+ All Categories
Home > Documents > STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Date post: 04-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 9 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
16
Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019 70 STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER HIDUP GEREJA PROTESTAN MALUKU DI KOTA AMBON Steven Siaila, Jo Borolla, Meiske Wenno Abstract This study aims to determine the feasibility of developing a GPM Rumah Sakit Sumber Hidup (RSSH). To achieve the above objectives the Capital Budgeting Approach is used which includes the Calculation of Payback Period, Calculation of Net Present Value and Internal Rate of Return. In the Calculation used moderate, pessimistic, and optimistic conditions. The results obtained are that the mederat and optimistic scenario of the development effort is feasible to be carried out, whereas in the pessimistic scenario the effort to develop RSSH is not feasible in calculating the Payback Period and the internal rate of return. While the current value approach (NPV) is feasible. Based on the results of these calculations it can be concluded that the effort to develop RSSH is feasible to be carried out because the calculation results show profitable results. Keyword: RSSH Development Opportunity - Feasibility Analysis - Eligible To Be Done PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang optimal dari rumah sakit terus mengalami peningkatan yang selanjutnya menimbulkan tuntutan untuk mengembangkan kualitas pelayanan atau peningkatan kualitas pelayanan diantaranya, pengembangan sarana dan prasarana, sumber daya manusia dan sebagainya. Fenomena yang terjadi sekarang banyak pasien yang mengeluhkan bangunan dari rumah sakit yang tidak terawat dan alat-alat medis yang kurang atau belum canggih seperti rumah sakit yang sudah berkembang saat ini. Rumah sakit memiliki peran untuk melakukan perbaikan dalam pelayanannya seperti pengembangan gedung rumah sakit dan penambahan alat-alat medis. Semakin berkembangnya teknologi tentu peralatan medis yang digunakan dalam sebuah rumah sakit semakin canggih dan praktis. Dalam upaya memberikan pelayanan yang baik, maka rumah sakit memerlukan berbagai macam alat penunjang kesehatan seperti peralatan medis dan gedung sehingga rumah sakit merupakan rujukan yang paling utama bagi pelayanan kesehatan. Melakukan pengembangan investasi pada rumah sakit tentunya tidak dapat dilakukan sembarangan, seorang manajer harus mampu meminimalkan risiko-risiko yang terjadi agar dapat menghasilkan analisa investasi yang baik dan cermat. Analisa investasi merupakan hal yang penting dilakukan bagi seorang manajer dalam sebuah rumah sakit karena dengan melakukan analisis investasi manajer rumah sakit dapat mengidentifikasi tingkat pengembalian investasi dan risiko dari investasi tersebut. Dengan adanya identifikasi tingkat pengembalian, risiko dan sumber
Transcript
Page 1: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

70

STUDI KELAYAKAN

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER HIDUP

GEREJA PROTESTAN MALUKU

DI KOTA AMBON

Steven Siaila, Jo Borolla, Meiske Wenno

Abstract

This study aims to determine the feasibility of developing a GPM

Rumah Sakit Sumber Hidup (RSSH). To achieve the above objectives the

Capital Budgeting Approach is used which includes the Calculation of Payback

Period, Calculation of Net Present Value and Internal Rate of Return. In the

Calculation used moderate, pessimistic, and optimistic conditions.

The results obtained are that the mederat and optimistic scenario of the

development effort is feasible to be carried out, whereas in the pessimistic

scenario the effort to develop RSSH is not feasible in calculating the Payback

Period and the internal rate of return. While the current value approach (NPV) is

feasible.

Based on the results of these calculations it can be concluded that the

effort to develop RSSH is feasible to be carried out because the calculation

results show profitable results.

Keyword: RSSH Development Opportunity - Feasibility Analysis - Eligible To

Be Done

PENDAHULUAN

Kebutuhan masyarakat terhadap

pelayanan yang optimal dari rumah sakit

terus mengalami peningkatan yang

selanjutnya menimbulkan tuntutan untuk

mengembangkan kualitas pelayanan atau

peningkatan kualitas pelayanan

diantaranya, pengembangan sarana dan

prasarana, sumber daya manusia dan

sebagainya. Fenomena yang terjadi

sekarang banyak pasien yang

mengeluhkan bangunan dari rumah sakit

yang tidak terawat dan alat-alat medis

yang kurang atau belum canggih seperti rumah sakit yang sudah berkembang saat

ini. Rumah sakit memiliki peran untuk

melakukan perbaikan dalam pelayanannya

seperti pengembangan gedung rumah sakit

dan penambahan alat-alat medis. Semakin

berkembangnya teknologi tentu peralatan

medis yang digunakan dalam sebuah

rumah sakit semakin canggih dan praktis.

Dalam upaya memberikan pelayanan yang

baik, maka rumah sakit memerlukan

berbagai macam alat penunjang kesehatan

seperti peralatan medis dan gedung

sehingga rumah sakit merupakan rujukan

yang paling utama bagi pelayanan

kesehatan.

Melakukan pengembangan

investasi pada rumah sakit tentunya tidak

dapat dilakukan sembarangan, seorang

manajer harus mampu meminimalkan

risiko-risiko yang terjadi agar dapat

menghasilkan analisa investasi yang

baik dan cermat. Analisa investasi

merupakan hal yang penting dilakukan

bagi seorang manajer dalam sebuah rumah

sakit karena dengan melakukan analisis

investasi manajer rumah sakit dapat

mengidentifikasi tingkat pengembalian

investasi dan risiko dari investasi tersebut.

Dengan adanya identifikasi tingkat

pengembalian, risiko dan sumber

Page 2: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

71

pendanaan maka manajer rumah sakit

dapat mengetahui apakah pengembangan

investasi yang dilakukan memiliki manfaat

bagi rumah sakit yaitu keuntungan dari

pengembangan investasi. Tingkat pengem-

balian adalah keuntungan yang diperoleh

perusahaan, individu dan institusi dimana

tingkat pengembalian akan dipakai sebagai

dasar perhitungan dalam rangka mengkaji

kelayakan usulan proyek

(investasi).Dengan melakukan

pengembangan investasi manajer bisa

mengetahui bagaiamana tingkat

pengembalian investasi yang dilakukan.

Hal terpenting berkaitan dengan

penyusunan anggaran modal untuk

membangun pengembangan investasi

adalah mengevaluasi resiko. Risiko dalam

berinvestasi biasanya dikaitkan dengan

kemungkinan atau probabilitas terjadinya

peristiwa di luar yang diharapkan dimana

jika seorang pengusaha ingin

mendirikan usaha tentu akan

mengharapkan keuntungan dari investasi

tersebut dan menghindari risiko. Namun,

semakin besar kemungkinan rendahnya

keuntungan bahkan sampai rugi, semakin

besar risiko usaha tersebut dalam

melakukan pengembangan investasi.

