+ All Categories
Home > Documents > The Men in My Dreams

The Men in My Dreams

Date post: 03-Apr-2018
Category:
Upload: rifkasyaputri
View: 255 times
Download: 0 times
Share this document with a friend

of 162

Transcript
  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    1/162

    The Men

    In

    My Dreams

    A Novel By

    Rifka Syaputri

    Cinta benar-benar buta

    Cinta laksana jantung yang terus berdetak dalam tubuh kita, tanpa dapat dikontrol

    kecepatannya ataupun disuruh berhenti untuk sementara

    Cinta akan terus tumbuh selama hati yang satu masih percaya pada hati yang lain

    dan taman hati akan terus berbunga, selama hati induk terus memupuknya

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    2/162

    Tapi taman hati juga bisa gersang bahkan mati, ketika hati yang lain berpaling

    darinya

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    3/162

    Daftar Isi

    Pertemuan Singkat ........................................................... 4

    Meeting At Sunday ........................................................ 11

    Cowok Berkalung Tasbih .............................................. 16

    My New Driver .............................................................. 29

    The Mysterious Boy ...................................................... 41

    Malam Penuh Pertanyaan ............................................. 52

    Anak Haram .................................................................. 69

    Beautiful Day ................................................................. 78

    Kado Spesial ................................................................... 88

    Cinta dalam Hati ........................................................... 92

    Insident In Love Garden ............................................. 101

    Oh My Daddy ............................................................ 110

    Minggu Bertabur Tangsan ........................................... 121

    Permintaan Dila ........................................................... 134

    Pertemuan dan Perpisahan.......................................... 146

    Seven Years Later ........................................................ 160

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    4/162

    Pertemuan Singkat

    Trrr Jam weker itu berbunyi, mencoba membangunkan sesorang yang

    masih tertidur pulas di balik selimutnya. Tak lama kemudian, sebuah tangan

    menyembul keluar mencari benda yang sedari tadi mengganggunya dan segera

    menekan tombolnya untuk mematikan benda itu.

    Tapi tak lama kemudian, benda itu berbunyi lagi dan kembali mengganggu

    orang yang berada di balik selimut pink itu.

    Bisakah kau berhenti berbunyi ? Hardik orang itu yang ternyata seorang

    gadis, kini dia menghempaskan benda itu ke tembok membuat suara benda itu

    hilang seketika.

    Tiba-tiba seorang gadis berjilbab masuk dengan tergesa-gesa

    Ada apa Non, tadi saya mendengar sesuatu seperti barang yang pecah dari

    kamar Non? Apa Non baik-baik saja? Tanya gadis yang baru masuk itu sambil

    menunduk.

    Gadis itu adalah pelayan pribadi sang gadis majikan, tugasnya adalah

    menyiapkan segala kebutuhan sang gadis, mulai dari sang gadis membuka mata di

    pagi hari sampai dia menutup matanya kembali di malam hari. Sebenarnya dia tak

    sendirian, di rumah itu terdapat tujuh orang pembantu dengan tugasnya masing-

    masing. Ada dua orang yang bertugas pada bagian makanan, dua orang pada bagian

    kebersihan dan dua orang pada bagian keamanan, serta seorang gadis yang bertugas

    sebagai pelayan pribadi sang gadis majikan.

    Gadis ini terpilih menjadi pelayan pribadi sang gadis majikan karena usianya

    yang paling muda diantara semua pembantu yang sebagian besar telah berkepala

    empat dan umurnya pun hanya beda satu tahun dengan sang gadis majikan sehingga

    ia diharapkan mampu memahami segala kebutuhan maupun sifat sang gadis

    majikan.

    Mama mana? tanya gadis majikan, tanpa menjawab pertanyaan gadis

    pelayan.

    Nyonya baru saja berangkat, Nonjawab gadis pelayan masih dengan posisi

    menunduk.

    Berangkat? Emangnya sekarang jam.

    Arghhhh aku terlambat. Kenapa kau tak membangungkanku, bodoh ?

    bentak sang gadis

    Maaf, Non. Tadi saya sudah mencoba membangungkan Non, tapi..

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    5/162

    Tapi apa, huh!! Kau pikir aku ini apa, sehingga susah dibangungkan,

    kerbau!! Oo Aku tahu sekarang, pasti kau sengaja kan tak membangungkanku

    sehingga kau bisa membuat laporan jelek tentangku ke mama dan aku akan

    dimarahi mama karena itu ,iya? Dasar licik atau kau memang sudah bosan

    bekerja di sini?

    Sekarang siapkan semua perlengkapan sekolahku, dasar pembantu

    bodoh! lanjutnya masih dengan nada membentak. Kemudian, dengan malas sang

    gadis berjalan ke kamar mandi meninggalkan gadis pelayan yang masih tertunduk

    sedih dengan mata berkaca-kaca.

    Gadis itu berjalan cepat menyusuri koridor-koridor lantai tiga sekolah yang

    sudah sepi. Dia berhasil lolos dari penjaga gerbang sekolah dengan mudah, dia

    hanya perlu mengeluarkan beberapa lembar uang puluhan ribu dan penjaga itu

    akan bersedia membuka pintu gerbangnya. Biasanya setelah melewati penjaga

    gerbang, dia bisa melenggang masuk dengan damai tapi tidak untuk kali ini. Dia

    mustahil dapat lolos dari guru yang mengajar jam pertama di kelasnya, Pak

    Sukirman.

    Pasti mereka udah ada di kelas , sial!!! Arghhh.. ini semua gara-gara

    pembantu bodoh itu. Coba aja dia membangungkanku lebih cepat, pasti aku nggak

    akan terlambat. Mana jam pertama di kelasku Pak Sukirman lagi. Sialsial..sial

    umpat sang gadis dalam hati

    Tanpa sadar dia hampir sampai di kelasnya, kelas 2-B. Dengan jelas

    didengarnya Pak Sukirman yang sedang menjelaskan materi biologi tentang Eksresi.

    Tiba-tiba sebersit ide muncul di otaknya, dia membalikkan badannya 1800

    dan

    melangkah dengan hati-hati

    Zena sebuah suara berat menggema memanggil namagadis itu.

    Kau mau ke mana? lanjut suara berat tersebut yang ternyata berasal dari

    Pak Sukirman.

    Dengan enggan Zena membalikkan badannya dan mencoba menatap guru

    yang sekarang telah berdiri tepat di depannya. Zena tak habis pikir, kenapa guru ini

    selalu mempersulit keadaannya. Zena memang tak mempunyai kesulitan dengan

    guru-guru lain, guru-guru itu selalu menuruti keinginan Zena mungkin karena Zena

    adalah anak dari Ny. Malena Soediro Putri, pemilik sekolah tersebut. Tapi itu

    semua tidak berlaku untuk Pak Sukirman karena Pak Sukirman adalah Om Zena,

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    6/162

    bahkan guru ini bertugas mengawasi segala kelakuan Zena selama di sekolah dan

    tak segan-segan memberi Zena hukuman jika Zena melanggar peraturan sekolah.

    Sa...saya e..e..saya mau ke kamar kecil, Pak jawab Zena gugup, mencoba

    menutupi kebohongannya dengan alasan yang menurutnya sangat bodoh, mana

    mungkin ada siswi ke kamar kecil membawa tas. Pak Sukirman tersenyum kecil.

    Yah Senyuman kecil tapi sepertinya akan mampu membawa bencana besar bagi

    Zena.

    Ikut saya!! suruhnya dengan nada santai seakan tak mendengar alasan

    bodoh yang dilontarkan Zena. Pak Sukirman kemudian berjalan mendahului Zena

    yang masih terpaku di tempat tersebut. Zena jadi terbayang peristiwa beberapa

    minggu lalu di mana dia dihukum untuk membersihkan seluruh WC laki-laki lantai

    tiga oleh guru yang sama dengan penyebab yang sama yaitu terlambat

    Akankah aku dihukum seperti itu lagi? Oh My God help me!! Aku nggak

    mau dihukum kayak gitu lagi Batin Zena. Dengan berat hati dia berjalan menyusul

    Pak Sukirman yang sepertinya sudah tak sabar ingin memberinya hukuman.

    Pak Sukirman berjalan melewati WC siswa-siswi yang Zena pikir akan

    disuruh untuk dibersihkan. Pak Sukirman menuju escalator dan terus berjalan

    sampai lantai satu. Yah sekolah itu bertingkat sampai lantai lima, namun siswa tidak

    perlu capek naik turun tangga karena sekolah dilengkapi dengan escalator di setiap

    lantai.

    Lantai satu atau lantai paling bawah adalah bagian yang paling luas, lantai ini

    ditempati khusus ruangan untuk pertemuan seperti upacara, rapat OSIS, rapat guru,

    rapat orang tua. Selain itu terdapat juga kanting yang digunakan oleh seluruh siswa

    sekolah itu dan juga ada tiga kelas tersembunyi yang merupakan kelas acceleration.

    Lantai dua khusus untuk kelas satu, lantai tiga untuk kelas dua dan lantai empat

    untuk kelas tiga. Disetiap lantai terdapat perpustakaan dengan buku-buku yang

    disesuaikan dengan penghuninya, misalnya perpustakaan lantai dua berisi buku-

    buku pelajaran kelas satu dan buku-buku umum. Sedangkan lantai lima terdapat

    laboratorium, mulai dari laboratorium computer sampai laboratorium bahasa danruangan klub-klub ekskul sekolah itu.

    Dilihat dari bangunannya, SMA Pusaka Bangsa memang adalah salah satu

    sekolah terbesar dan termewah di Bandung bahkan di Indonesia dengan siswa-siswi

    yang pastinya berasal dari kalangan elite.Tapi jangan salah, walaupun mereka

    berasal dari kalangan elite tapi otak mereka nggak dangkal-dangkal amat kayak

    remaja elite pada umumnya. Siswa yang masuk ke SMA Pusaka Bangsa telah

    melewati berbagai tahap yang tidak hanya mengandalkan materi tapi juga otak yang

    encer hingga mereka bisa menjabat menjadi siswa SMA Pusaka Bangsa

    Internasional atau SMA PBI.

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    7/162

    Tiba di lantai satu, Pak Sukirman masih terus berjalan diikuti oleh Zena di

    belakangnya. Tiba-tiba, Pak Sukirman berhenti di depan sebuah gudang. Zena

    mengenal gudang ini, gudang ini adalah tempat bangku dan meja bekas siswa yang

    tidak terpakai lagi. Yah, di sana pasti tidak berbau dan tidak ada kotoran seperti

    WC laki-laki tapi di sana banyak monster-monster kecil yang Zena takuti. Zena

    membayangkan bagaimana monster-monster kecil itu akan menerkamnya,

    membunuhnya dan Arrrrggghhh.Zena tak bisa membayangkannya.

    Kau bisa mengambil sapu dan peralatan lainnya di Pantry sekolah. Aku

    akan kembali setelah pelajaran jam pertama berakhir untuk mengecek apakah kau

    menjalankan tugasmu dengan baik atau tidak kata Pak Sukirman, membuyarkan

    lamunan Zena kemudian berlalu dari hadapan Zena. Sekarang, tinggallah Zena

    bersama monster-monster kecil di balik pintu gudang itu.

    Dengan pelan Zena membuka pintu gudang itu, baru saja dia membukanya

    dan Satu monster kecil berbulu telah menyambutnya.

    KYAAAAAAAAAATIKUUUUS!!!! teriak Zena diikuti dengan larinya

    tikus itu, sepertinya tikus itu juga takut melihat Zena. Tanpa sengaja, Zena

    menyenggol sebuah bangku dan membuat bangku itu terjatuh tepat di kakinya

    Auch, bisakah kau tak jatuh di kakiku, bodoh!!! hardik Zena lalu

    menendang kasar bangku yang jatuh di kakinya. Dia kemudian mencoba berdiri

    tapi sepertinya kakinya bermasalah, Zena kehilangan keseimbangannya. Tiba-tibasebuah tangan menahan tubuh Zena yang hampir oleng.

    K..k..kau kata Zena, dia mencoba mengeluarkan kata-kata namun

    matanya masih tertuju pada pemuda yang ada di dekatnya. Pemuda itu juga

    memakai seragam persis dengan seragam Zena, kulitnya kuning lsngsat, tingginya

    mungkin hampir sama dengan Zena, dan dia memakai kacamata yang manambah

    ketampanannya, sekilas dia sangat mirip dengan Daniel Radcliffe, pemeran tokoh

    Harry Potter bedanya pemuda ini tak memiliki tanda petir di dahinya dan yang

    paling penting dia juga memakai kalung berbentuk tasbih yang tak mungkin dipakai

    oleh seorang Daniel Radcliffe. Sekarang posisi mereka sangat mirip dengan adegan

    di sinetron-sinetron saat pangeran menyelamatkan putrinya yang hampir terjatuh.

