Date post: | 28-Oct-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | rissa-watloly |
View: | 336 times |
Download: | 17 times |
TUGAS MATA KULIAH
PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
DOSEN PENGAMPU
PROF. DR. Atwi suparman
DR. Rusmono
Oleh:
Beatrix J.M. Salenussa (7117120463)
PROGRAM DOKTOR TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
Tugas 1 Buku Carey, W. Dick, Carey, Lou & Carey , James. O. (2009). The Systematic
Design Of Instruction (7th Ed). New Jersey: lonngman publishser. (SDI, Chapter
IX,X,XI,XII)
1. Jelaskan langkah-langkah dari model, Desain Instruksional dalam buku tersebut (buat
tulisan 2 halaman)
2. Apa saja konsep yang paling menarik pada: langkah pertama, langkah selanjutnya
sampai dengan langkah sebelum pengembangan bahan pembelajaran, langkah
pengembangan bahan pembelajaran, (buat tulisan 3 halaman)
3. Kalau Anda jadi konsultan di tempat kerja Anda atau di perusahaan yang mempunyai
unit Diklat untuk mengembangkan mata pelajaran/matakuliah/program diklat apa
kesulitan Anda dalam menggunakan model tersebut. Buat tulisan 3 halaman
1. Langkah Desain System Instruksional
Model yang dikembangkan oleh Dick and Carey berdasarkan penelitian Robert Gagne
ini menyatakan bahwa perilaku manusia sangat kompleks dan lebih banyak dikontrol oleh
proses mental internal daripada rangsangan dan penguatan dari luar. Proses belajar akan
terjadi apabila pembelajar telah menyatukan rencana dan informasi baru ke dalam
memorinya sehingga memungkinkan munculnya kemampuan yang baru. Dengan demikian,
maka instruksional dipahami sebagai pengorganisasian dan penyediaan informasi. Sebagai
contoh; pengalaman dan aktivitas yang dapat meningkatkan proses mental internal pebelajar.
Dalam buku The Systematic Design Of Instruction (7th Ed) ini, sistem pendekatan
model Dick & Carey lebih diarahkan pada salah satu dari model prosedural, yaitu model yang
pada dasarnya menyarankan adanya penerapan prinsip disain Instruksional berdasarkan
langkah-langkah yang harus disesuaikan secara berurutan sehingga aspek revisi atau
perbaikan pembelajaran secara menyeluruh lebih ditekankan pada peoses belajar mengajar
yang di dapat.
Proses desain instruksional secara Langkah-langkah pengembangan model disain
instruksional Dick and Carey adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Dalam artian bahwa langkah pertama ini, menentukan kompetensi dan kemampuan
apa saja yang ingin dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti progam
pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun rumusan tujuan pembelajarannya
dikembangkan melalui :
1) Rumusan tujuan pembelajaran yang sudah ada pada silabus
2) Hasil analisis kinerja
3) Hasil analisis kebutuhan
4) Hasil pengalaman praktis yang berkaitan dengan kesulitan-kesulitan belajar yang
dihadapi oleh peserta didik
5) Hasil analisis tentang cara seseorang melakukan suatu pekerjaan/tugas spesifik
dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut
6) Keperluan tertentu untuk tujuan pembelajaran yang baru
Hal ini menjelaskan bahwa Tahap awal model ini adalah menentukan
informasi dan skill apa yang diinginkan oleh stakeholder dalm hal ini peserta didik,
penyelenggara pendidikan, pengguna lulusan dan masyarakat yang akan dilayani.
Harapan ini menentukan bagaimana lulusan itu mempunyai kompetensi untuk
mencapai penguasaan ketika mereka telah menyelesaikan proses pembelajaran.
Dengan demikian, tujuan instruksional dilakukan berdasarkan analisis kinerja
(performance analysis), penilaian kebutuhan (needs assessment), melalui pengalaman
praktis dengan kesulitan belajar peserta didik, dan melalui analisis orang-orang yang
melakukan pekerjaan (Job Analysis).
b. Melaksanakan analisis instruksional
Untuk menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang mempunyai relevansi,
maka diperlukan suatu prosedur yang nantinya oleh peserta didik dapat mencapai
kompetensi dan tujuan pembelajaran. Setelah langkah identifikasi tujuan dilanjutkan
dengan menentukan langkah demi langkah yang nantinya dapat dilakukan orang
ketika mereka melakukan tujuan tersebut, maka akan terlihat subskill yang
dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan analisis instruksional yang dapat di
kemukakan dalam peta kompetensi sebagai bentuk proses penjabaran perilaku umum
menjadi perilaku khusus sehingga tersusun dan terkait secara logis dan sistematis,
sehingga dapat menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap sebagai perilaku
masukan (entry behaviors) sebagai garis yang menjadi batas antara keterampilan yang
akan diajarkan dengan keterampilan yang sudah dikuasai oleh peserta didik sebelum
melakukan pembelajaran. Bahkan ada beberapa langkah strategis juga yang perlu
dilakukan untuk menentukan prasyarat tertentu seperti pengetahuan, ketrampilan dan
sikap yang perlu dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
c. Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran
Analisis karakteristik peserta didik dan analisis konteks pembelajaran yang
dilakukan secara paralel tetapi tetap dalam lingkup analisis tujuan pembelajaran.
Analisis konteks pembelajaran meliputi analisis situasi dan kondisi peserta didik,
dalam artian situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh peserta didik dalam
menerapkan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan kondisi yang terkait dengan
ketrampilan yang dipelajari oleh peserta didik yaitu kemampuan tertentu dari tiap
siswa, preferensi, dan sikap akan menunjukkan dimana penekanan karakteristik dan
memulai setting instruksional dari kemampuan tersebut . Dari Analyze Learners akan
didapat informasi meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal), (2). Pengetahuan
awal tentang topik tertentu, (3). Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (4).
Motivasi belajar, (5). Tingkat pendidikan dan kemampuan, (6). Pembelajaran yang
disukai, (7). Sikap terhadap pengelolaan pemberian Instruksional, dan (8).
Karakteristik kelompok. Dari penjelasan ini maka dapat dikatakan bahwa analisis
karakteristik peserta didik meliputi kemampuan yang sudah dimiliki peserta didik itu
sampai saat ini, preferensi atau gaya belajar dan sikap peserta didik terhadap aktivitas
pembelajaran. analisisi karakteristik peserta didik yang tepat dan akurat akan sangat
membantu dalam pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran
d. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
Tujuan pembelajaran khusus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan pada langkah pertama. Berdasarkan analisis instruksional dan
deskripsi dari entry skill tersebut guru membuat rumusan tujuan apa yang akan
dilakukan peserta didik setelah melengkapi instruksi tersebut. Pernyataan-pernyataan
tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis instruksional.
Sedangkan performance objective diperoleh dari keterampilan dalam analisis
intruksional. Satu atau lebih objective seharusnya ditulis dalam setiap skill yang di
identifikasi dalam analisis instruksional. Kadang-kadang penulisan objektif tersebut di
indetifikasikan sebagai entry behavior (sikap awal) karena objektif merupakan dasar
pengembangan tes item untuk menentukan apakah peserta didik memilki entry
behavior ataukah tidak. Adapun perumusan tujuan pembelajaran khusus perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah proses
pembelajaran selesai.
2) Kondisi yang diperlukan agar peserta didik dapat melakukan unjuk kemampuan
atas pengetahuan yang telah dipelajarinya.
3) Indikator dan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan
peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran.
e. Mengembangkan instrument pembelajaran
Mengembangkan alat atau instrument penilaian pembelajaran untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik sebenarnya dikembangkan berdasar tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah keempat. Berdasarkan tujuan
performance yang telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan butir-butir
penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siswa seperti
yang diperkirakan dari tujuan. Adapun penekanan utama berkaitan diletakkan pada
jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.
Empat Tipe Tes yang dapat digunakan itu adalah: a. Entry behaviors test yang
berguna untuk mengukur ketrampilan syarat atau ketrampilan yang harus sudah
dikuasai sebelum pembelajaran dimulai. Keterampilan syarat akan muncul di bawah
garis entry behavior itu. b. Pretest Tes yang dilakukan pada awal pembelajaran untuk
mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai beberapa atau semua ketrampilan
yang akan diajarkan. c. Practice test di mana tujuan tes ini adalah untuk membuat
peserta didik lebih aktif berpartisipasi selama pembelajaran. Hasil tes ini digunakan
instruktur untuk memberikan feedback dan memonitor dalam proses pembelajaran. d.
posttest yakni mengukur tujuan pembelajaran.
Tujuan utama dilakukan tes ini adalah agar pendesain dapat mengidentifikasi
area pembelajaran yang tidak berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan apabila
peserta didik gagal dalam tes, pendesain sudah dapat mengidentifikasi dalam proses
pembelajaran mana yang tidak dimengerti oleh peserta didik.
Dengan demikian instrumen penilaian pembelajaran ini harus mampu mengukur
kinerja peserta didik baik dari sisi pengetahuan/kognitif, keterampilan/psikomotor
maupun sikap.
