+ All Categories

UPJO

Date post: 19-Oct-2015
Category:
Upload: shereen-siswadi
View: 208 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Popular Tags:

of 30

Transcript
  • 5/28/2018 UPJO

    1/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Ureteropelvic junction obstruction (UPJO)adalah blokade aliran urine dari pelvis renalis

    menuju ke ureter. Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang menampung urin yang dihasilkan oleh

    ginjal dan ureter adalah sebuah saluran yang mengalirkan urin dari pelvis renalis ke buli-buli.

    Sumbatan yang ditemukan pada UPJO disebabkan oleh pendangkalan kongenital dari UPJ atau

    penekanan UPJ oleh pembuluh darah ke ginjal. Penyumbatan dapat berisfat parsial atau komplit

    dengan berbagai derajat keparahan. Sekitar satu anak dari 1000 kelahiran didiagnosa dengan

    UPJO.

  • 5/28/2018 UPJO

    2/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 2

    BAB II

    ANATOMI DAN FISIOLOGI

    I. ANATOMI GINJALGinjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-

    masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan

    terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan

    adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11(vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.

    Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari

    krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari batas-

    batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan ginjal

    kiri.

  • 5/28/2018 UPJO

    3/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 3

    Bagian-bagian ginjal antara lain:

    Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpusrenalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan

    tubulus kontortus distalis.

    Medula, yang terdiri dari 9-14 pyramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkungHenle dan tubulus pengumpul (ductus colligent).

    Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus

    memasuki/meninggalkan ginjal.

    Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calixminor.

    Calix minor, yaitu percabangan dari calix major. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix

    major dan ureter.

    Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria

    II. FISIOLOGITahap pembentukan urine:

    1. Filtrasi GlomerularPembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler

    tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma

    yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam

    amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar

    25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar

  • 5/28/2018 UPJO

    4/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 4

    125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi

    glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut

    filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus

    dan kapsula bowmans, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah

    filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowmans serta

    tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanan-tekanan

    koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.

    2. ReabsorpsiZat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan

    air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat

    yang sudah difiltrasi.

  • 5/28/2018 UPJO

    5/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 5

    3. SekresiSekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui

    tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh

    (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan

    kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang

    juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali

    carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium

    kedalam cairan tubular perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi,

    hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi

    tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).

    Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu memahami beberapa

    hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, dapat dimengerti mengapa

    bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi

    penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.

  • 5/28/2018 UPJO

    6/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 6

    BAB III

    URETEROPELVIC JUNCTION OBSTRUCTION

    I. DEFINISIUreteropelvic Junction Obstruction (selanjutnya disingkat UPJO) didefinisikan sebagai

    obstruksi fungsional atau anatomik pada aliran urin dari pelvis renal ke ureter pada junction

    anatomisnya, yang jika dibiarkan, akan menimbulkan gejala atau kerusakan pada ginjal.

    Biasanya bukan disebabkan oleh kegagalan dari rekanlisasi atay terbentuknya katup, melainkan

    lebih sering karena abnormalitas intrinsik dari kolagen atau otot-otot sekitarnya. UPJO sekunder

    berupa striktur disebabkan oleh iatrogenik, peradangan, atau tumor (jarang). UPJO total dapat

    menyebabkan multicystic dysplastic kidney. Perjalanan penyakit alamiah dari UPJO masih belum

    jelas, namun intervensi terapeutik secara luas didasarkan pada gejala atau disfungsi asimetris

    yang terbukti dari gambaran radiologis, serta perubahan morfologis dari hidronefrosis.

