STUDI FAKTOR FLEKSIBILITAS DAN INTENSIFIKASI TEGANGAN
S-SHAPED PIPE BEND DENGAN PEMBEBANAN TERMAL
(Skripsi)
Oleh
RIZKI RIAN TONI TAMBUNAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ABSTRACT
STUDI OF FLEXIBILITY AND STRESS INTENSIFICATION FACTORS
OF S-SHAPED PIPE BEND UNDER THERMAL LOAD
BY
RIZKI RIAN TONI TAMBUNAN
This study of flexibility and stress intensification factors of S-Shaped pipe bend and
elbow under thermal loading aims to determine the effect of pipe thickness and
radius ratio of S-Shaped pipe bend on the flexibility and the stress intensification
factors. The research uses NPS 10 pipes with a schedule number (Sch) 5s, 10s, 20,
30, and 40 (Std). The radius ratio of pipe curvature (R/r) is varied with values 3, 4,
and 5. Thermal loads of 4000F are given to pipes with fully-fixed boundary
conditions at both end of tangen pipe. The biggest flexibility factor is found for pipe
of Sch. 5s with (R/r = 3) of 3,73. The smallest flexibility factor was obtained for
pipe with Sch. 40 (Std) with (R/r = 5) of 2,04. For stress intensification factors, the
largest value is generated in the pipe with Sch 5s with (R/r = 3) equal to 3,22. The
smallest stress intensification factor is obtained to pipe with Sch. 20 with (R/r = 5)
of 2,04. In conclucion, flexibility factor are inversely proportional to thickness and
radius ratio of pipe curvature. It also confirm that stress intensification factors do
not significantly influenced by thickness variation for thermal load.
Keywords: S-Shaped Pipe Bend, Flexibility Factor, Stress Intensification Factor,
Thermal Load
ABSTRAK
STUDI FAKTOR FLEKSIBILITAS DAN INTENSIFIKASI TEGANGAN
S-SHAPED PIPE BEND DENGAN PEMBEBANAN TERMAL
OLEH
RIZKI RIAN TONI TAMBUNAN
Penelitian studi faktor fleksibilitas dan intensifikasi tegangan S-Shaped pipe bend
dengan pembebanan termal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan
pipa dan rasio jari-jari kelengkungan pipa S-Shaped yang diberikan beban termal
terhadap faktor fleksibilitas dan faktor intensifikasi tegangannya. Penelitian ini
menggunakan pipa NPS 10 dengan schedule number (Sch) 5s, 10s, 20, 30, dan 40
(Std). Rasio jari-jari kelengkungan pipa (R/r) divariasikan dengan nilai 3, 4, dan 5.
Beban termal sebesar 4000F diberikan pada pipa dengan kondisi batas berupa fully-
fixed pada ujung kedua pipa tangen. Faktor fleksibilitas terbesar didapatkan pada
pipa dengan Sch. 5s dengan (R/r = 3) sebesar 3,73. Untuk faktor fleksibilitas terkecil
didapatkan pada pipa dengan Sch. 40 (Std) dengan (R/r = 5) sebesar 2,04. Untuk
faktor intensifikasi tegangan dihasilkan nilai terbesar pada pipa dengan Sch. 5s
dengan (R/r = 3) sebesar 3,22. Untuk faktor intensifikasi tegangan yang terkecil
diperoleh pada pipa dengan Sch. 20 dengan (R/r = 5) sebesar 2,04. Dapat
disimpulkan bahwa, faktor fleksibilitas berbanding terbalik dengan ketebalan dan
rasio jari-jari kelengkungan pipa. Pada faktor intensifikasi tegangan, ketebalan pipa
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stress yang terjadi akibat ekspansi
termal.
Kata kunci : Pipa S-Shaped, Faktor Fleksibilitas, Faktor Intensifikasi Tegangan,
Beban Termal
STUDI FAKTOR FLEKSIBILITAS DAN INTENSIFIKASI TEGANGAN
S-SHAPED PIPE BEND DENGAN PEMBEBANAN TERMAL
Oleh
RIZKI RIAN TONI TAMBUNAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
Judul Skripsi : STUDI FAKTOR FLEKSIBILITAS DAN
INTENSIFIKASI TEGANGAN S-SHAPED PIPE
BEND DENGAN PEMBEBANAN TERMAL
Nama Mahasiswa : Rizki Rian Toni Tambunan
Nomor Pokok Mahasiswa : 1315021058
Jurusan : Teknik Mesin
Fakultas : Teknik
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Asnawi Lubis, S.T., M.Sc. Ph.D. Novri Tanti, S.T., M.T. NIP 19700412 199703 1 006 NIP 19701104 1997033 1 001
2. Ketua Jurusan Teknik Mesin
Ahmad Su’udi, S.T., M.T.
NIP 19740816 200012 1 001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Asnawi Lubis, S.T., M.Sc., Ph.D. ...........................
Sekretaris : Novri Tanti, S.T., M.T. ...........................
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Jamiatul Akmal, S.T., M.T. ...........................
2. Dekan Fakultas Teknik
Prof. Suharno, M.S., M.Sc., Ph.D.
NIP 19620717 198703 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 11 Desember 2018
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rizki Rian Toni Tambunan
NPM : 1315021058
Jurusan : Teknik Mesin
Fakultas : Teknik
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini dibuat sendiri oleh penulis dan bukan
merupakan hasil plagiat sebagaimana diatur dalam Pasal 36 Peraturan Akademik
Universitas Lampung dengan Surat Keputusan Rektor Nomor: 06 Tahun 2016.
Bandarlampung, Desember 2018
Yang Menyatakan,
Rizki Rian Toni Tambunan
NPM 1315021058
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 18 Oktober
1995. Anak dari pasangan Agus Toni Tambunan dan Eva Rian
Tina. Anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan
pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Pertiwi Teladan Metro
pada tahun 2001, menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Teladan
Metro pada tahun 2007, menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 06
Metro pada tahun 2010, kemudian penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMAN 02 Metro pada tahun 2013, dan kemudian penulis
terdaftar sebagai Mahasiswa Teknik Mesin Unibersitas Lampung pada tahun 2013
melalui jalur SBMPTN.
Selama penulis menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi di
kampus. Adapun pengalaman organisasi, penulis pernah menjabat sebagai
Sekretaris Bidang Pendidikan dan Pelatihan Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin
Universitas Lampung (Sekbid Himatem) periode 2014/2015, setelah itu menjabat
sebagai Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Forum Silaturahmi dan
Studi Islam Fakultas Teknik (Fossi-FT) periode 2015/2016, kemudian pernah
menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Unit Kegiatan Mahasiswa Universitas Bina
Rohani Islam Mahasiswa Universitas Lampung (Birohmah) pada tahun 2017,
setelah itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kepemudaan Badan Eksekutif
viii
Mahasiswa Universitas Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Lampung (BEM U
KBM Unila) pada tahun 2017, dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Pusat
Komunikasi Daerah Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus Lampung
(Puskomda FSLDK Lampung) periode 2017/2019, dan penulis terlibat di kegiatan
sosial dengan bergabung dalam Komunitas Ruang Sosial sebagai anggota bidang
Human Resources Departement (HRD) mulai tahun 2017.
Dalam bidang akademik, penulis juga pernah menjadi asisten dosen dalam mata
kuliah praktikum Fenomena Dasar Mesin tahun 2018. Pada tahun 2016, penulis
melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Perusahaan Daya Radar Utama (DRU) Unit III
Lampung yang bergerak di bidang pembuatan dan perawatan kapal laut. Pada tahun
2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Tanjung
Krajan Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, dan bertindak
sebagai Koordinator Desa (Kordes). Selanjutnya pada tahun 2018 penulis
melakukan penelitian dan menulis skripsi pada bidang konstruksi/perancangan
dengan judul “Studi Faktor Fleksibilitas dan Intensifikasi Tegangan S-Shaped Pipe
Bend dengan Pembebanan Termal” di bawah bimbingan Dr. Asnawi Lubis dan Ibu
Novri Tanti, S.T., M.T.
Bandarlampung, 14 Desember 2018
Rizki Rian Toni Tambunan
MOTTO
“Pemuda itu bukanlah yang berkata ‘ini ayahku!’, melainkan pemuda ialah yang
berkata ‘inilah aku!”
“Pelaut yang ulung tidak dilahirkan di laut yang tenang. Begitupun dengan
Engineer yang hebat tidak dilahirkan dalam kenyamanan berfikir dan
kesederhanaan masalah.”
“Bagaimana kita akan tahu kapan kita akan benar jikalau kita tidak tahu dimana
letak kesalahan kita, dan bagaimana kita akan tahu dimana letak kesalahan kita
jikalau kita tidak pernah mencoba melakukan sesuatu.”
“Lebih baik mencoba lalu gagal, daripada gagal untuk mencoba.”
“Tidak penting seberapa banyak kita telah terjatuh, karena yang paling penting
adalah seberapa banyak kita mampu bangkit setelah terjatuh.”
