1
TINGKAT EFISIENSI BANK PEMBANGUNAN DAERAH (BPD)
DI INDONESIA PERIODE 2012-2014
Ar Royyan Ramly
Dosen Fakultas Syariah dan Dakwah Universitas Serambi Mekkah
JL. Teungku Imum Lueng Bata, Banda, Batoh, Banda Aceh, Aceh (0651) 23245
Abstract
This paper aims to examine and influence region development banking (BPD)
efficiency with Islamic banks and conventional banks for period 2012-2014 in
Indonesia. Method the paper use non-parametric through Data Envelopment
Analysis (DEA) and use fixed effect model (FEM) method to analyze determinant
efficiency internal bank. Result this paper has shown perfect efficiency scale of
Aceh Bank, meanwhile on 2012-2014 period another bank had relative efficiency
scale decrease. Then influence independen variable to scale efficiency has shown
positive signifficant at probability 0.0000 percent on variabel CAR, FDR and
NPF sharia unit. While conventional region development bank merely NPL
variabel insignificant to scale efficiency bank.
Keyword: Efficiency BPD, data envelopment analysis (DEA), and FEM.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan melihat pengaruh efisiensi bank
pembagunan daerah (BPD) syariah dan konvensional pada perioade 2012-2014 di
indonesia. Penelitian ini menggunakan metode non-parametrik melalui data
envelopment analysis (DEA) dan regresi fixed effect model (FEM) untuk
menganalisis efisiensi internal bank. Hasil penelitian ini menunjukkan skala
efisiensi sempurna diperoleh Bank Aceh, sementara dari tahun 2012-2014
efisiensi relatif bank menunjukkan penurunan. Kemudian pengaruh variabel
independen terhadap skala efisiensi menunjukkan positif signifikan pada
probabilitas 0.0000 persen pada variabel CAR, FDR, dan NPF unit syariah.
Sementara BPD konvensional memperoleh variabel NPL tidak signifikan terhadap
skala efisiensi bank.
Kata kunci: Efisiensi BPD, Data Envelopment Analysis (DEA), dan Fixed
Effect Model (FEM).
2
PENDAHULUAN
Fungsi utama perbankan ialah sebagai lembaga intermediasi (financial
intermediary), yaitu melakukan proses penghimpunan dana dari masyarakat atau
rumah tangga dan disalurkan kepada yang membutuhkan, dengan kata lain bank
memfasilitasi pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkan dan
kepada pihak yang kekurangan atau membutuhkan dana (deficit unit). Fungsi ini
muncul karena adanya assimetric information antara pihak yang memiliki dana
dengan pihak pengguna, sehingga memberikan peluang kepada pihak perantara
untuk mengakomodir kedua belah pihak (Ramly, 2015:5). Saat ini perkembangan
perbankan di Indonesia berkembang pesat sejak diterbitkannya UU Nomor 7
Tahun 1992 tentang perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas
undang-undang 1992 tentang perbankan yang menunjukkan sistem perbankan di
Indonesia menganut dual banking system (sistem ganda) dan UU Nomor 21
Tahun 2008 tentang perbankan syariah, hal ini yang menyebabkan sistem
perbankan di Indonesia berubah dari sistem tunggal menjadi sistem ganda.
Selain itu fungsi perbankan sesuai SK Menkeu RI Nomor 792 tahun 1992
berbunyi bahwa lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di
bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada
masyarakat terutama guna membiayai investasi pembangunan. Oleh karena itu
fungsi perbankan sangat berperan dalam perkembangan ekonomi suatu negara
(Rosyada, 2011:54). Karenanya Bank Indonesia selaku pemegang otoritas harus
mengawasi dan mengatur perbankan, di lain pihak dengan adanya UU Nomor 21
3
Tahun 2011 tentang pendirian OJK dan fungsinya sebagai pengawas dan
perizinan lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank.
Bank sebagai lembaga kepercayaan pemerintah yang diawasi juga harus
menunjukkan konstribusi yang baik dan kinerja efisien sebagai lembaga keuangan
supaya pertumbuhan dan stabilitas keuangan di Indonesia juga akan meningkat.
