+ All Categories
Home > Documents > The Power of Bejo New Year Edition - Octavia Pramono.pdf

The Power of Bejo New Year Edition - Octavia Pramono.pdf

Date post: 16-Sep-2015
Category:
Upload: kokotampan
View: 82 times
Download: 6 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
298
Transcript
  • The Power of Bejo

    Cara Pintar Mendatangkan Nasib Bejodalam Diri Anda

    Penyusun: Octavia PramonoEditor: Putu Fajar Layout: Sadam

    Husein Cover: Janur Kuning

    The Power of Bejo 2013 IN AzNa Books

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undangAll right reserved

    Cetakan Pertama, Juni 2013Versi E-book, Jan 2014

  • ISBN: 978-602-7608-33-7Ukuran buku: 13,6 x 20,5 cm; 124 hlm

    Penerbit:IN AzNa Books

    Rejokusuman, 04 Tamanan BantulYogyakarta

    E-mail: [email protected]

    Hak distribusi e-book: PT BintangToedjoe, Jakarta

    E-book ini boleh didistribusikan ulangsecara gratis tanpa mengubah,

    menambah, atau mengurangi isinya.

  • Pengantar WOWW..!!! The power of bejo!

    Kekuatan si bejo! Bejo (bahasa Jawa,artinya beruntung) bagaimanapunmemang bisa dianggap sebagai sebuahpower, sebuah kekuatan tersendiri. Andaboleh percaya, boleh tidak, tapi yangjelas wong bejo alias orang super duperberuntung itu jelas sering kali bikingalau orang-orang yang tidak bejo.Apalagi jika kemampuan dan kepintaranorang-orang yang tidak bejo itusebenarnya justru jauh di ataskemampuan dan kepintaran orang yangbejo tadi. Wahhh, bikin hati gerah.!

    Saya yakin banyak di antara Andasekalian yang mengakui bahwa orang

  • yang bejo itu sungguh tidak bisadiganggu gugat. Orang-orang bejo ituadakalanya telak mengalahkan orang-orang pintar yang tidak bejo. Hmmm,sebenarnya sekuat apa sih si bejo?Kok bisa-bisanya si bejo alias siberuntung mengalahkan orang-orangyang pintar itu? Kedengarannya dahsyatsekali kekuatan si bejo tersebut.Tetapi, betul-betul dahsyat enggak sihsebenarnya?

    Anda sekalian pasti tidak akan lupapada iklan dua buah produk obat (ataujamu sih?) untuk mengatasi masuk angin.Ya, begitulah. Ada dua produk serupayang berbeda merk. Kedua produktersebut rupanya melakukan perangdagang tuuh.

  • Yang satu punya jargon orang pintarminum t***k angin. Yang lainnyamemiliki jargon wong pinter kalah karowong bejo; wong bejo ngombebin****toe***masuk angin.

    Hmmm, benarkah wong bejo (=orangyang beruntung) itu betul-betul akanmengalahkan wong pinter (=orang yangpintar)? Benarkah wong pinter kalautidak bejo alias tidak/kurang beruntungya tetap saja sulit untuk menggenggamsukses? Bahkan kalau tidak bejo-nyaketerlaluan (maksudnya super dupersial), sama sekali dia tidak dapat suksessedikit pun. Wahh! Benarkah? Iya, kononbegitu adanya.

    Duh, aduuuh, kalau memang benarseperti itu, malang nian nasib orang-

  • orang pintar yang tidak bejo itu yaa?Sudah mati-matian belajar supaya pintar,ehh masih saja tidak bejo. Batal suksesdeh jadinya. Pahit sepahit-pahitnyakenyataan yang harus mereka hadapi.Kasihan deh loe (mungkin begitu pikirAnda sekalian). Sudah capek-capekbelajar, bekerja keras, banting tulangplus peras otak sedemikian rupa; tahu-tahu keberhasilan yang diperoleh taksebesar yang diharapkan. Dengan katalain, kuantitas dan kualitas sukses yangdicapainya kalah jauh jika dibandingkandengan kuantitas dan kualitas sukses siorang bejo. Istilahnya, tidak semelejitkesuksesan si orang bejo. Atau, justrutak berhasil sama sekali. Sudahlah.Pendek kata dari kaca mata orang

  • kebanyakan, apes banget lah si orangpintar yang tak beruntung itu.

    Sebaliknya, alangkah mujur yangsemujur-mujurnya nasib orang-orangyang beruntung alias wong bejo itu.Orang-orang yang bernasib bejo bisajadi kemampuannya, kepintarannya,sedikit di bawah orang-orang pintar tapitak bejo itu. Bahkan, kadang kalakepintarannya justru pas-pasan; kalahjauh dengan orang-orang pintar tadi.Namun, nasib baik tampaknya terlampauberpihak pada golongan orang-orangbejo. Maka tidak mengherankan kalauorang-orang pada umumnya, terutamaorang-orang yang merasa diri merekajauh lebih pintar daripada wong bejoyang sukses tersebut, terpaksa hanya bisa

  • menelan ludah dengan gundah. Mungkinjuga dengan kesal. Mungkin juga sembarimengomel-omel dalam hati. Kok bisa?Kok bisa-bisanya dia berhasil? Manamungkin dia bisa sukses begitu? Huhh,kalau bukan karena beruntung (bejo),tidak mungkin dia bisa mencapaikesuksesan. Itu pasti soal hoki saja.Hokinya memang bagus. Dansebagainya. Dan seterusnya komentar(atau omelan?) yang sejenis.

    Ckckck nasib orang bejo memangluar biasa banget. Rasanya senantiasaada seribu satu bahkan sejuta duacara bagi nasib baik untuk selalumenghampiri orang-orang bejo(=beruntung) tersebut. Iya, memangkelihatannya demikian itu. Dan

  • sejujurnya, dari kaca mata orang-orangpintar yang tidak bejo, kondisi tersebutpastinya bikin jengkel dan cemburu.Hehehehe Jujurlah tentang perasaanAnda yang demikian itu apabilakebetulan Anda merupakan seseorangyang merasa tidak pernah bejo.

    Perasaan tersebut manusiawi belaka,kok. Hanya saja, ada orang yangmembiarkannya berlarut-larut jengkeldan cemburunya sehingga ia justru lupauntuk memperjuangkan kesuksesannya.Kan waktunya habis buat nyinyirmencari-cari kesalahan si orang bejo?Padahal, orang bejo tidak bersalahsehingga kesalahannya pun tidak akanpernah ditemukan. Konyol toh?

    Sementara di sisi sebaliknya, ada

  • orang yang hanya pada detik pertamasaja jengkel dan cemburunya. Detikberikutnya ia sudah bisa menetralkandiri; menerima kenyataan kekurang-bejo-annya secara proporsional. Selanjutnya,ia mulai mengumpulkan semangatnyalagi untuk lebih fokus agar lebihberhasil. Tentu saja sembari lebihbanyak berdoa dan lebih khusyuk; jugasambil berharap dengan kuat semoga diwaktu berikutnya menjadi ikut bejo.Sudah pasti sikap yang kedua inilah yangbenar. Lebih positif. Tidak malah selalunegative thinking terhadap orang- orangbejo. Buang-buang waktu saja. Sudahbegitu, masih pula menambah dosa.

    Namun, apa boleh buat?Kenyataannya masih saja banyak orang

  • yang lebih memilih terpenjara dalamnegative thinking. Haruskah orang-orangyang senantiasa bejo serta-merta kitamusuhi? No, no. Big no. Sama sekalisalah kalau kita kemudian memusuhimereka. Mereka memang telah bikin kitacemburu hingga ke ubun-ubun, tetapi kitaharus tetap berpikir jernih dong. Ke-bejo-an mereka itu kan bagaimanapun bukan kehendak mereka semata-mata.Itu ada campur tangan Tuhan. Yeahbolehlah dikatakan bahwa itu merupakantakdir. Ya, ya. Sebuah takdir yangsungguh menyenangkan bagi mereka.

    Oleh sebab itu, apakah etis bila kitakemudian memusuhi mereka gara-garake-bejo-an mereka tersebut? Janganlupa, takdir bejo itu dari Tuhan lho yaa.

  • Bisa jadi ke-bejo-an mereka adalahsebuah pertanda bahwa Tuhan mencintaimereka. Sementara Tuhan mencintaimereka tentu ada alasannya. Iya kan?Tuhan toh Maha Adil dan MahaBijaksana. Jadi, tidak akan mungkinTuhan keliru dalam memberikan suatubonus kepada para hamba-Nya.

    Dengan perkataan lain, orang-orangyang terlihat senantiasa bejo itusesungguhnya memiliki sebuah bahkanmungkin beberapa buah kelebihan jikadibandingkan dengan orang- orang lainpada umumnya. Mungkin mereka rajinbersedekah seberapa pun penghasilanyang mereka peroleh. Mungkin pulamereka selalu siap membantu tetanggadan keluarga (atau siapa saja) yang

  • membutuhkan tanpa sedikit punmengharapkan imbalan. Atau, mungkinamalan-amalan lain yang sesuai dengankehendak Tuhan Sang Pemilik Segala.Nah, lho. Bukankah wajar kalaukemudian Tuhan memberikan bonusberupa kemudahan- kemudahan dalamkehidupan mereka?

    Jadi, begitulah. Nasib bejo merekasebenarnya merupakan reward dariTuhan, yang diberikan setelah merekamelakukan sesuatu secara konsisten danpenuh ketulusan hati; bukan cuma- cumabegitu saja diberikan tanpa merekamelakukan sesuatu terlebih dahulu. Iya,Tuhan tahu pasti akan hal itu. Hanya sajakita sebagai sesama manusia justru tidakngeh. Kita tidak mampu memahami akan

  • rumusan ke-bejo-an mereka tersebut.Kita yang merasa bernasib apes meluluhanya melihat saat ke-bejo-an itu datangmenghampiri mereka; bukan saat merekamemproses ke-bejo-an tersebut.Sebagai akibatnya, perasaan cemburu(iri) yang kemudian bersemai subur dihati kita.

    Oleh karena itu, hendaknya kitajanganlah ber-suuzon alias berburuksangka terlebih dahulu terhadap orang-orang bejo. Jangan hanya iri dan sekadariri dengan nasib orang-orang bejo. Kitamesti meyakini bahwa orang-orang yangmempunyai kadar ke-bejo-an tinggipastilah merupakan orang-orang yangmemiliki suatu kelebihan amalan baikdaripada orang-orang yang bernasib

  • apes alias sial. Ya, kira-kira demikianpenjelasan singkatnya.

    Lalu, apa artinya? Artinya, ke-bejo-an tersebut sebetulnya bisa kita pelajarimodus operandi-nya. Apabila kitamampu mempelajari modus operandinya,maka cepat atau lambat insya Allah kitapun akan menjelma menjadi orang yangsenantiasa bernasib bejo.

    Sekali lagi, sebab Tuhan Maha Adilplus Maha Bijaksana, Dia tidak akanpernah salah dalam memberikan rewardkepada hamba-hamba-Nya. Barang siapamelakukan suatu amalan ataupun suatukeburukan tertentu, maka akan dicatatoleh-Nya (sudah pasti dengan bantuanpara malaikat kepercayaan-Nya yaa)dengan rapi dan teliti tanpa secuil pun

  • yang terlewatkan.Intinya adalah: bejo itu merupakan

    sesuatu yang bisa dijelaskan. Karenabisa dijelaskan, berarti bisa dipelajarioleh setiap orang yang bersediamempelajarinya. Berarti pula nasib bejobisa didatangkan oleh siapa saja yangmau mendatang-kannya. Jadi, apabilaAnda ingin bernasib bejo, maka selaluberproseslah untuk mendatangkan ke-bejo-an tersebut. Percayalah, tanpaproses/perjuangan yang entah berapalama itu, ke-bejo-an tidak akan pernahmau untuk mendatangi kita.

  • Daftar Isi PengantarDaftar Isi Bab 1: Beberapa Kisah tentang BejoBab 2: Definisi BejoBab 3: Masak Sih Wong Pinter

    Kalah dari Wong Bejo?Bab 4: Kronologi Terjadinya BejoBab 5: Kalau Begitu, Bagaimana

    Caranya Menjadi Wong Bejo?Bab 6: Cara Berpikir dan Cara

    Bekerja Wong BejoBab 7: Antara Otak Kanan dan Otak

  • Kiri, antara Wong Bejo dan Wong PinterBab 8: Kunci Jadi Wong BejoBab 9: Pancinglah Bejo dengan

    Pemberian Sumber TulisanTentang Penulis

  • Bab 1Beberapa Kisah tentang

    BejoSEBAGAI pembuka tulisan, saya

    ingin mengemukakan kepada Anda, parapembaca sekalian, beberapa kisahterkait dengan bejo alias keberuntunganalias hoki alias fortune alias luck alias Xfactor. Semuanya merupakan kisah nyata,ya. Dan, mungkin saja beberapa kisahyang tersaji di sini mirip (atau bahkanmalah sama persis) dengan kisahpengalaman Anda sendiri. Iyaa siapatau kaan? Atau, mirip dengan kisahpengalaman para kerabat dan paratetangga Anda.

  • Kalau ada sebuah kisah yang mirip,bahkan yang sama persis, dengan kisahpengalaman Anda sendiri ataupunkerabat/ tetangga, justru kebetulansekali. Mengapa begitu? Apa alasannya?Sebab bila ada kisah yang mirip bahkan sama yang pernah Anda temui,Anda akan bisa lebih memahami tentanghal-ikhwal ke-bejo-an yang Anda alamiatau yang tetangga/kerabat Anda alamiitu.