Proyek investasi pada umumnya

membutuhkan dana yang tidak sedikit dan

berpengaruh bagi perusahaan dalam

jangka waktu yang panjang, karena itu

perlu dilakukan studi kelayakan bisnis

agar dana yang telah diinvestasikan tidak

terbuang percuma. Studi kelayakan bisnis

dapat diartikan sebagai penelitian tentang

akan didirikan atau perluasan suatu proyek

guna mengetahui apakah layak atau

tidaknya proyek tersebut dilaksanakan atau

menguntungkan. Studi kelayakan bisnis

bila dilakukan secara professional akan dapat berperan penting dalam proses

pengambilan keputusan investasi.

Menurut Kasmir & Jakfar

(2012:6), Kelayakan artinya penelitian

yang dilakukan secara mendalam untuk

menentukan apakah usaha yang akan

dijalankan akan memberikan manfaat yang

lebih besar dibandingkan dengan biaya

yang akan dikeluarkan. Sedangkan bisnis

adalah usaha yang dijalankan yang tujuan

utamanya untuk memperoleh keuntungan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa pengertian Studi Kelayakan Bisnis

(SKB) adalah suatu kegiatan yang

mempelajari secara mendalam tentang

suatu usaha atau bisnis yanga akan

dijalankan, dalam rangka menentukan

layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.

Husein Umar (Sunyoto 2014:2),

studi kelayakan bisnis merupakan

penelitian terhadap rencana bisnis yang

tidak hanya menganalisis layak atau

tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga

saat dioperasionalkan secara rutin dalam

rangka pencapaian keuntungan yang

maksimal untuk waktu yang tidak

ditentukan. Studi kelayakan biasanya

digolongkan menjadi dua bagian yang

berdasarkan pada orientasi yang

diharapkan oleh satu perusahaan yaitu

berdasarkan orientasi laba dan orientasi

tidak pada laba (sosial).

Penelitian ini mencoba untuk

menganalisis bagaimana tingkat kelayakan

investasi dan risiko investasi pada proyek

pembangunan Rumah Sakit Sumber

Hidup (selanjutnya disingkat RSSH

GPM) di Kota Ambon. RSSH GPM

memberikan pelayanan berupa UGD 24

Jam, pelayanan rawat inap dan rawat jalan.

Serta fasilitas penunjang yang berupa

Pelayanan Operasi (OK), Pelayanan

Bersalin, Pelayanan Laboratorium,

Pelayanan Radiologi, Pelayanan Rekam

Medik, dan Fasilitas Ambulance 24 Jam

serta alat penunjang medis lainnya. Selain

fasilitas penunjang yang disediakan RSSH

GPM, petugas kesehatan pada rumah sakit

ini juga telah berusaha sebaik-baiknya

memberikan pelayanan kepada pasien, tetapi masih sering terjadi ketidakpuasan

pasien dan keluarganya. Kepuasan akhir

merupakan resultan dari berbagai

komponen layanan kedokteran, dan

ketidakpuasan pasien dipengaruhi oleh

berbagai faktor masukan seperti: karakter

petugas kesehatan yang sering kali tidak

terkontrolkan emosinya dalam melayani

Page 3: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

72

pasien, alat-alat yang dipakai untuk

diagnosis dan juga proses pengobatan

dalam memperoleh kesembuhan seorang

pasien juga belum memadai, serta

keterlambatan waktu untuk memeriksa

yang dilakukan oleh dokter, dan juga

jumlah kamar pasien yang tidak terlalu

banyak.

Seperti umumnya proyek, untuk

mendapatkan persetujuan dibangun, harus

dibuktikan kelayakan proyek tersebut.

Salah satu aspek yang ditinjau dalam studi

kelayakan adalah bahwa proyek tersebut

memiliki nilai manfaat yang lebih besar

dari biaya, untuk itu dilakukan analisis

ekonomi pada pembangunan RSSH GPM

Ambon. Dalam penelitian ini, peninjauan

aspek ekonomi dilakukan untuk menilai

biaya-biaya yang terkait pada proyek.

Kriteria penilaian yang akan digunakan

yaitu NPV (Net Present Value), IRR

(Internal Rate of Return), dan PP (Payback

Period).

Berdasarkan uraian di atas,

rumusan masalah sebagai berikut yaitu:

Apakah proyek Pembangunan RSSH GPM

layak secara finansial dan memenuhi

kriteria dalam analisis kelayakan investasi

proyek? Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui besarnya nilai kelayakan

investasi dari proyek pembangunan

RSSH GPM berdasarkan kriteria penilaian

investasi. Adapun manfaat yang

didapatkan dari penelitian ini adalah : (1).

Sebagai bahan evaluasi bagi proyek untuk

mengetahui tentang studi kelayakan pada

proyek pembangunan RSSH GPM

berdasarkan analisis terhadap aspek

finansialnya.(2). Memberikan tambahan

ilmu pengetahuan sehingga dapat

dijadikan sebagai bahan referensi

khususnya mengenai analisis terhdap aspek finansial suatu proyek.

Menurut Kasmir & Jakfar

(2012:13), ada lima tujuan dari studi

kelayakan bisnis, yaitu :

1. Menghindari resiko kerugian; Untuk

mengatasi risiko kerugian dimasa

yang akan datang, karena di masa yang

akan datang ada semacam kondisi

ketidakpastian. Kondisi ini ada yang

dapat diramalkan akan terjadi atau

memang dengan sendirinya terjadi

tanpa dapat diramalkan. Dalam hal

ini, fungsi studi kelayakan adalah

untuk meminimalkan risiko yang tidak

kita inginkan, baik risiko yang dapat

dikendalikan maupun yang tidak dapat

dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan:

Perencanaan meliputi berapa jumlah

dana yang diperlukan, kapan usaha

akan dijalankan, dimana lokasi proyek

akan dibangun, siapa-siapa yang akan

melaksanakannya, berapa besar

keuntungan yang akan diperoleh serta

bagaimana mengawasi jika terjadi

penyimpangan.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan;

Dengan adanya berbagai rencana yang

sudah disusun akan sangat

memudahkan pelaksanaan bisnis. Para

pelaksana yang mengerjakan bisnis

tersebut telah memiliki pedoman yang

harus dikerjakan.Kemudian pengerjaan

usaha dapat dilakukan secara

sistematik, sehingga tepat sasaran

dan sesuai dengan rencana yang sudah

disususn.Rencana yang sudah disusun

dijadikan acuan dalam mengerjakan

setiap tahap yang sudah direncanakan.

4. Memudahkan pengawasan; Dengan

telah dilaksanakannya suatu usaha atau

proyek sesuai dengan rencana yang

sudah disusun, maka akan

memudahkan perusahaan untuk

melakukan pengawasan terhadap

jalannya usaha. Pengawasan ini perlu

dilakukan agar pelaksanaan usaha

tidak melenceng dari rencana yang

telah disusun.

5. Memudahkan pengendalian; Jika dalam pelaksanan pekerjaan telah

dilakukan pengawasan, maka apabila

terjadi suatu penyimpangan akan

mudah terdeteksi, sehingga akan dapat

dilakukan pengendalian atas

penyimpangan tersebut. Tujuan

pengendalian adalah untuk

mengembalikan pelaksanaan pekerjaan

Page 4: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

73

yang melenceng ke rel yang

sesungguhnya, sehingga pada akhirnya

tujuan perusahaan akan tercapai.