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran digunakan untuk implementasi aktifitas pembelajaran yang
meliputi aktifitas pra-pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan pusat perhatian
peserta didik, penyajian materi pembelajaran dengan menggunakan contoh dan
demonstrasi, meningkatkan partisipasi peserta didik dan penilaian serta aktifitas
tindak lanjut dari proses pembelajaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan strategi pembelajaran adalah:
1) Teori pembelajaran dan hasil penelitian pembelajaran terbaru
2) Karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran
3) Materi atau subtansi yang perlu dipelajari oleh pebelajar
4) Karakteristik pebelajar yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran
Strategi pembelajaran yang dikembangkan ini akan digunakan agar program
pembelajaran yang telah dirancang dapat mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu, pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan mampu mendukung berbagai
aktifitas pembelajaran seperti interaksi pembelajaran yang berlangsung di dalam
kelas, pembelajaran berbasis media, pembelajaran jarak jauh yang berbasis komputer,
internet serta web.
g. Mengembangkan dan memilih bahan ajar
Bahan ajar disini adalah sebagai media pembelajaran dan lembar penilaian yaitu
segala sesuatu yang digunakan untuk membawa dan menyampaikan informasi serta
pesan dari sumber belajar kepada peserta didik. Contohnya; buku teks, buku panduan,
modul, program audio video, bahan ajar berbasis computer, program multimedia,
bahan ajar untuk system pembelajaran jarak jauh. Keputusan untuk mengembangkan
bahan ajar sendiri tergantung pada: jenis dampak pembelajaran yang diharapkan,
keberadaan materi pembelajaran yang relevan serta keberadaan sumber daya. Bahan
ajar yang digunakan dapat juga berasal dari produk komersial maupun memodifikasi
bahan ajar yang sudah ada.
h. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan
dan kelemahan program pembelajaran. Hasil proses evaluasi formatif digunakan
sebagai masukkan untuk memperbaiki rancangan proses atau hasil pembelajaran. Tiga
jenis evaluasi formatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan proses atau hasil
pembelajaran adalah:
1) Evaluasi perorangan
2) Evaluasi kelompok kecil
3) Evaluasi lapangan
Setiap jenis evaluasi dilakukan terhadap sasaran yang sesuai tetapi tetap dengan satu
tujuan yaitu untuk memperbaiki rancangan program.
i. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
Revisi terhadap program pembelajaran merupakan langkah terakhir dalam proses
disain dan pengembangan program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur
evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kesulitan yang
dihadapi pebelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran serta kelemahan-kelemahan
yang dimiliki oleh program pembelajaran. Data ini selai digunakan untuk merevisi
program pembelajaran tetapi juga digunakan juga untuk menguji kembali validitas
analisis pembelajaran dan asumsi yang berkaitan dengan perilaku awaldan
karakteristik siswa. Prosedur evaluasi perlu dilakukan terhadap semua aspek program
pembelajaran tanpa harus menunggu seluruh komponen mulai dari analisis, disain,
pengembangan dan evalusi lengkap serta dilakukan secara terbuka. Tujuan utama
langkah ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program
pembelajaran.
j. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif ini merupakan puncak evaluasi untuk mengukur efesiensi dan
efektifitas pembelajaran tetapi langkah terakhir ini sering dipandang sebagai bagian
diluar disain pembelajaran karena evaluasi ini dilakukan setelah seluruh komponen
lengkap dan dilakukan evaluasi formatif serta telah dilakukan revisi secukupnya
sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang pembelajaran dan evaluasi
sumatif tidak melibatkan perancang program tetapi melibatkan penilai independen.
:
Gambar 1. Langkah Desain Instruksional Dari Dick n Carey
2. Konsep yang paling menarik dari langkah pertama, kemudian dilanjutkan ke
langkah selanjutnya sampai pada langkah sebelum pengembangan bahan
pembelajaran, langkah pengembangan bahan pembelajaran
a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Identifikasi tujuan pembelajaran dapat dilakukan melalui empat pendekatan yaitu
pendekatan subject matter expert (SME), garis besar isi, mandat administrasi, dan
dayaguan teknologi. Dari keempat pendekatan ini mampu mengidentifikasi tujuan
pembelajaran secara akurat. Ketidak akuratan identifikasi tujuan pembelajaran akan
menghasilkan disain pembelajaran yang sebenarnya tidak diperlukan. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran adalah
analisis kebutuhan.Melakukan analisis kebutuhan memerlukan ketrampilan berpikir
terstruktur, rasional dan kritis. Proses pelaksanaan analisis kebutuhan akan
berlangsung dengan lancer apabila perancang disain pembelajarn mampu menemukan
apa yang sudah ada dan dipunyai, apa yang diinginkan, dan apakah keinginan tersebut
benar-benar suatu kebutuhan dan bukan suatu keinginan. Suatu cara yang dapat
digunakan untuk menentukan kebutuhan adalah adanya gap antara kondisi yang
diinginkan dan kondisi yang ada saat ini. Analisis kebutuhan juga dapat dilakukan
dengan meminta masukan dari para pemangku kepentingan. Dengan indikasi (l) siapa
peserta didik, (2) di mana mereka akan menggunakan keterampilan , dan (3) alat-alat
yang akan tersedia. Secara lengkap pernyataan tujuan harus menjelaskan hal-hal
berikut: (1) peserta didik yang belajar, (2) apakah peserta didik mampu melakukan/
menerapkan keterampilan dalam konteks kinerja, (3) alat-alat yang tersedia untuk
peserta didik dalam konteks kinerja. Pelaksanaa proses ini memerlukan kemampuan
ketrampilan berkomunikasi, kerjasama dan keterbukaan sikap dan pemikiran untuk
menerima informasi baru maupun kritik dan saran yang kadang berbeda jauh dengan
kondisi yang ada. Penentuan tujuan pembelajaran dapat berpatokan pada pertanyaan;
1) Apakah pengembangan tujuan pembelajaran akan menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan kebutuhan?
2) Apakah tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat diterima oleh pihak yang
berkepentingan?
3) Apakah terdapat sumberdaya yang cukup untuk mewujudkan tujuan pembelajaran
tsb?
b. Melaksanakan analisis instruksional
Aspek pengetahuan/kognitif, ketrampilan/psikomotor dan sikap atau attitude yang
perlu dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran merupakan
konsep yang menarik. Strategi kognitif adalah meta proses yang digunakan untuk
mengatur cara kita berpikir tentang hal-hal dan memastikan belajar kita sendiri,
mengingat dan berpikir serta belajar teknik berpikir, cara menganalisis masalah,
rancangan untuk memecahkan masalah. Melalui aspek kognitif yang berkenaan
dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan kemampuan intelektual
serta keterampilan berpikir seperti cara mengingat nama, cara mengelola hasil belajar,
daya ingat, dan prilaku berpikir untuk memecahkan masalah. Penentuan tiga aspek
yang disebutkan di atas tersebut memerlukan kedalaman dan keluasan cara berpikir,
kemampuan mengidentifikasi aspek yang dimaksud dan ketrampilan merumuskan
aspek yang ditemukan melalui kalimat-kalimat operasional dan mudah dipahami.
Selain itu konsep yang menarik adalah kemampuan mengidentifikasi subbagian-
subbagian dari tujuan pembelajaran kemudian menuangkannya menjadi
subketrampilan-subketrampilan yang ingin dicapai apabila proses pembelajaran
selesai.
c. Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran
Konsep yang menarik pada saat melakukan analisis karakteristik peserta didik adalah
kemampuan mengidentifikasi, merumuskan dan mengelompokkan berbagai jenis
informasi yang berkaitan dengan kemampuan aktual peserta didik, gaya belajar dan
sikap peserta didik serta menemukan sumber dan metode untuk mengumpulkan
informasi yang dimaksud. Prosedur yang diikuti dalam menganalisa konteks
pembelajaran adalah untuk merencanakan wawancara dengan instruktur, pengelola
lokasi, dan peserta didik. Hasil-hasil pokok dari analisis konteks pembelajaran ini
adalah sebagai berikut: (1) sebuah deskripsi tentang sejauh mana tingkat lokasi yang
digunakan untuk menyampaikan pelatihan dengan keahlian yang diperlukan untuk
beralih ke lokasi kerja, dan (2) sebuah susunan yang menjadi batasan untuk
mendapatkan implikasi-implikasi penting. Dengan demikian konsep yang menarik
pada analisis konteks adalah kemampuan menemukan, mengidentifikasi dan
merumuskan situasi dan kondisi yang bakal dihadapi oleh peserta didik untuk
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajarinya.
d. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran khusus maka yang diperlukan adalah
kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran menjadi sub-bagian sub-bagian yang
lebih khusus dan dikaitkan dengan: pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dimiliki
oleh peserta didik setelah proses pembelajaran, situasi dan kondisi yang diperlukan
peserta didik untuk menunjukkan penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari
serta indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat
keberhasilan dari peserta didik dalam menempuh pembelajaran.
e. Mengembangkan instrumen pembelajaran
Dalam mengembangkan instrument pembelajaran yang diperlukan adalah bagaimana
mengembangkan instrument yang dapat mengukur kinerja peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Instrumen yang dikembangkan juga
harus memenuhi kaidah-kaidah instrument pembelajaran yang baik misalnya aspek
validitas dan reliabilitas. Oleh karena itu konsep pengembangan instrument
pembelajaran menuntut penguasaan ketrampilan menyusun instrument pembelajaran
yang secara umum bukan sesuatu yang mudah dan sederhana.