Hal utama yang menyebabkan perbankan berkembang secara sehat adalah
kompetisi (persaingan), persaingan merupakan hambatan bagi operasional dan
stabilitas perbankan.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka pada penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti
terkait tingkat efisiensi perusahaan maupun bank dalam beroperasi. Seperti
penelitian Ferari & Sudarsono (2011) melakukan penelitian terhadap efisiensi 6
perbankan syariah dan konvensional periode 2007-2010 dengan menggunakan
Data Envelopment Analysis (DEA), dengan pendekatan intermediasi. Hasilnya
menunjukkan 4 bank konvensional memiliki tingkat efisiensi 100 persen,
sedangkan bank syariah terdapat 2 bank syariah yang tingkat efisiensinya 100
persen.
Firdaus & Hosen (2013), memakai metode two stage analysis, yaitu first
stage menggunakan DEA, dan second stage menggunakan model TOBIT atau
melakukan regresi terhadap faktor yang mempengaruhi efisiensi. Hasil penelitian
menunjukkan tidak terdapat efisiensi yang optimum pada Bank Syariah selama
periode 2010-2012.
4
Shahid, dkk (2010) melakukan penelitian terhadap perbandingan efisiensi
bank syariah dan bank konvensional di pakistan, dengan pendekatan asset yang
dimiliki oleh perusahaan. Metode yang digunakan ialah data envelopment analysis
(DEA) dan uji beda. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan menggunakan
analisis teknikal (TE) bank konvensional lebih efisien daripada bank syariah.
Tetapi alokasi efisiensi dan efesiensi biaya menunjukkan persaingan yang sehat. t-
statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam efisiensi
skor rata-rata konvensional dan Bank syariah kecuali pada Tahun 2008.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Ahmad & Noor (2011) menganalisis
tentang pengaruh efisiensi bank dan profitabilitas bank Islam dunia. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu Data Envelopment
Analysis (DEA) dan panel data menggunakan Fixed Effect Model (FEM) untuk
melihat determinant efisiensi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat efisiensi
teknikal dalam profitabilitas bank Islam, dan menunjukkan efisiensi cenderung
menguntungkan bank Islam. Menariknya, hasil empiris menunjukkan bahwa lebih
menguntungkan bank adalah mereka memiliki beban usaha lebih tinggi terhadap
aset, ekuitas lebih terhadap aset dan terkonsentrasi pada tinggi negara
berpenghasilan menunjukkan hubungan yang erat antara Faktor-faktor moneter
dalam menentukan profitabilitas.
Ramly (2015) melakukan penelitian mengenai pemodelan dan
perbandingan efisiensi bank syariah dan bank konvensional di Indonesia. Metode
yang digunakan mengukur efisiensi teknis ialah Data Envelopment Analysis
(DEA), kemudian membandingkan efisiensi menggunakan one sample test dan
5
regresi data panel menggunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM). Hasil
penelitian menunjukkan pada periode 2012-2014 bank syariah lebih efisien
dibandingkan bank konvensional. Sedangkan faktor detemninan yang
mempengaruhi efisiensi bank konvensional berpengaruh signifikan dengan rasio
keuangan CAR, NPL, LDR, ROA. Sedangkan bank syariah FDR berpengaruh
signifikan pada level 6 persen.
Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa penelitian mengenai
tingkat efisiensi perbankan bisa dilakukan dengan metode yang berbeda-beda dan
pendekatan yang beragam. Namun pada penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan intermedisasi dalam menentukan input dan output perbankan,
sedangkan metode yang digunakan untuk melihat tingkat efisiensi perbankan
menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Selanjutnya untuk
menganalisis pengaruh efisiensi dengan yang terdapat dalam perbankan peneliti
menggunakan fixed effect model (FEM) terhadap bank BPD konvensional maupun
Unit Usaha Syariah (UUS) periode 2012-2014.