    Mamaaf akhirnya laki-laki itu bersuara dan mengembalikan posisi

    mereka ke bentuk normal.

    Tadi aku tidak sengaja melihat kamu hampir jatuh, jadi aku mencoba

    menolongmu lanjutnya

    Nggak apapa, makasih yah jawab Zena singkat dengan wajah gugup,

    berusaha menyembunyikan jantungnya yang berdegup kencang.

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    8/162

    O ya aku Zena, Arzena Soediro Putri dari kelas 2-B, kalau kamu? Tanya

    Zena sambil mengulurkan tangannya

    Aku Nabil jawab pemuda itu sambil merapatkan kedua telapak

    tangannya ke arah dada.

    Oh biasanya Zena tak mau berkenalan dengan sembarang orang tapi

    sebagai rasa terimakasih Zena kemudian merapatkan ke dua telapak tangannya ke

    dada seperti yang dilakukan oleh pemuda di depannya. Zena memang tak tahu apa

    makna dari gerakan itu tapi Zena pernah melihat Dila, sahabatnya melakukan

    gerakan itu ketika berkenalan dengan teman laki-lakinya.

    Oya kamu ngapain disini? tanya Nabil sambil memperhatikan keadaan

    gudang yang sangat kotor. Kemudian dia tersenyum kecil sambil menatap Zena lalukembali memperhatikan sekeliling gudang itu. Zena tak tahu apa yang ada dalam

    pikiran Nabil, tapi Zena merasa Nabil sedang menertawakannya.

    Kenapa, kamu mau ngetawain aku huh!! Aku lagi dihukum, aku disuruh

    ngebersihin gudang ini sampai jam pelajaran pertama selesai puassss tuduh Zena

    yang sepertinya tidak mendapat respon dari Nabil yang masih sibuk

    memperhatikan keadaan gudang itu.

    Kamu sendiri ngapain berkeliaran di saat jam pelajaran. Oh aku tahu,pasti

    kamu lagi bolos kan. Dasar!!! Tapi aku saranin mendingan acara bolosnya dibatalin

    ajach deh nanti kamu dihukum juga lagi kayak aku lanjut Zena sambil tersenyum

    sinis. Nabil hanya tersenyum kecil melihat tingkah Zena. Zena makin heran dengan

    laki-laki ini, biasanya setiap orang yang Zena tuduh seperti itu langsung kesal dan

    siap mengibarkan bendera pertarungan untuk Zena, tapi laki-laki ini tidak

    melakukan hal tersebut malah ia tersenyum mendengar semua tuduhan tak enak

    yang dilontarkan padanya.

    Aku nggak mau ngetawain kamu kok terus aku juga nggak bolos, tadi itu di

    kelas aku ada ulangan bio terus karena aku cepet selesainya jadi aku keluar dech

    dari pada bosen nungguin orang ulangan jawab Nabil santai

    O ya dari pada aku nggak ada kerjaan, boleh nggak aku ngebantuin kamu

    itung-itung beramal? lanjutnya

    Oh, ya udah bantuin ajach tapi jangan harap aku mau ngasih imbalan

    jawab Zena dengan wajah datar menunggu reaksi Nabil tapi yang didapatkannya

    lagi-lagi hanya senyuman kecil darinya.

    Tapi boleh nggak, kamu ngebersihin bagian luar aja soalnya nggak enak

    kalau kita berduaan di tempat yang sepi

    Apa!!! Di luar, okey lagian siapa juga yang mau berduaan ama kamu. Tapi

    kamu harus ngebersihin nih gudang sampai bersih, awas kalau masih kotor. Dasar

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    9/162

    cowok aneh!! Zena pun meninggalkan Nabil yang sepertinya tak peduli dengan apa

    yang dikatakan Zena.

    Mereka pun membersihkan gudang itu bersama-sama walaupun pada

    kenyataannya, Zena hanya berdiam diri di luar sementara di dalam, Nabil sibuk

    bergelut dengan bangku-bangku yang perlu disusun dan beberapa hewan kecil

    tentunya. Kadang-kadang Zena mengintip di balik pintu untuk melihat apakah

    Nabil benar-benar membersihkan gudang itu.

    Dasar cowok aneh Desisnya di celah-celah pintu.

    KRIUK.KRIUK

    Tiba-tiba perut Zena mengeluarkan suara pertanda bahwa mahluk-mahluk

    dalam perut Zena sedang kelaparan.

    Oh iya aku baru ingat, pagi tadikan aku nggak sarapan. Mendingan

    sekarang aku ke kanting aja, dari pada nungguin dia Kata Zena dalam hati. Zena

    pun berjalan menuju kanting, meninggalkan Nabil yang masih sibuk membersihkan

    gudang itu

    KYAAA. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Zena, yang sedang asyik

    menikmati jus Alvukat yang baru saja dipesannya, di depannya juga terdapat

    sepiring nasi goreng.

    Arghhh Dila bikin kaget aja balas Zena dengan muka kesal.

    Dila atau singkatan dari Dini Larasaty adalah sahabat Zena sejak kelas 1

    SMP. Dila mungkin satu-satunya orang yang bisa dibilang betah berteman dengan

    Zena. Yah di sekolah itu, Zena memang terkenal sebagai gadis High Levelyang

    sedikit pelupa tapi angkuh, dingin, diktator, kejam, dan bermulut pedas sehingga

    banyak yang tak suka dengannya. Karena dingin dan cueknya, Zena dijuluki Ice

    Princess oleh siswa lainnya. Satu lagi, ada pribahasa yang mengatakan bahwa

    Lidah lebih tajam dari pada pedang. Pribahasa ini sangat cocok dengan karakter

    Zena, bermulut pedas karena setiap kata yang dilontarkan lidahnya mampu

    menyayat-nyayat hati seseorang. Tapi satu yang perlu diketahui, semua sifat Zena

    diatas hanya berlaku bagi orang-orang yang tak dekat dengan Zena.

    Selain itu, Zena sangat tak suka dengan mahluk yang berjenis kelamin laki-

    laki, bagi Zena laki-laki hanya makhluk ciptaan tuhan yang bisanya merayu, memuji

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    10/162

    dan melontarkan sejuta janji busuk kepada wanita. Mungkin karena itu juga tak ada

    satupun laki-laki yang ingin mendekati Zena.

    Namun, Dila tak memedulikan itu semua karena Dila sangat memahami

    bagaimana seluk beluk kehidupan Zena yang menyebabkan Zena mempunyai Zena

    sifat-sifat tersebut.

    Lanjut cerita, Dila berbeda 1800

    dengan Zena. Dila memiliki perawakan

    hitam manis dan tinggi hampir sama dengan Zena. Dila hobi menulis diari,

    berkhayal, sedikit melankolis dan lemot. Tapi jangan salah, baru-baru ini Dila

    terpilih menjadi wakil ketua OSIS. Persahabatan antara Dila dan Zena tak

    membuat Dila dijauhi oleh siswa lainnya, malah Dila bangga bisa berteman dengan

    orang yang ditakuti oleh satu sekolah itu.

    Zen ke manaaja sich, kok nggakmasuk? Bolos ya?Tanya Dila dengan

    muka menuduh

    Bolos bolos bolos ke Korea, tadi itu aku dihukum sama Pak Sukirman

    disuruh ngebersihin gudang belakang gara-gara aku terlambat

    Hah gudang belakang? Bukannya di situ banyak hewan kecilnya? Aku

    nggak yakin dech kalau kamu ngebersihin itu gudang sendirian, pasti kamu

    ngebayar orangkan tuk ngebersihin itu gudang lanjut Dila masih dengan muka

    menuduh

    Yah kamu benar, aku memang ngebersihinnya nggak sendirian. Tadi aku

    di bantu amaNabil kelas.Sial aku lupa nanyain kelasnya, udah lupain ajach nggak

    penting kok yang penting itu aku nggak ngebayar dia, dia sendiri yang mau

    ngebantuin aku jawab Zena sambil meminum jus alvukatnya yang hanya tinggal

    setengah.

    Oh namanya Nabil tapi masa sich ada anak yang nawarin bantuan ke

    kamu, tuh anak pasti anak baru jadi dia nggak kenal kamu, tapi setahu aku di kelas

    dua itu nggak ada dech anak baru emang anak kelas dua berapa?

    Aduch Dila tadikan aku udah bilang kalau aku lupa nanyain kelasnya.Dasar lemot!! tapi yang bikin aku heran, dia itu beda dia nggak marah waktu aku

    tuduh yang nggak enak ke dia malah dia senyum ama aku, aneh kan?

    Orang sinting kali kan cuma orang sinting suka senyam - senyun gitu apa

    lagi kalau senyumnya ke kamu pasti sintingnya udah akut tuh ha ha..ha. Ejek

    Dila sambil tertawa lebar.

    Udah ah capek ngomong sama kamu, dasar lemot balas Zena sambil

    meminum jus Alvukatnya sampai habis.

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    11/162

    O ya, kamu sendiri ngapain di sini atau jangan-jangan kamu lagi yang

    bolos balas Zena menuduh

    Enak ajach siapa yang bolos orang ini jam istirahat kok, jam pertama udah

    selesai makannya masuk belajar dong jangan dihukum terus Ejek Dila

    Apa!! Jadi jam pertama udah selesai. Arghhhh mampus Zena berlari

    meninggalkan Dila yang masih terbengong-bengong menuju gudang belakang.

    Pasti Pak Sukirman udah ada di sana, gimana kalau Nabil bicara yang

    tidak-tidak tentang aku, gimana kalau Nabil bilang kalau bukan aku yang

    ngebersihin gudang tapi dia. Bisa-bisa hukuman aku ditambah lagi Batin Zena di

    sela-sela larinya. Akhirnya Zena tiba di gudang itu, dilihatnya Pak Sukirman yang

    sedang memperhatikan gudang itu dari luar tapi di sana tidak ada sosok yangbernama Nabil..

    Kerja yang bagus Zena, lain kali jangan terlambat lagi Kata Pak Sukirman

    kemudian meninggalkan Zena yang masih ngosh-ngoshan, berusaha mengatur

    napasnya yang terputus-putus.

    Hah!!! Apa!!! Kok bisa, apa pak Sukirman nggak ketemu ama tuh cowok

    tapi syukurlah kayaknya Pak Sukirman nggak curiga ama aku terus Nabil ke mana

    dong? Ah nggak penting sekarang aku udah bebas dari hukumanKata Zena dalam

    hati, kemudian meninggalkan gudang itu dengan hati senang.

    Meeting At Sunday

    Gelap. Semua gelap. Tak ada penerangan di sini. Di mana aku? Tanyanya.

    Zena mengedarkan pandangannnya, tapi nihil. Hanya warna hitam yang dia

    dapatkan. Perlahan, dilangkahkan kakinya. Berpijak di atas dataran dingin,

    membawa dirinya ke suatu tempat yang entah ke mana, mencari jalan keluar dari

    kegelapan...

    Zena terus melangkah. Kali ini Zena menyusuri lorong kecil yang berair,membuat kaki telanjangnya basah dan kedinginan. Sudah ada sedikit cahaya

    sekarang. Zena menumpuhkan tangannya ke dinding licin seraya terus melangkah.

    Pelan tapi pasti.

    Entah sudah berapa lama Zena melangkah. Tapi tidak, Zena tak boleh

    menyerah, Zena harus keluar dari kegelapan ini, Tekadnya. Sudah ada cahaya kecil.

    Zena meyakinkan dirinya bahwa di ujung lorong ini, ada sebuah jalan keluar.

    .

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    12/162

    Tetesan air menyentuh rambut dan kulitnya. Dingin. Tapi Zena mencoba

    untuk mengacuhkannya.

    Semakin jauh Zena melangkah, semakin besar cahaya yang ada. Zena

    mempercepat langkahnya. Dan matanya dapat menangkap sesuatuentah apa itu

    berada di.. ujung lorong?! Zena terdiam. Sesuatu itu memancarkan cahaya. Zena

    menarik nafas sebelum melangkah. Baiklah, apapun itu, itulah tujuan Zena.

    Sekarang Zena sudah berada setengah meter dari sesuatu itu. Silau cahaya

    menyilaukan pandangan Zena. Refleks Zena mengangkat tangan, berusaha

    menghalangi kesilauan itu. Cahaya itu menariknya mendekat, samar-samar Zena

    melihatnya tapi Zena yakin dengan apa yang dilihatnya.

    Dia seorang laki-laki, Zena tak dapat melihat dengan jelas wajahnya tapiZena tahu bahwa laki-laki itu mamakai pakaian serba putih dan dengan jelas Zena

    juga dapat melihat sebuah kalung seperti tasbih melekat di lehernya.