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
Konsep yang menarik berkaitan dengan pemilihan strategi pembelajaran adalah:
1). Aktifitas pra pembelajaran yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik dan
mengingatkan kembali ketrampilan yang akan digunakan dan sudah dikuasai peserta
didik, 2). Materi pembelajaran 3). Peserta didik berpartisipasi dalam belajar selama
proses pembelajaran, 4).Penilaian dan aktifitas tindak lanjut dari kegiatan
pembelajaran.
g. Mengembangkan dan memilih bahan ajar
Mengembangkan dan memilih bahan ajar merupakan konsep menarik yang
disarankan oleh Dick and Carey terhadap perancang disain pembelajaran untuk
menyusun sendiri bahan ajar, karena peserta didik akan memperoleh informasi baru
selama pembelajaran tanpa intervensi orang lain yang tidak terlibat langsung dengan
pembelajaran. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menyususun bahan ajar
adalah sebagai berikut: 1) Melihat kembali strategi pembelajaran untuk setiap tujuan
pembelajaran dan setiap pelajaran, 2) Melihat kembali analisis tentang konteks
pembelajaran dan asumsi tentang ketersediaan sumberdaya untuk menyususn bahan
ajar, 3) Menentukan komponen bahan ajar berdasar tujuan pembelajaran, 4) Mencari
sumber belajar, 5) Menentukan cara mengadopsi bahan ajar dari sumber belajar, 6)
Menentukan bahan ajar baru yang memerlukan perhatian khusus, 7) Melihat kembali
analisis tentang pebelajar dan derajat penguasaan materi yang diinginkan, 8)
Merancang dan menuliskan bahan ajar, 9) Melihat kembali kejelasan bahan ajar dan
keterkaitan bahan ajar setiap sesi pelajaran dan setiap konsep, 10) Menuliskan
petunjuk pembelajaran.
3. Kalau Anda jadi konsultan di tempat kerja Anda atau di perusahaan yang
mempunyai unit Diklat untuk mengembangkan mata pelajaran
/matakuliah/program diklat apa kesulitan Anda dalam menggunakan model
tersebut.
a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
Kesulitan yang bakal dijumpai pada saat identifikasi tujuan pembelajaran adalah
melakukan analisis kebutuhan :
1. Kesulitan pertama adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Kondisi ini terjadi karena tinggi dan luasnya keinginan yang didasarkan pada
visi dan misi jurusan Pendidikan Agama Kristen -UKIM. Salah satu visi dan
misi jurusan Pendidikan Agama Kristen-UKIM adalah menghasilkan lulusan
yang nantinya dapat mempersiapkan diri sebagai calon pendidik dan
pemimpin umat yang mampu melihat tanggung jawab ke depan, dalam
menghadapi masalah-masalah real dalam peran dan tanggung jawab sebagai
guru PAK di sekolah dan pelayan umat di jemaat. Atas dasar visi tersebut
maka tujuan pembelajaran ditetapkan. Namun dengan demikian terdapat
perbedaan tuntutan penguasaan materi perkuliahan bagi lulusan yang ingin
melanjutkan pendidikan dan yang ingin langsung bekerja. Di sini muncul
kondisi yang menyulitkan karena kebutuhan lulusan yang ingin melanjutkan
pendidikan bukan merupakan suatu kebutuhan bagi lulusan yang langsung
ingin bekerja.
2. Merumuskan kebutuhan itu sendiri, dalam arti bagaimana tujuan pembelajaran
dapat dirumuskan dalam suatu kalimat yang mudah dipahami dan terukur.
b. Melaksanakan analisis instruksional
Kesulitan yang ditemui pada langkah ini adalah menentukan prasyarat tertentu seperti
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki oleh peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena kurikulum yang ada di jurusan
PAK masih menggunakan kurikulum yang diberikan oleh DEPAG yang secara
keseluruhan belum begitu mengena dengan konteks PAK di Maluku sehingga dapat
dikatakan masih perlu pembenahan sehingga tidak terjadi perbedaan tujuan
pembelajaran yang nantinya tercapai.
c. Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran
Cukup menyulitkan dalam menganalisis karakteristik peserta didik dan ini akan
menjadi hal yang harus dikenali berdasarkan kondisi menyangkut kemampuan yang
sudah dimiliki peserta didik sampai saat ini, dengan gaya belajar dan sikap peserta
didik terhadap aktivitas pembelajaran. Hal yang menyangkut kemampuan yang sudah
dimiliki peserta didik sampai saat ini dan perlu diketahui berdasarkan hasil belajar
pada mata kuliah yang telah ditempuh sebelumnya. Kesulitan utama adalah
mengetahui kecenderungan gaya belajar masing-masing peserta didik, apalagi dalam
kondisi tertentu jumlah peserta didik dalam suatu ruangan kelas cukup banyak. Dan
ini berdampak juga pada upaya pemilihan strategi pembelajaran yang nantinya
digunakan dalam proses pembelajaran.
d. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, kesulitan utamanya adalah pada
upaya menguraikan tujuan pembelajaran menjadi sub bagian- sub bagian yang lebih
kecil dan mengidentifikasinya sesuai dengan ranah psikologi pembelajaran. Selain itu
merumuskan kata-kata operasional dalam tujuan pembelajaran khusus agar jelas,
terukur dan mudah dipahami.
e. Mengembangkan instrument pembelajaran
Kesulitan yang berkaitan dengan pengembangan instrument yang mampu mengukur
pencapaian tujuan pembelajaran adalah karena sebagian besar instrument
pembelajaran berbentuk essai sehingga untuk mengukur validitas dan reliabilitas
instrument tersebut bukan perkara yang mudah. Jika instrument pembelajaran
disampaikan tidak dalam bentuk essai maka kesulitannya terletak pada bentuk
instrument yang mampu mengukur proses berpikir dan pemahaman sesuai dengan
konteks peserta didik.
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
Menentukan strategi pembelajaran terbaik merupakan salah satu kesulitan yang akan
diterapkan selama proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena kurangnya daya dukung
dan sumberdaya terhadap hasil penelitian terbaru dan publikasi tentang pembelajaran.
Upaya memperkenalkan gaya belajar masing-masing peserta didik juga berdampak
pada ketidakakuratan pemilihan strategi pembelajaran. Selain itu pemilihan media
yang sesuai berdasarkan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran juga akan
menemui kesulitan dan ini berdampak pada bagaimana mengaplikasi permasalahan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan itu tidak mudah.
g. Mengembangkan dan memilih bahan ajar
Pengembangan bahan ajar akan menemui kendala pada kurang luasnya sumber belajar
yang dapat digunakan untuk menyusun dan mengembangkan bahan ajar. Hal ini
terjadi karena sumber belajar yang dimiliki harus disesuaikan dengan perkembangan
globalisasi di mana teknologi, informasi dan komunikasi menjadi peran penting dalam
memperluas pengetahuan, namun proses pengaksesannya terbatas.
h. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah pengumpulan data yang terkait dengan kekuatan dan
kelemahan program pembelajaran. Hal ini terjadi karena di jurusan PAK tidak
semuanya memiliki kemampuan merancang pembelajaran, sehingga evaluasi formatif
akan memberikan dampak ketidakakuratnya data. Selain itu kebiasaan yang terjadi
selama ini yaitu adanya penentuan materi terlebih dahulu sebelum menentukan tujuan
pembelajaran dan ini mempersulit obyektifitas data evaluasi formatif yang
dikumpulkan.
i. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran
Kegiatan revisi terhadap program pembelajaran jarang dilakukan pada hal aktifitas
ini menuntut ketajaman analisis permasalahan pada program pembelajaran, sehingga
daya kritis untuk menemukan kelemahan dan kekurangan program pembelajaran tidak
dengan mudah dapat dilakukan.
j. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif
Kesulitan dalam merancang dang mengembangkan evaluasi sumatif ini belum pernah
dilakukan sehingga belumpernah dilakukan di jurusan PAK bahkan kemuan dan
keterbukaan untuk menerima kritik atas hasil perancangan yang sudah dilakukan dan
mencoba untuk memperbaikinya juga merupakan hal yang sulit.
PRINCIPLES OF INSTRUCTIONAL DESIGN, ROBERT. M. GAGNE,
WALTER W WAGER, KAHTERINE C. GOLAS, JOHN M. KELLER, FIFTH EDITION
1. Model Principles Of Instructional Design (Konsep dan Prosedur)
2. Ciri khusus model tersebut terkait dengan kelebihan dan kekurangannya
3. Kemungkinan diterapkan di tempat kerja anda
1. Konsep dan Prosedur dari buku Principles Of Instructional Design
Buku principles of instructional design menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip
pembelajaran dapat menginformasikan desain instruksional yang efektif untuk pembelajaran.
Hal ini menunjukkan bahwa ada dengan mendefenisikan instruksi sebagai rangkaian
peristiwa dalam suatu kegiatan hasilnya bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran. Dan
ketika instruksi itu dibicarakan, maka itu berhubungan dengan mengajar karena mengajar
adalah salah satu bagian dari instruksi. Jadi, secara luas dapat dijelaskan bahwa instruksi
menempatkan penekanan pada berbagai macam kegiatan yang digunakan guru untuk
melibatkan atau mengelola peserta didik. Seorang instuktur yang memiliki pengetahuan
tentang prinsip-prinsip desain instruksional, memiliki visi yang lebih luas tentang apa yang
dibutuhkan untuk membantu peserta didik itu untuk belajar.