    II. EPIDEMIOLOGIAngka kejadian dari UPJO lebih sedikit pada dewasa dibanding pada anak-anak. Pada

    kelompok usia pediatric, UPJO merupakan penyebab tersering dari dilatasi traktus urinarius

    bagian atas. Sekitar 80% dilatasi dari tubulus penampung diidentifikasikan pada periode

    antenatal oleh ultrasonografi fetus. Jumlah signifikan dari dilatasi ini memerlukan intervensi

    pada suat masa yang berbeda, di mana beberapa pasien mungkin tidak menimbulkan gejala

    obstruksi fungsional hingga masa dewasa. Perbandingan angka kejadian antara pria dan wanita

    adalah 2:1, dan ginjal kiri terkena dua kali lebih sering dibanding ginjal kanan. Walaupun

    obstruksi UPJ lebih jarang terkena pada pasien dewasa, namun ini bukan merupakan hal yang

    langka.

  • 5/28/2018 UPJO

    7/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 7

    III. ETIOLOGI1. Obstruksi UPJ yang bersifat kongenital dapat mengakibatkan defek baik anatomis

    maupun fisiologis di ureter bagian atas. Penyempitan lumen primer dapat disebabkan

    oleh proses rekanalisasi yang inkomplit intrauterin pada bagian cefal dari ureter yang

    sedang berkembang. Obstruksi parsial dapat menghasilkan jumlah atau keadaan

    anomaly pada sel otot polos dinding uireter bagian atas yang menyebabkan disfungsi

    peristaltic. Pada segmen yang terlibat, lapisan otot polos tersebut dapat mengalami

    hipertrofi. Pada beberapa keadaan yang jarang, lipatan ureter yang mengandung

    semua lapisan ureter dapat berlaku sebagai katup yang menyebabkan obstruksi.

    Lipatan ureter terlihat di bawah ginjal yang mengalami hidronefrosis. (A) Lipatan ureter

    proksimal mengobstruksi ureteropelvic junctionpada retrograde ureterpyleogram (B) Gambaran

    sonografi intraluminal menggambarkan pleksus vena yang keluar dari vena gonad, menghasilkan

    pola lipatan ureter yang menyerupai katup.

  • 5/28/2018 UPJO

    8/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 8

    2. Stenosis UPJ yang didapat bisa disebabkan dari infeksi traktus urinarius bagian atas,batu, trauma, atau iskema, ayng semuanya menyebabkan fibrosis reaktif dan striktur

    anular. Fibrosis dapat memburuk atau menjadi proses sekunder pada permukaan

    obstruksi parsial yang telah ada sebelumnya. Kompresi ekstrinsik sekunder pada

    fibrosis retroperineum, misalnya, dapat pula memuntir ureter. Proses-proses

    retroperitoneum dapat pula menyebabkan obstruksi fungsional. Ginjal mengambang

    di retroperitoneum, dengan jangkar utamanya adalah hilum renalis. Jika ginjal lebih

    mobile daripada ureter, obstruksi dapat terjadi pada keadaan respirasi atau posisi

    tertentu; misalnya terjadi obstruksi saat pasien berdiri namun tidak saat posisi supine.

    Contoh striktur anularis yang menyebabkan UPJO pada seorang pria usia 40

    tahun dengan keluhan kolik renal. (A) Anular pendek pada segmen obstruksi (dengan

    guide wire) yang diobservasi dengan retrograde ureteropyelogram. (B) Stirktur ureter

    yang menyerupai anular sangat mirip dengan stirktur uretra biasa, pada pemeriksaanendoskopi. (C) Pengamatan endoskopi mendefinisikan guide wire melewati segmen

    yang striktur yang tidak diameternya tidak lebih dari 2 mm. (D.E) Terlihat pada

  • 5/28/2018 UPJO

    9/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 9

    endoskopi, insisi postterolateral membuka striktur UPJ. Setelah 3 tahun, pasien ini telah

    memiliki fungsi ginjal normal, dikonfirmasi padaserial nuclear medicine renal scans

    3. Rekonstruksi tiga dimensi dari UPJO hilum letak tinggi. Bagian tengah gambar sesuaidengan pemeriksaan sonografi intraluminal, di mana berbentuk silindris. Dari kir ke

    kanan, terlihat persilangan pembuluh darah besar anterior medial. Sebagai tambahan,

    sebuah dinding yang terbentuk dari pelvis renal dan ureter proksimal, bertindak

    sebagai katup. Pasien ini telah melalui endopyelotomi yang tidak berhasil membuka

    UPJO. Pada penyinaran rotasi ginjal, letak tinggi ini telah diinsisi dari arah posterior,

    yang difasilitasi olehfunnelingdi UPJ, sehingga menghilangkan obstruksi.

