Date post: | 03-Apr-2018 |
Category: |
Documents |
Upload: | rifkasyaputri |
View: | 255 times |
Download: | 0 times |
of 162
7/28/2019 The Men in My Dreams
1/162
The Men
In
My Dreams
A Novel By
Rifka Syaputri
Cinta benar-benar buta
Cinta laksana jantung yang terus berdetak dalam tubuh kita, tanpa dapat dikontrol
kecepatannya ataupun disuruh berhenti untuk sementara
Cinta akan terus tumbuh selama hati yang satu masih percaya pada hati yang lain
dan taman hati akan terus berbunga, selama hati induk terus memupuknya
7/28/2019 The Men in My Dreams
2/162
Tapi taman hati juga bisa gersang bahkan mati, ketika hati yang lain berpaling
darinya
7/28/2019 The Men in My Dreams
3/162
Daftar Isi
Pertemuan Singkat ........................................................... 4
Meeting At Sunday ........................................................ 11
Cowok Berkalung Tasbih .............................................. 16
My New Driver .............................................................. 29
The Mysterious Boy ...................................................... 41
Malam Penuh Pertanyaan ............................................. 52
Anak Haram .................................................................. 69
Beautiful Day ................................................................. 78
Kado Spesial ................................................................... 88
Cinta dalam Hati ........................................................... 92
Insident In Love Garden ............................................. 101
Oh My Daddy ............................................................ 110
Minggu Bertabur Tangsan ........................................... 121
Permintaan Dila ........................................................... 134
Pertemuan dan Perpisahan.......................................... 146
Seven Years Later ........................................................ 160
7/28/2019 The Men in My Dreams
4/162
Pertemuan Singkat
Trrr Jam weker itu berbunyi, mencoba membangunkan sesorang yang
masih tertidur pulas di balik selimutnya. Tak lama kemudian, sebuah tangan
menyembul keluar mencari benda yang sedari tadi mengganggunya dan segera
menekan tombolnya untuk mematikan benda itu.
Tapi tak lama kemudian, benda itu berbunyi lagi dan kembali mengganggu
orang yang berada di balik selimut pink itu.
Bisakah kau berhenti berbunyi ? Hardik orang itu yang ternyata seorang
gadis, kini dia menghempaskan benda itu ke tembok membuat suara benda itu
hilang seketika.
Tiba-tiba seorang gadis berjilbab masuk dengan tergesa-gesa
Ada apa Non, tadi saya mendengar sesuatu seperti barang yang pecah dari
kamar Non? Apa Non baik-baik saja? Tanya gadis yang baru masuk itu sambil
menunduk.
Gadis itu adalah pelayan pribadi sang gadis majikan, tugasnya adalah
menyiapkan segala kebutuhan sang gadis, mulai dari sang gadis membuka mata di
pagi hari sampai dia menutup matanya kembali di malam hari. Sebenarnya dia tak
sendirian, di rumah itu terdapat tujuh orang pembantu dengan tugasnya masing-
masing. Ada dua orang yang bertugas pada bagian makanan, dua orang pada bagian
kebersihan dan dua orang pada bagian keamanan, serta seorang gadis yang bertugas
sebagai pelayan pribadi sang gadis majikan.
Gadis ini terpilih menjadi pelayan pribadi sang gadis majikan karena usianya
yang paling muda diantara semua pembantu yang sebagian besar telah berkepala
empat dan umurnya pun hanya beda satu tahun dengan sang gadis majikan sehingga
ia diharapkan mampu memahami segala kebutuhan maupun sifat sang gadis
majikan.
Mama mana? tanya gadis majikan, tanpa menjawab pertanyaan gadis
pelayan.
Nyonya baru saja berangkat, Nonjawab gadis pelayan masih dengan posisi
menunduk.
Berangkat? Emangnya sekarang jam.
Arghhhh aku terlambat. Kenapa kau tak membangungkanku, bodoh ?
bentak sang gadis
Maaf, Non. Tadi saya sudah mencoba membangungkan Non, tapi..
7/28/2019 The Men in My Dreams
5/162
Tapi apa, huh!! Kau pikir aku ini apa, sehingga susah dibangungkan,
kerbau!! Oo Aku tahu sekarang, pasti kau sengaja kan tak membangungkanku
sehingga kau bisa membuat laporan jelek tentangku ke mama dan aku akan
dimarahi mama karena itu ,iya? Dasar licik atau kau memang sudah bosan
bekerja di sini?
Sekarang siapkan semua perlengkapan sekolahku, dasar pembantu
bodoh! lanjutnya masih dengan nada membentak. Kemudian, dengan malas sang
gadis berjalan ke kamar mandi meninggalkan gadis pelayan yang masih tertunduk
sedih dengan mata berkaca-kaca.
Gadis itu berjalan cepat menyusuri koridor-koridor lantai tiga sekolah yang
sudah sepi. Dia berhasil lolos dari penjaga gerbang sekolah dengan mudah, dia
hanya perlu mengeluarkan beberapa lembar uang puluhan ribu dan penjaga itu
akan bersedia membuka pintu gerbangnya. Biasanya setelah melewati penjaga
gerbang, dia bisa melenggang masuk dengan damai tapi tidak untuk kali ini. Dia
mustahil dapat lolos dari guru yang mengajar jam pertama di kelasnya, Pak
Sukirman.
Pasti mereka udah ada di kelas , sial!!! Arghhh.. ini semua gara-gara
pembantu bodoh itu. Coba aja dia membangungkanku lebih cepat, pasti aku nggak
akan terlambat. Mana jam pertama di kelasku Pak Sukirman lagi. Sialsial..sial
umpat sang gadis dalam hati
Tanpa sadar dia hampir sampai di kelasnya, kelas 2-B. Dengan jelas
didengarnya Pak Sukirman yang sedang menjelaskan materi biologi tentang Eksresi.
Tiba-tiba sebersit ide muncul di otaknya, dia membalikkan badannya 1800
dan
melangkah dengan hati-hati
Zena sebuah suara berat menggema memanggil namagadis itu.
Kau mau ke mana? lanjut suara berat tersebut yang ternyata berasal dari
Pak Sukirman.
Dengan enggan Zena membalikkan badannya dan mencoba menatap guru
yang sekarang telah berdiri tepat di depannya. Zena tak habis pikir, kenapa guru ini
selalu mempersulit keadaannya. Zena memang tak mempunyai kesulitan dengan
guru-guru lain, guru-guru itu selalu menuruti keinginan Zena mungkin karena Zena
adalah anak dari Ny. Malena Soediro Putri, pemilik sekolah tersebut. Tapi itu
semua tidak berlaku untuk Pak Sukirman karena Pak Sukirman adalah Om Zena,
7/28/2019 The Men in My Dreams
6/162
bahkan guru ini bertugas mengawasi segala kelakuan Zena selama di sekolah dan
tak segan-segan memberi Zena hukuman jika Zena melanggar peraturan sekolah.
Sa...saya e..e..saya mau ke kamar kecil, Pak jawab Zena gugup, mencoba
menutupi kebohongannya dengan alasan yang menurutnya sangat bodoh, mana
mungkin ada siswi ke kamar kecil membawa tas. Pak Sukirman tersenyum kecil.
Yah Senyuman kecil tapi sepertinya akan mampu membawa bencana besar bagi
Zena.
Ikut saya!! suruhnya dengan nada santai seakan tak mendengar alasan
bodoh yang dilontarkan Zena. Pak Sukirman kemudian berjalan mendahului Zena
yang masih terpaku di tempat tersebut. Zena jadi terbayang peristiwa beberapa
minggu lalu di mana dia dihukum untuk membersihkan seluruh WC laki-laki lantai
tiga oleh guru yang sama dengan penyebab yang sama yaitu terlambat
Akankah aku dihukum seperti itu lagi? Oh My God help me!! Aku nggak
mau dihukum kayak gitu lagi Batin Zena. Dengan berat hati dia berjalan menyusul
Pak Sukirman yang sepertinya sudah tak sabar ingin memberinya hukuman.
Pak Sukirman berjalan melewati WC siswa-siswi yang Zena pikir akan
disuruh untuk dibersihkan. Pak Sukirman menuju escalator dan terus berjalan
sampai lantai satu. Yah sekolah itu bertingkat sampai lantai lima, namun siswa tidak
perlu capek naik turun tangga karena sekolah dilengkapi dengan escalator di setiap
lantai.
Lantai satu atau lantai paling bawah adalah bagian yang paling luas, lantai ini
ditempati khusus ruangan untuk pertemuan seperti upacara, rapat OSIS, rapat guru,
rapat orang tua. Selain itu terdapat juga kanting yang digunakan oleh seluruh siswa
sekolah itu dan juga ada tiga kelas tersembunyi yang merupakan kelas acceleration.
Lantai dua khusus untuk kelas satu, lantai tiga untuk kelas dua dan lantai empat
untuk kelas tiga. Disetiap lantai terdapat perpustakaan dengan buku-buku yang
disesuaikan dengan penghuninya, misalnya perpustakaan lantai dua berisi buku-
buku pelajaran kelas satu dan buku-buku umum. Sedangkan lantai lima terdapat
laboratorium, mulai dari laboratorium computer sampai laboratorium bahasa danruangan klub-klub ekskul sekolah itu.
Dilihat dari bangunannya, SMA Pusaka Bangsa memang adalah salah satu
sekolah terbesar dan termewah di Bandung bahkan di Indonesia dengan siswa-siswi
yang pastinya berasal dari kalangan elite.Tapi jangan salah, walaupun mereka
berasal dari kalangan elite tapi otak mereka nggak dangkal-dangkal amat kayak
remaja elite pada umumnya. Siswa yang masuk ke SMA Pusaka Bangsa telah
melewati berbagai tahap yang tidak hanya mengandalkan materi tapi juga otak yang
encer hingga mereka bisa menjabat menjadi siswa SMA Pusaka Bangsa
Internasional atau SMA PBI.
7/28/2019 The Men in My Dreams
7/162
Tiba di lantai satu, Pak Sukirman masih terus berjalan diikuti oleh Zena di
belakangnya. Tiba-tiba, Pak Sukirman berhenti di depan sebuah gudang. Zena
mengenal gudang ini, gudang ini adalah tempat bangku dan meja bekas siswa yang
tidak terpakai lagi. Yah, di sana pasti tidak berbau dan tidak ada kotoran seperti
WC laki-laki tapi di sana banyak monster-monster kecil yang Zena takuti. Zena
membayangkan bagaimana monster-monster kecil itu akan menerkamnya,
membunuhnya dan Arrrrggghhh.Zena tak bisa membayangkannya.
Kau bisa mengambil sapu dan peralatan lainnya di Pantry sekolah. Aku
akan kembali setelah pelajaran jam pertama berakhir untuk mengecek apakah kau
menjalankan tugasmu dengan baik atau tidak kata Pak Sukirman, membuyarkan
lamunan Zena kemudian berlalu dari hadapan Zena. Sekarang, tinggallah Zena
bersama monster-monster kecil di balik pintu gudang itu.
Dengan pelan Zena membuka pintu gudang itu, baru saja dia membukanya
dan Satu monster kecil berbulu telah menyambutnya.
KYAAAAAAAAAATIKUUUUS!!!! teriak Zena diikuti dengan larinya
tikus itu, sepertinya tikus itu juga takut melihat Zena. Tanpa sengaja, Zena
menyenggol sebuah bangku dan membuat bangku itu terjatuh tepat di kakinya
Auch, bisakah kau tak jatuh di kakiku, bodoh!!! hardik Zena lalu
menendang kasar bangku yang jatuh di kakinya. Dia kemudian mencoba berdiri
tapi sepertinya kakinya bermasalah, Zena kehilangan keseimbangannya. Tiba-tibasebuah tangan menahan tubuh Zena yang hampir oleng.
K..k..kau kata Zena, dia mencoba mengeluarkan kata-kata namun
matanya masih tertuju pada pemuda yang ada di dekatnya. Pemuda itu juga
memakai seragam persis dengan seragam Zena, kulitnya kuning lsngsat, tingginya
mungkin hampir sama dengan Zena, dan dia memakai kacamata yang manambah
ketampanannya, sekilas dia sangat mirip dengan Daniel Radcliffe, pemeran tokoh
Harry Potter bedanya pemuda ini tak memiliki tanda petir di dahinya dan yang
paling penting dia juga memakai kalung berbentuk tasbih yang tak mungkin dipakai
oleh seorang Daniel Radcliffe. Sekarang posisi mereka sangat mirip dengan adegan
di sinetron-sinetron saat pangeran menyelamatkan putrinya yang hampir terjatuh.