Model desain pembelajaran dapat diterapkan pada berbagai tingkatan. Desain pembelajaran
merupakan proses berulang-ulang tentang bagaimana orang belajar dengan melibatkan
peserta didik dalam proses. Desain pembelajaran itu sendiri adalah proses yang terdiri dari
sejumlah sub proses yang diidentifikasi dan saling terkait. Dalam melaksanakan
pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip
pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori
psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam pembelajaran. Prinsip
pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih optimal.
Proses pembelajaran akan lebih efektif jika perencanaan itu melibatkan para peserta
didik dalam peristiwa-peristiwa dan kegiatan yang memfasilitasi pembelajaran. Ini berarti
dengan menggunakan prinsip-prinsip dari desain instruksional, guru atau pelatih dapat
memilih atau merencanakan dan mengembangkan kegiatan terbaik untuk membantu siswa
belajar. Asumsi umum yang mendasari Desain pembelajaran ini lebih bertujuan untuk
membentuk proses belajar dari pada mengajar karena belajar adalah proses kompleks yang
dipengaruhi oleh banyak variable. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.
2. Ciri khusus model tersebut terkait dengan kelebihan dan kekurangannya
Model ini lebih memberikan pemahaman tentang prinsip dan peristiwa yang
mempengharuhi suatu proses belajar. Akan menjadi suatu kesalahan kalau ada pemikiran
yang menyatakan bahwa ada model tunggal terbaik dari desain instruksional. Pada hal dalam
kenyataannya, ada banyak model sebanyak desainer dan situasi desain. Setiap desainer
membawa ke prosesnya atau pemahamannya tentang prinsip dan peristiwa yang
mempengaruhi belajar, dan bagaimana struktur instruksi terbaik. Oleh karena itu perlu
diketahui, ada beberapa asumsi umum yang menjadi dasar yang dapat membawa pemahaman
mengenai proses mendesain, yaitu:
1. Desain instruksional lebih bertujuan untuk membentuk proses belajar dari pada mengajar.
2. Disadari karena belajar adalah proses kompleks yang dipengaruhi oleh banyak variable.
3. Model desain instruksional dapat diterapkan pada berbagai tingkatan.
4. Desain instruksional merupakan proses berulang-ulang.Mengingat pemahaman kita
tentang bagaimana orang belajar, kita tidak dapat merancang instruksi tanpa melibatkan
peserta didik dalam proses.
5. Desain instruksional itu sendiri adalah proses yang terdiri dari sejumlah sub proses yang
diidentifikasi dan terkait.
6. Berbagai jenis pembelajaran yang disebutkan akan menghasilkan berbagai jenis
instruksi.Tidak ada cara terbaik untuk mengajarkan segala sesuatu, dan kondisi
pembelajaran yang sesuai dengan jenis hasil yang kita inginkan akan mempengaruhi
pemikiran kita tentang desain kegiatan pembelajaran dan bahan.
Dari ciri khusus model ini, maka terdapat beberapa prinsip yang berasal dari teori belajar
dan pembelajaran yang relevan dengan desain pembelajaran adalah Contiguity (Prinsip
Kedekatan), Repetition, Prinsip pengulangan , Reinforcement, Prinsip penguatan , Social-
Cultural Principles of Learning Prinsip Belajar berdasarkan sosial-budaya adalah:
Negotiated Meaning, belajar adalah proses sosial dari membangun makna. Situated
Cognition, Kemampuan belajar diperoleh dalam konteks tertentu, Activity Theory, Prinsip
teori kegiatan atau aktivitas termasuk gagasan dari belajar yang terjadi sebagai akibat dari
aktivitas. Sementara Prinsip-prinsip belajar menurut Gagne adalah: 1. Menarik perhatian
(gaining attention), 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the
objectives), 3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior
learning), 4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus), 5. Memberikan
bimbingan belajar (providing learner guidance), 6. memperoleh kinerja/penampilan siswa
(eliciting performance), 7. memberikan balikan (providing feedback), 8. Menilai hasil belajar
(assessing performance),9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and
transfer). Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa,
keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang,
penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain.
Langkah-langkah pengembangan model secara rasional dan menyeluruh, akan
dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan untuk instruksional. Kebutuhan instruksional diselidiki sebagai langkah
pertama. Ini kemudian dipertimbangkan oleh suatu kelompok yang bertanggung jawab
untuk mencapai konsensus pada tujuan pengajaran. Sumber daya yang tersedia untuk
memenuhi tujuan-tujuan ini juga harus dipertimbangkan secara hati-hati, karena dengan
situasi yang memaksakan perencanaan instruksional akan mengalami kendala. Contoh
dari kendala adalah waktu yang diperbolehkan untuk instruksi.
2. Tujuan pengajaran dapat diterjemahkan ke dalam sebuah kerangka kerja sebagai bagian
dari kurikulum. Demikian juga tujuan dari program yang dibuat oleh individu
mencerminkan tujuan instruksional ditentukan pada berbagai tipe keerhasilan yang
dihasilkan berdasarkan deskripsi tujuan.
3. Tujuan tersebut kemudian dianalisis dan unit utama instruksi diidentifikasi. Tujuan Unit
berasal dari tujuan mata pelajaran, dengan memperhatikan bagaimana mereka mendukung
jenis hasil diwakili pada program.
4. Penentuan jenis kemampuan yang harus dipelajari, dan memberikan kesimpulan
berdasarkan kondisi pembelajaran yang diperlukan, sehingga memungkinkan untuk
merencanakan urutan pelajaran. Urutan ini memfasilitasi pembelajaran kumulatif.
5. Pelajaran selanjutnya dipecah menjadi kejadian atau kegiatan belajar. Pusat perhatian
pada pengaturan kondisi eksternal yang paling efektif dalam mencapai hasil yang
diinginkan. Pertimbangan juga harus diberikan kepada karakteristik peserta didik, karena
ini akan menentukan banyak kondisi internal yang terlibat dalam bekerja sama.
Perencanaan ini juga melibatkan teknologi
6. Unsur tambahan yang dibutuhkan untuk penyelesaian desain instruksional adalah
seperangkat prosedur penilaian apa yang telah dipelajari siswa. Dalam konsep, komponen
ini secara alami diikuti berdasarkan tujuan instruksional. Tujuan menggambarkan domain
dari item yang dipilih. Penilaian prosedur dan instrumen yang dirancang untuk
menyediakan pengukuran kriteria-referenced hasil belajar (Popham, 1981).
7. Desain pelajaran dan kursus, dengan teknik yang menyertainya akan menilai hasil
pembelajaran, memungkinkan perencanaan sistem secara keseluruhan. Sistem
instruksional bertujuan untuk mencapai tujuan yang komprehensif di sekolah-sekolah dan
program pendidikan di semua tingkatan. Sebuah cara harus ditemukan agar sesuai dengan
berbagai komponen bersama-sama dalam suatu sistem manajemen, kadang-kadang
disebut sistem pengiriman instruksional. Tentu, guru atau instruktur memainkan peran
kunci dalam pengoperasian sistem tersebut.
8. Akhirnya, perhatian harus diberikan pada evaluasi upaya pembelajaran. Prosedur untuk
evaluasi dipergunakan terlebih dahulu untuk usaha desain itu sendiri. Bukti yang dicari
untuk revisi yang akan meningkatkan dan memperbaiki instruksi (evaluasi formatif). Pada
tahap selanjutnya, evaluasi sumatif dilakukan untuk mencari bukti efektivitas belajar dari
apa yang telah dirancang.
Dengan demikian Desain instruksional, latar belakang pengetahuan dari mana prosedur
berasal, dan berbagai cara di mana prosedur ini dilakukan dapat dijelaskan.
3. Penerapan Model tersebut di tempat kerja Anda.
Dalam menerapkan model ini di jurusan PAK-UKIM maka perlu diperhatikan
beberapa hal yang harus dilakukan. Hal itu diawali dengan memperkenalkan lima kategori
utama instruksional hasil-kemampuan manusia yang dipelajari dengan bantuan instruksi.
Varietas kinerja manusia yang kemampuan ini memungkinkan dijelaskan dan dibedakan,
menggambarkan karakteristik dan kondisi pembelajaran selama dua dari kategori hasil
belajar: keterampilan intelektual dan strategi kognitif, memperluas deskripsi kemampuan
belajar untuk tiga kategori tambahan, dengan definisi dan contoh informasi, sikap, dan
keterampilan motorik.
Pentingnya sikap dan informasi yang dibahas dalam konteks tingkat tinggi belajar
memberikan penjelasan mengenai prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pelajar manusia,
dan bagaimana prinsip-prinsip ini mempengaruhi keputusan desain.(1987) Model Keller
desain motivasi disajikan dengan implikasi untuk desain kegiatan belajar.
Dalam merangcang instruktional dengan derivasi dan deskripsi tujuan instruksional
khusus (tujuan kinerja). Hal ini saling terkait, karena di satu sisi, harus disesuaikan dengan
kategori tujuan yang ditetapkan sebelumnya, dan di sisi lain, dengan kemampuan belajar
tertentu yang menjadi fokus kepentingan untuk instruksi. Sejalan dengan itu dalam
menjelaskan prosedur untuk belajar-tugas analisis, dimulai dengan mempertimbangkan
tujuan dan tujuan pengajaran, yang mana tujuan dari analisis adalah klasifikasi tujuan untuk
digunakan dalam perencanaan pembelajaran dan prasyarat diidentifikasi untuk berbagai jenis
hasil belajar. Selain itu menjelaskan prosedur untuk membangun urutan pelajaran dalam
membuat unit yang lebih besar dari instruksi, seperti topik, modul, dan kursus.
