+ All Categories
Home > Documents > The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Date post: 07-Aug-2015
Category:
Upload: inzomniawapkamobi
View: 400 times
Download: 97 times
Share this document with a friend
Description:
http://inzomnia.wapka.mobi
Popular Tags:
39
The Spiderwick Chronicles: LUCINDA'S SECRET Copyright 2003 by Tony DiTerlizzi and Holly Black Published by arrangement with Simon & Schuster Books for "young Readers, an imprint of Simon & Schuster Children's Publishing Division All rights reserved. The Spiderwick Chronicles: RAHASIA LUCINDA Alih bahasa: Donna Widjajanto GM 106 04.010 Hak cipta terjemahan Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Barat 33-37 Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota KAPI, Jakarta, Oktober 2004 Cetakan kedua: Februari 2008 136 him.; ilustrasi; 18 cm ISBN-10: 979 - 22 -1073 - 3 1SBN-13: 978 - 979 - 22 -1073 - 6 Dicetak oleh Percetakan Ikrar Mandiriabadi, Jakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan http://inzomnia.wapka.mobi Koleksi ebook inzomnia
Transcript
Page 1: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

The Spiderwick Chronicles: LUCINDA'S SECRET

Copyright 2003

by Tony DiTerlizzi and Holly Black

Published by arrangement with Simon & Schuster Books for "young

Readers, an imprint of Simon & Schuster Children's Publishing Division

All rights reserved.

The Spiderwick Chronicles: RAHASIA LUCINDA

Alih bahasa: Donna Widjajanto

GM 106 04.010 Hak cipta terjemahan Indonesia: PT Gramedia Pustaka

Utama Jl. Palmerah Barat 33-37 Jakarta 10270 Diterbitkan pertama

kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota KAPI, Jakarta,

Oktober 2004

Cetakan kedua: Februari 2008

136 him.; ilustrasi; 18 cm

ISBN-10: 979 - 22 -1073 - 3 1SBN-13: 978 - 979 - 22 -1073 - 6

Dicetak oleh Percetakan Ikrar Mandiriabadi, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 2: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Untuk nenekku, Melvina, yang mengatakan aku seharusnya menulis buku

seperti ini

dan kepada siapa kukatakan aku takkan melakukannya

-H.B.

Untuk Arthur Rackham, semoga kau terus memberi inspirasi kepada

orang lain seperti yang kaulakukan kepadaku

-T.D.

Daftar Ilustrasi Sehalaman Penuh

Surat dari Holly Black

Surat dari Anak-Anak Keluarga Grace

Peta Spiderwick Estate

Bab Satu: KETIKA Banyak Hal Diputar-Balik

Bab Dua: KETIKA Banyak Orang Gila

Bab Tiga: KETIKA

Kisah-Kisah Diceritakan dan Pencuri Ditemukan

Bab Empat: KETIKA

Anak-Anak Keluarga Grace Mencari Teman 61 Bab Lima: KETIKA

Banyak Teka-Teki dan Sedikit Jawaban 81

Bab Enam: KETIKA

Jared Mewujudkan Ramalan si Phooka 97

Bab Tujuh: KETIKA

Jared Akhirnya Senang Punya Saudara Kembar 115 Tentang Tony

DiTerlizzi dan Holly Black 128

Peta Spiderwick Estate dan Daerah Sekitarnya. 12

Pltar-baliklah. 16

Air itu ditembus cahaya. 20

"Kita butuh Panduan Lapangan." 26

Lebih mirip istana daripada rumah sakit jiwa. 30

"Katakan padaku, apa yang terjadi." 42

"Kemarilah, sayangku." 44

Makhluk-makhluk seukuran buah walnut. 52

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 3: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Kau tidak akan memakannya, kan?" 56

Mereka masuk perpustakaan Arthur. 60

Byron tidur. 69

Dia bahkan tidak tampak baik. 73

Anak-anak lelaki berjongkok. 76

Angin musim panas bertiup di bukit. 80

"Kebanyakan tidak bisa datang sejauh ini." 88

Mereka berhenti di padang. 94

Tiga makhluk muncul. 96

Seluruh tubuhnya mulai gemetar. 104

Gambar buatan Jared Grace. 113

"Jared, tolong!" teriak Jared. 114

Mereka berbalik dan memandanginya. 118

Dia mendengar suara tawa. 122

Bab Satu

KETIKA Banyak Hal Diputar-balik

JARED GRACE membalik kaus merahnya, dan mengenakannya terbalik.

Dia berusaha melakukan hal yang sama dengan jinsnya, tapi ternyata

sangat sulit. Panduan Lapangan Arthur Spiderwick bagi Dunia Fantastis

di Sekitarmu tergeletak di atas bantalnya, terbuka pada halaman

tentang alat-alat pertahanan diri. Jared telah membaca buku itu dengan

teliti, tapi tidak yakin apakah pertahanan diri itu bisa banyak

membantu.

Sejak pagi ketika anak-anak keluarga Grace pulang bersama si griffin,

Thimbletack

selalu berbuat jahil pada Jared. Dia sering bisa mendengar si brownie di

dalam dinding. Sekali-sekali Jared sempat melihatnya. Tapi sering kali,

Jared hanya menjadi korban keisengan baru si brownie. Sejauh ini bulu

matanya dicukur, sepatunya diisi lumpur, dan sesuatu telah mengencingi

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 4: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

bantalnya. Mom menyalahkan kucing baru Simon untuk keisengan yang

terakhir, tapi Jared tahu betul siapa yang melakukannya.

Mallory sama sekali tidak bersimpati. "Sekarang kau tahu bagaimana

rasanya," katanya. Hanya. Simon yang sepertinya kasihan pada Jared.

Dan memang dia harus bersikap begitu. Kalau Jared tidak memaksa

Thimble-tack memberikan batu penglihatan, Simon mungkin sudah

dipanggang hidup-hidup di kamp para goblin.

Jared mengikat sepatunya yang berlumpur setelah sebelumnya

mengenakan kaus kaki yang dibalik. Dia berharap bisa menemukan cara

untuk minta maaf pada Thimbletack.

Dia berusaha mengembalikan batu penglihatan itu, tapi si brownie tidak

mau menerimanya. Masalahnya adalah, Jared tahu kalau semuanya

terjadi lagi, dia akan melaku-kan hal yang tepat sama. Memikirkan

Simon ditahan para goblin-sementara Thimbletack mengocehkan

permainan kata - membuat Jared cukup marah sampai nyaris membuat

tali sepatunya putus karena mengikatnya terlalu kuat.

"Jared," panggil Mallory dari bawah. "Jared, ke sini sebentar."

Jared berdiri, mengepit Panduan Lapangan, lalu melangkah ke tangga.

Dia langsung terjatuh, tangan dan kakinya terbentur lantai kayu. Entah

bagaimana tali sepatu Jared saling terikat.

Di bawah, Mallory berada di dapur, memegang gelas di depan jendela

sehingga air-

nya tertembus cahaya matahari dan membuat pelangi di dinding. Simon

duduk di sebelahnya. Kedua saudara Jared sepertinya terpesona.

"Apa?" tanya Jared. Dia kesal dan lututnya sakit. Kalau mereka hanya

ingin menunjukkan betapa cantik gelas bodoh itu, dia akan marah besar.

"Minum seteguk," kata Mallory, mengulurkan gelas itu kepada adiknya.

Jared menatapnya dengan curiga. Apakah mereka sudah meludahi air

itu? Kenapa Mallory ingin Jared meminum air itu?

"Ayolah, Jared," kata Simon. "Kami sudah mencobanya."

Bel microwave berdenting dan Simon melompat untuk mengeluarkan

sepotong besar irisan daging. Bagian atasnya berwarna abu-abu

memuakkan, tapi sisanya masih tampak membeku.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 5: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Apa itu?" tanya Jared sambil menatap daging itu.

"Untuk Byron," kata Simon, menjatuhkan onggokan daging itu ke

mangkuk besar dan menambahkan corn flakes. "Kondisinya pasti

membaik. Dia selalu lapar."

Jared nyengir. Orang lain pasti takut pada griffin selalu lapar yang

sedang menyembuhkan diri di rumah kereta mereka. Tapi Simon tidak.

"Ayo," kata Mallory. "Minum."

Jared minum seteguk dan tersedak. Cairan itu membakar mulutnya dan

dia meludahkan setengahnya ke lantai. Sisanya meluncur ke

tenggorokannya, panas seperti api.

"Kalian gila, ya?" jeritnya sambil terbatuk-batuk. "Apa itu?"

"Air dari keran," kata Mallory. "Semuanya terasa seperti itu."

"Lalu mengapa kalian menyuruhku meminumnya?" tanya Jared.

Mallory bersedekap. "Menurutmu mengapa semua ini terjadi?"

"Apa maksudmu?" tanya Jared.

"Maksudku hal-hal aneh mulai terjadi saat kita menemukan buku itu, dan

tidak akan berakhir sampai kita membuangnya."

"Hal-hal aneh sudah terjadi sebelum kita menemukannya!" Jared

keberatan.

"Masa bodoh," kata Mallory. "Para goblin menginginkan Panduan

Lapangan. Kurasa kita seharusnya memberikannya pada mereka."

Dapur sunyi beberapa saat. Akhirnya Jared berhasil berbisik tak

percaya, "Apa?"

"Kita harus membuang buku bodoh itu," ulang Mallory, "sebelum ada

yang terluka- atau bahkan sesuatu yang lebih buruk terjadi."

"Kita kan belum tahu airnya kenapa." Jared melirik wastafel, kemarahan

serasa membakar perutnya.

"Memangnya siapa yang peduli?" kata Mallory. "Ingat apa yang

dikatakan Thimble-tack pada kita? Panduan Lapangan Arthur terlalu

berbahaya!"

Jared tidak ingin memikirkan Thimbletack. "Kita membutuhkan buku

Panduan Lapangan ini," katanya. "Kita tidak akan tahu ada brownie dalam

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 6: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

rumah ini kalau bukan karena buku ini. Kita tidak akan tahu tentang

troll, goblin, atau yang lain-lain."

"Dan mereka tidak akan tahu tentang kita," kata Mallory.

"Buku ini milikku," kata Jared.

"Jangan begitu egois!" bentak Mallory.

