+ All Categories
Home > Documents > TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR...

TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR...

Date post: 06-Feb-2018
Category:
Upload: dokhuong
View: 228 times
Download: 5 times
Share this document with a friend
12
TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN PENANGANAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN KABUPATENBANGGAI KEPULAUAN ROAD DAMAGE LEVELS AS BASIC POLICYMAINTENANCE DISTRICT ROAD MANAGEMENTBANGGAI KEPULAUAN Yorim Mbolian, Yamin Jinca, Tahir Kasnawi Program Teknik Perencanaan Prasarana Fakultas Terknik Universitas Hasanuddin Alamat Koresponden: Teknik Perencanaan Prasarana Universitas Hasanuddin Makassar 90245 Hp.081243758626 Email:[email protected]
Transcript
Page 1: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN PENANGANAN PEMELIHARAAN PRASARANA JALAN

KABUPATENBANGGAI KEPULAUAN

ROAD DAMAGE LEVELS AS BASIC POLICYMAINTENANCE DISTRICT ROAD MANAGEMENTBANGGAI KEPULAUAN

Yorim Mbolian, Yamin Jinca, Tahir Kasnawi

Program Teknik Perencanaan Prasarana Fakultas Terknik Universitas Hasanuddin

Alamat Koresponden:

Teknik Perencanaan Prasarana

Universitas Hasanuddin

Makassar 90245

Hp.081243758626

Email:[email protected]

Page 2: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

Abstrak Prasarana jalan merupakan barang publik yang harus dapat dirasakan keberadaannya oleh seluruh lapisan

masyarakat maka sebagai konsekuensinya hak penguasaan dan wewenang pengadaan prasarana jalan umumnya

dilakukan oleh pemerintah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) jenis dan penyebab terjadinya

kerusakan konstruksi perkerasan jalan, (2) kekuatan struktur perkerasan jalan terhadap beban lalu lintas pada

ruas jalan, dan (3) kebijakan penanganan pemeliharaan prasarana jalan dalam keterbatasan dana. Penelitian ini

dilaksanakan di Kabupaten Banggai Kepulauan pada ruas jalan Salakan-Sambiut, Bulagi-Sabang dan Alakasing

Saiyong. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survei kondisi jalan dan mewawancarai stakeholder

yang memiliki kompetensi dalam penanganan pemeliharaan jalan. Pengolahan data yang telah diperoleh

dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Hasil penelitian

menunjukan bahwa luas total kerusakan konstruksi perkerasan jalan yang terjadi yaitu 8936,94 m2 dengan

rincian kerusakan fungsional sebesar 6717,12 m2 atau 80% dan kerusakan struktural sebesar 1679,82 m2 atau

20%. Kondisi konstruksi perkerasan jalan mengalami penurunan rata-rata sebesar 28,26% setiap tahun sehingga

hanya mampu bertahan hingga 3,54 tahun untuk kegiatan pemeliharaan jalan dan 7,08 tahun untuk kegiatan

peningkatan jalan. Program penanganan jalan yang dilakukan selama ini dilaksanakan berdasarkan pagu

anggaran sebab keterbatasan alokasi pembiayaan pemeliharaan jalan.Kebijakan dari pemerintah dibutuhkan

untuk melakukan pemeliharaan, baik dalam pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala yang sistematik

dan berkesinambungan.

Kata kunci: Kerusakan, kebijakan, Pemeliharaan, Jalan

Abstract

Road infrastructure is a public good that should be felt by the whole society existence as a consequence the

right to control and authorize the procurement of road infrastructure is generally carried out by the

government. The aim of the study was to determine (1) the type and cause of the damage to the road pavement

construction, (2) the strength of the pavement structure of the traffic load on the roads, and (3) the maintenance

of road infrastructure management policies within the limits of funds. The study was conducted in Banggai

Kepulauan regency of joint road segment Salakan-Sambiut, Bulagi-Sabang and Alakasing-Saiyong. The method

used in the study is a survey road conditions and interviewed stakeholders who have competence in the handling

of road maintenance. Treatment data were analyzed using descriptive qualitative and quantitative fit with the

purpose to be achieved. The results indicate that the total damage that occurs of road pavement construction is

8936.94 m2 with details of the functional damage of 6717.12 m2 or 80% and structural damage of 1679.82 m2

or 20%. Conditions pavement construction decreased by an average of 28.26% per year so that can only last up

to 3.54 years for the maintenance of roads and 7.08 years for the improvements of roads. Road management

program conducted during the budget cap is implemented based on the allocation because funding limitations of

road maintenance. Government policies are needed to perform maintenance, both in routine maintenance and

periodic maintenance of systematic and continuous.