Dalam The Processes of learning terdapat beberapa Tahapan teori model yang awalnya
dikembangkan oleh Atkinson dan Shiffrin berisi beberapa wawasan tentang bagaimana
merancang pembelajaran yang memfasilitasi belajar, prinsip dan kerangka kerja (1968),
model pemrosesan paralel-distribusi, dan model connectionists (Mc Clelland Rumelhart,
1986), yang pada dasarnya merupakan perpanjangan bukan pengganti untuk tahapan model.
Menurut Gagne peristiwa pembelajaran menimbulkan:
1. Minat dan memusatkan perhatian, peserta didik tidak selalu siap dan fokus
pada awal pembelajaran dalam hal ini guru perlu menimbulkan minat dan
perhatian anak didik melalui penyampaian sesuatu yang baru, aneh,
kontradiktif atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran, hal ini dilakukan agar peserta didik tidak
menebak-nebak apa yang diharapkan dari dirinya oleh guru. Mereka perlu
mengetahui unjuk kerja apa yang akan digunakan sebagai indikator
penguasaan pengetahuan atau keterampilan.
3. Mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari yang merupakan
prasyarat, banyak pengetahuan baru yang merupakan kombinasi dari konsep,
prinsip atau informasi yang sebelumnya telah dipelajari, untuk memudahkan
mempelajari materi baru.
4. Menyampaikan materi pembelajaran, dalam menjelaskan materi pembelajaran,
menggunakan contoh, penekanan untuk menunjukkan perbedaan atau bagian
penting, baik secara verbal maupun menggunakanfitur tertentu (warna, huruf
miring, garisbawahi, dsb).
5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, biimbingan diberikan
melalui pertanyaan-pertanyaan yang membiimbing proses/alur pikir peserta
didik. Perlu diperhatikan agar bimbingan tidak diberikan secara berlebihan.
6. Memperoleh unjuk kerja peserta didik, peserta didik diminta untuk
menunjukkan apa yang telah dipelajari, baik untuk myakinkan guru maupun
dirinya sendiri.
7. Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, umpan balik
perlu diberikan untuk membantu peserta didik mengetahu sejauh mana
kebenaran atau unjuk kerja yang dihasilkan.
8. Mengukur/mengevaluasi hasil belajar, pengukuran hasil belajar dapat
dilakukan melalui tes maupun tugas. Perlu diperhatikan validitas dan
reliabilitas tes yang diberikan dari hasil observasi guru.
9. Memperkuat referensi dan transfer belajar, referensi dapat ditingkatkan
melalui latihan berkali-kali menggunakan prinsip yang dipelajari dalam
konteks yang berbeda. Kondisi/situasi pada saat transfer belajar diharapkan
terjadi, harus berbeda. Memecahkan masalah dalam suasana di kelas akan
sangat berbeda dengan susasana riil yang mengandung resiko.
Pembelajaran akan memfasilitasi belajar bila didukung oleh kejadian internal dari
pengolahan informasi. Kejadian eksternal yang disebut pembelajaran , kemudian, harus
diselaraskan dengan kejadian internal untuk mendukung tahapan yang berbeda dalam proses.
Pembelajaran, kemudian, dapat dipahami sebagai usaha sengaja dalam mengatur kejadian
eksternal yang dirancang untuk mendukung proses pembelajaran internal. keseluruhan isi
buku ini merujuk pada peristiwa pembelajaran (Gagne, 1985). Kemampuan belajar dapat
diklasifikasikan ke dalam salah satu dari lima domain kemampuan. Secara singkat, lima jenis
kemampuan belajar dengan yang ditawarkan dalam buku ini adalah sebagai berikut:
1. Intellectual Skill: Yang memungkinkan pelajar untuk melaksanakan prosedur secara
simbolis dikendalikan menggunakan diskriminasi, konsep, aturan, dan keterampilan
dalam pemecahan masalah
2. Cognitive Strategies: sarana yang digunakan oleh peserta didik dikontrol berdasarkan
proses belajar mereka sendiri
3. Verbal Information: Fakta dan terorganisir "pengetahuan tentang dunia" yang tersimpan
dalam memori pembelajar
4. Attitudes: keadaan internal yang dinyatakan mempengaruhi pilihan terhadap tindakan
pribadi yang dibuat oleh seorang pelajar
5. Motor Skill: Gerakan otot yang terorganisir dalam rangka mencapai tujuan dalam bentuk
tindakan.
Peristiwa pembelajaran inilah yang memberikan stimulasi untuk mendapatkan
perhatian dengan memastikan adanya penerimaan rangsangan, dan ini memberikan dampak
positif dalam memunculkan prestasi, yang melibatkan bangkitnya respon, dengan
memberikan umpan balik tentang kinerja, dan menilai kinerja yang melibatkan adanya
kesempatan terjadi respon umpan balik tambahan bagi para penulis buku teks (ajar),
pengembang materi kurikulum, pendesainer latihan berbasis web, perancang system
manajemen pengetahuan, penceramah, pelatih, guru tapi juga peserta didik berdasarkan
perkembangan teknologi dewasa ini.
Tugas 3
MOTIVATIONAL DESIGN FOR LEARNING AND
PERFORMANCE, ARCS MODEL
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987)
Motivasi secara umum didefinisikan sebagai sesuatu
yang menjelaskan arah dan besarnya perilaku, atau
dengan kata lain, menjelaskan apa tujuan orang
memilih untuk mengejar dan seberapa aktif atau
intens mereka mengejar tujuan. ini mencakup
semua tujuan - perilaku diarahkan mulai dari upaya
bayi untuk menarik perhatian ibunya dengan
seorang antropolog mencoba untuk menemukan
makna tertanam dalam susunan yang tersimpul dari budaya Peru kuno. Definisi
ini menjelaskan unsur dari motivasi (besar dan arah) tetapi tidak menjelaskan
bagaimana atau mengapa orang mengidentifikasi dan memilih tujuan yang
diinginkan.
Motivational desain dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar, motivasi karyawan untuk bekerja, motivasi orang untuk mengejar jalur karir yang
dipilih, dan perbaikan dalam kehendak, atau peraturan-diri ketrampilan mereka. Hal ini juga
dapat digunakan untuk membawa perubahan dalam komponen motivasi tertentu dari
kepribadian seseorang seperti meningkatkan tingkat keingintahuan seseorang,
mengembangkan lebih positif self-efficacy, atau mengatasi perasaan cemas dan tidak
berdaya.
Motivasi adalah desain sistematis dan bertujuan untuk ditiru prinsip dan prosesnya. Dalam
hal itu, desain motivasi didasarkan pada literatur ilmiah tentang motivasi manusia dan
bertentangan dengan pembicara motivasi karismatik dan lokakarya yang tujuannya sebagian
besar di bidang gairah emosional dan didasarkan pada pengalaman pribadi, intuisi, dan
peribahasa. Tentu saja, keberhasilan pembicara motivasi atau siapapun yang mencoba untuk
mempengaruhi motivasi lain dapat dijelaskan atau diselidiki, bahkan jika secara post hoc,
dalam hal konstruksi motivasi. Perbedaannya adalah bahwa desain motivasi mencari
penjelasan prediktabilitas sementara pendekatan karismatik cenderung didasarkan lebih
dalam bakat yang unik dari individu yang telah mencapai keberhasilan.
MODEL ARCS
Model ARCS mengidentifikasi empat komponen strategi yang penting untuk memotivasi
pembelajaran:
[A] ttention / Perhatian - strategi untuk memberangsang dan mempertahankan rasa
ingin tahu dan minat.
Perhatian adalah bentuk pengarahan untuk dapat berkonsultasi/ pemusatan tenaga dan
energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini peristwa proses mengajar,
belajar di kelas, Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula
menunjuk pada minat ‘momentain’ yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang
sedang dipelajari.
[R] elevance / Relevansi - strategi untuk menghubungkan kebutuhan, minat dan motif
siswa.
Seperti halnya proses belajar umumnya jika seseorang tidak memiliki motivasi yang
kuat dalam belajar, maka mustahil mereka akan mampu mempelajari dengan baik.
Tugas fasilitator yakni membangkitkan dan menciptakan cara-cara kreatif untuk
memotivasi partisipan sehingga keinginan tersebut menjadi seperangkat kebutuhan
yang menjadi landasan kita untuk bertindak
[C] onfidence / Keyakinan - strategi untuk membantu siswa mengembangkan harapan
positif untuk keberhasilan pencapaian pembelajaran.
Mengembangkan rasa percaya diri setelah melakukan pembelajaran adalah hal yang
harus terjadi pada siswa setelah mengalami proses belajar, untuk itu perlu adanya
pendekatan proses yang membutuhkan kepercayaan diri, dan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kepercayaan.
[S] atisfaction / Kepuasan - strategi untuk memasok penguatan ekstrinsik dan
instrinsik.
