+ All Categories
Home > Documents > Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Date post: 28-Oct-2015
Category:
Upload: rissa-watloly
View: 336 times
Download: 17 times
Share this document with a friend
Description:
KULIAH
Popular Tags:
58
TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL DOSEN PENGAMPU PROF. DR. Atwi suparman DR. Rusmono Oleh: Beatrix J.M. Salenussa (7117120463)
Transcript
Page 1: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

TUGAS MATA KULIAH

PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

DOSEN PENGAMPU

PROF. DR. Atwi suparman

DR. Rusmono

Oleh:

Beatrix J.M. Salenussa (7117120463)

PROGRAM DOKTOR TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2013

Page 2: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Tugas 1 Buku Carey, W. Dick, Carey, Lou & Carey , James. O. (2009). The Systematic

Design Of Instruction (7th Ed). New Jersey: lonngman publishser. (SDI, Chapter

IX,X,XI,XII)

1. Jelaskan langkah-langkah dari model, Desain Instruksional dalam buku tersebut (buat

tulisan 2 halaman)

2. Apa saja konsep yang paling menarik pada: langkah pertama, langkah selanjutnya

sampai dengan langkah sebelum pengembangan bahan pembelajaran, langkah

pengembangan bahan pembelajaran, (buat tulisan 3 halaman)

3. Kalau Anda jadi konsultan di tempat kerja Anda atau di perusahaan yang mempunyai

unit Diklat untuk mengembangkan mata pelajaran/matakuliah/program diklat apa

kesulitan Anda dalam menggunakan model tersebut. Buat tulisan 3 halaman

1. Langkah Desain System Instruksional

Model yang dikembangkan oleh Dick and Carey berdasarkan penelitian Robert Gagne

ini menyatakan bahwa perilaku manusia sangat kompleks dan lebih banyak dikontrol oleh

proses mental internal daripada rangsangan dan penguatan dari luar. Proses belajar akan

terjadi apabila pembelajar telah menyatukan rencana dan informasi baru ke dalam

memorinya sehingga memungkinkan munculnya kemampuan yang baru. Dengan demikian,

maka instruksional dipahami sebagai pengorganisasian dan penyediaan informasi. Sebagai

contoh; pengalaman dan aktivitas yang dapat meningkatkan proses mental internal pebelajar.

Dalam buku The Systematic Design Of Instruction (7th Ed) ini, sistem pendekatan

model Dick & Carey lebih diarahkan pada salah satu dari model prosedural, yaitu model yang

pada dasarnya menyarankan adanya penerapan prinsip disain Instruksional berdasarkan

langkah-langkah yang harus disesuaikan secara berurutan sehingga aspek revisi atau

perbaikan pembelajaran secara menyeluruh lebih ditekankan pada peoses belajar mengajar

yang di dapat.

Proses desain instruksional secara Langkah-langkah pengembangan model disain

instruksional Dick and Carey adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran

Dalam artian bahwa langkah pertama ini, menentukan kompetensi dan kemampuan

apa saja yang ingin dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti progam

Page 3: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

pembelajaran yang dilaksanakan. Adapun rumusan tujuan pembelajarannya

dikembangkan melalui :

1) Rumusan tujuan pembelajaran yang sudah ada pada silabus

2) Hasil analisis kinerja

3) Hasil analisis kebutuhan

4) Hasil pengalaman praktis yang berkaitan dengan kesulitan-kesulitan belajar yang

dihadapi oleh peserta didik

5) Hasil analisis tentang cara seseorang melakukan suatu pekerjaan/tugas spesifik

dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut

6) Keperluan tertentu untuk tujuan pembelajaran yang baru

Hal ini menjelaskan bahwa Tahap awal model ini adalah menentukan

informasi dan skill apa yang diinginkan oleh stakeholder dalm hal ini peserta didik,

penyelenggara pendidikan, pengguna lulusan dan masyarakat yang akan dilayani.

Harapan ini menentukan bagaimana lulusan itu mempunyai kompetensi untuk

mencapai penguasaan ketika mereka telah menyelesaikan proses pembelajaran.

Dengan demikian, tujuan instruksional dilakukan berdasarkan analisis kinerja

(performance analysis), penilaian kebutuhan (needs assessment), melalui pengalaman

praktis dengan kesulitan belajar peserta didik, dan melalui analisis orang-orang yang

melakukan pekerjaan (Job Analysis).

b. Melaksanakan analisis instruksional

Untuk menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang mempunyai relevansi,

maka diperlukan suatu prosedur yang nantinya oleh peserta didik dapat mencapai

kompetensi dan tujuan pembelajaran. Setelah langkah identifikasi tujuan dilanjutkan

dengan menentukan langkah demi langkah yang nantinya dapat dilakukan orang

ketika mereka melakukan tujuan tersebut, maka akan terlihat subskill yang

dibutuhkan. Oleh karena itu diperlukan analisis instruksional yang dapat di

kemukakan dalam peta kompetensi sebagai bentuk proses penjabaran perilaku umum

menjadi perilaku khusus sehingga tersusun dan terkait secara logis dan sistematis,

sehingga dapat menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap sebagai perilaku

masukan (entry behaviors) sebagai garis yang menjadi batas antara keterampilan yang

akan diajarkan dengan keterampilan yang sudah dikuasai oleh peserta didik sebelum

Page 4: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

melakukan pembelajaran. Bahkan ada beberapa langkah strategis juga yang perlu

dilakukan untuk menentukan prasyarat tertentu seperti pengetahuan, ketrampilan dan

sikap yang perlu dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

c. Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran

Analisis karakteristik peserta didik dan analisis konteks pembelajaran yang

dilakukan secara paralel tetapi tetap dalam lingkup analisis tujuan pembelajaran.

Analisis konteks pembelajaran meliputi analisis situasi dan kondisi peserta didik,

dalam artian situasi yang terkait dengan tugas yang dihadapi oleh peserta didik dalam

menerapkan pengetahuan dan keterampilan berdasarkan kondisi yang terkait dengan

ketrampilan yang dipelajari oleh peserta didik yaitu kemampuan tertentu dari tiap

siswa, preferensi, dan sikap akan menunjukkan dimana penekanan karakteristik dan

memulai setting instruksional dari kemampuan tersebut . Dari Analyze Learners akan

didapat informasi meliputi (1). Entry behaviour (Perilaku awal), (2). Pengetahuan

awal tentang topik tertentu, (3). Sikap terhadap isi dan sistem penyampaian, (4).

Motivasi belajar, (5). Tingkat pendidikan dan kemampuan, (6). Pembelajaran yang

disukai, (7). Sikap terhadap pengelolaan pemberian Instruksional, dan (8).

Karakteristik kelompok. Dari penjelasan ini maka dapat dikatakan bahwa analisis

karakteristik peserta didik meliputi kemampuan yang sudah dimiliki peserta didik itu

sampai saat ini, preferensi atau gaya belajar dan sikap peserta didik terhadap aktivitas

pembelajaran. analisisi karakteristik peserta didik yang tepat dan akurat akan sangat

membantu dalam pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran

d. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus

Tujuan pembelajaran khusus digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah dirumuskan pada langkah pertama. Berdasarkan analisis instruksional dan

deskripsi dari entry skill tersebut guru membuat rumusan tujuan apa yang akan

dilakukan peserta didik setelah melengkapi instruksi tersebut. Pernyataan-pernyataan

tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis instruksional.

Sedangkan performance objective diperoleh dari keterampilan dalam analisis

intruksional. Satu atau lebih objective seharusnya ditulis dalam setiap skill yang di

identifikasi dalam analisis instruksional. Kadang-kadang penulisan objektif tersebut di

indetifikasikan sebagai entry behavior (sikap awal) karena objektif merupakan dasar

pengembangan tes item untuk menentukan apakah peserta didik memilki entry

Page 5: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

behavior ataukah tidak. Adapun perumusan tujuan pembelajaran khusus perlu

memperhatikan hal-hal berikut ini:

1) Pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah proses

pembelajaran selesai.

2) Kondisi yang diperlukan agar peserta didik dapat melakukan unjuk kemampuan

atas pengetahuan yang telah dipelajarinya.

3) Indikator dan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan

peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran.

e. Mengembangkan instrument pembelajaran

Mengembangkan alat atau instrument penilaian pembelajaran untuk mengukur

pencapaian hasil belajar peserta didik sebenarnya dikembangkan berdasar tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah keempat. Berdasarkan tujuan

performance yang telah ditulis, langkah ini adalah mengembangkan butir-butir

penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siswa seperti

yang diperkirakan dari tujuan. Adapun penekanan utama berkaitan diletakkan pada

jenis keterampilan yang digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.

Empat Tipe Tes yang dapat digunakan itu adalah: a. Entry behaviors test yang

berguna untuk mengukur  ketrampilan syarat atau ketrampilan yang harus sudah

dikuasai sebelum pembelajaran dimulai. Keterampilan syarat akan muncul di bawah

garis entry behavior itu. b. Pretest Tes yang dilakukan pada awal pembelajaran untuk

mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai beberapa atau semua ketrampilan

yang akan diajarkan. c. Practice test di mana tujuan tes ini adalah untuk membuat

peserta didik lebih aktif berpartisipasi selama pembelajaran. Hasil tes ini digunakan

instruktur untuk memberikan feedback dan memonitor dalam proses pembelajaran. d.

posttest yakni mengukur tujuan pembelajaran.

Tujuan utama dilakukan tes ini adalah agar pendesain dapat mengidentifikasi

area pembelajaran yang tidak berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan apabila

peserta didik gagal dalam tes, pendesain sudah dapat mengidentifikasi dalam proses

pembelajaran mana yang tidak dimengerti oleh peserta didik.

