+ All Categories
Home > Documents > TUGAS EKONOMI REGIONAL.doc

TUGAS EKONOMI REGIONAL.doc

Date post: 01-Oct-2015
Category:
Upload: heri-kurniawan
View: 53 times
Download: 6 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
43
NAMA : LISA CESILIA (1104114822) TUGAS MATA KULIAH : EKONOMI REGIONAL & PENGEMBANGAN WILAYAH 1.TUGAS ARTIKEL TERKAIT EKONOMI REGIONAL. A. ARTIKEL MENGENAI ANALISIS STRUKTUR EKONOMI REGIONAL Studi Kasus di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah *) Musdar M. Amin. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tompotika Luwuk ABSTRACT Regional and national economic development during the decade prodused result on economic structure changes,as showed by increasing Gross Regional Domestic and the absorption rate on sectoral labor. The issue is whether such economic structure change as public economic reflection of a region may create sectoral balance, or instead, it creates greater intersectoral gap / imbalance, even others. In order to observe such change, the write carried out a research concerning the gross regional domestic product indicators and job opportunities in the region for the decade ( 2000-2010), aimed to analyze changing patern and the regional economic drift. Analyses model used in the study is sheft-share analisis and elasticity employment model. And analyses results showed that the changing on regional economic structure of Kabupten regency is influenced by regional economic growth of the Provinsce and Nation and the competitive superiority of the agricultural,
Transcript

NAMA : LISA CESILIA (1104114822)TUGAS MATA KULIAH : EKONOMI REGIONAL & PENGEMBANGAN WILAYAH1.TUGAS ARTIKEL TERKAIT EKONOMI REGIONAL.

A. ARTIKEL MENGENAI ANALISIS STRUKTUR EKONOMI REGIONALStudi Kasus di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah *)Musdar M. Amin. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tompotika LuwukABSTRACTRegional and national economic development during the decade prodused result on economic structure changes,as showed by increasing Gross Regional Domestic and the absorption rate on sectoral labor. The issue is whether such economic structure change as public economic reflection of a region may create sectoral balance, or instead, it creates greater intersectoral gap / imbalance, even others. In order to observe such change, the write carried out a research concerning the gross regional domestic product indicators and job opportunities in the region for the decade ( 2000-2010), aimed to analyze changing patern and the regional economic drift.Analyses model used in the study is sheft-share analisis and elasticity employment model. And analyses results showed that the changing on regional economic structure of Kabupten regency is influenced by regional economic growth of the Provinsce and Nation and the competitive superiority of the agricultural, trading, and industrial sectors,whereas the mixing industry does not have any effect.The three alternative of development policy carried out in order to push the balance of regional developmet espsially intersectoral and interregional, are ; (1) mobilization on rural economic sectors, (2) development policy and industrial sector development related with potential and market demand that affecting to the regional interest and community, (3) creation of efficiency and regionality anticipating integral economy development region.

LATAR BELAKANG Pembangunan menjadi tuntutan dan kewajiban setiap Negara-negara sedang berkembang di dunia karena hanya dengan usaha pembangunan ketimpangan dan keterbelakangan serta kemiskinan dapat di pecahkan. Membahas masalah pembangunan tidak terlepas dari pembicaraan tetang pertumbuhan ekonomi, karena dengan pertumbuhan tersebut akan terjadi perubahan struktur ekonomi masyarakat suatu Negara atau daerah dalam arti peningkatan pendapatan nasional perkapita yang disertai dengan transformasi social ekonomi.

Beberapa permasalahan pembangunan ekonomi yang saat ini relevan untuk dijadikan kajian teori ekonomi pembangunan atau teori pertumbuhan ekonomi secara nasional maupun secara regional dan merupakan isu penting diperbincangkan oleh para pakar pembangunan. Sumitro Dj.(1976) mengatakan kepincangan dan kesenjangan sebagai masalah Struktural yang artinya menyangkut; Pertama, Ketimpangan dalam perimbangan antara keadaan factor-factor produksi yang tersedia dalam masyarakat. kedua, Ketimpangan dalam tingkat pertumbuhan antara berbagai sector kegiatan ekonomi menyebabkan ketimpangan dalampenciptaan kesempatan kerja. ketiga. Ketimpangan dala pembagian pendapatan diantara golongan-golongan masyarakat, ke-empat. Kelemahan dalam kelembagaan masyarakat dan sifat kebiasaan hidup disertai etos kerja masyarakat yang rendah. Gunawan Sumodiningrat (1996), melihat masalah pembangunan ekonomi secara lebih kongkrit, di katakannya, ada tiga masalah utama pembangunan ekonomi yaitu pengangguran, ketimpangan baik antara golongan penduduk, antar sector maupun anta daerah serta kemiskinan. Masalah-masalah tersebut merupakan suatu keadaan yang saling kait mengait satu dengan yang lainnya dan keadaan yang demikian ini akhirnya akan menimbulkan disparitas ekonomi masyarakat suatu wilayah(region ) yang semakin tajam. Dan keadaan ini selalu ada dalam suatu masyarakat di Negara-negara sedang berkembang atau di suatu region yang ekonominya sedang dalam proses transformasi . Melihat berbagai phenomena pembangunan ekonomi baik nasional maupun regional/daerah dapat di kemukakan ada tiga maslah pokok yang harus diperhatikan yaitu; pertama, apa yang terjadi terhadap tingkat kemiskinan; kedua, apa yang terjadi terhadap pengangguran; ke tiga, apa yang terjadi terhadap ketimpangan di berbagai bidang.

Masalah-masalah yang telah diuraikan di atas dapat ditelaah dengan melihat tingkat ketergantungan penduduk atau angkatan kerja pada sector pertanian terutama di Negara-negara agraris atau region-region yang potensi geografisnya adalah agraris. Disektor ini aspek pengangguran ( tenaga kerja tidak produktif ) semakin terasa, karena disebabkan angkatan kerja yang semakin bertambah disatu pihak kegiatan ekonomi diluar sector pertanaian berkembang dengan cepat dengan konsekwensi teknologi maju dan investasi modal yang besar, dilan pihak tenaga kerja relative terbatas baik tingkat pendidikan, penguasaan teknologi terbatas maupun keterampilan. Akibatnya kegiatan ekonomi sector pertanian sangat rendah/kurang menyerap tenaga kerja dan akhirnya tenaga kerja yang tidak terserap tadi menjadi menganggur . Karena menganggur maka tidak berpendapatan yang kemudian menyebabkan kemiskinan. Apa yang terjadi terhadap kemiskinan, tidak lain adalah pemilikan sumberdaya yang tidak merata, kemampuan masyakat yang tidak seimbang dan ketidak samaan kesempatan dalam menghasilkan yang pada akhirnya menyebabkan ketimpangan dalam struktur ekonomi masyarakat.

Paradikma pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan dapat menciptakan trickle down effect justru berakibat adanya dominasi perencanaan pembangunan yang masih diwarnai top down sedangkan bottom-up terkadang menjadi formalitas saja untuk memenuhi sistim dan mekanisme perencanaan yang di atur dalam UU 25 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional. Kondisi yang demikian ini akan menciptakan disparitas social ekonomi sedemikian rupa sehingga muncul apa yang dikenal dengan kawasan pusat dan kawasan pinggiran ( center-periphery) yang diterjemahkan kawasan miskin dan kawasan belum maju sebagai periphery, sedangkan kawasan kaya atau kawasan yang sudah maju sebagai center.