Mamaaf akhirnya laki-laki itu bersuara dan mengembalikan posisi
mereka ke bentuk normal.
Tadi aku tidak sengaja melihat kamu hampir jatuh, jadi aku mencoba
menolongmu lanjutnya
Nggak apapa, makasih yah jawab Zena singkat dengan wajah gugup,
berusaha menyembunyikan jantungnya yang berdegup kencang.
7/28/2019 The Men in My Dreams
8/162
O ya aku Zena, Arzena Soediro Putri dari kelas 2-B, kalau kamu? Tanya
Zena sambil mengulurkan tangannya
Aku Nabil jawab pemuda itu sambil merapatkan kedua telapak
tangannya ke arah dada.
Oh biasanya Zena tak mau berkenalan dengan sembarang orang tapi
sebagai rasa terimakasih Zena kemudian merapatkan ke dua telapak tangannya ke
dada seperti yang dilakukan oleh pemuda di depannya. Zena memang tak tahu apa
makna dari gerakan itu tapi Zena pernah melihat Dila, sahabatnya melakukan
gerakan itu ketika berkenalan dengan teman laki-lakinya.
Oya kamu ngapain disini? tanya Nabil sambil memperhatikan keadaan
gudang yang sangat kotor. Kemudian dia tersenyum kecil sambil menatap Zena lalukembali memperhatikan sekeliling gudang itu. Zena tak tahu apa yang ada dalam
pikiran Nabil, tapi Zena merasa Nabil sedang menertawakannya.
Kenapa, kamu mau ngetawain aku huh!! Aku lagi dihukum, aku disuruh
ngebersihin gudang ini sampai jam pelajaran pertama selesai puassss tuduh Zena
yang sepertinya tidak mendapat respon dari Nabil yang masih sibuk
memperhatikan keadaan gudang itu.
Kamu sendiri ngapain berkeliaran di saat jam pelajaran. Oh aku tahu,pasti
kamu lagi bolos kan. Dasar!!! Tapi aku saranin mendingan acara bolosnya dibatalin
ajach deh nanti kamu dihukum juga lagi kayak aku lanjut Zena sambil tersenyum
sinis. Nabil hanya tersenyum kecil melihat tingkah Zena. Zena makin heran dengan
laki-laki ini, biasanya setiap orang yang Zena tuduh seperti itu langsung kesal dan
siap mengibarkan bendera pertarungan untuk Zena, tapi laki-laki ini tidak
melakukan hal tersebut malah ia tersenyum mendengar semua tuduhan tak enak
yang dilontarkan padanya.
Aku nggak mau ngetawain kamu kok terus aku juga nggak bolos, tadi itu di
kelas aku ada ulangan bio terus karena aku cepet selesainya jadi aku keluar dech
dari pada bosen nungguin orang ulangan jawab Nabil santai
O ya dari pada aku nggak ada kerjaan, boleh nggak aku ngebantuin kamu
itung-itung beramal? lanjutnya
Oh, ya udah bantuin ajach tapi jangan harap aku mau ngasih imbalan
jawab Zena dengan wajah datar menunggu reaksi Nabil tapi yang didapatkannya
lagi-lagi hanya senyuman kecil darinya.
Tapi boleh nggak, kamu ngebersihin bagian luar aja soalnya nggak enak
kalau kita berduaan di tempat yang sepi
Apa!!! Di luar, okey lagian siapa juga yang mau berduaan ama kamu. Tapi
kamu harus ngebersihin nih gudang sampai bersih, awas kalau masih kotor. Dasar
7/28/2019 The Men in My Dreams
9/162
cowok aneh!! Zena pun meninggalkan Nabil yang sepertinya tak peduli dengan apa
yang dikatakan Zena.
Mereka pun membersihkan gudang itu bersama-sama walaupun pada
kenyataannya, Zena hanya berdiam diri di luar sementara di dalam, Nabil sibuk
bergelut dengan bangku-bangku yang perlu disusun dan beberapa hewan kecil
tentunya. Kadang-kadang Zena mengintip di balik pintu untuk melihat apakah
Nabil benar-benar membersihkan gudang itu.
Dasar cowok aneh Desisnya di celah-celah pintu.
KRIUK.KRIUK
Tiba-tiba perut Zena mengeluarkan suara pertanda bahwa mahluk-mahluk
dalam perut Zena sedang kelaparan.
Oh iya aku baru ingat, pagi tadikan aku nggak sarapan. Mendingan
sekarang aku ke kanting aja, dari pada nungguin dia Kata Zena dalam hati. Zena
pun berjalan menuju kanting, meninggalkan Nabil yang masih sibuk membersihkan
gudang itu
KYAAA. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Zena, yang sedang asyik
menikmati jus Alvukat yang baru saja dipesannya, di depannya juga terdapat
sepiring nasi goreng.
Arghhh Dila bikin kaget aja balas Zena dengan muka kesal.
Dila atau singkatan dari Dini Larasaty adalah sahabat Zena sejak kelas 1
SMP. Dila mungkin satu-satunya orang yang bisa dibilang betah berteman dengan
Zena. Yah di sekolah itu, Zena memang terkenal sebagai gadis High Levelyang
sedikit pelupa tapi angkuh, dingin, diktator, kejam, dan bermulut pedas sehingga
banyak yang tak suka dengannya. Karena dingin dan cueknya, Zena dijuluki Ice
Princess oleh siswa lainnya. Satu lagi, ada pribahasa yang mengatakan bahwa
Lidah lebih tajam dari pada pedang. Pribahasa ini sangat cocok dengan karakter
Zena, bermulut pedas karena setiap kata yang dilontarkan lidahnya mampu
menyayat-nyayat hati seseorang. Tapi satu yang perlu diketahui, semua sifat Zena
diatas hanya berlaku bagi orang-orang yang tak dekat dengan Zena.
Selain itu, Zena sangat tak suka dengan mahluk yang berjenis kelamin laki-
laki, bagi Zena laki-laki hanya makhluk ciptaan tuhan yang bisanya merayu, memuji
7/28/2019 The Men in My Dreams
10/162
dan melontarkan sejuta janji busuk kepada wanita. Mungkin karena itu juga tak ada
satupun laki-laki yang ingin mendekati Zena.
Namun, Dila tak memedulikan itu semua karena Dila sangat memahami
bagaimana seluk beluk kehidupan Zena yang menyebabkan Zena mempunyai Zena
sifat-sifat tersebut.
Lanjut cerita, Dila berbeda 1800
dengan Zena. Dila memiliki perawakan
hitam manis dan tinggi hampir sama dengan Zena. Dila hobi menulis diari,
berkhayal, sedikit melankolis dan lemot. Tapi jangan salah, baru-baru ini Dila
terpilih menjadi wakil ketua OSIS. Persahabatan antara Dila dan Zena tak
membuat Dila dijauhi oleh siswa lainnya, malah Dila bangga bisa berteman dengan
orang yang ditakuti oleh satu sekolah itu.
Zen ke manaaja sich, kok nggakmasuk? Bolos ya?Tanya Dila dengan
muka menuduh
Bolos bolos bolos ke Korea, tadi itu aku dihukum sama Pak Sukirman
disuruh ngebersihin gudang belakang gara-gara aku terlambat
Hah gudang belakang? Bukannya di situ banyak hewan kecilnya? Aku
nggak yakin dech kalau kamu ngebersihin itu gudang sendirian, pasti kamu
ngebayar orangkan tuk ngebersihin itu gudang lanjut Dila masih dengan muka
menuduh
Yah kamu benar, aku memang ngebersihinnya nggak sendirian. Tadi aku
di bantu amaNabil kelas.Sial aku lupa nanyain kelasnya, udah lupain ajach nggak
penting kok yang penting itu aku nggak ngebayar dia, dia sendiri yang mau
ngebantuin aku jawab Zena sambil meminum jus alvukatnya yang hanya tinggal
setengah.
Oh namanya Nabil tapi masa sich ada anak yang nawarin bantuan ke
kamu, tuh anak pasti anak baru jadi dia nggak kenal kamu, tapi setahu aku di kelas
dua itu nggak ada dech anak baru emang anak kelas dua berapa?
Aduch Dila tadikan aku udah bilang kalau aku lupa nanyain kelasnya.Dasar lemot!! tapi yang bikin aku heran, dia itu beda dia nggak marah waktu aku
tuduh yang nggak enak ke dia malah dia senyum ama aku, aneh kan?
Orang sinting kali kan cuma orang sinting suka senyam - senyun gitu apa
lagi kalau senyumnya ke kamu pasti sintingnya udah akut tuh ha ha..ha. Ejek
Dila sambil tertawa lebar.
Udah ah capek ngomong sama kamu, dasar lemot balas Zena sambil
meminum jus Alvukatnya sampai habis.
7/28/2019 The Men in My Dreams
11/162
O ya, kamu sendiri ngapain di sini atau jangan-jangan kamu lagi yang
bolos balas Zena menuduh
Enak ajach siapa yang bolos orang ini jam istirahat kok, jam pertama udah
selesai makannya masuk belajar dong jangan dihukum terus Ejek Dila
Apa!! Jadi jam pertama udah selesai. Arghhhh mampus Zena berlari
meninggalkan Dila yang masih terbengong-bengong menuju gudang belakang.
Pasti Pak Sukirman udah ada di sana, gimana kalau Nabil bicara yang
tidak-tidak tentang aku, gimana kalau Nabil bilang kalau bukan aku yang
ngebersihin gudang tapi dia. Bisa-bisa hukuman aku ditambah lagi Batin Zena di
sela-sela larinya. Akhirnya Zena tiba di gudang itu, dilihatnya Pak Sukirman yang
sedang memperhatikan gudang itu dari luar tapi di sana tidak ada sosok yangbernama Nabil..
Kerja yang bagus Zena, lain kali jangan terlambat lagi Kata Pak Sukirman
kemudian meninggalkan Zena yang masih ngosh-ngoshan, berusaha mengatur
napasnya yang terputus-putus.
Hah!!! Apa!!! Kok bisa, apa pak Sukirman nggak ketemu ama tuh cowok
tapi syukurlah kayaknya Pak Sukirman nggak curiga ama aku terus Nabil ke mana
dong? Ah nggak penting sekarang aku udah bebas dari hukumanKata Zena dalam
hati, kemudian meninggalkan gudang itu dengan hati senang.
Meeting At Sunday
Gelap. Semua gelap. Tak ada penerangan di sini. Di mana aku? Tanyanya.
Zena mengedarkan pandangannnya, tapi nihil. Hanya warna hitam yang dia
dapatkan. Perlahan, dilangkahkan kakinya. Berpijak di atas dataran dingin,
membawa dirinya ke suatu tempat yang entah ke mana, mencari jalan keluar dari
kegelapan...
Zena terus melangkah. Kali ini Zena menyusuri lorong kecil yang berair,membuat kaki telanjangnya basah dan kedinginan. Sudah ada sedikit cahaya
sekarang. Zena menumpuhkan tangannya ke dinding licin seraya terus melangkah.
Pelan tapi pasti.
Entah sudah berapa lama Zena melangkah. Tapi tidak, Zena tak boleh
menyerah, Zena harus keluar dari kegelapan ini, Tekadnya. Sudah ada cahaya kecil.
Zena meyakinkan dirinya bahwa di ujung lorong ini, ada sebuah jalan keluar.
.
7/28/2019 The Men in My Dreams
12/162
Tetesan air menyentuh rambut dan kulitnya. Dingin. Tapi Zena mencoba
untuk mengacuhkannya.
Semakin jauh Zena melangkah, semakin besar cahaya yang ada. Zena
mempercepat langkahnya. Dan matanya dapat menangkap sesuatuentah apa itu
berada di.. ujung lorong?! Zena terdiam. Sesuatu itu memancarkan cahaya. Zena
menarik nafas sebelum melangkah. Baiklah, apapun itu, itulah tujuan Zena.
Sekarang Zena sudah berada setengah meter dari sesuatu itu. Silau cahaya
menyilaukan pandangan Zena. Refleks Zena mengangkat tangan, berusaha
menghalangi kesilauan itu. Cahaya itu menariknya mendekat, samar-samar Zena
melihatnya tapi Zena yakin dengan apa yang dilihatnya.
Dia seorang laki-laki, Zena tak dapat melihat dengan jelas wajahnya tapiZena tahu bahwa laki-laki itu mamakai pakaian serba putih dan dengan jelas Zena
juga dapat melihat sebuah kalung seperti tasbih melekat di lehernya.
