? biasanya seorang majikan menyapa pembantu rumah tangga

dengan menyebut namanya saja . pembantu rumah tangga , di pihak lain ,harus menyapa

majikan dengan sapaan “bapak”atau “ ibu “ . dari cara menyapa ini kita dapat mwngetahui

siapa yang berstatus lebih tinggi dan siapa yang berstatus lebih rendah .

Di samping cara menyapa , bahasa da gaya bicara pun merupakan symbol yang

menceerminkan status . di masa lalu kaum elite kita yang pernah mengikuti pendididkan di

sekolah belanda sering bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa belanda atau suatu

bahasa yang merupakan percampuran antara bahasa daerah dan bahasa belanda . kini, setelah

bahasa belanda tergeser oleh bahasa inggris , banyak di jumpai orang dari kalangan elite

menggunakan bahasa Indonesia di campur dengan kata bahasa inggris . mereka yang

Page 26: Stratifikasi Sosial

mempunyai peluang untuk belajar atau tinggal di lebih satu Negara asing bahkan mencampur

bahasa mereka dengan kata dari beberapa bahasa asing lain seperti bahasa perancis atau

jerman . dalam kebudayaan jawa di kenal perbedaan bahasa bagi orang yang statusnya

berbeda ; orang yang status nya lebih tinggi (seperti misalnya

ayah,nenek,ibu,paman ,bangsawan,atasan ) menggunakan bahasa “ngoko “ dalam

percakapannya dengan orang yang berstatus lebih rendah (anak,cucu,menantu,bawahan)

sedangkan orang yang statusnya lebih rendah, menggunakan bahasa “krama” atau “krama

inggil” dalam percakapannya dengan orang yang statusnya lebih tinggi.

Perbedaan status tidak hanya tercermin dari cara menyapa , cara berbahasa, dan cara

bergaya. Dalam interaksi antara orang yang statusnya berbeda , perbedaan status ini dapat

dilihat pula dari pola komunikasi nonverbal yang terjadi, seperti kebiasasn melipat kedua

tangan di depan badan,menundukkan badan atau menundukkan kepala seseoramg di kala

berinteraksi denggan orang berstatus lebih tinggi, atau dibenarkannyaorang berstatus lebih

tinggi menatap mata dan menunjukkan jarinya kepada orang berstatus lebih rendah .

Penyebutan gelar ,pangkat atau jabatan pun memeberikan petunjuk mengenai

seseorang dalam masyarakat, baik yang diperoleh sengan sendirinya maupun yang diraih

melalui usaha. Cara penulisan nama seseorang , misalnya pada kartu nama,sering

memberikan kepada kita petunjuk mengenai berbagai status yang di punyai orang

bersangkutan.di depan nama seseorang, misalnya, kita dapat menjumpai singkatan yang

mrnunjukkan status seperti Brigjen.Andi , atau Sutan (gelar kebangsawanan), Prof,(jabatan

fungsional tertinggi bagi dosen ).

Di samping nama dan gelar kartu nama juga memuat tempat kerja dan jabatan yang

kini dipangku oleh pemegangnya ( seoerti misalnya rector suatu universitas negeri atau

general manager suatu perusahaan swasta) serta alamat rumah . dikalangan orang jepang

Page 27: Stratifikasi Sosial

kebiasaan tukar-menukar kartu nama manakaia dua orang bertemu untuk pertama kali

merupakan suatu adat yang dianggap sangat penting karena berfungsi memberitahu status

masing2 pihak sehingga keduanya dapat berinteraksi sesuai dengan status yang dimiliki.

Petunjuk lain mengenai status ialah busana yang dikenakan . di bidang pekerjaan ,

pakaian seragam beserta segala perlengkapannya memang sengaja didesain untuk

menunjukkan perbedaan status . dari pkaian seragan yang dugunakan seseorang kita tidak

hanya dapat mengetahui keanggotaan kelompoknya( kejaksaan,departemen

perhubungan ,POLRI,TNI-AL,PN GARUDA ) .tetapi sering juga kedudukannya dalam

kelompok (pegawai tinggi,bintara,pilot).tetapi pakaian tidak resmi pun dapat memberikan

petunjuk mengenai status pemakainya;busana gaya mutakhir berkualitas tertentu dengan

merek terkenal seperti Nina Ricci, Giordano,Benetton,Hammer,Levi’s dan Arrow berharga

cukup mahal sehingga menunjukkan bahwa pemakainya merupakan anggota kelas menengah

ke atas.

Selain dari busana yang dikenakan , status pun tercermin dari perlengkapan dan

perhiasan pribadi lain seperti jam tangan,tas,kaca mata,dasi,sepatu dan sebagainya.

Status seseorang tercermin pula dari tipe dan letak tempat tinggalnya. Di tiap kota

besar dijumpai daerah pemukiman yang penghuninya cenderung berasal dari kalangan

elite ,baik yang berupa daerah elite yang telah lama ada (misalnya sejak zaman penjajahan)

maupun yang pemukiman elite pun kita sering masih dapat mengamati perbedaan yang

mencerminkan perbedaan status ,misalnya ukuran rumah dan tanah ,desain rumah,bahan baku

yang digunakan , perlengkapan rumah dan sebagainya .