Key word: Damage, Policy, Maintenance, Road

Page 3: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

PENDAHULUAN

Transportasi merupakan komponen utama berfungsinya suatu kegiatan ekonomi,

sosial, budaya, dan politik masyarakat, dimana tingkat mobilitas dan perekonomian serta pola

kehidupan masyarakat erat kaitannya dengan ketersediaan fasilitas transportasi yang

cukup.Jasa transportasi yang cepat, murah dan aman adalah sangat penting dan diutamakan

dalam kehidupan modern, dan usaha penyempurnaan tersebut dapat mempengaruhi

perkembangan standar kehidupan masyarakat. Pertumbuhan fasilitas transportasi, baik

prasarana jalan maupun sarana transportasi telah memberikan manfaat yang besar kepada

masyarakat dan mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia, (Jinca.M.Ydkk.,2007).

Prasarana jalan merupakan barang publik yang harus dapat dirasakan keberadaannya

oleh seluruh lapisan masyarakat maka sebagai konsekuensinya hak penguasaan dan

wewenang pengadaan prasarana jalan umumnya dilakukan oleh pemerintah, dan diharapkan

setiap daerah mampu mengembangkan sistem penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat

yang lebih akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat setempat.

Mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan prasarana jalan sesuai dengan rencana

pembangunan, perlu dilakukan usaha-usaha pengelolaan operasi, pemeliharaan dan

penanganan yang harus direncanakan dengan baik terhadap ruas-ruas jalan yang ada,

sehingga mampu berfungsi secara optimal dalam mempermudah arus transportasi orang,

barang dan jasa, untuk itu dalam mendukung pencapaian tersebut diharapkan kualitas

konstruksi perkerasan jalan selalu memberikan lapis permukaan yang rata sehingga dapat

menjamin kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan selama masa pelayanan (umur

rencana).

Penyebab terjadinya kerusakan dini pada ruas-ruas jalan di berbagai daerah masih

menjadi bahan perdebatan.Terlepas dari mutu komponen perkerasan dan pelaksanaan

pekerjaan yang mungkin kurang baik, iklim dan kondisi tanah dasar, juga distribusi beban

kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut, (Saodang, H. 2009).

Kabupaten Banggai Kepulauan juga tidak terlepas dari masalah penurunan

kemampuan pelayanan konstruksi perkerasan jalan, hal ini dapat dilihat dengan

meningkatnya prasarana jalan yang mengalami kerusakan. Pada akhir tahun 2012 panjang

total jaringan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan adalah 1317,21 km dan di

antaranya 470,79 km atau 35,74% mengalami rusak dan rusak berat, bahkan sebagian ruas

jalan tersebut mengalami kerusakan sebelum masa pelayanan (umur rencana) tercapai.

Page 4: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

Terjadinya kerusakan jalan akan memerlukan biaya penanganan yang tinggi, hal ini

membutuhkan penerapan efisiensi sesuai dengan tingkat manfaat yang diterima atau tingkat

kerusakan yang terjadi. Penanganan pemeliharaan prasarana jalan yang dibutuhkan oleh

masyarakat Kabupaten Banggai Kepulauan tidak mungkin semua terpenuhi karena

keterbatasan anggaran, sehingga pemerintah daerah mengarahkan penentuan skala prioritas

menjadi syarat awal penyusunan suatu kegiatan yang dapat dinilai dari urgensitasnya, segi

pemanfaatan, cakupan masyarakat yang mendapatkan manfaat dari kegiatan itu, dan

kemampuan sumber daya, yang diharapkan berorientasi pada tujuan dan manfaat yang

dikehendaki masyarakat, dengan mempertimbangkan nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas

penggunaan anggaran, dengan kriteria eksisting kondisi jalan, lalu lintas harian rata-rata,

potensi ekonomi komoditi unggulan, manfaat pemakai jalan, penduduk pengguna ruas jalan,

peran serta masyarakat, fasilitas umum dan moda transportasi.