    Tiba-tiba cahayanya semakin terang, Zena menutup matanya kembali untuk

    menghindari cahaya itu. Beberapa detik Zena menutup mata dan saat dia

    membukanya.

    Perlahan-lahan Zena membuka matanya, yang nampak saat itu adalah langit-

    langit kamarnya yang berwarna pink dan seorang wanita yang sedang membuka

    gorden jendela kamar Zena, membiarkan sinar pagi memasuki kamar Zena yang

    berwarna pink.

    Mama!! Teriak Zena pelan kepada wanita itu

    Eh anak mama udah bangun Kata wanita itu sambil tersenyum, wanita itu

    kemudian berjalan ke ranjang Zena yang tak jauh dari jendela lalu membelai rambut

    anaknya

    Gimana tidurnya sayang?? Kata wanita yang ternyata mamanya Zena.

    Tumben, mama ada di rumah biasanya kan mama sibuk kerja Balas

    Zena lalu beranjak meninggalkan tempat tidurnya, tanpa memedulikan wanita yang

    masih terpaku di ranjangnya. Zena berjalan menuju kamar mandi yang terletak tak

    jauh dari ranjangnya.

    Mama tunggu kamu di meja makan, adasesuatu penting yang ingin mama

    bicarakan Kata mama Zena sebelum Zena masuk ke kamar mandi dan

    menghempaskan pintunya.

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    13/162

    Hari itu adalah hari minggu sehingga Zena tidak perlu takut terlambat. Zena

    sengaja berlama-lama di kamar mandi agar dia bisa menghindari pertemuan di meja

    makan nanti.

    Pertemuan di meja makan adalah rutinitas keluarga Zena yang diadakan

    setiap hari minggu. Pada pertemuan itu, mama Zena akan meminta laporan dari

    tujuh pembantunya tentang keadaan rumah selama satu minggu yang lalu, termasuk

    laporan tentang segala pelanggaran yang dilakukan Zena selama itu.

    Zena menghabiskan waktu satu jam untuk mandi dan satu jam juga untuk

    dandan, semua itu dilakukan Zena semata-mata untuk menghindari pertemuan di

    meja makan. Biasanya pada pertemuan itu, Zena akan disidang tentang pelanggaran

    yang dilakukan Zena di rumah dan di sekolah. Zena seakan sudah hafal pertanyaan-

    pertanyaan serta nasihat mamanya yang akan dilontarkan padanya, dan tentunya

    Zena juga sudah mempersiapkan jawabannya.

    Semuanya membuat Zena muak dan kesal. Menurut Zena, semua yang

    dilakukan mamanya hanyalah pura-pura karena pada dasarnya semua yang

    dilontarkan mamanya hanyalah berdasarkan laporan para pembantunya. Mama

    Zena tak pernah manyaksikan langsung bahkan Zena ragu, apakah mamanya ingat

    bahwa sebentar lagi anaknya akan berumur 17 tahun karena yang ada di pikirannya

    hanyalah kerja, kerja dan kerja.

    Akhirnya Zena selesai, pagi itu Zena memakai kaos pink dengan jins selututdan rambutnya dihiasi dengan jepitan kecil yang juga berwarna pink pada bagian

    atasnya. Simple, bukan???

    Sebenarnya, Zena bukanlah perempuan yang suka dandan karena tanpa

    didandani Zena sudah terlihat cantik. Itulah yang sering dikatakan orang-orang

    sekeliling Zena baik mama, pembantu-pembantu Zena bahkan Dila, temannya

    sendiri sering memuji kecantikan Zena.

    Zena memiliki tinggi 170 cm, kulit putih, badan langsing, dengan berat 49

    kg. Zena memiliki rambut indah yang mengembang sebahu dengan wajah oval,

    mata bulat dan jernih, alis yang tidak terlalu tebal dan hidung yang juga tidak terlalu

    mancung. Itu semua cukup membuat orang di sekelilingnya berdecak kagum.

    Namun, itu semua hilang seketika mengingat sifat Zena yang angkuh dan kejam.

    Di sela-sela waktunya, Zena jadi teringat laki-laki dalam mimpinya semalam.

    Mimpi yang aneh. Apa itu malaikat?? Entahlah tapi rasanya aku pernah

    melihat laki-laki yang juga memakai tasbih seperti itu, tapi siapa ya..?? Ya sudahlah

    itukan hanya mimpi, tak berarti apa-apa Katanya dalam hati

    Zena berjalan, menuruni tangga menuju meja makan keluarga yang terletak

    di lantai bawah. Dalam perjalanannya, dia berharap bahwa mamanya bosan

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    14/162

    menunggunya dan akhirnya membatalkan pertemuan hari itu. Tapi, dugaannya

    salah. Zena melihat mamanya yang tengah duduk di kursi meja makan lengkap

    dengan ke 7 pembantu yang masing-masing memegang sebuah buku, Zena

    memastikan bahwa buku itu adalah laporan masing-masing pembantu. Selain itu, di

    atas meja tersedia berbagai makanan yang sepertinya sudah dingin.

    Setibanya di meja makan, Zena segera duduk di salah satu kursi yang cukup

    jauh dari mamanya, ini dilakukannya untuk menghindari tatapan wanita itu.

    Okey sepertinya semuanya sudah lengkap, ayo kita mulai sarapannya

    Kata mama Zena ceria dengan senyum yang sedikit dipaksakan

    Zena mau apa? Nasi goreng sosis atau roti bakar selai coklat Tawar mama

    Zena yang sepertinya tidak mendapat respon dari Zena.

    Mama bahkan lupa kalau aku tidak suka dengan coklat Batin Zena. Dia

    lalu mengambil roti yang sudah di bakar dan mengolesinya dengan selai strobery,

    Zena tak tahu bagaimana ekspresi mamanya sekarang tapi yang pasti Zena senang

    melakukan ini. Zena mampunyai prinsip Jika kau tak peduli denganku, maka aku

    bisa lebih tidak peduli denganmu. Itulah prinsip yangselalu dipegang Zena dalam

    kehidupan sehari-harinya.

    Acara makan itu berlangsung dingin dan kaku, tidak ada pembicaraan yang

    terjadi hingga acara makan itu selesai.

    Mama dengar, minggu ini kamu melakukan.ehmm 3 ..4 ya 5

    pelanggaran, 2 pelanggaran di rumah dan 3 di sekolah. Tapi tenang saja, mama

    hanya akan membahas pelanggaran di sekolah Kata mama Zena sambil mambaca

    sebuah buku

    Pertama, kamu nyiram siswa kelas satu pakai air jus. Kedua, kamu bolos

    pada jam pelajaran Pak Kamal dan yang terakhir kamu datang sekolah pada pukul

    10:00 yang artinya kamu sangat sangat terlambat Kata mama Zena, memberikan

    penekanan pada katasangat sambil menatap sinis Zena yang sepertinya tak peduli

    dengan apa yang dikatakan mamanya.

    Pertama, aku nyiram siswa baru itu karena dia nabrak aku terus nggak

    minta maaf. Lalu, aku bolos pada jam pelajaran Pak Kamal karena cara

    mengajarnya Pak Kamal jelek banget, bikin ngantuk dan yang terakhir aku

    terlambat bangun karena jam beker aku nggak bunyi Jelas Zena dengan sedikit

    berbohong.

    Sebenarnya, bukan Zena yang menabrak siswa kelas satu itu tapi sebaliknya,

    Zenalah yang menabraknya dan blabla hingga Zena marah dan menyiram siswa

    kelas satu itu dengan air jusnya. Lalu untuk Pak Kamal, Zena tidak bohong. Cara

    mengajar Pak Kamal tentang matematika memang sangat membosankan dan bikin

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    15/162

    ngantuk. Terakhir Zena sedikit berbohong tentang jam bekernya, sebenarnya Zena

    sangat ingin menyalahkan Afifah, pembantu pribadinya namun, Zena tahu bahwa

    mamanya akan lebih percaya pada Afifah ketimbang Zena, anaknya sendiri.

    Ya sudah, mama tak ingin membahas masalah ini lagi. Tapi untuk ke

    depannya, mama berharap kamu nggak akan terlambat lagi karena mama akan

    nyediain jam waker baru untuk kamu. Lalu soal Pak Kamal, mama akan cari

    pengganti dia untuk mengajar di kelas kamu. Dan yang terakhir, mama setuju

    dengan tindakan kamu, seseorang yang melakukan kesalahan memang harus minta

    maaf dan kalau dia nggak minta maaf, mama pikir dia pantes kok disiram pake air

    jus Tutur mama Zena dengan sedikit senyum

    Tapi sudahlah, ada hal yang lebih penting yang ingin mama bicarakan ke

    kamu Lanjut mama Zana, membuat Zena penasaran

    Besok mama akan berangkat ke Amerika untuk keperluan pekerjaan,

    mama nggak pastiin berapa lama tapi mungkin akan memakan waktu beberapa

    minggu Lanjutnya, menunggu respon anaknya

    Oh balas Zena singkat, tanpa ekspresi

    Tapi kamu tenang saja, semua kebutuhan kamu selama mama nggak ada

    akan diurus oleh ke tujuh pembantu, khususnya Afifah. Mama beri dia kepercayaan

    untuk ngawasin kamu selama mama nggak ada. O ya, mama juga sediain supir

    pribadi yang akan nganter kamu kemanapun kamu pergi soalnya mama khawatir

    kalau kamu nyetir sendirian tapi setiap kamu pergi, kamu harus lapor sama Afifah.

    Lalu, mama juga sudah pesan guru privat untuk kamu agar belajar kamu bisa

    terkontrol saat mama nggak ada. Terus.

    Tlrrrring.Tlringg Tiba-tiba Handphone mama Zena berbunyi. Dia

    langsung mengambil handphonenya dan menjauh dari meja makan

    Halo.o iya Pak.Saya segera ke sana Samar-samar Zena mendengar

    percakapan mamanya. Zena bisa menebak bahwa itu dari kantor mamanya dan

    sebentar lagi mamanya akan pergi dengan alasan kerja. Mengetahui itu, Zena

    beranjak meninggalkan kursinya dan bergegas menuju kamarnya.

    Benar- benar hari yang membosankan. Batin Zena

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    16/162

    Cowok Berkalung Tasbih

    Zena berdiri di tengah ruangan serba putih itu. Zena bahkan tak bisa

    mengartikan bahwa ini adalah sebuah ruangan karena dia sendiri juga tak tahu di

    mana sudut ruangan ini. Semua berwarna putih. Dinding yang entah di mana

    bidang datarnya.

    Tak jauh dari tempatnya berdiri, Zena melihat dia, laki-laki yang kemarin

    dalam mimpiku. Ia juga mengenakan pakaian serba putih, kecuali kalung berbentuk

    tasbih yang melekat di lehernya berwarna coklat kehitaman.

    Zena menatap dirinya sendiri. Keadaannya benar-benar kontras dengankeadaan ruangan ini. Zena tampak berantakan dengan long dress hitam yang basah

    hingga kaki bajunya meneteskan air. Dan dia bertelanjang kaki. Sangat tidak sesuai.

    Zena berjalan mendekatinya dan berniat menepuk pundaknya pelan tetapi

    diurungkannya karena ia sepertinya menyadari keberadaan Zena. Perlahan ia

    berbalik. Zena tak bisa melihat wajahnya karena silau sinar yang terpancar darinya.

    Perlahan-lahan dia berjalan menjauhi Zena

    Hey, kau mau kemana?Tanya Zena dengan sedikit berteriak. Namun,

    sepertinya dia tak peduli, seakan dia tak mendengar Zena. Zena merasakan

    langkahnya semakin cepat, Zena pun merusaha mengejarnya hingga Zena tak

    melihat tubuhnya lagi. Tapi Zena tak menyerah, dia masih terus berlari hingga

    akhirnya Zena merasa kakinyamenginjak sesuatu yang licin dan.

    Arghhhhh Zenaterbangun dari tidurnya

    Hah.. untunglah cuma mimpi Zena menggaruk kepalanya yang tidak gatal

    Tapi kenapa bisa bersambung gini yah? Rasanya mimpi yang tadi lanjutan

    dari mimpi kemarin dan cowok itu, itu cowok yang sama dengan mimpiku yang

    kemarin lanjutnya setelah dia sepenuhnya menyatu dengan dunia nyata.

    Mimpi yang aneh Lirihnya. Dia beranjak dari tidurnya menuju jendela

    kamarnya dan membuka gordennya

    Lho kok gelap, emang belum pagi yah? Tanyanya dalam hati, keheranan

    melihat keadaan di luar jendelanya masih gelap. Dia mengambil jam wekernya dan

    seketika matanya terbelalak

    WHAT..!! jam 3, jadi sekarang baru jam 3 subuh. Pantesan aku masih

    ngantuk Gusarnya. Dia kembali ke ranjangnya dan menutup seluruh badannya

    dengan selimut pinknya.