Kegiatan rekreasi pun merupakan symbol status yang penting. Di masa kiburan ,

misalnya , dalam masyarakat kita ada keluarga yang bepergian kee luar negeri , ada yan g

bepergian ke luar pulau , ada yang bepergian ke luar kota , dan ada yang hanya pergi ke

Page 28: Stratifikasi Sosial

tempat hiburan dalam kota seperti kebun binatang atau taman hiburan rakyat. Kalau di masa

lampau darmawisata atau karyawisata yang dilakukan para siswa dan mahasiswa kita terbatas

pada daerah tujuan wisata di kota , daerah atau pulau lain ,maka kini sudah ada siswa dan

mahasiswa yang secara berombongan pergi ke daerah tujuan wisata di luar negeri. Di bidang

olahraga kita pun melihat bahwa ada keluarga yang berolahraga di padang golf , ada yang di

sarana olahraga yang tersedia di pusat kebugaran , ada yang di gelanggang olahraga yang

disediakan pemerintah setempat atau di lapangan tengah kota , dan ada yang di tanah kosong

di sela-sela daerah pemukiman kumuh. Kegiatan menonton film pun berbeda : ada keluarga

yang menonton film mutakhir di bioskop sinepleks ,ada yang menonton film lama di bioskop

biasa , ada yang menonton film lebih lama lagi di bioskop terbuka yang dijuluki “misbar”

(gerimis musbar) dan ada yang dipertunjukan film”layar tancep” di halaman rumah

penduduk. Di bidang tari-menari kita dapat menjumpai muda-mudi yang berjoget dengan

irama dangdut di lapangan terbuka. Siaran radio yang dipancarkan dengan pemancar

gelombang FM stereo yang cenderung menyiakan lagu barat terbaru lebih banyak didengar

oleh khalayak dari kalangan menengah keatas. Sedangkan siaran yang dipancarkan dengan

pemancar gelombang AM dan cenderung menyiarkan music pop Indonesia atau music daerah

lebih banyak didengar oleh khalayak dari kalangan menengah kebawah .keterlibatan dalam

jenis rekreasi memberikan petunjuk kuat mengenai status seseorang .

Dari berbagai contoh tersebut di atas kita melihat bahwa kegiatan tersebut , selain

mempunyai saatu fungsi, yaitu makan dan berpakaian untuk memenuhi keperluan pokok,

bermukim untuk melindungi diri terhadap alam , berbahasa untuk keperluan komunikasi ,

berkendaraan untuk mencapai tempat tujuan dengan cepat, berkreasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan fisik dan mental pun mempunyai fungsi lain, yaitu untuk

menunjukkan kedudukan seseorang dalam masyarakat.

Page 29: Stratifikasi Sosial

In all societies , the clothes which all people wear have at least three ( mixed latent and

manifest) functions : utilitarian, esthetic, and symbolic of their social role.

Dalam sosiologi masyarakat amerika symbol status merupakan satu konsep yang telah

lama dikenal dan digunakan. Dalam masyarakat tersebut perbaikan status dan pencapaian

sukses melalui usaha dan prestasi merupakan kegiatan yang tidak hanya dibenarkan tetapi

bahkan dianjurkan. Dorongan untuk maju ini mengakibatkan suatu lomba meraih status yang

dikenal dengan nama rat race . untuk menunjukkan status yang telah dicapai itulah symbol

status menduduki tempat penting.

Dalam masyarakat kita masa kini yang sedang berada dalam proses industrialisasi

berkembang suatu kelas menengah yang dalam banyak hal, setidak-tidajnya dalam hal gaya

hidup , cenderung mengikuti model yang telah berpuluh-puluh tahun berkembang di Negara

industry maju, terutama amerika serikat. Sebagaimana telah dapat kita baca dalam media

massa, kini kita telah mempunyai ratusan konglomerat yang ditunjang oleh sejumlah

eksekutif yang harta pribadinya ada yang melebihi Rp 1 miliar. Dikalangan para

professional , manajer dan eksekutif yang merupakan kelas menengah baru kita berkembang

nilai yang mengarah ke ambisi meraih status lebih tinggi serta sikap dan perilaku dan symbol

status ysng menyertainya. Meskipun ada yang mempertanyakan apakah para eksekutif muda

kita (kadang2 di juluki yuppies) mempunyai dorongan berprestasi sama dengan rekan mereka

di amerika serikat,namun dalam hal gaya hidup seperti cara bermukim , cara berekreasi , cara

berpakaian ,cara berkendaraan dan sebagainya memang di jumpai banyak persamaan .

penggunaan kartu kredit bergengsi yang memungkinkan pengeluaran besar dengan leluasa,

penggunaan telepon genggam ,belanja di pusat perbelanjaan elit di kota besar di luar negeri

seperti Singapore ,hongkong atau Tokyo , memakai busana, perhiasan dan prfum produk luar

negeri (dalam negeri yang bergengsi ), berekreasi di diskotek,karaoke atau klub malam ,

makan di restoran mahal yang mengkhususkan diri pada hidangan khas, berkendaraan sedan