KONSEP EFISIENSI
Konsep efisiensi pertama kali dikemukakan oleh Farrel yang merupakan
tindak lanjut yang diajukan oleh Debreu dan Koopmans. Pengukuran Efisiensi
yang dikemukakan oleh Farrel dapat memperhitungkan input majemuk. Efisiensi
sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis (technical
efficiency) dan efisiensi alokatif (allocative efficiency). Efisiensi teknis
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencapai output semaksimal
mungkin dari sejumlah input. Sedangkan efisiensi alokatif menunjukkan sebuah
6
perusahaan menggunakan input seoptimal mungkin pada tingkat harga input
tertentu. Kemudian dua komponen ini dikombinasikan menghasilkan ukuran
efisiensi total atau efisiensi ekonomi (economic efficiency) (Abidin & Endri,
2009:22).
Dasar teori ekonomi ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan
efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomis mempunyai sudut pandang makro yang
mempunyai jangkauan lebih luas dibandingkan efisiensi teknis yang bersudut
pandang mikro. Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan
teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output (Huda &
Nasution, 2014:10). Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya
memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian
dan alokasi sumber daya yang optimal. Harga dalam efisiensi ekonomis tidak
dapat dianggap given, karena harga dapat dipengaruhi oleh kebijakan makro
(Amrillah, 2010:22). Namun untuk mencapai tingkat efisiensi secara teknis
sebuah perusahaan atau perbankan harus efisien secara teknis, dalam mencapai
efisiensi yang maksimal dengan cara memproduksi output dengan memanfatkan
input tertentu (Ramly, 2015:26).
Amrillah (2010) menyebutkan, konsep-konsep yang digunakan dalam
mendefinisikan hubungan input output dalam tingkah laku dari institusi
keuangan pada metode parametrik maupun non-parametrik adalah:
1) Pendekatan produksi (the production approach)
2) Pendekatan intermediasi (the intermediation approach)
3) Pendekatan asset (the asset approach)
7
Namun pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan intermediasi
(The Intermediation Approach), karena perbankan tidak hanya meningkatkan
output dari beberapa input yang digunakan, akan tetapi mengingat fungsi bank
sebagai lembega perantara keuangan (Intermediary Institution), yang
menyediakan dana kepada pihak yang memerlukannya, disisi lain menghimpun
dana dari pihak yang kelebihan dana.
Shahid, dkk (2010) dan Hadad, dkk (2003), menyebutkan, bahwa efisiensi
perbankan juga dapat diukur melalui menggunakan pendekatan operasional dan
pendekatan intermediasi. Dalam pendekatan intermediasi bank sebagai salah satu
pihak mengkonversi dan mentransfer asset yang dimiliki antara surplus unit dan
defisit unit yang bertindak sebagai perantara. Pendekatan intermediasi
mengindikasikan sebuah institusi finansial sebagai intermediator. Merubah dan
mentransfer aset-aset finansial dari unit- unit surplus menjadi unit- unit defisit.
Dalam hal ini input-input institusional seperti biaya tenaga kerja dan modal dan
pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit
pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial investments).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat efisiensi Bank Pembangunan
Daerah (BPD) di Indonesia tahun 2012-2015, dan melihat pengaruhnya terhadap
faktor internal perusahaan sendiri. Data yang dikumpulkan penelitian ini ialah
data dalam kurun waktu tertentu (cross section) dan antar waktu (time series),
yang diperoleh dari data sekunder periode 2012 sampai dengan 2014. Data ini
diambil dari berbagai laporan keuangan Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank
8
Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan jurnal penelitian lainnya. Alat
analisis yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA) dan Eviews
8.0.
Variabel penelitian
Dalam penelitian ini, bank yang diteliti sebanyak 5 Bank Pembangunan
Daerah (BPD) di Indonesia, masing-masing diteliti Unit Usaha Syariah (UUS)
dan konvensional dari bank pembangunan daerah (BPD), masing terdiri dari Bank
Aceh (BA), Bank DKI (BDKI), Bank DIY (BDIY), dan Bank Jabar Banten (BJB).
Variabel yang digunakan ialah variabel input dan output, variabel input terdiri atas
total asset, total simpanan (DPK), dan Biaya Tenaga Kerja, sedangkan variabel
output terdiri atas Pembiayaan (financing) dan total pendapatan operasional.