“Ketika kau menyerah dalam sebuah perjuangan, maka sejatinya kau telah
meninggalkan sebuah keberhasilan yang tinggal selangkah lagi.”
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan
sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah : 153)
“Berjuanglah jikalau dirasa ada manfaatnya, mintalah pertolongan kepada
Allah, dan jangan lemah!” (HR. Ahmad)
“Hanya kepada-Mu lah hamba menyembah, dan hanya kepada-Mu lah hamba
mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah : 5)
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Kuniatkan karyaku ini karena:
Allah SWT
Aku persembahkan karyaku ini untuk:
Kedua orang tuaku, kakak dan adikku, serta keluargaku yang selalu mendoakan
dan menyemangati tiada henti.
Dosen-dosen dan guru-guruku yang selalu mengajarkanku ilmu dengan ikhlas
tanpa mengenal lelah, serta selalu mengarahkan dan membimbingku.
Teman-teman seperjuanganku
Almamater tercinta:
Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi
Faktor Fleksibilitas dan Intensifikasi Tegangan S-Shaped Pipe Bend dengan
Pembebanan Termal” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik di Universitas Lampung.
Dalam proses penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
dan dukungan, serta semangat yang diberikan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yakni Agus Toni Tambunan dan Eva Rian Tina,
beserta kakak dan adik penulis yakni Septian Elvan Toni Tambunan dan Kevin
Ervisan Toni Tambunan yang selalu memberikan dukungan, doa, dan rasa
kasih sayang kepada penulis agar tetap bersemangat dalam meraih cita-cita.
2. Bapak Ahmad Su’udi, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
3. Dr. Asnawi Lubis selaku pembimbing 1 Tugas Akhir/Skripsi Penulis atas
kesediaan dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan, saran, arahan, dan
motivasi selama penyusunan skripsi ini.
xii
4. Ibu Novri Tanti, S.T., M.T., selaku pembimbing 2 Tugas Akhir Penulis atas
kesediaan dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan, saran, masukan,
dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Jamiatul Akmal selaku Pembahas Tugas Akhir yang telah banyak
memberikan kritik, saran, dan masukan yang bermanfaat dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta staff Jurusan Teknik Mesin—yang tidak bisa
Penulis sebutkan satu persatu—yang telah membantu Penulis untuk
menyelesaikan studi.
7. Teman seperjuangan sekelik ikam yakni Rahmad Satria Wijaya, S.T., Tri
Bandrio, Nurcahya Nugraha, S.T., Adi Suprianto, S.T., Yuda Helmi, S.T., dan
Fachri Surya Nugraha, S.T., atas motivasi dan dorongannya untuk
menyelesaikan studi.
8. Teman-teman pasukan Laboratrium Mekanika Struktur yakni Agung Wibowo,
S.T., Taufik Hidayatullah, S.T., Rizky Ramadhani, S.T., Alan Suseno, S.T., M.
Kresna Ismoyo, dan Arizon, yang telah memberikan inspirasi, dorongan,
motivasi, dan semangat kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2013 yang tidak bisa Penulis
sebutkan satu persatu.
10. Rekan-rekan Dewan Syuro Fossi-FT 2015/2016 dan ADK-FT 2013 yang tidak
bisa Penulis sebutkan satu persatu.
11. Rekan-rekan pimpinan Birohmah 2016 Kabinet Dihati; Dani, Wahyu, Triban,
Hamid, Galang, Erig, Wicak, Hanif, Umar, Teh Rizky, Uut, Ama, Nisa, Rova,
Ayu, Ajeng, Hunai, Dini, Dinati, dan Suci.
xiii
12. Rekan-rekan Presidium BEM U KBM Unila 2017 Kabinet Bersama Luarbiasa;
Herwin, Edius, Wahyudi, Bahrul, Cahya, Zai, Haves, Agus, Wicak, Azri,
Tiyasz, Putri, Endah, Ana, Melita, Ajeng, Diana, Aning, Desti, Tri, Zia, Qonita,
Meri, dan Zahra.
13. Rekan-rekan BPH Puskomda FSLDK Lampung 2017-2019; Wahyu, Alrasyid,
Ridwan, Dona, Irvan, Melita, Endah, Ajeng, Dinati, Devisa, Firyal, dan Pina.
14. Teman-teman Kelompok KKN yang telah banyak memberikan motivasi dan
semangatnya; Deni, Ben, Dea, Silvi, Ajeng, dan Nalin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
Penulis khususnya, rekan-rekan Teknik Mesin Universitas Lampung, dan bagi
pembaca umumnya.
Akhir kata, apabila terdapat kekeliruan dan kata-kata yang kurang berkenan dalam
penulisan skripsi ini, secara keseluruhan Penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Bandarlampung, Desember 2018
Penulis
Rizki Rian Toni Tambunan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xx
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ................................................................................ 3
1.4. Hipotesis .............................................................................................. 4
1.5. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
2.1. Pipa ...................................................................................................... 6
2.2. Pipa Elbow ........................................................................................... 6
2.3. Pipa S-Shaped (Back to Back Pipe Bend) .......................................... 7
2.4. Tegangan Pada Pipa .......................................................................... 8 2.4.1. Tegangan longitudinal ................................................................ 9 2.4.2. Tegangan circumferensial ......................................................... 13 2.4.3. Tegangan Radial ....................................................................... 14 2.4.4. Tegangan Geser ........................................................................ 15
2.5. Efek Tekanan Internal pada Faktor Intensifikasi Tegangan dan
Faktor Fleksibilitas .......................................................................... 17
xv
2.6. Faktor Fleksibilitas .......................................................................... 18 2.6.1. Rotasi ujung .............................................................................. 19
2.7. Metode Elemen Hingga dengan ANSYS ........................................ 26 2.7.1. Tahap preprocessing ................................................................. 27 2.7.2. Tahap solution .......................................................................... 27
2.7.3. Tahap postprocessing ............................................................... 28
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 29
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 29
3.2. Metode Elemen Hingga .................................................................... 29 3.2.1. Pemodelan geometri ................................................................. 29 3.2.2. Material propertis ...................................................................... 32 3.2.3. Pemilihan tipe elemen ............................................................... 32 3.2.4. Meshing ..................................................................................... 33
3.2.5. Merotasikan node ...................................................................... 34 3.2.6. Kondisi batas ............................................................................ 35
3.2.7. Pembebanan .............................................................................. 36
3.3. Diagram Alir Penelitian ................................................................... 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 39
4.1. Hasil ................................................................................................... 39 4.1.1. Faktor fleksibilitas .................................................................... 41 4.1.2. Faktor intensifikasi tegangan .................................................... 49
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 58
V. SIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 67
5.1. Simpulan ........................................................................................... 67
5.2. Saran .................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
LAMPIRAN ......................................................................................................... 72
APPENDIX A. Analisis Fleksibilitas untuk Ekspansi Termal ...................... 73
APPENDIX B. Product for Inertia for Quarter Bend Located in Plane of
Projection ................................................................................. 77
APPENDIX C. Perhitungan Manual Analisis Fleksibilitas .......................... 78
xvi
APPENDIX D. Principal Properties of Commercial Pipe ............................. 85
APPENDIX E. Typical Properties of Selected Materials Used in
Engineering ............................................................................. 86
APPENDIX F. Thermal Expansion Data ....................................................... 88
APPENDIX G. Gambar Displacement dan Stress Pada Pipa S-Shaped
dengan Berbagai Variasi Ketebalan dan Rasio Jari-jari
Kelengkungan Pipa ................................................................. 90
APPENDIX H. Batch Pemodelan Pipa S-Shaped ........................................... 99
APPENDIX I. Lampiran Jurnal Ilmiah ...................................................... 103
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pipa Elbow (a) Sudut kelengkungan 450 (b) Sudut kelengkungan 900
........................................................................................................... 7
Gambar 2. Pipa S-Shaped (a) Sudut kelengkungan 450 (b) Sudut kelengkungan
900 ...................................................................................................... 7
Gambar 3. Arah Tegangan Pada Pipa .................................................................. 9
Gambar 4. Arah Gaya dalam Pipa ..................................................................... 10