Memperhatikan phenomena pola perubahan struktur dan masalah serta kendala pembangunan ekonomi yang telah di uraikan diatas memberi kesan bahwa masih perlu untuk dilakukan kaji ulang sejauh mana pola perubahan dan arah perkembangan struktur perekonomian daerah dan implikasinya, sehingga nantinya akan di peroleh diskripsi perekonomian daerah yang dapat digunakan dalam merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi daerah. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAHStruktur perekonomian daerah mencerminkan keadaan ekonomi masyarakat suatu Negara atau suatu daerah. Keadaan tersebut ditandai dengan perimbangan dan ketimpangan dalam perubahan struktur ekonomi yang di tunjukan oleh pergeseran ( shift ), sumbangan (shere) dan pertumbuhan (growth) masing-masing sector. Perubahan struktur dimaksud jika dikaitkan dengan realitas pembangunan daerah akan mengarahkan pada pengungkapan permasalahan-permasalahan sebagai berikut;

a. Dari aspek produksi, apakah keberhasilan pembangunan yang telah dicapai sebagaimana di tunjukan oleh pertumbuhan pendapatan regional yang cukup tinggi selama periode pembangunan sebelumnya telah dapat menciptakan dorongan yang kuat ( big-push ) terhadap perubahan struktur ekonomi daerah, khususnya perekonomian masyarakat yang ada di wilayah kota dan pedesaan.

b. Dari aspek Ketenagakerjaan, apakah keberhasilan pembangunan ekonomi telah dapat menciptakan kesempatan kerja bagi sejumlah angkatan kerja yang semakin bertambah disebabkan bertambahnya jumlah penduduk sebagai akibat tingkat kelahiran dan adanya transmigrasi atau akibat dampak adanya investasi DS-LNG, dengan keadaan tingkat kualitas tenaga kerja relative rendah akibat rendahnya tingkat pendidikan.

c. Dilihat dari aspek distribusi pendapatan, apakah keberhasilan pembangunan yang dicerminkan oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi telah mengurangi tingkat kesenjangan ketimpangan dalam pembagian pendapatan.

Mengingat begitu luasnya kajian mengenai struktur ekonomi daerah, maka pembahasan akan di titik beratkan pada masalah perubahan struktur perekonomian daearah di lihat ari aspek produksi dan penyerapan tenaga kerja. Permasalah yang akan dikaji adalah melihat ;

a. Bagaimana pola dan arah perkembangan produk domerstik regional Bruto (PDRB) dan perkembangan nilai tambah (NTB) sector pertanian, Industri dan Jasa serta sector lainnya selama periode satu decade pembangunan sebelumnya.

b. Berapa besar sumbangan (share) NTB sector-sektor ekonomi dengan perkembangan produk domestic regional bruto perkapita di daerah.

c. Apakah pertumbuhan ekonomi di daerah selama periode waktu sebelumnya telah menciptakan perluasan kesempatan kerja di masing-masing sector ekonomi di kabupaten Banggai.

TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN,Tujuan;

1. Menganalisis hubungan sumbangan ( share ) perkapita selama periode sepuluh tahun pembangunan sebelumnya.

2. Menganalisis elastisitas kesempatan kerja masing- masing sector guna mengetahui berapa besar perubahan NTB sector-sector ekonomi telah dapat menciptakan/memperluas kesempatan kerja di daerah.

Kegunaan;

Kegunaan penelitian ini, dari aspek normative untuk mengembangkan kemampuan akademis pribadi peneliti , dan dari aspek empiris diharapkan dapat menjadi sala satu bahan masukan yang berguna dalam perumusan kebijaksanaan perencanaan pembangunan di daerah ini.

KAJIAN TEORI; Teori Pembangunan

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mengarahkan pada masalah-masalah yang mencakup perubahan struktur perekonomian masyarakat suatu Negara atau suatu wilayah. Diman produk domestic bruto (PDB) riil perkapita meningkat secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas perkapita.

Untuk menganalisis perekonomian suatu Negara atau region / daerah dapat dipokuskan pada pertumbuhan ekonomi modern yang erkenal dengan teori Keynesian, dan Harrod-Domar. Menurut Keynes (1936), Pendapatan tidak selamanya akan di konsumsi ( MPC kurang dari 1,0), maka sebagiannya akan di tabung, untuk mencapai keseimbangan di perlukan investasi yang sama besar dengan tabungan. Kembali pada pengertian investasi yaitu sebagai kenaikan modal yang tersedia ( stock of capital ), maka investasi di maksud akan menaikan kapasitas produksi, dank arena itu akan menaikan pula penawaran agragat yang diperlukan untuk mencapai full-employment. Apabilah modal di akumulasikan tahun ini, maka kapasitas produksi akan naik pada tahun berikutnya. Dengan perkataan lain akumulasi modal memungkinkan adanya pertumbuhan ekonomi. Harrod-Domar (1946), mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di tentukan oleh pengeluaran investasi melalui efek multiplier akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang berarti akan menciptakan lebih besar permintaan agregat barang dan jasa yang pada akhirnya akan mendorong kapasitas produksi yang makin besar. Dan dalam jangka panjang Investasi akan menambah stok capital yang berarti akan bertambah pula kapasitas produksi. Analisa Harrod-Domar, pada intinya membahas mengenai perimbangan antara permintaan agregat (agregat demand ) dan penawaran (agregat supply) yang dapat di jelaskan melalui Keterangan; Pergeseran kurva AD kekanan mencerminkan peningkatan pendapatan masyarakat sebagai akibat adanya investasi baru ( I ), peningkatan pendapatan ini menambah daya beli masyarakat, sehingga tingkat harga umum cenderung untuk meningkat ke P2 dari P1. Titik keseimbangan bergeser dari E1 ke E2. Dalam waktu yang bersamaan investasi juga akan menambah stok capital ( K ) sehingga meningkatkan kapasitas produksi yang di cerminkan oleh pergeseran kurva AS ke kanan yaitu dari AS1 ke AS2. Pergeseran kurva AS kekanan, menunjukan bahwa dalam jangka panjang akan terjadi peningkatan output (pertumbuhan ekonomi) sehingga mencapai Yp pada titik keseimbangan yang baru E3, sehingga tingkat harga turun menjadi P3 yang lebih rendah dari P2 dan P1. Dengan demikian maka setiap investasi baru (K) akan mengakibatkan tingkat harga umum mula-mula naik dalam jangka pendek, tetapi kemudian menurun dalam jangka panjag, karena meningkat jumlah output yang di produksi dan ditawarkan. Model ini menunjukan secara ekplisit hubungan antara investasi dan produksi dalam suatu konsep yang di sebut koefisien capital yang dirumuskan sbb;

= Y/K ( 1 )Y adalah jumlah output atau jumlah pendapatan dan K adalah jumlah modal ( kaital stok ). adalah parameter ratio yang cukup stabil sebagai petunjuk bagi pengaruh investasi terhadap perubahan output.

Y = ( K ) ( 2 )

Y adalah perubahan pendapatan dari period eke periode lain, dan K adalah investasi yang terjadi pada periode tertentu.

Pendekatan ini member isyarat bahwa pembangunan ekonomi di Negara atau daerah yang sedang membangun atau perekonomiannya tertinggal atau lambat, maka sangat di perlukan adanya investasi untuk memacuh perubahan ekonomi masyarakat.