Dengan demikian instrumen penilaian pembelajaran ini harus mampu mengukur

kinerja peserta didik baik dari sisi pengetahuan/kognitif, keterampilan/psikomotor

maupun sikap.

f. Mengembangkan strategi pembelajaran

Page 6: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Strategi pembelajaran digunakan untuk implementasi aktifitas pembelajaran yang

meliputi aktifitas pra-pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan pusat perhatian

peserta didik, penyajian materi pembelajaran dengan menggunakan contoh dan

demonstrasi, meningkatkan partisipasi peserta didik dan penilaian serta aktifitas

tindak lanjut dari proses pembelajaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan strategi pembelajaran adalah:

1) Teori pembelajaran dan hasil penelitian pembelajaran terbaru

2) Karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan

materi pembelajaran

3) Materi atau subtansi yang perlu dipelajari oleh pebelajar

4) Karakteristik pebelajar yang akan terlibat dalam kegiatan pembelajaran

Strategi pembelajaran yang dikembangkan ini akan digunakan agar program

pembelajaran yang telah dirancang dapat mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena

itu, pemilihan strategi pembelajaran yang tepat akan mampu mendukung berbagai

aktifitas pembelajaran seperti interaksi pembelajaran yang berlangsung di dalam

kelas, pembelajaran berbasis media, pembelajaran jarak jauh yang berbasis komputer,

internet serta web.

g. Mengembangkan dan memilih bahan ajar

Bahan ajar disini adalah sebagai media pembelajaran dan lembar penilaian yaitu

segala sesuatu yang digunakan untuk membawa dan menyampaikan informasi serta

pesan dari sumber belajar kepada peserta didik. Contohnya; buku teks, buku panduan,

modul, program audio video, bahan ajar berbasis computer, program multimedia,

bahan ajar untuk system pembelajaran jarak jauh. Keputusan untuk mengembangkan

bahan ajar sendiri tergantung pada: jenis dampak pembelajaran yang diharapkan,

keberadaan materi pembelajaran yang relevan serta keberadaan sumber daya. Bahan

ajar yang digunakan dapat juga berasal dari produk komersial maupun memodifikasi

bahan ajar yang sudah ada.

h. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif

Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan kekuatan

dan kelemahan program pembelajaran. Hasil proses evaluasi formatif digunakan

sebagai masukkan untuk memperbaiki rancangan proses atau hasil pembelajaran. Tiga

jenis evaluasi formatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan proses atau hasil

pembelajaran adalah:

Page 7: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

1) Evaluasi perorangan

2) Evaluasi kelompok kecil

3) Evaluasi lapangan

Setiap jenis evaluasi dilakukan terhadap sasaran yang sesuai tetapi tetap dengan satu

tujuan yaitu untuk memperbaiki rancangan program.

i. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran

Revisi terhadap program pembelajaran merupakan langkah terakhir dalam proses

disain dan pengembangan program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur

evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kesulitan yang

dihadapi pebelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran serta kelemahan-kelemahan

yang dimiliki oleh program pembelajaran. Data ini selai digunakan untuk merevisi

program pembelajaran tetapi juga digunakan juga untuk menguji kembali validitas

analisis pembelajaran dan asumsi yang berkaitan dengan perilaku awaldan

karakteristik siswa. Prosedur evaluasi perlu dilakukan terhadap semua aspek program

pembelajaran tanpa harus menunggu seluruh komponen mulai dari analisis, disain,

pengembangan dan evalusi lengkap serta dilakukan secara terbuka. Tujuan utama

langkah ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas program

pembelajaran.

j. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif ini merupakan puncak evaluasi untuk mengukur efesiensi dan

efektifitas pembelajaran tetapi langkah terakhir ini sering dipandang sebagai bagian

diluar disain pembelajaran karena evaluasi ini dilakukan setelah seluruh komponen

lengkap dan dilakukan evaluasi formatif serta telah dilakukan revisi secukupnya

sesuai dengan standar yang digunakan oleh perancang pembelajaran dan evaluasi

sumatif tidak melibatkan perancang program tetapi melibatkan penilai independen.

:

Page 8: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Gambar 1. Langkah Desain Instruksional Dari Dick n Carey

2. Konsep yang paling menarik dari langkah pertama, kemudian dilanjutkan ke

langkah selanjutnya sampai pada langkah sebelum pengembangan bahan

pembelajaran, langkah pengembangan bahan pembelajaran

a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran

Identifikasi tujuan pembelajaran dapat dilakukan melalui empat pendekatan yaitu

pendekatan subject matter expert (SME), garis besar isi, mandat administrasi, dan

dayaguan teknologi. Dari keempat pendekatan ini mampu mengidentifikasi tujuan

pembelajaran secara akurat. Ketidak akuratan identifikasi tujuan pembelajaran akan

menghasilkan disain pembelajaran yang sebenarnya tidak diperlukan. Salah satu

metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran adalah

analisis kebutuhan.Melakukan analisis kebutuhan memerlukan ketrampilan berpikir

terstruktur, rasional dan kritis. Proses pelaksanaan analisis kebutuhan akan

berlangsung dengan lancer apabila perancang disain pembelajarn mampu menemukan

apa yang sudah ada dan dipunyai, apa yang diinginkan, dan apakah keinginan tersebut

benar-benar suatu kebutuhan dan bukan suatu keinginan. Suatu cara yang dapat

digunakan untuk menentukan kebutuhan adalah adanya gap antara kondisi yang

diinginkan dan kondisi yang ada saat ini. Analisis kebutuhan juga dapat dilakukan

dengan meminta masukan dari para pemangku kepentingan. Dengan indikasi (l) siapa

peserta didik, (2) di mana mereka akan menggunakan keterampilan , dan (3) alat-alat

yang akan tersedia. Secara lengkap pernyataan tujuan harus menjelaskan hal-hal

Page 9: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

berikut: (1) peserta didik yang belajar, (2) apakah peserta didik mampu melakukan/

menerapkan keterampilan dalam konteks kinerja, (3) alat-alat yang tersedia untuk

peserta didik dalam konteks kinerja. Pelaksanaa proses ini memerlukan kemampuan

ketrampilan berkomunikasi, kerjasama dan keterbukaan sikap dan pemikiran untuk

menerima informasi baru maupun kritik dan saran yang kadang berbeda jauh dengan

kondisi yang ada. Penentuan tujuan pembelajaran dapat berpatokan pada pertanyaan;

1) Apakah pengembangan tujuan pembelajaran akan menyelesaikan permasalahan

yang berkaitan dengan kebutuhan?

2) Apakah tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat diterima oleh pihak yang

berkepentingan?

3) Apakah terdapat sumberdaya yang cukup untuk mewujudkan tujuan pembelajaran

tsb?

b. Melaksanakan analisis instruksional

Aspek pengetahuan/kognitif, ketrampilan/psikomotor dan sikap atau attitude yang

perlu dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran merupakan

konsep yang menarik. Strategi kognitif adalah meta proses yang digunakan untuk

mengatur cara kita berpikir tentang hal-hal dan memastikan belajar kita sendiri,

mengingat dan berpikir serta belajar teknik berpikir, cara menganalisis masalah,

rancangan untuk memecahkan masalah. Melalui aspek kognitif yang berkenaan

dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan kemampuan intelektual

serta keterampilan berpikir seperti cara mengingat nama, cara mengelola hasil belajar,

daya ingat, dan prilaku berpikir untuk memecahkan masalah. Penentuan tiga aspek

yang disebutkan di atas tersebut memerlukan kedalaman dan keluasan cara berpikir,

kemampuan mengidentifikasi aspek yang dimaksud dan ketrampilan merumuskan

aspek yang ditemukan melalui kalimat-kalimat operasional dan mudah dipahami.

Selain itu konsep yang menarik adalah kemampuan mengidentifikasi subbagian-

subbagian dari tujuan pembelajaran kemudian menuangkannya menjadi

subketrampilan-subketrampilan yang ingin dicapai apabila proses pembelajaran

selesai.

Page 10: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

c. Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran

Konsep yang menarik pada saat melakukan analisis karakteristik peserta didik adalah

kemampuan mengidentifikasi, merumuskan dan mengelompokkan berbagai jenis

informasi yang berkaitan dengan kemampuan aktual peserta didik, gaya belajar dan

sikap peserta didik serta menemukan sumber dan metode untuk mengumpulkan

informasi yang dimaksud. Prosedur yang diikuti dalam menganalisa konteks

pembelajaran adalah untuk merencanakan wawancara dengan instruktur, pengelola

lokasi, dan peserta didik. Hasil-hasil pokok dari analisis konteks pembelajaran ini

adalah sebagai berikut: (1) sebuah deskripsi tentang sejauh mana tingkat lokasi yang

digunakan untuk menyampaikan pelatihan dengan keahlian yang diperlukan untuk

beralih ke lokasi kerja, dan (2) sebuah susunan yang menjadi batasan untuk

mendapatkan implikasi-implikasi penting. Dengan demikian konsep yang menarik

pada analisis konteks adalah kemampuan menemukan, mengidentifikasi dan

merumuskan situasi dan kondisi yang bakal dihadapi oleh peserta didik untuk

menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajarinya.

d. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran khusus maka yang diperlukan adalah

kemampuan merumuskan tujuan pembelajaran menjadi sub-bagian sub-bagian yang

lebih khusus dan dikaitkan dengan: pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dimiliki

oleh peserta didik setelah proses pembelajaran, situasi dan kondisi yang diperlukan

peserta didik untuk menunjukkan penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari

serta indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat

keberhasilan dari peserta didik dalam menempuh pembelajaran.

e. Mengembangkan instrumen pembelajaran

Dalam mengembangkan instrument pembelajaran yang diperlukan adalah bagaimana

mengembangkan instrument yang dapat mengukur kinerja peserta didik dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Instrumen yang dikembangkan juga

harus memenuhi kaidah-kaidah instrument pembelajaran yang baik misalnya aspek

validitas dan reliabilitas. Oleh karena itu konsep pengembangan instrument

pembelajaran menuntut penguasaan ketrampilan menyusun instrument pembelajaran

yang secara umum bukan sesuatu yang mudah dan sederhana.