Gambar 5. Arah Momen Lentur Pada Pipa ....................................................... 11
Gambar 6. Arah Tegangan Longitudinal Pipa ................................................... 12
Gambar 7. Arah Tegangan Circumferensial (Hoop) Pipa ................................. 14
Gambar 8. Tegangan Radial Pipa ...................................................................... 14
Gambar 9. Arah Tegangan Akibat Gaya Geser Pada Pipa ................................ 16
Gambar 10. Arah Momen Puntir Pada Pipa ........................................................ 17
Gambar 11. Defleksi pada Pipa Elbow dengan Beban In-Plane Closing Bending
......................................................................................................... 19
Gambar 12. Perpindahan axial node pada junction pipe bend dengan tangen yang
yang diberi beban diplotkan untuk α = 900, Rr = 3, tr = 0,03 .... 21
Gambar 13. Perpindahan axial node pada junction pipe bend dengan pipa tangen
yang difix diplotkan untuk nilai 𝛼 = 900, 𝑅𝑟 = 3, 𝑡𝑟 = 0,03 ....... 21
Gambar 14. Rotasi Ujung Pada Pipa S-Shaped ................................................... 23
Gambar 15. Tipe kurva momen rotasi pada in-plane closing bending ................ 24
Gambar 16. Karakteristik Pipa Lengkung ........................................................... 25
xviii
Gambar 17. Pemodelan geometri S-Shaped pipe bend dengan Rr = 3 ............... 32
Gambar 18. Elemen ANSYS Shell181 (ANSYS) ............................................... 33
Gambar 19. Meshing pada pemodelan S-shaped pipe bend ................................ 34
Gambar 20. Kondisi batas .................................................................................... 35
Gambar 21. Beban termal temperatur 4000F ....................................................... 36
Gambar 22. (a) Geometri Bagian Bend pada S-Shaped. (b) Node analisis
displacement .................................................................................... 37
Gambar 23. Diagram Alir Penelitian ................................................................... 38
Gambar 24. Displacement pada S-Shaped Pipe Bend dengan ujung fully-fixed . 40
Gambar 25. Grafik Faktor Fleksibilitas Pipa Hasil Simulasi (FE) dengan Rr = 3 ......................................................................................................... 43
Gambar 26. Grafik Faktor Fleksibilitas Pipa Hasil Simulasi (FE) dan Perhitungan
ASME dengan Rr = 3 ..................................................................... 44
Gambar 27. Grafik Faktor Fleksibilitas Pipa Hasil Simulasi (FE) dengan Rr = 4 ......................................................................................................... 45
Gambar 28. Grafik Faktor Fleksibilitas Pipa Hasil Simulasi (FE) dan Perhitungan
ASME dengan Rr = 4 ..................................................................... 46
Gambar 29. Grafik Faktor Fleksibilitas Pipa Hasil Simulasi (FE) dengan Rr = 5 ......................................................................................................... 47
Gambar 30. Grafik Faktor Fleksibilitas Pipa Hasil Simulasi (FE) dan Perhitungan
ASME dengan Rr = 5 ..................................................................... 48
Gambar 31. Maximum Stress Bending Terjadi Pada Daerah Crown ................... 50
Gambar 32. Grafik Faktor Intensifikasi Tegangan Pipa Hasil Simulasi (FE)
dengan Rr = 3 ................................................................................. 51
Gambar 33. Grafik Faktor Intesifikasi Tegangan Pipa Hasil Simulasi (FE) dan
Perhitungan ASME dengan Rr = 3 ................................................. 52
Gambar 34. Grafik Faktor Intensifikasi Tegangan Pipa Hasil Simulasi (FE)
dengan Rr = 4 ................................................................................. 53
xix
Gambar 35. Grafik Faktor Intesifikasi Tegangan Pipa Hasil Simulasi (FE) dan
Perhitungan ASME dengan Rr = 4 ................................................. 54
Gambar 36. Grafik Faktor Intensifikasi Tegangan Pipa Hasil Simulasi (FE)
dengan Rr = 5 ................................................................................. 56
Gambar 37. Grafik Faktor Intesifikasi Tegangan Pipa Hasil Simulasi (FE) dan
Perhitungan ASME dengan Rr = 5 ................................................. 57
Gambar 38. Grafik Pengaruh Ketebalan dan Rasio Jari-Jari Kelengkungan Pipa
Terhadap Faktor Fleksibilitas .......................................................... 60
Gambar 39. Grafik Pengaruh Ketebalan dan Rasio Jari-jari Kelengkungan Pipa
Terhadap Faktor Intensifikasi Tegangan ......................................... 64
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Faktor Fleksibilitas dan Faktor Intensifikasi Tegangan Pipa Lengkung
.............................................................................................................. 17
Tabel 2. Properti Pipa ......................................................................................... 31
Tabel 3. Parameter Geometri Pemodelan ........................................................... 31
Tabel 4. Material Propertis Titanium Alloy (6% Al, 4% V) ............................... 32
Tabel 5. Data Rotasi Ujung Pada Pipa S-Shaped Hasil Analisis Elemen Hingga
.............................................................................................................. 41
Tabel 6. Data Faktor Fleksibilitas Hasil Simulasi dengan Rr = 3 ..................... 42
Tabel 7. Data Faktor Fleksibilitas Hasil Simulasi dengan Rr = 4 ..................... 44
Tabel 8. Data Faktor Fleksibilitas Hasil Simulasi dengan Rr = 5 ..................... 47
Tabel 9. Data Faktor Intensifikasi Tegangan Hasil Simulasi dengan Rr = 3 .... 50
Tabel 10. Data Faktor Intensifikasi Tegangan Hasil Simulasi dengan Rr = 4 .... 53
Tabel 11. Data Faktor Intensifikasi Tegangan Hasil Simulasi dengan Rr = 5 .... 55
Tabel 12. Reaksi Tumpuan (Momen) Hasil Simulasi FE dan Perhitungan Analisis
Fleksibilitas ........................................................................................... 63
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pipa merupakan sebuah struktur yang digunakan untuk penyaluran fluida, baik
digunakan untuk keperluan rumah tangga maupun untuk industri. Pipa-pipa dapat
disusun sesuai dengan kebutuhan untuk pendistribusian fluida yang biasa disebut
dengan sistem perpipaan. Tingkat kompleksitas penggunaan pipa berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh sistem perpipaan untuk keperluan rumah
tangga berbeda dengan sistem perpipaan di industri atau untuk alat transportasi
seperti dalam perkapalan atau pesawat terbang.
Dalam penggunaannya pipa dapat mengalami tekanan internal jika pada jalur
perpipaan terdapat katup yang tertutup. Di sisi lain, tekanan operasi dari pompa
menyebabkan kecepatan aliran fluida berjalan cepat sehingga menimbulkan
tekanan internal yang cukup tinggi pada pipa. Akibatnya, pipa akan mengalami
defleksi yang disebabkan oleh fluida-fluida yang terdistribusi dalam pipa tersebut.
Besarnya gaya yang diterima oleh pipa adalah hasil dari tekanan internal.
Dalam dunia industri tidak sedikit ditemui kegagalan dalam sistem perpipaan, yang
tentu hal itu dapat merugikan baik pihak industri itu sendiri, orang lain, maupun
lingkungan sekitar. Oleh karenanya, kesempurnaan disain sangat perlu
2
diperhatikan, yakni dengan memahami perilaku perpipaan secara komprehensif dan
berbagai jenis pembebanan dalam sistem perpipaan.
Pada umumnya terdapat banyak jenis dan model penyambungan pipa, salah satunya
adalah pipa berbentuk pipa lengkung (pipe bend) yang berfungsi sebagai pembelok
arah aliran fluida di dalam pipa. Pipe bend memiliki karakteristik yang berbeda
dengan bentuk penyambungan pipa lainnya yang disebabkan oleh pembebanan
yang diterima. Tekanan fluida di dalam pipa dan berat dari pipa itu sendiri akan
menyebabkan tegangan pada pipa, yang biasa disebut dengan beban statik. Selain
itu terdapat beban lain yang dikenal dengan beban dinamik. Beban lainnya yang
terjadi pada pipa adalah pembebanan termal sehingga terdapat bagian pipa yang
mengalami ekspansi dan menimbulkan tegangan pada pipa.
Pipe bend tidak dapat dianalisis dengan teori beam sederhana karena
penampangnya yang berbentuk oval di bawah pembebanan momen bending. Hal
inilah yang menyebabkan pipe bend memiliki nilai fleksibilitas yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan pipa berbentuk lurus yang ekivalen dalam hal jenis
material dan ukurannya. Seperti yang dikatakan oleh Von Karman (1911) dalam
penelitiannya yakni, pipe bend memiliki tegangan bending yang lebih besar yang
disebabkan oleh geometri kurvanya, dibandingkan dengan pipa lurus dengan sifat
material dan parameter geometrik yang sama. Namun demikian, fleksibilitas yang
tinggi pada pipe bend ini justru berfungsi sebagai penyerap ekspansi termal yang
baik.
3
Pada tugas akhir ini akan dilakukan simulasi perilaku stress dan fleksibilitas pipa
S-Shaped dan elbow dengan beban termal terhadap variasi rasio kelengkungan dan
ketebalan pipa. Analisis dilakukan dengan metode elemen hingga (Finite Element
Analysis) dengan menggunakan software ANSYS Mechanical APDL 15.0. Hasil
yang ingin didapatkan adalah nilai faktor fleksibilitas dan faktor intensifikasi
tegangan terhadap rasio kelengkungan dan ketebalan pipa dengan beban termal.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh ketebalan dan rasio jari-jari kelengkungan pipa terhadap
faktor fleksibilitas pipa S-Shaped yang diberikan beban termal dengan kondisi
batas fully-fixed.