Page 30: Stratifikasi Sosial

mewah, bermukim di kawasan permukiman atau apartemen yang di lengkapi berbagai

fasilitas perniagaan, olahraga dan hiburan merupakan bagian dari gaya hidup yang telah dapat

dinikmati sejumlah eksekutif ,manajer,dan professional kita bersama keluarga mereka

(mengenai gaya hidup kelas menengah kita dan beberapa Negara tetangga lihat , antara lain ,

buku yang diedit Richard Robison dan David S.G. Goodman berjudul : the new rich in Asia :

mobile pnones , McDonalds and middle-class revolution ). Selain gaya hidup yang mengarah

ke konsumerisme dan matrealisme ini mulai dijumpai pula nilai lain , seperti misalnya

pemupukan semangat kerja tinggi(sifat kecanduan bekerja yang dikenal dengan nama

workaholic ) dan , khusus nya di kalangan sejumlah perempuan carier , penundaan hidup

berkeluarga demi karier.

Suatu pengembangan yang menarik ialah bahwa dalam masyarakat amerika, dalam

mana konsep symbol status dan rat race berasal, ki I justru muncul berbagai gejala yang

memberikan kesan bahwa di sana telah mulai muncul arus baru dalam system nilai

masyarakat . di kalangan tertentu symbol status yang selama berpuluh-puluh tahun seakan-

akan diagung-agungkan dan dengan teknologi sering menjadi semakin canggih mulai di

tinggalkan dan gaya hidup yang lebih sederhana mulai dicanangkan dan ditumbuhkan.

Meskipun kini mungkin terlalu dini untuk berbicara mengenai suatu arus balik yang memang

bermakna dan untuk mengatakan bahwa yang Nampak adalah suatu kecenderungan yang

mapan dan bukan suatu gejala yang akan segera berlalu lagi , namun gejala itu sendiri cukup

menarik karena selain menarik perhatian pers telah pula memancing komentar sejumlah ahli

sosiologi dan peneliti. Dalam hal sikap mulai dijumpai eksekutif yang tidak lagi menganggap

status,karier dan penghasilan tinggi sebagai tujuan utama dan mulai mementingkan nilai lain

seperti kebahagiaan keluarga dan hidup bertetangga secara gotong-royong.

Mungkin menarik pula untuk dikemukakan bahwa kini di jepang muncul keperluan

untuk membendung pertumbuhan ekonomi yang dinilai terlalu tinggi. Untuk mencapai tujuan

Page 31: Stratifikasi Sosial

tersebut masyarakat diimbau untuk mengurangi kecenderungan untuk bekerja keras dan

menabung penghasilannya. Agar rekreasi dan konsumsi dapat ditingkatkan antara lain mulai

dirintis pengurangan hari kerja dan jam kerja per hari .

Makna stratifikasi bagi peluang hidup dan perilaku

Kedudukan dalam suatu kelas social tertentu mempunyai arti penting bagi seseorang .

kita telah melihat bahwa Max Weber mengaitkan kedudukan dalam suatu kelas dengan life

chances , yaitu peluang untuk hidup. Kekayaan dan pemilikan yang dimiliki seseorang dan

keluarganya memang mempunyai pengaruh besar terhadap peluang hidupnya ; terhadap

nasibnya . seorang warga masyarakat kita yang berpenghasilan tinggi secara financial mampu

menjalani pemeriksaan dan perawatan medis di luar negeri . misalya di taiwaan , Tokyo atau

singapura dan menarik manfaat dari perkembangan terakhir di dunia medis sehingga dapat

memperpanjang harapan hidupnya ; seseorang yang termasuk golongan berpenghaslan

rendah banyak yang mendadak menunggal dunia tanpa diketahui sebab sebenarnya karena

tidak mengenal manfaat upaya medic modern dan andaikan tahu pun tidak akan mampu

membiayai pemeriksaan Dan perawatan medic yang paling sederhana .

Dalam bukunya class, statusband power bendix dan lipset (1965) menyajikan

sejumlah tulisan berbagai ilmuwan social yang memprlihatkan adanya perbedaan dalam

perilaku kelas. Antara lain disebutkan bahwa perbedaan kelas social berkaitan denagn

perbedaan fertilitas (notenstein),harapan hidup pada bayi pada waktu lahir ( mayer dan

hauser),kestabilan keluarga (Hollingshead), kesehatan mental (green), perilaku

seks(Kinsey,pomeroy dan martin),kehidupan beragama (pope), mode (baber dan lobel ), dan

sikap politik ( saenger).

Page 32: Stratifikasi Sosial

Di bidang kependudukan notenstein menyajikan berbagai data yang memperlihatkan

bahwa di sejumlah kota di amerika serikat terdapat hubungsn negative antara pendidikan dan

jumlah anak. Datanya menunjukkan bahwa pasangan berpendidikan lebih tinggi cenderung

mempunyai lebih sedikit anak daripada pasangan yang pendidikannya lebih rendah.