Page 11: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

f. Mengembangkan strategi pembelajaran

Konsep yang menarik berkaitan dengan pemilihan strategi pembelajaran adalah:

1). Aktifitas pra pembelajaran yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik dan

mengingatkan kembali ketrampilan yang akan digunakan dan sudah dikuasai peserta

didik, 2). Materi pembelajaran 3). Peserta didik berpartisipasi dalam belajar selama

proses pembelajaran, 4).Penilaian dan aktifitas tindak lanjut dari kegiatan

pembelajaran.

g. Mengembangkan dan memilih bahan ajar

Mengembangkan dan memilih bahan ajar merupakan konsep menarik yang

disarankan oleh Dick and Carey terhadap perancang disain pembelajaran untuk

menyusun sendiri bahan ajar, karena peserta didik akan memperoleh informasi baru

selama pembelajaran tanpa intervensi orang lain yang tidak terlibat langsung dengan

pembelajaran. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menyususun bahan ajar

adalah sebagai berikut: 1) Melihat kembali strategi pembelajaran untuk setiap tujuan

pembelajaran dan setiap pelajaran, 2) Melihat kembali analisis tentang konteks

pembelajaran dan asumsi tentang ketersediaan sumberdaya untuk menyususn bahan

ajar, 3) Menentukan komponen bahan ajar berdasar tujuan pembelajaran, 4) Mencari

sumber belajar, 5) Menentukan cara mengadopsi bahan ajar dari sumber belajar, 6)

Menentukan bahan ajar baru yang memerlukan perhatian khusus, 7) Melihat kembali

analisis tentang pebelajar dan derajat penguasaan materi yang diinginkan, 8)

Merancang dan menuliskan bahan ajar, 9) Melihat kembali kejelasan bahan ajar dan

keterkaitan bahan ajar setiap sesi pelajaran dan setiap konsep, 10) Menuliskan

petunjuk pembelajaran.

3. Kalau Anda jadi konsultan di tempat kerja Anda atau di perusahaan yang

mempunyai unit Diklat untuk mengembangkan mata pelajaran

/matakuliah/program diklat apa kesulitan Anda dalam menggunakan model

tersebut.

a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran

Kesulitan yang bakal dijumpai pada saat identifikasi tujuan pembelajaran adalah

melakukan analisis kebutuhan :

1. Kesulitan pertama adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Kondisi ini terjadi karena tinggi dan luasnya keinginan yang didasarkan pada

Page 12: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

visi dan misi jurusan Pendidikan Agama Kristen -UKIM. Salah satu visi dan

misi jurusan Pendidikan Agama Kristen-UKIM adalah menghasilkan lulusan

yang nantinya dapat mempersiapkan diri sebagai calon pendidik dan

pemimpin umat yang mampu melihat tanggung jawab ke depan, dalam

menghadapi masalah-masalah real dalam peran dan tanggung jawab sebagai

guru PAK di sekolah dan pelayan umat di jemaat. Atas dasar visi tersebut

maka tujuan pembelajaran ditetapkan. Namun dengan demikian terdapat

perbedaan tuntutan penguasaan materi perkuliahan bagi lulusan yang ingin

melanjutkan pendidikan dan yang ingin langsung bekerja. Di sini muncul

kondisi yang menyulitkan karena kebutuhan lulusan yang ingin melanjutkan

pendidikan bukan merupakan suatu kebutuhan bagi lulusan yang langsung

ingin bekerja.

2. Merumuskan kebutuhan itu sendiri, dalam arti bagaimana tujuan pembelajaran

dapat dirumuskan dalam suatu kalimat yang mudah dipahami dan terukur.

b. Melaksanakan analisis instruksional

Kesulitan yang ditemui pada langkah ini adalah menentukan prasyarat tertentu seperti

pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki oleh peserta didik setelah

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena kurikulum yang ada di jurusan

PAK masih menggunakan kurikulum yang diberikan oleh DEPAG yang secara

keseluruhan belum begitu mengena dengan konteks PAK di Maluku sehingga dapat

dikatakan masih perlu pembenahan sehingga tidak terjadi perbedaan tujuan

pembelajaran yang nantinya tercapai.

c. Menganalisis karakteristik peserta didik dan konteks pembelajaran

Cukup menyulitkan dalam menganalisis karakteristik peserta didik dan ini akan

menjadi hal yang harus dikenali berdasarkan kondisi menyangkut kemampuan yang

sudah dimiliki peserta didik sampai saat ini, dengan gaya belajar dan sikap peserta

didik terhadap aktivitas pembelajaran. Hal yang menyangkut kemampuan yang sudah

dimiliki peserta didik sampai saat ini dan perlu diketahui berdasarkan hasil belajar

pada mata kuliah yang telah ditempuh sebelumnya. Kesulitan utama adalah

mengetahui kecenderungan gaya belajar masing-masing peserta didik, apalagi dalam

kondisi tertentu jumlah peserta didik dalam suatu ruangan kelas cukup banyak. Dan

ini berdampak juga pada upaya pemilihan strategi pembelajaran yang nantinya

digunakan dalam proses pembelajaran.

Page 13: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

d. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus, kesulitan utamanya adalah pada

upaya menguraikan tujuan pembelajaran menjadi sub bagian- sub bagian yang lebih

kecil dan mengidentifikasinya sesuai dengan ranah psikologi pembelajaran. Selain itu

merumuskan kata-kata operasional dalam tujuan pembelajaran khusus agar jelas,

terukur dan mudah dipahami.

e. Mengembangkan instrument pembelajaran

Kesulitan yang berkaitan dengan pengembangan instrument yang mampu mengukur

pencapaian tujuan pembelajaran adalah karena sebagian besar instrument

pembelajaran berbentuk essai sehingga untuk mengukur validitas dan reliabilitas

instrument tersebut bukan perkara yang mudah. Jika instrument pembelajaran

disampaikan tidak dalam bentuk essai maka kesulitannya terletak pada bentuk

instrument yang mampu mengukur proses berpikir dan pemahaman sesuai dengan

konteks peserta didik.

f. Mengembangkan strategi pembelajaran

Menentukan strategi pembelajaran terbaik merupakan salah satu kesulitan yang akan

diterapkan selama proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena kurangnya daya dukung

dan sumberdaya terhadap hasil penelitian terbaru dan publikasi tentang pembelajaran.

Upaya memperkenalkan gaya belajar masing-masing peserta didik juga berdampak

pada ketidakakuratan pemilihan strategi pembelajaran. Selain itu pemilihan media

yang sesuai berdasarkan karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran juga akan

menemui kesulitan dan ini berdampak pada bagaimana mengaplikasi permasalahan

tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan itu tidak mudah.

g. Mengembangkan dan memilih bahan ajar

Pengembangan bahan ajar akan menemui kendala pada kurang luasnya sumber belajar

yang dapat digunakan untuk menyusun dan mengembangkan bahan ajar. Hal ini

terjadi karena sumber belajar yang dimiliki harus disesuaikan dengan perkembangan

globalisasi di mana teknologi, informasi dan komunikasi menjadi peran penting dalam

memperluas pengetahuan, namun proses pengaksesannya terbatas.

h. Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah pengumpulan data yang terkait dengan kekuatan dan

kelemahan program pembelajaran. Hal ini terjadi karena di jurusan PAK tidak

semuanya memiliki kemampuan merancang pembelajaran, sehingga evaluasi formatif

Page 14: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

akan memberikan dampak ketidakakuratnya data. Selain itu kebiasaan yang terjadi

selama ini yaitu adanya penentuan materi terlebih dahulu sebelum menentukan tujuan

pembelajaran dan ini mempersulit obyektifitas data evaluasi formatif yang

dikumpulkan.

i. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran

Kegiatan revisi terhadap program pembelajaran jarang dilakukan pada hal aktifitas

ini menuntut ketajaman analisis permasalahan pada program pembelajaran, sehingga

daya kritis untuk menemukan kelemahan dan kekurangan program pembelajaran tidak

dengan mudah dapat dilakukan.

j. Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif

Kesulitan dalam merancang dang mengembangkan evaluasi sumatif ini belum pernah

dilakukan sehingga belumpernah dilakukan di jurusan PAK bahkan kemuan dan

keterbukaan untuk menerima kritik atas hasil perancangan yang sudah dilakukan dan

mencoba untuk memperbaikinya juga merupakan hal yang sulit.

Page 15: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

PRINCIPLES OF INSTRUCTIONAL DESIGN, ROBERT. M. GAGNE,

WALTER W WAGER, KAHTERINE C. GOLAS, JOHN M. KELLER, FIFTH EDITION

1. Model Principles Of Instructional Design (Konsep dan Prosedur)

2. Ciri khusus model tersebut terkait dengan kelebihan dan kekurangannya

3. Kemungkinan diterapkan di tempat kerja anda

1. Konsep dan Prosedur dari buku Principles Of Instructional Design

Buku principles of instructional design menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip

pembelajaran dapat menginformasikan desain instruksional yang efektif untuk pembelajaran.