Teori Perubahan Struktur;Pendekatan perubahann struktur ekonomi memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan perekonomian Negara atau suatu wilayah terbelakang melakukan perubahan struktur ekonomi dari subsiten tradisional ke struktur ekonomi yang lebih baik atau modern. Secara teoritis pendekatan ini melihat bahwa pembangunan ekonomi lebih merupakan proses transisi yang ditandai oleh suatu transformasi yang mendasar pada struktur ekonomi atau disingkat perubahan structural yang oleh Gerald M. Meier,( 1995 ) mendefinisikan The structural transformation of the developing economy may be defined as the set of change in thecomposition of demand, trade, production and factoruse that takes place as pecapita income increases. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa perubahan struktur bagi ekonomi yang masih terbelakang di artikan sebagai rangkaian perubahan dalam struktur permintaan, perdagangan,produksi dan perubahan dalam komposisi penggunaan factor produksi. Secara empiris peningkatan pendapatan nasional perkapita di Negara terbelakang, mencerminkan adanya perubahan baik dalam penggunaan factor produksi maupun komposisi produksi serta struktur kesempatan kerja atau tingkat penyerapan tenaga kerja. Seperti yang di nyatakan oleh Kuznets (1966), bahwa gambaran sentral dalam proses perubahan struktur perekonomian adalah terjadinya pergeseran sumber daya dari sector industry ke sector pertanian Teori Ekonomi Regional;Pembangunan ekonomi regional menurut Glasson (1974) , factor dasar yang menyebabkan kesenjangan (disparitas) antara berbagai daerah adalah struktur perekonomian daera yang besangkutan. Secara teoritis untuk menjelaskan perubahan sector sector yang terdapat dalam perekonomian regional/daerah, yang paling sederhana dan paling terkenal menurutnya adalah teori basis ekonomi (economic base theory). Dalam aplikasinya teori ini dinamakan sebagai base analisis. Dan model dalam perekonomian regional mengklasifikasikan menjadi dua sector kegiata yaitu basis aktiviti artinya kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang dan jasa ketempat diluar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atau kepada orang-orang yang datang dari luar wilayah perekonomian yang bersangkutan dan non basis aktiviti, adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tingggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat daerah yang bersangkutan.

Hubungan kedua sector kegiatan secara implicit dapat dijelaskan bahwa, semakin meningkatnya sector kegiatan basis dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang besangkutan, daya beli masyarakat bertambah yang berarti permintaan terhadap barang dan jasa di daerah tersebut akan bertambah dan selanjutnya akan menimbulkan kenaikan volume kigiatan bukan basis sehingga kesempatan kerja tercipta. Sebaliknya berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk kedalam daerah yang bersangkutan, menyebabkan daya beli masyarakat menurun akibatnya permintaan produk barang dan jasa dari kegiatan bukan basis menurun menyebabkan kesempatan kerja tidak tercipta.

METODOLOGI PENELITIAN; Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara library research yaitu penelitian dengan cara studi referensi kepustakaan yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian. Dan Field research yaitu penelitian yang dilakukan di lapangan dengan cara observasi dan dokumentasi data primer sekunder ( data BPS, data Kantor Statistik Kabupaten) dan data sekunder (data laporan Dinas Instansi)

Metode Analisis Data

Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka beberapa model atau metode peralatan analisis yang akan di gunakan dalam penulisan ini yaitu;

Shift-Share-Analisis, Prasetio Soepono, (1993), dimaksudkan untuk mengukur kinerja (performance) pembangunan ekonomi daerah selama periode sebelumnya yang mencakup pertumbuhan dan perubahan sector ekonomi dengan memperhatikan indicator-indikator kunci seperti kesempatan kerja, nilai tambah produksi dan pendapatan regional perkapita Kabupaten Banggai di bandingkan dengan kinerja perekonomian daerah provinsi Sulawesi Tengah.

Secara empiris metode atau alat yang digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan adalah sebagai berikut;

Dij = Nij + Mij + Cij (1)

Dimana;Dij = E*ij EijNij = Eij.rnMij= Eij (rin-rn )Cij = Eij ( rij rin )Aij = ( Eij-E*ij )( rij- rin )Dari persamaan diatas dapat di transformasih menjadi;Dij = Eij.rn + Eij (rin-rn )+ Eij (rij rin ) + ( Eij-E*ij ) ( rij- rin ) Elasticity of employment Glassburner dan Candra (1979) Untuk menganalisis dan menentukan sasaran laju kenaikan tingkat penyerapan tenaga kerja tiap sector atau lapangan usaha di daerah maka, digunakan model sebagai berikut;

Ln = ------------- (2) Qn adalah elastisitas penyerapan tenaga kerja; L adalah laju kenaikan penyerapan tenaga kerja; Q adalah tingkat kenaikan produksi/ PDRB.

Ln = ------------- (3) Qn adalah elastisitas penyerapan tenaga kerja sector ekonomi; Li adalah laju kenaikan penyerapan tenaga kerja sector-sektor ekonomi dan Qi adalah tingkat kenaikan nilai tambah bruto sector sektor ekonomi.

L = n Q (4)

Model ini untuk mengetahui sasaran laju kenaikan penyerapan tenaga kerja sector-seltor ekonomi di daerah.

HASIL DAN PEMBAHASAN;Pelaksanaan pembangunan selama ini telah membawah perubahan struktur ekonomi tidak hanya perekonomian nasional tetapi juga perekonomian regional/daerah. Perubahan tersebut selalu menjadi cermin keberhasilan pembangunan bagi suatu daerah dalam periode tertentu. Perubahan struktur ekonomi membawa konsekwensi pergeseran sektoral dari sector pertanian kesektor industry dan ke sector jasa. Untuk mengamati pola perubahan dan perkembangan dimaksud, akan di analisis dua indicator ekonomi yaitu;

Produk Domestik Regional Bruto(PDRB). Pendekatan dan model alat analisis yang dikemukakan pada alinea-alinea sebelumnya dalam tulisan ini, menunjukan hasil yang bisa dilihat pada table 1. analisis shift-share menunjukan bahwa perubahan (Dij) PDRB selama beberapa tahun sebelumnya sebesar Rp.70.033 ( jutaan) dan share NTB terbesar terhadap perubahan PDRB masing-masing adalah sector pertanian 58,97 % , perdagangan dan perhotelan 12,76%, sector industry 8,79 % sector transportasi dan kemunikasi 7,24%, sector pemerintahan 5,04 %, sector sewa rumah 3,66 % bank dan lembaga keuangan lainnya 1,34 % sedangkan sector pertambangan, listrik/gas dan air minum, bangunan serta jasa-jasa lain masing masing memberikan share kurang dari 1 %. Perubahan dan pergeseran NTB dan PDRB daerah ini di pengaruhi oleh bebrapa indicator yaitu pertumbuhan regional provinsi, bauran industry dan keunggulan serta adanya spesialisasi. Pengaruh regional growth;Regional growth provinsi Sulawesi tengah telah member andil (shift) terhadap peningkatan perekonomian daerah kabupaten Banggai sebesar Rp. 58,605 (jutaan) angka ini menunjukan bahwa bahwa peningkatan perekonomian daerah kabupaten Banggai sangat di tentukan/tergantung oleh pertumbuhan ekonomi regional Sulawesi tengah dan atau nasional. Secara sektoral pengaruh komponen regional growth terhadap perubahan nilai sector ekonomi tercermin pada besaran nilai komponen pengaruh regional growth (Nij) masing-masing sector. Secara runtun besaran nilai pertumbuhan adalah sector pertanian mencapai Rp. 28.012 (jutaan) artinya perubahan nilai tambah sector pertanian (Dij) yang mencapai Rp. 41.300 (jutaan) selama 10 tahun sebelumnya sangat terpengaruh oleh regional growth Sulawesi tengah atau nasional.

Sector perdagangan dan perhotelan, nilai komponen pengaruh rigonal growth sector ini mencapai Rp. 8.508 (jutaan) angka ini menunjukan bahwa perubahan nilai tambah sector ini, sebesar Rp. 8.934 (jutaan) lebih besar dari perkembangan dan pertumbuhan ekonomi tingkat propinsi dan nasional. Dan sector-sector lainnya seperti sector industry, bangunan dan pemerintahan, besaran nilai komponen pengaruh regional growth terhadap perubahan nilai tambah sector ini relative tidak banyak berpengaruh terhadap sector-sektor ini. Demikian halnya sector keuangan, sewah rumah dan jasa-jasa, besaran nilai komponen pengaruh regional growth relative sangat rendah yakni kurang dari Rp. 2.000 (jutaan) menunjukan bahwa pertumbuhan regional propinsi sangat redah sekali pengaruhnya terhadap perubahan Nilai tambah sector ini di daerah Kabupaten Banggai.