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    17/162

    Zena mencoba untuk kembali kealam bawah sadarnya lagi, namun tak bisa.

    Sepertinya matanya tidak mau tertutup. Zena terus terbayang laki-laki yang ada

    dalam mimpinya.

    Zena nggak tahu dia siapa, tapi sepertinya Zena pernah melihat cowok yang

    sama kayak dia, cowok yang juga memakai kalung berbentuk tasbih. Tapi siapa

    yah..?. Tanyanya dalam hati. Dia lalu mengingat seluruh cowok yang pernah dia

    temui, namun hanya beberapa saja yang muncul. Alasannya ada dua satu, karena

    dia pelupa dan dua, karena Zena tak peduli pada mereka, bagi Zena mereka hanya

    makhluk tuhan yang tak penting sehingga ketika Zena bertemu dengan mereka,

    Zena membuang muka dan tak acuh pada mereka.

    Perasaan bosan menghinggapi Zena, dia tak tahu apa yang harus dikerjakan

    pada jam 3 subuh seperti itu. Dia lalu beranjak dari ranjangnya menuju meja

    belajarnya.

    Ah.. syukurlah besok nggak ada PR ataupun ulangan Katanya lega saat

    melihat jadwal sekolahnya untuk 1 minggu kedepan. Zena bukanlah orang pemalas

    seperti orang-orang sombong pada umumnya, dia selalu mengerjakan PRnya tepat

    waktu dan mendapat nilai ulangan rata-rata 90 untuk semua pelajaran eksakta dan

    remedial untuk semua pelajaran hafalan, khususnya Biologi. Zena tak tahu dari

    mana dia mewarisinya, tapi yang pasti Zena selalu mendapat nilai standar untuk

    pelajaran menghafal, walaupun tidak sampai remedial tapi bagi Zena nilai standar

    adalah nilai yang sangat memalukan. Bahkan Zena ragu pada dirinya, apakah dia

    masih bisa membedakan perbedaan ribosom dan lisosom.

    Senyumnya tiba-tiba pudar ketika melihat sebuah nama terpampang di

    jadwalnya yang lain

    Sial.. besok ada jamnya Om Kirman lagi Katanya kesal. Zena memang

    mempunyai catatan jadwal mengajarnya Omnya itu. Itu dilakukannya agar dia bisa

    lebih hati-hati dalam bertindak di sekolah karena Omnya selalu mengawasi setiap

    gerak-geriknya dan siap memberikan hukuman jika suatu pelanggaran terjadi

    bahkan sampai pelanggaran terkecil sekalipun. Pak Sukirman mempunyai jadwalmengajar pada hari Senin, Selasa, Rabu dan Sabtu, sehingga Zena hanya bebas pada

    hari Kamis dan Jumat.

    Zena jadi teringat tentang rencana keberangkatan mamanya ke Amerika

    besok. Dari luar, mungkin Zena bisa terlihat tak acuh tapi Zena tetaplah seorang

    anak yang jika ditinggal mamanya akan merasa kesepian walaupun pada

    kenyataannya mamanya tak pernah berada di sampingnya. Ada rasa sedih di hati

    Zena, Matanya memanas dan perlahan air mata jatuh satu per satu ke pipinya

    Kenapa harus seperti ini, Ma? Kenapa mama melakukan semua ini pada

    Zena? Apa mama memang udah nggak sayang sama Zena? Air matanya jatuh tak

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    18/162

    henti, namun dia berusaha tak menimbulkan suara isakan. Dia tak mau ada orang

    tahu bahwa Zena adalah gadis yang cengeng, bahwa jiwanya tak seangkuh sifatnya

    dan bahwa Zena belum bisa hidup tanpa mamanya. Dia menelungkupkan wajahnya

    ke meja belajarnya, membuat meja itu basah dengan air matanya.

    Zena rindu pelukan mama. Zena rindu tawa mama. Zena rindu kecupan

    mama Lirihnya di sela-sela tangisnya.

    Zena. Zena. Bangun Zena Zena mendengar seseorang mencoba

    membangunkannya, itu suara laki-laki. Ingin sekali dia membuka matanya namun

    tak bisa, rasa kantuk dan lelah masih menjalar di seluruh tubuhnya, rasanya seluruh

    badannya pegal-pegal seperti habis dipukuli seseorang. Zena menggeliat, berusaha

    melawan semua itu. Dengan susah payah dia membuka matanya dan saat Zena

    membukanya, yang nampak adalah seseorang yang sedang tersenyum padanya.

    Papa!! lirihnya saat dia melihat wajah orang yang tersenyum itu. Tanpa

    terasa, Zena menitikkan air mata. Zena menatap wajah itu dalam-dalam, wajah yang

    tak pernah lagi dilihatnya setelah 5 tahun yang lalu dan benar itu papa, papa Zena.

    Zena meraba wajah papanya itu, dia meneliti setiap lekuk wajahnya dan benar tidak

    ada yang berubah, dia masih Papa Zena yang dulu.

    Pa, Papa kemana aja? Kenapa Papa ninggalin Zena?Tanya Zena dengan

    tatapan masih tertuju pada Papanya. Namun, yang dia dapatkan hanyalah

    senyumannnya. Senyuman yang terus mengembang di bibirnya 5 tahun yang lalu,bahkan saat dia pergi meninggalkan Zena, senyuman itu masih mengembang di

    sana.

    Zena, Papa kamu harus pergi Tiba-tiba sebuah suara lebih muda

    mengagetkannya, Zena baru sadar bahwa selain Papa di belakangnya juga ada

    seorang laki-laki, laki-laki yang dia yakini hadir dalam mimpinya 2 hari ini. Namun,

    sama seperti kemarin Zena masih tidak bisa melihat wajahnya karna cahaya yang

    terpancar darinya.

    Tiba-tiba Papa membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Zena

    bersama laki-laki itu.

    PaPapa mau kemana???.. Kata Zena berteriak, namun tidak ada

    jawaban darinya. Zena menangis, menangisi kesendiriannya. Papa

    meninggalkannnya untuk yang kesekian kalinya.

    Papa!! Mendadak Zena terbangun dengan meneriakkan Papanya.

    Sial!!!! Cuma mimpi. Arghhh Gusarnya sambil mengacak rambutnya.

    Tak lama kemudian, Zena merasakan ada sesuatu yang hangat di ujung matanya

    dan akhirnya Zena menangis lagi

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    19/162

    Kenapa? Kenapa, Pa? Kenapa dalam mimpipun Papa meninggalkan

    Zena? Kenapa Papa tak menemani Zena walaupun itu hanya dalam mimpi?

    Tanyanya diringi dengan air mata yang tak kuasa ditahannya. Zena jadi teringat laki-

    laki yang menemani Papanya dalam mimpinya tadi.

    Laki-laki itu, aku harus cari laki-laki itu dan aku yakin sekarang Papa

    bersama dia Tekadnya, dia lalu menghapus air matanya. Tiba-tiba Zena teringat

    kalau dia sudah tak bersama Papanya sejak 5 tahun yang lalu. Zena bahkan tak tahu

    bagaimana keadaan Papanya itu, apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia.

    Tapi gimana kalau ternyata laki-laki itu adalah malaikat dan teryata Papa

    udah

    Arghh.. aku nggak boleh nyerah sekecil apapun kemungkinannya akankutempuh Tekadnya semangat. Zena baru sadar bahwa sejak jam 3 subuh tadi dia

    tertidur di meja belajarnya. Zena melirik jam beker di sampingnya, syukurlah Zena

    bangun jam setengah 6 tepat. Itu artinya dia punya waktu untuk mempersiapkan

    semua dan datang ke sekolah tepat waktu.

    Zena bertekad untuk memulai pencariannya di sekolah karena Zena yakin

    bahwa dia pernah bertemu laki-laki berkalung tasbih itu di sekolah. Yah begitulah

    Zena menyebut laki-laki dalam mimpinya itu, laki-laki itu adalah satu-satunya

    petunjuk untuk dapat bertemu dengan Papanya.

    Zena sebuah suara memanggil Zena ketika dia baru memasuki

    pekarangan sekolah. Dari jauh dilihatnya Dila yang tengah berlari kearahnya

    Zen, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama kamu Kata Dila dengan

    nafas terputus-putus

    Ada apa sih, Dil? Kok masih pagi udah lari-lari Kata Zena, heran melihattemannya yang masih sulit mengatur nafasnya

    Aku butuh bantuan kamu, Zen Kata Dila dengan nafas yang sudah bisa

    dikendalikan.

    Sama, Dil. Aku juga butuh bantuanmu Balas Zena. Dila tak percaya

    dengan apa yang didengarnya karena setahu Dila, Zena tidak pernah meminta

    bantuan siapapun termasuk Dila, malah Dila yang selalu merepotkan Zena. Dila

    jadi berpikir bahwa Zena sedang menghadapi masalah besar sampai-sampai Zena

    meminta bantuannya.

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    20/162

    Ya udah, Zen kamu aja duluan. Apa yang bisa aku bantu? Tanyanya

    dengan wajah tidak percaya namun dia mencoba untuk serius. Zena lalu

    menceritakan semua mimpi yang dia alami dengan laki-laki berkalung tasbih itu

    hingga akhirnya dia juga bertemu Papanya bersama laki-laki itu.

    Lalu, apa yang bisa aku bantu, Zen? Tanyanya dengan raut muka sedih.

    Dila tahu bahwa Zena sangat ingin bertemu Papanya lagi. Dila tahu kalau dari lubuk

    hati Zena yang paling dalam, Zena masih mengharapkan agar keluarganya bisa utuh

    kembali seperti dulu walaupun kemungkinannya sangat kecil.

    Aku mau kamu bantu aku nyari cowok berkalung tasbih itu, karena aku

    yakin pernah bertemu dia di sekolah Kata Zena

    Tapi, Zen. Gimana caranya nyari satu cowok yang mempunyai kalungseperti tasbih seperti yang kamu ceritain itu Kata Dila, masih dengan raut muka

    sedih

    Aku nggak tahu, Dil. Tapi aku akan cari dia, meskipun aku harus nanyain

    satu persatu cowok di sekolah kita Kata Zena, semangat. Dila tak pernah melihat

    Zena sesemangat ini sejak 5 tahun yang lalu, yang selalu dijumpainya hanyalah wajah

    tanpa ekspresi yang sangat sulit digambarkan, apakah dia sedang sedih atau senang.

    Zena dan Dila berjalan menyusuri koridor-koridor sekolah menuju

    kelasnya, tak ada suara yang terdengar dari Zena maupun Dila. Semuanya larut

    dalam pikiran masing-masing. Namun saat mereka melewati sebuah gudang, Zena

    tiba-tiba bersuara.

    Aku ingat sekarang. Aku ingat, Dil Kata Zena dengan wajah senang

    Ingat apa, Zen? Tanya Dila yang masih bingung melihat Zena

    Aku ingat kalau cowok berkalung tasbih itu adalah Nabil. Cowok yang

    bantu aku ngebersihin gudang itu Katanya semangat sambil menunjuk gudang yang

    baru saja mereka lewati.

    Maksud kamu, cowok aneh yang selalu senyum itu Tebak Dila

    Iya, Dil. Syukurlah aku udah nemuin dia, sekarang kita tinggal cari cowok

    yang bernama Nabil di sekolah ini Katanya lagi

    Tapi, Zen. Gimana caranya? cowok di sekolah kitakan banyak. Masak kita

    harus nanyain satu persatu namanya, kan capek, Zen

    Aduch Dila, lemot banget sih. Yah kita nggak usah nanyain namanya satu

    per satu, kita tinggal kumpulin semua absen kelas terus kita cari deh yang namanya

    Nabil, gampang kan? Kata Zena dengan mata berbinar-binar

    Oh iyaya, Lupa. Setiap kelas kan punya absen Kata Dial sambil

    menggaruk kepalanya yang sepertinya tidak gatal. Mereka kembali berjalan menuju

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    21/162

    kelas mereka, kelas 2-B. Kini Zena berjalan dengan penuh semangat, Zena jadi tak

    sabar untuk mengumpulkan semua absen kelas kemudian bertemu dengan Nabil,

    cowok berkalung tasbih.

    Zen, sepertinya kita harus cepet deh. Upacaranya udah mau dimulai Kata

    Dila, membuayarkan lamunan Zena. Mereka lalu berlari menyusul siswa lainnya

    menuju lapangan upacara. Lapangan upacara di sekolah Zena, bukanlah lapangan

    upacara seperti pada umumnya. Bedanya, lapangan upacara yang dimaksud

    mempunyai lantai terbuat dari semen dan tak berumput namun tetap berwarna

    hijau dan juga atap berbentuk parabola dengan ukiran berbetuk awan yang diberi

    warna putih dan latar biru muda, persis dengan warna langit sehingga siswa yang

    upacara tidak akan merasakan panasnya terik matahari tapi tetap merasakan

    suasana di lapangan terbuka.