Kebijakan penanganan pemeliharaan yang sesuai standar akan mencegah percepatan

penurunan tingkat pelayanan prasarana jalan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu

dilaksanakan evaluasi atau penelitian terhadap jenis dan penyebab terjadinya kerusakan, baik

beban lalulintas yang melebihi kapasitas (overloaded) maupun faktor lingkungan dan juga

mutu awal pelaksanaan perkerasan jalan yang kurang memenuhi standar perencanaan, guna

mengetahui pengaruh kerusakan dan langkah penanganan selanjutnya.Tujua penelitian ini

adalah Untuk menjelaskan jenis dan penyebab terjadinya kerusakan konstruksi perkerasan

jalan di Kabupaten Banggai Kepulauan.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan

untuk menjelaskan, menggambarkan kondisi atau situasi yang menjadi objek penelitian

berdasarkan kondisi di lokasi pengamatan dengan kajian pustaka atau teori serta standar yang

ditetapkan.Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi

berbagai data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk menghasilkan suatu usulan

atau alternatif dalam menyelesaikan masalah, (Sugiyono, 2009).

Desain penelitian yang dilaksanakan adalah dengan metode survei atau melihat

langsung ke lokasi penelitian dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi mengenai

volume lalu lintas, tebal lapis perkerasan, kekuatan tanah dasar dan semua jenis kerusakan

yang ada. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian ini, maka desain penelitian dilakukan

Page 5: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

dengan cara analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif antara kondisi (existing) dengan

kajian pustaka serta standar yang ditetapkan.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder.Data primer adalah yang diperoleh melalui survei di lokasi penelitian dan

wawancara atau interview dengan stakeholder yang memiliki kompetensi dalam

pembangunan dan pemeliharaan jalan di Kabupaten Banggai Kepulauan.Data

sekunderMerupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait tentang pembangunan,

pemeliharaan dan pengawasan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan survei kondisi jalan,

pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara dengan stakeholder yang memiliki

kompetensi dalam penanganan pemeliharaan jalan dalam wilayah kabupaten Banggai

Kepulauan.

Teknik Analisis Data

Pengolahan data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan

kuantitatif sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yaitu: (1). Untuk menjawab rumusan

masalah pertama mengenai jenis dan penyebab terjadinya kerusakan konstruksi perkerasan

jalan di kabupaten Banggai Kepulauan dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif

sesuai dengan data primer dan data sekunder. Untuk menjawab tujuan kedua penelitian ini

dilakukan dengan cara analisis kuantitatif terhadap keseimbangan antara beban lalulintas

dengan luas daerah tegangan dengan persamaan di bawah ini :

W = ½P = F F = ( x r2 x Tt) (15)

h = r = jari-jari lingkaran

h = D1 + D2 + D3 (total tebal lapis perkerasan)

½P = 𝜋x r2 x Ft

½P = 𝜋x h2 x Tt h

2 = ½P = P

𝜋x Tt 2𝜋 x Tt

Berdasarkan persamaan tersebut sehingga:

µP

h = √2𝜋𝑥 Tt (16)

Page 6: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

HASIL

Data hasil survai yang dilaksanakan dengan cara pengamatan langsung pada ruas

jalan yang menjadi target penelitian terhadap semua jenis kerusakan dengan cara mengukur

volume atau luasan jenis kerusakan.

Pada gambar 1 memperlihatkan jenis Kerusakan Jalan konstruksi perkerasan jalan di

Kabupaten Banggai Kepulauan selain membahayakan pengguna jalan, juga menambah biaya

operasional dan perawatan kendaraan. Kerusakan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya faktor lingkungan yang secara teknis kemudian akan merubah kualitas struktur

tanah dasar akibat menurunnya nilai CBR, jumlah muatan kendaraan yang melebihi kapasitas

kelas jalan.