Menurut Kasmir & Jakfar

(2012:24), untuk memulai studi kelayakan

suatu usaha pada umumnya dimulai dari

aspek hukum. Tujuan dari aspek hukum

adalah untuk meneliti keabsahan,

kesempurnaan, dan keaslian dari

dokumen-dokumen yang dimiliki.

Penelitian keabsahan dokumen dapat

dilakukan sesuai dengan lembaga yang

mengeluarkan dan yang mengesahkan

dokumen yang bersangkut an. Adapun

dokumen yang perlu diteliti keabsahan,

kesempurnaan dan keasliannya meliputi

badan hukum, izin- izin yang dimiliki,

sertifikat tanah atau dokumen lainnya yang

mendukung kegiatan usaha tersebut.

Menurut William J. Stanton

(Sunyoto 2014:32), pemasaran adalah

suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang

dirancang untuk merencanakan,

menentukan harga, promosi dan

mendistribusikan barang-barang yang

dapat memuaskan keinginan dan mencapai

pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

Pengertian pasar secara sederhana dapat

diartikan sebagai tempat bertemunya para

penjual dan pembeli untuk melakukan

transaksi. Pengertian ini mengandung arti

pasar memiliki tempat atau lokasi tertentu

sehingga memungkinkan pembeli dan

penjual bertemu untuk melakukan

transaksi jual beli produk baik barang

maupun jasa.

Pasar dan pemasaran merupakan

dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lainnya. Pasar dan pemasaran

memiliki tingkat ketergantungan yang

tinggi dan saling mempengaruhi satu

sama lainnya. Dengan kata lain, setiap adanya pasar selalu diikuti oleh pemasaran

dan setiap kegiatan pemasaran adalah

untuk mencari atau menciptakan pasar

(Kasmir & Jakfar 2012 : 43). Yang kaji

dalam aspek pemasaran ini adalah:

Segmentasi Pasar, Pasar Sasaran, Bauran

Pemasaran,

Menurut Fahmi (2014:145),

penelitian dalam aspek ini dilakukan untuk

menilai biaya-biaya apa saja yang akan

dikeluarkan dan seberapa besar biaya-

biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian

juga meneliti seberapa besar pendapatan

yang akan diterima jika usaha dijalankan.

Dari banyaknya aspek penilaian kelayakan

bisnis, maka aspek keuangan dilihat

sebagai aspek yang memiliki pengaruh

besar karena keputusan keuangan bukan

hanya berdampak secara jangka pendek

namun juga bisa berdampak secara jangka

panjang.

Menurut Kasmir & Jakfar

(2012:88), investasi yang dilakukan dalam

berbagai bidang bisnis (usaha), tentu

memerlukan sejumlah modal, disamping

keahlian lainnya. Modal yang digunakan

untuk membiayai suatu bisnis, mulai dari

prainvestasi, biaya investasi dalam

aktiva tetap, hingga modal kerja.Modal

digunakan untuk membiayai biaya

investasi seperti pengurusan izin-izin dan

pembuatan studi usaha.Kemudian

selanjutnya yang harus dikeluarkan

adalah untuk pembelian aktiva tetap

seperti pembelian tanah, pendirian

bangunan atau gedung, pembelian mesin-

mesin, dan aktiva tetap lainnya. Modal

juga digunakan untuk biaya operasi pada

saat bisnis tersebut dijalankan, misalnya

untuk biaya bahan baku, gaji, dan biaya

operasi lainnya.

Kemudian modal kerja yaitu

modal yang digunakan untuk membiayai

operasional perusahaan selama perusahaan

beroperasi. Jangka waktu penggunaan

modal kerja relatif pendek, yaitu untuk

satu atau beberapa siklus operasi

perusahaan. Modal kerja digunakan

untuk kepentingan membeli bahan baku, membayar gaji karyawan dan biaya

pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya.

Dilihat dari segi sumber asalanya, modal

dibagi dua macam yaitu: (Kasmir & Jakfar

2012 : 91).

Menurut Kasmir & Jakfar

(2012:95), Cash Flow merupakan arus kas

atau aliran kas yang ada diperusahaan

Page 5: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

74

dalam suatu periode tertentu. Cash flow

menggambarkan berapa uang yang masuk

(cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis

pemasukan tersebut. Cash flow juga

menggambarkan berapa uang yang keluar

(cash out) serta jenis-jenis biaya yang

dikeluarkan.

Uang masuk dapat berupa

pinjaman dari lembaga keuangan atau

hibah dari pihak tertentu.Uang masuk juga

dapat diperoleh dari penghasilan atau

pendapatan yang diperoleh dari yang

berhubungan langsung dengan usaha yang

sedang dijalankan seperti penjualan.Uang

masuk juga bisa pula berasal dari

pendapatan lainnya yang bukan dari usaha

utama.

Uang keluar merupakan sejumlah

uang yang dikeluarkan perusahaan dalam

suatu periode, baik yang langsung

berhubungan dengan usaha yang

dijalankan, maupun yang tidak ada

hubungan sama sekali dengan usaha

utama. Uang keluar ini merupakan biaya-

biaya yang harus dikeluarkan perusahaan

untuk berbagai keperluan yang berkaitan

dengan kegiatan usaha, seperti

pembayaran cicilan utang dan bunga

pinjaman, biaya produksi, biaya tenaga

kerja, dan biaya pemasaran. Menurut

Syahyunan (2014:164), Cash Flow atau

arus kas pada suatu investasi dapat

dibedakan atas 3 (tiga) bagian yaitu :

a. Arus kas awal (Intial Cash Flows); Arus

kas yang terjadi pada awal investor

melaksanakan pendirian atau

pembangunan sebuah usaha/

proyek.Arus kas awal ini lazim

didefinisikan terjadi pada periode ke-0

dan pengeluaran kas yang bersangkutan

berkaitan dengan pelaksanaan pendirian

atau pembangunan sebuah usaha/

proyek investasi.

b. Arus kas operasi (operating cash flows);

Arus kas yang terjadi pada sebuah

investasi/ proyek atau perusahaan yang

sudah dan sedang beroperasi. Untuk

menghitung arus kas operasi dapat

dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1. Apabila pembiayaan investasi/

proyek menggunakan 100% modal

sendiri, artinya tanpa modal

pinjaman, maka perhitungan arus

kas operasi dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

2. Apabila pembiayaan

investasi/proyek menggunakan

kombinasi modal sendiri dan

pinjaman, artinya pembiayaan

investasi/ proyek tidak seluruhnya

menggunakan modal sendiri

melainkan ada menggunakan modal

pinjaman, maka perhitungan arus

kas operasi dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut: c. Arus kas terminal (terminal cash

flows); Arus kas yang terjadi pada saat

sebuah investasi/ proyek sudah tiba

pada akhir usia ekonomis, meliputi

penerimaan nilai sisa investasi/ proyek

dan pemulihan atau pengembalian

modal kerja.