    Mungkin saja selama ini Anda kerapkali merasa bingung plus heran sendiri,mengapa rasanya kok Anda selalu sajamenga-lami keberuntungan. Anda yakinbahwa Anda tidak sedang ke-GR-an.Kenyataannya orang-orang di sekelilingAnda banyak yang mengatakannya

  • demikian. Misalnya dua hari lalu barusaja Anda memperoleh kiriman parcelsembako komplet dari seseorang, eh,hari ini kok ya ganti mendapatkandoorprize berupa sepeda gunung. Dansebagainya. Bersyukurlah bila Andatermasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung itu. Tetapi, bila Andamerasa tak pernah bejo, janganlahkemudian Anda memelihara rasa sirik-dengki-iri-cemburu kepada kerabat/tetangga Anda yang selalu bernasib bejo.

    Tahukah Anda? Makin Anda merasasirik dan iri, makin menjauhlah si bejobin keberuntungan itu dari kehidupanAnda. Jadi, santai saja menghadapi ke-bejo-an seseorang. Iri hati sedikit-sedikit bolehlah. Wajar toh kalau kita

  • menginginkan sesuatu yang enakbegitu. Terlebih bila orang yang selalubejo itu kita anggap (kita kenal) sebagaiorang yang agak ngeselin.

    Baiklah. Segera saja kita simakkisah-kisah tentang keberuntunganberikut ini. Setelahnya nanti, semogaAnda bisa menarik benang merah darimasing-masing kisah sehingga bisa lebihmemahami sebab-musabab ke-bejo-anyang terjadi. Sebab nasib bejo,sekalipun kelihatannya muncul sangattiba-tiba, toh ada hal-hal yangmendahuluinya.

    Ramadan yang Sedikit MenyalaSeorang kawan, pada suatu hari di

    bulan Ramadan jelang Lebaran,

  • mengalami kisah ini. Rumahnya mulaiterbakar tanpa ia sekeluargamengetahuinya. Ya, api sudah menyaladi atap rumah sementara para penghunirumah tidak menyadari adanya bahayasama sekali. Bahkan ketika orang-orangdi luar berteriak kebakaran,kebakaran, mereka tidak segera ngehbahwa rumah merekalah yang sedangditeriaki. Padahal, mereka sudahterbangun dari tidur dan otomatis sudahmendengar ribut-ribut di luar rumah itu.

    Untunglah malam itu merekasekeluarga, yang biasa terlelap saat dinihari, tidur lebih awal daripada biasanya.Untunglah saat listrik di rumahnyapadam, si kawan mendadak terbangun.Sebab merasa tak nyaman tidur di

  • kegelapan total seperti itu, ia cobabangunkan suami untuk mengecek sekringlistrik yang terletak di halaman luar.Mungkin karena sedang tertidur pulasdan dalam kondisi lelah, sang suamiogah mengecek sekring. Maka jadilahkawan tersebut tak bisa memejamkanmata lagi. Mungkin pula ia bisa bertahantidak tidur lagi sebab tidurnya tadi kanmemang lebih awal. Begitulah. Ia hanyamerasa gelisah dalam gelap. Hendakmengecek sekring listrik sendiri takutada orang jahat di luar sana. Maklum,hari telah sangat larut malam, sementarasekring listrik berada di luar, melintasihalaman.

    Kawan tersebut tak bisa benar-benartidur lagi. Ia senantiasa antara terjaga

  • dan tertidur ayam. Hingga akhirnyalamat-lamat mulai mendengar keributandi luar. Orang-orang berteriakkebakaran. Setelah memastikan bahwamemang ada teriakan- teriakankebakaran, ia pun kemudianmembangunkan sang suami. Kali ini sangsuami yang mungkin sudah lumayancukup tidurnya bisa langsungterbangun. Sementara sang istrimembangunkan kedua anak mereka yangmasih tertidur pulas, sang suamimengecek kebenaran teriakan di luarrumah.

    Untunglah sang suami mau bangunpada saat yang tepat. Untung pula suamidari kawan tersebut yang berprofesisebagai wartawan hari sebelumnya

  • meminta dibebaskan dari tugas peliputandi Aceh, yang mestinya berangkat padahari terjadinya kebakaran itu. Bayangkanjika sang suami tetap berangkat peliputanke Aceh (sang kawan itu tinggal diJakarta). Sementara penghuni rumahyang mula-mula diberi tahu bahwarumah mereka kebakaran adalah sangsuami. Saat itu sang suami menengokluar, lalu bertanya kepada orang-orangyang berteriak- teriak di luar pagarrumah, dari balik jendela yang masihtetap tertutup. Maklumlah, saat itu adakekhawatiran bahwa teriakan itu hanyatrik dari sekelompok pencuri. Bilapenghuni rumah sudah membuka pintudan lari keluar rumah, maka kawananpencurilah yang justru gantian masuk

  • rumah dengan leluasa. Maka merasaberuntunglah si kawan tadi. Cobaandaikata suaminya pergi, ia tentu lebihmemilih tidak membuka jendela rumahdemi keamanan, sehingga tidak akanjelas mendengar apa yang diteriakkanoleh orang-orang. Dan ia akan terkepungkebakaran bersama dengan anak-anaknyadi dalam rumah.

    Untunglah kejadiannya saat bulanRamadan, di mana para pemuda dikompleks perumahan tersebut punyakebiasaan keliling kompleks untukmembangunkan sahur para warga. Jadi,api yang menyala di atap rumah segerabisa dipergoki. Tidak sampai merembetke rumah-rumah yang lain; juga tidakmembakar rumah si teman tersebut. Ya,

  • api baru membakar bagian ataprumahnya saja.

    Untunglah kunci ruang tamu merekadiberi rantai yang lumayan panjang. Jadi,dalam kepanikan hendak segera keluardari rumah, saat kunci tersebut malahsempat terjatuh dalam kegelapan total,mencarinya jadi lebih mudah. Yeah, inimerupakan satu hal kecil tampaknya.Namun, sebenarnya merupakankeberuntungan tersendiri dari keputusanpemasangan rantai pada kunci pintu itu.Bisa jadi, tujuan pemasangan rantaitersebut memang untuk berjaga-jagamenghadapi situasi seperti ini. Ketikalampu padam, dalam suasana gelap,tentu akan lebih mudah mencari kuncipintu. Terlebih bila kunci tersebut pakai

  • acara jatuh segala.Untung pula angin sedang tidak

    berhembus kencang waktu itu sehingganyala api tidak cepat menjalar.Andaikata angin sedang kencang-kencangnya, sudah pasti nyala api diatap cepat membesar. Dan, itu berbahayasekali. Jarak rumah-rumah di kompleksperumahan tersebut relatif salingberdekatan. Kalau api membesar dengancepat, wah bisa-bisa api berkembangmenjadi kebakaran hebat di kompleksperumahan tersebut.

    Syukur tak henti-hentinya diucapkanoleh keluarga kecil tersebut. Merekamerasakan sederet ke-bejo-an(keberuntung- an) di malam yangmenyala itu. Para tetangga mereka pun

  • merasakannya demikian. Mereka ikutbersyukur tiada henti sebab kebakarantidak meluas.

    Bagaimana bisa ada sederetkeberuntungan pada saat yang tepat itu,di malam yang menyala itu? Entahlah,entah apa jawaban pastinya. Tapimungkin saja penyebabnya adalahbeberapa hal baik yang menjadikebiasaan keluarga kecil tersebut.Keluarga kawan tersebut punyakebiasaan membaca ayat Kursi sebelumtidur. Kedua anaknya pun demikian;kedua anak tersebut selalu dibimbingoleh orang tuanya untuk membaca ayatKursi sebelum terlelap ke alam mimpi.

    Salah Alamat yang Membawa

  • KesembuhanIni kisah keberuntungan yang

    menghampiri seorang anak lelaki danbapaknya. Kisahnya begini. Sang bapaksudah sekitar lima belas tahun menderitapenyakit kencing manis. Karenabertahun-tahun dalam perawatan doktertak kunjung mengalami kesembuhan yangberarti, sang bapak merasa bosanmenjalani perawatan medis. Beliauberniat meneruskan pengobatan dengancara alternatif nonmedis. Dan memang,niat tersebut dipicu oleh kondisi kadargula darah beliau yang tak terkendalibeberapa minggu terakhir, padahalperawatan medis selalu dijalani secararutin dan telaten. Alat pengetes kadargula darah yang selama ini digunakan

  • menunjukkan kode HI (high). Artinya,kadar gula darah beliau sudah terlalutinggi sehingga tak terbaca lagi.Biasanya sudah di atas angka 600.

    Tempat pengobatan alternatif yangdipilih berada di kota S, yaitu sebuahibukota provinsi. Sementara merekatinggal di sebuah kota kecil yangletaknya sangat jauh dari kota S tersebut.Iya, sangat jauh karena memang berbedaprovinsi. Itulah sebabnya si anak lelakimenemani/mendampingi sang bapak kekota S. Di kota tersebut mereka berduatinggal di sebuah penginapan.Maklumlah. Mereka tak punya sanaksaudara atau kerabat yang terjauhsekalipun di kota S itu.

    Hingga satu minggu lebih berada di

  • kota S dan menjalani pengobatanalternatif, kondisi kesehatan sang bapaktidak mengalami kemajuan yang berarti.Walaupun ramuan herbal yang diberikansudah rutin dikonsumsi, kondisi sangbapak tidak banyak berubah. Yang terasanyata justru kondisi si anak lelaki. Sianak lelaki yang mendampingi sangbapak justru mulai terserang demampanas yang tak biasa. Sudah pasti iamenjadi panik sebab khawatir bahwa ituserangan malaria. Di daerah asalmereka, penduduknya sudah biasaterkena malaria sehingga relatif mudahmencari obatnya. Tapi di tempat yangjarang orang terjangkit malaria, obatnyaakan sulit dicari karena memang langka.

    Akhirnya sebelum sakitnya berlarut-

  • larut, si anak segera memutuskan untukberobat ke dokter. Asal saja ia mintadiantar (oleh seorang tukang becak tuayang mangkal di depan penginapan) kesembarang dokter yang lokasinyaterdekat. Ia bilang minta diantar ketempat praktek dokter umum.Sesampainya di tempat dokter, eh,ternyata papan namanya menunjukkandokter spesialis. Tapi entah spesialisapa, si anak lelaki tidak sempatmembacanya. Ia keburu ingin segeramendaftar dan diperiksa karena sudahtak kuasa menahan sakit. Kepalangbasah, toh dokter spesialis pasti tahujuga penyakit umum. Begitu pikir si anaklelaki yang sakit itu. O la la! Rupanyakendala bahasa antara penumpang dan

  • tukang becak tua yang tidak pahambahasa Indonesia itulah penyebabkekeliruan tersebut.

    Akhirnya tiba gilirannya diperiksa.Syukurlah bukan malaria. Hanya demambiasa akibat beberapa kali kehujanandan kondisi kelelahan. Karenamengetahui asalnya yang dari jauh, sangdokter menanyakan hal-ikhwalkeberadaannya di kota S tersebut. Makaberceritalah si anak lelaki tentang tujuanutamanya pergi ke kota S.Subhanallah. Tak disangka-sangkanya,ternyata dokter spesialis yangmemeriksanya barusan adalah seorangdokter spesialis diabetes alias kencingmanis. Setelah mendengarkan banyakcerita terkait riwayat pengobatan

  • kencing manis bapaknya, dokter senioritu pun menyarankan supaya bapaknyadibawa ke situ. Sang dokter akanmencoba memeriksanya secara lebihteliti. Siapa tahu nanti si bapak bisasembuh dengan metode pemeriksaan daridokter tersebut.

    Maka pada malam berikutnya si anaklelaki membawa bapaknya ke tempatdokter yang kemarin. Sang bapakdiperiksa detil, kemudian esok harinyadilakukan pemeriksaan lengkap dilaboratorium. Sang bapak mendapatkanpenanganan langsung dari doktertersebut. Subhanallah, pada malam hariberikutnya ketika kadar gula darah sangayah dicek, angkanya menunjukkan 270.Yeah belum normal memang. Tapi

  • sejak lima belas tahun yang lalu angkaterendah untuk kadar gula darah beliauadalah 350.

    Ah, andaikata kemarin tukangbecaknya tidak salah antar, apa mungkinkondisi sang bapak akan membaikbegini? Andaikata si anak lelaki sehat-sehat saja selama mendampingibapaknya, mana mungkin ia akanterdampar untuk memerik-sakan diri ditempat dokter senior spesialis diabetesitu? Keberuntungankah itu namanya?Mungkin saja demikian menurut kacamata pandangan orang pada umumnya.Tapi toh sebenarnya, keberuntungan itudiperoleh setelah belasan tahun ikhtiardan doa dilakukan.

    Yang jelas, tukang becak yang salah

  • antar itu ternyata membawa berkah. Iarupanya telah dibimbing oleh Tuhanuntuk mengantarkan anak lelaki danbapaknya tersebut ke tempat pengobatanyang dipilih-Nya (dan terbukti cocokbuat si ayah). Keduanya pun merasa bejosebab mendadak mendapatkan solusi jitubuat kemajuan kondisi kesehatan sangbapak. Bisa jadi, ke-bejo-an tersebutmerupakan buah dari kesabaran sangbapak selama belasan tahun untukmenyembuhkan diri. Bisa pulamerupakan hadiah dari Tuhan ataskesetiaan seluruh keluarga dalammemanjatkan doa kesembuhan.