Pada gambar 2 memperlihatkanKerusakan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai

Kepulauan seperti ditunjukan pada grafik tersebut dikelompokkan dalam dua kategori yaitu

kerusakan struktural dan kerusakan fungsional.Kerusakan struktural dikategorikan sebagai

kerusakan yang terjadi pada konstruksi perkerasan jalan berupa perubahan bentuk dan cacat

tepi perkerasan, sedangkan kerusakan fungsional dikategorikan sebagai kerusakan yang

terjadi pada lapis permukaan jalan seperti retak dan cacat permukaan.

Pada table 1 memperlihatkan bahwa Tidak seimbangnya antara kekuatan lapis

perkerasan dengan beban lalu lintas yang bekerja di atasnya disebabkan oleh meningkatnya

volume dan beban lalu lintas dan menurunnya kekuatan lapis perkerasan disebabkan oleh

penggunaan material pada saat pelaksanaan konstruksi tidak sesuai dengan persyaratan dalam

spesifikasi seperti penggunaan aspal pada pekerjaan lapen yang kurang dari yang

dipersyaratkan (101,92 kg/m3). Berdasarkan data sekunder penggunaan aspal dalam

pelaksanaan konstruksi jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan adalah rata-rata

95,49 kg/m3.

PEMBAHASAN

Faktor penyebab kerusakan perkerasan jalan dalam wilayah Kabupaten Banggai

Kepulauan pada umumnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor lalu lintas dan

faktor non lalu lintas.Faktor non lalu lintas termasuk di dalamnya pelaksanaan konstruksi

yang tidak sesuai dengan perencanaan dan spesifikasi teknis.

Kerusakan struktural adalah kerusakan pada struktur jalan, sebagian atau seluruhnya,

yang menyebabkan perkerasan jalan tidak lagi mampu menahan beban yang bekerja di

atasnya. Untuk itu perlu adanya perkuatan struktur dari perkerasan dengan cara pemberian

Page 7: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

pelapisan ulang (overlay) atau perbaikan lapisan perkerasan yang ada, (Dirjen Bina Marga,

2008).

Kerusakan pada konstruksi jalan terutama disebabkan oleh lalu lintas.Faktor lalu

lintas tersebut ditentukan oleh beban kendaraan, distribusi beban kendaraan pada lebar

perkerasan, pengulangan beban lalu lintas. Moda transportasi dalam wilayah Kabupaten

Banggai Kepulauan khususnya jenis angkutan yang menggunakan kendaraan berat atau

angkutan barang yang walaupun jumlahnya terbatas, tetapi dengan adanya pertambahan

volume beban lalu lintas yang ekponensial tersebut maka mempercepat terjadinya kerusakan

dan umur rencana dari perkerasan jalan tidak dapat tercapai., (Dirjen Bina Marga, 2008).

Kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan, kelancaran lalu lintas

angkutan jalan dan spesifikasi penyediaan prasaran jalan yang diatur sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang jalan.Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan

prasarana jalan dikelompokan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang dan jalan

kecil, (Dirjen Bina Marga.1990).

Klasifikasi kelas jalan berkaitan dengan fungsi dan intensitas lalu lintas guna

kepentingan pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan dan

daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat (MST) dan dimensi kendaraan

bermotor sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI No.22 tahun 2009 tentang lalu lintas

dan angkutan jalan, (Dirjen Perhubungan Darat, 2009).

Menurut Adisasmita (2011), secara umum fungsi jalan dapat digolongkan dalam 2

kelompok besar, yakni: (1). Sebagai media pergerakan lalu lintas dalam mengakomodasikan

kebutuhan mobilitas (traffic function), dan (2). Sebagai tempat akses keluar masuk pada

penggunaan fasilitas atau tata guna lahan yang ada di sekitar ruas jalan (land function).

Menurut Sukirman (2010), daya dukung lapis tanah dasar sebagai perletakan struktur

perkerasan jalan sangat menentukan ketahanan struktur dalam menerima beban lalulintas

selama masa pelayanan. Berdasarkan elevasi muka tanah dimana struktur perkerasan jalan

diletakkan lapis tanah dasar dibedakan, yaitu lapis tanah dasar asli, lapis tanah dasar tanah

urug atau tanah timbunan, dan lapis tanah dasar tanah galian, dengan tingkat kepadatan yang

diharapkan.

