+ All Categories
Home > Documents > Untitled

Untitled

Date post: 18-Aug-2015
Category:
Upload: alim-sumarno
View: 1 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
21
27 PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KAJIAN KEBUTUHAN MANUSIA Albrian Fiky Prakoso Program Pascasarjana, Program Studi Pendikan Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to know the teacher’s activity, student’s activity, student learning’s outcomes, as well as the constraints by application of Contextual Teaching and Learning models with Problem Solving’s method. The Subjects were 23 students of class X TKJ SMK Muhammadiyah 5 Kalitidu. Research results showed that teacher’s activity at 1 st cycle was 74.8%, 2 nd cycle was 84,5% and 3 rd cycle was 93.5%. 1 st cycle of student’s activity was 51.5%, 2 nd cycle was 79.23% and 3 rd cycle was 90.8%. Student learning’s outcomes 1 st cycle was 65.2%, 2 nd cycle was 82.6% and 3 rd cycle was 86.95%. Conclusion by applying Contextual Teaching and Learning model with Problem Solving method can increase teacher‘s activity, student activities, and student learning outcomes. Keywords: Contextual Teaching and Learning, Problem Solving, learning outcomes. Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi, metode, model pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Kedua, pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta didik, baik itu di taman kanak-kanak, sekolah dasar, pendidikan menengah, ataupun perguruan tinggi. Bila dikaji dengan cermat, fokus perhatian pada peserta didik ini merupakan tercapai atau tidaknya pembelajaran yang telah kita lakukan. Dewasa ini proses belajar mengajar yang menitikberatkan keaktifan siswa hanyalah teori belaka. Siswa datang ke sekolah dan menerima pelajaran itu dianggap hanya rutinitas siswa yang wajib dilaksanakan setiap hari, sehingga dalam proses tersebut siswa tidak memperoleh tujuan pembelajaran yang dilaksanakan guru walaupun sebenarnya guru telah memberikan pembelajaran yang sudah baik. Fenomena yang masih muncul saat ini adalah kebanyakan guru sudah mengajar dengan baik, tetapi hasil belajar peserta didik cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Kita ketahui bahwa jumlah mata pelajaran di SMK lebih banyak daripada jumlah mata pelajaran di SMA. Selain itu bobot materi pelajaran di SMK juga lebih berat daripada SMA. Banyaknya materi pada setiap pelajaran juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Kurikulum saat ini lebih banyak materinya dibandingkan dengan kurikulum terdahulu, disamping itu waktu yang tersedia pada setiap kompetensi dasar juga sangat terbatas, sehingga tidak menutup kemungkinan jika peserta didik dituntut untuk menghafalkan materi karena jika kita ingin membuat peserta didik paham tentang materi yang mereka terima akan membutuhkan waktu yang sangat banyak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Johnson (2006) yang mengatakan bahwa waktu
Transcript

27PENERAPANCONTEXTUALTEACHINGANDLEARNING(CTL) DENGANMETODEPROBLEMSOLVINGDALAMMENINGKATKAN HASIL BELAJAR KAJIAN KEBUTUHAN MANUSIA Albrian Fiky PrakosoProgram Pascasarjana, Program Studi Pendikan Ekonomi, Universitas Negeri SurabayaABSTRACTThe purpose of this research is to know the teachers activity, students activity, student learnings outcomes,aswellastheconstraintsbyapplicationofContextualTeachingandLearningmodels with Problem Solvings method. The Subjects were 23 students of class X TKJ SMK Muhammadiyah 5Kalitidu.Researchresultsshowedthatteachersactivityat1stcyclewas74.8%,2ndcyclewas 84,5% and 3rd cycle was 93.5%. 1st cycle of students activity was 51.5%, 2nd cycle was 79.23% and 3rd cycle was 90.8%. Student learnings outcomes 1st cycle was 65.2%, 2nd cycle was 82.6% and 3rd cycle was 86.95%. Conclusion by applying Contextual Teaching and Learning model with Problem Solving method can increase teachers activity, student activities, and student learning outcomes.Keywords: Contextual Teaching and Learning, Problem Solving, learning outcomes.Pembelajarandapatdipandangdari duasudut,pertamapembelajarandipandang sebagaisuatusistem,pembelajaranterdiridari sejumlahkomponenyangterorganisasiantara laintujuanpembelajaran,materipembelajaran, strategi,metode,modelpembelajaran,media pembelajaran/alatperaga,pengorganisasian kelas,evaluasipembelajaran,tindaklanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Kedua, pembelajaranmerupakanrangkaianupayaatau kegiatangurudalamrangkamembuatsiswa belajar.Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yangmenjadifokusperhatianadalahpeserta didik,baikituditamankanak-kanak,sekolah dasar, pendidikan menengah, ataupun perguruan tinggi. Bila dikaji dengan cermat, fokus perhatian padapesertadidikinimerupakantercapaiatau tidaknya pembelajaran yang telah kita lakukan. Dewasainiprosesbelajarmengajaryang menitikberatkankeaktifansiswahanyalahteori belaka. Siswa datang ke sekolah dan menerima pelajaranitudianggaphanyarutinitassiswa yangwajibdilaksanakansetiaphari,sehingga dalamprosestersebutsiswatidakmemperoleh tujuanpembelajaranyangdilaksanakanguru walaupunsebenarnyagurutelahmemberikan pembelajaran yang sudah baik.Fenomenayangmasihmunculsaat iniadalahkebanyakangurusudahmengajar denganbaik,tetapihasilbelajarpesertadidik cenderungmenurun.Halinidisebabkanoleh beberapafaktor.Kitaketahuibahwajumlah matapelajarandiSMKlebihbanyakdaripada jumlahmatapelajarandiSMA.Selainitu bobot materi pelajaran di SMK juga lebih berat daripadaSMA.Banyaknyamateripadasetiap pelajaranjugamenjadisalahsatufaktoryang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Kurikulum saat ini lebih banyak materinya dibandingkandengankurikulumterdahulu, disampingituwaktuyangtersediapadasetiap kompetensi dasar juga sangat terbatas, sehingga tidakmenutupkemungkinanjikapesertadidik dituntut untuk menghafalkan materi karena jika kita ingin membuat peserta didik paham tentang materi yang mereka terima akan membutuhkan waktu yang sangat banyak.Haltersebutsesuaidenganpendapat Johnson (2006) yang mengatakan bahwa waktu 28parasiswadanmahasiswahanyadihabiskan untukmengisibukutugas,mendengarkan pengajar, dan menyelesaikan latihan-latihan yang membosankan,alih-alihmengikutiujianyang bisa mengungkapkan pemahaman siswa, mereka hanyamengikutiujian-ujianyangmengukur kemampuanmahasiswamenghafalkanfakta. Jika otak hanya belajar, mengutip, dan berlatih, belajardadakansebelumujian,makadalam waktu 14 sampai 18 jam, otak akan melupakan sebagianbesarinformasiterebut,kecualijika informasi itu memiliki makna.Olehkarenaitu,penelitimeberi masukanmodelpembelajaranbarudengan harapanuntukmembuatpesertadidikmenjadi lebih mudah dalam memahami materi. Salah satu modelyangsedanghangatdibicarakansaatini adalah model Contextual Teaching and Learning (CTL).Blanchard,BernsdanEricson(dalam Komalasari,2011)mengemukakanbahwa ContextualTeachingandLearning(CTL)atau pembelajaran konstektual adalah konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antaramateriyangsedangdipelajaridengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuathubunganantarapengetahuanyang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan mampu membangun pemahaman peserta didik mengenai materi yang telah diajarkan karena peserta didik mengalami materiitudalamdunianyata,sehinggapeserta didik akan memiliki daya ingat yang kuat akan materi yang ia dapatkan.Selainmenerapkanmodelpembelajaran, hasil belajar siswa juga dapat ditingkatkan melalui metodepembelajaran.Metodepembelajaran yang sering dipakai dalam pembelajaran maupun dalam penelitian adalah metode problem solving (pemecahanmasalah).Dihadirkannyasuatu permasalahan kepada peserta didik dalam suatu diskusi akan meningkatkan pemahaman peserta didik,sehinggapesertadidikakanmemiliki ingatanyanglebihkuattentangmasalahyang mereka pecahkan.MateriKebutuhanmanusiayangsangat banyakmemangbisamenyebabkanpeserta didik mengalami kesulitan dalam belajar, namun banyakpenelitianmengatakanbahwamasalah inidapatdiatasidenganmodelpembelajaran ContextualTeachingandLearning(CTL) danmetodeproblemsolving(pemecahan masalah). Model pembelajaran CTL diterapkan dalampembelajaranIPSdimaksudkanuntuk membantu siswa dalam memaknai pembelajaran dengankehidupannyatamereka.Jadimodel pembelajaranContextualTeachingand Learning (CTL) dengan metode problem solving (pemecahanmasalah)berhasilatautidakuntuk