    Terbelinya Rumah ImpianHidup itu penuh kejutan. Serba tak

  • terduga. Baik kejutannya berupa sesuatuyang menyenangkan (sebuahkeberuntungan) maupun berupa sesuatuyang tidak menyenangkan (sebuahkeapesan/kesialan). Yang namanya bejobisa terasa tiba-tiba saja menghampiridiri kita. Demikian pula sebaliknya, apespun bisa terasa mendadak datangmenghempaskan kita tanpa ampun.Segala macam logika dan hukum sebab-akibat bisa terjungkir-balikkan dalamkondisi bejo ataupun apes itu. Salah satucontohnya adalah kisah berikut ini.

    Mbak X adalah seorang karyawati diperusahaan A. Usianya 22 tahun. Ia setiabekerja di perusahaan A tersebut sejakberusia 19 tahun. Di usianya yang relatifmasih sangat muda itu, Mbak X sudah

  • harus menjadi kepala keluarga bagi ibudan adik-adiknya sebab bapak danibunya bercerai. Iya, betul-betul iaberperan sebagai kepala keluarga.Banting tulang cari nafkah untuk ibu danadik-adiknya yang kini menjaditanggungannya.

    Dengan gajinya yang tak seberapa(maklumlah ia hanya lulusan SMA danmasih belum banyak pengalaman kerja),Mbak X harus putar otak sedemikianrupa agar gajinya bisa mencukupikehidupan keluarganya tersebut. Selamaitu pula ia beserta ibu dan adik-adiknyatinggal di rumah kontrakan. Hingga suatusaat ia tiba pada satu pemikiran bahwapengeluarannya (biaya hidupnya) akanjauh lebih irit bilamana mereka tidak

  • lagi mengontrak rumah. Artinya, merekaharus memiliki rumah sendiri. Alasannyasederhana. Uang yang dipakai untukmembayar kontrakan rumah kan lebihbaik untuk membayar cicilan rumah.Sama-sama keluar duit rutin untuk bayarrumah, tapi mengambil kreditan rumahlebih menguntungkan. Bila sudah lunas,rumah itu resmi menjadi milik kita. Lainhalnya dengan mengontrak toh?

    Mengingat kondisi finansial yangada, rasanya sangat mustahil Mbak Xbisa membelikan rumah bagi ibu danadik- adiknya. Apalagi harga rumahsekarang kan mahal-mahal. Duit darimana untuk membayarinya? Itupemikiran secara logikanya.

    Tapi suatu hari, tak disangka-sangka

  • Mbak X mendapatkan sebuah brosuriklan rumah yang begitu memikat hatinya.Unit rumah yang ditawarkan ukurannyakecil saja. Maka harganya terhitungmurah sekali. Hanya 60 juta rupiah.Memang sih Mbak X tetap tidak mampumembelinya tunai. Namun, Mbak Xmemiliki tabungan yang bisa digunakanuntuk membayar uang muka alias DP.Nah kekurangannya bisa diangsur perbulan.

    Begitulah. Yang membuat Mbak Xmantap untuk membeli satu unit rumahmungil tersebut adalah sebuah tulisanyang tertera di pinggir kiri brosur:Pinjaman KPR (=Kredit PemilikanRumah) BNI. Terlebih Mbak X adalahsalah seorang nasabah setia BNI. Ia pun

  • merasa yakin seyakin-yakinnya bahwananti akan diberi kemudahan dalammengajukan kredit perumahan. Terlebihdirinya tidak memiliki sangkutan hutangdengan apa pun dan di mana pun. Diajuga tak memiliki tunggakan kartu kredit.

    Tetapi, apa yang terjadi? Takdisangka-sangka, pengajuan kreditnyaditolak. Bahkan ketika dia mencobamengajukannya ke dua bank lainnya,hasilnya tetap sama. Ditolak. Alasanyang dikemukakan oleh ketiga banksama: harga rumah terlalu murah, MbakX hanya mengajukan pinjaman sebesar40 juta rupiah, sedangkan bank hanyabisa meluluskan permohonan pinjamandi atas 50 juta rupiah.

    Mbak X tentu saja mendadak stress.

  • Sesaat sebelumnya dia merasamelambung sebab sudah membayar uangmuka pembelian rumah, eh ternyatalangkah selanjutnya justrumenghempaskan mimpi indahnya begitusaja. Tidak ada bank yang maumembayari sisa pembayaran rumahtersebut. Semua terbentur pada peraturanminimum jumlah pinjaman.

    Sepintas solusinya tampaksederhana, ya? Tinggal pinjam saja 50juta, nanti yang 10 juta bisa dipakaiuntuk hal yang lain. Eh, tapi kanprosedurnya tidak dapat serta-mertabegitu. Nanti kan berkaitan denganbesarnya angsuran tiap bulan. Sementarauntuk meminjam pada bank yang seringmenawarkan personal loan, gajinya tidak

  • cukup untuk mengajukan pinjamansebesar 40 juta rupiah. Bunganya tinggisekali dan hanya bisa dicicil selama tigatahun. Tentu saja cicilan per bulannyamenjadi besar sekali. Sangat jauh lebihbesar jika dibandingkan cicilan KPRyang kurun waktunya hingga mencapai20 tahun.

    Hari terus be r jalan. P ihak developer pun sudah mengultimatum,meminta kepastian dalam minggu itutentang bagaimana sisa pembayaranrumah akan dibayarkan. Tentu saja MbakX menjadi panik bukan kepalang. Darimana bisa memperoleh uang puluhan jutadalam waktu singkat? Dalam kesempitanitulah timbul ide di benak Mbak X. Ideyang sebetulnya. tidak disukainya. Tapi

  • terpaksa dia harus menjalankan idetersebut.

    Ya, Mbak X memutuskan untukmeminta bantuan pada para bosnya dikantor. Dia kemudian menghadap BapakA yang selama ini sikapnya selalu luarbiasa baik. Mbak X hampir yakin seratuspersen bahwa Bapak A pasti bersediamemberikan pinjaman uang untukmembayar rumah impiannya. Namun,keyakinannya ternyata salah. Bapak Amenyatakan tidak bisa memberikanpinjaman. Surat pengajuan permohonanpinjaman Mbak X justru diserahkanbeliau kepada Bapak B. Melihat suratpermohonannya dioper-oper seperti itu,musnah sudah harapan Mbak X. Detik itujuga dia merasa usahanya kembali sia-

  • sia. Apalagi dia sangat paham bahwaBapak B adalah tipe orang yang sangatperhitungan dalam soal keuangan.

    Apa jawaban Bapak B? Di luarperkiraan dan dugaan, Bapak B setujuuntuk memberikan pinjaman. Mbak Xsudah pasti merasa sangat lega danbahagia. Dia merasa sangat beruntung.Terlebih pinjaman yang diberikan adalahpinjaman tanpa bunga. Jelas jauh lebihringan pembayaran cicilannya.Andaikata salah satu bank yangdidatanginya bersedia memberikanpinjaman, sudah pasti dia harus jugamembayar bunganya selain membayarcicilan hutangnya.

    Bahkan, keberuntungan Mbak X tidakhanya sampai di situ. Keberuntungan lain

  • yang diperolehnya terkait dengan rumahimpian tersebut, dia dan keluargamendapatkan rumah yang lokasinyaistimewa, lebih baik daripada rumah-rumah lainnya, yaitu berhadapan dengantaman yang hijau segar; bukanberhadapan dengan rumah lainnya(tetangga).

    Luput dari Bus MautLepas Magrib, seorang lelaki terlihat

    buru-buru memasuki terminal bus di kotaS. Bergegas ia menuju deretan busjurusan kota B. Ya, ia bermaksud pulangke kota B setelah seharian tadimenyelesaikan sebuah urusan di kota S.Maka ia buru-buru agar tak ketinggalanbus. Ia tidak ingin menginap di terminal

  • seperti pengalamannya tempo hari ketikaketinggalan bus terakhir ke kota B.Begitulah. Biasanya kalau sudah malambus yang menuju kota B memang langkaadanya.

    Ketika ia tiba di deretan bus yangmenuju kota B, pada detik itu jugadilihatnya sebuah bus sudah siapberangkat. Penumpangnya tampakberjubel. Tapi sang kondektur masihmelambaikan tangan ke arahnya sambilberteriak, Ayo, Pak! Terakhir ini,terakhir ayoo, cepat naik!

    Lelaki itu berdiri bimbang. Busterakhir? Diliriknya masih ada sebuahbus lain. Dari nama P.O. yang tercantumdi badan bus jurusannya ya ke kota B. Tetapi, sang kondektur bilang bus

  • terakhir? Jangan-jangan memang itu busterakhir hari ini yang menuju kota B?Ayo, Pak! Cepat, Pak! Kondektur yangtadi berteriak-teriak lagi memanggilnya.Hampir saja si lelaki melangkah naik kedalam bus ketika tiba-tiba seseorang disampingnya berkata pelan. Naik busyang setelah ini, Pak. Itu sudah terlalupenuh. Itu bukan bus terakhir.

    Akhirnya si lelaki bernapas lega. Iapun menatap bus yang mulai keluarterminal itu dengan perasaan tanpabeban. Dia sudah punya kepastian, telahmemutuskan untuk naik bus yang berikut.Dan memang, setengah jam kemudian diasudah duduk nyaman di salah satu kursibus yang menuju ke kota tempattinggalnya. Inilah keberuntungan

  • pertamanya. Andaikata tadi dia nekatnaik bus yang sebelumnya, pasti akanberdiri sepanjang perjalanan selama 2,5jam. Tentu akan menambah rasacapeknya dan yang jelas tidak bisa tidurselama di perjalanan.

    Namun, ke-bejo-an berikutnyaadalah sebuah ke-bejo-an yang dahsyat.Ketika perjalanan sampai di wilayah D,terlihat ada kerumunan dan keributan ditengah jalan. Ada apa? Ternyata busyang tadi nyaris ditumpanginya, bus yangmengklaim diri sebagai bus terakhirmenuju ke kota B, mengalamikecelakaan. Puluhan penumpangnyaterluka parah. Bahkan beberapapenumpang yang berdiri di dekat pintu,terlempar keluar bus dan tewas seketika.

  • Spontan si lelaki mengucap syukur tiadahenti kepada Yang Mahakuasa. Diamerasa bejo tidak jadi menaiki bus mauttersebut.

    Tahukah Anda? Sesungguhnya silelaki yang luput dari bus maut itupernah pula mengalami ke-bejo-anserupa jauh sebelumnya. Namun, ke-bejo-annya yang terdahulu terjadi saat iamengalami kecelakaan vespa. Waktu itusi lelaki menaiki vespa kesayangannya,sepulang dari kantor tempatnya bekerja.Cuaca panas menerpanya sepanjangperjalanan sejauh 20 kilometer itu.Jalanan aspal pun terlihat memantulkanfatamorgana, berkilauan menyebabkanmata silau.

    Karena jalanan lurus tidak berkelok-

  • kelok, vespa melaju mulus agak kencang.Eh, tak disangka-sangka ada sepasangkakek-nenek naik sepeda yang tiba-tibamemotong jalan hendak menyeberang.Kakek-nenek itu memotong jalan tepat didepan vespa. Vespa pun diremmendadak, begitu mendadak sehinggajustru ambruk dan si lelaki terkapar diaspal. Tubuhnya sudah pasti menghantamaspal. Kepalanya juga membentur aspallumayan keras, tepat di samping rodavespa yang masih berputar.

    Entahlah siapa yang bersalah.Sepasang kakek-nenek yang bersepedaitu sebab menyeberang jalan tanpamelihat kiri-kanan terlebih dulu? Atau, silelaki yang kurang waspada berkendara?Atau, kedua belah pihak sama-sama

  • kurang teliti sebab panas mataharimembuat jalanan silau? Entahlah. Yangjelas, si lelaki beruntung banget sebabdapat mengerem vespa pada saat yangtepat sehingga tidak menabrak kakek-nenek tersebut.

    Keberuntungannya yang lain, silelaki mengenakan helm standar denganmengancingkannya rapi. Tidak asalpakai seperti memakai topi. Jadi saatkepalanya membentur aspal, kepalanyaterlindungi helm. Untung pula helmnyarapi terkancing sehingga tidak terlepasdari kepala saat si lelaki terjatuh.

    Walhasil, si lelaki hanya lecet-lecetsedikit. Padahal, orang- orang yangmenyaksikan kecelakaan itu sudahmenjerit-jerit histeris, menganggap hal

  • yang terburuklah yang pasti menimpa silelaki. Maka semua bernapas legasekaligus takjub, termasuk si lelaki itusendiri, demi menyadari semuanya baik-baik saja. Semua orang, termasuk silelaki itu sendiri, pun sepakat bahwa itumerupakan sebuah keberuntungan yangluar biasa besar. Coba Anda bayangkanseandainya ia serampangan memakaihelmnya. Apa yang terjadi? Pasti sesuatuyang memilukan.