Jared mengertakkan rahangnya. Bagaimana bisa kakaknya menyebutnya

egois? Mallory hanya terlalu takut untuk menyimpan buku itu. "Aku yang

memutuskan apa yang akan terjadi pada buku ini, titik!"

"Titik, enak saja!" Mallory maju selangkah mendekati adiknya. "Kalau

bukan karena aku, kau sudah mati!"

"Memangnya kenapa?" kata Jared. "Kalau bukan karena aku, kau juga

sudah mati!"

Mallory menarik napas panjang. Jared nyaris bisa membayangkan uap

keluar dari hidung kakaknya. "Tepat sekali. Kita semua bisa mati karena

buku itu."

Mereka bertiga menatap "buku itu" yang berada dalam genggaman

tangan kiri Jared. Jared berpaling pada Simon dengan marah. "Kau juga

setuju dengan pendapat Mallory?"

Simon mengangkat bahu dengan sikap kaku. "Panduan Lapangan

membantu kita mencari tahu tentang Thimbletack dan tentang

batu yang membantu kita melihat makhluk-makhluk seperti peri."

Jared tersenyum penuh kemenangan.

"Tapi," lanjut Simon dan senyum Jared lenyap, "bagaimana kalau ada

lebih banyak goblin di luar sana? Aku tak tahu apakah kita bisa melawan

mereka. Bagaimana kalau mereka masuk rumah? Atau menangkap Mom?"

Jared menggeleng. Kalau Mallory dan Simon menghancurkan Panduan

Lapangan, semua yang sudah mereka lakukan menjadi sia-sia! "Bagaimana

kalau kita mengembalikan Panduan Lapangan tapi mereka tetap

mengejar kita?"

"Kenapa mereka melakukan itu?" tanya Mallory.

"Kita tetap tahu tentang keberadaan buku itu," kata Jared. "Dan kita

tetap tahu bahwa makhluk-makhluk sejenis peri itu benar-benar ada.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 7: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Mereka bisa saja berpikir kita akan membuat buku Panduan Lapangan

yang baru."

"Aku akan memastikan kau tidak membuatnya," kata Mallory.

Jared berpaling pada Simon, yang sedang mengaduk potongan daging

dan sereal dengan sendok kayu. "Dan bagaimana dengan si griffin? Para

goblin menginginkan Byron, kan? Apakah kita akan mengembalikannya

juga?"

"Tidak," kata Simon, memandang ke halaman di balik gorden tua. "Kita

belum bisa melepaskan Byron. Kondisinya belum pulih benar."

"Tidak ada yang mencari Byron," kata Mallory. "Ini tidak sama."

Jared berusaha memikirkan cara untuk meyakinkan saudara-saudaranya,

sesuatu yang akan membuktikan bahwa mereka membutuhkan Panduan

Lapangan. Dia tidak lebih mengerti tentang makhluk-makhluk sebangsa

peri daripada Simon atau Mallory. Dia bahkan tidak tahu mengapa

makhluk-makhluk itu menginginkan buku ini saat satu-satunya

hal dalam Panduan Lapangan tersebut adalah tentang diri mereka.

Apakah para peri hanya tidak ingin manusia membacanya? Satu-satunya

orang yang tahu jawabannya adalah Arthur dan dia sudah lama

meninggal. Jared tersentak saat memikirkan itu.

"Ada seseorang yang bisa kita tanyai- seseorang yang mungkin benar-

benar tahu apa yang harus dilakukan," kata Jared.

"Siapa?" tanya Simon dan Mallory bersamaan.

Jared menang. Buku itu aman-paling tidak untuk sekarang.

Dia menyeringai. "Bibi Lucinda."

Bab Dua

KETIKA Banyak Orang Gila

KALIAN manis sekali mau mengunjungi bibi kalian," kata Mom,

tersenyum lewat kaca spion kepada Jared dan Simon. "Aku tahu dia

akan menyukai kue-kue yang kalian buat."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 8: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Di luar jendela mobil, pepohonan berlalu, daun-daunnya kuning dan

merah di antara cabang-cabang yang gundul.

"Mereka tidak membuat kue-kue itu," kata Mallory. "Mereka hanya

mengatur adonan beku di atas loyang."

Jared menendang bagian belakang tempat duduknya, keras.

"Hei," kata Mallory, berbalik dan berusaha meraih adiknya. Jared dan

Simon menyeringai. Kakak mereka takkan bisa meraih mereka saat

memakai sabuk pengaman.

"Well, itu lebih berarti daripada yang sudah kaulakukan," kata ibu

mereka. "Kau masih dihukum, nona muda. Kalian bertiga masih dihukum

seminggu lagi."

"Aku kan latihan anggar," kata Mallory sambil mengenyakkan diri di

tempat duduknya dan memutar bola matanya. Jared tidak yakin, tapi

sepertinya ada yang aneh karena telinga kakaknya memerah saat bicara

tadi.

Tanpa sadar Jared menyentuh ranselnya, merasakan bagian luar

Panduan Lapangan di dalamnya, aman, terbungkus handuk. Selama dia

membawa buku itu ke mana pun dia pergi, tidak mungkin Mallory

menyingkirkannya dan tidak mungkin para makhluk aneh mengambilnya.

Lagi pula, mungkin Bibi

Lucinda tahu sesuatu tentang Panduan Lapangan. Mungkin dialah yang

menyembunyikan buku itu dalam bagian dasar palsu peti untuk

ditemukan Jared. Kalau memang begitu, mungkin Bibi Lucy bisa

meyakinkan Mallory dan Simon bahwa buku itu cukup penting untuk

disimpan.

Rumah sakit tempat bibi mereka tinggal sangat besar. Bangunan itu

lebih mirip istana daripada rumah sakit jiwa, dengan dinding-dinding

bata merah kokoh, lusinan jendela, dan lapangan rumput yang

terpangkas rapi. Jalan batu putih yang lebar berpagar bunga krisan

merah karat dan kuning emas menuju jalan masuk batu. Paling tidak

sepuluh cerobong asap menjulang dari atap yang hitam.

"Wow, tempat ini tampak lebih tua daripada rumah kita," kata Simon.

"Lebih tua," kata Mallory, "tapi kalah menyeramkan."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 9: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Mallory!" kata ibu mereka memperingatkan.

Kerikil bergemeretuk di bawah ban mobil saat mereka memasuki

lapangan parkir. Ibu mereka memilih tempat di sebelah mobil tua

berwarna hijau dan mematikan mesin.

"Apakah Bibi Lucy tahu kita akan datang?" tanya Simon.

"Aku sudah menelepon," kata Mrs. Grace,

membuka pintu mobil dan meraih tasnya. "Tapi aku tidak tabu seberapa

banyak yang mereka katakan padanya, jadi jangan kecewa kalau Bibi

Lucy tidak sedang menunggu-nunggu kita."

"Aku berani bertaruh kita orang pertama yang mengunjunginya setelah

jangka waktu lama," kata Jared.

Ibunya menatapnya sambil melotot. "Pertama-tama, itu bukan hal yang

baik untuk dikatakan, dan kedua, kenapa kau mengenakan kausmu

terbalik?"

Jared menunduk dan mengangkat bahu.

"Grandma mengunjunginya, ya kan?" tanya Mallory.

Ibu mereka mengangguk. "Dia datang berkunjung, tapi selalu be rat

baginya. Lucy lebih seperti kakaknya sendiri daripada sepupu. Kemudian

saat dia

mulai... mengalami kemunduran... Grandma-lah yang harus mengurus

segalanya."

Jared ingin bertanya apa artinya itu, tapi sesuatu membuatnya ragu-

ragu.

Mereka berjalan melalui pintu kayu walnut lebar institusi itu. Ada meja

di ruang depan, tempat pria berseragam duduk di baliknya, membaca

koran. Dia mendongak menatap mereka dan meraih telepon warna

kuning.

"Tolong isi ini." Dia mengangguk ke arah buku yang terbuka. "Kalian akan

menengok

siapa?"

"Lucinda Spiderwick." Ibu mereka membungkuk di atas meja dan

menuliskan nama-nama mereka.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 10: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Saat mendengar nama Bibi Lucy, pria itu mengerutkan dahi. Saat itu

Jared langsung merasa dia sama sekali tidak menyukainya.

Dalam beberapa menit seorang perawat berkaus merah muda polkadot

muncul. Dia mengantar mereka melalui lorong-lorong putih berliku-liku

yang pengap dan agak

beraroma zat antiseptik. Mereka melewati kamar-kamar kosong tempat

televisi berkedip-kedip, dan entah di mana di dekat mereka terdengar

tawa geli. Jared mulai memikirkan rumah sakit jiwa dalam film-film dan

membayangkan orang-orang dengan mata nanar dalam jaket pengaman,

menggigiti ikatan mereka. Dia mengintip melalui jendela pintu-pintu yang

mereka lewati.

Dalam satu kamar, seorang pemuda mengenakan jubah mandi sedang

tertawa melihat buku yang terbalik, sementara dalam kamar lain

seorang wanita sedang terisak di dekat jendela.

Jared berusaha mengalihkan pandangannya dari pintu-pintu itu, tapi dia

mendengar seseorang berseru, "Pasangan dansaku sudah datang!" Dia

mengintip lagi dan melihat pria berambut putih menekankan wajahnya ke

jendela pintu.

"Mr. Byrne!" Si perawat melangkah ke antara Jared dan pintu.

"Itu semua salahmu," kata pria itu, menunjukkan giginya yang kuning.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Mallory.

Jared mengangguk, berusaha berpura-pura tidak gemetar.

"Apakah itu sering terjadi?" tanya Mrs. Grace.

"Tidak," jawab si perawat. "Aku sangat menyesal. Dia biasanya sangat

pendiam."

Sebelum Jared bisa memutuskan apakah kunjungan ini ide bagus atau

tidak, si perawat berhenti di depan pintu tertutup, mengetuk dua kali,

dan membukanya tanpa menunggu jawaban. Kamar itu kecil dan warnanya

putih kusam seperti warna cat di lorong. Di

tengah kamar ada tempat tidur rumah sakit dengan kepala besi, dan

duduk di atasnya, dengan kaki terbungkus selimut, adalah salah satu

wanita tertua yang pernah dilihat Jared. Rambutnya yang panjang

seputih gula. Kulitnya juga pucat, nyaris transparan. Punggungnya

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 11: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

bungkuk dan menekuk ke satu sisi. Pada gantungan besi di sisi tempat

tidurnya terkait sekantong cairan dengan tube panjang yang terhubung

dengan infus di tangannya. Tapi matanya, saat menatap Jared, sangat

cerah dan sadar.