Menurut JICA (2005), daya dukung tanah dasar diperhitungkan berdasarkan

pengukuran nilai California Bearing Ratio (CBR). Nilai CBR adalah nilai yang menyatakan

kualitas suatu bahan dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang mempunyai

nilai CBR 100%.CBR ini menunjukan nilai relatif kekuatan tanah.Selain penentuan nilai

Page 8: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

Daya Dukung Tanah (DDT), dengan menggunakan nilai CBR, dapat pula ditentukan

berdasarkan indeks kelompok (group index).

Lapisan permukaan adalah lapisan teratas dari struktur perkerasan jalan yang

langsung berhubungan dengan roda kendaraan dan kondisi lingkungan.Pada perkerasan lentur

dengan bahan pengikat aspal, lapisan ini kedap air, memiliki stabilitas dan tingkat keawetan

yang tinggi dibandingkan dengan tanpa bahan pengikat aspal. Berdasarkan fungsinya, jenis

lapis permukaan dengan bahan pengikat aspal dibedakan atas lapis permukaan yang berfungsi

sebagai lapis aus (wearing course) dimana lapisan ini kedap air yang ditujuhkan untuk

menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu dan umumnya bersifat non

struktural; dan lapisan permukaan yang berfungsi sebagai lapis antara (binder course) dan

lebih bersifat struktural yang berfungsi sebagai lapis penahan dan menyebarkan beban roda

selama masa pelayanannya.

Menurut Sukirman (2010), lapisan permukaan non struktural berfungsi sebagai

lapisan aus dan kedap air yang dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan

mutu, sehingga secara keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan.

Perubahan bentuk (deformation), Kerusakan ini menyebabkan perubahan bentuk

permukaan perkerasan dari bentuk aslinya. Deformasi dapat dibedakan atas: alur (rutting),

keriting (corrugation), sungkur (shoving), amblas (depression), dan jembul (upheaval).

Kerusakan perubahan bentuk dikenal juga dengan istilah distorsion, terjadi akibat kekuatan

lapis perkerasan tidak seimbang dengan beban kendaraan yang melintas, kerusakan tersebut

didahului dengan kerusakan yang bentuknya alur (rutting) pada lintasan roda kendaraan.

Akibat beban kendaraan yang melebihi kapasitas akan menyebabkan terjadinya kerusakan

yang bentuknya amblas (depression) dengan kedalaman antara 2 cm hingga 4 cm, dan jika

tidak dilakukan perbaikan akan menyebabkan kerusakan yang jenisnya sungkur (shoving)

atau kerusakan yang membentuk jembulan ke atas pada lapisan permukaan.

Cacat tepi perkerasan, Kerusakan ini terjadi pada pertemuan tepi permukaan

perkerasan dengan bahu jalan tanah (bahu tidak beraspal) atau juga pada tepi bahu jalan

beraspal dengan tanah sekitarnya.Bentuk kerusakan cacat tepi permukaan dibedakan atas

gerusan tepi (edge break) dan penurunan tepi (edge drop). Sesuai dengan hasil pengamatan

secara visual di lokasi penelitian, menunjukkan bahwa kerusakan lapis perkerasan jalan

dengan tipe cacat tepi perkersan, pada umumnya terjadi pada ruas jalan yang belum

dilindungi dengan pasangan batu talud, hal ini disebabkan gerusan air akibat material bahu

jalan tidak tahan terhadap erosi, akibat material bahu jalan yang digunakan pada umumnya

adalah material tanah urugan pilihan yang tidak terstabilisasi dengan rumput.

Page 9: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

Kualitas suatu konstruksi perkerasan jalan merupakan hasil pengaruh dari kualitas

pelaksanaannya. Penyimpangan dalam proses pelaksanaan konstruksi seperti pengurangan

tebal lapis perkerasan, penggunaan material yang tidak sesuai akan menyebabkan kerusakan

jalan pada konstruksi perkerasan jalan lebih awal dari umur teknis yang telah ditetapkan.