2. Mengetahui pengaruh ketebalan dan rasio jari-jari kelengkungan pipa terhadap
faktor intensifikasi tegangan pipa S-Shaped yang diberikan beban termal
dengan kondisi batas fully-fixed.
1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemodelan pipa jenis S-shaped dan elbow menggunakan sudut kelengkungan
900.
2. Pipa yang digunakan adalah pipa NPS 10 dengan schedule number 5S, 10S,
20, 30, dan 40 (Std).
3. Rasio jari-jari kelengkungan yang digunakan adalah 3, 4, dan 5.
4
4. Penelitian dilakukan dengan menggunakan software ANSYS Mechanical
APDL 15.0 berbasis metode elemen hingga (Finite Element Analysis).
5. Elemen yang digunakan dalam penelitian adalah elemen SHELL181.
6. Kondisi batas yang digunakan adalah fully-fixed.
7. Pembebanan yang diberikan adalah termal.
1.4. Hipotesis
Dalam penelitian ini diberikan beberapa hipotesis sebagai berikut:
1. Pipa yang kedua ujungnya difix (fully-fixed) dan diberikan beban termal akan
mengalami in-plane closing bending.
2. Faktor fleksibilitas pipa akan semakin besar jika nilai ketebalan pipa semakin
kecil.
3. Faktor fleksibilitas pipa akan semakin kecil jika rasio jari-jari kelengkungan
semakin besar.
4. Faktor intensifikasi tegangan pipa akan semakin kecil apabila nilai ketebalan
pipa semakin besar.
5. Faktor intensifikasi tegangan pipa akan semakin kecil apabila rasio jari-jari
kelengkungan semakin besar.
6. Faktor fleksibilitas dan faktor intensifikasi tegangan pipa pada beban termal
lebih kecil dibandingkan dengan beban mekanik.
5
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab 1 adalah
pendahuluan berisikan latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan sistematika
penulisan. Pada Bab 2 berisikan tinjauan pustaka perihal teori dasar yang terkait
dan mendukung penelitian ini. Pada Bab 3 yaitu metodologi penelitian berisikan
tentang tahapan metode elemen hingga dalam pemodelan, yakni tahap
preprocessing, solution, dan post-processing, serta bagaimana cara pengambilan
data akan disajikan pada Bab 3. Pada Bab 4 berisikan hasil dan pembahasan, pada
bagian ini akan disajikan data-data yang didapat dari hasil penelitian beserta
pembahasannya. Bagian yang terakhir yakni Bab 5 adalah simpulan dan saran yang
berisikan tentang simpulan yang dapat ditarik dari penelitian kali ini serta saran-
saran yang dapat diberikan agar dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pipa
Pipa adalah saluran tertutup yang berbentuk silinder berongga yang digunakan
sebagai sarana pengaliran atau transportasi fluida dan sarana pengaliran atau
transportasi energi dalam aliran. Pipa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran
nominalnya (NPS). Pada ukuran nominal pipa terdapat parameter-parameter seperti
diameter dalam, ketebalan, inersia, dan section modulus. Sedangkan tube
merupakan jenis pipa yang ditetapkan berdasarkan diameter luarnya.
Pembebanan yang mempengaruhi sistem perpipaan dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yakni beban primer dan sekunder. Pembebanan primer terjadi karena beban
berkelanjutan, seperti bobot mati. Sedangkan untuk pembebanan sekunder (self
limiting) adalah beban ekspansi termal. Kode perpipaan yang berbeda menentukan
kriteria kualifikasi perpipaan dengan cara yang sedikit berbeda.
2.2. Pipa Elbow
Pipa elbow adalah pipa berbentuk lengkungan yang berfungsi sebagai penghubung
antara dua buah pipa. Bentuk pipa elbow yang melengkung membuat arah aliran
fluida di dalam pipa berubah. Selain untuk merubah arah aliran fluida dalam pipa,
pipa elbow juga dapat menyerap ekspansi termal disebabkan bentuknya yang
7
fleksibel. Sifat fleksibilitas pada pipa disebabkan oleh adanya ovalisasi penampang
pada beban bending.
Pipa elbow memiliki sudut kelengkungan yang tidak sembarang. Pada umumnya
sudut kelengkungan pipa elbow adalah 450 dan 900 seperti pada Gambar 1 berikut.
(a) (b)
Gambar 1. Pipa Elbow (a) Sudut kelengkungan 450 (b) Sudut kelengkungan 900
(www.wermag.com)
2.3. Pipa S-Shaped (Back to Back Pipe Bend)
Pipa S-shaped adalah pipa berbentuk huruf “S” yang terdiri dari dua buah pipa
elbow yang disatukan secara berlawanan membentuk huruf “S”. Dikarenakan
bentuk “S” terbentuk dari dua buah pipa elbow yang dipasang secara berlawanan,
maka pipa S-Shaped juga biasa dikenal dengan istilah back to back pipe bend. Sudut
kelengkungan pipa S-Shaped pada umumnya adalah 450 dan 900
(id.aliexpress.com).
(a) (b)
Gambar 2. Pipa S-Shaped (a) Sudut kelengkungan 450 (b) Sudut kelengkungan
900
8
Seperti halnya pipa elbow biasa, pipa S-Shaped juga berfungsi untuk merubah arah
aliran fluida di dalam pipa dan juga sebagai penyerap ekspansi termal yang baik.
Namun, pipa S-Shaped memiliki nilai fleksibilitas yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pipa elbow biasa. Menurut Lubis dan Rajaguguk (2007), pada
pembebanan in-plane bending, elbow dengan in-plane opening bending lebih kaku
daripada pipa elbow dengan in-plane closing bending.
2.4. Tegangan Pada Pipa
Tegangan merupakan suatu besaran vektor yang memiliki nilai dan arah. Nilai dari
suatu tegangan normal didefinisikan sebagai gaya (F) persatuan luas (A).
Sedangkan arah tegangan pada pipa didefinisikan sebagai sumbu prinsipal pipa
yang dibuat saling tegak lurus.
Sumbu radial adalah sumbu yang tegak lurus terhadap dinding pipa dengan arah
bergerak dari pusat menuju luar pipa. Sumbu longitudinal adalah sumbu prinsipal
yang terletak di bidang tengah dinding pipa dan salah satu arahnya sejajar dengan
panjang pipa. Sumbu tangensial atau circumferential adalah sumbu yang sejajar
dengan dinding pipa namun tegak lurus dengan sumbu aksial.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
9
Gambar 3. Arah Tegangan Pada Pipa
(www.idpipe.com)
Tegangan yang terdapat pada pipa dapat menyebabkan kerusakan atau kegagalan
pada pipa. Kegagalan pipa terjadi jika tegangan dalam yang terjadi pada pipa
melebihi tegangan izin materialnya. Tegangan dalam yang terjadi pada pipa
tersebut dapat disebabkan oleh tekanan dari dalam pipa (internal pressure), tekanan
luar (external pressure) berupa beban mati (dead force) dan ekspansi thermal.
Tegangan pada pipa bergantung pada jenis material pipa dan bentuk geometri pipa.
Sedangkan untuk tegangan maksimum pipa ditentukan oleh jenis material serta
metode produksinya.
2.4.1. Tegangan longitudinal
Tegangan longitudinal (SL) adalah tegangan yang arahnya sejajar dengan sumbu
longitudinal. Nilai tegangan longitudinal dapat dinyatakan sebagai tegangan positif
dan negatif. Jika tegangan yang terjadi adalah tegangan tarik, maka disebut
tegangan positif. Namun, jika tegangannya berupa tegangan tekan, maka disebut
tegangan negatif.
10
Tegangan longitudinal pada pipa disebabkan oleh adanya gaya-gaya aksial, momen
lentur, dan tekanan dalam pipa. Berikut adalah penyebab terjadinya tegangan
longitudinal.
2.4.1.1. Akibat gaya pada arah aksial
Tegangan yang terjadi pada pipa yang disebabkan oleh gaya aksial dapat ditulis sbb.
SL =Fax
Am (1)
Dimana:
Fax = Gaya pada arah aksial (N mm2⁄ )
Am = luas dinding pipa (mm2) = π × D × t
Gambar 4. Arah Gaya dalam Pipa
(www.idpipe.com)
2.4.1.2. Akibat momen lentur (bending moment)
Menurut Kannappan (1986), ketebalan dinding pipa tidak berpengaruh signifikan
terhadap tegangan bending akibat ekspansi termal, tetapi berpengaruh pada momen.
Sehingga overstress tidak dapat diantisipasi dengan menambahkan ketebalan.
Sebaliknya, hal ini membuat keadaan menjadi lebih buruk apabila kekuatan dan
momen ditingkatkan.
11
Berikut adalah persamaan tegangan yang terjadi pada pipa yang disebabkan oleh
momen lentur.