Secara umum, investasi

merupakan penanaman modal (baik

modal tetap maupun modal tidak tetap)

yang digunakan dalam proses produksi

untuk memperoleh keuntungan suatu

perusahaan. Menurut Frank J. Fabozzi

“investasi adalah proses pengolahan

uang”.Menurut Halim (2005: 4), investasi

hakekatnya merupakan penempatan

sejumlah dana pada saat ini dengan

Arus Kas Operasional = Laba bersih setelah pajak + Depresiasi + bunga (1-pajak)

Arus Kas Operasional = Laba bersih setelah pajak + Depresiasi

Page 6: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

75

harapan untuk memperoleh di masa

mendatang. Lebih jauh lagi ekonom asal

Amerika Paul R. Krugman dan Maurice

Obstfeld (dalam Fahmi 2014 : 8),

mengatakan bahwa bagian output yang

digunkan oleh perusahaan-perusahaan

swasta guna menghasilkan output di masa

mendatang ini bisa disebut sebagai

investasi.Menurut Fahmi (2014: 8),

menyatakan dapat dipahami bahwa asal-

usul investasi tidak mesti berasal dari

bagian keuangan. Namun investasi juga

dapat berasal dari bagian pemasaran

(misal, membuka jaringan distribusi baru),

bagian produksi (mengganti mesin lama

dengan mesin baru), dan melibatkan

berbagai bagian (meluncurkan produk

baru, mendirikan pabrik baru).

Sebuah investasi diperlukan

untuk kegiatan berjaga-jaga dalam

menghadapi peristiwa usaha yang tidak

terduuga, dan bisa juga untuk memenuhi

kebutuhan hidup.Untuk memperoleh

investasi diperlukan modal dasar, yaitu

dapat berupa uang, motivasi atau

semangat.Oleh karena itu sebuah investasi

tidak dapat terlepas dari suatu kegiatan

bisnis dan merupakan aspek yang

utama untuk lahirnya suatu usaha.

Menurut William F.S (Fahmi

2014:9), dikenal dua bentuk investasi

yaitu:

1. Real investment; Investasi nyata (real

investment) secara umum melibatkan

aset berwujud, seperti tanah, mesin,

atau pabrik.

2. Financial investment; Investasi

keuangan (Financial investment)

melibatkan kon-trak tertulis, seperti

saham biasa (common stock) dan

obligasi (bond).

Beberapa indicator yang

digunakan dalam melihat tingkat

kelayakan suatu usaha adalah payback

period (PP), net present value (NPV),

internal rate of return (IRR). Kriteria-

kriteria tersebut akan dijelaskan lebih rinci

pada poin-poin dibawah ini:

a. Metode Payback Periode, adalah suatu

periode yang diperlukan untuk

menutup kembali pengeluaran

investasi (initial cash investment)

yang menggunakan aliran kas, dengan

kata lain payback period merupakan

rasio antara “initial cash investment”

dengan “cash inflow”-nya, yang

hasilnya merupakan satuan waktu,

Selanjutnya nilai rasio ini

dibandingkan dengan maximum

payback period yang dapat diterima

(Umar, 2005). Jika “payback period”

lebih pendek waktunya dari “maximum

payback period”-nya maka usulan

investasi dapat diterima. Metode ini

cukup sederhana sehingga mempunyai

beberapa kelemahan antara lain tidak

memperhatikan konsep nilai waktu dari

uang, di samping juga tidak

memperhatikan aliran kas masuk

setelah payback (Umar, 2005). Untuk

mengatasi kelemahan karena

mengabaikan nilai waktu uang, metode

perhitungan payback period dicoba

diperbaiki dengan mempresentasikan

arus kas, dan dihitung periode

paybacknya. Cara ini disebut sebagai

discounted payback period (Sutojo,

2002).

Payback Period = Investasi

Investasi kas bersih per tahun

Untuk menilai kelayakan suatu usaha

atau proyek dari segi Payback Period

adalah:

Jika : PP ˃ umur ekonomis proyek,

maka tidak layak.

Jika : PP ˂ umur ekonomis proyek,

maka layak

b. Metode Internal Rate of Return (IRR),

Metode ini digunakan untuk mencari

tingkat bunga yang menyamakan nilai

sekarang dari arus kas yang diharapkan

di masa datang, atau penerimaan kas,

dengan mengeluarkan investasi awal

(Umar, 2005). IRR adalah salah satu

Page 7: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

76

metode untuk mengukur tingkat

investasi. Rumus yang dipakai yaitu :

Nilai IRR dapat dicari

menggunakan cara lain yaitu dengan

cara coba-coba (trial and error).

Caranya, hitung nilai sekarang dari arus

kas dari suatu investasi dengan

menggunakan suku bunga yang wajar,

misalnya 10%, lalu bandingkan dengan

biaya investasi, jika nilai investasi lebih

kecil, maka dicoba lagi dengan suku

bunga yang lebih tinggi demikian

seterusnya sampai biaya investasi

menjadi sama besar. Sebaliknya,

dengan suku bunga wajar tadi nilai

investasi lebih besar, coba lagi dengan

suku bunga yang lebih rendah sampai

mendapat nilai investasi yang sama

besar dengan nilai sekarang (Umar,

2005). Decision rule metode ini

adalah “terima investasi yang

diharapkan memberikan IRR ≥ tingkat

bunga yang dipandang layak”.

Kelemahan metode IRR ini adalah

bahwa i yang dihitung akan

merupakan angka yang sama untuk

setiap tahun usia ekonomis dan bisa

diperoleh i yang lebih dari satu angka.

Kelemahan lainnya adalah pada saat

perusahaan harus memilih proyek yang

bersifat mutually exclusive (Sutojo,

2002). Kriteria penilaian: Jika IRR

yang didapat ternyata lebih besar dari

“rate of return” yang ditentukan

maka investasi dapat diterima.

c. Metode Net Present Value (NPV); Net

Present Value yaitu selisih antara

Present Value dari investasi dengan

nilai sekarang dari penerimaan-

penerimaan kas bersih (aliran kas

operasional maupun aliran kas

terminal) di masa yang akan datang

(Umar, 2005). Untuk menghitung nilai

sekarang perlu ditentukan tingkat bunga

yang relevan. NPV > 0 berarti proyek

tersebut dapat menciptakan cash inflow

dengan persentase lebih besar

dibandingkan opportunity cost modal

yang ditanamkan. Apabila NPV = 0,

proyek kemungkinan dapat diterima

karena cash in flow yang akan diperoleh

sama dengan opportunity cost dari

modal yang ditanamkan. Jadi semakin

besar nilai NPV, semakin baik bagi

proyek tersebut untuk dilanjutkan

(Rangkuti, 2004). Perhitungan NPV

memerlukan dua kegiatan penting, yaitu

: (1) menaksir arus kas, dan (2)

menentukan tingkat bunga yang

dipandang relevan. NPV dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Dimana :

P = aliran kas masuk i = tingkat diskon

t = periode umur investasi

C = investasi awal

Menurut Kuswadi (2007),

langkah-langkah yang dilakukan dalam

perhitungan NPV yaitu :

1) Menentukan tingkat diskon (discount

rate) yang akan digunakan, dalam hal

ini dapat dipakai :

a) Biaya modal (cost of capital), atau

b) Tingkat keuntungan (rate of return)

yang dikehendaki.