Pengendalian pelaksanaan pembangunan jalan adalah hal yang sangat membutuhkan

perhatian pihak pemerintah sebagai pemilik, konsultan supervisi dan penyedia jasa konstruksi

karena mutu produk pekerjaan tergantung kepada stakeholder tersebut, disamping itu

pembangunan jalan harus pula didukung dengan spesifikasi teknis yang mengacu terhadap

berbagai standar seperti AASTHO, Asphalt Institute, atau SNI dengan berbagai kegiatan

diantaranya perbaikan daya dukung tanah, pelaksanaan lapis pondasi dan lapis penutup.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penyebab kerusakan konstruksi perkerasan jalan adalah sebagai berikut: (a). Tebal

lapis perkerasan jalan yang tidak mampu lagi menahan beban lalu lintas, (b). Kegagalan

dalam proses pelaksanaan seperti penggunaan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi,

(c). Pemadatan yang kurang sempurna, dan (d). Tidak adanya drainase atau sistem drainase

yang kurang berfungsi.Perlunya Penugasan pengawas lapangan agar disesuaikan dengan

kompetensi dan disiplin ilmu yang dimiliki agar pengendalian pelaksanaan pekerjaan dapat

terlaksana tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, S.A. (2011). Jaringan transportasi, Yogyakarta: Graha ilmu

Dirjen Bina Marga.(1990). Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan

Kabupaten.Surat Keputusan No.77/KPTS/Db/1990,Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum RI

Dirjen Bina Marga, (2008). Modul Jalan Kabupaten Bagian A,Jakarta: Dinas Pekerjaan

Umum RI.

Dirjen Bina Marga, (2008). Modul Jalan Kabupaten Bagian B,Jakarta: Dinas Pekerjaan

Umum RI.

Dirjen Perhubungan Darat, (2009).Tentang Lalu lintas Jalan. Undang-Undang Republik

Indonesia No.22, Th.2009, Jakarta: Departemen Perhubungan RI.

JICA, (2005), Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten edisi I, Puslitbang Prasarana

Transportasi ISBN: 979-95959-5-9 Balitbang Dep. Pekerjaan Umum, Bandung.

Jinca.M.Y dan Lindasari, (2007). Dasar-Dasar Transportasi, Pusdiklat Aparatur Departemen

Perhubungan

Saodang, H. (2009). Struktur & Konstruksi Jalan Raya, Nova, Bandung

Sugiyono, (2009).Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: Alfabeta

Sukirman, S. (2010). Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan lentur, Nova, Bandung

Page 10: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

Gambar 1. Grafik jenis kerusakan jalan

Salakan-Sambiut Bulagi-SabangAlakasing -

Saiyong

Perubahan Bentuk 236.72 852.36 30.44

Cacat Tepi Permukaan 363.96 147.55 48.79

Retak 2938.44 216.15 58.62

Cacat Permukaan 2633.46 784.59 85.86

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

Page 11: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

Kerusakan Fungsional Kerusakan Struktural

Jalan Salakan -Sambiut

Jalan Bulagi - Sabang

Jalan Alakasing - Saiyong

Gambar 2. Jenis kerusakan perkerasan jalan

Page 12: TINGKAT KERUSAKAN JALAN SEBAGAI DASAR …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/f8480c711c675dbddf5f941a3fe487c5.pdf · tingkat kerusakan jalan sebagai dasar kebijakan penanganan pemeliharaan

Tabel 1. Jenis kerusakan struktural konstruksi jalan

RUAS JALAN

Perubahan Bentuk Cacat Tepi Permukaan

Keriting

(m2)

Amblas

(m2)

Sungkur

(m2)

Alur

(m2)

Gerusan tepi

(m2)

Penurunan tepi

(m2)

Salakan – Sambiut

Salakan - Kautu

Kautu - Palam

Palam - Sambiut

-

-

-

21,44

142,50

14,20

-

-

-

16,26

31,50

10,82

46,80

112,42

32,70

51,38

86,00

34,66

Jumlah - 178,14 - 58,58 191,92 172,04

Bulagi - Sabang

Bulagi - Bangunemo

Bangunemo - Sambulangan

Sambulangan - Sabang

-

-

-

17,50

82,50

703,15

-

11,55

8,90

11,66

17,10

26,88

15,14

30.41

27,56

16,34

31,22

Jumlah - 803,15 11,55 37,66 72,43 75,12

Alakasing - Saiyong

Alakasing - Manggalai

Manggalai - Saiyong

-

-

12,24

-

-

-

9,82

8,36

14,66

10,80

10,55

12,78

Jumlah - 12,24 - 18,20 25,46 23,33

Sumber: Data primer (2013)


Recommended