    Insersi abnormal ureter menghasilkan UPJO insersi letak tinggi. Ureter

    memasuki pelvis renalis pada letak yang tinggi dan seringkali oblique, di mana dapat

    menyebabkan obstruksi fungsional. Normalnya, ureter masuk pada porsi yang paling

    bebas dari pelvis renalis. Masih belum jelas apakah hal ini anomali perkembangan primer

    atau merupakan efek sekunder dari kelainan ureter.Makin hebat hidronefrosis yang

    terjadi, makin berat obstruksi yang terjadi (insersi ureter bertempat makin tinggi pada

    pelvis renalis, menyebabkan angulasi akut)

  • 5/28/2018 UPJO

    10/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 10

    4. Gambaran sonografi intraluminal dari UPJ menjelaskan crossing vessel posteriorbesar yang berhubungan. Ginjal kontralateral dari pasien ini telah diangkat karena

    fungsi yang buruk akibat obstruksi UPJ. Pasien ini telah melalui endopyelotomi

    antegrade di mana dilakukan insisi lateral, menghindari pembuluh darah ini. Pasien

    ini mengalami kekambuhan obstruksi setiap 1 tahun postoperative, Pada pyelopasti

    terbuka, vena posterior besar ini dikonfirmasi keberadaannya.

    UPJO insersi letak tinggi sangat disarankan untuk manajemen invasive minimal.

    Dengan menginsisi dinding yang terkomposisi dari ureter paling proksimal dan pelvis renalis,

    dan UPJ dibawa ke posisi bebas dengan efek corong yang dapat meningkatkan drainase.

  • 5/28/2018 UPJO

    11/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 11

    Crossing vesselyang mengkompresi atau mendistorsi UPJ dapat menjadi penyebab satu-

    satunya dari obstruksi alkiran utin. Namun seringkali berkolaborasi dengan penyebab lain dari

    obstruksi UPJ. Vaskularisasi yang tidak biasa, keluar dari pembuluh darah ginjal, aorta, vena

    cava, atau pembuluh darah iliaka yang memperdarahi kutub bawah ginjal seringkat berasosiasi

    dengan sistem penampung. Dari 25-50% dari obstruksi UPJ telah ditemukan hubungan ini, baik

    sengaja maupun tidak.Hal terpenting untuk dicatat adalah bahwa pembuluh darah ini

    mermberikan ancaman perdarah pada terapi pembedahan untuk membuatfunnelingpelvis renalis

    dan menyembuhkan obstruksi pada UPJ. Crossing vessel juga telah menunjukkan signifikansi

    untuk memberikan prognosis yang lebih buruk. Van Caangh et al. mengatakan bahwa kehadiran

    crossing vesselmengurangi tingkat keberhasilan endopyelotomi antegrade dari 86 menjadi 42%.

    Dalam follow-up jangka panjang (lebih kurang 6,5 tahun), tingkat kesuksesan turun menjadi33%.

    IV. PATOFISIOLOGIThe Ureterovascular Tangle

    Ureterovascular tanglemerupakan suatu istilah yang mencakup pembuluh darah pelvis

    renal, ureter, dan sekitarnya, yang salah satu atau keseluruhannya dapat berimplikasi sebagai

    penyebab potensial dari UPJO. Keadaan anatominya penting bagi seorang ahli bedah urologi,

    sehingga dapat menentukan pilihan teknik pembedahan antara laparoskopi, laparotomi, atau

    pyelotomi endoluminal untuk meminimalisir resiko cedera vaskuler.