"Jendelanya kututup saja ya, Miss S.?" Tanya si perawat, bergerak

melewati meja samping tempat tidur yang penuh foto-foto antik dan

pernak-pernik. "Kau bisa kena flu."

"Tidak!" bentak Lucinda, dan si perawat berhenti di tengah langkahnya.

Kemudian dengan suara yang lebih lembut bibi tua mereka melanjutkan.

"Biarkan saja. Aku buruh udara segar."

"Halo, Bibi Lucy," kata Mom ragu-ragu. "Kau ingat aku? Aku Helen."

Wanita tua itu mengangguk kecil, sepertinya berhasil menenangkan diri.

"Tentu saja. Putri Melvina. Ya ampun. Kau lebih tua daripada yang

kuingat."

Jared melihat ibunya tidak terlalu menyukai pengamatan itu.

"Ini putra-putraku, Jared dan Simon," kata Mrs. Grace. "Dan ini

putriku, Mallory. Kami tinggal di rumahmu dan anak-anak ingin

menemuimu."

Bibi Lucy mengerutkan kening. "Rumah? Kalian tidak aman tinggal di

sana."

"Kami sudah memanggil tukang untuk mengadakan perbaikan," kata Mom.

"Dan lihat, anak-anak membawa kue."

"Baik sekali." Wanita tua itu memandang piring kue seolah terisi penuh

dengan tumpukan kecoak.

Jared, Simon, dan Mallory berpandangan.

Si perawat mendengus. "Tidak ada yang

bisa kalian lakukan," katanya pada Mrs. Grace, sepertinya tidak peduli

Bibi Lucy bisa mendengarnya. "Dia tidak mau memakan apa pun saat ada

kita."

Bibi Lucy menyipitkan matanya. "Aku tidak tuli, tahu."

"Kau tidak mau mencoba satu?" tanya Mom, membuka penutup kue

bersalut gula itu dan mengajukan piring tersebut kepada Bibi Lucinda.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 12: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Sayang sekali tidak," kata wanita tua itu. "Aku rasa aku cukup kenyang

saat ini."

"Mungkin kita bisa bicara di lorong," bisik ibu mereka pada si perawat.

"Aku tidak tahu keadaannya seburuk ini." Dengan ekspresi khawatir dia

meletakkan piring kue

itu dan meninggalkan kamar bersama si perawat.

Jared nyengir pada Simon. Ini bahkan lebih baik daripada yang mereka

harapkan. Sekarang paling tidak mereka bisa sendirian beberapa menit.

"Bibi Lucy," kata Mallory cepat-cepat. "Saat Anda bilang pada ibu kami

bahwa rumah itu berbahaya, maksud Anda bukan konstruksi

bangunannya, kan?"

"Maksud Anda makhluk-makhluk seperti peri," kata Simon.

"Tidak apa-apa membicarakannya dengan kami. Kami sudah melihat

mereka," sambung Jared.

Bibi mereka tersenyum pada mereka, tapi senyumnya sedih. "Makhluk-

makhluk itulah yang kumaksudkan," katanya, menepuk sisi tempat

tidurnya. "Kemarilah. Duduklah kalian bertiga. Katakan padaku, apa yang

terjadi."

Bab Tiga

KETIKA kisah-kisah Diceritakan dan Pencuri Ditemukan

KAMI sudah melihat goblin, troll, dan griffin," kata Jared memberitahu

bibinya dengan penuh semangat saat mereka duduk di kaki tempat tidur

rumah sakit itu. Rasanya melegakan sekali ada yang memercayainya.

Sekarang kalau saja Bibi Lucy bisa menjelaskan betapa pentingnya

Panduan Lapangan, semuanya akan baik-baik saja.

"Dan Thimbletack," sambung Mallory, mengambil kue dan menggigit.

"Kami sudah melihatnya, meskipun kami tidak yakin dia termasuk

brownie atau boggart."

"Benar," kata Jared. "Tapi kami perlu menanyakan sesuatu yang penting

kepadamu."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 13: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Thimbletack?" tanya Bibi Lucinda, menepuk-nepuk tangan Mallory. "Aku

sudah lama sekali tidak melihatnya. Bagaimana penampilannya sekarang?

Sama saja, kurasa. Mereka selalu sama saja, kan?"

"Aku... aku tidak tahu," kata Mallory.

Bibi Lucy meraih laci di meja samping tempat tidurnya dan

mengeluarkan kantong kain hijau lusuh dengan sulaman bintang-bintang.

"Thimbletack suka ini."

Jared mengambil kantong itu dan mengintip ke dalamnya. Biji-biji bekel

serta beberapa kelereng batu dan tanah liat berkilau di dalamnya. "Ini

miliknya?"

"Oh, tidak," kata Bibi Lucy. "Itu milikku, atau dulu begitu, saat aku

cukup muda untuk memainkannya. Aku ingin memberikannya pada

Thimbletack. Makhluk malang, sendirian di rumah tua itu. Dia pasti

senang kalian datang."

Jared merasa Thimbletack tidak sesenang itu, tapi tidak tidak

mengatakannya.

"Apakah Arthur ayah Anda?" tanya Simon.

"Ya. Ya, dia ayahku," kata Bibi Lucy sambil mendesah. "Apakah kalian

sudah melihat lukisannya di rumah?"

Mereka mengangguk.

"Dia artis berbakat. Dia biasa membuat ilustrasi iklan untuk minuman

soda pop dan stoking wanita. Dia membuat boneka kertas untuk Melvina

dan aku. Kami punya semap penuh boneka, dengan pakaian berbeda untuk

tiap musim. Aku ingin tahu ke mana semua itu."

Jared mengangkat bahu. "Mungkin ada di loteng."

"Bukan masalah. Ayahku sudah pergi begitu lama sekarang. Aku tidak

yakin aku ingin melihat benda-benda itu."

"Kenapa tidak?" tanya Simon.

"Membuka lagi kenangan lama. Ayahku meninggalkan kami, tahu." Bibi

Lucy memandangi tangannya yang kurus. Kedua tangan itu gemetar.

"Ayahku pergi jalan-jalan suatu hari dan tak pernah kembali. Ibuku

bilang sudah tahu ayahku akan pergi sejak lama."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 14: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Jared kaget. Dia tidak pernah benar-benar memikirkan seperti apa

Paman Arthur. Dia mengingat-ingat wajah tegas berkacamata dalam

lukisan di perpustakaan. Dia ingin menyukai paman buyutnya, yang bisa

melukis dan melihat makhluk-makhluk seperti peri. Tapi kalau yang

dikatakan Lucinda benar, Jared sama sekali tidak menyukai Arthur.

"Ayah kami juga pergi," kata Jared.

"Aku hanya ingin tahu kenapa." Bibi Lucy memalingkan wajah, tapi Jared

merasa melihat kilauan air di matanya. Wanita tua itu

saling menekan kedua tangannya supaya berhenti gemetar.

"Mungkin dia harus pindah demi pekerjaannya," kata Simon. "Seperti

ayah kami."

"Oh, ayolah, Simon," kata Jared. "Kau tak mungkin memercayai

kebohongan itu, kan?"

"Diamlah, bodoh." Mallory memelototi kedua adiknya. "Bibi Lucy,

bagaimana Anda bisa berada di rumah sakit ini? Maksud saya, Anda kan

tidak gila."

Jared berjengit, yakin Bibi Lucy akan marah, tapi wanita tua itu hanya

tertawa. Kemarahan Jared menyurut.

"Setelah Ayah pergi, Ibu dan aku pindah ke kota sebelah untuk tinggal

bersama saudara laki-lakinya. Aku tumbuh dewasa di sisi sepupuku

Melvina-nenek kalian. Aku menceritakan padanya tentang Thimbletack

dan tentang para sprite kecil, tapi kurasa dia tidak terlalu

memercayaiku.

"Ibuku meninggal saat aku berusia enam belas. Setahun kemudian aku

kembali pindah ke Spiderwick Estate. Aku berusaha menggunakan

uangku yang sedikit untuk memperbaiki tempat itu. Thimbletack masih

ada di sana, tentu saja, tapi ada makhluk-makhluk lain juga. Kadang-

kadang aku melihat sosok-sosok mengendap-endap dalam kegelapan.

Kemudian suatu hari mereka berhenti bersembunyi. Mereka pikir aku

punya buku ayahku. Mereka mencubitku, memukulku, dan berkeras

supaya aku memberikan buku itu kepada mereka. Tapi aku tidak

memilikinya. Ayah pasti membawa buku itu bersamanya. Dia tak mungkin

meninggalkannya."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 15: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Jared mau mulai bicara, tapi bibinya tenggelam dalam kenangan dan

tidak memerhatikannya.

"Suatu malam, makhluk-makhluk itu membawakanku sepotong buah -

benda kecil - seukuran anggur dan semerah mawar. Mereka berjanji

tidak akan menyakitiku lagi. Betapa bodohnya aku, aku mengambil buah

itu dan memastikan nasibku."

"Apakah itu racun?" tanya Jared, teringat pada Putri Salju dan buah

apel beracun.

"Sejenis itu," kata Bibi Lucy sambil tersenyum aneh. "Rasanya lebih

enak daripada makanan apa pun yang pernah kubayangkan. Mungkin

rasanya sama dengan bayanganku tentang rasa bunga. Mungkin rasanya

seperti lagu yang tak bisa kaubayangkan judulnya. Setelah itu, makanan

manusia-makanan normal-terasa seperti serbuk gergaji dan abu. Aku

tak bisa memaksa diriku memakannya. Aku bisa saja mati kelaparan."

"Tapi Anda tidak mati kelaparan," kata Mallory.

"Terima kasih pada para sprite yang bermain denganku saat aku kecil.

Mereka memberiku makan dan terus menjagaku." Bibi Lucy tersenyum

anggun dan mengulurkan sebelah tangannya. "Izinkan kuperkenalkan.

Kemarilah, sayangku, datanglah dan temui keponakan-keponakanku."