Kepuasan adalah perasaan gembira, perasaan ini dapat positif yaitu timbul
kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat
meningkat kepada perasaan harga diri kelak , membangkitkan semangat belajar
diantaranya dengan: Mengucapkan “baik, “bagus” dan seterusnya bila siswa
menjawab /mengajukan pertanyaan.
Gambar ARCS model tersebut di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
Kepuasan (Effort) akan membawa pada kinerja (performance) pada diri seseorang
atau lembaga yang akan menghasilkan consequences dan satisfaction, dari ah lahir rasa
keingintahuan yang lebih dalam curiousity (attention) dan motives (relevance) dalam bentuk
expextacy (confidence) yang akan menunjang abillity knowledge skills dan mengasah
cognitive equity sehingga melahirkan motivational design dan manajemen sehingga terjadi
learning design dan manajemen yang berakhir pada terciptanya contingency design dan
manajemen.
ARCS merupakan akronim dari: Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction. ARCS
sebagai model pendekatan dalam pembelajaran dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987)
sebagai jawaban pertanyaan “bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi
motivasi berprestasi dan hasil belajar”. Model ARCS berakar pada banyak teori dan konsep
motivasi, khasnya adalah teori harapan-nilai (expectancy-value).
Pembelajaran yang berpusat pada guru akan merugikan siswa, terutama siswa yang
berkemampuan rendah, terlihat kurang bersemangat untuk belajar. Motivasi sangat penting
dalam belajar karena motivasi dapat mendorong siswa mempersepsi informasi dalam bahan
ajar. Sebagus apa pun rancangan bahan ajar, jika siswa tidak termotivasi maka tidak akan
terjadi peristiwa belajar.
Tahap-tahap Proses Desain Motivasi Model ARCS
Model desain pembelajaran ARCS ini mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut:
1. Memberikan petunjuk: aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh
siswa
2. Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang
penerapannya kurang menarik
3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada
siswa
4. Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi
lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik
5. Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik
siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif
Selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran ARCS ini juga mempunyai kekurangan.
Kekurangan model pembelajaran ARCS ini yaitu:
1. Hasil afektif siswa sulit dinilai secara kuantitatif
1.Obtain
course
informatio
n
2. Obtai
n audience informatio
n
3. Analyz
e audience4.
Analyze
existing
materials
5. List objectivies & assesments
6. List potenti
al tactics
7. Select
& design tactics
8. Integarte with intuctio
n
9. Select
& devel
op mater
ials
10. Evaluate &
revise
Mendapatkan saja deskripsi & pemikiranJelaskan pengaturan dan sistem pengirimanJelaskan informasi instruktur
Daftar entri tingkat skilsMengidentifikasi sikap terhadap sekolahatau bekerjaMengidentifikasi sikap terhadap program
Siapkan profil motivasiDaftar akar penyebabMengidentifikasi pengaruh dimodifikasiDaftar fitur yang positifDaftar kekurangan atau masalahJelaskan isues terkaitDaftar tujuan desain motivasiTentukan perilaku pelajarJelaskan metode konfirmasi
Mengintegrasikan A, R, C, S & taktikMengidentifikasi peningkatan dibandingkan taktik mempertahankan
Kombinasikan rencana motivasi dan instruksionalDaftar revisi yang akan dibuat
Pilih bahan yang tersediaMemodifikasi agar sesuai situasiMengembangkan bahan baru
Mendapatkan reaksi siswaMenentukan tingkat kepuasanRevisi jika perlu
2. Perkembangan secara berkesinambungan melalui model ARCS ini sulit dijadikan
penilaian
3. Fungsi motivasi ini harus disepakati bahwa motivasi itu untuk memberikan impact
terhadap siswa atau mahsiswa dalam proses belajar dan jangka waktu yang lama
sehingga belajar menjadi kebutuhan.
4. Dalam model ARCS ini hanya memberikan motivasi dan proses dari ARCS tidak
memberikan efek ketika tidak adanya proses keberlanjutan. Terlebih kebutuhan
motivasi setiap orang berbeda-beda.
Intinya bahwa model pembelajaran ARCS mengutamakan perhatian siswa (Attention),
menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa (Relevance),
menciptakan rasa percaya diri (Confidence), dan menimbulkan rasa puas siswa dalam
belajar (Satisfaction).
Tugas 4. Mastering The Instructional Design Process A
Systematic Approach (Author: William J. Rothwell & H. C.
Kazanas)
Desain Instruksional Model Mastering The Instructional Design
Process (MIDP) pada dasarnya merupakan proses yang sangat
terstruktur dan berawal dari penelitian kerja pada pelatihan efektif
yang pada awalnya dilakukan oleh militer Amerika Serikat
(Carnevale, Gainer, dan Villet, 1990). Model ini memiliki setidaknya satu fitur yang sama
yakni instruksi (pelatihan) pada persyaratan kinerja yang dinamis, proses berurutan, dan
multistage. Pada dasarnya langkah dalam Model ini dilakukan ketika penyebab masalah
kinerja karyawan diketahui menunjuk pada solusi instruksional, Pendesain instruksional
kemudian mempersiapkan pelatihan kerja. Dalam model Mastering The Instructional Design
Process (MIDP) terdapat empat langkah yakni langkah ke-1 menentukan penilaian kebutuhan
(conduct a need assessment), langkah ke-2 menilai karakteristik pebelajar (assessing relevant
characteristics of learners), langkah ke-3 Menilai Analisis Pengaturan Kerja, langkah ke-4
Analisis Kerja (Performing Work Analysis) kebutuhan instruksional dan yang menjadi ciri
khas dari model ini adalah langkah keempat yang membahas bagaimana menganalisis
kebutuhan instruksional.
Model untuk proses ini ditunjukkan pada gambar berikut.
Untuk memahami penilaian kebutuhan, pendesain instruksional harus terlebih dahulu
memahami arti dari istilah kunci yang terkait dengan itu. Istilah mencakup kebutuhan,
penilaian kebutuhan, analisis kebutuhan, pelatihan analisis kebutuhan, perlu perencanaan
kegiatan pengkajian, dan kebutuhan rencana penilaian.
Definisi Kebutuhan
Kata kebutuhan harus digunakan sebagai kata benda, bukan sebagai kata kerja
(Kaufman, 1986). Alasannya: ketika kebutuhan digunakan sebagai kata kerja dalam kalimat,
"Kita perlu beberapa pelatihan tentang manajemen waktu," itu berarti sesuatu yang hanya
diinginkan bukan sesuatu yang kompetensi kinerja. Kebutuhan harus selalu dikaitkan dengan
pengetahuan yang esensial, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki individu untuk
melakukan pekerjaan secara kompeten dan dengan demikian mencapai hasil yang diinginkan.
Kebutuhan secara tradisional didefinisikan sebagai kesenjangan kinerja yang
memisahkan apa yang orang tahu, lakukan, atau merasa dari apa yang mereka harus tahu,
lakukan, atau merasa kompeten untuk melakukan.
Definisi Penilaian Kebutuhan
Penilaian kebutuhan adalah "mengidentifikasi kesenjangan dalam hasil,
menempatkan mereka dalam urutan prioritas, dan memilih yang paling penting untuk
diperbaiki atau dikurangi". Hal ini dilakukan untuk "mengidentifikasi, dokumen, dan
membenarkan kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang harus ada dan menempatkan
kesenjangan dalam urutan prioritas untuk diperbaiki".
Definisi Analisis Kebutuhan
Mengidentifikasi penyebab kesenjangan dalam hasil sehingga metode yang tepat,
cara, taktik, peralatan, dan pendekatan rasional dapat diidentifikasi dan kemudian dipilih
untuk memenuhi kebutuhan. " Dengan demikian dilakukan setelah penilaian kebutuhan.
Definisi Kebutuhan Pelatihan Perencanaan
Sebuah pelatihan analisis kebutuhan dapat menjadi pendekatan yang berguna dan
penting untuk merancang pelatihan yang akan menanggapi kebutuhan Anda setelah Anda
menetapkannya. " sehingga dapat diketahui apa yang diperlukan. Pelatihan penilaian
kebutuhan 'sangat populer di lapangan, tampaknya menjadi sebuah oxymoron. Jika diketahui
bahwa pelatihan adalah solusinya, kenapa melakukan penilaian kebutuhan? Sebuah label
yang lebih akurat untuk apa yang disebut 'pelatihan penilaian kebutuhan' adalah 'pelatihan
analisis kebutuhan. "
Definisi Perencanaan Penilaian Kebutuhan
Kebutuhan perencanaan penilaian adalah proses pengembangan cetak biru untuk
mengumpulkan informasi penilaian kebutuhan. Perencanaan adalah suatu proses, sedangkan
rencana merupakan produk. Agar kebutuhan perencanaan penilaian dapat dilakukan dengan
sebaik-baiknya perencana harus berpartisipasi dalam setiap langkah merancang penilaian
kebutuhan dan menginterpretasikan hasil. Partisipasi dalam penilaian kebutuhan, seperti di
banyak kegiatan organisasi, adalah penting untuk membangun pemahaman tentang masalah
yang sebenarnya.
Menurut Standarnya seorang perencana need analysis harus membahas tujuh isu
kunci:
1. Objectives (Tujuan). Hasil apa yang diinginkan dari penilaian kebutuhan?
2. Target audience. Siapa yang membutuhkan need assessment?
3. Sampling prosedures. Metode apa yang akan digunakan untuk memilih target audiens
untuk berpartisipasi dalam need assessment?