    Keponakan dan KuisSaya punya banyak keponakan yang

    berusia remaja dan nyaris lepas remaja.Tapi hanya satu orang yang sungguhselalu bikin saya iri dalam hal ke-bejo-an. Betapa saya tidak iri? Hampir semua

  • barang berharga yang dimilikinyadidapat gretongan (gratis) sebagaihadiah kuis di majalah. Ada BB, gitarelektrik, ransel cakep, jam tangan trendy,topi keren, kaca mata mahal. Belumlagi hadiah kuis yang berupa barang-barang kecil seperti gantungan kunci,pin, dan sejenisnya. Halahh, pokoknyabila dia bepergian tampilannya aduhaibernilai dan berharga deh. Padahal,dia sama sekali tidak keluar duit untukmembeli barang- barang bernilainya itu.Sejauh pengamatanku, hanya satu barangberharganya yang bukan merupakanhadiah kuis. Iya, motor agak bututnya itu.Kalau motornya itu sih dibeli dari hasiltabungannya selama tiga tahun kerja jaditeknisi di Astra.

  • Hmmm. Hoki dia mungkin di kuisya? Maklum sajalah. Keponakan sayayang satu itu memang hobi banget ikutaneka macam kuis. Apalagi kuis yangberhubungan dengan musik dan seluk-beluk peranti per-online-an. Dia tahubanyak tentang dua hal tersebut. Makabaginya mudah saja untuk menjawabpertanyaan-pertanyaan di kuis tersebut.Tapi masalahnya, orang yangmengirimkan jawaban kuis kan banyak.Bahkan karena banyak pula yangmenjawab dengan benar, untukmenentukan pemenangnya perlu undiansegala. Ehh, lha kok dia selalu menanglagi, menang lagi. Itu, lho yang bikinsaya gemes plus penasaran dengan ke-bejo-annya di bidang perkuisan.

  • Kalau ditanya apa resepkemenangannya, dia bingung sendiri.Dia hanya bilang, Ya ikut saja, Mbak(Karena menganggap saya hanya sedikitlebih tua darinya, dia memang tidakmemanggil saya Tante ataupun Bulik).Sambil nulis jawaban hinggamengirimkannya via pos, sambildidoakan. Berdoa yang serius gitu, tidaksambil lalu. Apalagi sambilcengengesan. Kalau tidak dari kuis,bagaimana caranya aku punya barang-barang keren begitu, Mbak? Tahu sendirikan gajiku dikit. Minta Babe? Manamungkiiinnn? Yang ada Babe malahmintahahaha

    Hehehe. Suatu saat dahulu, ketikausia saya masih lebih muda daripadanya,

  • sesungguhnya pernah pula sayakeranjingan mencoba peruntungansemacam itu. Saya rajin mengisi TTSdan mengirimkannya ke redaksi majalahatau koran yang memuatnya. Bayangkan!Sejak usia SD (TTS Majalah Bobo danAnanda) hingga usia SMA saya seringmengirimkan jawaban TTS yangjawabannya saya yakin benar semua(sebab sudah dikoreksi ayah saya), eh,enggak pernah sekalipun menang. Hadiahhiburan sekalipun tidak pernah, lho.Padahal rasanya, saya pun melakukanapa yang dilakukan oleh keponakan sayatadi. Mengisi TTS-nya sambil berdoa,pergi ke kantor posnya juga sambilberdoa, saya pun tidak cengengesanwaktu berdoa. Saya serius berdoa untuk

  • menang waktu itu. Tapi lagi, lagi, danlagi saya tak pernah memenangkanhadiah TTS walaupun secuil saja.

    Akhirnya saya pun menyerah. Kapoktidak pernah lagi mencoba-cobaperuntungan dengan cara mengirimkanjawaban TTS. Takut kecewa lagi sebabsudah terlampau lama selalu tidakberuntung. Hehehehe. Anda bisamembandingkan sendiri kan nasib sayadengan nasib keponakan saya dalam halmemperoleh barang gretongan?Keponakan saya jauuuhhh lebih bejodaripada saya.

    Saya pun jadi bertanya-tanya sendiridalam hati, jangan- jangan penyebabnyakarena saya sering memperoleh uangsaku yang banyak dari Pak Dhe-Pak Dhe

  • saya. Dan, uang saku yang banyak itubisa saya belikan barang-barang apasaja yang saya inginkan. Ohhh, begitulahcara keadilan Tuhan berjalan rupanya.Keponakan saya itu tidak mempunyaiPak Dhe yang memberinya banyak uangsaku. Jadi, Tuhan memberinyakeberuntungan dari kuis.

    Dari Cleaning Service Jadi ArtisApakah Anda pernah menonton

    tayangan acara OVJ (=Opera Van Java)?Itu, lho sebuah acara komedi diTrans7 yang dibintangi oleh Sule, AzizGagap, Nunung, Andre, Desta, dan Parto(sebagai dalang). Saya yakin sebagianbesar dari Anda tahu acara komeditersebut. Nah, bila Anda tergolong

  • penonton setianya, pasti Anda tahu jugabahwa di setiap episode tayangannyaOVJ sering kali menampilkan bintangtamu. Bintang tamu biasanya darikalangan selebritis. Mungkin penyanyi,artis sinetron, model, presenter, ataupunpara atlet berprestasi. Kadang-kadangselain bintang tamu, ada pula bintangtambahan untuk memerankan peran-peran kecil yang diperlukan cerita. Nah,bintang tambahan itu acap kali diambildari para penonton di studio atau daripara kru acara OVJ sendiri yang dinilaisesuai.

    Suatu ketika Dede ditampilkansebagai bintang tambahan. Siapa Dede?Dede adalah salah seorang anggota timcleaning service di studio tempat syuting

  • OVJ. Tentu saja dia dipilih sebagaibintang tambahan sebab dianggapsesuai dengan konsep OVJ. Baiksesuai secara fisik (karakter wajahnya)maupun sesuai dalam hal kemampuanngocolnya. Faktanya memang demikian.Saat tampil untuk pertama kalinya dilayar kaca, Dede terlihat bisa menyatudengan para wayang (sebutan parapemain OVJ bila di panggung). Makasejak saat itulah Dede sering tampilsebagai wayang OVJ. Pendapatannyakadang kala dobel memang. Pendapatantetap sebagai cleaning service danpendapatan tambahan bila diajak mainsebagai wayang. Tentu saja pendapatantambahannya justru jauh lebih besar.

    Beruntungkah Dede? Tentu saja

  • begitu. Bolehlah dia dibilang mendadakmemperoleh durian runtuh. Terlebihseiring dengan berjalannya waktu,rupanya Dede makin sering terlibatsyuting. Tak hanya syuting di OVJ, tetapidi luar OVJ juga. Bahkan, Dede pernahikut syuting film layar lebar juga (filmbioskop). Memang sih bukan memegangperan yang penting. Tapi jelas dari segipendapatan dan karier, itu sebuahlompatan dalam kehidupan seorangDede, si remaja ingusan lulusan SMK,yang sesungguhnya sadar diri dan sadarmuka sehingga tak pernah bercita-citasebagai artis.

    Sekali lagi, beruntungkah Dede?Jelas. Orang-orang yang sirik dengannasib baik Dede pasti banyak yang

  • berkomentar, Iya lah orang terkenalitu kan kalau tidak ganteng banget yahancur banget. Atau, Mujur dia jaditukang sapu di studio OVJ. Ketemu Suledan yang lain-lain, terus mereka berbaikhati mengajaknya syuting bla-bla-bla. Yang namanya omongan orangkan bisa apa saja yaa. Tapi wajahhancur (maaf Dede. Hehehehe:D) toh terbukti bikin hoki buat Dede.Adapun soal ajak-mengajak, manamungkin Sule dan kawan-kawan akanmengajaknya syuting bila memang takada produser yang mau? Dede memangbejo banget. Namun di atas semua itu, iamemang mempunyai sesuatu kok.Percayalah.

    Apakah keberuntungan Dede akan

  • berlanjut terus hingga dia bisa menjadisetenar Sule? Kita lihat saja nanti.Berlanjut atau tidaknya tentu akantergantung pada Dede sendiri. Dia siapmempertahankan ke-bejo-annya itu atautidak? Kalau bisa, insya Allah dia akanmenyamai hoki Sule, mentornya itu. Danwaktu setidaknya telah membuktikan,sejauh ini, Dede makin eksis di duniaperkomedian. Tahukah Anda? Di saatsekarang ini Dede sudah meninggalkanprofesi lamanya sebagai cleaningservice, lho. Sekarang dia lebihmemfokuskan diri di pekerjaan barunyasebagai pemain sinetron/film komedi.

  • BAGAIMANA menurut Anda?Apakah beberapa kisah yang telah Andabaca di atas betul-betul menceritakantentang ke-bejo-an atau keberuntunganseseorang? Saya yakin bahwa Andasekalian pasti sependapat dengan saya,bahwa kisah-kisah tersebut memangberkaitan dengan keberuntungan alias ke-bejo-an seseorang. Ada yang bejokarena rumahnya hanya terbakar sedikitsehingga kerugian dan dampak buruknyapun sedikit; tidak sampai menyebabkankebakaran yang besar dan meluas(Ramadhan yang Sedikit Menyala).Bisa jadi keberuntungan itu disebabkanoleh kebiasaan para pemilik rumah.Mereka memang memiliki kebiasaanyang baik di malam hari. Mereka selalu

  • berdoa bersama-sama dan membaca ayatKursi sebelum tidur. Iya, Tuhanmemberikan sederet keberuntunganpada malam itu sebab keluarga tersebutpunya rutinitas menitipkan jiwa sepenuhcinta kepada-Nya sebelum tidur. Sebabmereka selalu meyakini bahwa saatterlelap, pikiran dan jiwa mereka takterkendali sehingga tidak ada siapa punyang bisa dititipi segalanya kecuali DiaYang Maha Kuasa.

    Ada yang bejo karena setelahbelasan tahun berobat tak kunjungmendapatkan kemajuan kesehatan yangberarti, eh, gara-gara kekeliruan situkang becak tua justru bisa menemukandokter yang tepat sehingga kondisikesehatannya membaik secara signifikan

  • (Salah Alamat yang MembawaKesembuhan). Dalam kasus bapak yangsakit diabetes ini, kelihatannya Tuhanmenunggu saat yang tepat untukmemperbaiki kondisi kesehatannya.Yup! Tuhan tahu, tapi menunggu.Menunggu hingga konsistensi usaha sibapak untuk mencari kesembuhan tampaknyata. Tapi caranya, memang sedemikianrupa tak terduga: melalui sebuahkekeliruan yang didahului oleh sebuahperistiwa yang tidak mengenakkan, yaknisi anak yang mengantar beliau berobatmalah mendadak ikut sakit!

    Ada pula yang bejo sebabterselamatkan dari hutang yang adaribanya plus berbunga relatif tinggi,sekaligus mendapatkan solusi untuk

  • melunasi pembayaran rumah impiannyaberupa pinjaman tanpa bunga samasekali (Terbelinya Rumah Impian).Sementara yang lainnya bejo melulusebab menang kuis terus (Keponakandan Kuis). Siapa pun orangnya pastiakan menyetujui bahwa Mbak X dankeponakan saya itu merupakan duamakhluk yang beruntung. Tapipercayalah, keberuntungan merekaberdua tentu bukannya tanpa sebab. Ke-bejo-an keduanya adalah hadiah dariTuhan.

    Mbak X adalah seorang karyawatiyang baik, seorang anak yang berbaktipada ibunya, dan seorang kakak yangbertanggung jawab penuh terhadap adik-adiknya. Mimpinya untuk membelikan

  • rumah bagi keluarga pun sangat kuat.Brosur iklan perumahan yangdidapatkannya ditempelkan di dindingkamar. Setiap hendak tidur di malamhari, Mbak X pasti memandanginyaberlama-lama sembari membisikkanharapannya kepada Tuhan, Tuhan, kalauEngkau perbolehkan, aku memintasebuah rumah. Demikian juga saat iabangun dari tidur. Rutin dia memandangibrosur, berdoa membisiki Tuhan dengankepasrahan total plus harapan yangmembulat, untuk kemudian pergi bekerjapenuh semangat - sebagai upaya lahir -demi terwujudnya harapan itu.

    Sementara keponakan yangperuntungannya ada di kuis itu, entahlah,saya sendiri pun sulit menganalisis

  • jalan cerita ke-bejo-annya. Sejauhpengamatan saya sejak sepuluh tahunlalu (sejak saya menjadi adik iparayahnya), tampilannya ya tidak berbedadengan remaja pada umumnya. Waktu itudia barusan lulus SMA. Anda tahusendiri kan prototype remaja usia segitukayak apa? Belum bisa lepas sepenuhnyadari suasana masa-masa SMA.Beruntunglah mereka yang bisamelanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.Setidaknya dalam suasana yang sedikitberbeda, mereka toh masih bisamelanjutkan berhaha-hihi dengan teman-teman sebaya di sela-sela padatnyajadwal kuliah.

    Mereka yang tidak berkesempatankuliah, hanya punya dua pilihan: kerja

  • atau menganggur. Saya kira bagi remajaseusia mereka dua pilihan itu kok sama-sama menyesakkan dada. Dunia kerjajelas lebih keras daripada dunia sekolahyang mengasyikkan. Bagi mereka,bagaimana mungkin dunia kerja bisamengasyikkan? Gaji/honor/pendapatanbagi mereka tentulah jumlahnya kurangmenggiurkan. Ini kita bicara padaumumnya, ya; bukan yang memiliki skillistimewa plus langka. Lapangan kerjayang tersedia bagi lulusan SMA yang takmemiliki skill apa-apa juga sangatterbatas. Lalu, bagaimana dengan pilihanmenganggur? Hahh, kedengarannya enakyaaa tapi tidak bila berlama-lama.Bikin bte dan di rumah bisa diomelimami sepanjang hari gara-gara hanya

  • makan-minum-tidur. HeheheDianggap merugikan, mungkin kira-kirabegitu jalan pikiran si mami.