  • 5/28/2018 UPJO

    12/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 12

    Vaskularisasi

    Dalam konteks UPJO, crossing vessels merupakan arteri dan vena ginjal yang

    ditemukan di regio transisi ureter. Arteri ginjal normal mungkin ada satu multipel dan

    membentuk cabang-cabang ke anterior dan posterior. Arteri ginjal kanan normalnya menyilang

    ke arah posterior menuju vena kava. Arteri-arteri yang menyilang ke arah anterior menuju vena

    kava sering ditemukan pada penderita UPJO. Sebagian besar pembuluh darah yang menyilang

    adalah arteri renal yang anterior. Cabang-cabang pembuluh darah anterior memperdarahi segmen

    ginal superior dan media. Cabang posteror melewati pelvis renal untuk memperdarahi bagian

    kecil superior dan media dari segmen posterior. Karena pembuluh darah yang bersilangan

    ditemukan di banyak kasus UPJO, kadang mereka disebut sebagai etiologi UPJO, walaupun

    masih banyak kontradiksi dalam hal ini.

    Embriologi normal dari ginjal dimulai dari pelvis, menerimasupplyarteri ladder-likedari

    aorta. Seiring kenaikannya, ginjal juga berotasi menuju posisi anatomis akhirnya. Gangguan dari

    proses embriologi ini dapat menyebabkan berbagai varian anatomi vaskuler atau hubungan

    ureterovaskuler yang kurang baik. Varian anatomi arteri dan vena termasuk variasi dari

    pembuluh darah asal dan pola percabangannya adalah umum pada 10-30% populasi, dan

    baisanya tidak bersifat patologis. Arteri yang menyilang pada kasus UPJO dapat berupa arteri

    atau vena. Semakin dekat bagian awal dari pembuluh darah yang meyilang ke aorta, dan makin

    jauh dari hilus ginjal, lebih sering mereka berimplikasi pada patogenesis terjadinya UPJO. Vena

    renal biasanya multipel ataumemiliki varian berupa percabangan yang lebih awal dan dapat

    berbentuk retro- atau circumaorticdi anterior atau posterior ureter.

    Kutub yang lebih rendah dari arteri atau vena segmental dapat menyebabkan UPJO. Hal

    ini telah dikemukakan sebagai penyebab atau memburuknya obstruksi, mengkomplikasi terapi,

    atau membatasi keberhasilan akhir. Multiplanar reformation (MPR) dan volume-rendered 3D

    multi detector row CTmenunjukan bahwa herniasi pelvis secara anterior dan posterior melewati

    arteri utama renal. Pengalaman-pengalaman dengan 3D multi-detector row CT pada UPJO

    mendukung teori bahwa pembuluh darah ini memberikan kontribusi pada titik transisi ureter.

  • 5/28/2018 UPJO

    13/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 13

    Crossing vessel dapat menyilang baik ke anterior maupun posterior dari ureteropelvic junction

    sehingga menyebabkan obstruksi dari aliran urine.

  • 5/28/2018 UPJO

    14/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 14

    Crossing vessel pada CT aksial dengan kontras dengan rekonstruksi multiplanar.

    URETER

    Ureter normal memasuki aspek inferior dari pelvis ginjal secara oblique dan gradual.

    Telah tercatat bahwa pada keadaan UPJO, ureter cenderung memasuki ginjal secara cephalad.

    Walaupun mungkin hal ini tidak mencetuskan UPJO, namun sudut insersi seperti ini dapat

    memperburuk UPJO dengan membuat katup flap seiring dilatasi pelvis ekstrarenal. Semakin

    berlanjutnya keadaan dilatasi pelvis, efek katrol pada ureter membuatnya kaku. Segmen ureter

    pada UPJO mengalami penurunan peristaltikm hipertrofi sel otot, dan epitel transisi yang normal.

    Perubahan-perubahan ini bersifat promer dan menyebabkan fungsi abnormal dari peristaltik dan

    kelainan fungsi berupa kemampuan distensi yang inadekuat.