Tiba-tiba cahayanya semakin terang, Zena menutup matanya kembali untuk
menghindari cahaya itu. Beberapa detik Zena menutup mata dan saat dia
membukanya.
Perlahan-lahan Zena membuka matanya, yang nampak saat itu adalah langit-
langit kamarnya yang berwarna pink dan seorang wanita yang sedang membuka
gorden jendela kamar Zena, membiarkan sinar pagi memasuki kamar Zena yang
berwarna pink.
Mama!! Teriak Zena pelan kepada wanita itu
Eh anak mama udah bangun Kata wanita itu sambil tersenyum, wanita itu
kemudian berjalan ke ranjang Zena yang tak jauh dari jendela lalu membelai rambut
anaknya
Gimana tidurnya sayang?? Kata wanita yang ternyata mamanya Zena.
Tumben, mama ada di rumah biasanya kan mama sibuk kerja Balas
Zena lalu beranjak meninggalkan tempat tidurnya, tanpa memedulikan wanita yang
masih terpaku di ranjangnya. Zena berjalan menuju kamar mandi yang terletak tak
jauh dari ranjangnya.
Mama tunggu kamu di meja makan, adasesuatu penting yang ingin mama
bicarakan Kata mama Zena sebelum Zena masuk ke kamar mandi dan
menghempaskan pintunya.
7/28/2019 The Men in My Dreams
13/162
Hari itu adalah hari minggu sehingga Zena tidak perlu takut terlambat. Zena
sengaja berlama-lama di kamar mandi agar dia bisa menghindari pertemuan di meja
makan nanti.
Pertemuan di meja makan adalah rutinitas keluarga Zena yang diadakan
setiap hari minggu. Pada pertemuan itu, mama Zena akan meminta laporan dari
tujuh pembantunya tentang keadaan rumah selama satu minggu yang lalu, termasuk
laporan tentang segala pelanggaran yang dilakukan Zena selama itu.
Zena menghabiskan waktu satu jam untuk mandi dan satu jam juga untuk
dandan, semua itu dilakukan Zena semata-mata untuk menghindari pertemuan di
meja makan. Biasanya pada pertemuan itu, Zena akan disidang tentang pelanggaran
yang dilakukan Zena di rumah dan di sekolah. Zena seakan sudah hafal pertanyaan-
pertanyaan serta nasihat mamanya yang akan dilontarkan padanya, dan tentunya
Zena juga sudah mempersiapkan jawabannya.
Semuanya membuat Zena muak dan kesal. Menurut Zena, semua yang
dilakukan mamanya hanyalah pura-pura karena pada dasarnya semua yang
dilontarkan mamanya hanyalah berdasarkan laporan para pembantunya. Mama
Zena tak pernah manyaksikan langsung bahkan Zena ragu, apakah mamanya ingat
bahwa sebentar lagi anaknya akan berumur 17 tahun karena yang ada di pikirannya
hanyalah kerja, kerja dan kerja.
Akhirnya Zena selesai, pagi itu Zena memakai kaos pink dengan jins selututdan rambutnya dihiasi dengan jepitan kecil yang juga berwarna pink pada bagian
atasnya. Simple, bukan???
Sebenarnya, Zena bukanlah perempuan yang suka dandan karena tanpa
didandani Zena sudah terlihat cantik. Itulah yang sering dikatakan orang-orang
sekeliling Zena baik mama, pembantu-pembantu Zena bahkan Dila, temannya
sendiri sering memuji kecantikan Zena.
Zena memiliki tinggi 170 cm, kulit putih, badan langsing, dengan berat 49
kg. Zena memiliki rambut indah yang mengembang sebahu dengan wajah oval,
mata bulat dan jernih, alis yang tidak terlalu tebal dan hidung yang juga tidak terlalu
mancung. Itu semua cukup membuat orang di sekelilingnya berdecak kagum.
Namun, itu semua hilang seketika mengingat sifat Zena yang angkuh dan kejam.
Di sela-sela waktunya, Zena jadi teringat laki-laki dalam mimpinya semalam.
Mimpi yang aneh. Apa itu malaikat?? Entahlah tapi rasanya aku pernah
melihat laki-laki yang juga memakai tasbih seperti itu, tapi siapa ya..?? Ya sudahlah
itukan hanya mimpi, tak berarti apa-apa Katanya dalam hati
Zena berjalan, menuruni tangga menuju meja makan keluarga yang terletak
di lantai bawah. Dalam perjalanannya, dia berharap bahwa mamanya bosan
7/28/2019 The Men in My Dreams
14/162
menunggunya dan akhirnya membatalkan pertemuan hari itu. Tapi, dugaannya
salah. Zena melihat mamanya yang tengah duduk di kursi meja makan lengkap
dengan ke 7 pembantu yang masing-masing memegang sebuah buku, Zena
memastikan bahwa buku itu adalah laporan masing-masing pembantu. Selain itu, di
atas meja tersedia berbagai makanan yang sepertinya sudah dingin.
Setibanya di meja makan, Zena segera duduk di salah satu kursi yang cukup
jauh dari mamanya, ini dilakukannya untuk menghindari tatapan wanita itu.
Okey sepertinya semuanya sudah lengkap, ayo kita mulai sarapannya
Kata mama Zena ceria dengan senyum yang sedikit dipaksakan
Zena mau apa? Nasi goreng sosis atau roti bakar selai coklat Tawar mama
Zena yang sepertinya tidak mendapat respon dari Zena.
Mama bahkan lupa kalau aku tidak suka dengan coklat Batin Zena. Dia
lalu mengambil roti yang sudah di bakar dan mengolesinya dengan selai strobery,
Zena tak tahu bagaimana ekspresi mamanya sekarang tapi yang pasti Zena senang
melakukan ini. Zena mampunyai prinsip Jika kau tak peduli denganku, maka aku
bisa lebih tidak peduli denganmu. Itulah prinsip yangselalu dipegang Zena dalam
kehidupan sehari-harinya.
Acara makan itu berlangsung dingin dan kaku, tidak ada pembicaraan yang
terjadi hingga acara makan itu selesai.
Mama dengar, minggu ini kamu melakukan.ehmm 3 ..4 ya 5
pelanggaran, 2 pelanggaran di rumah dan 3 di sekolah. Tapi tenang saja, mama
hanya akan membahas pelanggaran di sekolah Kata mama Zena sambil mambaca
sebuah buku
Pertama, kamu nyiram siswa kelas satu pakai air jus. Kedua, kamu bolos
pada jam pelajaran Pak Kamal dan yang terakhir kamu datang sekolah pada pukul
10:00 yang artinya kamu sangat sangat terlambat Kata mama Zena, memberikan
penekanan pada katasangat sambil menatap sinis Zena yang sepertinya tak peduli
dengan apa yang dikatakan mamanya.
Pertama, aku nyiram siswa baru itu karena dia nabrak aku terus nggak
minta maaf. Lalu, aku bolos pada jam pelajaran Pak Kamal karena cara
mengajarnya Pak Kamal jelek banget, bikin ngantuk dan yang terakhir aku
terlambat bangun karena jam beker aku nggak bunyi Jelas Zena dengan sedikit
berbohong.
Sebenarnya, bukan Zena yang menabrak siswa kelas satu itu tapi sebaliknya,
Zenalah yang menabraknya dan blabla hingga Zena marah dan menyiram siswa
kelas satu itu dengan air jusnya. Lalu untuk Pak Kamal, Zena tidak bohong. Cara
mengajar Pak Kamal tentang matematika memang sangat membosankan dan bikin
7/28/2019 The Men in My Dreams
15/162
ngantuk. Terakhir Zena sedikit berbohong tentang jam bekernya, sebenarnya Zena
sangat ingin menyalahkan Afifah, pembantu pribadinya namun, Zena tahu bahwa
mamanya akan lebih percaya pada Afifah ketimbang Zena, anaknya sendiri.
Ya sudah, mama tak ingin membahas masalah ini lagi. Tapi untuk ke
depannya, mama berharap kamu nggak akan terlambat lagi karena mama akan
nyediain jam waker baru untuk kamu. Lalu soal Pak Kamal, mama akan cari
pengganti dia untuk mengajar di kelas kamu. Dan yang terakhir, mama setuju
dengan tindakan kamu, seseorang yang melakukan kesalahan memang harus minta
maaf dan kalau dia nggak minta maaf, mama pikir dia pantes kok disiram pake air
jus Tutur mama Zena dengan sedikit senyum
Tapi sudahlah, ada hal yang lebih penting yang ingin mama bicarakan ke
kamu Lanjut mama Zana, membuat Zena penasaran
Besok mama akan berangkat ke Amerika untuk keperluan pekerjaan,
mama nggak pastiin berapa lama tapi mungkin akan memakan waktu beberapa
minggu Lanjutnya, menunggu respon anaknya
Oh balas Zena singkat, tanpa ekspresi
Tapi kamu tenang saja, semua kebutuhan kamu selama mama nggak ada
akan diurus oleh ke tujuh pembantu, khususnya Afifah. Mama beri dia kepercayaan
untuk ngawasin kamu selama mama nggak ada. O ya, mama juga sediain supir
pribadi yang akan nganter kamu kemanapun kamu pergi soalnya mama khawatir
kalau kamu nyetir sendirian tapi setiap kamu pergi, kamu harus lapor sama Afifah.
Lalu, mama juga sudah pesan guru privat untuk kamu agar belajar kamu bisa
terkontrol saat mama nggak ada. Terus.
Tlrrrring.Tlringg Tiba-tiba Handphone mama Zena berbunyi. Dia
langsung mengambil handphonenya dan menjauh dari meja makan
Halo.o iya Pak.Saya segera ke sana Samar-samar Zena mendengar
percakapan mamanya. Zena bisa menebak bahwa itu dari kantor mamanya dan
sebentar lagi mamanya akan pergi dengan alasan kerja. Mengetahui itu, Zena
beranjak meninggalkan kursinya dan bergegas menuju kamarnya.
Benar- benar hari yang membosankan. Batin Zena
7/28/2019 The Men in My Dreams
16/162
Cowok Berkalung Tasbih
Zena berdiri di tengah ruangan serba putih itu. Zena bahkan tak bisa
mengartikan bahwa ini adalah sebuah ruangan karena dia sendiri juga tak tahu di
mana sudut ruangan ini. Semua berwarna putih. Dinding yang entah di mana
bidang datarnya.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, Zena melihat dia, laki-laki yang kemarin
dalam mimpiku. Ia juga mengenakan pakaian serba putih, kecuali kalung berbentuk
tasbih yang melekat di lehernya berwarna coklat kehitaman.
Zena menatap dirinya sendiri. Keadaannya benar-benar kontras dengankeadaan ruangan ini. Zena tampak berantakan dengan long dress hitam yang basah
hingga kaki bajunya meneteskan air. Dan dia bertelanjang kaki. Sangat tidak sesuai.
Zena berjalan mendekatinya dan berniat menepuk pundaknya pelan tetapi
diurungkannya karena ia sepertinya menyadari keberadaan Zena. Perlahan ia
berbalik. Zena tak bisa melihat wajahnya karena silau sinar yang terpancar darinya.
Perlahan-lahan dia berjalan menjauhi Zena
Hey, kau mau kemana?Tanya Zena dengan sedikit berteriak. Namun,
sepertinya dia tak peduli, seakan dia tak mendengar Zena. Zena merasakan
langkahnya semakin cepat, Zena pun merusaha mengejarnya hingga Zena tak
melihat tubuhnya lagi. Tapi Zena tak menyerah, dia masih terus berlari hingga
akhirnya Zena merasa kakinyamenginjak sesuatu yang licin dan.
Arghhhhh Zenaterbangun dari tidurnya
Hah.. untunglah cuma mimpi Zena menggaruk kepalanya yang tidak gatal
Tapi kenapa bisa bersambung gini yah? Rasanya mimpi yang tadi lanjutan
dari mimpi kemarin dan cowok itu, itu cowok yang sama dengan mimpiku yang
kemarin lanjutnya setelah dia sepenuhnya menyatu dengan dunia nyata.
Mimpi yang aneh Lirihnya. Dia beranjak dari tidurnya menuju jendela
kamarnya dan membuka gordennya
Lho kok gelap, emang belum pagi yah? Tanyanya dalam hati, keheranan
melihat keadaan di luar jendelanya masih gelap. Dia mengambil jam wekernya dan
seketika matanya terbelalak
WHAT..!! jam 3, jadi sekarang baru jam 3 subuh. Pantesan aku masih
ngantuk Gusarnya. Dia kembali ke ranjangnya dan menutup seluruh badannya
dengan selimut pinknya.