2) Menghitung present value dari aliran

kas dengan tingkat diskon tersebut.

3) Menghitung present value dari

besarnya investasi.

4) Menghitung NPV menggunakan

rumus pada persamaan 3. Hasil dari

perhitungan Net Present Value (NPV)

terhadap keputusan investasi yang

akan dilakukan adalah Jika: NPV

bernilai positif , maka investasi layak;

NPV bernilai negatif , maka investasi

tidak layak

METODE

Penelitian ini dilakukan pada

proyek pembangunan RSSH GPM yang

berlokasi di Jl. Antony Rebok, Kota

Ambon Provinsi Maluku. Jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif yang disebut case

Page 8: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

77

study (studi kasus), case study adalah

penelitian yang dilakukan secara intensif,

teperinci dan mendalam terhadap suatu

individu, lembaga atau gejala tertentu

dengan daerah atau subjek yang sempit.

Langkah pertama yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah melakukan kajian dari

beberapa literatur berupa buku, jurnal dan

artikel yang berkaitan dengan analisis

kelayakan investasi, khususnya pada

proyek pembangunan rumah sakit. Hal ini

bertujuan untuk memberikan informasi

tentang analisis kelayakan investasi dari

sudut pandang finansial.

Sumber data dalam penelitian

adalah sumber dimana data dapat

diperoleh. Sedangkan Teknik

pengumpulan data merupakan cara-cara

yang dilakukan dalam mengumpulkan data

yang diperlukan dalam penelitian. Berikut

dijabarkan data-data yang diperlukan

dalam penelitian ini beserta sumber dan

teknik pengumpulannya: Banyak cara

yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan data sekunder salah satunya

dengan melakukan studi kepustakaan

dengan membaca dan mempelajari buku,

penelitian terdahulu, Cara lainnya adalah

melakukan studi lapangan untuk

mendapatkan data skunder yang

dibutuhkan dalam penelitian dengan cara

mendatangi pihak RSSH GPM. Adapun

sumber data yang dibutuhkan :

a) Data Rincian Anggaran Biaya (RAB)

RSSH GPM Ambon. b.Gambar kerja

RSSH GPM Ambon

b) Tingkat suku bunga Bank Indonesia

tahun 2010-2018.

c) Tingkat inflasi di Indonesia tahun

2010-2018.

d) Data tarif kamar RSSH GPM

Berdasarkan data yang telah

terkumpul dilakukan pengembangan

asumsi, yang merupakan perkiraan-

perkiraan yang akan digunakan dalam

penelitian, seperti:

a) Umur ekonomis atau usia pakai

bangunan RSSH GPM diasumsikan 30

tahun.

b) Tarif Sewa Kamar RSSH GPM

ditetapkan berdasarkan survei dengan

rumah sakit setipe.

c) Tingkat suku bunga Bank Indonesia

tahun 2010-2018.

d) Tingkat inflasi di Indonesia tahun

2010-2018.

e) Tingkat keuntungan didasarkan pada

rate of return proyek sejenis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelayanan yang diberikan oleh

RSSH GPM mencakup pelayanan berupa

UGD 24 Jam, pelayanan rawat inap dan

rawat jalan. Serta fasilitas penunjang yang

berupa Pelayanan Operasi (OK), Pelayanan

Bersalin, Pelayanan Laboratorium,

Pelayanan Radiologi, Pelayanan Rekam

Medik, dan Fasilitas Ambulance 24 Jam

serta alat penunjang medis lainnya. Selain

fasilitas penunjang yang disediakan RSSH

GPM, petugas kesehatan pada rumah sakit

ini juga telah berusaha sebaik-baiknya

memberikan pelayanan kepada pasien,

tetapi masih sering terjadi ketidakpuasan

pasien dan keluarganya. Adapun kinerja

pelayanan RSSH GPM tergambar dari

tabel dibawah ini.

Tabel 1

Perkembangan Pelayanan RSSH GPM

Periode 2016-2018

T

Tahun

Pasien

Rawat

Inap

R

Rawat

Jalan

Jumlah

Pasien Mati

> 48 Jam

Jumlah

Pasien

Mati

Pasien

Keluar

(Hidup +

Mati)

2

2016 3,097

3

,905 179 201 2,896

2

2017 3,114

4

,012 194 226 2,888

Page 9: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

78

2

2018 3,211

4

,128

201 238 2,901

Sumber : RSSH GPM, 2019

Tabel diatas diketahui bahwa

jumlah pasien baik rawat inap maupun

rawat jalan di RSSH GPM mengalami

peningkatan tiap tahun. Hal ini

mengindiasikan bahwa kinerja manajemen

dalam memberikan pelayanan kepada

pasien di nilai baik sehingga tingkat

kunjungan terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan hal tersebut

menejemen yang handal sangat dibutuhkan

oleh pihak RSSH GPM dimana

kelansungan hidup perusahaan dalam

jangka panjang tergantung pada suatu

keputusan yang diambil oleh tim

menejemen. Selain itu manajemen juga

perlu melakukan penilaian atas kinerja

keuangannya per periode sehingga

berdasarkan hasil kinerja tersebut tim

manajemen dapat mengetahui maju

mundurnya perusahaan tersebut yang

nantinya akan berguna bagi perusahaan di

masa yang akan datang.

Capaian pelayanan sebuah rumah

sakit diukur dengan capaian Bed

Occupancy Rate (BOR); Leght Of Stay

(LOS); Turn-over Internal (TOI) dan Bed

Tur-over (BTO) dengan rincian sebagai

berikut.

Grafik.1

Capaian Bed Occupancy Rate (BOR) RSSH GPM

Periode Tahun 2012-2017

37.18

55.55

67.83 68.58 71.71 75.15

0

20

40

60

80

2012 2013 2014 2015 2016 2017

BOR

Indicator BOR yang

mengindikasikan tingkat pemanfaatan

tempat tidur telah mencapai angka sesuai

standar yang ditetapkan yakni 75 -85 %.

Perkembangan bor yang sangat tinggi yang

terjadi sejak tahun 2013 terjadi sebagai

gambaran adanya peningkatan pilihan

masyarakat untuk menjadikan RSSH GPM

sebagai fasilitas pilihan untuk pelayanan

jasa kesehatan mereka. Kondisi ini terus

mengalami perkembangan menaik hingga

tahun 2017. Hasil yang dicapai

menunjukan peningkatan mulai dari 37,18

% di tahun 2012 menjadi 75,15 % di tahun

2017. Keadaan ini menunjukan bahwa

dalam setahun 75 % tempat tidur

dimanfaatkan untuk melayani pasien.