Kedudukan dalam stratifikasi social membawa dampak pada harapan hidup. Dari data

kependudukan kota Chicago dalam periode 1920-1940 mayer dan hauser antara lain

menyimpulkan bahwa harapan hidup bayi pada waktu lahir di kalangan kelas ekonomi teratas

cenderung lebih tinggi daripada di kalangan kelas ekonomi terbawah.

Dalam kestabilan keluargapun diamati hubungan dengan kelas. Hollingshead,

misalnya, melihat bahwa keluarga kelas atas lebih stabil daripada keluarga kelas bawah.

Menurutnya keluarga kalangan atas yang telah mapan, yaitu mampu bertahan selama dua

generasi atau lebih, cenderung lebih stabil daripada keeluarga kelas atas baru, yaitu keluarga

yang baru memasuki kelas atas dalam satu generasi. Keluarga kelas atas baru menurutnya

lebih sering di landa perceraian, broken home, dan kecanduan minuman keras.

Selanjutnya Hollingshead mengemukakan bahwa keluarga dari kalangan menengah

atas relative lebih stabil daripada dari pada keluarga dari kalangan atas baru dan dari

kalangan kelas buruh. Perceraian jarang terjadi, dan suami atau istri jarang meninggalkan

pasangannya . ketuhan keluarga kalangan kelas menengah bawah , di pihak lain terancam

oleh konflik antara orang tua dan anak dan antara sesame saudara kandung.

Kelurga yang menurut Hollingshead menderita banyak gangguan terhadap

keutuhannya ialah keluarga dari kalangan kelas buruh; dibandingkan dengan keluarga kelas

menengah, keluarga kelas buruh lebih sering dilanda perpecahan, perpisahan suami istri, dan

kematian salah seorang pasangan. Namun keluarga yang menurut Hollingshead paling

dilanda ketidakstabilan ialah keluarga kalangan kelas bawah. Dibandingkan dengan kelas lain

Page 33: Stratifikasi Sosial

, dalam keluarga kelas bawah dijumpai paling banyak kasus perceraian ,perpisahan, dan

hidup bersama diluar nikah.

Hubungan antara kelas social dan perilaku seks di ulas oleh Kinsey, pomeroy dan

martin. Data yang mereka kumpulkan diA.S memperlihatkan bahwa dalam kelompok usia

15-25 tahun masturbasi dan kontak fisik intim tanpa melakukan hubungn seks (prtting) lebih

banyak dijumapai dikalangan orang berpendidikan tinggi daripada dibkalangan orang

berpendidikan dasar atau menengah . sebaliknya, perilaku homoseks dan hubungan seks

dengan pekerja seks lebih banyak dijumpai dikalangan orang berpendidikan dasar dan

menengah daripada di kalangan mereka yang berpendidikan tinggi.

Pope memusatkan perhatian pada keterkaitan antara social dan agama dan menyajikan

data survai yang menunjukkan bahwa di amerika pada tahun 1945-46 penganut aliran

baptis,agama katolik,aliran Lutheran ,aliran Methodist,agama yahudi dan aliran Episcopalian

cenderung berasal dari kelas bawah, sedanfkan aliran Presbyterian dan congregational

cenderung berasal dari kelas menengah . ia memperlihatkan pula bahwa orang beraliran

baptis, beragama katolik dan beraliran Lutheran cenderung tidak menyelesaikan pendidikan

menengah atau bahkan berendidikan lebih rendah, sedangkan orang dari aliran

congregational, aliran Episcopalian,agama yahudi, aliran Presbyterian dan aliran Methodist

cenderung menyelesaikan pendidikan menengah mereka atau berpendidikan tinggi.

Saenger mempelajari hubungan antara kelas dan perilaku politik dan antara lain

menemukan bahwa dalam pemilihan umum di New York pada tahun 1944 orang

berpenghasilan rendah cenderung memberikan suara bagi partai Demokrat, sedangkan orang

berpenghasilan menengah dan tinggi cenderung memilih partai republic. Saenger pun

memperlihatkan bahwa para pemilih yang berpendidikan menengah atas lebih cenderung

menyatakan bahwa hasil pemilihan umum akan membawa perubahan daripada pemilih yang

Page 34: Stratifikasi Sosial

berpendidikan menengah pertama ke bawah, dan bahwa para pemilihyang berpendidikan

menengah ke atasblebih cenderung menyatakan bahwa hasil pemilihan umum membawa

dampak terhadap diri pribadi mereka dari pada pemilih yang berpendidikan menengah

pertama ke bawah.