Hal ini menunjukkan bahwa ada dengan mendefenisikan instruksi sebagai rangkaian

peristiwa dalam suatu kegiatan hasilnya bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran. Dan

ketika instruksi itu dibicarakan, maka itu berhubungan dengan mengajar karena mengajar

adalah salah satu bagian dari instruksi. Jadi, secara luas dapat dijelaskan bahwa instruksi

menempatkan penekanan pada berbagai macam kegiatan yang digunakan guru untuk

melibatkan atau mengelola peserta didik. Seorang instuktur yang memiliki pengetahuan

tentang prinsip-prinsip desain instruksional, memiliki visi yang lebih luas tentang apa yang

dibutuhkan untuk membantu peserta didik itu untuk belajar.

Model desain pembelajaran dapat diterapkan pada berbagai tingkatan. Desain pembelajaran

merupakan proses berulang-ulang tentang bagaimana orang belajar dengan melibatkan

peserta didik dalam proses. Desain pembelajaran itu sendiri adalah proses yang terdiri dari

sejumlah sub proses yang diidentifikasi dan saling terkait. Dalam melaksanakan

pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan beberapa prinsip

pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori

psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam pembelajaran. Prinsip

pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan

pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih optimal.

Proses pembelajaran akan lebih efektif jika perencanaan itu melibatkan para peserta

didik dalam peristiwa-peristiwa dan kegiatan yang memfasilitasi pembelajaran. Ini berarti

dengan menggunakan prinsip-prinsip dari desain instruksional, guru atau pelatih dapat

Page 16: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

memilih atau merencanakan dan mengembangkan kegiatan terbaik untuk membantu siswa

belajar. Asumsi umum yang mendasari Desain pembelajaran ini lebih bertujuan untuk

membentuk proses belajar dari pada mengajar karena belajar adalah proses kompleks yang

dipengaruhi oleh banyak variable. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh

individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

2. Ciri khusus model tersebut terkait dengan kelebihan dan kekurangannya

Model ini lebih memberikan pemahaman tentang prinsip dan peristiwa yang

mempengharuhi suatu proses belajar.      Akan menjadi suatu kesalahan kalau ada pemikiran

yang menyatakan bahwa ada model tunggal terbaik dari desain instruksional. Pada hal dalam

kenyataannya, ada banyak model sebanyak desainer dan situasi desain. Setiap desainer

membawa ke prosesnya atau pemahamannya tentang prinsip dan peristiwa yang

mempengaruhi belajar, dan bagaimana struktur instruksi terbaik. Oleh karena itu perlu

diketahui, ada beberapa asumsi umum yang menjadi dasar yang dapat membawa pemahaman

mengenai proses mendesain, yaitu:

1. Desain instruksional lebih bertujuan untuk membentuk proses belajar dari pada mengajar.

2. Disadari karena belajar adalah proses kompleks yang dipengaruhi oleh banyak variable.

3. Model desain instruksional dapat diterapkan pada berbagai tingkatan.

4. Desain instruksional merupakan proses berulang-ulang.Mengingat pemahaman kita

tentang bagaimana orang belajar, kita tidak dapat merancang instruksi tanpa melibatkan

peserta didik dalam proses.

5. Desain instruksional itu sendiri adalah proses yang terdiri dari sejumlah sub proses yang

diidentifikasi dan terkait.

6. Berbagai jenis pembelajaran yang disebutkan akan menghasilkan berbagai jenis

instruksi.Tidak ada cara terbaik untuk mengajarkan segala sesuatu, dan kondisi

pembelajaran yang sesuai dengan jenis hasil yang kita inginkan akan mempengaruhi

pemikiran kita tentang desain kegiatan pembelajaran dan bahan.

Dari ciri khusus model ini, maka terdapat beberapa prinsip yang berasal dari teori belajar

dan pembelajaran yang relevan dengan desain pembelajaran adalah Contiguity (Prinsip

Kedekatan), Repetition, Prinsip pengulangan , Reinforcement,  Prinsip penguatan , Social-

Cultural Principles of Learning  Prinsip Belajar berdasarkan sosial-budaya adalah:

Negotiated Meaning, belajar adalah proses sosial dari membangun makna. Situated

Page 17: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Cognition, Kemampuan belajar diperoleh dalam konteks tertentu, Activity Theory, Prinsip

teori kegiatan atau aktivitas termasuk gagasan dari belajar yang terjadi sebagai akibat dari

aktivitas. Sementara Prinsip-prinsip belajar menurut Gagne adalah: 1. Menarik perhatian

(gaining attention), 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the

objectives), 3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior

learning), 4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus), 5. Memberikan

bimbingan belajar (providing learner guidance), 6. memperoleh kinerja/penampilan siswa

(eliciting performance), 7. memberikan balikan (providing feedback), 8. Menilai hasil belajar

(assessing performance),9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and

transfer). Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa,

keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan menantang,

penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain.

Langkah-langkah pengembangan model secara rasional dan menyeluruh, akan

dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1. Tentukan tujuan untuk instruksional. Kebutuhan instruksional diselidiki sebagai langkah

pertama. Ini kemudian dipertimbangkan oleh suatu kelompok yang bertanggung jawab

untuk mencapai konsensus pada tujuan pengajaran. Sumber daya yang tersedia untuk

memenuhi tujuan-tujuan ini juga harus dipertimbangkan secara hati-hati, karena dengan

situasi yang memaksakan perencanaan instruksional akan mengalami kendala. Contoh

dari kendala adalah waktu yang diperbolehkan untuk instruksi.

2. Tujuan pengajaran dapat diterjemahkan ke dalam sebuah kerangka kerja sebagai bagian

dari kurikulum. Demikian juga tujuan dari program yang dibuat oleh individu

mencerminkan tujuan instruksional ditentukan pada berbagai tipe keerhasilan yang

dihasilkan berdasarkan deskripsi tujuan.

3. Tujuan tersebut kemudian dianalisis dan unit utama instruksi diidentifikasi. Tujuan Unit

berasal dari tujuan mata pelajaran, dengan memperhatikan bagaimana mereka mendukung

jenis hasil diwakili pada program.

4. Penentuan jenis kemampuan yang harus dipelajari, dan memberikan kesimpulan

berdasarkan kondisi pembelajaran yang diperlukan, sehingga memungkinkan untuk

merencanakan urutan pelajaran. Urutan ini memfasilitasi pembelajaran kumulatif.

5. Pelajaran selanjutnya dipecah menjadi kejadian atau kegiatan belajar. Pusat perhatian

pada pengaturan kondisi eksternal yang paling efektif dalam mencapai hasil yang

diinginkan. Pertimbangan juga harus diberikan kepada karakteristik peserta didik, karena

Page 18: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

ini akan menentukan banyak kondisi internal yang terlibat dalam bekerja sama.

Perencanaan ini juga melibatkan teknologi

6. Unsur tambahan yang dibutuhkan untuk penyelesaian desain instruksional adalah

seperangkat prosedur penilaian apa yang telah dipelajari siswa. Dalam konsep, komponen

ini secara alami diikuti berdasarkan tujuan instruksional. Tujuan menggambarkan domain

dari item yang dipilih. Penilaian prosedur dan instrumen yang dirancang untuk

menyediakan pengukuran kriteria-referenced hasil belajar (Popham, 1981).

7. Desain pelajaran dan kursus, dengan teknik yang menyertainya akan menilai hasil

pembelajaran, memungkinkan perencanaan sistem secara keseluruhan. Sistem

instruksional bertujuan untuk mencapai tujuan yang komprehensif di sekolah-sekolah dan

program pendidikan di semua tingkatan. Sebuah cara harus ditemukan agar sesuai dengan

berbagai komponen bersama-sama dalam suatu sistem manajemen, kadang-kadang

disebut sistem pengiriman instruksional. Tentu, guru atau instruktur memainkan peran

kunci dalam pengoperasian sistem tersebut.

8. Akhirnya, perhatian harus diberikan pada evaluasi upaya pembelajaran. Prosedur untuk

evaluasi dipergunakan terlebih dahulu untuk usaha desain itu sendiri. Bukti yang dicari

untuk revisi yang akan meningkatkan dan memperbaiki instruksi (evaluasi formatif). Pada

tahap selanjutnya, evaluasi sumatif dilakukan untuk mencari bukti efektivitas belajar dari

apa yang telah dirancang.

Dengan demikian Desain instruksional, latar belakang pengetahuan dari mana prosedur

berasal, dan berbagai cara di mana prosedur ini dilakukan dapat dijelaskan.

3. Penerapan Model tersebut di tempat kerja Anda.

Dalam menerapkan model ini di jurusan PAK-UKIM maka perlu diperhatikan

beberapa hal yang harus dilakukan. Hal itu diawali dengan memperkenalkan lima kategori

utama instruksional hasil-kemampuan manusia yang dipelajari dengan bantuan instruksi.

Varietas kinerja manusia yang kemampuan ini memungkinkan dijelaskan dan dibedakan,

menggambarkan karakteristik dan kondisi pembelajaran selama dua dari kategori hasil

belajar: keterampilan intelektual dan strategi kognitif, memperluas deskripsi kemampuan

belajar untuk tiga kategori tambahan, dengan definisi dan contoh informasi, sikap, dan

keterampilan motorik.

Pentingnya sikap dan informasi yang dibahas dalam konteks tingkat tinggi belajar

memberikan penjelasan mengenai prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pelajar manusia,

Page 19: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

dan bagaimana prinsip-prinsip ini mempengaruhi keputusan desain.(1987) Model Keller

desain motivasi disajikan dengan implikasi untuk desain kegiatan belajar.