Pengaruh Bauran Industri;Hasil analisis data, table 1, menunjukan bahwa perubahan PDRB selama sepuluh tahun mencapai RP. 70.033. (jutaan) tidak hanya di pengaruhi oleh komponen regional growth akan tetapi juga terpengaruh juga oleh komponen bauran industry ( industry-mix ). Hal ini dapat dilihat dari besaran nilai andil (shift) komponen bauran industry terhadap perubahan PDRB sebesar Rp. 467. (jutaan). Angka ini mengartikan bahwa pengaruh bauran industry terhadap perubahan perekonomian daerah selama periode sepuluh tahun terakhir relative kecil jika dibandingkan dengan komponen pengaruh keunggulan kompetitif serta komponen spesialisasi yang jauh lebih besar. Sektor-sektor yang nilai komponen pengaruhnya pesitif menunjukan bahwa komponen bauran industry berpengaruh terhadap perubahan nilai tambah bruto sector ini.

Pengaruh Keunggulan kompetitifHasil analisis menunjukan bahwa besaran nilai komponen pengaruh keunggulan kompotitif (defferential shift) terhadap perubahan perekonomian daerah mencapai Rp. 6.671.(jutaan). Ini berarti bahwa telah terjadi perubahan dalam arti peningkatan perekonomian daerah selama sepuluh tahun.

Tabel 1Analisis Shift-share (E-M) PDRB Kabupaten BanggaiTahun 2000 2011 ( Jutaan Rp. )Sektor UsahaNijMijCijAijDij%

PertanianPertambanganIndustriListrik/Gas/AirBangunanPerdag. HotelAngkutanKeuanganSewa RumahPemerintahanJasa-jasa280128102339934672850848851101198244681734-1642831954172356-191138-1181524-1267-2916772-191530-325834-1-2341-158158-11372709169-46425334541-921288-87341300485615643561893450739412562353155558,970,698,790,630,0912,767,241,343,665,040,79

Total586084676671428970033100

Sumber ; data di olah;Secara sektoral, tidak seluruhnya sector menunjukan nilai defferential shift positif. Hanya ada beberpa sector seperti sector pertanian, nilai pengaruh ke unggulan kompetitifnya mencapai Rp.6.772.(jutaan), industry Rp. 153.(jutaan), perdagangan Rp. 83.(jutaan), pemerintahan Rp. 41.(jutaan) dan sector angkutan sebesar Rp. 4. (jutaan). Angka-angka ini berarti bahwa sector-sektor tersebut mempunyai keunggulan kompetitif dan berpengaruh terhadap perubahan nilai tambah bruto sector tersebut selama sepuluh tahun terakhir. Dan dapat dikatan sebagai sector unggulan dalam perekonomian daerah.

Pengaruh SpesialisasiPeningkatan perekonomian daerah dalam kurun waktu sepuluh tahun, berdasarkan analisa data menunjukan bahwa komponen spesialisasi ( Aij ) berpengaruh terhadap perubahan perekonomian daerah. Hal ini ditunjukan oleh besaran nilai pengaruh komponen spesialisasi yang positif sebesar Rp. 4.289.(jutaan). Sektor-sektor yang menunjukan besaran nilai komponen pengaruh spesialisasi adalah positif, berarti sector tersebut memiliki tingkat spesialisasi yang dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan atau peningkatan sector itu sendiri dalam perekonomian daerah. Sedangkan sector-sektor yang menunjukan nilai komponen pengaruh spesialisasi adalah negative berarti sector tersebut relative tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai tambah sector tersebut.

Kesempatan Kerja;Teori ekonomi menjelaskan bahwa perkembangan ekonomi suatu daerah biasanya di tandai dengan perubahan kemampuan sector-sector ekonomi dalam menciptakan output. Dan peningkatan kemampuan tersebut akan menciptakan kesempatan kerja pada sector sector ekonomi yang bersangkutan.

Hasil analisis data menunjukan bahwa share sector sector ekonomi dalam menyerap tenaga kerja atau menciptakan kesempatan kerja dapat dilihat pada tabel. 2, dibawah ini. Secara rinci dapat dijelaskan bahwa sector pertanian selama sepuluh tahun terakhir telah menyerap kurang lebih mencapai 60,10 % dari total kesempatan kerja yang tersedia. Sector perdagangan telah menyerap tenaga kerja, 16,09 % , sector jasa 18,12 % sector industry 4,14 %, sedang sector lainnya hanya mampu menyerap tenaga kerja kurang dari 1 %.

Perubahan perubahan komposisi penyerapan tenaga kerja tersebut secara sektoral maupun secara keseluruhan perekonomian daerah, kesempatan kerja sangat terpengaruh oleh beberapa komponen variable pembangunan yaiitu;

Pengaruh Pertumbuhan Kesempatan kerja Regional (Nij)Peningkatan kesempatan kerja regional atau wilayah Sulawesi Tengah sebagai sala satu komponen pengaruh terhadap perubahan penyerapan tenaga kerja di daerah ini. Sesuai hasil analisis data menunjukan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja Sulawesi Tengah telah mendorong penciptaan kesempatan kerja atau penyerapan tenaga kerja di daerah kabupaten banggai mencapai 24,72 % dari keseluran jumlah peningkatan penyerapan tenaga kerja di daerah ini.

Dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja sektoral dapat di identifikasi bahwa besaran nilai komponen pertumbuhan kesempatan kerja regional (Nij) sulawesi tengah telah mempengaruhi perubahan kesempatan kerja di sector sector usaha di daerah kabupaten Banggai.

Pengaruh Bauran Industri (Mij)Aspek pengaruh bauran industry terhadap perubahan penciptaan kesempatan kerja/penyerapan tenaga kerja di daerah selama sepuluh tahun sesuai hasil analisis data ( tabel 2), menunjukan besaran nilai komponen pengaruh bauran industry adalah negative. Berarti pengaruh bauran industry terhadap penyerapan tenaga kerja di daerah ini relati tidak ada atau sangat sedikit.

Tabel, 2Analisis Shift-Share (E-M) Kesempatan kerja Kabupaten Banggai Tahun 2000-2011 ( Orang )

Sektor UsahaNijMijCijAijDij%

PertanianPertambanganIndustriListrik/Gas/AirBangunanPerdag. HotelAngkutanKeuanganJasa-jasa19577491481356281405632381980-566827144996392771461398223210912451641-93-693955392119184831735-855218-325-13-69924-48-6605477534673354155562130317952471468058,950,584,140,140,6916,090,980,3118,12

Total25825-71162457-656881004100

Sumber ; data di olah;Sedangkan, jika diamati dari sisi sektoral semua sector usaha menunjukan besaran nilai komponen pengaruh bauran industry adalah positif kecuali sector pertanian. Dan sector terbesar tingkat penyerapan tenaga kerja akibat pengaruh bauran industry ini adal sector perdagangan, dan sector jasa. Sala satu yang dapat dijeaskan mengapa sector pertanian tidak terpengaruh oleh bauran industry disebabkan oleh ketergantungan sector pertanian terhadap kebijakan dalam menejemen distribusi pupuk, tidak ada pengembangan industry yang berkaitan lansung dengan sector pertanian, agro-industry misalnya. Pengaruh Keunggulan Kompetitif (Cij)Berdasarkan analisis data (tabel 2), menunjukan bahwa nilai komponen keunggulan kompetitif adalah pesitif yang berarti komponen keunggulan tersebut berpengaru terhadap perubahan penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian daerah selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini ditunjukan oleh besaran nilai penyerapan tenaga yang berjumlah 62457 orang. Secara sektoral dapat di identifikasi bahwa pengaruh komponen keunggulan kopetitif telah dapat menawarkan kesempatan kerja di sector sector ekonomi. Seperti sector pertanian, sector industry, dan sector jasa,

sector perdagangan dan sector pertambangan. Sedangkan sector sector lainnya, keunggulan kempetitif tidak berpengaruh terhadap perubahan penyerapan tenaga kerja pada sector itu sendiri.