Ada suara dengung di luar jendela kamarnya dan apa yang sepertinya

debu mengambang di cahaya tiba-tiba menjadi makhluk-makhluk

seukuran walnut, terbang dengan sayap-sayap tembus cahaya. Mereka

mendekati wanita tua itu, berayun-ayun pada rambutnya yang putih, dan

merangkak ke kepala tempat tidur.

"Mereka manis, kan?" tanya bibi mereka. "Teman-teman kecilku yang

manis."

Jared mengenali mereka - sprite, seperti yang di hutan-tapi tetap saja

rasanya tetap mengerikan melihat makhluk-makhluk itu bermain-main di

sekeliling bibinya. Simon, entah bagaimana, tampak terpesona.

Mallory bicara, memecahkan keheningan yang melingkupi mereka. "Saya

masih tidak

mengerti siapa yang memasukkan Anda ke

sini."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 16: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Oh ya, rumah sakit ini," kata Bibi Lucy. "Nenek kalian Melvina menjadi

yakin aku tidak baik-baik saja. Pertama-tama dia melihat memar-memar

lalu kurangnya nafsu makanku. Kemudian sesuatu terjadi. Aku tidak ingin

menakuti kalian-tidak, itu tidak benar. Aku memang ingin kalian takut.

Aku ingin kalian mengerti betapa pentingnya kalian keluar dari rumah

itu.

"Lihat tanda-tanda ini?" Wanita tua itu mengulurkan sebelah tangannya

yang kurus. Bekas luka tampak membekas dalam dagingnya. Simon

tersentak. "Suatu malam para monster datang. Makhluk-makhluk hijau

kecil dengan gigi menyeramkan memegangiku, sementara makhluk

raksasa menanyaiku. Aku memberontak, dan cakar-cakar mereka

melukai tangan dan kakiku. Aku memberitahu mereka tidak ada buku,

ayahku membawanya, tapi tidak ada kata-kata yang bisa mengubah apa

pun. Sebelum malam itu, punggungku tegak. Sejak itu, aku harus

berjalan membungkuk.

"Tanda-tanda ini adalah yang terakhir bagi Melvina. Dia percaya aku

melukai diriku sendiri. Dia tak bisa mengerti... jadi dia mengirimku ke

sini."

Salah satu sprite, yang hanya mengenakan daun hijau bergerigi, terbang

mendekat dan menjatuhkan sepotong buah di selimut dekat Simon.

Jared mengerjapkan mata-dia begitu terpesona dengan kisah bibinya,

sehingga nyaris melupakan makhluk-makhluk itu. Buah itu tercium

seperti rumput segar dan madu. Kulitnya seperti kertas, tapi di bawah

kulit itu Jared bisa melihat dagingnya yang merah. Bibi Lucinda

menatapnya dan bibirnya mulai gemetar.

"Untukmu," kata para sprite kecil dengan bisikan kompak. Simon

mengambil buah itu dan memegangnya.

"Kau tidak akan memakannya, kan?" tanya Jared. Melihat buah itu saja

sudah membuat air liurnya menetes.

"Tentu saja tidak," kata Simon, tapi matanya berkilau serakah.

"Jangan," kata Mallory.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 17: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Simon memegang buah peri itu lebih dekat ke mulutnya, memutar-

mutarnya. "Satu gigit, hanya satu gigit tidak akan membuatku sakit,"

katanya lembut.

Tangan Bibi Lucinda bergerak cepat dan meraih buah itu dari jari-jari

Simon. Dia memasukkannya ke mulut dan memejamkan mata.

"Hei," kata Simon kesal, terlompat. Kemudian dia memandang ke

sekeliling, bingung. "Apa yang terjadi?"

Jared menatap bibi buyutnya. Tangan wanita tua itu gemetar, meskipun

dia menyatukan keduanya di pangkuan.

"Maksud mereka baik," katanya. "Mereka hanya tidak mengerti rasa

lapar. Bagi mereka buah itu hanya makanan."

Jared menatap sprite-sprite kecil itu. Dia tidak yakin apa saja yang

mereka ketahui atau tidak.

"Tapi sekarang kalian sudah tahu mengapa rumah itu terlalu berbahaya

bagi anak-anak seperti kalian. Kalian harus membuat ibu kalian mengerti,

dan pindah. Kalau mereka tahu kalian di sana, mereka akan berpikir

kalian memiliki Panduan Lapangan dan mereka tidak akan membiarkan

kalian hidup tenang."

"Tapi kami memang memiliki Panduan Lapangan," kata Jared. "Itulah

yang ingin kami tanyakan pada Anda."

Bibi Lucy tersentak. "Kalian tidak mungkin - "

"Kami mengikuti petunjuk dalam perpustakaan," kata Jared

menjelaskan.

"Lihat, dia menua kita harus menghancurkannya!" kata Mallory.

"Perpustakaan? Itu berarti...," Bibi Lucy memandang Jared dengan

ketakutan. "Kalau kalian memiliki Panduan Lapangan, kalian harus keluar

dari rumah itu. Segera! Kalian mengerti?"

"Panduan Lapangan-nya ada di sini." Jared membuka ranselnya dan

mengeluarkan buku terbungkus handuk itu. Tapi saat dia membukanya,

bukan Panduan Lapangan yang muncul. Mereka semua menatap buku

resep tua yang lusuh, Microwave Magic-Keajaiban Microwave.

Jared berbalik ke arah Mallory. "Kau! Kau mencurinya!" Dia menjatuhkan

ranselnya dan menyerang kakaknya dengan kedua tinju.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 18: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Bab Empat

KETIKA Anak-Anak Keluarga Grace Mencari Teman

JARED menekan wajahnya ke kaca jendela mobil dan berusaha berpura-

pura dia tidak menangis. Air mata berlinang, terasa panas di pipinya. Dia

membiarkan air mata itu membasahi kaca yang dingin.

Dia tidak memukul Mallory. Simon meraih tangannya sementara Mallory

terus berkeras dia tidak mengambil Panduan Lapangan. Teriakan-

teriakan mereka membuat ibu mereka kembali ke kamar. Dia menyeret

anak-anaknya keluar dari sana, sambil minta maaf pada perawat dan

bahkan pada Bibi Lusy, yang harus diberi obat penenang. Dalam

perjalanan kembali ke mobil, ibunya berkata Jared beruntung orang-

orang di institusi itu tidak mengurungnya.

"Jared," bisik Simon, menyentuh punggung saudara kembarnya.

"Apa?" gumam Jared tanpa berpaling.

"Mungkin Thimbletack yang mengambil-nya.'

Jared bergerak di tempat duduknya. Seluruh tubuhnya menegang. Saat

mendengarnya, dia tahu itu pasti benar. Itu keisengan Thimbletack yang

terakhir dan balas dendamnya yang terbaik.

Perutnya terasa seolah baru disiram air dingin. Kenapa dia tidak bisa

menduganya sendiri? Kadang-kadang dia begitu marah sehingga

membuat dirinya sendiri takut. Rasanya seolah pikirannya menjadi

kosong dan tubuhnya mengambil alih kendali.

Saat mereka sampai di rumah, Jared keluar dari mobil dan duduk di

tangga belakang bukannya masuk rumah mengikuti ibunya. Mallory duduk

di sampingnya.

"Aku tidak mengambilnya," katanya. "Ingat saat kami memercayaimu?

Sekarang lebih baik kau memercayaiku."

"Aku tahu," jawab Jared, menunduk. "Kupikir ini perbuatan Thimbletack.

Aku... aku minta maaf."

"Kaupikir Thimbletack mengambil Panduan Lapangan?" tanya kakaknya.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 19: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Simon merasa begitu," kata Jared. "Itu masuk akal. Tbimbletack terus

mengerjaiku. Ini yang terburuk sejauh ini."

Simon duduk di sebelah Jared di tangga. "Tidak apa-apa. Kita akan

menemukannya."

"Dengar," kata Mallory, menarik benang yang lepas dari hem sweternya.

"Mungkin ini yang terbaik."

"Tidak, tidak mungkin," kata Jared. "Bahkan kau pun bisa melibat ini

bukan yang terbaik. Kita tidak bisa memberikan apa yang tidak kita

miliki. Para peri tidak memercayai Bibi Lucinda saat dia bilang dia tidak

memiliki buku itu-kenapa mereka mau memercayai kita?"

Mallory mengerutkan kening dan tidak menjawab.

"Aku tadi berpikir," kata Simon. "Bibi Lucy bilang ayahnya meninggalkan

mereka, benar kan? Tapi kalau Panduan Lapangan masih tersembunyi

dalam rumah, mungkin Arthur tidak meninggalkannya dengan sengaja.

Bibi Lucy bilang ayahnya tidak pernah pergi tanpa buku itu."

"Kalau begitu bagaimana bisa buku itu masih tersembunyi?" tanya

Jared. "Kalau para peri menangkapnya, dia kan bisa mem-beritahu di

mana buku itu."

"Mungkin dia lari sebelum ada peri yang bisa menangkapnya," kata

Mallory. "Membiarkan Bibi Lucy yang kena batunya. Mungkin ayahnya

tahu masalah besar itu."

"Arthur tidak akan melakukan itu," kata Jared. Tapi begitu

mengatakannya, dia bertanya-tanya apakah itu benar.

"Ayolah," kata Simon. "Kita takkan pernah bisa tahu jawabannya. Ayo,

kita kunjungi Byron. Dia mungkin sudah lapar lagi, dan mengurusnya bisa

membuat kita melupakan Panduan Lapangan."

Mallory mendengus. "Yeah, mengunjungi griffin yang tinggal di rumah

kereta kita pasti bisa membuat kita melupakan buku tentang makhluk-

makhluk supranatural."

Jared tersenyum samar. Dia tak bisa berhenti memikirkan buku itu, Bibi

Lucy dan Arthur, dan dirinya sendiri, Mallory, dan kemarahan yang dia

tak tahu harus diapakan.

Jared menatap kakaknya. "Aku minta maaf tadi hendak memukulmu."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 20: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Mallory mengacak-acak rambut adiknya dan berdiri. "Pukulanmu toh

seperti pukulan cewek."

"Tidak," kata Jared, tapi dia berdiri dan mengikuti Mallory dan Simon

ke dalam sambil menyeringai.

Potongan kertas yang sudah tua dan menguning tergeletak di meja

dapur. Jared melangkah mendekat. Di atasnya tertulis puisi.

"Thimbletack," kata Jared.