    Pelajaran pertama telah selesai. Zena segera menghampiri bangku Dila yang

    tak jauh dari bangkunya. Zena sudah tidak sabar untuk mengajak Dila

    mengumpulkan semua absen kelas namun tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia teringat

    kalau tadi pagi, Dila bilang bahwa Dila juga membutuhkan bantuannya.

    Dil, perasaan tadi pagi kamu bilang kalau kamu juga butuh bantuan aku,

    emang bantuan apasih? Kata Zena setelah dia tiba di bangku Dila.

    Iya, Zen. Sebenarnya ini bukan untuk aku tapi untuk. Ucapannya

    terputus. Dila berpikir apakah dia pantas meminta ini pada Zena

    Untuk siapa sih, Dil? Tanya Zena, tidak sabar

    Ini untuk ketua OSIS kita, Zen

    Hah..ketua OSIS, emangnya dia kenapa terus apa HBnya sama aku? Kenal

    aja nggak Tanya Zena, heran. Gini, Zen. Beberapa bulan yang lalu keluarganya terkena musibah dan

    karena itu dia jatuh miskin hingga akhirnya dia nggak bisa bayar uang sekolah

    beberapa bulan ini dan ada issue bahwa dia bakalan dikeluarin dari sekolah. Emang

    sih masalah ini hanya diketahui oleh sebagian anggota OSIS, tapi kami semua

    merasa prihatin sama dia lagi pula kalau dia sampai dikeluarin dari sekolah dan

    semua tahu penyebabnya maka reputasi OSIS akan jatuh. Tidak hanya itu, masalah

    ini pasti akan tersebar ke media luar dan sekali lagi membuat imej sekolah kita jatuh

    Tutur Dila

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    22/162

    Terus kalau dia yang dikeluarin, kenapa kamu yang pusing? Tanya Zena,

    masih dengan wajah heran

    Yah kan dia Ketos kita, Zen. Masak kamu nggak kesentuh sih sama

    penderitaannya dia

    Gimana mau kesentuh, kenal aja nggak? Lagian apa coba yang bisa aku

    lakuin untuk ngebantu dia? Tanya Zena lagi

    Dila berpikir sebentar, dia takut menyampaikan permintaannya itu pada

    Zena. Dila takut bahwa Zena akan menganggap bahwa Dila memafaatkannya dan

    Zena akan marah dan memutuskan tali persahabatan mereka. Tapi bagaimanapun

    Dila harus menyampaikannya karena Zenalah satu-satunya orang yang dapat

    menolong Erick, Ketua OSIS sekolah itu.

    Gini, Zen. Aku berpikir kalau kamu bisabisa minta sama mama kamu

    untuk ngasih keringanan untuk Erick

    Oo.. jadi namanya Erick

    Tapi sorry banget, Dil. Kayaknya nggak bisa Kata Zena

    Oh nggak apapa kok. Aku tahu ini pasti sulit untuk kamu. Aku tahu pasti

    sulit banget untuk minta ini sama mama kamu Kata Dila dengan nada bersalah

    Bukan itu masalahnya, Dil. Mama aku siang ini akan berangkat ke

    Amerika jadi otomatis aku nggak bisa ngomong sama dia

    Ooo..

    Tapi tenang aja, aku bakalan usahain supaya Ketos kamu itu nggak

    dikeluarin dari sekolah Kata Zena menghibur Dila yang sepertinya sedih

    mendengar jawaban Zena

    Dia punya nama, Zen. Erick, Erick Ekstrada Balas Dila tersenyum

    mendengar jawaban sahabatnya.

    Udah ke kantin yuk laper nih Kata Zena sambil menarik lengan Dila

    kemudian berjalan menuruni escalator menuju kanting.

    Mereka berjalan menuju meja yang masih kosong.

    BRUKKK

    Seorang siswi menabrak Zena dan membuat baju Zena basah oleh

    tumpahan air jus

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    23/162

    Maaf kak, saya tidak sengaja Kata siswi yang ternyata adik kelasnya itu.

    Eh. punya mata nggak sih. Lihat baju dan sepatu aku jadi basah kan.

    Dasar tolol!! Hardik Zena kepada siswi yang menabraknya. Sekarang semua mata

    di kanting itu tertuju pada siswi yang menabrak Zena. Semuanya menaruh iba pada

    siswi itu, bahkan ada di antara mereka yang menebak-nebak hukuman apa yang

    Zena akan berikan untuk siswi itu. Membersihkan WC, skorsing atau bahkan

    dikeluarkan dari sekolah.

    Ma..maaf, sekali lagi aku minta maaf, Kak. Aku beneran nggak sengaja

    Kata siswi itu dengan suara serak sambil menunduk sepertinya dia menangis. Siswi

    itu kemudian mengeluarkan tissumya dan berusaha menghilangkan bekas jus yang

    menempel di baju Zena. Tiba-tiba tangannya dipukul seseorang

    Eh kamu itu BEGO apa TOLOL sih, kalau kamu ngebersihin baju aku

    pake tissue doang nanti bukan kotorannya hilang malah nambah, serat tissunya itu

    bisa nempel di baju aku. Lagian aku nggak yakin kalau tissue kamu itu bersih. Dasar

    idiot!! Hardik Zena.

    Mendingan kamu gunain tissue kamu itu untuk ngebersihin sepetu aku

    tuh. Cepetan!! Suruhnya. Dengan berat gadis itu berjongkok dan mulai

    membersihkan sepatu Zena. Tiba-tiba seorang laki-laki yang juga memakai seragam

    sama dengan Zena datang

    Apa-apaan ini Katanya dengan sedikit berteriak, membuat semua

    menoleh kearahnya, termasuk Zena dan siswi itu. Laki-laki itu mempunyai postur

    tubuh yang bisa dibilang nyaris sempurna dengan kulit putih, hidung mancung dan

    alisnya yang agak tebal.

    Dila bisa kamu jelasin apa yang sebenarnya terjadi Tanyanya pada Dila

    Eh..sebenarnya tadi itu..

    Tadi gadis tolol ini nabrak aku pake air jus, terus aku nyuruh dia

    ngebersihin. Wajar kan? jawab Zena memotong kata-kata Dila. Sejenak laki-laki

    ini terdiam sambil memandangi Zena, namun segera dia sadar

    Tapi kan tidak harus seperti itu, dia tak harus berlutut untuk ngebersihin

    sepatu kamu lagian sepatu basahnya cuma sedikit paling bentar udah kering

    Katanya dengan suara tegas

    Eh emang kamu siapa sih? Nggak usah ikut campur deh. Ini nggak ada

    hubungannya sama kamu Kata Zena ketus

    Tentu aja ada. Aku Erick, Erick Ekstrada Ketua OSIS sekolah ini

    Oo.. jadi kamu yang namanya Erick Sekilas Zena melirik Dila yang

    langsung menunduk begitu ditatap oleh Zena. Belum sampai Zena menghardik laki-

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    24/162

    laki di depannya, tiba-tiba seseorang yang sangat Zena tidak harapkan

    keberadaannya datang.

    Ada apa ini? Suara yang Zena benci menjalar di telinga Zena. Namun

    sepertinya pertanyaan guru itu tidak mendapat respon. Suasana di kanting itu

    menjadi hening. Tidak ada suara, bahkan Zena pun tak berani bersuara

    Erick coba jelaskan apa yang terjadi di sini suruhnya kepada Ketua OSIS

    sekolah itu

    Gini, Pak. Tadi siswi ini menabrak Zena dengan air jus, membuat baju

    dan sepatu Zena terkena sedikit air jus sehingga Zena memaki siswi ini dan

    menyuruhnya untuk membersihkan sepatunya Jelas Erick, memberi penekanan

    pada katasedikit.

    Zena menatap Erick dengan perasaan benci seakan Zena ingin

    membunuhnya saat itu juga. Zena lalu menatap Dila yang masih tertunduk, dalam

    hati Zena meminta maaf pada Dila. Sepertinya dia tidak bisa membantu Dila malah

    dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mempercepat agar Ketos yang berdiri di

    depannya bisa cepat lenyap dari sekolah itu.

    Zena, ikut bapak!!! Tiba-tiba Pak Sukirman bersuara, membuyarkan

    lamunan Zena. lalu berlalu dari hadapan Zena. Zena menyusulnya dengan perasaan

    bersalah, benci, kesal, dendam, dan takut. Semuanya menjadi satu.

    Sepeninggal Zena dan Pak Sukirman, suasana kanting kembali normal

    semua kembali ke aktivitas masing-masing kecuali 2 orang siswa yang masih berdiri

    di tempat kejadian.

    Rick, kenapasih kamu ngebelain adik kelas? Kenapa kamu nggak ngebela

    Zena jach? Tanya Dila dengan nada marah

    Aku nggakbela siapa-siapa kok. Aku cuma menceritakan apa yang aku

    ketahui. Dan jangan pikir karena Zena itu teman kamu terus aku harus bela dia

    Tegas Erick.

    Bukan itu masalahnya, Rick. Tapi Zena itu satu-satunya orang yang bisa...

    belum selesai ucapan Dila, tiba-tiba seorang siswa datang

    Rick, dipanggil sama Bu Caya tuh, kayaknya penting deh Kata siswa itu

    kemudian pergi. Erick segera menyusul siswa tadi meninggalkan Dila yang masih

    terlihat marah. Bu Caya adalah staf bendahara sekolah itu. Dila memastikan bahwa

    Erick dipanggil terkait menunggaknya pembayaran bulanannya, bahkan Dila

    menebak bahwa sebentar lagi Erick akan diskors karena itu.

    Benar saja, beberapa jam setelah peristiwa itu terbesit kabar bahwa Erick

    telah diskors, bukan hanya itu banyak issue yang muncul bahwa sebentar lagi akan

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    25/162

    diadakan pemilihan ketua OSIS baru untuk menggantikan Erick. Namun yang

    bikin geger adalah penyebabnya diskorsnya Erick, banyak yang bilang penyebabnya

    adalah Zena. Zena yang meminta pihak sekolah untuk menskors Erick.

    Kali ini, Zena dihukum untuk membersihkan taman sekolah di lantai satu.

    Sekolah itu mempunyai beberapa taman, salah satunya adalah taman yang sedang

    dibersihkan Zena. Taman ini berumput dan dikelilingi pohon-pohon, dan juga

    beberapa bangku panjang untuk tempat duduk siswa. Di sana juga ada sebuah

    rumah kecil yang berisi buku-buku, jadi taman ini bisa juga disebut perpustakaan

    terbuka karena siswa bisa membaca di mana saja. Namun, tak banyak yang datang

    ke taman tersebut untuk membaca karena buku-buku yang tersedia adalah buku

    bacaan berat yang pada umumnya tak dimengerti siswa. Zena saja baru tahu, bahwa

    di sekolahnya ada taman seperti itu.

    Pagi itu, suasana taman begitu sepi. Hanya ada beberapa siswa berkacamata

    tebal yang tampak serius membaca buku yang juga tebal, Zena memperkirakan

    bahwa buku itu kira-kira tebalnya tiga cm. Sementara itu, Zena sedang

    membersihkan daun-daun yang berserakan di bawah pohon. Tiba-tiba dia merasa

    ada seseorang menghampirinya

    Assalamu alaikum Zena berbalik untuk melihat siapa yang memberi

    salam. Zena terperangah, dia adalah Nabil.

    Kamu Kata Zena, keget. Zena merasa ada sesuatu yang dia ingin katakan

    kepada Nabil. Tapi apa?? Zena benar-benar lupa.

    Eh jawabannya Assalamu alaikum itu Waalaikum salam bukan kamu

    Balas Nabil sambil berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan Zena.

    Kamu ngapain di sini? Dihukum lagi Tebak Nabil yang langsung

    direspon dengan ekspresi marah oleh Zena

    Iya. Memangnya kenapa?? Mau ngetawain lagi?? Kata Zena, ketus.

    Siapa yang mau ngetawain, aku cuma heran aja kok ada orang yang hobi

    banget dihukum Katanya sambil memamerkan senyum manisnya. Zena tak

    meresponnya, Zena kembali melanjutkan pekerjaanya.

    Ya udah biar aku bantu yah kata Nabil lagi. Tanpa menunggu jawaban

    Zena, Nabil langsung mengambil sapu dan mulai menyapu sampah-sampah yang

    masih berserakan. Zena heran melihatnya namun dia berusaha untuk tak

    memedulikannya dan kembali bekerja. Kurang lebih setengah jam, mereka

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    26/162

    membersihkan taman itu dan akhirnya selesai. Zena beristirahat di salah satu

    bangku taman itu sambil menunggu Nabil yang pergi mengembalikan peralatan

    kebersihan. Nabil kembali dengan membawa beberapa botol air putih.