    Nah, daripada hanya dimarahi mamisepanjang hari, keponakan saya yanghokinya di kuis itu memilih bekerja.Bekerja apa pun, pokoknyamenghasilkan duit. Demikian tekatnya.Karena keterbatasan kesempatan yangada, dia lumayan lama menunggu adanyalowongan kerja yang dirasakannyacocok. Hampir dua tahunan barulah diamenemukannya (hahh, lihatlah betapa diatidak bejo untuk hal ini).

    Apa yang dilakukannya selama duatahun itu? Main-main sajakah sambilsesekali mencari lowongan pekerjaandan menulis surat lamaran? Tentu saja

  • tidak. Statusnya sih pengangguran banyakacara. Tapi acaranya memang berman-faat, kok. Di antaranya melanjutkankarier sejak dia masih duduk di bangkuSMA, yaitu jadi tukang parkir musiman,bantu-bantu di bengkel motor kenalannya(bila bengkel tersebut sedang banyakjob), bantu-bantu temannya yang teknisikomputer (pola kerjanya sama denganyang di bengkel motor itu), dan jadikenek ayahnya yang tukang bangunanbila kebetulan ayahnya sedang tak punyakenek. Hmmm, semua acaranyabermanfaat kan? Bermanfaat plusmenghasilkan duit walaupun sedikit.Jangan lupa, di sela- sela semua acaratersebut dia tetap rajin cari infolowongan kerja serta rajin beli majalah

  • dan tabloid yang ada kuisnya, yang dialalu rutin menjadi peserta kuis, yang diakemudian sering menjadi pemenangnya,yang dia kemudian berbahagia sebabberhasil memperoleh barang-barangidamannya secara gratis. Nah, lho.Bagaimana menurut Anda? Ke-bejo-annya di bidang kuis seimbang dengansederet usahanya atau tidak?

    Dalam kisah yang saya beri judulLuput dari Bus Maut, si lelaki yangbatal menaiki bus yang ternyata padaakhirnya mengalami tabrakan maut itumemang super bejo (maaf, ini tidaksedang menyebutkan nama sebuah banddi masa lalu yaa). Terlebih ditambahpengalaman dia sebelumnya yangpernah kecelakaan tunggal vespa. Lolos

  • dari maut adalah sebuah ke- bejo-anyang luar biasa dahsyat. Bagi siapa pun,tak hanya bagi lelaki tersebut.

    Secara umum bolehlah kita katakanbahwa belum takdirnya untuk meninggaldunia. Iya, demikianlah adanya. Tuhanmasih memberinya amanah berupa tigaorang anak yang masih kecil- kecil. Yangsulung saja masih kelas 6 SD. Tuhansangat tahu kondisi keluarga si lelaki.Tuhan tahu banget segala keperluanhamba-hamba-Nya. Si lelaki itu masihbutuh mendampingi anak-anaknya hinggamereka dewasa sebab istrinya kebetulanbukanlah merupakan istri dan ibu yangbaik. Apa jadinya kalau saat itu si lelakidipanggil menghadap-Nya? Bagaimanakehidupan dan masa depan anak-anak

  • malang yang beribu error tersebut.Di atas semuanya, si lelaki adalah

    seseorang yang dermawan dan penolong.Buktinya banyak orang yang mengakuihal tersebut, terutama orang-orang yangpernah ditolongnya. Mungkin, itulahkunci ke-bejo-an si lelaki yang luput darimaut itu. Dirinya bejo sebab (mungkin)banyak orang yang mendoakannyapanjang umur. Dan, Tuhan sangatmendengar doa yang dipanjatkan olehorang-orang tersebut untuk si lelaki.

    Selanjutnya, bagaimana dengan nasibbejo si Dede mantan petugas cleaningservice di studio tempat syuting acaraOVJ? Sama dengan nasib bejo orang-orang lainnya, ke-bejo-an Dede pun diaperoleh karena faktor-faktor tertentu

  • yang mendahuluinya. Mulanya diaberuntung punya pekerjaan sebagai salahsatu petugas cleaning service, sementarakawan-kawan yang senasib dengannyabanyak yang menganggur. Iya toh?Beruntungnya lagi, dia yang dikaruniaiwajah unik dan (ternyata) sedikit bakatmelawak jadi cleaning service di studiosyuting OVJ. Beruntungnya lagi, parawayang OVJ bukan termasuk golonganselebritis yang suka pilih-pilih temanbergaul. Karena dasarnya merekapelawak, dalam bergaul pun sering kalimengeluarkan joke-joke. Nah, saatbercanda-canda dengan para karyawandi studio syuting itulah bakat Dedemulai ketahuan. Maka suatu ketika dikala salah satu episode OVJ butuh

  • bintang tambahan, Dede diambil untukmemenuhinya.

    Mulai dari situlah nasib bejo Dedemakin mencuat. Seiring perjalananwaktu, Dede memang terlihat makin bisamelawak sebab rupanya para wayangOVJ, terutama Andre dan Sule, memangtidak pelit menularkan ilmu melawakkepadanya. Lihatlah, Dede memilikikesempatan belajar melawak dan diabersedia untuk menjalaninya. Dia tidakmenyia-nyiakan keberuntungan yangmenghampirinya.

    Seiring dengan itu, dia mulaimemperoleh peran-peran kecil danfiguran di sejumlah film/sinetron dansesekali juga masih tampil di OVJ.Kegiatan Dede sekarang ya syuting dan

  • syuting lagi. Meskipun belum pernahmemerankan sebagai tokoh utamaataupun tokoh penting, penghasilan Dedesekarang jelas jauh lebih besar. Makaprofesi cleaning service pundilepaskannya. Iya, keberuntungannyaterlibat di produksi film/sinetron itu punboleh dibilang sebab kenal dengan Suleand the gank. Namun, andaikata Dedetidak memiliki keberanian untuk tampil(saat ditawari pertama kali untukmenjadi bintang tambahan OVJ) dantidak mau belajar dari para mentor-nya tersebut, kemungkinan besar saat inidia masih berprofesi sebagai cleaningservice. Adapun faktor lain yang sangatmungkin paling mendukung ke-bejo-anDede adalah doa emaknya. Dede bilang

  • honor pertamanya sebagai bintangtambahan OVJ diberikan semua kepadaemaknya. Waktu itu bertepatan denganbulan Ramadan, jadi emaknya merasasangat gembira sebab seumur-umurmenjelang Lebaran baru sekali itumemegang uang dalam jumlah lumayanbesar jika dibandingkan dengan yangsudah-sudah. Dan memang, Dede adalahanak yang sesungguhnya sangat berbaktipada emaknya. Tuhan sangat tahu akanhal itu. Maka sebagai hadiah,keberuntungan dijatuhkan kepadaDede. Iya, Dede sudah diberi jalanmenuju kesuksesan karier di bidanghiburan. Kini saatnya ia bersyukurdengan cara mempertahankankeberuntungannya tersebut. Bagaimana

  • cara mempertahankan keberuntungan itu?Tentu saja dengan selalu belajar,belajar, dan belajar.

  • Bab 2Definisi Bejo

    PADA bab sebelum ini dikemukakan

    beberapa kisah tentang ke-bejo-an ataukeberuntungan seseorang. Ada yangbejo-nya sebab lolos dari maut akibatkecelakaan. Ada yang memeluk ke- bejo-an sebab secara tak terduga-dugamendapatkan solusi untuk kesembuhanpenyakitnya yang telah belasan tahunmendera. Ada pula yang menemukan ke-bejo-an karena tidak disangka- sangkabisa memperoleh pekerjaan baru yanghonorariumnya lebih menjanjikan; bukandengan cara mencari-cari pekerjaan barutersebut, melainkan justru pekerjaan

  • barunya itulah yang mendatanginya. Adalagi yang bernasib bejo sebab tiba- tibamendapatkan solusi memuaskan untukmengatasi cicilan pelunasan rumahnya,justru dari pihak yang disangkanya tidakakan mau membantu. Dan aneka macamkisah bejo lainnya.

    Jadi, berdasarkan kisah-kisahtersebut, Anda sekalian sudah tahu kantentang arti dari kata bejo? Yup bejoitu berasal dari bahasa Jawa, yangartinya beruntung. Adapun nama laindari bejo itu banyak. Selain beruntung,bejo acap kali pula disebut denganmujur ataupun hoki.

    Mungkin ada banyak definisi bejoatau keberuntungan yang telahdikemukakan oleh banyak orang. Orang-

  • orangnya pun pintar; bukan orang-orangsembarangan yang asal-asalan menyusundefinisi. Hmmm. Walaupun saya belumtergolong sebagai orang-orang pintar itu,saya memiliki juga rumusan definisitentang bejo tersebut.

    Rumusan saya terkait definisi istilahbejo begini: bejo itu merupakan sesuatuyang terasa menyenangkan banget bagiorang yang menerimanya (maksudnyabagi orang yang mengalaminya). Baikke-bejo-annya berupa materi maupunnonmateri, pokoknya terasamenyenangkan. Menyenangkannya bisakarena si penerima bejo merasasekonyong-konyong mendapatkan rezekinomplok, mendadak memperoleh solusijitu untuk masalah yang telah

  • menderanya selama berhari-hari (bahkanselama bertahun-tahun), tiba-tibamenemukan sebuah kesempatan emasuntuk memperbaiki tingkat kehidupannya,dan lain-lain hal yang senada. Intinya,bejo itu nuansanya serba tak terdugaserba tak dinyana deh.

    Sebagai catatan pengingat, kebalikandari bejo, ada yang namanya apesalias sial. Nuansanya sih sama-samaserba tak terduga serba tak dinyana. Tapijenis rasanya yang berbeda jauh,sungguh bertolak belakang. Bila orangyang mengalami ke-bejo-an mendadakmenerima/mengalami hal-hal yangmenyenangkan banget, maka orang yangmengalami keapesan atau kesialantertentu akan merasa tiba-tiba menderita

  • sebab mendadak mengalami hal atausesuatu yang tidak menye- nangkan samasekali.

    Tahukah Anda? Bejo mempunyaibanyak nama, lho. Di antaranya untung,beruntung, mujur, hoki, fortune, lucky.Demikianlah adanya. Fortune, sebuahkata dalam bahasa Inggris, juga mengacupada makna keberuntungan. Adapunkata fortune sendiri diambil dari namaseorang Dewi Romawi, yaitu DewiFortuna, yang memberi personifikasikeberuntungan. Oleh sebab itu, seringkali bila ada seseorang yang sedangbernasib baik, maka khalayak serta-merta menyatakan, Wah, dia sedangdinaungi oleh Dewi Fortuna. Atau,Hari ini Dewi Fortuna sedang

  • menyelimutinya. Hmmm, mungkindengan semangat agar putri merekasenantiasa dinaungi keberuntunganseperti itulah orang tua Dewi FortunaAnwar memberikan nama kepada beliau.Hehehe. Iya, sangat bisa jadi begitu.Yup! Dan, nama adalah doa. Terbuktianak mereka Dewi Fortuna Anwarkini berhasil menjadi seseorang.Bukankah itu berarti sebuah ke- bejo-antersendiri?

    Di atas telah dikatakan bahwa kataatau istilah bejo berasal dari bahasaJawa yang artinya untung atau beruntungatau keberuntungan. Maka wajar bilabanyak orang Jawa yang bernamaBejo. Atau, memberi nama anaknyadengan nama Bejo. Misalnya Bejo

  • Lelono, Bejo Sucipto, Bambang BejoUtomo (Ngomong-ngomong, adakahsalah satu dari nama Bejo tersebutyang merupakan nama teman Anda?)Tentu saja harapan pemberian namaBejo adalah supaya si orang yangbernama Bejo tersebut nasibnyabenar-benar menjadi bejo; bahagiahidupnya, beruntung hidupnya.

    Bagaimana? Apakah Anda pernahbertemu dengan seseorang yang bernamaBejo dan dia memang betul-betulselalu bejo di sepanjang hidupnya? Atauyang lebih dahsyat, bertemu denganorang yang bernama Bejo Fortuna atauBejo Untung Fortuna? Duuhh,duuhhh namanya woww sekali yaa?Terasa cetar membahana. Dengan

  • menyematkan nama Bejo sajaharapannya sudah jelas, yakni agar sipemilik nama beruntung hidupnya. Eh,kok masih dipanjangkan sebagai BejoFortuna dan Bejo Untung Fortuna? Ituberarti harapannya agar si pemilik namamemperoleh keuntungan yang berlipat-lipat. Iya kan? Lagi pula tak adalarangan untuk memberi nama apa pundan sepanjang apa pun kepadaseseorang. Lebih dari itu, tak ada yangsalah dengan harapan atas pemberiannama tersebut. Kalaupun ternyata dikemudian hari orang yang bernamaBejo tersebut tidak beruntung, malahcenderung sering kali sial, itu perkaralain.

    Begitulah. Karena anugerah yang

  • berupa ke-bejo-an sungguhmenyenangkan, sangat wajar jikalaubanyak orang yang menginginkan dapatmemeluk bejo seerat-eratnya Salah satuikhtiarnya ya pemberian nama Bejotadi. Yeah. Kalau nama Anda Bejotetapi Anda merasa bahwa tidak pernahsedikit pun meraih keberuntungan, apaboleh buat? Maka bolehlah ini disebutsebagai the wrong name in the wrongperson.