Sejauh manakah temuan mengenai perilaku kelas tersebut di atas berlaku pula dalam

masyarakat kita? Kurangnya studi terhadap perilaku kelas dalam masyarakat kita serta

adanya perbedaan besar antara masyarakat kita dengan masyarakat Amerika .tidak

memungkinkan kita untuk membuat generalisasi. Dalam beberapa hal kita mungkin akan

menjumpal persamaan; misalnya dalam hal harapan hidup bayi. Dalam bidang tertentu,

seperti misalnya pola asuh anak, kita pun dapat mengharapkan adanya perbedaan dalam

perilaku kelas yang akan cenderung mempengaruhi nasib (life chances). Kita dapat misalnya

mengamati perbedaan dalam pola asuh keluarga lapisan menengah dan lapisan bawah di

kawasan perkotaan kita. Anak-anak dari lapisan bawah banyak yang terpaksa putus sekolah

dan kemudian bekerja karena orang tua mereka tidak mampu lagi menyekolahkan mereka,

dan sewaktu masih dapat sekolah pun anak-anak tersebut banyak yang.harus mencari uang

untuk membantu ekonomi rumah tangga dengan jalan menjadi pedagãng asongan, tukang

semir sepatu, penjual surat kabar atau melakukan pekerjaan lain di sektor informal. Anak-

anak dari lapisan menengah dan atas, di pihak lain, banyak yang dapat dengan leluasa

melanjutkan pendidikan sampai jenjang tertinggi dan selama rnengikuti pendidikan formal

memperoleh berbagai kemudahan dan orang tua mereka, seperti jemputan atau kendaraan

pribadi dengan supir (atau kendaraan pribadi, bila mereka telah mampu mengemudi

kendaraan bermotor); berbagai fasilitas yang menunjang proses belajar, seperti ruang belajar

yang nyaman, buku, majalah dan berbagai perlengkapan elektronik; rumah sewa atau rumah

pribadi lengkap dengan pembantu rumah tangga di kawasan permukiman elite, bilamana

anak-anak tersebut bersekolah atau kuliah di kota (atau bahkan negara) lain.

Page 35: Stratifikasi Sosial

CARA MEMPELAJARI STRATIFIKASI SOSIAL

Bagaimana kita dapat mengenal stratifikasi sosial? Menurut Zanden dalam sosiologi

digunakan tiga pendekatan berlainan untuk mempelajari stratifikasi sosial (lihat

Zanden,1979:267-274).

Pendekatan pertama yaitu pendekatan objektif dinamakan demikian karena menggunakan

ukuran objektif berupa variabel yang mudah diukur secara statistik seperti pendidikan,

pekerjaan atau penghasilan. Menurut Zanden, dalam pendekatan ini kelas dilihat sebagai

suatu kategoni statistik yang, sebagaimana telah kita lihat dalam pembahasan kita mengenai

kelompok, tidak ditandai oleh adanya kesadaran jenis, hubungan sosial antara anggota

maupun organisasi. Dengan memakai pendekatan objektif ini seorang ilmuwan sosial dapat

mendapatkan kategori statistik sendiri. ia dapat, misalnya, membagi masyarakat dalam

lapisan masyarakat berpendidikan dasar, menengah, dan tinggi; dalam lapisan masyarakat

berpenghasilan hingga Rpl00.000 per bulan, di atas Rpl00.000 sampai Rp500.000, di atas

Rp500.000 sampai Rpl.000.000, dan di atas Rp1.000.000; dalam lapisan masyarakat yang

bekerja sebagai tenaga manajer dan eksekutif, tenaga profesional, tenaga administrasi, dan

tenaga kenja kasar.

Pendekatan subyektif merupakan pendekatan yang menurut Zanden melihat kelas

sebagai suatu kategori sosial, sehingga ditandai oleh kesadaran jenis. Stratifikasi menurut

pendekatan subyektif ini disusun dengan meminta pada responden survai untuk menilai status

sendiri dengan jalan menempatkan diri pada suatu skala kelas, misalnya kelas atas, kelas

menengah, kelas bawah. Data yang terkumpul memberikan gambaran subyektif mengenal

stratifikasi. Dalam studi Hodge dan Treimani tahun 1968, misalnya, 2.2% dari responden

Page 36: Stratifikasi Sosial

menyatakan diri mereka berada di kelas atas, 16.6% di kelàs menengah atas, 44% di kelas

menengah, 34.3% di kelas buruh, dan 2.3% di kelas bawah (lihat Zanden, 1979:270).

Dalam pendekatan ketiga, pendekatan reputational para subyek penelitian diminta

menilai status orang lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut pada suatu skala

tertentu. Menurut Zanden di sini kelas dipandang sebagai suatu kelompok sosial yang

ditandai oleh kesadaran kelompok dan interaksi antaranggota. Dengan cara ini antara lain

dapat disusun suatu skala prestise pekerjaan (occupational prestige scale) yang

memperlihatkan peringkat prestise suatu pekerjaan tertentu dalam suatu komunitas. Skala

yang disusun Treiman, misalnya, memperlihatkan bahwa peringkat tertinggi datam suatu

skala prestise pekerjaan di suatu kota ditempati oleh pekerjaan dokter dan guru besar

universitas, sedangkan peningkat pertama, kedua dan ketiga dan bawah masing-masing

ditempati oleh penjaga gedung, karyawan migran, dan orang yang menggantungkan hidupnya

pada tunjangan sosial pemerintah. Stratifikasi melalui pendekatan reputasi ini dapat disusun

pula dengan mengamati pola pergaulan sehari-hanl dalam komunitas; misalnya dengan

mengamati siapa yang bergaul dengan siapa, siapa berkencan dan menikah dengan siapa,

siapa menjauhi siapa dan sebagainya.