SL =c Mb
I (2)
Dimana:
Mb = Momen lentur (N mm2⁄ )
c = Jarak dari sumbu netral ke suatu titik pada pipa (mm)
I = Momen inersia penampang pipa
I =π(d0
4−di4)
64 (3)
Tegangan ini disebut sebagai tegangan lentur (bending stress). Tegangan ini paling
besar terjadi pada permukaan terluar pipa, yaitu pada y = Ro, sehingga:
SL =MbRo
I =
Mb
Z (4)
Dimana :
Ro = Jari-jari luar pipa (mm)
Z = Modulus penampang (section modulus)
Z =I
Ro (5)
Gambar 5. Arah Momen Lentur Pada Pipa
(www.idpipe.com)
12
2.4.1.3. Akibat tekanan dalam pipa
Berikut adalah persamaan-persamaan untuk tegangan yang terjadi akibat tekanan
dalam pipa.
SL =PAi
Am (6)
Dimana :
P = Tekanan dalam pipa (N/mm2)
Ai = Luas pipa (mm2)
Ai = di
2
4 (7)
Sehingga, tegangan longitudinal karena tekanan dalam pipa adalah:
SL =Pdi
2
4tdm (8)
Dari persamaan-persamaan di atas, maka jika ditulis secara konservatif akan
menjadi lebih sederhana seperti berikut:
SL =Pdo
4t (9)
Gambar 6. Arah Tegangan Longitudinal Pipa
(www.idpipe.com)
13
Dari ketiga penyebab tegangan pipa yakni akibat gaya-gaya aksial, momen lentur,
dan tekanan dalam pipa maka, tegangan longitudinal secara keseluruhan dapat
ditulis dengan persamaan berikut.
SL = (Fax
Am) + (
Pdo
4t) + (
Mb
Z) (10)
2.4.2. Tegangan circumferensial
Tegangan circumferensial adalah tegangan yang arahnya sejajar dengan sumbu
tangensial atau circumferensial. Tegangan circumferensial juga biasa disebut
dengan tegangan tangensial atau tegangan hoop (Sh). Penyebabnya ini adalah
adanya tegangan yang bekerja pada arah hoop/tangensial. Besarnya tegangan ini
bervariasi, bergantung pada tebal dinding pipa. Tegangan circumferensial bernilai
positif jika tegangan cenderung membelah pipa menjadi dua. Besar tegangan ini
menurut persamaan Lame adalah sebagai berikut:
SH = P
K2−1 (1 + (
r
r0) ²) (11)
Dimana :
ro = Radius luar pipa
ri = Radius dalam pipa
r = Jarak radial ke titik yang sedang diperhatikan
k = ro ri⁄
Pada pipa berdinding tipis, dapat diasumsikan jika gaya akibat tekanan dalam
(internal pressure) bekerja sepanjang pipa (F = Pdil) ditahan oleh dinding pipa
seluas Am = 2tl. Sehingga persamaan menjadi lebih sederhana sebagai berikut.
14
SH = Pdo
2t (12)
Gambar 7. Arah Tegangan Circumferensial (Hoop) Pipa
(www.idpipe.com)
2.4.3. Tegangan Radial
Tegangan radial adalah tegangan yang arahnya menyebar ke segala arah, menuju
ke seluruh penjuru pipa. Besarnya tegangan ini bervariasi. Pada umumnya,
besarnya tegangan radial ini sama dengan tekanan yang bekerja pada fluidanya,
namun perbedaannya terletak pada sifat pipa yang menahan tekanan, sehingga
arahnya adalah negatif. Titik maksimum tegangan radial terjadi pada permukaan
dalam pipa, sedangkan tegangan minimum terjadi pada permukaan luarnya.
Gambar 8. Tegangan Radial Pipa
(www.idpipe.com)
15
SR = P
K2−1(1 − (
r
r0) ²) (13)
Karena nilai tegangan radial pada pipa tipis sangat kecil, maka tegangan ini
seringkali diabaikan. Karena jika r adalah ro maka SR akan bernilai 0 dan jika r
adalah ri maka SR akan bernilai −P yang artinya adalah tegangan radial bernilai 0
pada titik di mana tegangan lentur bernilai maksimal, sehingga ini alasan mengapa
tegangan radial pada pipa tipis seringkali diabaikan.
2.4.4. Tegangan Geser
Tegangan geser adalah tegangan yang arahnya tegak lurus dengan axial stress.
Tegangan geser pada pipa terjadi akibat dua buah gaya yang saling berlawanan,
tegak lurus dengan axial stress, dan tidak searah gayanya. Namun, pada penampang
tidak terjadi momen. Selain itu, terdapat dua penyebab terjadinya tegangan geser,
yakni adalah akibat adanya gaya geser dan momen puntir.
2.4.4.1. Akibat gaya geser
Berikut adalah persamaan tegangan yang terjadi pada pipa yang disebabkan oleh
gaya geser.
max =VQ
Id (15)
Dimana:
Q = Faktor bentuk tegangan geser
d = Diameter (mm)
V = Gaya geser (N)
I = Momen inersia (mm4)
16
Untuk pipa dengan jenis silinder tipis berongga, nilai Q =4V
3A. Kemudian momen
inersia adalah I = πr3t, sehingga persamaan (15) disederhanakan menjadi :
max =4V2
3Aπr3td (16)
Dimana:
A = Luas penampang (mm2)
r = Jari-jari (mm)
t = Tebal pipa (mm)
Tegangan geser maksimum terjadi pada sumbu netral dan nol pada jarak terjauh
dari nol.
Gambar 9. Arah Tegangan Akibat Gaya Geser Pada Pipa
(www.idpipe.com)
2.4.4.2. Akibat momen puntir (𝑀𝑇 = Torsional Moment)
Berikut adalah persamaan tegangan yang terjadi pada pipa yang disebabkan oleh
momen puntir.
max =MT
2Z (17)
Tegangan akibat momen puntir maksimum terjadi pada titik yang sama di mana
tegangan lentur mencapai maksimal, yakni pada titik terjauh dari garis netralnya.
17
Gambar 10. Arah Momen Puntir Pada Pipa
(www.idpipe.com)
2.5. Efek Tekanan Internal pada Faktor Intensifikasi Tegangan dan Faktor
Fleksibilitas
Faktor intensifikasi tegangan adalah rasio tegangan yang timbul akibat adanya
momen bending yang diberikan pada pipa elbow dan pipa lurus yang ekivalen.
Tegangan bending yang terjadi pada bagian elbow lebih besar dari bagian lurus.
Faktor fleksibilitas (k) adalah rasio kelengkungan pipa antara bagian elbow dan
bagian lurus yang ekivalen akibat beban bending yang sama. Semakin besar faktor
fleksibilitas pipa pada bagian elbow, maka pipa elbow akan semakin fleksibel.
Sebaliknya, semakin kecil faktor fleksibilitas pipa pada bagian elbow, maka pipa
elbow akan semakin kaku.
Tabel 1. Faktor Fleksibilitas dan Faktor Intensifikasi Tegangan Pipa Lengkung
Description Flexibility
Factor (k)
Stress Intensification
Factor Flexibility
Characteristic
(h) Outplane
(io)
Inplane
(ii)
Welding elbow or
pipe bend
1,65
h
0,75
h2 3⁄
0,9
h2 3⁄
TR
(r2)2
18
Faktor fleksibilitas (k) di dalam Tabel 1 (ASME B31.3, 2009) berlaku untuk beban
bending pada semua bidang. Faktor fleksibilitas (k) dan faktor intensifikasi
tegangan (i) tidak boleh kurang dari satu.
Faktor koreksi (CFK) untuk faktor fleksibilitas karena tekanan internal pada elbow
diberikan pada persamaan berikut (ASME B31.1, 2014).
CFK = 1 + 6 (P
Ec) (
r2
T)
7 3⁄
(R1
r2)
1 3⁄
(18)
Faktor koreksi CFI untuk SIF diberikan pada persamaan (ASME B31.1, 2014):
CFI = 1 + 3,25 (P
Ec) (
r2
T)
5 2⁄
(R1
r2)
2 3⁄
(19)
Dimana:
T = Nominal ketebalan dinding pada perlengkapan untuk elbow dan tikungan
uskup, (inch)
r2 = Radius rata-rata pipa, (inch)
R1 = Radius tikungan pada sambungan elbow atau tikungan pipa, (inch)
P = Tekanan gauge, psi
Ec = Modulus elastisitas dingin, psi
2.6. Faktor Fleksibilitas
Faktor fleksibilitas digambarkan dengan rasio rotasi ujung sebuah pipa lengkung
terhadap rotasi ujung pipa lurus yang eqivalen di bawah pembebanan momen yang
sama.
k =∆αc
∆αs (20)
19
Dimana:
∆αc = Rotasi ujung pada pipa lengkung
∆αc = Rotasi ujung pada pipa lurus
2.6.1. Rotasi ujung
Di bawah pembebanan in-plane bending, ujung sebuah pipe bend pada junction
dengan pipa tangen akan berotasi sebesar sudut φ1, dan ujung pipe bend pada
junction dengan pipa tangen yang lain yang difix akan tetap berotasi melalui sebuah
sudut φ2, dimana φ1 > φ2. Rotasi relatif diperoleh dari perbedaan rotasi pada
ujung-ujungnya. Defleksi pada sebuah pipa lengkung menunjukkan rotasi ini pada
ujung-ujungnya untuk in-plane closing moment yang ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar 11. Defleksi pada Pipa Elbow dengan Beban In-Plane Closing Bending
(Lubis, 2003)
Rotasi pada kedua ujung-ujung tersebut dapat diperoleh dari hasil analisis elemen
hingga dari perpindahan axial node-node pada setiap ujung pertemuan pipa bagian
20
lengkung dengan bagian lurus. Sistem koordinat nodal pada node yang terletak pada
junction tersebut harus dalam sistem koordinat silinder yang dihubungkan dengan
sistem koordinat pada setiap garis singgung.