Tabel 1.1 variabel input dan variabel output
Simbol Variabel Sumber
Variabel Input
I1 Total asset Neraca
I2 Total Simpanan (DPK) Neraca
I3 Biaya tenaga kerja Laporan laba/rugi
Variabel Output
O1 Pembiayaan (financing) Neraca
O2 Total Pendapatan operasional Laporan laba/rugi
Kemudian variabel bebas (independen) dalam penelitian ini menggunakan
rasio keuangan FDR/LDR, CAR dan NPL/NPF sebagai variabel kedua untuk
menganalisis pengaruh faktor internal perusahaan yang mempengaruhi kinerja
9
efisiensi perbankan. Sedangkan skala efisiensi perbankan yang diukur dengan
metode DEA digunakan sebagai variabel dependen yang dianggap sebagai skala
efisiensi keseluruhan bank yang diukur dengan input dan output tertentu.
Tabel 1.2 Variabel Independen
N
o Variabel
Independe
n Rumus
1
CAR
2
NPL/NPF
3 FDR/LDR
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi. Pendekatan intermediasi melihat
institusi keuangan sebagai perantara yang tujuannya meminjam dananya kepada
depositor dan menyalurkannya kepada pihak lain untuk mendapatkan keuntungan
(Wijayanto & Sutarno, 2010:114). Tujuan DEA mengukur tingkat efisiensi
decision unit making (DMU) dengan membandingkan input dan output.
(1.1)
Atau, dengan persamaan:
10
(1.2)
Selain itu ada dua model pengukuran efisiensi dalam menganalisis
efisiensi DMU. Model pertama yaitu model asumsi constant return to scale
(CRS). Dalam model ini setiap DMU dibandingkan dengan seluruh DMU yang
ada disampel dengan asumsi bahwa kondisi internal dan eksternal DMU sama.
Dalam model CRS terdapat persamaan yang menerangkan bahwa nilai
atau score efisiensi teknis didapatkan dengan perbandingan antara rasio
output terhadap rasio inputnya. Selain itu, dalam persamaan tersebut dijelaskan
bahwa nilai dalam pengukuran tingkat efisiensi dibatasi dalam rentang nilai 0
sampai dengan 1 dan bobot nilai harus positif. Melalui persamaan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Bank dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio
mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi
bank semakin rendah (Firdaus & Hosen, 2013:174). Berikut adalah persamaan
pada model CRS:
(1.3)
Persamaan di atas dijelaskan bahwa fungsi tujuan dari persamaan tersebut
adalah memaksimalkan output dengan fungsi kendala bahwa nilai input sama
11
dengan satu, sehingga nilai output yang dikurangi nilai input nilainya kurang atau
sama dengan 0. Hal itu berarti semua bank akan berada atau di bawah tingkat
efisiensi teknis.
Sedangkan model kedua yang dikembangkan dalam pengukuran tingkat
efisiensi adalah model dengan asumsi Variable Return to Scale (VRS) Dalam
model ini diasumsikan bahwa kondisi semua DMU tidak sama atau dapat
dikatakan bahwa tidak semua DMU beroperasi secara optimal. Model matematika
dengan pendekatan VRS didapat melalui modifikasi dari model dengan
pendekatan CRS dan tetap berpedoman pada model matematika umum DEA
sebagai persamaan dalam mengukur tingkat efisiensi teknis. Dengan
menambahkan kendala konektivitas (convexity constraint) ke dalam persamaan
sehingga rumus matematisnya menjadi:
(1.4)
Dimana Uo merupakan penggal yang dapat bernilai positif atau negatif.
Dalam penelitian VRS, asumsi dari model ini adalah rasio antara penambahan
input dan output tidak sama. Artinya penambahan input sebesar x kali tidak akan
menyebabkan output meningkat x kali, bias lebih kecil atau lebih besar dari x kali.
Pendekatan ini lebih baik dalam menghitung efisiensi teknis yang sebenarnya
tanpa dibatasi kendala apapun (Sari, 2010:42).
12
Selanjutnya untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
efisiensi bank, menggunakan regresi panel dengan model fixed effect model
(FEM). Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan data
panel. Pertama, data panel merupakan gabungan dari dua data time series dan
cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan
menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan
informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang
timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variable) (widarjono,
2013:353).