    Mengapa sih Bapak Bejo UntungFortuna bisa dilewati saja oleh nasibbejo? Mengapa yang selalu bernasibbejo justru Pak Joko? Padahal, orang tuaPak Bejo dahulu memberinya namadahsyat demikian sebagai harapan dandoa agar hidupnya bejo. Pasti ada

  • sebab-musababnya. Ya, percayalahbahwa pasti ada sebab-musababnyamengapa Pak Bejo Untung Fortuna malahselalu sial. There is something wrong.Kemungkinan besar ada yang salahdengan hidupnya.

    O, ya. Bejo itu pun sebenarnyabertingkat-tingkat. Maksudnya: adaorang yang bejo banget hidupnya,sebentar- sebentar memperoleh nasibbejo; ada orang yang jarang atau kadang-kadang saja bernasib bejo; ada pula yangsesekali saja, bahkan hampir tidakpernah mengalami nasib bejo. Tapi padaakhirnya, kita mungkin harus mengingatsatu hal penting. Apakah hal yangdimaksudkan itu? Begini. Orang disebutberuntung atau tidak beruntung, bejo atau

  • tidak bejo, tergantung padaperbandingan antara apa yang merekaperoleh dan apa yang mereka harapkan.Jadi, bagaimana keadaan Anda sekalian?Banyak mengalami keberuntunganataukah banyak mengalamikebuntungan?

  • Bab 3Masak Sih Wong PinterKalah dari Wong Bejo? BENARKAH wong pinter (=orang

    pintar) kalah dari wong bejo (=orangyang beruntung)? Hhhmmm, bagaimanaya? Kata iklan yang sering kali wara-wiri di TV sih begitu. Anda sudahmafhum kan dengan iklan yang sayamaksudkan? Itu lho, yang menawarkanproduk kesehatan berupa obat (entahjamu) untuk mengatasi masuk angin.Yang bintang iklannya Asri Welas,Butet, dan Bob Sadino.

    Dalam salah satu variannya, iklan

  • produk tersebut menampilkan Butet yangseperti biasa dengan gaya khasnya,lucu-lucu nyebelin mengatakan,Wong pinter kalah karo wong bejo.Yang artinya, orang pintar kalah dariorang yang mujur/ bejo/beruntung.Waduh, kasihan orang-orang pintar dongkalau memang demikian kenyataannya.

    Mungkin Anda sekalian jugabertanya-tanya, Lalu, apa gunanya adaorang pintar? Mengapa Tuhanmenciptakan orang pintar kalau hanyauntuk dikalahkan oleh orang bejo? Lalu,apa gunanya kita belajar mati-matiansupaya pintar? Lalu, mengapa di duniaini mesti ada segala macam teori belajaruntuk menambah kecerdasan dankepandaian? Dan sebagainya. Dan

  • seterusnya?Tenang, tenang. Jangan keburu

    berhati panas dan buru- buru mencurigaiTuhan seenaknya, ya. Dinginkan kepalasejenak agar kita bisa berpikiran jernihuntuk memahami dudukpermasalahannya.

    Baiklah. Mari kita telaah bersama-sama. Dalam kehidupan ini, Anda pastipernah menjumpai kisah keberuntunganorang- orang bejo. Sementara bersamaandengan itu, di sisi yang berseberangan,Anda menemukan pula orang-orang yangtampak bersenjata lengkap untukmemanen suatu kesuksesan, ehhternyata masih kalah sukses dari merekayang tampak bersenjata seadanyanamun bejo.

  • Anda tidak dapat menolak fakta yangdemikian itu. Oke? Sekalipun bagi Andakenyataan tersebut mungkin terasa kurangadil. Saya tahu, mungkin Andamenggerutu, Orang pintar kokdikalahkan oleh orang yang hanyaberuntung saja? Kalau begitu, apagunanya belajar agar pintar? Mendingankita belajar cara menghadangkeberuntungan saja!

    Eh, tunggu dulu. Sebaiknya janganburu-buru skeptis begitu terhadapkeberuntungan yang notabenemerupakan ketentuan dari Tuhan juga.Anda hanya belum paham dudukpersoalan yang sebenarnya. Itu saja.

    Sebelum kita meradang lebih lama,bagaimana kalau kita memahami hal-

  • ikhwal orang bejo yang mengalahkanorang pintar itu dengan sepaham-pahamnya terlebih dahulu? Agarpenjelasannya lebih mudah dipahami,mari kita telaah melalui analisis kisah siA dan si B yang mengikuti tes seleksimenjadi peneliti.

    BAIKLAH. Mari kita simak terlebih

    dahulu pengalaman si A dan si B saatmengikuti tes kerja. Hmm, jika ada diantara Anda sekalian yang mempunyaipengalaman mirip dengan kisah berikutini, bisa jadi ini memang kisah Andayang sedang saya pinjam sebagai contoh(Terima kasih, ya. Anda sudahmenceritakan peristiwa kepada saya).

    Ada seseorang kita sebut saja A

  • yang ketika lulus kuliah mengantongi IPKtiga koma sekian-sekian, hampir bulat 4,dan durasi kuliahnya 5 tahun. Normal-normal sajalah. Tidak cumlaude (artinyalulusnya tidak terlalu cepat), juga tidakterlampau lambat. Temannya kitasebut saja B pun idem ditto. Hanyasaja IPK temannya tidak genap 3; hanyadua koma sembilan sekian. Keduanyadiwisuda bersamaan. Dari universitasyang sama (kita sebut saja universitasX), fakultas yang sama, dan jurusan yangsama. Yang berbeda hanyaspesialisasinya. Yang satu spesialisasibidang Sastra, yang satu spesialisasibidang Linguistik.

    Kemudian keduanya kompakbarengan mendaftar ke suatu instansi

  • pemerintah yang sedang membukalowongan pekerjaan terkait bidangkeilmuan mereka. Karena tujuannyasama, untuk mengurus segala sesuatunyamereka ke mana-mana berdua. Tibalahhari tes kerja tahap pertama.Alhamdulillah keduanya sama-samalolos untuk lanjut ke tahapan tes yangkedua. Tapi nilai (hasil tes) si Amemang jauh lebih tinggi daripada nilaisi B. Dari 30 orang pelamar yang loloske tahap berikutnya, si A berada diperingkat pertama, sementara si B diperingkat lima. Jumlah nilainya punterpaut jauh. Fakta demikian inimenyebabkan si A sedikit melambungangan-angannya sekalipun di satu sisihatinya dia tetap merasakan adanya

  • sebuah kebimbangan.Hari demi hari berlalu, sebulan telah

    berjalan. Akhirnya mereka menghadapites tahap kedua. Alhamdulillah,keduanya masih sama-sama tersaringuntuk melanjutkan ke tahap tes yangketiga (yang merupakan tes tahapanterakhir). Apa hasil tes tahap kedua? SiA nilainya masih lebih tinggi daripada siB. Sebagaimana hasil tes tahap pertama,si A juga bertengger di peringkat teratas.Mau tidak mau perasaan si A makinmelambung bangga meskipun masihdigelayuti bimbang.

    Tapi secara garis besar, si A dan siB termasuk dalam peringkat tinggidaripada para peserta tes yang lainnya.Tidak mengherankan kalau keduanya

  • sama-sama optimis bisa diterima kerja.Iya, si A bagaimana pun sempatmerasakan optimis juga. Di antara si Adan si B tidak terasa adanya persaingansebab mereka memang berbedaspesialisasi studi.

    Bulan demi bulan berjalan. Tibalahhari tes tahap terakhir. Kali ini bukanujian tertulis, melainkan ujian lisan danwawancara dengan membawa skripsimasing-masing sebagai bukti penelitianyang telah mereka lakukan. Di sampingpenguji memberikan pertanyaan-pertanyaan dari materi lain, materi-materi di skripsi mereka juga diujikan.

    Usai sudah seluruh rangkaian teskerja di instansi pemerintah tersebut.Tinggal menunggu hasilnya. Si A dan si

  • B sudah pasti sama-sama merasa harap-harap cemas. Hingga akhirnya tibalahhari penentuan itu. Pada hari dan jamyang telah ditentukan keduanyamendatangi kantor instansi di manamereka melamar kerja. Tarrraa.!!!Apa hasilnya? Si B lolos, dia diterimakerja sebagai peneliti di instansitersebut. Sementara si A yang ketika dites tahap pertama dan kedua nilainyamengungguli si B, bahkan selalunangkring di peringkat tertinggi, ternyatajustru gagal total. Ya, begitulahkenyataannya. Si A tidak diterima.

    Kecewakah si A? Di detik pertamatahu bahwa dia gagal, si A sepintas lalumemang sempat merasakan setitikkecewa. Tapi sebenarnya setelah itu dia

  • justru lega. Kebimbangan di hatinyaseketika sirna. Diam-diam si A telahmenemukan jawaban ataskebimbangannya selama mengikutiserangkaian tes kerja tersebut.

    Namun, orang lain tidak tahu apayang berkecamuk di pikiran si A. Padaumumnya orang-orang (maksudnyateman- teman sesama peserta tes)meyakini bahwa si A pastilah sangatterguncang dalam kekecewaan.Mengapa? Sebab dialah oknum yanghasil tesnya selalu paling tinggi.

    Si B yang sadar diri bahwa selamaini nilai tesnya selalu di bawah si A,menjadi heran dengan hasil tespenerimaan. Maklumlah, si B ini justrusemula mengira bahwa yang akan lolos

  • keterima kerja adalah si A. Bukandirinya. Terlebih sebelum- sebelumnyaberedar selentingan kabar bahwaperingkat pertama hingga empat biasanyaotomatis lolos diterima kerja di instansiitu. Maka diam-diam sambil mengurussegala sesuatu yang harus diurusnyapasca pengumuman penerimaan kerja, siB menggali informasi soal penentuanlolos dan tidak lolosnya seseorangdalam tes kerja yang baru lalu itu.Upayanya pun membuahkan hasil.

    Usut punya usut, inilah hasilpenelusuran si B. Kegagalan si Arupanya bukan disebabkan olehrendahnya kemampuan akademik dankurang bermutunya skripsinya. Kalaudari segi akademik, indikasinya jumlah

  • IPK serta hasil tes tahap pertama dankedua, si A jelas memadai. Demikianjuga kualitas skripsinya. Lumayan detildan mendalam pembahasannya. Bahkan,ketika tes wawancara kerja berlangsungpun, si A mampumempertanggungjawabkan skripsinyadengan baik. Dan sebenarnya darispesialisasi Sastra, si A itulah yangberhak mendapat tiket masuk sebagaipeneliti di instansi tersebut.

    Jadi, apa faktor X yangmenyebabkan si A gagal menerima tiketmasuk-nya ke instansi tersebut? Tentusaja sebab dia tidak beruntung, ora bejowae begitu kata orang Jawa. Si Alebih tinggi IPK-nya daripada si B.Hasil (nilai) tes si A di tahapan pertama

  • dan kedua pun jauh lebih tinggi daripadanilai si B. Sewaktu ujian pendadaransebagai syarat kelulusan dari universitasdulu, skripsi si A memperoleh nilai A,sedangkan skripsi si B hanyamendapatkan nilai B. Nah kan?Bukankah itu namanya si A tidak bejo,tidak beruntung; sementara si B bejobanget? Saya yakin, sebagian besar dariAnda pun serta-merta akan menyebut siA sedang tidak bejo dan si B sebaliknya,sedang bejo banget.

    Adapun penjelasan logisnya begini.Ternyata, tepat di tahun si A dan si Bmendaftarkan diri sebagai calon penelitidi instansi tersebut, ada kebijakan barudalam seleksi penerimaan peneliti.Kebijakan baru itu diberlakukan gara-

  • gara panitia penerimaan calon pegawai(maksudnya calon peneliti) diprotes olehbanyak universitas yang para alumninyatidak pernah lolos jadi peneliti diinstansi tersebut.

    Begini ceritanya. Bertahun-tahunsebelum tahun si A dan si B mendaftar,mereka yang diterima kerja sebagaipeneliti di instansi tersebut selalu paraalumni universitas X dan universitas Y.Apa boleh buat? Yang memenuhikelayakan sebagai peneliti selalu secara kebetulan para alumni darikedua universitas tersebut. Tanpa adanyaunsur KKN (=Kolusi KorupsiNepotisme); sebab begitulah hasilnyasecara objektif. Sudah barang tentu faktademikian membuat gemas universitas

  • yang lain, yang para alumninya tidakpernah sekalipun lolos seleksi.

    Vulgarnya, universitas-universitaslain itu tidak rela bila para alumniuniversitas X dan universitas Ymendominasi di instansi tersebut. Apaboleh buat? Sekalipun dominasi tersebutterjadi alami, tidak merupakan hasil dariKKN, tapi yang namanya protes tetapprotes. Universitas lain menginginkankeadilan dan pemerataan kesempatankerja. Maklumlah. Sama-sama berstatussebagai universitas negeri, sama-samabernaung di fakultas dan jurusan yangsama, mengapa yang berkesempatanbekerja sebagai peneliti hanya paraalumni dari universitas X danuniversitas Y? Mengapa tidak ada

  • kebijakan khusus terkait hal tersebut?Kalau pertimbangannya semata-matakualitas, berdasarkan hasil tes secaraobjektif, jelaslah kalau universitas X danuniversitas Y lebih unggul. Keduanyamerupakan universitas yang berlokasi diJawa, berdirinya pun sudah jauh lebihlama sehingga tradisi keilmuannya tentusaja berbeda dengan universitas-universitas lain yang melakukan protestersebut.