Pengaruh Spesialisasi (Aij)Peningkatan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Banggai sesuai hasil analisis data mencapai 6,99% selama sepuluh tahun terakhir, namu jika dilihat dari aspek pengaruh spesialisasi, merupakan kendala yang di hadap bagi sector sector ekonomi di daerah ini. Hal ini dapat di cermati dari hasil analisis data menunjukan besaran nilai pengaruh spesialisasi adalah negative, yang berarti dalam perekonomian daerah relati besar jumlah kesempatan kerja yang belum dapat dipengaruhi spesialisasi sehingga menjadi kendala dalam penyerapan tenaga kerja di daerah.

Sementara sector pertanian dan sector industry, menunjuksn nilai komponen pengaruh spesialisasi adalah positif artinya pengaruh spesialisasi telah mendorong adanya perubahan dan peningkatan kesempatan kerja di daerah ini.

Elastisitas Kesempatan Kerja;Berdasarkan hasil analisis elastisitas menunjukan bahwa secara makro perubahan produksi / PDRB kabupaten banggai dalam sepuluh tahun terakhir, sebagaimana di gambarkan pada (tabel,3) peningkatan produk domestic regional bruto di kaitkan denga perubahan penyerapan tenaga kerka di daerah kabupaten Banggai pada periode yang sama memperlihatkan nilai koefisien elastisitas 0,66. Angka ini mengartikan bahwa setiap kenaikan output atau produk domestic regional bruto sebesar 1 % maka, kenaikan tersebut akan menciptakan kesempatan kerja / penyerapan tenaga kerja sebesar 0,66 %. Jika dibandingkan dengan koefisien elastisitas penciptaan kesempata kerja regional Sulawesi Utara, hasil penelitian ( Adam, 1994), kedua koefisien menunjukan nilai angka yang tidak berbeda yaitu sebesar 0,66 %. Jika diamati koefisien elastisitas masing-masig sector ekonomi (tabel 3), menunjukan bahwa sector perdagangan nilai koefisien elastisita sebesar 2,22 ( elastis) artinya apabilah output sector ini meningkat 1% akan mendorong penciptaan kesempatan kerja sector ini sebesar 2,22 %, Sektor Keuangan/Lembaga Keuangan nilai koefien 1,89 (elastis), dan sedangkan sector lainnya yaitu sector pertanian nilai koefisien sebesar 0,41 (in-elastis) demikian juga sector industry sebesar 0,22 ( in-elastis) artinya jika output sector pertanian, sector industry naik 1 % akan menciptakan kesempatan kerja 0,41 % sector pertanian dan sector industry 0,22 %.

Tabel 3, Elastisitas Kesempatan Kerja Regional/Wilayah Kabupaten Banggai Sulawesi TengahSektor Ekonomi/

UsahaDij Q/Qi

(%)Dij L/Li

(%)/i

employment.

1. Pertanian

2. Industri

3. Perdag.Hotel

4. Angkutan

5. Keuangan

Sektor lain *)156,34

279,06

111,12

110,12

90,6664,79

60,17

246,33

33,42

171,530,41

0,22

2,22

0,30

1,86

Keseluruhan126,7283,310,66

Sumber; Data di olah

*) tidak di hitung

PENUTUPKesimpulan;Adapun kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan analisa shift-share dan elastisitas kesempatan kerja dalam perekonomian daerah kabupaten Banggai adalah sebagai berikut;

Perubahan sector sector ekonomi daerah kabupaten Banggai, dari aspek produk domestic regional bruto pada dasarnya masih sangat tergantung dari pengaruh pertumbuhan ekonomi regional propinsi maupun pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional. Dan Pengaruh bauran industry terhadap perubahan ekonomi daerah kabupaten Banggi relative sangat kecil. Sementara pengaruh keunggulan kompetitif sector terhadap perubahan perekonomian di daerah kabupaten Banggai, terutama sector pertanian, industry, perdagangan dan sector angkutan cukup besar. Sementara sector ekonomi lainnya relative sangat kecil.

Perubahan struktur ekonomi di daerah kabupaten Banggai dari aspek penyerapan tenaga kerja, berdasarkan analisis shift-share terhadap sector-sektor ekonomi menunjukan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja regional propinsi sulawei tengah cukup berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di daerah kabupaten banggai, meskipun pengruh keunggulan kompetitif sector ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di daerah lebih tinggi. Kedua indicator yang dianalisis yakni produk domestic regional bruto dan kesempatan kerja menunjukan bahwa pangsa terbesar dalam perubahan struktur ekonomi daerah kabupaten Banggai adalah sector pertanian, sector industry, sector jasa, dan perdagangan. sedangkan sector lainnya adalah sector yang mengikuti pergerakan perubahan sector unggulan.

Korelasi perubahan indicator Produk domestic regional bruto dengan indicator penyerapan tenaga kerja di daerah kabupaten Banggai, menunjukan hubungan yang in-elastis (E 1) dengan nilai koefisien 0,66. Artinya peningkatan produk domestic regional bruto sebesar 1 % rata-rata dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, hanya mampu menciptakan kesempatan kerja sebesar 0,66 % rata-rata pertahunnya.

Kesempulan-kesimpulan diatas memberi arah terhadap implikasi kebijakan pembangunan daerah kabupaten Banggai kedepan yang lebih menekankan kepada upaya menurunkan kesenjangan nilai tambah produksi antara sector sector ekonomi dan mendorong penciptaan kesempatan kerja dan peningkatan produktivitas khususnya di wilayah pedesaan secara terintegratif. Hal ini di ingatkan karena makna pembangunan ekonomi secara makro maupun mikro tidak lain untuk mewujudkan masyarakat maju, mandiri dan sejahtera sesuai dengan kapasitas sumber daya yang diliki masyarakat dan daerah ini dan juga dapat di nikmati oleh masyarakat itu sendiri.

DAFTAR KEPUSTAKAAN;Amstrong H, and Taylor J. 1985 , Regional Economics and Policy, Birmingham, Inggris.

Adam L, 1995. Aplikasi Model Shift-Share Analisis , PEP-LIPI, Jakarta.

Azis J.I, 1985, Pembangunan daerah dan Aspek Alokasi Investasi antar Daerah, LP3ES, Prisma, No. 5, Jakarta

Blakely J.B, Edward, 1989. Planning Local Economic Development Theory and Parctice, Sange Publication Inc.

Glassburner, B. Chandra A, 1979. Teori dan Kebijaksanaan ekonomi Makro, LPES, Jakarta

Djojohadikusumo S, 1994, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi, Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, LPES, Jakarta.

---------------------, 1981, Indonesi dalam Perkembangan Dunia Kini dan Masa Datang, LP3ES, Jakarta.

Esmara H. 1986, Perencanaan dan Pembangunan di Indonesia, Jakarta

Kuznets S. 1966, Modern Economic Growth, Rate Structure and Spreed, Published by Yale University Press New York.

Mubiarto, dan Soeratno, 1981, Metodologi Penelitian Ekonomi, Yayasan Agro Ekonomika, Yokyakarta.

Meier M.G. 1995, Leading Issues in Economic Development, Oxpord University, Press New York.