Dalam merangcang instruktional dengan derivasi dan deskripsi tujuan instruksional

khusus (tujuan kinerja). Hal ini saling terkait, karena di satu sisi, harus disesuaikan dengan

kategori tujuan yang ditetapkan sebelumnya, dan di sisi lain, dengan kemampuan belajar

tertentu yang menjadi fokus kepentingan untuk instruksi. Sejalan dengan itu dalam

menjelaskan prosedur untuk belajar-tugas analisis, dimulai dengan mempertimbangkan

tujuan dan tujuan pengajaran, yang mana tujuan dari analisis adalah klasifikasi tujuan untuk

digunakan dalam perencanaan pembelajaran dan prasyarat diidentifikasi untuk berbagai jenis

hasil belajar. Selain itu menjelaskan prosedur untuk membangun urutan pelajaran dalam

membuat unit yang lebih besar dari instruksi, seperti topik, modul, dan kursus.

Dalam The Processes of learning terdapat beberapa Tahapan teori model yang awalnya

dikembangkan oleh Atkinson dan Shiffrin berisi beberapa wawasan tentang bagaimana

merancang pembelajaran yang memfasilitasi belajar, prinsip dan kerangka kerja (1968),

model pemrosesan paralel-distribusi, dan model connectionists (Mc Clelland Rumelhart,

1986), yang pada dasarnya merupakan perpanjangan bukan pengganti untuk tahapan model.

Menurut Gagne peristiwa pembelajaran menimbulkan:

1. Minat dan memusatkan perhatian, peserta didik tidak selalu siap dan fokus

pada awal pembelajaran dalam hal ini guru perlu menimbulkan minat dan

perhatian anak didik melalui penyampaian sesuatu yang baru, aneh,

kontradiktif atau kompleks.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran, hal ini dilakukan agar peserta didik tidak

menebak-nebak apa yang diharapkan dari dirinya oleh guru.  Mereka perlu

mengetahui unjuk kerja apa yang akan digunakan sebagai indikator

penguasaan pengetahuan atau keterampilan.

3. Mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari yang merupakan

prasyarat, banyak pengetahuan baru yang merupakan kombinasi dari konsep,

prinsip atau informasi yang sebelumnya telah dipelajari, untuk memudahkan

mempelajari materi baru.

4. Menyampaikan materi pembelajaran, dalam menjelaskan materi pembelajaran,

menggunakan contoh, penekanan untuk menunjukkan perbedaan atau bagian

penting, baik secara verbal maupun menggunakanfitur tertentu (warna, huruf

miring, garisbawahi, dsb).

Page 20: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, biimbingan diberikan

melalui pertanyaan-pertanyaan yang membiimbing proses/alur pikir peserta

didik.  Perlu diperhatikan agar bimbingan tidak diberikan secara berlebihan.

6. Memperoleh unjuk kerja peserta didik, peserta didik diminta untuk

menunjukkan apa yang telah dipelajari, baik untuk myakinkan guru maupun

dirinya sendiri.

7. Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, umpan balik

perlu diberikan untuk membantu peserta didik mengetahu sejauh mana

kebenaran atau unjuk kerja yang dihasilkan.

8. Mengukur/mengevaluasi hasil belajar, pengukuran hasil belajar dapat

dilakukan melalui tes maupun tugas.  Perlu diperhatikan validitas dan

reliabilitas tes yang diberikan dari hasil observasi guru.

9. Memperkuat referensi dan transfer belajar, referensi dapat ditingkatkan

melalui latihan berkali-kali menggunakan prinsip yang dipelajari dalam

konteks yang berbeda.  Kondisi/situasi pada saat transfer belajar diharapkan

terjadi, harus berbeda.  Memecahkan masalah dalam suasana di kelas akan

sangat berbeda dengan susasana riil yang mengandung resiko.

Pembelajaran akan memfasilitasi belajar  bila didukung oleh kejadian internal dari

pengolahan informasi. Kejadian eksternal yang disebut pembelajaran , kemudian, harus

diselaraskan dengan kejadian internal untuk mendukung tahapan yang berbeda dalam proses.

Pembelajaran, kemudian, dapat dipahami sebagai usaha sengaja dalam mengatur kejadian

eksternal yang dirancang untuk mendukung proses pembelajaran internal. keseluruhan isi

buku ini merujuk pada peristiwa pembelajaran (Gagne, 1985). Kemampuan belajar dapat

diklasifikasikan ke dalam salah satu dari lima domain kemampuan. Secara singkat, lima jenis

kemampuan belajar dengan yang ditawarkan dalam buku ini adalah sebagai berikut:

1. Intellectual Skill: Yang memungkinkan pelajar untuk melaksanakan prosedur secara

simbolis dikendalikan menggunakan diskriminasi, konsep, aturan, dan keterampilan

dalam pemecahan masalah

2. Cognitive Strategies: sarana yang digunakan oleh peserta didik dikontrol berdasarkan

proses belajar mereka sendiri

3. Verbal Information: Fakta dan terorganisir "pengetahuan tentang dunia" yang tersimpan

dalam memori pembelajar

Page 21: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

4. Attitudes: keadaan internal yang dinyatakan mempengaruhi pilihan terhadap  tindakan

pribadi yang dibuat oleh seorang pelajar

5. Motor Skill: Gerakan otot yang terorganisir dalam rangka mencapai tujuan dalam bentuk

tindakan.

Peristiwa pembelajaran inilah yang memberikan stimulasi untuk mendapatkan

perhatian dengan memastikan adanya penerimaan rangsangan, dan ini memberikan dampak

positif dalam memunculkan prestasi, yang melibatkan bangkitnya respon, dengan

memberikan umpan balik tentang kinerja, dan menilai kinerja yang melibatkan adanya

kesempatan terjadi respon umpan balik tambahan bagi para penulis buku teks (ajar),

pengembang materi kurikulum, pendesainer latihan berbasis web, perancang system

manajemen pengetahuan, penceramah, pelatih, guru tapi juga peserta didik berdasarkan

perkembangan teknologi dewasa ini.

Tugas 3

Page 22: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

MOTIVATIONAL DESIGN FOR LEARNING AND

PERFORMANCE, ARCS MODEL

Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence,

Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987)

Motivasi secara umum didefinisikan sebagai sesuatu

yang menjelaskan arah dan besarnya perilaku, atau

dengan kata lain, menjelaskan apa tujuan orang

memilih untuk mengejar dan seberapa aktif atau

intens mereka mengejar tujuan. ini mencakup

semua tujuan - perilaku diarahkan mulai dari upaya

bayi untuk menarik perhatian ibunya dengan

seorang antropolog mencoba untuk menemukan

makna tertanam dalam susunan yang tersimpul dari budaya Peru kuno. Definisi

ini menjelaskan unsur dari motivasi (besar dan arah) tetapi tidak menjelaskan

bagaimana atau mengapa orang mengidentifikasi dan memilih tujuan yang

diinginkan.

Motivational desain dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi siswa untuk

belajar, motivasi karyawan untuk bekerja, motivasi orang untuk mengejar jalur karir yang

dipilih, dan perbaikan dalam kehendak, atau peraturan-diri ketrampilan mereka. Hal ini juga

dapat digunakan untuk membawa perubahan dalam komponen motivasi tertentu dari

kepribadian seseorang seperti meningkatkan tingkat keingintahuan seseorang,

mengembangkan lebih positif self-efficacy, atau mengatasi perasaan cemas dan tidak

berdaya.

Motivasi adalah desain sistematis dan bertujuan untuk ditiru prinsip dan prosesnya. Dalam

hal itu, desain motivasi didasarkan pada literatur ilmiah tentang motivasi manusia dan

bertentangan dengan pembicara motivasi karismatik dan lokakarya yang tujuannya sebagian

besar di bidang gairah emosional dan didasarkan pada pengalaman pribadi, intuisi, dan

peribahasa. Tentu saja, keberhasilan pembicara motivasi atau siapapun yang mencoba untuk

mempengaruhi motivasi lain dapat dijelaskan atau diselidiki, bahkan jika secara post hoc,

dalam hal konstruksi motivasi. Perbedaannya adalah bahwa desain motivasi mencari

penjelasan prediktabilitas sementara pendekatan karismatik cenderung didasarkan lebih

dalam bakat yang unik dari individu yang telah mencapai keberhasilan.

Page 23: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

MODEL ARCS

Model ARCS mengidentifikasi empat komponen strategi yang penting untuk memotivasi

pembelajaran:

[A] ttention / Perhatian - strategi untuk memberangsang dan mempertahankan rasa

ingin tahu dan minat.

Perhatian adalah bentuk pengarahan untuk dapat berkonsultasi/ pemusatan tenaga dan

energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini peristwa proses mengajar,

belajar di kelas, Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula

menunjuk pada minat ‘momentain’ yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang

sedang dipelajari.

[R] elevance / Relevansi - strategi untuk menghubungkan kebutuhan, minat dan motif

siswa.

Seperti halnya proses belajar umumnya jika seseorang tidak memiliki motivasi yang

kuat dalam belajar, maka mustahil mereka akan mampu mempelajari dengan baik.

Tugas fasilitator yakni membangkitkan dan menciptakan cara-cara kreatif untuk

memotivasi partisipan sehingga keinginan tersebut menjadi seperangkat kebutuhan

yang menjadi landasan kita untuk bertindak

[C] onfidence / Keyakinan - strategi untuk membantu siswa mengembangkan harapan

positif untuk keberhasilan pencapaian pembelajaran.