  • 5/28/2018 UPJO

    15/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 15

    V. DIAGNOSISOrang dewasa dengan obstruksi UPJ dapat mengalami gejala berupa kolik renal akut atau

    nyeri punggung kronis. Tanda-tanda nonspesifik berupa hematuria, infeksi traktus urinarius,dan/atau pyelonefritis. Nyeri dapat berhubungan dengan periode meningkatnya intake cairan atau

    konsumsi makanan yang mengandung diuretik, sehingga mendotong ke arah krisis Dietl.

    Radiographic features

    IVU

    Urografi intravena konvensional dilakukan untuk memeriksa obstruksi UPJ. Pemberian

    furosemide digunakan untuk membantu konfirmasi diagnosa, khususnya untuk mengeksklusibaggy pelvis.

    Ultrasound

    Seringkali menunjukkan dilatasi pelvis renalis dengan kolapsnya ureter proksimal Dengan sonografi Doppler, ginjal yang obstruksi menunjukkan RI (resistive indices)

    yang lebih tinggi

  • 5/28/2018 UPJO

    16/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 16

    USG longitudinal

    CT

    Dapat membuktikan hidronefrosis +/- kaliektasis dengan ureter kolaps. Berguna untuk melihat

    crossing vesselpada UPJ khususnya bila intervensi bedah direncanakan.

  • 5/28/2018 UPJO

    17/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 17

    Post pyelopasty

  • 5/28/2018 UPJO

    18/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 18

    CT aksial dari abdomen/ pelvis polos setinggi ginjal menunjukkan gambaran hidronefrosis pada

    ginjal kiri.

    CT aksial abdomen/pelvis dengan kontras (fase pyelogram) menunjukkan delayed ekskresi

    kontras dari ginjal kiri.

  • 5/28/2018 UPJO

    19/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 19

    CT aksial abdomen/pelvis dengan kontras (fase pyelogram) menunjukkan delayed ekskresi

    kontras dari ginjal kiri.

  • 5/28/2018 UPJO

    20/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 20

    CT koronal dari abdomen/pelvis dengan kontras (fase pyelogram) menggambarkan hidronefrosis

    yang berat pada ginjal kiri dengan clubbed kaliks.

    Parenkim renal, malrotasi, hidronefrosis, dan perdarahannya

    Ginjal yang terkena kemungkinan mengalami rotasi pada bidang aksial dengan hilum

    menghadap ke anterior dan pada bidang koronal dengan kutub atas berdeviasi ke lateral, dan

    ketiadaannya untaian perifrenik menunjukkan keadaan yang kronik. Harus dilaporkan juga

    asimetrisnya opasitas dari kortikomedular dan ureteropelvik, serta penipisan korteks yang

    tampak, yang mengindikasikan kronisitas dan kerusakan fungsi ginjal.

  • 5/28/2018 UPJO

    21/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 21

    Pola karakteristik dari hidronefrosis pada formasi koronal menjadi hal pertama yang

    menunjukkan ke arah UPJO. Hal ini cenderung lebih melibatkan sistem ekstrarenal dibanding

    yang intrarenal. Digambarkan juga dengan gambaran teardrop shapeterbalik dengan ujung yang

    meruncing pada titik transisi dengan distal ureter normal ke arteri. Kapasitas dari porsi

    ekstrarenal dapat membatasi dilatasi kaliks, dan pelvis ekstrarenal non-obstruktif dapat

    berdiferensiasi menjadi transisi yang tidak terlalu mendadak pada reteropelvic junction. Beratnya

    ringannya hidronefrosis juga sebaiknya dicantumkan, karena mempengaruhi hasil pembedahan.

    Selain itu bila memungkinkan juga dicantumkan dari arah jam berapa dari hilumkah balonisasi

    ureter melewati pembuluh darah yang bersilangan. Regio dari transisi dapat disimpulkan dari

    gambaran bidang axial, namun letak, panjang, dan angulasi yang tepat lebih akurat digambarkan

    oleh MPR atau volume rendering yang disesuaikan dengan pasien yang diperiksa.