Page 10: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

79

Grafik.2

Capaian Long Of Stay Rate (LOS) RSSH GPM

Periode Tahun 2012-2017

Indikator LOS yang merupakan

indicator lama tinggal pasien dengan

standar 3-6 hari. Di RSSH GPM fluktuatif

dimana dari 3,79 hari di tahun 2012

menaik perlahan hingg atahun 2014 pada

posisi 4,22 hari dan selanjutnya turun

perlahan menjadi 4.11 hari di tahun 2015;

4,04 hari di tahun 2016 dan 4,05 hari di

tahun 2017. Kendati masih berada di posisi

standar yang ditetapkan, tetapi capaian ini

berdampak kurang baik karena pasien lebih

lama tinggal di rumah sakit tentu

membutuhkan pelayanan yang semakain

lama pula. Capaian LOS menunjukan

angka yang agak tinggi kendati masih

berada dibawah batas maksimum capaian

LOS yakni 6 hari. Tingginya capaian LOS

ini erat kaitanya dengan adanya pasien

dengan jenis penyakit tertentu yang pada

kenyataanya menjalani rawat-inap yang

cukup lama mulai dari 2 minggu hingga 1

bulan. Keadaan ini mau tidak mau turut

memberi kontribusi pada tingginya capaian

LOS pada RSSH GPM.

Grafik.3

Capaian Turn-Over Interval Rate (TOI) RSSH GPM

Periode Tahun 2012-2017

TOI adalah indicator yang

menunjukan angka selang waktu dimana

sebuah tempat tidur dari selesai dipakai

hingga dipakai kembali, Standar capaianya

adalah 1 – 3 ahari. Angka yang dicapai

RSSH semula 6,54 hari di tahun 2012

menjadi 1,32. Jadi indicator ini

menunjukan bahwa hampir setiap waktu

RSSH GPM melayani pasien rawat inap

dan jarang terjadi tempat tidur yang tidak

terisi lebih dari 2 hari. Jadi dapat dikatakan

bahwa sepanjang hari pada tahun 2017

tidak ada fasilitas tempat tidur pada

berbagai ruang rawat inap di RSSH GPM

Page 11: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

80

tidak digunakan untuk merawat pasien

rawat inap. Capaian TOI yang cenderung

menurun ini menunjukan bahwa selang

waktu tidak terpakainya tempat tidur di

RSSH GPM dari waktu ke waktu semakin

pendekbahkan hanya 1 hari lebih saja

sebuah tempat tidur tidak digunakan oleh

pasien rawat-inap. Ini menunjukan

tingginya minat masyarakat untuk

menjadikan RSSH GPM sebagai rumah

sakit untuk mereka jalani perawatan bila

sakit.

Grafik.4

Capaian Bed Turn-Over Rate (BTO) RSSH GPM

Periode Tahun 2012-2017

BTO adalah indicator yang

menunjukan jumlah sebuah tempat tidur

digunakan untuk melayani pasien rawat

inap dengan standar 40-50 kali. Hasil

perhitungan menunjukan BTO yang

dicapai mengalami peningkatan yang

signifikan. Tahun 2012 BTO-nya 48 kali

terus menaik menjadi 68,87 kali di tahun

2017. Bila dihubungkan dengan standar

penggunaan sebesar 40-50 kali Nampak

bahwa pelayanan yang diberikan telah

melampaui standar. Kondisi ini

menunjukan nbahwa kepecayaan orang

untuk mengunjungi RSSH GPM guna

menikmati pelayanan kesehatan sangat

tinggi bahkan ketika upaya untuk

memenuhi permintaan mengakibatkan

terlampauinya standar BTO.Pelampauan

BTO ini menunjukan tingginya

pemanfaatan tempat tidur untuk melayani

pasien rawat-inap di RSSH GPM

Adapun kondisi keuangan RSBR

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2

Perkembangan Keuangan RSSH GPM

Periode Tahun 2013-2018

Tahun Penerimaan % Total Biaya % Laba %

%

2013 8,301,530,000 7,819,210,000 482,320,000

2014 11,982,430,000 4

4.34 11,440,990,000

4

6.32 541,440,000

1

2.26

2015 13,319,390,000 1

1.16 13,544,980,000

1

8.39 -225,590,000

-

141.66

2016 14,828,220,000 1

1.33 14,783,220,000

9

0.14 45,000,000

-

119.95

2017 15,132,138,713 2

0.05 15,084,607,978

2

0.04 47,530,734.97

5

0.62

2018 15,636,827,691 3

0.34 15,513,078,659

2

0.84 123,749,032

1

60.36

Sumber : Laporan Rugi/Laba RSSH GPM Tahun 2013-2018

Page 12: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

81

Perkembangan keuangan RSSH

GPM sejak tahun 2013-2018 terindikasi

mengalami perkembangan yang membaik

di akhir tahun 2017-2018. Secara umum

penerimaan dan pengeluaran RSSH GPM

mengalami kecenderungan yang searah

tetapi ketika mengalami kenaikan maka

penerimaan mengalami penerimaan yang

lebih tinggi yakni tahun 2013-2014

penerimaan naik sebesar 44,34 %

sementara total biaya meningkat sebesar

46,32 %. Akan tetapi ketika terjadi

penruanan maka penuruan total biaya lebih

besar terbukti di tahunn 2013 ke tahun

2014 penurunan penerimaan menjadi

sebesar 11,16 % (atau menurun sebesar

22,18 %) sedangkan total biaya menjadi

18,39 % (menurun 27,93 %). Tahun 2015

penerimaan mengalami kenaikan 0,17 %

menjadi 11,33 % sedangkan total biaya

mengalami penurunan sebesar 9,25 %

menjadi 9,14 %. Selanjutnya tahun 2016-

2017 terjadi penurunan sebesar 9,28 %

menjadi 2,05 % sedangkan total biaya

mengalami penurunan 7,1 % menjadi 2,04.

Tahun 2017-2018 perkembangan

mengalami peningkatan menjadi 1,29 %

sedangkan total biaya mengalami

peningkatan sebesar 0,8 %.

Mencermati perkembangan seperti

di atas, Nampak bahwa RSSH GPM

mengalmi poerbaikan dalam pengelolaan

pelayanan jasa dengan mengedepankan

prinsi efisiensi sehingga memungkinkan

untuk mengalami pengembangan di masa

yang akan datang.