mengatasihaliniakanditelitidalampenelitian ini.SMKMuhammadiyah5Kalitiduadalah sekolahyangbaruberdiriselamasatutahun, dimanaguru-gurunyasebagianbesarbelum mengikutiPLPG,sehinggaperludiadakan penelitiansupayadapatditawarkannyamodel pembelajaranbaru.Dengandikenalkannya modelpembelajaranbarudiharapkankualitas sekolah ini dapat ditingkatkan dan dapat bersaing dengan sekolah-sekolah yang telah lama berdiri terutama sekolah-sekolah Negeri. Berdasarkanobservasiawalyang dilakukanolehpenelitidiketahuibahwakelas X TKJ (Teknik Komputer Jaringan) pada SMK Muhammadiyah5Kalitidumemilikihasil belajaryangbelummemenuhiKKM(Kriteria KetuntasanMinimal)yaitusebesar54%dan selanjutnyamenjadimeningkatdiatas54%. Untukitupenerapanmodeldanmetodeini akanditerapkanpadaKompetensiDasar3.1 Mengidentifkasikebutuhanmanusia,karena KompetensiDasarinimemilikimateriyang banyak dan merupakan materi hafalan.29BerdasarkanFenomenadiatasmaka peneliti mengambil judul penelitian Penerapan ModelContextualTeachingandLearning (CTL)denganmetodeProblemSolvingdalam MeningkatkanHasilbelajarKajianKebutuhan ManusiapadaSiswaSMKMuhammadiyah5 Kalitidu Bojonegoro.Contextual Teaching and Learning (CTL)Pembelajaran konstektual pertama-tama di Amerika diusulkan oleh John Dewey, pada tahun 1916.Deweymengusulkansuatukurikulum danmetodologipengajaranyangdikaitkan denganminatdanpengalamansiswa(Trianto, 2009:105).Blanchard,BernsdanEricson(dalam Komalasari,2011)jugamengemukakanbahwa pembelajaranadalahkonsepbelajardan mengajaryangmembantugurumengaitkan antaramateriyangsedangdipelajaridengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuathubunganantarapengetahuanyang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.SedangkanJohnson(dalamkomalasari, 2011)mendefnisikanCTLdenganlebih sederhanayaitupembelajarankonstektual (CTL)memungkinkansiswamenghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna.Johnson(2006),menyatakansistemCTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolongparasiswamelihatmaknadidalam materiakademiyangmerekapelajaridengan caramenghubungkansubjek-subjekakademik dengankonteksdalamkehidupankeseharian mereka,yaitudengankontekskeadaanpribadi, sosial, dan budaya mereka.Riyanto (2009) mengatakan bahwa, sebuah kelasdikatakanmenggunakanpendekatan CTLjikadalamprosesbelajarmengajarnya menerapkantujuhkomponenutama pembelajaran konstektual yaitu konstruktivisme (constructivism),inkuiri(inquiry),bertanya (questioning),masyarakatbelajar(learning community),pemodelan(modeling),refeksi (refection),penilaiansebenarnya(authentic assessment).Konstruktivisme (constructivism).Prosesmembangunataumenyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkanpengalaman(Sanjaya,2010:264). Konstruktivisme(constructivism)merupakan landasanberfkirpendekatankontekstual,yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demisedikitmelaluiketerlibatanaktifsiswa dalamprosesbelajarmengajar.Pengetahuan adalahbukanseperangkatfakta-fakta,konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusiaharusmengkonstruksipengetahuan itudanmemberimaknamelaluipengalaman nyata.Penerapankonstruktivismesalam pembelajaranmelaluiCTL,siswadidorong untukmengkonstruksipengetahuansendiri melalui pengalaman nyata.Inkuiri (inquiry)AsaskeduadalampembelajaranCTL adalahinkuiri.Artinyaprosespembelajaran didasarkanpadapencariandanpenemuan melaluiprosesberfkirsecarasistematis (Sanjaya,2010:265).Penerapanasasinidalam prosespembelajaranCTL,dimulaidariadanya kesadaransiswaakanmasalahyangjelasyang ingindipecahkan.Melaluiprosesberfkiryang sistematis,diharapkansiswamemilikisifat ilmiah,rasional,danlogisyangkesemuanya itudiperlukansebagaidasarpembentukan kreatiftas.Langkah-langkahmenemukan (inkuiri):Pertama,merumuskanmasalah, misalkansiswadalammenghubungkankonsep ekonomidenganpraktekmemproduksikue: Apasajabahan-bahanyangdiperlukanuntuk 30memproduksikuejenisAdanbahan-bahan yangdiperlukanuntukmemproduksikuejenis B. Kedua mengamati dan melakukan observasi, misalnya mengamati dan mencatat bahan-bahan untuk memproduksi kue jenis A dan B. Ketiga, menganalisisdanmenyajikanhasildalam tulisan,gambar,tabeldanlainsebagainyalalu mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru atau audien yang lain. Disinihasilkaryasiswadisampaikanketeman sekelasnya dan guru untuk mendapat masukan, bertnya jawab dengan teman, memunculkan ide-ide baru, melakukan refeksi.Bertanya (questioning)Belajarpadahakikatnyabertanyadan menjawabpertanyaan(Saud,2008).Bertanya dalampembelajarandipandangsebagaiguru yangmendorong,membimbing,danmenilai kemampuanberfkirsiswa.Bertanyadapat dipandangsebagairefeksidarikeingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkankemampuanseseorangdalam berfkir. Dalam pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbingdanmengarahkansiswauntuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.Masyarakat belajar (learning community)Konsepmasyarakatbelajardalam pembelajarankonstektualmenyarankanagar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (Saud, 2008). Seseorang yang terlibatdalamkegiatanmasyarakatmemberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dansekaligusjugamemintainformasiyang diperlukandaritemanbelajarnya.Dalamkelas CTL,gurudisarankanselalumelaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok.Pemodelan (modeling)Dalamsebuahpembelajaranketrampilan danpengetahuantertentuadamodelyangbisa ditiruolehsiswanya(Trianto,2010).Dalam pembelajaran kontekstual, proses modeling tidak terbatasdarigurusaja,akantetapipemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yangpernahmenjadijuaraLombaKompetensi Siswa (LKS) Komputer Jaringan dapat diminta untukmenampilkankebolehannyadidepan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Seorang bisa ditunjuk untukmemodelkansesuatuberdasarkan pengalaman yang diketahuinya.Refeksi (refection)Refeksiadalahprosespengendapan pengalamanyangtelahdipelajariyang dilakukandengancaramengurutkankembali kejadian-kejadianatauperistiwapembelajaran yangtelahdilaluinya(Sanjaya,2010).Refeksi merupakanresponterhadapkejadian,aktiftas, ataupengetahuanyangbaruditerima.Melalui prosesrefeksi,pengalamanbelajarituakan dimasukkan kedalam struktur kognitifnya siswa yangpadaakhirnyaakanmenjadibagiandari pengetahuanyangdimilikinya.Dalamproses pembelajarandenganmenggunakanCTL, setiapakhirprosespembelajaransiswadiberi kesempatanuntukmenginatkembaliapayang telahdipelajaridengancaramengurutkan kembalikejadianatauperistiwapembelajaran yang telah dilaluinya. Penilaiansebenarnya/otentik(authentic assessment).Prosespengumpulanberbagaidatayang bisamemberigambaranperkembanganbelajar siswa(Sagala,2010).Penilaianinidiperlukan untukmengetahuiapakahsiswabenar-benar belajaratautidak;apakahpengalamanbelajar 31siswamemilikipengaruhyangpositifterhadap perkembanganbaikintelektualmaupunmental siswa.HubunganContextualteachingand learning dengan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan Hasil Belajar Siswa.Johnson (2006) mengatakan bahwa Guru CTLyangbermutumemungkinkansiswanya untuktidakhanyadapatmencapaistandar nilaiakademiksecaranasional,tetapijuga mendapatkanpengetahuandankeahlianyang pentinguntukbelajarselamahidupmereka. SelanjutnyaJohnson(2006)jugamempertegas bahwaGuruCTLyangbaikmemilikidua karakteristik:Pertama,merekamengetahuidan menghargai setiap materi yang mereka ajarkan. Setiaptujuanakademikyangmerekaharapkan dapat dikuasai murid, telah mereka kuasai lebih dahulu. Yang kedua, mereka memerhatikan para siswadengankasihsayangdankebaikanhati yangtulus.Keduakualitasini,yaitusebagai mentordanseorangahli,memungkinkanguru CTLuntukmengubahkehidupanmurid-murid mereka.Problem SolvingSebelummemberikanpengertiantentang pengertianproblemsolvingataupemecahan masalah,terlebihdahulumembahastentang masalahatauproblem.Suatupertanyaanakan merupakansuatumasalahjikaseseorangtidak mempunyaiaturantertentuyangsegeradapat dipergunakanuntukmenemukanjawaban pertanyaan tersebut. MunurutPolya(dalamHudojo,2003), terdapat dua macam masalah : a) Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak ataukonkret,termasukteka-teki.Kitaharus mencarivariabelmasalahtersebut,kemudian mencoba untuk mendapatkan, menghasilkan atau mengkonstruksisemuajenisobjekyangdapat dipergunakanuntukmenyelesaikanmasalah tersebut.Bagianutamadarimasalahadalah sebagai berikut. Apakah yang dicari? , bagaimana data yang diketahui? ,dan bagaimana syaratnya? .b)Masalahuntukmembuktikanadalahuntuk menunjukkan bahwa suatu pertanyaan itu benar atausalahatautidakkedua-duanya.Kitaharus menjawab pertanyaan : Apakah pernyataan itu benar atau salah ?. Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya. Penyelesaianmasalahmerupakanproses darimenerimatantangandanusaha-usaha untukmenyelesaikannyasampaimemperoleh penyelesaian.Sedangkanpengajaran penyelesaianmasalahmerupakantindakan gurudalammendorongsiswaagarmenerima tantangandaripertanyaanbersifatmenantang, dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut (sukoriyanto, 2001). Pembelajaranpemecahanmasalahadalah suatukegiatanyangdidesainolehgurudalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasanataupertanyaanmatematika(Tim PPPGMatematika,2005).Fungsigurudalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau menerimatantangandanmembimbingsiswa dalam proses pemecahannya. Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya (dalamHudojo,2003),menjelaskanbahwa langkah-langkahyangdiikutidalamproblem solvingyaitusebagaiberikut:a)Pemahaman terhadap masalah. b) Perencanaan penyelesaian masalah.c)Melaksanakanperencanaan.d) Melihat kembali penyelesaian. Hasil BelajarHasil belajar KognitifAnderson&Krathwol(2002)membuat kategori dan proses kognitif kemampuan manusia yangmerupakanrevisidaritaksonomiyang disusun oleh Bloom, dkk (1956) sebagai berikut: a)Remember(Mengingat),yaitukemampuan 32manusiaberupakemampuanuntukmemanggil kembalipengetahuanyangrelevantersimpan didalammemorijangkapanjang(long-term memory). Ada dua macam kemampuan ini, yaitu kemampuanmemanggil/mengingat(recalling) dankemampuanmengenal(mengidentifkasi). b)Recalling:Kemampuanuntuksekedar memanggilpengetahuanyangrelevandari memori jangka panjang. c) Identifkasi : adalah kemampuanseseoranguntukmelokalisasi pengetahuanyangterdapatdimemorijangka panjangnya,yangkonsistendenganmateri yangdisajikan.d)Understand(memahami) :seseorangdapatdikatakanmemahamibila diamampumembangunpengertiandaripesan pembelajarandalambentukkomunikasilisan, tertulis maupun gambar. e) Apply (Menerapkan) :kemampuanseseoranguntukmelakukan suatu prosedur pada suatu prosedur pada situasi baruyangdisediakan.f)Menganalisis:adalah kemampuanseseoranguntukmenguraisuatu material menjadi bagian-bagian penyusunannya dandapatmenentukanbagaimanamasing-masingbagianberhubungansatusamalain untukmembangunsuatustrukturatauuntuk mencapai suatu tujuan tertentu. g)Mengevaluasi : adalah kemampuan seseorang untuk membuat keputusan berdasarkan pada kriteria atau standar. h)Menciptakan:kemampuanseseoranguntuk menggabungkanunsur-unsursecarabersama-sama sehingga koheren atau dapat berfungsi.Hasil Belajar PsikomotorMenurutIbrahim(2005),Hasilbelajar psikomotoradalahsuatuketerampilanyang dapatdilakukanolehseseorangdengan melibatkankoordinasiantarainderadanotot. Keterampilan ini telah dikembangkan semenjak siswamasihbayi.Padaperkembanganbayi dikenaldenganpsikomotorikhalus,yaitu kemampuan bayi memegang. Pada awal seorang bayimemegangmenggunakantelapaktangan, dalamperkembangannyaberubahmenjadi menggunakanjari-jarinya.Psikomotorikkasar misalnya kemampuan untuk melakukan gerakan tubuhsepertimelompat,berdiridengansatu kaki, tengkurap dan sebagainya. Hasil Belajar AfektifMenurutGagne(dalamIbrahim,2005), sikapadalahsuatukeadaanyangadadi dalamdiriseseorangyangmempengaruhi danmengubahtindakanyangdipilihnya. Jaditindakanyangdipilihseseorangadalah tindakan yang dipengaruhi oleh sikapnya. Sikap bersifatabstrak, olehkarenauntukmelihatdan mengukursikapseseorangdilakukandengan melihat dan mengukur manifestasi dari sikapnya yaitu berupa tindakan yang dipilihnya.Kategoriutamadomainafektifmenurut Krathwohl(2002)adalahsebagaiberikut:a) Recieving(menerima).Individuyangtelah mencapaitingkatinimerasasadaruntuk menerimarangsangan/gejala(misalnya petunjukguru,bukupelajaran,kegiatankelas), misalnyakesadaransiswaakankewajibannya. b) Responding (memberi tanggapan). Seseorang yangtelahmencapaitingkatanini,tidakhanya memberikan perhatian, tetapi juga memberikan reaksi terhadap suatu gejala. Hasil belajar yang diharapkandidalamkategoriinimisalnya seseorang tidak merasa terbebani bila kepadanya diberitugassekolah.c)Valuating/Menghargai :padatingkatiniseseorangmengakuibahwa gejala,benda,tingkahlakumempunyainilai. Konsepnilaiinimerupakanhasilpengalaman. Mengambiltanggungjawab,menghargaisuatu tugasmerupakancontohdarikategoriini. Dalamkegiatanbelajarmengajardapatdilihat misalnyakeajegansiswadalammembantu temanlain,kemantapandalammenghargai waktu.d)Organizing(Pengorganisasian): Tahapinimerupakanawalpengenalstruktur nilai.Seseorangmengumpulkan,memproses, menyusun berbagai nilai kedalam suatu struktur 33nilai, kemudian menegakkan nilai yang dominan/ yangbenar.Dalamkegiatanbelajarmengajar, siswapadatingkataninidiharapkanmengenal tanggungjawab,mengorganisasitugas-tugas, mengembangkanrencanapekerjaan.Didalam kegiatanbelajarmengajarsikapsiswapada tingkatiniditunjukkandenganmengenal tanggungjawab,mengorganisasitugas-tugas, mengembangkanrencanapekerjaan.e)Characterizationbyavalue(Karakteristik sistemnilai);merupakanintegrasidari kepercayan,fkiran,ide,dansikapkedalam pandanganhidup.Padatahapinisistemnilai telah menempati diri seseorang secara hierarki, tersusun dalam sistem internal yang kokoh. Pada saat ini seseorang akan mampu mengontrol diri, stabildalamjangkawaktuyangpanjang.Dari segi belajar pada tahap ini siswa telah memiliki tingkah laku yang khas.Namunyangditelitidalampenelitianini adalahhasilbelajarkognitifdanafektif.Hasil belajar psikomotor tidak diteliti dalam penelitian initidakterdapatkegiatanyangmengukur keterampilan siswa dan lebih menekankan pada hasil belajar kognitif dan afektif.METODE PENELITIANJenis PenelitianJenispenelitianiniadalahPenelitian TindakanKelas(PTK).Dalamartipenelitian tindakankelasmerupakansuatubentuk penelitian dengan melakukan tindakan-tindakan untuk melakukan pembelajaran di kelas.Lokasi dan Subjek PenelitianLokasipenelitianiniberadadiSMK Muhammadiyah 5 yang terletak di desa Dangkep, KecamatanKalitidu,KabupatenBojonegoro. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ tahun ajaran 2012-2013. Jumlah siswa yang menjadisubjekpenelitianada23siswa,terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.Rancangan PenelitianAdabeberapaahliyangmengemukakan modelPenelitianTindakandenganbagan yangberbeda.SecaragarisbesarmodelPTK adalah Rencana Tindakan, Tindakan penelitian, Observasi,danRefeksi.ProsedurPenelitian Tindakan Kelas dapat dilakukan dalam tindakan-tindakan yang disebut dengan siklus.Data dan Instrumen PenelitianSumberdatadalampenelitianiniadalah gurudansiswa.Sumberdatayangdiperoleh melaluiguruberupakemampuangurudalam mengolah kegiatan pembelajaran yang diperoleh selamapembelajaranberlangsung.Sedangkan pada siswa berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaranberlangsung.Sedangkanevaluasi afektifberupakegiatanmengkomunikasikan materidansikapsiswaselamaproses pembelajaran berlangsung.Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan dalam penelitian iniialahsebagaiberikut:1)Lembarobservasi aktivitasguruselamaprosespembelajaran berlangsung.2)Lembarobservasiaktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 3)LembarAngketsiswauntukmengetahui kendala-kendalayangdihadapiolehsiswa.4) Lembartessetiapsiklus(teshasilbelajardan evaluasi afektif)Teknik Pengumpulan DataAdapuncarapengumpulandatatersebut dapat dijelaskan secara singkat yaitu:1)Penelitiandiambildengancarateshasil belajarsiswayaitumenghendakijawabanatas hasilbelajarsiswayangmeliputipenilaian produkdanafektifpadasaatditerapkanproses pembelajaranCTLdenganmetodeProblem Solving.Dalammenggunakanpenilaian, afektifpenelitimenyediakanlembarpenilaian 34yangdigunakanuntukmenilaisiswadalam bidangtingkahlakudansikapselamaproses pembelajaranyangdilakukanolehpeneliti. Dalammenggunakanpenilaianprodukatau modeltes,penelitimenggunakaninstrumen berupa seperangkat soal-soal tes yaitu Post test. Post testyaitu tes yang diberikan setelah siswa melakukanpembelajarndenganmenggunakan pembelajaranCTLdanproblemsolvingyang bertujuanuntukmengetahuipemahamandan pengetahuansiswatentangmateriyangtelah disampaikan.2)Observasidigunakanuntuk mengumpulkandatatentangaktivitasgurudan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang akan diamati guru kelas dan teman sejawat. 