Marshus B.Y. 1995, Industri pedesaan, Menghindari Perangkap Involusi dan Stagnasi Pendapatan, LP3ES, Prisma, No. 8, Jakarta.

Oei M. dan Gardiner P, 1988, Lepas Landas Ekonomi dan Kesenjangan Regional, Pembangunan di Luar Jawa, LP3ES, Prisma, No. 3 tahun 1990, Jakarta.

Richardson W.H. 1991, Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan Sitohang P, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Soepono P. 1993, Analisis Shift-Share Perkembangan dan Penerapan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, BPFE, No. 1, Yokyakarta.

Sumodinimgrat G. 1996, Memberdayakan Masyarakat, Jakarta

Tambunan T. 1995, Pola Pembangunan Ekonomi di Pedesaan, LP3ES, Prisma No. 8, Yokyakarta.

Wie Kian Thee, 1981, Pembangunan ekonomi dan Pemerataan, Beberapa Pendekatan Alternatif, LP3ES, Jakarta.

B. ARTIKEL MENGENAI EKONOMI REGIONALIlmu ekonomi regional merupakan bagian daripada ilmu ekonomi, dimana secara spesifik membahas tentang pembatasan pembatasan wilayah ekonomi dari suatu Negara dengan mempertimbangkan kondisi dan sumber daya alam serta sumber daya manusia yang tersedia disetiap wilayah ekonomi. Ilmu ekonomi regional tidak membahas tentang kegiatan individu, tetapi melainkan menganalisa suatu wilayah secara keseluruhan dengan mempertimbangkan potensi yang beragam yang dapat dikembangkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dari wilayah yang bersangkutan. Pembatasan pembatasan pembasahan ekonomi regional selalu menekankan pada barang barang ekonomi

1. Ilmu ekonomi regional memiliki kekhususan dalam menjawab pertanyaan where, yaitu tentang di mana lokasi dari suatu kegiatan yang seharusnya, namun tidak menunjuk pada lokasi konkret. 2. Ilmu ekonomi regional pada umumnya memiliki tujuan yang sama dengan teori ekonomi umum, yaitu full employment, economic growth, dan price stability. 3. Ilmu ekonomi regional bermanfaat untuk membantu perencana wilayah menghemat waktu dan biaya dalam memilih lokasi. 4. Pada implementasi fisik di lapangan, ilmu ekonomi regional harus diimplementasikan dengan cabang ilmu lain yang cocok dengan kegiatan yang akan dilakukan. 5. Ilmu ekonomi regional murni membicarakan prinsip-prinsip ekonomi yang terkait dengan wilayah. Terdapat 2 kelompok ilmu yang lazim menggunakan ilmu ekonomi regional sebagai peralatan analisis. Regional science adalah gabungan berbagai disiplin ilmu yang digunakan untuk menganalisis kondisi suatu wilayah dengan menekankan analisisnya pada aspek-aspek sosial ekonomi dan geografi, sedangkan regional planning yang lebih menekankan analisisnya pada aspek-aspek tata ruang, land use (tata guna lahan) dan perencanaan (planning). 6. Ilmu ekonomi regional dan ekonomi pembangunan mempunyai sasaran yang sama, yaitu mencari langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat, akan tetapi, keduanya berbeda terutama karena luas cakupannya. 7. Hampir semua disiplin ilmu berguna dalam perencanaan pembangunan. Ilmu ekonomi regional dapat berperan dalam penentuan kebijakan awal, seperti menyarankan komoditi atau kegiatan apa yang perlu dijadikan unggulan dan di wilayah mana komoditi itu dapat dikembangkan. 8. Sampai saat ini, para ahli ekonomi regional masih memiliki pandangan yang berbeda tentang materi apa saja yang termasuk dalam kategori ilmu ekonomi regional. Namun, cakupan ilmu ekonomi regional tidak mungkin dibahas lepas dari induknya, yaitu teori ekonomi umum (terutama cabang ekonomi makro dan ekonomi pembangunan). Berbagai ahli mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang cakupan ilmu ekonomi regional. Konsep Wilayah (Region) 1. Ilmu ekonomi regional muncul sebagai kritik dari beberapa ahli ekonomi yang tidak puas akan analisis ilmu ekonomi tradisional yang mengabaikan penggunaan konsep space (ruang). Menurut Budiharsono (2001: 13) analisis ilmu ekonomi berada pada alam tanpa ruang (spaceless world). Ilmu ekonomi regional tampil dengan memberikan tekanan analisisnya pada penerapan konsep space (ruang) dalam menganalisis masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial ekonomi dan sosial. 2. Unsur-unsur ruang yang terpenting adalah jarak, lokasi, bentuk, dan ukuran (skala). Unsur-unsur tersebut secara bersama-sama menyusun unit tata ruang yang disebut wilayah (region). Untuk menerapkan unsur ruang (space) tersebut, ilmu ekonomi regional menggunakan konsep wilayah (region) yang dapat diformulasikan sesuai dengan kebutuhan analisis. 3. Menurut Glasson (1977) ada dua cara pandang yang berbeda tentang wilayah yaitu cara pandang subjektif dan cara pandang objektif. Glasson (1977) membedakan wilayah berdasarkan kondisinya atau berdasarkan fungsinya. Menurut Haggett (1977) ada 3 jenis wilayah, yaitu wilayah homogen (homogenous regions), wilayah nodal (nodal regions) dan wilayah perencanaan (planning or program regions). 4. Budiharsono (2001: 14) mendefinisikan wilayah sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal. Wilayah juga dapat diartikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau fungsional (Adisasmita, 2005: 86). 5. Dalam analisis ekonomi regional beberapa konsep wilayah (region) yang lazim digunakan, yaitu (1) Wilayah Homogen (Homogeneous Region); (2) Wilayah Nodal (Nodal/Polarized Region); (3) Wilayah Administratif; dan (4) Wilayah Perencanaan (Planning Region). 6. Friedmann dan Alonso (1964) membuat 4 (empat) klasifikasi wilayah pembangunan, yaitu (1) metropolitan regions; (2) development axes; (3) frontier regions; (4) depressed regions. (Adisasmita, 2005: 93) Ruang (region) merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan wilayah. Konsep ruang mempunyai beberapa unsure yaitu :1. Jarak, 2 lokasi, 3 bentuk, 4 dan ukuran. Konsep ruang sangat berkaitan erat dengan waktu, karena pemanfaatan bumi dan dengan segala ininya kekayaannya membutuhkan organisasi /pengaturan ruang dan waktu . Unsur-unsur tersebut diatas secara bersama sama menyusun unit tataruang yang disebut wilayah.

Whittlessey (1945) memformulasikan pengertian tata ruang berdasarkan : 1 unit areal kongkret 2. fungsionalitas diantara fenomena dan 3 subyektivitas dalam penentuan criteria. Kemudian Harthorne (1960) mengintroduksikan unsure hubungan fungsional diantara fenomena yang melahirkan konsep struktur fungsional tata ruang. Struktur fungsional tata ruang bersifat subyektif, karena dapat menentukan fungsionalitas berdasarkan criteria subyektif.

Menurut Hanafiah (1985) konsep jarak mempunyai dua pengetian : yaitu jarak absolute dan jarak relative yang mempengaruhi konsep ruang. Konsep jarak dan ruang relative ini berkaitan dengan hubungan fungsional diantara fenomena. Dalam struktur tata ruang , jarak relative merupakan fungsi dari pandangan atau persepsi terhadap jarak . Dalam konsep ruang absolute jarak diukur secara fisik, sedangkan dalam konsepruang relative jarak diukur secara fungsional berdasarkan unit waktu, ongkos dan usaha.