Analisis Kelayakan Bisnis

Pembangunan Gedung Baru RSSH

GPM

Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

Menentukan jumlah peluang

pangsa pasar yang akan diperoleh oleh

RSSH GPM, diperlukan proyeksi dari

jumlah kunjungan pasien baik rawat inap

maupun rawat jalan dari tahun 2020-2024

adalah sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 3

Proyeksi Banyaknya Kunjungan Pasien RSSH GPM

Tahun 2020-2024

No Tahun Jumlah Pasien

Rawat Jalan Rawat Inap

1 2020 3,372 4,334

2 2021 3,540 4,551

3 2022 3,717 4,779

4 2023 3,903 5,018

5 2024 4,098 5,268

Sumber : Data diolah

Tabel di atas menunjukan bahwa

jumlah kunjungan pasien baik rawat jalan

maupun rawat inap memiliki

kecenderungan terjadi kenaikan setiap

tahunnya. Adanya kesadaran yang tinggi

dari masyarakat terhadap pentingnya

kesehatan menjadi salah satu alasan

kenaikan ini. Peningkatan proyeksi

kunjungan pasien bisa tercapai atau dapat

diperoleh apabila usaha-usaha

pemasaran dilakukan dengan baik.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah

lewat pelayanan BPJS.

a. Analisis Aspek Keuangan

Total investasi yang diperoleh,

manajemen RSSH GPM menggunakan 3%

atau sebesar Rp 325.000.000 untuk

investasi pada modal kerja dan sisanya

sebesar Rp 6.175.000.000 digunakan untuk

investasi pada aktiva tetap.

Page 13: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

82

Tabel 4

Initial Cash Flow No Jenis AKtiva Biaya (Rp)

1 Investasi Modal Kerja 325,000,000

2 Investasi Aktiva Tetap 6,175,000,000

Total 6.500.000.000

Sumber : Data diolah

Adapun operational cash flow perusahaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5

Operational Cash Inflow Net cash

inflow

2020 2021 2022 2023 2024

Laba

setelah

pajak

1,233,616,604 2,249,369,605 3,437,241,543 4,888,340,922 6,650,656,522

Depresiasi 434,088,450 477,497,295 525,247,025 577,771,727 635,548,900

Total

Proceeds

1,667,705,054 2,726,866,900 3,962,488,568 5,466,112,649 7,286,205,422

Sumber : Data diolah

Nilai residu aktiva tetap diperkirakan sebesar Rp 300.000.000

Tabel 6

Hasil Rekapitulasi Analisis Kelayakan Investasi (Kondisi Moderat)

Metode

Penilaian

N

ilai

Standar Keterangan

Payback Period

(PP)

3 tahun, 8 bulan,

28 Hari

Umur ekonomis

5 tahun

PP < UE

Investasi layak

Net Present

Value (NPV)

Rp 4,992,137,297

NPV (+) NPV +

Investasi layak Internal Rate of

Return (IRR)

18,57% OC : 8% IRR > OC

Investasi layak

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas

didapatkan bahwa :

a) Prediksi Net Cash Flow dalam kurun

waktu 2020-2024 dalam kondisi

moderat.Kondisi moderat

menggambarkan indikasi seperti kondisi

normal diterimanya pendapatan dari

biaya rawat inap dan rawat jalan baik

pasien non BPJS maupun BPJS

ditambah laba terjadi kenaikan setiap

tahun.

b) Analisis dengan Metode Payback

Period (PP) dalam kondisi moderat.

Initial outlays (Io) dikurangi net cash

flow (proceeds) merupakan formulasi

dari perhitungan Payback Period (PP),

maka terbukti bahwa kurun waktu

pengembalian investasi lebih pendek

dibandingkan dengan umur proyek (5

tahun) dengan PP: 3 tahun, 8 bulan, 28

hari, sehingga investasi layak dilakukan.

c) Analisis dengan Metode Net Present

Value (NPV) dalam kondisi moderat.

d) Menghitung selisih nilai investasi saat

ini dengan nilai sekarang penerimaan-

penerimaan kas bersih di masa

mendatang akan didapatkan Net

Present Value.

e) Berdasarkan hasil analisis yang

dilakukan dengan memakai formulasi

Net Present Value (NPV), maka

diperoleh nilai dari NPV yaitu

sebesar Rp Rp 4,992,137,297. Hasil ini

mempunyai arti bahwa manfaat yang

diterima lebih tinggi daripada biaya

yang dikeluarkan sehingga hasil

Page 14: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

83

penelitian ini menunjukkan bahwa

investasi pada proyek ini dapat

dikatakan layak.

f) Analisis dengan Metode Internal Rate

of Return (IRR) dalam kondisi moderat.

Berdasarkan analisis terhadap

besarnya data IRR yaitu 18,57% lebih

tinggi dari Opportunity Cost (OC) 8%

artinya secara relatif hasil yang diterima

dari investasi lebih tinggi dari biaya-biaya

modal yang harus ditanggung.

Tabel 7.

Hasil Rekapitulasi Analisis Kelayakan Investasi (Kondisi Pesimis)

Metod

e Penilaian

Nilai Standa

r

Keterangan

Payback Period

(PP)

5 tahun, 3 bulan

dan 12 hari

Umur ekonomis

5 tahun

PP > UE

Investasi tidak layak

Net Present

Value (NPV)

Rp 1,550,408,686 NPV (+) NPV +

Investasi layak Internal Rate of

Return (IRR)

2,57% OC : 8% IRR < OC

Investasi tidak layak

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas,

didapatkan bahwa :

a) Prediksi Net Cash Flow selama tahun

2020-2024 dalam kondisi pesimis.

Dalam kondisi pesimis apabila

pendapatan diturunkan sebesar 5%

dibandingkan pada saat kondisi

moderat, berpengaruh terhadap

menurunnya jumlah penerimaan

pasien, biaya pengobatan dan lain-lain

serta pengeluaran jasa pelayanan,

operasional dan lain-lain; namun disisi

lain masih mampu memberikan

kontribusi bagi investasi yang telah

ditanamkan.

b) Analisis dengan Metode Payback

Period (PP) dalam kondisi pesimis.

Berdasarkan data yang ada terutama

dilihat dari perkembangan Net Cash

Flow dalam waktu 5 tahun,

selanjutnya dapat diketahui bahwa

dalam kondisi yang pesimis Payback

Period ini telah lebih dari umur

ekonomis proyek yaitu 5 tahun, PP : 5

tahun 3 bulan dan 12 hari sehingga hasil

ini menunjukkan bahwa dalam kondisi

pesimis, proyek investasi ini tidak layak

dilakukan.

c) Analisis dengan Metode Net Present

Value (NPV) dalam kondisi pesimis.

Berdasarkan hasil perhitungan maka

proyek ini layak untuk dilakukan

karena mendatangkan NPV yang

positif bagi perusahaan. Walaupun

terjadi penurunan penerimaan pasien

yang diikuti oleh menurunnya

pendapatan RSSH GPM, kondisi

investasi yang ditanamkan masih

masuk ke dalam hitungan layak untuk

dilakukan dengan jumlah NPV sebesar

Rp 1,550,408,686

d) Analisis dengan Metode Internal Rate

of Return (IRR) dalam kondisi

pesimis. IRR pada konsisi pesimis

adalah sebesar 2,27% jika

dibandingkan dengan tingkat

Opportunity Cost (OC) yang besarnya

8%; maka IRR lebih rendah

dibandingkan dengan tingkat

Opportunity Cost (OC). Dari

perbandingan ini, maka dapat

dinyatakan bahwa pengembangan

investasi RSSH GPM tidak layak

untuk dilakukan.