Perpindahan axial node-node pada junction-1 dalam Gambar 11 diplotkan pada
Gambar 12 untuk sebuah tipe bentuk (α = 900,R
r= 3,
t
r= 0,03). Displacement
diplotkan sebagai absis dan posisi dari axis pusatnya diplotkan sebagai ordinat.
Dapat dilihat bahwa variasi perpindahan axial sepanjang penampang adalah linier.
Ada sedikit warping pada penampang (bidang penampang tidak tetap bidang) dapat
terlihat, tetapi jelas bahwa bagian-bagian ujung berotasi secara planar. Hubungan
linier antara perpindahan axial node-node pada junction bagian pipa lengkung
dengan pipa tangen yang diberi beban bending dituliskan dalam persamaan:
y1 = m1x + c1 (21)
Dimana:
y1 = Posisi dari central axis
x = Perpindahan axial nodal
m1 = Gradien
c1 = Koefisien konstan
21
Gambar 12. Perpindahan axial node pada junction pipe bend dengan tangen yang
yang diberi beban diplotkan untuk α = 900,R
r= 3,
t
r= 0,03
(Lubis, 2003).
Perpindahan axial node-node pada junction-2 pada Gambar 11 diplotkan pada
Gambar 13. Sebuah persamaan serupa dengan persamaan (21) yang mewakili
perpindahan axial node-node pada junction pipe bend dengan pipa tangen yang
difix adalah sebagai berikut:
y2 = m2x + c2 (22)
Gambar 13. Perpindahan axial node pada junction pipe bend dengan pipa tangen
yang difix diplotkan untuk nilai 𝛼 = 900,𝑅
𝑟= 3,
𝑡
𝑟= 0,03
(Lubis, 2003).
22
Rotasi relatif ujung dapat diperoleh dari rumus garis singgung trigonometri sebagai
berikut:
tan(φ1 − φ2) =
1
m1−
1
m2
1+1
m1m2
(23)
Untuk beban termal dengan kondisi batas berupa fully-fixed, rotasi kedua ujung
elbow adalah berlawanan, sehingga total rotasi adalah dijumlahkan:
tan(φ1 + φ2) =
1
m1+
1
m2
1−1
m1m2
(24)
Untuk panjang pipa tangen yang sama (m1 = m2) maka persamaannya menjadi:
tan(φ1 + φ2) =2m
m2−1 (25)
Prosedur di atas digunakan untuk mendapatkan rotasi-rotasi ujung. Tetapi, prosedur
ini mungkin mahal dalam analisis elemen hingga non-linear, karena persamaan
linear dari perpindahan aksial persamaan (21) dan (22) harus dikonstruksi untuk
setiap langkah beban untuk menemukan gradien.
Garis putus-putus pada Gambar 12 dan 13 adalah garis lurus yang menghubungkan
dua simpul yang berlawanan sepanjang diameter pada junction bagian pipe bend
dengan tangen yang diberi beban dan masing-masing pipa tangen difix. Dapat
dilihat persamaan untuk garis ini memiliki gradien yang hampir sama dengan
gradien garis lurus yang diperoleh dari linearisasi perpindahan aksial semua
nodenya, terutama untuk node pada junction dengan tangen yang diberi beban.
Terdapat sedikit perbedaan yang lebih besar dalam gradien (terdapat warping) pada
junction-2, tetapi rotasi pada ujung ini sangat kecil dibandingkan dengan ujung
elbow yang lain (skala berbeda dalam kedua Gambar 12 dan 13).
23
Dengan memperhatikan Gambar 12 dan 13 mengungkapkan bahwa dengan hanya
mempertimbangkan perpindahan aksial dari dua ekstrados dan intrados node yang
berlawanan, hanya menghasilkan perbedaan yang sangat kecil dalam rotasi relatif
dibandingkan dengan rotasi relatif yang diperoleh dengan mempertimbangkan
perpindahan aksial semua node pada junction. Oleh karena itu, untuk lebih
sederhana disimpulkan bahwa untuk memperoleh rotasi ekuivalen dari perpindahan
aksial cukup hanya dari dua node yang berlawanan sepanjang diameter dalam
bidang.
Gambar 14. Rotasi Ujung Pada Pipa S-Shaped
Sehingga, rotasi ujung pipa tangen yang diberi beban dan difix diperoleh dari:
φ1 = tan−1 (dz1
2r+∆y1) (26)
φ2 = tan−1 (dz2
2r+∆y2) (27)
Dimana:
dz = Perbedaan pada pemindahan axial dari node-node extrados dan intrados
24
∆y = Penyusutan diameter dari node-node extrados dan intrados
Tipe kurva momen rotasi ujung ditunjukkan pada Gambar 15. Ini diplotkan untuk
sudut kelengkungan (α) sebesar 900, rasio radius (R
r) sama dengan 3, dan ketebalan
untuk rasio radius penampang pipa (t
r) sama dengan 0,026. Hal ini dapat dilihat
dari kurva momen rotasi ujung bahwa elbow di bawah momen in-plane closing
menunjukkan perilaku pelunakan struktural, tetapi non-linearitasnya kecil.
Gambar 15. Tipe kurva momen rotasi pada in-plane closing bending
(Lubis, 2003)
Rotasi ujung ∆α sebuah pipa lurus dihitung dengan memodifikasi rumus bending:
∆α =ML(1−ν2)
EI (28)
Dimana:
M = Momen
L = Panjang pipa
I = πr3t
25
Untuk sebuah batang lengkung padat dengan penampang lingkaran dan sudut
kelengkungan α(L = Rα), rotasi ujungnya dapat ditulis sebagai berikut:
Δα
α=
M(1−ν2)
Eπr2(
R
r
1
t) (29)
Akibat ovalisasi penampang, rotasi ujung pipa lengkung ditulis dengan rumus:
Δα
α=
kM(1−ν2)
Eπr2(
R
r
1
t) (30)
Dimana:
k = Faktor fleksibilitas
Faktor fleksibilitas diperoleh dari persamaan (20) menggunakan rotasi ujung pipa
lengkung, Δα/α, diperoleh dari analisis elemen hingga menggunakan linierisasi
seperti dijelaskan di atas. Semua variabel lainnya diketahui pada persamaan (30)
(Lubis, 2003).
Sedangkan von Karman (1911) pertama kali menemukan nilai faktor fleksibilitas
sebuah pipa lengkung pada permulaan abad ke-19 sebagai fungsi dari karakteristik
pipa lengkung (λ):
k =12λ2+10
12λ2+1 (31)
Gambar 16. Karakteristik Pipa Lengkung
26
Dimana :
t = adalah tebal dinding pipa (mm),
R = adalah radius kelengkungan (mm)
r = adalah radius penampang (mm)
Banyak peneliti yang kemudian kembali mencoba merumuskan parsamaan von
Karman, seperti Clark and Reissner (1951), dan Vigness (1943), dan sampai kepada
kesimpulan bahwa persamaan von Karman hanya valid untuk pipa lengkung
dengan nilai radius rasio (R/r) yang besar, misalnya 10 atau lebih besar. Mereka
mengusulkan persamaan (32) berikut yang juga valid untuk pipa lengkung dengan
radius pendek.
k =1,65
λ (32)
2.7. Metode Elemen Hingga dengan ANSYS
Seperti penjabaran di atas, salah satu metode analisis yang digunakan adalah
elemen hingga. Analisis elemen hingga dilakukan dengan menggunakan software
ANSYS. Metode elemen hingga (finite element method) adalah prosedur numerik
yang dapat dipakai untuk mendapatkan solusi pada permasalahan keteknikan,
meliputi perpindahan panas, analisis tegangan, elektromagnetik, dan aliran fluida
baik dalam kondisi linier, nonlinier, steady, maupun transien.
Dalam analisis elemen hingga menggunakan software ANSYS langkah analisis
dibagi menjadi tiga fase utama, yaitu preprocessing, solution, dan postprocessing.