7/28/2019 The Men in My Dreams
17/162
Zena mencoba untuk kembali kealam bawah sadarnya lagi, namun tak bisa.
Sepertinya matanya tidak mau tertutup. Zena terus terbayang laki-laki yang ada
dalam mimpinya.
Zena nggak tahu dia siapa, tapi sepertinya Zena pernah melihat cowok yang
sama kayak dia, cowok yang juga memakai kalung berbentuk tasbih. Tapi siapa
yah..?. Tanyanya dalam hati. Dia lalu mengingat seluruh cowok yang pernah dia
temui, namun hanya beberapa saja yang muncul. Alasannya ada dua satu, karena
dia pelupa dan dua, karena Zena tak peduli pada mereka, bagi Zena mereka hanya
makhluk tuhan yang tak penting sehingga ketika Zena bertemu dengan mereka,
Zena membuang muka dan tak acuh pada mereka.
Perasaan bosan menghinggapi Zena, dia tak tahu apa yang harus dikerjakan
pada jam 3 subuh seperti itu. Dia lalu beranjak dari ranjangnya menuju meja
belajarnya.
Ah.. syukurlah besok nggak ada PR ataupun ulangan Katanya lega saat
melihat jadwal sekolahnya untuk 1 minggu kedepan. Zena bukanlah orang pemalas
seperti orang-orang sombong pada umumnya, dia selalu mengerjakan PRnya tepat
waktu dan mendapat nilai ulangan rata-rata 90 untuk semua pelajaran eksakta dan
remedial untuk semua pelajaran hafalan, khususnya Biologi. Zena tak tahu dari
mana dia mewarisinya, tapi yang pasti Zena selalu mendapat nilai standar untuk
pelajaran menghafal, walaupun tidak sampai remedial tapi bagi Zena nilai standar
adalah nilai yang sangat memalukan. Bahkan Zena ragu pada dirinya, apakah dia
masih bisa membedakan perbedaan ribosom dan lisosom.
Senyumnya tiba-tiba pudar ketika melihat sebuah nama terpampang di
jadwalnya yang lain
Sial.. besok ada jamnya Om Kirman lagi Katanya kesal. Zena memang
mempunyai catatan jadwal mengajarnya Omnya itu. Itu dilakukannya agar dia bisa
lebih hati-hati dalam bertindak di sekolah karena Omnya selalu mengawasi setiap
gerak-geriknya dan siap memberikan hukuman jika suatu pelanggaran terjadi
bahkan sampai pelanggaran terkecil sekalipun. Pak Sukirman mempunyai jadwalmengajar pada hari Senin, Selasa, Rabu dan Sabtu, sehingga Zena hanya bebas pada
hari Kamis dan Jumat.
Zena jadi teringat tentang rencana keberangkatan mamanya ke Amerika
besok. Dari luar, mungkin Zena bisa terlihat tak acuh tapi Zena tetaplah seorang
anak yang jika ditinggal mamanya akan merasa kesepian walaupun pada
kenyataannya mamanya tak pernah berada di sampingnya. Ada rasa sedih di hati
Zena, Matanya memanas dan perlahan air mata jatuh satu per satu ke pipinya
Kenapa harus seperti ini, Ma? Kenapa mama melakukan semua ini pada
Zena? Apa mama memang udah nggak sayang sama Zena? Air matanya jatuh tak
7/28/2019 The Men in My Dreams
18/162
henti, namun dia berusaha tak menimbulkan suara isakan. Dia tak mau ada orang
tahu bahwa Zena adalah gadis yang cengeng, bahwa jiwanya tak seangkuh sifatnya
dan bahwa Zena belum bisa hidup tanpa mamanya. Dia menelungkupkan wajahnya
ke meja belajarnya, membuat meja itu basah dengan air matanya.
Zena rindu pelukan mama. Zena rindu tawa mama. Zena rindu kecupan
mama Lirihnya di sela-sela tangisnya.
Zena. Zena. Bangun Zena Zena mendengar seseorang mencoba
membangunkannya, itu suara laki-laki. Ingin sekali dia membuka matanya namun
tak bisa, rasa kantuk dan lelah masih menjalar di seluruh tubuhnya, rasanya seluruh
badannya pegal-pegal seperti habis dipukuli seseorang. Zena menggeliat, berusaha
melawan semua itu. Dengan susah payah dia membuka matanya dan saat Zena
membukanya, yang nampak adalah seseorang yang sedang tersenyum padanya.
Papa!! lirihnya saat dia melihat wajah orang yang tersenyum itu. Tanpa
terasa, Zena menitikkan air mata. Zena menatap wajah itu dalam-dalam, wajah yang
tak pernah lagi dilihatnya setelah 5 tahun yang lalu dan benar itu papa, papa Zena.
Zena meraba wajah papanya itu, dia meneliti setiap lekuk wajahnya dan benar tidak
ada yang berubah, dia masih Papa Zena yang dulu.
Pa, Papa kemana aja? Kenapa Papa ninggalin Zena?Tanya Zena dengan
tatapan masih tertuju pada Papanya. Namun, yang dia dapatkan hanyalah
senyumannnya. Senyuman yang terus mengembang di bibirnya 5 tahun yang lalu,bahkan saat dia pergi meninggalkan Zena, senyuman itu masih mengembang di
sana.
Zena, Papa kamu harus pergi Tiba-tiba sebuah suara lebih muda
mengagetkannya, Zena baru sadar bahwa selain Papa di belakangnya juga ada
seorang laki-laki, laki-laki yang dia yakini hadir dalam mimpinya 2 hari ini. Namun,
sama seperti kemarin Zena masih tidak bisa melihat wajahnya karna cahaya yang
terpancar darinya.
Tiba-tiba Papa membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Zena
bersama laki-laki itu.
PaPapa mau kemana???.. Kata Zena berteriak, namun tidak ada
jawaban darinya. Zena menangis, menangisi kesendiriannya. Papa
meninggalkannnya untuk yang kesekian kalinya.
Papa!! Mendadak Zena terbangun dengan meneriakkan Papanya.
Sial!!!! Cuma mimpi. Arghhh Gusarnya sambil mengacak rambutnya.
Tak lama kemudian, Zena merasakan ada sesuatu yang hangat di ujung matanya
dan akhirnya Zena menangis lagi
7/28/2019 The Men in My Dreams
19/162
Kenapa? Kenapa, Pa? Kenapa dalam mimpipun Papa meninggalkan
Zena? Kenapa Papa tak menemani Zena walaupun itu hanya dalam mimpi?
Tanyanya diringi dengan air mata yang tak kuasa ditahannya. Zena jadi teringat laki-
laki yang menemani Papanya dalam mimpinya tadi.
Laki-laki itu, aku harus cari laki-laki itu dan aku yakin sekarang Papa
bersama dia Tekadnya, dia lalu menghapus air matanya. Tiba-tiba Zena teringat
kalau dia sudah tak bersama Papanya sejak 5 tahun yang lalu. Zena bahkan tak tahu
bagaimana keadaan Papanya itu, apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia.
Tapi gimana kalau ternyata laki-laki itu adalah malaikat dan teryata Papa
udah
Arghh.. aku nggak boleh nyerah sekecil apapun kemungkinannya akankutempuh Tekadnya semangat. Zena baru sadar bahwa sejak jam 3 subuh tadi dia
tertidur di meja belajarnya. Zena melirik jam beker di sampingnya, syukurlah Zena
bangun jam setengah 6 tepat. Itu artinya dia punya waktu untuk mempersiapkan
semua dan datang ke sekolah tepat waktu.
Zena bertekad untuk memulai pencariannya di sekolah karena Zena yakin
bahwa dia pernah bertemu laki-laki berkalung tasbih itu di sekolah. Yah begitulah
Zena menyebut laki-laki dalam mimpinya itu, laki-laki itu adalah satu-satunya
petunjuk untuk dapat bertemu dengan Papanya.
Zena sebuah suara memanggil Zena ketika dia baru memasuki
pekarangan sekolah. Dari jauh dilihatnya Dila yang tengah berlari kearahnya
Zen, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama kamu Kata Dila dengan
nafas terputus-putus
Ada apa sih, Dil? Kok masih pagi udah lari-lari Kata Zena, heran melihattemannya yang masih sulit mengatur nafasnya
Aku butuh bantuan kamu, Zen Kata Dila dengan nafas yang sudah bisa
dikendalikan.
Sama, Dil. Aku juga butuh bantuanmu Balas Zena. Dila tak percaya
dengan apa yang didengarnya karena setahu Dila, Zena tidak pernah meminta
bantuan siapapun termasuk Dila, malah Dila yang selalu merepotkan Zena. Dila
jadi berpikir bahwa Zena sedang menghadapi masalah besar sampai-sampai Zena
meminta bantuannya.
7/28/2019 The Men in My Dreams
20/162
Ya udah, Zen kamu aja duluan. Apa yang bisa aku bantu? Tanyanya
dengan wajah tidak percaya namun dia mencoba untuk serius. Zena lalu
menceritakan semua mimpi yang dia alami dengan laki-laki berkalung tasbih itu
hingga akhirnya dia juga bertemu Papanya bersama laki-laki itu.
Lalu, apa yang bisa aku bantu, Zen? Tanyanya dengan raut muka sedih.
Dila tahu bahwa Zena sangat ingin bertemu Papanya lagi. Dila tahu kalau dari lubuk
hati Zena yang paling dalam, Zena masih mengharapkan agar keluarganya bisa utuh
kembali seperti dulu walaupun kemungkinannya sangat kecil.
Aku mau kamu bantu aku nyari cowok berkalung tasbih itu, karena aku
yakin pernah bertemu dia di sekolah Kata Zena
Tapi, Zen. Gimana caranya nyari satu cowok yang mempunyai kalungseperti tasbih seperti yang kamu ceritain itu Kata Dila, masih dengan raut muka
sedih
Aku nggak tahu, Dil. Tapi aku akan cari dia, meskipun aku harus nanyain
satu persatu cowok di sekolah kita Kata Zena, semangat. Dila tak pernah melihat
Zena sesemangat ini sejak 5 tahun yang lalu, yang selalu dijumpainya hanyalah wajah
tanpa ekspresi yang sangat sulit digambarkan, apakah dia sedang sedih atau senang.
Zena dan Dila berjalan menyusuri koridor-koridor sekolah menuju
kelasnya, tak ada suara yang terdengar dari Zena maupun Dila. Semuanya larut
dalam pikiran masing-masing. Namun saat mereka melewati sebuah gudang, Zena
tiba-tiba bersuara.
Aku ingat sekarang. Aku ingat, Dil Kata Zena dengan wajah senang
Ingat apa, Zen? Tanya Dila yang masih bingung melihat Zena
Aku ingat kalau cowok berkalung tasbih itu adalah Nabil. Cowok yang
bantu aku ngebersihin gudang itu Katanya semangat sambil menunjuk gudang yang
baru saja mereka lewati.
Maksud kamu, cowok aneh yang selalu senyum itu Tebak Dila
Iya, Dil. Syukurlah aku udah nemuin dia, sekarang kita tinggal cari cowok
yang bernama Nabil di sekolah ini Katanya lagi
Tapi, Zen. Gimana caranya? cowok di sekolah kitakan banyak. Masak kita
harus nanyain satu persatu namanya, kan capek, Zen
Aduch Dila, lemot banget sih. Yah kita nggak usah nanyain namanya satu
per satu, kita tinggal kumpulin semua absen kelas terus kita cari deh yang namanya
Nabil, gampang kan? Kata Zena dengan mata berbinar-binar
Oh iyaya, Lupa. Setiap kelas kan punya absen Kata Dial sambil
menggaruk kepalanya yang sepertinya tidak gatal. Mereka kembali berjalan menuju
7/28/2019 The Men in My Dreams
21/162
kelas mereka, kelas 2-B. Kini Zena berjalan dengan penuh semangat, Zena jadi tak
sabar untuk mengumpulkan semua absen kelas kemudian bertemu dengan Nabil,
cowok berkalung tasbih.
Zen, sepertinya kita harus cepet deh. Upacaranya udah mau dimulai Kata
Dila, membuayarkan lamunan Zena. Mereka lalu berlari menyusul siswa lainnya
menuju lapangan upacara. Lapangan upacara di sekolah Zena, bukanlah lapangan
upacara seperti pada umumnya. Bedanya, lapangan upacara yang dimaksud
mempunyai lantai terbuat dari semen dan tak berumput namun tetap berwarna
hijau dan juga atap berbentuk parabola dengan ukiran berbetuk awan yang diberi
warna putih dan latar biru muda, persis dengan warna langit sehingga siswa yang
upacara tidak akan merasakan panasnya terik matahari tapi tetap merasakan
suasana di lapangan terbuka.