Wilayah administrative adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan adminitrasi pemerintahan atau politik. Seperti propinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan. Dan RT/RW/. Sukirno (1976) menyatakan bahwa didalam praktek , apabila membahas mengenai pembangunan wilayah maka pengertian wilayah administrasi merupakan pengertian yang paling banyak digunakan . Lebih populernya penggunaan pengertian tersebut disebabkan dua factor yakni (a) dalam kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah, diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintah . Dengan demikian lebih praktis apabila pembangunan wilayah didasarkan pada suatu wilayah administrasi yang telah ada. (b) wilayah yang batasnya ditentukan atas suatu administrasi pemerintah lebih mudah dianalisis , karena sejak lama pengumpulan data diberbagai bagian wilayah berdasarkan pada suatu wilayah administrasi tersebut.

Sebagai wilayah yang memperhatikan koherensi atas kesatuan keputusan keputusan ekonomi . Wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadi perubahan perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan kesempatan kerja, namum cukup kecil untuk memungkinkan persoalan persoalan perencanaannya dapat dipandang sebagai satu/kesatuan.

Tujuan ekonomi regional adalah untuk menentukan diwilayah mana suatu kegiatan ekonomi sebaiknya dipilih dan mengapa wilayah tersebut menjadi pilihan.

Peran ekonomi regional :

a) Penentu kebijakan awal , sector mana yang dianggap strategis memiliki daya saing dan daya hasilnya yang besar.

b) Dapat menyarankan komoditi/ kegiatan apa yang perlu dijadikan unggulan dan sub wilayah mana komoditi itu dapat dikembangkan.

Manfaat Ilmu Ekonomi Regional :a) Makro : Bagaimana pemerintah pusat dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi keseluruh wilayah;

b) Mikro : Dapat membantu perencanaan wilayah menghemat waktu dan biaya dalam proses menentukan lokasi suatu kegiatan ekonomi.

]

C.Artikel pertumbuhan ekonomiregional

PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONALPertumbuhan Ekonomi RegionalPenekanan pertumbuhan ekonomi regional lebih dipusatkan pada pengaruh perbedaan karateristik space terhadap pertumbuhan ekonomi.Faktor yang menjadi perhatian utama dalam teori pertumbuhan ekonomi regional :

Keuntungan Lokasi

Aglomerasi Migrasi

Arus lalu lintas modal antar wilayah.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Nasional faktor faktornya :

Modal

Lapangan Kerja

Kemajuan Tehnologi

Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional dibagi atas 4 kelompok

Export Base Models

Neo Klassik Models

Cumulative Causation Models

Core Periphery Models

Export Base ModelsDipelopori oleh Douglas C. NorthKelompok ini berpendapatan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu region akan lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi ( comperative advantage ) hal ini(dan dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi umumnya berbeda setiap region

tergantung pada keadaan geografi daerah setempat.

Export Base Models > berorientasi pada prinsip Comperative

advantage dan Comperative Competitive.

Model Neo KlassikPenekanan analisanya pada peralatan fungsi produksi. Unsur-unsuryang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal, tenaga kerja dan tehnologi. Selain itu dibahas secara mendalam perpindahan penduduk ( migrasi ) dan lalu lintas modal terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Model Neo Klassik mengatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu negara dengan perbedaan kemakmuran daerah (regional disparity) pada negara yang bersangkutan. Pada saat proses pembangunan baru dimulai (NSB) tingkat perbedaan

kemakmuran antar wilayah cenderung menjadi tinggi ( Divergence ) sedangkan bila proses proses pembangunan telah berjalan dalam waktu lama ( Negara maju ) maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun ( Convergence ) Teori Simon Kuznet Alasan ( pada NSB )

1. Lalu lintas orang dan modal masih belum lancar

2. Belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi

3. Masih kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk yang

mengakibatkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal

antar wilayah.

Model Cumulative Causation ( Keynes )Menurut Dixon dan Thirwall ( 1974 ) Setiap negara akan mengalami Verdoorn Effect Tidak terjadi Convergence dalam perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah walaupun negar tsb. Tergolong maju..

Daerah maju tetap berkembang secara pesat karena adanya hubungan positip antara kemajuan tehnologi dengan tingkat keuntungan perusahaan ( usaha ). Sedangkan daerah yang kurang berkembang akanm tetap berkembang secara lambat karena tingkat keuntungan yang diperoleh usahawan pada daerah ini rendah. Peningkatan pemerataan pembangunan tidak dapat hanya diserahkan pada mekanisme pasar. Tapi dapat dilakukan melalui campur tangan aktif dari

pemerintah dalam bentuk program-program pembangunan wilayah.

Model Core PeripheryOleh John Friedman Menekankan analisanya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota ( core ) dan desa ( periphery).Menurut teori ini gerak langkah pembangunan daerah perkotaan. Akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa desa sekitarnya. Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan sangat ditentukan oleh arah pembangunan daerah perkotaan > Aspek interaksi antar daerah ( spatial interaction )

Menurut John FriedmanHubungan Core Periphery dapat terjadi disebabkan karena :

Perluasan pasar

Penemuan sumber-sumber baru

Perbaikan prasarana perhubungan

Penyebaran tehnologi antar daerah

D. Artikel Mengenai Pembangunan Ekonomi Regional

Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto suatu provinsi, kabupaten, atau kota.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin Arsyad, 1999).

Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000).

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk mencipatakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi - institusi baru, pembangunan indistri - industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah berserta pertisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

Pembangunan ekonomi nasional sejak PELITA I memang telah memberi hasil positif bila dilihat pada tingkat makro. Tingkat pendapatan riil masyarakat rata-rata per kapita mengalami peningkatan dari hanya sekitar US$50 pada pertengahan dekade 1960-an menjadi lebih dari US$1.000 pada pertengahan dekade 1990-an. Namun dilihat pada tingkat meso dan mikro, pembangunan selama masa pemerintahan orde baru telah menciptakan suatu kesenjangan yang besar, baik dalam bentuk personal income, distribution, maupun dalam bentuk kesenjangan ekonomi atau pendapatan antar daerah atau provinsi.

Kasus Pembangunan Indonesia Bagian Timur Hasil pembangunan ekonomi nasional selama pemerintahan orde baru menunjukkan bahwa walaupun secara nasional laju pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata per tahun tinggi namun pada tingkat regional proses pembangunan selama itu telah menimbulkan suatu ketidak seimbangan pembangunan yang menyolok antara indonesia bagian barat dan indonesia bagian timur. Dalam berbagai aspek pembangunan ekonomi dan sosial, indonesia bagian timur jauh tertinggal dibandingkan indonesia bagian barat.

Tahun 2001 merupakan tahun pertama pelaksanaan otonomi daerah yang dilakukan secara serentak diseluruh wilayah indonesia. Pelaksanaan otonomi daerah diharapakan dapat menjadi suatu langkah awal yang dapat mendorong proses pembangunan ekonomi di indonesia bagian timur yang jauh lebih baik dibanding pada masa orde baru. Hanya saja keberhasilan pembangunan ekonomi indonesia bagian timur sangat ditentukan oleh kondisi internal yang ada, yakni berupa sejumlah keunggunlan atau kekeuatan dan kelemahan yang dimiliki wilayah tersebut.

Keunggulan wilayah Indonesia Bagian Timur Keunggulan atau kekeuatan yang dimiliki Indonesia bagian timur adalah sebagai berikut: 1. Kekayaan sumber daya alam 2. Posisi geografis yang strategis 3. Potensi lahan pertanian yang cukup luas 4. Potensi sumber daya manusia

Sebenarnya dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki indonesia bagian timur tersebut, kawasan ini sudah lama harus menjadi suatu wilayah di Indonesia dimana masyarakatnya makmur dan memiliki sektor pertanian, sektor pertambangan, dan sektor industri manufaktur yang sangat kuat. Namun selama ini kekayaan tersebut disatu pihak tidak digunakan secara optimal dan dipihak lain kekayaan tersebut dieksploitasi oleh pihak luar yang tidak memberi keuntungan ekonomi yang berarti bagi indonesia bagian timur itu sendiri.