27
2.7.1. Tahap preprocessing
Tahap preprocessing adalah tahap tahap pemodelan geometri dan pemisahan solusi
domain ke dalam elemen hingga, yakni membagi geometri menjadi elemen hingga.
Kemudian mengasumsikan fungsi bentuk untuk menampilkan karakter fisik
elemen, yakni dengan memilih tipe elemen dari ANSYS Library. Selanjutnya
mengembangkan persamaan untuk suatu elemen dengan memberikan kondisi batas
pada model. Kemudian membuat elemen untuk menampilkan seluruh permasalahan
dengan mengaplikasikan pembebanan sesuai dengan yang diinginkan.
2.7.2. Tahap solution
Pada bagian solution, permasalahan yang telah didefinisikan akan dikalkulasikan,
kemudian persamaan nonlinier ataupun aljabar linier diselesaikan secara simulasi
untuk mendapatkan hasil titik hubungnya (nodal result).
Beberapa tipe elemen yang digunakan dalam software ANSYS antara lain adalah
contact elements, shell elements, dan solid elements. Berdasarkan geometrinya,
bejana tekan atau sistem perpipaan dapat dimodelkan menjadi tiga dimensi (3D),
axisymmetric, dan symmetric. Model tiga dimensi adalah permodelan utuh dari
suatu bejana tekan ataupun pipa. Axisymmetric model adalah permodelan yang
mengambil bentuk dua dimensi, hal ini dilakukan karena geometri yang simetri
adalah pada sepanjang sumbu-z. Sedangkan symmetric model adalah suatu
permodelan dimana hanya separuh dari bejana tekan atau pipa yang dimodelkan.
28
2.7.3. Tahap postprocessing
Tahap postprocessing adalah tahap terakhir dalam suatu analisis elemen hingga
untuk mendapatkan informasi penting sesuai dengan hasil analisis yang
dikehendaki. Contoh hasil analisis yang dapat diperoleh adalah nilai tegangan
(stress), nilai regangan elastis, nilai regangan total, nilai regangan plastik, nilai
regangan termal, nilai regangan creep, kontak nodal dan pembebanan mekanik
lainnya. Data yang telah didapat dari komputasi dapat langsung diolah dan
ditampilkan baik dalam bentuk perubahan kontur model, kurva, tabel, dan nilai
eksak lain nya sesuai dengan hasil analisis yang dikehendaki (Moaveni, 1999).
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juni 2018 sampai dengan bulan
Oktober 2018. Penelitian ini dilakukan di Laboratrium Mekanika Struktur Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung.
3.2. Metode Elemen Hingga
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode elemen hingga dengan
software ANSYS Mechanical APDL 15.0. Analisis metode elemen hingga dengan
software ANSYS Mechanical APDL 15.0 terdiri dari tiga tahapan umum, yaitu:
preprocessing, solution, dan post-processing.
Tahap preprocessing adalah tahapan pemodelan yang disesuaikan dengan kondisi
penelitian yang diinginkan. Terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan, yakni:
3.2.1. Pemodelan geometri
Pada tahap pemodelan geometri ini ditentukan parameter geometri dari pipa yang
akan dimodelkan, seperti diameter, ketebalan, panjang, rasio jari-jari kelengkungan
pipa dan lain-lain. Tujuannya adalah agar mempermudah perubahan dimensi dari
30
pemodelan geometri tersebut jika dibutuhkan. Selanjutnya dilakukan pemodelan
dari data-data geometri pipa yang telah didapatkan tersebut. Ada beberapa cara
dalam melakukan pemodelan geometri, diantaranya adalah dengan menggunakan
tools perintah (Batch Mode) atau melalui Graphical User Interface (GUI) yang
tersedia pada ANSYS, atau dengan memasukkan bahasa-bahasa pemograman
(coding) yang dikenali oleh ANSYS pada kolom command prompt yang tersedia.
Kedua cara ini sama-sama digunakan dalam pemodelan, namun yang paling sering
digunakan adalah coding dikarenakan cara ini dapat memudahkan dalam
memodifikasi parameter ataupun dimensinya. Akan tetapi, metode GUI juga sering
digunakan pada saat pemodelan dikarenakan tidak semua metode coding memiliki
akurasi perintah yang sesuai dengan yang diinginkan. Setelah didapatkan data-data
geometri dan parameter yang diinginkan dapat langsung dilakukan pemodelan.
Adapun langkah-langkah pemodelan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan parameter geometri dengan mengasumsikan jari-jari pipa, rasio
jari-jari kelengkungan pipa dan panjang pipa yang akan dimodelkan
geometrinya. Dengan perhitungan geometri jari-jari adalah sebagai berikut:
r =1
2d +
1
2t (33)
Dengan rasio jari-jari kelengkungan (R
r) yang divariasikan
R
r= 3,
R
r= 4, dan
R
r= 5
Dengan panjang pipa silinder sebesar enam kali jari-jari (6r). Untuk ketebalan
dan diameter dalam pipa didapatkan dari tabel pipa dengan mengambil pipa jenis
NPS 10 Sch. 5s, 10s, 20, 30, 40 (Std).
31
Tabel 2. Properti Pipa
Nominal
ukuran pipa,
diameter luar
(in)
Nomor
Schedule
Tebal
diameter
(in)
Diame
ter dalam
(in)
Mo
men Iner
sia (in4)
Section
Modu
lus
Elastis
(in3)
10
10,750
5S 0,134 10,482 63,7 11,85
10S 0,165 10,420 76,9 14,30
20 0,250 10,250 113,7 21,16
30 0,307 10,136 137,5 25,57
40 (Std) 0,365 10,020 160,8 29,90
Sehingga parameter geometri pemodelan secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 2 (Chakrapani Basavaraju, 2003).
Tabel 3. Parameter Geometri Pemodelan
Parameter NPS Sch. 10
5S 10S 20 30 40 Std
Jari-jari r 5,308 5,2925 5,25 5,2215 5,1925
Panjang pipa lurus (inch) L 31,848 31,755 31,5 31,329 31,155
Jari-jari kelengkungan
pipa (inch)
R/
r
3 15,924 15,878 15,75 15,665 15,578
4 21,232 21,17 21 20,886 20,77
5 26,54 26,463 26,25 26,108 25,963
2. Geometri yang dibentuk adalah geometri silinder dengan membuat lingkaran
awal dengan jari-jari (r) dan panjang silinder (L) kemudian dengan menentukan
rasio jari-jari kelengkungannya (R
r). Pada penelitian ini geometri dimodelkan
secara penuh lingkaran penampang. Berikut ini adalah gambar pemodelan
dengan rasio jari-jari kelengkungan yang divariasikan.
32
Gambar 17. Pemodelan geometri S-Shaped pipe bend dengan R
r= 3
3.2.2. Material propertis
Material propertis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Titanium Alloy (6%
Al, 4% V) dengan Modulus Elastisitas sebesar 16,5x106 Psi, koefisien ekspansi
termal sebesar 5,3x10−6/oF, dan koefisien termal linier sebesar 1,9inch/100ft
untuk temperatur 4000F disajikan dalam Tabel 4 (Ferdinand dkk, 2012).
Tabel 4. Material Propertis Titanium Alloy (6% Al, 4% V)
Material Propertis Nilai
Modulus Elastisitas 16,5x106 psi Koefisien Ekspansi Termal 5,3x10−6/oF Poition’s Ratio 0,33
Koefisien Termal Linier @4000F 1,9inch/100ft
3.2.3. Pemilihan tipe elemen
Elemen pada pemodelan dibagi ke dalam dua arah, yakni longitudinal dan
tangential. Elemen yang digunakan pada penelitian ini adalah Shell181 yang
33
memiliki 4 node (pada Gambar 18 ditunjukkan dengan bulatan hitam) dan memiliki
6 derajat kebebasan (pada Gambar 18 ditandai dengan arah panah). Shell181 sangat
cocok untuk menganalisis struktur shell yang memiliki ketebalan tipis hingga
sedang. Shell181 juga sangat cocok untuk analisa linier, rotasi besar, dan aplikasi
tegangan besar nonlinier, karena formulasi unsur didasarkan pada regangan
logaritmik dan ukuran shell sebenarnya. Shell181 adalah elemen dengan empat
node dengan enam derajat kebebasan pada setiap node: translasi dalam sumbu x, y,
z dan rotasi terhadap sumbu x, y, z. Untuk lebih jelas dengan komponen yang
terdapat pada Shell181 dapat dilihat pada Gambar 18.
3.2.4. Meshing
Setelah elemen yang digunakan ditentukan, selanjutnya dilakukan proses meshing
atau pembagian elemen menjadi kecil-kecil untuk mendapatkan solusi persamaan
yang diinginkan. Adapun hasil proses meshing dapat dilihat pada Gambar 19.