Pelajaran pertama telah selesai. Zena segera menghampiri bangku Dila yang
tak jauh dari bangkunya. Zena sudah tidak sabar untuk mengajak Dila
mengumpulkan semua absen kelas namun tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia teringat
kalau tadi pagi, Dila bilang bahwa Dila juga membutuhkan bantuannya.
Dil, perasaan tadi pagi kamu bilang kalau kamu juga butuh bantuan aku,
emang bantuan apasih? Kata Zena setelah dia tiba di bangku Dila.
Iya, Zen. Sebenarnya ini bukan untuk aku tapi untuk. Ucapannya
terputus. Dila berpikir apakah dia pantas meminta ini pada Zena
Untuk siapa sih, Dil? Tanya Zena, tidak sabar
Ini untuk ketua OSIS kita, Zen
Hah..ketua OSIS, emangnya dia kenapa terus apa HBnya sama aku? Kenal
aja nggak Tanya Zena, heran. Gini, Zen. Beberapa bulan yang lalu keluarganya terkena musibah dan
karena itu dia jatuh miskin hingga akhirnya dia nggak bisa bayar uang sekolah
beberapa bulan ini dan ada issue bahwa dia bakalan dikeluarin dari sekolah. Emang
sih masalah ini hanya diketahui oleh sebagian anggota OSIS, tapi kami semua
merasa prihatin sama dia lagi pula kalau dia sampai dikeluarin dari sekolah dan
semua tahu penyebabnya maka reputasi OSIS akan jatuh. Tidak hanya itu, masalah
ini pasti akan tersebar ke media luar dan sekali lagi membuat imej sekolah kita jatuh
Tutur Dila
7/28/2019 The Men in My Dreams
22/162
Terus kalau dia yang dikeluarin, kenapa kamu yang pusing? Tanya Zena,
masih dengan wajah heran
Yah kan dia Ketos kita, Zen. Masak kamu nggak kesentuh sih sama
penderitaannya dia
Gimana mau kesentuh, kenal aja nggak? Lagian apa coba yang bisa aku
lakuin untuk ngebantu dia? Tanya Zena lagi
Dila berpikir sebentar, dia takut menyampaikan permintaannya itu pada
Zena. Dila takut bahwa Zena akan menganggap bahwa Dila memafaatkannya dan
Zena akan marah dan memutuskan tali persahabatan mereka. Tapi bagaimanapun
Dila harus menyampaikannya karena Zenalah satu-satunya orang yang dapat
menolong Erick, Ketua OSIS sekolah itu.
Gini, Zen. Aku berpikir kalau kamu bisabisa minta sama mama kamu
untuk ngasih keringanan untuk Erick
Oo.. jadi namanya Erick
Tapi sorry banget, Dil. Kayaknya nggak bisa Kata Zena
Oh nggak apapa kok. Aku tahu ini pasti sulit untuk kamu. Aku tahu pasti
sulit banget untuk minta ini sama mama kamu Kata Dila dengan nada bersalah
Bukan itu masalahnya, Dil. Mama aku siang ini akan berangkat ke
Amerika jadi otomatis aku nggak bisa ngomong sama dia
Ooo..
Tapi tenang aja, aku bakalan usahain supaya Ketos kamu itu nggak
dikeluarin dari sekolah Kata Zena menghibur Dila yang sepertinya sedih
mendengar jawaban Zena
Dia punya nama, Zen. Erick, Erick Ekstrada Balas Dila tersenyum
mendengar jawaban sahabatnya.
Udah ke kantin yuk laper nih Kata Zena sambil menarik lengan Dila
kemudian berjalan menuruni escalator menuju kanting.
Mereka berjalan menuju meja yang masih kosong.
BRUKKK
Seorang siswi menabrak Zena dan membuat baju Zena basah oleh
tumpahan air jus
7/28/2019 The Men in My Dreams
23/162
Maaf kak, saya tidak sengaja Kata siswi yang ternyata adik kelasnya itu.
Eh. punya mata nggak sih. Lihat baju dan sepatu aku jadi basah kan.
Dasar tolol!! Hardik Zena kepada siswi yang menabraknya. Sekarang semua mata
di kanting itu tertuju pada siswi yang menabrak Zena. Semuanya menaruh iba pada
siswi itu, bahkan ada di antara mereka yang menebak-nebak hukuman apa yang
Zena akan berikan untuk siswi itu. Membersihkan WC, skorsing atau bahkan
dikeluarkan dari sekolah.
Ma..maaf, sekali lagi aku minta maaf, Kak. Aku beneran nggak sengaja
Kata siswi itu dengan suara serak sambil menunduk sepertinya dia menangis. Siswi
itu kemudian mengeluarkan tissumya dan berusaha menghilangkan bekas jus yang
menempel di baju Zena. Tiba-tiba tangannya dipukul seseorang
Eh kamu itu BEGO apa TOLOL sih, kalau kamu ngebersihin baju aku
pake tissue doang nanti bukan kotorannya hilang malah nambah, serat tissunya itu
bisa nempel di baju aku. Lagian aku nggak yakin kalau tissue kamu itu bersih. Dasar
idiot!! Hardik Zena.
Mendingan kamu gunain tissue kamu itu untuk ngebersihin sepetu aku
tuh. Cepetan!! Suruhnya. Dengan berat gadis itu berjongkok dan mulai
membersihkan sepatu Zena. Tiba-tiba seorang laki-laki yang juga memakai seragam
sama dengan Zena datang
Apa-apaan ini Katanya dengan sedikit berteriak, membuat semua
menoleh kearahnya, termasuk Zena dan siswi itu. Laki-laki itu mempunyai postur
tubuh yang bisa dibilang nyaris sempurna dengan kulit putih, hidung mancung dan
alisnya yang agak tebal.
Dila bisa kamu jelasin apa yang sebenarnya terjadi Tanyanya pada Dila
Eh..sebenarnya tadi itu..
Tadi gadis tolol ini nabrak aku pake air jus, terus aku nyuruh dia
ngebersihin. Wajar kan? jawab Zena memotong kata-kata Dila. Sejenak laki-laki
ini terdiam sambil memandangi Zena, namun segera dia sadar
Tapi kan tidak harus seperti itu, dia tak harus berlutut untuk ngebersihin
sepatu kamu lagian sepatu basahnya cuma sedikit paling bentar udah kering
Katanya dengan suara tegas
Eh emang kamu siapa sih? Nggak usah ikut campur deh. Ini nggak ada
hubungannya sama kamu Kata Zena ketus
Tentu aja ada. Aku Erick, Erick Ekstrada Ketua OSIS sekolah ini
Oo.. jadi kamu yang namanya Erick Sekilas Zena melirik Dila yang
langsung menunduk begitu ditatap oleh Zena. Belum sampai Zena menghardik laki-
7/28/2019 The Men in My Dreams
24/162
laki di depannya, tiba-tiba seseorang yang sangat Zena tidak harapkan
keberadaannya datang.
Ada apa ini? Suara yang Zena benci menjalar di telinga Zena. Namun
sepertinya pertanyaan guru itu tidak mendapat respon. Suasana di kanting itu
menjadi hening. Tidak ada suara, bahkan Zena pun tak berani bersuara
Erick coba jelaskan apa yang terjadi di sini suruhnya kepada Ketua OSIS
sekolah itu
Gini, Pak. Tadi siswi ini menabrak Zena dengan air jus, membuat baju
dan sepatu Zena terkena sedikit air jus sehingga Zena memaki siswi ini dan
menyuruhnya untuk membersihkan sepatunya Jelas Erick, memberi penekanan
pada katasedikit.
Zena menatap Erick dengan perasaan benci seakan Zena ingin
membunuhnya saat itu juga. Zena lalu menatap Dila yang masih tertunduk, dalam
hati Zena meminta maaf pada Dila. Sepertinya dia tidak bisa membantu Dila malah
dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mempercepat agar Ketos yang berdiri di
depannya bisa cepat lenyap dari sekolah itu.
Zena, ikut bapak!!! Tiba-tiba Pak Sukirman bersuara, membuyarkan
lamunan Zena. lalu berlalu dari hadapan Zena. Zena menyusulnya dengan perasaan
bersalah, benci, kesal, dendam, dan takut. Semuanya menjadi satu.
Sepeninggal Zena dan Pak Sukirman, suasana kanting kembali normal
semua kembali ke aktivitas masing-masing kecuali 2 orang siswa yang masih berdiri
di tempat kejadian.
Rick, kenapasih kamu ngebelain adik kelas? Kenapa kamu nggak ngebela
Zena jach? Tanya Dila dengan nada marah
Aku nggakbela siapa-siapa kok. Aku cuma menceritakan apa yang aku
ketahui. Dan jangan pikir karena Zena itu teman kamu terus aku harus bela dia
Tegas Erick.
Bukan itu masalahnya, Rick. Tapi Zena itu satu-satunya orang yang bisa...
belum selesai ucapan Dila, tiba-tiba seorang siswa datang
Rick, dipanggil sama Bu Caya tuh, kayaknya penting deh Kata siswa itu
kemudian pergi. Erick segera menyusul siswa tadi meninggalkan Dila yang masih
terlihat marah. Bu Caya adalah staf bendahara sekolah itu. Dila memastikan bahwa
Erick dipanggil terkait menunggaknya pembayaran bulanannya, bahkan Dila
menebak bahwa sebentar lagi Erick akan diskors karena itu.
Benar saja, beberapa jam setelah peristiwa itu terbesit kabar bahwa Erick
telah diskors, bukan hanya itu banyak issue yang muncul bahwa sebentar lagi akan
7/28/2019 The Men in My Dreams
25/162
diadakan pemilihan ketua OSIS baru untuk menggantikan Erick. Namun yang
bikin geger adalah penyebabnya diskorsnya Erick, banyak yang bilang penyebabnya
adalah Zena. Zena yang meminta pihak sekolah untuk menskors Erick.
Kali ini, Zena dihukum untuk membersihkan taman sekolah di lantai satu.
Sekolah itu mempunyai beberapa taman, salah satunya adalah taman yang sedang
dibersihkan Zena. Taman ini berumput dan dikelilingi pohon-pohon, dan juga
beberapa bangku panjang untuk tempat duduk siswa. Di sana juga ada sebuah
rumah kecil yang berisi buku-buku, jadi taman ini bisa juga disebut perpustakaan
terbuka karena siswa bisa membaca di mana saja. Namun, tak banyak yang datang
ke taman tersebut untuk membaca karena buku-buku yang tersedia adalah buku
bacaan berat yang pada umumnya tak dimengerti siswa. Zena saja baru tahu, bahwa
di sekolahnya ada taman seperti itu.
Pagi itu, suasana taman begitu sepi. Hanya ada beberapa siswa berkacamata
tebal yang tampak serius membaca buku yang juga tebal, Zena memperkirakan
bahwa buku itu kira-kira tebalnya tiga cm. Sementara itu, Zena sedang
membersihkan daun-daun yang berserakan di bawah pohon. Tiba-tiba dia merasa
ada seseorang menghampirinya
Assalamu alaikum Zena berbalik untuk melihat siapa yang memberi
salam. Zena terperangah, dia adalah Nabil.
Kamu Kata Zena, keget. Zena merasa ada sesuatu yang dia ingin katakan
kepada Nabil. Tapi apa?? Zena benar-benar lupa.
Eh jawabannya Assalamu alaikum itu Waalaikum salam bukan kamu
Balas Nabil sambil berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan Zena.
Kamu ngapain di sini? Dihukum lagi Tebak Nabil yang langsung
direspon dengan ekspresi marah oleh Zena
Iya. Memangnya kenapa?? Mau ngetawain lagi?? Kata Zena, ketus.
Siapa yang mau ngetawain, aku cuma heran aja kok ada orang yang hobi
banget dihukum Katanya sambil memamerkan senyum manisnya. Zena tak
meresponnya, Zena kembali melanjutkan pekerjaanya.
Ya udah biar aku bantu yah kata Nabil lagi. Tanpa menunggu jawaban
Zena, Nabil langsung mengambil sapu dan mulai menyapu sampah-sampah yang
masih berserakan. Zena heran melihatnya namun dia berusaha untuk tak
memedulikannya dan kembali bekerja. Kurang lebih setengah jam, mereka
7/28/2019 The Men in My Dreams
26/162
membersihkan taman itu dan akhirnya selesai. Zena beristirahat di salah satu
bangku taman itu sambil menunggu Nabil yang pergi mengembalikan peralatan
kebersihan. Nabil kembali dengan membawa beberapa botol air putih.