    Ini Tawar Nabil sambil menyodorkan satu botol air putih kepada Zena.

    Dia sendiri tengah membuka satu botol air putih dan meneguknya perlahan. Nabil

    menyadari bahwa dia sedang diperhatikan sesorang

    Kenapa?? Tanyanya pada Zena

    Ehe..itu..ebisa bukain nggak? Kata Zena, salah tingkah sambil

    menyodorkan botol air putihnya

    Itu sudah kebuka, Zen Balas Nabil dengan wajah seperti menahan

    ketawanya. Wajah Zena memanas dan berubah menjadi merah. Dia segera

    meneguk air putih yang sedari tadi dipegangnya untuk mengalihkan suasana.

    Beberapa saat mereka terdiam, Zena sibuk mencari topic pembicaraan yang

    tepat.

    Aku mau nanya sesuatu boleh nggak?? Tiba-tiba kata-kata itu keluar

    begitu saja dari mulut Zena. Nabil mengangguk lalu berbalik menghadap Zena,

    Zena langsung menunduk. Dia tak berani menampakan wajahnya yang dia pastikan

    sudah sangat merah di hadapan Nabil.

    Gini, Bil. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan kalau sebelumnya kamuudah janji pada sahabat kamu untuk menolong seseorang lalu tiba-tiba orang itu

    memojokkan kamu hingga membuat kamu malu dan dihukum. Disatu sisi, kamu

    tidak ingin mengecewakan sahabatmu tapi di sisi lain kamu sangat benci pada orang

    itu Tanyanya dengan nada lembut, masih dengan posisi menunduk.

    Kalau aku jadi kamu aku akan tetap nolong orang itu Jawabnya santai

    sambil bersandar di kursi dan menengadahkan wajahnya ke atas

    Kenapa?? Bukannya dia sudah membuat kamu malu sampai -sampai

    kamu harus dihukum Tanyanya dengan wajah yang tidak lagi memerah

    Kamu pasti sudah sering dengar kalau kehidupan itu seperti roda yang

    berputar kadang kita berada di atas, kadang juga kita terinjak-injak di bawah. Semua

    itu diciptakan untuk menjaga keseimbangan kehidupan ini

    Maksudnya??? Tanya Zena, bingung.

    Gini, saat kita berada di atas kita berkewajiban menolong mereka yang

    berada di bawah karena tidak mustahil jika suatu saat nanti kamu akan meminta

    pertolongan dari orang yang kamu tolong dulu. Nah, saling tolong menolong inilah

    yang aku sebut keseimbangan di mana jika mereka yang berada di atas tidak

    menolong mereka yang di bawah maka kehidupan ini tidak akan seimbang, dan

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    27/162

    yang terjadi pastilah Hukum Markovnikov, yang kaya makin kaya dan yang miskin

    makin miskin. Dan itulah yang terjadi sekarang, lihat di kota-kota besar seperti

    Jakarta, di sana banyak gedung-gedung tinggi, hotel-hotel mewah tapi

    perkampungan kumuhnya dan anak jalanannya juga tidak bisa dibilang sedikit. Itu

    akibat tidak adanya keseimbangan, di satu sisi ada yang berfoya-foya tapi di sisi lain

    juga ada yang kelaparan. Lagian ada kok di Al Quran, suarah. , ayat. Jelasnya.

    Nabil bangkit berdiri.

    Sepertinya sudah jam masuk aku duluan Nabil pergi meninggalkan Zena

    yang masih sangat bingung dengan penjelasan Nabil. Keseimbangan Kehidupan

    Kata yang rumit untuk Zena cerna, namun satu yang dapat Zena pahami dari

    penjelasan Nabil bahwa tolong-menolong dalam kehidupan ini sangat penting,

    karena tidak semua anak bisa seberuntung Zena. Salah satu contohnya adalah

    Erick. Tiba-tiba Zena teringat sesuatu.

    Bukannya selama ini aku lagi nyari Nabil terus yang tadi itu Nabil.

    Arghhhh bodohbodoh dasar Zena bodoh. Kenapa kamu lupa tanyain tentang

    Papa. Dasar pelupa!!!! hardiknya pada dirinya sendiri. Zena lalu beranjak menuju

    kelasnya sebelum dia mendapat hukuman lagi karena terlambat.

    Halo

    Halo, Zen. Kamu nggak marah kan sama aku? Maafin aku Zen, aku

    nggak bermaksud bikin kamu dihukum

    Lho kok kamu yang minta maaf sih. Kamu kan nggak salah,lagian bukan

    kamu kok yang nyebabin aku dihukum

    Yah tapi bagaimanapun seharusnya tadi itu aku bela kamu, bukannya

    diam kayak tadi. Sekali lagi, maaf yah!! Tapi nggak apapa kok kalau kamu mau

    batalin niat kamu untuk nolong Erick

    Siapa yang mau batalin, aku akan tetap nolong Erick, kok. Mungkin aku

    nggak bisa ngomong sama mama aku tapi aku akan ngasih dia kerjaan, gajinya

    lumayan kok cukup untuk bayar uang sekolah. O ya besok kamu suruh aja dia

    datang ke rumah aku habis pulang sekolah

    Bener, Zen. Aku nggak nyangka kamu ternyata masih mau noloning

    Erick padahal tadi dia mojokin kamu banget. Makasih ya Zen, makasih banget

    kamu memang sahabat aku yang paling top dech

    Gombal!!! Aku udah ngantuk. Udah dulu yah, aku mau tidur

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    28/162

    Zena menutup teleponnya lalu beranjak ke tempat tidurnya. Malam itu,

    Zena sengaja tidur cepat, dia berharap bisa bertemu papanya lagi dalam mimpi

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    29/162

    My New Driver

    Sesuai dengan harapan Zena, dia kembali ke ruangan itu. Ruangan serba

    putih. Zena tak melihat siapapun di sini kecuali dirinya yang tampak lusuh masih

    dengan long dress hitam yang sudah kering dan tak memakai alas kaki.

    Zena melayangkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, berharap bisa

    menemukan orang yang dia cari namun nihil, tak ada siapapun di sini. Tiba-tiba dia

    merasakan ada seseorang yang berjalan kearahnya, Zena berbalik untuk melihatnya

    namun lagi-lagi yang dia lihat cahaya silau yang membuat matanya pedih terpancar

    darinya.

    Dia memaksakan matanya untu melihatn namun tak dapat, cahayanya

    terlalu terang. Entah mengapa, Zena merasa bahwa laki-laki itu sedang tersenyum

    kepadanya walaupun Zena tidak bisa melihat senyuman itu.

    Hey, apa kamu mengenal Papaku?Tanyanya kepada laki-laki berkalung

    tasbih itu. Namun, tidak ada jawaban darinya.

    Hey, apa kau mendengarku?Tanyanya lagi namun tetap tak ada respon.

    Zena terdiam, dia merasakan sesuatu menyapanya, sesuatu seperti angin tapi

    lembut. dia tahu, ini berasal dari laki-laki itu. Zena merasa Ia terus

    menyunggingkan senyumnya sampai dia kembali ke dunia nyata

    .

    Kenapa, Zen? Zena menoleh. Dila yang duduk di sebelahnya sekarang

    sedang menatap Zena bingung. Zena mendesah pelan sebelum menjawab,

    Mimpi itu lagi, Dil. Dalam hitungan sepersekian detik, Dila yang sedari

    tadi berkutat dengan komiknya langsung berdiri dan menggeser posisi siswa yangduduk di depan Zena.

    Lalu, kali ini apa yang terjadi? Dila menatap Zena penasaran..

    Walaupun aku belum bisa melihat wajahnya tapi aku yakin kali ini, Nabil

    tersenyum padaku, Zena menghempaskan diri di sandaran kursi.

    Aku berharap bisa bertemu dia lagi Doanya.

    Emang kamu yakin itu Nabil? Tanya Dila

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    30/162

    Entahlah, Dila. Tapi aku sangat berharap itu benar-benar Nabil. O ya, tau

    nggak kemarin aku ketemu sama Nabil,malah dia sempet bantuin aku saat

    dihukum

    Lho, berarti kamu udah nanyain tentang Papamu. Dia bilang apa? Tanya

    Dila dengan wajah penasaran.

    Belum, Dil. Kemarin aku benar-benar lupa untuk nanyain itu

    Tapi kamu tanyain kan, dia dikelas mana? Tanya Dila lagi. Zena

    menggeleng-gelengkan kepalanya yang berarti tidak.

    Zena Zena Dasar Ratu Pelupa Ejeknya. Beberapa saat mereka terdiam,

    mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Dila bersuara

    Zen, sore nanti Erick jadikan ke rumah kamu? Soalnya aku udah ngasih

    dia alamat dan nyuruh dia datang habis pulang sekolah

    Iya, jadi, kok Bala Zena singkat. Tak lama kemudian, bel tanda masuk

    berdering. Dila sudah kembali ke tempatnya dan Zena memfokuskan diri pada

    pelajaran yang akan segera dimulai.

    Erick sedang berdiri di depan sebuah rumah yang sangat besar. Benar-benar

    besar. Seluruh rumah itu dicat putih, dan pagar tinggi menjulang tajam. Benar-benar

    pagar yang akan menyulitkan profesi seorang pencuri. Juga rumput yang sangat

    hijau tertata rapi di halaman, dan beberapa pohon palem tumbuh indah layaknya di

    pesisir pantai.

    Erick menghampiri bel dan memencetnya. Tiba-tiba Sreeet.. pintu pagar

    terbuka secara otomatis. Seorang satpam menghanpiri Erick sambil tersenyum.

    Cari siapa ya, Dek? Tanyanya kepada Erick

    Saya cari Zena, Pak Jawab Erick

    Oh, Den Erick yah. Silahkan masuk, sudah ditunggu sama Non Zena

    Kata Satpam. Dia lalu memanggil seorang gadis berjilbab yang sedari tadi asyik

    menyiram bunga. Gadis itu menghampiri Sang Satpam dan Erick.

    Afifah, tolong kamu antarkan Den Erick menemui Non Zena Suruhnya

    kepada Afifah. Afifah tersenyum kepada Erick sebagai tanda salam kenalnya lalu

    dia berjalan mendahului Erick yang mengikutinya dari belakang.

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    31/162

    Mereka berdua menyusuri sebuah paving blok lebar yang di sisinya

    ditumbuhi rerumputan hijau dan pohon yang rindang. Tiga buah mobil mewah

    parkir rapi di depan mereka. Sekarang mereka telah memasuki sebuah teras besar

    dan langsung masuk melalui pintu utama.

    Begitu mereka masuk, Erick terpaku melihat sebuah ruangan yang tidak

    bisa disebut ruangan apa karena banyak sekali pajangan antic dan cantik disimpang

    di sana-sini. Guci, lukisan, patung dan benda seni lainnya. Erick yakin ini bukan

    ruang tamu karena tak ada satupun sofa yang menghiasinya. Hanya guci yang ditata

    rapi, lukisan di dinding-dinding dan beberapa pot di pojok ruangan.

    Ayo masuk, Den Ajak Afifah, sopan mengagetkan Erick yang sedari tadi

    sibuk memperhatikan isi ruangan itu.

    Ruangan berikutnya yang mereka masuki adalah sebuah ruangan besar,

    dengan tangga besar melingkar di bagian tengah. Gantungan antik dengan banyak

    lampu di dalamnya, juga beragam sofa yang berjejer sesuai pola dan warnanya.

    Den, silahkan duduk. Saya panggilkan Non Zena dulu ajaknya sopan lalu

    berlalu menaiki tangga. Erick memastikan bahwa kamar Zena berada di lantai atas.

    Dalam hati, tak hentinya Erick berdecak kagum pada apa yang baru saja dilihatnya.

    Erick memang pernah kaya, tapi Erick tak pernah membayangkan bisa memiliki

    rumah layaknya istana presiden seperti rumah Zena.

    Zena benar-benar beruntung Gumamnya. Beberapa lama kemudian

    datang seorang pembantu lengkap dengan minuman beserta kue di tangannya, dia

    meletakkan itu semua di depan Erick. Dia tersenyum sambil membukukkan sedikit

    badannya sebagai tanda hormatnya kepada sang tamu.

    Terimakasih, Bi Kata Erick dengan senyuman manisnya. Pembantu itu

    kembali tersenyum dan membalikkan badannya menuju arah yang lain. Erick

    segera meneguk minuman yang disediakan untuk melepas dahaganya karena

    sebelum itu, dia menempuh perjalanan sekitar satu kilometer untuk sampai

    dirumah Zena. itu dilakukan agar ia bisa berhemat, dia tidak mau membuang-buang

    uang hanya untuk membayar ongkos transportasi.