Page 15: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

84

Tabel 8.

Hasil Rekapitulasi Analisis Kelayakan Investasi (Kondisi Optimis)

Metod

e Penilaian

N

ilai

Sta

ndar

Kete

rangan Payback Period

(PP)

2 tahun 1 bulan 17

hari

Umur ekonomis

5 tahun

PP < UE

Investasi layak

Net Present

Value (NPV)

Rp 5,616,970,257 NPV (+) NPV +

Investasi layak

Internal Rate of

Return (IRR)

27,44% OC : 8% IRR > OC

Investasi layak

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas,

didapatkan bahwa :

a. Prediksi Net Cash Flow selama tahun

2020-2024 dalam kondisi optimis. Net

Cash Flow pada kondisi optimis dengan

kenaikan 5% dari kondisi moderat

memberikan prediksi indikasi dalam

kondisi ini penerimaan pasien, biaya

pengobatan dan lainnya serta laba dari

tahun ke tahun semakin bertambah.

b. Analisis dengan Metode Payback

Period (PP) dalam kondisi optimis.

Hasil perhitungan terhadap masa

pengembalian pengembangan investasi

RSSH GPM dengan menggunakan

formulasi Payback Period (PP) adalah

2 tahun 1 bulan 17 hari masih lebih

kecil jika dibandingkan umur ekonomis

proyek yaitu selama 5 tahun, maka

investasi adalah layak.

c. Analisis dengan Metode Net Present

Value (NPV) dalam kondisi optimis.

Perhitungan NPV dari proyek

pengembangan investasi dengan

menggunakan discount rate (i)

sebesar 8 % pada skenario optimis

Net Present Value yang dihasilkan

dengan kondisi yang optimis adalah

positif sebesar Rp 5,616,970,257.

Berdasarkan hasil NPV yang

positif maka proyek pengembangan

investasi ini layak untuk dikembangkan.

Analisis dengan Metode Internal

Rate of Return (IRR) dalam kondisi

Optimis. IRR pada konsisi optimis adalah

sebesar 27,44% jika dibandingkan dengan

tingkat Opportunity Cost (OC) yang

besarnya 8%; maka IRR lebih tinggi

dibandingkan dengan tingkat Opportunity

Cost (OC). Berdasarkan perbandingan ini,

maka dapat dinyatakan bahwa investasi

terhadap pengembangan RSSH GPM

adalah layak dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian ini,

maka studi kelayakan proyek memberikan

masukan/informasi kepada decision maker

dalam rangka memutuskan dan menilai

alternatif proyek investasi yang akan

dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan

dapat dijadikan salah satu pertimbangan

dalam memutuskan kelayakan investasi

pembangunan gedung baru RSSH GPM

Ambon.

PENUTUP

Bertolak dari pembahasan yang

telah dikemukakan pada bab-bab

terdahulu, dapat dikemukakan beberapa

kesimpulan, antara lain sebagai berikut.

1. Rumah Sakit Sumber Hidup GPM

(RSSH GPM, adalah rumah sakit

swasta nasional yang memiliki posisi

yang strategis dalam menjalankan

usahanya karena di pusat kota Ambon.

2. Berdasarkan capaian kinerja pelayanan

jasa RSSH GPM, dapat dikemukakan

bahwa rumah sakit ini mengalami

capaian kinerja pelayanan yang

semakin baik dari waktu ke waktu dan

berpotensi untuk dikembangkan

menjadi rumah sakit yang yang

memiliki fasilitas pelayanan yang lebih

memadai.

3. Hasil analisis kelayakan investasi

menggunakan kriteris Pay Back Period

Method, NPV, dan IRR menunjukan

bahwa pada kondisi moderat dan

optimis usaha pengembangan RSSH

Page 16: STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT SUMBER …

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

85

GPM layak untuk dilaksanakan. Hanya

pada kondisi pesimistis rencana

pengembangan RSSH GPM tidak layak

untuk dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Arwati, Ni Ketut., 2015. Studi

Kelayakan Pengembangan Investasi

Pada Sakit Gigi dan Mulut FKG

Universitas Maha-saraswati.

https://www.unud.ac.id

Amir, Taufiq M., 2011. Manajemen

Strategik : Konsep dan Aplikasi.

Depok : PT Rajagrafindo Persada.

http://jurnal

pnj.com/index.php/politeknologi/art

icle/view/482

Idrus, Muhammad. 2009. Metode

Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta

: Erlangga.

Kasmir, dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan

Bisnis. Jakarta : Prenada Media

Grup

Kuswadi. 2007. Analisis Keekonomian

Proyek. Yogyakarta: PT. Andi

Louisa Magdalena, Charliene., SU,

Suparmi., 2003. Studi Kelayakan

Peningkatan Rawat Inap Oesao

Menjadi RSUD Tipe D Kabupaten

Kupang. https://

reposirory.ugm.ac.id

Mannan, Endang Fitriyah. 2010. Metode

Penelitian. Retensi Pustakawan

Universitas Indonesia.

Ratnayanti,R., 2009. Analisis Kelayakan

Investasi pada Rumah Sakit X di

Cimahi.

http://media.sipil.ft.uns.ac.id

Ratnayanti,R., 2009. Analisis Kelayakan

Investasi pada Rumah Sakit X di

Cimahi.

http://media.sipil.ft.uns.ac.id

Republik Indonesia. 2015, Peraturan

Pemerintah Nomor 93 Tahun 2015

Tentang Rumah Sakit. Sekretariat

Negara. Jakarta.

Sinaga, Dadjim. 2009. Studi Kelayakan

Bisnis Dalam Ekonomi Global:

Teori dan Aplikasinya dalam

Evaluasi Proyek. Jakarta : Mitra

Wacana Media

Sucipto, Agus., 2010. Analisis Kelayakan

Investasi Proyek Pembangunan

Rumah Sakit Mojokerto Medical

Center. repository.wima.ac.id

Sucita ., Budi Broto,Agung;. 2010.

Analisis Investasi Proyek RS

Internasional MH. Thamrin.

Bogor.

Suliyanto ., Suroso,Agus; Yunanto, Ary;

Purnomo,Ratno. 2012. Analisis

Strategi dan Kelayakan Investasi

Pembangunan Paviliun pada RSUD

Banyumas.

http://www.journal.unipdu.ac.id

Suratman. 2001. Studi Kelayakan Proyek:

Teknik dan Prosedur Penyusunan

Laporan.Yogyakarta : J & J

Learning

Sutojo, S. 2002. Studi Kelayakan Proyek :

Konsep, Teknis, dan Kasus. Edisi

Baru. Jakarta : PT Damar Mulia

Pustaka.

Umar. 2005. Study Kelayakan Bisnis.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Yulina Pramono, Andini., 2008. Analisis

Kesiapan RS Muhammadiyah Sura-

baya Menjadi Rumah Sakit

Umum Kelas C. http://journal.

unair.ac.id


Recommended