Ini Tawar Nabil sambil menyodorkan satu botol air putih kepada Zena.
Dia sendiri tengah membuka satu botol air putih dan meneguknya perlahan. Nabil
menyadari bahwa dia sedang diperhatikan sesorang
Kenapa?? Tanyanya pada Zena
Ehe..itu..ebisa bukain nggak? Kata Zena, salah tingkah sambil
menyodorkan botol air putihnya
Itu sudah kebuka, Zen Balas Nabil dengan wajah seperti menahan
ketawanya. Wajah Zena memanas dan berubah menjadi merah. Dia segera
meneguk air putih yang sedari tadi dipegangnya untuk mengalihkan suasana.
Beberapa saat mereka terdiam, Zena sibuk mencari topic pembicaraan yang
tepat.
Aku mau nanya sesuatu boleh nggak?? Tiba-tiba kata-kata itu keluar
begitu saja dari mulut Zena. Nabil mengangguk lalu berbalik menghadap Zena,
Zena langsung menunduk. Dia tak berani menampakan wajahnya yang dia pastikan
sudah sangat merah di hadapan Nabil.
Gini, Bil. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan kalau sebelumnya kamuudah janji pada sahabat kamu untuk menolong seseorang lalu tiba-tiba orang itu
memojokkan kamu hingga membuat kamu malu dan dihukum. Disatu sisi, kamu
tidak ingin mengecewakan sahabatmu tapi di sisi lain kamu sangat benci pada orang
itu Tanyanya dengan nada lembut, masih dengan posisi menunduk.
Kalau aku jadi kamu aku akan tetap nolong orang itu Jawabnya santai
sambil bersandar di kursi dan menengadahkan wajahnya ke atas
Kenapa?? Bukannya dia sudah membuat kamu malu sampai -sampai
kamu harus dihukum Tanyanya dengan wajah yang tidak lagi memerah
Kamu pasti sudah sering dengar kalau kehidupan itu seperti roda yang
berputar kadang kita berada di atas, kadang juga kita terinjak-injak di bawah. Semua
itu diciptakan untuk menjaga keseimbangan kehidupan ini
Maksudnya??? Tanya Zena, bingung.
Gini, saat kita berada di atas kita berkewajiban menolong mereka yang
berada di bawah karena tidak mustahil jika suatu saat nanti kamu akan meminta
pertolongan dari orang yang kamu tolong dulu. Nah, saling tolong menolong inilah
yang aku sebut keseimbangan di mana jika mereka yang berada di atas tidak
menolong mereka yang di bawah maka kehidupan ini tidak akan seimbang, dan
7/28/2019 The Men in My Dreams
27/162
yang terjadi pastilah Hukum Markovnikov, yang kaya makin kaya dan yang miskin
makin miskin. Dan itulah yang terjadi sekarang, lihat di kota-kota besar seperti
Jakarta, di sana banyak gedung-gedung tinggi, hotel-hotel mewah tapi
perkampungan kumuhnya dan anak jalanannya juga tidak bisa dibilang sedikit. Itu
akibat tidak adanya keseimbangan, di satu sisi ada yang berfoya-foya tapi di sisi lain
juga ada yang kelaparan. Lagian ada kok di Al Quran, suarah. , ayat. Jelasnya.
Nabil bangkit berdiri.
Sepertinya sudah jam masuk aku duluan Nabil pergi meninggalkan Zena
yang masih sangat bingung dengan penjelasan Nabil. Keseimbangan Kehidupan
Kata yang rumit untuk Zena cerna, namun satu yang dapat Zena pahami dari
penjelasan Nabil bahwa tolong-menolong dalam kehidupan ini sangat penting,
karena tidak semua anak bisa seberuntung Zena. Salah satu contohnya adalah
Erick. Tiba-tiba Zena teringat sesuatu.
Bukannya selama ini aku lagi nyari Nabil terus yang tadi itu Nabil.
Arghhhh bodohbodoh dasar Zena bodoh. Kenapa kamu lupa tanyain tentang
Papa. Dasar pelupa!!!! hardiknya pada dirinya sendiri. Zena lalu beranjak menuju
kelasnya sebelum dia mendapat hukuman lagi karena terlambat.
Halo
Halo, Zen. Kamu nggak marah kan sama aku? Maafin aku Zen, aku
nggak bermaksud bikin kamu dihukum
Lho kok kamu yang minta maaf sih. Kamu kan nggak salah,lagian bukan
kamu kok yang nyebabin aku dihukum
Yah tapi bagaimanapun seharusnya tadi itu aku bela kamu, bukannya
diam kayak tadi. Sekali lagi, maaf yah!! Tapi nggak apapa kok kalau kamu mau
batalin niat kamu untuk nolong Erick
Siapa yang mau batalin, aku akan tetap nolong Erick, kok. Mungkin aku
nggak bisa ngomong sama mama aku tapi aku akan ngasih dia kerjaan, gajinya
lumayan kok cukup untuk bayar uang sekolah. O ya besok kamu suruh aja dia
datang ke rumah aku habis pulang sekolah
Bener, Zen. Aku nggak nyangka kamu ternyata masih mau noloning
Erick padahal tadi dia mojokin kamu banget. Makasih ya Zen, makasih banget
kamu memang sahabat aku yang paling top dech
Gombal!!! Aku udah ngantuk. Udah dulu yah, aku mau tidur
7/28/2019 The Men in My Dreams
28/162
Zena menutup teleponnya lalu beranjak ke tempat tidurnya. Malam itu,
Zena sengaja tidur cepat, dia berharap bisa bertemu papanya lagi dalam mimpi
7/28/2019 The Men in My Dreams
29/162
My New Driver
Sesuai dengan harapan Zena, dia kembali ke ruangan itu. Ruangan serba
putih. Zena tak melihat siapapun di sini kecuali dirinya yang tampak lusuh masih
dengan long dress hitam yang sudah kering dan tak memakai alas kaki.
Zena melayangkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan, berharap bisa
menemukan orang yang dia cari namun nihil, tak ada siapapun di sini. Tiba-tiba dia
merasakan ada seseorang yang berjalan kearahnya, Zena berbalik untuk melihatnya
namun lagi-lagi yang dia lihat cahaya silau yang membuat matanya pedih terpancar
darinya.
Dia memaksakan matanya untu melihatn namun tak dapat, cahayanya
terlalu terang. Entah mengapa, Zena merasa bahwa laki-laki itu sedang tersenyum
kepadanya walaupun Zena tidak bisa melihat senyuman itu.
Hey, apa kamu mengenal Papaku?Tanyanya kepada laki-laki berkalung
tasbih itu. Namun, tidak ada jawaban darinya.
Hey, apa kau mendengarku?Tanyanya lagi namun tetap tak ada respon.
Zena terdiam, dia merasakan sesuatu menyapanya, sesuatu seperti angin tapi
lembut. dia tahu, ini berasal dari laki-laki itu. Zena merasa Ia terus
menyunggingkan senyumnya sampai dia kembali ke dunia nyata
.
Kenapa, Zen? Zena menoleh. Dila yang duduk di sebelahnya sekarang
sedang menatap Zena bingung. Zena mendesah pelan sebelum menjawab,
Mimpi itu lagi, Dil. Dalam hitungan sepersekian detik, Dila yang sedari
tadi berkutat dengan komiknya langsung berdiri dan menggeser posisi siswa yangduduk di depan Zena.
Lalu, kali ini apa yang terjadi? Dila menatap Zena penasaran..
Walaupun aku belum bisa melihat wajahnya tapi aku yakin kali ini, Nabil
tersenyum padaku, Zena menghempaskan diri di sandaran kursi.
Aku berharap bisa bertemu dia lagi Doanya.
Emang kamu yakin itu Nabil? Tanya Dila
7/28/2019 The Men in My Dreams
30/162
Entahlah, Dila. Tapi aku sangat berharap itu benar-benar Nabil. O ya, tau
nggak kemarin aku ketemu sama Nabil,malah dia sempet bantuin aku saat
dihukum
Lho, berarti kamu udah nanyain tentang Papamu. Dia bilang apa? Tanya
Dila dengan wajah penasaran.
Belum, Dil. Kemarin aku benar-benar lupa untuk nanyain itu
Tapi kamu tanyain kan, dia dikelas mana? Tanya Dila lagi. Zena
menggeleng-gelengkan kepalanya yang berarti tidak.
Zena Zena Dasar Ratu Pelupa Ejeknya. Beberapa saat mereka terdiam,
mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba Dila bersuara
Zen, sore nanti Erick jadikan ke rumah kamu? Soalnya aku udah ngasih
dia alamat dan nyuruh dia datang habis pulang sekolah
Iya, jadi, kok Bala Zena singkat. Tak lama kemudian, bel tanda masuk
berdering. Dila sudah kembali ke tempatnya dan Zena memfokuskan diri pada
pelajaran yang akan segera dimulai.
Erick sedang berdiri di depan sebuah rumah yang sangat besar. Benar-benar
besar. Seluruh rumah itu dicat putih, dan pagar tinggi menjulang tajam. Benar-benar
pagar yang akan menyulitkan profesi seorang pencuri. Juga rumput yang sangat
hijau tertata rapi di halaman, dan beberapa pohon palem tumbuh indah layaknya di
pesisir pantai.
Erick menghampiri bel dan memencetnya. Tiba-tiba Sreeet.. pintu pagar
terbuka secara otomatis. Seorang satpam menghanpiri Erick sambil tersenyum.
Cari siapa ya, Dek? Tanyanya kepada Erick
Saya cari Zena, Pak Jawab Erick
Oh, Den Erick yah. Silahkan masuk, sudah ditunggu sama Non Zena
Kata Satpam. Dia lalu memanggil seorang gadis berjilbab yang sedari tadi asyik
menyiram bunga. Gadis itu menghampiri Sang Satpam dan Erick.
Afifah, tolong kamu antarkan Den Erick menemui Non Zena Suruhnya
kepada Afifah. Afifah tersenyum kepada Erick sebagai tanda salam kenalnya lalu
dia berjalan mendahului Erick yang mengikutinya dari belakang.
7/28/2019 The Men in My Dreams
31/162
Mereka berdua menyusuri sebuah paving blok lebar yang di sisinya
ditumbuhi rerumputan hijau dan pohon yang rindang. Tiga buah mobil mewah
parkir rapi di depan mereka. Sekarang mereka telah memasuki sebuah teras besar
dan langsung masuk melalui pintu utama.
Begitu mereka masuk, Erick terpaku melihat sebuah ruangan yang tidak
bisa disebut ruangan apa karena banyak sekali pajangan antic dan cantik disimpang
di sana-sini. Guci, lukisan, patung dan benda seni lainnya. Erick yakin ini bukan
ruang tamu karena tak ada satupun sofa yang menghiasinya. Hanya guci yang ditata
rapi, lukisan di dinding-dinding dan beberapa pot di pojok ruangan.
Ayo masuk, Den Ajak Afifah, sopan mengagetkan Erick yang sedari tadi
sibuk memperhatikan isi ruangan itu.
Ruangan berikutnya yang mereka masuki adalah sebuah ruangan besar,
dengan tangga besar melingkar di bagian tengah. Gantungan antik dengan banyak
lampu di dalamnya, juga beragam sofa yang berjejer sesuai pola dan warnanya.
Den, silahkan duduk. Saya panggilkan Non Zena dulu ajaknya sopan lalu
berlalu menaiki tangga. Erick memastikan bahwa kamar Zena berada di lantai atas.
Dalam hati, tak hentinya Erick berdecak kagum pada apa yang baru saja dilihatnya.
Erick memang pernah kaya, tapi Erick tak pernah membayangkan bisa memiliki
rumah layaknya istana presiden seperti rumah Zena.
Zena benar-benar beruntung Gumamnya. Beberapa lama kemudian
datang seorang pembantu lengkap dengan minuman beserta kue di tangannya, dia
meletakkan itu semua di depan Erick. Dia tersenyum sambil membukukkan sedikit
badannya sebagai tanda hormatnya kepada sang tamu.
Terimakasih, Bi Kata Erick dengan senyuman manisnya. Pembantu itu
kembali tersenyum dan membalikkan badannya menuju arah yang lain. Erick
segera meneguk minuman yang disediakan untuk melepas dahaganya karena
sebelum itu, dia menempuh perjalanan sekitar satu kilometer untuk sampai
dirumah Zena. itu dilakukan agar ia bisa berhemat, dia tidak mau membuang-buang
uang hanya untuk membayar ongkos transportasi.