    Erick telah menunggu hampir setengah jam, namun yang ditunggu tak

    kunjung datang. Tiba-tiba dia melihat seorang gadis cantik berambut sebahu

    melangkah turun di tangga, jantungnya berdetak kencang dan semakin kencang

    ketika gadis itu menghampirinya.

    Sudah lama nunggunya? Tanya Zena sesampainya di ruang tamu lalu dia

    duduk di sofa yang kosong tepat di hadapan Erick. Sepertinya detakan jantung

    Erick sudah mencapai kecepatan maksimum.

    E.enggak kok, baru sajajawabnya gugup

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    32/162

    To the pointaja, aku mau ngasih kamu kerjaan sebagai supir pribadi aku,

    jadi kamu bisa tetap sekolah selama bekerja Tutur Zena dengan wajah tanpa

    ekspresi

    Supir pribadi kaka..kamu? Tanyanya tidak percaya

    O ya kamu nggak usah khawatir mengenai gaji, aku akan beri kamu gaji

    yang sesuai dan aku jamin dengan gaji itu kamu bisa kok bayar uang sekolah tiap

    bulannya

    Makasih banget, Zen. Makasih banget. Aku nggak tahu kalau ternyata

    kamu sebaik ini Pujinya kepada Zena dengan wajah senang.

    Aku nggak punya banyak waktu, kamu bisa kerja mulai besok pagi Zena

    kembali ke kamarnya meninggalkan Erick yang masih terpaku di sofa. Dia tidak

    percaya ada orang sebaik Zena yang mau ngasih dia kerjaan dengan gaji 3 juta per

    bulan sesuai dengan uang pembayaran sekolahnya per bulan.

    Sementara itu, para pembantu yang diam-diam menguping pembicaraan

    mereka merasa tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya.

    Eh menurut kamu, dia itu siapa?? Kok bisanya Non Zena kasih dia

    pekerjaan Tanya seorang pembantu kepada pembantu lain

    Pacarnya kali Tebak pembantu lain yang bernama Surti.

    Mana mungkin pacarnya orang susah kayak gitu, kamu tahu kan wataknya

    Non Zena, dia paling benci sama orang susah Sanggah pembantu lain yang

    bernama Gusti.

    Nah dari itu, karena itu cowok pacarnya Non Zena makannya Non Zena

    mau bantu. Mereka pasti ada hubungan khusus yang membuat Non Zena mau

    peduli sama orang susah kayak dia Kata Surti membela dirinya lalu kembali

    mengintip namun orang yang diintipnya telah pergi.

    Iya menurut aku pendapat Surti ada benernya. Lagian, apa kalian nggak

    perhatikan kalau cowok itu keren banget, nggak heran kalau Non Zena suka samadia Kata pembantu lain yang kini senyam-senyum sendiri.

    KYAAAAA Tiba-tiba Afifah datang mengagetkan mereka.

    AFIFAH Seru mereka berbarengan sambil mengelus dada.

    Kalian ngapain sih ngerumpi di sini? Nggak punya kerjaan lain apa.

    Lagian, kalau Non Zena sampai tahu kalau kalian ngegosipin dirinya sama Den

    Erick, pasti kalian akan dimarahin habis-habisan Ancam Afifah

    Oo jadi namanya Erick Seru mereka berbarengan

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    33/162

    Sudah. Sudah. Kalian bubar dan kembali ke pekerjaan masing-masing

    Suruh pembantu yang tampaknya paling tua di antara mereka, yang sedari datang

    bersama Afifah.

    Non!!! Bangun, Non!!! Nanti Non terlambat lagi.

    Errrrgh. Zena menggeliat lalu menutup kembali badannya dengan selimut.

    Aku masih ngantuk pergi sana!!! Suruhnya

    Tapi, Non. Den Erick sudah menunggu dari tadi. Lagian sekarang sudah

    hampir jam tujuh, Non

    WHAAT??? Jam tujuh Zena bangun dan langsung meraih bajunya yag

    sudah diseterika lalu berlari ke kamar mandi. Dalam waktu setengah jam, Zena

    telah selesai berseragam. Dia berlari kecil menuruni tangga, melewati makanan di

    meja yang sepertinya disediakan untuk sarapannya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu,

    dia teringat kalau pada hari Rabu, Pak Sukirman hanya mengajar pada jam terakhir

    dan biasanya dia akan datang sebelum jam makan siang sehingga Zena tak perlutakut terlambat. Dari jauh, dilihatnya Erick yang tak berseragam sekolah bersandar

    di mobil Zena

    Lho, kok nggak pakai seragam?? Tanya Zena heran

    EmangNon ngak tahu, kalau akau diskors sampai aku bisa bayar semua

    pembayaran sekolah yang menunggak Jawab Erick dengan senyum yang sedikit

    dipaksakan, Erick berjalan menuju pintu mobil. Tiba-tiba Zena memanggilnya

    Nggak usah pakai Non, panggil Zena saja katanya dingin

    Erick mengangguk lalu membuka pintu mobil, kemudian diamempersilahkan Zena naik layaknya tuan putri.

    Yah udah, sebelum kita ke sekolah, kita ke rumah kamu dulu Kata Zena

    setelah Erick duduk di kursi pengemudi

    Lho, untuk apa?

    Yah untuk ganti seragam kamu

    Tapi.

    Udah, kamu nggak usah khawatir biar aku yang ngurus Erick mulai

    menstarter mobil itu dan mengemudikannya. Selama dalam perjalanan, tidak ada

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    34/162

    pembicaraan yang terjadi di antara mereka. Zena sibuk memikirkan mimpinya

    semalam yang tak ada perkembangan. Dalam mimpi itu laki-laki yang dia yakini

    adalah Nabil masih tersenyum padanya dan anehnya Zena tak bisa berbuat apa-apa,

    dia hanya diam menikmati senyum Nabil yang bagaikan senyum malaikat samapai

    dia kembali ke dunia nyata.

    Sementara saat itu Erick, diam-diam memperhatikan gadis yang duduk

    tepat di belakangnya. Entah mengapa, Erick merasa ada rasa kagum di hatinya

    kepada Zena. Dia tak pernah membayangkan bisa menjadi supir pribadi seorang

    Zena yang bahkan pada saat kelas satu sangat dia benci karena keangkuhannya.

    Apakah ia telah jatuh cinta pada gadis itu?? Tanya Erick dalam hati.

    Mungkin benar kataorang Cinta dan benci dibatasi oleh suatu sekatan tipis yang

    ketebalannya mungkin hanya sepersekian millimeter. Namun dengan cepat

    disingkirkannya perasaan itu. Erick sadar kedudukan dia dan Zena bagaikan kuman

    merindukan bulan. Dia siapa? Zena siapa?

    Akhirnya mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah kecil. Rumah yang

    mungil, bercat putih dengan tamannya yang tak terurus. Lampu tamannya sudah

    pecah, tetapi bohlamnya masih menyala terang padahal hari sudah agak siang. Erick

    turun dari mobil lalu berjalan menuju rumah itu.

    Kreeettt.. perlahan pagar bercat hitam dan agak terkelupas itu terbuka saat

    Erick mendorongnya. Sepertinya Erick hafal betul bagaimana cara membuka pagaritu dengan baik, dia mengambil kunci yang tergantung dibalik dinding belakang

    pagar itu. Lalu segera membuka pintu dan masuk kedalam rumah, sepertinya pintu

    rumah itu memang sengaja tak dikunci karena semua orang tahu betul bahwa tak

    banyak barang yang bisa ditampung dalam rumah sekecil itu dan tentunya tak ada

    barang berharga di sana.

    Beberapa menit kemudian, Erick kembali dengan seragam sekolahnya

    lengkap dengan tas ranselnya dan beberapa berkas yang dipegang. Erick berjalan

    tergopoh-gopoh dengan wajah yang sangat panik menuju mobil Zena.

    Zen, sorry banget kayaknya aku nggak bisa ke sekolah hari ini Katanya,

    masih dengan wajah panik.

    Lho, kenapa???

    Adik aku, Zen. Keadaanya kritis. Aku harus membawanya ke rumah sakit.

    Jadi kamu bisa ke sekolah sendirian, kan?

    Zena berpikir sejenak, di satu sisi ia sangat ingin membantu adik Erick

    namun di sisi lain, dia takut terlambat dan dihukum lagi oleh omnya, Pak

    Sukirman. Tiba-tiba dia teringat kata-kata Nabil Kalian yang berada diatas

    berkewajiban menolong mereka yang dibawah. Dia mempertimbangkan lagi,

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    35/162

    mungkin jika dia perginya sebentar pasti tidak akan ketahuan oleh Pak Sukirman.

    Lagi pula, Pak Sukirman hanya mengajar pada jam terakhir itupun di kelas lain,

    sehingga dia tidak perlu khawatir.

    Nggak. Bawa aja adik kamu ke rumah sakit pakai mobil ini

    Tapi kamu.?

    Aku ikut. Cepet gih angkat adik kamuke mobil

    Makasih, Zen. Makasih banget katanya dengan wajah berbinar-binar.

    Kemudian Erick segera berlari ke rumahnya. Lama menunggu, Zena tertarik untuk

    masuk ke rumah mungil itu. Dibukanya pintu yang setengah terbuka kemudian dia

    masuk.

    Sekarang Zena berada di sebuah ruangan berukuran dua kali tiga meter

    yang amat sempit dan pengap. Di sana, Zena melihat seorang gadis pucat terbaring

    lemah di atas sebuah kasur tipis, Sebuah buku cetak fisika dengan halamannya yang

    terbuka tergeletak disamping tubuh gadis berumur kira-kira belasan tahun itu.

    Disudut ruangan terdapat lemari kecil yang kayunya terlihat tabuh, di depannya

    terlihat Erick yang sedang memindahkan beberapa pakaian ke tas sekolahnya.

    Menyadari ada orang di belakangnya, Erick pun berbalik dan terperangah melihat

    Zena

    Zena Katanya, keget.

    Biar aku bantu yah? Kata Zena. Tanpa menunggu jawaban Erick, Zena

    langsung mengambil tas di tangan Erick dan membawanya ke mobil. Erick tak bisa

    berkata apa-apa, sepertinya mulutnya terkunci oleh kebaikan Zena, bahkan untuk

    mengucapkan terimakasih pun dia tak bisa. Dia lalu membopong adiknya,

    menyusul Zena ke mobil.

    Mobil pun melaju, untung jarak rumah Erick dan rumah sakit tidak terlalu

    jauh sehingga mereka bisa sampai dalam waktu 15 menit. Setibanya di rumah sakit,

    Erick kembali membopong adiknya menuju kamar rumah sakit. Namun, mereka

    tak bisa bertahan lama di kamar itu, suster menyuruh mereka untuk keluar denganalasan Dokter akan memberikan pengobatan intensive.

    Mereka pun menunggu di luar, Zena duduk di kursi rumah sakit sementara

    Erick sibuk berjalan mondar-mandir. Dari wajahnya tergambar jelas bahwa ia

    sedang panic, sedih, cemas sekaligus takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada adiknya

    itu. Tiba-tiba dokter ke luar.

    Gimana, Dok? Gimana keadaan adik saya? tanyanya cemas

    Sepertinya adik anda terkena demam berdarah sehingga harus diopname.

    Segera urus administrasinya, lalu kami akan memberikan pengobatan pada adik

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    36/162

    anda Dokter itu pergi meninggalkan Erick yang semakin putus asa mendengar kata

    administrasi. Dia tersungkur di tembok rumah sakit itu dengan mata berkaca-kaca.

    Zena menghampirinya lalu berjongkok, menyamai posisi Erick.

    Dokter, bilang apa? Tanya Zena pelan, tepat ketika air mata Erick jatuh.

    Dia terkena demam berdarah dan harus diopname. Dokter tak akan

    memberikan pengobatan sebelum aku melunasi administrasinya. Dari mana aku

    bisa dapat uang? Katanya sambil terisak. Zena berdiri dan melangkah menuju

    tempat administrasi, beberapa menit kemudian Zena kembali bersama beberapa

    dokter yang segera masuk ke kamar adik Erick. Zena menghampiri Erick yang

    masih tersungkur frustasi.

    Tenang aja, aku sudah bayar semua dan sekarang dokter sedangmengobati adikmu Erick menengadahkan kepalanya lalu berdiri.

    Bener, Zen? Tanyanya diikuti anggukan kepala Zena. Erick langsung

    memeluk Zena. Zena kaget, dia ingin sekali melepas pelukan Erick namun urung ia

    lakukan karena dia tahu, Erick memeluknya sebagai rasa terimakasih. Dia hanya

    terdiam dalam pelukan Erick.