    Meskipun tidak mutlak terlibat dalam patofisiologi UPJO, sebaiknya dicantumkan juga

    jumlah, pola percabangan, asal dan akhir dari persilangan pembuluh darah yang dapat

    mempengaruhi terapi. Semua perubahan aterosklerotik yang signifikan atau stenosis juga

    disertakan. Setelah terapi, selain dicatat kemajuan dari hidronefrosis, pemeriksaan CT juga

    menunjukkan semua penempatan stent dan area segmen korteks dengan perfusi yang kurang

    baik, mengindikasikan komplikasi dari cedera vascular dari prosedur yang dilakukan.

    Skintigrafi

    Kedokteran nuklir berupa renal scandengan penambahan fase diuretic (misalnya MAG-

    3, diethylenetriamine pentaacetic acid) sering dipakai untuk menentukan siginifikansi dilatasi

    pelvis renalis pada gangguan fungsi ginjal. Untuk mengukur derajat obstruksi dengan baik pada

    pemeriksaan ini, pasien harus dihidrasi dengan baik, dan buli-buli harus sepenuhnya kosong (bila

    perlu dengan kateter). Obstruksi anatomis didefinisikan sebagai pengosongan sebagian dari radio

    isotop dari pelvis renalis (T ) lebih dari 20 menit.

  • 5/28/2018 UPJO

    22/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 22

    Skintigrafi dapat mengukur derajat obstruksi:

    99mTc diethylenetriaminepentaacetic acid (DTPA): bukan agen terpilih karena 99mTc-DTPA adalah filtrasi GFR murni. Fungsi glomerulus menurun lebih awal dan lebih cepat

    dari fungsi tubular pada uropati obstruktif.99m

    Tc-DTPA dapat digunakan bila fungsi

    ginjal baik.

    99mTc MAG3: Agen terpilih. Renogram dilakukan untuk mengevaluasi antarahidronferosis obstruktif dan non-obstruktif. Obstruksi UPJ akan memperlihatkan

    ekskresi setelah pemberian diuretik, di mana hidronefrosis obstruksi mekanik akan

    menunjukan tidak ada penurunan pada genogram, dengan tahanan menetap pada sistem

    penampung.

    Pemeriksaan pada ginjal yang hidronefrosis pada dewasa biasanya diawali dengan USG pada

    kedua ginjal, CT scan abdomen/pelvis, dan/atau pyelogram intravena. Hal ini penting agar tidak

    semata-mata menyamakan dilatasi sistem penampung intrarenal dengan obstruksi atau

    peningkatan tekanan pelvis renalis.

    Saat pelvis renalis berdilatasi sebagian, atau bila hasil renal scan kurang tegas, pemeriksaan

    Whitaker mungkin dapat digunakan untuk membantu memperjelas adanya obstruksi UPJ. Hal ini

    dilakukan dengan nefrostomi perkutaneus diameter kecil, memasukan kontras encer di bawah

    fluoroskopi real-time dan mengukur tekanan sistem penampung intrarenal dengan manometer.

    Pada sistem yang sangat berdilatasi, renal pelvis harus terisi penuh sebelum pengukuran

    dilakukan. Drainase renal dengan tekanan intrarenal hingga 15 cmH2O dianggap normal, di mana

    di atas 20 cmH2O menandakan adanya obstruksi.

    Jika obstruksi UPJ didefinisikan atau dicurigakan dengan 1 atau lebih modalitas pemeriksaan

    sebelumnya, ureteropyelografi retrograde seringkali lebih berguna untuk mendefinisikan subtype

    defek anatomis yang diderita dan memastikan normalitas bagian ureter yang lain.

  • 5/28/2018 UPJO

    23/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 23

    Congeni tal Ureteropelvic Junction Obstruction

    Pemeriksaan yang disarankan

    Praktek luas dari ultrasonografi prenatal telah menjadikan ultrasonografi sebagai presentasi

    primer dari UPJO kongenital. Pemeriksaan antenatal rutin dapat memperlihatkan tipikal UPJO

    pada usia gestasi 16-20 minggu. Sebagai dasar dari temuan ini, serial pemeriksaan intrauterine

    dan pemeriksaan post natal dilakukan.