Erick telah menunggu hampir setengah jam, namun yang ditunggu tak
kunjung datang. Tiba-tiba dia melihat seorang gadis cantik berambut sebahu
melangkah turun di tangga, jantungnya berdetak kencang dan semakin kencang
ketika gadis itu menghampirinya.
Sudah lama nunggunya? Tanya Zena sesampainya di ruang tamu lalu dia
duduk di sofa yang kosong tepat di hadapan Erick. Sepertinya detakan jantung
Erick sudah mencapai kecepatan maksimum.
E.enggak kok, baru sajajawabnya gugup
7/28/2019 The Men in My Dreams
32/162
To the pointaja, aku mau ngasih kamu kerjaan sebagai supir pribadi aku,
jadi kamu bisa tetap sekolah selama bekerja Tutur Zena dengan wajah tanpa
ekspresi
Supir pribadi kaka..kamu? Tanyanya tidak percaya
O ya kamu nggak usah khawatir mengenai gaji, aku akan beri kamu gaji
yang sesuai dan aku jamin dengan gaji itu kamu bisa kok bayar uang sekolah tiap
bulannya
Makasih banget, Zen. Makasih banget. Aku nggak tahu kalau ternyata
kamu sebaik ini Pujinya kepada Zena dengan wajah senang.
Aku nggak punya banyak waktu, kamu bisa kerja mulai besok pagi Zena
kembali ke kamarnya meninggalkan Erick yang masih terpaku di sofa. Dia tidak
percaya ada orang sebaik Zena yang mau ngasih dia kerjaan dengan gaji 3 juta per
bulan sesuai dengan uang pembayaran sekolahnya per bulan.
Sementara itu, para pembantu yang diam-diam menguping pembicaraan
mereka merasa tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya.
Eh menurut kamu, dia itu siapa?? Kok bisanya Non Zena kasih dia
pekerjaan Tanya seorang pembantu kepada pembantu lain
Pacarnya kali Tebak pembantu lain yang bernama Surti.
Mana mungkin pacarnya orang susah kayak gitu, kamu tahu kan wataknya
Non Zena, dia paling benci sama orang susah Sanggah pembantu lain yang
bernama Gusti.
Nah dari itu, karena itu cowok pacarnya Non Zena makannya Non Zena
mau bantu. Mereka pasti ada hubungan khusus yang membuat Non Zena mau
peduli sama orang susah kayak dia Kata Surti membela dirinya lalu kembali
mengintip namun orang yang diintipnya telah pergi.
Iya menurut aku pendapat Surti ada benernya. Lagian, apa kalian nggak
perhatikan kalau cowok itu keren banget, nggak heran kalau Non Zena suka samadia Kata pembantu lain yang kini senyam-senyum sendiri.
KYAAAAA Tiba-tiba Afifah datang mengagetkan mereka.
AFIFAH Seru mereka berbarengan sambil mengelus dada.
Kalian ngapain sih ngerumpi di sini? Nggak punya kerjaan lain apa.
Lagian, kalau Non Zena sampai tahu kalau kalian ngegosipin dirinya sama Den
Erick, pasti kalian akan dimarahin habis-habisan Ancam Afifah
Oo jadi namanya Erick Seru mereka berbarengan
7/28/2019 The Men in My Dreams
33/162
Sudah. Sudah. Kalian bubar dan kembali ke pekerjaan masing-masing
Suruh pembantu yang tampaknya paling tua di antara mereka, yang sedari datang
bersama Afifah.
Non!!! Bangun, Non!!! Nanti Non terlambat lagi.
Errrrgh. Zena menggeliat lalu menutup kembali badannya dengan selimut.
Aku masih ngantuk pergi sana!!! Suruhnya
Tapi, Non. Den Erick sudah menunggu dari tadi. Lagian sekarang sudah
hampir jam tujuh, Non
WHAAT??? Jam tujuh Zena bangun dan langsung meraih bajunya yag
sudah diseterika lalu berlari ke kamar mandi. Dalam waktu setengah jam, Zena
telah selesai berseragam. Dia berlari kecil menuruni tangga, melewati makanan di
meja yang sepertinya disediakan untuk sarapannya. Tiba-tiba dia teringat sesuatu,
dia teringat kalau pada hari Rabu, Pak Sukirman hanya mengajar pada jam terakhir
dan biasanya dia akan datang sebelum jam makan siang sehingga Zena tak perlutakut terlambat. Dari jauh, dilihatnya Erick yang tak berseragam sekolah bersandar
di mobil Zena
Lho, kok nggak pakai seragam?? Tanya Zena heran
EmangNon ngak tahu, kalau akau diskors sampai aku bisa bayar semua
pembayaran sekolah yang menunggak Jawab Erick dengan senyum yang sedikit
dipaksakan, Erick berjalan menuju pintu mobil. Tiba-tiba Zena memanggilnya
Nggak usah pakai Non, panggil Zena saja katanya dingin
Erick mengangguk lalu membuka pintu mobil, kemudian diamempersilahkan Zena naik layaknya tuan putri.
Yah udah, sebelum kita ke sekolah, kita ke rumah kamu dulu Kata Zena
setelah Erick duduk di kursi pengemudi
Lho, untuk apa?
Yah untuk ganti seragam kamu
Tapi.
Udah, kamu nggak usah khawatir biar aku yang ngurus Erick mulai
menstarter mobil itu dan mengemudikannya. Selama dalam perjalanan, tidak ada
7/28/2019 The Men in My Dreams
34/162
pembicaraan yang terjadi di antara mereka. Zena sibuk memikirkan mimpinya
semalam yang tak ada perkembangan. Dalam mimpi itu laki-laki yang dia yakini
adalah Nabil masih tersenyum padanya dan anehnya Zena tak bisa berbuat apa-apa,
dia hanya diam menikmati senyum Nabil yang bagaikan senyum malaikat samapai
dia kembali ke dunia nyata.
Sementara saat itu Erick, diam-diam memperhatikan gadis yang duduk
tepat di belakangnya. Entah mengapa, Erick merasa ada rasa kagum di hatinya
kepada Zena. Dia tak pernah membayangkan bisa menjadi supir pribadi seorang
Zena yang bahkan pada saat kelas satu sangat dia benci karena keangkuhannya.
Apakah ia telah jatuh cinta pada gadis itu?? Tanya Erick dalam hati.
Mungkin benar kataorang Cinta dan benci dibatasi oleh suatu sekatan tipis yang
ketebalannya mungkin hanya sepersekian millimeter. Namun dengan cepat
disingkirkannya perasaan itu. Erick sadar kedudukan dia dan Zena bagaikan kuman
merindukan bulan. Dia siapa? Zena siapa?
Akhirnya mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah kecil. Rumah yang
mungil, bercat putih dengan tamannya yang tak terurus. Lampu tamannya sudah
pecah, tetapi bohlamnya masih menyala terang padahal hari sudah agak siang. Erick
turun dari mobil lalu berjalan menuju rumah itu.
Kreeettt.. perlahan pagar bercat hitam dan agak terkelupas itu terbuka saat
Erick mendorongnya. Sepertinya Erick hafal betul bagaimana cara membuka pagaritu dengan baik, dia mengambil kunci yang tergantung dibalik dinding belakang
pagar itu. Lalu segera membuka pintu dan masuk kedalam rumah, sepertinya pintu
rumah itu memang sengaja tak dikunci karena semua orang tahu betul bahwa tak
banyak barang yang bisa ditampung dalam rumah sekecil itu dan tentunya tak ada
barang berharga di sana.
Beberapa menit kemudian, Erick kembali dengan seragam sekolahnya
lengkap dengan tas ranselnya dan beberapa berkas yang dipegang. Erick berjalan
tergopoh-gopoh dengan wajah yang sangat panik menuju mobil Zena.
Zen, sorry banget kayaknya aku nggak bisa ke sekolah hari ini Katanya,
masih dengan wajah panik.
Lho, kenapa???
Adik aku, Zen. Keadaanya kritis. Aku harus membawanya ke rumah sakit.
Jadi kamu bisa ke sekolah sendirian, kan?
Zena berpikir sejenak, di satu sisi ia sangat ingin membantu adik Erick
namun di sisi lain, dia takut terlambat dan dihukum lagi oleh omnya, Pak
Sukirman. Tiba-tiba dia teringat kata-kata Nabil Kalian yang berada diatas
berkewajiban menolong mereka yang dibawah. Dia mempertimbangkan lagi,
7/28/2019 The Men in My Dreams
35/162
mungkin jika dia perginya sebentar pasti tidak akan ketahuan oleh Pak Sukirman.
Lagi pula, Pak Sukirman hanya mengajar pada jam terakhir itupun di kelas lain,
sehingga dia tidak perlu khawatir.
Nggak. Bawa aja adik kamu ke rumah sakit pakai mobil ini
Tapi kamu.?
Aku ikut. Cepet gih angkat adik kamuke mobil
Makasih, Zen. Makasih banget katanya dengan wajah berbinar-binar.
Kemudian Erick segera berlari ke rumahnya. Lama menunggu, Zena tertarik untuk
masuk ke rumah mungil itu. Dibukanya pintu yang setengah terbuka kemudian dia
masuk.
Sekarang Zena berada di sebuah ruangan berukuran dua kali tiga meter
yang amat sempit dan pengap. Di sana, Zena melihat seorang gadis pucat terbaring
lemah di atas sebuah kasur tipis, Sebuah buku cetak fisika dengan halamannya yang
terbuka tergeletak disamping tubuh gadis berumur kira-kira belasan tahun itu.
Disudut ruangan terdapat lemari kecil yang kayunya terlihat tabuh, di depannya
terlihat Erick yang sedang memindahkan beberapa pakaian ke tas sekolahnya.
Menyadari ada orang di belakangnya, Erick pun berbalik dan terperangah melihat
Zena
Zena Katanya, keget.
Biar aku bantu yah? Kata Zena. Tanpa menunggu jawaban Erick, Zena
langsung mengambil tas di tangan Erick dan membawanya ke mobil. Erick tak bisa
berkata apa-apa, sepertinya mulutnya terkunci oleh kebaikan Zena, bahkan untuk
mengucapkan terimakasih pun dia tak bisa. Dia lalu membopong adiknya,
menyusul Zena ke mobil.
Mobil pun melaju, untung jarak rumah Erick dan rumah sakit tidak terlalu
jauh sehingga mereka bisa sampai dalam waktu 15 menit. Setibanya di rumah sakit,
Erick kembali membopong adiknya menuju kamar rumah sakit. Namun, mereka
tak bisa bertahan lama di kamar itu, suster menyuruh mereka untuk keluar denganalasan Dokter akan memberikan pengobatan intensive.
Mereka pun menunggu di luar, Zena duduk di kursi rumah sakit sementara
Erick sibuk berjalan mondar-mandir. Dari wajahnya tergambar jelas bahwa ia
sedang panic, sedih, cemas sekaligus takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada adiknya
itu. Tiba-tiba dokter ke luar.
Gimana, Dok? Gimana keadaan adik saya? tanyanya cemas
Sepertinya adik anda terkena demam berdarah sehingga harus diopname.
Segera urus administrasinya, lalu kami akan memberikan pengobatan pada adik
7/28/2019 The Men in My Dreams
36/162
anda Dokter itu pergi meninggalkan Erick yang semakin putus asa mendengar kata
administrasi. Dia tersungkur di tembok rumah sakit itu dengan mata berkaca-kaca.
Zena menghampirinya lalu berjongkok, menyamai posisi Erick.
Dokter, bilang apa? Tanya Zena pelan, tepat ketika air mata Erick jatuh.
Dia terkena demam berdarah dan harus diopname. Dokter tak akan
memberikan pengobatan sebelum aku melunasi administrasinya. Dari mana aku
bisa dapat uang? Katanya sambil terisak. Zena berdiri dan melangkah menuju
tempat administrasi, beberapa menit kemudian Zena kembali bersama beberapa
dokter yang segera masuk ke kamar adik Erick. Zena menghampiri Erick yang
masih tersungkur frustasi.
Tenang aja, aku sudah bayar semua dan sekarang dokter sedangmengobati adikmu Erick menengadahkan kepalanya lalu berdiri.
Bener, Zen? Tanyanya diikuti anggukan kepala Zena. Erick langsung
memeluk Zena. Zena kaget, dia ingin sekali melepas pelukan Erick namun urung ia
lakukan karena dia tahu, Erick memeluknya sebagai rasa terimakasih. Dia hanya
terdiam dalam pelukan Erick.