Mengembangkan rasa percaya diri setelah melakukan pembelajaran adalah hal yang

harus terjadi pada siswa setelah mengalami proses belajar, untuk itu perlu adanya

pendekatan proses yang membutuhkan kepercayaan diri, dan strategi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kepercayaan.

[S] atisfaction / Kepuasan - strategi untuk memasok penguatan ekstrinsik dan

instrinsik.

Kepuasan adalah perasaan gembira, perasaan ini dapat positif yaitu timbul

kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat

meningkat kepada perasaan harga diri kelak , membangkitkan semangat belajar

diantaranya dengan: Mengucapkan “baik, “bagus” dan seterusnya bila siswa

menjawab /mengajukan pertanyaan.

Page 24: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Gambar ARCS model tersebut di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

Kepuasan (Effort) akan membawa pada kinerja (performance) pada diri seseorang

atau lembaga yang akan menghasilkan consequences dan satisfaction, dari ah lahir rasa

keingintahuan yang lebih dalam curiousity (attention) dan motives (relevance) dalam bentuk

expextacy (confidence) yang akan menunjang abillity knowledge skills dan mengasah

cognitive equity sehingga melahirkan motivational design dan manajemen sehingga terjadi

learning design dan manajemen yang berakhir pada terciptanya contingency design dan

manajemen.

ARCS merupakan akronim dari: Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction. ARCS

sebagai model pendekatan dalam pembelajaran dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987)

sebagai jawaban pertanyaan “bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi

motivasi berprestasi dan hasil belajar”. Model ARCS berakar pada banyak teori dan konsep

motivasi, khasnya adalah teori harapan-nilai (expectancy-value).

Pembelajaran yang berpusat pada guru akan merugikan siswa, terutama siswa yang

berkemampuan rendah, terlihat kurang bersemangat untuk belajar. Motivasi sangat penting

dalam belajar karena motivasi dapat mendorong siswa mempersepsi informasi dalam bahan

Page 25: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

ajar. Sebagus apa pun rancangan bahan ajar, jika siswa tidak termotivasi maka tidak akan

terjadi peristiwa belajar.

Tahap-tahap Proses Desain Motivasi Model ARCS

Model desain pembelajaran ARCS ini mempunyai kelebihan yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan petunjuk: aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh

siswa

2. Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang

penerapannya kurang menarik

3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada

siswa

4. Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi

lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik

5. Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik

siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif

Selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran ARCS ini juga mempunyai kekurangan.

Kekurangan model pembelajaran ARCS ini yaitu:

1. Hasil afektif siswa sulit dinilai secara kuantitatif

1.Obtain

course

informatio

n

2. Obtai

n audience informatio

n

3. Analyz

e audience4.

Analyze

existing

materials

5. List objectivies & assesments

6. List potenti

al tactics

7. Select

& design tactics

8. Integarte with intuctio

n

9. Select

& devel

op mater

ials

10. Evaluate &

revise

Mendapatkan saja deskripsi & pemikiranJelaskan pengaturan dan sistem pengirimanJelaskan informasi instruktur

Daftar entri tingkat skilsMengidentifikasi sikap terhadap sekolahatau bekerjaMengidentifikasi sikap terhadap program

Siapkan profil motivasiDaftar akar penyebabMengidentifikasi pengaruh dimodifikasiDaftar fitur yang positifDaftar kekurangan atau masalahJelaskan isues terkaitDaftar tujuan desain motivasiTentukan perilaku pelajarJelaskan metode konfirmasi

Mengintegrasikan A, R, C, S & taktikMengidentifikasi peningkatan dibandingkan taktik mempertahankan

Kombinasikan rencana motivasi dan instruksionalDaftar revisi yang akan dibuat

Pilih bahan yang tersediaMemodifikasi agar sesuai situasiMengembangkan bahan baru

Mendapatkan reaksi siswaMenentukan tingkat kepuasanRevisi jika perlu

Page 26: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

2. Perkembangan secara berkesinambungan melalui model ARCS ini sulit dijadikan

penilaian

3. Fungsi motivasi ini harus disepakati bahwa motivasi itu untuk memberikan impact

terhadap siswa atau mahsiswa dalam proses belajar dan jangka waktu yang lama

sehingga belajar menjadi kebutuhan.

4. Dalam model ARCS ini hanya memberikan motivasi dan proses dari ARCS tidak

memberikan efek ketika tidak adanya proses keberlanjutan. Terlebih kebutuhan

motivasi setiap orang berbeda-beda.

Intinya bahwa model pembelajaran ARCS mengutamakan perhatian siswa (Attention),

menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa (Relevance),

menciptakan rasa percaya diri (Confidence), dan menimbulkan rasa puas siswa dalam

belajar (Satisfaction).

Page 27: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Tugas 4. Mastering The Instructional Design Process A

Systematic Approach (Author: William J. Rothwell & H. C.

Kazanas)

Desain Instruksional Model Mastering The Instructional Design

Process (MIDP) pada dasarnya merupakan proses yang sangat

terstruktur dan berawal dari penelitian kerja pada pelatihan efektif

yang pada awalnya dilakukan oleh militer Amerika Serikat

(Carnevale, Gainer, dan Villet, 1990). Model ini memiliki setidaknya satu fitur yang sama

yakni instruksi (pelatihan) pada persyaratan kinerja yang dinamis, proses berurutan, dan

multistage. Pada dasarnya langkah dalam Model ini dilakukan ketika penyebab masalah

kinerja karyawan diketahui menunjuk pada solusi instruksional, Pendesain instruksional

kemudian mempersiapkan pelatihan kerja. Dalam model Mastering The Instructional Design

Process (MIDP) terdapat empat langkah yakni langkah ke-1 menentukan penilaian kebutuhan

(conduct a need assessment), langkah ke-2 menilai karakteristik pebelajar (assessing relevant

characteristics of learners), langkah ke-3 Menilai Analisis Pengaturan Kerja, langkah ke-4

Analisis Kerja (Performing Work Analysis) kebutuhan instruksional dan yang menjadi ciri

khas dari model ini adalah langkah keempat yang membahas bagaimana menganalisis

kebutuhan instruksional.

Model untuk proses ini ditunjukkan pada gambar berikut.

Page 28: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Untuk memahami penilaian kebutuhan, pendesain instruksional harus terlebih dahulu

memahami arti dari istilah kunci yang terkait dengan itu. Istilah mencakup kebutuhan,

penilaian kebutuhan, analisis kebutuhan, pelatihan analisis kebutuhan, perlu perencanaan

kegiatan pengkajian, dan kebutuhan rencana penilaian.

Definisi Kebutuhan

Kata kebutuhan harus digunakan sebagai kata benda, bukan sebagai kata kerja

(Kaufman, 1986). Alasannya: ketika kebutuhan digunakan sebagai kata kerja dalam kalimat,

"Kita perlu beberapa pelatihan tentang manajemen waktu," itu berarti sesuatu yang hanya

diinginkan bukan sesuatu yang kompetensi kinerja. Kebutuhan harus selalu dikaitkan dengan

pengetahuan yang esensial, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki individu untuk

melakukan pekerjaan secara kompeten dan dengan demikian mencapai hasil yang diinginkan.

Kebutuhan secara tradisional didefinisikan sebagai kesenjangan kinerja yang

memisahkan apa yang orang tahu, lakukan, atau merasa dari apa yang mereka harus tahu,

lakukan, atau merasa kompeten untuk melakukan.

Definisi Penilaian Kebutuhan

Penilaian kebutuhan adalah "mengidentifikasi kesenjangan dalam hasil,

menempatkan mereka dalam urutan prioritas, dan memilih yang paling penting untuk

diperbaiki atau dikurangi". Hal ini dilakukan untuk "mengidentifikasi, dokumen, dan

membenarkan kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang harus ada dan menempatkan

kesenjangan dalam urutan prioritas untuk diperbaiki".

Page 29: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Definisi Analisis Kebutuhan

Mengidentifikasi penyebab kesenjangan dalam hasil sehingga metode yang tepat,

cara, taktik, peralatan, dan pendekatan rasional dapat diidentifikasi dan kemudian dipilih

untuk memenuhi kebutuhan. " Dengan demikian dilakukan setelah penilaian kebutuhan.

Definisi Kebutuhan Pelatihan Perencanaan

Sebuah pelatihan analisis kebutuhan dapat menjadi pendekatan yang berguna dan

penting untuk merancang pelatihan yang akan menanggapi kebutuhan Anda setelah Anda

menetapkannya. " sehingga dapat diketahui apa yang diperlukan. Pelatihan penilaian

kebutuhan 'sangat populer di lapangan, tampaknya menjadi sebuah oxymoron. Jika diketahui

bahwa pelatihan adalah solusinya, kenapa melakukan penilaian kebutuhan? Sebuah label

yang lebih akurat untuk apa yang disebut 'pelatihan penilaian kebutuhan' adalah 'pelatihan

analisis kebutuhan. "

Definisi Perencanaan Penilaian Kebutuhan

Kebutuhan perencanaan penilaian adalah proses pengembangan cetak biru untuk

mengumpulkan informasi penilaian kebutuhan. Perencanaan adalah suatu proses, sedangkan

rencana merupakan produk. Agar kebutuhan perencanaan penilaian dapat dilakukan dengan

sebaik-baiknya perencana harus berpartisipasi dalam setiap langkah merancang penilaian

kebutuhan dan menginterpretasikan hasil. Partisipasi dalam penilaian kebutuhan, seperti di

banyak kegiatan organisasi, adalah penting untuk membangun pemahaman tentang masalah

yang sebenarnya.