    Menyadari apa yang sedang dia lakukan, sontak Erick melepas pelukannya

    dan langsung menunduk. Dia tak berani menatap Zena yang pasti sudah sangat

    marah padanya, dia siap apa bila Zena ingin memarahinya ataupun memukulnya.

    Namun yang ditunggunya tidak juga terjadi, Erick memberanikan diri menatap

    Zena yang sekarang tengah duduk di kursi rumah sakit. Merasa Erick sudah baikan,

    Zena angkat bicara

    Adik kamu sudah ditangani dokter. Jadi, sekarang kita boleh pergi ke

    sekolah, kan?

    Iya, Zen. Aku pikir juga begitu Jawab Erick gugup. Mereka berjalan ke

    luar rumah sakit dan menuju pakiran.

    Zen, sekarang udah jam sepuluh, apa aku harus ngebut supaya kita tidak

    terlalu terlambat? Tanyanya setelah dia memasuki mobil.

    Terserah Jawab Zena datar. Erick kembali menstarter mobil dan

    mengemudinya. Beberapa detik kemudian, mobil itu telah melaju dengan

    kecepatan tinggi melewati mobil-mobil yang berada di depannya. Semakin lama,

    Zena merasa bahwa kecepatan mobil ini semakin bertambah bahkan Zena merasa

    ini adalah mobil tercepat yang pernah ia kendarai.

    Dalam waktu lima menit, mereka tiba di sekolah. Zena langsung turun tanpa

    dipersilahkan, Zena ingin muntah tapi Zena menahannya, dia tak mau terlihat malu

    di depan Erick. Zena segera berjalan menuju guru administrasi, Bu Caya yang

    diikuti Erick di belakangnnya.. Sesampainya di sana, dia langsung memberikan

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    37/162

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    38/162

    pelajaran yang ada di papan tulis. Dila seyam senyum sendiri sambil menjalankan

    hobinya yaitu menghayal. Zena menutup buku tulisnya setelah menulis semua yang

    ada di papan tulis. Dia melirik Dila yang masih senyam-senyum sendiri.

    Kok, Pak Sukirman sih yang ngisi jam ke dua, seharusnya kan Bu Nisa?

    Namun yang diajak bicara masih senyum-senyum sendiri.

    , Woe Teriak Zena tepat di telinga Dila.

    Zena. Ngapain sih teriak-teriak, bikin kaget aja. Gimana kalau aku punya

    penyakit jantung kayak anggota-anggota DPR pasti sekarang aku udah is dead.

    Emang mau tanggung jawab, aku belum bikin asuransi tau!!! Hardik Dila, kesal.

    lagian kamu, nghayalin siapa sih? Sampai aku nanya nggak direspon

    Ada aja. O ya mau nanyain apa? Tanya Dila, mengalihkan pembicaraan

    Tadi itu aku nanya, kenapa Pak Sukirman yang isi jam ke dua bukan Bu

    Nisa

    Soalnya, Bu Nisalagi sakit terus Pak Sukirman juga nggak ada jam ke dua

    di kelas lain. Jadi, dia deh yang ngisi. Om kamu rajin banget, Zen

    O yak kok tadi terlambat banget sih, Zen. Alasannya Erick yang bilang

    kalau selama jam pertama kamu nemenin dia nggak bener,kan?? Tanyanya lagi.

    Yang nggak benerlah, tadi itu aku terlambat bangun Jawab Zenaberbohong

    Tuh kan, Zen. Erick itu baik banget sampai dia mau nungguin kamu

    sampai jam sepuluh. Mana ada supir kayak dia

    Dasar lemot!!! Semua supir juga kayak gitu juga tau!! Mereka itu akan

    nungguin majikannya karena mereka digaji, begitupun dengan Erick

    Pokoknya Erick beda. Mana ada supir di Indonesia yang juga seorang

    ketos. Nggak ada, kan?

    Lemotlemot Kayak gitu ditanyain, yah jelas nggak adalah Ericknya ajatuhyang bego mau jadi supir

    Pokoknya Erick beda, Zen. Mana ada supir yang cakep, jago main basket,

    juara kelas, jago main music dan. Apa lagi yah. Pokoknya Erick beda deh

    katanya kekeh mempertahankan pendapatnya.

    Yah udah, deh. Pokoknya bagi aku dia itu sama aja sama Pak Maman, Pak

    lucki dan supir-supir aku sebelumnya

    Kok disamain sih, Zen. Mereka kan udah tua semenatara Erick. Pokoknya

    beda

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    39/162

    Sama aja Dila

    BEDA

    SAMA

    Di tengah percekcokan mereka, tiba-tiba orang yang sedari tadi

    diperbincangkan datang sambil memamerkan senyum manisnya.

    Hai Zen, Dil!! Sapanya sambil menghampiri kedua gadis itu. Dila

    langsung memperbaiki wajahnya yang sedari tadi kusut gara-gara Zena.

    Hai, Rick!! Jawab Dila dengan senyum yang tak kalah manisnya.

    Sementara Zena tetap dengan wajah tanpa ekspresi.

    Zen. Karena kamu udah bayar gaji aku di muka, maka aku mutusin untukselain jadi supir pribadi kamu, aku juga akan jadi pembantu pribadi kamu selama di

    sekolah. Gimana? Tanyanya pada Zena

    Terserah!!! Respon Zena datar

    Dil, ke kanting yuk!! ajak Zena

    Oh, jadi kalian mau ke kanting. Bareng aja yah, sekalian aku mau traktir

    kalian berdua. Gimana?

    Boleh. Boleh banget. Jadi hari ini kita ditraktir Erick. Asyiikk!! Seru Dila

    sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang dapat Lolipop.

    Emang punya duit?

    Ada kok, Zen

    Ya udah, tunggu apa lagi ke kanting yuk!! Ajak Dila sambil menarik

    tangan kedua orang itu menuju kanting

    Mereka bertiga berjalan menuju kanting. Dalam perjalanan, tiba-tiba Dila

    teringat bahwa dia lupa menutup notebook yang tadi dipakainya dalam pelajaran

    Pak Sukirman. Dila memutuskan untuk kembali ke kelas dan membiarkan Erick

    dan Zena berjalan duluan ke kanting.

    Erick dan Zena tiba di kanting. Hari itu Kanting penuh dan sesak oleh

    siswa, baik anak kelas satu, dua maupun tiga. Maklumlah, kanting di sekolah itu

    cuma satu tapi mempunyai empat ruangan, tiga untuk kelas satu, dua dan tiga.

    Satunya lagu untuk pemesanan makanan. Kanting sekolah itu sangat luas, mungkin

    kalau dikira-kira cukup 1 Ha. Setiap ruangan didesain seperti restaurant kecuali

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    40/162

    ruangan pemesanan yang memang agak luas karena di situlah berkumpul anak kelas

    satu, dua maupun tiga untuk memesan makanan.

    Tiba-tiba semua aktivitas berhenti saat Erick dan Zena berjalan masuk,

    beberapa siswa yang tadinya menutupi jalan menepi, memberikan jalan pada

    keduanya. Semua penghuni kanting shok dengan apa yang dilihatnya, orang yang

    paling dihormati dan orang yang paling ditakuti satu sekolah sedang berjalan

    layaknya sepasang kekasih. Sebenarnya sebelum kejadian di kanting, mereka telah

    mendengar bahwa Zena bolos dengan alasan menemani Erick selama jam pertama.

    Mereka berdua berhenti di sebuah meja kosong. Erick mengambil kursi dan

    mempersilahkan Zena duduk. Sebenarnya Zena sedikit risih dengan perlakuan

    Erick, namun dibiarkannya toh ini atas kemauan Erick sendiri bukan berdasar

    paksaannya. Erick lalu berlari pelan-pelan untuk memesan makanan. Beberapa

    menit kemudian, dia kembali dengan nasi goreng bakso dan jus Apel ditangannya,

    dia meletakkan semua itu di depan Zena. Zena tak tahu, kenapa Erick memesan

    semua itu untuknya. Tapi, sumpah!!! Itu semua adalah makanan kesukaan Zena.

    Zena memakannya dengan lahap karena Zena benar-benar lapar, pagi tadi Zena tak

    sempat sarapan bahkan Zena lupa, apa kemarin dia juga makan malam.

    Suasana hening tercipta dikanting yang tadinya sangat ribut. Semua serius

    memperhatikan dua orang yang tengah duduk bersana sanbil menikmati makan

    siangnya. Tak lupa, mereka menguping setiap percakapan ringan yang terjadi antara

    Erick dan Zena. Tiba-tiba Dila datang.

    Kalian jahat banget sih nggak pesenin aku makanan Katanya, kesal

    melihat kedua temannya hampir menghabiskan makanannya. Tapi, yang diajak

    bicara masih sibuk dengan urusan masing-masing, Zena masih serius dengan nasi

    goreng baksonya sambil sesekali meneguk jus apel. Sementara Erick telah

    menghabiskan makanannya, sekarang dia sedang duduk sambil membaca sebuah

    buku, Dila bisa melihat bahwa kepala Erick memang tertuju pada buku itu namun

    matanya tertuju pada gadis yang duduk didepannya. Sampai-sampai dia tak

    menyadari keberadaan Dila.

    Dila tak tahu, apa yang terjadi pada dirinya, Dila merasa sedih dan panas

    melihat Erick lebih memperhatikan Zena ketimbang dirinya. Namun, dia berusaha

    menepis semua itu dan jika itupun benar maka dia akan berjuang merebut Erick

    dari Zena. lagian berdasarkan pengetahuan Dila, Erick bukanlah tipe Zena.

    Woe Teriak Dila tepat di telinga Zena

    Dila, ngapain sih teriak-teriak

    Cuma bangunin kalian aja soalnya kalian kayaknya lagi ngelamun

    Ehmmm, Dil. Mau makan apa?

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    41/162

    Nggak usah deh, aku masih kenyang kok

    O ya, Dil. Gimana tentang kumpulan absen kelas yang aku minta? Tanya

    Zena

    E ituitu sebenarnya.. aku belum kumpulin, Zen jawabnya dengan

    nada bersalah diikuti dengan wajah kecewa Zena.

    Absen apa sih? Tanya Erick tak mengerti.

    Bukan apa-apajawab Dila, berusaha menutupi semua.

    The Mysterious Boy

    Tak terasa, Erick telah menjadi supir Zena selama satu minggu dan selama

    itu pula Erick menjadi teman ngobrol Zena selama di rumah. Kini, dia merasa

    menyukai gadis itu. Gadis yang telah menolong hidupnya yang hampir jatuh, bukan

    hanya hidupnya tapi juga hatinya. Gadis itu telah mengisi hatinya yang kesepian

    setelah musibah yang menimpa keluarganya. Tapi ia kembali mempertanyakan

    perasaannya pada gadis itu, apakah itu benar cinta atau hanya rasa berhutangbudi??

    Tapi jika benar itu cinta kenapa cepat sekali? Dia tak mungkin jatuh cinta pada

    seseorang hanya dalam waktu satu minggu. Tapi bukankah cinta tak terukur oleh

    waktu dan perasaan juga tak bisa diukur dengan ratio. Bingung!! Erick benar-benar

    bingung dengan perasaannya.

  • 7/28/2019 The Men in My Dreams

    42/162

    Sementara itu, Zena tak tahu, mengapa dia bisa langsung akrab dengan

    Erick hanya dalam waktu satu bulan. itu waktu yang sangat singkat untuk menjadi

    orang-orang kepercayaan Zena dan Erick telah lulus, dia telah menjadi orang yang

    Zena percayai selain Dila. Mungkin karena bagi Zena sendiri, dia menganggap

    Erick sebagai kakak. Maklum, dari dulu Zena sangat mengharapkan kedatangan

    seorang kakak namun itu tak mungkin karena dia anak tunggal.

    Rick, boleh nanya sesuatu, nggak? Tanya Zena pada suatu malam.

    Malam itu mereka tengah duduk di balkon lantai tiga mengamati bintang. Itulah

    yang sering mereka lakukan setelah jam kerja Erick selesai.

    Yah bolehlah, Zen?Jawabnya sambil menatap gadis itu

    Dila pernah bilang kalau kamu diskors dari sekolah itu gara-gara keluargakamu terkena musibah. Kalau boleh tahu, musibah apa?

    Tapi, kalau kamu nggak mau cerita juga nggak apapa, kok. Aku tahu ini

    privasi kamu

    Nggak kok, Zena. aku malah ingin banget cerita sama seseorang agar

    beban yang aku punya bisa berkurang Lama Erick terdiam lalu dia mencoba

    menjawab

    Perusahaan Papa aku bangkrut, Zen. Papa aku dililit hutang sampai-

    sampai Papa aku melarikan diri untuk menghidari penagih-penagih hutang tapi.

    Akhirnya Papa a


Recommended