Anak gegabah yang merada pintar Mencari bukumu? Mungkin aku

merobek-robeknya sampai tersebar Atau menyembunyikannya di tempat

tak mungkin ketemu.

"Wow, dia benar-benar marah," kata Simon.

Perasaan Jared antara lega dan takut. Buku itu ada di tangan

Thimbletack, tapi apa yang dilakukan boggart itu? Apakah buku itu

sudah dihancurkan?

"Hei, aku tahu," kata Mallory penuh harap. "Mainan bekel dan kelereng

Bibi Lucy. Kita bisa meninggalkannya untuk Thimbletack."

"Aku akan menulis pesan." Simon membalik kertas itu dan menulis

sesuatu di baliknya.

"Apa pesanmu?" tanya Mallory.

"Kita menyesal," kata Simon.

Jared menatap pesan itu dengan perasaan tak yakin. "Aku tidak yakin

itu dan sekantong mainan tua akan cukup baik."

Simon mengangkat babu. "Thimbletack tidak bisa marah terus-terusan."

Jared takut makhluk itu bisa melakukannya.

Byron sedang tidur saat mereka datang menengoknya, sisi tubuhnya

yang berbulu bergerak naik-turun mengikuti napasnya. Matanya

bergerak-gerak di balik kelopak yang menutup. Simon berkata sebaiknya

mereka tidak membangunkan makhluk itu, jadi mereka meninggalkan

sepiring daging lagi di samping paruhnya dan kembali ke rumah.

Mallory mengusulkan suatu permainan, tapi Jared terlalu gugup untuk

melakukan apa pun kecuali berusaha mencari tahu di mana Thimbletack

menyembunyikan Panduan Lapangan. Dia mondar-mandir di ruang duduk,

berusaha berpikir.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 21: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Mungkin itu seperti teka-teki, dan ada cara memecahkannya. Jared

memikirkan pesan itu lagi, membolak-baliknya dalam pikiran, mencari

petunjuk.

"Tidak mungkin dalam dinding." Mallory duduk menyilangkan kaki di sofa.

"Buku itu terlalu besar. Bagaimana dia bisa memasukkannya ke sana?"

"Ada banyak ruangan yang bahkan belum pernah kita masuki," kata

Simon sambil duduk di samping kakaknya. "Banyak tempat yang belum

kita lihat."

Jared berhenti di tengah langkahnya. "Tunggu. Bagaimana dengan yang

ada di depan kita?"

"Apa?" tanya Simon.

"Dalam perpustakaan Arthur! Ada begitu banyak buku di sana, buku itu

bisa saja terlewat oleh kita."

"Hei, itu benar," kata Mallory.

"Yeah," kata Simon. "Dan bahkan kalau Panduan Lapangan tidak ada di

sana-siapa tahu kita menemukan sesuatu yang lain."

Mereka bertiga naik ke lorong atas dan membuka lemari baju. Sambil

merangkak, Jared melalui jalan rahasia di bawah rak terbawah dan

masuk ke perpustakaan Arthur. Dinding-dindingnya penuh rak buku,

kecuali dinding tempat tergantung lukisan besar paman buyut mereka.

Meskipun mereka sudah sering berkunjung ke perpustakaan itu, debu

masih menyelimuti sebagian besar rak buku, bukti betapa sedikit buku

yang sudah dilihat dengan saksama.

Mallory dan Simon merangkak di belakangnya.

"Kita mulai di mana?" tanya Simon, melihat ke sekelilingnya.

"Kau mulai di meja," kata Mallory. "Jared, kau mulai di rak buku itu, dan

aku di rak buku yang ini."

Jared mengangguk dan berusaha menyingkirkan debu di rak pertama.

Buku-bukunya sama anehnya seperti yang dia ingat dari kunjungan-

kunjungan awal ke perpustakaan: Fisiognomi Sayap, Pengaruh Skala pada

Otot, Racun-Racun di Dunia, dan Detail Draconite. Saat pertama kali

Jared melibatnya, ada kekaguman yang sekarang tidak ada. Dia mati

rasa. Panduan Lapangan hilang, Thimbletack membencinya, dan Arthur

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 22: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

ternyata tidak seperti bayangannya. Ini semua tipuan-semua keajaiban

ini. Sepertinya begitu hebat, tapi di baliknya, keajaiban ini sama

mengecewakannya seperti segala hal lain.

Jared melirik lukisan Arthur yang tergantung di dinding. Bagi Jared,

pria itu bahkan tidak tampak baik lagi. Arthur dalam lukisan berbibir

tipis dengan kerutan di antara alisnya yang menurut Jared sekarang

menyebalkan. Pria itu mungkin bahkan sudah memikirkan akan

meninggalkan keluarganya.

Pandangan Jared mengabur dan matanya terasa panas. Bodoh sekali

menangis karena orang yang belum pernah ditemuinya, tapi dia tak bisa

menahan diri.

"Kau menggambar ini?" tanya Simon dari arah meja tulis.

Jared mengelap wajahnya dengan lengan bajunya, berharap saudara

kembarnya tidak melihat air matanya. "Buang saja."

"Tidak," kata Simon. "Gambar ini bagus. Benar-benar mirip Dad."

Belajar menggambar adalah ide bodoh yang lain. Kegiatan itu hanya

membuatnya terlibat kesulitan di sekolah karena sibuk mencoret-coret

bukan bekerja. Jared berjalan ke meja dan merobek gambar itu

menjadi dua, meremasnya dalam genggaman. "Buang saja!"

"Guys, " kata Mallory. "Ke sini deh."

Mallory membawa beberapa gulungan kertas dan dua tube metal

panjang. "Lihat." Dia berjongkok dan mulai membuka gulungan kertas itu

di lantai.

Jared dan Simon berjongkok di sampingnya. Pada kertas itu, tergambar

dengan pensil dan diwarnai dengan cat air, ada peta daerah sekitar

mereka. Beberapa tempat tam-

pak tidak tepat-ada lebih banyak rumah dan jalan sekarang-tapi ada

banyak tempat yang masih mereka kenali. Tapi catatan yang

menyertainya merupakan kejutan.

Ada lingkaran tipis mengelilingi hutan di belakang rumah mereka, dengan

huruf-huruf tertulis dalam lingkaran itu.

"Daerah Perburuan Troll," baca Simon.

Mallory mengeluh. "Kalau saja kita punya ini sebelumnya!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 23: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Di sepanjang jalan dekat tambang tua tertulis, dwarf?, sementara

pohon tidak jauh dari rumah dengan jelas ditandai sprite.

Tapi yang paling aneh adalah catatan di ujung bukit-bukit, dekat rumah

mereka. Sepertinya ditulis dengan terburu-buru, karena tulisan

tangannya berantakan. Tulisan itu berbunyi, "14 September. Pukul

17.00. Bawa sisa buku."

"Menurutmu ini apa?" tanya Simon.

"Mungkinkan buku' ini maksudnya Panduan Lapangan?" tanya Jared

keras-keras.

Mallory menggeleng. "Mungkin saja, tapi Panduan Lapangan tetap ada di

sini waktu itu."

Sesaat mereka saling memandang dalam diam.

"Kapan Arthur menghilang?" tanya Jared akhirnya.

Simon mengangkat bahu. "Mungkin hanya Bibi Lucy yang ingat."

"Jadi entah dia pergi ke pertemuan itu dan tak pernah kembali," kata

Mallory, "atau dia pergi begitu saja dan tak pernah datang ke

pertemuan itu."

"Kita harus menunjukkan ini pada Bibi Lucinda," kata Jared.

Kakaknya menggeleng. "Ini tidak membuktikan apa-apa. Bisa jadi malah

membuatnya lebih kesal."

"Tapi mungkin Arthur tidak bermaksud pergi," kata Jared sambil

mengerutkan kening. "Tidakkah kalian pikir Bibi Lucy harus tahu itu?"

"Kita pergi dan lihat sendiri yuk," kata Simon. "Kita bisa mengikuti peta

dan melihat ke mana jalan ini menuju. Mungkin ada petunjuk tentang apa

yang sebenarnya terjadi."

Jared ragu-ragu. Dia ingin pergi. Dia sudah nyaris mengusulkannya

sendiri sebelum Simon bicara. Tapi sekarang dia tak bisa berhenti

memikirkan apakah ini sejenis jebakan.

"Mengikuti peta ini bisa jadi tindakan yang benar-benar bodoh," kata

Mallory. "Apalagi kalau kita menduga sesuatu memang terjadi pada

Arthur di luar sana."

"Peta ini begitu tua, Mallory," kata Simon. "Apa yang bisa terjadi?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 24: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Kata-kata terakhir yang terkenal," kata Mallory, tapi dia mengikuti

bukit-bukit dalam peta dengan hati-hati dengan jari-jarinya.

"Ini satu-satunya cara kita bisa menemukan sesuatu," kata Jared.

Mallory mendesah. "Kurasa kita bisa melihat. Selama masih terang. Tapi

begitu ada yang aneh, kita kembali. Setuju?"

"Setuju," kata Jared sambil tersenyum.

Simon mulai menggulung peta itu. "Setuju," katanya.

Bab Lima

KETIKA Banyak Teka-Teki dan Sedikit Jawaban

JARED terkejut ketika ibu mereka mengizinkan mereka berjalan-jalan

se-bentar. Dia merasa anak-anaknya sering ber-tengkar karena

terkurung dalam rumah, tapi satu tatapan galak ke arah Jared membuat

ketiga anak berjanji kembali sebelum gelap. Mallory meraih anggarnya,

Jared membawa ranselnya juga catatan baru, dan Simon membawa

jaring penangkap kupu-kupu dari perpustakaan.

"Untuk apa itu?" tanya Mallory saat mereka menyeberangi Dulac Drive,

mengikuti peta.

"Menangkap sesuatu," kata Simon, tanpa menatap kakaknya.

"Sesuatu macam apa? Bukankah kau sudah punya cukup banyak hewan

peliharaan?"

Simon mengangkat bahu.

"Kalau kau membawa hewan baru satu lagi, aku akan membuatnya jadi

makanan Byron."

"Hei," kata Jared menyela mereka. "Ke arah mana?"

Simon mempelajari peta, lalu menunjuk.