Menurut Standarnya seorang perencana need analysis harus membahas tujuh isu

kunci:

1. Objectives (Tujuan). Hasil apa yang diinginkan dari penilaian kebutuhan?

2. Target audience. Siapa yang membutuhkan need assessment?

3. Sampling prosedures. Metode apa yang akan digunakan untuk memilih target audiens

untuk berpartisipasi dalam need assessment?

4. Data Collection Methods. Bagaimana informasi mengenai kebutuhan akan dikumpulkan?

5. Specifications for instruments and protocol. Spesifikasi instrumen dan protokol.

instrumen apa yg harus digunakan selama penilaian kebutuhan, dan bagaimana mereka

harus digunakan? Apa persetujuan atau protokol yang diperlukan untuk melakukan

penilaian kebutuhan, dan bagaimana pendesain instruksional berinteraksi dengan anggota

dari organisasi?

Page 30: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

6. Methods of data analysis. Bagaimana informasi yang dikumpulkan selama penilaian

kebutuhan dianalisis?

7. Descriptions of how decisions will be made base on the data. Deskripsi tentang

bagaimana keputusan akan dibuat berdasarkan pada data. Bagaimana kebutuhan akan

diidentifikasi dari hasil pengumpulan data dan analisis?

Langkah-langkah dalam Mengembangkan Rencana Penilaian Kebutuhan

Pendesain instruksional harus mengembangkan rencana penilaian kebutuhan terlebih

dahulu sehingga jelas mengapa dilakukan penilaian. Selain itu, tempat yang tepat untuk

memulainya tergantung pada masalah yang harus dipecahkan, jumlah orang yang terpengaruh

olehnya, dan rentang waktu yang tersedia untuk solusi dimaksudkan. Misalnya, titik awal

yang tepat untuk penilaian alpha tidak sama dengan penilaian delta. Demikian juga, titik awal

untuk penilaian kebutuhan yang komprehensif berbeda dari penilaian kebutuhan situasi

spesifik yang ditunjukkan sebagai berikut:

1. Menetapkan Tujuan dari Penilaian Kebutuhan

Untuk menetapkan tujuan penilaian kebutuhan, pendesain instruksional harus mulai

dengan menjelaskan apa hasil yang ingin dicapai dari kajian kebutuhan. Ini adalah

aktivitas visi yang harus menghasilkan gambaran mental dari kondisi yang diinginkan ada

pada akhir proses penilaian.

2. Mengidentifikasi Target Audiens

Target audiens adalah karyawan yang kebutuhan instruksional akan diidentifikasi melalui

kebutuhan proses penilaian. Setiap penilaian kebutuhan harus mengidentifikasi siapa yang

saat ini terpengaruh oleh masalah kinerja, berapa banyak mereka yang terpengaruh, dan di

mana mereka berada.

3. Menetapkan Prosedur Sampling

Sampling adalah proses mengidentifikasi kelompok-kelompok kecil untuk pemeriksaan.

Hal ini digunakan untuk menghemat waktu dan biaya untuk mengumpulkan informasi

tentang kebutuhan. Untuk menentukan mana yang akan digunakan, perancang

instruksional harus mempertimbangkan tujuan dari penilaian kebutuhan, tingkat kepastian

yang dibutuhkan dalam kesimpulan, kemauan pengambil keputusan dalam organisasi

Page 31: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

untuk memungkinkan informasi yang akan dikumpulkan untuk studi penilaian kebutuhan,

dan sumber daya (waktu, uang, dan staf) yang tersedia.

4. Menentukan Strategi Pengumpulan data dan Taktik

Langkah inin bertujuan bagaimana informasi tentang kebutuhan instruksional

dikumpulkan. Lima metode yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan informasi

tentang kebutuhan instruksional: (1) wawancara (2) observasi langsung kerja, (3)

pemeriksaan langsung dari kinerja atau indikator produktivitas, (4) kuesioner, dan (5)

analisis tugas.

5. Menentukan Instrumen dan Protokol

Instrumen apa yang harus digunakan selama pengkajian kebutuhan, dan bagaimana

mereka harus digunakan? Persetujuan atau protokol apa yang diperlukan untuk

melakukan penilaian kebutuhan, dan bagaimana pendesain instruksional berinteraksi

dengan anggota dari organisasi?

6. Menentukan Metode Analisis Data

Langkah ini dilakukan untuk menganalisis informasi penilaian kebutuhan yang telah

dikumpulkan. Metode analisis data tergantung pada desain penilaian kebutuhan, sesuai

dengan desain penelitian, yang telah dipilih sebelumnya. Yakni: (1) sejarah, (2)

deskriptif, (3) perkembangan, (4) kasus atau studi lapangan, (5) korelasional, (6) kausal-

komparatif, (7) eksperimental murni, (8) kuasi-eksperimental , dan (9) penelitian tindakan

(Isaac dan Michael, 1984).

7. Menilai kelayakan dari Rencana Penilaian Kebutuhan

Sebelum menyelesaikan rencana penilaian kebutuhan, pendesain instruksional harus

meninjau tiga pertanyaan penting: (1) Apakah bisa dilakukan dengan sumber daya yang

tersedia? (2) Apakah bisa diterapkan dalam budaya organisasi? dan (3) Apakah semua

informasi berlebihan telah dihilangkan dari rencana?

Page 32: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Tugas 5. INSTRUKTIONAL DESIGN:

THE ADDIE APPROACH. ROBERT

MARIBE BRANCH.

Analyze, Design, Develop, Implement dan

Evaluation yang disingkat ADDIE, telah

banyak diterapkan dalam lingkungan belajar

sesuai dengan rancangan tujuan

pembelajaran dan berdasarkan landasan

filosofi pendidikan penerapan ADDIE

bersifat student center, inovatif, otentik dan

inspriratif. Pengembangan konsep ini sudah

diterapkan sejak terbentuknya komunitas sosial. Pembuatan sebuah produk pembelajaran

dengan menggunakan ADDIE merupakan sebuah kegiatan yang menggunakan perangkat

yang efektif. ADDIE yang membantu menyelesaikan permasalah pembelajaran yang

komplek dan juga mengembangkan produk-produk pendidikan dan pembelajaran.

ADDIE terdiri dari 5 konsep dengan 21 langkah atau prosedur yang terdiri dari:

Page 33: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

1. Konsep analisis terdiri dari 6 Langkah yaitu: Validasi kesenjangan kinerja,

Merumuskan tujuan instruksional, Mengidentifikasi karakteristik peserta didik,

Mengidentifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan, Menentukan strategi pembelajaran

yang tepat, Menyusun rencana pengelolaan program/proyek. Langkah-langkah

tersebut diuraikan lebih terperinci sebagai berikut: 1) Menilai Kinerja: Mengukur

kinerja aktual, Menetapkan kinerja yang ingin dicapai, Mengidentifikasi penyebab;

2) Merumuskan tujuan Instruksional: Menggunakan taksonomi Bloom, Taksonomi

lain; 3) Mengidentifikasi karakter peserta didik: Kemampuan, pengalaman, motivasi,

Sikap dan Lain-lain; 4) Mengidentifikasi sumber-sumber: Mengidentifikasi pilihan-

pilihan, Pertimbangan waktu, konten, teknologi, fasilitas dan manusia; 5) Menentukan

strategi pembelajaran yang tepat: Mengidentifikasi pilihan-pilihan, Pertimbangan

waktu, Biaya setiap fase ADDIE, Biaya keseluruhan; 6) Menyusun rencana kegiatan:

Anggota Tim, batas-batas yang berarti, jadwal, dan Laporan akhir.

2. Konsep desain yang terdiri atas: Memverifikasi kinerja yang akan dicapai dan

pemilihan metode tes yang sesuai. Langkah-langkah umum yang ditempuh dalam

mendisain pembelajaran adalah: Menyusun daftar tugas-tugas, Menyusun tujuan

kinerja, Menyusun strategi tes, Menghitung investasi/biaya yang dikeluarkan.

Komponen Disain terdiri dari: Diagram susunan tugas, Perangkat pengkap tentang

tujuan pembelajaran, Perangkat tes lengkap, Strategi Tes, Proposal investasi/biaya

yang dikeluarkan

3. Konsep development terdiri dari 6 langkah yaitu: Menghasilkan dan memvalidasi

sumber-sumber belajar dengan Fase Pengembangan Generate Content terdiri dari :

merumuskan konten isi pembelajaran berupa topik, Memilih/mengembangkan media,

membuat pedoman belajar untuk siswa agar terfasilitasi pembelajarannya,

mengmbangkan pedoman mengajar untuk guru, Revisi pengembangan dan Uji coba

lapangan dalam mengembangkan evaluasi

4. Konsep implementasi terdiri 2 langkah yaitu mempersiapkan guru dengan melakukan

identifikasi, dan mempersiapkan siswa. Implementasi atau penyampaian materi

pembelajaran merupakan langkah keempat dari model desain sistem pembelajaran

ADDIE. Tujuan utama dari langkah ini antara lain sebagai berikut. a. Membimbing

siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi. b. Menjamin terjadinya pemecahan

masalah/ solusi untuk mengatasi kesenjangan hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.

Page 34: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

c. Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran, siswa perlu memilki

kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperlukan. Pertanyaan-

pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang perancang program

pembelajaran pada saat melakukan langkah implementasi yaitu sebagai berikut. a.

Metode pembelajaran seperti apa yang paling efektif utnuk digunakan dalam

penyampaian bahan atau materi pembelajaran? b. Upaya atau strategi seperti apa

yang dapat dilakukan untuk menarik dan memelihara minat siswa agar tetap mampu

memusatkan perhatian terhadap penyampaian materi atau substansi pembelajaran

yang disampaikan?