    USG prenatal longitudinal dari ginjal kanan menunjukkan hidronefrosis ginjal kanan. Ginjal

    kanan membesar dibandingkan dengan yang kiri dan terukur 55,3 mm. Korteks renal terlihat

    menipis.

  • 5/28/2018 UPJO

    24/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 24

    USG prenatal transversal abdomen (Spine pada bagian atas gambar menyebabkan bayangan

    gelap). Tampilan transversal dari ginjal memperlihatkan hidronefrosis ginjal kanan. Diameter AP

    dari ginjal kanan 21,9 mm. Ginjal kiri yang normal juga tampak, dengan ukuran normal pelvis

    renalis (3,7 mm).

    Standar radiologis saat ini untuk mendefinisikan ginjal yang hidronefrosis denga diameter AP

    pelvis renalis lebih besar dari 4 mm pada usia gestasional kurang dari 33 minggu dan diameter

    AP di atas 7 mm pada usia gestasional lebih dari 33 minggu. USG awal yang abnormal harus

    difollow updengan USG lagi setelah 4 minggu pada kasus yang berat atau setelah 33-34 minggu

    pada kasus ringan hingga sedang.

  • 5/28/2018 UPJO

    25/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 25

    Kriteria dari hidronefrosis fetal

    Kriteria paling umum yang digunakan untuk menggolongkan hidronefrosis fetal adalahguideline

    consensus dari Society of Fetal Urology (SFU), yang didasarkan dari dilatasi pelvis dan

    kaliektasis:

    Grade 0ginjal normal Grade 1dilatasi pelvis minimal Grade 2dilatasi pelvis lebar tanpa kaliektasis Grade 3pelviektasis dan kaliektasis tanpa penipisan korteks Grade 4hidronefrosis dengan penipisan korteks

    Hidronefrosis grade 3-4 88% sensitive dan 95% spesifik untuk obstruksi pada renogram diuretic.

    Monitoring follow-up postnatal

    Banyak kontroversi mengenai waktu optimal untuk pemeriksaan post natal. Beberapa pendapat

    mengatakan delayed imagingsekurangnya 48 jam setelah lahir untuk meminimalisir hasil yang

    negative palsu, mengingat status relatif neonatus pada dehidrasi dan penurunan GFR. Pendapat

    lain mengatakan tidak ada perbedaan antara USG early dan delayed.

    VI. PENATALAKSANAANKarakteristik gejala disertai bukti morfologis UPJO merupakan indikasi kebutuhan terapi.

    Gejala-gejala tersebut mencakup nyeri pinggang hilang timbul setelah konsumsi cairan dalam

    volume yang besar, atau cairan-cairan dengan efek diuretic. UPJO asimtomatik dapat pula

    diterapi bila terdapat bukti asimetrisnya fungsi ginjal atau hidronefrosis. CT tiga dimensi telah

    menunjukkan manfaat-manfaat pilihan terapi yang tersedia saat ini dan telah mempengaruhi

    manajemen pilihan atas endopyelotomy retrograde atau pyeloplasti (laparoskopik dan bedah

    terbuka). Pada kasus-kasus tertentu, pembuluh-pembuluh menyilang dieliminasi atau dilakukan

    vaskulopleksi, karena pembuluh-pembuluh tersebut dapat menyebabkan obstruksi berulang.

  • 5/28/2018 UPJO

    26/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 26

    VII. DIAGNOSIS BANDING

    UrolithiasisDefinisi batu saluran kemih menurut dorland adalah pembentukan kalikuli saluran

    kemihatau kondisi yang berhubungan dengan kalikuli saluran kemih. Kalikuli adalah

    pengerasan abnormal biasanya terdiri dari garam mineral yang terjadi pada hewan

    (termasuk manusia).

    HidronefrosisHidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang

    mengakibatkan penumbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi pada

    parenkim ginjal

  • 5/28/2018 UPJO

    27/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 27

    Tumor jinak dan tumor ganasTumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan ginjal.Tumor

    lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat ganas atau kanker. Kanker adalah

    pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan mendesak sel-seldisekitarnya.Tumor Ginjal atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-

    anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa.