3) Metode Angket, yaitu daftar pernyataan yang diberikankepadasiswasetelahpelaksanaan pembelajaranbertujuanuntukmengetahui responkendalaatauhambatanyangdirasakan siswa terhadap pembelajaran yang digunakan.Teknik Analisis DataData-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.Analisis pengelolaan pembelajaran Data yang diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaanpembelajarandikelasyang telahdiisiolehpengamatdigunakanuntuk menganalisisketerlaksanaanpembelajaran dengan menggunakan model CTL dan Problem Solving. Analisis dilakukan dengan menafsirkan nilai angka tersebut dalam kalimat yang bersifat kualitatifdenganskalauntukmenentukan keterlaksanaannya.Hasil Belajar Kognitif Datahasilbelajarkognitifberupanilai teshasilbelajar.Sebelumdigunakansebagai instrumenpenelitian,butir-butirsoalharus diujicobakanterlebihdahulukepadakelas lainselainkelasyangakandigunakandalam penelitian.Kelasyangdigunakansebagaiuji cobainstrumenadalahkelasXITKJ,dimana siswanyaheterogendanhampirsamadengan kelasyangdigunakandalampenelitianserta kelasXITKJjugasudahpernahmendapatkan materikebutuhanmanusiapadakelasX. Langkahinidilakukanuntukmengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya beda dari soal tersebut. Hasil Belajar AfektifPenskorankinerjasiswayaitusetiap kemampuanyangdiamatidandinilaidengan skalaskor1sampai4denganketeranganskor padatiapaspekyangdinilaidijelaskandalam rubrik penilaian.Analisis Aktivitas SiswaDatapengamatanaktivitassiswaselama kegiatanbelajarmengajarberlangsungdapat dianalisis dengan persentase (%) tiap aktivitas.Analisis Data Angket Siswa Datayangberasaldariangketrespon siswa dapat dianalisis dengan persentase pilihan jawabansiswaterhadappenerapanmodelCTL denganmetodeProblemSolving.Analisis responsiswabentukcheklistdenganskordari masing-masingkriteriayaituSangatSetuju diberi skor 4, Setuju diberi skor 3, Tidak Setuju diberi skor 2, Sangat Tidak Setujudi ber i skor1.Kemudiandihitungpersentasejawaban responden atas pertanyaan dalam angket.Keberhasilan PenelitianDalam konteks penelitian ini, keberhasilan penelitiandapatdilihatdaribeberapaindikator yaitu:1)Hasilbelajardalamhaliniadalah penalaran dan komunikasi dengan pembelajaran CTL dengan metode Problem Solving mencapai ketuntasanbelajarklasikaldalam85%dari banyaknyasiswayangmemperolehnilaiatau hasilbelajar70.2)Keaktifansiswaselama 35pembelajaranCTLdenganmetodeProblem Solvingberlangsungyaitu85%darijumlah siswayanghadir.3)Kemampuanpengelolaan kelasolehguruselamapembelajaranCTL denganmetodeProblemSolvingberlangsung 85%. Pengembangan InstrumenValiditasValiditassoaldigunakanolehpeneliti untukmengetahuihasilbelajarsiswaterhadap indikatoratautujuanpembelajaranmelalui instrumen soal. Dari hasil perhitungan validitas 60 soal dengan menggunakan SPSS For Windows diperolehhasilsoalyangvalidberjumlah49 soal, sedangkan soal yang tidak valid berjumlah 11 soal.ReliabilitasSetelahdilakukanujivaliditasdata, makakemudiandilakukanujireliabilitas data.Ujireliabilitasdatadilakukandengan membandingkannilaiCronbachalphayang nilainyaharuslebihbesardari0,60.Darihasil pengujiandenganmenggunakanalatanalisis SPSSforwindowsdiperolehnilaiCronbach alphasebesar0,8590yangberartilebihbesar dari0,60.Dengandemikianinstrumenyang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.Taraf KesukaranDari hasil pengujian dengan menggunakan bantuansoftwaremicrosoftoffceexcel2010 diperoleh hasil yaitu terdapat 7 soal dengan taraf kesukaran mudah, 52 soal dengan taraf kesukaran sedang, dan 1 soal dengan taraf kesukaran sulit. Dengandemikiansoalyangmemilikitaraf kesukaransulitdanmudahtidakdigunakan dalampenelitian,sedangkanyangmemiliki tarafkesukaransedangdapatdigunakandalam penelitian.Daya bedaPengujian instrumen yang terakhir adalah dayabedasoalyangmemilikitujuanuntuk mengetahuiapakahsoaldapatmembedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah.Dari hasil pengujian dengan menggunakan bantuansoftwaremicrosoftoffceexcel2010 diperoleh hasil yaitu terdapat 3 soal yang tidak dapatmembedakankemampuansiswadan 57soalyangdapatmembedakankemampuan siswa.Dengandemikiansoalyangtidak dapatmembedakankemampuansiswatidak digunakandalampenelitian,sedangkansoal dapatmembedakankemampuansiswadapat digunakan dalam penelitian ini.Dengandemikiandiperolehsoalyang digunakandalampenelitianiniyaitusebanyak 45.Dari45soaltersebutdigunakanpada3 siklus,dimanamasing-masingsiklusterdapat 15 soal.Hasil PenelitianAktivitas GuruAktivitasgurumerupakanbagiandari datakegiatangurudalammelaksanakanproses belajarmengajardenganmenggunakanmodel ContextualTeachingandLearningdengan metode Problem Solving. Pelaksanaan aktivitas gurudinilaiolehtigaorangpengamatmelalui lembarpengamatan,darihasilpengamatan tersebutdiperolehdatayangmenunjukkan kemampuangurudalamprosesbelajar mengajar.Aktivitasgurupadasiklus1didapatkan kriteriakeberhasilansebesar74,8%dandapat dikategorikancukupbaik.Dalampelaksanaan pembelajaranpadasiklus1ininilaiterendah diberikanolehkolabolatorpadakemampuan guru dalam melakukan tanya jawab. Sedangkan nilaiterendahkeduayaitupadasaatguru melaksanakaninquiridanPengembangan Konstruktivisme.Kekurangan-kekurangan dalam kegiatan guru pada siklus ke 1 diharapkan 36dapat diperbaiki pada kegiatan siklus ke 2.Aktivitasgurupadasiklus2didapatkan kriteria keberhasilan sebesar 84,8% yang dapat dikategorikanBaik.Namun,pelaksanaan pembelajaranpadasiklus2ininilaiterendah diberikanolehkolabolatormasihterletakpada saat guru melakukan tanya jawab. Kekurangan-kekurangandalamkegiatangurupadasiklus ke 2 diharapkan dapat diperbaiki pada kegiatan siklus ke 3.Aktivitasgurupadasiklus3,gurusudah memperbaiki kekurangan pada siklus 2 melalui refeksi,yaitupadasaatgurumelakukan tanyajawabdengansiswa.Dengandemikian aktivitasgurupadasiklus3inidapatkannilai sebesar93,5%dikategorikanbaiksekalipada ketujuhkomponen.Karenadataaktivitasguru telahmencapai93,5%makasudahmemenuhi indikatorkeberhasilanpenelitianyaitusebesar 85% sehingga siklus dihentikan pada siklus 3.Berdasarkanpaparandiatasmakadata perkembanganaktivitasgurupadadalam kegiatanbelajarmengajarsetiapsiklusnya mengalami kenaikan yaitu pada siklus 1 sebesar 74,8%, siklus 2 84,5% dan siklus 3 93,5%. Aktivitas Siswa Selamaproseskegiatanbelajarmengajar berlangsungaktivitassiswajugamendapatkan pengamatandaritigaorangPengamatagar hasil yang didapatkan lebih obyektif dan akurat. Nilai aktivitas siswa pada siklus 1 yaitu sebesar 51,6%masihtergolongcukupdanmasihjauh dengankriteriakeberhasilanpenelitianyaitu sebesar85%darijumlahsiswayanghadir. Aspek yang memiliki nilai paling rendah adalah aspek konstruktivis, inquiri, dan bertanya jawab, sehinggamasihperluditingkatkanlagipada siklus 2.Aktivitassiswaselamakegiatanbelajar mengajar pada siklus 2 dengan rata-rata nilai akhir sebesar79,23%sudahtergolongbaiknamun masihbelummemenuhikriteriakeberhasilan penelitian yaitu sebesar 85% dari jumlah siswa yanghadir.Nilaiaspekterendahmasihpada sehinggamasihterletakpadaaspekke3yaitu tanyajawab,sehinggaperluditingkatkanlagi pada siklus 3.Aktivitassiswaselamakegiatanbelajar mengajarpadasiklus3denganrata-ratanilai akhir sebesar90,8%, tergolong sangat baik dan telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yaitu sebesar 85% dari jumlah siswa yang hadir. OlehkarenaituasiklusdihentikanpadaSiklus 3.Berdasarkanpaparandiatasmakanilai aktivitassiswasetiapsiklusnyamengalami kenaikanyaitupadasiklus1sebesar51,6%, siklus 2 79,23% dan siklus 3 90,8%.Hasil Belajar SiswaHasil Belajar KognitifSetelahpenelitimelakukananalisis butirsoalkemudianpenelitimenggunakan instrumentersebutuntukmengetahuihasil belajarsiswa.Peningkatanhasilbelajarsiswa dalampenerapanModelpembelajaranCTL dengan metode Problem Solving dapat diketahui melalui penilaian autentik yang diberikan setiap akhirsiklusdenganKKMsebesar70.Pada pelaksanaan penilaian autentik, setiap siklusnya jumlah soal adalah 15 soal pilihan ganda.Berdasarkandatayangdiperolehpeneliti makadiketahuibahwahasilbelajarmengalami peningkatan,halinidapatdibuktikandengan hasilperhitunganketuntasansecaraklasikal, pada siklus 1 ketuntasan klasikal 65,2%, siklus 2 sebesar 82,6% dan pada siklus 3 sebesar 86,95%. Pada siklus 3 ketuntasan klasikal siswa sebesar 86,95%sudahmemenuhikriteriakeberhasilan penelitianyaitusebesar85%daribanyaknya siswayangmemperolehnilaiatauhasilbelajar 70 sehingga siklus dihentikan pada siklus 3.Hasil Belajar