Simon, Mallory, dan Jared mulai mendaki bukit curam itu. Pepohonan

berdiri jarang-jarang, batang-batang mereka tumbuh miring di antara

petak-petak rumput dan batu-batu besar berlumut. Beberapa lama

mereka hanya mendaki, tanpa bicara. Jared merasa ini tempat yang

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 25: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

bagus untuk menggambar suatu saat nanti-tapi kemudian dia ingat dia

sudah berhenti menggambar.

Di dekat puncak bukit, tanah menjadi datar dan pepohonan semakin

rapat. Simon berbalik tiba-tiba dan mulai memimpin mereka kembali

menuruni bukit.

"Kita mau ke mana?" tanya Jared.

Simon melambaikan peta itu kepadanya. "Ini jalannya," katanya.

Mallory mengangguk seolah dia tidak menganggap aneh mereka kembali

ke arah mereka baru saja datang.

"Kau yakin?" tanya Jared. "Kurasa kok tidak."

"Aku yakin," kata Simon.

Saat itu angin musim panas bertiup di bukit, dan Jared merasa

mendengar suara tawa dari bawah kaki mereka. Dia tersandung dan

nyaris jatuh.

"Kalian dengar, tidak?"

"Apa?" tanya Simon, memandang ke sekeliling dengan gugup.

Jared mengangkat bahu. Dia yakin dia mendengar sesuatu, tapi

sekarang suasana hening.

Sedikit setelah berjalan turun, Simon berganti arah lagi. Dia mulai

berjalan menanjak ke arah kanan. Mallory mengikuti dengan patuh.

"Sekarang kita ke mana?" tanya Jared. Mereka mendaki lagi, menuju

puncak bukit yang pertama, yang terasa benar-Tapi mereka berjalan

pada sudut sedemikian rupa sehingga Jared merasa mereka tidak

mungkin berada di dekat tempat pertemuan dalam peta.

"Aku tahu apa yang kulakukan," kata Simon. Mallory mengikuti tanpa

bertanya, ini membuat rasa khawatir Jared nyaris sama besarnya

dengan yang disebabkan pola zig-zag yang diambil Simon. Dia berharap

memegang Panduan Lapangan saat ini. Dia berusaha membuka halaman-

halaman buku itu dalam pikirannya, mencari penjelasan. Dia mengingat

sesuatu tentang orang yang kehilangan arah, bahkan saat begitu dekat

dengan rumah.... Jared mulai menendangi rumput yang diinjaknya dengan

sepatunya. Segerombol rumput tinggi bergeser.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 26: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Stray sod-rumput sesat!" Jared mengingat-ingat keterangan dalam

Panduan Lapangan. Tiba-tiba jelas bahwa hanya dia yang memerhatikan

bahwa mereka pergi ke arah yang salah. "Simon! Mallory! Balik kaus

kalian seperti aku!"

"Tidak," kata Simon. "Aku tahu arahnya. Kenapa kau selalu menyuruh-

nyuruhku?"

"Ini tipuan peri!" teriak Jared.

"Lupakan saja. Coba sekali-sekali kau yang mengikutiku!"

"Lakukan saja, Simon!"

"Tidak! Kau tidak dengar, ya? Tidak!"

Jared menabrak saudaranya, membuat mereka berdua terjatuh di

rumput. Jared berusaha membuka sweter saudaranya, tapi Simon

melipat tangannya ke sisi tubuhnya. "Hentikan, kalian berdua !" Mallory

memisahkan adik-adiknya. Kemudian, Jared terkejut melihat kakaknya

itu menduduki Simon dan melepaskan sweter adiknya. Jared melihat

Mallory sudah membalik sweternya sendiri.

Ekspresi aneh menyelimuti wajah Simon saat sweternya yang terbalik

dimasukkan lewat kepalanya. "Wow. Di mana kita?"

Suara tawa terdengar dan atas kepala mereka.

"Kebanyakan tidak berhasil sejauh ini- atau sedekat ini, tergantung,"

kata makhluk yang bertengger di atas kepala mereka. Tubuhnya seperti

monyet dengan bulu-bulu cokelat berbintik-bintik pendek dan ekor

panjang yang melingkar pada cabang tempatnya duduk. Bulu tebal

mengeliling lebernya, tapi wajahnya mirip kelinci dengan telinga panjang

dan kumis.

"Tergantung apa?" tanya Jared. Dia tidak yakin harus terpesona atau

takut.

Tiba-tiba makhluk itu mengayun kepalanya sampai terbalik sehingga

telinganya menyentuh perutnya dan dagunya mengarah ke langit. "Pintar

seperti selalu pintar."

Jared melompat.

Mallory mengayunkan anggarnya di depannya. "Tetap di tempatmu!"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 27: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Ya ampun, hewan berpedang," desis makhluk itu. Mengayun kepalanya

kembali ke posisi semula, dia berkedip dua kali. "Aku ingin tahu apakah

dia gila. Pedang kan sudah nggak zaman lagi!"

"Kami bukan hewan," kata Jared membela diri.

"Kalau begitu apa dong?" tanya makhluk itu.

"Aku anak laki-laki," kata Jared. "Dan, well, itu kakakku. Anak

perempuan."

"Tidak ada anak perempuan," kata makhluk itu. "Mana roknya?"

"Rok kan sudah nggak zaman lagi," kata Mallory sambil menyeringai.

"Kami sudah menjawab pertanyaanmu," kata Jared. "Sekarang jawab

pertanyaan kami. Kau ini apa?"

"Anjing Hitam Malam," kata makhluk itu dengan bangga, sebelum

kepalanya berputar lagi, menatap mereka dengan satu mata tertutup.

"Keledai atau mungkin sekadar sprite."

"Apa artinya itu?" tanya Mallory. "Kedengarannya bodoh."

"Kurasa ini phooka!" kata Jared. "Ya, aku ingat sekarang. Mereka bisa

berganti wujud."

"Mereka berbahaya, nggak?" tanya Simon.

"Sangat!" kata si phooka, mengangguk penuh semangat.

"Aku tidak yakin," kata Jared sambil berbisik. Kemudian, setelab

berdeham, dia bicara pada makhluk itu. "Kami mencari tanda-tanda

keberadaan paman buyut kami."

"Kalian kehilangan paman kalian! Betapa cerobohnya."

Jared mendesah dan berusaha memutuskan apakah si phooka segila

kelihatannya. "Well, sebenarnya dia sudah lama hilang. Nyaris tujuh

puluh tahun. Kami hanya berharap bisa mencari tahu apa yang terjadi

padanya."

"Siapa pun bisa hidup selama itu-mereka hanya berjaga-jaga supaya

tidak mati. Tapi aku tahu manusia hidup lebih lama dalam penangkapan

daripada saat mereka hidup bebas."

"Apa?" tanya Jared.

"Saat mencari sesuatu," kata si phooka, "kau harus yakin kau ingin

menemukannya."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 28: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Oh, sudahlah!" kata Mallory. "Ayo, kita terus saja."

"Tanyakan padanya apa yang ada di bukit di atas," kata Simon.

Mallory memutar matanya. "Oh, yeah, seolah kata-katanya masuk akal

saja."

Simon mengabaikan kata-kata Malory. "Bisakah kau memberitahu kami

apa yang ada di depan? Kami mengikuti peta ini sampai kami disesatkan

rumput yang bisa bergerak."

"Kalau rumput bisa bergerak," kata si phooka, "anak laki-laki bisa saja

tiba-tiba tertanam di tanah."

"Tolong, berhentilah mengajaknya bicara," kata Mallory.

"Elf," kata si phooka, menatap Mallory seolah dirinya dihina. "Apakah

aku harus jujur saat mengarahkan kalian pada jalur para elf?"

"Apa yang mereka inginkan?" tanya Jared.

"Mereka memiliki apa yang kalian inginkan dan mereka menginginkan apa

yang kalian miliki," kata si phooka.

Mallory mengeluh keras-keras.

"Tadi perjanjiannya kan kembali bila situasinya menjadi aneh." Mallory

menunjuk si phooka dengan anggarnya. "Dan saat ini situasinya sudah

sangat aneh."

"Tapi tidak terlalu jelek." Jared menatap bukit-bukit. "Ayo pergi

sedikit lebih jauh."

"Wah, nggak tahu deh," kata Mallory. "Bagaimana dengan makhluk-

makhluk rumput itu dan kondisi kita yang sudah tersesat sekarang?"

"Si phooka bilang para elf punya apa yang kita inginkan!"

Simon mengangguk. "Kita sudah dekat, Mal."

Mallory mengeluh. "Aku tidak suka ini, tapi aku lebih suka kita yang

mendatangi mereka."

Mereka mulai menuruni bukit, menjauhi jalan.

"Tunggu! Kembali," panggil si phooka. "Ada sesuatu yang harus

kukatakan pada kalian."

Mereka berbalik.

"Apa itu?" tanya Jared.

"Bonny nonny bonny," kata si phooka dengan tepat.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 29: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Itu yang mau kaukatakan pada kami?"

"Tidak, sama sekali bukan," kata si phooka.

"Kalau begitu apa?" tanya Jared.

"Apa yang tidak diketahui si pengarang bisa jadi satu buku sendiri,"

kata si phooka. Dengan itu, tubuhnya melenting ke atas pohon sampai

hilang dari pandangan.

Ketiga anak itu berjalan menuruni sisi lain bukit perlahan-lahan. Saat

pepohonan merapat lagi, mereka memerhatikan betapa hening hutan itu.

Tidak ada burung yang berkicau di pepohonan. Sepertinya hanya ada

suara gemeresik rumput dan gemeretak ranting di bawah kaki mereka.

Mereka berhenti di padang yang dikelilingi pohon. Di tengahnya, satu

pohon berduri yang tinggi berdiri, dikelilingi jamur merah-putih yang

gemuk-gemuk.

"Uh," kata Jared.

"Benar. Aneh. Ayo pergi dari sini," kata Mallory.

Tapi saat mereka berbalik, pepohonan saling terjalin, ranting-ranting

saling melilit, membentuk pagar dedaunan yang rapat sampai ke tanah

lapangan itu.

"Oh, sial," kata Mallory.

Bab Enam

KETIKA Jared Mewujudkan Ramalan si Phooka

Di seberang lapangan, ranting-ranting membuka dan tiga makhluk muncul

dari belakang pepohonan. Mereka kira-kira sebesar Mallory, dengan

kulit berbintik-bintik cokelat terbakar matahari. Yang pertama wanita

dengan mata hijau apel dan kemilau hijau di pundak dan dahinya.