Node
Derajat Kebebasan
Gambar 18. Elemen ANSYS Shell181 (ANSYS)
34
Gambar 19. Meshing pada pemodelan S-shaped pipe bend
3.2.5. Merotasikan node
Setelah proses meshing dilakukan, selanjutnya dilakukan proses merotasikan node.
Hal ini dilakukan agar node dapat menerima beban pada semua axis, baik untuk
geometri silinder dan juga toroidal. Pada pemodelan S-shaped pipe bend, langkah
merotasikan node dilakukan dengan membuat koordinat sistem yang baru
sepanjang L pada geometri silinder, kemudian merotasikan axis-z menjadi searah
dengan axis-x, setelah itu merotasikan semua node pada bagian geometri silinder.
Untuk geometri toroidal dengan membuat koordinat sistem baru pada jarak jari-jari
kelengkungan kemudian merotasikan semua node pada bagian toroidal sejauh jari-
jari kelengkungannya.
Pada pemodelan elbow, node dirotasikan dengan membuat koordinat sistem yang
baru sepanjang L pada geometri silinder yang dimulai dari koordinat cartesius,
kemudian merotasikan axis-z menjadi searah dengan axis-x, setelah itu merotasikan
35
semua node pada bagian geometri silinder. Untuk geometri toroidalnya dibuat
koordinat sistem yang baru dengan jarak jari-jari kelengkungan kemudian
merotasikan semua node pada bagian toroidal sejauh jari-jari kelengkungannya.
Sedangkan untuk geometri silinder vertikal dengan mengubah arah koordinat axis-
z menjadi searah dengan axis-y dan axis-y menjadi searah dengan axis-x, kemudian
merotasikan seluruh node pada bagian tersebut.
3.2.6. Kondisi batas
Setelah proses merotasikan node dilakukan, selanjutnya dilakukan pemberian
kondisi batas pada model geometri. Kondisi batas yang diberikan adalah fully-fixed
untuk semua DOF (Degrees of Freedom) pada kedua ujung pipa (penampang).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Kondisi batas
36
3.2.7. Pembebanan
Setelah dilakukan pemberian kondisi batas pada model, selanjutnya model
diberikan beban termal. Pembebanan yang diberikan pada model adalah
pembebanan seragam pada seluruh bagian baik geometri bagian silinder maupun
toroidal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21. Beban termal temperatur 4000F
Setelah model diberikan pembebanan sesuai dengan kondisi batas yang diinginkan,
selanjutnya dilakukan tahap solusi dengan menerapkan tipe analisis statik dengan
menggunakan analisis metode elemen hingga (Finite Element Analisys) dan
dilakukan langkah pembebanan. Analisis statik pada penelitian ini menggunakan
ANSYS dengan beban tidak berulang.
Setelah proses solusi selesai maka didapatkan hasil berupa beban maksimal yang
diterima geometri pipa secara keseluruhan, namun untuk sampel node yang diambil
37
adalah bagian tengah geometri toroidalnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 22.
(a) (b)
Gambar 22. (a) Geometri Bagian Bend pada S-Shaped. (b) Node analisis
displacement
Selanjutnya, data yang telah didapat dari hasil pengujian dapat diolah dan
ditampilkan baik dalam bentuk tabel, kurva, grafik, perubahan kontur model
geometri (ovalisasi) dan nilai ekstrak lainnya. Hasil yang diinginkan dari analisis
ini adalah faktor fleksibilitas dan faktor intensifikasi tegangan dengan beban termal
equivalen pada bentuk S-shaped dan elbow.
3.3. Diagram Alir Penelitian
Penelitian dimulai dari tahap pemodelan geometri, pemilihan tipe elemen yang
digunakan, tahap meshing, pemberian kondisi batas, sampai dengan tahap
pemberian beban termal untuk melihat fenomena stress yang terjadi. Dimana hasil
yang diinginkan berupa data pengaruh rasio jari-jari kelengkungan dan ketebalan
pipa terhadap faktor fleksibilitas pipa yang diberikan beban termal dan nilai faktor
intensifikasi tegangannya. Secar garis besar proses penelitian dapat dilihat pada
Gambar 23.
38
.
Mulai
Pemodelan Geometri
S-Shaped pipe bend
Pilih Element Type
Element Shell 181
Meshing
Kondisi Batas
Difix pada kedua ujung pipa (penampang)
Pembebanan
Diberikan beban internal pressure seragam pada geometri
Solve
Solution is done
Simpulan
Selesai
Merotasikan Node
Node pada geomteri silinder dan toroidal
dirotasikan seluruhnya
General Post-Processing
1. Von mises stress (Seqv)
2. Strees pada axis-y geometri toroidal
3. Radial dan longitudinal displacement
Tidak
Ya
Gambar 23. Diagram Alir Penelitian
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Adapun simpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pipa S-Shaped yang kedua ujungnya difix (fully-fixed) dan diberikan beban
termal mengalami in-plane closing bending yang besarnya sama (ekivalen) pada
kedua bagian pipa.
2. Semakin tebal pipa maka faktor fleksibilitasnya akan semakin kecil dan semakin
besar rasio jari-jari kelengkungan pipa S-Shaped maka faktor fleksibilitasnya
pun akan semakin kecil untuk beban termal dan mekanik.
3. Faktor fleksbilitas dengan pembebanan termal jauh lebih kecil dibandingkan
dengan beban mekanik. Hal ini disebabkan karena beban sekunder cenderung
lebih kecil jika dibandingkan dengan beban primer.
4. Semakin besar rasio jari-jari kelengkungan pipa S-Shaped maka faktor
intensifikasi tegangannya akan semakin kecil untuk beban termal dan mekanik.
5. Pada beban termal, ketebalan pipa tidak berpengaruh terhadap faktor
intensifikasi tegangannya. Namun pada beban mekanik, semakin tebal pipa
maka faktor intensifikasi tegangannya semakin kecil.
6. Kecenderungan nilai faktor intensifikasi tegangan yang terjadi pada pipa yang
diberikan beban termal (secondary load) dan beban mekanik (primary load)
adalah tidak sama.
68
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan S-Shaped dan elbow dengan
berbagai sudut agar didapatkan formulasi faktor fleksibilitas dan faktor
intensifikasi tegangan untuk beban termal.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla, H. F., 2014, Shakedown boundary determination of a 90–degree back–to–
back pipe bend subjected to steady internal pressures and cyclic in–plane
bending moments. Proceding of the ASME 2014 PV and Piping
Conference, Anaheim, California, USA.
Alif, 2014, 51mm 2 "inch Z Shape S Shape Aluminium Turbo Intercooler Pipa Pipa
Tubing. 2. Diunduh di https://id.aliexpress.com/item/51mm-2-inch-Z-
Shape -S -Shape -Aluminum -Turbo –Intercooler –Pipe –Piping -Tubing/
1754915130.html. Pada tanggal 2 Maret 2018 pukul 11.45 WIB
ANSYS Inc, ANSYS help. Theory Reference
ASME B31.1, 2014. Power Piping. ASME, USA.
ASME B31.3, 2009. Process Piping. ASME, USA.
Basavaraju, C., 2003. Appendix E2; Pipe Properties. Frederick, Maryland.
Clark, R. A., and Reissner, E., 1951. Bending of Curved Tubes. In Advances in
Applied Mechanics, Vol. II, pp. 93 – 122, edited by Richard von Mises
and Theodore von Karman, Academic Press Inc.
Ferdinand, dkk., 2012. Mechanics of Materials, Sixth Edition. McGraw-Hill
Companies, Inc, New York, USA.
Kannappan, S. 1986, Introduction to Pipe Stress Analysis. John Wiley & Sony, New
York.
Lubis, A., 2003, A Study of the Behavior of Pressurized Piping Elbow. Disertasi
Doctor, Departement of Mechanical Engineering, University of
Strathclyde, Glasgow, Scotland, UK.
Lubis, A., dan Tumpal O Rajagukguk, 2007. The Influence of Intermediate Tangent
on Flexibility and Stress Intensification Factors of S-Shaped Steel Piping
Elbows. Proceeding of the 1st International Conference on Green
Technology and Engineering, Universitas Malahayati, Bandar Lampung,
Indonesia.
71
Moaveni, S., 1999, Finite Element Analysis, Theory and Application with ANSYS.
Minnesota State University.
Sugeng, 2013. Stress Pada Vessel. Diunduh di http : //www. idpipe. com /2013 / 06
/stress –pada –vessel .html. Pada tanggal 2 Maret 2018. Pukul 11:50 WIB.
Spielvogel, S. W., 1943. Piping Stress Calculations Simplified. McGraw-Hill Book
Company, Inc. New York and London.
Vigness, I., 1943. Elastic Properties of Curved Tubes. Transactions of the ASME,
Vol.65, pp.105 – 20.
Wermac, 2008. Dimensions Butt Weld Elbows 45°-90° LR & 3D according to
ASME B16.9. Diunduh di http : // www. Wermac .org /fittings /dim_
elbows_a.html. Pada tanggal 2 Maret 2018 pukul 11:32 WIB.