Afektif37Pengamatanhasilbelajarafektifini dilakukan pada saat tahap CTL diskusi kelompok yangbersamaandenganmetodeProblem Solving.HasilpengamatanPerilakuberkarakter siswauntukindikatorMembentukperilaku siswayangkreatif,mampumemperhitungkan resiko,beranimenanggungresiko,danberani mengambilkeputusanpadasiklus1sebesar 39,25%,siklus2sebesar60,25%,dansiklus 3sebesar88%.Padasiklus3diketahuibahwa semuarinciantugaskinerjadariperilaku berkaraktersiswamemilikinilai88%yaitu diatas ketuntasan belajar klasikal 85%, dan hasil belajar70.Dengandemikiantelahmemenuhi indikator keberhasilan penelitian sehingga siklus dihentikan pada siklus 3.Sedangkanuntukpengamatan Keterampilan sosial untuk indikator Melakukan komunikasikepadagurudantemannyadengan antusias, ingin tahu, pantang meyerah, tegas, dan tangguhdiperolehnilaipadasiklus1sebesar 43,8%,siklus2sebesar62,6,danpadasiklus 3sebesar90%.Padasiklus3diketahuibahwa semuarinciantugaskinerjadariKeterampilan SosialSiswamemilikinilai90%yaitudiatas ketuntasanbelajarklasikal85%,danhasil belajar70.Dengandemikiantelahmemenuhi indikator keberhasilan penelitian sehingga siklus dihentikan pada siklus 3.HambatanyangMunculSelama DiterapkannyaModelPembelajaranCTL dengan Metode Problem SolvingUntukmengetahuihambatan-hambatan yangmunculselamaditerapkannyamodel pembelajaranCTLdenganmetodeproblem solvingmakapenelitimenggunakanangket. Angket digunakan untuk memperoleh informasi yangberkaitandenganpenerapanmodel CTLdenganmetodeproblemsolving,angket disebarkankepadasiswakelasX`TKJSMK Muhammadiyah 5 Kalitidu.Berdasarkandataangketyangdiperoleh maka peneliti menyimpulkan bahwa hambatan-hambatanyangterjadiselamaditerapkannya modelCTLdenganmetodeproblemsolving dalampenelitianiniantaralainkurangnya waktu yang diberikan guru kepada siswa untuk berfkirdalammemecahanmasalah,gurumata pelajaran lain tidak akan mau menerapkan model CTLdenganmetodeproblemsolving,sarana danprasaranasekolahyangkurangmemadai, menggunakanwaktuyangterlalulama,dan kurang meratanya kesempatan bagi siswa untuk berbicara ketika diskusi pemecahan masalah.PEMBAHASANAktivitasGurumelaluiPenerapanModel CTL dengan Metode Problem SolvingKeberhasilansuatupembelajaranakan sangat ditentukan oleh pengelolaan guru dalam pembelajarantersebut.Berdasarkanhasil pengamatanpembelajaranKajianKebutuhan manusiamenggunakanmodelCTLdengan metodeProblemSolvingdilakukanpadatiap tahapan dengan baik. PadasiklusIpengelolaangurudalam menerapkanmodelCTLdenganmetode ProblemSolvingmasihtergolongcukupbaik. Hal ini dikarenakan ada beberapa tahapan yang memilikinilailebihrendahdaripadatahapan lainnya yaitu pada saat guru melasanakan tahap pengembangankonstruktivisme,melaksanakan inquiri, dan bertanya jawab.Padasaattahappengembangan konstruktivismememilikinilaiyangrendah dikarenakan pada saat guru mengkonstruk siswa denganmenggunakanmediagambar,tidak semuasiswaterlihatdenganjelasakangambar tersebut.Halinidisebabkankerenaduahal yang pertama yaitu karena terbatasnya fasilitias sekolah yang belum guru kurang merata dalam menunjukkan gambar tersebut. seharusnya guru 38berkelilingsampaisemuasiswabenar-benar telah memperhatikan gambar dengan detail. Tahapyangmemilikinilairendah berikutnyayaitupadasaatgurumelakukan kegiataninquiri.Padatahapinigurukurang memperhatikanblockingataumembelakangi siswalainnyadanhanyaberfokuspadasiswa yang telah ditunjuk untuk melakukan inquiri di depan kelas.Tahapyangterakhiryangmemiliki nilairendahpadasiklusIyaitupadasaatguru melakukan tanya jawab dengan siswa. Suasana didalamkelasmenjadiheningketikaguru meminta siswa untuk bertanya tentang kejelasan materiyangtelahdisampaikan.Begitujuga denganpadasaatgurumemberikanpertanyaan kepadasiswa.Siswakurangtermotivasiuntuk menjawabpertanyaandariguru.Dariketiga kekurangantersebutmakagurumelakukan refeksi pada siklus II.Disisilain,tahapaktivitasguruyang paling dominan dalam penelitian ini adalah tahap penilaianautentik.Padatahapinipengamat memberikannilaitinggikarenapenelitibegitu disiplindalammengawasipenilaianautentik. Selain itu dalam mengawasi siswa, peneliti juga dibantu oleh pengamat yang juga berada di dalam kelas. Jadi siswa menjadi tertib dan mengerjakan soal sendiri ketika menjalani penilaian autentik.Pengelolaangurudalammenerapkan modelCTLdenganmetodeProblemSolving padasiklusIIsudahtergolongbaik.Halini merupakan pertanda bahwa terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II. Refeksi yang dilakukan pada siklus I yaitu guru harus memperbaiki tahap pengembangankonstruktivisme,melaksanakan inquiri,danbertanyajawabpadasiklusII. Hasilnya guru berhasil memperbaikinya di siklus IIpadatahappengembangankonstruktivisme. JikapadasiklusItahapkonstruktivismeguru kurangmeratadalammenunjukkangambar tersebut,makapadasiklusIIguruberkeliling sampaisemuasiswabenar-benartelah memperhatikan gambar dengan detail.Nilaiaktivitasguruyangpaling dominanpadasiklusIIinitetapdipegang olehtahappenilaianautentik.PadasiklusII gurumemberikanmotivasiyanglebihkepada siswaagarmengerjakansoalsendiridantidak mencontek,sertamemotivasisiswaagardapat meningkatkan hasil belajarnya yang harus lebih baik dari pertemuan sebelumnya.Tahapan berikutnya yang diperbaiki dalam siklus II yaitu saat pelaksanaan inquiri. Jika pada siklusIgurukurangmemperhatikanblocking ataumembelakangisiswalainnyadanhanya berfokuspadasiswayangtelahditunjukuntuk melakukaninquirididepankelasmakapada siklusIIgurutelahmemperbaikinyadengan tidakmembelakangisiswalainnyasertafokus terhadapsemuasiswapadasaatmelakukan inquiri. Namun pada tahap bertanya jawab guru masih belum bisa memotivasi siswa untuk aktif. Olehkarenaiturefeksiperludilakukanuntuk meningkatkanpenilaianaktivitasgurupada siklus III.Setelahdilakukanrefeksipadatahap bertanyajawab,makapadasiklusIIIguru memberikan motivasi kepada siswa supaya aktif padatahapinidengancaramemberikanpoin kepada siswa yang bertanya maupun menjawab pertanyaandariguru.Pengelolaangurudalam menerapkan model CTL dengan metode Problem SolvingpadasiklusIIImenjadimeningkat sehinggadapatdikategorikanbaiksekalidan telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian sehingga siklus dihentikan pada siklus III.Hal ini membuktikan bahwa hasil penelitian inimendukungteoridariJohnson(2006)yang mengatakanbahwaGuruCTLyangbermutu memungkinkansiswanyauntuktidakhanya dapatmencapaistandarnilaiakademiksecara nasional, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama 39hidupmereka.DarikalimatGuruCTLyang bermutu,berartidalammenerapkanmodel CTLguruharusmenguasaisemuakomponen yangadadalammodelCTL,karenaaktivitas gurudalammenerapkanmodelCTLsudah berkategoribaiksekali,makagurusudahbisa dikatakansebagaiguruCTLyangbermutu seperti yang dikemukakan Johnson. SelanjutnyaJohnson(2006)juga mempertegasbahwaGuruCTLyangbaik memilikiduakarakteristik:Pertama,mereka mengetahuidanmenghargaisetiapmateri yangmerekaajarkan.Setiaptujuanakademik yangmerekaharapkandapatdikuasaimurid, telahmerekakuasailebihdahulu. Yangkedua, mereka memerhatikan para siswa dengan kasih sayangdankebaikanhatiyangtulus.Kedua kualitasini,yaitusebagaimentordanseorang ahli, memungkinkan guru CTL untuk mengubah kehidupansiswamereka.Tujuanakademik yang dikuasai oleh guru merupakan komponen-komponenyangterdapatdalamCTL.Karena aktivitasgurudalampenelitianiniberkategori baik sekali, berarti guru dalam menerapkan CTL sudahmenguasaitujuanakademikyaituuntuk meningkatkan hasil belajar siswa.Selain mendukung teori, hasil penelitian ini juga mendukung beberapa hasil penelitian yaitu Hady,dkk(2013),Sriati(2012),Tasrif(2007), danWilujeng(2008)yangmengatakanbahwa penerapanmodelCTLdapatmeningkatkan aktivitasguru.Selainitupenelitianinijuga mendukunghasilpenelitianToheri(2009)dan Rianti,dkk(2011)yangmengatakanbahwa dengan diterapkannya metode Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas guru.AktivitasSiswamelaluiPenerapanModel CTL dengan Metode Problem SolvingPenilaianaktivitassiswadiambildari 7komponenyangadadalamCTL.Karena ModelCTLdalampenelitianinidipadukan denganmetodeProblemSolvingmakaaspek yang dinilai pada aktivitas siswa dikembangkan menjadi9aspek.Hasilaktivitassiswapada siklusItergolongcukup.Halinidisebabkan karena sebagian besar siswa belum mengetahui secara pasti tentang model CTL dengan Problem Solving,sehinggasiswaterlihatkebingungan karenamerekaterbiasamendapatkanmodel pembelajaran langsung.Nilaiterendahaktivitassiswadi