4. Data Collection Methods. Bagaimana informasi mengenai kebutuhan akan dikumpulkan?
5. Specifications for instruments and protocol. Spesifikasi instrumen dan protokol.
instrumen apa yg harus digunakan selama penilaian kebutuhan, dan bagaimana mereka
harus digunakan? Apa persetujuan atau protokol yang diperlukan untuk melakukan
penilaian kebutuhan, dan bagaimana pendesain instruksional berinteraksi dengan anggota
dari organisasi?
6. Methods of data analysis. Bagaimana informasi yang dikumpulkan selama penilaian
kebutuhan dianalisis?
7. Descriptions of how decisions will be made base on the data. Deskripsi tentang
bagaimana keputusan akan dibuat berdasarkan pada data. Bagaimana kebutuhan akan
diidentifikasi dari hasil pengumpulan data dan analisis?
Langkah-langkah dalam Mengembangkan Rencana Penilaian Kebutuhan
Pendesain instruksional harus mengembangkan rencana penilaian kebutuhan terlebih
dahulu sehingga jelas mengapa dilakukan penilaian. Selain itu, tempat yang tepat untuk
memulainya tergantung pada masalah yang harus dipecahkan, jumlah orang yang terpengaruh
olehnya, dan rentang waktu yang tersedia untuk solusi dimaksudkan. Misalnya, titik awal
yang tepat untuk penilaian alpha tidak sama dengan penilaian delta. Demikian juga, titik awal
untuk penilaian kebutuhan yang komprehensif berbeda dari penilaian kebutuhan situasi
spesifik yang ditunjukkan sebagai berikut:
1. Menetapkan Tujuan dari Penilaian Kebutuhan
Untuk menetapkan tujuan penilaian kebutuhan, pendesain instruksional harus mulai
dengan menjelaskan apa hasil yang ingin dicapai dari kajian kebutuhan. Ini adalah
aktivitas visi yang harus menghasilkan gambaran mental dari kondisi yang diinginkan ada
pada akhir proses penilaian.
2. Mengidentifikasi Target Audiens
Target audiens adalah karyawan yang kebutuhan instruksional akan diidentifikasi melalui
kebutuhan proses penilaian. Setiap penilaian kebutuhan harus mengidentifikasi siapa yang
saat ini terpengaruh oleh masalah kinerja, berapa banyak mereka yang terpengaruh, dan di
mana mereka berada.
3. Menetapkan Prosedur Sampling
Sampling adalah proses mengidentifikasi kelompok-kelompok kecil untuk pemeriksaan.
Hal ini digunakan untuk menghemat waktu dan biaya untuk mengumpulkan informasi
tentang kebutuhan. Untuk menentukan mana yang akan digunakan, perancang
instruksional harus mempertimbangkan tujuan dari penilaian kebutuhan, tingkat kepastian
yang dibutuhkan dalam kesimpulan, kemauan pengambil keputusan dalam organisasi
untuk memungkinkan informasi yang akan dikumpulkan untuk studi penilaian kebutuhan,
dan sumber daya (waktu, uang, dan staf) yang tersedia.
4. Menentukan Strategi Pengumpulan data dan Taktik
Langkah inin bertujuan bagaimana informasi tentang kebutuhan instruksional
dikumpulkan. Lima metode yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan informasi
tentang kebutuhan instruksional: (1) wawancara (2) observasi langsung kerja, (3)
pemeriksaan langsung dari kinerja atau indikator produktivitas, (4) kuesioner, dan (5)
analisis tugas.
5. Menentukan Instrumen dan Protokol
Instrumen apa yang harus digunakan selama pengkajian kebutuhan, dan bagaimana
mereka harus digunakan? Persetujuan atau protokol apa yang diperlukan untuk
melakukan penilaian kebutuhan, dan bagaimana pendesain instruksional berinteraksi
dengan anggota dari organisasi?
6. Menentukan Metode Analisis Data
Langkah ini dilakukan untuk menganalisis informasi penilaian kebutuhan yang telah
dikumpulkan. Metode analisis data tergantung pada desain penilaian kebutuhan, sesuai
dengan desain penelitian, yang telah dipilih sebelumnya. Yakni: (1) sejarah, (2)
deskriptif, (3) perkembangan, (4) kasus atau studi lapangan, (5) korelasional, (6) kausal-
komparatif, (7) eksperimental murni, (8) kuasi-eksperimental , dan (9) penelitian tindakan
(Isaac dan Michael, 1984).
7. Menilai kelayakan dari Rencana Penilaian Kebutuhan
Sebelum menyelesaikan rencana penilaian kebutuhan, pendesain instruksional harus
meninjau tiga pertanyaan penting: (1) Apakah bisa dilakukan dengan sumber daya yang
tersedia? (2) Apakah bisa diterapkan dalam budaya organisasi? dan (3) Apakah semua
informasi berlebihan telah dihilangkan dari rencana?
Tugas 5. INSTRUKTIONAL DESIGN:
THE ADDIE APPROACH. ROBERT
MARIBE BRANCH.
Analyze, Design, Develop, Implement dan
Evaluation yang disingkat ADDIE, telah
banyak diterapkan dalam lingkungan belajar
sesuai dengan rancangan tujuan
pembelajaran dan berdasarkan landasan
filosofi pendidikan penerapan ADDIE
bersifat student center, inovatif, otentik dan
inspriratif. Pengembangan konsep ini sudah
diterapkan sejak terbentuknya komunitas sosial. Pembuatan sebuah produk pembelajaran
dengan menggunakan ADDIE merupakan sebuah kegiatan yang menggunakan perangkat
yang efektif. ADDIE yang membantu menyelesaikan permasalah pembelajaran yang
komplek dan juga mengembangkan produk-produk pendidikan dan pembelajaran.
ADDIE terdiri dari 5 konsep dengan 21 langkah atau prosedur yang terdiri dari:
1. Konsep analisis terdiri dari 6 Langkah yaitu: Validasi kesenjangan kinerja,
Merumuskan tujuan instruksional, Mengidentifikasi karakteristik peserta didik,
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan, Menentukan strategi pembelajaran
yang tepat, Menyusun rencana pengelolaan program/proyek. Langkah-langkah
tersebut diuraikan lebih terperinci sebagai berikut: 1) Menilai Kinerja: Mengukur
kinerja aktual, Menetapkan kinerja yang ingin dicapai, Mengidentifikasi penyebab;
2) Merumuskan tujuan Instruksional: Menggunakan taksonomi Bloom, Taksonomi
lain; 3) Mengidentifikasi karakter peserta didik: Kemampuan, pengalaman, motivasi,
Sikap dan Lain-lain; 4) Mengidentifikasi sumber-sumber: Mengidentifikasi pilihan-
pilihan, Pertimbangan waktu, konten, teknologi, fasilitas dan manusia; 5) Menentukan
strategi pembelajaran yang tepat: Mengidentifikasi pilihan-pilihan, Pertimbangan
waktu, Biaya setiap fase ADDIE, Biaya keseluruhan; 6) Menyusun rencana kegiatan:
Anggota Tim, batas-batas yang berarti, jadwal, dan Laporan akhir.
2. Konsep desain yang terdiri atas: Memverifikasi kinerja yang akan dicapai dan
pemilihan metode tes yang sesuai. Langkah-langkah umum yang ditempuh dalam
mendisain pembelajaran adalah: Menyusun daftar tugas-tugas, Menyusun tujuan
kinerja, Menyusun strategi tes, Menghitung investasi/biaya yang dikeluarkan.
Komponen Disain terdiri dari: Diagram susunan tugas, Perangkat pengkap tentang
tujuan pembelajaran, Perangkat tes lengkap, Strategi Tes, Proposal investasi/biaya
yang dikeluarkan
3. Konsep development terdiri dari 6 langkah yaitu: Menghasilkan dan memvalidasi
sumber-sumber belajar dengan Fase Pengembangan Generate Content terdiri dari :
merumuskan konten isi pembelajaran berupa topik, Memilih/mengembangkan media,
membuat pedoman belajar untuk siswa agar terfasilitasi pembelajarannya,
mengmbangkan pedoman mengajar untuk guru, Revisi pengembangan dan Uji coba
lapangan dalam mengembangkan evaluasi
4. Konsep implementasi terdiri 2 langkah yaitu mempersiapkan guru dengan melakukan
identifikasi, dan mempersiapkan siswa. Implementasi atau penyampaian materi
pembelajaran merupakan langkah keempat dari model desain sistem pembelajaran
ADDIE. Tujuan utama dari langkah ini antara lain sebagai berikut. a. Membimbing
siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi. b. Menjamin terjadinya pemecahan
masalah/ solusi untuk mengatasi kesenjangan hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.
c. Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran, siswa perlu memilki
kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperlukan. Pertanyaan-
pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang perancang program
pembelajaran pada saat melakukan langkah implementasi yaitu sebagai berikut. a.
Metode pembelajaran seperti apa yang paling efektif utnuk digunakan dalam
penyampaian bahan atau materi pembelajaran? b. Upaya atau strategi seperti apa
yang dapat dilakukan untuk menarik dan memelihara minat siswa agar tetap mampu
memusatkan perhatian terhadap penyampaian materi atau substansi pembelajaran
yang disampaikan?