UPAYA MASYARAKAT UNTUK MENGURANGI KETIDAKSAMAAN

Sebagaimana telah kita lihat, masyarakat yang mempunyai sistem stratifikasi tertutup

menunjang ketidaksamaan sosial sehingga tidak menganjurkan mobititas sosial. Masyarakat

dengan sistem stratifikasi terbuka, di pihak lain, menganut asas persamaan sosial dan

Page 37: Stratifikasi Sosial

membenarkan serta menganjurkan mobititas sosial. Dalam masyarakat demikian setiap orang

mengharapkan perlakuan dan kesempatan yang sama tanpa memandang perbedaan yang

dibawa sejak lahir seperti perbedaan jenis kelamin, usia, ras, suku bangsa, dan agama.

Persamaan yang bagaimanakah yang dikehendaki masyarakat? Mengenai hal ini

terdapat pandangan berbeda (lihat Komblum, 1989; Ught, Keller dan Calhoun, 1989). Ada

masyarakat yang berpandangan bahwa apa yang dapat diperoleh seorang anggota masyarakat

tergantung pada kemampuannya. Masyarakat Amerika, misalnya, merupakan masyarakat

yang cenderung menekankan pada pentingnya asas ini; setiap anggota masyarakat dianggap

berhak atas kesempatan yang sama (equality of opportunity) untuk meraih sukses melalui

prestasi. ini berarti bahwa sukses yang diraih seseorang tergantung pada prestasinya; orang

yang berprestasi dapat meraih status tinggi serta segala imbalan yang menyertainya,

sedangkan orang yang tidak berprestasi akan tetap menduduki status rendah.

Masyarakat lain lebih menekankan asas yang menyatakan bahwa pemerataan berarti

pemerataan pendapatan. Meskipun asas ini sangat menonjol pada komunisme yang ber-

pandangan bahwa seseorang diharapkan menyumbangkan tenaganya pada masyarakat sesuai

dengan kemampuannya tetapi akan memperoleh imbalan sesuai dengan keperluannya, namun

asas bahwa pemberian imbalan dalam masyarakat perlu didasarkan pada pemenuhan

keperluan pokok anggota masyarakat pun dianut oleh banyak masyarakat yang tidak

menganut komunisme. Menurut Ught, Keller dan Calhoun (1989:314) para politikus

konservatif yakin bahwa pemenuhan keperluan dan penyaluran ambisi diatur melalui

mekanisme pasar, sedangkan para politikus liberal percaya bahwa anggota masyarakat yang

rentan perlu dibantu oleh pemerintah.

Untuk mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat pemerintah berbagai negara me

nerapkan berbagai program. Dalam masyarakat kita pun terdapat berbagai usaha untuk

membantu anggota masyarakat yang tidak mampu memenuhi keperluan pokok mereka. Kita

Page 38: Stratifikasi Sosial

mengenal, antara lain, berbagal program Pemerintah seperti program Inpres Desa Tertinggal

(IDT), program pembangunan perumahan rakyat murah bagi anggota masyarakat

berperighasilan rendah, program kredit mahasiswa, beasiswa, dan pembebasan SPP bagi

siswa atau mahasiswa yang tidak mampu, pemberian subsidi kepada sekolah swasta, program

oang tua asuh, penyediaan sarana kesehatan murah seperti PUSKESMAS, POSYANDU, dan

program obat generik, penyediaan kredit ringan bagi pengusaha ekonomi lemah, proyek

penyediaan air minum dan listrik bagi masyarakat desa, pemberlan subsidi untuk menekan

harga bahan bakar dan minyak, sistem pajak yang membebaskan anggota masyarakat

berpenghasilan rendah darl beban pajak dan membebani anggota masyarakat berpenghasilan

tlnggi dengan beban pajak yang semakin berat (pajak progresif) dan sebagainya.

Beberapa masyarakat bahkan berusaha mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat dengan

jalan membatasi perbedaan antanndlvkiu. Usaha membatasi perbedaan aitarindividu ml senng

dimulai sejak masa bayi, karena disadarl bahwa keluarga merupakan sumber utama

ketidaksamaan sosial. Dalam masyarakat komunis seperti Uni Soviet den RRT di masa

lampau, mtsalnya, anak-anak telah sejak sangat dm1 dipisahkan dan orang tua den diddik

bersama dalam komune tempat mereka disosialisasi untuk menganut asas persamaan. Hal

serupa dijumpal pula datam sistem kibbutz di Israel.

RINGKASAN

Pembedaan angeta masyarakat berdasarkan status yang dimiiHdnya dalam sosiolpi

dinamakanstratifikasi sosial. Berdasarkan status yang diperoleh dengan sendirinya, kita

menjumpal adanya berbagal macam stratifikasi. Anggota masyarakat dibeda-bedakan pula

berdasarkan status yang diraihnya, sehingga menghasilkan berbagal jenis stratifikasi lain.