Kelemahan Wilayah Indonesia Bagian Timur Indonesia bagian tinur juga memiliki bagian kelemahan yang membutuhkan sejumlah tindakan pembenahan dan perbaikan. Kalau tidak, kelemahan-kelemahan tersebut akan menciptakan ancaman bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di kawasan tersebut. Kelemahan yang dimiliki Indonesia bagian timur diantaranya adalah: 1. Kualitas sumber daya manuasia yang masih rendah 2. Keterbatasan sarana infrastruktur 3. Kapasitas kelembagaan pemerintah dan publik masih lemah 4. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih rendah

Tantangan dan Peluang Pembanguanan ekonomi di Indonesia bagian timur juga menghadapai berbagai macam tantangan, yang apabila dapat diantisipasi dengan persiapan yang baik bisa berubah menjadi peluang besar. Salah satu peluang besar yang akan muncul di masa mendatang adalah akibat liberalisasi perdagangan dan investasi dunia (paling cepat adalah era AFTA tahun 2003). Liberalisasi ini akan membuka peluang bagi IBT, seperti juga IBB, untuk mengembangkan aktivitas ekonomi dan perdagangna yang ada di daerahnya masing- masing.

Langkah langkah yang Harus Dilakukan Pada era otonomi dan dalam menghadapi era perdagangan bebas nanti, IBT harus menerapkan suatu strategi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yang mendorong pemanfaatan sebaik-baiknya semua keunggulankeunggulan yang dimiliki kawasan tersebut tanpa eksploitasi yang berlebihan yang dapat merusak lingkungan. Dalam new development paradigm ini, ada sejumlah langkah yang harus dilakukan, diantaranya sebagai berikut.

1. Kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan secara merata di seluruh daerah di IBT. Peningkatan kualitas sumber daya manusia harus merupakan prioritas utama dalam kebijakan pembangunanekonomi dan sosial di IBT. Untuk maksud ini, kebijakan pendidikan, baik pada tingkat nasional maupun daerah, harus diarahkan pada penciptaan sumber daya manusia berkualitas tinggi sesuai kebutuhan setiap kawasan di Indonesia. IBT harus memiliki ahli-ahli khususnya dibidang kelautan, perhutanan, peternakan, pertambangan, industri, pertanian,dan perdagangan global.

2. Pembangunan sarana infrastuktur juga harus merupakan prioritas utama, termasuk pembangunan sentra-sentra industri dan pelabuhan-pelabuhan laut dan udara di wilayah-wilayah IBT yang berdasarkan nilai ekonomi memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi entreport.

3. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif berdasarkan kekayaan sumber daya alam yang ada harus dikembangkan seoptimal mungkin, di antaranya adalah sektor pertanian dan sektor industri manufaktur. Setiap daerah/provinsi IBT harus berspesialisasi dalam suatu kegiatan ekonomi yang sepenuhnya didasarkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-masing daerah atau provinsi.

4. Pembangunan ekonomi di IBT harus dimonitori oleh industrialisasi yang dilandasi oleh keterkaitan produksi yang kuat antara industri manufaktur dan sektor-sektor primer, yakni pertanian dan pertambangan.

Teori dan Model Analisis Pembangunan Ekonomi Daerah Ada beberapa teori yang menerangkan tentang pembangunan daerah yaitu:

1. Teori Basis Ekonomi

eori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penetu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Proses produksi di sektor industri di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi(SDP) lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan output-nya diekspor menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan perkapita, dan menciptakan peluang kerja di daerah tersebut.

2. Teori Lokasi

Teori lokasi juga sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan industri di suatu daerah. Inti pemikiran teori ini didasarkan pada sifat rasional pengusaha/perusahaan yang cenderung mencari keuntungan setinggi mungkin dengan biaya serendah mungkin. Oleh karena itu, pengusaha akan memilih lokasi usaha yang memaksimumkan keuntungannya dan meminimalisasikan biaya usaha/produksinya, yakni lokasi yang dekat dengan tempat bahan baku dan pasar.

3. Teori Daya Tarik Industri

Menurut Kotler dkk. (1997), ada beberapa faktor penentu pembangunan industri di suatu daerah, yang terdiri atas faktor-faktor daya tarik industri dan faktor-faktor daya saing daerah. a. Faktor-faktor daya tarik industri antara lain: 1. Nilai Tambah yang Tinggi per Pekerja (Produktivitas) Ini berarti industri tersebut memiliki sumbangan yang penting tidak hanya terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, tetapi juga pembentukan PDRB. 2. Industri-industri Kaitan Ini berarti perkembangan industri-industri tersebut akan meningkatkan total nilai tambah daerah atau mengurangi kebocoran ekonomi dan ketergantungan impor.3. Daya Saing di Masa DepanHal ini sangat menentukan prospek dari pengembangan industri yang bersangkutan. 4. Spesialisasi Industri Sesuai dasar pemikiran teori-teori klasik mengenai perdagangan internasional, suatu daerah sebaiknya berspesialisasi pada industri-industri di mana daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif sehingga daerah tersebut akan menikmati gain from trade. 5. Potensi ekspor 6. Prospek bagi Permintaan Domestik

Dasar pemikirannya untuk memberikan suatu kontribusi yang berarti bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui konsumsi lokal.

b. Faktor-faktor penyumbang pada daya tarik industri dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok (Kotler dkk., 1997), yakni sebagai berikut.

1.Faktor-faktor Pasar Faktor-faktor ini antara lain ukuran pasar, ukuran segmen kunci, laju pertumbuhan pasar, keragaman pasar, kepekaan terhadap harga dan faktor eksternal, siklus dan musim dan kemampuan tawar menawar.

2.Faktor-faktor Persaingan Faktor-faktor ini antara lain tingkat pemusatan, substitusi disebabkan oleh progres teknologi, tingkat dan jenis integrasi, dan entry ratesdan exist rates.

3.Faktor-faktor Keungan dan EkonomiFaktor-faktor ini antara lain ilai tambah, kesempatan kerja, keamanan, stabilitas ekonomi, pemanfaatan kapasitas produksi, skala ekonomis, dan ketersediaan infrastruktur keuangan.

4. Faktor-faktor Teknologi Faktor-faktor ini antara lain kompleksitas, diferensiasi, paten dan hak cipta, dan teknologi proses manufaktur yang diperlukan.

Berdasarkan pemikiran Doz dan Prohaald (1987), keunggulan kompetitif yang ada atau yang potensial dari suatu daerah yang menentukan kemampuan industri di daerah tersebut terghantung pada:

Daya saing faktor-faktornya yakni, kekuatan relatif faktor-faktor produksinya yang mencakup sumber daya fisik, sumber daya manusia dan teknologinya.

Daya saing atau kekuatan relatif perusahaan-perusahaan di daerah tersebut.

Selain itu, menurut Doz dan Prohalad ketika daya saing faktor-faktor suatu daerah tinggi dan perusahaan-perusahaan lokalnya sangat kompetitif, maka industri di daerah tersebut akan berkembang pesat. Apabila daya saing perusahaan-perusahaan yang ada di daerah tinggi, namun daya saing faktor-faktornya rendah, maka akan timbul tekanan bagi investasi ke luar daera (outward investment), yakni inbvestasi ke daerah-daerah lain yang memiliki daya saing faktor yang tinggi atau perusahaan-perusahaan di suatu daerah rendah, sedangkan faktor-faktor yang dimiliki daerah tersebut tinggi, maka akan timbul investasi ke dalam (inward investment) untuk industri-industri di mana perusahaan-perusahaan tersebut berbeda.


Recommended