Dedaunan tersangkut pada rambutnya yang kusut. Yang kedua pria

dengan apa yang tampak seperti tanduk kecil pada alisnya. Kulitnya

berwarna hijau lebih tua daripada kulit si wanita dan dia membawa

tongkat berbonggol-bonggol.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 30: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Elf ketiga memiliki rambut merah tebal dengan jalinan beri merah dan

dua kulit biji-bijian besar berdiri di kedua sisi kepalanya. Kulitnya

cokelat, berbintik-bintik merah pada tenggorokannya.

"Ini elf?" tanya Simon.

"Sudah begitu lama tidak ada yang mengikuti jalur ini," kata elf bermata

hijau seolah tidak ada yang bicara. Kepalanya mendongak seperti sikap

seseorang yang biasa dipatuhi. "Semua yang mungkin datang ke daerah

ini sudah disesatkan. Tapi di sinilah mereka. Betapa aneh."

"Rumput," bisik Jared pada saudaranya.

"Mereka pasti memilikinya," kata elf berambut merah pada teman-

temannya. "Bagaimana lagi mereka bisa datang ke sini? Bagaimana lagi

mereka bisa tetap pada jalannya?" Dia berpaling kepada ketiga anak.

"Aku Lorengorm. Kami akan melakukan pertukaran dengan kalian."

"Untuk apa?" tanya Jared, berharap suaranya tidak gemetar. Para elf

itu sangat indah, tapi satu-satunya emosi yang bisa dibacanya pada

wajah mereka adalah rasa lapar aneh yang membuatnya takut.

"Kalian menginginkan kebebasan kalian," kata elf yang sepertinya

memiliki tanduk. Jared sadar bahwa sebenarnya itu daun. "Kami ingin

buku Arthur."

"Kebebasan untuk apa?" tanya Mallory.

Elf bertanduk daun menunjuk pagar pepohonan dengan sebelah tangan

dan tersenyum jahat. "Kami akan menjadi tuan rumah kalian sampai

kalian bosan pada keramahan kami."

"Arthur tidak memberikan buku itu padamu. Mengapa kami harus

melakukannya?" Jared berharap mereka tidak tahu dia hanya menebak-

nebak.

Elf bertanduk daun mendengus. "Kami sudah lama tahu manusia itu

brutal. Pernah, paling tidak, manusia bersikap masa bodoh. Sekarang

kami ingin menyimpan pengetahuan tentang keberadaan kami dari kalian,

untuk melindungi diri kami sendiri. "

"Kalian tidak bisa dipercaya. Kalian menghancurkan hutan." Lorengorm

mengerutkan dahi dan matanya berbinar. "Meracuni sungai-sungai,

memburu griffin dari langit, dan serpent dari lautan sarang ular-ular

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 31: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

itu. Bayangkan apa yang akan kalian lakukan bilang mengetahui semua

kelemahan kami."

"Tapi kami tak pernah melakukan hal-hal itu!" kata Simon.

"Dan bahkan tidak ada yang percaya pada peri lagi," kata Jared. Dia

memikirkan Lucinda. "Orang yang waras, paling tidak."

Tawa Lorengorm terdengar mengerikan. "Ada terlalu sedikit peri yang

tersisa untuk

dipercayai. Kami tinggal di hutan-hutan yang tersisa bagi kami. Tak lama

lagi bahkan itu pun akan hilang."

Elf bermata hijau mengangkat sebelah tangan menuju dinding ranting

yang terjalin. "Biar kutunjukkan."

Jared melihat berbagai macam peri duduk di lingkaran pepohonan,

mengintip dan celah-celah kayu. Mata mereka yang hitam berkilauan,

sayap-sayap mereka mendengung, dan mulut-mulut mereka bergerak,

tapi tidak ada yang memasuki lapangan itu. Situasi terasa seperti

persidangan, dengan para elf bertindak sebagai hakim dan juri

sekaligus. Lalu beberapa cabang terurai dan sesuatu melangkah masuk.

Makhluk itu putih seukuran rusa. Bulunya berwarna gading dan surainya

yang panjang terurai kusut. Tanduk yang tumbuh di dahinya terpilin

sampai ke ujungnya yang tampak tajam. Dia mengangkat hidungnya yang

basah dan mengendus udara. Saat makhluk itu mendekat, lembah

menjadi hening. Bahkan langkah makhluk itu pun tak bersuara. Makhluk

itu sama sekali tidak tampak jinak.

Mallory maju mendekatinya, memiringkan kepalanya sedikit,

mengulurkan tangan.

"Mallory," kata Jared memperingatkan.

"Jangan..."

Tapi kakaknya tidak mendengar, dia mengulurkan tangan untuk mengelus

bulu makhluk itu. Makhluk itu berdiri diam, dan Jared bahkan takut

bernapas saat Mallory membelai sisi tubuh unicorn itu, kemudian

menyusupkan tangannya pada surainya. Saat Mallory melakukannya,

tanduk unicorn itu menyentuh dahinya dan mata Mallory terpejam.

Kemudian seluruh tubuhnya gemetar.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 32: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Mallory!" kata Jared.

Di balik kelopaknya, mata Mallory bergerak-gerak, seolah dia bermimpi.

Kemudian Mallory jatuh berlutut.

Jared berlari untuk meraih kakaknya. Simon hanya selangkah di

belakangnya. Saat Jared menyentuh Mallory, dia melihat bayangan itu.

Semuanya hening.

Jalinan sesemakan blackberry. Orang menunggang kuda. Anjing-anjing

dengan lidah merah. Sekelebatan warna putih, dan seekor unicorn lari

melintasi lapangan, kakinya sudah dikotori lumpur. Panah-panah terbang,

tertancap pada daging yang putih. Unicorn itu menjerit dan jatuh di

atas tumpukan daun. Gigi anjing-anjing itu merobek. Seorang pria

berpisau memotong tanduk dan kepalanya sementara unicorn itu masih

bergerak.

Bayangan datang semakin cepat, lebih terpotong-potong.

Seorang gadis dengan gaun tanpa warna, disuruh para pemburu, menarik

perhatian unicorn supaya mendekat: panah nyasar membuatnya

terjatuh. Gadis itu rubuh, tangannya yang pucat memeluk bulu yang

pucat. Keduanya diam. Kemudian ratusan tanduk mengerikan, dibentuk

menjadi pil, dihancurkan menjadi jimat dan bubuk. Bulu-bulu putih

ternoda darah, ditumpuk dikelilingi Lalat-lalat hitam.

Jared membebaskan diri dari bayangan itu, perutnya mulas. Dia

terkejut melihat Mallory menangis, air matanya membuat bulu putih itu

tampak lebih gelap. Simon menyentuh sisi unicorn itu dengan kaku.

Unicorn itu menunduk, mencium rambut Mallory dengan bibirnya.

"Dia benar-benar menyukaimu," kata Simon. Dia tampak agak sebal.

Biasanya binatang-binatang lebih menyukainya.

Mallory mengangkat bahu. "Aku perempuan."

"Kami tahu apa yang kalian lihat," kata elf bertanduk daun. "Berikan

Panduan Lapangan pada kami. Buku itu harus dihancurkan."

"Bagaimana dengan para goblin?" tanya Jared.

"Bagaimana dengan mereka? Para goblin menyukai duniamu," kata

Lorengorn. "Mesin-mesin dan racun-racun kalian sangat mereka sukai."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 33: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Kau sepertinya tidak keberatan menggunakan goblin untuk mengambil

buku itu dari kami," kata Jared.

"Kami?" tanya elf bermata hijau, matanya melebar dan bibirnya

mengeras. "Kalian pikir kami akan mengirim makhluk seperti itu?

Mulgarath-lah yang menyuruh mereka."

"Siapa Mulgarath?" Mallory berdiri, masih mengelus si unicorn tanpa

sadar.

"Ogre - raksasa jahat," kata Lorengorm. "Dia mengumpulkan goblin dan

membuat perjanjian dengan dwarf. Kami rasa dia menginginkan Panduan

Lapangan Arthur Spiderwick untuk dirinya sendiri."

"Kenapa?" tanya Jared. "Tidakkah kalian tahu semua isinya?"

Para elf bertukar pandangan tidak nyaman. Akhirnya elf bertanduk daun

bicara. "Kami membuat seni. Kami tidak merasakan kebutuhan untuk

membedah sesuatu untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Apa yang

dilakukan Arthur Spiderwick tidak akan dilakukan makhluk-makhluk

seperti kami."

Elf bermata hijau memegang bahu elf yang lain. "Maksudnya adalah

mungkin ada hal-hal dalam Panduan Lapangan yang tidak kami ketahui."

Jared berpikir sejenak. "Jadi kalian tidak benar-benar peduli kalau

manusia memiliki Panduan Lapangan Arthur. Kalian hanya tidak ingin

Mulgarath memilikinya!"

"Buku itu berbahaya di tangan siapa pun," kata elf bermata hijau. "Ada

terlalu banyak pengetahuan di dalamnya. Berikanlah pada kami. Buku itu

akan dihancurkan dan kalian akan diberi hadiah."

Jared mengulurkan tangan. "Kami tidak memilikinya," katanya. "Kami

tidak bisa memberikannya pada kalian kalaupun kami mau melakukannya."

Elf bertanduk daun menggeleng dan mengentakkan tongkatnya.

"Bohong!"

"Kami benar-benar tidak memilikinya," kata Mallory. "Kami tidak

bohong."

Lorengorm mengangkat sebelah alisnya yang merah. "Kalau begitu di

mana buku itu?"

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 34: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

"Kami rasa brownie yang tinggal di rumah kami mengambilnya," kata

Simon. "Tapi kami tidak yakin."

"Kalian menghilangkannya?" elf bermata hijau tersentak.

"Mungkin Thimbletack memilikinya sekarang," kata Jared pelan.

"Kita harus berpikir pelan-pelan," kata elf bertanduk daun. "Manusia tak

bisa dipercaya."

"Tidak bisa dipercaya?" ulang Jared. "Bagaimana kami tahu kami bisa

memercayai kalian?." Dia meraih peta dari Simon dan mengacungkannya

supaya bisa dilihat para elf. "Kami menemukan ini. Ini milik Arthur.

Sepertinya dia datang ke sini dan kurasa dia menemui kalian. Aku ingin

tahu apa yang kalian lakukan padanya."