Page 39: Stratifikasi Sosial

Dalam sosiologi kita mengenal pembedaan antara stratifikasi tertutup dan stratiflkasi terbuka.

Keterbukaan suatu sisteni stratifikasi diukur dari mudah-tidaknya dan sening-tidaknya

seseorang yang mempunyal status tertentu memperoleh status dalam strata yang lebih tlnggi.

Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratiflkas, sosial Mobilitas

vertikal mengacu pada mobilitas ke atas atau ke bawah dalam stratiflkasi sosial. Pun ada apa

yang dinamakan lateral mobility (lihat Giddens, 1989:229) yang mengacu pada perpmndahan

geografis antara lingkungan setempat, kota dan wilayah.

Di kalangan para ahli sosiologi kita menjumpai keanekaragaman dalam penentuan jumlah

lapisan sosial. Ada yang merasa cukup dengan kiasifikasi dalam dua lapisan, dan ada pula

yang membedakan antara tiga lapisan atau lebih.

Barber memperkenalkan beberapa konsep yang mempertajam konsep stratifikasi. Salah satu

di antaranya Ialah konsep rentang, yang mengacu pada perbedaan antara kelas teratas dengan

lepinc tethw Konsen terkait lainnya ialah konsep bentuk (shape), yang mengacu pada

proporsi

Bab 7: Stratlfikasi Sosial

Menurut Marx kehancuran feodalisme serta lahir dan berkembangnya kapitalisme dan

industni modem telah mengakibatkan terpecahnya masyarakat menjadi dua kelas yang saling

bermusuhan, yaltu kelas borjuis dan kelas proletar. Marx meramalkan bahwa pada suatu saat

buruh yang semakin bersatu dan melalul suatu perjuangan kelas akan berhasil merebut alat

produksi dan kaum borjuis dan kemudian mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas.

Pandangan Marx ml dikecam oleh banyak ilmuwan sosial. Kritik utama ditujukan pada

digunakannya hanya satu dimensi, yaitu dimensi ekononil, untuk menetapkan stratifikasi

sosial.

Kritik lain ialah bahwa dalam keniyataan masyarakat industri mengenal lebih dan dua kelas.

Page 40: Stratifikasi Sosial

Weber mengemukakan bahwa di samping stratifikasi menurut dimensi ekonomi kita akan

menjumpai pula stratifikasi menurut dimensi lain. Max Weber memperkenalkan pembedaan

antara konsep kelas, kelompok status, dan partai, yang merupakan dasar bagi pembedaannya

antara tiga jenis stratifikasi sosial.

Pengaruh Weber nampak dalam pandangari Berger, yang mengartikan stratiflkasi sebagai

perijenjangan masyarakat meñ)adi hubungan atasan-bawahan atas dasar kekuasaan, keyaan

dan kehormatan. Pengaruh Weber nampak pula dalam karya Jeffries dan Ransford; dengani

menggunakan ukuran kekuasaan, privilese, dan prestise mereka membedakan tiga macam

stratifikasi, yaitu herarki kekuasaan, herarki kelas, dan herarki status. Suatu hal yang

ditekankan Weber ialah kemurigkinan adanya hubungan antara kedudukan menurut beberapa

dimensi.

Pandangan Davis dan Moore, yang dikenal sebagai penjelasan fungsionalis, menekankan

pada fungsi status dalam masyarakat yang dinlai menunjang kesinambungan masyarakat.

Sejumlah ahil sosiologi lain melihat bahwa stratifikasi timbul karena dalam masyarakat

berkembang pembagian keria yang rnemungkinkan perbedaan kekayaan, kekuasaan dan

prestise. Kedudukan dalam suatu kelas sosiat tertentu mernpunyai arti penting bagi

seseorang. Perbedaan kelas sosial berkaitan dengan perbedaan fertilitas, harapan hidup bayi

pada waktu lahir, kestabilan keluarga, kesehatan mental, perilaku seks, kehidupari beragama,

mode, dan sikap politik.

Dalam sosiologi digunakan tiga pendekatan berlainan untuk mempelajari stratifikasi sosial

seperti pendekatan obyektif, pendekatan subyektif, dan pendekatdn reputational.

Ada masyarakat yang berpandangan bahwa apa yang dapat diperoleh seorang anggota

masyarakat tergantung pada kemampuannya. Masyarakat lain lebih menekankan asas yang

menyatakan bahwa pemerataan berarti pemerataan peridapatan.

Page 41: Stratifikasi Sosial

Untuk mengurangi ketidaksamaan dalam masyarakat pemerintah berbagai negara

menerapkan berbagai program Beberapa masyarakat bahkan berusaha mengurangi

ketidaksamaan dalam masyarakat dengan jalan membatasi perbedaan indvidu.

KONSEP PENTING

Bentuk (shape) stratiflkasi: proporsi orang yang terletak di kelas sosial yang berlainan

(Barber). Herarki kekuasaan (power hierarchies): herarki yang didasarkan pada kekuasaan

(Jeffries dan

106 Pen gantar Sosiologi

Herarki kelas (class hierarchies): herarki yang didasarkan pada penguasaafl atas barang dan

jasa (Jeffries dan Ransford).