siklusIterletakpadatahappengembangan konstruktivisme,Inquiri,sertabertanyajawab. Sebagaian besar siswa malu untuk mengutarakan pendapatnyasehinggasuasanakelasterasa hening.Halinidikarenakansiswamasih menyesuaikandiridenganmodelCTLdengan ProblemSolvingyangbelumpernahmereka dapatkan sebelumnya.Disisilainnilaiaktivitassiswayang palingdominanpadasiklusIterdapatpada tahapmenjawabtesyangdiberikanolehguru. Walapunjawabansiswasebagianbesarbelum tepat namun mereka begitu antusias.PadasiklusIIsiswasudahmerasabisa menyesuaikandiridenganmodelCTLdan ProblemSolvingwalaupunbelumsepenuhnya. Halinidibuktikandenganadanyapeningkatan nilai aktivitas siswa pada siklus II yang semula berkriteria cukup meningkat menjadi berkriteria baik.Namundisisilainsiswabelumaktif secara maksimal pada tahap bertanya jawab dan pengamat memberikan nilai terendah pada tahap ini.Sedangkannilaiaktivitassiswayang palingdominanpadasiklusIIterdapatpada saat pembagian kelompok. Pada tahap ini siswa begitubersemangatberpindahtempatmenuju kelompoknya dan kelompoknya pun heterogen.Setelahgurumelaksanakanrefeksidan memberimotivasiberupatambahannilaiatau poinbagisetiapsiswayangmaubertanya maupunmenjawabpertanyaandarigurumaka 40padasiklusIIInilaiaktivitassiswameningkat menjadiberkriteriasangatbaik.Jadi,siklus dihentikan pada siklus III karena telah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian.Dengan demikian penelitian ini mendukung teori dari John Dewey (dalam Tasrif, 2007) yang mengatakanbahwasiswaakanbelajardengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yangtelahdiketahuidandengankegiatanatau peristiwayangakanterjadidisekelilingnya. Padakalimatkegiatanatauperistiwayang akanterjadidisekelilingnyamerupakan penerapan dari model CTL dan metode Problem Solving.Kegiatanyangdimaksuddalamteori ini adalah penerapan model CTL karena dengan diterapkannyamodelCTLmakasiswamerasa melakukan kegiatan yang nyata dan benar-benar terjadidisekelilingnya.Sedangkanperistiwa yang terjadi yang dimaksud dalam teori ini adalah dengan diterapkannya metode Problem Solving makasiswamerasamengalamidanmerasakan permasalahan yang terjadi di sekelilingnya. Jadi siswa akan belajar dengan baik berarti aktivitas siswa yang meningkat, disebabkan karena yang merekapelajariterkaitdengankegiatanatau peristiwadisekelilingnyayangberartimelalui penerapanmodelCTLdanmetodeProblem Solving.Demikianpulahalnyadenganteoridari Sukoriyanto(2001)yangmengatakanbahwa pengajaranpenyelesaianmasalahmerupakan tindakangurudalammendorongsiswaagar menerimatantangandaripertanyaanbersifat menantang, dan mengarahkan siswaagar dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut.Halyangsamajugadisampaikanoleh Johnson(2006)yangmengatakanbahwatak sedikitguruyangmengatakanketikamereka mengaitkanpelajarandengankehidupansiswa, semuasiswanyamajudenganpesat.Para siswayangbandeldanacuhtakacuhmenjadi lebihfokusbelajar,danprestasiparasiswa yangsudahbaikmeningkat.Gurumengaitkan pelajarandengankehidupansiswamerupakan cerminanpenerapanmodelCTL,sedangkan siswanyamajudenganpesat,parasiswayang bandeldanacuhtakacuhmenjadilebihfokus belajarberartiaktivitassiswayangmeningkat saat pembelajaran berlangsung.Pendapat ini dipertegas oleh Salemi (2005) dalampenelitiannyayangmengatakanbahwa Kuliahdenganmenggunakanide-ideekonomi untukmendapatkanwawasanpentingdalam isu-isudanpermasalahanyangmenarikserta relevan merupakan motivator yang kuat. Kuliah inidapatmenarikmahasiswauntukmembuat merekalebihantusiasdalampembelajaran ekonomi.Katalebihantusiasmerupakan perwujudandaripeningkatanaktivitassiswa dalam penelitian ini.Selain mendukung teori, hasil penelitian ini juga mendukung beberapa hasil penelitian seperti pada hasil penelitian Tasrif (2007), Sriati (2012), Wilujeng(2008),yangmengatakanbahwa penerapanmodelCTLdapatmeningkatkan aktivitassiswa.Selainitupenelitianinijuga mendukunghasilpenelitianToheri(2009)dan Rianti,dkk(2011)yangmengatakanbahwa dengan diterapkannya metode Problem Solving dapat meningkatkan aktivitas siswa.Hasil Belajar Siswa melalui Penerapan Model CTL dengan Metode Problem SolvingHasil Belajar KognitifKetuntasanbelajardigunakanuntuk mengetahuitingkatpenguasaansiswaterhadap suatu materi pelajaran. Ketuntasan hasil belajar yangditinjauperindividudisebutdengan ketuntasan individu sedangkan ketuntasan secara keseluruhansiswadisebutdenganketuntasan klasikal.Instrumenyangdigunakanuntuk mengetahuihasilbelajarkognitifsiswaadalah 45soalpilihanganda,dimanatiapsiklusnya terdiri dari 15 soal.Padaanalisishasilbelajarmenunjukkan 41adanya peningkatan ketuntasan klasikal siswa pada setiapsiklusnyayaitusebesar65,2%padasiklus I,siklusII82,6%danpadasiklusIIIsejumlah 86,95%. Pada siklus I diketahui bahwa ketuntasan belajarklasikalsiswasebesar65,2%.Nilai inibelummemenuhiindikatorkeberhasilan penelitianyaitusebesar85%makagurudan pengamatmelakukanrefeksidarikekurangan yangadapadasiklusI.Kekurangantersebut dapatdilihatdarianalisisaktivitasgurudan siswapadasiklusIyangmemilikinilairendah padatahapkonstruktivime,inquiri,sertatanya jawab.Padatahapkonstruktivismedaninquiri, siswakurangbegitumerespongurukarena merekaberfkirbahwasetelahituguruakan menerangkanmaterisatupersatusecara mendetailsepertipadamodelpembelajaran langsung.Begitujugapadasaattahaptanya jawabyangsebagianbesarsiswakurang antusias dan belum berani bertanya jika terdapat materiyangbelummerekamengertikarena merekaterbiasamendengarkanpenjelasandari gurusepertihalnyapadamodelpembelajaran langsung.Setelahdilakukanposttest,sebagian besarkesalahanjawabansiswaterletakpada indikatormenjelaskanpengertiankebutuhan dan keinginan. Perhatian mereka akan indikator inikurangmaksimalkarenapadasaatituguru tidak memperhatikan apakah siswa yang duduk di belakang sudah dapat melihat media gambar dengandetailapabelum.Ketidakmerataan gurudalammemperlihatkanmediagambar berdampakpadakurangnyapemahaman siswaakanindikatormenjelaskanpengertian kebutuhan dan keinginan, sehingga indikator ini memilikinilaiterendahdibandingkandengan indikator lainnya.SiklusIImenunjukkankemajuan ketuntasan belajar klasikal siswa. Pada post-test siklus II ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 82,6%.Walaupunbelummemenuhiindikator keberhasilanpenelitianyaitusebesar85%, tetapi pemahaman siswa tentang model CTL dan ProblemSolvingsudahmulaimeningkat.Pada siklusinigurusudahmelakukanpencerahan tentang sifat kebutuhan manusia yang sebenarnya adalahterbatas.Antusiassiswapadasiklusini juga meningkat, terlebih ketika peralihan tahap satuketahaplainnyamerekaterlihatbegitu semangat dan antusias terutama pada saat tahap konstruktivismedantahapinquiri,tetapidisisi lain siswa belum sepenuhnya berani melakukan tanya jawab dengan guru.Halinimenjadibahanrefeksibagiguru danjugapengamatpadasiklusberikutnya.Untuk membuatsiswamempunyaimotivasiyangtinggi padatahaptanyajawab,makagurumemberikan motivasiberupapoinbagisetiapsiswayang bertanyamaupunmenjawabpertanyaandariguru pada tahap tanya jawab.Akhirnya pada siklus III ketuntasan belajar klasikalsiswamencapai86,95%,berartinilai initelahmemenuhiindikatorkeberhasilan penelitianyaitusebesar85%.Sebagianbesar siswajugaantusiasdalammengikutiproses pembelajaran pada setiap aspeknya walaupun tetap ada siswa yang tidak tuntas yang disebabkan karena memangsiswatersebutmemilikikemampuan dibawah siswa lainnya.Peningkatanketuntasanklasikalsiswadari siklusIIkesiklusIIImemangtidaksebanyak peningkatandarisiklusIkesiklusII.Halini disebabkankarenasiswamengalamikejenuhan. SelainitumateripadasiklusIIItergolongagak beratbagisiswadansoalposttestjugasebagian besar mengandung bahasa inggris.Dengan demikian penelitian ini mendukung teori dari Johnson (dalam komalasari, 2011) yang mengatakanbahwapembelajarankonstektual (CTL)memungkinkansiswamenghubungkan isi materi dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. Dengan menemukan 42makna berarti siswa telah faham akan materi yang ia terima sehingga hasil belajarnya meningkat. Johnson (2006) mempertegas pendapatnya yaitutaksedikitguruyangmengatakanbahwa ketikamerekamengaitkanpelajarandengan kehidupan siswa, semua siswanya maju dengan pesat. Para siswa yang bandel dan acuh tak acuh menjadilebihfokusbelajar,danprestasipara siswayangsudahbaikmeningkat.Mengaitkan pelajarandengankehidupansiswaberarti menerapkanmodelCTL.Denganmenerapkan CTL prestasi belajar siswa menjadi meningkat.PendapatinidipertegasolehSalemi (2005)dalampenelitiannyayangmengatakan bahwakamimerubahinstrukturdosendan mahasiswayangsemulamenghafalmenjadi mengaplikasikanekonomiuntukmemecahkan masalahyangberartidandilakukansecara berulang-ulang.Denganmenghafalmaka mahasiswaakancepatlupa,sedangkandengan mengaplikasikanekonomiuntukmemecahkan masalahakanmembuatmahasiswamenjadi melekekonomi.Denganmenjadimelek ekonomi,makamahasiswaakanmencapai pemahaman yang abadi dan kemudian membuat hasil belajar siswa menjadi meningkat.Sejalandenganhalitu,Johnson(2006) jugamengatakanbahwaGuruCTLyang bermutumemungkinkansiswanyauntuktidak hanya dapat mencapai standar akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidupmereka.Karenaaktivitasgurusudah berkriteriabaiksekalimakadapatdikatakan sebagaiguruCTLyangbermutusehingga standar akademik nasional siswa tercapai. Dalam penelitian ini, standar akademik merupakan hasil belajar siswa.SelainJohnson,penelitianinijuga mendukungteoridariJohnDewey(dalam Tasrif,2007)yangmengatakanbahwasiswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkaitdenganapayangtelahdiketahuidan dengankegiatanatauperistiwayangakan terjadidisekelilingnya.Dalamhaliniyang dimaksuddenganapayangdipelajariterkait denganapayangtelahdiketahuidandengan kegiatanatauperistiwayangakanterjadidi sekelilingnyamerupakanmodelpembelajaran ContextualTeachingandLearning.Sedangkan siswa akan belajar dengan baik dalam penelitian inimerupakanhasilbelajarsiswayangtelah mencapai indikator keberhasilan penelitian.Selain mendukung teori, penelitian ini juga mendukung beberapa hasil penelitian antara lain yaitu penelitian Hady, dkk (2013), Kusmaryono (2011),Sriati(2012),Uzwardani(2011), Wilujeng(2008),Aminoto(2008),Toheri (2009), Rianti, dkk (2011), Nugraha, dkk (2011) yang mengatakan bahwa dengan diterapkannya modelCTLmaupunProblemSolvingdapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.Temuanyangberhubungandenganhasil belajarkognitifdalampenelitianiniterdapat padafaseMasyarakatbelajaryangdidalamnya terdapatpulametodeProblemSolvingdan padasaatfasepemodelan.Denganadanya metodeProblemSolvingdanfasepemodelan, siswamenjadimengalamipembelajaranyang bermaknadalamartiansiswaseolah-olah mengalami materi kebutuhan dalam situasi yang nyata. Pembelajaran yang bermakna bagi siswa iniakanmembawapengaruhpositifterhadap dayaingatsiswa.Pengaruhpositiftersebut adalah siswa menjadi memiliki daya ingat kuat akan materi yang mereka terima. Dengan adanya dayaingatyangkuatakanmaterimakasiswa memiliki hasil belajar kognitif yang tinggi. Hasil Belajar AfektifHasil Belajar afektif merupakan pendukung dari proses pembelajaran yang digunakan. Dalam pembelajaranafektifiniditekankankepada penerapanmetodeProblemSolvingyaitupada saat tahap masyarakat belajar atau diskusi.43Hasil belajar afektif ini terdiri dari penilaian perilakuberkaraktersiswadanpenilaian keterampilan sosial. Penilaian ini dilakukan oleh tigaorangpengamatdenganmengacurubrik penilaian aspek afektif.Ketuntasanbelajarklasikalsiswapada aspekafektifinipadasiklusIdansiklusII diperolehnilaiyangkurangbaikdanjauh dariindikatorkeberhasilanpenelitian.Hal inidisebabkankarenasiswalebihsering mendengarkanpenjelasandarigurumelalui modelpembelajaranlangsungsehinggasiswa kurang aktif dan merasa canggung ketika mereka diminta untuk melakukan diskusi, terlebih diskusi tersebutberisiLKSyangmemintasiswauntuk memecahkan masalah. Siswa juga belum pernah mendapatkan tugas untuk memecahkan masalah, mereka selalu berada pada zona nyaman karena telah dibantu guru yang telah menerapkan model pembelajaran langsung dengan sangat baik.Seiringdenganbergantinyasiklus,siswa lama-kelamaanbisamenyesuaikandiridengan metodeProblemSolving.Sedikitdemisedikit mereka mencoba keluar dari zona nyaman yang selalumerekadapatkandarigurudansudah mulai berani mengutarakan pendapat.Pada siklus III siswa sudah bisa menerima metodeProblemSolvinghaliniterbukti merekamendapatkanketuntasanbelajar klasikalsebesar88%untukpenilaianperilaku berkarakterdenganpersentaserinciantugas kinerja tertinggi terletak pada keberanian siswa dalam mengambil keputusan. Sedangkan untuk penilaianketerampilansosialsebesar90% denganrinciantugaskinerjatertinggiterletak pada ketangguhan siswa dalam mempertahankan pendapatnya.Halinimenunjukkanbahwa ketuntasanbelajarklasikalsiswasudah memenuhi kriteria keberhasilan penelitian yaitu 85%daribanyaknyasiswayangmemperoleh nilaiatauhasilbelajar70,untukitusiklus dihentikan pada siklus III.Dengandemikianhasilpenelitianini mendukungteoridariJohnson(2006)yang mengatakanbahwaCTLmembantuparasiswa menemukanmaknadalampelajaranmereka dengancaramenghubungkanmateriakademik dengankontekskehidupankeseharianmereka. Merekamembuathubungan-hubunganpenting yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikirkritisdankreatif,menghargaiorang lain, mencapai standar tinggi, dan berperan serta dalam tugas-tugas penilaian autentik.KemudianJohnson(2006)mempertegas pendapatnyayaituuntukmembantusiswa mengembangkanpotensiintelektualmereka, CTLmengajarkanlangkah-langkahyangdapat digunakan dalam berpikir kritis dan kreatif serta memberikankesempatanuntukmenggunakan keahlianberfkirdalamtingkatanyanglebih tinggi ini dalam dunia nyata.Dalamkeduateoriyangdikemukakan JohnsonbahwaCTLdapatmeningkatkan kemampuansiswadalamberfkirkritisdan kreatif.Berifkirkritisdankreatifmerupakan pencerminandarihasilbelajarafektif.Jadi dengan diterapkannya model CTL, hasil belajar afektif siswa dapat meningkat.Selainmendukungteori,hasilpenelitian inijugamendukungbeberapahasilpenelitian diantaranyaadalahhasilpenelitianWilujeng (2008)danJamhari(2010)yangmengatakan bahwadenganditerapkannyamodelCTL maupunProblemSolvingdapatmeningkatkan hasil belajar afektif siswa.HambatanyangMunculSelama DiterapkannyaModelPembelajaranCTL dengan Metode Problem SolvingHambatanyangmunculselama diterapkannyaModelPembelajaranCTL denganMetodeProblemSolvingdapat diketahui melalui angket respon siswa terhadap 44kegiatanpembelajaranyangditerapkanoleh peneliti.Responsiswatentangpenerapan ModelPembelajaranCTLdenganMetode Problem Solving terdapat respon positif maupun negatif.Responnegatifmerupakanhambatan yangmunculselamaditerapkannyaModel PembelajaranCTLdenganMetodeProblem Solving.Hambatanpertamayangmunculselama diterapkannya Model Pembelajaran CTL dengan MetodeProblemSolvingdapatdiketahuidari angketresponsiswayangmengatakanbahwa Saya merasa bahwa waktu yang diberikan guru untuk kami berfkir dalam memecahan masalah masihkurang.Halinidiresponsiswadengan 65%siswamemilihsangatsetuju,13%setuju dan22%tidaksetuju.Selamaditerapkannya ModelPembelajaranCTLdenganMetode ProblemSolvingmemangdiskusiberjalan dengan waktu yang terbatas, untuk itu siswa di dalamkelompoknyamasing-masingdituntut untuk memecahkan masalah sesegera mungkin. Bagisiswayangmemilikikemampuankurang pasti mereka menjawab setuju, sedangkan siswa yangmerasapandaiakanmenjawabantara setujudantidaksetuju.Karenasebagianbesar siswamenjawabsetujumakabaikdarisiswa yangmemilikikemampuankurangmaupun lebih,sama-samamerasajikamerekakurang mendapatkanwaktuyangcukupuntukberfkir dalam memecahkan masalah.Hambatankeduayangmunculselama diterapkannya Model Pembelajaran CTL dengan MetodeProblemSolvingdapatdiketahuidari angketresponsiswayangmengatakanbahwa Sayamerasabahwagurumatapelajaran laintidakakanmaumenerapkanmodelCTL denganmetodeproblemsolving.Dariangket inididapatkanhasil83%siswamenjawab sangatsetujudan17%setuju.Jadigurumata pelajaranlainengganmenerapkanModel Pembelajaran CTL karena mereka merasa sudah nyamandenganmetodekonvensionalyang telahdilaksanakannyabertahun-tahunsehingga menghambatpenerapanModelPembelajaran CTL di sekolah.Hambatanketigayangmunculselama diterapkannyaModelPembelajaranCTL dengan Metode Problem Solving dapat diketahui dariangketresponsiswayangmengatakan bahwaSayamerasabahwaketikagurudalam menerapkan model CTL dengan metode problem solving, guru menggunakan sarana dan prasarana sekolah seadanya. Pernyaataan ini direspon 78% siswa dengan menjawab sangat setuju dan 22% setuju. Dalam menerapkan model CTL, peneliti hanyamenggunakansaranadanprasarana seadanyadiantaranyadenganmediagambar yangditempeldikarton,meminjamcomputer maupun laptop dari model, dan lain sebagainya. Hambatankeempatyangmunculselama diterapkannya Model Pembelajaran CTL dengan MetodeProblemSolvingdapatdiketahuidari angketresponsiswayangmengatakanbahwa