  • 5/28/2018 UPJO

    28/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 28

    Pyelonefritis/ abses renalPielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan

    interstinaldari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen

    atauretrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668).

  • 5/28/2018 UPJO

    29/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 29

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Crossing vessels yang mengkompresi atau mendistorsi ureteropelvic junction dapatmerupakan penyebab tunggal dari obstruksi aliran urin di ureter, atau dapat pula

    bergabung dengan penyebab lain dari UPJO.

    Pada pasien dengan kemungkinan obstruksi UPJ, ureteropyelografi retrograde dapatberguna untuk menentukan subtiper dari defek anatomis dan memastikan normalitas dari

    ureter bagian lainnya.

    Ultrasonografi endoluminal berpotensi menjadi alat diagnostic atau pilihan untukmelokalisir crossing vessel.

    Rekomendasi saat ini adalah untuk melakukan imaging sebelum dilakukan insisiendoskopik (preoperative atau intraoperatif) untuk mendeteksi crossing vessel yang

    berhubungan dengan obstruksi UPJ.

    Standar terapi pada pasien UPJO adalah masih dengan open pyeloplasty Pyelopasty laparoskopi memiliki tingkat kesuksesan yang sama dengan open pyelopasty

    namun memiliki teknik yang lebih sulit.

  • 5/28/2018 UPJO

    30/30

    Ureteropelvico Junction Obstruction Shereen,2014

    Kepaniteraan Klinik Radiologi

    Rumah Sakit Husada

    Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

    Periode 17 Februari 15 Maret 2014 30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Pardalidis NP, Papatsoris AG, Kosmaoglou EV. Endoscopic and laparoscopic treatmentof ureteropelvic junction obstruction.J Urol2002; 168:1937-1940.

    2. Davenport K, Minervini A, Timoney AG, Keely FX Jr. Our experience withretroperitoneal and transperitoneal laparoscopic pyeloplasty for pelvi-ureteric junction

    obstruction.Eur Urol2005; 48:973-977.

    3. Yanke BV, Lallas CD, Pagnani C, Bagley DH. Robot-assisted laparoscopic pyeloplasty:technical considerations and outcomes.J Endourol2008; 22:1291-1296.

    4. Inagaki T, Rha KH, Ong AM, Kaoussi LR, Jarrett TW. Laparoscopic pyeloplasty: currentstatus.BJU Int2005; 95[suppl 2]:102-115.

    5. Shalhav AL, Giusti G, Elbahnasy AM, et al. Adult endopyelotomy: impact of etiologyand antegrade versus retrograde approach on outcome.J Urol1998; 160:685-689.

    6. Kawamoto S, Montgomery RA, Lawler LP, Horton KM, Fishman EK.Multidetector CTangiography for preoperative evaluation of living laparoscopic kidney donors.AJR Am J

    Roentgenol2003; 180:1633-1638.

    7. Herts BR.Helical CT and CT angiography for the identification of crossing vessels at theureteropelvic junction.Urol Clin North Am1998; 25:259-269.

    8. Stabile Ianora AA, Scardapane A, Chiumarullo L, Calbi R, Rotondo A, AngelelliG. Congenital stenosis of ureteropelvic junction: assessment with multislice CT.Radiol

    Med (Torino)2003; 105:315-325.

    9. Rouviere O, Lyonnet D, Berger P, Pangaud C, Gelet A, Martin X. Ureteropelvic junctionobstruction: use of helical CT for preoperative assessmentcomparison with

    intraarterial angiography.Radiology1999; 213:668-673.

    10.Rubin GD, Alfrey EJ, Dake MD, et al.Assessment of living renal donors with spiralCT.Radiology1995; 195:457-462.

    11.Rydberg J, Kopecky KK, Tann M, et al.Evaluation of prospective living renal donors forlaparoscopic nephrectomy with multisection CT: the marriage of minimally invasive

    imaging with minimally invasive surgery.RadioGraphics2001; 21(spec no):S223-S236.


Recommended