5. Konsep evaluasi terdiri dari 3 langkah yaitu: menentukan kriteria evaluasi dalam hal
ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi persepsi, pembelajaran dan performance. Yang harus diketahui
seperti: a. Ringkasan analisis; sudah harus selesai dan telah diarsipkan. Design
singkat sudah harus selesai dan digunakan sebagai referesi utama untuk sasaran dan
tujuan. Sumber belajar sudah divalidasi. b. Content; merupakan proses penentuan
kualitas dari sumber belajar apakah memuaskan dan sesuai dengan standard.
Keputusan dibuat berdasarkan tujuan dan performance.
2. Memilih alat untuk evaluasi untuk mengidentifikasi atribut utama pada setiap alat-alat
evaluasi yang sudah dipilih, yang digunakan dalam pendekataan ADDIE untuk
design instructional. Berdasarkan, tujuan, isi, strategi instructional, dan Metode test
yang sudah siap untuk diimplementasikan. Kriteria pada setiap level evaluasi sudah
harus ditetapkan. Content; Pada tahap ini evaluasi hampir mirip dengan penilaian.
Ada beberapa alat yang dapat digunakan : survey, quistionnaire, interview, etc.
Kesempatan mencoba; mereview tugas evaluasi dalam selembar kertas.
Mengidentifikasi alat-alat yang sesuai. Penutup; Gunakan alat-alat evaluasi yang
sesuai dan cocok dengan level evaluasi.
3. Mengadakan evaluasi itu sendiri untuk Mengidentifikasi atribut utama pada setiap
alat-alat evaluasi yang sudah dipilih, yang digunakan dalam pendekataan ADDIE
untuk design instructional. Tujuan dari fase evaluasi adalah mengukur kualitas dari
produk dan proses sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan. Komponen dari
perencanaan evaluasi adalah : Sebuah ringkasan tentang tujuan, alat pengumpul data,
tanggung jawab terhadap waktu dan perorangan/group untuk setiap level evaluasi,
Satu set kriteria penilaian evaluasi , Satu set alat untuk evaluasi.
ADDIE yang membantu menyelesaikan permasalah pembelajaran yang
komplek dan juga mengembagkan produk-produk pendidikan dan pembelajaran
Tujuan penulisan buku ini adalah untuk memperkenalkan pendekatan ADDIE sebagai
landasan proses dalam membuat sumber-sumber belajar secara efektif.
Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
.
TUGAS 6 SURVEY OF INSTRUCTIONAL
DEVELOPMENT MODELS
Menurut Gustafon dan Branch yang mengkategorikan
model ID didasarkan pada sejumlah asumsi penciptaaanya
ini memiliki tiga kategori, yang menunjukkan apakah
model tertentu paling baik diterapkan untuk
mengembangkan (1)individual classroom instruction, (2)
produk untuk implementasi oleh pengguna lain dari para
pengembang, atau (3) sys instruksional yang lebih besar
dan lebih kompleks yang diarahkan pada suatu masalah
organisasi atau tujuan
Model ID kelas bertujuan untuk menarik bagi para guru
profesional peran mereka adalah untuk mengajar dan siswa requir beberapa bentuk
pembelajaran. Pengguna termasuk SD dan secondar guru sekolah, perguruan tinggi dan
instruktur sekolah kejuruan, dan fakultas universitas. Beberapa program pelatihan bisnis dan
industr juga menganggap orientasi kelas. Dengan demikian, ada berbagai macam pengaturan
ruang kelas c perlu dipertimbangkan ketika memilih mode ID yang tepat untuk digunakan.
Dalam elemen ID terdapat 9 kategori klasifikasi apakah Id berorientasi kelas, produk
atau sistem yaitu Tipe output, sumber daya yang berkomitmen untuk pengembangan, tim atau
usaha individu, keterampilan ID atau pengalaman, penekanan pada pengembangan atau
seleksi, jumlah analisis front-end atau penilaian kebutuhan, kompleksitas teknologi media
pengiriman, jumlah tryout dan revisi, jumlah distribusi atau penyebaran. Klasifikasi model
yang berorientasi pada kelas terdiri dari 4 model yaitu Gerlach dan Ely model, ASSURE
Model, PIE Model, Kemp Model, dengan asumsi tugas guru adalah mengajar dan siswa
memerlukan pengajaran , Klasifikasi model yang berorientasi pada produk terdiri dari 5
model yaitu Bergman dan Moore Model, De Hoog, De Jong dan De Vries Model, Bates
Model, Nieveen Model, Seels dan Glasgow, dengan asumsi hasil pengembangan diinginkan,
sesuatu yang diproduksi bukan dipilih atau dimodifikasi dari bahan yang ada, uji coba dan
revisi dilakukan berdasarkan klasifikasi model yang berorientasi pada system yang terdiri
dari 6 model yaitu IPSID model, IPDM model, Doorsey, Goodrum, Schwen Model,
Diamond Model, Smith dan Ragan Model, Dick n Carey Model, dengan asumsi pembelajaran
dalam skala besar oleh suatu team pengembangan yang bersifat umum, pengembangan
berbasis masalah.
Adapun model-model tersebut dapat dibedakan antara desain dan pengembangannya.
Dalam disain proses itu berlangsung dari tujuan sampai dengan menentukan urutan content
/isi, belum membicarakan bahan/materi pelajaran. Sedangkan dalam pengembangan dimulai
dari bahan sampai dengan validasi untuk melihat apakah isi materi bagus atau tidak dengan
menggunakan evaluasi formatif, dalam model yang dibahas dalam buku ini tidak
menggunakan evaluasi sumatif karena evaluasi sumatif bukan bagian dari pengembangan
dan dilaksanakan oleh orang lain/ ekternal evaluator diluar pengembang. Model-model yang
dibedakan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Model ID Berbasis Kelas
Model ID berbasis kelas dikembangkan oleh Gerlach dan Eli yang berfokus pada kebutuhan
siswa yang berbeda, yang dalam desain pengembangan terdiri dari 5 langkah yang pertama
adalah menentukan materi atau isi dan menentukan tujuan instruksional, langkah kedua
adalah menentukan penilaian kemampuan awal atau prilaku siswa, langkah ketiga adalah a)
menentukan strategi, b) mengorganisasikan kelompok, c) menentukan alokasi waktu, d)
memilih media, langkah keempat adalah melakukan evaluasi hasil belajar dan sikap siswa
yang diharapkan sesuai tujuan. Langkah kelima adalah umpan balik berdasarkan data
evaluasi apakah sesuai tujuan. Lebih jelasnya model ini sudah lama ditinggalkan oleh banyak
pengembang ID dan guru karena memiliki kelemahan yang ditunjukkan di atas namun
kelebihan dari model ini lebih menunjukkan bagaimana pelajaran itu bisa diberikan secara
bervariasi.
2. Model ID Berbasis Produk
Model ID berbasis Produk ini, lebih dikhususkan untuk pembelajaran multimedia. Model
yang dikembangkan oleh Seels and Blags ini terdiri dari 3 langkah kegiatan yaitu: 1) analisis
masalah, pengembangan kebutuhan, analisis materi dan bahan 2) langkah rancangan,
pengembangan, evaluasi formatif 3) sumatif, implementasi dan evaluasi. Model berbasis
produk ini biasanya lebih mengembangkan produk dengan
mengasumsikan jumlah produk yang akan dikembangkan akan beberapa
jam, atau mungkin beberapa hari, di duratioi Jumlah analisis front end
untuk model berorientasi produk ms bervariasi, tetapi sering diasumsikan
bahwa produk canggih secara teknis akan diproduksi.
3. Model ID Berbasis Sistem
Model ini sama dengan model Dick and Carrey. Dalam model ini terdiri dari 3 langkah
kegiatan yaitu langkah pertama adalah analisis terdiri dari a) analisis lingkungan pembelajar,
b) analisis karakteristik peserta didik, c) analisis tugas-tugas belajar. Hasil dari produk
analisis ini untuk peserta didik adalah tes. Langkah kedua adalah strategi yang terdiri dari
strategi pengorganisasian peserta didik, menentukan starategi peluncuran, menentukan
starategi pengelolaan. Produk yang dihasilkan dari tahap ini adalah melukiskan bahan
pengembangan. Langkah ketiga adalah evaluasi yang terdiri dari melakukan evaluasi
formatif dan melakukan revisi pembelajaran.
Model ID berbasis sistem yang dikenal dengan nama EPSD lebih dikhususkan untuk
pembuatan kurikulum dalam model ini terdiri dari 5 langkah kegiatan yaitu:
1. Langkah pertama adalah analisis terdiri dari a) analisis pekerjaan, b) identifikasi
tugas.
2. Langkah kedua adalah desain yang terdiri dari mengembangkan tujuan,
mengembangkan tugas yang sesuai, menentukan urutan secara rinci, menentukan
urutan konten/isi.
3. Langkah ketiga adalah pengembangan yang terdiri dari (1) kegiatan pembelajaran
(rencana pengelolaan, sistem bergerak, media pembelajaran, pilih bahan yang ada)
(2) mengembangkan pembelajaran, (3) memvalidasi apakah isinya bagus dan tidak.
4. Langkah keempat adalah implementasi yang terdiri dari merencanakan pengelolaan
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran.
5. Langkah kelima adalah yang terdiri dari melaksanakan evaluasi formatif (internal),
melaksanakan evaluasi sumatif, dan revisi