"Kami bicara pada Arthur," kata elf bertanduk daun. "Dia mau menipu

kami. Dia bersumpah akan menghancurkan Panduan Lapangan, dan datang

ke pertemuan dengan tas berisi kertas terbakar dan abu. Tapi dia

berbohong. Dia membakar buku yang lain. Panduan Lapangan tetap utuh."

"Kami menghormati kata-kata kami," kata elf bermata hijau. "Meskipun

pahit, kami memenuhi janji kami. Kami tidak bersimpati pada mereka

yang menipu kami."

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Jared.

"Kami menjaganya supaya tidak melakukan kerusakan lebih besar," kata

elf bermata hijau.

"Sekarang kalian datang," kata elf bertanduk daun. "Dan kalian akan

membawakan Panduan Lapangan bagi kami."

Lorengorm melambaikan tangan, dan akar-akaran tumbuh dari tanah.

Jared menjerit, tapi suaranya tertelan kertakan cabang-cabang dan

gemeresik dedaunan. Pepohonan terurai, cabang-cabang mereka kembali

ke bentuk asalnya. Tapi akar-akaran kotor berambut memanjat kaki

Jared dan mencengkeramnya.

"Bawakan Panduan Lapangan bagi kami atau saudaramu akan

terperangkap selamanya dalam dunia peri," kata elf bertanduk daun.

Jared yakin sekali elf itu tidak main-main.

Bab Tujuh

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 35: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

KETIKA Jared Akhirnya Senang Punya Saudara Kembar

MALLORY melompat ke depan, mengacungkan anggarnya. Simon

memegang jaringnya dengan sikap mengikuti kakaknya dengan canggung.

Unicorn itu menggeleng, surainya berkibar saat dia berlari tanpa suara

ke dalam hutan.

"Oh ho!" kata elf bertanduk daun. "Sekarang kami melihat karakter

sejati manusia!" "Lepaskan adikku!" jerit Mallory. Tiba-tiba Jared

mendapat ide. "Jared, tolong!" teriak Jared, berharap Simon dan

Mallory mengerti.

Simon menatapnya bingung. "Jared," kata Jared, "kau harus menolong-

ku."

Kemudian Simon tersenyum padanya, matanya berbinar mengerti.

"Simon, kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, Jared." Jared menarik kakinya dari cengkeraman

akar sekuat tenaga. "Tapi aku tak bisa bergerak."

"Kami akan kembali membawa Panduan Lapangan, Simon," kata Simon,

"kemudian mereka harus membebaskanmu."

"Tidak," kata Jared. "Kalau kalian kembali, mereka bisa saja menawan

kita semua. Buat mereka berjanji!"

"Kata-kata kami adalah janji kami," dengus elf bermata hijau.

"Kalian belum berjanji," kata Mallory, menatap kedua adiknya dengan

kewaspadaan semakin besar.

"Berjanjilah Jared dan Mallory bisa meninggalkan daerah ini dengan

selamat dan kalau mereka kembali, mereka tidak akan ditahan di luar

kemauan mereka," kata Jared.

Mallory tampak siap protes, tapi dia tetap diam.

Para elf menatap kakak-beradik itu dengan ragu. Akhirnya Lorengorm

mengangguk. "Terjadilah demikian. Jared dan Mallory boleh pergi dari

daerah ini. Mereka tidak akan ditahan di luar kemauan mereka sekarang

atau nanti. Kalau mereka tidak membawa Panduan Lapangan, kami akan

menahan saudara mereka, Simon, sepanjang masa. Dia akan tetap

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 36: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

bersama kami, tidak bertambah tua, di bawah bukit, untuk seratus kali

seratus tahun-dan kalau dia pergi, selangkah di atas tanah akan

langsung membawa semua tahun-tahun yang hilang kepadanya."

Simon yang asli menggigil dan melangkah mendekat kepada Mallory.

"Pergilah," kata elf itu.

Mallory menatap Jared dengan pandangan bertanya-tanya. Ujung

anggarnya telah mengarah ke bawah, tapi dia masih memegangnya di

depan tubuhnya dan sama sekali tidak bergerak pergi. Jared berusaha

tersenyum memberi semangat, tapi dia takut dan tahu perasaan itu

tampak pada wajahnya.

Sambil menggeleng, Mallory mengikuti Simon. Setelah beberapa langkah

mereka ber-balik dan menatap saudara mereka, lalu mulai mendaki bukit

yang curam itu. Dalam beberapa menit mereka sudah menghilang di

antara dedaunan. Jared bicara.

"Kalian harus membebaskanku," katanya.

"Mengapa begitu?" tanya elf bertanduk daun. "Kau sudah mendengar

janji kami. Kami tidak akan membebaskanmu sampai saudara-saudaramu

membawakan Panduan Lapangan bagi kami."

Jared menggeleng. "Kalian bilang kau tidak akan membebaskan Simon.

Aku Jared."

"Apa?" tanya Lorengorm.

Elf bertanduk daun maju selangkah ke arah Jared, tangannya

membentuk cakar.

Jared menelan ludah. "Kata-kata kalian adalah janji kalian. Kalian harus

membebaskanku."

"Buktikan dirimu, Nak," kata elf bermata hijau. Bibirnya menipis.

"Ini." Jared melepaskan ranselnya dengan tangannya yang gemetar. Di

sana, di bagian atas, tiga huruf tertulis pada kanvas merahnya: JEG.

"Lihat. Jared Evan Grace."

"Pergilah," kata elf bertanduk daun, menyemburkan kata itu seolah

kutukan. "Semoga kebebasanmu membuatmu senang kalau kami bertemu

denganmu atau saudara-saudaramu yang penipu itu lagi."

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 37: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Dengan kata-kata itu, akar-akaran terurai dari kaki Jared. Dia lari dari

lapangan itu secepat dia bisa. Dia tidak menengok ke belakang.

Saat mencapai puncak bukit, dia mendengar suara tawa.

Dia memandang pepohonan terdekat, tapi tidak ada tanda-tanda

keberadaan si phooka. Tapi Jared hanya setengah terkejut saat suara

yang sekarang terasa akrab itu bicara. "Aku lihat kau tidak menemukan

pamanmu. Sayang sekali. Kalau kau sedikit lebih tidak cerdas, mungkin

kau lebih sukses."

Jared menggigil dan buru-buru menuruni sisi lain bukit itu, cukup cepat

sehingga dia nyaris tidak bisa berhenti berlari sampai ke tengah jalan.

Dia menyeberang jalan dan lari ke pagar besi memasuki balaman

rumahnya sendiri, terengah-engah.

Mallory dan Simon menunggunya di tangga. Kakaknya tidak mengatakan

apa-apa hanya memeluknya dengan cara yang sangat-tidak-Mallory.

Jared membiarkan dirinya dipeluk.

"Aku tidak tahu apa yang akan kaulakukan," kata Simon sambil tertawa.

"Itu tipuan yang bagus."

"Terima kasih karena mengikuti kata-kataku," kata Jared sambil

tersenyum. "Phooka itu mengatakan sesuatu padaku dalam perjalanan

pulang."

"Sesuatu yang masuk akal?" tanya Mallory.

"Well, aku jadi berpikir," kata Jared. "Ing saat para elf bilang akan

menahanku di dunia peri?"

"Menahanmu?" tanya Simon. "Mereka bilang Simon."

"Yeah, tapi pikirkan apa yang akan mereka lakukan. Mereka akan

menahanku selamanya. Tidak bertambah tua, ingat? Selamanya."

"Jadi kaupikir...," suara Mallory semakin pelan.

"Saat aku pergi, si phooka bilang kalau aku sedikit lebih tidak cerdas,

aku mungkin lebih sukses menemukan pamanku."

"Maksudmu Arthur mungkin terperangkap bersama para elf?" tanya

Simon saat mereka menaiki tangga masuk rumah.

"Kurasa begitu," kata Jared.

"Kalau begitu dia masih hidup," kata Mallory.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 38: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

Jared membuka pintu belakang dan melangkah ke ruang tempat

menyimpan sepatu kotor. Dia masih menggigil karena pertemuannya

dengan para elf, tapi senyumnya semakin lebar. Mungkin Arthur tidak

lari meninggalkan keluarganya. Mungkin dia tawanan pada elf. Dan

mungkin-kalau Jared cukup cerdas-Arthur bisa diselamatkan.

Melamunkan penyelamatan itu, Jared nyaris tidak melihat kilauan perak

di kakinya sebelum dia terjatuh. Sesuatu yang tajam menekan paha dan

tangan Jared yang terulur. Simon juga terjatuh, menabrak Jared dan

Mallory, hanya beberapa langkah di belakang, menimpa kedua

saudaranya.

"Sial!" teriak Jared, melihat ke sekeliling. Lantai penuh mainan bekel

dan kelereng.

"Auw," kata Simon, berusaha membebaskan diri dari kakaknya. "Bangun

dariku. Mal."

"Kaupikir aku sedang bersenang-senang?" kata Mallory, bangkit berdiri.

"Aku akan membunuh boggart kecil itu." Dia berhenti.

"Tahu nggak, Jared? Kalau kita menemukan Panduan Lapangan Arthur,

menurutku lebih baik kita simpan saja."

Jared menatap kakaknya. "Benar?"

Mallory mengangguk. "Aku tidak tahu bagaimana perasaan kalian berdua,

tapi aku sudah capek disuruh-suruh peri."

-END-

Baca Lanjutannya di Buku 4

Spiderwick Chronicles:

Pohon Besi

Ucapan Terima Kasih

Tony dan Holly ingin berterima kasih kepada Steve dan Dianna untuk

ide-ide mereka, Starr untuk kejujurannya, Myles dan Liza untuk

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia

Page 39: The Spiderwick Chronicles Buku 3 - Rahasia Lucinda

berbagi pengalaman, Ellen dan Julie untuk membantu menjadikan ini

nyata,

Kevin untuk antusiasmenya yang tak kenal lelah Dan kepercayaannya

kepada kami, Dan terutama kepada Angela dan Theo - Tidak ada cukup

banyak pujian Yang bisa mendeskripsikan kesabaran kalian Dalam

menjalani malam-malam panjang Diskusi tentang Spiderwick.

http://inzomnia.wapka.mobi

Koleksi ebook inzomnia


Recommended