Herarki status (status hierarchies): herarki yang didasarkan atas pembagian kehormatan dan

status sosial (ieffrles dan Ransford).

.Jati: suatu kelompok endogeri yang mernpraktikkan suatu pekerjaan tradisional dan

mempunyal otonomi tertentu dalam bidang budaya, ritual, dan hukum.

Kelas (class): posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi (Berger).

Kelas borfuis (bourgeoisie): kelas yang memiliki alat produksi (Marx).

Kelas proletar (proletariat): kelas yang tidak memiliki alat produksi (Marx).

Kelas soslal (social class): melibatkan perpaduan antara ikatan ekonomi (yang oleh Jeffries

dianggap sebagal segi terpenting dari kelas), pekerjaan, dan pendidikan (Jeffries).

Kelompok status (status groups): orang yang berada dalam situasi status (status situation)

yang sama.

Page 42: Stratifikasi Sosial

Mobilitas antargenerasi: perbedaan status yang dicapal seseorang dengan status orang tuanya.

Mobilitas intragenerasi: mengacu pada mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa

hidupnya.

Mobilitas lateral (lateral mobility): perpindahan geografis antara lingkungan setempat, kota

dan wilayah (Giddens).

Mobilitas sosial: gerak naik-turun individu atau kelompok dalam suatu herarki sosial

(Ransford). Mobilitas vertical: mobilitas ke atas atau ke bawah dalam stratifikasi sosial.

Pendekatan objektif: pendekatan yang menggunakan ukuran objeldif berupa vanabel yang

dapat diukur secara kuantitatif seperti pendidikan, pekerjaan atau penghasilan.

Pendekatan reputational: pendekatan yang di dalamnya para subyek penelitian diminta

menilai status orang lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut pada suatu skala

tertentu (Zanden).

Pendekatan subyektif: pendekatan yang melihat kelas sebagal suatu kategori sosial, sehingga

ditandal oleh kesadaran jenis (Zanden).

Persamaan kesempatan (equality of opportunity): persamaan kesempatan untuk meraih

sukses melalui prestasi.

Rentang (span) stratifikasi: perbedaan antara kelas teratas dengan kelas terbawah (Barber).

Slrnbolisme status (status symbolism): penggunaan berbagal simbol untuk secara terus-

menerut memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah diraihnya (Berger).

Sanskritisasl (sanskritization): proses melalui mana suatu kelompok kasta rendah sering dapat

pindah status ke kasta lebih tinggi dengan jalan meniru gaya hidup kasta yang Iebih tinggi

Sistem stratifikasi terbuka sama sekali: sistem stratifikasi yang di dalamnya setiap anggota

masyarakat menduduki status ber-beda dengan status orang tuanya (Yinger).

Page 43: Stratifikasi Sosial

Sistem stratifikasi tertutup sama sekali: sistem stratifikasi yang di dalamnya setiap anggota

masyarakat tetap berada pada status yang sama dengan orang tuanya (Yinger).

Situasi kelas (class situation): yaitu persamaan dalam hal peluang untuk menguasai

persediaan barang, pengalaman hidup pribadi, atau cara hidup (Weber).

Skala prestise pekerjaan (occupational prestige scale): skala yang memperlihatkan peringkat

prestise suatu pekerjaan tertentu dalam suatu komunitas.

Stratifikasi ekonomi (economic stratification): stratifikasi yang membedakan warga

masyarakat berdasarkan penguasaan dan pemilikan mated oleh seseorang.

Stratifikasi etnik (ethnic stratification): stratifikasi yang membedakan warga masyarakat

berdasarkan keanggotaan seseorang dalam kelompok etnik.

Stratifikasi jenis kelamin (sex stratification): stratifikasi.yang membedakan warga masyarakat

berdasarkan jenis kelamin seseorang.

Stratifikasi keagamaan (religious stratification): stratifikasi yang membedakan warga

masyarakat berdasarkan agama yang dianut kelamin seseorang.

Stratifikasi okupasi (Occupational stratification): stratifikasi yang membedakan warga

masyarakat berdasarkan okupasi seseorang.

Page 44: Stratifikasi Sosial

Stratifikasi pendidikan (educational stratification): stratifikasi yang membedakani warga

masyarakat berdasarkan jenjang pendidikan tertinggi yang diraih seseorang.

Stratifikasi ras (racial stratification): stratifikasi yang membedakan warga masyarakat

berdasarkan keanggotaan seseorang dalam kelompok ras.

Stratifikasi sosial (social stratification): pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status

yang dimilikinya.

Stratifikasi usia (age stratification): stratifikasi yang mmbedakan warga masyarakat

berdasarkan usia seseorang.

Stratifikasl sostal (social stratification): penjenjangan masyarakat menjadi hubungan

atasanbawahan atas dasar kekuasaar,, kekayaan dan kehormatan (Berger).

***SELESAI***


Recommended