    Protes-protes senada dari tahun ketahun makin menderas. Hingga akhirnyadiputuskan bahwa mulai pada tahun itu,yakni tahun ketika si A dan si Bmendaftar/melamar, diadakan sistempemerataan; kalau mulai tes tahap ketigaada beberapa alumni dari universitas

  • lain, maka apa pun hasil tesnya, paraalumni dari universitas lain tetaplahwajib mendapatkan jatah dua kursi(sebagai catatan informasi, biasanyayang diterima kerja sebagai peneliti diinstansi tersebut adalah empat atau limaorang saja per tahunnya).

    Itulah yang terjadi pada saat si A dansi B mendaftar kerja. Pendek kata, tiketpeneliti sastra yang sebenarnyamerupakan jatah si A, dengan adanyakebijakan baru terpaksa diberikankepada seorang alumnus universitas Zyang berlokasi di wilayah Indonesiatimur. Terlebih ada satu fakta yangbisa menguatkan alasan untuk tidakmeloloskan si A.

    Apakah fakta yang dimaksudkan?

  • Inilah faktanya: si A memilikispesialisasi Sastra, sementara tahunsebelumnya peneliti baru darispesialisasi Sastra yang diterima jugaberasal dari universitas X. Apa arti darikondisi ini? Berarti jatah universitasX pada tahun berikutnya (yakni padatahun si A melamar kerja) adalahpeneliti baru dari spesialisasi Linguistik.Nah, lho. Kondisinya memang klopsekali, bukan? Maksudnya klop bagi si Ayang memang takdirnya tidak lolosditerima kerja, sekaligus klop bagi si B(alumni universitas X yang memilikispesialisasi Linguistik) yang sudah jalanhidupnya memang harus meniti kariersebagai seorang peneliti di instansitersebut.

  • Sudah merupakan suratan takdir bagisi A. Padahal, andaikata tidak adakebijakan baru yang lahir dari protes-protes tadi, kemungkinan besar dia tetapakan lolos sebagai peneliti baru darispesialisasi Sastra walaupun tahunsebelumnya jatah untuk itu sudah terisidari universitas X, almamaternya.Tahukah Anda apa penyebabnya?Kebetulan sekali pada saat itu yang loloshingga tes tahap ketiga, yang berasal darispesialisasi Sastra hanya si A danalumnus dari universitas Z. Sementaraakumulasi nilai tes kerja si A jauh lebihmelejit jika dibandingkan denganalumnus universitas Z itu. Nah, lho.Kalau sistem penerimaannya fullobjektif, pasti si A yang akan diterima.

  • Bukan si alumnus dari universitas Z itu.Hmmm, bagaimana menurut Anda

    sekalian? Luar biasa toh perjalanankegagalan si A? Dan di sisi yangberseberangan, perjalanankeberhasilan si alumnus universitas Z?Si A bersenjata lengkap, sedangkan sialumnus universitas Z di Indonesia timurbersenjata pas-pasan saja. Namun, si Agagal diterima jadi peneliti, sementara sialumnus universitas Z berhasil meraihimpiannya untuk menjadi peneliti.

    Sekilas kita bisa langsungmengatakan bahwa si A dari universitasX itu apes yang seapes-apesnya. Samasekali dia tidak bejo. Sangat jauh dariyang dinamakan keberuntungan.Sebaliknya si alumnus universitas Z,

  • bolehlah sekilas kita sebut diamemperoleh ke-bejo-an yang se-bejo-bejo-nya di atas kesialan si A. Hahh!Mungkinkah ini merupakan sebuah buktikebenaran bahwa wong bejo sungguh-sungguh akan mengalahkan wongpinter??? Hmmm, lagi-lagi sekilas kitabisa membenarkannya. Iya, kenyataannyasi A yang IPK dan hasil tes kerjanyakonsisten bagus di titik ini, marilahkita sepakat bahwa IPK tinggi dan hasiltes kerja yang bagus merupakanindikator dari kepintaran si A tohkalah dari seseorang yang memilikitingkat kepintaran di bawahnya.

    Namun, ini yang penting untuk Andasekalian ingat: ada sesuatu yang terjadidi balik kesuksesan dan ke-bejo-an si

  • alumnus universitas Z tadi. Memang adaapa di balik ke-bejo- annya tersebut?Begini. Anda mestinya meyakini bahwadia mendapatkan keberuntungannya lolosseleksi penerimaan peneliti baru tidaksemata-mata karena adanyapemberlakuan aturan baru. Perlu sayagaris bawahi, tidak semata-mata.Artinya, tidak mungkin nasib baik (bejo)akan menghampirinya begitu saja tanpasebab. Baiklah. De facto secaraakademis dia kalah segalanya dari siA. Tetapi, kalau Tuhan memberinya ke-bejo-an dalam proses seleksi kerja itu,pasti ada sebab- musababnya yang logis.Nah, ini yang sering kali terlupakan olehhampir semua orang. Saya sendiri puntidak tahu sebab- musababnya. Tapi saya

  • yakin bahwa itu merupakan sesuatu yangbaik-baik darinya. Iya, karena orangberuntung selalu melakukan suatukebaikan terlebih dahulu sebelummenjumpai keberuntungannya.

    Mari kita analisis sebentar. Si Amemang terlihat bersenjata penuh. IPKtinggi, hasil tes kerja selalu mengunggulipeserta tes yang lainnya; singkat ceritaterlihat sangat meyakinkan deh catatanakademisnya. Namun ternyata, di baliksemua persenjataan lengkapnya adasesuatu yang kurang. Si A rupanyasetengah hati mengikuti tes jadi penelitiitu. Dia tergerak ikut sebab kedua orangtuanya menginginkannya demikian.Sementara dia sendiri ragu-ragu akankemampuannya sendiri sebagai peneliti.

  • Mungkin sesungguhnya dia mampu,tetapi yang jelas dia kurang berminat.Dalam bayangannya, menjadi penelitisangat membosankan. Apalagi nanti pastiditugaskan di luar pulau.

    Si A pun sudah sangat jatuh hati padakota tempat studinya, yang sekaligusmerupakan kampung halamannya.Apalagi saat itu, sembari mengikutirangkaian tes jadi peneliti, yangmemakan waktu sampai berbulan-bulan,si A sebenarnya sedang merintis sebuahbisnis dengan seorang teman. Bisniskecil-kecilan yang sesuai banget denganhobi mereka berdua. Karena bisnisnyamasih baru, belum merupakan sebuahbisnis yang besar dan menjanjikan, makasi A tidak berani menolak permintaan

  • ayah-ibunya supaya dia ikut tes masukkerja menjadi peneliti. Sebenarnya sih siA tidak pernah memberitahukan soaladanya lowongan kerja tersebut; jugalowongan kerja yang mana pun sebab diatidak berminat jadi pegawai. Dia inginberbisnis saja. Tapi suatu hari si B mainke rumahnya dan berbincang-bincangsoal itu dengan ibunya. Apa boleh buat?Demi melegakan hati orang tuanya si Aakhirnya mendaftar. Apalagi ayah-ibunyatampak bersemangat sekalimendukungnya. Mereka sudahmenyiapkan uang saku untuk bolak-baliktes dari kota tempat tinggal ke ibukotaJakarta.

    Suasana batin si A sangat jauhberbeda dengan si B, bahkan besar

  • kemungkinan juga dengan si alumnusuniversitas Z tadi. Si B pribadi besertaseluruh keluarga besarnya benar-benarmenginginkan pekerjaan itu. Si B belajarmatian-matian untuk bisa mengerjakantes di semua tahapan. Di samping itu, diabetul-betul berdoa siang dan malam agarAllah SWT memuluskan jalannyamenjadi peneliti. Demikian juga orangtua dan seluruh keluarga besarnya.Soalnya sejak lulus sudah lebih darisetahun menganggur; melamar pekerjaanke sana kemari tapi belum pernah lolos.Sangat mungkin, demikian juga halnyadengan suasana batin si alumnusuniversitas Z. Jadi, melalui segala jalancerita dan logika tadi, di atas segalanyaTuhan sudah tahu hamba- Nya yang

  • manakah yang paling cocok-paling butuhuntuk diberi pekerjaan sebagai peneliti.

    Maka ketika si B meminta maaf danbilang kepada si A bahwa dirinyaenggak enak kok malah akhirnya dia yanglolos, sedangkan si A gagal; si Amenjawab santai tanpa beban, Itu sudahrezekimu. Kamu kan tidak bersalah.Lalu, si A berterus terang kepada si Btentang keadaan batinnya yangsebenarnya.

    Memang sih selintas ada perasaanduuuhhh... aku gagal nih di hati si Asesaat setelah pengumuman penerimaan.Tapi ya cuma begitu saja. Dia tidakmerasa terpukul atau merasakankekecewaan yang mendalam. Ahh, tentusaja. Si A bahkan tidak pernah berdoa

  • agar jalannya untuk menjadi penelitidimudahkan. Yang dipintakankemudahan kepada-Nya justru bisnisnya.Dan memang, sesaat setelah keluar darigedung tempat melihat pengumumankelolosan, si A mendadak ingat kalau diaharus segera mengambil uang pelunasanorderan barang ke seorang konsumen.Hmmm, pantas saja dia tak merasabegitu kecewa.

    Selintas rasa kecewa yang sempatmenyelinap kiranya hanyalah pengaruhsuasana; bagaimana pun saat menjalanirangkaian tes masuk kerja si A merasaoptimis sekali bahwa dia pasti akanlolos karena peringkatnya selalu tinggi.Dan saat itu, dia pun sempat berharapuntuk lolos. Namun, harapannya itu pun

  • mungkin gara-gara terbawa situasipersaingan di antara para peserta tesbelaka. Sebab jauh di lubuk hati si Ajustru berkembang kebimbangan bila diabenar-benar diterima kerja di instansitersebut. Iya, si A bimbang sebab takingin pergi dari kota kelahirannya,sedangkan lolos menjadi peneliti berartisiap ditempatkan di luar pulau Jawa.

    Berdasarkan kisah si A, si B, dan sialumnus universitas Z di atas, apakesimpulan yang dapat kita tarik? Ya,benar. Ke- bejo-an si B dan si alumnusuniversitas Z merupakan ujung dariserentetan panjang doa dan harapan yangsenantiasa mereka panjatkan ke hadirat-Nya. Adapun doa dan harapan itu betul-betul dialirkan ke seluruh tulang

  • sumsum mereka. Sementaraketidakberuntungan si A, itu pun terjadiakibat tindakannya sendiri. Dia tidakpernah berdoa agar diterima kerja disitu. Yang ada, di sepanjang waktu diahanya terbelenggu kebimbangan-kebimbangan melulu. Lebih dari itu,Tuhan saat itu pasti sudah mempunyaiskenario yang lain buat si A.

    Untuk kasus ini, pada umumnya(bahkan mungkin hampir semua) orangserta-merta bilang bahwa si A betul-betul tidak beruntung. Tapi kebetulansekali ketidakberuntungan si A di mataorang-orang justru menjadi berkahterselubung baginya. Pertama, dia tidakmembantah saran kedua orang tuanyauntuk melamar kerja jadi peneliti, yang

  • ini berarti dia tidak menyakiti hatimereka berdua; ketika hasilnya diagagal, itu merupakan sebuah perkarayang lain, bukan merupakan kesalahandirinya. Kedua, kegagalannya menjadipeneliti itu justru menjadi alasan kuatbaginya untuk kembali menekuni bisnisyang sesuai dengan hobinya; dan tetaptinggal di kota kelahirannya.

    Mungkin Anda masih mengejardengan pertanyaan, bagaimana kalaumisalnya si A yang apes itu dalamkondisi juga menginginkan pekerjaantersebut? Dia sudah mati-matian belajar,bahkan sudah mati-matian berdoa, ehhmasih gagal juga. Dia pasti akanmerasakan kekecewaan yang mendalam.Oh, tentu saja. Pasti itu. Wajarlah.

  • Namanya manusia, kalau mendapatkanhal yang tidak diinginkannya atau gagalmencapai cita-citanya kan selalu begitu.Merasa marah, menderita kecewa,menganggap dunia tidak adil kepadadirinya, dan lain-lain perasaan yangsejenis.

    Akan tetapi, satu hal yang mestiAnda ingat: ke-bejo-an dan ketidak-bejo-an yang terjadi dalam kisah ini juga dalam kisah lainnya tidak asal-asalan terjadinya. Tidak asalmenabrak nasib seseorang. Pasti akanselalu ada sebab-musabab di baliknya.

    Tengoklah sekali lagi ketidak-bejo-an si A. Di mata orang- orang padaumumnya, dia pasti akan dikomentari,Wah, sungguh sial si A. IPK bagus,

  • hasil tes bagus, kok gagal diterimamasuk kerja? Bejo banget itu saingannyayang sebetulnya kalah pintar dari si A.Betul-betul wong bejo mengalahkanwong pinter.

    Anda mungkin juga setuju dengankomentar mereka. Namun, tunggu dulu.Anda masih ingat analisis di atas kan?Memang benar wong bejo mengalahkanwong pinter, tetapi rupanya selalu adaalasan logisnya untuk menjelaskankenyataan tersebut. Maksudnya, pastiada sebab-sebab yang mendatangkan ke-bejo- an seseorang. Betapa punrunyamnya isi dunia ini, tapi Sang MahaKehidupan selalu fair kok.