Model matematis data panel untuk bank syariah dan bank konvensional
dapat ditulis sebagai berikut:
EFit = β0 + β1ROAit + β2NPFit + eit (1.5)
Dimana:
EF = Tingkat efisiensi bank syariah
ROA = Return on Asset
NPF = Non Peforming Financing
i = DMU ke-i
t = Periode ke-t
et = Error Term
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran kinerja efisiensi bank pembangunan daerah di indonesia
dengan menggunakan metode perhitungan DEA, dengan asumsi Constant Return
Scale (CRS) dan Variabel Return Scale (VRS), dapat dilihat tingkat efisiensi pada
Tabel 1.3. Bank Pembangunan Daerah yang diteliti ialah Bank Aceh, Bank DIY,
13
Bank DKI, dan Bank Jabar Banten selama periode 2012-2014. Namun pada
penelitian ini juga menganalisis tingkat efisiensi Unit Usaha Syariah (UUS) pada
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia. Berikut tingkat kinerja efisiensi Unit
Usaha Syariah (UUS).
Tabel 1.3 Hasil Efisiensi Bank BPD Unit Usaha Syariah CRS dan VRS
Nama Bank 2012 2013 2014 SE
Bank Aceh 100 100 100 100 100 100 100
Bank DIY 91.52 100 67.24 100 100 100 86,25
Bank DKI Jakarta 16.81 26.64 96.43 100 100 100 86.51
Bank Jabar Banten 67.47 100 93.56 100 100 100 87.01
Sumber: Data diolah dari DEA dan Excel dalam persen
Tabel di atas menunjukkan bahwa Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Aceh
dengan asumsi Constant Returm Scale (CRS) dan Variabel Return Scale (VRS)
memiliki tingkat efisiensi sempurna 100 persen. Hal ini menunjukkan kinerja
UUS Bank Aceh efisien secara teknis. Unit usaha syariah Bank Pembangunan
Daerah (BPD) Aceh mampu memanfaatkan input yang ada untuk menghasilkan
output yang efisien. Pada tahun 2012 dengan asumsi CRS maupun VRS bank
pembangunan daerah aceh memiliki tingkat efisien sempurna, pada Tahun 2013
dan 2014 BPD Aceh juga memiliki tingkat kinerja efisiensi sempurna, oleh
karenanya rata-rata kinerja tingkat efisiensi untuk Bank Pembangunan Daerah
(BPD) Aceh Syariah memiliki tingkat efisiensi sempurna.
Sedangkan Bank Pembangunan Daerah lainnya, seperti Unit Usaha
Syariah BPD DIY, pada Tahun 2012 asumsi pendekatan CRS memilliki tingkat
efisiensi hanya sebesar 91.52 persen, Tahun 2013 dengan asumsi crs turun
menjadi 67.24 persen, hal ini dikarenakan Unit Usaha Syariah BPD DIY secara
14
teknis belum mencapai efisiensi sempurna dalam memaksimalkan inputnya.
Namun pada Tahun 2014 kinerja efisiensi Unit Usaha Syariah BPD DIY
mengalami peningkatan sebesar 100 persen. Hal yang sama juga terjadi pada unit
usaha syariah BPD DKI, pada asumsi CRS dan VRS tahun 2012, bank ini
memperoleh kinerja efisiensi teknis sebesar 16.81persen dan 26.64 persen dengan
bencmark efisiensi merujuk kepada BPD Aceh. Pada tahun 2013 unit usaha
syariah BPD DKI mengalami peningkatan kinerja efisiensi (increasing) sebesar
96.43 persen. Demikian Unit Usaha Syariah BPD DKI berhasil meningkatkan
efisiensi teknis dengan cara pemakaian input yang maksimal.