5. Konsep evaluasi terdiri dari 3 langkah yaitu: menentukan kriteria evaluasi dalam hal

ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi persepsi, pembelajaran dan performance. Yang harus diketahui

seperti: a. Ringkasan analisis; sudah harus selesai dan telah diarsipkan. Design

singkat sudah harus selesai dan digunakan sebagai referesi utama untuk sasaran dan

tujuan. Sumber belajar sudah divalidasi. b. Content; merupakan proses penentuan

kualitas dari sumber belajar apakah memuaskan dan sesuai dengan standard.

Keputusan dibuat berdasarkan tujuan dan performance.

2. Memilih alat untuk evaluasi untuk mengidentifikasi atribut utama pada setiap alat-alat

evaluasi yang sudah dipilih, yang digunakan dalam pendekataan ADDIE untuk

design instructional. Berdasarkan, tujuan, isi, strategi instructional, dan Metode test

yang sudah siap untuk diimplementasikan. Kriteria pada setiap level evaluasi sudah

harus ditetapkan. Content; Pada tahap ini evaluasi hampir mirip dengan penilaian.

Ada beberapa alat yang dapat digunakan : survey, quistionnaire, interview, etc.

Kesempatan mencoba; mereview tugas evaluasi dalam selembar kertas.

Mengidentifikasi alat-alat yang sesuai. Penutup; Gunakan alat-alat evaluasi yang

sesuai dan cocok dengan level evaluasi.

3. Mengadakan evaluasi itu sendiri untuk Mengidentifikasi atribut utama pada setiap

alat-alat evaluasi yang sudah dipilih, yang digunakan dalam pendekataan ADDIE

untuk design instructional. Tujuan dari fase evaluasi adalah mengukur kualitas dari

produk dan proses sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan. Komponen dari

perencanaan evaluasi adalah : Sebuah ringkasan tentang tujuan, alat pengumpul data,

Page 35: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

tanggung jawab terhadap waktu dan perorangan/group untuk setiap level evaluasi,

Satu set kriteria penilaian evaluasi , Satu set alat untuk evaluasi.

ADDIE yang membantu menyelesaikan permasalah pembelajaran yang

komplek dan juga mengembagkan produk-produk pendidikan dan pembelajaran

Tujuan penulisan buku ini adalah untuk memperkenalkan pendekatan ADDIE sebagai

landasan proses dalam membuat sumber-sumber belajar secara efektif.

Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:

.

Page 36: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

TUGAS 6 SURVEY OF INSTRUCTIONAL

DEVELOPMENT MODELS

Menurut Gustafon dan Branch yang mengkategorikan

model ID didasarkan pada sejumlah asumsi penciptaaanya

ini memiliki tiga kategori, yang menunjukkan apakah

model tertentu paling baik diterapkan untuk

mengembangkan (1)individual classroom instruction, (2)

produk untuk implementasi oleh pengguna lain dari para

pengembang, atau (3) sys instruksional yang lebih besar

dan lebih kompleks yang diarahkan pada suatu masalah

organisasi atau tujuan

Model ID kelas bertujuan untuk menarik bagi para guru

profesional peran mereka adalah untuk mengajar dan siswa requir beberapa bentuk

pembelajaran. Pengguna termasuk SD dan secondar guru sekolah, perguruan tinggi dan

instruktur sekolah kejuruan, dan fakultas universitas. Beberapa program pelatihan bisnis dan

industr juga menganggap orientasi kelas. Dengan demikian, ada berbagai macam pengaturan

ruang kelas c perlu dipertimbangkan ketika memilih mode ID yang tepat untuk digunakan.

Dalam elemen ID terdapat 9 kategori klasifikasi apakah Id berorientasi kelas, produk

atau sistem yaitu Tipe output, sumber daya yang berkomitmen untuk pengembangan, tim atau

usaha individu, keterampilan ID atau pengalaman, penekanan pada pengembangan atau

seleksi, jumlah analisis front-end atau penilaian kebutuhan, kompleksitas teknologi media

pengiriman, jumlah tryout dan revisi, jumlah distribusi atau penyebaran. Klasifikasi model

yang berorientasi pada kelas terdiri dari 4 model yaitu Gerlach dan Ely model, ASSURE

Model, PIE Model, Kemp Model, dengan asumsi tugas guru adalah mengajar dan siswa

Page 37: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

memerlukan pengajaran , Klasifikasi model yang berorientasi pada produk terdiri dari 5

model yaitu Bergman dan Moore Model, De Hoog, De Jong dan De Vries Model, Bates

Model, Nieveen Model, Seels dan Glasgow, dengan asumsi hasil pengembangan diinginkan,

sesuatu yang diproduksi bukan dipilih atau dimodifikasi dari bahan yang ada, uji coba dan

revisi dilakukan berdasarkan klasifikasi model yang berorientasi pada system yang terdiri

dari 6 model yaitu IPSID model, IPDM model, Doorsey, Goodrum, Schwen Model,

Diamond Model, Smith dan Ragan Model, Dick n Carey Model, dengan asumsi pembelajaran

dalam skala besar oleh suatu team pengembangan yang bersifat umum, pengembangan

berbasis masalah.

Adapun model-model tersebut dapat dibedakan antara desain dan pengembangannya.

Dalam disain proses itu berlangsung dari tujuan sampai dengan menentukan urutan content

/isi, belum membicarakan bahan/materi pelajaran. Sedangkan dalam pengembangan dimulai

dari bahan sampai dengan validasi untuk melihat apakah isi materi bagus atau tidak dengan

menggunakan evaluasi formatif, dalam model yang dibahas dalam buku ini tidak

menggunakan evaluasi sumatif karena evaluasi sumatif bukan bagian dari pengembangan

dan dilaksanakan oleh orang lain/ ekternal evaluator diluar pengembang. Model-model yang

dibedakan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Model ID Berbasis Kelas

Model ID berbasis kelas dikembangkan oleh Gerlach dan Eli yang berfokus pada kebutuhan

siswa yang berbeda, yang dalam desain pengembangan terdiri dari 5 langkah yang pertama

adalah menentukan materi atau isi dan menentukan tujuan instruksional, langkah kedua

adalah menentukan penilaian kemampuan awal atau prilaku siswa, langkah ketiga adalah a)

menentukan strategi, b) mengorganisasikan kelompok, c) menentukan alokasi waktu, d)

memilih media, langkah keempat adalah melakukan evaluasi hasil belajar dan sikap siswa

yang diharapkan sesuai tujuan. Langkah kelima adalah umpan balik berdasarkan data

evaluasi apakah sesuai tujuan. Lebih jelasnya model ini sudah lama ditinggalkan oleh banyak

pengembang ID dan guru karena memiliki kelemahan yang ditunjukkan di atas namun

kelebihan dari model ini lebih menunjukkan bagaimana pelajaran itu bisa diberikan secara

bervariasi.

2. Model ID Berbasis Produk

Page 38: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

Model ID berbasis Produk ini, lebih dikhususkan untuk pembelajaran multimedia. Model

yang dikembangkan oleh Seels and Blags ini terdiri dari 3 langkah kegiatan yaitu: 1) analisis

masalah, pengembangan kebutuhan, analisis materi dan bahan 2) langkah rancangan,

pengembangan, evaluasi formatif 3) sumatif, implementasi dan evaluasi. Model berbasis

produk ini biasanya lebih mengembangkan produk dengan

mengasumsikan jumlah produk yang akan dikembangkan akan beberapa

jam, atau mungkin beberapa hari, di duratioi Jumlah analisis front end

untuk model berorientasi produk ms bervariasi, tetapi sering diasumsikan

bahwa produk canggih secara teknis akan diproduksi.

3. Model ID Berbasis Sistem

Model ini sama dengan model Dick and Carrey. Dalam model ini terdiri dari 3 langkah

kegiatan yaitu langkah pertama adalah analisis terdiri dari a) analisis lingkungan pembelajar,

b) analisis karakteristik peserta didik, c) analisis tugas-tugas belajar. Hasil dari produk

analisis ini untuk peserta didik adalah tes. Langkah kedua adalah strategi yang terdiri dari

strategi pengorganisasian peserta didik, menentukan starategi peluncuran, menentukan

starategi pengelolaan. Produk yang dihasilkan dari tahap ini adalah melukiskan bahan

pengembangan. Langkah ketiga adalah evaluasi yang terdiri dari melakukan evaluasi

formatif dan melakukan revisi pembelajaran.

Model ID berbasis sistem yang dikenal dengan nama EPSD lebih dikhususkan untuk

pembuatan kurikulum dalam model ini terdiri dari 5 langkah kegiatan yaitu:

1. Langkah pertama adalah analisis terdiri dari a) analisis pekerjaan, b) identifikasi

tugas.

2. Langkah kedua adalah desain yang terdiri dari mengembangkan tujuan,

mengembangkan tugas yang sesuai, menentukan urutan secara rinci, menentukan

urutan konten/isi.

3. Langkah ketiga adalah pengembangan yang terdiri dari (1) kegiatan pembelajaran

(rencana pengelolaan, sistem bergerak, media pembelajaran, pilih bahan yang ada)

(2) mengembangkan pembelajaran, (3) memvalidasi apakah isinya bagus dan tidak.

Page 39: Tugas Akhir Mata Kuliah Prof Atwi

4. Langkah keempat adalah implementasi yang terdiri dari merencanakan pengelolaan

pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran.

5. Langkah kelima adalah yang terdiri dari melaksanakan evaluasi formatif (internal),

melaksanakan evaluasi sumatif, dan revisi


Recommended