SayamerasabahwapenggunaanModel PembelajaranCTLdenganMetodeProblem Solvingmenggunakanwaktuyangterlalu lama.Padapernyataaninidiresponsiswa dengan 91% siswa menjawab sangat setuju dan 9%siswamenjawabsetuju.Haliniterbukti ketikapelaksanaanModelPembelajaranCTL denganMetodeProblemSolvingpadasiklus satumemakanwaktubanyaksampai-sampai memakai jam istirahat siswa.Hambatanterakhiryangmunculselama diterapkannya Model Pembelajaran CTL dengan MetodeProblemSolvingdapatdiketahuidari angketresponsiswayangmengatakanbahwa Sayamerasamendapatkesempatanberbicara ketika diskusi pemecahan masalah. Pernyataan inidiresponsiswadenganmenjawabsangat setuju22%,setuju4%,dantidaksetuju65%, serta sangat tidak setuju 9%. Terbukti bahwa pada siklus pertama memang terdapat beberapa siswa 45yangmendominasipadasaatfasemasyarakat belajar yang dipadukan dengan metode Problem Solving.Dengandemikiandapatdisimpulkan bahwahambatan-hambatanyangterjadiselama diterapkannyamodelCTLdenganmetode problemsolvingdalampenelitianiniantara lainkurangnyawaktuyangdiberikanguru kepadasiswauntukberfkirdalammemecahan masalah,gurumatapelajaranlaintidakakan maumenerapkanmodelCTLdenganmetode problemsolving,saranadanprasaranasekolah yangkurangmemadai,menggunakanwaktu yangterlalulama,dankurangmeratanya kesempatanbagisiswauntukberbicaraketika berdiskusi terhadap pemecahan masalah.SIMPULANHasilpengamatanaktivitasgurumelalui penerapan model CTL dengan metode Problem Solving pada kajiankebutuhan manusia di kelas XTKJdiSMKMuhammadiyah5Kalitidu menunjukkanpeningkatanyangsignifkan. Peningkatan ini dapat dilihat dari data aktivitas gurupadasetiapsiklusnya.Hasilpengamatan aktivitassiswamelaluipenerapanmodelCTL denganmetodeProblemSolvingpadakajian kebutuhanmanusiadikelasXTKJdiSMK Muhammadiyah5Kalitidumenunjukkan peningkatanyangsignifkan.Halinidapat dilihatdaridataaktivitassiswapadasetiap siklusnya.HasilbelajarsiswakelasXTKJdi SMKMuhammadiyah5Kalitidupadakajian kebutuhan manusia mengalami peningkatan pada aspek kognitif dan aspek afektif. Peningkatan ini dapat dilihat dari data hasil evaluasi pada setiap akhir siklus. Hambatan-hambatan yang muncul selama pembelajaran dalam menerapkan model CTLdenganmetodeProblemSolvingantara lainsaranadanprasaranasekolahyangkurang memadaisertasulitnyamenggunakanwaktu secara tepat..SARANGurudisarankanketikamenerapkan modelCTLdenganmetodeProblemSolving hendaknyamenerapkanfasekonstruktivisme denganmenggunakanmediagambaryang lebihbesarataulebihbaikditampilkan denganmenggunakanLCDagarsemuasiswa dapatmelihatgambarlebihmendetail.Guru disarankanketikamenerapkanmodelCTL denganmetodeProblemSolvinghendaknya memotivasiterlebihdahuludanmemberikan reward bagi siswa pada fase bertanya jawab agar siswamenjaditermotivasiuntukberpartisipasi dalampembelajaran.Gurudisarankanketika menerapkanmodel CTL dengan metode Problem Solving untuk memberikan masalah yang ringan terlebihdahulu,karenamerekasebelumnya belumpernahmendapatkanpembelajaranyang mengandungpemecahanmasalah.Penerapan ModelCTLdenganmetodeProblemSolving dapatmeningkatkanhasilbelajarsiswapada kajiankebutuhanmanusia,baikhasilbelajar kognitifmaupunafektif.Untukitudisarankan agarpenelitiselanjutnyamenerapkanModel CTLdenganmetodeProblemSolvinghanya padamateriyangmengandungkonsepsaja danbukanpadamateriyangmengandung perhitungan.Untukpenelitianselanjutnya, disarankanagargurumengalokasikanwaktu secaracermatdalamkegiatanpembelajaran ModelCTLdenganmetodeProblemSolving pada kajian kebutuhan manusia.DAFTAR RUJUKANAminoto,Nur.(2008).PenerapanModel PembelajaranTipeTAIdenganTehnik ProblemSolvinguntukMeningkatkan HasilBelajarMatematikaPokok BahasanLingkaranbagiSiswaKelas VIIIASMPN2BuluTemanggung. ISSN,(Online),Vol.1,No.3(http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.46ht ml ?act =t ampi l &i d=6117&i dc=32) diakses 26 Desember 2012.Anderson, Lorin W & Krathwol, David R. 2002. ATaxonomyforLearning,Teachingdan Assessing, A Revision of Blooms Taxonomy ofEducationalObjectivies.NewYork: LongmanHady,dkk.2013.PenerapanModel Pembelajaran Kontekstual pada Praktikum SistemKelistrikanBodyOtomotifuntuk MeningkatkanHasilBelajarMahasiswa D3TeknikMesinUnesa.JPTM(Online), Vol1,No.2.(http://ejournal.unesa.ac.id/article/1753/45/article.pdf)diakses1 februari 2013Hudojo,H.2003.PengembanganKurikulum danpembelajaranMatematika.Malang: JICA.Ibrahim,Muslimin.2005.Asesmen Berkelanjutan. Surabaya: Unesa University Press.Jamhari,Mohammad.(2010).Penerapan PendekatanProblemSolvingdalam MeningkatkanKemampuanBerfkirKritis SiswaSMPNegeri21PalupadaMata Pelajaran IPA Biologi. Jurnal Biodidaktis, (Online), Vol. 3, No. 2 (http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=68596&idc=32)diakses26Desember 2012.Johnson, Elaine B. (2006). Contextual Teaching Learning. Bandung : MLCKomalasari,Kokom.2011.Pembelajaran Kontekstual.Bandung:PT.Refka Aditama. 2012. The Effect Of ContextualLearningInCivicEducation OnStudentsCharacterDevelopment. AsiaPacifcJournalofEducatorsand Education,Vol.27(Online),(http://apjee.usm.my/APJEE_27_2012/apjee27_2012_ART%206%20(87-103).pdf)diakses1 februari 2013 . 2009. The Effect Of Contextual Learning In Civic Education On Students CivicCompetence.JournalofSocial Sciences,Vol.5,No.4(Online),(http://docsdrive.com/pdfs/sciencepublications/jssp/2009/261-270.pdf)diskses1februari 2013 . 2012. The Effect Of ContextualLearningInCivicEducation OnStudentsCivicSkills.International JournalforEducationalStudies,Vol.4 No.2(Online),(http://www.educare-ijes.com/educarefles/File/05.kokom.upi.pdf) 1 februari 2013Kusmaryono,Imam.2011.Keefektifan PembelajaranKontekstualBerorientasi PenemuanBerbantuanCdPembelajaran DanLksPadaMateriBilanganBulatDi SekolahDasar.(Online)(http://unissula.ac.id/newver/images/jurnal/februari2012/imam%20kusmaryono-web.pdf),diakses 21 Juni 2012.Nursyid,Sumaatmaja.1986.PengantarStudi Sosial. Bandung: PT. AlumniRianti.2011.PenerapanModelPembelajaran ProblemSolvinguntukMeningkatkan HasilBelajarMatematikaSiswaKelasIV SDN011PancuranGadingKecamatan TapungKabupatenKampar(Online), ( h t t p : / / r e p o s i t o r y. u n r i . a c . i d /bitstream/123456789/1505/1/Jurnal.pdf) diakses 1 februari 2013Riyanto,H.Yatim.2009.ParadigmaBaru Pembelajaran.Jakarta:KencanaPrenada Media GroupSaud, Udin Saefudin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: AlfabetaSagala,Syaiful.2010.KonsepdanMakna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta47Salemi,MichaelK.2005.TeachingEconomic Literacy:Why,What,andHow. InternationalReviewofEconomic Edcation. Vol 4, Issue 2.Sanjaya, H. Wina. 2010. Strategi Pembelajaran BerorientasiStandarProsesPendidikan. Jakarta: Prenada Media GroupSriati.2012.PenerapanModelContextual TeachingandLearning(CTL)padaMata PelajaranIPSuntukMeningkatkanHasil BelajarSiswaKelasViCSDNBeringin 477Surabaya.(Online)(http://ejournal.unesa.ac.id/article/3801/18/article.pdf) diakses 1 februari 2013Sukoriyanto.2001.Langkah-langkahdalam PengajaranMatematikadengan MenggunakanPenyelesaianMasalah. DalamJurnalMatematikaatau Pembelajarannya. Malang: JICA.Tasrif.(2007).PeningkatanHasilBelajar SiswaPadaPelajaranSejarahDengan MenggunakanModelPembelajaranCTL (ContextualTeachingAndLearning) DalamKurikulumBerbasisKompetensi PadaSiswaKelasXiIpsSmaNegeri5 PaluJurnalSokoguru.,(Online),Vol.1, No.2-3(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12&3076874.pdf)diakses7Juli 2012TimPPPGMatematika.2005.Materi Pembinaan Matematika SMP. Yogyakarta: Depdikbud.Toheri.2009.PenerapanMetodePemecahan Masalah Model Polya untuk Meningkatkan HasilBelajarSiswaMataPelajaran Matematika,(Online), (http://edumajournal.fles.wordpress.com/2011/11/1-penerapan-metode-pemecahan-masalah-model-polya-by-toheri1.pdf) diakses 1 februari 2013Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi AksaraUzwardani.2011.PenerapanCTL(Contextual TeachingandLearning)untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar SiswaKelasVpadaPembelajaran SainsSifat-SifatCahayaDiSDN Pohsangit Ngisor Kabupaten Probolinggo ,(Online),(http://ipoenk23.blogspot.com/2011_07_01_archive.html)diakses1 februari 2013Wilujeng.2008.PenerapanPendekatanCTL (Contextual Teaching and Learning) dalam PembelajaranTematikTemaLingkungan untukMeningkatkanHasilBelajarSiswa Kelas II SDN Klampis Ngasem IV No. 560 Surabaya, ,(Online), (http://ejournal.unesa.ac.id/article/1306/18/article.pdf)diakses1 februari 2013.


Recommended