Sementara Bank Pembagunan Daerah Jabar Banten yang sudah menjadi
Bank Umum Syariah memperoleh kinerja efisiensi rendah pada Tahun 2012
dengan asumsi CRS sebesar 67.47 persen, kemudian pada Tahun 2013 BJB
Syariah mengalami peningkatan (increasing) sebesar 93.56 persen dengan asumsi
CRS, namun bencmark rata-rata tingkat efisiensi Bank Pembangunan Daerah
merujuk pada Unit Usaha Syariah BPD Aceh. Berikutnya hasil kinerja efisiensi
bpd dengan asumsi CRS dan VRS pada BPD konvensional ditunjukkan pada tabel
1.4. di bawah ini:
Tabel 1.4 Hasil Efisiensi Bank BPD Konvensional CRS dan VRS
Nama Bank 2012 2013 2014 SE
Bank Aceh 100 100 100 100 100 100 100
Bank DIY 89.86 100 96.70 100 100 100 95.52
Bank DKI Jakarta 80.05 80.35 90.79 90.92 90.22 94.80 98.22
Bank Jabar Banten 97.43 100 100 100 100 100 99.14
Sumber: data diolah dari DEA dan Excel dalam persen
Tabel di atas menunjukkan bahwasanya tingkat kinerja efisiensi bank
pembangunan daerah (BPD) terlihat belum efisiensi sempurna, seperti yang di
15
alami Bank Pembangunan Daerah (BPD) DKI Tahun 2012 dengan asumsi CRS
dan VRS masing-masing sebesar 80.05 dan 80.35 persen, bencmark efisiensi
merujuk kepada bank Aceh dan BJB. Selanjutnya Tahun 2013 tingkat kinerja
efisiensi Bank DKI dengan asumsi CRS dan VRS mengalami peningkatan
(increasing) sebesar 90.79 dan 90.92 persen. Diantara bank pembangunan daerah
lainnya bank DKI selama periode 2012 sampai dengan 2014, dengan asumsi CRS
maupun VRS memiliki tingkat efisiensi rendah atau tidak sempurna, bencmark
tingkat efisiensi Bank DKI merujuk kepada Bank Aceh. Namun dari periode 2012
sampai dengan 2014 tingkat kinerja efisiensi Bank DKI meningkat sekitar 8.76
persen.
Bank Pembangunan Daerah yang relatif efisien sempurna dengan asumsi
CRS pada Tahun 2012 dialami oleh BJB dengan tingkat kinerja efisiensi sebesar
97.43 persen. Namun pada asumsi VRS tingkat efiensi BJB meningkat menjadi
100 persen, begitu pula pada Tahun 2013 dan 2014. Sedangkan bank
pembangunan daerah yang memilki tingkat efisiensi sempurna pada periode 2012-
2014 diperoleh Bank Aceh dengan tingkat kinerja efisiensi 100 persen. Bank
Aceh dijadikan patokan bagi bank pembangunan daerah lainnya dalam tingkat
kinerja efisiensi. Sementara itu Bank DIY memperoleh kinerja efisiensi relatif
pada asumsi CRS Sebesar 89.86 Persen Tahun 2012, Kemudian Meningkat
Menjadi 96.70 Persen pada Tahun 2013.
Lebih lanjut kinerja efisiensi bank pembangunan daerah yang di teliti
tergolong kurang efisien dari segi input dalam menghasilkan ouput, hal ini terlihat
4 bank pembangunan daerah, hanya satu bank dalam periode 2012-104 tingkat
16
efisiennya sempurna. Kemudian dalam paper ini juga menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja efisiensi bank pembangunan daerah, asumsinya
apabila faktor ini berpengaruh signifikan terhadap kinerja efisiensi, maka dapat
dikatakan secara internal faktor-faktor ini sangat mempengaruhi kinerja efisiensi.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.4 di bawah ini:
Tabel 1.4 Hasil Regresi Derterminan Tingkat Efisiensi UUS
Dependent Variable: DEA
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 01/26/16 Time: 12:23
Sample: 2012 2014
Periods included: 3
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 12
Variable Coeffici
ent
Std. Error t-Statistic Prob.
C -
6.22242
0
0.096066 -64.77229 0.0000
LOG(FDR) 1.79321
7
0.020970 85.51457 0.0000
LOG(CAR) -
0.30787
0
0.011742 -26.21968 0.0000
LOG(NPF) 0.23050
0
0.006121 37.65904 0.0000
Hasil di atas menunjukkan variabel independen Financing Deposit Ratio
(FDR) signifikan pada probabbilitas 0.0000 secara statistik pada α= 0.05%. Hal
ini menunjukkan tingkat kinerja efisiensi Unit usaha syariah (UUS) memiliki
pengaruh yang kuat dengan variabel FDR, semakin banyak bank memberikan
pembiayan kepada masyarakat maka semakin efisien operasional sebuah bank.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh
Ramly (2015), yang mengatakan pembiayaan pada periode ini semakin meningkat
17
sehingga variabel FDR semakin optimal mempengaruhi efisiensi bank syariah,
namun dalam kondisi normal batasan penyaluran pembiayaan berkisar antara 85-
100%.