  • JADI, Anda tidak usah takut untuk

    menjadi pintar hanya gara-gara ungkapandalam bahasa Jawa yang menyatakanbahwa wong bejo luwih menangketimbang wong pinter (artinya: orangyang beruntung lebih menang jikadibandingkan dengan orang yang pintar).Ya, ya. Mengapa harus takut menjadipintar? Konyol, ah. Bagaimana punmenjadi orang pintar itu wajib. Agamasaja menganjurkan agar kita mau belajarhingga ke liang lahat. Artinya, kita wajibberproses menuju pintar di sepanjanghidup kita. Selama hayat masihdikandung badan, kita semua masihpunya kewajiban belajar. Tidak hanyaselama periode wajib belajar yang

  • sembilan tahun itu saja. Oke?Memang sih dalam banyak peristiwa

    orang-orang bejo terlihat mengalahkanorang-orang pintar secara telak. Namun,apakah ada orang beruntung, wong bejo,yang selalu akan beruntung jika dia tidakpintar? Bisa jadi dia sebenarnyamemiliki sebuah kepintaran tertentu,tetapi dia sendiri tidak menyadari akankepintarannya itu. Atau, kalaupunfaktanya orang yang bejo tersebut betul-betul pas-pasan banget tingkatkepintarannya, pastilah dia menjadiberuntung karena pandai bersyukur. Yup!Kepandaiannya bersyukur telah membuatTuhan jatuh hati sehingga Diasenantiasa memudahkan segalaurusannya dengan sederet ke-bejo-an.

  • Sebuah penelitian yang dilakukanoleh Profesor Wiseman menunjukkanbahwa orang-orang yang dianggapberuntung, baik karena pencapaianprestasinya ataupun pencapaiankekayaannya, ternyata mengembangkansikap dan perilaku disiplin, senantiasaberpikiran terbuka, mampu mengambilpeluang, selalu berpikir positif, memilikikemauan untuk terus belajar sertabekerja keras dan bekerja cerdas.Dengan demikian sebelum orang-orangitu menjadi beruntung, sebelummemperoleh ke-bejo-an, mereka telahberusaha untuk menjadi cerdasterlebih dulu. Nah, terbukti kan bahwakita tidak sepatutnya takut menjadi pintarhanya gara-gara takut dikalahkan oleh

  • wong bejo? Kenapa mesti takut menjadipintar? Justru jika Anda pintar, makaAnda akan tahu banyak cara terbaik yangharus dilakukan agar beruntung.

    Pada banyak kejadian, mungkin sajatingkat kecerdasan si orang yangberuntung de facto masih tetap di bawahsi orang pintar yang tidak beruntung.Namun, orang yang tingkatkecerdasannya pas-pasan itu telah beranimemantaskan diri di mata Tuhan.Setidaknya dia telah berusahamemintarkan diri. Kira-kira beginilahperkataan mereka kepada Tuhan,Lihatlah, Tuhanku. Aku pantasmemperoleh keberuntungan dalamkehidupanku. Aku telah berusaha kerasuntuk itu.

  • KALAU begitu, rasanya perlu

    dipertanyakan sekali lagi: benarkahwong pinter kalah dari wong bejo? Iya,benar. Kenyataannya, orang pintar yangkurang beruntung sama saja tidak bisaserta- merta sukses. Sebaliknya, orangberuntung bisa sukses meskipunMUNGKIN bukanlah orang pintar. Hati-hati memahami kalimat ini. Bukan orangpintar belum tentu berarti orang bodoh,ya. Yeah inilah arti yang sebenarnya:bisa jadi kepintarannya kurangcemerlang, tetapi dia mau berjuang kerasuntuk menambah kepintarannya. Dengankata lain, orang pintar belum tentu

  • beruntung, tetapi orang beruntung sudahpasti pintar.

    Dalam hal ini, orang-orang pintarmemiliki segalanya, tetapi mereka perlumendapatkan keberuntungan untukmencapai kesuksesan. Berbeda halnyadengan orang-orang yang beruntung.Mereka lebih diuntungkan sebabmemperoleh kesempatan sukses lebihbesar daripada orang-orang pintarmeskipun mereka yang beruntungtersebut bukan tergolong orang-orangyang pintar. Jadi, kita tidak perlumenunggu menjadi pintar untukmelakukan segala sesuatu. Mengapa?Karena pintar saja tidaklah cukup jikaingin mendapatkan hasil terbaik. Masihbanyak faktor penentu yang lain selain

  • pintar. Lagi pula, kepintaran kita bisaditambah sembari kita berpraktekmelakukan sesuatu. Misalnya belajarberbisnis sembari melakukan bisnis itusendiri. Learning by doing.

    Sekali lagi perlu ditegaskan, orangpintar memang benar bisa kalah dariorang yang beruntung. Namun, adasederet detil penjelasan untuk faktaitu. Jangan lupa, banyak pula orangpintar yang sekaligus bejo, pintar, danberuntung; dan justru kepintarannyaitulah yang menyebabkannya bejo.

    Baiklah. Untuk menutup bab ini sayaingin mengutip sekali lagi ungkapandalam bahasa Jawa sebagai berikut.Wong bodho kalah karo wong pinter,wong pinter kalah karo wong bejo.

  • Dalam arti harfiahnya, Orang bodohkalah dari orang pandai, tapi orangpandai kalah dari orang yang beruntung.Namun, ungkapan Jawa tersebut mohonjangan dipahami dalam arti yang sempit,seolah- olah orang yang bejo atauberuntung adalah sekadar mendapatberkah sehingga ia bisa memperoleh apayang didambakannya dengan mudah.

    Sebagai bahan perenungan, cobalahcermati masa lalu Bob Sadino yang lebihsuka mengaku sebagai wong bejodaripada sebagai wong pinter. Lihatlah.Apakah dia memang tidak pernah belajarataupun tidak bekerja keras sama sekalisebelum menjadi sosok yang sesuksessekarang ini? Pasti Om Bob sedangberbohong kalau mengatakan bahwa

  • dirinya tidak pernah belajar dan tidakpernah bekerja keras.

  • Bab 4Kronologi Terjadinya Bejo

    WOWW? Bejo juga mempunyai

    kronologi? Begitu mungkin komentarAnda demi membaca judul bab ini.Hehehe. Macam mana pula itukronologinya? Oke, mari kitaperbincangkan bersama perihalkronologi terjadinya bejo ini.

    Dalam bab sebelumnya (yaitu babMasak Sih Wong Pinter Kalah dariWong Bejo?), sudah dijelaskan bahwake-bejo-an atau keberuntungan tidakasal-asalan menabrak seseorang, lalumemeluknya erat-erat. Selalu adabeberapa penyebab dan alasan-alasan di

  • balik terjadinya sebuah keberuntunganalias ke- bejo-an. Ya, ya. Anda harusmempercayai bahwa ada sesuatu,bahkan mungkin sesuatu-sesuatu dibalik sebuah kejadian yang bernamabejo.

    Memang sih ke-bejo-an sering kaliterasa menyapa kita demikian mendadak.Seolah-olah tanpa penyebab samasekali. Tanpa didahului hujan tanpadidahului angin, tiba-tiba begitu sajamenyeruak ke dalam kehidupan kita. Apaboleh buat? Selama ini kita padaumumnya memang beranggapan bahwake-bejo-an atau keberuntunganmerupakan faktor invisible hand. Artiharfiahnya, disebabkan olehpertolongan tangan- tangan gaib yang tak

  • terlihat, yang begitu dahsyatkesaktiannya sehingga mampumemberikan keberuntungan kepada kitadengan cara tiba-tiba. Maksudnya,keberuntungan itu tidak ada sangkutpautnya sama sekali dengan usaha danupaya kita untuk meraihnya. Dengan katalain, keberuntungan itu dianggap sebagaisuatu keberkahan semata-mata; bukanmerupakan hasil dari sebuah usaha.

    Hmmm. Kalau memang seperti ituadanya, wuihhh enak betul manusiayang dihinggapi si bejo. Ibarat kitamelemparkan kerikil secara acak danasal-asalan, lalu yang kena bisamendapatkan doorprize. Di sisisebaliknya, ada orang yang seriusberusaha dan berupaya malah manyun

  • saja sebab tak pernah dihinggapi si bejo.Wah, wah. Kalau memang formula

    bejo seperti itu, Tuhan pasti tidakmenyuruh manusia untuk konsisten danbekerja keras dalam melakukan suatuusaha dong. Tidak pula menyuruhmanusia untuk berdoa, memohon sesuatu,terutama sesuatu yang menjadi hajatnya.Untuk apa? Apa gunanya kita bekerjakeras dan berdoa dengan khusyuk jikatidak ada jaminan sukses sebagaireward-Nya? Iya kan?

    Oke. Supaya duduk permasalahanke-bejo-an ini makin jelas, mari kitalihat ilustrasi berikut. Semoga Andasekalian makin memahami hal ikhwaldan kronologis terjadinya bejo setelahmembacanya.

  • SUATU ketika, segerombolan anak

    muda ngumpul-ngumpul di rumah salahseorang teman mereka. Sebagaimanalazimnya anak muda kalau sedangngumpul, kegiatan mereka punbermacam- macam dan kadang kalasedikit aneh, lalu di sela-selanya acapkali ada obrolan yang serius tentangsesuatu. Seperti halnya saat itu. Adayang memainkan gitar sambil bernyanyi-nyanyi riang sekalipun sumbang. Adayang sekadar mengobrol ngalor-ngidul.Ada yang tidur-tiduran saja. Ada jugayang bermain game. Nah, mereka yangbermain game inilah yang akan kita

  • soroti.Sebut saja yang bermain game itu

    bernama si Upin dan si Ipin. Setelahsekian waktu, akhirnya acara main gametersebut berakhir dengan kemenangan ditangan si Upin. Karena merasa kesalakibat terkalahkan, si Ipin mencari alibiatas kekalahannya. Si Ipin berkata,Kamu itu menangnya karena beruntungsaja. Hanya bejo! Coba kalau tidak bejo.Belum tentu kamu bisa menang melawanaku.

    Harus diakui dengan sedih,perkataan si Ipin adalah cermin polapikir kita pada umumnya. Jika melihatorang lain memperoleh suatu kesuksesandan kesuksesan itu sebenarnya juga kitainginkan, maka dengan serta-merta kita

  • selalu tergoda untuk menyatakannyasebagai sebuah ke-bejo-an belaka.Artinya, diam-diam kita tidak relamengakui fakta bahwa kita memangkalah. Kita terlalu tinggi hati untukmengakui bahwa keberuntungan oranglain tersebut toh berasal juga dariusahanya untuk beruntung, untuk bejo.

    Saking umumnya pola pikir yangdemikian itu, maka anak- anak mudayang hadir di situ pun tidakmempermasalahkannya lebih jauh.Mereka tidak terlampau memikirkanperkataan si Ipin barusan. Toh banyakorang dalam situasi yang serupa acapkali mengucapkan alibi semacam itu.

    Tapi, tunggu dulu. Tiba-tiba salahseorang dari mereka, sebut saja dia

  • bernama Ihsan, berkomentar, Jangansalah soal bejo atau keberuntungan, lho.Keberuntungan itu terjadi karena adanyakesempatan dan kesiapan.

    Komentar tersebut menyebabkanadanya situasi lain. Kata-kata Ihsanmemaksa teman-temannya berpikir.Perkataan tersebut masuk di logikateman-temannya. Iya, bagaimanamungkin si Upin akan beruntungmemenangkan permainan tersebut dari siIpin apabila dia sendiri tidak siap.Dalam hal ini siap yang dimaksudkanadalah Upin bisa atau mampumemainkan game dengan baik.

    Coba bayangkan seandainya si Upinhanya bisa-bisaan, tidak bisamemainkannya dengan baik. Nah,

  • kesiapannya itu menjadi ke-bejo-ansebab bertemu dengan kesempatan.Iya, dalam hal ini kesempatan yang manalagi yang dimaksudkan, kalau bukankesempatan bermain game dengan siIpin. Coba seandainya si Upin tidakmemiliki kesempatan bermain gamedengan si Ipin. Bagaimana mungkinpunya pengalaman menang bila tidakberkesempatan bermain? Begitulah.Tanpa kesiapan dan kesempatan, siUpin pasti tidak akan pernah beruntungmemenangkan game atas si Ipin.

    Jadi, menurut Anda bagaimana? Apapendapat Anda terhadap komentar Ihsan?Anda setuju atau tidak? Apakah selamaini Anda juga selalu berpikiran bahwake-bejo-an yang diterima oleh seseorang

  • tidak berkaitan sama sekali denganfaktor kesiapan dan kesempatan, jugadengan faktor usaha dan upaya?

    Namun Anda mesti tahu, komentarIhsan itu teramat sangat patut menjadibahan perenungan bagi kita semua, lho. Yup! Anda yang selama ini menganggapbahwa bejo itu sama sekali tidak adakaitannya dengan usaha berarti Andatelah salah besar; besaarrr sekali!!Begitulah kenyataannya. Sebab orangtidak akan pernah menemui bejo aliasberuntung manakala tangan dan kakinyatidak bergerak; manakala dia juga malasuntuk berdoa demi mengiringi ikhtiarnyasecara fisik tadi. Jadi, sudah jelas tohkalau kita memang harus melupakan sajaanggapan tentang bejo yang berasal dari

  • invisibl


Recommended