Menyadari apa yang sedang dia lakukan, sontak Erick melepas pelukannya
dan langsung menunduk. Dia tak berani menatap Zena yang pasti sudah sangat
marah padanya, dia siap apa bila Zena ingin memarahinya ataupun memukulnya.
Namun yang ditunggunya tidak juga terjadi, Erick memberanikan diri menatap
Zena yang sekarang tengah duduk di kursi rumah sakit. Merasa Erick sudah baikan,
Zena angkat bicara
Adik kamu sudah ditangani dokter. Jadi, sekarang kita boleh pergi ke
sekolah, kan?
Iya, Zen. Aku pikir juga begitu Jawab Erick gugup. Mereka berjalan ke
luar rumah sakit dan menuju pakiran.
Zen, sekarang udah jam sepuluh, apa aku harus ngebut supaya kita tidak
terlalu terlambat? Tanyanya setelah dia memasuki mobil.
Terserah Jawab Zena datar. Erick kembali menstarter mobil dan
mengemudinya. Beberapa detik kemudian, mobil itu telah melaju dengan
kecepatan tinggi melewati mobil-mobil yang berada di depannya. Semakin lama,
Zena merasa bahwa kecepatan mobil ini semakin bertambah bahkan Zena merasa
ini adalah mobil tercepat yang pernah ia kendarai.
Dalam waktu lima menit, mereka tiba di sekolah. Zena langsung turun tanpa
dipersilahkan, Zena ingin muntah tapi Zena menahannya, dia tak mau terlihat malu
di depan Erick. Zena segera berjalan menuju guru administrasi, Bu Caya yang
diikuti Erick di belakangnnya.. Sesampainya di sana, dia langsung memberikan
7/28/2019 The Men in My Dreams
37/162
7/28/2019 The Men in My Dreams
38/162
pelajaran yang ada di papan tulis. Dila seyam senyum sendiri sambil menjalankan
hobinya yaitu menghayal. Zena menutup buku tulisnya setelah menulis semua yang
ada di papan tulis. Dia melirik Dila yang masih senyam-senyum sendiri.
Kok, Pak Sukirman sih yang ngisi jam ke dua, seharusnya kan Bu Nisa?
Namun yang diajak bicara masih senyum-senyum sendiri.
, Woe Teriak Zena tepat di telinga Dila.
Zena. Ngapain sih teriak-teriak, bikin kaget aja. Gimana kalau aku punya
penyakit jantung kayak anggota-anggota DPR pasti sekarang aku udah is dead.
Emang mau tanggung jawab, aku belum bikin asuransi tau!!! Hardik Dila, kesal.
lagian kamu, nghayalin siapa sih? Sampai aku nanya nggak direspon
Ada aja. O ya mau nanyain apa? Tanya Dila, mengalihkan pembicaraan
Tadi itu aku nanya, kenapa Pak Sukirman yang isi jam ke dua bukan Bu
Nisa
Soalnya, Bu Nisalagi sakit terus Pak Sukirman juga nggak ada jam ke dua
di kelas lain. Jadi, dia deh yang ngisi. Om kamu rajin banget, Zen
O yak kok tadi terlambat banget sih, Zen. Alasannya Erick yang bilang
kalau selama jam pertama kamu nemenin dia nggak bener,kan?? Tanyanya lagi.
Yang nggak benerlah, tadi itu aku terlambat bangun Jawab Zenaberbohong
Tuh kan, Zen. Erick itu baik banget sampai dia mau nungguin kamu
sampai jam sepuluh. Mana ada supir kayak dia
Dasar lemot!!! Semua supir juga kayak gitu juga tau!! Mereka itu akan
nungguin majikannya karena mereka digaji, begitupun dengan Erick
Pokoknya Erick beda. Mana ada supir di Indonesia yang juga seorang
ketos. Nggak ada, kan?
Lemotlemot Kayak gitu ditanyain, yah jelas nggak adalah Ericknya ajatuhyang bego mau jadi supir
Pokoknya Erick beda, Zen. Mana ada supir yang cakep, jago main basket,
juara kelas, jago main music dan. Apa lagi yah. Pokoknya Erick beda deh
katanya kekeh mempertahankan pendapatnya.
Yah udah, deh. Pokoknya bagi aku dia itu sama aja sama Pak Maman, Pak
lucki dan supir-supir aku sebelumnya
Kok disamain sih, Zen. Mereka kan udah tua semenatara Erick. Pokoknya
beda
7/28/2019 The Men in My Dreams
39/162
Sama aja Dila
BEDA
SAMA
Di tengah percekcokan mereka, tiba-tiba orang yang sedari tadi
diperbincangkan datang sambil memamerkan senyum manisnya.
Hai Zen, Dil!! Sapanya sambil menghampiri kedua gadis itu. Dila
langsung memperbaiki wajahnya yang sedari tadi kusut gara-gara Zena.
Hai, Rick!! Jawab Dila dengan senyum yang tak kalah manisnya.
Sementara Zena tetap dengan wajah tanpa ekspresi.
Zen. Karena kamu udah bayar gaji aku di muka, maka aku mutusin untukselain jadi supir pribadi kamu, aku juga akan jadi pembantu pribadi kamu selama di
sekolah. Gimana? Tanyanya pada Zena
Terserah!!! Respon Zena datar
Dil, ke kanting yuk!! ajak Zena
Oh, jadi kalian mau ke kanting. Bareng aja yah, sekalian aku mau traktir
kalian berdua. Gimana?
Boleh. Boleh banget. Jadi hari ini kita ditraktir Erick. Asyiikk!! Seru Dila
sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang dapat Lolipop.
Emang punya duit?
Ada kok, Zen
Ya udah, tunggu apa lagi ke kanting yuk!! Ajak Dila sambil menarik
tangan kedua orang itu menuju kanting
Mereka bertiga berjalan menuju kanting. Dalam perjalanan, tiba-tiba Dila
teringat bahwa dia lupa menutup notebook yang tadi dipakainya dalam pelajaran
Pak Sukirman. Dila memutuskan untuk kembali ke kelas dan membiarkan Erick
dan Zena berjalan duluan ke kanting.
Erick dan Zena tiba di kanting. Hari itu Kanting penuh dan sesak oleh
siswa, baik anak kelas satu, dua maupun tiga. Maklumlah, kanting di sekolah itu
cuma satu tapi mempunyai empat ruangan, tiga untuk kelas satu, dua dan tiga.
Satunya lagu untuk pemesanan makanan. Kanting sekolah itu sangat luas, mungkin
kalau dikira-kira cukup 1 Ha. Setiap ruangan didesain seperti restaurant kecuali
7/28/2019 The Men in My Dreams
40/162
ruangan pemesanan yang memang agak luas karena di situlah berkumpul anak kelas
satu, dua maupun tiga untuk memesan makanan.
Tiba-tiba semua aktivitas berhenti saat Erick dan Zena berjalan masuk,
beberapa siswa yang tadinya menutupi jalan menepi, memberikan jalan pada
keduanya. Semua penghuni kanting shok dengan apa yang dilihatnya, orang yang
paling dihormati dan orang yang paling ditakuti satu sekolah sedang berjalan
layaknya sepasang kekasih. Sebenarnya sebelum kejadian di kanting, mereka telah
mendengar bahwa Zena bolos dengan alasan menemani Erick selama jam pertama.
Mereka berdua berhenti di sebuah meja kosong. Erick mengambil kursi dan
mempersilahkan Zena duduk. Sebenarnya Zena sedikit risih dengan perlakuan
Erick, namun dibiarkannya toh ini atas kemauan Erick sendiri bukan berdasar
paksaannya. Erick lalu berlari pelan-pelan untuk memesan makanan. Beberapa
menit kemudian, dia kembali dengan nasi goreng bakso dan jus Apel ditangannya,
dia meletakkan semua itu di depan Zena. Zena tak tahu, kenapa Erick memesan
semua itu untuknya. Tapi, sumpah!!! Itu semua adalah makanan kesukaan Zena.
Zena memakannya dengan lahap karena Zena benar-benar lapar, pagi tadi Zena tak
sempat sarapan bahkan Zena lupa, apa kemarin dia juga makan malam.
Suasana hening tercipta dikanting yang tadinya sangat ribut. Semua serius
memperhatikan dua orang yang tengah duduk bersana sanbil menikmati makan
siangnya. Tak lupa, mereka menguping setiap percakapan ringan yang terjadi antara
Erick dan Zena. Tiba-tiba Dila datang.
Kalian jahat banget sih nggak pesenin aku makanan Katanya, kesal
melihat kedua temannya hampir menghabiskan makanannya. Tapi, yang diajak
bicara masih sibuk dengan urusan masing-masing, Zena masih serius dengan nasi
goreng baksonya sambil sesekali meneguk jus apel. Sementara Erick telah
menghabiskan makanannya, sekarang dia sedang duduk sambil membaca sebuah
buku, Dila bisa melihat bahwa kepala Erick memang tertuju pada buku itu namun
matanya tertuju pada gadis yang duduk didepannya. Sampai-sampai dia tak
menyadari keberadaan Dila.
Dila tak tahu, apa yang terjadi pada dirinya, Dila merasa sedih dan panas
melihat Erick lebih memperhatikan Zena ketimbang dirinya. Namun, dia berusaha
menepis semua itu dan jika itupun benar maka dia akan berjuang merebut Erick
dari Zena. lagian berdasarkan pengetahuan Dila, Erick bukanlah tipe Zena.
Woe Teriak Dila tepat di telinga Zena
Dila, ngapain sih teriak-teriak
Cuma bangunin kalian aja soalnya kalian kayaknya lagi ngelamun
Ehmmm, Dil. Mau makan apa?
7/28/2019 The Men in My Dreams
41/162
Nggak usah deh, aku masih kenyang kok
O ya, Dil. Gimana tentang kumpulan absen kelas yang aku minta? Tanya
Zena
E ituitu sebenarnya.. aku belum kumpulin, Zen jawabnya dengan
nada bersalah diikuti dengan wajah kecewa Zena.
Absen apa sih? Tanya Erick tak mengerti.
Bukan apa-apajawab Dila, berusaha menutupi semua.
The Mysterious Boy
Tak terasa, Erick telah menjadi supir Zena selama satu minggu dan selama
itu pula Erick menjadi teman ngobrol Zena selama di rumah. Kini, dia merasa
menyukai gadis itu. Gadis yang telah menolong hidupnya yang hampir jatuh, bukan
hanya hidupnya tapi juga hatinya. Gadis itu telah mengisi hatinya yang kesepian
setelah musibah yang menimpa keluarganya. Tapi ia kembali mempertanyakan
perasaannya pada gadis itu, apakah itu benar cinta atau hanya rasa berhutangbudi??
Tapi jika benar itu cinta kenapa cepat sekali? Dia tak mungkin jatuh cinta pada
seseorang hanya dalam waktu satu minggu. Tapi bukankah cinta tak terukur oleh
waktu dan perasaan juga tak bisa diukur dengan ratio. Bingung!! Erick benar-benar
bingung dengan perasaannya.
7/28/2019 The Men in My Dreams
42/162
Sementara itu, Zena tak tahu, mengapa dia bisa langsung akrab dengan
Erick hanya dalam waktu satu bulan. itu waktu yang sangat singkat untuk menjadi
orang-orang kepercayaan Zena dan Erick telah lulus, dia telah menjadi orang yang
Zena percayai selain Dila. Mungkin karena bagi Zena sendiri, dia menganggap
Erick sebagai kakak. Maklum, dari dulu Zena sangat mengharapkan kedatangan
seorang kakak namun itu tak mungkin karena dia anak tunggal.
Rick, boleh nanya sesuatu, nggak? Tanya Zena pada suatu malam.
Malam itu mereka tengah duduk di balkon lantai tiga mengamati bintang. Itulah
yang sering mereka lakukan setelah jam kerja Erick selesai.
Yah bolehlah, Zen?Jawabnya sambil menatap gadis itu
Dila pernah bilang kalau kamu diskors dari sekolah itu gara-gara keluargakamu terkena musibah. Kalau boleh tahu, musibah apa?
Tapi, kalau kamu nggak mau cerita juga nggak apapa, kok. Aku tahu ini
privasi kamu
Nggak kok, Zena. aku malah ingin banget cerita sama seseorang agar
beban yang aku punya bisa berkurang Lama Erick terdiam lalu dia mencoba
menjawab
Perusahaan Papa aku bangkrut, Zen. Papa aku dililit hutang sampai-
sampai Papa aku melarikan diri untuk menghidari penagih-penagih hutang tapi.
Akhirnya Papa a