Sedangkan variabel CAR dan NPF juga menunjukkan signifikan pada
probabilitas 0.0000 secara statistik pada α= 0.05%. Hasil variabel NPF sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Firdaus & Hosen (2013) Hal ini dikarenakan
semakin besar rasio pembiayaan macet suatu bank maka secara otomatis akan
mengganggu kegiatan operasional bank, terutama dari segi likuiditas bank.
Ahmad & Noor (2011), dan Noor & Ahmad (2012), berpengaruh positif dan
signifikan pada level 1% yang mengindikasikan meningkatnya efisiensi suatu
bank syariah. Sedangkan temuan Ulfa (2014), rasio NPF berpengaruh positif dan
signifikan. Sedangkan variabel CAR serupa dilakukan Endri (2011), menyebutkan
bahwa variabel CAR berpengaruh signifikan terhadap efisiensi bank. Bank yang
memiliki nilai CAR tinggi mempunyai tingkat efisiensi yang baik. CAR
merefleksikan kemampuan bank menghadapi kemungkinan resiko kerugian.
Lebih lanjut hasil analisis terhadap bank pembangunan daerah konvensional
memiliki hasil yang berbeda, seperti yang ditunjukkan tabel 1.5 di bawah ini:
Tabel 1.5 Hasil Regresi Determinan Tingkat Efisiensi BPD Konvensional
Dependent Variable: DEA
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 01/26/16 Time: 12:53
Sample: 2012 2014
Periods included: 3
Cross-sections included: 4
Total panel (balanced) observations: 12
Variable Coeffici Std. Error t-Statistic Prob.
18
ent
C 1.12530
7
0.039664 28.37099 0.0000
LOG(LDR) 0.05885
3
0.004695 12.53648 0.0001
LOG(CAR) -
0.14517
8
0.008996 -16.13806 0.0000
LOG(NPL) 0.00022
0
0.001158 0.190457 0.8564
Hasil di atas menunjukkan variabel independen Loan Deposit Ratio (LDR)
dan Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki probabilitas sebesar 0.0000 secara
statistik pada α= 0.05%. sedangkan variabel Non-Peforming Loans (NPL) terlihat
signifikan pada alpha 8 persen atau secara statistik probabilitas 0.8564 pada α=
0.05%. Temuan empiris ini mengikuti penelitian Ismail, Majid, & Rahim (2013),
menyatakan NPL berpengaruh negatif signifikan dan terhadap efisiensi bank
konvensional, disebabkan ketatnya ketentuan pemberian kredit bermasalah.
Kosekuensinya aturan mereka memaksa untuk meningkatkan pinjaman yang ketat
pada saat keadaan kualitas pinjaman memburuk.
Temuan lain dilakukan Masita (2013), dengan hasil bahwa NPL
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap efisiensi bank, hal ini terjadi karena
NPL tinggi maka timbul biaya-biaya tambahan seperti biaya monitoring yang
dapat menjadikan bank tidak efisien.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan sebelumnya pada penelitian ini,
dengan menganalisis tingkat skala efisiensi relatif Bank Pembangunan Daerah
19
(BPD) dan unit usaha syariah dengan metode data analysis envelopment (DEA)
dan mengalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi perbankan.
Pengukuran yang dilakukan dengan metode DEA menunjukkan kinerja
efisiensi relatif pada periode 2012-2014 diperoleh Bank Aceh tergolong efisiensi
sempurna dengan skala efisiensi 100 persen, sedangkan bank DIY, Bank DKI, dan
BJB memiliki skala efisiensi yang rendah antara tahun 2012-2013. Sedangkan
bank DKI pada periode 2012-2014 memperoleh skala efisiensi relatif rendah,
namun semakin meningkat setiap tahunya.
Kemudian bagi bank yang skala efisiensi rendah belum mampu menyerap
faktor-faktor input dalam menghasilkan output yang maksimal. Biasanya bank
terkendala dalam pembiayaan macet sehingga harus menambah anggaran untuk
menutupi kerugian tersebut (cost of fund). Hal lain disebabkan oleh mahalnya
biaya monitoring dan operasional yang dialami perbankan dalam waktu periode
tertentu. Selanjutnya analisa faktor independen yang yang mempengaruhi kinerja
efisiensi terlihat signifikan pada unit usaha syariah dan juga bank pembangunan
daerah konvensional .
Variabel ini terdiri atas CAR, FDR dan NPF. Sedangankan dalam bank
pembangunan daerah (BPD) konvensional hanya variabel NPL yang signifikan
pada alpha 8 persen secara stastistik tidak signifikan pada α= 0.05%. Penelitian ini
dapat dijadikan acuan bagi beberapa pihak seperti, pembaca, manajemen Bank
Syariah dan Bank Konvensional, Investor, kalangan akademisi, stakeholder,
shareholder.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A. & Endri. (2009). Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah
(BPD): Pendekatan Data Envelopment Analysis. Jurnal Akutansi dan
Keuangan Vol. 11 No.1.
Ahmad, N.H & Noor, M.A.N. (2011). The Determinants Efficiency and
Profitability of World Islamic Banks. Hong Kong: International
Conference on E-business, Management and Economics IPEDR vol.3.
IACSIT Press,
Amrillah, M.A. (2010). Efisiensi perbankan syariah di Indonesia Tahun 2005 -
2009. Tesis Universitas Diponegoro Semarang.
Bank Indonesia (BI). (2013). Laporan Perkembangan Perbankan Syariah.
Jakarta: Bank Indonesia.
Endri. (2011). Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi
Two-Stage Data Envelopment Analysis. Jurnal No 10.
Firdaus, M.F. & Hosen, M.N. (2013). Efisiensi Bank Umum Syariah
Menggunakan Pendekatan Two-Stage Data Envelopment Analysis. Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Hadad, M. Santoso, W. Dhaniel, I. Mardhanugraha, E. (2003). Analisis Efisiensi
Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-parametric Data
Envelopment Analysis (DEA). Research Paper Bank Indonesia.
Huda, N. & Nasution, M.E. (2014). Current Issues Lembaga Keuangan Syariah
(ed.ke-2), Jakarta: Kencana.
Ismail, F. Majid, M.S. Rahim. Rossana AB. (2013). Efficiency of Islamic and
Conventional Banks in Malaysia. Journal of Financial Reporting and
AccountingVol. 11 No. 1.
Noor, M.A.N.M & Ahmad, N.H. (2012). The Determinants of World Islamic
Banks’ Efficiency:Does Country Income Level have an Impact?. Journal of
Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 8 No. 2.
Ramly, A. (2015). Perbandingan dan Pemodelan Efisiensi Bank Syariah dan
Konvensional di Indonesia. Tesis Fakultas Ekonomi. Universitas Islam
Indonesia (UII). Yogyakarta.
Rosyada, A. (2011). Analisis Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah Di
Indonesia Periode 2008-2009 Dengan Menggunakan Metode DEA (Data
Envelopment Analysis). Jurnal Media Ekonomi. Vol. 19 No. 02.
21
Sari, N. (2010). Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dan Faktor Internal
Eksternal Yang Mempengaruhinya. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Shahid, H, Ramizur R, Ghulam S, K.N & Raoof A. (2010). Effeciencies
Comparison of Islamic Banking and Conventional Banks of Pakistan.
International Research Journal of Finance and Economics-Issue 49, 24.
Sudarsono, H. & Ferari, N. (2011). Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Dan
Konvensional Dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA).
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam Vol 1 No 2, hlm 141-148.
Wijiyanto, A. & Sutarno. (2010). Kinerja Efisiensi Fungsi Intermediasi Bank
Persero Di Indonesia Dengan Menggunakan Pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA). Jurnal keuangan dan perbankan. Vol 14 No.
1. 110-112.